EDISI PERDANA, 2005 Janauari—Maret
Inside Story Headline REDAKSI Assalamu’alaikum .......... Salam Konservasi WAKO adalah salah satu resort dibawah seksi konservasi Way Kanan - Taman Nasional Way Kambas (TNWK), yang memiliki habitat sangat baik dan masih utuh terjaga. Resort WAKO didominasi oleh hutan gelam dan tempat tinggal beberapa spesies kunci seperti Harimau, Badak dan Gajah. Berawal dari maksud mempertahankan kawasan habitat yang masih utuh maka nama WAKO diambil menjadi nama Buletin triwulan TNWK, yang selanjutnya memiliki kepanjangan WARTA KONSERVASI TNWK. Dengan media ini diharapkan masyarakat dapat memiliki informasi tentang kawasan TNWK secara jelas dan periodik, sehingga pengelolaan TNWK tidak hanya dilaksanakan oleh petugas semata, tetapi dilakukan oleh berbagai pihak yang peduli. Buletin ini adalah terbitan pedana, redaksi tidak ingin buletin ini terhenti pembuatannya. Untuk kelanjutan buletin ini redaksi dengan senang hati dan penuh hormat mengajak siapapun yang peduli terhadap kelestarian TNWK untuk mengisi ruang-ruang pada buletin ini. Dengan segala kerendahan hati redaksi menerima segala kritik dan saran membangun untuk kelanjutan buletin ini.
Inside Story Headline
Marilah kita jaga dan lindungi Taman Nasional sesuai dengan kemampuan dan cara kita masing-masing. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan buletin ini. Wassalam........
DAFTAR ISI INFO UTAMA Pengelolaan Taman Nasional Way Kambas 3 FLORA - FAUNA Gajah Sumatera 9 MITRA TTF 11dan WCS 13 PATROLI Konflik Gajah 14 RESEARCH Hutan Pendidikan 16 RAGAM GENERASI KONSERVASI Badak Masuk SD 19
OBROLAN Bustami 20 PROFIL Mega Hariyanto 21 UPDATE Pohon Ara 22
TIM REDAKSI Penanggung Jawab : Mega Hariyanto Pemimpin Redaksi : Dedi Candra Redaksi : Andi Hari Harsangka, Abdul Rohim, Bustami, Candra Putra, Diah Esti Anggraini, Donny Gunaryadi, Itno Itoyo, Marcellus Adi CTR, Moh. Taufiq Soleman, Sukatmoko, Sumianto Staff Redaksi : Dedi Istnandar dan FA Riri Alamat Redaksi : Kantor Balai Taman Nasional Way Kambas Jl. Raya Labuhan Ratu Lampung Timur Tlp : 08287060068 dan 0725-641492 E-mail :
[email protected] dua
Warta Konservasi
Sekali Warta panenKonservasi pohon gagah ini mampu (WAKO) menghasilkan buah hingga satu juta Merupakan informasi dan butir. Sudah media begitu, buah ara cepat komunikasi Taman Nasional Way menjadi matang dan bersamaan. Pola Kambas Lampung, baik internal berbuah (TNWK) pohon ara tak mengikuti suatu maupun eksternal yang memuat berita pola musim. Jadi, nyaris sepanjang informasi konservasi sumberdaya alam tahun satwa-satwa pemakan buah dan masyarakat sekitar kawasan. selalu dapat memetik buah ara yang ranum. buah lain di Redaksi Terutama, menerima saat info, berita, tulisan dalam hutan tentang sedangaktivitas langka. dan gambar di Buah ara dan banyak mengandung gula dan kawasan diluar kawasan TNWK. mudah dicerna. Di dalam buah itu juga terkandung kalsium, yang penting bagi pertumbuhan tulang dan perkembangan cangkang telur. Selain Rangkong, monyet juga yang gemar memetik buah ara dan masih banyak lagi satwa pemakan buah lainnya. Di kawasan Way Kambas banyak terdapat jenis pohon ara. Ada cerita unik tentang hubungan simbiosis mutualisma antara pohon ara dan beragam jenis tawon kecil. Konon satu jenis pohon ara punya satu jenis tawon yang membantu menyerbukinya. Jadi, bila ada 20 jenis pohon ara tentu angka yang sama juga didapat untuk menghitung keragaman tawon kecil itu. Sayangnya, hubungan saling ketergantungan ini justru membuat populasi pohon ara dalam bahaya. Sebab, bila suatu jenis tawon tertentu punah, jenis ara yang diserbuki tawon itu akan punah pula. ”Ayo, kita lihat ara pencekik,” ajak Gatot – sapaan karib Gatot Santoso. Ara pencekik atau beringin pencekik bentuknya amat mengesankan. Pohon ini hidup sebagai parasit pada pohon lain. Dia memulai hidup di tajuk pohon lain, bila bijinya diciritkan burung atau monyet. EDISI PERDANA, 2005
UPDATE
Ketika pohon itu tumbuh, maka akarakar gantungnya akan membelit batang pohon inang. Makin lama makin luas cengkeraman akar gantung pohon parasit ini. Yang sudah lama, akar gantung itu sudah menyatu sehingga tampak sebagai seberkas besar tali yang berbelit-belit di seputar inangnya. Lama-kelamaan, pohon inang pun mati setelah seluruh tajuknya tertutup tajuk parasit atau pepagan serta persediaan cairannya tidak berdaya melawan p e l u k a n m a u t i t u . Gatot dengan bangga menunjukkan beberapa bentuk dan ukuran ara pencekik. Ada yang sudah sangat besar, ada juga yang masih kecil. Di pohon ara itu, jalinan akar gantung itu seperti tersusun rapi, mirip tangga
.
