EVALUASI KONDISI SUMBER DAYA AIR TAHUN 2011 Status 30 Nopember 2011
1. Prakiraan Musim Bulan Nopember Tahun 2011
Prakiraan curah hujan bulan Nopember 2011, wilayah Indonesia cukup bervariasi mulai tingkat rendah (21 – 50 mm) s/d sangat tinggi (>500 mm). Sifat hujan di atas normal (116 – 150%) meliputi sebagian kecil NAD, P.Simeulue, sebagian kecil Sumatera Utara, sebagian besar Sumatera Barat, sebagian besar Kalimantan Timur, sebagian besar Gorontalo, Sulawesi Utara, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian besar P.Buru, P.Seram, P.Waigeo dan sebagian Papua.
Curah hujan tingkat rendah (21 – 50 mm) diprakirakan terjadi di Kep.Tanimbar. Curah hujan yang sangat tinggi (401 - >500 mm) diprakirakan meliputi sebagian kecil NAD, sebagian kecil Sumatera Utara, P.Simeulue, sebagian kecil Sumatera Barat,sebagian kecil Jawa Timur, sebagian kecil Kalimantan Timur, sebagian kecil Kalimantan Barat dan sebagian kecil Kalimantan Tengah. (Gambar 1).
Diprakirakan sebanyak 16,4% daerah di Indonesia memasuki awal musim hujan 2011/2012 pada sekitar dasarian I – III September 2011, yang meliputi sebagian P. Sumatera, P. Jawa, P. Kalimantan dan P. Sulawesi, dengan prakiraan sifat hujan di bawah normal (51% – 84%) s/d di atas normal (116% - 150%). Daerah prospek awal musim hujan 2011/2012 pada bulan September tersebut secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8.
Gambar 1. Prakiraan Curah Hujan Bulan Nopember 2011
1
2. Kondisi Air di Beberapa Waduk Utama dan Perkembangan Tanam Padi a. Dari hasil pantauan 70 (tujuh puluh) waduk, dilaporkan kondisi ketersediaan air (status pemantauan 31 Juli 2011 s/d 30 Nopember 2011) sebagai berikut:
Jawa Barat Waduk utama di Jawa Barat, yaitu Waduk Djuanda, Cirata dan Saguling berada dalam kondisi normal (status 30 Nopember 2011).
Jawa Tengah 4 (empat) waduk utama di Jawa Tengah, yaitu Waduk Kedungombo, Wonogiri, Sempor dan Wadaslintang berada dalam kondisi normal. (status 18 dan 19 Oktober 2011). Untuk kondisi waduk-waduk kecil lainnya (status 17 - 19 Oktober 2011 serta 28 Nopember 2011): 15 (lima belas) waduk dalam kondisi normal; 9 (sembilan) waduk (Parang Joho, Nawangan, Gebyar, Kembangan, Ketro, Rawapening, Gembong, Gunungrowo dan Sudirman) dalam kondisi waspada; 9 (sembilan) waduk (Plumbon, Song Putri, Kedungguling, Ngancar, Lalung, Delingan, Botok, Brambang dan Simo) dalam kondisi kering; Waduk Londanwetan pada saat ini sedang dalam proses sertifikasi.
DI. Yogyakarta Waduk Sermo berada dalam kondisi waspada (status 31 Juli 2011).
Jawa Timur 5 (lima) waduk utama di Jawa Timur yaitu waduk Sutami, Lahor, Selorejo, Bening dan Wonorejo berada dalam kondisi normal. (status 20 Nopember 2011). Untuk kondisi waduk-waduk kecil lainnya (status 30 September 2011): 12 (dua belas) waduk kecil di Jawa Timur berada dalam kondisi normal. Sedangkan 1 (satu) waduk, yaitu waduk Gondang berada dalam kondisi kering.
Lampung Waduk utama di Lampung, yaitu Waduk Batutegi berada dalam kondisi normal (10 Oktober 2011). Sedangkan waduk Way Rarem berada dalam kondisi waspada (31 Juli 2011) dan waduk Way Jepara dalam kondisi normal (31 Agustus 2011)
Sulawesi Selatan Waduk Bili-bili berada dalam kondisi normal (30 Nopember 2011).
