Executive Summary 2013
Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN GORONTALO: PEMBANGUNAN INDUSTRI PAKAN TERNAK BERBAHAN BAKU JAGUNG Pengenalan Kabupaten Gorontalo Secara geografis Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu kabupaten yang terletak dititik tengah Provinsi Gorontalo, secara geografis berada pada 0030’ – 0054’ Lintang Utara dan 122o07’ – 123o44’ Bujur Timur. Kabupaten Gorontalo mempunyai luas wilayah seluas 214.905,23 ha dengan jumlah penduduk 356.978 jiwa dengan tingkat kepadatan 166 org/km²; terdiri dari 17 kecamatan dan 168 kelurahan/desa. Berdasarkan kondisi tofografi tampak bahwa Kabupaten Gorontalo merupakan daerah bukan pesisir, separuh lebih dari wilayah Kabupaten Gorontalo berada pada ketinggian 100 – 500 meter dari permukaan laut dan hanya 4% wilayahnya yang berada pada ketinggian di atas 1000 meter. Secara topologi Kabupaten Gorontalo mempunyai kondisi tofologi yang variatif yang terdiri dari wilayah datar, kaki bukit, dan pengunungan dengan kemiringan 0 – 2 m seluas 20,12%, 2 – 15 m seluas 8,08%, 15 – 40 m seluas 34,31%, dan 40 m ke atas seluas 37,49% dari total luas wilayah Kabupaten Gorontalo. Peluang Investasi Pembangunan Industri Pakan Ternak Berbahan Baku Jagung Dalam perekonomian nasional, jagung adalah kontributor terbesar kedua setelah padi dalam sub‐sektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap PDRB terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun 2007, kontribusi jagung dalam perekonomian Indonesia Rp 9,4 trilyun dan pada tahun 2010 meningkat tajam menjadi Rp 18,2 trilyun. Kondisi ini mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan sub‐sektor tanaman pangan dan perekonomian nasional pada umumnya. Namun, peningkatan kebutuhan jagung dalam beberapa tahun terakhir tidak sejalan dengan laju peningkatan produksi di dalam negeri, sehingga mengakibatkan diperlukannya impor jagung yang semakin besar. Selama periode tahun 2000 – 2010, penggunaan jagung impor sebagai bahan baku industri pakan di dalam negeri meningkat cukup tajam dengan laju sekitar 11,81% per‐tahun. Pada tahun 2010, penggunaan jagung impor dalam industri pakan sudah mencapai 47,04%, sementara 52,96% sisanya berasal dari jagung produksi dalam negeri (Departemen Pertanian, 2010). Karena alasan tersebut maka dirasa sangatlah penting untuk kembali memaksimalkan industri jagung lokal. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 1
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Executive Summary 2013
Dalam hal ini Kabupaten Gorontalo merupakan tempat yang cocok, mengingat kapasitas dan potensi pertanian jagung yang besar yang dimiliki oleh kabupaten ini. Kinerja pertanian Kabupaten Gorontalo didominasi produksi dan produktivitas komoditi jagung yang terus meningkat. Pada kurun waktu tiga tahun terakhir (2009 – 2011), luas panen, luas tanam, dan produksi jagung terus mengalami peningkatan. Luas panen pada tahun 2009 mencapai 26.305 ha meningkat menjadi 30.350 ha pada tahun 2010, dan luas panen terbesar berada di Kabupaten Pulubala yaitu 28.151 ha atau 20,71% dari total luas panen jagung kabupaten. Sedangkan untuk produksi jagung menunjukkan peningkatan yang signifikan di mana pada tahun 2009 sebesar 122.423,47 ton meningkat menjadi 135.907,31 ton pada tahun 2010. Perkembangan komoditas jagung di Kabupaten Gorontalo sangat menarik karena komoditas jagung memiliki keterkaitan yang erat, yaitu antara sektor pertanian, industri, dan peternakan yang sifatnya saling mendukung. Produksi jagung akan terserap oleh industri pakan ternak, konsumsi rumah tangga, dan juga berguna sebagai bahan baku industri misalnya pada industri tepung, industri makanan, dan lain sebagainya. Untuk pakan ternak yang membutuhkan sekitar 50% jagung, maka Kabupaten Gorontalo sangat relevan karena merupakan salah satu penghasil jagung dengan produksi mencapai + 90.000 ton per tahun dengan luas lahan 20.130 ha (2011). Berdasarkan RTRW, terdapat 3 lokasi di Kabupaten Gorontalo yang akan dijadikan kawasan agrobisnis dan agro industri, yaitu Isimu, Kawasan Andalan Limboto, dan Kawasan Terpadu Agro industri. Ketiga lokasi tersebut merupakan kawasan yang bisa dikembangkan untuk pembangunan industri pakan ternak berbahan baku jagung. Sehingga diharapkan pembangunan industri pengolahan jagung tersebut akan terintegrasi dengan rencana pengembangan kawasan agrobisnis dan agro industri yang ada di Kabupaten Gorontalo. Dibutuhkan investasi untuk pembelian lahan dan pembuatan bangunan serta pembelian mesin produksi senilai Rp 3.560.608.500. NIlai estimasi ini berlaku untuk setiap satu kawasan dari 3 kawasan yang rencananya akan digarap sebagai kawasan agrobisnis dan agro industri. Keuntungan yang didapat diestimasikan akan terus meningkat setiap tahunnya dengan dengan payback period selama 3 tahun 5 bulan.
Gambaran Wilayah 2013
A. GAMBARAN WILAYAH A.1.
Aspek Geografis dan Administrasi
Secara geografis Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di titik tengah Provinsi Gorontalo, secara geografis berada pada 0030’ – 0054’ Lintang Utara dan 122o07’ – 123o44’ Bujur Timur. Batas‐batas Kabupaten ini adalah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo Utara Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone Bolango Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Boalemo
Secara administratif wilayah Kabupaten Gorontalo mempunyai luas wilayah berdasarkan hasil interpretasi GIS sebesar 214.905,23 ha yang terdiri dari 17 kecamatan, 168 kelurahan / desa, yaitu: Tabel A‐1 Luas Kabupaten Gorontalo Menurut Kecamatan
Kecamatan 1. Batudaa Pantai 2. Batudaa 3. Bongomeme 4. Tibawa 5. Pulubala 6. Boliyohuto 7. Bilato * 8. Mootilango 9. Tolangohula 10. Limboto 11. Limboto Barat 12. Telaga 13. Telaga Biru 14. Biluhu 15. Tabongo 16. Asparaga 17. Tilango 18. Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo
Luas (km2) 114,05 34,66 257,73 240,9 220,28
Persentase (%) 5,37 1,63 12,13 11,34 10,37
196,76
9,26
209,42 140,05 147,19 144,16 78,18 104,71 72,93 49,48 102,75 5,62 5,73 2.124,60
9,86 6,59 6,93 6,79 3,68 4,93 3,43 2,33 4,84 0,26 0,27 100
Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 * Masih bergabung dengan kecamatan induk (Boliyohuto).