dua puluh tiga
Inside Story Headline
Inside Story Headline
UPDATE PATROLI
POHON ARA YANG DI SUKAI RANGKONG Oleh : Moh. Taufiq Soleman ertemu dengan satwa eksotik Sumatera tentu amat menyenangkan hati. Bagi pengamat satwa sejati, bisa menjumpai satwasatwa yang terancam punah itu dapat menambah kredit saat berbagi pengalaman. Terlebih, bila mampu mengabadikan sosoknya dalam sebuah gambar, entah gambar digital atau gambar bergerak. Rangkong adalah burung yang ada di Sumatera yang punya tampang keren dan selalu menarik perhatian orang saat di dalam hutan. Rangkong Gading yang berukuran sangat besar ini termasuk di antara 54 jenis yang tersebar di seluruh daerah tropis Asia dan Afrika. Pejantan selalu jadi incaran orang. Maklum di kepalanya yang berwarna merah kuning itu punya kelebihan unik, Karena itu orang bule memanggilnya, “Helmeted Hornbill”. Burung jantan yaitu bulu ekor tengah sangat panjang, kulit leher merah tidak berbulu sedangkan betina lehernya biru pucat. Burung yang nama ilmiahnya “Buceros vigil” dan di kenal dengan nama Enggang Tebang Mertua adalah Enggang yang mudah dikenali, berwarna coklat putih, ada pita yang sangat panjang pada ekor. Ciri khasnya ekor putih dengan garis hitam melintang dan garis putih lebar pada sayap. Tanduknya kuning-merah padam, agak tinggi dan berbentuk kotak (digunakan sebagai gading untuk mebuat ukuran). Jenis burung Rangkong lainnya yang ada di Way Kambas
TAMAN
NASIONAL
Oleh Mega Hariyanto
B
dua puluh dua
PENGELOLAAN WAY KAMBAS
INFO UTAMA
antara lain jenis Rangkong Badak yang nama ilmiahnya “Buceros Rhinoceros” dan orang bule biasa menyebutnya dengan nama Rhinoceros Hornbill. Omong-omong soal makanan, Rangkong paling doyan melahap buah ara. Konon sejak masa perjodohan sampai tahap akhir masa bersarang, buah ara adalah makanan favorit. Paling asyik, kalau sempat melihat tingkah laku pejantan saat merayu sang betina. Dengan penuh cinta, dia memberi betina buah ara yang ranum. Buah diterima, cinta pun bersambut. Hhmm... romantis juga ya. Di Way Kambas banyak terdapat jenis pohon ara yang menjadi sumber buah yang berlimpah untuk persediaan makan burung rangkong. Jadi, tak perlu heran bila hutan di kawasan Way Kambas selalu berisik dengan kepakan sayap di ”pesawat terbang” hidup ini. Karena ingin memotret Rangkong Gatot dari WCS IP segera mengajak “Wako” ke dalam hutan, mencari pohon ara besar. Pohon ara lebih terkenal dengan sebutan beringin (marga Ficus). Bagi kebanyakan satwa hutan – termasuk rangkong – pohon ara adalah keranjang makanan. Warta Konservasi
Berdasakan SK Menhut Nomor 670/Kpts -II/1999 ditetapkan bahwa luas kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) adalah 125.621,30 ha. Sebagai kawasan pelestarian alam maka keberadaan TNWK mutlak perlu di jaga. Wilayah administratif sekitar kawasan TNWK adalah 3 kabupaten yaitu lampung Timur, Lampung Tengah dan Tulang Bawang, 10 Kecamatan serta 35 Desa. Tujuan pengelolaan adalah mewujudkan fungsi TNWK sesuai dengan peranannya dalam upaya mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan Taman Nasional Dalam rangka mewujudkan tujuan pengelolaan TNWK, maka dalam kurun waktu 5 tahun kedepan ditetapkan 6 program sasaran pengelolaan, yaitu konservasi kawasan, perlindungan dan pengamanan hutan dan ekosistemnya, pengendalian kebakaran hutan, pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem, pengembangan wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan serta ketatausahaan.
lain terus berjalan dengan cepat, salah satunya adalah pembangunan Jalan Lintas Sumatera bagian Timur, dimana sebagian ruas jalannya melintasi dekat dengan perbatasan kawasan, sehingga ancaman dan tekanan terhadap kawasan TNWK akan semakin berat. Agar suatu pengelolaan dapat berjalan dengan baik yaitu yang diwujudkan dengan adanya rencana pengelolaan yang jelas, batas kawasan yang jelas dan mendapat pengakuan semua pihak dan dukungan para pihak khususnya masyarakat sekitar kawasan, serta rencana kegiatan yang mampu diimplementasikan secara baik. Dengan semakin berkembangnya pembangunan di sektor lain dan berbagai kemajuan yang telah diraih selama ini, telah menuntut beberapa perubahan arah dan kebijakan dalam pengelolaan TNWK yang telah disusun. Oleh karena itu perlu dilakukan kaji ulang terhadap rencana pengelolaan TNWK yang ada, karena jika dibiarkan saja akan meninggalkan dampak yang cukup besar. Dalam rangka melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang direncakan maka perlu disusun rencana karya tahunan untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan
Konservasi kawasan TNWK sebagai kawasan pelestarian alam yang merupakan benteng terakhir dalam penyelamatan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, maka perlu dikelola dengan efektif dan efisien untuk menjamin keterwakilan jenis dan ekosistemnya. Saat ini tantangan dalam pembangunan konservasi dirasakan semakin berat. Berbagai proses pembangunan sektor EDISI PERDANA, 2005
tiga
Inside Story Headline
Inside Story Headline
INFO UTAMA
Hingga saat ini keberadaan kawasan TNWK belum diakui oleh semua pihak dengan baik, terbukti masih terdapat klaim terhadap keberadaan TNWK. Gangguan yang terjadi di TNWK sebagaian besar didominasi oleh aktivitas manusia seperti kebakaran hutan, pemburuhan, dan pencurian kayu serta perambahan kawasan hutan. Oleh karena itu untuk menekan seminimal mungkin gangguan terhadap kawasan hutan maka diperlukan langkah secara komprehensif, yaitu pendekatan sosial, ekonomi dan pendekatan hukum. Untuk menekan gangguan hutan dengan alasan ekonomi maka dilakukan upaya peningkatan kesejahteraan sebagai perangsang sekaligus sebagai pendekatan secara preventif. Disamping itu secara fisik dilakukan pembuatan papan larangan dan tanda batas lainnya. Serta dari internal diperkuat dengan penyusunan rencana kegiatan yang aplikatif. Perlindungan dan pengamanan hutan dan ekosistemnya TNWKmempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi dengan kandungan potensi baik berupa kayu, satwa dan lainnya. TNWK dapat dikatakan merupakan satusatunya kawasan hutan yang relatif masih utuh di Propinsi Lampung. empat
Walaupun demikian secara umum kondisi TNWK telah mengalami kerusakan cukup serius yang disebabkan oleh pembakaran hutan, perambahan dan pencurian kayu atau hasil hutan lainnya. Pada kawasan dimana kondisinya relatif masih utuh. Pada kawasan yang relatif masih utuh harus tetap dipertahankan agar tidak mengalami kerusakan lebih besar. Adanya kerusakan habitat tersebut, secara langsung menyebabkan daya dukung kawasan menjadi berkurang, sehingga beberapa satwa dalam mencukupi kebutuhan pakan dengan keluar kawasan, disamping itu juga karena kawasan sekitar hutan telah menjadi daerah jelajah Gajah sejak dulu sebelum di huni dan dijadikan aktivitas manusia. Berbagai konflik yang muncul tersebut, baik yang terjadi di dalam kawasan hutan atau konflik yang terjadi di luar kawasan hutan maka harus dapat ditekan seminimal mungkin sehingga kerusakan dan kerugian lanjutan dapat di tekan sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengamanan habitat dan potensi yang ada di dalamnya. Warta Konservasi
PROFIL
Ir. Mega Hariyanto Tempat dan tanggal lahir : Malang 15 Februari 1956 Awal berkarir di Departemen Kehutanan yaitu dari pegawai honorer di Sub KSDA Bengkulu selama 3 tahun sejak tahun 1983, pada tahun 1986 diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), setelah bekerja selama 3 tahun dan dinilai berprestasi pak Mega dipercaya menjadi Pimpinan Proyek Taman Hutan Rakyat (TAHURA) di provinsi Bengkulu. Di tahun 1991 pak Mega di tugaskan sebagai staff di Kantor Wilayah Kehutanan Jambi (Taman Nasional Kerinci Seblat - TNKS). Presasi beliau tak hanya sampai disitu saja, tahun 1994 dipercaya menjadi Kasie Program di TNKS, jabatan tersebut disandang selama 3 tahun dan ditahun 1998 pak Mega menjadi kepala balai di Taman Nasional Rawa Opa di Sulawesi Tenggara. Prestasi yang beliau capai adalah telah berhasil membangun kebersamaan petugas dengan masyarakat dengan pembelajaran budaya dan adat masyarakat setempat. Selanjutnya 2004 beliau memimpin Balai Taman Nasional Way Kambas Lampung sampai sekarang. Di TNWK pak Mega mempunyai Visi : Mewujudkan peranan TN Way Kambas sesuai dengan fungsinya untuk mendukung pembangunan lokal, regional dan nasional. Sedangkan Misinya : Mempertahankan keberadaan potensi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, Memperbaiki dan memulihkan kerusakan dan Mening katkan kualitas pengelolaan.
EDISI PERDANA, 2005
... Dari hal 19 Sesaat drh. Dedi dan DR. Robin terdiam terharu, luar biasa semangat bocahbocah ini, mungkin selama ini kita kurang memberi porsi pengetahuan badak atau satwa liar kepada mereka, kita lebih banyak memfokuskan diri kepada yang remaja atau dewasa padahal mereka sebenarnya potensi yang besar. Mereka adalah bocah kecil dengan pikiran jernih yang belum terkontaminasi dan karena mereka adalah generasi penerus bangsa, maka kita harus mendidik mereka secara benar, menjadi kader konservasi. Dengan mencetak generasi konservasilah maka lingkungan kita akan terjaga. Antusias dan ketertarikan anakanak ini harus selalu di tanggapai dan disalurkan kearah yang benar dan mendidik mereka agar benar-benar dapat dihandalkan. Syukur sekali SRS mempunyai program ini dan akan terus berlanjut dengan target SD yang lebih banyak yang akan mewakili desa-desa disekitar kawasan TNWK. Kegiatan ini di bantu sepenuhnya oleh DR. Robin WR dari Fossil Rim Amerika. dua puluh satu
Inside Story Headline
Inside Story Headline
DIBALIK LENSA OBROLAN
Bustami Kasat Polhut TN Way Kambas This story can fit Bersama 150-200 bapak words.
One benefit ofbentuk using yourdan newsletter Berbagai usaha as a promotional tool is thatmasyarakat you can penyadartahuan kepada dilakukan olehfrom petugas Balai Taman reuse content other marketing Nasional Kambas, terjaganya materials,Way such as pressdemi releases, markawasan yang utuh dan lestari. Pak ket studies, and reports. Bustami sebagai kasat POLHUT Taman Nasional melakukan satu model While your main goalsalah of distributing a pendekatan kepada masyarakat, yaitu newsletter might be to sell your prodpengajian keagamaan yang membawa uct or service, the key to a successful pesan lingkungan. Riri FA pada newsletter is making it useful to your kesempatan ini mewawancarai pak readers. Bustami dikediamannya. A great waybelakang to add useful to Apa latar bapakcontent melakukan kegiatan ini? your newsletter is to develop and write
your own articles, or include Umumnya masyarakat yanga calenditinggal dar of upcoming or a special dipinggir pantai events (berbatasan dengan TNWK) offer thatmemiliki promotespermasalahan a new product.yang sangat klasik yaitu ekonomi, dengan You cankebanyakan also research articles or find begitu dari mereka tidak “filler” articles by accessing the World banyak yang mengenyam pendidikan sampai kejenjang yang lebih tinggi. Oleh Wide Web. You can write about a varikarena itu masyarakat tersebut ety of topics but try to keep yourmudah artiuntuk terpancing, untuk melakukan cles short. kegiatan yang melanggar atau illegal di Much of the kawasan TNWK. content you put in your newsletter can also ini be apa usedpak? for your Target dari kegiatan Web site. Microsoft Publisher offers a Pertama mengajak masyarakat pantai simple to convert newsletter timur way TNWK untukyour mengamalkan to a Web publication. So, when you’re agama, karena dengan agama manusia finishedumumnya writing your newsletter, conpada dapat memperbaiki ahklak, vert it to dan a Webmembatasi site and postgerak-gerik it. perilaku yang menyimpang. Dan yang kedua dengan agama antara petugas dan masyarakat akan tumbuh rasa persatuan dan kesatuan karena hakekatnya sesama muslim adalah bersaudara.
kawasan dari kerusakan, baik yang ditimbulkan dari diri sendiri maupun orang lain.
Kegiatan ini kan sangat bagus, kapan biasanya bapak melakukan kegiatan ini? Setiap akhir bulan biasanya minggu ke 4 selama 3 hari dan kegiatan ini telah dilaksakan sejak bulan Maret 2005.
Berapa personil yang ikut dalam kegiatan tersebut dan darimana saja asal mereka? Yang sudah berjalan terdiri dari 2 (dua) rombongan, masing-masing rombongan terdiri dari 10 – 15 orang. Anggota pengajian ini berasal dari petugas Balai dan lebih banyak dari masyarakat yang peduli terhadap keagamaan dan lingkungan.
Ini klasik diperoleh?
pak,
dari
mana
dana
untuk sementara ini transportasi di bantu pihak TNWK tetapi untuk perbekalan makanan memakai dana swadaya.
Terimakasih pak atas waktunya? Ya sama-sama, tolong beritahu rekanrekan siapapun boleh ikut kegiatan ini.
Sedangkan konflik yang terjadi di luar kawasan, antara manusia dan satwa liar perlu segera dihilangkan agar tingkat kesejahteraan atau kehidupan masyarakat meningkat, karena bentuk gangguan satwa tersebut antara lain melakukan perusakan tanaman pertanian yang merupakan penopang ekonomi mereka. Pengamanan dan perlindungan sebagai salah satu komponen penting dalam pengelolaan kawasan TNWK. Sebagai salah satu perwujudan tujuan pengelolaan kawasan konservasi yaitu perlindungan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Untuk itu sebagai upaya mewujudkan perlindungan dan pengamanan hutan yang baik maka beberapa hal yang akan dilakukan antara lain :
Operasi pengamanan pam swakarsa
sebagai bagian dari pengamanan hutan secara keseluruhan yang melibatkan peran serta masyarakat disekitar kawasan
Operasi gabungan yang merupakan gabungan terkait
dari
berbagai
instansi
Operasi fungsional yang merupakan
adalah wisata baik alami maupun buatan. Salah satu tujuan wisata utama tersebut adalah TNWK. Berdasarkan data tahun 2004 bahwa kunjungan wisata di TNWK sekitar 25.000 orang per tahun dan 78 wisatawan asing per tahun. Potensi yang terdapat di Taman TNWK telah menarik perhatian masyarakat baik dalam dan luar negeri. Berbagai lokasi yang cukup berpotensi untuk dikunjungi oleh wisatawan adalah Pusat Latihan Gajah (PLG), Way Kanan dengan kondisi alamnya yang masih asli serta Kuala Kambas dengan pemandangan lautnya. Pemanfaatan potensi tersebut perlu dilakukan dengan cara yang arif dan bijaksana. Terdapat dua pintu masuk utama untuk memasuki kawasan TNWK, yaitu melalui pintu Timur dan Barat. Pintu barat Bandar Lampung – Metro – Sukadana – TNWK. Sedangkan pintu Timur adalah Bakauheni – Sribawono – Jepara – TNWK. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan wisata alam dan pemanfatan jasa lingkungan adalah kemampuan lahan dalam menampung pengunjung, lokasi yang berbahaya untuk dikunjungi.
operasi pengamanan internal Balai TNWK
Penggiringan gajah sebagai bagian
dari pengurangan konflik satwa dengan manusia sekitar kawasan hutan
Pengembangan wisata alam pemanfaatan jasa lingkungan
Dengan hal tersebut maka akan tumbuh rasa saling jaga, mengayomi, sehingga petugas merasa terbantu karena masyarakat ikut mengamankan dua puluh
INFO UTAMA
dan
Propinsi Lampung telah mencanangkan bahwa salah satu potensi yang perlu dikembangkan dalam pembangunan Warta Konservasi
EDISI PERDANA, 2005
lima
Inside Story Headline
Inside Story Headline
INFO UTAMA
Oleh karena itu untuk mengantisipasi kerusakan alam akibat pemanfaatan yang bertentangan dengan kaidahkaidah konservasi, perlu dibuat papan larangan dan pembuatan papan informasi sebagai petunjuk bagi wisatawan yang ingin datang ke TNWK serta untuk mencegah secara preventif terhadap keinginan sebagai oknum untuk melakukan perusakan. Dengan demikian pengembangan wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan dapat dimaksimalkan dengan tetap berpedoman pada prinsip konservasi, yaitu pemanfaatan yang lestari. Hingga saat ini pemanfaatan potensi wisata alam di TNWKmasih belum teratur serta masih bertentangan dengan kaidah konservasi, seperti membuang sampah sembarangan. Pada lokasi berbahaya seperti lokasi satwa liar dan tempat lainnya masih belum berbeda dengan wilayah lainnya. Oleh karena itu dalam upaya mencegah kemungkinan-kemungkinan yang terjadi serta tetap meningkatkan kunjungan wisatawan ke TNWK maka direncanakan akan di buat papan larangan dan informasi. Sebagai penunjuk dan pemberi peringatan. Pengendalian kebakaran hutan Tingkat kerawanan kawasan TNWK terhadap terjadinya kebakaran cukup tinggi. Secara keseluruhan kerawanan tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia yang memasuki kawasan hutan secara ilegal dan sering menggunakan api dalam aktivitasnya. Kondisi TNWK, lebih kurang 40 % kondisi penutupan lahan didominasi oleh alang-alang dan semak belukar, dimana pada saat musim kemarau rawan akan kebakaran hutan. enam
Disekitar kawasan TNWK terdapat 35 desa yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan, dengan tingkat kesadaran terhadap konservasi relatif masih rendah. Banyak aktivitas illegal yang dilakukan oleh masyarakat akibat tingkat ekonomi yang rendah dan sedikitnya alternatif pilihan ekonomi, sehingga mereka mencari tambahan pendapatan dari dalam hutan, seperti mencuri kayu, merambah hutan, berburu. Yang menjadi permasalahan adalah aktivitas mereka diantaranya adalah membakar hutan. Terdapat interaksi yang saling menguntungkan antara keberadaan TNWK dengan masyarakat. Kawasan TNWK sebagai kawasan pelestarian alam di dalamnya mengandung potensi flora dan fauna dan ekosistemnya. Salah satu diantaranya sebagai tempat hidup serangga. Sebagai salah satu agen penyerbukan, maka serangga berperan besar dalam penyerbukan baik di dalam atau di luar kawasan hutan. Kebakaran hutan telah merusak kawasan hutan dan ekosistemnya, hampir setiap tahun ratusan hektar musnah, dengan terjadinya kebakaran hutan banyak flora dan fauna mengalami kerusakan. Dengan hilangnya sebagian kekayaan maka telah menghilangkan kesempatan untuk dimanfaatkan demi kepentingan manusia.
Warta Konservasi
RAGAM GENERASI KONSERVASI BADAK MASUK SD Oleh : Dedi Candra
“Jangan ayah…..”. “Jangan ayah jerat dan tangkap lagi badak bercula itu”. “Kenapa anakku….”. “Bukankah kau sembuh karena meminum ramuan cula badak”. “Tidak ayah …”. “Aku tidak meminumnya” kata Junaidi sambil mengeluarkan ramuan pemberian ayahnyadari saku celana. “Aku sembuh bukan karena cula badak, jadi ayah jangan menangkap badak lagi biarkan mereka hidup tenang dihutan”. Seketika sang ayah sadar lalu meletakkan jerat dan lembingnya.... Itu adalah sepenggal cerita tentang badak berbulu yang dibacakan Anggi Widiastuti bocah 11 tahun murid SDN 2 Labuhan Ratu VI Lampung. Cerita ini menjadi bagian dari kegiatan penyuluhan atau memperkenalkan badak kepada murid-murid Sekolah Dasar (SD) di sekitar kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), kegiatan ini sudah dilakukan di dua SD yang berbeda. SD pertama, disini hampir semua murid tidak mengenal badak, hal ini wajar karena desa mereka sedikit di luar batas kawasan dan mungkin karena tidak pernah diberi kan informasi tentang ke beradaan badak sumatera. Jauh berbeda ketika SD yang kedua, disini hampir seluruhnya sudah mengenal badak, hal ini juga EDISI PERDANA, 2005
wajar karena mereka berasal dari desa yang berbatasan langsung dengan pintu gerbang TNWK dan berasal dari keluarga masyarakat yang bekerja di Suaka Rhino Sumatera (SRS) atau Rhino Protecting Unit (RPU). Tetapi secara umum, setelah dilakukan penyuluhan hampir semua murid SD tersebut mengerti badak dan habitatnya. Mereka berjanji akan ikut menjaga badak. Semoga janji tulus bocah-bocak polos ini dapat menyelamatkan kehidupan badak sumatera dikemudian hari.
Nah adik-adik kalau ada yang mau menangkap badak, adik-adik bilang apa ? “jangan ……. jangan menangkap badak”. Adik-adik sayang badak nggak ? “sayang………” terdengar suara riuh bocah -bocah polos itu, kalau sayang badak diapakan? “Harus dijaga dan dilindungi”. Begitu pula ketika diberikan informasi lain tentang beberapa satwa liar yang dilindungi seperti harimau, gajah, dlll, mereka juga antusias dan senang. Ke
hal 21 ..................
sembilasn belas
Inside Story Headline
RESEARCH
...... melepas kepenatan dan menyalurkan minat serta kecintaan pada alam, melalui jalan alam dan kemah bersama.
Tujuan Hutan Pendidikan Lingkungan HPL di TNWK mempunyai tujuan pendidikan dengan perincian sebagai berikut:
Menyampaikan
informasi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang keadaan sumberdaya alam TNWK.
Menumbuhkan
kesadaran masya rakat tentang arti pentingnya kelestarian lingkungan hidup.
Menumbuhkan sikap perilaku yang peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup.
Inside Story Headline
Perwujudan fungsi TNWK di bidang
pendidikan, konservasi keanekaragaman hayati dan kepariwisataan alam.
Menambah daya tarik TNWK. Dapat menjadi maskot kunci dalam meningkatkan dunia luar.
promosi
TNWK
ke
Sebagai wahana tempat penelitian dan pengembangan TNWK.
Secara
tidak langsung dapat meningkatkan pengamanan kawasan TNWK.
Pemeliharaan TNWK lebih tertata, khususnya di areal hutan pendidikan dan sekitarnya.
Lokasi Hutan pendidikan HPL TNWK terletak di Seksi Wilayah Konservasi III Kuala Penet Resort Plang Ijo (selanjutnya disebut HPL Plang Ijo). Resort Plang Ijo adalah salah satu resort yang berperan sebagai pintu gerbang masuk kawasan TNWK. Pemilihan RKPA Plang Ijo sebagai lokasi HPL karena diharapkan Plang Ijo menjadi showing window information bagi TNWK. Luas Resort Konservasi Pelestarian Alam (KPA) Plang Hijau adalah 13.000 ha. HPL Plang Ijo mempunyai jalur yang berbentuk menyerupai lingkaran yang mempunyai luasan sekitar 16,5 Ha dengan lokasi camping ground seluas 0,16 Ha.
Sebagai kawasan konservasi, TNWK keberadaannya/eksistensinya mutlak harus tetap dijaga. Taman Nasional sebagai perwakilan ekosistem, maka keutuhan ekosistem merupakan hal yang sangat penting agar interaksi antar dan inter unsur-unsur hayati dan non hayati yang dikandung dapat terjadi dengan baik serta dapat mendukung fungsinya.
Harapan Peranan HPL Plang Ijo bagi Taman Nasional Way Kambas
Dengan adanya kerusakan yang setiap tahun terus terjadi, maka kemungkinan
Keberadaan HPL Plang Ijo mempunyai peranan yang cukup penting terhadap TNWK yaitu : delapan belas
Untuk menekan terjadinya kebakaran hutan berbagai upaya telah dilakukan seperti kegiatan patroli deteksi dini dan melakukan pengawasan melalui menara api, serta pembuatan sekat bakar permanen. Namun sampai saat ini, penanganan terhadap kebakaran hutan dirasakan masih kurang optimal. Untuk mengetahui luas dan kerugian akibat kebakaran hutan maka perlu dilakukan ground check Hambatan dan kendala yang ada antara lain keterbatasan dana untuk mendukung kegiatan tersebut: Dukungan pihak lain yang masih lemah, kemampuan personil terbatas, sarana dan prasarana yang belum dioptimalkan, kondisi medan yang belum dapat dikuasai dengan baik, serta teknik pengendalian kebakaran hutan yang belum dikuasai oleh personil pemadam kebakaran hutan. Pengelolaan Konservasi keaneka ragaman hayati
Warta Konservasi
EDISI PERDANA, 2005
INFO UTAMA kehilangan spesies yang belum sempat teridentifikasi semakin besar. Namun dari semua itu, bahwa kawasan TNWK didalamnya terkandung kekayaan hayati dan ekosistem serta potensi, yang hingga saat ini belum semua diketahui dan termanfaatkan. Ketidaktahuan akan potensi sumber daya seperti jenis, jumlah, distribusi, dan keunikan lain menyebabkan banyak kehilangan kesempatan peman faatannya baik dibidang wisata alam, kesehatan, ekonomi dan ekologi. Oleh karena itu, diperlukan usaha menggali potensi yang terkandung tersebut. Salah satunya dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber daya yang dimiliki, yaitu sebagai langkah awal untuk mengetahui potensi yang ada. Kegiatan inventarisasi sumber daya alam, dilakukan dalam rangka untuk mengetahui jumlah, jenis, distribusi, kondisi dan arah dinamikanya. Kegiatan diatas menjadi sangat penting, dalam upaya tetap menjaga dari kehilangan sumber daya alam yang kemungkinan dimasa depan mempunyai manfaat. Disamping melakukan pengelolaan keanekaragaman hayati yang bersifat masih liar atau bebas di alam, Balai TNWK juga melakukan pengelolaan satwa liar (gajah) yang dikumpulkan dalam satu tempat yaitu PLG. Dengan semakin berkembangannya pengelolaan ternyata PLG mampu menarik wisatawan yang ingin melihat dari dekat aktivitas gajah yang telah jinak.
tujuh
Inside Story Headline
Inside Story Headline
Ketatausahaan
Maksud dari semboyan ini adalah para pengunjung yang datang ke TNWK diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang sumberdaya alam yang ada di dalam TNWK sambil berekreasi dan berwisata melalui wadah Hutan Pendidikan Lingkungan (HPL).
mencerminkan keanekaragaman hayati dan ekosistem yang terdapat di kawasan tersebut dengan tujuan pendidikan konservasi.
Program ini diwujudkan dengan membangun suatu lokasi atau kawasan yang disebut “Hutan Pendidikan Lingkungan”. Informasi-informasi yang termuat dalam program “Hutan Pendidikan Lingkungan” ini adalah informasi-informasi yang berkaitan dengan jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang ada di TNWK, jenis-jenis ekosistemnya, obyek-obyek alam tertentu yang unik, lokasi pemantauan burung, jenis tumbuhan berkhasiat, jejak -jejak satwa dan lain-lain yang sifatnya menambah wawasan kepada masyarakat yang akan mengikuti program ini.
HPL mempunyai fungsi sebagai berikut:
INFO UTAMA terbangun secara optimal
Beberapa kegiatan yang terkait dengan ketatausahaan antara lain :
Analisa & penyusunan kebutuhan
personil, sarpras, & dana berdasarkan beban tugas organisasi dari tingkat balai sampai tingkat resort.
Optimalisasi pelaksanaan tugas. Diklat
peningkatan kualitas (pengetahuan, ketrampilan kesiagaan).
SDM dan
Penyusunan
rencana pengelolaan sumberdaya (SDM & sarpras).
Penyusunan Rencana Strategi Lima Tahun (RENSTRA).
Peningkatan pelayanan masyarakat (perizinan, informasi, kegiatan dalam kawasan).
fasilitasi
Penggalangan kerjasama. Peningkatan koordinasi dengan pihak terkait mulai dari tingkat desa.
Pengendalian SDM dan penggunaan sarpras.
Hambatan dan tantangan Berbagai hambatan dalam pengelolaan sebagai berikut :
Rendahnya
masyarakat,
dan tantangan TNWK adalah
kesadaran
konservasi
Dukungan para pihak Upaya untuk mewujudkan tujuan pengelolaan TNWK hingga saat ini masih jauh dari harapan, yaitu adanya berbagai hambatan dan tantangan serta dengan melihat kondisi dan fakta yang ada. Oleh karena itu, perlu diperkuat dengan dukungan para pihak dalam pengelolaan TNWK. Sejauh ini ada beberapa lembaga mitra yang telah bekerja sama dengan Pengelola Taman Nasional, seperti Unila, WCS, SRS, TTF dan RPU. Namun belum memberikan hasil yang maksimal. Penutup Bahwa tujuan pengelolaan TNWK pada prinsipnya adalah untuk sebesar-besar kesejahteraan masyarakat sesuai amanah undang-undang. Dimana pengelolaannya harus memperhatikan asas lestari dan manfaat. Adanya gangguan dan ancaman tersebut telah mengancam fungsi tersebut tidak akan terpenuhi. Sebagai bagian utama dari pengelolaan TNWK sangat disadari akan kekurangan baik dari segi kualitas sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang terbatas serta anggaran yang terbatas. Sehingga dukungan para pihak sangat di harapkan demi terwujudnya pengelolaan TNWK yang lestari dan manfaat untuk kepentingan masyarakat
Kualitas sumber daya manusia dan sarana prasarana ditingkatkan
yang
perlu
Batasan Pengertian Hutan Pendidikan Lingkungan (HPL) Dalam Konteks TNWK
belum
Pengertian Hutan Pendidikan Lingkungan (HPL) dalam konteks TNWK adalah suatu areal hutan yang terdapat di dalam kawasan konservasi yang
Dukungan dana masih minim Koordinasi delapan
antar
sektor
Program HPL ini meliputi beberapa komponen penting sepert materi pelajaran, pemanduan, peserta, tempat dan waktu pendidikan. Program HPL ini perlu disusun secara sistematik sehingga tercip ta program hutan pendidikan yang langsung, berkesinambungan, dan bermanfaat kepada setiap peserta.
Warta Konservasi
EDISI PERDANA, 2005
RESEARCH
Fungsi Hutan Pendidikan Lingkungan
Fungsi Pendidikan Dari aspek pendidikan HPL berfungsi untuk memperkenalkan berbagai flora -fauna beserta ciri-ciri dan kegunaannya. Selain itu, aspek pendidikan ini juga meliputi pengembangan ilmu pengetahuan terutama tentang flora dan fauna.
Fungsi
perlindungan sumber daya alam. Sebagai tempat koleksi dan pemeliharaan jenisjenis flora yang terdapat di kawasan hutan pendidikan.
Fungsi
wisata dan apresiasi alam Sebagai tempat untuk .......
tujuh belas
Inside Story Headline
Inside Story Headline
RESEARCH
HUTAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) Oleh : Diah Esti Anggraini
Oleh : Pengendali Ekosistem Hutan
T
aman Nasional (TN)memiliki fungsi pokok sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan, sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa; serta sebagai kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Oleh sebab itu, dalam pengelolaannya ada beberapa prinsip pengelolaan yang harus dipegang antara lain:
Pendayagunaan potensi TN untuk
berbagai aspek kepentingan kegiatan seperti ilmu pengetahuan dan pendidikan, budaya, serta kepariwisataan alam dan rekreasi.
untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mengemban fungsi pendidikan tersebut maka pihak TNWK menyadari pentingnya pengenalan sumber daya alam yang ada kepada masyarakat umum baik sumber daya alam flora maupun fauna. Berdasarkan hal tersebut, maka pihak TN perlu mewujudkannya dengan membentuk suatu wadah yang memuat informasi kekayaan sumber daya alam yang ada di TNWK dan dengan membuat suatu program pembelajaran yang pelaksanaannya dilakukan dengan metode “Berekreasi sambil belajar”.
Gajah merupakan salah satu satwa langka yang dilindungi Undang-Undang dan keberadaannya di bumi semakin berkurang sebagai akibat semakin menyempitnya habitat alaminya serta karena berbagai gangguan terhadap satwa ini seperti perburuan dan pembantaian akibat konflik dengan manusia. Secara morfologi gajah merupakan hewan yang bertubuh besar dan pintar. Diketahui ada 2 benua yang memiliki jenis satwa ini; yaitu Asia dan Afrika. Untuk gajah Asia tersebar di Negaranegara : Indonesia, India, Thailand, Myanmar, Malaisia dan Srilangka. Beruntunglah Pulau Sumatera yang merupakan plau satu-satunya di Indonesia yang menjadi habitat alami gajah (gajah sumatera). Gajah Asia ada 4 subspesies.
Penataan
zonasi kawasan berdasarkan fungsi pengelolaan.
Pelibatan atau kemitraan dengan
berbagai pihak seperti masyarakat sekitar kawasan, LSM, pemerintah, lembaga pendidikan, pihak penegak hukum, dan lain sebagainya.
Perbedaan fisik untuk membedakan gajah satu dengan lainnya , dan gajah sumatera merupakan gajah yang paling kecil dari jenis lainnya.
Rehabilitasi dan restorasi habitat,
Gading pada gajah merupakan modifikasi gigi seri yang terletak pada rahang atas. Gading tersebut tumbuh dari bagian depan tengkorak.
populasi, dan ekosistem TN.
Dalam rangka mewujudkan fungsi TN secara optimal maka bidang pendidikan merupakan salah satu fungsi strategis yang perlu diemban oleh taman nasional modern dalam menghadapi era keterbukaan, sehingga taman nasional diharapkan dapat menyelenggarakan, mendukung, dan melaksanakan program pendidikan konservasi untuk semua jenjang usia pendidikan dan sosial ekonomi dalam arti luas, baik enam belas
FLORA - FAUNA
tahun. Ada masa atau periode yang unik pada gajah dan tidak terjadi pada hewan lain. Periode ini disebut Musth. Musth muncul ketika gajah jantan memproduksi testosterone yang banyak. Musth tergantung pada usia dan bisa berhubungan dengan tingkat social, dimana gajah jantan yang dominant terlihat mempunyai musth dengan tingkat yang lebih tinggi disbanding gajah lain. Musth dapat terjadi pada gajah jantan sehat pada usia 15 tahun, namun bisa juga terjadi lebih cepat atau lebih lambat dari itu. Tanda-tanda pada musth adalanya perubahan perilaku, mout, nafsu makan berkurang, urin terus menetes, penis sering keluar, kelenjar temporal pada dahi membesar dan mengeluarkan cairan berwarna coklat gelap dengan bau yang menyengat dan tajam, gerakan lebih agresif dan cepat, mengendus-endus dengan belalainya. Gajah jantan yang sedang musth harus dapat menangan dan pengawasan khusus agar tidak membahayakan baik bagi sesame gajah yang lain maupun terhadap manusia.
Gajah bisa melahirkan 1-2 anak dan berat lahirnya antara 40 – 80 kg dengan tinggi badan 75 – 100 cm. umur sapih gajah sekitar 18 bulan. Masa mengandung gajah berkisar antara 17 – 24 bulan dengan rata-rata 22 bulan. Jarak kehamilan satu dengan berikutnyas (calving interval) : 4 – 4,5
Warta Konservasi
EDISI PERDANA, 2005
sembilan
Inside Story Headline
FAUNA
Inside Story Headline
Perbedaan bentuk morfologi gajah Asia dan Afrika
WCS dewasa ini berupaya mengurangi konflik gajah dengan cara menghalau gajah yang keluar kawasan. Cara lain yang di tempuh adalah dengan membuat pagar yang di olesi dengan cabe import asal Zimbabwe yang di kenal dengan cabe Habanero. Cabe ini menurut hasil penelitian, 20 kali lebih pedas dari cabe local (cabe rawit). Dan metode ini cukup berhasil di Afrika, untuk melindungi tanaman petani dari gangguan gajah.
Nomenklatur dan sistematika gajah adalah :
No
Perbedaan Pokok
Gajah Asia
Gajah Afrika
1
Bentuk Kepala
Bulat dan besar
2
Bentuk Telinga
Ukuran lebih kecil
3
Bentuk Punggung
Cekung
Pipih dan menjorok ke depan Ukuran lebih besar dan lebar Lengkung
4
Ujung Belalai
Satu bibir
Dua bibir
5
Kuku Kaki
6
Gading
7
Ukuran Tubuh
Depan 5 dan belakang 4 Hanya jantan yang bergading Hamper berimbang
Kaki depan 4, kaki belakang 3 Jantan dan betina bergading Hamper berimbang
8
Bentuk Kulit
Lebih kasar
Lebih halus
Kingdom
: Anilaia
Phylum
: Chordota
Sub Phylum : Verterbrata Class
: Mammalia
Ordo
: Proboscidea
Family
: Elephantedia
Genus (Afrika)
: Elephas (Asia), Loxodonta
Spesies
: Elephas maximus (Asia),
Elephas
sepuluh
Gajah Afrika yang tubuhnya lebih besar dari gajah Asia, bisa teratasi dengan metode ini, untuk ini kami berharap metode ini bisa di terapkan disini, khususnya daerah yang sering mengalami konflik gajah. Percobaan ini sudah di laksanakan bulan Maret hingga April 2005 tetapi hasilnya belum memuaskan, karena masih ada gajah liar yang keluar kawasan meskipun jumlahnya tidak terlalu besar yaitu 2 sampai 3 individu. Hal ini kemungkinan karena cabe habanero yang digunakan kualitasnya berbeda, karena cabe yang digunakan di Afrika dalam keadaan segar sedangkan yang di import dalam keadaan kering. Untuk itu kami rencana akan mencoba menggunakan cabe lokal yang berasal dari kalimantan, yang pedasnya tidak jauh berbeda dengan cabe habanero asal Afrika. Di samping pagar cabe, kami juga mencoba menghalau gajah dengan membuat granat cabe, yaitu campuran antara kotoran gajah yang sudah di keringkan dengan cabe yang sudah di keringkan. Granat cabe ini di bakar menjelang malam hari di jalur keluarnya gajah,
africana (Afrika)
Warta Konservasi
EDISI PERDANA, 2005
PATROLI sehingga menghasilkan asap yang sangat pedas dan mampu mengacaukan indra penciuman gajah. Cara yang biasa dilakukan oleh petani di sekitar kawasan yaitu, membuat menara untuk memantau tanaman di sekitarnya, dengan cara menyalakan senter yang cahayanya cukup terang. Cara ini juga cukup ampuh untuk mengusir gajah yang akan masuk ke ladangnya. Cara tradisional lainnya yaitu dengan membuat ”jeduman” atau meriam bambu yang menggunakan bahan peledak seperti karbit, yang di bunyikan setiap saat bila ada tanda tanda mencurigakan. Bila gajah sudah terlanjur masuk ke peladangan, Tim CPU beserta masyarakat menggunakan api atau obor untuk menggiring gajah agar masuk kembali ke hutan. Tim CPU berupaya mengurangi gangguan gajah seminimal mungkin sehingga konflik gajah bisa teratasi. Cara yang sederhana untuk menghindari dan mengurangi gangguan gajah adalah dengan menanam jenis tanaman yang tidak disukai oleh gajah, selain jagung, padi, pisang dan kelapa, sehingga gajah tidak tertarik lagi untuk keluar kawasan. Di sekitar TN Way Kambas, WCS juga berupaya untuk mencoba mengurangi konflik gajah dengan membudidayakan lebah madu, yang di tempatkan di pekarangan atau di ladang petani, disamping untuk meningkatkan pendapatan petani dengan cara memanen hasil madunya, juga di harapkan dapat menghindari gangguan gajah. lima belas
Inside Story Headline
Inside Story Headline
PATROLI
KONFLIK GAJAH DAN MANUSIA (HUMAN ELEPHANT CONFLICT) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS Binatang besar yang umurnya bisa mencapai 70 tahun bahkan 90 tahun, mempunyai aktifitas makan yang sangat besar, karena dalam satu hari (24 jam) ia menggunakan waktunya 19 jam untuk makan dan sisanya digunakan untuk istirahat yaitu tidur. Masyarakat Lampung menyebut binatang ini dengan nama Liman dan bahasa kerennya adalah gajah. Tak heran, kebiasaan dan juga kebutuhan makan yang sangat besar ini membuat daerah jelajah (home range) luas ~ 10 km persegi, dan satwa ini lebih senang hidup berkelompok, tetapi ada juga yang hanya dua atau tiga ekor bahkan sendirian (tunggal). Gajah yang biasa melakukan aktifitas sendirian yaitu gajah jantan yang siap kawin. Biasanya gajah jantan yang siap kawin akan meninggalkan kelompoknya untuk memenuhi hasratnya dengan mencari betina dari kelompok lain dengan cara merebut. Usia gajah jantan yang siap kawin berumur 15 tahun, sedangkan gajah betina berumur 13 tahun. Sedangkan lamanya gajah mengandung adalah 22 bulan dan induk akan siap kawin lagi
empat belas
bila si anak telah berumur 6 - 8 tahun. Di daerah yang berbatasan langsung dengan kawasan konservasi yang menjadi habitat satwa khususnya gajah, sering mengalami konflik antara gajah dan manusia. Gajah ini sering keluar kawasan untuk mencari makan. Gajah dewasa memerlukan 150 kg pakan untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari. Mendekati musim panen, rombongan gajah liar sering keluar kawasan menuju perkebunan dan persawahan petani. Gajah yang memiliki indra penciuman yang cukup tajam, bisa mengetahui di memiliki tanaman yang sangat di sukainya. Hasil penelitian lembaga Penelitian Internasional yang di kenal dengan nama Wildlife Conservation Society (WCS) yang bermarkas di New York, mendata tanaman yang paling diminati oleh Gajah antara lain Jagung, Padi, Pisang dan Kelapa. Gajah yang sering keluar kawasan, biasanya tertarik dengan tanaman petani seperti jagung dan lain-lain. Rombongan gajah dapat merusak berpuluh hektar sawah dan ladang dalam semalam apabila tidak di cegah atau dihalangi terlebih dahulu Untuk itu, WCS bekerjasama dengan Balai TN Way Kambas, Watala dan Masyarakat Lokal di sekitar kawasan TN Way Kambas, membentuk tim CPU (Crop Protection Unit) yang bertujuan untuk mengurangi konflik gajah dan manusia, antara lain melindungi populasi gajah dan melindungi tanaman petani dari gangguan gajah. Warta Konservasi
MITRA - TTF PKHS
Harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae)
Oleh : Sumianto Program Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) adalah sebuah program kerja sama dibidang konservasi harimau sumatera antara Ditjen. PHKA, Departemen Kehutanan dengan The Tiger Foundation (TTF), Canada dan The Sumatran Tiger Trust, UK sebagai salah satu perwujudan dari rasa tanggung jawab bersama akan nasib harimau saat ini dan masa yang akan datang di Inonesia. Titik berat program kerja sama meliputi semua kegiatan yang berorientasi pada upaya penyelamatan dan perlindungan populasi harimau di habitat alaminya (insitu), seperti : studi dinamika populasi harimau, kebutuhan ekologi, pemetaan dan distribusi wilayah hidup, transfer teknologi, kampanye penyadaran masyarakat serta pengembangan pendekatan sosial ekonomi masyarakat untuk penyelamatan harimau sumatera. Tujuan:
Mendukung
Ditjen PHKA dalam melestarikan Harimau Sumatera di
habitat alaminya.
Memadukan kegiatan konservasi insitu dan ex- situ guna mendukung program konservasi Harimau Sumatera sebagaimana telah ditetapkan dalam Strategi Konservasi Harimau Sumatera di Indonesia (Ditjen. PHPA, 1994).
Mengembangkan konservasi Indonesia.
Harimau
database Sumatera di
Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya Harimau Sumatera.
konservasi
Meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) lingkup Ditjen PHKA, khususnya dalam bidang konservasi Harimau Sumatera dan umumnya Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Ruang Lingkup Kegiatan:
Identifikasi dan inventarisasi masalah
ekologi Harimau Sumatera di Taman Nasional dan masalah konflik antara harimau dan manusia di daerah sekitar Taman Nasional serta upaya penanganannya.
Penyusunan
dan penyempurnaan perangkat lunak penanganan harimau bermasalah (protokol penanganan harimau bermasalah).
Survei dan monitor populasi, habitat dan mangsa harimau di TN
EDISI PERDANA, 2005
sebelas
Inside Story Headline
MITRA
Perlindungan
dan pengamanan harimau di habitatnya melalui kegiatan antara lain: patroli pengamanan, pengembangan jaringan anti pemburuan dan perdagangan gelap, serta membantu penegakan hukum.
Membangun dan mengembangkan
database konservasi harimau Sumatera dalam bentuk GIS dan Website.
Pengembangan jaringan kerja sama
dengan instansi pemerintah, LSM setempat (daerah, pusat) dan pihakpihak terkait lainnya, guna mensukseskan Program Konservasi Harimau Sumatera.
Penyuluhan
kepada masyarakat tentang konservasi harimau Sumatera di daerah sekitar Taman Nasional.
Pemberdayaan masyarakat daerah penyangga untuk mengurangi tekanan terhadap Taman Nasional.
Peningkatan kemampuan teknis dan
menejerial pegawai Departemen Kehutanan khususnya Taman Nasional dibidang konservasi Harimau Sumatera dan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Penyempurnaan
sarana dan prasarana yang mendukung Program Konservasi Harimau Sumatera.
Studi kelayakan pembangunan Pusat
Rehabilitasi Harimau Sumatera (semi Natural Tiger Rescue Center) di Sumatera.
Studi aspek-aspek bioekologi Harimau
Sumatera dan sosial-ekonomi masyarakat sekitar Taman Nasional
dua belas
Inside Story Headline
Wildlife Conservation Society
RHINO PROTECTION UNIT
MITRA
Oleh : Moh. Taufiq Soleman
Oleh : Andi Hari Harsangka Awal berdiri Rhino Protection Unit (RPU) 30 Agustus 1995 di Muko-muko selatan Bengkulu dengan 4 unit yang terdiri dr POLHUT dan masyarakat. Tahun 1996 menambah unit operasinya di Way Kambas, Kerinci Seblat dan Bukit Barisan Selatan. DI TNWK terbentuk secara real tahun 1997 dengan 2 unit. Cikal bakal ini 14 Januari 1998 menjadi PKBI dengan unit kerja RPU yang dibentuk oleh Ditjen PHKA, IRF, Asian Rhino Specialist Group (AsRSG) dan Yayasan Mitra Rhino. Perkembangan selanjutnya RPU menjalin kerjasama dengan WWF, WCS dan TTF dengan 7 unit di Way Kambas (5 RPU dan 2 Tiger Protection Unit). Personil masing-masing unit 4 orang dengan kepala unit adalah Polhut terpilih dan 3 lainnya masyarakat. Semua operasional dibawah kendali Koordinator Lapangan dibawah arahan PKBI dan Taman Nasional Program Perlindungan Badak Perlindungan Badak dari perburuan dan pencegahan perusakan habitat serta membantu pengelolaan kawasan setempat. Tugas RPU :
Patroli perburuan badak merupakan tugas utama (rutin dan gabungan)
Penegakan
Hukum dengan melakukan penangkapan dan pengamanan barang bukti, Penyidikan dilakukan PPNS dan penyidik Polri
Monitoring tanda-tanda keberadaan Badak seperti jejak, kotoran, dll
Warta Konservasi
WCS
adalah
Wildlife Society
singkatan
dari
Conservation
yaitu suatu lembaga penelitian Internasional yang bermarkas di New York, didirikan di New York pada tanggal 26 April 1895 dengan nama “The New York Zoological Society. Yayasan ini memulai kegiatannya dengan tujuan yaitu pendidikan masyarakat, penelitian zoology dan perlindungan satwa liar. WCS telah bekerja di 53 negara yang tersebar di Afrika, Asia, Amerika latin dan Amerika utara untuk melindungi hutan rimba yang merupakan rumah bagi jutaan spesies mulai dari kupu-kupu hingga harimau dan gajah. WCS telah bekerja di Indonesia sejak tahun 1965 dan membuka kantor pada tahun 1991 dengan nama WCS Indonesia Program. Dengan lebih dari 100 peneliti dan staf lapangan yang bekerja di seluruh Indonesia. WCS memiliki staf lapangan terbesar dari seluruh organisasi Internasional yang bekerja di Indonesia. Lokasi kegiatan WCS.IP untuk Sumatra yaitu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Way Kambas, kemudian WCS juga mempunyai lokasi penelitian di Kepulauan seribu, pulau Sumba Nusa Tenggara, dan Sulawesi, untuk pulau Sulawesi WCS melakukan kegiatan hampir di seluruh kawasan konservasi yang ada di sulawesi yaitu: Cagar Alam Tangkoko Duasudara, EDISI PERDANA, 2005
Suaka Margasatwa Manembonembo, Cagar Alam Gunung Ambang, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Cagar Alam Panua, Cagar Alam Gunung Tinombala, Cagar Alam Gunung Sojol, Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Tanjung Api, Cagar Alam Morowali, Suaka Margasatwa Bakiriang, Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Suaka Margasatwa Tanjung Peropa, Suaka Margasatwa Tanjung Batikolo, Taman Wisata Alam Mangolo, Cagar Alam Bulusaraung dan Suaka Margasatwa Komara. Untuk kegiatan di Taman Nasional Way Kambas, WCS IP memulai kegiatannya sejak tahun 1999 dengan Proyek Konservasi Gajah Sumatera Elephas maximus sumatranus, Penelitian Siamang
Symphalangus syndactylus, Penelitian
burung Rangkong. WCS memulai kegiatan penanganan konflik antara gajah dan manusia Human elephant conflict sejak tahun 2002 dengan menginisiasi pembentukan Crop Protection Unit yaitu unit perlindungan tanaman dan Respon Unit bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Way Kambas, Yayasan Watala dan Masyarakat lokal di sekitar kawasan. Kegiatan WCS yang masih berlangsung di TNWK hingga saat ini yaitu mengatasi konflik gajah dan manusia serta penyadartahuan masyarakat tentang pentingnya keanekaragamanhayati. . tiga belas