DI Aceh (status 17 – 20 Oktober 2011) Dari 8 (delapan) waduk/embung di Aceh yang dipantau, 5 (lima) waduk/embung dalam kondisi waspada, yaitu waduk Keuliling, embung Seumayam, embung Alue Rhee, embung Lhok Pisang dan embung Alue Drien. Sedangkan 3 (tiga) embung, yaitu embung Paya Nie, embung Paya Laot dan embung Paya Sikameh berada dalam kondisi normal.
Rincian data tentang kondisi muka air pada waduk-waduk tersebut di atas, dapat dilihat pada Lampiran 1. 2
b. Kondisi alokasi air di beberapa lokasi sumber air yang masih dibawah pola/rencana adalah sebagai berikut :
Wilayah sungai Brantas (status 20 Nopember 2011) Jatimlerek, Jatikulon dan Delta Brantas.
Wilayah sungai Pemali Juana (status 14 Nopember 2011) Cisadap, Nambo dan Dukuhjati.
Wilayah sungai Citanduy (30 September 2011) Tidak ada alokasi air yang berada di bawah pola/rencana.
Wilayah sungai Sumatera I (20 Oktober 2011) Kr.Jreue, Kr.Aceh, Kr.Baro, Kr.Tiro, Kr.Reubee, Kr. Meuredu, Kr. Beuracan, Kr.Kiran, Kr.Ulim, Kr.Cubo Trieng Gading, Kr.Pandrah, Kr.Samalanga, dan Kr.Nalan.
Rincian data tentang kondisi ketersediaan air pada lokasi sumber air selengkapnya, dapat dilihat pada Lampiran 2 dan untuk mengetahui daerah irigasi layanan dan luasnya untuk masing-masing waduk dapat dilihat pada Lampiran 3. c. Dengan kondisi di atas, maka kondisi rencana dan realisasi tanam dan panen Padi Rendeng/Gadu adalah sebagai berikut: c.1. Jawa Barat (s.d. periode 31 Mei 2011) c.1.1. Padi Rendeng MT 2010/2011 Daerah irigasi Jatiluhur, target aktivitas seluas 226.368 ha, realisasi aktivitas seluas 225.982 ha (99,83%), dengan rincian : untuk aktivitas tanam 875 ha dan panen 225.107 ha. Daerah Irigasi Selatan Jatiluhur, target aktivitas seluas 53.593 ha, realisasi aktivitas seluas 53.504 ha (99,83%), dengan panen seluas 53.504 ha. Selain aktivitas dalam target, terdapat aktivitas di luar target seluas 5.083 ha dengan panen seluas 5.083 ha. c.1.2. Padi Gadu MT 2011 Daerah irigasi Jatiluhur, target aktivitas seluas 219.086 ha, realisasi aktivitas seluas 154.398 ha (70.47%), dengan rincian : untuk aktivitas bibit seluas 3.442 ha, garap seluas 66.084 ha dan tanam seluas 84.872 ha serta palawija seluas 55 ha. Selain aktivitas dalam target terdapat aktivitas di luar target seluas 4.274 ha yang tediri dari aktivitas bibit seluas 33 ha, garap seluas 689 ha dan tanam seluas 3.552 ha
Daerah Irigasi Selatan Jatiluhur, target aktivitas seluas 30.394 ha, dengan realisasi aktivitas seluas 29.658 ha (97,58%) yang terdiri dari aktivitas bibit seluas 34 ha, garap seluas 637 ha, tanam seluas 27.559 ha dan panen seluas 1.428 ha. Selain aktivitas dalam target terdapat aktivitas diluar target seluas 12.948 ha yang terdiri dari aktivitas bibit seluas 19 ha, garap seluas 352 ha dan tanam seluas 12.577 ha.
3
Rencana pemberian air dari tanggal 1 Oktober 2010 – 31 Mei 2011 sebanyak 3.923,21 juta m3, sedangkan realisasinya sebesar 4.200,05 juta m 3 (107,06%) c.2. Wilayah sungai Citanduy (periode s.d 31 Agustus 2011) Realisasi aktivitas sesuai target, yaitu 42.078 ha, dengan rincian untuk aktivitas bibit dan garap seluas 10.352 ha, aktivitas tanam 12.815 ha dan aktivitas panen 18.911 ha. Sedangkan rincian target untuk masing-masing DI yaitu : DI Cikunten I seluas 3.352 ha, DI Cikunten II seluas 4.393 ha, DI Lakbok Selatan seluas 4.537 ha, DI Lakbok Utara seluas 5.869 ha, DI Rawa Onom seluas 947 ha, DI Panulisan seluas 563 ha dan DI Sidareja-Cihaur seluas 22.417 ha. Rincian data tentang realisasi perkembangan tanam dan panen Padi Rendeng/Gadu selengkapnya, dapat dilihat pada Lampiran 4. c.3. Wilayah sungai Sumatera I (s.d 20 Nopember 2011) Padi Rendeng/ Gadu MT 2011: Daerah irigasi di Kabupaten Aceh Besar, yaitu DI Kr. Jreue dan DI Kr. Aceh, target rencana tanam seluas 5.240,9 ha, realisasi aktivitas panen seluas 5.183,84 ha. Rencana tanam di luar target seluas 4.292,63 ha.
Daerah irigasi di Kabupaten Pidie, yaitu DI Baroe, DI Kr. Tiro dan DI Reubee, target rencana tanam seluas 15.657 ha, realisasi aktivitas panen seluas 12.583 ha.
Daerah irigasi di Kabupaten Pidie Jaya, yaitu DI Meureudu, DI Beuracan, DI Ulee Glee, DI Ulim dan DI Cubo Trienggading target rencana tanam seluas 6.039,40 ha dan realisasi aktivitas tanam seluas 4.905,47 ha.
Daerah irigasi di Kabupaten Bireuen, yaitu DI Pandrah, Di Samalanga, DI Peudada, DI Nalan, DI Panthe Long dan DI Paya Nie, target rencana tanam seluas 20.384 ha, realisasi aktivitas panen seluas 15.937,90 ha.
Daerah irigasi di Kabupaten Aceh Utara, yaitu DI Pase, target rencana tanam seluas 4.249,00 ha dan realisasi aktivitas panen seluas 5.369,00 ha.
c.4. Wilayah sungai Mesuji Sekampung (01 s.d 31 Agustus 2011) Realisasi aktivitas sesuai target, yaitu 107.733 ha, dengan rincian untuk aktivitas tanam 88.439 ha dan aktivitas panen 19.294 ha. Sedangkan rincian target untuk masing-masing DI yaitu : DI Way Rarem seluas 20.678 ha, DI Way Tulung Mas seluas 700 ha, DI Way Seputih seluas 14.612 ha, DI Way Pengubuan seluas 3.500 ha, DI Way Sekampung seluas 16.292 ha, DI Punggur Utara seluas 19.682 ha, DI Bekri seluas 6.500 ha, DI Rumbia Barat seluas 5.790 ha, DI Way Jepara seluas 5.534 ha, DI Way Batanghari Utara seluas 4.732 ha, DI Way Raman Utara seluas 4.237 ha, DI Way Curup seluas 2.476 ha dan DI Way Umpu seluas 3.000 ha.
4
d. Luas banjir dan kekeringan lahan beririgasi adalah sebagai berikut : -
Luas tanaman padi terkena banjir a. Musim Kemarau (April - Mei) MK 2010 mencapai 6.853 ha, MK 2009 mencapai 8.712 ha dan rata-rata 5 tahun MK (MK 2004 – MK 2008) mencapai 22.554 ha, dengan luas sawah yang terkena puso mencapai 1.529 ha, 1.330 ha dan 2.006 ha berurutan untuk periode musim kemarau di atas. b. Tahun (Januari – Mei) MK 2010 mencapai 90.548 ha, MK 2009 mencapai 29.404 ha dan rata-rata 5 tahun MK (MK 2004 – MK 2008) mencapai 111.656 ha, dengan luas sawah yang terkena puso mencapai 20.000 ha, 2.656 ha dan 14.277 ha berurutan untuk periode musim kemarau di atas.
