JENIS KELAMIN DAN UMUR SEBAGAI FAKTOR PREDOMINAN LINGKAR PINGGANG PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN CILANDAK JAKARTA SELATAN TAHUN 2013 Hadiyanti Eka Prasasti, Diah Mulyawati Utari Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran lingkar pinggang, faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan lingkar pinggang, and faktor predominan lingkar pinggang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan metode purposive sampling pada 139 responden guru sekolah dasar di Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2013. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi lingkar pinggang, jenis kelamin, umur, pendapatan, pengetahuan gizi, kecukupan energi, kecukupan karbohidrat, kecukupan lemak, dan aktivitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lingkar pinggang pada perempuan 80,40 cm dan pada laki-laki 88,04 cm. Dari penelitian ini, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, umur, dan pendapatan dengan lingkar pinggang. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin, yaitu perempuan dan umur yang semakin meningkat menjadi faktor predominan lingkar pinggang. Asupan makanan yang tepat dan diimbangi dengan aktivitas fisik yang teratur diperlukan untuk mengontrol ukuran lingkar pinggang agar tidak melebihi cut off points. Kata kunci: lingkar pinggang, jenis kelamin, umur, pendapatan
ABSTRAK The objective of this study was to determine the description of waist circumference, the association of risk factors and waist circumference, and predominant factor of waist circumference. This study use a cross sectional design research with purposive sampling among 139 elementary school teacher in Cilandak District, South Jakarta in year 2013. The data have been collected on this research included waist circumference, sex, age, income, nutrition knowledge, energy sufficiency, carbohydrate sufficiency, fat sufficiency, and physical activity. The result of this study showed that the mean value of waist circumference in women was 80,40 cm and in men was 88,04 cm. In bivariat analyses, sex, age, and income was significantly related to waist circumference. The result of multivariat analyses showed that sex especially in women and older age were predominant factors of waist circumference. The correct food intake and balancing the physical activity is necessary to control waist circumference in order not to exceed the cut off points. Key words: waist circumference, sex, age, income
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
Pendahuluan Lemak yang berlebih akan disimpan di dalam tubuh sebagai cadangan energi. Salah satu titik pada tubuh yang dapat menjadi letak penumpukan lemak adalah pada bagian perut. Untuk menilai penumpukan lemak tersebut, dapat melalui pengukuran lingkar pinggang. Lingkar pinggang merupakan pengukuran yang mudah dilakukan. Dalam Phelan & Wadden (2004), Kooy & Seidell (1993) menyebutkan bahwa lingkar pinggang dapat digunakan untuk mengidentifikasi distribusi lemak tubuh. Hasil pengukuran lingkar pinggang pada orang dewasa di Eropa adalah >102 cm untuk pria dan >88 cm bagi wanita (NIH, 1998; WHO 2000; Health Canada, 2003), sedangkan dalam Gibson (2005), WHO, IASO, dan IOTF (2000) merekomendasikan hasil pengukuran lingkar pinggang untuk orang Asia adalah >90 cm untuk pria dan >80 cm bagi wanita. Hasil pengukuran lingkar pinggang yang sama dengan atau melebihi nilai tersebut, dapat mengindikasikan peningkatan ukuran lingkar pinggang yang akan berdampak negatif terhadap kesehatan. Menurut WHO, sebanyak 40-60% pasien yang mengalami obesitas akan berkembang mengidap diabetes melitus tipe 2 dan memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi). Diperkirakan dengan adanya peningkatan populasi obesitas di dunia akan meningkatkan penyakit kardiovaskuler dan merupakan penyebab kematian global terburuk pada abad ke-21 (PiSunyer, 2003). Robbins (2007) menyebutkan bahwa lingkar pinggang yang melebihi cut off points, dapat meningkatkan risiko sejumlah penyakit termasuk diabetes, hipertensi, hipertrigliseridemia, kolesterol HDL yang rendah, dan mungkin penyakit arteri koronaria. Kejadian lingkar pinggang yang melebihi cut off points tidak hanya terjadi di negaranegara maju, tetapi terjadi pula di negara berkembang dan prevalensinya terus meningkat. Menurut Ervin (2009), di Amerika Serikat, kejadian lingkar pinggang yang melebihi cut off points memiliki prevalensi sebesar 53%. Di Portugal, prevalensi lingkar pinggang yang melebihi cut off points pada pria adalah sebesar 19,3%, sedangkan pada wanita prevalensinya adalah 37,9% (Sardinha et al., 2012). Erem et al. (2004) menyebutkan kejadian Lingkar pinggang yang melebihi cut off points yang terjadi di Kota Trabzon, Turki memiliki prevalensi sebesar 29,4%. Prevalensi lingkar pinggang yang melebihi cut off points lebih tinggi terjadi pada wanita (38,9%), daripada pria (18,1%) dari penelitian tersebut. Menurut Bardhwaj et al. (2011), prevalensi lingkar pinggang yang melebihi cut off points di India adalah 68,9%. Dalam laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 (Riskesdas 2007), prevalensi nasional lingkar pinggang yang melebihi cut off points pada penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun adalah 18,8%. Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu dari 17 provinsi yang memiliki prevalensi lingkar pinggang yang melebihi cut off points di atas prevalensi nasional,
