Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
EVALUASI ADOPSI DAN DAMPAK LITKAJI PADA BPTP NTB IRIANTO BASUKI, SUDJUDI, KUKUH WAHYU, DAN ARIEF SURAHMAN Balai Pengkajian Teknologi Perrtanian NTB
RINGKASAN Sampai tahun 2000 BPTP telah melakukan pengkajian sebanyak 93 jenis litkaji dan telah direkomendasikan 12 paket teknologi untuk dapat dimanfaatkan oleh petani atau stakeholder. Evaluasi terhadap kegiatan litkaji melalui kajian evaluasi adopsi dan dampak litkaji ini sangat penting dan strategis karena dapat diketahui progres kinerja BPTP melalui kegiatan litkaji yang dilakukan. Kegiatan ini dilakukan melalui survai terhadap petani menurut jenis usahatani masing-masing sub sektor dan petugas /stakeholder.Kegiatan ini bertujuan : 1). Mengetahui kecepatan adopsi teknologi dan dampak litkaji dari jenis paket teknologi. 2). Mengidentifikasi berbagai jenis hambatan dan kendala dari adopsi paket teknologi hasil litkaji 3.). Hasil kajian menunjukkan bahwa : Kegiatan litkaji yang menonjol dan memberikan dampak positip baik kepada petani maupun stakeholder dari tahun 1995 sampai dengan 2000 adalah : (a) Pengkajian SUTPA, (b) Pengkajian Usaha Pertanian (SUP) Jagung, (c) Uji adaptasi pembesaran kerapu dalam keramba jaring apung (KJA) di Lombok Timur, (d) Uji adaptasi pemeliharaan ikan mas strain Rajadanu pada lingkungan kolam dan sawah, (e) Uji adaptasi budidaya tanaman pangan mendukung perluasan areal tanam di Empang Sumbawa. Berbagai kendala dari beberapa litkaji sulit untuk dapat diadopsi dan memberikan dampak positip disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah : Ketersediaan modal di tingkat petani ,Ketersediaan pasar untuk menyerap produksi, Keuntungan yang didapat ,Kecocokan teknologi tersebut pada lingkungan petani,Tingkat kesulitan teknologi tersebut Kata Kunci : Adopsi, Dampak, Litkaji
PENDAHULUAN Misi Badan Litbang Pertanian adalah menghasilkan teknologi untuk pembangunan Pertanian. Sedangkan salah satu visinya adalah menerapkan teknologi spesifik lokasi secara dinamis. Dalam operasional proses misi dan visi di daerah NTB dijabarkan melalui kegiatan BPTP. Untuk ini diperlukan kerja sama dan komunikasi yang intensif dengan institusi dan kelembagaan lainnya. Hal ini merupakan dasar sehingga BPTP dengan cepat mampu menangkap kebutuhan teknologi atau mengintroduksi inovasi dan sekaligus mengevaluasi umpan baliknya. Aplikasi sistem ini dalam model komunikasi menurut Berlo (1960) adalah sistem sumber , pesan, saluran dan penerima atau pengguna. Selanjutnya menurut Dahlan (1985) disempurnakan bahwa perlu adanya umpan balik dan saling pengertian (konvergensi) antara sumber dan pengguna Diseminasi informasi dalam suatu sistem dengan menggunakan saluran atau media digunakan untuk sejumlah tujuan yang berbeda, misalnya menjual produk, propaganda politik dan diantaranya adalah mempengaruhi pengguna untuk merubah pengetahuan (Hedebro,1982). Tujuan terakhir inilah yang diadaptasikan dan diaplikasikan untuk kegiatan diseminasi hasil kajian di bidang pertanian. Ditinjau dari sisi teknologi atau pesan, hal ini merupakan suatu sistem informasi dalam tranfer teknologi kepada petani. Dilihat dari sisi kelembagaan yang terlibat dalam proses aliran sistem informasi komunikasi inovasi dari sumber kepada pengguna atau petani paling tidak ada tiga kelembagaan/subsistem yaitu (1)
308
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
kelembagaan sumber teknologi yaitu BPTP, Perguruan Tinggi, Lembaga swasta, (2) kelembagaan penghubung/penyampaian teknologi yaitu kelembagaan penyuluhan BIPP, BPP, dan Lembaga swasta lainnya, dan (3) kelembagaan penerima atau pengguna teknologi atau petani. Untuk menjamin proses tersebut peranan informasi komunikasi dalam satu sistem menjadi sangat penting dan strategis. Mekanisme penyampaian hasil penelitian dan umpan baliknya menjadi sangat penting. Realita dilapangan informasi teknologi dalam transfer teknologi dan ketiga kelembagaan dalam satu sistem dapat bervariasi tergantung kinerja lembaga, faktor luar