Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
PENGARUH PENGGUNAAN KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING (Effect of Tumeric (Curcuma domestica) in the Ration on Broiler Performance) S.A ASMARASARI1 dan E. SUPRIJATNA2 1
Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 2 Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro2
ABSTRACT The effect of Curcuma domestica (tumeric) in feed on performance of broiler chickens was investigated. Fourty eight unsexed broiler chickens were assigned into 4 treatments with 6 replication. The treatments were different level (0, 3, 6 and 9%) of tumeric in the ration. Parameter observed were: body weight, feed intake, feed conversion, abdominale fat. Data were analyzed by Completely Random Designed (RAL). The result showed that the addition of tumeric in commercial feed gave no significant effect on all parameters measured (P > 0.05) compared to control. Key Words: Tumeric, Performance, Broiler Chickens ABSTRAK Penelitian tentang pengaruh penggunaan kunyit dalam ransum broiler terhadap performans ayam broiler telah dilakukan. Sebanyak 48 ekor ayam pedaging unsex dibagi ke dalam 4 perlakuan dengan 6 ulangan masing-masing 2 ekor per ulangan. Keempat perlakuan T0,T1, T2 dan T3 yang dicobakan masing-masing adalah 0, 3, 6 dan 9% kunyit. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan ransum diberikan mulai ayam berumur 4 minggu dengan rataan bobot hidup awal 1001,67 ± 47,54 g. Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot hidup, konversi ransum, kadar lemak abdominal dan subkutan bagian dada dan paha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kunyit dalam ransum ayam broiler sampai dengan level 9 % menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P > 0,05) terhadap semua parameter yang diamati akan tetapi ada kecenderungan konsumsi ransum, konversi ransum, pertambahan bobot hidup, kadar lemak abdominal dan subkutan bagian dada dan paha lebih tinggi dibandingkan kontrol. Kata Kunci: Kunyit, Performans, Ayam Pedaging
PENDAHULUAN Pertumbuhan yang cepat pada ayam pedaging sering diikuti oleh perlemakan yang tinggi, keadaan ini menjadikan masalah bagi sebagian konsumen yang mempunyai masalah penyakit degeneratif, sehingga mereka menginginkan daging ayam dengan perlemakan yang relatif rendah. Bertolak pada masalah tersebut perlu dilakukan usaha penurunan perlemakan pada ayam pedaging. Pemberian ransum dengan pelet kunyit diduga dapat meningkatkan pertumbuhan ayam pedaging dengan penimbunan lemak yang semakin menurun.
Pemberian ransum dengan pelet kunyit mampu meningkatkan metabolisme lemak melalui daya kerja kurkuminoid minyak atsiri. Minyak atsiri dan kurkuminoid mempunyai aktivitas kolagoga, yaitu dapat meningkatkan produksi dan sekresi empedu serta pankreas yang bekerja secara kolekinetik dan koleretik. Prinsip kerja kolekinetik yaitu aktivitas yang berperan dalam proses biosintesis peningkatan produksi empedu dalam hati akibat terjadinya sodium kurkuminat yang aktif dalam kurkumin serta efek koleretik ialah peningkatan sekresi empedu dari kantung empedu ke dalam usus halus dan selanjutnya akan meningkatkan metabolisme lemak yang hasil akhirnya meningkatkan ATP. ATP hasil metabolisme
657
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
lemak digunakan untuk metabolisme asam amino dalam pertumbuhan sel otot, sehigga tidak terjadi penimbunan lemak dalam jaringan tubuh yang mengakibatkan perlemakan menjadi rendah. Uraian di atas merupakan alasan mengapa diadakan penelitian mengenai penggunaan kunyit (Curcuma domestica) dalam ransum terhadap performans ayam pedaging. Beberapa laporan penelitian yang dilaksanakan di Indonesia menunjukkan hasil yang tidak konsisten terhadap manfaat curcumin dalam kunyit sebagai feed aditif. AL-SULTAN (2003) melaporkan bahwa pemberian kunyit (Curcuma longa) sebanyak0,5% dalam ransum adalah yang paling baik untuk meningkatkan performan ayam broiler (PBB dan FCR). Sementara untuk memperoleh kadar lemak karkas yang lebih sedikit diperlukan sebanyak 1%. Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilaporkan, penggunaan kunyit pada ayam pedaging biasanya dipakai sebagai feed additive tetapi dalam makalah ini akan dibahas mengenai penggunaan kunyit sebagai bahan penyusun ransum pengaruhnya terhadap performans ayam pedaging. MATERI DAN METODE Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 48 ekor ayam pedaging (unsex). Perlakuan dimulai pada awal minggu ke-4 dengan bobot hidup 1001,67 ± 47,54 g. Alasan mengapa perlakuan diberikan pada awal minggu ke-4 adalah untuk menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi sifat-sifat
organoleptik pada daging broiler maupun kerusakan organ akibat pemberian kunyit yang tinggi. Komposisi ransum penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Susunan ransum penelitian Perlakuan (%)
Susunan ransum Ransum komersial Kunyit
T0
T1
T2
T3
100
97
94
91
0
3
6
9
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot hidup akhir, persentase lemak abdominal dan persentase lemak subkutan pada bagian dada dan paha. Bobot hidup mingguan diperoleh melalui penimbangan ayam pada tiap akhir minggu. Kadar lemak abdominal diperoleh dengan memisahkan lemak ayam pada bagian rongga perut, sekitar saluran pencernaan termasuk sekitar ampela. Lemak abdominal ditimbang dan kadar lemak abdominal dihitung dengan cara membandingkan bobot lemak abdominal dengan bobot hidup akhir dikalikan 100%. Kadar lemak subkutan pada dada diperoleh dengan memisahkan lemak ayam pada daerah di bawah kulit pada bagian dada (Pectoralis superficialis). Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 6 ulangan sehingga terdapat 24 unit percobaan. Tiap unit percobaan terdiri dari 2 ekor ayam.
Tabel 2. Kandungan nutrien ransum selama penelitian EM (kkal/kg)***
Protein** (%)
Lemak* (%)
SK* (%)
Abu* (%)
Air* (%)
3002,98
23,58
4,51
5,11
7,04
11,78
T0
2988,89
21,57
3,81
2,50
5,11
12,66
T1
3033,76
20,58
4,06
4,11
5,12
13,58
T2
3097,87
19,18
4,77
4,06
5,78
11,73
T3
3047,54
18,47
4,47
4,72
5,84
12,07
Jenis pakan Starter Pakan perlakuan
*Analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang **Analisis Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor ***Hasil perhitungan dengan rumus Balton yang dikutip oleh SISWOHARDJONO (1982)
658
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
Model matematis rancangan percobaan yang digunakan adalah: Yij : µ + αi + Σij dimana : Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = perlakuan ke-i j = ulangan ke-j µ = nilai rata-rata umum dari seluruh perlakuan αi = pengaruh perlakuan ke-i merupakan selisih nilai tengah perlakuan dan nilai tengah umum Σij = galat acak oleh perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot hidup Hasil penelitian menunjukkan rata-rata bobot hidup akhir ayam pedaging selama penelitian pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 berturut-turut adalah 2517 g, 2477 g, 2595 g dan 2545 g. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan ransum ayam pedaging dengan penambahan kunyit sampai taraf 9% tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P > 0,05) terhadap bobot hidup akhir (Tabel 3). Bobot hidup akhir yang tidak berbeda nyata tersebut dipengaruhi oleh konsumsi ransum. Konsumsi ransum rata-rata per minggu tidak menunjukkan pengaruh yang nyata, yaitu : T0= 703,18 g, T1= 733,28 g, T2 = 827,36 g dan T3 = 771,61 g. Konsumsi ransum cenderung mengalami peningkatan (T0, T1 dan T2) kemudian konsumsi ransum mengalami penurunan pada level pemberian kunyit 9% (T3). Peningkatan konsumsi ransum dapat mengakibatkan peningkatan konsumsi zat gizi termasuk protein sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ayam pedaging. Pertumbuhan yang sama memberikan akibat
yang sama terhadap pertumbahan bobot hidup sehingga secara kumulatif mengakibatkan bobot hidup akhir yang sama pula (Gambar 1). Pengaruh perlakuan terhadap persentase lemak abdominal Persentase lemak abdominal ayam pedaging menunjukkan bahwa perlakuan T0, T1, T2 dan T3 berturut-turut adalah 2,05; 2,09; 2,26 dan 2,24%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian kunyit dalam ransum ayam pedaging sampai taraf 9% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase lemak abdominal. Hasil penelitian ARIFIN (2003) menunjukkan bahwa pemberian pelet kunyit dengan menggunakan rimpang kunyit segar dapat menurunkan persentase lemak abdominal yaitu: T0: 2,23%; T1: 1,91% T2: 1,68% dan T3: 1,50%, sedangkan dalam penelitian ini pemberian pelet kunyit dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase lemak abdominal. Perbedaan kedua hasil penelitian ini dikarenakan penelitian ARIFIN (2003) menggunakan rimpang kunyit segar yang dicampurkan ke dalam ransum sedangkan penelitian ini menggunakan tepung kunyit sebagai bahan membuat pelet kunyit, sehingga dimungkinkan minyak atsiri yang terkandung di dalam tepung kunyit sudah mengalami penguapan. Perbedaan kedua hasil percobaan ini mungkin disebabkab karena adanya perbedaan aktivitas zat bioaktif kurkumin dan minyak atsiri yang terdapat di dalam kunyit. Dalam percobaan ini, kunyit yang digunakan adalah kunyit yang dibeli dari pasar tanpa mengetahui kadar zat aktif yang terkandung di dalamnya. Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah.
659
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
Tabel 3. Rata-rata bobot hidup akhir, konsumsi dan konversi ransum selama penelitian Perlakuan
Peubah Pertambahan bobot hidup (g) Konsumsi ransum rata-rata per minggu (g) Konversi ransum (g)
T0
T1
T2
T3
2517
2477
2595
2545
703,18
733,28
827,36
771,61
1, 85
1,98
2,07
2,00
Nilai rata-rata menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > 0,05)
4500 BBT BDN , PBB, konsumsi
4000
2595
2545
481,61
467,64
2517
2477
457,83
442,00
703,18
733,28
827,36
771,61
T1
T2
T3
3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 T0
Perlakuan
Konsumsi ransum
PBB
BBT Akhir
Gambar 1. Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot hidup
Pengaruh perlakuan terhadap persentase lemak subkutan pada dada dan paha Hasil penelitian pengaruh perlakuan terhadap persentase lemak subkutan pada dada dan paha ayam pedaging disajikan pada Tabel 4. Analisis menunjukkan bahwa pemberian
ransum ayam pedaging dengan pelet kunyit sampai taraf 9% tidak memberikan pengaruh yang nyata (P > 0,05) terhadap persentase lemak subkutan pada dada dan paha. Pengaruh perlakuan terhadap persentase lemak abdominal dan persentase lemak subkutan bagian dada dan paha tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata persentase lemak subkutan pada dada dan paha ayam pedaging umur 6 minggu
T0 (0%)
T1 (3%)
T2 (6%)
T3 (9%)
Analisis statistik
Bagian dada (%)
3,92
4,01
4,20
3,61
ns
Bagian paha (%)
3,53
3,58
3,51
3,26
ns
Lemak abdominal umur 6 minggu (%)
2,05
2,09
2,26
2,24
ns
Perlakuan
Lemak subkutan
Nilai rata-rata menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > 0,05)
660
Persentase Lemak (%)
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
12 10
2.05
2.09
2.26
3.58
3.51
2.24
8 6
3.53
4 2
3.26
3.92
4.01
4.20
3.61
T0
T1
T2
T3
Perlakuan
DD
PH
ABD
Gambar 2. Grafik pengaruh perlakuan terhadap persentase lemak abdominal, persentase lemak subkutan bagian dada dan persentase lemak subkutan bagian paha DD = Lemak subkutan bagian dada PH = Lemak subkutan bagian paha ABD = Lemak abdominal
Menurut WAHJU (1997), energi yang dikonsumsi dari ransum digunakan dalam 3 jalan, yaitu memenuhi kebutuhan energi untuk bekerja, diubah menjadi panas dan disimpan dalam jaringan tubuh. Energi yang berlebihan disimpan sebagai lemak. Kandungan energi dalam ransum yang relatif sama antar perlakuan (Tabel 2) merupakan salah satu penyebab presentase lemak subkutan bagian dada dan paha tidak menunjukkan pengaruh yang nyata, meskipun pemberian ransum dengan pelet kunyit diduga dapat menurunkan perlemakan ayam pedaging. Menurut SOEPARNO (1994) ayam pedaging yang diberi ransum dengan kandungan energi metabolis yang tinggi, mengandung lemak yang lebih banyak daripada yang diberi ransum dengan energi metabolis yang rendah. Persentase lemak subkutan bagian dada dan paha tidak menunjukkan pengaruh yang nyata disebabkan adanya respon terhadap kondisi lingkungan. Menurut FREEMAN (1971) yang dikutip oleh SOEHARSONO (1976), unggas tidak mempunyai sifat menimbun lemak di bagian bawah kulit sebagai penahan panas seperti pada mamalia, dalam hal ini bulu yang rapat dan panjang sudah cukup untuk menahan panas tubuh, selain itu karena jaringan lemak subkutan letaknya menempel pada kulit
sehingga sukar dipisahkan. Menurut DARYANTI (1982) yang disitasi oleh GHAFAR (1988), persentase bobot kulit mempunyai nilai koefisien variasi yang tinggi akibat terdapatnya lemak kulit yang sulit dipisahkan. Persentase lemak subkutan bagian dada terlihat lebih tinggi dibandingkan persentase lemak subkutan pada bagian paha. Hal ini bukan disebabkan karena pengaruh pemberian ransum dengan pelet kunyit melainkan karena otot paha lebih aktif digunakan untuk berjalan daripada otot dada, di samping itu kulit paha juga lebih tipis daripada kulit dada yang secara visual tampak lebih tebal sehingga lemak yang terdeposisi pada subkutan dada cenderung lebih banyak daripada lemak subkutan paha. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pemberian ransum ayam pedaging dengan penambahan kunyit (Curcuma domestica) terhadap performans ayam pedaging dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum dengan penambahan kunyit sampai tingkat 9% ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati (pertambahan bobot hidup, kadar lemak
661
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
abdominal dan kadar lemak subkutan bagian dada dan paha). DAFTAR PUSTAKA ARIFIN, Z. 2003. Pengaruh Pemberian Pellet Kunyit (Curcuma domestica) terhadap Penampilan Karkas dan Nisbah Dagng Tulang Karkas Ayam Pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. AL-SULTAN, S.I. 2003. The effect of Curcuma longa (Tumeric) on overall performance of broiler chickens. Int. J. Poult. Sci. 2(5): 351 – 353. GHAFAR, A. 1988. Pengaruh Penurunan Bobot Badan terhadap Persentase Bobot Jaringan Lemak Ayam Pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
662
SISWOHARDJONO. 1982. Beberapa metode pengukuran energi metabolisme bahan makanan ternak pada itik. Makalah Seminar. Institut Pertanian Bogor. SOEHARSONO. 1976. Respon Broiler terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan. Disertasi. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung. SOEPARNO. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. WAHJU, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.