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
yaitu 27,9%. Selain itu, Qurniati (2010) menyebutkan bahwa prevalensi obesitas di wilayah Cilandak Jakarta Selatan juga lebih tinggi dari prevalensi nasional, yaitu sebesar 68%. Dari hasil pengamatan, dua dari empat guru sekolah dasar yang memiliki berat badan yang berlebih juga memiliki lingkar pinggang yang berlebih. Akumulasi lemak yang ada di dalam tubuh, terutama di bagian abdominal dapat dipengaruhi oleh ketidakseimbangan antara asupan makanan yang dikonsumsi dengan aktivitas fisik yang dilakukan. Lingkar pinggang yang melebihi cut off points (>90 cm pada laki-laki, >80 cm pada perempuan) ini dapat mengganggu produktivitas kerja guru dalam mengajar dan merupakan salah satu pemicu terjadinya peningkatan kejadian penyakit kardiovaskular. Guru sekolah dasar dipilih menjadi sampel penelitian ini karena guru sekolah dasar merupakan panutan bagi peserta didiknya, baik segi pendidikan, maupun kesehatan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada guru sekolah dasar di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan yang bertujuan untuk mengetahui gambaran lingkar pinggang, faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkar pinggang, dan faktor predominan lingkar pinggang. Tinjauan Teoritis Lingkar pinggang merupakan salah satu parameter antropometri yang dapat mengukur konten lemak perut (NIH, 1998; WHO, 2000 dalam Gibson, 2005). Lingkar pinggang yang melebihi cut off points dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Cut off points untuk lingkar pinggang memiliki kriteria yang berbeda untuk tiap etnis. Dalam Gibson (2005), WHO, IASO, dan IOTF (2000) merekomendasikan cut off points lingkar pinggang untuk orang Asia adalah ≥80 cm bagi perempuan dan ≥90 cm bagi laki-laki. NIH (1998) dalam NCEP ATP III (2002) menyebutkan cut off points lingkar pinggang bagi orang Eropa adalah >102 cm bagi laki-laki dan >88 cm bagi perempuan. Pengukuran lingkar pinggang ini dapat mengetahui lokasi pendistribusian lemak pada tubuh. Menurut Osokun, Prewitt, dan Cooper (1999) dalam von Eyben et al. (2003), lingkar pinggang digunakan untuk menunjukkan adanya kejadian obesitas sentral pada seseorang. Menurut Auliyah (2012), ukuran lingkar pinggang dapat memprediksi obesitas sentral pada individu. Grundy (2013) menyatakan bahwa secara klinis obesitas sentral dapat diindentifikasi dari peningkatan lingkar pinggang. Peningkatan lingkar pinggang secara berulang ini dapat dikaitkan dengan risiko metabolik. Menurut Chen, Y-M, SC Ho, SSH Lam, dan SSG Chan (2006) yang melakukan penelitian pada perempuan dewasa di Cina menyebutkan bahwa IMT dan lingkar pinggang memiliki ketepatan yang baik dalam memprediksi obesitas.
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
Lingkar pinggang lebih kuat dalam mengidentifikasi hubungan lemak tubuh total yang diukur dengan densitometri dibandingkan dengan rasio lingkar pinggang panggul (Gibson, 2005). Menurut WHO (2000) dalam Gibson (2005), lingkar pinggang dijadikan dalam pengukuran antropometri untuk mengukur lemak perut. Lingkar pinggang yang melebihi cut off points dapat mengakibatkan beberapa dampak bagi kesehatan. Obesitas sentral atau abdominal pada seseorang dapat meningkatkan risiko komplikasi metabolik yang lebih besar (WHO, 2008). Penambahan berat badan dapat mengakibatkan peningkatan kadar insulin. Hal ini dikarenakan oleh sekresi insulin pada pankreas mengalami peningkatan (Suyono dan Djauzi, 1994). Menurut Kissebah (1994) dalam Pascot et al. (1999) menyebutkan bahwa lingkar pinggang yang melebihi cut off points berkaitan
dengan
kejadian
metabolik
khususnya
meningkatkan
risiko
penyakit
kardiovaskular. Tedapat beberapa faktor risiko yang dianggap berpengaruh dengan lingkar pinggang. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko yang dapat berpengaruh dengan kejadian obesitas maupun lingkar pinggang yang melebihi cut off points. Penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya kejadian penumpukan lemak tubuh lebih banyak terjadi pada perempuan, dibandingkan dengan laki-laki. Menurut Almatsier (2009), komposisi tubuh lakilaki dan perempuan dengan umur, tinggi badan, dan berat badan yang sama memiliki komposisi yang berbeda. Perempuan memiliki jaringan lemak lebih banyak dan memiliki sedikit otot daripada laki-laki. Menurut Wardlaw (1999), semakin bertambahnya umur, tubuh semakin banyak menimbun lemak. Kejadian tersebut dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tingginya asupan makanan dengan rendahnya aktivitas fisik yang dilakukan. Almatsier (2009) menjelaskan bahwa semakin tua tubuh maka tubuh semakin banyak mengandung jaringan lemak. Status ekonomi pada seseorang dapat memengaruhi gaya hidupnya. Seseorang yang memiliki pendapatan yang lebih, akan memiliki pemikiran untuk lebih memanjakan dirinya dengan mengonsumsi makanan yang jarang ia temui. Menurut Berg (1986), di negara yang sedang berkembang pada umumnya rakyat miskin akan membelanjakan pendapatannya untuk makanan. Anggapan bahwa jika individu memiliki pendapatan yang lebih, maka biasanya akan menyisihkan uang dari hasil pendapatan tersebut hanya untuk makanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendapatan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam menentukan kualitas serta kuantitas makanan suatu individu.
