ERA BARU (DARI MINTO – PEMILAHAN) (1909 – 1947)
B. Musidi Pengantar Dekade pertama abad XX ditandai oleh sikap Lord Curzon yang tidak menghargai kaum cendekiawan India. Muncullah aliran baru di kalangan kaum muda yang dikenal dengan sebutan ekstremis yang merupakan manifestasi ketidakpuasan kaum muda terhadap kelompok tua dalam gerakan kebangsaan dan sikap Inggris yang reaksioner. Awal abad ini ditandai juga dengan adanya aliran politik baru yang makin menambah warna perjuangan bangsa India menghadapi pemerintah kolonial Inggris. Aliran moderat, ekstremis dan non kooperasi masing-masing memberikan peran yang berarti dalam usaha mewujudkan India merdeka. Terjadinya PD I, makin memberi bangsa India suatu kesadaran bahwa apapun yang bangsa India berikan kepada penguasa kolonial ternyata tidak mendapat perhatian dari pemerintah kolonial, yang terjadi justru pembantaian terhadap penduduk yang tidak berdosa di Jallianwala Bagh. PD II tidak mendapatkan dukungan penuh dari kaum pergerakan karena pengalaman yang telah mereka peroleh dari dampak adanya PD I. Dalam tulisan singkat ini akan diketengahkan bagaimana para pemimpin India berjuang untuk memperoleh kemerdekaan dari penguasa kolonial Inggris. DARI MINTO - PEMILAHAN (1) Lord Minto II (1905-1909) Pengganti Lord Curzon adalah Lord Minto II, cucu dari Lord Minto I. Dalam masa kepengurusannya (Mahmud, 1988, pp.241-242) India berkat pendidikan modern sudah mengenyam ide-ide nasionalisme dan hak menentukan nasib sendiri. Kongres sudah berusia 20 tahun dan sudah berkembang menjadi organisasi politik. Kaum Muslim yang sudah dicerahi telah mendirikan Liga Muslimin (1906). Pembagian Benggala telah ditafsirkan sebagai sebuah kebijakan belah bambu tanpa hati. Sebuah partai pemuda yang revolusioner sudah berkembang, dan mengambil bagian dalam tindakan-tindakan teror. Banyak pembunuhan politik dijalankan. Lebih jauh bangsa India telah diilhami oleh kekalahan Rusia di tangan sebuah negara kecil dari Asia, Jepang. Ada perasaan pahit di Persia dan Cina menentang kebijakan-kebijakan dominasi Eropa. Beberapa surat kabar India, yang ditulis dalam bahasa Inggris dan dalam berbagai bahasa nasional, mulai menyebarkan ide pemerintahan sendiri. Kaum nasionalis mulai mengkotbahkan penggunaan barang-barang buatan dalam negeri. Banyak kolese nasional baru dan sekolah-sekolah dibuka dan kaum Muslim sudah amat senang melihat the Mohammadan –Oriental College of Aligarh berubah menjadi sebuah universitas. Semua faktor di atas menyebabkan Pemerintah Inggris mengumumkan pada tahun 1908 ulang tahun kelima puluh penerimaan India oleh Mahkota, bahwa waktunya sudah datang untuk menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan sendiri Drs. B, Musidi, M.Pd., adalah dosen tetap pada Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP - Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
kepada bangsa India, Lord Morley seorang negarawan liberal, yang saat ini menjadi Menteri Koloni India. Pada tahun 1909 the Morley-Minto Reforms diumumkan: pembaharuan-pembaharuan itu merupakan peristiwa penting kedua dalam sejarah konstitusional, yang pertama adalah the Indian Councils Act of 1892 Pembaharuan itu menjanjikan : a. Dewan-dewan Legislatif dibentuk di semua propinsi dan anggota dipilih dan ditunjuk. b. Minoritas seperti kaum Muslim, kaum Sikh, tuan tanah, pengusaha teh dan jute dan yang lainnya dipilih secara terpisah. c. Keanggotaan Dewan Legislatif Raja Muda dinaikkan dari 25 – 60. d. Para anggota India ditunjuk untuk Dewan Eksekutif Raja Muda, dari Gubernur Bombay dan Madras, dan Sekretaris Dewan Kerajaan. (2) Lord Hardinge II (1910 – 1916) Pada tahun 1910 Raja Edward VII meninggal, yang dikenal sebagai Pencipta Perdamaian. Ia digantikan oleh putranya George V (cf. Trotter, 1917, p.483), yang datang bersama Ratu Mary pada 1911 untuk dimahkotai dengan meriah sebagai Maharani India di Delhi. Pada tahun yang sama ibukota dipindah dari Calcutta ke Delhi dan pembagian Benggala dihapuskan. Sebuah propinsi baru terdiri dari Bihar, Orissa, dan Chota Nagpur dibentuk dan Assam dijadikan sebuah Komisariat Utama. Seorang India sekarang dapat memenangkan the Victoria Cross, anugerah Inggris tertinggi untuk keberanian dalam perang, dan lima belas lakhsa rupee diberikan sebagai sebuah hadiah khusus untuk tujuan-tujuan kependidikan. Ratu secara khusus menghendaki agar ada suatu mata rantai antara sekolah dan kolese di negeri itu, demikian sehingga orang-orang muda yang terdidik akan dapat melayani semua sektor kehidupan. Universitas-universitas baru dibuka di Benares, Patna, Mysore, Dacca dan Rangoon; jumlah sekolah-sekolah dasar digandakan, dan seorang India yang berbakat, Sir Sankaram Nair, ditunjuk menjadi Menteri Pendidikan. Pada bulan Agustus 1914 (Mahmud, 1988, pp. 242-243) meletuslah Perang Dunia I. Orang-orang Serbia telah memenangkan kemerdekaan mereka dari Turki tetapi bagian dari negeri mereka sudah dicaplok oleh Austria. Demikian pada bulan Agustus 1914, ketika Arcduke Ferdinand dari Austria sedang mengunjungi Belgrado, ibu kota Serbia, sebuah tembakan seorang nasionalis yang tidak sabar membuatnya meninggal. Perancis dan Inggris Raya memprotes dengan keras, sehingga Austria-Hongaria bergabung dengan Jerman untuk menyerbu Perancis, lewat Belgia. Ini memulai sebuah perang dunia, dalam mana banyak bangsa bergabung, Rusia bergabung dengan Sekutu (Inggris dan Perancis) dan Turki bergabung ke pihak Jerman, India menjawab dan rakyat berhasrat untuk membantu. Pasukan India dalam sebuah kondisi yang bagus. Dua divisi dikirim untuk bertempur di Perancis di mana mereka memberikan suatu perhitungan yang luar biasa dari mereka sendiri. Tetapi Jerman langsung menyerbu Perancis, dan fron sebelah timurnya pasukan Rusia tidak bertempur dengan baik, karena di sana ada keresahan politik yang besar di Rusia. Oleh karena itu Jerman langsung menang di darat dan di laut sampai 1917. Selama periode terburuk, Lloyd George, P.M. Inggris, menjanjikan pemerintahan sendiri kepada rakyat anak benua untuk memacu bangsa India kepada suatu usaha yang lebih besar. Inggris khususnya menghendaki tentara India berperang melawan Turki di Mesopotamia (Iraq) dan Syria, di mana agen-agen mereka sudah mendorong orang-orang Arab melawan para
penguasa mereka, orang-orang Turki. Serdadu-serdadu India, kaum Muslim, kaum Sikh, Gurkha, Rajput, dan Jat memisahkan diri mereka di mana-mana. Pada tahun 1917 AS memasuki peperangan di pihak Sekutu, dan meskipun Rusia sudah dikalahkan pada tahun 1917 karena sebuah revolusi, Sekutu lalu mulai memenangkan perang, sampai pada bulan November 1918 perang berakhir dengan sebuah kemenangan lengkap buat Sekutu. Pada tahun 1919 Amir Habibullah Khan dari Afghanistan dibunuh dan anaknya Amanullah Khan naik tahta. Beberapa kekacauan di perbatasan Indo-Afghan mengantar ke suatu gerakan pasukan pada kedua belah pihak dan akibatnya ada sebuah pertempuran kecil antara India dan Afghanistan. Inggris menang di fron Khyber dan Chaman, tetapi Jendral Nadir Khan, Komandan Afghan memenangkan suatu pertempuran di Tal. Oleh karena itu kedua belah pihak mulai berunding, dan Perjanjian Rawalpindi (1919) membawa perdamaian antara kedua negeri, dan Amanullah Khan diakui sebagai seorang raja yang merdeka. (3) Lord Chelmsford (1916-1921) Pengganti Lord Hardinge adalah Lord Chelmsford pada tahun 1916, yang sudah membantu usaha-usaha perang India (cf. Sachchidananda Bhattacharya, 1967, pp. 221-222). Ia dan Menteri Koloni India , Edward Montagu, pada akhir perang tahun itu untuk bekerja seturut pembaharuan-pembaharun yang dijanjikan. Itu muncul di bawah the Indian Act of 1919 dan disebut the MontaguChelmsford Reforms. Pembaharuan itu menandai tahap ketiga pemerintahan sendiri bagi orang-orang India. Rangkumannya sebagai berikut: a. Di Pusat ada dua badan legislatif. Satu, Dewan Kerajaan, yang berfungsi seperti the House of Lords di Inggris. Lainnya akan disebut Dewan Legislatif. b. The Lower House akan terdiri dari 144 anggota, dari siapa 103 adalah untuk dipilih. c. Ketua Dewan Legislatif, disebut Juru Bicara, akan menjadi seorang anggota yang dipilih, pemilihannya akan tunduk kepada penunjukan Raja Muda. d. Kedua Dewan akan membuat undang-undang dan mendiskusikan anggaran. e. Pada Badan Pembuat undang-undang Propinsi mayoritas anggotanya akan dipilih. f. Urusan-urusan akan dibagi antara Pusat dan Propinsi. Dari urusan-urusan Pusat ditempatkan di propinsi (provincial subjects) beberapa akan disimpan (reserved subjects) seperti Tata Tertib (Polisi), Keuangan, Peradilan, dan Administrasi Umum. Persoalan-persoalan yang dipindahkan ke para Menteri India akan mencakup Pendidikan, Pemerintahan Sendiri, Layanan-layanan Kesehatan, Pajak, dan Pertanian. Ini berarti bahwa masalah-masalah polisi akan ditahan oleh Inggris baik di Pusat maupun di Propinsi, tetapi layanan akan dipindahkan kepada bangsa India. Propinsi dapat mendiskusikan anggaran dan menolak sebuah item, tetapi Pemerintah dapat mengesampingkan mereka. g. Dewan Eksekutif Raja Muda dan para Gubernur akan mempunyai dua atau tiga anggota bangsa India. h. Gaji Menteri Koloni India di masa mendatang akan dibayar oleh Pemerintah Inggris Raya. i. Setelah sepuluh tahun sebuah komisi akan ditunjuk untuk meninjau kerja Pembaharuan. The Montagu-Chelmsford Reforms tidak disambut baik oleh bangsa India karena beberapa alasan. Bangsa India telah memberikan kesetiaan dan dukungan yang murah
hati kepada Inggris dalam perang dan Inggris berjanji menaikkan harapan-harapan mereka. Mereka dikecewakan untuk melihat bahwa the Reforms tidak mengambil mereka jauh dari cita-cita mereka akan pemerintahan sendiri. Faktor-faktor lain menyumbang. Ada epidemi influensa yang dahsyat pada 1919, yang mempengaruhi berlaksha orang. Banyak artikel menjadi lebih mahal. Para pemimpin politik baru bermunculan, yang mampu menyuarakan perasaan rakyat lebih efektif, dan yang mempunyai rencana-rencana yang ambisius. Kegelisahan politik oleh karena itu menjadi meluas. Selama berlangsungnya peperangan para pemimpin politik yang sangat dihormati di antara orang-orang Hindu adalah Bal Gangandar Tilak, V.J. Patel, Motilal Nehru, dan C.R. Das; dan di kalangan kaum Muslim, Ali bersaudara, Muhammad Ali dan Shaukat Ali, Abdul Kalam Azad, dan Zafar Ali Khan. Seorang pengacara India bernama Mohan Das Karam Chand Gandhi, yang telah mengorganisir Kongres India di Afrika Selatan, juga bergabung pada mereka. M.K. Gandhi memiliki sebuah pemikiran yang lebih tajam dan lebih jauh ke depan dari pada kebanyakan pemimpin, dan seorang patriot yang bersemangat, sanggup berkurban besar. Lagi pula, ia mempunyai banyak ide. Ia segera mulai mendominasi bidang politik. Maulana Muhammad Ali, pemimpin Muslim yang cemerlang, telah dipenjarakan selama perang, karena dalam majalah mingguannya The Comrade ia telah membenarkan pilihan Turki dan berkata kepada rakyat mengapa Turki tidak dapat mempercayai Inggris Raya. Pada tahun 1919 ia dibebaskan. Pada dekade pertama abad XX seorang pengacara Muslim yang cemerlang dari Bombay, Muhammad Ali Jinnah, telah menjadi seorang anggota Liga Muslimin kenamaan, dan pada tahun 1916 ia sudah mengadakan sebuah pakta antara kaum Hindu dan Muslim di Lucknow, disebut the Congress-Muslim League Lucknow Pact, dengan mana kaum Hindu setuju untuk memisahkan perwakilan kaum Muslim dalam dewan-dewan legislatif mendatang. Unsur lain sekarang membantu kebangunan kaum Muslim. Imperium Turki telah dipecah belah pada tahun 1919 dan orang-orang Turki telah kehilangan kemerdekaan mereka. Seorang nasionalis besar bernama Mustafa Kemal Pasha, telah membentuk sebuah pemerintahan revolusioner di Ankara di jantung Anatolia yang tandus dan mulai tugas berat memenangkan kembali kemerdekaan bagi negaranya. Sejak para sultan Turki sudah menjadi khalifah kaum Muslim Sunni selama dua ratus tahun, kaum Muslim tidak menghendaki kekhalifahan diturunkan dari tahta walaupun hanya secara nominal saja. Mereka mulai gerakan Khalifah dan menuntut Pemerintah India menekan para penguasa Eropa untuk memulihkan kekuasaan Khalifah. M.K. Gandhi sebagai pemimpin baru Kongres melihat sudut pandang Muslim dan mendukung tuntutan mereka. Ini menimbulkan semangat di mana-mana dan rakyat bangkit di beberapa tempat untuk membakar beberapa kantor pos atau stasiunstasiun kereta api dan bahkan mulai untuk melakukan pembunuhan-pembunuhan politik. Kegelisahan politik ini dapat ditentramkan dengan langkah-langkah yang bijaksana dan pikiran dingin, tetapi watak Inggris tidak dingin setelah peperangan yang panjang. Kenyataannya Raja Muda mengambil sebuah langkah yang tidak bijaksana. Ia menunjuk Justice Rowlatt sebagai ketua dari sebuah komite untuk memeriksa keadaan kejadian. Atas nasehat Komite Pemerintah mensahkan the Rowlatt Act pada tahun 1919, dengan mana rakyat dapat ditahan karena perlawanan-perlawanan politik dan
dipenjarakan tanpa diadili. Undang-undang ini diberlakukan dan undang-undang itu membuat hal-hal lebih buruk. Rakyat menjadi keras. Pemerintah lalu mengumumkan keadaan darurat di sejumlah tempat, termasuk Punjab, di mana para opsir yang bodoh seperti Michael O’Dwyer, Letnan Gubernur, dan Jendral Dyer, Komandan Opsir Jendral, melancarkan beberapa kekejaman. Sebuah kelompok yang tenang yang bertemu di Jallianwala Bagh di Amritsar untuk menghadiri sebuah pertemuan politik diberondong dengan senapan mesin, dan di mana saja rakyat dibuat merangkak di debu tanah di bawah terik matahari. Undang-undang itu mengejutkan para pemimpin nasionalis dan M.K. Gandhi, yang sudah disebut Mahatma Gandhi karena cita-citanya yang tinggi dan kehidupan yang murni, memulai gerakan Non-Kooperasinya. Ia dan teman-temannya, Patel, Madan Mohan Malaviya, Abdul Kalam Azad, Muhammad Ali, dan Hasrat Mohani, meminta rakyat untuk menolak layanan Pemerintah, meninggalkan sekolah-sekolah dan kolese-kolese, tidak mengambil kasus-kasus ke pengadilan, menolak untuk memberikan suara dalam pemilihan-pemilihan untuk Dewan-Dewan Legislatif, dan memboikot barang-barang Inggris. Kaum Muslim pergi lebih jauh, dan berkata kami harus meninggalkan negeri sebagai protes. Juga ada gerakan Hijrah yang tidak berlangsung lama. Sebagai akibat, para ofsir seperti Jendral Dyer dipanggil pulang, tetapi keadaan tetap buruk, sampai Pemerintah Inggris mengirim seorang Raja Muda yang cakap ke anak benua. (4) Lord Reading (1921-1926) Pengganti Lord Chelmsford adalah Lord Reading. Ia menghadapi situasi dengan tegas. Ia mendamaikan kaum Sikh yang sudah membentuk diri mereka dalam sebuah organisasi bernama Akali (para pengikut sesuatu yang tidak mati) untuk memperoleh pengawasan Gurdwara mereka. Brahman Mahants (pelayan) telah mengambil kepemilikan dari Gurdwara dan sudah menjadi kaya sekali atas pemberian-pemberian. Mereka tidak mengarahkan hidup amat suci, dan kaum Sikh telah mengarah kepada melawan mereka. Mahants meminta bantuan Pemerintah dan Inggris telah memberikannya. Kaum Sikh didamaikan ketika Gurdwara ditempatkan dalam kekuasaan perwakilan mereka sendiri yang membentuk the Shiromani Gurdwara Parbhandak Committee. Dewan-dewan baru dipilih pada tahun 1921. Gerakan Non-Kooperasi (cf. Wolpert, 1989, pp. 309-310) ditindas dan Mahatma Gandhi dan para pemimpin Hindu dan Muslim yang terkenal dipenjarakan. Beberapa pemimpin Hindu seperti Motilal Nehru dan C.R. Das membentuk partai Swaraj. Mereka memutuskan bahwa mereka akan bertujuan untuk dipilih ke dewan-dewan untuk bekerja untuk pembebasan India dari dalam. Seorang pengacara Muslim yang amat cakap Mr. Muhammad Ali Jinnah bergabung ke the Parliamentary Swaraj party, meskipun ia tetap seorang anggota Liga Muslimin. Pada tahun 1928 ia merumuskan 14 Butirnya yang terkenal yang meminta banyak yang sesuai dengan hak kelompoknya, yang mana menetapkan kaum Muslim dan memperkuat posisi politik mereka. Selama sepuluh tahun (1921-1930) banyak Undang-undang penting disahkan. The Criminal Amendment Act mengubah banyak pembedaan rasial. The Cotton Excise Duty dihapuskan ketika itu membahayakan akan industri katun nasional. Layananlayanan pendidikan dan kesehatan diperluas dan kesadaran politik rakyat berlanjut. Sir Muhammad Iqbal, penyair Urdu, membakar imaginasi rakyat dengan ide-ide
kebebasan, kesempurnaan manusia, dan usaha perseorangan. Baik orang Hindu maupun orang Islam diilhami oleh syair-syair itu. (5) Lord Irwin (1926-1931) Lord Irwin menjadi Raja Muda pada tahun 1926. Ia meminta Pemerintah Inggris untuk membentuk sebuah Komisi (cf. Majumdar, 1958, p. 920) seperti dijanjikan dalam the Montagu-Chelmsford Reforms, untuk meninjau kembali kerja dari Pembaharuan itu. Sir John Simon, seorang ahli hukum Inggris terkenal oleh karena itu ditunjuk menjadi Ketua Komisi yang datang ke India pada 1927-1928. Tetapi tidak seorang India pun menjadi anggota Komisi itu. Ini berlawanan dengan perasaan nasional dan Komisi Simon sangat diboikot di anak benua. Ini membuat sebuah laporan tetapi tidak seorang pun dapat mempertimbangkannya sah. Lord Irwin lalu mengunjungi Inggris dan mendesak Pemerintah Inggris untuk menyelenggarakan Konperensi Meja Bundar di London dan mengundang orang-orang India dari berbagai pendapat masuk ke dalamnya. Pemerintah setuju dan berita disambut baik di anak benua. Tetapi para pemimpin Kongres pergi kepada Raja Muda dan menuntut Status Dominion bagi India sebagai sebuah badan parlementer ke KMB. Itu berarti mereka menghendaki status politik yang sama bagi India seperti yang dialami oleh Canada, Afrika Selatan, dan Australia. Raja Muda tidak setuju dengan tuntutan ini. Mahatma Gandhi ketika ia dibebaskan memutuskan untuk memulai Kampanye Pembangkangan Sipilnya. Agitasi ini berakhir setahun dan mengantar secara insidental ke demikian banyak tindak kekerasan sehingga pemerintah menggunakan langkahlangkah keras untuk menindasnya. Tetapi orang-orang Hindu menjadi sangat yakin dan kata-kata juga sikap dari banyak pemimpin mereka mulai memperlihatkan bahwa Purna Swaraj yang sekarang mereka mulai untuk menuntut, berarti pemerintahan mayoritas di India, yaitu orang-orang Hindu. Kaum Muslim menjadi terancam dan perbedaan-perbedaan antara kedua kelompok menjadi makin nyata. Kebangunan politik di antara massa kedua kelompok melebarkan jurang ini dan ada pergesekan di banyak tempat, yang berkembang menjadi kerusuhan Hindu-Islam. Muhammad Ali Jinnah membuat sebuah permohonan terakhir untuk berdamai antara orang-orang Hindu dengan orang-orang Islam pada 1928 di the Calcutta All Parties Conference, tetapi orang-orang Hindu tidak akan mendengarkan. Sesudah ini Jinnah tidak berusaha merukunkan kedua kelompok, dan ia memusatkan dirinya pada minat kaum Muslim saja. Kaum Muslim anak benua lalu sudah diberi kesadaran nasional yang baru, sebuah kebangggan baru dan sebuah keyakinan baru oleh syair Sir Mohammad Iqbal yang berapi-api dan mengilhami, penyair dan pemikir besar. Dialah yang memulai surat menyurat dengan Jinnah tentang masa depan kaum Muslim India. Kedua orang besar itu, ahli peramal dan manusia pelaksana, bertemu dan sampai pada suatu kesimpulan bahwa masa depan kira-kira 90 juta orang Muslim India terletak dalam pemikiran mereka sebagai sebuah bangsa yang terpisah. Kabar bahwa Pemerintah Inggris telah memutuskan untuk memanggil para pemimpin India ke London untuk mendiskusikan kasus-kasus mereka pada sebuah KMB disambut hangat oleh kaum uslim. KMB pertama bersidang di London tahun 1930. Mr. Jinnah menghadirinya sama seperti Maulana Mohammad Ali Jauhar yang sakit-sakitan. Para raja dan beberapa pemimpin Kongres juga hadir, tetapi Mahatma Gandhi tidak. Konperensi lain dan yang
lebih representatif oleh karena itu diundang pada tahun 1931. Sir Mohammad Iqbal juga diundang (cf. Sachchidananda Bhattacharya, 1967, pp. 473-474). Setelah the Gandhi-Irwin Truce pada 1931, Mahatma Gandhi juga didesak untuk menghadiri dan Gerakan Pembangkangan Sipil ditunda. Masa depan India didiskusikan lagi, tetapi orang-orang Hindu dan Muslim tidak dapat bersetuju, mengingat orang-orang Hindu tetap berkutat pada pemikiran supremasi Hindu. Oleh karena itu konperensi ketiga diundang pada tahun 1932. Pada tahapan ini Dr. Ambedkar, pemimpin Hindu dari kelas terdaftar, meminta untuk pemilihan terpisah, tetapi Mahatma Gadhi bersumpah akan berpuasa sampai mati jika kaum Hindu terpecah dalam hal ini. Karena tidak menghasilkan kesepakatan, Ramsay MacDonald, PM Inggris, menyatakan bahwa ia akan harus membuat sebuah keputusan. Ini menghasilkan the Communal Award yang terkenal. (6) Lord Willingdon (1931-1936). Sementara itu seorang Raja Muda yang baru, Lord Willingdon, yang telah bekerja di India sebelumnya sebagai Gubernur Bombay dan Madras, dikirim ke India. Ia adalah seorang yang teguh, dan melihat bahwa Mahatma Gandhi muncul dalam pandangannya, telah memenjarakannya dan para pembantu seniornya sekembalinya dari Inggris. Tetapi Mahatma Gandhi tahu bagaimana harus memukul Inggris dengan perlawanan pasif. Ia mulai puasanya sampai mati di Penjara Yarvada demikian sehingga the Communal Award akan dimodifikasi seturut cita-citanya. Dalam menjawab permohonan orang-orang Hindu ia didesak untuk menghentikan puasanya. Pada akhirnya setelah banyak pertimbangan, Parlemen Inggris mensahkan the Government of India Act of 1935, yang mana menjadi batu fundasi kemerdekaan anak benua. Aturan-aturan pokoknya sebagai berikut: a. Pemerintah India akan menjadi sebuah model federal. Di Pusat akan ada dua badan legislatif. Mereka akan memuat perwakilan-perwakilan propinsi sama seperti kerajaan-kerajaan. b. Para menteri yang membentuk Dewan Eksekutif Raja Muda akan bertanggung jawab kepada Dewan Legislatif Pusat c. Masalah-masalah luar negeri dan pertahanan akan tetap di tangan Raja Muda. d. Akan ada sebelas propinsi, Sind dipisahkan dari Bombay, dan Orissa dijadikan sebagai sebuah propinsi terpisah. e. Propinsi-propinsi itu akan mempunyai otonomi; yaitu mereka akan mempunyai tanggung jawab untuk pemerintahan mereka, kecuali bahwa para Gubernur akan mempunyai kekuasaan cadangan dalam kasus tata tertib berantakan. f. Status dominion penuh diberikan kepada India pada masa mendatang yang dekat. Ini adalah sebuah kemajuan besar dalam pemerintahan sendiri, dan propinsipropinsi yang telah mencapai otonomi, tetapi undang-undang itu tidak menyenangkan seorang pun (cf.Kulke & Rothermund, 1986, pp. 294-296). Banyak raja yang tidak setuju. Kaum Muslim tidak menyukainya, karena tidak menyatakan ketakutan-ketakutan mereka bahwa mereka di masa depan ditetapkan secara tetap di bawah mayoritas Hindu dalam kebanyakan propinsi. Kaum Hindu akan telah dipuaskan, tetapi mereka memprotes bahwa suara penentu akan tetap berada di tangan para raja, yang akan mejadi mayoritas di Majelis Tinggi. Keadaan yang resah di anak benua berlanjut, dan para pemimpin politik entah dalam penjara atau di luar, ketika berada di luar akan beragitasi secara keras melawan Pemerintah.
(7) Lord Linlithgow (1936-1943) Pada tahun 1936 Raja George V meninggal dan The Prince of Wales bertahta sebagai Edward VIII, tetapi ia ditentang oleh Parlemen atas isu perkawinannya dengan orang biasa dan turun tahta. Karenanya saudara mudanya, the Duke of York, naik tahta sebagai Raja George VI. Lord Linlitgow pada tahun 1936 menjadi Raja Muda baru. The Act of 1935 berlaku pada tahun 1937 pengganti dari protes para pemimpin India, dan Kongres memutuskan untuk bersaing pada pemilihan yang baru. Kongres memenangkan sebuah mayoritas di tujuh dari sebelas propinsi. Tidak lama sesudahnya, ada pergolakan besar lain di Eropa dan Eropa terlibat dalam perang lainnya. Jerman yang terpecah belah setelah PD I (Mahmud, 1988, pp. 250-251), telah menggunakan kekuatan-kekuatannya yang luar biasa akan penemuan kembali dan pada 1934 berdiri di atas kakinya lagi. Sebuah partai baru muncul bernama Partai Nazi. Pemimpin partai itu adalah seorang yang berbakat dan fasih berbicara, meskipun tidak seimbang, bernama Adolph Hitler. Ia mengilhami kembali bangsanya dengan ide-ide sebuah Jerman Raya, superioritas ras Jerman, dan jijik akan bangsa-bangsa Eropa lainnya. Hitler telah berkuasa sebagai Kanselir pada tahun 1933 dan telah memulai memodernisasi AU dan mekanisasi pasukan. Sisa dari dunia mengawasi persiapanpersiapan Jerman tetapi tidak berbuat sesuatu. Baik Inggris maupun Perancis bahkan Rusia tidak bersiap-siap untuk sebuah pertikaian yang mungkin dengan Hitler. Pada tahun 1939 Hitler mencaplok Austria, lalu Czekoslovakia sebelah barat. Berikutnya ia memasuki Polandia dan menghancurkan angkatan udara Polandia pada tanggal 4 September 1939. Pemerintah Inggris dan Perancis pada akhirnya menyadari situasi, tetapi Jerman pada beberapa bulan sudah menguasai Belanda, Belgia, dan Denmark. Pasukan ekspedisi Inggris yang sudah dikirim untuk bertempur bersama-sama Perancis melawan Jerman dipaksa mengevakuasi di Dunkirk dan Perancis segera ditaklukkan. Pada tahun 1940 AU Jerman mulai menyerang Inggris, tetapi AU Inggris bertempur mati-matian dan memenangkan Battle of Britain. Jerman lalu menyerbu Rusia. Orangorang Rusia juga bertempur dengan gagah berani tetapi didesak sampai ke Stalingard di Volga. Sementara itu Jepang, yang telah bergabung ke Jerman, sudah mengalahkan Filipina, Hindia Belanda, Malaya dan Burma. Pada tahun 1943 pasukan Jepang telah mencapai perbatasan-perbatasan India. Permulaan tahun 1941 Angkatan laut Jepang sudah berlayar ke basis angkatan laut Amerika di Honolulu dan menghancurkan angkatan laut itu di sana. Sejak itu Amerika bergabung ke dalam peperangan. Oposisi perlahan-lahan naik dan pada awal tahun 1943 Jerman mulai menarik diri dari Afrika, di mana pasukan mereka mengancam Cairo. Orang-orang Rusia juga mengusir orangorang Jerman dari Stalingard kira-kira pada saat ini. Itu membutuhkan waktu selama dua tahun untuk mengalahkan Jerman, tetapi pada bulan Juni 1945 Jerman menyerah tanpa syarat, dan pada bulan November tahun itu, setelah dua bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang, Jepang juga menyerah. Italia, kekuatan poros ketiga dikalahkan pada tahun 1943. Pemerintah India menyatakan perang pada Jerman dan kekuatan poros paling awal tahun 1939, tanpa berkonsultasi dengan Badan Pembuat Undang-undang, dan memerintahkan pasukan India keluar negeri. Bangsa India tidak menyukai ini semua, dan para Menteri Kongres mengundurkan diri sebagai protes. Untuk memenangkan atas orang India, Lord Linlitgow menganugerahkan pada bulan Agustus 1940, yang kemudian dikenal sebagai Anugerah Bulan Agustus. Ia menjanjikan status Dominion
penuh ke India setelah peperangan, dengan syarat semua orang India, Hindu, Muslim, Sikh dan kasta-kasta terdaftar, setuju akan tuntutan politik mereka. Ia juga berjanji bahwa jika bangsa India setuju dengan pemberian ini mereka itu sendiri akan diminta untuk merumuskan konstitusi mereka. Komando Tinggi Kongres tidak setuju dengan pemberian ini dan memanggil sebuah Gerakan Pembangkangan Sipil, yang mana segera dan dengan keras ditindas. Para menteri Kongres mengundurkan diri dan para Gubernur mengambil oper Pemerintahan propinsi. Raja Muda menyatakan bahwa ia akan mempercayakan Pemerintah kepada suatu badan perwakilan India jika mereka tampil ke muka. Mr. Jinnah ketua Liga Muslimin, menyatakan bahwa Liga Muslimin dipersiapkan untuk mengambil tugas, tetapi Raja Muda mencabut kembali karena takut kepada orang-orang Hindu. Liga Muslimin kemudian bertemu di Lahore dan pada tanggal 23 Maret 1940 mensahkan resolusi terkenal yang mana menyatakan bahwa Pakistan yang menjadi tujuan kaum Muslim India. Pada tahun 1942, ketika peperangan berimbang, Pemerintah Inggris mengirim sebuah misi ke India di bawah seorang negarawan yang sangat cerdik, Sir Stafford Cripps. Ia memberi bangsa India sebuah Uni India dengan status Dominion, sebuah konstitusi dirancang oleh bangsa India sendiri, kerajaan-kerajaan bergabung sebagai partner yang sederajat dengan propinsi-propinsi lain, dan kebebasan kepada sebuah propinsi atau kerajaan untuk bergabung ke Uni atau tidak sebagai yang disukainya. Ini tidak menyenangkan pihak mana pun dan misi itu gagal. Melihat bahwa Inggris tidak akan menyetujui tuntutan Kongres untuk pemerintahan bertanggung jawab penuh segera, Mahatma Gandhi mensahkan sebuah resolusi Kongres meminta Inggris untuk meninggalkan India. Sesudah ini ada kekacauan yang keras dalam negeri dan banyak kerugian dibuat untuk properti Pemerintah. Jepang ada di Burma dan India dalam bahaya, demikian Raja Muda menempatkan semua pemimpin Kongres dalam penjara dan mengambil langkah-langkah tegas dan keras untuk menindas pembangkangan sipil. Sebuah bencana kelaparan terjadi di Benggala pada tahun 1943 dan berlaksa-laksa orang meninggal, dan negeri sangat gelisah. (8) Lord Wavell (1943-1947) Ketika Lord Linlitgow pensiun pada 1943, Lord Wavell, yang sebelumnya adalah panglima tertinggi Pasukan India, menjadi Raja Muda. Ia simpati dengan masalah-masalah negeri, dan selama masa jabatannya ia bertindak lebih sebagai negarawan yang baik dari pada seorang tentara. Pada akhir perang ia memanggil para pemimpin Kongres dan Liga Muslimin untuk sebuah konperensi di Simla. Tujuannya untuk membentuk sebuah Pemerintah yang akan hampir memiliki kekuasaan penuh, dengan Raja Muda sebagai seorang kepala konstitusional; tetapi sejak tidak ada persetujuan yang mungkin antara kaum Hindu dan Muslim (cf. Lamb, 1963, p. 88), seolah-olah orang-orang Hindu tampak menghendaki semua kekuasaan ada di tangan mereka sendiri. Kaum Muslim yang merupakan sebuah sub bangsa yang jelas, dengan demikian diancam dengan sebuah Hindu Raj yang absolut. Sikap orang Hindu membuatnya sangat jelas bagi kaum Muslim bahwa mereka tidak akan pernah diberi kesempatan untuk ambil bagian kekuasaan dengan orang-orang Hindu yang dominan. Pemerintah Inggris oleh karena itu mengirim sebuah misi, diketuai oleh Lord Pethick-Lawrence, Menteri Urusan Koloni, dan termasuk Sir Stafford Cripps dan Mr. A.V. Alexander keduanya adalah para anggota Kabinet Inggris. Misi itu bertemu dengan semua pemimpin politik, dan mengadakan banyak pertemuan dengan
