BAB VI PERSPEKTIF DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK Achmad Rachman dan IGM . Subiksa Balai Penelitian Tanah, Bogor
I .PENDAHULUAN
Pangan inerupakan kebutuhan pokok penduduk yang hares disediakan peinerintah dalam jumlah cukup dan kualitas yang bat . Dengan berbagai kendala yang dihadapi saat ini lianya beras yang mendekati cukup, sedangkan jagung, kedelai, gandum, dan daging sapi masih diinmpor dalam jumlah yang cukup besar . Tingginya inipor produk pangan ini secara tidak langsung akan mengganggu sendi-sendi perekonondan nasional . tJntuk menegakkan kernandirian pangan, inaka sektor pertanian liarus direvitalisasi . Untuk itu, Departemen Pertanian telah mencanangkan beberapa program strategis, antara lain : program peningkatan produksi beras nasional (P2BN), swasembada jagung dan kedelai, swasembada daging sapi . pengembangan kawasan hortikultura serta pengembangan tanaman ekspor . Program ini liarus didukung oleh semua subsektor secara sinergis agar sasaran vang ingin dicapai lebih cepat terwujud . P2BN telah dicanangkan pemerintah untuk incmantapkan swasembada beras . Upaya yang ditempuh . antara lain : de Van intensifikasi, ekstensifikash dan peningkatan indeks pertanaman (1P) . lntensi ikasi untuk nieningkatkan produktivitas lahan inasih menghadapi kendala terbatasnva benih unggul dan pelandaian produktivitas lahan, yang diduga karena peniakaian pupuk kimia berlebihan dan pemiskinan hahan organik tanah .
141
Sislenr Inlegra .vi Supi r/engan I'anunusu Padi. .Sa vit. dun Kukau
L.kstensif kasi untuk memperluas areal lahan sawah juga nienghadapi kendala konversi lahan sawah produktif dan keterbatasan lahan subur c11 luar Jawa . Peningkatan IP untuk meninekatkan intensitas tanam juga men`gaIanII hanyak tantangan . terutama ketersediaan air yang terbatas dan umw tanaman padi van( , masih terlalu pan' ane . Sclain bcras . dagin
Sistem /utegrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Smeit, dan hakao
degradasi dengan cepat karena tidak dikelola dengan balk . Salah satu penyebab terjadinya degradasi lahan adalah merosotnya kadar bahan organik tanah (Kurnia c't tI ., 2005) . Batas kritis kadar bahan organik dalam tanah adalah 2% C-organik . Adiningsih (200 .5) menunjukkan bahwa sebagian besar lahan pertanian di Indonesia, balk lahan kering maupun sawah mempunyai kadar bahan organik kurang dari I% . I--Ial ini karena teriadi kebiasaan menggunakan pupuk organik ditinggalkan . dan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan serta intensitas tanam vane tinggi . Bahan organik tanah juga merupakan indikator tingkat kesehatan dan kesuburan tanah, balk secara tisik, kimia maupun biologi . Kadar bahan organik yang optimum untuk pertumbuhan tanaman adalah lebih dari 3% C-organik . Sementara itu . kadar bahan organik tanah pertanian di Indonesia pada umumnva kurang dari 2% . Oleh karena itu . lahan-lahan pertanian tersebut memerlukan penambahan bahan organ1k untuk memulihkan kesehatan tanah, meningkatkan kesuburannya serta menghindari degradasi berlanjut . Selain sebagai somber hara, bahan organik juga penting sebagai utlteliut •cul untuk mengurangi serapan hara dan toksisitas unsur tertentu . Penzelolaan bahan or_ganik dalam rangka pen`~elolaan lahan berkelanjutan semestinva lebih mementingkan kontinuitas daripada kuantitas . Oleh karena itu, penv ediaan bahan organik insiiv akan lebih efisien dibanding den„an mendatangkan dari luar . Bahan organik insilit dapat berupa limbah tanaman, rumput liar, hasil pangkasan tanaman pokok, sampah, dan kotoran ternak yang dihasilkan di tempat tersebut . Agar dapat dimanfaatkan untuk pupuk, limbah tersebut harus dikomposkan supaya tidak menimbulkan efek negatif bagi tanaman .
1 43
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawil, dan Kakaa
II . SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK Sistem integrasi tanaman dan ternak (SITU) adalah sistem pengelolaan somber daya dengan memadukan antara tanaman dengan ternak secara sinereis . Kedua komponen memperoleh keuntungan sehingga tercipta sistem usaha tani yang efisien dan bebas Iimbah . Bebas limbah mengandung arti bahwa semua Iimbah van(, dihasilkan dart proses produksi di satu komponen, akan dimanfaatkan oleh komponen Iainnva sebagai input insitu Vane murah . Oleh karena itu . SITT 'u,-,a dapat diartikan sebagai salah satu model pengelolaan bahan organik yang mengarah pada efisiensi pen,gunaan input luar dan pemanfaatan Iimbah untuk pertanian berkelan,jutan atau /o 11 , external input slistuiuuble u,~ricultllrc ([LISA) . Tanaman dan ternak dapat saling bersinergi dalam satu kawasan karena keduanya akan memperoleh manfaat yang saling menguntungkan . Limbah tananian dapat diolah mcnjadi pakan ternak sehingga tidak mcnjadi polutan lingkungan . Sementara itu .. kotoran ternak adalah sumber pupuk organik van ,balk untuk tanaman . Secara mikro pola Sl IT berupaya untuk memperbaiki struktur, tekstur kimia . dan niikrobiolo`,i tanah , sedangkan secara makro pola ini berupaya untuk menin`,katkan produktivitas pertanian, yang akhirnva dapat nmeningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Diwvanto dan Priyanti . 2005) . Dissvanto et ol . (2002) menvatakan bahwa penelitian SIlT secara sistematis telah dilakukan sejak avsal 1980-an dengan mempertimbangkan aspek-aspek keberlanjutan (sustainable) yang ramah lingkungan (envvironntent(I ll_i ' tolerable) . secara sosial diterima masvarakat (sociallt' acceptable), secara ekonomi lavak ( econonucalh' feasible), dan diterima secara politis (ptoliticalli , cle.sirul>le) . Lebih lanjut Diwvanto (2007) menvatakan bahwa inte`,rasi tanaman ternak memiliki 8 keuntungan, vaitu : (I) diversifikasi penggunaan sumber daya, (2) mengurangi risiko usaha, (3) efisiensi penggunaan tenaga kerja, (4) efisiensi penggunaan input produksi, (5) mengurangi ketergantungan energi kimia, (6) ramah Iingkungan . (7) 1 44
Sislenr Inlegrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sasvii, dun A'akao
meningkatkan produksi , dan (8) meningkatkan pendapatan rumah tangga petan i yang berkelanjutan . Berbagai model SITT telah dicoba pada berbagai ekosistem . Matheus (2007) menyatakan bahwa penerapan sistem intcgrasi sapi di perkebunan kelapa sawit PT . Agricinal (SISKA) dapat meningkatkan produktivitas kelapa sawit, efisiensi pemupukan . dan keunhmgan petani . Gunawan dan Azmi (2005) menyatakan bahwa keterpaduan usaha peternakan di kawasan perkebunan kelapa saw it memberikan danipak positif yang sangat nesar, terutama dalam perbaikan manajemen pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan pengelolaan sapi yang efektif bagi peningkatan produktivitas keduanya . Selain itu, juga dapat menjadi alternatiI usaha cow-cal/ operation. Lebih lanjut Adnyana ct al. (2005) menyatakan bahwa program peningkatan produktivitas padi terpadu QT) pada tahun 2002-2004 di berbagai lokasi menunjukkan peningkatan produktivitas padi serta sangat potensial sebagai peniecah masalah pakan di tifigkat peternak . Penerapan SITT dalam satu kawasan akan meningkatkan kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah di kawasan tersebut . Dengan demikian, kesuburan tanah meningkat sehingga biomasa yang dihasilkan untuk pakan juga semakin bansak . Hal ini berarti bahwa SITT akan berkembang menjadi sistem pertanian yang berkelanjutan dan disajikan alir sistem pengelolaan sumber dap sebagaimana dalam Gambar 1 . Upaya percepatan untuk mencapai target swasembada daging sapi pada tahun 2014 harus dilakukan dari berbagai aspek . yaitu populasi, laju pertumbahan, dan penyediaan modal . Populasi sapi dapat ditingkatkan melalui program penyediaan bibit unggul dan mendorong SITT . Laju pertambahan berat badan sapi dapat dilakukan dengan perbaikan ransum dan sistem penggemukan intensif. Penyediaan modal dilakukan dengan pemberian kredit herbunga rendah, seperti kredit usaha rak%at (MR) dan kredit usaha pembibitan sapi (KUPS) .
145
.Sistem Integrasi Sapi tlengan Tanaman Parli, Snwit, dan AaAao
kE:Bt : I141AN RA . r
1 .181 NGAN
I'ENIMP % IAN BERR111
RI'1 I
B'do,' pm"',
I
I31p kaklo
I'\Pi T I'edet
B"F
I IS~ EAA ;I
+
c aball
1 ldl . helapa sar~ n
I SINICI ( 1
RN .\F Supi
a,
Saps pulonu
Kakao
I )MA
13ioma,
kotoran
4 Koinpos
Rcaktor Riauas
--
ENERGI
Gambar 1 . Liagan alir Sistem peneelolaan somber day a herbasis SIT I
Penerapan SI T I sangat mendukung program coil-calf operation karena dapat menghemat biaya pakan sangat signifikan sehingga kendala terbatasnya bibit akan teratasi . Demikian pula hahiya untuk usaha penggemukan yang memerlukan d ukuntc.a n ransum rasional, \ang berkua?itas namun tetap murah . Dengan SITT, biaya ransum untuk meningkatkan penambahan bobot badan menjadi Iebih ekonomis . Dengan kelimpahan biomasa yang berasal dari Iimhah atau hasil samping pertanian perkebunan maupun agroindustri, biaya untuk penggemukan sapi di Indonesia saat ini sangat kompetitif, ya1tu sekitar Rp4 .000 sampai Rp6 .000 per kg tambahan bobot badan (Diwyauto ct al ., 2004) . Pen`g`gemukan sapi pola integrasi memurigkinkan akan meman o kas biaya pakan sampai 50% sehingga investor diharapkan akan memperoleh keuntungan yang Iebih besar .
1 46
Sistem hitegrasi Sapi dengan Tanomrar Padi, Sawit, dan Kakao
III . DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN Potensi suinber daya lahan di Indonesia yang sesuai untuk pertanian diperkirakan sekitar 94 juta ha . Sebargian hesar, %aitu sekitar 63 .7 juta ha dari lahan tersebut telah dibuka dan digunakan untuk berbagai penggunaan lahan (Tabel 1) (Radan Litbang Pertanian, 2007) . Indonesia, sebagai negara agraris memiliki heragam agroekosistem, antara lain : lahan awah, lahan kering beriklim basah, lahan kering beriklim kcring, clan lahan rava . Lahan pertanian . seperti lahan sawah, laclan g . clan lahan perkebunan tidak hanya menjadi tempat hidup bagi tanaman pokok, tetapi juga menjadi tempat hidup bagi ternak . Setiap agroekosistem memiliki daya dukung terhadap ternak yang berbeda-beda . Hal fill sangat berkaitan dengan kemampuan lahan pertanian menyediakan pakan insitu dalarn jumlah yang cukup dan berkualitas bagi ternak . Sumber pakan ternak, antara lain : limbah tanaman, hasil pangkasan, rumput liar, pelepah daun kelapa atau hasil pangkasan tanaman penaung . Tanah yang subur memiliki daya dukung yang lebih balk dibandingkan tanah yang kurus sehingga perkembangan ternak akan lebih balk . Tabel I_Ketcrscdiaan lahan yang potcnsial untuk pengenlhangan pertanian di ~
nd oncsia (000 ha) -
Pertanian Lahan basah Lahan kering semusim semusim Sumater-a 5 .188 7 .748 r Jawa 4 .367 1 .964 Kalimantan 5 .417 8 .953 I Sulawesi 1 930 791 Papua 7,410 4 .185 Maluku 630 219 r Indonesia 25 .422 25 .089 Sum her : Radan I .ilhang Pertanian (2007) Provinsi
Lahan kering tahunan 13 .182 2 .774 13 .668 3,7871 5 758 2 .7 58 43 .560
Total
w
26 118 _M05 28,038 6,508 17 3547 3 .607 94 070
Lahan pertanian, selain menghasilkan produk utama juga menghasilkan limbah berupa jerami, sekam, Janjang kosong, kulit buah, dan lain-lain . Limbah in] apabila tidak dimanfaatkan, akan berpotensi menjadi polutan bag] lingkun g an pertanian dan pemukiman atau menjadi sarang hama dan penyakit yang dapat
147
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, S'awit, dan Kakao
menyerang tanaman utama . Di samping itu, untuk memusnahkannva diperlukan waktu, biaya, dan tenaga yang tidak sedikit sehingga mengurangi potensi keuntungan van(, diperoleh petani . Dalam SITT, potensi limbah pertanian ini bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia sehingga memiliki nilai tambah untuk pendapatan petani . Produksi pakan ternak di antara tanaman pangan dapat meningkatkan keberlanjutan sistem usaha tani, khususnya apabila rrunput dan legum serta belukar dan pepohonan termasuk di dalamnya . Jenis tanaman yang berbeda dapat memanfaatkan unsur hara dan air dari lapisan tanah, yang berbeda dari tanaman pangan sehingga memperbaiki kesuburan tanah dan melindungi tanah yang kosong (Rientjes et al ., 1999) .
3 .1 Potensi Lahan Sawah Berdasarkan Statistik Indonesia (2007) . 'lahan sawah di Indonesia saat ]in sekitar 7,89 juta ha . dengan lebih clan 50% berada di Jawa (Tabel 2) . Produktivitas lahan sawah rata-rata 4,6 ton/ha dengan indeks pertanaman padi 160% . Hal ini menunjukkan efisiensi penggunaan lahan masih sangat rendah karena tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk kesejahteraan petard . Pemanfaatan lahan sawah perlu direvitalisasi agar tingkat etisiensi penggunaan Iahan meningkat dan berlanjut untuk generasi mendatang . Potensi lahan sawah sebagai pendukung budi dava ternak sangat besar karena limbah pertanian yang herupa jerami dapat dijadikan bahan pakan ternak . Lahan sawah yang luasnya 7,89 juta lra berpotensi menghasilkan 39 .45 juta ton jerami kering per musim . 3 .95 juta ton dedak, dan 7 .9 juta ton sekam per muslin . Apabila 1P padi i .6 (160"'%), maka potensi limbah jerami adalah 63,12 juta ton . Apabila dimanfaatkan untuk somber pakan . jumlah ini cukup untuk memberi pakan 8,8 juta ekor sapi selama I tahun secara berkesinambungan, den-an asumsi setiap ekor sapi membutuhkan 20 kg jerami/hari . Berdasarkan nilai rasio sapi/sawah, maka potensi lahan pertanian ini belum dimanfaatkan secara optimal . 1 48
Sistem Integrasi Sapi dengwt Tananwn Padi, Sawit, dan Kakao
terutama di Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara . Idealnya, rasio sapi/sawah lebili besar dari 2 karena potensi jerami yang dihasilkan cukup besar . .uas areal lahan sawah dan rasio sapi/sawah di hcherapa propinsi di Tabel 2 . 1 Indoncsia Provinsi _Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali Sulawesi Selatan Indonesia
Luas areal sawah (ha) 367 .083 575,249 237,862 917,725 967,808
Pro adi pdi (ton GKG) 1,335,354
Populasi sapi (000 ekor)
21 H2 1 162 1,850,718 4,103,800
1,096,077 80,211 568,748
8 .551 232 8,999,771 838 755 3,352,116
7 885 .878
51,599 602 1
--
626,4 289,3
Rasio sapi/sawah 170 0 50
428,2 267,4 1 .391,4
1 .80 0,29 1,44
2,524 .6 596 .1 612 .1
2,30 7 .43 1,08 1,37
10,835 7
Walaupun tidak sebaik tanaman leguminosa, jerami padi mengandung nutrisi yang cukup baik (Tabel 3) .,Dalam proses fermentasi, kualitas nutrisi jerami dapat diperbaiki sehingga daya cerna dan kandungan nutrisinva meningkat . Sayangnya, sebagian besar jerami tersebut dibakar sehingga potensi bahan organik tersebut terbuang percuma . Jerami dan sisa tanaman lainnva merupakan somber makanan ternak ant penting dalam sistem usaha tam lahan sempit . Pada usaha tam kecil di Kenya, sekitar 40% energi dari pakan ternak herasal dari sisa-sisa tanaman . Gulma, daun-daun tua, bibit yang dijarangkan, dan vegetasi pada lahan bera memberi sumber daya pakan ternak tambahan . Kotoran ternak merupakan bentuk daur ulang unsur hara yang lebih a cepat dibandingkan ketika tulnbuhan dibiarkan terural secara alaniiah . Ternak dapat menyediakan unsur hara dan bahan organik dalam bentuk air kencing dan kotoran .
1 .49
Sistem /ategrusi Supi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan Kakao Tabel 3 . KandunaLul hara dalanl , sa tanaman legum dan nonlegunt dibandinakan dcnean pupuk kandane Jenis bahan organik (bahan segar) Brangkasan kedelai Brangkasan jagung Jerami padi Sekam padi
i
I Kotoran sapi -Kotoran ayam Kotoran kambing
N 14 .2 8,1 661 4,9 1 5 0 E 6 5 4,0
Kandungan hara Pr 1 2 1,5 1 0,7
// K' 10 4 14,2 9 3 ~-
1
0,5 0 4 1,5 C 6
-
4 9 2 0 1 5 2 5
-
Mg 6 .4 0 .4 6,2 l 3,0 1 5 2 5 0 2
Sumber : Adining,ih (2005
Penelitian pemanfaatan jerami padi sebagai bahan pakan ternak teiah banyak dilakukan, balk menggunakan metode fisik . kimiawi maupun biologic . DI antara berbagai metode vang telah dicoba . fermentasi adalah salah satu cara yang praktis dan nienghasilkan kualitas pakan yang balk . Metode fermentasi ini mampu menin g katkan kualitas nutrisi jerami padi . Yang dapat dilihat dari adama peninukatan nilai kandungan protein (yang berasal dari protein nmikroba) serta adanya peningkatan nilai kecernaan komponen serat hingga 2 kali lipat dibandingkan nilai kecernaan komponen serat pada jerami padi yang tidak mengalami fermentasi (Haryanto cl ul., 2004) .
3 .2 Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Lahan perkebunan kelapa sass it setiap tahun meningkat den g an pertu nbuhan yang cukup tinggi . Tahun 2006, luas tanam kelapa sass it masih 5,15 juta ha, namun pada tahun 2008 !Bas areal perkebunan kelapa saw it meningkat mencapai ' . I juta ha van- tersehar luas terutama di Sumatera dan Kalimantan (label 4) (BPS, 2009) . Den-ail demikian . Indonesia semakin mantap sebagai pemilik areal kelapa saw it terbesar di dunia . Diperkirakan 60% dari luas areal perkebunan kelapa sawit terdapat pada tanah ul/isol (Adiwiganda c/ nl. . 1994) . Masalah ang dihadapi dalam pengembangan pada tanah ini ialah pH dar kandungan bahan organik rendah, miskin hara kalium (K), kalsium (Ca), dan magnesium (M`g) serta mempunyai daya 150
Sislenr /nregrasi Sapi den gnu Tanunrnrr Padi, Sawit, dan Kakao
fiksasi P tinggi . Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala tersebut, maka pemupukan N, P, K, Ca maupun Mg akan sangat menentukan keberhasilan dalam pengem bang an tanaman perkebunan . Lahan perkebunan kelapa sawit sangat cocok untuk usaha ternak ruminansia karena mampu menyediakan pakan dalani jumlah yang cukup . Pelepah daun kelapa sawit yang secara periodik dipangkas dapat dijadikan pakan ternak . Selain itu, rumput yang tumbuh di antara pokok tanaman juga cukup melimpah sehingga mampu mendukung usaha ternak sebanvak 2 ekor/ha secara berkelanjutan . Hasil penelitian di Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa bahan hijauan yang dihasilkan dari lahan perkebunan mencapai 6,25 ton hahan kering/ha/tahun dan mampu untuk mendukung 1-3 ekor sapi/ha (Suryana dan Sabrani, 2005) . Tabel 4 menunjukkan perbandingan antara Iuas areal dan produksi tanaman kelapa sawit serta populasi sapi di beberapa pror insi potensial . Tabel 4 .
Luas arcal dan produksi tanaman kelapa sav~ it
di
hehcrapa pros insi di
Indonesia Provinsi Surnatera Utara Riau Sumatera Selatan Kalimantan Tenn ah Kalimantan Barat Sulawesi Barat Indonesia
Luas areal (ha) 1 - 026644-1 623 458 7 18 068 709 .206 476 .891 11T261 7,007 .876
Produksi (ton)
Populasi sapi (ekor)
3200 200,673 5 .072 834
289 .3 109 1
1
556 .8 63 .3 164 .1 90,5
829 .609 1 .352,434 1,140639 384 .247 18 089 503
10 .835 .7
Limbah kebun dan industri kelapa sawit dapat mensuplal bahan baku pakan yang berkesinambungan dan dapat dimanfaatkan sebagai basis pen gein bail g, Potensi limhah pada perkehunan kelapa sawit meliputi pelepah daun dan bungkil kelapa sawit . Pada saat panen tandan buah segar (TBS), pelepah daun yang menyangga TBS harus dipotong . Biasanya pelepah fill dikumpulkan dalam satu _jalur sehingga lama kelamaan akan terbentuk tumpukan pelepah dan serasah tanaman lainnya . Dari aspek sanitasi, kebun hal ini kurang balk karena dapat menjadi sarang harna, terutama tikes . 151
Sislent /nlegrasi Sapi dengan Tananzan Padi, Sawil, dan Kakao
Namun . apahila dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi, maka limbah ini menciptakan nilai tambah baru . yang dalam satu minggu . setiap pohon akan menghasilkan 1 pelepah dam . Kalau dalain 1 ha terdapat 130 potion kelapa sawit .. maka setiap hari ada 18 pelepah daun kelapa sawit yang dinilai cukup sebagai makanan tambahan untuk 2 ekor sapi . Dengan nengoptimalkan produk sanipingan kebun/tanaman dan hasil ikutan olahan produk utamanya sebagai paLm yang tersedia sepanjang tahun, maka produktivitas sapi potong lokal dapat ditingkatkan . Selai itu . diharapkan efisiensi pen;anfaatan lahan dapat ditingkatkan, sekaligus niemheri nilai tambah, baik untuk petani-ternak maupun petani-kebun . Sehagai konsekucnsi makin meningkatnya luas tanani kelapa sawit, maka semakin menin g kat pula produk samping tanaman dan hasil ikutan pengolahan buah kelapa sawit, vang akan menimbulkan rnasalah baru, seperti isu, lingkungan dan pemanasan global . vang perlu diantisipasi . Salah satu cara pemecahan adalah dengan memanfaatkannva untuk pakan ternak (('orley, 2003, khususnya ternak ruminansia . Dalam perut ternak . limbah tanaman tersebut akan diolah dan keluar menjadi pupuk organik . Kehadiran ternak dengan pengelolaan van benar divakini memberikan nilai tambah ., baik secara lanusung maupun tidak lan g sung (Stun, 1990), dan memberikan dampak v ang sangat besar artinya dalam mempertahankan tckstur dan struktur tanah sekaligus menjaga kelestarian lin`gkun_gan (Zainudin dan Zahari, 1992) . Produk sampingan dari industni kelapa sawit yang tersedia dalam jumlah vang banvak dan beluni dimanfaatkan secara optimal adalah pelepah daun .. Iumpur saw it . dan bungkil inti kelapa saw it (Mohamed ct ( l ., 1986), khususnya sebagai bahan dasar ransom ternak ruminansia (Jalaludin w al ., I991b) (label 5) . Dengan pola integrasi ataupun diversifikasi tanaman dan ternak . khususn ); a ternak ruminansia diharapkan dapat merupakan bagian integral dari usaha perkebunan, seperti yang disarankan oleh Abu Hassan et al . (1991) .
1 52
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan Kakao
Oleh karena itu . pemanfaatan produk samping industri kelapa sawit (pelepah) dl wilayall perkebunan sebagai basis pengadaan bahan pakan ternak diharapkan banyak memberikan n1lai tamhah, balk secara Iangsung maupun tidak langsung (Still-, 1990) . Hal yang sama juga dilaporkan oleh Zainudin clan Zahari (1992), bahwa integrasi usaha peternakan di kawasan tanaman perkebunan memberikan dampak yang sangat besar . Selain pelepah kelapa sawit, hasil ikutan pengolahan huah sawit . yang juga potensial sebagal pakan adalah lumpur sawit, serat perasan, bungkil inti, dan tandan kosong . Akan tetapi . sebagai produk samping, kualitas nutrien bahan tersebut cukup rendah . Oleh karena itu, dalani pemanfaatannya perlu perhatian khusus . Agar dapat dimanfaatkan secara optimal diperlukan sentuhan teknolo (, i atau diolah sebelum digunakan sebagai bahan pakan (Matheus, 2005) . Tabel 5 . Produk sampino tananlan dan olahan kelapa sawit Lintok "nap ha ( N1atheus ei al .- 2005) Biomasa Dawn tanpa lidi Pelepah Tandan Kosong Serat perasan Lumpur sawit, solid
Seqar 9kgj 1 .430
Bahan kering
20 .000 3 680 2,880 4 704 1
I/)
46,18 _26,07 92,10 I 93 11 24 07 91,83 --±
Bahan kering (kg) 658 5 .214 3 386 2 .681 - 1132 514 1, { 13 585 1
1 Bungkil kelapa sawit 560 -i Total biomasa Asumsi : I ha : 13(1 pokok pohon . I pohon dapat mcnycdiakan sdIumlah 22 pelepah pcr tahun . I pelepah , hohot 7 kg- hobot daun pcr pelepah 0 .5
kg . tandan kosong 23 0 dari IRS. produksi min' ak sawit ton /ha;'tahun (IA%%dIIo . 2003) . Scribu ke IHIS tnenhasilkan : 250 ke mimak sawit. 294 lumpur ,awit . I8(1 kg scrat perasan dan 35 kg hungkil kelapa sins it ( .Ialaludill CIO!_ 1991a)
3 .3 Lahan Perkebunan Kakao Lahan perkebunan kakao di seluruh Indonesia luasnya sekitar 900 rihu ha, tersebar terutama di Indonesia Timur . Budi dav . a kakao memerlukan potion penaung agar intensitas sinar matahari tidal, terlalu besar . Potion penaung yang balk biasanya
15 -3
Sistem /ntegrasi Sapi den gnu Tanamun Padi, Sawit, dan Kakao
dipilih untuk tanaman yang berakar dalam agar tidak bersaing dengan tanaman pokok saat menyerap unsur hara . Salah satunya adalah tanaman dari keluarga leguminosa . Selain berakar dalam, tanaman legume juga mampu memfiksasi N dari udara sehingga tanaman pokok secara tidak langsung mendapatkan manfaatnya . Pangkasan tanaman penaung sangat cocok sebagai pakan ternak sehingga lahan tanaman kakao juga mampu mendukung usaha ternak secara berkelanjutan . Limbah kulit buah kakao biasanya dibuang petani di kebun setelah diambil bijinya . Hal ini akan menimbulkan masalah baru karena bisa menjadi sumber Nama penggerek buah kakao . Kulit buah yang difermentasi, bisa dijadikan pakan tambahan untuk ternak ruminansia . Selain itu .berdasarkan hasil penelitian, kulit buah kakao mengandung berbagai mineral yang dibutuhkan ternak . Proporsi kulit buah sekitar 75% dari total berat buah schingga dengan asumsi 75%, maka potensi kulit buah sekitar 2,3 juta ton_ sedangkan produksi biji kakao hanya 793 ribu ton . Tabel 6 menunjukkan Iuas areal dan produksi tanarnan kakao serta populasi sapi di beberapa provinsi potensial . Tabel6 .
I ua ,~ areal dan produksi tanaman kakao di beberapa provinsi di lndonc"ia
Provinsi Sumatera Barat Lampung Jawa Timur Nusa Tenggara Timur
Luas areal tha) 35 777
Prod uksi ton) 48 .289
25 433 28,837 24 777
25 .720 17,553 12,703
Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Maluku Utara
22,349 ! 172,206 32 086 1 -
Indonesia
990 052
25 0851 147 8881 14,838 +1 792 761 1
Populasi sapi (000 ekor) 428 .2_ 418 .2 2524,6 544,1 70,4 188 .5 42 .6 , 10 .835,7]
3 .-I Potensi Limbah Ternak Ternak dapat meningkatkan produktivitas lahan dengan intensifikasi daur unsur hara dan energi . Pupuk organik membantu memperbaiki s1fat fisik tanah, m1krobiologi tanah, dan kecukupan unsur-unsur hara tanah sehingga pertumbuhan
1 54
Sistem Inlegrasi Sapi dengan Tanarnan Padi, Sawit, dan Kakao
tananian menjadi lebili balk (Rientjes et al ., 1999) . Kotoran sapi ditambah dengan bahan lain, seperti abu, serbuk ger,,,'Ijl, clan kalsit digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman jagung . Pemberian pupuk organik dari limbah ternak tersebut ternyata mampu menurunkan dosis penggunaan pupuk kimia, khususnya Urea untuk tanaman jagung sebesar 30% dengan tidak mengurangi tingkat produksinya (Santoso clan Hardianto, 2006) . Penggembalaan ternak di lahan pertanian juga berfimgsi sebagai penyiang biologis sehingga menghemat biaya pengendalian gulma . Pengendalian gulma pada tanaman sangat penting karena akan mengefisienkan pemakaian pupuk, menjaga keseimbangan persaingan antara tanaman utama dengan gulma, memudahkan pemanenan, pengawasan, dan nienghemat biaya produksi (Rientjes et al ., 1999) . Penelitian-penelitian di berbagai tempat dan agroekologi menunjukkan bahwa pada mnumnya integrasi, ternak dengan tanaman, balk tananian pangan . perkebunan maupun hortikultura memberikan nilai tambah sang cukup tinggi . Kontribusi ternak di dalam pola SITT bervariasi dari 5-75% tergantung pola integrasi yang diterapkan . Persentase kontribusi ternak sapi dengan tanaman pangan adalah sebesar 13,9%, sedangkan untuk ternak sapi dengan kelapa sawit dapat mencapai 75% . Disamping itu, nntuk sistern pemeliharaan tanaman pangan-ayam-kambing-sapi memberikan kontribusi sebesar 35 .2% (Diwyanto dan Handiwirawan, 2004) . Kontribusi pendapatan dari pemeliharaan ternak sapi dalam sistein integrasi jagung dan ternak yang dilakukan pada muslin kemarau adalah sebesar 49,96% dengan nilai nisbah R/C meningkat dari 1,14 menjadi 1 .32 dengan peningkatan pcndapatan yang diperoleh petani dari sistem non integrasi ke sistem integrasi sebesar 124,69% (Rohaeni el al ., 2005) .
1 55
Sistem /nlegrasi Sapi dengan Tan nian Padi, Saivil, dan Kakao
IV. INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PENDLKUNG SITT
Pilihan teknologi yang tepat untuk dikembangkan hares mempertimbangkan aspek-aspek keberlanjutan (sustainahle) . ramah Iingkungan (em'ironmentulh' tolerable) . secara ekonomi layak (cnvironmentullv,f~usihle), secara sosial diterima (social/v acceptahle), dan diterima secara politis (pollitical/v de.,lr(t hle) (Diwyanto, 2002 dalam Diwyanto dan Iiandiwirawan . 2004) . Inovasi teknologi pendukung menyangkut berbagai aspek terutama aspek budidaya tanaman, aspek hudidaya ternak dan aspek pengelolaan limhah . Inovasi teknologi yang menyangkut aspek budidaya tanaman, antara lain : (1) teknologi pengolahan tanah dalam menggunakan ternak : (2) teknologi pemupukan dengan pemanfaatan limhah padat dan cair dari ternak : (3) teknologi pengendalian Nama dan penyakit menggunakan limhah cair ternak dan pestisida nahati . (4) teknologi pemangkasan tanaman penaung pada tanaman coklat : (5) teknologi konservasi tanah secara vegetatif dengan tanaman pakan, dan (6) teknologi pengolahan hasil untuk meningkatkan nilai tambah dan men`gurangi bagian tanaman yang keluar dari khan hmhu . Diseminasi teknologi dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : penyuluhan . demplot, dan sekolah lapang . Inovasi teknologi vang menyangkut budi daya ternak meliputi : (1) teknologi penyediaan hibit hakalan dengan potensi genetik tin g gi clalam jumlah cukup : (2) teknologi pakan ternak bermutu dengan probiotik : (9) teknologi pembuatan fi•c dlot yang efisien dan sehat : (4) teknologi pengendalian penyakit ternak : dan (5) teknologi pengolahan hasil, seperti susu atau daging . Masih terbatasnya ketersediaan bihit sapi pada subsistem agrihisnis hulu integrasi jagung ternak, disiasati dengan strategi peningkatan mutu genetik . baik melalui 113 maupun kawin alam . Pola integrasi yang diterapkan sangat menentukan pemilihan jenis bibit yang, digunakan . Jika kondisi manajemen dan ketersediaan pakan memungkinkan untuk pengembangan ternak 1 56
Si.stem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan tiakao
dengan potensi genetik lebih tinggi, maka peningkatan mutu genetik dapat dilakukan dengan persilangan . Persilangan pada sapi dapat meningkatkan ukuran dan pertumbuhan sapi yang dipelihara dengan input yang memadai . Lingkungan produksi pola integrasi tanaman ternak yang balk adalah pada Lingkungan tropis basah dengan ciri temperatur dan kelembaban yang tinggi, dengan kualitas hijauan yang rendah, dan insiden infestasi parasit yang tinggi . Dalam kondisi yang demikian, pilihan i ,ntuk memanfaatkan plasma nutfah ternak lokal adalah pilihan yang rasional . Plasma nutfah ternak lokal umumnya memiliki daya adaptasi van(, tinggi terhadap lingkungan iklim setempat, mampu memanfaatkan pakan yang berkualitas rendah . namun juga mempunyai daya reproduksi yang balk . Beberapa jenis plasma nutfah ternak lokal yang berpotensi dikembangkan adalah sapi Bali, sapi Madura dan sapi PO (DINA\anto clan Handiwirawan, 2004) . Perhaikan manajemen pemeliharaan pada usaha pembibitan sapi PO meliputi penambahan konsentrat untuk sapi induk bunting 7 bulan hingga menyusui anak umur 5 bUlan clan pemberian obat cacing pada induk setiap 6 bulan . Hasil penelitian menunjukkan hal tersebut dapat memperbaikI performans anak pada periode prasapih (Wiyono dan Marivono, 2 005) lnovasi teknologi yang menyangkut aspek pengelolaan limbah, balk limbah tanaman maupun ternak, meliputi : (1) teknologi biodegradasi/fermentasi limbah jerami/pelepah kelapa sawit/kulit buah coklat untuk pakan ternak dan kompos ; (2) teknologi peningkatan mutu silase ; (3) teknologi pengolahan kotoran padat untuk pupuk organik ; (4) teknologi pengolahan urine sapi menjadi bio-urine untuk pupuk dan pestisida ; (5) teknologi pengolahan limbah ternak untuk biogas . dan (6) teknologi pengolahan sekam untuk energi . Pengandangan ternak merupakan inovasi terobosan yang juga memiliki beberapa kelebihan karena selain dapat mengurangi infeksi penyakit cacing, juga dapat memutus siklus infeksi cacing sehingga dapat menghemat penggunaan obat 1 57
Sistent Integrast Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan Kakao
cacing . Den-an pengandangan, ternak tidak mengganggu tanaman clan manajemen pemeliharaan kebun serta kotoran ternak dapat mudah dikumpulkan untuk dapat diproses men jadi pupuk organik (Divvyanto dan Handiwirawan, 2004) . Pencurian ternak berkurang setelah ada sistem kandang berkelompok (kolektif) untuk 30 peternal: (Pasambe cl ul ., 2004) . '1 - eknologi bioplu,s (probiotik untuk ruminansia besar), III erupakan Jecd udilif yang mengandung mikroorganisme . yang digunakan untuk meningkatkan kecernaan pakan sehingga memperbaiki konversi pakan clan memperbaiki pertumbuhan serta produksi ternak ruminansia . Pemberian bioplus pada induk setelah melahirkan akan memperpendek masa culving inien'ul, sedangkan pemberian pada pedet mempercepat masa sapih . Bioflonu adalah campuran mikroorganisme tanah yang diisolasi dan dikultm - pada media Astral, ikan atau tanah . Penggunaan mikroba ]III untuk meningkatkan produksi hijauan pakan (sekitar 32%) clan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sebesar 50°0 . Teknologi kombinasi pertanaman beberapa jenis rumput dan ieguminose bertujuan untuk mengurangi penggunaan pupuk N tanpa mengganggu produksi hi* auan . Aplikasi vaksin .S'cpliclurentiu epi:ooliku, antigen Brucellosis dan penggendalian cacin, hati (Diwyanto dan 1 - landivtiirawan, 2004) . Keterkaitan antara inovasi teknologi produksi dengan inovasi teknologi pengolahan hasil dan limbah pertanian dalam SI I'T disajikan secara rinci pada Gambar 2 .
1 58
Sistem Integrosi Sapi dengnn Tanaman Padi, Sawit, dnn Kakao
Keterangan Al = Unit usaha TP/Bun A2 = Unit usaha ternak TP = Tanaman pangan Bun = Perkebunan
B1 B2 B3 B4
= = = =
Tek. Tek . Tek . Tek .
pengolahan hasil TP/Bun pengolahan limbah TP pengolahan hasil ternak pengolahan kompos
Gambar 2 Keterkaitan antara inovasi teknologi produksi dengnn inovasi teknologi pengolahan hasil dan limbah dalam SITT (Direktorat Budi Dava . 2001)
V . INOVASI KELEMBAGAAN
Penerapan SITT sebagai pilar pembangunan pedesaan menuntut jejaring kerja (networking) agar informasi yang tersedia dapat sampai pada penentu kebijakan dl samping pengguna (Djajanegara, 2005) . Untuk itu diperlukan dukungan sistem kelembagaan yang kuat, yang meliputi : lembaga permodalan/pembiayaan, lembaga agro-input . lembaga penyuluhan . lembaga sosial, dan lembaga pemasaran . Lembaga permodalan sangat diperlukan karena petani di pedesaan memiliki akses rendah terhadap bank, padahal pihak petani membutuhkan modal yang besar untuk pengadaan bibit sapi . 1 59
Sistem huegrasi Sapi dengan Tanarnan Padi, Smvit, dan Kakan
Bank sebagai sumber utama modal .. dapat menyalurkan dana melalui perantara ai •a list di pedesaan, seperti kelembagaan usaha agribisnis terpadu (KUAT), koperasi unit desa (KUD) . lmbaga Ventura atau perusahaan swasta sebaoal pen' Jenis kredit van(-, sudah ada, adalah KIJR, kredit ketahanan pangan (KKP) . dan KUPS . Lembaga agro-input penting untuk memudahkan petani mendapatkan input produksi yang diperlukan dengan mudah dan harga terjangkau . Lembaga penyuluhan sangat penting untuk membina petani menerapkan inovasi teknologi yang unggul . Lembaga penyuluhan dapat dibentuk melalui klinik agribisnis dan Balai Penyuluhan Pertanian . Untuk kasus-kasus tertentu, Balai Pengka pan Teknologi Pertanian dapat melakukan penyuluhan dan diseminasi inovasi teknologi yang dihasilkan oleh balaibalai penelitian komoditas . Lembaga sosial, seperti kelompok tani, kelompok 'sanita tani, kelompok taruna tani atau gabungan kelompok tam (Gapoktan) perlu dibentuk dan dibina secara dinamis . Keterkaitan antara berbagai kelembagaan dalam mendukung SITT berhasis padi, sawit, dan kakao disajikan secara rinci dalam Gambar 3 .
1 60
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanmnan Padi, Sawit, dan Kakao
BANK LS51
----
Kl :S 1
I Pr it I BANG
Penilnas aan it
KKP, KI'R, ; KDPS
I KLINIK AGRIKISNIS
BPTI'
T
Ino,a'] Tekuoloei Pc'w'm n
I
FenculuIa rSWASI k
KELOAIPOK - I'ANI-IERNAK
i
~
r
f-
IIPP
I)INAS TERKAIT
PNPNI AIandm
KA% F
Kompos ( oklat Bubuk
I
PENGOLAHAN IIAS11 ./1 .1151BAH
Bma Indu,In
Gambar 3 . Keterkaitan antara berbagai kelemhagaan dalam mendukung SI I°I' herhasi, padi . kelapa sawitm dan kaka
Lembaga pemasaran yang kuat perlu dihentuk agar teljadi sistem pemasaran yang efisien dan stahil, memotong rantai ekonomi, dan memihak pada petani . Sebagai contoh adalah sistem pemasaran ternak sapi dengan memotong jalUr tata niaga dari petani-ternak sampai konsumen akhir dengan sistem cooperative marketing management svstem (CMMS) . Sistem ini d1harapkan berfungsi sebagai lembaga pemasaran, penyeim bang pasar, dan harga . CMMS adalah lembaga yang dapat herbadan huktun dan merupakan sebuah tim yang membagi kerja dari hulu sampai hilir (sistern agribisnis) dengan dukungan kebijakan pernerintah . Harga yang diterinia petani ((irmer share) sebesar 81% atau lebih t1nggi 14% dibandingkan dengan harga ideal . Selain itu_ masih terdapat keuntungan lain dari bagian-bagian karkas ,an- selama ini tidak d1bayar . Keuntungan yang diperoleh petani selain dari produk utama juga dari produk
1 61
Sistena Integrasi Sapi dengan Tunarnan Padi, Sawit, dun Kakuo
sampingan pengolahan dan Djajanegara, 2004) .
penjualan kompos (Fauzi dan
VI . REKOMENDASI DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6 .1 Rekomendasi Lahan pertanian berupa sa " ah, kebun kelapa sawit, dan kebun coklat hares dimanfaatkan secara efisien dengan diversiflkasi horisontal secara sinergis . Model SITT perlu diterapkan secara masal untuk mendukung program pemerintah, vaitu P2BN . swasembada daging sapi, energi alternatif, dan pengembangan tanaman ekspor . SITT perlu didukung dengan inovasi teknologi budi dayapengendalian hama penyakit terpadu . penanganan panen . clan penanganan limbah . SITT juga perlu didukung oleh kelembagaan yang kuat clan kompeten dalam bidang pembiayaan, koperasi- kelompok tan 1, PCIIyUlulian, clan pemasaran .
6 .2 Implikasi Kebijakan Diperlukan adanya penerapan secara konsekuen undangundang konservasi lahan serta Iingkungan dan lahan pertanian abadi . Hal ini perlu didukung oleh kebijakan regulasi dalam skim pembiayaan usaha kecil menengah untuk mendukung program SITT. Pengadaan bibit sapi bermutu dalam jumlah yang cukup san`gat diperlukan untuk mendukung SITT serta memberi subsidi pada usaha pembibitan (cow-calf operalion) . Aspek lain, seperti penerapan program capaciii builcling stakeholders sangat diperlukan dalam penerapan SITT. Hal ini juga perlu disinergiskan dengan pelaksanaan program penelitian yang mendalam untuk mengkaji dampak penerapan SITT terhadap 1 62
Sistene bntegrasi Sapi dengan 7ananunt Padi, Sawit . dan 6akao
kualitas tanah dalam jangka panjang serta pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman .
DAFTAR PUSTAKA Abu Hassan, 0 ., Oshio, S . Ismael, A.R . Mohd Jaafar, D . Nakanishi, N . Dahlan, and S .H . Ong . 1991 . Experience and Challej :ges in Processing, Treatments, Storage and Feeding or Oil Palm Trunks Based Diets for Beef Production . In . Proc . Sem . on Oil Palm Trunks and Others Palmwood Utilization, MSAP . Kuala Lumpur, Malaysia . Adiwiganda, R . . A .U . Lubis, dan P . Purba . 1994 . Karakteristik Tanah pada Beberapa Tingkat Famili di Areal Kelapa Sawit Indonesia . 13erita Pusat Penelitian Kelapa Sawit 2(3) . Hlm . 175-187 . BPS . 2007 . Statistik Indonesia 2007 . Badan Pusat Statistik . Jakarta Indonesia . Corlev, R .H .U . 2003 . Oil Palm : A Major Tropical Crop . Burotrop 19 : 57. I)jajanegara, A . 2005 . Pembentukan Jejaring Komunikasi Sistem Integrasi Sawit-Sapi . Prosiding Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Diwyanto, K ., B . Prawiradiputra, dan 1) . Lubis . 2002 . Integrasi TanamanTernak dalam Pengembangan Agribisnis yang Berdaya Saing, Berkelanjutan dan Berkerakyatan . Buletin Ilmu Peternakan Indonesia (Wartazoa) . V 12(1) . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Diwvanto K ., I) . Sitompul, I . Manti, I-W . Mathius, dan Soentoro . 2004 . Pengkajian Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi . Pros . Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Setiadi et al., (Eds) . Badan Litbang Pertanian, Pemprov Bengkulu dan PT . Agricinal . pp . 11-22 . Fold. N . 2003 . Oil Palm : Market and Trade . Burotrop Bull. 19 : 11-13 . Jalaludin,S ., Z .A . Jelan, N . Abdullah, and Y .W . Ho . 1991 . Recent Developments in the Oil Palm By-product Based Ruminant Feeding System . MSAP, Penang, Malaysia p . 35-44 .
1 63
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan Kakao Mathius, I-W ., D . Sitompul, B .P . Manurung, dan Azmi . 2004a . Produk Samping Tanaman dan Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Bahan Pakan Temak Sapi Potong : Suatu Tinjauan . In Pros . Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Badan Litbang Pertanian, Pemprov . Bengkulu, dan PT . Agricinal . pp . 120-128 . Mathius, I-W ., Azmi, B .P . Manurung, D .M . Sitompul, dan F . Priyatomo . 2004b . Integrasi Sapi-Sawit : Imbangan Pemanfaatan Produk Samping sebagai Bahan Dasar Pakan. In Pros . Sistem Integrasi Tanaman-Ternak . Puslitbang Peternakan, BPTP Bali, dan CASREN . pp . 43 9-446 . Mathius, I-W ., A.P . Sinurat, B .P . Manurung, D .M . Sitompul, dan Azmi . 2005 . Pemanfaatan Produk Fermentasi Lumpur-Bungkil sebagai Bahan Pakan Sapi Potong . In : Pros . Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Sep . 2005 . pp . 153-161 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor . Mathius, I-W . 2005 . Inovasi Teknologi Pemanfaatan Produk Samping Industri Kelapa Sawit sebagai Pakan Ruminansia . Prosiding Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor . Mohamed, H ., I-I .A . Halim, and T .M . Ahmad . 1986 . Availability and Potential of Oil Palm Trunks and Fronds up to the Year 2000 . Palm Oil Research Institute of Malaysia (PORIM) 20 :1-17 . Purwadaria, T ., AP . Sinurat, Supriyati, H . Hamid dan I .A .K . Bintang . 1999 . Evaluasi Nilai Gizi Lumpur Sawit Fermentasi dengan ,4spergillus niger setelah Proses Pengeringan dengan Pemanasan . JITG: 4(4) :257-263 . Sitompul . D . 2004 . Desain Pembangunan Kebun dengan Sistem Usaha Terpadu Ternak Sapi Bali . Pros . Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi . Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Badan Litbang Pertanian, Pemprov Bengkulu, dan PT . Agricinal . h1m . 81-88 . Stur, W . W . 1990 . Methodology for Establishing Selection Criteria for Forage Species evaluation . In : Proc . Integrated Tree Croping and Small Ruminat Production System . SR-CRSP . Univ . California Davis, USA . pp. 10-23 . Suryana dan M . Sabrani . 2005 . Ketersediaan Inovasi Teknologi dan Sumber Daya Manusia Mendukung Sistem Integrasi Sawit-Sapi di Kalimantan Selatan . Prosiding Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor .
1 64
Sistem Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Sawit, dan itakao
Zainudin . A .T . and M .W . Zahari . 1992 . Research on Nutrition and Feed Resources to Enhance Livestock Production in Malaysia . Proc . Utilization of feed resources in relation to nutrition and physiology of ruminants in the tropics . Trop . Agric . Res . Series . # 25 : 9-25 . Direktorat Jenderal Peternakan . 2004 . Informasi Peluang Investasi Agribisnis Peternakan . Direktorat Pengembangan Peternakan, Jakarta . Diwyanto_ K dan F . Handiwirawan . 2004 . Peran Litbang dalam Mendukung Usaha Agribisnis Pola Integrasi Tanaman-i'ernak . Dalam Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi TanamanTernak . Pusat Penelitian dan Pengembngan Peternakan, Bogor . Diwyanto, K . dan A . Priyanti . 2005 . Prospek Pengembangan Ternak Pola Integrasi Berbasis Sumber Daya Lokal . Prosiding Lokakarya Pengembangan Sisteni Integrasi Kelapa Sawit Sapi . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor . Pasambe, D ., Kasman, A . Ella, dan D . Baco . 2004 . Peranan Integrasi Ternak Sapi dalam Sistem Usaha Tani Padi di Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan . Dalam Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman--Ternak . Pusat Penelitian dan Pengembngan Peternakan, Bogor . Reijntjes C ., 13 . Haverkort, dan W . Bayer . 1999 . Pertanian Masa Depan . Penerbit Kanisius, Yogyakarta . Rohaeni E .S ., A . Subhan, N . Amali . Sumanto , dan A . Darmawan . 2005 . Kontribusi Pendapatan Pemcliharaan Ternak Sapi dalam Sistem Integrasi Jagung dan Ternak Sapi di Lahan Kering . Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor . Santoso MA dan R . Hardianto . 2006 . Konsep dan Aplikasi Sistem Permian Terpadu Berbasis Peternakan di Koperasi Rukun Santoso Kabupaten Blitar . Sri Widodo . 1992 . Ekonomika Mikro . Program Studi Ekonomi Pertanian Program Pascasarjana : Institut Pertanian Bogor, Bogor . Wiyono D .B . dan Mariyono . 2005 . Review Hasil Penelitian Model Loir h:xterrnt/ Input di Loka Penelitian Sapi Potong Tahun 2002-2004 . Dalam Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan . Bogor .
1 65