Executive Summary 2013
Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA: PENGEMBANGAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN
Pengenalan Kabupaten Lombok Utara Wilayah Kabupaten Lombok Utara secara geografis terletak antara 115⁰46’ – 115⁰28’ Bujur Timur dan antara 8⁰120’ – 8⁰550’ Lintang Selatan. Total luas daratan Kabupaten Lombok Utara mencapai 809,53 km2 dan luas perairan laut mencapai 503,24 km2. Kabupaten Lombok Utara terdiri dari 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Bayan, Kayanga, Gangga, Tanjung, dan Pemenang dengan ibukota kabupaten di Kecamatan Tanjung. Batas wilayah Kabupaten Lombok Utara, di utara berbatasan dengan Laut Jawa, di selatan berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat, di barat berbatasan dengan Selat Lombok, di timur berbatasan dengan Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur.
Peluang Investasi Jasa Angkutan Penyeberangan Penunjang Pariwisata Sektor jasa merupakan urat nadi perekonomian Kabupaten Lombok Utara yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang terbesar (7,81%). Sektor Jasa tidak hanya menjadi sumber pendapatan Pemerintah Daerah, akan tetapi memberikan sumber penghidupan bagi masyarakat Lombok Utara pada khususnya. Kabupaten Lombok Utara merupakan daerah yang menjadi tujuan wisata bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Pada saat ini di Kabupaten Lombok Utara sedang dibangun Pelabuhan Carik yang direncanakan selesai pada tahun 2014. Adanya pelabuhan ini akan meningkatkan berbagai aktifitas ekonomi di Kabupaten Lombok Utara termasuk sektor pariwisata yang telah menjadi andalan sumber pendapatan Pemerintah Daerah. Selain Pelabuhan Carik di Kecamatan Bayan, Lombok Utara memiliki 3 pelabuhan laut lain yaitu Pelabuhan Kayangan yang merupakan pintu masuk dari arah Sumbawa, Pelabuhan Bangsal (pintu gerbang masuk tiga Pulau Gili), Pelabuhan Medana di teluk Medana. Angkutan jasa penyeberangan akan meningkatkan mobilitas para wisatawan yang akan berkunjung kesuatu daerah tujuan wisata. Investasi yang diperlukan untuk melayani rute penyeberangan Benoa – Carik berupa pengadaan kapal ferry untuk menarik wisatawan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 1
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Executive Summary 2013
yang berwisata di Bali agar dapat berkunjung ke Lombok Utara dengan menggunakan jasa angkutan penyeberangan berupa kapal ferry (Kapal Motor Penyeberangan (KMP). Besaran investasi yang diperlukan adalah berupa pengadaan sebuah kapal ferry sebesar Rp 15.000.000.000, biaya operasional sebesar Rp 1.944.307.911,00 per‐tahun. Hasil analisis dari Nilai Net Present Value (NPV) pengoperasian KMP dalam melayani rute penyeberangan Benoa (Denpasar) – Carik (Lombok Utara) menunjukkan angka positif sebesar Rp 31.563.398.709,00 (NPV > 0). Hasil perhitungan gross benefit cost ratio (gross B/C) menunjukkan angka sebesar 1,096. Angka ini lebih besar dari 1, dapat diartikan bahwa total benefit atau penerimaan yang diperoleh investor dari pengoperasian KMP guna melayani rute angkutan penyeberangan Benoa (Denpasar) – Carik (Lombok Utara) hanya sebesar 30,96% dari total biaya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek ekonomi dan finansial menurut sudut pandang bisnis (mencari keuntungan), maka usaha angkutan penyeberangan tersebut dinyatakan layak.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 2
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
A.
GAMBARAN WILAYAH
A.1
Aspek Geografis dan Administrasi
Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2008, Kabupaten Lombok Utara terdiri dari 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Bayan dengan luas daratan 329,10 km2, Kayangan 126,35 km2, Gangga 157,35 km2, Tanjung 115,64 km2 dan Pemenang 81,09 km2, dengan ibukota Kabupaten di Kecamatan Tanjung. Pada Tahun 2011 secara administrasi Pemerintahan Kabupaten Lombok Utara terdiri dari 33 Desa, 376 Dusun, dan 33 BPD. Seimbang dengan luas wilayah masing‐masing kecamatan dan peran salah satu kecamatan sebagai ibukota kabupaten, jumlah desa masing‐masing kecamatan tersebar di kecamatan Pemenang sebanyak 4 desa, Kecamatan Tanjung 7 Desa, Kecamatan Gangga 5 Desa, Kecamatan Kayangan 8 Desa, dan Kecamatan Bayan 9 Desa. Tabel A‐1 Jumlah Desa, Dusun, dan BPD Menurut Kecamatan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2008 – 2011 No. 1 2 3 4 5
Kecamatan
Jumlah Desa
Pemenang Tanjung Gangga Kayangan Bayan
Jumlah Dusun
4 7 5 8 9
38 68 61 95 114
Jumlah BPD 4 7 5 8 9
TOTAL 33 376 33 Tahun 2011 Sumber: BPS dan Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Lombok Utara, 2012
Wilayah Kabupaten Lombok Utara secara geografis terletak antara 115⁰46’ – 115⁰28’ Bujur Timur dan antara 8⁰120’ – 8⁰550’ Lintang Selatan. Total luas daratan Kabupaten Lombok Utara mencapai 809,53 km2 dan luas perairan laut mencapai 503,24 km2. Adapun batas wilayah Kabupaten Lombok Utara sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Lombok
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur Tabel A‐2 Luas Wilayah dan Ketinggian dari Permukaan Laut Kabupaten Lombok Utara
No. 1
Kecamatan Pemenang
Luas Areal (km2) 81,09
Persentase 10,02
Ketinggian dari permukaan laut (m) 5
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 3
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013 2 3 4 5
Tanjung Gangga Kayangan Bayan TOTAL
115,64 157,35 126,35 329,10 809,53
14,28 19,44 15,61 40,65 100.00
10 5 5 7 6,40
A.2
Kondisi Fisik
A.2.1 Morfologi, Iklim dan Curah Hujan Sebagian besar permukaan tanah di Kabupaten Lombok Utara mempunyai kemiringan di atas 40% yaitu mencapai 48.571,80 ha atau 60% dari keseluruhan wilayah, diikuti dengan kemiringan tanah 15 – 40% yang meliputi 20.238,25 ha atau 25% dari keseluruhan luas tanah, kemiringan tanah 2 – 15% mencapai luas 10.523,89 ha atau 13% dan kemiringan 0 – 2% mencapai luas 1.619,06 ha atau hanya 2% dari keseluruhan luas tanah yang ada. Ketinggian wilayah Kabupaten Lombok Utara berada pada kisaran 0 – >1000 dari permukaan laut dengan ketinggian rata‐rata 539,69 m dari permukaan laut. Luas wilayah dengan ketinggian 0 – 100 meter dari permukaan laut mencapai 8.095,30 ha, wilayah dengan ketinggian 100 – 500 meter dari permukaan laut mencapai 1.619,06 ha dan di atas 1000 meter dpl mencapai 539,69 ha. Tabel A‐3 Luas Daratan Berdasarkan Kemiringan Tanah Dirinci Per‐Kecamatan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2011 No. Kecamatan
% 10,02 14,28 19,44
8.109 11.564 15.735
10,02 14,28 19,44 15,61 40,65
%
1 2 3
Pemenang Tanjung Gangga
162,18 231,28 314,70
10,02 14,28 19,44
1.054,17 1.503,32 2.045.55
10,02 14,28 19,44
2.027,25 2.891,00 3.933,75
10,02 14,28 19,44
4 5
Kayangan Bayan
252,70 658,20
15,61 40,65
1.642,55 4.278,30
15,61 40,65
3.158,75 8.227,50
15,61 40,65
7.581.0 19.746,0
15,61 12.635 40,65 32.910
1.619,06
2,00
10.523,89 13,00
20.238,25
25,00
48.571,8
60,00 80.953 100,00
TOTAL
%
Total
Di Atas 40% 4.865,4 6.938,4 9.441,0
0‐2 %
Klasifikasi Kemiringan Tanah (ha) 2‐15 % % 15‐40% %
Tabel A‐4 Luas Wilayah Daratan Berdasarkan Ketinggian Tanah Usaha Kabupaten Lombok Utara 2011 No.
Kecamatan
0 – 100 m WTUTI a, b, c Luas % ha
100 – 500 m WTU i.d Luas ha
%
Ketinggian 500 – 1000 m WTU II Luas ha
%
Di Atas 1000 m WTU II Luas ha
%
Jumlah Luas ha
%
1
Pemenang
810.90
10.02
162.18
10.02
81.09
10.02
54.06
10.02
81,090
10.02
2
Tanjung
1,156.4
14.28
231.28
14.28
115.64
14.28
77.09
14.28
115,640
14.28
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 4
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
3
Gangga
4
Kayangan
5
Bayan
0 1,573.5 0 1,263.5 0 3,290.1 0 8.095, 30
TOTAL
19.44
314.70
19.44
157.35
19.44
104.90
19.44
157,350
19.44
15.61
252.70
15.61
126.35
15.61
84.23
15.61
126,350
15.61
40.64
658.02
40.64
329.01
40.64
219.34
40.64
329,010
40.64
100,00
1,619.06
100,00
809.53
100,00
539.69
100,00
809,530
100,00
Sumber Data: BPS Kabupaten Lombok Utara 2012
Kondisi topografi Kabupaten Lombok Utara pada bagian utara menyusur kebagian tengah terdapat gugusan pegunungan dengan hutan lindung yang berfungsi sebagai hidrologi, sedangkan sepanjang pantainya hanya terdapat dataran rendah yang sempit dan terbatas. Pada bagian tengah membentang dari timur ke barat terdapat suatu dataran rendah yang cukup luas yang merupakan suatu daerah pertanian yang subur. Pada wilayah bagian selatan terdapat suatu dataran perbukitan yang hutannya berfungsi sebagai penyangga hidrologi. Berdasarkan data dari lembaga metereologi, menyebutkan bahwa suhu udara di Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2011 berkisar antara 22,10 C sampai dengan 32,80 C. Suhu minimum sepanjang tahun tercatat terjadi pada Bulan Mei sedangkan suhu maksimum tercatat pada Bulan Juli dengan kecepatan angin mencapai 6 sampai dengan 10 knot. Curah hujan umumnya terjadi pada Bulan Oktober sampai dengan Desember dengan hari hujan mencapai 1 sampai dengan 23 hari. Curah hujan tertinggi ada di Kecamatan Pemenang mencapai 23 hari hujan pada Bulan November. Pada Bulan Januari sampai dengan Mei hari hujan mencapai 2 sampai 25 hari, dengan curah hujan tertinggi ada di Kecamatan Tanjung yang mencapai 25 hari hujan.
A.2.1
Penggunaan Lahan
Berdasarkan
penggunaan
lahan,
lahan
di
Kabupaten Lombok Utara yang keseluruhan luasnya mencapai 80.953 ha, terdiri dari lahan sawah seluas 8.304 ha (10,26% dari keseluruhan lahan), lahan bukan sawah (tegalan, kebun) seluas 43.371 ha (53,57%) dan lahan bukan pertanian seluas 29.293 ha (36,18%).
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 5
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
Jika dirinci menurut kecamatan, luas lahan sawah terbesar terdapat di Kecamatan Bayan yang luasnya mencapai 3.316 ha namun secara proporsional (10,08% dari total luas lahan), diikuti dengan Kecamatan Kayangan yang memilki 2.619 ha lahan sawah (20,73% dari luas wilayah), kecamatan Gangga 1.241 ha lahan sawah (7,89% dari luas wilayah), Kecamatan Tanjung 711 ha lahan sawah (6,15% dari luas wilayah) dan Kecamatan Pemenang dengan luas lahan sawah 417 ha (5,13% dari luas wilayah). Untuk lahan bukan sawah namun masih digunakan untuk kebutuhan pertanian secara luas meliputi tegalan dan kebun, total luasnya mencapai 43.371 ha, terbesar terdapat di Kecamatan Bayan seluas 20.225 ha, diikuti Kecamatan Gangga seluas 8.224 ha, Kecamatan Tanjung 5.726 ha, Kecamatan Pememang 5.151 ha, dan Kecamatan Kayangan 4.045 ha. Lahan bukan pertanian di Kabupaten Lombok Utara luasnya mencapai 29.278 ha atau 36,17% dari luas wilayah, tersebar di Kecamatan Bayan seluas 9.369 ha, Kecamatan Gangga 6.258 ha, Kecamatan Kayangan 5.971 ha, Kecamatan Tanjung 5.127 ha, dan Kecamatan Pemenang 2.553 ha. Selengkapnya disajikan pada Tabel A‐5 yaitu untuk lahan sawah masih sama dalam kurun waktu 3 tahun mencapai 10.26%, lahan bukan sawah mengalami peningkatan mencapai 1.85% sedangkan lahan bukan pertanian mengalami penurunan mencapai 1.85% dari total luas lahan, yaitu mencapai 80.953 ha. Tabel A‐5 Luas Tanah di Kabupaten Lombok Utara Dirinci menurut Penggunaan Lahan dan Kecamatan Tahun 2009 – 2011 No. 1 2 3 4 5
Kecamatan
Penggunaan Lahan (ha) Tanah Sawah
Pemenang 417 Tanjung 711 Gangga 1.241 Kayangan 2.619 Bayan 3.316 Total 2011 8.304 2010 8.304 2009 8.304 Sumber Data: BPS Kabupaten Lombok Utara 2012
Lahan bukan Sawah
Lahan bukan Pertanian
5.151 5.726 8.224 4.045 20.225 43.371 41.875 41.875
2.553 5.127 6.258 5.971 9.369 29.278 30.774 30.774
Jumlah 8.121 11.564 15.723 12.635 32.910 80.953 80.953 80.953
Luas lahan persawahan menurut jenis pengairannya di Kabupaten Lombok Utara selama 4 tahun totalnya mencapai 8.304 ha yang didominasi lahan persawahan dengan memanfaatkan pengairan teknis mencapai 5.396 ha atau 64.98%, kemudian disusul dengan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 6
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
sawah irigasi mencapai 1.396 ha atau 16.81%, sawah ½ teknis mencapai 1.375 ha atau 16.56%, dan terkecil sawah P.U sederhana mencapai 9 ha atau 0.11%. A.3
Kependudukan dan Ketenagakerjaan
A.3.1
Jumlah dan laju Pertumbuhan Penduduk
Penduduk Kabupaten Lombok Utara tahun 2010 – 2011 tercatat dari 200.072 jiwa menjadi 202.092 jiwa, terlihat ada peningkatan sekitar 2.020 jiwa atau 0.99%. Terbesar di Kecamatan Bayan 22.55%, Kecamatan Tanjung 22.52%, dan terakhir Kecamatan Pemenang 16.47%. Tabel A‐6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008 – 2011 Jenis Kelamin Laki‐Laki Perempuan 1 Pemenang 16.711 16.238 2 Tanjung 22.253 22.816 3 Gangga 20.056 21.135 4 Kayangan 18.482 19.281 5 Bayan 22.152 22.968 TOTAL 2011 99.653 102.439 2010 106.684 111.389 2009 106,684 111,389 2008 101,045 112,255 Sumber Data: BPS Kabupaten Lombok Utara, 2012 No.
Kecamatan
Total 32.949 45.069 41.191 37.763 45.120 202.092 200.072 218,073 213,300
Dibandingkan dengan hasil sensus penduduk pada tahun 2000 di mana jumlah penduduk Kabupaten Lombok Utara yang saat itu masih menjadi bagian dari Kabupaten Lombok Barat tercacat sebesar 173.450 jiwa, maka rata‐rata laju pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu tahun 2000 sampai dengan 2010 adalah sebesar 1,44%. Pertumbuhan sebesar 1,44% ini lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk kurun waktu tahun 1990 – 2000 yang besarnya 1,37%. Kurun waktu tahun 2008 – 2011 jumlah penduduk mengalami penurunan hingga mencapai 5.871 jiwa atau 2.83%. Sedangkan tahun 2010 – 2011 laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan dari 1.44% menjadi 1.01% atau turun sekitar 0.43%. Tabel A‐7 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lombok UtaraTahun 2008 – 2011 No.
Kecamatan
1 2 3 4
Pemenang Tanjung Gangga Kayangan
2008 32.157 47.135 46.317 41.225
Jumlah Penduduk (Jiwa) 2009 2010 2011 32.889 32.546 32.949 48.180 44.606 45.069 47.340 40.836 41.191 42.150 37.413 37.763
Laju Pertumbuhan 2008 – 2011 1.91 1.49 0.99 1.31
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 7
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013 5
Bayan 46.466 47.514 44.671 TOTAL 213.300 218.073 200.072 Sumber Data: BPS Kabupaten Lombok Utara, 2012
A.3.2
45.120 202.092
1.58 1.44
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Kegiatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan porsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja yaitu penduduk yang bekerja dan atau mencari pekerjaan, disebut sebagai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Pada tahun 2010 TPAK sebesar 69.82%. Sedangkan pada tahun 2011 angkatan kerja yaitu penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang bekerja dan atau mencari pekerjaan sebanyak 95.451 orang. Hal ini membawa konsekuensi pada penyediaan dan pendapatan kesempatan kerja yang cukup besar. Penduduk pedesaan lebih tinggi partisipasinya, yaitu sebesar 73.03% dalam angkatan kerja dibandingkan penduduk perkotaan yang hanya 54.37%. Jika dilihat dari jenis kelamin maka penduduk laki‐laki jauh lebih tinggi partisipasinya (85.56%) dalam angkatan kerja dibandingkan perempuan (53.91%), hal ini dikarenakan tanggung jawab laki‐laki sebagai pencari nafkah dalam rumah tangga. Angka pengangguran tahun 2010 mencapai 3.29% di antaranya yaitu 2.36% untuk penduduk laki‐laki, sedangkan wanita lebih kecil yaitu 1.71%. Tabel A‐8 Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010 Uraian Jumlah Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) Angka Pengangguran Sumber Data: BPS Kabupaten Lombok Utara, 2012
2010 95.451 69,82 96,71 3,29
Komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha tahun 2010, sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian (65,54%), sebagian kecil di lapangan usaha industri (3,27%), perdagangan (9,33%), jasa (8,36%), dan sektor lainnya (13,50%). Sedangkan tahun 2011, semua sektor usaha sebagian besar dilakukan perempuan dibanding laki‐laki yaitu di kisaran 70%. Tahun 2010 ditinjau dari status pekerjaannya, sebagian besar penduduk Kabupaten Lombok Utara bekerja dengan berusaha sendiri (42,56%), sebagai buruh/karyawan (12,01%), pekerja bebas (23,68%), dan pekerja keluarga (21,75%). Jika dirincikan berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan fenomena yang signifikan antara jenis kelamin laki‐laki dengan jenis kelamin perempuan, di mana penduduk laki‐laki sebagian besar bekerja dengan berusaha
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 8
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
sendiri (51,18%), sedangkan pekerja perempuan sebagian besar adalah pekerja keluarga (41,66%). A.4
Kondisi Sarana dan Prasarana
A.4.1
Transportasi Darat
Jalan merupakan komponen utama dalam transportasi darat di samping sarana pendukung lainnya. Sampai dengan tahun 2011, panjang jalan di Kabupaten Lombok Utara mencapai 443.10 km. Menurut statusnya, jalan tersebut terdiri dari 83.70 km jalan propinsi, 209.65 km jalan kabupaten, dan 125.40 km jalan desa, sedangkan jalan non‐status mencapai 20.75 km. Kondisi jalan Kabupaten berangsur membaik karena pelaksanaan pembangunan jalan yang merupakan salah satu prioritas pembangunan infrastruktur di Kabupaten Lombok Utara. Pada tahun 2010 – 2011 sekitar 220.27 km jalan berada dalam kondisi baik, 42.56 km kondisi sedang, dan jalan berkondisi rusak menurun mencapai 197 km. Tabel A‐9 Data Ruas Jalan Di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2011 N0.
Kecamatan
Panjang Jalan (km)
1
Pemenang
8.10
Aspal (km) 7.50
0
Batu (km) 0
Tanah (km) 0.60
2
Tanjung
41.38
38.38
0
0
3.00
3
Gangga
59.80
51.8
0
0
8.00
4
Kayangan
49.00
45.90
0
0
3.10
5
Bayan
50.79
41.99
0
0
8.80
209.07 Sumber: BPS, Dinas P.U. KLU 2012
185.57
0.00
0.00
23.50
Total
Kerikil (km)
Tabel A‐10 Data Ruas Jalan menurut kondisinya Tahun 2011 TYPE
Baik
Sedang
Rusak
R. Berat
JUMLAH
Aspal
112.9
23.52
5.50
10.60
152.52
km
Kerikil
0.00
0.00
1.00
0.00
1.00
km
Batu
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
km
Tanah
0.00
0.00
19.09
36.46
55.55
km
Total 112.9 23.52 Sumber: BPS, Dinas P.U. KLU 2012
25.59
47.06
209.07
km
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 9
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
A.4.2
Transportasi laut Segala bentuk lalu lintas barang dan manusia, sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan. Keberadaan sarana dan prasarana perhubungan adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam proses pembangunan. Kabupaten Lombok Utara dengan kondisi wilayah
yang ada memiliki dua jenis sarana transportasi, yaitu transportasi darat dan laut yang menghubungkan berbagai wilayah di Kabupaten Lombok Utara. Tabel A‐11 Banyaknya Sarana dan Prasarana Perhubungan di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2011
No.
Kecamatan
Terminal
1 Pemenang 1 2 Tanjung 1 3 Gangga ‐ 4 Kayangan ‐ 5 Bayan 2 Total 2011 4 Sumber: BPS, Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kominfo KLU, 2012
A.4.3
Pelabuhan laut 2 ‐ ‐ 1 1 4
Sumber Energi/Listrik
Ketersediaan dan keterjangkauan listrik bagi aktivitas rumah tangga masyarakat maupun aktivitas ekonomi pada skala industri merupakan salah satu indikator kemajuan suatu wilayah. Di Kabupaten Lombok Utara dari tahun 2009 – 2011 terlihat pelanggan listrik mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan pembangunan dari 14.262 pelanggan menjadi 19.950 pelanggan, atau naik 28.51% (5.688 rumah tangga). Hal ini diiringi dengan daya tersambung dari 14.473.810 watt meningkat 38.93% menjadi 23.699.450 watt. Sedangkan Pelanggan Listrik Prabayar mulai dilaksanakan pada tahun 2011 dengan jumlah pelanggan mencapai 4.557 rumah tangga. Sementara itu pada tahun 2011, 34.97% total rumah tangga yang memiliki bangunan tempat tinggal telah menjadi pelanggan listrik dengan daya terpasang mencapai 4.281.850 Watt. Tabel A‐12 Data Pelanggan Listrik Pasca Bayar Rayon Tanjung Tahun 2009 – 2011 No. 1
Bulan Januari
kWh Terjual
Pelanggan
Daya Tersambung
2,505,495ß
16,365
17,523,750
2
Pebruari
2,289,876
16,449
18,325,040
3
Maret
4,470,285
16,563
18,458,840
4
April
2,773,666
16,902
18,974,640
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 10
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013 5
Mei
2,912,727
17,669
20,218,100
6
Juni
4,886,895
19,928
22,427,350
7
Juli
3,190,456
19,931
22,816,850
8
Agustus
1,240,434
19,937
22,989,550
9
September
2,753,542
19,942
23,089,400
10
Oktober
3,614,465
19,950
23,379,950
11
Nopember
3,338,533
19,948
23,536,550
12
Desember
3,366,155
19,950
23,699,450
Total
3,366,155
19,950
23,699,450
2010
2,880,416
16,357
17,473,800
2009
2,130,284 14,262 Sumber: BPS, PT. PLN Ranting Tanjung, 2012
14,473,810
Jika jumlah pelanggan listrik diasumsikan sama dengan jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik, maka persentase rumah tangga yang menggunakan listrik di Kabupaten Lombok Utara juga masih rendah. Dengan jumlah rumah tangga pada tahun 2010 tercatat sebanyak 55.547 rumah tangga, maka persentase rumah tangga yang menggunakan listrik hanya 29,44% atau dari 100 rumah tangga hanya sekitar 29 rumah tangga yang menggunakan listrik. Kondisi ini membutuhkan terobosan alternatif penyelesaian antara lain dengan meningkatkan ketersediaan sumber energi listrik melalui pembangunan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) yang sampai dengan tahun 2010 masih dalam proses pembangunan oleh investasi pihak swasta dan penyediaan perangkat listrik tenaga surya. Di tahun 2011 mengalami peningkatan jumlah pelanggan mencapai 34.97% atau 5.53% diharapkan pada tahun berikutnya selalu mengalami peningkatan pemanfaatan tenaga listrik sebagai sarana penerangannya seiring dengan perkembangan jaman. A.5
Kebijakan Pembangunan Daerah
A.5.1
Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lombok Utara
Visi Pemerintah Kabupaten Lombok Utara 2010 – 2015 yang merupakan cita‐cita yang ingin dicapai yaitu: ”LOMBOK UTARA MAJU DAN BERADAB dengan semangat TIOQ TATA TUNAQ” Dalam mewujudkan visi pembangunan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara tersebut ditempuh melalui 5 (lima) misi pembangunan sebagai berikut: 1.
Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, berbudaya, menjaga pluralitas. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 11
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
2. Mewujudkan percepatan pembangunan pendidikan, kesehatan yang berkeadilan, yaitu meningkatkan pelayanan dan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Lombok Utara, meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, dan kesehatan masyarakat. 3. Mempercepat pembangunan infrastruktur di wilayah strategis, yakni menyediakan infrastruktur ekonomi dan sosial di seluruh wilayah Lombok Utara dalam rangka membuka dan memperlancar arus ekonomi masyarakat dan pelayanan sosial dasar. 4. Mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi yang berbasis pada sumberdaya lokal dan mengembangkan investasi dengan mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan, yaitu meningkatnya perekonomian daerah yang mempunyai daya saing, meningkatnya penguasaan, pemanfaatan, penciptaan ilmu dan tehnologi. 5. Menegakkan supremasi hukum, penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan peningkatan partisipasi masyarakat, yaitu terciptanya masyarakat yang mengerti dan sadar akan aturan hukum, terciptanya aparatur yang bersih, tanggungjawab, dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. A.5.2
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara (Tahun 2011 – 2031)
Penataan ruang wilayah Kabupaten Lombok Utara bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah aman, nyaman, produktif yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan pariwisata, perkebunan dan agro industri. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten terdiri atas: a. Peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah‐wilayah yang berbasis pariwisata dan perkebunan. b. Peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah dengan konsep agroindustri c. Pengendalian pemanfaatan lahan pertanian. d. Penataan pusat‐pusat pertumbuhan wilayah dan ekonomi perkotaan dan menunjang sistem pemasaran pariwisata, dan produksi perkebunan. e. Pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung pemasaran pariwisata, produksi perkebunan, dan produksi agroindustri. f.
pengelolaan pemanfaatan lahan dengan memperhatikan peruntukan lahan, daya tampung lahan, dan aspek konservasi.
g. pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dan lingkungan hidup.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 12
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
Pusat‐pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a terdiri atas: a. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWP) kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, dan simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten yaitu Perkotaan Tanjung. b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan meliputi Bayan (Anyar) dan Pemenang (Pemenang Barat dan Pemenang Timur). c. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLP) yaitu Daerah Kayangan. d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) kawasan perkotaan lain yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa meliputi Senaru dan Sukadana. e. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) pusat permukiman yang melayani kegiatan skala antar desa meliputi Sigar Penjalin, Selengen, dan Rempek.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 13
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
B. PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH B.1
Struktur Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah digambarkan oleh laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Ekonomi yang terus tumbuh merupakan suatu indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi perekonomian Kabupaten Lombok Utara selama kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 menunjukkan keadaan yang terus tumbuh secara positif ditunjukkan dengan meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Laju pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan peningkatan yang cukup stabil yaitu 1.68% pertumbuhan pada tahun 2011 dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010. Tabel B‐1 Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi Tahun 2008 – 2011
Indikator 1. Pertumbuhan ekonomi (%) 2. Inflansi (%) 3. PDRB ADH Berlaku (Juta Rp) 4. PDRB ADH Konstan (Juta Rp)
2008
2009
2010
2011*
4.39
5.07
4.03
5.71
9.27
6.62
6.93
‐
1,128,892.84 592,437.93
1,264,639.82 1,410,749.22 1.567.835,40 622,452.27
649,355.80
684.534,10
Sumber data: BPS Kabupaten Lombok Utara, 2012 *) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah seluruh nilai tambah yang tercipta akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu daerah. PDRB menggambarkan kemampuan daerah dalam mengelola sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang dimilikinya guna menghasilkan suatu produk melalui proses produksi, oleh karena itu besarnya PDRB ditentukan oleh persediaan faktor‐faktor produksi di daerah. PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp 1.567.835,40 meningkat sebesar 10,30% dibandingkan dengan nilai PDRB tahun 2010 yang mencapai Rp 1.406.379,92. Kondisi yang sama ditunjukkan oleh nilai PDRB atas dasar harga konstan yang pada tahun 2011 yang mencapai Rp 684.534,10, juga mengalami peningkatan sebesar 5,40% jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2010 yang besarnya Rp 647.540,28.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 14
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013 Tabel B‐2 Nilai dan Kontribusi PDRB Kabupaten Lombok Utara ADH Berlaku Selama Tahun 2008 – 2011 LAPANGAN USAHA 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 9. JASA‐JASA PDRB
2008 523,697.03
PDRB Rp (.ooo) 2009 2010 *) 572,599.85 632,312.89
27,640.53
32,990.06
12,412.08
13,446.56
Kontribusi PDRB (%) 2009 2010 *) 45.28 44.96
2011**) 692,636.63
2008 46.39
2011**) 44.18
37,085.13
40,691.82
2.45
2.61
2.64
2.60
15,038.06
16,770.23
1.10
1.06
1.07
1.07
4,402.68
4,917.24
5,557.35
6,083.62
0.39
0.39
0.40
0.39
102,177.26
122,172.07
135,470.36
153,831.08
9.05
9.66
9.63
9.81
199,790.84
223,517.68
251,467.05
288,426.53
17.70
17.67
17.88
18.40
86,075.07
89,742.78
97,775.08
105,245.80
7.62
7.10
6.95
6.71
59,362.35
65,455.46
71,203.68
79,082.52
5.26
5.18
5.06
5.04
113,335.00 1,128,892.84
139,798.12 1,264,639.81
10.04
11.05
11.41
11.80
160,470.33 185,067.18 1,406.379.92 1,567,835.40
Sumber data: BPS Kabupaten Lombok Utara, 2012 *) Angka Sementara
B.2 B.2.1
Potensi Perekonomian Pertanian
Sektor pertanian mempunyai daya dukung utama yang cukup mendominasi dalam pertumbuhan perekonomian Kabupaten Lombok Utara. Sektor pertanian ini mencakup 5 sub‐sektor yaitu pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Pada sektor pertanian, padi sebagai tanaman pangan pokok merupakan komoditi utama yang dibudidayakan oleh masyarakat dan dibagi dalam katagori padi sawah dan padi ladang. Budidaya padi sawah tersebar di seluruh kecamatan se‐Kabupaten Lombok Utara dengan luas wilayah tanam, luas panen, dan produksi terbesar di Kecamatan Bayan, diikuti berturut‐turut oleh Kecamatan Kayangan, Gangga, Tanjung, dan Pemenang. Secara keseluruhan luas panen padi sawah di Kabupaten Lombok Utara pada Tahun 2011 mencapai 11.316 ha dengan rata‐rata produksi setahun mencapai 58.30 kw/ha dan hasil produksi mencapai 61.567,72 ton. Produktivitas padi sawah di Kecamatan Tanjung menunjukkan performa yang paling baik di antara kecamatan yang lain, sedangkan produktivitas padi yang terendah ditunjukkan di Kecamatan Pemenang yang besarnya 53.93 kw/ha dengan hasil produksi mencapai 4.122.04 ton. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 15
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Tabel B‐3 Luas Panen, Rata‐Rata Produksi, dan Produksi Padi Sawah Dirinci Per‐Kecamatan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2008 – 2011 Rata‐Rata Produksi Produksi (ton) (kw/ha) 1 Pemenang 737 53.93 4.122.04 2 Tanjung 1.491 62.96 9.387.34 3 Gangga 1.481 61.75 9.145.18 4 Kayangan 2.566 55.99 14.367.03 5 Bayan 5.041 56.87 28.668.17 TOTAL 11.316 58.30 61.567.72 Tahun 2010 9.747 51.44 50.137 Tahun 2009 9.971 52,00 51.666 Tahun 2008 8.667 51,62 44.739 Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, dan Perikanan KLU, 2012 No.
Kecamatan
Luas Panen (ha)
Berbeda dengan budidaya padi sawah yang dapat ditemui di seluruh kecamatan se‐ Kabupaten Lombok Utara, budidaya padi ladang hanya ditemui di Kecamatan Bayan dan Kayangan. Luas panen padi ladang pada tahun 2011 dengan total produksi mencapai 12.266.29 ton dan rata‐rata produksi 51.77 kwintal/ha. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel B‐4. Tabel B‐4 Luas Panen, Rata‐rata Produksi dan Produksi Padi Ladang Dirinci Per Kecamatan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2008 – 2011 Rata‐Rata Produksi Produksi (Ton) (kw/ha) 1 Pemenang ‐ ‐ ‐ 2 Tanjung ‐ ‐ ‐ 3 Gangga ‐ ‐ ‐ 4 Kayangan 495 51.98 2.573.01 5 Bayan 1.880 51.56 9693.28 TOTAL 2.375 51.77 12.266.29 Tahun 2010 2.281 34.20 7.800 Tahun 2009 2.250 35,00 7.876 Tahun 2008 2.121 34,27 7.269 Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, dan Perikanan KLU, 2012 No.
Kecamatan
Luas Panen (ha)
Jika dibandingkan kondisi selama 4 (empat) tahun terakhir, rata‐rata produksi padi, baik padi sawah maupun padi ladang, di Kabupaten Lombok Utara menunjukkan peningkatan. kondisi ini diakibatkan oleh terjadinya fenomena alam perubahan iklim yang juga terjadi di seluruh belahan dunia sehingga mempengaruhi pola tanam petani, produksi, dan produktivitas hasil‐hasil pertanian termasuk padi. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 16
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013 Tabel B‐5 Luas Panen, Rata‐rata Produksi, dan Produksi Padi Tahun 2008 – 2011
Rata‐Rata Produksi Produksi (Ton) (kw/ha) 1 Tahun 2008 10.788 48,21 52.009 2 Tahun 2009 12.221 50,67 59.542 3 Tahun 2010 12.028 48.17 57.937 4 Tahun 2011 13.691 58.90 77.956.05 Sumber data: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan KLU, 2012 No.
B.2.2
Tahun
Luas Panen (ha)
Pariwisata
Potensi pengembangan sektor pariwisata di Pulau Lombok pada khususnya dan Propinsi Nusa Tenggara Barat pada umumnya terbuka lebar terlebih dengan telah beroperasinya Bandara
Internasional
Lombok
yang
mempermudah akses bagi wisatawan asing dan domestik untuk berkunjung ke NTB. Peluang tersebut harus dapat ditangkap oleh Kabupaten Lombok Utara karena Kabupaten Lombok Utara memiliki potensi pariwisata sangat besar terutama keindahan alam yang terbentang sepanjang wilayah pesisir, pulau‐ pulau kecil sampai dengan wilayah pegunungan. Potensi keindahan alam ini juga dipadu oleh keberagaman dan keindahan budaya yang dijaga dan dipertahankan melalui kearifan lokal. Pertumbuhan sektor pariwisata memiliki hubungan saling mempengaruhi terhadap pertumbuhan berbagai sektor lainnya. Di sisi lain, kemajuan di sektor pariwisata membawa peningkatan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, karena kegiatan pariwisata mencakup banyak sektor ekonomi seperti perdagangan, hotel, dan restoran, transportasi, komunikasi, dan perhubungan. Keindahan alam Kabupaten Lombok Utara utamanya berada di kawasan pulau‐pulau kecil (3 Gili) yaitu Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan. Pulau‐pulau ini selain terkenal dengan keindahan pantai juga memiliki keindahan taman bawah laut yang menjadi tujuan utama wisatawan asing dan domestik. Selain wisata pantai dan bahari, wilayah pegunungan yang menyusur sepanjang bagian tengah wilayah Kabupaten Lombok Utara juga menjadi daya tarik tersendiri dengan alam khas pegunungan yang sejuk, terutama kawasan wisata Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang menjadi jalur pendakian pencinta gunung baik domestik maupun asing. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 17
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Wilayah pegunungan ini juga dilengkapi dengan air terjun antara lain Air Terjun Tiu Pupus di Kecamatan Gangga, Air Terjun Teja di Kecamatan Kayangan, Air Terjun Sendang Gila, dan Kelep di Kecamatan Bayan. Di sisi lain wisata budaya dengan nilai‐nilai budaya yang terjaga kearifannya sampai saat ini dapat dijumpai di Desa Tradisional Senaru dan Segenter serta Bangunan Masjid Kuno Bayan Beleq di Kecamatan Bayan. Selengkapnya data obyek pariwisata yang ada di Kabupaten Lombok Utara disajikan pada tabel berikut: Tabel B‐6 Obyek Pariwisata Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2011 No. 1
Kecamatan Pemenang
2
Tanjung
3
Gangga
4
Kayangan
5
Bayan
Total
Nama Obyek Wisata a. Gili Tramena (Trawangan, Meno, dan Air). b. Goa Jepang Gili Trawangan Jumlah 2 lokasi a. Pantai Sire b. Arung Jeram Tengak Pekatan Jumlah 2 Lokasi a. Pantai Kerakas b. Selelos c. Air Terjun Kerta Raharja d. Air Terjun Tiu Pupus e. Pantai Lempenge Jumlah 5 Lokasi a. Air Terjun Teja b. Masjid Kuno Sesait Jumlah 2 Lokasi a. Air Terjun Sindang Gila b. Air Terjun Kelep c. Air Terjun Torean d. Masjid Kuno Bayan Beleq e. Desa Tradisional Senaru f. Desa Tradisional Segenter g. T.N.Gunung Rinjani h. Pantai Tanjung Menangis i. Padang Golf j. Dam Keru Jumlah 10 Lokasi 21 LOKASI OBYEK WISATA
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Jenis Obyek Wisata Alam pantai Alam / sejarah Alam Pantai Minat khusus Alam pantai Budaya Alam pegunungan Alam pegunungan Alam pantai Alam Pegunungan Budaya Alam pegunungan Alam Pegunungan Alam pegunungan Budaya Budaya Budaya Alam pegunungan Alam pantai Minat khusus Budaya buatan
Sumber Data: Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika KLU, 2012
Dalam hal ketersediaan sarana akomodasi bagi wisatawan, jumlah hotel melati di Kabupaten Lombok Utara dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan sedangkan hotel berbintang pada tahun 2008 – 2011 mengalami peningkatan dari 2 unit menjadi 4 unit dengan diiringi peningkatan jumlah kamar tidur menjadi 116 meningkat sekitar 60 kamar yang dilengkapi 148 tempat tidur. Pada tahun 2010 tercatat sebanyak 354 hotel melati, meningkat sekitar 209 unit dari tahun 2008 yang jumlahnya 135 unit.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 18
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
C. PELUANG INVESTASI C.1
Sektor Unggulan
Potensi Perekonomian secara fisik dapat dilihat dari aktivitas 9 (sembilan) sektor yang membangun perekonomian yaitu pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa‐jasa. Pada tahun 2011, aktivitas ekonomi di Kabupaten Lombok Utara didominasi sektor pertanian yang menyumbang 42,06% kontribusi terhadap PDRB diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 18,78%; bangunan 11,77%; jasa‐jasa 10,06%; pengangkutan dan komunikasi 6,75%; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 6,11%; pertambangan dan penggalian 2,78%; industri pengolahan 1,40% serta listrik, gas, dan air bersih 0,28%. Berdasarkan hasil perhitungan LQ Kabupaten Lombok Utara terhadap Provinsi Nusa Tenggara Barat, bahwa sektor unggulan adalah Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (1,89) diikuti dengan sektor Bangunan dan Konstruksi (1,18), Perdagangan, Hotel dan Restoran(1,14) dan Jasa‐jasa (1,10). Sektor‐sektor tersebut memiliki LQ>1 yang merupakan syarat utama menjadi sektor unggulan. Tabel C‐1 Perhitungan LQ Terhadap PDRB Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2011 Nilai PDRB (Juta Rupiah) Sektor Ekonomi
Kabupaten Lombok Utara
Provinsi Nusa Tenggara Barat
LQ
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
44,18
23,34
1,89
2. Pertambangan dan Galian
2,6
20,84
0,12
3. Industri dan Pengolahan
1,07
5,01
0,21
4. Listrik, Gas, dan Air Minum
0,39
0,4
0,98
5. Bangunan dan Konstruksi
9,81
8,34
1,18
6. Perdagangan, Restoran, dan Hotel
18,4
16,21
1,14
7. Pengangkutan dan Komunikasi
6,71
8,37
0,80
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
5,04
5,76
0,88
9. Jasa‐Jasa
11,8
10,73
1,10
Sumber: Hasil Analisis 2013
C.2
Laju Pertumbuhan
Laju pertumbuhan ekonomi rata‐rata Kabupaten Lombok Utara selama kurun waktu 2008 – 2011 mencapai 4,80%. Laju pertumbuhan umumnya sangat dipengaruhi oleh sektor kunci di
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 19
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Kabupaten Lombok Utara yaitu sektor jasa‐jasa dan bangunan. Laju pertumbuhan sektor jasa‐jasa mencapai 7,81% sedangkan bangunan mencapai 7,56%. Tabel C‐2 Laju Pertumbuhan PDRB Adh Konstan 2000 Selama Tahun 2008 – 2011 LAPANGAN USAHA 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa‐Jasa PDRB Sumber data: BPS Kabupaten Lombok Utara, 2012 *Angka Sementara
C.3 C.3.1
2008 2,08 6,17 5,52 7,24 7,69 5,20 4,57 4,26 9,33
2009 2,93 9,66 3,11 6,01 10,09 5,77 2,86 5,27 8,03
4,39
5,07
2010 *) 2011**) 2,22 5,03 4,58 2,77 3,37 5,69 5,98 7,96 6,12 6,33 4,55 6,82 5,71 6,10 3,98 5,10 7,23 6,63 4,03
5,71
Rata2 3,07 5,80 4,42 6,80 7,56 5,59 4,81 4,65 7,81 4,80
Peluang Investasi Jasa Angkutan Penyeberangan Peluang Pasar
Sektor jasa merupakan urat nadi perekonomian Kabupaten Lombok Utara yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang terbesar (7,81%). Sektor jasa tidak hanya menjadi sumber pendapatan Pemerintah Daerah, akan tetapi memberikan sumber penghidupan bagi masyarakat Lombok Utara pada khususnya. Kabupaten Lombok Utara merupakan daerah yang menjadi tujuan wisata bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Pada saat ini di Kabupaten Lombok Utara sedang dibangun Pelabuhan Carik yang direncanakan selesai pada tahun 2014. Adanya pelabuhan ini akan meningkatkan berbagai aktifitas ekonomi di Kabupaten Lombok Utara termasuk sektor pariwisata yang telah menjadi andalan sumber pendapatan Pemerintah Daerah. Selain Pelabuhan Carik di Kecamatan Bayan, Lombok Utara memiliki 3 pelabuhan laut lain yaitu Pelabuhan Kayangan yang merupakan pintu masuk dari arah Sumbawa, Pelabuhan Bangsal (pintu gerbang masuk tiga Pulau Gili), Pelabuhan Medana di teluk Medana. Saat ini transportasi laut yang tersedia untuk penyeberangan Bali – Lombok adalah Kapal Feri dari Padangbai yang berangkat 1 jam sekali, bertarif murah yaitu sekitar Rp 40.000, dan memiliki waktu tempuh sekitar 5 jam. Terdapat pula 18 Kapal Cepat yang rata‐rata dapat mengangkut 40 orang dari Padangbai dan Pelabuhan Benoa ke Lombok dengan tarif sekali jalan Rp 250.000 dengan waktu tempuh 40 menit. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 20
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Di Kabupaten Lombok Utara belum ada Kapal Feri transportasi yang murah, aman, dan berfasilitas baik, padahal 3 aspek ini sangat dibutuhkan dalam menunjang kegiatan ekonomi dan kepariwisataan di kabupaten ini, apalagi Kabupaten Lombok Utara mulai dikenal dan diminati pariwisatanya secara luas baik dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, dalam rangka menunjang kegiatan pariwisata maupun kegiatan ekonomi lainnya, maka kegiatan peningkatan pelayanan angkutan penyeberangan menuju pelabuhan Lombok Utara perlu dilakukan, yaitu dengan pengadaan Kapal Feri. Di Lombok Utara belum ada kapal pengangkut barang dan sekaligus penumpang yang memadai, yang berfungsi untuk mensuplai barang‐barang (primer dan sekunder) dan mengangkup penumpang dari kota sekitarnya. Pengadaan kapal ini akan membantu arus pergerakan barang dan orang untuk masuk ke Kabupaten Lombok Utara. Melihat 2 aspek kepentingan di atas, yaitu kebutuhan pelayanan angkutan penyeberangan wisatawan dan barang, maka peluang investasi yang tepat adalah investasi pengadaan Kapal Feri yang dapat mengangkut barang sekaligus para wisatawan yang akan berkunjung ke Kabupaten Lombok Utara. C.3.2 Lokasi / Jalur Penyeberangan Jalur penyeberangan yang dilayani oleh Kapal Feri ini adalah pelayaran dari Pulau Bali (Denpasar) menuju Pulau Lombok (Lombok Utara). C.3.3 Ketersediaan Fasilitas Pendukung Fasilitas pendukung yang tersedia disini adalah pelabuhan dan sarana prasarana pendukung kegiatan pariwisata. Dari sisi ketersediaan prasarana transportasi, pelabuhan yang menjadi asal tujuan penyeberangan KMP adalah Pelabuhan Benoa di Denpasar dan Pelabuhan Carik di Lombok Utara.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 21
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Ditinjau dari ketersediaan sarana akomodasi bagi wisatawan, jumlah hotel melati di Kabupaten Lombok Utara dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan sedangkan hotel berbintang pada tahun 2008 – 2011 mengalami peningkatan dari 2 unit menjadi 4 unit dengan diiringi peningkatan jumlah kamar tidur menjadi 116 meningkat sekitar 60 kamar yang dilengkapi 148 tempat tidur. Pada tahun 2008 – 2010 tercatat sebanyak 354 hotel melati meningkat sekitar 209 unit dari tahun 2008 yang jumlahnya 135 unit diirngi jumlah kamar mencapai 2.740 kamar tidur yang dilengkapi 3.038 tempat tidur dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan arus kunjungan wisatawan. Tabel C‐3 Banyaknya Hotel Berbintang, Kamar, dan Tempat Tidur Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2011 Hotel Berbintang Hotel Kamar Tempat Tidur 1 Tanjung 3 81 108 2 Pemenang 1 35 40 3 Gangga ‐ ‐ ‐ 4 Kayangan ‐ ‐ ‐ 5 Bayan ‐ ‐ ‐ TOTAL 4 116 148 Sumber Data: Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika KLU, 2012 No.
Kecamatan
Tabel C‐4 Banyaknya Hotel Melati, Kamar, dan Tempat Tidur Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2008 – 2011 Hotel Melati / Pondok Wisata Hotel Kamar Tempat Tidur 1 Tanjung 8 62 64 2 Pemenang 327 2.581 2.795 3 Gangga 1 3 6 4 Kayangan ‐ ‐ ‐ 5 Bayan 18 94 173 TOTAL 354 2.740 3.038 Sumber Data: Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika KLU, 2012 No.
Kecamatan
C.3.4 Kunjungan Wisatawan Jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Lombok Utara juga meningkat secara signifikan, dari tahun 2008 – 2011 tercatat sebanyak 60.329 wisatawan asing dan domestik yang berkunjungan ke Kabupaten Lombok Utara, jumlah ini meningkat setiap tahunnya, hanya saja pada tahun 2010 arus wisatawan anjlok hingga mencapai 7.436 wisatawan. Selengkapnya disajikan pada tabel berikut:
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 22
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013 Tabel C‐5 Jumlah Wisatawan Menurut Kecamatan Tahun 2011 Wisatawan Wisatawan Asing Domestik 1 Tanjung 3.004 35.615 2 Pemenang 3.008 18.702 3 Gangga ‐ ‐ 4 Kayangan ‐ ‐ 5 Bayan ‐ ‐ TOTAL 6.012 54.317 Sumber Data: Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika KLU, 2012 No.
C.4
Kecamatan
Jumlah 38.619 21.710 ‐ ‐ ‐ 60.329
Kelayakan Investasi
Analisis kelayakan investasi, dilakukan berdasarkan penelitian terhadap pelabuhan penyeberangan PT. ASDP (Persero) cabang Aceh yang berada di Ulee Lheu (Banda Aceh) dan pelabuhan penyeberangan Lamteng (Kecamatan Pulo Aceh). Kapal penyeberangan yang beroperasi di lintasan penyeberangan Ulee Lheu – Lamteng adalah Kapal Feri Tipe Ro‐ Ro KMP Simeuleu dengan kapasitas kapal yang dapat mengangkut 15 kendaraan dan 240 penumpang. Pengoperasian KMP Simeulue untuk melayani rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh) – Lamteng (Pulo Aceh) membutuhkan investasi dan biaya operasional. Perhitungan kebutuhan investasi dan biaya operasional yang harus dikeluarkan PT. ASDP sebagai berikut: C.4.1
Biaya Investasi
Dalam perspektif kelayakan usaha dari segi finansial, investasi dapat diartikan sebagai dana yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk memulai suatu usaha. Karena itu, dalam kajian mengenai kelayakan angkutan penyeberangan, maka investasi dimaksud adalah besarnya dana yang dikeluarkan untuk memulai usaha angkutan penyeberangan terutama dalam bentuk biaya yang dikeluarkan untuk pembelian kapal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dana yang dikeluarkan investor untuk pengadaan KMP sebesar Rp 15.000.000.000 dengan masa produktif selama 27 tahun, nilai sisa (residu) kapal tersebut diperkirakan sebesar 10% dari nilai awal. Dengan demikian nilai sisa (residu) dari KMP sebesar Rp 1.500.000.000. Penyusutan
(depresiasi)
per‐tahun
dilakukan
secara
garis
lurus,
sehingga
besarnya penyusutan per‐tahun sebesar Rp 500.000.000,00 dicari dengan membagi dasar penyusutan dengan jangka waktu analisis. Dasar penyusutan diperoleh dari hasil pengurangan antara harga perolehan (harga kapal pada awal periode) di satu sisi dengan nilai sisa (residu) pada akhir periode analisis di sisi lain.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 23
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
C.4.2
Biaya Operasional
Biaya operasional dalam bentuk biaya tetap yang dikeluarkan berkaitan dengan pengoperasian KMP guna melayani rute penyeberangan Benoa – Carik sebesar Rp 664.106.000 per‐tahun, belum termasuk penyusutan (depresiasi) kapal. Biaya operasional dalam bentuk biaya variabel sebesar Rp 910.201.911 per‐tahun, dan biaya docking tahunan sebesar Rp 370.000.000 per‐tahun. Total biaya operasional Rp 1.944.307.911 per‐tahun. Sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan ini, di mana biaya operasional diasumsikan naik sebesar 5% dalam setiap 5 tahun mulai tahun 2016. Total biaya dalam periode tahun tertentu merupakan penjumlahan keseluruhan pengeluaran dalam tahun tersebut termasuk penyusutan (depresiasi) armada angkutan. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, penyusutan (depresiasi) armada angkutan per‐tahun sebesar Rp 500.000.000. C.4.3
Estimasi Jumlah Angkutan dan Penerimaan
Jumlah penumpang dan barang pada pelabuhan penyeberangan Benoa – Carik harus dilakukan karena data utama masukan model adalah jumlah penumpang dan barang. Secara garis besar, jasa angkutan penyeberangan Benoa – Carik tidak hanya melayani penumpang (orang) akan tetapi juga melayani kendaraan dan barang. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah penumpang yang memanfaatkan layanan jasa KMP lintasan penyeberangan Benoa – Carik mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Penerimaan usaha layanan jasa penyeberangan KMP lintasan Benoa – Carik berasal dari tarif angkutan. Tarif angkutan yang dimaksudkan dalam penelitian ini bukanlah dihitung sebesar nilai nominal biaya transportasi yang dibayarkan oleh penumpang atau pengguna jasa penyeberangan atas layanan penyeberangan yang mereka terima. Hal ini disebabkan karena harga tiket atau ongkos yang dibayarkan oleh pengguna jasa penyeberangan sudah termasuk tarif asuransi. Besarnya tarif (asuransi dan pelayaran) KMP Simeulue lintasan penyeberangan Benoa – Carik. C.4.4 Kelayakan Investasi 1.
Biaya operasional yang ditanggung oleh investor dalam mendukung pengoperasian KMP dalam melayani rute penyeberangan Benoa (Denpasar) – Carik (Lombok Utara) relatif besar yaitu sebesar Rp 1.944.307.911 per‐tahun. Biaya ini didominasi oleh biaya tetap (fixed cost) terdiri dari gaji ABK, kesehatan ABK, makanan ABK, air tawar ABK, dan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 24
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
asuransi; dan biaya variable (variable cost), terdiri dari bahan bakar (BBM) untuk memenuhi mesin induk dan mesin bantu, pelumas untuk mesin induk dan mesin bantu, air tawar untuk penumpang, biaya pelabuhan (kapal istirahat), biaya pelabuhan (kapal sandar), biaya rambu, dan biaya overhead/alokasi perawatan kapal setiap tahun. 2. Net Present Value (NPV) pengoperasian KMP dalam melayani rute penyeberangan Benoa (Denpasar) – Carik (Lombok Utara) menunjukkan angka positif sebesar Rp 31.563.398.709 (NPV > 0). Dengan demikian dapat disimpulkan jika dilihat dari aspek ekonomi dan finansial menurut sudut pandang tujuan bisnis, maka usaha angkutan penyeberangan tersebut dinyatakan layak. 3. Hasil perhitungan gross benefit cost ratio (gross B/C) menunjukkan angka sebesar 1,096. Angka ini lebih besar dari 1, dapat diartikan bahwa total benefit atau penerimaan yang diperoleh
investor
dari
pengoperasian
KMP
guna
melayani
rute
angkutan penyeberangan Benoa (Denpasar) – Carik (Lombok Utara) hanya sebesar 30,96% dari total biaya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari aspek ekonomi dan finansial menurut sudut pandang tujuan bisnis (mencari keuntungan), maka usaha angkutan penyeberangan tersebut dinyatakan layak. 4. Dilihat dari kepentingan ekonomi masyarakat dan pemerintah Kabupaten Lombok Utara secara umum, pengoperasian KMP tersebut sangat layak. Dengan adanya pengoperasian KMP tersebut dapat membawa dampak positif bagi kegiatan pariwisata seperti meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Lombok Utara dan meningkatkan arus pergerakan barang di Kabupaten Lombok Utara.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 25
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia