Executive Summary 2013
Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN KUPANG: KEGIATAN PENAMBANGAN BAHAN TAMBANG MANGAN Pengenalan Kabupaten Kupang Kabupaten Kupang merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Secara geografis Kabupaten Kupang terletak di antara 121º30’ – 124º11’ Bujur Timur dan 9º19’ – 10º57’ Lintang Selatan. Kabupaten Kupang terletak di pulau Timor bagian barat. Luas wilayah Kabupaten Kupang adalah 5.298,23 km². Kabupaten Kupang mempunyai kondisi geologi yang beragam yang didominasi oleh formasi noele, kompleks bobonaro dan formasi batu putih dengan sedikit formasi ofu dan aluvium pada daerah pesisir, bagian tengah sampai ke arah utara didominasi oleh kompleks bobonaro dengan sedikit formasi batu putih sedangkan pada bagian timur dan barat pada daerah pesisir didominasi oleh kompleks mutis, formasi maubisse/batu gamping, dan sedikit aluvium. Peluang Investasi Penambangan Bahan Tambang Mangan Mangan merupakan masalah satu produk pertambangan dengan kegunaan luar biasa. Komoditi yang termasuk dalam kelompok dua belas mineral di kulit bumi menjadi bahan baku yang tidak tergantikan di industri baja dunia. Ferro Mangan dan Silico Mangan merupakan dua bentuk mangan yang banyak digunakan oleh industri baja. Mangan juga digunakan untuk produksi baterai kering, keramik, gelas, dan kimia. Namun sebagian besar produksi mangan dunia (90%) saat ini diserap industri baja. Diperkirakan bahwa 90% dari total produksi mangan dunia digunakan oleh industri baja. Provinsi NTT mulai dari Flores dan Timor barat semuanya mengandung batu mangan dengan kualitas kadar mangan (Mn) di atas 44% sampai dengan 70% (tergolong terbaik didunia) serta memiliki deposit mangan yang merata tersebar di berbagai lokasi. Cadangan tambang mangan di Kabupaten Kupang relatif cukup banyak. Diperkirakan terdapat cadangan mangan hingga seluas 3.015.340.000 m3 yang terdapat di sejumlah kecamatan antara lain: Sabu Barat (Mesara) 82.800.000 m3, Sabu Timur (Timu) 52.560.000 m3, Kupang Barat (Tabun, Tuabata, 1.168.800.000 m3 Oilsaluk, dan Bone), Kupang Tengah 962.340.000 m3, , Amarasi (Ponain dan Beito) 799.200.000 m3, Fatuleu (Camplong II km 57,8) 1.200.000 m3. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 1
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Executive Summary 2013
Adanya peraturan Menteri ESDM No 7 tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral tidak membuat peluang investasi menjadi tidak menarik karena untuk tingkat kemurnian tertentu dapat langsung diekspor atau investor dapat bekerja sama dengan investor lainnya yang sejenis untuk melakukan pengolahan atau pemurnian secara bersama didalam negeri sebelum dilakukan ekspor. Seiring dengan pesatnya perkembangan industri baja di Eropa, Amerika Utara, China, Korea, India, Jepang, dan Australia menyebabkan ikut meningkatnya permintaan pasar internasional terhadap mangan. Saat ini, sebagian besar kebutuhan mangan dari negara‐negara industri dipasok dalam bentuk biji mangan campuran. Informasi di atas menjelaskan potensi yang besar di Kabupaten Kupang dalam memenuhi ketersediaan bahan‐bahan tambang mangan baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Untuk mendukung kegiatan investasi ini, Kabupaten Kupang sudah menyiapkan sarana dan prasarana, seperti sarana transportasi darat; sarana transportasi laut karena Kabupaten Kupang merupakan suatu kabupaten yang terdiri dari pulau‐pulau dan untuk menghubungkan daerah‐daerah kantong produksi dengan pusat perdagangan maupun trasportasi laut ke luar Kabupaten Kupang dan untuk keperluan angkutan ekspor; sarana pelabuhan udara untuk memperlancar kegiatan perekonomian, yaitu Bandar Udara El Tari dan Bandar Udara Terdamu (di Pulau Sabu). Prasarana yang tersedia antara lain adalah 2 (dua) unit gardu induk masing‐masing berkapasitas 20 MW dengan tegangan 70/20 KV, dan gardu yang berlokasi di Kabupaten Kupang dan GI Bolok yang memiliki kapasitas 20 MW dan tegangan 70/20 KV, disamping itu pemerintahan daerah Kabupaten Kupang sedang membangun PLTU Bolok di kecamatan Kupang Barat yang memiliki kapasitas 2x16,5 MW yang akan terinterkoneksi ke PLTU Apoik di Kabupaten Belu. Besarnya dana investasi yang dibutuhkan untuk menunjang rencana investasi ini diperkirakan Rp 22 milyar per tahun dengan Internal Rate of Return (IRR) 20.68% yang lebih besar dari suku bunga sebesar 12% pertahun, dan Payback Period (PBP) selama 3 tahun (3,01 tahun).
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 2
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
A.
GAMBARAN WILAYAH
A.1
Aspek Geografis dan Administrasi
Kabupaten Kupang merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur terletak tepat di Pulau Timor bagian barat. Luas wilayah Kabupaten Kupang seluas 5.298,23 km² dan memiliki 24 pulau di mana 3 (tiga) pulau di antaranya berpenghuni yaitu Pulau Timor, Pulau Semau, dan Pulau Kera. Sedangkan sisanya 21 Pulau merupakan pulau‐ pulau tidak berpenghuni. Geografis Kabupaten Kupang terletak di antara 121º30 – 124º11 Bujur Timur dan 9º19 – 10º57 Lintang Selatan. Batas‐batas wilayah Kabupaten Kupang adalah: - Utara berbatasan dengan Laut Sawu dan Selat Ombai - Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia - Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Negara Demokratik Timor Leste - Barat berbatasan dengan kota Kupang, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Sabu Raijua, dan Laut Sawu Daerah yang memiliki wilayah terluas adalah kecamatan Takari (508,13 km²) atau 10% dari total wilayah Kabupaten Kupang. Daerah yang memiliki wilayah terkecil adalah kabupaten Fatuleu Tengah (107,85 km²) atau 2% dari total wilayah Kabupaten Kupang. Secara rinci luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Kupang tersaji sebagai berikut: Tabel A‐1 Pembagian wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Kupang
No.
Kecamatan
Ibukota
Jumlah Kelurahan/Desa
Wilayah
1
Semau
Uitao
8
Luas (km²) 143.42
2
Semau Selatan
Akle
6
153
2.89%
3
Kupang Barat
Batake
11
149.72
2.83%
4
Kupang Tengah
Tarus
8
128.4
2.42%
5
Kupang Timur
Babau
11
88.64
1.67%
6
Nekamese
Oemasi
11
106.42
2.01%
7
Taebenu
Taebenu
8
154.9
2.92%
8
Amarasi
Amarasi
9
246.47
4.65%
9
Amarasi Barat
Baun
8
172.71
3.26%
Persentase 2.71%
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 1
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
No.
