ETIKA POLITIK DALAM I<EPEMIMPINAN UMAR IBN' KHATHAB
Oleh:
AHMAD GOJALI
JURUSAN JINAYAH DAN SIYASAH FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERJ (UIN) SYARIF HIDAY ATULLAH JAKARTA 1427 II/2006 M
ETIKA POLITIK DALAM KEPEMU\llPINAN
UMAR IBN KHATHAB Skripsi Diajukan Kepada Faknltas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh:
AHMAD GOJALI
0045219497
Di bawah Bimbingan:
JURUSAN JINAYAH DAN SIYAS.A.H
FAKULTAS SYARI' AH DAN HUI(UM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (£JIN) SYARIF HIDAY ATULLAH JAI{AR,TA 1427 H/2006 M
PENGESAIIAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul ETIKA POLITIK DALAM KEPEMIMPINAN UMAR IBN KHA THAB telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 04 Juli 2006, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam pada Jurusan Siyasah Syar'iyyah (Politik Islam).
uhammad Amin Suma, SH. MA. MM) NIP: 150 210 422 Panitia Ujian
1. Ketua
2. Sekretaris
: Drs. Abu Tamrin, SH. M.Hum NIP. 150 247 716
( ~hJ)
3. Pembimbing: Dr. Mujar lbnu Syarif, M.Ag NIP. 150 275 509 4. Penguji I
: Prof Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. M,&_MM NIP. 150 210 422 --rr"Jt~
5. Penguji II
: Khamami Zada, M.Ag NIP. 150 326 892
r-'"" )I ,:.r)I 11 r KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi Tuhan Semesta Alam, Yang Maha Esa, Maha Kaya, Maha Pencipta, dan Maha Mengetahui apa-apa yang ada di langit dan di bumi, yang nyata maupun yang tersembunyi baik dalam keadaan terang benderang maupun dalam gelap gulita, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya dalam penyelesaian skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan-Nya kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kebarga serta para sahabat dan pengikut-pel'gikutnya yang menyeru dengan seruannya, berpedoman dengan petunjuk-petunjuk Allah SWT serta berpegang teguh di jalan-Nya sampai akhir zaman. Alharnduliilah berkat rahmat-Nya,
penulisan skripsi
ini telah dapat
diselesaikan dengan baik walaupun masih banyak kekurangan. Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tak luput dari dorongan dan bantua!' semua pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: I
Bapak Prof Dr. IL Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta;
2
Bapak Drs. H. Afifi Fauzi Abbas, MA dan Drs. Abu Tamrin, !vi.Hum, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Jinayah dan Siyasah, yang telah memberikan kemudahan administratif dan bimbingan akademik sejak awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini;
IV
3
Bapak Dr. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang der>gan tulus ikhlas ba'.lyak memberikan petunjuk dan pengarahan bagi penyelesaian shipsi ini;
4
Kepada segenap dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani perkulihan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
5
Kepada para pimpinan dan staf Perpustakaan Umum clan Perpustakaan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membe1ikan fasilita5 berupa kemudahan bagi penulis dalam memanfaatkan buku-buku referensi;
6
Ayahanda Rausin clan Ibunda tercinta Ratnawiyah. Rd yang senantiasa merawat, mengasuh, membesarkan, mendidik dan memberikan motivasi di setiap langkah penulis;
7
Kakanda; Baihaki, Nani, Lutfiyah, lkhwan, Saiful Anam dan Fahrullah ; Juga untuk Adinda; Arif Faturrahman, Andi Hakim, Siti Fauziah dan Sri Damayanti, dan juga untuk Keponakan Ivan dan Tasya yang selalu menghibur, menciptakan keriangan serta doa kepada penulis;
8 Keluarga Besar Alm. Bapak H. Rasyidi dan Keluarga Alm. Ors. H. Muhailnin RD yang telah memberikan bimbingan kepada penulis; 9 Kanda Sugandhi Bakrie, Teman-temali tetcinta; Keluarga Wiyah, Desy, Bayang, Maulana, Hery, teman pulau, dan Wa:tga Buncit yang selalu membagi ceria, tawa dan bahagia di setiap suasanli;
v
10 Teman-teman SS "2000 UlN Jakarta, FP2U, dan FMKS, yang telah memberikan memberikan pengalaman, kenangan dan kebersamaan yang semoga semua akan tetap a
Penulis
DAFTARISI
KATAPENGANTAR ..........................................................................................
11
DAFT AR ISI ..................................................... ······················· ... ........... ... ..... .......
VI
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masai ah ........ ..................... ......... ........ ........ . . . . . . .. . . . . 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...... .. .. .... ..... .... ... .. ... .. ... . .. . . . . . . . ... 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 5 D. Metode Penelitian ........................................................................... 6 E. Sistematika Penulisan .................................................................... 8
BAB II ETIKA POLITIK DALAM PRESPEKTIF ISLAM
A. Pengertian Etika Politik .. . ... . . . . . . .. . . . . .. . .. . . . . .. . .. . .. . . . .. . . .. . . . .. ... 9
B. Sejarah Etika Politik di Dunia Islam........................ . . . . . . .. . . . . . . 14 C. Macam-Ma.;am Etika Politik dalam Islam... . . . . . . . . . ... . . . . . . . . ... . . . . . . 18
BAB ID BCOGRA.FI UMAR IBNU KHA THAB A. Sejarah Pribadi dan Keluarganya ................................................. 3 I
B. Umar Pada Masa Nabi Saw ..................................................... 36 C. Kari er Politik Umar Ibn Khathab ............................................. 39 D. Kepemimpinan Umar Menjadi Khalifah ......................................... 43
Vil
BAB IV ETIKA POLITIK UMAR IBN KHATHAB A. Gambaran Urnurn Kebijakan Urnar .............................................. 47
B. Etika Politik dalarn Kebijakan Urnar.................................... . . . . . . . . . 60
C. Relevansi Nilai Etika Politik Urnar Saat ini... . . . . .. .. . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . 67
BAB V PENUTUP A. Kesirnpulan............................................................................ .. . ... ... 71
B. Saran............................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 73
BARI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan pengetahuan dan perangkat hidup bersama secara jelas dalam mewuj udkan suatu kehidupan yang dapat dihayati sebagai suatu yang wajar dan menjadi kebutuhan. Sesuai dengan penilaiannya, manusia dapat menentukan sikapnya untuk mengakui bahkan menolaknya. Oleh karena itu, dalam menentukan sikapnya manusia harus memiliki etika yang secara umum mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi segenap tindakan manusia. Dalam kehidupan modern, persoalan etika dan moral senng menjadi perbincangan publik. Tinjauan filsafat tentang makna dan definisi filsafat etika dan moral sangat beragam. Secara se.derhana bisa dikatakan bahwa penggunaan "etika" dan "moral" selalu menerangkan perbandingan antara nilai baik dan buruk, yang berlaku bagi semua bidang kehidupan manusia1• Sedangkan secara politis manusia dalam kehidupan berniasyarakat dan bernegara jelas membutuhkan batasan-batasan bagi mereka yang memperoleh kepercayaan untuk mengatur kehidupan bemegara. Dengan demikian, etika
1
h.8
Franz Magnis Suseno, Etika Po/itik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 200 l ), cet ke-6
2
politik sering dimaknai sebagai mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan sekedar sebagai warga negara terhadap negaranya2 . Kedatangan Nabi Muhammad SAW selain mendapat tantangan juga mendapat pandangan positif dari masyarakat Arab, sejak beliau melakukan migrasi dari Mekkah ke Madinah. Beliau mulai mendapat tempat di hati masyarakat, sehingga agama Islam dapat berkembang dengan pesat dan berhasil membangun suatu masyarakat utama. Jika pada masa Nabi, perkembangan Islam yang begitu pesat hanya berada di Jazirah Arab saja, setelah wafatnya Nabi, wilayah kekuasaan Islam mengalami perluasan secara signifikan baik Persia di sebelah Timur maupun Mesir di sebelah Barnt. Hr.I tersebut juga didorong oleh adanya kekosongan kepemimpinan pasca pemerintahan Nabi serta keperluan adanya kekuasaan di daerah-daerah taklukan. Maka
pada masa al-Kbulafa
al-Rasyidun merupakan
awal
bangkitnya
pemerintahan Islam, tetapi lambat laun karena pemahaman yang berbeda tentang tatanan pemerintahan yang hendak dibangun sehingga pusat pemerintahan berpindah dari satu kota ke kota Iain. Pola dasar p-::mahaman pada masa Nabi dan al-Khulafa al-Rasyidun memberikan tatanan politik tersendiri yang meyakini aspek kehidupan secara langsung terkait dengan nilai dasar tauhid. Nabi sendiri pada saat itu berfungsi selaku pimpinan agama dan pimpinan politik karena dalam pandangan tauhid 2
Ibid. h. l2
3
tidak ada pemisahan agama dan politik. Penataan masyarakat pada masa Nabi banyak diilhami oleh ajaran-ajaran agama dan bimbingan sang Khaliq, selain itu juga sifat-sifrt yang tertanam dalam diri Nabi juga ter.varisi kepada sahabatsahabatnya yang lebih dikenal dengan al-Khulafa al-Rasyidun 3. Pada hari-hari terakhir hidupnya, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq sibuk bertanya pada banyak orang bagaimana pandapatmu tentang l'mar? "Hampir semua orang menyebut Umar adalah seorang yang keras, namun jiwanya sangat baik. Setelah itu, Abu Bakar meminta Usman bin Affan untuk menuliskan surat wasiat bahwa penggantinya kelak adalah Umar. Tampaknya Abu Bakar khawatir jika umat Islam akan berselisih pendapat bi la tidak menuliskan wa,iat tersebut. Bicara soal keadilan secara jelas sangat terce1min pada kepemimpinan Umar. Hal ini dapat dilihat bagaimana ketika putra Amr bin Ash (Gubernur Mesir) berpacu dengan penduduk setempat, lalu mereka berselisih dalam menentukan pemenangnya, putra Amr bin Ash marah dan memukul orang Mesir tadi seraya berkata: "Aku ini putra dua orang yang mulia" menoapat perlakuan seperti itu. Orang Mesir tersebut mengadu kepada Umar. Dengan nada berang, Umar memanggil Gubernur dan anaknya, lalu menyuruh orang Ivfesir memukul Gubernur Amr, dengan demikian putranya tidak akan lagi berani sewenang-
3
Tim Penyusun, E11siklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997), cet ke-4
4
wenang. Sejak kapan kamu memperbudak manusia padahal mereka dilahirkan ibunya dalam keadaan bebas merdeka, bentak Umar kepada Amr4 . Cerminan khalifah Umar dalam menjalankan fungsinya sebagai pimpinan negara memang tidak lepas dari pengaruh ajaran agama dan sirah Nabi dalam membangun tatanan masyarakat yang sesuai dengan syariat Islam dan prinsip umum bernegara, serta etika yang dilaksanakannya baik kepada rakyatnya maupun kepada negara-negara lain. Dengan demikian penulis tertarik untuk membahas tema ETIKA POLITIK DALAM KEPEMIMPINAN UMAR IBN KHATHAB sebagai j udul skripsi mengingat banyak nilai-nilai etika politik yang dibangun oleh Khalifah Umar lbn Khathab. la telah mewarisi nilai-nilai berharga yang berkittnya menjadi modal utama menata sebuah masyarakat dari kondisi anarkhis, tidak beradab menjadi masyarakat yang manusiawi dan sejahtera. Oleh karena itu, ha! ini menjadi rujukan dalam menata masyarakat modern saat ini mengingat banyak sistem pemerintahan yang tidak memiliki bingkai etika politik yangjelas. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dari paparan di atas terdapat beberapa masalah yang penting untuk diidentifikasi yaitu gambaran kepemimpinan politik Umar lbn Khathab untuk menjalankan pemerin1:ahan pada masanya dengan nilai-nilai etika politik sebagai bingkai dalam membangun negara Islam. Mengingat kepemimpinan Umar lbn
4
Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Islam, (Jakarta: Hikmah, 2003), cet ke-1 h.40
5
Khathab tidak lagi hanya seputar kekuasaan di Semenanjung Arabiyah, tetapi juga membuat kebijakan-kebijakan baru dalam membangun pemerintahan Islam saat itu. Lebih dari itu banyak sekali upaya yang dilakukan Umar dalam melakukan inovasi dalam pemerintahan yang kepemimpinan sebelumnya tidak pernah melakukan. Oleh karena itu, penulis perlu melakukan pembatasan pembahasan agar penelitian ini terfokus, sistematis dan terarah. Pembatasan dalam penelitian ini terkonsentrasi pada kepemimpin_an Umar Ibn Khatab dalam membangun pemerintahan dengan nilai etika yang dibangun pada masanya. Selain itu, penelitian ini juga melihat relevansi etika politik dalam kepemimpinan Umar Ibn Khathab pada masa sekarang. Berdasarkan
pembatasan
pokok
masalah
di
atas,
penulis
dapat
merumuskan item-item masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini sebagai berikut: I. Apa pengertian etika politik dan pilar-pilar pendukungnya? 2. Bagaimana kepemimpinan Umar Ibn Khathab? 3. Apa saja nilai-nilai etika politik Umar Ibn Khathab yang relevan untuk saat ini? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: I. Untuk melihat biografi Umar bin khattab
2. Untuk meP-getahui etika politik yang dibangun khalifah Umar Ibn Khathab
dalam menjalankan pemerinta~mmya.
6
3. Untuk melihat relevansi nilai etika politik kepemimpinan Umar Ibn Khathab 4. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang etika politik Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah
1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang pemerintahan Islam pada masa Umar Ibn Khathab sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam membangun peradaban Islam. Selain itu hasil penelitian ini sebagai persyaratan dalam menyelesaikan proses perkuliahan strata satu (SI). 2. Secara
praktis,
hasil
penelitian
Im
diharapkan
dap1t
menambah
perbendaharaan kepustakaan bagi UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 3. Secara pragmatis, has ii penulisan ini dapat menjadi rcferensi dalam menjalaukan pemerintahan yang memiliki bingkai kehidupan politik suatu negara. D. Metode Penelitian Penelitian yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Jenis penelitian ini diambil sesuai dengan objek penelitian yang dikaji yaitu mengenai etika politik kepemimpinan Umar dalam menjalankan pemerintahan Islam pada saat itu. Adapun proses kegiatan yang dilakukan dalam penelitian kepustakaan ini penulis melakukan penelaahan dan pengkajian terhadap berbagai literatur baik dokumeu tertulis maupun elektronik bernpa buku-buku, majalah, artikel, jumal, internet dan lain sebagainya.
7
Data primer y'lng dipakai penuiis adaiah literatur mengenai perkataan dan tindakan Umar Ibn Kahthab mengenai kepemimpinnya dalam menjaiankan pemerintahan yang dilakukan dengan etika politik saat itu. Sedangkan data sekundernya adaiah literatur mengenai pendapat dan tuiisan-tulisan orang Iain mengeuai Umar Ibn Khathab baik perkataannya maupun kebijakan-kebijakan politik saat menjadi khalifah, serta hal-hal Iain yang berhubungan clengan masaiah yang akan dibahas. Data-data yang diperoieh penulis, disajikan dengan metode deskriptif dan
analitis. Deskriptif yaitu menggambarkan masaiah, mengumpulkan, menyusun data,
sedangkan
analitis
yaitu
menyeieksi
data
lalu
dianalisa
dan
diinterpretasikan. Adapun teknik penulisan dan penyusunan skripsi di bawah panduan buku "pedoman penulisan skripsi yang disusun oieh Tim Fakultas Syari'ah dan Hukum Tahun 2005" dengan beberapa catatan : I. Kutipan ayat Al-Qur'an tidak diberi catatan kaki, tetapi di akhir ayat ditulis
nomor ayat dan nama suratnya, sedangkan terjemahannya diambil dari AlQur'an yang dikeiuarkan oieh Departemen Agama. 2. Terjemahan Al-Qur'an dan Hadits diketik satu spasi sekalipun kurang dari enam baris dengan diberi tanda petik di awal dan akhir kalimat. 3. Dalam
penulisan
skripsi · ini,
penulis
menggunakan
Disempumakan (EYD) 4. Dalam daftar pustaka Al-Qur'a.n,di tulis dalam urutan pertmna.