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 3
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
A.2.
Kondisi Fisik C.3.1. Morfologi, Iklim dan Curah Hujan
Berdasarkan kondisi tofografi, separuh lebih wilayah Kabupaten Gorontalo berada pada ketinggian 100 – 500 meter dari permukaan laut dan hanya 4% wilayahnya yang berada pada ketinggian 1000 meter ke atas. Kabupaten Gorontalo memiliki banyak gunung yang tersebar di 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Batudaa (Tohupo, Talumutuhu, Langgula, Oluhuwa, Lombata, dan Huango Daa), Kecamatan Tibawa (Pombolu, Botumoputi, dan Ayumolingo), dan Kecamatan Boliyohuto (Boliyohuto, Helumo, dan Satria). Kabupaten ini memiliki banyak sumber daya air. Hal ini dilihat dari 18 sungai yang melintas di 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Batudaa, Kecamatan Tibawa, Kecamatan Limboto, Kecamatan Telaga, dan Kecamatan Boliyohuto. Secara topologi Kabupaten Gorontalo mempunyai kondisi kemiringan tanah yang variatif, terdiri dari wilayah datar, kaki bukit, dan pengunungan dengan kemiringan 0 – 2 m (20,12%), 2 – 15 m (8,08%), 15 – 40 m seluas (34,31%), dan 40 m ke atas seluas (37,49%). Batas tanah yang kemiringannya lebih dari 40 m diklasifikasikan menjadi Hutan Lindung. Kabupaten Gorontalo beriklim tropis dengan curah hujan rata‐rata berkisar 104 mm, dengan curah hujan tertinggi tercatat 190 mm dan jumlah hari hujan sebanyak 161 hari pada tahun 2011. Suhu udara di Kabupaten Gorontalo pada siang hari rata‐rata berkisar antara 30,90 C sampai 33,40 C, rata‐rata temperatur udara dalam sehari berkisar antara 26,70 C – 29,30 C, dan rata‐rata kelembaban udara bervariasi antara 51,5% – 93,8%. A.3. A.3.1.
Kependudukan dan Ketenagakerjaan Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Penduduk Kabupaten Gorontalo hingga tahun 2012 telah mencapai 388.363 jiwa yang tersebar di 19 kecamatan. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Limboto yang merupakan ibukota kabupaten dengan jumlah penduduk sebesar 48.276 jiwa, setelah itu diikuti Kecamatan Tibawa sebanyak 41.511 jiwa, dan Kecamatan Telaga Biru dengan jumlah penduduk 27.969 jiwa. Kecamatan Biluhu merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terkecil, yaitu sebanyak 8.369 jiwa.
Gambaran Wilayah 2013
Tabel A‐2 Jumlah Penduduk untuk Tiap Kecamatan di Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 No.
Jumlah Penduduk
Kecamatan
Laki‐laki
Total
Perempuan
1
Limboto
23.835
24.441
48.276
2
Telaga
10.734
10.890
21.624
3
Batudaa
7.216
7.199
14.415
4
Tibawa
20.748
20.763
41.511
5
Batudaa Pantai
6.372
6.123
12.495
6
Boliyohuto
8.489
8.217
16.706
7
Telaga Biru
13.915
14.054
27.969
8
Bongomeme
9.860
9.783
19.643
9
Tolangohula
12.072
11.529
23.601
10
Mootilango
9.666
9.330
18.996
11
Pulubala
12.524
12.357
24.881
12
Limboto Barat
12.503
12.714
25.217
13
Tilango
6.969
6.870
13.839
14
Tabongo
9.385
9.185
18.570
15
Biluhu
4.380
3.989
8.369
16
Asparaga
6.984
6.641
13.625 11.299
17
Talaga Jaya
5.582
5.717
18
Bilato
4.822
4.743
9.565
19
Dungaliyo
8.919
8.843
17.762
194.975
193.388
388.363
Kab. Gorontalo
Sumber: Kabupaten Gorontalo Dalam Angka, Tahun 2012
A.3.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pencari kerja di Kabupaten Gorontalo berjumlah 1.792 orang. Tabel A‐3 Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011 No.
Bulan
SD
SLTP
SLTA
Diploma
Sarjana
Jumlah
1
Januari
1
1
6
4
7
19
2
Februari
12
13
56
2
1
84
3
Maret
3
1
8
‐
1
13
4
April
1
1
6
4
7
19
5
Mei
‐
‐
2
2
1
5
6
Juni
‐
‐
7
1
2
10
7
Juli
5
7
90
10
18
130
8
Agustus
‐
3
35
2
16
56
9
September
‐
1
188
37
42
268
10
Oktober
1
‐
295
126
104
526
11
November
‐
‐
36
234
247
517
12
Desember
‐
‐
88
36
21
145
23
27
817
458
467
1792
Jumlah
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 5
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
Sumber: Kabupaten Gorontalo Dalam Angka, Tahun 2012
A.4. Kondisi Sarana dan Prasarana A.4.1.
Transportasi Darat
Pergerakan barang dan jasa di Kabupaten Gorontalo dipengaruhi oleh fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia, salah satunya adalah sarana jalan. Fasilitas jalan darat yang terdapat di Kabupaten
Gorontalo
berpengaruh
menunjang
aksesbilitas
masyarakat
dan
dalam
yang
dibutuhkan
menunjang
perputaran
perekonomian Kabupaten Gorontalo. Total panjang jalan Kabupaten Gorontalo pada tahun 2011 adalah 1.315,18 km, dengan rincian jalan yang diaspal sebesar 34,42%, yang masih kerikil 9,97%, dan yang masih kondisi tanah 55,62%. Pada tahun yang sama kondisi jalan yang masih baik hanya sebesar 35,5%, yang rusak 9%, dan yang rusak berat 55,4%. Tabel A‐4 Keadaan Panjang Jalan Menurut Status Jalan Di Kabupaten Gorontalo tahun 2011 Status Jalan
Keadaan
Jalan Negara 2010 2011
Jenis Permukaan 1. Diaspal
Jalan Provinsi 2010 2011
Jalan Kabupaten 2010 2011
‐
‐
‐
‐
435,70
452,68
2. Kerikil
‐
‐
‐
‐
110,08
131,05
3. Batu 4. Tanah
‐ ‐
‐ ‐
‐ ‐
‐ ‐
769.40
731,45
1.315,18
1.315,18
Jumlah
Kondisi Jalan
1. Baik
‐
‐
‐
‐
409,87
467,17
2. Sedang 3. Rusak
‐ ‐
‐ ‐
‐ ‐
‐ ‐
117,48
119,28
4. Rusak Berat Jumlah
‐
‐
‐
‐
787,83 1.315,18
728,73 1.315,18
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Praswil Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 6
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
A.4.2. Transportasi Laut Kabupaten Gorontalo Memiliki Pelabuhan sebagai sarana transfortasi laut baik untuk keperluan angkutan barang maupun Penumpang. Lokasi pelabuhan terletak di Jl May Dullah 176 Kabupaten/Kota Gorontalo.
A.4.3. Ketersediaan Air Bersih Selain sarana dan prasarana jalan, kebutuhan mendasar yang tidak kalah penting adalah penyediaan sarana dan prasarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Cakupan air bersih di Kabupaten Gorontalo hingga tahun 2011 sudah mencapai 73,1%, melalui kegiatan pengadaan dan pemasangan pipa sepanjang 140.748 m, pengadaan pompa air sebanyak 7 unit, pengadaan meteran air 4000 buah, pengadaan genset dan water meter masing‐masing 1 unit. A.4.4. Sumber Energi Listrik Sebagian besar kebutuhan listrik di Kabupaten Gorontalo dipenuhi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero). Pembangunan infrastruktur energi dalam rangka pemenuhan fasilitas penerangan masyarakat diupayakan melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga surya. Sampai dengan saat ini sebanyak 2.149 unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya telah dibangun untuk memenuhi kebutuhan penerangan masyarakat di daerah tertinggal. A.5. A.5.1.
Kebijakan Pembangunan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Berdasarkan kondisi Kabupaten Gorontalo dan tantangan yang akan dihadapi dalam waktu 5 (lima) tahun mendatang, serta dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Pemerintah Kabupaten Gorontalo Tahun 2010 – 2015 adalah: “KABUPATEN GORONTALO SEHAT, CERDAS, KREATIF DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN MENUJU MASYARAKAT YANG SEJAHTERA DAN MANDIRI ” Untuk mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Gorontalo, maka di dalam menyusun rencana strategis untuk 5 (lima) tahun ke depan ditetapkan misi pembangunan, yaitu sebagai berikut: Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 7
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
Misi 1: Mewujudkan Kabupaten Gorontalo Sehat, Cerdas dan Kreatif Dalam penyelenggaraan pemerintahan periode 2005 – 2010 Pemerintah Kabupaten Gorontalo telah mendapat sejumlah hasil pencapaian yang diapresiasi oleh berbagai pihak termasuk Pemerintah Pusat. Pencapaian dan prestasi pembangunan di periode 2005 – 2010, pada hakekatnya adalah salah satu modal dasar yang harus diteruskan untuk meraih pencapaian dan prestasi pembangunan yang lebih baik lagi di 5 (lima) tahun mendatang (2011 – 2015).
Misi 2:
Mewujudkan Kabupaten Gorontalo yang Berwawasan Lingkungan
Prinsip pembangunan berwawasan lingkungan adalah pendayagunaan sumber daya alam sebagai pokok kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, bertanggungjawab, dan sesuai daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar‐besarnya kemakmuran rakyat serta memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Konsep pembangunan ini bertujuan membangun kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menyelaraskan tanggung jawab moral dengan strategi pembangunan berwawasan lingkungan. Hal ini perlu ditegaskan mengingat adanya kecenderungan gaya hidup konsumerisme, hingga bergesernya potensi fisik alami manusia akibat meluasnya pemanfaatan perangkat dalam proses pembangunan.
Misi 3: Memantapkan Pembangunan Kabupaten Gorontalo yang Sejahtera dan Mandiri Tujuan akhir pembangunan tidak lain adalah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Hal ini sesuai dengan amanat pembukaan Undang– undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Untuk itu Pemerintah sebagai penggerak pembangunan bertanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan masyarakat sejahtera mengandung pengertian yang dalam dan luas, mencakup keadaan yang mencukupi dan memiliki kemampuan bertahan dalam mengatasi gejolak yang terjadi, baik dari luar maupun dari dalam.
A.5.2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Langkah yang akan dilakukan Pemerintah Kabupaten Gorontalo dalam mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 8
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Sedangkan tujuannya adalah mewujudkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gorontalo yang dapat berfungsi sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, yaitu:
Rumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Gorontalo.
Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah di kabupaten serta keserasian antar sektor.
Mengarahkan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat di Kabupaten Gorontalo.
Menyusun penataan ruang wilayah kabupaten yang merupakan dasar dalam pemberian perizinan lokasi pembangunan dan pengawasan implementasi rencana.
Sebagai dasar bagi penyusunan rencana tata ruang yang lebih rinci.
Mengarahkan pengembangan struktur dan pola pemanfaatan ruang Kabupaten Gorontalo ke depan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pencapaian visi dan misi pembangunan Kabupaten Gorontalo.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 9
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
B. PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH B.1.
Struktur Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator makro ekonomi yang dipakai untuk melihat karakteristik perekonomian di suatu wilayah. Penyajian informasi mengenai hal ini sangat diperlukan untuk melihat nilai tambah dari berbagai aktivitas perekonomian yang dijalankan pada suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut perhitungan harga yang berlaku diperlukan untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kemakmuran suatu wilayah yang meliputi nilai tambah sektoral dan sebagai informasi pokok untuk mendapatkan angka pendapatan perkapita. Perkembangan PDRB Kabupaten Gorontalo menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 PDRB Kabupaten Gorontalo harga berlaku sebesar Rp 1.560.531 juta dan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 1.881.976 juta. Demikian pula PDRB harga konstan tahun 2010 sebesar Rp 744.969 juta dan tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 7,45% menjadi Rp 800.681 juta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel B‐1 PDRB Kabupaten Gorontalo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa‐Jasa
2007 251.583
2008 269.177
Tahun 2009 319.586
11.952
14.57
16.845
18.897
23.724
83.086
84.015
94.688
100.333
119.708
3.783
4.264
5.966
5.969
7.029
34.752
51.125
69.084
93.049
111.268
94.312
99.888
107.853
117.158
145.692
95.514
109.087
130.501
144.041
176.781
133.984
149.693
166.379
197.29
249.58
223.374
PDRB (Juta) 932.313 Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, Tahun 2012
2010 519.775
2011 608.613
252.563
292.733
363.015
439.581
1.034.382
1.203.634
1.560.531
1.881.976
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 10
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Tabel B‐2 PDRB Kabupaten Gorontalo menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011 No. 1
Lapangan Usaha
2007 171.946
2008 182.771
Tahun 2009 196.199
2010 219.093
2011 226.761
6.16
6.943
7.363
7.89
9.112
51.657
52.422
57.007
59.536
61.286
3
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas, dan Air Bersih
2.578
2.855
3.273
3.222
3.399
5
Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa‐Jasa
22.059
28.294
31.541
35.944
41.805
57.82
59.692
62.174
64.779
72.46
77.622
84.063
90.44
93..116
102.706
71.042
78.105
83.677
90.4
97.919
139.987
148.978
160.458
170.989
185.234
PDRB (Juta) 600.872 Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, Tahun 2012
644.123
692.134
744.969
800.681
2
6 7 8 9
Berdasarkan kontribusinya, sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan yang mampu memberikan sumbangan terbesar bagi pembentukan PDRB Kabupaten Gorontalo, baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. Kontribusi yang diberikan oleh sektor pertanian atas dasar harga berlaku sebesar Rp 608.613 juta, sedangkan berdasarkan harga konstan sektor ini mampu memberikan kontribusi sebesar Rp 226.761 juta.
