PERSEPSI, PENGETAHUAN, DAN SIKAP PIMPINAN FKM UI TERHADAP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI LINGKUNGAN KAMPUS FKM UI TAHUN 2014 Hadiyan, Dzulkifli Djunaidi
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
[email protected]
Abstrak Penelitian ini mengenai persepsi, pengetahuan, dan sikap pimpinan FKM UI terhadap K3 di Lingkungan Kampus FKM UI tahun 2014. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja telah diterapkan di Lingkungan Kampus UI. Akan tetapi, tercatat dua kali kejadian yang mengancam keselamatan di lingkungan kampus FKM UI pada periode januari-april 2014. Penelitian ini dilakukan kepada Pimpinan FKM UI periode 2014-2019 dan membahas mengenai persepsi para pimpinan terhadap K3 menurut karakteristik individu serta pengetahuan dan sikap pimpinan. Penelitian dilaksanakan di Lingkungan Kampus FKM UI, berlangsung selama bulan Mei-Juni 2014. Subjek Penelitian adalah Pimpinan FKM UI dari tingkat Dekan, Manajer, Kepala Unit/Bagian, Kepala Program Studi, Kepala Departemen/ Kelompok Studi, dan Kepala Pusat Penelitian dan Kajian serta Kepala Satuan Pengaman. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian semi kuantitatif yang bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Data yang digunakan dalam penelitian bersumber dari data primer dan data sekunder. Setelah dilakukan penelitian, maka dapat diambil simpulan bahwasanya persepsi, pengetahuan, dan sikap Pimpinan FKM UI terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Kampus FKM UI masih dikategorikan kurang baik. Adapun karakteristik individu Pimpinan FKM UI sebagian besar adalah perempuan, berumur kurang dari 46 Tahun, berpendidikan S3, masa kerja kurang dari 20 Tahun, dan tidak pernah mengikuti pelatihan K3.
Perception, Knowledge, and Attitude of Public Health Faculty Leaders Against Occupational Health and Safety on FKM UI Campus Environment 2014 Abstract This study regarding perception, knowledge, and attitude Public Health Faculty Leaders against OHS in Environmental Campus FKM UI 2014. OHS policy has been implemented in the Environment Campus UI. However, there were two events that threaten the safety of the campus Faculty of Public Health in the period January-April 2014. Research was conducted for the period 2014-2019 Faculty of Public Health Leadership and discussed about the perceptions of the leaders of the OHS according to individual characteristics as well as the knowledge and attitude of the leadership. This study was conducted at the Environmental Campus Faculty of Public Health, takes place during the months of May-June 2014. Design of this study is semi quantitative descriptive analytic cross-sectional. Data used in the study come from the primary data and secondary data. The result showed that the perception, knowledge, and attitudes towards leadership against OHS is still considered poor. The individual characteristics of the leaders FKM UI mainly women, less than 46 year old, educated S3, working period is less than 20 years, and never got OHS training. Keywords: Faculty of Public Health; Leaders; OHS; Perception
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
Pendahuluan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengisyaratkan bahwa “setiap warga negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan.” Hal ini akan terpenuhi apabila persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan secara sungguhsungguh di setiap tempat kerja. Kecelakaan dapat terjadi dimana saja, bahkan di tempat kerja. Kecelakaan di tempat kerja ini dapat menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi maupun gangguan produksi. Menurut ILO, setiap tahun terjadi 337 juta kecelakaan kerja di berbagai negara sehingga mengakibatkan sekitar 3 juta orang pekerja kehilangan nyawa. Di Indonesia sendiri angka kecelakaan kerja juga masih tinggi, menurut data dari jamsostek, angka kecelakaan kerja semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari angka kecelakaan kerja pada tahun 2007 tercatat 83.714 kasus, tahun 2008 sebanyak 94.736 kasus, tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus, tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus, dan pada tahun 2011 mencapai 99.491 kasus kecelakaan kerja. Data kecelakaan tersebut mencakup perusahaan yang menjadi anggota jamsostek. Untuk menjamin tempat kerja tetap menjaga keselamatan dan kesehatan karyawan yang bekerja, pemerintah telah memberlakukan Undang-Undang Keselamatan Kerja yaitu UndangUndang Nomor 1 Tahun 1970. Serta untuk mengatur prinsip-prinsip kesehatan karyawan di tempat kerja telah dimuat dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992. Menurut Direktur Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Nasrul Sjarief, di dunia dalam setahunnya karyawan yang meninggal akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja jumlahnya 5.000 orang. Jumlah itu didapat dari 270 orang kasus akibat kecelakaan kerja dan 160 juta kasus penyakit akibat kerja yang terjadi di dunia dalam setahunnya. (Ramli, S. 2013) Heinrich menggambarkan bahwa manusia menjadi salah satu faktor penting dalam terjadinya kecelakaan. Menurut penelitian hampir 88% kecelakaan terjadi disebabkan oleh faktor manusia yang melakukan perilaku yang tidak aman dan atau potensi bahaya mekanik dan fisik. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa faktor perilaku manusia memegang peranan penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja. Perilaku manusia didasarkan pada persepsi mereka mengenai apa realitas yang ada, bukan mengenai realitas itu sendiri. Oleh karena itu, cara kerja seseorang dan bagaimana orang tersebut bersungguh-sungguh melakukan pekerjaannya dengan baik, dipengaruhi oleh
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
persepsi dari orang tersebut terhadap pekerjaannya. Ketika individu memandang ke objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi itu. (Robbins, 2006) Karakteristik-karakteristik individu dapat memengaruhi apa yang dipersepsikan khususnya berkaitan dengan terjadinya bahaya. Beberapa orang akan menerima hazard sebagai risiko nyata bagi mereka dan berusaha menghindarinya. Beberapa lagi akan mengakui risiko tersebut tetapi memersepsikannya sebagai tantangan atas kemampuan yang mereka punya. Persepsi inilah yang dapat mengakibatkan tindakan-tindakan yang tidak aman dalam menghadapi bahaya dan meningkatkan kemungkinan seseorang yang mendapat kecelakaan. (Glendon & Eugene, 1995) Awal Tahun 2014, Selasa 7 Januari, Kebakaran yang terjadi di Gedung C Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia yang terjadi pada pagi hari, sangat menggemparkan seluruh masyarakat, tak hanya mahasiswa UI saja, masyarakat luas pun ikut gempar dan panik akibat peristiwa ini. Beruntung tidak ada korban jiwa, tetapi ratusan bahkan ribuan dokumen penting mahasiswa UI hangus terbakar. Akibatnya, khususnya untuk mahasiswa departemen sosiologi yang akan menjalani sidang skripsi, terpaksa ditunda hingga waktu yang belum jelas akibat peritiwa ini. Tidak berselang lama, Maret 2014, kejadian serupa pun nyaris terjadi di Gedung D Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Berawal dari hubungan arus pendek listrik pada pendingin ruangan yang berada di ruang kelas sehingga menyebabkan terjadinya percikan api. Beruntung saja pihak pengamanan fakultas mampu dengan sigap menangani kejadian tersebut sehingga tidak menyebabkan terjadinya kebakaran yang lebih besar. Dalam rentan waktu yang masih berdekatan pula terjadi kejadian kecelakaan-kecelakaan kecil lainnya di FKM UI seperti halnya robohnya atap selasar penghubung antar gedung, jatuhnya batang pohon yang sudah rapuh, dan ruang panel yang terendam air akibat tetesan air dari lantai di atasnya. FKM UI adalah fakultas pertama di Indonesia yang di dalamnya terdapat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penerapan K3 yang baik menjadi suatu penilaian tersendiri bagi fakultas ini sebagai pelopor dari penerapan K3 di lingkungan kampus serta perguruan tinggi se-Indonesia. Oleh karena itu, perlu diterapkannya program K3 yang berawal dari kebijakan para pemimpinnya. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja telah diterapkan di Lingkungan Kampus UI. Akan tetapi tercatat dua kali kejadian yang mengancam keselamatan di lingkungan kampus FKM UI pada periode januari hingga april 2014. Kesadaran akan pentingnya K3 tidak lepas
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
dari persepsi pimpinan terhadap K3 itu sendiri, selaku pemegang kebijakan. Persepsi terhadap K3 dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengetahuan, pendidikan, dan sikap. Oleh karena itu, sesuai dengan kondisi di Lingkungan Kampus FKM UI seperti yang telah diuraikan di atas, maka ditelitilah mengenai persepsi Pimpinan FKM UI terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Kampus FKM UI Tahun 2014.
Tinjauan Teoritis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menurut OSHA (Occupational Health and Safety Administration), K3 diartikan sebagai aplikasi atau penerapan prinsip-prinsip sains atau ilmiah di dalam memahami pola risiko terhadap keselamatan orang dan benda baik dalam lingkungan industri maupun non-industri. Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja juga tertuang dalam UU No.1 Tahun 1970 ayat 1 adalah suatu pemikiran dalam menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani manusia pada umunya dan pekerja pada khususnya serta hasil karya budaya dalam rangka menuju masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila. Persepsi Robbins (2006) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasi dan menafsirkan kesan indra mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Lingkungan kerja banyak mengandung bahaya yang berpotensi menyebabkan kerugian. Jika kita bekerja di lingkungan tersebut maka kita dapat terpajan oleh bahaya sehingga memiliki kemungkinan untuk mendapatkan kerugian. Bahaya adalah suatu kondisi atau tindakan yang mempunyai potensi pelepasan energi yang tidak direncanakan, atau kontak yang tidak dikehendaki dengan sumber energi yang dapat membahayakan atau melukai manusia serta merusak harta benda dan lingkungan. Ramsey (1978) dalam Mc.Cormick & Ilgen (1985) menunjukkan bahwa persepsi adalah tahap awal atau dasar yang harus dilakukan sebelum pada ahirnya seseorang melakukan perilaku. Kemampuan memersepsikan sesuatu dipengaruhi oleh karakteristik individu berupa keterampilan sensorik, keterampilan perseptual, dan tingkat kewaspadaan. Persepsi terhadap bahaya akan bepengaruh terhadap terjadinya perilaku aman atau tidak aman. Dalam kenyataannya, perilaku cenderung ditentukan oleh persepsi tentang risiko yang diterimanya dan bukanlah risiko aktual.
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
Menurut Stephen P. Robbins faktor-faktor yang memengaruhi persepsi antara lain: 1. Pelaku persepsi (pemersepsi) 2. Target (sasaran persepsi) 3. Situasi Pengetahuan Tiap-tiap pekerja memiliki pengetahuan yang berbeda terhadap pekerjaanya. Ini dipengaruhi oleh lama masa kerja seseorang dan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing pekerja (As’ad, 1995). Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Dimana sebagai faktor internal, faktor psikis, dan fisik yang meliputi bakat, intelejensi, bentuk badan, pendidikan, psikis, motivasi, kepribadian, dan pengetahuan mengenai pekerjaan. International Loss Control Institute (ILCI) mengembangkan Systematic Cause Anlysis Technique (SCAT) sebagai tools untuk investigasi kecelakaan kerja yang menyebutkan bahwa salah satu penyebab dasar kecelakaan adalah kurangnya pengetahuan. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi dari sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan ataupun tidak menguntungkan, mengenai objek, orang, atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan mengenai sesuatu. (Robbins, 2006) Kebijakan Menyatakan secara jelas kebijakan pentingnya K3, semua individu bertanggung jawab di tempat kerja dan individu di lokasi-lokasi lain dengan tanggung jawab memahami prioritas perlindungan kesehatan serta hubungannya dengan organisasi lainnya yang terkait dengan masalah K3. Untuk lebih efektif, pernyataan kebijakan yang dikomunikasikan kepada setiap individu tidak hanya bersifat lisan namun juga melalui perbuatan dan contoh yang benar. Komitmen manajemen harus didukung dan dilakukan melalui pelaksanaan-pelaksanaan yang konsisten.
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
Pengalaman Kerja Lama kerja seseorang dikaitkan dengan pengalaman kerja dapat memengaruhi kecelakaan kerja terutama pengalaman dalam hal menggunakan berbagai macam alat kerja. Semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang diperoleh akan lebih banyak memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih aman. Pendidikan dan Pelatihan Karakteristik pekerja tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi juga pelatihan yang diberikan sehingga membentuk cara pandang pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Dalam hal ini merujuk pada pendidikan dan pelatihan K3. Penyebab utama terjadinya kecelakaan di tempat kerja bukan hanya disebabkan oleh mesin yang tidak aman atau bahan-bahan kimia yang berbahaya, tetapi lebih disebabkan oleh kekurangpahaman pekerja mengenai sifat atau keparahan dari bahaya-bahaya yang ada di sekeliling pekerja. (LaDou, 1994)
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian semi kuantitatif yang bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yaitu mengambil data pada satu waktu (one point in time), dimana pengumpulan variabel dependen dan independen dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel dependen dan independen. Penelitian ini bertujuan menggambarkan persepsi pimpinan FKM UI terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilihat dari variabel independen terhadap variabel dependen yaitu persepsi Pimpinan FKM UI terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Kampus FKM UI. Penelitian ini dilakukan pada pimpinan FKM UI di Lingkungan Kampus Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Waktu yang digunakan untuk penelitian ini yaitu pada bulan Mei –Juni 2014. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pimpinan FKM UI periode tahun jabatan 2014-2019. Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi yang ada mulai dari tingkat Dekan, Manajer, Kepala Unit, Kepala Program Studi, Kepala Departemen/Kelompok Studi,
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
dan Kepala Pusat Penelitian dan Kajian serta Kepala Satuan Pengaman di FKM UI, dengan jumlah populasi yang ada sebanyak 42 orang. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui pengisian kuesioner oleh responden dan wawancara langsung dengan pihak terkait yaitu para pimpinan FKM UI. Data sekunder diperoleh dari fakultas mengenai gambaran umum fakultas, struktur organisasi, jumlah pimpinan, dan kebijakan dalam mendukung penerapan K3. Data pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner. Kuesioner terdiri dari tiga bagian pertanyaan, yaitu bagian pertama untuk pertanyaan pengetahuan, bagian kedua mengenai sikap dan persepsi, serta bagian ketiga mengenai sikap. Pengukuran variabel-variabel dengan diberikan skor penilaian, pada setiap jawaban pertanyaan bagian kedua skor penilaian berdasarkan skala Likert. Skala Likert yang digunakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala Likert adalah suatu metode pernyataan sikap yang menggunakan respon subjek dasar sebagai penentuan skalanya. Cara penilaian kuesioner tersebut dengan memberikan skala kepada item pernyataan yang positif dan negatif. Pemberian nilai pada kuesioner dilakukan dengan melihat nilai rata-rata dari masingmasing variabel. Jika skor kuesioner melebihi nilai rata-rata maka variabel dalam kuesioner tersebut dikategorikan baik. Jika skor kuesioner di bawah atau sama dengan nilai rata-rata maka variabel dalam kuesioner tersebut dikategorikan kurang baik. Nilai rata-rata digunakan sebagai acuan karena masing-masing variabel memiliki distribusi normal dan tidak ada nilai ekstrem. Data yang didapat dari kuesioner diolah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science) melalui beberapa tahapan seperti mengode data, menyunting data, membuat skor, memasukkan data, dan membersihkan data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi variabel independen dan dependen, serta disajikan secara deskriptif. Sedangkan Bertujuan untuk melihat hasil kebermaknaan perhitungan statistik. Tes kebermaknaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah chi-square, dengan derajat kepercayaan 5% (0,05) sehingga jika nilai P-value <0,05 maka ada hubungan bermakna antara kedua variabel yang diteliti. Sedangkan jika nilai P-value >0,05 maka tidak ada hubungan yang bermakna di antara kedua variabel tersebut. Tujuannya adalah untuk melihat apakah hubungan antara dua variabel secara kebetulan atau tidak atau melihat adanya perbedaan secara signifikan atau tidak.
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
Hasil Penelitian Penelitian tentang persepsi Pimpinan FKM UI terhadap K3 di Lingkungan Kampus FKM UI ini dilakukan pada tanggal 22 Mei-22 Juni 2014, dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden dan wawancara untuk mendapatkan data primer. Responden untuk penelitian ini adalah Pimpinan FKM UI dari tingkat Dekan, Manajer, Kepala Unit/Bagian, Kepala Program Studi, Kepala Departemen/Kelompok Studi, dan Kepala Pusat Penelitian dan Kajian serta Kepala Satuan Pengaman periode 2014-2019. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 33 responden. Penelitian ini bersifat semi kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan wawancara langsung dengan responden. Hasil dari penelitian ini disajikan dengan menampilkan analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis Univariat Jenis Kelamin Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 20 responden (60,6%). Adapun jumlah responden laki-laki berjumlah 13 responden (39,4%). Umur Dari 33 responden dalam penelitian ini, umur pimpinan terbanyak pada rentang kelompok umur ≥50 Tahun yaitu sebanyak 14 responden (42,4%). Sedangkan untuk jumlah paling sedikit pada rentang kelompok umur 30-39 Tahun sebanyak 6 responden (18,2%). Adapun untuk kelompok 40-49 Tahun sebanyak 13 responden (39,4%). Lama Kerja Sebagian besar responden telah memiliki lama kerja >20 Tahun yaitu sebanyak 13 responden (39,4%). Sedangkan untuk responden yang memiliki lama kerja <15 Tahun berjumlah 12 responden (36,4%). Adapun untuk responden yang memiliki lama kerja dengan rentang waktu 15-20 Tahun sebanyak 8 responden (24,2%).
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
Pendidikan Pendidikan tertinggi dan terbanyak dari responden adalah S3 dengan jumlah 19 responden (57,6%). Untuk responden dengan pendidikan S2 sebanyak 8 responden (24,2%). Sedangkan untuk pendidikan responden dengan pendidikan S1 sebanyak 4 responden (12,1%) dan pendidikan <S1 sebanyak 2 responden (6,1%). Level Jabatan Adapun untuk level jabatan setingkat Dekan, Wakil Dekan, dan Manajer jumlahnya sebanyak 9 orang responden (27,3%). Untuk level jabatan setingkat Kepala Program Studi dan Kepala Departemen berjumlah sebanyak 7 orang responden (21,2%). Serta untuk level jabatan setingkat Kepala Pusat Kajian dan Penelitian dan Kepala Satuan Pengaman totalnya berjumlah 4 orang responden (12,1%). Pelatihan K3 Sebagian besar responden tidak pernah mengikuti pelatihan K3, yaitu sebanyak 26 responden dari 33 (78,8%). Sedangkan untuk responden yang pernah mengikuti pelatihan K3 hanya sebanyak 7 responden (21,2%). Pengetahuan Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang baik yaitu sebanyak 23 responden (69,7%). Sedangkan untuk responden yang memiliki pengetahuan yang baik berjumlah 10 responden (30,3%). Sikap Sebagian besar responden memiliki sikap terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang kurang baik yaitu sebanyak 18 responden (54,5%). Sedangkan untuk responden yang memiliki sikap yang baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yaitu sebanyak 15 responden (45,5%). Persepsi Sebagian besar responden memiliki persepsi yang kurang baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yaitu sebanyak 18 dari 33 responden (54,5%). Sedangkan responden yang memiliki persepsi keselamatan dan kesehatan kerja yang baik yaitu sebanyak 15 responden (45,5%).
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
Analisis Bivariat Uji Hubungan Umur dengan Persepsi Terhadap K3 Berdasarkan hasil uji analisis seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini, diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (tidak bermakna) antara umur responden dengan persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja α > 0,05 (p-value = 1). Pada pimpinan yang berumur >46 Tahun memiliki persepsi baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sebanyak 7 orang responden (21,3%) dan pada responden pimpinan yang berumur ≤46 Tahun memiliki persepsi baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sebanyak 8 responden (24,2%). Uji Hubungan Lama Kerja dengan Persepsi Terhadap K3 Berdasarkan hasil uji analisis seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini, diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (tidak bermakna) antara lama kerja responden dengan persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja α > 0,05 (p-value = 1). Pada pimpinan yang memiliki lama kerja >20 Tahun memiliki persepsi baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sebanyak 6 responden (18,18%) dan pada responden pimpinan yang memiliki lama kerja ≤20 Tahun memiliki persepsi baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sebanyak 9 responden (27,27%). Uji Hubungan Pendidikan dengan Persepsi Terhadap K3 Pada variabel pendidikan yang diujikan dengan persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, menunjukkan hubungan yang tidak bermakna/signifikan (nilap p = 0,07). Pada responden yang mempunyai jenjang pendidikan S3, rata-rata mempunyai persepsi baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sebesar 39,39% dan pada responden yang mempunyai jenjang pendidikan ≤S3, rata-rata persepsi baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sebesar 6,06%. Uji Hubungan Pelatihan dengan Persepsi Terhadap K3 Pada variabel pendidikan yang diujikan dengan persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, menunjukkan hubungan yang tidak bermakna/signifikan (nilap p = 0,203). Pada responden yang pernah mengikuti pelatihan, mempunyai persepsi baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sebesar 15,2% (5 orang responden) dan pada responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan, persepsi baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sebesar 30,3% (10 orang responden).
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
Uji Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Terhadap K3 Adapun hasil uji statistik hubungan pengetahuan dengan persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja menggunakan chi-square diperoleh hasil p-value sebesar 1. P-value yang didapatkan lebih besar dari α (p > 0,05). Pada responden yang memiliki pengetahuan baik (di atas rata-rata), mempunyai persepsi baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sebesar 15,2% (5 orang responden) dan pada responden yang memiliki pengetahuan kurang baik (di bawah atau sama dengan rata-rata), mempunyai persepsi baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sebesar 30,3% (10 orang responden). Uji Hubungan Sikap dengan Persepsi Terhadap K3 Nilai p-value sebesar 0,038 diperoleh pada uji statistik hubungan sikap dengan persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. P-value lebih kecil dari α (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Pada responden yang memiliki sikap baik (di atas rata-rata), mempunyai persepsi baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sebesar 30,3% (10 orang responden) dan pada responden yang memiliki sikap kurang baik (di bawah atau sama dengan rata-rata), mempunyai persepsi baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sebesar 15,2% (5 orang responden).
Pembahasan Karakteristik Individu Menurut kualitas sumber daya manusia, usia 30 tahun adalah masa usia produktif bagi pekerja. Maka jika dilihat dari hasil penelitian ini, bahwa jumlah pimpinan yang berada pada usia produktif sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan umur di atas 40 tahun. Jika dilihat dari hasil berdasarkan jenis kelamin, sebagai pimpinan bukan merupakan pekerjaan yang membutuhkan tenaga serta stamina yang besar. Selain itu dengan job description yang tentunya tetap dapat dikerjakan oleh laki-laki maupun perempuan, maka tidak ada permasalahan yang cukup berarti dalam hal ini.
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
Dari data mengenai jenjang pendidikan para pimpinan, dapat dilihat bahwa tidak ada batasan yang berarti dalam hal tingkat pendidikan. Hanya saja untuk pimpinan dengan jabatan struktural yang lebih tinggi memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi pula. Dari data mengenai lama kerja, dapat dilihat bahwa sama halnya dengan karakteristik umur responden, karakteristik lama kerja juga memiliki variasi namun tidak terlalu signifikan. Karakteristik lama kerja masih didominasi oleh orang lama dengan masa kerja lebih dari 20 Tahun. Adapun untuk data responden mengenai pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, dapat diketahui bahwa sebagian besar pimpinan FKM UI didominasi oleh orang-orang yang belum pernah mengikuti pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Pengetahuan Pimpinan FKM UI Terhadap K3 Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang keselamatan dan kesehatan kerja yaitu sebanyak 69,7% berdasarkan hasil penelitian. Berdasarkan Ramsey (1978) dalam Mc.Cormick & Ilgen (1985), selain melalui pelatihan, pengetahuan juga dipengaruhi oleh pengalaman dan kekuatan mengingat. Sebagian besar responden telah bekerja di FKM UI lebih dari 20 tahun dimana hal ini seharusnya akan berpengaruh terhadap berbagai pengetahuan dan pengalaman yang didapat oleh responden selama masa kerjanya. Hasil
penelitian
ini
menyisakan
30,3%
responden
yang
masih
memiliki
pengetahuan yang baik terhadap persepsi tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa pengetahuan didapat melalui proses pembelajaran melalui pelatihan. Hal ini cukup berkaitan dengan masih adanya 78,8% responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja. Sikap Pimpinan FKM UI Terhadap K3 Sikap belum merupakan sebuah tindakan, tetapi masih berupa kesiapan seseorang untuk bereaksi terhadap suatu obyek atau situasi tertentu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang kurang baik terhadap K3 yaitu sebanyak 54,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang kurang baik terhadap K3 di tempat kerja, dalam hal ini di Lingkungan Kampus FKM UI. Tersedianya fasilitas yang mendukung terhadap keselamatan dan kesehatan kerja juga akan berdampak pada sikap pimpinan, seperti yang dinyatakan oleh Notoatmodjo (2010) dimana sikap juga dipengaruhi oleh adanya fasilitas. Sikap menurut Ramsey (1978) dalam Mc.Cormick & Ilgen (1985) dapat dipengaruhi oleh pengalaman, motivasi, pelatihan, dan
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
kecenderungan seseorang untuk mengambil risiko. Berkembangnya intelegensi dan bertambahnya pengalaman dapat berpengaruh terhadap terbentuknya suatu sikap (Sarwono, 2010). Tetapi pengalaman yang dipengaruhi oleh lamanya bekerja di lingkungan kampus FKM UI ini juga dapat menjadikan seseorang tidak lagi merasa terancam dengan bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yang ada sehingga berdampak pada keputusan yang diambil. Publikasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja juga harus dikomunikasikan. Persepsi Pimpinan FKM UI Terhadap K3 Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi yang kurang baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yaitu sebanyak 54,55%. Menurut Sandman & Slovic (1991) dalam Geller (2001), seseorang akan memersepsikan risiko lebih tinggi terhadap bahaya salah satunya disebabkan karena bahaya tersebut berdampak pada individu dan bukan kolektif. Tetapi hasil penelitian ini masih mencatat bahwa sebagian besar responden masih memiliki persepsi yang kurang baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yaitu sebanyak 45,45%. Ramsey (1978) dalam Mc.Cormick & Ilgen (1985) mengatakan bahwa, dimana persepsi adalah tahap awal atau dasar yang dilakukan sebelum pada akhirnya seseorang berperilaku. Kegagalan dalam memersepsikan sesuatu dengan baik akan berdampak terjadinya perilaku tidak baik pula. Umur dengan Persepsi Pimpinan FKM UI Terhadap K3 Mengacu pada hasil penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa berapapun usia dari responden, maka hal tersebut tidak akan memengaruhi persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Jika dilihat dari distribusi frekuensi atas variabel usia responden, diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada usia yang sudah tidak lagi produktif dan memungkinkan mereka untuk tidak lagi memiliki mobilitas yang tinggi. Usia dewasa tersebut tidak memengaruhi persepsi mereka terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Lama Kerja dengan Persepsi Pimpinan FKM UI Terhadap K3 Berdasarkan penelitian Sandman & Slovic (1991) dalam Geller (2001), seseorang akan memersepsikan risiko suatu bahaya menjadi lebih rendah jika menghadapi bahaya yang
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
sifatnya familiar dan sudah dipahami. Oleh karena itu, meskipun sebagian besar pimpinan di FKM UI sudah bekerja lebih dari 20 Tahun, akan tetapi kewaspadaan terhadap bahayabahaya di lingkungan kerja harus tetap dipelihara dan ditingkatkan melalui pelatihan penyegaran, pengawasan, ataupun publikasi melalui poster dan safety alert. Pendidikan dengan Persepsi Pimpinan FKM UI Terhadap K3 Hasil yang tidak signifikan/bermakna juga terlihat pada variabel pendidikan yang diujikan dengan persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, dimana nilai yang diperoleh (0,07) > α. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan keyakinan pada responden yang berjenjang pendidikan tinggi dan responden yang berjenjang pendidikan rendah terhadap persepsi mereka mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Hasil ini menunjukkan pula bahwa memang terbukti bahwa jenjang pendidikan tersebut tidak kuat untuk dijadikan dasar dalam membedakan persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja Pelatihan dengan Persepsi Pimpinan FKM UI Terhadap K3 Kuesioner yang disebarkan mengidentifikasi keikutsertaan responden dalam pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden belum pernah mengikuti dan mendapatkan pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yaitu sebanyak 78,79%. Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kepedulian mengenai keselamatan dan kesehatan di tempat kerja adalah dengan menyediakan program pelatihan keselamatan yang rutin dan terus menerus. Pelatihan keselamatan dasar haruslah menjadi bagian dari rutinitas seluruh pihak di lingkungan tempat kerja termasuk para pimpinan. Pelatihan keselamatan lanjutan harus dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih spesifik, lebih mendalam guna meningkatkan pengetahuan yang sudah ada. Pengetahuan dengan Persepsi Pimpinan FKM UI Terhadap K3 Hasil analisis bivariat hubungan pengetahuan dengan perilaku ternyata menunjukkan sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan baik belum tentu akan memiliki persepsi yang baik yaitu sebanyak 18,18%.
Sebaliknya sebagian besar responden yang
memiliki pengetahuan kurang baik belum tentu akan memiliki persepsi yang kurang baik pula yaitu sejumlah 42,43%. Uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan persepsi.
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
Dalam ruang lingkup Kampus FKM UI ini, masih banyak para pimpinan yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang semakin diperkuat dengan tidak adanya sosialisasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dan juga pelatihan maupun simulasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, diluar dari inisiatif pribadi masing-masing. Hal ini menjadi sangat didukung dengan padatnya jadwal rutinitas harian dari para pimpinan ini. Sikap dengan Persepsi Pimpinan FKM UI Terhadap K3 Pelatihan dan pelatihan penyegaran harus terus dilakukan. Hasil
analisis bivariat
hubungan sikap dengan persepsi menujukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki sikap kurang baik akan memiliki persepsi yang kurang baik pula yaitu sebanyak 42,43%. Sedangkan sebagian besar responden yang memiliki sikap yang baik akan memiliki persepsi yang baik pula yaitu sejumlah 33,33%. Sesuai dengan teori (Robbins, 2006), yang mengatakan bahwa sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap ini merupakan salah satu faktor pemersepsi yang ada sehingga hasilnya memengaruhi persepsi dari seseorang, termasuk dalam hal ini para pimpinan FKM UI. Walaupun secara keseluruhan hasil dari data sikap para pimpinan FKM UI ini masih kurang baik, namun dengan adanya sikap dari para pimpinan yang mulai memberikan sikap positif terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini berdampak pada sebagian persepsi dari pimpinan FKM UI yang juga menjadi baik. Pengaruh dari penerapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang berasal dari para pimpinan akan sangat berdampak terhadap sikap masyarakat yang ada di tempat kerja. Persepsi baik yang timbul akibat sikap yang baik pula ini akan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang bersifat secara menyeluruh. Akan tetapi, hal ini tidak akan dapat terjadi apabila dari para pimpinan ini tidak dimulai dengan adanya kemauan untuk menerapkan kebijakan mengenai sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di Lingkungan Kampus FKM UI.
Simpulan Setelah dilakukan penelitian mengenai “Persepsi Pimpinan FKM UI Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Kampus FKM UI Tahun 2014”, serta dilakukan analisis terhadap data, maka dapat diambil simpulan
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
bahwasanya persepsi,
pengetahuan, dan sikap Pimpinan FKM UI terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Kampus FKM UI masih dikategorikan kurang baik. Adapun rinciannya sebagai berikut: 1.
Karakteristik individu Pimpinan FKM UI adalah sebagian besar pimpinan adalah perempuan (60,6%), berumur kurang dari 46 Tahun (54,5%), berpendidikan S3 (57,6%), memiliki masa kerja kurang dari 20 Tahun (60,6%), dan tidak pernah mengikuti pelatihan K3 (78,8%).
2.
Sebagian besar (69,7%) pengetahuan Pimpinan FKM UI terhadap K3 di Lingkungan Kampus FKM UI juga dikategorikan kurang baik.
3.
Sebagian besar (54,55%) sikap Pimpinan FKM UI terhadap K3 di Lingkungan Kampus FKM UI adalah kurang baik.
4.
Sebagian besar (54,55%) persepsi Pimpinan FKM UI terhadap K3 di Lingkungan Kampus FKM UI adalah kurang baik.
5.
Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara umur dengan persepsi pimpinan FKM UI terhadap K3.
6.
Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara lama kerja dengan persepsi pimpinan FKM UI terhadap K3.
7.
Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara pendidikan dengan persepsi pimpinan FKM UI terhadap K3.
8.
Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara pelatihan dengan persepsi pimpinan FKM UI terhadap K3.
9.
Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara pengetahuan dengan persepsi pimpinan FKM UI terhadap K3.
10. Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan persepsi pimpinan FKM UI terhadap K3. Dari keseluruhan hasil penelitian ini, setelah dilakukannya observasi, pengambilan data, pengolahan, dan dilakukan penilaian, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya tingkat persepsi, pengetahuan, dan sikap para pimpinan FKM UI terhadap keselamatan dan kesehatan kerja adalah karena kurangnya tingkat pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran manfaat dari dasar-dasar penerapan K3 di Lingkungan Kampus FKM UI. Selain itu, hal ini semakin menjadi faktor penguat dari rendahnya tingkat persepsi, pengetahuan, dan sikap pimpinan FKM UI terhadap K3 yaitu dengan kurangnya sosialisasi dalam berbagai macam bentuk yang ada di Lingkungan Kampus FKM UI seperti halnya
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
himbauan, peraturan, tanda-tanda bahaya, publikasi K3, dan pelatihan hingga simulasi terkait keselamatan dan kesehatan kerja.
Saran 1. Departemen K3 dapat memulai langkah nyata untuk menyosialisasikan tanda mengenai K3 termasuk dengan program-program di dalamnya untuk diterapkan di Lingkungan Kampus FKM UI. 2. Para pimpinan berkomitmen untuk menjalankan kebijakan mengenai sistem manajemen K3 di Lingkungan Kampus FKM UI. 3. Pelatihan menjadi suatu alat yang perlu dilaksanakan dalam rangka meningkatkan sikap individu menjadi lebih baik lagi. 4. Manusia sebagai pekerja di lingkungan kerja tetap harus memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi terhadap kondisi lingkungan sekitar tempat kerjanya, sehingga dapat mengetahui apabila terdapat tanda-tanda bahaya yang ada di tempat kerja. 5. Lingkungan Kampus FKM UI yang secara keseluruhan sudah cukup aman, sebaiknya tetap dijaga dengan baik dan ditingkatkan lagi agar tidak terjadi kecelakaan-kecelakaan kecil yang berakibat fatal. 6. Program keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan harus bersifat menyeluruh dalam hal aplikasinya. 7. Maintenance berbagai aspek mengenai K3 di Lingkungan Kampus FKM.
Daftar Referensi Geller, E. Scott. (2001). The Psychology of Safety Handbook. America: CRC Press LLC Glendon, Ian A., & Mc Kenna, Eugene F. (1995). Human Safety and Risk Management. UK: Chapman & Hall ILO. (1998). Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Fourth Edition, Volume III. Geneva LaDou, Joseph. (1994). Occupational Health and Safety. Second Edition, Illnois, National Safety Council Mc. Cormick, Ernest J., & Ilgen, Daniel R. (1985). Industrial & Organizational Psychology. New Delhi: Prentice Hall of India Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Permenaker Nomor 4 Tahun 1985, Tentang Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Peraturan Menteri Nomor 4 Tahun 1998 Pasal 1, Tentang Kecelakaan Kerja Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: PT. Prenhallindo
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014
Sarwono, Sarlito Wirawan. (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan Kerja Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Tentang Kesehatan Karyawan di Tempat Kerja
Persepsi, pengetahuan..., Hadiyan, FKM UI, 2014