UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE IQRO’ PADA SISWA KELAS III SD NEGERI KEBUMEN 01 KECAMATAN BANYUBIRU TAHUN 2011
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh NUR HAMIDAH NIM 11409106
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE IQRO’ PADA SISWA KELAS III SD NEGERI KEBUMEN 01 KECAMATAN BANYUBIRU TAHUN 2011
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh NUR HAMIDAH NIM 11409106
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. 0298 323706, 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp
: 2 (dua) Naskah
Hal
: Pengajuan Naskah Skripsi
Saudara
: Nur Hamidah Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga
Assalamualaikum w.w. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari: Nama
: Nur Hamidah
NIM
: 11409106
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Judul
: UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE IQRO’ PADA SISWA KELAS III SD NEGERI KEBUMEN 01 KECAMATAN BANYUBIRU TAHUN 2011
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi maklum. Wassalamualaikum w.w. Salatiga, 09 Agustus 2011 Pembimbing
Dra. Nur Hasanah, M.Pd NIP. 19690110 199403 2 002
ii
SKRIPSI
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE IQRO’ PADA SISWA KELAS III SD NEGERI KEBUMEN 01 KECAMATAN BANYUBIRU TAHUN 2011
DISUSUN OLEH NUR HAMIDAH NIM: 11409106 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 09 September 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Suwardi, M.Pd.
______________________
Sekretaris Penguji
: Drs. Joko Sutopo
______________________
Penguji I
: Dra. Lilik Sriyanti, M.Si.
______________________
Penguji II
: Drs. Bahroni, M.Pd.
______________________
Penguji III
: Dra. Nur Hasanah, M.Pd.
______________________
Salatiga, 09 September 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: NUR HAMIDAH
NIM
: 11409105
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 09 Agustus 2011 Yang menyatakan,
Nur Hamidah NIM. 11409106
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (Q.S. 96:1-5)
PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini untuk: 1. Suamiku yang selalu memberikan dukungan moral dan materiil 2. Putra-Putriku yang aku cintai dan sayangi 3. Seluruh teman-teman seperjuangan
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Syukur tak terhingga penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmat yang tiada terhitung bagi penulis. Salah satu nikmat yang dapat penulis sadari adalah selesainya penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam kehadirat Nabi Agung Muhammad SAW. Semoga dengan bacaan shalawat tersebut penulis tergolong salah satu umat beliau yang mendapat syafaat. Dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademik guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, maka penulis mengajukan skripsi yang berjudul UPAYA
PENINGKATAN
KEMAMPUAN
MEMBACA
AL-QUR’AN
DENGAN METODE IQRO’ PADA SISWA KELAS III SD NEGERI KEBUMEN 01 KECAMATAN BANYUBIRU TAHUN 2011. Skripsi ini selesai penulis susun karena penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, beserta Jajaran dan Staf tingkat Jurusan. 3. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku ketua Progdi Ekstensi PAI Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga beserta staf. 4. Dra. Nur Hasanah, M.Pd selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis selama studi. 5. Sri Sutanti, A.Ma.Pd selaku Kepala SDN Kebumen 01 6. Dosen-dosen Jurusan Tarbiyah yang telah memberikan penulis ilmu dan pengetahuan yang tak terhingga nilainya.
vi
Penulis yakin bahwa skripsi ini masih mengandung banyak kekurangan dankesalahan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan sumbangsih dan saran dari pembaca budiman demi perbaikan skripsi ini di masa mendatang. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh insan pendidikan Islam di tanah air. Amiin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 9 Agustus 2011 Penulis
NUR HAMIDAH NIM: 11409106
vii
ABSTRAK
HAMIDAH, NUR. 2011. Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Metode Iqro’ pada Siswa Kelas III SD Negeri Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd Kata Kunci: membaca al-Quran, Metode Iqro’ Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode Iqro’ dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca Al-Quran di Kelas III SDN Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011. Selain itu untuk mengetahui sejauh mana metode Iqro’ dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca Al-Qur’an di Kelas III SDN Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas model Kemmis & McTaggart. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 dan terdiri dari 3 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Iqro’ dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca Al-Quran. Hasil evaluasi belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan tersebut. Pada siklus pertama, presentase ketuntasan belajar siswa adalah 63,3%, pada siklus kedua meningkat menjadi 83,3% dan pada siklus ketiga menjadi 96,7%. Pada siklus pertama rata-rata kelas adalah 61,4. Nilai tersebut meningkat pada siklus kedua menjadi 64,4. Pada siklus ketiga meningkat kembali menjadi 77,7. Hal ini menunjukkan bahwa metode Iqro’ yang penulis gunakan mampu meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa dalam mata pelajaran PAI. Hasil test formatif menunjukkan bahwa penerapan metode Iqro’ dalam pembelajaran membaca al-Quran di kelas III SDN Kebumen 01 dapat meningkatkan kemampuan membaca al-Quran siswa 13,4% - 20%. Metode Iqro’ sangat baik digunakan dalam pembelajaran membaca al-Quran, sehingga dapat diterapkan di lembaga-lembaga sekolah formal. Sebaiknya dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan metode Iqro’ pada remaja dan orang tua.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .........................................................
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xi
GAMBAR .......................................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
9
C. Tujuan Penelitian.......................................................................
10
D. Hipotesis Tindakan ....................................................................
10
E. Kegunaan Penelitian ..................................................................
11
F. Definisi Operasional ..................................................................
11
G. Metode Penelitian ......................................................................
14
H. Sistematika Penulisan ................................................................
22
ix
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................
23
A. Kemampuan Membaca al-Quran ..............................................
23
B. Metode Iqro’ ..............................................................................
34
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ...................................................
45
A. Gambaran Umum SDN Kebumen 01 ........................................
45
B. Dekripsi Pelaksanaan Siklus I ...................................................
51
C. Dekripsi Pelaksanaan Siklus II ..................................................
56
D. Dekripsi Pelaksanaan Siklus III ................................................
60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................
65
A. Deskripsi Per Siklus ..................................................................
65
B. Pembahasan ...............................................................................
80
BAB V PENUTUP .......................................................................................
84
A. Kesimpulan................................................................................
84
B. Saran ..........................................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10
Keadaan Siswa SDN Kebumen 01 Tahun 2011.......................... Data Siswa Kelas III SDN Kebumen 01 Tahun 2011 ................. Pekerjaan Orang Tua Siswa Tahun Pelajaran 2011/2012 ........... Keadaan Guru dan Karyawan SDN Kebumen 01 Tahun 2011/2012 .................................................................................... Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa......................................... Hasil Pengamatan Kemampuan Siswa ........................................ Hasil Observasi Keaktifan Siswa dengan Metode Iqro’pada Siklus I......................................................................................... Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus I................................ Kemampuan Siswa pada Siklus I ................................................ Hasil Observasi Keaktifan Siswa dengan Metode Iqro’ pada Siklus II ....................................................................................... Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus II .............................. Kemampuan Siswa pada Siklus II............................................... Hasil Observasi Keaktifan Siswa dengan Metode Iqro’ pada Siklus III ...................................................................................... Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus III ............................. Kemampuan Siswa pada Siklus III ............................................. Kemampuan Metode Iqro’ dalam Meningkatkan Kemampuan siswa Membaca al-Quran ............................................................
xi
46 47 48 49 54 55 65 67 67 71 72 73 76 77 77 82
GAMBAR
Gambar 3.1. Struktur Organisasi SDN Kebumen 01 ......................................
xii
50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa : Lembar Evaluasi Siswa dalam Pembelajaran Membaca AlQuran Metode Iqro : Format Penilaian Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa : Hasil Evaluasi Siswa dalam Pembelajaran Membaca Al-Quran Metode Iqro : Gambar Hasil Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Iqro : Riwayat Hidup Peneliti
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanat dari Allah SWT untuk para orang tua. Anak juga merupakan perhiasan kehidupan dunia seperti firman Allah SWT:
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi[18]:46) (Al-Falih, 2003:19) Ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa anak adalah perhiasan dunia. Sebuah keluarga yang tidak memiliki anak akan merasa kurang karena keluarga tersebut tidak memiliki perhiasan. Namun demikian, Allah SWT menegaskan bahwa hanya amal shaleh yang lebih baik diharapkan daripada anak-anak yang hanya menjadi perhiasan dunia jika tidak memiliki akhlak yang baik. Anak shaleh adalah anak yang berakhlak mulia. Tidak ada jalan lain untuk membentuk akhlak mulia kecuali dari pendidikan Agama. Pendidikan merupakan hal yang sangat utama dalam hidup manusia. Begitu pula bagi bangsa Indonesia, pendidikan menempati urutan paling penting. Tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh bangsa Indonesia adalah untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional secara eksplisit dinyatakan pada
1
bab 2 pasal 3 bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mencermati tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia bukan hanya diarahkan pada kecerdasan intelektual melainkan juga yang diarahkan pada pembentukan manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Malahan tujuan membentuk manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ini merupakan tujuan pertama yang utama pendidikan nasional. Melalui pendidikan agama tujuan ini dapat dicapai dan diwujudkan. Kitab suci umat Islam adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an bersama-sama hadits nabi merupakan dua pedoman utama umat islam dalam menjalani kehidupan di dunia. Segala permasalahan hidup harus dikembalikan kepada Al-Qur’an sebagai pedoman. Membaca Al-Quran adalah sebuah ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah swt, apalagi jika disertai dengan memahami makna dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mendidik anak untuk mampu membaca Al-Qur’an adalah sebuah kewajiban utama bagi orang tua. Zawawie (2011:1) menyatakan bahwa penyebab semua keajaiban sejarah yang terjadi pada abad ke-7 H, ketika Islam mencapai puncak kejayaan dalam 2
kejayaan dan ilmu pengetahuan, adalah Al-Qur’an, kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Kemudian kejayaan Islam mulai turun disebabkan oleh umat Islam yang mulai melalaikan ajaran Al-Qur’an dan hadis, dua petunjuk yang disampaikan oleh Rasulullah saw. Hal tersebut juga terlihat di Indonesia. Walaupun umat Islam di Indonesia merupakan mayoritas, namun tidak mampu memajukan bangsa Indonesia. Korupsi masih banyak terjadi. Kemerosotan moral merupakan masalah aktual yang masih belum terpecahkan. Masalah-masalah tersebut disebabkan karena umat Islam di Indonesia mulai meninggalkan ajaran Al-Qur’an. Banyak yang belum bisa membaca Al-Qur’an, apalagi mengetahui artinya dan menerapkan ajarannya. Nabi Muhammad saw menganjurkan kepada para sahabatnya dan setiap orang Islam agar senantiasa membaca Al-Qur’an. Anjuran tersebut bersifat menyeluruh, mencakup kondisi membaca, model bacaan, dan
melihat
intelektualitas orang Islam. Rasulullah menganjurkan orang Islam untuk membaca Al-Quran baik dengan keras maupun dengan pelan, berjamaah maupun sendirian (Zawawie, 2011:25). Hal ini menunjukkan bahwa membaca Al-Quran memiliki banyak sekali faidah. Rasulullah sendiri menjanjikan adanya pahala yang besar bagi orang Islam yang membaca Al-Quran. Zawawie (2011:26) menulis bahwa anjuran membaca Al-Quran dengan suara keras dapat diketahui dari Hadis yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah sebagai berikut:
3
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya ia mendengar Nabi Muhmmad saw. bersabda, “Allah tidak memberikan izin terhadap sesuatu sebagaimana Allah memberikan izin kepada Nabi Muhammad saw. yang bersuara indah untuk melagukan Al-Qur’an (membacanya) dengan suara keras.” (HR. Bukhari).
Hadis tersebut menjelaskan keridaan Allah SWT atas bacaan Al-Qur’an Rasulullah saw yang dikeraskan. Melalui hadis tersebut dapat diketahui pula bahwa kita dianjurkan untuk melagukannya. Namun demikian, kita sebaiknya tidak membacanya terlalu keras karena dapat menyebabkan kelelahan dan kebosanan. Anjuran membaca Al-Quran dengan pelan terdapat dalam hadis berikut:
Artinya: Rasulullah saw bersabda, “orang yang mengeraskan bacaan AlQur’annya seperti orang yang besedekah dengan terangterangan,sedangkan orang yang memelankan bacaan Al-Qur’annya seperti orang yang bersedekah secara samar.” (HR. Abu Daud).
Sekilas kedua hadis tersebut bertentangan karena menganjurkan dua hal yang berbeda. Namun demikian, dapat kita pahami bahwa keduanya benar. Anjuran untuk membaca Al-Quran dengan suara keras adalah bagi mereka yang tidak takut akan riya’ atau pamer. Apabila seseorang khawatir akan riya’ atau pamer jika membaca Al-Quran dengan keras, maka sebaiknya ia membaca AlQur’an dengan lirih. 4
Al-Falih mengemukakan bahwa anak merupakan amanat besar yang dititipkan Allah kepada orang tua. Amanat tersebut akan dipertanggungjawabkan oleh mereka pada hari kiamat. Anak-anak berhak memperoleh pendidikan dari kedua orang tua mereka berupa pendidikan keislaman yang baik dan benar (AlFalih, 2003:23). Orang tua wajib mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an kepada anak-anaknya. Pendidikan keagamaan dari orang tua akan memberikan bekas yang dalam di benak anak. Setelah orang tua berusaha mengajar sendiri anaknya, orang tua dapat melanjutkan pendidikan keagamaan anak kepada lembaga pendidikan formal maupun nonformal yang ada. Lembaga pendidikan formal maupun nonformal inilah yang kemudian menerima tanggung jawab mendidik anak. Tentunya lembaga pendidikan lebih memiliki kemampuan dibanding orang tua. Lembaga pendidikan memiliki metode dan sistem yang sudah tertata sedemikian rupa sehingga mampu melakukan tugas mendidik dengan baik. Lembaga pendidikan juga memiliki tanggung jawab utama menanamkan nilai-nilai keagamaan pada diri anak sejak dini sehingga mereka memiliki bekal menjalani kehidupan kelak. Sebagaimana kewajiban mengajarkan kemampuan membaca Al-Quran yang dimiliki orang tua, kemampuan membaca Al-Quran adalah salah satu hal yang wajib dididik oleh lembaga pendidikan kepada anak didik beragama Islam. Hal ini adalah upaya untuk menumbuhkan nilai-nilai religius anak didik agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Melihat arti pentingnya pendidikan tersebut menunjukkan pendidikan harus diberikan sejak dini. Pendidikan, khususnya pendidikan agama yang mengarah pada terbentuknya keluhuran rohani dan keutamaan jiwa harus mulai 5
ditanamkan sejak anak duduk di sekolah dasar. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik anak-anak di sekolah dasar yang masih sangat tinggi daya rekamnya atas pelajaran dan pengalaman hidup. Kemampuan membaca Al-Quran merupakan kemampuan utama yang harus dimiliki oleh anak didik beragama Islam. Oleh sebab itu, pendidikan yang mengarahkan pada kemampuan membaca Al-Quran haruslah dilaksanakan dengan baik, tersistematis dan terencana. Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan kerja keras demi tercapaianya mutu pendidikan yang lebih baik. Agar tercapai mutu pendidikan yang lebih baik maka seorang guru harus pandai dalam pemilihan metode pembelajaran dan memiliki kompetensi yang memadai dalam transfer ilmu pengetahuan kepada siswa. Sebab pemilihan metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar agar siswa tidak merasa bosan dan dapat menambah minat belajar siswa. Hal ini terlihat pada pelaksanaan pembelajaran PAI materi membaca Al-Qur’an. Kekeliruan memilih dan menggunakan
metode
pembelajaran
yang
tepat
menimbulkan
banyak
permasalahan. Penulis menemukan permasalahan yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Masalah tersebut adalah rendahnya prestasi belajar siswa Kelas III dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi membaca Al-Quran pada tahun pelajaran 2010/2011. Dari 30 orang siswa di Kelas III, tercatat baru 8 siswa (26,6%) yang memperoleh hasil yang maksimal atau mencapai batas ketuntasan belajar minimal mereka (60). Sedangkan sisanya 22 siswa sekitar (73,4%) memperoleh rata-rata nilai di bawah 60. Guru harus berulang kali mengadakan 6
remidial untuk siswa-siswa yang belum tuntas sampai mereka berhasil mencapai nilai minimal 60 untuk materi membaca Al-Quran (Leger nilai siswa tahun 2011). Hal ini mendorong penulis untuk mencari kelemahan dan memperbaiki pembelajaran PAI untuk materi membaca Al-Quran bagi siswa kelas III untuk tahun pelajaran 2011/2012 yang akan datang. Rendahnya prestasi belajar PAI siswa Kelas III SDN Kebumen 01 pada materi membaca Al-qur’an ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang paling dominan adalah faktor guru yang kurang terampil menerapkan berbagai macam metode mengajar yang sesuai dengan materi. Kurang mampu mengelola kelas dan keterbatasan sarana dan prasarana sekolah yang mendukung pembelajaran. Faktor yang lain adalah faktor dari dalam diri siswa sendiri. Siswa kurang termotivasi untuk belajar mata pelajaran agama Islam materi membaca AlQur’an. Kurangnya motivasi siswa ini apabila ditelaah lebih lanjut melalui observasi awal ternyata disebabkan oleh beberapa faktor. Umumnya siswa yang penulis wawancarai mengatakan bahwa kesulitan materi membaca Al-Qur’an terletak pada bahasa yang digunakan di dalam kitab suci Al-Quran adalah bahasa Arab yang asing bagi siswa. Siswa menganggap materi membaca Al-Quran lebih sulit dibandingkan dengan materi yang lain sehingga banyak yang kurang termotivasi untuk belajar. Hal tersebut menyebabkan proses kegiatan belajar mengajar di kelas terganggu. Untuk menarik perhatian siswa dalam pelajaran agama Islam khususnya pada materi membaca Al-Quran maka digunakan metode Iqro’. 7
Metode Iqro’ adalah sebuah cara cepat membaca Al-Qur’an yang dikembangkan oleh KH. As’ad Humam. Metode ini dikembangkan dari metode Qiroati karangan Ustadz H. Dachlan Salim Zarkasyi. Metode Iqro’ tersusun dalam enam jilid yang masing-masing adala tingkatan-tingkatan dalam belajar membaca Al-Qur’an. Dalam setiap tingkatan, siswa diberikan Ujian (EBTA) yang harus dilalui. Apabila siswa tidak lulus dalam ujian tersebut, maka siswa diharuskan mengulang. Sistem yang diterapkan dalam pembelajaran Iqro’ adalah sistem CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), privat, dan asistensi. Pada prinsipnya, guru hanya berperan sebagai fasilitator, sehingga peran guru dalam pembelajaran Iqro’ hanya sebagai penyimak, pemberi contoh tidak sebagai penuntun. Dalam sistem privat, guru menyimak seorang demi seorang. Sedangkan dalam asistensi, siswa yang telah mahir dalam tingkatan tertentu dapat menjadi penyimak siswa lain (Humam, 2000:2). Jika diperhatikan dengan seksama, maka metode Iqro’ telah menerapkan sistem pembelajaran yang lebih baik daripada metode konvensional. Pada metode konvensional yang masih diterapkan di banyak sekolah, guru lebih banyak berperan daripada siswa. Akibatnya, siswa menjadi tidak aktif dan kurang memperoleh pengalaman belajara yang memadai. Demikian pula proses KBM yang penulis temukan di kelas III SDN Kebumen. Penulis mengamati bahwa proses KBM yang terjadi di kelas terkesan tidak efektif, anak-anak lebih memilih untuk bermain sendiri daripada mendengar dan mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru. Motivasi siswa rendah yang terlihat dari tidak adanya keinginan siswa untuk berhasil, kurangnya dorongan dan 8
kebutuhan untuk belajar, kurangnya harapan dan cita-cita masa depan, kurang menghargai kelas, merasa tidak ada kegiatan yang menarik dalam belajar di kelas dan lingkungan kelas yang kurang kondusif (Suprijono, 2009:163). Penulis merasa perlu untuk mencari melakukan modifikasi pada metode Iqro’ agar mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga memicu siswa untuk berprestasi dalam pelajaran PAI pada materi membaca Al-Qur’an. Proses pembelajaran yang baik harus memiliki metode yang tepat yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa. Sebab itulah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas tentang: Upaya peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan metode Iqro’ pada siswa kelas III SD Negeri Kebumen 01 Kecamtan Banyubiru Tahun 2011.
B. Rumusan Masalah Penulis menetapkan beberapa rumusan masalah berdasarkan pada latar belakang masalah sebagai beriktu: 1. Apakah metode Iqro’ dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam membaca Al-Quran di Kelas III SDN Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011? 2. Apakah metode Iqro’ dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca AlQur’an di Kelas III SDN Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011?
9
C. Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui apakah metode Iqro’ dapat meningkatkan keaktifan siswa membaca Al-Quran di Kelas III SDN Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011.
2. Untuk mengetahui apakah metode Iqro’ dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca Al-Qur’an di Kelas III SDN Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011?
D. Hipotesis Tindakan Setelah merumuskan masalah, penulis kemudian merumuskan hipotesis tindakan. Menurut Susilo (2009:48), “hipotesis tindakan adalah dugaan mengenai perubahan yang mungkin terjadi jika suatu tindakan dilakukan.” Hipotesis tindakan pada penelitian ini berbeda dengan hipotesis pada penelitian formal. Hipotesis tindakan pada penelitian ini merupakan keyakinan yang penulis miliki bahwa tindakan yang penulis rumuskan dapat memperbaiki kondisi mengenai prestasi belajar materi membaca Al-Qur’an. Berdasarkan pengertian tersebut diajukan hipotesis tindakan ini sebagai berikut: “Metode Iqro’ dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dalam mata pelajaran PAI pada siswa Kelas III SDN Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011.”
10
E. Kegunaan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan harapan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut: 1.
Secara teoritis a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuwan Islam khususnya di bidang metode pembelajaran. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana keilmuwan yang mengangkat penggunaan metode Iqro’ dalam usaha meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada siswa sekolah dasar.
2.
Secara praktis a. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengalaman dan ketrampilan serta profesionalisme guru dalam mengajar PAI khususnya pada materi membaca Al-Qur’an. b. Hasil penelitian ini juga dapat diterapkan secara langsung di lapangan dalam usaha meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada siswa.
F. Definisi Operasional Penulis akan menjelaskan mengenai variabel-variabel yang ada di dalam penelitian tindakan kelas ini. Variabel-variabel tersebut adalah metode Iqro’ dan kemampuan membaca al-Quran. 1. Metode Iqro’ Metode Iqro’ ditemukan oleh KH. Asad Humam dari Balai Litbang LPTQ Nasional, Team Tadarus “AMM” Kotagede Yogyakarta. Metode ini 11
tersusun dalam sebuah buku yang dinamai pengarangnya dengan nama buku Iqro’ Cara Cepat Membaca Al-Qur’an yang terdiri dari enam jilid. Buku ini disusun secara praktis dan sistmatis yang mendorong siswa menjadi pelajaran yang aktif dalam belajar membaca Al-Quran. KH. As’ad Humam telah lebih dari lima puluh tahun mengajar santri membaca Al-Quran. Berbagai metode pembelajaran telah diterapkan dan dirasa masih belum sempurna. Oleh sebab itu beliau menyusun metode Iqro’ yang diadaptasi dari metode Qiro’ati karangan Ustadz H. Dachlan Salim Zarkasyi (Humam, 2000: 1-4). 2. Kemampuan Membaca Al-Quran a. Pengertian Kemampuan Membaca al-Qur’an Kemampuan
membaca
al-Qur’an
berarti
keterampilan
mengucapkan sesuatu yang tertulis di dalam al-Qur’an sebagai hasil dari latihan dan pengulangan belajar. Zawawie (2011:26) menerangkan bahwa membaca adalah mengucapkan sesuatu yang sekiranya telinga orang yang mengucapkan bisa mendengar perkataan yang sedang ia ucapkan. Membaca Al-Quran adalah sebuah kegiatan membaca ayat-ayat suci AlQur’an yang tetulis dalam bahasa Arab, yang apabila dilakukan akan mendapatkan pahala. Membaca Al-Qur’an adalah salah satu ibadah umat Islam yang apabila dilakukan sudah pasti mendapat pahala. Rasulullah menganjurkan umatnya untuk selalu membaca al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an yang baik dan benar harus mematuhi aturan tertentu. Aturan membaca Al-Qur’an tersebut dinamakan dengan ilmu tajwid. Zawawie (2011:25) menuliskan bahwa keinginan membaca Al12
Quran dapat terlaksana secara kontinu apabila ada motivasi sebagai motor penggerak. Dalam hal ini, motivasi umat Islam dalam membaca Al-Qur’an adalah anjuran Rasulullah saw untuk setiap orang Islam agar senantiasa membaca Al-Qur’an. Beliau juga memotivasi orang Islam yang telah mahir membaca Al-Qur’an dengan menjanjikan adanya pahala yang besar. Bagi para pemula masih terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an, Rasulullah saw memberikan motivasi agar terus belajar dengan baik dengan menjanjikan dua pahal sekaligus, yaitu pahala membaca Al-Quran dan pahala atas jerih payahnya. Rasulullah saw. menganjurkan agar umat Islam membaca AlQuran baik dengan keras ataupun pelan, dan juga sendirian ataupun bersama-sama. Rasulullah saw. juga memberikan dukungan bagi orang Islam yang sudah mahir maupun orang yang masih berusaha membaca dengan benar. Membaca Al-Quran juga dianjurkan untuk dilakukan di rumah, di masjid bahkan di jalan. Al-Quran dianjurkan agar menjadi bacaan rutin umat Islam dalam hidupnya sehari-hari (Zawawie, 2011:2632). Dalam sebuah hadis Rasulullah saw, diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda bahwa orang yang pandai membaca AlQur’an, maka nantinya akan berkumpul dengan pada malaikat yang mulia dan taat. Adapun orang yang terbata-bata ketika membaca Al-Quran, merasa berat dan kesulitan, ia akan mendapatkan dua pahala (HR. Bukhori dan Muslim). Dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa bukan hanya 13
muslim yang mahir membaca Al-Quran yang memperoleh pahala yang besar, namun muslim yang sedang belajar membaca Al-Quran mendapatkan pahala atas membaca Al-Quran dan kesulitan yang ditemui ketika proses belajar tersebut. Oleh sebab itu, tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk tidak belajar membaca Al-Quran, karenasejak ia belajar, sudah ada dua pahala yang diperoleh. Saat ia telah mahir membaca Al-Quran, janji Allah SWT sudah pasti untuknya.
G. Metode Penelitian Menurut Sugiyono, secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sugiyono (2009:15) menjelaskan
bahwa
metode
kualitatif
adalah
metode
penelitian
yang
berlandasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Filsafat postpositivisme adalah sebuah paradigma interpretatif dan konstruktif yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis penuh makna, dan hubungan gejala yang bersifat interaktif. Objek yang alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya dan tidak dimanipulasi. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang diartikan oleh Susilo (2009:2) sebagai penelitian reflektif yang dilaksanakan secara siklis oleh guru di dalam kelas. Sedangkan Sugiyono (2009:6) menggolongkan action research ke dalam penelitian dari segi metode penelitiannya. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis merasa perlu untuk 14
menjelaskan hal-hal sebagai berikut: 1. Rancangan Penelitian Penelitian tindakan kelas adalah “sebuah progres investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru atau calon guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikanperbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi pembelajaran” (Susilo, dkk, 2009:1). Model penelitian yang penulis gunakan pakai dalam penelitian ini adalah Model Kemmis & McTaggart. Model ini menggambarkan sebuah spiral dari beberapa siklus kegiatan. Pada awal tindakan atau siklus dasar pertama, peneliti melakukan kegiatan-kegiatan berupa: mengidentifikasi gagasan umum, melakukan recognaissance, menyusun rencana umum tindakan yang pertama, dan mengembangkan langkah tindakan yang pertama. Setelah semuanya siap, peneliti kemudian melakukan implementasi langkah tindakan pertama. Setelah selesai pada siklus dasar pertama, hasilnya kemudian dievaluasi dan diperbaiki serta memodifikasi dengan mengembangkannya dalam spiral perencanaan langkah tindakan kedua. Dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis juga memutuskan apabila
hasil
evaluasi
masih
mengandung
kekurangan,
peneliti
mengembangkannya dalam siklus ketiga dan seterusnya sampai peneliti memperoleh hasil evaluasi yang baik, yaitu peneliti telah memiliki kemampuan mengajar seperti yang dicobakan dalam penelitian ini, atau data penelitian sudah jenuh dan kondisi kelas telah stabil. Penelitian ini disusun dengan menggunakan tiga siklus, dengan 15
harapan bahwa kondisi kelas telah stabil setelah siklus ketiga selesai dilaksanakan. Kondisi kelas yang stabil ini maksudnya adalah prestasi belajar siswa mengenai pelajaran PAI khususnya mengenai membaca Al-Qur’an telah baik. 2. Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Subjek yang dikenai tindakan adalah siswa dan guru Kelas III. Jumlah siswa yang diteliti adalah 30 orang yang sebagian besar berasal dari keluarga swasta dan buruh. Hal ini sesuai dengan karaktristik penduduk yang merupakan buruh di pabrik-pabrik atau bekerja di perusahaan swasta. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2011 sampai dengan Agustus 2011. 3. Langkah-langkah Penelitian Pada awal kegiatan dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang terjadi sebelumnya. Dari refleksi tersebut kemudian mengidentifikasi masalah, mendiskuskan permasalahan dengan teman sejawat, melakukan kajian teori, dan mengkaji strategi pembelajaran yang relevan. Penelitian terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang dicapai seperti desain faktor-faktor penelitian yang diselidiki. Berdasarkan hasil kegiatan tersebut ditentukan langkah paling tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa adalah dengan menggunakan metode Iqro’. Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: 16
a. Menyusun rencana kegiatan: membuat rencana pembelajaran menyiapkan sumber, alat dan media pembelajaran, menyusun lembar observasi, dan menyusun alat evaluasi b. Pelaksanaan
tindakan:
Melaksanakan
proses
pembelajaran
sesuai
perencanaan c. Observasi: Pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Observasi ini dilakukan guru sendiri sebagai peneliti dan meminta guru lain untuk ikut serta menjadi observer untuk meminimalkan subyektifitas. d. Refleksi: Data hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan hasil observasi guru melakukan refleksi tentang proses pembelajaran, dengan refleksi akan diketahui kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran untuk diperbaiki pada siklus berikutnya. Satu siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Untuk memantapkan hasil tindakan, penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Peneliti melakukan observasi secara terus menerus terhadap proses yang dilakukan. 4. Instrumen Penelitian Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : a. Dokumentasi Instrumen penelitian ini berupa: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) buku daftar kelas, buku daftar nilai, buku daftar hadir siswa dan catatan pembelajaran. 17
b. Lembar observasi Observasi
terhadap
siswa
mengamati
8
aspek
yang
mencerminkan keaktifan siswa. Setiap item diberikan skor dengan ketentuan skor 5 berarti sangat baik, skor 4 berarti baik, skor 3 berarti cukup, skor 2 berarti tidak baik, dan skor 1 berarti sangat tidak baik. Kedelapan aspek keaktifan siswa tersebut antara lain: 1) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru 2) Antusias siswa mengikuti pembelajaran 3) Aktif bertanya 4) Aktif menjawab pertanyaan 5) Berani membetulkan bacaan teman yang salah 6) Berani membaca tanpa disuruh 7) Berani mengemukakan pendapat tentang bacaan yang betul 8) Berani mengajari teman membaca al-Quran dalam kelompok c. Tes Penelitian ini menggunakan instrumen tes performance untuk mengukur kemampuan membaca al-Quran. Instrumen penelitian ini berupa rangkaian huruf hijaiyah yang harus dibaca oleh siswa. Siswa menjawab pertanyaan tersebut secara lisan dengan membacanya di depan guru. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca AlQuran pada siswa kelas III SDN Kebumen 01 yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek kemampuan membaca al-Quran tersebut antara lain:
18
1) Membaca sesuai dengan tajwid 2) Membaca sesuai dengan makhraj 3) Membaca harakat dengan benar 4) Membaca panjang pendek dengan benar 5) Membaca dengan benar dan lancar 4. Pengumpulan Data a. Sumber data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari siswa Kelas III SDN Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru yang berjumlah 30 siswa, guru agama dan proses pembelajaran membaca Al-Qur’an melalui metode Iqro’. b. Jenis data Jenis data diperoleh berupa: 1) Data kualitatif yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dokumen kesiswaan (daftar kelas, daftar absen, buku daftar nilai) catatan pelaksanaan proses pembelajaran, hasil observasi. 2) Data kuantitatif berupa hasil evaluasi pembelajaran membaca AlQuran yang dilaksanakan sebelum penelitian tindakan kelas dan nilai evaluasi setiap tahap penelitian tindakan kelas pada setiap akhir siklus. c. Cara pengambilan data Data diambil melalui observasi, studi dokumenter dan tes. 5. Analisis Data Statistik Analisis data dilakukan untuk membuktikan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian tindakan yaitu: Metode Iqro’ dapat meningkatkan 19
kemampuan membaca Al-Qur’an dalam mata pelajaran PAI pada siswa Kelas III SDN Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011. Pembuktian dilakukan dengan menganalisis kemampuan membaca AlQur’an siswa. Analisis nilai siswa meliputi beberapa nilai sebagai birikut: a. Rata-Rata Kelas Nilai rata-rata kelas diperoleh dengan rumus berikut:
x
x N Keterangan: x
= nilai rata-rata kelas
∑x = jumlah nilai kelas N
= banyak siswa
b. Ketuntasan belajar secara individual Siswa dikatakan telah tuntas secara individual dalam belajar apabila telah mencapai nilai minimal 60. Dengan demikian, siswa yang memperoleh nilai di bawah 60 belum tuntas secara individual dalam materi membaca Al-Quran. Rumus untuk mengukur ketuntasan belajar secara individual adalah:
NS
b n
20
Keterangan: NS = nilai ketuntasan secara individual ∑b = jumlah skor jawaban yang benar ∑n = jumlah seluruh item soal c. Ketuntasan belajar secara klasikal Setelah
diadakan
penelitian
tindakan
kelas,
penulis
mengadakan kuis untuk menganalisis ketuntasan belajar siswa. Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah:
P
n n
1
Keterangan: P
= nilai ketuntasan belajar
∑n1 = jumlah siswa tuntas belajar secara individual (nilai minimal 60) ∑n
= jumlah total siswa
5. Sasaran Penelitian Sasaran penelitian menjelaskan tentang perubahan yang diinginkan dari subyek yang dikenai tindakan yaitu target yang diharapkan. Oleh karena itu dijelaskan bahwa sasaran penelitian ini adalah: a. Faktor siswa Perubahan yang diinginkan adalah meningkatnya keaktifan belajar siswa dan kemampuan membaca Al-Quran siswa. Fokus 21
pengamatannya adalah keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran dan kemampuan membaca al Quran. Perubahan pada siswa tercermin dari tes performance serta observasi. b. Faktor Guru Perubahan yang diinginkan adalah meningkatnya ketrampilan guru dalam mengelola kelas, memberikan penjelasan kepada siswa dengan menggunakan metode yang variatif. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan kemampuannya memberikan teladan kepada siswa. Fokusnya pada proses pembelajaran yang dikembangkan guru, interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Indikator kesuksesan berupa respon positif siswa karena guru mampu membangun suasana pembelajaran yang interaktif H. Sistematika Penulisan Laporan hasil penelitian tindakan kelas ini disusun dalam bentuk skripsi dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan berisi: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika Penulisan. Bab II Kajian pustaka, berisi mengenai: kemampuan membaca Al-Qur’an, dan metode Iqro’. Bab III Pelaksanaan penelitian berisi deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II, deskripsi pelaksanaan siklus III. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan memuat: deskripsi setiap siklus, berupa data hasil proses pembelajaran, hasil observasi, pembahasan hasil penelitian. Bab V penutup memuat: kesimpulan mengenai hasil peneltian dan saran yang penulis berikan kepada beberapa pihak yang terkait. 22
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an 1. Pengertian Kata kemampuan dalam Kamus Bahasa Indonesia dalam Jaringan berarti: “kesanggupan; kecakapan; kekuatan; kekayaan” (http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php,diunduh 23/07/2011, 09:10). Berdasarkan pengertian tersebut, maka penelitian ini mengartikan kata kemampuan sebagai kesanggupan dan kecakapan dalam melakukan sesuatu. Kata membaca memiliki beberapa arti sebagai berikut: a. Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati) Membaca dalam pengertian ini melibatkan dua aktifitas yaitu melihat dan memahami. Aktifitas membaca berarti melihat tulisan kemudian memahami arti, maksud atau makna apa yang dibaca. Objek yang dibaca dalam hal ini adalah tulisan yang dapat dipahami oleh orang yang membaca, oleh sebab itu, seseorang yang dapat membaca teks tanpa memahami makna atau artinya tidak termasuk membaca. Seseorang dapat saja membaca beberapa kata dalam baYHhasa Inggris, namun bila ia tidak mengerti artinya, aktifitas tersebut tidak disebut dengan membaca. Contohnya: dia jangan diganggu, karena sedang membaca buku.
23
b. Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Aktifitas membaca pada pengertian kedua ini hanya melibatkan aktifitas mengeja atau melafalkan saja, tanpa melibatkan pemahaman makna. Sebagai contoh, mengeja atau melafalkan AlQur‟an yang merupakan tulisan berbahasa tanpa tahu maknanya sudah dapat disebut membaca dalam arti yang sederhana. Walau demikian, aktifitas membaca Al-Qur‟an disertai pemahaman arti dan makna tentu saja lebih baik dan lebih utama. c. Mengucapkan. Pengertian ketiga dari kata membaca adalah mengucapkan. Membaca dalam pengertian ini bermakna mengucapkan sesuatu yang sudah dihafal, sehingga tidak melibatkan adanya teks tertulis yang dilihat oleh indera penglihatan. Sebagai contoh adalah kata “membaca mantra, membaca doa.” d. Mengetahui; meramalkan Membaca dapat berarti mengetahui atau meramlakan. Hal ini terlihat apabila kata membaca diterapkan dalam kata “ia dapat membaca suratan tangan (garis-garis padatelapak tangan) e. Memperhitungkan; memahami Kata membaca diartikan sebagai memperhitungkan atau memahami. Hal tersebut dapat dilihat apabila kata membaca dilekatkan dalam kalimat berikut: seorang pemain yang baik harus pandai membaca permainan lawan.
24
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian “membaca” yang sesuai dengan topik kajian penelitian ini adalah “mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.” Hal tersebut karena kata membaca yang dimaksud dilekatkan dengan kata Al-Qur‟an yang merupakan sebuah materi pembelajaran di sekolah dasar. Sesuai dengan karakteristik siswa di kelas III sekolah dasar, maka kata membaca dalam penelitian ini tidak melibatkan aspek “pemahaman akan makna tulisan yang dibaca.” Tujuan pembelajaran membaca Al-Qur‟an hanya agar siswa mampu mengeja dan melafalkan teks dalam bahasa Arab, sehingga sebagai muslim mereka memiliki kemampuan dasar dalam membaca Al-Qur‟an. Al-Qur‟an adalah sumber ajaran Agama Islam yang paling utama. Al-Qur‟an adalah tujuan dan pedoman hidup umat manusia dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Ali mengartikan Al-Qur‟an sebagai kitab suci yang memuat firman-firman Allah SWT yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari mula-mula di Mekah kemudian di Madinah (Ali, 2008:93). Apabila kita mengambil kitab suci Al-Qur‟an, maka kita akan mengetahui bahwa kitab tersebut terbagi dalam 30 juz, dan 114 surah. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka membaca Al-Qur‟an diartikan sebagai mengeja atau melafalkan apa yang tertulis di dalam AlQur‟an, yaitu kitab suci yang memuat firman-firman Allah SWT yang
25
disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari mula-mula di Mekah kemudian di Madinah. Membaca Al-Qu‟an saja dalam Islam sudah merupakan ibadah yang bernilai pahal di sisi Allah. Oleh sebab itu, kaum muslim terdorong untuk berlomba-lomba untuk belajar membaca AlQur‟an dengan baik. Abdullah Ibnu Sa‟ad Al-Falih (2007:103) mengatakan bahwa jika orang tua menginginkan status terbaik dan derajat yang tinggi bagi anak-anaknya di dunia dan akhirat, maka mereka harus mengajarinya membaca, menghafal, merenungkan, dan mengamalkan Al-Qur‟an. Keempat aktifitas tersebut memiliki hubungan satu sama lain. Namun demikian, menurut penulis, aktifitas pertama yang harus dilakukan adalah membaca. Tanpa kemampuan membaca Al-Qur‟an, seeorang akan sangat
mustahil
mampu
menghafal,
merenungkan
apalagi
mengamalkannya. 2. Membaca Al-Quran yang Baik Nabi Muhammad saw menganjurkan para sahabatnya untuk membaca al-Qur‟an yang cakupannya meliputi kondisi membaca, model bacaan, dan melihat intelektualitas orang Islam. Pada suatu kesempatan Rasulullah saw menganjurkan agar Al-Qur‟an dibaca dengan keras, pada kesempatan yang lain menganjurkan membacanya dengan pelan. Terkadang menganjurkan agar dibaca berjamaah, dan pada situasi yang lain dibaca dengan perorangan. Beliau juga memotivasi orang Islam yang
26
sudah mahir membaca Al-Qur‟an dengan menjanjikan pahala yang besar, dan bagi orang yang baru dapat membacanya dengan terbata-bata beliau menjanjikan dua pahala yaitu pahala membaca al-Qur‟an dan pahala karena jerih payhnya (Zawawie, 2011:26). Membaca Al-Qur‟an adalah ibadah yang sangat mulia. Apalagi bila aktivitas membaca tersebut disertai dengan niat mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha merenungi maknanya, hal yang demikian disebut membaca Al-Qur‟an dengan baik. Membaca Al-Qur‟an dengan baik dapat dicapai dengan memperhatikan persiapan, etika ketika membaca Al-Qur‟an, larangan-larangan dan hal-hal yang diperbolehkan dalam membaca Al-Qur‟an (Zawawie, 2011:37-56) sebagai berikut: a. Etika dalam Membaca Al-Qur‟an Etika membaca dalam membaca Al-Qur‟an terdiri atas beberapa hal sebagai berikut: 1) Membaca dengan Tartil Tartil berarti “bagus, rapi, dan teratur susunannya” (Zawawie, 2011:42-43). Menurut Sayyidina Ali r.a. tartil adalah membaguskan huruf dan mengetahui tempat berhenti saat membaca Al-Qur‟an. Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT dalam Surat Al-Muzammil [73]:4):
Artinya: atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (Depag RI, 2005: 575).
27
2) Merenungkan bacaan dengan khidmat Zawawie (2011:46) mengartikan kata perenungan sebagai melakukan tindakan angan-angan dan menghayati kandungan ayat yang sedang dibaca supaya mendapatkan kesimpulan dari ayat tersebut. Khidmat adalah ketenangan hati dan pengagungan kepada Allah SWT saat membaca. 3) Sujud tilawah Sujud tilawah adalah sujud satu kali yang dianjurkan bagi pembaca Al-Qur‟an dan orang yang mendengarnya ketika menemui bacaan ayat sajdah. Dari empat mazhab dalam Islam, hanya mazhab Hanafi yang mewajibkan sujud tilawah ketika menemui ayat sajdah. Sedangkan ketiga mazhab yang lain menghukuminya dengan sunnah (Zawawie, 2011:51). Sujud tilawah dilakukan dengan cara: diawali dengan takbir, kemudian sujud, lalu takbir lagi ketika bangun dari sujud, dilanjutkan dengan salam tanpa tasyahud. Mayoritas ulama mengatakan bahwa jumlah ayat sajdah dalam Al-Qur‟an berjumlah 14 ayat. Ayat-ayat tersebut berada dalam surat Al-A‟raf, Ar-Ra‟du, AnNahl, Al-Isra‟, Maryam, Al-Haj (dua ayat menurut mazhab Syafi‟i dan satu ayat menurut mazhab Hanafi), Al-Furqan, AnNaml, As-Sajdah, Shad, Fushshilat, An-Najm, Al-Insyiqaq, dan Al-Alaq (Zawawie, 2011:52).
28
b. Larangan dan hal-hal yang diperbolehkan dalam Membaca AlQur‟an Ketika seseorang membaca Al-Qur‟an, beberapa kejadian penting yang perlu mendapatkan perhatian. 1) Larangan-larangan saat membaca al-Qur‟an a) Tidak boleh membaca surat dalam Al-Qur‟an dari bagian akhir ke bagian awal. Orang yang membaca Al-Qur‟an dengan cara ini dianggap terbalik hatinya dan dapat menghilangkan sebagian kemu‟jizatan Al-Qur‟an. Membaca Al-Qur‟an sesuai urutannya adalah sunnah. b) Tidak boleh membaca Al-Qur‟an dengan selain berbahasa Arab. Jika dilakukan, maka orang tersebut dianggap tidak membaca Al-Qur‟an melainkan tafsir dari Al-Qur‟an. c) Tidak boleh membaca Al-Qur‟an dalam keadaan ruku‟, sujud, tasyahud, dan aktivitas-aktivitas shalat selain berdiri. d) Dimakruhkan membaca Al-Qur‟an ketika berada di dalam WC, kamar mandi, atau tempat sampah karena zikir kepada Allah hanya dilakukan di tempat yang bersih, sedangkan membaca Al-Qur‟an merupakan zikir yang paling utama. e) Dimakruhkan membaca Al-Qur‟an dalam kondisi sangat mengantuk, atau tulisan Al-Qur‟an kurang jelas. f) Dimakruhkan membaca Al-Qur‟an ketika mulut dalam keadaan najis
29
g) Dimakruhkan membaca Al-Qur‟an jika mulut berbau tidak sedap, misalnya karena makan bawang putih dan lain sebagainya. Bahkan orang yang selesai merokok tidak boleh mendekat ke masjid atau membaca Al-Qur‟an sebelum ia membersihkan mulutnya. h) Dimakruhkan membaca Al-Qur‟an dengan bacaan terlalu cepat (Zawawie, 2011:53-56). 2) Hal-hal yang diperbolehkan saat membaca Al-Qur‟an a) Membaca Al-Qur‟an boleh sambil berjalan dan menaiki kendaraan b) Saat membaca Al-Qur‟an sambil berjalan, disunahkan menghentikan bacaan sejenak untuk mengucapkan salam ketika berpapasan dengan orang lain c) Jika memperoleh ucapan salam saat membaca Al-Qur‟an, harus menghentikan bacaan karena menjawab salam adalah wajib. d) Ketika bersin saat membaca Al-Qur‟an disunnahkan membaca
hamdalah
dan
orang
yang
mendengarnya
disunahkan membaca tasymit. e) Apabila mendengar suara azan segera menghentikan bacaan untuk menjawab panggilan azan tersebut. f) Diperbolehkan membaca Al-Qur‟an bersama-sama atau berjamaah.
30
g) Diperbolehkan membaca Al-Qur‟an secara bergantian dalam sebuah perkumpulan hingga khatam (Zawawie, 2011:55-56). 3. Membaca Al-Quran yang Benar dan Baik Membaca al-Quran yang benar dan baik adalah membaca alQuran dengan menerapkan ilmu tajwid dan sesuai dengan makharijul huruf-nya. Muhkhlishoh Zawawie (2011:43) mengatakan bahwa membaca al-Quran sesuai aturan ilmu tajwid yang teraplikasi dalam huruf secara jelas, tidak ada percampuran, dan tidak ada kesalahan dalam makhraj atau dalam bacaan wajib seperti idzhar, idgham, ikhfa’, iqlab, mad dan sebagainya disebut tartil wajib. Sedangkan kategori tartil sunnah menurut beliau adalah membaca al-Quran dengan memberikan hak sempurna kepada kalimat yang dibaca seperti membaca mad dengan panjang sempurna, tidak terburu-buru dalam membaca, berhenti untuk mengambil nafas, serta memperhatikan waqaf sesuai aturan yang benar. a. Ilmu Tajwid Menurut Al-Mahfani (2008:10), kata tajwid berasal dari bahasa Arab jawwada-yujawwidu-tajwid yang artinya membaguskan. Tajwid berarti membaguskan bacaan huruf-huruf dan kalimat-kalimat alQuran dengan terang, teratur, perlahan, dan tidak terburu-buru sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid. Sedangkan ilmu tajwid berarti ilmu yang mempelajari cara membaca al-Quran dengan baik dan benar sehingga sempurnya maknanya.
31
Setiap orang Islam harus mempelajari ilmu tajwid. Hal ini karena untuk dapat membaca al-Quran dengan baik dan benar seseorang
harus
mempelajari
dan
menerapkan
ilmu
tajwid.
Sebagaimana firman Allah QS. Al-Muzammil [73]:4 berikut ini:
Artinya: atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (Depag RI, 2005: 575)
Ayat tersebut memerintahkan kita untuk membaca al-Quran dengan tertil (perlahan-lahan). Membaca al-Quran dengan tartil hanya dapat terlaksana apabila kita memahami kaidah ilmu tajwid dengan baik dan mempraktikkannya. b. Makhraj Kata makhraj berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat keluar. Makhraj huruf berarti tempat keluarnya huruf. Cara untuk mengetahui tempat keluarnya huruf adalah dengan menambahkan satu huruf di depannya kemudian huruf yang ingin diketahui tempat keluarnya diberi baris sukun atau huruf nun mati. Misalnya apabila ingin mengetahui makhraj huruf ba‟ (
), tambahkan huruf alif ( )
yang diberi baris fathah di depannya, kemudian huruf ba‟ (
baris sukun menjadi
) diberi
. Bibir akan tekatup ketika mengucapkan
32
kalimat tersebut sehingga disimpulkan bahwa makhraj huruf ba‟ adalah dari kedua bibir yang terkatup (Al Mahfani, 2008:13). Berdasarkan ilmu tajwid, maka makhraj huruf hijaiyyah ada tujuh belas macam. Berikut adalah masing-masing makhraj huruf tersebut. 1) Rongga mulut, tempat keluar huruf Alif ( ) , Ya ( ), dan Wawu ( ). 2) Tenggorokan sebelah dalam, tempat keluar huruf Hamzah ( ) dan Ḥa ( ) 3) Pertengahan tenggorokan, tempat keluar huruf „Ain ( ) dan Ha ( ) 4) Tenggorokan sebelah depan, tempat keluar huruf Kha ( ) dan Gin ( ) 5) Antara pangkal lidah dengan langit-langit di hadapannya, tempat keluar huruf Qof ( ) 6) Ke depan sedikit huruf Qof, tempat keluar huruf Kaf ( ) 7) Antara pertengahan lidah dengan pertengahan langit-langit, tempat keluar huruf Jim ( ), Syin (
), dan Ya ( )
8) Dari permulaan ujung lidah dan geraham sebelah kanan yang bedekatan dengan lidah, keluar huruf Ḍ ad (
)
9) Antara ujung lidah dengan langit-langit, tempat keluar huruf Lam ( ) 10) Dari ujung lidah ke depan sedikit huruf Lam, keluar huruf Nun ( )
33
11) Dari huruf Nun tetapi tidak menyentuh langit-langit, keluar huruf RA ( ) 12) Dari ujung lidah besarta pangkal gigi depan sebelah atas dan menekan langit-langit, keluar huruf Ṭ a ( ), Dal ( ), dan Ta (
)
13) Antara ujung lidah dengan gigi depan atas, keluar huruf Ṣ ad ( Zay ( ), dan Sin (
),
)
14) Antara ujung lidah dengan ujung gigi depan atas, keluar huruf Żal ( ), Ṡ a (
), dan Ẓ a ( )
15) Bibir bawah bersama ujung gigi depan atas, keluar huruf Fa (
)
16) Antara dua bibir; a) Dengan katup, keluar huruf Mim ( ) dan Ba (
)
b) Terbuka, keluar huruf Wau ( ) 17) Penghabisan hidung sebelah dalam (tempat sengau), keluar huruf Idgam dan Ikhfa pada hukum “nun mati dan tanwin” dan keluar huruf Mim dan Nun yang bertasydid ( -
) (Al-Mahfani, 2008:13-
14).
B. Metode Iqro’ 1. Pengertian Metode Iqro‟ ditemukan oleh KH. Asad Humam dari Balai Litbang LPTQ Nasional, Team Tadarus “AMM” Kotagede Yogyakarta. Metode ini tersusun dalam sebuah buku yang dinamai pengarangnya dengan nama buku Iqro‟ Cara Cepat Membaca Al-Qur‟an yang terdiri dari enam jilid. Buku ini disusun secara praktis dan sistematis yang mendorong siswa menjadi pelajar yang aktif dalam belajar membaca AlQuran. KH. As‟ad Humam telah lebih dari lima puluh tahun mengajar 34
santri membaca Al-Quran. Berbagai metode pembelajaran telah diterapkan dan dirasa masih belum sempurna. Oleh sebab itu beliau menyusun metode Iqro‟ yang diadaptasi dari metode Qiro‟ati karangan Ustadz H. Dachlan Salim Zarkasyi (Humam, 2000: 1). Metode Iqro‟ banyak digunakan di TPA (Taman Pendidikan Alquran) atau TPQ (Taman Pendidikan al-Quran). Metode iqro‟ ini menggunakan model CBSA (Cara Belajar Santri Aktif), adopsi dari Cara Belajar Siswa Aktif, yang sebetulnya juga mengadopsi dari SAL (Student Active Learning) (http://www.gurusukses.com/tip-sukses-mengajarkanalquran, diunduh 24 Juli 2011, 07.00). Metode Iqra‟ dilengkapi dengan buku Iqro‟ terdiri dari enam jilid. Karena buku ini memang dikhususkan untuk anak-anak yang belum tahu sama sekali dengan huruf Al-Quran, maka pelaksanaannya terkesan sangat sederhana. Tapi justru dari kesederhanaan itulah metode ini efektif. Penerapan metode Iqro‟ adalah sebagai berikut: a.
Apabila tidak tersedia buku-buku Iqro‟ yang bisa dipegang oleh siswa, sebaiknya guru menyiapkan alatnya. Papan planel dan kartu huruf. Sama dengan pembelajaran membaca bahasa Indonesia untuk kelas I SD.
b.
Kartu huruf tadi ditulisi dengan huruf hijaiyah dengan harakat fathah dahulu. Misalnya: A Ba Ta Tsa (huruf Arab) sampai selesai. Hurufhuruf yang diajarkan dapat ditempelkan pada papan planel.
35
c.
Karena jumlah huruf hijaiyah ada 28, maka guru dapat membagi waktunya. Diusahakan huruf-huruf yang sama motifnya diajarkan dalam waktu yang sama. Misalnya: ba ta tsa, ja ha kho, da dza, ra za, dan seterusnya. Tetapi ketika mengajarkan huruf kedua, huruf pertama harus tetap ditanyakan. Begitu juga ketika mengajarkan huruf ketiga, huruf pertama dan kedua harus tetap disinggung. Ini mengikuti kerja otak, bahwa semakin sering sesuatu dipikirkan, maka semakin kuat tertambat di dalam ingatan. Menurut Humam dkk (1995:2), salah satu masalah yang dihadapi
oleh umat Islam Indonesia adalah prosentase generasi muda Islam yang tidak mampu membaca al-Quran. Generasi muda semakin tidak memahami al-Quran karena tidak mampu membaca al-Quran. Masalah kedua adalah tampak sekali bahwa lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran al-Quran yang ada tidak mampu mengatasi permasalahan tersebut. Pengajian anak-anak yang dilakukan secara tradisional di surausurau semakin berkurang. Pengajaran membaca al-Quran di lembaga formal seperti sekolah sangat terbatas waktu dan tenaga pengajarnya. Sedang masalah ketiga adalah metode pengajaran membaca al-Quran yang selama ini diterapkan di Indonesia khususnya Juz „Amma (Qawaidu al Baghdadiyah) sudah saatnya ditinjau kembali (Humam dkk, 1995:3). Hal-hal itulah yang kemudian melatarbelakangi Team Tadarus “AMM” untuk menyusun metode Iqro‟ dalam sebuah buku. Metode Iqra‟ dilengkapi dengan buku Iqro‟ terdiri dari enam jilid.
36
Karena buku ini memang dikhususkan untuk anak-anak yang belum tahu sama sekali dengan huruf Al-Quran, maka pelaksanaannya terkesan sangat sederhana. Tapi justru dari kesederhanaan itulah metode ini efektif. 2. Sepuluh Sifat Buku Iqro‟ Buku Iqro‟ yang disusun oleh K.H. As‟ad Humam memiliki sepuluh sifat utama yang menjadi ciri khusus pembelajaran metode Iqro‟. Sepuluh sifat buku Iqro‟ tersebut adalah: a. Bacaan langsung b. CBSA (Cara Belajar Santri Aktif) c. Privat/Klasikal d. Modul e. Asistensi f. Praktis g. Sistematis h. Variatif i. Komunikatif j. Fleksibel (Humam, 2000). 3. Langkah-Langkah Metode Iqro‟ As‟ad
Humam
(2000:4)
sebagai
penemu
metode
Iqro‟
memberikan panduan mengenai kunci sukses pengajaran buku Iqro sebagai berikut: a. Metode yang digunakan CBSA, Privat dan Asistensi
37
Metode CBSA (cara belajar siswa aktif) menekankan pentingnya keaktifan dari siswa. Guru hanya sebagai penyimak, tidak boleh menuntun bacaan siswa, dan menyimak bacaan siswa. Privat berarti pembelajaran seorang demi seorang. Asistensi adalah metode pengajaran membaca al-Quran dengan dibantu oleh siswa yang lebih tinggi kemampuan membacanya menyimak siswa yang lebih rendah kemampuannya. b. Guru memberi contoh bacaan Guru mengajar dengan langsung memberi contoh bacaan, kemudian setelah itu menyimak bacaan siswa. Guru tidak perlu banyak komentar. Siswa tidak perlu dikenalkan dengan istilah tanwin, sukun dan lain sebagainya. Yang terpenting siswa mampu membaca dengan benar. c. Bacaan yang benar tidak perlu diulang kembali Bacaan yang telah benar hanya perlu dibaca satu kali. Jika siswa mengulang bacaan
وَمَا
misalnya karena mengingat bacaan
yang sesudahnya, guru menegurnya dengan menanyakan misalnya “
وَمَاnya ada berapa?” d. Kesalahan membaca huruf Kesalahan membaca sebuah huruf, cukup diulang pada pembacaan huruf yang salah. Pada saat siswa melakukan kesalahan seperti ini, guru dapat melakukan koreksi dengan cara: 1) Isyarah, guru dapat memberikan isarat kepada siswa dengan 38
kata-kata seperti: eee, awas, stop dan lain sebagainya. 2) Titian ingatan, contohnya: kesalahan membaca huruf
َز
diingatkan oleh guru dengan berkata “jika tidak ada titiknya dibaca ro ( ). Metode ini dilakukan jika siswa masih lupa
setelah guru memberikan isyarah. 3) Menunjukkan bacaan yang benar. Cara ketiga ini dilakukan setelah
isyarah
dan
titian
ingatan
tidak
berhasil
mengingatkan siswa pada bacaan yang benar. 4) Kesalahan bacaan di tengah atau akhir kalimat. Kesalahan bacaan seperti ini dikoreksi oleh guru dengan membetulkan bacaan yang keliru saja, tidak perlu membaca dari awal kalimat. Setelah siswa selesai membaca satu halaman, siswa diminta mengulang pada kalimat yang terdapat kekeliruan tersebut. e. Membaca dengan meloncat-loncat untuk siswa berkemampuan tinggi Siswa dengan kemampuan tinggi dalam membaca al-Quran dapat dipacu dengan cara membaca meloncat-loncat. Siswa diminta membaca kalimat-kalimat yang berada di beberapa halaman, tidak utuh satu halaman. f. Siswa yang memanjangkan bacaan Siswa yang memanjangkan bacaan karena mengingat bacaan huruf setelahnya ditegur dengan teguran “membacanya putus-putus
39
saja”. Jika perlu huruf di depan bacaannya ditutup agar ia tidak berpikir bacaan huruf tersebut. g. Tidak membebani siswa dengan irama bacaan Siswa tidak boleh dibebani dengan mengajarkannya irama atau lagu bacaan al-Quran. Irama bacaan al-Quran atau bacaan tartil hanya untuk siswa yang telah lulus Iqro‟. h. Sistem tadarus Beberapa siswa dengan kemampuan yang sama dan tingkat pelajarannya dapat mengikuti sistem tadarus. Tadarus adalah membaca secara bergilir sekitar 2 baris dan siswa yang lain menyimak. i. Guru tertentu untuk EBTA EBTA atau evaluasi belajar tahap akhir dilakukan dengan menentukan guru tertentu untuk menguji bacaan siswa. j. Tajwid praktis Pembelajaran tajwid praktis telah dimasukkan dalam pengajaran Iqro‟ dari jilid pertanya hingga jilid keenam. Siswa akan mampu membaca dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid. Ilmu tajwid sendiri (meliputi istilah idqhom, ikhfa’ mad, sifat huruf dan lain sebagainya) diajarkan kepada siswa setelah ia lancara membaca al-Quran beberapa Juz.
40
k. Keberhasilan pengajaran Keberhasilan pengajaran Iqro‟ ditentukan oleh penguasaan petunjuk mengajar oleh guru dan guru yang fasih dan tartil membaca al-Quran. Guru dalam hal ini dapat berupa sesama siswa yang lebih tartil membacanya. Setelah siswa mahir membaca al-Quran, siswa diminta untuk memperhatikan ada sopan santun dalam membaca al-Quran. Berikut ini adalah sepuluh adab sopan santun dalam membaca al-Quran. 1.
Disunatkan
membaca
al-Quran
sesudah
wudlu,
kemudian
mengambil al-Quran dengan tangan kanan dan memegangnya dengan kedua tangan. 2.
Membaca al-Quran di tempat yang bersih dan suci, terutama di masjid.
3.
Menghadap kiblat, membaca dengan khusyu‟, tenang, dan dengan pakaian yang pantas dan menutup aurat.
4.
Mulut hendaknya bersih, disunatkan untuk membersihkan mulut dan gigi sebelum membaca al-Quran
5.
Membaca ta’awudz dan basmalah sebelum membaca al-Quran, kecuali pada surat al-Taubah tidak membaca basmalah.
6.
Membaca dengan tartil, maksudnya dengan pelan, tenang, teliti, hatihati, sabar dan seusai kaidah tajwid.
7.
Penuh perhatian dan memikirkan makna dan maksud ayat-ayat alQuran yang dibaca. Melakukan sujud tilawah jika membaca ayat-
41
ayat sajdah. 8.
Membaca al-Quran dengan suara yang bagus dan indah
9.
Tidak memutuskan bacaan al-Quran hanya karenan hendak berbicara dengan orang lain, tertawa, sambil bermain dan sebagainya.
10. Memperhatikan tanda-tanda waqaf (berhenti) dan ibtida’ (memulai), tanda-tanda baca, panjang pendek, dengung dan atau tidak, serta kaidah ilmu tajwid lainnnya (Humam, 2010:67). Dari beberapa penjelasan tersebut, maka penerapan metode Iqro‟ dapat dilakukan di kelas dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Apabila tidak tersedia buku-buku Iqro‟ yang bisa dipegang oleh siswa, sebaiknya guru menyiapkan alatnya. Papan planel dan kartu huruf. Sama dengan pembelajaran membaca bahasa Indonesia untuk kelas I SD. 2. Kartu huruf tadi ditulisi dengan huruf hijaiyyah dengan harakat fathah dahulu. Misalnya: A Ba Ta Tsa (huruf Arab) sampai selesai. Huruf-huruf yang diajarkan dapat ditempelkan pada papan planel. 3. Pengajaran
Iqro‟
harus
memperhatikan
sepuluh
sifat
dari
pembelajaran Iqro‟yaitu: Bacaan langsung, CBSA, Privat/Klasikal, Modul, Asistensi, Sistematis, Variatif, Komunikatif dan Fleksibel. Karena jumlah huruf hijaiyah ada 28, maka guru dapat membagi waktunya. Diusahakan huruf-huruf yang sama motifnya diajarkan dalam waktu yang sama. Misalnya: ba ta tsa, ja ha kho, da dza, ra za, dan seterusnya. Tetapi ketika mengajarkan huruf kedua, huruf pertama harus
42
tetap ditanyakan. Begitu juga ketika mengajarkan huruf ketiga, huruf pertama dan kedua harus tetap disinggung. Ini mengikuti kerja otak, bahwa semakin sering sesuatu dipikirkan, maka semakin kuat tertambat di dalam ingatan. 4. Contoh Penerapan Metode Iqro Berikut adalah contoh penerapan metode Iqro‟.
Contoh tersebut adalah salah satu pembelajaran Iqro‟ yang paling dasar yaitu Iqro‟ 1. Pada tahap ini, siswa dibimbing untuk mampu membaca huruf hijaiyyah alif dan ba’. Sesuai dengan prisip pembelajaran Iqro‟ yaitu bacaan langsung, maka siswa diminta langsung membaca A –
43
Ba dan seterusnya dengan suara pendek. Guru hanya bertugas sebagai penyimak, tidak menuntun siswa kecuali memberikan contoh pokok bacaan, sesuai dengan metode CBSA yang digunakan. Guru tidak perlu mengenalkan istilah tanwin, fathah dan sebagainya. Guru juga harus komunikatif, artinya memberikan umpan balik seperti ketika siswa membaca dengan benar, guru berkata “betul”, “bagus” dan lain sebagainya. Huruf yang telah dibaca dengan benar tidak perlu diulangi lagi, hanya huruf yang salah saja yang diulangi. Dalam hal mengoreksi kesalahan siswa, guru tidak boleh langsung menuntun, melainkan terlebih dahulu dengan isarat seperti mengucapkan “eee”, “awas”, “stop” dan lain sebagainya. Jika siswa belum mampu membaca dengan benar, guru kemudian menggunakan prinsip titian ingatan untuk mengingatkan siswa pada bacaan yang benar. Bila siswa masih belum
mampu
membaca dengan benar, barulah guru memberikan contoh bacaan yang benar. Siswa yang mampu dipacu dapat membaca dengan meloncatloncat. Dalam pembelajaran ini, siswa tidak diajari dengan lagu terlebih dahulu.
44
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SDN Kebumen 01 1. Identitas SDN Kebumen 01 a. Nama Sekolah
: SDN Kebumen 01
b. Status Sekolah
: Negeri
c. Alamat
:
Jalan
: Jl. Perengkuning No. 27
Desa/Kec.
: Kebumen/Banyubiru
Kabupaten
: Semarang Kodepos 50664
d. NSS
: 101032207013
e. Tahun Berdiri
: 1953
f. Luas Tanah
: 1584 m2
g. Akreditasi
:B
2. Visi dan Misi SDN Kebumen 01 1. Visi Utama dalam Iman dan Taqwa, Unggul dalam Ilmu dan Terampil dalam Karya. 2. Misi a. Mengembankgan pengetahun, penghayatan, pengamalan agama b. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
45
c. Memupuk bakat, mengembangkan minat dan menghasilkan karya dan berdaya guna 3. Letak Geografis SD Negeri Kebumen 01 terletak di tengah Desa Kebumen. Letaknya sangat strategis di sekitar jalur utama jurusan AmbarawaSalatiga. Mempunyai halaman yang luas, udara yang segar dan berada di tengah pemukiman yang hidup aman, tenteram dan rukun. SD Negeri Kebumen 01 berdiri sejak tahun 1973 di atas tanah seluas 1584 meter persegi dengan luas bangunan 603 meter persegi. 4. Kesiswaan Keadaan siswa pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Keadaan Siswa SDN Kebumen 01 Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6
Kelas L P I 13 10 II 10 7 III 14 16 IV 14 15 V 15 17 VI 18 15 Jumlah 84 80 Sumber: Dokumen SDN Kebumen 01 Tahun 2011
Jumlah 23 17 30 29 32 33 164
Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 jumlah siswa di SDN Kebumen 01 adalah 164 siswa. Dari total 164 siswa tersebut, 84 diantaranya adalah laki-laki dan 80 adalah perempuan. Dari keseluruhan data siswa kelas I sampai dengan kelas VI, penulis menetapkan untuk mengadakan penelitian tindakan kelas di kelas III. Jumlah siswa di kelas III SDN Kebumen 01 pada tahun 2011 adalah 30
46
orang siswa dengan perincian 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Adapun data mengenai siswa kelas III adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Data Siswa Kelas III SDN Kebumen 01 Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jenis Kelamin Arif Ma’ruf L Abdul Ghofur Majid L M. Fatkhur Rohman L Fitri Purwanti P Lailatul Koniah P M. Afna Karim L Maulana Edo Darmawan L Safril Ferdi Maulana L Sanah Rofikhatul Kh P Wahyu Setiawan L Zaim Fadhil L Abdul Ghofur L Alifia Adha Rahmawati P Aris Yuliana P Arina Nur Sabrila P Dewi Wulansari P Diah Arfianti P Fatna Alfaticha P Hendri Satria Bhekti L Kinasih Wijayanti P Maulaan Ardiansah L Naufal Atsal Majid L Naily Qurotul Ayuni P Rio Dwiki Alfandi L Sinta Widya Kharisma P Salsabila Rizqi Amalia P Belinda Gusfatmawati P Anike Agustin Ulima P A. Nur Aziz Sauroy L Fatimatul Zahro P Sumber: Dokumen SDN Kebumen 01 Tahun 2011 Nama
Umur (th) 11 10 10 9 9 9 9 10 8 9 9 9 8 8 8 9 7 8 8 9 9 9 8 8 8 8 8 8 9 9
Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
Dari tabel 3.2 dapat diketahui bahwa dari 30 siswa kelas III, 14 siswa adalah laki-laki dan 16 siswa adalah perempuan. Umur siswa terendah adalah 7 tahun yaitu 1 siswa, kemudian 8 tahun yaitu 12 siswa, 9 tahun sebanyak 13 siswa, 10 tahun sebanyak 3 siswa dan 11 tahun sebanyak satu siswa. Seluruh siswa kelas III beragama Islam, sehingga kesemuanya dapat dijadikan responden penelitian tindakan kelas ini.
47
5. Pekerjaan Orang Tua Siswa Selain data mengenai keadaan siswa, penulis juga mendapatkan data mengenai pekerjaan orang tua siswa. Data mengenai pekerjaan orang tua siswa dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 Pekerjaan Orang Tua Siswa Tahun Pelajaran 2011/2012 No
Pekerjaan
F
%
1
PNS
1
3%
2
TNI/POLRI
0
0%
3
Petani
7
23%
4
Buruh
8
27%
5
Karyawan Swasta
7
23%
6
Nelayan
1
3%
7
Perangkat Desa
1
3%
8
Pedagang
5
17%
30
100%
Jumlah Sumber: Dokumen SDN Kebumen 01 Tahun 2011
Dari tabel 3.3 tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua siswa di SDN Kebumen 01 pada tahun pelajaran 2011/2012 bekerja sebagai buruh (27%). Sisanya orang tua siswa bekerja sebagai petani (23%), karyawan swasta (23%), pedagang (17%), dan PNS, nelayan dan perangkat desa masing-masing 3%. Tidak ada orang tua siswa yang bekerja sebagai TNI/Polri. 6. Tenaga Pengajar SDN Kebumen 01 Tenaga pengajar di SDN Kebumen 01 berjumlah 9 orang guru ditambah dengan seorang kepala sekolah, dua orang petugas perpustakaan dan seorang penjaga sekolah. Adapun data lengkap mengenai tenaga pengajar di SDN Kebumen 01 adalah sebagai berikut.
48
Tabel 3.4 Keadaan Guru dan Karyawan SDN Kebumen 01 Tahun 2011/2012 No Nama L/P Pendidikan 1 Sri Sutanti P D2 2 K. Suprapto L D2 3 Nur Roniah P D2 4 Muh Latief L S1 5 Kuriah P SPG 6 Supiyono L SLTA 7 Nur Hamidah P D2 8 Romzanah P D2 9 Alimin L D2 10 Purwati, S.Sos P S1 11 Bambang Sukma A L STM 12 Dwi Setyaningsih P D2 13 Arif Budi Wibowo L D3 Sumber: Dokumen SDN Kebumen 01 Tahun 2011
Status PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS Wiyata Wiyata Wiyata Wiyata
Jabatan Kepala Sekolah Guru Kelas II Guru Kelas VI Guru Kelas III Guru kelas I Guru Penjas Guru Agama Guru Kelas V Guru Kelas IV Guru B. Inggris Penjaga Sekolah Perpustakaan Perpustakaan
Dari Tabel 3.4 dapat diketahui bahwa sebagaian besar tenaga pendidik dan kependidikan di SDN Kebumen 01 berpendidikan D2 (7orang). Sisanya berpendidikan S1 (2 orang), D3 (1 orang), SPG (1 orang), dan SLTA sederajat (2 orang). Jumlah laki-laki dan perempuan hampir berimbang, yaitu laki-laki 6 orang (46,2%) dan perempuan 7 orang (53,8%). 7. Struktur Organisasi SDN Kebumen 01 Struktur organisasi SDN Kebumen 01 dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.
49
KEPALA SEKOLAH Sri Sutanti, A.Ma.Pd
NARA SUMBER
KOMITE
GURU KELAS I Kuriah
GURU KELAS II Komari Suprapto
GURU EKLAS III Muh. Latief
GURU KELAS IV Alimin
GURU KELAS V Romzanah
GURU KELAS VI Nur Roniah
GURU AGAMA Nur Hamidah
PERPUSTAKAAN Dwi Setyaningsih Arif Budi Wibowo
GURU B. INGGRIS Purwati, S.Sos
PENJAGA Bambang Sukma A
SISWA
MASYARAKAT
Keterangan: garis koordinasi garis komando Gambar 3.1. Struktur Organisasi SDN Kebumen 01
50
GURU PENJAS Supiyono
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Siklus pertama penelitian dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 Juli 2011. Mata pelajaran yang diajarkan adalah PAI dengan materi membaca kalimat dalam al-Quran. Standar Kompetensi yang direncanakan adalah mengenal kalimat dalam al-Quran dan kompetensi dasar membaca kalimat dalam al-Quran. Masing-masing siklus meliputi: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. 1. Perencanaan a. Menyusun RPP dengan materi membaca kalimat dalam al-Quran dan metode pembelajaran Iqro’ b. Mempersiapkan alat peraga, media visual berupa kertas karton bertuliskan huruf hijaiyah, dan bahan ajar berupa buku Iqro’ untuk materi membaca kalimat dalam al-Quran dengan metode Iqro’ c. Menyiapkan lembar evaluasi berupa soal bacaan al-Quran dan tugas kelompok membaca al-Quran d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk mengamati situasi kelas, lembar absensi, dan daftar nilai serta alat dokumentasi 2. Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Juli 2011. Waktu yang dipergunakan adalah 3 jam pelajaran atau 3 x 35 menit. Pembelajaran dilaksanakan dengan metode Iqro’. Tema pokok yang diajarkan adalah membaca kalimat dalam al-Quran. Jalannya proses pembelajaran sesuai dengan RPP adalah sebagai berikut:
51
a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit) 1) Mengucap salam dan memimpin doa bersama 2) Guru mengkondisikan kelas dengan tadarus bersama surat-surat yang dihafal oleh siswa 3) Melakukan apersepsi dengan bertanya tentang membaca al-Quran (misalnya: siapa yang tadi malam membaca al-Quran?) sambil melakukan absensi 4) Memperkenalkan bahan ajar mengenai huruf, kata dan kalimat dalam Alquran (melalui Fitur Mutiara Islam dan sepenggal kisah) b. Kegiatan Inti (60 menit) 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, yaitu membaca kalimat dalam al-Quran 2) Guru memperkenalkan tentang metode Iqro’ kepada siswa berupa sejarah singkatnya 3) Guru menjelaskan kepada siswa tentang cara belajar dengan metode Iqro’ 4) Mempersiapkan dan menempel alat peraga membaca al-Quran dengan metode Iqro’, yaitu berupa kertas karton bertuliskan huruf-huruf al-Quran lengkap dengan harokatnya. 5) Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar huruf hijaiyyah kepada siswa
52
6) Menanyakan dan meminta satu persatu siswa untuk membaca huruf al-Quran 7) Guru menerapkan metode Iqro’ dalam pembelajaran membaca huruf al-Quran 8) Guru melakukan pembelajaran dengan cara klasikal 9) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa 10) Guru memberikan umpan balik positif terhadap siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru 11) Guru memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya 12) Guru memberikan pujian kepada kelas karena telah belajar membaca al Quran dengan metode Iqro’ c. Kegiatan akhir (25 menit) 1) Guru membuat refleksi pembelajaran dengan metode iqro’ 2) Melakukan evaluasi pembelajaran 3) Guru menutup pembelajaran dengan doa bersama dan salam 3. Observasi Observasi dilaksanakan oleh guru mitra peneliti. Guru mitra dilibatkan sejak proses identifikasi masalah, penyusunan RPP, observasi dan analisis hasil penelitian serta refleksi. Hasilnya adalah ditemukannya permasalahan penelitian yaitu tentang rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI khususnya kemampuan membaca al-Quran yang disebabkan oleh metode mengajar yang kurang sesuai, pengelolaan kelas yang kurang,
53
keterbatasan sarana dan prasarana, dan siswa yang kurang aktif. Observasi dilaksanakan untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Karena observasi menyatu dengan pelaksanaan tindakan, maka penulis bersama guru mitra merancang sistem dan prosedur yang mudah dan cepat untuk dilaksanakan. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui 8 aspek keaktifan siswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi siswa. Observasi ini dibantu oleh guru mitra yaitu Romzanah ketika peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Data-data hasil observasi kemudian dianalisis tentang apa yang diharapkan terjadi, apa yang belum terjadi, mengapa suatu hal terjadi, apa penyebab yang melatarbelakanginya, dan apakah diperlukan adanya tindak lanjut. Guru mitra memberikan skor kepada peneliti sesuai dengan kondisi saat pembelajaran berlangsung. Total skor kemudian dihitung dan dicari nilai rata-ratanya. Observasi mengamati indikator pembelajaran menggunakan metode Iqro’. Lembar observasi yang dipergunakan tertera dalam tabel 3.5. Tabel 3.5 Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa No
Aspek yang diamati
Siswa memperhatikan penjelasan guru Antusias siswa 2 mengikuti pembelajaran 3 Aktif bertanya Aktif menjawab 4 pertanyaan 1
Skor
Catatan Guru Mitra
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
54
No
Aspek yang diamati
Skor
Berani membetulkan 5 bacaan teman yang salah Berani membaca tanpa 6 disuruh Berani mengemukakan 7 pendapat tentang bacaan yang betul Berani mengajari teman 8 membaca al-Quran dalam kelompok
Catatan Guru Mitra
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Peneliti juga melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi Pembelajaran dengan metode Iqro’ bersifat lisan. Siswa diminta untuk membaca kalimat dalam al-Quran. Guru kemudian menilai dengan cara menghitung kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Hasil evaluasi kemudian ditulis dalam tabel 3.6. Tabel 3.6 Hasil Pengamatan Kemampuan Siswa No
Aspek yang diamati
Skor
1
Membaca sesuai dengan tajwid
3 2 1
2
Membaca sesuai dengan makhraj
3 2 1
3
Membaca harakat dengan benar
3 2 1
4
Membaca panjang pendek dengan 3 2 1 benar Membaca dengan benar dan lancar 3 2 1
5
Catatan Guru Mitra
Nilai yang telah diperoleh dalam tabel 3.6 kemudian diolah dan dicari nilai rata-rata dan presentase ketuntasan belajar siswa. Hasil penilaian ini menjadi dasar untuk menetapkan apakah metode
55
Iqro’ mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam membaca al-Quran. 4. Refleksi Kegiatan
refleksi
bertujuan
untuk
mengkaji
proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pengkajian tersebut meliputi apa yang telah terjadi, apa yang belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal tersebut dapat terjadi, dan tindakan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Refleksi pembelajaran dilakukan oleh guru peneliti bersama guru mitra. Hasil refleksi menentukan apakah siklus penelitian selanjutnya dibutuhkan atau tidak. Hasil refleksi juga dibutuhkan untuk penyempurnaan siklus penelitian selanjutnya apabila diperlukan dan menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil refleksi menunjukkan bahwa masih ada kelemahankelemahan yaitu antara lain kelas yang masih belum stabil, masih ada siswa yang belum aktif, keaktifan siswa dalam kategori sedang. Tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan membentuk kelompok-kelompok pembelajaran untuk memudahkan pengaturan kondisi kelas, memberikan tugas kelompok, dan menggunakan kalimat-kalimat umpan balik positif dari guru kepada siswa.
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Siklus kedua penelitian ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21 Juli 2011. Materi pembelajaran, waktu yang dialokasikan dan metode yang
56
dipergunakan masih sama pada pelaksanaan siklus I dengan penyempurnaan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Langkah yang ditempuh adalah: 1. Perencanaan a. Peneliti mengkaji permasalahan-permasalahan mengenai pembelajaran sebelumnya bersama guru kolaborator. Permasalahan yang ditemukan kemudian dicari solusinya untuk diterapkan dalam siklus II. b. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan pokok bahasan dan instrumen pengumpulan data selama penelitian berlangsung c. Peneliti menyiapkan perangkat dan sarana media pembelajaran antara lain: lembar absensi, buku Iqro’, data diri siswa, lembar penilaian, kartu Iqro’, Lembar soal membaca al-Quran. 2. Pelaksanaan Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai RPP yang telah disempurnakan. Mata pelajaran yang diajarkan adalah PAI dengan materi membaca kalimat dalam al-Quran. Standar Kompetensi yang direncanakan adalah mengenal kalimat dalam al-Quran dan kompetensi dasar membaca kalimat dalam al-Quran. Metode yang digunakan adalah metode Iqro’ dengan penyempurnaan. a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit) 1) Mengucap salam dan memimpin doa bersama 2) Guru mengkondisikan kelas dengan tadarus bersama surat-surat yang dihafal oleh siswa
57
3) Melakukan apersepsi dengan bertanya tentang membaca al-Quran (misalnya: siapa yang sudah belajar membaca Iqro’?) sambil melakukan absensi 4) Memperkenalkan bahan ajar mengenai huruf, kata dan kalimat dalam Alquran (melalui Fitur Mutiara Islam dan sepenggal kisah) b. Kegiatan Inti (60 menit) 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, yaitu membaca kalimat dalam al-Quran 2) Guru menjelaskan bahwa hari ini kita akan belajar dengan metode Iqro’ secara berkelompok 3) Guru menjelaskan kembali kepada siswa tentang cara belajar dengan metode Iqro’ dengan berkelompok 4) Guru membagi siswa ke dalam lima kelompok beranggotakan enam siswa. 5) Guru menentukan ketua dan sekretaris masing-masing kelompok 6) Guru menempel alat peraga berupa kertas karton bertuliskan huruf-huruf al-Quran di papan tulis 7) Guru memberi contoh bacaan yang baru kepada siswa dan siswa menirukan bacaan guru 8) Guru memberikan sekumpulan kartu Iqro kepada masing-masing kelompok 9) Setiap siswa dalam kelompok belajar membaca al Quran dengan metode Iqro’ secara berkelompok
58
10) Guru memandu kelompok dalam belajar membaca al Quran dengan menggunakan prinsip-prinsip Iqro’ 11) Kelompok yang mengalami kesulitan dalam membaca al-Quran dapat bertanya kepada guru 12) Guru membantu siswa dengan Isyarah dan titian ingatan 13) Guru memberikan umpan balik positif terhadap siswa yang bertaya kepada guru 14) Guru memberikan pujian kepada kelas karena telah belajar membaca al Quran dengan metode Iqro’ berkelompok c. Kegiatan akhir (25 menit) 1) Guru membuat refleksi pembelajaran dengan metode iqro’ 2) Melakukan evaluasi pembelajaran 3) Guru menutup pembelajaran dengan doa bersama dan salam Kegiatan pelaksanaan pelitian dilakukan oleh guru peneliti dan pada saat yang bersamaan, guru mitra melakukan tindakan observasi terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. 3. Observasi Kegiatan observasi yang dilakukan sama seperti observasi pada siklus I. Observasi dilakukan sejak tindakan dilakukan. Observasi dilakukan dengan bantuan guru mitra bernama Romzanah. Instrumen untuk observasi adalah sama seperti yang dipergunakan pada siklus I.
59
Evaluasi pembelajaran dilakukan sesuai dengan instrumen evaluasi yang telah ditetapkan. Instrumen tersebut menggunakan format seperti yang ada pada tabel 3.6. pada siklus I. 4. Refleksi Hasil refleksi menunjukkan bahwa kelemahan pembelajaran yang dilakukan antara lain waktu yang kurang terkendali, dan belum adanya paparan hasil kerja kelompok. Solusi yang ditemukan adalah dengan membatasi waktu dan memberikan penjelasan kepada siswa tentang kerja kelompok yang efektif. Solusi kedua adalah dengan memberikan waktu khusus bagi siswa untuk memaparkan hasil kerja kelompok. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dan solusi atas permasalahan tersebut, maka peneliti memutuskan untuk melaksanakan siklus III dengan menggunakan hasil refleksi siklus II sebagai penyempuranaan.
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III Siklus ketiga penelitian ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 28 Juli 2011 selama 3 jam pelajaran seperti pada siklus sebelumnya. Kegiatan yang ditempuh adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Dalam tahap ini, tercakup kegiatan antara lain: a. Menyusun RPP perbaikan b. Menyiapkan bahan pembelajaran berupa lembar presentasi Iqro’ dan kartu Iqro’
60
c. Menyiapkan alat Observasi d. Menyusun alat Evaluasi 2. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan peneliti menerapkan strategi pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disempurnakan, menggunakan metode Iqro’ beberapa perbaikan berdasarkan pada refleksi siklus kedua. Langkah-langkah pelaksanaan ini meliputi: a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit) Membuka pembelajaran dengan: 1) Mengucap salam dan menunjuk salah satu siswa memimpin doa bersama 2) Guru mengkondisikan kelas dengan tadarus bersama surat-surat yang dihafal oleh siswa 3) Melakukan apersepsi dengan bertanya tentang membaca al-Quran (misalnya: siapa yang senang belajar membaca al-Quran dengan Metode Iqro’?) sambil melakukan absensi 4) Memperkenalkan bahan ajar mengenai huruf, kata dan kalimat dalam Alquran b. Kegiatan Inti (60 menit) 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, yaitu membaca kalimat dalam al-Quran
61
2) Guru menjelaskan bahwa pembelajaran membaca al-Quran kali ini dengan menggunakan metode Iqro’ secara berkelompok dengan pembatasan waktu 3) Guru membentuk 6 kelompok yang terdiri dari 5 siswa, didasarkan pada tingkat kemampuan membaca al Quran siswa 4) Guru menjelaskan mengenai aturan belajar kelompok yang baik, benar dan efetif 5) Guru menempel alat peraga berupa kertas karton bertuliskan huruf-huruf al-Quran 6) Guru memberi contoh bacaan yang baru kepada siswa dan siswa menirukan bacaan guru 7) Guru menunjuk salah satu siswa dari masing-masing kelompok untuk membaca tulisan huruf-huruf al Quran yang ada di papan tulis 8) Guru memulai pembelajaran membaca al Quran dengan metode Iqro’ secara berkelompok 9) Guru memberikan buku Iqro’ kepada masing-masing kelompok 10) Setiap siswa dalam kelompok belajar membaca al Quran dengan metode Iqro’ secara berkelompok 11) Guru
memandu
pembelajaran
pengarahan dan mengatur waktu
62
siswa
dengan
memberikan
12) Siswa yang lebih mampu dalam kelompok dapat menjalankan prinsip asistensi dalam metode Iqro’ dengan mengajari siswa yang lain 13) Siswa yang menjalankan asistensi kepada siswa lain tetap menerapkan prinsip-prinsip metode Iqro’: membaca putus-putus, langsung memberi contoh, memperhatikan panjang-pendek bacaan, membetulkan huruf yang salah saja, membetulkan dengan isyarah dan titian ingatan 14) Masing-masing kelompok bergiliran maju ke depan untuk membaca al-Quran sesuai tugas yang diterima 15) Guru mengumumkan kelompok terbaik dan memberikan umpan balik positif misalnya tepuk tangan, pujian, dan hadiah. c. Kegiatan Akhir (45 menit) 1) Guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran 2) Melakukan evaluasi pembelajaran 3) Guru menutup pembelajaran, meminta salah satu siswa memimpin doa bersama dan guru mengucap salam 3. Observasi Kegiatan observasi yang dilakukan sama seperti observasi pada siklus I dan II. Observasi dilakukan sejak tindakan dilakukan. Observasi dilakukan dengan bantuan guru mitra bernama Romzanah. Instrumen untuk observasi adalah sama seperti yang dipergunakan pada siklus I dan II.
63
Evaluasi pembelajaran dilakukan sesuai dengan instrumen evaluasi yang telah ditetapkan. Instrumen tersebut menggunakan format seperti yang ada pada tabel 3.6. pada siklus sebelumnya. 4. Refleksi Kegiatan refleksi pada siklus ketiga merupakan kegiatan refleksi paling akhir. Refleksi yang mendalam dilakukan oleh peneliti dan guru mitra untuk menarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi siklus ketiga menetapkan bahwa tujuan penelitian telah tercapai dan penelitian tindakan dihentikan. Hal ini didasarkan pada hasil refleksi yang menunjukkan bahwa pada siklus III keaktifan siswa sangat tinggi, kondisi kelas telah stabil (kondusif), disiplin waktu terjaga hingga akhir pembelajaran, dan prestasi belajar siswa meningkat dengan presentase ketuntasan yang tinggi.
64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per Siklus 1. Siklus Pertama a. Data Hasil Pengamatan Siklus dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Juli 2011. Waktu yang dipergunakan adalah 3 jam pelajaran atau 3 x 35 menit. Pembelajaran dilaksanakan dengan metode Iqro’. Tema pokok yang diajarkan adalah membaca kalimat dalam al-Quran, data-data yang diperoleh berdasarkan pengamatan adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Observasi Keaktifan Siswa dengan Metode Iqro’pada Siklus I
No
Nama Siswa
Nilai
L/P
1
A
L
Siklus I 18
Kriteria tidak baik
2
B
L
20
tidak baik
3
C
L
24
cukup
4
D
L
22
cukup
5
E
L
22
cukup
6
F
P
24
cukup
7
G
P
22
cukup
8
H
L
20
tidak baik
9
I
L
22
cukup
10
J
P
25
cukup
11
K
L
24
cukup
12
L
L
30
baik
13
M
L
32
baik
14
N
L
20
tidak baik
15
O
L
20
tidak baik
16
P
P
9
Sangat tidak baik
17
Q
P
24
cukup
65
No
Nama Siswa
Nilai
L/P
18
R
L
Siklus I 30
19
S
L
14
tidak baik
20
T
P
25
cukup
21
U
L
26
cukup
22
V
L
27
cukup
23
W
L
29
baik
24
X
L
29
baik
25
Y
L
30
baik
26
Z
P
33
baik
27
AA
P
20
tidak baik
28
AB
L
40
sangat baik
29
AC
L
23
cukup
30
AD
P
24
cukup
Nilai Tertinggi
40
Nilai Terendah
9
Rata-Rata
Kriteria baik
24,26667
Berdasarkan lembar observasi yang dibuat, maka penulis menyusun kategori keaktifan siswa menjadi lima kategori dengan interval nilai sebagai berikut: Interval 7 - 13 14 - 20 21 - 27 28 - 34 35 - 41
Keterangan Sangat tidak baik tidak baik cukup baik sangat baik
Hasil observasi keaktifan siswa penulis golongkan ke dalam tabel rekapitulasi keaktifan siswa ke dalam tabel 4.2.
66
Tabel 4.2 Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus I
Interval 7 - 13 14 - 20 21 - 27 28 - 34 35 - 41 Jumlah
Siklus I F % 1 3% 7 23% 14 47% 7 23% 1 3% 30 100%
Keterangan Sangat tidak baik tidak baik cukup baik sangat baik
Berdasarkan kategori tersebut, maka keaktifan siswa pada siklus pertama termasuk cukup. Selain data hasil observasi terhadap keaktifan siswa, pada siklus pertama peneliti juga memperoleh data hasil observasi terhadap kemampuan membaca al-Quran siswa. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Kemampuan Siswa pada Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T
L/P L L L L L P P L L P L L L L L P P L L P
67
Nilai 75 50 60 55 65 60 75 55 65 60 60 60 50 70 55 60 55 60 55 65
Keterangan Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar Tuntas Belajar
No 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Siswa U V W X Y Z AA AB AC AD Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata Persentase ketuntasan
L/P L L L L L P P L L P
Nilai 60 70 55 60 80 80 60 55 55 50 80 50 61,4 63,3%
Keterangan Tuntas Belajar Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang dicapai dalam pembelajaran membaca al-Quran dengan metode Iqro’ adalah 80. Nilai terendah adalah 50. Nilai rata-rata kelas 61,4 dan persentase ketuntasan siswa 63,3% atau masih ada 11 siswa yang belum tuntas. b. Refleksi Keberhasilan dan Kegagalan Siklus pertama merupakan tindakan paling awal yang dilakukan peneliti berdasarkan RPP dengan metode Iqro’. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran dengan metode Iqro’ untuk materi membaca al-Quran pada siklus pertama menghasilkan hal-hal sebagai berikut: 1) Keaktifan siswa berhasil masuk dalam kategori cukup. Hal ini berarti pembelajaran berhasil meningkatkan keaktifan belajar siswa karena pada pembelajaran sebelumnya keaktifan siswa dalam belajar membaca al-Qur’an sangat rendah. Keaktifan belajar siswa sedang diketahui dari skor hasil observasi
68
keaktifan siswa yang sebagian besar, yaitu 14 siswa masuk ke dalam kategori cukup (21-27). Hanya 1 siswa memiliki keaktifan sangat tidak baik, 7 siswa dengan keaktifan tidak baik, 7 siswa dengan keaktifan baik dan 1 siswa dengan keaktifan sangat baik. 2) Apabila dilakuan perincian tentang komponen keaktifan siswa yang terbentuk pada saat pembelajaran dengan metode Iqro’ berlangsung, maka diketahui bahwa tingkat keinginan siswa untuk dapat membaca al-Quran, dorongan untuk belajar membaca al-Quran, cita-cita di masa depan, dan penghargaan guru ada dalam taraf cukup. Pada pembelajaran sebelumnya adalah pada taraf kurang. 3) Dengan penerapan metode Iqro’, guru mampu menarik perhatian siswa karena metode Iqro’ cukup mudah diterapkan dan menarik. 4) Ketertarikan siswa terhadap penerapan metode Iqro’ membuat mereka meperhatikan pelajaran dan kegaduhan kelas berkurang. 5) Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar siswa yang menunjukkan presentase ketuntasan 63,3% (19 siswa), sedangkan pada kondisi awal baru 26,6% (8 siswa). Ketuntasan belajar secara klasikal 63,3 sehingga dikatakan kelas telah tuntas.
69
Selain keberhasilan, pelaksanaan siklus pertama penelitian ini juga masih mengalami beberapa kegagalan. Kegagalan tersebut antara lain: 1) Guru mengalami kesulitan untuk menjaga kelas tetap stabil dari awal hingga akhir. Hal ini disebabkan karena siswa cukup banyak sehingga banyak siswa yang kurang aktif atau membuat suasana kelas kurang kondusif. 2) Kurang kondusifnya situasi kelas karena jumlah siswa cukup besar diatasi dengan pemecahan siswa menjadi kelompokkelompok kecil sehingga memudahkan pengaturan kondisi kelas. 3) Ditemukan siswa yang kurang aktif atau tidak aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
masalah
ini
dipecahkan
dengan
membentuk kelas ke dalam kelompok beranggotakan maksimal 5 siswa dan memberikan tugas untuk belajar bersama saling membantu antara siswa. 4) Motivasi siswa masih berada dalam kategori sedang. Masalah ini dipecahkan dengan meningkatkan pemberian umpan balik dari guru berupa penghargaan usaha siswa membac al-Quran. Guru dapat menggunakan kalimat positif seperti “anak pinter”, “ibu bangga dengan kamu”, dan lain sebagainya.
70
2. Siklus Kedua a. Data Hasil Pengamatan Siklus dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Juli 2011. Waktu yang dipergunakan adalah 3 jam pelajaran atau 3 x 35 menit. Pembelajaran dilaksanakan dengan metode Iqro’. Tema pokok yang diajarkan adalah membaca kalimat dalam al-Quran, data-data yang diperoleh berdasarkan pengamatan adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Observasi Keaktifan Siswa dengan Metode Iqro’ pada Siklus II No
Nama Siswa
Nilai
L/P
1
A
L
Siklus II 22
Kriteria cukup
2
B
L
24
cukup
3
C
L
24
cukup
4
D
L
30
baik
5
E
L
22
cukup
6
F
P
30
baik
7
G
P
22
cukup
8
H
L
26
cukup
9
I
L
28
baik
10
J
P
32
baik
11
K
L
24
cukup
12
L
L
30
baik
13
M
L
32
baik
14
N
L
20
tidak baik
15
O
L
20
tidak baik
16
P
P
30
baik
17
Q
P
24
cukup
18
R
L
30
baik
19
S
L
14
tidak baik
20
T
P
25
cukup
21
U
L
38
sangat baik
22
V
L
28
baik
23
W
L
29
baik
24
X
L
40
sangat baik
71
No
Nama Siswa
Nilai
L/P
25
Y
L
Siklus II 30
26
Z
P
33
baik
27
AA
P
20
tidak baik
28
AB
L
40
sangat baik
29
AC
L
23
cukup
30
AD
P
24
cukup
Nilai Tertinggi
40
Nilai Terendah
14
Rata-Rata
Kriteria baik
27,13333
Hasil observasi guru mitra (Ibu Romzanah) terhadap keaktifan siswa, pada siklus pertama peneliti juga memperoleh data hasil observasi terhadap siswa. Data dalam tabel 4.4 kemudian disusun ke dalam rekapitulasi keaktifan siswa seperti dalam tabel 4.5. Tabel 4.5 Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus II
Siklus II
Interval F
Keterangan
%
7 - 13
0
0%
Sangat tidak baik
14 - 20
4
13%
tidak baik
21 - 27
11
37%
Cukup
28 - 34
12
40%
Baik
35 - 41
3
10%
sangat baik
Jumlah
30
100%
Berdasarkan kategori tersebut, maka keaktifan siswa pada siklus kedua termasuk baik. Sebanyak 12 siswa (40%) memperoleh nilai keaktifan pada rentang baik (28-34).
72
Selain data hasil observasi terhadap keaktifan siswa, pada siklus kedua peneliti juga memperoleh data hasil observasi terhadap kemampuan membaca al-Quran siswa. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Kemampuan Siswa pada Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Siswa A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB AC AD Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata Persentase ketuntasan
L/P L L L L L P P L L P L L L L L P P L L P L L L L L P P L L P
Nilai 80 55 65 60 70 65 75 60 70 65 65 65 55 75 60 65 60 65 60 65 60 70 60 60 80 80 60 55 55 50 80 50 64,4 83,3%
Keterangan Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang dicapai dalam pembelajaran membaca al-Quran dengan metode Iqro’
73
adalah 80. Nilai terendah adalah 50. Nilai rata-rata kelas 64,4 dan persentase ketuntasan siswa 83,3% atau masih ada 5 siswa yang belum tuntas. b. Refleksi Keberhasilan dan Kegagalan Siklus kedua merupakan tindakan paling kedua yang mengandung penyempurnaan metode Iqro’ sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran dengan metode Iqro’ untuk materi membaca al-Quran pada siklus kedua menghasilkan hal-hal sebagai berikut: 1) Pembelajaran berhasil meningkatkan keaktifan belajar siswa. Pada siklus pertama keaktifan belajar siswa berada dalam kategori cukup (21-27) dan pada siklus kedua menjadi baik (2834). Hal ini karena guru mengajar dengan gembira, tesenyum dan antusias, serta selalu memberikan motivasi kepada siswa. 2) Sebagian besar siswa menjadi ingin memiliki kemampuan membaca al-Quran. 3) Dengan pengelompokan siswa, kondisi kelas dapat terkendali dan tertib dalam mengerjakan tugas. 4) Metode Iqro’ dengan pengembangan belajar kelompok mampu meningkatkan keaktifan siswa. 5) Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar siswa yang menunjukkan presentase ketuntasan 83,3% (25 siswa), sedangkan pada kondisi
74
awal baru 63,3% (19 siswa). Secara klasikal, ketuntasan belajar memiliki nilai 83,3. Siklus kedua penelitian ini menemukan beberapa kendala. Kendala tersebut antara lain: 1) Waktu pembelajaran menjadi kurang terkendali. Karena menggunakan metode kelompok, ditemukan adanya beberapa kelompok
yang
memerlukan
waktu
tambahan
dalam
mengerjakan tugas. Hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa dengan pengerjaan tugas secara kelompok. Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menetapkan waktu terhadap pelaksanaan pembelajaran. selain itu, guru dapat memberikan penjelasan kepada siswa tentang bagaimana melakukan kerja kelompok dengan baik dan benar. 2) Belum adanya paparan hasil kerja kelompok. Karena waktu yang terbatas, maka paparan hasil kerja kelompok belum dapat dilaksanakan dengan maksimal. 3. Siklus Ketiga a. Data Hasil Pengamatan Siklus dilaksanakan pada hari Kamis, 28 Juli 2011. Waktu yang dipergunakan adalah 3 jam pelajaran atau 3 x 35 menit. Pembelajaran dilaksanakan dengan metode Iqro’. Tema pokok yang diajarkan adalah membaca kalimat dalam al-Quran, data-data yang diperoleh berdasarkan pengamatan adalah sebagai berikut:
75
Tabel 4.7 Hasil Observasi Keaktifan Siswa dengan Metode Iqro’ pada Siklus III No
Nama Siswa
Nilai
L/P
1
A
L
Siklus III 28
2
B
L
40
sangat baik
3
C
L
28
baik
4
D
L
36
sangat baik
5
E
L
40
sangat baik
6
F
P
38
sangat baik
7
G
P
29
baik
8
H
L
30
baik
9
I
L
38
sangat baik
10
J
P
32
baik
11
K
L
38
sangat baik
12
L
L
34
baik
13
M
L
36
sangat baik
14
N
L
27
cukup
15
O
L
30
baik
16
P
P
38
sangat baik
17
Q
P
24
cukup
18
R
L
39
sangat baik
19
S
L
24
cukup
20
T
P
25
cukup
21
U
L
38
sangat baik
22
V
L
40
sangat baik
23
W
L
29
baik
24
X
L
40
sangat baik
25
Y
L
40
sangat baik
26
Z
P
40
sangat baik
27
AA
P
26
cukup
28
AB
L
40
sangat baik
29
AC
L
23
cukup
30
AD
P
30
baik
Nilai Tertinggi
40
Nilai Terendah
23
Rata-Rata
33,33333
76
Kriteria baik
Hasil observasi guru mitra (Ibu Romzanah) menghasilkan data hasil observasi terhadap keaktifan siswa dengan metode Iqro’, pada siklus ketiga peneliti juga memperoleh data hasil observasi terhadap siswa yang dituangkan ke tabel 4.7. Data tersebut dapat kemudian disusun ke dalam rekapitulasi keaktifan siswa seperti dalam tabel 4.8. Tabel 4.8 Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus III Siklus III
Interval F
Keterangan
%
7 – 13
0
0%
Sangat tidak baik
14 – 20
0
0%
tidak baik
21 – 27
6
20%
cukup
28 – 34
9
30%
baik
35 – 41
15
50%
sangat baik
30
100%
Jumlah
. Berdasarkan kategori tersebut, maka keaktifan siswa pada siklus ketiga termasuk sangat baik. Sebanyak 15 siswa (50%) memperoleh nilai keaktifan pada rentang sangat baik (35 - 41). Hasil
evaluasi
belajar
membaca
al-Quran
siswa
menggunakan tes performance menghasilkan data-data untuk menentukan kemampuan siswa. Data-data tersebut tertuang di dalam tabel 4.9. Tabel 4.9 Kemampuan Siswa pada Siklus III No 1 2 3 4 5
Nama Siswa A B C D E
L/P L L L L L
77
Nilai 80 85 90 85 90
Keterangan Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar
No 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Siswa F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB AC AD Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata Persentase ketuntasan
L/P P P L L P L L L L L P P L L P L L L L L P P L L P
Nilai 85 90 80 80 80 75 70 70 70 75 80 80 75 75 80 70 65 65 70 80 85 85 85 85 55 90 55 77,7 96,7%
Keterangan Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Tuntas Belajar Belum Tuntas Belajar
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang dicapai dalam pembelajaran membaca al-Quran dengan metode Iqro’ adalah 90. Nilai terendah adalah 55. Nilai rata-rata kelas 77,7 dan persentase ketuntasan siswa 96,7% atau masih ada 1 siswa yang belum tuntas. b. Refleksi Keberhasilan dan Kegagalan Refleksi
pada
siklus
ketiga
adalah
langkah
untuk
menyimpulkan secara tajam dan baik mengenai pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Adapun hasil dari pelaksanaan tindakan pada siklus ketiga adalah sebagai berikut:
78
1) Keaktifan belajar siswa berada dalam kategori sangat tinggi. Semua siswa merasa bahwa belajar membaca al-Quran sangat penting dan menyenangkan. Siswa bercita-cita untuk dapat membaca al-Quran. 2) Kondisi kelas tetap stabil hingga pelajaran selesai. Penggunaan metode kelompok dalam belajar untuk jumlah siswa yang besar meningkatkan efektifitas pembelajaran. 3) Disiplin waktu tetap terjaga. Dengan penetapan waktu dan kontrol waktu dari guru, pembelajaran berlangsung sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 4) Prestasi belajar siswa meningkat. Hasil evaluasi belajar siswa untuk
materi
membaca
al-Quran
pada
siklus
ketiga
menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Presentase ketuntasan kelas adalah 96,7% dan siswa yang belum tuntas hanya satu. Walaupun hanya satu siswa yang belum tuntas (belum mencapai kemampuan yang diinginkan), penulis diharuskan meneliti lebih lanjut mengenai penyebab kegagalan siswa tersebut. 5) Satu orang siswa gagal mencapai kriteri belajar tuntas. Adanya seorang siswa yang gagal mencapai ketuntasan belajar disebabkan karena siswa bersangkutan memang lemah dalam pelajaran PAI. Solusinya adalah dengan memberikan bimbingan
79
khusus kepada siswa bersangkutan dan mengadakan remidial khusus.
B. Pembahasan 1. Metode Iqro’ dapat meningkatkan keaktifan siswa membaca AlQuran di Kelas III SDN Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011 Dari hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa penerapan metode Iqro’ dapat meningkatkan keaktifan siswa membaca al-Quran. Hasil evaluasi belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan tersebut. Pada siklus pertama, keaktifan siswa tergolong cukup. Sebanyak 14 siswa (47%) siswa memiliki keaktifan pada rentang 21-27. Pada siklus II keaktifan siswa tergolong baik. Sebanyak 12 siswa (40%) memiliki keaktifan pada rentang baik (28-34). Pada siklus III keaktifan siswa tergolong sangat baik. Sebanyak 15 siswa (50%) memiliki keaktifan pada rentang sangat baik (35-41). Peningkatan keaktifan siswa juga dapat dilihat dari menurunnya jumlah siswa yang memiliki keaktifan tidak baik dan sangat tidak baik. Keaktifan siswa yang tergolong sangat tidak baik pada siklus I, II dan III adalah 1 (3%), 0 (0%), dan 0 (0%). Keaktifan siswa yang tergolong tidak baik menurun dari 7 (23%), 4 (13%), dan 0 (0%). Keaktifan siswa yang tergolong cukup juga semakin berkurang dari 14 (47%), 11 (37%), dan 6 (20%). Pada siklus III tidak ada siswa yang memiliki keaktifan tidak baik
80
dan sangat tidak baik. Kategori keaktifan baik meningkat dari 7 (23%), 12 (40%), dan 9 (30%). Kategori sangat baik meningkat dari 1 (3%), 3 (10%), dan 15 (50%). 2. Metode Iqro’ dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca AlQur’an di Kelas III SDN Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011 Dari hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa penerapan metode Iqro’ dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca al-Quran. Hasil evaluasi belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan tersebut. Pada siklus pertama, presentase ketuntasan belajar siswa adalah 63,3%, pada siklus kedua meningkat menjadi 83,3% dan pada siklus ketiga menjadi 96,7%. Kemampuan metode Iqro’ dalam meningkatkan kemampuan siswa membaca al-Quran juga terlihat dari peningkatan nilai rata-rata kelas. Pada siklus pertama rata-rata kelas adalah 61,4. Nilai tersebut meningkat pada siklus kedua menjadi 64,4. Pada siklus ketiga meningkat kembali menjadi 77,7. Apabila dilihat dari perolehan nilai tertinggi, maka kemampuan membaca al-Quran siswa juga dapat diketahui telah mengalami peningkatan. Pada siklus pertama, nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 80, pada siklus kedua 80 dan pada siklus ketiga menjadi 90.
81
Peningkatan kemampuan membaca al-Quran siswa terjadi sesuai dengan kajian teori pada bab dua penelitian ini. Metode Iqro’ disusun dalam sebuah buku yang dinamai buku Iqro’ yang disusun secara praktis dan sistematis yang mendorong siswa menjadi pelajar yang aktif dalam belajar membaca Al-Quran. Karena buku ini memang dikhususkan untuk anak-anak yang belum tahu sama sekali dengan huruf Al-Quran, maka pelaksanaannya
terkesan
sangat
sederhana.
Tapi
justru
dari
kesederhanaan itulah metode ini efektif. Sejauh mana metode Iqro’ dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca al-Quran dapat diketahui melalui analisis statistik tentang perkembangan kemampuan siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.10 Kemampuan Metode Iqro’ dalam Meningkatkan Kemampuan siswa Membaca al-Quran No
Nama Siswa
L/P
Nilai
1
L
Siklus I 75
Siklus II
A
80
80
2
B
L
50
55
85
3
C
L
60
65
90
4
D
L
55
60
85
5
E
L
65
70
90
6
F
P
60
65
85
7
G
P
75
75
90
8
H
L
55
60
80
9
I
L
65
70
80
10
J
P
60
65
80
11
K
L
60
65
75
12
L
L
60
65
70
13
M
L
50
55
70
14
N
L
70
75
70
15
O
L
55
60
75
82
Siklus III
No
Nama Siswa
L/P
Nilai
16
P
Siklus I 60
Siklus II
P
Siklus III
65
80
17
Q
P
55
60
80
18
R
L
60
65
75
19
S
L
55
60
75
20
T
P
65
65
80
21
U
L
60
60
70
22
V
L
70
70
65
23
W
L
55
60
65
24
X
L
60
60
70
25
Y
L
80
80
80
26
Z
P
80
80
85
27
AA
P
60
60
85
28
AB
L
55
55
85
29
AC
L
55
55
85
30
AD
P
50
55 90
Nilai Tertinggi
80
50 80
Nilai Terendah
50
50
55
61,4 63,3%
64,4 83,3%
77,7 96,7%
Rata-Rata Persentase ketuntasan
Peningkatan kemampuan membaca al-Quran siswa dari siklus pertama ke siklus kedua adalah 20%. Sedangkan peningkatan kemampuan membaca al-Quran siswa dari siklus kedua ke siklus ketiga adalah 13,4%. Dari data-data tesebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Iqro’ dalam pembelajaran membaca al-Quran di kelas III SDN Kebumen 01 dapat meningkatkan kemampuan membaca alQuran siswa 13,4% - 20%.
83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Bedasarkan
hasil
olah
data
pada
bab
IV,
maka
penulis
menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Metode Iqro’ dapat meningkatkan keaktifan siswa membaca Al-Quran di Kelas III SDN Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2011. Pada siklus pertama, keaktifan siswa tergolong cukup. Sebanyak 14 siswa (47%) siswa memiliki keaktifan pada rentang 21-27. Pada siklus II keaktifan siswa tergolong baik. Sebanyak 12 siswa (40%) memiliki keaktifan pada rentang baik (28-34). Pada siklus III keaktifan siswa tergolong sangat baik. Sebanyak 15 siswa (50%) memiliki keaktifan pada rentang sangat baik (35-41). 2. Metode Iqro’ dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca al-Quran dapat diketahui melalui analisis statistik tentang perkembangan kemampuan siswa. Peningkatan kemampuan membaca al-Quran siswa dari siklus pertama ke siklus kedua adalah 20%. Sedangkan peningkatan kemampuan membaca al-Quran siswa dari siklus kedua ke siklus ketiga adalah 13,4%. Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Iqro’ dalam pembelajaran membaca al-Quran di kelas
84
III SDN Kebumen 01 dapat meningkatkan kemampuan membaca alQuran siswa 13,4% - 20%.
B. Saran 1.
Hendaknya guru di SDN Kebumen 01 mengembangkan profesionalisme dengan mengadakan penelitian tindakan kelas sesuai bidang masingmasing.
2.
Metode Iqro’ sangat baik digunakan dalam pembelajaran membaca alQuran, sehingga dapat digunakan di lembaga-lembaga sekolah formal.
3.
Hendaknya pihak sekolah menyediakan buku-buku literatur yang berkaitan dengan penelitian tindakan kelas.
4.
Hendaknya dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan metode Iqro’ pada remaja dan orang tua.
85
DAFTAR PUSTAKA.
Al-Falih, Abdullah Ibnu Sa’ad. 2003. Langkah Praktis Mendidik Anak Sesuai Tahapan Usia. Terjemahan oleh Kamran As’at Irsyady, LC. 2007. Bandung: Irsyad Baitus Salam. Al-Mahfani, M. Khalilurrahman. 2008. Juz ‘Amma Tajwid Berwarna & Terjemahannya. Jakarta: PT. Wahyu Media Ali, Mohammad Daud. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers Depag RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya: Al-Jumanatul Ali Seuntai Mutiara yang Maha Luhur. Bandung: CV Penerbit J-Art. Humam,
As’ad, dkk. 1995. Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis, Memahami Al-Qur’an (M3A). Yogyakarta: Balai Penelitian & Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis Al-Quran LPTQ Nasional
Humam, As’ad. 2000. Buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an edisi Revisi. Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus AMM ____________. 2000. Buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an dilengkapi Juz Amma & Terjemahnya. Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus AMM Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan, (online), http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php,diunduh 23/07/2011 Sugiyono.2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfa Beta
Kuantitatif,
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Susilo, Herawati, Husnul Chotimah, & Yuyun Dwita Sari. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia Publishing. Zawawie, Mukhlishoh. 2011. Pedoman Membaca, Mendengar, dan Menghafal Al-Qur’an. Solo: Tinta Medina
http://www.gurusukses.com/tip-sukses-mengajarkan-alquran: Tip Sukses Mengajarkan Alquran, diunduh 24 Juli 2011, 07.00. www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional