EVALUASI PROGRAM INTENSIFIKASI PENANGKARAN BIBIT TERNAK AYAM BURAS DI KABUPATEN PANDEGLANG
SKRIPSI AHMAD SAPURI
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN AHMAD SAPURI. D03497040. 2006. Evaluasi Program Intensifikasi Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras Di Kabupaten Pandeglang. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Hj Dewi Ulfah Wardhani, MS Pembimbing Anggota : Ir. Dwi Joko Setyono, MS Berkaitan dengan upaya pembangunan pertanian khususnya Peternakan di Kabupaten Pandeglang, Dinas peternakan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2000 melaksanakan program penangakaran bibit ayam buras di lokasi-lokasi yang terpilih sebagai sentra pengembangan peternakan. Keberhasilan program penangkaran bibit ternak ayam buras tersebut perlu diketahui lebih lanjut sebagai salah satu upaya untuk perbaikan program di masa mendatang. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui kegiatan dan pembinaan yang telah dilaksanakan, 2) Mempelajari persepsi peternak terhadap program penangkaran, 3) Menganalisis pendapatan yang diperoleh dari usaha penangkaran. Penelitian ini didesain sebagai studi kasus yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari - Maret 2002 di empat lokasi yaitu Kecamatan Cadasari, Kecamatan Menes, Kecamatan Cibaliung, dan Kecamatan Cikeusik Kabupaten Pandeglang. Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dengan peternak, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur, Dinas Peternakan, Biro pusat Statistik, dan Instansi lainnya yang terkait. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis deskriptif dan analisis pendapatan. Program penangkaran bibit ternak ayam buras berlokasi diempat Kecamatan, pemberian bantuan uang tidak seluruhnya dipergunakan dan sarana produksi ternak tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya, kegiatan pelatihan tatalaksana pemeliharaan terlaksana pada awal penangkaran, dan kegiatan pembinaan kewiraswastaan hanya terlaksana di salah satu kelompok. Peternak setuju manfaat sosial ekonomi kegiatan penangkaran dalam mengisi waktu luang, menambah kepemilikan ternak, menambah sumber penghasilan terkecuali dalam menjadi sentra bibit. Peternak merasa manfaat kegiatan pelatihan yaitu dalam menambah pengetahuan dan pengalaman, sedangkan materi dan kegiatan temu usaha kurang bermanfaat. Tatalaksana yang mudah diterapkan yaitu pemilihan bibit dan perkandangan, sedangkan cara vaksinasi, pemberian pakan, dan penggunaan mesin tetas tidak mudah. Peternak setuju adanya kewajiban pengembalian ternak, akan tetapi peternak tidak setuju terhadap jumlah ternak dan jangka waktu pengembaliannya. Usaha Penangkaran bibit ayam buras tidak dapat menghasilkan uang tunai karena merugi. Meskipun demikian secara keseluruhan pendapatan total yang diperoleh dari usaha tersebut bernilai positif karena pendapatan yang diperhitungkannya positif. Rata-rata Pendapatan tunai, pendapatan yang diperhitungkan dan pendapatan total usaha penangkaran yaitu Rp -42.297,50/tahun, Rp163.651,25/tahun dan Rp 121.353, 75/tahun. Kata Kunci : Evaluasi, Persepsi, Pendapatan
ABSTRACT Evluation of Intensification Breeding Chicken Program In Pandeglang Sapuri, A., D. U. Wardhani, and D.J. Setyono This research was to learned activity and construction, the farmer perception to the program, and income analysis. This research was designed as a case study. Data collected at Februari to March 2002. Analysis of Data is descriptive analysis and income analysis. The Result of this research location implementation of the program in four Subdistrict, activity performed is gift of aid working capital (cash money and means produce), training of breeding, and activity of enterpreneur construction. According to the farmer, benefit of economics and social of activity that is against empty time, adding the ownership of chicken, adding production source. Farmer feel benefit of activity of training that is in adding knowledge and experience, while items and activity encounter effort less be useful. The way of breeding system easy to applied that is election of bred and cage, exacpt way of vaccination, feeding, and the used of machine hatch do not easy. Farmer agree existence of obligation of chicken return, however farmer of adverse opinion to amount of chicken and duration of its return. Effort of maintenance of chicken cannot yield cash because of loss. Nevertheless the total income obtained from the effort valuable positive because of calculated income positive. Average of cash income, calculated income and the total income is Rp-42.297,50/year, Rp163.651,25/year And Rp 121.353, 75/year. Keyword : Evaluation, Perception, Income
EVALUASI PROGRAM INTENSIFIKASI PENANGKARAN BIBIT TERNAK AYAM BURAS DI KABUPATEN PANDEGLANG
AHMAD SAPURI D03497009
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
EVALUASI PROGRAM INTENSIFIKASI PENANGKARAN BIBIT TERNAK AYAM BURAS DI KABUPATEN PANDEGLANG
Oleh AHMAD SAPURI D03497040
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 23 Februari 2006
Pembimbing Utama
Ir. Hj. Dewi Ulfah Wardhani, MS NIP. 131 878 941
Pembimbing Anggota
Ir. Dwi Joko Setyono, MS NIP. 131 849 391
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc NIP. 131 624 188
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pandeglang, Banten pada tanggal 20 Agustus 1979 sebagai anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Aria dan Ibu (Almh) Sanirah. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Menes V tahun 1985-1991. Tahun 1991 penulis melanjutkan pendidikan ke MTs Mathla’ul Anwar Pusat Menes dan lulus pada tahun 1994, kemudian melanjutkan ke SMU Negeri I Pandeglang dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) di divisi Pengabdian Pada Masyarakat tahun 1998-1999, Program Pemberdayaan Masyarakat dan Potesi Wilayah (PPMPW) LPM IPB, FAMM AL An’am di divisi Baitul Mal Watamwil (BMT) tahun 1999-2000, Tim kesenian degung Gentra Kaheman FAPET IPB tahun 2000-2001, Gerakan Mahasiswa Banten (GEMA Banten) dan Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) 2000-2002.
KATA PENGANTAR Usaha ternak ayam buras umumnya merupakan usaha ternak rakyat yang menghadapi berbagai kendala diantaranya produktivitas yang rendah dan tingginya angka kematian ternak terutama yang disebabkan oleh penyakit tetelo (Newcastle Disease). Rendahnya tingkat adopsi teknologi di tingkat peternak dalam hal perbaikan
tatalaksana
pemeliharaan
yang
masih
bersifat
tradisional
juga
mempengaruhi penampilan usahanya, sehingga manfaat yang dirasakan dari usaha ternaknya belum optimal. Program penangkaran bibit ternak ayam buras sebagai merupakan salah satu upaya Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan produksi dan produktivitas ternak melalui penerapan teknologi Intensifikasi. Secara khusus program tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan bibit ayam buras yang berkualitas baik, sehingga diharapkan masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam mencari bibit yang baik karena sudah tersedia di daerah tersebut. Evaluasi program tersebut perlu diketahui sebagai upaya perbaikan program di masa mendatang. Beberapa hal yang dikaji yaitu kegiatan yang telah dilaksanakan, persepsi peternak terhadap program tersebut; dan pendapatan yang diperoleh dari usaha penangkaran.
Bogor Februari 2006
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ...................................................................................................... ABSTRACT
i
...................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 Perumusan Masalah ................................................................................. 2 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2 KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................ 3 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4 Karakteristik Ayam Buras ....................................................................... Tata Laksana Peternakan Ayam Buras .................................................... Persepsi .................................................................................................... Pendapatan Usaha Ternak ........................................................................ Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras ....................................
4 4 7 7 8
METODE ............................................................................................................. 10 Lokasi dan Waktu .................................................................................... Populasi dan Sampel ................................................................................ Desain ...................................................................................................... Data dan Instrumentasi ............................................................................ Pengumpulan Data ................................................................................... Analis Data ............................................................................................... Definisi istilah ..........................................................................................
10 10 10 11 11 12
KEADAAN UMUM LOKASI ............................................................................ 14 Keadaan Alam dan Letak Geografi ......................................................... Jumlah Penduduk ..................................................................................... Wilayah Administrasi dan Pembangunan ................................................ Kondisi Umum Pertanian ......................................................................... Kondisi Umum Peternakan ......................................................................
14 14 15 15 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 18 Karakteristik Peternak .............................................................................. Karakteristik Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras ................. Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras .................................... Gambaran Umum Program .......................................................... Bantuan Penguatan Modal Kelompok .......................................... Pengembalian Bibit Ternak ......................................................... Kegiatan Pelatihan Tatalaksana Pemeliharaan ............................. Pembinaan Kewiraswastaan ......................................................... Persepsi Peternak Terhadap Program Penangkaran.................................. Aspek Manfaat Sosial dan Ekonomi ............................................. Aspek Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan ................................... Aspek Penerapan Tatalaksana Pemeliharaan ................................ Aspek Kewajiban Pengembalian .................................................. Pendapatan Usaha Penangkaran ............................................................... Penerimaan ................................................................................... Biaya ............................................................................................ Pendapatan ...................................................................................
18 19 28 28 30 33 33 36 36 36 38 39 41 42 42 44 46
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 48 Kesimpulan .............................................................................................. 48 Saran ........................................................................................................ 48 UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. 49 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 51 LAMPIRAN ......................................................................................................... 53
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Kepadatan Kandang Berdasarkan Jenis Ayam ....................................... 5
2.
Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 10
3.
Jenis Tanaman Pertanian Berdasarkan Luas Panen Produksinya Tahun 2001 .......................................................................... 16
4.
Populasi Ternak di Kabupaten Pandeglang Tahun 1997-2000 ................ 17
5.
Populasi Ternak Ayam Buras per Kecamatan Di Kabupaten Pandeglang Tahun 2000 ........................................................................... 17
6.
Karakteristik umur Peternak..................................................................... 18
7.
Motivasi Peternak dalam Menjalankan Usaha Penangkaran .................. 20
8.
Rata-Rata Jumlah Ternak Awal dan Ternak yang Dibeli Sebagai Ukuran Skala Usaha Awal Penangkaran ............................................... 20
9.
Rata-rata Skala Usaha Awal dan Akhir Penangkaran .............................. 21
10. Rata-rata Mutasi Kepemilikan Ternak Penangkaran .............................. 21 11. Karakteristik kandang peternak Penangkar......................................................... 23
12. Bibit Awal dan Bibit yang Dibeli pada Usaha Penangkaran ................... 24 13. Frekuensi Pemberian Pakan dan Jenis Pakan ........................................... 25 14. Kegiatan Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit ................................. 27 15. Nama dan Lokasi Kelompok Penangkaran ........................................................ 30
16. Paket Bantuan penguatan modal kerja kelompok ................................... 30 17. Pelatihan yang Pernah Diikuti Peternak dan Keikutsertaannya dalam Pelatihan Tatalaksana Pemeliharaan ........................................................ 34 18. Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak terhadap Aspek Manfaat Sosial Ekonomi Kegiatan Penangkaran ................................................... 37 19. Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak terhadap Aspek Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan ................................................................................... 38 20. Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak terhadap Aspek Kemudahan Penerapan Tatalaksana Pemeliharaan ................................................................. 40
21. Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak terhadap Aspek Kewajiban Pengembalian Bantuan ............................................................................ 41 22. Rata-rata Penerimaan Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras (Rp/th) ............................................................................................ 43 23. Rata-rata Biaya Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras (Rp/th) ............................................................................................ 45
24. Rata-rata Pendapatan Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras (Rp/Th) ............................................................................... 46
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Evaluasi Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras ................................................... 3
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Data Karakteristik Peternak ................................................................... 54
2.
Data Persepsi Peternak ............................................................................ 55
3.
Data Produksi Ternak ............................................................................... 57
4.
Data Pendapatan Usaha ............................................................................ 58
5.
Peta Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Pandeglang ......................... 59
PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam buras atau yang lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung merupakan salah satu kekayaan ternak lokal Indonesia yang populasinya tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ayam buras telah beradaptasi sejak lama dengan lingkungan dan iklim di wilayah Indonesia dan banyak dipelihara oleh masyarakat sebagai usaha yang sudah turun-temurun. Hal ini merupakan potensi yang cukup besar untuk dikembangkan karena mempunyai peranan yang sangat penting diantaranya dalam memenuhi kecukupan gizi keluarga dan peningkatan pendapatan keluarga. Keunggulan
ayam buras
diantaranya
mudah
menyesuaikan
dengan
lingkungan, memiliki daya tahan terhadap penyakit yang lebih tinggi dibandingkan ayam ras dan dagingnya lebih disukai dibandingkan dengan daging ayam ras. Selain memiliki keunggulan ayam buras juga memiliki kelemahan diantaranya produksi dan produktivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan ayam ras. Disamping itu Pengelolaan usaha ternak ayam buras juga masih terbatas pada usaha ternak rakyat yang subsisten untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Di Kabupaten Pandeglang. ayam buras merupakan ternak yang paling dominan dipelihara oleh setiap keluarga dibandingkan ternak kerbau, kambing, domba, itik dan lain sebagainya. Terlebih lagi adanya istilah yang berkembang di masyarakat yang menyatakan bahwa “jalemamah paeh hirup geh jeung hayam“, yang artinya manusia itu hidup dan matinya tidak terlepas dengan ayam. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan ayam buras pada masyarakat sangat penting. Berkaitan dengan upaya pembangunan pertanian khususnya Peternakan di Kabupaten Pandeglang, Dinas peternakan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2000 melaksanakan program penangakaran bibit ayam buras. Program penangkaran bibit ternak ayam buras tersebut dilaksanakan di lokasi-lokasi yang terpilih sebagai sentra pengembangan peternakan. Melalui program penangkaran bibit ternak ayam buras tersebut juga diharapkan peternak dapat memperbaiki produksi dan produktivitas ternak ayam buras dan meningkatkan ketersediaan bibit ternak ayam buras.
Perumusan Masalah Keberhasilan program penangkaran bibit ternak ayam buras tersebut perlu diketahui lebih lanjut sebagai salah satu upaya untuk perbaikan program di masa mendatang. Berdasarkan hal tersebut permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : Bagaimana kegiatan dan pembinaan yang telah dilaksanakan; Bagaimana persepsi peternak terhadap program penangkaran tersebut; Bagaimana pendapatan yang diperoleh peternak dari usaha penangkaran. Tujuan Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1.
Mengetahui kegiatan dan pembinaan yang telah dilaksanakan pada program penangkaran bibit ternak ayam buras.
2.
Mempelajari persepsi peternak terhadap program penangkaran bibit ternak ayam buras.
3.
Menganalisis pendapatan yang diperoleh peternak dari usaha penangkaran bibit ayam buras.
KERANGKA PEMIKIRAN Evaluasi program penangkaran bibit ternak ayam buras dapat diketahui melalui identifikasi kegiatan, persepsi, dan pendapatan yang diperoleh dari usaha penangkaran. Identifikasi persepsi dan kegiatan merupakan analisis deskriptif sehingga diharapakan dapat mendukung hasil analisis pendapatan yang diperoleh peternak dalam penangkaran bibit ternak ayam buras. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : (1) Pemberian bantuan penguatan modal kelompok, (2) Pelatihan tatalaksana pemeliharaan, dan (3) Pembinaan kewiraswastaan. Persepsi peternak terhadap penangkaran antara lain : (1) Manfaat sosial ekonomi kegiatan penangkaran, (2) Manfaat kegiatan pelatihan dan pembinaan, (3) Kemudahan penerapan tatalaksana, dan (4) Kewajiban pengembalian. Analisis
pendapatan
usaha
penangkaran
mencakup
komponen–komponen
penerimaan, biaya dan pendapatan. Kerangka pemikiran secara sistematis digambarkan dalam Gambar 1 berikut ini.
PROGRAM PENANGKARAN BIBIT TERNAK AYAM BURAS
Evaluasi
PERSEPSI PETERNAK
KEGIATAN
Analisis Deskriptif
1. Penguatan modal 2. Pelatihan tatalaksana pemeliharaan 3. Pembinaan kewiraswastaan
1. Manfaat sosial Ekonomi 2. Kegiatan pelatihan & pembinaan 3. Penerapan tatalaksana 4. Kewajiban Pengembalian
PENDAPATAN USAHA PENANGKARAN
Analisis Pendapatan
1. Pengeluaran 2. Penerimaan
Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Evaluasi Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras.
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ayam Buras Togatorop (1994) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki beberapa jenis ayam lokal yang mempunyai potensi untuk dikembangkan antara lain yaitu ayam buras biasa atau ayam kampung, ayam Kedu, ayam pelung, ayam nunukan. Mansjoer dan Mulyono (1996) menyatakan ayam kampung merupakan salah satu ayam lokal Indonesia yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat petani di pedesaan, yang berasal dari keturunan ayam hutan merah dan ayam hutan hijau. Ayam buras mempunyai warna bulu yang beragam seperti hitam, putih, coklat, abu-abu campuran dengan pola warna yang berbeda pula. Tipe jengger atau balungnya ada yang tunggal dan berwarna ros, pial dan cupingnya berwarna merah (Hardjosubroto dan Atmodjo dalam Taufikurohman, 2000). Menurut Mansjoer dan Mulyono (1996) warna bulu ayam kampung jantan bervariasi namun pada umumnya mempunyai bulu dasar berwarna hitam dengan bulu pada bagian punggung berwarna merah, Sedangkan warna bulu ayam kampung betina coklat dengan bintik-bintik hitam. Akibat adanya percampuran dengan ayam ras dari luar negeri, setelah puluhan tahun ayam kampung di Indonesia corak bulunya beraneka ragam (lurik,hitam, coklat, hitam, putih). Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Buras Perkandangan Kandang merupakan tempat untuk ternak bermalam, berteduh dari sinar matahari dan berlindung dari derasnya hujan. Rahayu dan Ulupi (1996) menjelaskan bahwa syarat kandang yang baik diantaranya yaitu : dibuat dari bahan yang mudah didapat dan murah, letaknya cukup jauh dari rumah tapi mudah untuk dikontrol, cukup sinar matahari dan ventilasi baik, kondisinya bersih dan kering, tersedianya sarang bertelur dan tenggeran. Rahayu dan Ulupi (1996)
menyebutkan ada 3 macam kandang sesuai
kebutuhan yaitu : (1) Kandang anak ayam, bisa berupa box kotak (1X1X1X1 meter) yang diberi sekam untuk alas dan lampu pemanas 2 buah (@60 Watt) untuk 50-100 ekor; (2) Kandang ayam remaja/dara, untuk pemeliharaan remaja/calon induk dan untuk memudahkan seleksi; (3) Kandang induk atau jantan, untuk induk yang siap
bertelur dengan dilengkapi sarang dan tenggeran. Kepadatan kandang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kepadatan Kandang Berdasarkan Jenis Ayam Jenis Ayam - Induk dan anak
Kepadatan (ekor/m2) 2 induk daan 15-18 anak
- Anak ayam disapih
25-28
- Dara
14-16
- Induk
6-8
- Pejantan
5-6
Sumber : Juknis Krida Peternakan Saka Tarunabumi dalam Haryono dan Chalimah (1999)
Pemilihan Bibit Pemilihan atau seleksi ayam buras merupakan langkah awal untuk memperoleh bibit yang baik dan sangat menentukan keberhasilan usaha. Menurut Mulyono (1999) langkah awal dalam usaha pemeliharaan ayam buras adalah tersedianya bibit yang baik sesuai dengan tujuan pemeliharaan. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melakukan seleksi atau pemilihan bibit menurut Mulyono diantaranya melalui (1) melihat bentuk luar ayam buras yang akan dijadikan bibit, baik anak ayam buras, ayam jantan dewasa maupun betina dewasa (2) seleksi berdasarkan performans produksi (3) seleksi berdasarkan keturunan silsilah. Rahayu dan Ulupi (1996) menyebutkan ciri-ciri bibit ayam yang baik diantaranya yaitu (1) Ayam jantan: Tubuh tegap dan gagah, Bulu bersih mengkilap, Mata jernih bersinar, Pial berwarna merah, Kaki kuat dan kekar, Umur antara 1-3 tahun, Tidak cacat; (2) Ayam Betina: Bentuk badan bulat, punggung lebar dan datar, Bulu bersih, Mata terang dan jernih, Pial berwarna merah, Umur antara 6- 24 bulan, Tidak cacat. Pemberian Pakan Rasyaf (1992) menyatakan bahwa makanan ayam kampung tidak jauh berbeda dengan ayam ras, dengan kata lain bahwa kebutuhan nutrisi ayam kampung untuk hidup pokoknya tidak jauh berbeda dengan ayam ras. Dirjopranoto et al (1992) menyebutkan bahwa dalam mencukupi keseimbangan kebutuhan nutrisisnya ayam
kampung yang dipelihara secara tradisional atau secara alami dapat mencukupi kebutuhan nutrisinya dari sumber daya yang tersedia di lingkungan sekitarnya. Iskandar et al (1991) menyatakan kebutuhan pakan ayam kampung pada periode pertumbuhan dapat digunakan pakan dengan kandungan protein 14 % dan energi metabolis 2600 kkal/ kg sedangkan untuk periode bertelur kandungan protein 17,5% dan energi metabolis 2800 kkal/g. Selanjutnya Iskandar et al (1998) pemberian ransum dengan kandungan protein 19 % dan energi metabolis 2900 kkal/kg pada umur ayam 1-12 minggu merupakan tingkat optimum yaitu penggunaan ransum paling efisien. Rahayu dan Ulupi (1996) menyebutkan dalam pemberian pakan hendaknya dibedakan untuk anak ayam, untuk ayam remaja dan untuk ayam dewasa. Untuk anak ayam sistem terkurung umur 1 hari - 2 bulan diberikan pakan 10 gr/hari/ekor seterusnya ditambah sampai menghabiskan 2 kg pakan jadi. Untuk ayam remaja/dara (2-4 bulan) dan 4-6 bulan akan menghabiskan pakan sekitar 9 kg/ekor dengan pemberian 60-70 gr dan 80-100gr/ekor/hari, pemberiannya sudah dicampur engan hijauan berupa sayuran cincang, sisa-sisa dapur dan lain-lain. Untuk ayam dewasa (lebih 6 bulan) diberikan sekitar 100gr/ekor/hari dan diberikan pakan tambahan berupa sayuran. Pengelolaan Reproduksi atau Penetasan Rahayu dan Ulupi (1996) menyebutkan ada dua cara penetasan telur yaitu alami (oleh induknya) dan buatan (dengan mesin tetas). Penetasan alami merupakan naluri dari induk ayam untuk mengeram setelah periode bertelur sehingga harus disediakan sarang untuk bertelur yang nyaman terhindar dari hujan, terhindar dari cahaya matahari langsung dan terhindar dari binatang buas. Sedangkan penetasan buatan pada prinsipnya meniru seperti induk ayam dengan mesin tetas dan perlu memperhatikan temperatur (sekitar 38o) dan kelembaban (sekitar 75 %). Pengendalian penyakit Mencegah timbulnya penyakit merupakan tindakan yang penting dan lebih murah daripada melakukan pengobatan. Beberapa cara untuk melakukan pencegahan penyakit (Haryono dan Chalimah, 1999) diantaranya yaitu : 1. Sanitasi/ Membersihkan kandang dan peralatan
Hal-hal yang perlu dilakukan diantaranya yaitu menyucihamkan kandang yang akan diisi ayam dengan desinfektan dan dinding kandang dikapur setiap 3 bulan, kotoran ayam harus dibersihkan minimal seminggu sekali, membersihkan peralatan kandang setiap hari agar tidak menjadi sumber penyakit. 2. Seleksi dan Vaksinasi Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya yaitu memilih bibit yang berasal dari keturunan yang baik dan sehat, memisahkan ayam sakit
dari ayam sehat,
membakar atau memusnahkan ayam sakit yang tidak dapat disembuhkan, membakar dan memusnahkan ayam yang mati mendadak agar tidak menular ke ayam sehat, melakukan vaksinasi ND/Tetelo pada umur 4 hari (tetes mata/hidung), 4 minggu dan 4 bulan kemudian diulang setiap 4 bulan. 3. Memberikan makanan yang cukup dan bergizi serta memberikan tambahan seperti butiran (jagung, gabah, beras, dan lain-lain), sisa-sisa dapur, daun pepaya dan rumput- rumputan, dan lain-lain. Persepsi Reksowardoyo (1983) menyebutkan bahwa persepsi adalah pandangan, pengertian, dan interpretasi seseorang tentang suatu objek yang diinformasikan kepadanya, kemudian cara orang tersebut memandang, mengartikan, dan menginterpretasikan informasi tersebut dengan cara mempertimbangkan informasi tersebut dengan keadaan diri dan lingkungannya. Sejalan dengan itu Gitosudarmo (1997) menyebutkan bahwa persepsi adalah suatu proses memperhatikan, menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan. Selanjutnya Gitosudarmo (1997) menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu tanggapan atau pendapat yang di dalamnya terkandung unsur penilaian seseorang terhadap objek dan gejala berdasarkan pengalaman dan wawasan yang dimilikinya. Rahmat
(2001) berpendapat bahwa persepsi adalah pengalaman belajar
tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan . Lebih lanjut menurutnya persepsi juga merupakan bentuk komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang , oleh karena itu persepsi akan mempengaruhi seseorang dalam berfikir, bertindak, serta berkomunikasi dengan pihak lain.
Pendapatan Usaha Ternak Soekartawi et al (1986) mengemukakan bahwa secara definisi pendapatan bersih usaha tani adala selisih dari pendapatan kotor usaha tani dengan pengeluaran total usaha tani. Pendapatan kotor didefinisikan sebagai nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Selanjutnya disebutkan bahwa pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam proses produksi tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran usaha tani yang dihubungkan dengan kapasitas produksi dibagi menjadi pengeluaran tetap (fixed cost) dan pengeluaran tidak tetap (variable cost). Pengeluaran tetap ialah pengeluaran usaha tani yang tidak tergantung besarnya produksi. Sedangkan pengeluaran tidak tetap ialah pengeluaran yang digunakan untuk tanaman atau ternak tertentu dan jumlahnya berubah sebanding dengan besarnya produksi tanaman atau ternak tersebut. Cyrilla dan Ismail (1988) menyebutkan penerimaan adalah output yang dinilai dengan uang yang diterima atas hasil penjualan dari output. Penerimaan data diklasifikasikan menjadi penerimaan nyata dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan nyata adalah penerimaan yang diterima dari hasil penjualan baik tunai maupun piutang (kredit). Penerimaan yang diperhitungkan ialah nilai output yang dikonsumsi peternak atau yang dihadiahkan. Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras Penangkaran bibit ayam buras merupakan kegiatan untuk menghasilkan bibit ayam buras melalui penerapan paket teknologi untuk meningkatkan produksi dengan penggunaan mesin tetas. Kegiatan penangkaran bibit ayam buras dilakukan dengan prinsip-prinsip intensifikasi melalui rekayasa teknis, ekonomis dan sosial yang bersifat terfokus dan terkonsentrasi. Rekayasa teknis dalam kegiatan intensifikasi peternakan meliputi panca usaha yang terdiri dari bibit, pakan, kesehatan hewan, reproduksi, dan pemeliharaan. Sedangkan rekayasa ekonomis meliputi pasca panen dan pemasaran. Rekayasa teknis dan ekonomis tersebut dikenal luas sebagai sapta usaha peternakan yaitu tujuh kegiatan yang meliputi tujuh usaha dalam proses produksi peternakan (Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang, 2000)
Bantuan yang diberikan pada program penangkaran bersifat penguatan modal kelompok. Adapun besarnya bantuan penguatan modal tersebut adalah sebesar Rp 14.000.000,-per kelompok penangkar. Bantuan penguatan modal tersebut diberikan dalam bentuk sarana produksi ternak dan uang tunai (sapronak). Sarana produksi ternak yang diberikan yaitu mesin tetas, tempat pakan, tempat minum, egg tray, obatobatan dan vaksin. Sedangkan uang tunai diberikan yaitu untuk membeli bibit, pakan ternak, dan perbaikan kandang.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kelompok penangkar bibit ternak ayam buras yang tersebar di empat Kecamatan di Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari- Maret 2002. Populasi dan sampel Populasi pada penelitian ini adalah peternak penangkar bibit ternak ayam buras penerima bantuan program penangkaran bibit ternak ayam buras tahun 2000 yang berjumlah 100 peternak. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 peternak yang diambil 10 peternak dari tiap-tiap kelompok. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (simple random sampling). Jumlah populasi dan sampel dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian No 1. 2. 3. 4.
Nama Kelompok Terus Maju Karya Tani Ternak Jaya Taman Jaya Jumlah
Desa
Kecamatan
Cikadu Curug Ciung Purwaraja Kawungcaang
Cibaliung Cikeusik Menes Cadasari
Jumlah Populasi 25 25 25 25 100
Jumlah Sampel 10 10 10 10 40
Desain Penelitian ini merupakan studi kasus yaitu pengkajian masalah secara mendalam untuk mengetahui program penangkaran bibit ternak ayam buras. Aspek yang dikaji diantaranya yaitu kegiatan yang dilaksanakan pada program penangkaran, persepsi peternak terhadap program penangkaran, serta pendapatan yang diperoleh dari usaha penangkaran bibit ternak ayam buras. Data dan Instrumentasi Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan para peternak kelompok penangkar bibit ayam buras sebagai responden. Instrumentasi data yang
digunakan yaitu melalui kuisioner. Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan, BPS, dan instansi-instansi lain di Kabupaten Pandeglang serta dari studi literatur. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan mulai minggu kedua bulan februari sampai dengan minggu keempat bulan Maret 20002. Analisis Data Data yang terkumpul diseleksi dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan data yang diperlukan. Data tersebut ditabulasikan dan dianalisa secara sederhana. Analisis data yang digunakan meliputi : 1. Analisis deskriptif Analisis ini digunakan untuk menggambarkan antara lain : a. Karakteristik Peternak dan karakteristik usaha penangkaran. b. Gambaran umum progrram dan kegiatan pada program penangkaran bibit ternak ayam buras yang meliputi bantuan penguatan modal kelompok pelatihan tatalaksana pemeliharaan, dan pembinaan kewiraswastaan. c. Persepsi peternak terhadap program penangkaran bibit ternak ayam buras. Aspek yang dikaji diantaranya adalah (1) Manfaat sosial ekonomi Penangkaran, (2) Kegiatan pelatihan dan pembinaan, (3) Kemudahan penerapan tatalaksana, (4) Kewajiban pengembalian. Data persepsi diperoleh dengan menggunakan skala likert dalam bentuk pertanyaan yang memiliki 5 pilihan jawaban. Skor dan arti kelima pilihan jawaban yaitu : (1) Satu artinya sangat tidak setuju (2) Dua artinya tidak setuju (3) Tiga artinya kurang setuju (4) Empat artinya setuju (5) Lima artinya sangat setuju 2. Analisis Pendapatan Analisis ini digunakan untuk mengetahui pendapatan usaha penangakaran bibit ayam buras berdasar harga yang berlaku. Analisis pendapatan dapat dinyatakan dengan persamaan :
Y= PT – BT + ( PD –BD) Keterangan : Y = Tingkat pendapatan (Rp/Th) PT = Penerimaan tunai merupakan hasil kali jumlah produksi yang dijual dengan harga (Rp/Th). BT = Biaya Tunai yang dikeluarkan dalam pengelolaan usaha penangkaran bibit ternak ayam buras (Rp/th). PD = Penerimaan yang diperhitungkan dari usaha penangkaran bibit ternak ayam buras (Rp/Th). BD = Biaya yang diperhitungkan dalam pengelolaan usaha penangkaran bibit ternak ayam buras (Rp/Th). Definisi Istilah 1. Ayam buras adalah ayam lokal, biasa disebut sebagai ayam kampung yang tidak memiliki ras yang spesifik karena sudah terjadi perkawinan campur. 2. Bibit ayam buras merupakan ternak ayam buras dewasa yang dipelihara sebagai indukan. 3. Usaha penangkaran bibit ayam buras merupakan usaha ternak ayam buras yang bertujuan untuk menghasilkan bibit ayam buras. 4. Tatalaksana Pemeliharaan merupakan bentuk kegiatan pemeliharaan ternak ayam buras yang meliputi perkandangan, bibit, pemberian pakan, penetasan, pencegahan dan pengendalian penyakit. 5. Persepsi peternak peternak terhadap program penangkaran merupakan tanggapan peternak terhadap yang meliputi aspek manfaat sosial dan ekonomi usaha penangkaran, aspek pelatihan dan pembinaan, aspek kemudahan penerapan tatalaksana pemeliharaan dan aspek kewajiban pengembalian. 6. Pendapatan usaha adalah hasil pengurangan penerimaan tunai dengan biaya tunai ditambah dengan nilai yang diperhitungkan. 7. Penerimaan tunai merupakan nilai hasil dari produk yang dijual dikalikan harga. 8. Penerimaan yang diperhitungkan merupakan nilai hasil produk yang tidak dijual dikalikan dengan harga. Penerimaan non tunai meliputi hasil produk yang dkonsumsi, dihadiahkan, dibayarkan, nilai kotoran ternak, dan pertambahan nilai ternak.
9. Biaya tunai atau pengeluaran tunai merupakan nilai uang yang dikeluarkan secara langsung untuk proses produksi dalam pengelolaan usaha penangkaran bibit ternak ayam buras. 10. Biaya atau pengeluaran yang diperhitungkan merupakan pengeluaran yang tidak dikeluarkan secara langsung dalam pengelolaan usaha penangkaran bibit ternak ayam buras.
KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Alam dan Letak Geografis Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu wilayah Propinsi Banten yang terletak di ujung barat Propinsi Banten. Secara geografis Kabupaten Pandeglang terletak antara 60 210 – 70 100 lintang selatan dan 104 0 48 0 – 106 0 11 0 Bujur timur dengan luas daerah 2747 Km2 atau sekitar 274.690 hektar. Di bagian utara Kabupaten Pandeglang berbatasan dengan Kabupaten Serang, Samudera Indonesia di bagian selatan, selat sunda di bagian barat dan Kabupaten Lebak di Bagian timur. Bentuk topografi wilayah Kabupaten Pandeglang merupakan dataran dan dataran tinggi berdasarkan ketinggian gunung-gunungnya. Sedangkan dari segi geomorfologi wilayah Kabupaten Pandeglang termasuk kedalam zona Bogor yang merupakan jalur perbukitan.Daerah tengah dan selatan yang memiliki luas wilayah 85,07 % dari luas Kabupaten Pandeglang merupakan dataran dengan ketinggian gunung-gunugnya yang relatif rendah (<100m). Sedangkan daerah utara dengan luas wilayah 14,93 % merupakan dataran tinggi karena memiliki gunung-gunung yang ketinggiannya > 1000 m, diantaranya gunung Karang (1778 m) gunung Pulosari (1346m), dan gunung Aseupaan (1174 m). Suhu udara minimum dan maksimum di wilayah Kabupaten Pandeglang berkisar antara 22, 50 C – 27,90 dengan suhu udara rata-rata untuk dataran rendah 22,90 dan 22, 50 untuk dataran tinggi. Banyaknya curah hujan pada tahun 1998 berkisar antara 132 mm – 586 mm dengan rata-rata 310mm/ tahun. Sementara itu banyaknya hari hujan antara 12- 25 hari dan rata-rata sebesar 19,42 hari per bulan. Ketinggian tempat berkisar antara 3- 417 meter di atas permukaan laut (dpl). Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang pada pertengahan 2000 berjumlah 1.010.741 jiwa terdiri dari 515.534 laki-laki dan 495.207 perempuan dengan sebaran penduduk yang relatif tidak merata pada setiap Kecamatan. Rata-rata sebaran penduduk di Kabupaten Pandeglang yaitu 367,96 Km2 atau 3.017 per Desa.
Wilayah Administrasi dan Pembangunan Kabupaten Pandeglang secara administrasi terdiri dari 22 Kecamatan, 13 Kelurahan dan 322 Desa. Sedangkan menurut wilayah pembangunan, Wilayah Kabupaten Pandeglang dapat dikelompokkan atas 3 wilayah pembangunan yang didasarkan atas kesamaan potensi permasalahan pembangunan di setiap Kecamatan. Ketiga wilayah pembangunan tersebut adalah : 1. Wilayah Pembangunan Pandeglang utara, yang meliputi Kecamatan Pandeglang, Cadasari, Banjar, Cimanuk, Mandalawangi, Saketi, dan Bojong. 2. Wilayah Pembangunan Teluk Lada, yang meliputi Kecamatan Labuan, Pagelaran, Munjul, Menes, Cigeulis, dan Panimbang. 3. Wilayah Pembangunan
Pandeglang Selatan, yang
meliputi Kecamatan
Cimanggu, Sumur, Cibaliung dan Cikeusik. Kecamatan-kecamatan yang berlokasi di bagian Selatan mempunyai luas wilayah yang relatif lebih luas dibandingkan dengan Kecamatan-Kecamatan di bagian utara yaitu antara 10.746 Ha - 54.906 Ha, antara lain Kecamatan Cimanggu, Sumur, Cibaliung, Cikeusik, Cigeulis, Panimbang, Munjul, Bojong dan Pagelaran. Sementara di bagian utara mempunyai luas antara 3.643 Ha - 9.857 Ha, yaitu Kecamatan Labuan, Jiput, Menes, Saketi, Cimanuk, Mandalawangi, Banjar, Pandeglang dan Cadasari. Ketinggian Ibukota Kecamatan di atas permukaan laut berkisar antara 3 - 417 meter. Kondisi Umum Pertanian Lahan pertanian di Kabupaten Pandeglang sebagian besar merupakan lahan kering yaitu 222,094 Ha (80,85 %) dan 52,096 Ha (19,15%) lahan sawah. Penggunaan lahan kering yang paling luas diantaranya adalah hutan negara yaitu sekitar 40,31 persen, Kebun 19,42 %, Ladang/huma 11,82 %. Pada lahan sawah, lahan yang dialiri irigasi sebesar 28,04 %, dialiri irigasi desa (non PU) sebesar 22,06 % dan tanpa pengairan 49,90 %. Tanaman Pertanian yang banyak diusahakan oleh masyarakat Pandeglang umumnya adalah tanaman padi dan palawija. Produksi tertinggi dari tanaman padi yaitu padi sawah sebesar 435,096.00 ton, Sedangkan pada tanaman palawija yaitu ubi kayu sebesar 29,614.00 ton. Tanaman lainnya yang diusahakan diantaranya
adalah tanaman perkebunan, tanaman buah-buahan, dan sayuran. Produksi tanaman pertanian tersebut disajikan pada Tabel 4. Tabel 3. Jenis Tanaman Pertanian Berdasarkan Luas Panen Produksinya Tahun 2001 Jenis Tanaman
Luas Panen (Ha)
PADI
Produksi (Ton) 474,060.00
1. Padi Sawah
89,718
435,096.00
2. Padi Ladang
16,129
38,964.00
PALAWIJA
46,181.85
1. Jagung
2,103
4,836.90
2. Kedelai
1,890
2,158.38
3. Kacang Tanah
909
1,118.98
4. Kacang Hijau
1,045
1,087.85
5. Ubi Kayu
2,278
29,614.00
6. Ubi Jalar
575
7,365.75
Sumber : BPS Kabupaten Padeglang (2002)
Kondisi Umum Peternakan Pada umumnya usaha peternakan di Kabupaten Pandeglang berlokasi pada lahan kering yang potensi lahannya seluas 222,094 ha. Potensi pengembangan tersebut masih bisa bertambah lagi dari sebagian lahan kering yang ada dengan memanfaatkan lahan dari sawah tadah hujan maupun dari tanah yang belum termanfaatkan. (Dinas Peternakan Kab. Pandeglang, 2001) Populasi ternak di Kabupaten Pandeglang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan perbaikan–perbaikan dalam manajemen pengelolaannya. Populasi ternak di Kabupaten Pandeglang tertera pada Tabel 5 dan Tabel 6. Berdasarkan tabel tersebut populasi ternak yang terbanyak didominasi oleh ternak unggas, yaitu ternak ayam buras, ayam ras pedaging dan itik. Khusus untuk ternak ayam buras, potensinya dapat dikembangkan tanpa melihat kondisi lahan, karena ayam buras dimiliki oleh sebagian besar masyarakat di Kabupaten Pandeglang yang tersebar secara merata di seluruh Kecamatan, di daerah pedesaan maupun perkotaan, dataran tinggi maupun dataran rendah.
Tabel 4.
Populasi Ternak di Kabupaten Pandeglang Tahun 1997-2000
Jenis Ternak Ayam Buras Ayam ras Itik Sapi Kerbau Kambing Domba Kuda
1997 1.896.724 518.500 45.452 0 48.230 228.954 191.236 92
Populasi Tahun 1998 1999 1.896.346 1.905.496 41.000 114.600 35.844 103.074 0 179 35.338 40.858 157.494 168.548 128.828 134.488 91 94
2000 1.947.967 281.500 104.368 190 40.891 163.266 137.488 94
Sumber : Dinas Peternakan kabupaten Pandeglang (2001)
Tabel 5. Kecamatan Sumur Cimanggu Cibaliung Cikeusik Cigeulis Panimbang Munjul Picung Bojong Saketi Pagelaran Labuan Jiput Menes Mandalawangi Cimanuk Banjar Pandeglang Cadasari
Populasi Ternak Ayam Buras per Kecamatan Di Kabupaten Pandeglang Tahun 2000 Ayam Buras Jantan 34.998 20.667 14.253 8.633 7.783 24.762 31.876 16.183 17.791 103.683 34.586 12.097 45.097 46.059 11.006 26.487 13.047 35.113 35.097
Sumber : Dinas Peternakan kabupaten Pandeglang (2001)
Betina 60.113 73.806 101.866 34.631 43.163 58.972 97.652 14.840 13.665 248.765 56.711 55.492 98.076 116.887 48.115 51.715 64.098 58.416 110.765
Jumlah 95.111 94.473 116.119 43.264 50.946 83.734 129.528 31.023 31.456 352.449 91.297 67.589 143.173 162.946 60.121 78.202 77.145 93.529 145.862
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Karakterisik peternak yang menggambarkan kondisi para peternak meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman beternak. Tabel 6 menunjukan secara lengkap karakteristik peternak penangkar bibit ternak ayam buras. Tabel 6. Karakteristik Peternak Penangkar Bibit Ternak Ayam Buras No 1.
2.
3.
4.
Karakteristik Peternak
Jumlah (Orang)
(%)
25-35
15
37,5
36-46
17
42,5
47-57
5
12,5
58-68
3
7,5
Tidak Sekolah
2
5,0
SD/sederajat
24
60,0
SLTP/sederajat
7
17,5
SLTA/sederajat
4
10,0
Perguruan Tinggi
3
7,5
Petani
21
52,5
Pedagang
4
10,0
Ibu RumahTangga
2
5,0
PNS
5
12,5
Wiraswasta
8
20,0
3 - 12
16
40,0
13 - 22
19
47,5
23 - 32
4
10,0
33 - 42
1
2,5
Umur (Tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Pengalaman beternak
Data umur peternak berkisar antara 27-68 tahun, dengan rata-rata 40 tahun. Sebagian besar peternak (92,5 %) dapat dikategorikan ke dalam usia produktif (15 55 tahun) yaitu sebanyak 37 orang. Sedangkan peternak yang tidak termasuk ke dalam usia produktif 7,5 % yaitu 3 orang. Mayoritas peternak (60 %) berpendidikan formal sampai tingkat sekolah dasar. Peternak yang berpendidikan formal sampai ke jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) atau sederajat yaitu 12,5% dan 10%. Sedangkan peternak yang berpendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi yaitu sebanyak 7,5%. Sementara itu terdapat pula peternak yang tidak pernah menempuh pendidikan formal atau tidak sekolah yaitu sebanyak 5 %. Pekerjaan utama peternak penangkar bibit ternak ayam buras bervariasi. Tabel 6 menunjukan bahwa mayoritas (52,5 %) pekerjaan utama peternak adalah petani, dengan status kepemilikan lahan sebagai pemilik dan penggarap 17,5 %, dan penggarap atau buruh tani 35 %. Pekerjaan utama peternak lainnya diantaranya yaitu wiraswasta, PNS, pedagang, dan Ibu rumah tangga. Data lama pengalaman beternak ayam buras berkisar antara 4 - 42 tahun dengan rata-rata yaitu 14,40 th. Lama pengalaman beternak ayam buras dikelompokan menjadi 4 selang kelompok dengan Lama pengalaman beternak terbanyak pada selang antara 13 - 22 tahun dan 3 - 12 tahun masing masing 19 orang (47,5%) dan 16 orang (40%). Karakteristik Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras Karakteristik usaha penangkaran bibit ternak ayam buras merupakan bentuk kegiatan pemeliharaan ayam buras yang dijalankan oleh peternak dalam penangkaran bibit ternak ayam buras. Karakteristik usaha penangkaran meliputi motivasi beternak, skala usaha kepemilikan ternak ayam buras dan tatalaksana pemeliharaan. Motivasi Beternak Motivasi peternak dalam memelihara ternak ayam buras bervariasi. Motivasi peternak tersebut diantaranya yaitu sebagai tabungan dan konsumsi, mengisi waktu luang, menambah penghasilan, dan menyalurkan hobi. Motivasi peternak teersebut secara lengkap tertera pada Tabel 7.
Tabel 7.
Motivasi Peternak dalam Menjalankan Usaha Penangkaran
No
Motivasi
Jumlah
Persentase
(Orang)
(%)
1.
Tabungan dan konsumsi
21
52,50
2.
Mengisi Waktu luang
10
25,00
3.
Menambah Penghasilan
5
12,50
4.
Menyalurkan hobi
4
10,00
Total
40
100,00
Mayoritas peternak (52,5 %) menyatakan bahwa motivasi dalam memelihara ternak ayam buras yaitu sebagai tabungan dan konsumsi. Menurut peternak ayam buras sewaktu-waktu mudah dijual untuk memenuhi keperluan-keperluan yang mendesak, dipotong untuk konsumsi keluarga atau kegiatan keagamaan, dan dihadiahkan kepada kerabat atau keluarga yang berkunjung. Hasil penelitian Lestari (2000) menyebutkan bahwa ayam buras yang dipelihara di daerah penelitiannya manfaatnya dapat digunakan pada saat-saat dibutuhkan seperti acara keagamaan, pesta keluarga atau saat membutuhkan uang. Skala Usaha Jumlah ternak ayam buras sebagai ukuran penampilan skala usaha yaitu sebagian berasal dari ternak awal yang dimiliki peternak dan sebagian lagi berasal dari ternak yang dibeli oleh peternak pada saat awal penangkaran. Ternak yang dibeli merupakan pemanfaatan bantuan uang tunai dari Dinas Peternakan. Rata-rata skala usaha ternak penangkaran bibit ternak ayam buras dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8.
Rata-rata Jumlah Ternak Awal dan Ternak yang Dibeli sebagai ukuran Skala Usaha Awal Penangkaran
Keterangan
Rata-rata Jumlah ternak
Persentase
(ekor)
(%)
Ternak awal
5,35
46,87
Ternak yang dibeli
6,15
53,13
Skala usaha
11,50
100,00
Tabel 8 menunjukan Jumlah ternak yang dipelihara sebanyak 46,87 % berasal dari ternak milik peternak dan 53, 13 % adalah hasil pembelian. Rata-rata skala usaha ternak penangkaran yaitu 11,50 ekor. Rata-rata jumlah ternak awal yang dimiliki peternak yaitu 5,35 ekor yang berkisar antara 0 – 16 ekor. Rata-rata jumlah ternak yang dibeli peternak yaitu 6,15 ekor yang berkisar antara 0 – 10 ekor. Tabel 9.
Rata-rata Skala Usaha Awal dan Akhir Penangkaran
Keterangan
Jumlah Ternak Dewasa
Muda
Anak
----- Ekor----Skala usaha awal
11,50
3,28
4,33
Skala Usaha akhir
12,53
8,75
12,53
Pada Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa pada awal usaha penangkaran rata-rata skala usaha penangkaran bibit ternak ayam buras yaitu sebesar 11,50 ekor. Pada akhir program penangkaran dan setelah terjadi mutasi ternak rata-rata peningkatan skala usaha penangkaran meningkat menjadi 12, 53 ekor atau meningkat sebesar 1, 03 ekor. Mutasi ternak penangkaran diantaranya yaitu ternak yang dijual, dikonsumsi, dikembalikan, dandihadiahkan. Rata-rata mutasi ternak penankaran dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. No
Rata-rata Mutasi Kepemilikan Ternak Penangkaran
Rata-rata Jumlah Ternak
Rata-rata Jumlah ternak (ekor)
%
1.
Dijual
12,40
34,15
2.
Konsumsi
16,15
44,48
3.
Dikembalikan/Digulirkan
5,58
15,37
4.
Dihadiahkan
2,18
6,00
Dari Tabel 10 di atas, mayoritas ternak hasil penangkaran (44,48 %) adalah dikonsumsi peternak. Ternak ayam buras yang dikonsumsi tidak hanya ternak ayam buras yang sehat tetapi juga ternak ayam buras yang sakit. Peternak memotong ternak ayam buras yang sakit untuk dikonsumsi setelah terlebih dahulu diobati dan tidak kunjung sembuh. Pada Tabel 10 juga dapat dilihat penjualan ternak hasil
penangkaran yaitu sebesar 34,15 %, dikembalikan atau digulirkan 15,37 % dan ternak yang dihadiahkan 6 %. Tatalaksana Pemeliharaan Perkandangan. Para peternak memperoleh bantuan modal kerja berupa uang tunai sebesar Rp 50.000,00 untuk memperbaiki kandang dan membuat kandang pemeliharaan anak ayam. Peternak juga memperoleh bantuan modal kerja berupa sarana kandang yaitu tempat pakan, tempat minum, dan egg tray masing-masing satu buah. Peternak membuat kandang panggung atau tingkat yang terdiri atas beberapa sekat atau ruang untuk pemeliharaan ayam buras muda dan dewasa. Rata-rata luas bangunan kandang tersebut yaitu 8,1 m2 yang berkisar antara 2 – 32 m2. Sebagian besar peternak (77,5 %) tidak menggunakan bagian bawahnya atau dikosongkan sehingga kotorannya dapat langsung jatuh ke bawah. Beberapa peternak (22,5%) memanfatkannya dengan ditaburi sekam. Bahan pembuatan kandang untuk dinding dan tiang umumnya adalah bambu dan kayu, sedangkan atapnya antara lain dari rumbia, asbes, dan genteng. Peternak membuat kandang pemeliharaan anak ayam atau boks anak ayam dengan ukuran panjang 1 m dan lebar 0,5-0,8 m. Boks anak ayam ini dibuat secara terpisah dari kandang ayam remaja dan dewasa, tetapi ada juga yang memanfaatkan satu sekat atau kamar dari kandang ayam remaja dan dewasa. Boks anak ayam dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum dan penerangan listrik untuk menghangatkan anak ayam pada waktu malam hari. Kandang berada pada lahan pekarangan yang tidak jauh dari rumah atau tempat tinggal.. Letak kandang umumnya berada di belakang rumah, tetapi ada juga yang di depan dan di samping rumah. Jarak kandang dengan rumah yaitu berkisar antara 0 - 7 m dengan rata-rata 2 m. Beberapa peternak juga membuat pagar keliling dari bambu yang tingginya 2 – 3 m. Menurut peternak pagar keliling dibuat selain untuk tempat umbaran juga untuk keamanan.
Tabel 11. Karakteristik Kandang Peternak Penangkar Karakteristik Kandang
Jumlah Peternak
Persentase
(Orang)
(%)
31
77,5
b. 10 – 20 m
5
12,5
c. > 20 m2
4
10,0
a. Tingkat
31
77,5
b. Lantai dan tingkat
9
22.5
a. Depan
2
5,0
b. Belakang
22
55,0
c. Samping
16
40,0
a. < 1 m
7
17,5
b. 1 – 2 m
19
47,5
c. > 2 m
14
35,0
Luas Kandang a. < 10 m2 2
Bentuk Kandang
Letak kandang dari rumah
Jarak Kandang dari rumah
Bibit Ternak Ayam Buras. Bibit ternak ayam buras yang dipelihara pada awal penangkaran sebagian berasal dari ayam milik peternak sendiri dan sebagian lagi hasil pembelian. Untuk membeli bibit ternak tersebut peternak memperoleh bantuan modal kerja uang tunai sebesar Rp 150.000,00 dari Dinas Peternakan. Sebagian besar peternak (70 %) membeli bibit awal penangkaran kurang dari 10 ekor (1 – 9). Bahkan terdapat pula peternak (15 %) yang sudah memiliki bibit sejumlah 10 ekor dan tidak membeli lagi. Hal ini dikarenakan bibit awal yang dimiliki peternak tersebut dianggap dibeli. Sementara itu peternak yang membeli bibit 10 ekor yaitu 15 %. Umumnya peternak yang tidak menggunakan semua atau sebagian bantuan untuk pembelian bibit tersebut memanfaatkannya untuk perbaikan kandang, pembelian pakan komersil atau pur, dan keperluan rumah tangga. Pemilihan bibit ayam buras umumnya masih berdasarkan pengalaman atau kebiasaan yaitu dengan memperhatikan bentuk bulu belakang dan besar tubuh. Pengetahuan pemilihan bibit dari pelatihan teknis penangkaran tidak banyak
mempengaruhi cara peternak dalam melakukan pemilihan bibit. Hanya sedikit peternak yang menerapkannya dan menggabungkannya dengan pengalaman atau kebiasaaan yang sudah secara turun temurun. Pemilihan bibit tersebut diantaranya yaitu dengan memperhatikan bentuk bulu belakang, besar tubuh, warna bulu, jumlah telur, kejernihan mata, lebar dada, bentuk kepala dan sifat memelihara anak. Tabel 12.
Bibit Awal dan Bibit yang Dibeli pada Usaha Penangkaran
Keterangan
Jumlah Peternak
Persentase
(Orang)
(%)
0 (tidak punya)
2
5,00
1 – 4 ekor
19
47,50
5 - 9 ekor
11
27,50
≥ 10 ekor
8
20,00
0 (tidak membeli)
6
15,00
1 – 9 ekor
28
70,00
10 ekor
6
15,00
Bibit awal
Bibit yang dibeli
Pemberian Pakan. Peternak memperoleh bantuan modal kerja pada awal penangkaran sebesar Rp 25.000,- per orang untuk pembelian pakan. Setelah itu peternak secara mandiri membeli atau memenuhi sendiri kebutuhan pakan ternaknya. Jenis bahan pakan yang diberikan oleh peternak diantaranya yaitu dedak, menir, pakan komersial starter atau pur, beras, jagung giling, sisa makanan dan sayuran. Dedak dan menir diperoleh peternak dari pabrik penggilingan padi. Sebagian peternak memperolehnya secara gratis sebagai hasil ikutan pada saat menggiling padi dan sebagian peternak lainnya membeli di pabrik penggilingan padi. Pakan komersial starter diperoleh peternak dari poultry shop atau peternak ayam ras pedaging. Kegiatan pemberian pakan dilakukan oleh peternak atau anggota keluarga peternak yang mempunyai waktu luang pada saat pakan harus diberikan. Sebagian besar peternak (77,50 %) memberikan makan dua kali sehari yaitu pada pagi hari antara jam 06.00 - 07.00 WIB sebelum ayam dikeluarkan dari kandang dan sore hari
antara jam 17.00 - 18.00 WIB pada saat akan mengandangkan ayam. Adapula peternak yang memberikan pakan pada waktu siang hari antara jam 13.00-14.00 WIB. Kegiatan pemberian pakan dan jenis bahan pakan dpat dilihat pada Tabel 18. Tabel 13. Frekuensi Pemberian pakan dan Jenis pakan Keterangan
Jumlah Peternak
Persentase
(Orang)
(%)
a. 2 kali
31
77,5
b. 3 kali
9
22,5
Dedak + Sisa makanan atau beras
36
90,0
Dedak + Sisa Makanan + Jagung
4
10,0
Menir + Beras
8
20,0
Menir + Pakan Komersil
32
80,0
Frekuensi Pemberian pakan per hari
Jenis Pakan a. Ayam muda dan dewasa
b. Anak Ayam
Peternak memberikan dedak sebagai pakan utama pada pemeliharaan ayam buras muda dan dewasa. Dedak diberikan dalam keadaan basah setelah terlebih dahulu dicampur dengan air hangat. Rata-rata pemberian dedak yaitu 120,98 gr/ekor/hari atau rata-rata menghabiskan ± 18 kg/ekor hingga mencapai umur 6 – 8 bulan. Peternak juga memberikan pakan tambahan untuk melengkapi dedak berupa sisa-sisa makanan dan sayuran. Ada pula peternak yang memberikan pakan tambahan berupa jagung giling. Pada pemeliharan anak ayam umur sehari sampai satu bulan (± 40 hari) peternak memberikan menir sebagai pakan utama. Sebagian besar peternak (80 %) memberikan pakan tambahan untuk melengkapi menir berupa pakan komersil starter atau pur. Rata-rata pemberian pakan komersial yaitu 20 gr/ekor/hari atau menghabiskan pakan ± 600 gram/ekor hingga mencapai umur ± 40 hari. Sementara itu peternak lainnya (20 %) memberikan beras sebagai pakan tambahan untuk melengkapi menir.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pencegahan dan pengendalian penyakit dilakukan sebagai upaya untuk mencegah timbulnya wabah penyakit Meskipun peternak sudah berupaya mencegahnya, kematian ternak penangkaran masih tetap tinggi. Kematian ternak ayam buras tersebut disebabkan oleh serangan penyakit (tetelo). Hal ini diduga karena umumnya peternak tidak membakar terlebih dahulu ayam yang mati terkena penyakit, dan pada saat pemotongan ternak ayam buras yang sakit, darah yang keluar dan diduga mengandung bibit penyakit tersebut tidak segera dikubur. Upaya yang dilakukan peternak untuk mencegah timbulnya wabah penyakit yaitu dengan cara menjaga kebersihan kandang dan peralatannya. Umumnya para peternak membersihkan kandang setiap hari pada waktu pagi hari setelah memberikan makanan. Kegiatan pembersihan kandang dilakukan dengan cara menyapu kandang dan mengambil kotoran ternak. Kotoran ternak diambil lalu dikumpulkan di sekitar kandang, digunakan untuk pupuk atau diberikan ke tetangga yang membutuhkannya. Upaya lainnya yang dilakukan untuk mencegah timbulnya wabah penyakit tetelo yaitu melalui kegiatan vaksinasi. Kegiatan vaksinasi yang pernah dilakukan selama program penangkaran yaitu 2 kali pada masing-masing kelompok. Vaksin diperoleh dari Dinas Peternakan melalui petugas lapang Peternakan Kecamatan (KCD). Peternak tidak dipungut biaya pada kegiatan vaksinasi tersebut karena sudah termasuk bagian dari paket bantuan yang diberikan. Kegiatan vaksinasi hanya terlaksana dengan mengandalkan bantuan dari Dinas Peternakan. Setelah itu peternak tidak berinisiatif untuk mengadakan vaksinasi secara mandiri. Sebagian besar peternak belum pernah melakukan kegiatan vaksinasi terhadap ternak ayam buras sebelum ada program penangkaran. Kegiatan vaksinasi dilakukan oleh kader vaksinator yang telah dilatih pada pelatihan teknis penangkaran. Kegiatan vaksinasi dilakukan pada waktu malam hari ketika ayam berada dalam kandang. Vaksin diberikan melalui tetes mata pada anak ayam dan suntik pada ayam muda dan dewasa. Peternak belum memahami pentingnya vaksinasi sebagai salah satu upaya untuk pencegahan penyakit. Beberapa hal yang mempengaruhi pemahaman peternak terhadap manfaat vaksinasi tersebut diantaranya sikap yang pesimis terhadap manfaat
vaksinasi, perasaan trauma terhadap kematian ternak ayam buras setelah divaksin atau diambil sampel darahnya. Sementara itu kendala-kendala dalam kegiatan vaksinasi diantaranya yaitu kendala waktu pemberian vaksin di malam hari, pemilihan ternak ayam buras Tabel 14. Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Keterangan
Jumlah Peternak
Persentase
(Orang)
(%)
a. Setiap hari
28
70,0
b. Seminggu sekali
7
17.5
c. Tidak teratur
5
12.5
a. Pernah
4
10.0
b. Belum pernah
36
90.0
a. Dibiarkan
0
0.0
b. Dibiarkan dan dipisahkan
2
5.0
c. Diobati dan dipisahkan
6
15.0
d. Diobati,dipisahkan, lalu dipotong
32
80.0
a. Dibakar sebelum dibuang/dikubur
7
17,5
b. Langsung dibuang/dikubur
33
83,5
Pembersihan Kandang
Vaksinasi sebelum program penangkaran
Penanganan Ayam Sakit
Penanganan Ayam Mati
Pengendalian penyakit yang dilakukan oleh peternak umumnya dengan cara memisahkan ternak ayam buras yang sakit dari ayam sehat dan mengobatinya. Pengobatan tehadap ayam sakit dilakukan oleh peternak diantaranya dengan obatobat hewan dan obat tradisional. Obat obatan yang digunakan antara lain obat hewan yang diperoleh dari Dinas Peternakan, dan obat tradisional (asam cuka, Cabai merah dan lain-lain). Apabila upaya pengobatan terhadap ayam-ayam sakit tersebut tidak berhasil peternak kemudian memotongnya. Umumnya peternak langsung mengubur atau membuang bangkai ternak ayam buras yang mati terserang penyakit. Upaya pengendalian penyakit melalui
pembakaran ayam tidak dilaksanakan oleh semua peternak. Peternak yang membakar bangkai ayam yang mati tersebut umumnya memanfaatkannya untuk makanan ikan lele di kolam miliknya atau memberikannya kepada tetangga yang mempunyai kolam ikan lele. Penetasan dan Penggunaan Mesin Tetas. Penetasan yang dilakukan oleh para peternak yaitu secara alami atau dierami oleh induknya. Jumlah telur yang ditetaskan secara alami rata-rata 11 butir/induk dan yang berhasil menetas rata-rata antara 9 butir/induk. Penggunaan mesin tetas sebagai alat penetasan buatan pernah digunakan oleh peternak di masing-masing kelompok, kecuali peternak di kelompok Terus Maju di Kecamatan Cibaliung. Mesin tetas milik kelompok Terus Maju tidak pernah difungsikan untuk menetaskan telur karena mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut diduga akibat guncangan selama dalam perjalanan pada saat pengambilan dari Dinas Peternakan. Penetasan telur dengan mesin tetas yang pernah dicoba pada ketiga kelompok penangkar tersebut hasilnya kurang bagus. Telur-telur yang ditetaskan tersebut banyak yang tidak berhasil menetas. Hal ini mengakibatkan peternak enggan untuk menetaskan telur dengan menggunakan mesin tetas dan mesin tetas tersebut tidak difungsikan lagi sampai berakhirnya program penangkaran. Ketidakberhasilan penetasan melalui mesin tetas tersebut diduga disebabkan oleh aliran listrik yang sering mati. Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras Gambaran Umum Program Program penangkaran bibit ternak ayam buras merupakan salah satu bagian dari proyek pemberdayaan penangkaran bibit/benih pertanian di Kabupaten Pandeglang tahun 1999/2000. Program penangkaran lainnya dalam proyek tersebut yaitu program penangkaran bibit/benih pertanian tanaman pangan (durian dan manggis), Penangkaran bibit/benih perkebunan (kopi, kelapa, taman obat-obatan), dan penangkaran bibit/benih perikanan (ikan nila dan ikan mas).
Tujuan Program. Program penangkaran bibit ternak ayam buras bertujuan untuk mendayagunakan kemampuan dan potensi penangkar agar dapat menghasilkan bibit/benih ternak ayam buras bermutu sesuai kebutuhan masyarakat, meningkatkan kemampuan kelompok penangkar dalam memproduksi bibit ternak ayam buras, dan meningkatkan kesejahteraan peternak penangkar bibit ternak ayam buras. Pembiayaan Program. Sumber pembiayaan program penangkaran bibit ternak ayam buras yaitu berasal dari dana alokasi khusus (DAK) APBN. Besarnya jumlah total anggaran pembiayaan program penangkaran bibit ternak ayam buras yaitu sebesar Rp 95.000.000,00. Anggaran pembiayaan tersebut dipergunakan untuk pemberian bantuan modal kerja kepada kelompok penangkar, penyelenggaraan pelatihan, administrasi dan honorarium pelaksana program. Lokasi Program. Lokasi program penangkaran bibit ternak ayam buras di Kabupaten Pandeglang tersebar di empat Kecamatan yaitu Kecamatan Cadasari, Menes, Cikeusik dan Cibaliung. Pertimbangan dalam penentuan Kecamatan diantaranya yaitu sesuai dengan prioritas pembangunan pertanian khususnya peternakan di wilayah Kabupaten Pandeglang, dapat menjadi pusat pertumbuhan bagi daerah Kecamatan di sekitarnya, pemerataan program bantuan pemerintah khususnya program peternakan, dan ketersediaan petugas lapang Peternakan di tingkat Kecamatan. Kelompok Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras. Keempat kelompok peternak penangkaran bibit ternak ayam buras merupakan kelompok peternak yang baru dibentuk (< 1 tahun) dan belum pernah menerima paket bantuan peternakan sebelumnya. Kelompok penangkaran bibit ternak ayam buras tersebut ditentukan dan diajukan oleh masing-masing petugas lapang Peternakan Kecamatan ke Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang. Kemudahan pengawasan, pemerataan pemberian bantuan pemerintah, dan minimalisasi kecemburuan sosial merupakan hal-hal yang menjadi dasar penentuan dan pembentukan kelompok penangkar oleh petugas lapang Peternakan Kecamatan. Disamping itu juga tidak ada persyaratan khusus yang disyaratkan untuk menjadi anggota kelompok penangkar. Pemilihan anggota kelompok lebih bersifat kekeluargaan yang memberikan kesempatan pada siapa saja
untuk dapat menjadi anggota kelompok. Nama dan lokasi kelompok penangkaran bibit ternak ayam buras dapat dilihat dalam Tabel 15. Tabel 15. No
Nama dan Lokasi Kelompok Penangkaran
Kelompok
Lokasi Desa
Kecamatan
Wilayah Pembangunan
5.
Taman Jaya
Kawungcaang
Cadasari
Utara
6.
Ternak Jaya
Purwaraja
Menes
Teluk lada
7.
Karya Tani
Curug Ciung
Cikeusik
Teluk lada
8.
Terus Maju
Cikadu
Cibaliung
Selatan
Bantuan Penguatan Modal Kelompok Penguatan modal kelompok dilakukan melalui pemberian paket bantuan modal kerja kepada masing-masing kelompok yaitu sebesar Rp14.000.000,- per kelompok. Paket bantuan penguatan modal kelompok tersebut diberikan kepada kepada masing-masing kelompok dalam bentuk barang sarana produksi dan uang tunai. Rincian pemberian paket bantuan modal kerja yang diberikan kepada masingmasing kelompok dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Paket Bantuan Penguatan Modal Kerja Kelompok No 1.
2.
Paket Bantuan Sarana produksi
Uang tunai
Rincian
Keterangan
Mesin tetas telur kelompok
1 unit
Tempat pakan
25 unit
Tempat minum
25 unit
Egg tray
25 unit
Obat-obatan, vaksin dan peralatan kesehatan Pembelian bibit
Rp 150.000,-/peternak
Perbaikan kandang
Rp 50.000,-/peternak
Pembelian pakan
Rp 25.000,-/peternak
Bantuan Modal Kerja Sarana Produksi. Pengadaan sarana produksi dilakukan oleh panitia pembelian pekerjaan barang unit (P3U) dari Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemeriksaan kondisi barang dan menghindari ketidaksesuaian barang antar masing-masing kelompok. Pengambilan sarana produksi dilakukan oleh masing-masing pengurus kelompok dengan didampingi oleh petugas lapang Peternakan Kecamatan di Kantor Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang. Sarana produksi tersebut yaitu mesin tetas, tempat pakan dan minum, tempat menyimpan telur atau egg tray, obat-obatan, vaksin, dan peralatan kesehatan ternak. Setiap kelompok memperoleh sarana produksi mesin tetas telur masingmasing satu unit. Sebelum diambil oleh masing-masing pengurus kelompok, mesin tetas telur diperiksa terlebih dahulu oleh petugas pemeriksa barang dari Dinas Peternakan untuk memastikan kesesuaian dan kondisi mesin tetas telur dapat berfungsi. Pada kenyataannya satu dari empat mesin tetas tersebut tidak dapat berfungsi atau rusak setelah tiba di lokasi kelompok. Mesin tetas tersebut yaitu mesin tetas milik kelompok ”Terus Maju” desa Cikadu Kecamatan Cibaliung. Menurut petugas Peternakan Kecamatan Cibaliung kerusakan tersebut diduga terjadi akibat guncangan selama dalam perjalanan karena kondisi jalan yang rusak. Setiap kelompok memperoleh bantuan sarana produksi tempat pakan, tempat minum dan tempat menyimpan telur atau egg tray masing-masing 25 buah. Sarana produksi tersebut dibagikan langsung ke setiap peternak dan masing-masing memperoleh 1 buah. Peternak memanfaatkan tempat pakan dan tempat minum dengan menempatkannya di kandang pemeliharan anak ayam atau boks anak ayam. Sedangkan tempat menyimpan telur atau egg tray digunakan untuk membawa telur pada waktu akan ditetaskan telur dengan mesin tetas telur di tempat ketua kelompok. Pada kenyataanya tidak semua peternak memanfaatkan tempat menyimpan telur atau egg tray tersebut, bahkan ada peternak yang tidak pernah memanfaatkannya. Obat-obatan dan peralatan kesehatan ternak diberikan dan diserahkan langsung kepada masing-masing kelompok bersamaan dengan sarana produksisarana produksi lainnya di atas. Sedangkan vaksin diberikan melalui masing-masing petugas lapang Peternakan pada waktu jadwal vaksinasi akan dilaksanakan. Hal ini
dikarenakan tidak adanya fasilitas lemari pendingin untuk menyimpan vaksin dalam jangka waktu yang lama di masing-masing kelompok. Bantuan Modal Kerja Uang Tunai. Bantuan modal kerja ini ditransfer ke rekening pengurus kelompok pada Bank Pembangunan Daerah (Bank JABAR) cabang Pandeglang. Pencairan bantuan modal kerja dilakukan oleh masing-masing pengurus kelompok dengan didampingi oleh Petugas Dinas Peternakan. Alokasi penggunaan uang tunai tersebut yaitu untuk perbaikan kandang, pembelian bibit ternak ayam buras, dan pembelian pakan. Bantuan modal kerja uang tunai untuk perbaikan kandang dan pembuatan boks anak ayam yaitu sebesar Rp 50.000,00 per peternak. Bantuan modal kerja tersebut digunakan untuk pembelian bambu, kayu, paku dan atap daun rumbia. Perbaikan-perbaikan kandang diantaranya yaitu mengganti dinding, alas dan atap kandang yang sudah rusak. Selain perbaikan kandang peternak juga membuat boks anak ayam atau kandang pemeliharaan anak ayam dengan ukuran panjang 1 m dan lebar 0,5 – 0,8 m. Jumlah bantuan modal kerja untuk pengadaan bibit ternak ayam buras yang diterima oleh peternak yaitu sebesar Rp 150.000,- per peternak. Jumlah ternak ayam buras yang harus diadakan yaitu 10 ekor terdiri atas 1 jantan dan 9 betina. Umumnya peternak membeli bibit ternak ayam buras kurang dari 10 ekor karena sudah memiliki bibit ternak ayam buras namun jumlahnya kurang dari 10 ekor. Ternak ayam buras yang dimiliki peternak tersebut dianggap dibeli dan penggunaan bantuan modal kerja pembelian bibit tersebut selain digunakan untuk pembelian sisa bibit ternak ayam buras juga digunakan untuk untuk perbaikan kandang, pembelian pakan dan kebutuhan rumah tangga. Peternak mendapatkan bantuan modal kerja uang tunai untuk pembelian pakan pada awal penangkaran. Setelah itu peternak secara mandiri membeli atau memenuhi kebutuhan pakan ternaknya. Jumlah bantuan modal kerja uang tunai yang diterima oleh setiap peternak yaitu sebesar Rp 25.000,-. Bantuan uang tunai tersebut digunakan oleh peternak diantaranya yaitu untuk pembelian pakan toko, dedak.
Pengembalian Bibit Ternak Peternak diharuskan mengembalikan bibit ternak ayam buras sejumlah 20 ekor atau dua kali lipat dari jumlah bantuan awal pemberian bibit. Ternak ayam buras pengembalian tersebut 10 ekor disetorkan ke Dinas Peternakan dan 10 ekor lagi digulirkan kepada peternak di lingkungan masing-masing kelompok. Jangka waktu pengembalian yaitu selama setahun terhitung dari mulai awal penangkaran. Sampai saat program berakhir dan dilaksanakannya penelitian, sebagian besar peternak belum mampu mengembalikan bibit ternak ayam buras sejumlah 20 ekor. Rata-rata peternak baru mampu mengembalikan bibit ternak ayam buras sejumlah 6 ekor atau 30 % dari jumlah bibit ternak yang harus dikembalikan. Ternak ayam buras tersebut yang dikembalikan terebut umumnya adalah ternak ayam buras yang digulirkan kepada peternak lain di lingkungan masing-masing kelompok penangkar. Kegiatan Pelatihan Tata LaksanaPemeliharaan Pelatihan tatalaksana pemeliharaan ternak ayam buras diselenggarakan secara terpisah di masing-masing kelompok penangkar pada awal program penangkaran. Melalui pelatihan ini para peternak diharapkan dapat memperbaiki budidaya pemeliharaan ternak ayam buras dalam menghasilkan bibit ternak ayam buras. Peserta Pelatihan. Sebagian besar peternak 87,5 % mengikuti kegiatan pelatihan tatalaksana pemeliharaan yang diselenggarakan pada awal program penangkaran. Alasan keikutsertaan peternak dalam pelatihan bervariasi diantaranya yaitu menambah pengetahuan, pengalaman, diajak oleh peternak lain. Peternak yang tidak ikut dalam pelatihan karena berhalangan mewakilkannya pada anggota keluarganya (anak atau isteri). Sebagian besar peternak (87,5 %) belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan atau penyuluhan yang berhubungan dengan kegiatan pertanian khususnya peternakan sebelum adanya pelatihan tatalaksana pemeliharaan bibit ternak ayam buras. Sementara itu peternak yang pernah mengikuti kegiatan pelatihan atau penyuluhan yaitu sebanyak 12,5 %. Akan tetapi kegiatan pelatihan atau penyuluhan tersebut yaitu berhubungan dengan kegiatan pertanian tanaman pangan. Keikutsertaan peternak dalam pelatihan dan pelatihan yang pernah diikuti dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Pelatihan yang Pernah Diikuti Peternak dan Keikutsertaannya dalam Pelatihan Tatalaksana Pemeliharaan No 1.
2.
Keterangan
Jumlah Peternak
Persentase
(Orang)
(%)
a. Ikut
35
87,50
b.Tidak Ikut
5
12,50
a. Pernah
5
12,50
b. Belum pernah
35
87,50
Keikutsertaan dalam pelatihan
Pelatihan/penyuluhan yang pernah dikuti
Penyelenggaraan dan Tempat pelatihan. Kegiatan pelatihan tatalaksana yang diselenggarakan pada masing-masing kelompok hanya berlangsung selama sehari dari 3 hari rencana penyenggaraan. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan anggaran dana untuk penyelenggaran pelatihan. Tempat penyelenggaraan pelatihan diantaranya yaitu bertempat di kantor Kecamatan, dan Balai Desa di lingkungan masing-masing kelompok penangkar. Materi Pelatihan. Materi pelatihan teknis penangkaran diberikan oleh instruktur yang berasal dari Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang. Materi pelatihan teknis Penangkaran yaitu mengenai tatalaksana budidaya pemeliharaan ternak ayam buras yang meliputi perkandangan, pemilihan bibit, tatalaksana pakan, pencegahan dan pengendaliaan penyakit, penggunaan mesin tetas dan kursus vaksinator. 1. Perkandangan. Para peternak diberikan pengetahuan mengenai persyaratan kandang yang baik dan sehat diantaranya bentuk kandang panggung. Para peternak juga diinstruksikan untuk membuat boks anak ayam atau kandang pemeliharan anak ayam umur satu hari hingga berumur satu bulan. Ukuran boks anak ayam yaitu 1 X 0,5 m. Boks anak ayam tersebut dilengkapi dengan penerangan yang berfungsi untuk menghangatkan anak ayam di malam hari. 2. Pemilihan Bibit. Melalui pengetahuan tatalaksana pemilihan bibit ayam buras para peternak diharapkan bisa terampil dalam memilih dan menyeleksi bibit ternak ayam buras. Pemilihan bibit ternak ayam buras diantaranya berdasarkan ciri-ciri penampilan fisik dan silsilah keturunannya. Ciri-ciri penampilan fisik
tersebut yaitu : bentuk tubuh, warna bulu, bentuk paruh, pial, umur, jarak tulang pubis dengan tulang duduk (pada ayam betina), dan tidak cacat fisik. Sedangkan dari silsilah keturunannya diantaranya yaitu dipilih ayam buras betina yang memiliki produksi telur banyak. 3. Pakan. Pada pelatihan tatalaksana pakan ternak ayam buras ini para peternak diberikan pengetahuan tentang bahan-bahan pembuatan pakan, komposisi meramu pakan, pemanfaatan keong emas sebagai sumber protein pakan, dan pengarahan mengenai tatacara pemberian dedak. Pengarahan tatacara pemberian dedak tersebut yaitu dalam pemberian dedak terlebih dahulu dibasahi atau dicampur dengan menggunakan air hangat. Sumber pakan ternak ayam buras yang utama umumnya adalah dedak, dengan menambahkan konsentrat atau sumber pakan lainnya diantaranya keong emas, sisa-sisa dapur, dan hijauan atau sayuran dapat meningkatkan nilai gizi pakan. 4. Penggunaan mesin tetas. Mesin tetas telur sebagai sarana untuk menggantikan peran induk dalam penetasan secara alami dimaksudkan agar dapat meningkatkan produktivitas ayam. Pada kegiatan ini para peternak diberikan pengetahuan mengenai persiapan-persiapan sebelum penetasan, cara-cara menggunakan mesin tetas, cara memasukan dan meletakan telur tetas, peneropongan telur, dan penurunan anak ayam dari mesin tetas. 5. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pada kegiatan ini peternak diberikan pemahaman pentingnya upaya mencegah timbulnya wabah penyakit terutama penyakit tetelo atau ND (Newcastle Dissea). Upaya pencegahan yaitu dengan cara menjaga kebersihan kandang, peralatan dan perlengkapan kandang, dan vaksinasi. Sementara itu upaya pengendalian penyakit yang dapat dilakukan yaitu dengan mengobati dan memisahkan ayam yang terkena penyakit dari ayam yang sehat dan membakar ayam yang mati terkena serangan penyakit. 6. Kursus Vaksinator. Pada kegiatan ini para peternak diberikan pemahaman tentang perlunya vaksinasi untuk mencegah serangan wabah penyakit, manfaat dan cara-cara memberikan vaksin. Pada kursus vaksinator ini dilatih beberapa orang peternak untuk menjadi kader vaksinator. Kader vaksinator inilah yang
bertugas melaksanakan teknis kegiatan vaksinasi. Umumnya yang menjadi kader vaksinator adalah pengurus kelompok. Pembinaan Kewiraswastaan Pembinaan kewiraswastaan dimaksudkan untuk membantu menjembatani penyerapan produksi hasil ternak kelompok penangkaran bibit ternak ayam buras. Sehingga kelangsungan usaha kelompok penangkaran bibit ternak ayam buras dapat kontinu dan berkembang. Pembinaan kewiraswastaan yang dilakukan yaitu melalui kegiatan temu usaha yang mempertemukan peternak dengan pengusaha pengolahan ternak ayam buras. Kegiatan temu usaha hanya terlaksana satu kali di kelompok Taman Jaya desa Kawung Caang Kecamatan Cadasari. Sedangkan di kelompok yang lain kegiatan temu usaha tidak terlaksana. Pada kegiatan temu usaha tersebut peternak dipertemukan dengan pengusaha rumah makan. Dari kegiatan temu usaha tersebut peternak yang tergabung dalam kelompok taman jaya dapat memasarkan 50 ekor ayam buras tiap bulannya ke Rumah Makan “Honje”. Pemasaran tersebut hanya berlangsung selama tiga kali dikarenakan banyak peternak yang mengeluhkan sistem pembayarannya. Pihak Rumah Makan tidak membayar secara langsung atau tunai tetapi dibayar di bulan berikutnya. Peternak tidak terbiasa dengan sistem pembayaran tersebut sehingga banyak peternak yang enggan untuk meneruskan pemasaran dan lebih memilih menjual ternak ayam burasnya secara tunai. Persepsi Peternak Terhadap Program Penangkaran Pada penelitian ini persepsi peternak terhadap program penangkaran bibit ternak ayam buras dilihat dari 4 aspek yaitu Aspek manfaat sosial ekonomi, manfaat kegiatan pelatihan dan pembinaan, penerapan tatalaksana pemeliharaan, dan kewajiban pengembalian. Aspek Manfaat Sosial dan Ekonomi Indikator aspek manfaat sosial ekonomi kegiatan penangkaran yaitu mengisi waktu luang, menambah jumlah kepemilikan ternak, meningkatkan sumber penghasilan, dan menjadi sentra bibit ternak ayam buras. Persentase nilai skor indikator manfaat sosial ekonomi penangkaran dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18.
No
Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak Terhadap Aspek Manfaat Sosial Ekonomi Kegiatan Penangkaran
Aspek Manfaat Sosial Ekonomi
Nilai Skor* (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah
----- % ----1.
Mengisi Waktu Luang
0,00
0,00
2,50
90,00
7,50
100,00
2.
Menambah jumlah Kepemilikan ternak
0,00
0,00
5,00
90,00
5,00
100,00
Menambah sumber penghasilan keluarga
2,50
25,00
7,50
62,50
2,50
100,00
Menjadi sentra Bibit
0,00
45,00
27,50
25,00
2,50
100,00
3. 4.
Keterangan : *) (1) = Sangat tidak setuju (3) = Kurang setuju (2) = Tidak setuju (4) = Setuju
(5) = Sangat setuju
Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa sebagian besar peternak (97,5 %) menyatakan setuju manfaat sosial ekonomi penangkaran bibit ternak ayam buras adalah untuk mengisi waktu luang dan hanya 2,5 % saja yang menyatakan kurang setuju. Hal ini diduga karena kegiatan beternak ayam buras merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam kehidupan keluarga peternak, termasuk kegiatan penangkaran bibit ternak ayam buras yang dilakukan oleh peternak. Peternak juga beranggapan bahwa kegiatan penangkaran bibit ternak ayam buras tidak menyita waktu dan mengganggu kegiatan pekerjaan utama. Sebagian besar peternak (95 %) menyatakan setuju kegiatan penangkaran bibit ternak ayam buras bermanfaat menambah jumlah kepemilikan ternak ayam buras dan hanya 5 % yang menyatakan kurang setuju. Peternak beranggapan dengan adanya kegiatan penangkaran tersebut jumlah ayam yang dimiliki bertambah, dari yang tidak punya ayam menjadi punya ayam, dan dari yang kurang dari 10 ekor menjadi 10 ekor. Sebagian besar peternak (65%) menyatakan setuju manfaat kegiatan penangkaran bibit ternak ayam buras dalam menambah sumber penghasilan keluarga, dan sisanya yaitu 35 % menyatakan tidak setuju. Cukup tingginya peternak yang menyatakan tidak setuju karena peternak beranggapan pekerjaan utamalah yang menjadi penopang sumber penghasilan keluarga. Sedangkan kegiatan penangkaran bibit ternak ayam buras cenderung hanya sebagai kegiatan penyaluran hobi.
Peternak menyatakan persepsi cenderung tidak setuju melalui kegiatan penangkaran bibit ternak ayam buras telah menjadikan wilayah mereka sebagai sentra bibit ayam buras. Peternak yang menyatakan tidak setuju 45 %, kurang setuju 27,5 % dan setuju 27,5 %. Hal ini diduga karena populasi ternak hasil kegiatan penangkaran bibit ternak ayam buras tersebut belum meningkatkan populasi. Peternak beranggapan bahwa penangkaran bibit ternak ayam buras masih sebatas sebagai sentra bibit bagi daerahnya dan belum menjadi sentra bibit bagi daerah lain di sekitarnya. Aspek Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Indikator kegiatan pelatihan dan pembinaan yaitu menambah ilmu pengetahuan, menambah pengalaman, materi pelatihan mudah dimengerti, dan Kemudahan pemasaran. Tabel 19 menunjukan persentase nilai skor persepsi peternak terhadap aspek kegiatan pelatihan dan pembinaan. Tabel 19. Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak Terhadap Aspek Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan No
Aspek Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan
Nilai Skor*) (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah
--- % --1.
Menambah pengetahuan
0,00
2,50
0,00
90,00
7,50
100,00
2.
Menambah pengalaman
0,00
5,00
12,50
80,00
2,50
100,00
3.
Materi mudah dimengerti
0,00
2,50
85,00
12,50
0,00
100,00
4.
Manfaat kegiatan temu usaha
0,00
75,00
0.00
25,00
0,00
100,00
Keterangan : *) (1) = Sangat tidak setuju ( 3) = Kurang setuju (2) = Tidak setuju (4) = Setuju
(5) = Sangat setuju
Sebagian besar peternak (97,5 %) menyatakan setuju pelatihan tata laksana pemeliharaan yang diberikan menambah pengetahuan dalam budidaya pemeliharaan ternak ayam buras. Dengan adanya kegiatan pelatihan tersebut peternak dapat mengetahui tatalaksana pemeliharaan ayam buras yang baik Beberapa kebiasaankebiasaan cara beternak yang selama ini dilakukan secara turun temurun juga telah sesuai dengan tatalaksana pemeliharaan yang baik.
Pelatihan tatalaksana pemeliharaan menurut peternak bermanfaat dalam menambah pengalaman dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa sebagian besar peternak (82,5 %) menyatakan setuju, 12,5 % kurang setuju dan 5 % tidak setuju. Hal ini dikarenakan sebagian besar peternak belum pernah mengikuti pelatihan tatalaksana pemeliharaan ayam buras sehingga peternak termotivasi untuk mengikuti kegiatan pelatihan tersebut. Dalam hal materi pelatihan, sebagian besar Peternak (87,5 %)menyatakan kurang setuju materi yang diberikan mudah dimengerti dan hanya 12,5 % saja yang menyatakan setuju. Menurut peternak hal ini disebabkan oleh kurang mendetailnya penjelasan yang diberikan dan kurangnya peragaan secara visual. Dalam hal kegiatan temu usaha, pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa mayoritas (75 %) peternak menyatakan tidak setuju dan sisanya sebesar 25 % menyatakan setuju bahwa kegiatan tersebut bermanfaat. Peternak yang menyatakan tidak setuju terhadap kegiatan temu usaha dikarenakan kegiatan tersebut tidak pernah dilaksanakan di kelompoknya. Hal ini berbeda dengan peternak yang menyatakan setuju dengan manfaat kegiatan temu usaha. Pada kelompok ini, kegiatan temu usaha pernah dilaksanakan sehingga manfaatnya dapat peternak rasakan antara lain membantu dalam hal penjualan ternak ayam buras ke rumah makan. Aspek Penerapan Tatalaksana Pemeliharaan Indikator penerapan tatalaksana pemeliharaan yaitu dalam hal perkandangan, pemilihan bibit, pemberian pakan, vaksinasi, penggunaan mesin tetas. Persentase nilai skor persepsi peternak terhadap kemudahan penerapan tatalaksana pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 20. Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa sebagian besar (92,5 %) peternak menyatakan setuju pemilihan bibit ternak ayam buras mudah diterapkan dan hanya 7,5 % saja yang menyatakan kurang setuju. Hal ini dikarenakan peternak dapat mengenali ciri-ciri fisik dalam memilih bibit. Pemilihan bibit tersebut diperoleh peternak dari kebiasaan dan pelatihan tata laksana pemeliharaan.
Tabel 20. Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak Terhadap Kemudahan Penerapan Tatalaksana Pemeliharaan No
Tata Laksana Pemeliharaan
Nilai Skor (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah
--- % --1.
Pemilihan bibit
0,00
5,00
2,50
90,00
2,50
100,00
2.
Perkandangan
0,00
12,50
10,00
77,50
0,00
100,00
3.
CaraVaksinasi
2,50
47,50
10,00
40,00
0,00
100,00
4.
Pemberian Pakan
2,50
47,50
12,50
37,50
0,00
100,00
5.
Penggunaan tetas
0,00
72,50
17,50
10,00
0,00
100,00
mesin
Keterangan : *) (1) = Sangat tidak setuju (3) = Kurang setuju (2) = Tidak setuju (4) = Setuju
(5) = Sangat setuju
Pada Tabel 20 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar (77,5 %) peternak menyatakan setuju pembuatan kandang mudah diterapkan dan sisanya 22,5 % tidak setuju. Kemudahan dalam penerapan kandang diantaranya peternak menyatakan setuju dapat menerapkan perkandangan yang berupa kandang panggung. Peternak yang menyatakan tidak setuju dikarenakan beranggapan bahwa pembuatan kandang disesuaikan dengan kondisi dan luas lahan yang dimiliki. Dalam hal cara pemberian vaksinasi, separuh (50 %) peternak menyatakan tidak setuju bahwa vaksinasi mudah dilaksanakan, 40 % menyatakan setuju dan 10 % menyatakan kurang setuju. Peternak yang menyatakan tidak setuju dikarenakan belum berpengalaman dalam cara memberikan vaksin, sedangkaan peternak yang menyatakan setuju sudah mempunyai pengalaman dalam hal vaksinasi. Dalam hal pemberian pakan, separuh (50 %) peternak menyatakan tidak setuju pemberian pakan mudah diterapkan, 37,5 % menyatakan setuju, dan sisanya sebesar 12,5 % kurang setuju. Peternak menyatakan tidak setuju dan kurang setuju pemberian pakan ternak mudah diterapkan karena harus memberikan pakan tambahan berupa konsentrat atau pakan komersial. Sebaliknya peternak yang menyatakan setuju bahwa pemberian pakan untuk ternak ayam buras mudah diterapkan karena menurut anggapan mereka pemberian pakan dapat dilakukan dengan bahan pakan seadanya tanpa memberikan pakan tambahan berupa konsentrat atau pakan komersil.
Sebagian besar (72,5 %) peternak menyatakan tidak setuju tehadap kemudahan penggunaan mesin tetas, 17,5 % kurang setuju dan sisanya sebesar 10 % menyatakan setuju. Peternak menyatakan tidak setuju dikarenakan aliran listrik yang sering mati. Aspek Kewajiban Pengembalian Indikator kewajiban pengembalian bantuan yaitu adanya kewajiban pengembalian, bentuk pengembalian, jumlah bibit ternak yang dikembalikan dan jangka waktu pengembalian. Persentase nilai skor persepsi peternak terhadap kewajiban pengembalian bantuan dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21.
No
Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak Terhadap Aspek Kewajiban Pengembalian Bantuan
Indikator Kewajiban Pengembalian
Nilai Skor 1
2
3
4
5
Jumlah
--- % --1
Adanya Pengembalian
0,00
0,00
5,00
92,50
2,50
100,00
2
Pengembalian bentuk ternak
0,00
5,00
10,00
85,00
0,00
100,00
0,00
57,50
12,50
30,00
0,00
100,00
0,00
0,00
92,50
7,50
0,00
100,00
3 4
dalam
Jumlah Pengembalian ternak Jangka Waktu pengembalian
Keterangan : *) (1) = Sangat tidak setuju (3) = Kurang setuju (2) = Tidak setuju (4) = Setuju
(5) = Sangat setuju
Pada Tabel 21 di atas, sebagian besar (95%) peternak menyatakan setuju dengan adanya ketentuan kewajiban pengembalian bantuaan dan sisanya sebesar 5 % menyatakan kurang setuju. Peternak menyatakan setuju dikarenakan ketentuan kewajiban pengembalian tersebut adalah dari Dinas Peternakan selaku pemberi bantuan. Pada Tabel 21 di atas, dapat dilihat sebagian besar (85%) peternak menyatakan setuju pengembalian bantuan dalam bentuk bibit ternak ayam buras dan sisanya sebesar 15 % cenderung kurang setuju. Peternak mempunyai usulan bahwa pengembalian baantuan dengan telur senilai jumlah bibit ternak yang harus dikembalikan lebih ringan dibandingkan dengan bibit ternak.
Dalam hal jumlah bibit ternak ayam buras yang harus dikembalikan peternak yang menyatakan tidak setuju yaitu sebanyak 57,5 %, dan peternak yang menyatakan setuju 30 % dan sisanya 12,5 % menyatakan kurang setuju. Peternak yang menyatakaan tidak setuju dikarenakan menganggap bahwa jumlah bibit ternak tersebut terlalu besar. Sementara itu peternak yang menyatakan setuju beranggapan bahwa jumlah bibit yang harus dikembalikan tersebut tidak memberatkan. Sebagian besar Peternak (92,50 %) menyatakan kurang setuju terhadap jangka waktu pengembalian selama satu tahun. Hal ini dikarenakan selama satu tahun penangkaran tersebut peternak belum mampu mengembalikan jumlah bibit yang harus dikembalikan. Hanya terdapat beberapa peternak yang dapat mengembalikannya dalam jangka waktu tersebut. Pendapatan Usaha Penangkaran Penerimaan Penerimaan yang diperoleh dari usaha penangkaran bibit ternak ayam buras terdiri dari penerimaan tunai dan diperhitungkan (non tunai). Penerimaan tunai diperoleh dari hasil produksi yang dijual. Penerimaan yang diperhitungkan diperoleh dari penjumlahan hasil produksi yang dikonsumsi, dihadiahkan, dibayarkan, nilai kotoran ternak, dan pertambahan nilai ternak. Rata-rata penerimaan total usaha penangkaran bibit ternak ayam buras yaitu sebesar Rp 501.050,-/tahun. Rata-rata penerimaan total tersebut diperoleh dari penjumlahan penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan. Rata-rata penerimaan tunai usaha penangkaran bibit ternak ayam buras yaitu sebesar Rp 161.250,-/tahun. Sedangkan penerimaan yang diperhitungkan yaitu rata-rata sebesar Rp 339.800,-/tahun. Rata-rata penerimaan usaha penangkaran bibit ternak ayam buras dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22.
No
Rata-rata Penerimaan Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras (Rp/th)
Komponen Penerimaan
Penerimaan Usaha Tunai
Diperhitungkan
-------------- Rp per Tahun -------------1.
Penjualan
2.
Konsumsi
3.
Dihadiahkan
27.200,00
4.
Nilai Kotoran Ternak
28.300,00
5.
Pengembalian
69.700,00
6.
Pertambahan Nilai ternak
12.800,00
Jumlah Penerimaan
161.250, 00 201.800,00
161.250,00
339.800,00
Penerimaan tunai yang diperoleh dari usaha penangkaran umumnya merupakan hasil pejualan ternak ayam buras hidup. Penjualan hasil ternak umumnya dilakukan hanya sewaktu-waktu yaitu pada saat ada kebutuhan yang mendesak seperti keperluan rumah tangga, keperluan pendidikan anak, biaya pengobatan, pembayaran hutang dan lain-lain. Pemasaran yang dilakukan peternak diantaranya yaitu ke pembeli langsung, pedagang pengumpul, pasar dan rumah makan. Konsumsi hasil ternak dihitung berdasakan rata-rata jumlah ternak yang dipotong dan telur yang dikonsumsi keluarga peternak selama setahun. Konsumsi hasil ternak hasil ternak umumnya untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk keluarga terutama apabila ada tamu atau sanak famili yang berkunjung, hari-hari besar, penyelenggaraan resepsi dan lain-lain. Umumnya ayam buras yang dipotong adalah yang sehat, tetapi ada juga ayam yang sakit apabila tidak sembuh setelah diobati. Dalam perhitungaannya konsumsi daging dan telur ayam buras dikategorikan sebagai pendapatan yang diperhitungkan. Pemberian ternak ayam buras kepada sanak famili atau keluarga yang datang berkunjung merupakan salah satu kebiasaan di daerah pedesaan di Kabupaten Pandeglang. Ternak yang diberikan atau dihadiahkan dihitung sebagai penerimaan yang diperhitungkan karena dianggap sebagai penerimaan yang seharusnya dinikmati oleh peternak. Ternak yang dihadiahkan dihitung berdasarkan jumlah rata-rata ternak
yang diberikan dalam setahun pengelolaan usaha penangkaran bibit ternak ayam buras dikalikan dengan harga. Peternak hanya memanfaatkan kotoran ternak ayam buras sebagai pupuk atau diberikan secara cuma-cuma kepada petani yang membutuhkannya. Setelah membersihkan kandang kotoran ternak tidak kumpulkan atau disimpan di tempat yang kering tetapi langsung digunakan sebagai pupuk. Sampai saat dilaksanakannya penelitian ini belum ada peternak baik secara individu atau kelompok penangkara bibit ternak ayam buras yang menjual kotoran ternak. Hal ini dikarenakan peternak belum menganggap kotoran tersebut adalah sesuatu yang dapat menghasilkan uang tunai. Dalam perhitungannya kotoran ternak dikategorikan sebagai penerimaan yang diperhitungkan. Ternak yang dikembalikan yaitu ternak yang digulirkan oleh peternak sebagai pengembalian bibit ternak ayam buras. Nilai ternak yang dikembalikan dikategorikan sebagai penerimaan yang diperhitungkan. Nilai rata-rata penerimaan yang diperoleh dari ternak yang dibayarkan yaitu sebesar Rp 69.700,00/tahun. Pertambahan nilai ternak merupakan perubahan ternak ayam buras selama setahun pengelolaan usaha penangkaran bibit ternak ayam buras. Pertambahan nilai ternak diperoleh dari hasil pengurangan nilai ternak akhir dengan nilai ternak awal penangkaraan. Rata-rata pertambahan nilai ternak penangkaran bibit ternak ayam buras yaitu sebesar Rp 12.800,00/tahun. Biaya Biaya yang dikeluarkan pada usaha penangkaran bibit ternak ayam buras dibagi dalam dua kategori yaitu biaya tunai (biaya yang riil dikeluarkan) dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk pembelian dedak, pakan toko. Biaya yang dikategorikan sebagai biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dedak, biaya penyusutan kandang dan peralatan, biaya vaksin dan obat-obatan, dan biaya listrik. Total biaya rata-rata yang dikeluarkan peternak pada proses produksi penangkaran yaitu sebesar Rp 392,300,00/tahun. Total biaya rata-rata tersebut terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan nilai uang yang dikeluarkan secara tunai yaitu sebesar Rp 197,825,00/tahun. Komponen biaya yang diperhitungkan atau non tunai yaitu biaya pembelian dedak dan biaya
penyusutan kandang dan peralatan. Nilai biaya yang diperhitungkan yaitu sebesar Rp 186,871,25/tahun. Rata-rata biaya usaha penangkaran bibit ternak ayam buras dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23.
No
Rata-rata Biaya Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras (Rp/th) Komponen Biaya
Biaya Usaha Tunai
Diperhitungkan
--------------- Rp per tahun ----------1.
Biaya Dedak
2.
Biaya Pakan toko
3.
Biaya Listrik
4.
Penyusutan Kandang & Peralatan Jumlah Biaya
115.775,00
143.400,00
82.150,00 5.722,50 32.748,75 203.547,50
176.148,75
Dedak merupakan sumber pakan utama ternak ayam buras yang diberikan pada pemeliharaan ternak ayam buras muda dan dewasa. Biaya dedak dikategorikan menjadi dua macam yaitu biaya dedak tunai dan biaya dedak diperhitungkan. Peternak yang tidak memiliki hasil panen padi memperoleh dedak dengan cara membeli dari penggilingan padi. Biaya pembelian dedak ini dikategorikan sebagai biaya tunai. Sedangkan peternak yang memiliki hasil panen padi memperoleh dedak dari penggilinggan padi sebagai hasil ikutan pada saat menggiling padi. Biaya pembelian dedak ini dikategorikan sebagi biaya yang diperhitungkan. Rata-rata biaya pembelian dedak tunai yaitu sebesar Rp 115.775,00/tahun dan biaya dedak yang diperhitungkan Rp 143.400,00/tahun. Peternak memberikan pakan komersial starter atau pur sebagi campuran menir pada pemeliharaan anak ayam umur 1 hari sampai ±1 bulan (40hari). Pakan komersial starter tersebut diperoleh peternak dari pasar, peternak ayam ras pedaging. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk pembelian pakan komersial strater yaitu sebesar Rp 82.150,00/tahun. Biaya listrik dihitung sebagai biaya tunai karena nilai beban pemakaiannya dibayarkan setiap bulannya. Besarnya rata-rata biaya listrik yang dikeluarkan yaitu Rp 5.722,50/tahun. Sementara itu penyusutan kandang dan peralatan dihitung
sebagai biaya yang diperhitungkan. Besarnya rata-rata biaya penyusutan kandang dan peralatan yaitu sebesar dan Rp 32.748,25/tahun. Pendapatan Pendapatan total yang diperoleh dari usaha penangkaran bibit ternak ayam buras merupakan hasil penjumlahan dari pendapatan tunai dengan pendapatan yang diperhitungkan. Pendapatan tunai diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan tunai dengan biaya tunai (PT - BT), sedangkan pendapataan yang diperhitungkan diperoleh dari hasil pengurangan antara penerimaan yang diperhitungkan dengan biaya yang diperhitungkan (PD – BD). Rata-rata pendapatan usaha penangkaran dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24.
Rata-rata Pendapatan Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras (Rp/th) Keterangan
Jumlah ------ Rp per tahun ------
Penerimaan Tunai
161.250,00
Biaya Tunai
203.547,50
Pendapatan tunai (A)
-42.297,50
Penerimaan Diperhitungkan
339.800,00
Biaya Dipergitungkan
176.148,75
Pendapatan Diperhitungkan (B)
163.651,25
Pendapatan Total (A + B)
121.353,75
Pada Tabel 24 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan total usaha penangkaran yaitu sebesar Rp 121.353,75/tahun. Rata-rata pendapatan total diperoleh dari hasil penjumlahan rata-rata pendapatan tunai dan pendapatan yang diperhitungkan. Pendapatan tunai merupakan hasil pengurangan antara penerimaan tunai dengan biaya tunai. Besarnya rata-rata pendapatan tunai usaha penangkaran pada Tabel 25 di atas yaitu sebesar Rp -42.297,50/tahun atau dengan kata lain peternak mengalami kerugian. Rendahnya pendapatan tunai yang diperoleh dari usaha penangkaran tersebut dikarenakan masih rendahnya produktivitas ternaknya.
Pendapatan yang diperhitungkan merupakan pendapatan yang nilainya tidak dinikmati secara tunai atau berupa uang tunai. Pendapatan yang diperhitungkan diperoleh dari hasil pengurangan antara penerimaan yang diperhitungkan dengan biaya yang diperhitungkan. Besarnya rata-rata pendapatan yang diperhitungkan yaitu sebesar Rp163.651,25/tahun.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Program Penangkaran bibit ternak ayam buras berlokasi diempat Kecamatan, pemberian bantuan uang tidak seluruhnya dipergunakan dan sarana produksi ternak tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya, kegiatan pelatihan tatalaksana pemeliharaan terlaksana pada awal penangkaran, dan kegiatan pembinaan kewiraswastaan hanya terlaksana di salah satu kelompok. Peternak setuju manfaat sosial ekonomi kegiatan penangkaran dalam mengisi waktu luang, menambah kepemilikan ternak, menambah sumber penghasilan, sedangkan tujuanprogramuntuk menjadi sentra bibit tidak berhasil. Peternak merasa manfaat kegiatan pelatihan yaitu dalam menambah pengetahuan dan pengalaman, sedangkan materi dan kegiatan temu usaha kurang bermanfaat. Tatalaksana yang mudah diterapkan yaitu pemilihan bibit dan perkandangan, sedangkan cara vaksinasi, pemberian pakan, dan penggunaan mesin tetas tidak mudah. Peternak setuju adanya kewajiban pengembalian ternak, akan tetapi peternak tidak setuju terhadap jumlah ternak dan jangka waktu pengembaliannya. Usaha Penangkaran bibit ternak ayam buras tidak dapat menghasilkan uang tunai karena merugi. Meskipun demikian secara keseluruhan pendapatan total yang diperoleh
dari
usaha
diperhitungkannya
tersebut
positif.
bernilai
Rata-rata
positif
karena
pendapatan
yang
Pendapatan
tunai,
pendapatan
yang
diperhitungkan dan pendapatan total usaha penangkaran yaitu Rp -42.297,50/tahun, Rp163.651,25/tahun dan Rp 121.353, 75/tahun. Saran Pemberian bantuan modal kerja berupa mesin tetas sebagai alat penetas buatan
belum dapat diterapkan dikarenakan kondisi listrik yang sering mati.
Perlunya adanya penanganan kesehatan ternak. Beban pengembalian bibit ternak terlalu tinggi perlu dipertimbangkan.
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungaan Nabi besar Muhammad SAW. Terima kasih kepada Ayahanda, Kakak dan Teteh yang tercinta atas do’a, kasih sayang, nasihat, motivasi yang tak ternilai harganya. Kepada Ibunda yang tercinta terima kasih atas segala yang dicurahkannya, semoga Allah SWT senantiasa menjaga dan menyayanginya sebagaimana beliau menyayangi penulis. Penulis menghaturkan terima kasih kepada Ibu Ir. Hj. Dewi Ulfah Wardhani, MS selaku dosen pembimbing utama sekaligus pembimbing akademik dan Bapak Ir. Dwi Joko Setyono, MS selaku dosen pembimbing anggota, atas kesabarannya, curahan waktu dan tenaganya selama membimbing penulis dan menempuh studi di Fapet IPB. Ibu Ir. Lucia Cyrila, MS dalam penyusunan proposal, Bapak Ir. Ujang Sehabudin dalam seminar, Ibu Ir Juniar Atmakusuma, MS dan Ibu Ir. Lilis Khotijah, MS dalam ujian sidang yang telah memberikan masukan, saran dan koreksi kepada penulis. Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada Pak Cahyan, Pak Budi, Pak Winarno, Pak Andi, Pak Memed, serta segenap pegawai Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang yang telah memberikan kesempatan dan informasi selama penelitian. Pak Satiri, Pak Risman, Pak Parjo, dan Pak Encep atas kerjasama dan informasi di lokasi penelitian. Teman-teman SEIP angkatan 34 Hilman, Enchi, Asep, Deden, Toni, Jajat, Obi, hamdi, Ira, Itoh, Yanti, Leni, Sri dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, atas kebersamaan, persahabatan dan dukungan morilnya. Teman-teman seperjuangan Hasim, Fani, Jimmy, Ibnu Sina, Vrio, Ucup, Pujo atas kerjasama, saling mengingatkan, dan saling memotivasi. Teman-teman kostan Hayul, Ipul, Kang Udin, Yuda, Dwin, Yunan, Obet, Uuf atas kebersamaan dan bantuannya. Sahabatku Titie atas do’a, kesabaran, motivasi dan kasih sayang yang tak akan pernah terlupakan. Segenap pegawai di Fapet IPB Pak Kamto, Nana, Pak Dodi, Maman, Bu Cici, Mi nyai, Umi Maman, Pak Amir, Pak Rosyid, Pak Tibyan dan yang lainnya atas dukungan dan bantuannya.
Penulis menyadari tiada kesempurnaan yaang dimiliki oleh mahluk ciptaanNya karena yang memiliki kesempurnaan hanyalah Allah SWT. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.
Bogor, Februari 2006 Penulis
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang. 2001. Kabupaten Pandeglang dalam Angka. Pandeglang. Cyrilla, L dan A. Ismail. 1988. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang. 2000. Laporan proyek pemberdayaan benih/bibit Pertanian Di Kabupaten Pandeglang Tahun Anggaran 1999/2000. Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang. Pandeglang. Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang. 2000. Evaluasi Pembangunan Peternakan 1995-2000 di Kabupaten Pandeglang Dinas Peternakan Kabupaten Pndeglang. Pandeglang. Pandeglang. Dirdjopranoto, W. , D. Gultom dan Subiharta. 1992. Pengaruh sistem pemberian pakan selama periode dara dan pengaruhnya terhadap penampilan produksi periode babon pada pemeliharaan ayam buras secara intensif. Procedings Pengelolaan dan Komunikasi hasil-hasil Penelitian Unggas dan Aneka Ternak. Sub Balai Penelitian Peternakan Klepu. Gitosudarmo, I. 1997. Perilaku Keorganisasian. BFE Yogyakarta. Yogyakarta. Haryono, W. S dan L. N Chalimah. 1999. Budidaya Ternak Ayam Buras. Dinas Peternakan Kabupaten Bogor.Bogor. Iskandar, S., J. Elizabeth, D. Zaenudin, H. Resnawati, W. Broto dan Sumanto. 1991. Teknologi Tepat Guna Ayam Buras. Balai Penelitian Peternakan Ciawi. Bogor. Iskandar, S., D. Zaenudin, S. Sastrodihardjo, T. Sartika, P. Setiadi dan T. Susanti. 1998. Respon Pertumbuhan Ayam Kampung dan Ayam Silangan Pelung Terhadap Ransum Berbeda Kandungan Protein. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Vol 3. No 1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Lestari, S. 2000. Produktivitas ayam kampung di dua desa yang berbeda topografinya di Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mansjoer, S.S dan R.H. Mulyono. 1996. Pemuliaan ayam Lokal: Materi Pelatihan Usaha Peternakan Ayam dan Domba Lokal di Pedesaan. Kerjasama Fakultas Peternakan IPB dengan Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Mulyono, S. 1999. Memelihara Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. Rahayu, I dan N. Ulupi. 1996. Budidaya ayam lokal Materi : latihan usaha Peternakan ayam dan domba lokal di pedesaan. Kerjasama Fakultas Peternakan IPB dengan Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Rahmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. PT Rosdakarya Group Bandung. Rasyaf, M. 1992. Seputar Makanan Ayam Kampung. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Reksowardoyo. 1983. Hubungan beberapa karakteristik warga masyarakat Desa Sarampad Kabupaten Cianjur dan persepsi mereka tentang ternak kelinci. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Singarimbun, M dan Sofian Effendi. 1989. Metodologi Penelitian Survey. Cetakan Pertama. Penerbit Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangangan Ekonomi Sosial. Jakarta. Soekartawi, A. Soeharjo, J. Dillon dan J. B. Hendaker. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Petani Kecil. UI Press. Jakarta. Taufikurahman, M. R. 2000. Proyeksi permintaan daging ayam buras di wilayah perkotaan dan pedesaan Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Togatorop, M.H. 1994. Teknik beternak ayam buras: Makalah yang disampaikan pada temu tugas dan teknologi di Irian Jaya, 1-4 Desember 1994. Pusat Perpustakaan dan Komunikasi Penelitian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Ciawi Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Karakteristik Peternak Peternak
Umur
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
43 45 38 36 30 36 38 50 38 54 41 55 35 34 40 30 38 30 47 40 35 35 34 27 45 34 33 40 31 30 45 68 35 45 60 50 58 38 30 46
Pendidikan SD SMA SMP SD SD SMP Diploma SD SMP SMA SMEA Diploma SDSD SD SD SD SD SDSMA SDSDMTs SMPtdk sklh SDSD SDSMP Sarjana SDSD MTs SDMISD Tdk sklh SDSDSD-
Pekerjaan Wiraswasta PNS PNS Pedagang Wiraswasta Wiraswasta PNS Pedagang wiraswasta Pedagang Petani PNS Buruh tani Buruh tani Buruh tani Buruh tani Buruh tani Buruh tani Buruh tani Buruh tani Petani wiraswasta Pedagang Buruh tani Petani Wiraswasta Buruh Petani Wiraswasta PNS
Buruh tani Petani Wiraswasta Buruh tani Buruh tani Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Petani Petani Buruh tani
Pengalaman Beternak 12 23 12 16 9 15 22 10 9 42 18 20 15 10 15 15 15 8 8 15 12 17 8 4 19 5 7 17 17 15 19 5 5 10 30 28 30 5 7 7
Lampiran 2. Data Persepsi Peternak Peternak
Manfaat 1
2
3
Pelatihan dan Pembinaan 4
5
1
2
3
4
1
5
3
4
3
4
4
4
3
3
2
4
4
2
2
4
2
2
3
2
3
4
2
2
2
4
4
4
3
2
4
4
4
2
3
5
4
4
3
2
5
4
4
2
3
4
4
3
3
3
6
4
2
4
2
4
4
4
3
2
7
4
4
2
3
5
4
4
3
2
8
4
4
1
3
5
4
2
3
2
9
4
4
4
4
4
5
5
2
2
10
2
2
2
2
4
4
4
3
2
11
4
1
2
2
4
4
4
3
3
12
4
4
2
2
4
4
4
3
3
13
4
2
3
2
4
4
4
3
2
14
4
2
2
2
4
4
4
3
3
15
4
3
3
3
4
4
4
3
3
16
4
2
2
2
4
4
3
3
3
17
4
2
2
3
4
4
4
3
3
18
4
2
3
3
4
4
4
3
3
19
4
2
3
3
4
4
4
3
3
20
4
4
2
2
4
4
4
3
3
21
5
5
4
5
4
5
4
4
3
22
4
4
4
4
4
4
4
4
3
23
4
4
4
4
4
4
4
3
2
24
2
2
2
4
3
4
3
3
3
25
4
4
4
4
4
4
3
3
3
26
4
4
4
4
4
4
3
3
3
27
4
4
3
4
4
4
4
4
3
28
4
4
3
4
4
4
4
4
3
29
4
4
2
4
4
5
4
3
3
30
4
4
3
4
4
4
4
4
3
31
4
4
2
2
4
4
4
3
2
32
4
4
3
3
4
4
4
3
3
33
4
4
2
2
4
4
4
3
2
34
4
4
4
2
4
4
4
3
3
35
4
4
4
2
4
4
4
3
3
36
4
4
4
2
4
4
4
3
2
37
4
4
4
2
4
4
4
3
2
38
4
4
4
2
4
4
4
3
2
39
4
3
3
2
4
4
4
3
2
40
4
4
4
3
4
4
4
3
3
Lanjutan Lampiran 2. Penerapan Tatalaksana
Peternak 1
2
3
Pengembalian
4
1
5
2
3
4
1
4
3
2
3
3
3
4
4
3
2
4
4
4
4
2
4
4
2
3
3
4
3
2
2
2
2
4
3
3
4
4
4
2
4
2
4
4
2
2
5
4
4
3
2
2
4
4
2
3
6
4
4
4
2
2
4
4
2
3
7
5
4
4
4
3
4
4
4
3
8
4
4
2
4
2
4
4
2
3
9
4
4
4
4
2
4
2
4
2
10
4
2
2
2
2
4
4
2
4
11
4
4
4
1
2
4
4
4
3
12
4
4
4
4
4
4
4
2
3
13
4
4
4
4
4
4
4
2
4
14
4
4
2
2
2
4
4
2
2
15
4
4
4
4
3
4
4
2
3
16
3
4
2
3
2
4
4
2
3
17
4
4
2
2
2
4
4
4
3
18
4
4
2
2
3
4
2
4
3
19
4
4
2
4
2
4
4
4
3
20
4
2
2
2
2
4
4
4
3
21
4
4
4
4
2
4
4
2
3
22
4
4
4
2
4
4
4
2
3
23
4
4
4
2
2
4
4
4
3
24
4
2
1
3
2
4
3
3
3
25
4
2
3
4
2
4
4
4
3
26
4
3
3
2
3
4
4
2
2
27
4
4
4
2
2
4
3
4
4
28
4
4
3
4
4
5
4
3
3
29
4
4
4
2
3
4
4
4
3
30
4
4
4
2
2
4
3
4
3
31
4
4
4
4
2
4
4
4
3
32
4
4
2
3
2
4
4
4
3
33
4
4
4
2
2
4
3
4
3
34
4
4
2
4
2
4
4
2
3
35
4
4
2
4
2
4
4
2
3
36
4
4
2
2
2
4
4
2
2
37
2
2
2
2
3
4
4
3
3
38
4
4
2
2
2
4
4
2
3
39
2
3
2
2
2
3
4
3
3
40
4
4
2
3
2
4
4
3
3
Lampiran 3. Data Produksi Ternak Peternak
Ternak Awal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
10 14 10 15 10 10 18 10 10 16 13 10 12 10 10 10 10 11 10 10 10 12 16 10 10 10 10 10 14 10 10 15 14 15 10 10 13 10 10 12
Ternak Akhir
Perubahan ternak penangkaran lahir 75 101 88 155 78 66 115 61 70 132 84 69 73 58 56 54 67 54 72 64 51 46 63 69 58 66 46 43 74 58 60 127 112 111 73 84 90 74 75 77
mati 32 12 40 43 21 23 31 23 31 24 28 19 29 25 23 29 34 25 36 27 22 25 26 39 33 33 23 20 24 21 20 29 32 25 26 21 25 31 29 26
dijual 12 30 10 40 20 14 24 12 10 45 12 14 6 5 4 3 5 4 8 5 4 0 6 0 3 2 5 4 9 7 15 30 25 20 12 24 18 16 15 18
dipotong 15 20 15 32 15 15 21 13 16 24 17 15 17 14 13 13 15 13 16 15 12 12 15 16 14 15 10 9 18 14 14 28 22 25 12 15 17 15 15 17
dikembalikan 5 20 9 15 12 3 15 5 0 16 12 7 5 0 4 0 2 0 0 0 2 0 0 2 0 1 0 0 3 2 0 16 20 14 8 15 8 0 2 0
dihadiah 0 3 6 8 0 2 5 0 3 5 0 0 5 3 2 0 0 0 2 3 0 0 3 0 0 2 0 0 4 3 0 5 2 4 6 2 6 0 0 3
11 16 8 17 10 9 19 9 10 18 15 14 11 12 9 9 11 12 9 14 11 10 13 12 9 12 8 9 16 12 11 19 11 22 9 19 16 12 14 13