yang mempengaruhi dan informasi itu sendiri. Menurut hasil kajian Basuki ( 1999), informasi paket teknologi tidak seluruhnya sampai kepada kelembagaan penghubung ataupun kelembagaan pengguna karena kendala administrasi dan persepsi. Kendala administrasi berupa cara pengiriman, sedangkan kendala persepsi berupa belum adanya kepedulian untuk menindak lanjuti sesuai dengan tugas pokok dan fungsi lembaga tersebut. Sementara asumsi bahwa proses transfer teknologi pertanian terus berlangsung, paket yang telah disampaikan oleh sumber teknologi maupun teknologi yang ada ditingkat petani untuk seluruh sub sektor tampaknya saat ini belum terjadi keseimbangan antara kebutuhan teknologi dan paket yang tersedia serta apa yang terjadi (adopsi dan dampak) setelah paket teknologi tersebut didesiminasikan. Hingga tahun 2000 telah dilakukan sebanyak 93 judul likaji baik berupa Uji adaptasi, uji multilokasi, pengkajian sistem usahatani, pengkajian sistem usaha pertanian serta diseminasi. Beberapa paket teknologi yang telah direkomendasikan di NTB berjumlah 12 paket yang terdiri atas 10 paket tanaman pangan, satu paket perikanan dan satu paket peternakan (Kanwil Deptan NTB, 1998). Kondisi umum saat ini bahwa lambatnya komunikasi teknologi disebabkan oleh a) arus penyampaian teknologi dari Balai Penelitian ke Balai Pengkajian hingga penyuluh di BIPP dan BPP belum lancar; b) rakitan teknologi belum sepenuhnya teruji di agroekologi spesifik; c) belum terbangunnya sistem komunikasi yang efisien antara peneliti dan penyuluh; d) jarak psikologis antara peneliti, penyuluh dan petani masih cukup besar (Budianto, 1999) . Dengan demikian evaluasi untuk mengetahui kondisi adopsi dan dampak litkaji ini sangat penting dan mendesak karena dapat untuk mengetahui kinerja dari paket teknologi sekaligus kinerja lembaga institusi sebagai sumber teknologi seperti BPTP NTB . Kegiatan evaluasi adopsi dan dampak litkaji dapat merupakan suatu upaya yang melibatkan petani dari proses evaluasi penelitian, pengkajian dan pengembangan dan penyuluhan pada esensi dasar. Hasil kajian ini diharapkan mempunyai kegunaan : 1) sebagai data dasar kebutuhan teknologi, 2) sebagai bahan pertimbangan dalam merakit paket teknologi dan mempercepat proses transfernya sekaligus umpan baliknya.
METODOLOGI Prosedur Penelitian/Pengkajian Evaluasi adopsi dan dampak litkaji ini di NTB didekati melalui beberapa tahapan sebagai berikut : (1) Identifikasi jenis litkaji yang pernah dilakukan oleh BPTP NTB 1995-2000. (2) Pengelompokkan jenis keluaran dan manfaat serta impak litkaji sesuai juknis. (3) Survai effect analysis menggunakan pendekatan analisa model “ before and after “ perbedaan kesenjangan antara sebelum dan sesudah litkaji dilakukan pada sub sistem model yaitu activity, input, out
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
309
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
put, outcome, initial impact dan longterm impact terhadap perubahan persepsi, knowledge, attitude, predisposition dan behaviore end user petani dan stake holder. (4) Berdasarkan hasil analisa butir tiga direkomendasikan tentang adopsi dan dampak , kendala serta tindak lanjut. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan teknik identifikasi litkaji dilakukan oleh petugas melalui desk study. Informasi yang diperoleh kemudian dipetakan untuk memperoleh kelompok jenis litkaji yang pernah dilakukan serta lokasinya yang merupakan sampling area dan dilanjutkan dengan teknik pengambilan sample litkaji dengan cluster random sampling dengan satuan analisis individu jenis/tipe litkaji. Penentuan responden menggunakan cara sistematik random sampling terhadap responden dalam hal ini adalah petani maupun petugas yang berjumlah 10 % populasi petani atau petugas merupakan satuan analisis individu.
Lokasi Pengkajian Lokasi pengkajian terpilih dari sebaran wilayah kerja Balai penyuluh Pertanian (BPP) meliputi 61 Wilayah Kerja Balai penyuluh Pertanian (WKBPP) di NTB yang didasarkan atas ciri jenis litkaji yang dilaksanakan.