B.2. B.2.1.
Potensi Ekonomi Pertanian
Di tahun 2011 luas panen padi sawah 24.105 hektar dengan produksi 125.370,11 ton, padi ladang luas panen 18 hektar dengan memproduksi 43,9 ton. Untuk palawija, produksi jagung mencapai 92.879,82 ton. Sedangkan untuk komoditi lain, masing‐masing adalah: ubi kayu 1.995,65 ton, ubi jalar 520,88 ton, kacang tanah 506,94 ton, kacang hijau 74,81 ton dan kedelai 124,01 ton. Selama tahun 2006 – 2011 rata‐rata kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB sebesar 32,34% masih jadi yang terbesar daripada sektor lainnya. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut di atas, sektor ini ke depan masih diandalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mengingat kontribusinya terhadap PDRB. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 11
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Gambar B‐1 Produksi Padi Sawah dan Jagung di Kabupaten Gorontalo (ton) Tahun 2011
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011
B.2.2. Perkebunan Lahan perkebunan terdapat cukup luas di wilayah Kabupaten Gorontalo, yang saat ini tercatat sekitar 64.177 ha. Berdasarkan survei lapangan dan analisis data statisitik kabupaten, terdapat 5 (lima) komoditas perkebunan yang dianggap unggul dan perlu untuk dikembangkan, yakni kelapa, kakao, cengkeh, tebu, dan jambu mede. Potensi komoditas unggulan perkebunan ini cukup besar dan dapat dikembangkan di hampir semua wilayah. Tabel B‐3 Luas Tanaman Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman Kecamatan
Kabupaten Gorontalo (ha) Tahun 2011 Kapuk Kelapa Kopi
Kakao
Batudaa Pantai Biluhu
‐ ‐
437.25 881.75
‐ ‐
22 189.76
Batudaa
‐
699.25
‐
97
40.30 ‐
4.088.24 1.043.78
‐ ‐
127 ‐
‐
2.932.88
‐
68
‐ 71.70
3.492.35 1.170
‐ ‐
235 192
Bongomeme Tabongo Tibawa Pulubala Boliyohuto
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 12
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Mootilango
‐
15.590
‐
257
Tolangohula
‐
693.50
‐
292.50
Asparaga Bilato
‐ ‐
686.50 ‐
‐ ‐
50 ‐
Limboto
34.00
1.102.30
‐
77
Limboto Barat Telaga
31.00 ‐
1.508 296.64
‐ ‐
98 148
Telaga Biru
29.20
565.20
‐
91
Tilango Talaga Jaya
‐ ‐
169.53 117.83
‐ ‐
‐ ‐
2011 206.20 21.033 ‐ 1.944.26 2010 206,20 20.708 465,85 1.412,88 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011
Tabel B‐4 Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman Kecamatan
Kabupaten Gorontalo (ton) Tahun 2011 Kapuk Kelapa Kopi
Kakao
Batudaa Pantai
‐
57.312
‐
‐
Biluhu Batudaa
‐ ‐
997,92 532.915
‐ ‐
‐ ‐
19.55
2.854.128
‐
‐
‐ ‐
877.416 1.710.432
‐ ‐
‐ ‐
‐ 39.06
3.721,2 1.127,37
‐ ‐
‐ ‐
Mootilango
‐
944.112
‐
‐
Tolangohula Asparaga
‐ ‐
356.755 351.642
‐ ‐
‐ ‐
Bilato
‐
‐
‐
‐
12.65 11.96
656,64 983.028
‐ ‐
‐ ‐
‐
265.296
‐
‐
Telaga Biru Tilango
11.68 ‐
475.981 140.712
‐ ‐
‐ ‐
Talaga Jaya Kab.Gorontalo 2011 2010
‐ 94.90 94.90
107.532 9.663.764 19.569.035
‐ ‐ 115,20
‐ ‐ 5.850
Bongomeme Tabongo Tibawa Pulubala Boliyohuto
Limboto Limboto Barat Telaga
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011
B.2.3. Peternakan Di Kabupaten Gorontalo, usaha peternakan dilakukan di berbagai kecamatan dalam skala kecil. Saat ini yang paling umum (menurut jumlah dan produksinya) adalah usaha Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 13
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
peternakan sapi, kambing, kuda, babi, dan unggas (utamanya ayam dan itik). Jumlah maupun produksi (daging dan telur) ternak mengalami peningkatan yang pesat dalam lima tahun terakhir, dan ini menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Gorontalo adalah merupakan salah satu daerah penghasil ternak di Provinsi Gorontalo yang cukup besar. Sebagai gambaran, Jumlah ternak di Kabupaten Gorontalo di tahun 2011 berturut‐turut: Sapi potong 73.712 ekor, Kambing 39.055 ekor, dan kuda 1.027 ekor. Unggas berjumlah masing‐ masing: Ayam ras 170.350 ekor, ayam buras 373.914 ekor, dan itik 12.505 ekor. Potensi pengembangan untuk usaha peternakan dengan skala besar pun cukup prospektif dikembangkan dengan tersedianya lahan yang cukup luas. Peluang investasi juga terbuka untuk sarana pendukung lainnya seperti industri pakan ternak, pembangunan rumah potong hewan, penggemukan ternak (cattle fatening) industri pengalengan daging, dan pembibitan. Tabel B‐5 Populasi Ternak dan Unggas di Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 Kecamatan Batudaa Pantai
Sapi Potong
Kuda
Kambing
Ayam Ras
Ayam Buras
Itik
3.404
‐
2.343
‐
7.303
216
Biluhu
3.370
‐
2.157
‐
7.180
143
Batudaa
4.326
60
3.042
‐
12.826
1.753
Bongomeme
10.698
104
5.699
‐
26.644
206
Tabongo
4.342
57
2.994
‐
14.463
1.650
Tibawa
6.313
148
8.392
‐
38.372
635
Pulubala
7.482
39
3.359
20.000
100.806
197
Boliyohuto
1.985
27
522
‐
18.268
831
Mootilango
10.823
46
853
‐
22.814
720
Tolangohula
2.841
31
758
‐
14.417
949
Asparaga
2.826
26
743
‐
14.240
464
Bilato
1.883
9
496
‐
8.517
377
Limboto
2.584
204
2.008
50.500
25.254
1.324
Limboto Barat
3.581
164
1.708
3.500
26.910
274
Telaga
1.359
33
567
35.850
10.471
258
Telaga Biru
3.173
44
2.189
53.500
13.784
1.360
Tilango
1.326
27
615
1.000
7.038
393
Talaga Jaya
1.396
34
610
6.000
6.607
753
73.712 71.245
1.027 1.079
39.055 37.990
170.350 165.850
373.914 373.002
12.505 11.997
2011 2010
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 14
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
B.2.4. Perikanan Kawasan pengembangan perikanan di Kabupaten Gorontalo dilakukan di perairan darat atau perairan umum dan di perairan pesisir dan laut. Di perairan darat, potensi kawasan berupa danau, dan kolam‐kolam. Danau Limboto tidak saja dimanfaatkan sebagai reservoir air untuk penanggulangan banjir tetapi juga dimanfaatkan untuk pengembangan perikanan tangkap, dan perikanan budidaya. Demikian juga kawasan sekitar‐sungai (DAS) dapat dimanfaatkan untuk pengembangan perikanan budidaya kolam yang menggunakan air sungai sebagai media pemeliharaan. Sementara kawasan pesisir dan laut dapat dimanfaatkan selain untuk pengembangan perikanan budidaya (pertambakan dan marikultur), serta perikanan tangkap (coastal fisheries).
Tabel B‐6 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan dan Sub‐sektor Kabupaten Gorontalo (ton) Tahun 2011 Kecamatan
Perikanan Laut
Perikanan Umum
Jumlah
2010
2011
2010
2011
2010
2011
Batudaa Pantai
472,80
3.329
472,80
3.329
Biluhu
52,60
2.606
‐
‐
52,60
2.606
Batudaa
‐
‐
583,30
‐
583,30
‐
Bongomeme
‐
‐
‐
‐
‐
‐
Tabongo
‐
‐
‐
‐
‐
‐
Tibawa
‐
‐
‐
‐
‐
‐ ‐
Pulubala
‐
‐
‐
‐
‐
606,70
‐
‐
‐
606,70
‐
Mootilango
‐
‐
‐
‐
‐
‐
Tolangohula
‐
‐
‐
‐
‐
‐
Asparaga
‐
‐
‐
‐
‐
‐
Bilato
‐
1.978
‐
‐
‐
1.978
Limboto
‐
‐
‐
343
‐
343
Boliyohuto
Limboto Barat
‐
‐
‐
‐
‐
‐
Telaga
‐
‐
98,06
‐
98,06
‐
Telaga Biru
‐
‐
32
‐
32
Tilango
‐
‐
97,23
100
97,23
100
Talaga Jaya
‐
‐
153,52
99
153,52
99
1.132,10
7.913
932,11
574
2.064,21
8.487
2011
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011
B.2.5. Pertambangan dan Energi 1. Mineral Berdasarkan hasil penelitian Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (2004) ditemukan wilayah indikasi logam emas di Kecamatan Boliyohuto. Sedangkan wilayah dengan potensi mineral non‐logam tersebar di berbagai wilayah kecamatan:
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 15
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
1.
Granit, terbesar di Kecamatan Batudaa dan Kecamatan Tapa.
2. Batu Gamping, penyebarannya meliputi daerah perbukitan yaitu di Kecamatan Tibawa, Kecamaan Batudaa dan Kecamatan Bonepantai. 3. Lempung dengan penyebarannya di Kecamatan Tibawa dan Kecamatan Limboto. 4. Sirtu dengan penyebarannya berada di Kecamatan Telaga, Kecamatan Batudaa, dan Kecamatan Limboto.
2. Energi Panas Bumi / Geo Thermal Selain itu terdapat pula dua lokasi potensi energi panas bumi di kabupaten ini, yaitu di desa Lombongo dan di Pentadio Barat. Selama ini dua lokasi potensi energi panas bumi ini hanya digunakan untuk pemandian air panas. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai besaran potensi energi panas bumi di kabupaten ini dan kemungkinan peluang investasinya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. B.2.6. Sektor Jasa‐jasa Sektor ini menyumbang kontribusi terbesar kedua pada PDRB Kabupaten Gorontalo setelah pertanian yaitu sebesar 23.45% pada tahun 2011. Rata‐rata kontribusi sektor jasa ini cukup signifikan dalam menopang PDRB Kabupaten Gorontalo. Majunya sektor jasa akan menjadi indikator kemajuan sektor‐sektor lain. Kemajuan di sektor lain akan membutuhkan dukungan kemajuan sektor ini.
Tabel B‐7 Kontribusi dan Pertumbuhan PDRB Sektor Jasa Atas Dasar Harga berlaku Tahun 2006 – 2011 Tahun
PDRB Sektor Jasa‐Jasa
Kontribusi (%)
Pertumbuhan (%)
2006
252.563
24,42
13,07
2007
292.733
24,32
15,91
2008
363.015
23,26
24,01
2009
439.581
23,36
21,09
2010
517.146
23,47
22,01
2011
592.501
23,45
21,43
Sumber: BPS Kab. Gorontalo, Tahun 2012
B.2.7. Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Penyumbang PDRB terbesar ketiga ini memberikan kontribusi sebesar 14,37% pada tahun 2007, selanjutnya pada tahun 2011 mengalami sedikit penurunan menjadi 13,26%. Pertumbuhan pada sektor ini masing‐masing disumbangkan oleh pertumbuhan sub‐sektor
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 16
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
lembaga keuangan tanpa bank yang mengalami pertumbuhan sebesar 26,31%, sub‐sektor sewa bangunan yang mengalami pertumbuhan 16,61%. Tabel B‐8 Kontribusi dan Pertumbuhan PDRB Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Tahun 2007 – 2011 Atas Dasar Harga berlaku Tahun 2011
Tahun
PDRB Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan
Kontribusi (%)
Pertumbuhan (%)
2007
133.984
14,37
23,09
2008
149.693
14,47
11,72
2009
166.379
13,82
11,15
2010
197.290
12,68
18,58
2011
249.580
13,26
26,50
Sumber: BPS Kab. Gorontalo, Tahun 2012
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 17
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
C. PELUANG INVESTASI C.1.
Sektor Unggulan
Sektor unggulan adalah sektor tertentu yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor‐sektor lain untuk berkembang di suatu wilayah. Selain itu sektor unggulan adalah sektor yang memiliki nilai tambah dan produksi yang besar, memiliki multiplier effect yang besar terhadap perekonomian lain serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun pasar ekspor. Sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan yang mampu memberikan sumbangan terbesar bagi pembentukan PDRB Kabupaten Gorontalo selain sektor jasa. C.2.
Laju Pertumbuhan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan kapasitas ekonomi suatu daerah. Dengan melihat beberapa indikator yang tertuang dalam PDRB sektoral seperti struktur PDRB, laju pertumbuhan, PDRB berkapita, dan pendapatan perkapita, maka dapat dilihat sejauh mana keadaan perekonomian Kabupaten Gorontalo dalam waktu 2006 – 2011. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Gorontalo pada tahun 2006 sebesar Rp 932.312,62 (juta), meningkat menjadi Rp 1.881.976,41 (juta) pada tahun 2011. Demikian pula laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo sejak tahun 2006 naik dari angka 5,98% menjadi 7,48% di tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo antara tahun 2006 – 2011 menunjukan gejala yang positif dan termasuk salah satu kabupaten yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Gorontalo. Tabel C‐1 Gambaran PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten GorontaloTahun 2011
Tahun
PDRB Harga Berlaku
Pertumbuhan Ekonomi (%)
2007 2008 2009 2010 2011
932.312,62 1.034.381,52 1.203.634,26 1.560.531,26 1.881.976,41
5,98 7,20 7,45 7,63 7,48
Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, Tahun 2012
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 18
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Dari tabel tersebut di atas, terlihat bahwa perekonomian daerah tetap tumbuh dengan cukup stabil, dengan kecenderungan mengalami peningkatan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Pada tahun 2011 terjadi kontraksi, mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2010, namun angka ini masih di atas rata‐rata pertumbuhan ekonomi nasional. Tabel C‐2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gorontalo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 Tahun Sektor
2007
2008
2009
2010
2011
Pertanian Pertambangan& Penggalian A.Sektor primer Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan B.Sektor sekunder Perdagangan,Hotel& Restoran Pengangkutan& Komunikasi Keuangan,Persewaan& JasaPerusahaan jasa‐jasa
251.583 11.925 83.086 3.783 34.752 94.312 95.514 133.984 223.374
269.177 14.57 84.015 4.264 51.125 99.888 109087 149.693 52.563
319.586 16.845 94.688 5.966 69.084 107.853 130.501 166.379 292.733
519.775 18.978 100.333 5.969 93.049 117.158 144.041 197.29 363.015
608.613 23.724 119.708 7.029 111.268 145.692 176.781 249.58 439.581
PDRB
932.313
1.034.382
1.203.634
1.560.531
1.881.976
Sumber: BPS Kab. Gorontalo, Tahun 2012
Jika dilihat menurut sektor ekonomi, penyumbang PDRB terbesar yaitu: Sektor Pertanian di mana pada tahun 2011 nilai kontribusi sektor ini sebesar 608.613. Sektor lain yang juga cukup besar pengaruhnya adalah sektor jasa‐jasa, yaitu sebesar 23,36%.
C.3.
Peluang Investasi Pembangunan Industri Pakan Ternak Berbahan Baku Jagung
Pertanian menjadi motor penggerak kegiatan ekonomi yang masih sulit tergantikan oleh usaha lainnya, keunggulan sektor pertanian ini membuat kegiatan industri pengolahan bergairah, sebab hampir semua bahan baku industri bersumber dari hasil pertanian. Kabupaten Gorontalo mempunyai potensi pertanian yang masih menjadi andalan. hasil utama pertanian di daerah ini berupa padi, jagung, tanaman holtikultura, dan palawija. Komoditi jagung menjadi andalan daerah ini yang selalu meramaikan perdagangan antar pulau, daerah, dan bahkan untuk diekspor. Pengembangan jagung menjadi sangat menarik mengingat keterkaitan antara pertanian, industri, dan peternakan yang sifatnya saling mendukung. Produksi jagung akan terserap oleh industri pakan ternak yang saat ini masih memiliki peluang investasi sangat besar. Di
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 19
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
samping untuk konsumsi rumah tangga, produksi jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri misalnya pada industri tepung, industri makanan, dan lain sebagainya. Dengan mengembangkan industri pengolahan yang berbahan baku jagung sebagai komoditi unggulan, diharapkan produk turunan jagung ini dapat bermain di tataran pasar regional apalagi ekspor. Sangat bijak bila pemilihan investasi memperhatikan ketersediaan bahan baku utama di lokasi investasi sehingga mempunyai keunggulan komparatif. Untuk pakan ternak yang membutuhkan sekitar 50% jagung, maka Kabupaten Gorontalo sangat relevan karena merupakan salah satu penghasil jagung dengan produksi mencapai + 90.000 ton per tahun dengan luas lahan 20.130 ha (2011). Jadi investasi pakan ternak merupakan keputusan bijak bisnis. C.3.1.
Peluang Pasar
Penggunaan jagung untuk pakan telah mencapai 50% dari total kebutuhan. Konsumsi jagung untuk pakan cenderung meningkat dengan rata‐rata pertumbuhan pertahun sebesar 11,52%, sementara itu pertumbuhan produksi hanya 6,11%. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2006 – 2010), kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan, dan minuman meningkat 10 – 15%/tahun. Dengan demikian, produksi jagung mempengaruhi kinerja industri peternakan yang merupakan sumber utama protein masyarakat. Di samping untuk pakan ternak, konsumsi jagung di Indonesia yang makin meningkat lebih tinggi dari peningkatan produksi, menyebabkan makin besarnya jumlah impor dan makin kecilnya ekspor. Sejalan dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat dan tingkat pengetahuannya, konsumsi protein hewani khususnya daging dan telor terlihat terus meningkat. Hal ini mendorong meningkatnya kebutuhan makanan ternak yang kemudian meningkatkan kebutuhan jagung, karena jagung merupakan 51% dari komponen pakan ternak. Dalam perekonomian nasional, jagung adalah kontributor terbesar kedua setelah padi dalam sub‐sektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap PDB terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Kondisi ini mengindikasikan besarnya
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 20
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
peranan jagung dalam memacu pertumbuhan sub‐sektor tanaman pangan dan perekonomian nasional pada umumnya. Permintaan jagung di pasar domestik maupun pasar dunia akan semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri pakan dan industri pangan olahan berbahan baku jagung. Namun, peningkatan kebutuhan jagung ini dalam beberapa tahun terakhir tidak sejalan dengan laju peningkatan produksi di dalam negeri, sehingga mengakibatkan diperlukannya impor jagung yang makin besar. Selama periode tahun 2000 – 2010, penggunaan jagung impor sebagai bahan baku industri pakan di dalam negeri meningkat cukup tajam dengan laju sekitar 11,81% per‐tahun. Mulai tahun 2004, ketergantungan pabrik pakan terhadap jagung impor sangat tinggi, yaitu sekitar 40,29%. Pada tahun 2010, penggunaan jagung impor dalam industri pakan sudah mencapai 47,04%, sementara 52,96% sisanya berasal dari jagung produksi dalam negeri (Departemen Pertanian, 2010). Karena alasan tersebut di atas maka dirasa sangatlah penting untuk kembali memaksimalkan industri jagung lokal. Dalam hal ini Kabupaten Gorontalo merupakan tempat yang cocok, mengingat kapasitas dan potensi pertanian jagung yang besar yang dimiliki oleh kabupaten ini. C.3.2.
Bahan Baku
Kinerja pertanian Kabupaten Gorontalo didominasi produksi dan produktivitas komoditi jagung yang terus meningkat. Pada kurun waktu tiga tahun terakhir (2009 – 2011), luas panen, luas tanam, dan produksi jagung terus mengalami peningkatan. Luas panen pada tahun 2009 mencapai 26.305 ha meningkat menjadi 30.350 ha pada tahun 2010, dan luas panen terbesar berada di Kabupaten Pulubala yaitu 28.151 ha atau 20,71% dari total luas panen jagung kabupaten. Sedangkan untuk produksi jagung menunjukkan peningkatan yang signifikan di mana pada tahun 2009 sebesar 122.423,47 ton meningkat menjadi 135.907,31 ton pada tahun 2010. Tabel C‐3 Luas Panen dan Produksi Jagung di Kabupaten Gorontalo Tahun 2009 – 2011 2009 Kecamatan Batudaa Pantai Biluhu Batudaa
Luas Panen (ha) 433 344 700
2010
Produksi (ton) 2.015,18 1.600,98 3.257,80
Luas Panen (ha) 1.222 725 367
Produksi (ton) 5.472,12 3.246,55 1.643,43
2011 Luas Panen (ha) 508 724 808
Produksi (ton) 2.343,91 3.340,54 3.728,11
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 21
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
2009 Luas Panen (ha) 2.026 1.402 2.282 3.381 1.610 1.083 3.439 6.406 ‐ 1.309 1.248 28 602 9 3
Kecamatan
2010
Produksi (ton)
Luas Panen (ha) 3.515 1.152 3.445 6.368 1.965 2.789 3.408 1.635 ‐ 1.175 1.225 146 1.141 17 55
Bongomeme 9.429,00 Tabongo 6.524,91 Tibawa 10.620,43 Pulubala 15.735,17 Boliyohuto 7.492,94 Mootilango 5.040,28 Tolangohula 16.005,11 Asparaga 29.813,52 Bilato ‐ Limboto 6.092,09 Limboto Barat 5.808,19 Telaga 130,31 Telaga Biru 2.801,71 Tilango 41,89 Talaga Jaya 13,96 Kabupaten 26.305 122.423,47 30.350 Gorontalo Sumber: Kabupaten Gorontalo Dalam Angka, 2010 – 2012
C.3.3.
2011
15.740,17 5.158,66 15.426,71 28.515,90 8.799,27 12.489,14 15.261,02 7.321,53 ‐ 5.261,65 5.485,55 653,79 5.109,40 76,13 246,29
Luas Panen (ha) 3.672 1.073 1.962 1.730 777 2.106 2.551 1.945 543 624 353 7 703 16 28
16.942,61 4.950,82 9.052,67 7.982,22 3.585,08 9.717,08 11.770,31 8.974,23 2.505,40 2.879,14 1.628,74 32,30 3.243,64 73,82 129,19
135.907,31
20.130
92.879,81
Produksi (ton)
Produksi (ton)
Lokasi Pembangunan
Berdasarkan RTRW, pengembangan kawasan agrobisnis dan agro industri Kabupaten Gorontalo diarahkan di daerah: a) Isimu, Kecamatan Tibawa sebagai kawasan agrobisnis dan agro industri. b) Kawasan Andalan Limboto yang mencakup wilayah Kecamatan Limboto, Telaga, Telaga Jaya, dan Tilango. c) Kawasan Terpadu Agro industri yang mecakup wilayah Kecamatan Asparaga, Tolangohula, Boliyohuto, dan Mootilango. Ke 3 (tiga) lokasi tersebut merupakan kawasan yang bisa dikembangkan untuk pembangunan industri pakan ternak berbahan baku jagung. Sehingga diharapkan pembangunan industri pengolahan jagung tersebut akan terintegrasi dengan rencana pengembangan kawasan agrobisnis dan agro industri yang ada di Kabupaten Gorontalo. C.3.4. Kelayakan Investasi Kelayakan investasi yang akan dihitung adalah pembangunan pabrik pakan ternak berbahan baku jagung, dengan rincian: 1.
Produk
: ‐ Pakan ternak unggas (broiler)
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 22
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
‐ Starter (pakan untuk DOC) ‐ Grower (pakan untuk ayam usia pertumbuhan) ‐ Finisher (ayam menjelang dijual) 2.
Kapasitas : Kapasitas tahun pertama 5 ton per‐hari dan dinaikan secara periodik
Pabrik pakan yang akan dibuat, diharapkan dapat menjadi bagian dari solusi untuk mengembangkan berbagai inovasi teknologi untuk menjawab permasalahan yang ada pada industri pakan termasuk meningkatkan efisiensi, mengendalikan kualitas, pengolahan pakan, dan mengembangkan imbuhan pakan. Kebutuhan Investasi Dibutuhkan investasi untuk pembelian lahan dan pembuatan bangunan serta pembelian mesin produksi. Perhitungan investasi telah menyesuaikan dengan kapasitas produksi yang dihitung dengan cara melakukan komparasi dengan perusahaan dengan kapasitas mesin yang relatif sama. Berikut ini kebutuhan investasi yang cukup memadai untuk pembangunan pabrik pakan unggas sekala kecil: Tabel C‐4 Kebutuhan Investasi Industri Pakan Ternak
No A. B. 1. 2. 3. 4. 5. C. 1. 2.
Nama
Spek
Bangunan (lahan dan bangunan)
Kapasitas
Harga Satuan (Rp) x 1000
Jumlah (Rp) x 1000
1
1.500.000
1.500.000
Satuan Vol.
Bangunan dan Lahan 1000 m2 unit
Jo (penghancur tulang) Lasser (penggilingan) Jagung Kedelai Bahan lain Mixer
lokal import import import Lokal
Lotterpain (membuat butiran) Oven/Dryer Alat‐Alat Timbangan Besar Kecil Besar Mesin jahit karung Kecil
Lokal
Mesin 500 Kg/jam 200 Kg/jam 200 Kg/jam 200 Kg/jam 2000 Kg/jam 500 Kg/jam
unit unit unit unit unit
1 1 1 1 1
20.000 17.000 17.000 17.000 100.000
20.000 17.000 17.000 17.000 100.000
unit
1
100.000
100.000
Lokal Lokal Lokal Lokal
500 Kg/jam 1 ton 100 kg Standar
unit unit unit unit
1 1 1 4
50.000 5.000 200 300
50.000 5.000 200 1.200
Lokal
Standar
unit
1
500
500
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 23
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
No 3.
Nama Elektrikal Genset 28 KVA Total Kebutuhan Pabrik
Spek
Kapasitas
import
28 KVA
Satuan Vol. unit
1
Harga Jumlah Satuan (Rp) x 1000 (Rp) x 1000 150.000 150.000 1.977.900
Jumlah kebutuhan belanja bangunan dan mesin adalah sebesar Rp 1.977.900.000,‐ (Satu Milyar Sembilan Ratus Tujuh Puluh Tujuh Juta Sembilan Ratus Ribu Rupiah). Kebutuhan dana untuk operasionalisasi pabrik juga membutuhkan modal kerja yang cukup banyak terutama untuk produksi selama 3 bulan dengan asumsi bahwa stok selama 3 bulan membuat perusahaan dalam kondisi aman tidak akan kewalahan memenuhi order. Kelayakan Usaha Kelayakan usaha dilihat dari perhitungan rugi laba dalam satu periode produksi maupun selama periode investasi. Kelayakan usaha sangat dipengaruhi oleh penjualan, tingkat bunga, masa kredit, harga jual, dan tentu saja harga produksi. Dasar perhitungan perhitungan kelayakan usaha adalah sebagai berikut: Besar Investasi
: Rp 3.560.608.500,‐
Grace Periode
: 6 Bulan
Tingkat Bunga
: 16%
Harga Jual
: Rp 5.000,‐
Kapasitas Produksi
: 150 ton per‐bulan, tahun berikutnya menyesuaikan
Tanpa gejolak harga jagung, dalam kondisi normal, proyeksi laba rugi perusahaan pabrik pakan ternak, menunjukkan adanya peluang keuntungan yang cukup besar. Secara lebih lengkap disajikan dalam perhitungan dalam tabel berikut: Gambar C‐1 Perhitungan Rugi‐Laba per‐Hari (periode pembuatan pakan) No. A. 1. B. 1.
Uraian Pendapatan Penjualan Pakan Modal Kerja Biaya Produksi Bahan Pakan: Jagung kuning Dedak Bungkil kedelai
Satuan
Vol.
kg kg kg kg
4999 2605 775 900
Harga Satuan 5000 2700 1200 3500
Jumlah
Total
24.950.000 24.950.000 14.065.650 7.033.500 930.000 3.150.000
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 24
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
No. 2. C. D. E. F. G.
Uraian Tepung batu Tepung daging Corn gluten meal Prmiks Minyak Garam Metionin Lisin Kal. Fosfat Gaji Tenaga Kerja Manajer pabrik Administrasi Teknisi pabrik Pekerja Jumlah Biaya Produksi Biaya Operasional Biaya listrik dan BBM Biaya pemasaran Administrasi Jumlah Biaya Operasional Jumlah Biaya Penyusutan Mesin (3%) Pendapatan sebelum pajak PPn 10% Pendapatan setelah pajak
Satuan
Vol.
kg kg kg kg kg kg kg kg kg HOK HOK HOK HOK HOK Is Paket Paket
380 150 100 6,5 25 16 5 2,5 34,5 1 2 2 30 Is 1 1
Harga Satuan 500 8000 7500 40000 6000 900 35000 23000 4500 150.000 80.000 80.000 50.000 1.000.000 500.000 50.000
Jumlah
Total
190.000 1.200.000 750.000 260.000 150.000 14.400 175.000 57.500 155.250 150.000 160.000 160.000 1.500.000 1.000.000 500.000 50.000
16.035.650 1.000.000 500.00 50.000 1.550.000 17.585.650 527.570 8.386.781 838.678 7.548.102
Jumlah biaya yang diperlukan untuk pengembangan pabrik pakan ternak adalah sebagai berikut:
Modal investasi sebesar (Rp 1.977.900.000,‐) + 3 bulan Jumlah biaya untuk pembuatan pak an (Rp 17,585,650 X 90 hari) = Rp 1.582.708.500,‐ jadi total kebutuhan investasi adalah sebesar Rp 3.560.608.500,‐
Biaya dihitung selama 3 bulan, agar kondisi cash flow perusahaan tetap terjaga, dan mengantisipasi adanya kelambatan pembayaran dari peternak
Adapun proyeksi rugi laba selama periode investasi diperlihatkan dalam tabel berikut ini: Tahun 1 2 3 4 5 6
Pendapatan (Rp) 8.982.000 10.329.300 11.878.696 121.660.499 141.343.524 15.060.700
Biaya (Rp) 6.888.834 7.922.159 9.110.483 10.977.055 11.500.908 11.750.954
Bunga dan Pajak (Rp) 1.014.377 1.356.673 1.473.103 1.637.799 1.699.591 1.764.822
Keuntungan (Rp) 1.078.789 1.050.468 1.295.109 1.045.645 1.143.025 1.544.925
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 25
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Tahun 7 8 9 10
Pendapatan (Rp) 151.813.735 16.604.422 171.434.643 18.306.375
Biaya (Rp) 12.328.501 13.034.926 13.671.673 14.240.256
Bunga dan Pajak (Rp) 1.833.276 1.905.157 1.980.632 2.059.880
Keuntungan (Rp) 1.651.958 1.664.339 1.782.339 2.006.239
Kelayakan Investasi Pembangunan Pabrik Pakan Ternak (Jagung) Proyek Kriteria investasi Gross B/C Net B/C NPV IRR Payback period
Nilai 1,05 1,08 Rp 1.865.467.068 42,97% 3 tahun 5 bulan
Kelayakan Layak Layak Layak Layak Layak
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 26
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia