PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE MEMBACA PEMAHAMAN SQ3R DENGAN METODE MEMBACA PEMAHAMAN KRITIS SISWA KELAS V SD (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa di SDN Cibenda 3 dan SDN Cibenda 4 Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh ASEP YANA SEPTIANA 1106017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2015
PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE MEMBACA PEMAHAMAN SQ3R DENGAN METODE MEMBACA PEMAHAMAN KRITIS SISWA KELAS V SD (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas di Cibenda 3 dan SDN Cibenda 4 Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)
Oleh ASEP YANA SEPTIANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
©Asep Yana Septiana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE MEMBACA PEMAHAMAN SQ3R DENGAN METODE MEMBACA PEMAHAMAN KRITIS” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan dan ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,
Asep Yana Septiana 1106017
PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE MEMBACA PEMAHAMAN SQ3R DENGAN METODE MEMBACA PEMAHAMAN KRITIS (Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa di Cibenda 3 dan SDN Cibenda 4 Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) ASEP YANA SEPTIANA 1106017 ABSTRAK Latar belakang penelitian ini adalah adanya permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terutama dalam kemampuan membaca pemahaman. Siswa kesulitan dalam menemukan ide pokok paragraf bacaan dan ketika menceritakan kembali apa yang telah dibacanya siswa tersebut lupa. Adapun tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R, mengetahui peningkatan kemampuan membaca siswa menggunakan metode membaca kritis, perbedaan kemampuan membaca pemahaman menggunakan metode SQ3R dengan metode membaca kritis. Penelitian dilakukan di kelas V SDN Cibenda 3 dan SDN Cibenda 4 dengan jumlah masing-masing siswa 15 dan 20. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain kuasi eksperimen pretes-postes yang terdiri dari empat pembelajaran. Kelas eksperimen diberikan treatment berupa metode SQ3R, sedangkan kelas kontrol treatment berupa metode membaca kritis. sebelum diberikan treatment kedua kelas diberikan pretes. Instrumen penelitian yang digunakan berupa instrument respons produk, sedangkan teknik pengumpulan datanya berupa pretes dan postes. Skor rata-rata pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol 48,60 dan 50,65. Skor rata-rata postes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 65,60 dan 61,40. Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan gain ternormalisasi adalah 0,32 dan 0,19 dengan interpretasi peningkatan sedang dan rendah. Berdasarkan hasil uji-t postes kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai signifikansi 0,268 dengan keputusan tolak Ho apabila sig. < 0,05, maka Ho diterima sehingga diperoleh kesimpulan tidak terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman menggunakan metode SQ3R dengan membaca kritis.
Kata Kunci:
kemampuan membaca pemahaman, metode SQ3R, Metode membaca kritis, pembelajaran bahasa Indonesia
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirohim Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE MEMBACA PEMAHAMAN SQ3R DENGAN METODE MEMBACA PEMAHAMAN KRITIS SISWA KELAS V SD”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada jungjungan kita, nabi besar, Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarganya, para sahabatnya dan kepada kita selaku umatnya hingga akhir zaman. Aamiin. Skripsi ini diajukan sebagai sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi ini berisikan tentang penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SDN Cibenda 3 dan SDN Cibenda 4 kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran, karena adanya permasalahan yaitu rendahnya siswa dalam kemampuan membaca pemahaman. Penulis menggunakan metode SQ3R dan metode membaca kritis sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Meskipun demikian, penulis telah berusaha untuk menyelesaikan dan mencapai hasil yang terbaik dengan bantuan pembimbing. Selain itu dalam penulisan skripsi ini banyak bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada; 1) Dra. Ernalis, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, dorongan serta nasehat kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini; 2) Yeni Yuniarti, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, dorongan serta nasehat kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini; 3) Dr. Asep Herry Hermawan, M.Pd. Selaku Direktur UPI Kampus Cibiru;
4) Dr. Yunus Abidin, M.Pd selaku ketua program studi PGSD yang telah memberikan motivasi selama perkuliahan; 5) Kepala sekolah SDN Cibenda 3 dan Ibu Nurhayati, S.Pd. selaku wali kelas 5 yang selalu memberikan motivasi serta telah memberikan bantuan selama penelitian; 6) Kepala Sekolah SDN Cibenda 4 dan Ibu Ikah Sri Rostika, S.Pd. selaku wali kelas 5 yang selalu memberikan motivasi serta telah memberikan bantuan selama penelitian; 7) ayahanda Udin dan ibunda tercinta Rosih yang selalu memberikan bantuan do’a, materil, dan tidak letihnya memberikan nasehat serta motivasi yang membuat penulis tegar dan mampu menghadapi semua masalah; 8) satpam Upi Cibiru yang telah memberikan motivasi dan dukungan agar penulis cepat lulus; 9) sahabat OLENG tersayang Elsa Rahmatika Lestari, Intan Purnama Alam, Agus Wahyudi, Ismaniar Trisnawati dan Andi Mohamad Maulana yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam pengerjaan skripsi ini; 10) saudara Iip Miftahudin dan Irfan Anshory yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini; 11) pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis baik secara moril dan materil dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat. Semoga segala bimbingan, dorongan, dukungan dan bantuan yang telah penulis dapatkan mendapatkan balasan terbaik dari Allah SWT. Aamiin.
Bandung, Agustus 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI HAK CIPTA LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK .....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
Latar Belakang Penelitian .......................................................................... Rumusan Maasalah Penelitian ................................................................... Tujuan Penelitian ....................................................................................... Manfaat Signifikasi Penelitian ................................................................... Struktur Organisasi Skripsi ........................................................................
1 4 4 4 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. 2. 3. 4. B. 1. 2. a. b. c. 3. a. b. c.
Membaca .................................................................................................... Pengertian Membaca .................................................................................. Tujuan Membaca........................................................................................ Manfaat Membaca...................................................................................... Prinsip-prinsip Membaca ........................................................................... Jenis-jenis Membaca .................................................................................. Membaca Nyaring dan Membaca dalam Hati ............................................ Membaca Ekstensif .................................................................................... Membaca Survey........................................................................................ Membaca Sekilas ....................................................................................... Membaca Dangkal ..................................................................................... Membaca Intensif ....................................................................................... Membaca Teliti .......................................................................................... Membaca Pemahaman ............................................................................... Membaca Kritis ..........................................................................................
iv
8 7 8 9 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15
d. Membaca Ide .............................................................................................. C. Pengertian, Prinsip-prinsip, dan Prosedur Pembelajaran Membaca Pemahaman ......................................................... 1. Pengertian Membaca Pemahaman ............................................................. 2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Membaca Pemahaman ................................ 3. Prosedur Pembelajaran Membaca Pemahaman ......................................... D. Metode Membaca SQ3R ............................................................................ 1. Pengertian Metode Membaca SQ3R .......................................................... 2. Tujuan Metode SQ3R ................................................................................ 3. Tahapan Metode SQ3R .............................................................................. 4. Penerapan Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman .... E. Metode Membaca Kritis............................................................................. 1. Pengertian Metode Membaca Kritis .......................................................... 2. Tujuan Metode Membaca Kritis ................................................................ 3. Tahapan Metode Membaca Kritis .............................................................. 4. Penerapan Metode Membaca Kritis dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman ......................................................... F. Penelitian yang Relevan ............................................................................. G. Hipotesis Penelitian....................................................................................
16 16 16 16 17 18 18 18 19 19 20 20 20 21 21 23 23
BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. 1. 2. 3. 4.
Desain Penelitian........................................................................................ Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. Definisi Operasional .................................................................................. Instrumen Penelitian .................................................................................. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... Teknik Analisis Data .................................................................................. Uji Normalitas ............................................................................................ Uji Homogenitas ........................................................................................ Uji Perbedaan Dua Rerata .......................................................................... Uji Gain Ternormalisasi .............................................................................
25 26 26 27 30 31 31 33 36 36
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. 1. 2. 3. a. 1) 2) 3)
Temuan Penelitian...................................................................................... Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Eksperimen ...................................... Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Kontrol ............................................. Deskripsi Analisis Data ............................................................................. Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .......................... Skor Pretes Kelas Eksperimen .................................................................. Skor Pretes Kelas Kontrol ......................................................................... Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.....................
v
37 37 38 40 40 41 42 44
4) 5) b. 1) 2) 3) 4) 5) c. B.
Uji Homogenitas Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........ Uji Perbedaan Dua Rerata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................... Skor Postes Kelas Eksperimen ................................................................... Skor Postes Kelas Kontrol ......................................................................... Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .................... Uji Homogenitas Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........ Uji Perbedaan Dua Rerata Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .. Uji Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................ Pembahasan ................................................................................................
45 45 46 47 48 50 50 51 52 54
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ................................................................................................... 60 B. Implikasi .................................................................................................... 61 C. Rekomendasi ............................................................................................. 62 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Format Penilaian Menceritakan Kembali .................................... 28 Tabel 3.2. Rubrik Penilaian Isi Tulisan ......................................................... 28 Tabel 3.3. Rubrik Penilaian Organisasi Tulisan............................................. 29 Tabel 3.4. Rubrik Penilaian Bahasa Tulisan ................................................. 29 Tabel 3.5. Rubrik Penilaian Teknik Penulisan ............................................... 30 Tabel 3.6. Interval Signifikansi Uji Gain Ternormalisasi ............................. 36 Tabel 4.1. Nilai Statistik Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......... 40 Tabel 4.2. Frekuensi Skor Pretes Kelas Eksperimen ................................... 41 Tabel 4.3. Frekuensi Skot Pretes Kelas Kontrol ........................................... 43 Tabel 4.4. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...... 44 Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................................................................... 45 Tabel 4.6. Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................................................................... 46 Tabel 4.7. Nilai Statistik Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .......... 47 Tabel 4.8. Frekuensi Skor Postes Kelas Eksperimen ..................................... 47 Tabel 4.9. Frekuensi Skor Postes Kelas Kontrol............................................ 49 Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................................................................... 50 Tabel 4.11. Hasil Uji Homogenitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................................................................... 51 Tabel 4.12. Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................................................................... 52 Tabel 4.13. Nilai Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kontrol .......... 53
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Histogram Frekuensi Skor Pretes Kelas Eksperimen ................. 42 Gambar 4.2. Histogram Frekuensi Skor Pretes Kelas Kontrol ....................... 43 Gambar 4.3. Histogram Frekuensi Skor Postes Kelas Eksperimen ................ 48 Gambar 4.4. Histogram Frekuensi Nilai Postes Kelas Kontrol ...................... 49 Gambar 4.5. Diagram Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................................................................... 57
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam suku, budaya, dan bahasa. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu bangsa yang telah disepakati para pemuda dari Sabang sampai Merauke dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Pentingnya penggunaan bahasa baik dalam segi komunikasi maupun memahami informasi, maka peserta didik perlu mempelajari dan mengembangkan keterampilan berbahasa yang dimilikinya. Sehingga peserta didik mampu memahami dan menyerap informasi yang mereka dapatkan dari berbagai media massa. Keterampilan
berbahasa
ada
empat,
yaitu
keterampilan
menyimak/mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Tarigan (2008, hlm. 1) mengatakan bahwa menyimak dan berbicara dipelajari sebelum masuk sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Hal tersebut sejalan dengan tahap perkembangan perkembangan
anak,
yaitu
mendengar.
Kemudian
setelah
anak
mendengar/menyimak bahasa anak mulai belajar bebicara, dan kemudian anak belajar membaca dan menulis di sekolah. Dari salah satu keterampilan berbahasa, membaca merupakan elemen penting karena berbagai macam informasi dan pengetahuan didapat dari membaca. Membaca juga menjadi hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali aspek yang melibatkan membaca, seperti membaca simbol-simbol rambu-rambu lalu lintas di jalan yang dipasang di sekitar jalan raya untuk memberitahukan arahan kepada para pengguna jalan serta aturan lalu lintas. Masyarakat juga dapat mengetahui perkembangan terkini dari surat kabar seperti koran untuk mengetahui perkembangan harga harga sembako dan perkembangan dunia tentang harga
1
2
minyak bumi. Rahim (2009, hlm. 2) mengemukakan bahwa “kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Beribu judul buku dan koran diterbitkan setiap hari.” Guru mencari informasi dengan membaca buku untuk memberikan materi ajar kepada siswa, sedangkan siswa membaca buku untuk menambah wawasan dan menguatkan pengetahuan mereka yang didapat dari bacaan. Berdasarkan hal tersebut penulis menjadikan kemampuan membaca pemahaman sebagai fokus dalam penelitian ini. Hingga kini kegiatan membaca masih dianggap kegiatan yang kurang digemari dan membosankan. Ditambah lagi pembelajaran membaca yang asal-asal semakin mengurangi minat siswa dalam kegiatan membaca. Tidak diterapkannya strategi membaca yang tepat menyebabkan rata-rata siswa membaca secara monoton, sehingga dalam kegiatan membaca siswa tidak tahu cara praktis dalam memahami bacaan. Kegiatan membaca di sekolah yang monoton, yakni kegiatan membaca hanya ditujukan untuk kepentingan praktis agar siswa mampu menjawab pertanyaan bacaan. Hal di atas menyebabkan kemampuan membaca siswa dan tingkat pemahamannya terhadap teks bacaan yang dibacanya rendah. Menurut Abidin (2012, hlm.10) mengatakan bahwa Kegagalan pembelajaran membaca sebenarnya bermula pada ketidakjelasan peran guru dalam proses pembelajaran membaca. Anggapan ini muncul karena mitos keliru yang diyakini guru bahwa dalam pembelajaran membaca tidak banyak yang harus dilakukan guru. Karena hal demikian guru hanya menugasbacakan siswa dan selanjutnya mengetesnya dengan pertanyaan yang ada di dalam teks bacaan. Selain itu ada beberapa hal keliru yang dilakukan guru selama proses pembelajaran membaca, seperti membaca nyaringkan wacana yang seharusnya dibaca dalam hati, memulai pembelajaran dengan menyajikan ringkasan yang seharusnya dicari siswa, dan menerjemahkan kata-kata sulit.. Peneliti menemukan permasalahan serupa yang peneliti temukan di SDN 3 Cibenda kelas V. Permasalahannya yaitu siswa kelas V masih kesulitan menemukan ide pokok paragraf bacaan dan ketika menceritakan kembali apa yang telah dibacanya siswa tersebut lupa. Siswa tersebut juga mengalami kesulitan dalam membuat ringkasan cerita yang telah ia baca. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti merekomendasikan alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman. Metode tersebut adalah metode pembelajaran survey, question,read,
review, and recite (SQ3R) dan metode membaca Kritis. SQ3R merupakan metode yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intentsif dan rasional. Metode pembelajaran ini terdiri atas lima langkah yakni, survey, question, read, recite, dan, review yang sangat cocok untuk digunakan sebagai metode membaca bahan bacaan ilmu-ilmu sosial. Tujuan utama penerapan metode ini adalah untuk meningkatkan pemahaman atas isi bacaan, dan mempertahankan pemahaman tersebut dalam jangka waktu yang lebih panjang. Dalam perencanaan pembelajarannya guru mengajak siswa untuk melakukan survei terhadap bacaan untuk mendapatkan gambaran umum dari suatu bacaan dengan cara meneliti judul, bagian permulaan, dan akhir. Setelah menyurvei buku, siswa merumuskan pertanyaan yang ingin ditanyakannya terkait dengan bacaan tersebut. Hal tersebut akan membantu dan menuntun siswa memahami bacaan. Dengan pertanyaan tersebut kemudian siswa membaca teks bacaan. Pertanyaan siswa tersebut merupakan hal yang dapat membantu siswa mendapatkan informasi yang diinginkannya. Pada tahap ini siswa tidak harus melihat setiap kata atau setiap baris dari semua paragraf, melainkan menggunakan aktivitas membaca lompat, membaca layap, dan mengulang membaca bahan yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan. Selanjutnya setelah siswa menemukan jawaban untuk setiap pertanyaan, siswa menyusun ringkasan bacaan berdasarkan jawaban yang dibuatnya dengan bahasa sendiri. Untuk dapat mengingat informasi penting, sebaiknya siswa menulis tiap ide pokok paragraf yang terdapat dalam bacaan, dan di akhir siswa melihat kembali bahan bacaan dan membandingkan tulisannya dengan bahan bacaan yang sebenarnya. Membaca kritis adalah kegiatan membaca untuk memahami makna yang disampaikan oleh penulis melalui karya tulisnya baik secara tersirat maupun tersurat. Seperti yang telah dikemukakan Abidin (2012, hlm. 102) “metode membaca kritis adalah serangkaian upaya yang dilakukan pembaca guna mampu memahami makna tersurat dan makna tersirat yang terkandung dalam sebuah bacaan untuk selanjutnya mampu memberikan respons dan evaluasi atas makna dan ide yang disusun penulis dalam teksnya tersebut.” Metode membaca tersebut
4
juga sangat cocok untuk meningkatkan pemahaman siswa membaca teks yang dibacanya dengan analisis yang cermat. Berdasarkan paparan di atas, peneliti bermaksud untuk mengetahui perbedaan kemampuan menggunakan metode pembelajaran SQ3R dengan metode pembelajaran membaca kritis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan metode pembelajaran SQ3R? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan metode pembelajaran membaca kritis? 3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode pembelajaran SQ3R dengan metode pembelajaran membaca kritis? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui; 1. peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan metode pembelajaran SQ3R; 2. peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan metode pembelajaran membaca kritis; 3.
perbedaan
kemampuan
membaca
pemahaman
menggunakan
metode
pembelajaran SQ3R dengan model pembelajaran membaca kritis. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berada dalam dunia pendidikan, terutama bagi guru dan siswa kelas V SD yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan penelitian. Adapun secara sederhana manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Untuk peneliti, selain berguna untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi penelitian ini juga bermanfaat untuk;
a) mengembangkan pembelajaran membaca pemahaman khususnya dengan menggunakan SQ3R; b) menambah pengalaman dalam kegiatan pembelajaran di SD. 2. Bagi guru metode yang peneliti gunakan dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca pemahaman, dan bermanfaat pula untuk; a) meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan proses pembelajaran di sekolah dasar; b) menambah wawasan guru dalam menyajikan pembelajaran yang inovatif dan cocok untuk dalam pembelajaran membaca pemahaman. 3. Siswa lebih aktif dalam kegiatan membaca pemahaman, dan berguna untuk; a) membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman; b) menambah minat siswa terhadap kegiatan membaca. E. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi yang penulis susun terdiri dari 5 bab, yakni bab I Pendahuluan yang terdiri dari 5 sub bab yaitu latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi. Pada sub bab latar belakang penelitian, berisi tentang alasan yang melatarbelakangi penulis mengadakan penelitian kuasi eksperimen dengan membandingkan metode membaca SQ3R dengan metode membaca kritis. Alasan peneliti menggunakan metode tersebut karena kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN Cibenda masih relatif rendah. Pada sub bab rumusan masalah penelitian berisi tentang permasalahan yang ditemukan oleh peneliti yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti. Pada sub bab tujuan penelitian berisi tentang tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian yang akan ditelitinya. Pada sub bab manfaat penelitian berisi tentang manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian yang peneliti tulis. Pada sub bab struktur organisasi skripsi berisi tentang uraian sistematika skripsi yang dibuat. Kemudian pada bab II, yakni kajian pustaka terdiri dari 8 sub bab, yaitu membaca,
jenis-jenis
membaca,
prinsip-prinsip
dan
prosedur
membaca
pemahaman, metode membaca SQ3R, metode membaca kritis, kerangka berpikir, penelitian yang relevan, dan hipotesis penelitian. Pada sub bab kajian pustaka penulis mencantumkan teori-teori yang berhubungan dengan belajar dan membaca
6
pemahaman. Pada sub bab jenis-jenis membaca, peneliti menguraikan secara jelas mengenai jenis-jenis membaca berdasarkan tujuan dan cakupan bahan bacaan yang dibaca. Pada sub bab prinsip-prinsip dan prosedur membaca peneliti menjelaskan prinsip-prinsip dasar membaca pemahaman serta kegiatan yang dilakukan saat pembelajaran membaca pemahaman. Selanjutnya pada sub bab metode membaca SQ3R, peneliti menjelaskan pengertian metode, tujuan, tahapan, dan penerapannya dalam pembelajaran. Pada sub bab metode membaca kritis, peneliti menjelaskan pengertian metode, tujuan, tahapan, dan penerapannya dalam pembelajaran. Pada bab III, yakni metode penelitian terdiri dari 6 sub bab, yaitu desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data. Pada sub bab desain penelitian, peneliti menggunakan desain kuasi eksperimen pretes-postes. Desain ini diawali dengan melakukan pretes terlebih dahulu untuk melihat kemampuan membaca siswa sebelum diberikan perlakuan. Setelah itu peneliti memberikan perlakuan berupa pengguanaan metode SQ3R yang nantinya akan diujikan hasilnya melalui postes. Pada sub bab populasi dan sampel, populasi penelitian berasal dari populasi SD di kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran. Sampel yang peneliti ambil berasal dari SD N Cibenda 3 dan SD N Cibenda 4. Sampel yang peneliti ambil pada penelitian ini tidak menggunakan random sample. Pada sub bab definisi operasional berisi tentang uraian variable yang diteliti secara operasional yang tergambar melalui indikator tiap variable yang diteliti. Pada sub bab instrumen penelitian berisi tentang jenis instrument penelitian yang digunakan. Pada bagian ini dijelaskan kisi-kisi instrument yang terdiri dari indikator, subindikator, serta pedoman penilaiannya. Selanjutnya pada sub bab prosedur penelitian berisi tentang langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan penelitian serta cara pengoperasian penelitian yang dilakukan. Pada sub bab teknik analisis data menjelaskan tentang teknik analisis statistik yang digunakan oleh penulis beserta software yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap data yang diperoleh. Pada bab IV, yakni temuan dan pembahasan terdiri dari dua sub bab, yaitu temuan penelitian dan pembahasan. Pada sub bab temuan penelitian berisi tentang
hasil penelitian yang diperoleh penulis selama melakukan penelitian. Sedangkan pada suba bab pembahasan ini berisi tentang hal yang penulis lakukan selama penelitian serta hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Pada bab V, yakni simpulan, implikasi dan rekomendasi terdiri dari dua sub bab, yaitu simpulan, implikasi dan rekomendasi. Pada sub bab simpulan berisi tentang simpulan yang telah diperoleh penulis dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada sub bab implikasi dan rekomendasi berisi tentang rekomendasi dari peneliti mengenai penelitian yang telah dilakukan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Membaca 1. Pengertian Membaca Membaca adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menemukan informasi. Harjasujana (1986, hlm. 4) mengemukakan “membaca bukanlah proses yang tunggal melainkan sintesis dari berbagai proses yang kemudian berakumulasi pada suatu perbuatan tunggal”. Sejalan dengan pendapat beliau Anderson (dalam Tarigan, 2008, hlm. 7) mengemukakan bahwa
dari segi
linguistik, “membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi ( a recording and decoding proses)”. Abidin sendiri mengemukakan pengertian membaca secara sederhana. Beliau berpendapat bahwa “ membaca secara sederhana dapat dikatakan sebagai proses membunyikan lambang bahasa tertulis”
(Abidin, 2012, hlm. 59). Senada dengan beliau Syafi’ie (dalam
Somadayo, 2011, hlm. 9) mengatakan bahwa “membaca pada hakikatnya adalah suatu proses membangun pemahaman wacana tulis”. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses yang melibatkan kemampuan visual, kognisi, dan fisik (pita suara) yang bertujuan untuk memperoleh informasi. Dalam kegiatan membaca tentunya ada dua hal yang dilibatkan yaitu pembaca dan teks yang dibacanya. Sebagaimana Kridalaksana mengemukakan bahwa “ dalam kegiatan membaca melibatkan dua hal, yaitu (1) pembaca yang berimplikasi adanya pemahaman, dan (2) teks yang berimplikasi adanya penulis”. Jadi kegiatan membaca tidak akan terjadi apabila salah satu komponen tersebut tidak ada. 2. Tujuan Membaca Setiap orang yang membaca pastilah punya tujuan, meskipun tujuannya beragam seperti untuk hiburan atau untuk menemukan sejumlah informasi yang terdapat dalam bacaan. Dengan adanya tujuan dalam membaca, pembaca akan lebih mudah untuk memhami bacaan dan menemukan sejumlah informasi yang ingin diperoleh. Dalam kaitannya dengan tujuan membaca, Abidin (2010, hlm. 9) mengemukakan tujuan membaca yaitu membaca untuk pengetahuan, membaca 8
untuk menghasilkan, membaca untuk hiburan. Tarigan (2008, hlm. 9) juga berpendapat bahwa “tujuan utama membaca adalah untuk memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan”. Lebih dalam lagi Anderson (1972, hlm. 214) mengemukakan hal-hal penting pada tujuan membaca antara lain; a. membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for detail or fact); b. membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas); c. membaca urusan atau susunan, organsisasi cerita (reading for sequence or organization); d. membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference); e. membaca untuk mengelompokan (reading for classify); f. membaca untuk mengevaluasi (reading to evaluate); g. membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca setiap orang berbeda-beda tergantung dari maksud serta kebutuhan yang ingin diperoleh pembaca. Dalam kegiaatan membaca kita harus mempunyai tujuan yang jelas agar kita lebih tahu dan memahami apa yang kita baca, karena tidak semua teks yang ada dalam bacaan kita baca semua apabila kita hanya ingin mengetahui informasi-infomasi tertentu saja. Dalam melakukan kegiatan membaca carilah tujuan yang paling mudah dan sederhana agar kita dapat memperoleh tujuan minimal kita. Maksud dan tujuan seseorang dalam membaca menentukan kemampuan terhadap materi bacaannya. 3. Manfaat Membaca Ada pepatah mengatakan “Buku adalah jendela dunia, kuncinya adalah membaca”. Dari kata bijak tersebut bisa kita ketahui bahwa membaca itu merupakan hal yang sangat penting untuk kita lakukan, apalagi bagi seorang pelajar. Setidaknya seorang pelajar pasti memiliki buku-buku ataupun sumber bacaan lainnya sebagai penunjang dalam bidang pendidikan. Kegiatan membaca bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, karena sesungguhnya kita tidak pernah terlepas dari kegiatan membaca. Misalnya, seorang pengemudi kendaraan yang sedang melakukan perjalanan dari Pangandaran ke Bandung, untuk sampai
10
ditujuan si pengemudi tersebut setidaknya membaca arah mana yang mengantarkannya ke Bandung, jalan mana yang harus dilewati dan yang tidak harus dilewati. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kegiatan membaca menjadi hal yang sangat penting. Rahim (2009, hlm. 1) mengemukakan bahwa “membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan membaca”. Hal tersebut berarti bahwa apabila kita kurang membaca, kita akan ketinggalan informasi. Di era globalisasi ini, membaca tidak hanya berfokus pada buku bacaan saja. Banyak sumber-sumber informasi yang dapat diakses melalui internet. Membaca merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena tidak semua informasi bisa kita dapatkan melalui media televisi. Hal tersebut bukan berarti bahwa kita harus membaca semua informasi, tetapi jenis bacaan dan informasi yang kita inginkan perlu untuk di baca (Rahim, 2009, hlm. 2). 4. Prinsip-prinsip Pengajaran membaca Sebelum melakukan pembelajaran membaca kita harus tahu terlebih dahulu
prinsip-prinsip
pengajaran
membaca.
Hal
ini
dilakukan
untuk
meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran membaca. Nuttal (dalam Abidin, 2012, hlm. 13) mengemukakan prinsip-prinsip umum pembelajaran membaca. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut; a) pembelajaran membaca harus dilakukan
dengan tujuan membangun
kemampuan membaca anak; b) kemampuan baca anak harus dibentuk secara perlahan; c) pengajaran membaca dilakukan melalui interaksi antara guru dan kelas; d) pengajaran membaca harus senantiasa ditunjukan guna membangun kemampuan anak berinteraksi dengan teks; e) pembelajaran harus senantiasa melatihkan siswa berbagai strategi membaca sebelum siswa melakukan kegiatan membaca yang sesungguhnya; f) pembelajaran membaca harus berorientasi ke depan; g) memahami bahwa kemampuan membaca intensif dan membaca ekstensif harus diajarkan secara mendalam.
Prinsip-prinsip pengajaran dalam membaca di atas perlu diketahui dan dipahami agar guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca dapat memperoleh hasil yang baik. Pada dasarnya kemampuan membaca anak tidak dapat dibentuk sekaligus. Selain itu setiap anak memiliki kemampuan membaca yang berbeda-beda. Untuk itu, dengan memahami prinsip-prinsip pengajaran membaca guru dapat mengetahui apa yang harus dan yang tidak harus dilakukan dalam pengajaran membaca terhadap siswa, khususnya siswa SD. B. Jenis-jenis Membaca Dalam kajian membaca dikenal banyak jenis membaca. Ditinjau dari segi terdengar tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, membaca dapat dibagi atas membaca dalam hati, serta membaca bersuara atau membaca nyaring. Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibaca, membaca dapat digolongkan ke dalam membaca ekstensif dan membaca intensif. (Mulyati, (t.t.), [online] diakses dari http://file.upi.edu) 1. Membaca Nyaring dan Membaca dalam Hati Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan (dengan
nyaring)
kepada
orang
lain.
Karena
tujuan
utamanya
mengkomunikasikan isi bacaan, maka si pembaca bukan hanya dituntut harus mampu melafalkan dengan suara nyaring lambang-lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga dituntut harus mampu melakukan proses pengolahan agar pesanpesan atau muatan makna yang terkandung dalam lambang-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan secara jelas dan tepat oleh orang-orang yang mendengarnya. Tarigan (2008, hlm.23) mengemukakan bahwa, “membaca nyaring merupakan alat bagi guru, murid, pembaca, maupun pendengar untuk menangkap suatu informasi”. Dalam membaca nyaring pembaca harus terlebih dahulu mengetahui makna, maksud, dan tujuan yang terkandung dalam bacaan. Dengan demikian, jelaslah bahwa proses membaca nyaring sesungguhnya bukanlah hal yang mudah. Dalam membaca nyaring perlu juga diperhatikan lafal serta intonasinya, agar orang yang menyimak pembaca dapat menerima informasi yang disampaikan dengan baik. Dengan demikian membaca nyaring memiliki
12
tujuan untuk menambah kefasihan dalam menggunakan kata, jelas pengucapannya dan tidak terbata-bata, serta penggunaan intonasi yang tepat. Berbeda dengan membaca nyaring, membaca dalam hati hanya menggunakan ingatan visual. Budiono (2011, [online] diakses dari http://jurnalonline.um.ac.id) mengemukakan bahwa membaca dalam hati adalah”kegiatan membaca yang berusaha memahami keseluruhan isi bacaan secara mendalam sambil menghubungkan isi bacaan itu dengan pengalaman maupun pengetahuan yang dimiliki pembaca tanpa diikuti gerak lisan maupun suara”, sehingga dalam hal ini yang aktif adalah mata dan ingatan. Pada kegitan membaca dalam hati terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Pada umumnya orang yang sudah meninggalkan bangku sekolah dasar mayoritas menggunakan teknik membaca dalam hati. Dalam kegiatan membaca dalam hati terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar kegiatan membaca lebih efisien. Berikut ini adalah kebiasaankebiasaan yang harus dihindari ketika melakukan kegiatan membaca dalam hati. a) Membaca dengan suara terdengar. b) Membaca dengan suara berbisik c) Membaca dengan bibir bergerak d) Membaca dengan menunjuk baris bacaan (kata demi kata) dengan jari, pensil, atau alat lainnya. (Tampubolon, 2008, hlm. 11) 2. Membaca Ekstensif Membaca ekstensif bisa dikatakan kegiatan yang dilakukan untuk membaca teks bacaan secara luas. Biasanya membaca ekstensif dilakukan untuk mengetahui pemahaman secara umum mengenai informasi yang diinginkan. Membaca ekstensif dilakukan dalam rangka menumbuhkan kesenangan dan kemauan membaca beragam wacana tulis dengan membaca ekstensif seseorang dapat meningkatkan minat dan kemampuan membacanya. Dalam kaitanya dengan membaca teks secara umum, membaca ekstensif meliputi pula membaca survey, membaca sekilas (skimming), dan membaca dangkal (Tarigan, 2008, hlm.32). a. Membaca Survey Membaca survey merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menelaah bahan bacaan yang akan dibaca dengan melihat judul, judul bab yang terdapat
dalam buku, bagan dan gambar (jika ada). Syah (1997, hlm. 131) mengungkapkan bahwa tujuan dari survey adalah untuk mengetahui judul bagian, judul sub bagian, dan istilah kata kunci. Dalam melakukan survey kita juga harus memerhatikan kecepatan serta ketepatan dalam mensurvei bahan bacaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tarigan (2008, hlm. 33) bahwa, “kecepatan serta ketepatan dalam mensurvey bahan bacaan ini sangat penting, hal ini turut menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam studinya”. b. Membaca Sekilas Membaca sekilas (skimming) adalah sejenis membaca cepat yang digunakan untuk menemukan ide-ide penting dalam sebuah teks. Rahim (2009, hlm. 61) mengemukakan bahwa “membaca layap (skimming) ialah membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum atau bagian suatu bacaan”. Pada waktu melakukan skimming secara cepat mata kita bergerak ke seluruh teks untuk memperoleh gambaran umum mengenai teks. Menurut Haras (dalam Somadayo, 2005 hlm. 43) mengatakan bahwa, “skimming merupakan suatu teknik membaca dengan kecepatan tinggi untuk mencari hal-hal yang penting atau mencari pokok dari suatu bacaan”. Dalam kegiatan skimming pembaca boleh melewati bagianbagian tertentu yang dianggap kurang penting dan berfokus terhadap informasi yang diinginkan untuk mengetahui gambaran umum bacaan. Ketika kita membaca sekilas kita akan menggerakkan mata kita dari atas ke bawah dengan cepat menyapu seluruh halaman yang dibaca sambil memberi fokus pada informasi yang dicari. Dengan skimming seseorang mencoba untuk mendapatkan inti atau gambaran umum apa yang dibaca bukan mendapatkan gambaran detail seluruh isi teks. c. Membaca Dangkal Membaca dangkal pada dasarnya merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu mendalam dari bahan bacaan yang dibaca. Membaca jenis ini umumnya dilakukan oleh pembaca untuk mencari kesenangan atau hiburan (Tarigan, 2008, hlm. 36). Clark (2012, [online] diakses dari http://www.copyblogger.com/how-to-read/) mengemukakan bahwa “Superficial reading is just that you simply read. You don’t ponder, and you don’t
14
stop to look things up. If you don’t get something, you don’t worry about it”. Pada jenis membaca ini tidak diperlukan pemahaman yang mendalam dan tidak dipermasalahkan apabila pembaca tidak mendapatkan sesuatu, karena membaca jenis ini biasanya digunakan untuk membaca teks bacaan yang tergolong ringan, seperti membaca komik, cerpen, dan majalah. 3. Membaca Intensif Membaca intensif atau intensive reading adalah melakukan kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama. “Intensif reading involves learners reading in detail with specific learning aims and tasks” (Tanpa nama, 2008, [online] diakses dari https://www.teachingenglish.org.uk/article/intensive-reading ). Dalam hal ini kegiatan membaca intensif melibatkan peserta didik untuk membaca secara detail dan spesifik mengenai teks bacaan. Selain itu membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca siswa secara kritis. Dalam jenis membaca ini terdapat beberapa jenis membaca yang termasuk ke dalam membaca intensif, diantaranya adalah; a) membaca teliti; b) membaca pemahaman; c) membaca kritis; d) membaca ide. (Tarigan, 2008, hlm. 40) Jenis- jenis membaca intensif di atas akan dibahas satu persatu secara terperinci. a. Membaca Teliti Membaca teliti adalah kegiatan membaca yang membutuhkan tingkat pemahaman yang tinggi untuk menelaah teks yang sedang dibaca. Dalam membaca kritis pembaca harus bisa membaca secara seksama dan membaca ulang paragraf-paragraf untuk menemukan kalimat-kalimat dan perincian-perincian penting (Tarigan, 2008, hlm. 41). Membaca teliti bertujuan untuk memahami secara detail gagasan yang terdapat dalam teks bacaan tersebut untuk melihat organisasi penulisan atau pendekatan yang digunakan oleh si penulis. Berdasarkan hal tersebut, pembaca dituntut untuk dapat mengenal dan menghubungkan kaitan antara gagasan yang ada, baik yang terdapat pada kalimat maupun yang terdapat pada tiap paragraf.
b. Membaca Pemahaman Membaca pemahaman adalah proses pemerolehan informasi yang dilakukan oleh pembaca yang terkandung dalam bacaan. Tarigan (2008, hlm. 58) mengemukakan bahwa, “membaca pemahaman (reading for understanding) merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi”. Pada kegiatan membaca pemahaman setidaknya dibutuhkan dua keterampilan yaitu keterampilan visual dan kognitif. Dua keterampilan tersebut berfungsi untuk melayapi pokok-pokok kalimat dan memaknai informasi dan pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca. Turner (dalam Somadayo, 2011, hlm. 10) juga berpendapat bahwa seseorang pembaca dikatakan memaknai bahan bacaan secara baik apabila pembaca dapat; 1) mengenal kata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan dan mengetahui maknanya, 2) menghubungkan makna dari pengalaman yang dimiliki dengan makna yang ada dalam bacaan, 3) memahami seluruh makna secara kontekstual, dan 4) membuat pertimbangan nilai isi bacaan berdasarkan pengalaman membaca. c. Membaca Kritis Membaca kritis adalah kegiatan membaca guna memahami informasi yang terdapat dalam bacaan baik secara tersurat maupun tersirat, kemudian memberikan respons dan evaluasi atas ide atau maksud dan tujuan yang disusun penulis dalam bacaan. Robinson (dalam Ahuja dan Ahuja, 2004, hlm. 164) mengemukakan bahwa, “ membaca kritis membaca yang melibatkan penilaian kritis atas ketelitian, kevalidan, kebenaran, atau nilai dari apa yang dibaca, berdasarkan kriteria atau standar mapan yang dikembangkan melalui pengalaman sebelumnya”. Dalam membaca kritis pada umumnya menuntut para pembaca untuk memahami maksud penulis, berpikir kritis, memberikan respon dan evaluasi terhadap bacaan.
16
d. Membaca Ide Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan. Sebagai pembaca yang baik kita harus sadar bahwa sepanjang kehidupan banyak sekali terdapat ide-ide yang dituangkan dalam teks bacaan. Dalam membaca ide agar pembaca dapat mencari, menemukan, serta menemukan manfaat dari ide-ide yang terkandung dalam bacaan, pembaca harus menjadi pembaca yang baik. C. Pengertian, Prinsip-prinsip dan Prosedur Pembelajaran Membaca Pemahaman 1. Pengertian Membaca Pemahaman Membaca pemahaman bisa diartikan sebagai kegiatan membaca untuk mendapatkan informasi secara mendalam. Dalam kaitannya dengan membaca pemahaman Rubin (dalam Somadayo, 2011, hlm. 7) mengatakan bahwa “membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal”. Pendapat tersebut menekankan aktivitas membaca yakni, pembaca secara aktif merespon makna yang ingin disampaikan oleh penulis melalui teks bacaannya. Sejalan dengan pengertian di atas Abidin (2012, hlm. 59) mengatakan bahwa “ membaca pemahaman merupakan istilah yang digunakan untuk kegiatan membaca yang bertujuan untuk beroleh informasi yang terkandung dalam teks bacaan”. Dalam membaca pemahaman melibatkan dua keterampilan dasar membaca yakni keterampilan visual dan kognitif. Keterampilan visual adalah keterampilan yang dimiliki pembaca untuk menguraikan (decoding) teks bacaan dan, keterampilan kognitif untuk memahami apa yang penulis sampaikan melalui teks. (Abidin, 2012) 2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Membaca Pemahaman Agar tidak salah dalam melakukan kegiatan pembelajaran pemahaman, seorang guru harus memahami prinsip pembelajaran membaca. Hal tersebut perlu dilakukan agar hasil yang diperoleh selama proses pembelajaran sesuai dengan harapan. Dalam hal ini terdapat prinsip-prinsip dasar dalam mendesain
pembelajaran membaca pemahaman. Brown (dalam Abidin, 2012, hlm. 61) menjelaskan prinsip-prinsip yang perlu dipahami oleh guru adalah sebagai berikut. a. Tidak mengabaikan pentingnya merumuskan tujuan pembelajaran membaca secara spesifik. b. Menggunakan teknik/strategi pembelajaran membaca yang membangun motivasi c. Perhatikan keaslian dan keterbacaan wacana yang dipilih d. Menggunakan strategi yang tepat untuk setiap bacaan e. Menggunakan model membaca interaktif selama proses pembelajaran f. Gunakan prinsip strategi membaca membaca pemahaman berikut dalam proses pembelajaran. 1) Mengidentifikasi tujuan membaca (indentify the purpose in reading). 2) Gunakan pola dan aturan grafemis untuk membantu menguraikan bacaan secara bottom-up. 3) Menggunakan tehnik membaca efisien (use efficient silent reading technique) 4) Menggunakan strategi membaca layap untuk menemukan ide-ide pokok (skim the text for main ideas). 5) Memindai bacaan untuk menemukan informasi secara spesifik ( scan the text for specific information). 6) Gunakan peta konsep (use semantic mapping). (Brown, 2000, hlm 306) Berdasarkan penjelasan di atas perlu kita ketahui dan pahami prinsipprinsip serta strategi dalam melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang kita harapkan. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi tingkat kemampuan membaca siswa yang berbedabeda. 3. Prosedur Pembelajaran Membaca Pemahaman Dalam kegiatan pembelajaran membaca pemahaman terdapat prosedur umum yang dilakukan selama kegiatan tersebut berlangsung. Prosedur umum tersebut terdiri dari tiga tahapan, yakni tahap prabaca, tahap membaca, dan tahap pasca baca. Berikut ini Hadley (dalam Abidin, 2010 hlm. 133) secara garis besar menjelaskan tahapan-tahapan membaca sebagai berikut.
18
a. Tahap prabaca, yaitu tahapan yang dilakukan siswa sebelum membaca. b. Tahap membaca, yaitu tahapan yang dilakukan siswa saat membaca. c. Tahap pascabaca, yaitu tahapan yang dilakukan setelah melakukan kegiatan membaca Pada tahap prabaca, kegiatan yang dilakukan siswa antara lain, melakukan curah pendapat, mempelajari berbagai visualisasi dalam teks, dan membuat prediksi atas isi bacaan. Pada tahap membaca siswa menggunakan teknik membaca memindai (scanning) dan membaca layap (skimming). Tahapan ini dilakukan siswa dengan tujuan untuk menemukan informasi yang diinginkan secara spesifik dan mencari ide-ide pokok bacaan. Pada tahap terakhir yaitu tahap pascabaca, siswa membuktikan pemahaman yang ia peroleh dari hasil membaca yang telah dilakukan. Pada tahapan ini siswa melakukan kegiatan integrasi membaca dengan keterampilan berbahasa yang lain, seperti menulis rangkuman dan menceritakan kembali baik secara lisan maupun tulisan. (Abidin, 2012, hlm. 65) D. Metode Membaca SQ3R 1. Pengertian Metode Membaca SQ3R SQ3R singkatan dari Survey, Question, Read, Recite and Review merupakan metode yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman dan mempertahankannya dalam waku yang lama. SQ3R dicetuskan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1941. Riadi (2013, [online] diakses dari http://www.kajianpustaka.com/2013/04/strategi-belajar-sq3r.html) mengatakan “ SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) merupakan penimbul pertanyaan dan tanya jawab yang dapat mendorong pembaca teks melakukan pengolahan materi secara mendalam dan luas”. Metode pembelajaran ini terdiri atas lima langkah yakni, survey, question, read, recite, dan, review yang sangat cocok untuk digunakan sebagai metode membaca bahan bacaan ilmu-ilmu sosial. 2. Tujuan Metode SQ3R Metode yang terdiri dari lima tahap ini mendorong pembaca untuk mengolah materi secara mendalam dan luas serta mempertahan pemahaman yang
diperoleh dalam jangka waktu yang lebih lama. Abidin (2012, hlm. 107) mengatakan bahwa SQ3R adalah metode pembelajaran membaca yang terdiri atas lima langkah yakni survey, question, read, recite, dan review yang sangat tepat digunakan sebagai metode membaca bahan bacaan ilmu-ilmu sosial. Tujuan utama penerapan metode ini adalah untuk meningkatkan pemahaman atas isi bacaan, dan mempertahankan pemahaman tersebut dalam waktu yang lebih panjang. 3. Tahapan Metode SQ3R Berdasarkan penjelasan yang telah peneliti jelaskan tadi, metode SQ3R yang memiliki lima tahapan tersebut dapat dikelompokan ke dalam tahapantahapan dalam kegiatan membaca. Tahapan tersebut antara lain, tahap prabaca; (1) siswa melakukan survey untuk meneliti judul, paragraf terakhir, (2) menggunakan informasi yang diperoleh untuk menyusun pertanyaan; tahap membaca (3) melakukan aktivitas membaca lompat, membaca layap, dan membaca fleksibel, (4) menyusun ringkasan isi bacaan berdasarkan jawaban yang dibuatnya dengan bahasa sendiri; tahap pascabaca; (5) melihat kembali bahan bacaan dan membandingkan tulisannya dengan bahan bacaan sebenarnya. (Abidin, 2011, hlm. 108) 4. Penerapan Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Pada pembahasan di atas sudah dijelaskan langkah-langkah menggunakan metode SQ3R. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: a. Guru membagikan teks bacaan yang akan dibaca siswa b. Siswa diberikan waktu 10 menit untuk melakukan survey terhadap teks yang akan dibacanya dengan arahan dari guru c. Siswa membuat pertanyaan (question) berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan d. Setelah siswa menyusun pertanyaan, siswa mulai melakukan kegiatan membaca (read) untuk menemukan informasi e. Setelah kegitan membaca selesai guru melakukan tanya jawab dengan siswa f. Guru membagikan lemabar essay pada para siswa g. Siswa membuat ringkasan (recite) pada lembaran yang telah disediakan oleh guru
20
h. Guru memberikan penilaian pada ringkasan yang dibuat siswa i. Siswa melakukan review hasil ringkasan dengan teks sebenarnya kemudian memperbaikinya.
E. Metode Membaca Kritis 1. Pengertian Metode Membaca Kritis Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan guna memberikan respons atas ide-ide yang dituangkan pengarang dalam teks yang ditulisnya (Abidin, 2012, hlm. 101). Berbeda dengan Abidin, Ahuja dan Ahuja (2004, hlm. 163) mengemukakan bahwa “membaca kritis adalah selangkah lebih jauh dan berhubungan dengan memaknai apa yang diluarnya, yang tersurat dan tersirat”. Berdasarkan pengertian tersebut, metode membaca kritis adalah serangkaian upaya yang dilakukan pembaca guna mampu memahami makna tersurat dan tersirat yang terkandung dalam sebuah bacaan untuk selanjutnya mampu memberikan respon evaluasi atas makna dan ide yang disusun penulis dalam teksnya tersebut. 2. Tujuan Metode Membaca Kritis Membaca kritis adalah metode pembelajaran membaca yang terdiri atas tiga tahapan, yakni membaca baris, membaca antar baris, dan membaca di belakang baris. Membaca baris artinya pembaca harus memahami segala sesuatu yang dikatakan penulis. Artinya pembaca harus mampu memahami isi bacaan secara menyeluruh. Membaca antar baris artinya pembaca harus mampu memahami maksud penulis yang yang tercermin dalam wacana yang ditulisnya. Membaca di balik baris artinya pembaca harus mampu menggambarkan generalisasi isi bacaan dan mampu membuat evaluasi atas isi bacaan tersebut berdasarkan skemata yang dimilikinya. Tujuan metode ini adalah untuk membekali siswa kemampuan (1) memahami makna yang terkandung dalam bacaan, (2) merespons secara aktif sis bacaan, dan (3) mengevaluasi isi bacaan. (Abidin, 2010, hlm. 160)
3. Tahapan Metode Membaca Kritis Secara umum dengan menggunakan metode membaca kritis dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. Tahap prabaca; (1) mempersiapkan bahan bacaan, (2) guru mendemonstrasikan kemampuannya membaca kritis, (3) siswa menyusun hipotesis; tahap prabaca (4) siswa membaca baris, (5) siswa membaca antar baris, (6) siswa membaca di balik baris; tahap pascabaca (7) siswa membuktikan hipotesis, (8) siswa menulis kreatif (Abidin, 2012, hlm. 103) 4. Penerapan Metode Membaca Kritis dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Adapun langkah-langkah pembelajaran membaca kritis dalam pembelajaran di kelas V SD adalah sebagai berikut: a. Guru memperkenalkan teks bacaan kepada siswa. b. Guru mendemonstrasikan kemampuan membaca kritisnya dan memberikan generalisasi terhadap teks bacaan. c. Siswa menyusun hipotesis mengenai teks yang akan dibacanya. d. Siswa
melakukan
kegiatan
membaca,
yaitu
membaca
baris
untuk
mengumpulkan sejumlah fakta yang disajikan penulis, membaca antar baris untuk mengetahui maksud dan tujuan teks yang dibuat penulis, dan membaca dibalik baris untuk melakukan evaluasi terhadap teks bacaan, serta mencari beberapa kelemahan opini penulis. e. Siswa membuktikan hipotesis yang telah dibuat. f. Guru membagikan lembar essay kepada para siswa g. Siswa membuat ringkasan teks bacaan yang telah dibaca
22
E. Kerangka Berpikir Latar Belakang -membaca merupakan hal yang penting
Fakta -Kemampuan membaca pemahaman kelas V SD Cibenda 3 dan Cibenda 4 masih rendah
Tujuan
Penyebab
-Meningkatkan pemahaman isi atas isi bacaan dan mempertahankannya dalam waktu yang lama.
-Siswa kesulitan mengingat kembali teks yang telah dibacanya
Hasil yang Diharapkan -Siswa mampu menceritakan kembali teks yang dibacanya
Kerangka berpikir dalam penelitian ini berawal dari hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri 3 Cibenda, Kecamatan Parigi. Berdasarkan hasil pengamatan kemampuan membaca pemahaman siswa masih rendah. Ditinjau dari karakteristik permasalahan yang terdapat pada siswa ini adalah siswa kesulitan menemukan ide pokok paragraf, siswa kesulitan menentukan tema teks bacaan, dan siswa kesulitan dalam menceritakan kembali teks bacaan dengan benar. Dari permasalahan tersebut penulis mencoba menggunakan metode SQ3R dan metode membca kritis untuk mengatasi kekurangan-kekurangan siswa dalam membaca pemahaman. Metode SQ3R merupakan metode membaca pemahaman untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks bacaan, serta mempertahankannya dalam waktu yang lama, sedangkan membaca kritis adalah metode membaca pemahaman untuk mengetahui makna tersurat dan tersirat yang terkandung dalam teks bacaan. Berdasarkan permasalahan dan solusi di atas, terdapat keterkaitan dari permasalahan mengenai kurangnya kemapuan siswa dalam membaca pemahaman dan siswa kesulitan menemukan ide pokok paragraf, dengan solusi berupa metode SQ3R dan metode membaca kritsi. pembelajaran SQ3R diawali dengan siswa melakukan survey terhadap teks yang akan dibaca, baik dari paragraf pertama,
paragraf terakhir, maupun gambar yang terdapat pada teks (jika ada), kemudian dilanjutkan dengan membuat pertanyaan sendiri agar kegiatan membaca siswa lebih terarah. Pada metode membaca kritis, pembelajaran diawali dengan siswa membuat hipotesis berdasarkan wacana yang dikenalkan guru, kemudian siswa melakukan kegiatan membaca baris, membaca antar baris, dan membaca di balik baris untuk memahami pesan tersurat dan tersirat dalam teks bacaan. Selanjutnya siswa membuktikan hipotesis dan siswa menceritakan kembali teks dalam bentuk tulisan. Untuk itu peneliti akan membandingkan metode manakah yang baik dan cocok digunakan di SD yang akan diteliti. F. Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya: Penelitian yang ditulis oleh Ilar Gumilar dengan judul penelitan, yaitu “Strategi SQ3R untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Cijember Babakan Losan Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur”. Beliau mengemukakan bahwa Strategi SQ3R dapat meningkatkan minat membaca siswa dan meningkatkan tingkat pemahamannya. Penelitian yang ditulis Ila Hayati dengan judul penelitian, yaitu “ Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman di Kelas V SDN Cileunyi 3 Kabupaten Bandung. Beliau mengemukakan bahwa metode SQ3R berhasil meningkatkan kualitas membaca anak serta pemahamannya. Penelitian yang ditulis oleh Rohmatul Jannah dengan judul penelitian “ Hubungan Kemampuan Membaca Kritis dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa kelas IV SDN Pluit Pagi Jakarta Utara”. Beliau mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan membaca kritis dengan hasil belajar IPS siswa. G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pemaparan sebelumnya, perumusan hipotesis penelitian yang dirumuskan dalam penelitan ini adalah terdapat perbedaan kemampuan membaca
24
pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode Membaca Kritis. Hipotesis selengkapnya sebagai berikut: HO:
tidak terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode Membaca Kritis.
HA:
terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode Membaca Kritis.
Bentuk hipotesis statistiknya sebagai berikut: 1) HO : µ1 = µ2 2) HA : µ1 ≠ µ2 Kriteria pengambilan keputusan berdasarkan signifikansi yaitu: 1) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka HO diterima. 2) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka HO ditolak.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang peneliti pilih adalah metode penelitian kuasi eksperimental atau quasi eksperimental design. Karena peneliti kesulitan dalam menentukan kelas eksperimen dan kontrol secara random, sehingga pada penelitian ini, sampel yang digunakan tidak diperoleh melalui teknik sampling random (random assignment). Abidin (2011, hlm. 120) mengemukakan bahwa “Penelitian kuasi eksperimental melibatkan dua kelompok sampel, yang satu sebagai kelompok control dan yang satu sebagai kelompok eksperimen. Perbedaanya dengan eksperimen kuat adalah bahwa dalam penelitian kuasi eksperimen tidak digunakan sampling random (random assignment).” Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan jenis pretest-posttest design. Desain tersebut dipilih agar dapat mengetahui kemampuan siswa sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan. Desain ini memberikan tes sebelum dan sesudah treatment atau pemberian perlakuan pada suatu kelompok. Perlakuan diberikan kepada siswa setelah masing-masing kelas diberi pretest kemudian pada kelas eksperimen dan kontrol diberikan perlakuan. Pada tahap akhir kelas tersebut di tes kembali dan hasilnya dibandingkan. Desain pretespostes yang peneliti lakukan menurut (Abidin, 2011 hlm.121) adalah sebagai berikut. Kelas Eksperimen
01
X1
02
Kelas Kontrol
03
X2
04
Keterangan : 01
: uji pretes pada kelompok eksperimen
02
: uji postes pada kelompok eksperimen
03
: uji pretes pada kelompok kontrol
04
: uji postes pada kelompok kontrol
X1 X2
: perlakuan pada kelompok eksperimen dengan menggunakan metode membaca SQ3R : perlakuan pada kelompok kontrol dengan menggunakan metode membaca kritis
25
26
Pada penelitian ini terdapat dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum memberikan perlakuan (treatment), peneliti terlebih dahulu melakukan pretest. Hal ini dilakukan supaya peneliti mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan treatment. Setelah melakukan pretest barulah tiap kelas mendapatkan treatment. Perlakuan yang peneliti berikan pada Kelas eksperimen berupa pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode SQ3R, sedangkan perlakuan pada kelas kontrol berupa pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode membaca kritis. Setelah kedua kelas tersebut mendapatkan perlakuan, selanjutnya kedua kelas tersebut diberikan uji akhir berupa postes kemudian hasilnya dibandingkan. B. Populasi dan Sampel Populasi adalah segala hal yang memiliki karakteristik tertentu yang dijadikan objek penelitian untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Seperti yang diungkapkan oleh Abidin (2011, hlm. 102), “Populasi merupakan seluruh elemen, atau unit analisis yang memiliki karakteristik tertentu yang dijadikan objek penelitian”. Sedangkan sampel adalah bagian yang dimiliki dari populasi baik jumlah maupun karakteristik yang dimiliki populasi. Dalam penelitian apabila populasinya besar tidak semua populasi dijadikan sampel penelitian, karena adanya keterbatasan dari peneliti, seperi waktu, tenaga, dan modal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 SD Kec. Parigi Pangandaran tahun ajaran 2014/2015. Adapun sampel yang dijadikan penelitian adalah siswa kelas 5 SD N Cibenda 3 dan siswa kelas 5 SD N Cibenda 4 dengan jumlah siswa setiap sekolah adalah 15 orang dan 20 orang. C. Definisi Operasional Definisi Operasional pada penelitian ini adalah pengertian dari kemampuan membaca pemahaman, metode SQ3R, dan metode Membaca Kritis. Kemampuan membaca pemahaman pada penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk mengetahui garis besar bahan bacaan, membuat pertanyaan mengenai bahan bacaan, dan membuat ringkasan sesuai bacaan dengan bahasa sendiri. Kemampuan membaca pemahaman diukur berdasarkan indikator (1) Ketepatan
siswa dalam mengetahui garis besar bacaan, (2) Ketepatan siswa dalam menyusun pertanyaan bacaan, (3) kerapihan tulisan, (4) kesesuaian menyusun ringkasan materi. Kemampuan tersebut diukur dengan menggunakan skoring rubric dengan rentang 1 sampai 4. Metode SQ3R dalam penelitian ini adalah suatu metode membaca pemahaman yang terdiri dari tahap prabaca, membaca, dan pascabaca. Tahapan prabaca terdiri dari survey dan question. Pada tahap ini siswa melakukan survey terhadap bacaan yang akan dibaca, siswa menyusun pertanyaan berdasarkan hasil survey. Pada tahap membaca siswa membaca (read) teks secara intensif dan membaca teks secara fleksibel. Pada tahap pascabaca siswa menyusun ringkasan isi bacaan (recite), dan melihat kembali bahan bacaan serta membandingkan hasil tulisan dengan bacaan yang sebenarnya (review). Sedangkan metode Membaca Kritis adalah metode membaca pemahaman yang terdiri dari prabaca, membaca, dan pascabaca. Tahapan prabaca terdiri dari t guru mempersiapkan bahan bacaan dan memperkenalkan kepada para siswa, guru mendemonstrasikan kemampuannya membaca kritis dengan memberikan generalisasi terhadap isi bacaan, dan siswa menyusun hipotesis terhadap wacana yang diperkenalkan guru. Pada tahap membaca, siswa membaca baris untuk mengumpulkan sejumlah fakta yang disajikan penulis. Pada tahap membaca antar baris siswa harus mampu merumuskan apa yang dimaksud penulis dalam teks yang ditulisnya. Pada tahap membaca dibalik baris siswa mencoba memberikan evaluasi atas ide penulis dan mencari beberapa kelemahan opini penulis. Pada tahap terakhir yaitu tahap pascabaca siswa membuktikan hipotesis kemudian siswa membuat ringkasan teks yang telah dibacanya. D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan instrument respons produk. Instrumen tersebut merupakan instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data berdasarkan produk yang dihasilkan oleh siswa. Abidin (2011, hlm. 91) mengatakan bahwa “ Instrumen respons produk adalah instrument yang digunakan untuk menjaring data berupa penilaian yang dihasilkan siswa setelah selesai sebuah proses tertentu”. Penggunaan intrumen ini sebagai alat pengumpul data cenderung lebih mudah
28
dibandingkan dengan instrument peforma dan proses. Peneliti tinggal melakukan pengamatan secara teliti pada produk yang dihasilkan siswa yang akan dinilai dengan skoring rubrik yang telah disediakan. Produk yang dihasilkan siswa berupa tulisan, maka format yang dibutuhkan dalam menyusun instrument penilaian tersebut adalah format penilaian untuk menilai hasil tulisan. Respon produk
yang dihasilkan siswa dinilai dengan menggunakan acuan penilaian
skoring rubrik dengan penjabaran sebagai berikut. Tabel 3.1 Format Penilaian Menceritakan Kembali Isi Bacaan No
Nama
Total Isi
Organisasi
Bahasa
Tulisan
Teknik
Nilai
Skor
Penulisan
1 2 3
Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Isi Tulisan Sub Indikator 1. Logis dan lengkap
Deskriptor
Skor
Isi tulisan sesuai dengan teks bacaan dan
4
lengkap 2. Logis dan kurang lengkap
Isi tulisan sesuai dengan teks bacaan namun
3
ada 1-3 ide pokok paragraf yang terlewewat
3. Kurang logis dan
Terdapat beberapa kalimat yang tidak ada
kurang lengkap
hubungannya dengan teks bacaan dan ada
2
1-5 ide pokok paragraf yang terlewat
4. Kurang logis dan
Terdapat beberapa kalimat yang tidak ada
tidak lengkap
hubungannya dengan teks bacaan dan ada lebih dari 5 ide pokok paragraf yang terlewat
1
Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Organisasi Tulisan Sub Indikator
Deskriptor
1. Kohesi dan koheren
Skor
- Isi tulisan sudah serasi antar unsur yang 4 satu dengan yang lain - Isi tulisan memiliki keterkaitan
2. Kohesi dan cukup koheren
- Isi tulisan sudah serasi antar unsur yang 3 satu dengan yang lain - Ada 1-2 kalimat yang tidak ada kaitannya dengan isi bacaan
3. Cukup kohesi dan cukup koheren
- Terdapat beberapa isi tulisan yang
2
kurang serasi antar unsur yang satu dengan yang lainnya
4. Kurang kohesi dan kurang koheren
- Terdapat banyak isi tulisan yang
1
kurang serasi natar unsur yang satu dengan yang lainnya
Tabel 3.4 Rubrik Peniaian Bahasa Tulisan Sub Indikator
Deskriptor
Skor
Kalimat baku dan kata
Tulisan menggunakan kalimat baku dan
4
baku
kata baku sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
Kalimat baku dan kata
Tulisan menggunakan kalimat baku,
kurang baku
namun terdapat 3-5 kata yang tidak baku
Kalimat dan kata
Terdapat beberapa kalimat kurang baku
kurang baku
dan terdapat 3-5 kata yang tidak baku
Kalimat dan kata tidak
Terdapat lebih dari 4 kalimat tidak baku
baku
dan terdapat lebih dari 5 kata yang tidak baku
3
2
1
30
Tabel 3.5 Rubrik Penilaian Teknik Penulisan Sub Indikator
Deskriptor
Skor
Sesuai EYD dan rapi
- Tulisan sesuai dengan EYD
4
- Tidak terdapat coretan - Rapi Sesuai EYD, tapi
- Tulisan sesuai dengan EYD
kurang rapi
- Terdapat beberapa coretan
3
- Kurang rapi Kurang sesuai EYD dan tidak rapi
- Terdapat beberapa kesalahan dalam
2
penulisan huruf kapital dan penulisan tanda baca - Terdapat banyak coretan - Kurang rapi
Tidak sesuai EYD dan tidak rapi
- Terdapat banyak kesalahan dalam
1
penulisan huruf kapital dan penulisan tanda baca - Tidak rapi
Pedoman Penilaian akan di uji validitasnya dengan menggunakan validitas konstruk dan isi. Pengujian validitas akan dilakukan melalui tekhnik penimbangan dalam pengujian ini yang menjadi penimbang pedoman penilaian adalah pakar dalam bidang yang penulis teliti sebanyak dua orang pakar yaitu : Dr. Yunus Abidin, M.Pd dan Dr. Kurniawati, S.Pd. M.Pd. Berdasarkan hasil penimbangan pakar, instrumen akan diperbaiki, setelah itu digunakan dalam proses pengumpulan data. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes, tes dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Tes yang diberikan adalah tes tulis, yang berupa menceritakan kembali apa yang telah dibaca melalui tulisan. Tes akan diberikan sebanyak dua kali, yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes yang pertama atau pretest
untuk mengetahui hasil awal kemampuan menceritakan kembali teks bacaan sebelum menggunakan metode SQ3R dan sebelum menggunakan metode membaca kritis. Kemudian pemberian tes akhir atau posttest untuk mengetahui hasil akhir kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dan metode membaca kritis. Hasil dari tes tersebut, akan digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelompok yang menggunakan metode SQ3R dan Metode Membaca Kritis. F. Teknik Analisis Data Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis untuk mengetahui perbedaan rata-rata nilai yang diperoleh. Selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rerata pada hasil pretes dan posttes di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum uji perbedaan dua rerata, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat pengujian dua rerata yakni dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak dan varian dari dua kelompok homogen atau tidak. Kemudian nilai pretes dan postes dihitung dengan uji perbedaan dua rerata untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan dari dua kelas tersebut. Dalam pengolahan data kuantitatif ini peneliti menggunakan statistika inferensial. Dalam perhitungan tersebut, peneliti menggunakan bantuan aplikasi komputer yaitu SPSS 17.0 for Windows. Adapun cara penjabarannya adalah sebagai berikut 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data yang diperoleh peneliti ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Data yang diuji, yaitu nilai pretes kelas eksperimen, nilai pretes kelas kontrol, nilai postes kelas eksperimen dan nilai postes kelas kontrol. Dalam penghitungan untuk mencari normalitas terdapat tiga cara, yaitu dengan uji chi kuadrat, uji liliefors, dan kolmogorov-smirnov. (Sulistyo, 2010, hlm. 50) Pada penelitian ini, untuk mencari nilai normalitas, peneliti menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Susetyo (2010, hlm. 147) mengemukakan uji kolmogorov-smirnov dengan menggunakan harga skor baku dihitung dengan rumus:
32
z=X- X s dimana: z = skor baku X= jumlah skor siswa X = rata-rata
s = simpangan baku Dalam pengujian normalitas ini, peneliti menggunakan bantuan SPSS17.0 for Windows. Dengan pengambilan keputusannya, jika nilai signifikansi yang diperoleh pada uji kolmogorov-smirnov lebih besar atau sama dengan nilai taraf signifikansi 5% (α = 0,05) maka data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sebaliknya bila nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari nilai taraf signifikansi (α = 0,05) maka data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal, maka statistik yang digunakan adalah statistik parametrik. Kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas. Namun, apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka tidak dilanjutkan dengan uji homogenitas melainkan uji non parametrik. (Sugiyono, 2014, hlm. 79) Adapun langkah-langkah penggunaan program aplikasi SPSS adalah sebagai berikut: 1) Bukalah software SPSS 17.0 pada computer 2) Masukan data yang akan diujikan 3) Buka menu Analyze klik Descriptive Statistics klik Explorer 4) Klik variabel nilai ke dalam dependent list dan variabel kelas ke dalam factor list 5) Pada jendela explorer, klik Plots dan klik Normality plot with test, kemudian klik continue 6) Selanjutnya klik ok dan lihat bagian dari Test of Normality (Sulistyo, 2010, hlm. 51)
2. Uji Homogenitas Pada pengujian homogenitas dilakukan untuk melihat homogen atau tidaknya data pretes dan postes yang diperoleh oleh peneliti. Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan menggunakan cara uji Fmaks. (Levene’s test). Adapun rumus uji Fmaks. (Susetyo, 2010 hlm. 160) adalah: F =
S21 S22
Keterangan: F= taraf signifikan homogenitas 𝑆21 = varian besar 𝑆22 = varian keci Untuk mempermudah perhitungannya peneliti menggunakan aplikasi SPSS 17.0. Berdasarkan hasil dari Test of Homogenity of variance yang mejadi acuan untuk memutuskan data tersebut bersifat homogen atau tidak, dapat dilihat dari signifikansi pada Levene Test. Data dinyatakan homogen jika taraf signifikansi yang diperoleh lebih besar dari taraf signifikansi 0,05(5%), sedangkan data dinyatakan tidak homogen jika taraf signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%). Jika data berdistribusi homogen, maka dilanjutkan ke uji t. sedangkan apabila tidak homogen, maka dilakukan uji t’. 3. Uji Perbedaan Dua Rerata Uji perbedaan dua rerata digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rerata secara signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika data tersebut berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji parametric dengan menggunakan rumus uji t dua sampel independen (Independent-Sample T-Test). Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji non parametric dengan uji Mann-Whitney jika data berasal dari dua sampel independen dari satu atau dua buah populasi. Adapun menurut Sugiyono (2014, hlm. 138) perhitungan uji t menggunakan harga t hitung degan rumus:
34
Separated Varians: 𝑡=
x1 − x2 𝑠2 𝑠2 √ 1+ 2 𝑛1 𝑛2
Polled Varians: ( x 1 − x 2)
𝑡=
(𝑛1 − 𝑛2 )𝑠21 + (𝑛1 − 1)𝑠22 1 1 [ + ] 𝑛1 𝑛2 𝑑𝑥
𝑑√
Keterangan:
x 1 = rerata nilai pada kelompok eksperimen
x 2 = rerata nilai pada kelompok kontrol n1 = banyak siswa kelompok eksperimen n2 = banyak siswa kelompok kontrol s1 = simpangan baku pada kelas eksperimen s2 = simpangan baku pada kelas kontrol Terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih rumus t-test yaitu; a) Apakah dua rata-rata itu berasal dari dua sampel yang jumlahnya sama atau tidak b) Apakah varians data dari dua sampel itu homogen atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan uji t untuk memutuskan terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak dilihat dari nilai t hitung. Jika nilai thitung kurang dari ttabel, maka tidak terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selain kondisi tersebut berarti terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk mempermudah pengoperasiannya peneliti menggunakan bantuan aplikasi SPSS 17.0. Dalam penggunaannya terdapat langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pilih menu Analyze, klik Compare Means, klik Independent Sample T-Test 2) Pindahkan variabel nilai kemudian masukan ke dalam kolom Test Variable
3) Pindahkan variabel kelas ke dalam kolom Grouping Variable 4) Klik Define Group. Isikan 1 untuk kolom grup eksperimen dan 2 untuk grup kontrol 5) Klik continue 6) Klik option pada Confidence Interval isi dengan 95% 7) Klik continue, kemudian klik ok dan lihat hasil dari uji t. Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji perbedaan dua rerata dengan uji non parametrik tipe Mann-Whitney. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung U: 𝑛1 (𝑛1 + 1) − 𝑅1 2 𝑛2 (𝑛2 + 1) 𝑈 = 𝑛1 𝑛2 + − 𝑅2 2
𝑈 = 𝑛1 𝑛2 +
Keterangan: n1 = jumlah sampel 1 n2 = jumlah sampel 2 U1 = jumlah peringkat 1 U2 = jumlah peringkat 2 R1 = jumlah rangking dengan ukuran sampel n1 R2 = jumlah rangking dengan ukuran sampel n2 Dalam mengoperasikan perhitungannya, peneliti menggunakan aplikasi SPSS 17.0. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menjalankan SPSS adalah sebagai berikut: 1) Bukalah aplikasi SPSS 17.0 pada komputer 2) Input data yang akan diujikan 3) Pilih menu Analyze klik Nonparametric Test, klik 2 Independent Sample, kemudian akan muncul kotak Two Independent Sample Test 4) Pindahkan varibel nilai kemudian masukan ke dalam kolom Test Variable 5) Pindahkan variabel kelas ke dalam kolom Grouping Variable 6) Klik Define Group. Isikan 1 untuk kolom grup 1 eksperimen dan 2 untuk grup 2 kontrol. 7) Klik Mann-Whitney U, kemudian klik ok
36
8) Klik continue dan lihat hasil dari uji Mann-Whitney (Priyatno, 2009, hlm. 193) Hasilnya akan muncul pada kotak dialog Test Statistic. Untuk melihat apakah hasilnya terdapat perbedaan atau tidak, dapat dilihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,05, maka tidak terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Apabila nilai signifikansinya kurang dari 0,05, maka terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 4. Uji Gain Ternormalisasi Uji gain ternormalisasi dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan hasil belajar siswa. Uji gain dilakukan dengan cara membandingkan skor postes dengan skor pretes dengan kategori tertentu. Adapun rumus dan kriteria gain ternormalisasi sebagai berikut. Gain ternormalisasi = skor postes-skor pretes___ skor maksimal-skor pretes Tabel 3.6 Interval Siginifikansi Uji Gain Ternormalisasi Interval
Interpretasi
x ≤ 0,3
Rendah
0,3 < x ≤ 0,7
Sedang
x >0,7
Tinggi
(Lestari, 2011: 51)
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian Berdasarkan kegiatan penelitian kuasi eksperimental yang telah peneliti laksanakan, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan. Tahap pertama pemberian tes awal (pretes), untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam membaca pemahaman sebelum diberikan perlakuan (treatment). Tes ini diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada tahap kedua masing-masing kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) diberikan treatment dengan empat kali pembelajaran. Kelas ekperimen diberikan perlakuan (treatment) berupa metode membaca SQ3R, sedangkan untuk kelas kontrol diberikan treatment berupa metode membaca kritis. Pada tahap ketiga kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan tes akhir (postes). Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa selama diberikan perlakuan (treatment) yang berbeda. Selanjutnya dari hasil pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kontrol, peneliti mengolah data untuk mencari nilai rata-rata dari kedua kelas (kelas eksperimen dan kontrol). Hasil dari data tersebut selanjutnya akan diolah kembali oleh peneliti dengan menggunakan bantuan software SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 17.0 for windows dan software Microsoft Office Excel untuk mengetahui perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Kegiatan awal pada pembelajaran di kelas eksperimen ini dimulai dengan mengkondisikan siswa pada situasi belajar yang kondusif. Siswa diajak untuk merapikan tempat duduk, memeriksa kolong bangku apabila terdapat sampah, dan berdoa sebelum belajar. Hal ini dilakukan agar siswa dapat belajar dengan tertib dan nyaman. Selanjutnya guru mengucapkan salam kepada para siswa, melakukan absensi siswa, dan menanyakan kabar siswa. Untuk menambah semangat siswa guru melakukan apersepsi dengan menceritakan beberapa objek wisata yang terdapat di kabupaten Pangandaran. Siswa pun bersemangat menyimak apa yang disampaikan oleh guru, dan siswa juga ikut bersemangat menceritakan objek wisata yang pernah mereka kunjungi. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
37
38
yaitu siswa dapat menceritakan kembali teks yang dibacanya dengan tulisan yang baik dan benar. Pada kegiatan inti pembelajaran, kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan metode yang akan diberikan oleh peneliti, yaitu metode SQ3R. Pada tahap pertama atau tahap prabaca, guru membagikan teks pada masing-masing siswa untuk diamati. Pada tahap ini siswa melakukan survey terhadap teks yang akan dibacanya. Saat melakukan survey siswa mengamati judul bacaan, paragraf pertama, paragraf terakhir, dan gambar (jika ada). Guru memberikan waktu 10 menit untuk melakukan survey teks yang akan dibaca. Setelah survey selesai dilakukan, selanjutnya siswa membuat pertanyaan mengenai apa yang ingin diketahui siswa dari teks yang akan dibacanya. Hal ini dilakukan agar pada tahap membaca nanti, proses membaca siswa lebih terarah. Pada tahap selanjutnya yaitu tahap membaca, siswa mulai membaca teks secara intensif guna mendapatkan informasi yang diinginkan. Pada tahap ini siswa akan dilatih membaca fleksibel. Membaca fleksibel dilakukan agar siswa dapat menyesuaikan cepat lambatnya membaca sesuai dengan informasi yang ingin siswa peroleh. Pada tahap akhir atau pascabaca, siswa membuat ringkasan cerita (recite) dari teks yang telah dibacanya. Siswa membuat ringkasan berdasarkan teks bacaan yang telah dibaca. Ringkasan yang telah dibuat oleh siswa diperiksa dan disamakan, apakah terdapat perbedaan atau ketidak sesuaian dengan teks bacaan. Pada tahap ini guru memberikan penelaian pada siswa. Setelah memberikan penilaian siswa melakukan review terhadap ringkasan yang dibuat dan memperbaiki ringkasannya. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Kegiatan awal pada pembelajaran di kelas kontrol ini dimulai dengan mengkondisikan siswa pada situasi belajar yang kondusif. Siswa diajak untuk merapikan tempat duduk, memeriksa kolong bangku apabila terdapat sampah, dan berdoa sebelum belajar. Hal ini dilakukan agar siswa dapat belajar dengan tertib dan nyaman. Selanjutnya guru mengucapkan salam kepada para siswa, melakukan absensi siswa, dan menanyakan kabar siswa. Untuk menambah semangat siswa guru melakukan apersepsi dengan menceritakan beberapa objek wisata yang
terdapat di kabupaten Pangandaran. Siswa pun bersemangat menyimak apa yang disampaikan oleh guru, dan siswa juga ikut bersemangat menceritakan objek wisata yang pernah mereka kunjungi. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menceritakan kembali teks yang dibacanya dengan tulisan yang baik dan benar. Pada kegiatan inti pembelajaran, pembelajaran dilakukan sesuai dengan metode yang akan diujikan oleh peneliti, yaitu metode membaca kritis yang terdiri dari tahap prabaca, tahap membaca dan tahap pascabaca. Pada tahap prabaca, guru mempersiapkan wacana yang akan dibaca oleh siswa. Guru memperkenal wacana yang akan dibaca oleh siswa secara sepintas. Kemudian guru mendemonstrasikan kemampuan membaca kritis. Pada tahap ini guru memilih wacana pendek dalam melakukan kegiatan membaca kritis. Selanjutnya guru membacakan hasil generalisasi dan interpretasinya terhadap isi bacaan serta mengemukakan kelemahan-kelemahan yang terkandung dalam wacana tersebut. Pada tahap prabaca selanjutnya, siswa disarankan membuat hipotesis mengenai bacaan yang telah diperkenalkan oleh guru. Hipotesis yang dibuat siswa diharapkan dapat digunakan sebagai panduan dan tujuan siswa dalam membaca. Pada tahap kedua yaitu tahap membaca, siswa melakukan kegiatan membaca yang terdiri dari membaca baris, membaca antarbaris dan membaca di balik baris. Pada kegiatan membaca baris, siswa membaca dengan teknik membaca dalam hati. Hal ini dilakukan agar siswa dapat memahami isi bacaan melalui sejumlah fakta yang disajikan penulis. Pada tahap ini siswa harus mampu membedakan antara fakta dan opini penulis. Berlanjut ke tahap membaca berikutnya yaitu membaca antar baris. Membaca antarbaris dilakukan untuk menemukan maksud dan tujuan yang dimiliki penulis berdasarkan fakta dan opini yang ditemukan siswa. Pada tahap akhir membaca yaitu membaca di balik baris, siswa mempertimbangkan fakta dan opini yang disajikan penulis. Pembaca mencoba mencari beberapa kelemahan opini yang dikemukakan oleh penulis berdasarkan fakta yang telah dialaminya. Selanjutnya siwa membuat generalisasi dan interpretasi atas isi bacaan dan diakhiri dengan memberikan evaluasi atas ide penulis.
40
Pada tahap terakhir membaca kritis yaitu tahap pascabaca, siswa membuktikan hipotesis dengan membandingkan
hipotesis yang disusunnya
dengan generalisasi, interpretasi, dan evaluasi yang dihasilkannya setelah selesai proses membaca. Setelah itu siswa membuat ringkasan berdasarkan teks yang telah dibaca. 3. Deskripsi Analisis Data Data penelitian yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa berupa menceritakan kembali (ringkasan) teks bacaan. Data ini merupakan hasil dari skor tulisan yang dibuat siswa yang dinilai melalui skoring rubrik. Pada analisis data ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN Cibenda 3 dan SDN Cibenda 4. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif nilai pretes dan postes yang akan peneliti olah melalui bantuan program software SPSS 17.0 for windows. Data pretes dan postes yang telah diperoleh peneliti adalah sebagai berikut: a. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Peneliti memperoleh data pretes yang dilakukan pada tanggal 16 Mei pada jam pertama. Pretes ini dilaksanakan di SDN Cibenda 3 yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang. Pada kelas kontrol pretes dilaksanakan pada tanggal 18 Mei di SDN Cibenda 4 dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang. Adapun nilai statistik pretes yang peneliti peroleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut. Tabel 4.1 Nilai Statistik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Descriptive Statistics
Skor Pretes Pretes
N
Minimum Maximum
Sum
Mean
Std. Deviation
Variance
15
38
75
729
48.60
12.240
149.829
20
31
75
1013
50.65
14.872
221.187
eksperimen Pretes kontrol
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata pretes kelas eksperimen dengan jumlah murid 15 orang sebesar 48,60 dengan nilai terendah 38 dan nilai tertinggi 75, sedangkan rata-rata nilai pretes kelas kontrol dengan jumlah murid 20 orang sebesar 50,65 dengan nilai terendah 31 dan nilai tertinggi 75. Rata-rata nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki selisih 2,05. 1) Skor Pretes Kelas Eksperimen Pada hasil pretes kelas eksperimen nilai tertinggi yang diperoleh adalah 75 dan nilai terendah adalah 38. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen adalah 48,6 dengan simpangan baku (standar deviasi) 12,240 dan variansinya 149,829. Adapun untuk memudahkan analisis data, peneliti telah menyajikan data dalam bentuk tabel frekuensi sebagai berikut. Tabel 4.2 Frekuensi Skor Pretes Kelas Eksperimen Pretes eksperimen
Skor Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
38
6
40.0
40.0
40.0
44
2
13.3
13.3
53.3
50
3
20.0
20.0
73.3
56
1
6.7
6.7
80.0
63
1
6.7
6.7
86.7
69
1
6.7
6.7
93.3
75
1
6.7
6.7
100.0
15
100.0
100.0
Total
Dalam tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mendapatkan nilai terendah sebanyak 6 orang dengan persentase sebesar 40% dari total siswa yang berjumlah 15 orang, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi hanya 1 orang dengan persentase sebesar 6,7%. Peneliti juga menyajikan skor pretes dalam bentuk histogram sebagai berikut.
42
Gambar 4.1 Histogram Frekuensi Skor Pretes Kelas Ekperimen 2) Skor Pretes Kelas Kontrol Pada hasil pretes kelas kontrol nilai tertinggi yang diperoleh adalah 75 dan nilai terendah adalah 31. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas kontrol adalah 50,65 dengan simpangan baku (standar deviasi) 14,872 dan variansinya 221,187. Adapun untuk memudahkan analisis data, peneliti telah menyajikan data dalam bentuk tabel frekuensi sebagai berikut.
Tabel 4.3 Frekuensi Skor Pretes Kelas Kontrol Pretes kontrol
Skor Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
31
5
25.0
25.0
25.0
38
1
5.0
5.0
30.0
44
1
5.0
5.0
35.0
50
4
20.0
20.0
55.0
56
3
15.0
15.0
70.0
63
3
15.0
15.0
85.0
69
1
5.0
5.0
90.0
75
2
10.0
10.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
Dalam tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mendapatkan nilai terendah sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar 25% dari total siswa yang berjumlah 20 orang, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi hanya 2 orang dengan persentase sebesar 10%. Peneliti juga menyajikan skor pretes dalam bentuk diagram histogram sebagai berikut.
Gambar 4.2 Histogram Frekuensi Skor Pretes Kelas Kontrol
44
3) Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji normalitas merupakan uji statistik yang bertujuan untuk membuktikan apakah sampel berasal dari data yang berdistribusi normal atau tidak. Data yang akan diujikan adalah data hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apabila data berdistribusi normal maka uji statistik akan berlanjut ke uji homogenitas (parametrik), namun apabila sebaliknya atau salah satu data ada yang tidak berdistribusi normal akan dilakukan uji non parametric dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Uji normalitas untuk skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut. a) HO : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b) HA : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi
α = 5%. Artinya apabila
signifikansi kurang dari 0,05 maka HO ditolak. Apabila lebih besar dari 0,05 maka HO diterima. Berikut ini adalah tabel dari hasil uji normalitas pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova
Kelas
nilai pretes
Statistic
Df
Sig.
Eksperimen
.207
15
.084
Kontrol
.157
20
.200*
Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh bahwa nilai siginifikansi skor pretes kelas eksperimen adalah 0,084 dan kelas kontrol adalah 0,200. Berdasarkan hasil Pengambilan keputusan tolak Ho apabila signifikansi kurang dari 0,05, maka data tersebu menunjukan bahwa data berasal dari populasi yaang berdistribusi normal karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. 4) Uji Homogenitas Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Dalam melakukan uji homogenitas,
peneliti menggunakan uji tes statistik Levene dengan rumusan hipotesis sebagai berikut. HO : Tidak terdapat perbedaan variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol HA : Terdapat perbedaan variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Kriteri pengambilan keputusannya yaitu tolak Ho jika signifikansinya < dari 0,05, kemudian terima Ho jika signifikansinya > dari 0,05. Berikut ini hasil yang diperoleh peneliti dengan menggunakan Uji Levene’s test. Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic nilai pretes
df1
df2
Sig.
Based on Mean
.754
1
33
.392
Based on Median
.752
1
33
.392
Based on Median and with
.752
1
32.938
.392
.759
1
33
.390
adjusted df Based on trimmed mean
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diperoleh bahwa nilai signifikansi variansinya adalah 0,392. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan tolak Ho apabila siginifikansi variansi kurang dari 0,05, maka hal ini menunjukan bahwa variansi pada kelompok eksperimen dan kontrol adalah sama (homogen), sehingga peneliti akan melakukan uji perbedaan dua rerata dengan menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji t-test untuk dua sampel independen. 5) Uji Perbedaan Dua Rerata Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dalam menggunakan uji perbedaan dua rerata ini, peneliti menggunakan uji t-test sampel independen berdsarkan hasil statistik dari uji homogenitas yang telah dilakukan.
Sulistyo (2010, hlm 86) menjelaskan bahwa “Uji t-test ini
dilakukan jika data antara variabel yang satu tidak saling berkaitan/independen”. Dalam uji parametrik t-test pasangan hipotesisnya adalah sebagai berikut. HO:
tidak terdapat perbedaan kemampuan awal membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode Membaca Kritis.
HA: terdapat perbedaan kemampuan awal membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode Membaca Kritis.
46
Kriteria pengambilan keputusan adalah tolak HO apabila nilai signifikansi 2-tailed kurang dari 0,05 dengan asumsi bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji perbedaan dua rerata pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut. Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Sample Test Independent
Levene’s Test for
Sample Test
Equality of
t-test for Equality of Means
Variances F
Sig.
T
Df
Sig.
2 Mean
(tailed Equal Variances
.754
.392
-434
Difference
33
.667
-2.050
-447 32.661
.658
-2.050
Assumed Equal Variances not Assumed
Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh nilai signifikansi (sig.(2-tailed)) skor pretes siswa dengan asumsi bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal adalah 0,667. Dengan pengambilan keputusan tolak Ho apabila nilai signifikansi kurang dari 0.05, maka Ho diterima. Berdasarkan hasil (sig.(2-tailed)) pada Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal membaca pemahaman siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol. b. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Peneliti memperoleh data postes yang dilakukan pada tanggal 23 Mei pada jam pertama. Postes ini dilaksanakan di SDN Cibenda 3 yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang. Pada kelas kontrol pretes dilaksanakan pada tanggal 25 Mei di SDN Cibenda 4 dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang. Adapun nilai statistik postes yang peneliti peroleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Nilai Statistik Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Descriptive Statistics
Skor Postes
N
Postes
Minimum Maximum
Sum
Std.
Mean
Variance
Deviation
15
56
88
984
65.60
8.634
74.543
20
38
81
1228
61.40
12.037
144.884
eksperimen Postes kontrol
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil postes kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pretes kelas eksperimen dengan jumlah murid 15 orang sebesar 65,60, sedangkan rata-rata nilai kelas kontrol dengan jumlah murid 20 orang sebesar 61,40 dengan perbedaan rata-rata skor postes sebesar 4,20. Pada kelas eksperimen nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 56, sedangkan nilai terendah pada kelas kontrol adalah 38. 1) Skor Postes Kelas Eksperimen Pada hasil postes kelas eksperimen nilai tertinggi yang diperoleh adalah 88 dan nilai terendah adalah 56. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen adalah 65,60 dengan simpangan baku (standar deviasi) 8,634 dan variansinya 74,543 Adapun untuk memudahkan analisis data, peneliti telah menyajikan data dalam bentuk tabel frekuensi sebagai berikut. Tabel 4.8 Frekuensi Skor Potes Kelas Eksperimen Pretes eksperimen
Skor Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
56
4
26.7
26.7
26.7
63
4
26.7
26.7
53.3
69
5
33,3
33,3
86.7
75
1
6.7
6.7
93.3
88
1
6.7
6.7
100.0
15
100.0
100.0
100.0
Total
48
Dalam tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mendapatkan nilai terendah sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 26,7% dari total siswa yang berjumlah 15 orang, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi hanya 1 orang dengan persentase sebesar 6,7%. Peneliti juga menyajikan skor postes dalam bentuk histogram sebagai berikut.
Gambar 4.3 Histogram Frekuensi Skor Postes Kelas Eksperimen 2) Skor Postes Kelas Kontrol Pada hasil postes kelas kontrol nilai tertinggi yang diperoleh adalah 81 dan nilai terendah adalah 38. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas kontrol adalah 61,40 dengan simpangan baku (standar deviasi) 12.037 dan variansinya 144.884. Adapun untuk memudahkan analisis data, peneliti telah menyajikan data dalam bentuk tabel frekuensi sebagai berikut.
Tabel 4.9 Frekuensi Skor Postes Kelas Kontrol postes kontrol Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
38
1
5.0
5.0
5.0
44
1
5.0
5.0
10.0
50
4
20.0
20.0
30.0
56
2
10.0
10.0
40.0
63
5
25.0
25.0
65.0
69
3
15.0
15.0
80.0
75
2
10.0
10.0
90.0
81
2
10.0
10.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
Pada tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mendapatkan nilai terendah sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 5% dari total siswa yang berjumlah 20 orang, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi sebanyak 2 orang dengan persentase sebesar 10%. Peneliti juga menyajikan skor postes dalam bentuk histogram sebagai berikut.
Gambar 4.4 Histogram Frekuensi Skor Postes Kelas Kontrol
50
3) Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji normalitas merupakan uji statistik yang bertujuan untuk membuktikan apakah sampel berasal dari data yang berdistribusi normal atau tidak. Data yang akan diujikan adalah data hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apabila data berdistribusi normal maka uji statistik akan berlanjut ke uji homogenitas (parametrik), namun apabila sebaliknya atau salah satu data ada yang tidak berdistribusi normal akan dilakukan uji nonparametric dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Uji normalitas untuk skor postes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut. c) HO : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. d) HA : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi
α = 5%. Artinya apabila
signifikansi kurang dari 0,05 maka HO ditolak. Apabila lebih besar dari 0,05 maka HO diterima. Berikut ini adalah tabel dari hasil uji normalitas postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova
Kelas
nilai postes
Statistic
Df
Sig.
Eksperimen
.211
15
.071
Kontrol
.153
20
.200*
Berdasarkan tabel 4.10 di atas diperoleh bahwa nilai siginifikansi skor postes kelas eksperimen adalah 0,071 dan kelas kontrol adalah 0,200. Berdasarkan hasil Pengambilan keputusan tolak Ho apabila signifikansi kurang dari 0,05, maka data tersebut menunjukan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 4) Uji Homogenitas Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Dalam melakukan uji homogenitas,
peneliti menggunakan uji tes statistik Levene dengan rumusan hipotesis sebagai berikut. HO : Tidak terdapat perbedaan variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol HA : Terdapat perbedaan variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Kriteria pengambilan keputusannya yaitu tolak Ho jika signifikansinya < dari 0,05, kemudian terima Ho jika signifikansinya > dari 0,05. Berikut ini hasil yang diperoleh peneliti dengan menggunakan Uji Levene’s test. Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic nila postes
df1
df2
Sig.
Based on Mean
2.219
1
33
.146
Based on Median
1.623
1
33
.212
Based on Median and with
1.623
1
32.045
.212
2.168
1
33
.150
adjusted df Based on trimmed mean
Berdasarkan tabel 4.10 di atas diperoleh bahwa nilai signifikansi variansinya adalah 0,146. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan tolak Ho apabila siginifikansi variansi kurang dari 0,05, maka hal ini menunjukan bahwa variansi pada kelompok eksperimen dan kontrol adalah sama (homogen), sehingga peneliti akan melakukan uji perbedaan dua rerata dengan menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji t-test untuk dua sampel independen. 5) Uji Perbedaan Dua Rerata Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dalam menggunakan uji perbedaan dua rerata ini, peneliti menggunakan uji T-test sampel independen berdsarkan hasil statistik dari uji homogenitas yang telah dilakukan.
Sulistyo (2010, hlm 86) menjelaskan bahwa “Uji t-test ini
dilakukan jika data antara variabel yang satu tidak saling berkaitan/independen”. Dalam uji parametrik t-test pasangan hipotesisnya adalah sebagai berikut. HO:
tidak terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode Membaca Kritis.
HA:
terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode Membaca Kritis.
52
Kriteria pengambilan keputusan adalah tolak HO apabila nilai signifikansi 2-tailed kurang dari 0,05 dengan asumsi bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji perbedaan dua rerata pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut. Tabel 4.12 Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Sample Test Independent
Levene’s Test for
Sample Test
Equality of
t-test for Equality of Means
Variances F
Sig.
T
Df
Sig.
2 Mean
(tailed Equal Variances
2.219
.146
1.127
Difference
33
.268
4.133
1.181 32.966
.246
4.133
Assumed Equal Variances not Assumed
Berdasarkan Tabel 4.12 diperoleh nilai signifikansi (sig.(2-tailed)) skor postes siswa dengan asumsi bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal adalah 0,268. Dengan pengambilan keputusan tolak Ho apabila nilai signifikansi kurang dari 0.05, maka Ho diterima. Berdasarkan hasil (sig.(2-tailed)) pada Tabel 4.12 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol. c. Uji Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kontrol Uji gain ternormalisasi digunakan untuk mengetahui peningkatan atau perubahan hasil belajar siswa dengan dengan membandingkan selisih skor pretes dan postes. Adapun nilai yang diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol peneliti sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 4.13 Nilai Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Gain Eksperimen Nama Sampel Interval
Interpretasi
sampel A1
0.16
Rendah
sampel A2
0.00
Sedang
sampel A3
0.12
Rendah
sampel A4
0.36
Sedang
sampel A5
0.46
Sedang
sampel A6
0.00
Rendah
sampel A7
0.64
Rendah
sampel A8
0.19
Rendah
sampel A9
0.38
Rendah 0.16 0.29 Rendah Sedang 0.38 Rendah 0.29 Sedang 0.34 Sedang 0.40
sampel A10
0.52
sampel A2
0.26
sampel A3
0.55
sampel A4
0.12
sampel A5
0.40
sampel A6
0.50
sampel A7
0.30
sampel A8
0.29
sampel A9
0.00
sampel A10 sampel A12 sampel A13 sampel A14 sampel A15
Nama sampel Interval Interpretasi
Sedang
sampel A1
sampel A11
Gain Kontrol
sampel A11 sampel A12 sampel A13 sampel A14 sampel A15 sampel A16 sampel A17 sampel A18 sampel A19 sampel A20
Rata-rata
0.32
Sedang
Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang
Rendah -0.14 0.26 Rendah Rendah 0.00 Rendah 0.24 Rendah 0.11 Rendah 0.00 Rendah 0.30 Sedang 0.49 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 0.28 Rendah 0.19
Berdasarkan tabel 4.12 di atas diperoleh bahwa interval gain kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang adalah 0,32, sedangkan interval gain dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang adalah 0,19. Peningkatan hasil belajar siswa eksperimen dikategorikan sedang, sedangkan kelas kontrol peningkatan hasil belajarnya dikategorikan rendah.
54
B. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data yang telah peneliti lakukan terhadap kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen yang berjumlah 15 orang yaitu 48,60, sedangkan nilai rata-rata pretes kelas kontrol yang berjumlah 20 orang adalah 50,65. Pada kelas eksperimen nilai terendah dan tertinggi yang diperoleh adalah 38 dan 75. Pada kelas kontrol nilai terendah dan tertinggi yang diperoleh adalah 31 dan 75. Perbedaan rata-rata pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 2,05, namun hal tersebut tidak dapat diasumsikan bahwa kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki perbedaan. Untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidaknya, peneliti harus menguji melakukan uji statistika perbedaan dua rerata dengan taraf signifikansi α= 0,05. Sebelum melakukan uji perbedaan dua rerata, peneliti harus melakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal, maka akan berlanjut ke uji prasyarat berikutnya yaitu uji homogenitas, sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji perbedaan dua rerata MannWhitney. Dalam melakukan uji normalitas peneliti menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS 17.0. berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov nilai signifikansi pretes yang diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,084 dan 0,200. Berdasarkan hasil pengambilan keputusan tolak Ho apabila signifikansi kurang dari 0,05, maka data tersebut menunjukan
bahwa data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga peneliti melanjutkan uji statistika ke tahap berikutnya yaitu uji homogenitas. Dalam melakukan uji homogenitas peneliti menggunakan Uji Levene. Tujuan dilakukannya uji homogentas adalah untuk mengetahui apakah data memilik variansi yang sama atau tidak. Berdasarkan hasil uji homogenitas diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,392 dengan pengambilan keputusan tolak Ho apabila apabila signifikansi kurang dari 0,05, maka data tersebut memiliki
variansi yang sama (homogen). Dengan demikian peneliti melanjutkan melakukan uji perbedaan dua rerata menggunakan uji-t dua sampel independen. Uji perbedaan dua rerata pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan untuk mengetahui apakah kelas tersebut memiliki perbedaan kemampuan awal atau tidak. Pada uji-t dihasilkan signifikansi 0,667 dengan asumsi data berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama. Berdasarkan data tersebut bahwa 0,667 > 0,05 dengan pengambilan keputusan tolak Ho apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak terdapat perbedaan kemampuan awal membaca pemahaman kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah menganalisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol serta melakukan uji perbedaan dua rerata, peneliti melanjutkan penelitian dengan memberikan treatment terhadap kelas eksperimen berupa metode SQ3R dan kelas kontrol berupa metode membaca kritis. Pembelajaran yang dilakukan sebanyak empat kali pada masing-masing kelas. Berdasarkan hasil analisis data postes yang telah dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh nilai rata-rata postes kelas eksperimen yang berjumlah 15 orang yaitu 65,60, sedangkan nilai rata-rata postes kelas kontrol yang berjumlah 20 orang yaitu 61,40 dengan perbedaan rata-rata skor postes sebesar 4,20. Untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidaknya kemampuan membaca pemahaman kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti melakukan uji statistika perbedaan dua rerata. Pada uji-t dihasilkan signifikansi 0,268 dengan pengambilan keputusan tolak Ho apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05.
Berdasarkan nilai signifikansi yang diperoleh maka Ho diterima,
artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan metode membaca kritis. Tidak terdapatnya perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas eksperimen menggunakan metode SQ3R dengan siswa kelas kontrol menggunakan metode membaca kritis adalah karena kedua metode tersebut samasama tergolong metode baru yang diujikan di kelas yang dijadikan sampel penelitian. Apabila dilihat dari metode membaca pemahaman yang digunakan peneliti, yaitu metode membaca SQ3R dan metode membaca kritis memiliki tingkat kesukaran yang relatif sama. Pada kedua metode membaca tersebut siswa
56
dituntut untuk menguasai teknik membaca skimming. Seperti yang telah dikemukakan oleh Rahim (2009, hlm. 61) bahwa “skimming ialah membaca cepat untuk mengetahui isi umum atau bagian suatu bacaan”. Pada pembelajaran kelas eksperimen yang menggunakan metode SQ3R teknik skimming dilakukan untuk melakukan survey terhadap teks yang akan dibaca siswa (tahap prabaca), serta pada saat membaca (tahap membaca) untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang dibuat siswa. Menurut Abidin (2012, hlm 108) tahapan survei pada metode membaca SQ3R bertujuan untuk mengetahui gambaran luas isi bacaan dan struktur bacaan, serta memotivasi siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Apabila siswa kesulitan pada tahap survei, maka pada tahap selanjutnya yaitu tahap membaca siswa akan mengalami kesulitan pula. Seperti yang diungkapkan Harjasujana (1986, hlm. 4), “membaca bukanlah proses yang tunggal melainkan sintesis dari berbagai proses yang kemudian berakumulasi pada suatu perbuatan tunggal”. Pada pembelajaran kelas kontrol yang menggunakan metode membaca kritis teknik skimming dilakukan untuk mencari pokok dari suatu bacaan atau sejumlah fakta dan opini. Dalam hal ini siswa harus tahu terlebih dahulu perbedaan fakta dan opini agar siswa dapat mengetahui maksud dan tujuan penulis berdasarkan fakta dan opini yang dibuat penulis. (Abidin, 2012, hlm. 103) Pada kelas eksperimen nilai rata-rata postes siswa 65,60 lebih besar dari kelas kontrol yaitu 61,40. Hasil peningkatan rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terlalu besar mengingat rata-rata kemampuan awal membaca kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 48,60 dan 50,65. Dalam hal ini kemampuan awal membaca pemahaman siswa eksperimen dan kelas kontrol masih terbilang rendah apabila dilihat dari nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) bahasa Indonesia yaitu 65. Untuk lebih jelasnya, peneliti menyajikan diagram yang menunjukan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilihat berdasarkan hasil pretes-postes.
100 90 80 70 60 pretes
50
postes
40 30 20 10 0 eksperimen
kontrol
Gambar 4.5 Diagram Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan diagram di atas dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan siswa yang menggunakan metode membaca kritis. Dilihat dari perbedaan nilai pretes dan nilai postes, peningkatan kemampuan membaca pemahaman kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kemampuan membaca pemahaman di kelas kontrol. Untuk memperjelas asumsi di atas, peneliti menampilkan tabel hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilihat dari hasil pretes dan postes sebagai berikut.
58
Tabel 4.14 Nilai Statistik Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Descriptive Statistic N
Min
Max
Sum
Mean
Std.
Variance
Deviation Pretes Eksperimen
15
38
75
729
48.60
12.240
149.829
20
31
75
1013
50.65
14.872
221.187
15
56
88
984
65.60
8.634
74.543
20
38
81
1228
61.40
12.037
144.884
Pretes Kontrol Postes Eksperimen Postes Kontrol
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, peningkatan skor rata-rata kelas eksperimen sebesar 17 (65,60-48,60) sedangkan kelas kontrol 10, 75 (61,4050,65). Kriteria peningkatan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat terlihat dari hasil perhitungan gain ternormalisasi. Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen adalah 0,32 (sedang), sedangkan peningkatan hasil belajar pada kelas kontrol adalah 0,19 (rendah). Pada kelas eksperimen dengan pembelajaran membaca pemahaman yang menggunakan metode SQ3R mendapat peningkatan hasil belajar yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan belajar kelas kontrol yang menggunakan metode membaca kritis. Hal ini terjadi karena siswa yang menggunakan metode SQ3R lebih terarah dengan adanya tahap survei untuk mengetahui gambaran luas isi bacaan, tahap bertanya (question) dengan membuat pertanyaan agar siswa lebih terarah serta tahap melihat kembali (review) untuk membandingkan dan memperbaiki tulisannya sehingga tingkat pemahamnnya meningkat. (Abidin, 2012, hlm. 108) Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gumilar (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Strategi SQ3R untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Cijember
Babakan Losan Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur”, menyimpulkan bahwa strategi SQ3R dapat meningkatkan minat membaca siswa dan meningkatkan tingkat pemahamannya. Pada penelitian tersebut kelas yang digunakan adalah kelas V sama dengan kelas yang digunakan peneliti. Berbeda dengan peneliti, Gumillar dalam penenitiannya menggunakan penelitian kualitatif penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian lainnya yaitu penelitian yang ditulis Hayati dengan judul penelitian yaitu, “Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman di Kelas V SDN Cileunyi 3 Kabupaten Bandung”, menyimpulkan metode SQ3R berhasil meningkatkan
kualitas membaca dan
tingkat pemahamannya. Dalam penelitiannya Hayati menggunakan desain penelitan PTK. Berdasarkan kedua penelitian relevan di atas menunjukan bahwa metode SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kelas kontrol yang menggunakan metode membaca kritis mendapat peningkatan, meskipun peningkatan hasil belajarnya rendah. Hal ini dikarenakan siswa masih belum memahami metode membaca kritis. Pada kelas kontrol guru mendemonstrasikan kemampuannya membaca kritis (tahap prabaca) dengan memilih wacana pendek dan serta membacakan hasil generalisasi. Pada tahap menyusun hipotesis
siswa masih kebingungan bagaimana cara menyusun
hipotesis. Pada tahap membaca baris (tahap membaca) siswa sulit membedakan antara fakta dan opini. Abidin (2012, hlm. 103) mengemukakan bahwa “… siswa lebih lanjut harus mampu membedakan antara fakta dan opini”. Adapun penelitian yang relevan dengan metode membaca kritis, yaitu penelitian yang dilakukan Jannah (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Kemampuan Membaca Kritis dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas IV SDN Pluit Jakarta Utara”, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan membaca kritis dengan hasil belajar IPS siswa. Dalam penelitiannya Jannah menggunakan metode survei dan teknik korelasi (kuantitatif). Berdasarkan penelitian relevan di atas dapat di asumsikan bahwa besar kecilnya hasil belajar IPS kelas IV SDN Pluit tergantung pada besar kecilnya kemampuan membaca kritis siswa tersebut. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Jannah adalah penggunaan membaca kritis. Untuk penelitian ini membaca kritis
60
digunakan peneliti sebagai metode, sedangkan penelitian Jannah membaca kritis sebagai kemampuan awal terhadap pengaruh hasil belajar IPS siswa. Berdasarkan temuan penelitian di lapangan, pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode SQ3R dan metode membaca kritis memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan yang dimiliki metode SQ3R antara lain; (1) dengan adanya survei pada awal pembelajaran dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa mengenai materi yang ingin dipelajari sehingga meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, (2) siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan mencoba menemukan jawabannya sendiri sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran, (3) materi yang dipelajari siswa melekat pada waktu yang lama. Adapun kelemahan yang dimiliki metode SQ3R antara lain; (1) memerlukan banyak waktu, (2) peneliti kesulitan mempersiapkan bacaan untuk masing-masing siswa. Metode membaca kritis memiliki kelebihan antara lain; (1) siswa menjadi terlatih untuk berpikir kritis dan kreatif, (2) melalui membaca kritis siswa dapat memahami pesan tersurat dan tersirat pada teks bacaan, (3) siswa dapat mengevaluasi isi bacaan, sedangkan kelemahan dari metode membaca kritis antara lain; (1) guru harus memiliki kemampuan membaca kritis yang baik, (2) siswa kesulitan dalam membuat hipotesis, (3) siswa kesulitan dalam membedakan fakta dan opini serta melakukan generalisasi terhadap isi bacaan.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang perbedaan menggunakan metode membaca pemahaman SQ3R dengan metode membaca pemahaman kritis siswa kelas V SD, simpulan penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV adalah sebagai berikut. 1. Kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan metode SQ3R mengalami peningkatan. Peningkatan ini terdapat pada perbedaan rata-rata nilai pretes dan postes. Nilai rata-rata kemampuan membaca siswa kelas eksperimen sebelum menggunakan metode SQ3R adalah 48,60 dan rata-rata nilai kemampuan membaca siswa setelah menggunakan metode SQ3R adalah 65,60 dengan selisih nilai 17. Berdasarkan uji gain ternormalisasi interval gain yang diperoleh kelas eksperimen adalah 0,32 dengan interpretasi sedang. 2. Kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan metode membaca kritis mengalami peningkatan. Peningkatan ini terdapat pada perbedaan ratarata nilai pretes dan postes. Nilai rata-rata kemampuan membaca siswa kelas kontrol sebelum menggunakan metode membaca kritis adalah 50,65 dan ratarata nilai
kemampuan membaca siswa setelah menggunakan metode
membaca kritis adalah 61,65 dengan selisih nilai 10,75. Berdasarkan uji gain ternormalisasi interval gain yang diperoleh kelas eksperimen adalah 0,19 dengan interpretasi rendah. 3. berdasarkan hasil analisis data kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode SQ3R dengan kemampuan membaca pemahaman kritis tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji perbedaan dua rerata (Independent-Sample T-Test) dengan signifikansi 0,268 lebih besar dari 0,05 dengan kriteria pengambilan keputusan tolak Ho apabila nilai signifikansi < 0,05 sehingga Ho diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman menggunakan metode SQ3R dengan menggunakan metode membaca kritis. 61
62
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, bahwa tidak terdapat perbedaan
yang
signifikan
antara
kemampuan
membaca
pemahaman
menggunakan metode SQ3R dengan kemampuan membaca pemahaman menggunakan metode membaca kritis. Dilihat dari indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat diasumsikan bahwa penggunaan metode metode SQ3R dapat digunakan di kelas V SD yang dijadikan sampel penelitian, sedangkan penggunaan metode membaca kritis kurang cocok digunakan di kelas V SD yang dijadikan sampel penelitian, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa metode membaca kritis dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman di SD. C. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian dan temuan dilapangan, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut. 1.
Dalam pembelajaran membaca pemahaman sebaiknya guru dapat memilih teks bacaan yang sesuai dengan metode yang akan digunakan. Dalam pembelajaran menggunakan metode SQ3R pastikan siswa mengikuti langkah-langkah yang ditentukan dengan memberikan lembar kerja proses. Dalam pembelajaran menggunakan metode membaca kritis pastikan siswa dapat membedakan antara fakta dan opini.
2.
Guru sebaiknya membekali siswa teknik-teknik membaca yang dapat membantu siswa dalam mencari ataupun memahami informasi pada teks bacaan.
3.
Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan metode membaca SQ3R dengan metode membaca kritis, maka penelitian selanjutnya diharapkan
dapat
meningkatkan
kemampuan
membaca
pemahaman
menggunakan metode atau strategi lainnya serta meningkatkan indeks gain dengan interpretasi yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Abidin, Y. (2011). Penelitian Pendidikan dalam Gamitan Pendidikan Dasar dan Paud Bandung: Rizqi Press. Abidin, Y. (2010). Strategi Membaca: Teori dan Pembelajarannya. Bandung: Rizqi Press. Ahuja dan Ahuja. (2004). Membaca Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Depdiknas . Anderson, P.S. (1972). Language Skills in Elementary Education. Newyork: McMilan Publishing. Brown. H.D. (2000). Teaching by Principle: An interactive Aproach to Language Pedagogy. San Fransisco: Longman Budiono, Y. (2011). Penerapan Methode PQ4R Pada Pembelajaran Membaca di SMA
Negeri
Malang.
[Online]
Diakses
dari
http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel6BA250226CC601FF05824EA02F 530B0C.pdf
Clark, B. (2012). How To Read. [Online] Diakses dari http://www.copyblogger.com/how-to-read/ Harjasujana, A.S. (1986) Buku Materi Pokok Keterampilan Membaca. Jakarta: Karunika. Lestari, V. (2011). Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegences Terhadap Penalaran siswa Pada Matematika di Sekolah Dasar. (Skripsi). FIP Kampus Cibiru, Bandung. Mulyati, Y. (t.t.). Keterampilan Membaca dan Pembelajarannya. [Online]. Diakses
dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_I NDONESIA/196008091986012YETI_MULYATI/MEMBACA_%26_PEMBELAJARANNYA.pdf Priyatno, D. (2009). 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Offset.
63
Rahim, F. (2009). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Riadi, M. (2013). Strategi Belajar SQ3R. [Online] Diakses dari http://www.kajianpustaka.com/2013/04/strategi-belajar-sq3r.html Somadayo, S. (2011). Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. (2014). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sulistyo, J. (2010). 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala. Susetyo, B. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama. Syah, M (1997). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tampubolon, D.P. (2008) Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Tanpa Nama (2008). Intensive Reading. [Online] Diakses dari https://www.teachingenglish.org.uk/article/intensive-reading Tarigan, H.G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
64
LAMPIRAN
66
68
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
:SDN 3 Cibenda
Mata Pelajaran
:Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
:5/2
Alokasi waktu
:2x35 menit
A. Standar Kompetensi Memahami teks dengan membaca intensif dan membaca sekilas B. Kompetensi Dasar Membuat ringkasan teks bacaan dengan menggunakan tulisan yang baik dan benar C. Indikator Menemukan ide pokok paragraf D. Tujuan Siswa dapat membuat ringkasan teks bacaan E. Materi Pembelajaran Danau Toba yang Dahsyat dan Menakjubkan Tahukah Anda bahwa Danau Toba di Sumatra Utara dinyatakan sebagai danau kawah atau danau vulkanik terbesar di dunia. Dapat kita bandingkan dengan luas Pulau Samosir yang terdapat di tengah-tengah Danau Toba. Pulau Samosir yang terdapt di tengah-tengah Danau Toba. Pulau Samosir memiliki luas yang hampir sama dengan Negara Singapura. Dapat Anda bayangkan luas danau Toba yang mengelilingi pulau Samosir pastilah jauh lebih luas. Dengan panjang mencapai 80 kilometer dan lebarnya 27 kilometer dengan kedalaman mencapai lebih dari 500 meter.
Selain luasnya yang luar biasa menakjubkan, masa lalu Danau Toba tidak kalah menakjubkan. Dengan ketinggian 900 meter di atas permukaan laut, Danau Toba awalnya berupa gunung berapi raksasa yang mampu menghasilkan letusan yang sangat dahsyat. Danau ini terbentuk akibat satu atau beberapa letusan gunung berapi yang luar biasa besar, yang menurut beberapa ilmuwan boleh jadi termasuk di antara letusan terdahsyat dalam sejarah bumi. Letusan itu membuat kawah yang luar biasa besar. Lambat laun, kawahnya yang sangat besar dipenuhi air dan membentuk Danau Toba. Pergeseran lapisan bumi membuat dasar danau
naik dan membentuk
Pulau Samosir yang sangat indah. Luas Samosir sekitar 647 kilometer persegi, yaitu sama dengan luas wilayah negara Singapura. Dengan ketinggian hampir satu kilometer di atas permukaan laut, Danau Toba dikelilingi oleh deretan pegunungan Bukit Barisan. Hal ini membuat Danau Toba begitu indah dan sejuk. Banyak pohon enau dan pinus yang tumbuh subur di sekeliling Danau Toba menambah keindahan danau ini. Di sebelah utara Danau Toba masih bisa dijumpai berbagai fauna yang yang menarik, seperti lutung, orangutan, dan beberapa jenis monyet. Sedangkan di bagian selatan Danau Toba terdapat fauna yang bebeda jenis seperti mnyet lingur, tapir, dan ingkir. Tentulah hal ini juga unik karena danau ini seolah-olah berfungsi sebagai garis pemisah ekologi fauna di sisi utara dan selatan Danau Toba. Sejauh mata memandang, yang terlihat keindahan danau yang dikelilingi deretan gunung yang begitu indah dan menakjubkan. Kabut tebal kadang menyelimuti danau yang sejuk dan dingin ini. Jika tidak ada kabut, lekukan Danau Toba begitu indah untuk dikagumi. Danau Toba seperti sebuah laut di tengahtengah daratan yang benar-benar sejuk. Anda dapat mengamati lekuk indah Danau Toba melalui Menara Tele. Apalagi jika dilihat pada pagi hari, pemandangannya begitu indah karena menara ini terletak di lereng bukit. Anda dapat menemukan menara Tele di antara Panguruan dan Sidikalang.
70
Jika ingin menginap tanpa menyebrang Pulau Samosir, Anda bisa memilih berbagai penginapan di daerah Parapat. Di daerah Parapat ada beberapa hotel dengan pemandangan langsung ke Danau Toba. F. Metode dan Teknik Pembelajaran
Metode SQ3R
Tanya jawab
Penugasan
G. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal
Mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran dengan berdoa dan mengabsen
Guru melakukan apersepsi tentang objek wisata yang ada di lingkungan sekitar
Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan hari ini
Kegiatan Inti
Guru menerangkan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan siswa
Guru mebagikan teks bacaan beserta lembar kerja proses (LKP) kepada para siswa
Siswa melakukan survei terhadap teks yang akan dibacanya dengan mengamati teks dan melakukan membaca sekilas
Siswa membuat pertanyaan mengenai teks yang akan dibaca.
Siswa membaca teks yang telah dibagikan oleh guru
Setelah selesai membaca, siswa menjawab pertanyaan yang telah dibuat sebelum melakukan kegiatan membaca.
Siswa menceritakan kembali apa yang telah dibacanya dalam bentuk tulisan
Guru menunjuk beberapa siswa untuk membacakan hasil tulisannya di depan kelas.
Dengan arahan guru siswa memperbaiki kesalahan atau kekurangan tulisannya dengan melihat kembali teks bacaan dan membandingkan dengan hasil tulisannya.
Kegiatan Akhir
siswa mengemukakan pendapatnya berdasarkan pemahaman yang didapatkannya selama KBM berlangsung
siswa bersama guru membuat simpulan tentang pembelajaran yang telah dilakukan.
siswa mendapatkan kegiatan tindak lanjut dari guru
H. Media dan Sumber Media: Teks Sumber : www.tobaguide.com I. Penilaian Jenis penilaian: tes tulis Bentuk tes: essay
Format Penilaian Menceritakan Kembali Isi Bacaan No
Nama
Total Isi Tulisan
1 2 3 4
Organisasi
Bahasa
Teknik Penulisan
Skor
Nilai
72
Skoring Rubrik Penilaian Menceritakan Kembali Isi Bacaan 1. Isi Tulisan Sub Indikator 5. Logis dan lengkap
Deskriptor
Skor
Isi tulisan sesuai dengan teks bacaan dan
4
lengkap 6. Logis dan kurang lengkap
Isi tulisan sesuai dengan teks bacaan namun
3
ada 1-3 ide pokok paragraf yang terlewewat
7. Kurang logis dan
Terdapat beberapa kalimat yang tidak ada
kurang lengkap
hubungannya dengan teks bacaan dan ada 1-5 ide pokok paragraf yang terlewat
8. Kurang logis dan
Terdapat beberapa kalimat yang tidak ada
tidak lengkap
hubungannya dengan teks bacaan dan ada lebih dari 5 ide pokok paragraf yang terlewat
2. Organisasi Tulisan Sub Indikator 5. Kohesi dan koheren
Deskriptor
Skor
- Isi tulisan sudah serasi antar unsur yang 4 satu dengan yang lain - Isi tulisan memiliki keterkaitan
6. Kohesi dan cukup koheren
- Isi tulisan sudah serasi antar unsur yang 3 satu dengan yang lain - Ada 1-2 kalimat yang tidak ada kaitannya dengan isi bacaan
7. Cukup kohesi dan cukup koheren
- Terdapat beberapa isi tulisan yang
2
kurang serasi antar unsur yang satu dengan yang lainnya
8. Kurang kohesi dan kurang koheren
- Terdapat banyak isi tulisan yang kurang serasi natar unsur yang satu dengan yang lainnya
1
3. Bahasa Sub Indikator
Deskriptor
Skor
Kalimat baku dan kata
Tulisan menggunakan kalimat baku dan
4
baku
kata baku sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
Kalimat baku dan kata
Tulisan menggunakan kalimat baku,
kurang baku
namun terdapat 3-5 kata yang tidak baku
Kalimat dan kata
Terdapat beberapa kalimat kurang baku
kurang baku
dan terdapat 3-5 kata yang tidak baku
Kalimat dan kata tidak
Terdapat lebih dari 4 kalimat tidak baku
baku
dan terdapat lebih dari 5 kata yang tidak
3
2
1
baku
4. Penulisan Sub Indikator
Deskriptor
Skor
Sesuai EYD dan rapi
- Tulisan sesuai dengan EYD
4
- Tidak terdapat coretan - Rapi Sesuai EYD, tapi
- Tulisan sesuai dengan EYD
kurang rapi
- Terdapat beberapa coretan
3
- Kurang rapi Kurang sesuai EYD dan tidak rapi
- Terdapat beberapa kesalahan dalam
2
penulisan huruf kapital dan penulisan tanda baca - Terdapat banyak coretan - Kurang rapi
Tidak sesuai EYD dan tidak rapi
- Terdapat banyak kesalahan dalam penulisan huruf kapital dan penulisan tanda baca - Tidak rapi
1
74
Total Skor= 16 Nilai= Skor maksimal_ x 100 16 Pangandaran, Mei 2015
Guru Kelas
Peneliti
Ikah Sri Rostika, S.Pd. NIP 196704042008012004
Asep Yana Septiana NIM 1106017
Mengetahui, Kepala Sekolah SDN Cibenda 3
Yuyum Haryani, S.Pd NIP 196309011983052008
LEMBAR KERJA PROSES PRABACA
Nama Sekolah
: :
Kelas:
Tulislah gambaran umum isi bacaan yang akan Anda baca berdasarkan survei bacaan yang telah Anda lakukan! 1
2
4
5
LEMBAR KERJA PROSES PRABACA
3
6
76
Nama Sekolah
: :
Kelas:
Tulislah 5 pertanyaan tentang apa yang Anda ingin ketahui dari isi bacaan berdasarkan kegiatan membaca sekilas yang telah Anda lakukan tadi! 1. ……………………………………………………………………. 2. ……………………………………………………………………. 3. ……………………………………………………………………. 4. ……………………………………………………………………. 5. …………………………………………………………………….
LEMBAR KERJA PROSES TAHAP MEMBACA Nama Sekolah
: :
Kelas:
Tulislah 5 jawaban pertanyaan yang telah Anda buat pada tahap pramembaca di atas berdasarkan hasil kegiatan membaca yang Anda lakukan! 1. ……………………………………………………………………. 2. ……………………………………………………………………. 3. ……………………………………………………………………. 4. ……………………………………………………………………. 5. …………………………………………………………………….
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
:SDN 4 Cibenda
Mata Pelajaran
:Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
:5/2
Alokasi waktu
:2x35 menit
J. Standar Kompetensi Memahami teks dengan membaca intensif dan membaca sekilas K. Kompetensi Dasar Membuat ringkasan teks bacaan dengan menggunakan tulisan yang baik dan benar L. Indikator Menemukan ide pokok paragraf M. Tujuan Siswa dapat membuat ringkasan teks bacaan N. Materi Pembelajaran Danau Toba yang Dahsyat dan Menakjubkan Tahukah Anda bahwa Danau Toba di Sumatra Utara dinyatakan sebagai danau kawah atau danau vulkanik terbesar di dunia. Dapat kita bandingkan dengan luas Pulau Samosir yang terdapat di tengah-tengah Danau Toba. Pulau Samosir yang terdapt di tengah-tengah Danau Toba. Pulau Samosir memiliki luas yang hampir sama dengan Negara Singapura. Dapat Anda bayangkan luas danau Toba yang mengelilingi pulau Samosir pastilah jauh lebih luas. Dengan panjang mencapai 80 kilometer dan lebarnya 27 kilometer dengan kedalaman mencapai lebih dari 500 meter.
78
Selain luasnya yang luar biasa menakjubkan, masa lalu Danau Toba tidak kalah menakjubkan. Dengan ketinggian 900 meter di atas permukaan laut, Danau Toba awalnya berupa gunung berapi raksasa yang mampu menghasilkan letusan yang sangat dahsyat. Danau ini terbentuk akibat satu atau beberapa letusan gunung berapi yang luar biasa besar, yang menurut beberapa ilmuwan boleh jadi termasuk di antara letusan terdahsyat dalam sejarah bumi. Letusan itu membuat kawah yang luar biasa besar. Lambat laun, kawahnya yang sangat besar dipenuhi air dan membentuk Danau Toba. Pergeseran lapisan bumi membuat dasar danau
naik dan membentuk
Pulau Samosir yang sangat indah. Luas Samosir sekitar 647 kilometer persegi, yaitu sama dengan luas wilayah negara Singapura. Dengan ketinggian hampir satu kilometer di atas permukaan laut, Danau Toba dikelilingi oleh deretan pegunungan Bukit Barisan. Hal ini membuat Danau Toba begitu indah dan sejuk. Banyak pohon enau dan pinus yang tumbuh subur di sekeliling Danau Toba menambah keindahan danau ini. Di sebelah utara Danau Toba masih bisa dijumpai berbagai fauna yang yang menarik, seperti lutung, orangutan, dan beberapa jenis monyet. Sedangkan di bagian selatan Danau Toba terdapat fauna yang bebeda jenis seperti mnyet lingur, tapir, dan ingkir. Tentulah hal ini juga unik karena danau ini seolah-olah berfungsi sebagai garis pemisah ekologi fauna di sisi utara dan selatan Danau Toba. Sejauh mata memandang, yang terlihat keindahan danau yang dikelilingi deretan gunung yang begitu indah dan menakjubkan. Kabut tebal kadang menyelimuti danau yang sejuk dan dingin ini. Jika tidak ada kabut, lekukan Danau Toba begitu indah untuk dikagumi. Danau Toba seperti sebuah laut di tengahtengah daratan yang benar-benar sejuk. Anda dapat mengamati lekuk indah Danau Toba melalui Menara Tele. Apalagi jika dilihat pada pagi hari, pemandangannya begitu indah karena menara ini terletak di lereng bukit. Anda dapat menemukan menara Tele di antara Panguruan dan Sidikalang.
Jika ingin menginap tanpa menyebrang Pulau Samosir, Anda bisa memilih berbagai penginapan di daerah Parapat. Di daerah Parapat ada beberapa hotel dengan pemandangan langsung ke Danau Toba. O. Metode dan Teknik Pembelajaran
Membaca Kritis
Tanya jawab
Penugasan
P. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal
Mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran dengan berdoa dan mengabsen
Guru melakukan apersepsi tentang objek wisata yang ada di lingkungan sekitar
Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan hari ini
Kegiatan Inti
Guru menerangkan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan siswa
Guru memperkenalkan teks yang akan dibaca oleh siswa
Guru mendemonstrasikan kemampuan membaca kritis dan melakukan generalisasi terhadap teks bacaan
Guru membagikan teks bacaan beserta lembar kerja proses
Siswa membuat hipotesis berdasarkan apa yang telah siswa simak dari guru
Siswa melakukan kegiatan membaca dalam hati teks bacaan
Siswa melakukan kegiatan membaca, yaitu membaca baris untuk mengumpulkan sejumlah fakta yang disajikan penulis, membaca antar baris untuk mengetahui maksud dan tujuan teks yang dibuat penulis, dan membaca dibalik baris untuk melakukan evaluasi terhadap teks bacaan, serta mencari beberapa kelemahan opini penulis.
Siswa membuktikan hipotesis yang telah dibuat.
80
Siswa menceritakan kembali apa yang telah dibacanya dalam bentuk tulisan
Guru menunjuk beberapa siswa untuk membacakan hasil tulisannya di depan kelas.
Kegiatan Akhir
siswa mengemukakan pendapatnya berdasarkan pemahaman yang didapatkannya selama KBM berlangsung
siswa bersama guru membuat simpulan tentang pembelajaran yang telah dilakukan.
siswa mendapatkan kegiatan tindak lanjut dari guru
Q. Media dan Sumber Media: Teks Sumber : Buku BSE Bahasa Indonesia R. Penilaian Jenis penilaian: tes tulis Bentuk tes: essay
Format Penilaian Menceritakan Kembali Isi Bacaan No
Nama
Total Isi Tulisan
1 2 3 4
Organisasi
Bahasa
Teknik Penulisan
Skor
Nilai
Skoring Rubrik Penilaian Menceritakan Kembali Isi Bacaan 5. Isi Tulisan Sub Indikator 9. Logis dan lengkap
Deskriptor
Skor
Isi tulisan sesuai dengan teks bacaan dan
4
lengkap 10.
Logis dan
Isi tulisan sesuai dengan teks bacaan namun
kurang lengkap
ada 1-3 ide pokok paragraf yang terlewewat
11.
Kurang logis
Terdapat beberapa kalimat yang tidak ada
dan kurang
hubungannya dengan teks bacaan dan ada
lengkap
1-5 ide pokok paragraf yang terlewat
12.
Kurang logis
dan tidak lengkap
3
Terdapat beberapa kalimat yang tidak ada hubungannya dengan teks bacaan dan ada lebih dari 5 ide pokok paragraf yang terlewat
6. Organisasi Tulisan Sub Indikator 9. Kohesi dan koheren
Deskriptor
Skor
- Isi tulisan sudah serasi antar unsur yang 4 satu dengan yang lain - Isi tulisan memiliki keterkaitan
10.
Kohesi dan
cukup koheren
- Isi tulisan sudah serasi antar unsur yang 3 satu dengan yang lain - Ada 1-2 kalimat yang tidak ada kaitannya dengan isi bacaan
11.
Cukup kohesi
dan cukup koheren
- Terdapat beberapa isi tulisan yang
2
kurang serasi antar unsur yang satu dengan yang lainnya
12.
Kurang kohesi
dan kurang koheren
- Terdapat banyak isi tulisan yang kurang serasi natar unsur yang satu dengan yang lainnya
1
82
7. Bahasa Sub Indikator
Deskriptor
Skor
Kalimat baku dan kata
Tulisan menggunakan kalimat baku dan
4
baku
kata baku sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
Kalimat baku dan kata
Tulisan menggunakan kalimat baku,
kurang baku
namun terdapat 3-5 kata yang tidak baku
Kalimat dan kata
Terdapat beberapa kalimat kurang baku
kurang baku
dan terdapat 3-5 kata yang tidak baku
Kalimat dan kata tidak
Terdapat lebih dari 4 kalimat tidak baku
baku
dan terdapat lebih dari 5 kata yang tidak
3
2
1
baku
8. Penulisan Sub Indikator
Deskriptor
Skor
Sesuai EYD dan rapi
- Tulisan sesuai dengan EYD
4
- Tidak terdapat coretan - Rapi Sesuai EYD, tapi
- Tulisan sesuai dengan EYD
kurang rapi
- Terdapat beberapa coretan
3
- Kurang rapi Kurang sesuai EYD dan tidak rapi
- Terdapat beberapa kesalahan dalam
2
penulisan huruf kapital dan penulisan tanda baca - Terdapat banyak coretan - Kurang rapi
Tidak sesuai EYD dan tidak rapi
- Terdapat banyak kesalahan dalam penulisan huruf kapital dan penulisan tanda baca - Tidak rapi
1
Total Skor= 16 Nilai= Skor maksimal_ x 100 16 Pangandaran, Mei 2015
Guru Kelas
Peneliti
Ikah Sri Rostika, S.Pd. NIP 196704042008012004
Asep Yana Septiana NIM 1106017
Mengetahui, Kepala Sekolah SDN Cibenda 4
Dadi Rosida, S.Pd. NIP 196104171982041002
84
LEMBAR KERJA PROSES TAHAP MEMBACA Nama Sekolah
: :
Kelas:
Tulislah kalimat-kalimat yang mengandung fakta dan opini yang terdapat pada teks yang Anda baca! Kalimat Fakta 1. ………………………………………………….. 2…………………………………………………… 3…………………………………………………… 4…………………………………………………… Kalimat Opini 1……………………………………………………. 2……………………………………………………. 3……………………………………………………. 4…………………………………………………….
LEMBAR KERJA PROSES TAHAP MEMBACA Nama Sekolah
: :
Kelas:
1.Tulislah maksud dan tujuan yang ingin disampaikan penulis berdasarkan teks yang kamu baca! . ……………………………………………………………………. . ……………………………………………………………………. . ……………………………………………………………………. . ……………………………………………………………………. . …………………………………………………………………….
LEMBAR KERJA PROSES TAHAP MEMBACA Nama Sekolah
: :
Kelas:
Tulislah kelebihan dan kelemahan teks yang kamu baca! …………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… ……………………………………………………………
86
RIWAYAT HIDUP
Asep Yana Septiana lahir di Ciamis pada tanggal 26 September 1992. Terlahir dari pasangan Udin dan Rosih. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis tinggal di dusun Cibenda Rt 01, Rw 11 desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran. Pendidikan formal yang telah di tempuh yaitu SDN Cibenda 1 lulus pada tahun 2005, SMPN 1 Parigi lulus pada tahun 2008, dan SMAN 1 Pangandaran lulus pada tahun 2011. Selanjutnya penulis melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan masuk perguruan tinggi negeri pada Program Guru Sekolah Dasar di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru pada tahun 2011. Berkat do’a dan restu dari kedua orang tua tercinta dan atas izin yang maha kuasa Alloh SWT, pada tahun 2015 penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN MENGGUNAKAN
METODE
MEMBACA
PEMAHAMAN
DENGAN METODE MEMBACA KRITIS KELAS V SD”.
SQ3R