Data dan analisa data Data yang dikumpulkan melalui kegiatan desk study dan wawancara akan di analisa secara diskriptif dan stastistika. Analisa diskriptif untuk mengetahui adopsi dampak litkaji dengan membandingkan sebelum dan sesudah pengkajian. Analisa stastistika dilakukan untuk memperoleh rataan, media, untuk parameter sumber teknologi yang utama serta pengguna jasa teknologi (petani pemakai) dan stake holder/petugas/dinas.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Litkaji Agro Ecological Zone (AEZ) Tabel 1. Input Litkaji Agro Ecological Zone (AEZ) No. 1 2 3 4 5 6 7
Uraian in put Partisipasi aktif institusi/organisasi calon pengguna sejak awal (Pemda,/Institusi terkait) Bentuk patisipatif institusi terkait Kerjasama aktif institusi/organisasi calon pengguna sejak awal (Pemda,/Institusi terkait Komposisi tim AEZ (yang aktif bertugas) ditinjau dari yang telah mengikuti pelatihan AEZ. Komposisi timAEZ (yang aktif bertugas) ditinjau dari multi disiplin, baik anggota tim IPPTP maupun dari luar IPPTP Tingkat upaya mendapatkan akses dan memanfaatkan hardware (komputer,digitizer,plotter) Upaya mendapatkan akses dan memanfaatkan sofware (data sekunder,peta skala minimal 1:250.000) Rataan
indikator 2 1,5 1,5 2 2,2 1 2 1,7
Indikator : 1 baik, 2 sedang, 3 Buruk
310
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
Dari Tabel 1, menunjukkan bahwa rataan in put likaji AEZ memberikan indikator nilai 1,7 yang dalam hal ini termasuk dalam katagori sedang. Kegiatan in put yang mempunyai kegiatan dalam katagori baik adalah Tingkat upaya mendapatkan akses dan memanfaatkan hardware (komputer, digitizer, plotter) dan hal ini dipunyai di BPTP NTB. Tabel 2. Proses Litkaji Agro Ecological Zone (AEZ) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Uraian Proses Tingkat kerjasama dengan Bappeda dalam pelaksanaannya Tingkat kerjasama dengan instansi terkait dalam pelaksanaannya Kesesuaian Lokasi pelaksanaan kegiatan dengan rencana pada proposal Kesesuaian waktu pelasanaan kegiatan dengan rencana pada proposal Tingkat kelengkapan variabel dibandingkan dengan yang ada dalam proposal Tingkat kesesuaian teknik pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan yang ada di proposal Tingkat kesesuaian analisa data dibandingkan dengan yang ada di proposal Rataan
indikator 1,25 3 2 2 3 3 2 2,3
Indikator : 1 baik, 2 sedang, 3 Buruk
Dalam proses pelaksanaan litkaji (Tabel 2.) ternyata dalam kriteria sedang nilai 2,3 . Kegiatan proses yang meonnjol adalah Tingkat kerjasama dengan Bappeda dalam pelaksanaannya, sedangkan kegiatan yang dalam kondisi buruk adalah beberapa yaitu Tingkat kerjasama dengan instansi terkait dalam pelaksanaannya, Tingkat kelengkapan variabel dibandingkan dengan yang ada dalam proposal, Tingkat kesesuaian teknik pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan yang ada di proposal. Tabel 3. Luaran Litkaji Agro Ecological Zone (AEZ) No Uraian indikator 1 Jumlah Kabupaten yang telah memiliki data dasar bio fisik dan sosek 3 dalam bentuk manual dan digital sesuai dengan luaran dalam proposal litkaji tahun yang bersangkutan Indikator : 1 baik, 2 sedang, 3 Buruk
Luaran hasil litkaji AEZ ini belum dapat banyak diharapkan sesuai dengan tujuan dimana menunjukkan bahwa Jumlah Kabupaten yang telah memiliki data dasar bio fisik dan sosek dalam bentuk manual dan digital sesuai dengan luaran dalam proposal litkaji tahun yang bersangkutan belum terpenuhi (Tabel 3.). Tabel 4. Manfaat /out come Litkaji Agro Ecological Zone (AEZ) No Uraian indikator 1 Tingkat pemanfaatan peta dan data dasar AEZ untuk perencanaan litkaji di 3 IPPTP serta rakorbangda TkI,TkII dan oleh suasta 1 baik, 2 sedang, 3 buruk
Ditinjau dari pengetahuan pengguna maka sebagian besar tidak mengetahui adanya kegiatan litkaji AEZ ini, ayitu ditunjukan dengan score 3 pada Tabel 4 . Hanya sebagian kecil saja yang mengetahui yaitu dari Kabupaten Lombok Tengah yang dinyatakan bahwa out come AEZ tersebut skala 1: 100.000. Selanjutnya dari pengguna telah minta dikirim hasil AEZ, sedangkan untuk cara membaca hasil responden tersebut menyatakan ragu. Ditinjau dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
311
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
keterlibatan pengguna masih menyatakan kadang-kadang dipergunakan untuk evaluasi kesesuain lahan.
