MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MERASIONALKAN BENTUK AKAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK
Oleh: TRIANA Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) e-mail:
[email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini mengkaji tentang penerapan salah satu konsep dalam eksponen, yaitu merasionalkan bentuk akar. Merasionalkan penyebut pecahan bentuk akar berarti mengubah penyebut pecahan yang berbentuk akar menjadi bentuk rasional. Cara merasionalkan penyebut pecahan bentuk akar adalah dengan mengalikan pembilang dan penyebut pecahan tersebut dengan bentuk akar sekawan dari penyebut. Strategi pembelajaran menggunakan pendekatan analitik. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X semester I. Kesimpulan penelitian meliputi (1) Pemahaman konsep matematika; (2) Penerapan Pemahaman Siswa tentang Merasionalkan Penyebut Pecahan Bentuk Akar Menggunakan Pendekatan Analitik. Kata kunci: Pendekatan Analitik, Merasionalkan Bentuk Akar ABSTRACT: This study examines the application of one of the concepts in the exponent, which is rationalized form roots. Rationalize the denominator of a fraction of the root mean changing the denominator fraction shaped into the form of a rational root. How to rationalize the denominator of a fraction of the root is to multiply the numerator and denominator of the fraction to form the roots of the denominator horde. Learning strategies using analytical approach. The research was conducted in the first semester class X students conclusion include (1) understanding of mathematical concepts; (2) Application of Student Understanding of Fractions rationalize denominator The Roots Using Analytical Approach. Keywords: analytic approach, rationalizing the root form PENDAHULUAN Satu dari tantangan terbesar dalam mendidik siswa adalah membantu mereka membuat hubungan yang relevan dengan dunia di sekitar mereka. Memberikan dasar pemikiran yang kuat adalah salah satu upaya untuk menanamkan pemahaman konsep. Terutama pemahaman konsep mengenai pelajaran matematika. Hal ini dapat memicu para guru atau calon guru untuk mecoba menembus perilaku acuh tak acuh dari beberapa siswa terhadap pelajaran di sekolah, khususnya keluhan terhadap
pelajaran matematika. Kesiapan dan kemampuan menerima pelajaran matematika untuk sekolah menengah ke atas terlihat menurun atau berkurang. Khususnya bagi anak perempuan cenderung kehilangan minat terhadap matematika ketika bertambah dewasa. Bahkan, bagi beberapa murid perempuan, matematika adalah mata pelajaran yang tidak mereka sukai. Meskipun kenyataannya memang lebih banyak mahasiswa perempuan yang memilih jurusan matematika, tetapi karena kesiapan dan kemampuan yang kurang, menjadikan
mahasiswa pasif terhadap kontribusi pelajaran matematika. Secara garis besar ada dua pendekatan dalam pembelajaran matematika yaitu pendekatan materi dan pendekatan pembelajaran. Menurut Erman Suherman dkk dalam Hamzah dan Muslihrarini (2014: 321), mengatakan bahwa dalam pembelajaran matematika ada dua yaitu pendekatan metodologik/ instructional approach berkenaan dengan cara siswa mengadaptasi konsep yang disajikan ke dalam struktur kognitifnya sesuai dengan cara guru menyajikannya (intuitif, induktif, deduktif, tematik, realistik) dan pendekatan material/ material approach yaitu penyajian konsep melalui konsep yang lain. Mengacu pada Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar 2.2 bahwa, siswa mampu mentransformasi diri dalam berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah, kritis, dan disiplin dalam melakukan tugas matematika, serta Kompetensi Dasar 3.1, memilih dan menerapkan aturan eksponen dan logaritma sesuai dengan karakteristik permasalahan yang akan diselesaikan dan memeriksa kebenaran langkahlangkahnya. Damayanti, et. al. (2013: 3) mengatakan bahwa banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan dengan menggunakan konsep eksponen. Namun kenyataannya, masih ada siswa yangbelum mampu menyelesaikan persoalan eksponen. Oleh karena itu, konsep eksponen harus dipahami dengan baik . Seperti subyek penelitian adalah seorang siswa kelas X semester 1 di salah satu Madrasah Aliyah di Tulungagung. Pemilihan subyek wawancara berawal dari siswa tersebut mengalami kesulitan saat mengerjakan soal matematika dalam buku LKSnya pada materi eksponen dengan sub-bab merasionalkan penyebut pecahan bentuk akar. Sebenarnya ada banyak macam model pemdekatan yang dapat digunakan
untuk pembelajaran matematika. Dengan masing-masing pendekatan memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbedabeda. Pendekatan analitik dinilai merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk pembelajaran matematika dalam bab eksponen. KAJIAN TEORI A. Pengertian Matematika Menurut Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 58-59), matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisasi, ilmu deduktif atau tentang keluasan atau pengukuran dan letak, tentang bilanganbilangan dan hubungan-hubungannya, ideide, struktur-struktur, dan hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis, tentang struktur logika mengenai bentuk yang terorganisasi atas susunan besaran dan konsep-konsep mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsure yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat akhirnya ke dalil atau teorema, dan terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Fungsi matematika sebagai suatu struktur, kumpulan sistem, dan sistem deduktif serta ratunya ilmu dan pelayan ilmu. Matematika yang diajarkan harus diawali dengan merencanakan bagaimana pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik. Mengingat pendidikan matematika merupakan upaya untuk meningkatkan daya nalar siswa, meningkatkan kecerdasan siswa, dan mengubah sikap positifnya, matematika dapat dan harus diajarkan dalam suasana yang kondusif untuk pemikiran yang bebas dari tekanan (Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 57). Hal ini didukung oleh pendapat Randi (2009: 50) mengatakan bahwa matematika harus menyenangkan, harus menjadi mata pelajaran yang dapat dinikmati murid dengan menggunakan metode yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah atau pertanyaan yang sama, dan mata pelajaran di mana guru mendorong kreativitas dan ekspresi diri. Ketika
matematika tertuang ke semua aspek kehidupan di kelas, bukan hanya waktu pelajaran matematika, anak mulai memahami betapa berguna dan luasnya matematika dalam kehidupan mereka. B. Materi merasionalkan penyebut pecahan bentuk akar Damayanti, et. al. (2013: 6) menjelaskan bahwa merasionalkan penyebut pecahan bentuk akar berarti mengubah penyebut pecahan yang berbentuk akar menjadi bentuk rasional. Cara merasionalkan penyebut pecahan bentuk akar adalah dengan mengalikan pembilang dan penyebut pecahan tersebut dengan bentuk akar sekawan dari penyebut. Menjelaskan materi pada bab eksponen haruslah secara runtut untuk memperoleh pemahaman siswa secara sistematis. a. Pangkat positif Apabila n adalah sebuah bilangan bulat positif, maka an adalah menyatakan perkalian n faktor yang tiap-tiap faktor adalah a atau ππ menyatakan hasil kali a sebanyak n faktor. Dapat ditulis ππ = π Γ π Γ π Γ β¦ Γ π, dalam an, a π ππππ‘ππ
disebut bilangan pokok dan n disebut pangkat atau eksponen (Sudrajat dan Astiani, 2014: 27). an dapat kita baca sebagai βpangkat ke n dari aβ atau βa pangkat n.β apabila n = 2, a2 dibaca βa kuadrat,β a3 dibaca βa pangkat tiga.β b. Pangkat negatif Apabila n adalah sebuah bilangan bulat positif, maka kita definisikan 1 πβπ = π dengan π β 0. π Pada pembagian bilangan berpangkat bilangan bulat positif berlaku sifat ππ
= ππ βπ ; π β 0, π > π. Jika π > π, maka π β π < 0. ππ
π3
1
Perhatikan ilustrasi berikut: π 5 = π 2 = 1
πβ2 . Jika dipilih πβ2 = π 2 , maka sifat ππ βπ = ππ : ππ berlaku untuk setiap π, π β π.
c.
d.
e.
f.
g.
Dari ilustrasi di atas, dapat diperoleh definisi pangkat bilangan bulat 1 βπ negatif: π = π π (Evawati dan Idris, 2009: 20) Akar Apabila n adalah sebuah bilangan bulat positif dan apa bila a dan b demikian rupa hingga an = b maka dikatakan akar pangkat n dari b. Apabila b adalah positif, maka hanya ada satu bilangan positif a sedemikian rupa sehingga an = b. bilangan positif π tersebut kita tulis π dan itu dikatakan bilangan pokok dari akar pangkat n bilangan b. Pangkat pecahan positif Apabila m dan n adalah bilangan bulat positif maka kita definisikan π ππ π = ππ (asumsi π > 0 apabila n genap) Pangkat pecahan negatif Apabila m dan n adalah bilanagn bulat positif maka kita definisikan 1 πβπ π = π π π Pangkat nol Kita definisikan π0 = 1 dengan π β 0 (Sudrajat dan Astiani, 2014: 29) Hukum-hukum umum pangkat Apabila p dan q adalah bilanganbilangan nyata, maka berlaku hukumhukum berikut. 1) ππ β ππ = ππ+π 2) (ππ )π = πππ ππ
3) π π = ππβπ , π β 0, π > π 4) ππ π = ππ ππ ππ
π
5) (π )π = π π , π β 0. Hukum ini mendukung pendapat Murray dalam Iskandar (1999:43-44) h. Menyederhanakan bentuk akar Berikut ini sifat-sifat yang digunakan untuk menyederhanakan bentuk akar: π π 1) π π Γ π = ππ, π, π β β, π > 0 πππ π > 0 π
Bukti: 1
(ππ)π =
π
ππ
πΓ
π
1
1
π = ππ Γ π π =
π
2)
ππ
πΓπ π= π
Bukti: 1
1
ππ +π
1
ππ +π = ππ +π = π
π
3)
π
=
Bukti: 4)
π
π
π
π
π
π
π
π
π
π
πΓ·
1
=
1 ππ ππ
πΓ·
π π π
ππ βπ π
=
π π
π=
1 ππ
1
1
= ππ βπ =
ππ
π
Bukti: π1 = π 6) ( π π)π =
π
1
π
π
= ππ
ππ 1
Bukti: ( π π)π = ππ π π
π
1
ππ
ππ βπ = ππ βπ π 5) π π = π, π > 0
7)
1
ππ +π 1
ππ
=
π
Bukti:
ππ
1
π=
1
π Γ π π = ππ Γ ππ =
π=
ππ
1 1 Γ π π
π
= ππ =
π
= ππ =
π
π
π π
Bukti:
π
π
π
π=
1 π
π = π
1 π
ππ 1 π
=
1 ππ
π = π = ππ π i. Merasionalkan Penyebut Pecahan Bentuk Akar. Damayanti, et. al. (2013: 6) mengatakan bahwa cara merasionalkan penyebut pecahan bentuk akar adalah sebagai berikut: π 1) Bentuk β pembilang dan π penyebut dikalikan dengan π. π
=
π
π π
Γ
π
=
π π
π π
π
=π π
π
2) Bentuk π + π β pembilang dan penyebut dikalikan dengan sekawan penyebut yaitu π β π. π
=
π
πβ π
π+ π π+ π π(π β π) π + π (π β π
Γ πβ
π
=
π
= π 2 βπ (π β π) π
3) Bentuk β pembilang dan π+ π penyebut dikalikan dengan akar sekawan penyebut yaitu π β π: π
=
π
π+ π π+ π( π β π)
Γ π
π + π ( π β π)
πβ π πβ π π
=
= π βπ ( π β π)
C. Pendekatan Analitik Pendekatan strategi belajar merupakan strategi yang dapat memperjelas arah yang ditetapkan sering kali juga disebut sebagai kebijakan guru atau pengajar agar mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pendekatan yang dilakukan guru yaitu untuk mempermudah pemahaman siswa atas materi pelajaran yang diberikannya dengan berbeda penekanannya. Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai cara yang ditempuh oleh guru dalam melakukan pembelajaran yang direncanakan agar siswa memahami konsep yang sedang dipelajarinya. Pendekatan Analitik umumnya mempunyai cara yang paling mudah, oleh karena itu tidak semua persoalan dapat dengan tepat menggunakan pendekatan ini. Selain itu, siswa harus memiliki daya nalar dan rasio yang memadai untuk dapat menerapkan pendekatan analitik dalam beberapa jenis soal matematika (Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 237).
PEMBAHASAN A. Pemahaman Konsep Matematika Belajar matematika memang membutuhkan pemahaman ekstra tinggi. Artinya, belajar matematika tidak hanya menghafal sekumpulan rumus, tetapi lebih dari itu, yakni bagaimana memahami rumus-rumus tersebut untuk diaplikasikan ke dalam bentuk lain yang lebih luas. Sebab kalau kita hanya meghafal rumus, sementara kita kering pemahaman, maka akan susah jika menghadapi bermacammacam permasalahan lainnya. Oleh sebab itu, melatih cara berpikir dan bernalar dalam pembelajaran matematika sangatlah penting. Hal ini sejalan dengan pendapat Soedjadi bahwa, salah satu karakteristik matematika adalah berpola pikir dedukatif yang merupakan salah satu tujuan yang bersifat formal, yang memberi tekanan kepada penataan nalar. Kenalilah situasi dan kondisi siswa pada saat di kelas, jika siswa kelihatan lelah, mengantuk, atau suasana gaduh, sehingga tidak lagi konsentrasi, alihkan perhatian ke topik lain. Misalkan bisa dengan bercerita sebentar untuk menghilangkan kejenuhan pada siswa. Jika guru tetap memaksa siswa untuk memperhatikan penjelasaannya pada saat suasana tidak memungkinkan bagi siswa untuk menangkap penjelasan dari guru, maka apa yang dijelaskan oleh guru hanyalah sia-sia. Bentuk pemaksaan dan suasana yang tidak menyenangkan, akan membuat siswa tidak tertarik dengan pelajaran yang diterimanya. Terangkan pada siswa poin-poin secara runtut, sekreatif mungkin agar siswa memperhatikan guru saat menerangkan. Jangan sampai mengabaikan terhadap sikap siswa, guru harus bisa membedakan siswa yang benarbenar konsentrasi memperhatikan dengan seksama. Selalu pantau mereka dan bimbing mereka untuk memahami matematika dengan hal-hal sederhana berikut ini.
1. Pastikan siswa mengetahui konsep matematika yang ia pelajari. 2. Ajarkan siswa menulis angka-angka dengan teliti. Sebanyak 25% kesalahan dalam menyelesaikan soalsoal matematika yang ditemukan oleh pengajar adalah kesalahan yang dikarenakan ketidak telitian siswa dalam menulis angka atau soal. Misalkan, sederhanakan bentuk akar 3 dari pada soal tertulis: 32 : 27, namun karena kurang teliti siswa menuliskan soal kembali pada 3 bukunya menjadi 37 : 27 . 3. Tunjukkan bagaimana cara menyelesaikan persoalan pekerjaan rumahnya. Mengerjakan tugas matematika akan mempertajam ilmu yang didapat dari sekolah untuk dipelajari di rumah. 4. Dorong siswa untuk mengerjakan soal-soal lain. Jika guru hanya memberikan soal-soal tertentu saja, berilah anak contoh soal yang lain. 5. Bantulah siswa dengan menyertakan fakta-fakta (Jannah, 2011: 87). 6. Jangan bosan-bosan mengingatkan pada siswa untuk tidak menunda-nunda pekerjaan. 7. Berilah siswa contoh soal yang berbeda dari temannya. B. Penerapan Pemahaman Siswa tentang Merasionalkan Penyebut Pecahan Bentuk Akar Menggunakan Pendekatan Analitik Hamzah dan Muslihrarini (2014: 237) mengatakan bahwa pendekatan analitik sering kali digunakan dalam pemecahan masalah matematika dalam soal-soal uraian banyak kita jumpai hal itu. Pembahasan mencari masalah itu dikatakan menggunakan pendekatan analitik bila pembahasan dimulai dari halhal yang belum diketahui sampai kepada hal yang sudah diketahui dan akhirnya menghasilkan apa yang ingin diketahui. Masalah utama atau pokok yang dipersoalkan diuraikan atas bagian-bagian sehingga terlihat jelas hubungan antara
bagian-bagian yang belum diketahui dengan hal-hal yang sudah diketahui dan akhirnya sampai kepada hal-hal yang dikehendaki. Nilai hal-hal yang belum diketahui merupakan bagian hal-hal yang dikehendaki. Pendekatan ini dikatakan logis karena setiap penyelesaiannya punya alasan tertentu. Pendekatan terhadap pembelajaran matematika dapat diterapkan secara efektif bila guru telah mengajarkan prasyaratnya kepada siswa peserta didik. Pendekatan pembelajaran berhubungan dengan pendidikan matematika, teori pembelajaran pada matematika, memahami kurikulum yang terkait dengan masalah yang diungkap, memahami matematika sekolah satuan pendidikan dasar dan menengah (Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 250). Guru bisa memberikan contoh konkret tentang eksponen. Seperti contoh yang telah diberikan oleh Damayanti et. al. (2013: 3-4) misalkan: seorang peneliti bidang mikrobiologi di sebuah lembaga penelitian sedang mengamati pertumbuhan suatu bakteri di sebuah laboratorium mikrobiologi. Pada kultur bakteri tersebut, satu bakteri membelah menjadi r bekteri setiap jam. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada akhir dua jam adalah 4.500 dan 3 jam kemudian jumlah bakteri tersebut menjadi 121.500 bakteri. Peneliti tersebut ingin mengetahui banyak bakteri sebagai hasil pembelahan dan mencari tahu banyak bakteri dalam waktu 7 jam. Untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut, berikan pemahaman pada siswa dengan memberikan pertanyaan sebagai berikut: 1. Dapatkah masalah tersebut dinyatakan dalam bentuk eksponen? 2. Dengan menggunakan perbandingan jumlah bakteri, temukan banyaknya pembelahan dan banyaknya bakteri pada awalnya! Alternatif penyelesaiannya dengan memisalkan jumlah bakteri pada awalnya (π‘ = 0)adalah π₯0 . Jumlah
bakteri pada jam ke-1 adalah ππ₯0 , pada jam ke-2 adalah π(ππ₯0 ) = π 2 π₯0 , pada jam ke-3 adalah π(π 2 π₯0 ) = π 3 π₯0 , pada jam ke-n adalah π(π π β1 π₯0 ) = π π π₯0 Jadi, π₯π‘ = π Γ π Γ π Γ β¦ Γ π Γ π‘ π₯0 = π π₯0 , dengan r sebanyak t faktor. Pada akhir 2 jam terdapat 4.500 bakteri dan setelah 5 jam terdapat 121.500 bakteri, maka π₯2 = π 2 π₯0 = 4.500 dan π₯5 = π 5 π₯0 = 121.500 π₯5 π₯2
=
121 .500 4.500 3
π 5π₯
βΊ π 2 π₯ 0 = 27 0
β π = 27 βΊ π = 3 Jadi, peneliti tersebut menemukan bahwa setiap 1 jam bakteri membelah menjadi 3 bakteri. Banyak bakteri pada awalnya adalah: 32 π₯0 = 4.500 βΊ π₯0 = 500 Jumlah bakteri setelah 7 jam adalah: π₯7 = π 7 π₯0 = 37 β 500 = 1.093.500 Peneliti tersebut pada awalnya ingin mengetahui banyak bakteri sebagai hasil pembelahan dan mencari tahu banyak bakteri dalam waktu 7 jam. Padahal hasil pembelahan bakteri tiap jam dan jumlah bakteri awal belum diketahui. Disinilah pendekatan analitik dapat diterapkan, dengan pembahasan dimulai dari hal-hal yang belum diketahui sampai kepada hal-hal yang ingin diketahui. Setelah ditemukan banyaknya pembelahan menjadi 3 bakteri dan banyaknya bakteri pada awalnya sebanyak 500, masalah utama atau pokok yang dipersoalkan yang ingin dikehendaki bisa ditemukan jawabannya. Sehingga dapat diketahui jumlah bakteri pada waktu 7 jam sebanyak 1.093.500 bakteri. KESIMPULAN A. Pemahaman Konsep Matematika Belajar matematika tidak hanya dilakukan dengan cara menghafal rumus. Tetapi, dengan pemahaman dan penalaran akan apa yang sedang dipelajari. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam pembelajaran matematika sangatlah
penting. Siswa perlu mendapat bimbingan agar mereka tidak kebingungan dan lebih mudah dalam menangkap setiap materi yang diberikan. Selalu pantau mereka dan bimbing mereka untuk memahami matematika dengan hal-hal sederhana berikut ini. 1. Pastikan siswa mengetahui konsep matematika yang ia pelajari. 2. Ajarkan siswa menulis angka-angka dengan teliti. 3. Tunjukkan bagaimana cara menyelesaikan persoalan pekerjaan rumahnya. 4. Dorong siswa untuk mengerjakan soalsoal lain. 5. Bantulah siswa dengan menyertakan fakta-fakta. 6. Jangan bosan-bosan mengingatkan pada siswa untuk tidak menunda-nunda pekerjaan. 7. Berilah siswa contoh soal yang berbeda dari temannya. B. Penerapan Pemahaman Siswa tentang Merasionalkan Penyebut Pecahan Bentuk Akar Menggunakan Pendekatan Analitik Pendekatan terhadap pembelajaran matematika dapat diterapkan secara efektif bila guru telah mengajarkan prasyaratnya kepada siswa peserta didik.Sebagai contoh pendekatan analitik untuk materi eksponen, diawali pembelajarannya dengan beberapa contoh tentang eksponen. Sebelum memberikan kepada siswa karakteristik eksponen atau pemangkatan seperti pangkat posotif, pangkat negatif, akar, pangkat pecahan positif, pangkat pecahan negatif, pangkat nol, serta hukum-hukum umum pangkat. Pendekatan analitik sering kali digunakan dalam pemecahan masalah matematika dalam soal-soal uraian banyak kita jumpai hal itu. Pembahasan mencari masalah itu dikatakan menggunakan pendekatan analitik bila pembahasan dimulai dari hal-hal yang belum diketahui sampai kepada hal yang sudah diketahui dan akhirnya menghasilkan apa yang ingin
diketahui. Masalah utama atau pokok yang dipersoalkan diuraikan atas bagian-bagian sehingga terlihat jelas hubungan antara bagian-bagian yang belum diketahui dengan hal-hal yang sudah diketahui dan akhirnya sampai kepada hal-hal yang dikehendaki. Nilai hal-hal yang belum diketahui merupakan bagian hal-hal yang dikehendaki. DAFTAR RUJUKAN 1 Alisah, Evawati dan M. Idris. 2009. Buku Pintar Matematika. Jogjakarta: Mitra Pelajar. 2 Damayanti, Cahya., et al. 2013. Matematika SMA/MA dan AMK/MAK Kelas X Semester 1. Klaten: Viva Pakarindo. 3 Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 4 Jannah, Raudatul. 2011. Membuat Anak Cinta Matematika dan Eksak Lainnya, Jogkakarta: Diva Press. 5 Matematika: Buku Guru/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Edisi Revisi. (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014) 6 Spiegel, Murray R. 1999. Matematika Dasar, terj. Kasir Iskandar, Jakarta: Erlangga. 7 Stone, Randi. 2009. Cara-Cara Terbaik Mengajarkan Matematika, terj. Suci Romadhona, Jakarta: Indeks. 8 Sudrajat, Rini Astiani. 2014, Intisari Matematika IPA untuk SMA Kelas X-XI-XII. Bandung: Pustaka Setia.