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
Pengetahuan mengenai gizi merupakan faktor lain yang dapat memengaruhi status gizi dan kesehatan seseorang. Menurut Suhardjo (2003), munculnya masalah terkait gangguan gizi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai gizi masyarakat. Pengetahuan yang kurang dan pemahaman konsep yang salah mengenai kebutuhan pangan dan nilai pangan umum ditemukan di setiap negara. Hal ini merupakan faktor penting timbulnya masalah gangguan gizi. Energi dibutuhkan untuk menunjang aktivitas yang dilakukan setiap orang. Kecukupan energi pada tiap orang pun berbeda-beda, disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin. Depkes RI (2003) menyebutkan bahwa jika seseorang mengonsumsi energi yang melebihi kecukupan yang dianjurkan, energi tersebut akan dijadikan cadangan energi bagi tubuh dalam bentuk lemak atau jaringan lain. Konsumsi makanan yang berkalori tinggi tanpa diimbangi dengan peningkatan aktivitas fisik, memacu untuk meningkatkan berat badan menjadi tidak sehat (WHO, 2012). Karbohidrat merupakan komponen penting dalam pemenuhan kecukupan energi seseorang. Karbohidrat adalah zat gizi berupa senyawa organik yang terdiri atas atom karbon, hidrogen, dan oksigen yang digunakan sebagai bahan pembentuk energi. Almatsier (2009) menyebutkan bahwa karbohidrat memiliki peran utama dalam tubuh sebagai penyuplai glukosa bagi sel-sel tubuh yang akan diubah menjadi energi. Jika jumlah karbohidrat di dalam tubuh melebihi jumlah yang dianjurkan, karbohidrat tersebut akan diubah menjadi lemak. Perubahan karbohidrat ini terjadi di dalam hati. Lemak merupakan salah satu jenis zat gizi makro yang salah satunya berfungsi bagi tubuh dalam menghasilkan energi. Menurut Hardinsyah (2011), konsumsi lemak akan menentukan jumlah serta komposisi dari berbagai komponen lemak di dalam darah. Hill et al. (2006) menyebutkan bahwa tubuh memiliki kapasitas yang tidak terbatas untuk menyimpan lemak, tetapi memiliki kapasitas yang terbatas dalam menyimpan karbohidrat dan protein. Oleh karena itu, tubuh tidak memilki kemampuan khusus dalam mengompensasi kelebihan lemak yang ditimbun dalam tubuh akibat dari kecukupan lemak yang berlebih. Menurunnya tingkatan dalam melakukan aktivitas fisik pun dapat menghasilkan ketidakseimbangan energi dan memacu penambahan berat badan. Aktivitas yang lebih banyak dapat mengontrol berat badan. Setidaknya dengan melakukan aktivitas fisik selama 30 menit dapat mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, kanker kolon, dan kanker payudara (WHO, 2012). Muir (1980) menjelaskan bahwa kurangnya aktivitas fisik mungkin dijadikan faktor utama dalam perkembangan dari penumpukan lemak yang berlebih pada tubuh.
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik, dengan metode pendekatan penelitian adalah penelitian cross sectional. Terdapat sembilan variabel yang diteliti, yaitu lingkar pinggang, jenis kelamin, umur, pendapatan, pengetahuan gizi, kecukupan energi, kecukupan karbohidrat, kecukupan lemak, dan aktivitas fisik. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh guru sekolah dasar yang ada di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, tahun 2013. Untuk populasi studi dalam penelitian ini, merupakan guru sekolah dasar yang ada di Kelurahan Pondok Labu dan Kelurahan Lebak Bulus. Subjek yang sesuai dengan kebutuhan penelitian ditentukan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Di dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 139 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Kelurahan yang terpilih dari lima kelurahan yang ada di Kecamatan Cilandak adalah Kelurahan Pondok Labu dan Kelurahan Lebak Bulus yang telah mencakup segala aspek, baik penduduk, maupun status sosial ekonomi. Selain itu, di dua kelurahan tersebut memiliki jumlah sekolah dasar terbanyak. Penyeleksian guru yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang dilakukan dibantu oleh pihak Seksi Dinas Pendidikan Dasar Kecamatan Cilandak. Guru yang menjadi sampel ini berasal dari 18 sekolah dasar yang ada di Kelurahan Pondok Labu dan Kelurahan Lebak Bulus. Instrumen penelitian ini terdiri atas kuesioner dan pita ukur. Kuesioner yang digunakaan merupakan kuesioner terstruktur yang tersusun atas data pribadi responden, karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendapatan, dan pengetahuan gizi), hasil pengukuran antropometri responden (lingkar pinggang), dan kuesioner aktivitas fisik. Data konsumsi zat gizi responden (kecukupan energi, karbohidrat, dan lemak) dikumpulkan melalui formulir food recall 24 jam dan FFQ. Data tersebut dikumpulkan melalui wawancara, kecuali pengukuran lingkar pinggang responden yang diukur langsung dengan pita ukur. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data primer yang terdokumentasikan. Metode yang dilakukan dalam mengumpulkan data primer, antara lain melalui wawancara dan pengukuran antropometri. Data terkait variabel jenis kelamin, umur, pendapatan, pengetahuan gizi, dan aktivitas fisik didapatkan melalui wawancara berdasarkan kuesioner terstruktur yang telah dibuat, sedangkan data terkait variabel kecukupan energi, karbohidrat, dan lemak didapatkan melalui wawancara dengan formulir food recall 2x24 jam dan FFQ. Pengukuran antropometri dilakukan untuk mengumpulkan data lingkar pinggang responden. Data primer yang terdokumentasikan didapatkan dari Seksi Dinas Pendidikan Dasar Kecamatan Cilandak adalah data-data guru sekolah dasar yang ada di wilayah
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
Kecamatan Cilandak, Jakarta selatan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data univariat yang bersifat deskriptif, analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi, uji regresi linier sederhana, serta uji t independen, dan multivariate menggunakan uji regresi linier ganda. Hasil Penelitian Dari 139 guru sekolah dasar di Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2013, sebanyak 48,2% memiliki lingkar pinggang di atas normal (perempuan ≥80 cm, laki-laki ≥90 cm). Jumlah responden perempuan lebih banyak (77,0%), daripada responden laki-laki (23,0%). Berdasarkan umur, responden yang berusia ≥40 tahun (71,2%) lebih besar dibandingkan dengan distribusi responden yang berusia <40 tahun (28,8%). Responden yang memiliki pendapatan ≥ Rp 6.000.000,00 tiap bulannya memiliki persentase sebesar 50,4% hampir sama dengan responden yang memiliki pendapatan tiap bulan < Rp 6.000.000,00 adalah sebesar 49,6%. Berdasarkan pegetahuan gizinya, responden yang memiliki pengetahuan gizi yang sedang (58,3%) lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan gizi yang cukup (40,3%) dan baik (1,4%). Responden yang memiliki kecukupan energi kurang (<90% AKG) adalah 59,0% lebih besar bila dibandingkan dengan responden
yang memiliki kecukupan energi yang cukup (90-110% AKG) 25,2% dan
kecukupan energi lebih (>110% AKG) 15,8%. Dari 139 responden, diperoleh bahwa lebih banyak responden yang memiliki kecukupan karbohidrat yang cukup (50-60% dari kecukupan energi) , yaitu 40,3%, sedangkan sebanyak 37,4% responden memiliki kecukupan karbohidrat yang kurang (<50% dari kecukupan energi) dan sebanyak 22,3% responden memiliki kecukupan karbohidrat yang lebih (>60% dari kecukupan energi). Berdasarkan kecukupan lemaknya, lebih banyak responden yang memiliki kecukupan lemak yang berlebih (>25% kecukupan energi) yaitu 89 orang (64,0%), daripada responden yang memiliki kecukupan lemak yang cukup (10-25% kecukupan energi) dan kurang (<10% kecukupan energi), yaitu 45 orang (32,4%) dan 5 orang (3,6%).Sebanyak 44,6% responden termasuk dalam kategori responden yang memiliki aktivitas fisik yang ringan, persentase ini lebih besar bila dibandingkan dengan kategori sedang (39,6%), dan terendah adalah kategori berat (15,8%).
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Lingkar Pinggang, Jenis Kelamin, Umur, Pendapatan, Pengetahuan Gizi, Kecukupan Energi, Kecukupan Karbohidrat, Kecukupan Lemak, dan Aktivitas Fisik Pada Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan Tahun 2013 Variabel Lingkar Pinggang Lebih dari cut off points Tidak Lebih dari cut off points Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Umur ≥40 tahun <40 tahun Pendapatan ≥ Rp 6.000.000,00 < Rp 6.000.000,00 Pengetahuan Gizi Cukup (<60%) Sedang (60-80%) Baik (>80%) Kecukupan Energi Lebih (>110% AKG) Cukup (90-110% AKG) Kurang (<90% AKG) Kecukupan Karbohidrat Lebih (>60 kecukupan energi) Cukup (50-60% kecukupan energi) Kurang (<50% kecukupan energi) Kecukupan Lemak Lebih (>25% kecukupan energi) Cukup (10-25% kecukupan energi) Kurang (<10% kecukupan energi) Aktivitas Fisik Ringan Sedang Berat
Jumlah (n=139)
Persentase
67 72
48,2 51,8
107 32
77,0 23,0
99 40
71,2 28,8
70 69
50,4 49,6
56 81 2
40,3 58,3 1,4
22 35 82
15,8 25,2 59,0
31 56 52
22,3 40,3 37,4
89 45 5
64,0 32,4 3,6
62 55 22
44,6 39,6 15,8
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata lingkar pinggang responden perempuan dan laki-laki dengan p value sebesar 0,000, dengan rata-rata lingkar pinggang responden yang berjenis kelamin perempuan adalah 80,40 cm dengan standar deviasi 9,82 cm, sedangkan rata-rata lingkar pinggang responden laki-laki adalah 88,04 cm dengan standar deviasi 11,51 cm. Hubungan antara umur dengan lingkar pinggang menunjukkan hubungan yang sedang yang ditunjukkan dari nilai korelasi r = 0,400 dan uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara umur dengan lingkar pinggang (p=0,000). Pendapatan dengan lingkar pinggang menunjukkan hubungan yang sedang (r = 0,324) serta hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan lingkar pinggang (p=0,000). Pengetahuan gizi dengan lingkar pinggang menunjukkan
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
hubungan yang lemah (r = -0,125) dan hasil uji statistik antara pengetahuan gizi dengan lingkar pinggang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p=0,142). Hubungan antara kecukupan energi dengan lingkar pinggang menunjukkan hubungan yang lemah (r = 0,130) dan uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kecukupan energi dengan lingkar pinggang (p=0,128). Nilai r yang dihasilkan dari uji korelasi antara kecukupan karbohidrat dan lingkar pinggang menunjukkan hubungan yang lemah serta uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kecukupan karbohidrat dengan lingkar pinggang (p=0,814). Hubungan kecukupan lemak dengan lingkar pinggang menunjukkan hubungan yang lemah (r= -0,124) dengan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kecukupan lemak dengan lingkar pinggang (p=0,144). Hubungan aktivitas fisik dengan lingkar pinggang menunjukkan hubungan yang lemah dengan nilai r = -0,099 dan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan lingkar pinggang (p=0,248). Tabel 2 Distribusi Rata-Rata Lingkar Pinggang Menurut Jenis Kelamin Pada Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan Tahun 2013 Variabel Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
Mean
SD
SE
P value
N
80,40 88,04
9,82 11,51
0,95 2,03
0,000
107 32
Tabel 3 Analisis Korelasi Umur, Pendapatan, Pengetahuan Gizi, Kecukupan Energi, Kecukupan Karbohidrat, Kecukupan Lemak, dan Aktivitas Fisik Pada Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan Tahun 2013 Variabel
Lingkar Pinggang Korelasi (r)
Keterangan Hubungan
P value
Umur
0,400
Sedang
0,000
Pendapatan
0,324
Sedang
0,000
Pengetahuan Gizi
-0,125
Lemah
0,142
Kecukupan Energi
-0,130
Lemah
0,128
Kecukupan Karbohidrat
0,020
Lemah
0,814
Kecukupan Lemak
-0,124
Lemah
0,144
Aktivitas Fisik
-0,099
Lemah
0,248
Untuk menganalisis multivariat ini ada beberapa tahapan yang harus dilewati terlebih dahulu. Langkah awal permodelan untuk analisis multivariat ini adalah seleksi bivariat.
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
Variabel yang masuk ke tahap permodelan awal, yaitu jenis kelamin, umur, pendapatan, penngetahuan gizi, kecukupan energi, kecukupan lemak, dan aktivitas fisik. Tabel 4 Seleksi bivariat untuk permodelan awal analisis multivariat Variabel Jenis Kelamin Umur Pendapatan Pengetahuan Gizi Kecukupan Energi Kecukupan Karbohidrat Kecukupan Lemak Aktivitas Fisik
P value 0,000* 0,000* 0,000* 0,142* 0,128* 0,814 0,144* 0,248*
*p value <0,25
Dari berbagai tahap yang telah dilakukan, didapatkan permodelan akhir analisis multivariat. Variabel yang memiliki hubungan yang bermakna (p value <0,05) setelah dianalsisis multivariat dengan lingkar pinggang pada guru sekolah dasar di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan adalah jenis kelamin dan umur. Variabel pendapatan, kecukupan energi, kecukupan lemak, dan aktivitas fisik merupakan variabel confounding yang menjadikan perancu pada analisis yang telah dilakukan. Tabel 5 Hasil permodelan akhir multivariat Variabel Jenis Kelamin Umur Pendapatan Kecukupan Energi Kecukupan Lemak Aktivitas Fisik
Standardized Coefficients β -0,311 0,239 0,161 -0,086 0,073 -0,125
P value 0,000* 0,031* 0,139 0,538 0,603 0,112
*p value <0,05
Dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin dan umur merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap lingkar pinggang pada guru sekolah dasar di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan tahun 2013 setelah dikontrol dengan variabel pendapatan, kecukupan energi, kecukupan lemak, dan aktivitas fisik. Hal tersebut dilihat berdasarkan nilai koefisien β yang dimiliki variabel jenis kelamin dan umur memiliki nilai yang cukup besar. Hasil analisis multivariat ini menghasilkan nilai adjusted R2 sebesar 0,222. Nilai tersebut berarti bahwa keenam variabel tersebut, yaitu jenis kelamin, umur, pendapatan, kecukupan energi, kecukupan lemak, dan aktivitas fisik dapat menjelaskan variasi variabel lingkar pinggang sebesar 22,2%. Dari analisis yang telah dilakukan, p value yang diperoleh adalah 0,000. Hasil
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
tersebut menunjukkan keenam variabel tersebut secara signifikan dapat memprediksi variabel lingkar pinggang.
Pembahasan Sebesar 48,2% responden pada penelitian ini memiliki lingkar pinggang yang melebihi cut off points. Prevalensi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan prevalensi kejadian obesitas sentral (lingkar pinggang yang melebihi cut off points) di Provinsi DKI Jakarta (29,7%) dan tingkat nasional (18,8%) sesuai dengan hasil laporan Riskesdas 2007. Responden yang berjenis kelamin perempuan (77,0%) lebih banyak daripada responden laki-laki (23%). Berdasarkan umur responden, didapatkan bahwa responden penelitian ini didominasi oleh responden yang cenderung berisiko mengalami kenaikan ukuran lingkar pinggang. Jika dilihat dari pendapatan per bulan, sebagian besar pendapatan guru sekolah dasar di Kecamatan Cilandak memiliki pendapatan lebih tinggi dari Upah Minimum Provinsi (UMP) sesuai Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 189 tahun 2012, yaitu Rp 2.200.000,00. Untuk pengetahuan gizi responden, sebagian besar responden (58,3%) memiliki pengetahuan gizi yang sedang. Berdasarkan kecukupan energi, responden yang memiliki kecukupan energinya kurang lebih banyak bila dibandingkan responden yang kecukupan energinya cukup dan lebih. Namun, hasil tersebut kurang sesuai jika dilihat berdasarkan ukuran lingkar pinggang mereka yang sebagian besar lingkar pinggangnya cenderung besar. Dari hasil tersebut, kemungkinan dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian dalam penyampaian data konsumsi pada responden (flat food syndrome). Flat food syndrome ini dapat terjadi jika menyampaikannya terlalu berlebihan (overestimate) atau terlalu menyampaikan lebih sedikit dari yang seharusnya. Untuk kecukupan karbohidrat responden, lebih banyak responden yang memilki kecukupan karbohidrat yang cukup (50-60% kecukupan energi) bila dibandingkan dengan responden yang memiliki kecukupan karbohidrat yang berlebih (>60% kecukupan energi) dan kurang (<50% kecukupan energi). Hal ini dikarenakan oleh sebagian besar responden mengetahui untuk mengonsumsi karbohidrat setiap hari karena karbohidrat memiliki peran sebagai sumber makanan utama penghasil energi. Berdasarkan kecukupan lemak, kecukupan lemak yang berlebih memiliki total yang lebih banyak, daripada kecukupan lemak yang cukup dan kurang. Sebesar 64,0% responden lebih banyak memiliki kecukupan lemak yang lebih (>25% kecukupan energi), sedangkan 32,4% responden memiliki kecukupan lemak yang cukup (10-25% kecukupan energi), dan sebesar 3,6% responden memiliki kecukupan lemak yang kurang (<10% kecukupan energi). Sebagian besar responden cenderung mengonsumsi makanan yang
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
digoreng. Makanan yang digoreng ini mengandung minyak yang termasuk ke dalam sumber lemak. Sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik ringan (44,6%) cenderung lebih tinggi mengalami obesitas sentral dengan ditandai dengan kenaikan ukuran lingkar pinggang (82,3%). Menurut peneliti, hal ini disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan para guru ketika mengajar di kelas sehingga penumpukan lemak pun tidak dapat dihindari. Ukuran lingkar pinggang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin, umur, dan pendapatan memiliki hubungan yang signifikan dengan lingkar pinggang (p=0,000). Berdasarkan jenis kelamin, rata-rata lingkar pinggang lebih besar ditemukan pada responden laki-laki, daripada responden perempuan. Hasil tersebut sejalan dengan Hou et al. (2013) dan Dagan, Segev, Novikov, dan Dankner (2013). Namun, jika dilihat berdasarkan lingkar pinggang yang di atas normal (perempuan ≥80 cm, laki-laki ≥90 cm), prevalensi responden perempuan yang memiliki lingkar pinggang di atas normal adalah 50,5%, sedangkan pada responden laki-laki adalah sebesar 40,6% (lingkar pinggang). Dari hasil tersebut didapatkan prevalensi lingkar pinggang di atas normal lebih tinggi pada responden perempuan, dibandingkan pada responden laki-laki, penelitian ini sejalan pula dengan Riskesdas 2007. Umur memiliki hubungan yang signifikan dengan lingkar pinggang serta memiliki korelasi yang sedang. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya umur seseorang, semakin meningkat pula ukuran lingkar pinggangnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jafar, Bahar, dan Lusiana (2009), Ford et al. (2003), Nurviati (2012), dan Pascot et al. (1999). Selain itu, sesuai dengan teori yang disebutkan Wardlaw (1999) bahwa dengan bertambahnya umur individu, tubuh akan semakin banyak menimbun lemak. Status sosial ekonomi pada individu memiliki peran yang cukup penting dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari individu tersebut. Menurut Berg (1986), tingkatan pendapatan individu dapat memengaruhi pola makan individu tersebut. Hal ini dikarenakan oleh daya beli untuk makanan akan semakin meningkat apabila pendapatan individu meningkat. Namun, belum tentu makanan yang dibeli adalah makanan yang baik, tetapi bisa saja makanan yang dibeli dari pendapatan yang berlebih tersebut merupakan makanan yang tidak sehat. Pendapatan dengan lingkar pinggang menunjukkan hubungan yang signifikan dengan p=0,000 dan korelasi yang dihasilkan di antara keduanya memiliki hubungan yang sedang. Hasil penelitian Sugianti (2009) dan Nurviati (2012) sejalan dengan penelitian ini yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengeluaran per bulan berdasarkan pendapatan dengan lingkar pinggang.
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan lingkar pinggang pada responden, dengan nilai p=0,142. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Christina (2008) dan Auliyah (2012. Uji korelasi yang telah dilakukan menunjukkan hubungan yang lemah dan memiliki pola yang negatif antara pengetahuan gizi dengan lingkar pinggang (r = -0,125). Korelasi negatif yang ditunjukkan dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan individu maka ukuran lingkar pinggang individu tersebut semakin kecil. Hal ini dapat terjadi karena tingkat pengetahuan tidak selalu menjamin ukuran lingkar pinggang suatu individu. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara kecukupan energi dengan lingkar pinggang (p=0,128). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Brandhagen, et.al. (2012) dan Walls, et al. (2010) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang ditemukan antara asupan energi dengan lingkar pinggang dan ukuran lingkar pinggang cenderung mengalami kenaikan jika memiliki asupan energi yang rendah. Hasil penelitian ini berkebalikan dengan teori yang ada, Depkes RI (2003) menyebutkan bahwa jika seseorang mengonsumsi energi yang melebihi kecukupan yang dianjurkan, maka energi yang berlebih tersebut akan diubah menjadi cadangan energi dalam bentuk lemak atau dalam bentuk jaringan lain. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kecukupan karbohidrat dengan lingkar pinggang (p=0,814) dari hasil penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Brandhagen, et.al. (2012), Nurviati (2012), dan Roselly P. (2008) yang menyebutkan hal yang sama, yaitu tidak ditemukannya hubungan antara asupan karbohidrat dengan lingkar pinggang. Selain itu, penelitian Halkjaer (2004) yang menjelaskan bahwa pada responden wanita yang tinggi mengonsumsi roti olahan yang termasuk karbohidrat memiliki hubungan dengan peningkatan ukuran lingkar pinggang. Menurut Almatsier (2009), karbohidrat memiliki peran sebagai penyuplai energi bagi tubuh. Jika jumlah karbohidrat dalam tubuh mengalami peningkatan dan melebihi dari anjuran yang disarankan, karbohidrat ini akan disimpan oleh tubuh menjadi lemak Berdasarkan uji statistik, hubungan antara kecukupan lemak dengan lingkar pinggang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kecukupan lemak dengan lingkar pinggang (p=0,144). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Brandhagen, et.al. (2012), Christina (2008), dan Sugianti (2009). Hasil uji korelasi didapatkan hubungan yang lemah dan berpola negatif, yang menunjukkan bahwa ukuran lingkar pinggang semakin kecil dengan meningkatnya kecukupan lemak. Hal ini berkebalikan dengan teroi yang ada. Hill et al. (2006) menyebutkan bahwa tubuh memiliki kapasitas yang tidak
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
terbatas untuk menyimpan lemak, tetapi memiliki kapasitas yang terbatas dalam menyimpan karbohidrat dan protein. Oleh karena itu, tubuh tidak memilki kemampuan khusus dalam mengompensasi kelebihan lemak yang ditimbun dalam tubuh akibat dari kecukupan lemak yang berlebih. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan lingkar pinggang. Penelitian Nurviati (2012) sejalan dengan penelitian ini yang menyebutkan juga tidak adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan lingkar pinggang. Selain itu, penelitian Pujiati (2010) juga sejalan dengan penelitian ini yang menunjukkan hubungan yang berpola negatif. Faktor yang memberikan pengaruh yang besar adalah jenis kelamin dan umur. Jenis kelamin, khususnya perempuan dan umur yang semakin meningkat merupakan faktor predominan lingkar pinggang pada guru sekolah dasar di Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2013. Menurut Pujiati (2010), perempuan memiliki kesempatan empat kali lebih besar dalam mengalami lingkar pinggang yang melebihi cut off points (≥80 cm). Pernyataan tersebut mendukung hasil penelitian ini bahwa rata-rata lingkar pinggang pada responden perempuan adalah 80,4 cm, yaitu melebihi cut off points lingkar pinggang bagi perempuan (≥80 cm), sedangkan rata-rata lingkar pinggang pada laki-laki adalah 88,0 cm, yang berarti bahwa masih dibawah cut off points lingkar pinggang pada laki-laki (≥90 cm). Selain itu, penelitian Ford , Mokdad, dan Giles (2003) menunjukkann bahwa lingkar pinggang yang lebih besar banyak ditemukan pada responden dewasa yang lebih tua, daripada responden dewasa yang lebih muda. Pernyataan tersebut mendukung penelitian ini yang menunjukkan bahwa semakin bertambahnya umur individu, semakin meningkat pula lingkar pinggangnya.
Kesimpulan Prevalensi lingkar pinggang di atas normal adalah 48,2% (perempuan (50,5%), lakilaki (40,6%)). Jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki adalah 32 orang (23,0%), sedangkan jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan adalah107 orang (77,0%). Umur responden memiliki rata-rata 45,1 tahun dengan 71,2% responden berusia ≥40 tahun. Pendapatan responden memiliki rata-rata sebesar Rp 5.820.000,00 dengan persentase responden berpendapatan lebih (≥ Rp 6.000.000,00) sebesar 50,4%. Rata-rata pengetahuan gizi responden adalah 61,7% dengan 58,3% responden berpengetahuan gizi sedang. Berdasarkan konsumsi zat gizi responden, rata-rata kecukupan energi responden adalah 85,8%, rata-rata kecukupan karbohidrat responden adalah 56,3%, dan rata-rata kecukupan lemak responden adalah 34,0%. Sebesar 44,6% responden memiliki aktivitas fisik yang
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
ringan. Faktor risiko yang berhubungan dengan lingkar pinggang pada guru sekolah dasar di Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan Tahun 2013, yaitu jenis kelamin, umur, dan pendapatan. Jenis kelamin, yaitu perempuan dan umur yang semakin meningkat memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkar pinggang guru sekolah dasar di Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan, Tahun 2013.
Saran Saran yang dapat direkomendasikan, antara lain Puskesmas Cilandak dapat memberikan sosialisasi mengenai pentingnya menjaga ukuran lingkar pinggang agar berada di bawah nilai ambang batas, serta menyosialisasikan bahaya dan dampak dari lingkar pinggang terhadap kesehatan, mengadakan kegiatan pengukuran lingkar pinggang dan indeks massa tubuh secara rutin bagi guru-guru SD di Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan dengan mengandalkan tenaga kesehatan yang sudah terlatih. Selain itu, pihak Seksi Dinas Pendidikan Dasar Kecamatan Cilandak dapat mengupayakan untuk membuat jadwal olahraga secara rutin yang ditujukan khusus untuk para guru sekolah dasar, salah satu olahraga yang paling mudah dilakukan secara bersama-sama adalah senam, menyelenggarakan penyuluhan ataupun seminar mengenai pentingnya mengatur pola makan dan aktivitas fisik bagi guru-guru sekolah dasar dengan bekerja sama dengan pihak Puskesmas Cilandak.
Kepustakaan Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Auliyah, Aidah. (2012). Hubungan indeks massa tubuh, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, dan faktor lainnya dengan obesitas sentral pada pegawai satlantas dan sumda di polresta Depok tahun 2012. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. (2008). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Berg, Alan. (1986). Peranan gizi dalam pembangunan nasional.Jakarta: Rajawali. Bhardwaj, Swasti et al.. (2011). High prevalence of abdominal, intra-abdominal and subcutaneous adiposity and clustering risk faktors among urban asian indians in North India. PloS ONE, 6, e24362. Brandhagen, M. et al.. (2012). Alcohol and macronutrient intake patterns are related to general and central adiposity. Europian Journal of Clinical Nutrition, 66, 305-313. Chen, Y-M., SC Ho, SSH Lam, dan SSG Chan. (2006). Validity of body mass index and waist circumference in the classification of obesity as compared to percent body fat in Chinese middle-age women. International Journal of Obesity, 30, 918-925. Christina, Dilla. (2008). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada pekerja onshore pria perusahaan migas x di Kalimantan Timur tahun 2008 (analisis data sekunder). Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok.
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
Dagan, Shiri Sherf, Shlomo Segev, Ilya Novikov, dan Rachel Dankner. Waist circumference vs body mass index in association with cardiorespiratory fitness in healthy men and women: a cross sectional analysis of 403 subjects. Nutrition Journal, 12 (12). 21 Mei 2013. http://www.nutritionj.com/content/12/1/12 Departemen Kesehatan RI. (2003). Pedoman umum gizi seimbang (panduan untuk petugas). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Erem, Cihangir, et al. (2004). Prevalence of obesity and associated risk factors in a Turkish Population (Trabzon City, Turkey). Obesity Research, 12, 1127. Ervin, R. Bethene. (2009). Prevalence of metabolic syndrome among adults 20 years of age and over, by sex, age, race and ethnicity, and body mass index: United States, 20032006. National Health Statistic Reports, 13. Ford, Earl S., Ali H. Mokdad, dan Wayne H. Giles. (2003). Trends in waist circumference among U.S. adults. Obesity Research, 11, 1223-1231. Gibson, Rosalind S.. (2005). Principles of nutritional assessment second edition. New York: Oxford University Press. Grundy, Scott M., Ian J. Neeland, Aslan T. Turer, & Gloria Lena Vega. (2013). Waist circumference as measure of abdominal fat compartments. Hindawi Publishing Corporation, Journal of Obesity, 24 Mei 2013. http://dx.doi.org/10.1155/2013/454285 Halkjaer, Jytte, et al. (2004). Food and drinking patterns as predictors of 6-years BMIadjusted changes in waist circumference. British Journal of Nutrition, 92, 735-748. Hardinsyah. (2011). Analisis konsumsi lemak, gula, dan garam penduduk Indonesia. Gizi Indon, 34 (2), 92-100. Hill, James O., Victoria A. Catenacci, Holly R. Wyatt. (2006). Obesity: Etiology. Dalam Maurice E. Shils, Moshe Shike, A. Catharine Ross, Benjamin Caballero, Robert J. Cousins (Ed.). Modern nutrition in health and disease, 10th edition. (pp 1014-1027). Lippincott Williams & Wilkins. Jafar, Nurhaedar, Burhanudin Bahar, & Siswanti Lusiana. (2009). Asosiasi faktor risiko gaya hidup dan obesitas sentral pada status ekonomi tinggi dan rendah di daerah perkotaan Indonesia (analisis data riskesdas 2007). Jurnal Kesehatan Masyarakat Madani, 02, 116. Muir, Bernice L.. (1980). Pathophysiology: an introduction to mechanisms. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. Nurviati, Risca Febriyana. (2012). Hubungan karakteristik individu dan gaya hidup dengan indikator obesitas sentral (lingkar pinggang) pada pegawai kantor pusat PT Wijaya Karya, Jakarta Timur tahun 2012. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok. Pascot, et al. (1999). Age-related increased in visceral adipose tissue and body fat and the metabolic risk profile of premenopausal women. Diabetics care, 22, 1471-1478. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 189 Tahun 2012 Tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2013. Pi-Sunyer, Xavier. (2003). A clinical view of the obesity problem. Science, 299, 859-860. Pujiati, Suci. (2010). Prevalensi dan faktor risiko obesitas sentral pada penduduk dewasa kota dan kabupaten Indonesia tahun 2007. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok. Phelan, Suzanne &Thomas A. Wadden. (2004). Behavioral assessment of obesity. Dalam J. Kevin Thompson (Ed.). Handbook of eating disorders and obesity (pp. 393-420). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Pleuss, Joan & Glenn Matfin. (2009). Alterations in Nutritional Status. Dalam Carol Porth & Glenn Matfin (Ed.). Pathophysiology: Concepts of altered health states. Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams &Wilkins.
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013
Qurniati, Ireka Arsyidah. (2010). Hubungan obesitas berdasarkan persen lemak tubuh dengan aktivitas fisik, pola konsumsi, dan karakteristik individu pada anggota majelis taklim al amin di cilandak jakarta selatan tahun 2010. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Robbins, Stanley L., Ramzi S. Cotran, & Vinay Kumar. (2007). Buku ajar patologi volume 1 edisi 7 (Awal Prasetyo, Brahm U. Pendit, & Toni Priliono, Alih Bahasa). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Roselly P., Nimas Ayu Arce. (2008). Faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas berdasarkan persen lemak tubuh pada pria (40-55 tahun) di kantor direktorat jenderal zeni tni-ad tahun 2008. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok. Sardinha, Luis B. et al. (2012). Prevalence of overweight, obesity, and abdominal obesity in a representative sample of portuguese adults. PLoS ONE, 7, e47883. Suhardjo. (2003). Berbagai cara pendidikan gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyanti, Elya, dkk. (2009). Faktor risiko obesitas sentral pada orang dewasa di dki jakarta: Analisis lanjut data riskesdas 2007. Gizi Indon, 105-116. Suyono, Slamet & Samsuridjal Djauzi. (1994). Penyakit degeneratif dan gizi lebih. Dalam Rifai, Mien A. et al. (Penyunting). Risalah widyakarya pangan dan gizi V (hlm. 387395). Jakarta: LIPI. Walls, et al. (2010). Predictors of increasing waist circumference in an Australian population. Public Health Nutrition, 14 (5), 870-881. Wardlaw, Gordon M. (1999). Perspectives in nutrition 4th edition. The Mc. Graw Hill. WHO. (2008, Desember). Waist circumference and waist–hip ratio: report of a WHO expert consultation, Geneva, 8–11 December 2008. 14 Februari 2013. www.who.int WHO. (2012, May). 10 facts on obesity. Diakses pada 14 Februari 2013 pukul 12:32WIB. http://www.who.int/features/factfiles/obesity/facts/en/index.html
Jenis kelamin ..., Hadiyanti Eka Prasasti, FKM UI, 2013