PENINGKATAN PERAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN MELALUI PENDEKATAN DATA DUKUNG BLUE ECONOMY SUB SISTEM SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENCETAK MASYARAKAT PERIKANAN YANG UNGGUL DAN BERDAYA SAING MELALUI PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH DAN LOMBOK TIMUR Fahrur Razi, Dewi Astuti Sartikasari, Ari Prabowo, Muhammad Guntur (BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN, 9 – 13 FEBRUARI 2014) -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PENDAHULUAN Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut, memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan beragam. Potensi perikanan yang dimiliki merupakan potensi ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk masa depan bangsa, sebagai tulang punggung pembangunan nasional. Pemanfaatan secara optimal diarahkan pada pendayagunaan sumber daya ikan dengan memperhatikan daya dukung yang ada dan kelestariannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil, meningkatkan penerimaan dari devisa negara, menyediakan perluasan dan kesempatan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing hasil perikanan serta menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan serta tata ruang (Sumber: Penjalasan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan). Negara kita memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan sangat besar, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, dan luas perairan laut sekitar 5,8 juta km 2, luas hamparan budidaya yang lebih dari 15,59 juta hektar, serta luas perairan umum 5,4 juta ha, mampu memberikan manfaat dengan perkiraan nilai ekonomi sebesar US$ 82 miliar per tahun. Namun demikian secara realita belum dapat dimanfaatkan seutuhnya. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan dan perikanan memegang peran strategis bagi berlangsungnya transformasi perilaku manusia yang berkecimpung dalam aktivitas kelautan dan perikanan, menuju arah yang lebih baik.
1
Selama kurun waktu 15 tahun terakhir (1998 s.d 2013) berbagai program dikembangkan seperti: Produksi untuk Masyarakat (PROKSIMAS), Produksi untuk Eksport (PROTEKAN), PROLINDA, kemudian dilanjutkan dengan Konsep Pengembangan kawasan MINAPOLITAN, selanjutnya diperkuat dengan Industrialisasi Perikanan, dan agar lingkungan tetap terjaga secara berkelanjutan maka dilakukan usaha perikanan dengan menerapkan prinsip-prinsip Blue Economy (Ekonomi Biru). Provinsi Nusa Tenggara
Barat
(NTB) dipilih
sebagai
lokasi percontohan
pengembangan akuakultur berbasis ekonomi biru pada Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur, karena memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: 1. Lokasi geografis terletak di wilayah timur Indonesia berada di koridor MP3EI dengan luas total area 458,9 km2; luas areal laut 629 km2; total garis pantai 151,2 km. 2. Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur merupakan daerah pengembangan kawasan minapolitan sesuai dengan SK Bupati Lombok Tengah Nomor 1a Tahun 2011 dan dukungan Pemerintah Pusat melalui SK Pokja KKP Nomor 417 Tahun 2011, dan SK Bupati Lombok Timur Nomor 188.45/17a/KP/2011, dan dukungan Pemerintah Pusat melalui SK Poja KKP Nomor 188.45/12/KP/2012. 3. Dukungan Pemerintah Daerah Provinsi NTB, dengan program Gubernur berupa PIJAR (pengembangan agribisnis padi, sapi, jagung dan rumput laut). 4. Potensi pengembangan rumput laut dan lobster yang cukup besar. 5. Kondisi social masyarakat yang perlu perhatian untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berjumlah 215.267 orang; dengan tingkat kemiskinan 19,2% untuk Lombok Tengah dan 20,7% untuk Lombok Timur. 6. Dukungan dari Balai Budidaya Laut Lombok yang berlokasi di Sekotong dan Gerupuk. Proses transformasi sosial menuju industrialisasi kelautan dan perikanan merupakan suatu proses perubahan/pergeseran tata nilai, norma, pola pikir dan perilaku suatu kelompok masyarakat menuju peningkatan kualitas kehidupan melalui industrialisasi. Halhal yang mempengaruhi antara lain: (1) Peluang adanya percepatan peningkatan ekonomi melalui industrialisasi; (2) Urgensi kebutuhan atas peningkatan ekonomi masyarakat;
2
(3)Latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya; (4) Dukungan pemerintah pada proses transformasi sosial; (5) Integrasi peran pemerintah pusat/daerah, swasta/industri dan masyarakat; serta (6) Akurasi data baik posisi baseline dan maupun target kondisi yang harus dicapai. Hanan (2009) menjelaskan bahwa: identifikasi potensi wilayah adalah suatu proses penggalian data dan analisis informasi (masalah, potensi, ekosistem perairan, kebutuhan teknologi), keadaan wilayah perikanan baik berupa data primer maupun data sekunder, yang dilakukan secara bersama oleh sebuah tim dengan menggunakan prinsip dan metoda partisipatif. Pemberdayaan
masyarakat
adalah
suatu
strategi
yang
digunakan
dalam
pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Sumber: Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007). Pemberdayaan masyarakat perikanan di suatu daerah tidak dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu dipahami karakteristik masyarakatnya, langkah ini dapat dimulai dengan penyusunan data dukung sub sistem sumber daya manusia. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Karakteristik diartikan
sebagai “ciri-ciri
khusus; mempunyai kekhususan sesuatu perwatakan tertentu.” Selain itu karakteristik mungkin bisa diartikan sebagai suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang ataupun suatu objek. Karakteristik individu adalah sifat-sifat yang ditampilkan seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupannya di dunia atau lingkungan sendiri (Reksowardoyo, 1983). Sehingga karekteristik masyarakat perikanan dapat diartikan sebagai “ciri-ciri dan sifat yang khas pada masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan perikanan atau masyarakat yang menjadikan sektor perikanan sebagai mata pencaharian utamanya”. Sondita, MFA (2012), menyebutkan: Secara sederhana, yang dimaksud dengan sumber daya perikanan adalah suatu manajemen yang mengatur pemanfaatan sumber daya perikanan. Manajemen tersebut dapat dijelaskan sebagai suatu rangkaian proses mulai dari
3
pengumpulan data hingga pelaksanaan kebijakan dan tindakan-tindakan manajemen untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. FAO (1995) mendefinisikan manajemen perikanan (fisheries management) sebagai: “The integrated process of information gathering, analysis, planning, decision making, allocation of resources and formulation and enforcement of fishery regulations by which the fisheries management authority controls the present and future behaviours of the interested parties in the fishery, in order to ensure the continued productivity of the living resources.” Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, mendefinisikan Pengelolaan perikanan sebagai “Semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundangundangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.” Dari ketiga definisi terkait manajemen sumber daya manusia tersebut, sangat jelas bahwa diperlukan pengelolaan sumber daya perikanan oleh Pemerintah untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan, pemanfatan sumber daya untuk pemenuhan pangan, peningkatan nilai ekonomis, peningkatan sumber pendapatan pemerintah dan masyarakat. Sondita (2012) menjelaskan: kegiatan perikanan dikatakan berkelanjutan jika masyarakat
mendukung
keberadaan
kegiatan
perikanan
dan
pengembangannya.
Pengembangan yang dimaksud adalah perbaikan kinerja perikanan yang ditunjukkan antara lain oleh kontribusi social dan ekonomi bisnis perikanan terhadap kehidupan masyarakat, pengelolaan perikanan yang efektif, kelestarian sumber daya ikan, keteraturan yang mendukung terciptanya usaha perikanan dan menguntungkan. Efektivitas proses transformasi sosial memperhatikan adanya prinsip-prinsip dasar, berikut: (1) Added Value, merupakan suatu proses yang memberikan nilai tambah pada setiap kegiatan ekonomi masyarakat perikanan tersebut; (2) Competitiveness, merupakan
4
suatu proses yang memberikan daya saing bagi komoditas/produk yang dihasilkan komunitas perikanan tersebut; (3) Productivity and Efficiency, merupakan suatu proses produksi yang hemat bahan baku dan menghasilkan output yang optimal; dan (4) People Centered, merupakan suatu proses yang mengedepankan peran masyarakat sebagai pelaku utama dan penerima manfaat dari proses industrialisasi perikanan. Tujuan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya perikanan melalui pendekatan data dukung blue economy sub sistem sumber daya manusia adalah mencetak masyarakat perikanan yang unggul dan berdaya saing melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan dan perikanan. Tujuan penelitian yang mendasari penulisan artikel ini adalah: 1) mengidentifikasi karakteristik masyarakat perikanan; 2) mengukur tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap masyarakat perikanan dalam pengelolaan usahanya; 3) mengukur hubungan kebutuhan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan dan perikanan dengan potensi dan karakteristik sumber daya manusia dalam pengelolaan sumber daya perikanan.
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian adalah explanatory research design, yang bermaksud menjelaskan peningkatan peran pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya perikanan melalui pendekatan data dukung blue economy sub sistem sumber daya manusia adalah mencetak masyarakat perikanan yang unggul dan berdaya saing melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan dan perikanan. Populasi penelitian adalah semua pelaku utama perikanan (pembudidaya, nelayan dan pengolah ikan) dan pelaku usaha perikanan (pemasar ikan, petambak garam) di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur. Responden ditentukan tidak secara acak, tetapi dengan penunjukan seluruh ketua kelompok perikanan yang dibina oleh Badan Pelaksana Penyuluhan dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten, yang terdiri dari: Ketua Kelompok atau perwakilan pengurus kelompok pembudidaya ikan, kelompok nelayan, kelompok pengolah dan pemasar ikan, serta kelompok petambak garam.
5
Jumlah responden keseluruhan adalah 335 orang ketua/pengurus kelompok, dengan rincian: 1. Kabupaten Lombok Tengah 237 orang ketua/pengurus kelompok, yang terdiri atas: 153 orang dari kelompok pembudidaya ikan, 73 orang dari kelompok nelayan, 10 orang dari kelompok pengolah dan pemasar ikan, serta 1 orang dari kelompok petambak garam. 2. Kabupaten Lombok Timur 98 orang ketua/pengurus kelompok, yang terdiri atas: 42 orang dari kelompok pembudidaya ikan, 31 orang dari kelompok nelayan, 20 orang dari kelompok pengolah dan pemasar ikan, serta 5 orang dari kelompok petambak garam. Dasar penentuan proporsi jenis responden adalah proporsi jumlah masyarakat perikanan yang ada di Kabupaten Lombok Tengah, yaitu jumlah kelompok pembudidaya ikan adalah 271 buah, kelompok nelayan/KUB adalah 49 buah, kelompok pengolah dan pemasar hasil perikanan adalah 20 buah, dan 10 buah kelompok petambak garam. Sedangkan di Kabupaten Lombok Timur terdata ada 71 kelompok pembudidaya ikan, 31 kelompok nelayan, 24 kelompok pengolah dan pemasar ikan, dan 10 buah kelompok petambak garam (Sumber: SimluhKP, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, Januari 2014). Sampel dianggap cukup mewakili populasi karena derajat keseragaman populasi besar. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 9 – 13 Februari 2014 menggunakan metode survei. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer berupa identitas usaha, keterangan usaha, demografi, produksi, pekerja dan balas jasa, biaya-biaya, kendala, pelayanan/bantuan, pendidikan, penyuluhan dan pelatihan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner yang diperkuat dengan wawancara. Data sekunder berupa monografi wilayah, programa penyuluhan perikanan, Daerah Dalam Angka, program dan kebijakan pengembangan perikanan, program dan kebijakan pengembangan SDM perikanan serta kelembagaan pelaku utama perikanan. Variabel pengaruh pada penelitian adalah keterangan usaha (X1) yang terdiri atas beberapa indikator, yaitu: jenis kelompok, komoditi usaha perikanan, kelas kemampuan
6
kelompok, kelengkapan administrasi yang dimiliki kelompok, penerimaan bantuan modal, keinginan menjadi Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP). Variabel pengaruh yang kedua adalah keadaan demografi (X2) yang terdiri atas beberapa indikator, yaitu: tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, pekerjaan utama, status kepemilikan lahan dan jumlah anak pelaku utama yang ada diusia sekolah. Variabel pengaruh yang ketiga adalah keterangan produksi (X3) yang terdiri atas beberapa indikator, yaitu: luas lahan, kepemilikan sarana prasarana, teknologi yang digunakan, dan penggunaan bahan baku. Variabel pengaruh yang keempat adalah keterangan pekerja dan balas jasa (X4) yang terdiri atas beberapa indikator, yaitu: banyaknya pekerja dan upah. Variabel pengaruh yang kelima adalah keterangan biaya (X5) yang terdiri atas beberapa indikator, yaitu: biaya per siklus, produksi, harga jual, pendapatan perikanan dan pendapatan diluar usaha perikanan. Variabel pengaruh yang keenam adalah Kendala, pelayanan dan bantuan (X6) yang terdiri atas beberapa indikator, yaitu: permasalahan utama, produk turunan, keanggotaan pada koperasi, jenis pelayanan dan bantuan. Variabel terpengaruhnya (Y) adalah Peningkatan Peran pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya perikanan melalui pendekatan data dukung blue economy sub sistem sumber daya manusia dalam mencetak masyarakat perikanan yang unggul dan berdaya saing, yang terdiri atas beberapa indikator, yaitu: karakteristik kebutuhan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan dan perikanan.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keterangan Usaha Karakteristik usaha perikanan di Kabupaten Lombok Tengah dapat dilihat pada Tabel 1. Dari segi jumlah pelaku utama, kegiatan usaha perikanan di Kabupaten Lombok Tengah didominasi oleh kegiatan budidaya ikan (64,56%), baru kemudian disusul penangkapan ikan oleh nelayan (30,80%), pengolah dan pemasar ikan (4,22%) dan kelompok garam rakyat (0,42%). Adapun komoditi utama untuk masing-masing jenis utama perikanan adalah:
7
1. Budidaya ikan : nila, mas, lele, rumput laut, udang lobster, dan udang vaname 2. Penangkapan ikan : tongkol, cumi, dan ikan-ikan dasar. 3. Pengolahan dan pemasaran ikan : pindang, kerupuk, dan bakso ikan. 4. Tambak garam rakyat dan usaha perebusan air laut menjadi garam. Tabel 1. Keterangan usaha perikanan di Kabupaten Lombok Tengah No. Karakteristik 1. Jenis kelompok perikanan: a. Pembudidaya ikan b. Nelayan c. Pengolah dan pemasar ikan d. Garam 2. Jenis komoditi usaha a. Ikan nila b. Ikan lele c. Ikan mas/karper d. Udang lobster e. Rumput laut f. Udang vaname g. Penangkapan berbagai ikan h. Pengolahan i. Garam 3. Kelas kemampuan kelompok a. Pemula b. Madya c. Utama 4. Kelengkapan administrasi a. memiliki AD/ART b. tidak memiliki AD/ART c. memiliki Papan nama dan struktur organisasi d. tidak memiliki Papan nama dan struktur organisasi e. memiliki buku administrasi f. tidak memiliki buku administrasi g. memiliki buku laporan keuangan h. tidak memiliki buku laporan keuangan 5. Pernah menerima bantuan modal dari KKP a. Ya b. Tidak 6. Keinginan menjadi P2MKP a. Ya b. Tidak
8
Frekuensi
%
153 73 10 1
64,56 30,80 4,22 0,42
73 21 25 16 15 3 73 10 1
30,80 8,86 10,55 6,75 6,33 1,27 30,80 4,22 0,42
201 26 10
84,81 10,97 4,22
104 133 137 100 151 86 85 152
43,88 56,12 57,81 42,19 63,71 36,29 35,86 64,14
73 164
30,80 69,20
217 20
91,56 8,44
Di Kabupaten Lombok Tengah, sebagian besar kelompok pelaku utama perikanan termasuk kedalam kelas Pemula. Terlihat dari kelas kemampuan kelompok, yaitu kelas pemula
(84,81%), kelas Madya (10,97), dan kelas Utama (4,22%). Kelompok di
Kabupaten Lombok Tengah, dari segi kelengkapan administrasinya cukup bagus, terlihat dari kelompok yang sudah ada AD/ART (43,88%), kelompok yang sudah ada papan nama dan struktur organisasi (57,81%), kelompok yang sudah lengkap buku administrasinya (63,71%), serta kelompok yang sudah ada buku laporan keuangannya (35,86%). Kelompok pelaku utama di Kabupaten Lombok Tengah yang pernah mendapatkan bantuan modal dari KKP (30,80%) dan kelompok yang belum pernah mendapat bantuan dari KKP (69,20%). Dengan meningkatnya kelas kelompok pelaku utama menjadi kelompok yang mandiri, banyak kelompok yang menginginkan menjadi Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (91,56%), dan hanya sebagian kecil yang belum berkeinginan menjadi P2MKP, karena merasa belum mempunyai keunggulan dari kelompok lain (8,44%). Tabel 2. Keterangan usaha perikanan di Kabupaten Lombok Timur No. Karakteristik 1. Jenis kelompok perikanan: a. Pembudidaya ikan b. Nelayan c. Pengolah dan pemasar ikan d. Garam 2. Jenis komoditi usaha a. Ikan nila, lele dan air tawar b. Rumput laut c. Udang lobster dan Kerapu d. Pengolahan hasil laut e. Pengolahan rumput laut f. Penangkapan berbagai ikan g. Pengolahan ikan asap/minyak ikan h. Garam 3. Kelas kemampuan kelompok a. Pemula b. Madya c. Utama
9
Frekuensi
%
42 31 20 5
42,86 31,63 20,41 5,10
25 9 8 12 5 31 3 5
25,51 9,18 8,16 12,24 5,10 31,63 3,06 5,10
66 29 3
67,35 29,59 3,06
Sambungan tabel 2. Keterangan usaha perikanan di Kabupaten Lombok Timur No. Karakteristik 4. Kelengkapan administrasi a1. memiliki AD/ART a2. tidak memiliki AD/ART b1. memiliki Papan nama dan struktur organisasi b2. tidak memiliki Papan nama dan struktur organisasi c1. memiliki buku administrasi c2. tidak memiliki buku administrasi d1. memiliki buku laporan keuangan d2. tidak memiliki buku laporan keuangan 5. Pernah menerima bantuan modal dari KKP a. Ya b. Tidak 6. Keinginan menjadi P2MKP a. Ya b. Tidak
Frekuensi
%
57 41 68 30 68 30 55 43
58,16 41,84 69,39 30,61 69,39 30,61 56,12 43,88
48 50
48,98 51,02
75 23
76,53 23,47
Ciri-ciri usaha perikanan di Kabupaten Lombok Timur seperti pada Tabel 2. Dari segi jumlah pelaku utama, kegiatan usaha perikanan di Kabupaten Lombok Timur didominasi oleh kegiatan budidaya ikan (42,86%), baru kemudian disusul penangkapan ikan oleh nelayan (31,63%), pengolah dan pemasar ikan (20,41%) dan kelompok garam (5,10%). Adapun komoditi utama untuk masing-masing jenis usaha perikanan di Lombok Timur adalah: (1) Budidaya ikan: nila, lele dan karper; (2) Penangkapan ikan: tongkol dan cumi; (3) Pengolahan dan pemasaran: dodol dan keraginan rumput laut, ikan bakar, ikan asap, dan terasi; dan (4) Garam rakyat: tambak dan perebusan. Dilihat dari kelas kemampuan kelompok perikanan Kabupaten Lombok Timur, sebagian besar kelompok pelaku utama perikanan termasuk kedalam kelas Pemula (67,35%), kelas Madya (29,59), dan kelas Utama (3,06%). Kelompok di Kabupaten Lombok Timur, dari segi kelengkapan administrasinya cukup bagus, terlihat dari kelompok yang sudah memiliki AD/ART (58,16%), kelompok yang sudah memiliki papan nama dan struktur organisasi (69,39%), kelompok yang sudah lengkap buku administrasinya (69,39%), serta kelompok yang sudah ada buku laporan keuangannya (56,12%).
10
Kelompok pelaku utama di Kabupaten Lombok Timur yang pernah mendapatkan bantuan modal dari KKP (48,98%) dan kelompok yang belum pernah mendapat bantuan dari KKP (51,02%). Dengan meningkatnya kelas kelompok pelaku utama menjadi kelompok yang mandiri, banyak kelompok yang menginginkan menjadi Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (76,53%), dan hanya sebagian kecil yang belum berkeinginan menjadi P2MKP, karena merasa belum mempunyai keunggulan dari kelompok lain (23,47%).
2. Keadaan Demografi Keadaan demografi kelompok perikanan di Kabupaten Lombok Tengah dapat dilihat pada Tabel 3. Umur responden sebagian besar adalah 31-40 tahun (38,41%) dan 41-50 tahun (31,78%) adalah kategori dewasa madya dan tergolong usia produktif, sehingga diharapkan dapat berbuat banyak untuk kemajuan masyarakat perikanan. Manusia pada kategori umur dewasa madya lebih berkonsentrasi pada status pekerjaannya dan bertanggung jawab (Kurnianingtyas, 2009). Di Kabupaten Lombok Tengah mereka menggeluti pekerjaan dibidang perikanan sebagai usaha pokok atau pendapatan utama, hal ini didukung oleh data penelitian, bahwa sebagian besar responden (65,29%) menyatakan bahwa usaha dibidang perikanan sebagai usaha pokoknya, baru kemudian diikuti sebagian kecil responden (26,14%) mengaku usaha perikanan hanya merupakan langkah untuk memperoleh pendapatan sampingan (Tabel 3).
11
Tabel 3. Keadaan demografi kelompok perikanan di Kabupaten Lombok Tengah No. Karakteristik 1. Jumlah anggota kelompok a. = 5 orang b. 6 - 10 orang c. 11 - 15 orang d. 16 - 20 orang e. > 20 orang 2. Tingkat pendidikan anggota a. SD b. SLTP c. SLTA d. Diploma/kesarjanaan e. Tidak sekolah f. Lainnya 3. Usia a. 20 - 30 tahun b. 31 - 40 tahun c. 41 - 50 tahun d. 51 - 60 tahun e. > 61 tahun 4. Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 5. Sifat Pekerjaan a. Usaha pokok b. Usaha sampingan c. Hobby d. Lainnya 6. Status kepemilikan lahan usaha a. Milik sendiri b. Sewa c. Penggarap bagi hasil d. lainnya 7. Anak pelaku utama yang usia sekolah a. Belum sekolah b. PAUD c. SD d. SLTP e. SLTA f. Perguruan Tinggi g. Tidak sekolah
12
Frekuensi
%
11 130 52 21 33
4,64 54,85 21,94 8,86 13,92
919 599 707 206 231 35
34,07 22,21 26,21 7,64 8,57 1,30
571 1036 857 211 22
21,17 38,41 31,78 7,82 0,82
2486 211
92,18 7,82
1761 705 199 32
65,29 26,14 7,38 1,19
1661 86 283 667
61,59 3,19 10,49 24,73
506 460 893 536 400 202 130
16,18 14,71 28,56 17,14 12,79 6,46 4,16
Di Kabupaten Lombok Tengah, sebagian besar pelaku utama perikanan adalah lakilaki (92,18%), dibandingkan dengan pelaku utama perikanan perempuan (7,82%). Hal ini dikarenakan sebagian besar beranggapan bahwa perempuan lebih cocok dirumah mengurus rumah dan keluarga. Akan tetapi, jika bisa diberikan pembekalan dan pelatihan mengenai pemanfaatan hasil perikanan, perempuan-perempuan/istri-istri nelayan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan keluarga. Pelatihan-pelatihan yang diharapkan ketika ditanyakan kepada responden adalah pelatihan pembuatan kerupuk kulit ikan, otak-otak ikan, kerupuk ikan, dan pemindangan. Selain proses pembuatannya juga, pelatihan mengenai pengemasan produk juga dibutuhkan. Pendidikan pelaku utama perikanan di Kabupaten Lombok Tengah yang menjadi responden sebagian besar adalah sekolah dasar (34,07%), karena mereka tidak mempunyai kesempatan untuk melanjutkan sekolah ke tingkat menengah. Berdasarkan hasil wawancara, mereka mempunyai keterbatasan biaya untuk melanjutkan ke sekolah menengah. Di samping itu, sebagian besar dari mereka dimasa remajanya harus sudah membantu orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan keluarga; urutan pendidikan berikutnya adalah SLTA (26,21%), dikuti oleh SLTP (22,21%) dan Diploma/Kesarjanaan (7,64%), serta ada (8,57%) yang tidak sekolah sama sekali. Sedangkan data untuk pendidikan anak-anak pelaku utama menunjukkan tren yang cukup berbeda, yang jika diurutkan dimulai dari yang terbesar Sekolah Dasar (28,56%) baru diikuti SLTP (17,14%), PAUD (14,71%), SLTA (12,79%), Perguruan Tinggi (6,46%) dan tidak sekolah (4,16%). Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran orang tua (pelaku utama perikanan) terhadap kebutuhan pendidikan formal sudah besar, hanya memang perlu didukung oleh stimulusstimulus lain, antara lain berupa beasiswa bagi anak-anak pelaku utama dan program pendidikan tinggi bagi anak yang berprestasi. Keadaan demografi kelompok perikanan di Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat pada Tabel 4. Umur responden sebagian besar 31 – 40 tahun (37,45%) dan 41 – 50 tahun (26,52%) adalah kategori dewasa madya dan tergolong usia produktif, sehingga diharapkan dapat berbuat banyak untuk kemajuan masyarakat perikanan.
13
Tabel 4. Keadaan demografi kelompok perikanan di Kabupaten Lombok Timur No. Karakteristik 1. Jumlah anggota kelompok a. 6 - 10 orang b. 11 - 15 orang c. 16 - 20 orang d. > 20 orang 2. Tingkat pendidikan anggota a. SD b. SLTP c. SLTA d. Diploma/kesarjanaan e. Tidak sekolah f. Lainnya 3. Usia a. 20 - 30 tahun b. 31 - 40 tahun c. 41 - 50 tahun d. 51 - 60 tahun e. > 61 tahun 4. Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 5. Sifat Pekerjaan a. Usaha pokok b. Usaha sampingan c. Hobby d. Lainnya 6. Status kepemilikan lahan usaha a. Milik sendiri b. Sewa c. Penggarap bagi hasil d. lainnya 7. Anak pelaku utama yang usia sekolah a. Belum sekolah b. PAUD c. SD d. SLTP e. SLTA f. Perguruan Tinggi g. Tidak sekolah
14
Frekuensi
%
49 19 19 11
50,00 19,39 19,39 11,22
530 292 308 61 134 10
39,70 21,87 23,07 4,57 10,04 0,75
295 500 354 181 5
22,10 37,45 26,52 13,56 0,37
972 363
72,81 27,19
942 330 62 1
70,56 24,72 4,64 0,07
981 138 154 62
73,48 10,34 11,54 4,64
509 163 557 375 266 127 200
23,17 7,42 25,35 17,07 12,11 5,78 9,10
3. Keterangan Produksi Pemberdayaan masyarakat perikanan di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mempelajari karakteristik usaha perikanan yang ada di kedua kabupaten tersebut. Gambaran karakteristik usaha perikanan di Kabupaten Lombok Tengah dapat dilihat pada tabel 5, sedangkan tabel 6 untuk kabupaten Lombok Timur. Tabel 5. Produksi perikanan di Kabupaten Lombok Tengah No. A1.
A2.
A3.
A4.
Karakteristik BAGIAN KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN Luas lahan yang dikelola (aktual) a. < 20 m2 b. 20 - 50 m2 c. 50 - 100 m2 d. 101 - 1000 m2 e. 1001 - 5000 m2 f. > 5000 m2 Luas lahan yang potensial digunakan a. < 20 m2 b. 20 - 50 m2 c. 50 - 100 m2 d. 101 - 1000 m2 e. 1001 - 5000 m2 f. > 5000 m2 Jenis wadah budidaya a. Kolam tanah b. Kolam terpal c. Karamba d. Karamba Jariang Apung e. Tambak f. Tali/perairan umum g.Wadah lainnya Jumlah kepemilikan wadah budidaya a. 1 - 5 buah b. 5 - 10 buah c. 11 - 20 buah d. 21 - 50 buah e. > 50 buah
15
Frekuensi
%
12 14 10 97 17 3
7,84 9,15 6,54 63,40 11,11 1,96
43 23 17 47 20 3
28,10 15,03 11,11 30,72 13,07 1,96
50 12 17 21 8 8 37
32,68 7,84 11,11 13,73 5,23 5,23 24,18
76 36 27 3 11
49,67 23,53 17,65 1,96 7,19
Sambungan Tabel 5. Produksi perikanan di Kabupaten Lombok Tengah No. Karakteristik A5. Jenis sumber air a. Sumber/mata air b. Air bor c. Perairan umum d. Lainnya A6. Kualitas air a. Sangat baik b. Baik c. Tercemar d. lainnya A7. Teknologi produksi yang digunakan a. Super intensif b. Intensif c. Semi intensif d. lainnya A8. Sumber benih/induk a. Hatchery b. UPR c. Instansi pemerintah/Balai Benih d. Lainnya A9. Pakan yang digunakan a. Pabrikan b. Buatan sendiri c. Alami d. Campuran e. Lainnya BAGIAN KELOMPOK NELAYAN/KUB B1. Jenis alat tangkap yang digunakan a. Jaring b. Pancing c. Perangkap d. Lainnya B2. Jumlah kepemilikan a. 1 - 5 buah b. 5 - 10 buah c. 11 - 20 buah d. 21 - 50 buah e. > 50 buah
16
Frekuensi
%
56 14 65 18
36,60 9,15 42,48 11,76
31 112 0 10
20,26 73,20 0,00 6,54
4 39 82 28
2,61 25,49 53,59 18,30
15 55 51 32
9,80 35,95 33,33 20,92
71 0 10 58 14
46,41 0,00 6,54 37,91 9,15
60 29 1 7
61,86 29,90 1,03 7,22
51 10 4 4 4
52,58 10,31 4,12 4,12 3,60
Sambungan Tabel 5. Produksi perikanan di Kabupaten Lombok Tengah No. Karakteristik Frekuensi B3. Teknologi penangkapan yang digunakan a. Super intensif 7 b. Intensif 12 c. Semi intensif 31 d. lainnya 23 B4. Bulan penangkapan a. Sepanjang tahun 73 B5. Alat bantu penangkapan a. Perahu tanpa motor 24 b. Perahu motor temple 17 c. Perahu bermotor 27 d. Lainnya 5 B6. Rata-rata penggunaan bahan bakar per trip a. Tanpa bahan bakar 26 b. 1 - 5 liter 18 c. 6 - 10 liter 13 d. 11 - 20 liter 13 e. 21 - 50 liter 3 BAGIAN KELOMPOK PENGOLAH/PEMASAR IKAN C1. Jenis produk olahan a. Ikan kering 1 b. Fillet 1 c. Bakso 1 d. dodol dan ranginang rumput laut 3 e. Kerupuk 5 f. Abon 1 g. minyak 1 h. Pemindangan 2 i. Terasi 1 C2. Rata-rata kapasitas produksi per orang/minggu a. 1 - 5 kg 2 b. 6 - 10 kg 1 c. 11 - 20 kg 1 d. 21 - 50 kg 5 e. > 50 kg 1 C3. Teknologi pengolahan yang digunakan a. Super intensif 1 b. Intensif 5 c. Semi intensif 4
17
% 7,22 12,37 31,96 23,71 100 32,88 23,29 36,99 6,85 35,62 24,66 17,81 17,81 2,70
6,25 6,25 6,25 18,75 31,25 6,25 6,25 12,50 6,25 20,00 10,00 10,00 50,00 10,00 10,00 50,00 40,00
Sambungan Tabel 5. Produksi perikanan di Kabupaten Lombok Tengah No. Karakteristik C4. Bulan pengolahan a. Januari – Maret b. Januari – Oktober c. Sepanjang tahun BAGIAN KELOMPOK GARAM RAKYAT D1. Luas tambak garam per kelompok a. > 5000 m2
Frekuensi
%
1 1 8
10,00 10,00 80,00
1
100
Dari data produksi perikanan di Kabupaten Lombok Tengah (tabel 5) dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa karakteristik usaha perikanan di Kabupaten Lombok Tengah adalah sebagai berikut : 1. Pembudidaya ikan: (a) Luas lahan usaha yang dikelola per kelompok rata-rata adalah 101 – 1000 m2; (b) Luas lahan potensial yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha budidaya ikan per kelompok rata-rata sebesar 101 – 1000 m2; (c) Sekitar 50% pembudidaya ikan hanya memiliki 1 - 5 buah wadah budidaya, yang 33% diantaranya pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah; (d) Sebagian besar menggunakan teknologi semi intensif pada usaha budidayanya (53,59%) dengan sumber benih berasal dari unit-unit pembenihan rakyat; serta (e) 46% pembudidaya ikan menggunakan pakan pabrikan dan 38% lainnya pengguna pakan pabrikan yang dikombinasikan/dicampur dengan pakan alami dan sisa rumah tangga. 2. Nelayan: (a) jenis alat tangkap yang digunakan umumnya adalah jaring dan pancing; (b) teknologi yang umum digunakan adalah semi intensif yang ditandai dengan penggunaan mesin tempel dan bahan bakar;
(c) penangkapan ikan dilakukan
sepanjang tahun. 3. Pengolah dan pemasar ikan: kapasitas produksi perminggu sebagian besar (50%) adalah sekitar 21 – 50 kg, dengan bulan produksi sepanjang tahun.
18
Tabel 6. Produksi perikanan di Kabupaten Lombok Timur No. A1.
A2.
A3.
A4.
A5.
A6.
A7.
Karakteristik BAGIAN KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN Luas lahan yang dikelola (aktual) a. 20 - 50 m2 b. 50 - 100 m2 c. 101 - 1000 m2 d. 1001 - 5000 m2 e. > 5000 m2 Luas lahan yang potensial digunakan a. 50 - 100 m2 b. 101 - 1000 m2 c. 1001 - 5000 m2 d. > 5000 m2 Jenis wadah budidaya a. Kolam tanah b. Kolam terpal c. Karamba Jariang Apung d. Tali/perairan umum Jumlah kepemilikan a. 1 - 5 buah b. 5 - 10 buah c. 11 - 20 buah d. 21 - 50 buah Jenis sumber air a. Sumber/mata air b. Air bor c. Perairan umum d. Lainnya Kualitas air a. Sangat baik b. Baik c. Tercemar Teknologi produksi yang digunakan a. Super intensif b. Intensif c. Semi intensif d. lainnya
19
Frekuensi
%
2 4 12 14 10
4,76 9,52 28,57 33,33 23,81
2 11 13 16
4,76 26,19 30,95 38,10
20 7 6 9
47,62 16,67 14,29 21,43
15 17 7 3
35,71 40,48 16,67 7,14
16 4 17 5
38,10 9,52 40,48 11,90
14 26 2
33,33 61,90 4,76
3 7 29 3
7,14 16,67 69,05 7,14
Sambungan Tabel 6. Produksi perikanan di Kabupaten Lombok Timur No. Karakteristik A8. Sumber benih/induk a. Hatchery b. UPR c. Instansi pemerintah/Balai Benih d. Lainnya A9. Pakan yang digunakan a. Pabrikan b. Buatan sendiri c. Alami/sisa rumah tangga d. Campuran BAGIAN KELOMPOK NELAYAN/KUB B1. Jenis alat tangkap yang digunakan a. Jaring b. Pancing B2. Jumlah kepemilikan a. 1 - 5 buah b. 5 - 10 buah c. 11 - 20 buah B3. Teknologi penangkapan yang digunakan a. Intensif b. Semi intensif B4. Bulan penangkapan a. Maret – Juli b. Maret – September c. Oktober – Juni d. Sepanjang tahun B5. Alat bantu penangkapan a. Perahu tanpa motor b. Perahu motor tempel B6. Rata-rata penggunaan bahan bakar per trip a. Tanpa bahan bakar b. 1 - 5 liter c. 6 - 10 liter d. 11 - 20 liter e. 21 - 50 liter
20
Frekuensi
%
6 20 7 9
14,29 47,62 16,67 21,43
14 2 5 21
33,33 4,76 11,90 50,00
22 9
70,97 29,03
11 13 7
35,48 41,94 22,58
4 27
12,90 87,10
4 5 3 19
12,90 16,13 9,68 61,29
13 18
41,94 58,06
3 10 13 3 2
9,68 32,26 41,94 9,68 6,45
Sambungan Tabel 6. Produksi perikanan di Kabupaten Lombok Timur No. C1.
C2.
C3.
C4.
D1.
Karakteristik Frekuensi BAGIAN KELOMPOK PENGOLAH/PEMASAR IKAN Jenis produk olahan a. Ikan kering 2 b. Kulit ikan 1 c. Bakso dan Nugget 1 d. Ikan bakar/asap 3 e. Kerupuk 3 f. Abon 1 g. minyak 2 h. Dodol rumput laut 3 i. Ikan segar 2 j. Ikan pindang 2 Rata-rata kapasitas produksi per orang/minggu a. 1 - 5 kg 2 b. 6 - 10 kg 1 c. 11 - 20 kg 4 d. 21 - 50 kg 10 e. > 50 kg 3 Teknologi pengolahan yang digunakan a. Intensif 1 b. Semi intensif 19 Bulan pengolahan a. Sepanjang tahun 20 BAGIAN KELOMPOK GARAM RAKYAT Luas tambak garam per kelompok a. > 5000 m2 5
%
10,00 5,00 5,00 15,00 15,00 5,00 10,00 15,00 10,00 10,00 10,00 5,00 20,00 50,00 15,00 5,00 95,00 100
100
Dari data-data pada tabel 6 dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa karakteristik usaha perikanan di Kabupaten Lombok Timur adalah sebagai berikut : i. Pembudidaya ikan: (a) Luas lahan usaha yang dikelola per kelompok sebagian besar (33%) adalah 1001 – 5000 m2; (b) Luas lahan potensial yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha budidaya ikan per kelompok adalah diatas 5000 m2; (c) Sekitar 40% pembudidaya ikan hanya memiliki 5 - 10 buah wadah budidaya, yang 48% diantaranya menggunakan kolam tanah; (d) Sebagian besar menggunakan teknologi semi intensif pada usaha budidayanya (69,05%) dengan sumber benih berasal dari
21
unit-unit pembenihan rakyat; serta (e) 33% pembudidaya ikan menggunakan pakan pabrikan dan 50% lainnya pengguna pakan pabrikan yang dikombinasikan/dicampur dengan pakan alami dan sisa rumah tangga. ii. Nelayan: (a) jenis alat tangkap yang digunakan umumnya adalah jaring dan pancing; (b) teknologi yang umum digunakan adalah semi intensif yang ditandai dengan penggunaan mesin tempel dan bahan bakar; (c) penangkapan ikan sebagian besar dilakukan sepanjang tahun. iii. Pengolah dan pemasar ikan: kapasitas produksi perminggu sebagian besar (50%) adalah sekitar 21 – 50 kg, dengan masa produksi sepanjang tahun.
4. Keterangan Pekerja dan Balas jasa Banyaknya penggunaan pekerja tetap (diluar pelaku utama/pengelola usaha perikanan) pada kegiatan usaha perikanan di Kabupaten Lombok Tengah adalah cukup besar (18,99%) dan sebagian besarnya hanya mengandalkan diri sendiri sebagai pekerja pada usahanya (81,01%). Dari data pada tabel 7 tergambar bahwa sebagian besar usahanya masih skala kecil dan bahkan hanya sedikit yang kemungkinan dibantu oleh anggota keluarga intinya dalam usahanya (maksimal hanya 5,07%). Tabel 7. Pekerja perikanan di Kabupaten Lombok Tengah No. Karakteristik 1. Banyaknya pekerja tetap per bulan a. 1 orang b. 2 - 3 orang c. 4 - 6 orang d. 7 - 10 orang e. > 10 orang f. tidak ada 2. Banyaknya pekerja harian lepas per bulan a. 1 orang b. 2 - 3 orang c. 4 - 6 orang d. 7 - 10 orang e. > 10 orang f. tidak ada
22
Frekuensi
%
3 9 6 6 21 192
1,27 3,80 2,53 2,53 8,86 81,01
1 15 9 6 3 203
0,42 6,33 3,80 2,53 1,27 85,65
Sambungan Tabel 7. Pekerja perikanan di Kabupaten Lombok Tengah No. Karakteristik 3. Banyaknya hari kerja per bulan a. 1 - 7 hari b. 8 - 14 hari c. 15 - 21 hari d. > 21 hari 4. Rata-rata jam kerja per hari a. < 1 jam b. 2 - 3 jam c. 4 - 6 jam d. 7 - 10 jam e. > 10 jam 5. Jenis kelamin pekerja tetap a. Laki-laki b. Perempuan 6. Besarnya upah/gaji pekerja tetap per bulan a. < Rp. 500.000 b. Rp. 501.000 - 1.000.000 c. Rp. 1.001.000 - 2.000.000 d. > Rp. 2.000.000
Frekuensi
%
18 6 1 212
7,59 2,53 0,42 89,45
0 9 15 15 198
0,00 3,80 6,33 6,33 83,54
25 20
55,56 44,44
35 10 0 0
77,78 22,22 0,00 0.00
Penggunaan pekerja harian lepas pada kegiatan usaha perikanan di Kabupaten Lombok Tengah hanya ada pada sebagian kecil pelaku utama perikanan (14,35%); dengan jumlah pekerja harian lepas rata-rata 2-3 orang/bulan (6,33%), 4-6 orang/bulan (3,80%), 7-10 orang/bulan (2,53%) dan lebih dari 10 orang/bulan (1,27%). Dilihat dari banyaknya hari produksi perikanan, di Kabupaten Lombok Tengah menunjukkan angka yang sangat besar (89,45%) responden melakukan produksi >21 hari dalam satu bulan, diikuti oleh sebagian kecil hanya berproduksi 1-7 hari (7,59%), 8-14 hari (2,53%), 15-21 hari (0,42%), sehingga optimalisasi produksi sangat mungkin diwujudkan dengan perbaikan teknis produksi maupun perluasan lahan usaha budidaya atau intensifikasi penangkapan ikan. Bahkan jika dilihat dari data tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata jam produksi atau berjalannya usaha perikanan perhari adalah diatas 10 jam/hari (83,54%), diikuti oleh sebagian kecil responden lain yang menggunakan waktu produksi perhari 7-10 jam (6,33%), 4-6 jam (6,33%), dan 2-3 jam (3,80%).
