PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
PERENCANAAN TEKNIS REKLAMASI PASCA TAMBANG BERDASARKAN TINGKAT PERUBAHAN LAHAN AKIBAT PENAMBANGAN BAHAN TAMBANG BATUAN Sarwo Edy Lewier1*, M. Fathin. Firaz1, Clara. Paramita1, Ancy. N. Sihombing2 1
Program Magister Teknik Pertambangan UPN "Veteran" Yogyakarta 2 Program Studi Teknik Lingkungan UPN "Veteran" Yogyakarta *corresponding author:
[email protected]
ABSTRAK Penambangan bahan tambang batuan berupa breksi tufan dan batupasir tufan di Dusun Srumbung Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, DIY dikategorikan ke dalam penambangan rakyat dengan sistem penambangan terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat perubahan lahan akibat kegiatan penambangan bahan tambang batuan dan upaya reklamasi yang tepat untuk memulihkan kualiatas lingkungan akibat dampak dari kegiatan penambangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, pemetaan, wawancara, analisis laboratorium, analisis studio. Arahan pengelolaan yang dapat dilakukan di daerah penelitian adalah melalui pendekatan secara teknis yaitu membuat perencanaan tambang (good mining practice) untuk mendukung perencanaan reklamasi tambang. Ukuran lebar jalan tambang 6 m dengan panjang jalan 30 m (grade 10%), tinggi dinding jenjang 3 m dengan sudut dinding jenjang 450, sedangkan untuk lebar jenjang 15 m. Upaya reklamasi yang akan dilakukan pada rencana reklamasi tahapan 1 dan 3 adalah kegiatan revegetasi dengan tanaman sawo. Dimensi pot tanam 1 m3 dengan jarak antar pot tanam 6 x 6 m. Rencana reklamasi tahapan 2 direncanakan akan dilakukan pembangunan ruko-ruko dan rumah tinggal.
I.
micine) pada bagian timur. Struktur-struktur ini sudah berumur cukup tua (0,8-2,85 juta tahun yang lalu). Secara struktural Kabupaten Bantul diapit oleh bukit patahan, yaitu lereng barat Pegunungan Batur Agung (Batur Agung Ranges) pada bagian timur dan bagian Barat berupa bekas laguna. Wilayah yang berada pada apitan bukit patahan ini disebut dengan graben, maka wilayah Kabupaten Bantul dalam toponim geologi dan geomorfologi disebut Graben Bantul. Graben ini terbentuk dari proses diatrofisme tektonisme yang dipengaruhi oleh aktivitas gunung merapi dan gunungapi tua. Selain berada pada apitan bukit patahan, wilayah Kabupaten Bantul juga berada pada bentang lahan Fluvio-Marin yang memiliki banyak potensi dan masalah (pada wilayah Bantul Selatan). Hal ini terjadi karena wilayah Kabupaten Bantul juga merupakan wilayah transisi antara asal lahan fluvial (proses yang mengerjai air-sungai) dan asal lahan marin (proses yang mengerjai angin dan gelombang dari Samudra Hindia).
PENDAHULUAN Dampak dari kegiatan penambangan rakyat berupa breksi tufan mengakibatkan perubahan bentuklahan, sehingga perlu adanya kegiatan reklamasi dan perencanaan pasca tambang. Kegiatan reklamasi bertujuan untuk memulihkan, memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Kegiatan penelitian ini bertujuan guna mengetahui peningkatan dampak perubahan lahan terhadap lingkungan akibat kegiatan pertambangan rakyat di Dusun Srumbung, Desa Segoroyoso (lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2)
II.
KONDISI GEOLOGI REGIONAL
Kabupaten Bantul sendiri merupakan wilayah yang berada pada dominasi struktur geologi Young Merapi Volcanic (Quartenary) bagian tengah dan Volcanic (Miocine dan oligo211
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Selain berada pada apitan bukit patahan dan bentuk lahan dataran fluvio-marin, Kabupaten Bantul juga berada pada wilayah transisi yaitu dataran yang asal prosesnya dari aktivitas Vulkanis dan endapan sungai (Fluvio-Vulcan). Bentuk lahan fluvial disebabkan oleh akibat aktivitas aliran sungai. Aktivitas aliran sungai tersebut berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) sehingga membentuk bentangan dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal yang tersusun oleh material sedimen. Bentukanbentukan ini berhubungan dengan daerahdaerah penimbunan seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran aluvial. Bentukanbentukan lain dalam skala kecil yang mungkin terjadi dapat berupa dataran banjir, tanggul alam, teras sungai dan kipas aluvial. Sungaisungai yang terdapat pada satuan ini umumnya merupakan sungai yang telah mengalami gradasi dan berada dalam keadaan seimbang sehingga energinya hanya cukup untuk membawa dan memindahkan bebannya. Sehingga, apabila terjadinya erosi dan pengendapan yang seimbang nantinya membentuk hamparan dataran yang luas di sepanjang tepian sungai. Di dataran fluvial ini juga terdapat adanya saluran yang berkelokkelok (meanders). Pembentukan saluran ini merupakan akibat proses penimbunan pada bagian luar kelokan dan erosi, sementara untuk kecepatan aliran berkurang akibat menurunnya kemiringan lereng. Akibat dari pengendapan yang cukup besar, maka membuat aliran ini sering kali tidak mampu untuk mengangkut material–material dari daerah utara (gunung merapi), yang akhirnya arah aliran membelok begitu seterusnya membentuk kelokan-kelokan tertentu. Satuan batuan yang ada dilokasi penelitian merupakan batuan sedimen klastik yaitu berupa breksi tufan dan batupasir tufan genesa terbentuk batuan tersebut masih ada kaitannya dengan gunungapai purba ngalangrang. Breksi tufan di lokasi penelitian memiliki struktur masif, warna abu-abu, ukuran butir : pasir sangat halus─pasir sangat kasar, derajat pemilahan: pemilahan buruk,
derajat pembundaran: menyudut tanggung, kemas: terbuka, komposisi mineral: kuarsa, biotit, debu, sedangkan untuk batupasir tufan memiliki struktur laminasi, warna putih keabuabuan, ukuran butir: debu halus─pasir sangat kasar, derajat pemilahan: pemilahan buruk, derajat kebundaran: menyudut, kemas: terbuka, komposisi mineral: kuarsa, biotit, debu, litik (dapat dilihat Gambar 1 dan 2)
III.
SAMPEL DAN PENELITIAN
METODE
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sampling sistematis yaitu sengaja dengan memilih tempat yang mengalami perubahan lahan dan tempat yang diduga terkena dampak akibat kegiatan penambangan bahan tambang batuan. Penentuan titik sampling dilakukan secara menyebar namun tetap memperhatikan batas lokasi penelitian. Sampel yang diambil di lokasi penelitian antara lain pengukuran struktur geologi, pengukuran tinggi muka airtanah, pengamatan jalan, pengambilan sampel batuan dan tanah. Metode penelitian yang digunakan berdasarkan pada parameter fisik, kimia dan informasi yang berhubungan dengan penelitian dilakukan dengan cara metode pemetaan, survei, pengharkatan, wawancara, analisis laboratorium, analisis studio.
IV.
DATA DAN ANALISIS
Parameter yang diteliti guna menentukan tingkat perubahan lahan pada tambang batuan di Dusun Srumbung, Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, yaitu (1) batas tepi galian, (2) batas kedalaman galian dari permukaan tanah awal, (3) relief dasar galian, (4) batas kemiringan tebing galian, (5) tinggi dinding galian, (6) kondisi jalan, (7) tutupan vegetasi, (8) erosi dan gerakan massa tanah, (9) upaya reklamasi. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 1. Tanah di lokasi penelitian merupakan tanah latosol yang karaterisitik dari tanah ini adalah
212
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA berwarna merah yang umumnya berada pada lapisan dalam. Jenis tanah ini sangat baik dalam meyerap air. Berdasarkan analisis laboratorium di BPTP Yogyakarta parameter kualitas tanah berdasarkan sifat fisik dan kimia yang dianalisis yaitu: pH H2O, tekstur (pasir, debu, liat), C-org, N-total, dan K-tersedia. Hasil dari analisis kualitas tanah ini akan digunakan sebagai dasar penanaman tanaman untuk mendukung kegiatan reklamasi yang direncanakan. Secara rinci hasil analisis kualitas tanah berdasarkan sifat fisik dan kimia (dapat dilihat pada Tabel 2). Hasil Analisis Kualitas Tanah Berdasarkan Sifat Fisik dan Kimia. Sedangkan untuk hasil mekanika batuan yang dianalisis dilakukan di laboratoirum mekanikan batuan Jurusan Tambang UPN “V” Yogyakarta, yang mana hasil dari analisis mekanika batuan berupa uji sifat fisik dan uji kkuat geser akan digunakan sebagai acuan dalam membuat geometri lereng yang sesuai dengan karakteristik batuan sehingga dalam perencanaann tambang yang dirancangkan akan sesuai dengan penambangan yang baik dan benar (good mining practice). Berdasarkan hasil pengujian sifat fisik batuan data yang akan diperlukan adalah densitas batuan breksi tufan dan batupasir tufan, sedangkan untuk uji kuat geser yang diperlukan adalah kohesi dan sudut geser dalam dari breksi tufan dan batupasir tufan. Data - data tersebut akan digunakan sebagai penentu faktor keamanan (safety factor) dalam rancangan geometri lereng. Secara rinci hasil analisis mekanika batuan berdasarkan uji sifat fisik dan uji kuat geser (dapat dilihat pada Tabel 3―6).
V.
Hasil pengukuran di lapangan dengan 4 titik pengukuran dan rerata bahwa kedalaman galian pada lokasi penambangan batupasir tufan dan breksi tufan adalah 1,45 meter diatas permukaan air tertinggi, maka memiliki kriteria baik (harkat 1) Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran dilakukan dari 4 titik pengukuran, pengukuran relief dasar galian terendah berkisar antara 1 m sampai 3,3 m dibawah topografi terendah di sekitarnya, maka untuk kondisi relief dasar galian termasuk dalam klasifikasi tolok ukur rusak atau dengan harkat/skor 3. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan, masing-masing kemiringan lereng galian di empat titik, di lokasi penambangan ditemukan kondisi lereng yang vertikal, hasil pengukuran didapatkan rata-rata kemiringan tebing galian 80º di lokasi penambangan maka kemiringan lereng lebih besar > 50% sehingga tolok ukur untuk parameter ini dinyatakan rusak atau dengan harkat/skor 3. Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan dilakukan dari beberapa titik pengukuran tinggi dinding galian di lokasi penelitian berkisar antara 5,5─18 meter, maka untuk kondisi tinggi dinding galian termasuk dalam klasifikasi tolok ukur rusak atau dengan harkat/skor 3. kondisi jalan menuju lokasi penambangan berupa jalan raya yang masih sangat baik karena baru diaspal kembali sedangkan untuk jalan tanah berbatuan atau bukan jalan aspal kondisinya masih baik hanya sedikit bergelombang, sehingga untuk kondisi jalan di lokasi penelitian masih termasuk dalam klasifikasi tolok ukur baik atau dengan harkat/skor 1.
DISKUSI
Berdasarkan hasil pengukuran batas tepi galian diukur dengan menggunakan alat berupa meteran, hasil pengukuran dan pengamatan dilakukan dari 3 titik pengukuran menunjukkan bahwa pada lokasi penambangan mempunyai batas tepi galian rata-rata < 3 meter dari tepi kepemilikan, berarti tolok ukurnya rusak atau dengan harkat/skor 3
Pada saat musim kemarau di lokasi penambangan tidak ada sama sekali vegetasi yang tumbuh. Setelah pada saat musim hujan vegetasi yang tumbuh di lokasi penambangan hanya sedikit, dengan tutupan vegetasi < 30% 213
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA sehingga dengan kondisi lahan bekas galian berupa hamparan lahan kosong maka tutupan vegetasi di lokasi penambangan termasuk dalam klasifikasi tolok ukur rusak atau dengan harkat/skor 3.
geser didapatkan kohesi dari breksi tufan 147,968 KN/m2 dan batupasir tufan 281,884 KN/m2, sedangkan sudut geser dalam dari breksi tufan 42,550 dan batupasir tufan 36,010. Dengan hasil tersebut kemudian kaji dengan mencari nilai faktor keamanan guna untuk sebagai dasar perencanaan rancangan geometri lereng yang sesuai, mengingat tambang di Dusun Srumbung ini merupakan tambang rakyat yang belum memiliki desain tambang yang baik. analisis kestabilan lereng yang dibuat berdasarkan hasil pengujian sifat fisik dan uji kuat geser didapatkan untuk lereng dengan tinggi dinding galian 18 meter dan kemiringan 450 memiliki nilai faktor keamanan untuk single slope 1,795 dan overall slope 3,718, kemiringan 700 memiliki nilai faktor keamanan untuk single slope 1,061 dan overall slope 2,575, kemiringan 900 memiliki nilai faktor keamanan untuk single slope 0,005 dan overall slope 2,501 (dapat dilihat pada Tabel 7). Dari hasil tersebut maka perencanaan lereng yang aman berdasarkan faktor keamanan adalah kemiringan lereng 450. Mengingat lokasi penambangan berada dekat sesar oyo yang merupakan pusat gempa bantul tahun 2006, sehingga perlunya perencanaan geometri lereng yang sangat stabil dan aman.
Dari hasil survei yang dilakukan di sekitar lokasi penambangan, ditemukan erosi lembar, erosi alur pada dinding-dinding galian yang penyebarannya tidak terlalu luas. Sedangkan jenis gerakan massa tanah dan/atau batuan yang berada pada lokasi penambangan dan sekitarnya berupa runtuhan batu (rock fall) dan gelinciran batu. Berdasarkan pengamatan erosi dan gerakan massa tanah dan/atau batuan pada lokasi penelitian masuk dalam kriteria baik dengan nilai harkat 1. Kondisi lahan bekas galian kondisinya berupa hamparan lahan kosong termasuk dalam klasifikasi tolok ukur rusak atau dengan harkat/skor 3 atau belum adanya upaya reklamasi. Dari hasil evaluasi terhadap sembilan parameter tersebut, sebagian besar parameter-parameter yang diteliti mempunyai kriteria rusak dengan kondisi lahan mengalami perubahan menuju kerusakan lahan dengan skor 21 termasuk dalam kelas II yaitu Perubahan Sedang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10.
Berdasarkan tingkat perubahan lahan sedang akibat kegiatan penambangan bahan tambang batuan dan peta perencanaan reklamasi, maka di lokasi penelitian akan dilakukan 3 tahapan reklamasi, dimana untuk tahapan 1 dan 3 akan dilakukan kegiatan revegetasi.Kegiatan revegetasi pada lahan pasca tambang dalam reklamasi tahapan ini yang ditanami tanaman sawo (dapat dilihat pada Tabel 8) bertujuan nantinya tanaman ini akan menjadi tanaman budidaya untuk masyarakat di Dusun Srumbung sebagai mata pencaharian untuk peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat. Dalam perencanaan reklamasi tahapan 1 dan 3 terlebih dahulu dimulai dari kegiatan penataan lahan bekas tambang yang masih belum rata, kemudian setelah itu akan dilakukan penyebaran overburden untuk
Berdasarkan hasil analisis kualitas tanah diapatkan bahwa ketersediaan unsur hara makro berupa C-org, N-total, dan K-tersedia kurang dari standar. Dimana C-org kurang dari 1% yaitu 0,76―0,80%, N-Total kurang dari 0,1% yaitu 0,06% yang sangat berpengauh terhadap pertumbuhan tanaman, K-Tersedia kurang dari 0,60 me/100g yaitu 0,29―0,30 me/100g . Namun untuk meningkatkan kadar unsur hara makro dalam tanah hanya perlu diberikan pupuk NPK dan pupuk organik. Berdasarkan hasil analisis laboratorium mekanika batuan, didapatkan dari hasil pengujian sifat fisik breksi tufan 19,2217 KN/m3 sedangkan untuk batupasir tufan 19,1237 KN/m3. Untuk hasil pengujian uji kuat 214
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA nantinya akan membantu perakaran tanaman dalam upaya reklamasi. Kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan adalah perancangan sistem pot/lubang tanam yang bertujuan untuk meminimalisir pemakaian top soil dalam kegiatan reklamasi, setelah itu dilanjutkan dengan teknik penanaman tanaman yang menentukan keberhasilan dari upaya reklamasi. Sistem penataan lahan yang digunakan dalam kegiatan reklamasi dalam sistem perataan tanah. Penataan yang dilakukan pada lokasi penelitian akan menggunakan alat Bulldozer Type CAT D 9 R. Alat ini kegunaannya untuk meratakan permukaan lahan yang akan direklamasi, khususnya pada tahapan reklamasi 1 dan 3. Setelah dilakukan perataan lahan maka akan dilakukan peyebaran lapisan tanah penutup overburden secara merata dengan ketebalan 1,5 m di seluruh permukaan lahan yang akan direklamasi. Ketersediaan overburden di lokasi penelitian adalah sebanyak 350013,75 LCM, sedangkan total kebutuhan overburden yang diperlukan dalam sistem perataan tanah pada tahapan reklamasi tahap 1 dan 3 adalah sebanyak 9750,04 BCM. Kemudian untuk rancangan pot/lubang tanam akan dibuat pada lahan yang telah dilapisi dengan overburen dan yang telah diratakan. Volume setiap pot/lubang tanam adalah sebesar 1 m3 dengan dimensi ukuran 1 m x 1 m x 1 m, dengan ukuran tersebut maka jumlah pot/lubang tanam yang dibuat pada lahan seluas 5965,88 m2 adalah sebanyak 165 pot/lubang tanam. Pot/lubang tanam akan dibuat dengan menggunakan Backhoe Caterpillar 320 CL dengan kapasitas alatnya 1 m3. Setelah pot/lubang tanam siap kemudian pot/lubang tanam diisi dengan tanah pucuk yang telah dicampurkan dengan pupuk organik/kompos. Tanah pucuk (top soil) akan ditempatkan pada empat lubang pertama dan empat lubang berikutnya. Kebutuhan top soil pada sistem pot/lubang tanam ini adalah sebanyak 183,15 BCM dengan luasan total lahan yang direklamasi pada tahap 1 dan 3 adalah 5965,88 m2 (dapat dilihat pada Gambar 1). Jarak tanam antar tanaman yang akan
digunakan dalam kegiatan revegetasi lahan adalah dengan jarak tanam 6 x 6 m yang telah sesuai dengan metode budidaya tanaman sawo (dapat dilihat pada Tabel 8). Dimensi dari pot/lubang tanam adalah kedalaman 1 m, panjang 1 m, lebar 1 m. Volume setiap pot/lubang tanam adalah 1 m3 dan jumlah pot/lubang tanam yang dibuat sebanyak 165 lubang (dapat dilihat pada Gambar 4) . Bibit sawo yang akan digunakan adalah bibit sawo dengan tinggi 50─60 cm dengan umur bibit sawo 3─4 bulan. Bibit tanaman yang ditanam akan ditopang dengan menggunakan bambu anjir sebagai media penopang tanaman dalam proses pertumbuhan tanaman sawo. Bulan yang tepat dalam penanaman bibit tanaman sawo adalah pada bulan November–April (dapat dilihat pada Tabel 9), dikarenakan pada bulan tersebut masuk dalam bulan musim penghujan sehingga tingkat keberhasilan pertumbuhan dari bibit sawo akan tumbuh dengan baik. Sedangkan tahapan ke 2 akan direncanakan untuk pembangunan bangunan sipil seperti rumah tinggal maupun ruko-ruko guna mendukung ekonomi masyarakat setempat. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul secara garis besar arah pengembangan dan pembangunan wilayah mengarah pada pengendalian kegiatan pada cagar budaya, pengembangan destinasi wisata, kawasan rawan gempa bumi dan tanah longsor dan kekeringan. Hal tersebut merupakan salah satu upaya perencanaan program pembangunan yang memperhatikan suatu tatanan wilayah yang terpadu dan teratur di Kabupaten Bantul. Bangunan yang direncanakan akan dibangun pada perencanaan reklamasi tahapan 2 adalah ruko-ruko bertingkat 1 dengan ukuran bangunan 6 m x 8 m dan bangunan rumah tinggal dengan ukuran 6 m x 6 m. Diharapkan dengan ruko-ruko yang dibangun di tepi jalan raya di Dusun Srumbung, Desa segoroyoso akan membuat dusun ini berkembang dalam kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat 215
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA dan diharapkan juga ruko-ruko yang dibangun dapat digunakan sebagai tepat penjualan barang sentra industri dari Dusun Srumbung sendiri seperti Krecek dan Wayang sehingga pengembangan destinasi wisata yang direncanakan dapat tercapai sesuai dengan RTRW yang direncanakan.
3. Perencanaan tambang dan teknik penambangan yang direncanakan akan dimulai penambangan dari atas bukit menuju bawah bukit untuk mencegah gerakan massa tanah/batuan. 4. Jenjang yang direncanakan dalam kegiatan penambangan di Dusun Srumbung adalah tinggi jenjang 3 meter, lebar jenjang 15 meter dengan sudut dinding jenjang 450. Jalan tambang yang direncanakan dibuat dalam lokasi penambangan adalah lebar jalan 6 meter, panjang jalan 30 meter antar jenjang (grade 10%).
Diharapkan dengan adanya perencanaan reklamasi di lahan pasca tambang ini maka hal tersebut dapat mengembalikan lahan sesuai dengan tujuan penggunaannya, dalam hal ini memperkecil erosi selama dalam proses reklamasi, serta mengubah iklim mikro dan meningkatkan ekonomi masyarakat di Dusun Srumbung, Desa Segoroyoso ke arah yang lebih baik lagi sehingga pemikiran masyarakat tentang tambang yang selalu merusak lingkungan dapat berubah. Agar semua perencanaan tersebut tercapai, maka sangat diperlukan peran masyarakat dan para penambang dalam memantau dan mengelolah areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Rancangan rencana reklamasi pasca tambang dapat dilihat pada Gambar 5.
VI.
5. Sistim penataan lahan yang digunakan dalam kegiatan reklamasi adalah sistim perataan tanah dengan menggunakan Bulldozer Type CAT D 9 R. Ketebalan overburden dalam perataan tanah adalah 1,5 m. Ketersediaan overburden di lokasi penelitian adalah sebanyak 350013,75 LCM, sedangkan kebutuhan overburden yang diperlukan pada tahapan reklamasi tahap 1 dan 3 dalam perataan tanah adalah sebanyak 9750,04 BCM.
KESIMPULAN
6. Rancangan sistim pot/lubang tanam menggunakan dimensi pot/lubang tanaman dengan ukuran 1 m3 (1 m x 1 m x 1 m) dengan jumlah 165 pot/lubang tanam.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Perencanaan Teknis Reklamasi Pasca Tambang Berdasarkan Tingkat Perubahan Lahan Akibat Penambangan Bahan Tambang Batuan di Dusun Srumbung, Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul”, dapat disimpulkan sebagai berikut:
7. Tanah pucuk (top soil) yang telah dicampurkan dengan pupuk organik/kompos akan ditempatkan pada empat lubang pertama dan empat lubang berikutnya. Kebutuhan top soil pada sistim pot/lubang tanam ini adalah sebanyak 183,15 BCM.
1. Dampak dari kegiatan penambangan bahan tambang batuan berupa breksi tufan dan batupasir tufan pada lokasi penelitian di Dusun Srumbung, Desa Segoroyoso, maka terjadi tingkat perubahan lahan fisik dalam katagori tingkat perubahan lahan sedang, dengan skor 2.
8. Jarak tanam antar tanaman yang akan digunakan dalam kegiatan revegetasi lahan adalah dengan jarak tanam 6 x 6 m. Bibit sawo yang akan digunakan adalah bibit sawo dengan tinggi 50─60 cm dengan umur bibit sawo 3─4 bulan.
2. Hasil analisis kestabilan lereng di lokasi penambangan menunjukkan dengan sudut kemiringan dinding galian 450 stabil jika dibandingkan dengan lereng dengan kemiringan 900 dan 700 tidak stabil dengan tinggi dinding galian ±18 meter.
9. Bulan yang tepat dalam penanaman bibit tanaman sawo adalah pada bulan November–April. Upaya meningkatkan
216
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA unsur hara makro berupa N-total, C-org dan K-tersedia maka akan digunakan pupuk organik/kompos, pupuk urea dan NPK.
VII.
ACKNOWLEDGEMENT
Terimakasih kepada masyarakat Dusun Srumbung Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, DIY, serta Team dosen Teknik Lingkungan UPN”V”Y.
10.Bangunan yang direncanakan akan dibangun pada perencanaan reklamasi tahapan 2 adalah ruko-ruko bertingkat 1 dengan ukuran bangunan 6 m x 8 m dan bangunan rumah tinggal dengan ukuran 6 m x 6 m.
DAFTAR PUSTAKA Arief, N., 2004, Prinsip-Prinsip Reklamasi Tambang. Diklat Perencanaan Tambang Terbuka, Unisba. Bandung. Asdak, C., 1995, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Edisi Pertama. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Direktorat Geologi dan Sumberdaya Mineral, 1986, Buku Petunjuk Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C. Ditjen Pertambangan Umum. Hardiyatmo, Hary Christiady. 2006. Penanganan Tanah Longsor Dan Erosi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Kartasapoetra, 1985, Teknologi Konservasi Tanah dan Air, Rineka Cipta : Jakarta. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Bagi usaha dan/atau Kegiatan Penambangan bahan Galian golongan C di Wilayah Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Peraturan Menteri Energi Sumberdaya Mineral Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Prodjosoemarto, P., 2006, “Tambang terbuka (Surface Mining)”, Diktat Kuliah, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung. Pleret dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Yogyakarta. Soemarwoto, 1994, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Babtubara.
TABEL Tabel 1. Hasil Pengklasifikasi Potensi Perubahan Lahan Lokasi Penelitian di Dusun Srumbung No
Parameter
Harkat/Skor pada lokasi penelitian
1 2
Batas Tepi Galian Kedalaman Lubang Galian dari Permukaan Tanah Awal
3 4 5 6 7 8
Relief Dasar Galian Batas Kemiringan Dinding Galian Tinggi Dinding Galian Kondisi Jalan Tutupan Vegetasi Erosi dan/atau Gerakan massa batuan 217
3 1 3 3 3 1 3 1
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA 9
Upaya Reklamasi Jumlah Harkat/Skor
3 21
Kelas/ Tingkat Perubahan Lahan Sumber : Kep. Gubernur DIY No. 63 Tahun 2003
II/ Sedang
Tabel 2. Hasil Analisis Kualitas Tanah Berdasarkan Sifat Fisik dan Kimia No. ulangan
Tanah ul.1 Tanah ul.2 Tanah ul.3 Rata-rata
pH H2o
6,15 6,09 6,12 6,12
Tekstur (%) Pasir
Debu
Liat
34 33 32 33
33 34 36 34,3
33 33 32 32,6
C-org (%)
N-total (%)
K-tersedia (me/100g)
0,77 0,80 0,76 0,77
0,06 0,06 0,06 0,06
0,30 0,29 0,29 0,29
Hasil Analisis Laboratorium. BPTP Yogyakarta, 14 Juni 2013 = Kurang baik (dibawah kriteria unsur hara tanah)
= Baik (sesuai kriteria unsur hara tanah)
Tabel 3. Perbandingan Hasil Sifat Fisik Breksi Tufan dan Batupasir Tufan di Lokasi Penelitian Breksi Tufan Batupasir Tufan No Parameter Angka Angka 1 Berat contoh asli (Wn),gr 453 428 2 Berat contoh kering (Wo),gr 393.8 367.1 3 Berat contoh jenuh (Ww),gr 466.7 454.6 4 Berat contoh jenuh tergntung dalam air (Ws),gr 228.8 221.7 3 5 Bobot isi asli (natural density), gr/cm 1.9 1.84 3 6 Bobot isi kering (dry dencity), gr/cm 1.66 1.58 3 7 Bobot isi jenuh (saturated dencity), gr/cm 1.96 1.95 8 “Apperent specific gravity” 1.66 1.58 9 “True specific gravity” 2.39 2.52 10 Kadar air asli, % 15.03 16.59 11 Kadar air jenuh, % 18.51 23.84 12 Derajat kejenuhan, % 81.21 69.60 13 Porositas, % 30.64 37.57 14 Void ratio 0.44 0.6 3 15 Unit weight (KN/m ) 19,2217 19,1237 Sumber: Data Hasil Analisis dari Laboratorium Mekanika Batuan, Jurusan Tambang UPN “V” Yogyakarta Tabel 4. Hasil Pengukuran Kuat Geser Breksi Tufan di Lokasi Penelitian Dusun Srumbung 2 No Tegangan normal Beban geser Kuat geser Kg/cm 2 Kg/cm Dial Kg 1 3.64 4.00 79.00 4.85 2 7.28 6.75 133.31 8.19 3 11.00 9.50 187.63 11.61 Sumber: Data Hasil Analisis dari Laboratorium Mekanika Batuan, Jurusan Tambang UPN “V” Yogyakarta
218
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Tabel 5. Hasil Pengukuran Kuat Geser Batupasir Tufan di Lokasi Penelitian Dusun Srumbung 2 Tegangan normal Beban geser Kuat geser Kg/cm 2 No Kg/cm Dial Kg 1 2 3
3.88 7.60 11.00
4.50 6.50 9.00
88.88 128.38 177.75
5.81 8.23 11
Tabel 6. Hasil Perbandingan Kohesi dan Sudut Geser DalamAntara Breksi Tufan dan Batupasir Tufan di Lokasi Penelitian Dusun Srumbung 2 o Sampel Kohesi (KN/m ) Sudut geser dalam ( ) Breksi Tufan 147,968 42.55 Batupasir Tufan 281,844 36.01 Sumber: Data Hasil Analisis dari Laboratorium Mekanika Batuan, Jurusan Tambang UPN “V” Yogyakarta Tabel 7. Hasil Analisis Kestabilan Lereng di Lokasi Penelitian Dusun Srumbung Faktor Keamanan (Safety Factor) 0
0
45 Single Slope 1,795
70
Overall Slope 3,718
Ket Stabil
Single Slope 1,061
90
Overall Slope 2,575
Ket
Single Slope 0,005
0
Overall Slope 2,501
Ket
Kurang Tidak Satbil Stabil Sumber: Data Hasil Analisis dari Laboratorium Mekanika Batuan, Jurusan Tambang UPN “V” Yogyakarta Tabel 8. Syarat Tumbuh Tanaman Sawo dengan Kondisi Lahan di Daerah Penelitian Kriterian Kesesuaian lahan Syrat Tumbuh Kondisi Lahan di Lokasi Keterangan Penelitian
No. 1.