2. Litkaji Adaptif /Uji Adaptasi Sebagai contoh dalam kajian ini adalah delapan litkaji yaitu Uji adaptasi beberapa ukuran rakit dan waktu tanam budidaya rumput laut (RL), Uji adaptasi pembibitan itik di Kab. Lobar (Itik s), Uji adaptasi penggemukan itik jantan persilangan dengan perbaikan pakan (Itik p), uji adaptasi budidaya tanaman pangan mendukung perluasan areal tanam (PAT), Uji adaptasi pembesaran kerapu dalam karamba jaring apung di Lotim (KJA), Uji adaptasi pemeliharaan kambing peranakan etawah (PE) mendukung SPAKU kambing, Uji adaptasi varietas dan budidaya tanaman sayuran di lahan kering (BM), Penelitian adaptasi teknologi usahatani budidaya lorong (alley cropping) pada wilayah khusus pengembangan pertanian (AL). Tabel 5. Input Litkaji Uji adaptasi No Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lok AEZ Presisi Rancob Jdl Jns Subs Lokkom Logun SDM Tim Rataan
RL Indikator (ind) 1 3 1.5 3 2 2 2 2,3 2 1.1
Itik p ind
Itik s ind
PAT ind
KJA ind
PE ind
BM ind
AL ind
Rataan
1 2,6 2 2 2 2 1 1,3 1,3 1,7
1 2,3 2 2 2 2 1 1,3 1,6 1,7
1 1 2 2 2 1 1 2 2 1.5
1 1 1 1 1 2 2 1,3 1,3 1,8
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1,6 2 3 2 1 2 2 2 1,8
1 2 2 2 2 2 2 2 1,6 1,8
1 1,8 1,7 2 1,7 1,6 1,5 1,6 1,6 1,8
Keterangan: Singkatan judul litkaji ini diguanakan untuk hal yang sama pada Tabel uji adaptasi berikutnya.1 baik, 2 sedang, 3 buruk Lok AEZ : Tingkat kecukupan jumlah lokasi penelitian (minimal dua lokasi per satu AEZ);Presisi: Tingkat akurasi penelitian ditinjau dari aspek rancangan percobaan;Rancob : Tingkat akurasi penelitian ditinjau dari aspek rancangan percobaan. Jdl Jns : Tingkat kesesuaian judul dengan jenis penelitian; Subs : Tingkat kesesuaian substansi penelitian dengan judul yang ada dalam proposal ; Lokkom : Tingkat kesesuaian lokasi penelitian dengan wilayah pengembangan komoditas yang diteliti Logun : Tingkat kesesuaian lokasi dengan kebutuhan pengguna ; SDM: Tingkat dukungan SDM yang qualified (peneliti, penyuluh,teknisi) ; Tim : Keterlibatan anggota tim dalam pelaksanaan penelitian
Pada Tabel 5. in put likaji adaptasi ini menunjukkan rataan mempunyai nilai 1,8 artinya input likaji yang dilakukan adalah dalam kondisi sedang. Salah satu kegiatan in put yang baik adalah Tingkat kecukupan jumlah lokasi penelitian (minimal dua lokasi per satu AEZ. Sedangkan kegiatan yang lain dalam katagori sedang.
312
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
Tabel 6. Proses Litkaji Uji adaptasi No
Uraian
RL
Itik p
Itik s
PAT
KJA
PE
BM
AL
Rataan
1 2 3 4 5 6 7
Sos Partpet Ilmiah Data Lokasi Jadwal Analisa Rataan
ind 1,2 2 1 1 1 1 1 1,2
ind 1 2 1,6 2 1 2 1 1,5
ind 1,6 1,6 1,5 1,6 1 2 1 1,5
ind 1 2 2 2 1 1 2 1,6
ind 1 2,5 1 1 1 1 1 1,2
ind 2 1 1 1 1 1 1 1,1
ind 1 3 2 2 1 1 2 1,7
ind 1,6 2 1 1 1 2 2 1,5
1,3 2,0 1,4 1,4 1,0 1,3 1, 1,6
Keterangan: indikator 1 baik, 2 sedang, 3 buruk, Sos: Tingkat sosialisasi penelitian kepada institusi terkait; Partpet: Tingkat partisipasi petani:; Ilmiah: Kesesuaian pelaksanaan dengan kaidah ilmiah; Data: Tingkat kesesuaian, pengumpulan data dengan yang ada pada proposal ;Lok: Tingkat kesesuaian lokasi penelitian dengan rencana pada proposal ;Jadwal :Tingkat kesesuaian jadwal penelitian dengan rencana proposal ; Analisa: Tingkat kesesuaian teknik analisa data dengan yang ada di dalam proposal
Dalam proses litkaji uji adaptasi (Tabel 6.) kondisinya sama dengan katagori in put Litkaji yaitu sedang nilai 1,6. Yang menonjol pelaksanaan yang baik ada pada dua kegiatan yaitu Tingkat kesesuaian lokasi penelitian dengan rencana pada proposal dan Tingkat kesesuaian teknik analisa data dengan yang ada di dalam proposal. Tabel 7. Luaran Litkaji uji adaptasi No. Uraian 1 2 3 4
Luaran SUT Tekno Rataan
RL ind 1,5 1 2,3 1,6
Itik p ind 3 3 2 2,6
Itik s ind 2 3 2 2,3
PAT ind 2 2 2 2
KJA ind 2 2 2 2
PE ind 2 3 3 2,7
BM ind 2 2 2 2
AL ind 2 2 2,3 2,1
Rataan 2 2,3 2,2 2,2
Keterangan: indikator 1 baik, 2 sedang, 3 buruk, Luaran : Tingkat dicapaianya luaran penelitian di2,3bandingkan dengan luaran pada proposal ;SUT:: Tingkat pemanfaatan luaran ; enelitian sebagai komponen teknologi yang dirakit 2,1menjadi teknologi produksi dalam penelitian SUT;Tekno:: Tingkat pemanfaatan dan atau sebagai rekomendasi teknologi
Seperti hal proses litkaji maka bila diperhatikan Tabel 7 di atas menunjukkan nilai rataan untuk luaran adalah 2,2 hal ini menunjukkan bahwa luaran litkaji yang ada dalam katagori sedang. Tabel 8. Manfaat/outcome Litkaji uji adaptasi No
Uraian
1 2 3
Rekm Adopsi Dampak Rataan
RL ind 1 2 1 1,3
Itik p ind 1 3 3 2,3
Itik s ind 2,5 3 3 2,8
PAT ind 1 2 1 1,3
KJA ind 2 2 2
PE ind 2 2 2 2
BM Ind 2 2 2
AL ind 2 2 2
Rataan 1,7 2,3 2,0 2,0
Keterangan : Rekm: Dihasilkannya komponen teknologi unggul hasil penelitian sebagai rekomendasi ; Adopsi: Telah diadopsi oleh pengguna (ikuti dengan orang atau ha pada skor) ; Dampak: Dampak adopsi terhadap produktifitas ; Pend.: Pendapatan Rp/ha atau RT dari Rp………menjadi Rp.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
313
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
Tentang pemanfaatan litkaji (Tabel 8.) menunjukkan bahwa nilai yang ada dua yang mengisyaratkan bahwa luaran tersebut tisak terlau baik maupun buruk. Litkaji dengan indikator baik adalah uji adaptasi beberapa ukuran rakit dan waktu tanam budidaya rumput laut dan uji adaptasi budidaya tanaman pangan mendukung perluasan areal tanam Ditinjau dari tahapan adopsi petani terhadap litkaji menunjukkan bervariasi. Untuk tahapan yang menerpkan terjadi pada litkaji uji adaptasi budidaya tanaman pangan mendukung perluasan areal tanam , Uji adaptasi pembesaran kerapu dalam karamba jaring apung di Lotim Tabel 9. Masalah Litkaji Uji adaptasi. No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Judul/kode Litkaji RL ITIK p ITIKs PAT KJA PE BM AL
Masalah Penyakit ice-ice yang selalu timbil dalam budidaya Keterbatasan modal petani, mahalnya pakan tambahan Pasar belum menjamin, kematian bibit Pakan, sulitnya benih kerapu serta ukuran yang seragam Kandang perlu inestasi,Pejantang terbatas Bedengan sulit diterima, ketersediaan pupuk kandang Curah hujan saat penanaman tanaman pinggir yang dapat menjamin petrtumbuhan, bibit sering mati.
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan masing-masing litkaji yang menonjol adalah masalah teknis budidaya , permodalan, dan pasar, sebagaimana ditampilkan pada Tabel 9.
3. Sistem Usahatani (SUT) Jenis Litkaji yang mewakili SUT adalah : Sistem Usahatani Berbasis Padi Berwawasan Agribisnis. (SUTPA). Litkaji ini dilakukan sejak tahun 1995 sampai dengan 1997 yang merupakan likaji pertama sejak BPTP berdiri . Beberapa uraian tentang jenis litkaji ini mulai dari in put, proses , luaran seerta manfaat akan dijelaskan dalam berbagai Tabel . Demikian juga untuk melihat kondisi terhadap petani dari litkaji ini diuraikan pula hasil berupa respon petani tentang pengetahuan, persepsi dan sikap mereka. Nilai indikator in put litkaji SUTPA (Tabel 10) adalah 1,5 yang memberikan isyarat bahwa input litkaji ini adalah sedang. Komponen in put yang mempunyai nilai baik adalah Penggunaan pendekatan pertisipatif (PRA) dalam perencanaan dan pendahuluan litkaji SUT, Tingkat kesesuaian lokasi dengan AEZ, Tingkat dukungan SDM yang qualified (peneliti, penyuluh,teknisi) ⇒ multi disiplin, Tingkat dukungan SDM yang qualified (peneliti, penyuluh,teknisi) ⇒ farming system spesialist, Tingkat kejelasan alternatif model SUT yang diteliti (cek proposalnya), Keterlibatan peran aktif anggota tim dalam pelaksanaan penelitian, Keterlibatan peran aktif anggota tim dalam pelaksanaan penelitian, Teknik pemilihan petani, Tingkat kejelasan Kelompok kooperator per alternatif model SUT, Tingkat kejelasan kelompok non kooperator per alternatif model SUT, Tingkat kesesuaian judul dengan jenis penelitian yang ada dalam proposal, Tingkat kesesuaian lokasi penelitian dengan kebutuhan pengguna.
314
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
Tabel 10. Input Litkaji SUT No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Uraian input Litkaji SUT Penggunaan pendekatan pertisipatif (PRA) dalam perencanaan dan pendahuluan litkaji SUT Tingkat kesesuaian lokasi dengan AEZ Tingkat dukungan SDM yang qualified (peneliti, penyuluh,teknisi) ⇒ multi disiplin Tingkat dukungan SDM yang qualified (peneliti, penyuluh,teknisi) ⇒ farming system spesialist Tingkat kejelasan alternatif model SUT yang diteliti(cek proposalnya) Keterlibatan peran aktif anggota tim dalam pelaksanaan penelitian Jumlah petani yang dilibatkan Teknik pemilihan petani Jumlah lokasi penelitian Alat analisa yang digunakan Peubah yang diamati Tingkat kejelasan Kelompok kooperator per alternatif model SUT Tingkat kejelasan kelompok non kooperator per alternatif model SUT Tingkat kesesuaian judul dengan jenis penelitian yang ada dalam proposal Tingkat kesesuaian judul dengan substansi penelitian yang ada dalam proposal Tingkat kesesuaian lokasi penelitian dengan wilayah pengembangan komoditas Tingkat kesesuaian lokasi penelitian dengan kebutuhan pengguna Tingkat inkorporasi isu gender (IJ) di dalam desain penelitian Tingkat inkorporasi isu gender (IJ) di dalam metodologi penelitian Tingkat presisi penelitian (ditinjau dari aspek metodologi penelitian) Tingkat akurasi penelitian ditinjau dari aspek metodologi penelitian Rataan
indikator 1 1 1 1 1 1 1 1 1,6 2 2 1 1 1 2 1 1 3 3 2 2 1,5
1 baik, ,sedang2,3 Buruk . ordinal
Tabel 11. Proses Litkaji SUT. No. Uraian proses Litkaji SUT 1 Tingkat pelaksanaan apresiasi dan sosialisasi di tingkat terkait sampai ke tingkat petani 2 Tingkat partisipasi petani dalam perencanaan litkaji 3 Tingkat partisipasi petani dalam ,pelaksanaan penelitian 4 Tingkat kesesuaian variabel, yang ada pada proposal penelitian 5 Tingkat kesesuaian teknik pengamatan parameter, dengan yang ada pada proposal penelitian 6 Tingkat kesesuaian lokasi penelitian dengan rencana dalam proosal 7 Tingkat kesesuaian jadwal penelitian dengan rencana dalam proosal 8 Tingkat pengawalan oleh tim penelitian 9 Tingkat kesesuaian teknik analisa data dengan yang ada pada proposal Rataan
Indikator 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1,3
1 baik, ,sedang2,3 Buruk . ordinal
Proses litkaji SUT (Tabel 11) pelaksanaanya baik , nilai 1,3. Yang menonjol dalam proses adalah kegiatan Tingkat kesesuaian lokasi penelitian dengan kebutuhan pengguna, Tingkat kesesuaian variabel, yang ada pada proposal penelitian, Tingkat kesesuaian lokasi penelitian dengan rencana dalam proosal, Tingkat kesesuaian jadwal penelitian dengan rencana
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
315
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
dalam proosal, Tingkat pengawalan oleh tim penelitian, Tingkat kesesuaian teknik analisa data dengan yang ada pada proposal. Tabel 12. Luaran Litkaji SUT No. Uraian Luaran Litkaji SUT 1 Tingkat dicapainya luaran dibandingkan dengan luaran yang diharapkan pada proposal (Teknologi spesifik lokasi) 2 Tingkat dicapainya luaran dibandingkan dengan luaran yang diharapkan pada proposal (Alternatif Sistem uasahatani) Rataan
indikator 1 2 1,5
1 baik, ,sedang2,3 Buruk . ordinal
Luaran litkaji SUT (Tabel 12.) dilihat dari nilai indikator mencapai 1,5 yang memberikan arti bahwa luaran litkaji ini dalam katagori sedang cenderung baik. Komponen atau unsur luaran yang baiak adalah Tingkat dicapainya luaran dibandingkan dengan luaran yang diharapkan pada proposal (Teknologi spesifik lokasi). Tabel 13. Manfaat/oucome litkaji SUT No. Uraian manfaat/outcome Litkaji SUT 1 Dihasilkannya teknologi spesifik lokasi unggul hasil penelitian sebagai rekomendasi 2 Adopsi oleh Suasta/Investor 3 Upaya adopsi Pemda dalam skala luas Rataan
indikator 1 3 1 2,5
1 baik, ,sedang2,3 Buruk . ordinal
Dari Tabel 13. memberikan informasi bahwa manfaat Litkaji SUT ini sangat baik pada unsur dihasilkannya teknologi spesifik lokasi unggul hasil penelitian sebagai rekomendasi dan Upaya adopsi Pemda dalam skala luas. Sebagai gambaran hasil litkaji beberapa tahau adalah sebagai berikut : Sutpa memberikan peluang penerimaan teknologi untuk peningkatan pendapatan petani melalui efisiensi penggunaan saprodi dan produktivitas lahan. Peningkatan pendapatan petani SUTPA Rp.1.289.833 sampai dengan Rp.1.969.395,karena terjadi peningkatan efisiensi in put produksi (tenaga kerja dan pupuk) dan tingkat produktivitas lahan Kombinasi polatanam padi-padi-paklawija atau padi-palawija-padi ideal untuk IP 300%. Produktivitas padi Tabela mencapai 6,75 t/ha GKP dibanding non Tabela 5.07 t/ha. Produksi kedele patani SUTPA meningkat 0,615 % dibanding Non SUTPA 0,38 t/ha. Teknologi introduksi SUTPA layak dikembangkan pada lokasi dengan masalah tenagakerja, rekomendasi pemupukan dapat menjadi pertimbnagn anjuran intensifikasi. Difusi inovasi SUTPA telah terjadi dibeberapa lokasi namun masih perlu dipercepat. Teknologi Tabela menunjukkan peluang yang sanagat baik apabila dikrmbangkan pada daerah yang mempunyai permasalahan kekutrangan tenaga kerja, Teknologi Tabela cocok untuk tanah berkadar liat sedang sampai tinggi, kadar pasir sedikit-sedang dengan ketersediaan air irigasi yang cukup.
316
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
4. Sistem Usaha Pertanian (SUP) Litkaji SUP sebagai contoh adalah , Pengkajian Sistem Usaha Pertanian Ekoregional Lahan Irigasi (Erl), Pengajian SUP Jagung di lahan kering (Jgn) dan SUP Kedele mendukung gerakan kedele mandiri th 2000 (Kdl). Tabel 14. In put Litkaji SUP No
Uraian
1
Penggunaan pendekatan pertisipatif (PRA) dalam perencanaan dan pendahuluan litkaji SUP Tingkat kesesuaian lokasi Agro ekosistem dengan AEZ Komposisi tim peneliti terdiri dari peneliti dan penyuluh multi disiplin Tingkat kejelasan alternatif model SUP yang diteliti (cek proposal Keterlibatan peran aktif anggota tim dalam pelaksanaan penelitian Jumlah petani yang dilibatkan Teknik pemilihan petani Jumlah lokasi penelitian Alat analisa yang digunakan Peubah yang diamati Tingkat kejelasan Kelompok kooperator per alternatif model SUP Tingkat kejelasan kelompok non kooperator per alternatif model SUP Tingkat kesesuaian judul dengan jenis dan substansi pengkajian yang ada dalam proposal Tingkat pemenuhan persyaratan pengkajian SUP Ringkat akurasi pengkajian ditinjau dari aspek metodologi pengkajian Tingkat in korporasi gender dalam disain dan metodologi pengkajian Sosialisasi litkaji tk daerah Sosialisasi Litkaji tk institusi Pengembanga kemitraan Rataan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Erl ind 1
Jgn ind 1
Kdl ind 1
Rataan
1 1
1 1
1 1
1 1,3
1 2 1 1 1 2 1 1 1
2 2 1,3 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1,3 1,4 1 1 1 1,3 1 1 1
1
1
1
1
2 1
2 1
2 2
2 1,3
3
3
3
3
1 1 3 1,4
1 1 1 1,3
1 1 3 1,3
1 1 2,3 1,3
1
Memperhatikan Tabel 14 diatas khususnya dalam hal in put litkaji SUP memeperlihatkan penampilan bahwa in put litkaji ini dalam katagori baik. Bebrbagai unsur input yang baik dalam hal ini adalah Penggunaan pendekatan pertisipatif (PRA) dalam perencanaan dan pendahuluan litkaji SUP, Tingkat kesesuaian lokasi Agro ekosistem dengan AEZ, Jumlah petani yang dilibatkan, Teknik pemilihan petani, Jumlah lokasi penelitian, Peubah yang diamati, Tingkat kejelasan Kelompok kooperator per alternatif model SUP, Tingkat kejelasan kelompok non kooperator per alternatif model SUP, Tingkat kesesuaian judul dengan jenis dan substansi pengkajian yang ada dalam proposal, Sosialisasi litkaji tk daerah dan Sosialisasi Litkaji tk