Ejaan
Yang
8
E. Sistematika Penulisan Untuk mempe.rmudah dalam penulisan dan pembahasan dalam skripsi ini, penulis membagi pokok-pokok pembahasan ke dalam bebe:rapa bab. Dan di dalam bab tersebut terdiri dari beberapa sub bab, yaitu: Bab I. Pendahuluan meliputi: latar belakang masalah, pembahasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian., metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II. Biografi Umar Ibn Khathab meliputi: sejarah pribadi dan keluarganya, Umar pada masa Nabi, karir politik Umar dan kepemimpinan Umar menjadi Khalifah. Bab III. Etika Politik meliputi: definisi etika politik, sejarah etika politik dalam Islam dan macam-macam etika politik dalam Islam Bab IV. Etika Politik Umar Ibn Khathab meliputi: gambaran wnum kebijakan Umar Ibn Khathab, etika politik dalam kebijakan Umar, relev&nsi nilainilai etika politik Umar saat Ini Bab VI Penutup meliputi: kesimpulan dan saran-saran.
BAB II KONSEP ETII
A. Pengertian Etika Politik Bicara etika memang menarik. Banyak orang membicarakan etika, seolah etika merJarii bal yang semestinya dilakukan oleh siapapun baik sebagai individu, kelompok maupun masyarakat secara luas. Etika seakan menjaci sesuatu yang harus difakukan oleh siapapun. Istilah "etika" berasal dari Yunani kuno. Kata ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artmya adalah adat kebiasaan. Dan arti yang terakhir inilah yang menjadi bentuk etika yang oleh filosof Yunani Besar Aristoteles (384 SM- 322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan moral 1• Apabila kita melihat asal usu! kata ini, "etika" berarti ilmu tentang apa yang bisa dilakukan atau tentang adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata "ethos" cukup banyak dipakai, misalnya dalam kombinasi "ethos
ketja ", "ethos profesi" dan sebagainya. Kata yang cukup dekat dengan "etika" adalah "moral". Kata terakhir ini dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti juga: kebiasaan, adat. Jadi, 1
K. Bartens, Etika, (Jakarta: PT. Gramedia,Pustaka Utama, 1993} h. 4
JO
etimologi kata "etika" sama dengan etimologi kata "moral'', karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan. Hanya bahasa asalnya berbeda: yang pertama berasal dari bahasa Yunani, sedangkan yang kedua dari bahasa Latin2 . Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang barn (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), "etika" dibedakan menjadi tiga arti: "l. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau bermasyarakat". Dari urutan di atas, nomor tigalah yang paling cocok digunakan dalam arti nilai-nilai atau nonna-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dalam buku termashur Max Weber yang judulnya The Protestant Ethic and 7/ie Spirit Of Capitalism arti ini bisa dimasukkan juga sebagai sistem nilai3. Jhon P. Noman S. J. dalam bukunya General and Special Ethics "Ethics is the sciem:e of the morality of human acts". Kata "etika" sebagai ilmu pengeta':rnan yang mempelajaii moralitas dari perbuatan manusia. Bahwa ethics disebut juga "moral philosophy" atau "philosopia moralis ". Sedangkan disebut morality adalah "the goodness or badness the wrightness of human acts" apa yang baik atau apa yang buruk, benar atau salah dengan menggunakan ukuran
2
Ibid h. 5
3
Ibid, h. 6
11
norma atau nilai4. Etika merupakan cabang dari filsafat. Etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan kebenaran sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari ukuran baik buruknya bagi tingkah laku manusia.
Etika hendak mencari
tindakan manusia yang baik 5 . Dalam
Encyclopedia Oxjford, "Etika" adalah menggambarkan dan mengevaluasi .alasan yang diberikan orang atau kelompok untuk penilaian yang mereka buat mengenai benar dan salah atau baik dan buruk, khususnya ketika istilah-istilah itu berhubungan dengan tindakan, sikap dan kepercayaan manusia6 . Dalam Encyclopedia of the Social Science, kata "etika" diartikan "suatu tatanan ideal dari kenyataan-kenyataan di lapangan yang dibentuk oleh banyak ha! seperti agama atau pengorganisasian yang dianggap baik, benar dan selamat"7. Sedangkan etika Islam adalah tingkah laku manusia yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan, ucapan dan pikiran yang sifatnya mernbangun, tidak merusak lingkungan dan tidak pula merusak tatanan sosial budaya serta tidak pula bertentaug2n dengan ajaran Islam, namun berlandaskan pada Al-Qur'ar. dan As-
4
Widjaja, Etika Pemerintahan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), cet ke-1, edis: ke-2, h. 8
5
Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995), cet ke-3, edisi
ke-l,h.14. Jhon L. Esposito, Ensiklopeedi Oxford Dunia JslamM Modem, (Bandu~g: Mizan, 2001), cet ke-1, h. 24. 6
7
Encyclopedia Of The Social Sciences, (Toronto, Canada: The Macmillan Company, 1950) vol V-VII, h. 62.
...
12
Sunnah. 8 Dasar eti'rn Islam itu sendiri bersifat membimbi11g, memandu, mengarahkan dan membiasakan masyarakat hidup sesuai dengan norma sopan santun yang berlaku dalam masyarakat. Etika Islam memggambarkan keadaan orang berpedoman untuk membimbing manusia agar berjalan dengan baik berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang di masyarakat dan mengacu pada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat. 9 Menurut Miriam Budiardjo dalam bukunya Dasar-dasar !lmu Politik, politik adalah bennacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik yang menyar.gkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan menjalankan .
.
.
10
tujuan-tuJUan 1tu . Dalam Encyclopedia of the Social Science, kata "politik" mempunyai dua arti: L Politik adalah ilmu dari seni (art) ketatanegaraan; 2. Suatu kekuatan kerja yang terdiri dari anatomi dan pengenjawantahan isi-isi negara. Dalam ha! 1ru, politik diartikan sebagai ilmu dan politik sebagai sistemll. Dalam Islam, politik itu dikenal dengan istilah "siyasah atau Siyasat" yang mengandung arti mengatur, mengurus atau membuat kebijaksanaan dalam literatur Islam. Sebagaimana dikemukakan Ibnu Al-Qayyim yang dinukilnya dari 8
M. Yatiman Abdullah, Pa11gm1tar Studi Etika, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), ed. ke-1, h. 3 i9 9
Abudin Nata, Metudologi Studi-studi Islam, (Jakarta: PT. Gramedia Pust&ka Utama, 2002),
h. 62 10
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar I/mu Polilik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1998) cet. ke-19, h. 8 11
Encyclopedia of The Social Sciences, foe. ,cit.
13
Ibnu 'Aqil, "siyasat" adalah setiap langkah perbuatan yang membawa manusia dekat kepada kemaslahatan dan terhindar dari kerusakan, walaupun Rasul tidak menetapkannya
dan
Allah
tidak
mewahyukannya".
Sedangkan
Khallaf
mendefisikan sebagai "pengolahan masalah-masalah umum bagi negara Islam yang menjamin terealisasinya kemaslahatan dan terbindar dari kemudharatan dengan tidak melanggar ketentuan syariat yang umum''. Jadi, siyasah adalah membuat kebijaksanaan untuk kemaslahatan umat yang tidak bertentangan dengan subtansi ajaran dasar dan pokok syariat Islam 12 • Tulus Warsito mengatakan bahwa yang dimaksud dengan "etika politik" adalah ukuran konsistensi antara berlakunya aturan main dengan perilaku politik dari masing-masing anggota sistemD Menurut ajaran Khomeini, dalam dimensi "moral clan politik", penegakan tatanan politik yang diatur oleh norma-norma Islam bukanlah tujuan itu sendiri, melainkan jalan untuk berbuat baik melalui penciptaan lingkungan sosial yang mendorong praktek spiritual melalui penerapan peraturan Tuhan 14 . Sedangkan jika diformulasikan yang dimaksud dengan etika politik adalah jalan untuk berbuat baik masing-masing anggota sistem, faktor spiritual yang
12
J. Suyuti Pulungan, l)rinsiJJ-JJrinsip Pemerintahan Da/a111 /)iagan1 Madillah J)itinjau /Jari
Pa11da11ga11 A!-Q11r'a11, (Jakmta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), cet ke-1, edisi ke··l, h. 8. 13
Tulus Warsito, Pemba11g1111a11 Politik Rejleksi Kritis Alas Kritis, (Jakarta: BIGRAF Publishing, 1999), cet ke-1, h.9. 14
Jhon Esposito, Op. cit., h. 26.
14
mendorong untuk menerapkan peraturan Tuhan sebagai rambu-rambu moral ukuran dari konsistensi antara aturan main dengan perilaku politik. B. Sejarah Etika Politik di Dunia Islam
Di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, Islam di Madinah makin terlihat pengkristalannya sebagai sebuah keimanan dan sebuah sistem sosial-politik. Melalui tindakan kemiliterannya dan kegiatannya diplomatiknya, masyarakat muslim meluas dan membentuk hegemoninya di Arabia tengah, semenja.k tahun 622 M-623 M. Mekkah juga dikuasai dan suku-sl'.ku yang ada di Arab disatukan dalam kesatuan politik, berbentuk pesemakmuran Arab dengan ideologi yang sama, di bawah sebuah pusat kekuatan, tunduk kepada sebuah hukum. Kesatuan tersebut tidaklah harus diberi penilaian yang berlebihan. Buat pertama kalinya dalam sejarah, saluran yang efektif telah ditemukan untuk menyatukan suku-suku Arab hingga berbentuk sebuah negara. 15 Oleh karena itu, langkah politik pertama yang dijalankan Nabi saw dalam mengorganisir penduduk Madinah sering secara benar
ditunju~
sebagai titik
permulaan organisasi politik dalam sejarah, dan ia menjadi inspirasi yang tak habis-habisnya sepanjang masa. Pcmbentukan masyarakat baru itu, yang kemudian mePjelma menjadi sebuah negara dan pemerintahan, ditandai dengan sebuah perjanjir..n yang dikenal dengan Piagam Madinah. Deklarasi berdirinya negara Maclinah bisa terefleksikan
John L. Esposito, Islam dan Politik. terj/dari Islam And Politics ol~h: H.M. Joesoef Sou'yb), (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h. 8 15
15
dalam Piagam Madinah yang terdiri dari empat puluh delapan pasal. Meskipun Madinah
saa~
itu baru berupa city stale harus diakui bahwa tipologi pemerintahan
semacam itu merupakan format baru di tengah-tengah kebesaran kekuasaan imperium Romawi dan Persia yang foedalisme-otoriter. Da.lam kaca mata siyasah, peran ganda Nabi saw di satu sisi sebagai Rasul Allah dan pemimpin sebuah pemerir.tahan selama satu dasawarsa telah membentuk integritasnya sebagai umara yang menyatu dengan tanggungjawab sebagai pemimpin agama. 16 Setelah Nabi wafat kepemimpinan digantikan oleh sahabat l\abi yang disebui dengan al-Khulafa al-Rasyidun. Khalifah pertama adalah Abu Bakar. Setelah memilih pt:ngganti Nabi, masyarakat muslim di
Madina~
yang baru yai1u A.bu Bakar berpaling menyatu-radukan Arabia
dan Khalifah
k~mbali.
Karena
pada waktu kemangkatan Nabi menyebabkan timbul berbagai pem:Jerontakan dari suku-st:ku Arab. Faham kesukuan, yang merupakan sumber identitas politik dan sosial selama ini, bangkit kembali menentang kehidupan dan kesatuan di bawah negara Islam yang baru itu. Rangkaian pertempuran yang oleh ahli-ahli sejarah Islam yang dipanggil dengan Perang-Riddat, digerakkan Abu Bakar dengan cepat. Pada saat krisis politik sesudah Muhammad mangkat dapat diakhiri dengan pemilihan Abu Bakar secara cepat, maka Khalifah Umar tidak ingin kasus serupa itu terulang kembali, Umar menjelang wafat menunjuk panitia pemilihan untuk memilih penggantinya.
16
J. Suyuti Pulungan, op. cil, h. 13
16
Banyak di antara lapisan elit di Madinah baik da.ri kalangan Muhajirin maupun dari Kalangan Ansor, kurang setuju penunjukkan Utsman menjabat kekuasaan tertinggi terutama semenjak keluarganya itu mulai memegang jabatanjabatan kunci oeserta peningkatan kekayaan anggota·-anggota keluarganya. Berbagai tuduhan bahwa Khalifah bersikap lemah dan memprakteldmn nepotisme menyebabkan intrik-intrik politik makin membara. Pernbunuhan Utsman itu langkah pertama bagi rangkaian pemberontakan pihak Muslim dan kemelutkemelut
keagamaan
hingga
saling
membunuh
sesama
Muslim
yang
membahayakan perkembangan politik Islam. Ali, saudara sepupu dan menantu Nabi menggantikan Utsman sebagai Khalifah keempaL Dengan pengangkatan Ali tersebut hingga melahirkan golongan yaitu golongan yang mendukung Ali, golongan Muawiyah dan golongan Khawarij, sehingga menimbulkan peperangan. Di mata para mukmin, masa Muhammad dan masa al-Khulafa alRasyidun itu saat-saat yang normatif Yakni saat yang menentukan norma-norma bagi kehidupan muslim dengan variasi yang dicontohkan. J'ertama, saat Allah menurunkan wahyu terakhir dan sempurna untuk umat manusia dengan mengutus Nabi terakhir yaitu Muhammad. Kedua, masyarakat/negara Islam diciptakan terikat oleh identitas dan tujuan keagamaan yang bersifat umum. Keliga, sumber hukum Islam yakni Al-Qur'an beserta penjelasannya oleh sabda-sabda Nabi yang memberikan bimbingan azasi bagi masyarakat, berasal dari jangka masa tersebut.
...
Keempat, kedudukan yang demikian penting dari sabda Nabi beserta tata hidup .
