EVALUASI KONTRIBUSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH UMKM PADA PENDAPATAN BPRS AL-SALAAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E)
Oleh: TRI BUDI NURAINI NIM. 1112046100028
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017 M
i
ii
iii
iv
ABSTRACT
Tri Budi Nuraini. NIM 1112046100028. Evaluation Contributions Musharaka Financing SMEs In Revenue BPRS Al-Salaam. Islamic Banking Studies Program, Faculty of Economics and Business, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438/2017 M. Income is often used as a benchmark in assessing the welfare of a society and a country's economic success. For entrepreneurs revenues must be suppressed so the greater the profit obtained in order to develop the business and improve the welfare of the employees. In this case the BPRS Al-Salaam had to compete with other dominant financial institutions and has grown rapidly to develop revenue and increase welfare of the employees. Keen competition should be followed by measures a good strategy to survive in the business world, do not forget to continue to evaluate that the products used in Musharaka financing continues to grow so BPRS Al-Salaam revenue also increased. This research used descriptive qualitative approach that organizes all the data through direct observation and interviews with employees of BPRS Al-Salaam who concerned to this research, then become source of primary data. Using analysis tools, namely SWOT method in the form of tables IFAS and EFAS.From this research, the Author get some findings, including that BPRS Al-Salaam has not maximize the opportunities, such as lack of promotion and lack of educate the public about Musharaka financing, however BPRS Al-Salaam also has some strength , such as the strategic location and just only few Islamic banks has been implemented musharaka contract, so it can be utilized to continue developing Musharaka financing and BPRS Al-Salaam revenue could grow more rapidly. It is evident from the data that obtained by the Author, the number of BPRS Al-Salaam revenue from Musharaka financing in 2015 increased 11.97%, amounted to 390 million IDR, - in 2016 increased 88.03% amounted to 2,867,602,495 IDR, It shows that the increase of BPRS Al-Salaam revenue from musharaka financing in 2015 and 2016 amounted to 3,257,602,495 IDR. Keywords: Musyarakah, Revenue, SWOT.
v
ABSTRAK
Tri Budi Nuraini. NIM 1112046100028. Evaluasi Kontribusi Pembiayaan Musyarakah UMKM Pada Pendapatan BPRS Al-Salaam. Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438/2017 M. Pendapatan sering dijadikan tolak ukur dalam mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dan keberhasilan perekonomian suatu negara. Bagi pengusaha pendapatan harus ditekan sedemikian rupa sehingga laba yang diperoleh semakin besar guna mengembangkan usahanya dan meningkatkan kesejahteraan karyawannya.Dalam hal ini BPRS Al-Salaam pun harus bersaing dengan lembaga keuangan lainnya yang dominan dan telah berkembang pesat guna mengembangkan pendapatan dan meningkatan kesejahteraan karyawannya. Persaingan yang tajam ini harus diikuti dengan langkah-langkah strategi yang baik untuk bisa bertahan di dunia bisnis, tak lupa pula untuk terus mengevaluasi agar produk yang digunakan yaitu pembiayaan musyarakah terus berkembang sehingga pendapatan BPRS Al-Salaam pun bertambah.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang mengorganisir semua data melalui observasi dan wawancara langsung dengan karyawan BPRS Al-Salaam yang bersangkutan dengan penelitian ini yang kemudian menjadi sumber data primer.Lalu menggunakan alat analisis yaitu metode SWOT berupa tabel IFAS dan EFAS.Dari hasil penelitian ini, penulis mendapatkan beberapa temuan, diantaranya bahwa BPRSAl-Salaambelum memaksimalkan peluang-peluang yang ada, seperti kurangnya promosi dan mengedukasi masyarakat mengenai pembiayaan musyarakah, namun BPRS Al-Salaam memiliki kekuatan yaitu dari lokasi yang strategis dan bank syariah lain masih sedikit yang melakukan akad musyarakah, sehingga ini bisa dimanfatkan untuk terus mengembangkan pembiayaan musyarakah dan pendapatan BPRS Al-Salaam bisa bertambah lebih pesat. Terbukti dari data yang di peroleh penulis jumlah pendapatan BPRS Al-Salaam dari pembiayaan musyarakah pada tahun 2015 naik 11,97% yaitu sebesar Rp 390.000.000,- pada tahun 2016 naik 88,03% yaitu sebesar Rp 2.867.602.495,-, Hal ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan pendapatan BPRS Al-Salaam dari pembiayaan musyarakah pada tahun 2015 dan 2016 adalah sebesar Rp 3.257.602.495. Kata kunci: Musyarakah, Pendapatan, SWOT.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I.
Data Pribadi Nama
: Tri Budi Nuraini
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Juli 1994 Alamat
: Jl. Haji Ilyas RT 09/07 No. 24 Lebak Bulus Cilandak Jakarta Selatan 12440
Email II.
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan MIS Al-Hidayah Lebak Lestari (2000 – 2006) MTSN 19 JAKARTA (2006 – 2009) MAN 11 JAKARTA (2009 – 2012) S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012 – 2017)
III.
Latar Belakang Keluarga Nama Ayah
: Abdul Ghofur
Nama Ibu
: Muryati
Alamat Orang Tua
: Jl. Haji Ilyas RT 09/07 No. 24 Lebak Bulus Cilandak Jakarta Selatan 12440
Anak ke/ dari IV.
: ke-3 dari 3 bersaudara
Pengalaman Organisasi 1. Kahfi BBC Motivator School 2012 (Angkatan 13)
vii
KATA PENGANTAR
ِب ْس ِب ِهَّلل ِبا ِهَّللال ْس ِبا ِهَّللال ِب ْس ِب Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW serta para sahabatnya yang telah membawa umatnya ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Dalam penyusunan skripsi ini, tidk sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi. Syukur Alhamdulillah, berkat kerja keras serta doa dan dorongan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu tugas akademis dalam menyelesaikan Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimaksih kepada: 1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Dr. Abdurrauf, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. viii
4. Bapak Muh. Fudhail Rahman, Lc.,MA.,selaku dosen pembimbing Akademik. 5. Ibu Yuke Rahmawati, M.A., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam proes penyusunan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah daan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis. 7. Pimpinan dan seluruh staff akademik dan staff perpustakaan Utama dan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Seluruh staff BPRS Al-Salaam khususnya Bapak Muhammad Fitriyadi selaku Kepala Cabang Cinere, Bapak Rifa’i, dan Kakak Fatasyah selaku spv. SDM & Umum yang telah meluangkan waktu serta selalu siap membantu penulis memperoleh data untuk kepentingan skripsi ini. 9. Kedua Orang tua tercinta, Ayahanda Abdul Ghofur, dan Ibunda Muryati yang selalu mendoakan, membesarkan, membimbing dan mendukung penulis baik moril maupun materiil tanpa pernah mengeluh dan berputus asa tetap memberikan motivasi kepada penulis dalam kondisi senang maupun susah. 10. Kakak-kakakku tersayang, Eko Feribady, SE, CiHC., Nurlaela, SH., Intan Purnamasari. SPd.i.,CHC., yang turut memberikan kontribusi, doa dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Keponakan
ix
ter-unch, Maulana Sheva Alief Habiebie, Nazzalul Baresi Qadrie Shidqie, Odelina Milan Nazihah Adzani yang turut memberikan semangat untuk penulis. 11. Sahabat terdekat, Devi Qothrunnida, Nur Sabila Istiana, Afwatul Mumtazah, Suci Rahayu, Siska Fitrini, Imam Maulana Fauzi, Siti Maria Al-Qiftya, Maidha Sari dan D’sky (Siti Maliha, Inda Lestari, Monica Carolina, Fazriyah Arafah Ulfa) untuk dukungan serta semua kenangan yang tidak terlupakan, semoga dimanapun kita berada, kita tidak pernah lupa masa dimana dan bagaimana kita dipertemukan. Kalian ter-baik. 12. Sepupu ter-love Poppy Dwi Utami dan Merry Kumala Sari, yang selalu memberikan semangat. Semoga kita selalu saling mengahangatkan. 13. Izhar Ibrahim, yang selalu mendukung dan saling support sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, semoga kita bisa meraih kesuksesan dan masa depan yang indah atas Ridho-Nya. 14. Sahabat seperjuangan Perbankan Syariah A 2012, Kelompok KKN The Art 2015 atas kebersamaan dan pengalaman kita selama ini, tetep solid dan silaturahmi jalan terus. Ditunggu kesuksesan kalian. 15. Kahfi BBC Motivator School, khususnya angkatan 13 yang selalu memberikan motivasi dan telah mengajarkan arti kehidupan yang sebenarnya. Kalian ter-baik. 16. Serta seluruh pihak yang telah berjasa namun belum mampu penulis sebutkan satu persatu.
x
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT membalasnya dengan yang lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap umat. Aamiin Yaa Rabbal A’lamiin.
Jakarta, Maret 2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI .......................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv ABSTRACT ............................................................................................................... v ABSTRAK ............................................................................................................. vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vii KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ..................................................................................................xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1 B. Identifikasi Masalah .........................................................................8 C. Pembatasan dan Rumusan Masalah..................................................8 D. Tujuan danManfaat Penelitian ..........................................................8 E. Sistematika Penulisan .....................................................................10
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pembiayaan.....................................................................................12 a. Pengertian Pembiayaan ............................................................12 b. Tujuan Pembiayaan ..................................................................13 c. Fungsi Pembiayaan ...................................................................13
xii
B. Akad Musyarakah .......................................................................... 15 a. Pengertian Musyarakah ........................................................... 15 b. Jenis-jenis Syirkah ................................................................... 19 c. Rukun dan Ketentuan syariah dalam Akad Musyarakah ........ 22 C. Sekilas tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ..............27 D. Bagi Hasil .......................................................................................29 E. Analisis SWOT...............................................................................33 a. Penegrtian SWOT .....................................................................33 b. Fungsi, Manfaat dan Tujuan Analisis SWOT ..........................37 c. Matriks Faktor Strategi Eksternal .............................................39 d. Matriks Faktor Strategi Internal ...............................................40 F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu..............................................44 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan .....................................................48 B. Objek dan Subjek Penelitian ..........................................................49 C. Sumber Data ...................................................................................49 a. Data Primer ...............................................................................49 b. Data Sekunder ..........................................................................49 D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................50 a. Wawancara ..............................................................................50 b. Observasi .................................................................................50 c. Angket .....................................................................................51
xiii
d. Dokumen .................................................................................51 e. Studi Kepustakaan ...................................................................52 E. Populasi dan Sampel.......................................................................52 F. Teknik Pengelolaan Data ................................................................52 G. Teknik Analisis Data ......................................................................53 BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...............................................55 a. Sejarah Singkat BPRS Al-Salaam ............................................55 b. Visi, Misis, Motto, dan Tujuan BPRS Al-Salaam ....................56 c. Produk-produk BPRS Al-Salaam .............................................57 d. Struktur Organisasi ...................................................................57 B. Prosedur Penyaluran Musyarakah Usaha Mikro Kecil dan Menengah di BPRS Al-Salaam ......................................................58 C. Pola Bagi Hasil Pembiayaan Musyarakah Terhadap UMKM Binaan BPRS Al-Salaam ...............................................................61 D. Analisis Perkembangan Pendpatan BPRS Al-Salaam ...................63 E. Analisis SWOT Pembiayaan Musyarakah .....................................64 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................79 B. Saran ...............................................................................................80 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................81 LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan BPRS di Seluruh Indonesia .............................................1 Tabel 1.2 Laporan keuangan Publikasi Triwulan BPRS Al-Salaam........................4 Tabel 2.1 Kriteria UMKM .....................................................................................29 Tabel 2.2 Matriks SWOT Kearns...........................................................................36 Tabel 2.3 Matriks EFAS ........................................................................................40 Tabel 2.4 Matriks IFAS .........................................................................................42 Tabel 2.5 Tinjauan (Review) KajianTerdahulu ......................................................45 Tabel 4.1 Pendapatan Pembiayaan Musyarakah BPRS Al-Salaam .......................63 Tabel 4.2 Matriks IFAS Pembiayaan Musyarakah UMKM ..................................66 Tabel 4.3 Matrik EFAS Pembiayaan Musyarakah UMKM ...................................68 Tabel 4.4 Matriks Strategi SWOT .........................................................................70 Tabel 4.5 Perhitungan SKOR IFAS .......................................................................71 Tabel 4.6 Perhitungan SKOR EFAS ......................................................................73
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Konsep Peneletian .............................................................12 Gambar 2.1 Kuadran Pearce dan Robinson ...........................................................47 Gambar 3.1 Diagram Alur Metodologi Penelitian .................................................54 Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPRS Al-Salaam ................................................58 Gambar 4.2 Diagram Analisis SWOT terhadap Pembiayaan Musyarakah ...........75 Gambar 4.3 Diagram Matriks SWOT Pembiayaan Musyarakah ...........................76
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perbankan syariah berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan antara unit-unit ekonomi yang mempunyai kelebihan dana dengan unit-unit lain yang yang mengalami kekurangan dana. Karenanya untuk menjalankan fungsi intermediasi tersebut, lembaga perbankan syariah akan melakukan kegiatan usaha berupa penghimpunan dana, menyalurkan dana serta menyediakan berbagai jasa transaksi keuangan kepada masyarakat.1 Maraknya perkembangan perbankan syariah juga diakui dengan perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya dan kegiatan ekonomi yang diidentifikasikan sesuai dengan prinsip syariah salah satunya yaitu BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah), yang merupakan lembaga keuangan rakyat yang beroperasi berdasarkan sistem syariah Islam. Kegiatan pokok BPRS diarahkan pada usaha produktif, investasi, dan UMKM. Tabel 1.1Perkembangan BPRS di Seluruh Indonesia (Juta Rupiah (in Million IDR) Tahun
2015
2016
Unit
163 unit
166 unit
2017 (Januari) 166 unit
Asset
Rp 7.739.270
Rp 9.157.801
Rp 9.531.993
1
Burhanuddin S. AspekHukum Lembaga keuangan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.57
17
Pembiayaan
Rp 5.765.171
Rp 6.662.556
Rp 6.710.400
Laba
Rp 137.719
Rp 159.003
Rp 22.771
Sumber :www.ojk.go.id Berdasarkan tabel diatas bahwa perkembangan BPRS di seluruh Indonesia terbukti dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Dilihat dari banyaknya unit BPRS di tahun 2015 sebanyak 163 unit, dan naik 3 unit menjadi 166 di tahun 2016. Ditinjau dari asset BPRS, bahwa di tahun 2015 yaitu sebesar Rp 7.739.270.000.000 kemudian naik menjadi Rp 9.157.801.000.000 di tahun 2016. Sedangkan dari segi pembiayaan di tahun 2015 senilai Rp 5.765.171.000.000 dan naik sebesar Rp 6.662.556.000.000, dan kalau dilihat dari segi laba BPRS mendapatkan laba sebesar Rp 137.719.000.000 di tahun 2015, dan naik kembali di tahun 2016 sebesar Rp 159.003.000.000. Melihat dari keadaan tersebut, bahwa BPRS mampu bersaing dengan perbankan lainnya yang lebih dulu bekecimbung di dunia perbankan. Terbukti dari peningkatan yang terus naik dari segi unit yang bertambah, asset, pembiayaan bahkan dari segi laba. BPRS merupakan lembaga komersial yang berfungsi sebagai mediator antara masyarakat yang memiliki kelebihan dana dengan yang kekurangan atau yang membutuhkan dana untuk usaha-usaha produktif melalui pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, juga menumbuhkembangkan usaha mikro dan usaha kecil dalam menjalankan bisnisnya. BPRS mampu mengurangi angka pengangguran baik yang telibat sebagai karyawan BPRS maupun UMKM.
18
Berdirinya
BPRS
di
Indonesia
selain
didasari
oleh
tuntutan
bermuamalah secara islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagian besar umat islam di Indonesia, juga sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan keuangan, moneter, perbankan secara umum. 2 BPRS dapat menjadi mediator antara pemilik kelebihan dana dan pihak yang memerlukan dana untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang memberikan penyaluran dana atau pembiayaan. Dimana pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihakpihak yang merupakan defisit (kekurangan dalam kas keuangan) unit.3 Sebagai lembaga intermediasi keuangan selain melakukan kegiatan penghimpunan dana juga menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan, salah satunya ialah dengan prinsip bagi hasil yaitu melalui Akad Musyarakah. Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha pemilik dana/modal bekerja sama sebagai mitra usaha, membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan.4 Melalui pembiayaan musyarakah, kebutuhan nasabah untuk mendapat tambahan modal dapat terpenuhi setelah mendapatkan pembiayaan dari bank. Bagi bank, pembiayaan ini memberikan manfaat berupa keuntungan bagi
2
Warkum Sumitro,S.H., M.H., Asas-asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada) h. 129 3 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) Cet. Ke-1, h.160 4 Rinda Hesti K. Sistem Informasi Perbankan Syariah. (Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2013). h.51
19
hasil, bank juga akan mendapatkan fee besad income (administrasi, komisi asuransi dan komisi notaris).5Nadratuzzaman Hosen (2009) mengatakan, bagi Bank Syariah, penerapan skim musyarakah mutanaqisah harus mendapatkan keuntungan sama atau lebih besar apabila Bank menerapkan musyarakah plus resiko yang sama atau lebih kecil.6 Dalam hal ini BPRS Al-Salaam ikut berperan untuk mendistribusikan pembiayaan musyarakah melalui penyaluran dana berupa pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang memerlukan permodalan. BPRS membantu memberikan permodalan kepada nasabah yang memerlukan modal untuk mengembangkan usaha yang akan dikembangkan. Lokasi yang strategis karena berdekatan dengan Pasar Swalayan dan dikelilingi oleh Usaha Mikro Kecil
Menengah
(UMKM)
yang
memungkinan
untuk
membantu
mengkembangkan usaha mereka atau masyarakat yang kekurangan modal. Tabel 1.2 Laporan Keuangan Publikasi Triwulan BPRS Al-Salaam Amal Salman Per September (Ribuan Rp) 2013 Murabahah
2014
2015
2016
Total
190.419.245 149.770.940 144.877.546 159.516.475 644.584.206
Mudharabah
763.475
3.822.225
2.391.975
4.145.520
11.123.194
Musyarakah
1.000.000
-
890.000
350.000
2.240.000
Sumber:www.bprsalsalaam.co.id
5
Burhanuddin S. AspekHukum Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu),h.68 Nadratuzzaman Hosen “ Musyarakah Mutanaqisah”, (Al-Iqtishad: 2009) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6
20
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkembangan pembiayaan musyarakah di BPRS Al-Salaam di tahun 2013 yaitu sebesar
Rp 1 M,
kemudian turun kembali menjadi 0 (nol) di tahun 2014, dan naik kembali di tahun 2015 menjadi Rp 890.000.000 dan mengalami penurunan kembali ditahun 2016 sebesar Rp 350.000.000. Melihat keadaan tersebut, bahwa ada kurangnya optimalisasi baik dari pihak BPRS ataupun dari masyarakat yang kurang mengetahui banyak tentang produk penyaluran pembiayaan musyarakah ini padahal lokasi yang sudah strategis yaitu dekatnya dengan pasar swalayan dan dikelilingi dengan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). UMKM sangat penting karena karekteristik-karekteristik utama mereka yang berbeda-beda dengan Usaha Besar (UB). Usaha mikro khususnya usaha kecil menengah memiliki peranan yang sangat penting karena mereka relatif tahan banting mengahadapi krisis, namun usaha kecil dan menengah banyak mempunyai kendala, seperti kekurangan modal, dan minimnya manajerial. Salah satu langkah nyata yang harus dilakukan untuk menumbuh kembangkan yaitu dengan cara menyediakan alternatif pembiayaan salah satunya adalah pembiayaan musyarakah. Badan Pusat Statistik (2003) mengidentifikasikan permasalahan umum yang dihadapi oleh UMKM adalah (1) Kurang permodalan, (2) Kesulitan dalam pemasaran, (3) Persaingan usaha ketat, (4) Kesulitan bahan baku, (5) Kurang teknis produksi dan keahlian, (6) Keterampilan manajerial kurang, (7)
21
Kurang pengetahuan manajemen keuangan, dan (8) Iklim usaha yang kurang kondusif (perijinan, aturan/perundangan).7 Dalam perekonomian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sangat penting terutama untuk memperluas penyerapan tenaga kerja dan peningkatan distribusi pendapatan sehingga diharapkan dapat mengurangi kemiskinan. Seperti sering dikatakan didalam literatur, satu keunggulan dari UMKM adalah tingkat fleksibilitas yang tinggi relatif terhadap pesaingnya. Dalam Berry dkk. (2001), kelompok usaha ini dilihat sangat penting di industri-industri yang tidak stabil atau ekonomi-ekonomi yang menghadapi perubahan-perubahan kondisi pasar yang cepat.8 Pendapatan sering dijadikan tolak ukur dalam mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dan keberhasilan perekonomian suatu negara. Bagi pengusaha pendapatan harus ditekan sedemikian rupa sehingga laba yang diperoleh semakin besar guna mengembangkan usahanya dan meningkatkan kesejahteraan karyawannya.Dalam hal ini BPRS Al-Salaam pun harus bersaing dengan lembaga keuangan lainnya yang dominan dan telah berkembang pesat guna mengembangkan pendapatan dan meningkatan kesejahteraan karyawannya. Persaingan yang tajam ini harus diikuti dengan langkah-langkah strategi yang baik untuk bisa bertahan di dunia bisnis. Namun, tak lupa pula untuk terus mengevaluasi agar pembiayaan musyarakahpun terus berkembang sehingga pendapatan BPRS Al-Salaam bertambah. 7
Sri Winarni, 2006. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Melalui Peningkatan Aksesibilitas Kredit Perbankan. Infokop Nomor 29 Tahun XXII, 2006. 8 Dr. Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia (Bogor: Ghalia Indonesi, 2009) h. 4
22
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Hasilhasil evaluasi dimaksudkan untuk menjadi umpan balik untuk perencanaan kembali. Evalusi adalah “proses bersistem dan objektif yang menganalisa sifat dan ciri pekerjaan didalam perusahaaan atau organisasi”. 9 Evaluasi sebagai salah satu fungsi manajemen untuk mempertanyakan efektifitas efisiensi pelaksanaan dari suatu rencana sekaligus mengukur se-objektif mungkin hasil-hasil pelaksanaan itu dengan ukuran-ukuran yang didapat diterima dari pihak-pihak yang mendukung maupun yang tidak mendukung sesuatu rencana.Selain itu tujuan evaluasi juga sebagai alat untuk menilai apakah pembiayaan tersebut memberikan kontribusi dan apakah yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak. Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai evaluasi pembiayaan musyarakah UMKM dengan menuangkannya pada skripsi yangberjudul “Evaluasi Kontribusi Pembiayaan Musyarakah UMKM Terhadap Pendapatan BPRS Al-Salaam”
B. Identifikasi Masalah 1) Pembiayaan musyarakah di BPRS Al-Salaam mengalami peningkatan dan penurunan yang fluktuatif. 2) Masyarakat belum memahami bagi hasil dari pembiayaan musyarakah yang sesuai dengan porsinya.
9
Firman B Aji dan Martin Sirait, PDE Perencanaan dan Evaluasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), h. 30
23
3) Kurangnya pengedukasian kepada masyarakat mengenai pembiayaan musyarakat. C. Pembatasan dan Rumusan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih fokus dan terarah, penulis akan membatasi masalah berkisar pada seberapa besar perubahan tingkat pendapatan BPRS Al-Saalam melalui pembiayaan musyarakah pada UMKM. Berdasarkan
batasan
masalah
penelitian
tersebut,
maka
untuk
mempermudah pembahasan, penulisan merumuskan masalahnya sebagai berikut: a. Bagaimana pola bagi hasil pembiayaan musyarakah terhadap UMKM binaan BPRS Al-Salaam? b. Bagaimana perubahan tingkat pendapatan BPRS Al-Salaam melalui pembiayaan musyarakah UMKM? c. Bagaimana evaluasi kontribusi pembiayaan musyarakah UMKM terhadap pendapatan BPRS Al-Salaam?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dengan adanya perumusan masalah diatas, tentunya ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut: a) Untuk menjelaskan pola bagi hasil pembiayaan musyarakah UMKM di BPRS Al-Salaam.
24
b) Untuk menjelaskan perubahan tingkat pendapatan BPRS Al-Salaam melalui pembiayaan musyarakah UMKM. c) Untuk menjelaskan evaluasi kontribusi pembiayaan musyarakah UMKM terhadap pendapatan BPRS Al-Salaam melalui analisis SWOT. 2. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan manfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi BPRS Al-Salaam, penelitian ini diharapkan menjadi masukkan diantaranya menentukan strategi, peluang dan opportunity untuk terus mengembangkan pembiayaan musyarakah. 2. Bagi pihak akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji tentang evaluasi pembiayaan terhadap pendapatan perbankan. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan menjadi ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi masyarakat terutama kepada masyarakat yang tertarik pada ekonomi syariah, perbankan syariah. 4. Bagi penulis, penelitian ini untuk menjelaskanperubahan tingkat pendapatan BPRS Al-Salaam melalui pembiayaan musyarakah UMKM dan menjelaskan mengenai evaluasi kontribusi pembiayaan musyarakah UMKM terhadap pendapatan BPRS Al-Salaam melalui analisis SWOT. E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penyusunan, skripsi ini dibagi dalam lima bab yang
25
memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub bab yang mempertajam ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan menjadi kesatuan yang saling menjelaskan sebagai satu pemikiran. BAB I:
PENDAHULUAN Merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai acuan pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi global skripsi yang berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II:
TINJAUAN TEORITIS Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan tentang, teori mengenai pengertian pembiayaan, musyarakah, sekilas tentang usaha mikro kecil dan menengah, SWOT serta review study terdahulu.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Membahas tentang jenis penelitian dan pendekatan yang akan digunakan, sumber data, serta teknik pengumpulan data. BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAAN Membahas tentang sejarah singkat berdirinya BPRS Al-Salaam, visi, misi, produk-produk pembiayaan serta struktur organisasi, prosedur penyaluran pembiayaan musyarakah padaa usaha kecil dan menengah , pola bagi hasil pembiayaan musyarakah terhadap UMKM binaan BPRS Al-Salaam,serta perubahaan tingkat
26
pendapatan BPRS Al-Salaam melalui pembiayaan musyarakah pada UMKM, melalui dari data-data yang diperoleh dan diteliti, sehingga diketahui hasilnya, yang kemudian dilakukan analisis terhadap hasil guna mendapatkan kesimpulan. BAB V:
KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan saran-saran baik untuk lembaga sehingga lembaga bisa lebih optimal dalam penyaluran.
27
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pembiayaan a. Pengertian Pembiayaan Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefiniskan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.10 Menuurut M. Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.11 Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menyatakan: “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyedian uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.”12
10
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005) h. 304 Muhammad Syafi’i Antonio,Bank Syariah dari Teori kePraktek, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001) h.160 12 UU NO. 10 Tahun 1998 TentangPerbankan, ayat 1 pasal 12. 11
28
Pada bank konvensional aktivitas pembiayaan lebih dikenal dengan istilah kredit yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan pesetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjaman melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.13 b. Tujuan Pembiayaan Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesui dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya
pengusaha
yang
bergerak
dibidang
industri,
pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.14 c. Fungsi Pembiayaan Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya. Masyarakat merupakan individu, pengusaha, lembaga, badan usaha,dan lain-lain yang membutuhkan dana. Secara rinci pembiayaan memiliki fungsi antara lain :15
13
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet, Ke-4, h. 92. 14 Yusuf, Ayus Ahmad, dan Abdul Aziz, Manajemen Operasional Bank Syariah, (Cirebon :STAIN, 2009), h. 68 15 Drs. Ismail, MBA., Ak, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 108
29
1) Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang dan jasa. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar barang, hal ini seandainya belum tersedia uangsebagai alat pembayaran, maka pembiayaan akan membantu melancarkan lalu lintas perkaran barang dan jasa. 2) Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuuk memanfaatkan idle fund. Bank dapat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. Pembiayaan merupakan satu cara untuk mengatasi gap antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang membutuhkan dana. Bank dapat memanfaatkan dana yang idle untuk disalurkan kepada pihak yang membutuhkan. 3) Pembiayaan sebagai alat pengendali harga Ekspansi pembiaayan akan mendorong meningkatnya jumlah uang yang beredar dan peningkatan peredaran uang akan mendorong kenaikan harga. Sebaliknya pembatasan pembiayaan, akan berpengaruh pada jumlah uang yang beredar, dan keterbatasan uang yang beredar dimasyarkat memiliki dampak pada penurunan harga. 4) Pembiayaan dapat mengakftikan dan meningkatan manfaat ekonomi yang ada.
30
Pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang diberikan oleh bank syariah memiliki dampak pada kenaikan makro-ekonomi. Mitra (pengusaha), setelah mendapatkan pembiayaan dari bank syariah, akan memproduksi barang, mengolah bahan baku, menjadi barang jadi, meningkatkan volume perdagangan, dan melaksanakan kegiataan ekonomi lainnya. B. Akad Musyarakah a. Pengertian Musyarakah Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing – masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.16 Musyarakah
disebut
juga
dengan
syirkah,
merupakan
aktifitasberserikat dalam melaksanakan usaha bersama antar pihak-pihak yang terikat. Menurut Afzalur Rahman, seorang DeputySecretary General in The Muslim School Trust, secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Istilah lain dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan.17 Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK No. 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
16
Firdaus N.H. Muhammad Dr., et, al., Konsep dan Implementasi Bank Syariah ( Jakarta: Rendisan, 2004) Cet. Ke-1. 17 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta : Salemba Empat, 2012) h. 142
31
usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerrugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Para mitra bersamasama menyediakan dana untuk mendanai sebuah usaha tertentu dalam masyarakat, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru, selanjutnya salah satu mitra dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati
nisbahnya
secara
betahap
atau
sekaligus
kepada
mitra
lain.Investasi musyarakah dapat dalam bentuk kas, setara kas atau aset nonkas. Musyarakah merupakan akad kerja sama di antara para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu dan bekerja bersama mengelola usaha tersebut. Modal yang ada harus digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizin mitra lainnya. Setiap mitra harus memberikan kontribusi dalam pekerjaan dan ia menjadi wakil Mitra lain juga sebagai agen bagi usaha kemitraan. Sehingga seorang mitra tidak dapat lepas tangan dari aktivitas yang dilakukan mitra lainnya dalam menjalankan aktivitas bisnis yang normal. Dengan bergabungnya dua orang atau lebih, hasil yang diperoleh diharapkan jauh lebih baik dibandingkan jika dilakukan sendiri, karna
32
didukung oleh kemampuan akumulasi modal yang lebih besar, relasi bisnis yang lebih luas, keahlian yang lebih beragam, wawasan yang lebih luas, pengendalian yang lebih tinggi dan lain sebagainya. Apabila usaha tersebut untung maka keuntungan akan dibagikan kepada para mitra sesuai dengan nisbah yang telah disepakati (baik persentase maupun periode harus secara tegas dan jelas ditentukan di dalam perjanjian), sedangkan bila rugi akan didistribusikan pada para mitra sesuai dengan porsi modal dari setiap mitra. Hal tersebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan Syariah yaitu bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam suatu transaksi harus bersama-sama menanggung (berbagi) risiko. Pada dasarnya, atas modal yang ditanamkan tidak boleh ada jaminan dari mitra lainnya karena bertentangan dengan prinsip untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi). Namun demikian, untuk mencegah mitra melakukan kelalaian, melakukan kesalahan yang disengaja atau melanggar perjanjian yang sudah disepakati, diperbolehkan meminta jaminan dari mitra lain atau pihak ketiga. Tentu saja jaminan ini baru dapat dicairkan apabila terbukti ia melakukan penyimpangan. PSAK No. 106 Pas 7 memberikan beberapa contoh kesalahan yang disengaja yaitu: (a) pelanggaran terhadap akad; antara lain, penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya dan pendapatan operasional; atau (b) pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah. Dalam musyarakah, dapat ditemukan alokasi ajaran Islam tentang taa‟wun (gotong royong), ukhuwah (persaudaraan) dan keadilan. Keadilan
33
sangat terasa ketika penentuan nisbah untuk pembagian keuntungan yang bisa saja berbeda dari porsi modal karena disesuaikan oleh faktor lain selain modal misalnya keahlian, pengalaman, ketersediaan waktu dan sebagainya. Selain itu keuntungan yang dibagikan kepada pemilik modal merupakan keuntungan riil, bukan merupakan nilai nominal yang telah ditetapkan sebelumnya seperti bunga/riba. Prinsip keadilan juga terasa ketika orang yang punya modal lebih besar kan menanggung risiko finansial yang juga lebih besar. Selain musyarakah, terdapat juga kontrak investasi untuk bidang pertanian yang pada prinsipnya sama dengan prinsip syirkah. Bentuk kontrak bagi hasil yang diterapkan pada tanaman pertanian setahun dinamakan muzara‟ah. Bila bibitnya berasal dari pemilik tanah, maka disebut mukhabarah. Sedangkan bentuk kontrak bagi hasil yang diterapkan pada tanaman pertanian tahunan disebut musaqat. Untuk menghindari persengketaan di kemudian hari, sebaiknya akad kerja sama dibuat secara tertulis dan dihadiri oleh para saksi. Akad atau perjanjian tersebut harus mencakup berbagai aspek antara lain terkait dengan besaran modal dan penggunaannya (tujuan usaha musyarakah), pembagian kerja di antara mitra, nisbah yang digunakan sebagai dasar pembagian laba dan periode pembagiannya dan lain sebagainya. Apabila terjadi suatu hal yang tidak diinginkan, atau terjadi persengketaan, para pihak dapat merujuk kepada kontrak yang telah disepakati bersama.
34
Apabila terjadi sengketa dan tidak terdapat kesepakatan antara para pihak yang bersengketa maka penyelesaiannya dilakukan berdasarkan keputusan institusi yang berwenang, misalnya badan arbitrasi syariah. b. Jenis-jenis Syirkah Menurut syariat islam, syirkah atau musyarakah dibagi menjadi 2 jenis yaitu syirkah al-milk (sharikat al-mulk) dan syirkah al-uqud(sharikat „aqad) a) Syirkah al-milk Syirkah al-milk dapat diartikan sebagai kepemilikan bersama anara pihakyang berserikat dan keberadaanya muncul pada saaat dua orang atau lebihsecara kebetulan memperoleh kepemilikan bersama atas suatu kekayaan tanpa adaanya perjanjian kemitraan yang resmi. Syirkah almilk biasanya berasal dari warisan. Pendapatan atas barangini akan dibagi hingga porsi hak atas warisan itu sampai dengan barang warisan itu dijual syirkah al-milk muncul bukan karna adanya kontrak, tetapi karna suka rela dan terpaksa. b) Syirkah Al-Uqud Syirkah Al-Uqud(contractual partnership),
dapat dianggap sebagai
kemitraan yang sesungguhnya, karna pihak yang bersangkutan secara sukarela berkeinginan untuk membuat suatu perjanjian investasi bersama dan berbagi untung dan risiko. Dalam syirkah al-uqud dapat dilakukan tanpa adanya perjanjian formal atau dengan perjanjian seacara tertulis dengan diseratai para saksi.
35
Syirkah al-uqud dibagi menjadi 5 jenis:18 i. Syirkah mufawwadah Merupakan akad kerja sama usaha antara 2 pihak atau lebih ,yang masing-masing pihak harus menyerahkan dengan modal dengan porsi modal yang sama dan hasil bagi atas usaha atau resiko ditanggung bersama dengan jumlah yang sama. Dalam syirkah mufawwadah, masing-masing mitra usaha memiliki hak dan tanggung jawab yang sama ii. Syirkah inan Merupakan akad kerjasama usaha antara dua orang atau lebih yang masing-masing mitra kerja harus menyerahkan dana untuk modal yang porsi modalnya tidak harus sama.
Pembagian hasil usaha
sesuai dengan kesepakatan, tidak sesuai dengan kontribusi dana yang diberikan. Dalam syirkah inan, masing-masing pihak tidak harus menyerahkan modal dalam bentuk uang tunai saja, akan tetapi dapat dalam bentuk aset atau kombinasi antara uang tunai dan aset atau tenaga. Masing-masing pihak yang bermitra, pada umumnya memiliki keahlian yang berbeda-beda, sehingga pembagian hasil keuntungan tidak harus sama atau sesuai dengan porsi dana yang ditemaptkan, akan tetapi pembagian keuntungan harus disepakati di awal kontrak dan ditulis dalam kontrak. iii. Syirkah wujuh
18
Drs.Ismail,MBA., Ak, Perbankan Syariah, (Jakarata : Kencana, 2011) h.177
36
Merupakan akad kerjasama usaha antara dua orang atau lebih yang mana masing-masing mitra kerja memiliki reputasi dan prestise dalam bisnis. Para mitra dapat mempromosikan bisnisnya sesuai dengan keahlian masing-masing, dan keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak. Dalam syirkah wujuh, tidak diperlukan modal dalam bentuk uang tunai, para mitra dapat menggunakan agunan milik masing-masing untuk digunakan dalam membeli barang secara kredit, kemudian barang itu dijual, dan hasil keuntungan atas penjualan barang itu di bagi sesuai porsi agunan yang diserahkan. iv. Syirkah a‟mal Syirkah a‟mal disebut juga dengan syirkah abdan merupakan akad kerjasama usaha yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih, masingmasing mitra usaha memberikan sumbangan atas keahliannya dalam mengolah bisnis. Dalam syirkah amal tidak perlu adanya modal dalam bentuk uang tunai, akan tetapi modalnya ialah keahlian dan profesionalis memasing-masing mitra kerja. Hasil usaha atas kerjasama usaha dalam syirkah a‟mal akan dibagi sesuai nisbah bagi hasil yang telah disepakati antara pihak yang bermitra. v. Syirkah mudharobah Merupakan kerja sama usaha antara dua pihak sebagai shahibulmaal yang menyediakan dana 100% untk keperluan usaha dan pihak lain
37
tidak menyerahkan modal dan hanya sebagai pengelola atas usaha yang dijalankan, disebut mudharib. Terlepas dari jenisnya, akad kerja sama dibolehkan secara syariah asalkan memenuhi rukun dan ketentuan syariahnya. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK):19 1. Musyarakah Permanen Musyarakah Permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK No. 106 par 04). Contohnya, antara mitra A dan mitra P yang melakukan akad musyarakah menanamkan modal yang jumlah awal masing-masing Rp. 20.000.000, maka sampai akhir masa akad syirkah modal mereka masing-masing tetap Rp. 20.000.000. 2. Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah Musyarakah Menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pihak akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha musyarakah tersebut. (PSAK No. 106 par 04) contohnya, antara mitra A dan mitra P melakukan akad musyarakah Mitra P menanamkan Rp. 10.000.000 dan mitra A menanamkan Rp. 20.000.000. Seiring berjalannya kerja sama akad musyarakah tersebut, modal mitra P Rp. 10.000.000 tersebut akan
19
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta : Salemba Empat, 2012) h. 143
38
beralih kepada mitra A melalui pelunasan secara bertahap yang dilakukan oleh mitra A. c. Rukun dan ketentuan syariah dalam akad musyarakah20 Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip kemitraan dan kerja sama antara pihak-pihak yang terkait untuk meraih kemajuan bersama. Unsur-unsur yang harus ada dalam akad musyarakah ada empat, yaitu: 1. Pelaku terdiri atas mitra 2. Objek musyarakah berupa modal dan kerja 3. Ijab kabul/serah terima 4. Nisbah keuntungan Ketentuan syariah: 1. Pelaku: para mitra cakap hukum dan baligh 2. Objek musyarakah Merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukannya akad musyarakah yaitu harus ada modal dan kerja. a. Modal 1) Modal yang diberikan harus tunai 2) Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, aset perdagangan, atau aset tidak berupa seperti lisensi, hak paten dan sebagainya.
20
Ibid,h 147
39
3) Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu dan harus desepakati bersama. 4) Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak dibolehkan pemisahan modal ari masing-masing pihak untuk kepentingan khusus. Misalnya, yang satu khusus membiayai pembelian bangunan, dan yang lain untuk membiayai pembelian perlengkapan. 5) Dalam kondisi normal, setiap mitra meliki hak untuk mengelola aset kemitraan. 6) Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian juga meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal musyarakah, menyumbang atau menghadiahkan uang tersebut. Kecuali, mitra lain telah menyepakatinya. 7) Seorang
mitra
tidak
diizinkan
untuk
mencairkan
atau
menginvestasikan modal itu untuk kepentingannya sendiri. 8) Pada prinsipnya dalam musysrakah dalam musyarakah tidak boleh ada penjaminan modal, seorrang mitra tidak bisa menjamin modal mitra lainnya, karena musyarakah didasarkan didasarkan pinsip al ghunmu bi al ghurni-hak untuk mendapatkan keuntuungan berhubungan dengan risiko yang diterima. Namun demikian, seorang mitra dapat meminta mitra lain menyediakan jaminan dan baru dapat dicairkan apabila
40
mitra tersebut melakukan kelalaian atau kesalahan yang disengaja. 9) Modal
yang
ditanamkan
tidak
boleh
digunakan
untuk
membiayai proyek atau invesatasi yang dilarang oleh syariah. b. Kerja 1) Partisipasi paramitra dalam pekerjaan merupakaan dasaar pelaksanaan musyarakah 2) Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara mitara menyatakan tidak ikut serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tsb. 3) Meskipun porsi kerja satu mitra dengan mitra lainnya tidak haus sama. Mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta bagian keuntungan yang lebih besar. 4) Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya 5) Para mitra harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah 6) Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas tyang ia sepakti, berhak memperkerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan tersebut. Jika ia sendiri yang melakukan pekerjaan itu, ia berhak menerima upah yang sama dengan yang dibayar untuk bekerja itu ditempat lain, karena biaya pekerjaan tersebut merupakan tanggungan musyarakah 7) Jika seorang mitra memperkerjakan pekerja lain untuk melaksanakan tugas yang menjadi bagiannya, biaya yang timbul harus ditanggungnya sendiri.
41
3. Ijab kabul Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha atau rela diantara pihak–pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern. 4. Nisbah a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para mitra di awal akad sehingga rsiko perselisihan diantara para mitra dapat dihilangkan b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan di tentukan dasar perhitungan keuntungan tersebut misalnya bagi hasil atau bagi laba. d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan. e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan menyatakan nilai nominal tertentu karena hal ini sama dengan riba dan dapat melanggar prinsip keadilan dan prinsip untung muncul bersama risiko f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati, misalnya untuk organisasi kemanusian tertentu atau untuk cadangan (reserve) Apabila terjadi kerugian akan dibagi secara proporsional sesuai dengan porsi
modal
dari
masing-masing
42
mitra.
Dalam
musyarakah
yang
berkelanjutan (going concern) dibolehkan untuk menunda alokasi kerugian dan dikompensasikan dengan keuntungan pada masa-masa berikutnya. Sehingga nilai modal musyarakah adalah tetap sebesar jumlah yang disetorkan dan selisish dari modal adalah merupakan keuntungan atau kerugian. C. Sekilas tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Pembahasan tentang UMKM meliputi pengelompokkan jenis usaha, yaitu jenis Industri Skala Kecil Menengah (ISKM) dan Perdagangan Skala Kecil dan Menengah (PSKM). Karena dengan pengelompokkannya pada akhirnya terfokus pada permasalahan kesempatan lapangan kerja dan diletakkan pada kemampuan pengembangan ISKM atau PSKM.21 Adapun pengertian UMKM diberbagai Negara tidak selalu sama tergantung pada konsep yang digunakan oleh Negara tersebut. Dalam pengertiannya mencakup sedikitnya dua aspek, yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokkan ditinjau dari jumlah tenanga kerja yang diserap dalam kelompok perusahan tersebut (Range of the member of employes).22 Menurut Kementrian Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM): “Usaha Kecil (UK) termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan 21
Titik Sartika Partono dan Abd. Rachman Soejono, Ekonomi Skala kecil Menengah dan Koperasi (Jakarta: Galia Indonesia, 2001), h. 16. 22 Ibid, h. 14.
43
paling banyak Rp 1.000.000.000. sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memilik kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.” Menurut Keputusan Menteri keuangan No 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994: “Usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan atau usaha yang mempunyai penjualan/omset pertahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (diluar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari: (1) bidang
usaha
(Fa,
CV,
PT,
dan
koperasi)
dan
(2)
perorangan
(pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa)” Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Miko, Kecil dan Mengah (UMKM): 1) Usah Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini 2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
44
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Tabel 2.1Kriteria UMKM Kriteria Uraian Asset
Omset
Usaha Mikro
Maks. 50 juta
Maks. 300juta
Usaha Kecil
>50jt-500jt
>300jt-2,5 Miliar
>500jt-10 Miliar
>2,5 Miliar-50 Miliar
Usaha Menengah
Sumber: www.depkop.go.id D. Bagi Hasil Bagi hasil menurut terminologi asing (bahasa Inggris) dikenal dengan profit sharing. Profit dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara definisi profit sharing diartikan "distribusi beberapa bagian dari laba pada pegawai dari suatu Perusahaaa".23 Menurut Antonio, bagi hasil adalah suatu
23
Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah. ( Yogyakarta, UII Press,
2001)
45
sistem pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik modal (shahibul mal) dan pengelola (Mudharib).24 Secara umum prinsip prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu, al Musyarokah, al Mudharabah, al muzara‟ah, dan al musaqolah. Sungguhpun demikian prinsip yang paling banyak dipakai adalah al musyarakah dan al mudharabah, sedangkan al muzara’ah dan al musaqolah dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian untuk beberapa Bank Islam.25 Konsep bagi hasil ini sangat berbeda sekali dengan konsep bunga yang diterapkan oleh sistem ekonomi konvensional. Dalam ekonomi syariah, konsep bagi hasil dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Pemilik dana menanamkan dananya melalui institusi keuangan yang bertindak sebagai pengelola dana. b. Pengelola mengelola dana-dana tersebut dalam sistem yang dikenal dengan sistem pool of fund (penghimpunan dana), selanjutnya pengelola akan menginvestasikan dana-dana tersebut kedalam proyek atau usahausaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi semua aspek syariah. c. Kedua belah pihak membuat kesepakatan (akad) yang berisi ruang lingkup kerjasama, jumlah nominal dana, nisbah, dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut.
24
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Teori dan Praktek ( Jakarta, Gema Insani., 2001),hal. 90 25
Ibid
46
Ulama hanafiyah berpendapat bahwa nisbah bagi hasil ditentutakan pada awal terbentuknya akad dan yang membedakan dengan bunga adalah apabila dalam bagi hasil dari usaha dapat berubah-ubah (fluktuatif) dan dapat saja terjadi resiko setiap saat. Sehinngga hasil persentase nisbah tersebut masih belum bisa ditetapkan nominalnya.26 Menurut Muhammad Syafi’i Antonio dan Karanen Perwataatmadja bagi hasil adalah suatu cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil ini dapat terjadi antars bank dengan penyimpanan dana maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Sedangkan menurut Djaslim Saldin dan Abdus Salam adalah perjanjian pembagian keuntungan dan atau kerugian dengan besar pembagian tertentu dan sejumlah dana antara pihak pemilik dana dengan pihak yang menggunakan dana. Dalam aplikasinya, mekanisme penghitungan bagi hasil dapat dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu : 1) Pendekatan Profit Sharing (Bagi Laba)
Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. 27 Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost). Di dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi 26
Kitab Fiqh Syar’i Tentang Ekonomi Syariah. Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002) h. 101
27
47
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.28Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalahprofit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan. 2) Pendekatan Revenue Sharing (Bagi Pendapatan).
Revenue (pendapatan) dalam kamus ekonomi adalah hasil uang yang diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-barang (goods) dan jasa-jasa (services) yang dihasilkannya dari pendapatan penjualan (sales revenue).29 Dalam arti lain revenue merupakan besaran yang mengacu pada perkalian antara jumlah out put yang dihasilkan dari kagiatan produksi dikalikan dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut. Penghitungan menurut pendekatan ini adalah perhitungan laba didasarkan pada pendapatan yang diperoleh dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan biaya usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut. Prinsip revenue sharing diterapkan berdasarkan pendapat dari Syafi'i yang mengatakan
bahwa mudharib tidak
boleh
menggunakan
harta
mudharabah sebagai biaya baik dalam keadaan menetap maupun bepergian (diperjalanan) karena mudharib telah mendapatkan bagian
28
Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari‟ah, (Jakarta : Djambatan, 2001), h. 264 29 Cristopher Pass dan Bryan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga, 1994. h. 583
48
keuntungan maka ia tidak berhak mendapatkan sesuatu (nafkah) dari harta itu yang pada akhirnya ia akan mendapat yang lebih besar dari bagian shahibul
maal.
