Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional
MENGANGKAT POTENSI GENETIK DAN PRODUKTIVITAS AYAM GAOK TIKE SARTIKA1, S. SULANDARI2, MSA ZEIN2 dan S. PARYANTI2 1 Balai Penelitian Ternak-Ciawi Jl. Veteran PO Box-221-Bogor 16002 2 Bidang Zoologi, Puslitbang Biologi, LIPI
ABSTRAK Ayam Gaok merupakan plasma nutfah ayam lokal khas Madura yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ciri spesifik ayam Gaok adalah warna bulu betina bervariasi dengan leher lurik hitam putih. Warna bulu jantan lebih seragam memiliki warna dasar kehijauan dengan bulu penutup dan bulu leher putih silver kekuningan, bulu ekor hitam kuning kehijauan (wido), shank dan paruh berwarna kuning. Jengger dan pial berwarna merah terang berbentuk tunggal. Konstitusi gen pengontrol karakteristik eksternal ayam Gaok adalah ii e+e+ SS IdId pp. Ayam Gaok dapat dimanfaatkan sebagai ternak fancy terutama untuk ayam jantannya karena performansnya yang cantik serta suara kluruknya yang khas. Selain itu dapat digunakan sebagai ayam pedaging karena mempunyai bobot badan dan lingkar dada yang cukup besar. Bobot badan ayam Gaok jantan dapat mencapai 4 kg dan lingkar dadanya 42-45 cm. Ayam Gaok dapat dijadikan sebagai terminal sire yaitu ayam jantannya disilangkan dengan ayam betina lokal lainnya yang mempunyai produksi telur tinggi dan jarak genetik yang jauh, agar diperoleh efek heterosis positif serta mendapatkan performans dengan highbreed vigor yang tinggi. Upaya pelestarian ayam Gaok perlu dilakukan mengingat populasi ayam Gaok terbatas. Kata kunci: Ayam Gaok, potensi genetik, produktivitas, pemanfaatan, pelestarian
PENDAHULUAN Ayam Gaok merupakan ayam lokal asli Madura, yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai ayam pedaging maupun fancy. Keistimewaan ayam Gaok adalah kokoknya memiliki suara panjang mirip ayam Pelung yang terdapat di Cianjur, Jawa Barat. GAOK adalah kosakata lokal yang berarti suara panjang (MINGGU PAGI ONLINE, 2002). Ayam Gaok memiliki kesamaan dengan ayam Pelung baik suara maupun bobot badannya dan berasal dari Pulau Madura, maka ayam Gaok sering disebut ayam Pelung Madura. Namun pada ayam Gaok, kaki, shank, femur dan tibia tidak sepanjang ayam Pelung (NATAAMIJAYA dan DIWYANTO, 1994). Ayam Gaok betina bisa menyamai keistimewaan ayam Kedu yaitu merupakan ayam petelur, dan ayam ini mempunyai kekebalan tubuh yang baik, tahan terhadap serangan penyakit (MINGGU PAGI ONLINE, 2002). Sayangnya ayam Gaok belum banyak dikenal. Di Madura ayam Gaok banyak ditemui di Desa Gapurana, Poteran dan Palasa. Tiga desa ini berada di Pulau Puteran, termasuk wilayah Kecamatan Talango, Sumenep, Madura. Ciri spesifik ayam Gaok
adalah warna bulu betina bervariasi dengan leher lurik hitam putih. Warna bulu jantan lebih seragam memiliki warna dasar kehijauan dengan bulu penutup dan bulu leher putih silver kekuningan, bulu ekor hitam kuning kehijauan (wido), shank dan paruh berwarna kuning. Jengger dan pial berwarna merah terang berbentuk tunggal. Bobot tubuh besar, tegap dan gagah, pada jantannya bisa mencapai bobot 4 kg. Ayam Gaok jantan sangat cocok untuk dipelihara sebagai ayam hias karena penampilannya yang cantik namun suara kluruk jantannya sedikit berbeda dengan ayam Pelung. Untuk mengangkat potensi yang dimiliki ayam Gaok, dalam tulisan ini diuraikan karakter fenotipe kualitatif yang dilihat dari sifat-sifat kualitatif genetik eksternal dan nilai introgressi genetik dari penampilan ayam Gaok.
251
Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional
Kemudian karakter fenotipe kuantitatif ayam Gaok dilihat dari ukuran tubuh. Pemanfaatan ayam Gaok dilihat dari segi produktivitas baik pertumbuhan, produksi telur maupun kualitas telurnya, serta peningkatan produktivitas dengan seleksi ataupun persilangan yang didasarkan pada jarak genetik ayam Gaok yang dibandingkan dengan ayam lokal lainnya serta upaya pelestariannya. KARAKTERISTIK GENETIK EKSTERNAL AYAM GAOK Penampilan fenotipe ayam Gaok, berdasarkan karakteristik genetik eksternal disajikan pada Tabel 1. Ayam Gaok mempunyai warna bervariasi seperti ayam Kampung terutama didominasi tipe liar dengan corak bulu lurik, blorok sebanyak 70%. Pada ayam jantan terlihat agak seragam yaitu
mempunyai warna dasar hitam kehijauan dengan bulu penutup putih kuning keperakan sebanyak 90%. Ayam Gaok mempunyai warna ceker kuning atau putih dan bentuk jengger tunggal (single comb) yang ditunjukkan oleh frekuensi gen qId dan qp masing-masing sebesar 100% (Tabel 1). Berdasarkan konstitusi gen pengontrol karakteristik eksternal ayam Gaok adalah ii e+e+ SS IdId pp, yang berarti tampilan fenotipe ayam Gaok mempunyai pola bulu tipe liar dan keperakan, warna ceker (shank) kuning atau putih dan bentuk jengger tunggal. Pada ayam Kampung gen pengontrol karakteristik eksternalnya adalah ii e+e+ss idid PP, yaitu ayam Kampung mempunyai pola bulu tipe liar dan keemasan, warna ceker hitam, abu-abu atau kehijauan dan bentuk jengger pea (NISHIDA et al., 1982).
Tabel 1. Frekuensi gen pengontrol karakteristik genetik eksternal pada ayam Gaok Karakteristik Warna bulu
Lokus I-i
Pola bulu
E-e+-e
Kerlip bulu
S-s
Corak bulu Warna ceker
B-b (terkait seks) Id- id
Bentuk jengger
P-p
Gen qI qi qE qe+ qe
Genotipe/Fenotipe I- (putih) ii (berwarna) E- (hitam) e+- (tipe liar) ee (columbian) lainnya
qS qs qB qb qId qid qP qp
S- (keperakan) ss (keemasan) B- (Barred/lurik) bb (non barred)/ polos Id- (kuning/putih) idid (hitam, abu-abu, kehijauan) P- (Pea/kapri) pp (single/tunggal)
Frekuensi gen (%) 0 100 10 70 0 20 90 10 70 30 100 0 0 100
Sumber: SARTIKA et al. (2006a)
NILAI INTROGRESSI GENETIK AYAM GAOK Tampilan fenotipe ayam-ayam lokal di Indonesia dipengaruhi oleh adanya konstitusi gen dari ayam impor yang pernah didatangkan ke Indonesia puluhan tahun yang lalu seperti ayam ras White Leghorn (QWL), Barred Plymouth Rock (QBR) dan New Hampshire atau Rhode Island Red (QSR) (NISHIDA et al., 1980). Nilai introgressi gen (Q) atau nilai konstitusi genetik ayam Gaok dapat diketahui dari tampilan warna-warna bulu ayam Gaok tersebut. Nilai introgressi ini diperlukan untuk
252
mengetahui seberapa jauh warna-warna bulu ayam Gaok tercemar oleh ayam-ayam yang didatangkan dari luar negeri tersebut. Nilai Introgressi genetik dapat dihitung berdasarkan rumus NISHIDA (1980) seperti tertera pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa ayam Gaok terintrogressi oleh ayam Rhode Island Red untuk warna ceker kekuningan sebesar 30% dan Barred Plymouth Rock untuk corak bulu lurik sebesar 70% dan tidak terintrogressi oleh ayam White Leghorn untuk warna bulu putih. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tampilan warna bulu ayam Gaok
Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional
berbeda dengan ayam Kampung. Kesamaan ayam Gaok dengan ayam Kampung ditandai oleh pola bulu tipe liar (e+e+). Tabel 2. Nilai Introgressi (Q) bangsa ayam Rhode Island Red atau Hampshire (SR), White Leghorn (WL) dan Barred Plymouth Rock (BR) terhadap ayam Gaok serta kandungan gennya {1- (QSR + QWL + QBR)} Nilai introgressi (Q) QSR (qId-qB) QWL (qI) QBR (qB-qI) 1-(QSR + QWL +QBR)
Ayam Gaok (%) 30 0 70 0
Sumber: SARTIKA et al. (2006a)
Berdasarkan nilai frekuensi gen ayam Gaok yang tidak dipengaruhi oleh bangsa ayam ras dikemukakan SARTIKA et al. (2006a) disajikan pada Tabel 3. Diketahui bahwa ayam Gaok mengandung gen asli ayam Kampung yaitu hanya pada pola bulu tipe liar (qe+= 0,7), selebihnya fekuensi gen dominan yang mencirikan ayam Kampung tidak terdapat pada ayam Gaok, yaitu warna ceker/shank hitam (qid = 0) dan bentuk jengger pea (qP = 0). Frekuensi gen negatif untuk warna bulu hitam dan Columbian, serta kerlip bulu keemasan menandakan warna tersebut tidak terdapat pada ayam Gaok. Tabel 3. Frekuensi gen ayam Gaok yang tidak dimasuki darah ayam Eropa (qN) yaitu Rhode Island Red dan atau New Hampshire (SR), White Leghorn (WL) dan barred Plymouth Rock (BR) (N)
Frekuensi gen [q ] qE (N) = qE-qB qe+(N) = qe+ qe (N) = qe-QSR qS (N) = qS –qB qs (N) = qs –QSR qid(N) = qid p (N) q = qp-qid qP (N) = qP
Ayam Gaok -0,6 0,7 -0,3 0,2 -0,2 0 1 0
Sumber: SARTIKA et al. (2006a)
KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS DAN UKURAN TUBUH AYAM GAOK Ayam Gaok merupakan ayam pedaging, hal tersebut diperlihatkan dari bobot tubuh dan
lingkar dada yang cukup tinggi. Bobot tubuh ayam Gaok pada pengamatan ini untuk jantan dewasa sebesar 2,4 kg dan betinanya sebesar 2,1 kg (Tabel 4). NATAAMIJAYA dan DIWYANTO (1994) mengemukakan bahwa bobot tubuh ayam Gaok jantan dewasa berkisar 2,5-3,0 kg dan betinanya sebesar 2,0-2,4 kg. Ayam Gaok jantan dewasa dapat mencapai bobot 4 kg (MINGGU PAGI ONLINE, 2002). Demikian halnya dengan lingkar dada, lingkar dada ayam Gaok pada pengamatan ini sebesar 42-45 cm. Sebagai pembanding lingkar dada ayam Pelung tipe pedaging yaitu sebesar 43-50 cm (SULANDARI et al., 2006a) dan pada ayam Nunukan tipe dwiguna sebesar 37-42 cm (SARTIKA et al., 2006b). Ukuran tubuh lainnya seperti bagian-bagian kepala, dan kaki juga disajikan pada Tabel 4. Pada bagian kepala ukuran yang diamati adalah paruh, kepala dan jengger. Jengger ayam Gaok berbentuk tunggal dan ukurannya mempunyai variasi cukup tinggi baik pada tinggi, lebar maupun tebal jengger. Ukuran panjang kepala ayam Gaok hampir sama dengan yang dikemukakan NATAAMIJAYA dan DIWYANTO (1994) yaitu sebesar 4-6 cm. Ukuran kaki ayam Gaok tidak sepanjang ayam Pelung, untuk panjang shank, tibia dan femur masing-masing sebesar 10-12, 14-17 dan 12-13 cm (Tabel 4), sedangkan untuk ayam Pelung masing-masing sebesar 1013, 15-18 dan 13-15 cm (SULANDARI et al., 2006a). PEMANFAATAN AYAM GAOK Ayam Gaok dapat dimanfaatkan sebagai ternak fancy terutama untuk ayam Gaok jantan karena performansnya yang cantik serta suara kluruknya yang khas. Selain itu dapat digunakan sebagai ayam pedaging karena mempunyai bobot badan dan lingkar dada yang cukup besar seperti tertera pada Tabel 4. Produktivitas telurnyapun cukup baik sebagaimana dikemukakan NATAAMIJAYA dan SITORUS (1992) yaitu: Produksi telur selama 12 minggu 30,2 butir, bobot telur 46,7 gram, fertilitas 80,1%, daya tetas 79,4% dan mortalitas 15,3%. Demikian halnya untuk kualitas telur ayam Gaok cukup baik, dengan komposisi yaitu: bobot putih telur 24,2 gram, bobot kuning telur 16,5 gram, tinggi putih telur 4,1 mm, tinggi kuning telur 16 mm, warna
253
Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional
cukup tinggi, upaya seleksi sangat memungkinkan dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ayam Gaok tersebut. Selain itu apabila ayam Gaok akan dimanfaatkan sebagai ayam lokal pedaging komersial, ayam Gaok dapat dijadikan sebagai terminal sire yaitu ayam jantannya disilangkan dengan ayam betina lokal lainnya yang mempunyai produksi telur tinggi dan jarak genetik yang jauh.
kuning telur 8,89, bobot kerabang 5,6 gram dan haugh unit sebesar 64,7 (NATAAMIJAYA dan 1994). Namun demikian DIWYANTO, produktivitas dari ayam Gaok ini masih dapat ditingkatkan mengingat variasi bobot badan masih cukup tinggi yaitu sebesar 23-26% (Tabel 4). Variasi lebar pelvis yang diasumsikan berkorelasi positif dengan produksi telur juga sangat tinggi yaitu sebesar 42,4%. Dengan diketahuinya keragaman yang Tabel 4. Karakter fenotipe ukuran tubuh ayam Gaok No
Bagian tubuh
Ukuran minimum
Ukuran maksimum
Rataan
Koefisien variasi (%)
Kepala
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina
1 Panjang paruh (mm) 2 Lebar paruh (mm) 3 Tebal paruh (mm) 4 Panjang kepala (mm) 5 Lebar kepala (mm) 6 Tinggi jengger (mm) 7 Lebar jengger (mm) 8 Tebal jengger (mm) Badan 9 Bobot badan (kg) 10 Panjang badan (cm) 11 Lingkar dada (cm) 12 Panjang punggung (cm) 13 Panjang sayap (cm) 14 Panjang leher (cm) 15 Lebar pelvis (cm) Kaki 16 Panjang femur (cm) 17 Panjang tibia (cm) 18 Panjang shank (cm) 19 Lingkar shank (cm)
36,27 15,56 12,73 38,74 33,67 32,77 65,35 2,42
33,06 17,05 12,24 51,57 30,91 6,86 19,58 1,70
43,21 19,10 15,15 61,96 38,33 60 110 5,4
44,47 22,03 17,37 60,21 35,27 26,58 57,45 4,51
40,74 ± 3,88 17,54 ± 1,81 14,29 ± 1,36 52,09 ± 11,99 35,57 ± 2,44 49,26 ± 14,50 95,12 ± 25,78 3,81 ± 1,50
39,44 ± 3,72 19,16 ± 1,70 14,60 ± 1,61 54,57 ± 3,09 33,60 ± 1,53 17,61 ± 8,69 42,83 ± 14,36 2,92 ± 1,01
9,52 10,32 9,52 23,02 6,86 29,44 27,10 39,37
9,43 8,87 11,03 5,66 4,55 49,35 33,53 34,59
1,75 40 40 28 24 12 1,15
1,4 38 36 24 23 11 0,99
2,70 44 52 30 28 14 2,58
2,9 43 48 29 25 16 3,49
2,38 ± 0,55 42,00 ± 2,00 44,67 ± 6,43 29,33 ± 1,15 26,00 ± 2,00 12,67 ± 1,15 1,99 ± 0,74
2,14 ± 0,56 40,14 ± 1,57 42,14 ± 5,15 26,71 ± 2,06 23,71 ± 0,76 13,43 ± 1,62 1,98 ± 0,84
23,11 4,76 14,39 3,92 7,69 9,08 -
26,17 3,91 12,22 7,71 3,21 12,06 42,42
11 15 11 4
10 12 9 4
14 19 13 6
14 17 11 5
12.67 ± 1.53 17.33 ± 2.08 12.00 ± 1.00 5.33 ± 1.15
11.71 ± 1.50 14.29 ± 1.80 10.00 ± 0.82 4.43 ± 0.45
12.07 12.00 8.33 21.57
Sumber: SULANDARI et al. (2006a)
Kate Gaok Pelung Merawang Sentul Kalosi Kedu Putih Cemani Kedu Hitam Kampung Tolaki Nunukan Kapas Arab Silver Wareng Arab Golden 1
Gambar 1. Dendogram jarak genetik Neigbour-Joining dari beberapa ayam lokal Indonesia
254
12.81 12.59 8.20 10.16
Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional
Gambar 1 adalah dendogram jarak genetik beberapa rumpun ayam lokal Indonesia yang dibangun dari sekuen D-loop-mtDNA (SULANDARI et al., 2006b). Jarak genetik diperlukan sebagai acuan dalam melakukan persilangan. Untuk mendapatkan hasil persilangan yang baik dianjurkan melakukan persilangan antar rumpun yang mempunyai jarak genetik jauh, agar diperoleh efek heterosis positif serta mendapatkan performans dengan highbreed vigor yang tinggi. Dalam hal ini ayam Gaok jantan dapat digunakan sebagai terminal sire, karena mempunyai bobot badan yang tinggi dapat dikawinkan dengan ayam lokal lainnya yang mempunyai jarak genetik jauh seperti ayam Arab ataupun ayam Nunukan yang mempunyai produksi telur cukup tinggi, sehingga dihasilkan DOC untuk ayam pedaging final stock dalam jumlah banyak dengan pertumbuhan cepat. Perlu diperhatikan upaya persilangan ini diperuntukkan hanya untuk memanfaatkan sumberdaya genetik ayam lokal dengan tujuan komersial menghasilkan ayam pedaging lokal untuk dipotong. UPAYA PELESTARIAN Mengingat ayam Gaok merupakan plasma nutfah ayam lokal khas daerah Madura yang belum banyak dikenal serta populasinya terbatas (tidak diketahui), maka diperlukan upaya pelestarian dengan memperbanyak populasi. Dalam hal ini diperlukan peran pemerintah daerah yang melibatkan Dinas Peternakan setempat untuk melaksanakan upaya pelestarian tersebut. Pembentukan village breeding centre dengan melibatkan kelompok-kelompok peternak merupakan salah satu cara untuk memperbanyak populasi. Hal tersebut telah dilakukan pada upaya pelestarian ayam Nunukan di Pulau Nunukan, Kalimantan Timur (SARTIKA et al., 2006b) dan pembentukan kelompok-kelompok peternak ayam Sentul di Ciamis-Jawa Barat (ISKANDAR et al., 2005). Upaya pelestarian lainnya adalah diperlukan adanya lomba keindahan, kontes ayam Gaok baik dari performans maupun suaranya, sebagaimana telah dilakukan pada upaya pelestarian ayam Pelung di Cianjur-Jawa Barat (ISKANDAR dan SAEPUDIN, 2004). Salah satu upaya pelestarian yang cukup berhasil
yaitu dengan mempromosikan khasiat yang dimiliki ayam lokal jenis tertentu, sehingga ayam lokal tersebut banyak dicari orang dan berharga mahal seperti halnya ayam Cemani. Oleh karena itu potensi yang dimiliki ayam Gaok yaitu mempunyai suara yang khas dan penampilannya yang cantik perlu dipromosikan agar ayam Gaok mempunyai nilai ekonomi tinggi dari segi keindahannya. KESIMPULAN Ayam Gaok merupakan plasma nutfah ayam lokal khas daerah Madura yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ayam ini mempunyai keungggulan penampilan ayam jantannya yang cantik serta mempunyai kokok suara yang khas sehingga dapat dijadikan ternak fancy dan potensial sebagai ayam pedaging. Karakteristik eksternal ayam Gaok adalah ii e+e+ SS IdId pp, yang berarti tampilan fenotipe ayam Gaok mempunyai pola bulu tipe liar dan keperakan, warna ceker (shank) kuning atau putih dan bentuk jengger tunggal. Ayam Gaok jantan dapat digunakan sebagai terminal sire, karena mempunyai bobot badan yang tinggi sehingga dapat dikawinkan dengan ayam lokal lainnya yang mempunyai jarak genetik jauh, agar diperoleh efek heterosis positif serta mendapatkan performans dengan highbreed vigor yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA ISKANDAR, S., T. SUSANTI, S. SOPIYANA, K. SUAWARMAN, D. SARTIKA, NENNY F dan E. WAHYU. 2005. Identifikasi dan Inventarisasi Induk-Induk Petelur dan Pedaging Unggul dalam Upaya Pembentukan Nucleus Ayam Sentul Unggul di Mitra Kerjasama. Edisi Khusus. Kumpulan Hasil-hasil Pnelitian APBN Tahun Anggaran 2005. Balitnak, Ciawi, Puslitbangnak, Deptan. Hlm: 137-142. ISKANDAR, S dan Y. SAEPUDIN. 2004. Ayam Pelung: Karakter dan Manfaat. Plasma Nutfah ayam Pelung, www.balitnak.litbang.deptan.go.id. MINGGU PAGI ONLINE. 2002. Gaok Ayam Hias Asli Madura. Topik No.52 Th 54. Minggu V, Maret 2002. www.minggupagi.com NATAAMIJAYA, A.G dan K. DIWYANTO. 1994. Konservasi Ayam Buras Langka. Koleksi dan
255
Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional
Karakterisasi Plasma Nutfah Pertanian. Prosiding Review Hasil dan Program Penelitian Plasma Nutfah Pertanian. Hlm: 273-297. NATAAMIJAYA, A.G dan P. SITORUS. 1992. Program Konservasi Ayam Buras Langka. Laporan Penelitian. Proyek Penelitian Pemanfaatan dan Pelestarian Plasma Nutfah Pertanian. Badan Litbang Pertanian. NISHIDA T., K.NOZAWA, Y. HAYASHI, T. HASHIGUCHI dan S.S. MANSJOER. 1982. Body Measurement and Anlysis of External Genetic Characters of Indonesian Native Fowl. The Origin and Phylogeny of Indonesian Native Livestock. Res. Report 3: 73-83. NISHIDA T., K. NOZAWA, K. KONDO, SS. MANSJOER dan H. MARTOYO. 1980. Morphological and genetical studies in Indonesian native fowl. The origin and phylogeny of Indonesian native livestock. Res. Report I: 47-70.
256
SARTIKA,T., S. SULANDARI, MSA, ZEIN dan S. PARYANTI. 2006a. Karakter Fenotipe/Genetic Eksternal Ayam Lokal Indonesia. Bahan Laporan Akhir Penelitian Karakterisasi Molekuler Ayam Lokal Indonesia. Kompetitif Riset, LIPI. 16 Hlm. SARTIKA,T., S. SULANDARI, MSA, ZEIN dan S. PARYANTI. 2006b. Ayam Nunukan: Karakter dan Pemanfaatannya. Wartazoa, vol 16. Submit. SULANDARI, S., MSA ZEIN, T. SARTIKA dan S. PARYANTI. 2006a. Karakteristik Ayam Lokal di Indonesia. Draft Buku Panduan Hasil Kompetitif Riset. Pusat Penelitian BiologiLIPI. 103 Hlm. SULANDARI, S., MSA ZEIN, T. SARTIKA dan S. PARYANTI. 2006b. Karakterisasi Molekuler Ayam Lokal Indonesia. Kompetitif Riset. Final Report. Pusat Penelitian Biologi- LIPI.