Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
PENDUGAAN JARAK GENETIK AYAM MERAWANG (STUDI KASUS DI BPTU SAPI DWIGUNA DAN AYAM, SEMBAWA DAN PULAU BANGKA, SUMATERA SELATAN) (Morphometric Evaluation of Merawang Chicken: a Case Study at BPTU Sapi Dwiguna dan Ayam, Sembawa, and Bangka Island, South Sumatera) BRAM BRAHMANTIYO, T. SARTIKA dan S. SOPIYANA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
ABSTRACT Morphometric evaluation on body size of Merawang chicken using Mahalanobis distance test have been conducted to determine the progress and changes in characteristics due to adaptation to the environment. BPTU Sapi Dwiguna dan ayam, Sembawa, South Sumatra has developed Merawang chicken originating from the island of Bangka. Observation of the character of: body weight (g), chest circumference (cm), length of back (cm), wing length (cm), neck length (cm), beak length (mm), width of beak (mm), beak thickness (mm), head width (mm), head length (mm), femur length (cm), tibia length (cm), shank length (cm), shank circumference (cm), width of pubis (mm), height of comb (mm), length of comb (mm), and width of comb (mm) were conducted to evaluate morphometric Merawang chickens originating from Sembawa and the island of Bangka. Merawang chicken obtained from Bangka island (Air Pelempang, Baturusa and Ketapang) was different from that obtained from Sembawa with discriminant variables of body size on length of back, beak length, femur length, shank length and shank circumference. This difference explains the difference breeding purposes of Merawang chicken in the two areas, namely as a broiler on the island of Bangka and as laying hens in Sembawa. Key Words: Merawang Chicken, Broiler, Laying, Morphometric ABSTRAK Evaluasi morfometrik, ukuran tubuh ayam merawang dengan uji jarak Mahalanobis telah dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan perubahan karakteristik akibat adaptasi terhadap lingkungan. BPTU Sapi Dwiguna dan Ayam, Sembawa, Sumatera Selatan telah mengembangkan ayam Merawang yang berasal dari pulau Bangka. Pengamatan terhadap karakter bobot badan (g), lingkar dada (cm), panjang punggung (cm), panjang sayap (cm), panjang leher (cm) panjang paruh (mm), lebar paruh (mm), tebal paruh (mm), lebar kepala (mm), panjang kepala (mm), panjang femur (cm), panjang tibia(cm), panjang shank (cm), lingkar shank (cm), lebar pubis (mm), tinggi jengger (mm), panjang jengger (mm) dan lebar jengger (mm) dilakukan untuk mengevaluasi morfometrik ayam Merawang yang berasal dari Sembawa dan pulau Bangka. Ayam Merawang yang berasal dari pulau Bangka (Air Pelempang, Baturusa dan Ketapang) berbeda dengan yang berasal dari Sembawa dengan perubah pembeda ukuran tubuh panjang punggung, panjang paruh, panjang femur, panjang shank dan lingkar shank. Perbedaan ini menjelaskan perbedaan tujuan pengembangbiakan ayam Merawang di dua wilayah tersebut, yaitu sebagai ayam pedaging di pulau Bangka dan sebagai ayam petelur di Sembawa. Kata Kunci: Merawang, Ayam Pedaging, Ayam Petelur, Morfometrik
PENDAHULUAN Saat ini, pemerintah khususnya KEMENTAN berusaha untuk membenahi peternakan unggas sektor IV khususnya ayam lokal dikarenakan adanya kasus flu burung yang telah menyebar
632
hampir di seluruh propinsi di Indonesia dan menyebabkan kematian pada manusia. Kasus flu burung ini merupakan era bangkitnya peternakan unggas rakyat dari yang semula dipelihara secara backyard farming, berkeliaran di sekitar rumah penduduk,
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
menjadi peternakan unggas intensif berbasis agribisnis. Ayam Merawang disebut juga ayam Bangka merupakan ayam lokal Indonesia. Nama tersebut didasarkan pada penyebaran dari ayam ini yang tersebar di kecamatan Merawang di daerah Sumatra bagian selatan khususnya di Pulau Bangka. Ayam ini mempunyai warna bulu yang seragam, dengan produksi telur yang lebih tinggi dari ayam kampung. Konon menurut sejarahnya ayam Merawang didatangkan dari daratan Cina oleh orang Tionghoa pekerja tambang timah di pulau Bangka sekitar 300 tahun yang lalu. Ayam ini menyebar hampir di semua penduduk Tionghoa yang ada di daerah tersebut terutama desa Merawang kecamatan Batu Rusa, Air Pelempang dan Ketapang di Provinsi BangkaBelitung (Babel). Warna bulu ayam Merawang coklat kemerahan dan coklat keemasan. Dalam perkembangan selanjutnya di Pulau Bangka, ayam Merawang lebih banyak disukai dan dipelihara karena memiliki warna seragam serta produksi telur lebih tinggi (SARTIKA dan ISKANDAR, 2007). Keunggulan dan pemanfaatan Ayam Merawang dimanfaatkan sebagai penghasil telur dan daging (dwiguna) dan sering digunakan untuk upacara adat etnis Cina di Pulau BangkaBelitung. Populasi ayam Merawang telah diperbanyak di BPTU Sembawa, data di BPTU tahun 2004 berjumlah 629 ekor (ABUBAKAR et al., 2005), prediksi total populasi di Propinsi Bangka Belitung sekitar > 5000 ekor. Saat ini belum ada yang melakukan seleksi untuk meningkatkan kualitas ayam Merawang. Untuk pengembangan ayam Merawang lebih lanjut secara komprehensif diperlukan informasi lengkap mengenai karakteristik morfologi ayam Merawang guna menunjang keberhasilan pengembangan ayam Merawang dalam pengembangannya di masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tambahan mengenai karakteristik khusus berdasarkan ukuran tubuh pada ayam Merawang, menentukan jarak genetik, pembuatan pohon fenogram dan mengetahui faktor perubah pembeda. Hipotesa yang dikembangkan adalah adanya perbedaan genetik antara ayam Merawang yang dikembangkan di BPTU Sembawa dan beberapa lokasi di Pulau Belitung yang diekspresikan secara fenotipik ukuran tubuh
karena adanya pengaruh seleksi produksi telur pada BPTU Sembawa dan seleksi peternak di Pulau Bangka serta lingkungan perkembangbiakan yang berbeda. MATERI DAN METODE Pengumpulan data ukuran tubuh ayam Merawang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan (BPTU Sapi Dwiguna dan Ayam, Sembawa), dan Bangka Belitung (Air Pelempang, Baturusa dan Ketapang). Lokasi di Bangka merupakan asal ayam Merawang dengan lokasi Baturusa merupakan peternakan rakyak milik Bapak Asri, Air Pelempang adalah peternakan milik Dinas Provinsi Bangka Belitung dan Ketapang adalah peternakan milik swasta (Bangka Botanical Garden). Ayam Merawang yang berasal dari Sembawa berjumlah 79 ekor (54 betina dan 25 jantan), Air Pelembang berjumlah 20 ekor (12 betina dan 8 jantan), Baturusa berjumlah 20 ekor (11 betina dan 9 jantan), dan Ketapang 13 ekor (10 betina dan 3 jantan). Data yang dikoleksi merupakan ayam Merawang yang berumur lebih dari 6 bulan. Digunakan alat ukur yang terdiri atas meteran kain berskala terkecil 1 mm dan jangka sorong berskala 15 cm dengan skala terkecil 0,01 mm dan timbangan digital merk Acis berskala 15 kg dengan skala terkecil 1 g. Perubah fenotipik yang diamati dalam analisis meliputi bobot badan (g), lingkar dada (cm), panjang punggung (cm), panjang sayap (cm), panjang leher (cm) panjang paruh (mm), lebar paruh (mm), tebal paruh (mm), lebar kepala (mm), panjang kepala (mm), panjang femur (cm), panjang tibia (cm), panjang shank (cm), lingkar shank (cm), lebar pubis (mm), tinggi jengger (mm), panjang jengger (mm) dan lebar jengger (mm). Perbedaan ukuran dari bagian tubuh yang diamati dianalisis dengan menggunakan General Linear Models (GLM) menurut Statistics Analytical System (SAS, 1985). Fungsi diskriminan yang digunakan melalui pendekatan Mahalanobis seperti dijelaskan oleh NEI (1987) dengan matriks ragam peragam antara perubah dari masingmasing lokasi yang diamati digabung (pooled) menjadi sebuah matriks. Matriks hasil penggabungan dapat dijelaskan ke dalam bentuk:
633
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
C=
C11 C12 C21 C22 …. Cp1 Cp2
…. C1p …. C2p …. …. Cpp
Untuk mendapatkan jarak kuadrat genetik minimum digunakan rumus seperti tertera di bawah ini, sesuai dengan petunjuk NEI (1987): D2(i/j) = (Xi – Xj)1C-1(Xi-Xj) D2(i/j) : nilai statistik Mahalanobis sebagai ukuran jarak kuadrat genetik antar dua lokasi (antara lokasi i terhadap lokasi j) C-1 : kebalikan matriks gabungan ragam peragam antar perubah Xi : vektor nilai rataan pengamatan dari lokasi ayam i pada masing-masing perubah Xj : vektor nilai rataan pengamatan dari lokasi ayam ke j pada masing-masing perubah
Untuk membantu analisis statistik Mahalanobis digunakan paket program statistik SAS ver. 6.12 (SAS, 1985) dengan menggunakan prosedur PROC DISCRIM. Dari hasil perhitungan jarak kuadrat tersebut kemudian dilakukan pengakaran terhadap hasil jarak genetik yang diperoleh. Hasil pengakaran terhadap hasil jarak genetik dianalisis menggunakan program software MEGA2 seperti petunjuk KUMAR et al. (2001) untuk memperoleh pohon fenogram. Teknik pembuatan pohon fenogram dilakukan dengan metode UPGMA (Unweight Pair Group Method with Arithmetic) dengan asumsi bahwa laju evolusi antar kelompok adalah sama. Analisis canonical dilakukan untuk menentukan peta penyebaran ayam Merawang dan nilai kesamaan dan campuran di dalam dan di antara kelompok lokasi. Analisis ini juga dipakai untuk menentukan beberapa perubah yang memiliki pengaruh kuat terhadap terjadinya pengelompokan lokasi (pembeda lokasi). Prosedur analisis menggunakan PROC CANDISK (SAS, 1985). HASIL DAN PEMBAHASAN BPTU (Balai Pembibitan Ternak Unggul) Sapi dwiguna dan ayam lokal-Sembawa, Palembang milik Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, merupakan
634
institusi yang sangat layak untuk dijadikan pusat pembibitan ayam lokal dengan kepemilikan closed house yang sangat modern. Kapasitas tampung ternak ayam dewasa dapat mencapai 14.000 ekor, namun saat ini hanya tersedia sekitar 7.000 ekor induk ayam yang sebagian besar adalah ayam Arab, sehingga masih memungkinkan untuk memperbanyak populasi ayam lainnya. Di BPTU Sembawa tersedia 300 ekor induk ayam Merawang, yaitu ayam lokal spesifik khas Pulau BangkaBelitung penghasil telur dan daging. Dari segi fenotipenya ayam Merawang telah memiliki warna bulu seragam yaitu merah buff, dengan pola bulu kolumbian hampir menyerupai ayam lokal yang telah diindustrikan di China yaitu ayam Lignan dan ayam lokal yang telah diindustrikan di Jepang yaitu ayam Hinai (SARTIKA dan ISKANDAR, 2007). Karakteristik ukuran tubuh Hasil perhitungan uji LSM (Least Squares Means) ayam Merawang penelitian disajikan pada Tabel 1. Data ukuran tubuh hanya memberikan informasi mengenai perbedaan dan persamaan pada perubah yang diamati, yaitu bobot badan (g), lingkar dada (cm), panjang punggung (cm), panjang sayap (cm), panjang leher (cm) panjang paruh (mm), lebar paruh (mm), tebal paruh (mm), lebar kepala (mm), panjang kepala (mm), panjang femur (cm), panjang tibia(cm), panjang shank (cm), lingkar shank (cm), lebar pubis (mm), tinggi jengger (mm), panjang jengger (mm) dan lebar jengger (mm). Umumnya ayam Merawang yang berasal dari Air Pelempang dan Baturusa memiliki ukuran morfometrik yang lebih tinggi baik jantan maupun betina dibandingkan dengan yang berasal dari Ketapang dan Sembawa. Ayam merawang yang terdapat di Baturusa merupakan milik peternak yang sangat memperhatikan perkembangan ayam yang dipeliharanya yang secara tidak langsung telah melakukan seleksi terhadap bobot ayamnya karena hanya memelihara ayam-ayam dengan penampilan cukup besar (di atas 2 kg) untuk dipelihara, sedangkan yang berbobot kurang dari 2 kg akan dijual kepada yang membutuhkan. Ayam Merawang yang berasal dari Air Pelempang merupakan peternakan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
635
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
636
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
ayam milik dinas peternakan provinsi Bangka Belitung yang juga berusaha mempertahankan keaslian ayam Merawang, diantaranya dengan memilih ayam-ayam yang memiliki bobot badan lebih besar dari rata-rata. Lokasi ayam Merawang di Ketapang merupakan peternakan milik Bangka Botanical Garden yang memelihara ayam sebagai ternak koleksi sehingga tidak ada perlakuan pemilihan atau seleksi terhadap produktivitasnya. Ayam Merawang yang berasal dari Sembawa, memiliki karakteristik seperti ayam petelur. Karakteristik ini merupakan tindakan seleksi yang dilakukan secara tidak langsung karena hanya ayam-ayam yang berasal dari induk dengan produksi telur di atas rata-rata yang selanjutnya dijadikan induk pengganti. Sehingga karakteristik fenotipiknya menjadi lebih kecil dan kompak dengan produksi telur mencapai 45% (ABUBAKAR et al., 2005).
Analisis diskriminan Hasil analisis lanjutan pada ayam Merawang di BPTU Sembawa dan Bangka Belitung menunjukkan bahwa secara morfologis tampak adanya garis pemisah di antara lokasi ayam Merawang (Gambar 1). Berdasarkan gambar tersebut, terjadi pengelompokan ayam Merawang berdasarkan daerah pengembangan, yaitu ayam Merawang yang berasal dari BPTU Sembawa berada di sebelah kiri sumbu X dan ayam Merawang yang berasal dari Bangka Belitung berada di sebelah kanan sumbu X. Semua ayam Merawang menyebar merata di bagian atas dan bawah sumbu Y. Ayam Merawang yang berasal dari Ketapang tampak terpisah dengan posisi di bawah sumbu Y saja. Terdapat banyak kesamaan bentuk dan ukuran tubuh dari kelompok ayam Merawang
Gambar 1. Penyebaran ayam Merawang berdasarkan ukuran morfometrik di lokasi Air Pelempang (A), Baturusa (B), Ketapang (K) dari Bangka Belitung dan BPTU Sembawa (S) dari Palembang
637
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
yang berasal dari Bangka Belitung (Air Pelempang, Baturusa dan Ketapang), begitu pula pada kelompok ayam Merawang yang berasal dari BPTU Sembawa artinya secara morfologis bahwa hubungan genetik diantara kelompok pada suatu daerah tersebut cukup dekat, sehingga terjadi banyak tingkat kesamaan dari perubah yang diamati. Terlihat bahwa kelompok ayam Merawang yang dikembangkan di BPTU Sembawa sangat berbeda dengan kelompok ayam Merawang yang di Bangka Belitung. Hasil ini sesuai dengan pendapat TAYLOR et al. (1977) yang menerangkan bahwa jarak yang memisahkan suatu wilayah sangat mempengaruhi karakteristik morfometrik populasi yang berkembang di antara wilayah tersebut, semakin jauh jaraknya semakin berbeda karakteristik morfometriknya. Dari hasil analisis fungsi diskriminan terhadap ukuran-ukuran tubuh antar lokasi ayam Merawang menghasilkan pengelompokan berdasarkan persentase nilai kesamaan dan campuran di dalam dan antar lokasi sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Terlihat bahwa kesamaan ukuran fenotipik yang rendah dalam lokasi Air Pelempang (35,00%). Ukuran fenotipik yang tinggi dalam lokasi terdapat pada ayam Merawang BPTU Sembawa (100,00%), Baturusa (95,00%) dan Ketapang (84,62%). Proporsi nilai campuran hanya terdapat pada lokasi ayam Merawang yang berasal dari wilayah yang sama, yaitu Bangka Belitung.
Berdasarkan hasil tersebut diduga adanya nilai kesamaan pada suatu kelompok dengan kemungkinan besarnya nilai proporsi nilai campuran yang mempengaruhi kesamaan satu lokasi dengan lokasi lainnya yang didasarkan atas persamaan ukuran tubuh. Hal ini mengindikasikan bahwa antar lokasi ayam Merawang pada wilayah yang sama terdapat kesamaan morfologi. Persamaan fenotipik ukuran tubuh berbagai lokasi ayam Merawang merupakan cerminan dari besarnya campuran kelompok antar lokasi yang terjadi baik oleh adanya mutasi hasil rekayasa peternak maupun yang terjadi secara alamiah (NEI, 1987). Analisis jarak genetik Jarak genetik merupakan tingkat perbedaan gen diantara populasi atau spesies (NEI, 1987). Dalam memahami proses evolusi genetik suatu rumpun ternak, penelitian tentang karakter genetik telah banyak dilakukan dengan pendekatan analisis morfometrik. Nilai matriks jarak genetik antara masing-masing lokasi ayam Merawang disajikan pada Tabel 3. Nilai matriks jarak genetik ini digunakan untuk membuat konstruksi pohon fenogram seperti yang disajikan pada Gambar 2. Pohon fenogram menggambarkan jarak genetik keseluruhan lokasi perkembangan ayam Merawang.
Tabel 2. Persentase nilai kesamaan dan campuran di dalam dan antar lokasi ayam Merawang Lokasi Air Pelempang Baturusa Ketapang Sembawa Total
Air Pelempang
Baturusa
Ketapang
Sembawa
Total
n
7
11
0
2
20
%
35,00
55,00
0,00
10,00
100,00
n
1
19
0
0
20
%
5,00
95,00
0,00
0,00
10,00
n
1
0
11
1
13
%
7,69
0,00
84,62
7,69
100,00
n
0
0
0
79
79
%
0,00
0,00
0,00
100,00
100,00
n
9
30
11
82
132
%
6,82
8,33
62,12
100,00
22,73
Nilai di atas dan di bawah diagonal nilai persentase kesamaan adalah jumlah sampel dan persentase yang memiliki nilai kesamaan di antara lokasi sampel
638
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Tabel 3. Matriks jarak genetik mahalanobis ayam Merawang di Bangka dan Sembawa Lokasi
Air Pelempang
Air Pelempang
Baturusa
Ketapang
Sembawa
2,79
4,87
8,09
5,77
9,91
Baturusa Ketapang
6,15
Sembawa
AP
AP
BR BR KT KT
SB SB
4
3
2
1
0
AP: Air Pelempang; BR: Baturusa, KT: Ketapang dan SB: Sembawa Gambar 2. Pohon fenogram dari empat lokasi ayam Merawang
Berdasarkan nilai jarak genetiknya, ayam Merawang yang berasal dari Air Pelempang memiliki nilai jarak genetik yang kecil di antara rumpun, masing-masing sebesar 2,79 (Air Pelempang – Baturusa), 4,87 (Air Pelempang – Ketapang), 5,77 (BaturusaKetapang). Adapun jarak genetik antar wilayah sangat besar, yaitu berkisar antara 6,15 (Ketapang- Sembawa), 8,09 (Air Pelempang – Sembawa) dan 9,91 (Baturusa – Sembawa). Hasil ini sangat mendukung peta penyebaran ayam Merawang menurut lokasi pengembangannya (Gambar 1), dimana ayam Merawang berdasarkan wilayah penyebaran, yaitu Provinsi Bangka Belitung dan BPTUSembawa, Sumatera Selatan. Semakin jelas bahwa ayam Merawang yang dikembangbiakkan di masing-masing wilayah sangat berbeda fenotipiknya. Perbedaan ini menjelaskan perbedaan tujuan pengembangbiakan ayam Merawang di dua wilayah tersebut. Adanya perbedaan ini mendorong penggalian informasi karakteristik
produksi, kemampuan adaptasi, dan ketahanan terhadap penyakit pada masing-masing ayam Merawang di lokasi berbeda bagi penentuan kebijakan pengembangan unggas lokal di Indonesia. Analisis kanonik Analisis kanonik digunakan untuk menentukan faktor pembeda di antara ayam Merawang di lokasi yang berbeda (Tabel 4). Terlihat bahwa hanya pada kanonik satu yang mempunyai korelasi cukup tinggi antara skor komponen utama dengan perubah ukuran-ukuran tubuh. Pada Tabel 4 tampak bahwa bobot badan (0,830), panjang punggung (0,884), panjang paruh (0,939), panjang femur (0,769), panjang shank (0,856) dan lingkar shank (0,743) pada kanonik kesatu yang dapat dipergunakan sebagai perubah pembeda dari ayam Merawang yang berasal dari Air Pelempang, Baturusa, Ketapang dan Sembawa dengan nilai total struktur kanonik positif yang relatif tinggi.
639
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Tabel 4. Total struktur kanonik Perubah
Kanonik 1
Kanonik 2
Kanonik 3
Bobot badan
0,830
0,296
-0,080
Lingkar dada
0,557
0,363
0,303
Panjang punggung
0,884
0,255
-0,007
Panjang sayap
0,091
-0,075
-0,127
Panjang leher
-0,759
0,035
0,199
Panjang paruh
0,939
-0,001
-0,096
Lebar paruh
-0,298
0,222
-0,140
Tinggi paruh
0,147
0,131
0,163
Lebar kepala
0,594
-0,118
-0,067
Panjang kepala
-0,383
-0,273
-0,291
Panjang femur
0,769
0,235
-0,391
Panjang tibia
0,213
0,283
-0,122
Panjang shank
0,856
-0,209
-0,067
Lingkar shank
0,743
0,152
-0,261
Tinggi jengger
0,191
0,205
-0,135
Panjang jengger
0,276
0,311
-0,153
Lebar jengger
0,186
0,161
-0,014
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Evaluasi morfometrik, ukuran tubuh ayam merawang dengan uji jarak mahalanobis menunjukkan bahwa ayam merawang di Sembawa-Palembang mempunyai ukuran tubuh yang berbeda dengan ayam Merawang di pulau Bangka (Air Pelempang, Baturusa dan Ketapang). Seleksi produksi telur pada ayam Merawang di BPTU Sembawa mengakibatkan perbedaan ukuran morfometrik tubuh dengan ayam di pulau Bangka.
ABUBAKAR, G.T. PAMBUDI dan SUNARTO. 2005. Performans ayam buras dan biosekuritas di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna dan Ayam. Pros. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan ayam lokal. Puslitbang Peternakan bekerjasama dengan Universitas Diponegoro, Semarang. hlm. 61 – 85. KUMAR, S., K. TAMURA, I.B. JAKOBSEN and M. NEI. 2001. Mega2: Molecular Evolutionary Genetics Analysis software, Arizona State University, Tempe, Arizona, USA. NEI, M. 1987. Molecular Evolutionary Genetic. Columbia University Press, USA. SAS. 1985. STATISTICS ANALYTICAL SYSTEM. SAS/STAT Guide for Personal Computer. Ver. 6.12. SAS Institute Inc. Cary, N.C.
640