PENGEMBANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA DINI DI PAUD RAIHAN SUKARAME BANDAR LAMPUNG ETI HADIATI Abstrak Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang membina hubungan dengan orang lain atau Kecerdasan Interpersonal merupakan kemampuan untuk mengamati, mengerti dan memahami maksud perasaan orang lain ataumampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Serta mampu masuk kedalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan dan sikap orang lain. Oleh karena itu pendidikan anak usia dini sangat penting dilakukan sebab pendidikananak usia dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia. Untuk itu permasalahan yang di angkat adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan interpersonal anak usia dini . Kata Kunci : Kecerdasan Interpersonal hubungan dengan orang lain.
A. PENDAHULUAN Menurut Dr. Howard Gardner yang dikutip oleh Julia Jasmine dalam bukunya yang berjudul mengajar dengan metode kecerdasan majemuk (impementasi Mulltiple intelegences) menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal ditampakkan pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai macam aktivitas sosial serta ketaknyamanan atau keengganan dalam kesendirian dan menyendiri. Dalam sumber lain juga dikutip oleh Anita Yus, menurut Gadner kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang membina hubungan dengan orang lain. Lebih lanjut menurut Gadner setiap anak memiliki peluang untuk belajar dengan gaya masing-masing anak. Bila hal ini dipenuhi maka anak akan berkembang dengan sukses. Kecerdasan interpersonal atau bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang anak dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang-menang atau menguntungkan. Inteligensi Interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intens, motivasi, watak, temperament orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara. Isyarat dari orang lain juga masuk dalam inteligensi ini. 1
Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Oleh sebab itu pendidikan anak usia dini sangat penting dilakukan, sebab pendidikan usia dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu ditandai dengan karakter, budi pekerti yang luhur, pandai, dan terampil. Pengembangan potensi yang dimiliki anak, termasuk di dalamnya pengembangan potensi kecerdasan interpersonal yang dianggap sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dalam bersosial. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa kurangnya perkembangan kecerdasan interpersonal pada anak usia dini di PAUD RAIHAN Sukarame Bandar Lampung ini dikarenakan masih kurang diperhatikannyahubungan antar anak baik dari sisi interaksi maupun komunikasi dan pembelajaran lebih banyak mengedepankan prestasi akademik saja artinya lebih banyak memfokuskan pada perkembangan kognitif saja, sehingga pengembangan kecerdasan interpersonal kurang disentuh oleh gurunya.
Pembelajaran lebih banyak menekankan pada
kemampuan membaca, berhitung dan menulis, dengan alasan bahwa sebagai persiapan untuk masuk sekolah dasar (SD)yang mana hal ini juga merupakan tuntutan masyarakat atau wali murid. Kalau dilihat secara kualitasnya apa yang dikatakan oleh guru tersebut itu benar adanya, akan tetapi kecerdasan interpersonal juga cukup penting untuk mempersiapkan anak dalam bersosial nanti.
Oleh sebab itu untuk membantu anak dalam proses perkembangan
interpersonalnya perlu adanya pembelajaran yang sifatnya bermain sambil belajar, karena mengingat usia anak di taman kanak-kanak merupakan usia yang kerap disebut masa usia bermain. Menurut Moeslicaton, R. menjelaskan bermain adalah “suatu betuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak dan bersifat non serius, lentur, dan bahan bermain terkandung dalam kegiatan secara imajinatif ditransformasi sepadan dengan dunia orang dewasa. Dengan kata lain bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseoranganak denganrasa senang gembira, bahagia tanpa memikirkan hasil atau tujuan nya.Seperti yang dikemukakanoleh Tadkiroatun Musfiroh, menambahkan bawa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan atas
2
dasar suatu kesenangan dan tampa mempertimbangkan hasil akhir, serta dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. Berdasarkan uraian tersebut maka bermain bagi anak usia dini sangat dibutuhkan sebagai bentuk merangsang perkembangan kecerdasan interpersonal, misalnya saja bermain balok. Bermain puzzle dan sebagainya hal ini merupakan bermain yang merangsang kemampuan mengenal bentuk, ukuran dan merangsang rasa kerjasama hal ini agar media atau alat permainan edukatif (APE) yang telah disiapkan di sekolah tersebut dapat digunakan sebagai alat bantudalam menyampaikan materi pembelajaran. Dengan bermain anak berusaha memahami karakter temantemannya, termasuk karakteristik orang dewasa disekitarnya. Bermain dan permainan bagi anak menjadi semacam air kehidupan yang begitu penting bagi kehidupan anak. Seperti halnya kegiatan bermain di PAUD RAIHAN Bandar Lampung belum diterapkan secara maksimal hal ini dapat dilihat dalam kegiatan belajar mengajar yang cendrung konvensional, maksudnya proses pembelajaran tersebut lebih dominan menerapkan metode ceramahmeskipun sudah menggunakan media yang sederhana yang mengakibatkan
kurang
mengembangkan kecerdasan interpersonal anak, seharusnya para guru menerapkan permainanpermainan yang dapat merangsang anak untuk saling berbagi, berkomunikasi dan sebagainya sehingga dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal anak. Permasalahan pada kecerdasan interpersonal ini dapat dilihat dari sikap anak dalam kesaharian tidak terlihat dalam tiga komponen perkembangan yaitu kesenangan dalam berbagai macam aktivitas sosial, kegembiraan berteman, ketaknyamanan atau keengganan dalam kesendirian dan menyendiri (suka menyendiri). Oleh karena itu, dalam permainan perlu menggunakan berbagai alat peraga/media yang sesuai dengan kemampuan anak dan mudah digunakan dan tidak membahayakan. Misalnya permainan edukatif berbentuk balok-balok kecil agar anak dapat melatih bekerja sama dengan temannya. Dengan demikian diharapkan mampu mengembangkan kecerdasan interpersonal. Berdasarkan dari permasalahan-permasalahan tersebut dan mengingat betapa pentingnya mengembangkan kecerdasan interpersonal bagi anak melalui bermain, maka hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak di PAUD RAIHAN Bandar Lampung.”
3
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uaraian pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana mengembangkan kecerdasan interpersonal anak Di PAUD RAIHAN Bandar Lampung. C. Tujuan Dan Kegunan Penelitian Tujuan penelitian ini, yaitu: untuk mengetahui bagaimana mengembangkan kecerdasan interpersonal anak Di PAUD RAIHAN Bandar Lampung. Sedangkan kegunaan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis yaitu sebagai bahan refrensi penulis untuk memperoleh gambaran mengenai bermain dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal anak usia dini, maupun secara praktis yaitu berguna bagi para guru PAUD untuk melakuan inovasi dalam pembelajaran agar ada peningkatan
sehingga dapat mengembangkan kecerdasan
interpersonal anak usia dini D. Kajian Teori 1. Kecerdasan Interpersonal Definisi Kecerdasan atau bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang-menang atau menguntungkan.i Artinya Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan berfikir lewat berkomunikasi dengan orang lain. Inteligensi Interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, watak, temperament orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara. Isyarat dari orang lain juga masuk dalam inteligensi ini. Menurut J.J. Reza Prasetyo dan Yeni Andriani kecerdasan intereprsonal adalah kapasitas untuk memahami maksud, motivasi dan keinginnan orang lain. Dalam bukunya, Safaria menyebutkan bahwa kecerdasan interpersonal atau bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang-menang atau menguntungkan. 4
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orangorang disekitar kita, kecerdasan ini adalah kemampuan kita untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginnan orang lain dan menanggapinya secara layak. Pendapat
lain
mendefinisikan
kecerdasan
interpersonal
sebagai
suatu
kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi, dan perasaan orang lain. Kecerdasan ini juga melibatkan kepekaan pada ekspresi wajah, suara dan gerakan tubuh dari orang lain dan mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal adalah suatu kemampuan atau keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi saling menguntungkan. Pengertian tersebut lebih mencakup kepada hubungan dalam kecerdasan interpersonal yang telah dijelaskan. 2. Ciri-ciri kecerdasan interpersonal Kecerdasan interpersonal memiliki ciri-ciri; (1) punya banyak teman (2) banyak bersosialisasi di sekolah dan di lingkungannya (3) tampak sangat mengenali lingkungannya (4) terlibat dalam kegiatan kelompok di luar sekolah (5) berperan sebagai penengah pada teman-teman atau keluarga jikaa ada konflik (6) menikmati permainan kelompok (7) bersimpati besar tehadap perasaan orang lain (8) menjadi sebagai penasehat atau pemecah masalah di antara teman-temannya (9) menikmati mengajar orang lain (10) tampak berbakat untuk menjadi pemimpin. Dampak intruksional atau pembelajaran
(intrucional effect) dan dampak
pengiring (natural effect) sebagai hasil belajar baik pada aspek pengembangan kecerdasan interpersonal (interpersonal intelegence) meliputi: mengenal peranan kasih sayang, bersikap sopan, bersikap ramah, tumbuh kepercayaan diri, dan bekerja/bermain bersama. 3. Demensi Kecerdasan Interpersonal Anderson dalam Safaria mengemukakan bahwa kecerdasan interpersonal 5
mempunyai tiga dimensi utama. Yang mana ketiga dimensi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh serta ketiganya saling mengisi satu sama lainnya. a. Social Sensitivity (Sensitivitas Sosial) Adapun indikator dari sensivitas sosial itu sendiri menurut Safaria adalah sebagai berikut : 1) Sikap empati 2) Sikap Prososial b. Social Insight Adapun indikator dari sosial insight adalah : 1) Kesadaran diri, 2) Pemahaman situasi sosial dan etika sosial 3) Keterampilan pemecahan masalah c. Social Communication 1) Komunikasi efektif 2) Mendengarkan efektif
4. Metode Bermain Penggunaan metode dalam kegiatan belajar mengajar (pembelajaran) merupakan suatu keharusan bagi guru atau tenaga pendidikterlebih mengajar anak usia dini salah satunya adalah metode bermain. Menurut Hurlock (1997) yang dikutip Tadkiroatun Musfiroh mengungkapkan bahwa bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar kesenagan dan tanpa mempertimbangan hasil akhir, kegiatan tersebut dilaksakan atas sukarela tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar, sehingga
bermain sangat relevan, efektif, dan cocok
diterapkan guru dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Berangkat dari pemikiran Hurlock di atas dapat kita simpulkan bahwa bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi perkembangan anak dan dalam hal ini bermain dapat mengembangkan kemampuan sosial, seperti membina hubungan dengan anak lain, bertingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakat Kaitannya dengan peroses pembelajaran bermain merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak usia dini/Tk dimana bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode 6
perkembangan diri anak, intinya berdasarkan pemikiran Garvey (1990) dalam Tadkiroatun Musfiroh bermain erat kaitannya dengan perkembangan anak. Oleh karena itu, pembelajaran dengan menerapkan bermain diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan anak dan daya kreativitas. Artinya bermain dalam kehidupan anak adalah penting untuk meningkatkan perkembangan kecerdasan interpersonal dan menunjang daya imajinasi anak. 5. Bentuk-BentukBermain Sebagaimana telah diuraikan diatas, bahwa bermain merupakan suatu keharusan bagi anak usia dini, secara garis besar bermain dapat dibagi dalam dua kategori atau dua bentuk, yaitu bermain aktif dan bermain pasif (dalam istilah hiburan). a. Bermain Aktif Bermain aktif adalah bermain yang kegembiraanya timbul dari apa yang dilakukan anak itu sendiri. Kebanyakan anak melakukan berbagai bentuk permainan dan banyaknya kegembiraan yang akan diperoleh dari setiap permainan sangat bervariasi. Variasi ini disebabkan oleh sejumlah faktor, faktor itu diantaranya adalah faktor kesehatan, teman, tingkatan intelegensi anak, peralatan, lingkungan, Dari faktor-faktor yang mempengaruhi permainan aktif, maka permainan aktif ini dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk, seperti bermain bebas sepontan, permainan drama, dan bermain musik. b. Bermain Fasif Bermain fasif merupakan istilah dari hiburan, yang merupakan tempat anak memperoleh kegembiraan dengan usaha minimum dari kegiatan orang lain. Bagi beberapa anak hiburan dapat dinikmati bersama dengan kelompok teman sebaya, seperti menonton film atau televisi, namun kebanyakan hiburan dilakukan sendiri. Kurangnya hubungan sosial tidak menghilangkan kegembiraan yang diperoleh dari hiburan sebagaimana bermain aktif. Elizabeth B.Hurlock, mengemukakan ada beberpa macam permainan yang tergolong permainan pasif atau hiburan, diantaranya adalah membaca (membaca merupakan suatu bentuk hiburan). Menonton film, mendengrakan radio, mendengarkan musik menonton televisi. Namun dalam pembahasan ini penulis hanya menganalisa pada
7
permainan aktif pada anak usia dini, dalam konteks isi penulis mengamati permainan aktif (sosio-drama) dalam meningkatkan sikap (kecerdasan-kecerdasan interpersonal anak) anak se usia Tk dalam menanamkan moral yang baik untuk mempersiapkan kehidupan akan datang. Dalam permainan untuk anak usia dini ada beberapa macam yang dapat dilakukan di sekolah, misal permainan Tata Balok, permainan menara, dan permainan pasanganku. 6. Fungsi Bermain Bagi Perkembangan Anak Bermain merupakan sarana bagai anak-anak untuk belajar mengenal lingkungan kehidupannya. Pada saat bermain, anak-anak mengeluarkan daya imajinasinya dengan memunculkan gagasan-gagasan mereka, melalui
bertanya atau mempertanyakan
berbagai persoalan-persoalan, dan memperoleh jawaban atas persoalan-persoalan mereka. Fungsi
bermain
mengembangkan
secara
fisik,
kemampuan
dapat
memberikan
motoriknya.
peluang
Permainan
seperti
bagi
anak
dalam
untuk
olahraga
mengembangkan kelenturan, kekuatan serta ketahanan otot pada anak. Permainan dengan kata-kata (mengucapkan kata-kata) merupakan suatu kegiatan melatih otot organ bicara sehingga kelak pengucapan kata-kata menjadi lebih baik. Dan anak juga belajar berinteraksi secara sosial, berlatih untuk saling berbagi dengan orang lain, menignkatkan tolerasi sosial, dan belajar berperan aktif untuk memberikan kontribusi sosial bagi kelompoknya. Menurut Hetherington dan Parke, bermain juga berfungsi untuk mempermudah perkembangan kognitif, sosial anak. Melalui permainan menyusun balok misalnya anakanak belajar menghubungkan ukuran suatu obyek dengan lainnya. Mereka belajar memahami bagaimana balok yang besar menopang balok yang kecil. Mereka belajar konsep bagaimana hal-hal yang lebih besar mampu menopang hal-hal yang lebih kecil. Oleh karena itu fungsi bermain secara fisik, dapat memberikan peluang bagi anak untuk mengembangkan
kemampuan
motoriknya.
Permainan
seperti
dalam
olahraga
mengembangkan kelenturan, kekuatan serta ketahanan otot pada anak. Permainan dengan kata-kata (mengucapkan kata-kata) merupakan suatu kegiatan melatih otot organ bicara sehingga kelak pengucapan kata-kata menjadi lebih baik. Dan anak juga belajar 8
berinteraksi secara sosial, berlatih untuk saling berbagi dengan orang lain, menigkatkan toleransi sosial, dan belajar berperan aktif untuk memberikan kontribusi sosial bagi kelompoknya. Hetherington & Parker menyebutkan ada tiga fungsi utama dari permainan, yaitu fungsi kognitif, fungsi sosial dan fungsi emosi. Dengan demikian disimpulkan bahwa fungsi permainan adalah suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna, menolong anak menguasai kecemasan dan konflik karena tekanan-tekanan terlepas di dalam permainan anak dapat mengatasi masalahmasalah kehidupan. Banyak pendidik atau para guru
yang sudah mengakui bahwa
bermain sangat penting dilakukan sebagai stimulan untuk mengembangkan kemampuan anak pada pendidikan prasekolah. Hal ini disebab karenamasa usia prasekolah seringkali disebut sebagai masa bermain. Di mana mereka bisa mengenali diri dan lingkungannya sebagai dasar perkembangan sosialnya hanya melalui bermain. Selain itu seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan bermain anak akan merasa senang sehingga segala bentuk materi yang hendak kita berikan akan terserap secara maksimal oleh mereka. Dalam keadaan senang anak tidak pernah merasa terbebani, tidak mudah jenuh, bisa bereksplorasi, dan dapat mengaktualisasikan dirinya secara optimal.
D. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif artinya bahwa penelitian ini bermaksud
untuk melakukan penyelidikan dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan objek dan subjek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Selain itu penelitian ini lebih menekankan pada proses dari pada hasil. Dalam penelitian pendekatan kualitatif ini sebagai instrumennya adalah peneliti sendiri dalam pengumpulan data. 1. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjeknya adalah seluruh murid PAUD RAIHAN Sukarame Bandar Lampung yang berjumlah 2 orang guru dan 12 orang peserta didik. Sedangkan objek penelitian ini adalah mengenai pengembangan KecerdasanInterpersonal Anak di PAUD RAIHAN Sukarame Bandar Lampung. 9
2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitiankualitatif ini penulis menggunakan alat pengumpul data sebagai berikut : a. Wawancara Wawancara adalah percakapan langsung yang dilakukan oleh dua pihak dengan satu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam terhadap sumber manusia dan subyek utama dalam penelitian ini adalah para guru Proses wawancara dalam hal ini dilakukan secara informal terbimbing. Metode ini dilakukan agar proses wawancara dapat berlangsung secara lugas dan tidak kaku serta terarah untuk menggali informasi yang benar-benar dibutuhkan dan berkaitan dengan materi penelitian. b. Observasi Metode Observasi dipergunakan untuk menggali informasi melalui pengamatan secara langsung terhadap kondisi obyek penelitian. Metode observasi ditandai dengan adanya interaksi sosial secara langsung antara peneliti dengan subyek yang diteliti, yang membutuhkan waktu yang relatif lama. Selama proses observasi dilakukan upaya perekaman atau pencatatan terhadap data-data yang diperlukan. Catatan atau data yang diperoleh dikumpulkan dan disusun secara sistematis tanpa pengaruh dari siapapun.
c. Dokumentasi Berbagai data dan sumber informasi tertulis yang berupa dokumen,
laporan,
program kerja, notulen rapat, surat-surat dan sebagainya dikumpulkan melalui metode dokumentasi. Menurut Lincoln dan Guba, sebagaimana yang dikutip oleh Moleong, penggunaan dokumentasi dan record sebagai teknik pengumpulan data berdasarkan argumentasi sebagai berikut: 1. Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong. 2. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
10
3. Bersifat alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks, sesuai dengan penelitian kualitatif. 4. Tidak reaktif sehingga tidak terlalu sukar untuk difahami dengan teknik kajian isi. 5. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. d. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data dilakukan sejak awal penelitian dimulai hingga penyusunan hasil akhir penelitian. Model analisis data yang dipergunakan adalah analisis data mengalir (Flow Model Analisis) atau analisis data interaktif (interactive) dari Miles dan Huberman;yakni model analisis data yang terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut; (1) Pengumpulan Data, (2) Reduksi Data, dalam arti melakukan seleksi terhadap data-data yang diperoleh, merangkum dan memfokuskan kepada persoalan. (3) Display Data, mensistematisasi data secara jelas dalam bentuk yang jelas seperti dengan cara membuat matriks dan grafik jika diperlukan dan (4) Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi. A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
mengembangkan kecerdasan anak di PAUD RAIHAN Sukarame Bandar Lampung yaitudikarenakan masih kurang diperhatikannya hubungan antar anak baik dari sisi interaksi maupun komunikasi sehingga pembelajaran lebih banyak mengutamakan prestasi akademik saja artinya lebih banyak memfokuskan pada perkembangan kognitifnya, sehingga pengembangan kecerdasan interpersonal kurang diutamakan oleh gurunya.
Pembelajaran lebih banyak
menekankan pada pengenalan huruf atau kemampuan membaca, berhitung dan menulis dikarenakan
tuntutan
wali
murid,sedangkan
dalam
hal
mengembangkan
kecerdasan
interpersonalnyapara gurunya sudah mulai menerapkan beberapa cara yaitu pertama, memberikan pengalaman yang baru untuk peserta didiknya sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman sebaya nya melalui bermain sambil belajarbaik secara kelompok maupun individu. Kedua, Membangun hubungan komunikasi antar teman sehingga terjalin hubungan yang komunikatif sesama teman. Ketiga, Memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih teman-teman untuk berinteraksi,
11
dari ketiga cara tersebut masih sedikit sekali yang diterapkan oleh
para guru sehingga
kecerdasan interpersonal peserta didiknya masih sangat kurang .
DAFTAR PUSTAKA Anita Yus, 2011,Model Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: kencana, Adi W Gunawan, 2004, Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia Desmita, 2007, Psikologi Perkembangan. Bandung : Rosda. Direktorat Pendidikan Anak Usia Din, 2004, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasioanal, 2004. http://rike-rikeriwayanti.blogspot.com/2011/02/kecerdasan interpersonal. Lexy J Moelong, 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya Lwin,M, dkk. 2008, Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan Edisi Indonesia. Yogyakarta, Indeks. Mathew B. Milles dan A. Michael Huberman, 1992 Analisis Data Kualitatif, Terj. Cecep Rohindi, Jakarta: UI Press, 1992. Moeslicatos, R 2004. Metode Pengajaran Ditaman Kanak-Kanak. Jakrta, Renika cipta, Roberts Bogdan & Sari knopi biklan, 1982, Qualitativ reseach for edukation an intruduction to theory and method, Boston: allinan bacon, Reza Prasetyo, J.J dan Yeni Andriani, 2009, Multiple Your-Multipel Intelegences, yogyakarta: Andi Offset. Tadkiroatun Musfiroh, 2008, Cerdas Melalui BermainCara mengasah multiple intelligence pada anak sejak usia dini), Jakarta: PT Grasindo,
PEDOMAN PENULISAN MAKALAH JURNAL 12
1. Jurnal Darul Ilmi mempublikasikan hasil penelitian atau artikel konseptual berkenaan dengan pendidikan secara umum dan pendidikan untuk anak 2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dipertimbangkan. Naskah yang dimuat belum pernah dipublikasikan oleh media /terbitan lain. Penulis bertanggung jawab sepenuhnya atas keaslian dan ketelitian data hasil penelitian. Semua naskah akan diperiksa oleh tim redaksi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh tim redaksi. Hasil evaluasi naskah akan dinformasikan ke penulis. 3. Naskah yang ditulis (termasuk gambar/tabel dan grafik) minimal 13 halaman diketik menggunakan perangkat lunak Microsoft Word dengan 1.5 sepasi jenis huruf Times New Roman 12, margin atas 3 cm, kiri 4 cm, kanan 3 cm, dan bawah 3 cm. Nama penulis ditulis di bawah judul naskah tanpa gelar ditulis secara jelas, Judul naskah ditulis secara singkat dan informatif. 4. Pola penulisan sumber acuan terdiri dari: nama penulis, tahun terbit, judul, tempat terbit, penerbit, dan nomor halaman. 5. Naskah dikirim ke redaksi Jurusan Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA) Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung Jl. Letkol. H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung 35131, (0721) 703260 6. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis, naskah yang tidak dimuat akan dikembalikan jika diminta penulis.
13