Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN WAFIATININGSIH1, IMAM SULISTYONO1, dan RATNA AYU SAPTATI2 1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
ABSTRAK Ayam Nunukan adalah ayam lokal Kalimantan Timur yang perlu dikembangkan karena potensinya sebagai ayam dwiguna (pedaging dan petelur) dan perlu dilestarikan karena merupakan plasma nutfah khas Kalimantan Timur. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data/informasi awal yang berkaitan dengan performans dan karakteristik ayam Nunukan yang selanjutnya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk program pengembangan dan pelestarian ayam Nunukan. Ayam Nunukan mempunyai warna dasar coklat dengan pola warna bulu dan corak bulu baik betina maupun jantan polos (100%) dan kerlip bulu emas (betina 71,43%; jantan 85,71). Ayam Nunukan jantan mempunyai ciri khas pertumbuhan bulu di daerah sayap lambat dan kebanyakan tidak memiliki bulu ekor (71,48%). Jumlah konsumsi bahan kering sebanyak 75,58 ± 4,15 gr/ekor/hari dengan konsumsi protein 13,6 ± 0,75 gr/ekor/hari. Rata-rata berat telur 47,127 ± 3,076 gr/butir dengan rata-rata bobot yolk 17,431 ± 1,288 gram/butir dan bobot albumin 23,465 ± 3,245 gram/butir. Kata kunci: Ayam Nunukan, performans, karakteristik
PENDAHULUAN Ayam Nunukan merupakan ayam buras lokal Kalimantan Timur yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karena termasuk ayam tipe dwiguna (petelur dan pedaging), sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif sumber protein hewani keluarga. Selain mempunyai kelebihan tersebut, pada saat ini keberadaan ayam Nunukan perlu dilestarikan karena merupakan plasma nutfah khas Kalimantan Timur. Menurut SASTRAPRADJA (1992), plasma nutfah adalah aset yang sangat penting karena merupakan bahan mentah dalam program pemuliaan untuk merakit jenisjenis unggul yang sangat penting dalam penyediaan (pemenuhan) kebutuhan manusia. Di Indonesia ayam Nunukan telah mengalami adaptasi lingkungan selama lebih dari 50 tahun. Menurut sejarahnya ayam Nunukan berasal dari daratan Cina bagian selatan dan masuk ke Tarakan sekitar tahun 1922 yang dibawa oleh perantau Cina lewat Tawao dan Nunukan (MURTIDJO, 2000). Disamping diambil dagingnya, ayam Nunukan mempunyai keunggulan dalam hal produksi telurnya. Pusat Pelatihan Poultry di Ciawi mengungkapkan bahwa produksi telur ayam ini dapat mencapai 182 butir per tahun, dengan puncak produksi mencapai 62% (MURTIDJO, 2000). Di daerah asalnya (Tarakan dan
56
Nunukan) harga ayam Nunukan dapat mencapai Rp. 125.000,00 per kilogram berat hidup pada saat upacara keagamaan etnis Cina. Di pasaran harga telur ayam Nunukan dapat menyamai harga telur ayam kampung (BPTP KALIMANTAN TIMUR, 2004). Dalam perkembangannya di Kabupaten Tarakan dan Nunukan, ayam Nunukan telah mengalami penurunan populasi. Hal ini dapat mengakibatkan kepunahan bila tidak ditangani secara baik. Beberapa hal yang menyebabkan penurunan populasi ini adalah adanya eksploitasi yang tidak terkendali sementara pola pemeliharaan masih bersifat tradisional, seperti teknik pemberian pakan yang belum sesuai dengan perkembangan umur dan tujuan pemeliharaan serta program pencegahan dan pengobatan penyakit yang belum intensif. Disamping itu dalam pemeliharaannya sering bercampur dengan ayam kampung jenis lain sehingga dikhawatirkan akan menurunkan kemurniannya (BPTP KALIMANTAN TIMUR, 2004). Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan mengingat potensinya yang besar untuk dikembangkan sebagai ayam dwiguna maka perlu adanya upaya untuk melestarikan dan menciptakan teknologi budidaya yang tepat sehingga akan meningkatkan populasi dan menjaga kemurniannya. Badan pangan dunia FAO pada bulan Januari 1990 menyarankan
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
dimulainya program pelestarian dan pengembangan sumberdaya genetik ternak untuk negara-negara berkembang, sehingga untuk pengembangan ayam Nunukan diperlukan seleksi untuk menghasilkan ayam Nunukan yang mempunyai potensi untuk berproduksi telur tinggi. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data/informasi awal yang berkaitan dengan performans dan karakteristik ayam Nunukan yang selanjutnya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk program pengembangan dan pelestarian ayam Nunukan. MATERI DAN METODE Kegiatan ini terdiri dari 3 tahap yaitu : morfometrik dan karakteristik fenotipik, karakteristik konsumsi serta karakteristik telur. Semua ayam Nunukan yang dipakai dalam kegiatan ini berasal dari Kabupaten Nunukan. Informasi umur dari semua ayam tersebut tidak dapat diperoleh disebabkan pemeliharaan yang bersifat tradisional sehingga data umur dan perkembangan ayam tidak pernah dicatat oleh peternak. Karena ayam yang digunakan telah dewasa, maka vaksinasi ND dilakukan tiap 2 bulan sementara vitamin dan preparat antibiotik diberikan bila diperlukan. Morfometrik dan karakteristik fenotipik Dalam kegiatan ini diamati 20 ekor ayam Nunukan betina dewasa dan 7 ekor jantan dewasa. Kandang yang dipakai sistem litter terdiri 4 petak, masing-masing berukuran 4x4 m2, dilengkapi dengan tempat berteduh, tempat umbaran, tempat pakan dan minum serta tempat bertelur. Parameter yang diamati adalah ukuran-ukuran bagian tubuh ayam, warna bulu, pola, kerlip dan corak bulu. Karakteristik konsumsi Dalam kegiatan ini diamati jumlah konsumsi 8 ekor ayam Nunukan betina dewasa dan 4 ekor jantan dewasa yang dipelihara dalam 2 petak kandang, masing-masing berukuran 4 x 4 m2. Tiap petak diisi ayam dengan perbandingan 4 betina dan 2 jantan. Ransum yang diberikan merupakan pakan
komersial khusus untuk petelur yang mengandung protein kasar minimal 18%. Protein ini lebih tinggi daripada pakan khusus untuk ayam buras. Protein lebih tinggi diberikan dengan maksud untuk mencegah penurunan produksi telur yang disebabkan stres transportasi dari Kota Nunukan dan stres adaptasi terhadap lingkungan baru. Ransum diberikan secara berlebih dan sisa pakan ditimbang setiap hari. Penghitungan jumlah ransum dilakukan selama 8 minggu (56 hari). Parameter yang diamati adalah jumlah konsumsi per ekor per hari. Karakteristik telur Pada kegiatan ini dilakukan pengamatan karakteristik terhadap 12 butir telur, dimana parameter yang diukur antara lain bobot telur, panjang telur, lebar telur, indeks telur, bobot kuning telur dan bobot putih telur. HASIL DAN PEMBAHASAN Morfometrik dan karakteristik fenotipik Warna bulu, pola warna bulu, corak bulu dan kerlip bulu Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap semua ayam, dapat ditarik kesimpulan bahwa baik ayam Nunukan jantan maupun betina pada umumnya mempunyai bulu berwarna coklat sebagai warna dasar (Tabel 1 dan 2). Baik jantan maupun betina mempunyai warna paruh kuning kecoklatan. Jengger untuk betina warna merah muda dan jantan merah tua, kulit betina warna krem muda dan jantan kuning, untuk warna shank baik betina maupun jantan berwarna kuning. Pengamatan ini sedikit berbeda dengan CRESWELL dan GUNAWAN (1982) yang menyatakan bahwa ayam Nunukan mempunyai bulu warna coklat merah dengan paruh, kulit dan kaki berwarna kuning. Hasil pengamatan kegiatan ini sesuai dengan pernyataan MULYONO (1996), bahwa ayam Nunukan memiliki penampilan seperti ayam ras petelur yang berwarna coklat. Pada penelitian ini warna cuping ayam betina merah muda dihiasi warna putih sedangkan untuk jantan merah tua. Pada jantan bulu di daerah leher dihiasi warna jingga keemasan.
60
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Pola warna bulu polos, kerlip bulu keemasan dan corak bulu polos. Ciri khas lain dari ayam Nunukan jantan adalah lambatnya pertumbuhan bulu di sayap dan bulu ekor sangat sedikit/sangat pendek (71,48%). Hal ini sesuai dengan pengamatan (MURTIDJO, 2000), bahwa ayam Nunukan jantan memiliki bentuk luar yang unik yaitu bulu pertama pada sayap dan ekor tidak dapat tumbuh sempurna bahkan tidak tumbuh sama sekali. Gambar 3. Ayam Nunukan jantan dan betina
Gambar 2. Ayam Nunukan betina
Gambar 1. Ayam Nunukan jantan
Gambar 4. Ayam Nunukan jantan dan betina
Morfometrik bagian-bagian badan ayam Nunukan
Gambar 2. Ayam Nunukan betina
Dari hasil pengamatan morfometrik bagianbagian tubuh (Tabel 3) dapat dilihat bahwa ayam Nunukan mempunyai ukuran panjang kaki yang lebih pendek (panjang paha 9,93 ± 0,69 cm untuk betina dan 10,33 ± 0,81 cm untuk jantan) dibanding ayam buras jenis lain.
Tabel 1. Karakteristik dan frekuensi fenotip (warna bulu) ayam Nunukan Betina dewasa Warna Frek. Fenotip (%) 1. Merah muda 66,67 2. Kuning kecoklatan 66,67 3. Putih, merah muda 66,67 4. Krem muda 52,38 5. Kuning 100,00 6. Coklat, hitam 61,9 7. Abu-abu, coklat, hitam 47,62 8. Coklat muda 76,19 9. 33,33 Coklat tua, hitam & Coklat, hitam, putih 10. Sayap dalam Coklat muda 42,86 11. Ekor Coklat, hitam 42,86 12. Paha Coklat muda 76,19
No.
58
Bagian Tubuh Jengger Paruh Cuping Kulit Shank Leher Punggung Dada Sayap luar
Jantan dewasa Warna Frek. Fenotip (%) Merah tua 57,14 Kuning kecoklatan 57,14 Merah tua 71,43 Kuning 57,14 Kuning 100,00 Coklat tua 71,43 Abu-abu, hitam, coklat tua 71,43 Coklat tua 42,86 Coklat tua, hitam 57,14 Coklat muda, hitam Tak berekor Coklat muda
42,86 71,43 57,14
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Tabel 2. Karakteristik dan frekuensi fenotip (pola warna bulu, corak bulu dan kerlip bulu) ayam Nunukan No.
Karakteristik
1.
Pola warna bulu - Polos - Tipe liar - Pola kolumbian Corak bulu - Polos - Lurik Kerlip bulu - Perak - Emas
2.
3.
Betina Frekuensi fenotip (%)
Jantan Frekuensi fenotip (%)
100,00 -
100,00 -
100,00 -
100,00 -
71,43
85,71
Tabel 3. Morfometrik bagian tubuh ayam Nunukan betina dan jantan dewasa No.
Variabel (cm)
Betina dewasa
Jantan dewasa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 11. 12.
Panjang shank Lebar shank Panjang tibia Panjang femur Panjang dada Lingkar dada Panjang punggung Panjang sayap Panjang leher Panjang paruh Lebar kepala
7,20 ± 0,59 4,26 ± 0,52 12,39 ± 0,84 9,93 ± 0,69 10,47 ± 0,83 30,71 ± 3,61 16,60 ± 1,05 19,67 ± 1,00 13,70 ± 1,82 2,08 ± 0,16 3,42 ± 0,31
9,47 ± 4,00 4,51 ± 0,56 13,86 ± 1,59 10,33 ± 0,81 10,72 ± 1,37 31,14 ± 3,78 16,92 ± 1,55 20,87 ± 2,04 15,49 ± 1,36 2,13 ± 0,20 3.59 ± 0,57
Tabel 4. Karakteristik telur ayam Nunukan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Parameter Berat telur (gram) Panjang telur (mm) Lebar telur (mm) Indeks telur Berat kuning telur (gram) Berat putih telur (gram) Prosentase kuning telur (%) Prosentase putih telur (%) Warna kerabang telur
Karakteristik konsumsi Pada kegiatan ini digunakan 12 ekor ayam Nunukan. Dari penghitungan jumlah konsumsi pakan selama 8 minggu dapat diketahui bahwa ayam Nunukan dewasa per hari menghabiskan
Rataan 47,127 ± 3,076 49,458 ± 1,616 38,625 ± 0,932 0,782 ± 0,021 17,431 ± 1,288 23,465 ± 3,245 42,81 ± 4,22 57,19 ± 4,22 Coklat muda keputihan
pakan komersial untuk petelur sebanyak 86,88 ± 4,77 gram. Sebagai contoh ayam Pelung mempunyai panjang paha 21,5 + 0,58 (jantan); betina 15, 19 + 0,26 cm, ayam Sentul 17,6 + 0,28 cm (jantan); 14,58 + 0,06 cm (betina) dan ayam
60
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
Arab 13,86 + 0,14 cm (jantan); 12,91 + 0,10 cm untuk ayam betina (NATAAMIJAYA et al., (2003). Penggunaan pakan komersial ayam petelur dengan kandungan protein sebesar 18 persen, dimaksudkan untuk meningkatkan produksi telur dan untuk mencegah adanya penurunan produksi telur karena stres transportasi dari kota Nunukan dan stres adaptasi terhadap lingkungan baru. Setelah dilakukan penghitungan maka dapat diketahui bahwa total bahan kering yang dikonsumsi adalah 75,58 ± 4,15 gram/ekor/hari dan protein sebesar 13,6 ± 0,75 gram/ekor/hari. Karakteristik telur Pada kegiatan ini diamati 12 telur. Ayam Nunukan mempunyai warna kerabang telur coklat muda keputihan, mirip dengan telur ayam kampung biasa. Hal ini menyebabkan telur ayam Nunukan disukai oleh masyarakat, sehingga ayam Nunukan sangat berpotensi sebagai ayam petelur. Bobot telur ayam Nunukan rata-rata 47,127 ± 3,076 gram, dengan bobot yolk 17,431 ± 1,288 gram dan bobot albumin 23,465 ± 3,245 gram (Tabel 4). Menurut NATAAMIJAYA et al., (2003). Bobot telur sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Demikian juga bobot yolk dan albumin proporsional dengan bobot telur. KESIMPULAN Ayam Nunukan merupakan ayam lokal dan plasma nutfah khas Kalimantan Timur. Ayam Nunukan merupakan tipe ayam lokal dwiguna yaitu sebagai ayam petelur dan ayam pedaging. Ayam ini mempunyai warna bulu coklat, pola arna bulu polos (100%), corak bulu polos (100%) dan kerlip bulu emas (betina 71,43%; jantan 85,71%). Pada ayam Nunukan jantan pertumbuhan bulu di daerah sayap lambat, kebanyakan ayam Nunukan jantan tidak memiliki bulu ekor (71,48%). Jumlah konsumsi bahan kering sebanyak 75,58 ± 4,15 gr/ekor/hari dengan konsumsi protein 13,6 ± 0,75 gr/ekor/hari, rata-rata berat telur 47,127 ± 3,076 gr/butir, bobot yolk 17,431 ± 1,288 gram/butir dan bobot albumin 23,465 ± 3,245 gram/butir.
60
DAFTAR PUSTAKA BPTP KALIMANTAN TIMUR. 2004. Survey Rapid Rural Appraisal Kabupaten Nunukan dan Tarakan. BPTP Kaltim, Samarinda. CRESSWELL, D.C. dan B. GUNAWAN. 1982. Pertumbuhan Badan dan Produksi Telur dari 5 Strain Ayam Sayur pada Sistem Peternakan Intensif. Prosiding Seminar Penelitian Peternakan. Puslitbang Peternakan , Bogor. MULYONO, S. 1996. Memelihara Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Penebar Swadaya. Bogor. MURTIDJO, BA. 2000. Mengelola Ayam Buras. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. NATAAMIJAYA, A.G., A.R. SETIOKO, B. BRAHMANTIYO dan K. DWIYANTO. 2003. Performans Dan Karakteristik Tiga Galur Ayam Lokal (Pelung, Arab Dan Sentul). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak. Deptan. SASTRAPRADJA, S.D. 1992. Sarasehan Plasma Nutfah dan Bioteknologi. Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional, Bogor.
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal
58