pH tanah
2.
Curah Hujan
5–7 2.000-4.00 (mm/tahun)
6–7 20066,44 mm/tahun
sesuai sesuai
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Jumlah Januari
240,5
225,5
342
321,3
0
1655
1695
375
233,2
91,5
62,2
153
5394,2
Ratarata 449,5
Februari
513,6
225,5
202
334,5
0
1465
1598
554
187
139,3
87,5
111
5447,4
453,9
Maret
242,5
301,5
156
225,5
265,3
483
2179
194
119,8
75
113,2
150
4504,8
375,4
April
174,5
80,5
99,5
5
0
408
687
103
0
86,9
71
97
1809,4
150,8
Mei
43,5
7,5
68
35,3
31
0
256
0
0
41,9
122,4
0
605,6
50,5
Juni
0
22,5
0
16
0
131
0
36,4
0
37,7
36
0
279,6
23,3
Juli
0
9
0
0
0
17,7
0
0
0
0
23
0
49,7
4,14
Agustus
11,3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
28
0
39,3
3,3
September
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
95
0
95
7,9
Oktober
78
274
0
0
0
171,3
0
0
105,9
0
72
4
705,2
58,8
November
328,8
319,5
202,5
292
202,5
585,8
0
81,5
130
39,3
118
194
2493,9
Desember
58
141,7
123,5
0
123,5
1750
564,2
233,2
0
40
150
189,2
BB
5
6
5
4
3
7
6
5
5
1
3
5
3373,3 55
207,8 281,1
BL
1
2
2
-
1
-
-
1
-
3
5
1
16
1,3
BK
6
4
5
8
8
5
6
6
7
8
4
6
73
6,08
219
4,58
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Lempung, massif dan berpasir ≥ 40 cm
Lempung dan berpasir
sesuai
100 cm
sesuai
Suhu udara
22ºC – 32 ºC 22
22,2ºC – 31ºC
sesuai
Ketinggian
0 – 700 mdpl
74 mdpl
sesuai
3.
Tekstur tanah
4.
Kedalaman efektif tanah pucuk
5. 6.
Tabel 9. Data Curah Hujan Bulanan Stasiun Meteorologi Barongan, Kecamatan Jetis, Kab. Bantul Tahun 2003 - 2014
GAMBAR
A
B
Gambar 1. A. Breksi Tufan ; B. Batupasir Tufan di Lokasi Penelitian Sumber: Dinas Sumberdaya Air Kabupaten Bantul (2013 – 2014)
220
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian, Peta Satuan Batuan, Peta Topografi 221
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA Lereng dengan Kemiringan 450 Overall Slope
Single Slope
Lereng dengan Kemiringan 700 Overall Slope
Single Slope
Lereng dengan Kemiringan 900 Single Slope
Overall Slope
Gambar 3. Analisis Kestabilan Lereng dengan Kemiringan Lereng 45 0, 700, 900 222
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage 15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 4. Sketsa Teknik Penanaman Tanaman Sawo dalam Upaya Revegetasi Lahan Pasca Tambang Penambangan Bahan Tambang Batuan di Dusun Srumbung, Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret
Gambar 5. Pemodelan 3D Rancangan Tambang dan Reklamasi Pasca Tambang Penambangan Bahan Tambang Batuan di Dusun Srumbung, Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret
223