institusi. Manfaat yang dapat dilihat dari litkaji ini adalah dihasilkannya teknologi spesifik lokasi unggul hasil penelitian sebagai rekomendasi dengan skor 1 yang berarti baik. Model SUP pada ekoregional lahan irigasi merupakan model pengembangan agribisnis karena dapat diperoleh peningkatan produksi, pendapatan dan efisiensi bagi petani. Pengembangan model perlu ditunjang penggunaan paket teknologi Tabela secara sempurna. Pola tanam yang mengunutngkan adalah pad-padi-palawija RKMB 4,81 .Pendapatan petani setahun model padi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
317
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
Tabela-padi Tabela dan kedele Rp.3.406.451,-/ha/th diabanding petani non kooperator Rp.2.640.147, - Peningkatan pendapatan adalah 29 %. Teknologi introduksi SUTPA layak dikembangkan terutama pada daerah dengan masalah tenaga kerja, rekomendasi pemupukan dapat dijadikan pertimbangan anjuran teknologi intensifikasi. Difusi inovasi SUTPA telah terjadi di beberapa lokasi di NTB namun masih perlu dipercepat. Tenologi ATABELA dan SUTPA ini telah menjadi rekomendasi resmi dari KANWIL deptan serta telah ditindak lanjuti oleh SPH BIMAS NB dalam rangka intensifikasi khusus serta diseminasi dengan menggunakan media cetak liptan dan bulletin. Pengembangan SUP Jagung masih dihapakan dengan berbagai kendala diantaranya dukungan agro input yang sanagt terbatas (karena ketidak mampuan petani), kondisi sumberdaya petani dan petani yang masih sanagt memerlukan pembinaan intensif dan sistem tata niaga yang mantab terutama harga. Jagung komposit BISMA mulai digemari oleh petani, petani telah mulai sadar pentingnya pemupukan secar rasional. Pendapatan petani Rp.917.214,- t/ha R/C 2,1 .Peningkatan intensitas tanam mencapai 200 % dengan tanaman kacang hijau sekaligus meningkatkan pendaptan petani dari Rp.917.214 menjadi Rp.2.274.014,-/ha.
KESIMPULAN 1. Kegiatan litkaji yang menonjol dan memberikan dampak positip baik kepada petani maupaun stakeholder dari tahun 1995 sampai dengan 2000 adalah : (a) Pengkajian SUTPA, (b) Pengkajian Usaha Pertanian (SUP) Jagung, (c) Uji adaptasi pembesaran kerapu dalam keramba jaring apung (KJA) di Lombok Timur, (d) Uji adaptasi pemeliharaan ikan mas strain Rajadanu pada lingkungan kolam dan sawah, (e) Uji adaptasi budidaya tanaman pangan mendukung perluasan areal tanam di Empang Sumbawa. 2. Berbagai kendala dari beberapa litkaji sulit untuk dapat diadopsi dan memberikan dampak positip disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah ketersediaan modal di tingkat petani., ketersediaan pasar untuk menyerap produksi, dan keuntungan yang didapat.d.Kecocokan teknologi tersebut pada lingkungan petani. e.Tingkat kesulitan teknologi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Dahlan, A. (1985). Manajemen Informasi. Makalah dalam pertemuan Pengkajian Informasi Pertanian di Mataram. NTB. Basuki,I. (1999). Kajian Penerapan Rekomendasi Teknologi Pertanian pada Proses Diffusi Inovasi di NTB. Makalah disampaikan pada Pertemuan Penyusunan Pedoman Opersional Penyuluhan Pertanian di NTB 26 Agustus 1999. Di Mataram Berlo, D.K. (1960). The Process of Communication, an introduction to theory and practice. Holt, Rinehart and Winston , Inc. New York. Budianto, Joko. (1999) . Akseptabilitas Teknologi Pertanian Bagi Konsumen. Paper disampaikan Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV di Bogor, 23 Nopember.
pada
Hedebro, Goran, .(1982) Communication and Social Change in Developing Nation, A critical viev. The IOWA State University Press. USA Lionberger, H.F. dan Gwin,P,H .(1982) . Communication Strategies : A Guide for Agricultural Change Agent. The Interstate Printers and Publisher, (IPP) Inc, Danvillle
318
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan