UNIVERSITAS INDONESIA
EKSPRESI RINDU DALAM PUISI YET NOTEUESO KARYA JANG SEOK NAM: ANALISIS DIKSI DAN MAKNA PUISI
MAKALAH NON SEMINAR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora
DYAH IKA MUSTIKAWATI 1206271366
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA DEPOK JUNI 2016
Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
EKSPRESI RINDU DALAM PUISI YET NOTEUESO KARYA JANG SEOK NAM: ANALISIS DIKSI DAN MAKNA PUISI Dyah Ika Mustikawati, Eva Latifah Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia Email:
[email protected],
[email protected] Abstrak Jurnal ini membahas tentang diksi dan makna yang terdapat dalam puisi berjudul Yet Noteueso karya Jang Seok Nam yang bertemakan rasa rindu terhadap masa lalu. Puisi ini menceritakan tentang pria yang rindu terhadap wanita di masa lalunya. Awalnya pria ini mengingat kembali pelukan wanita di masa lalunya. Lalu ia memulai usahanya untuk melepaskan rasa rindunya terhadap wanita tersebut. Rasa ragu juga sering muncul dalam hatinya. Sayangnya, wanita ini tidak menyadari akan kerinduan yang dirasakannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan lebih mendalam mengenai rasa rindu yang ingin disampaikan oleh penyair melalui puisi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif serta mengumpulkan sumber data terkait dengan objek penelitian berdasarkan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah ekspresi rindu yang diungkapkan oleh penyair tidak dijelaskan secara nyata melalui kata-kata karena kata yang berhubungan dengan perasaan rindu dalam puisi ini hanya berjumlah dua kata. Ekpresi rindu disampaikan melalui usaha-usahanya dalam menggapai wanita di masa lalunya. Pada akhirnya, pria ini memutuskan untuk tetap di sisi wanita itu dan tetap memperjuangkannya. Kata Kunci: diksi, makna, rindu.
YEARNING EXSPRESSION IN YET NOTEUESO BY JANG SEOK NAM: ANALYSIS OF DICTION AND MEANING OF POEM Abstract This journal discussed about the diction and meaning that contained in a poem entitled Yet Noteueso written by Jang Seok Nam and had a theme about yearning to the past. This poem depict about a man who yearning for his ex-girlfriend. At the beginning, this man remembered an embrace from his woman in the past and then he began to relieve his feeling towards the woman eventough doubtness often comes to his heart. Sadly, this woman didn’t even realize about his feeling. The objective of this research is to elaborate the yearning feeling of a man that the writer wanted to conveyed through the poem. This research conduct a descriptive qualitative method and study of literature from related data. Results from this study is the expression of yearning which depicted by the writer is not explained well through words because there were only two words that related with yearning feeling. His yearning feeling towards her conveyed through his efforts in order to get to her heart. In the end, this man decided to stay by her side and kept trying to fight for her. Keywords: diction, meaning, yearning.
Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
I.
PENDAHULUAN Dunia kesusastraan Korea Selatan, sudah berkembang sejak periode klasik.
Sebagai contoh adalah perkembangan Hyangga pada dinasti Silla abad ke- 6-10. Setelah itu Dinasti Koryo di abad 10-14 mengembangkan puisi yang diberinama Koryo Gayo dan Kyonggi Chaega (abad ke- 13-16). Dinasti Chosun menghasilkan sejumlah besar puisi berbentuk syair untuk bangsawan (abad ke-15) dan nyanyian Kasa (abad ke- 1519) (Chung, 2010: xx). Periode modern dalam kesusastraan Korea dimulai sejak berakhirnya aneksasi Jepang tahun 1910. Puisi Korea modern yang berbentuk bebas mulai muncul sejak tahun 1915 dengan bentuk ritme yang unik dan ekspresi yang baru (Hung-gyu, 1997: 47). Tahun 1930, perkembangan kesusastraan Korea modern mencapai puncaknya melalui usaha-usaha dari sekelompok narator yang membawa pengaruh dari Eropa (Peter, 1990: xix). Pada periode 1930an, organisasi KAPF (Korean Artist Proletarian Federation) juga berperan besar dalam kesusastraan Korea modern. Seiring berjalannya waktu, puisi semakin dinikmati oleh khalayak luas. Jika pada zaman Korea masih berbentuk kerajaan, hanya kalangan tertentu saja yang dapat menikmati puisi karena ditulis dalam Hanja.1 Pada 1948, Zong In-sub menerjemahkan literatur Korea ke dalam bahasa Inggris. Hingga tahun 1960an, jumlah puisi yang diterjemahkan semakin meningkat. Bahkan pada akhir 1960an, novel Korea juga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris (Classe, 2000: 773). Perkembangan puisi umumnya dilatarbelakangi oleh kondisi negara pada saat itu, seperti puisi tahun 1980 dan 1990an. Umumnya puisi pada 1980an, dipengaruhi oleh situasi politik dan sosial, pada 1990an, Korea Selatan mulai menjadi negara yang memiliki jaringan internet kuat yang memacu keragaman dan pluralisme. Pengaruh
1
Huruf Hanja adalah huruf Han, tulisan China yang juga digunakan dalam bahasa Korea Kuno sebelum ditemukannya Hangeul (aksara Korea sekarang). Oleh sebab itu, semua nama China bisa diubah menjadi nama Korea dan sebaliknya (Andriana, 2013:16).
1 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
postmodernisme 2 juga meluas. Representasi narator yang berpengaruh di era 1990an adalah Jang Seok Nam, Yu Ha dan Ho Su Gyeong (Son-i, 2012: 141). Jang Seok Nam lahir tanggal 3 Agustus 1965 di Incheon, Korea Selatan. Ia memulai debutnya di tahun 1987 dan mendapatkan pelbagai penghargaan, yaitu Gim Suyeong Prize tahun 1992, Hyeondae Munhak Prize tahun 1999, dan Midang Literature Prize tahun 2010. Hingga saat ini, sudah ada 31 buku yang dipublikasikan, biasanya berbentuk kumpulan puisi. Karyanya juga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris seperti Winter Pond, Hanging Plum-Blossom dan I Turn off the Light. Puisi tersebut diterjemahkan oleh Brother Anthony.3 Salah satu puisi karya Jang Seok Nam adalah Yet Noteueso. Puisi ini berbentuk bebas, layaknya puisi kontemporer. Puisi ini terdapat dalam buku kumpulan puisinya yang berjudul 지금은 간신히 아무도 그립지 않을 무렵 Jigeumeun ganshinhi amudo geuribji anheul muryeop yang memiliki arti ‘sekarang adalah masa sulitku untuk tidak merindukanmu.’ Tahun dipublikasikannya adalah 1999. Puisi ini bercerita tentang kerinduan terhadap mantan kekasih. Dalam penulisan jurnal ini, penulis bertujuan untuk menelaah ekspresi rindu yang terkandung dalam puisi Yet Noteueso dengan menggunakan analisis diksi serta makna puisi. Metode penulisan jurnal yang digunakan penulis adalah metode deskriptif kualitatif. Penulis mengumpulkan sumber data terkait dengan objek penelitian berdasarkan studi kepustakaan. Puisi Umumnya karya sastra dibagi menjadi tiga bagian yaitu prosa, puisi dan drama. Menurut B. Rahmanto (1988: 34), karya sastra yang paling awal ditulis adalah puisi. Oleh karena itu, puisi sangat dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat sejak lama. Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga 2
Postmodernisme adalah keseluruhan usaha yang bermaksud merevisi kembali paradigma modern. Salah satu karakter dasar postmodernisme yang paling dominan adalah keragaman atau pluralitas, bahkan hingga ke tingkat yang sangat ekstrem (Wora, 2006: 93). 3 Brother Anthony atau An Seon Jae adalah seorang profesor di Universitas Seogang dan di Universitas Dankook, Korea Selatan. Ia mulai menerjemahkan literatur Korea modern pada tahun 1988. Hasil terjemahan pertamanya adalah puisi milik Ku Sang (http://anthony.sogang.ac.kr/LIFE.htm).
2 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus (Sugono, 2003:159). Banyak sekali definisi yang ditemukan mengenai puisi. Kata puisi berasal dari bahasa Yunani Kuno. Puisi adalah seni tertulis yang pengunaan bahasa untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya (Intisa, 2015: 3). Dalam penulisannya, puisi menggunakan susunan kalimat yang indah sehingga menyentuh pembacanya. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama (Dewi, 2015: 272). Menurut Choi (2013: 47) dalam bukunya yang berjudul 문학과 글 munhakgwa geul yang memiliki arti kesusastraan dan tulisan, puisi adalah: 시는 인간의 정서와 사상을 운율이 있는 언어를 사용하여 압축적으로 표현하는 문학이다. 다른 문학작품들도 그 표현수단이 언어지만 시는 어느 장르보다 더 그 표현에 있어서 언어에 절대적인 비중을 두고 있다. 그리고 시는 언어를 배열하고 조직하는 과정에서 운율이 새성되는 것이 보통이다. (최명숙, 문학과 글 2013 P.47) Terjemahan bebas: Kesusastraan yang menggunakan bahasa, mengekspresikan emosi manusia dan pemikirannya secara implisit. Jenis kesusastraan lainnya juga mendeskripsikan bentuk ekspresi tersebut, namun dibandingkan jenis kesusastraan yang lain, puisi lebih menekankan ekspresinya. Selain itu, puisi juga merangkai bahasa sehingga memunculkan sebuah ritme.
Keindahan puisi dapat dilihat selain melalui diksi, majas, rima, dan irama, juga dari seberapa besarnya ekspresi yang ingin diungkapkan narator. Puisi juga diyakini sebagai sarana ekspresi narator dari lubuk hatinya. Perwujudan ekspresi narator lewat puisi selanjutnya difasilitasi melalui bahasa yang bertujuan memberi kesan dan suasana emotif tertentu untuk memengaruhi perasaan/pemikiran penikmat puisi (Reza, 2010: 2). Seiring dengan perkembangan zaman, puisi juga turut berkembang, baik dari sisi bentuk maupun hakikatnya. Menurut Agus (2012: 183) dalam bukunya yang berjudul Kitab Bahasa Indonesia, mengatakan bahwa hakikat puisi ada tiga hal, yaitu (1) sifat seni atau fungsi estetik, (2) kepadatan, dan (3) ekspresi tidak langsung. Umumnya pada puisi modern, terkandung hakikat puisi yang tidak berupa rima (sajak, persamaan bunyi), jumlah baris, atau jumlah suku kata tiap barisnya, sehingga bentuknya lebih beragam.
Diksi
3 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, keindahan puisi dapat tercapai melalui diksi, majas, rima, dan ekspresi. Adapun pengertian diksi adalah pilihan kata terhadap bahasa-bahasa yang dikuasai oleh penutur (Siswono, 2014: 7). Menurut Afwan (2014: 16) dalam bukunya yang berjudul Studi dan Pengkajian Sastra, diksi adalah pemilihan kata yang tepat, padat, dan kaya akan nuansa makna dan suasana yang diusahakan secermat dan seteliti mungkin, dengan mempertimbangkan arti yang sekecil-kecilnya baik makna denotatif maupun makna konotatif sehingga mampu memengaruhi imajinasi pembacanya. Diksi memiliki peranan yang besar dalam puisi. Diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana (Wicaksono, 2014: 17). Diksi berkaitan dengan gaya dalam sastra menurut Chapman lewat Andri (2014: 17), pemilihan kata dapat melalui pertimbangan-pertimbangan formal tertentu, yaitu: 1. pertimbangan fonologis, 2. pertimbangan mode, 3. pertimbangan masalah sintagmatik, 4. pertimbangan masalah paradigmatik, dan 5. identifikasi jenis kata. Pertimbangan fonologis biasanya terdapat dalam karya sastra yang berwujud puisi. Pertimbangan fonologis digunakan untuk kepentingan aliterasi,43 irama, dan efek bunyi tertentu (Wicaksono, 2014: 17). Hal-hal yang dikaji dalam fonologi adalah rima dan irama. Rima adalah bunyi yang berulang, baik di dalam maupun akhir baris. Aspek-aspek rima (Suryaman, 2005:31-32) adalah asonansi (pengulangan bunyi vokal), aliterasi (pengulangan bunyi konsonan), rima dalam (pengulangan bunyi, baik vokal maupun konsonan yang bentuk grafisnya sama akan tetapi pelafalannya berbeda), rima identik (pengulangan kata yang sama), dan rima sempurna (bentuk pengulangan antara vokal dan konsonan). Selanjutnya terdapat pertimbangan mode. Pertimbangan dari segi mode sebagai media memusatkan atau mengkonsentrasikan gagasan. Masalah pemusatan gagasan sangat penting, karena hal inilah yang membedakan bahasa sastra dengan bahasa nonsastra. Penggunaan diksi dalam karya sastra dapat menggunakan ragam bahasa keseharian selama mampu mewakiliki gagasan yang ditawarkan oleh pengarang (Wicaksono, 2014: 18). 4
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan (Keraf, 2007:130).
4 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
Di dalam menentukan kata, narator juga mempertimbangkan makna primer dan makna sekunder, atau yang biasanya disebut dengan makna denotasi dan konotasi yang menimbulkan asosiasi (Abrams, 1981: 32). Makna konotatif memiliki andil yang lebih besar daripada makna denotatif karena makna konotatif mampu menggiring pembaca untuk mencapai suatu makna yang lebih luas. Namun antara kedua makna ini saling melengkapi satu dan lainnya. Oleh karena itu, makna yang dihasilkan menjadi lebih sempurna lagi. Biasanya diksi dari narator menjadi suatu ciri khas yang membedakan antara satu narator dengan narator lainnya. Sehingga para penikmat puisi dapat mengetahui siapa naratornya dari diksi yang digunakan. Kecakapan seorang narator menggunakan diksi akan membangkitkan imaji pembacanya (Situmorang, 1983: 19). Imaji pembaca mendorong terbentuknya interpretasi makna puisi. Melalui diksi yang digunakan narator dalam puisinya, pembaca dapat menginterpretasikan makna yang terkandung dalam puisi. Makna merupakan salah satu unsur batin dalam puisi (Siswanto, 2008: 124). Menurut Blanke dalam Sari (2008: 1), makna adalah relasi antara hubungan sistemis dan tidak sistemis. Hal yang dimaksud sistemis adalah unsur bahasa, sementara hal yang dimaksud dengan tidak sistemis adalah unsur luar bahasa. Menurut Ogden dan Richards dalam Sari (2008: 2), makna suatu kata dapat diperoleh dari hubungan antar lambang atau bentuk konsep atau acuan. Makna ini merupakan konsep yang timbul dalam pikiran seseorang bila mendengar atau membaca tanda bahasa. Oleh karena itu, pemilihan kata dalam puisi dan makna yang diinterpretasikan penikmat puisi memiliki hubungan satu sama lain. Makna memiliki tiga dimensi yaitu, (1) makna yang dibangun oleh hasil hubungan arti kata dengan kata lainnya dalam sebuah bahasa, (2) makna sebagai bentuk bahasa yang digunakan untuk maksud tertentu, dan (3) makna merupakan arti yang dapat dibeda-bedakan (Cruse, 2006: 162-163). Dalam penafsiran makna puisi, dapat ditemukan makna ganda ataupun perbedaan interpretasi. Hal ini
disebabkan oleh
narator, apakah ia ingin membuat akhir puisi dengan makna yang ‘terbuka’ atau secara tidak langsung menyerahkan hasil akhirnya ke pembaca ataupun sebaliknya.
Ekspresi Rindu dalam Puisi Yet Noteueso Karya Jang Seok Nam
5 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
Jang Seok Nam melalui puisi yang berjudul Yet Noteueso mencoba untuk menumpahkan perasaannya dengan pemilihan kata atau diksi. Puisi ini menceritakan tentang seorang wanita di masa lalunya. Adapun puisi Yet Noteueso adalah sebagai berikut: 옛 노트에서 그때 내 품에는 얼마나 많은 빛들이 있었던가 바람이 풀밭을 스치면 풀밭의 그 수런댐으로 나는 이 세계 바깥까지 얼마나 길게 투명한 개울을 만들 수 있었던가 물 위에 뜨던 그 많은 빛들 좇아서 긴 시간을 견디어 여기까지 내려와 지금은 앵두가 익을 무렵 그리고 간신히 아무도 그립지 않을 무렵 그때는 내 품에 또한 얼마나 많은 그리움의 모서리들이 옹색하게 살았던가 지금은 앵두가 익을 무렵 그래 그 옆에서 숨죽일 무렵
Terjemahan bebas: Di catatan lampauku Saat itu di pelukanku Seberapakah banyak cahaya yang ada Jika angin menghembus padang rumput Melewati padang rumput di bendungan Sureon Aku sampai di ujung dunia
6 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
Seberapa panjang anak sungai yang jernih Yang bisa aku buat? Aku mengejar Cahaya-cahaya yang hangat di permukaan air itu Aku melawan waktu yang panjang, aku berhenti di sini Sekarang saatnya panen ceri Lalu saatnya aku dengan susah payah tidak merindukanmu Saat itu, di pelukanku lagi seberapa banyak ujung rasa rinduku Yang memburuk? Sekarang saatnya panen ceri Baiklah, waktunya aku menahan napas di sampingmu
Berdasarkan kutipan utuh, puisi Yet Noteueso (Di catatan lampauku) tampak bahwa narator menggunakan larik yang sarat dengan unsur alam. Melalui diksi yang digunakan, Jang Seok Nam mampu membangkitkan imajinasi para pembaca hingga dapat merasakan apa yang ingin disampaikan. Di sisi lain, makna dari puisi ini juga dapat tersampaikan. 그때 내 품에는 Terjemahan bebas: Saat itu di pelukanku
Larik pertama menjelaskan suatu kejadian di masa lalu yang membangkitkan kenangannya. Hal ini terlihat dari diksi 그때 (gettae) yang memiliki arti saat itu. Pemilihan kata ‘saat itu’ menggambarkan kurun waktu yang sudah jauh atau dapat dikatakan sebagai masa lalu. Jadi melalui diksi ini, narator ingin menyampaikan bahwa ia mengingat serta merindukan kembali wanita di masa lalunya sedangkan ‘waktu itu’ sudah lama berlalu. Pada diksi selanjutnya yaitu 내 품 (nae phum) yang berarti di pelukanku. Narator berusaha menggambarkan bahwa sosok tersebut kini sudah tidak ada di sisinya lagi. Narator mengingat kembali perasaannya saat sosok itu berada di pelukannya. Tersirat bahwa ia mengingat kembali pelukan wanita itu. Narator yang secara tiba-tiba mengingat
pelukan
itu lagi menggambarkan bahwa narrator
7 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
mengingat dan menginginkan kembali sosok wanita di masa lalunya untuk berada di pelukannya lagi. Pada larik ini, narator mempertimbangkan aspek fonologis dalam diksinya. Hal ini tercermin pada diksi 는 (neun) pada 내 품에는 (nae phum-eneun) yang berarti di pelukanku. 는 (neun) sendiri tidak memiliki arti, akan tetapi berfungsi untuk mempertegas kata yang sebelumnya yaitu di pelukanku. Melalui aliterasi 는 (neun) pada akhir larik ini, narator bertujuan untuk mengungkapkan gagasan yang paling utama dalam bait ini. Hal itu adalah sosok wanita di pelukannya dahulu. 얼마나 많은 빛들이 있었던가 Terjemahan bebas: Seberapa banyak cahaya yang ada
Narator menggunakan diksi 빛들 (bichdeul) memiliki arti banyak cahaya. ‘cahaya’ menjelaskan keadaan ketika seseorang berada di pelukannya. ‘cahaya’ ini memiliki penafsiran luas. Cahaya bisa berarti cahaya matahari yang hanya ada saat siang hari. Sehingga
bagi narator, sosok yang berada di pelukannya dapat
menimbulkan perasaan yang hangat. 바람이 풀밭을 스치면 Terjemahan bebas: Jika angin menghembus padang rumput
Diksi 바람 (baram) berarti angin. Narator mengibaratkan dirinya sebagai angin yang dapat pergi ke mana saja. Angin dapat diibaratkan sebagai ketulusan hati narator. Narator berusaha dengan tulus namun ia juga tidak mengharapkan wanita itu akan membalasnya kembali. Angin juga menggambarkan bahwa narator berusaha mencari jalan apapun, tak peduli rintangan yang menghadang. Melalui diksi ini, narator berusaha menyampaikan usahanya yang serius terhadap wanita itu. Diksi 풀밭 (phulbat) berarti padang rumput. Pada potongan larik ini juga mengisyaratkan bahwa narator ikhlas bahkan cenderung pasrah atas usahanya. Walaupun artinya narator harus menyusuri perjalanan di padang rumput. Padang rumput juga
memiliki makna kegelisahan narator tentang kisah cinta dalam
hidupnya karena padang rumput itu luas. Padang rumput yang luas identik dengan hal yang penuh dengan ketidakpastian. Oleh karena itu, narator hanya berusaha dengan keras demi wanita di masa lalunya.
8 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
풀밭의 그 수런댐으로 나는 Terjemahan bebas: Aku melewati padang rumput di bendungan Sureon
Narator menggunakan diksi 수런댐 (sureondaem) berarti Bendungan Sureon. Jika ditelusuri melalui internet, tidak ada tempat bernama Sureon, akan tetapi 댐 (daem)
ini memiliki arti bendungan.
Padang rumput ini berada di sekitar
Bendungan Sureon, tempat air terus mengalir menuju muara lalu berakhir ke laut. Hal ini menandakan, ujung perjalanan yang harus ditempuh tokoh aku atau narator masih sangat jauh hingga si narator mencapai titik akhirnya, yaitu di luar dunia. 풀밭 (phulbat) berarti padang rumput. Diksi ini muncul dua kali dalam puisi
ini. Hal ini menandakan bahwa narator serius dengan usahanya. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, narator berusaha menegaskan kembali keikhlasannya dalam berusaha menggapai wanita itu. Diksi ini juga turut menyampaikan kegelisahan narator tentang ketidakpastian usahanya terhadap wanita di masa lalunya. Pada larik ini, narator mempertimbangkan aspek fonologis dalam diksi melalui 나는 (naneun) yang berarti aku. Narator berusaha mempertegas kembali keberadaannya dalam mengusahakan wanita itu. Hal ini tercermin melalui diksi akhir dari bait ini yaitu 는 (neun) serta aliterasinya. Pada bait ini, usaha dan keberadaan narator menjadi gagasannya. 이 세계 바깥까지 Terjemahan bebas: Aku sampai ke ujung dunia
세계 (segye) berarti dunia dan 바깥까지 (bakkatkkaji) berarti ujung dunia.
Diksi 세계 바깥까지 (segye bakkatkkaji) yang berarti ‘sampai ujung dunia’ pada potongan larik ini menandakan suatu hal yang tidak lagi berhubungan dengan duniawi, seperti kehidupan setelah kematian. Melalui kedua diksi ini, narator ingin mengungkapkan seberapa lama lagi ia harus menanti dan melakukan perjalanan ini demi sosok yang ia rindukan. Narator juga berusaha menekankan apakah ia harus berlari sampai ke ujung dunia terlebih dahulu, hingga sosok yang ia rindukan menyadari usahanya. 얼마나 길게 투명한 개울을
9 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
Terjemahan bebas: Seberapa panjang anak sungai yang jernih.
Narator menggunakan diksi 길게 (gilge) yang berarti panjang. Diksi ini disambungkan dengan diksi 개울 (gaeul) yang berarti sungai akan menjadi kata sungai yang panjang. Melalui diksi ini narator berusaha memaparkan air mata dan keringat yang sudah dicurahkan oleh narator sangatlah banyak. Bahkan mampu membentuk sungai yang panjang. Sungai yang panjang itu menjadi simbol ketulusan perasaan narator. Diksi selanjutnya dalam potongan larik ini adalah 투명한 (tumyeonghan) yang berarti jernih. Diksi ini disambungkan dengan diksi 개울 (gaeul) yang berarti sungai akan menjadi sungai yang jernih. Sungai yang jernih diibaratkan sebagai perasaan narator yang suci untuk sang wanita. Diksi ini juga dapat dimaknai sebagai air mata narator. Air mata narator dari usahanya yang ikhlas demi wanita itu. Pada larik ini, narator mempertimbangkan aspek fonologis melalui diksi dari akhir bait yaitu 을(eul) yang berasal dari kata sebelumnya yaitu 개울을(gaeuleul). Diksi 을(eul) tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, narator menggunakan diksi ini sebagai rima pada akhir bait. Melalui diksi 을(eul) juga, narator juga ingin membuat pembacanya turut merasakan keindahan dari puisinya. 만들 수 있었던가 Terjemahan bebas: Yang bisa aku buat?
Diksi 만들 (mandeul) memiliki arti membuat. Diksi ini berhubungan dengan larik puisi sebelumnya, yaitu membuat sungai. Manusia tidak mungkin dapat membuat sungai. Diksi ini hanya sebuah perumpamaan bahwa apakah narator harus sampai melakukan hal yang di luar kemampuannya demi sang wanita. Melalui diksi ini juga narator berusaha menyampaikan bahwa narator ikhlas dalam usahanya, bahkan ia juga akan melakukan segala hal demi sang wanita. 물 위에 뜨던 그 많은 빛들 좇아서 Terjemahan bebas: Aku mengejar Cahaya-cahaya yang hangat di permukaan air itu
10 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
Diksi 물 (mul) yang berarti air serta 위에(wi-e) yang berarti permukaan memiliki arti keseluruhan yaitu permukaan air. Diksi ‘permukaan air’ dalam puisi ini merujuk pada makna air mata sang narator. Narator berusaha demi wanita itu hingga mengeluarkan air mata. Hal ini berarti usahanya sungguh-sungguh demi wanita itu. Permukaan air juga turut menjelaskan bahwa sebenarnya sosok tersebut dekat dengan kehidupan sehari-hari sang narator karena kehidupan manusia tidak bisa lepas dari air. Diksi 뜨던 (tteudeon) bermakna hangat. Dalam puisi ini, kata ‘hangat’ merujuk pada kejadian lampau yang sudah tidak terjadi lagi. Kata ‘hangat’ dapat diibaratkan
sebagai masa lalu karena hangat adalah antonim dari kata panas
sedangkan kata
hangat sebagai penggunaan di penggalan bait ini adalah
menggambarkan air. Panas jika sudah terlalu lama akan menjadi hangat. Diksi hangat ini merujuk kepada wanita di masa lalu sang narator. Narator memaknai wanita di masa lalunya sebagai sesuatu yang ‘hangat’ sebagai simbol harapan dalam hidupnya. Selanjutnya adalah diksi 빛들 (bichdeul) yang berarti cahaya-cahaya. Diksi ini muncul dua kali dalam puisi. Diksi ‘cahaya’ jika ditinjau dari unsur alam, dapat dimaknai dengan cahaya matahari atau cahaya bulan. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, diksi ini merujuk kembali kepada sosok wanita di masa lalu narator. Pada larik selanjutnya, narator menggunakan diksi 좇아서 (jochaseo) yang memiliki arti mengejar. Jika dihubungkan dengan larik dan diksi sebelumnya, tidaklah mungkin untuk mengejar cahaya di permukaan air yang hangat itu. Namun, narator berusaha menyampaikan melalui diksi ‘mengejar’ bahwa ia bersungguhsungguh untuk menggapai wanita itu. Pada larik ini, narator mempertimbangkan aspek fonologis. Hal ini terlihat pada diksi akhir larik ini yaitu 들 (deul). 들 (deul) ini tidak bisa berdiri sendiri sebagai sebuah kata, namun harus disambung dengan diksi sebelumnya yaitu 빛들 (bichdeul) yang berarti banyak cahaya. Cahaya memiliki makna wanita di masa lalunya. Hal yang ingin ditekankan oleh narator bukanlah banyak wanita di masa
11 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
lalunya, melainkan melalui 들 (deul) ini, wanita di masa lalunya dianggap sangat penting oleh narator. 긴 시간을 견디어 여기까지 내려와 Terjemahan bebas: Aku melawan waktu yang panjang, aku berhenti di sini
Pada larik ini, terdapat diksi 긴 시간을 (gin siganeul) yang bermakna waktu yang panjang. Diksi ini sesuai dengan perjalanan yang harus ditempuh oleh narator dan waktu yang ia luangkan demi sang wanita. Usaha narator adalah serius. Melalui diksi ini juga, narator menggambarkan pengorbanan waktu dan usahanya itu tulus. Diksi 견디어 (gyeondieo) memiliki arti melawan. Kata melawan dalam puisi ini bukan ditujukan untuk melawan musuh, melainkan melawan perasaan sang narator. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, narator melakukan banyak usaha demi sang wanita dan mengorbankan waktunya pula. Konflik antara perasaan dan logika narator tergambar melalui diksi ini. Selain itu, narator ingin mengungkapkan bahwa apakah ia harus juga untuk melawan kenyataan? Bahwa wanita itu tidak memiliki perasaan yang sama dengannya lagi. Hingga pada larik ketiga, setelah sekian lama berusaha, narator merasa lelah atas usaha dan waktunya selama ini yang ia luangkan demi sosok itu. Melalui diksi 긴 시간을 견디어 (gin siganeul gyeondieo) yang berarti aku melawan waktu yang
panjang, mengisyaratkan bahwa ini bukan jalan yang tepat. Narator menyadari bahwa sudah sepantasnya ia tidak melawan waktu. Maksudnya ialah selama ini narator melakukan hal yang sia-sia. Narator digambarkan sudah menyerah pada larik ini.
지금은 앵두가 익을 무렵 Terjemahan bebas: Sekarang saatnya panen Ceri
Selanjutnya adalah diksi 앵두 (aengdu) yang berarti ceri. Ceri dapat dipanen pada musim semi, walaupun dalam waktu yang singkat. Musim Semi dimulai sejak akhir bulan Maret sampai awal bulan Mei. Menurut Michael (1999: 200), musim semi adalah musim penuh cinta. Ceri juga dipanen saat musim semi. Diksi ‘ceri’ ini muncul dua kali dalam puisi ini, bahkan dengan penggalan larik yang serupa.
12 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
Melalui diksi ‘ceri’ ini, narator berharap bahwa usahanya akan berakhir ‘manis’ seperti buah ceri. Pada musim semi juga, bunga-bunga dan pepohonan mulai bermunculan kembali setelah musim dingin. Hampir tidak ada tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan musim dingin. Sehingga pada musim semi, semua tumbuhan kembali merekah. Diksi ‘ceri’ ini juga menunjukan narator akan tetap mencintai sang wanita. Diksi 익을 (igeul) memiliki makna akan matang. Diksi ‘akan matang’ ini merujuk terhadap diksi sebelumnya yaitu buah ceri. Melalui diksi ini tergambar harapan narator atas usaha-usaha terhadap wanita itu sebelumnya akan berhasil. Diksi ini juga menggambarkan kesabaran narator dalam mengejar wanita itu. Narator percaya bahwa kesabarannya dalam memerjuangkan wanita itu akan berhasil. 그리고 간신히 아무도 그립지 않을 무렵 Terjemahan bebas: Lalu saatnya aku dengan susah payah tidak merindukanmu
Pada penggalan larik di atas, terdapat diksi 그립지 않을 (geuribji anheul) yang memiliki makna tidak merindukanmu. Mu- dalam potongan larik ini merujuk terhadap wanita di masa lalunya. Melalui diksi ini narator bertekad untuk tidak merindukan wanita itu lagi karena perasaannya tidak akan berubah. Selanjutnya narator berusaha memaparkan bahwa ia tidak akan merindukannya lagi karena narator sangatlah dekat dengan sang wanita walaupun harus diiringi dengan kerja keras. 그때는 내 품에 또한 Terjemahan bebas: Saat itu, di pelukanku lagi
Selanjutnya adalah diksi 또한 (tto han) yang berarti lagi. Larik ini hampir serupa dengan larik pembuka puisi. Narator mengulangnya kembali dan ditambah dengan diksi ‘lagi’. Hal ini menunjukkan bahwa narator merindukan kembali pelukan dari wanita di masa lalunya. Walaupun wanita itu berada di sekitar narator, narator bermaksud untuk memiliki wanita itu sebagai kekasihnya lagi. Narator dalam puisi ini juga mempertimbangkan mode dalam diksinya agar gagasan narator dapat diterima oleh pembacanya. Hal ini dapat terlihat dari
13 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
pengulangan diksi 내 품에 (nae phum-e). Narator berusaha menegaskan kembali perasaan rindunya terhadap wanita itu melalui penggunaan kata ‘di pelukanku’. Kerinduan narator terhadap sosok wanita di pelukannya bangkit lagi. 얼마나 많은 그리움의 모서리들이 Terjemahan bebas: Seberapa banyak ujung rasa rinduku
Diksi selanjutnya adalah diksi 모서리들 (moseorideul) yang memiliki arti ujung. Melalui diksi ini, narator berusaha memaparkan kegelisahannya akan perasaan ini. Harus sampai kapan perasaan narator seperti ini? Hingga ujung dari penantiannya akan tampak. Dalam larik ini, kegelisahan narator adalah mengenai rasa rindunya. Rasa rindunya yang banyak tidak serupa dengan perasaan wanita itu. 옹색하게 살았던가 Terjemahan bebas: Yang memburuk?
Diksi selanjutnya adalah 옹색하게 (ongsaekhage) yang memiliki arti memburuk. ‘memburuk’ dalam potongan larik ini menggambarkan kerinduannya terhadap wanita di masa lalunya yang semakin besar. Melalui diksi ini, narator mengungkapkan pikirannya, sampai kapan rindunya akan seperti ini. Keraguan narator juga mulai muncul. Rasa rindunya yang semakin besar namun wanita itu bahkan tidak menyadarinya. 그래 그 옆에서 숨죽일 무렵 Terjemahan bebas: Baiklah, waktunya aku menahan napas di sampingmu
Selanjutnya adalah diksi 옆에 (yeoph-e) yang berarti di sampingmu. Melalui diksi ini narator berusaha menegaskan kembali bahwa narator yang mendampingi wanita itu. Diksi ini juga menggambarkan harapan dari narator. Walaupun narator mengungkapkan harapannya, ia tidak memaksakan kehendaknya. Harapan narator untuk berada di sisi wanita tersebut juga turut menggambarkan perasaannya yang tulus terhadap wanita di masa lalunya tersebut. Melalui diksi 숨죽일 (sumjukil) yang memiliki arti menahan napas, narator berusaha mengungkapkan bahwa ia akan berusaha kembali demi mendapatkan wanita di masa lalunya tersebut. Diksi ‘menahan napas’ juga mengisyaratkan mengenai suatu
14 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
permulaan dalam menjalani suatu aktivitas. Sehingga pada akhirnya, narator tidak menyerah atas usahanya untuk wanita tersebut. Diksi 무렵 (muryeob) muncul sebanyak empat kali dalam puisi ini, yaitu pada larik ke sebelas, dua belas, enam belas, dan tujuh belas. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, 무렵 (muryeob) memiliki arti saat atau bisa juga diartikan sebagai musim. Melalui pertimbangan mode dalam diksi, narator berusaha memusatkan gagasannya terhadap waktu. Waktu serta usaha yang dilalui oleh narator tidak sedikit demi wanita di masa lalunya. Penggunaan diksi ini pada larik ke sebelas dan dua belas menunjukkan bahwa narator sedang ragu atas kerinduannya. Diksi 무렵 (muryeob) bermakna sebagai masa narator bertekad untuk tidak merindukan wanita itu lagi.
Makna Puisi Aspek makna yang tersirat dalam puisi ini yang dapat diungkapkan ialah kisah seseorang yang merindukan sosok di masa lalunya. Di tengah kerinduannya, ia masih berusaha untuk menggapai sosok tersebut. Sosok yang pernah ada di pelukannya dan yang dekat dengan kesehariannya. Hal ini tercermin melalui judul puisinya yaitu Yet Noteueso (di catatan lampauku). Puisi ini menceritakan mengenai perjuangan dalam meraih tujuan dalam hidup, salah satunya adalah cinta. Melupakan seseorang di masa lalu bukanlah perkara mudah. Melalui puisi ini, narator berusaha menyampaikan makna bahwa perjuangan demi orang yang dirindukan tidaklah mudah. Selalu ada rintangan dan halangan yang akan menghadang. Perjalanan
narator untuk kembali ke masa lalunya, mengalami pelbagai
rintangan. Namun narator tetap berusaha untuk sosok tersebut. Melalui puisi ini, narator menggambarkan sosok di masa lalunya sebagai dua sisi. Sisi pertama, sebagai sosok yang 'dekat' karena ia berada di sisi narator. Sisi kedua, sebagai sosok yang 'jauh' karena ia pernah menjadi masa lalu narator. Narator memiliki perasaan yang tulus dan rasa rindu terhadap sosok tersebut. Usaha-usaha yang dilakukan narator sebagai salah satu buktinya. Bahkan hingga di penghujung puisi yaitu saat musim panen Ceri, narator tetap berusaha demi sang wanita dan tetap berada di sisinya.
15 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, antara diksi dan makna dalam puisi Yet Noteueso ini, memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Diksi ‘rindu’ dalam puisi ini sendiri, hanya berjumlah dua yaitu 그립지 않을 (geuribji anheul) yang memiliki arti tidak merindukanmu pada larik ke 11 dan 그리움 (geurium) yang memiliki arti rasa rindu pada larik ke 13. Dapat disimpulkan bahwa kerinduan dalam puisi yang ingin disampaikan narator, tidak dijelaskan secara langsung melalui diksi 그리움 (geurium) atau rindu, namun lebih cenderung dijabarkan melalui diksi lainnya, seperti 내 품에는 (nae phumeneun)
yang berarti di pelukanku. Melalui pemilihan kata 내
품에는 (nae phumeneun) pada larik pertama dan ketiga belas, dapat dimaknai sesuatu
yang membangkitkan kenangan dan rindu akan seseorang di masa lalunya. Jika ditelaah lebih dalam melalui judul puisi ini, yaitu 옛 노트에서 (옛 adalah lampau, sedangkan 노트에서 adalah di catatanku), sudah tersirat mengenai hal yang ingin diangkat oleh
narator. Hal ini tidak lain adalah rasa rindu. Lampau mengisyaratkan ‘masa lalu’ sedangkan ‘di catatanku’ menjelaskan tentang kisahnya yang sudah terjadi. Terdapat banyak sekali usaha si narator untuk melepaskan kerinduannya di puisi Yet Noteueso ini. Melalui usaha-usaha yang dijabarkannya yang terdapat pada larik ke tiga hingga kesembilan, ia masih terus berusaha untuk melepaskan rasa rindunya. Kerinduan narator dapat terlihat secara nyata dalam puisi ini. Hingga
pada
larik
kesembilan,
narator
masih
tetap
memerjuangkan
kerinduannya pada sosok di masa lalunya, tapi dari larik sepuluh hingga larik dua belas, narator lelah dengan usahanya untuk melepaskan rasa rindunya. Namun ia masih berada di samping wanita tersebut. Narator tidak pergi dari sisi wanita itu. Larik ketiga belas hingga larik lima belas menunjukkan bahwa rasa rindu itu bangkit lagi. Usaha narator untuk tidak merindukan sosok di masa lalunya lagi berubah menjadi goyah. Hingga pada larik terakhir, narator memutuskan untuk tetap berada di sisi wanita itu dan tetap memperjuangkannya kembali sesuai dengan makna panen ceri.
Daftar Pustaka Buku
16 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Term. New York: Harcourt. Andriana, Lia Indra. 2013. Good Memories. Jakarta: Penerbit Haru. B.P.Situmorang. 1983. Bahasa Indonesia sebagai Bahan Kuliah Dasar untuk Perguruan Tinggi. Ende: Nusa Indah. Classe, Olive (Editor). 2000. Encyclopedia of Literary Translation Into English: A-L. London: Fitzroy Dearborn Publishers. Cruse, D.A. 2006. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh University Press. Dewi, Annisa. 2015. Edisi Terlengkap EYD & SASTRA INDONESIA Untuk Dunia Penulisan. Jakarta: Lembar Langit Indonesia. Ferber, Michael. 1999. A Dictionary of Literary Symbol. New York: Cambridge University Press. Hung-gyu, Kim. 1997. Understanding Korean Literature. New York: M.E. Sharpe, Inc. Intisa, Indra. 2015. PUTIKA (Puisi Tiga Kata), Teori dan Konsep. Yogyakarta: Penerbit Garudawhaca. Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Myung Sook, Choi. 2013. Literature and Writing. Korean: Pureunsasang. Nam Seok, Jang. 1995. 지금은 간신히 아무도 그립지 않을 무렵. Seoul: Munhak Gwaji Seongsa. Peter, H. Lee. 1990. Modern Korean Literature: An Anthology. USA: University of Hawai. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Rokhmansyah, Afwan. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra; Perkenalan Awal Terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Siswono. 2014. Teori dan Praktik (Diksi, Gaya Bahasa dan Pencitraan). Yogyakarta: Deepublish. Son-i Lee, Hyeon-yang Kim dan Ho-seok Chae. 2012. A History of Korean Literature. Seoul: Kyung Hee International Researcher. Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid I. Jakarta: Pusat Bahasa. 17 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
Suryaman, Maman. 2005. Unsur Bentuk dan Makna Puisi. Yogyakarta: FBS UNY. Wicaksono, Andri. 2014. Garudhawaca.
Catatan Ringkas Stilistika. Yogyakarta: Penerbit
Wiyanto, Agus. 2012. Kitab Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. Wora, Emanuel. 2006. Perenialisme, Kritik atas Modernisme dan Postmodernisme. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Young-rim, Chung. 2007. Puisi buat Rakyat Indonesia: Kumpulan Puisi 25 Narator Korea. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sumber Jurnal, Skripsi dan Disertasi Chung Eun-gwi. 2010. After Liberation: Notes on Contemporary Korean Poetry. Jurnal. University of Oklahoma. Reza, A. 2010. Ketaklangsungan Ekspresi dalam Lirik Lagu Karya Ebiet G Ade (Sebuah Tinjauan Stilistika). Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro. Sari, Ririn Indah Permata. 2008. Analisis makna kontekstual puisi-puisi Ingeborg Bachmann dalam kumpulan puisi Ich Weine Bessere Welt: sebuah tinjauan semantis-semiotis. Skripsi. Universitas Indonesia. Stalling, Jonathan C., Chung Eun-gwi. 2010. Introduction: Korean Literature, Then and Now. Jurnal. University of Oklahoma.
Sumber Internet [장석남]. Style Sheet. https://search.naver.com/search.naver?where=nexearch&query=+%EC%9E% A5% EC%84%9D%EB%82%A8&sm=top_hty&fbm=1&ie=utf8 (diakses pada 12 April 2016) [시사랑]. Style sheet.
18 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016
http://www.poemlove.co.kr/bbs/board.php?bo_table=tb01&wr_id=2689&sca=&sfl=wr_ 1&stx=%C0%E5%BC%AE%B3%B2&spt=-27041&page=2 (diakses pada 24 Mei 2016) [Brother Anthony]. Style Sheet. http://anthony.sogang.ac.kr/LIFE.htm (diakses pada 12 April 2016)
19 Ekspresi rindu ..., Dyah Ika Mustikawati, FIB UI, 2016