Faktor Dominan Lingkar Pinggang Pada Staf Kependidikan FKM UI Depok Tahun 2014 Endah Fitria Aiprilawati, Diah Mulyawati Utari Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini membahas mengenai lingkar pinggang pada staf kependidikan FKM UI Depok tahun 2014. Tujuannya untuk mengetahui gambaran faktor-faktor, hubungannya dan faktor dominan lingkar pinggang. Faktor-faktor tersebut yaitu usia, jenis kelamin, riwayat genetik, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, durasi tidur, kebiasaan merokok, asupan energi, asupan karbohidrat dan asupan lemak. Lingkar pinggang merupakan pengukuran antropometri yang dapat mengindikasikan penumpukan lemak viseral tubuh. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuatitatif dengan desain studi cros sectional. Penelitian dimulai dari tanggal 7 April hingga 25 April 2014. Terdapat 122 responden yang telah menyelesaikan pengisian dan wawancara kuesioner maupun pengukuran lingkar pinggang. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata ukuran lingkar pinggang responden sebesar 84,59 cm dengan prevalensi 41,8% memiliki lingkar pinggang melebihi cut off points. Maka terdapat hubungan antara jenis kelamin, riwayat genetik dan pengetahuan gizi terhadap lingkar pinggang. Hasil analisis multivariat, asupan lemak dan riwayat genetik sebagai faktor dominan lingkar pinggang. Peneliti menyarankan untuk mengurangi asupan lemak, menerapkan pola hidup sehat dan rutin melakukan pengukuran lingkar pinggang.
Dominant Factor of Waist Circumference in Education Staff at Faculty of Public Health, University of Indonesia, Depok 2014 Abstract The focus of this study is about waist circumference in Education Staff at Faculty of Public Health, University of Indonesia, Depok 2014. The purpose of this study is to know about factors, its association and dominant factor of waist cirvcumference. The factors are age, sex, genetic history, nutrition knowledge, physical activity, sleep duration, smoking habit, energy intake, carbohydrate intake and fat intake. Waist circumference is an anthropometric measurement that indicating visceral fat accumulation. This study used quantitative method and cross sectional design. It was started on April 7th until April 25th. There are 122 respondents who fulfilling questionnaire and waist circumference measurement. This study’s result that mean of waist circumference is 84,59 cm with prevalence of waist circumference above cut off points is 41,8%. So, there is an association between sex, genetic history and nutrition knowledge with waist circumference. After using multivariate analysis, fat intake and genetic history as dominant factor of waist circumference. The researcher suggests to reduce fat intake, implement health lifestyle and often do waist circumference measurement. Key words: Waist circumference, fat intake, genetic history, sex, nutrition knowledge.
Pendahuluan
Obesitas merupakan salah satu permasalahan besar di dunia. Obesitas sentral sebagai masalah kesehatan yang berbahaya bahkan lebih berbahaya dari tipe obesitas general. Obesitas sentral ditandai dengan adanya penumpukan lemak viseral di rongga perut (WHO, 2000; Cahyono, 2008). Penumpukan lemak viseral tersebut berdampak pada perubahan ukuran lingkar 1
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
pinggang. Ukuran lingkar pinggang laki-laki >90 cm dan perempuan >80 cm sebagai tolak ukur terjadinya obesitas sentral. Maka obesitas sentral dapat ditandai dengan lingkar pinggang melebihi cut off points. Lingkar pinggang diukur dengan cara melingkarkan pita ukur pada bagian tengah antara bagian tulang rusuk terakhir dengan puncak ilium dalam posisi horizontal (WHO, 2008). Lingkar pinggang yang melebihi cut off points berkaitan erat dengan peningkatan risiko penyakit tidak menular dan kematian (Bigaard, 2005; Koster, et al., 2008). Setiap tahun terdapat 2,8 juta orang di dunia meninggal akibat overweight, obesitas hingga obesitas sentral. Diantara mereka yang meninggal, 300.000 orang berada di wilayah Asia Tenggara. Risiko kematian 50% lebih besar pada mereka yang mengalami obesitas sentral dan mempunyai umur harapan hidup lebih rendah (WHO, 2013). Risiko kematian pada mereka dengan obesitas sentral merupakan dampak lanjutan dari berbagai penyakit tidak menular (Koster, et al., 2008; Hollander, et al., 2012). Sindrom metabolik (Doyle, 2012) termasuk dislipidemia (Misra & Usha, 2013), diabetes tipe 2, penyakit jantung koroner, penyakit kardiovaskuler, hipertensi (Bisharat, et al., 2013; Li, 2013), kejadian batu ginjal (Hess, 2012) dan stroke (Diaz, et al., 2009) merupakan dampak klinis dari lingkar pinggang yang melebihi cut off points (WHO, 2008; Gary, 2010). Penyakit kanker juga dapat menyerang pada mereka yang memiliki lingkar pinggang yang melebihi cut off points (Hollander, et al., 2012). Selain itu, adanya resistensi leptin pada orang-orang yang mengalami lingkar pinggang yang melebihi cut off points mempengaruhi penurunan fungsi kognitif yang berisiko dimensia dan terkena penyakit alzheimer (Al-Hazzouri, et al., 2012). Di dunia, kejadian lingkar pinggang yang melebihi cut off points meningkat setiap tahunnya. Kejadian lingkar pinggang melebihi cut off points sebesar 35,7% di Amerika (Ogden, et al., 2012). Di Asia juga terdapat prevalensi lingkar pinggang yang melebihi cut off points diantaranya sebesar 37,6% dialami oleh masyarakat di Cina (Wang, et al., 2012). Hal serupa terjadi di Malaysia sebesar 36,1% memiliki lingkar pinggang melebihi cut off points (Norafidah, et al., 2013) Di Indonesia, mereka yang memiliki lingkar pinggang melebihi cut off points cukup tinggi. Berdasakan laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI dalam Riskesdas 2007, prevalensi nasional pada penduduk umur ≥ 15 tahun adalah 18,8% memiliki lingkar pinggang yang melebihi cut off points. Kondisi ini semakin memburuk dilihat dari data Riskesdas tahun 2013 yang mencapai 26,6%. Keadaan lingkar pinggang yang melebihi cut off points lebih tinggi pada daerah perkotaan (23,6%) dibandingkan daerah perdesaan (15,7%) (Kemenkes RI, 2013). Kondisi serupa terjadi di DKI Jakarta dan Jawa Barat yang 2
