TUGAS ETIKA PROFESI
ETIKA KERJASAMA DALAM PENELITIAN Dosen: Prof. Ir. Kurniatun Hairiah, Ph.D.
Disusun Oleh: Indriana Dwi Astuti 115040101111050 Kelas G
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
A. PENDAHULUAN Tugas dan pekerjaan peneliti bersifat unik, dan berbeda dengan tugas PNS dalam jajaran birokrasi struktural bidang kepemerintahan, pendidikan, pelatihan, penegakan hukum, dan pelayanan masyarakat. Tugas dan pekerjaan peneliti lebih menekankan pada kreativitas berpikir, kemampuan menemukan informasi dan teknologi baru, dan pemecah masalah. Oleh karena itu, peneliti dituntut memiliki kemampuan berpikir yang tinggi, objektif, jujur, kritis, kreatif, serta tanggap terhadap permasalahan yang relevan dengan tugasnya. Keberhasilan penelitian sangat ditentukan oleh hubungan dan keterkaitan dengan pihak lain, dan tetap berpikir kreatif serta bekerja mandiri. Hubungan dan keterkaitan dengan pihak lain tersebut berbeda-beda tergantung pada mitra kerja dan tujuan hubungan kerja dibangun. Ada tujuh hubungan kerja peneliti, antara lain: hubungan antar peneliti; hubungan peneliti dengan pejabat manajemen; hubungan peneliti dengan instalasi pemerintah; hubungan peneliti dengan pengusaha pertanian; hubungan peneliti dengan petani dan pengusaha agribisnis; hubungan peneliti dengan pengusaha agribisnis skala besar; hubungan peneliti dengan mitra kerja luar negeri.
B. BUDAYA KERJA DAN ETIKA PENELITI SEBAGAI PRINSIP PEMBANGUN INTEGRITAS Peneliti berkarakter memiliki sifat yang terkait dengan budaya kerja dan ketaatan terhadap etika peneliti. Budaya kerja pada tataran individu peneliti dimanifestasikan dalam kemauan untuk bekerja secara konsisten sesuai dengan keahliannya, serta selalu meningkatkan kompetensi dengan terus belajar, yang tercermin dari kecintaan terhadap pekerjaan, sehingga mampu menjadi pakar di bidangnya. Kesadaran peneliti untuk mengadopsi budaya kerja dan etika bersifat fundamental. Kemampuan dan komitmen untuk bertindak sesuai dengan etika merupakan salah satu prasyarat dalam membangun integritas peneliti dan lembaga penelitian. Integritas diartikan sebagai menyatunya perasaan, pikiran, dan tindakan seseorang dengan tugas dan pekerjaan, disertai motivasi untuk memperoleh hasil kerja yang terbaik. Terdapat empat komponen etika dalam membangun integritas peneliti dan lembaga penelitian, yaitu konsistensi, kesadaran keterkaitan hubungan, keterbukaan, dan apresiasi terhadap perbedaan, serta kesadaran untuk menghasilkan kebajikan dan kemaslahatan (Litbang, 2013).
C. KERJA TIM Bekerja dalam tim merupakan keharusan dalam melakukan penelitian, karena permasalahan atau teknologi yang diteliti selalu berkaitan dengan masalah atau aspek teknologi yang lain. Bekerja dalam tim dapat diimplementasikan dalam berbagai cara, termasuk kegiatan berikut: Berkonsultasi dengan pakar dan penanggung jawab bidang terkait dalam perencanaan penelitian. Memahami tugas-fungsi dan kegiatan unit organisasi terkait. Menyusun program kerja penelitian yang sinkron dengan program penelitian bidang lain yang terkait. Memanfaatkan keahlian para pakar di luar bidang keahlian peneliti yang bersangkutan. Membentuk tim kerja penelitian antar disiplin dan antar institusi. Membagi tugas penelitian secara jelas, sinergis, dan saling melengkapi. Peneliti harus mampu dan mau bekerja dalam semangat tim (kelompok), namun tetap memiliki program penelitian yang mandiri. Bekerja dalam suatu tim pada dasarnya merupakan pembagian tugas penelitian sesuai bidang keahlian, dengan tetap mengutamakan kegunaan penelitian yang dilakukan. Keberhasilan kerja tim memerlukan sikap keterbukaan, kerja sama, tidak egois, berbagi kesempatan dan tanggung jawab, serta dilandasi saling percaya. Dengan bekerja bersama dalam tim, setiap anggota tim akan memperoleh kemajuan dan manfaat (Litbang, 2013).
D. KERJASAMA PENELITIAN Kerjasama penelitian merupakan perluasan dari kerjasama tim, dan masing-masing pihak yang bekerjasama memiliki kemandirian dan tanggung jawab yang spesifik. Kerjasama penelitian pada umumnya menyangkut kesanggupan peneliti untuk melaksanakan penelitian dengan topik dan sumber dana dari pihak kedua. Kerjasama penelitian dapat pula berupa kesepakatan untuk melakukan penelitian yang komplementer dan sinergis antara dua atau lebih institusi, dengan sumber dana dari salah satu institusi atau sumber lainnya. Kerjasama penelitian juga mewujudkan integritas peneliti maupun lembaga penelitian (Litbang, 2013).
E. HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN DALAM KERJASAMA PENELITIAN Dalam melakukan kerjasama penelitian, peneliti memiliki kewajiban moral dan tanggung jawab sebagai berikut: Menjaga nama baik institusi tempat bekerja dengan cara melaksanakan penelitian sebaikbaiknya.
Menjaga mutu pendidikan dan melindungi data hasil penelitian. Melindungi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dari hasil penelitian. Menjaga kepentingan nasional yang tercakup dalam tugas dan fungsi institusi. Bertindak profesional, tidak terpengaruh pihak lain dalam melakukan penelitian, serta melaporkan hasil penelitian secara akurat dan professional. Memperoleh hak publikasi atau kemungkinan hak paten dari hasil kerjasama penelitian. Melaporkan secara profesional, akurat, teliti, cepat, dan lengkap hasil kerja sama penelitian kepada institusi (Litbang, 2013).
F. MENJAGA PERILAKU DI LINGKUNGAN KERJA Berperilaku baik di lingkungan kerja berlaku bagi seluruh karyawan institusi termasuk pimpinan, pejabat manajemen, peneliti, teknisi, staf pendukung, dan pekerja yang terkait dengan kegiatan institusi. Norma moral yang telah diakui sebagai perilaku yang baik menurut ketentuan agama, peraturan formal, adat istiadat, budaya setempat, dan kepantasan yang berlaku, tetap harus ditaati. Ketentuan perilaku dalam pedoman ini bersifat melengkapi halhal yang belum tercakup dalam ketentuan tersebut, karena sifatnya khusus pada lingkungan kerja penelitian, yaitu: Menjaga ketenangan kerja dan keharmonisan hubungan kedinasan diantara seluruh karyawan pada unit kerja dan antarunit kerja. Saling menghargai, tidak membedakan suku, agama, gender, asal, dan golongan. Saling menghormati secara pantas, dengan memperhatikan hubungan vertical dan horizontal dari aspek jabatan, senioritas, dan kepangkatan, dalam nuansa persaudaraan dalam kedinasan. Menjaga nama baik institusi dengan menghindarkan perbuatan yang tercela di masyarakat. Memelihara lingkungan kerja, termasuk kebersihan, kerapian, keindahan, keamanan, kesehatan, ketertiban, dan ketenteraman hati agar kondusif sebagai tempat bekerja. Menjaga dan memelihara sarana, prasarana, dan peralatan penelitian denagn sebaikbaiknya. Menggunakan sumber daya, jasa, barang, dan dana yang disediakan unit kerja secara efektif dan efisien, dan tidak menggunakan kepentingan pribadi serta melanggar peraturan yang berlaku. Berlaku dan bersikap sopan, dan melayani keperluan tamu dinas yang berkepentingan dengan unit kerja dengan sebaik-baiknya (Litbang, 2013).
Perilaku karyawan penelitian hendaknya mencerminkan nuansa ketertiban, kesopanan, dan moral yang tinggi.
G. HAL-HAL YANG DIHINDARI DALAM KERJASAMA PENELITIAN Dalam melakukan kerjasama penelitian, peneliti memiliki beberapa larangan sebagai berikut: Melakukan perbuatan tercela di masyarakat yang mengakibatkan tercemarnya nama baik institusi. Menyebarluaskan data hasil penelitian. Tidak melindungi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dari hasil penelitian. Tidak menjaga kepentingan nasional yang tercakup dalam tugas dan fungsi institusi. Bertindak tidak profesional, terpengaruh pihak lain dalam melakukan penelitian, serta memalsukan hasil penelitian secara sengaja.
H. HUBUNGAN KERJA DALAM PERTANIAN Integritas peneliti dan lembaga penelitian ditentukan oleh kemampuan menjalin hubungan keterkaitan dengan berbagai pihak, baik secara internal antar peneliti dan antar institusi, maupun secara eksternal dengan stakeholder. Dengan adanya keterkaitan ini diharapkan dapat terbangun kerjasama, koordinasi, alih informasi dan umpan balik, serta penguatan program penelitian. Keberhasilan penelitian sangat ditentukan oleh hubungan dan keterkaitan dengan pihak lain, dengan tetap berpikir kreatif dan bekerja mandiri. Pola hubungan peneliti dengan pihak lain berbeda-beda, tergantung pada mita kerja dan tujuan hubungan (Litbang, 2013). a. Hubungan antar peneliti Etika hubungan kerja antar peneliti yang perlu dibangun diantaranya adalah: Menghormati hak dan pendapat orang lain. Bersifat terbuka untuk saling tukar informasi dan pengkayaan ide. Berusaha bersifat kompatibel (serasi) untuk bekerjasama dan saling bersinergi secara aktif. Tidak bersifat dan bertindak egois dan tidak sombong. Menghargai dan memanfaatkan keahlian peneliti lain di luar bidang kepakarannya, bila relevan dengan topik/tujuan penelitian. Mengakui temuan, publikasi, dan pendapat orang lain, dan memberikan akuan apabila diggunakan dalam karyanya sendiri. Memberikan pembinaan dan pembimbingan keilmuan terhadap peneliti yang lebih junior.
Peneliti sebagai ilmuwan professional berkewajiban untuk membangun hubungan antar peneliti, serta menjunjung tinggi hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki peneliti lain, baik yang berupa data, tekologi, informasi maupun karya tulis (Litbang, 2013). b. Hubungan peneliti dengan pejabat manajemen Hubungan antara peneliti dan pejabat manajemen semestinya didasari oleh rasa koleganial dan saling menghormati, atas dasar kepantasan, kedudukan jabatan, kepangkatan, dan senioritas. Fungsi pejabat manajemen struktural adalah memberikan pengarahan, pembinaan, penyediaan, dan sebagai pengintegrasi seluruh peneliti dan staf untuk memperoleh kinerja lembaga yang optimal (Litbang, 2013). c. Hubungan peneliti dengan instalasi pemerintah Pola hubungan peneliti dengan wakil pejabat instansi pemerintah merupakan hubungan dinas pelayanan, dukungan terhadap program yang relevan, penyediaan informasi, serta menampung umpan balik dan keluhan untuk ditindak lanjuti (Litbang, 2013). d. Hubungan peneliti dengan pengusaha pertanian Hubungan antara peneliti dengan pengusaha pertanian perlu dijaga agar tidak terjadi benturan kepentingan. Pengusaha industri pertanian mempunyai kepentingan terhadap peneliti antara lain: (1) dukungan atau pengakuan kualitas atau khasiat suatu produk melalui percobaan/pengujian; (2) pengakuan terhadap keunggulan produk/sarana produksi seperti varietas, obat-obatan, dan pupuk; dan (3) dukungan atau pengakuan atas efisiensi, produktivitas, dan kenyamanan alat mesin pertanian. Kerjasama harus konsisten atau sejalan dengan tugas, fungsi, dan misi lembaga/unit kerja penelitian yang bersangkutan (Litbang, 2013). e. Hubungan peneliti dengan petani dan pengusaha agribisnis Hubungan peneliti dengan petani dan pengusaha agribisnis skala kecil-menengah bersifat pelayanan dan pembimbingan, bekerjasama dengan penyuluh, sejauh dapat didukung oleh fasilitas yang tersedia di lembaga pertanian.hubungan pelayanan dapat diwujudkan dalam bentuk penyediaan informasi, teknologi, pelatihan dan konsultasi, bekerjasama dengan pusat penyuluhan, Dinas Pertanian atau Balai Besar Pelatihan (Litbang, 2013). f. Hubungan peneliti dengan pengusaha agribisnis skala besar Hubungan kerjasama antara peneliti dan pengusaha agribisnis skala besar hendaknya bersifat kemitraan yang saling menguntungkan. Peneliti didorong untuk melakukan penelitian bekerjasama dengan pengusaha agribisnis skala besar terutama untu menguji teknologi hasil penelitian Badan Litbang Pertanian. kerjasama perlu didasari surat perjanjian yang memuat
hak dan kewajiban kedua belah pihak. Perusahaan memerlukan pelayanan jasa lembaga penelitian, seperti laboratorium dan diagnosis masalah (Litbang, 2013). g. Hubungan peneliti dengan mitra kerja luar negeri Hubungan kerjasama peneliti dengan mitra kerja luar negeri harus mendapatkan ijin dari instansi tempat ia bekerja. Walaupun pada dasarnya peneliti didorong untuk menjalin kerjasama dengan pihak luar, namun kejelasan, transparansi, dan kemanfaatan penelitian bagi kepentingan nasional harus diutamakan. Kerjasama tidak boleh dilakukan atas dasar kepentingan pribadi peneliti tanpa memberikan manfaat bagi lembaga penelitian, apalagi berpotensi merugikan Negara (Litbang, 2013).
I. MANFAAT KERJASAMA PENELITIAN DALAM PERTANIAN a. Meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas dan kualitas penelitian untuk pemecahan masalah (problem solving research) pembangunan pertanian yang bisa diterapkan dalam jangka pendek. b. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam melakukan penelitian dan pengambangan IPTEK dasar dan terapan dalam rangka penyelesaian masalah-masalah pembangunan pertanian. c. Membangun dan memperkuat jaringan kemitraan antara peneliti dalam bidang yang sama agar dapat secara bersama-sama membentuk kemampuan mengembangkan IPTEK dasar dan terapan yang diperlukan untuk menumbuhkan kapasitas inovasi sejalan dengan kemajuan teknologi. d. Menghasilkan inovasi melalui pemanfaatan berbagai sumberdaya riset yang telah tersedia. e. Bekerjasama dalam pemanfaatan sumberdaya manusia, fasilitas, pendanaan dan informasi (Litbang, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Litbang. 2007. Kerja sama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi (KKP3T).
http://www.litbang.deptan.go.id/special/PKKP3T.
diakses
tanggal
2
Desember 2013. Litbang. 2013. Pedoman Budaya Kerja dan Etika Peneliti. http://www.litbang.deptan.go.id/ berita/one/813/. diakses tanggal 2 Desember 2013.