Sedangkan,
untukprofit
sharing diterapkan
berdasarkan pendapat dari Abu hanifah, Malik, Zaidiyah yang mengatakan bahwa mudharibdapat
membelanjakan
harta mudharabah hanya
bila
perdagangannya itu diperjalanan saja baik itu berupa biaya makan, minum, pakaian dan sebagainya. Hambali mengatakan bahwa mudharib boleh menafkahkan sebagian dari harta mudharabah baik dalam keadaan menetap atau bepergian dengan ijin shahibul maal, tetapi besarnya nafkah yang boleh digunakan adalah nafkah yang telah dikenal (menurut kebiasaan) para pedagang dan tidak boros.30 E. Analisis SWOT a. Pengertian SWOT SWOT singkatan dari strenghts, weaknesses, opportunities, dan threats atau dalam istilah lain dikenal dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Kekuatan dan kelemahan merupakan analisis terhadap faktor internal atau lingkungan organisasi, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal atau berada pada lingkungan ekstern organisasi. Dengan SWOT dapat diketahui faktor-faktor kunci keberhasilan lembaga atau suatu kebijakan sehingga dapat dirancang program yang relevan atau
30
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusihal.asil Usaha Bank Syariah, (Jakarta, PT. Grasindo, 2005),hal. 118
49
dengan analisis ancaman dan peluang akan memungkinkan lembaga dapat menciptakan kegiatan yang dapat mengantisipasi ancaman31. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor seccara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan atau lembaga. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (stregths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) danlam ancaman (threats). Terdapat definisi masig-masing mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, sebagai berikut:32 a. Kekuatan Kekuatan merupakan sumber daya atau kapabilitas yang dikendalikan oleh atau tersedia bagi suatu perusahaan yang membuat perusahaan relatif lebih unggul dibanding dengan pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang dilayaninya. Kekuatan muncul dari sumber daya dan kompetensi yang tersedia bagi perusahaan. b. Kelemahan Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau lebih sumber daya atau kapabilitas suatu perusahaan relatif terhadap pesaingnya, yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif. c. Peluang
31
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 209. 32 Sedarmayanti, Manajemen Strategi, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 109-110.
50
Peluang merupakan
situasi
utama
yang menguntungkan
dalam
lingkungan suatu perusahaan. Identifikasi atas segmen pasar, perubahan dalam kondisi persaingan atau regulasi, perubahan teknologi, dan membaiknya hubungan dengan pemmbeli/pemasok dapat menjadi peluang bagi perusahaan. d. Ancaman Ancaman merupakan situasi utama ang tidak menguntungkan dalam linkungan suatu perusahaan atu lembaga. Ancaman merupakan penghalang utama bagi perusahaan dalam mencapai posisi saat ini atau yang diinginkan. Masuknya pesaing bau, pertumbuhan pasar yang lamban, meningkatnya kekuatan tawar menawar dari pembeli atau pemasok utama, perubahan teknologi, dan direvisinya atau pembaruan peraturan, dapat menjadi penghalang bagi keberhasilan perusahaan. Kinerja perusahaan atau organisai dapat ditentukan dengan analisis SWOT, yang merupakan hasil perbandingan dengan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman). Faktor internal diperoleh dari data dalam lingkungan perusahaan seperti dari laporan keuangan, kegiatan operasional, kegiatan pemasaran dan data sttaf serta karyawan. Sedangkan faktor eksternal diperoleh dari data lingkungan diluar perusahaan atau organisasi, seperti analisis pasar, komunitas, pemerintah, dan analisis kelompok (unuk kepentingan tertentu) perencanaan usaha yang bai dengan menggunakan
51
metode pengujian analisis SWOT dirangkum dalam matrik SWOT yang dikembangkan oleh Kearns(1992).33
33
M. Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islam, (Jakarta: Gema Insani Press), h.67
52
Tabel 2.2 Matriks SWOT Kearns Efas
Opportunities (O)
Threats (T)
(Peluang)
(Ancaman)
Ifas Strength (S)
Srategi SO
Strategi WO
(Kekkuatan)
Keunggulan Komparatif
Mobilisasi
(Comparative Advantage)
(Mobilization)
Weaknesses (W)
Strategi ST
Stategi WT
(Kelemahan)
Divestasi/Investasi
Kendali kerusakan
(Divesment/Invesment)
(Damage Control)
Dalam
matriks
tersebut,
comparative
advantage
(keunggulan
komparatif) berarti pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga organisassi tidak boleh membiarkan peluang tersebut hilang begitu saja, namun sebaliknya organisaasi harus segera memperkuatnya dengan berbagai perencanaan yang mampu mendukungnya. Sel A, ini memberi kemungkinan bagi organisasi untuk berkembang lebih cepat, namun harus senantiasa waspada terhadap perubahan yang tidak menentu dalam lingkungannya. Dengan demikian yang harus dijawab adalah “Bagaimana memanfaatkan kekuatan yang ada, untuk meningkatkan posisi kompetitif organisasi”. Sel B, menghadapkan organisasi pada isu strategis Mobilization, yaitu kotak interaksi dan pertemuan antara ancaman dari luar yang diidentifikasi dengan kekuatan organisasi. Disini organisasi harus melakukan mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak
53
ancaman dari luar tersebut. Bahkan jika mungkin organisasi dapat mengubahnya menjadi peluang. Sel C, menampilkan isu strategis Invesment atau Divesment yang memberikan pilihan dengan situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan, namun organisasi tidak memiliki kemampuan untuk menggarapnya. Kalau dipaksakan, dapat memakan biaya yang cukup besar akan merugikan organisasi. Sel D, adalah kotak yang paling lemah dari semua sel karena merupakan kotak atau titik temu dua sisi yang masing-masing lemah, dan karennya keputusan yang salah akan membawa bencana bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Demage Control (mengendalikan kerugian) yang diderita sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan. b. Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Analisis SWOT Pada analisis SWOT terdapat fungsi, manfaat, dan tujuannya bagi perusahaan, yaitu: a. Fungsi Analisis SWOT Analisis SWOT berfungsi untuk menganalisis mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi internal perusahaan, serta analisis mengenai peluang dan ancamn yang dihadapi perusahaan yag dilakukan melalui telaah terhadap kondisi eksternal perusahaan. SWOT dapat digunakan untuk mengungkap suatu penelitian mengenai capacity building suatu lembaga
54
yang terkait, pengembangan kelembagaan, pengembangan model kebijakan mulai dari analisis formulasi, implementasi dan evalusi kebijakan. b. Manfaat Analisis SWOT Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas ditentukan dalam bisnis apa perusahaan beroperasi, dan arah mana perusahaan menuju maasa depan serta ukuran apa saja yang digunakan untuk menilai keberhasilan manajaemen perusahaan dalam menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Dari hasil analisis akan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungan dan menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran perusahaan selama 3-5 tahun ke dean untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari stakeholder.34 c. Tujuan Analisis SWOT Penerapan SWOT pada suatu perusahaan bertujuan unuk memberikan suatu panduan agar perusahaan menjadi lebih fokus, sehingga dengan penempatan analisis SWOT tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai bandingan pikir dari berbagai sudut pandang, baik dari segi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang mungkin bisa terjadi dimasamasa yang akan datang. Tujuan lain diperlukannya analisis SWOT adalah dimana setiap produk yang beredar dipasaran pasti akan mengalami pasang surut dalam penjualan atau yang dikenal dengan 34
Mirantini Tri Kuntari, “Analisis SWOT pada Produk Asuransi Mitra Mabrur Plus”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h.18
55
istilah daur hidup produk (life cycle product). Konsep daur hidup produk dirujuk berdasarkan keadaan realitas yang terjadi dipasar, bahwa konsumen memiliki tingkat kejenuhan dalam memakai suatu produk.35 c. Matrik Faktor Strategi Eksternal Sebelum membuat matrik Faktor Strategi Eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal (External Strategic Factor Analysis Summery/EFAS).36 Cara membuat nya adalah: a. Sususnlah kolom 1 (5 sampai 10 peluang dan ancaman) b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom , mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) c. Hitung rating (dalam kolam 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai 1 (poor) berdasarkan
pengaruh
faktor
tersebut
terhadap
kondisi
yang
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating 1).
Sedangkan pemberian rating untuk faktor ancaman
adalah seebaliknya misalnya, jika nilai ancamannya lebih besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya jika ancamannya sedikit, ratingnya 4. d. Kalikan bobot pada kolam 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolam 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilali bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor). 35
Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi, (Bandung: Alfabeta, 201), h. 343) Freddy Rangkuty, Analisis SWOT Tekhnik Membedah Kasus Bisnis (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 19 36
56
e. Gunakan kolam 5 untuk memberi komentar atau catatan atau faktorfaktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya. f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan nilai total ini dapat kita gunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama. Tabel 2.3 Matriks EFAS37 Faktor-faktor
Bobot x Bobot
Komentar
Rating
Strategi Eksternal
Rating
Peluang Ancaman Total
1,0
d. Matrik Faktor Strategi Internal Suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) disususn untuk merumuskan faktor internal tersebut dalam kerangka strength dan weekness perusahaan.38 Tahap-tahapnya adalah: a. Tentukan dfaktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan pada kolom b. Beri bobot masing-masingg faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor37
Ibid, h.19. Freddy Rangkuty, Analisis SWOT Tekhnik Membedah Kasus Bisnis (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 20 38
57
faktor terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot
tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0) c. Hitung rating (dalam kolam 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai 1 (poor) berdasarkan pengaruh tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan variabel yang bersifat positif (Semua variabel yang termasuk kategori kekuatan) dimulai dari 1 sampai dengan 4 (sangat baik) dengan membandingkannya rata-rata industri atau dengan pesaing utama sedangkan untuk variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya jika kelemahan perusahaan lebih besar sekali dibandingkan rarta-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan dibawah rata-rata industri, nilainya adalah 4. d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor). e. Gunakan kolom 5 untuk memeberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipillih dan bagaiana skor pembobotannya dihitung f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.
58
Tabel 2.4 Matriks IFAS Faktor-faktor
Bobot x Bobot
Komentar
Rating
Strategi Eksternal
Rating
Peluang Ancaman Total
1,0
Melalui Kuadran Pearce dan Robinson (1988) memberikan empat kemungkinan posisi yang di tempati oleh suatu organisaasi.39 Gambar 2.1 Kuadran Pearce dan Robinson Berbagi Peluang (O)
Kuadran III
Kuadran I
(- , +) Ubah Strategi
(+ , +) Progresif
Kelemahan Internal
Kekuatan Internal
(W)
(S)
Kuadran IV
Kuadran II
(- , -) Strategi Bertahan
( + , - ) Diversifikasi Strategi Berbagai Ancaman
(T)
Kuadran I (SO): a. Merupakan situasi yang sangat menguntungkan 39
Siti Muryasari, “Analisis SWOT Terhadap Produk Unit Link” (Studi Pada PT Asuransi Takaful Keluarga, 2010 Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta), h.73.
59
b. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal c. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah prima dan mantap sehingga pertumbuhan yang agresif. Progresif artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga dimungkinkan
untuk
terus
melakukan
ekspansi,
membesarkan
perumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Kuadran II (ST): a. Meskipun mengahadapi berbagai macam ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. b. Perusahaan pada posisi seperti ini dapat menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang. c. Dilakukan melalui penggunaan strategi diversifikasi produk atau pasar. Diversifikasi artinya perusahaan dalam kondisi mantap namun mengahadapi sejumlah tantangan berat, sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karena itu organisaasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi teknisnya. Kuadran III (WO): a. Perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar tetapi sumber daya lemah. b. Karena itu dapat memamafatkan peluang tersebut secara optimal 60
c. Fokus strategi perusahaan pada posisi ini ialah meminimalkan kendalakendala internal perusahaan. Ubah strategi artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya, strategi lama sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi. Kuadran IV (WT): a. Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan b. Perusahaan menghadapi bebagai ancaman eksternal sementara sumber daya yang dimiliki banyak kelemahan. c. Strategi yang diambil Defensif, Penciutan atau Likuidasi. Strategi bertahan artinya kondisi internal organisasi yang lemah yang di hadapkan pada situasi eksternal yang sulit, menyebabkan organisasi berada pada pilihan dramatis. Karena itu organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri. F. Tinjauan (Review) KajianTerdahulu Dari hasil pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan beberapa literatur yang membahas tentang pembiayaan musyarakah, di antaranya:
61
Tabel 2.5 Tinjauan (Review) KajianTerdahulu No 1
Penulis/Judul/Tahun
Substansi
Perbedaan Dengan Penulis
Aam Mahmudah,
Penelitian ini membahas
Penelitian ini
1110046100020,
tentang proses
membahas
Strategi Manajemen
manajemen risiko
tentang Evaluasi
Risiko Pembiayaan
pembiayaan musyarakah
kontrribusi
Musyarakah Pada
dan strategi manajemen
pembiayaan
KSU BMT UMJ.
risiko yang dilakukan,.
musyarakah
Skripsi, Program
Adapun metode yang
Usaha Mikro
Studi Muamalat
digunakan dalam
Kecil dan
(Ekonomi Islam),
penelitian ini adalah
Menengah pada
Fakultas Syariah dan
menggunakan analisis
pendapatan
Hukum Universitas
SWOT dengan tujuan
BPRS Al-
Syarif hidayatullah
untuk mengetahui faktor
Salaam serta
jakarta, 2014.
internal dan eksternal
menjelaskan
yang berpengaruh
pola bagi hasil
terhadap strategi
pembiayaan
manajemen risiko.
musyarakah UMKM.
2
Lulu Febrianty,
Penelitian ini membahas
Penelitian
208046100102,
tentang pembiayaan
membahas
Pembiayaan
musyarakah dalam
tentang Evaluasi
Musyarakah dengan
pendekataan profit & loss kontrribusi
pendekataan Profit &
sharing pada BMT
pembiayaan
Loss Saring pada
Ta’awun Cipulir,
musyarakah
BMT Ta‟awun
bagaimana memonitoring
Usaha
Cipulir. Skripsi,
dalam bagi hasil pada
Kecil
Program Studi
pembiayaan musyarakah
Menengah pada
Muamalat (Ekonomi
di BMT tersebut serta
pendapatan
62
ini
Mikro dan
Islam), Fakultas
mengetahui faktor
BPRS
Al-
syariah daan Hukum,
pendukung dan
Salaam
serta
Universitas Syarif
penghambat dalam
menjelaskan
Hidayatullah Jakarta,
menjalankan pembiayaan
pola bagi hasil
2010.
musyarakaah di BMT
pembiayaan
Ta’awun Cipulir.
musyarakah UMKM.
3
Fauzan Fahrul,
Penelitian ini menguji
Penelitian ini
Muhammad Arfan,
tentang pengaruh tingkat
membahas
Barwanis. Pengaruh
risiko pembiayaan
tentang Evaluasi
Tingkat Risiko
musyarakah dan
kontrribusi
Pembiayaan
pembiayaan murabahah
pembiayaan
Musyarakah dan
terhadap tingkat
musyarakah
Pembiayaan
profitabilitas Bank Aceh
Usaha Mikro
Murabahah terhadap
Syariah Cabang Banda
Kecil dan
tingkat Profitabilitas
Aceh. Hasil dari
Menengah pada
Bank Syariah (Studi
penelitian ini
pendapatan
Pada Bank Aceh
menunjukkan bahwa (1)
BPRS Al-
Syariah Cabang
risiko risiko pembiayaan
Salaam serta
Banda Aceh). Jurnal,
musyarakah dan
menjelaskan
Universitas Syiah
pembiayaan murabahah
pola bagi hasil
Kuala Banda Aceh,
secara bersama-sama
pembiayaan
2012.
(simultan) berpengaruh
musyarakah
terhadap tingkat
UMKM.
profitabilitas bank syariah Banda Aceh (2) pengujian secara parsail menunjukkan bahwa risiko pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap tingkat
63
profitabilitas bank syariah Banda Aceh (3) secara parsial memperlihatkan bahwa risiko pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas bank syariah banda Aceh.
4
Nadratuzzaman
Membahas tentang risiko
Penelitian ini
Hosen, Musyarakah
yang timbul dalam
membahas
Mutanaqisah. Al-
Musyarakah
tentang Evaluasi
Iqtishad, Fakultas
Mutanaqishah, simulasi
kontrribusi
Syariah dan Hukum,
model Musyarakah
pembiayaan
UIN Syarif
Mutanaqishah. Dalam
musyarakah
Hidyatullah Jakarta,
penelitian ini juga
Usaha Mikro
2009.
membahas tentang skim
Kecil dan
musyarakah
Menengah pada
mutanaqishah dimana
pendapatan
bagi bank syariah
BPRS Al-
penerapan skim
Salaam serta
mutanaqishah harus
menjelaskan
mendapatkan keuntungan
pola bagi hasil
sama atau lebih besar
pembiayaan
apabila Bank
musyarakah
menerapkan musyarakah
UMKM.
plus risiko yang sama atau lebih kecil.
64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif ini ingin melihat dan mengungkapkan suatu keadaan maupun suatu objek dalam konteksnya, menemukan makna (meaning) atau pemahaman yang mendalam tentang sesuatu masalah yang dihadapi, yang tampak dalam bentuk data kualitatif, baik berupa gambar, kata maupun kejadian serta dalam “natural setting”. 40 Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia terkadang perspektif berdasarkan peneliti sendiri. Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami objek yang diteliti secara mendalam.41 Penelitian ini bersifat deskriptif analysis, yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang ada, dan menggambarkannya dengan terbuka sesuai kenyataan yang terjadi.42 Penelitian deskriptif ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena.43
40
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 43. 41 Imam Gunawan, Metode Penelitiaan Kualitatif Teori Dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 80 42 Suahrsimi Arikunto, Prosedur Suatu Pendekatan Praktek , (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2002) cet. XII, edisi revisi V, h. 93 43 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Peneltian Kuantitatif, (Jakarta Rajawali Pers, 2011), h. 42.
65
Maka penelitian ini dilakukan pada BPRS Al-Salaam untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pembiayaan Musyarakah, serta untuk mengetahui seberapa besar dampak pembiayaan tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan BPRS Al-Salaam. B. Objek dan Subjek Penelitian Adapun objek dan subjek penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah tentang pembiayaan musyarakah UMKM di BPRS Al-Salaam kantor pusat di Jalan Cinere Raya Blok A No. 42 Limo Depok 16514. C. Sumber Data a. Data primer Yaitudata yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian. 44 Data yang diperoleh langsung dari beberapa pihak yang berwewenang di BPRS Al-Salaam dalam bentuk dokumentasi atau data-data tertulis. b. Data sekunder Merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan yang diperoleh dari berbagai literatur dan referensi lain seperti buku, majalah, makalah dan setiap artikel yang mengandung informasi berkaitan dengan masalah yang dibahas, dihimpun dari berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet. 45 Data sekunder umumnya berupa bukti catatan atau laporan historis yang
44
Sofyan Siregar, Statistik Deskriftif Untuk Penelitian, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 2010), h. 128 45 http://nagabiru86.wordpress.com/2009/06/12/data-sekunder-dan-data-primer/. Diakses pada tanggal 9 januari 2017
66
telah disusun dalam arsip yang telah dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.46 D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Penelitian ini mengguunakan beberapa metode, yaitu: a. Wawancara Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan
percakapan
dengan
responden
atau
narasumber. 47 Wawancara adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara dan sumber informasi
atau orang yang
diwawancarai melalui omuniasi langsung. Wawancara merupakan percakapan tatap muka antara pewawancara dengan sumber informasi, dimana pewawancara bertanya langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah di rancang sebelumnya.48 Dalam hal ini, penulis akan melakukan wawancara dengan kepala cabang cinere yang memang mengerti tentang pembiayaan musyarakah UMKM BPRS Al-Salaam. b. Observasi Observasi yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati langsung dan mencatat secara sistematis terhadap gejala-
46
Tika, Moh Pabuan, Metologi Riset Bisnis. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke 11(Bandung : CV. Alfabeta, 2010) 47
48
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Padang : Kencana Prenadamedia Group, 2013) h. 372.
67
gejala yang diselidiki. 49 Dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan cara mengamati langsung di BPRS Al-Salaam. Menurut S.Nasution, observasi bisa dilaksanakan melalui dua pilihan cara, yakni melibatkan peneliti dan tanpa melibatkan keikutsertaan peneliti.50Dalam hal ini, penulis akan melakukan observasi di kantor pelayaan BPRS AlSalaam. c. Angket Yaitu alat penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pernyataan terbuka untuk memperoleh keterangan dari sejumlah karyawan yang mengerti tentang atau di bagian pembiayaan (musyarakah). d. Dokumen Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesustu yang sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dengan fokus peneliatian adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam peneliatian kualitatif. Dokumen ini dapat berbentuk teks tertulis, artefacts, gambar, biografi, karya tulis,dan cerita. 51 Dokumen dapat dikategorikan sebagai dokumen pribadi, dokumen resmi, dan dokumen
49
Cholid dkk, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), Cet. 5, h. 70 Purbayu.B.S dan Muliawan.H, Statistika Deskriptif dalam Bidang Ekonomi dan Niaga (Jakarta: Erlangga,2007), h.13 51 Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Padang : Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 391 50
68
budaya populer. Kadang-kadang dokumen ini digunakan dalam hubungannya untuk mendukung data wawancara dan observasi.52 e. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan yaitu melakukan penelusuran kepustakaan dan menelaahnya. Sumber data berupa buku, jurnal, majalah, koran, internet dan lain-lain. E. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini sebanyak cabang BPRS Al-Salaam yaitu 13 cabang, dimana populasi tersebut karyawan yang mengerti tentang atau di bagian pembiayaan (musyarakah). Karena jumlah populasi yang sedikit maka penulis menggunakan seluruh populasi sebagai sampel penelitian. Oleh karena itu penelitian ini dinamakan sensus karena menggunakan semua populasi sebagai objek peneliatan. F. Teknik Pengolahan Data Penelitian ini menggunakan data kualitatif, dimana penulis akan mengedit data kemudian mengkategorisasikan atau mengklarifikasi data sesuai dengan masalah atau tema yang sedang dibahas, maka langkahlangkahnya adalah sebagi berikut: 1. Hasil identifikasi faktor-faktor SWOT akan menjadi bahan scoring, pembobotan dan rating masing-masing faktor. 2. Menghitung total yang dipeoleh dari hasil perkalian skor dengan bobot dan rating akan menunjukkan nilai faktor SWOT sesungguhnya.
52
Emzir, Metodologi Penelitian Kualiatif Analisi Data (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 75
69
3. Hasil perhitungan akan memberikan starategi untuk masing-masing pendekatan dan menghasilkan strategi terbaik dari penggabungan kedua pendekatan tersebut. G. Teknik Analisis Data Data atau informasi yang diperoleh dalam penulisan ini bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif. Pendekatan deskriptif yaitu metode untuk memberikan pemecahan masalah dengan mengumpulkan data, mengklarifikasi, menganalisis dan menginterprestasikannya. Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif searah dengan rumusan masalah serta pertanyaan penelitian atau identifikasi masalah. Hal ini disebabkan tujuan dari penelitian ini akan menjawab pertanyaan sebelumnya yang dikemukakan oleh rumusan masalah. Hal ini dilakukan karena bermaksud untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, tantangan, dan ancaman dari pembiayaan musyarakah yang diperoleh dari hasil wawancara. Analisis disajikan dalam beberapa tahap sebagai berikut: 1.
Prosedur penyaluran pembiayaan musyarakah.
2.
Pola Bagi Hasil Pembiayaan Musyarakah Terhadap UMKM Binaan BPRS Al-Salaam
3.
Perubahan tingkat pendapatan BPRS Al-Salaam Melalui Pembiayaan Musyarakah UMKM.
70
4.
Analisis
terhadap
point-point
kekuatan
dan
kelemahan
dari
pembiayaan musyarakah. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel matrik IFAS (Internasional Strategic Factor Analysis Summary). 5.
Analisis terhadap point-point peluang dan tantangan dari pembiayaan musyarakah UMKM. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel matrik EFAS (External Strategic Factor Anallysis Summary).
6.
Evaluasi Kontribusi Pembiayaan Musyarakah UMKM terhadap pendapatan BPRS Al-Salaam Gambar 3.1 Digram Alur Metodologi Penelitian Preparasi Data Awal
Pengumpulan Data Awal (Kuesioner)
Identifikasi Faktor-Faktor SWOT
IFAS
EFAS
Hasil Perhitungan bobot IFAS dan EFAS
Interpretasi Model
71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Sejarah Singkat Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam PT BPR Amaal Salman yang lebih dikenal dengan BPR AlSalaam, didirikan pada tanggal 19 oktober 1991. Pendirinya diprakarsai oleh para alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid Salman pada saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan selama menimba ilmu diperguruan tinggi telah mendorong para alumni ini untuk melanjukan kegiatan amalnya seperti yang telah dilakukan dahulu di Salman ITB dengan membentuk lembaga yang bergerak di bidang sosial dengan nama Yayasan Amal Salman. Salah satu bentuk kegiatan yang ditunjukan untuk membantu perekonomian masyarakat adalah dengan
mendirikan
sebuah
lembaga
keuangan
berbentuk
Bank
Perkrediatan Rakyat (BPR) dengan nama BPR Al Salaam. Pendirian BPR Al Salaam juga dimaksudkan untuk turut serta dalam pelayanan lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas keislaman. Berbeda dari badan usaha swasta pada umumnya BPR Al-salaam merupakan usaha yang berlandaskan kebersamaan (solidaritty corporate) yang tetap menjunjung tingggi profesionalisme. Sejak tanggal 3 juli 2006
72
BPR Al-Salaam berubah dari bank konvensional menjadi bank berazaskan syariah (BPRS Al-Salaam). BPRS AL-Salaam hadir untuk memberikan pelayanan “retail banking” bagi kemajuan bersama sesuai dengan motto “Maju Dalam Kebersamaan”. b. Visi, Misi, Motto dan Tujuan BPRS Al-Salaam a. Visi BPRS Al Salaam “Menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Terbaik Di Indonesia” b. Misi BPRS Al-Salaam “Menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang menghasilkan produk jasa perbankan terbaik bagi nasabah dan menciptakan kondisi
yang
kondusif
bagi
pemerataan
pembangunan
perekonomian sektoral dengan orientasi pengembangan usaha kecil dan menengah menuju kesejahteraan bagi stake holder” c. Motto BPRS Al-Salaam “Maju Dalam Kebersamaan” d. Tujuan BPRS Al-Salaam 1) Dengan profesionalisme tinggi berusaha memberikan pelayanaan kepada nasabah melalui penyediaan jasa keuangan yang optimal dalam hal kualitas, kenyamanan, keamanan, dan keuntungan dalam hal berinvestasi. 2) Memberikan tingkat kesejahteraan yang baik bagi seluruh karyawan. 3) Memberikan hasil yang terbaik bagi stake holder.
73
c. Produk-produk BPRS Al-Salaam a. Produk Pembiayaan 1) Pembiayaan Kendaraan Terdiri dari Kredit Motor Syariah dan Kredit Mobil Syariah 2) Pembiayaan Rumah & Ruko (Pembiayaan Syariah KPR iB) 3) Pembiayaan Modal Kerja & Investasi Usaha (Pembiayaan Syariah Modal Usaha (PSMU) 4) Pembiayaan Multiguna (Pembiayaan Al-Salaam Syariah atau PAS) 5) Pembiayaan mikro Terdiri dari Pembiayaan Sahabat Al Salaaam iB (PSA iB), dan Pembiayaan Syariah KTR 6) Refinancing Syariah Al Salaam b. Tabungan 1) iB Amanah 2) Tabernas Platinum c. Deposito Syariah Rakyat (DSR) d. Struktur Organisasi Dewan Pengawas Syariah
: (1) Mohammad Yahya (2) Mohammad Akmasj
Pemegang Saham Pengendali
: B. Munir Sjamsoeddin
Dewan Komisaris Utama
: Mulya Soepardi
74
Dewan Komisaris
: Sukri Yurzal Murad
Direksi
: (1) Ichwanda Munir Syamsoeddin (2) Azwar Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPRS Al-Salaam DIREKTUR UTAMA
STRUKTUR KANTOR PUSAT
DIREKTUR OPERASIONAL
DIREKTUR BISNIS
STRUKTUR KANTOR CABANG UTAMA
SPV OPS
KEPALA CABANG
Wakil Kepala Cabang
SPV CRO
Teller
Reviewer
Customer service
Collection
Spv Sales Pembiayaan
Sales & Marketing
Spv Sales Pendanaan
Sales & Marketing
Admin & BO
STRUKTUR KANTOR KAS
KANTOR KAS
TIDAK TERPERINCI
B. Prosedur Penyaluran Pembiayaan Musyarakah Usaha Mikro Kecil danMenengah Di BPRS Al-Salaam
75
Untuk
mendapatkan
pembiayaan
musyarakah,
calon
nasabah
diharuskan melalui beberapa proses yang telah ditetapkan oleh BPRS Al Salaam. Adapun prosedur dan persyaratan pada umumnya yang di tetapkan oleh BPRS Al Salaam secara umum tidak jauh berbeda dengan bank-bank yang lain untuk mendapatkan pembiayaan musyarakah. Tahapan awal proses pembiayaan musyarakah adalah:53 a. Permohonan Pembiayaan Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan secara tertulis (form permohonan ini sudah di sediakan oleh pihak bank), permohonan pembiayaan tersebut harus memuat informasi yang lengkap meliputi: 1. Besarnya Plafond pembiayan, 2. Tenor, 3. Tujuan penggunaan dana, 4. Identitas nasabah dan pasangan, 5. Identitas Jaminan, 6. Cash flow nasabah dan pasangan, 7. berapa besar proyek/usaha yang sedang dikerjakan, 8. berapa lama pekerjaan dan berapa keuntungan dari proyek/usaha tersebut. (ini tertuang didalam Surat Perintah Kerja). b. Analisa Pembiayaan Setiap permohonan pembiayaan yang telah memenuhi syarat diatas, harus dilakukan analisis pembiayaan secara tertulis, analisis ini menggambarkan
53
Wawancara dengan bapak Fitriyadi (Kepala Cabang Cinere BPRS Al-Salaam)
76
informasi yang berkaitan dengan usaha dan data pemohon termasuk hasil penelitian pada daftar pembiayaan di bank lain, penilaian atas kelayakan jumlah permohonan pembiayaan dengan kegiatan usaha yang akan di biayai, menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan denga pemohon pembiayaan, Analisa pembiayaan harus sekurang-kurangnya mencakup analisa 5’C, trade checking ke pemberi kerja/projek. c. Rekomendasi persetujuan pembiayaan Rekomendasi persetujuan pembiayaan harus disusun secara tertulis berdasarkan hasil analisis pembiayaan yang telah dilakukan. Isi rekomendasi pembiayaan harus sejalan dengan keimpulan analisis pembiayan. d. Pemberian peretujuan pembiayaan Setiap pemberian persetujuan pembiayaan harus memperhatikan analisis dan rekomendasi persetujuan pembiayaan, dan penetapan berapa bagi hasil yang akan diterima bank dan nasabah. e. Perjanjian pembiayaan Pembiayaan yang telah disetujui dan sisepakati pemohon, pembiayaan tersebut
wajib
dituangkan
dalam
perjanjian
pembiayaan
(Akad
Musyarakah), akad ini memuat jumlah pembiayaan yang diberikan, jangka waktu, tata cara pembayaran. f. Pencairan pembiayaan
77
Setelah akad pembiayaan musyarakah di lakukan, dan dipastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan pembiayaan telah di selesaikan, maka dana pembiayaan dapat di cairkan. g. Control pembiayaan setelah pencairan Dana yang diberikan ke nasabah yang dipergunakan untuk pengerjaan pekerjaan proyek, harus di control tahapan pengerjaan nya, jangan sampai dana yang diberikan bukan dipergunakan untuk proyek yang dimaksud, serta dengan mengkontrol tahapan pekerjaan pihak bank akan mengetahui progress pekerjaan yang ada di SPK proyek tsb karena akan berkaitan dengan pembayaran proyek dan angsuran. C. Pola Bagi Hasil Pembiayaan Musyarakah Terhadap UMKM Binaan BPRS Al-Salaam Sebagaimana diketahui, prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum perbankan syariah dan sebagai landasan dasar sebagai operasional perbankan syariah secara keseluruhan. Prinsip-prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu salah satunya yang termasuk ke dalamnya adalah akad muyarakah.54 Sesuai dengan hukum syariah, bahwa sistem bagi hasil pada pembiayaan musyarakah sesuai dengan kesepakatan bersama antara nasabah dengan pihak bank yang saling berkongsi. Sistem ini dirancang untuk membina kebersamaan atau kemitraan dalam menanggung risiko usaha. Para mitra saling memberikan modal baik yang berupa uang ataupun berupa aset 54
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktek,(Jakarta: Gama Insani Press, 2001), Cet. I h. 90
78
perdagangan. Dalam pembiayaan musyarakah ini, modal diantara nasabah dan bank tidak mesti harus sama, bisa saja mitra yang satu memberikan modal diantara nasabah dan bank tidak mesti harus sama, bisa saja mitra yang satu memberikan modal yang lebih besar dari pada mira-mitra yang lainnya, dan modal dalam pembiayaan ini juga tidak mesti harus uang. Dan begitu juga dalam hal pembagian keuntungan dan kerugian. Keuntungan yang diperoleh dari musyarakah adalah partisipasi aktif dalam bisnis,
dan
pertanggung
jawaban
musyarakah.
Keuntungan
harus
didistribusikan diantara para mitra-mitra dalam bisnis berdasarkan proporsi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh mereka. Bagian keuntungan masingmasing pihak harus dinyatakan sebagai suatu proporsi atau persentase. Namun, apabila terdapat kerugian pada musyarakah haruslah dibagi antara kedua belah pihak yang besangkutan. Kerugian juga harus dibagi sesuai dengan kontribusi modal masing-masing mitra.55 Pola bagi hasil atau nisbah pembiayaan musyarakah di BPRS AlSalaam sudah disepakati bersama dengan melihat berapa nilai usaha atau proyek yang dijalankan usaha atau (proyek yang akan di biayai), berapa keuntungan dari usaha atau proyek tersebut, berapa besar porsi modal bank dan nasabah, Dimana, bank dan nasabah keduanya memiliki modal. Modal bank dan modal nasabah digunakan oleh pengelola sebagai modal untuk mengerjakan proyek. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari proyek dibagikan berdasarkan nisbah yang telah disepakati bersama dan yang paling 55
Mervyn Lewis Dan Latifah Algaoud, Perbankan Sayriah Prinsip Praktik Dan Pospek, (Jakrta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001), Cet. I, h. 69-70
79
mudah diaplikasikan. Porsi bagi hasil pembiayaan musyarakah di BPRS AlSalaam ini bersifat fluktuatif, ada yang 55:45, 60:40, 30:70. Ini dikarenakan dilihat dari besaran nasabah mempunyai modal berapa lalu BPRS Al-Salaam bisa menghitung bagi hasil yang dipergunakan. D. Analisis Perkembangan Pendapatan BPRS Al-Salaam Berikut ini penulis akan menyajikan data pendapatan BPRS Al-Salaam pembiayaan musyarakah selama dua tahun terakhir dari 2015 sampai 2016. Tabel 4.1 Pendapatan Pembiayaan Musyarakah BPRS Al-Salaam Periode 2015-2016 (Dalam Rupiah) Tahun
Pendapatan
Nasabah Persentase
2015
390.000.000
3
11,97%
2016
2.867.602.495
5
88,03%
Jumlah
3.257.602.495
8
100%
Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan BPRS Al-Salaam dari pembiayaan musyarakah pada tahun 2015 sebesar 11,97% yaitu Rp 390.000.000,- pada tahun 2016 sekitar 88,03% yaitu sebesar Rp 2.867.602.495,-, Hal ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan pendapatan BPRS Al-Salaam dari pembiayaan musyarakah pada tahun 2015 dan 2016 adalah sebesar Rp 3.257.602.495. Dari data tersebut dapat dilihat pula bahwa perubahan tingkat pendapatan BPRS Al-Salaam melalui pembiayaan musyarakah mengalami peningkatan
80
yang sangat bagus, sehingga BPRS Al-Salaam harus mengembangkan produk tersebut agar pendapatan BPRS menaik lebih pesat lagi. E. Analisis SWOT Pembiayaan Musyarakah 1. Strengths (Kekuatan) a. Memiliki lokasi yang strategis Dalam bisnis bank, penentuan lokasi dimana bank akan beroperasi merupakan salah satu faktor penting. Dalam persaingan yang ketat penentuan lokasi mempunyai pengaruh cukup signifikan dalam aktifitas menghimpun dana masyarakat serta menyalurkan pembiayaan kembali
kepada
masyarakat.
Lokasi
strategis
inilah
yang
memungkinkan masyarakat luas untuk menjangkau keberadaan BPRS Al-Salaam serta akses mudah dicapai masyarakat. b. Bank syariah lain masih sedikit yang melakukan akad musyarakah Sampai saat ini pesaing masih sedikit yang melakukan akad musyarakah, sehingga menjadi kekuatan tersendiri bagi BPRS AlSalaam untuk terus mengembangkan pembiayaan musyarakah. c. Beroperasi atas dasar prinsip syariah Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam, sama hal nya dengan BPRS Al-Salaam yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Alquran dan
81
Hadits sehingga menjadi kekuatan untuk terus mengembangkan kemajuan BPRS Al-Salaam. 2. Weaknesses (Kelemahan) a. Kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat Ketidaktahuan masyarakat tentang sistem bagi hasil yang ditawarkan oleh BPRS Al-Salam ini diakibatkan masih kurangya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Bank syariah harus membuat strategi edukasi dan sosialisasi yang mampu mengenalkan bank syariah kepada seluruh segmen masyarakat. b. Produk yang belum dikenal Secara umum, produk pembiayaan musyarakah memang belum banyak dikenal oleh masyarakat. Masyarakat masih awam dengan istilah-istilah yang digunakan oleh lembaga perbakan syariah. Oleh karena itu hal ini merupakan salah satu kelemahan yang membutuhkan strategi jitu dalam mengenal produk bank syariah. c. Kurangnya pemasaran dan promosi Promosi merupakan sarana yang paling ampuh unuk menarik dan mempertahankan nasabah. Salah satu tujuan promosi bank adalah menginformsaikan segala jenis produk yang ditawaarkan dan berusaha menarik calon nasabah baru. Namun promosi yang dilakukan oleh BPRS Al-Salaam belum optimal.Promosi yang dilakukan dengan mengenalkan ke perusahaan-perusahan yang mendapatkan SPK (Surat
82
Perintah Kerja) dimana data basenya berasal dari nasabah-nasabah lama. d. Sumber daya manusia yang belum memadai. Masih kurangnya sumber daya manusia yang memadai, merupakan salah satu kelemahan dalam setiap lembaga atau perusahaan untuk memasarkan produk termasuk pembiayaan musyarakah. Karena dari sinilah nantinya sumber daya manusia menjelaskan mekanisme dari pembiayaan tersebut agar nasabah bisa memahami konsep dari pembiayaan musyarakah. Tabel 4.2 Matriks IFAS Pembaiayan Musyarakah UMKM Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Memiliki lokasi yang strategis
Kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat
Bank
syariah
lain
masih Produk yang belum dikenal
sedikit yang melakukan akad Kurangnya pemasaran dan promosi
musyarakah
Beroperasi atas dasar prinsip Sumber daya manusia yang belum syariah
memadai
3. Opportunity (Peluang) a. Pesaing masih sedikit
83
Jarangnya bank syariah lain yang melakukan pembiayaan musyarakah memberikan peluang yang sangat besar bagi BPRS Alsalaam dalam mengembangkan pembiaayan musyarakah. b. Banyaknya pusat perdagangan Lokasi BPRS Al Salaam yang dekat dengan pusat perdagangan sehingga memberikan peluang pasar bagi BPRS Al-Salaam untuk mengembangkan pembiayaan musyarakah. c. Pertumbuhan UMKM yang sangat pesat Pertumbuhan UMKM yang sangat pesat ini menjadikan peluang bagi BPRS Al-Salaam untuk memberikan sebagian modalnya ke UMKM. d. Banyak UMKM yang belum mendapatkan dana Banyaknya UMKM yang belum mendapatkan dana atau yang membutuhkan dana untuk mengembangkan usahanyanya menjadaikan salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan pihak BPRS Al-Salaam. 4. Threats (Ancaman) a. Sebagian masyarakat yang tidak tahu Pada saat ini masih belum banyak orang yang percaya 100% bahwa bagi hasil (profit sharing) berbeda dengan bunga yang ada di bank umum konvensional. Dan ini juga dimanfaatkan oleh sebagian orang yang tidak menyukai berkembangnya bank syariah untuk membuat isu bahwa bagi hasil sebenarnya sama dengan bunga.
84
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pembiayaan musyarakah, system dan mekanisme perbankan syariah. Hal ini akan mempengaruhi kecepatan pengembangan BPRS Al-Salaam. Tabel 4.3 Matrik EFAS Pembiayaan Musyarakah UMKM Peluang (O)
Ancaman (T)
Pesaing masih sedikit
Kurangnya
pengetahuan
masyarakat tentang pembiayaan musyarakah,
system
dan
mekanisme perbankan syariah, Hal ini akan mempengaruhi kecepatan pengembangan BPRS Al-Salaam. Banyaknya pusat perdagangan
Sebagian masyarakat yang tidak tahu
Pertumbuhan
UMKM
yang
sangat pesat Banyak UMKM yang belum mendapatkan dana
5. Strategi SO (Kekuatan dan Peluang) Strategi ini merupakan situasi yang paling menguntungkan. Perusahaan atau lembaga memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang sebanyak-banyaknya. a. Melakukan sosisalisasi lebih aktif dan lebih gencar Pihak
BPRS
Al-Salaam
belum
begitu
gencar
dalam
mempublikasikan adanya pembiayaan musayarakah. Sehingga masih
85
banyak masyarakat yang belum mengetahuinya. Publikasi baru dilakukan lewat Promosi yang dilakukan dengan mengenalkan ke perusahaan-perusahan yang mendapatkan SPK (Surat Perintah Kerja) dimana data basenya berasal dari nasabah-nasabah lama. b. Mengoptimalisasikan pembiayaan musyarakah Pihak BPRS harus benar-benar fokus pada pembiayaan muyarakah. Harus selalu mengevaluasi setiap masalah yang ada dan mencari solusi untuk masalah tersebut sehingga pembiayaan musyarakah ini berjalan dengan optimal. c. Sumber Daya Manusia yang lebih profesional Dengan memiliki sumber daya manusia yang profesional akan sangat membantu BPRS mengembangkan produk pembiayaan musyarakah. 6. Strategi ST (Kekuataan dan Ancaman) a. Melakukan promosi atau sosialisasi yang lebih untuk mengenalkan produk pembiayaan musyarakah. b. Memberikan pengedukasian kepada masyarakat mengenai pembiayaan musyarakah melalui seminar atau presentasi. 7. Strategi WO (Kelemahan dan Peluang) a. Strategi menjemput bola b. Meningkatkan pemasaran produk pembiayaan c. Mengadakan pelatihan SDM sehingga mampu menghasilkan SDM yang lebih berkompeten
86
8. Strategi WT (Kelemahan dan Ancaman) a. Mengevaluasi setiap kelemahan Evaluasi atas setiap kelemahan perlu dilakukan secara rutin agar kelemahan-kelemahan tersebut dapat berkurang dan terselesaikan. b. Selalu memantau kepuasan nasabah c. Mengusahakan pengembangan dan meningkatkan kualitas serta kuantitas SDM d. Peningkatan promosi melalui berbagai media. Tabel 4.4 Matriks Strategi SWOT Strategi SO
Strategi ST
Melakukan sosisalisasi lebih aktif dan Melakukan promosi yang lebih lebih gencar
untuk
mengenalkan
poduk
pembiayaan musyarakah Mengoptimalisasikan
pembiayaan Memberikan
musyarakah
pengedukasian
kepada masyarakat mengenai pembiayaan
musyarakah
melalui seminar atau presentasi Sumber daya yang profesional Strategi WO
Strategi WT
Strategi menjemput bola
Selalu
memantau
kepuasan
nasabah Meningkatkan
pemasaran
produk Mengusahakan
87
pengembangan
pembiayaan musyarakah
dan meningkatkan kualitas serta kuantitas SDM
Mengadakan pelatihan sumber daya Mengevaluasi setiap kelemahan sehingga mampu mengahasilkan SDM yang lebih berkompeten
Tabel 4.5 Perhitungan SKOR IFAS
Faktor-faktor strategi internal
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0,2
3
0,6
Lokasi
0,2
4
0,8
Pesaing
0,15
3
0,45
Penerapan
Keterangan
Kekuatan (S) Memiliki lokasi yang strategis Bank syariah lain masih sedikit yang melakukan akad musyarakah Beroperasi
atas
dasar
prinsip syariah
prinsip syariah
Kelemahan (W) Kurangnya dan
edukasi
sosialisasi
0,15
kepada
masyarakat
88
3
0,45
Publikasi
Produk
yang
belum
0,1
3
0,3
Publikasi
pemasaran
0,1
3
0,3
Publikasi
Sumber Daya Manusia
0,1
2
0,2
SDM
dikenal Kurangnya dan promosi
yang belum memadai Total
1,0
3,1
Keterangan: Nilai bobot diberikan pada masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting). Nilai untuk maing0masing faktor diberikan skala mulai 4 (outstanding) sampai 1 (poor) berdasarkan pengaruh tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa faktor yang paling dominan skor IFAS terdapat pada aspek kekuatan, yaitu memiliki lokasi yang strategis dan sedikitnya pesaing yang melakukan pembiayaan musyarakah dengan nilai bobot 0,2. Sedangkan jika dilihat dari segi rating, aspek yang paling berpengaruh terhadap pembiayaan musyarakah adalah bank syariah lain masih sedikit yang melakukan pembiayaan musyarakah. Yang artinya adalah pesaing tersebut masih belum banyak bahkan bisa dibilang hampir tidak ada sehingga merupakan kekuatan besar yang dimiliki oleh BPRS Al-Salaam dalam mengembangkan pembiayaan musyarakah.
89
Tabel 4.6 Perhitungan SKOR EFAS
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0,2
4
0,8
Pusat
0,15
3
0,45
UMKM
0,15
3
0,45
Banyaknya UMKM yang
0,15
2
0,3
Faktor-faktor strategi eksternal
Keterangan
Peluang (O) Pesaing masih sedikit Banyaknya
Pesaing
Perdagangan Pertumbuhan yang sangat pesat
belum mendpatkan dana
Kekurangan Dana
Ancaman (T) Sebagian masyarakat yang
0,15
2
0,3
0,2
3
0,6
tidak tahu kurang
adanya
pemahaman
masyarakat
tentang
pembiayaan
musyarakah, system dan mekanisme
perbankan
syariah,
ini
Hal
akan
mempengaruhi kecepatan pengembangan BPRS AlSalaam.
90
Edukasi
Total
1,0
2,9
Keterangan: Nilai bobot diberikan pada masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting). Nilai untuk masingmasing faktor diberikan skala mulai 4 (outstanding) sampai 1 (poor) berdasarkan pengaruh kondisi yang bersangkutan. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa faktor yang paling dominan dalam skor EFAS adalah dari aspek peluang pesaingnya masih sedikit dengan nilai 0,2. Dan dari aspek ancaman yaitu kurangnya pengedukasian masyarakat tentang pembiayaan musyarakah dengan nilai bobot 0,2. Sedangkan jika dilihat dari segi rating aspek yang paling berpengaruh terhadap pembiayaan musyarakah adalah dari aspek peluang yaitu pesaing yang masih sedikit dengan nilai 4. Yang artinya adalah BPRS berpeluang untuk membuka pembiayaan syariah dicabang BPRS AL-Salaam yang belum ada pembiayaan musyarakah.
91
Gambar 4.2 Diagram Analisis SWOT terhadap Pembiayaan Musyarakah Opportunities (Peluang): 1. 2. 3. 4.
Pesaing Sedikit Banyaknya pusat perdagangan Pertumbuhan UMKM yang sangat pesat Banyak UMKM yang belum mendapatkan dana.
Kuadran III (Strategi WO):
Kuadran I (Strategi SO):
1. Meningkatkan pemasaran produk pembiayaan musyarakah 2. Strategi jemput bola 3. Mengadakan pelatihan SDM sehingga mampu menghasilkan SDM yang lebih berkompeten
1. Melakukan sosialisasi lebih aktif dan lebih gencar 2. Mengoptimalisasikan pembiayaan musyarakah 3. SDM yang lebih Profesional Strengths (Kekuatan):
Weaknesses (Kelemahan):
1. Memiliki lokasi yang strategis 2. Bank syariah lain masih sedikit yang melakukkan akad musyarakah. 3. Beroperasi atas dasar prinsipp syariah
1. Kurangnya sosialisasi dan edukasi kemasyarakat 2. Produk yang belum dikenal 3. Kurangnya pemasaran dan promosi 4. SDM yang belum memadai Kuadran IV(Strategi WT):
Threats (Ancaman):
1. Mengevaluasi setiap 1. Kurangnya pengetahuan Kelemahan masyarakat tentang 2. Selalu memantau pembiayaan musyarakah, Kepuasan nasabah dapat mempengaruhi 3. Mengusahakan kecepatan Pengembangan dan pengembangan BPRS. Meningkatkan kualitas 2. Sebagian serta Kuantitas SDM masyarakatyang tidak 4. Peningkatan promosi tahu. Melalui berbagai media
92
Kuadran II(Strategi ST): 1. Melakukan promosi untuk mengenalkan produk pembiayaan musyarakah 2. Memberikan pengedukasian kepada masyarakat melalui seminar /presentasi..
Gambar 4.3 Diagram Matriks SWOT Pembiayaan Musyarakah EFAS
Opportunities (Peluang) 1. Pesaing sedikit 2. Banyaknya pusat perdagangan 3. Pertumbuhan UMKM yang sangat pesat 4. Banyak UMKM yang belum mendapatkan dana 5.
IFAS
Strengths (kekuatan)
Strategi SO
1. Memiliki lokasi yang strategis 2. Bank syariah lain masih sedikit yang melakukan akad musyarakah 3. Berperasi atas dasar prinsip syariah
1. Melakukan sosisalisasi lebih aktif dan lebih gencar 2. Mengoptimalisasikan pembiayaan musyarakah 3. SDM yang lebih profesional
Weaknesses (Kelemahan)
Strategi WO
1. Kurangnya sosialisasi dan edukasi kemasyarakat 2. Produk yang belum dikenal 3. Kurangnya pemasaran dan promosi 4. SDM yang belum memadai
1. Meningkatkan pemasaran produk pembiayaan musyarakah 2. Strategi menjemput bola 3. Mengadakan pelatihan SDM Sehingga mampu menghasilkan SDM yang lebih berkompeten
93
Threats (Ancaman) 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pembiayaan musyarakah dapat mempengaruhi kecepatan pengembangan BPRS. 2. Sebagian masyarakat yang belum tahu. Strategi ST 1. Melakukan promosi yang lebih untuk mengenalkan produk pembiayaan musyarakah 2. Memberikan pengedukasian kepada masyarakat mengenai pembiayaan musyarakah melalui seminar atau persentasi Strategi WT 1. Mengevaluasi setiap kelemahan 2. Selalu memantau kepuasan nasabah 3. Mengusahakan pengembangan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM 4. Peningkatan promosi melalui berbagai media
Setelah
mempertimbangkan
prosedur
analisis
SWOT
sehingga
menghasilkan analisis SWOT yang tepat untuk strategi BPRS Al-Salaam dalam mengoptimalkan pembiayaan musyarakah kedepannya, yaitu lembaga pada posisi yang tepat adalah keunggulan komperatif dengan mempertimbangkan analisa sebagai berikut: 1. Melakukan sosialisasi lebih aktif dan lebih gencar 2. Mengoptimalisasikan produk pembiayaan musyarakah UMKM 3. Strategi menjemput bola Berdasarkan pembahasan mengenai evaluasi pembiayaan musyarakah melalui analisia SWOT, penulis menyimpulkan bahwa secara umum evaluasi pembiayaan musyarakah ini belum memberikan hasil yang diharapkan oleh BPRS Al-Salaam. Hal ini dikarenakan pihak BPRS belum memaksimalkan peluangpeluang yang ada, seperti kurangnya promosi dan mengedukasi masyarakat mengenai pembiayaan musyarakah. Pengenalan pembiayaan musyarakah ini dapat dilakukan melalui, sosialisasi pada nasabah yang mempunyai usaha, dan mengedukasi pada yayasan atau badan usaha yang ada disekitar BPRS Al-Salaam. Dari data-data evaluasi yang telah dibahas, penulis memberikan masukan atau solusi dari kendala yang dihadapi oleh pihak bank dalam memperkenalkan produk pembiayaan musyarakah BPRS Al Salaam, yaitu sebagai berikut: 1. Sebaiknya BPRS Al-Salaam menggunakan strategi jemput bola. Strategi ini perlu dikembangkan dalam rangka mencari nasabah sebanyak mungkin. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang
94
belum banyak mengenal adanya pembiayaan musyarakah di BPRS AlSalaam. Strategi ini dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan posisi pasar yang ada dan menambah jumlah nasabah yang menjadi peluang pangsa pasar yang masih luas. 2. Meningkatkan
loyalitas
nasabah,
Peran
nasabah
pembiayaan
musyarakah sangat berpengaruh terhadap kemajuan pendapatan BPRS Al-Salaam. Rasionalnya tidak ada nasabah maka tidak akan ada bank. BPRS Al-Salaam perlu meningkatkan loyalitas nasabah dengan cara memupuk dan memelihara rasa kekeluargaan dan kepercayaan dengan memberikan pelayanan yang prima dan fasilitas yang memuaskan. Dengan keloyalitasan nasabah secara tidak langsung sudah ikut mempromosikan BPRS Al-Salaam melalui mulut ke mulut atau personal sandingdan tidak diragukan mereka yang loyal akan mengajak orang sekitarnya untuk menggunakan jasa BPRS Al-Salaam. Strategi ini digunakan untuk memperkecil kelemahan dengan memanfaatkan peluang mayoritas penduduk malang adalah muslim.
95
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan berdasarkan analisias diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pola bagi hasil atau nisbah pembiayaan musyarakah di BPRS Al-Salaam sudah disepakati bersama dengan melihat berapa nilai usaha atau proyek yang dijalankan (usaha atau proyek yang akan di biayai), berapa keuntungan dari usaha atau proyek tersebut, berapa besar porsi modal bank dan nasabah. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari usaha atau proyek dibagikan berdasarkan nisbah yang telah disepakati bersama dan yang paling mudah diaplikasikan. Porsi bagi hasil pembiayaan musyarakah di BPRS Al-Salaam ini bersifat fluktuatif, ada yang 55:45, 60:40, 30:70. Ini dikarenakan dilihat dari besaran nasabah mempunyai modal berapa lalu BPRS Al-Salaam bisa menghitung bagi hasil yang dipergunakan. 2. Pendapatan BPRS Al-Salaam melalui pembiayaan musyarakah pada tahun 2015 sebesar 11,97% yaitu Rp 390.000.000,- pada tahun 2016 sekitar 88,03% yaitu sebesar Rp 2.867.602.495,-, Hal ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan musyarakah
pada
pendapatan tahun
BPRS
2015
dan
Al-Salaam 2016
dari pembiayaan
adalah
sebesar
Rp
3.257.602.495.Dari data tersebut dapat dilihat pula bahwa perubahan tingkat pendapatan BPRS Al-Salaam melalui pembiayaan musyarakah mengalami peningkatan yang sangat bagus, sehingga BPRS Al-Salaam 96
harus mengembangkan produk tersebut agar pendapatan BPRS menaik lebih pesat lagi. 3. Berdasarkan pembahasan mengenai evaluasi pembiayaan musyarakah melalui analisia SWOT, penulis menyimpulkan bahwa secara umum evaluasi pembiayaan musyarakah ini belum memberikan hasil yang diharapkan oleh BPRS Al-Salaam. Hal ini dikarenakan pihak BPRS belum memaksimalkan peluang-peluang yang ada, seperti kurangnya promosi dan mengedukasi masyarakat mengenai pembiayaan musyarakah. B. Saran Berdasarkan uraian kesimpulan dia tas, maka saran penulis adalah: 1. Untuk mengoptimalkan pembiayaan musyarakah, pihak bank harus melakukan sosialisasi dan pengedukasiaan lebih gencar lagi kepada masyarakat,
seperti
melakukan
seminar
atau
presentasi
kepada
masyarakat mengenai tentangb adanya perbankan syariah dan produkproduk pembiayaan (musyarakah). 2. Nasabah BPRS Al-Salaam seharusnya lebih memperhatikan dan lebih peduli
terhadap
perbankan
syariah
dan
produk–produk
yang
ditawarkannya seperti pembiayaan musyarakah, karena pembiayaan musyarakah memiliki potensi yang cukup besar untuk menambah pendapatan nasabah dimasa yang akan datang. 3. Penelitian ini masih terbatas pada aspek pendapatan BPRS Al-Salaam yang didapat dari pembiayaan musyarakah. Untuk peneliti selanjutnya
97
diharapkan melakukan penelitian pada aspek pendapatan nasabah pembiayaan musyarakah di BPRS Al-Salaam.
98
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani, 2001. Aji, Firman B dan Sirait, Martin, PDE Perencanaan dan Evaluasi, Jakarta: Bumi Aksara, 1990. Arikunto, Suahrsimi. Prosedur Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. cet. XII, edisi revisi V. Bank Indonesia, Statistik Perbankan. B.S, Purbayu. dan Muliawan. H. Statistika Deskriptif dalam Bidang Ekonomi dan Niaga. Jakarta: Erlangga, 2007. Pass, Cristopher dan Lowes, Bryan, Kamus Lengkap Ekonomi, Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga, 1994. Cholid dkk. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003. Dyckman, Thomas R.,Ronald E.Dukes dan Charles J.Davis, Akuntansi Inetrmediate. (Jakarta: Erlangga, 2002) Edisi ketiga Jilid Satu. Ismail, Ak, Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Djamil, Faturrahman. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2012. Hesti K. Rinda. Sistem Informasi Perbankan Syariah. Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2013. Emzir. Metodologi Penelitian Kualiatif Analisi Data. Jakarta: Rajawali Pers, 2010. 99
Fahmi, Irham. Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta, 2001. Firdaus N, Muhammad, Konsep dan Implementasi Bank Syariah. Jakarta: Rendisan, 2004. Gunawan, Imam. Metode Penelitiaan Kualitatif Teori Dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Harahap, Sofyan Syafri. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Jakarta : Raja Grafindo persada, 2002. Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000. Kitab Fiqh Syar’i Tentang Ekonomi Syariah. Kuntari, Mirantini Tri. “Analisis SWOT pada Produk AsuransiMitra Mabrur Plus”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015) Muhammad. Manajemen pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2000. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2004. Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press, 2001. Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002. Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat, 2012.
100
Prasetyo, B. dan Jannah, L.M. Metode Peneltian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Rangkut, Freddy. Analisis SWOT Tekhnik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006. Muryasari, Siti, “Analisis SWOT Terhadap Produk Unit Link” (Studi Pada PT Asuransi Takaful Keluarga, 2010 Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta). Satori, Djam’an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2009. Sedarmayanti. Manajemen Strategi. Bandung: Refika Aditama, 2014. Siregar, Sofyan. Statistik Deskriftif Untuk Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010. S. Burhanuddin. Aspek Hukum Lembaga keuangan Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Sumitro, Warkum. Asas-asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke 11. Bandung : CV. Alfabeta, 2010. Titik Sartika Partono dan Abd. Rachman Soejono, Ekonomi Skala kecil Menengah dan Koperasi. Jakarta: Galia Indonesia, 2001. Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari‟ah. Jakarta : Djambatan, 2001.
101
Tambunan, Tulus T.H., UMKM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia, 2009. Tika, Moh Pabuan. Metologi Riset Bisnis. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusihal.asil Usaha Bank Syariah. Jakarta, PT. Grasindo, 2005. Winarni, Sri. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Melalui Peningkatan Aksesibilitas Kredit Perbankan. Infokop Nomor 29 Tahun XXII, 2006. Yusanto, M. Ismail dan Muhammad Karebet Widjajakusuma. Menggagas Bisnis Islam. Jakarta: Gema Insani Press. Yusuf, Ayus Ahmad dan Aziz Abdul, Manajemen Operasional Bank Syariah, Cirebon : STAIN, 2009. Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Padang : Kencana Prenadamedia Group, 2013. Zuhayli, Wahbab. al-Fiqh al-Islami wa Adilatuh. Beirut: Dar al-Kutub, 1989.
102
LAMPIRAN I: Hasil Wawancara
Yth.Pak Fitriyadi Di tempat. Berikut daftar pertanyaannya: 1. Bagaimana tahapan penyaluran atau prosedur pembiayaan musyarakah? Sebelum saya memaparkan tahapan pembiayaan musyarakah, saya akan menjelaskan bahwa sampai saat ini pembiayaan musyarakah yang kami berikan sebagian besar untuk pengerjaan proyek. a.Permohonan Pembiayaan Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan secara tertulis (form permohonan ini sudah di sediakan oleh pihak bank), permohonan pembiayaan tersebut harus memuat informasi yang lengkap meliputi : Besarnya Plafond pembiayan, Tenor, Tujuan penggunaan dana, Identitas nasabah dan pasangan, Identitas Jaminan, Cash flow nasabah dan pasangan, berapa besar proyek yang sedang dikerjakan, berapa lama pekerjaan dan berapa keuntungan dari proyek tsb (ini tertuang didalam Surat Perintah Kerja). b. Analisa Pembiayaan Setiap permohonan pembiayaan yang telah memenuhi syarat diatas, harus dilakukan analisis pembiayaan secara tertulis, analisis ini menggambarkan informasi yang berkaitan dengan usaha dan data pemohon termasuk hasil penelitian pada daftar pembiayaan di bank lain, penilaian atas kelayakan jumlah permohonan pembiayaan dengan kegiatan usaha yang akan di biayai, menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan denga pemohon pembiayaan, Analisa pembiayaan harus sekurang-kurangnya mencakup analisa 5’C, trade checking ke pemberi kerja/projek. c. Rekomendasi persetujuan pembiayaan Rekomendasi persetujuan pembiayaan harus disusun secara tertulis berdasarkan hasil analisis pembiayaan yang telah dilakukan. Isi rekomendasi pembiayaan harus sejalan dengan keimpulan analisis pembiayan. d. Pemberian peretujuan pembiayaan Setiap pemberian persetujuan pembiayaan harus memperhatikan analisis dan rekomendasi persetujuan pembiayaan, dan penetapan berapa bagihasil yang akan diterima bank dan nasabah. e. Perjanjian pembiayaan Pembiayaan yang telah disetujui dan sisepakati pemohon, pembiayaan tersebut wajib dituangkan dalam perjanjian pembiayaan (Akad Musyarakah), akad ini memuat jumlah pembiayaan yang diberikan, jangka waktu, tata cara pembayaran. f. Pencairan pembiayaan 103
Setelah akad pembiayaan musyarakah di lakukan, dan dipastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan pembiayaan telah di selesaikan, maka dana pembiayaan dapat di cairkan. g. Control pembiayaan setelah pencairan Dana yang diberikan ke nasabah yang dipergunakan untuk pengerjaan pekerjaan proyek, harus di control tahapan pengerjaan nya, jangan sampai dana yang diberikan bukan dipergunakan untuk proyek yang dimaksud, serta dengan mengkontrol tahapan pekerjaan pihak bank akan mengetahui progress pekerjaan yang ada di SPK proyek tsb karena akan berkaitan dengan pembayaran proyek dan angsuran. 2. Bagimana Pola Bagi hasil/nisbah Pembiayaan Musyarakah? Pola bagi hasil/nisbah pembiayaan musyarakah sudah disepakati bersama dengan melihat berapa nilai proyek yang dijalankan (proyek yang akan di biayai), berapa keuntungan dari proyek tsb, berapa besar porsi modal bank dan nasabah, Dimana, bank dan nasabah keduanya memiliki modal. Modal bank dan modal nasabah digunakan oleh pengelola sebagai modal untuk mengerjakan proyek. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari proyek dibagikan berdasarkan nisbah yang telah disepakati bersama dan yang paling mudah diaplikasikan. 3. Bagaimana Perubahan tingkat pendapatan BPRS Al-Salaam melalui Pembiayaan Musyarakah UMKM? Sudah dijelaskan bahwa pembiayaan musyarakah yang ada di alsalaam yaitu pengerjaan proyek, sehingga Pembiayaan musyarakah UMKM yang ada kami golongkan kedalam pengerjaan proyek dengan plafond yang tidak begitu besar antara 50 juta s.d 1 milyar, dengan penyaluran pembiayaan tsb tingkat pendapatan bprs alsalaam cukup signifikan kenaikannya, dikarenakan tenor yang cepat (maksimal 12 bulan) dan penentuan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan. 4. Bagaimana strategi dalam usaha mengembangkan pembiayaan musyarakah UMKM di BPRS Al-Salaam? Strategi yang kami lakukan yaitu melakukan gathering dengan nasabah baik perorangan maupun perusahaan yang sudah kami berikan pembiayaan musyarakah serta perusahaan-perusahaan yang menjadi rekanan nasabah tsb.
104
LAMPIRAN II: Hasil Kuesioner
Nama
:
Jenis Kelamin
:
Usia
:
Jabatan
:
Cabang
:
1.
2.
3. 4.
5.
6. 7.
8.
9.
Sudah berapa lama BPRS Al-Salaam meluncurkan akadpembiayaan musyarakah di cabang ini? Lebih dari 5 tahun Apa saja syarat-syarat teknis nasabah untuk mengajukan pembiayaan musyarakah? Secara teknis pembiayaan musyarakah lebih di tekankan kepada pembiayaan untuk modal kerja (proyek) Jenis pembiayaan musyarakah apa saja yang ada di BPRS Al-Salaam cabang ini? Saat ini hanya pembiayaan musyarakah Bagaimana strategi promosi yang dilakukan BPRS Al-Salaam untuk mengenalkan pembiayaan musyarakah ini? Biasanya kami mengenalkan ke peusahaan2 yang mendapatkan SPK (Surat Perintah Kerja) di mana data base nya berasal dari nasabah lama Bagaimana cara BPRS Al-Salaam melakukan promosi untuk meningkatkan nasabah pembiayaan musyarakah? Jawaban sama dengan poin 4 Berapa jumlah nasabah pembiayaan musyarakah yang aktif di cabang ini? Kurang lebih 5 nasabah Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pembiayaan musyarakah ini? Salah satu faktor nya yaitu cara pembayaran angsuran sesuai termin pembayaran yang ada di SPK antara penerima pekerjaan dan bwheer. Kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan pembiayaan musyarakah dan apa solusinya? Pembayaran ke pihak bank terkadang agak telat (tidak sesuai dengan proyeksi angsuran yang sudah di sepakati) ini dikarenakan pihak pemberi kerja (bowheer) terlambat membayar ke penerima pekerjaan (nasabah), sehingga solusi yang biasa di tawarkan ke nasabah yaitu tenor pembiayaan lebih lama dibandingkan tenor/lamanya pekerjaan yang ada di SPK. Apa yang menjadi kekuatan BPRS Al-Salaam mempertahankan pembiayaan musyarakah ini? Total pembiayaan di BPRS Al Salaam masih di dominasi oleh pembiayan murabahah, sedangkan prinsip bagi hasil masih rendah, rendahnya prinsip bagi hasil (musyarakah) jelas bukan kondisi ideal yang diinginkan, karena sector riil dapat digerakkan melalui pembiayaan dengan prinsip bagi hasil,
105
prinsip bagi hasil ini merupakan salah satu prinsip utama dalam kegiatan ekonomi berbasis syariah. Akad pembiayaan musyarakah digunakan oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan permodalan bagi nasabah, guna menjalankan proyek/usahanya dan pihak bank memperoleh pendapatan dalam bentuk bagi hasil sesuai pendapatan yang dikelola oleh nasabah berdasarkan modal yang di setor. 10. Apa peluang dan tantangan dalam memasarkan pembiayaan musyarakah ini ditengah-tengah pesaing? Peluang masih cukup terbuka selain bagi hasil yang cukup bersaing juga proses dari pengajuan sampai akad yang tidak begitu lama (tetap memperhatikan ketentuan yang berlaku), dan tantangan yang dihadapi yaitu bagaimana memperkenalkan dan menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan ekonomi berbasis syariah ditengah-tengah masyarakat yang masih minim pengetahuan terkait dengan syariah.
106
Nama
: Rosidah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
:
Jabatan
:
Cabang
: Bandung
1. Sudah berapa lama BPRS Al-Salaam meluncurkan akad pembiayaan musyarakah di cabang ini? 5 tahun 2. Apa saja syarat-syarat teknis nasabah untuk mengajukan pembiayaan musyarakah?..WNI (perorangan/badanusaha), Mempunyai usaha yang sudah telah berjalan 2 tahun,usia minimal 21tahun, ada jaminan yang layak 3. Jenis pembiayaan musyarakah apa saja yang ada di BPRS Al-Salaam cabang ini?..Tidak ada 4. Bagaimana strategi promosi yang dilakukan BPRS Al-Salaam untuk mengenalkan pembiayaan musyarakah ini? Sosialisai pada nasabah yang mempunyai usaha dan layak untuk mendapatkan pembiayaan musyarakah, edukasi pada yayasan/badan usaha yang ada di sekitar kantor Cabang,membuat surat penawaran pada perusahaan, promosi di web Alsalaam, promosi melalui radio, sosial media (BB, WA dsb) 5. Bagaimana cara BPRS Al-Salaam melakukan promosi untuk meningkatkan nasabah pembiayaan musyarakah? Sosialisasi secara intensif kepada nasabah lama maupun baru yang mempunyai usaha , dengan cara pengiriman surat penawaran, melalui web Al Salaam, media sosial , radio, BB, WA dsb. .. 6. Berapa jumlah nasabah pembiayaan musyarakah yang aktif di cabang ini? Tidak ada 7. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pembiayaan musyarakah ini? Bagi hasil, DPK, NPF, modal bank 8. Kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan pembiayaan musyarakah dan apa solusinya? Bagi hasil antara bank dan nasabah perlu penjelasan khusus/mendetail karena nasabah kebanyakan untuk berbagi secara terbuka masih belum terbiasa. 9. Apa yang menjadi kekuatan BPRS Al-Salaam mempertahankan pembiayaan musyarakah ini? Sesuai syariah,, nisbaha bagi hasil / besaran angsuran jelas , batas waktu pembiayaan jelas
107
10. Apa peluang dan tantangan dalam memasarkan pembiayaan musyarakah ini ditengah-tengah pesaing? Edukasi kepada nasabah tentang pembiayaan musyarakah lebih intensif , keterbukaan bagi hasil antara bank dan nasabah real, keterlibatan bank dan nasabah dalam mengelolah usaha dituntut aktif guna mendapatkan keberhasilan usaha..
108
Nama
: ZAINAL ARIFIN
Jenis Kelamin
: LAKI - LAKI
Usia
: 29 TAHUN
Jabatan
: SELES OFFICER YUNIOR
Cabang
: KCP CILEUNGSI
1. Sudah berapa lama BPRS Al-Salaam meluncurkan akadpembiayaan musyarakah di cabang ini? Hampir ± 4 Tahun Lamanya 2. Apa saja syarat-syarat teknis nasabah untuk mengajukan pembiayaan musyarakah? Salah satunya yaitu KTP.KK.SURAT NIKAH.PBB (kepemilikan rumah tetap).& SLIP GAJI ATAU SKU (bagi nasabah usaha) 3. Jenis pembiayaan musyarakah apa saja yang ada di BPRS Al-Salaam cabang ini? Pembiayaan Syariah kendaraan Motor & Mobil. Pembiayaan Syariah KPR. Pembiayaan Syariah Modal Usaha Pembiayaan Alsalaam Syariah (PAS Multi guna) 4. Bagaimana strategi promosi yang dilakukan BPRS Al-Salaam untuk mengenalkan pembiayaan musyarakah ini? Dengan cara meyebarkan Brosur (KANVASING) Pendekatan nasabah lama yg merekomendasikan Teman.Saudara,Kerabat.keluarganya. 5. Bagaimana cara BPRS Al-Salaam melakukan promosi untuk meningkatkan nasabah pembiayaan musyarakah? Dengan cara mengkonfirmasikan pembiayaan kembali kepada nasabah lama yang bersetatus akan lunas dan memiliki history baik. 6. Berapa jumlah nasabah pembiayaan musyarakah yang aktif di cabang ini? Keseluruhan nasabah pembiayaan yaitu 643 nasabah diantaranya nasabah PAS, PSKM, PSKKB, KPR. 7. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pembiayaan musyarakah ini? Berkembangnya perbankan – perbankan lainya yang mempunyai nilai tersendiri yaitu proses yang cepat. Selain itu adanya daya sain yang tinggi semakin berkembang. 8. Kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan pembiayaan musyarakah dan apa solusinya?
109
Kendala yang di hadapi saat marketing tidak mendapatkan hasil dari kanvasing yang di sebut Nasabah. Solusinya yaitu tetap optimis dan berusaha walaupun kenyataan tidak sesuai dengan keinginan. 9. Apa yang menjadi kekuatan BPRS Al-Salaam mempertahankan pembiayaan musyarakah ini? Kekuatan yang dimiliki BPRS AL-Salam ini pembiayaannya berbasis Syariah dan tidak memiliki denda yang besar. Selain itu di pembiayaan motor terbilang cukup unggul di bandingkan pembiayaan di tempat yang lain. 10. Apa peluang dan tantangan dalam memasarkan pembiayaan musyarakah ini ditengah-tengah pesaing? Pembiayaan kendaraan roda dua lebih unggul di bandingkan dengan pesaing lainnya. Tantangan yang harus di hadapi yaitu tidak tahunya masyarakat akan adanya BPRS AL-Salaam. Adapun yang tau tentang BPRS Al-Salaam tidak mengetahui produk-produk yang di miliki oleh BPRS Al_Salaam. Masyarakat hanya paham benar dengan adanya BPRS Al-salaam di pembiayaan pinjaman dan pembiayaan kredit motor.
110
Nama
: Tamrin Jarkasih
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Usia
: 34 Tahun
Jabatan
: Kepala Cabang
Cabang
: Tangerang
1. Sudah berapa lama BPRS Al-Salaam meluncurkan akadpembiayaan musyarakah di cabang ini? Di BPRS AL Salaam, akad musyarakah diluncurkan secara bersamaan dan bisa diterapkan langsung oleh seluruh cabang yang ada. Di Kantor cabang Tangerang belum ada penerapan akad ini. Yang sudah diterapkan adalah akad murabahah dan mudharabah. 2. Apa saja syarat-syarat teknis nasabah untuk mengajukan pembiayaan musyarakah?. Karena penerapan akad musyarakah belum diterapkan di tangerang, maka secara persyaratan teknisnya belum bisa digambarkan. 3. Jenis pembiayaan musyarakah apa saja yang ada di BPRS Al-Salaam cabang ini? Belum ada 4. Bagaimana strategi promosi yang dilakukan BPRS Al-Salaam untuk mengenalkan pembiayaan musyarakah ini? Belum ada strategi khusus untuk memasarakan pembiayaan musyarakah 5. Bagaimana cara BPRS Al-Salaam melakukan promosi untuk meningkatkan nasabah pembiayaan musyarakah? Belum ada strategi khusus untuk memasarakan pembiayaan musyarakah 6. Berapa jumlah nasabah pembiayaan musyarakah yang aktif di cabang ini? Belum Ada 7. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pembiayaan musyarakah ini? Belum bisa diukur 8. Kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan pembiayaan musyarakah dan apa solusinya? Belum bisa diukur 9. Apa yang menjadi kekuatan BPRS Al-Salaam mempertahankan pembiayaan musyarakah ini? Yang menjadi kekuatan dalam mempertahankan pembiayaan musyarakah adalah : Prinsip berbagi hasilnya (syariah) dan kecepatan proses jika dibandingkan dengan Bank Umum 10. Apa peluang dan tantangan dalam memasarkan pembiayaan musyarakah ini ditengah-tengah pesaing? Peluangnya : Banyaknya jenis usaha yang bisa dibiayai dengan pembiayaan musyarakah namun masih terbatasnya penetrasi pemasaran Al Salaam Tantangan : Kemampuan SDM Al Salaam dalam melakukan sosialiasi produk musyarakah, dan belum dikenalnya nama BPRS Al Salaam 111
Nama
: Surya
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 28 Tahun
Jabatan
: SOY
Cabang
: Ciputat
1. Sudah berapa lama BPRS Al-Salaam meluncurkan akad pembiayaan musyarakah di cabang ini? Jawab: 2 tahun terakhir 2. Apa saja syarat-syarat teknis nasabah untuk mengajukan pembiayaan musyarakah? Jawab:
Mengisi formulir permohonan
Menyerahkan foto copy bukti identitas ( KTP, KK, Buku Nikah)
NPWP
Akta Pendirian Perusahaan dan Perubahannya
Izin Usaha : SIUP, TDP, SITU, SIUJK dan lainnya (jika dibutuhkan) yang masih berlaku
Bukti Legalitas Jaminan (SHM/SHGB/BPKB/ Bilyet Deposito/dll)
Laporan Keuangan 1 tahun terakhir
Bukti Surat Perintah Kerja (SPK).
Tidak termasuk dalam daftar hitam Bank Indonesia serta tidak tercatat sebagai nasabah pembiayaan macet/bermasalah
3. Jenis pembiayaan musyarakah apa saja yang ada di BPRS Al-Salaam cabang ini? Jawab: Belum ada realisa pembiayaan Musyarakah pada BPRS AlSalaam Cabang Ciputat. 4. Bagaimana strategi promosi yang dilakukan BPRS Al-Salaam untuk mengenalkan pembiayaan musyarakah ini? Jawab:
112
memetakan kegiatan usaha yang cocok untuk mendapatkan dan menggunakan produk pembiayaan musyarakah sehingga kegiatan promosi yang akan dilakukan menjadi tepat sasaran. 5. Bagaimana cara BPRS Al-Salaam melakukan promosi untuk meningkatkan nasabah pembiayaan musyarakah? Jawab: Dengan melakukan sosialisasi dan memberikan surat penawaran kepada pelaku usaha terkait produk pembiayaan musyarakah yang ada di BPRS AlSalaam. 6. Berapa jumlah nasabah pembiayaan musyarakah yang aktif di cabang ini? Jawab: Tidak Ada 7. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pembiayaan musyarakah ini? Jawab:
Sesuai dengan prinsip syariah
Pembiayaan dapat diberikan untuk keperluan modal kerja dan atau investasi Mekanisme pengembalian yang fleksibel sesuai dengan realisasi usaha Bagi hasil berdasarkan perhitungan revenue sharing Dapat digunakan untuk pembiayaan modal kerja usaha dan proyek Jangka waktu disesuaikan dengan jadwal penyelesaian pekerjaan
8. Kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan pembiayaan musyarakah dan apa solusinya? Jawab:
kesulitan menarik kembali dana apabila terjadi wan prestasi
Kesulitan perhitungan keuntungan bagi hasil karena cicilan pengembalian dana
Tidak boleh ada jaminan
9. Apa yang menjadi kekuatan BPRS Al-Salaam mempertahankan pembiayaan musyarakah ini? Jawab: BPRS Al Salaam memiliki keyakinan bahwa pembiayaan musyarakah memiliki potensi yang cukup besar untuk menambah pendapatan perbankan di masa yang akan datang
113
10. Apa peluang dan tantangan dalam memasarkan pembiayaan musyarakah ini ditengah-tengah pesaing? Peluang : Pangsa pasar yang masih sangat luas mengingat market share perbankan syariah masih sangat kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional, maka sangat besar peluang BPRS Al Salaam untuk menyalurkan produk. Tantangan : Tantangan yang dihadapi industri perbankan syariah khususnya BPRS Al Salaam adalah dari segi pemasaran, mengingat calon nasabah lebih tertarik kepada perbankan konvensional.
114