-
Luas tanaman padi terkena kekeringan a. Musim Kemarau (April - Mei) MK 2010 mencapai 5.074 ha, MK 2009 mencapai 609 ha dan ratarata 5 tahun MK (MK 2004 – MK 2008) mencapai 27.372 ha, dengan luas sawah yang terkena puso mencapai 703 ha, 24 ha dan 3.007 ha berurutan untuk periode musim kemarau di atas. b. Tahun (Januari – Mei) MK 2010 mencapai 173.641 ha, MK 2009 mencapai 317.360 ha dan rata-rata 5 tahun MK (MK 2004 – MK 2008) mencapai 361.095 ha, dengan luas sawah yang terkena puso mencapai 14.477 ha, 103.762 ha dan 63.934 ha berurutan untuk periode musim kemarau di atas.
Menurut Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, hingga tanggal 20 Oktober 2011 areal tanaman padi di Indonesia yang terkena kekeringan seluas 191.845 ha, yang mengalami puso seluas 16.565 ha. Sedangkan areal tanaman padi yang terkena banjir seluas 107.386,3 ha, yang mengalami puso seluas 14.123,1 ha. Rincian data tentang luas lahan beririgasi terkena kekeringan selengkapnya, dapat dilihat pada Lampiran 5.
5
e. Perbandingan TMA tahun 2011 pada periode yang sama dengan tahun sebelumnya. No.
Waduk Utama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Wd. Djuanda Wd. Kedungombo Wd. Wonogiri Wd. Sempor Wd. Wadaslintang Wd. Sermo Wd. Sutami-Lahor Wd. Selorejo Wd. Bening Wd. Wonorejo Wd. Batutegi Wd. Bili-bili
Tinggi Muka Air (m) Th. 2010 Th. 2011 100.32 94.18 88.84 82.96 131.88 129.46 72.14 61.01 185.26 175.80 136.58 133.91 263.44 268.50 615.41 614.54 102.66 104.23 169.87 156.38 274.34 263.25 98.02 79.56
Deviasi (m) -6.14 -5.88 -2.42 -11.13 -9.46 -2.67 5.06 -0.87 1.57 -13.49 -11.09 -18.46
Periode Nopember Dasarian III Oktober Dasarian II Oktober Dasarian II Oktober Dasarian II Oktober Dasarian II Juli Dasarian III Nopember Dasarian II Nopember Dasarian II Nopember Dasarian II Nopember Dasarian II Oktober Dasarian I Nopember Dasarian III
f. Waduk-waduk yang dioperasikan dengan pola kering, untuk alokasi airnya diatur berdasarkan:
Prioritas I
: air baku untuk kebutuhan pokok sehari-hari (agar semua waduk utama menjamin terpenuhinya air). Prioritas II : air untuk irigasi pertanian rakyat. Prioritas III : air untuk industri dan kebutuhan lainnya.
3. Langkah antisipasi yang telah Dilaksanakan a. Pengamanan awal musim tanam (MT II)
Pengelolaan air. Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kekeringan antara lain dengan : - Selalu memperhatikan hasil evaluasi dan prakiraan awal musim hujan dan musim kering yang dilakukan oleh BMG setiap bulan. - Melakukan pemantuan intensif terhadap ketersediaan air di waduk untuk mengetahui tingkat kekeringan melalui monitoring elevasi muka air waduk. - Untuk sungai yang alirannya dikendalikan melalui waduk diupayakan agar muka air waduk tetap berada diatas pola operasi musim kering dengan melakukan penyesuaian pengaturan alokasi air sesuai dengan kondisi curah hujan melalui penerapan sistem prioritas penggunaan air dan optimalisasi areal tanam. - Melaksanakan efisiensi penggunaan air baik pada sungai yang ada waduknya maupun yang tidak punya waduk. Efisiensi penggunaan air dilakukan melalui sistem pergiliran dalam penggunaan air dan teknologi irigasi hemat air. - Meminimalkan kebocoran air di sepanjang jaringan irigasi.
6
Melaksanakan pengawasan intensif atas terjadinya kebocoran pada jaringan irigasi, serta mencegah terjadinya pengambilan air ilegal baik di sungai maupun di saluran. Melakukan kaji ulang terhadap pola tanam dan tata tanam oleh Panitia Irigasi Kabupaten.
Pemberdayaan petani Pada awal dan selama kekeringan dilakukan pembinaan terhadap petani mengenai bagaimana menggunakan air secara hemat, efisien, adil dan merata, pembinaan antara lain mengenai: -
Pola tanam dan tata tanam yang disepakati dan ditetapkan bagi pergiliran masa tanam dan jenis tanaman yang ditetapkan sebagai hasil kesepakatan dalam Komisi Irigasi agar ditaati oleh petani. Penyuluhan terhadap petani pemakai air (P3A, GP3A, IP3A) untuk menjelaskan bagaimana memanfaatkan air secara efisien dan efektif, sehubungan dengan terbatasnya jumlah air yang ada terhadap bertambahnya permintaan akan air melalui Gerakan Hemat Air dan meningkatkan kesadaran terhadap pelestarian lingkungan, antara lain melalui SRI yang pada tahun 2009 penerapannya sudah mencakup 6 propinsi dengan luas total 69,50 Ha dan pada tahun 2010 luas total 3.159,90 ha (Lampiran 6).
Penyediaan Prasarana Sumber Daya Air Dalam rangka mengurangi dampak kekeringan perlu dilakukan upaya meningkatkan keandalan prasarana sumber daya air sebagai berikut : -
Meningkatkan kapasitas penyediaan air dengan memperbaiki waduk atau embung, serta mengoptimalkan fungsi danau dan situ sebagai sumber air. Mendistribusikan 95 unit pompa air berkapasitas 25 liter/detik, ke beberapa wilayah melalui Balai Besar dan Balai Wilayah Sungai dengan rincian sebagai berikut:
BBWS : 15 unit BBWS Cimanuk-Cisanggarung, 10 unit BBWS Citanduy, 10 unit BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian dan 30 unit BBWS Sumatera VIII. BWS : 25 unit BWS Sumatera V dan 5 unit BWS Sulawesi IV
Untuk selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 7. -
-
Menerapkan prinsip penggunaan air secara berulang kali, misalnya di daerah irigasi yang saluran drainasenya masih terdapat air, dilakukan pemompaan ke lahan pertanian agar air tetap dapat dapat termanfaatkan. Membangun tampungan-tampungan air hujan (waduk lapangan) pada sebagian lahan pertanian, agar air hujan tidak terbuang percuma. Meningkatkan kesiapan prasarana dan sarana sumber daya air melalui kegiatan Rehabilitasi dan Upgrading, dan Pemeliharaan yang konsisten dan mantap melalui penyediaan dana O&P yang memadai. 7
-
Memberi kesempatan kerja kepada para petani dalam kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi khususnya para petani yang sawahnya kekeringan.
b. Upaya mengantisipasi ketersediaan air bersih di perkotaan dan perdesaan.
Peringatan dini (early warning) tentang ketersediaan air baku. - Menyebarluaskan informasi BMKG terakhir ke seluruh daerah, Pemkot/Pemkab dan PDAM. - Memantau perkembangan kondisi kemarau di daerah-daerah rawan kekeringan. Mengadakan dropping air bersih melalui mobil dan hidran umum kepada daerah-daerah yang mengalami rawan air bersih. Upaya yang bersifat preventif, misalnya : - Memperkenalkan teknologi pemanenan air hujan serta jaringan penangkap aliran permukaan terutama pada daerah-daerah yang seringkali dilanda krisis air bersih karena kondisi alamnya yang memang kering. - Meningkatkan kapasitas resapan air pada beberapa wilayah yang kondisi tanahnya memungkinkan terjadinya resapan air, misalnya dengan membuat sumur-sumur resapan air hujan guna meningkatkan ketersediaan air tanah sekaligus mengurangi beban jaringan drainase.
8