Kecamatan
Jumlah Kelurahan/Desa
Ibukota
Wilayah
10
Amarasi Selatan
Buraen
5
Luas (km²) 162.92
11
Amarasi Timur
Paku Baun
4
338.6
6.39%
12
Amabi Oefeto Timur
Oemofa
10
236.72
4.47%
13
Amabi Oefeto
Fatukanutu
7
123.9
2.34%
14
Sulamu
Sulamu
7
141.18
2.66%
15
Fatuleu
Camplong
10
351.52
6.63%
16
Fatuleu Barat
Poto
5
496.47
9.37%
17
Fatuleu Tengah
Oelbiteno
4
107.85
2.04%
18
Takari
Takari
7
508.13
9.59%
19
Amfoang Selatan
Lelogama
7
305.09
5.76%
20
Amfoang Barat Daya
Manubelon
4
167.61
3.16%
21
Amfoang Utara
Naikliu
6
278.42
5.26%
22
Amfoang Barat Laut
Suliu
6
428.59
8.09%
23
Amfoang Timur
Netemnanu Selatan
5
133.24
2.51%
24
Amfoang Tengah
‐
4
174.21
3.29%
171
5298.13
100%
Jumlah
Persentase 3.08%
Sumber: Kupang Dalam Angka 2012
A.2
Kondisi Fisik
A.2.1 Morfologi, Iklim dan Curah Hujan Permukaan tanah di wilayah Kabupaten Kupang umumnya berbukit‐bukit, bergunung, dan sebagian terdiri dari dataran rendah dengan tingkat kemiringan rata‐rata 45⁰, ketinggian rata‐ rata di atas permukaan laut berada diantara 0 – 500 m yang tersebar merata di berbagai kecamatan. Kemiringan Tanah (m)
Ketinggian di atas permukaan laut (dpl) • 0 – 50 = 47,144 ha (20, 5%)
•
0⁰ – 2⁰ = 34,462 ha (10,15% dari luas daratan)
•
3⁰ – 15⁰ = 197,145 ha (26,86% dari luas daratan)
•
50 – 100 = 112,126 ha (15,28%)
•
15⁰ – 40⁰ = 324, 771 ha (44,26% dari luas daratan)
•
100 – 150 = 98,133 (13,37%)
•
> 41⁰ = 137, 494 ha (18,73% dari luas daratan)
•
150 – 500 = 301,906 (51,7%)
•
> 500m = 74,509 (10,15%)
Sumber: Kupang Dalam Angka 2012
Kabupaten Kupang mempunyai kondisi geologi yang beragam yang didominasi oleh formasi noele, kompleks bobonaro dan formasi batu putih dengan sedikit formasi ofu dan aluvium pada daerah pesisir, bagian tengah sampai ke arah utara didominasi oleh kompleks bobonaro Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 2
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
dengan sedikit formasi batu putih sedangkan pada bagian timur dan barat pada daerah pesisir didominasi oleh kompleks mutis, formasi maubisse/batu gamping, dan sedikit aluvium. Secara umum dapat dikatakan bahwa daerah Kabupaten Kupang didominasi oleh susunan Kompleks Bobonaro, diikuti oleh kompleks Mutis, Aluvium, dan Formasi Noele. Tipe iklim Kabupaten Kupang tergolong wilayah beriklim semi ringkai (Semi Arida) yang terdiri atas iklim kemarau yang berlangsung sepanjang bulan April – November dan musim hujan antara bulan Desember – Maret. Suhu minimum – suhu maksimum berada di kisaran 22,3º C (Agustus) – 22,5º C (April). Kelembaban udara mencapai 71% – 90%, dan tekanan udara 1.005 milibar (Januari) – 1012 milibar (Juni). Rata‐rata temperatur udara 25,3º C (Juni) – 29,1º C (November). Curah hujan di wilayah ini tergolong eksotik dan eratik, yaitu hujan tercurah dalam jumlah yang cukup banyak persatuan milimeter tetapi tercurah dalam waktu singkat dan setempat serta tidak merata. Tabel A‐2 Keadaan Iklim menurut bulan di Kabupaten Kupang Jumlah Curah Hujan (mm)
Rata‐Rata Temperatur (⁰C)
Tekanan Udara (milibar)
Kelembapan (%)
Penyinaran Matahari (W/m2)
Januari
510
26,9
1 005,9
86
27
Februari
274
27,4
1 006,0
84
58
Maret
294
26,7
1 006,9
87
51
April
243
26,7
1 008,9
83
49
Mei
65
26,4
1 010,4
74
88
Juni
‐
25,3
1 011,7
71
95
Juli
6
26,0
1 011,6
67
90
Agustus
‐
26,0
1 012,2
62
97
September
‐
27,1
1 011,7
65
99
Oktober
17
28,9
1 009,9
68
87
November
63
29,1
1 008,1
71
81
Desember
227
27,9
1 006,3
84
58
Rata‐Rata Setahun
189
27,0
1 009,1
75
73
Bulan
Sumber: Kupang dalam angka 2012
A.2.2 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Kupang dapat diklasifikasikan ke dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung terdiri dari: a) Hutan Lindung Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 3
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
b) Kawasan Resapan Air c) Sempadan Danau, Pantai, Sungai d) Suaka Marga Satwa e) Taman Hutan Raya dan Wisata Alam Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Kupang tersebar di beberapa kecamatan dengan seluas kurang lebih 106.703,47 ha, meliputi: kawasan Hutan Lindung Sisimeni Sanam terdapat di Kecamatan Amabi Oefeto, Amarasi, Takari, Amarasi Timur, Amarasi Selatan, Fatuleu, Amabi Oefeto Timur, dan Amarasi Timur; kawasan Hutan Lindung Mutis Timau terdapat di Kecamatan Amfoang Timur, Amfoang Barat Daya, dan Amfoang Tengah; kawasan Hutan Lindung Oelmau terdapat di Kecamatan Semau Selatan; dan Kawasan Hutan Lindung Pastelo − Amalato terdapat di Kecamatan Semau. Kawasan resapan air adalah daerah yang memiliki kemampuan tinggi meresapkan air hujan, dan merupakan tempat pengisian air bumi (akuiver) yang berguna sebagai penyedia sumber air. Kawasan resapan air seluas kurang lebih 26.494,74 ha, terdapat di Kawasan Resapan Air Baumata, Kecamatan Fatuleu Barat, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Takari, dan Kecamatan Kupang Timur. Kawasan sempadan pantai adalah daerah yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Daerah‐daerah tersebut meliputi Kecamatan Amabi Oefeto Timur, Amarasi Selatan, Amarasai Barat, Nekamese, Kupang Barat, Kupang Tengah, Kupang Timur, Sulamu, Fatuleu Barat, Amfoang Barat Daya, Amfoang Barat Laut, Amfoang Utara, Amfoang Timur, Semau, dan Kecamatan Semau Selatan. Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan‐kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai. Tabel A‐3 Penggunaan Lahan Kawasan Lindung Kabupaten Kupang Tahun 2012 No.
Pola Ruang
Kawasan Lindung
Luas (ha)
Persentase (%)
1
Hutan Lindung
106703,47
21,06
2
Kawasan Resapan Air
26494,74
5,22
3
Sempadan Danau atau Waduk
757,08
0,14
4
Sempadan Pantai
3697,06
0,73
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 4
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
5
Sempadan Sungai
46358,17
9,15
6
Suaka Margasatwa
1042,46
0,20
7
Taman Hutan Raya
2269,52
0,45
8
Taman Wisata Alam
2752,39
0,87
Luas Kawasan Lindung
190074,89
37.52
Sumber: RTRW Kabupaten Kupang
Sedangkan untuk klasifikasi kawasan budidaya, terdiri atas Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Rakyat, Kawasan Industri, Kawasan Padang Ternak, Kawasan Pemukiman, Kawasan Perkebunan, Kawasan Tambak Garam, Kawasan TPA, Kawasan Lahan Basah serta Kawasan Lahan Kering. Tabel A‐4 Penggunaan Lahan Kawasan Budidaya Kabupaten Kupang Tahun 2012 No. 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Lokasi
Luas [ha]
Keterangan
a. Hutan Produksi Terbatas
Kec. Sulamu, Kupang Timur, Amarasi Selatan
41.272,02
b. Hutan Produksi Tetap
Kec. Amfoang Selatan, (Sebagian) Fatuleu
56.279,35
c. Hutan Produksi Konversi
Kec. Kupang Barat
287,25
7.026,43
Dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan kegiatan budidaya lain di luar Dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan mendukung pengembangan industri eksport
2
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Di seluruh Kecamatan
3
Pertanian
a. Tanaman Pangan
Lahan Basah
Kec. Kupang Timur, Amfoang Timur, Sulamu, Kupang Tengah
6.981,29
Lahan Kering
Kec. Takari, Fatuleu, Amfoang Selatan, Amfoang Barat Laut
46.696,27
b. Hortikultura
Kec. Kupang Timur, Amarasi Barat, Amarasi Selatan, Fatuleu, Takari, Amfoang Utara, Amfoang Barat Laut Kupang Barat, Sulamu
4
Perkebunan
Hampir di seluruh Kecamatan
99.691,88
5
Peternakan
Hampir di seluruh Kecamatan
9,200
Sektor unggulan untuk tanaman hortikultura meliputi bawang merah, bawang putih, sawi, wortel, tomat, ketimun, dan kangkung Peternakan skala besar dilokasikan tersendiri dalam ladang penggembalaan yang terdapat di kecamatan Amfoang Utara, Amfoang Timur, Fatuleu Tengah, Sulamu
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 5
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
No.
Kawasan Peruntukan
6 Perikanan
Lokasi
Luas [ha]
Keterangan
a. Perikanan Tangkap
Kec. Semau, Sulamu, Amarasi Barat, Kupang Tengah, Kupang Timur, Kupang Barat
32.662,02
b. Perikanan Budidaya
Kec. Kupang Tengah, Taebenu, Takari, Kupang Timur, Amabi Oefeto Timur, Amabi Oefeto, Sulamu, Semau Selatan, Kupang Barat
1.880,50
c. Perikanan Laut Non Ikan
Kec. Semau, Semau Selatan, Kupang Barat, Sulamu
d. Perikanan Air Tawar
Kec. Kupang Tengah, Taebenu, Takari, Kupang Timur, Amabi Oefeto Timur, Amabi Oefeto,
Pengembangannya dilakukan di sekitar sungai‐sungai besar, waduk dan danau
7 Pertambangan
Kec. Amabi Oefeto, Amabi Oefeto Timur, Amarasi Selatan, Amfoang Selatan, Fatuleu, Taebenu,
8.661,01
8 Perindustrian
2005,04
a. Industri Besar
Kec. Fatuleu Barat, Takari, Amarasi Selatan, Kupang Barat
b. Industri Menengah
Kec. Sulamu, Kupang Timur, Kupang Tengah, Kupang Barat
c. Industri Kecil/Rumah Tangga
Hampir di seluruh Kecamatan
9 Pariwisata
a. Alam
Kec. Semau, Semau Selatan, Kupang Barat, Kupang Tengah, Kupang Timur, Taebenu, Sulamu, Fatuleu, Takari, Amfoang Utara
b. Budaya
Kec. Kupang Tengah, Kupang Timur, Nekamese, Amarasi Barat, Amarasi Selatan, Amabi Oefeto, Takari
Pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya untuk kepentingan pariwisata, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan agama harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya tersebut
c. Minat Khusus
Kec. Kupang Barat, Kupang Tengah, Kupang Timur, Amarasi, Takari
10 Pemukiman
a. Perkotaan
48.748,16
Hampir di seluruh Kecamatan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 6
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
No.
Kawasan Peruntukan
Lokasi
b. Pedesaan
11 Lainnya
Luas [ha]
Keterangan
Hampir di seluruh Kecamatan
a. Pesisir dan pulau‐pulau kecil
b. Pemerintahan
c. Pertahanan dan Keamanan Negara
d. Perdagangan dan Jasa
e. Perbatasan
Sumber: RTRW Kabupaten Kupang 2012
A.3
Kependudukan dan Ketenagakerjaan
A.3.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Penduduk Kupang tahun 2011 adalah 310.573 jiwa yang terdiri atas 159.158 laki‐laki dan 151.415 perempuan. Dilihat keadaan masing‐masing kecamatan, maka Kecamatan Kupang Tengah merupakan yang terpadat yaitu sebesar 400 jiwa/km2, diikuti Kecamatan Taebenu dan Kupang Timur yakni masing‐masing sebesar 141 dan 126 jiwa/km2. Terdapat 2 kecamatan lainnya yang memiliki kepadatan penduduk 100 – 200 jiwa/km2 dan 19 kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk di bawah 100 jiwa/km2, sedangkan kecamatan Amfoang Barat Laut memiliki kepadatan penduduk terendah 21 jiwa/km2. Tabel A‐5 Jumlah Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Kupang Tahun 2011 Kecamatan
Laki‐laki
Perempuan
Rasio Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Luas Wilayah (km2)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2)
01. Semau
3.476
3.259
106,66
6.735
143,42
47
02. Semau Selatan
2.458
2.326
105,67
4.784
153,00
31
03. Kupang Barat
8.208
7.523
109,11
15.731
149,72
105
04. Nekemese
4.567
4.430
103,09
8.997
128,40
70
05. Kupang Tengah
18.373
17.120
107,32
35.493
88,64
400
06. Taebenu
7.471
7.554
98,90
15.025
106,42
141
07. Amarasi
7.834
7.557
103,67
15.391
154,90
99
08. Amarasi Barat
7.379
7.015
105,19
14.394
246,47
58
09. Amarasi Selatan
5.251
5.003
104,96
10.254
172,71
59
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 7
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
10. Amarasi Timur
3.744
3.390
110,44
7.134
162,92
44
11. Kupang Timur
21.953
20.617
106,48
42.570
338,60
126
12. Amabi Oefeto Timur
6.778
6.333
107,03
13.111
236,72
55
13. Amabi Oefeto
4.059
3.942
102,97
8.001
123,90
65
14. Sulamu
7.483
6.940
107,82
14.423
141,18
102
15. Fatuleu
12.016
11.362
105,76
23.378
351,52
67
16. Fatuleu Barat
4.253
4.157
102,13
8.410
496,47
17
17. Fatuleu Tengah
2.389
2.471
96,68
4.860
107,85
45
18. Takari
10.457
9.926
105,35
20.383
508,13
40
19. Amfoang Selatan
4.359
4.311
101,11
8.670
305,09
28
20. Amfoang Barat Daya
2.137
2.161
98,89
4.298
167,61
26
21. Amfoang Utara
3.612
3.414
105,80
7.026
278,42
25
22. Amfoang Barat Laut
4.499
4.290
104,87
8.789
428,59
21
23. Amfoang Timur
3.683
3.590
102,59
7.273
133,24
55
24. Amfoang Tengah
2.719
2.724
99,82
5.443
174,21
31
159.158
151.415
105,11
310.573
5.298,13
59
Jumlah
Sumber: Kupang Dalam Angka 2012
A.3.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Kupang untuk tahun 2011 adalah sebesar 246.175 jiwa yang terdiri dari 133.295 jiwa angkatan kerja laki‐laki, dan 112.880 jiwa angkatan kerja wanita. Angkatan kerja ini terdiri atas penduduk yang bekerja sebanyak 223.579 orang dan pengangguran sebanyak 22.596 orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten Kupang sebesar 10,1%. Tabel A‐6 Jumlah Angkatan Kerja Menurut Jenis Kegiatan Kabupaten Kupang Tahun 2011 Kegiatan Utama
Laki‐Laki
Angkatan Kerja
Perempuan
a. Bekerja
Total
130.080
93.499
223.579
3.215
19.381
22.596
a. Sekolah
16.139
14.278
30.417
b. Mengurus Rumah Tangga
2.897
34.038
36.935
c. Lainnya
6.827
7.662
14.489
159.158
151.415
310.573
b. Pengangguran Bukan Angkatan Kerja
Jumlah/ Total
Sumber: Kabupaten Kupang Dalam Angka 2012
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 8
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
Lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah lapangan usaha sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan yang menyerap tenaga kerja sebanyak 73,93%. Berikut gambar A‐7 yang menyajikan persentase penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha: Gambar A‐7 Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Sumber: Kabupaten Kupang Dalam Angka 2012
A.4 Kondisi Sarana dan Prasarana A.4.1 Transportasi Darat Sarana transportasi darat dalam hal ini adalah jalan darat yang menghubungkan satu kecamatan dengan kecamatan yang lain adalah berupa jalan aspal, dengan demikian dapat
mempermudah
layanan
dan
perkembangan aktivitas sosial ekonomi, terutama dalam memperdagangkan hasil‐ hasil perikanan, pertanian, peternakan ke kota. Ketersediaan jaringan jalan di Kabupaten Kupang secara kuantitatif cukup memadai. Jaringan yang ada telah menjangkau seluruh kecamatan terutama ibukota kecamatan dengan kondisi jalan pada umumnya cukup baik. Berikut adalah profil prasarana jalan di Kabupaten Kupang: Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 9
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
Tabel A‐8 Panjang jalan di Kabupaten Kupang menurut permukaan dan kelas jalan No.
Jenis Permukaan
Jalan Negara
Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten
(km)
(km)
(km)
1 2
Aspal Kerikil
65,10 ‐‐‐
158,49 9,36
191,78 256,45
3
Tanah
‐‐‐
30,24
168,23
4
Tidak Dirinci
‐‐‐
‐‐‐
‐‐‐
65,10
170,88
616,46
Total
Sumber: Kupang dalam Angka 2012
Tabel A‐9 Panjang Jalan Menurut Kelas Jalan di Kabupaten Kupang Tahun 2009 – 2011 Kelas Jalan a. Kelas I
2009
2010
2011
‐
‐
‐
b. Kelas II
‐
65,10
65,10
c. Kelas III
‐
‐
170,88
d. Kelas III A
‐
289,27
233,23
e. Kelas III B
‐
408,20
464,24
f. Kelas III C
‐
‐
‐
g. Kelas Tidak Dirinci
‐
‐
‐
Jumlah
933,45
Sumber: Kabupaten Kupang Dalam Angka 2012
A.4.2 Transportasi Laut Sebagai sebuah Kabupaten yang terdiri dari pulau‐pulau maka membutuhkan jaringan perhubungan angkutan laut terutama untuk menghubungkan daerah‐daerah kantong produksi dengan pusat perdagangan. Di samping pelabuhan‐pelabuhan laut dipakai untuk keperluan ekspor, maupun trasportasi laut ke luar Kabupaten Kupang, pelabuhan‐pelabuhan yang ada seperti Pelabuhan Tenno dipergunakan sebagai pintu keluar masuk hewan‐hewan dan hasil bumi yang diantarpulaukan. Untuk kebanyakan masyarakat Kabupaten Kupang yang berada di pulau Timor biasanya memanfaatkan Pelabuhan Tenno untuk kapal penumpang besar seperti KM Dobonsolo, KM Dorolonda, KM Wilis, KM Pangangaro, KM Sri Guntang, dan lain‐lainnya yang datang secara reguler untuk sebagai media transportasi laut antar pulau, misalnya ke Pulau Jawa, Pulau Bali, Flores, Sumba, Maluku, Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 10
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
dan sebagainya. Pelabuhan Bolok I dan II yang merupakan pelabuhan permanen dengan fasilitas moveable brigde. Pelabuhan ini biasanya disinggahi Kapal Motor Penyeberangan Biasa (Ferry biasa) dan Kapal Motor Penyeberangan Cepat (Ferry cepat). Beberapa pelabuhan lain yang terdapat di antaranya adalah Pelabuhan Biu di Sabu Timur yang dimanfaatkan untuk transportasi beton, penumpang yang menggunakan kapal motor berskala kecil, Pelabuhan Raijua di Raijua dimanfaatkan untuk nelayan yang menggunakan kapal motor yang kecil, Pelabuhan Hansisi di Pulau Semau, Pelabuhan Tablolong di Tablolong, Pelabuhan Naikliu di Naikliu.
A.4.3 Transportasi Udara Masyarakat Kabupaten Kupang memanfaatkan fasilitas dua pelabuhan udara untuk memperlancar kegiatan perekonomian, pemerintahan maupun kegiatan lainnya, dua bandara tersebut yaitu: 1). Bandar Udara El Tari, Bandara Kelas II dengan kapasitas pendaratan pesawat: Boeing 737. Bandara Eltari ini melayani keberangkatan menuju Pulau Jawa, Bali, ataupun beberapa pulau lainnya dalam wilayah NTT. Intensitas penerbangan setiap hari untuk destinasi Pulau Jawa dan Bali, sementara untuk pulau lainnya (Pulau Sumba, Flores, Rote Ndao, dan lainnya) yang ada di wilayah NTT secara reguler tiap 2 atau 3 kali seminggu. Khususnya Pulau Sabu hanya sekali dalam seminggu dan hanya dapat didarati oleh Pesawat sejenis Cassa 2). Bandar Udara Terdamu (di Pulau Sabu), yaitu Bandara Kelas V dengan kapasitas pendaratan Pesawat Cassa. Maskapai penerbangan yang melayani transportasi udara bagi warga kabupaten Kupang di Pulau Sabu adalah: Merpati Nusantara Airlines dengan Pesawat Cassa‐nya.
