EFEKTIVITAS BELAJAR MEMBACA AL-QURAN DENGAN METODE TARSANA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 PADAS KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2011
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
DISUSUN OLEH: SUNGIDAH NIM: 11409023
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari: Nama
: Sungidah
Nim
: 11409023
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul
: EFEKTIVITAS BELAJAR MEMBACA AL-QURAN DENGAN METODE TARSANA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 PADAS KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2011
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 5 Agustus 2011 Pembimbing
Drs. Abdul Syukur, M.Si. NIP. 19670307 199403 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini; Nama
: Sungidah
Nim
: 11409023
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 5 Agustus 2011 Yang menyatakan,
Sungidah NIM: 11409023
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Dan tambahkanlah setengah malam itu, dan bacalah al Qur’an dengan tartil (Qs muzammil: 4)
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada: -
Bapak Sahlan (Alm), Ibu Jumiyati (Alm) dan ibu Yatimah tercinta.
-
Suami Muhriyanto dan anak-anakku tercinta, M. Yusuf Ar Rosyid dan Firda Faradina Al Zahra
-
Semua kakak dan adik yang telah memberi semangat dalam pembuatan skripsi.
ABSTRAK Sungidah, 2011. Efektivitas Belajar Membaca al-Quran Dengan Metode Tarsana Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2011. Skripsi jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M. Si. Kata kunci :belajar al-Quran dan metode Tarsana Penelitian ini adalah sebuah upaya menumbuhkan rasa cinta bagi peneliti secara pribadi dan peserta didik untuk senantiasa rajin dan istikomah membaca kitab suci al-Quran. Dengan memberikan satu metode yang mudah diserap dan menyenangkan. Selain itu juga sebagai sebuah pembuktian bahwa belajar membaca al-Quran sangatlah mudah dengan menggunakan metode Tarsana. Dengan hanya dalam waktu singkat, siswa-siswi sudah bisa mempraktekkan membaca al-Quran dalam kehidupan sehari-hari sebagai bacaan wajib, tanpa merasa minder karena merasa belum bisa ataupun merasa dianggap aneh. Berdasarkan hasil observasi awal, belajar membaca al-Qur‟an siswa kelas V SD N 2 Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun 2011 masih rendah. Hal tersesebut ditandai dengan masih rendahnya prosentase ketuntasan siswa sehingga perlu ditingkatkan. Permasalahan yang ingin diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana kemampuan siswa-siswi kelas V SDN 2 Padas dalam membaca al-Qur‟an sebelum penelitian? Bagaimana efektivitas metode Tarsana dalam meningkatkan belajar al-Qur‟an? Bagaimana hasilnya setelah belajar al-Qur‟an dengan metode Tarsana pada siswa kelas V SDN 2 Padas tahun 2011? Peneilitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian ini menunjukkan prestasi belajar siswa setelah penerapan metode tarsana meningkat. Prosentase ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal 19,35%, meningkat menjadi 35,48% pada siklus I dan 64,5% pada siklus II dan 87% pada siklus III. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar model pembelajaran metode tarsana ini bisa dipakai oleh semua kalangan pemerhati generasi Islam untuk belajar al-Qur‟an dengan mudah dan menyenangkan.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................... I LOGO........................................................................................................... II PENGESAHAN KELULUSAN.................................................................... III PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. IV PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN ................................................... V MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... VI ABSTRAK ................................................................................................... VII KATA PENGANTAR .................................................................................. VIII DAFTAR ISI ................................................................................................ IX BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6 D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 6 E. Definisi Operasional .......................................................................... 7 F. Metode Penelitian.............................................................................. 8 G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 12 BAB II: KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 14 A. Belajar al-Qur‟an itu adalah Ibadah ................................................... 14 1. Pengertian al-Qur‟an.................................................................... 14 2. Kemukjizatan al-Qur‟an .............................................................. 17 3. Pentingnya Belajar al-Qur‟an....................................................... 38 4. Belajar al-Qur‟an itu Mudah ........................................................ 39
B. Metode Tarsana ................................................................................. 41 1. Pengertian Metode ....................................................................... 41 2. Metode dalam Pembelajaran ........................................................ 42 3. Metode Tarsana ........................................................................... 43 4. Petunjuk penggunaan metode Tarsana ......................................... 43 BAB III: PELAKSANAAN PENELITIAN ................................................... 48 A. Obyek Penelitian ............................................................................... 48 1. Letak Geografis SD Negeri 02 Padas ........................................... 48 2. Sejarah singkat SD Negeri 02 Padas ............................................ 48 3. Data Guru dan Karyawan SD Negeri 02 Padas tahun 2011 .......... 52 4. Data Rekapitulasi siswa SD Negeri 02 Padas tahun 2011 ............. 53 5. Data siswa kelas V SD Negeri 02 Padas tahun 2011 .................... 53 B. Prosedur penelitian ............................................................................ 54 1. Deskripsi Penelitian Siklus I ........................................................ 54 2. Deskripsi Penelitian Siklus II ...................................................... 58 3. Deskripsi Penelitian Siklus III ..................................................... 61 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 65 A. Analisis Hasil data............................................................................. 65 B. Deskripsi Persiklus ............................................................................ 66 C. Pembahasan ...................................................................................... 74 BAB V: PENUTUP ...................................................................................... 80 A. Kesimpulan ....................................................................................... 80 B. Saran ................................................................................................ 81 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 82 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ A. Buku Metode Tarsana........................................................................ B. Bahan-bahan Pertanyaan Tes Lisan Pra Penelitian .............................
C. Bahan-bahan Pertanyaan Tes Lisan Penelitian Siklus I ...................... D. Bahan-bahan pertanyaan Tes Lisan Penelitian Siklus II ..................... E. Bahan-bahan Pertanyaan Tes Lisan Penelitian Siklus III .................... RIWAYAT HIDUP PENULIS......................................................................
KATA PENGANTAR Puji syukurku Alhamdulillah dengan izin dan pertolongan-Nya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Teriring shalawat dan salam atas manusia mulia utusan-Nya yaitu Nabi Muhammad saw. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih yang tiada terkira kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terutama kepada suamiku dan anakanakku tercinta yang telah memberikan izin penulis menjalani kesibukan menyelesaikan
skripsi.
Kepada
saudara-saudaraku
Zaenuri
yang
selalu
memberikan motifasi dan bantuan material lainnya, Syaikhudin Zuhri yang telah membantu dalam hal printerisasi, Mutoha yang membantu dalam hal pengetikan dan saudaraku lainnya yang memberikan support kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. Kepada dosenku Drs. Abdul syukur, M. Si. Yang telah memberikan bimbingan sehingga skripsi ini bisa selesai dengan baik. Kepada semua teman-teman seperjuanganku yang membantu ini dan itu dan kepada semua pihak yang membantu langsung maupun tidak langsung semoga jasa-jasa mereka semua dibalas Allah dengan curahan rahmat dan ampunannya. Permohonan maaf kami sampaikan jikalau skripsi ini masih banyak kekurangan. Semoga kritik dan saran yang membantu penyempurnaan bisa disampaikan dengan baik dan penuh bimbingan,
sehingga skripsi ini bisa
bermanfaat untuk semua pihak. Salatiga, 5 Agustus 2011 Penulis,
Sungidah NIM: 11409023
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang menjadi sumber norma dan nilai normatif yang sempurna karena memang telah disempurnakan oleh Allah Tuhan semesta alam. Sebagai agama, Islam mempunyai kitab suci yaitu al Quran yang di dalamnya sarat dengan berbagai informasi dan pengetahuan. Salah satu informasi yang bisa kita temukan dalam al Quran adalah isyarat bahwa tugas utama manusia sebagai makhlu ciptaan-Nya adalah beribadah. Dalam surat al zariyat ayat 56 Allah swt. Berfirman:
Artinya :Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Kata liya’budu yang berakar kata abada ya’budu ibadatan apabila disandarkan kepada Allah maka berarti mengabdi atau menyembah kepadaNya (Munawir, 1997: 886). Dalam tafsir al Quran al „Adhim dijelaskan bahwa kata ini berarti mengakui Allah sebagai Tuhannya dengan kesungguhan berbakti kepadanya baik dengan senang hati mupun terpaksa (Ibnu Katsir, 2003: 283). Membicarakan tentang ibadah, banyak sekali bahkan semua aktifitas kita bisa bernilai ibadah. Salah satu aktifitas yang diperintahkan Allah baik
dalam al Quran maupun hadis adalah membaca al Quran. Dalam surat al Muzzammil Allah berfirman:
Artinya: Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Sedangkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim dari abu Umamah al bahili Nabi bersabda( Nawawi, 2009: 804):
Artinya: Bacalah al Quran, karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat nanti untuk memberikan syafaat kepada para pembacanya. Atau hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dari Utsman bin Affan Nabi bersabda( Bukhari, 2003: 5082):
Artinya :Sebaik-baik kamu adalah yang belajar dan mengajarkan al Quran. Al Quran sebagai kitab suci yang berarti bacaan, oleh Quraish Shihab ( 1999: 1) dijelaskan bahwa tiada bacaan semacam Al Quran yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja, dan anak-anak.
Tiada
bacaan
melebihi
Al Quran
dalam
perhatian
yang
diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat demi ayat, baik dari segi masa, musim, dan saat turunnya, sampai kepada sebab-sebab serta waktu-waktu turunnya. Tiada bacaan seperti Al Quran yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi generasi. Kemudian apa yang dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu, berbeda-beda
sesuai
dengan
perbedaan
kemampuan
dan
kecenderungan mereka, namun semua mengandung kebenaran. Al Quran layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Tiada
bacaan
seperti
Al Quran
yang
diatur
membacanya, mana yang dipendekkan, dipanjangkan,
tata cara
dipertebal atau
diperhalus ucapannya, di mana tempat yang terlarang, atau boleh, atau harus memulai dan berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai kepada etika membacanya. Tiada bacaan sebanyak kosa kata Al Quran yang berjumlah 77.439 (tujuh puluh tujuh ribu empat ratus tiga puluh sembilan) kata, dengan jumlah huruf 323.015 (tiga ratus dua puluh tiga ribu lima belas) huruf yang
seimbang
jumlah kata-katanya,
baik
antara
padanannya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya.
kata
dengan
Begitu tingginya nilai al Quran sehingga Khumaini (2004: 612) memberikan ibarat bahwa al Quran adalah menara petunjuk dan pelita dalam
kegelapan
malam,
hendaknya
para
penyelidik
membuka
penglihatannya untuk mendapatkan pencerahannya, senantiasa membaca al Quran untuk mendapatkan cahayanya yang akan menuntun pembaca kepada jalan lurus kepada Tuhan-Nya (Allah). Sekolah Dasar Negeri 02 Padas adalah salah satu sekolah formal yang terkenal di kecamatan kedungjati bagian timur. Hal ini terbukti karena banyaknya para orang tua yang mendaftarkan anaknya di Sekolah dasar Negeri 02 Padas ini. Sebagai sekolah Negeri tentunya pelajaran al Quran bukan menjadi mata pelajaran utama, sehingga kemampuan para siswa dalam membaca al Quran sangatlah minim. Sebuah fenomena dan fakta riil yang sangat memprihatinkan adalah mayoritas siswa muslim di SD N 02 Padas yang belum bisa membaca Al Quran secara baik dan benar. Sehingga bagaimana mungkin mereka mendapatkan nur al Quran kalau membacanya saja belum bisa? Bagaimana mungkin mereka akan menjadi generasi muslim yang Qurani kalau membacanya tidak mahir? Dari pemaparan fakta riil di atas penulis merasa terpanggil untuk ikut memberikan solusi dari persoalan ini. Dengan bantuan para pakar al Quran yang telah membuat metode baca tulis al Quran, penulis mengadakan penelitian ini di SD Negeri 02 Padas. Selain itu untuk mencapai hal tersebut di atas, perlu ditumbuhkan motivasi yang kuat bagi para siswa untuk mahir
membaca al Quran sejak dini. Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 4 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan: Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demoktratis serta bertanggung jawab (2003: h. 1). Belajar membaca al-Qur‟an dengan menggunakan metode Tarsana, diharapkan peserta didik dapat menemukan kemudahan, Sehingga para peserta didik akan semakin bersemangat untuk meningkatkan potensi mereka dalam hal mempelajari cara baca al-Qur‟an. Berbicara masalah sebuah metode, Muslih (2004:30) menjelaskan bahwa sebuah ide pemikiran, konsep atau teori yang melahirkan sebuah metode pasti melalui proses sejarah dan sebab, demikian pula metode untuk membaca al Quran. Pengalaman yang dialamai oleh peneliti adalah berkembangnya metode membaca al Quran seperti, turutan, qiroati, iqro‟, tilawati, yanbu‟a dan tarsana serta masih banyak lagi metode lainnya. Metode tersebut muncul karena kebutuhan masyarakat dan melalui proses sejarah yang berkesinambungan. Salah satu metode yang masih berusia baru adalah metode Tarsana. Buku metode Tarsana adalah salah satu buku metode membaca al Quran secara praktis. Diharapkan dengan metode ini para siswa semakin mudah dan semangat dalam belajar membaca al Quran dengan baik dan benar. Berpedoman pada buku Panduan Pedoman Penulisan Skripsi dan
Tugas Akhir yang diterbitkan oleh STAIN Salatiga, Penulis ingin meneliti hal ini dengan mengajukan judul skripsi “EFEKTIVITAS BELAJAR MEMBACA AL QURAN DENGAN METODE TARSANA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 PADAS KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2011”. B.
Rumusan Masalah Dari uraian singkat di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut; 1. Bagaimana kemampuan para siswa SD N 02 Padas dalam membaca al Quran sebelum diadakan penelitian? 2. Bagaimana efektifitas metode Tarsana dalam meningkatkan belajar membaca al Quran? 3. Bagaimana prestasi para siswa setelah belajar Metode Tarsana?
C.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan maslah di atas, maka tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kemampuan para siswa kelas V SD Negeri 02 Padas dalam membaca al Quran. 2. Untuk mengetahui efektifitas metode Tarsana dalam meningkatkan belajar membaca al Quran. 3. Untuk mengetahui prestasi para siswa dalam belajar membaca al Quran.
D.
Manfaat penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna, antara lain: 1. Manfaat secara Teoretis Secara Teoretis hasil penelitian ini bermanfaat bagi upaya peningkatan mutu pendidikan dan memberikan sumbangsih Teoretis pada dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar membaca al Quran. 2. Manfaat secara Praktis a. Bagi peneliti Sebagai ajang latihan untuk melatih daya nalar dan mengasah intelektualitas peneliti dalam menguasai ilmu membaca al Quran. Juga sebagai bukti dan implementasi dari ilmu yang diterima di bangku kuliah, sekaligus untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1). b. Bagi lembaga pendidikan Sebagai modal tambahan bagi calon-calon pengembang pendidikan khusunya di bidang belajar membaca al Quran, juga sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan
Sekolah
Dasar
Negeri
02
Padas
untuk
meningkatkan prestasi siswa dalam belajar membaca al Quran yang lebih baik di sekolah Dasar 02 Padas.
E.
Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah yang kebenarannya masih dilakukan secara empiris. Dengan demikian dalam penelitian ini hipotesis yang disuguhkan adalah adanya peningkatan prestasi dan ketrampilan membaca al Quran bagi siswa kelas V SD Negeri 2 padas setelah belajar metode Tarsana
F.
Definisi Operasional Untuk menghindari kesulitan dalam memahami topik judul ini, akan dijelaskan beberapa kata kunci yang ada di dalamnya. Adapun istilah yang dianggap sangat perlu dijelaskan adalah sebagai berikut: 1.
Efektivitas : Berkata dasar efektif yang berarti membuahkan hasil atau berhasil guna(
KBBI,
2005:
284).
Maksud
yang
diinginkan dalam skripsi ini adalah hasil yang diperoleh dari pembelajaran metode tarsana untuk memudahkan siswa membaca al Quran. 2. Tarsana
: Adalah suatu metode membaca al Quran dengan cepat. Kata ini adalah singkatan dari tartil yang berarti membaca al Quran dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwid. Sari‟ yang berarti cepat. Dan Nagham yang berarti lagu yang digunakan dalam membaca al Quran agar ketika al Quran dibaca akan terdengar semakin indah.
G.
Metode penelitian 1. Rancangan penelitian
Penelitian ibarat barang langka bagi sebagian guru. Mengapa diibaratkan bagai barang langka, karena masih banyak guru yang belum merasa terpanggil untuk melaksanakan penelitian. Banyak alasan yang melatar belakangi fenomena ini, namun salah satu alasan kuat yang membuat mereka kurang tertarik melakukan penelitian adalah karena mereka merasa sudah cukup direpotkan dengan urusan-urusan keadministratifan. Selain itu, juga karena kurang adanya dukungan dari kepala sekolah tempat mereka mengajar, dan yang tidak kalah penting adalah belum adanya sosialisasi secara menyeluruh tentang bagaimana melaksanakan penelitian yang baik dan benar. Ini terbukti, tidak banyak guru yang mengetahui apa itu Penelitian Tindakan Kelas [PTK]. Namun setelah dijelaskan, banyak dari mereka yang mengatakan bahwa mereka telah melakukannya, hanya saja belum sistematis dan seprosedural layaknya sebuah penelitian. Suharsimi (2008: 18) memberikan penjelasan bahwa, Penelitian Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki pengertian sebagai berikut : a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi
yang
bermanfaat
dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar. Dari penjelasan Suharsimi di atas penulis akhirnya memantapkan diri untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan materi baca tulis al Quran. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang secara rinci akan dijelaskan kemudian pada sub berikutnya. 2. Subyek Penelitian Populasi dan sample pada hakikatnya sama yaitu merupakan sumber data penelitian, maka sumber tersebut dapat berupa orang, barang, benda hidup maupun benda mati. Adapun obyek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data populasi.
Dalam skripsi ini menjadikan siswa-siswi kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Padas sebagai populasi. Dari data yang dihimpun populasi berjumlah 31 anak dan semuanya sekaligus juga menjadi sample dalam penelitian ini. 3. Instrumen Penelitian Instrumen yang diperlukan dan dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a.
Buku diktat Metode Tarsana
b.
Rencana pembelajaran
c.
Alat bantu peraga berupa laptop dan proyektor.
4. Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data, beberapa metode penulis pergunakan demi memperjelas dan membuahkan hasil yang maksimal, metode tersebut antara lain adalah: a. Metode Observasi b. Metode Eksperimen c. Metode dialog atau interview d. Metode Dokumentasi 5. Analisis Data Untuk mengetahui efektivitas suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Yaitu suatu metode analisa yang bersifat menggambarkan kenyataan faktual sesuai
dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktifitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk menganalisa tingkat keberhasilan siswa setelah proses pembelajaran, dilakukan tes lisan pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus. Penggunaan tes lisan sebagai data analisa utama karena yang ingin diketahui dalam penelitian ini peningkatan kwalitas membaca bukan yang lainnya, jadi yang namanya membaca berhubungan langsung dengan skill lisan bukan tulisan. Dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini dipergunakan dua kategori ketuntasan belajar, yaitu tuntas secara perorangan dan tuntas secara klasikal. Standar nilai yang dipergunakan bagi perorangan yang tuntas mendapatkan nilai 6,5 atau lebih, sedangkan ketuntasan kelas disebut tuntas belajar jika kelas tersebut mencapai 65% sampai 87% dari prosentase pesertase didik. Untuk menghitung prosentase tersebut dipergunakan rumus sederhana sebagai berikut: Ketuntasan belajar kelas = Jumlah siswa tuntas× 100 Jumlah semua siswa×100 H.
Sistematika penulisan Agar penulisan skripsi ini lebih sistematis dan terarah, maka sistematika pembahasan dapat dibagi menjadi lima bab dengan perincian sebagai berikut: Bab I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan gambaran secara umum tentang skripsi ini yang berisi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini disajikan beberapa data pustaka yang mendukung pentingnya penelitian dalam bidang yang akan dijadikan materi dalam penelitian. Data tersebut adalah: definisi al Quran, kemukjizatan al Quran, pentingnya membaca al Quran dan mudahnya belajar al Quran. BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN Dalam bab ketiga ini akan disuguhkan data-data penelitian yang terdiri dari tiga siklus. Siklus pertama pengumpulan data siswa dan pengenalan materi awal metode Tarsana. Siklus kedua adalah pemantapan materi Tarsana jilid II dan siklus ketiga adalah paktek pada juz „amma dan evaluasi. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan disuguhkan data lengkap hasil penelitian baik berupa hasil evaluasi dan analisa hasil penelitian dari hasil evaluasi praktek membaca juz „amma. BAB V : PENUTUP Dalam bab akhir ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Membaca al-Qur‟an itu Ibadah 1. Pengertian al-Qur‟an Al-Qur‟an secara bahasa berasal dari kata Qara’a Yaqra’u Qira’atan Qur’anan yang berarti membaca (Munawwir, 2004: 1101). Sedangkan secara istilah yang masyhur, al-Qur‟an adalah kitab suci yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai mukjizat (Salim, 2007: 22). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Tim, 2007: 33) disebutkan bahwa al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat islam. Dari berbagai definisi tersebut dapat dipahami bahwa al-Qur‟an adalah kitab suci yang harus dibaca dan membacanya adalah ibadah. Selain pengertian di atas ada juga yang memberikan pengertian sebagai berikut,( al_islam.com) Secara Bahasa Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun dan Qiraah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam satu ucapan yang tersusun rapi. Al-Qur‟an pada mulanya seperti qiraah yaitu masdar dari kata Qara’a Qiraatan Quranan. Di dalam QS. Al Qiyamah ayat 17, Allah SWT berfirman:
Artinya:. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kata
Qur’anah
pada
ayat
di
atas
berarti
Qiraatuhu
(bacaannya/cara membacanya). Jadi kata itu adalah masdar menurut wazan fu’lan dengan vokal u seperti ghufran dan syukran. Kita dapat mengatakan Qara’tuhu Quran Qiraatan Wa Quranan artinya sama saja. Di sini maqru’ (apa yang dibaca) diberi nama quran yakni penamaan maf’ul dengan masdar. Al-Qur‟an dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepada Muhammad saw. sehingga Quran menjadi nama khas bagi kitab itu sebagai nama diri. Secara gabungan kata itu dipakai untuk nama Quran secara keseluruhan, begitu juga untuk penamaan ayat-ayatnya. Maka jika kita mendengar orang membaca ayat Quran kita boleh mengatakan bahwa ia sedang membaca al-Qur‟an. Secara Istilah Quran memang sukar diberi batasan-batasan dengan definisi-definisi logika yang mengelompokkan segala jenis bagian-bagian serta ketentuan-ketentuannya yang khusus mempunyai genus differentia dan propium sehingga definisi Quran memiliki batasan
yang
benar-benar
konkret.
Kongkretnya
adalah
menghadirkannya dalam pikiran atau dalam realita, misalnya kita menunjuk sebagai Quran kepada yang tertulis dalam mushaf atau terbaca dengan lisan. Untuk itu kita katakan Quran adalah apa yang
ada di antara dua buku atau kita katakan juga al-Qur‟an adalah bismillaahir rahmaanir rahiim alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin atau¦ minal jinnati wannaas. Para ulama menyebutkan definisi al-Qur‟an yang mendekati maknanya dengan membedakan dari yang lain dengan menyebutkan bahwa alQuran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw. yang pembacaannya merupakan ibadah. Dalam definisi kalam merupakan kelompok jenis yang meliputi segala kalam. Dan dengan menggabungkannya kepada Allah berarti tidak termasuk semua kalam manusia, kalam jin dan kalam malaikat. Dengan kata-kata yang diturunkan maka tidak termasuk kalam Allah yang sudah khusus bagi milik-Nya. Membatasi apa yang diturunkan itu hanya kepada Muhammad saw. tidak termasuk apa yang diturunkan kepada para Nabi sebelumnya seperti Zabur, Taurat dan Injil. Adapun
yang
pembacaannya
merupakan
suatu
ibadah
mengecualikan hadis-hadis ahad dan hadis-hadis qudsi bila kita berpendapat bahwa yang diturunkan Allah itu kata-katanya. Sebab kata-kata pembacaannya sebagai ibadah artinya perintah untuk membacanya di dalam salat dan lainnya sebagai suatu ibadah sedangkan qiraat ahad dan hadis-hadis qudsi tidak demikian halnya.
2. Kemukjizatan al-Qur‟an Mukjizat dalam pengertian kamus Indonesia (TIM, 2007: 760) adalah suatu kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia.Mengenai kemukjizatan al-Qur‟an, hal ini adalah sebuah fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri. Kata Mukjizat menurut Quraish Shihab (1999: hal 23) berasal dari bahasa Arab
yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak
mampu, sedangkan ta‟ marbutah pada kata
menunjukkan makna
mubalaghoh (superlative). Sedangkan menurut pakar agama Islam adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang disebut Nabi, sebagai bukti kenabiannya yang di tantangkan pada yang meragukan, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut. Manna‟ Khalil Al-Qattan (1998: hal. 371) menjelaskan bahwa pengertian
Kelemahan
secara
umum
ialah
ketidakmampuan
mengerjakan sesuatu, sehingga nampaklah kemampuan dari mu’jiz (sesuatu yang melemahkan). Dan kata I’jaz dalam konteks ini adalah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan orang Arab beserta generasigenerasi setelahnya untuk menghadapi mu‟jizatnya yang abadi ( AlQur`an). Dari definisi tersebut di atas dapat diturunkan beberapa pengertian diantaranya:
Pertama: Kejadian luar bisa yang sukar dijangkau oleh kemampuan manusia, pertanyaan yang muncul adalah sejauh mana keluarbiasaan mukjizat? Dan kata sukar pada definisi diatas menimbulkan masalah tentang adanya kemungkinan bahwa manusia akan bisa sampai pada maqom sukar tersebut, bila demikian masihkah disebut mu‟jizat?. Quraish Shihab (1999: hal. 24) menjelaskan bahwa kejadian luar bisa yang dimaksud adalah sesuatu yang berada diluar jangkauan sebab dan akibat yang terdapat secara umum pada hukum-hukum alam (sunatullah) yang diketahui oleh manusia. Namun demikian, penulis lebih berpendapat bahwa semua keajaiban yang terjadi di alam termasuk mukjizat semuanya adalah rasional, artinya bahwa sebenarnya akal mampu menerima kebenaran logis terhadap mukjizat. Hal ini didasarkan pada beberapa ayat dalam Al-Qur`an yang menjelaskan
tentang
peristiwa-peristiwa
yang
gaib
termasuk
konsekuensi dari pahala dan dosa yang akan diterima oleh manusia di hari pembalasan tetapi kenyataannya banyak manusia tidak percaya. Dalam pengertian lain bahwa pengetahuan manusia tentang hukum sebab-akibat yang terdapat di alam hanyalah sebagian kecil dari hukum-hukum sebab akibat yang ada dalam pengetahuan Tuhan. Sebagai contoh adalah untuk mendapatkan hasil angka 7 bisa melalui 4+3 = 7 (hukum alam yang dapat diketahui manusia), sedangkang masih banyak sebab-akibat dari hasil angka 7 yang tidak dapat
diketahui manusia karena keterbatasan pengindraan. Misalnya 3+3+1=7, (2×2)+3=7, 10-3=7, 100-99+(2×2)+2=7 dst, yang semua sebab-akibat tersebut ditunjukkan oleh Tuhan maka manusia akan mampu memahaminya. Oleh karena itu termasuk kata sukar di atas kurang tepat.Karena yakin bahwa manusia dibatasi oleh hukumhukum alam yang melekat pada dirinya. Tetapi seandainya Allah memberikan penjelasan maka akal akan mampu menerima kebenaran tersebut, namun kenyataannya Allah tak memberikan penjelasan karena ada tujuan-tujuan tertentu yang tak mudah kita pahami. kedua; Melemahkan. Istilah ini juga menggoda pada kita untuk mengkaji ulang. Di antara pendapat datang dari kaum Sirfah. Abu Ishaq Ibrahim An-Nizam dan pengikutnya dari kaum syi‟ah seperti alMurtadha (1998: hal. 375) mengatakan bahwa kemukjizatan AlQur`an adalah dengan cara shirfah (pemalingan). Artinya bahwa Allah memalingkan orang-orang Arab untuk menantang Qur‟an, padahal sebenarnya mereka mampu, maka pemalingan inilah yang luar bisa yang selanjutnya pendapat ini dikritisi oleh Qadi Abu bakar alBaqalani ia berkata: kalau yang luar bisa itu adalah shirfah maka kalam Allah bukan mukjizat melainkan Shirfah itu sendiri yang mukjizat. Berbeda
dengan
pendapat
kaum
sirfah,
penulis
lebih
berpendapat bahwa makna melemahkan atau dilemahkan cenderung mengarah pada konteks menang atau kalah. Dan ternyata kata
melemahkan yang digunakan adalah
tidak terdapat dalam Al-Qur`an. Kalimat (tanda-tanda) dan
(penjelasan) yang
dari kedua kata tersebut menurut Said Aqil Munawar (2002: hal. 30) mempunyai dua pengertian pertama adalah Pengkabaran Ilahi dan yang kedua adalah tanda atau bukti yang termasuk digolongkan mukjizat. Ketiga Dibawa oleh seorang Nabi. Seandainya peristiwa luar biasa tersebut terjadi bukan pada Nabi meskipun secara fungsi ada kesamaan dengan mukjizat, maka hal itu tidak disebut sebagai mikjizat. Dalam buku yang sama Quraish Shihab menjelaskan, selain yang membawa Nabi, kejadian luar biasa tersebut bukan dinamakan mukjizat. Beliau menambahkan kalau terjadi pada seseorang yang kelak akan menjadi nabi maka disebut Irhash, adakalanya terjadi pada hamba Allah yang taat yang disebut karomah, dan apabila terjadi pada hamba yang durhaka disebut Istidroj (rangsangan untuk lebih durhaka) atau Ihanah (penghinaan). Semua peristiwa tersebut adalah merupakan tanda-tanda dan bukti atas kebesaran Allah agar siapapun yang menyaksikannya baik melalui akal maupun hatinya dapat beriman kepada Allah. Keempat sebagai bukti kerasulan. Kata bukti menyangkut percaya dan tidak percaya, seandainya seseorang telah percaya pada rasul bahwa Ia adalah utusan Allah, maka itu juga bukan mukjizat.
Dari definisi mukjizat, makna bukti atau tanda inilah yang paling utama bukan lemah dan melemahkan karena tujuan risalah (kerasulan) adalah agar seseorang mampu memahami dan meyakini bahwa risalah tersebut benar-benar dari Zat yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT. Adapun bagi mereka yang sudah percaya terhadap kerasulan Nabi beserta apa yang disampaikannya yang berupa wahyu dari Tuhan maka peristiwa luar biasa tersebut tetap disebut mukjizat. Sebab dimensi lain makna mukjizat (ketidakmampuan akal) tetap berlaku pada orang yang sudah percaya tersebut. Oleh karena itu fungsinya disamping sebagai bukti juga merupakan penjelasan dan pemantapan terhadap keyakinan seseorang. kelima; mengandung tantangan. Seperti Yahrur berpendapat (2000: hal 179) Jika melihat QS. Al-Isra‟: 88 yang artinya: Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur‟an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain. mengandung tantangan dan tantangan tersebut berakhir pada kelemahan mu‟jaz, namun hemat penulis bahwa sebenarnya Allah tidak hendak menantang orang-orang kafir. Bagaimana bisa Tuhan menantang mahluknya? jelas impossible, karena maksud dan tujuannya bukan untuk menantang. Dalam hal ini analisis penulis meneropong gaya penuturan Autor, misalnya kalimat
ayo kalau
berani ! ( kondisi marah) mempunyai makna tantangan, sedangkan ayo kalau berani (kodisi tersenyum) bermakna menguji. Berdasarkan sifatnya, mukjizat (Al-Qur`an) yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.sangatlah berbeda dengan mukjizatmukjizat yang diberikan kepada paraNabi terdahulu. Jika para Nabi sebelumnya bersifat Hissiy-Matrial sedangkan Al-Qur`an bersifat maknawy / immateri. Perbedaan tersebut bertolak pada dua hal mendasar yaitu: pertama, Para Nabi sebelum Muhammad SAW. ditugaskan pada masyarakat dan masa tertentu. Oleh karenanya mukjizat tersebut hanya
sementara.
Sedangkan
Al-Qur`an tidak
terbatas
pada
masyarakat dan masa tertentu sehingga berlaku sepanjang masa. Kedua, Secara historis sosiologis dalam pemikirannya manusia mengalami perkembangan. Auguste Comte (1798-1857) sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab (1999: hal. 36-37) ia berpendapat bahwa pikiran manusia dalam perkembangannya mengalami tiga fase. Pertama Fase keagamaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan manusia ia mengembalikan penafsiran semua gejala yang terjadi pada kekuatan Tuhan atau dewa yang diciptakan dari benaknya. Kedua fase metafisika, yaitu manusia berusaha menafsirkan gejala yang ada dengan mengembalikan pada sumber dasar atau awal kejadiannya. Ketiga fase ilmiah, dimana manusia dalam menafsirkan gejala atau fenomena berdasarkan pengamatan secara teliti dan eksperimen
sehingga didapatkan hukum-hukum yang mengatur fenomena tersebut. Posisi Al-Qur`an sebagai mukjizat adalah pada fase ketiga dimana ditengarahi bahwa potensi pikir dan rasa manusia sudah luar biasa sehingga bersifat universal dan eternal. Umumnya mukjizat para Rasul berkaitan dengan hal yang dianggap bernilai tinggi dan sebagai keunggulan oleh masing-masing umatnya pada masa itu.Misalnya pada zaman nabi Musa lagi ngetrennya tukang sihir, maka mukjizatnya adalah berubahnya tongkat jadi ular, tangan yang bisa bersinar, sebagaimana tertera dalam QS. Al-a‟raf: 103-126, As-Su‟ara‟: 30-51, dan Thoha: 57-73. Pada nabi Isa adalah zaman perdukunan / tabib maka mukjizatnya adalah bisa meyembuhkan orang yang sakit bahkan buta sekalipun, seperti yang tertera pada QS. Ali Imran: 49 dan Al-Maidah: 110. Dan pada zaman Muhammad lagi marak-maraknya sastra sehingga mukjizat yang sesuai adalah Al-Qur`an. Dari sinilah al Munawar berpendapat (2002: hal. 31) bahwa kemukjizatan Al-Qur`an yang utama saat itu adalah kebahasaan dan kesastraannya di samping isi yang terkandung di dalamnya. Dari segi kebahasaan dan kesastraannya Al-Qur`an mempunyai gaya bahasa yang khas yang sangat berbeda dengan bahasa masyarakat Arab, baik dari pemilihan huruf dan kalimat yang keduanya mempunyai makna yang dalam. Usman bin Jinni (9321002) seorang pakar bahasa Arab sebagaimana dituturkan Quraish
Shihab (1999: hal. 90) mengatakan bahwa pemilihan kosa kata dalam bahasa Arab bukanlah suatu kebetulan melainkan mempunyai nilai falsafah bahasa yang tinggi. Kalimat-kalimat dalam Al-Qur`an mampu mengeluarkan sesuatu yang abstrak kepada fenomena yang konkrit sehingga dapat dirasakan ruh dinamikanya, termasuk menundukkan seluruh kata dalam suatu bahasa untuk setiap makna dan imajinasi yang digambarkannya. Al Munawwar (2002, hal. 33-34) memberikan penjelasan bahwa, kehalusan bahasa dan uslub Al-Qur`an yang menakjubkan terlihat dari balaghah dan fashahahnya, baik yang konkrit maupun abstrak dalam mengekspresikan dan mengeksplorasi makna yang dituju sehingga dapat komunikatif antara Autor (Allah) dan penikmat (umat). Kajian mengenai Style Al-Qur`an, Shihabuddin (1997: hal. 3941) menjelaskan dalam bukunya Stilistika Al-Qur`an, bahwa pemilihan huruf dalam Al-Qur`an dan penggabungannya antara konsonan dan vocal sangat serasi sehingga memudahkan dalam pengucapannya. Lebih lanjut dengan mengutip Az-Zarqoni keserasian tersebut adalah tata bunyi harakah, sukun, mad dan ghunnah (nasal). Dari paduan ini bacaan Al-Qur`an akan menyerupai suatu alunan musik atau irama lagu yang mengagumkan. Perpindahan dari satu nada ke nada yang lain sangat bervariasi sehingga warna musik yang ditimbulkanpun beragam. Keserasian akhir ayat melebihi keindahan puisi, hal ini dikarenakan Al-Qur`an mempunyai purwakanti beragam
sehingga tidak menjemukan. Misalnya dalam surat Al-Kahfi (18: 916) yang diakhiri vocal a dan diiringi konsonan yang berfariasi, sehingga tak aneh kalau mereka (masyarakat Arab) terenyuh dan mengira
Muhammad
berpuisi.
Namun
Walid
Al-mughiroh
membantah karena berbeda dengan kaidah-kaidah puisi yang ada, lalu ia mengira ucapan Muhammad adalah sihir karena mirip dengan keindahan bunyi sihir (mantra) yang prosais dan puitis. Sebagaimana pula dilontarkan oleh Montgomery Watt (1997, hal. 41) dalam bukunya bell’s Introduction to the Qoran bahwa style Quran adalah Soothsayer Utterance (mantera tukang tenung), karena gaya itu sangat tipis dengan ganyanya tukang tenung, penyair dan orang gila.Terkait dengan nada dan lagam bahasa ini, Quraish Shihab (1999, hal. 119) mengutip pendapat Marmaduke -cendikiawan Inggris- ia mengatakan bahwa Al-Qur`an mempunyai simponi yang tidak ada taranya dimana setiap nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita. Misalnya dalam surat An-Naazi‟at ayat 1-5. Kemudian dilanjutkan dengan lagam yang berbeda ayat 6-14, yang ternyata perpaduan lagam ini dapat mempengaruhi psikologis seseorang. Selain efek fonologi terhadap irama, juga penempatan hurufhuruf Al-Qur`an tersebut menimbulkan efek fonologi terhadap makna, contohnya sebagaimana dikutip Qulyubi dalam bukunya Najlah Lughah Al-Qur`an al-karim fi Juz „amma, (1997, hal. 45-46) bunyi yang didominasi oleh jenis konsonan frikatif (huruf sin) memberi
kesan bisikan para pelaku kejahatan dan tipuan, demikian pula pengulangan dan bacaan cepat huruf ra‟ pada QS. An-Naazi‟at menggambarkan getaran bumi dan langit. Contoh lain dalam surat Alhaqqah dan Al-Qari‟ah terkesan lambat tapi kuat, karena ayat ini mengandung makna pelajaran dan peringatan tentang hari kiyamat. Dari pemilihan kata dan kalimat misalnya, shihab (1999, hal. 97) menjelaskan Al-Qur`an mempunyai sinonim dan homonym yang sangat beragam. contohnya kata yang berkaitan dengan perasaan cinta. diungkapkan saat bertatap pandang atau mendengar kabar yang menyenangkan, kemudian jika sudah ada perasaan untuk bertemu dan mendekat menggunakan
, seterusnya bila sudah ada keinginan
untuk menguasai dan memiliki dengan ungkapan berikutnya
, dilanjutkan dengan
, lalu
, terus
, tingkat , dan
bila sudah muncul pengorbanan meskipun membahayakan diri sendiri namanya
, bila kadar cinta telah memenuhi ruang hidupnya dan
tidak ada yang lain maka menjadi
, yang semua itu bila berujung
pada tarap tidak mampu mengendalikan diri, membedakan sesuatu maka disebut
. yang semua kata-kata tersebut mempunyai porsi
dan efek makna masing-masing. Meminjam bahasanya Sihabuddin disebut lafal-lafal yang tepat makna artinya pemilihan lafal-lafal tersebut sesuai dengan konteksnya masing-masing. Misalanya, dalam menggambarkan kondisi yang tua renta (Zakaria) dalam QS. Maryam: 3-6, Wahanal „Azmu minni bukan Wahanal lahmu minni. Juga
Wasyta’alar-ra’su syaiba (uban itu telah memenuhi kepala) bukan Wasyta’alas- syaibu fi ra’si (uban itu ada di kepala). Selain itu keseimbangan redaksi Al-Qur`an telah membuat takjub para pemerhati bahasa, baik keseimbangan dalam jumlah bilangan kata dengan antonimnya, jumlah bilangan kata dengan sinonimnya, jumlah kata dengan penyebabnya, jumlah kata dengan akibatnya, maupun keseimbangan-keseimbangan yang lain(khusus). Misalnya
dan
masing-masing sebanyak 145 kali.
dan
sebanyak 50 kali dan seterusnya. Kata dan sinonimnya misalnya, dan
sebanyak 14 kali,
dan
sebanyak 49 kali
dan lain sebagainya. Kata dengan penyebabnya misalnya, (tawanan) dan
sebanyak 6 kali,
dan
sebanyak 60
kali dan lain-lainnya. Kata dan akibatnya contohnya, sebanyak 32 kali,
dan
Secara umum Said
dan
sebanyak 73 kali. Aqil (2002,
hal.
35)
merangkum
keistimewaan Al-Qur`an sebagai berikut: 1. Kelembutan Al-Qur`an secara lafziyah yang terdapat dalam susunan suara dan keindahan bahasa. 2. Keserasian
Al-Qur`an
baik
untuk
orang
awam
maupun
cendekiawan. 3. Sesuai dengan akal dan perasaan, yakni Al-Qur`an memberi doktrin pada akal dan hati, serta merangkum kebenaran serta keindahan sekaligus.
4. Keindahan sajian serta susunannya, seolah-olah suatu bingkai yang dapat memukau akal dan memusatkan tanggapan dan perhatian. 5. Keindahan dalam liku-liku ucapan atau kalimat serta beraneka ragam dalam bentuknya. 6. Mencakup dan memenuhi persyaratan global dan terperinci. 7. Dapat memahami dengan melihat yang tersurat dan tersirat. Semua data-data yang penulis paparkan, hanyalah sekelumit kandungan kemukjizatan dari sisi kebahasaan dan tentunya masih banyak hal terkait dengan kontek ini yang tak mungkin penulis bahas. Singkat kata bahwa ditinjau dari kebahasaan Al-Qur`an mempunyai kandungan makna luar bisa baik pemilihan kata, kalimat dan hubungan antar keduanya, efek fonologi terhadap nada dan irama yang sangat berpengaruh terhadap jiwa penikmatanya atau efek fonologi terhadap makna yang ditimbulkan serta deviasi kalimat yang sarat makna. Sehingga tak heran bila Al-Qur`an menempatkan dirinya sebagai seambrek simbul yang sangat komunikatif lagi fenomenal. Eksistensinya yang sedemikian luarbiasa, membuat bangsa Arab khususnya saat itu bertekuk lutut dan tak mampu berbuat apa-apa. Selain
keistimewaan
pada
kebahasaan,
Al-Qur`an
juga
mempunyai isyarat-isyarat ilmiyah yang sebagian ulama menganggap sebagai bentuk kemukjizatan Al-Qur`an. Di antara isyarat-isyarat itu adalah bagaimana Al-Qur`an berbicara tentang reproduksi manusia.
Al-Qur‟an juga menjelaskan proses kejadian manusia yang berasal dari Nutfah (air mani), Shihab (1999, hal. 166-170) menjelaskan pada zaman modern ini sesuai dengan penemuan para ahli genetika bahwa air mani yang menyembur dari laki-laki mengandung 200.000.000 lebih sel sperma yang salah satu darinya akan menembus rahim dan membuahi ovum. Dalam konsep tersebut bahwa sel sperma mempunyai kromosum yang dilambangkan hurup XY, sedangkan perempuan XX. Apabila sel sperma yang berkromosum X lebih dominan maka akan lahir perempuan sedang apabila yang lebih dominan Y maka akan lahir laki-laki. Barang kali inilah penjelasan sementara tentang informasi ayat ke 39 surat Al-Qiyamah. Kemudian setelah ovum terbuahi akan menjadi zigot atau yang dalam ayat ke 38 disebut „Alaqoh. Selain itu, Al-Qur`an juga mengisyaratkan tentang kejadian alam semesta, bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan. seperti digambarkan dalam QS. Al-Anbiya`21: 30. Pada tahun 1929 Edwin P. Hubbel (1889-1953) mengadakan observasi yang menunjukkan adanya pemuaian alam semesta.Hal ini sesuai dengan QS.Azdariyat ayat 57 bahwa alam semesta berekspansi bukan statis sebagaimana diduga Enstin.Ekspansi itu melahirkan sekitar seratur milyar galaksi yang masing-masing mempunyai 100 milyar bintang. Pada awalnya semua benda-benda langit tersebut merupakan gumpalan gas padat terdiri dari proton dan neutron yang mempunyai kisaran secara teratur, dan pada derajat temperature
tertentu gumpalan tersebut meledak yang proses ini lazimnya disebut Big Bang (1999, hal.171). Di antara isyarat ilmiyah lain adalah gunung. Secara eksplisit kata gunung dalam Al-Qur`an disebutkan sebanyak 39 kali dan secara implisit terdapat 10 kali. Dari 49 ayat tersebut 22 diantaranya menggambarkan gunung sebagai pasak atau pancang bumi. Misalnya dalam surat An Naba` 78:7. Fakta-fakta mengenai gunung, baru tersingkap oleh para pakar pada akhir tahun 1960-an (1999, hal 122) bahwa gunung mempunyai akar, dan peranannya dalam menghentikan gerakan menyentak horizontal lithosfer, baru dapat difahami dalam kerja teori lempengan tektonik (plate tetonics). Hal ini dapat dimengerti karena akar gunung mencapai 15 kali ketinggian di permukaan bumi sehingga mampu menjadi stabilisator terhadap goncangan dan getaran. Lebih lanjut Airy (1855) mengatakan bahwa lapisan di bawah gunung bukanlah lapisan yang kaku melainkan gunung itu mengapung pada lautan bebatuan yang lebih rapat. Namun demikian massa gunung yang besar tersebut diimbangi defisiensi massa dalam bebatuan sekelilingnya di bawah gunung dalam bentuk akar. Akar gunung memberikan topangan buoyancy serupa dengan semua benda yang mengapung.Ia menggambarkan kerak bumi yang berada di atas lava dapat dibandingkan dengan kenyataan sehari-hari yaitu seperti rakit kayu yang mengapung di atas air, dimana permukaan rakit yang
mengapung lebih tinggi dari permukaan lainnya juga mempunyai permukaan yang lebih dalam. Dengan demikian permukaan bumi tetap dalam Equilibrium Isostasis, artinya bawa permukaan bumi berada dalam titik keseimbangan akibat perbedaan antara Volume dan daya grafitasi. Masih banyak lagi isyarat-isyarat ilmiyah yang disinggung AlQur`an misalnya tentang kejadian awan, sistem kehidupan lebah, tumbuhan-tumbuhan yang berklorofil dan seterusnya, yang semua itu merangsang terhadap adanya pembuktian-pembuktian secara empiris dan rasionalis. Dan semakin bukti-bukti itu terkuak semakin nyatalah kebenaran Al-Qur`an bahwa ia bukan buatan Muhammad. Bagaimana mungkin seorang Muhammad yang 14 abad silam tak mengenal pendidikan tidak bisa baca-tulis mampu menjelaskan hal itu semua. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana posisi kebenaran ilmiyah terhadap isyarat-isyarat ilmiyah Al-Qur`an? Satu hal yang harus dipahami adalah bahwa Al-Qur`an bukanlah buku kumpulan teori ilmiyah, ia lebih merupakan suatu petunjuk untuk menuju pada tujuan yang benar. Apabila kita menganalisa sedikit ayat-ayat diatas bahwa Al-Qur`an tidak hanya berhenti pada isyarat ilmiyah tetapi lebih pada bagaimana setelah manusia itu memahami dan mengerti terhadap isyarat-isyarat ilmiyah tersebut. Adapun ke-ilmiyah-an AlQur`an hanya sebatas juklak agar tujuan-tujuan Tuhan lebih komunikatif dan efektif. Sehingga ada perbedaan mendasar atas ke-
ilmiyah-an Al-Qur`an dan ke-ilmiyah-an dalam pengetahuan manusia. Sehingga dapat di analogkan ke-ilmiyah-an Al-Qur`an adalah peta dan ke-ilmiyah-an manusia adalah proses penelusuran jejak-jejak tersebut, oleh karenanya hanya bersifat justifikasi andaikata benar. Sebab sevalid apapun ke-ilmiyah-an manusia ia tetap tunduk pada hukumhukum dan teori-teori ke-probabilitas-an manusia yang notabene bersifat serba terbatas. Diantara hal yang menarik dari Al-Qur`an adalah bahwa AlQur`an memuat beberapa cerita kaum-kaum terdahulu, hingga jauh ke hulu sejarah peradaban umat manusia yang tak mungkin buku sejarah manapun mampu mengcover secara akurat. Memang Al-Qur`an tidak memaparkan secara kronologis-histories, karena memang Al-Qur`an bukanlah buku sejarah. Al-Qur`an menggunakan sejarah purba tersebut hanya sebagai icon terhadap sebuah fenomena tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu. Sehingga starting pointnya dalam memahami kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur`an bukan dari dimensi histories ansih, melainkan dari dimensi agama kisah merupaka metode Tuhan dalam rangka menyampaikan ajaran yang terkandung di dalamnya. Bahkan Al-Qur`an juga memberi informasi terhadap kejadiankejadian yang bakal terjadi, misalnya kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia pada masa sekitar sembilan tahun sebelum peristiwa tersebut terjadi. Juga cerita tentang datangnya seekor
binatang yang dapat bercakap-cakap menjelang hari kiyamat, yang terdapat dalam surat An-Naml 27: 82. Manna‟Kholil Khattan (1998 hal. 436) menyebutkan macammacam kisah yang terdapat di Al-Qur`an. Pertama, kisah-kisah para Nabi dan segala hal yang menyangkut perjuangannya. Seperti Nabi Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS, Muhammad SAW. dan seterusnya. Kedua, kisah-kisah yang berhubungan dengan masa lulu dan orang-orang yang belum bias dipastikan kenabiaanya. Misalnya kisah beribu-ribu orang yang pergi dari kampungnya karena takut mati, kisah Talut dan Jalut, dua orang putra Adam, Ashaabul kahfi, Zulkarnain, ashaabul Sabt, Karun dan lain-lainnya. Ketiga, kisah yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW.seperti perang badar, prang uhud, perang Hunain, perang Ahzab, tentang Isra` dan Mi‟raj dan lain-lain. Sementara diantara kritikus baik dari orientalis maupun oksidentalis ada yang meragukan. Salah satunya seperti yang dikutip Manna‟Kholil Khattan, bahwa salah satu kandidat doctor di Mesir mengajukan judul Al Fannul Qasasiy fil Qur`an, (1998 hal. 436) yang intinya dalam disertasi tersebut menyatakan bahwa kisah-kisah dalam Al-Qur`an merupakan karya seni yang tunduk kepada daya cipta dan kreatifitas kaidah-kaidah seni, tanpa harus memegangi sisi kebenaran sejarah. Dari pernyataan ini jelas sekali bahwa ia meragukan kebenaran terhadap kisah-kisah dalam Al-Qur`an.
Barang kali kita merasa tertohok jika ada orang bertanya kapan dan dimana Nabi Nuh itu hidup adakah bukti-bukti secara empiris terhadap hal itu? Untuk menelusuri pertanyaan ini kita dapat murujuk pada tradisi Islam yaitu Al-Qur`an-hadis dan sebagainya, tradisi Semitis yang meliputi injil, data arkeologis dan antropologis. Dalam tradisi Islam dari Imam Abu al-Fida‟ Al-Tadmuri (1999, hal 67-68) dapat disimpulkan bahwa sejarah Nabi Nuh AS mulai sekitar 6000 tahun yang lalu atau 4000 SM. Sementara daerah sekitar seperti ayat di atas di huni oleh penduduk lembah Trigis Hulu atau keturunan mereka. Di samping itu pertemuan tadisi Islam dan Injil menguatkan hal tersebut. Menurut Al-Tadmuri Nabi Nuh mempunyai tiga putra yaitu Sam, Ham dan Yafat. Menurut tradisi Injil dan Yahudi putra Nabi Nuh adalah Shem, Ham dan Japhet. Sementara Kanaan masih polemik ada yang mengatakan termasuk putranya atau cucunya dari Ham, yang jelas masih keluarga Nabi Nuh. Para sarjana Yahudi percaya bahwa Sam adalah cikal-bakal kelompok ras yang umumnya sekarang disebut Timur Tengah. Ham dianggap sebagai nenek moyang orang yang tinggal di Afrika Utara sedangkan kana‟an sebagai asal-usul Canaanites yaitu Hittites, Amorites, Jebusites, Hivites, Girghasites dan Perrizites. Dan Yafat dianggap sebagai bapak dari bangsa yang mendiami daerah utara dan barat Palestina.
Dari perkawinan tradisi di atas nampak formasi kehidupan Nabi Nuh sekaligus mempertegas terhadap kisah yang ada dalam Al-Qur`an bukanlah mengada-ada. Meskipun dari sudut latar, setting, plot dan alur tidak jelas. Karena Al-Qur`an tidak hendak menarasikan suatu peristiwa
dengan
pendekatan
sastra.
Dan
menurut
penulis
eksistensinya Al-Qur`an sebagai satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan -terkait dengan masalah kisah-kisah ini- maka bila satu kisah sudah dapat dibuktikan secara empiris maka ini sekaligus membuktikan bahwa seluruh kisah dalam Al-Qur`an adalah benar dan non fiktif adanya. Tak kalah menakjubkan lagi ketika Al-Qur`an berbicara tentang hukum (tasyri‟) baik yang bersifat individu, sosial (pidana, perdata, ekonomi serta politik) dan ibadah. Sepanjang sejarah peradaban umat, manusia selalu berusaha membuat hukum-hukum yang mengatur sekaligus sebagai landasan hidup mereka dalam kehidupan mereka. Namun demikian hukum-hukum tersebut selalu direkonstruksi diamandement bahkan dihapuskan sesuai dengan tingkat kemajuan intelekstualitas dan kebutuhan dalam kehidupan sosial yang semakin kompleks. Perkara ini tak berlaku pada Al-Qur`an. Hukum-hukum AlQur`an selalu kontekstual berlaku sepanjang hayat, dimanapun dan kapanpun karena Al-Qur`an datang dari Zat yang Maha Adil lagi Bijaksana.
Dalam menetapkan hukum Al-Qur`an menggunakan cara-cara sebagai berikut; pertama, secara mujmal. Cara ini digunakan dalam banyak urusan ibadah yaitu dengan menerangkan pokok-pokok hukum saja. Demikian pula tentang mu‟amalat badaniyah Al-Qur`an hanya mengungkapkan kaidah-kaidah secara kuliyah. Sedangkang perinciannya diserahkan pada As-Sunah dan ijtihad para mujtahid. Kedua, hukum yang agak jelas dan terperinci. Misalnya hukum jihad, undang-undang peranghubungan umat Islam dengan umat lain, hukum tawanan dan rampasan perang. Seperti QS. At-Taubah 9:41. Ketiga, jelas dan terpeinci. Diantara hukum-hukum ini adalah masalah hutang-piutang QS. Al-Baqarah,2:282. Tentang makanan yang halal dan haram, QS. an-Nis` 4:29. Tentang sumpah, QS. an-Nahl 16:94. Tentang perintah memelihara kehormatan wanita, diantara QS. AlAhzab 33:59. dan perkawinan QS. an-Nisa` 4:22. Yang
menarik
diantara
hukum-hukum
tersebut
adalah
bagaimana Tuhan memformat setiap hukum atas dasar keadilan dan keseimbangan baik untuk jasmani dan rohani, individu maupun sosial sekaligus ketuhanan. Misalnya shalat yang hukumnya wajib bagi setiap muslim yang sudah aqil-balig dan tidak boleh ditinggalkan atau diganti dengan apapun. Dari segi gerakan banyak penelitian yang ternyata gerakan shalat sangat mempengaruhi saraf manusia, yang intinya kalau shalat dilakukan dengan benar dan khusuk (konsentrasi) maka dapat menetralisir dari segala penyakit yang terkait dengan
saraf, kelumpuhan misalnya. Juga shalat yang kusuk merupakan bentuk meditasi yang luar biasa, sehingga apabila seseorang melakukan dengan baik maka jiwanya akan selamat dari goncangangoncangan yang mengakibatbatkan stres hingga gila. Dalam konteks sosial shalat mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar seperti dalam QS. Al-„Ankabut 29: 45. Demikianlah karakteristik sekaligus rahasia hukum-hukum Tuhan yang selalu menjaga keadilan dan keseimbangan baik individu, sosial dan ketuhanan yang tak mungkin manusia mampu menciptakan hukum secara kooperatif dan holistik. Petunujuk Al-Qur`an dalam bidang akidah, metafisika, ahlak, dan hukum-hukum yang berkaitan dengan agama, sosial, politik dan ekonomi merupakan pengetahuan yang sangat tinggi nilainya. Dan jarang sekali yang dapat mencapai puncak
dalam
bidang-bidang
tersebut
kecuali
mereka
yang
memusatkan diri secara penuh danmempelajarinya bertahun-tahun. Padahal sebagaimana maklum Muhammd sang pembawa hukum tersebut adalah seorang Ummy dan hidup pada kondisi dimana ilmu pengetahuan pada masa kegelapan. Menanggapi masalah definisi mukjizat yang telah dihadirkan para ulama, penulis lebih cenderung pada makna bukti, hal ini didasarkan pada bahwa kata mukjizat tidak ditemukan dalam al-quran melainkan kata ayat. Bukti-bukti inilah yang luar biasa sehingga manusia khusunya masyarakat Arab ketika itu bertekuk lutut atau
paling tidak sebenarnya mereka mengakuinya. Diantara bukti-bukti yang luar biasa tersebut adalah pada aspek kebahasaannya, isyaratisyarat ilmiyah dan muatan hukum yang terkandung didalamnya. 3. Keutamaan Belajar Al-Qur‟an Menuntut ilmu adalah kewajiban personal muslim (wajib „ain). Begitu juga dengan menuntut ilmu agar bisa membaca al-Qur‟an. AlQur‟an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihiwa sallam. Al-Qur‟an adalah sumber hukum yang pertama bagi kaum muslimin. Banyak sekali dalil yang menunjukkan keutamaan membaca Al-Quran serta kemuliaan para pembacanya. Al-Qur‟an adalah ilmu yang paling mulia, karena itulah orang yang belajar Al-Qur‟an dan mengajarkannya bagi orang lain, mendapatkan kemuliaan dan kebaikan dari pada belajar ilmu yang lainya. Dari Utsman bin Affan radhiyallah 'anhu , beliau berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur‟an dan mengajarkannya. (HR. Al-Bukhari). Para ahli Al-Qur‟an adalah orang yang paling berhak untuk menjadi imam shalat. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya: (Yang) mengimami suatu kaum adalah yang paling qari bagi kitab Allah, maka jika mereka sama dalam bacaan makayang paling 'alim bagi sunnah (hadits), maka jika mereka dalam
As-Sunnah juga sama maka yang paling dulu hijrah, maka jika mereka juga sama dalam hijrah maka yang lebih tua usianya. (HR. Muslim). Suatu hal yang sangat dianjurkan adalah membaca Al-Qur‟an pada malam hari. Lebih utama lagi kalau membacanya pada waktu shalat. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Ali Imran : 113:
Artinya: Diantara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus (yang telah masuk Islam), mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu malam hari, sedang mereka juga bersujud (Shalat).
Ibnu Katsir (2002, hal. 49-52) dalam tafsirnya ketika menerangkan ayat ini menyebutkan bahwa ayat ini turun kepada beberapa ahli kitab yang telah masuk Islam, seperti Abdullah bin Salam, Asad bin Ubaid, Tsa'labah bin Syu'bah dan yang lainya. Mereka selalu bangun tengah malam dan melaksanakan shalat tahajjud serta memperbanyak membaca alQuran didalam shalat mereka. Allah memuji mereka dengan menyebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang shaleh, seperti diterangkan pada ayat berikutnya. 4. Belajar Membaca al-Qur‟an itu Mudah
Setelah
menjelaskan tentang definisi,
kemukjizatan dan
pentingnya membaca al-Qur‟an, maka selanjutnya penulis ingin memberikan motifasi baik untuk pribadi dan untuk semua. Motifasi tersebut adalah pembuktian bahwa belajar al-Qur‟an itu mudah dengan memberikan data dari ayat 17, 22, 32 dan 40 dari surat al Qamar, Allah berfirman:
Artinya :Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?
Sangat menarik mentelaah ayat yang disebutkan sampai empat kali dalam satu surat. Dalam ayat 17, 22, 32 dan 40. Apabila kita hubungkan dengan nomor surat, maka kita temukan bahwa surat ke 17 adalah surat al isra‟ yang pada ayat pertama mejelaskan tentang peristiwa mi‟rajnya Nabi Muhammad saw., surat ke 22 adalah surat 22 adalah surat al Hajj yang artinya haji, surat ke 32 adalah surat al Sajdah yang artinya sujud dan surat ke 40 adalah surat al Mukmin atau Ghafir. Sebagai bukti bahwa belajar al-Qur‟an itu mudah, adalah penyebutannya yang sampai empat kali. Padahal dalam kajian ilmu gramatika bahasa arab, angka 3 saja sudah menunjukkan banyak apalagi empat itu sangat lebih dari banyak.
Dimudahkan oleh Allah bagi yang mau mengambil pelajaran, artinya apabila kita memang sudah bersungguh-sungguh untuk mempelajarinya maka Allah akan membantu mempermudah kita untuk
membacanya,
memahaminya
dan
melaksanakan
isi
kandungannya dengan menganugerahkan ilmu dan pemahaman yang baik dan sempurna. Ditutup dengan pertanyaan maksudnya adalah adakah kita mau membuktikannya? Silahkan membuktikannya bahwa belajar al-Qur‟an itu mudah dan bernilai ibadah. B. Metode Tarsana 1. Pengertian Metode Istilah metode seringkali terdengar terutama di dalam dunia pendidikan dan penelitian. Metode merupakan merupakan sebuah kata yang mempunyai multi makna. Pengertian Metode tergantung kepada konteks kalimatnya. Suatu saat metode bisa berarti cara meneliti pada saat yang lain berarti alat untuk meneliti. Metode juga bias bermakna prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, pendekatan penelitian, alat penelitian dan istilah-istilah lain yang sepadan dengannya. Kata metode merupakan kata makna konotasi (tidak sebenarnya). Dalam kamus besar bahasa Indonesia, metode berarti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang bersistim untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Syaiful Bahri Djamarah (2004: hal, 119) mengatakan bahwa metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan guru dan Penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila tidak menguasai satupun metode dari beberapa metode mengajar yang telah dikemukakan para pakar ilmu. 2. Metode Dalam Proses Pembelajaran Pemilihan metode yang pas dengan situasi dan kondisi akan mempengaruhi pencapaian suatu tujuan. Ini berarti bahwa peranan metode sangat menentukan dalam mencapai suatu tujuan. Tujuan adalah pedoman yang membawa arah ke mana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar menurut kehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Itu sama artinya perbuatan yang sia-sia. Kegiatan belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan samahalnya ke pasar tanpa tujuan, sehingga sukar untuk menyelesaikan mana kegiatan yang harus dilakukan dan mana yang harus diabaikan dalam upaya untuk mencapai keinginan yang dicita-citakan. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki
keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Antara metode dengan tujuan jangan bertolak belakang, agar tidak sia-sia kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakannya. 3. Metode Tarsana Tarsana adalah nama atau judul buku karya H. Sjamsudin Mustaqim dari Ngawi Jawa Timur. Judul buku tersebut secara lengkap adalah Bimbingan Belajar Membaca al-Qur‟an Tarsana (Tartil-sari‟Nagham) system 7 Jam. Buku Tarsana terdiri dari dua jilid yang disusun oleh H. Sjamsudin Mustakim dan diterbitkan oleh CV. Mahardhika pada tahun 2005 yang beralamatkan di jalan Ahmad yani no. 72 Ngawi Telp. (0351) 749316, 745776. Buku ini memuat metode cara mudah belajar membaca al-Qur'an dengan cepat. Sesuai dengan namanya Tarsana yaitu singkatan dari Tartil (sesuai tajwid), Sari' (Cepat), Nagham (lagu), metode ini dapat cepat dikuasai oleh para peserta didik dengan sistem 7 jam. Yang unik dari metode ini adalah buku panduan hanya terdiri dari 7 lembar dalam setiap jilidnya, dalam setiap lembar dari buku ini memuat beberapa kaidah tajwid yang mudah
diingat
dan
ditelaah.
METODE
belajarnya
dengan
mengucapkan huruf dengan keras dengan menggunakan lagu. 4. Petunjuk Penggunaan Metode Tarsana Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam menggunakan sebuah buku atau metode dalam pembelajaran, dibutuhkan petunjuk
pemakaian. Adapun petunjuk pemakaian dalam menggunakan metode Tarsana dijelaskan oleh Syamsudin (2008: i) ada 14 poin sebagai berikut. 1.
Isi buku halaman perhalaman adalah : halaman 1 dan 2 adalah pengenalan huruf putus dan sambung dengan harakat fathah. Halaman 3 pengenalan dengan harakat kasrah dan dhammah. Halaman 4 pengenalan mad atau bacaan panjang dua harakat. Halaman 5 pengenalan tasydid dan huruf mati termasuk didalamnya Qalqalah. Halaman 6 pengenalan harakat dobel atau tanwin dan cara waqaf atau berhenti. Halaman 7 adalah pengenalan al Qamariyah dan al Syamsiyah, pengenalan mad yang secara rinci ada 14 mad. Dan halaman 8 adalah pengenalan kaidah tajwid yang dalam buku ini hanya ada 7 poin saja.
2.
Santri atau peserta didik diperkenalkan dengan huruf. Caranya instruktur atau guru memberikan contoh sesuai dengan makhraj yang benar tanpa dilagukan terlebih dahulu.
3.
Setelah dikenalkan dengan baris ke satu santri dikenalkan dengan bentuk huruf sambung sesuai dengan makhraj yang benar tanpa dilagukan.
4.
Sebelum siswa benar-benar menguasai halaman 1 jangan dilanjutkan halaman 2, sebelum menguasai halaman 2 jangan dilnajutkan dengan halaman 3 dan seterusnya.
5.
Halaman 1-3 biasakan membaca dengan tanpa memanjangkan huruf, karena belum diperkenalkan tanda panjang. Ketikan siswa membaca dengan panjang maka segera betulkan agar tidak menjadi kebiasaan.
6.
Halaman 4 pengenalan mad dengan membaca yang tanpa mad tetap pendek.
7.
Halaman 5 pengenalan sukun, tasydid dan qalqalah dengan diberikan contoh yang benar kemudian dilagukan.
8.
Halaman 6 pengenalan tanwin dan waqaf. Setiap teori yang ada berahasa Indonesia juga dengan dilagukan.
9.
Halaman 7 pengenalan Al dan Mad far‟I serta sudah dikenalkan dengan kalimat-kalimat dalam al-Qur‟an.
10. Halaman 8 pengenalan tajwid dengan dilagukan. Pada halaman ini siswa wajib menhafalkan nomor dan cara membacanya. Ketika
membaca
al-Qur‟an
salah,
maka
guru
hanya
mengingatkan dengan menyebutkan nomor kaidah yang dimaksud, kemudian siswa akan menjawab dengan nomor kaidah dan cara membacanya. 11. Metode pembelajaran yang efektif adalah dalam belajar dengan metode tarsana siswa setiap kali masuk sehari saju jam dengan tekhnik drill terus menerus, bersama-sama dan bergantian baik kelompok maupun individu sampai halaman terahir.
12. Pada halaman 4 dan 5 adalah halaman rawan, siswa dan guru dituntut untuk ekstra sabar, tabah dan hati-hati. Apabila dapat menempuhnya, maka pada halaman berikutnya akan lebih mudah menguasai. 13. Guru dan siswa harus senantiasa berdoa agar selalu mendapat kemudahan, serta mendapat berkah dunia dan akhirat. 14. Setelah selesai jilid 1 ini, maka dilanjutkan dengan buku 2 yang berisi latihan praktek kaidah tajwid.
Dalam buku jilid ke dua, lebih lanjut syamsudin menjelaskan dalam penggunaan buku ini adalah sebagai berikut: 1.
Sebelum mulai latihan membaca harus mengucaapkan tajwidnya terlebih dahulu. Dianjurkan hafal mulai nomor 1 sampai 7.
2.
Terapkan pada lafaz yang dibaca dengan bimbingan guru.
3.
Perhatikanlah bacaan yang jelas, yang dengung, yang panjang, panjang sekali dan lain-lain semuanya harus dibaca dengan tepat.
4.
Tanda strip sebagai pemisah antara kata satu dengan lainnya dalam buku ini dibaca lengkap sampai harakat terahir. Tanda bulat atau lingkaran kecil dibaca waqaf atau berhenti sesuai dengan aturan waqaf.
5.
Dibaca dengan lagu rosta dan bisa diselingi dengan lagu rosta „alan nawa atau Zanyuson. Boleh juga dengan lagu yang lain.
6.
Dibaca dengan suara yang
lantang.