17
masyarakat yang mula-mula tercermin dalam himpunan hadits. Kelima, jangka masa Sahabi yang saat itu atau safafi merupakan titik tolak bagi kebangkitan seluruh gerakan pembaharuan dalam dunia Islam, baik bagi pihak tradisional mapun pihak modemis. Terakhir sekali, masa Nabi dan masa al-Khulafa alRasyidun itu bukan cuma dipandang mengandung bimbingan ilahi akan tetapi juga keabsahan. Pihak Muslim berkeyakinan bahwa pada masa itulah pesanwahyu dan klaim-kenabian direalisasikan sepenuhnya di bawah sorotan sejarah, memperlihatkan diri pada keberhasilan dan kekuasaan akibat kemenangankemenangan yang luar biasa beserta perluasan wilayah kekuasaan Islam sepanjang geo!,>rafis. Daulah Abasiyyah mengambil dan memperluas praktek Urnayyah dengan meminjam tradisi Persia tentang sistem pemerintahan yang berasaskan kekuasaan atas mandat Ilahi, klaim pihak khalifah Abasiyyah bahwa dia berkuasa atas mandat Ilahi dilambangkan oleh perubahan gelar "pengganti Rasul Allah " menjadi "bayangan Allah di muka bumi ". Status penguasa yang agung itu dikukuhkan oleh istana yang besar dan indah, barisan pelayan istana dan memperkenalkan etika istana terhadap seorang raja atau kaisar. Bagi pihak yang memiliki perilaku keagamaan di istana Bagdad yang jauh berbeda dengan "tata hidup Madinah yang ideal". Unsur-unsur pertumbuhan oposisi Islam terhadap kekuasaan Umayyah itu beragam sesuai dengan motifmasing-masing: muslim non··Arab yang menempati warga negara kelas dua berbanding dengan muslim-Arab menuduh keberadaan itu
18
berlawanan dengan perasaan persaudaraan sesama Islam; kelompok khawarij yang terns menerns melakukan pemberontakan dalam wilayah Mosul dan wilayah Kufah; sekte syi'ah yakni para pendukung tuntutan keluarga Ali terhadap pimpina:i masyarakat Islam; muslim Arab sendiri yakni mereka yang l:lerada di Mekkah, Madinah dan Irak yang merasa dirinya tidak diperlaku:-:an semestinya oleh kcluarga Arab; dan paling akhir ialah para muslirn yang 1aat, 'baik Arab maupun non-Arab, menganggap "kehidupan kosmopolitan yang barn" penuh kemewahan beserta hak-hak istimewa itu telah bertolak-belakang dengan ajaran Islam yang mula-mula. Bagi kelompok yang terakhir ini secara khusus melakukan pembaharnan kembali terhadap masyarakat Muslim kepada tahap masa yang normatif, menurnt suri tauladan yang diperlihatkan Nabi Muhammad saw beserta para khalif yang cendikiawan, yakni merestorasikan kernbali "Madinah Ideal" (corak kehidupan Madinah yang ideal). C. Macam-macam Etika Politik dalam Islam Dalam rnenjalankan kehidupan sebagai mak!ilulk di muka burni ini, rnanusia tidak Iepas dari ketergantungannya kepada yang Iain, baik itu sebagai individu maupun mereka yang menjadi kelompok masyarakat, negara bahkan dunia sekalipun. Mengamati nilai-nilai dasar etika politik dalam Islam tidak sernmit dengan etika politik Barnt. Dalam Islam nilai etika politik tersebut tersusun dengan rapi dan seragan1, baik yang masih bernpa susunan nilai-nilai
id~al
dalam Al-Qur'an
maupun yang termaktub dalam Piagam Madinah sebagai konstitusi dan prinsip
'
19
etika poiitik yang dipral'tekkan oleh Nabi saw di negara Madinah, juga sifat-sifat yang dimiliki oleh Nabi itu sendiri.
1. Persaudaraan dan Persatuan Suatu bangsa, umat dan negara tidak akan berdiri teg~.k tanpa adanya persatua11 dan persaudaraan di antara warganya. Persatuan itu akan terbentuk apabila ada rasa saling kerja sama atau mencintai, persatuan dan persaudaraan merupakan fondasi atau dasar dari terbentuknya sebuah masyarakat maupun negara. Di dalam Al-Qur'an dijelaskan dalam Surat Al-Hujurat ayat 10: ,,
.J
JI
,,
• .:i _;.;..') ~
Ill
.J
:uJ1 1_,Af1j
.J
_,..
~~\
,,....
;:_;. 1_;..i:,,,,t;
..
o~l
,,
0
0_?,:?J1 Wl ( \ • : ..:.il_y.d-1)
Artinya: "Sesunggulmya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. "(Q.S. Al-Hujurat: IO) Persaudaraan berdasarkan agama (persaudaraan orang-orang mukmin) akan mengakrabkan persatuan dan persaudaraan seagama. Abdullah Yusuf Ali menyatakan pelaksanaan atau perwujudan persaudaraan Muslim merupakan ide sosial yang paling besar dalam Islam. Sedangkan
ketetapan
piagam
Madinah
bertujuan
mewujudkan
persaudaraan dan persatuan antara pemilik agama dan keyakinan segenap penduduk Madinah dalam arti "persatuan dan persaudaraan sosial dan kernanusiaan". Ketetapan Piagam Madinah menjadi indikator bahwa Nabi saw bersikap bersahabat dengan siapa saja yang ingin menjadikan penduduk
20
Madinah hidup berdampingan, sekalipun ada sebagian ya.ng menentang dakwahnya. Al-Qur'an tidak melarang orang mukrnin be1buat baik dan memberi apa yang menjadi hak dan bagian terhadap orang-orang yang tidak memerangi mereka karena agama dan tidak mengusir mereka dari negara mereka. Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Al-Qur'an memberi petunjuk praktis pelaksanaan persaudaraan, baik persaudaraan agama maupun persaudaraan sosial dan kemarmsiaan. Prinsip dasar yang diletakkan Nabi saw dapat dikatakan pertama dalam sejarah kemanusiaan. Di zaman modern ini setiap pemerintahan suatu negara memandang bahwa persatuan dan persaudaraan merupakan unsur terpenting tegak dan majunya suatu negara, sehingga harus dibina dan terns dijaga demi pelaksanaan pembangunan di segala bidang. 17 2. Persamaan
Dengan ketetapan piaga:n yang berkaitan pada persoalan kemaslahatan umum, maka ada jaminan hak-hak istimewa mereka sebagaimana hak dan kewajiban yang dimiliki oleh kaum muslimin. Ketetapan tersebut di samping bersifat umum juga bersifat khusus yaitu persamaan akan hak hidup, hak keamanan jiwa, hak perlindungan baik laki-laki maupun perempuan dan baik golongan Islam maupun golongari non-Islam. Walaupun antara sesatµa manusia terdapat perbedaan dari segi jenis kelamin, warna kulit, agama dan keyakinan, status sosial dan lain sebagainya. 17
J. Suyuti Pulungan, op. cit, h.144
21
namun mereka tetap sama sebagai sesama manusia. Perbedaan itu bukan menjadi alasan saling membedakan antara sesama manusia, justru adanya perdedaan itu agar kita saling mengenal satu dengan yang lainnya. Firman Allah yang berbunyi:
Artinya: "Hai manusia, sesunggulmya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal''. (Q.S. Ai'-Hujurat: I 3) Menurut Qurthubi ayat di atas mengandung larangan membanggabanggakan nasabnya (nasab manusia), sebab yang menjadi tolok ukur di hadapan Tuhannya adalah ketakwaannya bukan karena nasabnya. Ayat-ayat tersebut juga menjelaskan penciptaan manusia tidak ada perbedaannya, semua manusia diciptakan dari tanah, dari tanah yang sama pula, oleh karena itu manusia tidak boleh membangga-banggakan diri dari manusic. yang Iain dan tidak buleh saling menghina. Nilai persamaan dalam prespektif Piagam Madinah dan Al-Qur'an pada hakikatnya mempunyai tujuan agar setiap orang atau golongan merte1t\Ukan harkat dan martabat kemanusiaannya dan dapat mengembangkan potensinya secara wajar dan layak. Dengan nilai ini akan menimbulkan rasa
22
saling tolong-menolong, kepedulian dan solidaritas sosial dalam diri manusia dalam lingkup yang lebih luas. 18
3. Kebebasan Persamaan, pcrsaudaraan dan persatuan merupakan prinsip yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kebebasan mutlak perlu dikembangkan dan dijamin pelaksanaannya guna terjaminnya kebutuhan masyarakat pluralistik. Kebutuhan manusia akan kebebasan diantaranya adalah kebeb1san beragama, bebas dari rasa takut, kebebasan berpendapat, bebas dari perbudakan, penganiayaan dan lain-lain. Dalam Piagam Madinah terdapat ketetapan-ketetapan mengena1 kebebasan yang mengatur masyarakat Madinah pada waktu itu, diantaranya; kebebasan beragama, manusia mempunyai hak kebebasan personal untuk mencntukan keyakinan mana saja. Kebebasan itu harus dihormati dan dilindungi orang Iain. Karena persoalan agama merupakan masalah keyakinan dan penerimaannya harus atas dasar kerelaan. Tidak boleh memaksakan sesuatu agama kepada orang lain. Setiap orang clan pemerintah wajib melindungi dan menghormati hak orang lain dalarn mcnganut suatu agama dan keyakinannya. Karena tujuan yang hendak dicapai ada!ah terciptanya suasana hidup rukun dalam masyarakat majemuk, tanpa ada golongan yang merasa diperlakukan secara .tidak adil, karena sebagai sesama :anggota
18
Ibid, h. 154
23
masyankat atau negara, orang-orang non-muslim mcmiliki ;mk:-hak politik dan kultural yang sama dengan orang-orang muslim. Bebas dari
ra~a
takut merupakan kebutuhan w:arga masyarakat dalam
sebuah negara dalam segala bidang, karena akan rnendorcng masyarakat untuk mencapai kemajuan dan berlomba-Jomba dalam kebajikan. Kebebasan berpendapat tidak bersifat mutlak. Seseorar;g dengan dalih dan atas nama kebebasan, tidak dibenarkan melakukannya dengan mengikuti kemauan sendiri. Praktek kebebasan berpendapat tidak boleh sewenangwenang dan tanpa batas, juga tidak boleh dibiarkan berlarut-larut tanpa kendali, tetapi hams diselesaikan. Perbedaan pend:apat yang tajam bisa menimbulkan perselisihan yang dapat menyebabkan pertentangan · dan perpecahan baik perorangan maupun kelompok. Oleh karena itu, kebebasan berpendapat hams sesuai dengan prinsip hukum Islam, yakni kewajiban setiap manusia supaya menegakkan dan melaksanakan yang benar, mengahpus dan menghindari yang salah. Kebebasan melakukan kebiasaan yang baik ini dilakukan dalam menebus tawanan perang dengan kebiasaan yang baik dan adil yang dilakukan oleh golongan Muhajirin Quraisy dan membayar diyat kepada orang yang terbunuh yang dilakukan oleh Bani Auf. 19
19
Ibid, h. 156
24
4. Perdomaian Prinsip-prinsip dasar yang sudah dikemukakan di atas pada hakikatnya menghendaki tercapainya perdamaian di kalangan komunitas Islam dan perdamaian antara komunitas Islam dengan komunitas Iain. Karena jika setiap komunitas memelihara dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban yang terkandung dalam prinsip dasar tersebut, maka akan terwujud. Perdamaian merupakan ajaran dasar yang penting dalam Islam untuk mempererat persatuan dan solidaritas antar sesama manusia baik antar kelompok sosial maupun antar bangsa sehingga tercipta hubungan baik dan kerja sama saling menguntungkan. Menerima perdamaian memprakarsai dan mengusahakan perdamaian merupakan visi Al-Qur'an yang wajib bagi orangorang mukmin, baik perdamaian intern maupun perdamaian ekstem. Cara yang ditempuh untuk mewujudkan perdamaian terdiri dari bebcrapa altematif.
Pertama dengan nasehat yang dalam istilah sekarang dengan jalan perundingan, kedua memberi ancaman, baik dengan cara tinda.kan militer maupun dengan cara embargo ekonomi, ketiga memberi sanksi hukuman,
keempat pilihan terakhir, memerangi golongan yang tidak mau tunduk kepada perdamaian, baik terhadap golongan mukminin maupun golongan Iain yang tidak mau berdamai. 20
'
0
Ibid, h. 158
25
5. Amanah Prinsip amanah tercantum dalam Al-Qur'an Surat An-Nisaa ayat 58:
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesunggulmya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat ' . (Q.S. An-Nisaa: 58) Ma.kna Qur'ani amanah adalah "titipan" atau "pesan". Dalam monokrasi Islam, amanah dipahami sebagai: "suatu karunia atau nikmat Allah yang merupakan sesuatu untuk dipelihara dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan dalam AlQur'an dan dicontohkan oleh Sunnah Rasulullah. Amanah kelak harus dipertanggungjawabkan kepada Allah". 21 Dalam konteks kenegaraan, amanah dapat berupa kekuasaar: ataupun kepernimpinan. Sebab, pada prinsipnya kekuasaan atau kepemimpinan adalah suatu bentuk pendelegasian atau pelimpahan kewenangan orang-orang yang dipimpinnya. Berhuaungaa bahwa kekuasaan adalah amanat, maka Islam secara tegas melarang terhadap para_ pemegang kekuasaan agar melakukan abuse
21
M. Daud Ali, M. Thahir Azhary dan Habibah Daud, Islam 1111/uk Dis;p/i11 ilmu Hu/mm Sosial dan Polilik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), h. I 16
'
26
atau penyalahgunaan kekuasaan yang diamanatkannya. Karena itu, pemegang kekuasaan atau pemimpin wajib berlaku adil. Sedangkan kata "amanah" dalam pemerintahan bagi fonu Taimiyah yang tertuang dalam Surat An-Nisa: 58 memiliki dua arti; pertama, amanah diartikan sebagai kepentingan-kepentingan rakyat yang merupakan tanggung jawab kepala Negara untuk mengelolahnya. Pengelolaan akan baik dan sempuma apabila dalam pengangkatan para pembantunya memi!iki kecakapan dan kemampuan, meskipun pengertian amanah menurut lbnu Taimiyah tidak hams sama dengan Al-Mawardi. Kedua, mengenai pengelolaan Negara dan perlindungan harta benda milik para warga Negara, dalam ha! ini kekayaan Negara, rakyat tidak dibenarkan menolak membayar segala kewajiban yang telah ditentukan oleh kepala Negara, tetapi sebaliknya kepala Negara harus men:belanjakan dana yang di terima dari rakyat dengan baik sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an dan As-Sunnah22 . Realita menunjukkan bahwa orang yang memiliki sifat otoritas (quwwah) dan amanat sekaligus sangatlah sedikit. Sehingga pada suatu ketika Umar Ibn Kbathab berdoa: "Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu karena kekuatan para pembuat dosa, dan ketidakberdayaan (kelemahan) orang yang dapat di percaya". Oleh karena itu, pemilihan maupun pengangkatan pejabat
22
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UI Press, 1993) Ed. Ke-5 h. 58
27
untuk menempati suatu posisi (walayat) hendaknya kepada seorang yang 23
layak (ashlah) mendapatkannya tergantung dengan tuntutanjabatannya
.
Jika dalam suatu walayat Gabatan dalam pemerintahan) lebih menuntut kebutuhan akan adanya sikap amanat, orang yang memiliki kejujuran uniuk mengemban amanat adalah yang lebih pantas menduduki posisi tersebut24 • 6. Musyawarah
Bila mukmin hendak mengadakan perdamaian harus atas dasar persamaan dan adil di antara mereka, mengandung arti hams mengadakan perdamaian itu harus disepakati dan diterima bersama. Dalam ha! ini tentu saja hanya bisa dicapai melalui prosedur yaiiu musyawarah. Dengan musyawarah, setiap orang yang ikut dalam musya.warah akan berusaha mengemukakan pendapat yang baik, sehingga akan ditemukan jalan penyelesaian masalah yang dihadapi dengan pendapat tersebut. Di samping itu juga adanya musyawarah memberikan peluang kepada tokoh masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam berbagai bidang yang menyangkut kepentingan bersama. Mengenai batasan ruang lingkup masalah yang dimusyawarakan tidak disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW maupun Al-Qur' an. Dalam
23
lbnu Taimiyah, S(vasah Syar 'iyyah (Etika Politik Islam), (Surabaya: Risalah Gusti, 1995),
24
Ibid, h. 23
h. 18
28
prakteknya Nabi saw hanya memusyawarakan urusan dunia. Perintah AlQur'an untuk bermusyawarahjuga hanya digambarkan secara umum. Artinya kata al-amr mengungkap masalah yang Iuas yaitu berbagai masalah yang berkaitan dengan berbagai bidang kehidupan masyarakat Islam. Menurut Abdul Al-Qadir Audah, ada dua ha! yang tidak boleh terjadi dalam musyawarah yaitu mempermasalahkan perintah yang sudah jelas ketetapannya dalam Al-Qur'an dan Sunnah dan keputusan musyawarah tidak boleh bertentangan dengan perintah dan perundang-undangan dalam AIQur'an dan Sunnah. 25
7. Keadilan Semua warga negara baik Muslim maupun non-Muslim harus diperlakukan secara adil dengan memperoleh hak-haknya dalam bidang sosial dan politik. Penegakan keadilan harus menempatkan dirinya pada posisi Iurus, seimbang dan jujur baik perkataan dan perbuatan, hati dan pikirannya, dan melihat orang yang menuntut keadilan dalam posisi persamaan dengan berpegang teguh pada kode etik menegakkan keadilan. Dalam upaya menegakkan keadilan, bisa melalui kekuasaan umum, peradilan dan tahkim dalam kasus tertentu. Keadilan bukan hak satu golongan melainkan hak setiap orang. Maksudnya adalah siapa saja yang diberi wewenang untuk memimpin orang lain, maka kepemimpinannya harus difungsikan untu'( menegakkan
25
M. Daud A!i,
M. thahir Azhary dan Habibah Daud, Op. Cit, '
h. 160
29
keadilan. Orang rnnkmin juga diperintahkan berlakn adil kepada non-rnuslirn dan rnemberikan apa yang menjadi hak mereka. Dengan berpegang teguh kepada kode etik Allah mernerintahkan:
Artinya: " ... Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil ... "(Q.S. An-Nisa: 58) Maksud ayat di atas yaitu perintah menjalankan amanah kei;ada yang berhak menerinwnya, rnenjalankan arnanah rnerupakan bagian dari usaha rneuegakkan keadilan dan memerintahkan sifat yang adil dan jujur dari pemegang amanah. Dalam lingkungan yang lebih kecil seperti keluarga di dalamnya juga hams ditegakkan keadilan dan dalam bidang kehidupan sosial dan politik, orang-orang mnkrnin diperintahkan rnendamaikan dna golonga.n rnukrnin yang sedang berkonflik secara adil. 26
8. Pelaksanaan Hukum Prinsip ini terfokus pada pemberian sanksi hukum kepada si pelaku kejahatan dan kepada pihak yang secara politis memperlihatkan sikap pennusuhan dan melakukan pengkhianatan. Dengan adanya Piagam Madinah, Nabi secara konstitusional mempunyai dasar hukum untuk menindak peserta perjanjian yang gaga! 26
Ibid, h. 165
30
mengendalikan diri dari dorongan hawa nafsu untuk melakukan tindakan makar yang dapat merusak persatuan dan kesatuan umat, sehingga Nabi berhasil menciptakan keamanan dan ketertiban sosial di kota Madinah. Bahkan posisinya sebagai Nabi dan pemimpin politik semakin luas dengan bergabungnya kelompok-kelompok masyarakat lain di sekitar Madinah dan Jazirah Arab umumnya baik kaum Arab maupun kaum Yahudi lainnya. 27 Dari uraian prinsip dasar-dasar etika politik di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Islam mengajarkan persaudaraan dan ;:iersatuan tidak hanya seagama saja, tetapi juga persaudaraan dan persatuan sosial dan kemanusiaan; juga tidak ada perbedaan di antara sesama manusia; manusia mempunyai kebebasan yang alami. Islam juga mengajarkan sikap perdamaian untuk mempererat persatuan dan solidaritas antara sesama manusia baik antar kelompok sosial maupun antar bangsa sehingga tercipta hubungan baik dan kerja sama yang saling menguntungkan;
mengajarkan
musyawarah
yang tidak boleh
bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Di samping sikap persamaan, sikap adil juga harus diberikan kepada sesama manusia tanpa melihat adanya perbedaan.
27
Ibid, h. 170
BAB III BIOGRAFI UJVIAR IBN KHA THAB
A. Pribadi dan Keluarganya. Umar Ibn Khathab al-Quraisy adalah nama seorang sahabat Nabi yang masyhur, khalifah k.:dua yang menggantikan Abu Bakar.
Kelak di kemudian
setelah menjadi khalifah, ia lebih masyhur dengan panggilan "Amirul Mukminin Abi Hafshin Umar Bin Khathab al-Faruq al-' Adawi al-Qur.aisy". 1 Ayahnya, al-Kbathab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Razah bin Adi bin Ka' ab. Adi ini saudara Murrah, kakek Nabi yang kedelapan. IIJunya Hantamah bin Hasyim bin al-Mugirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. K.hathab orang terpandang di kalangan masyarakatnya, tetapi dia bukan orang kaya, ia juga tidak mempunyai khadam. Ketika Al-Khathab bin Nufail Al-Mukminin Al-Quraisy mendengar berita bahwa istrinya telah melahirkan bayi Iaki-laki, wajahnya berseri-seri karena merasa gembira. Kemudian ia menegaskan kebenaran berita itu d1 tengah-tengah masyarakat yang sedang mengerumuninya di salah satu tempat dekat tembok Ka'bah. Setelah itu ia pulang ke rumah untuk menjumpai istrinya, setibanya di rumah ia menyampaikan ucapan selamat kepada istrinya dan mengusap mukanya
1
A. Mudjab Mahali, Biografi Sahab~t ('fabNiAW, (Y Oh'Ya: BPFE, 1984 ), cet. ke-1, h.85
32
yang dibasahi keringat. Selanjutnya, ia mendekati putranya dengan gembira seraya berkata-kata dengan ucapan yang tidak dapat dipahami. 2 Selama masa perkembangannya, Umar mendapat perha1ian penuh dan pemerliharaan yang terarah dari ibu bapaknya. Setelah menginjak remaja, ia ditugaskan w1tuk memelihara ternak peliharaannya. Ia diberi pekerjaan yang cukup berat dengan tujuan menguatkan karak1:er dan menguatkan tubuhnya. Khatab ini laki-laki yang berperangai kasar dan keras. Khathab banyak mengawini perempuan dei1gan maksud untuk mendapatkan anak yang banyak, bukan karena birahi. Di antara perempuan yang sudah dikawini Khathab termasuk Hantamah bin Hasyim bin al-Mugirah dari Bani Makhzum yang masih sepupu Khalid bin al-Walid dari pihak ayah. Al-Mugirah bin Abdullah bin Amir bin Makhzurn kakek mereka bersama, yang juga pemimpin pemuka-pemuka Quraisy dan salah seorang pahlawannya, Hantamah termasuk bangsawan Quraisy juga. Hantarnah adalah perempuan yang selalu dekat di mata suaminya dan lebih diutamakan dari istri-istrinya yang lain. Ialah yang melahirkan Umar Ibn Khathab. Kapan Umar dilahirkan? Satu ha! yang tidak dapat dipastikan. Tepatnya Umar dilahirkan dua belas tahWJ sesudah Muhammad bin Abdi!lah Rasulullah lahir. Ia meninggal sekitar tiga hari terakhir bulan Zulhijjah 23 tahun setelah hijrah.
Dr. Muhammad Al-Quthub, JO Sahabat Nabi Yang Di Jamin Masuk .~vurga, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), cet. ke-1, h. 83 2
33
Tetapi yang masih diperselisihkan mengenai umurnya ketika ia wafat. Ada yang mengatakan dalam usia 50 tahun, ada yang meny1;butkan dalam usia 57 tahun, yang lain mengatakan 60 tahun, ada lagi yang mengatakan 63 tahun dan sebagainya. Besar dugaan ia meninggal sekitar umur 60-an. Kalau benar demikian berarti ketika ia hijrah umurnya belum mencapai 40 tahun. Nmnun kepastian dugaan ini tidak dapat dijadikan pegangan. Umar Ibn Khathab adalah bangsawan Quraisy cabang Bani 'Adiyyi yang senantiasa disegani dan dihonnati oleh setiap orang, di samping dalam segala persidangan yang diadakan oleh suku Quraisy selalu menjadi juru bicara. Kebanyakan pula penentu dalam suatu persidangan datang dari Bani 'Adiyyi ini. Banyak sudah diplomat-diplomat yang berkaliber internasional datang dari suku Bani 'Adiyyi. Karenanya tidak aneh kalau Umar Ibn Khathab di kemudian hari tampil sebagai seorang diplomat yang ulung, oleh karena cara berbicara yang baikpun telah dimiliki dalam jiwanya. Di masa kecilnya Umar Ibn Khathab biasa main-main dengan Khalid bin Walid, kedua orang ini adalah saudara sepupu. Semasa ana.k-anak, Umar dibesarkan layaknya anak-anak Quraisy. Kemudian yang membedakannya dengan yang lain, ia sempat belajar baca tulis, ha! yang jarang sekali terjadi di kalangan mereka. Demi melihat keberanian,. ketabahan dan semangat yang ada pada diri Umar, maka oleh ayahanda yang bernama Khathab, ia dimasukkanlah ke
34
pendidikan kemiliteran. Di sinilah Umar Ibn Khathab rajin mempelajari taktik tempur dan siasat-siasatnya. Semenjak remaja, Umar telah dikenal sebagai seorang yang berjiwa pahlawan, jago siasat, taktik perang, pemberani, tegas dan jago diplomasi. 3 Di masa remaja ini Umar bekerja sebagai gembala unta ayahnya di Dajnan atau di tempat Iain di pinggiran kota Makkah. Umar remaja juga dikenal sebagai pegulat dan sering mempertontonkan kebolehannya dalam pesta tahunan Pasar Ukaz, Mekkah, ia memiliki banyak kelebihan dan kejeniusan, antara lain dapat memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi, serta memiliki sikap santun dan jiwa kepemimpinan. Berkat kelebihannya itu pula, tidak jarang dia dipercaya mewakili sukunya dalam berbagai acara maupun perundingan-perundingan dengan suku lain. Peran itu membuat dirinya terkenal di kalangan orang-orang Arab Jahiliyah. Rasulullah 1 saw sendiri mengakui dan memuji kelebihan Umar tersebut:
Beranjak remaja menuju masa pemuda, sosok lubuh Umar lampak berkeml:Jang lebih cepat dibandingkan teman-teman sebayanya tinggi dan lebih besar. Wajahnya putih agak kemerahan, tangannya kidal de!lgan kaki yang lebar sehingga jalannya cepat sekali. Sejak mudanya ia memang sudah mahir dalam bidang olahraga gulat dan menunggang kuda. Umar ahli minuman keras clan ahli
3
A. Mudjab Mahali, op. cit., h. 86
4
Hery Suci,ito, Ensiklopedi Tokoh Islam, (Jakarta: Hikmah, 2003). cet. ke-1, h. 39-40
35
mencumbu perempuan. Tetapi yang demikian
1111
memang sudah menjadi
kebiasaan masyarakatnya. Sesudah masa muda mencapai kematangan, Umar terdorong ingin menikah. Kecenderungan banyak kawin ini sudah diwarisi dari masyarakatnya dengan harapan mendapat banyak anak. Dalam hidupnya itu ia mengawini sembilan orang perempuan yang kemudian memberikan keturunan dua belas anak, delapan anak laki-laki dan empat anak perempuan. Umar kawin dengan empat perempuan di Makkah, dan lima perempuan setelah hijrah Ice Madinah. Tetapi ia tidak sampai mengumpulkan mereka di rumahPya. Mereka yang diceraikan Ummu Hakam binti al-Haris bm Hi>yam dan Jamilah yang telah melahirkan Asim. Kalau ia masih akan berumur panjang niscaya ia masih akan kawin lagi selain dengan kesernbilan µerempuan itu. Sepanjang hidupnya ia dalam keadaan sederhana, padahal seperti k:::banyakan penduduk Makkah iajuga berdagang. Barangkali wataknya yang keras itu yang membuatnya tidak pemah beruntung d&tam perdagangan seperti rekan-rekannya yang lain. Dengan watak kerasnya dalam perdagangan ia tidak pemah dapat mengeluarkan air dari batu, tidak pemah ia dapat mengubah tanah menjadi emas, demikian ungkapan masyarakatnya sendiri, Quraisy. 5
5
h. 15
Muhammad Husen Haikal, Umar Jim Khatab, (Jakarta: Litera Antar Nusi', 2000), eel. ke-1,
36
B. Umar Pada Masa Nabi Saw
Nabi Muhammad Saw di samping sebagai Rasulullah juga sebagai kepala ncgara dan pemimpin masyarakat, banyak persoalan umat saat itu dapat langsung diselesaikan dengan diturunkannya wahyu dari Allah SWT. Selain itu juga ia menjadi tauladan bagi para sahabat dan pengikutnya dalam berinteraksi sesama manusia. Dalam kehidupan keseharian, Nabi memperlakukan sama tidak ada perbedaan derajat, sehingga tidak ada jurang pemisah antara Nabi dengan sahabatnya. Sedangkan kedekatan Nabi dengan salah satu sahabatnya yaitu Umar sangat dekat sekali, di mana ketika itu Umar pernah mendengar Nabi memanggilnya dengan perkataan, "wahai saudaraku". Perkataan ini selalu teringat dalam benak Umar dan tidak akan terlupakan sepanjang hidupnya. Peristiwa itu terjadi ketika Umar memohon 1zin kepada Nabi untuk pergi menunaikan umrah. Nabi bersabda, "wahai saudaraku, jangan lupakan kami dalam doamu." Setiap kali mengingat perkataan Nabi tersebut, Umar selalu berkata, "tidak ada kalimat yang aku sukai selama matahari masih terbit selain kalimat wahai saudara.'"' Hal ini merupakan bukti kekaguman Nabi Saw karena ia selalu menganggap semua orang baik besar maupun kecil sebagai saudaranya. Mereka merasakan persaudaraan itu, bahkan sampai lupa bahwa mereka ada perbedaan derajat di antara mereka dengan Nabi. Dan ini juga merupakan bukti kebesaran
6
Abbas MahmudAJ-Aqqad, Kejeniusan Umar fhn Khalhthah, (Jakarta: Pustaka Azam, 2002),
cet. ke-L h. 128
37
kepribadian Umar karena ia adalah orang yang sangat memahami dan mengerti arti persaudaraan tersebut. Kalau kita mengatahui Umar adalah sosok yang tidak senang dengan penilaian palsu, akan tetapi ia adalah seorang yang selalu mengagumi dan menghargai kehebatan orang lain. Ia bukanlah yang gila akan jabatan, akan tetapi kesediaannya untuk menerima jabatan khalifah adalah tidak ada lagi orang yang pantas menduduki jabatan tersebut. la pernah berkata, ')ika aku mengetahui ada orang yang lebih mampu dariku untuk mengernban tugas ini, maim aku akan lebih senang jika kepalaku dipenggal dari pada harus menerima jabatan khalifah." Nabi
Muhammad
sebagai
pembawa
risalah
Islam
JUga
selalu
mendengarkan pendapat Urnar dalam rnasalah-rnasalah hukum rnaupun masalahmasalah lainnya. Umar pernah menyarankan kepada Nabi agar memerintahkan kepada para istrinya untuk menutup diri mereka. Serita ini didengar oleh salah satu istri Nabi, maim ia berkata: "engkau selalu mencampuri urusan kami wahai Ibnu Khaththab, padahal wahyu turun di rumah kami!". Setelah itu salah satu istrinya ia keluar seorang diri pada malam hari dengan asu1nsi ctr.lam kegelapan malam tidak ada orang yang mengenalinya. Akan tetapi Umar rnengenalinya dari panjang tubuhnya dan rnemarrggilnya dengan berkata, "Aku meng_enalimu wahai Saudah". Apa yang dilakukail Umar hanya untuk membulctikan betapa pentingnya hijab (jilbab) bagi mereka. 7
7
Ibid, h. 130
38
Setelah Nabi wafat tidak ada yang paling konsisten dalam melaksanakan sunnahnya melebihi Umar. Di tambah lagi dengan wasiat yang memerintahkan untuk merujuk ke Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Akan tetapi konsistensinya tidak menjadikannya Iupa untuk menganalisa argumen dasar di balik sunnah tersebut jika memang dibutuhkan. Oleh karena itulah ia menolak keputusan Abu Bakar ra ketika membagikan tanah rampasan perang kepada Aiyinah bin Hashan dan Aqra' bin Haabis. la berkata kepada mereka berdua, "pada saat itu Rasulullah memberikannya kepada kalian untuk menarik hati kalian dan posisinya ia dalam keadaan yang Iemah. Dan pada saat ini Allah telah memuliakan Islam. Oleh karena itu pergilah kalian dan berusahalah". 8 Secara ringkas, Nabi Muhammad telah mengetahui segala keutamaan serta karakteristik yang dimiliki oleh Umar. Nabi juga selalu mengawasinya setelah dan sebelum masuk Islam, oleh karena itu kebiasaan Umar baik kecil maupun besar tidak terlepas dari pantauannya. Hanya saja segi tersebut tidak pemah ia puji sebagaimana ia memuji kecintaan Umar kepada kebaikan dan kebenciannya kepada kemungkaran. Hal tersebut yang merupakan titik temu di antarn keduanya. Walaupun Muhammad dengan lapang dada dan merupakan orang yang paling tahu ucapannya menyamakan salah seorang sahabatnya dalam hal kebatilan. Akan tetapi ada
pe~isah
Ibid, h. 134
dan
antara keduanya yaitu antara murid dengan
guru dan antara imam dan makn\umnya. 8
~<ebenaran
39
C. Karier Politik Umar Ibn Kbathab Umar lbn Khathab datang dari keluarga bangsawan Quraisy yang di zaman jahiliyah ro&syhur sebagai seorang diplomat ultmg. Dia menjadi duta kaumnya di kala timbul peristiwa-peristiwa penting antara kaumnya dengan suku . 9 Arab Iamnya.
Dia adalah seorang yang berbudi luhur, fasih dan adil serta pemberani. Umar masuk Islam pada tahun ke-5 setelah kenabian. Menurut berita yang sudah umum diketahui, sesudah empat puluh lima orang laki-laki dan dua puluh orang perempuan, ia mendapat tempat di hati Rasulullah dan menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi SAW. Masuk [slamnya Umar menjadi kegembiraan umat Islam ketika itu yang merupakan pcrtanda suksesnya dakwah Islam dalam lembaran sejarah. Allah benar-benar mengabulkan doa Nabinya yang dipanjatkan berulang kali setiap waktu, doa Nahi tersebut adalah:
Artinya: "Ya Allah muliakanlah agama /slam ini dengan sa/ah .1·atu Un,ar"
Yang dimaksud Nabi, yaitu Amr bin Hisyam dan Umar Ibn Khathab. Setelah Umar lbn Khathab masuk Islam, dakwah yang semula dilakukan secara
9
Ahmad Salabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakaita: PT. Al-Husna Zikra, I 997), cet. ke-9, h.236
40
sembunyi--sembunyi dan rahasia, kemudian dilakukan dengan terang-terangan dan secara jelas. Kaum muslimin tidak lagi mempunyai rasa takut dengan siapapun. Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin mulai berkeli ling di pasar-pasar kota Mekkah yang dibagi menjadi dua barisan sebagai pasukan tentara Allah SWT. Barisan yang satu di bawah pimpinan Panglima Hamzah r.a dan yang satunya di . . b awal1 pnnpman
umar r.a. 10
Setelah cukup lama terdengarlah berita besar tentang keislaman Umar di kalanga.n para Muhajirin di negeri Habasyah, maka mereka kembali ke Mekkah. Sekalipun demikian, penduduk Mekkah, pemimpin-pemirnpin, para nasehat dan para raja rnasih belum rnampunyai rasa kasih sayang dan belurn mau menyerah. Mereka masih menyakiti dan mempersempit perjuangan umat Islam. Mereka masih teguh pendiria;mya untuk menyakiti dengan beraneka cara. Di kala Allah telah memberi izin kepada Nabi Muham1-.1ad saw untuk berhijrah ke Madinah, ia menyatakan bahwa hijrahnya kaum mmlimin sebelum itu telah memperoleh keselamatan. Begitulah tuntunan dan nasehat yang dinyatairnn olehnya. Perlu Jicntat b2.hwa hijrahnya Umar adalah berbeda dengan kebanyakan kaum muslimin berhijrah. Mereka hijrah dengan cara menyamar dari Mekkah berkelompok-kelompok dan saling menjaga. Akan tetapi, Umar berhijrah dengan cara lain. Keberanian akan kekerasannya seakan-akan tidak meni:;izinkan bila ia keluar dengan cara menyamar di waktu malam atau bersama seseorang. Ia 10
Dr. Muhammad Al-Quthub, op.cit, h. 91 '
41
menyandang pedangnya, memanggul busur panah, membawa panah di tangannya dan melipat tongkatnya. Ia berjalan melewati arah Ka'bah, padahal pemimpin ka'bah Quraisy berada di halaman Ka'bah itu. Ia bertawaf di sekelilingnya tujuh kali dcngan mantap. Setelah itu, ia mendatangi maqam Ibrahim a.s. dan mcngerjakan shalat lalu ia berdiri di muka kalangan Qnraisy seraya mengatakan kepada mereka dengan nada sinis:
11
"Siapa yang akan meningga/kan ibunya, Atau meyatimkan anaknya, A tau menjadikan Janda istrinya, Dibelakang lembah ini ". Selanjutnya ia melanjutkan perjalanannya, sedangkan kaum Quraisy terkunci mulutnya dan diam seribu bahasa. Umar tiba di Madinah setelah merasa letih dan dahaga lagi susah payah. Dia merasa rindu untuk bertemu dengan baginda Rasulullah saw dan senantiasa berusaha rnencari beritanya. Ketika tiba pada hari yang mulia, ia dapat bertemu dengan Rasulullah di Madinah. Serombongan kaum muslimin menjemputnya dengan penuh penghormatan. Di kala Umar r.a tidak dapat menahan air matanya yang mengalir karena rasa gembiranya yang tak terhingga. Nabi· Muhammad saw lain merneluknya dengan pelukan penghormataa. Sewaktu umat Islam yang berkedudukan di Madinah telah merasa aman dan
tentram,
ll
Ibid, h. 92
Nabi
Muhammad
saw
telah
menetapkan
Undang-undang
42
pemerintahan yang baru dengan Dasar Hukum Syari'at Islam, maka Umarlah yang menjadi penasehat dan menteri yang dipercaya. Selain itu ketika Rasulullah wafat kedudukan Umar kala itu adalah memelihara dan menjaga kaum muslimin dari peperangan. Ia mengetahui bahwa sekelompok sahabat Ansor berkumpul di balai pertcmuan !3ani Sa 'idah, untuk bermusyawarah tentang orang yang mengganti dalam membina dan mengurus segaia sesuatu urusan umat Islam. Ia bersama Abu Bakar secepatnya menuju ke balai itu dan akhirnya ia memastikan pelantikan Abu Bakar sebagai Khalifah, dengan didukung pula oleh para sahabat yang datang pada hari itu. Umar sendiri pada masa kepemimpinan Abu Bakar adalah menjadi penasehat dan hakim pembantu yang dipercaya dalam mengurus seluruh persoalan hukum. Hal itu semua dilaksanakannya dengan ikhlas dan pen uh tanggung jawab. Selama masa jabatan Khalifah Abu Bakar, Umar yang merupakan penasehat yang tepat dan ikhlas. Tentang pribadi Umar ini, Abu Bakar mengetahui bahwa ia mempunyai sifat sebagai pemimpin negara. Oleh sebab itu, ketika mendekati ajalnya, Abu Bakar memberi wasiat kepada Umar agar ia bersedia menggantikan jabatan Khalifah.
Akhirnya
kaum
muslimin
pun
menyetujui pengangkatannya dan merekapun melantiknya. Dari sinilah sejarah kehidupan Umar membuka lembaran baru dalam sejarah pemerintahan lslam. 12
12
Ibid, h. 98
43
U. Kepemimpinan Umar Ibn Khathab Menjadi Khalifah Setelah menjabat khalifah lebih dari dua tahun Abu Bakar jatuh sakit dan selama Lima belas hari tidak pergi ke Masjid. Karena itu, ia meminta Umar agar mewakilinya menjadi imam shalat. Di atas tempat tidurnya, ia meyuruh orang memanggil beberapa orang sahabat tern1asuk Abdurrahman bin Auf dan Ustman bin Affan untuk menyampaikan keputusan untuk menunjuk Umar ibn Khathab sebagai khalifah yang akan menggantikannya. Namun kcputusan tersebut tidak disetuju1 oleh beberapa sahabat. Beberapa sahabat yang diketuai oleh Tolhah mengirim dekgasi menemui Khalifah Abu Bakar dan berusaha untuk tidak menunjuk Umar Ibn Khathab untuk menggantikannya sebagai khalifah. Partisipasi aktif dan kebebasan mengemukakan pendapat di kalangan elit penguasa bermunculan, namun Abu Bakar tidak mengubah keputusannya. Ia membuat dokumen tertulis (surat wasiat) untuk menunjuk Umar menggantikan dirinya menjadi Khalifah. 13 Masa dua tahun ternyata tidak cukup bagi khalifah Abu Bakar untuk menjamin terciptanya stabilitas keamanan yang mantap dikarenakan adanya pihak-pihak yang ingin melepaskan diri dari ikatan pemerintah Madinah. Dengan de111ikian, Umar fbn Khathab diangkat dan dipilih oleh para pemuka masyarakat dan disetujui oleh jamaah kaum muslimin. Pada saat menderita sakit menjelang ajal tiba, Abu Bakar melihat situasi negara sedang labil dan pasukan sedang berperang di medang perang tidak boleh terpecah akibat IJ
Al-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, (Beirut, Dar al-fikr, ! 984), Jilid IV, h. 2 l
'
44
perbedaan
k~inginan
tentang siapa yang akan menjadi calon penggantinya, selain
itu mas1h teringat olehnya kenangan akan pertentangan di Balai Pertemuan Bani Saidah, sehingga muncul kekhawatiran kalau tidak segera menunjuk pengganti dan ajalnya segara datang, maka ia memilih Umar. Pilihannya ini sudah dimintakan pendapat dan persetujuan para pemuka masyarakat pada saat mereka
.. menengoIc dmnya sewaktu sak'1t. 14 Setelah dilantik menjadi khalifah, Umar Ibn Khathab segera melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Secara prinsip, khalifah Umar lbn Khatl1'1b melanjutkan garis kebijaksanaan yang telah ditempuh khalifah Abu Bakar. Namun karena pennasalahan yang dihadapi Umar semakin berkembang, seiring dengan perluas:rn daerah kekuasaan Islam. Khalifah Umar Ibn Khathab melakukan berbagai langkah-langkah kebijaksanaan antisipatif terhadap perkembangan dan . 15 tantangan yang d1.hadapmya.
Selain itu pada masa kepemimpinannya, gelombang "ekspansi"pertama terjadi di ibukota Syria. Damaskus jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, "ekspansi" diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amru Bin Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad Ibn Abi Waqas. Iskandaria ibukola Mesir, ditaklukan pada
14
Nourouzzaman Shiddiqi, Tamadd1111 Muslim, (Jakarta: Bulan Bintang,
19861, h.119
" Mulummad Iqbal, Fiqih Siyasah Ko11/e11stualisasiDoktri11 Po/itik Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 200 I), cet ke-!, h. 56
45
tahun 641 M, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qasidiyah sebuah kota dekat hirah di Iraq jatuh tahun 673 M. Dengan demikian pada masa Umar kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria sebagian besar wilayah Persia dan Mesir. 16 Kerajaan-kerajaan yang paling megah di zamannya dapat ditaklukan begitu saja. Di samping itu pembangunan berjalan dengan pesat, di zaman Umar telah dibangun kota-kota Islam yang besar seperti Fustat, Kufah dan Basrah, yang berdiam dalam kota-kota tersebut sejumlah besar kaum muslimin termasuk kebanyakan para sahabat.
17
Dalam kurun waktu sepuluh tahun, Urnar Ibn Khathab
mencapai kejayaan, yang berarti Islam mencapai puncak kejayaannya pula. Umar lbn Khathab seorang yang gemar memburu pengetahuan, ha! ini yang membuat ia sejak mudanya memikirkan nasib masyarakatnya dan usaha apa yang akan dapat memperbaiki keadaan mereka. Umar lbn Khathab seorang yang tidak pernah melu.pakan tanggung jawab di hadapan Allah di dalam mengemudikan pemerintahannya, sehingga dalam segala perbuatan dan tingkab. lakunya selalu diperhitungkan dan dipikirkannya masak-masak. Umar adalah seorang yang penuh dengan ketelitian dan kehati-
"' Harun Nasution, l.1/am di 7/J1ja11 dari Berhagai A.1pek11ya. (Jakai1a: UI Press, 1935), cet ke5, h. 58 17
10, h.
n
Badri Yatim, Sej2rah Pemdaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), cet ke-
46
hatian, sehingga dirinya disegani oleh lawan maupun kawan. Sifat inilah yang menghantarkannya ke tingkat kewibawaan yang tinggi. 18 Dalam sejarah Islam, pengaruhnya begitu besar, sehingga namanya merupakan lambang kekuatan, keadilan, kasih sayang dan kebaktian sekaligus. Zaman Umar Ibn Khathab merupakan zaman yang terbesar dalam sejarah kedaulatan Islam, bahkan dalam sejarah peradaban umat manusia. Perkembangan Islam yang begitu pesat di zaman pemerintahan Umar Jim Khathab setidaknya telah menjunjung martabat serta kewibawaan kaum muslimin dan mengangkat keharuman Khalifah Umar Jbn Khathab. Umar Ibn Khathab menjadi Khalifah dan memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan 4 hari. 19 Kematiannya sangat tragis, seorang budak Persia bemama Feroz atau Abu Lu'lu'ah secarn tiba-tiba menyerang dengan tikaman pisau tajam ke arah khalifah yang akan mendirikan shalat subuh yang telah ditunggu oleh jamaahnya di masjid an-Nabawi di pagi buta. Khalifah Umar wafat tiga hari
se~elah
peristiwa
penikaman atas dirinya yakni 1 Muharam 23 H/644 M. 20
18
A. Muadjab Mahali, op.cit, h. 178
19
Muhammad Husen Haikal, op.cit, h. 37
'
0
Ali Mufrodi, [.,/am di Kmvasa11 Kebudayaa11 Arab, (Jakarta: Logos, 1997), cet ke-1, h. 58
BABIV ETIKA POLITIK UMAR IBN KHA THAB
A. Gamb:iran Umum Kebijakan Umar Ibn Khathab Pennasalahan politik yang pertama kali muncul sepeninggal Rasulullah adalah siapakah yang akan menggantikannya, sebagai kepa;a negara dan pemermtahan serta bagaimana sistem pemerintahannya. Masalah tersebut diserahkan kepada kaum Muslimin. Rasul mengajarkan suatu prim.ip, yaitu musyawarah, se5uai dengan ajaran Islam itu sendiri. 1 Prin5ip musyawarah ini dapal dibuktikan dengan perintistiwa-peristiwa yang terjadi dalam setiap pergantian pimpinan dari empat khalifah al-Khulafa al-Rasyidun. meski dengan versi y<:ng beragam. Maju mundurnya sebuah pernerintahan akan sangat bergantung kepada pemegang kekuasaan. Dalam periode al-Khulafa al-Rasyidun, khalifah adalah pernimpin negara. Oleh karenanya kualitas seorang khalifah memberi contoh tersendiri dalam menentukan kebijakan-kebijakan di berbagai bidang yang berhubungan dengan hajat masyarakat yang dipimpinnya. Demikian pula dalam mengatasi berbagai krisis dan gejolak yang muncul dalam pemerintahannya. Setelah dilantik menjadi khalifah, Umar lbn Khathab segera melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Secara prinsip, Khalifah Umar Ibn Khathab melanjutkan 1
QS Ali lmran: 159 dan Asy-Syura: 38
48
gans kebijakan yang telah di tempuh Khalifah Abu 13akar. Namun karena permasalahan yang dihadapi Umar semakin berkernbang, semng dengan perluasan daerah kekuasaan Islam, Khalifah Umar lbn Khathab melakukan berbagai langkah-langkah kebijakan antisipatif terhadap perkernbangan dan tantangan yang dihadapinya. 2 Kebijakan yang dilakukan khalifah Umar lbn Khathab sebagai Khalifah antara lain mendirikan sendi-sendi pemerintahan dengan berbagai lembagalernbag:.; kelengkapannya seperti diwan-diwan negara, lernbaga kehakiman dan peradiian negara, kas negara dan lain-lain. 3 Setiap musim haji tiba, Khalifah Umar Ibn Khathab menjadikannya sebagai ajang evaluasi kinerja dan pernbahasan negara secara umurn. Seluruh pejabat negara dan para gubemur dari sernua wilayah berkurnpul dengan rnembawa laporan perkembangan daerahnya masingrnasing disertai kel uhan-kel uh an rakyatnya. Adapun kebijakan yang dilakukan Umar Ibn Khatab dalam menjalankan kepernirnpinannya sebagai Khalifah dengan membuat kebijakan barn antara lain:
I. Bidung Peml!rintahan Di bi dang pemerintahan, langkah pertama yang di lakukan Umar sebagai Khalifah adalah meneruskan kebijakan-kebijakan yang telah ditempuh
2
Muhammad Iqbal, Fiqih Siya.mh Dalam Ko111eks111alisasi Doktri11 Pollilik Islam, (Jakd11a: Gaya Media Pratama, 2000), cet ke-1, h. 56 3
Ab.,as MahmudAl-Aqqad, Keag1111gan Umar /h11 Khalhlhah, (Solo: Pustnka Mantiq, 1993), cet ke-2, h. l~I-142
49
oleh Abu Bakar dalam perluasan wilayah Islam ke luar semenanjung Arabia. 4 Selain itu dalam menata pemerintahannya Khalifah Umar membentuk departemen-departemen (diwan) dengan mengadopsi model Persia. Tugas div,,an adalah menyampaikan perintah dari pusat ke daerah-daerah dan menyampaikan laporan tentang perilaku dan tindakan-tindakan penguasa daerah kepada khalifah. 5 Terkait dengan masalah pajak, Umar rnembagi warga negara dalam dua kelompok yaitu Muslim dan non-Muslim (d::immy). Bagi Muslim diwajibkan membayar zakat, bagi non-Muslim dipungut kharraj (pajak tanah) danji::yah (pajak kepala). Bagi Muslim diperlakukan hukum Islam, bagi non-
Muslim diperlakukan hukum agama dan adat mereka masing-masing. Agar situasi tetap terkendali, Urnar menetapkan wilayah Jazirah Arab untuk Muslim, wilayah Iuar jazirah Arab untuk non-Muslim. Pada rnasa Rasul dan Abu Bakar, kekuasaan bersifat sentral (eksekutit: lt:gisatiC dan yudikatif terpusat pada pimpinan tertinggi), maka pada masa Umar Ien1baga yudikatir dipisahkan tersendiri dengan didirikannya Iembaga peradilan bahkan sampai ke daerah-daerah.C'
4
Abdurrahim Cholis, Sejarah Kebudayaan fs/am, (Kirana Cakra Buana: Jakarta. 2004 ), h. I 3
5
Nouruozzaman Shiddiqi, Tamaddun Muslim, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), h.119
6
Siti Maryam, at.all, S~ejarah F>eradahan !s/a111 dari Masa K!asik f!ingga A4otlern,
(Yogyakarta: Fakultas Adab, 2003), cet ke-1
50
Untuk menjaga keamanan dan ketertiban maka dibentuk jawatan 7
kepolisian dan juga jawatan pekerjaan umum. Sedangkan untuk mengelola keuangan negara maka didirikanlah Baitul Mal. Mulai saat itu perrerintahan Umar sudah menata rnata uang sendiri. Kepemimpinan
Khalifah
Umar
telah
melakuk:m
perubahan
pemerintahan yang dibangun dengan melakukan jaringan pemerintahan sipil yang scrnpurna tanpa memperoleh contoh sebelurnnya, sehingga ia pantas mendapatkan julukan."Peletak Dasar/Pembangun Negara Modern". Hal-ha! penting sebagai prasyarat bagi suatu bentuk pemerintahan yang demokratis sudah mulai diletakkan. Dalam masa pemerintahannya, terdapat dua lembaga penasehat, yaitu majelis yang bersidang atas pemberitahuan wnum dan majelis yang hanya membahas masalah-masalah yang sangat penting. Selain majelis penasehat, setiap warga negara juga mempunyai satu suara dalam pemerintahan negara. 8 Agar mekanisme pemerintahan berjalan lancar, dibentuk organisasi negara Islam (Dau/ah Jslamiyah) yang garis besamya sebagai berikut: a. An-Nidham As-Siyasy (Organisasi Politik) yang rnencakup: 1) Al-Khilafah: terkait dengan cara memilih Khalifah
7
8
Syibli Nu'man, Umar yang Agung, (Bandung: Pustaka, 1981 ), h. 324
!\lahmudunnatsir, Jslan1 Konsepsi dan sejarahnJ!Cl, terj. Dadang Afandi, (Bandung: CV. Rosida, 1988), h. 184
51
2) Al-Wizarah: para wazir (menteri) yang bertugas membantu khalifah dalam urusan pemerintahan 3 J Al-Kitabah: terkait dengan pengangkatan orang untuk mengurus1 sekrecariat negara b. An-Nidham A-Idary yaitu Organisasi tata usaha/administrasi Negara. Saat it!.! masih sangat sederhana, mencakup:
pernbentukan diwan-diwan,
pemimpin-pemimpin provinsi, masalah pos dan urusan kepolisian. c. An-Nidham Al-Maly yaitu organisasi yang mengurusi keuangan negara, mengelola masuk dan keluamya uang negara. Untuk itu dibentuk Baitu/ Mal. Termasuk di dalamnya urusan sumber keuangan negara. d. An-Nidharn Al-Harby yaitu organisasi yang mengurusi tentang ketentaraan yang meliputi susunan tentara, urusan gaji tentara, urusan persenjataan, pengadaan asrama-asrama dan benteng-benteng pertahanan. e. An-Nidham Al-Qadla'i yaitu organisasi yang mengurus masalah kehakiman yang meliputi pengadilan, pengadilan banding dan pengadilan damai. 9
2. Bidang Ekonomi Daerah semenanjung Arabia merupakan daerah yang gersang, hanya Madinah dan Thaif satu-satunya bagia'n Hijaz yang pertaniannya sangat subur karena cukup kelembaban dan curah hujan. Karena itu, salah satu mata pencaharian khusus penduduk Madinah adalah agrikultur, holtikultura dan beternak, di bagian lain dari Hijaz, agrikultura dan holtikultura tidak dapat 9
lfasymi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jaka,rta: Bulan Bintang, 1979), h. 76-86
52
dilakukan karena panas yang tinggi dan curah hujan yang rendah. I-Iasil utama pertanian di Madinah adalah kumia, anggur dan gandum. Petemakan sapi, unta, domba dan kudajuga menjadi aktivitas ekonomi ditanah pertanian. Aktivitas ekonomi lainnya di Madinah saat itu adalah sektor pe~dagangan.
Penduduk Madinah tidak seperti kaum Quraisy dan penduduk
Mekka11 merupakan bangsa Arab dari Arab bagian selatan dan tempat asal mereka adalah Yaman. Di Yaman sudah di bangun rute dagang yang memungkinkan perdagangan antar India di satu sisi dan Syria, Mesir clan Romawi di sisi Iain. Oleh karena itu, terlihat bahwa kaum Muslimin di Madinah aktif berpartisipasi di bidang pertanian, holtikultura clan peternakan. Selam itu beberapa di antara mereka bergerak di bidang perdagangan dan kernjinan, ketika yang lain masih disibukkan dengan bisnis. 10 Pada masa kepemimpman Khalifah Umar lbn Knathab terlihat banyaknya potensi ekonomi yang ada. Umar menerapkan sistem intervensi pemerintah (kebebasan positif) dalam hal tertentu dengan membuat kebijakan baru, tanalHanah per'.anian yang baru dibebaskan oleh tentara :slam di negerinegeri Syria, lrak, Persia dan Mesir, dinasonalisasikan, penggarapnnya tetap pemilik asli yang lama dengan syarat mereka dikenakan pajak penghasilan. Hasil pajak itu dibagikan kepada seluruh lapisan masya rakat. 11 Hal ini
10
Adiw2r111an Azwar Karin1, 5:i'ejarah F)e111ikira11 l~ko110111i /s/a111, (Yogyakarta: PT. Pustaka
Pelajar, 20011, 11
c~t
ke-1, h. 70
Syujuthi Pulungan, op. cit, h. 135
53
membuat kalangan Kristen koptik dari kalangan petani mereka lebih manusiawi dan berpihak kepada orang Muslim dari pada orang Romawi seiman karena dibawah Romawi peran pemilik
a~li
clidisfungsikan.
Pada masa Khalifah Umar Ibn Khathab keadaan perekonomian umat Islam berjalan sangat baik sekali, mereka hidup berkecukupan clan dapat dikategorikan sejahtera. Hal ini tentu tidak datang begitu saja, tetapi terkait dengan kepemimpinan Umar itu sendiri. Umar dilihat oleh masyarakat sebagai pemimpin yang sangat tangkas dalam memimpin umat. Karena tidak ada satu persoalan pun yang terlewatkan olehnya untuk clipecahkan termasuk persoabn-persoalan ekonomi.
3. Bidang Pendidikan Dalam bidang pendidikan, Khalifah Umar Ibn Khathab mengambil bentuk pendidikan kemasyarakatan. Ia membangun masjid-ma;jid di berbagai distrik/propinsi. Selain di masjid, sekolah-sekolah khusus dibangun di mana Al-Qur'an, Hadits dan teologi diajarkan.
Para guru diangkat
untuk
mengajarkan ilmu pengetahuan dan pendidikan adalah gratis. Dalam sebuah sekolah di Syria sekitar 1600 siswa menerima pendidikan lebih tinggi. Di sekolah-sekolah seperti itu, pendidikan lebih tinggi dalam tahasa dan tata bahasa Arab. Al-Qur'an dan hukum Islam serta ilmu hukum relah diberikan. 12
12
h. 281
Para khalifah sendiri adalah ulama besar clan biasa mengajar rakyatnya.
Majid Ali Khan, Sisi Hidup Para Khalifah Saleh, (Surabaya: Risalah Gusti, 2000), cet ke-1,
54
./. Bidang Hukum Ketika diberi amanat untuk mengemban kepemimipinan dalam masyarakat Islam, Umar merasa berat tanggung jawabnya. Ia berjanji kepada Allah SWT dan seluruh kaum Muslimin untuk mengutamakan kas1h sayang dan keadilan. 13 Untuk itu Umar melaksanakan keadilan terutama dalam bidang hukum tidak pandang bulu, sekalipun keluarganya sendiri. Hal ini dapat dilihat bagaimana umat menghukum anak kesayangannya dengan cambuk sebanyak 40 kali karena meminum-minuman keras. Di bidang hukum, Umar melakukan pembenahan peradilan Islam. Dialah orang yang pertama meletakkan prinsip-prinsip peradilan dengan menyusun sebnah risalah yang dikirim kepada Abu Musa Al-Asyary. Risalah itu kemudian disebut Dustur Umar (konstitusi Umar ) atau Risa/ah Af-Qadha (surat peradilan). 14 5.
f'e111berfakuu11 !jtihad Tat kala agama Islam meluas ke Syam, Mesir dan Persia, agama Islam menjumpai kebudayaan yang hidup di negeri-negeri itu. Islam berhadapan dengan keadaan-keadaan baru dan timbullah berbagai kesulitan dan masalahmasalah yang belum pemah ditemui oleh kaum Muslimin. Ini terjadi pada masa pemerintahan Umar Ibn Khathab. Oleh karena itu, aspek yang tak lepas 13
Muhammad Ali Al-Qulhub, JO Sahahat Nabi smt• Yang Dijamin Masuk Syurga, (Bandung: Pustaka Selia. 2004), eel ke-1, 2004, h.98 14
Hery Suciplo, Ensiklopedi Tokoh Islam, (Jakarta: Hikmah, 2003), cet ke-l h. 41
55
dari diri Umar lbn Khathab adalah masalah ijtihad berkaitan dengan berbagai persoalan hidup dan perkembangan zaman yang tak ada nashnya baik dalam Al-Qur'an maupun Al-Hadits. 15 Semua ide yang lahir dari Umar merupakan hasil interaksi dari peristiwa yang dihadapi dengan berdasarkan ijtihadnya seperti di bidang hukum, pemerintahan, pertanahan dan sebagainya. Tentu semua yang dilakukanya karena Allah memberi ilham dan taufik kepadanya untuk menjawab panggilan zaman dan tantangan hidup baru demi membangun negara Islam. Umar bukan saja menciptakan peraturan-peraturan baru. tetapi juga memperbaiki dan mengadakan perubahan tentang peraturan yang sudah ada. Beberapa ijtihad yang dilakukan Umar Ibn Khathab adalah masalah santunan kepada mualaf (orang yang barn masuk Islam dan belum kuat imannya) sebagaimana Allah menyitir ha! ini dalam firrnannya:
"'
: ;,,_,:JI )
"'
"
,.,
,,
,o
0
~ ; -:" ;_ul) :JJI ~ :c:.a.,) j;'.JI J.l~q ~LJI ~ ~J ~).~\) (1 ·
Artinya: "Sesungguhnya ::akat-zakat itu, hanyalah unluk orang-orang fakir, orang-orang miskin. pengurus-pengurus ::aka!, para mualaf yang dibujuk hatinya. untuk (memerdekakan) budak. orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah. dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketelapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha lvfengetahui lagi Maha Bijaksana ". (QS. At·-Taubah: 60) "lbiJ, h. 42
56
Demikian halnya Nabi menganjurkan hal tersebut. Alasan Nabi SAW antara la;n, untuk menyejukan hati dan memperkuat ;man rnereka. Tradisi demikian terns berlanjut hingga masa kekhalifahan Abu Bakar. Sebelum rneninggal, Abu Bakar sempat rnemberi surat kepada Uyainah bin Hisn dan Aqra' bin Habis yang datang kepadanya guna rneminta sebidang tanah. Narnun setelah Umar menjadi Khalifah, kedua orang it•1 menghadap kepada dirinya untuk mendapatkan haknya. Diajukan surat demikian, Un-.ar bukan saja merobeknya, tapi sekaligus rnenolak permintaan itu."Allah sudah memperkuat Islam dan tidak memerlukan kalian. Kalian tetap dalam Islam atau hanya pedang yang ada", jelas Umar. Golongan seperti inilah yang dulu pernah mendapat 7..akat, namun kini dihentikan dan mereka dis>1ma!rnn dengan kaum Muslimin lainnya.
16
Di bidang hukum, ijtihad yang dilakukan Urnar tak kalah besar pcngaruhnya. Bahkan hingga kini masih dirujuk kalangan/uquhu (ahli fikih). Yakni menolak melaksanakan hukuman karena keadaan darurat. Soal hukum ini sudah Jelas dinyatakan dalam Al-Qur'an, misalnya masalah pembunuhan, zina, tuduhan palsu dan perampokan. Firman Allah : (t v
16
/bicl, h. 43
::uUl).0)_ .. CJ1
~ ~Jt ~1 ~\)f ~ ~
tJ :;) ...
57
Artinya: " .. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunka11 Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik ". (QS.Al-Maidah: ./7) Namun bagi Umar, hukum
itu tidak berlaku dan
karenanya
rnenghindari catatan kondisi darurat, sebagaimana finnan-Nya: ,
.
..:_rJ ...
(\Vi:
Artinya: ''?'etapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesunggulmya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang''. (QS. A/-Baqarah: 173) Contoh dalam hal ini adalah ketika seorang perempuan yang rnengadu kepada Umar telah kepayahan lantaran kehausan. Ketika sedang rnelalui seorang gembala, ia meminta minum, tapi gembala itu menolak kecuali jika mau menyerahkan kehorrnatannya. Semula
wanita
itu
menolak,
tapi
karena
terpaksa,
dia
pun
memberikannya. Umar berunding dengan Ali guna menjatuhkan hukum rajam. Namun Ali berkata, "ini keadaan terpaksa, saya berpendapat lepaskan saja wanita itu." Umar pun membebaskannya. Dengan melaksanakan ijtihad, barang kali Umar ingin memberi tuntunan dan pengertian bahwa ajaran Islam itu ticlak kaku, tapi bisa lentur dan luwes sesuai dengan perkembangan zaman dan permasalahan yang
58
dihadapi dengan tetap mengacu pada subtansi aJaran yang ada dalam AlQur'an dan hadits.
6. Otonomi Daerah Serangkaian penaklukan bangsa Arab secara popular dipahami sebagai tindakan yang dimotivasi oleh hasrat terhadap harta rampasan perang atau oleh semangat keagamaan untuk menaklukan dan menjadikan dunia memeluk dan mengakui Islam. Apapun motivasi tersebut, sebagian program kebijakan pemerintah secara terencana. 17 Selain itu, hal-hal yang menyebabkan ekspansi tentara Islam berhasil dengan cepat antara lain: 18 1. Ajaran-ajaran !slam yang mencakup kehidupan di dunia dan di akhirat dengan kata lain Islam adalah agama dan negara. 2. Keyakinan yang mendalam di hati para sahabat tentang kewajiban
menyampaikan ajaran-ajaran Islam ke seluruh daera.h.
3. Kekaisaran Persia dan Byzantium dalam keadaan lemah. 4. Islam tidak mamaksa rakyat di wilayah perlua.san untuk mengubah agamanya. 5.
Rakyat tidak senang (tertindas) oleh penguasa Persia dan Byzantium Timur.
17
M. Lapidus, S~jarah Sosial Umal Islam, (Jakaita: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), Bag
ke-l, h. 56 18
h. 58-6 I
H.lrun N~sution, Islam Di1il1/a11 dari Berbagai Aspeknya, (Jaka1ta: IU P1ess, 2985), jilid I,
59
6. Rakyat di wilayah tersebut memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka dari pada Byzantium. 7. Wilayah perluasan adalah daerah yang subur. Untuk mengelola wilayah perluasan, Umar membawa transformasi penakluk Arab menjadi sebuah kelompok elit militer untuk bertugas menjalankan penaklukan berikutnya, clan untuk membentengi wilayahwilayah yang rlitundukkan. Mereka sama sekali tidak terlihat sebagai pekerja atau profesi dari pekerjaan penduduk setempat, ju.ga tidak sebagai pemilik tanah atau sebagai petani untuk mencegah penyerbuan Badui secara semenamcna, untuk menghidari pengrusakan tana!Hanah pcrtanian yang produ.kti f clan memisahkan pasukan Arab dari warga taklukan, orang-orang badui diternpatkan di perkarnpungan rniliter. Bangsa Arab tidak mendirikan perkampu.ngan baru di beberapa provinsi, mereka tinggal di kota-kota clan di pinggiran kota-kota yang sebelurnnya.
19
Semakin luasnya kekuasanan pemerintahan Islam pada masa Khalifah Umar Ibn Khathab, rnaka wilayah negara dibagi ke dalam propinsi--propinsi yang berotonomi penuh. Kepala pemerintahan propinsi bergelar amir. Di setiap propinsi
tetap berlaku adat kebiasaan
setempat selama tidak
bertentangan dengan aturnn pemerintah pusat. Para Amir (gubernur) propinsi clan para pejabat distrik sering diangkat melalui pemilihan. Pemerintahan
19
Lapidus, 011.cit, h. 63
60
Urr:ar
menJamm
hak
setiap
orang
dan
orang-orang
menggunakan
kemerdekaanya dengan seluas-luasnya. -'0 Dalam upaya meningkatkan kinerja pemerintahan di daerah, umar melengkapi gubemumya dengan beberapa stafyang terdiri dan 21 : I) Katib (.~ekretaris kepala) 2) Katib ad-diwan (sekretaris kepala militer) 3) Sahib al-Kharaj (pejabat perpajakan)
-1) Sahib al-ahdas (pejabat kepo!isian) 5) Sahil) baitul ma/ (pejabat keuangan) 6) Qadi (hakim dan pejabatjawatan keagamaan)
7) Dr.n Jain-lain Selain itu dalam upaya meningkatkan kinerja aparatnya, yang dilakukan Umar saat itu adalah mendaftar seluruh kekayaan ra.iabat yang akan dilantik, Hal ini di tempuh untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang dan tindakan korupsi. B. Etika Politik dalam Kebijakan Umar Ibn Khathab "Aku Abdi Kalian ", kalian harus mengawasi dan menanyakan segala apa
yang menjadi segala tindakanku. Salah satu hal yang harus kalian ingat, uang rakyat tidak boleh dihambur-hamburkan, aku harus bekerja di atas prinsip kesejahteraan dan kemakmuran rakyat" kutipan Umar lbn Khathab tak Jama 20
Shi
21
Abdurrahim Cholis, op. cit, h. 13
61
setelah dibai'at menjadi Khalifah (pemimpin wnat Islam) menggant1kan Abu Bakar As-Shiddiq, mengajarkan betapa prinsip dan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan harus menjadi pegangan utama seorang pemimpin. Bagi Umar, hanya dengan sikap pemimpin yang demikianlah rakyat yang mengamanatinya akan merasakan keselamatan, kesejahteraan dan solidaritas tak terbatasn Kutipan pidato Umar di atas diaplikasikan dalam kepemimpinannya ketika Islam saat itu mencapai kejayaan, kesejahteraan dan segala serba tercukup, namun kehidupan rumah tangga khalifah sendiri di landa kemiskinan dan serba kekurangan. Sekalipun kedudukannya sebagai seorang kepala negara, namun gaji yang diterima Umar Ibn Khathab sangatlah minim. Dengan gaji kecil senantiasa berusaha untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Dengan masa kepemimpinan Khalifah Umar Ibn Khathab dalam menjalankan roda. pemerintahannya memberikan banyak gambaran melaksanakan segala kebijakan-kebijakan yang tidak lepas dari etika politik yang dibangun sebagai bingkai dalam menjalankan roda pemerintahannya yang tentu dilandasi dengan jalan untuk berbuat baik masing-masing anggota sistem, faktor spiritual yang menjadi pendorong dengan menerapkan aturan yang sesuai dengan AlQur'an dan Sunnah yang menjadi ukuran konsistensi antara aturan main dengan perilaku pol itik.
22
Ahmad Amin, fl-lam Masa ke Masa, (Bandung: CV.Rosda, 1987), cet ke-1, h. 39
62
1. Aparatur Negara
Untuk merealisasikan program hidup sederhana, khalifah Umar memerintahkan kepada seluruh aparat negara untuk memakan makanan yang sederhana, tidak boleh bermewah-mewahan. Demikian juga dengan pakaian, pokoknya yang namanya kemegahan dalam ha! apa saja hams ditinggalkan oleh para pejabat, baik pejabat daerah maupun para pejabat di tingkat pusat. Mereka harus sadar bahwa pejabat di angkat dari, untuk dan oleh rakyat. Karenanya berkewajiban memikirkan nasib dan kepentingan rakyat. Para pejabat harus meoerima tamu siapa saja dan dalam jam bcrapa sa.1a Pejabat harus pula menerima teguran atau kritik dari siapa saja, agar supaya mereka selalu menyadari akan kekeliruan yang dipertuat. Ketegasan Umar Ibn Khathab memang tidak dapat ditawar lagi. Tidak ada kedudukan dan pangkat yang tinggi :mtuk melindunginya clan rnencegahnya di dalam rneneg2.kkan hak-hak rakyat dan keadilan. Hal ini dapat diperhatikan ketika Urnar berbicara di atas rnimbar: "Wahai kaum Muslimin, bagairnana sikap kalian seandainya saya cenderung kepada kesenangan dunia? Sesungguhnya saya takut kalau (satu waktu) saya berbuat salah, tetapi dari kalian tidak ada seorangpun menentang karena hormat kalian kepadaku. Maka (permintaan saya) kalau saya berbuat baik, bantulah sr.ya, tetapi jika saya berbuat salah harap kalian perbaiki. Ketika itu bangun seseorang di antara hadirin berkata: "Demi Allah, wahai Amirul mukrninin, kalau karni rnelihat arn;Ja rnernbengkok, maka karni lapangkan
63
kembali dengan pedang-pedang kami". Dengan tenang Umar menjawab: "Semoga Allah sayang kepada kalian dan segala puji bagi Allah bahwa di antara kalian terdapat orang yang berani mengoreksi Umar dengan pedang". 23 Dalam
menjalankan
aktivitas
pemerintahannya
khalifah
tidak
memberikan hak istimewa tertentu, tidak seorang pun memperoleh pengawal, tidak ada istana dan pakaian kebesaran, baik untuk khalifah sendiri maupun bawahan-bawahannya. Tidak ada perbedaan antara penguasa dan rakyat, setiap waktu mereka dapat dihubungi oleh rakyat. 24
2. Supremasi Hukum Kebijakan Umar dalam menegakkan hukum dan keadilan merupakan kebijakan yang pasti dan mantap, ia selalu memutuskan perkara secara adil. 25 Ketega"an melaksanakan keadilan diberlakukan terhadap siapapun, tidak memandang keluarga atau keturunan pejabat negara sekalipun. Sdiap kali mereka berbuat salah, hukum harus ditegakkan. Umar tidak rnentolelir tindakan pejabat negara yang menganggap dirinya seakan-akan kebal terhadap hukum. 26 Persamaan di depan hukum tercen11in ketika pada s!latu hari salah seorang dari bangsa Mesir yang beragama Kristen datang kepada Khalifah 23
Munawir Sjadjali, Iv/am dan Tata Negara, (Jakarta: UI Press, 1993), ed ke-5, h. 29
24
Mahrnudunnasir, op. cit, h. l 84
25
Abbas Mahmud Aqqd, op. cit, h. 165
26
Ibid, h. 163
64
Umar dengan maksud mengadukan masalah yang telah
te~jadi
dengan seorang
gubemurnya yaitu Amr bin Ash. Ia bercerita bahwa di lbukota Mesir diadakan perlombaan dan ia telah memperoleh kcmenangan. la mengalahkan putra Amr bin Ash sehingga anak gubernur itu menunjukkan kemar&bannya, dengan menampamya seraya mengatakan: "Mengapa kamu mengalahkan saya, apakah kamu tidak tahu kaiau saya ini putra seorang yang mulia lagi pembesar?" Orang Kristen tersebut sakit hati, sebagian orang memberikan nasehat kepadanya agar ia pergi ke Madinah untuk mengadukan perkaranya kepada khalifah, sehingga benar-benar akan mendapatkan pengadilan di ha.dapannya. Ia pun pergi ke Madinah. Sewaktu Khalifah mendengarkan pengaduan orang tadi, ia menjadi sangat marah, selanjutnya ia menulis surat panggilan kepada Amr.
27
Bismillahirrahmanirrahim Kepada Amr bin Ash Amma ba'du
Setelah surat saya ini sampaikan kepadamu, saya harap agar engkau segera datang beserta analanu. Dari Amirul Mukrninin
Umar Ibn Khathab
27
Muhammad Ali Al-Quthub, op. cit, h. I 04
65
Ketika menerima surat dari Khalifah Umar, Amr bin Ash merasa takut dan mengira bahwa ia telah melakukan kejahatan. Ia pun berangkat mendatangi panggilan khalifah. Kedatangan Amr ke Madinah disambut dengan ucapan Umar, "kapankah engkau telah melahirkan mereka dalam keadaan merdeka?" Kemudian Urnar memberikan cemeti kepada seorang Kristen tadi dan memerintahkan kapadanya untuk memukul putra Amr. Umar mengatakan, "Fukui putra orang yang mulia ini !" setelah terlaksana, Umar memerintahkan kepadanya untuk memukul Amr juga. Sebab, seorang putra tidak akan berbuat aniaya kecuali dengan kekuasaan ayahnya. Akhirnya, orang Kristen tadi berkenan memaaflrannya. Pada suatu hari, ketika Umar sedang betjalan - jalan di pasar Madinah ia melihat Iyas bin Salmah menghalangi jalan yang sempit, kemudian beliau memukulnya dengan cambuk dim berkata, "Menyingkirlah dari jalanan wahai Ibnu Salmah". Setelah berlalu satu tahun sejak peristiwa itu, Umar kembali menemuinya di pasar dan bertanya kepadanya, "Apakah engkau ingin menunaikan ibadah haji?" Iyas pun menjawab, "Betul wahai Amirul Mukminin. Lalu, Umar mengajaknya masuk ke dalam rumah dan memberikan kepadanya 600 dirham seraya berkata,"Ya Ibn Salmah! pergunakan uang ini. Ketahuilah uang tersebut adalah tebusan atas pukulanku pada tahun lain!"
66
Iyas berkata, "Ya Amirul Mukminin, aku tidak akan mengingat peristiwa itu jika engkau tidak mengingatkannya." Umar menjawab, "Demi Allah aku tidak akan melupakannya." 3. Perlakuan Terhadap Non-Muslim Bagi Muslim maupun non Muslim, laki-laki
rnaupun wanita
mempunyai kesempatan yang sarna. Pada zaman Abu Bakar, dia mengisi jabatan-jabatan publik dengan tidak memilih anak-anaknya sendiri atau anggota keluarganya melainkan memberi kesempatan bagi orang lain yang layak rnendapatkannya sedangkan dia mempunyai oioritas untuk melakukan ncpotisme. Hal ini sangat berbeda dengan pemerintahan Romawi dan Persia pasda waktu itu. Bagi non Muslim (dzimmi) memperoleh perlindungan dan semua hak - hak dasar. Mereka dibebaskan dari tugas (dinas) dalam angkatan p"rang Islam dan sebagai penggantinya mereka harm rnembayar pajak yang dinamakan jizyah, untuk perlindungan diri mereka. Selain itu mereka berhak untuk memperoleh semua hak-hak lain dan istimewa atas negara. Kelompok utama dari non-Muslim adalah Kristen da.n Yahudi. Umar rnemberi kedudukan yang pantas sesuai dengar: kemampuan, ada yang jadi dokter, juru tulis bahkan di antara mereka ada yang diangkat sebagai sekretaris khalifah yakni seorang pemuda Kristen asal Romawi, dan ha! ini berlangsung hingga zaman Abdul Malik bin Marwan. Kota Al-quds atau yang lebih di kenal dengan Yerussalem merupakan kota terakhir yang jatuh ke tangan tentara Islam. Ketika itu pasukan tentara
67
yang mengawal khalifah Umar telah datang dan mendekati pagar tembok batas kota Al-Quds, kepala kota itu melihat kedatangan Umar, ia melihatnya dari jauh dan dari tempat yang tinggi. Ketika melihat kedatangan Khaifah Umar lalu ia turun dan membuka pintu-pintu gerbang. Setelah itu, kaum Muslimin memasuki kota. Di kala mereka berada di dalam gereja dan telah tiba saat waktu shalat, Umar mengerjakan shalat di luar gereja sebagai penolakan atas desakan panglimanya agar ia shalal di dalamnya. Umar memang tidak mau shalat di gereja sebab ia khawatir, apabila kaum Muslimin di kemudian hari menjadikan ha! itu sebagai sarana untuk menggusur gereja dan memaksa untuk tidak boleh memaksakan agama kepada mereka. 28 C. Relevansi Nilai Etika Politik Umar Saat Ini
Dimasa kepemimpinan Umar Ibn Khathab menjadi khalifah kedua pemerintahan Islam pasca Abu Bakar ash-Shiddiq, banyak sekali kemajuankemajuan serta terobosan yang dilakukan oleh Umar dalam rangka memperluas wilayah kekuasaan Islam. Tentu kita tahu bahwa di bawah kepemimpinan Umar, Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat. Banyak wilayah-wilayah yang dahulunya dikuasai oleh Romawi dan Persia dapat ditaklukan Selain itu juga kebijakan yang dilakukan Umar dalarn menata kehidupan bernegara sangat membanggakan, setidaknya banyak sekali perubahan-perubahan yang dilakukan baik dalam penataan pemerintahan maupun kebijakan lain. Kita tahu bahwa Umar adalah orang yang sangat keras namun hatinya lembut. Tidak 28
!bid, h. 100
68
sediki: kebijakan yang dilakukannya selalu mengacu pada nilai-nilai Islam dan perilaku po1itik yang didorong oleh semangat spiritualitas dalam membangun Islam yang lebih jaya. Oleh karena itu dalam kepemimpinannya ia setidaknya kita dapat mengambil nilai etika politik Umar dalam menjalankan pemerintahannya sebagai bingkai dalam menentukkan kebijakan. Pertama, amanah sebagai penyelenggara Negara. Selain melakukan pembentukan berbagai lembaga-lembaga sebagai upaya untuk memaksimalkan kinerja pemerintahannya, Umar Ibn Khathab juga melakukan aturan main yang harus dijalankan semua masing-rnasing lembaga: Selain itu juga, semua
pimpinan baik lembaga maupun daerah tidak
diperkenankan memilki perilaku politik yang dapat merugikan kepentingan rakyat, karena Umar Ibn Khathab sangat menjunjung tinggi profesionalitas dan amanat dalam melaksanakan tugas-tugas negara. Mungkin dalam konteks kekinian setidaknya apa yang dilakukan umar dapat
menj~.di
pijakan bagi mereka yang mendapat amanat, untuk menduduki
jabatan baik sebagai, Presiden, pimpinan lembaga seperti DPR, MA dan lembagalembaga negara setingkatnya. Semestinya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya lebih menitikberatkan pada kepentingan rakyat yang sesuai dengan apa yang menjadi tujuan didirikannya lembaga tersebut. Apa yang dicontohkan Umar dalam menjal:mkan pemerintahan seharusnya dapat menjadi bahan dalam pelaksanaan sebuah pemerintahan, di mana ketika itu Umar mengintruksikan semua aparat negara baik para pejabat di daerah maupun di pusat untuk hidup
69
sederhana, selain itu juga mesti menerima teguran dan kritikan dari siapa saja dan mereka tidak memiliki sikap bahwa sebagai seorang pejabat yang memiliki kedudukan dan pangkat yang tinggi sehingga hubungannya dengan rakyat begitu dekat Kedua,
tentang kepastian hukwn, ha! yang tak asing lagi bagi
kepemimpinan Umar pada masanya adalah bagaimana ia melaksanakan kepastian hokum. Baginya dalam melaksanakan penegakan hukum tidak rnernandang keluarga atau keturunan pejabat negara sekalipun. Setiap me;reka rnelakukan kesalahan hukum harus ditegakkan. Umar tidak pernah mentolelir tindakan pejabat negara yang menganggap mereka seakan-akan kebal terhadap hukum. lni membuktikan bahwa Khalifah Umar memang sangat menjunjung hukum sebagai bagian terpenting dalam rnelaksanakan roda pernerintahan. Kalau kita saksikan apa yang saat ini pada persoa:an hukurn adalah Tebang Pilih. Mulai dari pernberantasan korupsi hingga pada kasus krirninal tidak
terjadi kepastian hukum, sehingga mengganggu investa.si sebuah negara. Dengan demikian, negara tidak memiliki kekuatan jika persoalan--persoalan hukum masih ada jarak yang memisahkan untuk dapat diselesaikan Ketiga, tentang pelaksanaan Otonomi Daerah. Pada masa Umar, wilayah
kekuasaan Islam semakin luas. Wilayah tersebut dibagi menjadi provinsi-provinsi yang memiliki otonomi penuh, sekalipun demikian tetap provinsi tersebut melaksanakan aturannya tidak bertentangan dengan aturan yang ada di pemerintahan pusat.
70
Tetapi apa yang terjadi saat ini, otonomi daerah yang merupakan amanat reforrnasi dipersepsikan lain, Seolah kekuasaan yang selama ini berada di pemerintahan pusat, dapat dilakukan seenaknya oleh pemerintahan daerah. Maka lahirlah penguasa-penguasa barn yang tidak konsisten dalam melaksanakan Undang-Undang Otonomi Daerah. Otonomi daerah semestinya menjadi peluang bagi daerah tersebut untuk dapat mengelola daerahnya, bukan malah menjadi daerah yang arogan dimana menganggap dapat melakukan kebijakan yang bertentangan dengan semangat otonomi daerah. Kalau semuanya dapat memahami tujuan oto;1omi daerah itu diberlakukan maim disintegrasi bangsa dapat dihindari. Keempat, tentang penegakan HAM, kalau melihat ruang gerak bagi
penegakan HAM pada kebanyakan negara seringkali menghadapi kendala dan bahkan negara malah dalam membuat aturan jauh dari nilai HAM. Padahal kalau kita mau melihat pelaksanaan HAM pemerintahan Khalifah lJmar Ibn Khathab, benar-benar dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat kita lihat bagaimana di negara yang berdiri atas nama Islam, tetapi juga menghargai hak-hak NonMuslirn, mereka diberikan hak yang sama, bahkan sekretaris khalifah sendiri pemuda yaTJg beragama Kristen. Selain itu dalam menaklukan daerah jajahan, Umar tidak pernah bersikap arogan. Hal ini dapat dilihat bagaimana ketika penyernhan Kota Quds (Yerussalem) khalifah tidak memaksa mereka masuk Islam dan merusak gereja-gereja yang ada, malah mereka diberi kebebasan untuk melahanakan kepercayaanya.
BABV PENUTUP
A. Kesimpulan Sebagai akhir dari penulisan ilmiah ini, penulis akan memberikan beberapa kesimpulan pembahasan tentang Etika Politik Dalam Kepemimpinan Umar lbn Khathab antara lain: 1. Etika politik dalam prespektif Islam adalah jalan untuk be;baat baik masingmasing anggota sistem, faktor spiritual yang mendornng untuk menerapkan peraturan Tuhan sebagai rambu-rambu moral ukuran dari konsistensi antara aturan main dengan perilaku politik. 2. Masa kepemimpinan Umar lbn Khathab ditandai dengan perluasan kekuasaan Wilayah Islam yang pesat hingga Romawi dan Persia. Selain itu, banyak sekali kemajuan-kemajuan dalam menata pemerintahan is!am yang semakin maju, di antaranya melakukan pembagian kekuasaan antara lembaga eksekutif dan yudikatif, serta membentuk lembaga dan badan negara yang sebelumnya belum ada seperti peradilan, kementrian (diwan-diwan) dan provinsi-provinsi 3. Nilai-nilai etika politik Khalifah Umar Ibn Khathab yang sangat relevan untuk saat ini adalah ia seorang yang taat asas dan taat lmkum, ia mengharuskan pejabat baik pusat maupun daerah hams senantiasa tunduk dan patuh pada aturan main yang berlaku dalam menjalankan kewajibannya sebagai penyelenggara negara. Selain itu harus memiliki sifat amanah, tidak arogan
72
dan tidak merasa kebal hukwn serta memiliki sikap yang senantiasa dekat dengan masyarakatnya. B. Saran-saran
1. Bagi para generasi muda penerus tongkat estafot
ketik~
mendapat kesempatan
menjadi penyelenggara negara hendaklah mencontoh pernerintahan yang sudah dilakukan Khalifah Umar Ibn Khathab dalam rnelaksanakan roda pemerintahan. 2. Kepada para penyelenggara negara harap melaksanakan secara konsisten dan mclaksanakan fungsinya yang dilandasi dengan etika p0litik dalam upaya menciptakan good governance sebagaimana yang telah dilakukan Umar Ibn Khathab. 3. Umat Islam saat ini sudah seharusnya meneladani apa yang dilakukan Umar Jbn Khathab selaku khalifah yang lebih mementingkan kemaslahatan raKyatnya dan tidak mementingkan kepentingan pribacti atau golongan.
DAFTAR PUST AKA
Al-Qur'an Al-Karim
Abdullah, M. Yatiman, Pengantar Studi Etika, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, ed. ke-1 Ali, Muhammad Daud, at. All, Islam Umuk Disiplin !!mu Huk11111 Sosial dan Politik, Jaka1ta: Bulan Bintang, 1988 Amin, Ahmad, Jslam lvlasa ke Masa, Bandung: CV. Rosda, 1987, cet ke-1, h. 39 Aqqad, al, Abbas Mahmud, Kejeniusan Umar Jbn Khaththab, Jakarta: Pustaka Azam, 2002, cet. ke- I --------------, Keagungan Umar Jbn Khaththab, Solo: Pustaka Mantiq, 1993, cet ke-2
Bartens, K, Etika, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993 Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramed1a Pustaka Utama, 1998 cet. Ke-19 Cholis, Abdurrahim, Sejarah Kebudayaan !slam, Jakarta: Kirana Cakra Buana, 2004 Departemen Agama RI, Al-Qur 'an dan Teljemahnya, Bandung: CV. Diponegoro, 2004, cet ke-3 Encyclopedia of 7/Je Social Sciences, Toronto, Canada: The Macmillan Company, 1950 voLV-VII
Esposito, Jhon L, Ensiklopeedi Oxfi>rd Dunia JslamM Modem, Bandung: Mizan, 2001, cet ke-1 ---------·-----------, !shun dan Po!itik Terj: H. M. Joesoef Sou'yb, dari Islam And Politics, Jakarta: Bulan Bintang, 1990
Haikal, Muhammad Husen, Umar Jbn Khatab, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000, cet. ke-1 Hasymi, Ahmad, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979 Tl
74
lqb,11, Muhammad, Fiqih siyasah Kontenslua!isasiDoktrin Politik Islam, Jakana: G::iya Media Pratama, 200 I, cet ke-1 Karim, Adiwam1an Azwar, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT. P11staka Pelajar, 2001, cet ke-1 Khan, Majid Ali, Sisi Hidup Para Kjhalifah Saleh, Surabaya: Risalah Gusti, 2000, cet ke-1 Lapidus, M, Se1amh Sosial Ihnat !slam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, Bag ke-1 Mabali, A. Mudjab, Biograji Sahahal Nabi SAW, Yogya: BPFE, 1984, eel. ke-1 Mahmudunnatsir, !slam Konsepsi dan sejarahnya, terj. Dadang Afandi, Bandung: CV. Rosida, 1988 Maryam, Siti, at. All, Sejarah Peradaban Islam dari A1asa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Fakultas Adab, 2003, cet ke-1 Mufrodi, Ali, lsh11n di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos, ! 997, cet ke-1 Nasution, Harun, !slam di Tin/au dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1985, cet ke-5 Nata, Abudin, i\4e1odologi Studi-sludi !slam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Nu'man, Syibli, Umaryang Agung, Bandung: Pustaka, 1981 Pulungan. J. Suyuti, Prinsip-prinsip Pemerintahan Dah11n Piagam .lv!adinah Ditinjau Dari Pandangan A 1-Qur 'an, Jakarta: PT. Raja Grafinclo Persada, 1994, cet ke1, edisi ke-1 Quthub, al, Muhammad, Dr, IO Sahabat Nabi Yang Dijamin .Masuk Syurga, Pustaka Setia: Bandung, 2004, cet. ke-1 Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI Press, 1993, Ed ke-5 Salabi, Ahmad, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1997, cet. ke-9 Shiddiqi, Nouruozzarnan, Tamaddun lvfusl im, Jakarta: Bulan Bintang, 1986
75
Sucipto, Hery, F:nsiklopedi li>koh Islam, Jakarta: Hikmah, 2003, cet ke-1 Suseno, Franz Magnis, Uika l'ol1tik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, cet ke-6 Taimiyah, Jbnu, Siyasah Syw"iyyah (Etika Politik Islam), Terj: Rofi'i Munawar, Surabaya: Risalah Gusti, 1995 Thabari, al, li1rikh a/.-Umam wa al-Muluk, Beirut: Dar al-fikr, 1984, Jilid IV, h. 21 Tim Penyusun,
1~·nsiklopedi
Islam, Jakarta: PT. lkhtiar Baru Van Hoeve, 1997, cet ke-
4 Warsito, Tulus, Pemhangunan Politik Refleksi Kritis Atats Kntis, Jakarta: BIGRAF Publishing, 1999, cet ke-1 Widjaja, Elika Pemerintahan, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, cet ke-1, edisi ke-2, h. 8 Yatim, Badri, Sejara!z Peradahan Islam, Jakaiia: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, cet ke-10 Zubair, Charris Ahmad, Kuliah Etika, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995, cet ke-3, edisi ke-1