UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG SIKLUS AKUNTANSI DI SMA NEGERI 1 KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
ROSMIATI NIM : 106015000474
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
ABSTRAK ROSMIATI, “Upaya Guru dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan”, Skripsi, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Kata Kunci : Upaya Guru, Pelaksanaan Pembelajaran, Pemahaman Siswa. Berdasarkan masalah mengenai rendahnya pemahaman siswa tentang siklus akuntansi, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang bagaimana upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi. Penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas XII IPS dan bagaimana upaya guru akuntansi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi. Dalam penelitian ini penulis mengamati upaya guru dalam melakukan pelaksanaan pembelajaran di kelas, yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahapan perencanaan, tahapan proses pelaksanaan, dan tahapan evaluasi/penilaian. Dari hasil pengamatan/observasi dapat diketahui bahwa ketiga tahapan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru akuntansi SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan adalah baik. Karena sebagian besar komponen-komponen yang telah ditentukan dalam pelaksanaan pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Meskipun ada beberapa komponen yang belum terlaksana dengan baik dan belum maksimal. Dari hasil pembelajaran yang baik, maka diperoleh hasil belajar siswa yang baik pula. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil ulangan siswa yang sudah mencapai nilai KKM yang ditentukan yaitu 75, hasil belajar (pemahaman) siswa juga mencapai nilai rerata kelas 75. Selain dari hasil observasi, penulis juga melakukan penyebaran angket yaitu tentang persepsi siswa terhadap guru akuntansi dalam melakukan proses pembelajaran. Hasil angket menunjukkan baik dengan rerata 58,03, sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap guru akuntansi dalam melakukan proses pembelajaran adalah baik.
ABSTRACT ROSMIATI , “Teacher’s Effort in Improving Studen’s Coprehension about the Accounting Cycle at SMAN 1 Kota Tangerang Selatan”. Skripsi, Social Science Education department, Faculty of Tarbiyah and Teachers, Training Syarif Hidayatullah Jakarta. Key word: Theacher’s Effort, Process Learning, Student Comprehension. The writer intended to carry out the research about how does teacher’s effort improve students’ comprehension about accounting cycle based on the finding problem about tha students’ low comprehension on accounting cycle. The writer conducted the research at SMAN 1 Kota Tangerang Selatan to know student’ comprehension at XII social science class and how does the accounting teacher’s effort improve students’ comprehension about accounting cycle. In this research, the writer observed the teacher’s effort in conducting the teaching learning activities at the class. That’s consisted of three steps. They are planning step, acting step, and evaluation step. Based on the result of observation, it can be know that all of the stop of the teaching learning process conducted by the accounting teacher of SMAN 1 Kota Tangerang Selatan was good. It is because most of the component that have been determined in teaching learning process has been done well. While there were some components that have not been done well. From the good result of theaching learning process, so it can produce the good students’ achievement. It can be seen from the result of student’s test score that have achieved the minimum mastery criterion - Kriteria Ketuntasan Minimial (KKM) seventy five (75). In addition the students’ comprehension score achieved the class mean score (75/seventy five). Beside observation, the writer also gave the questionnaire about the students’ perception toward accounting teacher in doing the teaching learning process. The result of questionnaire showed that the mean score of questionnaire was 58,03. It can be conclude that the students’ perception toward the accounting teacher in conducting the teaching learning activities were good.
DAFTAR ISI
ABSTRAK KATA PENGANTAR .......................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ................................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... viii BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 5 D. Perumusan Masalah....................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian........................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian......................................................................... 6
BAB II.
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori................................................................................... 7 1. Hakekat Guru ........................................................................... 7 a. Pengertian Guru.................................................................. 7 b. Peranan Guru ...................................................................... 8 c. Kompetensi Guru ............................................................... 11 d. Upaya Guru dalam Pembelajaran ....................................... 17 2. Hakekat Pemahaman Siklus Akuntansi ................................... 34 a. Pengertian Pemahaman ...................................................... 34 b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Siswa .... 35 c. Pengertian Siklus Akuntansi .............................................. 37 d. Gambaran Umum Perusahaan Dagang .............................. 51 B. Kerangka Berpikir ........................................................................ 60
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian .......................................................... 61 B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 62
iii
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 64 D. Tekhnik Pengumpulan Data .......................................................... 64 E. Definisi Konseptual, Definisi Operasional, dan Kisi-Kisi Instrumen ...................................................................................... 66 F. Tekhnik Analisis Data ................................................................... 69 BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ............................................................ 70 B. Deskripsi Data ............................................................................... 78 C. Analisis Data ................................................................................. 80 D. Interpretasi Data ............................................................................ 112 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.................................................................................... 115 B. Saran .............................................................................................. 117 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 118 LAMPIRAN
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari keadaan tertentu menuju keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata pembangunan sumber daya manusia yang berperan dalam pembentukan peserta didik agar menjadi aset bangsa yang diharapkan, supaya menjadi manusia yang produktif. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
yang telah
diterapkan pada Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu: Pendidikan nasional befungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, perlu ada perhatian khusus dari berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi “profesionalisme guru, perkembangan dan pertumbuhan peserta didik, tujuan pendidikan dan 1
UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 119.
1
2
pengajaran, program pendidikan dan kurikulum, perencanaan pembelajaran, strategi belajar mengajar, media pembelajaran, bimbingan belajar, hubungan antar sekolah dan masyarakat, serta manajemen pendidikan”. 2 Keseluruhan aspek tersebut saling melengkapi dan berkaitan sebagai bagian dari sistem pendidikan, sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan harus mencakup keseluruhan aspek tersebut. Komponen pendidikan terdiri atas guru, siswa, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media, sarana prasarana, kurikulum serta lingkungan. Pengembangan pendidikan melalui tiap komponen harus benar-benar dilakukan secara cermat dan saling berkaitan. Peningkatan kualitas pendidikan tersebut menjadi tanggung jawab para praktisi pendidikan yaitu pemerintah, masyarakat dan khususnya guru. Para praktisi pendidikan (pendidik) menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasoinal Pendidikan dalam penjelasan Pasal 28 “adalah mereka yang berkualifikasi dan berkompetensi sebagai guru, dosen, konselor, pamong pelajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan
pendidikan”. 3
Pihak-pihak
tersebut
dapat
melakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui perbaikan metode pembelajaran, kelengkapan alat bantu mengajar, pemilihan media yang sesuai, serta penanganan-penanganan permasalahan praktis pendidikan secara tepat. Pentingnya peran guru dalam pendidikan tidak terlepas dari kemampuan guru dalam menyampaikan materi pada siswa. Oleh karena itu pada proses pembelajaran guru harus memiliki empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi pedagogik dan profesional guru adalah kompetensi yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan dan pembelajaran. Beberapa kemampuan tersebut 2
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHd6bb.dir/doc.pdf (Jumat, 01 Oktober 2010, 14.03 WIB). 3 UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 251.
3
adalah kemampuan penguasaan landasan kependidikan, psikologi pengajaran, penguasaan materi pelajaran, penerapan berbagai model dan sumber belajar, kemampuan
menyusun
program
pembelajaran,
kemampuan
dalam
mengevaluasi pembelajaran, dan kemampuan mengembangkan kinerja pembelajaran. Kompetensi sosial guru sangat diharapkan dapat memenuhi semua alat, media, dan sumber belajar yang dibutuhkan siswa dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar, keaktifan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh pakar guru sehingga proses belajar mengajar yang ditempuh akan benar-benar mendapatkan hasil yang optimal. Guru hanyalah merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik itu sendiri sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing. Karena belajar adalah suatu proses dimana peserta didik harus aktif. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama, daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Terhadap perbedaan daya siswa sebagaimana kenyataan di atas, maka guru harus dapat menentukan alat/media, serta strategi dan metode pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta materi pelajaran yang diajarkan. Metode dan media mengajar yang tepat haruslah memperhatikan kemauan, dorongan, minat, potensi dan kemampuan siswa dalam melakukan suatu kegiatan dalam suatu proses pembelajaran. Salah satu contoh dari hasil penelitian menyatakan bahwa kondisi pembelajaran yang seringkali disajikan guru dalam pembelajaran Akuntansi dinilai masih belum tepat sasaran dan bahkan cenderung penerapannya masih dibatasi dengan konteks buku tertentu saja. Dari kecerobohan pembelajaran tersebut mengakibatkan timbulnya verbalitas serta kurang berkembangnya wawasan maupun pengetahuan pada siswa itu sendiri. Selain itu pada mata pelajaran akuntansi yang sangat rendah dan proses belajarnya yang dilakukan
4
secara verbal dan dominasi metode ceramah. Hal ini menunjukkan bahwa “guru masih belum memanfaatkan secara maksimal berbagai metode dan media yang tepat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Sering ditemukan dalam masyarakat, bahwa prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran Akuntansi masih rendah”. 4 Untuk tingkat SMA, pembelajaran akuntansi diberikan sebagai bagian dari mata pelajaran ekonomi. Mata pelajaran ini mencakup berbagai kemampuan dalam berprilaku ekonomi dan pemahaman terhadap transaksi keuangan. Ruang lingkup pembelajaran akuntansi di SMA dimulai dari dasardasar konseptual, struktur, dan siklus akuntansi. Selama ini pembelajaran akuntansi dianggap sebagai mata pelajaran kurang menyenangkan. Akuntansi terkesan sangat rumit dan sulit untuk di pahami. Apalagi materi yang berkaitan dengan siklus akuntansi, mulai dari pencatatan ke dalam jurnal umum, jurnal khusus, posting ke buku besar, sampai pada pembuatan laporan keuangan, bagi siswa hal tersebut merupakan materi yang sangat sulit. Apalagi selama ini siswa masih mengalami kesulitan mengklasifikasikan jenis-jenis akun dalam pencatan transaksi. Semangat dan minat siswa untuk mempelajari akuntansi kurang baik. Akibatnya, pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari tidak sesuai dengan tujuan yang di harapkan. Hal di atas sesuai dengan hasil penelitian Imas Purnamasari yang menyatakan bahwa: Dari sembilan materi pelajaran akuntansi yang memiliki tingkat kesulitan untuk dipahami siswa secara berurut dimulai dari pemahaman pencatatan jurnal, posting ke buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian (adjustement), neraca lajur serta laporan keuangan. Dan materi tersebut hampir 75% siswa sering mengalami kesalahan dalam memahami konsep sehingga akan berujung pada kesalahan dalam pencatatan. 5 4
http://aliusmanhs.wordpress.com/2010/07/14/ptk-peningkatan-prestasi-belajarakuntansi-dengan-metode-resitasi-melalui-bahan-ajar-lembar-kerja-siswa-student-work-sheet/ , (Rabu, 13 Oktober 2010, 12.58 WIB) 5 http://perpustakaan.upi.edu/artikel/administrasi/upload/21._imas_purmanasari__fpips_.p df, (Jumat, 01 Oktober 2010, 14.26 WIB)
5
Melihat kondisi seperti itu maka diperlukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa SMA dalam Pelajaran Akuntansi. Hal ini merupakan tanggung jawab guru. Dengan kompetensikompetensi dasar yang dimiliki, guru harus dapat mengemas pelaksanaan proses pembelajaran, dengan menyiapkan materi dan bahan ajar yang akan disampaikan yang dirancang dengan menggunakan metode, strategi, media dan sumber belajar yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa, agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, mendorong penulis untuk meneliti tentang “Upaya Guru dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Siklus Akuntansi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi masalah-masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Rendahnya pemahaman siswa tentang siklus akuntansi 2. Metode yang digunakan guru kurang tepat dalam proses pembelajaran materi siklus akuntasi. 3. Guru dalam memberikan evaluasi tidak sesuai dengan tingkat pemahaman siswa tentang siklus akuntansi. 4. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran siklus akuntansi tidak sesuai dengan kondisi siswa 5. Rendahnya upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan pada identifikasi masalah, maka batasan masalah penelitian ini yaitu mengenai: 1. Pemahaman siswa tentang siklus akuntansi. 2. Upaya-upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi.
6
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pemahaman siswa tentang siklus akuntansi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan? 2. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan antara lain: 1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang siklus akuntansi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. 2. Untuk mengetahui upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. F. Manfaat Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis kepada berbagai pihak sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini menjadi sebuah sumbangsih gagasan dan tawaran solusi terhadap persoalan dalam upaya meningkatkan pemahaman siklus akuntansi dalam proses pembelajaran. 2. Manfaat praktis kepada pihak-pihak terkait, meliputi: a. Bagi guru IPS Akuntansi, sebagai bahan masukan dan pedoman dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi. b. Bagi siswa, sebagai penerima ilmu lebih giat lagi dalam belajar khusunya untuk meningkatkan pemahaman tentang siklus akuntansi. c. Bagi sekolah, sebagai umpan balik (feed back) agar terus mendukung upaya-upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi. d. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dan mengetahui upaya-upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi.
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori 1. Hakikat Guru a. Pengertian Guru Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pengertian “guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar”. 1 “Kata guru yang dalam bahasa Arab disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris teacher memiliki arti sederhana, yakni A person whose occupation is teaching others, artinya, guru ialah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain”. 2 Sedangkan di dalam BAB I mengenai ketentuan umum pasal 1 Undang-Undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. 3
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 288. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 9, h. 222. 3 Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2006), Cet. I, h.2. 2
7
8
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik dari semua tingkat jenjang pendidikan.
b. Peranan Guru Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 28, dikemukakan bahwa: “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. 4 Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik”.5 Sehubungan dengan fungsinya sebagai “pengajar, pendidik dan pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya. Ada beberapa pendapat dari para ahli yang dikutip oleh Sardiman, adalah sebagai berikut: 1. Prey Katz, menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihatnasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, 4
UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h.185. 5 UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 251.
9
pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan. 2. Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua. 3. James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran seharihari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. 4. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengemukakan bahwa peranan guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.6 Dari beberapa pendapat di atas maka secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut: a. Informatif Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. b. Organisator Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasi sedmikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisien dalam belajar pada diri siswa. c. Motivator Peranan guru sebagi motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. d. Pengarah/director Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. e. Inisiator
6
Sardiman A.M, Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), Edisi ke-I, h. 143-144.
10
Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya. f. Transmitter Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan g. Fasilitator Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga belajar mengajar akan berlangsung secara efektif. h. Mediator Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya menengah atau memberikan jalan ke luar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media. i. Evaluator Kecenderungan guru dalam peranannya sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkat sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. Untuk itu guru harus hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan. Dalam hal ini tidak cukup hanya dilihat dari bisa atau tidaknya mengerjakan mata pelajaran yang diujikan, tetapi masih ada perlu pertimbangan-pertimbangan yang sangat unik dan kompleks, terutama yang menyangkut perilaku dan values yang ada pada masing-masing mata pelajaran. 7 Kemudian para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakukan. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut : 1) Guru Sebagai Pendidik, 2) Guru Sebagai Pengajar, 3) Guru Sebagai Pembimbing, 4) Guru Sebagai Pelatih, 5) Guru Sebagai Penasehat, 6) Guru Sebagai Pembaharu (Inovator), 7) 7
Sardiman A.M, Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar, … , h. 144-145.
11
Guru Sebagai Model dan Teladan, 8) Guru Sebagai Pribadi, 9) Guru Sebagai Peneliti, 10) Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas, 11) Guru Sebagai Pembangkit Pandangan, 12) Guru Sebagai Pekerja Rutin, 13) Guru Sebagai Pemindah Kemah, 14) Guru Sebagai Pembawa Cerita, 15) Guru Sebagai Aktor, 16) Guru Sebagai Emansipator, 17) Guru Sebagai Evaluator, 18) Guru Sebagai Pengawet, 19) Guru Sebagai Kulminator. 8 Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa peranan guru adalah sebagai informatif, organisator, motivator, pengarah, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, evaluator, aktor, emansipator, dan sebagai kulminator.
c. Macam-Macam Kompetensi Guru McShane dan Glinow dalam Martinis, menjelaskan bahwa “kompetensi/competencies adalah keterampilan, pengetahuan, bakat, nilai-nilai, pengarah, dan karakteristik pribadi lainnya yang mendorong kearah performansi unggul”. 9 Abdul Majid Menjelaskan bahwa; Kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggungjawab yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus diunjukan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Dalam arti tindakan itu benar ditinjau dari sudut ilmu pengetahuan, efisien, efektif dan memiliki daya tarik dari sudut teknologi; dan baik ditinjau dari sudut etika. 10 Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut 8
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Rosdakarya, 2009), Cet.ke-8, h. 37-65 9 Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2010), Cet. I, h. 1-2. 10 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 5-8.
12
akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan professional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar tapi juga pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Adapun standar kompetensi guru yang meliputi tiga komponen kompetensi yaitu: Pertama, komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran yang mencakup: (1) penyusunan perencanaan pembelajaran; (2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar; (3) penilaian prestasi belajar peserta didik; (4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian. Kedua, komponen kompetensi pengembangan protensi yang diorientasikan pada pengembangan profesi. Ketiga, komponen kompetensi penguasaan akademik yang mencakup: (1) pemahaman wawasan kependidikan; (2) penguasaan bahan kajian akademik (Depdiknas, 2004: 9). 11 Untuk lebih jelasnya rincian komponen kompetensi guru dapat dilihat pada tabel 2.1, sebagai berikut: Tabel 2.1 Kompetensi Guru Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran KOMPETENSI 1.
Penyusunan
INDIKATOR rencana a.
pembelajaran
b. c. d. e.
2.
f. g. h. Pelaksanaan interaksi a. b. belajar mengajar c. d. e.
Mampu mendeskripsikan tujuan/kompetensi pembelajaran Mampu memilih/menentukan materi Mampu mengorganisir materi Mampu menentukan metode /strategi pembelajaran Mampu menentukan sumber belajar / media / alat praga pembelajaran Mampu menyusun perangkat penilaian Mampu menentukan teknik penilaian Mampu mengalokasikan waktu Mampu membuka pelajaran Mampu menyajikan materi Mampu menggunakan metode/media Mampu menggunakan alat peraga Mampu menggunakan bahasan yang komunikatif
11
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,…,h. 5-8.
13
f. g. h.
Mampu memotivasi siswa Mampu mengorganisasi kegiatan Mampu berinteraksi dengan siswa secara komunikatif i. Mampu menyimpulkan pembelajaran j. Mampu memberikan umpan balik k. Mampu melaksanakan penialaian l. Mampu menggunakan waktu 3. Penilaian prestasi belajar a. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran peserta didik b. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda c. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid d. Mampu memeriksa jawab e. Mampu mengklasifikasikan hasil-hasil penelitian f. Mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian g. Mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian h. Mampu menentukan korelasi anatar soal berdasarkan hasil penilaian i. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian j. Mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis 4. Pelaksanaan tindak lanjut a. Manyusun program tindak lanjut hasil penilaian hasil penilaian prestasi b. Mengklasifikasikan kemampuan siswa belajar peserta didik c. Mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian d. Melaksanakan tindak lanjut e. Mengevaluasi tindak lanjut f. Menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian Komponen Kompetensi Pengembangan Potensi KOMPETENSI
INDIKATOR
5.
a.
Pengembangan profesi
Mengikuti informasi perkembangan IPTEK yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah b. Mengalihbahasakan buku pelajaran/ karya ilmiah model c. Mengembangkan berbagai pembelajaran d. Menulis makalah e. Menulis/menyusun diklat pelajaran f. Menulis buku pelajaran g. Menulis modul h. Menulis karya ilmiah i. Melakukan penelitian ilmiah (action reseach) j. Menemukan teknologi tepat guna k. Membuat alat praga/ media l. Menciptakan karya seni m. Mengikutib pelatihan terakreditasi
14
n. o.
Mengikuti pendidikan kualifikasi Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum Kompenen Kompetensi Penguasaan Akademik KOMPETENSI 6. Pemahaman wawasan
INDIKATOR a. Memahami visi dan misi b. Memahami hubungan pendidikan dan pengajaran c. Memahami konsep pendidikan dasar dan menengah d. Memahami fungsi sekolah e. Mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil pendidikan f. Membangun sistem yang menunjukan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah 7. Penguasaan bahan kajian a. Memahami struktur pengetahuan b. Menguasai substansi materi akademik c. Menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelajaran yang dibutuhkan siswa Sumber : (Ditentik-Depdiknas, 2004) 12
Di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3, menjelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi “kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial”. 13 Hal ini dipaparkan sebagai berikut: 1) Kompetensi Pedagogik Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa: Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan 12
Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru..., h. 7-9. 5 Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru..., h. 6. 13 UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, …, h.185-186.
15
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 14 2) Kompetensi Kepribadian Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan
bahwa
yang
dimaksud
dengan
“kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia”. 15 3) Kompetensi Profesional Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c, dikemukakan
bahwa
yang
dimaksud
dengan
“Kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”. 16 4) Kompetensi Sosial Dalam Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan ”Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. 17 14
UU RI No. 14 Th.2005 SISDIKNAS, …, h. 252. 15 UU RI No. 14 Th.2005 SISDIKNAS, …, h. 252. 16 UU RI No. 14 Th.2005 SISDIKNAS, …, h.252. 17 UU RI No. 14 Th.2005 SISDIKNAS, …, h. 252-253.
tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang
16
Adapun kompetensi dasar guru menurut Sardiman adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Menguasai bahan Mengelola program belajar mengajar Mengelola kelas Menggunakan media /sumber Menguasai landasan pendidikan Mengelola interaksi belajar mengajar Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan sekolah, 9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian kependidikan guna keperluan pengajaran. 18 Menurut Grasser dalam B. Uno, mengemukakan empat kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni “(a) menguasai bahan pelajaran, (b) kemampuan mendiagnosis tingkah laku siswa, (c) kemampuan melaksanakan proses pengajaran, dan (d) kemampuan mengukur hasil belajar siswa”. 19 Sementara Nana Sudjana dalam B. Uno, membagi kompotensi guru dalam ketiga bagian, yaitu sebagai berikut: a) Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelekstual seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, dan pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya. b) Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya. c) Kompetensi perilaku/performance, kemampuan guru dalam berbagai keterampilan/berprilaku, seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat abntu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, 18
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, …, h.164. Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.III, h. 131. 19
17
keterampilan menyusun persiapan/perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi kelas, dan lainlain. 20 Dari sekian banyaknya kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, maka guru diharapkan dapat mampu menjalankan tugasnya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, dan penilai agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. d. Upaya Guru dalam Pembelajaran 1) Pengertian Upaya Guru Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “upaya adalah usaha atau syarat untuk menyampaikan suatu maksud atau upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang bertujuan”. 21 Sedangkan dalam penelitian ini upaya yang dimaksud adalah upaya guru. Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa upaya guru adalah usaha guru untuk melakukan sesuatu hal atau kegiatan yang bertujuan, yaitu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 2) Pengertian Pembelajaran Pembelajaran (instruction) ialah “proses atau upaya yang dilakukan seseorang (misal guru) agar orang lain (dalam hal ini murid) melakukan belajar”. 22 Oemar Hamalik Menjelaskan, bahwa: Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri 20
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, …, h. 131. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 995. 22 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, …, h. 215. 21
18
dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. 23 Sedangkan di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah ”proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. 24 Dengan demikian, berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guru agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar atau interaksi dengan sumber belajar dan lingkungan belajar.
3) Komponen-Komponen Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu sistem. Sebagai suatu sistem, proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut menurut Pupuh Faturahman dan Sobry Sutikno adalah sebagai berikut: “Tujuan, Bahan Pelajaran, Kegiatan Belajar-Mengajar, Metode, Sumber Belajar, Alat, dan Evaluasi”. 25 a) Tujuan Tujuan adalah “komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran yang lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan evaluasi”. 26 b) Bahan Pelajaran
23
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. I. h.
57. 24
Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), …, h. 4. Pupuh Fatuhurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar; Melalui Penenman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), Cet. I, h. 13. 26 Syaiful Bahri Djmarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet.3, h. 42. 25
19
Bahan pelajaran merupakan “medium untuk mencapai tujuan pengajaran yang harus dipahami oleh peserta didik”. 27 c) Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan, segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu peserta didiklah yang aktif, bukan guru. 28 d) Metode Metode pembelajaran adalah “cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok”. 29 Syaiful Bahri Djamarah mendefinisikan bahwa metode adalah ”suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. 30 Dalam kegiatan belajar mengajar metode sangat diperlukan oleh guru, dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan
menggunakan
satu
metode,
tetapi
sebaiknya
menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan tetapi dapat menarik perhatian anak didik. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.
27
Pupuh Fatuhurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar; Melalui Penenman Konsep Umum dan Konsep Islam, … , h. 14. 28 Syaiful Bahri Djmarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 44. 29 Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar; Micro Teaching, (Ciputat: Ciputat Press, 2010), Cet. III, h. 49. 30 Syaiful Bahri Djmarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 47.
20
Oleh karena itu ada beberapa syarat yang harus diperhatikan
seorang
guru
dalam
penggunaan
metode
pembelajaran, antara lain: (1) Metode yang digunakan harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa. (2) Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut. (3) Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya. (4) Metode harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa. (5) Metode yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha sendiri. (6) Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap dalam kehidupan sehari-hari. 31 e) Alat Alat adalah “segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Dalam proses pengajaran alat mempunyai fungsi sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai mencapai tujuan, dan alat sebagi tujuan”. 32 Alat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat verbal dan alat bantu non verbal. Alat bantu verbal berupa suruhan, perintah, larangan, dan sebagainya. Sedangkan alat bantu non verbal berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar, diagram, slide, video, dan sebagainya. f) Sumber Belajar Wina Sanjaya mendefinisikan bahwa “sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk
31 32
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar;, ....…, h. 49-50. Syaiful Bahri Djmarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 47.
21
mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai”. 33 Beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan oleh guru khususnya dalam setting proses pembelajaran di dalam kelas diantaranya:
(1) Manusia sebagai Sumber Manusia merupakan sumber utama dalam proses pembelajaran. Dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran, guru dapat memanfaatkan dalam setting proses belajar-mengajar. (2) Alat dan Bahan Pelajaran Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu guru; sedangkan bahan pelajaran adalah segala sesuatu yang mengandung pesan yang akan disampaikan kepada siswa. (3) Berbagai Aktivitas dan Kegiatan Adalah segala perbuatan yang sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa, seperti diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan percobaan, dan lain sebagainya. (4) Lingkungan atau Setting Adalah segala sesuatu yang dapat memungkinkan siswa belajar. Misalnya gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, kantin, dan lain sebagainya. 34 Menurut Ny. Dr. Roestiyah, N.K. dalam Djamarah, mengatakan bahwa sumber belajar adalah: (1) Manusia (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) (2) Buku/perpustakaan (3) Mass media (majalah, surat kabar, radi, TV, dan lainlain) (4) Alat pengajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis, spidol, dan lain-lain) (5) Museum (tempat penyimpanan benda-benda kuno) 35 33
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. V, h. 174. 34 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,……., h. 175-176. 35 Syaiful Bahri Djmarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 48-49.
22
Sedangkan menurut Udin Saripudin Winataputra dalam Djamarah, berpendapat bahwa terdapat sekurang-kurangnya lima macam sumber belajar, yaitu: (1) (2) (3) (4)
Manusia Buku/perpustakan Media massa Alam lingkungan: alam lingkungan terbuka, alam lingkungan sejarah dan alam lingkungan manusia. (5) Media pendidikan 36 Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat di mana-mana. Pemanfaatan sumber belajar tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya. g) Evaluasi Menurut Muhibbin Syah, evaluasi merupakan “penilaian terhadap keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”. 37 Padanan kata evaluasi adalah assessment yang menurut Tardif dalam Muhibbin berarti “proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.” 38 Oleh karena itu, evaluasi berperan sebagai barometer untuk mengukur tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Ahmad Bahri ada empat komponen dalam proses pembelajaran yang harus dilakukan seorang guru agar tujuan dari proses pembelajaran tercapai, yaitu: (1) Menentukan tujuan yang spesifik Tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara spesifik dalam bentuk perilaku akhir pelajar. Setiap pendidik harus menyadari bahwa penentuan tujuan dalam proses pembelajaran adalah penting. Perumusan tujuan itu harus 36
Syaiful Bahri Djmarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 49-50. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, …, h. 139 38 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, …, h. 139. 37
23
jelas yaitu bagaimana seharusnya pelajar berprilaku pada akhir pembelajaran. (2) Mengadakan penilaian pendahuluan Dalam mengadakan penilaian pendahuluan, terlebih dahulu guru memeriksa perilaku awal siswa, langkah ini didasarkan atas konsep belajar yang dimanifestasikan dalam perubahan. Hal ini untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan diri siswa dengan membandingkan antara kondisi awal dengan kondisi akhir setelah belajar. (3) Merencanakan program pengajaran Pada langkah ini guru merencanakan program pembelajaran yang dapat mengantarnya untuk mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki. Tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas sangat membantu guru dalam membuat program perencanaan. (4) Evaluasi Evaluasi berperan sebagai barometer untuk mengukur tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan. 39 4) Tahapan Dalam Pembelajaran a) Tahapan Perencanaan Pembelajaran Wina Sanjaya berpendapat bahwa: Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. 40 Untuk
menyusun
perencanaan
pembelajaran
perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Pemetaan standar kompetensi (b) Penentuan topik/tema dan materi pokok pembelajaran (c) Perumusan kompetensi dasar ke dalam indikator yang sesuai dengan topik/tema (d) Pengembangan silabus (e) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran 41
39
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar; …, h. 33-34. Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. I, h. 28. 41 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, …., h. 28 40
24
Perencanaan pembelajaran memainkan peranan penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas profesionalnya sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar para siswanya. Perencanaan pengajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung. Seorang guru sebelum masuk ke ruang kelas, sudah mempersiapkan sejumlah materi dan bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa, agar penyampaian suatu perencanaan yang fleksibel dan matang. Ahmad Sabri menjelaskan rencana pembelajaran minimal harus memuat lima unsur, yaitu “tujuan instruksional, bahan pembelajaran, kegiatan belajar, metode dan alat bantu, dan evaluasi/penilaian”. 42 b) Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan “proses berlangsungnya belajar mengajar di sekolah yang merupakan inti dari
kegiatan
kependidikan”. 43
Dalam
pelaksanaannya
pembelajaran harus melalui tiga tahapan, dimana tahapan-tahapan dalam proses mengajar memiliki hubungan erat dengan penggunaan strategi mengajar. Maksudnya ialah bahwa setiap penggunaan strategi mengajar harus selalu merupakan rangkaian yang utuh dalam tahapan-tahapan mengajar. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal:” pre test, proses, dan post test” 44 , sebagai berikut: (a) Pre Test (tes awal) Pelaksanaan pembelajaran biasanya dimulai dengan pre test, untuk menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. 42
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …,
43
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …,
h. 116. h. 116. 44
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. I, h. 103-106.
25
Karena itu, pre test memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran, yang berfungsi antara lain sebagai berikut: (1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre test maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab/kerjakan. (2) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan, dengan cara membandingkan hasil pre test dengan pos test. (3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran. (4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, kompetensi dasar mana yang telah dimiliki peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus. 45 (b) Proses Proses dimaksudkan sebagai kegiatan inti dari pelaksanaan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja
menuntut
aktivitas
dan
kreativitas
guru
dalam
menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosial. (c) Post Test Pada umumnya proses pembelajaran diakhiri dengan pos test. Seperti halnya pre test, pos test memilki banyak kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi pos test antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut ini: 45
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, …, h. 104.
26
(1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan hasil pre test dengan pos test. (2) Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuantujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya. Sehubungan dengan ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran kembali (remedial teaching). (3) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar. (4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. 46 Menurut Ahmad Sabri ada tiga tahapan/kegiatan dalam proses pelaksanaan pembelajaran yaitu “tahap praintruksional, intruksional, serta tahap evaluasi dan tindak lanjut”. 47 (a) Tahap praintruksional/kegiatan pendahuluan Tahap praintruksional adalah “langkah persiapan yang ditempuh guru pada saat mulai memasuki kelas hendak mengajar”. 48 Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru pada tahap ini antara lain: (1)Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan salah satu tolok ukur kemempuan guru mengajar (2)Guru bertanya kepada siswa sampai di mana pembahasan pelajaran sebelumnya, hal ini dilakukan oleh guru untuk mengecek atau menguji kembali ingatan siswa terhadap materi pelajaran yang telah dipelajarinya. 46 47
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, …, h. 106. Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …,
h. 4. 48
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, h.213.
27
(3)Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya, hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan. (4)Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya. (5)Mengulang kembali materi pelajaran sebelumnya secara singkat tapi mencakup semua aspek bahan yang telah dibahas sebelumnya. 49 Tujuan
tahapan
ini,
pada
hakikatnya
adalah
mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diterima oleh siswa, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran yang segera akan diajarkan. Kegiatan ini penting untuk dilakukan, sebab kegiatan belajar dan memahami materi pelajaran itu kebanyakan bergantung pada pengenalan siswa terhadap hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan yang akan diajarkan. (b) Tahap Intruksional/Kegiatan Inti Tahap intruksional adalah “tahap inti dalam proses pengajaran”. 50 Pada tahap ini guru menyajikan materi pelajaran (pokok bahan) yang disusun lengkap dengan persiapan model, metode dan strategi mengajar yang dianggap cocok. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut: (1)Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa (2)Menuliskan pokok materi yang akan dibahas pada hari itu, yang telah disesuaikan dengan silabus dan 49
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …,
50
Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan…., h. 214.
h. 3-5.
28
tujuan pembelajaran, sebab materi bersumber dari tujuan. (3)Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi (4)Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkret. (5)Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan. (6)Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi pelajaran yang telah dipelajari. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis di papan tulis untuk dicatat oleh siswa, jika waktu memungkinkan penulisan kesimpulan ada baiknya oleh para siswa. 51 Kegiatan yang ditempuh dalam tahapan ini, sebaiknya dititik beratkan kepada siswa yang harus lebih aktif melakukan kegiatan belajar. Untuk itu haruslah dipilih pendekatan mengajar yang berorientasi kepada cara belajar siswa aktif. (c) Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut/Kegiatan Penutup Tahap terakhir proses mengajar terdiri atas “kegiatan evaluasi dan tindak lanjut (follow up)”. 52 Pada tahap ini guru melakukan penilaian keberhasilan belajar siswa yang berlangsung pada tahap intruksional. Kegiatan pada tahapan ini antara lain: (1) Mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa atau kepada beberapa siswa, mengenai semua pokok materi pelajaran yang telah dibahas pada tahapan kedua. (2) Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70 % (persen), maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai oleh siswa. (3) Untuk memperkaya pengetahuan siswa tentang materi yang dibahas tadi, maka guru dapat memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang ada 51
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …, h. 116-117. 52 Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan…., h. 214.
29
hubungannya dengan topik atau pokok materi yang telah dibahas tadi. (4) Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini perlu dilakukan agar siswa dapat mempelajari bahasan tersebut dari sumber-sumber yang dimilikinya. 53 Ketiga tahap yang telah dibahas di atas, merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh. c) Evaluasi/Penilaian Menurut Muhibbin Syah evaluasi merupakan “penilaian terhadap keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”. 54 Sedangkan menurut Ali Imron pengertian evaluasi adalah “suatu proses menentukan nilai seseorang dengan menggunkan patokan-patokan tertentu untuk mencapai suatu tujuan”. 55 Berdasarkan pengertian di atas, maka evaluasi memiliki tujuan sebagai berikut: (a) Merangsang kegiatan siswa (b)Menemukan sebab kemajuan atau kegagalan belajar (c) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan dan bakat masing-masing siswa (d)Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan (e) Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dengan metode mengajar. 56 Merujuk pada tujuan evaluasi seperti dikemukakan di atas, maka pelaksanaan evaluasi mempunyai manfaat yang sangat 53
Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …,
54
Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan…., h. 139. Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1986), Cet. I,
h. 8-9. 55
h. 114. 56
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar..., h. 17.
30
besar baik berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun berkenaan dengan produk suatu pendidikan dan desain proses belajar mengajar di masa yang akan datang, karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan seorang guru memberikan materi dan sejauh mana siswa dapat menyerap materi yang diberikan oleh guru. Evaluasi/penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan kegiatan pembelajaran berlangsung, kemajuan belajar tersebut dapat diidentifikasi dengan mengacu kepada indikator pencapaian yang telah ditentukan. Pada umumnya ada dua tekhnik evaluasi yaitu dengan menggunakan tes dan non tes. (a) Tes Menurut
Pupuh
Fathurrohman
tes
adalah
“alat
pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditunjukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai petunjuk itu”. 57 Ditinjau dari bentuknya maka tes terbagi atas: (1) Tes tertulis ialah “tes yang soal dan jawaban diberikan oleh siswa berupa bahasa tertulis”. 58 Secara umum tes tertulis dibedakan menjadi dua macam yaitu: a) Tes essai disebut “juga tes uraian, karena menuntut anak untuk menguraikan jawabannya dengan katakata sendiri dan caranya sendiri”. 59 Dan ini memiliki keunggulan dari tes pilihan ganda, “tes essai mengembangkan kemampuan berpikir siswa tingkat tinggi, khusus pada aspek analisis, sintesis, dan evaluasi”. 60 57
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 77. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 79. 59 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 79. 60 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), Cet. II, h. 156. 58
31
b) Tes objektif ialah “tes yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia sehingga peserta didik menampilkan keberagaman data, baik yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab salah”. 61 Ada dua macam tes objektif, yaitu: 1) Free response items Penyusunan tes objektif, jawaban bebas secara umum sama dengan seluruh objektif, yakni munculnya keseragaman dan kepastian tentang jawaban yang sesuai pertanyaan. 2) Fixed response items Merupakan bentuk tes objektif karena butirbutir soal yang diberikan kepada peserta didik disertai dengan alternatif jawaban sehingga peserta didik dapat memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Yang termasuk dalam bentuk tes ini adalah benarsalah, pilihan ganda, menjodohkan, dan latihan penyusunan. 62 (2)Tes lisan ialah “tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan perintah yang diberikan”. 63 (b) Non tes Dalam menilai hasil belajar, ada yang bisa diukur dengan menggunakan tes dan ada pula yang tidak bisa dengan tes. Hal-hal yang termasuk non tes seperti: (1) Unjuk kerja (performance) Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. 61
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 81. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 81. 63 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 84. 62
32
(2) Produk Penilaian hasil kerja meliputi pula penilaian terhadap kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni. Penilaian produk ini tidak hanya melihat hasil akhirnya saja tetapi juga proses pembuatannya.
(3) Wawancara Wawancara adalah “komunikasi langsung antara yang mewawancarai dengan yang diwawancarai”. 64 (4) Skala sikap Skala
sikap
merupakan
“kumpulan
pertanyaan mengenai suatu objek”.
pertanyaan-
65
(5) Check list “Suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati disebut dengan check list (daftar cek)”. 66 (6) Portofolio Portofolio adalah “kumpulan pekerjaan seseorang dalam bidang pendidikan berarti kumpulan dan tugas-tugas siswa. Pada dasarnya menilai karya-karya individu untuk suatu mata pelajaran tertentu”. 67 (7) Angket Angket adalah “suatu instrumen yang berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden dengan maksud agar responden memberikan jawaban, informasi dan keterangan sebagaimana yang dikehendaki oleh pembuat angket”. 68 64
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 86. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 86. 66 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 86. 67 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, …, h. 159. 68 Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, …, h. 152. 65
33
Dari berbagai macam evaluai di atas, evaluasi/penilaian tertulis seperti jawaban benar-salah, isian singkat dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Alat pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Sedangkan alat evaluasi/penilaian tertulis dalam bentuk esai digunakan untuk menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Untuk melakukan evaluasi/penilaian itu semua, maka dapat dilihat dari segi waktu pelaksanaannya, tes digolongkan menjadi beberapa jenis penilaian, yaitu: (1) Penilaian formatif Formatif adalah “jenis penilaian yang dilaksanakan setelah selesai pokok bahasan tertentu, yaitu untuk mengetahui seberapa jauh pokok bahasan yang baru saja diberikan telah diserap oleh siswa”. 69 (2) Penilaian sub-sumatif Sub-sumatif ini meliputi “sejumlah pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa agar meningkatkan hasil prestasi belajar siswa”. 70 (3) Penilaian sumatif Penilaian sumatif adalah “tes yang dilaksankan pada akhir periode tertentu, untuk mengetahui daya serap siswa terhadap keseluruhan pokok bahasan yang dipaketkan untuk satu periode tertentu”. 71 69
Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, …, h. 140-141. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 114. 71 Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, …, h.141. 70
34
Perlu
diingat
bahwa
penilaian
dilakukan
untuk
memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa yang dapat digunakan sebagai diagnosis dan untuk menetapkan tindak lanjut yang perlu dilakukan guru dalam rangka meningkatkan pencapaian kompotensi siswa.
2. Hakikat Pemahaman Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang a. Pengertian Pemahaman Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu “ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik”. 72 Dari ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. “Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi”. 73 Dalam domain kognitif (Bloom) “pemahaman merupakan tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan”.74 Ngalim Purwanto menjelaskan “Pemahaman (comprehention) adalah tingkat kemampuan yang menuntut siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya”. 75 Dalam hal ini siswa tidak hanya menghafal secara verbalitis, tetapi mengerti atau paham terhadap konsep atau fakta yang ditanyakan. Sedangkan Sardiman menjelaskan bahwa: 72
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet.XIV, h. 24. 73 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, …, h. 24. 74 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, …, h. 24. 75 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986), edisi ke-2, h. 45-46.
35
Pemahaman atau comprehension merupakan salah satu unsur psikologis dalam belajar. Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasinya serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap maksudnya, adalah tujuan akhir dari setiap belajar. Comprehension atau pemahaman, memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar proporsinya. Tanpa itu, skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna. 76 Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan memaknai suatu materi atau informasi yang dipelajari lebih dari sekedar mengingat, tetapi mampu menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Adapun jenis-jenis pemahaman, di mana dalam Nana Sudjana pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: 1. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, yaitu mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. 2. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. 3. Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman akstrapolasi. 77 b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Siswa Pemahaman sebagai bagian dari tipe hasil belajar yang merupakan objek penilaian guru karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: a. Faktor Intern; faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yaitu: 1) Faktor jasmaniah; faktor kesehatan, dan cacat tubuh. 76 77
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, …, h. 42. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, …, h. 24.
36
2) Faktor psikologis; intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 3) Faktor kelelahan. b. Faktor Ekstern; faktor yang ada di luar individu. 1) Faktor keluarga; cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. 2) Faktor sekolah; kurikulum, kemampuan guru dalam merancang proses pelaksanaan pembelajaran, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, tugas rumah. 3) Faktor masyarakat; keadaan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. 78 Selain
faktor
intern
dan
ekstern
di
atas,
Muhibbin
menambahkan satu poin faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu “Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materimateri pelajaran”. 79 Sedangkan Abu Ahmadi menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut: a. Yang tergolong faktor internal: 1. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. 2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas: a) Faktor intelektif: - Faktor potensial: kecerdasan dan bakat - Faktor kecakapan nyata: prestasi yang telah dimiliki b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. 3. Faktor kematangan fisik dan psikis. 78
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. V, h. 54-72. 79 Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan…., h. 129
37
b. Yang tergolong faktor eksternal: 1. Faktor sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok. 2. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. 3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. 4. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan. 80 Kemudian Abu Ahmadi juga menggolongkan faktor yang mempengaruhi hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu: a. Faktor stimulus belajar; panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal. b. Faktor-faktor metode; kegiatan berlatih atau praktek, overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas indra, bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi intensif, c. Faktor-faktor individual; kematangan, faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, dan motivasi. 81 Dari sekian banyak faktor di atas, maka untuk mencapai hasil belajar siswa pada tingkat pemahaman, salah satunya dapat dipengaruhi oleh faktor guru. Di mana guru harus mampu dalam merancang pelaksanaan pembelajaran, yaitu menyusun perencanaan, proses pelaksanaan pembelajaran, menentukan metode, strategi, media dan alat evaluasi. Untuk itu guru harus melakukan upaya-upaya dalam proses
pembelajaran,
bagaimana
menentukan
perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa agar mencapai tingkat pemahaman yang optimal dalam memahami suatu materi yang diajarkan.
80
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. II, h. 138. 81 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, …, h. 139-146.
38
c.
Pengertian Siklus Akuntansi Siklus merupakan “proses berjalan terus-menerus dan berulang kembali sehingga merupakan suatu arus berputar”. 82 Dari segi istilah, “kata akuntansi berasal dari kata bahasa Inggris to
account
yang
mempertanggungjawabkan”.
berarti 83
memperhitungkan
atau
Kata akuntansi sebenarnya diserap dari
kata accountancy yang berarti hal-hal yang bersangkutan dengan accountant (akuntan) atau bersangkutan dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam menjalankan profesinya. Sebagai bidang pengetahuan, istilah yang umum digunakan adalah accounting yang mempunyai pengertian lebih luas dari pada accountancy (yang lebih berkaitan dengan profesi atau implementasi pengetahuan akuntansi). Definisi akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu “definisi dari sudut pandang pemakai jasa akuntansi dan dari proses kegiatannya”. 84 Ditinjau dari sudut pandang pemakainya akuntansi dapat didefinisikan sebagai “disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan
untuk
melaksanakan
kegiatan
secara
efisien
dan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi”. 85 Sedangkan apabila ditinjau dari sudut kegiatannya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai “proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi”. 86 Siklus akuntansi (accounting cycle) adalah “tahap-tahap kegiatan mulai dari terjadinya transaksi sampai dengan penyusunan
82
Soemarso S.R. Akuntansi Suatu Pengantar, (Jakarta: Salemba Empat, 2004), edisi ke-5 revisi, h.90. 83 Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 53. 84 Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, …, h. 53. 85 Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, …, h. 53. 86 Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, …, h. 53-54.
39
laporan keuangan sehingga siap untuk pencatatan transaksi periode berikutnya”. 87 Siklus akuntansi terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Tahap Pencatatan 1) Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi 2) Pencatatan dalam jurnal ( buku harian) 3) Pemindah-bukuan (posting) ke buku besar b) Tahap Pengikhtisaran 1) Pembuatan neraca saldo (Trial Balance) 2) Pembuatan jurnal penyesuaian (adjusting entries) 3) Penyusunan kertas kerja (work sheet) atau neraca lajur 4) Penyusunan laporan keuangan 5) Pembuatan jurnal penutup (closing entries) 6) Pembutan neraca saldo penutup (post closing trial balance) 7) Pembuatan jurnal balik (reversing entries) 88 Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa siklus akuntansi adalah tahap-tahap kegiatan akuntansi dalam satu periode, yang terdiri dari tahap pencataan mulai dari pembuatan bukti transaksi, pencatatan dalam jurnal, pemindah-bukuan (posting) ke buku besar sampai pada tahap pengikhtisaran yaitu pembuatan neraca saldo, pembuatan neraca lajur dan jurnal penyesuaian, penyusunan laporan keuangan dan penutupan pembukuan secara keseluruhan, serta persiapan untuk pencatatan transaksi periode selanjutnya.
1) Pembuatan atau Penerimaan Bukti Transaksi Transaksi adalah “suatu pertemuan antara dua pihak (penjual dan pembeli) yang saling menguntungkan, yang berdasarkan data/bukti/dokumen pendukung lalu dimasukan ke jurnal setelah melalui pencatatan”. 89 Dalam istilah akuntansi, transaksi dapat dikatakan sebagai suatu kejadian yang dapat mempengaruhi posisi
87
Soemarso S.R. Akuntansi Suatu Pengantar, …, h. 90 Soemarso S.R. Akuntansi Suatu Pengantar, …, h. 90. 89 Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan…, h.58. 88
40
keuangan dari suatu badan usaha dan sebagai hal yang wajar untuk dicatat. Bukti transaksi adalah “dokumen sumber atau instrument yang menandai bahwa transaksi yang sah telah terjadi”. 90 Jenisjenis bukti transaksi yang biasanya digunakan adalah kwitansi, nota penjualan, daftar gaji, faktur, dan sebagainya. Kegunaan
bukti
transaksi
adalah
untuk
memastikan
keabsahan transaksi yang dicatat. Disamping itu, bukti transaksi dapat digunakan sebagai rujukan, apabila terjadi masalah di kemudian hari. Bukti transaksi dapat berasal dari (dibuat oleh) perusahaan sendiri atau diperolah dari pihak luar. Bukti transaksi dari pihak luar lebih kuat dibandingkan dengan yang dibuat oleh perusahaan sendiri. Bukti-bukti yang dibuat dan disediakan oleh perusahaan sendiri disebut bukti intern dan bukti-bukti yang dibuat dari pihak luar disebut bukti ekstern.
2) Pencatatan dalam Jurnal (Buku Harian) Jurnal
merupakan
“catatan
berupa
pendebitan
dan
pengkreditan dari transaksi-transaksi secara kronologis beserta penjelasan-penjelasan yang diperlukan dari transaksi-transaksi tersebut”. 91 Selanjutnya Bastian menjelaskan bahwa “jurnal adalah untuk mencatat transaksi yang dilakukan institusi secara kronologis atau berdasarkan urut waktu yang terjadinya, dengan menunjukkan akun yang harus didebet atau dikredit beserta jumlah nilai uangnya masing-masing”. 92
Bentuk Jurnal
90
Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan…, h.58 Al Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi, (Yogyakarta: Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2001), Cet. I, h. 66. 92 Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan…, h.58 91
41
Bentuk jurnal yang digunakan suatu perusahaan akan tergantung pada besarnya perusahaan dan sifat operasinya. Bentuk jurnal yang paling sederhana hanya mempunya dua kolom (jurnal umum) dan dapat digunakan untuk mencatat semua transaksi secara kronologis. Contoh jurnal adalah sebaga berikut: Tabel 2.2 Contoh Jurnal Umum (A) Hal: 1 Tanggal
Nomor bukti
Keterangan
Ref (H)
Debit
Kredit
(B) 200A (C) Jan 2 (D)
001 (I)
Kas (E) Modal Ali (F)
(E) 4.000 (F) 4.000
Setoran modal awal (G)
Proses pencatatan transaksi ke dalam jurnal disebut penjurnalan (journalizing). Prosedur yang diterapkan untuk jurnal umum adalah sebagai berikut: (A) Setiap halaman jurnal diberi nomor urut untuk referensi (B) Tahun dicantumkan sekali saja pada baris paling atas dari kolom “tanggal” disetiap halaman jurnal, kecuali apabila dalam halaman tersebut tahunnya berubah. (C) Bulan dicantumkan sekali saja pada baris pertama sesudah tahun kolom “tanggal” disetiap halaman kecuali dalam halaman tersebut bulannya berubah. (D) Tanggal dicantumkan sekali saja pada kolom “tanggal” untuk setiap hari, tanpa memandang jumlah transaksi yang ada pada hari itu. Tanggal yang dicatat adalah tanggal terjadinya transaksi, bukan tanggal dicatatnya transaksi dalam jurnal. (E) Nama akun yang didebit dicantumkan pada tepi paling kiri dalam kolom “keterangan”. Nilai uangnya dalam kolom “debit”. (F) Nama akun yang dikredit dicantumkan dibawah agak ke kanan dari akun yang didebit. Nilai uangnya dicatat dalam kolom “kredit”. (G) Penjelasan singkat dapat dicatat dibawah agak ke kanan dari setiap ayat jurnal. Kadang-kadang penjelasan ini ditiadakan. Yaitu apabila sifat transaksi sudah jelas, atau apabila penjelasan terlampau panjang untuk sebuah transaksi yang kompleks, atau apabila dapat
42
digantikan dengan referensi pada dokumen yang mendukungnya. (H) Kolom referensi digunakan untuk mencatat nomor kode akun yang bersangkutan di buku besar. Kolom ini diisi pada waktu pemindahbukuan (posting) ke buku besar. (I) Nomor bukti transaksi yang dijadikan dasar pencatatan dalam jurnal dicatat dalam kolom “nomor bukti” 93
3) Pemindah-bukuan (Posting) ke Buku Besar Proses memindahkan catatan yang telah dilakukan di dalam jurnal ke buku besar disebut posting, yaitu memindahkan jumlah dalam kolom debit jurnal ke dalam sisi debit referensi dan memindahkan jumlah dalam kolom kredit jurnal ke dalam sisi kredit referensi. 94 Pemindahbukuan ayat jurnal debit atau kredit ke masing-masing akun yang dipengaruhinya di buku besar dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Tabel 2.3 Pemindah-bukuan ke dalam Buku Besar C
Jurnal Umum Nomor bukti
Tanggal
Keterangan
Ref (H)
Hal : 1
Debit
Kredit
200A Jan 2
001
Kas
11
4.000
Modal Ali
4.000
Setoran modal awal
D
C
B
E A
Nama Akun: Kas Tanggal
Keterangan
Nomor Akun: 11 Ref
Debit
Kredit
200A Jan 2
Saldo awal
93 94
Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar, …, h. 95 Al Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi…, h. 69-70.
Saldo Debit
Kredit
43
Setoran modal (E)
JU 1
4.000
4.000
(A) Pindahkan tanggal yang terdapat dalam jurnal umum (2 Januari 200A) ke dalam kolom “tanggal” di akun yang bersangkutan (dalam hal ini diambil akun yang akan di debit, yaitu: kas). (B) Pindahkan jumlah yang didebit dalam jurnal umum (Rp.4.000) ke dalam kolom “debit” di akun kas. Setelah pemindahan ini hitung saldo akun yang bersangkutan dan tuliskan hasilnya dalam kolom “saldo”. (C) Catat kode dan nomor halaman jurnal ke dalam kolom “Ref” di akun kas. Kode untuk jurnal umum adalah JU sedang halamannya adalah 1. (D) Catat nomor kode akun (dalam hal ini kode akun kas, yaitu 11) ke dalam kolom “Ref” di jurnal umum. (E) Penjelasan singkat dalam kolom “Keterangan” di jurnal umum dapat dipindahkan ke kolom yang sama di akun. 95 4) Pembuatan Neraca Saldo (Trial Balance) Neraca saldo (trial balance) kadang-kadang disebut juga neraca sisa atau neraca percobaan: daftar saldo akun-akun yang ada dalam buku besar perusahaan pada suatu saat tertentu. 96 Neraca saldo merupakan titik awal yang baik untuk penyusunan laporan keuangan. Banyak dari jumlah yang dicantumkan di dalamnya dapat langsung disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal.
5) Jurnal Penyesuaian dan Neraca Saldo Disesuaikan (a) Jurnal Penyesuaian (Adjusting Journal Entries) Ayat jurnal penyesuaian (adjusting journal entries) yang dibuat untuk akun-akun tertentu, pada hakekatnya adalah “untuk
mengoreksi
akun-akun
tersebut
sehingga
mencerminkan keadaan aktiva, kewajiban, beban, pendapatan, dan modal yang sebenarnya”. 97 Ada dua macam keadaan di mana jurnal penyesuaian (adjustement) perlu dibuat. “Pertama, keadaan di mana suatu 95
Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar,…, h. 96-97. Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar,…, h. 110. 97 Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar, …, h. 125. 96
44
transaksi telah terjadi, tetapi belum dicatat dalam akun. Kedua, menyangkut keadaan di mana suatu transaksi telah dicatat dalam suatu akun, tetapi saldonya perlu dikoreksi untuk mencerminkan keadaan sebenarnya”. 98 Saldo-saldo di dalam neraca saldo biasanya memerlukan penyesuaian untuk mengakui hal-hal sebagai berikut: (1)Penghasilan yang masih harus diterima (Piutang penghasilan): yaitu penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan tetapi belum dicatat. (2)Biaya yang masih harus dibayar (Hutang biaya): yaitu biaya-biaya yang sudah menjadi kewajiban perusahaan tetapi belum dicatat. (3)Penerimaan di muka (Hutang penghasilan): yaitu penghasilan yang sudah diterima, tetapi sebenarnya merupakan penghasilan untuk periode yang akan datang. (4)Pembayaran di muka (Persekot biaya, piutang biaya): yaitu biaya-biaya yang sudah dibayar tetapi sebenarnya harus dibebankan pada periode yang akan datang. (5)Kerugian piutang: yaitu taksiran kerugian yang timbul karena adanya piutang yang tidak bisa ditagih (6)Penyusutan (Depresiasi): yaitu penyusutan dari aktiva tetap yang harus dibebankan pada suatu periode akuntansi. (7)Persediaan barang dagangan : persediaan barang dagangan pada awal tahun merupakan bagian dari barang yang tersedia untuk dijual, merupakan salah satu unsur dari harga pokok penjualan, akan tetapi jumlah tersebut belum dimasukan sebagai beban untuk tahun itu, artinya masih merupakan aktiva. Oleh karena itu diperlukan penyesuaian untuk memasukan jumlah tersebut ke dalam beban (Harga pokok penjualan). Sebaliknya persediaan barang dagangan akhir tahun yang menjadi unsur pengurang harga pokok penjualan perlu dikeluarkan dari beban untuk tahun itu. Oleh karena itu diperlukan penyesuaian untuk mengeluarkan persediaan barang dagang akhir dari harga pokok penjualan. (8)Pembelian barang dagangan: pembelian barang dagangan merupakan unsur penambah harga pokok 98
Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar, …, h. 125.
45
penjualan. Oleh karena itu diperlukan penyesuaian untuk menambah pembelian pada beban pada tahun itu. Sebaliknya retur dan pengurangan pembelian, dan potongan pembelian yang menjadi unsur pengurang harga pokok penjualan, perlu dikeluarkan dari unsure beban dari tahun itu dengan jurnal penyesuaian. 99 (b) Neraca Saldo Disesuaikan Setiap saldo akun yang ada di kolom neraca saldo ditambah atau dikurangi dengan jurnal penyesuaian yang ada sehingga akan diperoleh saldo yang telah disesuaikan dalam kolom neraca saldo disesuaikan. 6) Neraca Lajur / Kertas Kerja (Work-sheet) Neraca lajur /kertas kerja (work-sheet) adalah “kertas berkolom yang digunakan sebagai kertas kerja dalam penyusunan laporan keuangan”. 100 Adapun manfaat menggunakan neraca lajur, yaitu dapat mengurangi kesalahan terlupakannya salah satu ayat jurnal penyesuaian yang harus dilakukan, selain itu dapat digunakan untuk memriksa ketepatan perhitungan yang dilakukan, dan memungkinkan penyusunan secara logis. Neraca lajur terdiri atas lima pasang kolom di mana tiap-tiap pasang kolom terdiri atas kolom debit dan kolom kredit. Prosedurprosedur yang harus dilakukan untuk menyusun neraca lajur terdiri atas lima langkah sebagai berikut: (1) Masukan saldo-saldo rekening buku besar ke dalam kolomkolom neraca saldo (2) Masukan penyesuaian ke dalam kolom-kolom “penyesuaian” (3) Mengisi kolom-kolom neraca saldo setelah disesuaikan (4) Memindahkan jumlah-jumlah di dalam kolom-kolom neraca saldo setelah disesuaikan ke dalam kolom-kolom rugi dan laba atau kolom-kolom neraca. 99
F. Winarni dan G. Sugiyarso, Konsep Dasar dan Siklus Akuntansi, (Yoyakarta: Media Pressindo, 2006), Cet. III, h. 26-27. 100 Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar, …, h. 127
46
(5) Menjumlahkan kolom-kolom rugi-laba dan kolom-kolom neraca. Memasukan angka “laba bersih” atau “rugi bersih” sebagai angka pengimbang ke dalam kedua pasang kolom di atas dan sekali lagi menjumlahkan kolom-kolom tersebut. Tabel 2.4 Bentuk Neraca lajur/ Kertas Kerja No Akun
Nama Akun
Neraca Saldo Debit
Jurnal Penyesuaian
Kredit
Debit
Kredit
Neraca saldo Disesuaikan Debit
Laporan Laba/Rugi
Kredit
Debit
Kredit
Neraca Debit
Kredit
7) Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah “informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari suatu kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihakpihak yang membutuhkannya”. 101 Laporan keuangan merupakan “seperangkat laporan keuangan formal (full set) yang terdiri dari: Neraca, Laporan laba rugi, dan Laporan perubahan modal”. 102 (a) Neraca (Balance Sheet/The Statement Of Financial Pasition) Haryanto Yusup menjelaskan bahwa ”neraca adalah suatu
daftar
menggambarkan
aktiva
(harta
kekayaan),
kewajiban dan modal yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada saat tertentu”. 103 Sedangkan menurut Bastian bahwa neraca merupakan “laporan yang memberikan gambaran utuh dari suatu entitas pada suatu titik waktu, sehingga neraca sering disebut sebagai potret posisi keuangan suatu entitas”. 104 101
Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar, …, h. 130. Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar, …, h. 130. 103 Al. Haryanto Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi, …, h. 21. 104 Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan…, h. 63. 102
47
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan neraca merupakan daftar yang sistematis dari aktiva, utang dan modal pada tanggal tertentu, yang biasanya dibuat pada akhir tahun. Disebut sebagai daftar yang sistematis, karena neraca disusun berdasarkan urutan tertentu. Dalam neraca dapat diketahui berapa jumlah kekayaan perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban serta kemampuan perusahaan memperolah tambahan pinjaman dari pihak luar.
Berikut ini adalah akun-akun dalam neraca: (1)Aset/ aktiva Aktiva merupakan sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan memperoleh perusahaan. (2)Hutang (Lialibilities) Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan terhadap orang atau perusahaan lain yang belum dipenuhi, yang timbul karena transaksi pembelian secara kredit, baik pembelian barang-barang ataupun jasa, tagihan pajak dari pemerintah,
kewajiban
bayar
bunga
yang
belum
dilaksanakan dan sebagainya. (3)Modal Sendiri (Owner’s Equity) Modal sendiri adalah kekayaan bersih dari pemilik / para pemilik yang besarnya dapat diukur dengan cara mencari selisih antara jumlah aktiva dengan jumlah hutang-hutang perusahaan.
48
(b) Laporan Laba Rugi (Income Statement Of Changes Financial position) Laporan laba rugi adalah “laporan yang menggambarkan kinerja keuangan etitas (dalam satu periode akuntansi)”.105 Laporan
laba
rugi
kegagalan
operasi
tujuannya.
Hasil
menggambarkan perusahaan operasi
dalam
perusahaan
keberhasilan upaya diukur
atau
mencapai dengan
membandingkan antara pendapatan perusahaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperolah pendapatan tersebut. Apabila pendapatan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, maka dikatakan perusahaan memperoleh laba, dan apabila terjadi sebaliknya (pendapatan lebih kecil dari biaya) maka perusahaan menderita rugi. Penyusunan laporan laba rugi dipergunakan untuk memudahkan dalam penganalisaan laporan keuangan, oleh karena itu laporan ini laba/rugi harus disajikan secara lengkap dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 2.5 Laporan Laba/Rugi Disajikan Secara Lengkap Penjualan Retur penjualan dan pengurangan harga Potongan penjualan
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Penjualan bersih Persediaan barang dagang awal Pembelian Beban angkut pembelian Retur pembelian dan pengurangan harga Potongan pembelian
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Pembelian bersih Barang tersedia untuk dijual Persediaan barang akhir Harga pokok penjualan
105
Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan…, h. 65.
xxxx xxxx xxxx xxxx
49
Laba kotor
xxxx
Beban operasi: Beban penjualan Beban angkut penjualan Beban iklan Beban sewa toko Beban perlengkapan toko Beban penyusutan peralatan toko Beban komisi penjualan Beban penjualan serba-serbi
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Beban umum: Beban gaji bagian kantor Beban asuransi Beban perlengkapan kantor Beban sewa kantor Beban penyusutan peralatan kantor Beban umum dan serba-serbi
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Laba dari usaha Hal-hal di luar usaha Pendapatan di luar usaha: Pendapatan komisi Pendapatan bunga Pendapatan penjualan aktiva tetap
xxxx xxxx xxxx xxxx
Beban di luar usaha: Beban bunga Beban kerugian penjualan tetap Laba sebelum pajak Pajak penghasilan Laba bersih sesudah pajak
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
(c) Laporan Modal Sendiri Laporan modal sendiri merupakan suatu ringkasan yang menunjukkan perubahan terhadap modal sendiri selama periode akuntansi. Laporan modal sendiri menunjukkan perbedaan besarnya modal sendiri pada awal dan akhir tahun/ periode. Ketentuan dalam laporan modal sendiri adalah sebagai berikut: (1)Modal sendiri bertambah bila:
50
a) Adanya tambahan investasi dari pemilik b) Adanya laba bersih (2)Modal sendiri berkurang bila: a) Terjadi pengambilan uang atau harta lain untuk keperluan pribadi b) Terjadi rugi bersih c) Pengambilan sebagian modal perusahaan (d) Laporan Arus Kas Laporan
arus
kas
merupakan
“laporan
yang
menggambarkan posisi kas dalam satu periode akuntansi”. 106 Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian, yaitu: aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan. 8) Pembuatan Jurnal Penutup (Closing Entries) Ayat jurnal penutup pada hakekatnya adalah ayat jurnal untuk me-nol-kan saldo akun-akun sementara apabila akan dimulai pencatatan data akuntansi periode berikutnya. Untuk membuat ayat jurnal penutup diperlukan satu akun tambahan yang dapat digunakan untuk mengikhtisatkan data yng terdapat dalam akun-akun pendapatan dan beban. Akun tambahan ini disebut Ikhtisar Laba Rugi (Income Summary). Ada empat tahap yang diperlukan untuk melakukan jurnal penutup, adalah sebagai berikut: a.
Penutupan akun pendapatan
b.
Penutupan akun beban
c.
Penetupan akun Ikhtisar laba rugi
d.
Penutupan akun prive
9) Neraca Saldo Penutup (post closing trial balance)
106
Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan…, h. 66.
51
Setelah pembuatan jurnal penutup, tehap selanjutnya dalam siklus akuntansi adalah penyusunan neraca saldo penutup (post closing trial balance). Tujuan dibuatnya neraca saldo penutup adalah memastikan bahwa buku besar telahseimbang sebelum memulai
pencatatan data akuntansi periode berikutnya. Neraca
saldo penutup hanya akan terdiri dari akun neraca saja. Akun-akun sementara (pendapatan, beban, dan prive) telah ditutup dan bersaldo nol. 10) Jurnal Pembalik (reversing entries) Jurnal pembalik (reversing antries) adalah “jurnal yang dibuat pada awal suatu periode akuntansi untuk membalik jurnal penyesuaian tertentu yang dibuat periode sebelumnya”. 107 Jurnal ini sebetulnya bukan merupakan suatu keharusan. Jurnal dibuat agar pencatatan dalam periode berikutnya dapat dilakukan dengan lebih mudah. Hal ini tidak lepas dari pengaruh sistem akuntansi yang diterapkan dan sifat manusia yang menghendaki kepraktisan. Pada dasarnya ada empat macam jurnal penyesuaian yang memerlukan jurnal pembalik, yaitu: (a) Beban masih harus dibayar (accrued expenses) (b) Beban dibayar dimuka (prepaid expenses) apabila beban tersebut mula-mula dicatat pada akun beban. (c) Pendapatan masih harus diterima (accrued revenues) (d) Pendapatan diterima dimuka (unearned revenues) apabila pendapatan tersebut mula-mula dicatat pada akun pendapatan (bukan akun utang) 108 d. Gambaran Umum Perusahaan Dagang 1) Jenis-jenis Perusahaan Apabila didasarkan pada kegiatan utama yang dijalankan, secara garis besar jenis perusahaan dapat digolongkan menjadi: 107 108
Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar…, .h. 261. Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar…, .h. 253.
52
Tabel 2.6 Jenis-jenis Perusahaan Jenis Perusahaan Jasa Dagang
Output yang Dihasilkan Jasa/fasilitas Produk/barang
Manufaktur Produk/barang
Aktivitas yang Dilakukan Menjual jasa atau layanan Membeli barang jadi dan menjualnya kembali tanpa melakukan pengolahan lagi. Mengolah bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang jadi tersebut.
Namun dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada perusahaan dagang.
2) Kegiatan/Aktivitas Perusahaan Dagang Fungsi utama perusahaan dagang adalah “menjembatani antara produsen yang menghasilkan suatu produk tertentu dengan konsumen yang membutuhkan produk tersebut”. 109 Melihat fungsi perusahaan dagang tersebut di atas, maka secara garis besar, siklus kegiatan perusahaan dagang meliputi kegiatan-kegiatan: “(a) Pembelian, (b) Pengeluaran uang, (c) Penjualan, (d) Penerimaan uang”. 110
3) Akun-Akun Perusahaan Dagang Berbeda dengan perusahaan jasa yang menjual produkproduk yang bersifat nonfisik, perusahaan dagang membeli dan menjual produk yang memiliki bentuk fisik. Karena itu terdapat beberapa aktivitas dan beberapa akun di dalam perusahaan dagang yang tidak dimiliki perusahaan jasa. Akun-akun tersebut antara lain: 109
Rudianto, Pengantar Akuntansi Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 104. 110 Rudianto, Pengantar Akuntansi Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan, …, h. 104.
53
(a) Akun Pembelian adalah akun yang hanya digunakan untuk menampung aktivitas pembelian barang dagangan perusahaan. (b) Akun Penjualan adalah akun yang hanya digunakan untuk menampung penjualan barang dagangan perusahaan. (c) Akun Persediaan adalah untuk menunjukkan jumlah barang dagangan yang dimiliki perusahaan pada awal atau akhir periode akuntansi tertentu. (d) Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah digunakan untuk menampung harga pokok/harga beli barang yang dijual di dalam satu periode akuntansi. (e) Akun Potongan Penjualan/Potongan Tunai digunkan untuk menampung jumlah diskon atau pengurangan yang diberikan oleh pihak penjual kepada pelanggannya, karena telah membayar secara tunai atau dalam waktu yang telah ditentukan. (f) Akun Retur Penjualan digunakan untuk menampung sejumlah barang yang telah dijual tetapi dikembalikan oleh pihak pembeli karena ada ketidaksesuaian pesanan. (g) Akun Potongan Pembelian digunakan untuk menapung sejumlah diskon yang telah diberikan oleh pihak produsen/supplier kepada pihak pembeli karena telah membayar secara tunai atau dalam waktu yang telah ditetapkan. (h) Beban pemasaran digunakan untuk keseluruhan menampung beban yang dikeluarkan perusahaan untuk menjual dan mendistribusikan barang dagangannya hingga sampai ke tangan konsumen. (i) Beban administrasi dan Umum digunakan untuk menampung keseluruhan beban operasi kantor guna perencanaan dan pengendalian secara umum. 111
4) Ketentuan Jual Beli dalam Perusahaan Dagang (1) Syarat Jual Beli Perbedaan utama dalam syarat jual beli biasanya berhubungan
dengan
siapa
yang
menanggung
biaya
pengiriman dan biaya-biaya lain yang berhubungan. Beberapa 111
…, h. 105.
Rudianto, Pengantar Akuntansi Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan,
54
syarat jual beli yang biasa terdapat dalam dunia usaha diuraikan berikut: (a) Loko Gudang: pada syarat jual beli ini pembeli menanggung biaya pengiriman barang dari gudang penjual ke gudang sendiri. (b)Franco Gudang : pada syarat ini, penjual menanggung biaya pengiriman sampai ke gudang pembeli. (c) Free on Board: pembeli di luar negeri menanggung biaya pengiriman dari pelabuhan muat penjual sampai dengan pelabuhan bongkar yang digunakan oleh pembeli. (d)Cost, Frieght, and Insurance (CIF): penjual harus menanggung biaya pengiriman (pengangkutan) dan asuransi kerugian atas barang tersebut. 112 (2) Potongan Harga Di samping syarat-syarat tersebut di atas, ketentuan dalam jual beli mungkin juga berhubungan dengan masalah potongan (discount). Ada dua macam potongan harga, yaitu: (a) Potongan Tunai (cash discount) adalah potongan harga yang diberikan apabila pembayaran dilakukan lebih cepat dari jangka waktu kredit. Dari sudut penjual, potongan ini disebut potongnan penjualan (sales discount), sedangkan dari sudut pembeli disebut potongan pembelilan (purchases discount). (b)Potongan Perdagangan (Trade discount) adalah potongan yang diberikan karena perbedaan cara penjualan atau perbedaan langanan yang dilayani. (3) Ketentuan tentang pembayaran kredit Ketentuan yang juga berlaku di penjualan kredit adalah tentang rentang/tenggang waktu pembayaran utang dagang dan juga intensif potongan utang dagang yang ditawarkan agar pembeli membayar lebih cepat 112
Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar…, .h. 161-162.
55
(a) 2/10, n/30; ketentuan yang menyatakan bahwa potongan sebesar 2% diberikan bila pembayaran dilakukan dalam jangka waktu 10 hari setelah tanggal transaksi, sementara jangka waktu kredit yang diberikan adalah 30 hari. (b)EOM (end of month); ketentuan yang menyatakan bhwa pembeli harus melunasi utang dagang paling lambat pada tanggal di bulan terjadinya transaksi jual beli.
5) Buku Harian Khusus Sesuai dengan kegiatannya, untuk sebuah perusahaan dagang, buku harian khusus yang perlu disediakan adalah:
1.
Buku/Jurnal Penjualan (sales journal) Digunakan untuk mencatat penjualan barang dagang yang dilakukan secara kredit. Dalam jurnal harian ini terlibat akun piutang daganng dan penjualan. Sedangkan penjualan barang dagangan secara tunai dicatat sebagai debit pada akun kas dan kredit pada akun penjualan. Dan dalam praktik, biasanya penjualan secara tunai dicatat dalam buku penerimaan kas.
Tabel 2.7 Jurnal Penjualan No. Faktur (1) (2) Keterangan Kolom: Tanggal
Kolom
Akun yang Didebit (3)
Syarat pembayaran (4)
Ref (5)
Piutang Dagang (D) Penjualan (K) (6)
(1)untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi (2)untuk mencatat copy faktur (3)untuk mencatat nama debitor atau akun buku besar pembantu (4)untuk mencatat tanggal pembayaran yang disepakati (5)untuk memberi tanda bahwa jumlah tersebut sudah diposting ke buku besar pembantu (6)untuk mencatat jumlah penjualan dan piutang dagang
56
2.
Buku/Jurnal Penerimaan Kas (cash receipt journal) Buku harian ini digunakan untuk mencatat semua penerimaan uang, termasuk penjualan tunai dan penerimaan tagihan. Tabel 2.8 Jurnal Penerimaan Kas
Tanggal
Keterangan
Ref
Debit Pot. Kas Penjualan (4) (5)
Kredit Piutang dagang (6)
Penjualan
Ref (8)
Serba serbi Akun Jumlah (9) (10)
(1) (2) (3) (7) Keterangan: Kolom (1) untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi (2) untuk mencatat debitor yang melunasi (3) untuk mecatat tanda chek yang berarti telah dilakukan posting ke buku besar pembantu (4) untuk mencatat jumlah uang yang diterima (5) untuk mencatat potongan tunai yang diberikan (6) untuk mencatat jumlah piutang dagang yang dilunasi (7) untuk mencatat jumlah penjualan tunai (8) untuk mencatat nomor kode akun pada waktu posting ke buku besar untuk masing-masing akun kolom serba serbi (9) untuk mencatat nama akun yang tidak disediakan kolom tersendiri (selain kolom 4-7) (10)untuk mencatat jumlah uang untuk akun yang berada dalam kolom serbaserbi
3.
Buku/Jurnal Pembelian (purchases journal) Buku harian ini digunakan untuk mencatat pembelian barang secara kredit. Dalam buku harian ini akan terlibat akun pembelian dan utang dagang.
Tabel 2.9 Jurnal Pembelian Tanggal
Akun yang di debit
Debit Ref
Pembelian
Perlengkapan
Serba-Serbi Ref Akun Jumlah (6) (7) (8)
Kredit Utang Dagang (9)
(1) (2) (3) (4) (5) Keterangan kolom: Kolom (1) untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi (2) untuk mencatat nama kreditor atau akun buku besar pembantu yang harus didebit
57
(3) untuk member tanda bahwa jumlah itu sudah dicatat ke dalam buku besar pembantu (4) untuk mencatat jumlah pembelian barang dagangan (5) untuk mencatat jumlah pembelian perlengkapan (6) untuk mencatat nomor kode akun setelah diposting ke buku besar untuk masing-masing akun kolom serba-serbi (7) untuk mencatat akun yang tidak disediakan kolom tersendiri (8) untuk mencatat jumlah pembelian barang yang tidak tersedia kolom sendiri (9) untuk menatat jumlah utang yang timbul karena pembelian kredit
4.
Buku/Jurnal Pengeluaran Kas (cash disbursement journal) Buku harian ini digunakan untuk mencatat semua pengeluaran uang yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk pembellian barang dagang tunai dan pembayaran utang.
Tabel 2.10 Jurnal Pengeluaran Kas Tanggal (1)
Keterangan
Ref
(2) Keterangan kolom:
(3)
Kolom
Utang dagang (4)
Debit Pembelian Ref Serba-serbi Akun Jumlah (5) (6) (7) (8)
Kredit Pot. Kas Pembelian (9) (10)
(1) untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi (2) untuk mencatat nama kreditor yang harus didebit atau keterangan (3) untuk mencatat tanda posting ke buku besar pembantu (4) untuk mencatat jumlah utang dagang yang dibayar (5) untuk mencatat pembelian tunai (6) untuk mencatat nomor kode akun yang tidak disediakan lajur tersendiri atau kolom serba-serbi setelah diposting ke buku besar (7) untuk mencatat nama akun yang tidak disediakan kolom tersendiri (8) untuk mencatat jumlah dari akun kolom serba-serbi (9) untuk mencatat jumlah uang tunai yang dibayarkan (10) untuk mencatat jumlah potongan tunai yang diterima darikreditor
Disamping keempat buku harian khusus tersebut di atas, dalam perusahaan dagang juga diperlukan buku tambahan/buku pembantu (subsidiary ledger). Buku pembantu yang digunakan adalah: (a) Buku pembantu piutang (accounts receivable subsidiary ledger), fungsinya adalah mencatat rincian akun piutang menurut nama
58
langganan yang terdapat di buku besar. Jadi, akun piutang dagang merupakan akun induk bagi buku piutang. (b)Buku pembantu utang (accounts payable subsidiary ledger), fungsinya adalah mencatat rincian utang menurut nama kreditur. Akun pengendalinya adalah utang dagang.
6) Akuntansi di Perusahaan Dagang Perbedaan utama perusahaan dagang dari perusahaan jasa adalah terjadinya transaksi jual beli barang dagang. Oleh karenanya, akuntansi di perusahaan dagang berbeda dari di perusahaan jasa terutama dalam empat (4) hal: a) Penyediaan informasi keuangan tentang persediaan barang dagangan (PBD). b) Penyediaan informasi keuangan tentang harga perolehan dan harga pokok penjualan barang dagang. c) Penyediaan informasi keuangan tentang laba/margin bruto (gross profit/ margin). d) Penyediaan informasi tentang transaksi pembelian dan penjualan barang dagang.
7) Metode Pencatatan Di dalam pencatatan aktivitas perusahaan dagang, terdapat dua metode yang digunakan, yaitu: (a) Metode periodik adalah metode yang digunakan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan persediaan barang dagangan di dalam perusahaan dagang, di mana persediaan dicatat dan dihitung hanya pada awal dan akhir periode akuntansi saja untuk menentukan harga pokok penjualan. (b) Metode perpetual adalah metode yang digunakan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan persediaan barang dagangan di dalam perusahaan dagang, di mana
59
persediaan dicatat dan dihitung secara detail, baik pada waktu dibeli maupun dijual. 113 8) Harga Pokok Penjualan, Laba Bruto, dan Laba Bersih a) Harga Pokok Penjualan Yang dimaksud HPP adalah harga perolehan barang dagang yng telah terjual selama satu periode. Penghitungan HPP dapat digunakan rumus: HPP = barang tersedia untuk dijual (BTUD) – persediaan akhir
Barang tersedia untuk dijual (BTUD) terdiri atas variabel: BTUD = persediaan awal + pembelian + beban angkut pembelian – (retur pembelian dan pengurangan harga + potongan pembelian)
Atau dapat digambarkan sebagai berikut: Persediaan awal Pembelian Beban angkut pembelian Retur pembelian dan PH Potongan pembelian
Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx + Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx + Rp xxxx -
Pembelian bersih Barang tersedia untuk dijual Persediaan akhir Harga pokok penjualan
Rp xxxx + Rp xxxx Rp xxxx Rp xxxx
b) Laba Bruto dan Laba Bersih 1. Laba Bruto Salah satu informasi penting adalah tentang laba bruto (gross profit/margin). Laba bruto merupakan seisih antara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan (HPP). Laba bruto ini mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari transaksi BD. Biaya operasional 113
h. 106.
Rudianto, Pengantar Akuntansi Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan, ,
60
yang tidak terkait langsung dengan penjualan BD diperhitungkan secara terpisah.
Laba kotor = penjualan bersih – HPP
Sedangkan penjualan bersih dapat dicari dengan: Penjualan bersih = penjualan – (retur penjualan dan PH + potongan penjualan)
2. Laba Bersih Adalah hasil pengurangan laba kotor dengan beban yang harus ditanggung selama perusahaan beroperasi, yaitu beban penjualan dan beban administrasi dan umum.
B. Kerangka Berpikir UPAYA GURU
TUJUAN YANG DITENTUKAN (Meningkatkan Pemahaman Siswa)
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARAN • Pemetaan kompetensi, standar kompetensi dasar, indikator, dalam tema • Penetapan jaringan tema • Penyusunan silabus • Penyusunan RPP
KEGIATAN PENDAHULUAN a. Penciptaan kondisi awal b. Apersepsi c. Pre-test d. Motivasi
PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN INTI a. Menjelaskan topik dan tujuan b. Penjelasan materi c. Interaksi Tanya jawab
EVALUASI • Merumuskan tes standar yang akan digunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan • Menentukan jenis tes yang diperlukan untuk menilai masing-masing tujuan • Analisis hasil tes untuk mengetahui kemajuan belajar siswa
KEGIATAN PENUTUP a. Post-test b. Tindak lanjut c. Kesimpulan d. Menutup pelajaran
61
Dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran guru harus merumuskan tiga tahapan pelaksanaan pembelajaran, diantaranya tahapan perencanaan pembelajaran, tahapan proses pelaksanaan pembelajaran, dan tahapan evaluasi. Begitu pula dalam pembelajaran siklus akuntansi, guru harus melakukan beberapa upaya dalam pembelajaran, sehingga tujuan dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi dapat tercapai secara optimal. Dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi guru melakukan beberapa upaya guna mencapai tujuan tersebut, yaitu melalui proses pembelajaran siklus akuntansi. Upaya-upaya yang dilakukan guru dalam pembelajaran siklus akuntansi yaitu melalui tahapantahapan
pembelajaran,
diantaranya
pelaksanaan dan tahap evaluasi.
yaitu
tahap
perencanaan,
tahap
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian Dilihat dari tujuan penelitian, fokus penelitian ini adalah mengamati, dan melihat bagaimana upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi perusahaan dagang yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran akuntansi di kelas di lembaga SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. Dengan demikian penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Dalam penelitian ini, sasaran yang hendak dicapai adalah untuk mendeskripsikan, memahami dan memaknai sistem pengelolaan pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran akuntansi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. Oleh sebab itu, berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di depan, maka jenis penelitian yang dianggap tepat adalah penelitian kualitatif deskriptif analisis. Metode
penelitian
kualitatif
adalah
metode
penelitian
yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), melalui pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. 1 Dengan demikian, melalui pendekatan kualitatif maka diharapkan akan memperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna dari fakta yang relevan. Pendekatan kualitatif pada dasarnya berusaha untuk 1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. X, h.15.
61
62
mendeskripsikan permasalahan secara komprehensif, holistik, integratif, dan mendalam melalui kegiatan mengamati orang dalam lingkungannya dan berinteraksi dengan mereka tentang dunia sekitarnya. Penelitian ini pada hakikatnya adalah mengamati satu orang guru IPS Akuntansi dalam melakukan pelaksanaan pembelajaran, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang pelaksanaan pembelajaran, serta mengamati upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. Yang beralamat di Jl. Pendidikan No. 49 Ciputat Kode Pos 15411. Yang Terletak di pusat Kota Ciputat, berdekatan dengan Kantor Ciputat, Koramil, Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Ciputat, Mesjid Agung Ciputat, Stadion Mini Ciputat, Pasar dan Pusat Pembelanjaan Ciputat. Adapun batas-batasnya sebagai berikut : ¾ Sebelah Utara : dengan Komplek Perumahan Kompas ¾ Sebelah Selatan : dengan jalan Pendidikan ¾ Sebelah Barat : dengan rumah penduduk ¾ Sebelah Timur : dengan Gedung SMP PGRI 1 / SMA PGRI 56 C. 2 2. Waktu Penelitian Proses penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari pengajuan judul, pengajuan proposal, perencanaan dan persiapan instrumen, uji coba instrumen penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian. Dan rentang waktu yang dibutuhkan secara keseluruhan selama 8 (tujuh) bulan, mulai pada akhir bulan Maret sampai awal bulan November 2010.
2
Profil SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.
63
Tabel 3.1 Waktu Kegiatan Penelitian No
Jenis Kegiatan
Waktu
1
Acc Proposal Skripsi
30 Maret 2010
2
Acc pembimbing oleh kajur Pendidikan IPS
30 Maret 2010
3
Menyerahkan surat bimbingan ke jurusan
30 Maret 2010
4
Bimbingan dan Konsultasi I
31 Maret 2010
5
Revisi hasil bimbingan
6
Menyerahkan surat penelitian kepada sekolah SMA Negeri 1 Kota Tangsel
11 Mei 2010 25 Agustus 2010
7
Bimbingan dan Konsultasi II
27 Agustus 2010
8
Pembuatan instrumen penelitian
31 Agustus 2010
9
Observasi & wawancara awal
22 September 2010
10
Bimbingan dan konsultasi III
23 September 2010
11
Wawancara
30 September 2010
12
Bimbingan dan konsultasi IV
12 Oktober 2010
13
Observasi I
13 Oktober 2010
14
Mengolah data hasil observasi I
14 Oktober 2010
15
Bimbingan dan konsultasi
19 Oktober 2010
16
Observasi II
20 Oktober 2010
17
Penyebaran angket
20 Oktober 2010
18
Mengolah data hasil observasi II dan hasil angket
21 Oktober 2010
19
Bimbingan dan konsultasi
25 Oktober 2010
20
Observasi III
27 Oktober 2010
21
Analisis data, reduksi data, dan penyajian data
28 Oktober 2010
22
Bimbingan dan konsultasi
29 Oktober 2010
23
Revisi hasil bimbingan
30 Oktober 2010
24
Bimbingan dan konsultasi
8 November 2010
25
Konsultasi dan meminta tanda tangan pengesahan
11 November 2010
64
C. Populasi dan Sampel Penelitian Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan ”social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. 3 Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam ”apa yang terjadi” di dalamnya. Dalam penelitian ini, penulis mengamati situasi sosial atau objek penelitian tentang guru akuntansi (actors) dalam melakukan pelaksanaan pembelajaran akuntansi (activity) di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan (place). Sampel dalam penelitian ini penulis gunakan sebagai sumber data yang dianggap mengetahui tentang populasi/situasi sosial atau objek penelitian, dan untuk menentukan sampel tersebut penulis menggunakan teknik cluster sampling (area sampling). Yaitu siswa kelas XII IPS di SMA N 1 Kota Tangerang Selatan terdiri dari 4 (empat) kelas, namun yang digunakan untuk menjadi sampelnya hanya 1 (satu) kelas. Di mana kelas ini memiliki karakteristik yang relatif sama dengan ke tiga kelas yang lain atau dapat mewakili kelas-kelas yang lain. D. Tekhnik Pengumpulan Data Dalam upaya pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua pendekatan penelitian yaitu: 1. Penelitian Kepustakaan Bertujuan untuk menganalisa suatu pengertian yang bersifat teoritis dan untuk penulis menggunakan literatur yang mendukung pelaksanaan penelitian. 2. Penelitian Lapangan Dalam penelitian lapangan ini penulis berusaha menganalisa data yang ada di lapangan sehingga antara pengertian dan teori yang ada dapat dibuktikan relesansinya.
3
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, …, h.297-298.
65
Untuk memperoleh data dari lapangan penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Menurut Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh Sugiyono, bahwa ”Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”. 4 Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati proses pelaksanaan pembelajaran dalam mata pelajaran siklus akuntansi dan mengamati keadaaan sekolah, sarana dan prasarana, serta keadaan guru dan siswa di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. b. Pedoman Wawancara Susan
Stainback
(1988)
yang
dikutip
oleh
Sugiyono,
mengemukakan bahwa ”interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon”. 5 ”Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui halhal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi”. 6 Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari guru mata pelajaran akuntansi. c. Studi Dokumentasi Dokumen merupakan ”catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa
berbentuk
tulisan,
gambar,
atau
karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,…, h. 203. 5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,…,h. 318. 6 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,…, h. 319.
66
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif”. 7 d.
Kuesioner (Angket) Kuesioner merupakan ”tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. 8 Dalam penelitian ini pembagian angket ditujukkan kepada siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan yang menjadi sampel dalam penelitian.
E. Definisi Konseptual, Definisi Operasional dan Kisi-Kisi Instrumen 1. Definisi Konseptual Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Adapun kompetensi dasar guru adalah sebagai berikut: a. Menguasai bahan b. Mengelola program belajar mengajar c. Mengelola kelas d. Menggunakan variasi metode, serta media /sumber belajar e. Menguasai landasan-landasan pendidikan f. Mengelola interkasi belajar mengajar g. Menilai prestasi siswa/kepentingan pengajaran h. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan sekolah, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah i. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian kependidikan guna keperluan pengajaran. 7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,…, h.329 8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,…, h. 199
67
2. Definisi Operasional Dengan beberapa kompetensi profesional yang dimiliki seorang guru, tentu saja guru memiliki upaya yang maksimal agar tujuan pengajarannya dapat berhasil memberikan pamahaman terhadap pelajaran siklus akuntansi. Selain itu upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa
tentang
siklus
akuntansi
yaitu
dilakukan
melalui
proses
pembelajaran siklus akuntansi. Dalam pembelajaran tersebut meliputi beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut guru dituntut mampu mengelola proses pembelajaran yang diberikan rangsangan kepada siswa sehingga siswa mau belajar karena memang siswalah yang menjadi subjek utama dalam belajar. Hal itu dapat diharapkan dapat mencerminkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas. Pengelolaan pembelajaran yang berkualitas meliputi: 1.
Kemampuan dalam mengelola program pembelajaran a. Menentukan indikator dan tujuan pembelajaran b. Mengenal dan dapat menggunakan proses pembelajaran yang tepat c. Melaksanakan program belajar-mengajar d. Mengenal kemampuan anak didik e. Merencanakan dan melaksanakan program remidial
2.
Kemampuan melaksanakan pembelajaran a. Menguasai bahan materi yang akan diajarkan b. Menguasai pengelolaan kelas c. Mengunakan media/sumber belajar d. Menggunakan variasi metode dan strategi pembelajaran e. Memberikan penilaian prestasi siswa
3.
Kemampuan melakukan interaksi belajar mengajar a. Melakukan tanya jawab dengan siswa b. Memberikan pertanyaan kepada siswa c. Membimbing siswa dalam menyelesaian kasus/ soal
4.
Kemampuan melaksanakan penilaian terhadap hasil pembelajaran. a. Menentukan bentuk-bentuk penilaian
68
b. Memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa dan proses pembelajaran. 3. Kisi-Kisi Instrumen Tabel 3.2 Upaya Guru dalam Meningkatkan Pemahaman Siklus Akuntansi Melalui Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran. Dimensi Upaya Guru Tahap dalam perencanaan meningkatkan pembelajaran pemahaman siklus akuntansi
Indikator a. Mempersiapkan kondisi belajar siswa b. Memberikan informasi / pelajaran tentang masalah tugas c. Mempersiapkan sarana / prasarana untuk melakukan pembelajaran (tempat, peserta, dan waktu)
Tahap pelaksanaan pembelajaran
a. Penyajian, guru menyampaikan bahan pelajaran (metode ceramah) b. Asosiasi / komparasi, artinya memberi kesempatan pada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan materi ceramah yang diterimanya melalui tanya jawab (metode tanya jawab) c. Generalisasi / kesimpulan, memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan melalui hasil ceramah (metode tugas)
Tahap evaluasi/ penilaian/ tindak lanjut
Mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai materi yang telah diterima melalui: a. Tes tertulis (paper and pen) b. Benar salah (true-false) c. Pilihan ganda (multiple-choice) d. Menjodohkan (matching) e. Melengkapi (completion) f. Essay g. Unjuk kerja (performance) h. Penugasan (project) i. Hasil kerja (product) j. Sikap k. Uraian l. Isian terbatas m. Tes perbuatan
69
F. Tekhnik Analisa Data Menurut Sugiyono analisis data adalah Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unitunit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. 9 Miles
and
Huberman
(1984)
yang
dikutip
oleh
Sugiyono,
mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification”. 10 a. Data Reduction (Reduksi data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. b. Data Display (Penyajian data) Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katogori, flowcart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) yang dikutip oleh Sugiyono, menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative research data in the past has been narrative tex”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. c. Conclusion Drawing/verifikasi Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
9
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,…, h. 335 10 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,…, h.337-345
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. II, 2004. Bastian, Indra, Akuntansi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 2006. B. Uno, Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.III, 2008. Djmarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. III, 2006. Fatuhurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar; Melalui Penenman Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama, Cet. I, 2007. Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I. 1995. Hasil Observasi I saat Pembelajaran di Kelas Terkait Mata Pelajaran Akuntansi, di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan, 13 Oktober 2010. Hasil Observasi II saat Pembelajaran di Kelas Terkait Mata Pelajaran Akuntansi, di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan, 20 Oktober 2010. Hasil Observasi III saat Pembelajaran di Kelas Terkait Mata Pelajaran Akuntansi, di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan, 27 Oktober 2010. Imron, Ali, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, Cet. I, 1986.
Jusup, Al Haryono, Dasar-Dasar Akuntansi, Yogyakarta: Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Cet. I, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Pustaka Bahasa DepdikNas, Jakarta: Balai Pustaka, 2001. Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Mulyasa, E., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2007. _______, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Rosdakarya, Cet. VIII, 2009.
118
119
Profil SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986. Rudianto, Pengantar Akuntansi Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan, Jakarta: Erlangga, 2009. Ruhyati, Yati, Wawancara, di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan, 30 September 2010. Sabri, Ahmad, Strategi Belajar Mengajar; Micro Teaching. Ciputat: Ciputat Press, Cet. III, 2010. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, Cet. V, 2008a. ______, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. I, 2008b. Sardiman A.M, Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali Pers, 2010. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet. V, 2010. Soemarso S.R. Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta: Salemba Empat, 2004. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. XIV, 2004. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet.XIV, 2009. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta, Cet. X, 2010. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. IX, 2004. Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, Cet. I, 2006. UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, Bandung: Citra Umbara, 2006. Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.
120
Winarni, F. dan G. Sugiyarso, Konsep Dasar dan Siklus Akuntansi, Yoyakarta: Media Pressindo, Cet. III, 2006. Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, Cet. II, 2004. ______, dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, Cet. I, 2010. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHd6bb.dir/doc.pdf, 01 Oktober 2010. http://aliusmanhs.wordpress.com/2010/07/14/ptk-peningkatan-prestasi-belajarakuntansi-dengan-metode-resitasi-melalui-bahan-ajar-lembar-kerja-siswastudent-work-sheet/ , 13 Oktober 2010. http://perpustakaan.upi.edu/artikel/administrasi/upload/21._imas_purmanasari__f pips_.pdf, 01 Oktober 2010. http://massofa.wordpress.com/2008/01/13/prosedur-umum-pembelajaran/, Oktober 2010.
15
Eli Sukri Gozali, Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs Negeri Kadugede. http://mtsalhidayah.blogspot.com/2008/11/proposal-penelitian-skripsi.html, 13 Nopember 2010, 11.05 WIB.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Pedoman Wawancara
LAMPIRAN 2
Lembar Observasi
LAMPIRAN 3
Angket Persepsi Siswa
LAMPIRAN 4
Hasil Wawancara
LAMPIRAN 5
Hasil Observasi I
LAMPIRAN 6
Hasil Observasi II
LAMPIRAN 7
Hasil Observasi III
LAMPIRAN 8
Hasil Angket Persepsi Siswa
LAMPIRAN 9
Hasil Data Angket Persepsi Siswa tentang Guru Akuntansi dalam
Melakukan
Kegiatan
Proses
Pelaksanaan
Pembelajaran Akuntansi LAMPIRAN 10
Lembar Uji Referensi
LAMPIRAN 11
Perhitungan Rentang Kategori Penilaian Hasil Observasi, dan Hasil Angket
viii