Adapun temponya
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa buku ini hanya berisi latihan yang memuat sebagian kecil dari ilmu tajwid untuk memudahkan membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar. Selanjutnya ketika sudah praktek dalam al-Qur‟an, maka guru harus mendampingi dan membimbing terus, jadi ketika menemukan bacaan yang belum ada dalam buku ini guru bisa memberikan penjelasan dan mencontohkannya. Demikian petunjuk penggunaan metode tarsana, adapun isi dari bukunya akan penulis cantumkan pada lembar lampiran penelitian ini.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Obyek Penelitian 1. Letak geografis SD Negeri 02 Padas Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Dan penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Padas kecamatan Kedungjati kabupaten Grobogan. Sekolah ini terletak di sebuah desa terpencil yang berjarak 5 km dari kota kecamatan kedungjati dan 30 Km dari kota kabupaten Grobogan. Sekolah ini terletak di pinggiran jalur rel kereta api jalur tengah, yaitu jalur Kediri, Jombang, Solo, Semarang dan Jakarta. Walaupun sekolah ini terletak di desa terpencil dan di pinggiran jalur rel kereta api, namun sekolah ini sangat kondusif dan aman. Bahkan jika sewaktu-waktu ada kereta api yang melintasi jalur tersebut pada jam-jam belajar maka hal itu menjadi sebuah selingan asyik baik bagi para siswa seperti yang pernah penulis alami maupun bagi guru. Sekolah ini juga berdampingan dengan sekolah SLTP Negeri 1 Kedugjati Satu Atap yang didirikan karena kebutuhan masyarakat akan sekolahan lanjutan bagi para anak-anaknya yang sudah lulus SD supaya tidak jauh-jauh harus menempuh jarak 5 km. SD negeri Padas 02 terletak sangat srtategis jika dilihat dari letak geografis desa Padas itu sendiri. Hal ini dapat dimengerti karena sekolah ini terletak ditengah-tengah pemukiman masyarakat desa Padas. Dekat
dengan sekolahan SLTP, dekat dengan kantor desa, dekat dengan stasiun kereta api dan dekat dengan masjid. Dengan demikian walaupun masjid ini terletak disebuah desa yang terpencil namun dari sudut pandang desa tersebut, SD Negeri 02 Padas terletak sangat strategis. Fisik bangunan SD Negeri 02 Padas dalam perjalanan sejarahnya mengalami beberapa renovasi yang sampai ahir tahun pelajaran 2010/2011 ini, SD Negeri 02 Padas mempunyai 6 ruangan kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang penjaga, dua kamar kecil untuk siswa, dua kamar kecil untuk guru dan karyawan, 1 kamar kecil untuk kepala sekolah dan tamu dan kantin sekolah. Halaman yang luas terletak di depan gedung sekolah yang disekelilingnya tumbuh beberapa pohon besar yang menambah asyik dan sejuk ketika anak-anak bermain di halaman. Tampak pula di sudut halaman sekolah beberapa peralatan permainan anak dan beberapa fasilitas lainnya. Untuk memperjelas letak geografis sekolahan SD Negeri Padas 02 maka dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3.1 letak geografis SD Negeri Padas 02 1
2
3
6--------------------------------------------------------------------8
7
4 8 5
Gb.3.1
Keterangan gambar: 1. Stasiun 2. Kantor desa dan balai desa 3. Masjid 4. SLTP Satu Atap 5. SD Negeri 02 Padas 6. Jalur rel kereta api Kediri – Solo – Semarang – Jakarta 7. Jalan Desa menuju desaDeras 8. Rumah-rumah Pemukiman warga Gambar 3.2 denah bangunan SD Negeri 02 Padas
R. Kep sek
halaman
Gb. 3.2
2. Sejarah Singkat SD Negeri 2 Padas Desa Padas adalah satu desa terpencil yang terletak ditengah hutan. Jarak desa padas ke kota kecamatan 5 km yang harus ditempuh dengan melalui hutan jati. Walapun desa ini terpencil, tapi sudah ada sebagian masyarakat yang pernah menimba ilmu sampai ke kota Semarang, sehingga setelah mereka pulang semangat untuk memajukan desa dengan jalur pendidikan semakin nyata. SD negeri Padas 02 pada mulanya adalah sekolah yang diprakarsai oleh masyarakat secara swadaya, setelah SD Negeri Padas 01 tidak lagi muat menampung murid-murid yang ingin menimba ilmu. Selain itu SD N Padas 01 terletak di bagian utara desa, sehingga masyarakat yang terletak di bagian selatan berinisiatif saling bahu-membahu mendirikan sekolah bagi anak-anaknya. Pada tahun 1962 berdirilah rintisan sekolah dasar dari Swadaya masyarakat yang hanya memiliki tiga ruangan. Ruang pertama untuk kelas, ruang dua untuk kantor dan ruang ketiga adalah ruang kepala sekolah dan ruang guru. Seiring dengan perjalanan waktu, pada tahun 1977 sekolah ini difasilitasi oleh dinas Pendidikan kecamatan Kedungjati dan diresmikan menjadi sekolah dasar
Padas 02 dan pada tahun itu pula
penulis masuk sekolah di kelas satu. Walaupun dari letak dan usianya yang terpencil dan masih belum genap ada 6 kelas namun perwakilan dari siswa SD Padas yang baru ini sudah berhasil berprestasi dengan menjadi pemenang di beberapa perlombaan tingkat kabupaten. Dari hasil ini maka
para orang tua semakin berantusias untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Pada perkembangannya, Sekolah Dasar Negeri Padas 02 mengalami beberapa renovasi bangunan. Ketika renovasi dilakukan pada tahun 1990 misalnya, renovasi yang didanai dari PLAN maka para siswa bersekolah di rumah warga untuk sementara waktu. Mulai tahun 2000 sampai sekarang ini sekolah berpindah lokasi dari pinggiran jalur rel kereta api ke daerah yang lebih jauh dari rel karena lokasinya dipergunakan sebagai rintisan SLTP satu atap dengan SLTP Negeri 1 Kedungjati. 3. Daftar guru dan karyawan SDN 2 Padas tahun 2010/2011: Tabel 3.1 No Nama
NIP
Jabatan
Pendidikan
1
Sutrisno, M.Pd.
195712221977011001
Kepsek
S2 2010
2
Purtiyem
195201011973062003
Guru
SPG 1979
3
Zumroni, s. Ag.
195605041985031009
Guru
S1 2007
4
Sutarno, A. Ma.
195805311979111002
Guru
D2 2007
5
Titik Mairun
196805192006042007
Guru
SPG 1987
6
Siti lailatul M., A.Ma 198712282009022002
Guru
D2 2007
7
Ali Al Mustofa
198605112009021006
Guru
S1 2009
8
Sungidah, A. Ma.
-
Guru
D2 2001
9
Suroyo
-
Guru
SPG
10
Sutik
-
Penjaga
SMP
4. Data Rekapitulasi siswa SDN 02 Padas 2011/2012 adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 MURID NO KELAS
JUMLAH LAKI-LAKI
PEREMPUAN
1
I
14
7
21
2
II
11
9
20
3
III
10
6
16
4
IV
17
12
29
5
V
16
15
31
6
VI
8
16
24
5. Data siswa-siswi kelasV SD Negeri 02 Padas tahun pelajaran 2010/2011: Tabel 3.3 No
Nama
Jeniskelamin
1
Agus setiawan
L
2
Ahmad nur arifin
L
3
Ainun sekar ningrum
P
4
Avian febri giofani
L
5
Bunga apriliani
P
6
Dea dita amara
P
7
Denny irawan
L
8
Desi triyantini
P
9
Desty rahma izzati
P
10
Devani putricalista
P
11
Dyah ayu fajar s.
P
12
Dyah ayu puspita n
P
13
Erlangga vernando
L
14
Eva auliya ananda
P
15
Helmi diah pratiwi
P
16
Ifani andrianto
L
17
Imron sadewo
L
18
Lisa
P
19
Muhammad shobirin
L
20
Muhammad tomisaputra
L
21
Muhammad widodorifa‟i
L
22
Nanang ariyanto
L
23
Ndaru priyo jumiko
L
24
Noviana
P
25
Nurman effendi
L
26
Reinaldo
L
27
Ricky adi setyawan
L
28
Riski hayuningtyas
P
29
Sandi ariwibowo
L
30
Yuni khumairoh
P
31
Yuni tiara putri
P
Dari data siswa yang berjumlah 31 anak ini sekaligus sebagai sample penelitian. B. Prosedur Penelitian 1. Deskripsi pelaksanaan siklus I
a. Perencanaan Pada tahap pertama, penelitian ini mengacu pada intrumen yang diperlukan yaitu: 1) Tes seleksi awal untuk mengetahui kwalitas bacaan siswa. 2) Rencana pengajaran metode Tarsana I dan diaplikasikan pada surat an-Naas sampai al-Kautsar. 3) Media pengajaran berupa alat peraga yang berupa laptop dan infokus. 4) Media buku tarsana jilid satu dan dua sebagai diktat bagi siswa. 5) Lembar pengamatan untuk siswa dan guru serta lembar pengamatan pengelola pengajaran. 6) Tes lisan membaca surat an-Naas sampai al-Kautsar dan tes tertulis mengerjakan soal-soal. b. Pelaksanaan Penelitian tindakan kelas pada siklus I, dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2011 untuk siswa kelas lima. Penelitian ini bersamaan dengan program pesantren kilat yang diselenggarakan oleh sekolah. Kegiatan dibuka secara resmi oleh kepala sekolah dan program penelitian pada hari pertama dimulai dengan tes lisan membaca surat al-Naba‟ – al Naas. Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai dewan hakim dan pengajar dibantu oleh guru-guru senior dan operator alat peraga.
Setelah kegiatan pertama yaitu tes lisan selesai, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan metode tarsana dan mempelajari isi dari buku Tarsana jilid 1. Kegiatan ini membutuhkan waktu satu jam dengan perincian 30 menit pertama para siswa disuguhkan tayangan pembelajaran metode tarsana yang berupa CD dan secara kolektif bisa dinikmati karena bantuan alat peraga laptop dan proyektor. Kemudian pada 30 menit kemudian siswa secara kolektif dibimbing untuk mempraktekkan hasil dari tayangan cd tarsana jilid satu. Adapun pelaksanaan penelitian siklus I ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Perkenalan metode tarsana. 2) Menyimak cd tarsana jilid satu secara kolektif per halaman. 3) Ketika tayangan halaman 1 dan 2 selesai maka siswa diajak secara kolektif mengikuti bimbingan cd tarsana. 4) Untuk langkah selanjutnya halaman 3 dan 4 disimak secara kolektif dan kemudian ditirukan secara kolektif. 5) Selanjutnya halaman 5 dan 6 disimak secara seksama dan kolektif kemudian ditirukan oleh siswa. 6) Penayangan panduan membaca pada halaman tujuh dilakukan dengan dilanjutkan oleh para siswa yang menirukan panduan tersebut dengan pengawasan guru pembimbing.
7) Setelah semua selesai maka tayangan panduan cd tarsana diulang kembali dari awal hingga akhir dan siswa hanya memperhatikan saja. 8) Setelah selesai maka para siswa secara kolektif mengulang hasil pelajaran tarsana jilid satu ini. 9) Setelah semua selesai maka, guru mempersilahkan para siswa untuk bertanya atau mempersilahkan jika ada siswa atau siswi yang berkeinginan praktek membaca pelajaran yang telah disampaikan. 10) Kemudian ditayangkan panduan membaca surat-surat pendek dari al Takatsur sampai al Naas dan dikuti oleh siswa. 11) Guru membimbing siswa, memberi contoh dan membenarkan bacaan siswa. 12) Siswa secara estavet membaca surat-surat yang sudah dipelajari. 13) Sebagai akhir penelitian pada siklus pertama ini ditayang secara singkat tajwid tarsana sebagai stimulus bagi siswa untuk mempelajarinya nanti di rumah masing-masing. c. Pengamatan 1) Pengamat
mengamati
kegiatan
guru
dan
menuliskan
hasil
pengamatannya dalam lembar observasi oleh guru. 2) Pengamat juga mengamati kegiatan para siswa dalam mengikuti pembelajaran ini dan menuliskannya dalam lembar pengamatan untuk siswa.
d. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka akan diadakan refleksi dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan demi tercapainya perbaikan-perbaikan. Setelah proses pembelajaran berahir peneliti menganalisis data-data yang diperoleh dari observasi dan hasil tes siswa. Analisis data dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihannya dari pembelajaran yang berlangsung sehingga peneliti dapat memperbaiki rencana pembelajaran pada pelaksanaan pembelajaran berikutnya.
2. Deskripsi pelaksanaan siklus II a. Perencanaan Penelitian
siklus
II
dilakukan
dengan
langkah-langkah
pengulangan pembelajaran pada pelajaran yang disampaikan pada siklus I dengan perbaikan-perbaikan demi penyempurnaan pemahaman siswa. Rencana yang dipersiapkan pada tindakan siklus II adalah sebagai berikut: 1) Mengindentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan analisa pada refleksi siklus I. 2) Mempersiapkan Intrumen yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan siklus II, yaitu: materi jilid II metode tarsana, laptop untuk memutar CD panduan dan proyektor untuk menayangkan panduan didepan kelas, mempersiapkan materi surat al Qari‟ah
sampai al Duha sebagai bahan praktek membaca pada teori jilid 2 metode tarsana. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan tanggal 2 Agustus 2011 mengulang materi tarsana jilid I dan dilanjutkan materi tarsana pada jilid II dan praktek pada surat al Qari‟ah sampai surat al Duha. Pembelajaran materi tarsana pada jilid dua dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1) Guru membacakan materi tajwid yang telah ditayangkan pada pada tahap pertama kemudian ditirukan oleh siswa. 2) Selanjutnya siswa secara kolektif mengulangi teori tajwid tarsana. 3) Pada praktek pengenalan contoh-contoh tajwid tarsana diawali dengan menyimak panduan tarsana jilid 2 yang ditayangkan dengan bantuan alat peraga laptop dan infokus. 4) Pada halaman 1 dan 2 siswa menyimak kemudian menirukannya setelah selesai siswa membaca secara kolektif tanpa mengikuti panduan tayangan CD. 5) Guru menyimak secara seksama supaya ketika masih ada kesalahan bisa dilakukan perbaikan. 6) Halaman 3 dan 4 ditayangkan pada layar proyektor yang kemudian disimak secara kolektif oleh siswa. 7) Setelah kegiatan menyimak selesai dilanjutkan dengan menyimak dan menirukan.
8) Tayangan dihentikan dan giliran siswa mengulangi pelajaran halaman 3 dan 4 yang selesai ditayangkan dan ditirukan. 9) Pada halaman 5, 6 dan 7 melalui proses yang sama dengan proses dari pembelajaran halaman sebelumnya. 10) Setelah selesai semua materi jilid II maka tayangan diulang dari awal hingga akhir dan siswa hanya menyimak. 11) Setelah tayangan selesai, maka giliran siswa mengulang dari halaman pertama sampai akhir. 12) Guru mempersilahkan siswa untuk bertanya atau praktek membaca secara perorangan. 13) Sebagai praktek pada siklus II siswa dibimbing oleh guru membaca surat al- Qari‟ah sampai surat al Duha secara kolektif. 14) Siswa membaca surat-surat yang sudah dipelajari secara estavet. 15) Kegiatan tindakan pada siklus II diakhiri dengan pemberitahuan bahwa hari berikutnya akan dilaksanakan seleksi lisan tahap ke dua supaya siswa mempersiapkan segalanya. c. Pengamatan 1) Pengamat mengamati kegiatan guru dan menuliskan hasil pengamatannya dalam lembar observasi oleh guru. 2) Pengamat juga mengamati kegiatan para siswa dalam mengikuti pembelajaran ini dan menuliskannya dalam lembar pengamatan untuk siswa.
d. Refleksi Dari hasil pengamatan maka akan direfleksikan hal-hal yang diperlukan pada siklus berikutnya sebagai bahan kajian dan perbaikan. Setelah proses pembelajaran berahir peneliti menganalisis datadata yang diperoleh dari observasi dan hasil tes siswa. Analisis data dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihannya dari pembelajaran yang berlangsung sehingga peneliti dapat memperbaiki rencana pembelajaran pada pelaksanaan pembelajaran berikutnya. 3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III a. Perencanaan Penelitian
siklus
III
dilakukan
dengan
langkah-langkah
pengulangan pembelajaran pada pelajaran yang disampaikan pada siklus I dengan perbaikan-perbaikan demi penyempurnaan pemahaman siswa. Rencana yang dipersiapkan pada tindakan siklus II adalah sebagai berikut: 1) Mengindentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan analisa pada refleksi siklus II. 2) Mempersiapkan intrumen yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan siklus III, yaitu: materi jilid I dan II metode tarsana, laptop untuk memutar CD panduan dan proyektor untuk menayangkan panduan didepan kelas, mempersiapkan materi surat al Naas samapi al Duha sebagai bahan praktek membaca pada teori jilid 2 metode tarsana.
b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan tanggal 3 Agustus 2011, diawali dengan mengulang materi tarsana jilid I dan dilanjutkan materi tarsana pada jilid II. Membagi kelas menjadi lima kelompok yang masing-masing beranggotakan 5 dan 6 siswa. Praktek pada surat al Naas sampai surat al Duha secara estavet perkelompok, menayangkan tulisan al Quran surat-surat pendek dengan bantuan alat peraga laptop dan infokus. Secara rinci langkah-lagkah yang akan dilakukan pada tindakan siklus ke tiga adalah sebagai berikut: 1) Guru menayangkan dan membimbing siswa menyanyikan lagu motivasi yang terdapat di dalam buku tarsana. 2) Selanjutnya siswa secara kolektif mengulangi lagu tersebut. 3) Pengulangan materi tarsana jilid satu dan dua dilaksanakan bersamaan dengan bimbingan cd yang ditayangkan dilayar proyektor. 4) Guru menyimak secara seksama supaya ketika masih ada kesalahan bisa dilakukan perbaikan. 5) Setelah selesai semua materi jilid I dan II maka tayangan dilanjutkan dengan tayangan anak-anak yang bacaan al Quran nya sudah bagus, seperti Murattal anak Toha al Junayd, al haramain dan lain-lain. 6) Pembekalan dan pemberian motivasi kepada siswa untuk cinta al Quran dengan wujud nyata rajin membaca.
7) Pembekalan dan motivasi diakhiri dengan menyanyikan lagu-lagu motivasi yang terdapat di dalam buku metode tarsana. 8) Kegiatan selanjutnya adalah praktek membaca surat al Naas sampai surat al Duha secara kolekti perkelompok. 9) Pelaksanaan seleksi dilaksanakan secara bersama-sama dengan cara siswa membaca estavet satu surat dari al Naas sampai al Duha. 10) Tes lisan dilaksanakan ditengah proses pembacaan surat al Naas sampai al Duha secara estavet perorangan berlangsung.
c. Pengamatan 1) Pengamat mengamati kegiatan guru dan menuliskan hasil pengamatannya dalam lembar observasi oleh guru. 2) Pengamat juga mengamati kegiatan para siswa dalam mengikuti pembelajaran ini dan menuliskannya dalam lembar pengamatan untuk siswa. 3) Pengamat juga mengamati perbedaan hasil tes lisan sebelum dan setelah belajar tarsana dan menuliskan pengamatannya tersebut.
d. Refleksi Dari hasil pengamatan maka akan direfleksikan hal-hal yang diperlukan pada siklus berikutnya sebagai bahan kajian dan perbaikan. Setelah proses pembelajaran berahir peneliti menganalisis datadata yang diperoleh dari observasi dan hasil tes siswa. Analisis data dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihannya dari pembelajaran yang berlangsung sehingga peneliti dapat memperbaiki rencana pembelajaran pada pelaksanaan pembelajaran berikutnya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisa butir soal Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian berupa tes lisan dan mendapatkan hasil tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisa. Uji coba dilakukan pada siswa sebelum penelitian dilakukan. Analisa tes tersebut meliputi: 1. Validitas Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan atau kelayakan tes, sehingga dapat digunakan sebagai instrumen Dalam penelitian ini. Dari 30 soal yang diujikan kepada siswa kelas V ditemukan 10 soal tidak valid dan 20 soal valid. Soal-soal yang diberikan kepada siswa sudah harus memenuhi kriteria Tarsana, yaitu tartil, sari‟ dan nagham. 2. Taraf Kesukaran Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Dari hasil analisa menunjukkan dari 30 soal yang diujikan untuk kelas lima (V) terdapat 15 soal mudah, 10 soal sedang dan 5 soal sukar. 3. Daya Pembeda Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Dari hasil analisa daya pembeda diperoleh soal untuk siswa kelas V yang bacaannya masih jelek 15 orang, berkriteria sedang 10 orang dan yang berkriteria
bagus 6 orang. Dengan demikian soal-soal tes yang
digunakan telah memenuhi syarat validitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. B. Deskripsi Siklus 1. Deskripsi pra penelitian Sebelum diadakan penelitan tindakan, peneliti mengadakan tes lisan membaca al Quran secara estavet perorangan dari surat al Naas sampai surat al Duha. Pelaksanaan ini dilakukan pada siswa-siswi kelas V SD Negeri 02 Padas yang berjumlah 31 anak dan dihasilkan data sebagai berikut: Hasil tes lisan pra penelitian: Tabel 4:1 No
Nama
Nilai
Tuntas
Tidak tuntas
1
Agus setiawan
6,0
v
2
Ahmad nur arifin
6,5
3
Ainun sekar ningrum
6,0
v
4
Avian febri giofani
5,0
v
5
Bunga apriliani
5,0
v
6
Dea dita amara
5,0
v
7
Denny irawan
5,0
v
8
Desi triyantini
5,0
v
9
Desty rahma izzati
6,5
10
Devani putricalista
5,0
v
v v
11
Dyah ayu fajar s.
6,0
v
12
Dyah ayu puspita n
5,0
v
13
Erlangga vernando
6,0
v
14
Eva auliya ananda
6,5
15
Helmi diah pratiwi
5,0
v
16
Ifani andrianto
5,0
v
17
Imron sadewo
5,0
v
18
Lisa
6,5
v
19
Muhammad shobirin
6,5
v
20
Muhammad tomisaputra
6,0
21
Muhammad widodorifa‟i
6,5
22
Nanang ariyanto
6,0
v
23
Ndaru priyo jumiko
6,0
v
24
Noviana
5,0
v
25
Nurman effendi
5,0
v
26
Reinaldo
5,0
v
27
Ricky adi setyawan
5,0
v
28
Riski hayuningtyas
6,0
v
29
Sandi ariwibowo
6,0
v
30
Yuni khumairoh
6,0
v
31
Yuni tiara putrid
5,0
v
v
v v
Dari data ini dihasilkan data bahwa ada 6 siswa saja yang tuntas dan 25 siswa tidak tuntas, dari data ini diperoleh prosentase keberhasilan tes sebagai berikut:
Menganalisa data di atas, adanya perbedaan di antara para siswa dalam menguasai materi, sehingga dalam praktek membaca mereka menghasilkan nilai yang kurang memuaskan. Jika peneliti menanyakan di mana mereka mengaji, jawaban yang beraneka ragam memberikan keterangan pada peneliti bahwa kwalitas
guru ngaji juga mempunyai
pengaruh yang sangat besar bagi peningkatan keterampilan siswa dalam membaca al-Qur‟an. 2. Deskripsi Siklus I Selanjutnya, menganalisa data berdasarkan hasil pembelajaran dengan metode Tarsana, data analisis daya serap siswa pada evaluasi siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 4:2 No
Nama
Nilai
Tuntas
Tidak tuntas
1
Agus setiawan
7,0
V
2
Ahmad nur arifin
7,0
V
3
Ainun sekar ningrum
7,0
V
4
Avian febri giofani
6,0
V
5
Bunga apriliani
6,0
V
6
Dea dita amara
6,0
V
7
Denny irawan
6,0
V
8
Desi triyantini
6,0
V
9
Desty rahma izzati
7,0
10
Devani putricalista
6,0
11
Dyah ayu fajar s.
7,0
12
Dyah ayu puspita n
6,0
13
Erlangga vernando
7,0
V V V V V
14
Eva auliya ananda
7,0
V
15
Helmi diah pratiwi
6,0
V
16
Ifani andrianto
5,0
V
17
Imron sadewo
6,0
V
18
Lisa
7,0
V
19
Muhammad shobirin
7,0
V
20
Muhammad tomisaputra
7,0
V
21
Muhammad widodorifa‟i
7,0
V
22
Nanang ariyanto
6,0
V
23
Ndaru priyo jumiko
6,0
V
24
Noviana
6,0
V
25
Nurman effendi
6,0
V
26
Reinaldo
6,0
V
27
Ricky adi setyawan
6,0
V
28
Riski hayuningtyas
6,0
V
29
Sandi ariwibowo
6,0
V
30
Yuni khumairoh
6,0
V
31
Yuni tiara putrid
6,0
V
Dari data di atas diperoleh bahwa ada 11 anak yang tuntas dan 20 anak yang tidak tuntas, sehingga pada siklus I penelitian ini walaupun ada peningkatan, tapi belum menghasilkan keberhasilan klasikal karena prosentasenya belum melebihi 60,50 %.:
Jika peneliti menganalisis data tersebut, titik berat yang menjadi perhatian peneliti adalah pada teori yang dibuat dalam metode Tarsana yakni singkat dan padat. Dengan demikian para siswa dapat mengingat dan mengakplikasikannya dalam praktek membaca al-Qur‟an dengan mudah. 3. Deskripsi Siklus II Berikut ini data hasil penelitian siklus II adalah sebagai berikut: Data 3. Data hasil tes lisan siklus II Tabel 4:3 No
Nama
Nilai
Tuntas
Tidak tuntas
1
Agus setiawan
9,0
v
2
Ahmad nur arifin
8,0
v
3
Ainun sekar ningrum
8,0
v
4
Avian febri giofani
8,0
v
5
Bunga apriliani
6,0
v
6
Dea dita amara
6,0
v
7
Denny irawan
6,0
v
8
Desi triyantini
7,0
v
9
Desty rahma izzati
70,
v
10
Devani putricalista
6,0
11
Dyah ayu fajar s.
7,0
12
Dyah ayu puspita n
6,0
13
Erlangga vernando
8,0
v
14
Eva auliya ananda
9,0
v
15
Helmi diah pratiwi
6,
v
16
Ifani andrianto
5,0
v
17
Imron sadewo
6,0
v
18
Lisa
8,0
v v v
v
19
Muhammad shobirin
9,0
v
20
Muhammad tomisaputra
8,0
v
21
Muhammad widodorifa‟i
7,0
v
22
Nanang ariyanto
7,0
v
23
Ndaru priyo jumiko
7,0
v
24
Noviana
7,0
v
25
Nurman effendi
6,0
v
26
Reinaldo
6,0
v
27
Ricky adi setyawan
7,0
v
28
Riski hayuningtyas
7.0
v
29
Sandi ariwibowo
6,0
30
Yuni khumairoh
7,0
v
31
Yuni tiara putrid
7,0
v
v
Dari tabel di atas, diketahui bahwa ada 20 siswa yang tuntas dan 11 anak yang belum tuntas, sehingga dalam siklus II ini keberhasilan kelas dicapai prosentase sebagai berikut:
Mengacu pada data di atas, peneliti memberikan analisa bahwa dengan belajar metode Tarsana dan diterapkan secara berulang–ulang pada ayat-ayat al-Qur‟an memberikan efek positif. 4. Deskripsi siklus III Berikut data hasil tes lisan pada siklus III.
Tabel 4:4 No
Nama
Nilai
Tuntas
Tidak tuntas
1
Agus setiawan
9,0
v
2
Ahmad nur arifin
8,0
v
3
Ainun sekar ningrum
8,0
v
4
Avian febri giofani
8,0
v
5
Bunga apriliani
6,0
v
6
Dea dita amara
6,0
v
7
Denny irawan
7,0
v
8
Desi triyantini
8,0
v
9
Desty rahma izzati
8,0
v
10
Devani putricalista
7,0
v
11
Dyah ayu fajar s.
8,0
v
12
Dyah ayu puspita n
8,0
v
13
Erlangga vernando
8,0
v
14
Eva auliya ananda
9,0
v
15
Helmi diah pratiwi
7,0
v
16
Ifani andrianto
5,0
17
Imron sadewo
8,0
v
18
Lisa
8,0
v
19
Muhammad shobirin
9,0
v
20
Muhammad tomisaputra
8,0
v
21
Muhammad widodorifa‟i
7,0
v
22
Nanang ariyanto
7,0
v
23
Ndaru priyo jumiko
7,0
v
24
Noviana
7,0
v
25
Nurman effendi
8,0
v
26
Reinaldo
8,0
v
27
Ricky adi setyawan
7,0
v
28
Riski hayuningtyas
7,0
v
v
29
Sandi ariwibowo
6,0
v
30
Yuni khumairoh
8,0
v
31
Yuni tiara putrid
8,0
v
Dari data ini hanya tersisa empat anak saja yang tidak tuntas dalam mengikuti tes lisan dalam penelitian ini. Sehingga pada siklus ketiga, diperoleh prosentase sebagai berikut:
Dari pemaparan data dan uraian singkat di atas, dapat dijelaskan bahwa hasil tes lisan membaca al Quran pada saat sebelum belajar metode Tarsana sangat memprihatinkan, yaitu dengan hanya 19,35%. Keberhasilan kelas
menunjukkkan
bahwa
siswa-siswi
kelas
V
masing
minim
penguasaannya membaca al Quran. Hal ini terjadi disebabkan oleh semangat siswa yang rendah untuk mengaji saat dirumah dan karena para guru ngaji yang monoton dalam mengajar dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anakanya. Kegiatan penelitian tindakan kelas pada siklus I diikuti oleh anakanak siswa kelas lima dengan sangat antusias, selain karena menggunakan metode yang baru, dengan metode Tarsana mereka merasakan belajar yang nyaman dan asyik. Sehingga walaupun belum menunjukkan keberhasilan kelas, namun peningkatan penguasaan materi dan cara baca yang lebih baik
sudah mulai terlihat. Sehingga pada siklus I keberhasilan kelas hanya mencapai prosentase 35,48%. Hasil ini masih kurang melegakan karena beberapa sebab, dalam pengamatan pengamat dituliskan laporan antara lain: 1. Masih ada siswa yang kurang serius mengikuti pembelajaran, sehingga mereka kurang bisa menguasai materi. 2. Guru masih mengalami kesulitan menguasai kelas yang muridnya berjumlah 31 anak.
Dari catatan ini hal-hal yang perlu dilakukan perbaikan pada siklus II adalah: 1. Guru lebih terampil dan kreatif dalam menarik perhatian siswa, sehingga mereka serius dalam mengikuti pembelajaran membaca al Quran dengan metode Tarsana. 2. Guru hendaknya membimbing siswa dengan penuh semangat dan sabar, sehingga sesuai dengan metode yang diajarkan. Dengan mengacu dari catatan pengamat, maka perbaikan penulis lakukan pada tindakan siklus II dan siklus III, Sehingga pada siklus II dihasilkan prosentase 64,5% dan siklus III dihasilkan prosentase 87% dan dari prosentase tersebut dinyatakan bahwa keberhasilan kelas sudah dapat dicapai karena prosentase keberhasilannya di atas 60,50%. C. PEMBAHASAN 1. Siklus I
Mengacu pada hasil penelitian tindakan kelas ini dapat ditunjukkan bukti bahwa pembelajaran membaca al Quran dengan metode Tarsana sangat efektif dan memberikan kontribusi positif kepada para siswa. Hal ini tercermin dari laporan hasil tes lisan pada tabel data 2 yang selalu mengalami peningkatan. Peningkatan yang signifikan terlihat dari ketuntasan belajar pra penelitian dan setelah penelitian. Pada pra penelitian, ketuntasan klasikal hanya menunjukkan 19,35%, tetapi setelah penerapan metode Tarsana pada siklus I ketuntasan belajar klasikal mencapai 35,48%. Sebuah hasil penelitian yang bagus, bahwa pada pra penelitian dari 31 siswa yang bacaannya mendekati bagus dalam artian tuntas hanya berjumlah 6 siswa dan 25 siswa lainnya belum tuntas, tetapi setelah penelitian pada siklus I siswa yang tuntas mencapai 11 anak dan 20 siswa belum tuntas. Hal ini bisa difahami karena pada buku metode Tarsana jilid I belum menjelaskan tentang kaidah tajwid secara rinci. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh penjelasan bahwa dalam proses pembelajaran dengan metode Tarsana, kemampuan para siswa membaca al Quran semakin baik. Namun ada sebagian siswa yang belum bisa serius mengikuti proses belajar. Para siswa yang tidak tuntas pada siklus I mereka adalah siswa yang tidak konsentrasi pada materi tetapi justru mereka sibuk menikmati alat bantu yang berupa laptop dan proyektor. Melihat kondisi seperti ini guru kurang memperhatikan. Kemungkinan ini adalah strategi guru untuk menarik perhatian siswa. Walaupun pada siklus I mereka belum sepenuhnya serius, dan guru belum
bisa menguasai kelas secara total, pada siklus I sudah terlihat ada peningakatan kemampuan para siswa dalam membaca al Quran jika dibandingkan pada pra penelitan. 2. Siklus II Mengacu pada hasil penelitian tindakan kelas yang terdapat pada tabel data 3, dapat ditunjukkan bukti bahwa pembelajaran membaca al Quran dengan metode Tarsana sangat efektif dan memberikan kontribusi sangat positif kepada para siswa. Hal ini tercermin dari laporan hasil tes lisan yang selalu mengalami peningkatan. Peningkatan yang signifikan terlihat dari ketuntasan belajar pada siklus I dan hasil ketuntasan belajar dari siklus II. Pada penelitian siklus I, ketuntasan klasikal hanya menunjukkan 35,48%, tetapi setelah penerapan metode Tarsana pada siklus II ketuntasan belajar klasikal mencapai 64,5%. Sebuah hasil penelitian tindakan kelas yang bagus, bahwa pada penelitian siklus I dari 31 siswa yang bacaannya mendekati bagus dalam artian tuntas hanya mencapai 11 anak dan 20 siswa belum tuntas, pada penelitian siklus II ini sudah semakin bagus. Dari siswa yang hanya 11 siswa tuntas meningkat menjadi 20 siswa yang tuntas dan yang belum tuntas hanya berjumlah 11 anak. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh penjelasan bahwa dalam proses pembelajaran dengan metode Tarsana, kemampuan para siswa membaca al Quran semakin baik dan mengalami peningkatan yang menggembirakan. Bagi guru yang mengajar juga terlihat peningkatan dalam penguasaan kelas. Belajar dari hasil pengamatan yang dilaporkan
oleh pengamat guru memberikan perbandingan yang amat terlihat kepada para siswa. Bagi siswa yang serius mengikuti proses pembelajaran ini ahirnya mendapatkan kemampuan membaca al Quran yang semakin bagus oleh karena itu bagi siswa yang ingin bagus bacaannya maka hendaknya serius dalam mengikuti proses pembelajaran. 3. Siklus III Mengacu pada hasil penelitian tindakan kelas yang ditunjukkan oleh tabel 4:4 dapat ditunjukkan bukti bahwa pembelajaran membaca al Quran dengan metode Tarsana sangat efektif dan memberikan kontribusi sangat positif kepada para siswa. Hal ini dibuktikan pada laporan hasil tes lisan siklus III yang selalu mengalami peningkatan. Peningkatan prestasi dilihat dengan acuan teori pada metode Tarsana, hasil tes yang ditunjukkan pada table di atas semuanya sudah mewakili tarsana. Misalnya: 1. Untuk memenuhi kriteria Tartil (TAR), siswa dituntut untuk bisa membaca al-Qur‟an baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid yang teorinya secara singkat dan padat dijelaskan dalam metode tarsana. 2. Untuk memenuhi kriteria Sari‟ (SA) siswa dituntut menguasai materi dalam waktu singkat. Hasilnya dapat dilihat dari cara baca siswa dan penjelasan siswa ketika membaca ayat-ayat al-Qura‟an. 3. Untuk memenuhi Kriteria Nagham (NA), siswa ditutut untuk bias membaca ayat-ayat al-Quran dengan menggunakan lagu rast atau rasda ala nawa.
Setelah penelitian berlangsung dan pemberian materi tarsana selesai disampaiakan kepada peserta didik, Peningkatan yang signifikan terlihat dari ketuntasan belajar penelitian siklus II. Pada penelitian siklus II, ketuntasan klasikal sudah dicapai, hal ini ditunjukkan oleh angka prosentase yang mencapai 64,5%. Pada penelitian siklus III peningkatan ketuntasan kelas terus terlihat dengan meningkatnya prosentase ketuntasan kelas menjadi 87%. Sebuah penelitian yang sangat bagus, bahwa pada penelitian siklus I dan II dari 31 siswa hanya tinggal 4 siswa yang tidak tuntas dalam penelitian siklus III ini. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasil bahwa dalam proses pembelajaran membaca al Quran dengan metode Tarsana memberikan kontribusi sangat bagus dan efektif. Kemampuan para siswa dalam membaca al Quran semakin baik dan selalu mengalami peningkatan. Guru yang menyampaikan materi juga semakin semangat dan ringan dalam mentransfer ilmu kepada para siswa. Sehingga proses belajar ini menjadi sebuah kerjasama simbiosis mutualisme. Sebagai hasil nyata dari Penelitian Tindakan kelas ini, berikut kami paparkan hasil Kriteria Ketuntasan Minimum pada Mata Pelajaran Baca Tulis al-Qur‟an (BTQ). Table 4.5 Perhitungan Kriteria Ketuntasan Minimum Nama Sekolah
: SD Negeri 2 Padas
Mata Pelajaran
: Baca Tulis al-Qur‟an
Nilai KKM
: 71
Kelas/Semester
: V/2
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
STANDAR KOMPETENSI
KRITERIA
KOMPETENSI DASAR DAN INDIKTOR
PENENTUAN
Kompleksitas
Daya dukung
Intake siswa
KKM
-
Melafazkan Surat Al-Lahab dengan benar
66
77
70
-
Melafazkan surat al-Kafirun dengan lancar
67
77
75
-
Menunjukkan hukum bacaan tajwid
65
75
70
-
Bacaan yang terdapat pada surat al-Lahab dan 65
75
70
1. Membaca dan mengartikan surat pendek pilihan 1.1 Membaca Q.S al-Lahab dan al-kafirun
al-Kafirun -
Qolqolah
65
75
70
-
Mad Asli Atau Mad Thabi‟i
70
75
70
-
Izhar Syafawi
65
75
70
-
Ikfa‟
65
75
70
-
Idgham
65
75
70
1.2 Mengartikan QS. Al-Lahab dan al-Kafirun -
Mengartikan surat al-Lahab dan al-Kafirun
66
75
70
-
Menghafal surat al-Lahab dan al-Kafirun
65
70
75
-
Menjelaskan isi pokok al-Lahab dan al-Kafirun
70
75
70
66,2
74,9
70,8
Rata-rata Rata-rata keseluruhan
71
Dari data di atas dapat diketahui bahwa KKM menunjukkan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 71. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas dengan metode Tarsana telah mengalami peningkatan.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah peneliti melakukan proses penelitian sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya, ditemukan dalam hasil penelitian bahwa pembelajaran membaca al Quran dengan metode Tarsana sangat efektif dan memberikan kontribusi yang sangat bagus bagi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Padas. Hal ini bisa dilihat dari hasil tes sebelum mempelajari metode Tarsana yaitu dari 31 siswa hanya 6 siswa yang tuntas, kalau diprosentasikan sebesar 19, 35%. Setelah menggunakan metode Tarsana, hasil yang didapatkan sangat memuaskan. Ini bisa dilihat pada hasil keberhasilan kelas tes pada siklus I, siklus II dan siklus III dengan rumus sebagai berikut: . siklus I menunjukkan
.
Siklus II Dan pada siklus III
. .
Dari hasil pembelajaran menggunakan metode Tarsana yang telah mencapai prosentase keberhasilan kelas 87%, berarti telah mencapai ketuntasan kelas. Dan ketika diaplikasikan pada mata pelajaran Baca Tulis al-Quran Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) menunjukkan hasil prestasi siswa rata-rata keseluruhannya adalah 71. Dengan demikian belajar membaca al-Qur‟an dengan metode Tarsana sangat efektif atau
Tarsana
Efektif
dipergunakan
sebagai
sarana
penunjang
untuk
meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran Baca Tulis al-Qur‟an. B. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian yang dipaparkan sebelumnya, peneliti memberikan rekomendasi atau saran kepada semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan khususnya bidang studi membaca al Quran dan umumnya kepada bidang studi lainnya. Saran tersebut sebagai berikut: 1. Demi tercapainya hasil pembelajaran yang maksimal dalam belajar membaca al Quran, hendaknya metode Tarsana bisa dijadikan sebagai salah satu metode yang diperhitungkan kalayakannya. 2. Dengan
menggunakan metode yang praktis dan menyenangkan terbukti
efektif dan mampu memberikan kontribusi sangat positif baik bagi guru khususnya bagi siswa. Sehingga bisa ditiru dan dipraktekkan oleh guruguru yang lainnya. 3. Dengan menggunakan alat bantu teknologi modern seperti laptop dan infokus terbukti menambah semangat belajar siswa dan memudahkan guru dalam meyampaikan materi. Sehingga hendaknya bagi sekolah-sekolah melengkapi sarana dan prasana belajar sekolah dengan peralatan tersebut demi tercapainya hasil yang maksimal bagi pembelajaran di sekolah. 4. Dengan adanya pemberian motifasi kepada para siswa terbukti membangkitkan semangat belajar mereka dan menjadikan belajar adalah suatu hal yang menyenangkan dan tidak monoton.
5. Perlunya diadakan penelitian lebih lanjut dan lebih serius dalam jangkauan obyek yang lebih besar skalanya, mengingat penelitian ini hanya dilakukan dalam skala kecil yaitu satu kelas di Sekolah Dasar Negeri 02 Padas. 6. Bagi yang ingin melakukan penelitian yang sama, hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar didapatkan hasil yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA Abdushshamad, Muhammad Kamil. 2004. Al-I’jazul Ilmi fil-Qur’anil-karim,terj: Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an, Jakarta: Akbar Al Khattan, Manna‟ Khalil. 1998. Ulumul Quran. Surabaya: Pustaka progressif. Al Munawwar, Said Agil Husin. 2005. Akltualisasi Nilai-nilai Qurani. Jakarta: Ciputat Press. Am. Rukky Santoso, Mengembangkan Kemampuan Otak Kanan Anak-Anak Jakarta: Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : BumiAksara. Djamarah, Saiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Reneka Cipta. Ibnu Katsir. 2003. Tafsir al Quran al Adhim. Bandung: Mizan. Khomaeni, Ayatullah. 2004. Telaah 40 Hadis Mistik dan Akhlaq. Bandung: Mizan. Maurice Buccaile, 2003. La Bible Le Coran Et Le Science, terj. Bible, Qur’an dan Sains Modern oleh H.M. Rasjidi, Jakarta: Bulan Bintang. Munawir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Al Munawir: Kamus Arab-Indonesia terlengkap. Surabaya: Pustaka Prograssif . Nawawi. 2003. Hadis Arba’in Nabawiyah. Bandung: Mizan. Salim, Muhsin. 2007. Ilmu Qiroat Tujuh. Jakarta : MKIQ Shihab, Quraisy. 1999. Wawasan al Quran. Bandung: Mizan. Syamsudin. 2008. Metode Tarsana System 7 jam. Surabaya: Pustaka Progressif TIM, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.
Zuhairini, 1991. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional.