Ekspresi Cinta dalam Puisi-puisi Karya Won Tae-yeon dan Kim So-yeop
Sekar Adella, Eva Latifah
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
[email protected]
Abstrak Skripsi ini membahas bentuk pengekspresian cinta melalui puisi-puisi karya dua penyair Korea, Won Tae-yeon dan Kim So-yeop. Penelitian dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur pembangun puisi untuk menemukan ciri khas dari setiap penyair dalam menuangkan pengalaman jiwanya tentang cinta ke dalam puisi. Metode yang digunakan adalah metode close reading dengan mengabaikan faktor di luar puisi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan dan persamaan dalam cara pengungkapan cinta melalui puisi oleh kedua penyair. Puisi karya Won Tae-yeon memiliki keteraturan jumlah bait dan larik serta cenderung menggunakan bahasa sehari-hari. Sedangkan puisi karya Kim So-yeop banyak menggunakan konotasi dan cenderung tidak terikat jumlah bait dan larik. Secara batin puisi Won Tae-yeon menyampaikan cinta yang menggebu-gebu langsung kepada lawan bicara sedangkan puisi Kim So-yeop mengutarakan cinta sebagai anugrah yang ditujukan kepada objek anonim yang lebih universal. Kata kunci: ekspresi cinta; puisi; tema cinta
Analysis of Love Expression in Love Poems by Won tae-yeon and Kim So-yeop Abstract The focus of the thesis is a love expression in love poems which are produced by two Korean Poet, Won Taeyeon and Kim So-yeop. This study is done by analyzing the elements of the poems in order to find the characteristic of each poet about describing their love devotion into a poem. The method used in this study is close reading method by ignoring the external elements of the poetry. The result of the study shows some similarities and dissimilarities in showing their love through poetry written by both poets. Poetry written by Won Tae-yeon has a well-ordered number of couplet and line and also tends to use a basic-daily words. While Kim So-yeop use a lot of connotation words in her poetry which has no reguler number of couplet and line. On the inner side, Won Tae-yeon’s tends to shows his enthusiastic love directly to his lover while Kim So-yeop states her grateful love to the anonym universal object. Keywords: love expression; poetry; love
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
Pendahuluan Puisi merupakan sebuah ungkapan hati yang biasanya dituliskan dalam rangkaian yang biasanya indah dan berirama. Puisi terkadang juga dijadikan sebagai sarana pengekspresian hati para penyair. Bahkan tidak sedikit puisi juga dijadikan sebagai alat kritik sosial atas keadaan terkini hingga puisi semakin populer di tengah masyarakat. Kenapa orang menulis puisi? Bahasa yang kita gunakan sehari-hari dengan yang digunakan berekspresi dalam puisi entah mengapa sedikit berbeda. Bila membaca puisi entah mengapa di dalam kepala seperti ada pemandangan awan yang berarak-arak (Jeong-min, 2010: 15). Pendapat ini diperkuat oleh seorang kritikus sastra sekaligus analis puisi, Rachmat Djoko Pradopo dalam bukunya yang berjudul Pengkajian Puisi. Beliau mengatakan bahwa karya sastra dapat dikatakan bersifat puitis jika hal itu dapat membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, dan menimbulkan keharuan (2009: 13). Puisi juga seringkali tercipta atas dasar pengalaman penyair yang diwujudkan dalam bentuk rangkaian kata puitis sebagai representasi atas pemahaman penyair atas kejadiankejadian penting dalam hidupnya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Pradopo dalam bukunya. “Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, yang digubah dalam wujud yang paling berkesan” (Pradopo, 2009: 7). Oleh karena puisi merupakan sebuah bentuk pengungkapan dan ekspresi penyair, maka puisi biasanya memiliki tema yang beragam, mulai dari perang, cinta, alam, dan lainlain. Salah satu tema yang tidak pernah habis dibahas adalah cinta. Cinta dalam pengertiannya yang luas bisa terbagi lagi menjadi cinta kepada tanah air, cinta kepada lingkungan, cinta kepada orangtua, cinta antarkekasih, dan masih banyak lagi. Bahkan, tak hanya jenis tema cinta yang beragam, setiap penyair pun memiliki gayanya sendiri dalam menggambarkan cintanya. Won Tae-yeon (selanjutnya disebut WTY) dan Kim So-yeop (selanjutnya disebut KSY) adalah dua penyair Korea yang terkenal dengan puisi-puisi cintanya. Meskipun samasama menulis puisi tentang cinta, perbedaan latar berlakang dan pengalaman tentunya berpengaruh pada karya-karya yang mereka hasilkan, namun terlepas dari itu bila dikaji lebih mendalam, puisi-puisi karya WTY dan KSY memiliki kekayaan baik dari unsur fisik maupun batinnya. Untuk itu diperlukan penelitian mendalam terhadap unsur-unsur puisi dalam karya kedua penyair untuk menemukan kecenderungan-kecenderungan dari WTY dan KSY dalam menuangkan ekspresi cintanya ke dalam puisi.
