ETIKA-NORMATIF KERJASAMA TEAM (TEAMWORK) Dalam berbagai kehidupan organisasi, beragam jenis keahlian dan pekerjaan, maupun pada unit-unit kerja pada instansi tertentu, unur kebersamaan mutlak diperlukan. Kebersamaan mengandung pengertian melakukan berbagai kegiatan secara bersama-sama, sinerji dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan yang dimaksud adalah sesuai dengan visi misi yang telah dicanangkan dan dirumuskan secara sistematis dalam bentuk program kerja. Untuk itu, kerja secara team atau kerja secara bersama-sama (team work), menjadi bagian yang diutamakan dalam proses mencapai tujuan tadi. Dari sudut pandang manajemen, bekerja sama atau kerja tim (team work) merupakan sebuah sistem pekerjaan yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan tujuan yang direncanakan bersama. Kerja sama dalam tim kerja menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kinerja dan prestasi kerja. Kerja sama dalam tim kerja akan menjadi suatu daya dorong yang memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang tergabung dalam kerja tim. Komunikasi akan berjalan baik dengan dilandasi kesadaran tanggung jawab tiap anggota. Tracy (2006: 133), menyatakan bahwa bekerja sama (teamwork), merupakan kegiatan yang dikelola dan dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu organisasi. Teamwork dapat meningkatkan kerja sama dan komunikasi di dalam dan di antara bagian-bagian perusahaan. Biasanya teamwork beranggotakan orang-orang yang memiliki perbedaan keahlian sehingga dijadikan kekuatan dalam mencapai tujuan perusahaan. Sejalan dengan pandangan ini, Dewi (2007: 44) menyatakan bahwa kerja tim (teamwork) adalah bentuk kerja dalam kelompok yang harus diorganisasi dan dikelola dengan baik. Tim beranggotakan orang-orang yang memiliki keahlian yang berbeda-beda dan dikoordinasikan untuk bekerja sama dengan pimpinan. Terjadi saling ketergantungan yang kuat satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan atau menyelesaikan sebuah tugas. Dengan melakukan teamwork diharapkan hasilnya melebihi jika dikerjakan secara perorangan. Demikian pula, Stephen dan Timothy (2008; 322), menyatakan bahwa teamwork adalah kelompok yang usaha-usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual. Teamwork menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Hal ini memiliki pengertian bahwa kinerja yang dicapai oleh sebuah 1
tim lebih baik daripada kinerja perindividu di suatu organisasi ataupun suatu perusahaan. Berdasarkan pandangan di atas, jelaslah bahwa kerja secara bersama-sama, kolektif, dan team dapat memudahkan dalam proses pelaksanaannya, sekaligus efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Beberapa Jenis Kerja Tim dan Karakteristiknya Mengutip Stephen dan Timothy (2008; 322), menyebutkan adanya enam jenis teamwork, yaitu: 1. Tim Formal; adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian dari struktur organisasi formal. 2. Tim Vertikal; adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer dan beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal. 3. Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari tingkat hirarki yang hampir sama tapi berasal dari area keahlian yang berbeda. 4. Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk diluar organisasi formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau kreativitas khusus. 5. Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari 5 hingga 20 orang pekerja dengan
beragam
keterampilan
yang menjalani
rotasi
pekerjaan
untuk
menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang annggota terpilih. 6.
Tim pemecahan masalah adalah biasanya terdiri dari 5 hingga 12 karyawan yang dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk mendiskusikan cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Sementara, Griffin (2004: 241) menyebutkan adanya dua karakteristik utama
dalam team work, yaitu : 1. Ukuran; Secara umum, ketika ukuran tim meningkat, akan lebih sulit bagi setiap anggota untuk dapat saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Ukuran kelompok mengusulkan hal hal berikut ini: (a) tim kecil ( 2 sampai 4 anggota ) menunjukan lebih banyak persetujuan, mengajukan lebih banyak pertanyaan, dan bertukar lebih banyak opini. Merek cenderung bersikap informaldan tidak banyak menuntut pemimpinl dan (b) tim besar cenderung memiliki lebih banyak perselisihan pendapat dan perbedaan opini. Karena kurangnya kepuasan dihubungkan dengan tugas yang dispesialisasikan serta 2
komunikasi yang buruk, para anggota tim memiliki sedikit kesempatan untuk berpatisipasi dan merasakan keakraban kelompok. 2. Peran Anggota dalam tim yang sukses syarat kinerja tugas dan kepuasan social dipenuhi oleh munculnya dua jenis peran yaitu spesialis tugas dan sosioemosional.
Orang
-orang
yang
memainkan
peran spesialis
tugas menghabiskan waktu dan energi untuk membantu tim meraih tujuannya. Mereka sering memperlihatkan perilaku-perilaku taitu: (a) memprakarsai ide; (b) memberikan opini; (c) mencari informasi; (d) meringkas; dan (e) memberi semangat. Etika Normatif dalam Teamwork Dalam setiap kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan berorganisasi masingmasing memiliki aturan dan norma tersendiri. Pada umumnya, norma ini diambil berdasarkan akar ideology, budaya, suku, dan etika local yang memiliki nilai-nilai luhur dan bersipat universal. Untuk menjadi bangsa yang luhur, misalnya, kita harus menanamkan nilai-nilai luhur dari bangsa kita sendiri. Kekayaan budaya, suku, bahasa, ras dan agama menjadikan Bhineka Tunggal Ika (biarpun berbeda tetapi tetap satu Indonesiaku) harus selalu dijunjung diatas segalanya. Telah banyak darah tumpah tuk membela sang saka merah putih dan menyatukan keanekaragaman budaya, suku, bahasa, ras dan agama tersebut demi tercapainya kemerdekaan Indonesia tercinta. Oleh karena itu, dalam konteks teamwork, nilai-nilai luhur dan norma yang bersipat universal ini menjadi modal dasar dalam membangun kebersamaan sebagai team. Ada beberapa nilai dan norma yang dapat dijadikan modal dasar dalam membangun teamwork, yaitu : 1. Rukun Sewaktu Nabi Adam AS diturunkan ke dunia, Allah telah menyebutkan bahwa anak cucu Adam nanti akan bermusuhan satu sama lain. Adalah Allah yang memberikan nikmat terhadap sebagian anak cucu Adam untuk dirukunkan hatinya, dihidupkan dalam kehidupan bersama dalam nuansa persaudaraan seiring dengan keimanan atau hidayah. Allah berfirman (QS. Ali Imron [3]103) yang artinya : “.....Dan ingatlah nikmat Allah kepada kalian, ketika kalian bermusuhan, kemudian Allah menyatukan hati kalian sehingga kalian menjadi bersaudara sebab nikmat-Nya…” (Depag. RI. 1998: 93). Kerukunan yang diberikan Allah kepada orang beriman adalah kerukunan lahir dan batin. Sedangkan orang-orang yang tidak beriman apabila terjadi kerukunan 3
hanya lahirnya saja, yaitu karena sama-sama mempunyai kepentingan yang menurut kalkulasi mereka perlu kebersamaan untuk mewujudkannya. Sedang dalam hati mereka saling curiga, saling dengki, ingin lebih untung daripada yang lain, dsb. Rukun adalah suatu sifat atau thobi’at orang beriman yang tidak mempunyai uneguneg, prasangka buruk, dengki, iri hati kepada sesamanya. Saling mengasihi serta bantu-membantu dalam kebaikan, tolong menolong, kuat memperkuat, saling mendoakan yang baik dan bersikap ramah terhadap sesama. Firman Allah dalam (QS. Al Anfaal [8]: 46) yang artinya ; “.....Dan thoatlah kalian kepada Allah dan Rosul-Nya dan janganlah kalian berselisih (tidak rukun) maka kalian menjadi gentar (takut) dan hilanglah kekuatan kalian, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.(Depag. RI. 1998: 268). 2. Kompak Kompak adalah bersama-sama melakukan kegiatan ibadah dengan giat, senang, seia sekata. Lazimnya kompak akan berhasil diwujudkan bila didukung dengan rukun terlebih dahulu. Dalam suasana tidak rukun sulit kiranya dilakukan kegiatan bersama. Namun demikian keadaan tidak kompak juga bisa terjadi karena terdapat persepsi yang berbeda mengenai kegiatan tersebut. Untuk mengatasi hal ini perlu penjelasan yang sejelas-jelasnya dan lebih terperinci terutama yang menyangkut operasionalnya guna meniadakan hal-hal yang dapat menimbulkan multi tafsir. Allah berfirman dalam QS. As Shof [61: 4) yang artinya ; “.....Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dengan berbaris bagaikan bangunan yang tersusun kokoh”. (Depag. RI. 1998: 928). Sehubungan dengan kemampuan sesorang tidak sama, maka diperlukan praktek kekompakan guna membangun solidaritas atau kesetiakawanan terhadap sesama. Seperti kalau ada yang sakit sama-sama dibesuk, kalau ada yang meninggal samasama dilayat. Semua itu merupakan kegiatan yang menunjukkan kekompakan. 3. Kerja Sama yang Baik Kerja sama yang baik adalah sikap orang beriman yang saling peduli, saling mendukung, saling melancarkan, tidak jegal-menjegal, tidak jatuh-menjatuhkan, tidak rugi-merugikan dan tidak saling memfitnah. Kerja sama yang baik juga mengandung arti kerja sama dalam hal kebaikan yang sama-sama dikerjakan dengan baik untuk mendapatkan kebaikan bersama. Firman Allah SWT., dalam QS. Al Maidah [5]: 2) yang artinya ; 4
“.....Dan tolong menolonglah kalian atas kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah tolong menolong atas dosa dan permusuhan…”(Depag. RI. 1998: 157). Demikian pula kerja sama yang baik bukan sekedar yang penting sama-sama bekerja, akan tetapi ada pembagian tugas sesuai dengan bidang keahlian masingmasing. Tidak memberi tugas kepada yang bukan ahlinya, sehingga diharapkan mendapat hasil yang optimal. 4. Jujur Jujur adalah sikap orang iman yang apabila berkata benar, tidak dusta, tidak menipu. Jujur atau shiddiq adalah salah satu sifat kenabian di samping amanah, tabligh dan fathonah. Berbahagialah orang yang dikaruniai watak jujur karena hidupnya akan tenteram dan damai karena sikapnya yang polos, tidak dibuat-buat, tidak ada kepalsuan, tidak ada dusta, tidak menipu sehingga tidak ada beban karena khawatir terbongkarnya sesuatu yang disembunyikan dalam dirinya. Sesungguhnya ketika seseorang tidak jujur, sebenarnya dia telah menciptakan perang dalam hati nuraninya sendiri. 5. Amanah Amanah adalah sikap pribadi orang beriman yang artinya bisa dipercaya dan menjaga kepercayaan, tidak khianat dan menyampaikan hak kepada yang berhak menerimanya. Amanah juga merupakan sifat kenabian, bahkan Nabi Muhammad SAW sebelum menjadi nabi telah mendapat gelar Al-Amin (orang yang dapat dipercaya). Firman Allah SWT, dalam (QS. An Nisaa’[4]: 58) yang artinya ; “.....Sesungguhnya Allah memerintah kepada kalian untuk menyampaikan amanat-amanat kepada ahlinya (yang berhak menerima)” (Depag. RI. 1998: 128). Selanjutnya dalam (QS. Al Anfaal [8]: 27) yang artinya ; “.....Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rosul dan janganlah mengkhianati amanat-amanat (yang dipercayakan) kalian, sedang kalian mengetahui” (Depag. RI. 1998: 264). 6. Mujhid Muzhid Seseorang dapat dikatakan hidupnya mujhid apabila dalam kehidupan sehari-hari kerjanya giat, semangat dan cukup sesuai dengan jenis kerja tersebut. Seseorang dikatakan muzhid apabila kehidupan sehari-harinya mengatur penghasilan dengan hidup hemat, tidak boros dan dapat mengukur kemampuannya. Ada dua cara yang lazim bagi seseorang agar terpenuhi kebutuhannya yaitu menambah penghasilan atau
5
mengurangi pengeluaran. Bila kedua cara itu ditempuh sekaligus bersama-sama maka artinya ia sedang praktek mujhid muzhid. Sabda Rosulullah SAW yang artinya : “.....Sungguh beruntung orang yang tirakat (hidup hemat) dan mempersungguh (bekerja giat) (HR. Ahmad). Berdasarkan nilai dan norma dasar di atas, diharapkan semua lulusan PTAI dapat diterima di berbagai tempat yang selama ini hanya menjadi kaplingan lulusan perguruan tinggi umum. Program ini tentu saja tidak hanya berorientasi kepada gelar karena yang lebih penting sesungguhnya adalah ilmu atau kualitas intelektual dan kepribadiannya. Kerukunan sejatinya, adalah modal dasar manusia sebagai makhluk sosial yang selalu ingin berkelompok. Sebab, kerukunan merupakan media untuk mengumpulkan energi positif. Energi positif inilah yang sangat diperlakukan untuk membangun kehidupan sosial kea rah yang lebih baik, dalam bentuk pembangunan. Bayangkan saja bila kerukunan tak dibentuk, energi positif akan terus berbenturan dengan energi negatif, yang berakibat mundurnya proses pembangunan bangsa. Selain kerukunan, hal lain yang tak boleh diabaikan adalah masalah kekompakan. Sebab, rukun, tak selalu kompak. “Manusia bisa saja rukun, meski berbeda pendapat, namun kekompakan membutuhkan kesamaan pendapat, visi, sampai bagaimana memulai dan mengakhiri pekerjaan,” Menurut Kaelany (2014: 122-125), ada enam thobi’at luhur sebagai bagian dari akhlakul karimah yang harus dimiliki orang yang beriman untuk dijadikan sikap hidup (karakter) yang harus dikedepankan ketika melakukan kehidupan bersama, maupun sebagai watak pribadi yang mewarnai kehidupan sehari-hari. Dari enam thobi’at luhur itu tiga diantaranya merupakan thobi’at atau perilaku yang harus diwujudkan dalam kehidupan bersama yaitu rukun, kompak dan kerja sama yang baik. Sedangkan tiga yang lainnya merupakan watak atau thobi’at yang harus dimiliki dan diamalkan oleh tiap-tiap pribadi orang beriman yaitu jujur, amanah dan mujhid muzhid. Diharapkan melalui berbagai upaya ini akan membekali para alumni PTAI secara komplit untuk terjun dalam pilihan alternatif pekerjaan yang lebih luas, di luar pasaran kerja tradisional yang sudah ada.(reza).
6