Mahatma Gandhi, Mr. Jinnah, Dr. Ambedkar, dan yang lainnya, tetapi tidak ada solusi yang memuaskan ditemui. Misi kabinet kemudian membuat usul-usulnya sendiri, yaitu: a. Akan ada sebuah Uni India yang terdiri dari propinsi-propinsi dan kerajaankerajaan. b. Bahwa pertahanan, urusan luar negeri, dan komunikasi akan tetap di bawah pengawasan pusat. c. Propinsi-propinsi dan kerajaan-kerajaan itu akan diatur menjadi tiga kelompok, A, B, dan C. Punjab, Sind, dan NWFP dan Baluchistan akan membuat sebuah kelompok; Benggala dan Assam akan membuat lainnya, dan sisanya India yang ketiga. Mahatma Gandhi tidak setuju dengan pengelompokan itu, karena menurut pendapatnya akan membuat kaum Sikh minoritas di sebuah kelompok (Punjab, Sind, Baluchistan, dan NWFP). Kaum Muslim disiapkan untuk setuju jika kelompokkelompok diijinkan untuk mempunyai hak suara sebagai unit-unit satu-satunya di pusat. Kaum Hindu menghendaki setiap propinsi mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia ingin bergabung ke suatu kelompok atau tidak. Semua partai politik dengan demikian berada pada ketidaksetujuan yang keras. Sebuah Pemerintahan Sementara diketuai oleh Mr. Jawaharlal Nehru, termasuk tiga anggota dari Liga Muslimin, dengan Mr. Liaqat Ali Khan sebagai pemimpin partai Islam, dibentuk dan berkantor pada tanggal 1 Oktober 1946. Bahkan sebuah dewan konstitusional dibentuk untuk mengerjakan sebuah solusi, tetapi bukan solusi yang didapati. Demikian ketika setiap usaha untuk merujukkan aneka unsur dalam bidang politik India gagal, Pemerintah Buruh, diketuai oleh Mr – kemudian Earl-Attlee, pada bulan Februari 1947 memutuskan untuk mengambil oper kekuasaan untuk sebuah Pemerintahan India yang dapat dikatakan mempunyai dukungan rakyat, dan menarik kembali. Ini membuat kaum Muslim amat sangat takut akan masa depan mereka. Mr. Jinnah lalu memenangkan dukungan dari semua orang Muslim India, propinsi demi propinsi, karena pembentukan Pakistan dan ditekankan untuk itu. Pemerintah Inggris pada akhirnya setuju untuk membagi India ke dalam dua Dominion yang merdeka. (9) Lord Mountbatten (1947). Pada awal tahun 1947 Lord Wavell kembali ke Inggris dan tempatnya digantikan oleh Rear-Admiral Viscount Mountbatten, sepupu Raja George VI. Bahkan meskipun ia hanya menjabat Raja Muda yang singkat, ia membuat beberapa keputusan penting selama masa jabatannya. Ia tidak sabar dan sombong dan tidak membuat kesan yang baik di kalangan orang-orang India. Mr. M.A. Jinnah yang sudah dikenal untuk beberapa tahun sebagai Quaid-i-Azam (Pemimpin Besar) meminta suatu pembagian negeri yang lebih baik, terutama di daerah yang dikenal sebagai Pakistan, tetapi baik Pemerintah Inggris maupun Lord Mountbatten berada dalam sesuatu keadaan yang tergesa-gesa dan meminta kepada Mr. Jinnah untuk mengambil apa yang diberikan atau mereka akan meninggalkan India bagi orang-orang Hindu. Mereka mengumumkan bahwa mereka akan menyerahkan kekuasaan kepada bangsa India pada bulan Juni 1946 dan kemudian memutuskan untuk melengkapi pembagian pada tanggal 14 Agustus 1947. Pada tanggal 4 Juni 1947 Parlemen Inggris mensahkan the Independence Bill, dan pada tanggal 14 Agustus Pakistan, dan pada tanggal 15 Agustus India, menjadi Dominion berdaulat yang memerintah sendiri dalam Negara Persekemakmuran Inggris. Pakistan terdiri dari dua bagian; Pakistan Barat
terdiri dari separoh Punjab, Sind, Baluchistan dan perbatasan barat laut; dan Pakistan Timur terdiri dari Benggala Timur dan distrik Sylhet. Perbedaan-perbedaan kecil dari perbatasan diselesaikan oleh suatu arbitrasi komisi perbatasan. Tetapi ketika komisi perbatasan mengumumkan laporannya, kaum Muslim dikejutkan untuk menemukan bahwa daerah mayoritas Muslim dari Gurdaspur di Pakistan Barat diberikan kepada India. Dengan potongan daerah ini dari Pakistan Barat, sumber dari keempat sungai Punjab tetap di teritorial India dan India mempunyai akses ke Kashmir. Kaum Muslim selalu mempertimbangkan ini sebagai sebuah pengkhianatan. Orang-orang India sangat senang dan memberikan jabatan Gubernur Jendral India kepada Lord Mountbatten untuk jangka waktu enam bulan. Pembagian anak benua India terjadi di bawah kondisikondisi kekacauan yang tidak sejajar; pembantaian umum kaum Muslim oleh orangorang Hindu dan Sikh, merebakkan perampokan, pembakaran dan pembalasan dendam pada pihak lain merusak kejadian. Sejak kaum Muslim mempunyai sumber-sumber yang jauh lebih kecil dan telah membuat persiapan sedikit untuk menyerang orangorang Hindu atau Sikh, tindakan balasan mereka yang mungkin dilarang oleh Quaid. Tetapi kaum Muslim berterima kasih untuk memiliki rumah mereka sendiri akhirnya, bahkan meskipun itu dimenangkan dengan pengurbanan yang besar. Secara umum dapat diperiksa pemerintahan Inggris sebagai berikut: Perasaan politik sudah berjalan demikian tinggi pada tiga puluh tahun terakhir sebelum pemilahan sehingga rakyat kehilangan rasa memiliki (Mahmud, 1988: p. 255). Cara-cara Inggris dan Pemerintahan Inggris dikutuk pada setiap aspeknya. Ini tidak fair untuk rakyat yang menjadi penguasa tertinggi di India akhir abad XVIII. Benar bahwa Inggris memerintah sebagai orang asing dan tidak pernah membaur ke dalam masyarakat India. Mereka juga mempercayai diri mereka sendiri lebih tinggi dari pada orang-orang India hampir dalam segala hal, dan menguras negeri bagi keuntungan mereka sendiri, tetapi mereka memberikan lembaga-lembaga tertentu, prinsip-prinsip administratif, ide-ide politik dan sosial, yang mana adalah nilai-nilai besar. Melalui sistem pendidikan baru yang diperkenalkan di Fort William College, Calcutta, Inggris memberi kami sebuah prosa Urdu yang sederhana dan luwes. Mereka mendorong pertumbuhan dari apa yang disebut ’Puisi Alami’. Mereka mengembangkan minat bahasa-bahasa nasional. Mereka membangun universitas-universitas seturut caracara barat, yang mana menyebarkan ide-ide kebebasan, nasionalisme, dan pengembangan diri. Pendidikan liberal menghasilkan pemikir-pemikir politik dan para pekerja sosial, yang mengatur badan-badan lokal dan nasional di mana rakyat dapat bertemu dan memikirkan rencana-rencana untuk membantu kesejahteraan nasional. Kejahatan-kejahatan sosial seperti suttee, thuggee, ketidakbertanggungjawaban dalam bagian-bagian tertinggi, standar yang rendah dalam bekerja, sebuah pandangan yang terbatas, moralitas perdagangan yang rendah, dan kurangnya organisasi dalam aktivitas-aktivitas perkumpulan dihapuskan. Pemerintahan sendiri lokal memberi orang-orang India ide-ide tanggung jawab dan suatu perasaan sosial. Ide-ide demokratik memberi orang-orang biasa suatu harapan. Kelas-kelas profesional baru membentuk kelas menengah, yang mencakup kaum inteligentia aktif dari negeri. Sebuah jabatan sipil baru dari mana sebuah negara dapat menjadi kebanggaan memberi anak benua mesin administratif yang mendekati sempurna. Benar bahwa Inggris tidak mendorong industri-industri nasional. Anak benua
digunakan untuk produksi bahan-bahan mentah, yang diekspor ke Inggris untuk dikembalikan menjadi barang-barang manufaktur untuk diimpor kembali ke anak benua dan unit-unit dari Imperium Inggris. Tetapi melalui ini orang-orang India belajar proses-proses teknik baru dan mulai mendirikan industri-industri mereka sendiri. Dalam kenyataan dana yang dipakai Kongres untuk berjuang dalam perang kemerdekaan untuk selama lebih dari tiga puluh tahun kebanyakan dipenuhi oleh industrialis-industrialis India, yang telah membangun minat yang luas seturut garisgaris barat. Orang India tidak menyangkal kenyataan bahwa inilah hubungan orang India dengan Inggris yang mana menolong orang-orang India dari cara-cara pertengahan dan memberi sebuah pelayanan-pelayanan modern. Kebanyakan dari apaapa yang rasional dalam pelayanan-pelayanan politik dan sosial, berhutang pada para penguasa asing. Penutup Pemerintah Kolonial Inggris memalingkan mukanya dari Calcutta ke New Delhi, sebagai ibu kota India-Inggris yang baru, dampak dari dihapusnya pembagian Benggala oleh Lord Curzon. Berbagai kesulitan dihadapi oleh penguasa kolonial Inggris, antara lain Perang Dunia I, pembantaian di Jallianwala Bagh, Gerakan nonkooperasi yang dilancarkan oleh Mahatma Gandhi, KMB I, II dan III, pengesahan the India Act of 1935, dan Perang Dunia II. Ketika Inggris keluar sebagai salah satu negara pemenang dari PD II, keruwetan di India-Inggris makin memuncak. Keruwetan itu hanya dapat diatasi dengan membagi India-Inggris menjadi Dominion India dan Pakistan. Mulailah India dan Pakistan membangun diri sebagai sebuah negara yang merdeka dalam lingkup Negara Persekemakmuran Inggris.
Daftar Pustaka Kulke, Hermann & Rothermund, Dietmar, 1986, A History of India, New Jersey, Barnes & Noble Books Lamb, Beatrice Pitney, 1963, India, A World In Transition, London, Frederick Praeger, Publisher Mahmud, S.F., 1988, A Concise History of Indo-Pakistan, Oxford, Oxford University Press Majumdar, R.C., 1958, An Advanced History of India, London, MacMillan & Co Ltd. Sachchidananda Bhattacharya, 1967, A Dictionary of Indian History, New York, George Braziller Trotter, L.J., 1917, History of India, London, Society For Promoting Christian Knowledge Wolpert, Stanley, 1989, A New History of India, Oxford, Oxford University Press.