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
menunjukkan bahwa prevalensi melebihi angka nasional pada tahun 2007 yaitu 27,9% dan 23,1%. Prevalensi ini mengalami peningkatan pada tahun 2013. Prevalensi mereka yang memiliki lingkar pinggang melebihi cut off points di kota Depok mencapai 28,4% (Depkes, 2007). Usia (Sugianti dkk, 2009), jenis kelamin (Veghari, 2013), riwayat genetik (Waldlaw & Hampl, 2007) dan pengetahuan gizi (Bonaccio, et al., 2013) berpengaruh dalam menyebabkan pertambahan ukuran lingkar pinggang. Selain itu juga berkaitan erat dengan gaya hidup individu. Aktivitas fisik rendah mempunyai peranan yang besar dalam memicu penambahan ukuran lingkar pinggang (Arsenault, et al., 2010). Selain itu, kebiasaan merokok (Kiheon, et al., 2012) dan durasi tidur yang pendek (Adamkova, et al., 2009; Patel, et al., 2008) berpengaruh dalam meningkatkan ukuran lingkar pinggang (Lakerveld, et al., 2011). Kejadian lingkar pinggang melebihi cut off points turut dipengaruhi oleh asupan makanan. Asupan lemak, asupan energi (Hassan, et al., 2013) dan asupan karbohidrat yang tinggi (Norafidah, 2013; Tyrovolas, et al., 2011) sangat mempengaruhi peningkatan lemak viseral. Asupan makanan yang tinggi berperan dalam peningkatan penumpukan lemak viseral yang memicu penambahan ukuran lingkar pinggang. Tingginya prevalensi kejadian lingkar pinggang melebihi cut off points masih menjadi permasalahan lokal, nasional hingga dunia. Begitu juga yang ada di lingkungan Universitas Indonesia. Masyarakat Universitas Indonesia Depok banyak yang memiliki lingkar pinggang yang melebihi cut off points. Oleh karena itu, sangat relevan jika melakukan penelitian pada pegawai FKM UI. Keberadaan mereka sebagai staf kependidikan di FKM UI membuat mereka mempunyai akses lebih banyak untuk memperoleh informasi kesehatan. Namun, belum semua staf kependidikan FKM UI mengetahui dan memahami seputar lingkar pinggang. Kondisi ini terlihat dari masih tingginya kejadian lingkar pinggang melebihi cut off points pada staf kependidikan FKM UI tersebut. Berdasarkan hasil survei pendahuluan dinyatakan bahwa 5 dari 10 staf kependidikan FKM UI memiliki lingkar pinggang yang melebihi cut off points. Namun, sampai saat ini pun belum pernah dilakukan penelitian mengenai lingkar pinggang pada staf kependidikan FKM UI, padahal ini sangat penting untuk meningkatkan status kesehatan pada pegawai tersebut. Selain itu, penelitian pada staf kependidikan FKM UI lebih mudah dilaksanakan dan lebih efisien karena masih di lingkungan kampus sendiri.
3
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
Tinjauan Teoritis Definisi dan penilaian Obesitas Sentral Obesitas sentral adalah kondisi yang menunjukkan adanya timbunan lemak viseral di area rongga perut. Lemak pada area rongga perut selain jumlahnya paling tebal, juga sebagai tanda-tanda awal dari kegemukan. Adanya penumpukan lemak viseral akan terlihat secara fisik (WHO, 2000; Cahyono, 2008). Tampilan seseorang yang mengalami obesitas sentral terlihat dari pertambahan ukuran lingkar pinggang. Seseorang dikatakan obesitas sentral apabila lingkar pinggang lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan lebih dari 80 cm untuk perempuan dewasa (WHO, 2008; Persagi, 2009; Kemenkes, 2013). Obesitas sentral dapat diukur dengan menggunakan berbagai pengukuran antropometri diantaranya pengukuran lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang panggul (RLPP), indeks massa tubuh (IMT) dan persen lemak tubuh (PLT). Lingkar Pinggang Lingkar pinggang biasanya menjadi indikator obesitas sentral karena lingkar pinggang mampu mengukur adanya indikasi perlemakan pada organ-organ di rongga abdomen. Secara anatomi, setelah tulang rusuk terakhir tersebut sudah merupakan rongga abdomen dimana berdekatan dengan organ hati, pankreas, jantung, kandung empedu dan lainnya. Apabila organ tersebut diselimut lemak akan meningkatkan kejadian penyakit tidak menular yang tidak bisa dihindari. Sementara itu, lingkar pinggang sebagai protektor terhadap kejadian penyakit tidak menular. Maka lingkar pinggang cukup efektif untuk mengetahui adanya penumpukan lemak viseral tubuh (WHO, 2008; Bisharat, et al., 2013). Faktor Risiko Lingkar Pinggang Usia Peran serta usia terlihat pada perubahan distribusi lemak tubuh. Pertambahan usia akan berpengaruh pada menurunnya massa otot dan terjadi peningkatan massa lemak (Steven, et al., 2010). Pada usia muda (20 tahun) akumulasi lemak masih tersebar merata di seluruh tubuh, namun di usia dewasa tengah hingga tua akumulasi lemak tersimpan banyak pada tubuh bagian atas yaitu daerah sekitar perut (Veghari, et al., 2013). Pertambahan usia atau penuaan sangat dihubungkan dengan perubahan hormonal dan metabolic rate yang mempengaruhi akumulasi lemak total lemak tubuh. Pengaruh growth
hormone yang
mengalami penurunan seiring meningkatnya usia dan metabolic rate seseorang semakin melambat seiring pertambahan usia (Bray, 2003 dalam Supeni & Asmayuni, 2007; Bray, 2009).
4
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
Jenis kelamin Jenis kelamin merupakan identitas diri seseorang sehingga bisa dimasukkan dalam kategori perempuan dan laki-laki. Antara perempuan dan laki-laki mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kejadian lingkar pinggang melebihi cut off points. Perbedaan jenis kelamin berpengaruh pada penyimpanan lemak tubuh sejak dalam kandungan tapi perbedaan ini semakin terlihat saat pubertas hingga dewasa. Laki-laki memiliki massa otot total, massa mineral tulang serta massa lemak yang lebih rendah dari perempuan. Pada perempuan secara substansial memiliki jaringan lemak lebih banyak dari laki-laki namun berbeda untuk pendistribusian lemaknya. Laki-laki mempunyai massa lengan dan massa kekuatan tulang lebih besar, lemak di tungkai lebih rendah dan biasanya mempunyai distribusi lemak perut lebih banyak (Derby, et al., 2006 dalam WHO, 2008). Berdasarkan survei WHO, rata-rata setiap kenaikan 4,5 kg telah terjadi peningkatan ukuran lingkar pinggang sebesar 4 cm pada laki-laki dan 3,3 cm pada perempuan (WHO, 2008). Genetik Faktor genetik juga berpengaruh terhadap kejadian penambahan ukuran lingkar pinggang. Setiap kasus orang yang mengalami obesitas baik dari lingkar pinggang melebihi cut off points tidak disebabkan langsung oleh genetik, namun orang yang ada kelainan genetik berupa obese gene lebih rentan atau lebih mudah terkena obesitas (Bray, 2004). Seseorang anak dari orang tua yang tidak mengalami obesitas hanya berisiko 10% mengalami obesitas di usia dewasa. Namun pada anak yang salah satu orang tuanya mengalami obesitas risiko itu meningkat menjadi 40% dan menjadi 80% disaat kedua orang tuanya obesitas. Hal serupa terlihat pada penelitian lainnya bahwa adanya hubungan antara genetik dan obesitas (Thirlby & Randall, 2002). Peran serta genetik terlihat dalam konsep metabolisme tubuh. Genetik mempengaruhi metabolic rate, penggunaan energi baik untuk tubuh maupun sistem saraf otak yang semua ini berefek pada penambahan berat badan yang diakumulasikan menjadi obesitas dalam jangka waktu lama. Sehingga genetik berpengaruh pada regulasi tubuh (Waldlaw & Jeffrey, 2007). Pengetahuan gizi Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan seseorang mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ilmu gizi. Pada orang yang mempunyai pengetahuan gizi tinggi seharusnya mempunyai batasan dan indikator bagaimana dalam menerapkan hidup sehat dengan status gizi baik. Dengan adanya pengetahuan gizi, seseorang mampu mengetahui tentang gizi dan permasalahan pertambahan ukuran lingkar pinggang. Hal ini karena pengetahuan sejalan dengan pendidikan. Biasanya orang yang berpengetahuan gizi berasal dari mereka yang 5
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
berpendidikan. Orang yang berpendidikan lebih sadar dan lebih paham dengan hal-hal mengenai lingkar pinggang melebihi cut off points (Sassi, 2009). Aktivitas Fisik Aktivitas fisik merupakan serangkaian kegiatan fisik yang dilakukan seseorang sehari-hari. Aktivitas fisik diasumsikan untuk melindungi orang-orang dari perkembangan kejadian obesitas. Aktivitas fisik sebagai penunjang untuk mengatur berat badan, meningkatkan metabolisme tubuh, menguatkan sistem jantung, memperlancar sirkulasi darah dan pembuluh darah (Gibney, et al., 2009). Semakin tinggi tingkatan aktivitas seseorang semakin tinggi kebutuhan energinya (Arisman, 2009). Namun, pada mereka yang beraktivitas fisik rendah akan mengalami pertambahan lingkar pinggang (Arsenault, et al., 2010).. Merokok Merokok merupakan perilaku yang membahayakan tubuh dan menyebabkan risiko menderita penyakit tidak menular semakin tinggi. Pada perokok kronik juga sering dihubungkan dengan penurunan asupan makanan dan penurunan berat badan namun, akan terjadi perlambatan pembakaran lemak tubuh sehingga tumpukan lemak semakin banyak sehingga memicu terjadi pertambahan lingkar pinggang. Penelitian pada 4656 orang laki-laki Korea berumur 19 – 79 tahun mereka yang merokok dan mantan perokok berat memiliki lemak viseral lebih tinggi daripada yang tidak pernah merokok (Kiheon, et al., 2012). Mereka yang berhenti merokok berisiko 2 kali obesitas dibandingkan yang tidak pernah merokok. Saat berhenti merokok, tubuh akan kehilangan nikotin yang mendorong pertambahan berat badan sebagai efek adanya reduksi termogenesis dan menstimulasi kembali selera makan. (Bray, 2007). Durasi tidur Pada mereka dengan durasi tidur pendek mengalami penurunan hormon leptin, peningkatan grehlin, peningkatan glukosa, dan meningkatnya konsetrasi kortisol sehingga meningkatkan rasa lapar dan merangsang atau meningkatkan selera makan. Selera makan yang tinggi menyebabkan asupan lebih banyak dan mempengaruhi peningkatan cadangan energi sehingga dapat menambah berat badan (Chaput, et al., 2007). Asupan Energi, karbohidrat dan Lemak Semakin tinggi asupan karbohidrat dan lemak harian maka total energi harian pun meningkat. Kelebihan total energi harian akan meningkatkan cadangan energi di tubuh dan akan disimpan dalam bentuk lemak apabila tidak digunakan kelebihan asupan energi dapat berasal dari asupan karbohidrat dan lemak yang berlebih juga (Bray, 2007). Asupan makanan ini diubah dalam bentuk glukosa sisanya diubah dalam bentuk lemak untuk disimpan pada otot dan hati namun keterbatasan penyimpanan menyebabkan diubah dalam bentuk gliserol dan asan 6
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
piruvat untuk dan sisa asam lemak yang tidak terpakai akan menyebabkan terjadi penambahan simpanan lemak. Namun, karena distribusi penyimpanan lemak paling banyak (45%) di area sekitar perut sehingga kelebihan lemak tersebut akan terakumulasi di area perut dan menyebabakan pertambahan lingkar pinggang. Maka setiap konsumsi 200-300 gram karbohidrat akan mempunyai lingkar pinggang 100-140 cm maka semakin banyak asupan karbohidrat, lemak dan energi semakin besar maka akan berisiko terjadi pertambahan lingkar pinggang (Ahluwalia, 2009; Dugee, et al., 2009). Metode Penelitian Penelitian ini dengan pendekatan kuantitatif menggunakan desain cross sectional yang di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok. Proses pengambilan data selama 3 minggu mulai dari tanggal 7 April – 25 April 2014. Berdasarkan perhitungan sampel dengan uji hipotesis koefisien korelasi (Lameshow & Lwanga, 1991) ditemukan sampel minimal 115 orang namun pada penelitian ini menggunakan total sampling maka sehingga seluruh pegawai berjumlah 122 orang diikutsertakan sebagai sampel dengan memperhatikan kriteria baik inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yang diterapkan yaitu aktif sebagai staf kependidikan FKM UI tahun 2014 dan kriteria eksklusi diantaranya staf kependidikan yang sedang hamil dan staf kependidikan yang sedang menjalani dinas luar kota atau luar negeri dalam rentan waktu yang telah ditentukan. Data yang dibutuhkan berupa data primer dikumpulkan menggunakan instrumen berupa pita ukur untuk pengukuran lingkar pinggang dan kuesioner (berisi pertanyaan usia, jenis kelamin, riwayat genetik, pengetahuan gizi, aktivitas fisik menggunakan kuesioner GPAQ (WHO,2007), kebiasaan merokok, durasi tidur menggunakan kuesioner Gottlieb, et al., 2006, pertanyaan kebiasaan makan dan formulir food recall untuk mengetahui asupan energi, karbohidrat dan lemak). Pengumpulan data setiap hari kerja kepada 15 responden per hari dimulai pada pagi hari dengan mendatangi perunit kerja pegawai. Selanjutnya, responden diminta melakukan pengukuran antropometri lingkar pinggang dan wawancara kuesioner hingga lengkap. Hasil pengumpulan data akan dilakukan proses manajemen data dimulai dari penyuntingan, pengkodean, pemasukan, pengoreksianpenyaringan data. Langkah akhir yang dilakukan berupa analisis univariat untuk melihat gambaran data tiap variabel yang diteliti, analisis bivariat (dengan uji korelasi dan regresi linier sederhana, uji T test, uji ANOVA) dan analisis multivariat (dengan uji regresi linier ganda) (Hastono, 2006).
7
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
Hasil Penelitian Lingkar pinggang rata-rata seluruh responden 84,59±9,53 cm dengan ukuran terkecil 65 cm dan terbesar 114 cm sehingga terdapat 41,8% memiliki lingkar pinggang melebihi cut off points. Responden penelitian ini sebanyak 67,2 % berjenis kelamin laki-laki dan 32,8% berjenis kelamin perempuan. Namun, lingkar pinggang laki-laki (86,04±9,51cm) lebih besar dibandingkan perempuan (81,61±8,93 cm). Untuk usia rata-rata responden adalah 41,34±8,04 tahun. Usia 23 tahun termuda dan usia 61 tahun tertua. Usia rata – rata laki-laki 41,96±7,88 tahun dan perempuan 40,08±8,31 tahun. Maka terdapat 36,9% yang mempunyai usia ≥45 tahun dan sebanyak 63,1% yang mempunyai usia <45 tahun sehingga usia <45 tahun mendominasi pada responden. penelitian ini ditemukan 39,3% mempunyai riwayat genetik kegemukan dan 60,7% tidak mempunyai riwayat genetik kegemukan. Untuk pengetahuan gizi responden rata-rata mempunyai skor 59,54±20,38. Maka responden yang mempunyai tingkatan pengetahuan gizi kurang dengan jawaban benar <60% sebanyak 43,4%, dengan jawaban benar 60- 80% sebanyak 40,2% dan yang memiliki pengetahuan gizi tinggi jawaban benar >80% sebanyak 16,4%. Aktivitas fisik rata-rata 1612,36±2029,16 (tingkat aktivitas fisik sedang). Maka 33,6% yang mempunyai aktivitas fisik rendah, 51,6% yang mempunyai aktivitas fisik sedang dan 14,8 % yang beraktivitas fisik. Terdapat 36.9% responden yang merokok, 21.3% pernah merokok dan 41,8% yang tidak merokok. Untuk durasi tidur pendek sebanyak 28,7%, yang mempunyai durasi tidur normal 62,3 % dan yang mempunyai durasi tidur panjang 9,0% dengan durasi tidur rata-rata adalah 6,43±1,4 jam. Untuk rata – rata asupan energi 66,25% AKG, asupan karbohidrat 62,46% AKG dan asupan lemak 82,09% AKG. Namun terlihat perbedaan ratarata asupan pada laki-laki dan perempuan. pada laki-laki mempunyai rata-rata asupan energi 63,45% AKG, asupan karbohidrat 59,86% AKG dan asupan lemak 78,32% AKG. Pada perempuan mempunyai rata-rata asupan energi 72% AKG, asupan karbohidrat 67,78% AKG dan asupan lemak 89,83% AKG. Maka yang mengonsumsi asupan energi berlebih 2,5%, asupan karbohidrat berlebih 3,3% dan asupan lemak berlebih sebanyak 17,2%.
8
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Univariat Variabel dengan Data Numberik Variabel Lingkar Pinggang (cm) Usia (tahun) Pengetahuan Gizi Aktivitas Fisik Durasi Tidur (jam) Asupan Energi (%AKG) Asupan KH (%AKG) Asupan lemak (%AKG)
Mean±SD 84,59±9,53 41,34±8,04 59,54±20,38 1612,36±2029,16 6,43±1,40 66,25±19,10 62,46±20,09 82,09±33,58
Median 84,63 40 63,64 958 6,50 62,22 60,58 76,19
Min-Max 65 – 114 23 – 61 9,09 – 100 0 – 12720 2,00 – 9,86 26,66 – 125,67 26,39 – 139,01 29,38 – 215,48
95%Cl 82,88 - 86,30 39,90 – 42,79 55,88 – 63,19 1248,65 – 1976,06 6,18 – 6,68 62,83 – 69,52 58,69 – 66,22 76,08 – 88,12
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Univariat Variabel dengan Data Kategorik Variabel
Kategori Laki-laki Perempuan Ada riwayat genetik kegemukan Tidak ada riwayat genetik kegemukan Pernah merokok Merokok Tidak merokok
Jenis Kelamin Riwayat Genetik Kebiasaan merokok
n 82 40 48 74 26 45 51
% 67,2 32,8 39,3 60,7 21,3 36,9 41,8
Pada analisis bivariat yang dilakukan diperoleh hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, riwayat genetik dan pengetahuan gizi terhadap lingkar pinggang ditandai dengan nilai p<0,05. Namun tidak terlihat adanya hubungan yang signifikan antara usia, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, durasi tidur, asupan energi, asupan karbohidrat dan asupan lemak ditandai dengan nilai p>0,05.
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Variabel dengan Data Numberik Variabel Usia Pengetahuan gizi Aktivitas Fisik Durasi Tidur Asupan energi Asupan karbohidrat Asupan lemak
r 0,081 -0,198 -0,10 -0,046 0,029 0,119 0,086
R2 0,007 0,039 0,00 0,002 0,001 0,014 0,007
Lingkar Pinggang (LP) Persamaan Garis LP = 80,6 + (0,96 x usia) LP = 90,09 – (0,93 x pengetahuan gizi) LP = 84,67 – (0.00005 x aktivitas fisik) LP = 86,60 – (0,313 x durasi tidur) LP = 83,403 + (0,001 x asupan energi) LP = 84,421 + (0,11x asupan karbohidrat) LP = 83,032 + (0,024 x asupan lemak)
P-value 0,373 0,029 0,913 0,614 0,752 0,191 0,357
Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Variabel Data Kategorik Lingkar pinggang (LP) Mean±SD (cm) 86,04±9,52 81,61±81,61 86,73±9,51 83,20±8,34 86,51±7,69 84,35±9,39 83,82±10,48
Variabel Jenis Kelamin Riwayat Genetik Kebiasaan Merokok
Laki – laki perempuan Ada riwayat Tidak ada riwayat Pernah merokok Merokok Tidak merokok
9
P-value 0,015* 0,045* 0,498
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
Tahap selanjutnya melihat nilai coefficients B paling besar, ini untuk mengetahui variabel mana paling besar pengaruhnya dalam menentukan lingkar pinggang. Maka asupan lemak dan riwayat genetik sebagai faktor dominan lingkar pinggang. Hasil analisis ini menghasilkan nilai R2 = 0,127 yang menyatakan model prediksi yang dihasilkan dapat menjelaskan 12,7% variasi variabel dependen yaitu lingkar pinggang. Tabel 5 Koefisien Model Analisis Regresi Linier Ganda Prediksi Lingkar Pinggang Variabel Jenis Kelamin Riwayat Genetik Pengetahuan Gizi Asupan Lemak Asupan Karbohidrat Konstanta Lingkar Pinggang *P<0,05
coefficients B -3,965 -3.533 -0,050 0,05 -0,046
R Square
0,127
Koeff. β -0,225 0,189 -0,189 -0,095 -0,0105
p-value 0,054 0,044* 0,284 0,041* 0,281
97,64
Lingkar Pinggang (cm) = 97,64 + 0,05AL – 4,56JK – 3,57RG – 0,05PG + 0,012 KH Rumus 1 Model Prediksi Lingkar Pinggang
Pembahasan Penelitian ini mempunyai berbagai keterbatasan. Desai penelitian cross sectional merupakan desain penelitian yang lemah karena pengambilan data Cuma dilakukan dalam satu waktu secara bersamaan sehingga tidak mampu melihat buhungan kausalitas (sebab-akibat). Penggunaan metode food recall cenderung menyebabkan munculnya flat slop syndrome yang ditandai dengan jumlah asupan yang diungkapkan tidak sesuai dengan asupan yang dikonsumsi. Selain itu, penggunaan enumerator yang berbeda-beda sepanjang penelitian mempengaruhi ketepatan data. Lingkar pinggang Ukuran lingkar pinggang staf kependidikan FKM UI Depok cukup variatif. Mereka rata-rata mempunyai lingkar pinggang sebesar 84,59 cm dengan lingkar pinggang terkecil 65 cm dan terbesar 114 cm. Maka secara keseluruhan, sebanyak 41,8% yang mempunyai lingkar pinggang melebihi cut off points dan 58,2% mempunyai lingkar pinggang tidak melebihi cut off points. Kejadian lingkar pinggang pada staf kependidikan FKM UI Depok tahun 2014 cukup tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi nasional pada tahun 2013 yaitu 26,6%. Hal ini berarti kondisi staf kependidikan FKM UI Depok tahun 2014 berpeluang sangat tinggi untuk mempunyai masalah kesehatan yang besar. 10
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
Kondisi lingkar pinggang yang mengalami pertambahan dapat dialami oleh semua orang. Lingkar pinggang tersebut dapat menjadi melebihi cut off points dipengaruhi beberapa faktor diantaranya usia, jenis kelamin, riwayat genetik, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, durasi tidur, asupan energi, asupan karbohidrat dan asupan lemak. Usia Usia rata-rata pegawai yaitu 41,34 tahun dengan 36,9% yang berada pada usia ≥45 tahun dan 63,1% yang berada pada usia <45 tahun. Antara usia dan lingkar pinggang tidak terdapat a hubungan yang signifikan (P>0,05). Hal ini dipengaruhi oleh distribusi usia yang terlalu dominan pada usia 40-an tahun sehingga sebagian besar berada di bawah usia berisiko yaitu <45 tahun. Padahal pada penelitian ini, semakin meningkatnya usia maka terjadi pertambahan lingkar pinggang. Kejadian lingkar pinggang melebihi cut off points sebagian besar dialami pada mereka yang berusia ≥45 tahun (48,9%) daripada yang berusia <45 tahun (37,7%). Pertambahan usia mempengaruhi penurunan proses metabolisme tubuh. Hal ini menyebabkan pemakaian energi lebih sedikit sehingga terjadi kelebihan energi sehingga disimpan dalam bentuk lemak. Usia juga dihubungkan dengan perubahan komposisi tubuh. Masa otot mulai menurun dan masa lemak meningkat pada usia lebih tua. Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan hormonal hormonal seks mengalami penurunan dan menyebabkan peningkatan penyimpanan lemak (Stevens, et al., 2010). Jenis kelamin Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan lingkar pinggang sehingga sejalan dengan penelitian di Baghdad (khazrajy, et al., 2010), di Cambodia (Yom, et al., 2013), di DKI Jakarta (Sugianto, 2009) dan pada pegawai Dinas Kesehatan Jakarta (Sari, 2013). Hasil penelitian pada guru SD se-Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan bahwa rata-rata lingkar pinggang guru perempuan (80,40 cm) lebih berisiko dibandingkan guru laki-laki (88,04 cm) (Prasasti, 2013). Berdasarkan fisiologis manusia, lakilaki berisiko lebih besar mengalami lingkar pinggang melebihi cut off points dibandingkan perempuan Hal ini karena laki-laki menyimpan lemak lebih banyak pada area rongga abdomen (Power & Schulkin, 2007). Adanya perempuan yang memiliki lingkar pinggang melebihi cut off points dapat dipengaruhi oleh penggunaan KB dan paritas serta kondisi menopause yang memicu penurunan hormon estrogen yang berefek membantu penumpukan lemak viseral lebih banyak. (Steven, et al., 2010). Sejalan dengan penelitian bahwa terjadi peningkatan ukuran lingkar pinggang sebanyak 2,2 cm (2,8%) dalam 3 tahun (Macdonald et al., 2003 dalam WHO, 2008).
11
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
Genetik Terdapat 39,3% yang mempunyai riwayat genetik dan diantara mereka 56,2% mengalami lingkar pinggang melebihi cut off points. Pengaruh genetik terlihat dengan adanya perbedaan ukuran lingkar pinggang antara yang memiliki (86,73 cm) dan tidak memiliki riwayat genetik (83,20 cm). Adanya riwayat genetik kegemukan berisiko 2,7 kali mengalami lingkar pinggang melebihi cut off points. Maka terlihat adanya hubungan yang signifikan antara riwayat genetik dengan lingkar pinggang ditandai nilai p<0,05. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada perempuan di Depok (Nisa’, 2013) dan penelitian Mustelin, et al (2009). Riwayat genetik mempengaruhi sistem hormonal tubuh terutama leptin. Ketika jumlah makanan meningkat pada adypocytes, maka leptin dilepaskan dalam aliran darah dan mengirimkan sinyal ke otak bahwa tubuh memiliki cukup makanan dan memerintahkan untuk mengurangi asupan makanan (Stern & Alexandra, 2009). Namun berbeda jika leptin telah mengalami resistensi hormon leptin dipengaruhi oleh obese gen. Obese gen mempercepat terjadinya mutasi kerja hormon leptin sehingga tidak mampu masuk ke darah otak dan terjadi resistensi leptin. Hal ini menyebabkan kekuasaan hormon leptin untuk mengontrol asupan makanan yang masuk pun menurun dan kecenderungan tubuh tetap ingin makan walaupun kenyang sekali pun (Indra, 2006). Pengetahuan gizi Penelitian ini menunjukkan skor rata-rata pengetahuan gizi pegawai tersebut 59,54 dan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi terhadap lingkar pinggang (p<0,05). Selain itu, semakin rendah pengetahuan gizi seseorang maka ukuran lingkar pinggang semakin bertambah dan begitu sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kantachuvessiri et al. (2006). Adanya hubungan yang bermakna dikarenakan staf kependidikan FKM UI Depok tahun 2014 yang sebagian besar mempunyai pengetahuan gizi kurang ini terlihat dari banyaknya yang mengalami lingkar pinggang melebihi cut off points. Padahal keberadaan mereka yang bekerja di kampus Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) seharusnya dapat menjadi inspirator pegawai kampus lain untuk mempunyai lingkar pinggang normal. Walaupun demikian ternyata pengetahuan seputar zat gizi dan lingkar pinggang pada pegawai tersebut masih rendah. Pengetahuan gizi menjadi suatu dasar seseorang untuk melakukan perubahan baik itu motivasi diri hingga melakukan perubahan pola hidup dan pola makan jadi lebih sehat yang akan dapat mengontrol lingkar pinggang tetap normal. Hal ini terlihat dari penelitian lain yang menyatakan bahwa prevalensi lingkar pinggang tertinggi pada mereka dengan tingkat pengetahuan rendah (41%) (Bonaccio, et al., 2013).
12
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
Aktivitas fisik Aktivitas fisik pada pegawai yang diteliti tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap lingkar pinggang (P>0,05). Sejalan dengan penelitian Damayanty (2013) dan Prasasti,(2013) dan bertentangan dengan penelitian Arsenault, et al. (2010) dan Sari (2013) Hasil yang tidak signifikan bisa disebabkan karena aktivitas fisik responden rata-rata pada tingkat aktivitas fisik sedang walaupun mereka mempunyai lingkar pinggang berlebih. Namun semakin ringan aktivitas fisik maka semakin besar ukuran lingkar pinggang. Semakin malas seseorang untuk bergerak atau melakukan banyak kegiatan maka kesempatan untuk mempunyai lingkar pinggang yang melebihi cut off points semakin besar. Laju metabolisme tubuh lebih lambat jika orang tersebut jarang beraktivitas dan jika didukung dengan asupan yang banyak maka pemakaian energi dan pembakaran kalori sedikit hingga terjadi pertambahan lingkar pinggang. (Arsenault, et al., 2010). Kebiasaan merokok Pegawai FKM tersebut masih banyak yang merokok walaupun adanya larangan merokok dan terdapat perbedaan rata-rata lingkar pinggang pada mantan perokok (86,51 cm), perokok (84,35 cm) dan tidak merokok (83,82 cm). Namun tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok terhadap lingkar pinggang. Hal ini bisa disebabkan karena sebaran responden yang merokok semuanya dengan jenis kelamin laki-laki begitu juga dengan yang pernah merokok. Sehingga masih didominasi oleh pegawai yang tidak merokok. Maka bertentangan dengan penelitian di Korea (Kitheon, et al., 2012; Wi-Young & Dong-Li, 2013). Profil lemak tubuh lebih banyak dan lemak perut lebih tinggi pada mereka yang merokok. Nikotin dalam rokok mempengaruhi menekan produksi hormon leptin yang menyebabkan menurunnya selera makan (Bray, 2007). Namun disisi lain, merokok menstimulasi aktivitas dari sistem saraf simpatik, membantu melepas katekolamin, meningkatkan konsentrasi kortisol dan menurunnya level serum testosteron mempunyai hubungan dengan meningkatnya massa lemak viseral pada perokok (Kiheon, et al., 2012). Saat berhenti merokok, tubuh akan kehilangan nikotin yang mendorong pertambahan berat badan sebagai efek adanya reduksi termogenesis dan menstimulasi kembali selera makan. (Bray, 2007). Hubungan yang signifikan antara mantan perokok dengan pertambahan lingkar pinggang terlihat dari pemantauan selama 1 tahun menunjukkan adanya peningkatan lingkar pinggang 3,9 cm (Pisinger & Jorgensen, 2007). Durasi tidur Hasil penelitian menunjukkan rata-rata durasi tidur pegawai hanya 6,43 jam dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara durasi tidur dan lingkar pinggang (nilai p>0,05). 13
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
Penyebabnya berupa mereka yang mengalami durasi tidur pendek hanya sedikit padahal banyak yang mengalami kejadian lingkar pinggang melebihi cut off points. Sejalan dengan penelitian pada pegawai Dinas Kesehatan DKI (Sari, 2013) dan penelitian pada orang dewasa di Korea (Wi-Young & Dong-il, 2013). Namun secara teoritis,, ketika durasi tidur pendek terjadi penurunan hormon leptin, peningkatan grehlin, peningkatan kebutuhan glukosa, dan meningkatnya konsetrasi kortisol sehingga meningkatkan rasa lapar dan merangsang atau meningkatkan selera makan. Peningkatan selera makan mempengaruhi cadangan energi lebih banyak dan dapat menambah berat badan (Chaput, et al., 2007). Asupan energi, karbohidrat dan lemak Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energi, asupan karbohidrat dan asupan lemak dengan lingkar pinggang ditandai dengan nilai p>0,05. Hal ini dapat disebabkan asupan energi, asupan karbohidrat dan asupan lemak responden rata-rata di bawah asupan normal. Ketidakbermaknaan asupan energi dapat juga dipengaruhi oleh kejadian flat slope syndrome yaitu responden dengan ukuran lingkar pinggang melebihi cut off points cenderung mengurang-ngurangi asupan dan melebihlebihkan asupan pada mereka dengan ukuran lingkar pinggang kurang dari cut off points. Selain itu, asupan energi yang rendah pada beberapa responden karena melakukan diet ketat. Diet tersebut mengharuskan mereka mengkonsumsi makanan di bawah kebutuhan harian (<90% AKG). Ketidaksignifikanan ini sejlanan dengan penelitian pada guru SD di Jakarta Selatan dan pada pegawai dinas kesehatan DKI Jakarta Prasasti (2013) Sari (2013) mengenai lingkar pinggang pada pegawai dinas kesehatan DKI. Penelitian pada pegawai pabrik terjadi pertambahan lingkar pinggang sebesar 0,010 cm setiap terjadi pertambahan satu gram asupan energi harian (Nurviati, 2012). Asupan makanan baik itu karbohidrat, lemak akan digunakan untuk zat energi, metabolisme dan disimpan di jaringan lemak. Maka asupan berlebih yang tidak terpakai akan meningkatkan penyimpanan lemak di tubuh dan area perut menampung 45% jaringan adiposa yang mampu menyimpan lemak dalam jumlah banyak sehingga terjadi pertambahan lingkar pinggang (Almatsier, 2009; Baron, et al., 2013). Faktor dominan dan model prediksi lingkar pinggang Hasil analisis multivariat yang dilakukan menyatakan bahwa asupan lemak dan riwayat genetik sebagai faktor dominan lingkar pinggang. Asupan lemak berpengaruh pada peningkatan lemak viseral tubuh secara langsung efek dari kelebihan konsumsi makanan. untuk mereka dengan riwayat genetik berpengaruh 3,57 kali mengalami lingkar pinggang melebihi cut off points. Selain itu, penelitian ini menghasilkan
model tprediksi untuk
memperkirakan ukuran lingkar pinggang seseorang dengan memperhatikan usia, jenis 14
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
kelamin, riwayat genetik, pengetahuan gizi dan asupan lemak. Maka ukuran lingkar pinggang seseorang diprediksi dari 97,64 + (0,05 x asupan lemak) – (4,56 x jenis kelamin) – (3,57 x riwayat genetik) – (0,05 x pengetahuan gizi) + (0,012 x asupan karbohidrat) dalam satuan cm. Dalam hal ini, Setiap peningkatan 1% asupan lemak berdasarkan kebutuhan harian maka lingkar pinggang bertambah 0,05 cm, Setiap peningkatan 1% asupan karbohidrat berdasarkan kebutuhan harian maka lingkar pinggang bertambah 0,012 cm dan setiap peningkatan nilai PG (pengetahuan gizi) 1 poin, maka lingkar pinggang berkurang sebanyak 0,05 cm. Pegawai perempuan mempunyai lingkar pinggang lebih rendah 4,56 cm dan pegawai yang tidak mempunyai riwayat genetik lingkar pinggang lebih rendah 3,57 cm.
Kesimpulan Penelitian pada Staf kependidikan FKM UI Depok tahun 2014 ini menghasilkan keseimpulan. Staf kependidikan FKM UI Depok tahun 2014 mempunyai rata-rata ukuran lingkar pinggang sebesar 84,59 cm. Prevalensi pegawai yang mempunyai lingkar pinggang melebihi cut off points adalah 41,8% dengan laki-laki sebesar 34,1% dan perempuan 57,5%. Jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 67,2%, usia ≥45 tahun sebanyak 36,9%, yang mempunyai riwayat genetik 39,3%, yang memiliki pengetahuan gizi kurang sebesar 83,6%, yang memiliki tingkat aktivitas fisik ringan sebesar 33,6%, mantan perokok 21,3% dan perokok 36,9%, memiliki durasi tidur pendek 28,7%, mereka dengan asupan energi berlebih 2,5%, asupan karbohidrat berlebih 3,3% dan mereka dengan asupan lemak berlebih 17,2%. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata lingkar pinggang pegawai laki-laki (86,04 cm) dan pegawai perempuan (81,61 cm), antara yang memiliki riwayat genetik (86,73 cm) dan tidak memiliki riwayat genetik (83,20 cm) serta terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar pinggang dengan pengetahuan gizi. Semakin rendah pengetahuan gizi seseorang maka lingkar pinggang semakin bertambah. Diperoleh model prediksi ukuran lingkar pinggang yaitu 97,64 + (0,05 x asupan lemak) – (4,56 x jenis kelamin) – (3,57 x riwayat genetik) – (0,05 x pengetahuan gizi) + (0,012 x asupan karbohidrat) dalam satuan cm. Maka asupan lemak dan riwayat genetik merupakan faktor dominan lingkar pinggang pada staf kependidikan FKM UI Depok tahun 2014.
Saran Saran yang dapat peneliti berikan mengenai keadaan lingkar pinggang pada staf kependidikan FKM UI Depok tahun 2014: 15
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
Bagi instansi FKM UI Depok: Memberikan sosialisasi dan penyuluhan kepada pegawainya seputar lingkar pinggang beserta dengan dampak, pencegahan, dan solusi mengatasi lingkar pinggang yang melebihi cut off poins. Melakukan pengukuran antropometri secara berkala terkhusus lingkar pinggang untuk memantau lingkar pinggang pada pegawai tersebut.
Bagi staf kependidikan FKM UI Depok: mengurangi asupan makanan berlemak seperti mengurangi konsumsi gorengan, jeroan dan mengurangi konsumsi makanan yang dimasak menggunakan minyak agar dapat mengendalikan ukuran lingkar pinggang. Selain itu, juga diharapkan mengontrol asupan karbohidrat sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bagi yang mempunyai riwayat genetik kegemukan untuk mulai dan terus menerapkan pola hidup sehat dengan memperbanyak aktivitas fisik termasuk olahraga 3 kali seminggu dan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang. Meningkatkan pengetahuan gizi seputar lingkar pinggang terutama bagi mereka yang berjenis kelamin laki-laki dan tetap melakukan pengukuran lingkar pinggang sendiri dengan menggunakan pita ukur agar dapat memantau perkembangan lingkar pinggang secara rutin.
Bagi peneliti lain: melakukan penelitian lebih lanjut mengenai lingkar pinggang pada staf kependidikan dengan menggunakan desain penelitian lainnya dan memperbanyak variabel.
DAFTAR PUSTAKA Adamkova, V., et al. (2009). Association between duration of the sleep and body weight. Physiology Research, 58 (1), S27 – S3. Ahluwalia, N., et al. (2009). Association of macronutrient intake patterns with being overweight in a population-based random sampel of men in France. Diabetes and Metabolism, 35, 129 – 136. Al-Hazzouri, Adina Zeki, et al. (2012). Central Obesity, leptin and cognitive decline: The Sacromento Area Latino Study on aging. Dementia and Geriatric Cognitive Disorders, 33, 400 – 409. Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi (7 ed). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Arisman. (2009). Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
16
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
Arsenault, BJ., et al. (2010). Physical inactivity, abdominal obesity and risk of coronary heart disiease in apparently healthy men and women. International Journal Of Obesity, 34, 340 – 347. Baron, Kelly Glazer, et al. (2013). Contribution of evening macronutrient intake to total caloric intake and body mass index. Appetite, 60, 246 – 251. Bisharat, Bishara, et al. (2013). Prevalence and associated factors for obesity, abnormal waist circumference and diet composition among Arab adults in Israel. Merit Research Journals of Medical, Sciences, 1(4), 049 – 059. Bonaccio, Marialaura, et al. (2013). Nutrition knowledge is associated with higher adherence to Mediterranean diet and lower prevalence of obesity (Result from the Moli-sani study). Appetite, 68, 139 – 146. Bray, George A. (2007). Etiology and pathogenesis of obesity. Clinical Cornerstone (Obesity), 2 (3). Bray, George A. (2009). Dietary patterns may modify central adiposity. USA: American Dietetic Association. Cahyono, Harjo B. (2008). Gaya hidup dan penyakit modern. Jakarta: Kanasius. Chaput, Jean-Philippe, et al. (2007). Short sleep duration is associated with reduced leptin levels and increased adiposity; result from the quebec family study. Journal of Obesity, 15, 253 – 261. Damayanty, Nuzulvia. (2013). Hubungan karakteristik individu, indeks massa tubuh dan persen lemak tubuh dengan obesitas sentral (lingkar pinggang) pada pegawai secretariat jenderal kementerian perindustrian tahun 2013. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Gizi Universitas Indonesia. Depkes. (2007). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Depkes. (2007). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Barat tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Diaz, Maria Elena, et al. (2009). Overweight, obesity, Central adiposity and associated chronic diseases in Cuban Adults. Medical Review, Vol 11, No 4. Doyle, Suzanne, et al. (2012). Visceral obesity, metabolic syndrome, insulin resistance and cancer. Proceedings of The Nutrition Society, 71, 181– 189. Dugee, Otgontuya, et al. (2009). Association of major dietary patterns with obesity risk among mongolian men and women. Asia Pacific Journal Clinical Nutrition, 18 (3), 433 – 440. Gary. (2010). Obesity in Hongkong-risk and burden. Medical Bulletin, 15(2).
17
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
Gibney, Michael J, et al. (2009). Introduction of Human Nutrition (2nd ed). UK: WileyBlackwell. Gibson, Rosalind S. (2005). Principle of Nutrition Assessment (2nd ed). USA: Oxford University Press. Gottjieb, Daniel J. et al. (2006). Association of usual sleep durattion with hypertension: The sleep heart health study. Sleep Duration and Hypertension, 29 (8), 1009 – 1014.
Hassan, Elmorsi Nayera, et al. (2013). Nutritional pattern and visceral obesity association in middle age egyptian women. Research Journal of Medicine and Medical Sciences, 8(1): 46 – 54. Hastono, Sutanto Priyo. (2006). Analisis data kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Hess, Bernhard. (2012). Metabolic syndrome, obesity and kidney stones. Arab Journal of Urology, 10, 258 – 264. Hollander, Ellen, et al. (2012). The association between waist circumference and risk of mortality considering body mass index in 65 to 74 year olds: a meta analysis of 29 cohorts involving more than 58000 elderly persons. International Journal of Epidemiology, 1 – 13. Kantachuvessiri, et al. (2006). First National Epidemiological Survey on the Prevalence of Obesity and Abdominal Fat Distribution in Greek adults. Annuals of Nutrition and Metabolism, 50, 330 – 338. Kemenkes RI. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kemenkes RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kiheon, Lee, et al. (2012). Associations of smoking and smoking cessation with CT-measured obesity in 4656 Korean men. Preventive Medicine 55, 183 – 187. Kopelman, Peter G. et al. (2010). Clinical obesity in Adult and Children (third edition). UK: Wiley-Blackwell. Koster, Annemarie, et al. (2008). Waist circumference and mortality. American Journal of Epidemiology 2008; 167: 1465 – 1475. Lakerveld J, et al. (2011). Abdominal obesity, TV-viewing time and prospective Declines in Physical Activity. Preventive Medicine (In press).
18
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
Lameshow, S and Lwanga, S., K. (1991). Sample size determination in health studies. Geneva: World Health Organization. Li, Chaoyang, et al. (2007). Increasing trends in waist circumference and abdominal obesity among U.S. adult. Obesity, 15 (1), 216 – 224. Misra, Anoop, & Shrivastava, Usha. (2013). Obesity and dyslipidemia in South Asians. Nutrients, 5, 2708 – 2733. Mohan V., & Deepa, R. (2006). Obesity and abdominal obesity in Asian Indians. Indian Journal Medical Research, 123. Mustelin, I, et al., 2009. Physical activity reduces the influence of genetic effects on BMI and waist circumference: a study in young adult twins. International Journal of Obesity, 33, 29 – 36. Nisa’, Khiyarotun. (2013). Faktor dominan yang berhubungan dengan obesitas sentral pada kader kesehatan di wilayah upt puskesmas kecamatan sawangan kota depok tahun 2013. Skripsi. Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Norafidah, et al. (2013). Factors influencing abdominal obesity by waist circumference among norma; BMI Population. Malaysian Journal of Public Health Medicine, 13 (1), 37 – 47. Nurviati, R. F. (2012). Hubungan Karakteristik Individu dan Gaya Hidup dengan Indikator Obesitas Sentral (Lingkar Pinggang) pada Pegawai Kantor Pusat PT. Wijaya Karya, Jakarta Timur tahun 2012. Skripsi. Depok: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Ogden, Cynthia, L., et al. (2012). Prevalence of obesity in the united states, 2009 – 2010. NCHS Data Brief, 82. Persagi. (2009). Kamus Gizi. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. Pisinger, Charlotta, & Jorgensen, Torben. (2007). Waist circumference and weight following smoking cessation in a general population: The Inter 99 Study. Preventive Medicine, 44, 290 – 295. Power, Michael L, & Schulkin, Jay. (2007). Sex Differences In Fat Storage, Fat Metabolism And Health Risks. Obesity-Possible Evolutionary Origins. Prasasti, Hadiyanti Eka. (2013). Jenis kelamin dan umur sebagai faktor predominan lingkar pinggang pada guru sekolah dasar di Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2013. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Gizi Universitas Indonesia. Sari, Putri Viona. (2013). Aktivitas fisik sebagai faktor dominan lingkar pinggang pegawai Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2013. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Gizi Universitas Indonesia. 19
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014
Sassi, Franco, et al. (2009). Education and obesity in four OECD countries. OECD Education Working Papers, 39. Stern, Judith S. and Alexandra Kazaks. (2009). Obesity (A reference Handbook). USA: ABCCLIO Lcc. Steven, J et al. (2010). Associations between gender age and waist circumference. European Journal Of Clinical Nutrition (2010) 64, 6 – 15. Sugianti, Elya, dkk. (2009). Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Orang Dewasa di DKI Jakarta: Analisis Lanjut Data Riskesdas 2007. Gizi Indo, 32(2): 105 – 116. Thirlby, Richard C., & Randall, James. (2002). A Genetic “Obesity Risk Index” for Patients with Morbid Obesity. Obesity Surgery, 12, 25 – 29. Tyrovolas, et al. (2011). Nutrient intake in relation to central and overall obesity status among elderly people living in the Mediterrranean Islands: The MEDIS Study. Nutrition, Metabolism and Cardiovascular Disease, 21, 438 – 445. Veghari, Gholamreza., et al., (2013). The correlation between education levels and central obesity in North of Iran: An Epidemiologic study.. Iranian Cardiovascular Research Journal, 9 (4): 217 – 222. Waldlaw, Gordon M., &. Hampl, Jeffrey S. (2007). Perspectives in nutrition (seventh edition). New York: Mc Graw Hill Companies (Higher Education). Wang, Hao, et al. (2012). Epidemiology of general obesity, abdominal obesity and related risk factor in urban adults from 33 communities of Northeast China: the CHPSNE study. BMC Public Health, 12, 967. WHO. (2000). Obesity: preventing and managing the global epidemic. WHO Technical Report Series, 894. WHO. (2007). Global Physical Activity Questionnaier (GPAQ) Analysis Guide. Surveillance and Population-Based Prevention Department of Chronic Diseases and Health Promotion World Health Organization 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland. WHO. (2008). Waist circumference and waist hip ratio, report of a who expert consultation. Geneva: WHO library. WHO. (2013). Obesitu and overweight. Media Centre fact sheet, 311. Wi-young, SO & Dong-il, SEO. (2013). Lifestyle Factors and Obesity Among Korean Adults. Iranian Journal Public Health, 42 (2), 114 – 119. Yom, An, et al., (2013). Appropriate body mass index and waist circumference cut off for overweight and central obesity among adult in Cambodia. PLoS ONE, 8 (10), e77897.
20
Universitas Indonesia
Faktor dominan..., Endah Fitria Aiprilawati, FKM UI, 2014