Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
PERFORMANS AYAM BURAS DAN BIOSEKURITAS DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI DWIGUNA DAN AYAM ABU BAKAR1, GIGIH TRI PAMBUDI2 dan SUNARTO3 1 Kepala Balai Pembibitan Ternak Unggul Sembawa Koordinator Pejabat Fungsional PBT di BPTU Sembawa 3 Fungsional Paramedik Veteriner di BPTU Sembawa
2
ABSTRAK Ayam buras merupakan salah satu tiang utama penyangga pembangunan peternakan yang berbasis sumber daya alam, mempunyai potensi sebagai sumber tumpuan ke depan masyarakat pedesaan dan dapat dianggap sebagai komoditi utama dalam memberdayakan peternak di perdesaan. Ayam buras tersebar di seluruh pelosok nusantara dengan keunggulan antara lain telur dan dagingnya memiliki segmen pasar tersendiri dengan harga yang relatif tinggi dan stabil, relatif tahan terhadap penyakit, pemeliharaannya relatif sederhana, telah lama dikenal dan dipelihara masyarakat serta telah teruji resistensinya terhadap gejolak/resesi ekonomi. Akan tetapi pengembangan ayam buras itu sendiri mengalami berbagai hambatan antara lain belum terpenuhinya permintaan akan bibit yang bermutu dan sehat dalam jumlah yang cukup dengan umur yang seragam. Sehubungan hal tersebut diatas, sesuai dengan tugas dan fungsinya, maka BPTU Sembawa telah merancang Pengembangan Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna dan Ayam yang terkait dengan perannya dalam meningkatkan kualitas dan ketersediaan bibit ternak unggul di masyarakat. Kata kunci: Ayam buras, performans, biosekuritas
Melaksanakan pemuliaan, produksi dan pemasaran bibit sapi dwiguna dan ayam unggul.
• Pemberian saran teknik produksi bibit sapi dwiguna dan ayam unggul • Pemberian pelayanan teknik kegiatan pemuliaan dan produksi bibit sapi dwiguna dan ayam unggul • Melaksanakan distribusi dan pemasaran hasil produksi bibit sapi dwiguna dan ayam unggul • Melaksanakan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Dalam Pengembangan pembibitan ternak unggul dengan mengacu pada visi Direktorat Jenderal Peternakan, BPTU Sembawa mempunyai visi, misi, tujuan, sasaran dan cara mencapai tujuan yang meliputi program dan kegiatan pengembangan yang realistis.
Fungsi
Visi dan misi
• Melaksanakan pemeliharaan bibit sapi dwiguna dan ayam unggul • Melaksanakan uji performance dan uji progeny sapi dwiguna ayam unggul • Melaksanakan perkawinan (breeding ternak) sapi dwiguna dan ayam unggul
Visi “Berkembangnya peternakan sapi dwiguna dan ayam di masyarakat yang berdayasaing dan berkelanjutan”. Misi “Menyediakan ternak sapi dwiguna dan ayam yang berkualitas”.
PENDAHULUAN Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna dan Ayam Sembawa adalah merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Peternakan berdiri pada tanggal 16 April 2002 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.291/Kpts/OT.210/4/002, mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut: Tugas pokok
61
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Tujuan dan sasaran Tujuan Menyediakan ternak dan hasil ternak yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sasaran • Berkembangnya ternak sapi dwiguna dan ayam unggul • Diterapkannya teknologi pengembangan peternakan • Terciptanya breed baru yang berkualitas • Berkembangnya sentra perbibitan perdesaan PROFIL BPTU SEMBAWA Lokasi Di Desa Sembawa jalan PalembangPangkalan Balai KM. 29 PO. Box 1116 Palembang 30001 Sumatera Selatan. Luas lahan 268,04 ha, keadaan topografi rata bergelombang dengan kemiringan antara 5– 30%, ketinggian 5 – 25 MSL. Keadaan iklim dengan curah hujan 5 bulan kering dan 7 bulan basah dengan temperatur 25 – 32OC dan kelembaban 60 – 90%. Jenis tanah Podzolik dengan pH 4,6 – 5 dan defesiensi Ca, P dan N. Sertifikat lahan No. 0053579 tanggal 13 September 1985. Organisasi personalia dan wilayah pelayanan Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Dwiguna dan Ayam Sembawa mempunyai organisasi yang dipimpin seorang Kepala dan dibantu oleh Kepala Subbagian Tata Usaha serta tiga orang Kepala Seksi. Personalia di BPTU Sembawa berjumlah 63 orang diantaranya 26 orang sebagai pengawas mutu bibit dan medik vetenier. Wilayah pelayanan mencakup seluruh Indonesia. Sarana dan prasarana BPTU Sembawa memiliki sarana/ peralatan peternakan yang meliputi barang bergerak dan
62
tidak bergerak seperti: lahan pakan ternak, kandang sapi dan ayam, klinik hewan, gudang penyimpanan/pengolahan pakan, laboratorium Keswan dan IB ayam, gedung penetasan telur, rumah kaca, seed yard, chopper, gedung pertemuan serta mess/wisma yang dapat digunakan untuk kegiatan pelatihan, magang, dan sebagainya. Ternak Sapi BPTU Sembawa saat ini melaksanakan pengembangan ternak sapi yaitu sapi Simbra, Brahman, FH, FH Brahman dan FH Simbra. Ayam buras Ayam buras yaitu Merawang/Maras, Arab (Golden dan Silver), Kapas, Pelung, Bangkok, Cemani, Hitam, SP1, PS1, dan MU 1dan MU 2 sebanyak 9929 ekor. Pengembangan tugas pokok dan fungsi Pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Pembibitan Ternak Unggul sembawa yang diselenggarakan secara terencana dan terarah melalui visi dan misinya guna mengantisipasi perkembangan masa depan dengan mempertimbangkan azas manfaat yang sebesar-besarnya. Perkembangan BPTU Sembawa seiring dengan meningkatnya sarana prasarana dan sumberdaya manusia yang dimiliki serta terjalinnya koordinasi dengan berbagai pihak. Peningkatan tersebut berdampak pada pengembangan peran BPTU Sembawa sebagai pendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya, yaitu: • Melaksanakan pelestarian/pemurnian plasma nuftah • Mengembangkan sistem informasi yang lebih luas • Pengembangan kemampuan SDM di masyarakat melalui kerjasama pelatihan, magang dan penelitian dengan berbagai stakeholder (Litbang, LIPI, BATAN, Perguruan Tinggi dan lembaga lainnya, masyarakat serta swasta)
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
PERFOMANS AYAM BURAS DI BPTU SEMBAWA Dalam upaya penyediaan bibit ayam buras yang berkualitas, maka Balai Pembibitan Ternak Unggul Sembawa secara kontinyu melakukan pemuliabiakan dengan: 1) Melakukan upaya pelestarian dan perbaikan mutu genetik ayam buras khususnya dengan lokal Sumatera. 2) Memproduksi bibit ayam buras yang bermutu dan teruji baik galur murni maupun galur baru. 3) Membuat standar untuk mutu bibit ayam buras (tipe petelur dan tipe pedaging) yang dihasilkan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan kegiatan: 1) Pemurnian dan seleksi dilakukan terhadap ayam khas Sumatera Selatan Merawang dan Maras. Diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama diperoleh populasi ayam Merawang dan Maras sebagai galur murni yang terseleksi. 2) Cross Breeding baik dengan teknik IB maupun perkawinan alami dengan beberapa galur murni seperti: Merawang, Maras, Hitam, Talang Plangas, Binang Kuning, Arab dan Pelung. Kegiatan pembibitan ayam buras meliputi a) b) c) d) e) f)
Pemeliharaan Pencegahan penyakit Pencatatan (recording) Tata laksana Penetasan Distribusi dan pemasaran
Bangsa ternak: Ayam Arab silver
Klasifikasi taksonomi Family Sub Family Genus Spesies Spesies lokal Nama lokal
: Phasianidae : Phasianinae : Gallus : Gallus-gallus : Ayam Eropa : Ayam Arab
Informasi umum Spesies : Gallus-gallus Nama umum : Ayam Arab Silver Nama lain : Ayam Arab Status domestikasi sekarang: Peternakan intensif Negara asal : Belgia Lokasi utama penyebaran di Indonesia: Jawa Lokasi penyebaran di dunia: Mesir, Indonesia, Belgia Kegunaan utama : Penghasil telur Status resiko : Populasi Tahun koleksi/up-dating data : 2004 Total populasi di BPTU Sembawa: 4403 ekor Gambaran populasi didasarkan atas: Perhitungan kualitatif dan kuantitas Tingkat kepercayaan kepada data: 95% Trend populasi (naik/turun/tetap): Naik Informasi lain tentang populasi: Terdapat 2 pola warna, golden dan silver Morfologi Berat dewasa jantan (rata-rata, kg): 1,88 Berat dewasa betina(rata-rata, kg) : 1,57 Tinggi pundak dewasa jantan berkisar: 30,4 cm Tinggi pundak dewasa betina berkisar: 26 cm Warna Warna bulu badan jantan: Putih bintih hitam Warna bulu badan betina: Putih bintik hitam Warna bulu leher jantan : Putih mengkilap Warna bulu leher betina : Putih
63
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Warna paruh jantan: Putih kehitaman Warna paruh betina: Putih Kehitaman Warna kulit jantan: Hitam Warna kulit betina: Hitam Warna kaki jantan: Hitam Warna kaki betina: Hitam Ciri spesifik lain Persentase berat mati tanpa bulu terhadap berat hidup (jantan): 93,3% Persentase berat mati tanpa bulu terhadap berat hidup (betina): 91,3 Persentase berat darah terhadap berat hidup (jantan): 3,1% Persentase berat darah terhadap berat hidup (betina): 3,3% Persentase berat karkas terhadap berat hidup (jantan: 54,7% Persentase berat karkas terhadap berat hidup (betina): 58,3% Persentase berat paha terhadap berat karkas (jantan): 36,7% Persentase berat paha terhadap berat karkas (betina): 33% Persentase berat dada terhadap berat karkas (jantan): 22,65% Persentase berat dada terhadap berat karkas (betina): 26,5% Persentase berat sayap terhadap berat karkas (jantan: 14,8% Persentase berat sayap terhadap berat karkas (betina): 13,3% Persentase berat kepala terhadap berat hidup (jantan): 5,8% Persentase berat kepala terhadap berat hidup (betina): 4,5% Persentase berat kaki/ceker terhadap berat hidup (jantan): 3,2% Persentase berat kaki/ceker terhadap berat hidup (betina): 3,0% Persentase berat leher terhadap berat hidup (jantan): 4,3% Persentase berat leher terhadap berat hidup (betina): 3,9% Persentase berat jantung terhadap berat hidup (jantan): 0,6% Persentase berat jantung terhadap berat hidup (betina): 0,4% Persentase berat hati terhadap berat hidup (jantan): 2,33% Persentase berat hati terhadap berat hidup (betina): 2,87%
64
Persentase berat ampela terhadap berat hidup (jantan): 1,73% Persentase berat ampela terhadap berat hidup (betina): 2,35% Tinggi jengger (jantan, cm): 7,8 Tinggi jengger (betina, cm): 4,5 Lebar jengger (jantan, cm): 12,82 Lebar jengger (betina, cm): 6,5 Panjang paruh (jantan, cm): 2,16 Panjang paruh (betina, cm): 112,1 Panjang dada (jantan, cm): 11,12 Panjang dada (betina, cm): 10,6 Lingkar dada (jantan, cm): 29,7 Lingkar dada (betina, cm): 26,8 Panjang paha (jantan, cm): 14,7 Panjang paha (betina, cm): 11,5 Panjang shank (jantan, cm): 8,5 Panjang shank (betina, cm): 7,1 Panjang leher (jantan, cm): 12 Panjang leher (betina, cm): 9,9 Lingkar leher (jantan, cm): 12,4 Lingkar leher (betina, cm): 8,38 Panjang telur (cm): 4,73 Lebar telur (cm): 3,63 Persentase putih telur: 32,6% Persentase kuning telur: 14,2% Persentase kerabang telur: 13,19% Asal usul bangsa Bangsa aslinya: Lembaga yang memonitor: BPTU Sembawa Keunggulan/kelemahan bangsa tersebut Adaptasi terhadap lingkungan : Baik Kemampuan kesehatan : Baik Kemampuan reproduksi : Baik Kondisi manajemen Sistem pemeliharaan : Intensif Pakan untuk dewasa : Campuran jagung, konsentrat dan dedak Waktu pengandangan: Sepanjang hari
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Performans Berat telur (minimal, gram): 37 Berat telur (maksimal, gram): 51 Berat telur (rata-rata, gram): 42,5 Berat tetas (minimal, gram): 24 Berat tetas (maksimal, gram): 36 Berat tetas (rata-rata, gram: 30,22 Umur dewasa kelamin (jantan, bulan): 28 Umur dewasa kelamin (betina, minimal, bulan): 20 Umur dewasa kelamin (betina, maksimal, bulan): 24 Umur dewasa kelamin (betina, rata-rata, bulan): 22 Umur siap dikawinkan (jantan, rata-rata, bulan): 48 Umur siap dikawinkan (betina, maksimal, bulan): 34 Umur siap dikawinkan (betina, minimal, bulan): 30 Umur mulai produksi telur (rata-rata, hari): 167 Umur mulai produksi telur (minimal, hari): 175 Umur mulai produksi telur (maksimal, hari): 160 Ulangan masa bertelur (kali, dalam setahun): Masa rontok bulu antar masa bertelur (minggu): Jarak antar masa bertelur (rata-rata, hari): 1-2 Jarak antar masa bertelur (maksimal, hari): 14 Jarak antar masa bertelur (minimal, hari): 1 Lama berproduksi telur (rata-rata, bulan): Lama berproduksi telur (maksimal, bulan):Lama berproduksi telur (minimal, bulan): Produksi telur per masa (rata-rata, butir):19 Produksi telur per masa (maksimal, butir): 28 Produksi telur per masa (minimal, butir): 21 Produksi telur per tahun (rata-rata, butir): 274 Produksi telur per tahun (maksimal, butir): 102 Produksi telur per tahun (minimal, butir): 533,73 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (rata-rata, gram): 595,74 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (maksimal, gram): 595,74 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (minimal, gram): 470,84 Konservasi in situ dan ex situ Ada atau tidak program konservasi in situ: ada Cryo-conservation semen (buah, straw): Cryo-conservation embrio (buah, straw):
Bangsa ternak : Ayam Arab Golden
Informasi umum Spesies : Gallus-gallus Nama umum : Ayam Arab Golden Nama umum lain : Ayam Arab Merah Negara asal : Belgia Lokasi utama penyebaran di Indonesia: Jawa Lokasi penyebaran di dunia: Mesir, Indonesia, Belgia Kegunaan utama: Penghasil telur Status resiko: Populasi Tahun koleksi/up-dating data: 2004 Total populasi di BPTU Sembawa: 1652 ekor Gambaran populasi didasarkan atas : Perhitungan kualitatif dan kuantitas Tingkat kepercayaan kepada data: 95% Trend populasi (naik/turun/tetap): Naik Informasi lain tentang populasi: Morfologi Berat dewasa jantan (rata-rata, kg): 1,38 Berat dewasa betina (rata-rata, kg): 1,38 Tinggi pundak dewasa jantan (rata-rata, cm): 25,8 Tinggi pundak dewasa betina (rata-rata, cm): 24
65
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Warna Warna bulu badan jantan: Merah bercampur hitam Warna bulu badan betina: Merah lurik hitam Warna bulu leher jantan: Kuning keemasan, Terdapat batas khas antara leher dengan punggung menyerupai jilbab Warna bulu leher betina: Hitam keputihan Warna paruh jantan: Hitam keputihan Warna paruh betina: Hitam Warna kulit jantan: Hitam Warna kulit betina: Hitam Warna kaki jantan: Hitam Warna kaki betina: Hitam Ciri spesifik lain Persentase berat mati tanpa bulu terhadap berat hidup (jantan): 96% Persentase berat mati tanpa bulu terhadap berat hidup (betina): 94% Persentase berat darah terhadap berat hidup (jantan): 3,6% Persentase berat darah terhadap berat hidup (betina): 3,5% Persentase berat karkas terhadap berat hidup (jantan): 60,1% Persentase berat karkas terhadap berat hidup (betina): 60,6% Persentase berat paha terhadap berat karkas (jantan): 35,7% Persentase berat paha terhadap berat karkas (betina): 34,8% Persentase berat dada terhadap berat karkas (jantan): 24,38% Persentase berat dada terhadap berat karkas (betina): 27,56% Persentase berat sayap terhadap berat karkas (jantan): 13,7% Persentase berat sayap terhadap berat karkas (betina): 14,5% Persentase berat kepala terhadap berat hidup (jantan): 3,0% Persentase berat kepala terhadap berat hidup (betina): 3,0% Persentase berat kaki/ceker terhadap berat hidup (jantan): 3,0%
66
Persentase berat kaki/ceker terhadap hidup (betina): 3,0% Persentase berat leher terhadap berat (jantan): 5,41% Persentase berat leher terhadap berat (betina): 5,80% Persentase berat jantung terhadap berat (jantan): 0,44% Persentase berat jantung terhadap berat (betina): 0,4% Persentase berat hati terhadap berat (jantan): 2,1% Persentase berat hati terhadap berat (betina): 2,3% Persentase berat ampela terhadap berat (jantan): 1,26% Persentase berat ampela terhadap berat (betina): 2,1% Tinggi jengger (jantan, cm): 5,42 Tinggi jengger (betina, cm): 3,38 Lebar jengger (jantan, cm) : 6,96 Lebar jengger (betina, cm) : 5,74 Panjang paruh (jantan, cm): 1,88 Panjang paruh (betina, cm): 1,45 Panjang dada (jantan, cm): 11,12 Panjang dada (betina, cm): 10,22 Lingkar dada (jantan, cm): 28,8 Lingkar dada (betina, cm): 30 Panjang paha (jantan, cm): 11,82 Panjang paha (betina, cm): 11,35 Panjang shank (jantan, cm): 7,82 Panjang shank (betina, cm): 7,6 Panjang leher (jantan, cm): 10,6 Panjang leher (betina, cm): 10,7 Lingkar leher (jantan, cm): 11,6 Lingkar leher (betina, cm): 9 Panjang telur (cm): 4,78 Lebar telur (cm): 3,58 Persentase putih telur: 51,07% Persentase kuning telur: 35,74% Persentase kerabang telur: 13,19%
berat hidup hidup hidup hidup hidup hidup hidup hidup
Lembaga yang memonitor: BPTU Sembawa Keunggulan/kelemahan bangsa tersebut Adaptasi terhadap lingkungan Kemampuan kesehatan Kemampuan reproduksi
: Baik : Baik : Baik
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Kondisi manajemen
Bangsa ternak:Ayam Merawang
Sistem pemeliharaan: Intensif Pakan untuk dewasa: Campuran jagung, konsentrat dan dedak Waktu pengandangan: Sepanjang hari Catatan terhadap kondisi manajemen: Performans Berat telur (minimal, gram): 31 Berat telur (maksimal, gram): 52 Berat telur (rata-rata, gram): 4,53 Berat tetas (minimal, gram): 22 Berat tetas (maksimal, gram): 36 Berat tetas (rata-rata, gram): 26,5 Umur mulai produksi telur (rata-rata, hari): 182 Umur mulai produksi telur (minimal, hari): 161 Umur mulai produksi telur (maksimal, hari): 216 Ulangan masa bertelur (kali, dalam setahun): Masa rontok bulu antar masa bertelur (minggu): Jarak antar masa bertelur (rata-rata, hari): 1-2 Jarak antar masa bertelur (maksimal, hari): 14 Jarak antar masa bertelur (minimal, hari): 1 Lama berproduksi telur (rata-rata, bulan): Lama berproduksi telur (maksimal, bulan):Lama berproduksi telur (minimal, bulan): Produksi telur per masa (rata-rata, butir): Produksi telur per masa (maksimal, butir): Produksi telur per masa (minimal, butir): Produksi telur per tahun (rata-rata, butir): 210 Produksi telur per tahun (maksimal, butir): 308 Produksi telur per tahun (minimal, butir): 198 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (rata-rata, gram): Tambah bobot s/d umur 3 bulan (maksimal, gram): Tambah bobot s/d umur 3 bulan (minimal, gram): Konservasi in situ dan ex situ
Klasifikasi taksonomi Family Sub family Genus Spesies Spesies lokal Nama lokal
: Phasianidae : Phasianinae : Gallus : Gallus-gallus : Ayam Asean : Ayam Merawang
Informasi umum Spesies : Gallus-gallus Nama umum : Ayam Merawang Nama umum lain : Ayam Bangka Status domestikasi sekarang: Peternakan rakyat (tradisional) Negara asal : Indonesia Lokasi utama penyebaran di Indonesia: Kecamatan Merawang, Bangka dan Sumatera Selatan. Lokasi penyebaran di dunia: Negara Indonesia Kegunaan utama: Penghasil telur dan daging
Ada atau tidak program konservasi in situ: ada Cryo-conservation semen (buah, straw): Cryo-conservation embrio (buah, straw): -
67
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Populasi Tahun koleksi/up-dating data: 2004 Total populasi: 629 ekor Gambaran populasi didasarkan atas: Perhitungan kualitatif dan kuantitas Tingkat kepercayaan kepada data: 95% Trend populasi (naik/turun/tetap): Naik Informasi lain tentang populasi: Morfologi Berat dewasa jantan (rata-rata, kg): 2,00 Berat dewasa betina (rata-rata, kg): 1,70 Tinggi pundak dewasa jantan (rata-rata, cm): 30,2 Tinggi pundak dewasa betina (rata-rata, cm): 26,2 Warna Warna bulu badan jantan: Coklat kemerahan Warna bulu badan betina: Coklat kemerahan Warna bulu leher jantan:Coklat kemerahan mengkilap Warna bulu leher betina: Coklat kemerahan Warna paruh jantan: Kuning Warna paruh betina: Kuning Warna kulit jantan : Kuning Warna kulit betina : Kuning Warna kaki jantan : Kuning Warna kaki betina : Kuning Ciri spesifik lain (data dalam bentuk ratarata) Persentase berat mati tanpa bulu terhadap berat hidup (jantan): 92,5% Persentase berat mati tanpa bulu terhadap berat hidup (betina): 90,9% Persentase berat darah terhadap berat hidup (jantan): 3,2% Persentase berat darah terhadap berat hidup (betina): 1,9% Persentase berat karkas terhadap berat hidup (jantan): 63,58% Persentase berat karkas terhadap berat hidup (betina): 55,27% Persentase berat kepala terhadap berat hidup (jantan): 5,7%
68
Persentase berat kepala terhadap berat (betina): 3,4% Persentase berat kaki/ceker terhadap hidup (jantan): 3,4% Persentase berat kaki/ceker terhadap hidup (betina): 2,4% Persentase berat leher terhadap berat (jantan): 4,22% Persentase berat leher terhadap berat (betina): 3,58% Persentase berat jantung terhadap berat (jantan): 0,58% Persentase berat jantung terhadap berat (betina): 0,42% Persentase berat hati terhadap berat (jantan): 1,5% Persentase berat hati terhadap berat (betina): 2,7% Persentase berat ampela terhadap berat (jantan): 1,97% Persentase berat ampela terhadap berat (betina): 1,7% Tinggi jengger (jantan, cm): 3,00 Tinggi jengger (betina, cm): 2,30 Lebar jengger (jantan, cm) : 11,50 Lebar jengger (betina, cm) : 6,50 Panjang paruh (jantan, cm): 3,10 Panjang paruh (betina, cm): 2,50 Panjang dada (jantan, cm) : 13,50 Panjang dada (betina, cm) : 10,50 Lingkar dada (jantan, cm) : 31,00 Lingkar dada (betina, cm) : 27,00 Panjang paha (jantan, cm) : 14,00 Panjang paha (betina, cm) : 12,00 Panjang shank (jantan, cm): 9,30 Panjang shank (betina, cm): 7,90 Panjang leher (jantan, cm) :10,00 Panjang leher (betina, cm) : 8,20 Lingkar leher (jantan, cm) : 9,3 Lingkar leher (betina, cm) : 7,4 Panjang telur(cm) : 5,06 Lebar telur(cm): 3,8 Persentase putih telur: 53,6% Persentase kuning telur: 34,8% Persentase kerabang telur: 12,1%
hidup berat berat hidup hidup hidup hidup hidup hidup hidup hidup
Asal usul bangsa Bangsa aslinya: Kecamatan Merawang, Bangka Indonesia Lembaga yang memonitor: BPTU Sembawa
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Keunggulan/kelemahan bangsa tersebut Adaptasi terhadap lingkungan: Baik Kemampuan kesehatan: Baik Kemampuan reproduksi: Baik Kekhasan produksi: Kondisi manajemen Sistem pemeliharaan: Intensif Pakan untuk dewasa: Campuran dari jagung, konsentrat dan dedak Waktu pengandangan: Sepanjang hari Catatan terhadap kondisi manajemen: Performans Berat telur (minimal, gram) : 38 Berat telur (maksimal, gram): 45 Berat telur (rata-rata, gram) : 41,5 Berat tetas (minimal, gram) : 25 Berat tetas (maksimal, gram): 33 Berat tetas (rata-rata, gram) : 29 Umur dewasa kelamin (jantan, bulan): 7 Umur dewasa kelamin (betina, minimal, bulan): 8 Umur dewasa kelamin (betina, maksimal, bulan): 5 Umur dewasa kelamin (betina, rata-rata, bulan): 6 Umur siap dikawinkan (jantan, rata-rata, bulan): 12 Umur siap dikawinkan (betina, maksimal, bulan): 12 Umur siap dikawinkan (betina, minima, bulan): 9
Umur mulai produksi telur (rat-rata, hari): 167 Umur mulai produksi telur (minimal, hari):175 Umur mulai produksi telur (maksimal, hari): 160 Ulangan masa bertelur (kali, dalam setahun): 1-4 Masa rontok bulu antar masa bertelur (minggu): 6-8 Jarak antar masa bertelur (rata-rata, hari): 1-4 Jarak antar masa bertelur (maksimal, hari): 20 Jarak antar masa bertelur (minimal, hari): 1 Lama berproduksi telur (rata-rata, bulan): 12 Lama berproduksi telur (maksimal, bulan): 18 Lama berproduksi telur (minimal, bulan): 7 Produksi telur per masa (rata-rata, butir): 10-15 Produksi telur per masa (maksimal,butir): 28 Produksi telur per masa (minimal, butir): 6 Produksi telur per tahun (rata-rata, butir): 165 (45%) Produksi telur per tahun (maksimal, butir): 256 (70%) Produksi telur per tahun (minimal, butir): 68 (22%) Tambah bobot s/d umur 3 bulan (rata-rata, gram): 508 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (maksimal, gram): 921 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (minimal, gram): 321 Konservasi in situ dan ex situ Ada atau tidak program konservasi in situ: ada Cryo-conservation semen (buah, straw): Cryo-conservation embrio (buah, straw): -
Bangsa ternak : Ayam kapas
69
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Warna kulit betina: Hitam Warna kaki jantan : Hitam, memiliki 5 jari Warna kaki betina : Hitam, memiliki 5 jari
Klasifikasi taksonomi Famili Sub family Genus Spesies Spesies lokal Nama lokal
: Phasianidae : Phasianinae : Gallus : Gallus-gallus : Ayam Asia : Ayam Kapas
Ciri spesifik lain
Informasi mum Spesies : Gallus-gallus Nama umum : Ayam Kapas Nama umum lain: Ayam China Status domestikasi sekarang: Ayam niaga, pet animals Negara asal : China Lokasi utama penyebaran di Indonesia: Jabotabek Lokasi penyebaran di dunia: Kegunaan utama : Penghasil telur dan ayam hias Status resiko : Tidak aman Populasi Tahun koleksi/up-dating data: 2004 Total populasi : 522 ekor Gambaran populasi didasarkan atas : Perhitungan kualitatif dan kuantitas Tingkat kepercayaan kepada data : 95% Trend populasi (naik/turun/tetap) : Informasi lain tentang populasi :Morfologi Berat dewasa jantan(rata-2, kg) : 1,46 Berat Dewasa betina(rata-2, kg) : 0,9 Tinggi pundak dewasa jantan(rata-2, cm): 27 Tinggi pundak dewasa betina(rata-2, cm): 22,8 Warna Warna bulu badan jantan: Putih menyerupai kapas Warna bulu badan betina: Putih menyerupai kapas Warna bulu leher Jantan: Putih menyerupai kapas Warna bulu leher betina: Putih menyerupai kapas Warna paruh jantan: Hitam Warna paruh betina: Hitam Warna kulit jantan : Hitam
70
halus halus halus halus
Persentase berat mati tanpa bulu terhadap berat hidup (jantan): 96% Persentase berat mati tanpa bulu terhadap berat hidup (betina): 97% Persentase berat darah terhadap berat hidup (jantan): 3,6% Persentase berat darah terhadap berat hidup (betina): 3,0% Persentase berat karkas terhadap berat hidup (jantan):65,0% Persentase berat karkas terhadap berat hidup (betina): 54,5% Persentase berat kepala terhadap berat hidup (jantan): 5,3% Persentase berat kepala terhadap berat hidup (betina): 3,1% Persentase berat kaki/ceker terhadap berat hidup (jantan): 6,3% Persentase berat kaki/ceker terhadap berat hidup (betina): 3,64% Persentase berat leher terhadap berat hidup (jantan): 6,3% Persentase berat leher terhadap berat hidup (betina): 3,64% Persentase berat jantung terhadap berat hidup (jantan): 0,6% Persentase berat jantung terhadap berat hidup (betina): 0,55% Persentase berat hati terhadap berat hidup (jantan): 3,0% Persentase berat hati terhadap berat hidup (betina): 2,36% Persentase berat ampela terhadap berat hidup (jantan): 2,7% Persentase berat ampela terhadap berat hidup (betina): 2,09% Tinggi jengger (jantan, cm): 5,42 Tinggi jengger (betina, cm): 1,4 Lebar jengger (jantan, cm) : 6,96 Lebar jengger (betina, cm) : 1,78 Panjang paruh (jantan, cm) : 1,88 Panjang paruh (betina, cm): 2 Panjang dada (jantan, cm) : 11,12 Panjang dada (betina, cm) : 9,6 Lingkar dada (jantan, cm) : 28,8 Lingkar dada (betina, cm) : 25 Panjang paha (jantan, cm): 14,7
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Panjang paha (betina, cm): 11,82 Panjang shank (jantan, cm): 7,82 Panjang shank (betina, cm): 6,0 Panjang leher (jantan, cm): 10,6 Panjang leher (betina, cm): 8,95 Lingkar leher (jantan, cm): 11,6 Lingkar leher (betina, cm): 8,84 Panjang telur (cm): 4,73 Lebar telur (cm): 3,63 Persentase putih telur: 53,1% Persentase kuning telur: 32,6% Persentase kerabang telur: 14,2% Asal usul bangsa Bangsa aslinya: Lembaga yang memonitor : BPTU Sembawa Keunggulan/kelemahan bangsa tersebut Adaptasi terhadap lingkungan: Baik Kemampuan kesehatan: Baik Kemampuan reproduksi: Baik Kekhasan produksi: Kondisi manajemen Sistem pemeliharaan: Intensif Pakan untuk dewasa: Campuran jagung, konsentrat dan dedak Waktu pengandangan: Sepanjang hari Catatan terhadap kondisi manajemen: Performans Berat telur (minimal, gram): 26 Berat telur (maksimal, gram): 40 Berat telur (rata-rata, gram): 32,9 Berat tetas (minimal, gram): 21 Berat tetas (maksimal, gram: 30 Berat tetas (rata-rata, gram): 24,68 Umur dewasa kelamin (jantan, minggu): 17,419,6 mg Umur dewasa kelamin (betina, minimal, minggu): 17,4 minggu Umur dewasa kelamin (betina, maksimal, minggu): 26,1 mg Umur dewasa kelamin (betina, rata-rata, minggu): 22 minggu Umur siap dikawinkan (jantan, rata-rata, minggu): 30,42 mg Umur siap dikawinkan (betina, maksimal, minggu): 29 minggu
Umur siap dikawinkan (betina, minimal, minggu): 30,42 minggu Umur mulai produksi telur (rata-rata, hari): 137-152 hari Umur mulai produksi telur (minimal, hari): 154 hari Umur mulai produksi telur (maksimal, hari): 180 hari Ulangan masa bertelur (kali,dalam setahun): Masa rontok bulu antar masa bertelur (minggu):Jarak antar masa bertelur (rata-rata, hari): 2–3 Jarak antar masa bertelur (maksimal, hari): 5–7 Jarak antar masa bertelur (minimal, hari): 1 Lama berproduksi telur (rata-rata, bulan): Lama berproduksi telur (maksimal, bulan): Lama berproduksi telur (minimal, bulan): Produksi telur per masa (rata-rata, butir): 17 Produksi telur per masa (maksimal, butir): 25 Produksi telur per masa (minmal, butir): 7 Produksi telur per tahun (rata-rata, butir): 210 Produksi telur per tahun (maksimal, butir): 253 Produksi telur per tahun (minimal, butir): 96 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (rata-rata, gram): 623 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (maksimal, gram): 846 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (minimal, gram): 443 Konservasi in situ dan ex situ Ada atau tidak program konservasi in situ: ada Cryo-conservation semen (buah, straw): Cryo-conservation embrio (buah, straw): Bangsa ternak : Ayam pelung
71
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Klasifikasi taksonomi Family Sub family Genus Spesies Spesies lokal Nama lokal
: Phasianidae : Phasianinae : Gallus : Gallus-gallus : Ayam ASEAN : Ayam pelung
Informasi umum Spesies: Gallusgallus Nama umum: ayam pelung Nama umum lain :ayam melung status domestikasi sekarang: peternakan rakyat, sebagai hobi Negara asal: Indonesia Lokasi utama penyebaran di Indonesia: Cianjur, Jawa Barat Lokasi penyebaran di dunia : Indonesia Kegunaan utama: Sebagai hobi (suaranya yang merdu) Status resiko : Populasi Tahun koleksi/up-dating data: 2004 Total populasi: 144 ekor Gambaran populasi didasarkan atas: perhitungan kualitatif dan kuantitas Tingkat kepercayaan kepada data : 95% Trend populasi (naik/turun/tetap) : Naik Informasi lain tentang populasi :Morfologi Berat dewasa jantan (rata-rata, kg): 3,25 Berat dewasa betina (rata-rata, kg): 2,4 Tinggi pundak dewasa jantan (rata-rata, cm): 42,2 Tinggi pundak dewasa betina (rata-rata, cm): 37,6 Warna Warna bulu badan jantan: hitam kemerahan Warna bulu badan betina: variasi, campuran warna hitam, merah dan kuning Warna bulu leher jantan: kemerahan Warna bulu leher betina: variasi, campuran warna hitam, merah dan kuning Warna paruh jantan: hitam
72
Warna paruh betina: hitam Warna kulit jantan: putih pucat Warna kulit betina: putih pucat Warna kaki jantan: hitam, kokoh, sisik lebih kasar dan taji yang kuat Warna kaki betina: hitam Ciri spesifik lain Persentase berat mati tanpa bulu terhadap berat hidup (jantan): 96% Persentase berat mati tanpa bulu terhadap berat hidup (betina): 96% Persentase berat darah terhadap berat hidup (jantan): 3,8% Persentase berat darah terhadap berat hidup (betina): 3,9% Persentase berat karkas terhadap berat hidup (jantan): 65,5% Persentase berat karkas terhadap berat hidup (betina): 67,4% Persentase berat kepala terhadap berat hidup (jantan): 3,5% Persentase berat kepala terhadap berat hidup (betina): 2,9% Persentase berat kaki/ceker terhadap berat hidup (jatan): 6,38% Persentase berat kaki/ceker terhadap berat hidup (betina): 4,96% Persentase berat leher terhadap berat hidup (jantan): 6,38% Persentase berat leher terhadap berat hidup (betina): 4,96% Persentase berat jantung terhadap berat hidup (jantan): 0,45% Persentase berat jantung terhadap berat hidup (betina): 0,57% Persentase berat hati terhadap berat hidup (jantan): 1,69% Persentase berat hati terhadap berat hidup (betina): 1,61% Persentase berat ampela terhadap berat hidup (jantan): 1,83% Persentase berat ampela terhadap berat hidup (betina): 1,91% Panjang kepala (jantan, cm): 4,98 Panjang kepala(betina, cm): 4,33 Panjang pial (jantan, cm): 6,5 Panjang pial (betina, cm): 2,125 Lebar pial (jantan, cm): 5,7 Lebar pial (betina,cm): 2 Tinggi jengger (jantan, cm): 6,4 Tinggi jengger (betina, cm): 2,4
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Lebar jengger (jantan, cm): 12,7 Lebar jengger (betina, cm): 5,0 Panjang paruh (jantan, cm): 3,82 Panjang paruh (betina, cm): 3,25 Panjang dada (jantan, cm): 13,8 Panjang dada (betina, cm): 12,125 Lingkar dada (jantan, cm): 37,8 Lingkar dada (betina, cm): 34,375 Panjang paha (jantan, cm): 18 Panjang paha (betina, cm): 13,5 Panjang shank (jantan, cm): 13,3 Panjang shank (betina, cm): 10,6 Panjang leher (jantan, cm): 17,7 Panjang leher (betina, cm): 14,75 Lingkar leher (jantan, cm): 11,4 Lingkar leher (betina, cm): 9,75 Panjang telur (cm): 5,0 Lebar telur (cm): 3,8 Persentase putih telur: 49,8% Persentase kuning telur: 38,3% Persentase kerabang telur: 11,5% Asal usul bangsa Bangsa aslinya: Lembaga yang memonitor: BPTU Sembawa Keunggulan/kelemahan bangsa tersebut Adaptasi terhadap lingkungan: Baik Kemampuan kesehatan: Baik Kemampuan reproduksi: Baik Kekhasan produksi: Umur (minggu) DOC 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pelung BB (gram) TB (cm) 29,6 6,3 41,2 6,8 65,1 8,1 98,5 10,3 145,0 11,3 195,7 12,7 257,4 15,0 316,6 17,1 404,1 17,9 483,1 19,0 589,9 21,4 697,6 22,8 790,0 24,2
Keterangan: BB = bobot badan TB = tinggi badan
Kondisi manajemen Sistem pemeliharaan: Intensif (litter) Pakan untuk dewasa: Campuran jagung, konsentrat dan dedak 160 gram/ekor Waktu pengandangan: Sepanjang hari Catatan thd kondisi manajemen: Performans Berat telur (mininimal, gram): 22 Berat telur (maksimal, gram): 51,02 Berat telur (rata-rata, gram): 41,12 Berat tetas (minimal, gram): 21 Berat tetas (maksimal, gram): 30 Berat tetas (rata-rata, gram): 31,4 Fertilitas telur (2004): 77,7% Umur dewasa kelamin (jantan, minggu): Umur dewasa kelamin (betina, minimal, minggu): Umur dewasa kelamin (betina, maksimal, minggu): Umur dewasa kelamin (betina, rata-rata, minggu): Umur siap dikawinkan (jantan, rata-rata, minggu): Umur siap dikawinkan (betina, maksimal, minggu): Umur siap dikawinkan (betina, minimal, minggu): Umur mulai produksi telur (rata-rata, hari): Umur mulai produksi telur (minimal, hari): Umur mulai produksi telur (maksimal, hari): Ulangan masa bertelur (kali, dalam setahun): Masa rontok bulu antar masa bertelur (minggu): Jarak antar masa bertelur (rata-rata, hari): Jarak antar masa bertelur (maksimal, hari): Jarak antar masa bertelur (minimal, hari): Lama berproduksi telur (rata-rata, bulan): Lama berproduksi telur (maksimal, bulan): Lama berproduksi telur (minimal, bulan): Produksi telur per masa (rata-rata, butir): Produksi telur per masa (maksimal, butir): Produksi telur per masa (minimal, butir): Produksi telur per tahun (rata-rata, butir): Produksi telur per tahun (maksimal, butir): Produksi telur per tahun (minimal, butir): Tambah bobot s/d umur 3 bulan (rata-rata, gram): Tambah bobot s/d umur 3 bulan (maksimal, gram): -
73
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Tambah bobot s/d umur 3 bulan (minimal, gram): Konservasi in situ dan ex situ Ada atau tidak program konservasi in situ: ada Cryo-conservation semen (buah, straw): Cryo-conservation embrio (buah, straw): -
Klasifikasi taksonomi Family Sub family Genus Spesies Spesies lokal Nama lokal
: Phasianidae : Phasianinae : Gallus : Gallus-gallus : Ayam Asean : Ayam Bangkok
Informasi lainnya Umur
Dewasa DOC 3 Bulan 5 Bulan 8 Bulan ± 2 Tahun
Bobot badan (kg) Jantan Betina 3,2 2,6 1,9 1,7 3,5-5,5 2,5-3,5 3,3 2,4 31,65 0,85 0,65 1,65 1,1 3 1,8 4,25 3,9
Bobot telur (gr) 45,9 41
Produksi telur (butir/tahun) 39-68 144
Bertelur I (hari) 163 ± 165
41,1
Sumber MANSJOER dkk (1990) WARTOMO H, 1994 HIPPAPI , 2004 BPTU Sembawa, 2002 BPTU Sembawa, 2004 BPTU Sembawa, 2004 BPTU Sembawa, 2004 BPTU Sembawa, 2004 BPTU Sembawa, 2004
Sampai dengan umur 12 minggu No
Jenis ayam Pelung
Konsumsi pakan (gram)
Pertambahan berat badan (gram)
Konversi pakan
2.493,50
760,4
3,28
Bangsa ternak : Ayam Bangkok
74
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Informasi umum Spesies : Gallus-gallus Nama umum : Ayam Bangkok Nama umum lain :Status domestikasi sekarang: Peternakan Intensif Negara asal : Thailand Lokasi utama penyebaran di Indonesia: Jawa Lokasi penyebaran di dunia: Kegunaan utama : Sebagai hobi Status resiko :Populasi Tahun koleksi/up-dating data: 2004 Total populasi di BPT-HMT Sembawa: 47 ekor Gambaran populasi didasarkan atas : Perhitungan kualitatif dan kuantitas Tingkat kepercayaan kepada data : 95% Trend populasi (naik/turun/tetap) : Naik Informasi lain tentang populasi :Morfologi Berat dewasa jantan(rata-rata, kg): 2-2,5 Berat dewasa betina(rata-rata, kg): 1,5 Tinggi pundak dewasa jantan (rata-rata, cm): 34,91 ± 8,79 Tinggi pundak dewasa betina (rata-rata, cm): 33,24 ± 1,90 Warna Warna bulu badan jantan Warna bulu badan betina Warna bulu leher jantan Warna bulu leher betina Warna paruh jantan Warna paruh betina Warna kulit jantan Warna kulit betina Warna kaki jantan Warna kaki betina
: Hitam kemerahan : Dominan hitam : Hitam kemerahan : Hitam : Putih kekuningan : Putih kekuningan : Putih pucat : Putih pucat : Kuning : Kuning
Ciri spesifik lain Persentase berat mati tanpa bulu terhadap berat hidup (jantan): 96,00 Persentase berat mati tanpa bulu terhadap berat hidup (betina): 97,92 Persentase berat darah terhadap berat hidup (jantan): 1,96
Persentase berat darah terhadap berat hidup (betina): 2,29 Persentase berat karkas terhadap berat hidup (jantan): 60 Persentase berat karkas terhadap berat hidup (betina): 58,33 Persentase berat paha terhadap berat karkas (jantan): 24,80 Persentase berat paha terhadap berat karkas (betina): 21,79 Persentase berat dada terhadap berat karkas (jantan): 18,56 Persentase berat dada terhadap berat karkas (betina): 20,04 Persentase berat sayap terhadap berat karkas (jantan): 9,08 Persentase berat sayap terhadap berat karkas (betina): 7,75 Persentase berat kepala terhadap berat hidup (jantan): 2,88 Persentase berat kepala terhadap berat hidup (betina): 2,33 Persentase berat kaki/ceker terhadap berat hidup (jantan): 4,32 Persentase berat kaki/ceker terhadap berat hidup (betina): 2,67 Persentase berat leher terhadap berat hidup (jantan): 5,32 Persentase berat leher terhadap berat hidup (betina): 4,42 Persentase berat jantung terhadap berat hidup (jantan): 0,36 Persentase berat jantung terhadap berat hidup (betina): 0,33 Persentase berat hati terhadap berat hidup (jantan): 1,68 Persentase berat hati terhadap berat hidup (betina): 1,63 Persentase berat ampela terhadap berat hidup (jantan): 1,60 Persentase berat ampela terhadap berat hidup (betina): 2,46 Tinggi jengger (jantan, cm) : 1,21 ± 0,49 Tinggi jengger (betina, cm): 0,30 ± 0,22 Lebar jengger (jantan, cm) : 2,62 ± 0,73 Lebar jengger (betina, cm) : 1,99 ± 0,06 Panjang paruh (jantan, cm): 2,19 ± 2,07 Panjang paruh (betina, cm) : 2,0 ± 1,2 Panjang dada (jantan, cm) : 13,53 ± 1,53 Panjang dada (betina, cm) : 11,91 ± 0,77 Lingkar dada (jantan, cm) : 33,68 ± 2,69 Lingkar dada (betina, cm) : 30,07 ± 1,67 Panjang paha (jantan, cm) : 15,50 ± 1,46
75
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Panjang paha (betina, cm) : 13,91 ± 1,12 Panjang shank (jantan, cm) : 11,64 ± 0,60 Panjang shank (betina, cm): 9,16 ± 0,33 Panjang leher (jantan, cm) : 15,85 ± 2,91 Panjang leher (betina, cm) : 14,82 ± 1,05 Lingkar leher (jantan, cm) : 10,85 ± 0,98 Lingkar leher (betina, cm) : 9,43 ± 0,85 Panjang telur (cm) : 5,24 ± 0,13 Lebar telur (cm) : 3,94 ± 0,11 Persentase putih telur : 52,8% Persentase kuning telur : 31,38% Persentase kerabang telur : 12,90% Asal usul bangsa Bangsa aslinya: Lembaga yang memonitor : BPTU Sembawa Keunggulan/kelemahan bangsa tersebut Adaptasi terhadap lingkungan: Baik Kemampuan kesehatan: Baik Kemampuan reproduksi: Kurang baik Kekhasan produksi: Kondisi manajemen Sistem pemeliharaan : Intensif Pakan untuk dewasa : Campuran jagung, konsentrat dan dedak Waktu pengandangan : Sepanjang hari Catatan thd kondisi manajemen: 1 flok 1 jantan 5 betina Performans Berat telur (minimal, gram): 36 Berat telur (maksimal, gram): 49 Berat telur (rata-rata, gram): 41,6 Berat tetas (minimal, gram): 27,53 Berat tetas (maksimal, gram): 32,33 Berat tetas (rata-rata, gram): 29,93 Umur dewasa kelamin (jantan, bulan): 5 Umur dewasa kelamin (betina, rata-rata,bulan): 5,5 Umur siap dikawinkan (jantan, rata-rata, bulan): 6 Umur siap dikawinkan (betina, rata-rata, bulan): 6,5 Umur mulai produksi telur (rata-rata, hari): 176 Umur mulai produksi telur (minimal, hari): Umur mulai produksi telur (maksimal, hari): Ulangan masa bertelur (kali, dalam setahun): -
76
Masa rontok bulu antar masa bertelur (minggu): Jarak antar masa bertelur (rata-rata, hari): 7 Jarak antar masa bertelur (maksimal, hari): 14 Jarak antar masa bertelur (minimal, hari): 1 Lama berproduksi telur (rata-rata, bulan): Lama berproduksi telur (maksimal, bulan): Lama berproduksi telur (minimal, bulan): Produksi telur per masa (rata-rata, butir): Produksi telur per masa (maksimal, butir): Produksi telur per masa(minimal, butir): Produksi telur per tahun (rata-rata, butir): 64 Produksi telur per tahun (maksimal, butir): 89 Produksi telur per tahun (minimal, butir): 39 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (rata-rata, gram: Tambah bobot s/d umur 3 bulan (maksimal, gram): Tambah bobot s/d umur 3 bulan (minimal, gram): Konservasi in situ dan ex situ Ada atau tidak program konservasi in situ: ada Cryo-conservation semen (buah, straw): Cryo-conservation embrio (buah, straw): Bangsa ternak : Ayam SP-1
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Klasifikasit taksonomi Family Sub family Genus Spesies Spesies lokal Nama lokal
: Phasianidae : Phasianinae : Gallus : Gallus-gallus :Ayam Asean :Ayam SP-1/Ayam Sembawa
Informasi umum Spesies : Gallus-gallus Nama umum : Ayam SP-1 Nama umum lain : Ayam Sembawa Status domestikasi sekarang : Peternakan Intensif Negara asal: Indonesia Lokasi utama penyebaran di Indonesia: Sembawa, Palembang Lokasi penyebaran di dunia: Indonesia Kegunaan utama : Penghasil telur dan daging Status resiko :Populasi Tahun koleksi/up-dating data: 2004 Total populasi: Gambaran populasi didasarkan atas : Perhitungan kualitatif dan kuantitas Tingkat kepercayaan kepada data: 95% Trend populasi (naik/turun/tetap): Naik Informasi lain tentang populasi: Morfologi Berat dewasa jantan (rata-rata, kg): 1,88 Berat dewasa betina (rata-rata, kg): 1,57 Tinggi pundak dewasa jantan (rata-rata, cm): 30,8 Tinggi pundak dewasa betina (rata-rata, cm): 26,4 Warna Warna bulu badan jantan: Campuran putih hitam Warna bulu badan betina: Campuran putih hitam Warna bulu leher jantan: Putih keemasan Warna bulu leher betina: Putih Warna paruh jantan: Kuning ada garis hitam Warna paruh betina: Kuning ada garis hitam Warna kulit jantan : Kuning pucat
Warna kulit betina : Kuning pucat Warna kaki jantan : Kuning/putih Warna kaki betina : Abu-abu kehitaman Ciri spesifik lain Persentase berat mati tanpa bulu terhadap berat hidup (jantan): 93,3% Persentase berat mati tanpa bulu terhadap berat hidup (betina): 91,3% Persentase berat darah terhadap berat hidup (jantan): 2,7% Persentase berat darah terhadap berat hidup (betina): 3,0% Persentase berat karkas terhadap berat hidup (jantan): 55,7% Persentase berat karkas terhadap berat hidup (betina): 56,5% Persentase berat kepala terhadap berat hidup (jantan): 5,4% Persentase berat kepala terhadap berat hidup (betina): 4,1% Persentase berat kaki/ceker terhadap berat hidup (jantan): 3,3% Persentase berat kaki/ceker terhadap berat hidup (betina): 3,0% Persentase berat leher terhadap berat hidup (jantan): 4,6% Persentase berat leher terhadap berat hidup (betina): 3,9% Persentase berat jantung terhadap berat hidup (jantan): 0,53% Persentase berat jantung terhadap berat hidup (betina): 0,43% Persentase berat hati terhadap berat hidup (jantan): 2,33% Persentase berat hati terhadap berat hidup (betina): 2,87% Persentase berat ampela terhadap berat hidup (jantan): 1,73% Persentase berat ampela terhadap berat hidup (betina): 2,35% Tinggi jengger (jantan, cm): 5,80 Tinggi jengger (betina, cm): 2,70 Lebar jengger (jantan, cm): 11,80 Lebar jengger (betina, cm): 5,40 Panjang paruh (jantan, cm): 2,30 Panjang paruh (betina, cm): 1,90 Panjang dada (jantan, cm): 10,80 Lingkar dada (jantan, cm): 34,40 Lingkar dada (betina, cm): 31,40 Panjang paha (jantan, cm): 14,80 Panjang paha (betina, cm): 12,80
77
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Sistem pemeliharaan : Intensif Pakan untuk dewasa: Campuran dari jagung, konsentrat dan dedak Waktu pengandangan: Sepanjang hari Catatan thd kondisi manajemen: -
Umur siap dikawinkan (betina, minimal, minggu): 26 Umur mulai produksi telur (rata-rata, minggu): 23,86 Umur mulai produksi telur (minimal, minggu): 22.86 Umur mulai produksi telur (maksimal, minggu): 25 Ulangan masa bertelur (kali, dalam setahun): Masa rontok bulu antar masa bertelur (minggu) : 6-8 Jarak antar masa bertelur (rata-rata, hari): 1-4 Jarak antar masa bertelur (maksimal, hari): 21 Jarak antar masa bertelur (minimal, hari): 1 Lama berproduksi telur (rata-rata, bulan): 18 Lama berproduksi telur (maksimal, bulan): 23 Lama berproduksi telur (minimal, bulan): 6 Produksi telur per masa (rata-rata, butir): 18 Produksi telur per masa (maksimal, butir): 23 Produksi telur per masa (minimal, butir): 6 Produksi telur per tahun (rata-rata, butir): 157 (43,2%) Produksi telur per tahun (maksimal, butir): 216 (59%) Produksi telur per tahun (minimal, butir): 106 (29%) Tambah bobot s/d umur 3 bulan (rata-rata, gram): 821,82 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (maksimal, gram): 978,48 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (minimal, gram): 793,52
Performans
Konservasi in situ dan ex situ
Berat telur (minimal, gram): 38 Berat telur (maksimal, gram): 45 Berat telur (rata-rata, gram): 41,5 Berat tetas (minimal, gram: 25 Berat tetas (maksimal, gram): 34,23 Berat tetas (rata-rata, gram): 28,30 Umur dewasa kelamin (jantan, minggu): 28 Umur dewasa kelamin (betina, minimal, minggu) : 16 Umur dewasa kelamin (betina, maksimal, minggu) : 24 Umur dewasa kelamin (betina, rata-rata, minggu) : 20 Umur siap dikawinkan (jantan, rata-rata, minggu) : 32 Umur siap dikawinkan (betina, maksimal, minggu) : 30
Ada atau tidak program konservasi in situ: ada Cryo-conservation semen(buah, straw): Cryo-conservation embrio(buah, straw): -
Panjang shank (jantan, cm): 9,50 Panjang shank (betina, cm): 12,10 Panjang leher (jantan, cm): 14,20 Panjang leher (betina, cm): 12,10 Lingkar leher (jantan, cm): 12,36 Lingkar leher (betina, cm): 9,00 Panjang telur(cm): 4,73 Lebar telur(cm): 3,63 Persentase putih telur: 53,1% Persentase kuning telur: 32,6% Persentase kerabang telur: 14,2% Asal usul bangsa Bangsa aslinya: Persilangan Ayam Arab jantan dengan Ayam Merawang betina Lembaga yang memonitor : BPTU Sembawa Keunggulan/kelemahan bangsa tersebut Adaptasi thd lingkungan Kemampuan kesehatan Kemampuan reproduksi Kekhasan produksi
: Baik : Baik : Baik :-
Kondisi manajemen
78
Bangsa ternak : Ayam SP-2
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Klasifikasi taksonomi
Ciri spesifik lain
Family Sub family Genus Spesies Spesies lokal Nama lokal
Persentase berat mati terhadap berat hidup (jantan): 97% Persentase berat mati terhadap berat hidup (betina): 97% Persentase berat darah terhadap berat hidup (jantan): 3,0% Persentase berat darah terhadap berat hidup (betina): 2,0% Persentase berat karkas terhadap berat hidup (jantan): 66,7% Persentase berat karkas terhadap berat hidup (betina): 55,2% Persentase berat paha terhadap berat karkas (jantan): 40% Persentase berat paha terhadap berat karkas (betina): 31% Persentase berat sayap terhadap berat karkas (jantan): 11,2% Persentase berat sayap terhadap berat karkas (betina): 11,4% Persentase berat dada terhadap berat karkas (jantan): 30% Persentase berat dada terhadap berat karkas (betina): 23% Persentase berat kepala terhadap berat hidup (jantan): 4,0% Persentase berat kepala terhadap berat hidup (betina): 3,0% Persentase berat kaki/ceker terhadap berat hidup (jantan): 3,0% Persentase berat kaki/ceker terhadap berat hidup (betina): 2,0% Persentase berat leher terhadap berat hidup (jantan): 6,7% Persentase berat leher terhadap berat hidup (betina): 4,6% Persentase berat jantung terhadap berat hidup (jantan): 0,7% Persentase berat jantung terhadap berat hidup (betina): 0,3% Persentase berat hati terhadap berat hidup (jantan): 1,3% Persentase berat hati terhadap berat hidup (betina): 1,9% Persentase berat ampela terhadap berat hidup (jantan): 1,08% Persentase berat ampela terhadap berat hidup (betina): 1,38% Tinggi jengger (jantan, cm) : 3,1 Tinggi jengger (betina, cm): 2,54 Lebar jengger (jantan, cm) : 6,0
: Phasianidae : Phasianinae : Gallus : Gallus-gallus : Ayam Asean : Ayam SP-2
Informasi umum Spesies : Gallus-gallus Nama umum : Ayam Sriwijaya Prima 2 (♂Arab x ♀ Hitam) Nama umum lain : Status domestikasi sekarang: Peternakan Intensif Negara asal : Indonesia Lokasi utama penyebaran di Indonesia: BPTU Sembawa Lokasi penyebaran di dunia: Indonesia Kegunaan utama : Petelur dan Pedaging Status resiko :Populasi Tahun koleksi/up-dating data: 2004 Total populasi : 17 ekor Gambaran populasi didasarkan atas : Perhitungan kualitatif dan kuantitas Tingkat kepercayaan kepada data : 95% Trend populasi (naik/turun/tetap) : Informasi lain tentang populasi :Morfologi Berat dewasa jantan (rata-rata, kg): 1,90 Berat dewasa betina (rata-rata, kg): 1,36 Tinggi pundak dewasa jantan (rata-rata, cm):35 Tinggi pundak dewasa betina (rata-rata, cm):29 Warna Warna bulu badan jantan: Dominan hitam Warna bulu badan betina: Hitam Warna bulu leher jantan: Hitam bergaris putih Warna bulu leher betina: Hitam bergaris putih Warna paruh jantan: putih kehitaman Warna paruh betina: Putih kehitaman Warna kulit jantan: Putih pucat Warna kulit betina: Putih pucat Warna kaki jantan: Kuning, kuning kehitaman Warna kaki betina: Kuning, kuning kehitaman
79
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Lebar jengger (betina, cm) : 4,28 Panjang paruh (jantan, cm): 2,3 Panjang paruh (betina, cm): 1,98 Panjang dada (jantan, cm) : 10,50 Panjang dada (betina, cm) : 10,54 Lingkar dada (jantan, cm) : 30,05 Lingkar dada (betina, cm) : 27,6 Panjang paha (jantan, cm) : 14,6 Panjang paha (betina, cm) : 12,5 Panjang shank (jantan, cm): 9,125 Panjang shank (betina, cm): 8,12 Panjang leher (jantan, cm) : 11,4 Panjang leher (betina, cm) : 10,9 Lingkar leher (jantan, cm) : 11,4 Lingkar leher (betina, cm) : 8,5 Panjang telur (cm) : 4,9 Lebar telur (cm) : 3,72 Persentase putih telur : 48,2% Persentase kuning telur : 36,6% Persentase ktrabang telur : 13,4% Asal usul bangsa Bangsa aslinya: Persilangan antara pejantan Arab Silver dengan betina ayam lokal Sumatera Selatan “Talang Hitam” Lembaga yang memonitor : BPTU Sembawa Keunggulan/kelemahan bangsa tersebut Adaptasi terhadap lingkungan: Baik Kemampuan kesehatan: Baik Kemampuan reproduksi: Baik Kondisi manajemen Sistem pemeliharaan: Intensif Pakan untuk dewasa: Campuran jagung, konsentrat dan dedak Waktu pengandangan: Sepanjang hari Catatan terhadap kondisi manajemen : Performans Berat telur (minimal, gram) : 34,65 Berat telur (maksimal, gram): 51,17 Berat telur (rata-rata, gram) : 43,25 Berat tetas (minimal, gram) : Berat tetas (maksimal, gram): Berat tetas (rata-rata, gram) : 25,9 Umur dewasa kelamin (jantan, minggu): 31 Umur dewasa kelamin (betina, minimal, minggu) : 18
80
Umur dewasa kelamin (betina, maksimal, minggu) : 30 Umur dewasa kelamin (betina, rata-rata, minggu) : 21 Umur siap dikawinkan (jantan, rata-rata, minggu) : 34 Umur siap dikawinkan (betina, maksimal, minggu) : Umur siap dikawinkan (betina, minimal, minggu) : Umur mulai produksi telur (rata-rata, hari): 170 hari (5,2 bulan) Umur mulai produksi telur (minimal, hari): 157 hari (5,1 bulan) Umur mulai produksi telur (maksimal, hari): 180 hari (6 bulan) Ulangan masa bertelur (kali, dalam setahun): Masa rontok bulu antar masa bertelur (minggu): Jarak antar masa bertelur (rata-rata, hari): 2-3 Jarak antar masa bertelur (maksimal, hari): 13 Jarak antar masa bertelur (minimal, hari): 1-2 Lama berproduksi telur (rata-rata, bulan): Lama berproduksi telur (maksimal, bulan): Lama berproduksi telur (minimal, bulan): Produksi telur per masa (rata-rata, butir): 16 Produksi telur per masa (maksimal, butir): 18 Produksi telur per masa (minimal, butir): 9 Produksi telur per tahun (rata-rata, butir): 190 Produksi telur per tahun (maksimal, butir): 216 Produksi telur per tahun (minimal, butir): 108 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (rata-rata, gram): 659,52 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (maksimal, gram): 790,10 Tambah bobot s/d umur 3 bulan (minimal, gram): 580,74 Konservasi in situ dan ex situ Ada atau tidak program konservasi in situ: ada BIOSEKURITAS Munculnya penyakit avian influenza di Indonesia pada tahun 2003 yang lalu memunculkan dampak sosioekonomi yang luas bagi masyarakat Indonesia pada umumnya peternak pada khususnya. Hal ini mendorong kesadaran pentingnya penerapan biosekuritas dalam pelaksanaan usaha peternakan pada umumnya, peternakan ayam pada khususnya. Pengembangan program biosekuritas bagi
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
BPTU Sembawa merupakan langkah yang efektif untuk mencegah masuknya penyakit ke lokasi. Tujuan a) Mencegah masuknya penyakit di BPTU Sembawa. b) Mencegah terjadinya penularan penyakit antar kandang. c) Mencegah terjadinya penularan penyakit lokasi lain. Lokasi Farm BPTU Sembawa : 2 KM dari Jalan Raya, 15 KM dari peternakan komersial
Manfaat a) Meningkatkan kualitas ayam bibit di BPTU Sembawa b) Menurunkan tingkat kematian ayam di BPTU Sembawa. c) Meningkatnya produktivitas ayam di BPTU Sembawa. d) Memberikan manfaat bagi pengembangan biosekuritas di masyarakat peternak. RUANG LINGKUP Prosedur ini digunakan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/penularan penyakit dan organisme penyebab penyakit ayam yang masuk ke BPTU Sembawa serta vaksinasi. Tingkatan biosekuritas Biosekuriti konseptual Merupakan tingkat pertama dan merupakan basis dari seluruh program pencegahan penyakit. Hal ini meliputi pemilihan lokasi kandang, pemisahan jenis dan umur ayam, pengaturan kepadatan ayam dan pengurangan kontak dengan unggas lainnya. Biosekuritas struktural
Batas sanitasi pagar Biosekuritas operasional Merupakan prosedur manajemen untuk pencegahan kejadian dan penyebaran infeksi di dalam peternakan ayam. Kegiatan ini dapat disesuikan dengan timbulnya penyakit mendadak. o Petunjuk operasional tentang prosedur rutin yang dilaksanakan dipabrik penggilingan pakan, hatchery dan pembibitab. Petunjuk ini disertai rencana-rencana tidak terduga. o Prosedur standar khusus untuk dekontaminasi dan desinfeksi, penyimpanan, pencampuran dan pemberian vaksinasi, meninggalkan dan memasuki area peternakan.
Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tata letak peternakan, batas sanitasi pagar, perangkat dekontaminasi/sanitasi, ruang penyimpanan pakan/gudang dan peralatan kandang.
81
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
PROSEDUR BIOSEKURITI AYAM BPTU SEMBAWA Telur tetas
1. Disediakan fasilitas sanitasi dan desinfeksi (spray dan pencelupan) petugas/tamu di depan pintu masuk ruang penetasan. 2. Petugas dan semua orang sebelum masuk ke ruang penetasan harus mengunakan masker, sarung tangan dan pakaian khusus yang didesinfeksi terlebih dahulu. 3. Didesinfeksi kendaraan pengangkut telur dan egg tray sebelum dan sesudah digunakan. 4. Segera dibersihkan telur tetas yang berasal dari kandang dengan menggunakan amplas halus dan air hangat, pisahkan telur tetas yang tidak normal
6. Mesin tetas dan peralatannya harus dibersihkan dan didesinfeksi terlebih dahulu sebelum dan sesudah telur tetas dimasukkan
7. Dilakukan fumigasi pada mesin tetas sebelum telur tetas dimasukkan dan setelah telur tetas dipindahkan ke dalam hatcher atau 2 – 3 hari sebelum telur menetas 8. Box DOC harus dalam keadaan bersih dan didesinfeksi terlebih dahulu saat dikembalikan ke ruang penetasan 9. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan telur tetas
1. Disediakan fasilitas sanitasi dan desinfeksi (spray dan pencelupan) kendaraan dan petugas/tamu di depan pintu gerbang dan kandang. 5. Bersihkan dan fumigasi ruang penyimpanan telur, untuk telur tetas yang sudah diseleksi
82
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
2. Petugas dan semua orang sebelum masuk ke lokasi harus menggunakan pakaian, masker dan sepatu khusus yang didesinfeksi terlebih dahulu
3. Alat transportasi ayam, pakan dan telur atau kendaraan lain sebelum masuk ke lokasi kandang harus didesinfeksi terlebih dahulu 4. Kandang, peralatan pakan/minum, liter dan sarana lain harus didesinfeksi dan difumigasi terlebih dahulu sebelum ayam masuk 5. Dalam satu kandang, sedapat mungking batasi variasi umur ayam. Gunakan sistem all in all out. 6. Kandang ayam harus didesinfeksi 2 x seminggu
7. Petugas peralatan dan sarana kandang tidak diperbolehkan pindah dari satu kandang ke kandang lain 8. Pelaksanaan program kesehatan: o Vaksinasi; ND, IB, IBD, Marek dan AI o Pengobatan preventif: caaing, koksidiosis dan snot 9. Perlu diadakan pemantauan penyakit secara rutin termasuk pemeriksaan pasca mati terhadap bangkai ayam apabila angka kematian melebihi standar 10. Pemeriksaan laboratorium dilakukan tiap 6 bulan sekali terhadap penyakit ND, Pullorum, CRD, Snot, IBD, Mareks, IB, IBD dan AI 11. Dalam lokasi hanya memelihara satu jenis unggas 12. Pelihara sanitasi kandang dan lingkungan sekitar kandang 13. Lakukan pengawasan terhadap burung liar 14. Pasang racun tikus disekitar kandang dan ditempat-tempat yang tidak dijangkau ayam secara berkala 15. Lakukan pergantian liter 3 bulan sekali 16. Lakukan pengambilan ayam mati, setidaknya 2x sehari. Lakukan lebih sering jika terjadi wabah penyakit 17. Tempat untuk membakar atau mengubur ayam harus jauh dari kandang minimal 20 meter dari kandang terdekat 18. Pembersihan kandang dan peralatan kandang harus segera dilakukan setelah ayam keluar 19. Setelah menjalankan tugas, baik badan (tangan/kaki) petugas maupun peralatan yang digunakan harus didesinfeksi sebelum meninggalkan lokasi kandang 20. Batasi lalu lintas material kontaminan (hewan/unggas, produk unggas, pakan, kotoran, bulu, alas kandang/liter dan petugas)
83
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Gambar-gambar kegiatan biosekuritas
Prosedur keluar-masuk petugas
Pembersihan dan pembuangan feses kandang batere
Pembersihan jalan masuk ke lokasi kandang (dilakukan 3 kali seminggu) dan kandang (setiap hari)
Pembersihan kandang dari bulu, feses dan kotoran lain (dilakukan 1 kali seminggu)
84
Desinfeksi kendaraan dan keranjang pembeli
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
PENUTUP Demikian makalah-materi yang berjudul „Performans Ayam Buras dan Biosekuritas di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna dan Ayam“ dalam upaya sumbangan pemikiran untuk pengembangan agribisnis
ternak unggas lokal di Indonesia, sehingga peranan BPTU Sembawa mampu sebagai pionir untuk penyediaan ayam buras yang berkualitas
85