23
Jika dilihat dari jenis kelamin pekerja tetap yang membantu usaha perikanan di Kabupaten Lombok Tengah menunjukkan angka partisipasi pekerja tetap perempuan dalam kegiatan usaha perikanan cukup besar (44,44%) dan pekerja tetap laki-laki (55,56%). Adapun besarnya upah atau gaji per bulan dari pekerja tetap tersebut cukup rendah, yakni kurang dari Rp. 500.000/bulan (77,78%) dan Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000 (22,22%). Besarnya upah yang diberikan disesuaikan dengan jenis pekerjaan, makin besar tanggung jawab pekerjaan, makin tinggi upah yang diberikan. Pekerjaan yang menuntut keahlian atau pengetahuan tinggi, tentu lebih mahal dibandingkan tenaga harian. Sehingga jika melihat data tabel 7 dapat diasumsikan bahwa penggunaan pekerja tetap pada kegiatan usaha perikanan di Kabupaten Lombok Tengah hanya untuk pekerjaan harian yang tidak memerlukan keahlian dan pendidikan tertentu. Banyaknya penggunaan pekerja tetap (pekerja diluar pelaku utama/pengelola usaha perikanan) pada kegiatan usaha perikanan di Kabupaten Lombok Timur adalah cukup besar (42,86%) dan sebagian besarnya hanya mengandalkan diri sendiri sebagai pekerja pada usahanya (57,14%). Dengan kata lain, sebagian besar usahanya masih skala kecil dan bahkan hanya sedikit yang kemungkinan dibantu oleh anggota keluarga intinya dalam usahanya. Secara lengkap kondisi usaha perikanan di Kabupaten Lombok Timur dilihat dari segi penggunaan tenaga kerja dan pemberian upah/gaji dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Pekerja perikanan di Kabupaten Lombok Timur No. Karakteristik 1. Banyaknya pekerja tetap per bulan a. 1 orang b. 2 - 3 orang c. 4 - 6 orang d. 7 - 10 orang e. > 10 orang f. tidak ada
24
Frekuensi
%
2 10 12 8 10 56
2,04 10,20 12,24 8,16 10,20 57,14
Sambungan Tabel 8. Pekerja perikanan di Kabupaten Lombok Timur No. Karakteristik 2. Banyaknya pekerja harian lepas per bulan a. 1 orang b. 2 - 3 orang c. 4 - 6 orang d. 7 - 10 orang e. > 10 orang f. tidak ada 3. Banyaknya hari kerja per bulan a. 1 - 7 hari b. 8 - 14 hari c. 15 - 21 hari d. > 21 hari 4. Rata-rata jam kerja per hari a. 2 - 3 jam b. 4 - 6 jam c. 7 - 10 jam d. > 10 jam 5. Jenis kelamin pekerja tetap a. Laki-laki b. Perempuan 6. Besarnya upah/gaji pekerja tetap per bulan b. Rp. 501.000 - 1.000.000 c. Rp. 1.001.000 - 2.000.000 d. > Rp. 2.000.000
Frekuensi
%
4 10 6 1 2 75
4.08 10.20 6.12 1.02 2.04 76.53
7 2 33 56
7,14 2,04 33,67 57,14
4 13 32 49
4,08 13,27 32,65 50,00
41 23
64,06 35,94
3 31 5
7,69 79,49 12,82
5. Keterangan Biaya Menurut Rahadi (1998), bahwa setiap orang atau perusahaan yang bergerak dalam suatu bisnis, tak terkecuali bisnis perikanan, tentu mengharapkan laba atau keuntungan yang sesuai, tak seorang pun yang berniat merugi. Kerugian berarti kehilangan sebagian modal atau tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan untuk kelangsungan bisnis itu. Sedangkan keuntungan berarti memperoleh kelebihan hasil dari modal yang telah ditanamkan (investasi). Persoalan modal dan keuangan merupakan aspek yang penting
25
dalam kegiatan suatu bisnis. Gambaran tentang biaya dan pendapatan usaha perikanan di Kabupaten Lombok Tengah dapat dilihat pada tabel 9. Tabel. 9. Biaya dan pendapatan usaha perikanan di Kabupaten Lombok Tengah No. Karakteristik 1. Rata-rata biaya tetap per siklus produksi/trip penangkapan a. < Rp. 100.000 b. Rp. 101.000 - 200.000 c. Rp. 201.000 - 300.000 d. Rp. 301.000 - 400.000 e. Rp. 401.000 - 1.000.000 f. Rp. 1.000.000 - 2.500.000 g. Rp. 2.501.000 - 10.000.000 h. > Rp. 10.000.000 2. Rata-rata biaya tidak tetap per siklus produksi/trip penangkapan a. < Rp. 100.000 b. Rp. 101.000 - 200.000 c. Rp. 201.000 - 300.000 d. Rp. 301.000 - 400.000 e. Rp. 401.000 - 1.000.000 f. Rp. 1.000.000 - 2.500.000 g. Rp. 2.501.000 - 10.000.000 h. > Rp. 10.000.000 3. Rata-rata produksi per siklus produksi/trip penangkapan a. < 10 kg b. 11 - 15 kg c. 16 - 20 kg d. 21 - 30 kg e. 31 - 100 kg f. 101 - 250 kg g. > 251 kg 4. Rata-rata harga jual produk per kg a. < Rp. 10.000 b. Rp. 11.000 - 20.000 c. Rp. 21.000 - 50.000 d. Rp. 51.000 - 100.000 e. > Rp. 100.000
26
Frekuensi
%
54 22 16 5 32 49 27 32
22,78 9,28 6,75 2,11 13,50 20,68 11,39 13,50
74 20 20 14 61 27 14 7
31,22 8,44 8,44 5,91 25,74 11,39 5,91 2,95
26 5 5 16 32 48 105
10,97 2,11 2,11 6,75 13,50 20,25 44,30
16 136 74 4 7
6,75 57,38 31,22 1,69 2,95
Sambungan Tabel. 9. Biaya dan pendapatan usaha perikanan di Kab. Lombok Tengah No. Karakteristik 5. Tempat produk dijual a. Lokal b. Luar daerah c. Eksport 6. Rata-rata pendapatan per siklus produksi/trip penangkapan a. < Rp. 100.000 b. Rp. 101.000 - 200.000 c. Rp. 201.000 - 300.000 d. Rp. 301.000 - 400.000 e. Rp. 401.000 - 1.000.000 f. Rp. 1.000.000 - 2.500.000 g. Rp. 2.501.000 - 10.000.000 h. > Rp. 10.000.000 7. Rata-rata pendapatan di luar usaha perikanan per tahun a. < Rp. 100.000 b. Rp. 101.000 - 200.000 c. Rp. 201.000 - 300.000 d. Rp. 301.000 - 400.000 e. Rp. 401.000 - 1.000.000 f. Rp. 1.000.000 - 2.500.000 g. Rp. 2.501.000 - 10.000.000 h. > Rp. 10.000.000
27
Frekuensi
%
234 3 0
98,73 1,27 0,00
32 23 5 9 27 41 64 36
13,46 9,62 1,92 3,85 11,54 17,31 26,92 15,38
63 7 16 9 24 54 56 8
26,58 2,95 6,75 3,80 10,13 22,78 23,63 3,38
Keadaan usaha perikanan di Kabupaten Lombok Timur dilihat dari aspek biaya dan pendapatan usaha perikanan dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini. Tabel. 10. Biaya dan pendapatan usaha perikanan di Kabupaten Lombok Timur No. Karakteristik 1. Rata-rata biaya tetap per siklus produksi/trip penangkapan a. < Rp. 100.000 b. Rp. 101.000 - 200.000 c. Rp. 201.000 - 300.000 d. Rp. 301.000 - 400.000 e. Rp. 401.000 - 1.000.000 f. Rp. 1.000.000 - 2.500.000 g. Rp. 2.501.000 - 10.000.000 h. > Rp. 10.000.000 2. Rata-rata biaya tidak tetap per siklus produksi/trip penangkapan a. < Rp. 100.000 b. Rp. 101.000 - 200.000 c. Rp. 201.000 - 300.000 d. Rp. 301.000 - 400.000 e. Rp. 401.000 - 1.000.000 f. Rp. 1.000.000 - 2.500.000 3. Rata-rata produksi per siklus produksi/trip penangkapan a. < 10 kg b. 11 - 15 kg c. 16 - 20 kg d. 21 - 30 kg e. 31 - 100 kg f. 101 - 250 kg g. > 251 kg 4. Rata-rata harga jual produk per kg a. Rp. 11.000 - 20.000 b. Rp. 21.000 - 50.000 c. Rp. 51.000 - 100.000 d. > Rp. 100.000 5. Tempat produk dijual a. Lokal b. Luar daerah
28
Frekuensi
%
29 23 16 7 3 7 6 7
29,59 23,47 16,33 7,14 3,06 7,14 6,12 7,14
13 38 3 2 10 32
13,27 38,78 3,06 2,04 10,20 32,65
23 12 17 12 3 11 20
23,47 12,24 17,35 12,24 3,06 11,22 20,41
51 36 7 4
52,04 36,73 7,14 4,08
91 7
92,86 7,14
Sambungan Tabel. 10. Biaya dan pendapatan usaha perikanan di Kab. Lombok Timur No. Karakteristik 6. Rata-rata pendapatan per siklus produksi/trip penangkapan a. < Rp. 100.000 b. Rp. 101.000 - 200.000 c. Rp. 201.000 - 300.000 d. Rp. 301.000 - 400.000 e. Rp. 401.000 - 1.000.000 f. Rp. 1.000.000 - 2.500.000 g. Rp. 2.501.000 - 10.000.000 7. Rata-rata pendapatan di luar usaha perikanan per tahun a. Rp. 201.000 - 300.000 b. Rp. 301.000 - 400.000 c. Rp. 401.000 - 1.000.000 d. Rp. 1.000.000 - 2.500.000 e. Rp. 2.501.000 - 10.000.000
Frekuensi
%
25 2 10 19 20 5 17
25,51 2,04 10,20 19,39 20,41 5,10 17,35
5 12 33 42 6
5,10 12,24 33,67 42,86 6,12
6. Kendala, Pelayanan dan Bantuan Pengembangan sumber daya manusia kelautan dan perikanan dalam mencetak masyarakat perikanan yang unggul dan berdaya saing, harus mampu mengubah citranya dari sekedar proses transfer teknologi untuk mengubah cara berusaha yang hanya menghasilkan pelaku utama dan pelaku usaha berperan sebagai alat produksi menjadi suatu proses pemberdayaan untuk mengubah pelaku utama/pelaku usaha sebagai subyek pembangunan. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, perlu dilakukan pemetaan terhadap permasalahan utama yang mereka hadapi, pelayanan dan bantuan yang sebelumnya pernah diterima dari berbagai pihak. Gambaran tentang permasalahan utama, pelayanan dan bantuan perikanan di Kabupaten Lombok Tengah dapat dilihat pada tabel 11.
29
Tabel. 11. Kendala, pelayanan dan bantuan perikanan di Kab. Lombok Tengah No. Karakteristik Frekuensi 1. Permasalahan utama yang dihadapi 10 a. Teknis produksi 2 b. Tenaga kerja 208 c. Permodalan 14 d. Pemasaran 3 e. Kelembagaan/kelompok 2. Jenis produk turunan (selain produk utama) 237 a. belum ada produk turunan 3. Keanggotaan di koperasi 33 a. Ada 204 b. Tidak ada 4. Pelayanan/bantuan dari koperasi 13 a. Pinjaman uang 4 b. Pemasaran 23 c. Bimbingan/pelatihan/penyuluhan 5 d. Pengadaan sarana prasarana 192 e. Tidak pernah 5. Pelayanan/bantuan selain koperasi dan KKP 7 a. Pinjaman uang 4 b. Pemasaran 31 c. Bimbingan/pelatihan/penyuluhan 9 d. Pengadaan sarana prasarana 186 e. Tidak pernah 6. Lembaga selain KKP dan Koperasi yang memberi bantuan 47 a. Instansi pemerintah/pemda 3 b. Perusahaan swasta 5 c. Perbankan/lembaga keuangan 3 d. Yayasan/LSM 20 e. Lainnya 159 f. Tidak ada
% 4.22 0.84 87.76 5.91 1.27 100,00 13.92 86.08 5,49 1,69 9,70 2,11 81,01 2,95 1,69 13,08 3,80 78,48 19.83 1.27 2.11 1.27 8.44 67.09
Dalam proses membangun kemandirian masyarakat, yang memungkinkan masyarakat mampu membangun diri dan lingkungannya berdasarkan potensi, kebutuhan aspirasi dan kewenangan yang ada pada masyarakat sendiri dengan difasilitasi oleh pemerintah dan seluruh stakeholder terkait. Untuk
mengawalinya perlu dilakukan
pemetaan terhadap permasalahan utama yang mereka hadapi, pelayanan dan bantuan
30
yang sebelumnya pernah diterima dari berbagai pihak. Gambaran tentang permasalahan utama, pelayanan dan bantuan perikanan di Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat pada tabel 12. Tabel. 12. Kendala, pelayanan dan bantuan perikanan di Kab. Lombok Timur No. Karakteristik 1. Permasalahan utama yang dihadapi a. Teknis produksi b. Sarana prasarana c. Permodalan d. Pemasaran e. Pengelolaan SD Perikanan (pengambilan pasir, penataan rumpun, pemboman ikan dll) 2. Jenis produk turunan (selain produk utama) a. Ikan pindang b. Terasi udang c. Cumi kering 3. Keanggotaan di koperasi a. Ada b. Tidak ada 4. Pelayanan/bantuan dari koperasi a. Pinjaman uang b. Pemasaran c. Pengadaan sarana prasarana d. Tidak pernah 5. Pelayanan/bantuan selain koperasi dan KKP a. Pinjaman uang b. Pemasaran c. Bimbingan/pelatihan/penyuluhan d. Pengadaan sarana prasarana e. Tidak pernah 6. Lembaga selain KKP dan Koperasi yang memberi bantuan a. Instansi pemerintah/pemda b. Tidak ada
31
Frekuensi
%
20 9 42 23
20,41 9,18 42,86 23,47
4
4,08
10 5 3
55,56 27,78 16,67
12 86
12,24 87,76
3 4 2 89
3,06 4,08 2,04 90,82
3 2 79 4 10
3,06 2,04 80,61 4,08 10,20
3 95
3,06 96,94
7. Karakteristik Kebutuhan Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Dalam proses pemberdayaan yang mengedepankan peran masyarakat sebagai pelaku utama dan penerima manfaat dari proses industrialisasi perikanan, perlu dipelajari karakteristik kebutuhan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan dan perikanan di Kabupaten Lombok Tengah (sebagaimana tabel 13). Tabel 13. Kebutuhan Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Lombok Tengah No. Karakteristik 1. Anak pelaku utama yang usia sekolah a. Belum sekolah b. PAUD c. SD d. SLTP e. SLTA f. Perguruan Tinggi g. Tidak sekolah 2. Permasalahan utama yang dihadapi a. Teknis produksi b. Tenaga kerja c. Permodalan d. Pemasaran e. Kelembagaan/kelompok f. lainnya 3. Pembinaan/penyuluhan yang pernah diikuti a. Manajerial b. Keterampilan/teknis produksi c. Sikap/motivasi d. Pemasaran e. Gabungan (a,b,c,d) 4. Pelatihan yang pernah diikuti a. Manajerial b. Keterampilan/teknis produksi c. Sikap/motivasi d. Pemasaran e. Tidak pernah
32
Frekuensi
%
506 460 893 536 400 202 130
16,18 14,71 28,56 17,14 12,79 6,46 4,16
10 2 208 14 3
4.22 0.84 87.76 5.91 1.27
12 155 16 35 26
5,06 65,40 6,75 14,77 10,97
10 69 14 13 131
4,22 29,11 5,91 5,49 55,27
Sambungan Tabel 13. Kebutuhan Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Lombok Tengah No. Karakteristik 5. Pelatihan yang dibutuhkan a. Manajerial b. Keterampilan/teknis produksi c. Sikap/motivasi d. Pemasaran e. Lainnya 6. Langkah pengembangan peran dan fungsi penyuluh perikanan: a. Pemenuhan jumlah penyuluh perikanan sesuai dengan ratio keberadaan penyuluh dan kelompok binaannya (1 penyuluh, untuk 12-16 kelompok binaan), sehingga setiap penyuluh dapat mengunjungi setiap kelompok 1-2 kali/bulan b. Peningkatan kompetensi penyuluh sesuai dengan kebutuhan lapangan/pengembangan usaha c. Pemberian peran kepada penyuluh perikanan dalam fasilitasi bantuan modal dari pemerintah d. Percontohan/demonstrasi oleh penyuluh perikanan sebagai media penyuluhan di wilayah kerjanya e. Magang usaha pada kelompok didaerah lain yang berhasil dan pengembangan sekolah lapang f. Tidak berpendapat
33
Frekuensi
%
25 137 11 11 53
10,55 57,81 4,64 4,64 22,36
36
15,19
17
7,17
16
6,75
12
5,06
10
4,22
146
61,60
Sambungan Tabel 13. Kebutuhan Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Lombok Tengah No. Karakteristik 7. Langkah pengembangan potensi perikanan dan pemberdayaan masyarakat perikanan yang diharapkan a. Penambahan modal usaha, melalui: (1)fasilitasi bantuan sarana dan prasarana dari pemerintah yang transparan; (2)kemudahan akses perbankan; (3) penyediaan sistem informasi pembiayaan usaha mikro dan kecil; b. Penekanan biaya produksi, melalui: (1)subsidi pakan dan bbm; (2)peremajaan perahu dan alat tangkap; (3)produksi pakan sendiri; (4)kuntinyuitas bahan baku; (5)fasilitasi pembangunan rumpun c. Pengembangan pemasaran, melalui: (1)stabilitas harga jual; (2)diversifikasi usaha; (3)pasca panen dan pengolahan d. Peningkatan kemampuan manajemen kelompok, melalui: (1)penetapan AD/ART; (2)buku administrasi; (3)pengelolaan aspek permodalan/keuangan dalam kelompok; (4)penumbuhan tabungan kelompok e. Penumbuhan iklim usaha yang kondusif (perijinan, konservasi dan aturan pengelolaan sumber daya) f. Tidak berpendapat
Frekuensi
%
112
47,26
52
21,94
33
13,92
11
4,64
4
1,69
25
10,55
Dari data kebutuhan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan dan perikanan di Kabupaten Lombok Tengah (tabel 13) tergambar karakteristik secara umum sebagai berikut : 1. Sebagian besar anak pelaku utama perikanan sedang menempuh pendidikan di tingkat SD (28,56%), SLTP (17,14%) dan SLTA (12,79%), dengan kata lain mereka sudah memahami arti penting pendidikan bagi anak-anaknya. 2. Hanya ada sebagian anak dari pelaku utama perikanan yang masih berusia sekolah, tetapi karena berbagai macam keterbatasan yang ada, sehingga tidak bersekolah (4,16%).
34
3. Hampir seluruh responden menjawab bahwa “keterbatasan modal” adalah permasalahan utama yang mereka hadapi. Permasalahan ini sebenarnya tidak secara otomatis dapat diselesaikan dengan penambahan modal, tetapi lebih pada: (1) bagaimana mengelola modal, (2) efisiensi pengelolaan sumber daya, (3) budaya menabung/pemupukan modal, (4) akses pada sumber permodalan, dan (5) pencatatan keuangan (analisa usaha dan laporan arus kas). 4. Sebagian besar responden berpendapat bahwa mereka pernah mengikuti pembinaan penyuluhan dalam keterampilan teknis produksi pada usaha perikanannya (65,40%). 5. Sebagian besar responden yang notabene-nya adalah ketua atau
pengurus
kelompok memberikan informasi bahwa mereka tidak pernah sekalipun dilatih (55,27%). Hanya sebagian kecil yang pernah dilatih dalam hal keterampilan/teknis produksi. 6. Pelatihan yang sangat dibutuhkan oleh pelaku utama perikanan adalah: keterampilan/teknis produksi (57,81%), manajerial (buku administrasi, laporan keuangan, analisa usaha dan pengembangan kelas kelompok) hanya 10,55% dan Pemasaran serta motivasi masing-masing 4,64%. 7. Sebagian responden (48,40%) berpendapat bahwa langkah pengembangan peran dan fungsi penyuluhan perikanan yang dapat dilakukan di Kabupaten Lombok Tengah adalah: a. Pemenuhan jumlah penyuluh perikanan sesuai dengan ratio keberadaan penyuluh dan kelompok binaannya (1 penyuluh, untuk 12-16 kelompok binaan), sehingga setiap penyuluh dapat mengunjungi setiap kelompok 1-2 kali/bulan (15,19%). b. Peningkatan
kompetensi
penyuluh
sesuai
dengan
kebutuhan
lapangan/pengembangan usaha (7,175). c. Pemberian peran kepada penyuluh perikanan dalam fasilitasi bantuan modal dari pemerintah (6,75%).
35
d. Percontohan/demonstrasi oleh penyuluh perikanan sebagai media penyuluhan di wilayah kerjanya (5,06%). e. Magang usaha pada kelompok didaerah lain yang berhasil dan pengembangan sekolah lapang (4,22%). 8. Sebagian besar responden (89,45%) mengusulkan beberapa langkah pengembangan potensi perikanan dan pemberdayaan masyarakat perikanan sesuai harapan, yakni: a. Penambahan modal usaha, melalui: (1)fasilitasi bantuan sarana dan prasarana dari pemerintah yang transparan; (2)kemudahan akses perbankan; (3) penyediaan sistem informasi pembiayaan usaha mikro dan kecil (47,26%). b. Penekanan biaya produksi, melalui: (1)subsidi pakan dan bbm; (2)peremajaan perahu dan alat tangkap; (3)produksi pakan sendiri; (4)kuntinyuitas bahan baku; (5)fasilitasi pembangunan rumpun (21,94%). c. Pengembangan pemasaran, melalui: (1)stabilitas harga jual; (2)diversifikasi usaha; (3)pasca panen dan pengolahan (13,92%) d. Peningkatan kemampuan manajemen kelompok, melalui: (1)penetapan AD/ART; (2)buku administrasi; (3)pengelolaan aspek permodalan/keuangan dalam kelompok; (4)penumbuhan tabungan kelompok (6,64%) e. Penumbuhan iklim usaha yang kondusif (perijinan, konservasi dan aturan pengelolaan sumber daya) (1,69%).
36
Berdasarkan survey dan wawancara yang dilakukan pada pelaku utama perikanan di Kabupaten Lombok Timur, karakteristik kebutuhan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan dan perikanan dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14. Kebutuhan Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Lombok Timur No. Karakteristik 1. Anak pelaku utama yang usia sekolah a. Belum sekolah b. PAUD c. SD d. SLTP e. SLTA f. Perguruan Tinggi g. Tidak sekolah 2. Permasalahan utama yang dihadapi a. Permodalan b. Tingginya harga sarana dan prasarana c. Pemasaran (harga jual rendah, stabilitas pasar) d. Teknis produksi e. Pengelolaan SD Perikanan (tambang pasir, penataan rumpun dan pemboman ikan 3. Pembinaan/penyuluhan yang pernah diikuti a. Manajerial b. Keterampilan/teknis produksi c. Sikap/motivasi d. Pemasaran e. Gabungan (a,b,c,d) 4. Pelatihan yang pernah diikuti a. Manajerial b. Keterampilan/teknis produksi c. Pemasaran d. Belum pernah 5. Pelatihan yang dibutuhkan a. Manajerial b. Keterampilan/teknis produksi c. Sikap/motivasi d. Pemasaran e. Pengemasan produk perikanan f. Tidak berpendapat
37
Frekuensi
%
509 163 557 375 266 127 200
23,17 7,42 25,35 17,07 12,11 5,78 9,10
35 27 15 18
35,71 27,55 15,31 18,37
3
3,06
6 7 0 0 85
6,12 7,14 0 0 86,73
3 8 4 83
3,06 8,16 4,08 84,69
7 12 3 6 4 66
7,14 12,24 3,06 6,12 4,08 67,35
Sambungan Tabel 14. Kebutuhan Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Lombok Timur No. Karakteristik 6. Langkah pengembangan peran dan fungsi penyuluh perikanan: a. Pemenuhan jumlah penyuluh perikanan PNS sesuai dengan ratio keberadaan penyuluh dan kelompok binaannya (1 penyuluh, untuk 12-16 kelompok binaan), sehingga setiap penyuluh dapat mengunjungi setiap kelompok 1-2 kali/bulan b. Peningkatan kompetensi penyuluh sesuai dengan kebutuhan lapangan/pengembangan usaha c. Pemberian peran kepada penyuluh perikanan dalam kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat (program pusat) dan fasilitasi bantuan modal dari pemerintah/pemda d. Percontohan/demonstrasi oleh penyuluh perikanan sebagai media penyuluhan di wilayah kerjanya, terutama pada teknologi pengelolaan pakan dan pengemasan produk olahan e. Magang usaha pada kelompok didaerah lain yang berhasil dan pengembangan sekolah lapang f. Tidak berpendapat 7. Langkah pengembangan potensi perikanan dan pemberdayaan masyarakat perikanan yang diharapkan a. Penambahan modal usaha, melalui: (1) fasilitasi bantuan sarana dan prasarana dari pemerintah yang transparan; (2) kemudahan akses perbankan; (3) penyediaan sistem informasi pembiayaan usaha mikro dan kecil; b. Penekanan biaya produksi, melalui: (1) subsidi pakan dan bbm; (2) peremajaan perahu dan alat tangkap; (3) produksi pakan sendiri; (4) kuntinyuitas bahan baku; (5) fasilitasi pembangunan rumpun c. Pengembangan keterampilan teknis, berupa: (1) keterampilan budidaya ikan bagi nelayan (di waktu tidak musim ikan); (2) pengelolaan usaha budidaya (pakan dan hama penyakit ikan); (3) teknik budidaya rumput laut dan lobster
38
Frekuensi
%
12
12,24
15
15,31
7
7,14
9
9,18
4
4,08
51
52,04
57
58,16
5
5,10
3
3,06
Sambungan Tabel 14. Kebutuhan Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Lombok Timur No. d.
e.
f.
g.
h.
Karakteristik Pengembangan pemasaran, melalui: (1) stabilitas harga jual; (2) diversifikasi usaha; (3) pasca panen dan pengolahan; (4) pengemasan produk olahan Peningkatan kemampuan manajemen kelompok, melalui: (1) penetapan AD/ART; (2) buku administrasi; (3) pengelolaan aspek permodalan/keuangan dalam kelompok; (4) penumbuhan tabungan kelompok Penumbuhan iklim usaha yang kondusif, berupa: (1) perijinan yang jelas, (2) aturan pengelolaan sumber daya, (3) penertipan lokasi rumpun, (4) penertipan wilayah batas radius pantai. Fasilitasi pelatihan teknis dan manajerial, berupa: (1) pengolahan hasil perikanan bagi istri nelayan, (2) budidaya ikan bagi nelayan, (3) pengelolaan pakan dan pengelolaan air (penggunaan enzim atau bakteri tertentu), (4) pengemasan produk hasil olahan bagi pengolah dan pemasar ikan Tidak berpendapat
Frekuensi
%
7
7,14
2
2,04
5
5,10
8
8,16
11
11,22
Dari data kebutuhan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan dan perikanan di Kabupaten Lombok Timur (tabel 14) tergambar karakteristik secara umum sebagai berikut : 1. Sebagian besar anak pelaku utama perikanan sedang menempuh pendidikan di tingkat SD (25,35%), SLTP (17,07%) dan SLTA (12,11%), dengan kata lain mereka sudah memahami arti penting pendidikan bagi anak-anaknya. 2. Hanya ada sebagian anak dari pelaku utama perikanan yang masih berusia sekolah, tetapi karena berbagai macam keterbatasan yang ada, sehingga tidak bersekolah (9,10%). 3. Hampir seluruh responden menjawab bahwa “keterbatasan modal” adalah permasalahan utama yang mereka hadapi (35,71%). Permasalahan ini sebenarnya tidak secara otomatis dapat diselesaikan dengan penambahan modal, tetapi lebih
39
pada: (1) bagaimana mengelola modal, (2) efisiensi pengelolaan sumber daya, (3) budaya menabung/pemupukan modal, (4) akses pada sumber permodalan, dan (5) pencatatan keuangan (analisa usaha dan laporan arus kas). 4. Sebagian besar responden berpendapat bahwa mereka pernah mengikuti pembinaan penyuluhan perikanan yang merupakan gabungan dari pembinaan mengenai manajerial, keterampilan/teknis produksi, sikap/motivasi dan pemasaran pada usaha perikanannya (86,73%). 5. Sebagian besar responden yang notabene-nya adalah ketua atau pengurus kelompok memberikan informasi bahwa mereka tidak pernah sekalipun dilatih (84,69%). Hanya sebagian
kecil
(15,31%)
yang
pernah
dilatih
dalam
hal
manajerial,
keterampilan/teknis produksi dan pemasaran. 6. Pelatihan yang sangat dibutuhkan oleh pelaku utama perikanan adalah: keterampilan/teknis produksi (12,24%), manajerial (buku administrasi, laporan keuangan, analisa usaha dan pengembangan kelas kelompok) hanya 7,14%, pemasaran (6,12%), dan motivasi (3,06%). 7. Sebagian responden (47,96%) berpendapat bahwa langkah pengembangan peran dan fungsi penyuluhan perikanan yang dapat dilakukan di Kabupaten Lombok Timur adalah: a. Peningkatan
kompetensi
penyuluh
sesuai
dengan
kebutuhan
lapangan/pengembangan usaha (15,31%) b. Pemenuhan jumlah penyuluh perikanan PNS sesuai dengan ratio keberadaan penyuluh dan kelompok binaannya (1 penyuluh, untuk 12-16 kelompok binaan), sehingga setiap penyuluh dapat mengunjungi setiap kelompok 1-2 kali/bulan (12,24%) c. Percontohan/demonstrasi oleh penyuluh perikanan sebagai media penyuluhan di wilayah kerjanya, terutama pada teknologi pengelolaan pakan dan pengemasan produk olahan (9,18%)
40
d. Pemberian peran kepada penyuluh perikanan dalam kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat (program pusat) dan fasilitasi bantuan modal dari pemerintah/pemda (7,14%) e. Magang usaha pada kelompok didaerah lain yang berhasil dan pengembangan sekolah lapang (4,08%). 8. Sebagian besar responden (89,45%) mengusulkan beberapa langkah pengembangan potensi perikanan dan pemberdayaan masyarakat perikanan sesuai harapan, yakni: a. Penambahan modal usaha, melalui: (1) fasilitasi bantuan sarana dan prasarana dari pemerintah yang transparan; (2) kemudahan akses perbankan; (3) penyediaan sistem informasi pembiayaan usaha mikro dan kecil (58,16%). b. Fasilitasi pelatihan teknis dan manajerial, berupa: (1) pengolahan hasil perikanan bagi istri nelayan, (2) budidaya ikan bagi nelayan, (3) pengelolaan pakan dan pengelolaan air (penggunaan enzim atau bakteri tertentu), (4) pengemasan produk hasil olahan bagi pengolah dan pemasar ikan (8,16%). c. Pengembangan pemasaran, melalui: (1) stabilitas harga jual; (2) diversifikasi usaha; (3) pasca panen dan pengolahan; (4) pengemasan produk olahan (7,14%). d. Penekanan biaya produksi, melalui: (1) subsidi pakan dan bbm; (2) peremajaan perahu dan alat tangkap; (3) produksi pakan sendiri; (4) kuntinyuitas bahan baku; (5) fasilitasi pembangunan rumpun (5,10%). e. Penumbuhan iklim usaha yang kondusif, berupa: (1) perijinan yang jelas, (2) aturan pengelolaan sumber daya, (3) penertipan lokasi rumpun, (4) penertipan wilayah batas radius pantai (5,10%). f. Pengembangan keterampilan teknis, berupa: (1) keterampilan budidaya ikan bagi nelayan (di waktu tidak musim ikan); (2) pengelolaan usaha budidaya (pakan dan hama penyakit ikan); (3) teknik budidaya rumput laut dan lobster (3,06%). g. Peningkatan kemampuan manajemen kelompok, melalui: (1) penetapan AD/ART; (2) buku administrasi; (3) pengelolaan aspek permodalan/keuangan dalam kelompok; (4) penumbuhan tabungan kelompok (2,04%).
41
Tujuan penelitian yang mendasari penulisan artikel ini adalah: 1) mengidentifikasi karakteristik masyarakat perikanan; 2) mengukur tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap masyarakat perikanan dalam pengelolaan usahanya; 3) mengukur hubungan kebutuhan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan dan perikanan dengan potensi dan karakteristik sumber daya manusia dalam pengelolaan sumber daya perikanan. SIMPULAN 1. Karakteristik masyarakat perikanan di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur: - Kegiatan usaha perikanan didominasi oleh kegiatan budidaya ikan - Kelas kemampuan kelompok perikanan sebagian besar termasuk kedalam kelas Pemula - Lebih dari setengah kelompok perikanan sudah memiliki: Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, papan nama, struktur organisasi, buku administrasi dan laporan keuangan kelompok - Baru sekitar sepertiga dari jumlah kelompok pelaku utama yang pernah mendapatkan bantuan modal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan - Sebagian besar kelompok perikanan berminat menjadi Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan - Umur sebagian besar pelaku utama 31-50 tahun adalah kategori dewasa madya dan tergolong usia produktif, sehingga diharapkan dapat berbuat banyak untuk kemajuan masyarakat perikanan. - Lebih dari dua pertiga pelaku utama perikanan menyatakan bahwa usaha dibidang perikanan sebagai usaha pokoknya - Jenis kelamin pelaku utama perikanan masih didominasi oleh laki-laki, tetapi jumlah perempuannya pun tidak bisa dibilang sedikit yakni sekitar seperenam dari keseluruhan jumlah pelaku utama. - Luas lahan usaha yang dikelola per kelompok pembudidaya ikan berkisar antara 1001 – 5000 m2; dan memiliki lahan potensial yang dapat digunakan untuk pengembangan
42
usaha budidaya ikan per kelompok adalah diatas 5000 m2; sebagian besar pembudidaya ikan hanya memiliki 5 - 10 buah wadah budidaya, yang 48% diantaranya menggunakan kolam tanah; menggunakan teknologi semi intensif pada usaha budidayanya, dengan sumber benih berasal dari unit-unit pembenihan rakyat; serta pengguna pakan pabrikan yang dikombinasikan/dicampur dengan pakan alami dan sisa rumah tangga. - Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan umumnya adalah jaring dan pancing, dengan teknologi semi intensif dan dilakukan sepanjang tahun. - Kapasitas produksi para pengolah dan pemasar ikan cukup tinggi, yakni berkisar antara 21 – 50 kg perminggu, dengan masa produksi sepanjang tahun. - Lebih dari dua pertiga pelaku utama perikanan hanya mengandalkan diri sendiri sebagai pekerja pada usahanya. - Sebagian besar pelaku utama perikanan berproduksi >21 hari dalam satu bulan, dengan rata-rata jam produksi atau berjalannya usaha perikanan diatas 10 jam/hari. 2. Karakteristik tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap masyarakat perikanan dalam pengelolaan usahanya: - Lebih dari sepertiga pelaku utama perikanan berpendidikan Sekolah Dasar. - Hampir seluruh responden menjawab bahwa “keterbatasan modal” adalah permasalahan utama yang mereka hadapi. - Sebagian besar responden berpendapat bahwa mereka pernah mengikuti pembinaan penyuluhan perikanan yang merupakan gabungan dari pembinaan mengenai manajerial, keterampilan/teknis produksi, sikap/motivasi dan pemasaran pada usaha perikanannya.
43
3. Kebutuhan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan dan perikanan: - Lebih dari setengah dari keseluruhan anak pelaku utama perikanan sedang menempuh pendidikan di tingkat SD, SLTP dan SLTA, dengan kata lain mereka sudah memahami arti penting pendidikan bagi anak-anaknya. - Hanya ada sebagian kecil (4,16% di Lombok Tengah dan 9,10% di Lombok Timur) dari anak dari pelaku utama perikanan yang masih berusia sekolah, tetapi karena berbagai macam keterbatasan yang ada, sehingga tidak bersekolah. - Lebih dari dua pertiga responden yang notabene-nya adalah ketua atau pengurus kelompok memberikan informasi bahwa mereka tidak pernah sekalipun dilatih. - Pelatihan
yang
sangat
dibutuhkan
oleh
pelaku
utama
perikanan
adalah:
keterampilan/teknis produksi, manajerial (buku administrasi, laporan keuangan, analisa usaha dan pengembangan kelas kelompok), pemasaran dan motivasi. - Sebagian besar responden berpendapat bahwa langkah pengembangan peran dan fungsi penyuluhan perikanan yang dapat dilakukan adalah: (a) Pemenuhan jumlah penyuluh perikanan PNS sesuai dengan ratio keberadaan penyuluh dan kelompok binaannya (1 orang penyuluh, untuk 12-16 kelompok binaan), sehingga setiap penyuluh dapat mengunjungi setiap kelompok 1-2 kali/bulan; (b) Peningkatan kompetensi penyuluh sesuai dengan kebutuhan lapangan/pengembangan usaha; (c) Pemberian peran kepada penyuluh perikanan dalam fasilitasi bantuan modal dari pemerintah; (d) Percontohan/demonstrasi oleh penyuluh perikanan sebagai media penyuluhan di wilayah kerjanya, terutama pada teknologi pengelolaan pakan dan pengemasan produk olahan; (e) Magang usaha pada kelompok didaerah lain yang berhasil dan pengembangan sekolah lapang. - Sebagian besar responden mengusulkan beberapa langkah pengembangan potensi perikanan dan pemberdayaan masyarakat perikanan sesuai harapan, yakni: a) Penambahan modal usaha, melalui: (1) fasilitasi bantuan sarana dan prasarana dari pemerintah yang transparan; (2) kemudahan akses perbankan; (3) penyediaan sistem informasi pembiayaan usaha mikro dan kecil.
44
b) Fasilitasi pelatihan teknis dan manajerial, berupa: (1) pengolahan hasil perikanan bagi istri nelayan, (2) budidaya ikan bagi nelayan, (3) pengelolaan pakan dan pengelolaan air (penggunaan enzim atau bakteri tertentu), (4) pengemasan produk hasil olahan bagi pengolah dan pemasar ikan. c) Pengembangan pemasaran, melalui: (1) stabilitas harga jual; (2) diversifikasi usaha; (3) pasca panen dan pengolahan; (4) pengemasan produk olahan. d) Penekanan biaya produksi, melalui: (1) subsidi pakan dan bbm; (2) peremajaan perahu dan alat tangkap; (3) produksi pakan sendiri; (4) kuntinyuitas bahan baku; (5) fasilitasi pembangunan rumpun. e) Penumbuhan iklim usaha yang kondusif, berupa: (1) perijinan yang jelas, (2) aturan pengelolaan sumber daya, (3) penertipan lokasi rumpun, (4) penertipan wilayah batas radius pantai. f) Pengembangan keterampilan teknis, berupa: (1) keterampilan budidaya ikan bagi nelayan (di waktu tidak musim ikan); (2) pengelolaan usaha budidaya (pakan dan hama penyakit ikan); (3) teknik budidaya rumput laut dan lobster. g) Peningkatan kemampuan manajemen kelompok, melalui: (1) penetapan AD/ART; (2) buku administrasi; (3) pengelolaan aspek permodalan/keuangan dalam kelompok; (4) penumbuhan tabungan kelompok.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan peran pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya perikanan melalui pendekatan kebutuhan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan dan perikanan, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kesadaran orang tua (pelaku utama perikanan) terhadap kebutuhan pendidikan formal sudah besar, hanya memang perlu didukung oleh stimulus-stimulus lain, antara lain berupa beasiswa bagi anak-anak pelaku utama dan program pendidikan tinggi bagi anak yang berprestasi.
45
2. Tingginya minat lebih separuh kelompok pelaku utama perikanan untuk membagikan ilmu dan keberhasilan pada lingkungannya dengan menjadi P2MKP, perlu didukung dengan langkah-langkah konkret untuk mewujudkannya. 3. Permasalahan “keterbatasan modal” sebenarnya tidak secara otomatis dapat diselesaikan
dengan
penambahan
modal,
tetapi
lebih
tepatnya
pada
pembinaan/penyuluhan tentang: (1) bagaimana mengelola modal, (2) efisiensi pengelolaan sumber daya, (3) budaya menabung/pemupukan modal, (4) akses pada sumber permodalan, dan (5) pencatatan keuangan (analisa usaha dan laporan arus kas).
REFERENSI Anonim, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Anonim, 2009. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perikanan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154. Anonim, 2007. Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat. BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2013. Lombok Tengah dalam Angka Tahun 2013. Kerjasama antara BPS dengan BPPD Kabupaten Lombok Tengah. Hanan A. dan Tahang H., 2009. Modul Pengumpulan dan Pengolahan Data. Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Jakarta. http//simluhkp.pusluh.kkp.go.id Rahardi F., Kristiawati R., Nazaruddin, 1998. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya, Jakarta. Reksowardoyo (1983). Hubungan beberapa karakteristik warga masyarakat Desa Sarampad Kabupaten Cianjur dan persepsi mereka tentang ternak kelinci. Karya Ilmiah. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Sondita, MFA., 2012. Manajemen Sumber Daya Perikanan. Universitas Terbuka, Tangerang Selatan. Sondita, MFA., Zairion, W Prihandini, AS Hidayat, Ardani, Ardiansyah, AT Agustin, M Nurilmala, HY azis, LM Aslan, DR Ginting, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Kelautan
46
dan Perikanan secara Terpadu dan Berkelanjutan yang Berpihak kepada Masyarakat Pesisir dan Nelayan Kecil. Sekretariat Program MFCDP Bappenas, Jakarta.
47