A.4.4 Listrik Saat ini Kabupaten Kupang memiliki 2 (dua) unit Gardu Induk masing‐masing berkapasitas 20 MW tegangan 70/20 KV, GI Naibonat yang berlokasi di Kabupaten Kupang dan GI Bolok yang memiliki kapasitas 20 MW dan tegangan 70/20 KV. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan pemenuhan kebutuhan listrik keberbagai daerah termasuk daerah yang terisolasi Pemerintahan Daerah Kabupaten Kupang membangun PLTU Bolok di kecamatan Kupang Barat yang memiliki kapasitas 2x16,5 MW yang akan terinterkoneksi ke PLTU Apoik di Kabupaten Belu. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 11
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
A.5
Kebijakan Pembangunan Daerah
A.5.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kupang Visi dan Misi Kabupaten Kupang yang menjadi landasan pembangunan jangka menengah tahun 2009 – 2014 adalah: VISI “proposisi, filosofis yang merupakan prediksi tentang suatu kualitas kehidupan pada akhir periode perencanaan pembangunan daerah” MISI Misi pembangunan daerah Kabupaten Kupang Tahun 2009 – 2014 sebagai berikut: a) Mengembangkan usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan keluarga. b) Memperluas jangkauan dan meningkatkan mutu pendidikan penduduk. c) Memperluas layanan kesehatan dan mengembangkan upaya hidup sehat. d) Menegakan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) serta meningkatkan pertahanan dan keamanan penduduk. e) Mengembangkan budaya politik dan sistim pemerintahan daerah yang berorientasi pada kepentingan rakyat. f) Merekonstruksi sistim sosial kemasyarakat berdasarkan nilai‐nilai moral yang bermartabat bagi kemanusiaan dalam era globalisasi. g) Mengembangkan tata ruang lingkungan, geografi bagi kelancaran, dan kelanjutan pembangunan.
A.5.2 Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2013 – 2033 Tujuan Penyusunan RTRW Kupang 2012 – 2032 adalah sebagai berikut : “Penataan ruang Kabupaten Kupang bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Kupang sebagai kabupaten unggul yang berbasis pada agropolitan, minapolitan, pertambangan dan pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Timur serta mewujudkan Kabupaten Kupang yang aman dan nyaman dengan mengakomodasi nilai–nilai adat dan istiadat lokal, berbasis pada mitigasi bencana dan pemanfaatan sumber daya alam yang tidak melampaui daya dukung lingkungan dalam pemanfaatan ruang.” Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 12
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
Dengan rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, maka rumusan kebijakan penataan ruang Kabupaten Kupang adalah sebagai berikut: a) Pengembangan sistem perwilayahan yang didasarkan pada kompetensi lokal dan keterkaitan antar kegiatan. b) Pengembangan pusat kegiatan yang dapat mewadahi aktivitas masyarakat dan mendorong perkembangan wilayah secara optimal. c) Peningkatan sistem jaringan transportasi darat yang terpadu dengan transportasi laut dan udara untuk peningkatan pemanfaatan potensi unggulan wilayah darat, laut, pesisir, memudahkan pergerakan serta distribusi hasil produksi dan mendorong pemerataan pembangunan. d) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan, telekomunikasi, energi, sumber daya air, dan prasarana lingkungan yang terpadu dan merata di seluruh wilayah. e) Pengembalian dan Peningkatan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem di kawasan lindung. f) Perwujudan hutan lestari melalui pemantapan kondisi kawasan hutan, perencanaan, pengamanan dan perlindungan hutan yang terpadu. g) Pemanfaatan Kawasan Budidaya secara optimal yang berbasis pada pengembangan pertanian, peternakan, industri, pariwisata, perikanan tangkap dan budidaya serta pertambangan secara berkelanjutan. Strategi penataan ruang Kabupaten Kupang adalah sebagai berikut: a) Pengembangan sistem perwilayahan yang didasarkan pada kompetensi lokal dan keterkaitan antar kegiatan, meliputi: 1. Membagi wilayah pengembangan sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia lokal, potensi lokal, dan keterkaitan antar kegiatan ekonomi rakyat. 2. Mengembangkan sistem kegiatan sesuai dengan potensi unggulan kawasan dan prospek perkembangan kegiatan. 3. Membangun kawasan perdesaan dengan pendekatan agropolitan dan minapolitan. 4. Membentuk Sistem perkotaan secara berhirarki dan terkait desa pusat pertumbuhan sebagai pusat kegiatan di kawasan agropolitan dan minapolitan. 5. Membentuk Kawasan Terpadu Mandiri pada wilayah yang jauh dari pusat pelayanan kabupaten atau regional. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 13
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
b) Strategi pengembangan pusat kegiatan yang dapat mewadahi aktivitas masyarakat dan mendorong perkembangan wilayah secara optimal, meliputi: 1. Mendorong pengembangan pusat‐pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang berperan juga sebagai pusat industri pengolahan hasil kelautan dan perikanan, melalui pembangunan prasarana dan sarana pendukung. 2. Membentuk desa pusat pertumbuhan sebagai pusat pelayanan desa secara berhirarki untuk mempercepat efek pertumbuhan. 3. Membentuk pusat kegiatan pada wilayah yang strategis. 4. Mengembangkan terminal agribisnis secara tepat dan bersinergi dengan pusat agribisnis dan pusat minapolitan. 5. Menata permukiman pesisir sebagai sebagai sentra industri pengolahan hasil kelautan dan perikanan. 6. Membangun kebutuhan prasarana di pusat kegiatan yang dapat melayani kebutuhan masyarakat sesuai dengan basis kegiatan yang dikembangkan. c) Strategi Peningkatan sistem jaringan transportasi darat yang terpadu dengan transportasi laut dan udara untuk peningkatan pemanfaatan potensi unggulan wilayah darat, laut, pesisir, memudahkan pergerakan serta distribusi hasil produksi dan mendorong pemerataan pembangunan, meliputi: 1. Mengembangkan Jalan Poros tengah, jalan lokal primer yang mengakses jalan poros tengah. 2. Mengembangkan jalan lokal primer sebagai jalur keterkaitan distribusi kebutuhan proses produksi dan distribusi hasil pertanian antar perdesaan serta antar perdesaan dengan perkotaan. 3. Meningkatkan akses dan jaringan keterhubungan antar sentra produksi dan dan pusat distribusi. 4. Meningkatkan sistem jaringan transportasi darat yang mendorong interaksi kegiatan antar satuan wilayah pengembangan, mendorong pemerataan pembangunan, dan memudahkan pergerakan serta distribusi hasil produksi. 5. Mengembangkan jalan lingkar perkotaan. d) Strategis peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan, telekomunikasi, energi, sumber daya air, dan prasarana lingkungan yang terpadu dan merata di seluruh wilayah meliputi:
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 14
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
1. Meningkatkan pasokan tenaga listrik baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang dengan memanfaatkan sumber energi terbaharukan meliputi tenaga surya, tenaga angin, dan tenaga air sebagai alternatif sumber energi konvensional. 2. Menyediakan prasarana yang menjamin ketersediaan air baku dalam rangka pemenuhan kebutuhan sumber air di seluruh wilayah. 3. Mengembangkan prasarana telekomunikasi hingga mencapai kawasan perdesaan dan terisolasi melalui sistem kabel, sistem seluler, dan sistem satelit. 4. Pemeliharaan, peningkatan dan perluasan jaringan irigasi teknis pada kawasan sentra‐ sentra produksi. e) Strategi Pengembalian dan Peningkatan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem di kawasan lindung, meliputi: 1. Mempertahankan luasan kawasan hutan lindung termasuk kawasan hutan yang terletak di pesisir sebagai hutan dengan tutupan vegetasi tetap. 2. Merehabilitasi luasan kawasan hutan mangrove sebagai ekosistem esensial pada kawasan pesisir untuk pengendalian pencemaran perlindungan pantai dari abrasi dan menjamin terus berlangsungnya reproduksi biota laut. 3. Mempertahankan fungsi hutan lindung sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi, serta pelindung keanekaragaman spesies hayati. 4. Mengelola kawasan lindung secara terpadu. 5. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kawasan lindung hingga 30 % dari luas DAS 6. Konservasi daerah resapan air, sempadan sungai, sempadan waduk dan danau dari pemanfaatan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. f) Strategi mewujudkan hutan lestari melalui pemantapan kondisi kawasan hutan, perencanaan, pengamanan dan perlindungan hutan yang terpadu meliputi: 1. Memenuhi bahan baku industri hilir dengan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan pengembangan hutan rakyat. 2. Menghindari terjadinya konflik kepentingan/penguasaan lahan kawasan hutan. 3. Pembangunan sentra produksi hasil hutan. 4. Pembangunan sentra industri pengolahan hasil hutan. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 15
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
5. Pengendalian penebangan liar dan penanggulangan kebakaran hutan serta rehabilitasi kawasan hutan kritis. 6. Mengendalikan pemanfaatan hutan produksi dengan memperhatikan pada luas kawasan, potensi hasil hutan; dan kesesuaian ekosistem. g) Strategi Pemanfaatan Kawasan Budidaya secara optimal yang berbasis pada, pengembangan pertanian, peternakan, industri, pariwisata dan perikanan tangkap dan budidaya serta pertambangan secara berkelanjutan, meliputi: 1. Mengembalikan fungsi ekosistem pesisir dari kegiatan budidaya yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas dan kerusakan ekosistem. 2. Melindungi habitat dan ekosistem pesisir dari kegiatan‐kegiatan budidaya yang merusak. 3. Mengembangkan pusat‐pusat kegiatan perikanan yang terpadu dengan pusat‐pusat koleksi dan distribusi. 4. Mengintegrasikan lahan tanaman ternak dengan dengan kegiatan peternakan. 5. Meningkatkan kualitas fungsi kawasan budidaya pertanian tanaman pangan. 6. Penegasan batas nyata lahan pertanian abadi agar tidak mengalami konversi menjadi lahan terbangun.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 16
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
B.
PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH
B.1
Struktur Perekonomian
Struktur ekonomi Kabupaten Kupang untuk suatu periode perkembangan dideterminasi oleh peran sektor‐sektor pembangunan dan galian, industri pengelohan, listrik, dan air minum, bangunan‐konstruksi, perdagangan/hotel/restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan/ persewaan/jasa perusahaan dan jasa‐jasa. Sektor‐sektor pembangunan tersebut berperan mengkontribusi pembentukan Produk Regional Domestik Bruto Kabupaten Kupang selama ini dan menunjukkan bahwa Struktur Ekonomi Kabupaten Kupang selama periode tahun 2009 – 2011 didominasi oleh kontribusi sektor pertanian berturut‐turut sebesar 47,98%, 46,76%, 46,9%. Pada tahun 2011, 8 sektor menyumbang kepada pembentukan PDRB sebesar 53,1% dan sektor non‐pertanian penyumbang terbesar adalah sektor jasa‐jasa 21,49%, sektor perdagangan restoran dan hotel 16,75% dan sektor listrik, gas dan air minum 0,26%. Sektor lainnya berentang kontribusi 0,65% ‐ 7,53%. Sektor lainnya yang potensial untuk berkembang adalah industri, perdagangan, pengakutan/komunikasi, dan jasa‐jasa. Gambar B‐1 Distribusi sektor ekonomi terhadap PDRB di Kabupaten Kupang Tahun 2011
Sumber: Kupang Dalam Angka 2012
Pertumbuhan ekonominya adalah sebesar 4,45% di tahun 2011, meningkat 0,34% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,11%. Total PDRB Kabupaten Kupang atas dasar harga konstan untuk Tahun 2011 adalah 1.054 Triliun. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 17
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Tabel B‐1 Produk Domestik Bruto Kabupaten Kupang Menurut Lapangan Usaha (Juta) Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009 – 2011 Lapangan Usaha
2009
2010
2011
01. Primer
478.458,43
486.117,91
502.306,63
02. Pertanian
465.371,08
472.240,10
486.490,91
03. Pertambangan dan Penggalian
13.087,35
13.937,81
15.815,72
04. Sekunder
90.758,55
92.607,37
97.658,50
05. Industri Pengolahan
14.850,66
14.941,72
15.194,20
06. Listrik, Gas, dan Air Bersih
2.230,84
2.291,76
3.011,46
400.667,29
430.928,80
454.653,96
08. Bangunan
73.677,05
75.373,89
79.452,84
09. Perdagangan, Restoran, dan Hotel
141.727,02
153.369,34
164.794,76
10. Pengangkutan dan Komunikasi
49.115.40
52.194,21
54.969,74
11. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
11.879,38
12.477,33
13.088,63
197.945,49
212.887,92
221.800,83
969.884,27
1.009.714,08
1,054,619.08
07. Tersier
12. Jasa‐Jasa Jumlah Sumber: Kupang Dalam Angka 2012
B.2
Kegiatan Perekonomian
B.2.1 Potensi Peternakan Peternakan di Kabupaten terbagi dalam dua kelompok yaitu peternakan besar yang terdiri dari ternak sapi, kerbau, kuda dan peternakan kecil yang terdiri dari ternak kambing, domba, dan babi. Tabel B‐4 Populasi ternak di Kabupaten Kupang tahun 2007 – 2012 Jenis Ternak
Tahun 2007
2008
2009
2010
2011
148.044
151.162
155.242
150.274
151.250
Kerbau Kuda
6.755 11.997
2.032 8.011
2.042 8.195
5.527 11.473
1.188 2.917
Kambing Domba
91.016 34.042
39.147 41
42.669 43
74.671 58
34.053 105
Babi
81.433
72.650
75.124
76.626
69.766
Sapi
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Kupang
Dari tabel di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa peternakan sapi tetap mendominasi di Kabupaten Kupang dibandingkan peternakan lainnya yaitu 151.250 (58,33%) dari 259.279 ekor Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 18
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
(jumlah populasi hewan ternak di tahun 2011). Kecamatan Takari memiliki produksi sapi terbesar sekitar 15.250 ekor, kerbau di Kecamatan Fatuleu Barat dengan produksi 301 ekor, kuda di Kecamatan Amfoang Selatan dengan produksi 388 ekor, kambing di Kecamatan Fatuleu produksi 3.438 ekor, domba di Kecamatan Kupang Timur produksi 50 ekor, dan babi di Kecamatan Takari produksi 6.986 ekor.
B.2.2 Potensi Perikanan Dengan luas perairan 4063 km2 produksi kelautan dan perikanan Kabupaten Kupang berasal dari produksi penangkapan ikan laut dan produksi perikanan budidaya. Produksi perikanan tangkap laut mencapai 6,567,25 ton untuk tahun 2012 yang didominasi oleh Ikan Demersal dengan produksi 1,168,18 ton, ikan pelagis besar 2,005,97 ton, ikan pelagis kecil 3,393,10 ton. Perikanan budidaya terdiri dari budidaya laut dan budidaya darat dengan luas budidaya keseluruhan mencapai 1,387,5 ha. Jenis ikan yang dapat dikembangkan melalui budidaya darat berupa: ikan mas, tawes, bandeng, mujair, lele, gurame, nila, udang, dan sebagainya. Sedangkan budidaya laut yang paling digemari adalah rumput laut dan mutiara. Tabel B‐6 Produksi Perikanan di Kabupaten Kupang tahun 2011 – 2012 Produksi (ton)
Jenis Komoditi
2011
2012
Pelagis Besar: Tuna, Cakalang, Tenggiri, Tongkol, Cucut Botol, dan lainnya.
