EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN GAPOKTAN “MEKAR SEJAHTERA” DALAM PENINGKATAN KEDINAMISAN KELOMPOK TANI DI DESA CIPELANG BOGOR
INTAN ENDAWATY KENCANA PUTRI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam Peningkatan Kedinamisan Kelompok Tani di Desa Cipelang Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013
Intan Endawaty Kencana Putri NIM I34090047
ABSTRAK INTAN ENDAWATY KENCANA PUTRI. Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam Peningkatan Kedinamisan Kelompok Tani di Desa Cipelang Bogor. Di bawah bimbingan SITI AMANAH Peningkatan kedinamisan kelompok tani dapat ditunjang oleh berbagai faktor, yaitu karakteristik anggota kelompok, program Gapoktan, dan efektivitas kepemimpinan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik anggota, menganalisis program-program apa saja yang dilaksanakan, menganalisis tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan, dan hubungannya dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan. Ada tiga kelompok tani dalam penelitian ini, Mekar Sejahtera, Mekar Wangi, dan Harapan Sejahtera. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Hasilnya menunjukan diantara ketiga kelompok tani terdapat perbedaan mengenai bidangnya, yaitu hortikultura (Mekar Sejahtera), pengolahan hasil hortikultura (Mekar Wangi), dan padi sawah (Harapan Sejahtera). Berdasarkan hasil uji kolerasi menunjukkan tidak terdapat kolerasi antara karakteristik anggota, program Gapoktan, dan tingkat efektivitas kepemimpinan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan. Kata kunci: karakteristik anggota, program Gapoktan, efektivitas kepemimpinan, tingkat kedinamisan kelompok tani ABSTRACT INTAN ENDAWATY KENCANA PUTRI. The Leadership Effectiveness Gapoktan Mekar Sejahtera in Improving Farmers Group Dynamics at Cipelang Village Bogor. Supervised by SITI AMANAH. Improving dynamics of farmer groups can be supported by various factors, includes the characteristics of the group members, the Gapoktan programs, and the leadership effectiveness. The purpose of this study is to identify the characteristics of the members, analyze what programs are implemented, analyze the level of effectiveness of Gapoktan, and the relationship with the dynamic level of the farmer group members of Gapoktan. There are three farmers groups in this studied, named Mekar Sejahtera, Mekar wangi, and Harapan Sejahtera. The technique used in this study are quantitative and qualitative. The result show that amongst the three farmers groups. The differences in terms of their speciality, horticulture (Mekar Sejahtera), processing the holticulture products (Mekar Wangi),, and rice fields (Harapan Sejahtera). However, from the corelation test shows that there is no correlation between the characteristics of member, the Gapoktan programs, and the effectiveness of leadership with the dynamic level of the farmer group members of Gapoktan. Keywords: the characteristics of the group member, Gapoktan programs, the leadership effectiveness, the dynamic level of the farmer group members Gapoktan.
EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN GAPOKTAN “MEKAR SEJAHTERA” DALAM PENINGKATAN KEDINAMISAN KELOMPOK TANI DI DESA CIPELANG BOGOR
INTAN ENDAWATY KENCANA PUTRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam Peningkatan Kedinamisan Kelompok Tani di Desa Cipelang Bogor Nama : Intan Endawaty Kencana Putri NIM : I34090047
Disetujui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam Peningkatan Kedinamisan Kelompok Tani di Desa Cipelang Bogor”. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Siti Amanah, MSc sebagai dosen pembimbing yang selalu menyempatkan waktunya dan memberikan saran juga masukan selama proses penulisan hingga karya tulis ini dapat selesai dengan baik. Penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada Ketua Gapoktan Mekar Sejahtera, Bapak Dayat, Ketua kelompok Tani Mekar Sejahtera, Bapak Rahmat, seluruh pengurus maupun anggota dari tiga kelompok tani, yaitu Mekar Sejahtera, Mekar Wangi, dan Harapan Sejahtera, dan seluruh staf pemerintahan Desa Cipelang Bogor yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data untuk karya tulis ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Endang Suherman, SE, M.Si dan Ibu Desi Tianawati, juga kepada kakak-kakak tersayang, Irfan Hermawan dan Indra Herdiansyah. Terima kasih kepada Melisa Ansela dan Herna Puspita selaku teman sebimbingan yang selalu menyemangati dan menjadi teman diskusi selama proses pengerjaan karya tulis ini dari awal hingga selesai. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman penulis yaitu Eka Sandra Putri, Fildah Amalina, Ika Syahfitri, Yusi Nurmala, Nindya Ayu Wradsari, Resty Nur Octaviana, Selvi Anggraini, Relita Resa, Siti Chairunnisa, Sri Wahyuni, Rangga Husein, Adhi Pamungkas, dan Jajang Soemantri yang selalu menemani dan memberikan semangat, dukungan, motivasi dalam menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga besar Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 45, 46, dan 47. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2013
Intan Endawaty Kencana Putri NIM. I34090047
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Kepemimpinan
5
Fungsi-fungsi Kepemimpinan
6
Teori-teori Kepemimpinan
6
Gaya Kepemimpinan
8
Karakteristik Kepemimpinan
9
Efektivitas Kepemimpinan
10
Kelompok Tani
10
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
11
Dinamika Kelompok
12
KERANGKA PEMIKIRAN
13
Hipotesis
14
Definisi Operasional
14
PENDEKATAN LAPANG
21
Lokasi dan Waktu Penelitian
21
Teknik Pengumpulan Data
21
DAFTAR ISI (lanjutan) Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
22
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
22
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
25
Keadaan Geografis
25
Keadaan Demografi, Sosial, dan Budaya
26
Sarana dan Prasarana
27
Organisasi dan Lembaga Kemasyarakatan
27
Sejarah Singkat Gapoktan Mekar Sejahtera
28
Anggaran Dasar Gapoktan Mekar Sejahtera
28
Anggaran Rumah Tangga Gapoktan Mekar Sejahtera
29
KARAKTERISTIK RESPONDEN
31
Usia
32
Pendidikan Formal
32
Pendidikan Non Formal
32
Pengalaman Organisasi
33
Masa Keanggotaan
33
Motivasi
33
HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA KEDINAMISAN KELOMPOK TANI ANGGOTA
DAN
TINGKAT 35
Hubungan Karakteristik Anggota dengan Struktur Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
35
Hubungan Karakteristik Anggota dengan Tujuan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
37
Hubungan Karakteristik Anggota dengan Pembinaan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
39
DAFTAR ISI (lanjutan) Hubungan Karakteristik Anggota dengan Kekompakan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
41
Hubungan Karakteristik Anggota dengan Suasana Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
43
Hubungan Karakteristik Anggota dengan Efektivitas Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
45
HUBUNGAN PROGRAM GAPOKTAN DENGAN KEDINAMISAN KELOMPOK TANI ANGGOTA
TINGKAT 47
Program Gapoktan
47
Hubungan Program Gapoktan sebagai Inisiator dan Pelaksana dengan Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
48
HUBUNGAN TINGKAT EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN DENGAN TINGKAT KEDINAMISAN KELOMPOK TANI ANGGOTA GAPOKTAN MEKAR SEJAHTERA
53
Karakteristik Pemimpin
53
Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Struktur Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
55
Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Tujuan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
57
Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Pembinaan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
58
Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Kekompakan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
60
Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Suasana Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
61
Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Efektivitas Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
62
DAFTAR ISI (lanjutan) Gaya Kepemimpinan
64
Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Struktur Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
65
Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Tujuan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
66
Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Pembinaan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
67
Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kekompakan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
68
Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Suasana Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
70
Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Efektivitas Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
71
Anatomi Tiga Kelompok Tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
72
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA GAPOKTAN, PROGRAM GAPOKTAN, TINGKAT EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN DAN TINGKAT KEDINAMISAN KELOMPOK TANI ANGGOTA
73
Hubungan Antara Karakteristik Anggota Gapoktan dengan Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
73
Hubungan Antara Program Gapoktan dengan Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
74
Hubungan Antara Tingkat Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan dengan Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
76
KESIMPULAN DAN SARAN
79
DAFTAR PUSTAKA
81
RIWAYAT HIDUP
88
DAFTAR TABEL 1
Kerangka sampling kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera yang menjadi responden
21
2
Luas dan persentase pemanfaatan dan penggunaan lahan di Desa Cipelang Tahun 2012
25
3
Jumlah dan persentase penduduk Desa Cipelang berdasarkan jenis mata pencaharian tahun 2012
26
4
Jumlah dan persentase penduduk Desa Cipelang berdasarkan tingkat pendidikan Tahun 2012
26
5
Jumlah dan persentase petani di tiga kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan Mekar Sejahtera berdasarkan karakteristik anggota
31
Hubungan karakteristik anggota dengan struktur kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
35
6
7
8
Hubungan karakteristik anggota dengan tujuan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
37
Hubungan karakteristik anggota dengan pembinaan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
39
Hubungan karakteristik anggota dengan kekompakan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
41
10 Hubungan karakteristik anggota dengan suasana kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
43
11 Hubungan karakteristik anggota dengan efektivitas kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
45
12 Jumlah dan persentase keterlibatan responden dalam program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana
47
13 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana dengan struktur kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
48
9
14 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana dengan tujuan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
49
DAFTAR TABEL (lanjutan) 15 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana dengan pembinaan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera 16 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana dengan kekompakan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
49
50
17 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana dengan suasana kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
50
18 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana dengan suasana kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
51
19 Jumlah dan persentase karakteristik pemimpin
53
20 Hubungan karakteristik pemimpin dengan struktur kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
55
21 Hubungan karakteristik pemimpin dengan tujuan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
57
22 Hubungan karakteristik pemimpin dengan pembinaan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
58
23 Hubungan karakteristik pemimpin dengan kekompakan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
60
24 Hubungan karakteristik pemimpin dengan suasana kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
61
25 Hubungan karakteristik pemimpin dengan efektivitas kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
62
26 Jumlah dan persentase gaya kepemimpinan ketua Gapoktan Mekar Sejahtera
64
27 Hubungan gaya kepemimpinan dengan struktur kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
65
28 Hubungan gaya kepemimpinan dengan tujuan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
66
DAFTAR TABEL (lanjutan) 29 Hubungan gaya kepemimpinan dengan pembinaan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera 30 Hubungan gaya kepemimpinan dengan kekompakan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera 31 Hubungan gaya kepemimpinan dengan suasana kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
67
68
70
32 Hubungan gaya kepemimpinan dengan efektivitas kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
71
33 Anatomi tiga kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
72
34 Hasil uji kolerasi antara karakteristik anggota Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
73
35 Hasil uji kolerasi antara program Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera 36 Hasil uji kolerasi antara tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
75
76
DAFTAR GAMBAR 1
Kerangka pemikiran hubungan tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam peningkatan kedinamisan kelompok tani anggota
13
LAMPIRAN 1
Peta lokasi Desa Cipelang Tahun 2012
83
2
Struktur organisasi Gapoktan Mekar Sejahtera
84
3
Kerangka sampling
85
4
Hasil uji kolerasi Rank Spearman
87
PENDAHULUAN Latar Belakang Sensus penduduk oleh BPS (2010) melaporkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 237 641 326 juta jiwa dan memerlukan kebutuhan akan pangan. Hal ini mendorong pembangunan pertanian untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Sektor pertanian diharapkan menjalankan perannya secara optimal karena sektor ini telah menjadi tumpuan bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi para petani. Petani biasanya tergabung kedalam kelompok-kelompok tani agar mempermudah tugas-tugasnya dan untuk mencapai tujuan kelompok tani yang diikutinya. Menurut Peraturan Menteri Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Penumbuhan dan Tingkat Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), yang dimaksud dengan kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya. Kelompok Tani terbentuk karena adanya kesamaan kebutuhan dan kepentingan yang dirasakan oleh petani. Pada kenyataannya, petani masih dihadapkan oleh masalah on farm dan off farm, seperti sulitnya akses sumber permodalan, pasar, teknologi, serta akses penyediaan Saprotan (Sarana Produksi Pertanian). Penggabungan kelompok tani ke dalam Gapoktan dapat dilakukan agar permasalahan-permasalahan tersebut teratasi. Selain itu, kelompok tani akan lebih berdaya dan lebih berhasil. Gapoktan yang kuat dan mandiri akan membantu kelompok taninya untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Menurut Peraturan Menteri Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Penumbuhan dan Tingkat Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani, yang dimaksud dengan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan yang kuat dan mandiri akan berpengaruh kepada peningkatan kedinamisan kelompok tani. Kedinamisan kelompok tani dapat dilihat dari unsurunsur dinamika kelompok. Menurut Syamsu (1991), dinamika kelompok adalah berbagai kekuatan yang menentukan perilaku anggota dan perilaku kelompok yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Unsur-unsur dinamika kelompok adalah struktur kelompok, tujuan kelompok, fungsi tugas, pembinaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan pada kelompok, dan efektivitas kelompok (Slamet 1978). Peningkatan kedinamisan Kelompok Tani yang tergabung di dalam sebuah Gapoktan tidak terlepas dari peran kepemimpinan seorang pemimpin. Menurut Robbins (2002), kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan. Hal tersebut menunjukan bahwa di dalam sebuah Gapoktan dibutuhkan seorang sosok pemimpin yang dapat mempengaruhi anggotanya dan pemimpin harus bisa memotivasi, memberi contoh, dan mengarahkan anggotanya guna mencapai tujuan-tujuan Gapoktan. Menurut Kotter (1997), kepemimpinan yang baik menggerakan orang pada satu arah yang benar-benar merupakan minat jangka panjang mereka.
2
Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang efektif dan efisien dalam menjalani perannya sebagai pemimpin dan membantu anggotanya untuk mecapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas kepemimpinan menurut Rahmawati (2002) tidak terlepas dari penilaian oleh anggota organisasi, dimana kepemimpinan akan dikatakan efektif apabila semua anggota menyatakan kepuasan terhadap semua yang diterapkan oleh pemimpin. Efektivitas kepemimpinan dapat ditunjang oleh karakteristik pribadi individu pemimpin dan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin Gapoktan. Faktor gaya kepemimpinan memberikan kontribusi yang relatif besar dan sangat signifikan terhadap peningkatan kinerja pegawai pada organisasi dan tingkat organisasi (Tampubolon 2007) . Selain itu, peningkatan kedinamisan Kelompok Tani juga ditunjang oleh karakteristik anggota yang tergabung di dalam Gapoktan tersebut. Menurut Sulaksana (2002) karakteristik anggota kelompok Gapoktan merupakan variabel paling signifikan dan positif dengan keberlanjutan kelompok. Hal ini menunjukan bahwa karakteristik individu adalah salah satu faktor yang berpengaruh dalam keberlanjutan kelompok yang mampu ditunjang oleh peningkatan kedinamisan kelompok. Menurut data statistik Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K), potensi kelompok tani dan Gapoktan di wilayah Kabupten Bogor pada tahun 2010 dibagi menjadi tiga, yaitu berdasarkan komoditas, kelas kemampuan, dan jumlah Gapoktan. Pertama, komoditas terdapat sebanyak 1 871 kelompok tani dan hutan, 240 kelompok ternak, dan 165 klompok pembudidaya ikan. Kedua, berdasarkan kelas kemampuan terdapat sebanyak 798 kelompok pemula, 1 154 kelompok lanjut, 252 kelompok madya, dan 18 kelompok utama. Ketiga, jumlah Gapoktan di wilayah Kabupaten Bogor sebanyak 241 unit. Salah satu Gapoktan yang berada di wilayah Kabupaten Bogor, yaitu Gapoktan Mekar Sejahtera. Gapoktan ini berada di Kecamatan Cijeruk, Desa Cipelang dan dikenal sebagai Gapoktan yang cukup berprestasi. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin melihat bagaimana hubungan efektivitas kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera terhadap tingkat kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan. Perumusan Masalah Salah satu aspek penting dalam kelangsungan sebuah Gapoktan adalah aspek kepemimpinannya. Bukan sekedar pemimpin yang hanya memimpin jalannya Gapoktan, tetapi dibutuhkan kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan efektif dicirikan oleh perilaku kepemimpinan yang dapat mempengaruhi, memotivasi, memberikan contoh, dan mengarahkan anggota agar mencapai tujuan-tujuan Gapoktan. Selain itu, kepemimpinan yang efektif didukung pula oleh faktor-faktor seperti karakteristik pemimpin, gaya kepemimpinan yang digunakan, suasana di dalam Gapoktan dan juga karakteristik anggota kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan. Gapoktan Mekar Sejahtera dikenal sebagai Gapoktan yang cukup berhasil di daerah Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Salah satu program unggulan yang membuat Gapoktan Mekar Sejahtera yng dinilai berhasil adalah produk olahan dari buah nanas. Tetapi saat ini produk olahan buah nanas tersebut
3
sudah lama tidak berjalan. Selain itu, program-program lainnya seperti budidaya pohon alpukat juga tidak berhasil. Rutinitas pertemuan antar kelompok maupun pertemuan anggota kelompok terbilang tidak terlalu sering dilakukan dan masih banyak petani di Desa Cipelang yang belum bergabung dengan kelompok tani maupun Gapoktan. Maka dari itu, hal-hal tersebut bisa terjadi salah satunya karena kepemimpinan kurang efektif yang berasal dari dalam diri pemimpin maupun dukungan dari kelompok tani anggota Gapoktan. Oleh karena itu, kepemimpinan yang efektif harus dibangun dengan adanya kerjasama diantara pemimpin dengan kelompok tani sehingga tujuan-tujuan Gapoktan dan kelompok tani di dalam Gapoktan semakin dinamis sehingga dapat tercapai dan terlaksana dengan baik. Dari uraian sebelumnya, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik anggota Gapoktan, dilihat dari usia, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman organisasi, masa keanggotaan, dan motivasi dan hubungannya dengan kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan? 2. Program-program apa saja yang dilaksanakan oleh Gapoktan dan hubungannya dengan kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan? 3. Bagaimana tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan dan hubungannya dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan? 4. Bagaimana hubungan antara karakteristik anggota, program-program Gapoktan, tingkat efektivitas kepemimpinan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan? Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam Kedinamisan Kelompok Tani di Desa Cipelang Bogor. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi karakteristik anggota Gapoktan dilihat dari usia, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman organisasi, masa keanggotaan, motivasi, dan hubungannya dengan kedinamisan kelompok tani. 2. Menganalisis program-program apa saja yang dilaksanakan oleh Gapoktan dan hubungannya dengan kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan. 3. Menganalisis bagaimana tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan dan hubungannya dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan. 4. Menganalisis hubungan antara karakteristik anggota, program-program Gapoktan, tingkat efektivitas kepemimpinan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan.
4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi akademisi, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi dan pengetahuan tentang hubungan efektivitas kepemimpinan dalam peningkatan kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan, serta dapat menjadi awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya secara lebih mendalam terkait penelitian sejenis. 2. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk menumbuhkan kembali potensi yang dimiliki oleh Gapoktan, kelompok tani anggota Gapoktan, dan juga mendukung kepemimpinannya dalam Gapoktan dengan memberikan pelatihan secara berkala. 3. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam hal efektivitas kepemimpinan Gapoktan dalam peningkatan kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan.
5
TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan Pemimpin adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab dan sifat-sifat kepemimpinan, sehingga pemimpin akan mempunyai bawahan sebagai pengikut. Kemampuan pemimpin mempengaruhi orang-orang yang menjadi pengikut agar ia dapat menyumbangkan kegiatannya ikut bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu merupakan aktivitas “kepemimpinan” (leadership) (Pangewa 2004). Pengertian kepemimpinan menurut Robbins (1996) adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Pemimpin akan memberikan pengaruh yang meliputi: nilai yang akan dicapai, arah yang menuntun masa depan, dan cara yang akan memberikan petunjuk bagaimana tugas-tugas diselesaikan Selain itu, menurut Wiriadihardja (1987), pemimpin adalah seseorang yang dengan cara apapun, mampu mempengaruhi pihak orang lain untuk berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak orang itu sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seseorang yang dengan cara apapun mampu mempengaruhi pihak lain, untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak orang itu, sehingga berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan. Melihat dari beberapa pengertian atau definisi mengenai pemimpin dan kepemimpinan yang telah disebutkan, dapat diambil benang merahnya bahwa kepemimpinan identik dengan kata “mempengaruhi”. Dalam sebuah kepemimpinan, kemampuan mempengaruhi orang lain sangatlah penting agar tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik dan lebih terarah. Kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi dan mengarahkan anggotanya tidak terlepas dari adanya kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin. Menurut French dan Raven (1968) dalam Gibson et al. (1997) kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin dapat bersumber dari: 1. Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya. 2. Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya 3. Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya. 4. Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya. 5. Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seseorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.
6
Fungsi-fungsi Kepemimpinan Adanya seorang pemimpin dalam sebuah kelompok atau organisasi tidak terlepas dari fungsi kepemimpinannya. Fungsi kepemimpinan perlu diketahui oleh seorang pemimpin bertujuan agar pemimpin mengetahui untuk apa ia memimpin kelompok atau organisasi tersebut, mengetahui bagaimana menentukan sikap didepan anggota kelompok atau organisasi, dan mempermudah dalam pencapaian tujuan kelompok atau organisasi. Menurut Pangewa (2004)1 terdapat dua macam klasifikasi fungsi kepemimpinan, yakni: (1) Task Function (Fungsi Tugas), fungsi tugas berkenaan dengan sesuatu yang harus dilaksanakan untuk memilih dan mencapai tujuan secara rasional; dan (2) Maintenance function (Fungsi Pemeliharaan), fungsi pemeliharaan berhubungan dengan kepuasan emosi yang diperlukan untuk mengembangkan dan memelihara kelompok, masyarakat, atau untuk keberadaan organisasi. Pemimpin memiliki peran penting dalam menjalankan fungsi kepemimpinan. Dalam hal fungsi tugas, pemimpin akan mengarahkan anggotanya untuk melaksanakan tugas-tugas kelompok atau keorganisasiannya untuk mencapai tujuan. Sedangkan, peran pemimpin dalam menjalankan fungsi pemeliharaan yaitu dengan membangun hubungan baik dengan anggota kelompok atau organisasi maupun dengan pihak diluar kelompok atau organisasi, maksudnya adalah agar semua pihak dapat membantu kelangsungan perjalanan organisasi dan pencapaian tujuan. Kedua macam fungsi tersebut perlu diketahui oleh seorang pemimpin dalam kepemimpinannya agar pencapaian tujuan dan kepuasan anggota kelompok atau para pengikutnya dapat dicapai dengan efektif. Fungsi-fungsi tersebut pun akan dapat membantu pemimpin agar lebih memahami perannya sebagai seseorang yang memimpin sebuah kelompok, masyarakat, maupun organisasi. Teori-Teori Kepemimpinan Menurut Robbins (2002), ada beberapa teori mengenai kepemimpinan seorang pemimpin, salah satunya adalah Teori Kepemimpinan Sifat, Teori Kepemimpinan Fiedler, dan Teori Kepemimpinan Model Path-Goal. Teori Kepemimpinan Sifat Teori sifat dibuat berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik banyak pemimpin – baik pemimpin yang sukses maupun yang tidak sukses – dan digunakan untuk memprediksi efektivitas kepemimpinan seseorang. Teori kepemimpinan sifat adalah suatu pandangan atau pendapat yang mengatakan bahwa efektivitas seorang pemimpin banyak ditentukan oleh sifat-sifat atau karakter yang dimiliki oleh pemimpin tersebut. Teori ini membedakan pemimpin dari non pemimpin yang memusatkan perhatian pada kualitas dan karaktersitik pribadi seseorang.
1
2
Merujuk kepada William R. Lassey dalam bukunya Wahjosumidjo yang berjudul Kepemimpinan dan Motivasi (1982) Merujuk kepada Sukanto Reksohadiprojo dan T. Hani Handoko dalam bukunya Organisasi
7
Teori Kepemimpinan Model Fiedler Teori ini menyatakan bahwa kinerja kelompok efektif tergantung pada pasangan yang cocok antara gaya pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya dan tingkatan di mana keadaan memberi pengaruh serta kendali terhadap pemimpin. Gaya kepemimpinan diukur dengan sebuah instrumen LeastPrefered Co-Worker Scale Quetionnaire (Daftar pertanyaan LPC), yang mengukur tingkat perasaan positif atau negatif yang dimiliki seseorang terhadap orang lain yang paling tidak dipilih untuk bekerja sama. Acuannya adalah apakah seseorang bersifat task-oriented atau relationship-oriented. Menurut Ivancevich (2007), nilai yang rendah dalam LPC dianggap gaya kepemimpinan yang task oriented (berorientasi tugas), yaitu gaya yang mengontrol dan terstruktur. Sedangkan nilai yang tinggi diasosiasikan dengan gaya kepemimpinan yang relationship-oriented (berorientasi hubungan, yaitu gaya yang pasif dan memiliki kepedulian. Setelah gaya kepemimpinan dasar seseorang individu dinilai melalui LPC, perlu menyesesuaikan pemimpin dengan situasi. Tiga faktor kondisi atau dimensi kontinjensi yang dikenalkan oleh Fieldler ditetapkan sebagai berikut: a. Hubungan pemimpin-anggota: Tingkat keyakinan, kepercayaan, dan penghargaan bawahan terhadap pemimpin mereka. b. Struktur tugas: Tingkatan pada tugas-tugas kerja bawahan tersrtuktur atau tidak terstruktur. c. Wewenang jabatan: Tingkat pengaruh seseorang pemimpin terletak pada variasi wewenang, seperti mempekerjakan, memecat, mendisiplinkan, memperomosikan, dan menaikan gaji. Fiedler menyatakan bahwa semaik baik hubungan antara pemimpin dan anggota, semakin tinggi tingkat struktur kerja, dan semakin kuat wewenang jabatan, semakin besar pengaruh yang dimiliki oleh pemimpin. Teori Kepemimpinan Model Path-Goal Teori path-goal adalah suatu model kontinjensi kepemimpinan yang dikembangkan oleh Robert House. Dasar teori ini adalah bahwa merupakan tugas pemimpin untuk membantu anggotanya dalam mencapai tujuan mereka dan untuk memberi arah dan dukungan atau keduanya yang dibutuhkan untuk menjamin tujuan mereka sesuai dengan tujuan kelompok atau organisasi secara keseluruhan. Istilah path-goal ini datang dari keyakinan bahwa pemimpin yang efektif memperjelas jalur untuk membantu anggotanya dari awal sampai ke pencapaian tujuan mereka, dan menciptakan penelusuran di sepanjang jalur yang lebih mudah dengan mengurangi hambatan. Robert House mengenali empat perilaku pemimpin, yaitu directive-leader, supportive-leader, participate-leader, dan achievementoriented-leader. Teori ini mengimplikasikan bahwa pemimpin yang sama mampu menjalankan beberapa atau keseluruhan perilaku yang bergantung kepada situasi.
8
Gaya Kepemimpinan Dalam menjalankan peran sebagai seorang pemimpin diperlukan teknikteknik tertentu agar anggota atau bawahannya mau mengikuti apa yang ditugaskan atau diperintahkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan dengan baik. Seorang pemimpin akan menggunakan gaya-gaya kepemimpinan dalam menjalankan kelompok atau organisasi yang dipimpinnya. Gaya-gaya kepemimpinan yang digunakan harus disesuaikan dengan keadaan intern anggota atau bawahannya maupun keadaan kelompok atau organisasi yang dipimpinnya. Menurut Iskandar (2004)2, secara relatif ada tiga macam gaya kepemimpinan , yakni: 1. Gaya kepemimpinan otokratis (otoriter) ini hanya tepat diterapkan dalam organisasi yang sedang menghadapi keadaan darurat karena sendi-sendi kelangsungan hidup organisasi terancam, apabila keadaan darurat telah selesai, gaya kepemimpinan otoriter ini harus ditinggalkan oleh pemimpin. 2. Gaya kepemimpinan demokratis kualitasnya lebih baik dan masalahnya lebih sedikit, terjadi saling saran antara pimpinan dan bawahan, saling berpendapat, semua orang dianggap sama penting dalam menyumbangkan ide dalam pembuatan keputusan. 3. Gaya kepemimpinan laissez faire bisa diterapkan ketika anggota organisasi sudah mampu untuk mengetahui dan menjalankan tugas-tugas keorganisasiannya tanpa harus diarahkan oleh pemimpin. Pemimpin bersifat pasif dalam gaya kepemimpinan ini. Selain gaya kepemimpinan yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa gaya kepemimpinan lainnya. Salah satunya menurut House (1971) dalam Robbins (2002), terdapat 4 macam gaya kepemimpinan, yaitu: 1. Kepemimpinan direktif, gaya kepemimpinan ini mengharuskan pemimpin memberikan panduan atau arahan kepada anggota organisasi mengenai apa dan bagaimana cara menjalankan tugas-tugas keorganisasiannya; 2. Kepemimpinan suportif, disini pemimpin akan lebih menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan dan kebutuhan karyawan, bersikap ramah, dan memperlakukan anggota organisasi sebagai orang yang setara dengan dirinya; 3. Kepemimpinan partisipatif mewajibkan pemimpin harus selalu berkonsultasi dengan para karyawan dan serius mempertimbangkan gagasan mereka pada saat pengambilan keputusan; 4. Kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian (AchievementOriented) diterapkan oleh pemimpin dengan cara mendorong para karyawan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi mereka dengan menetapkan tujuan yang menantang, menekan pada kesempurnaan dan memperlihatkan kepercayaan diri atas kemampuan karyawan. Gaya-gaya kepemimpinan yang telah dijelaskan di atas diperlukan dalam sebuah kelompok atau organisasi. Seorang pemimpin akan merasa lebih sulit dalam menjalankan kepemimpinannya apabila ia tidak menggunakan gaya-gaya kepemimpinan dalam memimpin anggota kelompok atau organisasinya. Gaya kepemimpinan akan membantu pemimpin dalam menghadapi karakter anggota, 2
Merujuk kepada Sukanto Reksohadiprojo dan T. Hani Handoko dalam bukunya Organisasi Perusahaan (1995)
9
masalah dalam kelompok atau organisasi dan berbagai situasi di dalam kelompok atau organisasi, termasuk dalam hal pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan dapat disesuaikan dengan keadaan kelompok atau organisasi agar tujuan yang disepakati bersama dapat dicapai dengan baik. Gaya kepemimpinan pun salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kinerja anggota kelompok atau organisasi, seperti yang dikemukakan oleh Tampubolon (2007) yaitu faktor gaya kepemimpinan memberikan kontribusi yang relatif besar dan sangat signifikan terhadap peningkatan kinerja pegawai pada organisasi dan tingkat organisasi. Tidak berbeda jauh dengan yang dikemukakan oleh Randhita (2009) dan Norman (2010) bahwa pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan dalam menjalankan organisasinya adalah salah satu faktor yang akan menentukan keberhasilan dan keefektifan organisasi yang dipimpinnya. Karakteristik Pemimpin Karakteristik pemimpin adalah ciri khas atau sifat atau perilaku yang melekat dan dimiliki oleh seorang pemimpin. Karakteristik pemimpin dapat ditelusuri melalui sifat, watak, dan perangai dari seorang pemimpin itu sendiri. Sifat, watak dan perangai yang dimiliki oleh seorang pemimpin dapat mendukung tercapainya kepemimpinan yang efektif. Menurut Wiriadihardja (1987), beberapa sifat, watak, dan perangai kepemimpinan adalah sebagai berikut: 1. Toleransi, seorang pemimpin yang berhasil, tidak menutup diri terhadap berbagai ide dari luar. Dia terbuka bagi segala pandangan atau gagasan dengan asumsi bahwa setiap pengusul gagasan bertanggung jawab dan dapat menjelaskan atau mempertahankan sifat kepraktisan dari gagasan yang diajukan. 2. Keuletan, seorang pemimpin yang sukses digambarkan sebagai memiliki keuletan dan kestabilan emosi. Dia memiliki kepercayaan terhadap dirinya sendiri sekalipun tidak dalam segala hal. Kedudukannya sebagai pemimpin mendorong sifatnya serba ingin tahu. 3. Rasa Kesungguhan, pemimpin yang berhasil mencerminkan tanda-tanda kepribadian yang memiliki rasa kesungguhan mengenai pekerjaannya, organisasi, dan masa depannya. Kepuasan dirinya terletak pada hasil kemajuan yang dicapai oleh usahannya atau usaha organisasinya. Dia berpegang pada tugasnya, belajar serta menarik pengalaman sebaikbaiknya dari pekerjannya dan melatih secara baik-baik bawahannya untuk dapat diserahi tanggung jawab. 4. Tenang, penelitian kepemimpinan, menunjukan adanya ciri dan sifat yang tidak menonjolkan kekakuan, tidak pasif, dan selalu tanggap terhadap segala ketidaktretiban. Hambatan dan tantangan dalam tugas, dianggapnya sebagai hal yang wajar dan harus diperhitungkan dalam setiap perjuangan hidupnya. 5. Terarah, cakap mengarahkan para pekerja dan pekerjaannya. Mempunyai wibawa, kesetiaan, dan dukungan kerjasama dari bawahannya. Mempunyai nama baik dalam menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif. 6. Tanggap dan terampil, cepat mengerti dan cepat menangkap instruksi dan penjelasan. Cepat menilai situasi, kondisi, dan lingkungan baru secara
10
tepat. cepat menentukan fakta dan situasi serta berdasarkan itu membuat putusan yang tepat. 7. Cakap dan luwes, memiliki daya kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Memiliki ilmu pengetahuan, pengalaman, dan kecakapan yang diperlukan untuk menyukseskan tanggungjawabnya. Mampu mengubah perhatian dari permasalahan yang satu kepada yang lain, sehingga semua memperoleh perhatian manajemen secara merata. Memiliki imajinasi, menyetujui pertanggung jawab, melaksanakan dan menjamin prestasi pekerjaan serta memiliki para pembantunya yang cakap. Selain itu, menurut Davis (1972) dalam Thoha (1991), empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan sebuah kelompok atau organisasi adalah sebagai berikut: (1) Kecerdasan; (2) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial; (3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi; (4) sikap-sikap hubungan kemanusiaan. Efektivitas Kepemimpinan Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dicapainya keberhasilan, dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Rahmawati (2002), efektivitas kepemimpinan adalah kualitas pelaksanaan fungsi kepemimpinan yang merupakan kemampuan mencapai sasaran-sasaran dan tujuan perusahaan yang diukur berdasarkan persepsi anggota organisasi tentang perilaku-perilaku kepemimpinan perusahaan dan ketrampilan kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa tercapainya efektivitas kepemimpinan dilihat dari sejauh mana pemimpin mampu mencapai sasaran atau tujuan, khususnya tujuan-tujuan Gapoktan dengan baik dan penilaian ini dinilai oleh kepuasan anggota Gapoktan terhadap kinerja pemimpin dalam menjalani fungsi-fungsinya sebagai pemimpin. Menurut hasil penelitian Andriani dan Rusli (2008), efektivitas kepemimpinan diwujudkan dalam meningkatkan kinerja pekerja untuk mencapai tujuan. salah satu prinsip kepemimpinan yang efektif adalah kemampuan memenuhi (pemuasan) kebutuhan bersama. Kelompok Tani Departemen Pertanian Tahun 1971 mengemukakan bahwa kelompok tani adalah kumpulan orang-orang tani yang bersifat informil. Anggotanya adalah petani-petani yang berada dalam lingkungan pengasuhan seorang kontak tani. Ikatan dalam kelompok tani berpangkal kepada keserasian dalam arti mempunyai pandangan, kepentingan, dan kesenangan yang sama. Sedangkan menurut Peratuan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengambangkan usaha anggota. Fungsi kelompok tani adalah untuk kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi. Menurut Peratuan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, tingkat kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam
11
mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri yang dicirikan antara lain: 1. Adanya pertemuan/rapat anggota/rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan; 2. Disusunnya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi; 3. Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama; 4. Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapih; 5. Sebagai sumber serta layanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompok tani khususnya; 6. Adanya jalinan kerja sama antara kelompok tani dengan pihak lain; 7. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggta atau penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 yang dimaksud dengan Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. selain itu, Departemen Pertanian Tahun 1971 menyebutkan pengertian mengenai Himpunan Tani atau Gapoktan, yaitu Himpunan tani atau Gapoktan adalah organisasi-organisasi yang bersifat formil, dimana pengurus dan anggotaanggotanya jelas terdaftar. Penggabungan kelompok tani ke dalam Gapoktan dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya dan berhasil dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar. Menurut Peratuan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, Gapoktan melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut: 1. Merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan harga); 2. Penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, kualitas, kontinuitas, dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui kelompoknya; 3. Penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit/pinjaman kepada para petani yang memerlukan. 4. Melakukan proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading, pengepakan dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai tambah; 5. Menyelenggarakan perdaganyan, memasarkan/menjual produk petani kepada pedagang/industri hilir. Pengembangan kelompok tani menurut Peratuan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 diarahkan pada peningkatan kemampuan setiap kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Kelompok tani yang berkembang bergabung ke dalam Gapoktan. Gapoktan yang kuat dan mandiri dicirikan antara lain:
12
1. Adanya pertemuan/rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan; 2. Disusunnya rencana kerja Gapoktan secara bersamaan dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi; 3. Memiliki aturan/norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama; 4. Memiliki pencatatan/pengadministrsian setiap anggota organisasi yang rapih; 5. Memfasilitsi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir; 6. Memfasilitas usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar; 7. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompok tani khususnya; 8. Adanya jalinan kerjasama antara Gapoktan dengan pihak lain; 9. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan Gapoktan. Dinamika Kelompok Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama (Santosa 2006). Sedangkan menurut Syamsu (1991), dinamika kelompok adalah berbagai kekuatan yang menentukan perilaku anggota dan perilaku kelompok yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Unsur-unsur dinamika kelompok ada delapan, yaitu (1) Struktur Kelompok; (2) Tujuan Kelompok; (3) Fungsi Tugas; (4) Pembinaan Kelompok; (5) Kekompakan Kelompok; (6) Suasana Kelompok; (7) Tekanan Kelompok; dan (8) Efektivitas Kelompok (Slamet 1978).
13
KERANGKA PEMIKIRAN Sebuah Gapoktan yang kuat dan mandiri tidak terlepas dari peran kepemimpinan seorang pemimpin Gapoktan. Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang efektif dan efisien, juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi, memberikan contoh, dan mengarahkan anggotanya agar memiliki kinerja yang lebih baik. Maka dari itu, efektivitas kepemimpinan ditunjang oleh karateristik individu pemimpin dan gaya kepemimpinan yang digunakan dalam memimpin anggota kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan. Efektivitas kepemimpinan ini diduga terdapat hubungan kepada tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan. Selain itu, karakteristik anggota kelompok tani dalam Gapoktan pun diduga terdapat hubungan terhadap tingkat kedinamisan Kelompok Tani Anggota. Tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan dalam penelitian ini diukur dengan enam unsur-unsur dinamika kelompok, yaitu struktur kelompok, tujuan kelompok, pembinaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, dan efektivitas kelompok. (X) Karakteristik Anggota Gapoktan s (X1.1) Usia Petani (X1.2) Pendidikan Formal (X1.3) Pendidikan Non Formal (X1.4) Pengalaman Organisasi (X1.5) Masa Keanggotaan Petani (X1.6) Motivasi Petani (X.2) Program Gapoktan (X 2.1) Gapoktan sebagai inisiator (X2.2) Gapoktan sebagai pelaksana (X3) Efektivitas Kepemimpinan (X3.1) Karakteristik Pemimpin (X3.2) Gaya Kepemimpinan
(Y1) Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan (Y1.1) Struktur Kelompok (Y1.2) Tujuan Kelompok (Y1.3) Pembinaan Kelompok (Y1.4) Kekompakan Kelompok (Y1.5) Suasana Kelompok (Y1.6) Efektivtias Kelompok
Keterangan: Hubungan
Gambar 1
Kerangka pemikiran hubungan tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan Mekar Sejahtera dalam tingkat kedinamisan kelompok tani
14
Hipotesis Hipotesis penelitian yang dapat ditarik oleh peneliti sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara karakteristik anggota Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan 2. Terdapat hubungan antara program Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan 3. Terdapat hubungan antara efektivitas kepemimpinan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan
Definisi Operasional Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: X1.2 Karakteristik Anggota Gapoktan, yaitu ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh anggota organisasi Gapoktan. Berikut variabel-variabelnya: X1.2.1 Usia petani anggota, yaitu lamanya seseorang hidup di dunia hingga wawancara ini dilakukan. Skala yang digunakan dalam usia adalah skala rasio. Namun untuk keperluan analisis data statistik deskriptif, maka data dipilah menjadi tiga kelompok, yaitu: rendah, sedang, tinggi. Rendah : masa awal dewasa (18-30 tahun) Sedang : masa usia pertengahan (30-50 tahun) Tinggi : masa tua (>55 tahun) X1.2.2 Pendidikan formal petani anggota, yaitu jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah dijalani oleh petani hingga saat wawancara dilakukan. Tota pertanyaan 1. Skala yang digunakan adalah skala ordinal, rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3), yaitu: Rendah : Tidak sekolah/SD Sedang : SMP dan sederajat Tinggi : SMA/D3/S1 X1.2.3 Pendidikan non formal petani, yaitu jumlah kursus atau pealtihan yang diikuti oleh petani dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Total pertanyaan 1. Skala yang digunakan adalah skala ordinal, rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). yaitu: Rendah :<2 Sedang : 3-5 Tinggi :>5 X1.2.4 Pengalaman organisasi, yaitu pernah atau tidaknya individu menjadi pengurus Gapoktan Mekar Sejahtera. Skala yang digunakan adalah skala ordinal, yaitu: Tidak :1 Pernah :2 X1.2.5 Masa keanggotaan petani, yaitu lamanya individu menjadi anggota Gapoktan Mekar Sejahtera yang di ukur dalam tahun. Skala yang digunakan adalah skala rasio. Namun Namun untuk keperluan analisis data statistik deskriptif, maka data dipilah menjadi tiga kelompok, yaitu: rendah, sedang, tinggi. Total pertanyannya adalah 1. Skornya sebagai berikut:
15
Rendah : < 1 tahun Sedang : 2-5 tahun : > 5 tahun Tinggi X1.2.6 Motivasi, yaitu hal yang mendorong yang dimiliki oleh anggota dalam menjalani organisasi untuk mencapai tujuan organisasi, bisa dalam bentuk materi dan non materi. Skala yang digunakan adalah skala ordinal dengan kategori yaitu rendah (skor 1) , sedang (skor 2), dan tinggi (skor 3). Total pertanyaan dalam kuesioner sebanyak 8 pertanyaan. Rendah : 8-13 : 14-19 Sedang Tinggi : 20-24 X.2 Program Gapoktan adalah berbagai kegiatan Gapoktan yang direncanakan, dilaksanakan, dimonitoring dan dievaluasi oleh pengurus Gapoktan maupun anggota kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan. X2.1 Gapoktan sebagai inisiator adalah program-program yang ada di dalam Gapoktan dan dibuat oleh pemimpin, pengurus, dan anggota. Indikatornya adalah keikutsertaan pemimpin, pengurus, dan anggota dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring evaluasi program Gapoktan. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 5 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: : 5-7 Rendah Sedang : 8-10 Tinggi : 11-15 X2.2 Gapoktan sebagai pelaksana adalah program-program yang diinisiasi oleh pihak luar Gapoktan (misalnya program dari pemerintah atau swasta). Indikatornya adalah keikutsertakan pemimpin, pengurus, dan anggota dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring evaluasi program yang diberikan kepada Gapoktan. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 6 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 6-9 Sedang : 10-13 Tinggi : 14-18 X3
Efektivitas Kepemimpinan adalah kualitas pelaksanaan tugas kepemimpinan yang merupakan kemampuan mencapai sasaran-sasaran dan tujuan organisasi yang diukur berdasarkan persepsi anggota organisasi. Beberapa variabelnya, antara lain:
16
X3.1 Karakteristik Pemimpin, yaitu ciri-ciri khusus (sifat, watak, dan perilaku) yang melekat dan dimiliki oleh individu yang menjadi seorang pemimpin. Berikut terdapat tujuh variabelnya: X3.1.1 Toleransi adalah terbuka bagi segala pandangan, ide, gagasan yang diajukan oleh anggota Gapoktan dengan asumsi setiap pengusul gagasan bertanggung jawab dengan gagasannya. Indikator toleransi adalah diukur berdasarkan keterbukaan terhadap pandangan dan gagasan, kemauan menerima perbedaan, dan perilaku yang tidak memaksakan kemauannya. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaan dalam kuesioner sebanyak 3 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 3-4 Sedang : 5-6 Tinggi : 7-9 X3.1.2 Keuletan adalah perilaku yakin dan percaya terhadap diri sendiri sebagai pemimpin dalam menjalani tugas dan peran sebagai seorang pemimpin. Indikator keuletan adalah diukur berdasarkan memberi informasi, usaha memajukan Gapoktan, dan menggunakan keahliannya dalam memajukan Gapoktan.. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaan dalam kuesioner sebanyak 4 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 4-6 Sedang : 7-9 Tinggi : 10-12 X3.1.3 Rasa Kesungguhan adalah keteguhan yang dimiliki oleh pemimpin untuk berpegang pada tugas, belajar, serta menarik pengalaman sebaik-baiknya dari pekerjaannya dan melatih secara baik-baik anggotanya untuk dapat diserahi tanggung jawab. Indikator rasa kesungguhan adalah diukur berdasarkan kemampuan menjalankan tugas, menjadi pemimpin yang baik, dan minat pada posisinya sebagai pemimpin. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 3 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 3-4 Sedang : 5-6 Tinggi : 7-9 X3.1.4 Tenang adalah kemampuan yang dimiliki pemimpin dalam mengendalikan emosi dan menempatkan emosi dalam menjalankan Gapoktan terutama dalam situasi kritis. Indikator tenang adalah diukur berdasarkan kemampuan mengendalikan emosi, kemampuan menempatkan emosi, tidak mudah terprovokasi, dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil
17
keputusan. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 3 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 3-4 Sedang : 5-6 Tinggi : 7-9 X3.1.5 Terarah adalah kemampuan yang dimiliki pemimpin dalam mengarahkan anggota Gapoktan dalam menjalani tugastugasnya sehingga tujuan Gapoktan dapat tercapai dengan efektif. Indikator terarah adalah diukur berdsarkan kemampuan pemimpin untuk mengarahkan, membimbing, memberi dukungan kepada anggota. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 3 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 3-4 Sedang : 5-6 Tinggi : 7-9 X3.1.6 Tanggap dan Terampil adalah kemampuan yang dimiliki pemimpin dalam memahami, mengikuti, merespon instruksi, dan menangkap penjelasan dengan baik dan cepat. Juga dalam menanggapi/menilai situasi, terutama situasi kritis yang dialami oleh Gapoktan. Indikator tanggap dan terampil adalah diukur berdasarkan kecepatan pemimpin mengerti dan menangkap instruksi dan penjelasan, menilai situasi dan kondisi, merespon permasalahan. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 3 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 3-4 Sedang : 5-6 Tinggi : 7-9 X3.1.7 Cakap dan Luwes adalah kemampuan yang dimiliki pemimpin dalam beradaptasi dengan lingkungan Gapoktan, termasuk anggota Gapoktan. Mampu mengubah perhatian dari permasalahan yang satu dengan yang lain. Indikator cakap dan luwes adalah diukur berdasarkan keberhasilan tanggung jawab yang dijalani, kemampuan beradaptasi dengan permasalahan. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 3 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 3-4 Sedang : 5-6 Tinggi : 7-9
18
X3.2 Gaya Kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang diterapkan oleh pemimpin kepada bawahannya agar tujuan organisasi dapat tercapai. X3.2.1 Gaya kepemimpinan direktif, diukur berdasarkan kemampuan pemimpin dalam memberikan panduan atau arahan kepada anggota dalam pembuatan keputusan, pengarahan cara menjalankan tugas, kontrol terhadap pengerjaan tugas, hubungan dengan anggota. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 4 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 4-6 Sedang : 7-9 Tinggi : 10-12 X3.2.2 Gaya kepemimpinan suportif, diukur berdasarkan kemampuan pemimpin dalam memperlakukan anggota seperti, sikap terhadap anggota, kepedulian terhadap anggota, dan memberikan bantuan kepada anggota. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 4 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 4-6 SedSang : 7-9 Tinggi : 10-12 X3.2.3 Gaya kepemimpinan partisipatif, diukur berdasarkan kemampuan pemimpin dalam memberikan kesempatan bertanya kepada anggota, kesempatan memberikan ide atau gagasan kepada anggota, dan kesempatan dalam pembuatan keputusan kepada anggota. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 4 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 4-6 Sedang : 7-9 Tinggi : 10-12 X3.2.4 Gaya kepemimpinan achievement-oriented, diukur berdasarkan kemampuan pemimpin dalam memberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas kepada anggota, pembuatan keputusan, dan kesempatan untuk penerimaan ide atau gagasan dari anggota. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 4 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 4-6 Sedang : 7-9 Tinggi : 10-12
19
Y1 Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota adalah tinggi atau rendahnya kekuatan yang dimiliki oleh kelompok tani dalam usaha pencapaian tujuan Kelompok Tani yang tergabung dalam Gapoktan Mekar Sejahtera. Y1.1 Struktur kelompok adalah cara kelompok mengatur dirinya sendiri dalam mencapai tujuan kelompok. Indikatornya adalah kesempatan untuk mengambil keputusan, keterlibatan dalam pengerjaan tugas kelompok, kelancaran komunikasi antar anggota, intensitas interaksi antar anggota kelompok, dan adanya sarana untuk interaksi antar anggota kelompok. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 5 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 5-7 Sedang : 8-10 Tinggi : 11-15 Y1.2 Tujuan Kelompok adalah gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan dapat dicapai oleh kelompok. Indikatornya adalah tujuan kelompok jelas diketahui oleh anggota kelompok, tujuan kelompok dimengerti oleh anggota kelompok, dan tujuan kelompok selaras tujuan anggota kelompok. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 5 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 5-7 : 8-10 Sedang Tinggi : 11-15 Y1.3 Pembinaan Kelompok adalah usaha-usaha yang dilakukan agar kehidupan kelompok tetap bertahan. Indikatornya adalah adanya partisipasi anggota di dalam setiap kegiatan kelompok, adanya kegiatan-kegiatan yang mempererat hubungan antar kelompok, adanya usaha untuk menentukan standar atau aturan/norma sebagai alat kontrol sosial dalam kelompok, dan adanya fasilitas untuk mendukung pembinaan kelompok. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 4 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 4-6 Sedang : 7-9 Tinggi : 10-12 Y1.4 Kekompakan Kelompok adalah rasa yang dimiliki oleh anggota kelompok untuk tetap menjaga keutuhan dan kelangsungan kelompoknya. Indikatornya adalah adanya perasaan memiliki kelompok, mengakui dirinya sebagai anggota kelompok, adanya jiwa kerjasama dan saling mendukung ke sesama anggota kelompok, dan kemampuan pemimpin kelompok dalam membina kelompoknya. Variabel diukur dengan menggunakan skala
20
pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 5 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 5-7 Sedang : 8-10 Tinggi : 11-15 Y1.5 Suasana Kelompok adalah keadaan didalam kelompok yang dirasakan oleh anggota kelompok seperti rasa hangat dan setia kawan, rasa takut dan saling mencurigai, sikap saling menerima, sikap saling menghargai, dan adanya rasa semangat yang tinggi didalam diri anggota kelompok. Indikatornya adalah adanya keeratan hubungan antar anggota, lingkungan fisik kelompok yang menyenangkan, adanya kedemokratisan di dalam kelompok (kebebasan berpartisipasi). Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 6 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 6-9 Sedang : 10-13 Tinggi : 14-18 Y1.6 Efektivitas Kelompok adalah usaha yang dilakukan oleh kelompok dalam hal peningkatan keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan. Indikatornya adalah peningkatan hasil atau produktivitas dan kepuasan anggota kelompok. dalam pencapaian tujuan kelompok. Variabel diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan menggolongkan menjadi rendah (skor 1), sedang (skor 2), tinggi (skor 3). Total pertanyaannya sebanyak 5 pertanyaan. Skornya sebagai berikut: Rendah : 5-7 Sedang : 8-10 Tinggi : 11-13
21
PENDEKATAN LAPANG Penelitian ini dilakukan menggunakan metode pendekatan kuantitatif yang didukung dengan metode pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif adalah menghubungkan antar peubah atau variabel dan fenomena-fenomena sosial dengan ukuran kuantitatif. Instrumen yang digunakan untuk pendekatan kuantitatif yaitu dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data kepada responden yang terpilih. Pendekatan kualitatif yang digunakan, yaitu melalui wawancara mendalam dengan pihak yang terkait, yaitu petani yang menjadi responden, pengurus Gapoktan, dan ketua Gapoktan sebagai informan. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi di Desa Cipelang terdapat Gabungan Kelompok Tani Mekar Sejahtera yang membawahi sepuluh kelompok tani, yaitu Mekar Sejahtera, Barokah Tani, Multi Tani, Tunas Sejahtera, Mekar Wangi, Barokah 1, Harapan Sejahtera, Remaja Tani, Aman Sejahtera, dan Amanah. Penelitian dilaksanakan dalam waktu enam bulan. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal penelitian, kolokium, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data di lapang, pengolah dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara daftar pertanyaan serta didukung dari data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi langsung. Sedangkan, data sekunder sebagai data pendukung diperoleh melalui berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yaitu buku, jurnal penelitian, skripsi, dan internet. Serta data monografi penduduk di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Tabel 1 Kerangka sampling kelompok tani yang menjadi responden Nama Kelompok Tani Mekar Sejahtera Mekar Wangi Harapan Sejahtera
Populasi (Jiwa) 60 25 25
Sampel 10 10 10
% dari populasi 16.7 40.0 40.0
Populasi dalam penelitian ini adalah tiga kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan Mekar Sejahtera yang berlokasi di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor (Lampiran 2). Ketiga kelompok tani tersebut adalah Kelompok Tani Mekar Sejahtera, kelompok Tani Mekar Wangi, dan Kelompok Tani Harapan Sejahtera. Populasi homogen dengan melihat ruang lingkup kerja yang sama, yaitu sebagai petani. Unit analisis dalam penelitian ini adalah anggotaanggota yang berada di dalam Kelompok Tani Harapan Sejahtera, kelompok Tani
22
Mekar Wangi, dan Kelompok Tani Harapan Sejahtera. Untuk memperoleh responden, ditentukan kerangka percontohan (sampling frame) yang berisi anggota-anggota dari ketiga kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan. Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Setiap kelompok tani akan diambil sebanyak 10 orang yang dipilih secara sengaja dengan acuan dari setiap ketua dari tiga kelompok tani dengan sehingga hasil keseluruhan responden berjumlah 30 orang. Informan dalam penelitian ini adalah ketua dan pengurus Gapoktan Mekar Sejahtera. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas adalah cara untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun dan Effendi 1989). Dalam penelitian ini, uji validitas dan realibitas kuesioner dilakukan di lokasi yang memiliki kesamaan dengan lokasi penelitian proposal ini, yaitu di Kampung Cipari, Kabupaten Cisarua. Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap daftar pertanyaan penelitian ini adalah valid dan dapat terukur. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama, melakukan pengkodean pada pertanyaan dan pernyataan yang telah diajukan, kemudian memasukkan data ke buku kode atau lembaran data (code sheet). Kedua, membuat tabel frekuensi. Ketiga, mengedit yakni mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi baik pada saat mengisi kuesioner, mengkode, maupun memindahkan data dari lembaran kode ke komputer (Singarimbun dan Effendi 2006). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, untuk menggambarkan tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan terhadap tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan. Data kuantitatif (kuesioner) yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi dengan program Microsoft Excel 2007. Lalu, data hasil kuesioner terhadap responden kemudian diolah secara statistik deskriptif dengan menggunakan software Statistical Package for Social Sciences (SPSS) for Windows Version 16.0. Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan sekumpulan data secara visual baik dalam bentuk gambar maupun tulisan yang digunakan untuk menggambarkan data berupa tabel frekuensi. Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner dimasukkan dalam tabel frekuensi, diuji, kemudian dianalisis secara statistik deskriptif yang meliputi tabel frekuensi dan tabulasi silang. Hasil analisis diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pengujian hubungan antar variabel uji korelasi menggunakan Rank Spearman untuk melihat hubungan yang nyata antar variabel dengan data berbentuk ordinal, seperti untuk menentukan hubungan antara kedua variabel (variabel independen dan variabel dependen) yang ada pada penelitian ini, yaitu
23
menguji hubungan antara karakteristik anggota Gapoktan terhadap tingkat kedinamisan kelompok tani, hubungan antara program Gapoktan terhadap tingkat kedinamisan kelompok tani, dan hubungan antara efektivitas kepemimpinan terhadap tingkat kedinamisan kelompok tani. Rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:
Dimana: ρ atau rs : koefisien korelasi spearman rank di : determinan n : jumlah data atau sampel Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam uji korelasi Rank Spearman melalui nilai signifikansi atau probabilitas atau α yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti. Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0.05) artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat kesalahan sebesar 5% dan α (0.01) artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 91% dan tingkat kesalahan sebesar 9%. Dasar pengambilan keputusan dirumuskan sebagai berikut: a. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0.05 atau < 0.01 maka H0 ditolak. Jadi hubungan kedua variabel signifikan; dan b. Jika angka signifikansi hasil penelitian > 0.05 atau 0.01 maka H0 diterima. Jadi hubungan kedua variabel tidak signifikan. Korelasi positif menunjukan hubungan yang searah antar dua variabel yang diuji, yang berarti semakin besar variabel bebas (variabel independen)makan semakin besar pula variabel terikat (variabel dependen). Sementara itu, korelasi negatif menunjukan hubungan yang tidak searah, yang berarti jika variabel bebas besar maka variabel terikat menjadi kecil.
25
GAMBARAN UMUM GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran umum lokasi penelitian ini memuat informasi mengenai lokasi yang menjadi tempat penelitian, yaitu Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Informasi yang disajikan adalah informasi mengenai keadaan geografis desa, keadaan demografi dan sosial budaya, sarana dan prasarana, organisasi dan lembaga kemasyarakatan. Selain itu, sesuai dengan topik penelitian mengenai kepemimpinan di dalam Gapoktan, maka terdapat pula informasi mengenai sejarah singkat Gapoktan, asas tujuan dan landasan Gapoktan, dan struktur organisasi Gapoktan. Kondisi Geografis Desa Cipelang merupakan Ibu Kota Kecamatan yang terletak di Wilayah Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor yang memiliki Luas Wilayah 645.5 ha terdiri dari tiga (3) dusun, tujuh (7) Rukun Warga (RW), dan tiga puluh (30) Rukun Tetangga (RT) dengan batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjung Sari dan Cipicung b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cibalung c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cijeruk dan Warung Menteng d. Sebelah barat berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun salak Pemanfaatan dan penggunaan lahan yang ada di Desa Cipelang lebih banyak digunakan untuk tanah persawahan sebesar 1.24 persen dan tanah perkebunan rakyat maupun swasta sebesar 4.37 persen. Hal ini berkaitan dengan keadaan tofografi di Desa Cipelang yang berada dekat dengan kaki Gunung Salak, sehingga banyak terdapat lahan untuk pertanian, khususnya persawahan dan perkebunan. Rinciannya ada pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2 Luas dan persentase pemanfaatan dan penggunaan lahan di Desa Cipelang Tahun 2012 No Pemanfaatan dan Penggunaan Lahan 1 Perumahan, Pemukiman, dan Pemakaman 2 Tanah Sawah 3 Perkebunan Rakyat dan Swasta 4 Kolam 5 Sungai 6 Jalan Kabupaten 7 Pemakaman Umum 8 Perkantoran 9 Lapangan Olah Raga 10 Tanah Peribadatan 11 Tanah Bangunan Pendidikan Total
Luas (Ha) 41.0
Sumber: Laporan tahunan kinerja Kepala Desa Cipelang 2012
124.0 436.67 8.00 19.00 4.80 1.18 0.02 0.50 0.80 0.60 636.57
% 6.44 19.48 68.59 1.26 2.98 0.75 0.19 0.003 0.07 0.12 0.09 100.00
26
Kondisi Demografi, Sosial dan Budaya Jumlah penduduk di Desa Cipelang berdasarkan hasil laporan bulanan kependudukan sampai akhir bulan Desember Tahun 2012 (sumber: Laporan kinerja Kepala Desa Cipelang 2012) tercatat 10 517 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 5 523 jiwa, perempuan sebanyak 4 994 jiwa, dan jumlah KK sebanyak 2 373 KK. Kondisi mata pencaharian di Desa Cipelang terbagi menjadi beberapa sektor, yaitu sektor pertanian, sektor jasa, sektor wirausaha dan wiraswasta, dan sektor pemerintah atau pegawai negeri. Berbagai sektor mata pencaharian tersebut didukung oleh masuknya modernisasi ke dalam desa. sektor pertanian tidak lagi menjadi sektor yang sangat diminati karena berbagai macam faktor, salah satunya adalah berkurangnya lahan pertanian, dan juga sektor mata pencaharian lain seperti pedagang dan wiraswasta lebih menjanjikan secara ekonomi. Keterangan lebih lengkapnya ada pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cipelang berdasarkan jenis mata pencaharian Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis mata pencaharian Petani dan peternak Pedagang/warung Pegawai negeri ABRI dan POLRI Pensiunan dan Purnawirawan Pengusaha Wiraswasta Pengrajin Tukang bangunan/kayu/batu Penjahit Tukang las Total
Jumlah (orang) 276 571 81 3 7 6 1242 197 33 22 2 2440
% 11.31 23.40 3.31 0.12 0.28 0.24 50.90 8.07 1.35 0.90 0.08 100.00
Sumber: Laporan tahunan kinerja Kepala Desa Cipelang 2012
Tingkat pendidikan di Desa Cipelang termasuk rendah karena terdapat banyak penduduk yang tidak tamat SD. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: kondisi ekonomi, jauh dan sulitnya akses menuju sekolah, dan kurangnya kesadaran penduduk di Desa Cipelang akan pentingnya pendidikan. Berikut keterangan lebih lengkap pada tabel berikut: Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cipelang berdasarkan tingkat pendidikan Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6
Tingkat pendidikan Tidak tamat SD/sederajat Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SLTA/sederajat Tamat DI s/d DIII Tamat SI s/d SIII Total
Jumlah (orang) 4990 3937 1067 541 46 42 10623
Sumber: Laporan tahunan kinerja Kepala Desa Cipelang 2012
% 46.97 37.06 10.04 5.09 0.43 0.39 100.00
27
Kondisi beragama penduduk di Desa Cipelang adalah mayoritas beragama Islam sebanyak 10 611 jiwa. Sedangkan untuk agama lain, yaitu Kristen Katholik sebanyak 4 orang, Kristen Protestan sebanyak 8 orang. Desa Cipelang mayoritas berpenduduk dengan etnis sunda, sehingga bahasa yang digunakan pun umumnya bahasa Sunda. Tetapi bahasa Indonesia pun menjadi bahasa yang digunakan oleh penduduk di Desa Cipelang. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di Desa Cipelang meliputi pemerintah desa, transportasi darat/jalan, pendidikan, pendidikan agama islam, peribadatan, perdagangan, olahraga, dan kesehatan. Terdapat 1 buah Kantor desa dan 7 buah poskamling yang tersebar di Desa Cipelang. Ada pun transportasi darat/jalan di Desa Cipelang, yaitu jalan hotmik sepanjang 3 km, jalan aspal sepanjang 5 km, jalan beton sepanjang 4 km, jalan pengerasan sepanjang 3 km, jalan tanah sepanjang 3 km, dan jalan tapak yang tersebar sepanjang 15 km. Sedangkan untuk sarana pendidikan di Desa Cipelang, terdapat 3 buah PAUD, 5 buah SD, dan 1 buah SLTP. Desa cipelang memiliki sarana pendidikan islam seperti RA/TK/TPA sebanyak 2 unit, Madarasah Ibtidaiyah sebanyak 1 unit, Madarasah Diniyah sebanyak 5 unit, pondok pesantren sebanyak 16 unit, dan majlis ta’lim sebanyak 35 unit. Terdapat pula sarana peribadatan yaitu mesjid sebanyak 11 unit dan mushola sebanyak 45 unit. Sektor perdagangan menjadi salah satu mata pencaharian yang cukup banyak diminati, hal ini dapat terlihat dari warung/kios sebanyak 65 buah, warung grosir sebanyak 4 buah, dan matrial sebanyak 2 buah. Selain itu, sektor jasa pun smenjadi mata pencaharian yang banyak dipilih, maka terdapat 2 buah terminal/pangkalan ojek. Terdapat pula perusahaan-perusahaan sebanyak 5 buah. Sarana dan prasarana kesehatan/tenaga medis masyarakat Desa Cipelang terdapat 1 orang bidan desa, 6 orang paraji terlatih, 5 orang paraji tidak terlatih, 2 orang dokter, dan 25 orang kader posyandu. Organisasi dan Lembaga Kemasyarakatan Semua organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang berada di Desa Cipelang ini, baik instansi maupun swasta saling bekerjasama. Lembaga kemasyarakatan yang ada di desa ini, terdiri dari MUI tingkat desa, DKM, panitia PHBN/PHBI, komite sekolah, pengurus terminal, persatuan ojek dan angkot, dan salah satunya juga adalah Gapoktan Mekar Sejahtera yang memiliki 10 kelompok tani di dalamnya, dan lain-lain. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan ini dibentuk atas inisiasi dari masyarakat Desa Cipelang. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Desa Cipelang, seperti MUI dan DKM berada di Desa Cipelang karena masyarakatnya yang masih religius, persatuan ojek dan angkot diperlukan agar tidak terjadi perselisihan dan persaingan diatara ojek dan angkot tetapi lebih mengutamakan kerjasama. Begitu juga dengan Gapoktan Mekar Sejahtera dibentuk agar petanipetani di Desa Cipelang bersatu dan dapat memajukan pertanian Desa Cipelang.
28
Sejarah singkat Gapoktan Mekar Sejahtera Gapoktan Mekar Sejahtera berdiri pada tanggal 5 Febuari 2008 yang bertempat di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor dengan Surat Keputusan Kepala Desa Cipelang No.141/01/Kpts/Huk/2008. Terbentuknya Gapoktan ini karena banyaknya petani di wilayah Desa Cipelang ini dan dicetuskan oleh petani-petani karena petani membutuhkan wadah yang bisa menjembatani antara petani dengan pemerintah/dinas pertanian agar informasi mengenai pertanian dan bantuan dari pemerintah dapat tersalurkan dengan baik. Penyuluh pun lebih mudah menjangkau petani yang tergabung di dalam Gapoktan dibandingkan dengan menjangkau petani yang individu (tidak tergabung dalam Gapoktan). Apabila Gapoktan ini tidak ada, maka tidak ada harapan bagi petani untuk membuat pertaniannya menjadi lebih maju. Gapoktan yang dipimpin oleh Bapak Dayat ini bergerak di bidang budidaya pertanian (padi, palawija, hortikultura, dan lain-lain), budidaya peternakan, budidaya perikanan, dan pengadaan saprodi. Pada awal terbentuknya Gapoktan, kelompok tani yang tergabung sebanyak 6 kelompok, yaitu Mekar Sejahtera, Barokah Tani, Multi tani, Tunas Sejahtera, Mekar Wangi, dan Barokah 1. Lalu seiring berjalannya waktu, kelompok tani yang bergabung di dalam Gapoktan ini bertambah menjadi 10 kelompok, yaitu Mekar Sejahtera, Barokah Tani, Multi Tani, Tunas Sejahtera, Mekar Wangi, Barokah 1, Harapan Sejahtera, Remaja Tani, Aman Sejahtera, dan Amanah. Pembagian kelompok tani disesuaikan dengan wilayah masing-masing. Hal ini dilakukan agar lebih merata dalam pengelolaan lahan pertanian di setiap wilayah. Pemilihan nama Mekar Sejahtera didapatkan melalui hasil musyawarah ketika pembentukan Gapoktan. Nama ini diambil dari salah satu kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan, yaitu kelompok tani Mekar Sejahtera karena kelompok tani ini adalah kelompok tani yang pertama dibentuk sebelum adanya Gapoktan. Anggaran Dasar Gapoktan Mekar Sejahtera Asas, Tujuan, dan Landasan Gapoktan Mekar Sejahtera Gapoktan Mekar Sejahtera dibentuk berasakan Pancasila dan UUD 1945 yang bertujuan ,yaitu: (1) menumbuh kembangkan usaha pertanian secara profesional; (2) ingin merubah sikap, pengetahuan, dan ketrampilan anggota dan masyarakat sekitar dalam bidang pertanian; (3) menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat tani; (4) memperkokoh perekonomian masyarakat tani Desa Cipelang; (5) menjalin kerjasama dengan pihak agrowisata pertanian; (6) menyelenggarakan sistem pertanian yang ramah lingkungan; (7) menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bidang pertanian. Landasan yang menjadi pegangan bagi anggota dan pengurus Gapoktan ini adalah adanya ketaatan terhadap aturan organisasi, adanya kebersamaan dan kemandirian, adanya kebebasan dan keterbukaan yang bertanggung jawab, adanya partisipasi aktif dan keswadayaan, adanya kesetaraan, dan adanya kemitraan.
29
Fungsi dan Keanggotaan (Hak dan Kewajiban Anggota) Gapoktan Mekar Sejahtera Adapun fungsi dari dibentuknya Gapoktan Mekar Sejahtera ini adalah sebagai berikut: (1) sebagai lembaga dan wadah kegiatan usaha anggota; (2) alat penggerak dan pengarah insan tani Desa Cipelang; (3) membangun dan menggerakan potensi usaha yang dimiliki anggota khususnya masyarakat tani yang membawa dampak positif untuk peningkatan usaha dan pendapatan; (4) mendorong dan membantu kegiatan usaha yang dijalankan oleh anggota; (5) sebagai organisasi yang berjuang menggerakan rakyat tani; (6) memfasilitasi kegiatan usaha yang dijalankan anggota. Anggota Gapoktan merupakan pemilik dan sebagai pengguna kegiatan usaha yang dijalankan Gapoktan. Anggota harus tercatat dalam buku daftar anggota dan diberikan kartu anggota. Selain itu, kelompok tani yang dapat diterima Gapoktan harus memenuhi syarat, yaitu tidak sedang terlibat kegiatan terlarang, berdomisili di wilayah Kabupaten Bogor, telah memiliki kelembagaan kelompok, anggota minimal 10 orang, dan membayar iuran kelompok yang telah disepakati. Keanggotaan didasarkan pada kesadaran, kerelaan, dan kesungguhan untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan Gapoktan. Berakhirnya keanggotaan apabila Gapoktan dibubarkan, berhenti atas permintaan/pengunduran diri, tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha Gapoktan, terbukti melakukan tindakan pidana/kejahatan dalam kelompok/Gapoktan, tidak melakukan kewajiban sebagai anggota terutama dalam hal keuangan. Hak yang dimiliki oleh anggota Gapoktan adalah pemilik dan pengguna kegiatan usaha Gapoktan, menghadiri dan memberikan pendapat dalam rapat anggota, memilih dan dipilih sebagai pengurus, turut serta dalam mengawasi pembukuan Gapoktan, mendapatkan fasilitas dan pelayanan yang sama dari kegiatan Gapoktan, mendapat SHU (Sisa Hasil Usaha) sesuai dengan aktivitas kegiatan yang dilakukan. Kewajiban anggota Gapoktan adalah menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan Gapoktan, mematuhi ketentuan AD/ART dan keputusan rapat, berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha Gapokan, menyelenggarakan pembukuan kelompok masing-masing, membayar iuran kelompok yang telah disepakati, menanggung resiko usaha secara bersama. Anggaran Rumah Tangga Gapoktan Mekar Sejahtera Sasaran Gapoktan Mekar Sejahtera Tujuan keberadaan Gapoktan dapat dicapai dengan sasaran, yaitu kegiatan usaha yang dilakukan tidak bertentangan dengan ketentuan hukum, mengusahakan pemupukan modal yang berasal dari simpanan anggota, mengembangkan dana yang berasal dari simpanan anggota, mendorong dan memfasilitasi kegiatan usaha yang dijalankan anggota mulai dari budidaya, pasca panen, dan pemasaran, memberikan pembinaan secara intensif dan terarah bagi anggota untuk menambah pengetahuan dan pengembangan usaha yang dapat mengembangkan produktivitas dan pendapatan anggota Gapoktan.
30
Simpanan Gapoktan Mekar Sejahtera Simpanan Gapoktan terdiri atas: (1) simpanan wajib yang harus dibayar oleh masing-masing kelompok sebanyak satu kali setelah kelompok diterima menjadi anggota Gapoktan dan, (2) simpanan kelompok berasal dari masingmasing kelompok, besar simpanan dan waktu pembayaran ditentukan oleh kelompok masing-masing. Struktur Gapoktan Mekar Sejahtera Gapoktan Mekar Sejahtera yang dipimpin oleh Bapak Dayat memiliki 10 kelompok tani yang tergabung di dalamnya, yaitu Mekar Sejahtera, Barokah Tani, Multi Tani, Tunas Sejahtera, Mekar Wangi, Barokah 1, Harapan Sejahtera, Remaja Tani, Aman Sejahtera, dan Amanah. Pembagian tugas di dalam Gapoktan ini, yaitu sebagai bendahara, sekretaris, seksi pertanian, seksi peternakan, seksi perikanan, dan seksi pemasaran (Lampiran 3). Gapoktan memberi keleluasaan kepada kelompok tani masing-masing untuk mengatur jalannya kelompok taninya sendiri karena di dalam kelompok tani pun dibentuk pula kepengurusannya.
31
KARAKTERISTIK RESPONDEN Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik anggota yang menjadi responden di dalam penelitian ini, yaitu anggota kelompok tani Mekar Sejahtera, Mekar Wangi, dan Harapan Sejahtera dan juga yang menjadi anggota maupun pengurus di dalam Gapoktan Mekar Sejahtera. Adapun karakteristik yang dimaksud meliputi usia, pendidikan formal, pendidikan non formal (seperti pelatihan-pelatihan), pengalaman organisasi, masa keanggotaan di dalam Gapoktan, dan motivasi. Keterangan sebagai berikut: Tabel 5
Jumlah dan persentase petani di tiga kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan Mekar Sejahtera berdasarkan karakteristik anggota
Karakteristik anggota
Usia
Kategori
Jumlah
%
Dewasa awal (18-30 tahun) Dewasa pertengahan (30-50 tahun) Masa tua (>55 tahun)
1
3.30
24
80.00
5
16.70
26
86.70
1 3
3.30 10.00
100.00
Pendidikan formal
Tidak Sekolah/SD dan sederajat SMP dan sederajat SMA/D3/S1 dan sederajat Rendah (<2 kali pelatihan) Sedang (3-5 kali pelatihan) Tinggi (>5 kali pelatihan)
19
63.30
Pendidikan non formal (pelatihan yang pernah diikuti)
10
33.30
1
3.30
Rendah (tidak pernah menjadi pengurus di Gapoktan) Tinggi (pernah menjadi pengurus di Gapoktan)
29
96.70
Pengalaman organisasi
Masa keanggotaan di Gapoktan
Motivasi
Rendah (<1 tahun) Sedang (2-5 tahun) Tinggi (>5 tahun) Rendah Sedang Tinggi
Total (%)
100.00
100.00
100.00 1
3.30
2
6.70
10
33.30
18
60.00
16 14 -
53.3 46.7 -
100.00
100.00
32
Usia Usia adalah lamanya seseorang hidup di dunia hingga wawancara penelitian ini dilakukan. Kategori usia di dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yang merujuk kepada rentang usia Havighurst. Menurut Havighurst dalam Mugniesyah (2006), kategori usia dibagi menjadi 3, yaitu dewasa awal (1830 tahun), dewasa pertengahan (30-50 tahun), dan masa tua atau dewasa tua (>55 tahun). Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 responden, hasil yang dapat diketahui adalah mayoritas usia responden, yaitu usia petani berada pada kategori sedang atau dewasa pertengahan sebanyak 24 orang (80.00 persen). Sedangkan untuk kategori rendah atau dewasa muda sebanyak 1 orang (3.30 persen) dan kategori dewasa tua atau masa tua sebanyak 5 orang (16.70 persen). Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan/sekolah formal tertinggi yang pernah dijalani oleh responden hingga wawancara ini dilakukan. Kategori untuk pendidikan formal dapat dibagi menjadi 3, yaitu rendah untuk tidak sekolah/SD dan sederajat, sedang untuk SMP dan sederajat, dan tinggi untuk SMA/D1/D2/D3/S1 dan seterusnya. Hasil wawancara dengan 30 responden menunjukan bahwa pendidikan formal yang pernah diikuti mayoritas berada pada kategori rendah (tidak sekolah/SD dan sederajat) sebanyak 26 orang (86.70 persen). Sedangkan untuk kategori sedang (SMP dan sederajat) sebanyak 1 orang (3.30 persen) dan kategori tinggi (SMA/D1/D2/D3/S1 dan seterusnya) sebanyak 3 orang (10.00 persen). Pada kategori rendah, hasil wawancara menunjukan bahwa tidak ada responden yang tidak bersekolah, tetapi 26 responden pernah mengikuti pendidikan formal sampai SD walaupun ada yang tidak sampai tamat dan untuk kategori tinggi, 3 responden pernah mengikuti pendidikan formal sampai tingkat SMA. Pendidikan Non Formal Pelatihan-pelatihan atau kursus yang pernah diikuti oleh responden hingga wawancara ini dilakukan dalam tiga tahun terakhir disebut pendidikan non formal. Berdasarkan hasil wawancara, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh responden adalah bidang pertanian karena sesuai dengan profesinya sebagai petani. Selain itu, ada juga pelatihan mengenai dinamika kelompok dan kewirausahaan (seperti cara memproduksi nanas menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah dalam ekonomi). Pelatihan lainnya yang sedang berjalan sampai saat ini adalah pelatihan mengenai peternakan/ternak sapi. Kategori dalam pendidikan non formal dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan berapa banyak pelatihan yang pernah diikuti, yaitu rendah (<2 kali), sedang (3-5 kali), dan tinggi (>5 kali). Berbagai macam pelatihan yang pernah diikuti oleh 30 responden, hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 19 orang (63.30 persen) berada pada kategori rendah, hal ini dikarenakan kesibukan yang berbeda dari setiap petani sehingga tidak sempat untuk mengikuti pelatihan yang diberikan oleh penyuluh maupun Dinas Pertanian. Sedangkan sebanyak 10 orang (33.30 persen) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 1 orang (3.30 persen) berada pada kategori tinggi.
33
Pengalaman Organisasi Pengalaman organisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pernah atau tidaknya responden menjadi pengurus di dalam Gapoktan Mekar Sejahtera atau hanya sebagai anggota. Kategori pengalaman organisasi ini dibagi menjadi 2, yaitu rendah (tidak pernah menjadi pengurus, hanya anggota) dan tinggi (pernah menjadi pengurus di Gapoktan). Berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa kategori rendah sebanyak 29 orang (96.7 persen) dan kategori tinggi sebanyak 1 orang (3.30 persen). Masa Keanggotaan Masa keanggotaan adalah lamanya individu menjadi anggota atau pengurus Gapoktan Mekar Sejahtera yang diukur dalam tahun. Kategori dalam masa keanggotaan dibagi menjadi 3, yaitu rendah (<1 tahun), sedang (2-5 tahun), tinggi (>5 tahun). Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebanyak 18 orang (60.00 persen) berada pada kategori tinggi, sebanyak 10 orang (33.30 persen) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 2 orang (6.70 persen) berada pada kategori rendah. Motivasi Responden yang menjadi pengurus maupun anggota dalam Gapoktan Mekar Sejahtera memiliki suatu hal yang mendorong dari dalam diri responden maupun dari luar diri responden dalam menjalani organisasi untuk mencapai tujuan organisasi, dan bisa berbentuk materi maupun non materi. Suatu hal yang mendorong dapat dikatakan sebagai motivasi. Kategori dalam motivasi dibagi menjadi 2, yaitu rendah, sedang, tinggi. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh sebanyak 16 orang (53.30 persen) berada pada kategori rendah dan sebanyak 14 orang (46.70 persen). Sedangkan tidak terdapat responden pada kategori tinggi.
34
HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN TINGKAT KEDINAMISAN KELOMPOK TANI ANGGOTA Bab ini menjelaskan tentang analisis hubungan karakteristik anggota anggota terhadap tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera. Penelitian ini menguji mengenai karakteristik anggota, yaitu usia petani, pendidikan formal petani, pendidikan non formal petani, masa keanggotaan petani, dan motivasi petani yang dihubungkan dengan tingkat kedinamisan kelompok, yaitu struktur kelompok, tujuan kelompok, pembinaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, dan efektivitas kelompok. Hubungan Karakteristik Anggota dengan Struktur Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan karakteristik anggota, yaitu usia, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman organisasi, masa keanggotaan, dan motivasi petani dengan struktur kelompok diolah dengan tabulasi silang untuk melihat adanya hubungan antara variabel dengan menggunakan program SPSS version 16.0, maka diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 6 Hubungan karakteristik anggota dengan struktur kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Karakteristik anggota Usia Rendah Sedang Tinggi Total Pendidikan formal Rendah Sedang Tinggi Total Pendidikan non formal Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Struktur kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
4 1 5
13.3 3.3 16.7
1 15 3 19
3.3 50.0 10.0 63.3
5 1 6
16.7 3.3 20.0
1 24 5 30
3.3 80.0 16.7 100.0
4 1 5
13.3 3.3 16.7
16 1 2 19
53.3 3.3 6.7 63.3
6 6
20.0 20.0
26 1 3 30
86.7 3.3 10.0 100.0
3 2 5
10.0 6.7 16.7
15 4 19
50.0 13.3 63.3
1 4 1 6
3.3 13.3 3.3 20.0
19 10 1 30
63.3 33.3 3.3 100.0
36
Tabel 6 Hubungan karakteristik anggota dengan struktur kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera (lanjutan)
Karakteristik anggota Pengalaman organisasi Rendah Tinggi Total Masa keanggotaan Rendah Sedang Tinggi Total Motivasi Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Struktur Kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
5 5
16.7 16.7
19 19
63.3 63.3
5 1 6
16.7 3.3 20.0
29 1 30
96.7 3.3 100.0
3 2 5
10.0 6.7 16.7
2 6 11 19
6.7 20.0 36.7 63.3
1 5 6
3.3 16.7 20.0
2 10 18 30
6.7 33.3 60.0 100.0
3 2 5
10.0 6.7 16.7
10 9 19
33.3 30.0 63.3
3 3 6
10.0 10.0 20.0
16 14 30
53.3 46.7 100.0
Hasil tabulasi silang pada Tabel 6 menunjukkan bahwa ada hubungan sebesar 50 persen antara responden yang ada dalam kategori usia yang sedang (30-50 tahun) dengan struktur kelompok pada kategori sedang. Hal ini dapat diartikan bahwa anggota kelompok tani yang mayoritas berusia antara 30-50 tahun sudah cukup baik dalam mengatur kelompoknya dalam mencapai tujuan kelompok, karena berdasarkan hasil wawancara, dari ketiga kelompok tani yang menjadi responden mengatakan bahwa kegiatan pertemuan kelompok jarang memang jarang dilakukan, tetapi intensitas interaksi antar anggota tetap dijalani di luar pertemuan kelompok. Tabulasi silang di atas menunjukan ada hubungan sebesar 53.3 persen antara responden yang berpendidikan formal kategori rendah (tidak sekolah/SD) dengan struktur kelompok pada kategori sedang (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa anggota yang tidak pernah mengenyam pendidikan maupun hanya sampai SD sudah cukup mampu dalam membangun struktur kelompoknya, didukung juga oleh pengalaman pribadi masing-masing anggota selama berprofesi sebagai petani dalam membangun kelompoknya. Sedangkan hasil tabulasi silang pada pendidikan non formal dengan struktur kelompok (Tabel 6), yaitu adanya hubungan sebesar 50 persen antara pendidikan non formal pada kategori rendah (<2 kali pelatihan) dengan struktur kelompok pada kategori sedang. Berdasarkan hasil wawancara, pendidikan non formal atau pelatihan yang diadakan oleh penyuluh pertanian maupun dinas pertanian biasanya hanya diikuti oleh pengurus Gapoktan maupun pengurus kelompok saja, untuk anggota yang lainnya jarang mengikuti dikarenakan kesibukan masingmasing, sehingga hasil pendidikan non formal pada tabulasi silang berada pada kategori rendah, tetapi informasi yang diperoleh dari pengurus Gapoktan maupun pengurus kelompok disampaikan kembali kepada anggota yang tidak mengikuti pelatihan sehingga anggota lainnya mengetahui hasil pelatihan, maka dengan informasi yang telah diterima dapat membantu dalam membangun kelompok
37
untuk mencapai tujuannya dan struktur kelompok berdasarkan hasil tabulasi silang sudah cukup baik Hasil tabulasi silang pada Tabel 6 menunjukkan terdapat hubungan sebesar 63.3 persen antara pengalaman organisasi yang ada pada kategori rendah dengan struktur kelompok yang ada pada kategori sedang. Pengalaman organisasi dinilai dari pernah atau tidaknya anggota menjadi pengurus Gapoktan. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa dengan pengalaman organisasi anggota yang rendah, tetapi anggota cukup mampu dalam membangun struktur kelompoknya. Pengalaman organisasi tidak menjadi penghambat dalam mencapai tujuan kelompok tani masing-masing. Pada Tabel 6, hasil tabulasi silang menunjukkan terdapat hubungan sebesar 36.7 persen antara tingginya masa keanggotaan dengan struktur kelompok yang berada pada kategori sedang, dapat diartikan bahwa masa keanggotaan yang tinggi tidak menjadikan sebuah struktur kelompok menjadi baik sekali, tetapi baru sampai pada tahap cukup baik. Tabulasi silang pada tabel 6, menunjukan bahwa terdapat hubungan sebesar 33.3 persen antara motivasi petani pada kategori sedang dengan struktur kelompok pada kategori sedang. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa motivasi petani anggota kelompok tani cukup baik, sehingga menghasilkan struktur kelompok yang cukup baik juga. Hubungan Karakteristik Anggota dengan Tujuan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan karakteristik anggota, yaitu usia, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman organisasi, masa keanggotaan, dan motivasi petani dan tujuan kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 7
Hubungan karakteristik anggota dengan tujuan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Karakteristik anggota Usia Rendah Sedang Tinggi Total Pendidikan formal Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Tujuan kelompok Sedang Tinggi n % n %
n
Jumlah %
2 2
6.7 6.7
1 19 5 25
3.3 63.3 16.7 83.3
3 3
10.0 10.0
1 24 5 30
3.3 80.0 16.7 100.0
2 2
6.7 6.7
21 1 3 25
70.0 3.3 10.0 83.3
3 3
10.0 10.0
26 1 3 30
86.7 3.3 10.0 100.0
38
Tabel 7 Hubungan karakteristik anggota dengan tujuan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera (lanjutan) Karakteristik anggota Rendah n % Pendidikan non formal Rendah Sedang Tinggi Total Pengalaman organisasi Rendah Tinggi Total Masa keanggotaan Rendah Sedang Tinggi Total Motivasi Sedang Tinggi Total
Tujuan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
2 2
6.7 6.7
16 9 25
53.3 30.0 83.3
1 1 1 3
3.3 3.3 3.3 10.0
19 63.3 10 33.3 1 3.3 30 100.0
2 2
6.7 6.7
25 25
83.3 83.3
2 1 3
6.7 3.3 10.0
29 96.7 1 3.3 30 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
2 9 14 25
6.7 30.0 46.7 83.3
3 3
10.0 10.0
2 6.7 10 33.3 18 60.0 30 100.0
2 2
6.7 6.7
13 12 25
43.3 40.0 83.3
1 2 3
3.3 6.7 10.0
16 53.3 14 46.7 30 100.0
Hasil tabulasi silang di atas (Tabel 7) menunjukkan terdapat hubungan sebesar 63.3 persen antara usia petani anggota kategori sedang (30-50 tahun) dengan tujuan kelompok pada kategori sedang. Hal ini berarti usia petani anggota kelompok yang berkisar antara 18-30 tahun sudah cukup baik dalam memahami tujuan kelompoknya masing-masing. Pada Tabel 7 menunjukkan hasil tabulasi silang sebesar 70.0 persen antara rendahnya pendidikan formal (tidak sekolah/SD) dengan tujuan kelompok pada kategori sedang, artinya walaupun mayoritas anggota kelompok tidak pernah sekolah maupun hanya sampai SD, anggota sudah cukup baik dalam memahami tujuan kelompoknya masing-masing dan juga karena dibantu oleh pengurus kelompok maupun anggota lainnya yang lebih paham mengenai tujuan kelompok. Sesama anggota saling membantu agar tujuan kelompok lebih dipahami sehingga lebih mudah tercapai. Sedangkan untuk hasil tabulasi silang pendidikan non formal dengan tujuan kelompok (Tabel 7) menunjukkan terdapat hubungan sebesar 53.3 persen antara rendahnya pendidikan non formal yang pernah diikuti dengan tujuan kelompok yang ada pada kategori sedang, yang artinya tujuan kelompok sudah cukup dipahami oleh anggota walaupun anggota jarang mengikuti pelatihan-pelatihan (pendidikan non formal). Pada hasil tabulasi silang (Tabel 7) menunjukkan terdapat hubungan sebesar 83.3 persen antara rendahnya pengalaman organisasi anggota kelompok dengan tujuan kelompok yang ada pada kategori sedang. Hal ini dapat diartikan bahwa pengalaman organisasi anggota yang rendah tetap menunjukkan bahwa anggota mampu memahami tujuan kelompoknya masing-masing dengan cukup baik,
39
karena pengalaman organisasi yang diuji dinilai berdasarkan pernah atau tidaknya anggota menjadi pengurus Gapoktan. Hasil tabulasi silang (Tabel 7) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingginya masa keanggotaan dengan tujuan kelompok pada kategori sedang sebesar 46.7 persen yang artinya tinggi atau lamanya masa keanggotaan anggota kelompok tani tidak menjamin anggota sangat paham mengenai tujuan kelompoknya masing-masing, hal ini terlihat dari hasil uji tabulasi silang tujuan kelompoknya berada pada kategori sedang, yaitu cukup paham tujuan kelompoknya. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar responden mengetahui tujuan kelompok taninya tetapi belum terlalu paham, yang mereka paham adalah bagaimana tujuan kelompoknya selaras dengan tujuan responden dalam bertani. Motivasi anggota bergabung kedalam kelompok tani bisa berasal dari dalam diri anggota maupun dari luar diri anggota. Hasil tabulasi silang pada Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat hubungan sebesar 43.3 persen antara motivasi anggota pada kategori sedang dengan tujuan kelompok pada kategori sedang. Hal ini berarti hubungan motivasi anggota bergabung kedalam kelompok tani dengan tujuan kelompoknya sudah cukup baik. Hubungan Karakteristik Anggota dengan Pembinaan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan karakteristik anggota, yaitu usia, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman organisasi, masa keanggotaan, dan motivasi petani dan pembinaan kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 8 Hubungan karakteristik anggota dengan pembinaan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Karakteristik anggota Rendah n % Usia Rendah Sedang Tinggi Total Pendidikan formal Rendah Sedang Tinggi Total Pendidikan non formal Rendah Sedang Tinggi Total
Pembinaan kelompok Sedang Tinggi n % n %
n
Jumlah %
2 2
6.7 6.7
16 4 20
53.3 13.3 66.7
1 6 1 8
3.3 20.0 3.3 26.7
1 24 5 30
3.3 80.0 16.7 100.0
2 2
6.7 6.7
17 3 20
56.7 10.0 66.7
7 1 8
23.3 3.3 26.7
26 1 3 30
86.7 3.3 10.0 100.0
2 2
6.7 6.7
11 9 20
36.7 30.0 66.7
6 1 1 8
20.0 3.3 3.3 26.7
19 10 1 30
63.3 33.3 3.3 100.0
40
Tabel 8 Hubungan karakteristik anggota dengan pembinaan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera (lanjutan) Karakteristik anggota Rendah n % Pengalaman organisasi Rendah Tinggi Total Masa keanggotaan Rendah Sedang Tinggi Total Motivasi Sedang Tinggi Total
Pembinaan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
2 2
6.7 6.7
20 20
66.7 66.7
7 1 8
23.3 3.3 26.7
29 1 30
96.7 3.3 100.0
1 1 3
3.3 3.3 6.7
2 9 9 20
6.7 30.0 30.0 66.7
8 8
26.7 26.7
2 10 18 30
6.7 33.3 60.0 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
11 9 20
36.7 30.0 66.7
4 4 8
13.3 13.3 26.7
16 14 30
53.3 46.7 100.0
Hasil tabulasi silang pada Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat hubungan sebesar 53.3 persen antara usia anggota pada kategori sedang (30-50 tahun) dengan pembinaan kelompok pada kategori sedang, yang berarti anggota pada usia 30-50 tahun sudah cukup baik dalam membina kelompoknya agar kelompoknya tetap bisa bertahan sampai saat ini. Tabulasi silang pada Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat hubungan sebesar 56.7 persen antara rendahnya pendidikan formal (tidak sekolah/SD) anggota kelompok tani dengan pembinaan kelompok yang ada pada kategori sedang. Hal ini berarti rendahnya tingkat pendidikan yang pernah diikuti oleh anggota kelompok tani tidak menjadi hambatan dalam melakukan kegiatankegiatan pembinaan kelompok, sehingga pembinaan kelompok dalam penelitian ini sudah cukup baik. Pada Tabel 8 hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa terdapat hubungan sebesar 36.7 persen antara rendahnya pendidikan non formal atau pelatihan yang pernah diikuti anggota kelompok tani (<2 kali) dengan pembinaan kelompok yang berada pada kategori sedang, artinya jarangnya anggota kelompok tani mengikuti pelatihan tidak membuat pembinaan kelompok menjadi buruk, tetapi pembinaan kelompok yang dilakukan masih dikategorikan cukup baik. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa terdapat hubungan sebesar 66.7 persen antara rendahnya pengalaman organisasi anggota dengan pembinaan kelompok pada kategori sedang, yang berarti rendahnya pengalaman organisasi anggota kelompok tani tidak menjadi penghalang dalam melakukan kegiatankegiatan pembinaan kelompok, sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan kelompok masih cukup baik (Tabel 8). Pada hasil tabulasi silang (Tabel 8) menunjukkan bahwa terdapat hubungan sebesar 30.0 persen pada masa keanggotaan kategori sedang dan tinggi dengan pembinaan kelompok pada kategori sedang. Hal ini dapat di interpretasikan bahwa terdapat anggota yang memiliki masa keanggotaan sedang dan tinggi, tetapi keduanya telah melakukan pembinaan kelompok dengan cukup baik. Anggota
41
dengan masa keanggotaan sedang maupun tinggi, tetap melakukan kegiatankegiatan pembinaan kelompok agar kelompok tani mereka dapat terus bertahan. Tabel 8 menunjukkan hasil tabulasi silang sebesar 36.7 persen yang berarti terdapat hubungan antara motivasi anggota pada kategori sedang dengan pembinaan kelompok pada kategori sedang. Motivasi anggota kelompok yang cukup baik akan mendukung pembinaan kelompok yang pada penelitian ini menunjukkan hasil cukup baik. Hubungan Karakteristik anggota dengan Kekompakan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan karakteristik anggota, yaitu usia, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman organisasi, masa keanggotaan, dan motivasi petani dengan kekompakan kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 9
Hubungan karakteristik anggota dengan kekompakan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Karakteristik anggota Rendah n % Usia Rendah Sedang Tinggi Total Pendidikan formal Rendah Sedang Tinggi Total Pendidikan non formal Rendah Sedang Tinggi Total Pengalaman organisasi Rendah Tinggi Total
Kekompakan kelompok Sedang Tinggi n % n %
n
Jumlah %
1 1
3.3 3.3
19 4 23
63.3 13.3 76.6
1 4 1 6
3.3 13.3 3.3 20.0
1 24 5 30
3.3 80.0 16.7 100
1 1
3.3 3.3
20 3 23
66.7 10.0 76.7
5 1 6
16.7 3.3 20.0
26 1 3 30
86.7 3.3 10.0 100.0
1 1
3.3 3.3
14 9 23
46.7 30.0 76.7
4 1 1 6
13.3 3.3 3.3 20.0
19 10 1 30
63.3 33.3 3.3 100.0
1 1
3.3 3.3
23 23
76.7 76.7
5 1 6
16.7 3.3 20.0
29 1 30
96.7 3.3 100.0
42
Tabel 9 Hubungan karakteristik anggota dengan kekompakan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera (lanjutan) Karakteristik anggota Rendah n % Masa keanggotaan Rendah Sedang Tinggi Total Motivasi Sedang Tinggi Total
Kekompakan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
1 1
3.3 3.3
2 10 11 23
6.7 33.3 36.7 76.7
6 6
20.0 20.0
2 10 18 30
6.7 33.3 60.0 100.0
1 1
3.3 3.3
12 11 23
40.0 36.7 76.7
3 3 6
10.0 10.0 20.0
16 14 30
53.3 46.7 100.0
Hasil tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan sebesar 63.3 persen antara usia anggota pada kategori sedang (30-50 tahun) dengan kekompakan kelompok pada kategori sedang, artinya usia anggota yang berkisar 30-50 tahun memiliki kekompakan kelompok yang cukup baik (Tabel 9) Pada Tabel 9 hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara rendahnya tingkat pendidikan formal anggota (tidak sekolah/SD) dengan kekompakan kelompok yang berada pada kategori sedang sebesar 66.7 persen, yang berarti rendahnya tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti oleh anggota tidak mempengaruhi kekompakan kelompok, yaitu kekompakan kelompok pada penelitian ini sudah cukup baik. Begitu pula dengan hasil uji tabulasi silang antara pendidikan non formal dengan kekompakan kelompok, terdapat hubungan sebesar 46.7 persen, yaitu rendahnya pendidikan non formal atau pelatihan yang pernah diikuti oleh anggota (< 2 kali) dengan kekompakan kelompok pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa jarangnya anggota kelompok mengikuti pelatihan tidak membuat kekompakan kelompoknya berkurang, tetapi masih cukup baik (Tabel 9) Tabel 9 di atas menunjukkan hasil tabulasi silang pengalaman organisasi dengan kekompakan kelompok terdapat hubungan sebesar 76.7 persen yaitu rendahnya pengalaman organisasi anggota kelompok dengan kekompakan kelompok pada kategori sedang, yang artinya kekompakan kelompok masih cukup baik walaupun pengalaman organisasi anggota kelompok rendah. Hal ini dikarenakan pengalaman organisasi dilihat dari pernah atau tidaknya anggota kelompok menjadi pengurus Gapoktan. Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil tabulasi silang antara tingginya masa keanggotaan dengan kekompakan kelompok pada kategori sedang terdapat hubungan sebesar 36.7 persen, hal ini menunjukkan kekompakan kelompok sudah cukup baik terlihat dari masa keanggotaan yang tinggi. Kekompakan kelompok berjalan dengan baik karena anggota sudah saling mengenal cukup lama, semenjak bergabung dengan Gapoktan. Hasil tabulasi silang pada Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat hubungan sebesar 40.0 persen antara motivasi anggota kelompok tani pada kategori sedang dengan kekompakan kelompok pada kategori sedang. Hal ini berarti kekompakan
43
kelompok yang dibangun oleh anggota sudah cukup baik didukung oleh motivasi anggota kelompok yang cukup baik pula. Hubungan Karakteristik Anggota dengan Suasana Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan karakteristik anggota, yaitu usia, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman organisasi, masa keanggotaan, dan motivasi petani dengan kekompakan kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 10 Hubungan karakteristik anggota dengan suasana kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Karakteristik anggota Usia Rendah Sedang Tinggi Total Pendidikan formal Rendah Sedang Tinggi Total Pendidikan non formal Rendah Sedang Tinggi Total Pengalaman organisasi Rendah Tinggi Total Masa keanggotaan Rendah Sedang Tinggi Total Motivasi Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Suasana kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
1 1
3.3 3.3
21 4 25
70.0 13.3 83.3
1 2 1 4
3.3 6.70 3.30 13.3
1 24 5 30
3.3 80.0 16.7 100.0
1 1
3.3 3.3
22 3 25
73.3 10.0 83.3
3 1 4
10.0 3.3 13.3
26 1 3 30
86.7 3.3 10.0 100.0
1 1
3.3 3.3
16 9 25
53.3 30.0 83.3
2 1 1 4
6.7 3.3 3.3 13.3
19 10 1 30
63.3 33.3 3.3 100.0
1 1
3.3 3.3
25 25
83.3 83.3
3 1 4
10.0 3.3 13.3
29 1 30
96.7 3.3 100.0
1 1
3.3 3.3
2 9 14 25
6.7 30.0 46.7 83.3
1 3 4
3.3 10.0 13.3
2 10 18 30
6.7 33.3 60.0 100.0
1 1
3.3 3.3
14 11 25
46.7 36.7 83.3
1 3 4
3.3 10.0 13.3
16 14 30
53.3 46.7 100.0
44
Pada Tabel 10 di atas, hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa terdapat hubungan sebesar 70.0 persen antara usia anggota kelompok tani pada kategori sedang (30-50 tahun) dengan suasana kelompok pada kategori sedang. Hal ini berarti suasana kelompok yang diciptakan oleh anggota kelompok yang berusia sekitar 30-50 tahun sudah cukup baik. Hasil tabulasi silang pada Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara rendahnya tingkat pendidikan formal anggota kelompok dengan suasana kelompok pada kategori sedang sebesar 73.3 persen. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa tingkat pendidikan bukan menjadi hambatan dalam menciptakan suasana kelompok yang baik, terbukti hasil tabulasi silang menunjukkan suasana kelompok sudah cukup baik. Tabel 10 menunjukkan terdapat hubungan dari hasil tabulasi silang antara rendahnya pendidikan non formal atau pelatihan (< 2 kali) yang pernah diikuti oleh anggota kelompok dengan suasana kelompok pada kategori rendah sebesar 53.3 persen yang artinya suasana kelompok yang sudah cukup baik dapat diciptakan oleh anggota kelompok yang jarang mengikuti pelatihan-pelatihan. Hasil tabulasi silang menunjukkan terdapat hubungan antara rendahnya pengalaman organisasi dengan suasana kelompok yang berada pada kategori sedang adalah sebesar 83.3 persen. Hal ini berarti pengalaman organisasi anggota kelompok yang rendah, tidak menjadikan suasana kelompok menjadi tidak baik. Sebaliknya, hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa suasana kelompok sudah cukup baik (Tabel 10). Pada Tabel 10 hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingginya masa keanggotaan dengan suasana kelompok pada kategori sedang sebesar 46.7 persen yang berarti tingginya masa keanggotaan yang dimiliki oleh anggota kelompok tani mendukung terciptanya suasana kelompok cukup baik, hal ini terlihat pada hasil tabulasi silang bahwa suasana kelompok sudah cukup baik. Salah satu motivasi anggota untuk bergabung kedalam kelompok tani adalah keadaan suasana kelompoknya. Hasil tabulasi silang pada Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi anggota pada kategori sedang dengan suasana kelompok pada kategori sedang juga sebesar 46.7 persen yang berarti motivasi anggota sudah cukup baik dan mendukung suasana kelompok yang sudah cukup baik juga.
45
Hubungan Karakteristik Anggota dengan Efektivitas Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan karakteristik anggota, yaitu usia, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman organisasi, masa keanggotaan, dan motivasi petani dengan efektivitas kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 11
Hubungan karakteristik anggota dengan efektivitas kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Karakteristik anggota Usia Rendah Sedang Tinggi Total Pendidikan formal Rendah Sedang Tinggi Total Pendidikan non formal Rendah Sedang Tinggi Total Pengalaman organisasi Rendah Tinggi Total Masa keanggotaan Rendah Sedang Tinggi Total Motivasi Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Efektivitas kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
2 2
6.7 6.7
1 20 4 25
3.3 66.7 13.3 83.3
2 1 3
6.7 3.3 10.0
1 24 5 30
3.3 80.0 16.7 100.0
2 2
6.7 6.7
21 1 3 25
70.0 3.3 10.0 83.3
3 3
10.0 10.0
26 1 3 30
86.7 3.3 10.0 100.0
2 2
6.7 6.7
16 9 25
53.3 30.0 83.3
1 1 1 3
3.3 3.3 3.3 10.0
19 10 1 30
63.3 33.3 3.3 100.0
2 2
6.7 6.7
25 25
83.3 83.3
2 1 3
6.7 3.3 10.0
29 1 30
96.7 3.3 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
2 8 15 25
6.7 26.7 50.0 83.3
1 2 3
3.3 6.7 10.0
2 10 18 30
6.7 33.3 60.0 100.0
2 2
6.7 6.7
14 11 25
46.7 36.7 83.3
3 3
10.0 10.0
16 14 30
53.3 46.7 100.0
46
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa terdapat hubungan sebesar 66.7 persen antara usia anggota pada kategori sedang (30-50 tahun) dengan efektivitas kelompok pada kategori sedang. Hal ini berarti anggota dengan usia berkisar antara 30-50 tahun memiliki efektivitas kelompok yang cukup baik (Tabel 11) Hubungan antara rendahnya tingkat pendidikan formal (tidak sekolah/SD) anggota kelompok dengan efektivitas kelompok yang ada pada kategori sedang dengan menggunakan tabulasi silang (Tabel 11) menunjukkan hasil sebesar 70.0 persen, artinya anggota yang memiliki pendidikan sampai SD atau bahkan tidak sekolah tetapi sudah mampu dalam menjalankan efektivitas kelompoknya dengan cukup baik. Begitu pula dengan pendidikan non formal atau pelatihan, hasil tabulasi silang menunjukkan terdapat hubungan sebesar 53.3 persen antara rendahnya pendidikan non formal (< 2 kali) dengan efektivitas kelompok pada kategori sedang. Hal ini berarti jarangnya anggota mengikuti pelatihan-pelatihan tidak membuat efektivitas kelompok menjadi kurang baik, tetapi masih dalam keadaan cukup baik. Tabel 11 di atas menunjukkan hasil tabulasi silang yaitu terdapat hubungan sebesar 83.3 persen antara rendahnya pengalaman organisasi anggota dengan efektivitas kelompok pada kategori sedang. Hal ini berarti efektivitas kelompok masih berjalan dengan cukup baik walaupun anggota memiliki pengalaman organisasi yang sangat kurang. Sedangkan untuk masa keanggotaan, hasil tabulasi silang menunjukkan terdapat hubungan sebesar 50.0 persen antara tingginya masa keanggotaan dengan efektivitas kelompok pada kategori sedang, artinya tingginya masa keanggotaan mendukung terciptanya efektivitas kelompok yang cukup baik (Tabel 11) Hasil tabulasi silang pada Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat hubungan sebesar 46.7 persen antara motivasi anggota pada kategori sedang dengan efektivitas kelompok pada kategori sedang. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa motivasi anggota sudah cukup baik sehingga mendukung terciptanya efektivitas kelompok yang cukup baik pula.
HUBUNGAN PROGRAM GAPOKTAN DAN TINGKAT KEDINAMISAN KELOMPOK TANI ANGGOTA Bab ini menjelaskan mengenai hubungan antara program Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera. Program Gapoktan adalah berbagai kegiatan Gapoktan yang direncanakan, dilaksanakan, dimonitoring, dan dievaluasi oleh pengurus maupun anggota yang tergabung di dalam Gapoktan Mekar Sejahtera. Sebuah program bisa berasal dari Gapoktan itu sendiri maupun berasal dari pemerintah atau swasta atau masyarakat sekitar Gapoktan. Maka dari itu, penelitian ini ingin melihat bagaimana Gapoktan sebagai inisiator dan Gapoktan sebagai pelaksana terhadap tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera. Program Gapoktan Program Gapoktan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah program yang dibuat oleh Gapoktan sendiri (inisiator) dan program Gapoktan yang diinisiasi oleh pihak luar, misalnya pemerintah, swasta, maupun masyarakat sekitar Gapoktan. Lalu, dianalisis juga sejauh mana keterlibatan pengurus maupun anggota dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi programnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 responden dan diolah menggunakan tabel frekuensi dengan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) maka diperoleh hasil pada Tabel 12 yang menerangkan jumlah dan persentase mengenai keterlibatan responden dalam program Gapoktan sebagai inisiator maupun sebagai pelaksana. Keterangan lebih lengkapnya sebagai berikut. Tabel 12 Jumlah dan persentase keterlibatan responden dalam program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana Program Gapoktan
Inisiator
Pelaksana
Kategori
Jumlah Responden (Orang)
%
Total (%)
Rendah Sedang Tinggi
11 4 15
36.70 13.30 50.00
Rendah
13
43.30
Sedang Tinggi
14 3
46.70 10.00
100.00
100.00
Berdasarkan hasil tabel frekuensi di atas (Tabel 12), pada program Gapoktan sebagai inisiator, menunjukkan sebanyak 11 orang (36.70 persen) berada pada kategori rendah, sebanyak 4 orang (13.30 persen) berada pada kategori sedang, dan sebanyak 15 orang (50.00 persen) berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan responden dalam program Gapoktan sebagai inisiator termasuk tinggi karena sebanyak 15 orang (50.00
48
persen) berada pada kategori tersebut, tetapi pada kenyataannya di lapang, tingginya keterlibatan responden hanya pada tahap pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Sedangkan untuk tahap perencanaan biasanya hanya perwakilan saja yang ikut terlibat. Sedangkan untuk hasil tabel frekuensi pada Tabel 12, program Gapoktan sebagai pelaksana menunjukkan sebanyak 13 orang (43.30 persen) berada pada kategori rendah, sebanyak 14 orang berada pada kategori sedang (46.70 persen), dan sebanyak 3 orang (10.00 persen) pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil wawancara, tingginya persentase pada kategori rendah dan sedang dikarenakan sebagian besar responden tidak mengikuti tahap perencanaan karena apabila program Gapoktan tersebut berasal dari pihak luar, responden hanya menerima jadi program tersebut dan mengikuti pada tahap pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi saja. Hubungan Program Gapoktan sebagai Inisiator dan Pelaksana dengan Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan program Gapoktan sebagai inisiator dengan kedinamisan kelompok tani anggota, yaitu struktur kelompok, tujuan kelompok, pembinaan kelompok, kekompakkan kelompok, suasana kelompok, dan efektivitas kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 13 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana dengan struktur kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Program Gapoktan Inisiator Rendah Sedang Tinggi Total Pelaksana Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Struktur kelompok Sedang Tinggi n % n %
n
Jumlah %
1 2 2 5
3.3 6.7 6.7 16.7
10 2 7 19
33.3 6.7 23.3 63.3
6 6
20.0 20.0
11 4 15 30
36.7 13.3 50.0 100.0
2 3 5
6.7 10.0 16.7
11 8 19
36.7 26.7 63.3
3 3 6
10.0 10.0 20.0
13 14 3 30
43.3 46.7 10.0 100.0
Hasil tabulasi silang (Tabel 13) menunjukan bahwa ada sebesar 33.3 persen rendahnya keterlibatan anggota dalam program Gapoktan sebagai inisiator justru memiliki struktur kelompok yang cukup baik. Begitu juga dengan hasil tabulasi silang antara program Gapoktan sebagai pelaksana dengan struktur kelompok menunjukkan sebesar 36.7 persen menunjukkan rendahnya keterlibatan anggota kelompok tani dalam program Gapoktan sebagai pelaksana justru memiliki struktur kelompok tani yang cukup baik.
49
Tabel 14 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana dengan tujuan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Program Gapoktan Inisiator Rendah Sedang Tinggi Total Pelaksana Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Tujuan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
1 1 2
3.3 3.3 6.7
10 3 12 25
33.3 10.0 40.0 83.3
3 3
10.0 10.0
11 4 15 30
36.7 13.3 50.0 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
12 13 25
40.0 43.3 83.3
3 3
10.0 10.0
13 14 3 30
43.3 46.7 10.0 100.0
Pada Tabel 14 hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sebesar 40.0 persen keterlibatan anggota kelompok yang tinggi atau selalu terlibat pada program Gapoktan sebagai inisiator maka tujuan kelompoknya juga cukup baik dan untuk hasil tabulasi silang antara program Gapoktan sebagai pelaksana dengan tujuan kelompok menunjukkan hasil sebesar 43.3 persen, yang artinya anggota kelompok cukup terlibat dalam kegiatan program sehingga tujuan kelompoknya cukup baik. Tabel 15 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana dengan pembinaan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Program Gapoktan Inisiator Rendah Sedang Tinggi Total Pelaksana Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Pembinaan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
1 1 2
3.3 3.3 6.7
6 2 12 20
20.0 6.7 40.0 66.7
4 1 3 8
13.3 3.3 10.0 26.7
11 4 15 30
36.7 13.3 50.0 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
8 11 1 20
26.7 36.7 3.3 66.7
4 2 2 8
13.3 6.7 6.7 26.7
13 14 3 30
43.3 46.7 10.0 100.0
Hasil tabulasi silang yang tertera pada Tabel 15 menunjukkan bahwa sebesar 40.0 persen keterlibatan anggota kelompok dalam program Gapoktan sebagai inisiator tinggi atau selalu terlibat dan pembinaan kelompoknya cukup baik. Sebaliknya hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sebesar 36.7 persen anggota kelompok cukup terlibat dalam kegiatan program Gapoktan sebagai pelaksana dan pembinaan kelompoknya cukup baik.
50
Tabel 16 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana dengan kekompakan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Program Gapoktan Inisiator Rendah Sedang Tinggi Total Pelaksana Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Kekompakan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
1 1
3.3 3.3
7 4 12 23
23.3 17.4 40.0 76.7
3 3 6
10.0 10.0 20.0
11 4 15 30
36.7 13.3 50.0 100.0
1 1
3.3 3.3
9 14 23
30.0 46.7 76.7
3 3 6
10.0 10.0 20.0
13 14 3 30
43.3 46.7 10.0 100.0
Pada Tabel 16 di atas, hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sebesar 40.0 persen tingginya atau seringnya keterlibatan anggota kelompok dalam kegiatan program Gapoktan sebagai inisiator sehingga kekompakan kelompoknya cukup baik. Sedangkan untuk hasil tabulasi silang antara program Gapoktan sebagai pelaksana dengan kekompakan kelompok sebesar 46.7 persen, artinya keterlibatan anggota kelompok cukup sering dan kekompakan kelompoknya dinilai cukup baik. Tabel 17 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana dengan suasana kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Program Gapoktan Inisiator Rendah Sedang Tinggi Total Pelaksana Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Suasana kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
1 1
3.3 3.3
9 4 12 25
30.0 13.3 40.0 83.3
1 3 4
3.3 10.0 13.3
11 4 15 30
36.7 13.3 50.0 100.0
1 1
3.3 3.3
11 13 1 25
36.7 43.3 3.3 83.3
1 1 2 4
3.3 3.3 6.7 13.3
13 14 3 30
43.3 46.7 10.0 100.0
Hasil tabulasi silang pada Tabel 17 menunjukkan bahwa sebesar 40.0 persen tingginya atau seringnya keterlibatan anggota kelompok dalam kegiatan di dalam program Gapoktan sebagai inisiator dan suasana kelompok tercipta cukup baik. Sedangkan hasil tabulasi silang sebesar 43.3 persen menunjukkan bahwa cukup seringnya keterlibatan anggota di dalam kegiatan program Gapoktan sebagai pelaksana dan suasana yang tercipta cukup baik.
51
Tabel 18 Hubungan antara program Gapoktan sebagai inisiator dan pelaksana dengan suasana kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Program Gapoktan Inisiator Rendah Sedang Tinggi Total Pelaksana Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Efektivitas kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
1 1 2
3.3 3.3 6.7
10 3 12 25
33.3 10.0 40.0 83.3
3 3
10.0 10.0
11 4 15 30
36.7 13.3 50.0 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
12 12 1 25
40.0 40.0 3.3 83.3
1 2 3
3.3 6.7 10.0
13 14 3 30
43.3 46.7 10.0 100.0
Pada Tabel 18 di atas menunjukkan hasil tabulasi silang, yaitu sebesar 40.0 persen keterlibatan anggota kelompok dalam kegiatan program Gapoktan sebagai inisiator tinggi sehingga membuat efektivitas kelompoknya cukup baik. Sedangkan terdapat kesamaan dari hasil tabulasi silang antara keterlibatan anggota dalam program Gapoktan sebagai pelaksana, yaitu sebesar 40.0 persen keterlibatan anggota rendah dan 40.0 persen keterlibatan anggota cukup tetapi keduanya memiliki efektivitas kelompok yang cukup baik.
TINGKAT EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN DAN TINGKAT KEDINAMISAN KELOMPOK TANI ANGGOTA Bab ini menjelaskan mengenai analisis hubungan efektivitas kepemimpinan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera. Efektivitas kepemimpinan adalah kualitas pelaksanaan tugas kepemimpinan yang merupakan kemampuan mencapai sasaran-sasaran dan tujuan organisasi yang diukur berdasarkan persepsi anggota organisasi. Efektivitas kepemimpinan dalam penelitian ini dinilai berdasarkan persepsi pengurus maupun anggota dalam Gapoktan mengenai karakteristik pemimpin dan gaya kepemimpinannya, juga hubungannya dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan. Karakteristik Pemimpin Karakteristik pemimpin adalah ciri khas atau sifat atau perilaku yang melekat dan dimiliki oleh seorang pemimpin. Karateristik pemimpin bisa ditelusuri melalui sifat, watak, dan perangai dari seorang pemimpin. Merujuk kepada Wiriadihardja (1987), penelitian ini menguji dan menganalisis beberapa sifat, watak, dan perangai seorang pemimpin, yaitu toleransi, keuletan, rasa kesungguhan, tenang, terarah, tanggap dan terampil, dan juga cakap dan luwes. Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 responden dan diolah menggunakan tabel frekuensi dengan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) maka diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 19 Jumlah dan persentase karakteristik pemimpin Karakteristik Pemimpin
Kategori
Jumlah Responden (Orang)
%
Total (%)
Toleransi
Rendah Sedang Tinggi
6 21 3
20.00 70.00 10.00
100.00
Keuletan
Rendah Sedang Tinggi
11 17 2
36.70 56.70 6.70
100.00
Rasa Kesungguhan
Rendah Sedang Tinggi
8 18 4
26.70 60.00 13.30
100.00
Tenang
Rendah Sedang Tinggi
2 23 5
6.70 76.70 16.70
100.00
Rendah Sedang Tinggi
8 16 6
26.70 53.30 20.00
Terarah
100.00
54
Tabel 19 Jumlah dan persentase karakteristik pemimpin (lanjutan) Karakteristik Pemimpin
Kategori
Jumlah Responden (Orang)
%
Total (%)
Tanggap dan terampil
Rendah Sedang Tinggi
8 17 5
26.70 56.70 16.70
100.00
Cakap dan Luwes
Rendah Sedang Tinggi
8 18 4
26.70 60.00 13.30
100.00
Berdasarkan Tabel 19 hasil uji frekuensi pada karakteristik pemimpin yang toleransi diperoleh hasil tertinggi pada kategori sedang yaitu sebanyak 21 orang (70.00 persen). Sedangkan untuk kategori rendah sebanyak 6 orang (20.00 persen) dan kategori tinggi sebanyak 3 orang (10.00 persen). Hal ini didukung dengan data kualitatif saat wawancara mendalam dengan responden yang menyatakan pemimpin/ketua Gapoktan memiliki toleransi yang cukup baik. Ketua selalu memberikan kesempatan kepada pengurus maupun anggota untuk berpendapat ketika diadakan pertemuan-pertemuan rutin, ketua juga menghargai adanya perbedaan pendapat yang pada akhirnya ketua selalu mengutamakan musyawarah mufakat untuk pengambilan keputusan. Keuletan ketua Gapoktan dalam menjalani tugasnya sebagai pemimpin dinilai terbanyak oleh pengurus maupun anggotanya ada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 17 orang (56.70 persen) dan kategori rendah sebanyak 11 orang (36.70 persen) . Hasil wawancara mendukung data kuantitatif yaitu responden lebih sering mendapatkan informasi melalui ketua kelompok maupun melalui sesama anggota karena ketika ada informasi, ketua Gapoktan biasanya hanya menyampaikan melalui pengurus kelompok tani masing-masing. Hal ini juga dikarenakan ketua jarang mengadakan pertemuan-pertemuan dengan anggota Gapoktan. Sedangkan untuk kategori tinggi sebanyak 2 orang (6.70 persen). Seorang pemimpin yang baik akan memiliki rasa kesungguhan dalam menjalani perannya sebagai pemimpin dan rasa kesungguhan untuk membangun Gapoktan menjadi lebih baik. Hasil uji frekuensi pada Tabel 19, karakteristik rasa kesungguhan seorang pemimpin diperoleh hasil tertinggi pada kategori sedang, yaitu sebanyak 18 orang (60.00 persen). Hasil tersebut menunjukkan bahwa rasa kesungguhan ketua Gapoktan Mekar Sejahtera sudah cukup baik. Hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa ketua Gapoktan memang bersungguh-sungguh dengan kemajuan Gapoktan tetapi pada realisasinya belum semua terlaksana. Pada kategori rendah sebanyak 8 orang (26.70 persen) dan kategori tinggi sebanyak 4 orang (13.30 persen). Pada Tabel 19 menunjukkan hasil uji frekuensi pada karakteristik tenang pada pemimpin yang tertinggi pada kategori sedang, yaitu sebanyak 23 orang (76.70 persen). Didukung oleh data kualitatif hasil wawancara dengan responden, ketua Gapoktan Mekar Sejahtera memiliki sifat yang cukup tenang dalam menjalani perannya sebagai pemimpin dan juga tenang ketika menghadapi masalah dari dalam maupun dari luar Gapoktan. Selain memiliki ketenangan yang cukup baik, ketua Gapoktan mengimbanginya dengan sikap ketegasannya.
55
Penilaian 30 responden mengenai karakteristik pemimpin Gapoktan yang terarah, pada Tabel 13 menunjukkan hasil uji frekuensi tertingginya berada pada kategori sedang sebanyak 16 orang (53.30 persen). Lalu pada kategori rendah sebanyak 8 orang (26.70 persen) dan kategori tinggi sebanyak 6 orang (20.00 persen). Hal ini yang berarti ketua Gapoktan cukup mampu dalam mengarahkan pengurus dan anggotanya agar tugas-tugas kelompoknya dapat terselesaikan dengan baik. Tanggap dan terampil adalah salah satu karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Pada Tabel 19 hasil pada uji frekuensi menunjukkan bahwa hasil yang tertinggi berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 17 orang (56.70 persen) yang berarti karateristik tanggap dan terampil yang dimiliki oleh ketua Gapoktan Mekar Sejahtera cukup baik. Selain itu, hasil uji frekuensi menunjukkan pula sebanyak 8 orang (26.70 persen) memilih kategori rendah dan sebanyak 5 orang (16.70 persen) memilih pada kategori tinggi. Karakteristik pemimpin yang terakhir adalah cakap dan luwes, seorang pemimpin harus memiliki karakteristik yang cakap dan luwes agar lebih mudah dalam pendekatan dengan pengurus dan anggota Gapoktan. Selain itu, penyampaian informasi kepada pengurus dan anggota akan terasa lebih mudah. Berdasarkan hasil uji frekuensi yang tertera pada Tabel 19 di atas, diperoleh hasil tertinggi pada kategori sedang sebanyak 18 orang (60.00 persen). Sedangkan untuk kategori rendah sebanyak 8 orang (26.70 persen) dan kategori tinggi sebanyak 4 orang (13.30 persen). Data kualitatif hasil wawancara dengan responden menunjukkan kemampuan cakap dan keluwesan ketua Gapoktan Mekar Sejahtera dinilai cukup baik. Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Struktur Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan karakteristik pemimpin, yaitu toleransi, keuletan, rasa kesungguhan, tenang, terarah, tanggap dan terampil, cakap dan luwes dengan struktur kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 20
Hubungan karakteristik pemimpin dengan struktur kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Karakteristik pemimpin Toleransi Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n % 5 5
16.7 16.7
Struktur kelompok Sedang Tinggi n % n % 6 13 19
20.0 43.3 63.3
3 3 6
10.0 10.0 20.0
n
Jumlah %
6 21 3 30
20.0 70.0 10.0 100.0
56
Tabel 20 Hubungan karakteristik pemimpin dengan struktur kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera (lanjutan) Karakteristik pemimpin Keuletan Rendah Sedang Tinggi Total Rasa kesungguhan Rendah Sedang Tinggi Total Tenang Rendah Sedang Tinggi Total Terarah Rendah Sedang Tinggi Total Tanggap dan terampil Rendah Sedang Tinggi Total Cakap dan luwes Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Struktur kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
5 5
16.7 16.7
9 10 19
30.0 33.3 63.3
2 2 2 6
6.7 6.7 6.7 20.0
11 17 2 30
36.7 56.7 6.7 100.0
4 1 5
13.3 3.3 16.7
8 11 19
26.7 36.7 63.3
3 3 6
10.0 10.0 20.0
8 18 4 30
26.7 60.0 13.3 100.0
3 2 5
10.0 6.7 16.7
2 17 19
6.7 56.7 63.3
3 3 6
10.0 10.0 20.0
2 23 5 30
6.7 76.7 16.7 100.0
3 2 5
10.0 6.7 16.7
8 10 1 19
26.7 33.3 3.3 63.3
3 3 6
10.0 10.0 20.0
8 16 6 30
26.7 53.3 20.0 100.0
4 1 5
13.3 3.3 16.7
8 11 19
26.7 36.7 63.3
2 4 6
6.7 13.3 20.0
8 17 5 30
26.7 56.7 16.7 100.0
3 2 5
10.0 6.7 16.7
8 11 19
26.7 36.7 63.3
4 2 6
13.3 6.7 20.0
8 18 4 30
26.7 60.0 13.3 100.0
Hasil tabulasi silang di atas (Tabel 20) menunjukkan bahwa struktur kelompok sudah cukup baik didukung dengan karakter pemimpin Gapoktan yang cukup tenang, yaitu menurut anggota kelompok sebesar 56.7 persen. Karakter pemimpin yang cukup tenang dalam membantu kelompok mengatur struktur kelompoknya dinilai oleh anggota sangat membantu. Pemimpin Gapoktan yang tenang dibutuhkan saat terjadi masalah di dalam kelompok agar bisa tetap mengatur jalannya kelompok sehingga masalah dapat terpecahkan. Seperti yang dikatakan oleh salah satu anggota yang menjadi responden,
57
“ ... kalo ketua Gapoktan mah orangnya kalem, tenang, kalo misalnya ada masalah atau kendala dalam pekerjaan kita neng. Tapi beliau tetap tegas pas nyari solusi masalahnya atau kendalanya neng ...” (RMT, 60 tahun) Karakteristik pemimpin yang dinilai cukup tenang, dirasa cocok untuk mendukung jalannya struktur kelompok anggota Gapoktan sehingga diharapkan tujuan kelompok dapat dicapai oleh anggota dari ketiga kelompok tani yang bergabung dengan Gapoktan Mekar Sejahtera. Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Tujuan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan karakteristik pemimpin, yaitu toleransi, keuletan, rasa kesungguhan, tenang, terarah, tanggap dan terampil, cakap dan luwes dengan tujuan kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 21 Hubungan karakteristik pemimpin dengan tujuan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Karakteristik pemimpin Toleransi Rendah Sedang Tinggi Total Keuletan Rendah Sedang Tinggi Total Rasa kesungguhan Rendah Sedang Tinggi Total Tenang Rendah Sedang Tinggi Total Terarah Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Tujuan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
2 2
6.7 6.7
6 18 1 25
20.0 60.0 3.3 83.3
1 2 3
3.3 6.7 10.0
6 21 3 30
20.0 70.0 10.0 100.0
2 2
6.7 6.7
10 15 25
33.3 50.0 83.3
1 2 3
3.3 6.7 10.0
11 17 2 30
36.7 56.7 6.7 100.0
2 2
6.7 6.7
8 16 1 25
26.7 53.3 3.3 83.3
3 3
10.0 10.0
8 18 4 30
26.7 60.0 13.3 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
2 21 2 25
6.7 70.0 6.7 83.3
1 2 3
3.3 6.7 10.0
2 23 5 30
6.7 76.7 16.7 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
8 14 3 25
26.7 46.7 10.0 83.3
1 2 3
3.3 6.7 10.0
8 16 6 30
26.7 53.3 20.0 100.0
58
Tabel 21 Hubungan karakteristik pemimpin dengan tujuan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera (lanjutan) Karakteristik pemimpin Tanggap dan terampil Rendah Sedang Tinggi Total Cakap dan luwes Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Tujuan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
1 1 2
3.3 3.3 6.7
8 16 1 25
26.7 53.3 3.3 83.3
3 3
10.0 10.0
8 17 5 30
26.7 56.7 16.7 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
8 16 1 25
26.7 53.3 3.3 83.3
1 2 3
3.3 6.7 10.0
8 18 4 30
26.7 60.0 13.3 100.0
Hasil tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa karaktersitik pemimpin yang dominan adalah toleransi dan tenang sebesar 60 persen dan 70 persen. Karakter pemimpin dinilai oleh anggota memiliki karakter yang cukup toleransi dan juga cukup tenang. Pemimpin Gapoktan cukup toleransi dengan keputusan setiap kelompok dalam membuat tujuan kelompok yang ingin dicapai (Tabel 21). Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Pembinaan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan karakteristik pemimpin, yaitu toleransi, keuletan, rasa kesungguhan, tenang, terarah, tanggap dan terampil, cakap dan luwes dengan pembinaan kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 22
Hubungan karakteristik pemimpin dengan pembinaan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Karakteristik Pembinaan kelompok pemimpin Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n %
Toleransi Rendah Sedang Tinggi Total Keuletan Rendah Sedang Tinggi Total
2 2
6.7 6.7
4 15 1 20
13.3 50.0 3.3 66.7
2 4 2 8
6.7 13.3 6.7 26.7
6 21 3 30
20.0 70.0 10.0 100.0
2 2
6.7 6.7
7 13 20
23.3 43.3 66.7
4 2 2 8
13.3 6.7 6.7 26.7
11 17 2 30
36.7 56.7 6.7 100.0
59
Tabel 22 Hubungan karakteristik pemimpin dengan pembinaan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera (lanjutan) Karakteristik Pembinaan kelompok pemimpin Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % Rasa kesungguhan Rendah Sedang Tinggi Total Tenang Rendah Sedang Tinggi Total Terarah Rendah Sedang Tinggi Total Tanggap dan terampil Rendah Sedang Tinggi Total Cakap dan luwes Rendah Sedang Tinggi Total
1 1 2
3.3 3.3 6.7
5 14 1 20
16.7 46.7 3.3 66.7
3 3 2 8
10.0 10.0 6.7 26.7
8 18 4 30
26.7 60.0 13.3 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
1 17 2 20
3.3 56.7 6.7 66.7
1 5 2 8
3.3 16.7 6.7 26.7
2 23 5 30
6.7 76.7 16.7 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
5 12 3 20
16.7 40.0 10.0 66.7
3 3 2 8
10.0 10.0 6.7 26.7
8 16 6 30
26.7 53.3 20.0 100.0
2 2
6.7 6.7
5 12 3 20
16.7 40.0 10.0 66.7
3 3 2 8
10.0 10.0 6.7 26.7
8 17 5 30
26.7 56.7 16.7 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
5 14 1 20
16.7 46.7 3.3 66.7
3 3 2 8
10.0 10.0 6.7 26.7
8 18 4 30
26.7 60.0 13.3 100.0
Hasil tabulasi silang pada Tabel 22 menunjukkan bahwa karaktersitik pemimpin yang dominan dalam pembinaan kelompok anggota Gapoktan adalah toleransi sebesar 50 persen dan tenang sebesar 57.6 persen. Anggota menilai pemimpin Gapoktan cukup bertoleransi dalam menerima ide atau gagasan dari anggota mengenai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan kelompok, tetapi anggota lebih sering berdiskusi dengan ketua kelompok taninya masing-masing.
60
Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Kekompakan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan karakteristik pemimpin, yaitu toleransi, keuletan, rasa kesungguhan, tenang, terarah, tanggap dan terampil, cakap dan luwes dengan kekompakan kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 23 Hubungan karakteristik pemimpin dengan kekompakan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Karakteristik pemimpin Rendah n %
Kekompakan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
Toleransi Rendah Sedang Tinggi Total Keuletan Rendah Sedang Tinggi Total Rasa kesungguhan Rendah Sedang Tinggi Total Tenang Rendah Sedang Tinggi Total Terarah Rendah Sedang Tinggi Total Tanggap dan terampil Rendah Sedang Tinggi Total Cakap dan luwes Rendah Sedang Tinggi Total
1 1
3.3 3.3
5 17 1 23
16.7 56.7 3.3 76.7
1 3 2 6
3.3 10.0 6.7 20.0
6 21 3 30
20.0 70.0 10.0 100.0
1 1
3.3 3.3
7 16 23
23.3 53.3 76.7
4 2 6
13.3 6.7 20.0
11 17 2 30
36.7 56.7 6.7 100.0
1 1
3.3 3.3
6 16 1 23
20.0 53.3 3.3 76.7
2 1 3 6
6.7 3.3 10.0 20.0
8 18 4 30
26.7 60.0 13.3 100.0
1 1
3.3 3.3
1 19 3 23
3.3 63.3 10.0 76.7
1 3 2 6
3.3 10.0 6.7 20.0
2 23 5 30
6.7 76.7 16.7 100.0
1 1
3.3 3.3
6 13 4 23
20.0 43.3 13.3 76.7
2 2 2 6
6.7 6.7 6.7 20.0
8 16 6 30
26.7 53.3 20.0 100.0
1 1
3.3 3.3
6 15 2 23
20.0 50.0 6.7 76.6
2 1 3 6
6.7 3.3 10.0 20.0
8 17 5 30
26.7 56.7 16.7 100.0
1 1
3.3 3.3
6 15 2 23
20.0 50.0 6.7 76.7
2 2 2 6
6.7 6.7 6.7 20.0
8 18 4 30
26.7 60.0 13.3 100.0
61
Pada Tabel 23 menunjukkan hasil tabulasi silang antara karakteristik pemimpin dengan kekompakan kelompok. Karakteristik yang dominan menurut penilaian anggota kelompok adalah toleransi sebesar 56.7 persen, rasa kesungguhan sebesar 53.3 persen, dan tenang sebesar 63.3 persen. Ketiga karakteristik pemimpin Gapoktan yang dominan tersebut, dinilai oleh anggota sudah membantu kelompok tani cukup kompak sampai saat ini. Hal ini juga tidak terlepas dari campur tangan ketua kelompok. Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Suasana Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan karakteristik pemimpin, yaitu toleransi, keuletan, rasa kesungguhan, tenang, terarah, tanggap dan terampil, cakap dan luwes dengan suasana kelompok diolah dengan menggunakan uji korelasi rank sperman pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 24 Hubungan karakteristik pemimpin dengan suasana kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Karakteristik pemimpin Toleransi Rendah Sedang Tinggi Total Keuletan Rendah Sedang Tinggi Total Rasa kesungguhan Rendah Sedang Tinggi Total Tenang Rendah Sedang Tinggi Total Terarah Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Suasana kelompok Sedang Tinggi n % n %
n
Jumlah %
1 1
3.3 3.3
5 20 25
16.7 66.7 83.3
1 3 4
3.3 10.0 13.3
6 21 3 30
20.0 70.0 10.0 100.0
1 1
3.3 3.3
10 15 25
33.3 50.0 83.3
1 1 2 4
3.3 3.3 6.7 13.3
11 17 2 30
36.7 56.7 6.7 100.0
1 1
3.3 3.3
7 16 2 25
23.3 53.3 6.7 83.3
1 1 2 4
3.3 3.3 6.7 13.3
8 18 4 30
26.7 60.0 13.3 100.0
1 1
3.3 3.3
1 22 2 25
3.3 73.3 6.7 83.3
1 3 4
3.3 10.0 13.3
2 23 5 30
6.7 76.7 16.7 100.0
1 1
3.3 3.3
7 15 3 25
23.3 50.0 10.0 83.3
1 3 4
3.3 10.0 13.3
8 16 6 30
26.7 53.3 20.0 100.0
62
Tabel 24 Hubungan karakteristik pemimpin dengan suasana kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera (lanjutan) Karakteristik pemimpin Tanggap dan terampil Rendah Sedang Tinggi Total Cakap dan luwes Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Suasana kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
1 1
3.3 3.3
7 16 2 25
23.3 53.3 6.7 83.3
1 3 4
3.3 10.0 13.3
8 17 5 30
26.7 56.7 16.7 100.0
1 1
3.3 3.3
7 16 2 25
23.3 53.3 6.7 83.3
1 1 2 4
3.3 3.3 6.7 13.3
8 18 4 30
26.7 60.0 13.3 100.0
Hasil tabulasi silang antara karakteristik pemimpin dengan suasana kelompok pada Tabel 24 di atas, menunjukkan bahwa karakteristik pemimpin yang dominan adalah toleransi dan tenang sebesar 66.7 persen dan 77.3 persen. Peminpin Gapoktan dinilai oleh anggota cukup bertoleransi dalam memberikan kebebasan berpartisipasi dalam kelompoknya masing-masing dan cukup tenang dalam menghadapi situasi apapun yang terjadi di dalam kelompok. Hubungan Karakteristik Pemimpin dengan Efektivitas Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan karakteristik pemimpin, yaitu toleransi, keuletan, rasa kesungguhan, tenang, terarah, tanggap dan terampil, cakap dan luwes dengan efektivitas kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 25 Hubungan karakteristik pemimpin dengan efektivitas kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Karakteristik pemimpin Toleransi Rendah Sedang Tinggi Total Keuletan Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Efektivitas kelompok Sedang Tinggi n % n %
n
Jumlah %
2 2
6.7 6.7
6 19 25
20.0 63.3 83.3
3 3
10.0 10.0
6 21 3 30
20.0 70.0 10.0 100.0
2 2
6.7 6.7
11 14 25
36.7 46.7
1 2 3
3.3 6.7 10.0
11 17 2 30
36.7 56.7 6.7 100.0
83.3
63
Tabel 25 Hubungan karakteristik pemimpin dengan efektivitas kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera (lanjutan) Karakteristik pemimpin Rasa kesungguhan Rendah Sedang Tinggi Total Tenang Rendah Sedang Tinggi Total Terarah Rendah Sedang Tinggi Total Tanggap dan terampil Rendah Sedang Tinggi Total Cakap dan luwes Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n %
Efektivitas kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
2 2
6.7 6.7
8 15 2 25
26.7 50.0 6.7 83.3
1 2 3
3.3 6.7 10.0
8 18 4 30
26.7 60.0 13.3 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
2 22 1 25
6.7 73.3 3.3 83.3
3 3
10.0 10.0
2 23 5 30
6.7 76.7 16.7 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
8 15 2 25
26.7 50.0 6.7 83.3
3 3
10.0 10.0
8 16 6 30
26.7 53.3 20.0 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
8 16 1 25
26.7 53.3 3.3 83.3
3 3
10.0 10.0
8 17 5 30
26.7 56.7 16.7 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
8 16 1 25
26.7 53.3 3.3 83.3
1 2 3
3.3 6.7 10.0
8 18 4 30
26.7 60.0 13.3 100.0
Hasil tabulasi silang pada Tabel 25 di atas, karakteristik pemimpin yang dominan pada efektivitas kelompok adalah toleransi dan tenang sebesar 63.3 persen dan 73.3 persen, anggota kelompok menilai pemimpin Gapoktan cukup toleransi dalam memberi kesempatan kepada anggota untuk meningkatkan produktivitasnya dengan caranya masing-masing, tetapi pemimpin tetap memberi masukan ketika cara yang digunakan belum berhasil dalam meningkatkan produktivitasnya. Begitu juga dengan ketenangan yang dimiliki oleh pemimpin dalam memberikan dan mencontohkan cara-cara yang dilakukannya untuk meningkatkan produktivitas kepada anggotanya, sehingga efektivitas kelompok sudah cukup baik sampai saat ini dan anggota banyak yang mengalami peningkatan hasil pertaniannya.
64
Gaya Kepemimpinan Efektivitas kepemimpinan seorang pemimpin dapat dinilai melalui gayagaya atau teknik yang digunakannya dalam memimpin jalannya sebuah kelompok, organisasi, dan sebagainya. Menurut hasil penelitian Tampubolon (2007), gaya kepemimpinan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kinerja anggota kelompok atau organisasi. Selain itu, menurut hasil penelitian Randhita (2009) dan Norman (2010) bahwa pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan dalam menjalankan organisasinya adalah salah satu faktor yang akan menentukan keberhasilan dan keefektifan organisasi yang dipimpinnya. Terdapat berbagai macam gaya kepemimpinan yang dapat digunakan sesuai dengan kondisi kelompok maupun organisasi yang dipimpin. Tetapi, dalam penelitian ini hanya menganalisis empat gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh House (1971) dalam Robbins (2002), yaitu direktif, suportif, partisipatif, dan achievement-oriented. Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 responden dan diolah menggunakan tabel frekuensi dengan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) maka diperoleh hasil uji frekuensi terhadap gaya kepemimpinan ketua Gapoktan Mekar Sejahtera sebagai berikut. Tabel 26 Jumlah dan persentase gaya kepemimpinan ketua Gapoktan Mekar Sejahtera Gaya Kepemimpinan
Kategori
Jumlah Responden (Orang)
%
Total (%)
Direktif
Rendah Sedang Tinggi
8 14 8
26.70 46.70 26.70
100.00
Suportif
Rendah Sedang Tinggi
1 15 14
3.30 50.00 46.70
100.00
Partisipatif
Rendah Sedang Tinggi
7 19 4
23.30 63.30 13.30
100.00
Achievment-oriented
Rendah Sedang Tinggi
9 21 0
30.00 70.00 0
100.00
Tabel 26 menunjukkan hasil uji frekuensi terhadap gaya kepemimpinan yang digunakan oleh ketua Gapoktan. Gaya kepemimpinan direktif adalah dimana pemimpin harus memberikan panduan dan arahan kepada anggotanya mengenai apa dan bagaimana cara yang harus dilakukan untuk menjalankan tugas-tugas keorganisasiannya. Hasil uji frekuensi tertinggi, yaitu sebanyak 14 orang (46.70 persen) menilai gaya kepemimpinan direktif yang digunakan oleh ketua Gapoktan Mekar Sejahtera berada pada kategori sedang. Sedangkan untuk kategori rendah
65
dan tinggi pada gaya kepemimpinan direktif dinilai oleh sebanyak 8 orang (26.70 persen). Pada gaya kepemimpinan suportif, pemimpin akan lebih menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap kesejahteraan dan kebutuhan anggotanya, bersikap ramah, dan memperlakukan anggotanya setara dengan dirinya. Hasil uji frekuensi terhadap gaya kepemimpinan suportif yang digunakan oleh ketua Gapoktan Mekar Sejahtera dinilai tertinggi pada kategori sedang, yaitu sebanyak 15 orang (50.00 persen). Tetapi tidak berbeda jauh dengan hasil uji fekuensi pada kategori tinggi yaitu dinilai oleh sebanyak 14 orang (46.70 persen). Sedangkan untuk kategori rendah dinilai oleh hanya 1 orang (3.30 persen). Pemimpin wajib harus selalu berkonsultasi dengan anggotanya dan serius mempertimbangkan gagasan pada saat pengambilan keputusan disebut gaya kepemimpinan partisipatif. Hasil uji frekuensi pada gaya kepemimpinan ini memiliki hasil tertinggi pada kategori sedang, yaitu sebanyak 19 orang (63.30 persen) menilai ketua Gapoktan Mekar Sejahtera menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif. Sedangkan untuk kategori rendah dinilai oleh sebanyak 7 orang (23.30 persen) dan kategori tinggi dinilai sebanyak 14 orang (13.30 persen). Gaya kepemimpinan achievement-oriented atau berorientasi kepada pencapaian mengharuskan pemimpin mendorong anggotanya untuk terus berprestasi pada tingkat tertinggi. Hasil uji frekuensi tertinggi pada gaya kepemimpinan ini dinilai oleh sebanyak 21 orang (70.00 persen) pada kategori sedang. Untuk kategori rendah dinilai sebanyak 9 orang (30.00 persen) dan tidak ada yang menilai pada kategori tinggi. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Struktur Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan gaya kepemimpinan, yaitu direktif, suportif, partisipatif, dan achievement-oriented dengan struktur kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 27 Hubungan gaya kepemimpinan dengan struktur kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Gaya kepemimpinan Rendah n % Direktif Rendah Sedang Tinggi Total Suportif Rendah Sedang Tinggi Total
Struktur kelompok Sedang Tinggi n % n %
n
Jumlah %
3 2 5
10.0 6.7 16.7
8 9 2 19
26.7 30.0 6.7 63.3
2 4 6
6.7 13.3 20.0
8 14 8 30
26.7 46.7 26.7 100.0
2 3 5
6.7 10.0 16.7
1 12 6 19
3.3 40.0 20.0 63.3
1 5 6
3.3 16.7 20.0
1 15 14 30
3.3 50.0 46.7 100.0
66
Tabel 27 Hubungan gaya kepemimpinan dengan struktur kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera (lanjutan) Gaya kepemimpinan Rendah n % Partisipatif Rendah Sedang Tinggi Total Achievementoriented Rendah Sedang Tinggi Total
Struktur kelompok Sedang Tinggi n % n %
n
Jumlah %
5 5
16.7 16.7
7 11 1 19
23.3 36.7 3.3 63.3
3 3 6
10.0 10.0 20.0
7 19 4 30
23.3 63.3 13.3 100.0
5 5
16.7 16.7
9 10 19
30.0 33.3 63.3
6 6
20.0 20.0
9 21 30
30.0 70.0 100.0
Hasil tabulasi silang pada Tabel 27 menunjukkan terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan suportif dengan struktur kelompok sebesar 40.0 persen dan gaya kepemimpinan partisipatif dengan efektivitas kelompok sebesar 36.7 persen. Hal ini berarti gaya kepemimpinan yang dominan digunakan oleh pemimpin atau ketua Gapoktan adalah gaya kepemimpinan suportif dan partisipatif dalam membantu kelompok untuk membangun struktur kelompoknya, sehingga struktur kelompoknya ada dalam keadaan cukup baik. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Tujuan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan gaya kepemimpinan, yaitu direktif, suportif, partisipatif, dan achievement-oriented dengan tujuan kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 28 Hubungan gaya kepemimpinan dengan tujuan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Gaya kepemimpinan Rendah n % Direktif Rendah Sedang Tinggi Total Suportif Rendah Sedang Tinggi Total
Tujuan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
1 1 2
3.3 3.3 6.7
8 13 4 25
26.7 43.3 13.3 83.3
3 3
10.0 10.0
8 14 8 30
26.7 46.7 26.7 100.0
2 2
6.7 6.7
1 13 11 25
3.3 43.3 36.7 83.3
3 3
10.0 10.0
1 15 14 30
3.3 50.0 46.7 100.0
67
Tabel 28 Hubungan gaya kepemimpinan dengan tujuan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera (lanjutan) Gaya kepemimpinan Rendah n % Partisipatif Rendah Sedang Tinggi Total Achievementoriented Rendah Sedang Tinggi Total
Tujuan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
2 2
6.7 6.7
7 16 2 25
23.3 53.3 6.7 83.3
1 2 3
3.3 6.7 10.0
7 19 4 30
23.3 63.3 13.3 100.0
2 2
6.7 6.7
9 16 25
30.0 53.3 83.3
3 3
10.0 10.0
9 21 30
30.0 70.0 100.0
Pada Tabel 28 menunjukkan hasil tabulasi silang antara gaya kepemimpinan dengan tujuan kelompok, yaitu gaya kepemimpinan partisipatif dan achievementoriented sebesar 53.3 persen yang artinya gaya kepemimpinan partisipatif dan achievement-oriented dirasa paling cocok dan dominan digunakan oleh pemimpin atau ketua Gapoktan dalam mendukung tercapainya tujuan kelompok yang bergabung dengan Gapoktan. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Pembinaan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan gaya kepemimpinan, yaitu direktif, suportif, partisipatif, dan achievement-oriented dengan pembinaan kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 29
Hubungan gaya kepemimpinan dengan pembinaan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Gaya kepemimpinan Rendah n % Direktif Rendah Sedang Tinggi Total Suportif Rendah Sedang Tinggi Total
Pembinaan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
1 1 2
3.3 3.3 6.7
5 10 5 20
16.7 33.3 16.7 66.7
3 3 2 8
10.0 10.0 6.7 26.7
8 14 8 30
26.7 46.7 26.7 100.0
1 1 2
3.3 3.3 6.7
1 11 8 20
3.3 36.7 26.7 66.7
3 5 8
10.0 16.7 26.7
1 15 14 30
3.3 50.0 46.7 100.0
68
Tabel 29 Hubungan gaya kepemimpinan dengan pembinaan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera (lanjutan) Gaya kepemimpinan Rendah n % Partisipatif Rendah Sedang Tinggi Total Achievement-oriented Rendah Sedang Tinggi Total
Pembinaan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
2 2
6.7 6.7
5 13 2 20
16.7 43.3 6.7 66.7
2 4 2 8
6.7 13.3 6.7 26.7
7 19 4 30
23.3 63.3 13.3 100.0
2 2
6.7 6.7
5 15 20
16.7 50.0 66.7
4 4 8
13.3 13.3 26.7
9 21 30
30.0 70.0 100.0
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan pembinaan kelompok. Gaya kepemimpinan partiipatif dan gaya kepemimpinan achievement-oriented adalah gaya yang dominan digunakan oleh pemimpin atau ketua Gapoktan dalam membina kelompok taninya. Gaya kepemimpinan partisipatif dinilai sebesar 43.3 persen dan gaya kepemimpinan achievement-oriented sebesar 50.0 persen. Kedua gaya kepemimpinan dinilai cocok untuk diterapkan dalam pembinaan kelompok-kelompok tani yang bergabung di dalam Gapoktan (Tabel 29). Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kekompakan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan gaya kepemimpinan, yaitu direktif, suportif, partisipatif, dan achievement-oriented dengan kekompakan kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 30 Hubungan gaya kepemimpinan dengan kekompakan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Gaya kepemimpinan Rendah n %
Kekompakan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
Direktif Rendah Sedang Tinggi Total
1 1
3.3 3.3
6 12 5 23
20.0 40.0 16.7 76.6
2 1 3 6
6.7 3.3 10.0 20.0
8 14 8 30
26.7 46.7 26.7 100.0
69
Tabel 30 Hubungan gaya kepemimpinan dengan kekompakan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera (lanjutan) Gaya kepemimpinan Rendah n % Suportif Rendah Sedang Tinggi Total Partisipatif Rendah Sedang Tinggi Total Achievementoriented Rendah Sedang Tinggi Total
Kekompakan kelompok Sedang Tinggi n % n %
Jumlah n %
1 1
3.3 3.3
1 12 10 23
3.3 40.0 33.3 76.7
2 4 6
6.7 13.3 20.0
1 15 14 30
3.3 50.0 46.7 100.0
1 1
3.3 3.3
6 15 2 23
20.0 50.0 6.7 76.7
1 3 2 6
3.3 10.0 6.7 20.0
7 19 4 30
23.3 63.3 13.3 100.0
1 1
3.3 3.3
6 17 23
20.0 56.7 76.7
3 3 6
10.0 10.0 20.0
9 21 30
30.0 70.0 100.0
Tabel 30 di atas menunjukkan hasil tabulasi silang antara gaya kepemimpinan dengan kekompakan kelompok. Gaya kepemimpinan partisipatif memiliki nilai sebesar 50.0 persen dan gaya kepemimpinan achievement-oriented memiliki nilai sebesar 56.7 persen yang artinya kedua gaya kepemimpinan tersebut paling dominan digunakan oleh pemimpin atau ketua Gapoktan dalam membangun kekompakan kelompok-kelompok tani yang bergabung di dalam Gapoktan. Anggota kelompok menilai, kedua gaya kepemimpinan tersebut cukup baik digunakan dalam membangun kekompakan kelompok-kelompok taninya.
70
Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Suasana Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan gaya kepemimpinan, yaitu direktif, suportif, partisipatif, dan achievement-oriented dengan suasana kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 31 Hubungan gaya kepemimpinan dengan suasana kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Gaya kepemimpinan Rendah n %
Suasana Kelompok Sedang Tinggi n % n %
n
Jumlah %
Direktif Rendah Sedang Tinggi Total Suportif Rendah Sedang Tinggi Total Partisipatif Rendah Sedang Tinggi Total Achievement-oriented Rendah Sedang Tinggi Total
1 1
3.3 3.3
7 13 5 25
23.3 43.3 16.7 83.3
1 3 4
3.3 10.0 13.3
8 14 8 30
26.7 46.7 26.7 100.0
1 1
3.3 3.3
1 12 12 25
3.3 40.0 40.0 83.3
2 2 4
6.7 6.7 13.3
1 15 14 30
3.3 50.0 46.7 100.0
1 1
3.3 3.3
7 17 1 25
23.3 56.7 3.3 83.3
1 3 4
3.3 10.0 13.3
7 19 4 30
23.3 63.3 13.3 100.0
1 1
3.3 3.3
8 17 25
6.7 56.7 83.3
1 3 4
3.3 10.0 13.3
9 21 30
30.0 70.0 100.0
Tabulasi silang di atas menunjukkan hubungan antara gaya kepemimpinan dengan suasana kelompok. Gaya kepemimpinan partisipatif dan achievementoriented dengan suasana kelompok dinilai oleh anggota sebesar 56.7 persen, artinya kedua gaya kepemimpinan tersebut yang dominan digunakan oleh pemimpin atau ketua Gapoktan dalam membantu membangun suasana kelompok, sehingga suasana kelompok pun dinilai sudah cukup baik oleh anggota (Tabel 31).
71
Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Efektivitas Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Analisis hubungan gaya kepemimpinan, yaitu direktif, suportif, partisipatif, dan achievement-oriented dengan efektivitas kelompok diolah dengan menggunakan tabulasi silang pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 32 Hubungan gaya kepemimpinan dengan efektivitas kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Gaya kepemimpinan Rendah n %
Efektivitas kelompok Sedang Tinggi n % n %
n
Jumlah %
Direktif Rendah Sedang Tinggi Total
1 1 2
3.3 3.3 6.7
8 13 4 25
26.7 43.3 13.3 83.3
3 3
10.0 10.0
8 14 8 30
26.7 46.7 26.7 100.0
Suportif Rendah Sedang Tinggi Total
2 2
6.7 6.7
1 12 12 25
3.3 40.0 40.0 83.3
1 2 3
3.3 6.7 10.0
1 15 14 30
3.3 50.0 46.7 100.0
Partisipatif Rendah Sedang Tinggi Total
2 2
6.7 6.7
7 17 1 25
23.3 56.7 3.3 83.3
3 3
10.0 10.0
7 19 4 30
23.3 63.3 13.3 100.0
Achievementoriented Rendah Sedang Tinggi Total
2 2
6.7 6.7
9 16 25
30.0 53.3 83.3
3 3
10.0 10.0
9 21 30
30.0 70.0 100.0
Pada Tabel 32 hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang dinilai dominan digunakan untuk meningkatkan efektivitas kelompok adalah gaya kepemimpinan partisipatif sebesar 56.7 persen dan gaya kepemimpinan achievement-oriented sebesar 53.3 persen, artinya kedua gaya kepemimpinan yang digunakan oleh pemimpin atau ketua Gapoktan membuat efektivitas kelompok-kelompok tani dalam kategori cukup baik.
72
Anatomi Tiga Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Anatomi tiga kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera menjelaskan mengenai enam unsur dinamika kelompok, yaitu struktur kelompok, tujuan kelompok, pembinaan kelompok, kekompakkan kelompok, suasana kelompok, dan efektivitas kelompok lebih lengkap sebagai berikut. Tabel 33 Anatomi Tiga Kelompok Tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Uraian unsur anatomi 1. Kejelasan tujuan
2. Struktur kelompok 3. Besar kelompok (jumlah anggota) 4. Interaksi antar anggota
5. Pembinaan kelompok
6. Kekompakan kelompok
Kelompok tani Mekar Wangi Cukup jelas tetapi masih banyak anggota yang tidak mengetahui dan tidak memahami tujuan kelompok. Ketua, sekretaris, Ketua, sekretaris, bendahara, anggota. bendahara, anggota. 60 orang 25 orang Mekar Sejahtera Cukup jelas tetapi masih banyak anggota yang kurang memahami tujuan kelompok.
Cukup baik walaupun intensitas pertemuan tidak terlalu sering dalam rapat tetapi dalam keseharian cukup sering.
Pembinaan secara keseluruhan kepada anggota jarang dilakukan, tetapi lebih kepada perorangan secara langsung. Cukup kompak, anggota saling membantu apabila ada anggota lain yang mengalami kesulitan, terutama dalam hal gagal panen.
Harapan Sejahtera Cukup jelas tetapi masih banyak anggota yang tidak mengetahui dan tidak memahami tujuan kelompok. Ketua, sekretaris, bendahara, anggota. 25 orang
Kurang baik, karena semenjak program pengolahan buah nanas berhenti, belum ada pertemuan lagi diantara anggota.
Semenjak tahun 2012 belum ada pertemuan maupun rapat anggota, interaksi antar anggota terjadi hanya dalam keseharian. Pembinaan jarang Pembinaan dilakukan karena kelompok jarang kesibukan masing- dilakukan tetapi masing anggota. langsung dilakukan perorangan. Cukup kompak terutama ketika ada kegiatan yang harus dilakukan bersamasama.
Kurang kompak dikarenakan jarak rumah yang berjauhan dan intensitas pertemuan yang jarang terlaksana.
73
Tabel 33
Anatomi Tiga Kelompok Tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera (lanjutan)
Uraian unsur anatomi 7. Suasana kelompok
8. Efektivitas kelompok
Mekar Sejahtera Suasana kelompok cukup baik, anggota merasa nyaman dengan anggota lainnya maupun kelompoknya, anggota mudah diajak kerjasama.
Cukup efektif, usahausaha yang dilakukan anggota untuk mencapai tujuan sudah cukup baik (misalnya dengan mengikuti cara budidaya tanaman hortikultura sesuai pelatihan agar produktivitas meningkat). Namun, masih banyak tujuan kelompok yang belum tercapai dan masih ada beberapa anggota yang kurang aktif maupun tidak aktif.
Kelompok tani Mekar Wangi Suasana kelompok cukup baik, tidak pernah terjadi perselisihan antar anggota dan sesama anggota merasa nyaman dalam bekerja sama. Belum efektif karena kelompok hanya berjalan apabila ada program, terutama program pengolahan hasil tanaman hortikultura seperti buah nanas dan kesibukan anggota masing-masing.
Harapan Sejahtera Suasana kelompok masih cukup baik walaupun sudah tidak ada pertemuan semenjak 2012.
Cukup efektif karena tahun ini anggota kelompok mengalami kenaikan produktivitas (kenaikan jumlah hasil panen). Namun masih banyak tujuan kelompok yang belum tercapai dan beberapa anggota yang sudah tidak aktif karena faktor usia yang memasuki dewasa tua.
HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA GAPOKTAN, PROGRAM GAPOKTAN, TINGKAT EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN DAN TINGKAT KEDINAMISAN KELOMPOK TANI ANGGOTA Bab ini menjelaskan mengenai hubungan antara karakteristik anggota Gapoktan, program Gapoktan, dan tingkat efektivitas kepemimpinan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera. Pada bab ini pengolahan data dilakukan secara komposit dengan menggunankan program Microsoft Excel dan diuji dengan menggunakan uji kolerasi Rank Spearman pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) untuk melihat hubungan yang nyata dan positif diantara karakterisiik anggota dengan tingkat kedinamisan kelompok, program Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok, dan tingkat efektivitas kelompok dengan tingkat kedinamisan kelompok. Hubungan antara Karakteristik Anggota Gapoktan dengan Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Karakteristik anggota yang diuji dalam penelitian ini adalah usia anggota, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman organisasi, masa keanggotaan, dan motivasi bergabung kedalam kelompok tani dan Gapoktan. Sedangkan tingkat kedinamisan kelompok tani yang diuji dalam penelitian ini adalah struktur kelompok, tujuan kelompok, pembinaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok dan efektivitas kelompok. Variabel-variabel tersebut dikompositkan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan diuji dengan menggunakan Rank Spearman pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) untuk melihat adanya atau tidak hubungan yang nyata dan positif. Hasilnya sebagai berikut: Tabel 33 Hasil uji kolerasi antara karakteristik anggota Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Karakteristik anggota Kolerasi koefisien Signifikansi* Tingkat kedinamisan kelompok Kolerasi Koefisien Signifikansi*
Karakteristik anggota
Tingkat kedinamisan kelompok
1 -
0.251 0.180
0.251 0.180
1 -
Keterangan: *berhubungan nyata (p<0,05), **berhubungan sangat nyata (p<0,01)
74
Menurut hasil penelitan Kusnadi (2005), terdapat hubungan nyata antara faktor internal petan terhadap efektivitas kelompok. Faktor internal yang dimaksud adalah karakteristik petani dan efektivitas kelompok salah satu yang ada di dalam kediamisan kelompok. Tetapi, pada Tabel 33 di atas menunjukkan hasil uji kolerasi antara karakteristik anggota kelompok tani yang bergabung dengan Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan, dapat dilihat pada tabel tersebut bahwa nilai signifikasinya yaitu 0.180 lebih besar dari α (0.05) yang artinya tidak terdapat kolerasi atau hubungan yang nyata antara karakteristik anggota kelompok yang bergabung dengan Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan dan dengan nilai kolerasi koefisien sebesar 0.251. Tidak terdapatnya hubungan antara karakteristik anggota kelompok diduga disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti oleh anggota kelompok mayoritas berada pada tingkat pendidikan formal yang rendah, yaitu tidak sekolah/SD. Pendidikan non formal atau pelatihanpelatihan yang pernah diikuti oleh anggota juga mayoritas jarang dikuti (< 2kali). Selain itu, rendahnya pengalaman berorganisasi. Sedangkan untuk masa keanggotaan mayoritas anggota berada pada kategori tinggi tetapi tidak berpengaruh kepada tingkat kedinamisan kelompoknya dan untuk motivasi bergabung dengan kelompok dan Gapoktan lebih didominasi oleh motivasi dari dalam diri anggota, salah satunya adalah kemudahan dalam mendapatkan bantuan pertanian. Hubungan antara Program Gapoktan dengan Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Program Gapoktan dalam penelitian ini adalah program yang dibuat oleh Gapoktan sendiri (inisiator) dan program Gapoktan yang dicetuskan atau dibuat oleh pihak luar, misalnya pemerintah, swasta, maupun masyarakat sekitar GAPOKTAN. Sedangkan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah bagaimana keterlibatan anggota kelompok yang bergabung dengan Gapoktan mulai dai tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap monitoring, dan tahap evaluasi hasil programnya. Lalu, dihubungan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan, yaitu struktur kelompok, tujuan kelompok, pembinaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, dan efektivitas kelompok. Variabel-variabel diolah menjadi komposit dengan menggunakan program Microsoft Excel dan diuji hubungannya dengan menggunakan uji kolerasi Rank Spearman pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0), maka diperoleh hasil sebagai berikut:
75
Tabel 34 Hasil uji kolerasi antara program Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Program Gapoktan Kolerasi koefisien Signifikansi Tingkat kedinamisan kelompok Kolerasi Koefisien Signifikansi
Program Gapoktan
Tingkat kedinamisan kelompok
1 -
0.263 0.161
0.263 0.161
1 -
Keterangan: *berhubungan nyata (p<0,05), **berhubungan sangat nyata (p<0,01)
Pada Tabel 34 menunjukkan hasil uji kolerasi antara keterlibatan anggota dalam kegiatan program Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok anggota Gapoktan. Nilai signifikansinya adalah 0.161 lebih besar dibandingkan α (0.05), yang berarti tidak terdapat kolerasi atau hubungan yang nyata dan nilai kolerasi koefisiennya sebesar 0.263. Program Gapoktan sebagai inisiator dan sebagai pelaksana dinilai berdasarkan keterlibatan anggota kelompok yang tergabung dalam Gapoktan mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap monitoring, dan tahap evaluasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, mayoritas keterlibatan anggota dalam program hanya pada tahap pelaksanaan dan tahap monitoring saja. Sedangkan untuk tahap perencanaan dan evaluasi, anggota jarang terlibat. Bahkan tidak terlibat. Terutama pada program Gapoktan sebagai pelaksana karena program tersebut adalah program bawaan yang berasal dari luar Gapoktan, seperti berasal dari pemerintah maupun swasta. Salah satu programnya adalah program penghijauan yang dilakukan pada bulan Mei 2013. Program tersebut dilakukan kerjasama antara anggota kelompok yang berada dalam Gapoktan dengan pihak pemerintah. Pada program ini, anggota hanya terlibat dalam pelaksanaannya saja, dan monitoring untuk kelanjutannya. Tetapi tidak mengikuti dalam tahap perencanaan. Sehingga hal tersebut salah satu hal yang membuat tingkat kedinamisan kelompok menjadi kurang baik terutama yang berhubungan dengan pembinaan kelompok. Padahal kegiatan tersebut bisa menjadi salah satu tempat untuk memperkut pembinaan kelompok. Selain itu, salah satu program Gapoktan sebagai inisiator adalah program pengolahan buah nanas. Buah nanas adalah salah satu komoditi unggulan di salah satu kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Mekar Sejahtera dan untuk bagian pengolahan dikerjakan oleh Kelompok Tani Wanita, yaitu Mekar Wangi. Program tersebut sempat berhasil, tetapi pada tahun 2013 ini sudah tidak berjalan lagi. Salah satu faktornya adalah kurangnya bahan baku, informasi cara pengemasan, dan pemasaran. Berbagai macam faktor tersebut diduga membuat tidak terdapatnya kolerasi dan hubungan yang nyata antara program Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan.
76
Hubungan antara Tingkat Efektivitas Kepemimpinan Gapoktan dengan Tingkat Kedinamisan Kelompok Tani Anggota Gapoktan Mekar Sejahtera Tingkat efektivitas kpemimpinan Gapoktan yang diuji dalam penelitian ini adalah dilihat dari karakter pemimpin Gapoktan dan gaya kepemimpinan yang digunakannya saat memimpin. Sedangkan untuk tingkat kedinamisan kelompok tani yag diuji adalah struktur kelompok, tujuan kelompok, pembinaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, dan efektivitas kelompok. variabelvariabel di atas datanya diolah dan dikompositkan dengan menggunakan program Microsoft Excel. Lalu, data yang telah dikompositkan diuji kolerasinya dengan menggunakan Rank Spearman pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 16.0) untuk melihat adanya atau tidak hubungan yang nyata dan positif. Hasilnya sebagai berikut: Tabel 35 Hasil uji kolerasi antara tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan Mekar Sejahtera
Tingkat efektivitas kepemimpinan Kolerasi koefisien Signifikansi Tingkat kedinamisan kelompok Kolerasi Koefisien Signifikansi
Tingkat efektivitas kepemimpinan
Tingkat kedinamisan kelompok
1 -
0.076 0.691
0.076 0.691
1 -
Keterangan: *berhubungan nyata (p<0,05), **berhubungan sangat nyata (p<0,01)
Hasil uji kolerasi pada Tabel 35 menunjukkan bahwa tidak terdapat kolerasi atau hubungan yang nyata antara tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan karena nilai signifikansinya adalah 0.691, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05) dan nlai kolerasi koefisiennya sebesar 0.076. Karakteristik pemimpin adalah ciri khas atau sifat atau perilaku yang melekat dan dimiliki oleh seorang pemimpin. Karakteristik pemimpin menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan. Tetapi berdasarkan hasil wawancara, karakteristik pemimpin atau ketua Gapoktan dinilai cukup baiktetapi tidak berpengaruh besar dalam peningkatan kedinamisan kelompok tani. Hal ini bisa terjadi karena ketua Gapoktan terbilang jarang berkomunikasi dengan anggota kelompok tetapi lebih sering berkomunikasi hanya dengan pengurus kelompok saja. Anggota tidak terlalu dalam mengenal ketua kelompok dan ketua Gapoktan dikenal karena memiliki status sebagai mantan Lurah Desa Cipelang. Gaya kepemimpinan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kinerja anggota kelompok atau organisasi, menurut hasil penelitian oleh Tampubolon (2007) yaitu faktor gaya kepemimpinan memberikan kontribusi yang relatif besar dan sangat signifikan terhadap peningkatan kinerja pegawai pada organisasi dan tingkat organisasi.
77
Selain itu, menurut hasil penelitian Hulu (2002), gaya kepemimpinan memiliki hubungan nyata dengan tujuan kelompok, fungsi tugas, suasana kelompok, dan efektivitas kelompok tetapi masih kurang erat. Sedangkan dalam penelitian ini berdasarkan hasil uji kolerasi Rank Spearman pada Tabel 35, tidak terdapat kolerasi dan hubungan yang nyata. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, salah satu faktor yang diduga menyebabkan tidak terdapatnya hubungan diantara tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan dengan tingkat kedinamisan kelompok adalah peran pemimpin atau ketua Gapoktan menurut anggota kelompok masih kurang terlihat karena anggota kelompok lebih mengandalkan ketua kelompoknya masingmasing dibandingkan ketua Gapoktan. Hal ini bisa terjadi karena ketua kelompok lebih berperan dalam mengatur dan membimbing anggota kelompoknya. Sedangkan peran ketua Gapoktan lebih dirasakan oleh pengurus-pengurus anggota saja. Sehingga tingkat efektivitas kepemimpinan Gapoktan tidak berdampak besar pada tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan.
78
79
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Gapoktan Mekar Sejahtera memiliki ciri-ciri berikut: (1) Usia anggota mayoritas antara 30-50 tahun, (2) Pendidikan formal anggota mayoritas SD dan sederajat, (3) Pendidikan non formal (pelatihan) yang pernah diikuti oleh anggota mayoritas rata-rata 3 kali, (4) Pengalaman organisasi anggota mayoritas rendah, (5) Masa keanggotaan dalam Gapoktan rata-rata 5 tahun, dan (6) Motivasi anggota bergabung dengan Gapoktan sudah cukup baik. Seluruh variabel karakteristik anggota kelompok menunjukkan hubungan yang cukup baik dengan tingkat kedinamisan kelompok. 2. Keterlibatan anggota kelompok dalam program Gapoktan sebagai inisiator lebih tinggi dibandingkan keterlibatan anggota kelompok dalam program Gapoktan sebagai pelaksana 3 . Tetapi kedua program Gapoktan tersebut memiliki hubungan yang saling mendukung cukup baik dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan . 3. Karakteristik pemimpin yang dominan adalah toleransi dan tenang. Gaya kepemimpinan yang dominan digunakan adalah gaya partisipatif dan gaya achievement-oriented. Toleransi dan ketenangan ketua Gapoktan dan kedua gaya kepemimpinan yang digunakan belum cukup efektif untuk meningkatkan kedinamisan kelompoknya, namun dibutuhkan faktor-faktor lain, salah satunya menjaga hubungan baik dan intensitas komunikasi dengan anggota. Tetapi hubungannya dengan tingkat kedinamisan masih dinilai cukup baik walaupun efektivitas kepemimpinan ketua Gapoktan dinilai belum cukup efektif oleh anggota. 4. Tidak terdapat kolerasi atau tidak terdapat hubungan antara karaktersitik anggota, program Gapoktan, dan tingkat efektivitas kepemimpinan dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota Gapoktan. Nilai kolerasi koefisien karakteristik anggota sebesar 0.251 dan nilai kolerasi koefisien efektivitas kepemimpinan sebesar 0.076. Program Gapoktan memiliki hubungan yang paling erat dengan tingkat kedinamisan kelompok tani anggota dengan nilai kolerasi koefisien paling besar, yaitu 0.263.
3
1. Program dengan Gapoktan sebagai inisiator : program pengolahan buah nanas. Anggota terlibat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. 2. Program dengan Gapoktan sebagai pelaksana : program penghijauan dan penanaman pohon alpukat (budidaya pohon alpukat). Anggota terlibat hanya pada tahap pelaksanaan dan monitoring.
80
Saran Saran untuk hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemimpin atau ketua Gapoktan harus lebih menggalang hubungan kerjasama yang lebih intensif dengan anggota-anggota kelompoknya. Selain itu, pemimpin atau ketua Gapoktan pun harus mampu lebih menstimulasi anggota kelompok tani agar mau lebih sering mengikuti pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh penyuluh maupun Dinas Pertanian. Sehingga diharapkan tindakan-tindakan tersebut mampu meningkatkan kedinamisan keompok tani anggota Gapoktan. 2. Agenda pertemuan rutin harus dijalankan kembali agar kelompok-kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan semakin erat dan interaksi antar anggota semakin intensif, begitu juga interaksi dengan pemimpin atau ketua Gapoktan. 3. Program dengan Gapoktan sebagai inisiator perlu dirancang dengan melibatkan seluruh anggota Gapoktan supaya lebih merespon kebutuhan anggota. 4. Program dengan Gapoktan sebagai pelaksana perlu memastikan bahwa seluruh anggota mengetahui tujuan program dan terlibat dalam seluruh tahapan program agar program berkelanjutan.
80
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2010. [Internet]. [diunduh pada 19 Juli 2013]. Dapat diunduh dari: www.bps.go.id. [BP4K] Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan. 2010. Potensi Kelompok Tani dan GAPOKTAN Kabupaten Bogor. [Internet]. Dapat diunduh dari: http://www.bkp5k.bogorkab.go.id/index.php? option=com_content&view=article&id=117&Itemid=127. [DEPTAN] Departemen Pertanian. 1971. Pembinaan Kontak Tani Kelompok Tani dan Himpunan Tani. Pedoman Kerja No. 1/1971. Andriani ID, Rusli S. 2008. Kepemimpinan dan tingkah laku kewiraswastaan dalam industri skala kecil dan menengah. [jurnal]. Bogor [ID]: Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. Volume(02): 02. Gibson, Ivancevic, Doneslly. 1997. Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur, dan Proses. Jakarta [ID]: Erlangga. Hulu KY. 2002. Penilaian anggota terhadap gaya kepemimpinan dan dinamika kelompok (kasus: Kelompok Mitra Keluarga di Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Kota Jakarta Timur). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Iskandar D. 2004. Gaya kepemimpinan dalam organisasi perusahaan. [jurnal]. [Internet]. [diunduh pada 15 Oktober 2012]. Dapat diunduh dari: http://www.manbisnis2.tripod.com/4_2_2.pdf. Ivancevich, M. John dan Konopaske, Robert. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta [ID]: Erlangga. Kusnadi D. 2005. Kepemimpinan kontaktani dalam meningkatkan efektivitas kelompok tani (Kasus pada Kelompok Tani Desa Putat Nutug, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). [jurnal]. [internet]. [diunduh pada 16 Oktober 2012]. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/7896/2005dku.pdf ?sequence=2. Kotter PJ. 1997. Faktor Kepemimpinan (Alih bahasa dari bahasa Inggris oleh Hari Suminto). Jakarta [ID]: Prenhallindo. [Judul asli: The Leadership Factor]. Mugniesyah, SS. 2006. Modul Mata Kuliah Pendidikan Orang Dewasa. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Norman A. 2010. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap efektivitas organisasi (Kasus: Kelurahan Tegal Gundil dan Kelurahan Bantar Jati, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Pangewa M. 2004. Perilaku Keorganisasian. Departemen Pendidikan Nasional. [Permentan] Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 273/Kpts/OT.160/4/2007. Tentang Pedoman Pembinaan Kelembangaan Petani. Rahmawati. 2002. Hubungan efektivitas kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan (kasus: di PT. Primatama Karyapersada Bandar Lampung). [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
82
Randhita R. 2009. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai dalam organisasi pemerintahan kelurahan (Kasus: Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Reksohadiprojo S, Handoko TH. 1995. Organisasi Perusahaan. Yogyakarta [ID]: BPFE. Robbins PS. 1996. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi (Alih bahsa dari bahasa inggris oleh Hadyana Pujaatmaka). Jakarta [ID]: Prehallindo. 396 hal. [Judul asli: Organizational Behaviour]. Robbins PS. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Alih bahasa dari bahasa Inggris oleh Halida, Dewi Sartika). Jakarta [ID]: Erlangga. 368 hal. [Judul asli: Essential of Organizational Behaviour]. Santosa S. 2006. Dinamika Kelompok. Jakarta [ID]: Bumi Aksara. 96 hal. Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: LP3ES. 346 hlm. Slamet M. 1978. Kumpulan Bahan Bacaan Penyuluhan Pertanian. Edisi ketiga. Bogor. Sulaksana J. 2002. Peranan pemimpin informal dalam keberlanjutan kelompok (kasus: Gapoktan ternak domba Mekar Jaya, Desa Kadipaten, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka). [Thesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Syamsu S, Yusril S, dan Suwarto FX. 1991. Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan (Sebuah Pengantar). Yogyakarta [ID]: Universitas Atmajaya Tampubolon BD. 2007. Analisis faktor gaya kepemimpinan dan faktor etos kerja terhadap kinerja pegawai pada organisasi yang telah menetapkan SNI 199001-2001. [jurnal]. [Internet]. [diunduh pada 25 Septermber 2012]. Dapat diunduh dari: http://www.bsn.or.id/files/@LItbang/Formulir%20JS%20Vol%209%20N o%203%202007/4%20%20Analisis%20Faktor%20Gaya%20Kepemimpi nan.pdf. Thoha M. 1991. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta [ID]: Rajawali. 144 hal. Wahjosumidjo. 1982. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta [ID]: Ghalia Indonesia. Wiriadihardja HM. 1987. Dimensi Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta [ID]: Balai Pustaka. 327 hal.
83
Lampiran 1 Peta lokasi
84
Lampiran 2 Kerangka sampling No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Nama H. Jejen Acun B Acun A Noib Rahmat Dili H. Jani Toha Darimi Dede M Ajang Adang Y Harun Iyus Basri Ahmad Engkos Endin Ibih Miptah Mamin Sail Saep Handi Ijam Ade Udin Uking Roni Mimih Cecep H Daman Wawan Kakat Atang Nanang Dudun Atang Pardi
Kelompok Tani Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera
No 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Nama Kodir Gandi Herman Asep Enung Pahru Ujed H. Dedi Dadeng Ajum Nanang Ucup Badrudin Haem Pian Ujay Sahri Ujil Ili Cucup Jana
Kelompok Tani Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera
85
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Solihat Neneng Juju Alis Yati Ooy Yuyu Eti Ana Nisa Mia Mimih Ade Yayah Iyam Nita Dedah Nia Yayat Ica Endah Rukmini Kholis Riyamah Nana
Kelompok Tani Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Ujang S Pudin Jumsari Aca Dadang Baenuri Pepe Ujang A Eeng Ali H. Juandi Andika Isep Kimin Enjang S Dede Yusuf Ade Abuy Koko Entur Jaya Dani Sirojudin Endang
Kelompok Tani Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera
No 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Alis Ooy Dedah Yayat Kholis Baenuri Pepe Isep Dadang Ujang S Sirojudin Juandi Jumsari Enjang Entur
Kelompok Tani Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera Harapan Sejahtera
Daftar nama responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Rahmat Dili Miptah Ibih Ucup Adang Y Ajang Pahru Wawan Asep Solihat Eti Mia Iyam Rukmini
Kelompok Tani Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Sejahtera Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi Mekar Wangi
86
Lampiran 3 Struktur organisasi Gapoktan Mekar Sejahtera
Ketua Dayat
Bendahara Rahmat
Sie Pertanian Mumuh
M ekar Sejahtera
Barokah Tani
Sekretaris H. Engkon
Sie Peternakan Dili
Multi Tani
Tunas Sejahtera
Mekar Wangi
Sie Perikanan Basri
Barokah 1
Harapan Sejahtera
Sie Pemasaran A. Bunyamin
Remaja Tani
Aman Sejahtera
Amanah
87
Lampiran 4 Hasil uji kolerasi Rank Spearman Correlations
Spearman's rho
Karakteristik Anggota
Kedinamisan Kelompok
Karakteristik Anggota
Kedinamisan Kelompok
Correlation Coefficient
1.000
.251
Sig. (2-tailed)
.
.180
N
30
30
Correlation Coefficient
.251
1.000
Sig. (2-tailed)
.180
.
N
30
30
Program Gapoktan
Kedinamisan Kelompok
Correlation Coefficient
1.000
.263
Sig. (2-tailed)
.
.161
N
30
30
Correlation Coefficient
.263
1.000
Sig. (2-tailed)
.161
.
N
30
30
Efektivitas Pemimpin
Kedinamisan Kelompok
Correlation Coefficient
1.000
.076
Sig. (2-tailed)
.
.691
N
30
30
Correlation Coefficient
.076
1.000
Sig. (2-tailed)
.691
.
N
30
30
Correlations
Spearman's rho
Program Gapoktan
Kedinamisan Kelompok
Correlations
Spearman's rho
Efektivitas Pemimpin
Kedinamisan Kelompok
88
Riwayat Hidup Intan Endawaty Kencana Putri merupakan anak ketiga dari pasangan Endang Suherman, SE, M.Si dan Desi Tianawati yang dilahirkan di Bogor pada tanggal 25 Mei 1991. Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-Kanak Anris Bogor, SD Cipaku Perumda Bogor, SMP Negeri 9 Bogor, dan SMA Negeri 4 Bogor. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selain menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis juga aktif mengikuti kegiatan organisasi dan berbagai kepanitiaan. Pada tahun 2010-2011, penulis aktif menjadi pengurus Himpunan Profesi (HIMPRO) HIMASIERA Divisi Public Relation. Disamping kegiatan berorganisasi, penulis juga memiliki pengalaman di beberapa kepanitiaan seperti INDEX 2011 Divisi Humas dan Publikasi, PRIORITY 2011 Divisi Sponsorship, Masa Perkenalan Fakultas (MPF) Divisi Kakak Pendamping, dan Masa Perkenalan Departemen Divisi Humas (Ketua Divisi). Selain itu, penulis juga aktif sebagai Asisten Mata Kuliah Komunikasi Bisnis tahun 2012-2013.