EFEKTIVITAS MEDIA PROMOSI DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN SISWA, GURU DAN PEDAGANG TENTANG KEAMANAN PANGAN
EFRIZA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Efektivitas Media Promosi Dalam Meningkatkan Pengetahuan Siswa, Guru dan Pedagang Tentang Keamanan Pangan adalah karya saya sendiri dibawah bimbingan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada pihak manapun. Sumber informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini..
Jakarta, Agustus 2009
Efriza NRP. F252050185
ABSTRACT EFRIZA, Effectiveness of Media Promotion in Enhancing Knowledge of Students, Teachers and Food Vendors about Food Safety. Under the Direction of YADI HARYADI and DAHRUL SYAH. Food safety problems has been global issue which should be a concern for many institutions. Integrated food safety control along food chain is needed to involve stakeholder to produce safe and good food to be consumed. Streed food safety is a complex problems. Many foodborne disease occured at elementary schools. To reduce food borne disease cases at elementary schools, it is an obligatory to promote food safety education and extension for students, teachers and food vendors retailers. This research was aimed to find out the effectiveness of media promotion in enhancing knowledge of students, teachers and food vendors about food safety. The research was conducted using descriptive method and survey. The object of this research were elementary school in Johar Baru, Central Jakarta. The results of this research showed that posters more effective media promotion in enhancing knowledge about food safety than leaflets or comics. Percentage of scores poster 12.38 at A criteria school and 19.04 at B criteria school. For comics 5.43 at A criteria school and 12.14 at B criteria school. As for leaflets 11.48 at A criteria school and 3.65 at B criteria school. It was concluded that media promotion poster more understandable and more effective in enhancing the knowledge of primary students in food safety. It is recommended to use posters as media promotion for campaign food safety .
RINGKASAN EFRIZA, Efektivitas Media Promosi Dalam Meningkatkan Pengetahuan Siswa, Guru dan Pedagang Tentang Keamanan Pangan, pembimbing Dr. Ir. Yadi Haryadi MS & Dr. Ir. Dahrul Syah, MS Masalah keamanan pangan sudah menjadi isu global yang perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Sistem pengawasan pangan yang menyeluruh di sepanjang rantai pangan melibatkan seluruh stakeholder agar dapat menghasilkan suatu produk pangan yang layak dan aman untuk dikonsumsi. Masalah Keamanan pangan jajanan sangat beragam. Banyak penyakit yang disebabkan oleh pangan terjadi di lingkungan sekitar sekolah. Untuk mengurangi kasus keracunan yang disebabkan pangan harus dilakukan edukasi dan promosi kepada siswa, guru dan pedagang jajanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui effektivitas media promosi dalam meningkatkan pengetahuan s iswa, guru dan pedagang tentang Keamanan Pangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif dan survei. Penelitian dilakukan di beberapa SDN di Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat. Hasil penelitian menunjukan bahwa media promosi poster lebih efektif meningkatkan pengetahuan siswa daripada media promosi leaflet atau komik. Persentase selisih skor siswa yang menggunakan poster 12.38 pada sekolah kriteria A dan 19.04 untuk sekolah kriteria B, untuk media promosi komik 5.43 untuk sekolah kriteria A dan 12.14 untuk sekolah kriteria B. Sedangkan untuk media promosi leaflet, 11.48 untuk sekolah kriteria A dan 3.65 untuk sekoah kriteria B. Dapat disimpulkan bahwa media promosi berupa poster lebih mudah dipahami dan lebih effektif digunakan dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang keamanan pangan. Disarankan untuk menggunakan poster sebagai media promosi dalam mengkampanyekan keamanan pangan.
ABSTRACT EFRIZA, Effectiveness of Media Promotion in Enhancing Knowledge of Students, Teachers and Food Vendors about Food Safety. Under the Direction of YADI HARYADI and DAHRUL SYAH. Food safety problems has been global issue which should be a concern for many institutions. Integrated food safety control along food chain is needed to involve stakeholder to produce safe and good food to be consumed. Streed food safety is a complex problems. Many foodborne disease occured at elementary schools. To reduce food borne disease cases at elementary schools, it is an obligatory to promote food safety education and extension for students, teachers and food vendors retailers. This research was aimed to find out the effectiveness of media promotion in enhancing knowledge of students, teachers and food vendors about food safety. The research was conducted using descriptive method and survey. The object of this research were elementary school in Johar Baru, Central Jakarta. The results of this research showed that posters more effective media promotion in enhancing knowledge about food safety than leaflets or comics. Percentage of scores poster 12.38 at A criteria school and 19.04 at B criteria school. For comics 5.43 at A criteria school and 12.14 at B criteria school. As for leaflets 11.48 at A criteria school and 3.65 at B criteria school. It was concluded that media promotion poster more understandable and more effective in enhancing the knowledge of primary students in food safety. It is recommended to use posters as media promotion for campaign food safety .
EFEKTIVITAS MEDIA PROMOSI DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN SISWA, GURU DAN PEDAGANG TENTANG KEAMANAN PANGAN
EFRIZA
Tugas Akhir Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Profesi pada Program Studi Teknologi Pangan
SEKOLAH PASCASARJANA INSITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Tugas akhir
: Efektivitas Media Promosi Dalam Meningkatkan Pengetahuan Siswa, Guru dan Pedagang Tentang Keamanan Pangan
Nama
: Efriza
NRP
: F252050185
Progam Studi
: Profesi Teknologi Pangan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Yadi Haryadi. MSc
Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc
Ketua
Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Magister Profesi Teknologi Pangan
Dr. Ir. Lilis Nuraida, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Khair il Anwar Notodiputro, MS
Tanggal ujian:
Tanggal lulus:
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir berjudul ”Efektivitas media promosi
dalam meningkatan pengetahuan
siswa, guru dan pedagang tentang keamanan pangan”, disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesi pada sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Program Studi Teknologi Pangan. Proses penyelesaian tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Yadi Haryadi, MSc dan Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan dan arahannya selama proses penyusunan hingga tugas akhir ini selesai. 2. Prof. Dr. Winiati P. Rahayu, selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan untuk perbaikan tugas akhir ini. 3. Badan Pengawas Obat dan Makanan yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk melanjutkan sekolah pascasarjana dan kepada Mrs. Carole Theobald yang pernah bekerjasama dengan Badan POM sebagai konsultan bagi
Australian Agency for International Development
(AusAID). 4. Ir. Tien Gartini, M.Si, selaku Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM saat ini, Dra. Aziza Nuraini, Apt MM., Dra. Dewi Prawitasari, Apt. M.Kes. serta Prof. Dr. Winiati P. Rahayu yang pernah menjabat sebagai Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan sekolah pascasarjana dan selama saya menjalani studi Pasca Sarjana telah memberi dukungan untuk mengikuti sekolah pascasarjana. 5. Dra. Endang Susigandhawati, MM, Dra. Sri Rahayu. serta rekan-rekan dari Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan POM yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Ibu Tika, selaku asisten Koordinator Program Studi Pasca Sarjana Magister Profesi Teknologi Pangan yang selalu membantu pelaksanaan Sidang komisi serta memberikan bantuan administratif lainnya. 7. Suamiku Rinaldo
Hasibuan yang selalu setia menemani selama
pengambilan data dan memberi dukungan serta semangat dalam menyelesaikan tugas akhir. 8. Keluargaku tercinta yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materiil serta dorongan semangat untuk menyelesaikan studi. 9. Kepala sekolah beserta guru-guru yang telah banyak membantu penulis dalam penyebaran materi promosi keamanan pangan di sekolah contoh 10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Jakarta, Agustus 2009 Efriza
Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 26 September 1965 sebagai anak pertama dari Bapak Syahril dan Ibu Hafni.
Penulis mengawali jenjang
pendidikan di SD Tahun 1972, dilanjutkan SMPN 2 Bukittinggi pada Tahun 1979-1982 dan melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Bukittinggi, Tahun 1982-1985. Pada Tahun 1985 penulis lulus seleksi UMPTN di Universitas Andalas Padang Sumatera Barat, jurusan Biologi. Selama di bangku perkuliahan penulis aktif di Laboratorium membantu dosen dan mahasiswa adik kelas sebagai asisten Laboratorium. Pada Tahun 1990 penulis menyelesaikan Studi S1 di Universitas Andalas Padang. Dari tahun 1990-2000 penulis menggeluti berbagai pekerjaan, mulai dari guru honor di sekolah swasta, guru bimbingan belajar, marketing asuransi, marketing kartu kredit dan sebagai tenaga administrasi di salah satu apotik di Jakarta Selatan. Pada akhir Tahun 1999 penulis mengikuti tes penerimaan CPNS di Departemen kesehatan dan Alhamdulillah di Tahun 2000 penulis diterima bekerja di Dirjen Pengawas Obat dan Makanan ( sekarang Badan POM) sampai saat ini. DI Badan POM penulis ditempatkan pada bidang pangan. Selama bekerja di Badan POM penulis pernah menjadi Tim penyusun dalam pembuatan komik tentang keamanan pangan, serta menjadi penanggung jawab dalam beberapa kegiatan proyek. Untuk mendalami ilmu pangan, pada Tahun 2005 penulis mendapat beasiswa dari Badan POM untuk melanjutkan pendidikan pasca sarjana di Institut Pertanian Bogor pada program studi Magister Profesi Teknologi Pangan .
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..............................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
xiii
DAFTAR ISTILAH ..........................................................................................
xiv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................
xv
I.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1
1.2 Tujuan ...................................................................................... .............
5
1.2.1 Tujuan Umum ..............................................................................
5
1.2.2 Tujuan khusus ...............................................................................
5
1.3 .Manfaat ..................................................................................................
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1. Sistem Keamanan Pangan Terpadu ........................................................
7
2.2 Kondisi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah ................................
8
2.3. Kampanye, Promosi, Komunikasi dan Edukasi Keamanan ................. Pangan.....................................................................................................
9
2.4 Strategi Promosi Keamanan Pangan di Sekolah ...................................
15
2.5 Metode Komunikasi ......................................................................... .....
17
2.6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan ......................
18
2.7. Nilai Pangan, Kebutuhan Gizi dan Penilaian Gizi .................................
20
2.8 Berbagai Jenis Bahaya pada Pangan ......................................................
23
2.8.1. Bahaya Fisik ….………………………………………………….
24
2.8.2 Bahaya Kimia ................................................................................
24
2.8.3 Bahaya Biologi ..............................................................................
25
2.9. Makanan Jajanan ....................................................................................
27
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan lokasi penelitian..............................................................
30
3.2 Penentuan Sekolah contoh ..................................................................
30
3.3 Metode Penelitian ...............................................................................
30
3.4 Disain Penelitian
31
3.5
Responden ........... .............................................................................
31
3.6
Intervensi Media …… ......................................................................
31
3.7 Persiapan Penelitian ….............. ...........................................................
31
3.8 Sumber Data Penelitian ........................................................................
32
3.9 Cara Pengumpulan Data ........................................................................
32
3.10 Tahapan Penelitian . .............................................................................
32
3.11 Pengolahan Data .................................................................................
33
3.12 Cara Menentukan Skor Responden .....................................................
34
3.13 Mengukur Efektivitas Media Promosi ................................................
34
3.14 Analisis Data ........................................................................................
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Sekolah Yang Diteliti ...............................................
36
4.2 Profil Siswa Sekolah Contoh .................. .............................................
36
4.2.1 Jenis Pekerjaan Orang tua ...........................................................
36
4.2.2 Uang Jajan Siswa Sekolah Contoh..............................................
37
4.2.3 Pendapat Siswa Tentang Media Promosi ...................................
40
4.2.4 Hubungan Media Promosi dan Selisih Skor Siswa .....................
43
4.3. Guru dan Media Promosi .............................................................................
47
4.3.1 Keberadaan Pedia Promosi di Sekolah ..................................................
47
4.3.2 Media Promosi dan Selisih Skor Guru ……………………………….
49
4.4. Pedagang dan Media Promosi .......................................................................
51
4.4.1 Pendapat Pedagang Tentang Media Promosi ......................................... 4.4.2 Media Promosi dan Selisih Skor Pedagang ..........................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... Sa
36
5.2 Saran .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... LAMPIRAN ....................................................................................................
51 52 58 59 61 64
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Profil sekolah contoh yang dipakai untuk penelitian ..................................
36
2.
Jumlah uang jajan di sekolah kriteria A ................................................................
38
3.
Jumlah uang jajan di sekolah kriteria B ............................................................
39
4.
Skor siswa sebelum dan sesudah diberi media promosi .......................................
43
5.
Perbandingan selisih skor siswa antara sekolah Kriteria A
46
dengan sekolah kriteria B ....................................................................................
6.
Selisih skor pengetahuan guru tentang aspek keamanan pangan
49
sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda pada sekolah kriteria A .................
7. 8. 9.
Selisih skor pengetahuan guru tentang aspek keamanan pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda pada sekolah kriteria B ..................................................................................................... Selisih skor pengetahuan pedagang tentang aspek Keamanan Pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda pada sekolah kriteria A ........................................................................................... Selisih skor pengetahuan pedagang tentang aspek Keamanan Pangan Sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda pada sekolah kriteria B ...........................................................................................
50 53 54
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
13
2.
Rangkuman KLB Keracunan Pangan Bulan Januari – 31 Desember 2008 berdasarkan lokasi kejadian .................................................................... Rangkuman KLB Keracunan Pangan Berdasarkan Jenis Pangan
3.
Diagram Alir Penelitian............................................................................
35
4.
Jenis pekerjaan orang tua siswa ................................................................
37
5.
Uang jajan siswa SDN contoh di wilayah Kecamatan Johar Baru ....................
37
6.
Hubungan antara uang jajan dengan frekwensi jajan ..............................
39
7.
Pendapat siswa tentang perlunya disebarkan Media Promosi .................
40
8.
Pendapat siswa tentang manfaat media promosi dalam meningkatkan pengetahuan ............................................................................................. Korelasi antara uang jajan dengan selisih skor siswa
41
45
11.
Persentase selisih skor pengetahuan siswa tentang aspek Keamanan Pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda .......................... Keberadaan media promosi di sekolah ....................................................
12.
Pendapat pedagang tentang media promosi ...........................................
51
13.
Pendapat pedagang tentang isi pesan pada media promosi ..............................
52
9. 10.
13
44
47
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Respon siswa terhadap pentingnya keamanan pangan ………………... 64
2.
Lembar Kuesioner siswa ……………………………………………... 70
3.
Lembar Kuesioner guru ………………………………………………. 72
4.
Lembar kuesioner pedagang ………………………………………….. 74
5.
Jenis makanan jajanan di sekolah contoh ……………………………... 76
6.
Jawaban pre test siswa SDN 29 Johar Baru . .........................................
78
7.
Jawaban post test siswa SDN 29 Johar Baru . .......................................
78
8.
Jawaban pre test siswa SDN 17 Tanah Tinggi ....................................... 79
9.
Jawaban post test siswa SDN 17 Tanah Tinggi ..................................... 80
10.
Jawaban pre test siswa SDN 01 Johar Baru ... .......................................
81
11.
Jawaban post test siswa SDN 01 Johar Baru .........................................
82
12.
Jawaban pre test siswa SDN 01 Tanah Tinggi ......................................
83
13.
Jawaban post test siswa SDN 01 Tanah Tinggi ..................................... 84
14.
Jawaban pre test siswa SDN 21 Johar Baru .... ......................................
85
15.
Jawaban post test siswa SDN 21 Johar Baru ... .....................................
85
16.
Jawaban pre test guru SDN 01 Johar Baru ...........................................
86
17.
Jawaban post test guru SDN 01 Johar Baru ...........................................
86
18.
Jawaban pre test guru SDN 29 Johar Baru ............................................. 86
19.
Jawaban post test guru SDN 29 Johar Baru ...........................................
86
20.
Jawaban pre test guru SDN 17 Tanah Tinggi ........................................
86
21.
Jawaban post test guru SDN 17 Tanah Tinggi ......................................
86
22.
Jawaban pre test guru SDN 01 Tanah Tinggi ........................................
87
23.
Jawaban post test guru SDN 01 Tanah Tinggi ......................................
87
24.
Jawaban pre test guru SDN 09 Mardani ......... ......................................
87
25.
Jawaban post test guru SDN 09 Mardani ....... ....................................... 87
26.
Jawaban pre test guru SDN 21 Johar Baru .... ........................................ 87
27.
Jawaban pro test guru SDN 21 Johar Baru .... .......................................
87
28.
Jawaban pre test guru SDN 01 Johar Baru .... .......................................
88
29.
Jawaban post test guru SDN 01 Johar Baru .. ........................................
88
DAFTAR ISTILAH
Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Pangan adalah sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan jajanan adalah makanan atau minuman yang biasanya diperoleh dari pedagang keliling atau penjual di tempat yang tidak permanen. Makanan atau minuman tersebut dapat dibuat sendiri atau diperoleh dari pihak ketiga Kategori pangan jajanan adalah pangan yang terdiri dari Pangan utama, penganan atau kue-kue, minuman, buah-buahan. Pangan olahan adalah makanan dan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Pangan jasa boga adalah makanan atau minuman yang dihasilkan oleh jasa boga. Jasa boga adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan Pangan rumah tangga adalah makanan atau minuman yang diolah oleh rumah tangga atau keluarga atau kerabat untuk konsumsi rumah tangga atau acara keluarga dan kerabat. Pangan siap saji adalah makanan dan atau minuman yang merupakan hasill proses dengan cara atau metode tertentu, untuk langsung disajikan. PMLFSC adalah Participant Multi Level Food Safety Campaign BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai gizi, antara lain : bahan pewarna, pegawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
Filthy adalah produk tersebut mengandung ”sesuatu yang tidak selayaknya ada dalam bahan pangan tersebut seperti ditemukannya potongan tubuh serangga, rambut atau benda yang bukan bagian dari pangan. Penyebabnya adalah karena masih kurang atau tidak diterapkannya prinsip-prinsip penanganan dan pengolahan yang baik. Street food adalah makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima. CPPB adalah Suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi pangan agar bermutu, aman dan layak untuk dikonsumsi. Risiko adalah kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan dan tingkat gangguan kesehatan sebagai akibat adanya bahaya (hazard) dalam pangan. Analisis risiko adalah suatu proses yang terdiri dari tiga komponen; manajemen risiko, kajian resiko dan komunikasi risiko. Bahaya (hazard) adalah suatu bahan biologi, kimia atau fisik yang terdapat dalam pangan yang mempunyai pengaruh buruk terhadap kesehatan. Komunikasi risiko adalah pertukaran informasi dan opini secara interaktif dalam pelaksanaan proses analisis risiko mengenai risiko, faktor yang berkaitan dengan risiko, dan persepsi risiko, antara pengkaji risiko, manajer risiko dan pihak terkait lainnya seperti pihak pemerintah, konsumen, industri dan akademisi. Kajian risiko adalah suatu proses penentuan tingkat risiko yang berlandaskan data-data ilmiah yang terdiri dari empat tahapan; i) identifikasi bahaya; ii) karakteristik bahaya; iii) kajian pemaparan; dan iii) karakterisasi risiko. Manajemen risiko adalah suatu proses yang terpisah dari kajian risiko yang meliputi pembuatan dan penerapan kebijakan dengan mempertimbangkan masukan dari pihak-pihak terkait mengenai kajian risiko dan faktor lain yang relevan untuk melindungi kesehatan konsumen dan mempromosikan perdagangan yang fair dan jika diperlukan memilih opsi pencegahan dan pengendalian yang sesuai untuk menanggulangi risiko JIP merupakan sistem komunikasi yang dirancang untuk para anggota yang memiliki tugas dan fungsi yang berhubungan dengan kajian risiko, antara lain kegiatan surveilan, survei monitoring, kajian atau riset yang berhubungan dengan pangan, khususnya keamanan pangan.
JPP merupakan sistem komunikasi yang menggalang kerjasama antar lembaga berwenang dalam manajemen risiko, guna meningkatkan efektivitas kerja sistem administrasi keamanan pangan dan inspektorat keamanan pangan misalnya dalam kajian legislasi keamanan pangan dan koordinasi upaya pengembangan profesi untuk pengawasan pangan JPKP merupakan sistem komunikasi antar lembaga yang berkaitan dengan komunikasi resiko, antara lain program promosi keamanan pangan nasional yang meliputi pengembangan bahan-bahan promosi dan sumberdaya pendidikan keamanan pangan nasional, pelatihan untuk industri pangan, pelatihan untuk food inspectors, leaflet untuk konsumen dan produsen. Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan kertas. Methanil Yellow adalah pewarna sintetis yang digunakan untuk pewarna tekstil dan cat, bewarna kuning kecoklatan dan berbentuk padat atau serbuk. Boraks adalah Senyawa berbentuk kristal, warna putih. Merupakan bahan untuk pembuat deterjen, dilarang digunakan untuk pangan. Minyak jelantah adalah minyak sisa bekas dipakai menggoreng, minyak yang sudah mengalami pemanasan berulang-ulang pada suhu tinggi yang sudah mengalami perubahan fisik dan kimia.
DAFTAR SINGKATAN
Badan POM
Badan Pengawas Obat dan Makanan
BTP
Bahan Tambahan Pangan
CPPB
Cara Produksi Pangan yang Baik
IRT
Industri Rumah Tangga
JIP
Jejaring Intelijen Pangan
JPKP
Jejaring Promosi Keamanan Pangan
JPP
Jejaring Pengawasan Pangan
KLB
Kejadian Luar Biasa
PKL
Pedagang Kaki Lima
PMLFSC
Participant Multi Level Food Safety Campaign
SKPT
Sistim Keamanan Pangan Terpadu
SDN
Sekolah Dasar Negeri
WHO
World Health Organization
I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keamanan pangan memegang peranan yang sangat strategis. Terjaminnya kondisi keamanan pangan di Indonesia berarti telah memenuhi hak-hak masyarakat Indonesia untuk memperoleh pangan yang bermutu tinggi dan aman bagi kesehatan. Perhatian pemerintah dalam masalah keamanan pangan cukup tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan diberlakukannya undang-undang tentang pangan yaitu Undang-Undang No.7 Tahun 1996. Undang-Undang tersebut mencakup aspek utama dalam bidang keamanan pangan yaitu aspek sanitasi pangan, bahan tambahan pangan, rekayasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan pangan, jaminan mutu pangan dan pemeriksaan laboratorium, serta pangan tercemar. Kondisi keamanan pangan di Indonesia selama ini dianggap masih memprihatinkan. Berita di media massa seringkali memuat terjadinya kasus keracunan
makanan
serta
penggunaan
bahan
tambahan
pangan
yang
membahayakan kesehatan. Tetapi masyarakat Indonesia sepertinya kurang menyadari magnitude permasalahan keamanan pangan yang dihadapinya. Terjadinya kasus keracunan dianggap hal yang lumrah bila tidak memakan korban jiwa. Demikian juga penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak dilarang dan penggunaan bahan kimia non BTP yang tidak memberi efek racun yang mematikan masih banyak dipertahankan karena dianggap memberi kompensasi ekonomis yang lebih tinggi. Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering mengakibatkan dampak seperti gangguan kesehatan pada konsumennya, mulai dari keracunan pangan akibat tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai risiko munculnya penyakit kanker akibat penggunaan bahan kimia yang berbahaya. Kondisi mutu dan keamanan pangan nasional kenyataannya tidak terlalu bagus, hal ini ditunjukkan oleh data keracunan pangan yang secara kualitatif menunjukkan rendahnya kondisi sanitasi dan higiene sarana produksi pangan di Indonesia. Kondisi keamanan pangan yang kurang baik akan membawa dampak
2
bagi rendahnya status kesehatan masyarakat. Di samping itu, kondisi keamanan pangan yang kurang baik akan berakibat pada kerugian negara karena ditolaknya produk pangan di arena perdagangan internasional. Menurut Hariyadi (2008), di sela confrensi "Investing in Food Quality, Safety and Nutrition" di Jakarta, sekitar 33-80 persen atau rata-rata 62 persen produk pangan Indonesia yang ditolak masuk di pasar internasional (AS) karena alasan keamanan pangan, dengan kata lain atas alasan filthy atau kotor. Filthy terjadi karena masih kurang atau tidak diterapkannya prinsip-prinsip penanganan dan pengolahan yang baik dalam proses produksi pangan. Dengan kata lain, kepada produsen produk pangan dan hasil pertanian Indonesia masih perlu diperkenalkan, disosialisasikan, dan diawasi untuk menerapkan good practices. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran untuk melaksanakan good practices ini juga dapat diamati dari data keracunan pangan yang terdapat di Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Data KLB keracunan pangan Tahun 2008, dari 197 sampel data yang ada menunjukkan bahwa penyebab utama kasus keracunan makanan adalah karena cemaran mikrobiologi (27.41%) dan cemaran bahan kimia (18.78%). Tidak dapat ditentukan 43.15% dan tidak ada sampel 10.66%. Selanjutnya data BPOM juga menunjukkan bahwa sebanyak 15.74% dari kasus keracunan makanan yang terjadi ternyata disebabkan oleh makanan olahan, 15.74% disebabkan oleh pangan jajanan, 25.89% pangan jasa boga dan 41.82% masakan rumah tangga. Hal ini mengindikasikan bahwa pengolahan makanan di industri pangan masih belum memenuhi standar kemanan pangan (BPOM, 2009). Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (UU No. 7, 1996 tentang Pangan). Pangan yang tersedia bagi masyarakat harus layak untuk dikonsumsi (fit for consumption) dan harus aman untuk dikonsumsi (safe for consumption). Pangan jajanan memiliki peranan yang strategis bagi produsennya (penjaja pangan jajanan) maupun konsumennya (guru dan anak sekolah). Upaya
3
meningkatkan keamanan pangan jajanan menjadi suatu keharusan mengingat anak sekolah adalah generasi penerus bangsa yang sudah semestinya mendapat asupan gizi yang memadai dan bermanfaat dari pangan yang mereka konsumsi, termasuk pangan jajanan (Rahayu dan Nababan, 2005). Pangan jajanan sangat banyak dijumpai oleh sebagian besar anak usia sekolah, dan umumnya rutin dikonsumsi oleh sebagian besar anak usia sekolah. Terdapat kecenderungan dua kategori penjaja pangan di sekitar sekolah, yaitu yang ditunjuk oleh sekolah (umumnya menyatu dengan kantin dan dikelola oleh koperasi sekolah) dan penjual pangan jajanan yang mangkal di sekitar sekolah. Penjaja beberapa jenis pangan jajanan seperti pisang goreng, es campur dan nasi goreng, masih melakukan tahapan akhir pengolahan di tempat penjualan ( Rahayu dan Nababan, 2005). Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Anak-anak usia sekolah merupakan konsumen yang seringkali menjadi sasaran produsen produk pangan dari berbagai tingkatan (industri besar, menengah dan kecil), karena masih mudah dipengaruhi. Masalah keamanan pangan pada jajanan anak sekolah sangat komplek penyebabnya antara lain adalah tata cara penanganan pangan yang mengabaikan aspek keamanan pangan, ketidaktahuan konsumen (anak-anak sekolah & guru) mengenai pangan jajanan yang aman. Masalah keamanan pangan pada pangan jajanan di lingkungan sekolah antara lain ditemukannya produk pangan olahan yang tercemar bahan berbahaya, mikrobiologis & kimia, pangan siap saji yang belum memenuhi syarat higienitas serta donasi pangan yang bermasalah (Fardiaz, 2004). Pangan yang aman harus dikendalikan oleh produsen (importir, eksportir, distributor, peritel, dan penjaja pangan, dihindari oleh konsumen, diatur dan diawasi oleh pemerintah.
4
Selama ini pengetahuan penduduk Indonesia terhadap keamanan pangan masih rendah karena kurangnya pengetahuan serta rendahnya kemampuan daya beli untuk produk pangan yang bermutu. Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan kerusakan akibat cemaran biologis, kimia dan fisika (Winarno, 1997). Untuk membantu terjaminnya keamanan pangan di seluruh mata rantai pangan, pemerintah menetapkan pedoman Cara Pengolahan Pangan Yang Baik (CPPB). CPPB adalah suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi pangan agar bermutu, aman dan layak untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, CPPB dapat dipandang sebagai salah satu perangkat dalam membangun sistem jaminan mutu pangan yang baik. Pangan olahan untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran sebelum diedarkan wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran (berdasarkan hasil penilaian keamanan, mutu dan gizi pangan olahan), kecuali pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga (pangan olahan IRT wajib memiliki sertifikat produksi pangan IRT). Untuk mendapatkan pangan yang aman perlu adanya kerjasama semua lembaga yang terkait dengan keamanan pangan, juga dengan industri pangan dan konsumen. Bagaimana meningkatkan pengetahuan konsumen akan keamanan pangan sehingga mereka dapat menggunakan haknya dalam memperoleh pangan yang lebih baik mutunya dan lebih aman untuk dikonsumsi serta bagaimana menyebarkan pesan keamanan pangan yang tepat seluas mungkin adalah melalui barbagai cara promosi ke seluruh negeri (Fardiaz, 2004). Komunikasi yang efektif sangat penting peranannya dalam proses belajar mengajar, termasuk dalam kegiatan penyuluhan, promosi, dsb. Komunikasi Edukasi dan Promosi perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan produsen dan konsumen akan keamanan pangan sehingga mereka dapat menggunakan haknya dalam memperoleh pangan yang lebih baik mutunya dan lebih aman untuk dikonsumsi. Usaha penyampaian informasi keamanan pangan telah dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, khususnya di Kedeputian Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Direktorat Surveilan dan Penyuluhan
Keamanan
Pangan.
Usaha
yang
sudah
dilakukan
untuk
menyampaikan informasi keamanan pangan adalah melalui promosi di berbagai
5
media penyuluhan seperti siaran televisi, radio, penyebaran poster dan leaflet, seminar, workshop, namun belum dapat dilihat media promosi yang efektif, tepat dan mengenai sasaran dalam mempromosikan keamanan pangan. Untuk melihat efektif atau tidaknya suatu kegiatan promosi, diperlukan evaluasi. Untuk mengetahui efektiv itas media promosi yang digunakan, diperlukan pengujian terhadap materi keamanan pangan (poster-poster, leaflet, komik serta buletin keamanan pangan) yang sudah disebarkan ke sekolah-sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah bahasa, gambar, tulisan pada media promosi sudah menarik menurut responden dan apakah pesan yang disampaikan mudah dipahami. Kegiatan survei efektivitas ini dibatasi pada sejumlah sekolah dasar di kecamatan Johar Baru Jakarta pusat. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas media promosi sebagai alat bantu untuk mempromosikan keamanan pangan. Diharapkan dengan media promosi yang sudah disebarkan dapat membantu konsumen terutama anak sekolah mulai menyadari dan merubah sikapnya dalam memilih pangan jajanan yang aman dan layak untuk dikonsumsi serta pengetahuan mengenai keamanan pangan menjadi luas. 1.2.
Tujuan :
1.2.1 Tujuan umum : Mengevaluasi sejauhmana efektivitas media promosi keamanan pangan dalam meningkatkan pengetahuan anak sekolah tentang keamanan pangan 1.2.2. Tujuan khusus : a. Mengetahui efektivitas berbagai media promosi sebagai alat bantu dalam kegiatan promosi keamanan pangan, untuk meningkatkan pengetahuan anak sekolah dalam hal keamanan pangan jajanan di Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat. b. Mengetahui tingkat pengetahuan anak sekolah, pedagang, guru dan orang tua sebelum dan sesudah adanya media promosi. c. Merumuskan langkah lebih lanjut untuk meningkatkan efektivitas media promosi keamanan pangan untuk jajanan anak sekolah di Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat.
6
1.3.
Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah : 1.
Meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan pedagang akan pentingnya keamanan pangan jajanan
2.
Mengetahui media promosi yang paling efektif untuk siswa sekolah Dasar
3.
Meningkatkan promosi keamanan pangan melalui media cetak
7
II. TINJAUAN PUSTAKA.
2.1. Sistem Keamanan Pangan Terpadu Masalah keamanan pangan sudah menjadi isu global yang perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Sistem pengawasan pangan yang menyeluruh di sepanjang rantai pangan (from farm to table) melibatkan seluruh stakeholder agar dapat menghasilkan suatu produk pangan yang layak dan aman untuk dikonsumsi. Pemerintah telah melakukan pencanangan Sistem Keamanan Pangan Terpadu (SKPT) pada tanggal 13 Mei 2004. Dalam SKPT diperlukan suatu forum kerjasama antar instansi terkait untuk mengharmonisasikan program keamanan pangan nasional dan laboratorium yang berstandar Internasional. Model ini dibentuk berdasarkan pedoman WHO (2000) dalam “Guidelines for Strengthening a National Food Safety Programme”. Pemetaan stakeholder yang terkait dalam SKPT dan bertanggung jawab terhadap keamanan pangan dilakukan dengan menggunakan model WHO (2000) yang meliputi fungsi edukasi, promosi, sistem jaminan mutu secara sukarela, pengawasan pangan, tim panel regulasi keamanan pangan, penelitian dan pengembangan, serta komite keamanan pangan nasional yang melibatkan pemerintah, produsen, konsumen termasuk lembaga-lembaga swadaya masyarakat terkait. Keenam fungsi tersebut dimodifikasi menjadi 3 (tiga) fungsi dalam kerangka analisis risiko, yaitu manajemen risiko, kajian risiko dan komunikasi risiko, sehingga diperlukan tiga jejaring. Tiga jejaring yang diperlukan dalam SKPT dikelompokkan menurut pendekatan analisis risiko adalah : 1.
Jejaring Intelijen Pangan
2.
Jejaring Pengawasan Pangan
3.
Jejaring Promosi Keamanan Pangan
Anggota-anggota jejaring tersebut bekerja sebagai mitra sejajar dengan cara saling membagi informasi, mendiskusikan permasalahan yang ada, membagi pengetahuan dan meningkatkan keamanan pangan di tingkat lokal, regional dan nasional. Dengan demikian, motto “ bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan di Indonesia” tidak hanya menjadi slogan saja (Fardiaz, 2006 ).
8
Promosi dan pendidikan keamanan pangan diidentifikasikan oleh WHO sebagai dua fungsi yang terpisah. Tetapi mengingat situasi di Indonesia akan lebih baik jika promosi dan pendidikan keamanan pangan tersebut dijadikan satu fungsi. Jejaring Promosi Keamanan Pangan (JPKP) merupakan kemitraan antar anggota dari berbagai instansi dan asosiasi yang berhubungan dengan promosi keamanan pangan. Jejaring ini terbentuk berdasarkan sistem komunikasi risiko dengan cara menyebarkan informasi hasil dari kajian risiko dan keputusan yang berhubungan dengan manajemen risiko. Kegiatan Jejaring Promosi Keamanan Pangan meliputi pengembangan bahan promosi (poster, brosur, dan sebagainya) dan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan keamanan pangan, konsumen. Keanggotaan jejaring berasal dari lembaga-lembaga yang berkompeten dan atau berhubungan dengan program keamanan pangan di setiap jejaring, seperti Badan POM RI, Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Departemen Pendidikan Nasional, Pemda, Universitas, LSM, konsumen, media massa, PKK, asosiasi dagang/industri, foods inspectors, komite codex dan sebagainya. JPKP juga melakukan program pemberdayaan sekolah dalam pengawasan pangan,
diantaranya
penyuluhan
keamanan
pangan
di
sekolah-sekolah,
pengembangan program Piagam Bintang keamanan Pangan bagi kantin sekolah dan review materi keamanan pangan di buku pelajaran SD, serta pembuatan dan penyebaran berbagai poster dan leaflet keamanan pangan (Fardiaz, 2006 ). 2.2. Kondisi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Pangan jajanan sangat banyak dijumpai di lingkungan sekitar sekolah, dan umumnya rutin dikonsumsi oleh sebagian besar anak usia sekolah. Rendahnya tingkat keamanan pangan jajanan anak sekolah akan memperparah masalah rendahnya status gizi anak-anak. Oleh sebab itu pangan jajanan anak sekolah (PJAS) menjadi salah satu prioritas pangan yang diawasi oleh Badan POM ( Gartini, 2009).
9
Badan POM memprioritaskan pengawasan keamanan pangan jajanan dengan melakukan kajian yang komprehensif untuk memperoleh data dan informasi profil keamanan PJAS nasional yang dapat dijadikan dasar penetapan kebijakan lebih lanjut dalam rangka perbaikan keamanan dan mutu PJAS. Selanjutnya SEAMEO (1999), menambahkan, makanan jajanan anak sekolah yang diproduksi secara tradisional dalam bentuk industri rumah tangga memang diragukan keamanannya. Meski begitu, jajanan yang diproduksi industri makanan berteknologi tinggi pun belum tentu aman. Maka, keamanan pangan jajanan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu disikapi bersama. Pangan jajanan umumnya dijual dalam bentuk siap untuk langsung dikonsumsi dan oleh karena itu pangan jajanan termasuk dalam kategori pangan siap saji. Menurut PP No. 28/2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Pangan siap saji adalah makanan dan atau minuman yang merupakan hasil proses dengan cara atau metode tertentu, untuk langsung disajikan.
Pangan siap saji dihasilkan oleh
perusahaan jasaboga yaitu hotel, restoran, rumah makan, katering, kaki lima, dan tempat pengolahan pangan lainnya (Fardiaz, 2004). Pangan jajanan di sekolah umumnya dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: 1. Makanan utama; misalnya nasi goreng, nasi soto, mie baso, mie ayam, gadogado, siomay, dan sejenisnya 2. Penganan atau kue-kue; seperti tahu goreng, cilok, martabak telur, apem, keripik, jeli, dan sejenisnya 3. Minuman; seperti es campur, es sirup, es teh, es mambo, dan sejenisnya 4. Buah-buahan; seperti pepaya potong, melon potong, dan sejenisnya Dengan harga yang terjangkau oleh anak-anak, maka peranan pangan jajanan sangat strategis untuk memberi tambahan asupan gizi bagi anak-anak.
Namun
sayangnya, sampai saat ini masih banyak masalah keamanan pangan pada pangan jajanan yang ditemui di lingkungan sekolah, diantaranya: •
Produk pangan olahan di lingkungan sekolah yang tercemar bahan berbahaya (bahaya mikrobiologis dan kimia).
•
Pangan siap saji di lingkungan sekolah belum memenuhi syarat higienitas.
•
Donasi pangan yang bermasalah.
10
Penyebab terjadinya masalah di atas adalah tata cara penanganan pangan yang mengabaikan keamanan pangan. Kesalahan tersebut bisa dijumpai pada berbagai
aspek
mulai
dari
bahan
baku,
penanganan
(proses
produksi
penyimpangan dan penyajian) serta tata cara distribusinya. Selain itu, faktor ketidaktahuan konsumen, dalam hal ini anak-anak sekolah, guru, akan tingkat keamanan pangan jajanan juga menyebabkan masalah keamanan pangan. Penjual pangan yang aman menjadi suatu keharusan bagi penjual pangan karena selain membantu menjaga kesehatan konsumen, juga akan meningkatkan kepercayaan konsumen yang pada akhirnya akan menguntungkan penjaja pangan tersebut. Penjual pangan atau pengelola kantin perlu memahami konsep keamanan dan sanitasi pangan selama mengolah, menyajikan dan menyimpan pangan agar keamanan pangan selama diolah, disajikan dan disimpan dapat terjaga dengan baik. Selain itu, konsumen dalam hal ini anak-anak sekolah dan guru, juga harus diberi pengetahuan yang memadai mengenai keamanan pangan agar mereka dapat memilih pangan yang aman untuk dikonsumsi. Suatu kegiatan penyuluhan keamanan pangan yang komprehensif perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Kalau diperhatikan, makanan dan minuman yang dijual di depan sekolah dasar di berbagai tempat kualitasnya sangat memprihatinkan. Ditinjau dari aspek kesehatan dan kehalalan makanan juga layak dipertanyakan. Ada cimol, cireng, cendol, gulali, baso, aneka makanan ringan dan minuman warna-warni. Kondisi tempat jualan, sanitasi, kesehatan dan asal-usul bahan yang digunakan masih menyisakan pertanyaan. Pangan jajanan yang dijual di sekolah dasar di Indonesia pada umumnya tidak aman karena makanan jajanan di Indonesia tidak menerapkan standar yang direkomendasikan organisasi kesehatan dunia (WHO). Tidak heran bila makanan jajanan itu dinilai tidak memenuhi standar gizi dan berkualitas buruk. Masalah ini terungkap dalam diskusi mengenai keamanan pangan dan makanan jajanan di Jakarta beberapa waktu lalu. Diskusi saat itu juga membahas langkah mensosialisasikan aturan WHO untuk keamanan pangan jajanan (DEPKES, 2004).
11
Pada umumnya perilaku makan yang sering menjadi masalah adalah kebiasaan makan di kantin atau warung di sekitar sekolah dan kebiasaan makan fast food. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau street food menurut FAO didefinis ikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat menjawab tantangan masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan bervariasi. Sebuah penelitian di Jakarta mengungkapkan bahwa uang jajan anak sekolah rata-rata sekarang berkisar antara Rp 2000 – Rp 4000 per hari, bahkan ada yang mencapai Rp 7000. Hanya sekitar 5% anak membawa bekal dari rumah. Sebagian besar dari mereka lebih terpapar pada makanan jajanan kaki lima dan mempunyai kemampuan untuk membeli makanan tersebut (SEAMEO, 1999) Dari wawancara dengan Pedagang kaki Lima (PKL) terungkap bahwa mereka tidak tahu adanya BTP ilegal pada bahan baku jajanan yang mereka jual. Bahan kimia berbahaya menjadi primadona bahan tambahan di jajanan kaki lima karena harganya murah, dapat memberikan penampilan makanan yang menarik (misalnya warnanya sangat cerah sehingga menarik perhatian anak-anak) dan mudah didapat. Makanan yang dijajakan oleh PKL umumnya tidak dipersiapkan dengan secara baik dan bersih. Kebanyakan PKL mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penanganan pangan yang aman, mereka juga kurang mempunyai akses terhadap air bersih serta fasilitas cuci dan buang sampah. Terjadinya penyakit bawaan makanan pada jajanan kaki lima dapat berupa kontaminasi baik dari bahan baku, penjamah makanan yang tidak sehat, atau peralatan yang kurang bersih, juga waktu dan temperatur penyimpanan yang tidak tepat. Terjaminnya kondisi keamanan pangan di Indonesia berarti telah memenuhi hak-hak masyarakat Indonesia untuk memperoleh pangan yang bermutu tinggi dan aman bagi kesehatan. Kondisi keamanan pangan yang kurang baik akan membawa dampak bagi rendahnya status kesehatan masyarakat. Di samping itu kondisi keamanan pangan yang kurang baik juga dapat menyebabkan kerugian negara karena ditolaknya produk pangan di arena perdagangan internasional. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran untuk melaksanakan good practices dapat
12
diamati dari data keracunan pangan yang terdapat di Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan, Badan Pengawas Obat dan Makanan. Hasil pengawasan Badan POM RI terhadap profil jajanan anak sekolah dari Tahun 2006 sampai dengan 2008 menunjukkan kenaikan dalam hal jumlah pangan jajanan yang tidak memenuhi syarat. Profil Jajanan Anak Sekolah Tahun 2006 dari 2803 sampel, 51% tidak memenuhi syarat. Tahun 2007 dari 2957 sampel, 55% tidak memenuhi syarat dan pada Tahun 2008 dari 2029 sampel, 60% tidak memenuhi syarat (Prawitasari, 2009). Banyak hal dan faktor yang harus dikaji untuk menentukan apakah makanan yang dikonsumsi sehari-hari aman. Makan dengan menu seimbang setiap hari agar terpenuhi kebutuhan dan zat gizi dapat menjadikan tubuh seseorang menjadi sehat baik jasmani maupun rohani. Demikian anjuran makan pada saat kini. Kurangnya perhatian terhadap hal ini, berdampak pada penurunan kesehatan konsumen. Bahkan hal tersebut akan menambah tingginya angka kematian akibat dari keracunan makanan karena tidak higienisnya proses penyiapan, pengolahan, penyajian dan pemilihan bahan serta tidak tepatnya penggunaan yang menimbulkan risiko penyakit kanker akibat adanya bahan tambahan yang berbahaya (DEPKES, 2006). Monitoring dan Verifikasi profil PJAS nasional Tahun 2008 di 4500 SD di 79 Kab/Kota di 18 propinsi di seluruh Indonesia menunjukkan masih banyak PJAS yang masih menggunakan bahan berbahaya pada pangan seperti Formalin, Boraks, Rhodamin B, Methanyl yellow dan Amarant. Penggunaan BTP pemanis siklamat dan pengawet benzoat juga masih ditemukan pada makanan ringan dan minuman.(Gartini, 2009). Menurut laporan KLB Tahun 2008 yang masuk ke BPOM Bulan Januari s/d Desember 2008, jenis pangan penyebab KLB adalah pangan Olahan, Pangan Jajanan, Pangan Jasa Boga, Masakan Rumah Tangga dan lain-lain. Laporan KLB berdasarkan jenis pangan penyebab dapat dilihat pada gambar 1.
13
Rangkuman KLB Keracunan Pangan Bulan Januari - 31 Desmber 2008 60% 48.22%
persentase
50% 40% 30% 20%
17.26%
10%
11.17% 4.06%
6.09%
2.03% 0.51% 1.02%
1.02%
5.58% 3.05%
lai n-l ain
As ram Te a mp a t tin Te mp gg al at pe ray aa n Ru Ho ma tel /re hs sto ak ran it /p us ke Su sm pe a rm ark s et/ pa sa r Ka nto r/p ab Te r mp ik at iba Te da mp h at ter bu ka
Se ko lah /ka mp us
0%
Tempat/Lokasi
Gambar 1 Rangkuman KLB Keracunan Pangan Bulan Januari – 31 Desember 2008 berdasarkan lokasi kejadian.
Persentase
Rangkuman KLB Keracunan Pangan Berdasarkan Jenis Pangan 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00%
41.62% 25.89% 15.74%
15.74% 1.02%
0.00% Pangan Olahan
Pangan Jajanan
Pangan Jasa Boga
Masakan Rumah tangga
Lain-lain
Jenis Pangan
Gambar 2. Rangkuman KLB Keracunan Pangan Berdasarkan Jenis Pangan 2.3
Kampanye, Promosi, Komunikasi dan Edukasi Keamanan Pangan. Kampanye Keamanan Pangan bertingkat Partisipatif atau PMLFSC
(Participatory Multi Level Food Safety Campaign) adalah suatu kegiatan kampanye
tentang
Keamanan
Pangan
yang
dirancang
dengan
melalui
penggalangan partisipasi setiap orang, institusi, industri, asosiasi, dan stakeholder
14
lainnya untuk bersama-sama mendiseminasikan pesan Keamanan Pangan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk setiap orang baik produsen maupun konsumen pangan. Kampanye Keamanan Pangan ini diselenggarakan dalam rangka meningkatkan pengetahuan akan pentingnya keamanan pangan bagi semua orang. Masalah keamanan pangan adalah masalah umum. Oleh karena itu menjadi tanggungjawab pemerintah dan masyarakat untuk menanganinya. Badan
Pengawas
Obat
dan
Makanan
melalui
kedeputian
Bidang
Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya merancang Pesan Keamanan Pangan dalam bentuk disain Poster yang disimpan dalam disket atau CD. Disket atau CD yang berisi file Pesan Keamanan Pangan disebarluaskan kepada institusi, industri, asosiasi, stakeholder terkait dan siapa saja yang berminat. Dalam rangka partisipasi oleh institusi, asosiasi, stakeholder terkait dan siapa saja yang berminat, isi file Poster dapat dicetak bewarna pada kertas Art paper ukuran A2 atau A3 dalam jumlah sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan mencetaknya. Selanjutnya Poster dapat ditempelkan di mana saja sesuai dengan peruntukkannya, misalnya di restoran, industri, pasar swalayan, toko kimia, kampus, sekolah-sekolah SD, SMP, SMU dan Universitas. Sebagai penghargaan kepada mereka yang berpatisipasi dalam kampanye ini, pada bagian bawah Poster dapat ditambahkan logo institusi, asosiasi, industri, stakeholder terkait atau nama dan alamat siapa saja yang ikut dalam kampanye keamanan pangan ini (kolom untuk tempat penulisan logo atau identitas partisipan sudah disediakan). Pesan keamanan pangan ini sudah baku, sehingga partisipan diminta untuk tidak mengubah disain poster yang ada. Setelah mencetak poster, institusi, asosiasi, stakeholder terkait dan siapa saja yang berminat diharapkan dapat mengkopi file poster di atas dalam disket atau CD dalam jumlah sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan untuk mengkopinya. Selanjutnya disket atau CD yang berisi file poster disebarluaskan kepada siapa saja secara bertingkat (multi level). Penerima terakhir dari disket atau CD ini juga diminta untuk mencetak poster, mengkopi file ke dalam disket atau CD menyebarluaskannya terus ke pihak lainnya secara bertingkat. Untuk monitoring kepada setiap institusi yang berminat disediakan formulir. Dengan PMLFSC diharapkan diseminasi pesan
15
keamanan pangan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan akan berjalan lancar, cepat dan menjangkau sasaran yang sangat luas. Komunikasi,
informasi
dan
Edukasi
adalah
suatu
strategi
untuk
menyampaikan pesan tertentu kepada sasaran yang tepat sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai. Komunikasi dapat dikatakan sebagai proses penyampaian pesan di antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi dengan memberdayakan sumber komunikasi, pesan, saluran komunikasi dan penerima. Sedangkan edukasi adalah proses pembelajaran dalam komunikasi untuk memantapkan pencapaian tujuan komunikasi, untuk mendidik dan merubah perilaku penerima ke arah yang diinginkan dalam proses komunikasi. Penyusunan pedoman komunikasi keamanan pangan dilatarbelakangi selain karena pangan yang berkualitas adalah salah satu penentu kualitas SDI sebagai aset penting pembangunan Indonesia secara keseluruhan, juga mutu keamanan sebagian pangan masih rendah. Sebagai akibat ketidaktahuan, keterbatasan modal dan teknologi dari para penghasil/pengolah pangan yang bermutu rendah masih mendominasi di Indonesia. Sebagai akibat masih rendahnya pengetahuan para penanggungjawab
pemasaran
pangan,
rendahnya
pengetahuan
konsumen,
pengusaha, para tokoh masyarakat formal dan non formal tentang keamanan pangan yang kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat serta belum adanya koordinasi yang sinergis dari berbagai pihak yang berperan penting dalam pengadaan dan pemasaran yang aman. Pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan perilaku. Beberapa persepsi individual dapat menghambat seseorang melakukan perilaku yang diharapkan yaitu: (1). kognitif (kepercayaan, keyakinan, pendapat pribadi, risiko yang disarankan dan norma-norma ;(2). emosional (kemampuan dan respon emosional); (3). Interaksi sosial (pengaruh sosial dan anjuran kepada teman). Pada prinsipnya menyusun strategi komunikasi sesuai dengan kondisi khalayak penerima (Rahayu, 2002). 2.4.
Strategi Promosi Keamanan Pangan di Sekolah Dalam
terwujudnya
mengkomunikasikan kesadaran
masyarakat
istilah
“Keamanan
Pangan”
sampai
akan
pentingnya
keamanan
pangan
16
memerlukan proses komunikasi yang berkesinambungan dan terintegrasi dalam suatu strategi. Kesadaran akan “Keamanan Pangan” harus ditanamkan di benak audiens baik di kalangan menengah ke bawah maupun kalangan menengah atas melalui upaya promosi dan komunikasi secara komprehensif, berkesinambungan dan terintegrasi. Seorang pelaku promosi harus mempunyai gambaran yang jelas tentang siapa sasarannya. Menurut Kotler (1995) ada enam kondisi seseorang setelah mendapatkan informasi tentang suatu pesan; 1. sadar tentang keberadaan pesan; 2. tahu atau paham tentang objek; 3 suka atau tidak suka dengan pesan; 4. menyukai pesan tapi tidak memilih; 5 sudah memilih tapi belum yakin; 6. telah yakin dengan pilihannya tapi belum melakukan tindakan. Kegiatan yang telah dilakukan Badan POM adalah pembuatan dan penyebaran materi keamanan pangan berupa leaflet, poster, buletin, komik, buku, modul keamanan pangan, gimmick, panel, baliho dan spanduk. Model promosi keamanan pangan yang lain adalah melalui pameran, lomba-lomba keamanan pangan, siaran televisi dan radio. Strategi pesan yang digunakan adalah positif, memfokuskan kepada manfaat yang diperoleh dibandingkan bahayanya serta tidak terkesan mengajari. Kegiatan yang dilaksanakan di Badan POM diantaranya adalah disain strategi komunikasi keamanan pangan, pembuatan dan pencetakan materi promosi keamanan pangan, distribusi “Compact Disc” (CD) poster keamanan pangan, pembuatan komik dan buku saku bergambar mengenai keamanan pangan, pembuatan kalender keamanan pangan, pameran keamanan pangan, promosi keamanan pangan melalui radio, majalah dinding, penyuluhan keamanan pangan bagi guru sekolah serta pengadaan seminar-seminar. Untuk melihat efektif atau tidaknya suatu kegiatan promosi, diperlukan evaluasi. Secara umum efektivitas promosi dapat diukur melalui perubahan perilaku masyarakat, perubahan rasio sebelum dan sesudah promosi. Jika ada perubahan positif atas parameter tersebut maka dapat dipastikan program promosi sukses dilaksanakan.
17
2.5
Metode Komunikasi
Menurut Rahayu (2002), metode komunikasi menurut bentuk isinya dapat dibedakan menjadi metode informatif, persuasif, edukatif, dan kursif. Informatif adalah kegiatan mempengaruhi khalayak sasaran melalui kegiatan penerangan. Penerangan adalah menyampaikan sesuatu apa adanya berdasarkan fakta dan datadata yang benar. Jadi wawasan pengetahuan sasaran yang diubah. Penerangan dilakukan untuk mengisi pengetahuan khalayak sasaran tentang sesuatu yang belum diketahui tanpa upaya mempengaruhi persepsinya, misalnya siaran berita RRI/TVRI. Persuasif adalah metode komunikasi yang dilakukan pada pengubahan kesadaran atau sikap mental seseorang. Jika pada metode komunikasi informatif pengetahuan khalayak yang ingin diubah maka pada metode komunikasi persuasif yang lebih difokuskan adalah para peserta yang telah tersugesti terlebih dahulu tentang sesuatu inovasi yang akan dikomunikasikan. Sebagai contoh, penyuluhan keamanan pangan dilakukan di kantor Dinas Kesehatan yang telah banyak ditempeli poster-poster besar tentang manfaat pangan yang aman. Pada kondisi demikian, khalayak tersugesti untuk mengikuti program keamanan pangan karena dua hal yaitu, (1) Keberadaannya di lokasi penyuluhan, yaitu di kantor Dinas Kesehatan yang memang berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan, dan (2) poster-poster tentang keamanan pangan di kantor Dinas Kesehatan secara psikologis telah “membujuk” khalayak untuk mengikuti program komunikasi keamanan pangan. Pada metode persuasif pesan yang disampaikan selain berupa fakta, data dan pendapat-pendapat orang lain juga dapat berupa non fakta. Edukatif adalah metode komunikasi yang bertujuan mengubah perilaku khalayak sasaran secara sengaja, teratur dan terencana. Isi pesan komunikasi dengan metode edukatif adalah berupa pendapat, fakta, data dan pengalaman seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Proses komunikasi dengan metode edukatif biasanya akan berlangsung lebih lama dibanding metode persuasif. Kursif adalah metode komunikasi yang mempengaruhi khalayak sasaran dengan cara memaksa. Pesan yang disampaikan biasanya berisi pendapat dan ancaman, misalnya peraturan-peraturan, perintah dan intimidasi.
18
Pesan komunikasi, mencakup antara lain pesan. Pesan adalah “produk fisik yang nyata dari komunikator” (Berlo, 1960) ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam penyajian pesan yaitu (1) lambang atau bahasa yang digunakan, (2) isi pesan dan (3) cara penyajian pesan tersebut. Selain itu, pesan juga harus disesuaikan dengan latar belakang publik penerima pesan, baik sumber rujukan mereka (frame of references) maupun pengalaman mereka (field of experiences). Pesan yang disampaikan harus memiliki intensitas, yaitu (1) durasi atau
lamanya
kegiatan
itu
berlangsung,
(2)
frekuensi
atau
kekerapan
berlangsungnya kegiatan tersebut dan (3) kontinuitas atau kesinambungan dari kegiatan itu sendiri (Perangin-angin, 2007). Media secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak adalah suatu media yang statis dan menggunakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar dan foto, dalam tata warna dan halaman putih. Dalam pengertian ini media cetak terdiri dari surat kabar, majalah, brosur, poster dan buklet. Media elektronik meniadakan jarak dan waktu, karena memiliki jangkauan wilayah yang sangat luas. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar dan nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. Dalam pengertian ini media elektronik terdiri dari radio, televisi dan internet.
2.6
Undang –Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan
Pembangunan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil dan merata berdasarkan kemandirian dan tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. (Pasal 2). Tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan adalah : a. Tersedianya pangan yang memenuhi persyaraan keamanan, mutu, dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia, b. Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab, c. Terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Pasal 3).
19
Menurut UU Pangan No.7 Tahun 1996, Pangan adalah sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Menurut pasal 1 ayat 2 UU Pangan No. 7 / 1996 tersebut yang dimaksud dengan pangan olahan adalah makanan dan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Pangan olahan ini mencakup baik pangan olahan yang siap untuk dikonsumsi manusia maupun pangan olahan setengah jadi, yang digunakan selanjutnya sebagai bahan baku pangan. Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Ketentuan mengenai keamanan pangan meliputi : 1. Sanitasi Pangan a. Sanitasi Pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembangbiaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan dan minuman, peralatan, dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan kesehatan manusia. b. Kewajiban bagi sarana dan atau prasarana yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpangan, pengangkutan dan atau peredaran untuk memenuhi persyaratan sanitasi. c. Kewenangan pemerintah untuk menetapkan persyaratan sanitasi dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan. d. Kewajiban dipenuhinya persyaratan sanitasi bagi sarana atau prasarana yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan. Sarana dan prasarana dalam ketentuan ini antara lain meliputi kelaikan disain dan konstruksi, peralatan dan instalasi, fasilitas lainnya yang secara
20
langsung atau tidak langsung digunakan dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan. e. Kewajiban setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan untuk memenuhi persyaratan sanitasi, keamanan dan atau keselamatan manusia.
2. Bahan Tambahan Pangan
Bahan
Tambahan Pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai gizi, antara lain : bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Ketentuan yang mengatur Bahan Tambahan Pangan adalah : a. Larangan bagi setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan, menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau menggunakan bahan tambahan pangan yang melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan. b. Pemerintah berwenang untuk menetapkan bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau proses produksi pangan serta ambang batas maksimal penggunaanya. c. Memeriksa terlebih dahulu keamanan dan penggunaan bahan yang akan digunakan sebagai bahan tambahan pangan yang belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, dalam kegiatan atau proses produksi pangan.
2.7.
Nilai Pangan, Kebutuhan Gizi dan Penilaian Gizi Orang mengkosumsi zat gizi yang terkandung dalam pangan untuk
memberikan energi kepada tubuh, mengatur proses-proses tubuh, untuk pertumbuhan dan membantu memperbaiki jaringan-jaringan tubuh. Beberapa zat gizi mungkin menggantikan zat gizi lainnya, tetapi umumnya mempunyai fungsi yang jelas di dalam tubuh.
21
Sejumlah penduduk tidak cukup makan sementara penduduk lainnya mempunyai cukup pangan yang beragam untuk menyediakan zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Bila kondisi seperti itu berlangsung lama, maka gizi kurang akan timbul. Jumlah penderita gizi kurang makin bertambah di banyak negara sedang berkembang. Oleh karena itu, ahli pertanian perlu mempelajari lebih banyak tentang gizi, tanda-tanda gizi kurang, dan menanam tanaman pangan yang akan dapat dikonsumsi penduduk untuk meningkatkan status gizinya. Melalui mereka, petani dapat belajar bagaimana memproduksikan tanaman pangan yang lebih cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk. Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat gizi. Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa di antara zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi esensial, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan yang normal. Ada beberapa zat gizi lainnya yang digunakan tubuh dikenal sebagai zat gizi tidak esensial. Bahan tersebut juga berasal dari unsur-unsur kimia yang disediakan pangan atau hasil pemecahan yang disintesa menjadi zat gizi di dalam tubuh. Jadi zat gizi esensial yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah zat gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dari unsur-unsur kimia yang disediakan pangan. Kalau pangan dipilih secara bijaksana dan seseorang memakannya dengan cukup, maka pangan tersebut, menyediakan semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam perbandingan yang diinginkan agar bertugas dengan baik. Jika pangan yang mengandung zat gizi esensial tidak dikonsumsi sebagaimana yang diperlukan, akan timbul kekurangan zat-zat gizi tersebut. Semua zat gizi esensial diperlukan untuk memperoleh dan memelihara kesehatan yang baik. Karena itu, pengetahuan terapan tentang kandungan zat gizi dalam pangan yang umum dapat diperoleh penduduk di suatu tempat adalah penting guna merencanakan, menanam, menyiapkan dan mengkonsumsi makanan seimbang. Para ahli pertanian perlu mengetahui informasi tersebut atau harus mengetahui di mana memperoleh pangan guna membantu petani dalam suatu
22
rencana bagi masyarakat mengenai tanaman pangan, ternak dan lain sumber pangan dan membantu mereka menyediakan sejumlah pangan yang beragam yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi seluruh keluarga petani. Zat gizi dibagi dalam enam kelas utama, yaitu 1). Karbohidrat, 2).lemak, 3) protein, 4). Vitamin, 5) mineral dan 6). air. Kecuali air, setiap golongan zat gizi terbentuk dari berbagai unsur yang berlainan, beberapa diantaranya dinyatakan sebagai zat gizi esensial, air sudah barang tentu juga penting (DEPKES, 2006). Makanan yang mencukupi zat gizi adalah yang berisi semua zat gizi yang penting dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Walaupun tubuh manusia memerlukan ke semua enam golongan zat gizi yang penting dalam seluruh hidupnya, namun tubuh tersebut memerlukan beberapa diantaranya dalam jumlah yang berbeda-beda pada berbagai tahap perkembangannya. Pertumbuhan fisik meliputi perubahan dalam keseimbangan tubuh dan di samping itu mempengaruhi kemampuan otot dan kesanggupan mental. Pertumbuhan dan perkembangan terdiri dari serangkaian perubahan yang pelik, dimulai dengan pembuahan indung telur dan melanjut selama seluruh hidupnya. Penilaian status gizi
adalah makanan melalui proses pencernaan dalam
tubuh dipecah menjadi zat gizi. Zat gizi kemudian diserap ke dalam aliran darah yang mengangkutnya ke berbagai bagian tubuh. Beberapa diantaranya dengan segera digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat gizi yang tidak diperlukan setelah diserap segera disimpan dalam tubuh untuk penggunaan dikemudian hari. Jika tubuh kelebihan zat gizi yang diperlukan, baik dari pangan yang dimakan sebelumnya pada hari itu, atau dari kelebihan zat gizi yang telah disimpan dalam tubuh, zat gizi tersebut digunakan untuk memelihara susunan tubuh dan fungsi yang normal. Keadaan tubuh demikian berhubungan dengan status gizi dan kesehatan yang memuaskan. Akan tetapi, karena satu dan lain alasan, sebagian penduduk dunia untuk waktu tertentu tidak mempunyai cukup persediaan zat gizi dalam tubuhnya untuk memelihara fungsi tubuh dengan cara memadai. Jika keadaan yang demikian berlanjut sangat lama, akan terjadi kurang gizi. Penilaian status gizi kemudian menjadi berguna. Penilaian tersebut dapat dipakai sebagai landasan untuk pengembangan program masyarakat dan nasional
23
dalam membantu mengatasi kurang gizi, menyediakan jumlah dan jenis pangan yang diperlukan dan umumnya mendukung kesehatan penduduk. Beberapa masyarakat dari negara memonitor status gizi sub-kelompok tertentu secara berkala guna menentukan apakah upaya untuk memperbaiki status gizi efektif. Program pengamatan yang demikian dinamakan kewaspadaan gizi. Penilaian tersebut biasanya memberikan kejelasan tentang keadaan gizi seluruh penduduk dan beberapa sub-kelompok penduduk didalamnya, untuk menentukan atau menaksir status gizi seseorang. 2.8.
Berbagai Jenis Bahaya pada Pangan Pangan merupakan sumber energi dan berbagai zat gizi untuk mendukung
hidup manusia. Tetapi pangan juga menjadi wahana bagi unsur pengganggu kesehatan manusia, baik unsur yang secara alamiah telah menjadi bagian dari pangan maupun unsur yang masuk ke dalam pangan dengan cara tertentu (pencearan). Secara umum bahaya yang timbul dari konsumsi pangan yang tidak aman disebut sebagai keracunan. Bahaya yang timbul dapat disebabkan oleh unsur fisik, kimia, dan biologis. Pada pangan jajanan, bahaya tersebut dapat terjadi melalui berbagai cara antara lain : dari pekerja, peralatan, proses pembersihan, dan dari konsumen. Menurut Rahayu dan Nababan (2003), Penyakit yang ditimbulkan oleh ketiga unsur di atas diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Penyakit akibat pangan yang disebabkan oleh mikroba yang mencemari pangan dan masuk ke dalam tubuh, kemudian hidup dan berkembang biak, dan mengakibatkan infeksi pada saluran pencernaan (food infection). 2. Penyakit akibat pangan yang disebabkan oleh racun/toksin yang dihasilkan oleh mikroba pada pangan (food poisoning). Kejadian intoksik asi tidak selalu disertai masuknya mikroba ke dalam tubuh. 3. Penyakit akibat pangan yang disebabkan bukan mikroba, tetapi bahan fisik, bahan kimia dan unsur alami. Berbagai jenis bahaya pada pangan adalah bahaya fisik, bahaya biologi dan bahaya kimia
24
2.8.1 Bahaya fisik Bahaya fisik berupa benda asing seperti rambut, kuku, perhiasan, serangga mati, batu atau kerikil, potongan ranting atau kayu, pecahan gelas atau kaca, potongan plastik dan potongan kaleng terkadang dijumpai di dalam pangan. Benda asing seperti pecahan kaca dan logam dapat mencederai secara fisik misalnya menyebabkan gigi patah, tercekik, melukai kerongkongan, dan saluran pencernaan. Pangan yang terlalu padat, seperti jeli dapat menyebabkan kerongkongan tertutup. Benda asing lainnya menjadi pembawa mikroba berbahaya ke dalam pangan dan menyebabkan keracunan pangan. 2.8.2 Bahaya Kimia Bahaya kimia pada pangan dapat berupa bahan alami di dalam pangan tersebut atau cemaran bahan kimia dari lingkungan. Pemakaian bahan kimia yang tidak benar, akan menyebabkan pangan menjadi tidak aman. Bahan-bahan kimia tertentu menjadi berbahaya apabila tercampur ke dalam pangan, baik disengaja maupun tidak disengaja. Beberapa bahan pangan secara alami mengandung toksin atau bahan beracun (Rahayu, 2002). Contohnya, jamur racun (racun muskarin di dalam jamur Amanita muscaria dan racun phallin di jamur Amanita phalloides), HCN di dalam singkong racun, asam jengkolat di dalam jengkol, racun tetradotoksin di dalam ikan buntel, dan sebagainya. Kentang, kacang, jamur dan pangan asal laut pada kondisi tertentu juga dapat mengandung toksin. Kentang yang kontak dengan udara dan berubah warna menjadi hijau, mengandung toksin. Ikan dan beberapa produk laut lainnya dapat mengandung toksin jika mereka mengkonsumsi alga atau ikan yang mengandung toksin. Sebagian besar toksin penyebab penyakit tidak berasa dan tidak dapat dihancurkan dengan proses pemasakan. Bahaya kimia juga dapat berasal dari cemaran bahan kimia yang masuk ke dalam pangan. Cemaran bahan kimia dari peralatan atau kemasan pangan yang lepas dan masuk ke dalam pangan, dan lainlain. Logam berat yang dapat mengkontaminasi pangan antara lain adalah merkuri, timbal, kadmium, arsen, lembaga, seng, dan timah. Cemaran merkuri dapat berasal dari air yang tercemar oleh limbah industri yang digunakan pada
25
waktu penanaman, pemeliharaan, penyimpanan pasca panen, pengolahan atau penjualan . Kontaminasi timbul dari kadmium dalam pangan dapat terjadi melalui alat masak atau pengemas yang mengandung logam berbahaya dan mengalami pengikisan permukaan, pewarna tekstil yang digunakan sebagai pewarna pangan serta udara dan air yang tercemar oleh gas dan debu knalpot kendaraan bermotor. Pangan yang tinggi kadar timbalnya antara lain pangan kaleng, kerang-kerangan, dan sayur-mayur yang ditanam di dekat jalan raya. Penggunaan bahan aditif pangan dalam jumlah yang berlebihan ataupun penggunaan bahan aditif non pangan secara sengaja merupakan pemakaian bahan kimia yang tidak benar. Bahan pewarna, pengawet dan pemanis buatan merupakan bahan tambahan pangan yang sering disalahgunakan pemakaiannya. Contoh penggunaan bahan aditif non pangan adalah penggunaan pewarna tekstil untuk pangan. 2.8.2 Bahaya Biologi a. Mikroba Mikroba lebih sering menyebabkan keracunan pangan dibandingkan bahan kimia (termasuk racun alami) dan bahan asing (cemaran fisik). Sebagian besar mikroba tersebut tidak berbahaya
dan bahkan beberapa di antaranya dapat
digunakan untuk membuat produk pangan seperti yoghurt dan tempe. Tetapi, banyak juga mikroba yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan hewan. Pangan menjadi beracun karena tercemar oleh mikroba tertentu dan mikroba tersebut menghasilkan racun yang dapat membahayakan konsumen.
b. Virus Virus berukuran sangat kecil, tumbuh dan berkembang biak di dalam mahluk hidup. Virus tidak dapat berkembang biak di dalam pangan, tetapi virus dari orang sakit dapat ditularkan ke orang sehat melalui pangan yang terkontaminasi oleh virus tersebut. Sedikit virus yang masuk ke dalam tubuh manusia sudah cukup untuk menyebabkan penyakit. Hal ini menjadi alasan mengapa sanitasi perorangan saat menangani pangan menjadi penting. Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa orang yang sakit sebaiknya tidak menangani (menyiapkan maupun menyajikan) pangan.
26
c. Parasit Parasit mengambil makanannya dari organisme inangnya. Beberapa parasit dapat terlihat dengan jelas, sementara yang lain tidak. Jika pangan yang terkontaminasi dengan parasit sampai terkonsumsi, maka yang mengkonsumsi dapat menjadi sakit. Contoh parasit adalah cacing yang terdapat di dalam daging segar. Proses pemasakan yang sempurna dapat membunuh parasit.
d. Kapang Kapang adalah sejenis jamur. Biasanya, kapang lebih mudah dilihat dengan mata telanjang. Kapang ini ada yang baik dan ada yang jahat. Beberapa kapang baik digunakan untuk produksi pangan seperti tempe dan keju lunak. Walaupun begitu, kapang yang lain dapat menyebabkan kerusakan pada pangan. Beberapa jenis kapang bahkan dapat memproduksi toksin. e. Bakteri Bakteri merupakan mikroba sel tunggal yang merupakan salah satu penyebab utama keracunan pangan. Bakteri merupakan mikroorganisme yang dapat hidup dan berkembang dimana-mana. Bakteri dapat hidup di udara, air, tanah maupun tanaman dan hewan. Bahkan kemungkinan bakteri terdapat pada pangan yang akan dikonsumsi. Sebagian besar bakteri yang ada pada pangan hanya membuat pangan menjadi rusak (bakteri pembusuk) tapi beberapa bakteri yang tumbuh pada pangan juga dapat menyebabkan keracunan pangan (bakteri patogen). Jika kondisi lingkungan memungkinkan, bakteri dapat berkembang biak di dalam pangan sampai jumlahnya membahayakan tubuh. Tiga contoh bakteri penyebab keracunan pangan dan dapat menyebabkan timbulnya penyakit adalah E. coli, S. aureus, dan Salmonella. Selain bakterinya, toksin yang dihasilkan mengeluarkan racun dan jika terkontaminasi dalam jumlah besar akan menyebabkan konsumen jadi sakit. Banyak toksin yang tidak dapat dihancurkan ketika pangan dimasak. Contoh toksin bakteri yang sangat mematikan adalah botulin yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum. Seberapa besar jumlah bakteri yang dapat menyebabkan konsumen menjadi sakit, sangat tergantung pada jenis bakterinya dan kondisi kesehatan konsumen. Pada beberapa bakteri, dalam jumlah sedikit saja sudah dapat menyebabkan keracunan pangan, namun bakteri
27
lainnya mungkin perlu jumlah besar untuk dapat menyebabkan keracunan pangan. Orang tua, anak-anak, ibu hamil, dan orang yang baru sembuh dari sakit adalah kelompok yang berisiko tinggi terkena keracunan pangan. 2.8. Makanan Jajanan Makanan jajanan diartikan sebagai makanan dan minuman siap santap yang telah disiapkan dan atau dijual oleh penjaja makanan terutama di jalanan dan tempat yang sejenis (FAO, 1997). Perdagangan makanan jajanan telah tumbuh dan berkembang di berbagai populasi di negara-negara di seluruh wilayah di dunia untuk memenuhi kebutuhan akan makanan yang mudah dibeli. Jenis dan bentuk dari makanan yang dijual tergantung dari besarnya kebiasaan makan di daerah tersebut dan sosial ekonomi lingkungannya. DEPKES (2006), makanan jajanan adalah makanan yang sudah disiapkan, diperjualbelikan dan dihidangkan di jalanan kota. Makanan jajanan merupakan bagian yang penting dalam diet orang di negara-negara berkembang. Diperkirakan bahwa 2,5 milyar orang di seluruh dunia memakan makanan jajanan. Makanan ini memang dirancang untuk keperluan masyarakat yang sibuk di perkotaan besar. Makanan jajanan juga dapat diartikan sebagai makanan yang siap dimakan dan diminum yang biasanya didapat dengan membeli. Makanan ini merupakan makanan yang sangat populer yang sejenisnya bermacam-macam yang dijual oleh (1) penjaja diam yaitu mereka yang berjualan sepanjang hari pada tempat-tempat yang lokasinya tetap di suatu tempat, (2) penjaja keliling yaitu mereka yang berjualan berkeliling dan tidak mempunyai tempat mangkal tertentu serta (3) penjaja setengah diam yaitu mereka yang berjualan dengan menetap di suatu tempat pada waktu tertentu. Harganya relatif murah dengan mutu gizi yang tidak tinggi. Pada umumnya tingkat kebersihannya rendah tetapi sangat digemari (DEPKES, 2004). Makanan jajanan menyediakan kandungan gizi yang signif ikan bagi konsumennya, terutama bagi masyarakat berpendapatan menengah dan rendah yang sangat bergantung pada makanan jajanan. Konsumen memegang peranan penting dalam memilih makanan jajanan, dia ntaranya adalah faktor biaya, kenyamanan, jenis makanan yang tersedia, kesukaan masing-masing individu dan
28
mutu organoleptik dari makanan itu sendiri (bau, tekstur, warna, penampakan). Nilai atau kandungan zat gizi makanan jajanan tergantung dari bahan-bahan dasar yang digunakan dan bagaimana cara makanan itu dipersiapkan, disimpan dan dijual. Dengan diketahui tujuan konsumen dalam memilih makanan jajanan diharapkan dapat menjadi tolak ukur untuk mengembangkan teknologi tepat guna untuk menjaga kandungan gizi dari makanan jajanan. Menurut informasi yang tersedia kombinasi pola makanan jajanan dapat memenuhi kebutuhan kecukupan zat gizi konsumen setiap harinya dengan nilai yang tepat (FAO, 1997). Selanjutnya menurut FAO (1997) penjual makanan jajanan dapat ditemukan berkumpul di sekitar tempat kerja, sekolah-sekolah, rumah sakit, stasiun kereta api, terminal bus dan lain-lain. Makanan jajanan ini jauh lebih murah jika dibandingkan dengan makanan yang dijual di tempat-tempat resmi, bahkan jika dibandingkan dengan masakan rumah. Makanan ini dapat memenuhi kebutuhan akan pangan di tempat orang bekerja atau berkumpul. Perhatian yang utama adalah saat mereka memainkan peranan sosial ekonomi yang penting, keberadaan pedagang jajanan yang tidak terbatas dan tidak teratur menyebabkan masalah pada sumber daya kota, menambah kepadatan dan mengotori kehidupan. Dalam publikasi FAO (1997), dikatakan bahwa aspek yang penting dari makanan jajanan adalah apabila terdapat pengetahuan akan keamanan makanan jajanan itu. Seperti diketahui bahwa perhatian terhadap makanan jajanan semakin meningkat terutama yang berhubungan dengan kemungkinan terjadinya keracunan makanan akibat kontaminasi mikrobiologi, penggunaan BTP yang tidak tepat (seperti penggunaan pewarna yang tidak diperbolehkan) dan adanya pemalsuan serta kontaminasi dari lingkungan. Hasil survei di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menyatakan masalah ini memang nyata dan diperlukan tindakan untuk melindungi konsumen. Praktek penanganan makanan yang tidak baik dapat menjadi penyebab utama dari kontaminasi. Masalah juga dapat ditimbulkan akibat penyediaan air minum, kualitas bahan mentah yang digunakan (misalnya sayuran yang sudah busuk dan daging yang sudah rusak) dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung (seperti berjualan di dekat selokan air dan tempat pembuangan sampah). Fasilitas yang tidak memadai untuk pembuangan sampah dapat menjadi bahaya yang lebih jauh.
29
Pedagang makanan di negara-negara berkembang umumnya kurang memiliki tempat penyimpanan yang memadai, terutama peralatan masak dan pendinginan yang diperlukan untuk mengurangi tumbuh dan berkembangnya bakteri yang berbahaya. Dalam beberapa kondisi, satu bakteri dapat tumbuh menjadi 17 juta organisme pembawa penyakit dalam delapan jam. Kurangnya penyaluran air bersih serta sistem pembuangan kotoran juga dapat menyebabkan meningkatnya risiko infeksi (Grow, 2001). Penjual makanan jajanan sering melibatkan seluruh anggota keluarga dalam mendapatkan bahan mentah, penyiapannya dan pemasakan makanan serta penjualannya. Peranan wanita dan potensinya sebagai tenaga kerja dalam sektor makanan jajanan sangatlah signifikan. Arti ekonomis menyeluruh dari makanan jajanan sangat besar sekali. Telah disadari bahwa di beberapa kota di dunia, jutaan dolar telah berpindah tangan setiap harinya sebagai hasil perdagangan makanan jajanan (FAO, 1997). FAO dan WHO sudah mengadakan penelitian tentang makanan jajanan di negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Selain kenyamanan dan terbukanya lapangan kerja, segi positif terbesar dari keberadaan makanan jajanan adalah kenyataan bahwa makanan jajanan dapat menyediakan kalori per kapita dan protein yang dibutuhkan hanya dengan sekitar satu dolar (Winarno, 1997). Bagaimanapun juga makanan jajanan dapat menjadi masalah yang serius. Seringnya kualitas mikrobiologi makanan jajanan berada di bawah standar, terutama penyiapan masakan dan minuman. Hal ini mengindikasikan kondisi sanitasi dan praktek kesehatan atau higinitas selama penyiapan dan penanganan yang tidak layak. Juga masalah penggunaan pewarna makanan dan zat adiktif lain yang tidak diijinkan serta kontaminasi kimia dari lingkungan. Masalah ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbahaya bagi konsumen. Akibat dari terlibatnya masalah sosial ekonomi, maka usaha untuk membatasi penjuala n makanan jajanan menjadi gagal.
30
III. METODE PENELITIAN
3.1
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2008,
berlokasi di beberapa SDN wilayah kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat.
3.2
Penentuan Sekolah Contoh Sekolah contoh yang dipakai untuk penelitian terdiri dari 2 kriteria, yaitu
kriteria A dan kriteria B. Sekolah yang tergolong kriteria A dengan ciri-ciri sbb: Ø Lingkungan di sekitar sekolah bersih dan jauh dari sumber cemaran Ø Bangunan sekolah tidak berada di lingkungan padat penduduk Ø Mempunyai kantin yang cukup memadai Ø Sekolah memiliki tempat khusus untuk mengadakan kegiatan ektra diluar kegiatan rutin, seperti mempunyai sanggar tari. Sekolah yang tergolong kriteria B dengan ciri-ciri sbb: Ø Lokasi bangunan sekolah berada di lingkungan padat penduduk Ø Di sekitar sekolah banyak terdapat sumber pencemaran Ø Kantin sekolah tidak memadai Ø Dalam satu bangunan terdapat beberapa sekolah ( lebih dari 2 sekolah) Ø Banyak pedagang asongan yang jualan diluar pagar sekolah.
3.3
Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriktif
dengan pendekatan
kuantitatif, juga menggunakan metode survei. Menurut Gaspersz( 1991), salah satu bentuk metode penelitian yang sering digunakan terutama dalam bidang sosial ekonomi adalah metode survei.
31
3.4
Disain Penelitian Ø Survei efektivitas media Promosi keamanan pangan Ø Teknik pengumpulan data (primer dan sekunder) Ø Kuesioner (pertanyaan tertutup) Ø Penetapan dan sampling (sekolah) ditentukan dengan purposif sampling Ø Sekolah dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh kasie pendidikan dasar setempat, yaitu sekolah dengan kriteria A dan sekolah dengan kriteria B.
3.5
Responden Ø Siswa kelas 5 ( 192 orang ) untuk 6 sekolah Ø Guru sekolah (30 orang) 5 orang guru per sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru agama, guru olah raga, guru kesenian dan guru kelas. Ø Pedagang (18 orang) 3 pedagang per sekolah yang berjualan di kantin sekolah dan sekitar sekolah.
3.6
3.7
Intervensi Media 1.
Poster untuk sekolah SDN 29 Johar Baru dan SDN 17 Tanah Tinggi.
2.
Komik untuk sekolah SDN 09 Mardani dan SDN 01 Tanah Tinggi
3.
Leaflet untuk sekolah SDN 01 Johar Baru dan SDN 21 Johar Baru
Persiapan Penelitian Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dipersiapkan media
promosi keamanan pangan yang akan dibagikan kepada sekolah-sekolah yang dipilih untuk penelitian. Media promosi yang dipakai ada tiga jenis yaitu, poster, leaflet dan buku cerita komik tentang keamanan pangan. Media promosi poster yang dibagikan ke sekolah ada 10 judul masing-masing judul ada 2 eksemplar. Poster tersebut ditempel di tempat tertentu seperti kantin, mading dan tempat jualan. Media promosi leaflet dibagikan kepada siswa kelas 5, guru dan pedagang masing-masing 3 judul yaitu Rhodamin B, Methanil yellow dan minyak jelantah.
32
Untuk media promosi komik dibagikan kepada guru, pedagang dan siswa kelas 5. Guru diberi 1 set, pedagang 1 set sedangkan siswa sebanyak 4 set masing masing set ada 10 judul. Diharapkan tiap siswa dapat membaca semua judul secara bergantian. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan pengisian kuesioner kepada siswa, guru dan pedagang di sekolah yang sudah ditentukan, sebanyak dua kali. Dari hasil riset
didapatkan data untuk diolah dan hasilnya untuk melihat
efektivitas dari media promosi yang digunakan. 3.8
Sumber Data Penelitian Sumber data dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data
primer didapatkan dari responden yang mengisi kuesioner,
sedangkan data
sekunder didapat dari sekolah yang disurvei. Sekolah yang dipilih ada 6 sekolah yang terdapat di Kecamatan Johar Baru yang terdiri atas kriteria A dan kriteria B. Kriteria Sekolah yang diambil sebagai lokasi penelitian diperoleh dari kasie Pendidikan pendidikan Kecamatan Johar Baru.
3.9
Cara Pengumpulan Data Data yang dihimpun meliputi identitas responden, pekerjaan orang tua, uang
saku, frekuensi jajan, jenis jajanan yang dikonsumsi serta persepsi responden (siswa, guru dan pedagang) terhadap media promosi di sekolah. Data ini diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner kepada konsumen kantin sekolah (siswa dan guru) serta wawancara kepada pedagang kantin dengan menggunakan kuesioner. Data pendukung berupa keadaan umum sekolah yang diteliti diperoleh dari pengamatan langsung serta wawancara dengan pihak sekolah bersangkutan. 3.10 Tahapan Penelitian 1.
Survei lokasi untuk menentukan sekolah contoh yang akan dipakai untuk penelitian dengan mendatangi sekolah tersebut untuk minta kesediaan sekolah untuk dipakai penelitian.
2.
Mendatangi kasie pendidikan setempat untuk mencari informasi sekolah contoh yang akan dipakai untuk penelitian.
33
3.
Membuat surat resmi kepada kepala sekolah yang ditanda tangani oleh kasie pendidikan wilayah kecamatan Johar baru sebagai tanda persetujuan sekolah tersebut dipakai untuk penelitian.
4.
Membagikan kuesioner yang pertama yang akan diisi oleh siswa, guru dan pedagang di sekolah yang bersangkutan, sebelum media promosi dibagikan. Kuisioner berisikan seputar pengetahuan responden tentang keamanan pangan dan persepsi responden terhadap media promosi keamanan pangan.
5.
Setelah pengisian kuesioner pertama selesai, media promosi dibagikan kepada responden dengan tujuan untuk dibaca dan dapat dipraktekkan sehari-hari
6.
Setelah berselang satu bulan penulis kembali mendatangi sekolah dan membagikan
kuesioner
kedua
dengan
pertanyaan
yang
sama,
diharapkan responde memberikan jawaban yang lebih baik dari kuesioner yang pertama. 7.
Selanjutnya penulis menganalisa jawaban responden sebelum dan sesudah
mendapat
media
promosi
untuk
melihat
apakah
ada
peningkatan pengetahuan responden setelah membaca media promosi yang penulis bagikan. 3.11
Pengolahan Data Kuesioner yang didapat dari responden pertama-tama dipilih dengan melihat
jawaban yang ada. Kuesioner konsumen kantin sekolah dinyatakan valid apabila menjawab semua pertanyaan secara benar, dengan ketentuan sebagai berikut 1) identitas konsumen dijawab semua; 2) untuk jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang persepsi konsumen dijawab sesuai perintah 3) setiap pertanyaan jawabannya hanya satu (kecuali pertanyaan yang jawabannya boleh lebih dari satu), apabila dijawab lebih dari satu maka dianggap menjawab lainnya. Kuesioner untuk responden terdiri dari pertanyaan tertutup. Kuesioner untuk siswa berisi tentang pekerjaan orang tua, uang jajan, frekuensi jajan dan jenis jajanan serta pengetahuan siswa tentang keamanan pangan. Kuesioner untuk guru
34
dan pedagang adalah persepsi mereka tentang media promosi serta pengetahuan tentang keamanan pangan.
3.12 Cara menentukan skor responden Untuk siswa skor tertinggi 6 dengan jumlah pertanyaan 6 Untuk guru skor tertinggi 7 dengan jumlah pertanyaan 7 Untuk pedagang skor tertinggi 10 dengan jumlah pertanyaan 10. 3.13 Mengukur efektivitas media promosi Untuk mengukur efektivitas media promosi pada siswa yaitu dengan menghitung rata-rata persentase skor semua siswa (sebelum dan sesudah mendapat media promosi
(skor yang negatif dibuang) serta pendapat siswa
tentang media promosi siswa. Untuk mengukur efektivitas media promosi pada guru dan pedagang dengan melihat selisih skor sebelum dan sesudah mendapat media promosi (skor negatif dibuang) serta persepsi mereka terhadap media promosi. 3.14 Analisis Data Data yang dihasilkan berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar sedangkan data kuantitatif berbentuk angka selanjutnya dilakukan uji statistik untuk mendapatkan kesimpulan dari data yang didapatkan. Uji yang digunakan adalah uji korelasi untuk mengetahui sejauhmana tingkat ketergantungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
35
Penentuan Tujuan
Studi Pustaka
Pembuatan Kuesioner
Pengisian Kuesioner Tahap I (sebelum intervensi)
Tabulasi data
Penyebaran Media Promosi
Pengisian KuesionerTahap II (sesudah intervensi)
Tabulasi Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3 Diagram Alir Penelitian
36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
KEADAAN UMUM SEKOLAH DAN SISWA YANG DITELITI Profil sekolah keseluruhan berdasarkan informasi dari pihak sekolah, dapat
dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Profil sekolah contoh yang dipakai untuk penelitian No.
Sekolah
1.
SDN 01 JB
Jumlah Siswa 386
Jumlah Guru 18
Jumlah Pedagang 3
2.
SDN 09 JB
316
21
3
3.
SDN 01 TT
232
12
5
4.
SDN 21 JB
287
13
5
5.
SDN 17 TT
441
17
7
6.
SDN 29 JB
273
13
1
Dari Tabel 1 dapat dilihat jumlah siswa yang paling banyak terdapat pada SDN 17 Tanah Tinggi. Sedangkan jumlah siswa yang paling sedikit adalah SDN 01 Tanah Tinggi. Pedagang jajanan yang paling banyak di SDN 17 yaitu sebanyak 7 orang sedangkan di tempat lain hanya berjumlah 1 s/d 5 orang per sekolah. Menurut pemantauan penulis dari jumlah pedagang yang berjualan di sekolah tidak sama dengan yang dilaporkan, umumnya jumlah pedagang lebih banyak.
4.2
Profil Siswa Sekolah Contoh 4.2.1 Jenis pekerjaan orang tua siswa Pekerjaan orang orang tua dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu pegawai
negeri, pegawai swasta, wiraswasta dan lain-lain. Untuk melihat jenis pekerjaan orang siswa disajikan pada Gambar 4.
37
Gambar 4 Jenis pekerjaan orang tua iswa.
Dari 192 siswa yang disurvei pada sekolah contoh 17.20% pekerjaan orang tuanya adalah pegawai negeri, 19.30% pegawai swasta, 21.40 % wiraswasta, dan 42.20% lain-lain (ibu rumah tangga, buruh, sopir, tukang ojek, kuli ). Dari hasil survai diketahui jumlah jenis pekerjaan orang tua siswa yang paling banyak adalah dari lain-lain, hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan tingkat ekonomi orang tua siswa di sekolah contoh adalah menengah ke bawah. Hasil survei mengenai uang jajan yang diberikan oleh orangtua kepada siswa SDN sangat bervariasi, hasil survei lapangan tentang besarnya uang jajan yang diterima oleh siswa disajikan pada Gambar 5.
4.2.2. Uang jajan siswa sekolah contoh
Gambar 5 Uang jajan siswa SDN contoh di wilayah Kecamatan Johar Baru 42.19
45
persentase
40 35 30
24.47
25
24.47
20 15 10
8.85
5 0 < 1000
1000-2500
2500-5000
uang jajan
>5000
38
Dari 192 siswa terlihat persentase uang jajan siswa yang < Rp. 1000 adalah 8.85 %, persentase uang jajan Rp. 1000 – Rp.2500 adalah 24.47 %, persentase uang jajan Rp. 2500 - Rp.5000 adalah 42.19% sedangkan persentase uang jajan > Rp. 5000 adalah 24.47 %. Persentase tertinggi 42.19% dengan jumlah uang jajan Rp. 2500 - Rp.5000. Persentase terbesar uang jajan siswa berkisar antara Rp. 2500 - Rp. 5000. Umumnya uang jajan siswa SDN contoh berkisar antara Rp. 2500 – Rp. 5000. Hasil monitoring dan verifikasi Badan POM terhadap profil keamanan PJAS Tahun 2008 di beberapa Propinsi dan Kabupaten kota, menunjukkan besaran uang saku siswa berkisar antara Rp. 2600 – Rp. 4000. Dapat dilihat betapa kecilnya uang saku siswa yang diberikan oleh orang tua mereka, bagaimana kualitas jajanan yang mereka beli dan konsumsi dengan uang saku yang sedemikian kecil. Kondisi uang jajan sangat mempengaruhi jenis dan kualitas jajanan yang dikonsumsi oleh siswa (BPOM, 2009). Jumlah uang jajan pada sekolah kriteria A dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah uang jajan di sekolah kriteria A Sekolah
Kriteria sekolah
Jumlah Responden
Uang jajan (Rp) <1000 10002500
1 2 3
SDN 01 Johar Baru SDN 09 Mardani SDN 29 Johar Baru
2500- >5000 5000
A
35
0
2
15
18
A
35
1
10
19
5
A
28
1
8
14
5
Untuk sekolah dengan kriteria A mayoritas siswa memiliki uang jajan berkisar antara Rp. 2500 – Rp. 5000, kecuali untuk SDN 01 Johar Baru mayoritas uang jajan mereka diatas Rp. 5000,- . Dari pengamatan penulis terhadap SDN 01 Johar Baru, sekolah tersebut adalah sekolah teladan dan siswanya berasal dari keluarga yang mampu, sekolah memiliki bangunan yang bagus, sebuah alun alun dipojok sekolah untuk aktifitas kesenian serta dilengkapi dengan kantin yang cukup permanen. sudah sewajarnya kalau uang jajannya juga tinggi. Uang jajan untuk sekolah kriteria B dapat dilihat pada Tabel 3.
39
Tabel 3 Jumlah uang jajan di sekolah kriteria B Sekolah
Kriteria sekolah
Jumlah Responden
Uang jajan (Rp) <1000 10002500
1 2 3
SDN 01 Tanah Tinggi SDN 21 Johar Baru SDN 17 Tanah Tinggi
2500- >5000 5000
B
35
3
8
13
11
B
26
11
10
5
0
B
33
1
9
15
8
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa mayoritas uang jajan di sekolah kriteria B berkisar antara Rp. 2.500 – Rp. 5.000, kecuali untuk SD 21 Johar baru kebanyakan siswa memiliki uang jajan < Rp. 1000. Beda dengan sekolah kriteria A uang jajan siswa ada yang mayoritas > Rp. 5000 . Hal ini menunjukkan bahwa uang jajan yang diberikan kepada siswa tergantung dari kondisi ekonomi dari masing-masing siswa yang ada di 6 SDN. Uang jajan yang diberikan dimaksudkan agar siswa dapat menggunakannya sesuai kebutuhan, hal ini menunjukkan tidak meratanya siswa SDN mendapat uang jajan dari orang tuanya. Hasil survei di lapangan mengenai hubungan antara uang jajan dengan frekuensi jajan menunjukkan bahwa tinggi rendahnya frekuensi jajan dipengaruhi oleh jumlah uang jajan yang diterima oleh siswa. Korelasi antara uang jajan dengan frekuensi jajan dapat dilihat pada Gambar 6 .
Rata-ratafrekuensijajan
3 2.6
2.5 2
2
2.7
2.2
1.5 1 0.5 0 <1000
1000-2500 Uang jajan (Rp)
2500-5000
>5000
40
Gambar 6 Hubungan antara uang jajan dengan frekuensi jajan Dari Gambar 6 dapat dilihat uang jajan terendah siswa adalah < Rp. 1000,rata-rata frekuensi jajannya 2 kali, sedangkan uang jajan tertinggi adalah > Rp. 5000,- rata-rata frekuensi jajannya 2,7 kali. Semakin banyak jumlah uang jajan semakin tinggi frekuensi jajan. Karena harga makanan jajanan sangat bervariasi antara yang satu dengan lainnya, frekuensi jajanpun akan berbeda pula. Pendapat siswa tentang perlunya disebarkan media promosi di sekolah, disajikan pada Gambar 7.
4.2.3 Pendapat siswa tentang media promosi
Gambar 7. Pendapat siswa tentang perlunya disebarkan Media Promosi
Dari Gambar 7 diatas dapat dilihat pendapat dari 192 siswa mengenai perlu atau tidaknya media promosi disebarkan di sekolah, baik di sekolah dengan kriteria A maupun di sekolah dengan kriteria B. Untuk sekolah kriteria A 94.89% mengatakan perlu dan 5.11% menyatakan tidak perlu. Untuk sekolah dengan kriteria B 95.74% menyatakan perlu dan 4.26% menyatakan tidak perlu, sedangkan untuk gabungan kedua sekolah 95.31% menyatakan perlu dan 4.09% menyatakan tidak perlu. Hal ini menunjukkan sikap positif dari siswa mengenai perlunya media promosi disebarkan di sekolah. Menurut Bakhtiar, 2002 efektivitas media promosi sangat tergantung kepada sikap responden terhadap materi yang disampaikan. Hal ini berpengaruh terhadap kesan yang dimunculkan oleh responden apakah mendukung pesan yang
41
disampaikan atau tidak. Selain itu efektivitas komunikasi ialah unsur kepercayaan khalayak terhadap sumber pesan. Pesan yang sama, kemudian disampaikan dengan metode dan media yang sama tetapi dilakukan oleh sumber yang berbeda belum tentu menghasilkan efek yang sama. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, pada dasarnya media promosi sangat diperlukan oleh masyarakat, mengingat kasus-kasus keracunan yang sering terjadi dan adanya bahan tambahan pangan (BTP) yang tidak memenuhi standar kesehatan sehingga mengakibatkan kesehatan terganggu. Bagi sebagian besar siswa SDN merasa sangat perlu adanya media promosi tentang keamanan pangan, karena sebagian besar siswa tidak tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat keracunan makanan jajanan. Ada teknis menjelaskan kepada siswa SDN tentang Keamanan Pangan, yaitu melalui media promosi yang benarbenar dimengerti oleh mereka yang relatif usianya masih kanak-kanak. Juga perlu dilakukan pembinaan agar siswa SDN mengerti akan bahaya keracunan yang disebabkan oleh pangan. Berkaitan dengan pendapat siswa tentang manfaat media promosi dalam meningkatkan pengetahuan disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8
Pendapat siswa tentang manfaat media promosi dalam meningkatkan pengetahuan
Dari 192 siswa yang diminta pendapat mereka mengenai manfaat media promosi dalam meningkatkan pengetahuan memberikan pendapat yang hampir sama. Untuk sekolah dengan kriteria A 100% siswa menjawab media promosi bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan, sedangkan untuk sekolah dengan
42
kriteria B 77.77% mengatakan bermanfaat dan 23.33% mengatakan tidak bermanfaat. Untuk gabungan antara sekolah kriteria A dan kriteria B 99.90% mengatakan bermanfaat. Berarti media promosi sangat tepat digunakan untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat terutama anak sekolah, karena dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang keamanan pangan. Karena usia siswa SD yang relatif masih kanak-kanak maka seringkali dalam menjawab suatu pertanyaan yang diajukan oleh peneliti berbeda dengan keadaan yang sebenarnya, oleh karena itu perlu dilakukan penyampaian pesan berulang-ulang, agar informasi yang diterima dapat dipahami dan dipraktekkan. Menurut Fardiaz (2006) anak-anak SD, baik di perkotaan maupun di pedesaan pada umumnya sangat suka jajan, baik untuk memenuhi kebutuhan fisiknya atau sekedar iseng saja. Pengetahuan mereka tentang pangan yang aman masih terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali. Mereka adalah kelompok konsumen yang menjadi sasaran yang harus dilindungi dari makanan yang tidak aman. Untuk melindungi siswa SD yang masih kurang pengetahuannya tentang keamanan pangan perlu disampaikan pesan-pesan melalui media yang mudah diterima dan dipahami oleh anak- anak tingkat sekolah dasar. Media yang dipakai dalam menyampaikan pesan dapat menggunakan foto atau gambar yang menarik dan menyentuh, misalkan gambar anak-anak yang mengkonsumsi jajanan sekolah kemudian berikan pesan. Pada foto atau gambar tersebut diberikan pesan inti : “Makanan yang tidak aman dapat membahayakan tubuh kita”. Media cetak seperti poster, leaflet, dan lain-lain menampilkan gambar yang menarik sebagai pelengkap dari pesan tertulis. Pembaca akan senang jika tampilan media tersebut tidak hanya kata-kata yang membosankan tetapi ada sesuatu yang bisa dipelajari dari gambarnya serta komposisi disain yang menarik pula. Hasil observasi dilapangan dapat dilihat bahwa pada prinsipnya media promosi diperlukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang keamanan pangan, karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahaya yang mungkin terdapat pada pangan. Pendapat siswa tentang isi pesan pada media promosi sangat positif, baik di lingkungan sekolah kriteria A maupun di lingkungan sekolah kriteria B. Hampir 99 persen siswa berpendapat kalau isi pesan pada media promosi mudah
43
dipahami. Dengan indikator seperti ini berarti tulisan, isi pesan maupun bentuk media promosi cukup bagus dan dapat digunakan untuk mensosialisasikan keamanan pangan kepada siswa- siswa sekolah dasar. Menumbuhkan pengetahuan akan pentingnya pengetahuan tentang keamanan pangan memerlukan waktu dan sarana. Media promosi adalah sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, sehingga pesan yang disampaikan mudah diterima dan dipahami. Siswa sekolah dasar memerlukan waktu yang cukup untuk dapat memahami pesan-pesan yang disampaikan melalui media promosi (leaflet, poster dan komik) yang tentunya isinya lebih mengarah pada pengetahuan yang mampu diserap dan dimengerti oleh anak-anak seusia sekolah dasar. Oleh karena itu isi pesannya disesuaikan dengan anak-anak yang akan membacanya, sehingga sasaran yang akan dicapai menjadi maksimal. Apabila isi pesan pada media promosi tidak disesuaikan dengan kata-kata yang mudah dipahami anak usia sekolah dasar, maka sasaran dan harapan agar anakanak mengerti tentang keamanan pangan tidak akan terwujud, begitu juga dengan sosialisasi yang disampaikan kepada anak-anak, tentunya bahasa yang diberikan disesuaikan dengan bahasa anak-anak. Skor siswa sebelum dan sesudah diberi media promosi dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
4.2.4 Hubungan Media Promosi dengan Skor Siswa Tabel 4 Skor siswa sebelum dan sesudah diberi media promosi No. 1 2 3 4 5 6
Sekolah SDN 01 TT SDN 09 JB SDN 01 JB SDN 29 JB SDN 17 TT SDN 21 TT
sebelum sesudah 171 186 200 209 175 192 139 153 124 142 130 134
selisih 15 9 17 14 18 4
Media Komik Komik Leaflet Poster Poster Leaflet
Skor seluruh siswa sebelum dan sesudah diberi media promosi menunjukkan adanya perubahan meskipun tidak terlalu signifikan, dilihat dari hasil jawaban kuesioner (pretest) hampir 80 persen menjawab dengan jawaban yang benar dan sesudah diberi media promosi (postest) terlihat adanya kenaikan
44
skor yang jawabannya hampir 100 persen benar. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan siswa dengan dibagikan media promosi kepada mereka. Untuk melihat korelasi antara uang jajan dengan selisih skor siswa dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Korelasi antara uang jajan dengan selisih skor siswa Uang jajan siswa sangat berpengaruh terhadap selisih skor. Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa semakin besar jumlah uang jajan siswa semakin tinggi selisih skor. Untuk kesimpulan sementara status sosial berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa terhadap keamanan pangan. Pada waktu jam istirahat di saat rasa lapar mulai terasa, anak SD mencari alternatif untuk mengatasi rasa lapar dengan cara jajan. Bagi siswa yang uang sakunya banyak mungkin akan membeli jajanan yang lebih mahal yang dapat menghilangkan rasa lapar, namun bagaimana dengan siswa yang uang sakunya kecil ?. Hal ini dapat menjadi masukan mengapa anak yang tingkat sosial lebih tinggi dapat menerima pesan dan pelajaran yang disampaikan sekolah kepadanya sementara pada anak SD yang status sosialnya lebih rendah akan sulit menerima pelajaran dengan kondisi tubuh yang lemah, karena kurang asupan gizi. Menurut Februhartanty 2004, makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%(3). Karena itu dapat dipahami peran penting makanan jajanan kaki lima pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun demikian, keamanan jajanan tersebut masih dipertanyakan baik dari segi mikrobiologis maupun
45
kimiawi. Persentase selisih skor pengetahuan siswa tentang aspek keamanan pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Persentase selisih skor pengetahuan siswa tentang aspek Keamanan Pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda. Untuk media promosi poster selisih skor tertinggi adalah 12.38 untuk sekolah kriteria A dan 19.04 untuk sekolah kriteria B. Untuk media promosi komik selisih skor tertinggi adalah 5.43 untuk sekolah kriteria A dan 12.14 untuk sekolah kriteria B. Untuk media promosi leaflet selisih skor tertinggi adalah 11.48 untuk sekolah dengan kriteria A, dan 3.65 untuk sekolah kriteria B. Poster mendapat nilai persentase tertinggi dalam meningkatkan pengetahuan siswa dibanding leaflet dan komik. Dari data yang terdapat pada Gambar 10 dapat disimpulkan
perlunya
differensiasi
penggunaan
media
promosi
dengan
mempertimbangkan kualitas fisik sekolah. Media promosi berupa poster lebih mudah dipahami dibandingkan media promosi leaflet atau komik. Hasil penelitian Saptarini, 2005 menyatakan tingkat pemahaman responden terhadap poster cukup tinggi, dari 160 responden 70% menyatakan bisa memahami pesan yang terdapat pada poster. Media poster yang berukuran besar, lebih banyak memberi peluang kepada siswa untuk lebih memperhatikan dan membaca dibandingkan dengan media
46
leaflet atau komik. Menurut Soehout, 2002 jenis, bentuk dan ukuran tulisan bisa dijadikan faktor daya tarik dalam suatu media poster untuk menarik perhatian orang yang mengamatinya. Tulisan yang banyak dengan font yang kecil pada leaflet membutuhkan waktu yang khusus untuk membaca dan menelaah isi sehingga peluang untuk dibaca siswa lebih sedikit. Hal yang sama juga berlaku untuk media promosi berupa komik. Perbandingan selisih skor siswa sekolah kriteria A dengan siswa dari sekolah kriteria B, disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5
Perbandingan selisih skor siswa antara sekolah Kriteria A dengan sekolah kriteria B.
Media promosi Poster
Komik
Leaflet
Sekolah A
Sekolah B
SDN 29 Johar baru 12.38 SDN 09 Mardani 5.43 SDN 01 Johar baru 11.48
SDN 17 Tanah tinggi 19.04 SDN 01 Tanah tinggi 12.14 SDN 21 Johar baru 3.65
Total Selisih Skor
Rata-rata Selisih skor
31.42
15.71
17.57
8.79
15.13
7.57
Media promosi yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang keamanan pangan terdiri dari poster, komik dan leaflet. Dari dua kriteria sekolah yang disurvei, media promosi yang lebih berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan siswa adalah poster dibandingkan dengan komik atau leaflet. Hal ini dapat dilihat dari tingginya nilai rata-rata selisih skor siswa dengan media promosi poster yaitu 15.71, komik 8.79 dan leaflet 7.57. Berdasarkan hasil perhitungan selisih skor, media promosi poster memiliki nilai lebih dibandingkan komik dan leaflet dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Menurut Jefkins 1997 yang dirujuk dari skripsi Saptarini, bahwa keunggulan poster adalah berukuran besar berisi pesan singkat yang ditulis dengan huruf yang besar dengan corak warna tertentu sehingga mudah diingat. Menurut Fardiaz (2006), Poster termasuk media cetak below the line biaya produksinya tidak terlalu mahal. Semakin banyak jumlah yang dicetak maka biaya
47
satuannya menjadi lebih murah. Beberapa hal yang harus diingat dalam mencetak poster adalah, ukuran huruf tidak terlalu kecil, tidak terlalu padat kata-kata, gunakan gambar yang menarik dan tidak terlalu banyak warna-warni Keberadaan Poster yang ditempel di tempat yang sering terlihat oleh siswa akan menyebabkan siswa terekspos berkali-kali untuk melihat dan membaca dengan tidak sengaja. Penempatan poster yang strategis akan mempengaruhi frekuensi siswa untuk melihat dan membaca pesan lebih sering dibandingkan dengan membaca leaflet atau komik. Hal ini merupakan faktor pendukung yang bagus dalam menyampaikan pesan keamanan pangan kepada masyarakat di sekolah (siswa, guru dan pedagang jajanan yang ada di sekolah).
Menurut
Kennedy (2009), Kelebihan dari media outdoor advertising adalah frekuensi konsumen akan terekspos berapa kali selama kurun waktu pemasangan dan memasukkannya dalam level frekuensi yang tertinggi. Poster media promosi keamanan pangan dapat dimasukkan ke dalam golongan media outdoor advertising. Pendalaman
lebih
lanjut
melalui
wawancara dengan
responden
menunjukkan belum adanya tool yang tepat dalam meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan pedagang tentang keamanan pangan.
4.3 Guru dan Media Promosi 4.3.1 keberadaan media promosi di sekolah Informasi tentang keberadaan media promosi di sekolah dapat dilihat pada Gambar 11. 120
Persentase
100
100 86.67
93.33
80
Sudah ada Belum ada
60 40
13.3
20
2.67
0
0 A
B
Kriteria Sekolah
A+B
48
Gambar 11. Keberadaan media promosi di sekolah Dari gambar data di atas diketahui bahwa keberadaan media promosi berkaitan dengan keamanan pangan sangat berguna bagi siswa, guru dan pedagang, hal ini terlihat hasil jawaban responden terjawab 100% dari sekolah kriteria A, sedangkan jawaban dari sekolah kriteria B 86,67%, hal ini menunjukkan bahwa baik sekolah kriteria A dan sekolah kriteria B memiliki kepentingan bersama dalam rangka meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan pedagang terhadap keamanan pangan jajanan di beberapa SDN Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat.
Oleh karena itu baik sekolah kriteria A maupun sekolah
kriteria B perlu diberikan media promosi berupa poster, leaflet dan komik, agar para siswa sekolah dasar mengetahui tentang bahaya ataupun manfaat dari keamanan pangan. Pemahaman guru-guru di sekolah contoh di wilayah Kecamatan Johar Baru tentang isi pesan pada media promosi poster, leaflet dan komik 100% mengatakan mudah dimengerti, hal ini berarti media promosi tidak memiliki masalah untuk digunakan sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan keamanan pangan. Guru mempunyai peranan penting dalam menyampaikan pesan-pesan keamanan pangan kepada siswanya, dengan adanya media promosi diharapkan pesan-pesan keamanan pangan lebih mudah disampaikan kepada masyarakat terutama siswa sekolah dasar. Poster, leaflet dan komik merupakan sarana penyampaian pesan komunikasi yang mudah dimengerti oleh siswa , guru dan pedagang di sekolah. Guru sebagai tenaga pendidik dituntut untuk lebih banyak mengetahui tentang keamanan pangan dibanding siswa. Guru akan membantu menerangkan isi pesan yang terdapat pada media promosi kepada siswa yang tidak tahu tentang keamanan pangan. Biasanya isi pesan dalam media promosi sangat sederhana dan mudah dipahami oleh siswa. Karena pemikiran siswa sekolah dasar masih sangat sederhana maka isi pesan dalam media promosi harus disesuaikan dengan usia dan pendidikannya. Menurut Fardiaz 2006, agar komunikasi yang akan dilakukan menjadi efektif dan tepat sasaran, maka diperlukan satu langkah untuk membuat pengelompokan terhadap target sasaran (segmentasi khalayak) meliputi variabel
49
demografis, geografis, dan psikografis. Untuk melihat efektifitas media promosi pada guru dapat dilihat dari selisih skor pengetahuan guru tentang aspek keamanan pangan sebelum dan sesudah diberikan media promosi (poster, leaflet dan komik). Selisih skor pengetahuan guru sebelum dan sesudah diberi media promosi pada sekolah kriteria sekolah A dapat dilihat pada Tabel 6. 4.3.2 Media promosi dan selisih skor guru. Tabel 6.
SEKOLAH KRITERIA A
SDN 29 Tanah Tinggi
SDN 09 Mardani
SDN 01 Johar Baru
Selisih skor pengetahuan guru tentang aspek keamanan pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda pada sekolah kriteria A KODE GURU
A B C D E A B C D E A B C D E
MEDIA
POSTER
KOMIK
LEAFLET
SKOR
SEBELUM
SESUDAH
SELISIH
6 6 5 5 6 7 6 7 7 7 7 7 5
6 6 6 5 6 7 6 7 7 7 7 7 7
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Ket: Nilai tertinggi 7 Pengetahuan guru sekolah tentang keamanan pangan di sekolah kriteria A sangat baik, pengisian kuesioner kepada guru sebelum disebarkan media promosi menunjukkan nilai yang bagus, hampir 100% persen jawaban yang diberikan oleh guru benar. Berarti pengetahuan guru tentang keamanan pangan di sekolah kriteria A sudah bagus dengan adanya media promosi akan menambah pengetahuan guru supaya menjadi lebih baik lagi dan selanjutnya pengetahuan tersebut akan diteruskan kepada siswanya di sekolah. Guru sekolah dituntut untuk
50
mampu memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh siswanya, salah satunya adalah pengetahuan tentang keamanan pangan, sehingga dengan memiliki pengetahuan tersebut, maka guru akan mampu menjelaskan kepada murid sekolah dasar mengenai manfaat dan bahaya yang disebabkan oleh pangan. Untuk melihat efektifitas media promosi pada guru dapat dilihat dari selisih skor pengetahuan guru tentang aspek keamanan pangan sebelum dan sesudah diberikan media promosi (poster, leaflet dan komik). Selisih skor pengetahuan guru sebelum dan sesudah diberi media promosi pada sekolah kriteria B dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Selisih skor pengetahuan guru tentang aspek keamanan pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda pada sekolah kriteria B
SEKOLAH KRITERIA B
KODE GURU
SDN 17 Tanah Tinggi
SDN 01 Tanah Tinggi
SDN 21 Johar Baru
A B C D E A B C D E A B C D E
MEDIA
Poster
Komik
Leaflet
SKOR
SEBELUM
SESUDAH
SELISIH
7 7 7 7 6 7 7 7 7 6 6 7 6 6
7 7 7 7 6 7 7 7 7 7 6 7 7 6
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0
Ket: Nilai tertinggi 7 Untuk sekolah dengan kriteria B, pengetahuan guru sekolah tentang keamanan pangan cukup baik, pengisian kuisioner kepada guru sebelum disebarkan media promosi menunjukkan nilai yang bagus, hampir 100% persen jawaban yang diberikan oleh guru benar. Berarti pengetahuan guru tentang keamanan pangan di sekolah dengan kriteria B hampir sama dengan pengetahuan
51
guru di sekolah dengan kriteria A berarti sosialisasi media promosi akan lebih mudah dilakukan oleh guru tersebut kepada siswa dimana guru tersebut mengajar. Disamping mendidik siswa agar menjadi pintar dan cerdas, guru berkewajiban melindungi siswa dari mengkonsumsi jajanan yang tidak aman, untuk itu guru perlu dibekali pengetahuan tentang keamanan pangan agar bisa membimbing dan mengajak siswa supaya terhindar dari makanan yang tidak aman yang dapat menggangu kesehatan, oleh karena itu guru di sekolah kriteria B tetap bertanggungjawab dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswanya tentang keamanan pangan. Jadi baik pada sekolah kriteria A maupun sekolah kriteria B, guru tetap harus memiliki pengetahuan yang tinggi tentang keamanan pangan untuk disampaikan kepada siswa. Selain kepada siswa dan guru media promosi juga perlu disosialisasikan kepada pedagang jajanan di sekolah.
4.4 Pedagang dan Media Promosi 4.4.1 Pendapat Pedagang Terhadap Media promosi Hasil survei terhadap pedagang jajanan di sekolah contoh tentang manfaat media promosi disajikan pada Gambar 12.
. Gambar 12. Pendapat pedagang tentang manfaat media promosi
Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa pendapat pedagang jajanan terhadap media promosi 100% mengatakan bermanfaat, untuk sekolah kriteria A dan 77,77% untuk sekolah dengan kriteria B. Hal ini menunjukkan bahwa media promosi dapat digunakan untuk mensosialisasikan keamanan pangan kepada
52
pedagang jajanan di sekolah contoh Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat. Pendapat pedagang tentang isi pesan pada media promosi, disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13 Pendapat pedagang tentang isi pesan pada media promosi Dari Gambar 13 dapat dilihat untuk sekolah kriteria A, 88,9% pedagang mengerti tentang isi pesan pada media promosi dan 66,7% di sekolah dengan kriteria B, hal ini menurut persepsi penulis bahwa isi media promosi dapat dimengerti oleh seluruh komponen pada sekolah contoh (pedagang di sekolah dengan kriteria A dan pedagang dari sekolah dengan kriteria B). Badan Pengawas Obat dan Makanan membuat media promosi dalam bentuk simpel dan sederhana, dengan tujuan agar mudah dipahami oleh seluruh masyarakat dari berbagai lapisan . Meskipun dalam teorinya pedagang sudah mengetahui dan memahami isi pesan pada media promosi, namun prakteknya masih dalam tanda tanya.
4.4.2 Media Promosi dan Selisih Skor Pedagang Selisih skor pengetahuan pedagang tentang aspek keamanan pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda pada sekolah kriteria A, disajikan pada Tabel 8
53
Tabel 8 Selisih skor pengetahuan pedagang tentang aspek Keamanan Pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda pada sekolah kriteria A S EKOLAH KRITERIA A
KODE PEDAGANG
SDN 29 Johar Baru
A B C SDN 09 A Mardani B C SDN 01 A Johar Baru B C Ket: Nilai tertinggi 10
MEDIA
Poster
Komik
Leaflet
SKOR
SEBELUM
SESUDAH
SELISIH
8 7 9 9 6 9
8 7 9 9 7 9
0 0 0 0 1 0
Berdasarkan isian kuisioner dari 9 orang pedagang jajanan yang berjualan di sekolah contoh dengan kriteria A, menunjukkan bahwa pengetahuan mereka tentang keamanan pangan cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dari skor sebelum dan sesudah diberikan media promosi nilainya bagus. Media promosi poster, leaflet dan komik tersebut lebih mudah dimengerti oleh pedagang kaki lima, meskipun pedagang kaki lima memiliki pendidikan formal rendah, dengan demikian maka media promosi akan lebih mudah dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dibanding dengan mengadakan sosialisasi tatap muka berupa dikumpulkannya para pedagang jajanan untuk mendengarkan penyuluhan tentang keamanan pangan jajanan. Dengan menggunakan media promosi, diharapkan penyuluhan keamanan pangan akan
lebih efektif, karena para pedagang jajanan akan segera
mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh pengetahuan dan tanggung jawab moril, sepanjang tidak merugikan dagangannya. Menurut Kennedy 2009, peran media sangat dibutuhkan dalam menyampaikan pesan kepada khalayak, dengan adanya media akan mempermudah khalayak untuk memahami pesan yang disampaikan kepada mereka. Media promosi yang disampaikan kepada pedagang berisi pesan untuk menghimbau para pedagang
54
jajanan supaya mereka berusaha menjual dagangan yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Dapat disimpulkan media promosi leaflet, komik dan poster dapat digunakan sebagai media penyuluhan yang bertuuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan pedagang tentang keamanan pangan jajanan. Selisih skor pengetahuan pedagang tentang aspek keamanan pangan sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda pada sekolah kriteria B, disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Selisih skor pengetahuan pedagang tentang aspek Keamanan Pangan Sebagai hasil advokasi promosi yang berbeda pada sekolah kriteria B SEKOLAH KRITERIA B
KODE PEDAGANG
SDN 21 Johar Baru SDN 01 Johar Baru
MEDIA
A B C A B C
Leaflet
SDN 17 A Tanah B Tinggi C Ket: Nilai tertinggi 10
Poster
SKOR
SEBELUM
SESUDAH
SELISIH
6 9
7 9
1 0
9 9 8 7 -
9 9 8 7 -
0 0 0 0 -
Komik
Hasil isian kuisioner untuk pedagang yang berjualan di sekolah dengan kriteria B hampir sama dengan pedagang yang berjualan di sekolah dengan kriteria A, hal ini menunjukkan pengetahuan pedagang jajanan tentang keamanan pangan di sekolah dengan kriteria B juga cukup bagus. Media promosi yang disebarkan pada sekolah kriteria A dan sekolah kriteria B dapat diterima oleh para pedagang jajanan. Diharapkan pengetahuan pedagang tentang
keamanan pangan dapat meningkat dan dapat dipraktekkan
para pedagang jajanan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya menurut Kennedy (2009) pesan yang ditujukan kepada khalayak dipengaruhi oleh sensasi dan intensitas yang dihasilkannya. Jika sensasi itu cukup kuat dan memiliki daya tarik besar, objek atau stimulus itu dapat
55
langsung memasuki pikiran khalayak melalui berbagai jalan (pancaindra). Komunikasi menjadi sempurna jika respons yang dimaksudkan oleh sumber adalah identik dengan respons dari penerima. Keberhasilan atau efektivitas komunikasi berbanding lurus dengan derajat kesamaan atau kesesuaian makna yang tercipta relatif sama atau bila hasil komunikasinya relatif sesuai dengan yang diinginkan komunikator. Namun, pada dasarnya tidak pernah ada komunikasi yang 100% efektif, karena tidak ada dua manusia yang mempunyai pengalaman yang persis sama. Efektivitas itu berada dalam suatu continuum, antara 0% sampai 100%. Media promosi poster dengan ukuran besar dan di tempel di tempat yang mudah diakses oleh banyak orang memungkinkan media poster dilihat dan dibaca secara berulang-ulang. Hal ini dapat menjadi image yang bagus untuk menarik perhatian publik untuk sebuah pesan. Kemampuan pesan dalam menghasilkan perhatian yang besar terhadap objek disebut intensitas. Menurut Kennedy 2009, Intensitas yang cukup tinggi diperlukan dalam sebuah pemaparan informasi agar menarik perhatian besar dari khalayak. Kesempurnaan di dalam proses saling berbagi makna merupakan tujuan akhir dari sebuah kegiatan komunikasi yang efektif. Efektivitas komunikasi erat hubungannya dengan tujuannya, biasanya dalam suatu komunikasi diharapkan satu hasil atau lebih sebagai tujuan komunikasi.Untuk itu perlu uji coba efektivitas pesan atau materi komunikasi yang meliputi lima hal, yaitu (1) menarik tidaknya pesan, (2) kemudahan dimengerti, (3) kemudahan diterima, (4) mengajak ikut serta, dan (5) bersifat membujuk. Pesan perlu di evaluasi untuk melihat efektif atau
tidaknya
pesan
tersebut.
Pertimbangan
pemilihan
media
untuk
menyampaikan pesan kepada target audiens yang khusus relatif akan lebih berdaya guna daripada melakukan generalisasi (Syafarina, 2007). Selanjutnya menurut Widjaja 2000, supaya komunikasi efektiv dalam proses komunikasi penting adanya kontak sosial bagi manusia dan masyarakat. Dalam melakukan kontak atau hubungan yang beraneka ragam dilakukan dengan cara dan gaya yang berbeda pula. Masalah yang paling menonjol dalam proses komunikasi antara lain perbandingan antara pesan yang disampaikan dengan pesan yang diterima
56
Mengingat pentingnya pesan keamanan pangan ini disampaikan kepada masyarakat luas umumnya dan siswa SD khususnya, harus ada keinginan dari masyarakat itu sendiri untuk menyadari akan pentingnya keamanan pangan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik bagi pelaku usaha maupun konsumen. Pemerintah memfasilitasi peralatan dan peraturan. Mengkaji hasil-hasil penelitian ini, maka yang paling penting untuk ditindak lanjuti adalah sebagai berikut: 1.
Memilih media promosi yang tepat untuk promosi supaya pesan yang disampaikan dapat diterima dan implementasikan.
2.
Media promosi sangat membantu dalam penyuluhan / mengkampanyekan tentang keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang.
3.
Dalam menggunakan media promosi untuk penyuluhan dan menyampaikan pesan kepada kepada masyarakat, terutama di lingkungan sekolah perlu diperhatikan golongan responden yang akan menerima pesan.
4.
Membuat siswa menjadi kritis terhadap keamanan pangan, dengan membekali mereka pengetahuan yang cukup tentang pangan yang aman.
5.
Untuk meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan pedagang di sekolah pemerintah (Diknas) bersama Badan POM perlu bekerjasama membuat media promosi tentang keamanan pangan sebagai alat bantu penyuluhan keamanan pangan di sekolah-sekolah dan secara periodik mensosialisasikan masalah kesehatan dan keamanan pangan kepada siswa, pengelola sekolah dan pelaku usaha.
6.
Diharapkan kerjasama yang solid antara Badan POM, Depkes dan Pemda untuk melindungi masyarakat terutama anak sekolah dari bahaya PJAS.
7.
Untuk mencegah agar anak tidak sembarang jajan, perlu ada koordinasi oleh pihak sekolah untuk mengupayakan pemberian makanan ringan atau makan siang di lingkungan sekolah sehingga orang tua tidak kuatir dengan makanan yang dimakan anaknya di sekolah.
8.
Pihak pengelola sekolah juga, diharapkan terlibat aktif memperbaiki keamanan pangan melalui unit kesehatan sekolah, dengan melakukan perjanjian tertulis dengan pedagang yang akan berjualan di sekolah.
57
9.
Pendekatan persuasif pihak sekolah kepada pedagang diharapkan bisa mengubah perilaku pedagang dalam mengolah makanan, agar makanan yang dijual dapat terhindar dari bahaya yang dapat mengancam kesehatan siswa.
10. Perlu dipikirkan pembuatan peraturan, program kegiatan penyuluhan atau pengawasan rutin baik oleh pihak sekolah atau instansi terkait sehingga dapat mengatasi masalah ini. Usulan-usulan diatas akan operasional bila dilakukan pembagian program yang jelas antar instansi terkait. Siswa SDN sebagai generasi penerus bangsa harus kritis terhadap keamanan pangan jajanan, agar terhindar dari mengkonsumsi makanan jajanan yang tidak aman yang dapat membahayakan kesehatan mereka. Pengembangan daya kritis siswa akan keamanan pangan, dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Matrik pengembangan daya kritis siswa akan keamanan pangan Aspek
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
v Menyiapkan materi promosi keamanan pangan (BPOM, Depkes) v Penguatan kurikulum tentang Keamanan pangan (Diknas) v Membuat program Pembinaan PJAS melalui kantin sekolah (Diknas) v Menetapkan kebijakan dalam rangka perbaikan keamanan dan mutu PJAS secara nasional (Diknas, BPOM) v Melakukan perbaikan mutu dan keamanan PJAS nasional (Diknas, BPOM)
v Melakukan penyuluhan ke sekolah (Disdik) v Melakukan pembinaan sarana kantin sekolah secara kontinyu(Disdik). v Menyelidiki pola konsumsi jajanan siswa (Dinkes) v Menyelidiki profil jajanan anak sekolah (Disdik) v Menyelidiki persepsi dan pengetahuan siswa tentang gizi (Dinkes dan Disdik) v Memotivasi siswa Menggiatkan kegiatan UKS
Pengembangan Menyuluh siswa
58
Tabel 10. Matrik pengembangan daya kritis siswa akan keamanan pangan (sambungan) Aspek
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
v Melakukan penyuluhan keamanan pangan di sekolah (BPOM) v Menyediakan materi promosi untuk guru yang akan disampaikan kepada siswa (BPOM, Diknas) v Melatih guru-guru sekolah mengenai keamanan pangan (BPOM) v Bekerjasama dengan pihak sekolah khususnya tim UKS untuk meningkatkan kesadaran keamanan pangan kepada guru (Diknas dan BPOM) v Membuat pedoman penyuluhan keamanan pangan di sekolah dalam bentuk audio visual (Diknas dan BPOM)
v Menganjurkan kepada pihak sekolah agar menyediakan kantin sekolah (Dinkes) v Membuat perjanjian yang tak hanya meliputi jangka waktu, tetapi juga ketentuan jenis, sifat dan kandungan gizi makanan dengan pelaku usaha yang berjualan di kantin dan sekitar sekolah (guru dan pelaku usaha) v Menghimbau komite sekolah agar memperhatikan kelayakan jajanan yang dijual di sekolah (Dinkes)
Pengembangan Menyuluh guru
59
Tabel 10. Matrik pengembangan daya kritis siswa akan keamanan pangan (sambungan) Aspek
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
v Memonitor dan mengevaluasi implementasi kantin sehat di sekolah.(Diknas, BPOM) v Membuat peraturan kantin sehat di sekolah yang memenuhi standar (Diknas, BPOM) v Melengkapi regulasi dan standar keamanan pangan di sekolah (BPOM) v Melakukan pelatihan District Food Inspector (BPOM)
v Melakukan penyuluhan kepada pedagang jajanan di masing-masing daerah.(Dinkes) kantin v Menata sehat di sekolah yang memenuhi standar (Disdik) v Merencanakan dan merealisasi program keamanan pangan di masyarakat v Melakukan pembinaan Pedagang Jajanan Anak Sekolah (Disdik)
Pengembangan Menyuluh pedagang / pengelola kantin sekolah
60
Tabel 10. Matrik pengembangan daya kritis siswa akan keamanan pangan (sambungan)
Aspek
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
Pengembangan v Makanan
v Melakukan sampling dan pengujian terhadap makanan jajanan (BPOM) v Melakukan penarikan dan pengamanan produk yang positif mengandung bahan berbahaya (BPOM, Pemda) v Meningkatkan pengawasan mutu dan keamanan pangan yang efektif dan efisien oleh (BPOM, Pemda dan instansi terkait lainnya sesuai tupoksi). v Melakukan pengawasan keamanan pangan secara terus menerus (BPOM) v Pangan olahan wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran (Ijin edar).
v Bupati/walikota berwenang memeriksa pelanggaran pangan siap saji dan olahan IRT. v Perlunya “Rapid Test Kid” digunakan masyarakat, untuk mendeteksi bahan berbahaya yang terdapat pada PJAS (BPOM). v Perlu peningkatan kerja sama lintas sektor secara terus menerus untuk mengendalikan keamanan PJAS (BPOM, Diknas, Pemda dll.)
61
Aspek
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
v Memberikan pembinaan kepada Dinkes. Kab/Kota dalam pelaksanaan pengawasan PJAS (BPOM) v Melakukan inspeksi sarana pengolahan pangan, distributor, peritel, Ekspor/Impor secara rutin (BPOM) v Memberikan Piagam Bintang Keamanan Pangan (PBKP) bagi produsen yang berhasil. v Melatih tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) di tingkat Pemda (BPOM)
v Melakukan pembinaan terhadap produsen IRTP (BPOM, Dinkes kab. Kota) v Menindak pelanggaran terhadap keamanan pangan secara hukum (Pemda) v Pemda melalui dinkes, merespon dalam pembinaan industri rumah tangga, secara terus menerus v Bupati/walikota aktif memeriksa pelanggaran pangan siap saji dan olahan .
Pengembangan Pembinaan produsen
62
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Media promosi poster lebih memiliki pengaruh yang kuat dalam meningkatkan pengetahuan siswa pada sekolah dengan kriteria B dibandingkan dengan sekolah dengan kriteria A 2. Media promosi leaflet lebih memiliki pengaruh yang kuat dalam meningkatkan pengetahuan siswa pada sekolah dengan kriteria A dibandingkan dengan sekolah dengan kriteria B 3. Media promosi berupa komik, memiliki pengaruh yang kuat dalam meningkatkan pengetahuan siswa pada sekolah kriteria B dibandingkan dengan sekolah kriteria A 4. Peningkatan pengetahuan siswa pada sekolah kriteria A dan kriteria B tidak sama, meskipun media promosinya sama. 5. Media Promosi dalam bentuk poster memiliki pengaruh yang lebih kuat dalam meningkatkan pengetahuan siswa dibandingkan dengan leaflet atau komik untuk semua sekolah contoh. 6. Selisih skor siswa sebelum dan sesudah diberikan media promosi tidak menunjukkan kenaikan angka yang signifikan, hal ini dapat dilihat dari persentase selisih skor yang tidak begitu tinggi.. 7. Dari data yang dihasilkan menunjukkan jumlah uang jajan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan siswa. Semakin tinggi uang jajan siswa semakin tinggi kenaikan skor yang diperoleh. 8. Jumlah uang jajan berpengaruh terhadap frekuensi jajan siswa. Semakin banyak uang jajan semakin tinggi frekuensi jajan. 9. Media promosi berupa leaflet, poster dan komik tentang keamanan pangan yang disebar ke sekolah mendapat tanggapan yang positif bagi siswa, guru dan pedagang, hal ini dapat dilihat dari persepsi siswa, guru dan pedagang terhadap media promosi yang mereka terima.
63
5.2 SARAN
1. Media promosi poster memiliki daya tarik yang kuat untuk mempengaruhi siswa dalam membaca dan memahami pesan keamanan pangan. Hal ini perlu jadi perhatian bagi instansi pemerintah (BPOM) untuk membuat media promosi yang tepat dalam mensosialisasikan keamanan pangan kepada masyarakat terutama anak sekolah. 2. Dianjurkan kepada pihak sekolah agar menyediakan kantin sekolah. 3. Dalam mensosialisasikan media promosi keamanan pangan ke sekolah dasar, pemerintah (BPOM) perlu melihat diferensiasi penggunaan media promosi dengan mempertimbangkan kualitas fisik sekolah supaya pesan yang disampaikan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. 4. Perlu diperhatikan tempat yang strategis dalam memajang poster sehingga mudah diakses oleh siswa, seperti di kantin, dekat tangga yang sering dilewati, dekat pintu gerbang sekolah, dan di dekat lapangan olah raga. 5. Keamanan pangan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, produsen dan konsumen. BPOM sebagai instansi pemerintah menyediakan materi promosi yang berisi pesan-pesan keamanan pangan untuk disampaikan kepada masyarakat terutama siswa, guru dan pedagang. 6. Perlu dibuat matrik supaya siswa menjadi kritis dalam hal keamanan pangan dengan cara membekali siswa dengan media promosi, pengetahuan tentang tata cara memilih pangan jajanan yang aman dan pro aktif bertanya kepada pedagang jajanan tentang bahan baku dari makanan jajanan yang dijual. 7. Supaya pedagang kritis terhadap pangan jajanan yang akan dijual , pihak sekolah harus membuat perjanjian tertulis mengenai jenis, sifat dan kandungan gizi yang terdapat pangan jajanan dengan pedagang jajanan yang akan berjualan di kantin dan di sekitar sekolah, dan pelanggaran yang dilakukan pedagang akan dikenai sanksi.
64
8. Perlu suatu penelitian yang lebih mendalam tentang metode penyuluhan keamanan
pangan
dengan
tool
yang
tepat
dalam
meningkatkan
pengetahuan konsumen (anak sekolah, guru dan pedagang), sehingga memberikan hasil yang maksimal dan efektiv. 9. Untuk jangka panjang perlu kerjasama antara Diknas dan Badan POM dalam penyebaran media promosi poster ke sekolah-sekolah yang ada di seluruh
propinsi
di
Indonesia,
dalam
mensosialisasikan
dan
mengkampanyekan pesan tentang keamanan pangan terhadap masyarakat terutama untuk siswa sekolah dasar, guru dan pedagang jajanan.
65
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Y dan Februhartanty, J. 2002. Pedoman Komunikasi Keamanan Subdit Promosi Keamanan Pangan. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Jakarta : Badan POM RI Berlo, DK. 1960. The Process Communication : An Introduction to Theory and Practice. New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan RI 2009. ” Rangkuman KLB Keracunan 2008 Berdasarkan Penyebab Keracunan. Jakarta: Badan POM RI. [DEPKES], Departemen Keseharan RI. 2004. “Perilaku makan anak sekolah”. http//www//depkes.go.id [25 Oktober 2008]. [DEPKES], Departemen Keseharan RI. 2005. Waspadai jajanan Anak Sekolah. http//www//depkes.go.id . [25 Oktober 2008]. [DEPKES], Departemen Kesehatan RI 2006. Jaringan Informasi Pangan dan Gizi. Jakarta : Volume XIII, No.2. Fardiaz, D. 2004. Kebijakan Promosi Keamanan Pangan Badan POM RI dalam Laporan Pelaksanaan Pengembangan Strategi Komunikasi Keamanan Produk Pangan Tingkat Pusat. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Jakarta : Badan POM RI. Fardiaz, D 2006. Profil Jajanan Anak Sekolah .Jakarta : Badan POM RI. Fardiaz, at al. 2006. “Development Of Food Safety Educative Material For Children”. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Jakarta : Badan POM RI. FAO, 1997. Street Foods Report of an FAO technical meeting on street foods, Calcutta, 6-9 November 1995. FAO Food and Nutrition Paper 63. FAO. Rome, http://www.fao.org [ 28 Agustus 2009] Februhartanty, J. 2004. Amankan Makanan Jajanan Sekolah di Indonesia? http://www.gizi.net. [28 Agustus 2009] Gartini, T. 2009. Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Tahun 2008. Jakarta : Badan POM RI. Gaspersz, V. 1991. Teknik Penarikan Contoh Untuk Penelitian Survei. Bandung.: Tarsito
66
Grow, G. 2001. Environment Report-September 10, 2001 : Street Food Safety, VOA Special English Development Report. (terjemahan). Universitas Indonesia. Hariyadi, P. dalam Republika Newsroom, 2008. Produk Pangan Indonesia Banyak Ditolak Karena kotor. http://www.antara.co.id. [28 Oktober 2008]. Jefkins, F. 1997. Periklanan. dalam Skripsi Efektivitas Media Promosi Poster Pesan Keamanan Pangan. Saptarini, A. Bogor. Institut Pertanian Bogor . Kennedy J.E and R. Dermawan S. 2009. Marketing Communication. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer Kotler, A 1995. Strategi Pemasaran untuk Organisasi Nirlaba. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Pemerintah RI. 1996. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan. Jakarta. Pemerintah RI. 2004. Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan. Pangan. Jakarta BPOM RI. Perangin-angin, L. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi. Jakarta Universitas Sahid. Prawitasari, D. 2009. ”Strategi pengendalian bahaya pada jajanan anak sekolah” . Jakarta : Badan POM RI. Rahayu, W.P. 2002. ”Pedoman Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Keamanan Pangan)” . Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Jakarta: Badan POM RI. Rahayu, WP dan Nababan, H. 2003 , ”Bahan Tambahan Pangan”. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Jakarta : Badan POM RI. Rahayu, W.P dan Nababan, H. 2005, Penyuluhan Keamanan Pangan di Sekolah. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Jakarta: Badan POM RI. Seameo 1999. Persyaratan Utama Keamanan Pangan Jajanan. Jakarta. Universitas Indonesia. . Soehout, Hoeta A.M. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Yayasan Kampus Tercinta-IISIP. . Syafarina, F. 2007. Dealing With Media. Jakarta: Milestones.
67
Winarno, 1997. Penjelasan Peraturan Undang-Undang Republik Indonesia No. 7, Tentang Pangan. Bogor : Embryo. Wijaya, HAW. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta. WHO, 2000. Foodborn Diseases. fokus for health education. World health organization, Geneva. http//www//who. Int/topics/food_borne disease/en/] [ 29 Agustus 2009].
Lampiran 1. Respon siswa terhadap pentingnya keamanan pangan SDN 09 Johar Baru No
Irma
Pekerjaan Uang Frekuensi Orang tua jajan Jajan Peg.swasta 3 3
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
Ananda
pegneg
2
4
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
3
Widya
Peg.swasta
3
4
SDN 09
A
komik
5
6
1
20
4
M. Basya
wiraswasta
3
4
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
5
Ayu P
Peg.swasta
3
4
SDN 09
A
komik
5
5
0
0
6
Najmi
pegneg
3
3
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
Ayit
Wiraswasta
3
1
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
8
Aldi
wiraswasta
4
4
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
9
Sylvia
Pegneg
2
2
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
10 Siti R
Pegneg
3
4
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
11 Siti C
Peg.swasta
4
3
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
12 Dhita
Pegneg
3
3
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
3
3
SDN 09
A
komik
5
6
1
20
3
2
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
1
2
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
16 Ilham
lain-lain
2
2
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
17 Maufa
lain-lain
2
3
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
18 Pandu
Peg.swasta
2
3
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
19 Nadya
pegneg
3
2
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
20 Fadel
wiraswasta
2
1
SDN 09
A
komik
5
6
1
20
21 Lazuardi
Peg.swasta
3
3
SDN 09
A
komik
5
6
1
20
22 Ibnu
wiraswasta
2
1
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
23 Zharul
wiraswasta
3
4
SDN 09
A
komik
5
6
1
20
24 Jodin
Peg.swasta
2
3
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
25 Bella
lain-lain
2
2
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
26 Krisna
Pegneg
2
2
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
27 Rizqia
Pegneg
3
4
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
28 Firda
Peg.swasta
3
2
SDN 09
A
komik
5
6
1
20
29 Rafli
lain-lain
4
3
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
30 Dina
wiraswasta
3
2
SDN 09
A
komik
4
6
2
50
31 Karina
wiraswasta
4
4
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
32 Iko
Pegneg
4
4
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
33 Dita
Wiraswasta
3
2
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
34 Tia
Wiraswasta
3
3
SDN 09
A
komik
6
6
0
0
35 Widyawati Peg.swasta
3
2
SDN 09
A
komik
5
6
1
20
1 2
7
Nama siswa
13 Muanimar pegneg Peg.swasta 14 Nanda Peg.swasta 15 Ichsan
Nama SDN
Kriteria Media Skor Skor Selisih sekolah Promosi sebelum sesudah skor
% selisih
Lampiran 1. Respon siswa terhadap pentingnya keamanan pangan (lanjutan) SDN 01 Tanah Tinggi No
2
Pekerjaan Uang Frekuensi Orang tua jajan Jajan Wiraswasta 4 3 Noverina lain-lain 3 2 Widya
3
Anisa
4
1
Nama siswa
Nama SDN
Kriteria Media Skor Skor Selisih sekolah Promosi sebelum sesudah skor
% selisih
01 TT
B
komik
6
6
0
0
01 TT
B
komik
6
6
0
0
4
2
01 TT
B
komik
5
5
0
0
4
4
01 TT
B
komik
4
5
1
25
5
Margareta Wiraswasta lain-lain Fahrein
2
3
01 TT
B
komik
6
6
0
0
6
Joko
Wiraswasta
3
2
01 TT
B
komik
6
6
0
0
7
Jassica
Peg.swasta
2
2
01 TT
B
komik
5
5
0
0
8
M Afif
Wiraswasta
1
3
01 TT
B
komik
6
6
0
0
Ayu F
lain-lain
2
2
01 TT
B
komik
6
6
0
0
10 Sri sury
Wiraswasta
2
2
01 TT
B
komik
6
6
0
0
11 Dimas
Wiraswasta
3
4
01 TT
B
komik
4
5
1
25
12 Reza A
lain-lain
3
4
01 TT
B
komik
4
5
1
25
13 Reza V
Wiraswasta
2
3
01 TT
B
komik
5
5
0
0
4
2
01 TT
B
komik
6
6
0
0
1
2
9
lain-lain
14 Stevanus Pegneg lain-lain 15 Cindy
01 TT
B
komik
5
6
1
20
16 Shola
Peg.swasta
2
4
01 TT
B
komik
4
4
0
0
17 Ariska
lain-lain
2
2
01 TT
B
komik
5
6
1
20
18 Aep
lain-lain
3
2
01 TT
B
komik
5
6
1
20
19 Hendrison lain-lain lain-lain 20 Putri
2
2
01 TT
B
komik
6
6
0
0
3
3
01 TT
B
komik
6
5
-1
-16,67
21 Ilham
Pegneg
3
3
01 TT
B
komik
5
5
0
0
22 Yolanda
Wiraswasta
4
2
01 TT
B
komik
5
6
1
20
23 Bagus
lain-lain
4
2
01 TT
B
komik
6
6
0
0
24 Sayyi
Wiraswasta
3
1
01 TT
B
komik
6
6
0
0
25 Rahmat
lain-lain
3
3
01 TT
B
komik
4
4
0
0
26 Nursiana lain-lain lain-lain 27 Devi P lain-lain 28 Rifka
4
2
01 TT
B
komik
6
6
0
0
4
2
01 TT
B
komik
6
6
0
0
3
3
01 TT
B
komik
4
5
1
25
29 Nova
Wiraswasta
4
2
01 TT
B
komik
2
4
2
100
30 Aldi
Pegneg
4
3
01 TT
B
komik
6
6
0
0
31 Mussin
lain-lain
3
3
01 TT
B
komik
5
5
0
0
32 33 34 35
lain-lain lain-lain Pegneg Peg.swasta
1 4 3 3
1 3 3 2
01 TT 01 TT 01 TT 01 TT
B
komik
B
komik
B
komik
B
komik
4 5 3 4
4 6 6 5
0 1 3 1
0 20 100 25
Meidy Adit Dita Siti
Lampiran 1. Respon siswa terhadap pentingnya keamanan pangan (lanjutan) SDN 01 Johar Baru No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nama siswa
Pekerjaan Uang Frekuensi Orang tua jajan Jajan
A fadilah Wiraswast aWiraswast Siti F a Shalna Pegneg Naufal lain-lain Wirandy lain-lain Fachrun lain-lain Jehian Wiraswast a Mariah Wiraswast aPeg.swasta Dwina M yuka Peg.swasta Nurul Peg.swasta Chair Pegneg Rama bagasPegneg Meisa evitaPegneg Anita Peg.swasta Erdin Pegneg M adi Pegneg Fahmi lain-lain Rizky Peg.swasta Aulianti Peg.swasta FerdianananPeg.swasta Kirana Pegneg Husni bagusPegneg Atika Peg.swasta Andi Peg.swasta ilham Anggun Pegneg Marissa Wiraswast a Putri Peg.swasta A. hafiz Pegneg Sabila Peg.swasta M ihsan Wiraswast a Rahmat lain-lain Alvin Puspa Ega
Pegneg Pegneg lain-lain
4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3
4 2 2 2 2 2 4 3 3 1 2 3 2 2 2 1 3 2 3 1 3 2 4 2 2 4 3 2 2 2 3 4 2 2 1
Nama SDN
01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB 01 JB
Kriteria Media Skor Skor Selisih sekolah Promosi sebelum sesudah skor
A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet leaflet
6 6 5 6 5 6 5 5 5 6 6 6 6 6 6 3 5 4 5 6 6 4 5 6 4 5 5 6 5 6 5 4 6 6 6
6 6 6 6 6 6 6 5 5 6 6 6 6 6 6 5 6 6 6 6 6 6 5 6 6 6 6 5 5 6 6 5 4 6 6
0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 2 1 0 0 2 0 0 2 1 1 -1 0 0 1 1 -2 0 0
% selisih
0 0 20 0 20 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 66,67 20 50 20 0 0 50 0 0 50 20 20 -16,67 0 0 20 25 -33,33 0 0
Lampiran 1. Respon siswa terhadap pentingnya keamanan pangan (lanjutan) SDN 29 Johar Baru No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama siswa
Andre Niki s M kalid Risna Mariana Bahana Lesya Dilla Siva Aspriyan Sherly Nico Ghea Riska Puja Tiara Kevin Nabila Tri endang Fitri Andri Abu bakar Yaser M randi Aulia Desvi M rizki Firly
Pekerjaan Uang Frekuensi Orang tua jajan Jajan
Nama SDN
lain-lain lain-lain lain-lain Peg.swasta Pegneg lain-lain wiraswasta Pegneg Pegneg lain-lain Pegneg lain-lain lain-lain lain-lain wiraswasta wiraswasta lain-lain wiraswasta lain-lain wiraswasta wiraswasta lain-lain lain-lain Peg.swasta lain-lain wiraswasta wiraswasta Peg.swasta
29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB 29 JB
3 3 2 3 3 1 2 3 4 2 3 3 3 4 2 3 2 4 3 2 3 3 3 2 4 2 3
2 4 2 3 4 2 2 4 4 2 4 4 1 2 2 1 1 3 4 2 2 2 3 2 2 2 2
4
2
Kriteria Media Skor Skor Selisih sekolah Promosi sebelum sesudah skor
A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster
5 6 6 6 6 6 6 6 5 5 5 5 4 4 5 5 4 6 4 5 6 4 6 6 6 5 5 3
5 6 6 6 6 6 6 6 5 6 5 5 5 5 6 6 6 6 6 5 6 6 6 6 5 6 5 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 2 0 2 0 0 2 0 0 -1 1 0 2
% selisih
0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 0 0 25 25 20 20 50 0 50 0 0 50 0 0 -16,67 20 0 66,67
Lampiran 1. Respon siswa terhadap pentingnya keamanan pangan (lanjutan) SDN 17 Tanah Tinggi No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama siswa
Pekerjaan Uang Frekuensi Orang tua jajan Jajan
Alip l pegneg Oriza lain-lain Fuji f wiraswasta Erpin Peg.swasta Alief Peg.swasta Aminahlu lain-lain lHumairoh lain-lain Siti hanifahlain-lain Yulianti Peg.swasta dwiduta lain-lain Hanny r lain-lain Siti msrh lain-lain Bagus T lain-lain Silmi lain-lain Johan lain-lain Indah ps lain-lain Ade nur wiraswasta Bagus Peg.swasta Assadilah wiraswasta Syafiq wiraswasta Bayu Peg.swasta Sekar w lain-lain Shabrina lain-lain Sally Peg.swasta Ayu m lain-lain Suci lain-lain Saskya lain-lain Desy m wiraswasta Putri lain-lain Nanda lain-lain Vika s lain-lain Yuni s lain-lain Lutfi lain-lain
4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 1 4 3 4 3 4 2 4 4 3 3 4 4 3 3 2 2 3
4 4 3 2 2 1 3 2 2 2 3 2 4 3 2 2 4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 2 1 3 2 2 4 4
Nama SDN 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT 17 TT
Kriteria Media Skor Skor Selisih sekolah Promosi sebelum sesudah skor
B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B
Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster Poster
6 6 6 6 6 5 5 5 5 2 6 5 5 5 2 6 6 6 5 5 5 5 3 6 3 6 6 4 6 6 5 6 6
5 6 4 6 6 5 4 5 6 5 5 5 6 3 6 6 6 6 5 6 6 6 5 6 5 5 5 5 5 6 6 6 6
-1 0 -2 0 0 0 -1 0 1 3 -1 0 1 -2 4 0 0 0 0 1 1 1 2 0 2 -1 -1 1 -1 0 1 0 0
% selisih
-16,67 0 -33,33 0 0 0 -20 0 20 150 -16,67 0 20 -40 200 0 0 0 0 20 20 20 66,67 0 66,67 -16,67 -16,67 25 -16,67 0 20 0 0
Lampiran 1. Respon siswa terhadap pentingnya keamanan pangan (lanjutan) SDN 21 Tanah Tinggi No
Nama siswa
Pekerjaan Uang Frekuensi Orang tua jajan Jajan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Rani Peni e Muklisin Nana Inasa Ramadha n Ikbal
3 3 2 2 3 3 4 3 4 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 4 3 3 3 4 2
lain-lain lain-lain Peg.swasta Pegneg lain-lain lain-lain lain-lain Eka w lain-lain Apri Lain-lain Rifqi wiraswasta Siti nh lain-lain Ika lain-lain Yunita Pegneg Riski lain-lain Fitri lain-lain Dian lain-lain Arnah lain-lain Niherwin Peg.swasta Siska lain-lain Lia lain-lain Aprila lain-lain Linda lain-lain Tri m lain-lain Defi h lain-lain M. roy wiraswasta Aviv Peg.swasta
3 3 3 2 2 1 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 3 1 3 3 1 1 2 2
Nama SDN 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB 21 JB
Kriteria Media Skor Skor Selisih sekolah Promosi sebelum sesudah skor
B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B
Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet
6 6 4 6 6 6 6 6 5 6 6 6 6 3 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 4
6 6 5 6 6 4 6 6 6 6 6 6 6 3 6 6 6 5 6 6 6 6 5 6 6 6
0 0 1 0 0 -2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 -1 0 0 2
% selisih
0 0 25 0 0 -33,33 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 -16,67 0 0 0 0 -16,67 0 0 50
Lampiran 2. Lembar kuesioner murid
Nama: Kelas :
Kuesioner untuk murid Petunjuk Pengisian Pilih jawaban yang paling sesuai dengan memberi tanda (x), dan isilah titik-titik kosong untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. 1.
2.
3.
4.
3.
4.
Pekerjaan orang tua kamu adalah : a. Pegawai negeri b. Pegawai swasta c. Wiraswasta d. Lainnya.sebutkan ……………………………………………………….. Berapa uang jajan kamu setiap hari? a. < Rp. 1000 b. Rp. 1000 – Rp. 2500 c. Rp. 2500 – Rp. 5000 d. > Rp. 5000 Berapa kali kamu jajan dalam satu hari di sekolah? a. 1 kali c. 3 kali b. 2 kali d. lebih 3 kali Jajanan apa yang sering kamu beli di sekolah ? a. Es, minuman ringan, sirup dan lemon b. Goreng-gorengan c. Bakso d. Lainnya sebutkan ……………………………………………………………..) Tahukah kamu ada 3 bahaya pada makanan jajanan, yaitu, bahaya biologi, fisika, kimia. Agar kita dapat terhindar dari bahaya tersebut salah satu caranya adalah : a. Cuci tangan sebelum makan b. Cuci muka sebelum makan c. Gosok gigi sebelum makan d. Lainnya, sebutkan…………………………………………………………) Mengapa minyak jelantah sangat berbahaya bila digunakan untuk menggoreng makanan? : a. Kualitasnya sudah jelek dan membahayakan kesehatan bila dipakai buat menggoreng makanan. b. Dapat mengotori penggorengan c. Tidak tahu
5.
Supaya terhindar dari bahaya jajanan yang digoreng, hal yang harus diperhatikan adalah: a. Hindari makanan gorengan yang bewarna gelap dan keras b. Menghindari makanan yang digoreng c. Tidak tahu 6. Kenapa kita tidak boleh jajan di sembarang tempat? a. Bisa menimbulkan sakit perut, diare dan muntah- muntah b. Karena takut dimarahin orang tua c. Lainnya, sebutkan.................................................................................) 7. Apakah kamu tahu bahwa ada zat warna ada yang berbahaya bagi kesehatan? a. Tahu b. Tidak tahu 8. Pernahkah kamu beli jajanan yang bewarna merah mencolok ? a. Pernah b. Tidak pernah 9. Tahukah kamu bahwa makanan dengan warna merah mencolok tersebut berbahaya, karena : a. Mengandung zat kimia yang dapat merusak fungsi organ tubuh kita b. Banyak mengandung kuman c. Lainnya, sebutkan......................................................................................) 10. Pernahkah diadakan penyuluhan tentang keamanan pangan di sekolah? a. Pernah b. Tidak pernah 11. Pernahkah kamu mendapat Leaflet tentang keamanan pangan di sekolah ? a. Pernah b. Tidak pernah 12. Menurut kamu apakah perlu Leaflet tentang keamanan pangan disebarkan di sekolah? a. Perlu b. Tidak perlu 13. Apakah isi pesan yang disampaikan pada Leaflet mudah dipahami? a. Ya b. Tidak 16. Leaflet keamanan pangan sangat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan kita dalam memilih dan mengkonsumsi makanan yang aman. a. Setuju b. Tidak setuju
TERIMA KASIH
Lampiran 3. Lembar kuesioner guru Jabatan: Kepsek Guru agama, guru olah raga, guru kesenian, guru kelas 5
Kuesioner untuk Guru Petunjuk Pengisian Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan memberi tanda (x), dan isilah titik-titik kosong untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. 1. Pernahkan sekolah mendapat penyuluhan tentang keamanan pangan ? a. Pernah b. Tidak pernah 2. Apakah perlu diberikan pengetahuan tentang Keamanan Pangan di sekolah? b. Per c. Tidak perlu 3. Apakah di sekolah pernah menerima media promosi (poster, leaflet atau komik keamanan pangan? a. Pernah b. Tidak pernah 4. Kalau pernah, bentuknya seperti apa? a. Poster b. Leaflet c. Komik ( buku bacaan) d. Lainnya sebutkan…………………………………………………………….) 5. Apakah isi pesan yang disampaikan pada media promosi mudah dimengerti ? a. Mudah dimengerti b. Susah dimengerti 6. Apakah media promosi yang disampaikan di sekolah ada manfaatnya ? a. Ada b. Tidak ada 7. Apakah pernah dilakukan penyuluhan keamanan pangan kepada pedagang jajanan di sekolah? b. Pernah c. Tidak pernah 8. Siapakah yang memberikan penyuluhan kepada pedagang jajanan ? a. Dinkes b. Guru sekolah c. Lainnya, sebutkan ……………………………………………………….
9. Apa yang harus dilakukan agar kita tidak keracunan pangan? a. Pilihlah makanan yang bersih dan tidak tercemar karena dihinggapi oleh lalat . b. Jangan makan lalapan c. lainnya, sebutkan.................................................................................... 10. Keracunan pangan/ makanan dapat terjadi karena : a.Kesalahan pada saat mengolah,menangani dan menyimpan makanan b.Cara makan yang salah c.Lainnya, sebutkan ............................................................................... 11. Ciri – ciri makanan yang mengandung pewarna berbahaya Rhodamin B adalah? a. berwarna merah mencolok b. berwarna kuning mencolok c. berwarna hijau mencolok d. berwarna biru mencolok 12. Yang dimaksud dengan pewarna alami? a. Pewarna yang dibuat dari bahan sintetik b. Pewarna yang dibuat dari bahan alam c. Pewarna yang dibuat dari campuran bahan kimia dan bahan alam d. Pewarna yang dibuat sendiri 13. Mengapa kita harus waspada terhadap makanan yang berwarna-warni ? a. Kemungkinan mengandung pewarna tekstil yang sangat berbahaya bagi kesehatan. b. Dapat merusak mata c. Lainnya, sebutkan................................................................................... 14. Makanan yang menggunakan formalin sangat berbahaya, kenapa? a. Formalin dapat merusak kesehatan. b. Makanan yang mengandung formalin mudah busuk c. Lainnya, sebutkan.................................................... 15 . Mengapa kita perlu mengetahui tanggal kedaluwarsa makanan ? a. Supaya kita tahu kapan batas waktu suatu makanan aman dimakan. b. Supaya kita segera menghabiskan makanan tersebut. c. Tidak tahu 16 . Apakah di sekolah sudah mempunyai kantin? a. Sudah . b. Belum 17 . Pernahkah pedagang jajanan di sekolah mendapat penyuluhan tentang keamanan pangan? a. Pernah . b. Belum pernah 18 . Apakah di sekolah masih dijual makanan atau minuman yang berwarna-warni? a. Masih b. Tidak TERIMA KASIH
Lampiran 4. Lembar kuesioner pedagang Jenis dagangan.: .…. …………………….. ……………………..
Petunjuk Pengisian Pilih jawaban yang paling sesuai dengan memberi tanda (x), dan isilah titik-titik kosong untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Kuesioner untuk Pedagang Jajanan Anak Sekolah 1. Apakah pernah diadakan penyuluhan tentang pangan kepada para pedagang? a. Pernah b. Tidak pernah 2. Pernahkan bapak/ibu menerima buku, poster atau leaflet tentang keamanan pangan a. Pernah b. Tidak pernah 3. Bila pernah dapat dari mana ? a. Dinas Kesehatan b. Guru c. Lainnya, sebutkan…………………………….. 4. Apakah buku, poster atau leaflet yang diterima ada manfaatnya bagi bapak/ibu? a. Bermanfaat b. Tidak bermanfaat c. Tidak tahu 5. Bagaimanakah isi pesan yang disampaikan dalam media promosi? a. Mudah dimegerti b. Susah dimengerti c. Lainnya, sebutkan………………………………………… 6. Menurut bapak/ibu seorang pedagang jajanan yang baik adalah : a. Harus dalam kondisi sehat b. Harus menjaga kebersihan diri c. Menggunakan sarung tangan apabila memegang / menyentuh pangan yang telah dimasak d. Semua benar. 7. Tahukah bapak/ibu bahwa menggoreng dengan minyak jelantah beresiko bagi kesehatan? a. Tahu b. Tidak tahu 8. Pernahkan bapak/ibu menggunakan minyak jelantah untuk menggoreng ? a. Pernah b. Tidak pernah
9. Kalau pernah, apa alasan bapak/ibu menggunakan minyak jelantah untuk menggoreng ? a. Harganya lebih murah b. Rasa masakan lebih gurih c. Sayang untuk membuang 10. Untuk menghindari pencemaran kuman berbahaya dalam makanan/ pangan, sebaiknya a. Cuci tangan sebelum mengolah pangan/makanan b. memasak makanan dalam waktu yang lama c. Memberi pengawet pada makanan 11. Ciri-ciri makanan dengan pewarna Rhodamin B adalah; a. warnanya merah mencolok b.warnanya biru mencolok c. warnanya hijau mencolok 12. Ciri-ciri makanan dengan pewarna Kuning Methanil adalah? a. Warnanya kuning mencolok b.Warnanya hijau mencolok c. Warnanya biru mencolok 13. Apakah bapak/ibu tahu dengan pewarna Rhodamin B atau Kuning Methanil berbahaya jika digunakan untuk mewarnai makanan? a. Tahu b. Tidak tahu 14. Makanan menjadi tidak aman dan menimbulkan penyakit apabila : a. Dibuat dari bahan yang sudah rusak atau kotor b. Menyimpannya tidak ditempat yang bersih c. Penjualnya tidak bersih d. Semua benar 15. Dimanakah lokasi bapak/ibu berjualan ? a. Dekat dari selokan terbuka atau tempat pembuangan sampah b. Dekat ke pinggir jalan c. Dalam ruangan tertutup d. lainnya sebutkan ..................................................................................... 16. Kantin atau tempat jual makanan harus dijaga kebersihannya, ciri-ciri kantin / tempat jualan yang bersih adalah : a. Ruangan dan peralatannya bersih b. makanan yang dijual dikemas atau diletakkan di tempat tertutup c. Jauh dari tempat pembuangan sampah d. semua benar 17. Berapa omset bapak/ibu dalam satu bulan? a. < 1 juta b. 1 s / d 2 juta c. > 2 juta TERIMA KASIH
Lampiran 5. Jenis makanan jajanan di sekolah contoh SDN 01 Tanah Tinggi Es, minuman ringan, sirup
SDN 01 Johar Baru Gorengan
SDN 29 Johar Baru Miegor, chiki
SDN 29 Johar Baru Es, minuman ringan, sirup
Mi goreng
Gorengan
Es, minuman ringan, sirup
Es, minuman ringan, sirup
gorengan
Gorengan
Migor, donat
gorengan
Nasi goreng, donat, snack Migor, aqua
Mie, soto, chiki Makaroni, aqua, marbel
Es, minuman ringan, sirup Es, minuman ringan, sirup Es, minuman ringan, sirup
Es, minuman ringan, sirup
Nasgor, es teh
Migor, mi rebus
Chiki
Bakso
Es, minuman ringan, roti coklat Gorengan
Nasgor, roti, biskuit
Es, minuman ringan, sirup
Es, minuman ringan, sirup
Es, minuman ringan, sirup
gorengan
Es teh, snack
Mie, aqua
gorengan
Es, minuman ringan, sirup
Nasgor
Mie, chiki, wafer
Es, minuman ringan, sirup
Es, minuman ringan, sirup
Es, minuman ringan, sirup
Mie, chiki, snack
Es, minuman ringan, sirup
Es, minuman ringan, sirup
Nasi kuning, naget, snack
Es, minuman ringan, sirup
Bakso
Nasi uduk
Es, minuman ringan, sirup
Es, minuman ringan, sirup
Es, minuman ringan, sirup
Es, minuman ringan, sirup
Es, minuman ringan, sirup
SDN 17 Tanah Tinggi Mi goreng, nasi uduk, otak-otak Es, minuman ringan, sirup Buah potong Otak-otak, mie Roti, otakotak Stik kentang, susu kacang, es teh gorengan
Es, minuman ringan, sirup Es, minuman ringan, sirup Stik kentang, ayam, pepek, pepes Picok, pempek, es teh biskuit colek Es, minuman ringan, sirup
SDN 09 Mardani Chiki-chiki
Es, sirup
gorengan Nasgor Nasgor, es, minuman ringan Migor, teh gelas
Mie, tahu, es, gorengan migor
gorengan
gorengan
gorengan
Es, sirup, minuman ringan gorengan
Lampiran 5. Jenis makanan jajanan di sekolah contoh (lanjutan)
SDN 01 Tanah Tinggi Es, minuman ringan, sirup
SDN 01 Johar Baru Nasgor
SDN 29 Johar Baru Naget, es, mogor
SDN 29 Johar Baru Nasi uduk, es
Es susu, tahu, mie goreng Es, minuman ringan, sirup Es, gorengan
Es, minuman ringan, sirup Nasgor,, nuget Nasgor,minu man
Mi, telur
bakso
Mie, teh es
bakso
Es, migor, gorengan
bakso
roti
Gorengan, telur
Es, minuman ringan, sirup
Es, minuman ringan, sirup
Nasi uduk, es teh manis
Nasi kuning, fanta, nuget, es teh bakso
Es, minuman ringan, mie
Es, minuman ringan, sirup
Chiki, es teh, mie, biskuit
bakso
Es, minuman ringan, sirup
Nasgor,,
bakso
bakso
Es, minuman ringan, sirup Es, minuman ringan, sirup
Nasgor,, nuget, permen Es, minuman ringan, sirup
Es, minuman Es, minuman ringan, sirup ringan, sirup Mie, es, snack bakso
Mak. Tdk berlemak
gorengan
Minuman ringan, nasgor, snack Es, minuman Minuman ringan, sirup ringan, nasgor, snack
Mie, es, chiki, bakso minuman ringan gorengan Es, minuman ringan, sirup
SDN 17 Tanah Tinggi Es, minuman ringan, sirup Peppek, mi goreng, Nasi uduk, es Nasi uduk, mie, es, minuman ringan, snack Es, chiki, gorengan, nasi Es, mpekpek, otakotak Es, makanan ringan Es, snack, minuman ringan Min aqua, snack Nasi, mie, shabrina
SDN 09 Mardani Snack, pop mie gorengan gorengan gorengan
gorengan
Es, sirup, minuman ringan Es, sirup, minuman ringan
Gorenggorengan Es, sirup, minuman ringan Es, mie, gorengan
Es, minuman ringan, sirup Nasi, mie, bakso minuman ringan
SDN 01 Tanah Tinggi Es susu, roti
SDN 01 SDN 29 Johar Johar Baru Baru Nasgor, Es teh, roti permen, nuget, aqua Es susu, puding, Nasi goreng Mie miegor dan aqua Mak. berlemak
Tdk Gorengan
Es, minuman Nasi goreng ringan, sirup Nasi uduk
Es, minuman ringan, sirup
Es teh, picok
Nasi kuning
Es, batagor
Es, minuman ringan, snack
Roti
Nuget, nasgor
miegor
Nasi goreng, snack
Batagor, snack
es, Naget, kentang, bubur, minuman ringan
Es, snack
SDN 29 SDN 17 Johar Tanah Baru Tinggi Es, minuman Nasi uduk, ringan, sirup tempe, es, gorengan Nasi goreng, aqua, mie snack
Nasi goreng, aqua, pepes Nasi uduk, gorengan, mi, es Nasi uduk, es Nasi goreng, snack Otak-otak es, nasi
SDN 09 Mardani Mi goreng
Es, sirup, minuman ringan Es, sirup, minuman ringan
Es, sirup, minuman ringan gorengan gorengan
Es, sirup, minuman ringan Es, sirup, minuman ringan gorengan
Lampiran 6 Jawaban pre test siswa SDN 29 Johar Baru sebelum diberi media promosi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 4 4 4 4 4 4 3 2 1 4 1 1 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 2 4 3 3 2
2 3 3 2 3 3 1 2 3 4 2 3 3 3 4 2 3 2 4 3 2 3 3 3 2 4 2 3 4
3 2 4 2 3 4 2 2 4 4 2 4 4 1 2 2 2 1 3 4 2 2 2 3 2 2 2 2 2
4 3 1 3 3 3 3 3 1 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 3 1 4 4 2 4 4 4
5 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 1 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 4
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3
9 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
10 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2
11 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 2 1 1 1 3 3 1
12 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
13 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1
14 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 7 Jawaban post test siswa SDN 29 Johar Baru sesudah diberi media promosi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 2 4 4 2 1 4 3 2 1 4 1 4 4 4 3 1 4 2 4 3 4 4 4 2 4 3 3 2
2 3 3 2 3 3 2 2 3 4 3 3 3 2 3 2 4 2 2 3 3 4 3 3 2 4 2 3 4
3 2 4 2 3 3 3 2 4 4 2 2 4 2 2 2 3 2 3 4 3 4 1 3 2 2 2 2 2
4 3 1 4 1 4 2 4 1 4 4 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 2 4 1 2 4 4 4
5 1 1 1 1 1 1 4 1 4 1 4 4 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4
6 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1
10 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1
11 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 3 1
12 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1
14 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 1 4 3 2 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 2 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4
2 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 1 4 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3
Jawaban pre test siswa SDN 17 Tanah Tinggi sebelum diberi media promosi 3 4 4 3 2 2 1 3 2 2 2 3 2 4 3 2 2 3 4 2 4 4 2 2 4 2 3 2 1 3 2 2 4 4
4 4 1 1 4 4 4 2 1 1 4 4 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 4 1 1 1 1 1 1 1 3 1 4 1 1 3 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
10 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
12 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
13 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 2 3 3 2 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4
2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 2 4 3 3 2 3 4 3 3 2 4 3 1 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3
Jawaban post test siswa SDN 17 Tanah Tinggi sesudah diberi media promosi 3 4 2 4 2 4 2 4 2 2 4 3 4 3 4 2 4 4 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3
4 4 4 4 2 1 4 1 1 4 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1
6 1 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3 3 1 3 1 1 3 1 3 1 3 1 3
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1
10 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
12 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2
13 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 10 Jawaban pre test siswa SDN 01 Johar Baru sebelum diberi media promosi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 3 3 1 4 2 4 3 3 2 2 1 4 1 1 1 1 1 4 2 2 2 1 1 2 2 1 3 2 1 2 3 4 1 1 4
2 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3
3 4 2 2 2 2 2 4 3 3 1 2 3 2 2 2 1 3 2 4 1 3 2 4 2 2 4 3 2 2 2 3 4 2 2 1
4 2 1 2 4 4 4 4 2 4 4 1 4 1 4 1 4 4 2 4 3 4 4 1 4 4 4 4 2 4 1 4 4 4 4 4
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 4 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 2 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
10 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1
12 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1
13 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 11 Jawaban post test siswa SDN 01 Johar Baru sesudah diberi media promosi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 4 4 3 4 2 4 2 3 3 3 4 1 3 1 1 2 2 2 4 2 4 2 2 3 2 4 3 2 1 3 4 1 2 2
2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 1 4 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3
3 4 4 3 3 4 1 1 2 3 2 2 1 3 2 3 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 1
4 4 4 2 4 1 4 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 1 1 2 4
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1
6 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
10 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2
13 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1
14 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 3 4 4 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 1 3 2 4 4 4 4 1 3 4 3 4 4 1 4 3 4 4 4 4 1 4
2 4 3 4 4 2 3 2 1 2 2 3 2 2 4 1 2 2 3 2 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 4 2 1 4 3 3
Jawaban pre test siswa SDN 01 Tanah Tinggi sebelum diberi media promosi 3 3 2 2 4 3 1 2 3 2 2 4 4 3 2 2 4 2 2 2 3 3 2 2 1 3 2 2 3 2 3 3 1 3 3 2
4 1 4 2 2 1 1 3 1 3 1 1 1 4 1 4 1 4 4 4 4 1 1 1 2 1 4 1 4 1 4 4 4 1 4 4
5 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 4 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 4 4
6 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2
10 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 2 2 1
12 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 13 Jawaban post test siswa SDN 01 Tanah Tinggi sesudah diberi media promosi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 2 3 3 3 1 4 4 3 1 3 1 4 1 3 4 3 4 2 4
2 4 4 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 1 3 3 2 4 2 3 3 2 3 2 4 4 4 4 3 3 1 3 2 4 3
3 2 2 2 2 3 2 3 3 4 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2
4 1 1 4 4 4 4 1 4 4 1 4 1 1 4 1 4 1 1 1 2 1 1 4 4 1 1 1 4 1 4 1 1 4 1 4
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4
6 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3
9 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 14 Jawaban pre test siswa SDN 21 Johar Baru sebelum diberi media promosi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 4 4 2 1 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2
2 3 3 2 2 3 3 4 3 4 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 4 3 3 3 4 2
3 3 3 3 2 2 1 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 3 1 3 3 1 1 2 2
4 1 1 1 1 1 4 1 1 2 1 1 3 1 4 3 3 3 1 1 1 3 1 3 3 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
9 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2
10 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2
11 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2
13 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1
14 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1
16 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 15 Jawaban post test siswa SDN 21 Johar Baru sesudah diberi media promosi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 4 4 2 1 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
2 3 3 2 2 3 3 4 3 4 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 4 3 3 3 4
3 3 3 3 2 2 1 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 3 1 3 3 1 1 2
4 1 1 1 1 1 4 1 1 2 1 1 3 1 4 3 3 3 1 1 1 3 1 3 3 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1
10 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2
11 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2
13 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1
14 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1
16 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
1
2
1
1
1
1
Lampiran 16 Jawaban pre test guru SDN 01 Johar Baru sebelum diberi media promosi 1 2 3 4 5
1 1 1 2 2 2
2 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1
4 2 2 2 1
5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 1 1 2 2 2
8 1 1 2 3 3
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 3
11 1 1 1 1 1
12 2 2 2 2 3
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1
17 1 1 2 2 2
18 2 1 1 1 2
Lampiran 17 Jawaban post test guru SDN 01 Johar Baru sesudah diberi media promosi 1 2 3 4 5
1 2 1 2 1 1
2 1 1 1 1 1
3 2 1 2 1 1
4 2 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 1 1 2 1 1
8 1 3 2 3 3
9 1 1 1 3 1
10 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1
12 2 2 2 2 2
13 1 1 1 1 1
14 1 3 1 1 1
15 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1
17 1 2 2 1 1
18 2 2 1 1 2
Lampiran 18 Jawaban pre test guru SDN 29 Johar Baru sebelum diberi media promosi 1 2 3 4 5
1 2 2 2 2 2
2 1 1 1 1 1
3 1 2 1 1 1
4 1 4 4 1 1
5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 1 2 2 1 2
8 1 1 1 3 1
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1
11 2 3 2 2 2
12 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 2
16 2 2 2 2 2
17 1 1 1 2 1
18 2 1 1 1 2
Lampiran 19 Jawaban post test guru SDN 29 Johar Baru sesudah diberi media promosi 1 2 3 4 5
1 2 2 2 2 2
2 1 1 1 1 1
3 1 2 1 1 1
4 1 4 4 1 1
5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 1 1 2 1 2
8 1 1 1 3 1
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1
11 2 3 2 2 2
12 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 2
16 2 2 2 2 2
17 1 1 1 2 1
18 2 1 1 1 2
Lampiran 20 Jawaban pre test guru SDN 17 Tanah Tinggi sebelum diberi media promosi 1 2 3 4 5
1 2 2 2 2 2
2 1 1 1 1 1
3 1 2 1 1 1
4 1 1 1 1 1
5 2 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 2 2 2 2 2
8 1 2 1 2 2
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1
12 2 2 2 2 2
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 2
15 1 1 1 1 1
16 1 2 1 2 1
17 2 2 2 1 2
18 1 1 1 2 2
Lampiran 21 Jawaban post test guru SDN 17 Tanah Tinggi sesudah diberi media promosi 1 2 3 4 5
1 2 2 2 2 2
2 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 2 1
7 2 1 2 2 2
8 1 2 1 2 2
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1
12 2 2 2 2 1
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1
16 2 1 1 1 2
17 2 2 2 2 2
18 1 1 1 2 1
Lampiran 22 Jawaban pre test guru SDN 01 Tanah Tinggi sebelum diberi media promosi 1 2 3 4 5
1 1 2 2 2 2
2 1 1 1 1 1
3 1 2 2 1 1
4 1 2 1 1 1
5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 1 2 2 2 2
8 1 2 2 2 2
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1
12 2 2 2 2 2
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1
16 1 1 1 2 2
17 1 1 2 2 2
18 2 1 2 1 1
Lampiran 23 Jawaban post test guru SDN 01 Tanah Tinggi sesudah diberi media promosi 1 2 3 4 5
1 1 2 2 2 2
2 1 1 1 1 1
3 1 2 2 1 1
4 1 2 1 1 1
5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 1 2 2 2 2
8 1 2 2 2 2
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1
12 2 2 2 2 2
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1
16 1 1 1 2 2
17 1 1 2 2 2
18 2 1 2 1 1
Lampiran 24 Jawaban pre test guru SDN 09 Mardani sebelum diberi media promosi 1 2 3 4 5
1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1
3 1 1 1 3 1
4 3 3 3 3 3
5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1
12 1 2 2 2 2
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1
18 2 2 2 2 2
Lampiran 25 Jawaban post test guru SDN 09 Mardani sesudah diberi media promosi 1 2 3 4 5
1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1
Lampiran 26
1 2 3 4 5
1 2 1 1 2 1
2 2 1 1 1 1
4 1 1 1 1 3
5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1
12 1 1 2 1 2
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1
18 2 2 2 2 2
Jawaban pre test guru SDN 21 Johar baru sebelum diberi media promosi 3 2 1 2 2 1
4 1 1 4 1 1
5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 2 2 2 2 2
8 1 2 3 2 2
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1
11 1 2 1 4 2
12 2 2 2 2 2
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1
16 1 2 1 1 2
17 2 2 2 2 2
18 2 1 1 1 1
Lampiran 27 Jawaban post test guru SDN 21 Johar baru sesudah diberi media promosi
1 2 3 4 5
1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1
5 1 1 2 1 1
6 1 1 1 1 1
7 2 2 1 2 2
8 1 1 2 1 2
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1
11 4 4 1 4 2
12 2 2 2 2 2
13 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 2
17 1 1 1 1 2
18 2 2 2 2 1
Lampiran 28 Jawaban pre test pedagang SDN 01 Johar Baru sebelum diberi media promosi 1 2
1 1 1
2 1 1
3 1 1
4 1 1
5 1 1
6 1 1
7 1 1
8 1 1
9 1 1
10 1 1
11 1 1
12 1 1
13 2 1
14 4 4
15 4 4
16 4 4
17 2 2
Lampiran 29 Jawaban pre test pedagang SDN 01 Johar Baru sebelum diberi media promosi 1 2
1 1 1
2 1 1
3 1 1
4 1 1
5 1 1
6 1 1
7 1 1
8 1 1
9 1 1
10 1 1
11 1 1
12 1 1
13 2 1
14 4 4
15 4 4
16 4 4
17 2 2