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
Tinjauan Teoritis Pengertian Puisi Salah satu cabang kajian tentang sastra adalah puisi. Puisi merupakan bagian dari ilmu sastra. Sastra dalam bahasa Sansekerta berarti tulisan atau karangan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, puisi adalah gubahan di bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus (Departemen Pendidikan Nasional, 2005: 903). Bila dilihat dari komentar para ahli sastra, puisi sendiri memiliki banyak pengertian, namun secara etimologis puisi berasal dari bahasa Yunani, Poesis yang berarti penciptaan atau produksi. Awalnya kata ini mengacu pada arti memproduksi yang digunakan dalam pertanian, namun kemudian arti puisi (
(si), poetry) menyempit menjadi
membuat kata1. Berdasarkan pendapat para ahli, Pradopo menyimpulkan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama (1990: 7). Di sisi lain, Jeong-min dalam bukunya Jeong-min Seonsaengnimi Deullyeojuneun Hansi Iyagi melihat puisi dari segi batinnya. Ia meyakini bahwa di dalam puisi ada sebuah kekuatan yang tersimpan. Puisi dapat mencakup semua pemikiran yang tidak bisa diekspresikan kata-kata. “Puisi memang memiliki kekuatan yang aneh. Dibandingkan penjelasan dengan kata-kata, bila menulis puisi perasaan yang aneh pun timbul, dalam pikiran juga muncul imaji yang indah bukan?” (Jeong-min, 2010: 12). Pengertian Cinta Cinta merupakan sesuatu yang dialami secara universal. Ada begitu banyak cinta dan ragamnya yang berbeda. Banyak orang berpendapat tentang definisi cinta sesuai dengan cinta yang mereka terima dalam hidupnya. Menurut Burret (1955) dalam Gejolak Emosi yang Dinamis, yang dimaksud dengan cinta adalah perasaan pengalaman yang melampaui batasbatas kehidupan biasa. Cinta memiliki kekuatan untuk menyembuhkan, untuk menciptakan kekayaan rohani, dan memberikan kehidupan abadi. Cinta mengilhami petualanganpetualangan hebat tindakan yang sangat berbahaya, yang mengandung risiko dan
1 . :
.
:
, 2006. Hlm 287.
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
membutuhkan keberanian serta menciptakan semangat dan usaha seseorang yang terarah (Lesmana, 2010:1-2). Menurut Erich Fromm (2000) dalam Seni Bercinta, cinta dibagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan objek penerima cintanya. Cinta persaudaraan, cinta seorang ibu, cinta kepada lawan jenis, cinta kepada diri sendiri, cinta kepada Tuhan, dan sebagainya. Cinta persaudaraan adalah cinta terhadap sesama manusia. Karakter dari cinta jenis ini adalah tidak adanya ekslusifitas atau pengkhususan. Cinta seorang ibu adalah penekanan terhadap hasrat terhadap kehidupan anak-anak. Cinta pada lawan jenis adalah hasrat untuk bersatu hanya pada satu orang saja, sebuah penyatuan sepenuhnya. Cinta pada diri sendiri artinya memiliki sebuah hubungan dengan eksistensi lain yang tidak melebihi rasa cinta pada dirinya sendiri. Cinta pada Tuhan merupakan timbulnya sebuah hasrat untuk menghilangkan jarak dan memiliki sebuah persatuan dengan Tuhan (Jung, 2006: 77-78). Setiap orang memiliki pandangan dan penilaiannya masing-masing terhadap sesuatu. Hal tersebut tergantung pada hubungan, dalam hal ini bisa juga diartikan sebagai pengalaman, mereka dengan objek dan pola pikir mereka tentang objek itu. Cinta pun demikian. Makna cinta yang luas dapat dipahami dengan terlebih dahulu mengenal cinta. Selanjutnya bergantung pada bagaimana orang menerima dan membangun hubungan dengan cinta yang pada akhirnya memberi andil besar terhadap pola pikir orang tersebut terhadap cinta. Tema Cinta dalam Puisi Tema cinta merupakan tema yang sering diangkat dalam karya sastra. Cinta yang universal dan tentunya dirasakan oleh setiap orang dalam berbagai rupa membuat cinta memiliki makna yang begitu luas dan universal sehingga mudah diterima di masyarakat. Akan tetapi, “konsep cinta yang terdapat dalam karya sastra pada suatu masa bisa berbeda dengan konsep cinta pada masa lainnya” (Lesmana, 2010: 3). Meskipun peristiwanya mungkin saja sama, tetapi terkadang pemahamannya akan mengalami pergeseran sesuai dengn jamannya. Pergerakan jaman tidak membuat cinta kehilangan eksistensinya dalam karya sastra. Dari masa ke masa cinta tetap hangat diangkat dalam berbagai karya sasta, termasuk puisi. Puisi yang memiliki kekuatan pada permainan kata-kata seringkali mengangkat tema cinta sebagai obyek utamanya. Keindahan kata-kata tersebut dianggap mampu mewakili pengungkapan pengalaman jiwa akan cinta. Puitis dan romantisme dalam puisi juga seringkali dijadikan sarana untuk menunjukkan cinta kepada siapa saja, bisa kepada Tuhan, tanah air, orangtua, kekasih, dan lain sebagainya. Kekayaan makna cinta semakin diperluas dengan kekayaan kata-kata yang
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
mewakilinya dalam karya sastra. Setiap penyair akan memiliki caranya sendiri dalam mengungkapkan cintanya. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian objective theory dengan pendekatan close reading untuk melihat dan meneliti ke dalam puisi itu sendiri dengan mengabaikan pengaruh eksternal. Objective Theory (
) menurut M.H Abrams dalam
bukunya Critical Theory Since Plato menjelaskan bahwa teori objektif terkonsentrasi pada puisi dan kaitannya dengan puisi itu sendiri. Ia berfokus pada faktor internal dari puisi tersebut 2 . Metode ini dipilih untuk meneliti rumusan masalah berupa kecenderungan pengekspresian cinta melalui puisi secara intensif dengan mengabaikan faktor di luar teks itu sendiri. Close reading merupakan analisis yang tertutup dan mendetail terhadap teks itu sendiri untuk sampai pada sebuah interpretasi tanpa mengarah pada sisi sejarah, penulis, dan fokus kebudayaan (Gang, 2011: 2). Unsur-unsur puisi akan menjadi jalur pembimbing penelitian ini dengan tema cinta sebagai benang merah pemilihan sepuluh puisi cinta karya kedua penyair. Latar belakang penyair, sejarah, dan latar belakang pembuatan puisi diabaikan untuk berkonsentrasi pada teks puisi itu sendiri. Tema cinta sebagai benang merah objek penelitian adalah tema cinta antara laki-laki dan perempuan. Spesifikasi tema cinta tidak dibatasi dengan tujuan untuk melihat kecenderungan kedua penyair dalam mengekspresikan cinta antara lawan jenis dalam berbagai situasi. Secara lebih rinci, motif-motif pembangun tema cinta dalam karya kedua penyair akan diteliti dan dibahas pada bagian isi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Analisis Tema Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema disaring
dari motif-motif (Hartoko, 1986: 142). Melalui motif-motif yang terdapat di dalam
sebuah puisi dapat ditemukan tema yang menjadi gagasan atau topik utama puisi tersebut. Hal 2 M.H. Abrams wrote a book called "Critical Theory Since Plato" in which he grouped literary theory into four distinct types... Objective Theories ( ) - Concerned with the poems relation to itself, the objective theories focus on the internal consistency of poetry http://www.useoul.edu/upload/academics/grad_humanities.pdf.
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
itu berkaitan dengan tema puisi yang biasanya dinyatakan secara implisit oleh penyair, sesuai dengan pernyataan Sudjiman dalam Bunga Rampai Stilistika (1993: 64) bahwa tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap atau tidak. Puisi bertema cinta antara pria dan wanita, yang akan dikaji lebih dalam dalam penelitian ini, nyatanya memiliki jenis yang cukup beragam. Bila dilihat dari motif-motif atau unsur-unsur pembangun puisi, tema cinta bisa dibagi lagi menjadi beberapa jenis, seperti jatuh cinta, hubungan percintaan, kerinduan, perpisahan, pertemuan kembali, patah hati, dan lainlain. Oleh sebab itu, sebuah puisi bisa dikatakan bertema cinta, apabila memiliki motif-motif peristiwa percintaan sebagai unsur pembangunnya. WTY dan KSY, dua penulis puisi yang karya-karyanya banyak mendapat apresiasi dari masyarakat, boleh dikatakan sebagai dua penulis yang memang banyak menghasilkan puisi bertema cinta. Jenis puisi cintanya pun cukup beragam dan memiliki gaya penyampaian yang khas. Bila dilihat dari motif-motif pembangun puisi, baik WTY maupun KSY memasukkan beberapa peristiwa cinta sebagai ungkapan pengalaman jiwa mereka ke dalam puisi-puisi. Meskipun peristiwa cinta yang diangkat memiliki kesamaan, nyatanya bisa ditemukan perbedaan cara pandang serta cara penyampaian oleh kedua penulis. Tema jatuh cinta bisa ditemukan dalam karya kedua penulis. WTY dalam “ (ha-ru-e-do myeot beon-ssik)” /Seharipun Beberapa Kali/, “ chan-sem-ni-da)” /Tidak Apa-apa/, dan “
(gwen-
(bi-man o-myeon)” /Saat Hujan Turun/.
Pada kedua puisi tersebut WTY mengekspresikan pengalaman jatuh cintanya dengan menghadirkan suasana galau, bingung, cemas karena perasaan yang tidak menentu. Hal tersebut terlihat dalam larik-larik puisinya. KSY juga menghadirkan tema serupa melalui karyanya yang berjudul “ na-mu)” /Pohon Berbunga/,
“
(dang-sin)” /Kau/, dan “
,
?
(kkot (ha-
na-nim an-dwel-kka-yo? Ha-na-nim)” /Tak Bolehkah Tuhan?/. Sedikit berbeda dengan WTY, penggambaran jatuh cinta oleh KSY lebih tampak indah dan berbunga-bunga layaknya puisipuisi cinta pada umumnya. Digambarkan dengan perumpamaan yang sederhana cinta oleh KSY lebih tampak sebagai sesuatu yang dapat membuat orang bahagia. Hal itu terlihat pada bait pertama puisi “Pohon Berbunga”, Saat kau tersenyum secerah mentari, akupun menjadi setangkai bunga yang mekar [...] (KSY, 2001)
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
Selain jatuh cinta, terdapat pula tema hubungan percintaan yang berbicara tentang pria dan wanita dalam hubungan pertalian sepasang kekasih yang dapat ditemukan pada karya WTY yang berjudul “
(je-bal)” /Kumohon/ dan KSY dengan judul “
(eun-hye)”
/Berkat Tuhan/. KSY secara sederhana menggambarkan hubungannya dengan pasangannya sebagai bentuk syukur kepada Tuhan. Ia merasa bahwa apa yang ia alami sekarang, rasa cinta kepada pasangannya, merupakan sebuah berkat Tuhan dan ia menikmati setiap saatnya Lain halnya dengan KSY, WTY justru menunjukkan kekhawatirannya dalam menjalani hubungan dengan sang kekasih. Melalui puisinya yang berjudul “Kumohon”, WTY membuat deretan kata sederhana untuk melarang kekasihnya pergi. Melalui larangan-larangan sederhana yang diperkuat kata jangan di hampir seluruh lariknya, WTY tampak posesif meminta agar kekasihnya tidak pergi kemana-mana. Hingga pada akhir larik terdapat kalimat jangan tinggalkanku yang memberi penjelasan atas deretan larangan-larangan pada larik-larik sebelumnya. Dua kata tersebut mewakili terlalu besarnya cinta aku-lirik terhadap sang kekasih hingga berimbas pada rasa takut kehilangan yang berlebihan. Perjalanan cinta memang tidak selalu manis. Kenyataan ini pulalah yang membuat cinta tidak pernah habis dibahas. Salah satu peristiwa cinta yang juga meninggalkan dampak besar adalah perpisahan dan patah hati. Tidak ketinggalan tema ini pun juga mewarnai karyakarya WTY dan KSY. Seperti dalam “
(da ij-go sa-neun-de-do)”
/Meskipun Melupakan Semuanya dan Terus Hidup/ WTY ingin berbagi apa yang dirasakannya saat kehilangan orang yang dicintainya. Meskipun telah berusaha untuk melupakan dan melanjutkan hidup, kenyataannya sulit untuk benar-benar lepas dari kenangan-kenangan tersebut. Tema yang sama juga ditemukan pada puisi KSY yang berjudul “ (i-ru-ji mot-han sa-rang)” /Cinta Tak Sampai/. Pada puisi ini KSY menunjukkan sikap pasrah
terhadap cinta yang tidak mampu ia pertahankan. Meskipun demikian, tidak seperti WTY yang menunjukkan sikap pesimis dan kesedihan, sebaliknya KSY justru menunjukkan sikap positifnya dengan sebuah harapan bahwa setiap cinta yang tak terwujud dan setiap perpisahan akan menjadi ‘bintang’. Ia berharap setiap luka dan sakit hati akan tetap meninggalkan sesuatu untuk dikenang. Sebuah keindahan dan nilai yang bisa dipelajari dalam hidup. Harapan itu ia gambarkan sebagai ‘bintang’.
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
Analisis Stuktur Fisik 1. Perwajahan Puisi Perwajahan puisi atau yang disebut dengan tipografi merupakan bentuk tubuh puisi yang dapat diamati secara visual.
Tipografi berkaitan erat dengan aspek artistik visual dari
sebuah karya serta penciptaan suasana tertentu dengan penekanan-penekanan di bagian tertentu melalui proses enjabemen atau pemotongan kalimat. Jumlah bait dan larik, bunyi dan irama, penulisan yang rata kiri atau kanan, dan segala bentuk tata penulisan puisi merupakan bagian dari unsur tipografi puisi. Pada puisi karya WTY ditemukan tipografi yang cenderung teratur. Keteraturan itu bisa dilihat dengan jelas baik melalui bentuk rata kanan dan kiri serta jumlah bait dan baris dalam puisinya. Bahkan bila dilihat lebih jauh dapat ditemukan pola irama serta kesamaan bunyi akhir. Seperti pada puisinya yang berjudul “
(ha-ru-e-do myeot
beon-ssik)” /Seharipun Beberapa Kali/. Pada puisi ini ditemukan bentuk tipografi yang sangat teratur dengan sebelas larik dalam satu bait.
(ha-ru-e-do myeot beon-ssik)
(ha-ru-e-do myeot beon-ssik) (jeon-hwa-reul ha-go si-pho) (ha-ru-e-do myeot beon-ssik) (jja-jeung-eul nae-go si-pho) (ha-ru-e-do myeot beon-ssik) (go-baek-eul ha-go si-pho) (ha-ru-e-do myeot beon-ssik) (sa-rang-eul ha-go si-pho) (ha-ru-e-do myeot beon-ssik) (neo-reul bo-go si-pho) ? (non nu-gu-ni) (WTY, 2009)
Melalui enjabemen, WTY memunculkan kepaduan pada jumlah suku kata dengan tujuh suku kata (kecuali larik ke-10 yang terdiri dari enam suku kata namun tidak terlalu nampak berbeda
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
dari yang lain) tiap lariknya. Keteraturan tersebut menghasilkan tata wajah rata kanan dan kiri. Pengulangan kalimat pada larik ganjil dengan satu kalimat sama, do myeot beon-ssik), serta kesamaan bunyi pada akhir larik genap,
(ha-ru-e(si-pho), juga
menciptakan irama dengan pola A-B-A-B sehingga menambah nilai estetika pada puisi ini. Keteraturan jumlah bait dan larik serta irama berpola juga dapat ditemukan pada bagian dalam karyanya yang lain, seperti “
(je-bal)” /Kumohon/, ”
(da ij-go sa-
neun-de-do)” /Meskipun Melupakan Semuanya dan Terus Hidup/, dan “
(bi-man
o-myeon)” /Saat Hujan Turun/. Berbeda dengan puisi-puisi WTY yang memiliki keteraturan tipografi, puisi-puisi karya KSY cenderung lebih nampak bebas. Dari segi jumlah bait, larik, maupun suku kata tidak tampak adanya keteraturan atau adanya pola tertentu. Hal ini berdampak pada bentuk tata wajah yang tidak rata kanan dan kiri. Pada beberapa bagian ditemukan enjabemen, tetapi pemotongan itu lebih pada penekanan makna dibanding untuk menciptakan bentuk badan puisi atau kesamaan bunyi. Bila dilihat sekilas, puisi karya KSY juga nampak lebih panjang dibandingkan puisi WTY yang lebih pendek dan ringkas. Secara umum puisi karya WTY memiliki struktur fisik yang cantik, baik itu dibentuk oleh keteraturan jumlah bait, larik, dan suku kata, maupun keselarasan pola-pola bunyi akhiran.
Berbeda dengan KSY yang nampak lebih mengutamakan isi dibandingkan struktur
fisik. Puisi-puisi KSY cenderung nampak tidak terikat pada aturan jumlah bait, larik, dan suku kata. Meskipun bisa ditemukan kesamaan bunyi akhiran di beberapa bagian puisinya, puisi KSY tetap tidak menonjol dalam hal tipografi.
2. Diksi Diksi merupakan pemilihan kata-kata yag dilakukan penyair dalam mengekspresikan kreatifitas, perasaan, dan dirinya melalui puisi. Pradopo dalam Pengkajian Puisi mengungkapkan bahwa berkat usaha penyair, kata-kata dalam sajaknya berupa kepribadian, yaitu pengekspresiannya bersifat pribadi atau individual. Tiap-tiap penyair mempunyai cara sendiri untuk menyampaikan pengalaman jiwanya (1990: 50). Adapun pemilihan kata-kata tersebut tentunya akan memunculkan kekhasan tiap penyair melalui karya-karyanya. Pada puisi WTY ditemukan lebih banyaknya penggunaan bahasa sehari-hari dalam pengungkapan ekspresi cinta pada puisinya. Penggunaan kosakata sehari-hari yang mudah dimengerti, memberikan efek gaya yang realistis (Pradopo, 1990: 53). WTY secara sederhana dan terbuka berbagi pengalaman batinnya tentang cinta dalam hidupnya. Banyak ditemukan kata-kata dengan makna denotasi atau makna kamus dalam penyusunan kalimat dalam
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
puisinya. Hal itu membuat pembaca dengan mudah memahami isi puisi yang disampaikan secara gamblang melalui ungkapan sehari-hari. Seperti pada puisinya yang berjudul “Kumohon”, secara langsung WTY menyampaikan kekhawatirannya. Ia takut kekasihnya meninggalkannya maka ia melakukan pengulangan kata larangan jangan pada larik-larik puisnya. Berkebalikan dengan karya WTY, puisi-puisi karya KSY justru menyimpan banyak arti di balik kata-kata dalam larik-lariknya. Banyak ditemukan konotasi dalam mengisahkan pengalaman jiwanya terhadap peristiwa cinta dalam hidupnya. Menurut Pradopo dalam Pengkajian Puisi, penggunaan bahasa atau kata-kata nan indah dapat memberi efek romantis (1990:53). Puisi-puisi KSY memang memiliki keindahan tersendiri dengan permainan katakata dan perlambangan dalam puisinya. Banyak ditemukan konotasi di balik kata-kata dalam puisi KSY. Hal tersebut menambah kekayaan makna sekaligus memberikan keleluasaan bagi pembaca untuk memiliki interpretasi tersendiri. 3. Perlambangan Perlambangan yang didalamnya terdapat imaji, kata kongkret, dan bahasa figuratif merupakan cara penyair dalam menghidupkan sebuah kata menjadi lebih dari makna aslinya. Lambang ialah suatu pola arti, sehingga antara apa yang dikatakan dan apa yang dimaksudkan terjadi suatu hubungan asosiasi (Hartoko, 1984:190). Melalui perlambangan pulalah sebuah teks bisa dikatakan memiliki ciri puitis sehingga bisa dikategorikan sebagai puisi. Penyampaian suatu maksud dilakukan melalui permainan kata sehingga pengungkapannya tidak secara langsung. Selain menambah nilai estetik, perlambangan juga memberi semacam gambaran atau imaji pengalaman sehingga pembaca dapat ikut masuk ke dalam teks. Perlambangan yang menjadi ciri khas bahasa puitis memang tidak banyak ditemukan dalam puisi cinta karya WTY. Tidak banyak ditemukan kata kongkret sebagai bentuk perlambangan sebuah makna khusus dalam puisinya. Kebanyakan lambangnya dinyatakan berupa konotasi kata yang menyimpan lebih dari satu arti. Melalui kata-katanya yang sederhana WTY memberikan perlambangan secara abstrak dengan permainan kata agar maknanya menjadi dalam dan kaya. Tidak banyak pula imaji atau citra pengindraan yang dibangun dalam karyanya. Beberapa pencitraan memang ditemukan dalam karyanya meskipun tidak cukup memberikan pengindraan yang kuat bagi pembacanya. Pada puisinya yang berjudul “Saat Hujan Turun” misalnya, WTY mengangkat hujan sebagai latar suasana dalam puisinya. Hujan menjadi sebuah lambang muram dan kegalauan, sesuai dengan tema puisinya yang berkisah tentang aku-lirik yang sedang galau karena cinta. Pada puisi WTY
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
yang lainnya justru ditemukan perlambangan yang diwakili oleh kata. Seperti pada “Meskipun Melupakan Semuanya dan Terus Hidup”, WTY menggunakan kata ‘lupa’ sebagai lambang menyerah pada cintanya yang telah pergi. Tidak jauh berbeda dengan WTY, KSY bila dilihat dari imaji dalam puisi tidak memiliki pencitraan yang kuat. Beberapa puisinya memang menyimpan pencitraan tersebut dengan memberi ruang bagi pembaca untuk memuncukan detail-detail pengalaman indrawinya. Hal tersebut dikarenakan KSY tidak memberikan deskripsi rinci pada pencitraan dalam puisinya. Akan tetapi di sisi lain KSY memiliki kekayaan dalam penggunaan kata kongkret untuk mewakili suatu obyek. Perlambangan tersebut juga kebanyakan menggunakan suatu benda nyata seperti bintang, sungai, bunga, daun, dan lain-lain ketimbang menggunakan kata-kata abstrak seperti yang ditemukan pada puisi WTY. Kata kongkret yang digunakkan KSY lebih umum sehingga dapat diartikan secara universal. Pada “Cinta Tak Sampai” misalnya, dapat ditemukan penggunaan kata ‘bintang’ sebagai lambang cinta yang indah bersinar namun tak tergapai. Di sisi lain bintang juga dijadikan sebagai tanda adanya sebuah harapan bagi cinta itu sendiri. Diikuti dengan penggunaan kata ‘bunga’ pada setiap larik puisi “Pohon Berbunga”. Pengggunaan kata ‘bunga’ dalam puisi tersebut menjadi sebuah lambang keindahan cinta serta datangnya kebahagiaan seiring dengan tumbuhnya cinta di hati. Analisis Struktur Batin 1. Nilai rasa Nilai rasa berkaitan erat dengan pandangan penyair terhadap suatu obyek. Hal tersebut memberi kesempatan bagi penyair untuk memiliki penilaian tersendiri terhadap obyek tersebut secara pribadi. Dalam pengungkapannya pasti akan memberi suasana dan efek rasa yang berbeda tergantung bagaiman penyair memandang dan menilai sebuah obyek. Pada puisi-puisi karya WTY, nuansa cinta yang ditimbulkan nampak seperti orang yang sedang mabuk cinta. Ia menghadirkan rasa bingung, frustasi, pasrah dalam menghadapi cinta. Seperti dirasakan dalam puisi “Saat Hujan Turun”, WTY memperlihatkan kegundahan dan kegelisahan akibat seseorang yang muncul dalam benaknya tanpa sebab. Hal serupa juga terasa dalam puisi WTY yang lain berjudul “Seharipun Beberapa Kali”. Puisi ini menguatkan kegundahannya bahwa ada semacam rasa yang mendorong penyair sebagai aku-lirik untuk melakukan hal ini dan itu terhadap seseorang. Dalam menghadapi patah hati dan ditinggalkan, WTY menghadirkan suasana yang umum dirasakan orang putus cinta. Ada rasa sedih dan hampa yang dimunculkan dalam karyanya yang berjudul “ neun-de-do)” /Meskipun Melupakan Semuanya dan Terus Hidup/.
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
(da ij-go sa-
Sedikit berbeda dengan WTY, KSY dalam mengungkapkan cintanya memberi suasana yang sedikit berbeda dalam karya-karyanya. Cinta dihadirkan sebagai suatu berkat, anugrah yang patut disyukuri. Rasa syukur atas cinta yang diterima dan dirasakan sangat terasa dalam puisinya yang berjudul “Berkat Tuhan”. Dalam puisinya tersebut penyair sebagai aku-lirik menghadirkan suasana penuh cinta yang besar dan penerimaan atas kodrat manusia yang pada akhirnya akan mati. Setiap waktu yang ada adalah sebuah berkat dan kesempatan untuk terus mencintai. Dalam menghadapi patah hati, KSY juga menghadirkan suasana sedih, sepi, dan pasrah seperti terlihat pada puisi “Kasih Tak Sampai”. Meskipun timbul rasa sedih karena kasih yang tak tersampaikan, puisi ini tetap menyimpan sebuah harapan. Terlihat pada akhir larik yang memberi hawa positif. KSY berharap agar semua luka, semua cinta yang tak tersampaikan kelak akan menjadi bintang yang bersinar. Bintang yang bisa menjadi sebuah kenangan yang indah dan bersinar memberi petunjuk agar kelak tidak mengalami rasa sakit lagi. 2. Nada (tone) Nada (tone) berkaitan dengan sikap penyair terhadap lawan bicaranya dalam puisi atau dalam hal ini bisa dikatakan sebagai pembaca. Penyampaian suatu tema bisa disampaikan dengan nada mempengaruhi (persuasif), menasehati, mendikte, menggurui, merendahkan, memuja, dan sebagainya. Melalui nada juga terbangun hubungan antar penyair dengan pembaca. Sejauh mana puisi tersebut mempengaruhi suasana hati pembaca. Hal ini pulalah yang membuat puisi terkadang disebut memiliki daya magis. Dalam puisi-puisi karya WTY juru bicara dalam puisi cenderung sebagai aku-lirik sehingga pembaca diarahkan kepada pengalaman atau perasaan pribadi penyair. Hal tersebut nampak jelas pada kemunculan kata-kata seperti “aku” atau “-ku” dalam puisi-puisi WTY. Serupa dengan WTY, puisi-puisi karya KSY juga cenderung menjadikan penyair sebagai subyek-lirik dalam puisinya. Beberapa memang ditunjukkan jelas dengan menyebut “aku” atau “–ku” dalam teksnya, namun beberapa hanya tersirat di dalam teks yang berupa sebuah gagasan atau pikiran penyair. Seperti yang nampak dalam puisi KSY yang berjudul “Kau” dan “Cinta Tak Sampai”. Pada kedua puisi tersebut tidak dimunculkan sosok aku-lirik dalam teks, namun bisa terlihat pemikiran penyair sebagai subyek pembicara terhadap obyek dalam teks. Bila diamati, secara garis besar puisi cinta karya WTY cenderung bernada memberi tahu meskipun ada beberapa tambahan nada yang memperkuat nuansa dalam puisinya, seperti nada menyalahkan pada puisi “Seharipun Beberapa Kali”, nada menantang dalam puisi
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
“Tidak Apa-apa”, serta nada memohon pada puisi “Kumohon”. Berbeda dengan puisi-puisi WTY, nada dalam puisi-puisi karya KSY cenderung menunjukkan rasa syukur atas cinta yang ia anggap sebagai anugrah dan berkat. Sebagai ungkapan syukur itu, KSY juga memberi nada memuja dan mengagumi di dalam karyanya, seperti dalam puisi “Kau” dan “Pohon Berbunga”. Peristiwa cinta ditanggapi sebagai pemberian Tuhan yang indah. Nada dalam puisi-puisi karya WTY dan KSY tidak lain bertujuan untuk membangun hubungan dengan pembaca. Penyair bermaksud mengajak pembaca untuk masuk ke dalam puisinya. Melalui nada dalam puisi pembaca akan lebih mudah untuk masuk dan ikut merasakan pengalaman pribadi penyair yang dituangkan dalam karyanya. 3. Amanat/ tujuan Karya sastra selalu mengandung amanat atau tujuan dari penulis terhadap pembaca. Sama halnya dengan karya sastra lainnya, puisi juga menyimpan amanat dari penyair terhadap pembaca. Amanat merupakan tujuan atau hal yang mendorong seorang penyair dalam membuat karyanya. Hal itu dapat ditemukan dalam puisinya, baik secara tersirat maupun tersurat. Amanat sebuah puisi dapat bersifat interpretatif, artinya setiap orang mempunyai penafsiran makna yang berbeda dengan orang lain (Waluyo, 1991: 130). Amanat yang tersimpan di setiap puisi bisa saja berbeda tergantung bagaimana penyair menyampaikan maksudnya melalui karyanya. WTY yang cenderung menganggap peristiwa cinta sebagai teka-teki yang sulit dimengerti tentunya secara tidak langsung meninggalkan pesan agar pembaca bisa bersiap-siap menghadapi cinta yang datang dan pergi dalam hidup. KSY yang memandang cinta sebagai anugrah cenderung memperkenalkan cinta melalui puisi-puisinya agar pembacanya dapat lebih memahami cinta dan dapat menikmati anugrah cinta dalam hidupnya.
Kesimpulan Meskipun kedua penyair, WTY dan KSY, mengangkat tema yang sama dalam puisipuisinya, namun nyatanya ada sedikit perbedaan dari kedua penyair dalam memandang dan menanggapi peristiwa cinta. Pada puisi karya WTY, suasana jatuh cinta yang penuh teka-teki dan tanda tanya, namun terasa pula nuansa optimis untuk mendapatkan cintanya. Sedangkan pada puisi karya KSY lebih cenderung menghadirkan cinta sebagai sebuah berkat dan anugrah yang patut disyukuri. Ada pula pemujaan dan kekaguman terhadap kekasihnya.
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
Dibandingkan dengan WTY yang optimis memandang cinta, KSY justru sebaliknya, nampak pasif dan penuh harap terhadap cinta. Bila dilihat dari segi perwajahan puisi atau tipografi, karya-karya WTY cenderung lebih teratur. Berkebalikan dengan puisi karya WTY yang cenderung teratur perwajahannya, KSY nampak lebih bebas berekspresi dan tidak mau terikat dengan aturan-aturan jumlah bait, larik, maupun suku kata yang membangun puisinya. sedangkan bila dilihat dari pemilihan katanya, diksi dalam puisi-puisi karya WTY lebih sederhana dibandingkan dengan puisi-puisi KSY yang banyak menggunakan konotasi untuk membangun romantisme puisinya. Dari segi pencitraan indrawi, kedua penyair tidak banyak menyatakan pengalaman cintanya melalui imaji-imaji yang mendetail. Beberapa bentuk pencitraan dapat ditemukan dalam puisi-puisi mereka namun tidak memiliki bentuk penggambaran yang kuat. Nilai rasa yang dibawa oleh puisi-puisi karya kedua penyair tentunya memiliki kekayaan rasa masing-masing. Beberapa di antaranya memang terasa mirip, terutama pada saat patah hati, rasa putus asa dan pasrah kental terasa pada puisi karya WTY dan KSY. Pada puisi-puisi karya WTY, pembaca cenderung diletakkan sebagai kawan bicara yang menjadi tempatnya untuk bercerita dan berbagi kisah tentang keadaan dirinya yang sedang mengalami masalah percintaan. Hal tersebut membuat sebagian besar puisinya cenderung bernada memberi tahu, bercerita tentang keadaan dirinya. Di sisi lain, KSY juga memiliki nada memberi tahu, tetapi ada sebuah nada ungkapan syukur dari kebanyakan puisinya yang selaras dengan nilai rasa yang terdapat di dalamnya. Seiring pula dengan nilai rasa yang cenderung positif, nada yang disampaikan juga cenderung nampak lebih hidup dan bersemangat. Sebagai penutup, amanat penyair juga dapat ditemukan pada karya WTY dan KSY. WTY melalui puisi-puisi cintanya yang lugas dan sederhana, mengajak pembaca untuk mempersiapkan diri akan kedatangan cinta yang bisa datang kapan saja tanpa terduga. KSY melalui puisi cinta mengajak pembaca untuk mensyukuri anugrah cinta yang hadir dalam hidup kita. Berdasarkan penelitian ini bisa ditemukan pula kecenderungan puisi-puisi WTY yang nampak teratur dari segi fisik terutama tata wajah. Pemilihan kata-kata yang sederhana membuat pembaca mudah memahami maksud yang ingin disampaikan melalui puisinya. Dalam hal unsur batin, lebih terasa dominasi WTY, mungkin ada kaitannya ia sebagai lelaki (penelitian lebih lanjut akan diperlukan), yang selalu ingin melakukan sesuatu dalam menghadapi peristiwa cinta dalam hidupnya, baik saat jatuh cinta, saat berhubungan, maupun
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
saat patah hati. Meskipun juga terasa pola pandang maskulin3 bagaimana WTY sebagai pria merasa dikalahkan oleh cinta. Pria yang dianggap kuat tampaknya juga kewalahan menghadapi cinta yang datang dan pergi dalam hidupnya. Hal tersebut terlihat dari unsur batin puisi-puisi WTY yang tampak galau, cemas, khawatir ketika didera oleh cinta dalam hatinya. KSY dengan puisinya yang kaya akan nilai romantisme dan puitis memang tampak bebas dan tidak terikat dengan aturan jumlah bait dan larik. Ia mengesampingkan unsur fisik untuk memberi makna yang mendalam dalam puisinya. Hal tersebut terlihat dari pilihan kata dalam puisinya yang teratur dan indah. Secara unsur batin, tidak jauh berbeda dengan WTY, KSY memiliki pandangan yang khas dalam menghadapi peristiwa cinta dalam hidupnya. Pandangan tersebutlah yang memberi kekuatan pada batin puisi-puisinya. Keindahan dan kehati-hatian dalam pemilihan kata dan penanaman makna membuat puisinya nampak feminin4 meskipun ada tidaknya pengaruh gender membutuhkan penelitian lebih mendalam. Akan tetapi sekilas dilihat, seperti wanita pada umumnya nilai rasa dan pola pandang wanita yang cenderung berbunga-bunga dalam menerima cinta dalam hidupnya dapat terasa pada karya-karya KSY. Ke depannya mungkin diperlukan penelitian lebih mendalam mengenai pengaruh gender dalam penulisan karya-karya sastra karena bila dilihat dari hasil penelitian ini, ditemukan kecenderungan-kecenderungan unik dari kedua penyair dalam menghasilkan puisi cinta. WTY, penyair lelaki dalam penelitian ini, cenderung memiliki kekuatan dalam hal fisik. Layaknya sifat lelaki yang pada umumnya memandang sesuatu diawali dari fisik. Sedangkan KSY, penyair wanita dalam penelitian ini, mengesampingkan fisik dan lebih menaruh perhatian pada makna terdalam. Sebagaimana wanita yang cenderung menilai sesuatu dari dalam ketimbang dari fisiknya. Apakah benar kecenderungan tersebut mendapat pengaruh dari pola pandang gender? Penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk membuktikannya.
3
Maskulin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga artinya bersifat jantan (Departemen Pendidikan Nasional, 2005:720) 4 Feminin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga artinya mengenai (seperti, menyerupai) wanita atau bersifat kewanitaan (Departemen Pendidikan Nasional, 2005:315)
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
Daftar Pustaka Sumber Tercetak .
.
: .
. .
.
, 2010. :
, 1991.
:
, 2007.
. .
:
, 2009.
.
.
:
, 2009.
.
.
:
.
:
.
:
, 2006.
---------.
:
.
:
, 2006.
.
:
, 2007.
.
, 2010.
Budianta, Melanie, et al. Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi.
Magelang: Indonesia Tera, 2006.
Chung, Young-rim. Puisi buat Rakyat Indonesia: Kumpulan Puisi 25 Penyair Korea. Jakarta: Buku Obor, 2007. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Gang, Joshua. “Behaviorism and The Beginning of Close Reading”. Rutgers University. 2011. Gifford, Henry. Comparative Literature: A Critical Introduction. Oxford: Blackwell, 1995. Johnson, Roy. Close Reading. 2004. Hartoko, Dick.
Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT Gramedia, 1984.
------------------, dan B. Rahmanto. Pemandu Dunia Sastra. Jakarta: Penerbit Kanisius, 1986. Hardjana, Andre. Kritik
Sastra: sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia, 1981.
Kim, So-yeop. In Case You May Drop By. Seoul: Hollym, 2001.
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
Ko, Chang-soo dan Park Je-chun, ed. Poems of 99 Modern Korean Poets. Seoul: Literature Academy, 2005. Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005. Lee, Peter H. A History of Korean Literature. New York: Cambridge University Press, 2003. Lesmana, Maman. Cinta dalam Dua Puisi Toeti Heraty. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010. Mantik, Maria Josephine Kumaat. Gender Dalam Sastra: Studi Kasus Drama Mega-Mega. Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2006. Ministry of Culture and Tourism System. Romanization System for Korean: for The Republic of Korea. Seoul: Ministry of Culture and Tourism System, 2011. Pradopo, Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi; Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1990. Sastrowardoyo, Subagio. Sosok Pribadi dalam Sajak. Jakarta: Pustaka Jaya, 1980. Sudjiman, Panuti. Bunga Rampai Stilistika.. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993. Sumardjo, Yakob dan Saini R.M. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991. Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa, 1984. Teeuw, A. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta : PT. Gramedia, 1983. Waluyo, Herman J. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1991. Wellek, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia, 1989. Sumber Internet http://www.koreatimes.co.kr/www/news/opinon/2009/06/246_23684.html http://www.useoul.edu/upload/academics/grad_humanities.pdf http://ebookbrowse.com/pengertian-puisi-unsur-unsur-puisi-struktur-fisik-puisi-strukturbatin-puisi-pdf-d358402063 http://hompi.sogang.ac.kr/anthony/klt/99winter/yuchihwan.htm http://poetry.harvard.edu/icb/icb.do?keyword=k40344&pageid=icb.page239941 http://www.poemlove.co.kr
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013
http://www.academia.edu/1098094/Behaviorism_and_the_Beginnings_of_Close_Reading http://www.fib.ui.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=151:sastrabandinga n&catid=39:artikel-ilmiah&Itemid=122&lang= http://www.situsbahasa.info/2012/11/sastra-bandingan.html
Ekspresi cinta …, Sekar Adella, FIB UI, 2013