1.229,68
1.168,18
Pelagis Kecil: Selar, Teri, Tembang, Layang, Kembung, Kuwe, Julung‐julung, Terbang, Cendro, Lolosi, dan lainnya.
3.571,60
3.393,10
Demersal: Kerapu, Cumi‐cumi, Lobster, Kerang Dara, Gaji, Kakap Putih, Gerot‐Gerot, Lencam, Pinjalo, Ikan Biji Nangka, Kerapu, Pari Kembang, Beronag, Udang, Teripang, dan lainnya.
2.124,12
2.005,97
Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Kupang
B.2.3 Rumput Laut Sebaran lokasi potensi dan pengembangan budidaya rumput laut umumnya hampir pada setiap perairan pantai di seluruh wilayah kecamatan pesisir. Namun demikian, usaha budidaya rumput laut sampai saat ini lebih banyak digeluti oleh masyarakat pesisir di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Kupang Barat, Semau, Semau Selatan, dan kecamatan‐ kecamatan di Pulau Sabu dan Raijua. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 19
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Hingga saat ini program budidaya rumput laut terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun (2006‐2012), hingga saat ini diperkirakan telah terdapat lebih kurang 423 RTP mengusahakan budidaya rumput laut. Hingga tahun 2012 Kabupaten Kupang dapat memproduksi rumput laut kering sebesar 148,500 ton, rumput laut kering 892,00 ton. Berikut hasil produksi rumput laut kering dalam kurun 5 tahun ke belakang: Tabel B‐7 Produksi rumput laut di Kabupaten Kupang tahun 2012 Produksi Rumput Laut Tahun Produksi (Ton)
2009
2010
2011
2012
63.041
77.104
115.780
148.500
Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Kupang
B.2.4 Garam Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang hendak mendorong pengembangan industri garam guna memenuhi kebutuhan garam nasional yang selalu meningkat 2% tiap tahunnya. Berikut data lahan potensial yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan produksi garam dan juga produktivitas garam yang dilakukan secara tradisional sepanjang tahun 2011 – 2012: Tabel B‐8 Produksi Garam di Kabupaten Kupang tahun 2011 – 2012 No.
Luas Areal (ha)
Lokasi
Luas Lahan Olahan (ha)
Luas Lahan yang belum diolah (ha)
Tahun 2011
2012
1
Sulamu
3220
69,78
3150,22
1116,2
2925,3
2
Kupang Timur
2000
65
1935
1491,4
3014,5
3
Kupang Tengah
2000
‐
‐
‐
‐
4
Semau
72
‐
‐
‐
‐
5
Amarasi Timur
30
‐
‐
‐
‐
Sumber: Dinas perikanan Kabupaten Kupang
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 20
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
C.
PELUANG INVESTASI
C.1
Sektor Unggulan
Berdasarkan hasil perhitungan LQ Kabupaten Kupang terhadap Provinsi Nusa Tenggara Timur, bahwa sektor unggulan adalah sektor industri pengolahan (1,29) diikuti dengan sektor pertanian (1,26), pertambangan, dan galian (1,15). Sektor‐sektor tersebut memiliki LQ>1 yang merupakan syarat utama menjadi sektor unggulan. Tabel C‐1 Perhitungan LQ Lapangan Usaha Kabupaten Kupang Tahun 2012 Nilai PDRB (juta rupiah) Kabupaten Kupang
Provinsi Nusa Tenggara Timur
LQ
1.116.139
11.546.008
1,26
2. Pertambangan
37,406
424.823
1,15
3. Industri Pengolahan
46.798
471.728
1,29
4. Listrik, Gas, dan Air Minum
6.085
136.945
0,58
5. Bangunan dan Konstruksi
152.095
2.182.737
0,91
6. Perdagangan, Restoran, dan Hotel
398.696
5.338.755
0,97
7. Pengangkutan dan Komunikasi
86.647
1.771.440
0,64
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
24.742
1.309.699
0,24
9. Jasa‐Jasa
511.467
7.972.266
0,84
2.380.075
31.154.401
1
Sektor Ekonomi
1. Pertanian
PDRB
Sumber: Kabupaten Kupang Dalam Angka, 2012 dan Hasil Analisis, 2013
C.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kupang selama periode 2009 – 2011 cenderung stabil di nilai 4,23%. Tahun 2010 pertumbuhan mencapai 4,11% dan bergeser sedikit lebih baik di tahun 2011 menjadi 4,45%. Hal ini didorong dengan meningkatnya pertumbuhan di sektor Listrik, Gas, dan Air Minum yang meningkat tajam dari 2,73% pada tahun 2010 menjadi 31,40% pada tahun 2011. Di samping itu sektor pertambangan mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi 13,47% setelah pada tahun 2010 hanya sebesar 6,50% dan memiliki LQ>1 (1,15) sehingga sektor pertambangan layak dikatakan sebagai sektor unggulan kabupaten yang member kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi kabupaten dan layak dikembangkan sebagai tujuan investasi utama daerah di samping potensi dari sektor‐sektor lainnya. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 21
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Tabel C‐2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kupang Tahun 2009 – 2011 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
Sektor Ekonomi
2009
2010
2011
1. Pertanian
1,56
1,48
3,02
2. Pertambangan dan Penggalian
8,04
6,50
13,47
3. Industri Pengolahan
15,96
0,61
1,69
4. Listrik, Gas dan Air Minum
6,39
2,73
31,40
5. Bangunan
3,52
2,30
5,41
6. Perdagangan, Restoran, dan Hotel
5,19
8,21
7,45
7. Pengangkutan dan Komunikasi
11,18
6,27
5,32
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
5,42
5,03
4,90
9. Jasa‐Jasa
7,22
7,55
4,19
4,15
4,11
4,45
Pertumbuhan Kabupaten Sumber: Hasil Analisis, 2013
Grafik C‐3 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Kupang Periode 2009 – 2011
Sumber: Kabupaten Kupang Dalam Angka 2013
C.3
Peluang Investasi Kegiatan Penambangan Bahan Tambang Mangan
C.3.1. Peluang Pasar Mangan merupakan masalah satu produk pertambangan dengan kegunaan luar biasa. Komoditi yang termasuk dalam kelompok dua belas mineral di kulit bumi menjadi bahan baku yang tidak tergantikan di industri baja dunia. Ferro Mangan dan Silico Mangan merupakan dua bentuk mangan yang banyak digunakan industri baja. Mangan juga digunakan untuk produksi baterai kering, keramik, gelas, dan kimia. Namun sebagian besar produksi mangan dunia (90%) saat ini diserap industri baja. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 22
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Seiring dengan pesatnya perkembangan industri baja di Eropa, Amerika Utara, China, Korea, India, Jepang, dan Australia menyebabkan ikut meningkatnya permintaan pasar internasional akan kebutuhan batu mangan. Saat ini, sebagian besar kebutuhan mangan dari negara‐negara industri dipasok dalam bentuk biji mangan campuran. Pada tahun 2011, China mengimpor mangan terbesar di dunia dengan capaian 56,1% dari total permintaan dunia terhadap Mangan. Bahkan menurut Global Industry Analysts Inc. hingga tahun 2017 diperkirakan kebutuhan dunia terhadap konsumsi mangan dunia akan terus meningkat sampai 24,9 juta ton. Provinsi NTT mulai dari Flores dan Timor barat semuanya mengandung batu mangan dengan kualitas kadar Mn di atas 44% sampai dengan 70% (tergolong terbaik di dunia) serta memiliki deposito yang merata tersebar di berbagai lokasi. Dengan kebutuhan mangan dunia yang cukup besar dalam beberapa tahun mendatang maka menjadi peluang potensial bagi Indonesia untuk turut bersaing dan memberikan kontribusi dalam memenuhi kebutuhan mangan dunia.
C.3.2. Lokasi dan Ketersediaan Lahan Wilayah Kabupaten Kupang mempunyai potensi bahan galian golongan B, C, bahkan A yang cukup besar. Beberapa galian Tipe C banyak ditemukan di beberapa kecamatan yang meliputi pertambangan perak, emas, tembaga, besi sedangkan galian tipe B yang banyak ditemukan adalah batu hias, mangan, marmer, tanah liat, dan lain‐lain. Potensi pertambangan di Kabupaten Kupang diperlihatkan dalam tabel berikut: Tabel B‐9 Produksi Pertambangan di Kabupaten Kupang tahun 2012 No.
Jenis
1
Mangan
2
Batu Hias
3
Lempung
4
Tanah Liat
5
Marmer
6
Tembaga
7
Perak
Luas
Cadangan
Sebaran
Potensi (m3)
Amarasi, Kupang Tengah, Sulamu, Fatuleu, Kupang Barat, Fatuleu, Samau, kupang Tengah
40 ha
3.015.340.000
50 ha
14.496.730
Kupang Tengah, Kupang Barat, Amfoang Selata, Amarasi Kupang Tengah
‐
150.775.950
‐
112.975.000
Sulamu, Fatulae, Takari, Amfoang Selatan Kupang Timur, Amarasi, Fatuleu, Amfoang Selatan Kupang Timur, Amfoang Selatan
658,65 ha
1.541.504.000
‐
‐
‐
‐
Lokasi
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 23
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
8
Emas
9
Besi
Amfoang Utara, Amfoang Selatan, Amarasi Amfoang Selatan
‐
‐
‐
‐
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Kupang
Dari data tabel di atas, Kabupaten Kupang memiliki cadangan tambang mangan dan marmer yang cukup besar. Hingga tahun 2012 didapat cadangan mangan hingga sebesar 3.015.340.000 m3 yang terdapat di sejumlah kecamatan di antaranya: Sabu Barat (Mesara) 82.800.000 m3, Sabu Timur (Timu) 52.560.000 m3, Kupang Barat (Tabun, Tuabata, Oilsaluk, dan Bone) 1.168.800.000 m3, Kupang Tengah 962.340.000 m3, Amarasi (Ponain dan Beito) 799.200.000 m3, Fatuleu (Camplong II km 57,8) 1.200.000 m3. Cadangan marmer mencapai 1.541.504.000 m3 yang sebaran potensinya terdapat di wilayah Sulamu (Desa Pitai dusun I) 8.766.000 m3, Fatuleu (Nursaen, Ekateta, Camplong I) 451.403000 m3, Takari (Kauniki) 41.400.000 m3, Amf. Selatan (Lelogama, Ohaem, Oelbanu) 539.955.000 m3. Hingga saat ini penambangan mangan dan marmer masih dilakukan dengan cara tradisional dan hasilnya dijual ke daerah lain hingga dieksport ke beberapa negara seperti Jepang dan RRC. Adanya peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian Mineral membuat peluang investasi menjadi menarik karena untuk tingkat kemurnian tertentu dapat langsung diekspor atau investor dapat bekerja sama dengan investor lainnya yang sejenis untuk melakukan pengolahan atau pemurnian secara bersama didalam negeri sebelum dilakukan ekspor.
C.3.3. Kelayakan Investasi Assumsi yang dipergunakan untuk menilai kelayakan investasi industri pengolahan bahan tambang Mangan adalah: 1) Suku bunga bank yang digunakan 12% 2) Tingkat inflasi rata‐rata sebesar 7% 3) Biaya investasi dikeluarkan tahun ke‐0 dan produksi mulai berjalan pada tahun‐1 4) Modal kerja diperhitungkan cukup untuk membiayai kegiatan perusahaan selama 3 bulan selama belum ada dana masuk dari penjualan produk 5) Perencanaan biaya reklamasi direncanakan pada akhir umur proyek, dan peralatan yang digunakan juga merupakan peralatan bekas proyek beroperasi 6) Target produksi yang direncanakan adalah 15.000 ton/tahun 7) Harga jual $3/% kadar per‐ton Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 24
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Tabel C‐1 Perkiraan Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja Penambangan Bijih Mangan
No.
Kriteria
A
MODAL TETAP
a. Biaya Pembelian Peralatan
b. Biaya Persiapan Penambangan
Harga (Rp) 6.606.325.000 4.194.000.000
Perijinan
Eksplorasi
233.550.000
Sewa Lahan
482.00.000
Konstruksi dan Infrastruktur
Pengadaan Tenaga Kerja
Pembuatan Sumur Vertikal Shaft
6.166.000.000 15.000.000 1.810.617.000
B
MODAL KERJA (25% Biaya Operasi Tahunan sebesar 8.263.632.000)
C
BIAYA JAMINAN REKLAMASI
105.000.000
D
STUDI UKL DAN UPL
28.000.000
2.065.908.219
INVESTASI TOTAL (Penjumlahan dari point (A+B+C+D))
E
BIAYA OPERASI
a. Biaya Operasi Tidak Tetap
Pengembangan Masyarakat, Listrik, Air, dan Telepon
Gaji Karyawan
b. Biaya Operasi Tidak Tetap
21.706.900,.19
52.000.00 1.757.000.000 96.500.000
Iuran Produksi
Asuransi Tenaga Kerja
5.520.000
Biaya Operasi Alat Tambang
1.620.000
Peledakan
66.382.000
Pembelian Biji Mangan dari Masyarakat
60.000.000
Biaya Pengiriman
5.443.825.000
Biaya Perawatan
739.705.875
Biaya Pergantian Perlengkapan
26.500.000
F
DEPRESIASI (10% dari harga alat)
G
AMORTIASASI (12,5% dari total perijinan)
H
PAJAK
Royalti (3,25% dari penjualan)
608.107.500
Pajak Penghasilan (28% dari penghasilan dikurangi point (E+F+G))
2.522.586.535
I
PENDAPATAN/PENJUALAN
18.711.000.000
759.073.600 21.750.000
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 25
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Hasil perhitungan dari komponen‐komponen biaya yang disusun dalam cash flow selanjutnya dianalisis dengan metode NPV, ROR, dan PBP. Dari perhitungan cash flow diperoleh hasil analisis ekonomi dengan metode Net Present Value (NPV) menghasilkan Nilai NPV sebesar 3.047.635.590 dengan tingkat suku bunga Bank sebesar 15%, yang berarti selama umur proyek akan memberikan keuntungan sebesar Rp 3.047.635.590 bila diukur dengan nilai sekarang. Nilai IRR sebesar 20.68% lebih besar dari tingkat suku bunga bank sebesar 15%. Nilai Pay Back Period (PBP) sebesar 3.01. Berdasarkan pada analisis ekonomi NPV, IRR dan PBP. NPV, dihasilkan positif, IRR lebih besar dari tingkat bunga minimum (i*) yang ditetapkan dan PBP lebih kecil dari umur proyek selama 5 tahun, maka proyek ini layak untuk dipertimbangkan.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 26
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia