35 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
EFIKASI DIRI SEBAGAI INTERNAL BUFFER TERHADAP BURNOUT
Fereshti Lailani Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Burnout is a psychological response to work stress that is characterized by emotional exhaustion, depersonalization, and reduced feeling of personal accomplishment (low personal accomplishment). This paper intends to explain one of the variables that the results of some studies have shown to have a role in burnout , which is self – efficacy. Self-efficacy is the beliefs about one’s ability to accomplish specific tasks. Self-efficacy affects employees’ level to effort and persistence when learning difficult tasks. A number of research study was found that perceived sense of self-efficacy was correlated with perceived burnout : the lower the sense of self-efficacy more was perceived burnout. The individuals having low self-efficacy have not much control of their behavior and actions. They are more vulnerable to burnout. Key words :Burnout, Self-Efficacy
36 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
Abstract
Burnout merupakan respon psikologis terhadap stres kerja yang dicirikan dengan adanya kelelahan emosional, depersonalisasi, dan berkurangnya penghargaan terhadap diri sendiri. Paper ini bermaksud untuk menjelaskan salah satu variabel yang menurut hasil beberapa penelitian menunjukkan adanya peran terhadap burnout, yaitu efikasi diri. Efikasi diri adalah keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya untuk menjalankan tugas tertentu. Efikasi diri mempengaruhi tingkat usaha dan ketahanan individu dalam menghadapi tugas yang sulit. Beberapa studi penelitian menemukan bahwa perasaan terhadap efikasi diri berhubungan dengan burnout : semakin rendah perasaan efikasi diri seseorang maka akan semakin mudah mengalami burnout. Individu yang memiliki efikasi diri rendah tidak dapat mengontrol perilaku dan tindakannya. Mereka akan mudah terserang burnout. Key words :Burnout, Self-Efficacy
37 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
pelayanan
PENDAHULUAN Perkembangan dan kemajuan dalam bidang
industri
pengaruh
bagi
telah
memberikan
perkembangan
dan
kemajuan di bidang jasa pelayanan kemanusiaan (human service), seperti jasa pelayanan di bidang kesehatan, pendidikan,
perbankan
lain.Persaingan
yang
dan ketat
lain dalam
industri jasa telah membuat masingmasing organisasi saling berlomba dan berorientasi yang
memberikan
bermutu
masyarakat
dan
pengguna
mencapai
kualitas
bermutu,
organisasi
pelayanan memuaskan
jasa.
Untuk
pelayanan
yang
tersebut
akan
menuntut kualitas kerja yang bermutu kepada para individu pekerja dalam organisasi tersebut.Kualitas pelayanan akan sangat ditekankan karena akan sangat menentukan keberhasilan dan keberlangsungan terutama
organisasi
bagi
tersebut,
organisasi
yang
berorientasi profit.Tingginya tuntutan dan
harapan
kepada
pekerja
jasa
kemanusiaan
(human
service), baik dari pihak organisasi yang mempunyai
kepentingan
untuk
memenuhi standar kualitas pelayanan kepada masyarakat yang akhirnya dapat memberi keuntungan bagi organisasi tersebut, namun juga tuntutan dari masyarakat yang menuntut adanya mutu pelayanan
yang
sebaik-baiknya.
Tuntutan dan harapan ideal kepada pekerja
jasa
kemanusiaandapat tersendiri
dan
pelayanan menjadi
beban
berpeluang
bagi
timbulnya stres.Pekerja jasa pelayanan kemanusiaan (human service) seperti pekerja sosial, perawat, guru, customer service, polisi, dan lain-lain, merupakan pekerjaan yang langsung berhubungan dengan
pengguna
jasa
pelayanan
sehingga beresiko menghadapi stresor yang dapat menguras energinya. Jenis pekerjaan tersebut tidak hanya menguras energi fisiknya, namun juga menguras energi pikiran dan emosinya. Karena dalam proses kerjanya banyak menuntut
38 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
adanya keterlibatan emosional sehingga
dijumpai pada orang yang terlibat pada
lebih berpeluang mengalami stres akibat
situasi atau pekerjaan yang menuntut
pekerjaannya.
keterlibatan
Stres di tempat kerja merupakan keadaan yang tidak bisa dihindari. Kenyataan menunjukkan ada individu yang bisa bertahan dan mengatasi situasi yang menekan tersebut, namun adan juga yang tidak bisa bertahan. Stres yang
berkepanjangan
dapat
memperburuk kondisi emosional, fisik, dan mental, yang kemudian dapat mengakibatkan
kelelahan
fisik
emosional
(Pines
dan
Aronson, dalam Etzion,1984). Situasi tersebut dengan
terutama profesi
sekali yang
berkaitan
berhubungan
dengan pelayanan kemanusiaan (human service)
karena
profesi
tersebut
membutuhkan energi fisik, emosi, dan mental, serta penuh dengan tekanan dan tuntutan emosional. Burnout mempunyai dampak buruk
dan
terhadap performansi kerja yang pada
mental karena terkurasnya energi untuk
akhirnya mengakibatkan produktivitas
menghadapi stres yang terus-menerus.
menurun.
Stres kerja yang terjadi secara terus-
Farhati, 1996) mengatakan bahwa akibat
menerus dan dengan intensitas yang
negatif burnout dapat muncul dalam
tinggi dapat menyebabkan terjadinya
bentuk berkurangnya kepuasan kerja,
burnout.
meningkatnya stres kerja, partisipasi
Burnout merupakan suatu bentuk ketegangan
psikologis
yang
secara
spesifik dihubungkan dengan stres yang kronis dari hari ke hari dan ditandai
berkurang,
Golembiewsky
ketelitian
(dalam
berkurang,
performansi memburuk, produktivitas rendah serta gangguan fisik dan mental Burnout
tidak
hanya
berakibat
dengan kelelahan fisik, emosional, dan
negatif pada individu, seperti depresi,
mental (Etzion, 1984), di mana sering
perasaan gagal, kelelahan, dan hilangnya
39 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
motivasi, tetapi juga berakibat negatif
dan terarah, terutama apabila tujuan
pada organisasi, seperti tingkat absensi,
yang hendak dicapai merupakan tujuan
turnover, dan menurunnya produktivitas
yang jelas. Efikasi diri juga berkaitan
kerja (Van Dierendonk et al., 1998).
dengan keberanian untuk mengambil
Menurut
Schaufeli
dan
Buunk
(1996) ada beberapa variabel individu yang mempengaruhi stres yang dialami individu. Salah satunya adalah efikasi
keputusanberindak
serta
mempunyai
peranan penting dalam mengarahkan perilaku untuk mencapi tujuan yang diharapkan.
diri.Efikasi diri merupakan penilaian
Efikasi diri menunjukkan besarnya
atau persepsi subjektif individu terhadap
keyakinan
kemampuan
dirinya
untuk
kemampuan melakukan sesuatu untuk
mengorganisir
dan
memutuskan
mengendalikan atau mengatasi keadaan
tindakan
yag
dibutuhkan
mencapai
tipe
performansi
untuk yang
yang
individu
menekan.
mengontrol
suatu
terhadap
Perasaan
mampu
keadaan
dapat
diinginkan (Bandura, 1986). Penilaian
mengurangi akibat negatif dari tekanan,
tersebut
karena
sehingga orang yang mempunyai efikasi
menekankan pada keyakinan individu
diri tinggi cenderung mengalami stres
sebagai
tentang
yang lebih rendah pada situasi tersebut
dimilikinya.
(Jex dan Bliese, 1999). Bandura (1997)
Keyakinan ini menentukan bagaimana
menambahkan bahwa reaksi lari dari
individu
masalah yang dihadapi, seperti tekanan
bersifat
hasil
kemampuan
subjektif
persepsinya yang
berperilaku,
berpikir,
dan
bagaimana reaksi emosionalnya pada
kerja,
mengakibatkan
terjadinya
situasi tertentu. Efikasi diri yang tinggi
burnout, sedangkan bentuk coping lari
akan menjadi motivasi yang kuat bagi
dari masalah dipengaruhi oleh efikasi
individu untuk bertindak lebih persisten
diri yang rendah.
40 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
BURNOUT
yang secara spesifik berkaitan dengan
1. Pengertian Burnout
stres kronis yang dialami individu dari
Definisi burnout yang paling sering
hari ke hari dan ditandai dengan keadaan
digunakan adalah definisi dari Maslach
kelelahan fisik, emosional, dan mental.
dan Jackson (dalam Schaufeli dan
Lebih lanjut Etzion (dalam Schaufeli
Buunk, 1996). Burnout didefinisikan
dan
sebagai
bahwa proses terjadinya burnout ini
tiga
kelelahan
komponen
emosional
sindrom (emotional
exhaustion),
depersonalisasi
(depersonalization),
dan
rendahnya
Buunk,
berjalan
1996)
dengan
mengemukakan
pelan
dan
tanpa
disadari, sehingga individu tiba-tiba merasa kelelahan.
penghargaan terhadap kemampuan diri
Pines dan Aronson (dalam Schaufeli
sendiri (low personal accomplishment)
dan
(dalam Jackson et al, 1986; Schaufeli
bahwa burnout merupakan keadaaan
dan Buunk, 1996; Van Dierendonck,
kelelahan fisik, emosional, dan mental
1998). Kelelahan emosional diartikan
yang disebabkan oleh keterlibatan pada
sebagai
situasi yang menuntut secara emosional
habisnya
emosional.
sumber-sumber
Depersonalisasi
diartikan
Buunk,
1996)
mengemukakan
dan berlangsung lama.
sebagai perkembangan sikap negatif,
Burnout menjadi sebuah fenomena
sinis, dan tidak mempunyai perasaan
penting dan dianggap sebagai ancaman
kepada
yang serius terutama bagi orang-orang
orang
penghargaan
lain.
sendiri
yang bekerja pada sektor jasa (Schaufeli
diartikan sebagai kecenderungan untuk
et al., dalam Van Dierendonk et al.,
mengevaluasi kinerjanya secara negatif.
1998) seperti pekerja sosial, perawat,
Etzion
terhadap
Rendahnya
(1984)
diri
mendefinisikan
guru, pengacara, physicians, polisi, dan
burnout sebagai ketegangan psikologis
pekerjaan-pekerjaan lain yang banyak
41 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
melakukan kontak dengan orang lain yang
membutuhkan
pertolongan
(Jackson et al, 1986).
orang
yang
bekerja
emosional
(emotional
exhaustion) Yaitu
Burnout pada human service terjadi pada
a. Kelelahan
habisnya
sumber-sumber
emosional dari dalam individu yang
dengan
ditandai dengan perasaan frustrasi,
memberikan bantuan dan pelayanan
putus asa, sedih, perasaan jenuh,
terhadap kebutuhan orang lain. Stresor
mudah tersinggung, mudah marah
interpersonal dan keterlibatan emosional
tanpa tahu penyebabnya, mudah
menjadi karakteristik pada pekerjaan
merasa lelah, tertekan, dan perasaan
tersebut (Tjondronegoro, 2003).
terjebak dalam pekerjaan.
2. Dimensi dan Simtom Burnout Freudenberger (dalam As’ad dan
b. Depersonalisasi (depersonalization) Yaitu kecederungan individu untuk
Soetjipto,
2000)
secara
khusus
menjauhi
menyoroti
aspek
kelelahan
psikis,
bersikap negatif, sinis, apatis, tidak
frustrasi, dan ketidakmampuan untuk
berperasaan, tidak peduli terhadap
memberi
tinggi
lingkungan
terhadap pekerjaannya sebagai bentuk
sekitarnya.
penghargaan
yang
fenomena burnout. Menurut
lingkungan
dan
sosialnya,
orang-orang
di
c. Rendahnya penghargaan terhadap Maslach,
penemu
diri
sendiri
(low
personal
Maslach Burnout Inventory, (dalam
accomplishment)
Schaufeli dan Janczur,1994; Schultz dan
Yaitu suatu tendensi individu untuk
Schultz, 1994; Colff dan Rothman,
mengevaluasi
2009), terdapat tiga dimensi burnout,
negatif.
yaitu :
rendah dirinya sering mengalami
kinerjanya
Individu
yang
secara menilai
ketidakpuasan terhadap hasil kerja
42 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
sendiri serta merasa tidak pernah
c. Kelelahan
mental
melakukan sesuatu yang bermanfaat
exhaution)
bagi diri sendiri maupun bagi orang
Yaitu berupa prasangka negatif dan
lain.
sinis
terhadap
(mental
orang
lain
dan
Leatz dan Stolar (dalam As’ad dan
berpandangan negatif terhadap diri
Soetjipto, 2000) mengemukakan bahwa
sendiri serta pekerjaannya.
burnout pada seseorang ditandai oleh empat kondisi, yaitu : a. Kelelahan
d. Rendahnya mencapai
fisik
(physical
dalam
perasaan sesuatu
hidup
mampu
yang
(low
berarti personal
exhaustion)
accomplishment).
Yaitu kelelahan yang ditandai dari
Yaitu kondisi yang ditandai oleh
mudahnya seseorang merasa lelah,
ketidakpuasan terhadap diri sendiri,
mudah
pekerjaannya, kehidupannya, dan
menderita
sakit
kepala,
mudah merasa mual, mengalami
ada
perubahan pola makan dan tidur,
mencapai
dan
selama hidup.
merasa
terkuras
tenaganya
secara berlebihan b. Kelelahan
emosional
perasaan
belum
sesuatu
mampu
yang
berarti
Menurut Golembiewsky et al. (emotional
(dalam As’ad dan Soetjipto, 2000),
exhaution)
pendekatan Maslach dan Jackson ini
Yaitu dimensi yang ditandai dengan
memiliki kesamaam dengan pendekatan
munculnya depresi, frustrasi, merasa
yang dikemukakakn oleh Leatz dan
terpenjara oleh pekerjaannya, apatis,
Stolar. Dimensi kelelahan fisik dan
mudah sedih, dan merasa tidak
psikis tercakup dalam satu dimensi yaitu
berdaya.
dimensi
kelelahan
emosional.
Sedangkan dimensi kelelahan mental
43 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
diformulasikan
ke
depersonalisasi.
dalam
konsep
Konsep
burnout
menurut Leatz dan Stolar dalam hal
absensi,
turnover,
dan
menurunnya
produktivitas kerja (Van Dierendonck, 1998).
rendahnya penghargaan terhadap diri
Schaufeli dan Buunk (1996)
sendiri dapat dikatakan sama dengan
mengelompokkan manifestasi burnout,
konsep ketiga dari Maslach dan Jackson.
sebagai dampak dari adanya burnout,
Dari ketiga dimensi tersebut, kelelahan emosional merupakan simtom
dalam enam kategori utama,yaitu : a. Manifestasi mental
utama dari burnout (Schaufeli dan
Tipikal penderita burnout akan
Bunnk, 1996; Van Dierendonck, 1998).
mengalami
Namun menurut Schaufeli dan Janczur
merasa hampa dan terjebak. Simtom
(1994), dari hasil penelitian mereka
yang
menunjukkan
merupakan
bahwa elemen
utama
kelelahan
berkaitan
emosi,
dengan
simtom
yang
serta
depresi paling
burnout adalah kelelahan emosional dan
menonjol seperti merasa tertekan, tidak
depersonalisasi.Lee dan Ashforth (dalam
berdaya , tidak ada harapan, dan merasa
Schultz
1994)
tidak berarti. Perasaan negatif tersebut
kelelahan
dapat membuat rendahnya harga diri
dan
mengemukakan
Schultz, bahwa
emosional dan depersonalisasi berkaitan erat dengan stres. 3. Akibat Negatif Burnout Burnout tidak hanya berakibat
pada penderita burnout. Individu
yang
menderita
burnout memiliki toleransi yang rendah terhadap
frustrasi,
mudah
marah,
negatif pada individu saja, seperti
menjadi sensitif, berperilaku memusuhi
depresi, perasaan gagal, kelelahan, dan
dan curiga tidak hanya pada resipien tapi
hilangnya motivasi, tetapi juga berkibat
juga kepada kolega dan atasan.Simtom
negatif pada organisasi, seperti tingkat
kognitif yang dapat terjadi ialah tidak
44 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
mampu berkonsentrasi, pelupa, kesulitan
yang mengalami burnout cenderung
dalam membuat keputusan.
menarik
b. Manifestasi fisik
(withdrawl) dan lebih buruk lagi jika
Keluhan fisik
sering timbul
seperti sakit kepala, mual, sakit pada otot-otot
terutama
pada
masalah
seksual,
gangguan
dari
kontak
sosial
mengisolasi dirinya. e. Manifestasi sikap
punggung, tidur,
diri
Sikap negatif yang berkembang dapat
terjadi
pada
hubungan
hilangnya nafsu makan. Manifestasi
interpersonal dan pada pekerjaan atau
fisik yang tipikal adalah keletihan yang
organisasi. Sikap negatif pada hubungan
kronis. Gangguan fisik yang sering pula
interpersonal seperti dehumanisasi, tidak
terjadi adalah menderita flu yang tidak
berperasaan (callous), memisahkan diri
kunjung sembuh.
(detached), acuh tak acuh (indifferent),
c. Manifestasi perilaku
sinis
Manifestasi perilaku individu terutama disebabkan oleh meningkatnya
(synical)
terhadap
resipien,
merupakan karakteristik yang paling sering muncul pada penderita burnout.
level of arousal seperti hiperaktivitas,
Sikap negatif terhadap pekerjaan
perilaku kasar. Meningkatnya konsumsi
atau organisasi yang sering muncul
stimulan seperti kopi dan alkohol.
adalah
d. Manifestasi sosial
individu seperti semangat, antusiasme,
Problem
interpersonal
dalam
hilangnya
mengalami
resipien,
dihargai
supervisor,
dan
intrinsik
minat, dan idealisme. Individu yang
lingkkungan kerja dapat terjadi terhadap kolega,
motivasi
burnout oleh
merasa
tidak
organisasiatau
rekan
bawahan. Individu yang mengalami
kerjanya.
Individu
menjadi
tidak
burnout dapat membawa problem di
perhatian
terhadap
organisasi
dan
tempat kerja ke rumah. Tipikal individu
akhirnya menjadi suka mengkritik dan
45 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
tidak mempercayai pihak manajemen,
Freudenberger,
rekan kerja, maupun supervisor.
Schultz,
Menurut Feudenberger Schultz,
Cherniss (dalam
1994),
Schultz
individu
dan
pekerjaan, turnover, dan juga absen,
yang
serta
rendahnya
produktivitas
kerja
(Schaufeli dan Buunk, 1996) Jaffe
dan
Scott
(dalam
Sulistyantini, 1997) mengatakan bahwa
Individu cenderung mencari kesalahan
burnout dapat menimbulkan masalah
pada
di
bagi organisasi atau perusahaan karena
lingkungan kerjanya, termasuk pada
simtom burnout dapat muncul dalam
rekan kerjanya, dan bersikap negatif
bentuk komitmen dan kinerja menurun,
kepada
frustrasi, penurunan semangat kerja,
aspek
orang
lain,
merasa
dapat
bosan.
semua
dan
bahkan
dan
menyebabkan individu berhenti dari
kelelahan emosional, apatis, murung, marah,
1994)
Schultz
dan
mengalami burnout akan mengalami
mudah
dalam
yang
serta
ada
kualitas
kerjanya menurun. Schultz dan Schultz
turnover,
(1994) menambahkan, sikap negatif
kreativitas individu. Simtom ini sering
yang dapat berkembang adalah individu
juga disertai dengan munculnya simtom
cenderung
fisik.
bersikap
pekerjaan, mengikuti
kaku
pada
peraturan dan
prosedur kerja dengan terpaksa karena
hilangnya
dedikasi
dan
4. Perbedaan antara Burnout dan Stres
mereka mengalami kelelahan untuk
Pengertian burnout tidak sama
bersikap fleksibel terhadap pendekatan-
dengan
pendekatan alternatif.
Schaufeli
f.
mengemukakan bahwa ada beberapa
Manifestasi organisasi Burnout
dapat
stres
dan
dan
tekanan Buunk
kerja. (1996)
memperburuk
perbedaan penting antara stres kerja dan
kualitas kerja individu (Cherniss dan
burnout. Stres kerja merupakan suatu
46 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
proses
adaptasi
tekanan
di
sementara
lingkungan
terhadap
kerja
yang
keadaan penurunan
yang
ditandai
semangat,
kemarahan,
disertai gejala mental dan fisik. Dalam
perasaan
kadar tertentu, stres kerja bermanfaat
simtom fisik, dan ketidak mampuan
bagi peningkatan performansi individu.
bekerja. Sedangkan pada individu yang
Berbeda
mengalami burnout masih dapat bekerja
dengan
merupakan
burnout
tahapan
akhir
yang dari
sehari-hari
tidak
dengan
memiliki
harapan,
(Tjondronegoro,
2003).
ketidakmampuan individu beradaptasi
Burnout bukanlah kondisi yang bersifat
dengan tekanan dari lingkungan kerja,
temporal.
berupa tidak adanya kesesuaian antara
bertahap, perlahan, dan menetap dalam
tuntutankerja dan kemampuam individu,
jangka waktu yang lama.
Burnout
terjadi
secara
serta stres kerja yang lama dialami individu (Brill dalam Schaufeli dan
EFIKASI DIRI
Buunk, 1996).
1. Pengertian Efikasi Diri
Menurut
(dalam
Bandura mendefinisikan konsep
Schaufeli dan Buunk, 1996), perbedaan
efikasi diri sebagai persepsi subjektif
konseptual antara burnout dan stres
individu terhadap kemampuan dirinya
adalah bahwa pada burnout terjadi
untuk mengorganisir dan melakukan
perubahan sikap dan perilaku yang
sejumlah tindakan atau perilaku yang
negatif terhadap resipien, serta pada
diperlukan untuk mencapai hasil tertentu
pekerjaan dan organisasi, sedangkan
atau untuk menjalankan tugas tertentu
pada stres kerja tidak disertai perubahan
(Bandura, 1986; Vrugt, 1996). Efikasi
sikap dan perilaku.
diri tidak menggambarkan kemampuan
Konsep
Maslach
burnout
sering
overlap
dengan depresi. Depresi adalah suatu
yang sebenarnya, tetapi terkait dengan keyakinan yang dimiliki individu.
47 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
Penilaian efikasi diri mencakup keyakinan individu bahwa ia memiliki
aktivitas
untuk
mencapai
tentu
menandakan
efikasi yang tinggi pada aktivitas lain.
kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan
belum
Bandura
(dalam
Jex
dan
tujuan
Godanowski, 1992; Jex dan Bliese,
dalam keadaan yang tidak mengenakkan
1999; Lunenburg, 2011) memperjelas
(Bandura, 1986). Hal ini berarti bahwa
lagi
persepsi terhadap efikasi diri meliputi
menggambarkan
keyakinan
suatu
berkenaan dengan kemungkinan bahwa
masalah dapat diatasi dan ia mampu
suatu tindakan atau perilaku tertentu
mengendalikan
individu
bahwa
bahwa
efikasi keyakinan
diri
ini
individu
situasi
yang
dapat dilakukan. Keyakinan efikasi diri
mengganggu.
Keyakinan
tersebut
berkisar pada hubungan antara suatu
menimbulkan
perasaan
mampu
tugas tertentu dan tingkat hasil yang
mengendalikan masalah secara efektif. Efikasi diri tidak sama dengan
dicapai dalam menjalankan tugas-tugas tersebut (Bandura, dalam Vrugt, 1996).
karakteristik kepribadian (Vrugt, 1996). Karakteristik kepribadian
merupakan
karakteristik yang stabil yang dapat mempengaruhi
perilaku
2. Pengaruh Efikasi Diri Menurut Bandura (1997), efikasi
seseorang
diri dapat mempengaruhi kemampuan
dalam berbagai situasi. Menurut Gist
manusia dalam mengorganisir secara
dan Mitchel (dalam Juwarni, 2001),
efektif dan menyelaraskan keterampilan
berbeda dengan self esteem, efikasi diri
kognitif, sosial, emosional, dan perilaku
bukan
yang dimiliki untuk mencapai berbagai
merupakan
kepribadian
yang
karakteristik
bersifat
menetap.
Efikasi diri yang tinggi pada suatu
maksud. Efikasi diri dapat mempengaruhi mekanisme perilaku individu. Individu
48 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
mempunyai kecenderungan menghindari
kegagalan. Dengan kata lain, mereka
tugas dan situasi yang dirasa di luar
cenderung fokus pada hal negatif dan
kemampuannya,
akan
pada
atau
keberhasilan dan sikap optimis
menjalankan
namun
suatu
aktivitas
kegagalan,
tidak
fokus
pada
perilaku yang dirasa mampu untuk
Efikasi diri juga mempengaruhi
dilakukan dan memberikan akibat yang
fungsi individu dalam kaitannya dengan
diinginkan
Lebih
pekerjaan (Bandura, 1997). Individu
lanjut Bandura (1997) mengemukakan
yang mempunyai efikasi diri tinggi akan
bahwa efikasi diri mempengaruhi proses
lebih besar usahanya dalam bekerja dan
berpikir, level motivasi, dan kondisi
mengembangkan
perasaan,
yang
dibutuhkan oleh pekerjaannya sehingga
terhadap
jenis
(Bandura,
1986).
semuanya
berperan
yang
yang
akan memperoleh hasil kerja yang lebih
dilakukan. Individu dengan efikasi diri
baik. Motivasi kerja mereka lebih kuat
rendah pada suatu tugas tertentu akan
dan produktivitasnya tinggi sehingga
cenderung menghindari tugas tersebut.
menguntungkan perusahaan.
Mereka
akan
memotivasi
diri
performansi
keterampilan
merasa
sulit
untuk
dan
mereka
akan
Efikasi diri yang tinggi akan menjadi
motivasi
yang
kuat
bagi
melemahkan usahanya atau menyerah
individu untuk bertindak lebih persisten
pada
Mereka
(gigih) dan terarah, terutama apabila
mempunyai aspirasi dan komitmen yang
tujuan yang hendak dicapai merupakan
lemah untuk tujuan yang mereka pilih.
tujuan yang jelas (Bandura, 1997).
Dalam
mereka
Efikasi diri juga berkaitan dengan
memperhatikan
keberanian untuk mengambil keputusan
keluar
bertindak
permulaan
rintangan.
memandang
cenderung
lebih
kekurangan
mereka,
situasi,
biasaan
tugas, dan akibat tidak baik atau
dan
mempunyai
peranan
49 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
penting dalam mengarahkan perilaku
perasaan,
untuk mencapai tujuan tertentu.
terhadap efikasi diri juga menentukan
Efikasi diri juga mempengaruhi
seberapa
dan
perilaku.
besar
usaha
Keyakinan
yang
akan
besar usaha dan ketahanan individu
dikerahkan, seberapa lama individu akan
dalam menghadapi kesulitan (Bandura,
bertahan dan berusaha keras dalam
1997;
Individu
menghadapi rintangan dan kegagalan,
dengan efikasi diri tinggi memandang
serta seberapa besar tingkat stres yang
tugas-tugas
tantangan
dialami ketika menghadapi tuntutan
Lunenburg,
untuk
sulit
2011).
sebagai
dihadapi
daripada
sebagai
lingkungan yang menekan (Bandura,
untuk
dihindari.
Mereka
1986).
ancaman
mempunyai komitmen yang tinggi untuk mencapai
tujuan-tujuannya.
Mereka
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa efikasi diri dapat
akan menginvestasikan tingkat usaha
mempengeruhi
yang tinggi dan berpikir strategis untuk
dalam mengorganisir secara efektif dan
mengatasi
Mereka
menyelaraskan keterampilan kognitif,
sebagai
sosial, emosional, dan perilaku yang
mencapai
dimiliki untuk mencapai hasil atau
keberhasilan. Mereka akan secara cepat
tujuan yang diinginkan. Efikasi diri ini
memulihkan perasaan mampu, setelah
akan mempengeruhi pola pikir, level
mengalami kegagalan.
motivasi,
kegagalan.
memandang kurangnya
kegagalan usaha
Wood
dan
untuk
Bandura
kemampuan
reaksi
individu
emosional,
serta
(dalam
besarnya usaha dan ketahanan dalam
Juwarni, 2001) mengemukakan bahwa
menghadapi rintangan maupun stresor,
keyakinan terhadap efikasi diri akan
yang semua itu mempunyai peran pada
berpengaruh
performansi atau perilaku individu.
terhadap
pengaturan
motivasi diri, proses berpikir, kondisi
50 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
perilaku yang dipersepsikan di luar
3. Dimensi Efikasi Diri Menurut Bandura (1997; dalam Greenberg dan Baron, 2000; Lunenburg,
batas kemampuannya. b. Dimensi kekuatan dan kemantapan
2011), efikasi diri memiliki tiga dimensi
keyakinan (strength)
yang menjadi komponen dasar penilaian
Dimensi
atau persepsi individu terhadap efikasi
tingkat kekuatan dan keyakinan
dirinya. Efikasi diri setiap individu
individu mengenai kemampuannya.
berbeda-beda atas dasar ketiga dimensi
Pengharapan yang kuat dan mantap
tersebut dan mempunyai implikasi pada
akan
perilaku
gigih atau persisten dalam usahanya,
individu.
Ketiga
dimensi
ini
berkaitan
dengan
mendorong individu
tetap
tersebut adalah sebagai berikut :
walaupun mungkin belum memiliki
a. Dimensi tingkat kesulitan tugas
pengalaman-pengalaman
(level/magnitude)
menunjang.
Dimensi
level
(Greenberg
Baron
menggunakan
yang Sebaliknya,
dan
pengharapan yang lemah dan ragu-
istilah
ragu akan mudah digoyahkan oleh
“magnitude”) merupakan dimensi
pengalaman-pengalaman yang tidak
yang berhubungan dengan tingkat
menunjang. Dimensi ini berkaitan
kesulitan tugas, dimana individu
dengan kekuatan penilaian tentang
yakin dapat mengatasinya. Dimensi
kecakapan individu yang mengacu
ini juga mempunyai impliksi pada
pada derajat kemampuan individu
pemilihan
terhadap
keyakinan
dicoba. Individu akan mencoba
harapannya.
Individu
melakukan tugas-tugas tertentu yang
bahwa dirinya dapat menjalankan
dianggap mampu untuk dilakukan
tugas pada derajat tertentu.
perilaku
yang
akan
dan akan menghindari situasi atau
atau meyakini
51 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
c. Dimensi
keluasan
bidang tugas
menyelesaikan suatu tugas. Efikasi diri
(generality)
yang lemah mudah dihancurkan oleh
Generality merupakan dimensi yang
pengalaman-pengalaman
berhubungan dengan luas bidang
mendukung, sedangkan individu yang
tugas atau tingkah laku di mana
mempunyai
individu merasa yakin terhadap
meningkatkan
kemampuannya.
mengalami
Dimensi
ini
efikasi
yang
diri kuat
usahanya banyak
tidak
akan
meskipun
kesulitan
dan
mengacu pada variasi situasi di
rintangan. Semakin kuat
mana penilaian tentang efikasi dapat
individu maka akan semakin bagus daya
diungkapkan. Luasnya efikasi diri
tahannya terhadap rintangan dan lebih
pada satu situasi atau satu tugas
tinggi
dapat diterapkan pada situasi lain
melakukan aktivitas dengan sukses.
atau tugas lain. Ada individu yang
efikasi diri
kemungkinannya
Penilaian
efikasi
untuk
diri
dapat
mampu pada beberapa aktivitas
berbeda-beda pada individu. Perbedaan
tugas yang beragam, namun ada
ini dipengaruhi oleh penilaian individu
juga individu yang hanya mampu
terhadap ketiga dimensi tersebut. Ketiga
pada tugas yang terbatas pada suatu
dimensi tersebut yang akan membentuk
aktivitas dan situati tertentu.
kekuatan efikasi diri individu dan
Dimensi kemantapan
kekuatan
keyakinan
dan
(strength)
biasanya berkaitan langsung dengan dimensi
tingkat
kesulitan
memiliki
implikasi
penting
pada
performansi atau perilaku. 4. Sumber-Sumber Efikasi Diri
tugas
Penilaian efikasi diri terbentuk
(level/magnitude), yaitu makin tinggi
dan berkembang berdasarkan informasi
taraf kesulitan tugas maka makin lemah
yang diterima individu. Bandura (1997;
keyakinan yang dirasakan untuk dapat
dalam
Lunenburg,
2011)
52 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
mengemukakan
keyakinan
situasi, kurangnya usaha, atau strategi
individu atas efikasi dirinya dapat
yang tidak tepat (Bandura, 1986).
dibentuk
Kegagalan dianggap sebagai hasil dari
dan
bahwa
dipelajari
melalui
informasi dari empat sumber efikasi diri,
strategi
yang meliputi :
ketidakmampuan.
a. Pencapaian
prestasi
(enactive
mastery)
sumber
efikasi
diri
yang
paling
berpengaruh karena menjadi bukti yang
salah,
bukan
karena
Kegagalan
yang
berhasil diatasi melalui usaha, dapat secara
Pencapaian prestasi merupakan
yang
perlahan
membangkitkan
kekuatan efikasi dirinya. b. Pengalaman indvidu lain (vicarious experience)
paling otentik apakah seseorang dapat
Penilaian efikasi diri individu
melakukan suatu tugas dengan sukses
sebagian dipengaruhi oleh pengalaman
atau tidak.Pencapaian prestasi ini dapat
orang lain yang dijadikan sebagai
menjadi
kemampuan
model. Proses modeling ini menjadi cara
seseorang. Keberhasilan yang dicapai
yang cukup efektif untuk memperkuat
dalam melakukan suatu tugas dapat
efikasi diri. Jika individu melihat orang
meningkatkan keyakinan atau penilaian
lain dengan kemampuan yang hampir
terhadap
diri.Sebaliknya,
sama dengan dirinya dan ternyata dapat
kegagalan dapat menurunkan efikasi diri
melakukan sesuatu dengan berhasil, hal
seseorang,
tersebut akan turut meningkatkan efikasi
indikator
efikasi
terutama
jika
kegagalan
terjadi sebelum perasaan efikasi diri
dirinya.
Individu
tersebut
akan
terbentuk dengan kuat.
menganggap dirinya juga mampu untuk
Individu yang merasa yakin
melakukan aktivitas yang sebanding.
pada kemampuan dirinya, dalam melihat
Individu meyakinkan dirinya bahwa jika
kegagalan lebih menekankan pada faktor
orang lain mampu melakukannya maka
53 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
dirinya juga memiliki kemampuan untuk
orang lain bahwa dirinya memiliki
melakukannya juga. Sebaliknya, jika
kemampuan untuk melakukan suatu
individu
melihat
yangmempunyai sama
orang
lain
tugas dengan berhasil, akan membuat
kemampuan
hampir
individu tersebut memobilisasi usaha
kegagalan
dalam
mengalami
yang
lebih
besar
untuk
melaksanakan suatu tugas, hal tersebut
keberhasilan
dan
akan menurunkan keyakinan individu
kemampuan
yang
terhadap
kemampuannya
melemahkan
usahanya
mencapai
meningkatkan dimilikinya.
dan
akan
Keyakinan pada kemampuan dirinya
(Brown
dan
akan mendorong pengembangan skill
Inoye, dalam Bandura, 1997).
dan perasaan efikasi diri.
Pengalaman keberhasilan orang lain akan berpengaruh pada individu
d. Kondisi
fisik
dan
emosional
(physical and emotional state)
tergantung pada beberapa hal, yaitu
Sebagian
penilaian
individu
karakteristik model, kesamaan antara
terhdap kemampuannya didasarkan pada
individu dengan model, tingkat kualitas
informasi somatik yang disampaikan
tugas,
melalui
keadaan
situasi,
dan
kondisi
fisiologis
dan
keanekaragaman hasil yang mampu
emosional. Indikator somatik terhadap
dicapai oleh model.
efikasi
c. Persuasi verbal (verbal persuation)
domain yang melibatkan pencapaian
Persuasi
verbal
merupakan
informasi yang bersifat verbal yang dapat memperkuat keyakinan individu
diri
terutama
relevan
pada
fisik, fungsi kesehatan, dan coping terhadap tekanan. Dalam
aktivitas
kekuatan
dan
yang
bahwa mereka memiliki kemampuan
melibatkan
stamina,
untuk mencapai hasil tertentu. Individu
individu akan membaca kelelahan dan
yang diyakinkan secara verbal oleh
rasa sakit yang dialaminya sebagai
54 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
indikator ketidakmampuan secara fisik.
dan kemampuan individu dan prosesnya
Kondisi
terjadi dalam kurun waktu yang cukup
perasaan
individu
juga
mempunyai pengaruh terhadp penilaian efikasi
diri
dan
mempunyai
lama.
efek
Perkembangan
burnout
generalisasi yang luas pada berbagai
dipengaruhi oleh cara coping individu
fungsi. Menurut Bandura, ada empat
terhadap stres (Schaufeli dan Buunk,
cara utama untuk mengubah keyakinan
1996). Lazarus (dalam Juwarni, 2001)
terhadap efikasi diri yaitu meningkatkan
mengemukakan
status fisik mengurangi level stres dan
merupakan proses penilaian kognitif
kecenderungan
yang
mengoreksi
emosi kesalahan
negatif,
dan
interpretasi
terhadap kondisi fisik.
dimiliki
individu.
coping
Penilaian
kognitif tersebut menentukan tinggi rendahnya stres yang timbul dan reaksi individu
terhadap
stres.
Perbedaan
penilaian kognitif membuat besarnya
PENUTUP Burnout merupakan fenomena yang tidak
bahwa
terpisahkan
dari
stres
kerja.
tekanan dan reaksi terhadap stres pada masing-masing individu berbeda.
Menurut Lazarus dan Folkman (dalam
Efikasi diri dapat mempengaruhi
Schaufeli dan Buunk, 1996), stres kerja
cara coping individu terhadap tekanan di
terjadi ketika kemampuan individu tidak
tempat kerja (Jex dan Bliese, 1999).
lagi seimbang dengan tuntutan kerja.
Menurut Thornton (dalam Schaufeli dan
Brill (dalam Schaufeli
Buunk, 1996), strategi coping yang
dan Buunk,
1996) mengemukakan bahwa burnout
dihubungkan
merupakan tahapan akhir dari gangguan
strategi coping defensif, seperti escaping
adaptasi
atau avoidance, yang secara positif
yang
dihasilkan
dari
ketidakseimbangan antara tuntutan kerja
berhubungan
denga
dengan
burnout
burnout
adalah
dan
55 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
merupakan
bentuk
emotion
Efikasi diri dapat mempengaruhi
focusedcoping (Schaufeli dan Buunk,
besar usaha dan ketahanan individu
1996). Menurut Bandura (1997), bentuk
dalam menghadapi kesulitan (Bandura,
coping lari dari masalah dipengaruhi
1997). Individu dengan efikasi diri
oleh efikasi diri yang rendah.
tinggi memandang tugas-tugas sulit
Konsep efikasi diri dipandang sebagai
mekanisme
yang
dapat
sebagai
tantangan
daripada
sebagai
untuk ancaman
dihadapi untuk
membangkitkan kemampuan individu
dihindari. Mereka memiliki komitmen
untuk menggerakkan dan mengorganisir
yang tinggi untuk mencapai tujuan-
kemampuan kognitif, sosial, emosional,
tujuannya.
dan
perilaku
menjalankan mencapai
Mereka
akan
yang
dimiliki
untuk
menginvestasikan tingkat usaha yang
tugas
tertentu
atau
tinggi dan berpikir strategis untuk
(Bandura,
mengatasi kegagalan. Individu dengan
tujuan
tertentu
1997).
efikasi diri tinggi cenderung inovatif dan Efikasi
diri
menunjukkan
besarnya keyakinan individu terhadap
lebih suka melaksanakan tugas yang menantang (Aftab et al., 2012)
kemampuan dirinya untuk melakukan
Pada saat individu dihadapkan
sesuatu dalam upaya mengendalikan
pada situasi yang menimbulkan stres,
atau mengatasi keadaan yang menekan.
keyakinan terhadap efikasi diri akan
Menurut Jes dan Bliese (1999), perasaan
turut mempengaruhi reaksinya terhadap
mampu mengontrol suatu keadaan dapat
situasi
mengurangi akibat negatifdari tekanan,
Individu yang merasa tidak yakin pada
sehingga orang yang mempunyai efikasi
kemampuan dirinya dalam menghadapi
diri tinggi cenderung mengalami stres
situasi, maka akan mudah menyerah
yang lebih rendah pada situasi tersebut.
pada kondisi stres dan stres akan
tersebut
(Bandura,
1997).
56 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
menjadi semakin parah serta dapat
positif
berkembang menjadi burnout. Individu
meningkatkan
dengan efikasi diri rendah akan mudah
percaya
mengalami
persoalan
kelelahan
(exhaustion)
(Aftab et al., 2012).
terhadap
performansi
motivasi
diri
kerja,
dalam
dan
kerja, rasa
menghadapi
tuntutan
pekerjaan,
mampu mengontrol tekanan yang terjadi
Keyakinan terhadap efikasi diri
di lingkungan kerja sehingga dapat
dapat dijadikan prediktor untuk melihat
terhindar dari stres yang berkepanjangan
kerentanan seseorang terhadap burnout.
yang
Individu dengan keyakinan efikasi diri
Individu dengan efikasi diri tinggi
tinggi akan berusaha menemukan cara
cenderung dapat bertahan dan terhindar
konstruktif untuk menghadapi stresor
dari burnout.
yang kronis, sedangkan individu dengan efikasi
diri
terjadinya
burnout.
Dengan demikian usaha-usaha
cenderung
untuk meningkatkan efikasi diri tinggi
menghindari tekanan masalah. Strategi
perlu diupayakan oleh setiap organisasi
coping defensif ini justru kemudian
penyelenggara
dapat meningkatkan ketegangan dan
kemanusiaan (human service) agar para
tekanan pada individu. Tekanan atau
individu
stres yang bergulir dari waktu ke waktu
kemanusiaan
dan
burnout. Lebih lanjut, Efikasi diri tinggi
tidak
rendah
beresiko
ada
habisnya,
dapat
berkembang menjadi burnout. Dengan demikian efikasi diri
dapat
jasa
pekerja dapat
berpengaruh
performansi
kerja,
pelayanan
jasa
pelayanan
terhindar
positif
dari
terhadap
meningkatkan
dapat dianggap sebagai sumber potensial
motivasi kerja, rasa percaya diri dalam
dari dalam diri individu (internal buffer)
menghadapi persoalan dan tuntutan
dalam proses coping terhadap stres.
pekerjaan, serta mampu mengontrol
Efikasi diri tinggi dapat berpengaruh
tekanan yang terjadi di lingkungan kerja.
57 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
DAFTAR RUJUKAN Aftab,N., Shah,A.A., & Mehmood,R. 2012. Relationship of Self Efficacy and Burnout Among Physicians. Academic Research International, Vol.2, No.2. hal. 539-548. As’ad,M.,dan Soetjipto,H.P. 2000. Hubungan antar Beberapa Aspek Budaya Perusahaan dengan Tingkat Burnout pada Karyawan Bagian Pelayanan Publik.Jurnal Psikologi, No.2. Hal. 101-110. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, UGM. Bandura,A. 1986. Social Foundation of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Halbesleben, J.R.B. & Buckley, M.R. 2004. Burnout in Organizational Life. Journal of Management, Vol.30, No.6. hal. 859-879. Jackson,S.E., Schwab,R.L., and Schuler,R.S. 1986. Toward an Understanding of the Burnout Phenomenon. Journal of Applied Psychology, Vol.71, No.4. hal.630640. Jex,S.M.,& Bliese,P.D. 1999. Efficacy Beliefs as A Moderator of The Impact of Work-Related Stressors: A Multilevel Study. Journal of Applied Psychology, Vol.84, No.3. hal.349-361.
------- 1997. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman and Company.
Jex,S.M.,& Gudanowski,D.M. 1992. Efficacy Beliefs and Work Stress: an Expalatory Study. Journal of Organizational Behavior, Vol.13. hal.509-517.
Etzion, D. 1984. Moderating Effect of Social Support on the StressBurnout Relationship. Journal of Applied Psychology, Vol.69, No.4. hal.615-622.
Juwarni. 2001. Peran Efikasi Diri dan Efikasi Kolektif terhadapTingkat Burnout pada Karyawan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi, UGM.
Farhati, F. 1996. Peran Tingkat Karakteristik Pekerjaan dan Dukungan Sosial terhadap Tingkat Burnout Karyawan Radiant Utama Group di Jakarta. Skripsi (tidak diterbitkan).
Lailani, F. 2005. Burnout Pada Perawat Ditinjau Dari Efikasi Diri dan Dukungan Sosial. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Program Pascasarjana, UGM.
Greenberg,J. & Baron,R.A. 2000. Behavior in Organizations. 7th Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Gunduz, B. 2012. Self-Efficacy and Burnout in Professional School Counselors. Educational Sciences: Theory and Practice, Vol.12, No.3. hal. 1761-1767.
Lunenburg, F.C. 2011. Self-Efficacy in the Workplace: Implications for Motivation and Performance. International Journal of Management, Business, and Administration, Vol.14, No.1. hal. 1-6. Schaufeli,W.B. & Buunk,B.P. 1996. Professional Burnout. Handbook of Work and Health Psychology. Schabracq,M.J., Winnubst,J.A.M., & Cooper, C.L. (editor).
58 TALENTA PSIKOLOGI Vol. IV, No. 1, Februari 2015
Chichester: JohnWiley and Sons Ltd. Schaufeli,W.B. & Janczur,B. 1994. Burnout Among Nurses: A PolishDutch Comparison. Journal of Cross-Cultural Psychology,Vol.25, No.1. hal. 95-113. Schultz,D.P. & Schultz,S.E. 1994. Psychology and Work Today: An Introduction to Industrial and Organizational Psychology. 6th Edition. Nwe York: MacMillan Publishing Company. Sulistyantini,S.R. 1997. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Burnout pada Perawat di Rumah Sakit Angkatan Laut Jakarta Pusat. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi, UGM.
Tjondronegoro,P. 2003. Kecenderungan Burnout pada Perawat RS St. Elizabeth Semarang. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Program Pascasarjana, UGM. Van Dierendonck,D., Schaufeli,W.B. & Buunk,B.P. 1998. The Evaluation of An Individual Burnout Intervention Program: the Role of Inequity and Social Support. Journal of Applied Psychology, Vol.83, No.3. hal. 392-407. Vrugt,A. 1996. Perceived Self-Efficacy, Work Motivati and Well-Being. Handbook of Work and Health Psychology. Schabracq,M.J., Winnubst,J.A.M., & Cooper, C.L. (editor). Chichester: JohnWiley and Sons Ltd