ISSN: 1412-968X Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
JOURNAL OF
Economic Management & Business Pengaruh Pergerakan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Muammar Khaddafi
1
Analisis Kelayakan Investasi Terhadap Modal Kerja Pada Perusahaan Bursa Efek Indonesia Kasus Pada Perusahaan LQ45 Ristati dan Masyithah
23
Pembagian Kerja Dalam Upaya Efektivitas Kerja Karyawan Mohd. Heikal
37
Pengaruh Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka Terhadap Jumlah Kredit yang Diberikan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk. N u r l e l a
45
Exploring Corporate Social Responsibility Practices In Tourism Industry After Tsunami Disaster In Aceh Agustinawati
57
Analisis Kesenjangan Produktivitas Kakao Perkebunan Rakyat di Provinsi Aceh M a w a r d a t i
65
Pengaruh Cash Conversion Cycle, Firm Size, Fixed Financial Assets Ratio, dan Financial Debt Ratio Terhadap Return On Invesment Pada Perusahaan Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Iswadi dan Masniar
71
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Pupuk Urea Nonsubsidi pada PT. Pupuk Iskandar Muda Provinsi Aceh Faisal Matriadi, T. Edyansyah dan Saifuddin
83
Penerapan Analisis Cluster Dalam Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Indikator Kesejahteraan Rakyat Nurhasanah
99
Pengaruh Faktor Intrinsik Dan Ektrinsik Terhadap Minat Berwirausaha Kasus Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Syamsul Bahri
Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
109
ISSN: 1412-968X Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
JOURNAL OF
Economic Management & Business Pengaruh Pergerakan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Muammar Khaddafi
1
Analisis Kelayakan Investasi Terhadap Modal Kerja Pada Perusahaan Bursa Efek Indonesia Kasus Pada Perusahaan LQ45 Ristati dan Masyithah
23
Pembagian Kerja Dalam Upaya Efektivitas Kerja Karyawan Mohd. Heikal
37
Pengaruh Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka Terhadap Jumlah Kredit yang Diberikan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk. N u r l e l a
45
Exploring Corporate Social Responsibility Practices In Tourism Industry After Tsunami Disaster In Aceh Agustinawati
57
Analisis Kesenjangan Produktivitas Kakao Perkebunan Rakyat di Provinsi Aceh M a w a r d a t i
65
Pengaruh Cash Conversion Cycle, Firm Size, Fixed Financial Assets Ratio, dan Financial Debt Ratio Terhadap Return On Invesment Pada Perusahaan Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Iswadi dan Masniar
71
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Pupuk Urea Nonsubsidi pada PT. Pupuk Iskandar Muda Provinsi Aceh Faisal Matriadi, T. Edyansyah dan Saifuddin
83
Penerapan Analisis Cluster Dalam Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Indikator Kesejahteraan Rakyat Nurhasanah
99
Pengaruh Faktor Intrinsik Dan Ektrinsik Terhadap Minat Berwirausaha Kasus Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Syamsul Bahri
Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
109
E-MABIS
JOURNAL OF
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
Economic Management & Business
ISSN : 1412 – 968X
Diterbitkan Oleh : Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Dewan Penasehat/Advisory Board Rektor Universitas Malikussaleh Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Ketua Penyunting/ Chief Editor Wahyuddin (Chief) Pengelola Penyunting/Managing Editor Khairil Anwar (Chief) Iswadi, Anwar Puteh, Ichsan, Ghazali Syamni, Damanhur, Naufal Bachri, Husaini, Yulbahri Penasehat Editorial dan Dewan Redaksi/ Editorial Advisory and Review Board Prof. A. Hadi Arifin (Unimal), Jullimursyida, Ph.D (Unimal), Adi Afif Zakaria, Ph.D (UI), Zafri Ananto Husodo, Ph.D (UI), Fachruzzaman (UNIB), Erlina, Ph.D (USU), Muhammad Nasir, Ph.D (USK), Sofyan Syahnur, Ph.D (USK), Tafdil Husni, Ph.D (UNAND), Jeliteng Pribadi, MA (USK),
Sirkulasi & Secretary : Kusnandar Zainuddin, Fuadi, Karmila, Ismail
Kantor Penyunting/Editorial Office Kampus Bukit Indah P.O. Box. 141 Lhokseumawe Telp. (0645) 7014461 Fax. (0645) 56941 E-mail :
[email protected] - Hompage: www.fe-unimal.org/jurnal/emabis Jurnal E-Mabis Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh diterbitkan sejak tahun 2000 sesuai dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Malikussaleh nomor SK. No.34/UM.H/KP/2000 Jurnal E-Mabis diterbitkan oleh FE Unimal bekerjasama dengan ISEI Lhokseumawe Dekan : Wahyuddin, Pembantu Dekan I : Khairil Anwar, Pembantu Dekan II: Iswadi, Pembantu Dekan III : Anwar Puteh, Pembantu Dekan IV : Ichsan Jurnal E-Mabis terbit 4 kali setahun pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. ISSN : 1412-968X. keputusan terbit 4 kali setahun mulai Edisi Vol.13 Nomor: 1, Januari 2012
Daftar Isi Pengaruh Pergerakan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Muammar Khaddafi
1
Analisis Kelayakan Investasi Terhadap Modal Kerja Pada Perusahaan Bursa Efek Indonesia Kasus Pada Perusahaan LQ45 Ristati dan Masyithah
23
Pembagian Kerja Dalam Upaya Efektivitas Kerja Karyawan Mohd. Heikal
37
Pengaruh Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka Terhadap Jumlah Kredit yang Diberikan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk. N u r l e l a
45
Exploring Corporate Social Responsibility Practices In Tourism Industry After Tsunami Disaster In Aceh Agustinawati
57
Analisis Kesenjangan Produktivitas Kakao Perkebunan Rakyat di Provinsi Aceh Mawardati
65
Pengaruh Cash Conversion Cycle, Firm Size, Fixed Financial Assets Ratio, dan Financial Debt Ratio Terhadap Return On Invesment Pada Perusahaan Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Iswadi dan Masniar
71
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Pupuk Urea Nonsubsidi pada PT. Pupuk Iskandar Muda Provinsi Aceh Faisal Matriadi, T. Edyansyah dan Saifuddin
83
Penerapan Analisis Cluster Dalam Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Indikator Kesejahteraan Rakyat Nurhasanah
99
Pengaruh Faktor Intrinsik Dan Ektrinsik Terhadap Minat Berwirausaha Kasus Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Syamsul Bahri
109
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 Journal Of Economic Management & Business Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 ISSN: 2301-4717 Hal. 1-22
PENGARUH PERGERAKAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Muammar Khaddafi
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
This study describes the effect of movement profitability ratio as measured by ROA, ROE, GPM, OPM, NPM, and EPS which are independent variables with the stock price as the dependent variable. This study aimed to examine whether the financial ratios affect stock returns. This study aims to demonstrate empirically the effect of profitability ratios consisting of ROA, ROE, GPM, OPM, NPM, and EPS partially or simultaneously on stock prices of manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange as well as to determine the ratio of the dominant influence of manufacturing company stock price on the Indonesia Stock Exchange. The approach used in this study is a quantitative approach that serves to test the hypotheses proposed in the study and to answer the problem in this study. Samples taken as many as 33 companies listed on the Stock Exchange and its shares diperdagnagkan active and have a positive profitability during the year 2002-2006. to obtain the required information was data collection through the documentation process. Analytical tool used is multiple linear regression analysis. The analysis showed that profitability is composed of ROA, ROE, GPM, OPM, NPM, and EPS simultaneously affect the stock price companies listed in Indonesia Stock Exchange. Financial ratios partial effect on stock prices companies listed in Indonesia Stock Exchange is the ratio of ROE, EPS GPM and thus directly affect the price ratio of the dominant stock companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Keywords: profitability ratios, stock price, manufacturing
Muammar Khaddafi
PENDAHULUAN Perkembangan pasar modal sebagai lembaga piranti investasi memiliki fungsi ekonomi dan keuangan yang semakin di perlukan oleh masyarakat sebagai media alternatif dan penghimpun dana (Suad Husnan, 2005 :4). Dalam fungsi ekonominya pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender (pihak yang mempunyai kelebihan dana) ke borrower (pihak yang memerlukan dana) dengan menginvestasikan dana yang mereka miliki, lender mengharapkan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut dari sisi borrower, tersedianya dana dari pihak luar lender memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedinya dana hasil operasi perusahaan. Dalam fungsi keuangannya dilakukan dengan menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut (Suad Husnan, 2005 : 4). Investor harus melakukan penilaian terhadap prospek kinerja emiten untuk melakukan investasi, karena pada umumnya hampir semua investasi (khususnya saham) mengandung unsur ketidakpastian. Investor harus melakukan evaluasi dan analisis terhadap fak-tor yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan emiten di masa yang akan datang, sehingga investor dapat memperkecil kerugian yang timbul seminimal mungkin dari adanya fluktuasi pertumbuhan dan perkembangan emiten yang bersangkutan. Pengambilan keputusan untuk investasi tergantung dari berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah dari kondisi keuangan emiten yang digambarkan dalam rasio keuntungan abilitas (profitabilitas). Dengan melakukan analisis rasio keuntungan abilitas (profitabilitas) investor dapat memproyeksikan dan menilai kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi calon investor atau investor. Pengambilan keputusan investasi
dalam saham memerlukan pertimbanganpertimbangan, perhitungan-perhitungan, dari analisis yang mendalam untuk menjamin keamanan dana yang diinvestasikan serta keuntungan yang diharapkan oleh investor. Calon investor harus mengetahui keadaan serta prospek perusahaan yang menjual surat berharganya. Hal ini dapat diperoleh dengan mempelajari dan menganalisis informasi yang relevan. Suatu informasi dikatakan relevan bagi investor jika informasi tersebut mampu mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan transaksi di pasar modal yang tercermin pada perubahan harga. Pergerakan harga saham di bursa efek umumnya diramalkan pemodal dan pialang dengan analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal adalah sebuah metode peramalan gerak harga saham, indeks atau instrumen keuangan lainnya dengan menggunakan grafik berdasarkan data historis (Fakhruddin, Firmansyah dan Hadianto, 2001: 21). Sedangkan analisis fundamental adalah suatu metode peramalan harga saham dengan mempelajari kinerja perusahaan (Ghozali dan Sugianto, 2002). Analisis fundamental menganggap bahwa harga saham merupakan refleksi dari nilai perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian suatu saham melalui pendekatan fundamental dapat digunakan informasi akuntansi dengan teknik analisis rasio keuangan yang merupakan hasil perhitungan lebih lanjut dari laporan keuangan (Subekti, 1999: 34). Dari berbagai rasio keuangan terdapat beberapa rasio dan informasi keuangan perusahaan yang dapat digunakan untuk memprediksi return saham. Robbert Ang (1979) menyatakan bahwa rasio keuangan dikelompokan dalam lima jenis yaitu : (1) rasio likuiditas; (2) rasio aktivitas; (3) rasio profitabilitas; (4) rasio solvabilitas (leverage); dan (5) rasio pasar. Rasio profitabilitas terdiri dari enam rasio yaitu : 1. Gross Profit Margin (GPM) 2. Operating Profit Margin (OPM)
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
3. Net Profit Margin (NPM) 4. Return On Asset (ROA) atau sering disebut Return On Investment (ROI) 5. Return On Equity (ROE) 6. Operating Ratio (OPR) Rasio profitabilitas yang digunakan sebagai variabel independent adalah Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham. Tinjauan TEORITIS Pasar Modal Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Dengan demikian, pasar modal dapat juga diartikan sebagai sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Menurut Sitompul (2000:3), pengertian pasar modal yang dalam bahasa inggris disebut dengan stock exchange atau stock market, adalah “an organized market or exchange where shares (stocks) are traded”, yaitu suatu pasar yang terorganisir di mana berbagai jenis efek-efek diperdagangkan. Tandelilin (2001:13) mendefinisikan pengertian pasar modal sebagai “pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri”, yang berarti pasar modal merupakan suatu tempat di mana berbagai instrumen keuangan jangka panjang diperdagangkan. Sundjaja dan Barlian (2003:424), membagi pengertian pasar modal dalam arti sempit dan dalam arti luas : 1. Pengertian dalam arti sempit Pasar modal merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli
dana jangka panjang. 2. Pengertian dalam arti luas a. Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersil dan semua perantara di bidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan pendek. b. Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkatwarkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham, obligasi, hipotek, dan tabungan serta deposito berjangka. Berdasarkan pengertian pasar modal dalam arti sempit yang dikemukakan di atas, berarti bahwa pasar modal merupakan wahana tempat bertemunya para penawar dana jangka panjang (disebut juga dengan kreditor) atau calon investor yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana (disebut juga dengan debitor) yaitu, perusahaan emiten yang terdaftar di pasar modal tersebut, sedangkan pengertian pasar modal dalam arti luas berarti bahwa pasar modal merupakan sebuah institusi keuangan tempat berlangsungnya perdagangan berbagai jenis instrument pasar modal seperti saham, obligasi, hipotek, tabungan dan lain sebagainya. Peranan Pasar Modal Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh
imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas. Tujuan Pasar Modal Sebagai sebuah pasar tempat berlangsungnya perdagangan berbagai jenis efek jangka panjang, pasar modal memiliki beberapa tujuan. Sundjaja dan Barlian (2003:425) mengatakan bahwa “tujuan pasar modal Indonesia adalah untuk mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan dan memeratakan pendapatan masyarakat melalui pemerataan pemilikan saham”. Dengan adanya pasar modal, diharapkan agar masyarakat dapat ikut serta menanamkan dananya disuatu perusahaan sehingga masyarakat juga mempunyai hak atas perusahaan tersebut, sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya masingmasing, sehingga hal ini akan menciptakan pemerataan pendapatan masyarakat karena pemilikan saham perusahaan tidak hanya dikuasai oleh pihak-pihak tertentu saja, yang berarti setiap masyarakat yang ikut serta berinvestasi dapat memperoleh kesempatan untuk menikmati keuntungan yang dapat berasal dari capital gain (selisih lebih harga jual saham dengan harga saat belinya) maupun yang berasal dari pembagian dividen. Selain itu, pasar modal
Muammar Khaddafi
juga memiliki tujuan untuk menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif. Ini berarti bahwa dengan adanya pasar modal diharapkan agar masyarakat bersemangat untuk aktif menginvestasikan kelebihan dananya ke dalam pasar modal, sehingga dana tersebut dapat digunakan secara produktif oleh pihak yang membutuhkan dana. Dengan begitu kelebihan dana bagi masyarakat calon investor tidak menjadi idle cash dan dapat digunakan untuk diinvestasikan kembali. Dan bagi perusahaan yang membutuhkan dana (emiten) juga dapat menggunakan dana tersebut untuk perluasan usahanya tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Manfaat Pasar Modal Darmadji dan Fakhruddin (2001:2) mengatakan bahwa keberadaan pasar modal memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut : 1. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi. 3. Menyediakan leading indicator bagi tren ekonomi negara. 4. Penyebaran kepemilikan keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat. 5. menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik. 6. memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek. 7. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi. 8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol sosial. 9. Pengelolaan perusahaan dengan iklim
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
keterbukaan, mendorong pemanfaatan manajemen profesional. 10. Sumber pembiayaan dana jangka panjang bagi emiten. Dengan adanya pasar modal, diharapkan bahwa perekonomian di suatu negara akan berjalan lancar dan dapat berkembang sejalan dengan era globalisasi. Hal itu dapat tercapai karena dengan adanya pasar modal akan memberikan banyak manfaat bagi banyak pihak, seperti perusahaan (emiten) yang listing di bursa, masyarakat pemodal, masyarakat pada umumnya, pemerintah negara itu sendiri, maupun masyarakat dan pemerintah negara lain yang turut melakukan kegiatan investasinya di pasar modal negara yang bersangkutan. Perusahaan (emiten) yang listing di pasar modal mendapatkan manfaat karena dapat memperoleh dana dalam jumlah besar yang dapat digunakan untuk perluasan usaha atau untuk tujuan lain, tanpa harus menunggu tersedianya dana yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Masyarakat pemodal mendapatkan manfaat karena mempunyai wadah investasi alternatif selain bank yang bisa memberikan peluang keuntungan atau return. Masyarakat pada umumnya mendapatkan manfaat karena dengan adanya pasar modal yang dapat menjadi alternatif pembiayaan bagi perusahaanperusahaan yang listing di pasar modal, maka seyogyanya perusahaan-perusahaan tersebut akan dapat beroperasi dengan efektif dan efisien dan dapat memperluas usahanya, yang berarti akan menambah jumlah lapangan kerja yang tersedia. Bagi pemerintah akan mendapatkan manfaat karena dengan adanya pasar modal, perekonomian negara akan bisa berjalan dengan baik, dan bagi masyarakat dan negara lain yang ikut serta menanamkan dananya di pasar modal negara bersangkutan, akan mendapatkan manfaat karena mempunyai alternatif investasi lain selain di negara sendiri, yang mungkin akan memberikan peluang keuntungan yang lebih baik.
Jenis Pasar Modal Pada dasarnya, pasar modal dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu : 1. Pasar Perdana 2. Pasar Sekunder Pasar perdana merupakan tempat untuk pertama kalinya saham perusahaan dijual kepada masyarakat umum melalui pejamin emisi. Besarnya harga saham di pasar perdana ditetapkan atas dasar kesepakatan antara emiten dan underwriter di bawah pengawasan Bapepam. Pasar sekunder merupakan pasar sesungguhnya, dimana para pialang bisa menjual atau membeli saham perusahaan yang terdaftar di bursa. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar dengan pengawasan dari Bapepem. Instrumen Pasar Modal a. Saham Biasa (Common Stocks) Dari berbagai jenis surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham biasa (common stocks) adalah yang paling dikenal masyarakat dan paling banyak ditransaksikan. Secara sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujudnya adalah berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. b. Saham Preferen (Preferred Stocks) Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara saham biasa dan obligasi, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen disebut memiliki kesamaan dengan saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas, diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut, dan membayar dividen. Saham preferen disebut memiliki kesamaan dengan obligasi karena saham preferen me-
miliki klaim atas dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku saham, memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. c. Obligasi Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (dalam hal ini pemilik modal) dengan yang diberi pinjaman (emiten). d. Obligasi Konversi Sekilas obligasi konversi tidak ada bedanya dengan obligasi biasa, misalnya memberikan pendapatan bunga yang tetap, memiliki tanggal jatuh tempo dan memiliki nilai pari, namun obligasi konversi memiliki keunikan, yaitu bisa ditukar dengan saham biasa. e. Reksa Dana Reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksa dana (disebut juga dengan manajer investasi), untuk digunakan sebagai modal dalam berinvestasi di pasar uang atau pasar modal. f. Right Issue Right issue merupakan hak bagi pemilik modal yang membeli saham baru yang dikeluarkan emiten Karena merupakan hak, maka investor tidak terikat harus membelinya. Right issue berbeda dengan saham bonus dan dividen saham yang secara otomatis diterima oleh pemegang saham. g. Waran Waran merupakan hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran diterbitkan pada saat yang bersamaan dengan saham biasa dan obligasi. Waran ditebitkan dengan tujuan agar pemodal tertarik untuk membeli obligasi atau saham yang diterbitkan emiten. Apabila emiten menerbitkan obligasi dengan suku bunga yang lebih rendah dari pada suku bunga bank, tentu pemodal akan lebih tertarik untuk menginvestasikan dananya ke
Muammar Khaddafi
bank dari pada membeli obligasi tersebut. Namun apabila emiten menerbitkan obligasi dengan tingkat suku bunga yang tinggi tentu memberatkan emiten. Jadi untuk menarik minat pemodal, emiten akan menerbitkan obligasi yang memiliki waran. Keuntungan dan Kerugian Investasi di Pasar Modal Investasi di pasar modal bisa memberikan keuntungan kepada calon investor, namun bisa juga memberikan kerugian bagi calon investor. Keuntungan investasi di pasar modal yaitu mendapatkan : 1. Laba Kapital, yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari nilai beli sahamnya. 2. Dividen, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. 3. Peningkatan nilai saham, sejalan dengan waktu dan perkembangan kinerja perusahaan, seperti juga tanah atau aktiva berharga sejenis. Investor jangka panjang mengandalkan kenaikan nilai saham ini untuk meraih keuntungan dari investasi saham. Investor seperti ini membeli saham dan penyimpanannya untuk jangka waktu lama (tahunan) dan selama masa itu mereka memperoleh manfaat dari dividen yang dibayarkan perusahaan setiap periode tertentu. 4. Saham juga dapat dijaminkan ke bank untuk memperoleh kredit, sebagai agunan tambahan dari agunan pokok. Seperti telah dinyatakan sebelumnya, investasi di pasar modal bukan investasi tanpa risiko. Kerugian investasi di pasar modal antara lain : 1. Rugi Kapital, yaitu kerugian dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih rendah dari nilai beli saham. 2. Rugi Kesempatan, yaitu kerugian berupa selisih suku bunga deposito yang di-
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
kurangi total hasil yang diperoleh dari total investasi. 3. Likuidasi, yaitu kerugian karena perusahaan dilikuidasi di mana nilai likuidasinya lebih rendah dari harga beli saham. Saham Salah satu efek yang paling populer diperdagangkan di pasar modal adalah saham. Menurut Basir dan Fakhruddin (2005:11), yang dimaksud dengan saham (stock) adalah “surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seorang investor di dalam suatu perusahaan”. Artinya, jika seseorang membeli saham suatu perusahaan, berarti dia telah menyertakan modal ke dalam perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli. Dalam kegiatan perdagangan di bursa efek, saham yang diperjualbelikan di pasar modal ini berbeda jenis tingkatannya, perbedaan ini tersusun berdasarkan nilai jaminan yang diberikan oleh saham tersebut. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:5), yang dimaksud dengan saham adalah “tanda penyertaan perseroan terbatas”. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Tandelilin (2001:18) mengatakan bahwa saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan. Jenis-jenis Saham Menurut Tandelilin (2001:18), saham dapat dibedakan atas : 1. Saham Biasa, yaitu sekuritas yang menunjukkan bahwa pemgang saham biasa tersebut mempunyai hak kepemilikan atas aset-aset perusahaan. Oleh karena
itu, pemegang saham mempunyai hak suara (voting rights) untuk memilih direktur ataupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). 2. Saham preferen, yaitu saham yang mempunyai kombinasi karakteristik gabungan dari obligasi dan saham biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi, dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada saham biasa. Di antara saham biasa dan saham preferen, yang lebih menarik minat investor biasanya adalah saham preferen, karena saham preferen memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan saham biasa, yaitu bahwa pemegang saham preferen akan mendapatkan hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran kewajiban pemegang obligasi dan uang (sebelum pemegang saham biasa mendapatkan haknya). Namun dibalik keistimewaannya tersebut, saham preferen juga memiliki kelemahan bila dibandingkan dengan saham biasa, yaitu bahwa saham preferen tidak memberikan hak suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi ataupun manajemen perusahaan, seperti layaknya saham biasa. Sitompul (2000:4) mengatakan bahwa menurut tingkatan dalam perdagangan saham tersebut, saham-saham dapat dibedakan atas : 1. Saham Utilitas (Utility Stock) Saham ini merupakan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang sarana dan prasarana umum, misalnya telekomunikasi, listrik, energi, dan yang berkaitan dengan kepentingan umum lainnya. 2. Saham Blue Chip (Blue Chip Stock) Saham yang dikategorikan dalam jenis ini adalah saham-saham dari perusahaan-perusahaan besar yang sudah san-
gat mapan misalnya perusahaan-perusahaan multinasional seperti IBM, General Electrics dan sebagainya, di Indonesia misalnya Astra. 3. Saham Perusahaan Berkembang (Establish Growth Stock), yaitu saham dari perusahaan yang sedang berkembang dengan pesat. Saham perusahaan seperti ini menjanjikan keuntungan yang besar dimasa depan. Perusahaan tersebut biasanya memiliki pertumbuhan yang baik namun kekuatan finansialnya kurang sehingga memerlukan investasi yang relatif besar untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya. Menanamkan modal pada perusahaan ini penuh risiko namun bila pertumbuhan berhasil baik maka para pemodal akan mendapat keuntungan besar yang sesuai dengan risiko yang dihadapi. Saham perusahaan ini biasanya dijual dengan harga yang relatif rendah pada penawaran umum perdana. 4. Saham Perusahaan Tumbuh (Earning Growth Stock), yaitu saham dari perusahaan yang baru mulai berkembang dan baru memasuki pasar untuk jenis produksi atau jasa yang dihasilkannya. Penghasilan yang didapat perusahaan ini sebagian besar digunakan untuk mendukung pemasaran produksi atau jasanya. 5. Saham Perusahaan Penny (Penny Stock) Saham jenis ini merupakan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang baru memulai usahanya dan tentunya memerlukan dana yang besar untuk menjalankan bisnisnya. Saham utilitas (Utility stock) banyak diminati oleh para pemodal sebab sampai sekarang kebanyakan dari perusahaan tersebut memegang monopoli dari pemerintah, dengan demikian berisiko kecil meskipun tidak dapat dikatakan tidak mempunyai risiko. Demikian juga dengan saham blue chip (blue chip stock), walaupun merupakan saham dari perusahaanperusahaan besar yang sudah sangat mapan, tidak menjamin bahwa menanamkan modal
Muammar Khaddafi
di perusahaan tersebut tidak memiliki risiko, karena dengan besarnya perusahaan maka biasanya dividen yang diterima para pemodal akan kecil jumlah per sahamnya sehingga bagi pemodal-pemodal kecil tidak begitu menguntungkan. Bagi pemodal yang menginginkan investasi jangka panjang akan sangat menguntungkan bila membeli saham dari perusahaan berkembang (establish growth stock) karena sejalan dengan perkembangan perusahaan maka akan terjadi kenaikan harga sahamnya. Risiko pemodal yang menanamkan dananya di perusahaan dengan jenis saham perusahaan tumbuh (emerging growth stock) lebih besar karena dapat saja dalam prakteknya perusahaan seperti ini tidak mampu mengembangkan diri dan mengalami kematian, sedangkan pemodal yang memiliki saham perusahaan penny (penny stock) harus siap menerima risiko kehilangan seluruh investasinya. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:6), ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham yaitu : 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas : a. Saham Biasa (Common Stocks), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. b. Saham Preferen (Preferred Stocks), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. 2. Ditinjau dari segi cara peralihannya, maka saham dapat dibedakan atas : a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dip-
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
indahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. b. Saham Atas Nama (Registered Stocks), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 3. Ditinjau dari segi kinerja perdagangannya, maka saham dapat dibedakan atas : a. Blue-Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagi leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. b. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham. c. Growth Stocks (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known),yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki cirri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten. d. Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi
bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti rikok dan consumer goods. Perbedaan pembagian jenis-jenis saham antara Sitompul (2000:4) dan Darmadji dan Fakhruddin (2001:6) berbeda sebab yang digunakan untuk mengklasifikasikan saham berbeda. Sitompul hanya membagi jenisjenis saham berdasarkan tingkatan dalam perdagangan saham, sedangkan Darmadji dan Fakhruddin membagi saham-saham berdasarkan beberapa sudut pandang, yaitu dari segi kemampuan dalam hak tagih, dari segi kemampuan dalam hak tagih, dari segi cara peralihannya, dan dari segi kinerja perdagangannya. Keuntungan Pembelian Saham Sitompul (2000:18) mengatakan bahwa ada beberapa keuntungan yang diharapkan dari pembelian saham oleh para pemodal yaitu mendapatkan dividen dan capital gain. Dividen merupakan bagian keuntungan yang akan dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham apabila bisnis yang dijalankan perusahaan baik dan menghasilkan keuntungan. Capital gain merupakan selisih lebih antara harga saham pada saat dijual dengan saat belinya. Misalnya, pemodal yang membeli saham perusahaan pada pasar perdana dengan harga 2500 rupiah per saham dan bila pada pasar sekunder harganya naik menjadi 3000 rupiah per saham maka pemegang saham akan mendapatkan keuntungan sebesar selisihnya yaitu 500 rupiah per lembar saham. Dalam hal ini perusahaan tidak lagi mendapat keuntungan apapun dari saham yang telah beredar tersebut. Selain
10
dividen dan capital gain, keuntungan lain dari pembelian saham adalah dalam hal keringanan perpajakan, hal ini hanya terjadi bila peraturan perpajakan memberikan kemudahan atau keringanan pajak (tax benefit) bagi penerimaan dividen yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Karakteristik Yuridis Kepemilikan Saham Darmadji dan Fakhruddin (2001:5) mengatakan bahwa ada beberapa karakteristik yuridis kepemilikan saham suatu perusahaan, yaitu mengandung limited risk, ultimate control, dan residual claim. Limited risk berarti bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah yang disetorkan ke dalam perusahaan. Ultimate control berarti bahwa pemegang saham (secara kolektif) akan menentukan arah dan tujuan perusahaan,sedangkan residual claim artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk dividen) dan sisa aset dalam proses lilkuidasi perusahaan. Pemegang saham posisi yunior dibanding pemegang obligasi atau kreditor. Karakteristik Saham Biasa dan Saham Preferen Darmadji dan Fakhruddin (2001:5) menyebutkan bahwa saham biasa memiliki beberapa karakteristik yaitu : 1. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. 2. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share one vote). 3. Memiliki hak terakhir (yunior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika plerusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. 4. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya. 5. Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.
Muammar Khaddafi
Darmadji dan Fakhruddin (2001:5) menyebutkan bahwa saham preferen juga memiliki beberapa karakteristik yaitu : 1. Memiliki hak lebih dahulu memperoleh dividen. 2. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus perusahaan. 3. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditor apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan). 4. Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan di samping penghasilan yang diterima secara tetap. 5. Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hal memperoleh pembagian kekayaan perusahaan di atas pemegang saham biasa setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. Dari kutipan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa saham biasa dan saham preferen memiliki beberapa perbedaan karakteristik. Perbedaan karakteristik tersebut terletak pada urutan pembagian dividen, urutan pembagian kekayaan apabila perusahaan dilikuidasi, tanggung jawab terhadap klaim pihak lain, hak suara dalam rapat umum pemegang saham, dan hak pengalihan kepemilikan saham. Kelebihan dan Kelemahan Saham Preferen Saham preferen memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:8) yaitu : 1. Lebih aman daripada saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu. 2. Dibandingkan dengan investasi dalam bentuk pinjaman/utang, saham preferen kurang aman karena dividen secara hokum bukan kewajiban. 3. Pembayaran dividen secara tetap sulit dinaikkan.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
4. Tidak memiliki waktu jatuh tempo. 5. Sulit diperjualbelikan dibandingkan dengan saham biasa karena biasanya jumlah saham preferen yang beredar jauh lebih sedikit. 6. Pada saat perusahaan dilikuidasi yang dibayarkan hanyalah nilai nominalnya. Saham dikenal dengan karakteristik high risk-high return. Artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi. Saham memungkinkan pemodal untuk mendapatkan return atau keuntungan dalam bentuk capital gain dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namun, seiring dengan berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Risiko Kepemilikan Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:10), ada beberapa risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu tidak mendapatkan dividen dan mengalami capital loss. Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan, dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Jadi, potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. Dalam aktivitas perdagangan saham, pemodal tidak selalu mendapatkan capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Adakalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Apabila pemodal menjual sahamnya dengan harga yang lebih rendah dari harga pada saat membeli, maka pemodal tersebut mengalami capital loss. Disamping risiko di atas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi risiko lainnya, yaitu : 1. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi.
11
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi dalam pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham. 2. Saham di-delist dari bursa. Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan di bursa efek alias di-delist. Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya adalah karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa. 3. Saham di-suspend Disamping dua risiko di atas, risiko lain yang dihadapi pemodal adalah jika suatu saham di-suspend alias dihentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Dengan demikian, pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari-perdagangan. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa misalnya jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu
12
Muammar Khaddafi
perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham tesebut untuk kemudian dimintakan konfirmasi kepada perusahaan tersebut atau kejelasan informasi lainnya, sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan lagi seperti semula. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan daftardaftar yang memberikan gambaran tentang keadaan keuangan perusahaan dan juga merupakan hasil akhir dari proses akuntansi dalam suatu operasi perusahaan. Laporan keuangan menunjukkan kondisi keuangan serta prestasi kegiatan yang dicapai perusahaan yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan dibuat secara periodik untuk mengetahui posisi aktiva, kewajiban dan pemilikan modal pada suatu saat, keuntungan atau kerugian yang dicapai dan arus dana dalam perusahaan. Menurut Harahap (2003 hal. 201) menyebutkan bahwa : Laporan keuangan merupakan output dari hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban atau accountability. Dan juga menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya. Sedangkan IAI (2004 hal. 2 par.7) menyebutkan bahwa :Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau
laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan goeografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat diketahui bahwa laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antar data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah para pemilik perusahaan, manajemen perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para investor, pemerintah dimana perusahaan tersebut berdomisili, buruh serta pihakpihak lain. 1. Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang disusun oleh perusahaan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sumber informasi keuangan bagi para pemakainya. Pemakai laporan keuangan, terdiri dari: a. Investor Penanam modal berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu dalam menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. b. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. c. Kreditur Kreditur tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar oleh perusahaan pada saat jatuh tempo. d. Pemasok Pemasok tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. e. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat di dalam perjanjian jangka panjang. f. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional. g. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi mengenai perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
13
Informasi yang disajikan pada laporan keuangan bersifat umum. Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai. Berhubung para investor merupakan penanam modal yang berisiko kepada perusahaan maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi kebutuhan pemakai lain. Tujuan dari laporan keuangan menurut SAK (2002; 05), adalah: 1. Memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan juga menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercaya kepada mereka. Laba Laba atau profit merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha dengan mengukur efektivitas dan efisiensi. Walaupun tidak semua perusahaan menjadikan profit sebagai tujuan utamanya tetapi dalam mempertahankan usahanya memerlukan laba. Laba merupakan bagian dari ikhtisar keuangan yang memiliki banyak kegunaan dalam berbagai konteks, laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, penentuan kebijakan pembayaran deviden, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan. Pengertian laba menurut Syahrul, dan kawan-kawan (2000; 666), adalah sebagai berikut: 1. Laba adalah perbedaan positif sebagai hasil penjualan produk-produk dan jasajasa dengan harga yang lebih tinggi dari pada biaya untuk menghasilkannya. 2. Laba adalah perbedaan antara harga jual dan harga beli dari suatu komoditi atau surat berharga apabila harga jual lebih tinggi.
14
Dari pengertiaan di atas penulis menyimpulkan bahwa pada dasarnya pengertian laba adalah hasil dari pengurangan antara pendapatan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam memperoleh pendapatan tersebut. Pengukuran Laba Pengukuran laba didasarkan pada tiga jenis pendekatan (approach), yaitu: konsep laba pada tingkat struktural, tingkat interpretatif, dan tingkat perilaku. Hendriksen, (2000; 332) sebagai berikut: 1. Konsep pengukuran laba pada tingkat struktural adalah konsep pengukuran laba yang didasari atas konsep laba akuntansi. FASB Statement of Accounting Concepts No.1 menganggap bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan dalam prediksi arus kas yang akan datang. 2. Konsep pengukuran laba pada tingkat interpretatif menyandarkan pemikiran atas keterkaitan laba dengan modal pemilik (ekuitas). Dalam hal ini laba diakui sebagai suatu kenaikan bersih dalam kekayaan perusahaan atau kekayaan pemilik, sehingga laba juga sekaligus dipandang sebagai pemelihara kekayaan. 3. Konsep pengukuran laba menurut perilaku (behavior) menghubungkan laba dengan proses keputusan para investor dan kreditor, reaksi harga surat berharga di pasar yang terorganisasi terhadap pelaporan laba, keputusan pengeluaran modal dari manajemen, dan reaksi umpan balik (feedback) manajemen dan para akuntan. Dalam konsep ini, laba ditekankan sebagai alat ramal (forecast instrument), di mana pihak ketiga (investor, kreditor) berkepentingan dalam menentukan apakah akan memegang dan menunggu dividen berikutnya atau justru melepas kepemilikannya atas perusahaan. Jadi, para investor dan kreditor yang telah memiliki hubungan ataupun belum dengan perusahaan, memandang
Muammar Khaddafi
laba saat ini sebagai tolak ukur untuk menghitung laba yang akan datang”. Jenis-jenis Laba Jenis-jenis laba dalam kaitannya dengan perhitungan laba-rugi, terdiri dari: 1. Laba Kotor adalah pendapatan dikurangi dengan harga pokok penjualan. 2. Laba Operasional merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahanperubahan besar dalam perekonomian, dapat diharapkan akan tercapai setiap tahun. Oleh karena itu, angka ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang pantas sebagai balas jasa pada pemilik modal. 3. Laba Sebelum Pajak, merupakan laba operasi ditambah hasil dan biaya di luar operasi biasa. Bagi pihak-pihak tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena jumlah ini menyatakan laba yang pada akhurnya di capai perusahaan. 4. Laba Setelah Pajak atau Laba Bersih, merupakan laba setelah dikurangi berbagai pajak. Laba bersih dipindahkan ke dalam perkiraan laba ditahan (retained earning). Dari perkiraan laba ditahan ini akan diambil sejumlah tertentu untuk dibagikan sebagai deviden kepada pemegang saham. Profitabilitas Profit merupakan hasil dari kebijakan manajemen. Oleh karena itu, kinerja perusahaan dapat diukur dengan profit. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit disebut profitabilitas. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Gibson (2000; 285), bahwa “Profitabilitas is the ability of the firm to generate earning”. Menurut Brigham dan Houston (2001; 89), menyatakan bahwa “Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”. Untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan dengan melakukan berbagai alat
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
analisis, tergantung dari tujuan analisisnya. Analisis profitabilitas memberikan bukti pendukung mengenai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dan sejauh mana efektivitas pengelolaan perusahaan. Alat-alat analisis yang sering digunakan untuk analisis profitabilitas adalah rasio profitabilitas. Analisis Rasio Profitabilitas Ukuran dari rasio profitabilitas dapat dilihat dari laporan kinerja, adapun rasio yang akan digunakan untuk mengukur profitabilitas dalam penelitian penelitian ini seperti yang dikemukakan oleh Gitman (2000; 144), sebagai berikut: “Rasio keuntungan atau profitability rasio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan”. Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas menurut Ridwan dan Barlian (2002; 121) adalah sebagai berikut: 1. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Gross Profit Margin adalah persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi marjin laba kotor, maka semakin baik dan secara relatif semakin rendah harga pokok barang yang dijual. 2. Marjin Laba Operasi (Operating Profit Margin) Operating Profit Margin adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak, atau laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Marjin laba operasi mengukur laba yang dihasilkan murni dari operasi perusahaan tanpa melihat beban keuangan (bunga) dan beban dari pemerintah (pajak). 3. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) Net Profit Margin adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran, termasuk bunga dan pajak.
15
4. Hasil Atas Total Asset (Return on Total Assets) Return on Total Assets adalah ukuran keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia disebut juga hasil atas investasi. 5. Hasil Atas Ekuitas (Return on Equity) Return on Equity adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik (baik pemegang sahan biasa dan saham istimewa) atas investasi di perusahaan. Semakin tinggi pengembalian semakin baik. Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan asset untuk menghasilkan laba. Rasio ini juga dapat menunjukkan ‘return’ yang diterima oleh pemilik modal dimana untuk mengukur ‘return’ ini adalah laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Westorn dan Brigham (1998 : 26-27) adalah proyeksi laba perlembar saham, saat diperoleh laba, tingkat risiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian dividen. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah keandalan eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham. Investasi harus benar-benar menyadari bahwa disamping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan akan mengalami kerugian. Keuntungan dan kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham. Meurut Saswidji (1997 : 81) “Faktor-faktor utama yang mempengaruhi harga saham adalah persepsi yang berbeda dari masing-masing investor sesuai informasi yang di dapat”. Kerangka Konseptual Pergerakan harga saham di bursa efek
16
Muammar Khaddafi
umumnya diramalkan pemodal dan pialang dengan analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal adalah sebuah metode peramalan gerak harga saham, indeks atau instrumen keuangan lainnya dengan menggunakan grafik berdasarkan data historis (Fakhruddin, Firmansyah dan Hadianto, 2001: 21). Sedangkan analisis fundamental ada dua yaitu analisis fundamental intern dan analisis fundamental ekstern. Analisis fundamental intern adalah suatu metode peramalan harga saham dengan mempelajari kinerja perusahaan (Ghozali dan Sugianto, 2002). Analisis fundamental ekstern menganggap bahwa harga saham merupakan refleksi dari nilai perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian suatu saham melalui pendekatan fundamental dapat digunakan informasi akuntansi dengan teknik analisis rasio keuangan yang merupakan hasil perhitungan lebih lanjut dari laporan keuangan dan faktor ekstern yang kerap mempengaruhi harga saham seperti tingkat bunga deposito, tingkat inflasi, fluktuasi nilai tukar Rp, harga saham masa lalu, capital gain/loss dll (Subekti, 1999: 34).
Variabel Independen
Dari berbagai rasio keuangan terdapat beberapa rasio dan informasi keuangan perusahaan yang dapat digunakan untuk memprediksi harga saham. Robbert Ang (1979) menyatakan bahwa rasio keuangan dikelompokan dalam lima jenis yaitu : (1) rasio likuiditas; (2) rasio aktivitas; (3) rasio profitabilitas; (4) rasio solvabilitas (leverage); dan (5) rasio pasar. Dari uraian diatas kerangka konseptual dapat ditujukan pada gambar 1 dibawah. Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1: Rasio keuangan Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur. H2 : Rasio keuangan mempunyai Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur. H3 : Rasio keuangan Earning Per Share (EPS) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur. H4 : Rasio keuangan Current Ratio (CR) mempunyai pengaruh terhadap harga
Variabel Dependen
X1 Return On Asset
X2 Return On Equity
X3 Earning Per Share
X4 Current Ratio
X5 Debt to Total Asset
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Y Harga Saham
17
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
saham perusahaan manufaktur. H5 : Rasio keuangan Debt to Total Asset (DTA) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur.
of estimate (SEE) adalah .60852, yang mana semangkin kecil SE akan membuat model regresi semangkin tepat dalam memprediksi harga saham. Untuk melihat pengaruh ROA,ROE, GPM, OPM, NPM dan EPS secara individu terhadap perubahan harga saham, dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik t. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 12, maka diperoleh hasil seperti yang terlihat pada Tabel 2.
HASIL PENELITIAN Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data sengan SPSS 12, maka diperoleh hasil seperti yang terlihat pada Tabel 1. Pada Model Summary, angka R sebesar 0, 552 menunjukan bahwa korelasi atau hubungan antara perubahan harga saham dengan ROA,ROE, GPM, OPM, NPM dan EPS sebagai variabel independentnya adalah cukup kuat berada diatas angka 0,5. Angka R.Square koefesien determinasi yang disesuaikan adalah 0.304. Hal ini berarti bahwa 30,4 % variasi atau perubahan harga saham dapat dijelaskan oleh variansi ROA,ROE, GPM, OPM, NPM dan EPS. Sedangkan sisanya sebesar 69,6 % dijelaskan oleh variabel lain. Kemudian Standart error
Dari tabel koefesien regresi diatas, dapat diambil suatu kesimpulan, yaitu : 1. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independenya. Terlihat di atas bahwa ROA mempunyai angka signifikansi sebesar 0.864 berada diatas 0,05 yang menunjukan bahwa ROA secara individu tidak mempengaruhi harga saham. 2. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independenya. Terlihat di atas bahwa ROE mempunyai angka signifikansi sebesar
Tabel 1 Model Summary Model 1
R
Adjusted R Square
R Square
.552(a)
.304
Sumber : Data diolah, 2009.
.278
Unstandardized Coefficients
a.
(Constant) ROA.LG10 ROE.LG10 GPM.LG10 OPM.LG10 NPM.LG10 EPS.LG10
B3.086 .051 .593 .542 .105 .342 .493
Dependent Variable: SAHAM.LG10
Sumber : Data Diolah, 2009
Durbin-Watson
.60852
1.458
Tabel 2 Uji statistik t
Coefficients
Model 1
Std. Error of the Estimate
a
Standardized Coefficients
Std. Error .300 .297 .201 .214 .169 .201 .077
Beta .030 .360 .254 .070 .230 .543
t 10.281 .171 2.953 2.539 .620 1.704 6.426
Sig..000 .864 .004 .012 .536 .090 .000
18
3.
4.
5.
6.
Muammar Khaddafi
0.004 berada dibawah 0,05 yang menunjukan bahwa ROE secara individu mempengaruhi harga saham. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independenya. Terlihat di atas bahwa GPM mempunyai angka signifikansi sebesar 0,012 berada dibawah 0,05 yang menunjukan bahwa GPM secara individu mempengaruhi harga saham. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independenya. Terlihat di atas bahwa OPM mempunyai angka signifikansi sebesar 0.536 berada diatas 0,05 yang menunjukan bahwa OPM secara individu tidak mempengaruhi harga saham. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independenya. Terlihat di atas bahwa NPM mempunyai angka signifikansi sebesar 0.090 berada diatas 0,05 yang menunjukan bahwa NPM secara individu tidak mempengaruhi harga saham. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independenya. Terlihat di atas bahwa EPS mempunyai angka signifikansi sebesar 0.000 berada dibawah 0,05 yang menunjukan bahwa EPS secara individu mempengaruhi harga saham.
Dari tabel diatas uji t dapat diketahui nilai-nilai: e = 3,086 β1 = 0,051 β2 = 0,593 β3 = 0,542 β4 = 0,105 β5 = 0,342 β6 = 0,493 Jadi persamaan regresi linier berganda untuk dua prediktor (nilai kurs dollar dan tingkat inflasi) adalah: Y = 3,086 + 0,051X1 + 0,593X2 + 0,542X3 + 0,105X4+ 0,342X5+ 0,493X6
Dari persamaan regresi diatas variabel ROA menghasilkan β1 = 0,051 yang berarti setiap kenaikan variabel ROA sebesar 1 maka harga saham akan naik sebesar 5,1 % dengan asumsi variabel yang lain tetap. Variabel ROE menghasilkan β2 = 0,593 yang berarti setiap kenaikan variabel ROE sebesar 1 maka harga saham akan naik sebesar 59,3 % dengan asumsi variabel yang lain tetap. Variabel GPM menghasilkan β3 = 0,542 yang berarti setiap kenaikan variabel GPM sebesar 1 maka harga saham akan naik sebesar 54,2 % dengan asumsi variabel yang lain tetap. Variabel OPM menghasilkan β4 = 0,105 yang berarti setiap kenaikan variabel OPM sebesar 1 maka harga saham akan naik sebesar 10,5 % dengan asumsi variabel yang lain tetap. Variabel NPM menghasilkan β5 = 0,342 yang berarti setiap kenaikan variabel NPM sebesar 1 maka harga saham akan naik sebesar 34,2 % dengan asumsi variabel yang lain tetap. Variabel EPS menghasilkan β6 = 0,493 yang berarti setiap kenaikan variabel EPS sebesar 1 maka harga saham akan naik sebesar 49,3 % dengan asumsi variabel yang lain tetap. Untuk melihat pengaruh ROA, ROE, GPM, OPM, NPM dan EPS secara simultan (bersama-sama) terhadap harga saham, dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik F. Berdasarkan hasil pengolahan data denga program SPSS 12, maka diperoleh hasil seperti yang terlihat pada Tabel 3. Berdasarkan uji ANOVA atau F-test, diperoleh F hitung sebesar 11,521 dengan tingkat signifikansi 0, 000, Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel ROA, ROE, GPM, OPM, NPM dan EPS secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.
19
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Tabel 3 Uji statistik F
ANOVA b
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 25.598 58.508 84.105
df
6 158 164
Mean Square 4.266
F 11.521
Sig..000a
.370
a. a. Predictors: (Constant), EPS.LG10, GPM.LG10, ROE.LG10, OPM.LG10, NPM.LG10, ROA.LG10 b. Dependent Variable: SAHAM.LG10 Predictors: (Constant), EPS.LG10, GPM.LG10, ROE.LG10, OPM.LG10, NPM.LG10, Sumber : Data Diolah, 2009. b. ROA.LG10
Dependent Variable: SAHAM.LG10
Pembahasan Hipotesis 1 (Ha1) : Rasio keuangan Return On Assets (ROA) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-1, penelitian ini mampu membuktikan tidak adanya pengaruh positif antara return on assets terhadap harga saham perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung teori yang dikemukakan oleh Silalahi (1991) dalam Sunarto (2001), dimana return on assets berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Dalam setiap perusahaan harus dapat mengelola aktivanya secara efektif agar aktiva yang dimilikinya tersebut dapat memberikan hasil yang optimal. Semakin besar return tersebut secara otomatis juga akan diikuti oleh peningkatan harga saham perusahaan sehingga investor lebih termotivasi untuk berinvestasi pada saham yang memiliki ROA yang tinggi. Namun hasil penelitian ini membuktikan bahwa ROA tidak signifikan berpengaruh terhadap harga saham. Investor menganngap bahwa return on assets (ROA) kurang menjadi daya tarik investor dalam ber investasi, karena investasi yang ditanamkannya akan lebih menguntungkan jika di lihat dari laba per lembar saham maupun kewajaran harga saham yang dinilai oleh pasar. Hipotesis 2 (Ha2) : Rasio keuangan Return
On Equity (ROE) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-2, penelitian ini mampu membuktikan adanya pengaruh positif antara return on equity terhadap harga saham perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Haryanto (2003), dimana return on equity berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Dalam setiap perusahaan harus dapat mengelola ekuitasnya secara efektif agar ekuitas yang dimilikinya tersebut dapat memberikan hasil yang optimal. Semakin besar return tersebut secara otomatis juga akan diikuti oleh peningkatan harga saham perusahaan sehingga investor lebih termotivasi untuk berinvestasi pada saham yang memiliki ROE yang tinggi. Hipotesis 3 (Ha3) : Rasio keuangan Gross Profit Margin (GPM) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-3, penelitian ini mampu membuktikan adanya pengaruh positif antara gross profit margin terhadap harga saham perusahaan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Haryanto (2003). Perusahaan yang memiliki laba kotor yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan efektif dalam penerimaan pendapatan dan dapat meminimalkan harga
20
pokok penjualannya yang mengakibatkan laba kotor naik. Tentu saja hal ini menjadi daya tarik investor dalam menilai kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan harga saham. Hipotesis 4 (Ha4) : Rasio keuangan Operating Profit Margin (OPM) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-4, penelitian ini mampu membuktikan tidak adanya pengaruh positif antara operating profit margin terhadap harga saham perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Haryanto (2003). Perusahaan yang memiliki laba operasi yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan tidak efesien dalam pengeluaran biaya operasinya yang mengakibatkan laba operasi turun. Tentu saja hal ini tidak menjadi daya tarik investor dalam menilai kinerja perusahaan. Hipotesis 5 (Ha5) : Rasio keuangan Operating Profit Margin (OPM) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-5, penelitian ini mampu membuktikan tidak adanya pengaruh positif antara net profit margin terhadap harga saham perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Haryanto (2003). Perusahaan yang memiliki laba bersih yang tinggi belum tentu kinerjanya baik karena kenaikan laba bersih mungkin saja berasal dari penjualan aset perusahaan ataupun dari pendapatan selisih kurs. Tentu saja hal ini tidak menjadi daya tarik investor dalam menilai kinerja perusahaan. Hipotesis 6 (Ha6) : Rasio keuangan Earning Per Share (EPS) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Berdasarkan hasil pengujian terhadap
Muammar Khaddafi
hipotesis ke-6, penelitian ini mampu membuktikan adanya pengaruh positif antara earning per share (EPS) terhadap harga saham perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Silalahi (1991) dalam Sunarto (2001) dan Sasongko (2006) yang juga menemukan fakta serupa, dimana earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran yang digunakan untuk menunjukan jumlah yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham. EPS merupakan salah satu hal utama yang diperhatikan investor, karena investor mengharapkan pengembalian atau return yang tinggi dari investasinya. Hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa EPS yang tinggi mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi. Hipotesis 7 (Ha7) : Rasio keuangan Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (GPM) dan Earning Per Share (EPS) secara simultan mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel bebas untuk rasio keuangan yang terdiri dari return on assets (X1), return on assets (X2), return on equity (X3), gross profit margin (X4), operating profit margin (X5), net profit margin (X6) dan earning per share (X6), secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan dan uji determinasi menunjukan bahwa nilai R-Squared sebesar 0,304 atau 30,4 %. Hal ini dapat diartikan bahwasannya variabel bebas dapat dijelaskan pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang go public di BEI sebesar 30,4% dan sisanya yaitu 69,6 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar analisis ini seperti tingkat inflasi, suku bunga deposito, fluktuasi kurs dan variabel
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
lain yang tidak diteliti.
21
age, rasio pasar dan faktor fundamental alinnya.
Kesimpulan Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Diantara rasio keuangan ROA, ROE, GPM, OPM, NPM dan EPS, hanya rasio ROE, GPM, dan EPS mempunyai tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (5%), yang artinya variabel secara individu berpengaruh terhadap harga saham sedangkan yang lain tidak berpengaruh. 2. Rasio keuangan ROA, ROE, GPM, OPM, NPM dan EPS secara simultan mempunyai tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (5%), yang artinya ada pengaruh terhadap harga saham. 3. Hasil penelitian ini belum dapat menjadi dasar generalisasi bagi para investor dikarenakan hasil analisis determinasi masih rendah yaitu hanya sebesar 0.304 atau sebesar 30,4 % sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain diluar variabel penelitian seperti rasio likuiditas, rasio lever-
Saran 1. Bagi para investor dalam berinvestasi di pasar modal khususnya saham, sebaiknya mempertimbangkan pada tingkat laba kotor, laba operasi dan laba per lembar saham agar investasi yang ditanamkan dapat memberikan hasil yang maksimal. 2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar menambah variabel makro seperti inflasi, tingkat suku bunga dan variabel makro lainnya dikarenakan model penelitian ini masih rendah dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap harga saham. 3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar melakukan penelitian pada perusahaan yang tergolong saham-saham yang bluechip yaitu saham-saham yang teraktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia sehingga dapat melihat reaksi pasar yang lebih akurat.
22
Muammar Khaddafi
Referensi Anastasia, Njo. 2003. Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ, jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 5, No. 2, Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Edisi 3,Semarang. Penerbit :Badan Penerbit Universitas Diponegoro Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Edisi 2, Penerbit : Salemba Empat Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2002, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan,Jakarta. Penerbit Salemba Empat, Indoneria Stock Exchange di http://www.idx.co.id Junaldi, Hamdan. 2007. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Kurs Valuta Asing Terhadap Harga Saham Sektor Telekomunikasi di BEJ. Penelitian S1 Universitas Islam Indonesia Nurfadhilah.2006. Pengaruh Dividen Payout Ratio, Earning per Share dan Kurs Valuta Asing Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ. Penelitian S1 Universitas Islam Indonesia Sasongko, Noer dan Wulandari, Nila. 2006. Pengaruh Eva dan Rasio-Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham. Jurnal Empirika, Vol. 19. No. 1, Juni 2006 Subiyantoro, Edi dan Andreani, Fransisca. 2003. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan vol, 5,No 2, September 2003 Suharli, Michell. 2005. Studi Empiris Terhadap dua Faktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Industri Food and Beverages di BEJ. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2 Nopember 2005 Widoatmodjo, Sawidji. 2005. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, Jakarta. Penerbit : PT Elex Media Komputindo Winatha, I Komang. 2001. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ. Laporan Penelitian Universitas Lampung
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 Journal Of Economic Management & Business Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 ISSN: 2301-4717 Hal. 23-35
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI TERHADAP MODAL KERJA PADA PERUSAHAAN BURSA EFEK INDONESIA Kasus pada Perusahaan LQ45 Ristati1 dan Masyithah2
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
1 2
The purpose of this study was to examine the effect of the level of investment feasibility engraved with the Net Present Value, Internal Rate of Return and Profitability indexs on working capital at LQ 45 firms listed on the Indonesia Stock Exchange. The data used in this study is a secondary data rate Net Present Value, Internal Rate of Return and Profitability indexs in LQ45 companies in 2011. Model of multiple linear regression analysis is used to examine the effect of some of the capital investment feasibility level work on LQ45 companies listed on the Indonesia Stock Exchange either partially or simultaneously. The results of a third study variables Net Present Value, Internal Rate of Return and Profitability Index simultaneously had no significant effect on the company’s working capital LQ45. Likewise with partial test each variable does not affect working capital. Specifically IRR variables found to have a positive relationship to the capital, but the variable NPV and PI have a negative relation to working capital, this happens because the investment firm-level data are not detailed clearly, besides LQ45 company is a company that has high liquidity which requires investors to buy. The results of this study indicate that investors in the investor would need to invest feasibility study and considering the level of investment that affect working capital. The study used LQ45 companies and other firms not because LQ45 company is a special company in BEI. This study also had the disadvantage of every 6 months, including shares of LQ45 companies always experience changes and the absence of preliminary data investments. Keywords : net present value, internal rate of return, profitability indexs, working capital
23
24
Ristati dan Masyithah
LATAR BELAKANG Salah satu prioritas pembangunan negara Indonesia pasca krisis moneter tahun 1997 adalah bidang ekonomi, tanpa mengesampingkan bidang-bidang lainnya. Pemerintah berusaha untuk menggerakkan semua sektor (sektor riil dan sektor finansial) untuk menggerakkan roda perekonomian bangsa. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan membuat kebijakankebijakan, seperti kebijakan investasi untuk menarik minat para pengusaha untuk mau menanamkan modalnya. Pemerintah mengharapkan para pengusaha tidak hanya menginvestasikan modalnya disektor finansial saja tetapi juga diharapkan untuk berinvestasi pada sektor riil. Keputusan untuk melakukan investasi jangka panjang merupakan salah satu keputusan yang paling kritis bagi investor terutama dalam hal keberhasilan perusahaannya. Keputusan tersebut tentunya akan berdampak baik maupun berdampak buruk diwaktu yang akan datang dalam hubungannya dengan likuiditas. Karena dengan investasi sudah dilaksanakan, tetapi kemudian terjadi kekeliruan perhitungan maka sulit untuk menarik investasi yang sudah dikeluarkan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisis kelayakan investasi. Kelayakan investasi dipengaruhi oleh berbagai aspek yaitu : aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen dan operasi, aspek keuangan (financial)/ capital budgeting, dan aspek sosial dan politik. Dengan makin luasnya pelayanan yang diberikan oleh suatu perusahaan ditambah makin ketatnya persaingan saat ini maka menuntut perlunya suatu kajian tentang suatu investasi terutama terhadap modal kerja yang dilakukan. Dalam pengelolaan suatu investasi ini para manajer dituntut untuk mampu mengelola suatu investasinya dan menerapkan suatu sistem pengelolaan yang efektif dan efisien sehingga apa yang menjadi sasaran perusahaan dari aktivitas
produksinya dapat dicapai dengan tepat. Selama suatu perusahaan dalam keadaan beroperasi, selama itu pula investasi yang telah ditanamkan akan terus berputar. Perputaran itu berjalan seiring dengan modal kerja yang digunakan dalam kegiatan operasi rutin perusahaan. Faktor paling penting yang mempengaruhi seberapa besar tingkat kelayakan investasi adalah adanya suatu modal kerja karena modal kerja merupakan aktiva lancar dan passiva lancar. Modal kerja menunjukkan ukuran besarnya investasi yang dilakukan perusahaan dalam aktiva lancar dan klaim atas perusahaan yang diwakili oleh utang lancar (Muslich, 2007:143). Penelitian ini meneliti tentang perusahaan yang termasuk dalam indexs LQ 45. Saham liquid 45 (LQ 45) merupakan saham yang terdiri dari 45 perusahaan dari perusahaan besar, mapan, stabil, memiliki sejarah pertumbuhan yang baik, serta modal yang baik, memiliki nilai pasar dan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham LQ 45 merupakan jenis saham paling aktif dan paling diminati oleh para investor maupun calon investor, disesuaikan setiap enam bulan yaitu setiap awal bulan Februari dan bulan Agustus. Dengan demikian saham yang terdapat dalam indexs tersebut akan selalu berubah. Para investor akan tertarik untuk melakukan investasi apabila telah melihat besarnya tingkat kelayakan investasi pada perusahaan tersebut, karena semakin besarnya tingkat kelayakan investasi akan sangat berpengaruh terhadap modal kerja yang akan dikeluarkan setiap kegiatan operasional perusahaan. Agar investasi yang telah ditanamkan itu dapat memberikan dividen yang besar kepada para investor. Penelitian tentang tingkat kelayakan suatu investasi sangatlah menarik untuk diteliti walaupun perusahaan merupakan perusahaan yang telah terkenal, dan terdaftar dalam perusahaan di LQ 45 dalam Bursa Efek Indonesia. Namun pada penelitian
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
ini yang paling menarik adalah bagaimana investasi itu berhubungan dengan modal kerja yang dikeluarkan pada setiap periode operasionalnya, dengan dana investasi yang telah dikeluarkan. LANDASAN TEORITIS Investasi dapat dikelompokkan menjadi investasi jangka panjang dan investasi jangka pendek. Dimana batas investasi jangka pendek berumur kurang dari 1 (satu) tahun, sedangkan investasi jangka panjang berumur lebih dari 1 (satu) tahun, namun demikian ada pula yang membagi investasi jangka panjang menjadi dua, investasi jangka menengah yaitu antara 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun. Investasi jangka panjang ini dalam manajemen keuangan sering dikaitkan dengan penganggaran modal atau capital budgeting. Subagyo (2007 : 193) memberikan pengertian, investasi adalah dana yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tetap yang akan digunakan perusahaan untuk menjalankan aktivitas bisnisnya. Menurut Halim (2005:3), investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu : investasi pada aset-aset finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi pada aset-aset finansial dilakukan dipasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan dipasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran , opsi, dan lain-lain. Sedangkan investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.
25
Menurut Muslich (2007:47), diantara sekian banyak perbedaan antara investasi pada aset-aset riil dengan aset-aset finansial, daya tariknya adalah likuiditas. Karena rasio likiuditas menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segara dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai, serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh. Bagi seseorang yang ingin melakukan investasi yang menguntungkan atau setidak-tidaknya untuk mengamankan kekayaan dari berbagai risiko yang mungkin terjadi, dia mempunyai banyak pilihan investasi. Berbeda dengan investasi dibidang lain yang sudah banyak dikenal, investasi di pasar modal relatif masih baru bagi masyarakat Indonesia. Karena itu belum banyak orang mengenal bagaimana melakukan investasi dipasar modal. Pasar modal di indonesia, sementara ini mempunyai objek investasi yang diperdagangkan berupa surat-surat berharga seperti saham, obligasi, dan sertifikat PT. Danareksa. Sama halnya dengan investasi dibidang lain, untuk melakukan investasi dipasar modal selain diperlukan dana, pengetahuan yang cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek atau surat berharga mana yang akan dibeli, yang mana akan dijual, dan efek mana yang tetap dipegang (hold). Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah : 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidak-tidaknya bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat pendapatnya yang ada sekarang agar tidak berkurang dimasa yang akan datang. 2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek lain, seseorang dapat
26
menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi. 3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. Seseorang dalam melakukan investasi cenderung untuk menghindar dari kemungkinan menanggung risiko, tetapi tidak ada seorang pun yang terbebas dari risiko. Timbulnya risiko investasi bersumber dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat terjadi bersamaan atau hanya muncul dari salah satu saja, risiko yang dimaksud antara lain : 1. Risiko tingkat bunga, terutama jika terjadi kenaikan. 2. Risiko daya beli, disebabkan inflasi. 3. Risiko pasar bear dan bull, tren pasar turun atau naik. 4. Risiko manajemen, kesalahan/kekeliruan dalam pengelolaan. 5. Risiko kegagalan, keuangan perusahaan ke arah kepailitan. 6. Risiko likuiditas, kesulitan pencarian/ pelepasan aktiva. 7. Risiko penarikan, kemungkinan pembelian kembali aset/surat berharga oleh emiten. 8. Risiko konversi, keharusan penukaran atau aktiva. 9. Risiko politik, baik internasional maupun nasional. Dalam konteks manajemen investasi, risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return- ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return), semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya.
Ristati dan Masyithah
Risiko dinyatakan sebagai penyimpangan hasil yang diperoleh dari hasil yang diharapkan, sehingga digunakan ukran penyebaran untuk menperoleh hasil sesuiakan yang diharapkan oleh para investor. Alat statistik yang digunakan sebagai ukuran penyebaran tersebut adalah varians atau deviasi standar. Semakin besar nilainya, berarti semakin besar penyimpangannya (berarti risikonya semakin tinggi). Menurut Halim (2005:25), apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Investor yang menyukai risiko atau pencari risiko (risk seeker). 2. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutral). 3. Investor yang tidak menyukai risiko atau menghindari resiko (risk averter). Sementara itu jika dilihat dari segi keterkaitan antar investasi, investasi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu investasi yang bersifat saling meniadakan (mutually exclusive) dan investasi yang berdiri sendiri (independent). Investasi yang saling meniadakan artinya tidak mungkin melakukan keduanya. Sebagai contoh : perusahaan tidak dapat menggunakan conveyor dan forklift untuk material handling dalam proses produksinya. Investasi juga dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha, oleh karena itu investasi pun dibagi dalam beberapa jenis. Menurut Kashmir, Jakfar (2007:4), dalam prakteknya, jenis investasi dibagi 2 macam, yaitu : 1. Investasi nyata (real investment) Investasi nyata atau real investment merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan, atau mesin-mesin. 2. Investasi finansial (financial investment), Investasi finansial atau financial investment merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau ob-
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
ligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito. Pada dasarnya modal kerja merupakan dana yang berfungsi sebagai jembatan dalam operasinya perusahaan. Khasmir (2010 : 210) memberikan pengertian tentang modal kerja adalah sebagai modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan seharihari, terutama yang memiliki jangka waktu pendek. Modal kerja juga diartikan seluruh aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan atau setelah aktiva lancar dikurangi dengan utang lancar. Khasmir (2010 : 211), memberikan pengertian modal kerja didasarkan pada tiga konsep yaitu konsep kuantitatif, konsep kualitatif dan konsep fungsional. 1. Konsep kuantitatif adalah berdasarkan pada kwantitas daripada dana tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana yang tertanam didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan daripada jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut Modal Kerja Bruto (Gross Working Capital). 2. Konsep kualitatif adalah modal kerja yang dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang harus segera dibayar. Dengan demikian untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu modal kerja yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menganggu likuiditasnya, yaitu merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar. 3. Konsep fungsional adalah didasarkan pada fungsi daripada dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang
27
dikeluarkan atau digunakan dalam perusahaan dimaksud untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode accounting tertentu yang seluruhnya menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current income) dan ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode berikutnya. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa modal kerja suatu perusahaan merupakan selisih antara harta lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan investasi dalam aktiva lancar dan hutang lancar. James (2005:308), menyebutkan bahwa fokus manajer adalah pada modal kerja karena kmanajer keuangan perlu dilibatkan untuk menentukan jumlah aktiva lancar yang tepat bagi perusahaan, maka konsep modal kerja yang digunakan. Sejalan dengan makin dalamnya pembahasan mengenai modal kerja (working capital) adalah tentang administrasi berbagai aktiva lancar perusahaan yaitu kas dan surat berharga (efek dan sekuritas) yang diperjualbelikan. Menurut Khasmir (2010:214), Pentingnya manajemen modal kerja perusahaan, terutama bagi kesehatan keuangan dan kinerja perusahaan adalah: a) Bahwa kegiatan seorang manajer keuangan lebih banyak dihabiskan di dalam kegiatan operasional perusahaan dari waktu ke waktu. b) Investasi dalam aktiva lancar, cepat sekali berubah. Perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap modal kerja perusahaan. Oleh karena itu, perlu manajemen modal kerja. c) Dalam praktiknya sering kali bahwa lebih dari separuh total aktiva merupakan bagian dari aktiva lancar (modal kerja perusahaan).
28
d) Khusus bagi perusahaan kecil manajemen modal kerja sangat penting karena investasi dalam aktiva tetap dapat ditekan dengan menyewa, tetapi investasi lancar dalam piutang dan sediaan tidak dapat dihindarkan harus segera terpenuhi. e) Bagi perusahaan yang relatif kecil fungsi modal kerja juga amat penting. Hal ini disebabkan perusahaan kecil, relatif terbatas untuk memasuki pasar dengan modal besar dan jangka panjang. Pendanaan perusahaan lebih mengandalkan pada utang jangka pendek, yang tentunya dapat mempengaruhi modal kerja. f) Terdapat hubungan yang sangat erat antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan modal kerja. Kenaikan penjualan berkaitan dengan tambahan, piutang sediaan, dan juga saldo kas. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan alat bagi sebuah perusahaan untuk menggerak aktifitas usahanya dengan seekonomis mungkin dalam penggunaan dana agar dapat meningkatkan likuiditas. Analisis kelayakan investasi adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan. Analisis kelayakan juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan. Manfaat analisis kelayakan dapat dibedakan karena adanya dua pihak yang berkepentingan atas analisis kelayakan itu sendiri, yaitu : 1. Pihak Pertama (bagi analisis) a) Memberikan pengetahuan tentang cara berfikir yang sistematis (runtut) dalam menghadapi suatu masalah (problem) dan mencari jawabannya (solusi).
Ristati dan Masyithah
b) Menerapkan berbagai disiplin ilmu yang telah dipelajari sebelumnya dan menjadikannya sebagai alat bantu dalam perhitungan/pengukuran, penilaian, dan pengambilan keputusan. c) Mengerjakan analisis kelayakan berarti mempelajari suatu objek bisnis secara komprehensif sehingga penyusunnya akan mendapatkan pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. 2. Pihak Kedua (bagi masyarakat) a) Calon Investor : pihak yang paling berkepentingan atas hasil analisis kelayakan karena mereka mempertaruhkan modal dalam proyek bisnis yang menjadi objek analisis kelayakan. b) Mitra Penyerta Modal : calon investor biasanya membutuhkan mitra penyerta modal baik perseorangan maupun perusahaan. Hasil analisis kelayakan tersebut akan membantu calon investor dalam meyakinkan mitranya. c) Perbankan : pada dasarnya perbankan selalu mencari proyek-proyek bisnis yang menjanjikan dan prospektif. d) Pemerintah : pihak ini yang paling bertanggung jawab atas proyek yang akan dikerjakan didaerah yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Penilaian pemerintah terhadap analisis kelayakan biasanya terkonsentrasi pada aspek legalitas dan perizinan. Pemerintah berkepentingan dalam memberikan izin prinsip atau pun izin operasional proyek. e) Manajemen Perusahaan : analisis kelayakan yang dilakukan untuk mengembangkan sebuah unit bisnis baru pada perusahaan yang sudah berdiri akan berhubungan dengan pihak manajemen perusahaan, terutama kalangan direksi. Kondisi sosial kemasyarakatan indonesia makin transparan dan responsif terhadap setiap perubahan dan pembangunan di daerahnya. Mereka menuntut keterbukaan pemerintah dan swasta dalam pengelolaan
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
sumber daya alam dan bentuk investasi di daerahnya. Salah satu yang menjadi acuan penilaian masyarakat yang biasanya diwakili LSM adalah laporan analisis kelayakan, terutama untuk aspek AMDAL (Aspek Modal dan Aspek Lingkungan). Peranan studi kelayakan, menurut Ibrahim (2003 : 4), itu dapat dilihat dari berbagai segi terutama segi perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Peranan terhadap gagasan usaha/proyek yang menjadi sumber dana dari lembaga tersebut. Dengan adanya studi ini dalam berbagai kegiatan usaha/proyek dapat diketahui sampai seberapa jauh gagasan usaha yang akan dilaksanakan mampu menutupi segala kewajiban-kewajibannya serta prospeknya dimasa yang akan datang yang secara langsung berhubungan dengan modal kerja. Bagi penanam modal, studi kelayakan merupakan gambaran tentang usaha/ proyek yang akan dikerjakan maupun yang sedang dijalankan dan melalui studi kelayakan ini mereka akan dapat mengetahui prospek perusahaan dan kemungkinan-kemungkinan keuntungan yang akan diterima. Dengan studi kelayakan mereka akan dapat mengetahui jaminan keselamatan dari modal yang telah ditanam dan berdasarkan studi kelayakan ini pula mereka dapat mengambil keputusan (decision making) terhadap investasinya. Saham liquid 45 (LQ 45) merupakan saham yang terdiri dari 45 perusahaan dari perusahaan besar, mapan, stabil, memiliki sejarah pertumbuhan yang baik, serta modal yang baik, memiliki nilai pasar dan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham LQ 45 merupakan jenis saham paling aktif dan paling diminati oleh para investor maupun calon investor, disesuaikan setiap enam bulan yaitu setiap awal bulan Februari dan bulan Agustus. Dengan demikian saham yang terdapat dalam indexs tersebut akan selalu berubah. (www.idx.co.id).
29
Adapun beberapa kriteria seleksi untuk menentukan suatu emiten dapat masuk dalam perhitungan indexs LQ 45 adalah : 1. Kriteria yang pertama adalah : a. Berada di top 95% dari total rata-rata tahunan nilai transaksi saham di pasar reguler. b. Berada di top 90% dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar. 2. Kriteria yang kedua adalah : a. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri BEJ sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya. b. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi. c. Indexs LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indexs LQ 45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut : d. Masuk dalam rangking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). e. Rangking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir). f. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan. g. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler. h. Saham-saham yang termasuk dalam LQ 45 terus dipantau dan setiap 6 bulan akan diadakan review (awal Februari dan Agustus). Pemilihan sahamsaham LQ 45 harus wajar oleh karena itu BEJ mempunyai komite penasehat yang terdiri dari para ahli di BAPEPAM, Universitas dan professional di bidang pasar modal.
30
Ristati dan Masyithah
METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor (Net Present Value, Internal Rate of Return dan Profitability Indeks) secara signifikan mempengaruhi modal kerja. Objek yang diteliti adalah perusahaan yang termasuk kedalam perusahaan LQ 45 yang terdafta di Bursa Efek Indonesia dengan beberapa kriteria yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya sehingga didapatkan sampel akhir penelitian sebanyak 34 perusahaan. Dari populasi diatas maka sampel yang diteliti adalah dengan menggunakan metode purposive judgement sampling yaitu sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan. Sampel dipilih adalah perusahaan yang termasuk dalam LQ 45 di Bursa Efek Indonesia yang mempublikasikan laporan keuangan selama satu tahun (2011). Berdasarkan kriteria diperoleh sampel sebanyak 34 perusahaan, maka jumlah observasi sebanyak 34 (n). Daftar nama perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2011. Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan melakukan teknik studi kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan data yang dilakukan pada perpustakaan, data yang dikumpulkan termasuk pendapat para ahli, hasil-hasil penelitian sebelumnya, teori-teori dari buku dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun jenis data yang digunakan adalah data-data sekunder yang diperoleh melalui Directory pasar modal yang dikeluarkan oleh BEI tahun 2011. Dalam analisis data digunakan model regresi linier berganda, dimana variabel bebasnya lebih dari satu. Adapun formulanya adalah sebagai berikut : Ln Y = a+Ln b1x1+Lnb2x2+Lnb3x3+ei
Dimana : Y = modal kerja a = konstanta b1 = koefisien regresi net present value (NPV) b2 = koefisien regresi internal rate of return (IRR) b3 = koefisien regresi profitabiliti index (PI) x1 = net present value (NPV) x2 = internal rate of return (IRR) x3 = profitabiliti index (PI) ei = term of error HASIL PENELITIAN Perkembangan Net Present Value, Internal Rate of Return dan Profitability Indeks. Berikut daftar perolehan Net Present Value, Internal Rate of Return dan Profitability Indeks selama tahun 2011 pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan tabel 4.1 diatas terlihat bahwa terdapat 6 perusahaan yang memiliki tingkat kelayakan yang tinggi berdasarkan penilaian Net Present Value yaitu ANTM, GGRM, MEDC, SMCB, SMGR, UNSP karena keenam perusahaan tersebut setiap tahunnya selalu mengalami perkembangan pada tingkat Return On Investment dan Return On Equity, sehingga banyak para investor yang tertarik untuk menginvestasikan sahamnya pada perusahaanperusahaan tersebut. Jika dilihat dari penilaian Internal Rate of Return terdapat 1 perusahaan yang memiliki tingkat kelayakan yang tinggi yaitu sebesar 69% yang terdapat perusahaan BNBR yang disebabkan karena perusahaan BNBR mempunyai persentase biaya modal yang lebih kecil dari Internal Rate of Return yaitu dibawah 69%. Dan jika dilihat dari penilaian Profitability Indeks yang paling tinggi adalah perusahaan ENRG yaitu sebesar 4,6068 karena memperoleh indeks keuntungan dan perputaran kas yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain yang terdaftar di perusahaan LQ45.
31
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Tabel 1 Perhitungan Net Present Value, Internal Rate of Return dan Profitability Indeks No
Net Preset Value
Kode
1
AALI
2
ADRO
3
ANTM
4
ASII
5
Rp
Internal Rate of Return
Profitability Indeks
(Ln) Net Preset Value
(Ln) Internal Rate of Return
(Ln) Profitability Indeks
676.849
30%
1,858
13,42520348
-1,203972804
0,61950064
Rp
380.377
12%
1,626
12,84891815
-2,120263536
0,486123011
Rp
2.517.061.862
28%
1,598
21,64635813
-1,272965676
0,468752847
Rp
4.720.541
29%
1,54
15,36743397
-1,237874356
0,431782416
BBCA
Rp
6.732.282
27%
1,073
15,72242472
-1,30933332
0,070458464
6
BBNI
Rp
28.556.299
16%
1,463
17,1673881
-1,832581464
0,380489122
7
BBRI
Rp
101.211.062
28%
2,2392
18,43271862
-1,272965676
0,806118659
8
BBTN
Rp
367.586.790
24%
1,897
19,72247001
-1,427116356
0,640273691
9
BDMN
Rp
23.967.406
3%
2,628
16,99220538
-3,506557897
0,966223101
10
BMRI
Rp
14.917.780
67%
1,46
16,51806435
-0,400477567
0,378436436
11
BNBR
Rp
3.561.308
69%
1,0047
15,08563845
-0,371063681
0,004688989
12
BUMI
Rp
345.695.780
32%
2,651
19,6610697
-1,139434283
0,974936927
13
ELTY
Rp
287.629.795
29%
2,997
19,47718478
-1,237874356
1,097611788
14
ENRG
Rp
179.656.471
29%
4,6068
19,00655709
-1,237874356
1,527533473
15
GGRM
Rp
3.425.678.609
28%
3,867
21,95456542
-1,272965676
1,352479013
16
INCO
Rp
143.590.896
26%
2,886
18,78247881
-1,347073648
1,05987146
17
INDF
Rp
456.778.907
32%
1,889
19,93971004
-1,139434283
0,636047589
18
INDY
Rp
278.889.067
29%
2,646
19,44632465
-1,237874356
0,973049066
19
INTP
Rp
389.075.540
32%
2,2256
19,77928407
-1,139434283
0,800026542
20
ISAT
Rp
328.800.976
32%
1,005
19,61096319
-1,139434283
0,004987542
21
ITMG
Rp
444.469.054
25%
2,907
19,91239099
-1,386294361
1,067121622
22
JSMR
Rp
675.465.432
42%
3,227
20,33091254
-0,867500568
1,171552913
23
KLBF
Rp
423.665.780
12%
1,667
19,86445545
-2,120263536
0,511025604
24
LPKR
Rp
435.600.987
20%
2,76
19,89223721
-1,609437912
1,01523068
25
LSIP
Rp
576.800.984
20%
1,755
20,17300785
-1,609437912
0,562468857
26
MEDC
Rp
4.328.907.443
35%
2,774
22,18858102
-1,049822124
1,020290322
27
PGAS
Rp
390.870.631
12%
1,769
19,7838872
-2,120263536
0,570414415
28
PTBA
Rp
40.986.509
4%
1,765
17,52875352
-3,218875825
0,56815069
29
SMCB
Rp
2.354.906.075
13%
2,905
21,57976668
-2,040220829
1,06643339
30
SMGR
Rp
4.316.535.437
25%
3,2
22,18571894
-1,386294361
1,16315081
31
TLKM
Rp
329.087.665
18%
1,542
19,61183473
-1,714798428
0,433080275
32
UNSP
Rp
4.321.687.540
27%
3,98
22,1869118
-1,30933332
1,381281819
33
UNTR
Rp
320.706.904
14%
1,222
19,58603819
-1,966112856
0,200488861
34
UNVR
Rp
405.603.532
8%
1,005
19,82088672
-2,525728644
0,004987542
Sumber: Data diolah, 2012
32
Ristati dan Masyithah
Perkembangan Modal Kerja Pada Perusahaan LQ 45 yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Pada Tabel 2 adalah daftar perolehan modal kerja pada setiap perusahaan LQ 45 yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011. Dari Tabel 2 tersebut terlihat bahwa perusahaan yang memiliki nilai modal kerja paling tinggi adalah perusahaan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yaitu sebesar Rp 4.218.069.809 disebabkan karena nilai Net Present Value yang juga meningkat disetiap tahunnya dan perusahaan yang memiliki nilai modal kerja yang paling kecil adalah perusahaan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk yaitu sebesar Rp. 234.520.000. Pembahasan Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar variabel Net Present Value, Internal Rate of Return dan Profitability Indexs terhadap modal kerja dengan persamaan regresi. Hasil perhitungan analisis regresi ditunjukkan dalam persamaan sebagaI berikut ini: Y = 20.970 - 0,055X1 + 0,137X2 – 0,263X3 Nilai koefisien regresi Net Present Value sebesar -0,055 menunjukkan hubungan negatif (terbalik) yang memberi arti bahwa setiap kenaikan tingkat Net Present Value sebesar 1% maka menyebabkan tingkat modal kerja menurun sebesar 0,055 %, sebaliknya bila Net Present Value menurun sebesar 1% maka akan menaikkan tingkat modal kerja sebesar 0,055% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa Net Present Value memiliki hubungan yang negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap modal kerja. Jadi kesimpulannya, pengujian hipotesis secara
parsial variabel Net Present Value terhadap modal kerja adalah menerima H0 dan menolak Ha. Nilai koefisien regresi Internal Rate of Return sebesar 0,137 menunjukkan hubungan positif (searah) yang memberi arti bahwa setiap kenaikan tingkat Internal Rate of Return sebesar 1% maka menyebabkan tingkat modal kerja meningkat sebesar 0,137 %, sebaliknya bila Internal Rate of Return menurun sebesar 1% maka akan menurunkan tingkat modal kerja sebesar 0,137% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa Internal Rate of Return memiliki hubungan yang positif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap modal kerja. Nilai koefisien regresi Profitability Indexs sebesar -0,263 menunjukkan hubungan negatif (terbalik) yang memberi arti bahwa setiap kenaikan tingkat Profitability Indexs sebesar 1% maka menyebabkan tingkat modal kerja menurun sebesar 0,263 %, sebaliknya bila Profitability Indexs menurun sebesar 1% maka akan menaikkan tingkat modal kerja sebesar 0,263% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa Profitability Indexs memiliki hubungan yang negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap modal kerja. Hal ini disebabkan karena Profitability Indexs tidak menghitung kembali arus kasnya selama masa operasional perusahaan tetapi hanya memperhitungkan arus kasnya selama umur ekonomisnya dan pada saat awal insvestasi tahun pertama jadi Profitability Indexs tidak dapat mempengaruhi modal kerja pada setiap periode operasional perusahaan. Kesimpulan 1. Hubungan antara tingkat kelayakan investasi (Net Present Value, Internal Rate of Return dan Profitability Indexs) terhadap modal kerja sebesar 30%. 2. Kemampuan variabel independen sebesar 9% untuk menjelaskan variabel de-
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Tabel 2 Perkembangan Modal Kerja Pada Perusahaan LQ 45 yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 No
Kode
Modal Kerja
(Ln) Modal Kerja
1
AALI
Rp
2.567.108.234
21,6660459
2
ADRO
Rp
1.590.504.300
21,18731697
3
ANTM
Rp
4.218.069.809
22,16264347
4
ASII
Rp
345.678.903
19,66102088
5
BBCA
Rp
780.987.778
20,47607006
6
BBNI
Rp
609.870.000
20,22875638
7
BBRI
Rp
1.209.876.540
20,91378416
8
BBTN
Rp
434.567.889
19,88986274
9
BDMN
Rp
567.890.546
20,15743926
10
BMRI
Rp
453.098.700
19,93162054
11
BNBR
Rp
890.765.890
20,6075922
12
BUMI
Rp
786.546.465
20,48316236
13
ELTY
Rp
908.765.098
20,6275972
14
ENRG
Rp
560.984.530
20,14520389
15
GGRM
Rp
3.241.094.908
21,89917704
16
INCO
Rp
432.189.754
19,8843753
17
INDF
Rp
543.278.650
20,11313291
18
INDY
Rp
564.327.654
20,15114559
19
INTP
Rp
543.765.432
20,11402852
20
ISAT
Rp
987.654.300
20,7108433
21
ITMG
Rp
675.640.000
20,33117095
22
JSMR
Rp
425.619.080
19,86905533
23
KLBF
Rp
236.578.903
19,28179234
24
LPKR
Rp
345.289.706
19,65989435
25
LSIP
Rp
980.563.700
20,70363817
26
MEDC
Rp
453.472.600
19,93244541
27
PGAS
Rp
345.261.400
19,65981237
28
PTBA
Rp
243.425.670
19,3103222
29
SMCB
Rp
354.276.500
19,68558824
30
SMGR
Rp
345.261.890
19,65981379
31
TLKM
Rp
425.343.147
19,86840681
32
UNSP
Rp
234.520.000
19,27305143
33
UNTR
Rp
897.630.000
20,61526851
34
UNVR
Rp
345.247.365
19,65977172
Sumber : Data Diolah 2012
33
34
Ristati dan Masyithah
penden. 3. Kenaikan dalam 1% Net Present Value akan mengurangi modal kerja sebesar 0,055%, kenaikan dalam 1% Internal Rate of Return akan menaikkan modal kerja sebesar 0,137% dan kenaikkan dalam 1% Profitability Indexs akan mengurangi modal kerja sebesar -0,263% 4. Secara simultan Net Present Value, Internal Rate of Return dan Profitability Indexs tidak signifikan terhadap modal kerja. 5. Secara parsial variabel Net Present Value, Internal Rate of Return dan Profitability Indexs tidak berpengaruh signifikan terhadap modal kerja pada perusahaan LQ45 yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Saran 1. Dari hasil penelitian tentang tingkat kelayakan investasi (Net Present Value, Internal Rate of Return dan Profitability Indexs), hendaknya pemerintah bisa menarik minat para investor asing untuk menanamkan modalnya pada perusahaan-perusahaan LQ45 sehingga dapat menambah pendapatan atau devisa negara melalui pajak penghasilan yang ditetapkan. 2. Bagi peneliti berikutnya, hendaknya lebih banyak menambah referensi tentang tingkat kelayakan investasi (Net Present Value, Internal Rate of Return dan Profit-
ability Indexs) serta modal kerja supaya hasilnya lebih optimal. Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan yang dihadapi penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut : 1. Penulis hanya mengambil sampel dalam jumlah sedikit. 2. Penulis merasa kesulitan dalam proses pembuatan skripsi ini karena tidak adanya referensi yang relevan terhadap penelitian ini, 3. Penulis juga merasa kesulitan dalam mendapatkan data seberapa besar tingkat modal investasi awal dalam perhitungan tingkat kelayakan investasi sehingga tidak tercermin seberapa besar tingkat discount factor sebagaimana semestinya. Juga menggunakan Net Cash Flow sebagai perhitungan awal Net Present Value. 4. Tidak ada penelitian sebelumnya yang melihat pengaruh tingkat kelayakan investasi terhadap modal kerja, sehingga penulis tidak bisa membandingkan antara penelitian yang penulis teliti dengan penelitian sebelumnya. 5. Untuk melihat tingkat kelayakan investasi tidak hanya dilihat dari modal kerjanya tetapi ada faktor lain yang menentukannya seperti arus kas dan lain-lain.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
35
REFERENSI Ahmad, Kamaruddin. (2004). Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Dede. (2008). Analisis Kelayakan Investasi untuk rencana perluasan jaringan pada PT. Telkom (persero) cabang malang. Jurnal ilmiah: Universitas Gajahmada. Ghozali, Imam. (2010). Cara mudah menggunakan program SPSS. Jakarta: Erlangga. Harahap. (2009). Analisis Kelayakan Investasi Dilihat Dari Aspek Penganggaran Moda pada PT.Masterwood Indonesia. Jurnal ilmiah: Universitas Sumatera Utara. Harmono. (2009). Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Halim, Abdul. (2005). Analisis Investasi. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. Hendri, Jhon. (2009). Jurnal Riset Pemasaran.Universitas Gunadarma.(diakses pada tanggal 10 April 2012). Husein, Umar. (2005). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. http://www.Bursaefekindonesia.Com/id-id/about-us/pages/the-history-of-bei.aspx. diakses pada tanggal 10 September 2012, pada hari senin ).
(
http://www.lq45.Com/id-id/about-us/pages/the-history-of-lq45.asdx diakses 10 September 2012. http://putracenter.net/2009/06/29/definisi-investasi-dan-faktor-penentu-investasi/ diakses pada hari selasa tanggal 10 April 2012. Jae K. Shim dan Joel G. Siegel. (2000). Budgeting Pedoman Lengkap Langkah-langkah Penganggaran. Jakarta: Erlangga. Kasmir dan Jakfar. (2003). Studi Kelayakan Bisnis. Edisi kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. --------------- (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana. Muslich, Mohammad. (2007). Manajemen keuangan modern. Jakarta: Bumi Aksara. Prasetyo, Bambang. (2002). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Raja Garfindo Persada. Santoso. (2010). Pengambilan Keputusan Dengan Program SPSS. Jakarta: Erlangga. Sayuti. (2008). Analisis kelayakan Proyek. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sekaran, Uma. (2006). Research methods for business (metode penelitian untuk bisnis). Jakarta: Salemba Empat. Subagyo. (2007). Study Kelayakan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Elex Media Computindo. Wiratno. (2008). Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Jawa Tengah. Jurnal ilmiah. Universitas Diponegoro. www.LaporanKeuangan.co.id
36
Ristati dan Masyithah
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 Journal Of Economic Management & Business Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 ISSN: 2301-4717 Hal. 37-43
37
PEMBAGIAN KERJA DALAM UPAYA EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN
MOHD. HEIKAL
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
The purpose of this study is to determine the level of division of labor of employees, the level of effectiveness of employees, and to determine the effect of the division of labor on employee effectiveness. The study population included all employees is 1014 people, 10% of the sample population. Research variables there are two independent variables and the dependent variable. As an independent variable in this study is the division of work (X) consisting of Employment, Workload and Job Specialization. While the dependent variable is the Work Effectiveness (Y). Work Distribution Data retrieved using the questionnaire method, while the Work Effectiveness taken using company data and documentation for completeness of the data using interviews and observation. The results were analyzed using descriptive analysis method and the percentage of simple linear regression analysis. Results of the analysis obtained regrisi simple linear regression equation Y = 26.446 + 0.242 X. Results of analysis of variance for regression F value = 6.795> F = 3.94. Thus shows that the division of labor and a significant positive effect on the employees Work Effectiveness hipoteis researchers received. Based on these results, it proposed some suggestions: (1) the division of labor increases the employee must pay attention to the division of tasks and responsibilities in accordance with the level of education or skills of the employee for the employee to complete the duties and responsibilities properly in accordance with company standards. (2) management of the company should be more frequent encouragement, praise and awards so that employees feel cared for. (3) To improve the effectiveness of work is higher then need to pay attention to other factors that influence the effectiveness of such employees work discipline, unity of command, authority and responsibilities, salary and other factors in addition to division of labor. Keywords: Division of labour, employment, effectiveness of employees
38
Mohd. Heikal
PENDAHULUAN Sumber daya manusia penting bagi perusahaan, maka secara tidak langsung sumber daya tersebut merupakan harta paling berharga. Melalui Sumber Daya Manusia suatu organisasi akan mampu berkembang dan sebaliknya, kehancuran suatu organisasi atau perusahaan dapat ditentukan Sumber Daya Manusia. Untuk itu konsep pengelolaan pegawai atau karyawan menjadi penting dalam organsasi. Melihat pentingnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mendukung kemajuan suatu organisasi tersebut harus berusaha untuk mendapatkan tenaga kerja yang tepat baik kualitas maupun kuantitasnya. Berkaitan dengan ini maka tindakan yang paling tepat untuk dilakukan adalah mengadakan penyaringan atau seleksi karyawan sebelum adanya pembagian kerja. Hal ini amat penting dan tidak boleh diabaikan karena bisa saja terjadi tenaga kerja yang diperoleh peusahaan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Terpilihnya pegawai yang tepat dapat memperkokoh suatu organisasi dalam pencapaian tujuan. Keliru memilih pegawai, dapat sangat merugikan baik dari segi waktu, biaya maupun semangat kerja. Pada dasarnya setiap organisasi atau perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan bahwa kelak kemudian hari akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat didalam ruang lingkup usahanya. Luas sempitnya tujuan tergantung dari besar kecilnya organisasi yang bersangkutan. Suatu organisasi atau perusahaan yang memiliki tujuan yang luas, jumlah kerjanya pun akan menjadi lebih banyak dan beragam. Dalam keadaan yang demikian, suatu organisasi atau perusahaan dituntut mampu menyediakan sejumlah pegawai sesuai dengan jenis dan beban kerja yang ada. Akan tetapi karyawan yang ada belumlah cukup sehingga perlu adanya pembagian kerja agar masing-masing karyawan memperoleh tugas sendiri-sendiri untuk dipertanggung
jawabkan. Oleh karena itu pembagian kerja merupakan salah satu faktor yang paling penting karena adanya pembagian kerja akan dapat memberikan kejelasan bagi para karyawan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan beban kerja yang menjadi tanggung jawab serta mencegah kemungkinan terjadinya tumpang tindih pekerjaan, pemborosan dan saling melempar tanggung jawab bilamana terjadi kesalahan dan kesulitan. Efektivitas kerja karyawan merupakan hal yang sangat penting untuk dijadikan sebagai tolok ukur berhasil tidaknya pelaksanaan pembagian kerja yang telah dilakukan perusahaan pada karyawannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui tingkat pembagian kerja karyawan, (2) Untuk mengetahui tingkat efektivitas kerja karyawan, dan (3) Untuk mengetahui pengaruh pembagian kerja terhadap efektivitas kerja karyawan. TINJAUAN Dalam melakukan aktivitas perusahaan selalu membutuhkan sekali adanya Manajemen. Organisasi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan manajemen yang baik dan efektif, untuk itu semua tugas yang ada organisasi harus dibagibagi pada karyawan sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut, atau dengan kata lain untuk melaksanakan semua tugas karyawan maka perlu adanya pembagian kerja. Pembagian kerja adalah Perincian atau pengelompokan suatu aktivitasaktivitas dan tugas-tugas semacam dan erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh organisasi tertentu. Manfaat pembagian kerja adalah agar supaya pekerjaan terselenggara dengan baik sesuai rencana dan dapat diketahui dengan jelas tujuan suatu organisasi, pegawai atau karyawan yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pekerjaan tersebut. (Marzuki, 2000 : 9).
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Sedangkan manfaat pembagian kerja menurut A.S Moenir adalah : Memudahkan bagi seseorang untuk melaksanakan tugas pekerjaannya tanpa menunggu perintah atau komando. (a) Diketahui dengan jelas batas wewenang dan tanggung jawab dari pekerjaan itu, (b) Tidak meragukan dalam pemberian tugas atau pelaksanaan pekerjaan, (c) Memudahkan dalam pengawasan, (d) Tidak terjadinya simpang siur atau benturan dalam pelaksanaan pekerjaan, (d) Menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan kebutuhan pendidikan. Adapun alasan diadakan pembagian kerja adalah bahwa seseorang tidak akan melakukan semua pekerjaan yang ada di dalam organisasi seorang diri tanpa bantuan orang lain. Menurut Sondang P. Siagian (2005:10) ada tiga alasan diadakan pembagian kerja yaitu : (a) Beban kerja yang harus di pikul, (b) Jenis pekerjaan yang harus beragam, (c) Berbagai spesialisasi yang diperlukan Dengan adanya pembagian kerja maka pegawai atau karyawan dituntut tanggung jawabnya didalam penyelesaian setiap tugas yang dibebankan kepadanya. Jenis pekerjaan yang beraneka ragam merupakan hal yang sudah biasa didalam suatu organisasi yang mempunyai tujuan yang jelas. Spesialisasi pekerjaan diperlukan karena dalam pembagian kerja terjadi pembagian fungsi-fungsi dimana setiap fungsi tersebut memerlukan keahlian khusus untuk menyelesaikan setiap pekerjaan. Untuk mengukur pembagian kerja digunakan indikator-indikator sebagai berikut : (1) Penempatan karyawan, Penempatan karyawan ialah bahwa setiap pegawai atau karyawan telah ditempatkan sesuai dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan yang dimiliki sebab ketidaktepatan dalam menetapkan posisi karyawan akan menyebabkan jalannya pekerjaan menjadi kurang lancar dan tidak maksimal (A. S Nitisemito, 2001 :174), (2) Beban kerja, Beban kerja adalah tugas pekerjaan yang dipercayakan untuk
39
dikerjakan dan tanggung jawabkan oleh satuan organisasi atau seorang pegawai tertentu. (Sutarto, 2000 : 103). Beban kerja yang harus dilaksanakan karyawan hendaknya merata, sehingga dapat dihindarkan adanya seorang karyawan yang mempunyai beban kerja terlalu banyak atau terlalu sedikit. Namun demikian beban kerja yang merata ini tidak berarti bahwa setiap karyawan di perusahaan tersebut harus tetap sama beban kerjanya. (3) Spesialisasi pekerjaan, Spesialisasi pekerjaan adalah pembagian kerja berdasarrkan oleh keahlian atau ketrampilan khusus (Sutarto, 2000 : 110). Spesialisasi pekerjaan sangat diperlukan dalam setiap organisasi karena tidak semua pekerjaan membutuhkan keahlian dan tidak semua orang mempunyai keahlian yang sama sebab setiap orang mempunyai kelebihan dan keterbatasan sendiri. Agar semua tugas pekerjaan yang ada dapat dilaksanakan dengan baik maka perlu sekali adanya spesialisasi pekerjaan. Namun walaupun demikian spesialisasi pekerjaan bukan merupakan tujuan mengkotakkotakan pegawai atau karyawan. Efektivitas kerja adalah suatu keadaan dimana aktifitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh manusia dapat mencapai hasil akibat sesuai yang dikehendaki (Sutarto, 2000:95). Efektivitas kerja merupakan suatu ukuran tentang pencapaian suatu tugas atau tujuan (Schermerhorn, 2003:5). Sedangkan Faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja menurut Richard M Steers ada empat faktor yaitu : (1) Karakteristik organisasi, Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi. Struktur dan teknologi dengan berbagai cara. Struktur yang dimaksud adalah hubungan yang relatif tetap sifatnya, seperti dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya manusia. Struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orang atau mengelompokkan orangorang didalam menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan yang dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu perusahaan
40
untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Dengan teknologi yang tepat akan menunjang kelancaran organisasi didalam mencapai sasaran, di samping itu juga dituntut adanya penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat pula. (2) Karakteristik Lingkungan, Karakteristik organisasi berpengaruh terhadap efektivitas di samping lingkungan luar dan dalam telah dinyatakan berpengaruh terhadap efektivitas. Lingkungan luar yang dimaksud adalah luar perusahaan misalnya hubungan dengan masyarakat sekitar, sedang lingkungan dalam lingkup perusahaan misalnya karyawan atau pegawai di perusahaan tersebut. Keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat tergantung pada tiga variabel yaitu : Tingkat keterdugaan keadaan lingkungan, Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan, dan Tingkat rasionalitas organisasi. Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan makin tepat tanggapannya, makin berhasil adaptasi yang dilakukan oleh organisasi. (3) Karakteristik pekerja, Pada kenyataannya, para karyawan atau pekerja perusahaan merupakan faktor pengaruh yang paling penting atas efektivitas karena prilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumberdaya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. (4) 4. Kebijaksanaan dan praktek manajemen, Dengan makin rumitnya proses teknologi serta makin rumit dan kejamnya lingkungan, maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan organisasi semakin sulit. Kebijaksanaan dan praktek manajemen dapat mempengaruhi atau dapat merintangi pencapaian tujuan, ini tergantung bagaimana kebijaksanaan dan praktek manajemen dalam tanggung jawab terhadap para karyawan dan organisasi.
Mohd. Heikal
Dari penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti yang dikemukakan oleh( Henry Fanyol dalam Sutarto ) yang menamakan asasnya dengan “Prinsiples of Organisasi” (asas-asas organisasi) sebagai berikut: 1. Devision of work (pembagian kerja) 2. Authority and responsibility (wewenang dan tanggung jawab) 3. Disiplin (disiplin) 4. Unity of commond (kesatuan perintah) 5. Unityof direction (kesatuan arah) 6. Subordination of individual interest general interest (kepentingan individu dibawah kepentingan umum) 7. Remunaration (pay) of personnel (gaji pegawai/karyawan) 8. Centralization (sentralisasi) 9. Scalarchain (rangkaian skala) 10. Order (ketertiban) 11. Equity (keadilan) 12. Stability of tenure of personnel (kestabilan masa kerja pegawai/karyawan) 13. Initiative (inisiatif) 14. Espritdecorp (kesatuan jiwa korp) Pembagian kerja berarti suatu pekerjaan yang harus diselesaikan, dipecah-pecah dalam sejumlah bagian dan langkahlangkah perencanaan. Setiap bagian dan langkah pelaksanaan dilakukan orangorang yang berbeda keahlian dan tanggung jawab. Setiap orang melakukan kerja dengan spesialisasi dalam bagianbagian dari suatu pekerjaan, tidak merupakan keseluruhan dari pekerjaan. Dengan demikian pembagian kerja yang baik akan bermanfaat bagi organisasi yang bersangkutan dalam penyelesaian pekerjaan-pekerjaan yang berarti juga efektivitas dapat tercapai. Untuk melaksanakan serangkaian tugas, wewenang dan tanggung jawab perusahaan perlu menerapkan asas pembagian kerja dengan cara memerinci dan mengelompokan aktifitas yang semacam atau erat hubugannya satu sama lainnya untuk dilakukan oleh karyawannya, di mana variabel pembagian kerja dibagi lagi menjadi
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
tiga sub variabel yaitu Penempatan kerja artinya setiap pegawai atau karyawan telah ditempatkan sesuai dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan yang dimiliki sebab ketidak tepatan dalam menempatkan posisi karyawan akan menyebabkan jalannya pekerjaan menjadi kurang lancar dan tidak maksimal, Beban kerja artinya setiap pegawai karyawan melaksanakan tugas pekerjaan yang dipercayakan untuk dikerjakan dan dipertanggung jawabkan oleh satuan organisasi atau seorang pegawai tertentu seusai dengan kemampuan dan kesanggupan sehingga efektivitas kerja akan berhasil dengan baik Spesialisasi pekerjaan artinya setiap pegawai atau karyawan diadakan pembagian kerja berdasarkan oleh keahlian dan ketrampilan khusus. Spesialisasi pekerjaan sangat diperlukan dalam setiap organisasi karena tidak semua pekerjaan membutuhkan keahlian dan tidak semua orang mempunyai keahlian yang sama sebab setiap orang mempunyai kelebihan dan keterbatasan sendiri. METODE Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu Metode kuisioner atau angket, Metode dokumentasi, dan Metode Wawancara. Sedangkan untuk menganalisa data digunakan metode Analisis Deskriptif Persentase dan Metode Analisis Statistik. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menunjukan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara Pembagian kerja terhadap Efektivitas kerja karyawan. Hal ini terlihat dari hasil regresi sederhana dimana diperoleh Persamaan Y = 26,446 + 0,242X yang berarti bahwa : Dalam persamaan tersebut diketahui konstanta sebesar 26,446 yang berarti tanpa ada Pembagian kerja maka skor untuk Efektivitas kerja karyawan sebesar 26,446.
41
Dalam perhitungan mencari besarnya pengaruh Pembagian kerja karyawan, menunjukan adanya pengaruh yang signifikan, hal ini terbukti dari analisis varians yang diperoleh Fhitung = 6,795 >Ftabel = 3,94. Pada α = 5% dengan dk Pembilang = 1 dan dk Penyebut = n-k = 100. Berdasarkan Persamaan regresi sederhana yang diperoleh dimana koefisien regresi b bertanda positif maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara Pembagian kerja terhadap Efektivitas kerja. Bentuk pengaruh yang diperoleh dari persamaan tersebut adalah jika variabel Pembagian kerja ditingkatkan sebesar satu point maka akan diikuti dengan meningkatnya Efektivitas kerja sebesar 0,242, sebaliknya jika skor variabel Pembagian kerja menurun satu point maka akan diikuti dengan menurunnya Efektivitas kerja sebesar 0,242. Keeratan hubungan antara Pembagian kerja terhadap Efektivitas kerja karyawan adalah 0,253 harga koefisien korelasi yang bertanda positif tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara Pembagian kerja dengan Efektivitas kerja karyawan. Dengan demikian semakin baik Pembagian kerja maka akan semakin tinggi efektivitas kerja karyawan dan sebaliknya semakin rendah Pembagian kerja maka akan semakin menurun Efektivitas kerja karyawan. Besarnya pengaruh Pembagian kerja terhadap Efektifitas kerja karyawan (R2) adalah 0,064 atau 6,4 %, hal ini menunjukkan bahwa Pembgian kerja mempunyai pengaruh cukup terhadap Efektivitas kerja. Sedangkan sisanya yaitu 0,936 atau sebesar 93,6 % Efektivitas kerja dipengaruhi oleh variabel lain dan lebih besar pengaruhnya dari pada Pembagian kerja, variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini misalnya: Disiplin, Unity of commond (kesatuan perintah), authority and responsibilty (wewenang dan tanggung jawab), stability of tenure of personnel (kestabilan masa kerja pegawai/ karyawan).
42
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dan didukung pula dengan hasil analisis deskriptif presentase dimana Efektivitas kerja merupakan perbandingan hasil nyata yang diperoleh karyawan dengan satuan kerja. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa karyawan tergolong baik. Hal ini dikarenakan kemampuan dari pekerja itu sendiri serta ditunjang dengan sarana yang baik sehingga pekerja merasa tentang dan aman dalam bekerja. Sarana pendukung adalah Pembagian kerja di mana hasil perhitungan analisis persentase diketahui bahwa Pembagian kerja yang ada tergolong baik. Hal ini disebabkan perusahaan berusaha mewujudkan Pembagian kerja yang sesuai bagi karyawan dengan tidak meninggalkan syarat-syarat Pembagian kerja yang baik. Hal ini tampak pada beberapa indikator yang digunakan dalam peneltian ini: Indikator penempatan kerja dalam kategori baik. Hal ini nampak pada kondisi penempatan kerja yang diemban karyawan cukup sesuai dengan SK yang diterima, pekerjaan yang dilakukan karyawan juga cukup sesuai dengan job description atau gambaran pekerjaan sehingga tidak menimbulkan rasa kecewa, bidang pekerjaan dan tanggung jawab cukup sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimiliki. Sedangkan mengenai jabatan rangkap dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab kebanyakan responden masih ada, hal ini dapat menyebabkan hasil pekerjaan yang dicapai kurang masikmal karena kosentrasi karyawan akan bercabang. Latihan kerja atau job training cukup sesuai dengan tugas dan tanggung jawab, pengalaman kerja sudah cukup memadai untuk melaksanakan tugas pekerjaan dan tanggung jawab yang diemban. Dengan penempatan kerja yang baik serta sesuai dengan bidang ketrampilan yang dimiliki karyawan akan meningkatkan efektivitas kerja. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh hasil bahwa beban kerja termasuk dalam kategori baik dengan asumsi bahwa
Mohd. Heikal
beban kerja yang ada cukup sesuai dengan tingkat ketrampilan yang dimiliki oleh karyawan, beban kerja yang ada sudah dikelompokan cukup sesuai dengan pembagian kerja. Mengenai bantuan rekan sekerja kebanyakan responden menjawab kadangkadang meminta bantuan, hal ini menunjukan bahwa karyawan masih kurang isa menyikapi tugasnya sehingga tidak dapat memaksimalkan tenaga dan ketrampilan yang dimiliki. Sedangkan kemampuan karyawan dalam menyelesaiakan beban pekerjaan yang terlalu banyak tergolong dalam keadaan baik. Indikasi spesialisasi kerja dalam penelitian ini dikategorikan baik. Dengan asumsi bahwa spesialisasi yang ada cukup sesuai dengan pengelompokan karyawan dan pelaksanaan tugas pekerjaan cukup sesuai dengan keahlian. Indikator kemampuan menyesuaikan diri (keluwesan) dalam kategori baik. Hal ini disebabkan dalam melaksanakan pekerjaan karyawan dapat berinteraksi dengan rekan sekerja karena antar karyawan mempunyai hubungan yang baik, dan dalam menyelesaikan pekerjaannya karyawan kadang-kadang mengalami hambatan. Sedangkan bantuan yang diberikan kepada rekan sekerja dan bantuan yang diterima dari rekan sekerja tergolong sangat jarang atau satu kali dalam seminggu. Indikator kepuasan kerja dalam penelitian ini dikategorikan tinggi, dengan asumsi hasil pekerjaan yang telah dicapai dan imbalan yang diterima sudah cukup memuaskan, namun pimpinan jarang memberikan perhatian, pujian, dan penghargaan pada karyawan sedangkan pimpinan kadang-kadang mengeluh terhadap hasil pekerjaan karyawan. Indikator prestasi kerja dalam kategori tinggi. Hal ini nampak pada karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat pada waktunya dan hasil yang dicapai cukup sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Sedangkan terhadap hasil kerja karyawan pimpinan jarang memuji dan sangat jarang menegur.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
43
Referensi Alex S. Nitismito. 2001. Man ajem en Personalia. Jakarta : Ghalia Indonesia. Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta. Iskandar dan Suharno.2001. Pengantar Organisasi dan Manajemen. Fisipol : Universitas Negeri Surakarta. John. R Schermerhorm Jr. 2003. Manajemen. Yogyakarta : Andi Offset. Marzuki. 2000. Pen gorganisasian. Yogyakarta : Andi Offset. Moenir A.S.2001. Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Pegawai. Jakarta : Gunung Agung. Richard M. Steers. 2005. Efektivitas Organisasi. Jakarta : Erlangga. Sarwoto. 2000. Dasar-dasar Organisasi. Universitas Indonesia : Ghalia. Sondang P.Siagian.2005. Organisasi Kepemimpinan. Jakarta : Gunung Agung. Sudjana.2001. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. Sutarto. 2000. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Indonesia : Ghalia. Umar, Husein.2005. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta : Gramedia. W.J.S Poerwadarminto.2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Putaka Jakarta. Yusuf Muri. 2001. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Ghalia.
44
Mohd. Heikal
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 Journal Of Economic Management & Business Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 ISSN: 2301-4717 Hal. 45-55
Pengaruh Giro, Tabungan Dan Deposito Berjangka Terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan Pada Pt. Bank Mandiri, Tbk.
Nurlela
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
This study aims to analyze the influence of Demand Deposit, Savings and Time Deposits to Total Loans. The data of the research is quarterly financial statements in the period 2001-2009. Object of this study is on PT. Bank Mandiri, Tbk. The methode of data collection use purposive sampling. The dependent variable used is Total Loans while the independent variable is the Giro, Savings and Deposits Berjangka. Untuk see the influence Giro, Savings and Time Deposits using descriptive and statistical analysis methods, namely multiple linear regression analysis. Hypothesis testing is performed with partial test (t test) and a simultaneous test (F test) with α = 5%. F test results indicate that the Giro, Savings and Time Deposits significantly influence Loans Amount with significantly lower levels of alpha (0,000 <0,05). T-test results showed that the Giro does not significantly affect the number of Loans with more significant levels of alpha bear (0.513> 0.05). Savings and Time Deposits while significantly affect the amount which the Savings Loans (0,000) and Time Deposits (0,042) is smaller than α = 0.05, results showed that the Giro, Savings and Time Deposits can be used to predict Loans given for the future. Keywords: Loans, current accounts, savings, time deposits, demand deposit
45
46
nurlela
PENDAHULUAN Industri perbankan merupakan industri yang paling mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana masyarakat maupun pemberian kredit. Hal ini sejak dilaksanakan berbagai peraturan dibidang moneter yang mengarah kepada kebijakan yang bersifat deregulatif pada tahun 1983, yang mempengaruhi pola dan srategi manajemen bank, baik disisi pasiva maupun disisi aktiva bank. Situasi ini memaksa industri perbankan harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana baru. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpun dana ini, bank sering pula di sebut lembaga kepercayaan. Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 dalam (Kasmir,2008) bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan bertambahnya jumlah bank, persaingan untuk menarik dana dari masyarakat semakin meningkat. Semua berlomba untuk menarik dana masyarakat sebanyak-banyaknya dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan baik untuk tujuan produktif maupun konsumtif. Karena bagi sebuah bank, dana merupakan darah dan persoalan paling utama, sehingga tanpa dana, bank tidak dapat berfungsi sama sekali. Dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat sebagian besar dialokasikan untuk kredit. Karena kegiatan pemberian kredit merupakan rangkaian kegiatan utama suatu bank, dimana pemberian kredit adalah tulang punggung kegiatan perbankan. Bila kita perhatikan neraca bank, akan terlihat oleh kita bahwa sisi aktiva bank akan didominasi
oleh besarnya jumlah kredit yang diberikan, sedangkan bila kita perhatikan pula laporan laba rugi bank, akan terlihat oleh kita bahwa sisi pendapatan bank akan didominasi oleh besarnya pendapatan dari bunga dan provisi kredit. Ini dikarenakan aktivitas bank yang terbanyak akan berkaitan erat secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan perkreditan. Karena hampir semua kegiatan perekonomian masyarakat membutuhkan bank dengan fasilitas kreditnya, dimana dengan melalui pemberian kredit pula akan banyak usaha pembayaran nasabah melalui rekeningnya sehingga tujuan dari pemberian kredit selain untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemberian kredit tersebut, juga untuk keamanan bank yaitu keamanan untuk nasabah penyimpan sehingga dengan melalui kredit, bank akan menambah dananya dengan sendirinya. Karena kredit yang aman akan memberikan dampak yang positif bagi bank yaitu kepercayaan masyarakat pada bank akan bertambah. Namun saat ini dimana industri perbankan menghadapi situasi perekonomian yang seolah tidak menentu dan penuh dengan ketidakpastian, pemberian kredit oleh bank kepada masyarakat sedikit tersendat. Pengalaman adanya kredit macet akhirakhir ini telah memacu kalangan perbankan untuk lebih berhati-hati dalam mengatur alokasi dananya pada kredit. Oleh karena itu kalangan industri perbankan saat ini cenderung lebih menyukai untuk mengalokasikan dananya dalam bentuk cadangan sekunder yang dalam hal ini dialokasikan pada surat-surat berharga terutama pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Karena Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tidak di batasi oleh permintaan atau kelebihan likuiditas, sedangkan tingkat suku bunga lebih menjanjikan dengan tingkat resiko yang rendah daripada dialokasikan pada kredit untuk masyarakat. Selain itu Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dianggap tidak terbatas, pasarnya luas dan tingkat diskontonya tidak dapat dipengaruhi oleh satu bank maupun yang ikut lelang. Bahkan penempatan dana
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tersebut dapat memberikan pendapatan kepada bank yang setiap saat dapat dijadikan uang tunai tanpa mengakibatkan kerugian pada bank sehingga dalam hal ini bank mendapatkan dua manfaat sekaligus yaitu untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan profitabilitas bank. Giro, Tabungan, dan Deposito berjangka merupakan dana yang dihimpun dari masyarakat, selain dari tiga macam bentuk simpanan dana pihak ketiga tersebut yaitu Giro, Tabungan dan Deposito berjangka, masih terdapat beberapa macam dana pihak ketiga lainnya yang diterima bank. Akan tetapi, dana-dana ini sebagian besar berbentuk dana sementara yang sukar disusun perencanaannya karena bersifat sementara. Dari berbagai sumber dana yang berhasil di himpun oleh bank, kemudian bank menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat secara efektif dan efisien. Menurut Iswardono (1999:9) Giro merupakan simpanan pihak ketiga yang dikeluarkan oleh bank dengan syarat penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan cek, perintah pemindahan buku atau surat perintah pembayaran lainnya. Menurut Sinungan (1993:91) Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Sedangkan pengertian Deposito Berjangka (Totok dan Sigit, 2006:97) adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara deposan dan bank. Sehubungan dengan hal-hal yang melatar belakangi masalah tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melihat apakah Giro, Tabungan, dan Deposito Berjangka secara parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Kredit yang diberikan pada PT. Bank Mandiri, Tbk. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini menggunakan data
47
sekunder. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:147) data sekunder merupakan sumber data penelitian yang di peroleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder yang digunakan yaitu jenis data time series dan data di peroleh melalui webside www.BankMandiri.co.id. Mentode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode regresi berganda (multiple regression) yaitu untuk menganalisis pengaruh dari variabel bebas (Giro, Tabungan, dan Deposito Berjangka) terhadap variabel terikat (Jumlah Kredit yang diberikan). Dalam penelitian ini untuk melihat pengaruh tersebut dengan menggunakan alat analisa statistik berupa uji F dan uji t. Data di olah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for the social Science). Sebelum analisis regresi berganda digunakan dalam menganalisis maka terlebih dahulu dilakukan uji Asumsi Klasik. Ada empat asumsi klasik yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu, normalitas, multikolonieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Jika dalam penelitian ini ditemukan pelanggaran maka akan dilakukan pengobatan sebelum model digunakan untuk pengujian hipotesis. Pengobatan dilakukan agar asumsi terpenuhi sehingga hasil estimasi (parameter) menjadi lebih akurat. Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Uji Normalitas Menurut Ghozali (2005:110-112) Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, atau variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Salah satu cara untuk melihat normalitas data yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar
48
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, sedangkan jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normal. Normalitas data juga bisa dideteksi dengan uji KolmogorovSmirnov (K-S) yaitu dengan menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujian yaitu: H0: data residual berdistribusi normal Hi: data residual tidak berdistribusi normal
nurlela
Pengambilan keputusan ada tidaknya Autokorelasi menurut Durbin-Watson (DW test) yaitu sebagai berikut: Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tidak ada Autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
Tidak ada Autokorelasi positif
No desicison
dl < d < du
Tidak ada Korelasi negative
Tolak
4 - dl < d < 4
Tidak ada Korelasi negative
No decision
4 - du
Tidak ada Autokorelasi, positif
Tidak ditolak
Du < d < 4 – du
atau negative
(Sumber: Ghozali 2005)
Dengan ketentuan jika probabilitas >0,05 H0 diterima dan jika probabilitas <0,05 maka H0 ditolak. Uji Multikolonieritas Menurut Ghozali (2005:91) uji multikolonieritas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Multikolonieritas bisa dideteksi dengan nilai tolerance yaitu tidak boleh kurang dari 0,10 sedangkan nilai variance inflation factor (VIF) tidak boleh lebih dari 10. Uji Autokorelasi Menurut Ghozali (2005:95) uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan besaran Durbin-Watson (DW).
Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2005:105) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tersebut pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemidian menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Adapun persamaan yang digunakan dalam model Analisis Regresi Berganda adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Dimana: Y = Jumlah Kredit Yang Diberikan a = Konstanta b1 = Koofisien regresi untuk variabel X1 b2 = Koofisien regresi untuk variabel X2 b3 = Koofisien regresi untuk variabel X3 X1 = Jumlah Giro X2 = Jumlah Tabungan X3 = Jumlah Deposito Berjangka e = Variabel penggangu Untuk melihat apakah variabel Giro, Tabungan, dan Deposito Berjangka secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Kredit yang diberikan pada PT. Bank Mandiri, Tbk. Maka dilakukan pengujian sebagai berikut: 1. Uji F (Uji Simultan) digunakan untuk mengetahui apakah variabel Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka secara serentak/bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan. Dasar pengambilan keputusan : Apabila F hitung > Ftabel, maka variabel Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka berpengaruh secara simultan terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan pada PT. Bank Mandiri, Tbk, dengan tingkat signifikan 5 %. · Apabila Fhitung < Ftabel, maka variabel Giro, Tabungan dan Deposito tidak berpengaruh secara simultan terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan pada PT. Bank Mandiri, Tbk, dengan tingkat signifikan 5 % (Algifari, 2000:73). 2. Uji t (Uji Parsial) digunakan untuk mengetahui apakah secara individu variabel Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka mempunyai pengaruh terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Dasar pengambilan keputusan : · Apabila thitung > ttabel, maka variabel Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka berpengaruh secara parsial terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan pada
49
PT. Bank Mandiri, Tbk, dengan tingkat signifikan 5 % dan apabila thitung < ttabel, maka variabel Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka tidak berpengaruh secara parsial terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan pada PT. Bank Mandiri, Tbk, dengan tingkat signifikan 5 % (Algifari, 2000:70) Hasil Penelitian Hasil Pengujian Asumsi Klasik Ada empat asumsi klasik yang akan diuji dalam penelitian ini sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya yaitu,normalitas, multikolonieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Hasil pengujian keempat asumsi klasik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Uji Normalitas Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan cara analisis grafik dan uji statistik. Untuk melihat normalitas atau tidaknya data penelitian, bisa kita lihat pada Grafik histogram, Grafik Probability Plot dan OneSample Kolmogorov-Smirnov Test sebagai berikut: Gambar 1. Grafik Histogram
Berdasarkan Gambar 1. dapat kita simpulkan bahwa grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
50
nurlela
apabila nilai Sig. < 0.05 bermakna data tidak terdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1. Dari hasil pengujian sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 1. diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov adalah 0,786 dengan Sig. 0,567 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa data-data yang digunakan dalam variabel penelitian terdistribusi secara normal.
Gambar 2. Grafik Probability Plot
Uji Multikolonieritas Untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Dalam penelitian ini ada tidaknya terjadi multikolonieritas dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai Tolerance < 0,1 atau VIF > 10 maka ada indikasi terjadiMultikolonieritas (Ghozali, 2005:9195). Dari hasil pengujian pada tabel 2 diperoleh nilai Tolerance masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Dengan demikian
Dari grafik normal probability plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal (tidak menjauhi garis diagonal) dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dari kedua grafik di atas menunjukkan bahwa secara grafik model regresi memenuhi asumsi normalitas. Disamping uji grafik pengujian normalitas data dapat juga dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov (KS Test). Apabila hasil pengujian dijumpai nilai Sig. > 0.05 bermakna data-data yang diuji dalam penelitian initerdistribusi normal (Ghozali, 2005:110-115). Sebaliknya
Tabel 1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 36 Normal Parametersa Most Extreme Differences Negative -.079 Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
.0000000 .75371636 .131 .131 -.079 .786 .567
a.Test distribution is Normal b.Calculated from data Sumber : Output SPSS versi 16,0 Tabel 2 Uji Multikolonieritas Coefficients
Modell 1. Giro Tabungan Deposito
a. Dependent Variable: JLH KREDIT Sumber : Output SPSS versi 16,0
Collinearity Statistic Tolerance
VIF
.177 .165 .777
5.646 6.077 1.288
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen tidak terjadi Multikolonieritas. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesamaan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Pada tabel 3. menunjukkan nilai Durbin Watson = 1,796. Nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai DWtabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 36 (n) dan jumlah variabel independen 3 (K=3), maka batas atas (du) DWtabel 1,654 oleh karena itu nilai DWhitung > DWtabel dan kurang dari 4 (4du), maka dapat disimpulkan pada model regresi ini tidak terdapat autokorelasi. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas apabila dalam model regresi terjadi ketidaksamaan Variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas yaitu jika
Variance dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap. Salah satu cara untuk menguji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Pada penelitian ini untuk melihat ada tidaknya terjadi heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 3 dari grafik Scatterplot. Berdasarkan grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah pada angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini, sehingga model regresi layak di pakai untuk memprediksi Jumlah Kredit yang Diberikan berdasarkan masukan variabel independen Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka.
Tabel 3 Uji Autokorelasi Model Summary
Model
R
R Square
51
Adjusted R Square
Std. Error of The Estimate
1 .974 .948 .944 a. Predictors: (Constant),DEPOSITO, GIRO, TABUNGAN b. Dependent Variable: ;JLH.KREDIT
Sumber : Output SPSS versi 16,0
Gambar 3. Grafik Scatterplot
.08891
DurbinWatson 1.796
52
nurlela
kredit yang diberikan menurun sebesar 5,9% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Nilai koefisien regresi deposito berjangka sebesar 0,022 menunjukkan hubungan positif (searah) yang berarti bahwa setiap kenaikan deposito berjangka sebesar 1% maka jumlah kredit yang diberikan meningkat sebesar 2,2% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Koefisien korelasi (R) = 0,974 atau 97,4% yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu sebesar 97,4% (derajat hubungan yang erat). Artinya jumlah kredit yang diberikan mempunyai hubungan yang erat terhadap variabel giro, tabungan dan deposito berjangka. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,948 atau sebesar 94,8% artinya perubahanperubahan dalam variabel terikat (jumlah kredit yang diberikan) mampu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam variabel bebas. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 5,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini (error term).
Pengujian Statistik Untuk mengetahui ada tidaknya variabel giro, tabungan dan deposito berjangka terhadap jumlah kredit yang diberikan, dalam penelitian ini menggunakan analisis linier berganda yang di olah dengan bantuan program SPSS(Statistical Package for the Social Science), maka diperoleh hasil perhitungan seperti yang telihat pada Tabel 4. Berdasarkan hasil analisis model regresi dalam Tabel 4, maka dapat disusun dalam persamaan regresi linear berganda berikut ini : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 Y = 2,049 + 0,027Giro 0,059Tabungan + 0,022Deposito Berjangka Dari persamaan regresi dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut: Konstanta sebesar 2,049 artinya jika variabel Giro, Tabungan dan deposito berjangka dianggap konstan, maka besarnya jumlah kredit yang diberikan sebesar 204,9%. Nilai koefisien regresi giro = 0,027 menunjukkan hubungan positif (searah) yang berarti bahwa setiap kenaikan giro sebesar 1% maka jumlah kredit yang diberikan meningkat sebesar 2,7% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Nilai koefisien regresi tabungan sebesar -0,059 menunjukkan hubungan negatif (terbalik) yang berarti bahwa setiap kenaikan tabungan sebesar 1% maka jumlah
Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) Statistik uji t digunakan untuk melihat pengaruh secara parsial. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model mampu menjelaskan variabel dependen secara individual. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4 yang telah ditunjukkan sebelumnya.
Tabel 4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Variabel Independen
Koefisien Regresi (ß)
Standard Error
thitung
Ttabel
Sign t
Konstanta
2,049
1,006
2,037
Giro (X1)
0,027
0,040
0,661
1,960
0,513
Tabungan (X2)
-0,059
0,013
-4,600
1,960
0,000
Deposito Berjangka (X3)
0,022
0,010
2,123
1,960
0,042
R = 0,974 R2 = 0,948 Adjusted R2 = 0,944 Fhitung = 196,097 Ftabel = 2,92 Sign F = 0,000
Sumber : Data Sekunder, 2010 (diolah)
0,050
a. Predictor (Constant) : Giro, Tabungan, Deposito Berjangka b. Dependen Variabel : Jumlah Kredit yang diberikan
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
1. Pengaruh Giro (X1) Terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan Berdasarkanhasilperhitunganvariabelgiro diperoleh thitung sebesar 0,661 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,960 dengan tingkat signifikan 0,513 lebih besar dari taraf signifikan pada α = 0,05. dengan demikian, thitung < ttabel yang berarti secara parsial menunjukkan bahwa kehadiran giro tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang diberikan. Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purnama (2008) yang menyatakan bahwa secara parsial variabel Giro tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit. Nilai koefisien regresi sebesar 0,027 menunjukkan hubungan positif (searah) yang berarti bahwa setiap kenaikan giro sebesar 1% maka jumlah kredit yang diberikan meningkat sebesar 2,7% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Menurut Kasmir (2005: 71) giro merupakan dana murah karena imbalan bunga yang diberikan kepada girant merupakan bunga yang paling rendah jika dibandingkan dengan suku bunga simpanan lainnya. 2. Pengaruh Tabungan (X2) terhadap Jumlah kredit yang diberikan Berdasarkan hasil perhitungan variabel tabungan diperoleh thitung sebesar -4,600 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,960 dengan tingkat signifikan 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan pada α = 0,05. dengan demikian, thitung > ttabel yang berarti secara parsial menunjukkan bahwa kehadiran tabungan berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang diberikan. Nilai koefisien regresi sebesar -0,059 menunjukkan hubungan negatif (terbalik) yang berarti bahwa setiap kenaikan tabungan sebesar 1% maka jumlah kredit yang diberikan menurun sebesar 5,9% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Hal ini disebabkan oleh kondisi industri perbankan saat ini seolah tidak menentu dan penuh dengan ketidakpastian sebagai akibat dari dampak krisis global
53
sehingga realisasi kredit turun secara signifikan, sebagai respon krisis, perbankan melakukan pengetatan terhadap standar kredit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purnama (2008). 3. Pengaruh Deposito Berjangka (X3) Terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan Berdasarkan hasil perhitungan variabel deposito berjangka diperoleh thitung sebesar 2,123 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,960 dengan tingkat signifikan 0,042 lebih kecil dari taraf signifikan pada α = 0,05. dengan demikian, thitung > ttabel yang berarti secara parsial menunjukkan bahwa kehadiran deposito berjangka berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang diberikan. Nilai koefisien regresi sebesar 0,022 menunjukkan hubungan positif (searah) yang berarti bahwa setiap kenaikan deposito berjangka sebesar 1% maka jumlah kredit yang diberikan meningkat sebesar 2,2% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Hal ini disebabkan Deposito berjangka merupakan dana mahal dan tersimpan relatif lebih lama sehingga bank dapat lebih leluasa menggunakan dana tersebut untuk keperluan penyaluran kredit. Hasil Pengujian Secara Simultan (Uji F) Statistik uji F digunakan untuk pengujian secara simultan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model mampu menjelaskan variabel dependen secara bersama-sama. Berdasarkan statistik uji Fhitung sebesar 196,097 dengan tingkat signifikan 0,000 pada α = 0,05 sedangkan nilai Ftabel pada df1 = 3 dan df2 = 32 adalah sebesar 2,92, Fhitung > Ftabel yang berarti secara simultan menunjukkan bahwa secara bersama-sama semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
54
nurlela
Dari hasil uji simultan variabel giro, tabungan dan deposito berjangka sangat berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit yang diberikan, naik turunnya nilai variabel independen akan mempengaruhi variabel dependen. Seluruh variabel yang telah diuji dalam penelitian ini dapat memprediksi jumlah kredit yang diberikan dimasa yang akan datang. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan pada PT. Bank Mandiri, Tbk. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah diuraikan di atas sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda maka diperoleh Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,948 atau 94,8% menunjukkan besarnya perubahan (variasi) dari Jumlah Kredit yang Diberikan dalam perusahaan yang mampu dijelaskan oleh variabel Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka sebesar 94,8% ,sedangkan sisanya 5,2% dijelaskan oleh
variabel lain diluar dari penelitian ini. 2. Nilai Ftabel dengan tingkat signifikan 95% atau α = 5% dengan Fhitung sebesar 196,097 dan Ftabel sebesar 2,92. Dengan kata lain Fhitung > Ftabel yaitu 196,097 > 2,92, artinya variabel Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan pada PT. Bank Mandiri, Tbk. 3. Variabel Giro (X1) signifikan pada tingkat 95% yang diperlihatkan oleh thitung sebesar 0,661 < ttabel sebesar 1,960 dengan tingkat signifikan sebesar 0,513 atau probabilitas lebih besar dari α = 5% (0,05). Variabel Tabungan (X2) thitung sebesar -4,600 > ttabel sebesar 1,960 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 atau probabilitas lebih kecil dari α = 5% (0,05). Variabel Deposito Berjangka. (X3) thitung sebesar 2,123 > ttabel sebesar 1,960 dengan tingkat signifikan sebesar 0,042 atau probabilitas lebih kecil dari α = 0,05% (0,05). Jadi dengan demikian variabel Giro secara parsial tidak berpengaruh terhadap Jumlah Kredit yang Diberikan, sedangkan variabel Tabungan dan Deposito Berjangka secara parsial berpengaruh terhadap Jumlah Kredit yang Diberikan.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
55
Referensi Algifari. 2000. Analisis Teori Regresi : Teori Kasus dan Solusi. BPFE,Yogyakarta Arikonto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta, Jakarta Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan lain. Salemba Empat, Jakarta Budiyana, Ade. 2008. Pengaruh Dana Simpanan Masyarakat terhadap Laba pada PT. Bank Mandiri, Tbk cabang pembantu Lhokeumawe. Skripsi Manajemen Frianto, pandia dkk.2005.Lembaga Keuangan. Rineka Cipta, Jakarta Ghozali, Imam.2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Hasibuan, Malayu. 2007. Dasar-Dasar Perbankan. Bumi Aksara, Jakarta Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta Iswardono.1999. Uang Dan Bank. BPFE. Yogyakarta Kasmir.2001. Bank & Lembaga Keuangan Lainya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
.2004. Manajemen Perbankan. PT.raja grafindo persada, Jakarta
.2005. Dasar-Dasar Perbankan. PT.rajagrafmdo persada, Jakarta
.2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Raja Grafindo Persada,Jakarta
.2008. Analisis Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada,Jakarta
Purnama,ardi.2008. Pengaruh Giro, Tabungan, Deposito. Jurnal Rivai,veithzal dkk.2007. Bank and financial institution management.PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Sinungan, Muchdarsyah. 1993. Manajemen Dana Bank. PT. Bumi Aksara. Jakarta Sugiyono.2004. Metode Penelitian Bisnis. CV. ALVABETA, Jakarta Suyatno, Thomas dkk. 2003. Kelembagaan Perbankan. PT. Gramedia Pustaka, Jakarta www.BankMandiri.com
56
nurlela
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 Journal Of Economic Management & Business Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 ISSN: 2301-4717 Hal. 57-64
EXPLORING CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PRACTICES IN TOURISM INDUSTRY AFTER TSUNAMI DISASTER IN ACEH
AGUSTINAWATI
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
This study explores corporate social responsibility practices in tourism industry and sheds light on the reasons for the travel- related enterprise responsible tourism initiative, after the tsunami disaster in Aceh; Survey research was conducted among travel- related enterprises to determine their understanding and implementation of responsible tourism practices. Frequency analysis was used to analyses the nominal data to answer the proposition and it does not prove correlation or causality. The results show that more than 70 percent of respondent understand of CSR concepts, and they would implement of corporate social responsibility in tourism sector. Keywords: corporate social responsibility, tourism industry
57
58
agustinawati
INTRODUCTION The development of the tourism industry in the world, generally and in Indonesia in particular has been growing rapidly. Industrial development is not only the impact of increasing their venue of the country, but also being able to expand business opportunities and create new jobs for the community and to reduce the problem of unemployment. Aceh has a very attractive tourism potential, which is supported by a variety of natural resources and cultural arts. The location is very strategically located in the area of the Malacca Strait, which is one of the international shipping lanes and should provide an opportunity for Aceh to support the development of international tourism in Indonesia’s westernmost region. Aceh has approximately 527 tourist attractions that have been recorded and developed. The tourism industry in Aceh is managed by the company as well as those who conduct cultural tourism through the building of hotels and restaurants, cafes for entertainment, relaxation and meeting places for the community, as well as for accommodation of tourists, both domestic and foreign. The business actors in the field of culture and tourism in doing business not only have economical and legal obligations, but also have unethical obligation. Business ethics is a code of conduct for culture and tourism businesses to be able to differentiate between good and bad things. The vision and mission of Aceh government is for the realisation of the development of culture and tourism as a main stay of local economic growth to making Aceh one of the national flagship tourist destinations based on the Islamic religion and the preservation of cultural values. The commitment of companies is also required for the success of tourism in Aceh. Companies need to participate in tourism through the implementation of Corporate Social Responsibility (CSR). In Indonesia,
CSR has become increasingly popular since the 1990s. Some of the companies have implemented Corporate Social Activity (CSA) in their companies as CSR. Although it is not named as a CSR, in fact the action of CSA is close to the concept of CSR, which represents a form of “participation” and” concern” on the part of the enterprises towards social and environmental aspects. Through the concept of corporate social investment, social care reasons that the company’s activities have an impact on the environmental condition and socio-economic communities, for better or worse, particularly in the area the company operates. In addition, the owner’s of the company are not just the shareholders but also the stakeholders, namely, the parties interested in the existence of the company. Stakeholders may include employees and their families, customers, suppliers, communities around the company, nongovernmental organisations, mass media and the government as the regulator. Furthermore, the government’s response is seen from the issuance of Law No.40 of 2007 for limited liability companies, which contains the particular obligations for companies that explore natural resources to conduct CSR. This study identified the problem as seeing those tourism related enterprises that practise CSR in the tourism industry following the tsunami disaster in Aceh. This study attempts to answer two key questions: What is the understanding of the tourism related enterprises in the tourism industry concerning the concepts of CSR. What is the extent of CSR practices among tourism related enterprises in Aceh. LITERATURE REVIEW The concept of corporate social responsibility explains that the companies are not just trying to make a profit, but that they also have a social obligation to society. Wineberg (2004) explained the definition of CSR as a “corporate contribution to society
59
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
through the core activities of the business, social investment, philanthropy programs, and involvement in public policy”. Magnan and Ferrell (2004) defined CSR as “the act of a business for social responsibility when making decisions for profit and maintain the ecological balance because of the diverse interests of shareholders”. Carroll (1991) developed the concept of the pyramid of corporate social responsibility consists of four levels. First, the economic second, the company’s legal responsibility third, the company must be ethically responsible, fourth, CSR as a philanthropic responsibility (being a good corporate citizen). CSR involves “achieving commercial success in ways that honour ethical values and respect people, communities, and the natural environment” (Clark, 2006; Porter and Kramer, 2006). The Social Ministry of the Republic of Indonesia (2005) defines CSR as the company’s commitment to carry out social obligations to save the environment and improve the welfare of the community surrounding them. The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) defines CSR as: “The company commitment to continue to behave ethically and contribute in economic development to improving quality of life for employees and their families and communities”. A company’s ability to compete depends on the state of the location where the company operates. CSR, which is practised by caring companies, is based on three basic principles known as the triple bottom line include the profit, the people, and the planet (Porter, 2002). Tourism is one sector that can create new jobs and has a positive effect on employment in places such as hotels, motels, guesthouses and other accommodation as well as catering, restaurants, coffee shops, travel agencies, airlines, transportation land and other businesses such as business travel, business souvenirs, handicrafts, commerce, entertainment, translators and tour guides,
either specifically or generally (Yoeti, 1994). According to Murphy (2004) modern tourism as a business has developed in different groups and activities, that are present in diverse forms around the globe and makes characterising the tourism industry difficult. Similarly, Page and Connell (2006) said that the costs and benefits of tourism can be determined through the examination of its impact derived from the tourist activities and industry. The impact can be seen as a part of the activities, such as economic, social culture and environment. From the literature review above, the following framework of CSR practices in the tourism industry is proposing in Figure 1. Implementation of CSR
Philanthropic
Ethical Legal
Economic
Tourism Industry
Social Culture
Economic
Environment
Figure. 1 CSR practices in the tourism industry
Three hypotheses in this research are stated as follows: H0: The Attitude of tourism related enterprises in the implementation of CSR practices in tourism industry is negative H1: Overall, the tourism related enterprise in Aceh do not engage in CSR in tourism industry H2: Different tourism related enterprise in the tourism industry will have different elements of implementation of CSR. RESEARCH METHODOLOGY The method of data analysis will emphasise the frequency analysis for nominal data analysis to answer the proposition. This study does not attempt to prove the correlation or causality among variables.
60
agustinawati
Data collection was done by distributing questionnaires. A structured questionnaire was developed in four parts. The first part consists of 14 items that valuate the level of agreement and disagreement of corporate social responsibility and the statement of a rating scale used for this section is a Likert scale anchored from 1 for strongly disagree to 6 for strongly agree, in which respondents were asked to indicate their level of agreement. The second part is the questionnaire consists of 14 items that measure how the respondent interprets the meaning of CSR in their company. The measurement is based on them ticking the term relating to CSR that they interpret as being applicable to them. The third part is the questionnaire consists of 24 items that measures whether the company engages in corporate social initiatives, including economic element, social element, environmental elements, motivating guests to be responsible and also a general element. The data analysis used in this research is quantitative methodology use the statistical tools. The primary method used frequency analysis for analysis of the nominal data. This research does not attempt to prove correlation or causality. Therefore, frequency analysis is sufficient for answering the preposition. The SPSS 18.0 software was used in this study. The population of this study is the tourism related enterprise operations that provide a service in Aceh. They are in various areas of business such as hotels, restaurants, cafés, souvenir shops and travel. The data was collected in Banda Aceh and Lhokseumawe. DATA ANALYSIS The respondents selected are the enterprises that are related to tourism industry, which includes hotels, restaurants, travel, cafés and souvenir shops. The profile and percentage of respondents represent all the enterprises in the tourism industry in Aceh are shown in Table 1 and Figure 2.
Table.2 shows the attitudes of enterprises to implementing CSR in tourism industry. From the table showed that more than 50 percent of enterprises agree with the positive statement concerning the practice of CSR. A total of 74.2 percent agree with two statement: “involvement by business in improving its community’s quality of life will also improve long run profitability and corporations are social institutions and as such must live up to society’s standards.”. 64.9 percent agree with statement “The idea of social responsibility is needed to balance company’s power and discourage irresponsible behavior”; 50.5 percent strongly agree with statement “A business that wishes to capture a favorable public image will have to show that it is socially responsible”; and last, 48.5 percent strongly agree with the statement “A strong record of social responsibility positively enhances consumer attitude towards the company”. The average value of the company’s attitude towards the implementation of CSR is 3.60, the test results showed levels significantly higher than (p <0.05), so the null hypothesis of equal variances cannot be denied. From the level value of the percentage responding it can be concluded that the enterprise implement CSR in tourism sector not only because CSR is a good thing to do but doing it improves the public image for their company or business for the future. The Percentage of disagreement against CSR is show in Table 3. From the table show that the negative statements more than 58 respondents or 59.8 percent strongly disagree with the statement “involvement in social responsibility activities threatens business by diverting time and money away from its primary business purpose”. This indicates that the enterprise’s to support CSR program can improve the enterprise’s reputation in the community when they operate their business.
61
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Figure 2 The profile and percentage of respondents Source: data author Table1 The profile and number of respondents No. 1. 2. 3. 4. 5.
Profile enterprise
Frequency
Hotel Restaurant Travel Café Souvenir shop Total
45 19 14 12 7 97
Source: Author’s original Table 2 The attitudes of enterprises to implementing CSR Statement
Slightly agree
Agree
Strongly agree
Socially responsible behaviour can be in the best economic interest of the shareholders Efficient production of goods and services is no longer the only thing the society expects from business Involvement by business in improving its community’s quality of life will also improve long run profitability A business that wishes to capture a favourable public image will have to show that it is socially responsible The idea of social responsibility is needed to balance a company’s power and discourage irresponsible behavior. Corporations are social institutions and, as such, must live up to society’s standards Long run success of the business depends on its ability to understand that it is part of a larger society and behave accordingly If business is more socially responsible, it will discourage additional regulation on the economic system by government. A strong record of social responsibility positively enhances consumer attitude towards the company
1.0%
47.4%
22.7%
11.3%
17.5%
1.0%
4.1%
74.2%
20.6%
2.1%
45.4%
50.5%
25.8%
64.9%
4.1%
10.3%
74.2%
7.2%
1.0%
48.5%
34.0%
14.4%
15.5%
1.0%
2.1%
48.5%
48.5%
Source: Author’s original
62
agustinawati
Table 3 The Percentage of disagreement against CSR Statement
Strongly disagree
Disagree
A company that ignores social responsibility can obtain a competitive advantage over a company that does not Business leaders are trained to manage economic institutions (companies) and not work effectively on social issues Consumers and the general public will bear the costs of business social involvement because the business will pass these costs on through their pricing structure. Involvement in social responsibility activities threatens business by diverting time and money away from its primary business purpose. Business will become uncompetitive if it commits many economic resources to social responsibility.
53.6%
40.2%
44.3%
48.5%
5.2%
47.4%
59.8%
33.0%
47.4%
41.2%
Source: Author’s original
Table 4 The responses of respondents in CSR practice
Term CSR
Hotel
Restaurant
Travel
Café
Souvenir
All
Future sustainability of the industry Marketing opportunity Triple bottom line Responsibility to the community within which I operate my business Ethical business practices Protecting the environment Strategic business tool Increased cost of doing business Philanthropic donations Increased profitability Legal compliance Feel good factor Licence to operate Other
48.8 44.4 50.0 50.0
14.6 18.1 19.4 14.5
15.9 18.1 11.3 14.5
12.2 12.5 11.3 9.7
8.5 6.9 8.1 11.3
84.5 74.2 63.9 63.9
59.5 47.5 55.2 44.0 48.0 48.0 42.9 30.4 83.3 0
16.7 17.5 13.8 12.0 24.0 12.0 19.0 4.3 0 0
9.5 15.0 6.9 28.0 16.0 20.0 9.5 8.7 16.7 0
4.8 17.5 10.3 4.0 8.0 20.0 14.3 47.8 0 0
9.5 2.5 13.8 12.0 4.0 0 14.3 8.7 0 0
43.3 41.2 29.9 25.8 25.8 25.8 21.6 13.4
Source: Author’s original Table 5. The percentages of respective enterprises practice of CSR Enterprises Hotel Restaurant Travel Cafe Souvenir
Economic 55 21.7 30 20 10
Social 66.7 20.3 22.2 12.7 9.1
The responses of respondents in CSR practice shows in Table 4. From the table indicates that more than 84 percent of respondents understanding that CSR practices are for future sustainability of the industry. Based on their responses of understanding to five categories, it indicates that the respondents do not really clearly understand the definitions of CSR practices related to their business sector. The independent analysis t-tests were used to
Elements Environment 51.5 25 25 9.1 9.1
Guests 70.6 20 17.6 12.9 15.6
General 47.3 21.7 18.2 21.4 13.5
determine whether the companies practice CSR, as a test to prove the alternative hypothesis H1, which states that the overall business sector in Aceh did not engage in the practice of CSR in the tourism industry, in the results analysis of the independent ttest was found that 99 percent of companies have a better attitude to practicing CSR, thus, the alternative hypothesis can be rejected because 96 enterprise have been practicing CSR in the tourism industry. The percentages
63
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Table 6 The percentage of respondent reason to implement CSR Reason
Hotel
Restaurant
Travel
Café
Souvenir
All
Future sustainability of the industry Improves relationships with the community when I operate my business Is ethical/the right thing to do It is important to me personally Able to charge a premium Is strategically important to my business Protects the environment Because of the feel good factor Required by membership organization Influences from tour operators Saves cost Influence from guests Required by law
46.2 46.2
17.9 21.5
17.9 13.8
10.3 7.7
7.7 10.8
80.4 67.0
49.1 43.6 46.8 47.6 50.0 63.6 52.0 40.0 58.3 100.0 66.7
17.5 18.2 17.0 16.7 16.7 3.0 28.0 26.7 8.3
14.0 12.7 14.9 14.3 13.9 15.2 4.0 13.3 16.7
7.0 18.2 12.8 11.9 11.1 15.2 8.0 6.7 16.7
12.3 7.3 8.5 9.5 8.3 3.0 8.0 13.3
58.8 56.7 48.5 43.3 37.1 34.0 25.8 15.5 12.4 3.1 3.1
33.3
Source: Author’s original Table 7 The marketing material used by enterprise to participation in CSR tourism policy Materials Brochures Advertisement Website
Hotel 45.9 45.5 100.0
Restaurant 17.6 24.2 -
Travel 17.6 9.1 -
Café 10.8 18.2 -
Souvenir 8.1 3.0 -
All 76.3 34.0 5.2
Source: Author’s original
of respective enterprises practice of CSR can be seen in Table 5. The reason of respondents to implement CSR in the tourism sector for “future sustainability of the industry” is 80.4 percent and 67.0 percent want to “Improve the relationship with the community when I run my business”. The companies from different sectors already implement CSR and that they are doing it for different elements, thus the alternative hypothesis H2 cannot be rejected because the company has been implementing CSR in different elements of each enterprise. The percentage of respondent reason to implement CSR can be seen in Table 6. Table 7 shows marketing material used by enterprise to participation in CSR tourism policy. From the table shows the participation of enterprise of 76.3 percents by using brochures, 34 percent by using advertising, and 5.2 percent by using websites. Thus, it can be concluded that, on average, enterprises use brochures as a medium to participate
in including CSR in the tourism policy. The enterprises who participate using websites are only 5 hotels out of all the respondents, this is because most of the businesses are in small and medium business category. CONCLUSION Study of CSR practice of tourism related enterprises after tsunami disaster in Aceh has been done. The results show that 74.2 percent of enterprises have a good understanding of the concept of CSR and they are already implemented CSR to support tourism in Aceh. The enterprises have different reasons for implementing the CSR, but it can be concluded that the enterprises have a good attitudes to engage in CSR because they can see as the obligation of business for future. Therefore, it is hoped that future research will analyse corporate social responsibility in the tourism industry and extend the research to all enterprises in Aceh.
64
agustinawati
REFERENCES Ambadar, J. (2008). Corporate Social Responsibility practices in Indonesia. 1st Ed. Publishing Elex Media Computindo. Ashley, C. and Haysom, G. (2006). From philanthropy to a different way of doing business: Strategies and challenges in integrating pro-poor approaches into tourism business. Development Southern Africa, 23(2), 265-280. Carroll, A. B. (1991). The pyramid of Corporate Social Responsibility: Toward the Moral Management of Organizational Stakeholders. Business Horizons, 34(4) 39-48. Clark, S. (2006). Corporate social responsibility: A marketing tool for major hotel brands. HSMAI Marketing Review, 23(1), 42-45. Department of Culture and Tourism of Aceh available from: http://www.acehtourismagency. com Kotler, P. (2005). Corporate Social Responsibility: Doing the most Good for Your Company and Your Cause. Kasim, A. (2006). The need for business environmental and social responsibility in the tourism industry. International Journal of Hospitality & Tourism Administration, 7(1), 1-22. Murphy, P.E. and Murphy, A.E. (2004). Strategic Management for Tourism Communities: Bridging the Gaps. Clevedon: Channel View Publication Merwe, M.v.d. and Wocke, A. (2006). An investigation into responsible tourism practices in the south african hotel industry, Gordon institude of Business Science, University of Pretoria. S.Afr.J.Bus.Manage.32(2). Muryati, Dewi Tutri., SH, (2007), Corporate social responsibility related to environmental policy Journal Law Reform, 3(1) Semarang. Sekaran, U. (2003). Research Methods for Business – A Skill Building Approach. (4th ed). USA: John Wiley & Sons, Inc. Wineberg and Phillip, H. Rudolph. (2004). “Corporate Social Responsibility – What Every In House Counsel Should Know”, dalam ACC Docket. World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) (2002). The Business Case for Sustainable Development.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 Journal Of Economic Management & Business Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 ISSN: 2301-4717 Hal. 65-69
ANALISIS KESENJANGAN PRODUKTIVITAS KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH
mawardati
Dosen pada Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh
This study was conducted between August and november 2012 by cacao smallholders in Aceh Province. The aims of the study was to observe gaps of productivity smallholder cacao in Aceh Province. Analysis methods used in the study was variance of analysis. Result of study showed that the productivity differences based location. However, there is no differences found based on land. Keywords: Productivities, gaps, cacao
65
66
mawardati
PENDAHULUAN Kakao merupakan komoditi perkebunan yang mempunyai peranan penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Di samping itu, kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri (Anonymous, 2012b). Pengembangan kakao di Indonesia sebagian besar dikelola dalam bentuk perkebunan rakyat. Tahun 2009, sebesar 92,6 persen luas lahan kakao dikelola oleh perkebunan rakyat dan selebihnya 3,3 persen perkebunan besar negara serta 4,1 persen perkebunan besar swasta (Anonymous, 2012a). Luas lahan kakao perkebunan rakyat tersebar diberbagai Provinsi di Indonesia, salah satu diantaranya adalah di Provinsi Aceh. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi Aceh, yang sampai saat ini lebih diarahkan kepada pengembangan perkebunan rakyat. Hal ini dilakukan karean pertanaman kakao relatif sesuai untuk perkebunan rakyat, tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi petani. Kakao dapat mulai berproduksi pada umur 18 bulan (1,5 tahun) dan dapat menghasilkan biji kakao yang selanjutnya bisa di olah menjadi bahan setengah jadi (bubuk coklat) maupun bahan jadi (coklat). Luas lahan kakao perkebunan rakyat di Provensi Aceh dari tahun ke tahun terus mengalamai peningkatan. Seiring dengan peningkatan luas lahan tersebut, jumlah petani kakao juga ikut meningkat. Sayangnya produksi dan produktivitas kakao perkebunan rakyat tidak mengikuti peningkatan tersebut tetapi terjadi fluktuasi disetiap tahunnya. Peningkatan produksi melalui perluasan areal memang masih perlu dilakukan selama potensi yang tersedia masih memungkinkan. Akan tetapi yang lebih penting lagi adalah upaya peningkatan produktivitas dan
kualitas hasil produksi. Hal ini perlu dilakukan, mengingat usahatani kakao rakyat di provinsi ini produktivitasnya masih tergolong rendah. Pada tahun 2009, rata-rata produktivitas kakao di Provinsi Aceh sebesar 0,35 ton/ha, jumlah produktivitas tersebut masih rendah dari produktivitas kakao di Sumatera Utara sebesar 0,58 ton/ha serta Sumatera Barat 0,45 ton/ha (Anonymous, 2012d). Selain itu, produktivitas maksimum mencapai 0,87 ton/ hektar per tahun sementara produktivitas minimum hanya 0,06 ton/hektar pertahun. Dengan perkataan lain terdapat kesenjangan yang tinggi antara produktivitas maksimum dengan produktivitas minimum yaitu mencapai 0.81 ton/hektar per tahun. Selain itu, pengembangan kakao Perkebunan Rakyat di Provinsi Aceh tidak hanya bertumpu pada satu kabupaten/ lokasi, tetapi tersebar hampir di berbagai lokasi/kabupaten dengan kondisi luas areal berbeda-beda. Terkait dengan hal tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pola kesenjangan produktivitas kakao rakyat di Provinsi Aceh berdasarkan luas lahan dan wilayah penelitian. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data skunder, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data - data variabel luas lahan, produksi dan produktivitas serta jumlah petani yang tersedia di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Aceh dan Biro Pusat Statistik Aceh. Metode ini juga dilakukan terhadap berbagai publikasi, laporan, buku literatur, majalah, jurnal dan makalah yang mendukung penelitian ini. Teknik analisis yang digunakan adalah Analysis Of Variance (Anova), yaitu untuk menguji perbedaan produktivitas berdasarkan kelompok umur tanaman, luas lahan dan lokasi/kabupaten dengan model umum sebagai berikut:
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Yij = µ + ti + εij Dimana: Y = Produktivitas TBS µ = rata-rata keseluruhan ti = rata-rata kelompok ke-i i = kelompok ke-i j = sampel ke-j εij = Error term HASIL PENELITIAN Produktivitas Kakao Perkebunan Rakyat Berdasarkan Luas Lahan Sebagai salah satu faktor produksi, lahan memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap produksi suatu usahatani termasuk kakao. Namun demikian, penambahan luas lahan garapan belum tentu akan menyebabkan penambahan produktivitas karena sangat tergantung dengan faktorfaktor lain, seperti tingkat kesuburan lahan, kesesuaian lahan, topografi dan faktor produksi lainnya yang digunakan dalam suatu proses produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas kakao perkebunan rakyat berdasarkan luas lahan disajikan pada Tabel 1. Rata-rata produktivitas kakao pada kelompok luas lahan 0,3-0,8 hektar lebih tinggi dibandingkan pada kelompok luas lahan 0,1-0,29 hektar. Selain itu, pada luas lahan yang lebih sempit (0,1-0,29 ha) produktivitas minimum juga lebih rendah jika dibandingkan dengan lahan garapan yang lebih tinggi. Namun hasil analisis perbedaan produktivitas pada berbagai luas lahan garapan dengan menggunakan analysis of variance (ANOVA) diperoleh
nilai F-test sebesar 2.410 dengan probabilitas sebesar 0,224. Artinya, berdasarkan luas lahan garapan produktivitas kakao di Provinsi Aceh secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa perluasan areal atau luas garapan bukan suatu solusi untuk meningkatkan produktivitas kakao rakyat di Provinsi Aceh. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh luas lahan garapan per kepala keluarga (KK) petani kakao di Provinsi Aceh terlalu sempit (rata-rata dibawah 1 hektar). Sejalan dengan temuan tersebut Erningpraja, L dan Kurniawan, A. (2005), mengatakan bahwa luasan kebun yang relatif kecil pada perkebunan rakyat menyebabkan terjadinya inefisiensi dan pada akhirnya berakibat rendahnya produktivitas kebun. Selain itu, tinggi rendahnya produktivitas kakao juga sangat ditentukan oleh jenis varietas yang digunakan, teknis budidaya termasuk penerapan teknologi. Produktivitas Kakao Perkebunan Rakyat Berdasarkan Lokasi/Wilayah Pengembangan kakao di Provinsi Aceh tersebar di berbagai kabupaten. Oleh karena itu, maka analisis dalam penelitian ini dibagi ke dalam 2 wilayah/lokasi yaitu wilayah/lokasi 1 dan wilayah/lokasi 2. Yang temasuk ke dalam wilayah/lokasi 1 adalah wilayah Barat , selatan dan Tenggara dan yang termasuk wilayah/lokasi 2 adalah wilayah Utara, Timur dan Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas kakao perkebunan rakyat berdasarkan wilayah/ lokasi disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1 Produktivitas Kakao Berdasarkan Luas Lahan Garapan Ukuran Nilai Rata-Rata Nilai Maksimum Nilai Minimum Standar Deviasi
67
Produktivitas (t/ha) Luas Lahan 0,1-0,29 ha
Produktivitas (t/ha) Luas Lahan 0,3-0,8 ha
0,61 1,00 0,21 0,26
0,76 1,11 0,36 0,27
68
mawardati
Tabel 2 Produktivitas Kakao (ton/hektar) Berdasarkan Wilayah/Lokasi Ukuran Nilai Rata-Rata Nilai Maksimum Nilai Minimum Standar Deviasi
Tabel 2 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata produktivitas kakao perkebunan rakyat antar wilayah. Ratarata produktivitas wilayah 2 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata produktivitas wilayah 1. Hasil analysis of variance (Anova) menunjukkan nilai F-test 3,344 dengan probabilitas (sig.) 0,034. Artinya terdapat perbedaan produktivitas antar wilayah penelitian. Dengan perkataan lain produktivitas kakao di wilayah 1 lebih rendah dibandingkan dengan wilayah 2 dan secara statistik memberikan hasil yang signifikan. Rendahnya produktivitas kakao di wilayah 1 berhubungan erat dengan perawatan tanaman atau perlakuan kultur teknis tanaman seperti penggunaan faktor produksi (tenaga kerja, dosis pupuk dan pestisida) dan penerapan teknologi seperti pemangkasan cabang/penunasan yang masih di bawah wilayah 2. Selain itu, produktivitas tanaman kakao juga ditentukan oleh karakteristik lahan yang berbeda pada setiap wilayah pengembangannya. Dengan demikian produktivitas dari tiap-tiap areal berbeda sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya (Harahap, dkk, 2006). KESIMPULAN Perbedaan/kesenjangan produktivitas kakao perkebunan rakyat di Provinsi Aceh tidak disebabkan oleh perbedaan luas lahan,
Wilayah / Lokasi I
Wilayah/ Lokasi 2
0,25 0,61 0,06 0,17
0,36 0,87 0,08 0,23
akan tetapi kesenjangan produktivitas terjadi disebabkan oleh wilayah/lokasi pengembangannya. Saran 1. Kebijakan pengembangan kakao tidak hanya diarahkan untuk pemerataan di setiap daerah, tetapi harus diarahkan pada wilayah-wilayah yang memiliki agroklimat yang sesuai dengan pertumbuhan kakao, agar tercapai produktivitas maksimal dan keuntungan maksimal. 2. Rendahnya produktivitas kakao terutama perkebunan rakyat di Provinsi Aceh saat ini bukan hanya disebabkan oleh sempitnya lahan garapan/luas kebun, akan tetapi juga disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengelola usahataninya termasuk rendahnya tingkat penerapan teknologi terutama teknologi budidaya. Oleh karena itu sedapat mungkin pemerintah daerah dan dinas terkait agar dalam perencanaan pengembangan kakao terutama kakao perkebunan rakyat di tahun-tahun mendatang harus lebih banyak diarahkan kepada intensifikasi seperti lebih membekali petani tentang teknik budidaya secara benar dan intensif bukan hanya ekstensifikasi. Meskipun petani memiliki luas lahan yang kecil namun setidak-tidaknya dengan luas lahan yang mereka miliki bisa meningkatkan produktivitas.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
69
Referensi Anonymous. 2012a. Perkebunan Kakao. http://kebun-kakao.blogspot.com/. (27 Maret 2012) --------------, 2012b. Prospek Mengiurkan Investasi Budidaya Kakao. http://www.litbang. deptan.go.id/special/publikasi/docperkebunan/kakao/kakaobagian-b.pdf. (27 Maret 2012)
. 2012d. Produksi Kakao Di Sumatera Utara Tetap Tinggi. http://www.medanbisnisdaily. com/news/read/2012/06/13/100975/produksi_kakao_sumut_tetap_tinggi/. (20 Juli 2012)
Erningpraja, L dan Kurniawan, A. 2005. Prospek Usaha Dan Titik Jenuh Pengembangan Areal Perkebunan Kakao Indonesia. Warta. Pusat Penelitian Kakao 13 (2) : 21 – 30. Harahap, I. Y, Pangaribuan, Y dan Listia, E. 2006. Keragaan Awal Pertumbuhan dan Potensi Produktivitas Berbagai Varietas Kakao Yang Ditanami dengan Populasi Tinggi. Jurnal Penelitian Kakao 14(1) : 1-10.
70
mawardati
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 Journal Of Economic Management & Business Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 ISSN: 2301-4717 Hal. 71-81
71
PENGARUH CASH CONVERSION CYCLE, FIRM SIZE, FIXED FINANCIAL ASSETS RATIO, DAN FINANCIAL DEBT RATIO TERHADAP RETURN ON INVESMENT PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS DI BURSA EFEK INDONESIA
iswadi1 dan masniar2
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim, Bireuen
1 2
The objective of this research is to prove simultaneously and individually the influence of cash conversion cycle, firm size, fixed financial assets ratio, and financial debt ratio on proditability. This research was conducted at Indonesian Stock Exchange period 2003-2008. Research method used is verificative research by quantitative analysis. The data were collected from the Capital Market Reference Center. Data analysis used is multiple regression method. The result of the research indicated that (1) simultaneously, cash conversion cycle, firm size, fixed financial assets ratio,and financial debt ratio influence profitability significantly, (2) individually, cash conversion cycle not influence profitability, firm size and fixed financial assets ratio positively influence profitability, financial debt ratio negatively influence profitability. Keywords: Cash conversion cycle, firm size, fixed financial assets ratio, financial debt ratio, profitability
72
iswadi dan masniar
Latar Belakang Banyak unsur yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas, salah satunya adalah modal kerja bersih. Menurut Deloof (2003), cara perusahaan dalam mengelola modal kerja memiliki dampak yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Perusahaan harus mampu mengoptimalkan tingkat modal kerja sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaannya. Sebagian besar perusahaan melakukan trade credit untuk menarik konsumen baru dan mendapat pesanan dalam jumlah yang besar meskipun kebijakan tersebut akan menghasilkan biaya yang lebih tinggi. Kesulitan yang ditemukan untuk megukur kesuksesan perusahaan adalah ketika kebijakan trade credit perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan namun mengalami penurunan profitabilitas disebabkan mengalami kesulitan cashflow dan juga likuiditas. Terdapat kemungkinan besar adanya hubungan yang kuat antara Cash Conversion Cycle (CCC) perusahaan dengan profitabilitasnya. Menurut Weston dan Brigham (1991:415) ” Cash Conversion Cycle (CCC) merupakan salah satu pengukuran dari WCM (Working Capital Management) yang merupakan jangka waktu yang dibutuhkan perusahaan sejak bahan baku yang dibeli dibayarkan hingga piutang usaha dari penjualan barang tertagih”. Apabila dikaitkan dengan kebijakan trade credit, Cash Conversion Cycle tentu akan memberi pemahaman yang terbalik dalam memaksimalkan keuntungan. Trade credit mampu menarik konsumen baru dan mendapat pesanan dalam jumlah yang besar, tingkat penjualan juga tinggi, namun bisa memperlambat pengkonversian kas, sedangkan Cash Conversion Cycle menuntut pengkonversian kas secepat mungkin, karena akan mengurangi kebutuhan pembiayaan modal. Tingkat penjualan yang tinggi dari perusahaan sering dianggap sebagai simbol
dari kesuksesan perusahaan. Penelitian ini akan coba melihat pengaruh tingkat penjualan perusahaan terhadap profitabilitanya dengan melakukan logaritma natural terhadap penjualan. Logaritma natural terhadap tingkat penjualan perusahaan menjadi ukuran besar kecilnya perusahaan (firm size). Pengelolaan aset tetap menjadi sangat penting mengingat aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat yang lebih lama dibandingkan kekayaan lain dari perusahaan. Pengelolaan aset tetap dianggap berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian ini akan mencoba untuk melihat bagaimana pengaruh pengelolaan aset terhadap profitabilitas yang diukur dengan menggunakan Fixed Finansial Asset Rasio (FFAR). Penilaian terhadap kebijakan hutang ikut mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Financial Debt Ratio (FDR) adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar perusahaan menggunakan hutang untuk membiayai kegiatannya. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi risiko keuangan perusahaan terhadap kerugian dan kebangkrutan. Karena itu, manajemen hutang juga perlu mendapat perhatian serius dari pihak perusahaan demi untuk mendapatkan laba yang maksimal. Penelitian ini mengambil objek pada perusahaan manufaktur pada sub sektor consumer goods. Perusahaan consumer goods meliputi produk makanan, obat-obatan, kosmetik dan rokok. Perusahaan consumer goods merupakan salah satu sub sektor perusahaan yang cukup dikenal masyarakat dan memiliki tingkat profitabilitas tinggi. Dalam penelitian ini perusahaan yang menjadi sampel umumnya memiliki profitabilitas yang diproksikan dengan return on investment rata-rata 0.088% per tahun. Perusahaan Gudang garam merupakan perusahaan yang memiliki laba bersih tertinggi rata–rata sebesar Rp 1.642.778 .000.000, total aktiva rata-rata Rp21.607.514.000.000, penjualan rata-rata Rp 26.042.786.333.333, dengan ROI sebesar
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
0.077% per tahun. Dengan gambaran secara umum tentang profitabilitas perusahaan consumer goods yang cukup tinggi, peneliti ingin mengetahui apakah kebijakan trade credit akan membuat Cash Conversion Cycle, Size, Fixed Financial Asset Ratio, dan Financial Debt Ratio memberikan pengaruh terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan return on investment pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Cash Conversion Cycle, Firm Size, Fixed Financial Assets Ratio, Financial Debt Ratio Terhadap Return On Investment Pada Perusahaan Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia”. Masalah penelitian adalah apakah Cash Conversion Cycle, Firm Size, Fixed Financial Assets Ratio, Financial Debt Ratio berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap Return On Investment. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh Cash Conversion Cycle, Firm Size, Fixed Financial Assets Ratio, Financial Debt Ratio secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap Return On Investment. Landasan Teori Keown et al (2001:492) menyebutkan Cash Conversion Cycle (CCC) sebagai” the sum of days of sale outstanding (average collection period) and days of sales in inventory less days of payable out standing”. Syarief (2009) menyebutkan Cash Conversion Cycle sebagai waktu dalam satuan hari yang diperlukan unruk mendapatkan kas darihasil operasi perusahaan yang berasal dari penagihan piutang ditambah penjualan inventori dikurangi dengan pembayaran hutang. Cash Conversion Cycle berkaitan erat dengan kebutuhan permodalan untuk perusahaan. Semakain kecil angka Cash Conversion Cycle maka akan semakin baik karena akan semakin kecil pula pembiayaan modal kerja perusahaan. Beberapa hal yang
73
dapat memperkecil angka Cash Conversion Cycle yaitu apabila (1) jika perusahaan dapat menunda pembayaran pembelian barang, bahan dan tenaga kerjanya. Semakin panjang periode pembayaran maka akan semakin menurun kebutuhan modal kerjanya. (2). Jika perusahaan dapat mempersingkat periode konversi persediaan, ini pun dapat menurunkan kebutuhan permodalan. (3) jika perusahaan dapat lebih cepat menagih piutangnya, juga akan menurunkan kebutuhan permodalan. (Weston dan Brigham 1991:162). Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung Cash Conversion Cyle menurut Keown et al (2001:492) adalah: CCC = DSO – DSI – DPO Dimana: DSO = Days of sales outstanding DSI = Days of sales in inventory DPO = Days of payable outstanding Pada umumnya perusahaan besar dapat memperoleh modal dengan mudah, karena rasio keuangan perusahaan dan manajemen modal kerja dipengaruhi oleh firm size (ukuran perusahaan). Singapurwoko dan ElWahid (2011) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan menggambarkan asset yang dimiliki oleh perusahaan, ketika sebuah perusahaan memiliki asset lebih besar dari perusahaan lain yang sejenis menunjukkan bahwa perusahaan tersebut selain lebih besar juga menggambarkan memiliki kemampuan produksi yang lebih baik, ketika kemampuan produksi perusahaan tersebut lebih baik berarti mempunyai kemampuan untuk menghasilkan laba lebih besar. Lawrence et al (2004) mengatakan pertumbuhan ukuran perusahaan menyebabkan capital stock menjadi lebih besar rate of return juga menjadi besar. Fixed Financial Assets Ratio merupakan rasio yang menggambarkan posisi aset tetap perusahaan dibandingkan dengan total
74
asset yang dimiliki perusahaan. Aset tetap merupakan aset yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun adalah bagian penting dari perusahaan. semakin tinggi investasi perusahaan untuk menambah aktiva tetap seperti mesin dan alat-alat produksi lainnya akan mengakibatkan penambahan produksi dikarenakan peralatan yang bertambah. Peningkatan produksi ini akan dapat meningkatkan penjualan sehingga laba perusahaan juga meningkat. Financial debt ratio merupakan suatu gambaran persentase total dana yang disediakan oleh kreditur untuk perusahaan. Penggunaan hutang dalam perusahaan adakalanya menguntungkan dan adakalanya merugikan perusahaan. Hutang dikatakan menguntungkan apabila dapat meningkatkan pendapatan perusahaan yang melebihi cost of capitalnya. Sebaliknya, dikatakan tidak menguntungkan bila penggunaan leverage tidak meningkatkan pendapatan perusahaan. Menurut Horne dan Wachowicz (1998:440) “pengungkit keuangan adalah penggunaan pendanaan biaya tetap perusahaan”. Menurut Brigham and Houston (2006:103) Financial Debt Ratio dapat dihitung dengan persamaan berikut :
iswadi dan masniar
biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh penggunaan utangnya yang di atas ratarata dimana keduanya telah menyebabkan laba bersih relatif rendah. Menurut Husnan (2008:74) Return On Investment menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Menurut Sartono (2007) Return On Investment (ROI) merupakan perhitungan yang didasarkan atas laba sesudah pajak dibagi dengan total aktiva perusahaan, baik yang investasikan didalam maupun di luar perusahaan. Hal tersebut karena pengukuran ROI adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari seluruh modal yang telah diinvestasikan. Menurut Sartono (2007) Return On Investmen sendiri dapat dihitung dari persamaan matematis sebagai berikut : ROI = Laba setelah pajak Total Aktiva Hubungan Cash Conversion Cycle, Firm Size, Fixed Financial Asset Ratio, dan Financial Debt Ratio dengan Retur On Invesment Keputusan modal kerja perusahaan memiliki peranan penting dalam proses menghasilkan profitabilitas perusahaan
Financial Debt Ratio = (Short Term Loans + Long Term Loans) Total Assets Return On Investment (ROI) Salah satu rasio dari profitabilitas adalah Return On Investment, rasio ini sering digunakan dalam beberapa penelitian guna untuk melihat profitabilitas perusahaan dari sisi laba bersihnya. Setiap perusahaan menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi atas aktivanya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tingkat pengembalian yang rendah menurut Brigham dan Houston (2001:109) ”merupakan akibat dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang rendah ditambah
(Howorth dan Westhead; 2003,dan Eljelly; 2004,). Kebijakan manajemen untuk memutuskan berapa banyak aset yang harus diinvestasikan pada piutang dan persediaan serta berapa banyak kredit yang harus dimiliki merupakan keputusan modal kerja perusahaan. Keputusan ini harus diambil secara hati-hati agar memberikan dampak terhadap peningkatan laba perusahaan. Perusahaan sepatutnya melakukan optimalisasi penggunanaan modal kerja sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaannya. Deakins et al (2001)
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
menyimpulkan” mengelola kas dan cash conversion cycle merupakan hal yang penting bagi semua perusahaan terutama perusahaan yang capital constrained. Cash Conversion Cycle (CCC) menentukan likuiditas sebuah perusahaan dan mempengaruhi profitabilitasnya. Uyar (2009) mendokumentasikan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara CCC dengan Return on Asset (ROA). Perusahaan dengan CCC yang lebih pendek cenderung memiliki profitabilitas lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan CCC lebih lama. Deloof (2003) menemukan hasil risetnya adalah terdapat hubungan positif siginifikan antara sales growth ratio dan fixed financial debt ratio dengan gross operating income, sementara financial debt ratio memiliki hubungan negatif signifikan dengan gross operating income. Shin and Soenen (1998) menyatakan terdapat hubungan negatif antara cash conversion cycle dengan profitabilitas. Hasil penelitian Syarief dan Wilujeng (2009) membuktikan tidak ada signifikansi yang kuat atas korelasi negatif yang terjadi antara CCC dengan ROI dan ROE. Firm size merupakan faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Syarief dan Wilujeng (2009) menyatakan terdapat hubungan yang negatif antara CCC dengan ukuran perusahaan. Kondisi ini diduga akan mempengruhi laba perusahaan. Hasil penelitian Margaretha dan Adriani (2008) menunjukkan hubungan yang positif antara firm size dengan profitabilitas. Singapurwoko dan El-Wahid (2011) membuktikan bahwa firm zize berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE). Fixed Financial Assets Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan melalui penambahan fixed asset yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Hasil penelitian Margaretha dan Adriani (2008) menunjukkan hubungan yang positif antara fixed financial assets ratio dengan profitabilitas. Financial debt Ratio merupakan rasio
75
yang menggambarkan seberapa besar perusahaan menggunakan hutang untuk membiayai kegiatan operasional dan investasinya. Financial debt ratio berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Husnan (2001) membuktikan bahwa penggunaan hutang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan bukan multinasional yang diukur dengan Return On Equity (ROE). Singapurwoko dan ElWahid (2011) membuktikan bahwa hutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan. Berdasarkan perumusan masalah serta tujuan penelitian di atas maka yang menjadi hipotesis pada penelitian ini adalah Ha1 : Cash Conversion Cycle. Firm Size, Fixed Financial Asset Ratio, dan Financial Debt Ratio secara simultan berpengaruh terhadap Return On Invesment. Ha2 : Cash Conversion Cycle. Firm Size, Fixed Financial Asset Ratio, dan Financial Debt Ratio secara parsial berpengaruh terhadap Return On Invesment. Metode Penelitian Adapun yang menjadi objek dan lokasi penelitian ini adalah pengaruh Cash Conversion Cycle, Firm Size, Fixed Financial Assets Ratio, Financial Debt Ratio terhadap Return On Invesment pada perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 23 perusahaan. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah perusahaan consumer goods yang tersedia laporan keuangan yang telah diaudit secara berturut-turut selama tahun 2003- 2008. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh
76
sampel sebanyak 10 perusahaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: teknik dokumentasi, yaitu laporan keuangan dari perusahaan Consumer Goods yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008 yang diakses melalui www.idx.co.id. Definisi Operasional Variabel Variabel dependen (Y) penelitian ini adalah Return On Investment (ROI) yang diukur dengan membandingkan laba setelah pajak dibagi total aktiva.
iswadi dan masniar
data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi klasik. Uji Heteroskidastisitas Menurut Ghozali (2005:105) uji heteroskidastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan variance dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut heteroskidastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskidastisitas. Pengujian heteroskidastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik (Residual Grafik) maupun uji white heteroskidasticity- test T.
Adapun variabel independen (X) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Cash Conversion Cycle disimbolkan dengan CCC (X1) yang merupakan jumlah hari sejak perusahaan berproduksi sampai barang dijual dikurangi jumlah hari perusahaan melunasi kewajibannya. 2. Firm Size (X2) yang berarti ukuran peUji Autokorelasi rusahaan yang didapatkan dengan cara Menurut Ghozali (2005:95) uji melakukan logaritma natural terhadap autokorelasi bertujuan untuk menguji penjualan. perhitungan firm size yaitu : apakah dalam sebuah model regresi linier Size = LnSales ada korelasi antara kesalahan pengganggu 3. Fixed Financial Asset Ratio disimbolkan pada periode t dengan kesalahan pada dengan FFAR (X3) yang dikukur denperiode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi koelasi, gan: Fixed Financial Asset Ratio = Fixed Financial Asset Total Assets 4. Financial Debt Ratio, disimbolkan dengan FDR (X4) yang diukur dengan: Financial Debt Ratio = (Short Term Loans + Long Term Loans) Total Assets Uji Normalitas Menurut Ghozali (2005:11) Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, atau variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini, Normalitas data diuji dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Jika
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Alat yang digunakan untuk uji autokorelasi adalah Uji Durbin Watson (uji- DW) dengan hipotesa yaitu Ho ; tidak ada auto korelasi. Uji DW ini akan tidak tolak Ho pada saat angka DW stat pada statistic pengujian berada di sekitar angka 2 (1.5 < DW stat< 2.5) yang dapat disimpulkan bahwa error tidak berkorelasi.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Uji Multikolinealitas Menurut Ghozali (2005:91) uji multikolinealitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat problem multikolinialitas. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis regresi lenier berganda (multiple regression) dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for The Social Science). Adapun persamaan yang digunakan dalam analisis regresi linier berganda (multiple linier regression) dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Dimana Y = Return On Investment perusahaan i a = Konstanta b1 = Koefisien regresi untuk variabel X1 b2 = Koefisien regresi untuk variabel X2 b3 = Koefisien regresi untuk variabel X3 X1 = Cash Conversion Cycle perusahaan i X2 = Ukuran dari pada perusahaan i X3 = Fixed Financial Asset Ratio perusahaan i X4 = Financial Debt Ratio pada perusahaan i e = Error term Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis yang berkaitan dengan kemampuan variabel independen dalam memprediksi variabel dependen dalam menggunakan alat analisa statistik berupa uji F dan uji t. 1. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel CCC, SIZE, FFAR, dan FDR secara simultan berpengaruh terhadap ROI pada perusahaan Consumer Good yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dasar pengambilan keputusan : - Apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Hi diterima, artinya Cash Conversion Cycle. Size, Fixed Financial Asset
77
Ratio, dan Financial Debt Ratio berpengaruh secara simultan terhadap Return On Investment. ( = 5%) - Apabila Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Hi ditolak. Cash Conversion Cycle. Size, Fixed Financial Asset Ratio, dan Financial Debt Ratio tidak berpengaruh secara simultan terhadap Return On Investment. ( = 5%) 2. Uji t digunakan untuk mengetahui apakah secara individu variabel CCC, SIZE, FFAR, dan FDR secara simultan mempunyai pengaruh terhadap ROI pada perusahaan Consumer Good yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. - Apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Hi diterima, artinya Cash Conversion Cycle. Size, Fixed Financial Asset Ratio, dan Financial Debt Ratio berpengaruh secara parsial terhadap Return On Investment. ( = 5%) - Apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Hi ditolak. Cash Conversion Cycle. Size, Fixed Financial Asset Ratio, dan Financial Debt Ratio tidak berpengaruh secara parsial terhadap Return On Investment. ( = 5%) Hasil Penelitian Empat asumsi klasik yang diuji pada penelitian ini adalah, normalitas, multikolonialitas, heterokidastisitas, dan autokorelasi. Hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa data penelitian ini berdistribusi secara normal, bebas dari multikolinearitas, heteroskedastiditas, dan autokorelasi. Dengan kata lain, model yang digunakan sudah memenuhi uji asumsi klasik untuk model regresi berganda. Hasil regresi tersebut diringkas pada Tabel 1. Berdasarkan hasil analisis model regresi yang ditampilkan dalam tabel 1 diatas, maka disusun ke dalam regresi linier berganda berikut ini; Y = -20.421 + 0.292CCC + 5.169Size + 1.447FFAR - 0.756FDR + e
78
iswadi dan masniar
Tabel 1 Hasil Analisis Regresi Berganda Pengaruh Cash Conversion Cycle, Size, Fixed Financial Assets Ratio, Financial Debt Ratio terhadap Return On Investment Pada perusahaan Consumer Good di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen Konstanta CCC (X1) Size (X2) FFAR(X3) FDR (X4)
Koefisien Regresi
Standard Of Error
thitung
ttabel
Signifikansi
-20.421 0.292 5.169 1.447 -0.756
7.704 0.238 2.227 0.233 0.273
-2.651 1.227 2.321 6.209 -2.770
1.960 1.960 1.960 1.960 1.960
.010 .225 .024 .000 .008
R= 0.679 R2 = 0.461 Adjusted R2 = 0.422
F hitung = 11.765 F tabel = 2.53 Sig F = 0.000
Sumber: Data sekunder, 2011 (diolah)
Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui konstanta sebesar -20.421 yang berarti bahwa jika variabel Cash Conversion Cycle, Size, Fixed Financial Assets Ratio, dan Financial Debt Ratio dianggap konstan, maka besarnya Return On Investment adalah sebesar -20,421. Nilai koefisisen regresi Cash Conversion Cycle sebesar 0.292 menunjukkan hubungan yang positif yang berarti setiap kenaikan Cash Conversion Cycle sebesar 1% maka akan menyebabkan Return On Investment meningkat sebesar 29,2% dengan asumsi variabel lainnya konstan. Nilai koefisien regresi Size sebesar 5.169 (516,9%) menunjukkan hubungan yang positif yang berarti setiap kenaikan Size sebesar 1% maka akan menyebabkan Return On Investment meningkat sebesar 516,9% dengan asumsi variabel lainnya konstan. Nilai koefisien regresi Fixed Financial Assets Ratio sebesar 1.447 (144,7%) menunjukkan hubungan yang positif yang berarti setiap kenaikan Fixed Financial Assets Ratio sebesar 1% maka akan menyebabkan Return On Investment meningkat sebesar 144,7% dengan asumsi variabel lainnya konstan. Nilai koefisisen regresi Financial Debt Ratio sebesar -0.756 (75,6) menunjukkan hubungan yang negatif yang berarti setiap kenaikan Financial Debt Ratio sebesar 1% maka akan menyebabkan Return On Investment menurun sebesar 75,6% dengan asumsi variabel lainnya konstan. Koefisien korelasi sebesar 0,679 (R = 67,9%), artinya tingkat keeratan hubungan
antara Return On Investment dengan Cash Conversion Cycle, Size, Fixed Financial Assets Ratio, dan Financial Debt Ratio adalah 67,9% (derajat hubungan yang erat). Nilai R2 atau koefisien determinasi merupakan ukuran yang menyatakan kontribusi dari variabel independen dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen. Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai dari koefisien determinasi sebesar 0.461 (46,1%). Hal ini menjelaskan bahwa besarnya perubahan (variasi) dari Return On Investment dalam perusahaan Consumer Good mampu dijelaskan oleh variabel Cash Conversion Cycle, Size, Fixed Financial Assets Ratio, dan Financial Debt Ratio sebesar 46,1% sedangkan sisanya 53,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar dari penelitian ini. Pengujian secara simultan dilakukan dengan menggunakan statistik uji F. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model mampu menjelaskan variabel dependen secara bersama-sama. Berdasarkan statistik uji Fhitung sebesar 11.765 dengan tingkat signifikansi 0.000 pada = 0.05, sedangkan nilai Ftabel pada df4 = 4 dan df2 = 55 adalah sebesar 2.53, jadi Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansi lebih kecil dari taraf signifikan = 0.05 yang berarti secara simultan Ha1 diterima dan H01 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamasama (simultan) semua variabel independen (Cash Conversion Cycle, Size, Fixed Financial
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Assets Ratio dan Financial Debt Ratio) yang dimasukkan kedalam model memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Investment. Pengaruh Cash Conversion Cycle (X1) Terhadap Return On Investment Berdasarkan hasil perhitungan Cash Conversion Cycle diperoleh nilai thitung sebesar 1.227 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,960 dengan tingkat signifikansi 0.225 lebih besar dari taraf signifikan = 0,05. Dengan demikian thitung < ttabel yang berarti secara parsial hipotesis H02 diterima dan Ha2 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Cash Conversion Cycle tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Investment. Hal ini diduga dikarenakan penelitian ini mengambil sampel pada perusahaanperusahaan besar yang memiliki modal kerja cukup tinggi. Perusahaan consumer goods mampu membiayai produksinya dengan modal kerja yang dimilikinya tanpa harus bergantung pada kas yang dihasilkan dari produksi sebelumnya sehingga lamanya CCC tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Syarief dan Wilujeng (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada signifikansi kuat antara CCC dan ROI serta ROE. Pengaruh Firm Size (X2) Terhadap Return On Investment Berdasarkan hasil perhitungan size diperoleh nilai thitung sebesar 2.321 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,960 dengan tingkat signifikansi 0.024 lebih kecil dari taraf signifikan = 0,05. Dengan demikian thitung > ttabel yang berarti secara parsial hipotesis Ha2 diterima dan H02 ditolak. Firm size berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Return On Investment, semakin tinggi tingkat penjualan akan membuat tingkat laba semakin besar. Singapurwoko dan El-Wahid (2011) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan menggambarkan aset yang dimiliki oleh perusahaan, ketika
79
sebuah perusahaan memiliki aset lebih besar dari perusahaan lain menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan produksi yang lebih baik sehingga kemampuan untuk menghasilkan laba menjadi lebih besar. Lawrence et al (2004) mengatakan pertumbuhan ukuran perusahaan menyebabkan capital stock menjadi lebih besar, akibatnya rate of return juga menjadi besar. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Adriani (2008), Singapurwoko dan ElWahid (2011) yang menunjukkan hubungan positif antara firm size dengan profitabilitas. Pengaruh Fixed Financial Assets Ratio (X3) Terhadap Return On Investment Berdasarkan hasil perhitungan Fixed Financial Assets Ratio diperoleh nilai thitung sebesar 6,209 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,960 dengan tingkat signifikansi 0.000 lebih kecil dari taraf signifikan = 0,05. Dengan demikian thitung > ttabel yang berarti secara parsial hipotesis Ha2 diterima dan Ho2 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa fixed financial assets Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Investment. Semakin besar investasi perusahaan dalam fixed financial asset akan mampu menghasilkan pertambahan produksi dikarenakan aset yang digunakan semakin bertambah. Peninggkatan produksi mengakibatkan penjualan yang meningkat sehingga pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Adriani (2008) yang menunjukkan hubungan positif antara fixed financial assets dengan profitabilitas. Pengaruh Financial Debt Ratio (X4) Terhadap Return On Investment Berdasarkan hasil perhitungan Financial Debt Ratio diperoleh nilai thitung sebesar -2.770 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,960 dengan tingkat signifikansi 0.008 lebih kecil dari taraf
80
iswadi dan masniar
signifikan = 0,05. Dengan demikian thitung > ttabel yang berarti secara parsial hipotesis Ha2 diterima dan H02 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa financial debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Investment. Semakin banyak hutang yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan maka akan semakin besar pula kewajiban perusahaan untuk membayar hutang tersebut kepada kreditor hal ini menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan semakin kecil. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Singapurwoko dan El-wahid (2011) yang menemukan hubungan positif antara hutang dengan profitabilitas. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Cash Conversion Cycle, Firm Size, Fixed Financial Assets Ratio, dan Financial Debt Ratio secara simultan l berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Investment.
2. Secara parsial, Cash Conversion Cycle tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Investment. Firm size dan fixed financial assets ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Investment, Sedangkan financial debt ratio berpengaruh negatif dan sifinifikan terhadap Return On Investment. Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Kepada peneliti berikutnya agar penelitian selanjutnya dapat meneliti pada industri yang berbeda. 2. Penelitian yang berhubungan dengan profitabilitas sebagai variabel dependennya dapat diperluas dengan menambah jumlah variabel dependen, dan menambah sampel serta periode penelitian. 3. Penelitian lebih mendalam dapat dilakukan dengan cara meneliti komponenkomponen lain dari net working capital dan cash flow dan mengkajinya dengan profitabilitas perusahaan.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
81
Referensi Brigham,Eugene F dan Houston, Joul F,2001, Manajemen Keuangan, Edisi kedelapan,Erlangga, Jakarta Deakins, D,. Logan,D, and Steele, L, 2001, The Financial Management of the Small Enterprice, ACCA Research Report No.64 Deloof, D, 2003, Does Working Capital Management Affect Profitability of Belgian Firms? Journal of Business Finance and Acoounting, Vol.30 No.3 pp.573-587 Eljelly, A.M.A., 2004,Liquidity-Profitability Trade off: An Empirical Investigation in an Emerging Market, International Journal of Commerce and Management, Vol14,No.2 pp. 48-61 Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Horne, James C Van and Wachowicz, Jonh Martin, (1998), Fundamentals of Financial Management, Tenth edition, Prentice Hall, New Jersey Howort,C. and Westhead,P. 2003, The Focus of Working Capital Managemen in UK Small Firms, Management Accounting Research, Vol. 14 No.2, pp.94-111 Husnan,Suad, 2001, Corporate Governance dan Keputusan Pendanaan: Perbandingan Kinerja Perusahaan dengan Pemegang Saham Pengendali Perusahaan Multinasional dan Bukan Multinasional, Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen, Ekonomi, Volume 1, No.1, Februari 2001, Pp.1-12 Husnan, Suad, 2008, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi kedua,UPP AMP YKPN, Yogyakarta Keown, A.J., Marthin,J.D,.Petty,J.W, and Scot,D.F, 2001, Foundations of Finance, (3rd ed). Upper Saddle River,N.Y.: Pearson Education Lawrence,Denis,. Diewert, W.Erwin, and Fox, Kevin J, 2004, The Contribution of Productivity, Price Changes, and Firm Size to Profitability, JEL Classification; C43,D24,. Pp.1-32 Margaretha, Farah, dan Adriani, Nina, 2009, Pengaruh Working Capital, Fixed Financial Assets, Financial Debt, dan Firm Size terhadap Profitabilitas, Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi, dan Keuangan Publik, Vpl.3 No.1 Januari 2008 Shin,Hyun-Han and Luc Soenen, 1998, Efficiency of Working Capital Management and Corporate Profitability, Financial Prctice and Education Singapurwoko, Arif., El-Wahid, Muhammad Shalahuddin Mustofa, 2011, The Impact of Financial Leverage to Profitability Study of Non Financial Companies Listed in Indonesia Stock Exchange, European Journal of Economics, Finance and Admininistrative Sciences, Issues 32. Pp 1-13 Syarif,Mocd.Edman, dan Wilujeng,Ita Prihatining,2009, Cash Conversion Cycle dan Hubunganny dengan Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Manajemen Modal Kerja, Jurnal Ekonomi Bisnis, Tahun 14, No.1,2009 Uyar , Ali (2009), The Relationship of Cash Conversion Cycle with Firm Size and Profitability: An Emperical Investigation in Turkey, International Research Journal of Finance and Economics, ISSN 1450-2887, Issue 24, pp.186-193 Weston.J.Fred, dan Brigham Eugene, 1991, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Jilid 1,Erlangga,Jakarta
82
iswadi dan masniar
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 Journal Of Economic Management & Business Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 ISSN: 2301-4717 Hal. 83-97
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS PELANGGAN PUPUK UREA NONSUBSIDI PADA PT PUPUK ISKANDAR MUDA PROVINSI ACEH
Faisal Matriadi1, Teuku Edyansyah1 dan Saifuddin2 Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Alumni PPIM Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
1 2
This study examines factors that affect customer loyalty for nonsubsidized urea fertilizer at PT Pupuk Iskandar Muda, Aceh Province. Problem statements in this study were: (1) What does influence the benefits of product acceptance on customer loyalty, (2) What does influence the belief in the brand on customer loyalty, (3) What does influence the product or the company attachments on customer loyalty, and (4) What does influence the customer satisfaction on customer loyalty for nonsubsidized urea fertilizer at PT Pupuk Iskandar Muda, Aceh Province. This study is used the theory of Marketing Management related Consumer Behavior based on the opinion of Schiffman & Kanuk. Research using quantitative analysis data with approach through a questionnaire survey with census method, where the total population of all 38 investigated as customers who buy nonsubsidized urea fertilizer at PT Pupuk Iskandar Muda in the period 2007 to 2012. Analysis technique used is multiple linear regression analysis using software program Statistical Package for Social Sciences (SPSS). The results showed that the Adjusted R Square of 0,619, this means that the benefits of product acceptance, confidence in the brand, the attachment to your product or company and customer satisfaction affects customer loyalty by 61.9%, while the balance of 38.1% explained by other independent variables are not included in the research model. Simultaneously a product of excellence, confidence in the brand, the attachment to product or company and customer satisfaction have a positive and significant effect on customer loyalty for nonsubsidized urea fertilizer at PT Pupuk Iskandar Muda, Aceh Province, while partially acceptance of the product excellence, confidence in the brand, the attachment to product or company and customer satisfaction have a positive and significant effect on customer loyalty for nonsubsidized urea fertilizer at PT Pupuk Iskandar Muda, Aceh Province. In this case tanalysis > ttable with sig. < 0,05, and than Fanalysis of 16,051 > F table of 2,66 with sig. α (0,000). The most dominant variable in influencing customer loyalty for nonsubsidized urea fertilizer at PT Pupuk Iskandar Muda, Provinsi Aceh is a variable of Perceived product superiority. Keywords: Factors affecting, customer loyalty, nonsubsidized urea fertilizer
83
84
Faisal Matriadi, Teuku Edyansyah dan Saifuddin
PENDAHULUAN Dalam era globalisasi ini persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional. Untuk memenangkan persaingan perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada pelanggannya, misalnya dengan memberikan produk yang mutunya lebih baik, harganya lebih murah, penyerahan produk yang lebih cepat dan pelayanan yang lebih baik daripada para pesaingnya. Produk dengan mutu tidak baik, harga yang mahal, penyerahan produk yang lambat bisa membuat pelanggan tidak puas. Pelanggan memang harus dipuaskan sebab akan mempengaruhi loyalitas, kalau tidak puas mereka akan meninggalkan perusahaan dan menjadi pelanggan pesaing, hal ini akan menyebabkan penurunan penjualan dan pada gilirannya akan menurunkan laba dan bahkan mendapatkan kerugian (Supranto, 2001). Loyalitas belakangan ini menjadi isu sentral bagi dunia bisnis dan dianggap sebagai aset yang paling berharga bagi sebuah perusahaan, karena dapat mempengaruhi eksistensi perusahaan dimasa yang akan datang, pembelian berulang dan merekomendasikan kepada orang lain untuk membeli, sehingga dapat membuat return perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan meningkat (Yazid, 2006). Salah satu tujuan dari pemasaran adalah untuk memenuhi keinginan serta harapan pelanggan dalam menghadapi perkembangan perekonomian di dalam negeri yang kini semakin membaik serta perkembangan dunia bisnis dan industri demikian pesatnya, hal ini akan menyebabkan kondisi persaingan semakin ketat Dalam penelitian ini dapat diperhatikan suatu fenomena yang terjadi yaitu pelanggan pupuk urea nonsubsidi PT Pupuk Iskandar Muda Provinsi Aceh mengeluh saat pembelian karena harga pupuk relatif lebih tinggi dari produk produsen pesaing dan promosinya dirasakan relatif masih kurang,
sehingga hal ini dapat menyebabkan loyalitas pelanggan semakin menurun. Perumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh Penerimaan Keunggulan Produk terhadap Loyalitas Pelanggan pupuk urea nonsubsidi PT Pupuk Iskandar Muda 2. Bagaimana pengaruh Keyakinan terhadap Merek terhadap Loyalitas Pelanggan pupuk urea nonsubsidi PT Pupuk Iskandar Muda? 3. Bagaimana pengaruh Keterikatan dengan Produk atau Perusahaan terhadap Loyalitas Pelanggan pupuk urea nonsubsidi PT Pupuk Iskandar Muda? 4. Bagaimana pengaruh Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan pupuk urea nonsubsidi PT Pupuk Iskandar Muda? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisa : 1. Pengaruh penerimaan keunggulan produk terhadap loyalitas pelanggan. 2. Pengaruh keyakinan pada merek terhadap loyalitas pelanggan. 3. Pengaruh keterikatan dengan produk atau perusahaan terhadap loyalitas pelanggan. 4. Pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran adalah studi tentang proses pertukaran, bagaimana transaksi dimulai, dimotivasikan, dimungkinkan dan diselesaikan. Manajemen pemasaran membicarakan tentang bagaimana manusia dan organisasi dapat mengelola lebih baik kegiatan pertukaran mereka untuk menghasilkan pendapatan bagi mereka sendiri dan kepuasan bagi pihak lainnya. Konsep pemasaran menurut Kotler (1990), menyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasional adalah terdiri dari
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (target markets) dan pemberian kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan lebih efisien dari yang dilakukan para pesaing. Sedangkan Konsep penjualan menyatakan bahwa konsumen tidak akan membeli cukup banyak produk terkecuali organisasi menjalankan suatu usaha promosi dan penjualan yang kokoh. Konsep pemasaran dan konsep penjualan sering kali dicampur-adukan. Levitt dalam Kotler (1990) membedakan kedua konsep ini yaitu Penjualan menitikberatkan pada kebutuhan penjual; Pemasaran pada kebutuhan pembeli. Penjual asyik dengan kebutuhan penjual untuk mengubah produk menjadi uang tunai. Sedangkan pemasaran dengan gagasan untuk memuaskan kebutuhan konsumen menggunakan produk dan keseluruhan hal yang berhubungan dengan penciptaan, penyerahan dan akhirnya pemakaian produk itu. Pada gambar di bawah ini menerangkan perbedaan antara konsep pemasaran dengan konsep penjualan. Pelanggan dapat dikatakan sebagai orang atau perusahaan/organisasi yang membeli dan menggunakan produk yang dihasilkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Menurut Sutojo (2003), Pelanggan adalah “orang yang membeli produk suatu perusahaan dan membelinya lagi setiap saat membutuhkannya”. Pelanggan (Customer) berbeda dengan konsumen (Consumer), seorang dapat dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh badan usaha. Kebiasaan tersebut dapat dibangun melalui pembelian berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu, apabila dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai seorang pembeli atau konsumen (Musanto, 2004). Menurut Naumann (1995), Nilai pelanggan (customer value) adalah rasio
85
antara perceived benefit dibandingkan dengan perceived sacrifice, maksudnya adalah nilai pelanggan merupakan selisih antara manfaat yang dirasakan oleh konsumen (perceived benefit) dibandingkan dengan pengorbanan yang telah diberikan oleh konsumen untuk mendapatkan barang atau jasa tersebut (perceived sacrifice). Menurut Hurriyati (2005), pembeli akan membeli dari perusahaan yang memberikan nilai pelanggan tertinggi, yang didefinisikan sebagai selisih antara total nilai pelanggan dan total biaya pelanggan. Ini berarti para penjual harus menentukan total nilai pelanggan dan total nilai biaya bagi pelanggan yang ditawarkan oleh masing-masing pesaing untuk mengetahui bagaimana posisi tawaran mereka sendiri Keunggulan produk menurut Cooper dan Kleinschmidt (2000) sangat ditentukan oleh keunikan manfaat yang diberikan produk kepada pelanggan, superioritas produk, inovasi produk yang terusmenerus, kemampuan produk memenuhi kebutuhan pelanggan, kemampuan produk mereduksi biaya yang dikeluarkan pelanggan, kecanggihan tehnologi produk dan desain produk itu sendiri. Navarone (2003), menyatakan bahwa keunggulan produk merupakan hal mutlak yang harus dipertahankan oleh perusahaan Kepercayaan adalah keyakinan kita bahwa di satu produk ada atribut tertentu. Keyakinan ini muncul, dari persepsi yang berulang, dan adanya pembelajaran dan pengalaman (Amir, 2005). Menurut Luarn dan Lin dalam Ferrinadewi (2008), kepercayaan adalah sejumlah keyakinan spesifik terhadap integritas (kejujuran pihak yang dipercaya dan kemampuan menepati janji), benevolence (perhatian dan motivasi yang dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang mempercayai mereka), competency (kemampuan pihak yang dipercaya untuk melaksanakan kebutuhan yang mempercayai) dan predictability (konsistensi perilaku pihak yang dipercaya). Kepercayaan konsumen pada merek hanya dapat diperoleh bila pemasar
86
Faisal Matriadi, Teuku Edyansyah dan Saifuddin
dapat menciptakan dan mempertahankan hubungan emosional yang positif dengan konsumen. Menurut Kotler (2005), keterkaitan merek terhadap satu proses pemasaran yaitu pengambilan keputusan pembelian bahwa suatu merek bukan hanya sebuah symbol, namun merek dapat membawa suatu produk ataupun bentuk lainnya kedalam 6 (enam) tingkatan arti yaitu atribut, manfaat, nilai, budaya, kepribadian dan pemakai. Kepercayaan terhadap perusahaan dapat diidentifikasi dengan menarik persepsi konsumen tentang bagaimana perusahaan dapat dipercaya, memberi rasa aman, dan tentang kejujuaran perusahaan. Kepercayaan konsumen terhadap perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan yang berhubungan dengan konsumen (Doney dan Canon, 1997). Hubungan antara perusahaan dengan konsumen yaitu terkait dengan kemauan perusahaan untuk menjalankan pelayanan yang istimewa dan sesuai dengan harapan konsumen. Kepuasan pelanggan merupakan respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Menurut Band (1991), Kepuasan pelanggan merupakan suatu tingkatan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan dari pelanggan dapat terpenuhi yang akan mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan yang berlanjut. Kepuasan pelanggan akan tercapai apabila harapan sesuai dengan kenyataan yang diterima. Fornell et. al. (1996) dalam Musanto (2004) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan tinggi apabila nilai yang dirasakan melebihi harapan pelanggan. Tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan (Kotler, 1990). Loyalitas pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh
badan usaha tersebut membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses pembelian yang berulang-ulang tersebut (Olson, 1993). Menurut Tandjung (2004), loyalitas pelanggan dapat didefinisikan yaitu (1). Pelanggan yang melakukan pembelian ulang secara teratur, (2). Pelanggan yang membeli produk dari lini produk yang lain, misalnya disamping membeli buku tulis, juga membeli es krim di tempat yang sama. (3). Pelanggan yang mereferensikan kepada orang lain. (4). Pelanggan yang tidak dapat dipengaruhi oleh pesaing untuk pindah. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan menurut Schiffman dan Kanuk (2004) adalah : 1. Penerimaan Keunggulan Produk (Perceived Product Superiority) Pelanggan menerima dengan baik setiap keunggulan produk yang ditawarkan oleh pihak perusahaan dalam kaitan untuk terciptanya loyalitas terhadap produk yang ditawarkan tersebut. Perusahaan selalu berupaya untuk menciptakan keunggulan dalam menghasilkan produknya, dimana pada akhirnya produk tersebut akan terlihat beda dengan produk perusahaan pesaing. 2. Keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap Merek (Personal Fortitude ). Perusahaan selaku produsen produk harus berusaha untuk menciptakan keyakinan pelanggan terhadap merek tersebut. Hal ini penting, karena tanpa adanya keyakinan terhadap merek tersebut maka pelanggan sulit untuk melakukan pembelian terhadap merek dimaksud. Terlebih akibat adanya persaingan yang ketat dengan berbagai produk yang sejenis, maka perusahaan dituntut untuk memformulasikan dengan baik agar keyakinan itu dapat tercipta. 3. Keterikatan dengan Produk atau Perusahaan (Bonding with the Product or Company)
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Salah satu kegiatan yang harus diciptakan oleh perusahaan terhadap pelanggan adalah bagaimana menciptakan keterikatan pelanggan terhadap produk atau perusahaan yang menghasilkan produk tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena merupakan bagian dari membangun hubungan dengan pelanggan, sehingga konsep berlangganan seumur hidup dapat tercipta. 4. Kepuasan yang diperoleh Pelanggan (Customer Satisfaction ) Salah satu hal yang penting untuk dirancang oleh perusahaan adalah menciptakan kepuasan pelanggan. Hal ini tidak mudah, mengingat ada banyak hal yang mempengaruhi kepuasan pelanggan tersebut. Terkait dengan membangun kepuasan pelanggan ini perusahaan harus berupaya agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi harapan pelanggannya. Selanjutnya perusahaan harus berupaya untuk meminimalisir sekecil mungkin keluhan yang timbul kepada pelanggan dalam menggunakan produk tersebut. Kedua Hal tersebut, sangat penting diupayakan agar kepuasan pelanggan ini dapat terbangun dengan baik. Kepuasan pelanggan tersebut pada akhirnya juga bermuara pada loyalitas pelanggan. Pupuk, Pupuk Urea dan Pupuk Bersubsidi Menurut Effendi (1980), Pupuk ialah suatu bahan yang digunakan untuk merubah keadaan fisik, kimiawi dan biologis dari tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pupuk dapat diartikan juga sebagai bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. Pupuk Urea dalah pupuk anorganik (kimia) yang mengandung unsur Nitrogen berkadar tinggi. Unsur N nya sebesar 46 %. Artinya dalam 100 kg pupuk urea terkandung 46 kg hara N. Sedangkan pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan dengan
87
penyalur resmi dari lini I (pabrik produsen) sampai di Lini IV (gudang kios pengecer). Produk pupuk urea PT Pupuk Iskandar Muda dapat dibagi dalam 2 segmen pasar yaitu pupuk urea bersubsidi dan pupuk urea nonsubsidi. Pemasaran pupuk urea nonsubsidi dibagi lagi menjadi 2 yaitu pupuk urea nonsubsidi dalam negeri, terdiri dari pupuk untuk perkebunan dan industri, serta pupuk urea nonsubsidi luar negeri yaitu untuk tujuan ekspor. Segmentasi pasar pupuk urea produk PT Pupuk Iskandar Muda sebagaimana digambarkan pada Gambar 1 di bawah ini. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Yuzza Bayhaqi (2006), “Analisis Pengaruh Kualitas Layanan, dan Keunggulan Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan dan Dampaknya Pada Minat Membeli Ulang” : Studi Kasus pada Auto Bridal Semarang, Sampel sejumlah 100 orang, pengolahan data menggunakan SEM. Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas layanan dan keunggulan produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan, dan kepuasan pelanggan berpengaruh positif serta signifikan terhadap minat membeli ulang. 2. Penelitian Dhiastuti Fitri. (2010), “Studi Tentang Loyalitas Merek (Kasus Pada Shampo Sunsilk di Kota Semarang”. Sampel sebanyak 167 responden, analisis data menggunakan SEM. Hasil penelitian diketahui bahwa preferensi merek berpengaruh positif terhadap loyalitas merek pada konsumen Shampo Sunsilk. 3. Penelitian Badri, M.S. & Reza A.H. (2011). “Pengaruh Pengalaman dan Keterikatan Emosional pada Merek terhadap Loyalitas Konsumen”, Sampel sebanyak 200 responden, analisis data menggunakan SEM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterikatan secara emosional mempengaruhi dampak positif terhadap loyalitas konsumen. 4. Penelitian Sugihartono, J. (2009), “Anali-
88
Faisal Matriadi, Teuku Edyansyah dan Saifuddin
sis Pengaruh Citra, Kualitas Layanan dan Kepuasan Terhadap Loyalitas Pelanggan; Studi Kasus pada PT Pupuk Kalimantan Timur”, yang dilakukan terhadap 140 perusahaan, analisis data menggunakan program SPSS. Hasil penelitian bahwa Kualitas Layanan, Kepuasan Pelanggan dan Citra Merek berpengaruh positif terhadap Loyalitas Pelanggan. Kerangka Konseptual
METODE PENELITIAN Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah konsumen atau pelanggan pupuk urea nonsubsidi dalam negeri (perkebunan dan industri kimia) produksi PT Pupuk Iskandar Muda Aceh periode 2007-2012. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada PT Pupuk Iskandar Muda Provinsi Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen atau pelanggan industri/ perusahaan yang membeli pupuk urea nonsubsidi PT Pupuk Iskandar Muda.Teknik penentuan sampel secara sensus sebanyak 38 responden, seluruh pelanggan diteliti. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda sbb: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Gambar 1. Kerangka Konseptual, menurut Schiffman & Kanuk (2004)
Berdasarkan landasan kerangka konseptual dapat diambil hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : H-1: Penerimaan Keunggulan Produk merupakan faktor yang berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pupuk urea nonsubsidi PT PIM. H-2: Keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap merek tersebut merupakan faktor yang berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pupuk urea nonsubsidi PT Pupuk Iskandar Muda. H-3: Keterikatan dengan Produk atau Perusahaan merupakan faktor yang berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pupuk urea nonsubsidi PT Pupuk Iskandar Muda. H-4: Kepuasan Pelanggan merupakan faktor yang berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pupuk urea nonsubsidi PT Pupuk Iskandar Muda.
HASIL PENELITIAN Pengujian validitas dilakukan terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner untuk mengukur variabel dengan melihat korelasi item dengan skor total seluruh item, gunanya untuk melihat valid tidaknya butirbutir pertanyaan atau pernyataan dalam suatu kuesioner. Dalam penelitian ini semua instrumen variabel yang digunakan adalah valid. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 5. Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Kualitas data yang dihasilkan melalui instrument penelitian digunakan dengan menggunakan reliabilitas. Reliabilitas sebenarnya adalah alat ukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2003). Dalam penelitian ini semua
89
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional
Indikator
Pengukuran
Penerimaan Keunggulan Produk (X1)
Pelanggan menerima keunggulan pupuk urea nonsubsidi produk PT PIM yang digunakannya
Keyakinan Terhadap Merek tersebut (X2)
Pelanggan yakin terhadap merek pupuk urea nonsubsidi PT PIM yang digunakannya
Keterikatan dengan Produk atau Perusahaan ( X3 )
Pelanggan merasa tidak dapat meninggalkan menggunakan pupuk urea nonsubsidi produk PT PIM
Kepuasan Pelanggan (X4)
Pelanggan merasa puas dalam menggunakan pupuk urea nonsubsidi PT PIM
Loyalitas Pelanggan (Y)
Pelanggan setia atau loyal dalam menggunakan pupuk urea nonsubsidi produk PT PIM.
1. Memiliki keunggulan produk yaitu kualitas atau mutunya 2. Memiliki keunggulan produk yaitu nilai manfaatnya 3. Memiliki keunggulan produk yaitu kemasan karungnya 4. Memiliki keunggulan karena mudah proses pembeliannya 5. Memiliki keunggulan pada jalur distribusi yaitu mudah memperolehnya. 1. Pelanggan yakin dalam membeli & menggunakannya 2. Pelanggan yakin dengan nilai manfaatnya. 3. Pelanggan yakin dengan kualitas atau mutunya 4. Pelanggan yakin merek pupuk PT PIM sudah dikenal baik 5. Pelanggan yakin untuk tidak berpindah merek dari PT PIM kepada merek yang lain. 1. Pelanggan merasa tidak dapat meninggalkan menggunakan pupuk tersebut karena sudah biasa menggunakannya. 2. Pelayanan yang diberikan oleh PT PIM jauh lebih baik. 3. Proses pembelian yang diberikan oleh PT PIM jauh lebih cepat. 4. Pelanggan memahami dengan benar risiko yang akan dihadapi jika berganti merek. 1. Pelanggan puas karena kualitasnya lebih baik. 2. Pelanggan puas karena pelayanan saat pembelian lebih baik. 3. Pelanggan puas karena pelayanan purna jual lebih baik 4. Pelanggan puas karena proses administrasi pembeliannya lebih cepat. 5. Pelanggan merasa puas karena PT PIM selalu memenuhi jumlah pemesanannya sesuai permintaan. 6. Pelanggan puas karena jalur distribusinya lebih baik. 1. Pelanggan ada melakukan pembelian berulang. 2. Pelanggan ada menyarankan pembelian pupuk tersebut kepada orang lain. 3. Pelangngan merasa setia.
Skala Likert
Skala Likert
Skala Likert
Skala Likert
Skala Likert
Tabel 1 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Penerimaan Keunggulan Produk No 1 2 3 4 5
Pertanyaan Pupuk urea nonsubsidi pada PT PIM memiliki keunggulan dibidang produk yaitu kualitasnya lebih baik dibanding dengan merek yang lain. Pupuk urea nonsubsidi pada PT PIM memiliki keunggulan dibidang produk yaitu nilai manfaatnya lebih baik dibanding dengan merek yang lain. Pupuk urea nonsubsidi pada PT PIM memiliki keunggulan dibidang produk yatu kemasan kantong lebih baik dibanding dengan merek yang lain. Pupuk urea nonsubsidi pada PT PIM memiliki keunggulan dibidang kemudahan dalam membelinya dibanding dengan merek yang lain. Pupuk urea nonsubsidi pada PT PIM memiliki keunggulan dibidang distribusi yaitu mudah memperolehnya dibanding dengan merek yang lain.
Corrected Item Total Correlation
Sig. (1-tailed)
Keterangan
0.873
0.000
Valid
0.845
0.000
Valid
0.682
0.000
Valid
0.861
0.000
Valid
0.668
0.000
Valid
90
Faisal Matriadi, Teuku Edyansyah dan Saifuddin
Tabel 2 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Keyakinan terhadap Merek Tersebut No 1 2 3 4 5
Pertanyaan Anda yakin dalam membeli dan menggunakan merek pupuk urea nonsubsidi PT PIM Anda yakin dengan nilai manfaat dari pupuk urea nonsubsidi PT PIM Anda yakin bahwa pupuk urea nonsubsidi PT PIM jauh lebih berkualitas dibandingkan dengan merek yang lainnya Anda yakin bahwa nama pupuk urea nonsubsidi pada PT PIM sudah dikenal baik oleh pelanggan Anda yakin untuk tidak berpindah merek dari pupuk urea nonsubsidi pada PT PIM kepada merek yang lain
Corrected Item Total Correlation
Sig. (1-tailed)
Keterangan
0.518
0.000
Valid
0.458
0.002
Valid
0.809
0.000
Valid
0.720
0.000
Valid
0.839
0.000
Valid
Tabel 3 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Keterikatan dengan Produk atau Perusahaan No 1 2 3 4
Pertanyaan Anda merasa tidak dapat meninggalkan menggunakan pupuk urea nonsubsidi PT. PIM karena sudah biasa menggunakannya Anda merasa bahwa pelayanan yang diberikan PT. PIM jauh lebih baik daripada produsen pupuk yang lain Anda merasa bahwa proses pembelian yang diberikan PT. PIM jauh lebih cepat daripada produsen pupuk yang lain Anda memahami dengan benar risiko yang dihadapi jika berganti merek dari pupuk urea nonsubsidi pada PT. PIM dengan merek yang lain
Corrected Item Total Correlation
Sig. (1-tailed)
Keterangan
0.792
0.000
Valid
0.719
0.000
Valid
0.639
0.000
Valid
0.698
0.000
Valid
Corrected Item Total Correlation
Sig. (1-tailed)
Keterangan
0.670
0.000
Valid
0.603
0.000
Valid
0.712
0.000
Valid
0.700
0.000
Valid
0.639
0.000
Valid
0.561
0.000
Valid
Corrected Item Total Correlation
Sig. (1-tailed)
Keterangan
0.888
0.000
Valid
0.887
0.000
Valid
0.842
0.000
Valid
Tabel 4 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kepuasan Pelanggan No 1 2 3 4 5 6
Pertanyaan Anda selaku pelanggan merasa puas karena kualitas atau mutu dari pupuk urea nonsubsidi pada PT PIM lebih baik dibanding dengan merek yang lain Anda selaku pelanggan merasa puas karena pelayanan saat pembelian pupuk urea nonsubsidi pada PT PIM lebih baik dibanding dengan merek yang lain Anda selaku pelanggan merasa puas karena pelayanan purna jual pupuk urea nonsubsidi pada PT PIM lebih baik disbanding dengan merek yang lain Anda selaku pelanggan merasa puas karena proses administrasi pembeliannya lebih cepat dibanding dengan merek yang lain Pelanggan merasa puas karena PT PIM selalu memenuhi jumlah pesanan sesuai permintaan anda dibanding dengan merek pupuk yang lain Anda selaku pelanggan merasa puas karena jalur distribusinya lebih baik sehingga waktu untuk mendapatkan pupuk tersebut lebih cepat dibanding dengan merek pupuk yang lain
Tabel 5 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Loyalitas Pelanggan No
Pertanyaan
1
Selaku pelanggan, anda ada melakukan pembelian secara berulang pupuk urea nonsubsidi PT PIM Selaku pelanggan, anda ada menyarankan pembelian secara pupuk urea nonsubsidi di PT PIM kepada orang lain Selaku pelanggan, anda setia dengan merek pupuk urea nonsubsidi pada PT PIM
2 3
91
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
instrumen variabel yang digunakan adalah reliabel. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas digunakan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel bebas dan variabel terikat memiliki data yang berdistribusi normal atau tidak, artinya uji normalitas untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal atau tidak, hal ini dapat dilakukan dengan melihat sebaran standarized pada kurva P-P plots, bila standarized residual berada pada kisaran garis normal maka data mempunyai distribusi normal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Berdasarkan di bawah ini dapat diketahui bahwa dari grafik normal plot terlihat titiktitik menyebar diantara garis diagonal dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas. Pengujian normalitas juga diperkuat oleh nilai Kolmogorov- Smirnov Test seperti terlihat pada tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, dimana nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0.595 dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0.871 > α (0.05).
Gambar 2. Grafik Normal P-Plot
Uji Linearitas digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji linearitas dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi variabel bebas X terhadap variabel terikat Y. Berdasarkan garis regresi yang telah dibuat, selanjutnya diuji keterkaitan koefisien garis regresi serta linearitas garis regresi. Dengan menggunakan program SPSS diketahui bahwa semua instrumen variabel penelitian ini memenuhi uji Normalitas karena nilai sig. linearity 0,000 < 0,05 seperti terlihat pada Tabel 8 sampai Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Penelitian No 1 2 3 4 5
Variabel Penerimaan Keunggulan Produk Keyakinan Terhadap Merek Tersebut Keterikatan Dengan Produk Atau Perusahaan Kepuasan Pelanggan Loyalitas Pelanggan
Cronbach’s Alpha 0.925 0.848 0.833 0.727 0.902
N Of Item 5 5 4 7 3
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Tabel 7 Hasil Uji Linearitas Instrumen Variabel Penerimaan Keunggulan Produk
Y * X1
ANOVA Table Sum of Squares (Combined) 10.336 Between Groups Linearity 7.347 Deviation from Linearity 2.989 Within Groups 9.007 Total 19.344
Sumber : Hasil Penelitian, 2012 (telah diolah kembali)
df 10 1 9 27 37
Mean Square 1.034 7.347 .332 .334
F
Sig.
3.098 22.024 .996
.009 .000 .467
92
Faisal Matriadi, Teuku Edyansyah dan Saifuddin
Tabel 8 Hasil Uji Linearitas Instrumen Variabel Keyakinan Terhadap Merek Tersebut
Y * X2
ANOVA Table Sum of Squares (Combined) 11.641 Between Groups Linearity 7.080 Deviation from Linearity 4.561 Within Groups 7.703 Total 19.344
Mean Square 1.455 7.080 .652 .266
df 8 1 7 29 37
F
Sig.
5.478 26.656 2.453
.000 .000 .042
Sumber : Hasil Penelitian, 2012 (telah diolah kembali) Tabel 9 Hasil Uji Linearitas Instrumen Variabel Keterikatan dengan Produk Atau Perusahaan
Y * X3
ANOVA Table Sum of Squares (Combined) 10.742 Between Groups Linearity 3.680 Deviation from Linearity 7.062 Within Groups 8.602 Total 19.344
Mean Square 1.535 3.680 1.177 .287
df 7 1 6 30 37
F
Sig.
5.352 12.836 4.105
.000 .001 .004
Sumber : Hasil Penelitian, 2012 (telah diolah kembali) Tabel 10 Hasil Uji Linearitas Instrumen Variabel Kepuasan Pelanggan ANOVA Table Sum of Squares Y * X4 Between Groups (Combined) 11.353 Linearity 8.712 Deviation from Linearity 2.641 Within Groups 7.991 Total 19.344
Mean Square 1.135 8.712 .293 .296
df 10 1 9 27 37
F
Sig.
3.836 29.436 .992
.003 .000 .470
Sumber : Hasil Penelitian, 2012 (telah diolah kembali) Tabel 11 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Collinearity Statistics Tolerance VIF
Model (Constant) Penerimaan Keunggulan Produk 1 Keyakinan Terhadap Merek Tersebut Keterikatan Dengan Produk Atau Perusahaan Kepuasan Pelanggan a. Dependent Variable: Loyalitas Pelanggan
.706 .687 .875 .607
1.417 1.455 1.143 1.648
Tabel 12 Hasil Pengolahan Data Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi loyalitas Pelanggan Pupuk Urea Nonsubsidi Pada PT PIM Provinsi Aceh. Coefficientsa Model (Constant) Penerimaan Keunggulan Produk 1 Keyakinan Terhadap Merek Tersebut Keterikatan Dengan Produk Atau Perusahaan Kepuasan Pelanggan a. Dependent Variable: Loyalitas Pelanggan
Unstandardized Coefficients B -1.158 .274 .267
Std. Error .747 .100 .131
Standardized Coefficients Beta .330 .249
.248
.114
.235
.509
.218
.304
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mengetahui multikolinearitas dapat digunakan nilai Varian Inflation Factor (VIF), jika nilai VIF < 10 atau tolerance > 0,10 berarti tidak terjadi multikolinearitas dan jika nilai VIF > 10 atau nilai tolerance < 0,10 dianggap terjadi multikolinearitas (sesuai pendapat Ghozali, 2011). Hasil analisis menunjukkan bahwa semua nilai VIF yang diperoleh dari penelitian ini lebih kecil dari 10 (VIF < 10) dan nilai tolerance > 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak ada multikolinearitas seperti terlihat dalam Tabel 11. Pengujian Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode yang lain. Pengujian ini dilakukan dengan mengamati pola tertentu pada grafik scatterplot, dimana jika ada titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan Gambar di bawah ini terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Pencaran data di atas terlihat tidak memperlihatkan sebuah pola tertentu, misal pola menaik ke kanan atas, atau menurun ke kiri atas, atau pola tertentu lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitan ini terbebas dari asumsi heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas dapat juga dilihat dengan model Glejser yaitu jika nilai sig. > 0,05 maka terbebas dari asumsi Heteroskedastisitas. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas (X1, X2, X3 dan X4) mempunyai nilai sig.> 0,05 yang artinya terbebas dari asumsi Heteroskedastisitas seperti yang terlihat dalam Gambar 5 di bawah ini.
93
Gambar 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil Pengujian Koefisien Regresi Linear Berganda Dengan menggunakan regresi linear berganda dapat diketahui pengaruh faktor-faktor yang meliputi penerimaan keunggulan produk, keyakinan terhadap merek tersebut, keterikatan dengan produk atau perusahaan dan kepuasan pelanggan mempengaruhi loyalitas pelanggan pupuk urea nonsubsidi pada PT Pupuk Iskandar Muda Provinsi Aceh. Hasil analisis regresi linear berganda adalah : Y = -1.158 + 0.274X1 + 0.267X2 + 0.248X3 + 0.509X4 Berdasarkan persamaan regresi linear berganda tersebut di atas, variabel penerimaan keunggulan produk (X1), keyakinan terhadap merek tersebut (X2), keterikatan dengan produk atau perusahaan (X3) dan kepuasan pelanggan (X4) mempunyai koefisien regresi positif yang artinya dapat membuktikan konstribusinya terhadap loyalitas pelanggan pupuk urea nonsubsidi PT Pupuk Iskandar Muda. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) digunakan untuk mengatahui apakah ada pengaruh masing-masing variable bebas terhadap variabel terikatnya secara signifikan atau tidak.
94
Faisal Matriadi, Teuku Edyansyah dan Saifuddin
Tabel 13. Hasil Uji Parsial (Uji t) Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Model
1
(Constant) Penerimaan Keunggulan Produk Keyakinan Terhadap Merek Tersebut Keterikatan Dengan Produk Atau Perusahaan Kepuasan Pelanggan
Standardized Coefficients
t
Sig.
.330 .249
-1.550 2.732 2.037
.131 .010 .050
.114
.235
2.169
.037
.218
.304
2.333
.026
B
Std. Error
Beta
-1.158 .274 .267
.747 .100 .131
.248 .509
Tabel 14 Uji Simultan atau Signifikansi Serempak (Uji F) Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression 12.777 4 3.194 16.051 .000a 1 Residua 6.567 33 .199 Total 19.344 37 a. Predictors: (Constant), kepuasan pelanggan, keyakinan terhadap merek tersebut, penerimaan keunggulan produk, keterikatan dengan produk atau perusahaan Tabel 15 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.813a
.661
.619
.44609
a. Predictors: (Constant), kepuasan pelanggan, keyakinan terhadap merek tersebut, penerimaan keunggulan produk, keterikatan dengan produk atau perusahaan b. Dependent Variable: loyalitas pelanggan Sumber : Hasil Penelitian, 2012 (telah diolah kembali) Tabel 16 Statistik Variabel X1 X2 X3 X4 Y Valid N (listwise)
N
Mean
Std. Deviation
38 38 38 38 38 38
3.8842 3.9737 4.0263 4.1787 4.0968
0.87070 0.67411 0.68475 0.43112 0.72305
Sumber : Hasil Penelitian, 2012 (telah diolah kembali)
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua instrumen variabel bebas dalam penelitian ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan pupuk urea nonsubsidi PT Pupuk Iskandar Muda provinsi Aceh. Hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (1,692) dan diperoleh nilai sig. 0.010 < alpha 0.05. Variabel yang paling berpengaruh dalam penelitian ini adalah Penerimaan Keunggulan Produk. Berdasarkan analisis nilai Standardized Coefficients Beta yaitu 0,330 dan nilai sig. 0.010 < alpha 0.05 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersamasama (serempak) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat dan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Berdasarkan Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung 16.051 lebih besar dari Ftabel 2.66 dan nilai sig. α 0.000a lebih kecil dari alpha 5% (0.05%). Hal ini berarti faktor-faktor yang terdiri dari penerimaan keunggulan produk, keyakinan terhadap merek tersebut, keterikatan dengan produk atau perusahaan dan kepuasan pelanggan secara serempak dapat mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan pupuk urea nonsubsidi pada PT Pupuk Iskandar Muda Provinsi Aceh. Untuk pengujian koefisien Determinasi dalam penelitian ini menggunakan nilai Adjusted R Square (Adjusted R2 ) karena menggunakan regresi linear berganda, nilai Adjusted R Square berguna untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas yakni penerimaan keunggulan produk (X1), keyakinan terhadap merek tersebut (X2), keterikatan dengan produk atau perusahaan (X3) dan kepuasan pelanggan (X4) terhadap loyalitas pelanggan (Y) dalam melakukan pembelian pupuk urea nonsubsidi pada PT Pupuk Iskandar Muda Provinsi Aceh. Koefisien determinasi pada intinya mengukur sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat,
95
nilainya antara 0 hingga 1, semakin kecil angka R square maka akan semakin lemah hubungan kedua variabel tersebut dan begitu juga sebaliknya. Standard Error of the Estimate adalah suatu ukuran banyaknya kesalahan regresi dalam memprediksi nilai variabel terikat (Y). Dari Tabel 17 di atas, diperoleh besarnya nilai Std. Error of the Estimate adalah sebesar 0.44609 (satuan yang dipakai adalah variabel dependen atau dalam hal ini loyalitas pelanggan). Dalam menganalisa Std. Error of the Estimate perlu memperhatikan juga nilai Descriptive Statistic loyalitas pelanggan sebesar 0.72305 seperti terlihat pada Tabel 19 di bawah ini. KESIMPULAN a. Variabel penerimaan keunggulan produk pupuk urea nonsubsidi pada PT Pupuk Iskandar Muda secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan. b. Variabel keyakinan terhadap merek pupuk urea nonsubsidi pada PT Pupuk Iskandar Muda secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan. c. Variabel keterikatan dengan produk pupuk urea nonsubsidi atau perusahaan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan. d. Variabel kepuasan pelanggan pupuk urea nonsubsidi pada PT Pupuk Iskandar Muda secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan. e. Faktor-faktor yang terdiri dari penerimaan keunggulan produk, keyakinan terhadap merek tersebut, keterikatan dengan produk atau perusahaan dan kepuasan pelanggan secara serempak dapat mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan pupuk urea nonsubsidi pada PT Pupuk Iskandar Muda Provinsi Aceh.
96
Faisal Matriadi, Teuku Edyansyah dan Saifuddin
DAFTAR PUSTAKA Amir, Taufiq M. 2005. Dinamika Pemasaran. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada. Badri, M.S. & Reza A.H. (2011). Pengaruh Pengalaman dan Keterikatan Emosional pada Merek terhadap Loyalitas Konsumen, Jurnal Manajemen Teori dan Terapan I, Tahun 4, No.3, Surabaya : Universitas Airlangga. Band, William A. (1991). Creating value for customer: Designing and Implementation a Total Corporate Strategy, Canada : John Walley and Sons Inc. Bayhaqi, Yuzza. (2006). Analisis Pengaruh Kualitas Layanan, dan Keunggulan Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan dan Dampaknya Pada Minat Membeli Ulang (Studi Kasus: Pada Auto Bridal Semarang). (Tesis), Semarang : Universitas Diponogoro. Cooper dan Kleinschimidt. (2000). New product performance: what distinguishes the star products, Australian Journal of Management, Vol.25 No.1. Dhiastuti, Fitri Santoso (2010), Studi Tentang Loyalitas Merek (Kasus Pada Shampo Sunsilk Di Kota Semarang), Semarang : Universitas Diponogoro. Effendi, Bachtiar & Ritonga, Djamil. (1980). Ilmu Tanah Umum, Medan : Fakultas Pertanian, USU. Ferrinadewi, Erna. (2008). Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu Hurriyati, Ratih. (2005). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Cetakan Pertama, Bandung : CV. Alfabeta. Kotler, Philip. (1990). Dasar Dasar Pemasaran (Wilhelmus W. Bakowatun, alih bahasa), Jilid 1, Edisi Ketiga, Jakarta : Intermedia. . (2005). Manajamen Pemasaran (Benyamin Molan, Alih bahasa), Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Musanto, T. (2004). Faktor-faktor kepuasan pelanggan dan Loyalitas Pelanggan : Studi Kasus pada CV Sarana Media Advertising Surabaya, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 6, No. 2, Surabaya. Navarone, Okki, (2003).Analisis Pengaruh Tingkat Kesuksesan Produk Baru dalam Peningkatan Kinerja Pemasaran, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol.II No.1 Mei 2003. Naumann, Earl.(1995). Creating Customer Value, Thompson Executive Press Olson, Peter. (1993). Costumer Behavior and Marketing Strategy, Third Edition, Boston : Richard D. Irwan Inc. Schiffman, L.G., & Leslie, L.Kanuk (2004). Consumer Behavior. 8th edition, New Jersey : Printice Hall. Sugihartono, Joko. (2009). Analisis Pengaruh Citra, Kualitas Layanan dan Kepuasan Terhadap Loyalitas Pelanggan (Tesis), Semarang : Universitas Diponogoro. Supranto, J. (2001). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelangga : Untuk Meningkatkana Pangsa Pasar, Edisi Baru, Cetakan Kedua, Jakarta : Rineka Cipta. Sutojo, Siswanto. (2003). Manajemen Penjualan Yang Efektif, Cetakan Pertama, Jakarta : PT Damar Mulia Pustaka.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
97
Tandjung, Jenu Widjaja. (2004). Marketing Management : Pendekatan Pada Nilai-Nilai Pelanggan, Edisi Kedua, Cetakan kedua, Malang : Bayumedia Publishing. Yazid, (2006). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas, Jurnal Sinergi, Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 8, No. 2, ISSN : 1410-9018.
98
Faisal Matriadi, Teuku Edyansyah dan Saifuddin
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 Journal Of Economic Management & Business Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 ISSN: 2301-4717 Hal. 99-107
PENERAPAN ANALISIS CLUSTER DALAM PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT
Nurhasanah
Dosen pada Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
People welfare is an interesting matter to study. This research studies on people welfare by clustering districts of Aceh Province. District clusters in Aceh Province can be done through multivariate analysis which is suitable to analyze data with many variables. Multivariat analysis used in this study is Cluster analysis. The result of district clusters show similar characteristic among districs based on people welfare. Keywords: Welfare, district, main component, cluster analysis
99
100
nurhasanah
PENDAHULUAN Pembangunan merupakan kegiatan yang direncana oleh suatu negara untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan sosial kesejahteraan masyarakat yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat. Kesejahteraan rakyat mencakup bidang-bidang kehidupan yang sangat luas yang tidak semua aspeknya dapat diukur. Indikator kesejahteraan rakyat merupakan publikasi tahunan BPS yang menyajikan tingkat perkembangan kesejahteraan rakyat Indonesia antar waktu dan perbandingannya antar provinsi serta daerah tempat tinggal. Untuk mencapai visi dan misi pembangunan Indonesia pada umumnya dan Aceh pada khususnya, salah satu sumber data yang diperlukan pemerintah Aceh maupun pihak-pihak yang konsen terhadap penanggulangan masalah sosial kemasyarakatan di Aceh ialah rakyat seperti tingkat kesehatan, pengangguran, kemiskinan, kondisi perumahan dan lingkungan tempat tinggal, maka dapat digunakan sebagai acuan penyusunan kebijakan-kebijakan menyangkut masalah terkait. Paradigma kesejahteraan rakyat memang sangat perlu dibahas oleh siapa saja terutama pejabat yang bertugas memikirkan upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam mengidentifikasi kesejahteraan rakyat Aceh dapat diketahui dari karakteristik masing-masing kabupaten/ kota dengan melakukan pengelompokkan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Aceh. Pengelompokkan kabupaten/kota di Provinsi Aceh dapat dilakukan dengan analisis multivariat yang merupakan analisis yang cocok untuk meringkas data dengan peubah yang banyak. Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis cluster. Tujuan utama analisis cluster adalah mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik di antara objek-objek tersebut. Objek tersebut
akan diklasifikasikan ke dalam satu atau lebih cluster sehingga objek-objek yang berada dalam satu cluster akan mempunyai kemiripan satu dengan yang lain. ANALISIS KOMPONEN UTAMA Analisis komponen utama pada dasarnya mentransformasi peubah-peubah bebas yang berkorelasi menjadi peubah-peubah yang orthogonal dan tidak berkorelasi. Analisis ini bertujuan untuk menyederhanakan peubah-peubah yang diamati dengan cara mereduksi dimensinya, sehingga masalah multikolinieritas dapat diatasi. Reduksi ini dilakukan terhadap komponen utama yang mempunyai akar ciri terkecil atau akar ciri yang nilainya kurang dari 1. Bila peubah yang diamat mempunyai satuan pengukuran berbeda, perlu dibakukan terlebih dahulu. Dalam hal ini komponen utama diturunkan dari matriks korelasi R. Matriks peragam digunakan apabila semua peubah yang diamati, diukur dalam satuan pengukuran yang sama (Gasperz, 1995). ANALISIS CLUSTER Analisis Cluster adalah teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi objek atau individu yang serupa dengan memperhatikan beberapa kriteria (Kuncoro, 2003). Analisis cluster merupakan teknik multivariat, dipergunakan untuk mengklasifikasi objek atau kasus ke dalam kelompok yang relatif homogen, yang disebut cluster. Objek dalam setiap kelompok cenderung mirip satu sama lain dan berbeda jauh dengan objek dari cluster lainnya (Supranto, 2004). Berdasarkan data Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Aceh tahun 2009 akan dianalisis menggunakan Analisis Cluster. Tahapan analisis cluster yaitu mengukur kesamaan, membentuk cluster dan banyaknya cluster/kelompok yang akan dibentuk. Proses clustering dapat dilakukan secara hirarki dan juga non hirarki, kedua metode tersebut dapat digunakan secara
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
berdampingan. Penelitian ini menggunakan proses secara hirarki. Menurut Guritno (2005) tujuan Analisis Cluster adalah: 1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang nyata (signifikan) antar kelompok yang terbentuk dalam hal ini cluster yang dihasilkan. 2. Melihat profil pada kecenderungan dari masing-masing cluster yang terbentuk. Asumsi yang harus dipenuhi dalam Analisis Cluster yaitu : 1. Sampel yang diambil benar-benar dapat mewakili populasi yang ada (representativeness of the sample) 2. Multikolinieritas. Yaitu kemungkinan adanya korelasi antara peubah bebas. Sebaiknya tidak ada, kalaupun ada multikolinieritas tersebut tidak tinggi. Secara garis besar ada tiga hal yang harus terjawab dalam proses kerja analisis cluster, yaitu : 1. Mengukur kesamaan Ukuran untuk mengukur kesamaaan antar objek, yaitu dengan menggunakan ukuran jarak Euclidean. 2. Membentuk cluster secara hirarki. Prosedur yang diterapkan harus dapat mengelompokkan objek-objek yang memiliki kesamaan yang tinggi ke dalam sutau cluster yang sama. 3. Menentukan jumlah cluster. Pada prinsipnya jika jumlah cluster berkurang maka homogenitas dalam cluster secara otomatis akan menurun. METODE PENELITIAN Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data bersifat sekunder yang bersumber dari Bappeda. Data yang dikumpulkan berupa Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Aceh tahun 2009. Pengolahan data pada artikel ini dilakukan menggunakan Analisis cluster.
101
Untuk mengolah data yang telah terkumpul, digunakan instrumen pembantu berupa microsoft Excel 2007 dan Minitab 14. Tahapan-tahapan yang dilakukan untuk mendapat hasil pengelompokkan kabupaten/kota di Provinsi Aceh adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan data Indikator Kesejahteraan Rakyat Aceh tahun 2009 2. Melihat hubungan (korelasi) antar indikator (X) 3. Membakukan peubah asal yaitu X menjadi Z 4. Mencari akar ciri dan vektor ciri dari peubah yang baku (Z) 5. Menentukan skor komponen utama (W) 6. Mencari jarak Euclidean dari untuk menentukan ukuran kemiripan dan ketakmiripan 7. Membentuk cluster secara hirarki 8. Menentukan jumlah cluster serta menentukan anggota dari setiap cluster HASIL DAN PEMBAHASAN Data Indikator Kesejahteraan Rakyat Aceh tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1. Dari hasil analisis korelasi untuk 23 kabupaten/kota terdapat beberapa korelasi yang tinggi antar peubah bebas yang mengindikasikan adanya multikolinier, yang mungkin disebabkan oleh satuan pengukuran. Multikolinieritas dapat diatasi dengan analisis komponen utama dengan terlebih dahulu membakukan peubahpeubah X tersebut menjadi peubah-peubah Z. Dari matriks korelasi R dapat diturunkan sepuluh komponen utama ( KU ) , ada dua KU yang terpilih dari akar ciri yang lebih dari 1. Kedua KU itu ditunjukkan dalam Tabel 3. Dari keragaman komulatif terlihat bahwa akar ciri pertama mampu menjelaskan sekitar 44.4 % dan akar ciri yang kedua mampu menjelaskan sekitar 67.1 % . Dari KU1 dan KU2 diperoleh skor komponen utama ( W ) yaitu W1 dan W2 yang ada pada Tabel 4.
102
nurhasanah
Tabel 1 Data indikator kesejahteraan rakyat Aceh tahun 2009 Kabupaten/Kota
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
Simeulue
0.68
40
23.93
438,746
16.15
36.12
2.41
33.87
62.68
35.91
Aceh Singkil
2.23
39
19.07
439,590
16.19
37.24
2.59
19.44
66.18
31.38
Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Acah Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Banda Aceh Sabang Kota Langsa Lhokseumawe Subulussalam
2.48 0.87 2.35 3.71 3.33 0.86 1.49 0.41 2.86 1.39 0.50 0.76 0.87 9.67 1.70 3.39 -2.61 -0.13 0.11 0.30 3.42
56 42 56 44 54 105 135 189 165 53 13 125 32 22 79 236 3,459 191 535 879 66
17.13 26.04 22.22 21.22 20.82 20.67 22.73 22.26 23.77 20.12 19.87 21.91 22.45 22.30 24.08 24.64 15.65 22.82 20.79 21.97 16.55
413,656 316,355 328,624 509,413 521,012 488,588 426,097 402,323 332,035 349,958 333,161 424,164 415,168 500,206 356,098 422,240 1,046,061 645,751 520,465 520,212 383,818
7.79 18.14 15.28 36.46 28.30 41.47 17.89 26.67 20.51 15.42 17.11 35.15 6.99 22.91 23.99 14.39 92.91 86.10 52.75 71.35 13.66
28.77 31.69 35.23 30.67 27.68 26.08 31.75 28.83 32.24 29.11 33.45 30.94 29.14 29.96 32.01 30.41 25.45 28.54 30.71 31.13 37.03
4.38 3.22 3.15 3.90 4.82 5.89 7.40 3.71 4.08 4.27 1.99 4.35 4.05 4.29 4.00 6.80 3.50 2.36 2.75 3.04 1.82
47.49 30.22 58.94 49.13 49.11 48.50 69.76 53.26 45.58 42.57 24.31 39.82 45.56 51.67 29.77 63.72 63.59 55.01 43.19 30.23 7.93
49.59 53.63 62.30 52.82 48.15 46.99 64.33 48.23 57.04 50.11 54.90 54.55 49.66 52.11 56.25 59.27 40.75 44.73 50.29 51.92 63.54
25.29 36.68 48.70 23.59 20.61 27.50 24.30 31.39 36.11 30.32 39.74 29.02 27.79 29.52 26.82 20.68 24.00 19.59 25.57 29.09 36.39
Sumber : Bappeda Aceh (diolah) Table 2 Daftar Singkatan untuk peubah Indikator kesejahteraan rakyat
Singkatan
Tingkat pertumbuhan penduduk (Tahun) Kepadatan penduduk (km2) Penduduk 10 tahun ke atas dengan pendidikan tertinggi SLTP atau lebih (%) Pengeluaran rata-rata perkapita sebulan (Rp) Rumah tangga dengan sumber air minum ledeng (%) Penduduk usia muda 0 – 14 tahun (%) Penduduk usia lanjut ≥ 65 tahun (%) Penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan (%) Angka harapan hidup (%) Rumah tangga dengan luas lantai < 10 m2 (%) Tabel 3 Komponen utama (KU) dari 23 kabupaten/kota Variabel X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Akar ciri Keragaman Total ( % ) Keragaman Komulatif ( % )
KU1 -0.207 0.371 -0.160 0.423 0.385 -0.390 0.083 0.254 -0.386 -0.306
KU2 0.290 -0.252 0.337 -0.163 -0.210 -0.270 0.579 0.422 -0.025 -0.283
4.4363 44.4 44.4
2.2758 22.8 67.1
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
103
Tabel 4 Skor komponen utama ( W ) dari 23 kabupaten/kota Kabupaten/Kota Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Acah Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Banda Aceh Sabang Kota Langsa Lhokseumawe Subulussalam
W1 -2.12735 -2.3353 0.41241 -1.56421 -2.45364 0.42149 1.21097 1.60859 -0.23001 0.4826 -1.38924 -0.11409 -1.72644 -0.07148 -0.0059 -0.51537 -1.01034 -0.05893 7.0647 2.84574 1.21156 1.09552 -2.75128
W2 -1.17247 -1.86782 0.56075 -0.1448 -0.50156 0.64979 1.3765 1.22321 2.63491 0.4068 0.47784 0.39745 -1.95422 0.10944 0.74435 1.74673 0.26997 2.99567 -2.45067 -0.35934 -0.90997 -1.44348 -2.78908
Gambar 1 Dendogram untuk 23 kabupaten/kota menggunakan metode pautan tunggal (single lingkage)
Jarak tiap objek yang dihitung dengan jarak Euclidean ditampilkan dalam tabel Proximity Matrix . Sebagai contoh jarak Euclidean antara kabupaten Simeulue dengan Kabupaten Aceh Singkil sebesar 0.527, sedangkan jarak Euclidean antara Kabupaten Simeulue dengan Kabupaten Aceh Selatan sebesar 9.454. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Simeulue lebih mirip karakteristiknya dengan Kabupaten Aceh Singkil. Demikian seterusnya untuk penafsiran objek-objek yang lain. Semakin
kecil nilai jarak Euclidean antara dua objek, maka semakin mirip karakteristik kedua objek tersebut. Pada dasarnya mengelompokkan objek dengan menggunakan metode penggerombolan berhirarki adalah untuk melihat jarak antar objek. Apabila nilai jarak untuk setiap objek kecil, maka akan dikelompokkan menjadi satu kelompok (cluster). Dengan menggunakan software MINITAB 14 diperoleh output seperti terlihat di gambar 1 diatas.
104
nurhasanah
Berdasarkan gambar 1 diperoleh 3 cluster Kabupaten/Kota berdasarkan Indikator Kesejahteraan Rakyat tahun 2009 yang ada di provinsi Aceh yaitu : 1. Cluster I yaitu kota Banda Aceh. 2. Cluster II yaitu kabupaten Simeulue, Aceh Singkil, Aceh Timur dan Gayo Lues. 3. Cluster III yaitu kabupaten Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Besar, Pidie, Bireun, Aceh Utara, Aceh Barat Daya, Aceh Tamiang, Nagan Raya, Aceh Jaya, Bener Meriah, Pidie Jaya, Sabang, Lhokseumawe, Subussalam, kota Langsa.
kabupaten/kota lainnya yang ada di Provinsi Aceh, sehingga analisa dilakukan tanpa melibatkan Kota Banda Aceh yaitu hanya menggunakan 22 kabupaten/kota. Dari matriks korelasi R dapat diturunkan sepuluh komponen utama (KU), ada empat KU yang terpilih dari akar ciri yang lebih dari 1. Kedua KU ditunjukkan pada Tabel 6. Dari keragaman komulatif terlihat bahwa akar ciri pertama mampu menjelaskan sekitar 37 %, akar ciri yang kedua mampu menjelaskan sekitar 59.1 %,akar ciri yang ketiga mampu menjelaskan sekitar 71.9 % dan akar ciri yang keempat mampu menjelaskan sekitar 81.9 %. Dari KU1 , KU2 , KU3 dan KU4 diperoleh skor komponen utama ( W ) yaitu W1 , W2 , W3 dan W4 yang ada pada tabel 6. Jarak tiap objek yang dihitung dengan jarak Euclidean ditampilkan dalam tabel Proximity Matrix. Sebagai contoh jarak Euclidean antara kabupaten Simeulue dengan
Analisa untuk 22 kabupaten/kota Berdasarkan pengamatan dari hasil dendogram 23 kabupaten/kota terlihat bahwa Kota Banda Aceh sangat berbeda dengan kabupaten/kota lainnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa karakteristik Kota Banda Aceh berbeda dengan karakteristik
Tabel 5 Daftar objek amatan 23 kabupaten/kota Kabupaten/Kota Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Acah Barat Daya
Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kabupaten/Kota Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Banda Aceh Sabang Kota Langsa Lhokseumawe Subulussalam
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Tabel 6 Komponen utama ( KU ) dari 22 kabupaten/kota
Variabel
KU 1
KU2
KU3
KU4
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
-0.052 0.221 0.092 0.393 0.354 -0.444 0.217 0.301 -0.391 -0.417 3.6989 37 37
0.327 -0.377 0.179 -0.219 -0.423 -0.178 0.526 0.411 0.085 -0.086 2.2098 22.1 59.1
0.451 -0.313 -0.696 0.242 -0.113 -0.092 -0.129 -0.214 -0.172 -0.206 1.2831 12.8 71.9
0.464 0.287 0.090 0.381 0.172 0.403 0.126 0.097 0.545 -0.186 1.0021 10 81.9
Akar ciri Keragaman Total ( % ) Keragaman Komulatif ( % )
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Kabupaten Aceh Singkil sebesar 5.052, sedangkan jarak Euclidean antara Kabupaten Simeulue dengan Kabupaten Aceh Selatan sebesar 19.943. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Simeulue lebih mirip karakteristiknya dengan Kabupaten Aceh Singkil. Demikian seterusnya untuk penafsiran objek-objek yang lain. Semakin kecil nilai jarak Euclidean antara dua objek, maka semakin mirip karakteristik kedua objek tersebut. Berdasarkan gambar 2 diperoleh 4 cluster Kabupaten/Kota berdasarkan Indikator Kesejahteraan Rakyat tahun 2009 yang ada
di provinsi Aceh yaitu : 1. Cluster I yaitu kabupaten Pidie dan Pidie Jaya. 2. Cluster II yaitu kabupaten Aceh Singkil dan Subussalam. 3. Cluster III yaitu kabupaten Aceh Tengah,Aceh Barat dan Aceh Besar. 4. Cluster IV yaitu kabupaten Lhokseumawe, kota Langsa dan kota Sabang. 5. Cluster V yaitu kabupaten Simeulue, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Timur, Bireun, Aceh Utara, Aceh Barat daya, Gayo Lues, Aceh Tamiang, Nagan Raya, Aceh Jaya, Bener Meriah.
Gambar 2 Dendogram untuk 22 kabupaten/kota menggunakan metode pautan tunggal (single lingkage) Tabel 7 Skor komponen utama ( W ) dari 22 kabupaten/kota Kabupaten/Kota Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Acah Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Sabang Kota Langsa Lhokseumawe Subulussalam
W1 -2.15173 -2.76644 0.40633 -1.38331 -2.76705 1.06453 2.03502 2.27439 0.57286 0.82106 -1.09321 -0.11705 -2.42254 0.23214 0.32978 0.56112 -0.66753 1.15585 3.86485 1.7614 1.91692 -3.62739
105
W2 -0.64141 -1.07988 0.80737 0.15645 0.62126 0.30607 0.82467 0.50695 2.45392 0.08457 0.72681 0.6324 -1.0912 -0.15408 0.80518 1.84465 0.24467 2.46157 -2.18702 -2.23687 -3.45773 -1.62836
W3 -1.00397 1.00939 1.93277 -1.63376 -1.23363 1.01015 1.34161 0.39741 -1.19571 -0.59215 -1.06794 0.4701 0.28342 -0.32667 -0.01803 1.84435 -0.68793 -1.08912 0.04408 -0.26502 -1.22939 2.01003
W4 0.61318 1.26795 -1.02251 -1.17474 0.15938 0.63653 -0.12143 -1.04849 1.37324 -1.27107 0.01141 -1.46206 -1.35054 -0.25412 -1.25541 1.54158 -0.18069 1.34375 0.12774 0.31114 1.09993 0.65521
106
nurhasanah
Tabel 8 Daftar objek amatan 22 kabupaten/kota Kabupaten/Kota Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Acah Barat Daya
Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
keSIMPULAN Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: Hasil analisis cluster untuk 23 kabupaten/ kota di Provinsi Aceh berdasarkan Indikator Kesejahteraan Rakyat tahun 2009 dikelompokkan menjadi 3 cluster, yaitu: 1. Cluster I adalah kota Banda Aceh. 2. Cluster II adalah kabupaten kabupaten Simeulue, Aceh Singkil, Aceh Timur dan Gayo Lues. 3. Cluster III adalah kabupaten Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Besar, Pidie, Bireun, Aceh Utara, Aceh Barat Daya, Aceh Tamiang, Nagan Raya, Aceh Jaya, Bener Meriah, Pidie Jaya, Sabang, Lhokseumawe, Subussalam, kota Langsa.
Kabupaten/Kota Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Sabang Kota Langsa Lhokseumawe Subulussalam
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Hasil analisis cluster untuk 22 kabupaten/ kota di Provinsi Aceh berdasarkan Indikator Kesejahteraan Rakyat tahun 2009 dikelompokkan menjadi 5 cluster, yaitu: 1. Cluster I adalah kabupaten Pidie dan Pidie Jaya. 2. Cluster II adalah kabupaten Aceh Singkil dan Subussalam. 3 .Cluster III adalah kabupaten Aceh Tengah,Aceh Barat dan Aceh Besar. 4. Cluster IV adalah kabupaten Lhokseumawe, kota Langsa dan kota Sabang. 5. Cluster V adalah kabupaten Simeulue, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Timur, Bireun, Aceh Utara, Aceh Barat daya, Gayo Lues, Aceh Tamiang, Nagan Raya, Aceh Jaya, Bener Meriah.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
107
Referensi ------. 2009. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2009, BPS Provinsi Aceh, Aceh. ------. 2009. Aceh Dalam Angka 2009, BPS Provinsi Aceh, Aceh. Dillon, W. dan Goldstein, M. 1984. Multivariate Analysis, Methods and Applications. John Wiley and Sons, Singapore. Jollife,I.T.1986.Principal Component Analysis.New York : Springer-Verlag. Mattjik, A., Sumertajaya, I., dkk. 2002. Aplikasi Analisis Peubah Ganda. Depdiknas, Bogor. Miftahuddin. 2008. Analisis Multivariabel. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press Sartono, B dkk. 2003. Analisis Peubah Ganda. IPB, Bogor.
108
nurhasanah
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 Journal Of Economic Management & Business Volume 14, Nomor 1, Januari 2013 ISSN: 2301-4717 Hal. 109-119
109
PENGARUH FAKTOR INTRINSIK DAN EKTRINSIK TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA Kasus Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Syamsul Bahri
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
The purpose of this study was to analyze the influence of extrinsic and intrinsic factors to interest of entrepreneur at the Faculty of Economics Univeristy Malikussaleh. The data used in this study is primary data. The data obtained by distributing to 96 students by distributing questionnaires at random. Methods of data analysis using multiple regression. The results found that the intrinsic and extrinsic factors have a positive affect the interest in entrepreneurship among students. However, in business should the student must have both factors. Keywords: Effect, intrinsic, extrinsic, entrepreneurship
110
Syamsul Bahri
PENDAHULUAN Pengangguran dan kemiskinan telah menjadi masalah besar di Indonesia. Pengangguran di Indonesia hampir separuhnya disumbangkan oleh lulusan perguruan tinggi yang jumlahnya sangat banyak. Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) per Februari 2011 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka pengangguran terbuka berkurang menjadi 6,80 persen dibandingkan dengan periode Februari 2010 yang besarnya 7,41 persen. Meskipun menurun jumlah penganggur dari kalangan perguruan tinggi justru meningkat. Jika pada Agustus 2010 penganggur dari kalangan terdidik ini sebanyak 673.628 orang atau 6,16 persen, setengah tahun kemudian jumlah ini naik menjadi 740.206 atau 7,02 persen. Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran adalah menciptakan lapangan kerja yang bersifat padat karya. Namun kalangan terdidik cenderung menghindari pilihan pekerjaan ini karena preferensi mereka terhadap pekerjaan kantoran lebih tinggi. Pendidikan kewirausahaan adalah cara tepat untuk mengatasi pengangguran di negara kita dengan menghasilkan pencipta kerja dan bukan pencari kerja. Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu pemecahan bagi pemerintah untuk mengurangi perngangguran dan kemiskinan. UKM sendiri didirikan oleh orang-orang yang memiliki jiwa kewirausahaan atau dikenal sebagai wirausahawan. Minat berwirausaha akan menjadikan seseorang lebih giat mencari dan memanfaatkan peluang usaha dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Minat tidak dibawa sejak lahir tetapi tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Seseorang yang akan berwirausaha diawali dengan adanya minat dalam dirinya. Minat berwirausaha tidak akan timbul dengan sendirinya, akan tetapi tumbuh dan
berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik akan timbul tanpa adanya pengaruh dari luar, faktor intrinsik yang mempengaruhi timbulnya minat berwirausaha antara lain karena adanya pengalaman, kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan perasaan senang. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang timbul karena adanya pengaruh dari luar dirinya. Faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi minat berwirausaha antara lain lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, kondisi sosial ekonomi, dan peluang. Kampus merupakan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan belajar dan akses untuk mendapatkan sumber ilmu pengetahuan yang luas menjadikan kampus sebagai tempat menempa diri, meningkatkan skill. Peluang untuk menguasai bidang ilmu untuk mendukung usaha tertentu terbuka lebar. Selama di perkuliahan mahasiswa mempunyai waktu yang cukup untuk belajar berbagai ilmu yang diperlukan. Mahasiswa dituntut untuk mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membuka peluang kerja. Peran tersebut menjadi sangat penting mengingat kampus adalah sebagai pencetak sumber daya manusia dengan intelektual tinggi, idealisme, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Termasuk didalamnya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh dalam hal ini juga sangat mengupayakan peserta didiknya (mahasiswa) agar kelak menjadi wirausaha-wirausaha muda baik laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan uraian yang tersebut di atas maka tujuan penelitian ini dibuat untuk menguji pengaruh faktor instrinsik dan ekstrinsik terhadap minat berwirausaha: kasus mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh. KAJIAN PUSTAKA Minat adalah suatu proses individu dimana kecendrungan akan perasaan,
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
perasangka, hasrat maupun keinginan terhadap suatu objek yang timbul karena dorongan dari dalam dan rangsang dari luar, tertentu. Secara umum minat adalah kecenderungan terhadap sesuatu (Muhadjir, 2002: 72). Menurut Suryaman (2006: 19) Minat adalah perasaan senang atau kecenderungan hati seseorang yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu dengan berpartisipasi terhadap kegiatan yang menjadi obyek kesukaannya itu. Sedangkan Nurlaili (2009:6) Minat adalah suatu proses kecendrungan akan campuran dari perasaan, hasrat, harapan dan prasangka seseorang terhadap sesuatu yang diingini, disukai, digemari atau diminatinya dengan perasaan senang dan puas. Dengan demikian, dalam konteks wirausaha seseorang yang berminat terhadap wirausaha akan merasa senang atau suka melakukan berbagai tindakan yang berhubungan dengan wirausaha. Minat bersifat pribadi, sehingga minat individu antara satu dengan yang lainnya berbeda. Bahkan minat pada diri seseorang dapat berbeda dari waktu ke waktu, karena minat merupakan kesediaan jiwa yang sifatnya untuk menerima sesuatu dari luar individu. Maka minat sekaligus kaidah pokok dalam menanggapi sesuatu, termasuk di dalamnya minat mahasiswa untuk berwirausaha. Wirausaha diartikan sebagai suatu kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses (Merediht, 2002: 5). Sedangkan menurut Suryaman (2006: 4-5) Wirausaha adalah kemauan dan kemampuan melihat kesempatankesempatan usaha untuk mengambil keuntungan dari padanya dengan mengambil tindakan yang tepat. Menurut Pegy dalam Hendro (2005) kewirausahaan adalah suatu usaha yang kreatif membangun suatu value dari yang belum menjadi ada
111
dan bisa dinikmati oleh orang banyak, di mana wirausaha yang sukses mempunyai empat unsur pokok yaitu: (a) kemampuan (hubungannya dengan IQ dan skill) dalam membaca peluang, berinovasi mengelola dan menjual, (b) keberanian (hubungannya dengan emosional quotient dan mental) dalam mengatasi ketakutan, mengendalikan resiko, dan untuk keluar dari zona kenyamanan (c) Keteguhan hati (hubungannya dengan motivasi diri) yaitu ulet, pantang menyerah, teguh akan keyakinan, dan kekuatan akan pikiran bahwa anda bisa (d) kreativitas yang memperlukan sebuah inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk menentukan peluang berdasarkan instuisi (hubungannya dengan experiences). Mardiyatmo (2008) menjelaskan bahwa wirausaha adalah seseorang yang berprofesi di bidang usaha, untuk kehidupannya seorang wirausaha sejati tidak menggantungkan hidupnya pada siapapun, mereka merintis usaha melalui satu cara yang rumit dan tidak mudah, sehingga kadangkadang mengalami suatu kegagalan. Mereka sangat tergantung pada dirinya sendiri. Keberhasilan seorang wirausaha biasanya erat kaitannya dengan hal-hal berikut, jujur, disiplin dan berani dan dapat melaksanakan prinsip managemen yang baik. Sedangkan hal-hal yang menyebabkan kegagalan antara lain, tidak ada perencanaan yang matang, bakat yang tidak cocok, kurang pengalaman, tidak mempunyai semangat berwirausaha, kurangnya modal, lemahnya pemasaran, dan tidak mempunyai etos kerja yang tinggi. Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa minat berwirausaha adalah keinginan, motivasi dan dorongan untuk berenteraksi dan melakukan segala sesuatu dengan perasaan senang untuk mencapai tujuan dengan bekerja keras atau berkemauan keras, untuk berdikari membuka suatu peluang dengan ketrampilan, serta keyakinan yang dimiliki tanpa merasa takut untuk mengambil resiko, serta bisa belajar dari kegagalan dalam hal berwirausaha. Secara
112
umum dikatakan bahwa manusia wirausaha memiliki potensi untuk berprestasi. Wirausaha yang berkualitas harus memiliki kekuatan sebagai modal, maka untuk memiliki modal kekuatan ini orang harus belajar, sehingga memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri pribadi sehingga kedudukan minat tidaklah stabil karena dalam kondisi-kondisi tertentu, minat dapat berubah-ubah, tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya. Minat bertalian erat dengan perhatian, maka faktor-faktor tersebut adalah pembawaan, suasana hati atau perasaan, keadaan lingkungan, perangsang dan kemauan. (Nurwakhid dalam Suryaman :2006). Kartono dalam Maman:2006) faktor lingkungan yang mempengaruhi minat meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dari dua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi minat secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam diri individu itu sendiri. Faktorfaktor intrinsik sebagai pendorong minat berwirausaha antara lain karena adanya kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan perasaan senang. Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang. Berwirausaha dalam bidang elektronika dapat memberikan pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang dapat menimbulkan minatnya untuk berwirausaha. Harga Diri menyebabkan manusia merasa butuh dihargai dan dihormati
Syamsul Bahri
orang lain. Berwirausaha digunakan untuk meningkatkan harga diri seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain. Keinginan untuk meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan minat seseorang untuk berwirausaha. Perasaan Senang adalah suatu keadaan hati atau peristiwa kejiwaan seseorang, baik perasaan senang atau tidak senang (Ahmadi, dalam Suryaman 2006). Perasaan erat hubungannya dengan pribadi seseorang, maka tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu hal yang sama tidak sama antara orang yang satu dengan yang lain. Rasa senang terhadap bidang usaha tertentu akan diwujudkan dengan perhatian, kemauan, dan kepuasan berwirausaha dalam bidang usaha tersebut. Hal ini berarti rasa senang terhadap bidang usaha yang di gelutinya akan menimbulkan minat. Faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh rangsangan dari luar. Faktorfaktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat berwirausaha antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, peluang pendidikan/pengetahuan. Lingkungan Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga yang lain. Keluarga merupakan peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, disinilah yang memberikan pengaruh awal terhadap terbentuknya kepribadian. Rasa tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini mungkin sejak anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Orang tua adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses ini. Anak harus diajarkan untuk memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Salah satu unsur kepribadian adalah minat. Minat berwirausaha akan
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktifitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Orang tua yang berwirausaha dalam bidang tertentu dapat menimbulkan minat anaknya untuk berwirausaha dalam yang sama pula. Lingkungan Masyarakat merupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga baik di kawasan tempat tinggalnya maupun di kawasan lain. Masyarakat yang dapat mempengaruhi minat berwirausaha dalam bidang elektronika antara lain; tetangga, saudara, teman, kenalan, dan orang lain . Misalnya : seseorang yang tinggal di daerah yang terdapat usaha jasa elektronika atau sering bergaul dengan pengusaha elektronika yang berhasil akan menimbulkan minat berwirausaha bidang elektronika. Peluang merupakan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk melakukan apa yang diinginkannya atau menjadi harapannya. Suatu daerah yang memberikan peluang usaha elektronika akan menimbulkan minat seseorang untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sebenarnya banyak kesempatan yang dapat memberikan keuntungan di lingkungan kita. Kesempatan ini dapat diperoleh orang yang berkemampuan dan berkeinginan kuat untuk meraih sukses. Pendidikan merupakan pengetahuan yang didapat selama kuliah merupakan modal dasar yang digunakan untuk berwirausaha, juga keterampilan yang didapat selama di perkuliahan terutama dalam mata kuliah praktek. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa minat yaitu suatu kecenderungan untuk mengerjakan sesuatu hal karena adanya perasaan senang, keinginan dan perhatian yang timbul dari dalam sendiri serta faktor yang dipengarui dari luar yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekitar di mana dia tinggal atau lingkungan masyarakat serta dipengaruhi oleh pengalaman. Sedangkan berwirausaha adalah suatu kegiatan bekerja keras atau
113
berkemauan keras untuk berdikari membuka suatu peluang dengan ketrampilan serta keyakinan yang dimiliki tanpa merasa takut untuk mengambil resiko serta bisa belajar dari kegagalan. Dengan demikian batasan minat berwirasusaha dibatasi dari faktor yang mempengaruhinya yaitu perasaan senang, keinginan, perhatian, lingkungan keluarga, lingkungan sekitar di mana dia tinggal atau lingkungan masyarakat serta pengalaman. PENELITIAN SEBELUMNYA Penelitian yang berkaitan dengan minat berwirausaha telah banyak dilakukan. Suryaman (2006) yang meneliti minat berwirausaha pada mahasiswa pendidikan teknik elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian menimpulkan bahwa minat berwirausaha masing-masing mahasiswa diketahui 81,25% mahasiswa yang memiliki minat berwirausaha tinggi, 6,25% memiliki minat berwirausaha sangat tinggi dan 12,50% memiliki minat berwirausaha cukup tinggi. Sondari (2009) yang menganalisis hubungan antara pelaksanaan mata kuliah kewirausahaan dengan pilihan karir berwirausaha pada mahasiswa dengan mempertimbangkan gender dan latar belakang pekerjaan orang tua. Hasil penelitian menemukan bahwa mahasiswa masih menganggap bahwa mata kuliah kewirausahaan yang telah mereka tempuh tidak cukup mempengaruhi untuk berwirausaha. Latar belakang pekerjaan orang tua juga tidak memiliki peran dalam menentukan pilihan karir berwirausaha, Sedangkan variabel gender terdapat hubungan yang cukup erat dengan pilihan karir berwirausaha. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan gender perlu dipertimbangkan dalam upaya untuk memberikan pembelajaran kewirausahaan dan menghasilkan wirausaha-wirausaha baru. Indarti et al. (2008) meneliti minat
114
mahasiswa Indonesia, Jepang dan Norwegia jumlah mahasiswa 332 orang mahasiswa dengan rincian 130 orang mahasiswa Indonesia, 81 orang mahasiswa Jepang dan 121 orang mahasiswa Norwegia. Lebih dari 50% responden dari ketiga negara adalah laki-laki (66% responden Indonesia, 79% responden Jepang, 62,8% responden Norwegia). Hasil penelitian mereka adalah 1) kebutuhan akan prestasi tidak berpengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa pada mahasiswa ketiga negara, 2) efikasi diri mempengaruhi minat kewirausahaan mahasiswa Indonesia dan Norwegia tetapi tidak mempunyai pengaruh pada mahasiswa Jepang, 3) kesiapan instrumen atau lingkungan hanya mempengaruhi minat kewirausahaan mahasiswa Norwegia dan tidak mempunyai pengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa Indonesia dan Jepang, 4) jender dan usia yang lebih muda tidak mempunyai pengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa ketiga negara, 5) latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis tidak mempunyai pengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa Indonesia dan Jepang, sebaliknya minat kewirausahaan pada mahasiswa Indonesia dengan latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi malah lebih rendah, 6) pengalaman kerja mempengaruhi minat kewirausahaan pada mahasiswa Norwegia, tetapi tidak mempunyai pengaruh terhadap mahasiswa Indonesia dan Jepang. Morello et al. (2003) mengadakan studi di Ekuador dengan judul Entrepreneurial Intention of Undergraduates at ESPOL in Equador. dengan sampel berjumlah 852 orang mahasiswa. 61,4% responden adalah lelaki dan sisanya 38,6% adalah wanita, 75% responden adalah mahasiswa teknik, 10,9% adalah mahasiswa ekonomi dan sisanya 14,10% adalah mahasiswa teknologi. 72% responden adalah mahasiswa yang sedang bekerja, 32,5% memiliki ibu yang memiliki bisnis, 48,6% memiliki ayah yang seorang pebisnis. Hasil penelitian mendapatkan fakta bahwa 1) mahasiswa
Syamsul Bahri
yang memiliki orang tua sebagai pengusaha memiliki minat kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak memiliki orang tua yang berprofesi sebagai pengusaha, 2) minat kewirausahaan mahasiswa ekonomi berbeda dengan minat kewirausahaan mahasiswa teknik dan teknologi, 3) mahasiswa teknik memiliki minat kewirausahaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan mahasiswa ekonomi, 4) mahasiswa yang bekerja memiliki minat kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak bekerja, 5) usia akademi tidak mempunyai korelasi dengan minat kewirausahaan mahasiswa. Hipotesis: Faktor instrinsik dan ekstrinsik berpenagruh terhadap minat berwirausaha mahasiswa berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan dipilih secara acak dari 96 mahasiswa laki-laki dan perempuan pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, yang terdiri atas lima jurusan/prodi yaitu Jurusan Manajemen, Manajemen Bisnis, Akuntansi, IESP dan D.III Kesekretariatan. Penarikan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada 96 jumlah mahasiswa yang telah ditetapkan menjadi sampel. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan pendekatan Supranto (2008). Adapun berdasarkan data Biro Administrasi Akademik Universitas Malikussaleh, jumlah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh tahun 2011 adalah 1350 mahasiswa. Maka dalam penelitian ini diketahui tingkat keyakinan 95 %, α = 5 %, dan tingkat kesalahan sebesar 10 %. Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala likert sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
valid atau jika pearson correlation < 0,30 maka pernyataan tersebut tidak valid. Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006:46). Dalam penelitian ini variabel intrinsik dan ekstrinsik diukur dalam dua pernyataan berupa satu pertanyaan tiap indikator. Untuk mengukur variabel intrinsik dan ekstrinsik satu jawaban responden dikatakan reliabel jika masing-masing pertanyaan dijawab secara konsisten. Karena masing-masing pertanyaan hendak mengukur hal yang sama, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Tingkat reliabilitas suatu konstruk dapat dilihat dari hasil uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Nunally dalam Ghozali, 2006:47).
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2007). Skala likert menggunakan lima tingkatan jawaban yang dapat dilihat antara lain: Sangat Tidak Setuju (STS:1), Tidak Setuju (TS:2), Netral (N:3), Setuju (S:4) dan Sangat Setuju (SS:5) Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif dan inferensial dengan menggunakan program SPSS. Dalam analisis inferensial yang dilakukan ini untuk menguji pengaruh faktor instrinsik dan ekstrinsik terhadap minat berwirausaha dan perbedaan minat berwirausaha mahasiswa antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Ekonomi. Model yang digunakan utuk menganalisis data adalah model regresi linier berganda. Adapun persamaan regresinya adalah sebagai berikut: y=a+b1x1+b2x2+e, di mana: Y adalah Minat berwirausaha, a=konstanta b1 b2,= koefisien instrinsik dan koefisien ekstrinsik,x1 dan x2= faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik dan ei= error tern
PEMBAHASAN Perbedaan jenis kelamin dapat menjadi pembeda bagi seseorang dalam memberikan pendapat tentang minat berwirausaha, maka jenis kelamin responden memungkinkan untuk memiliki perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Jumlah responden menurut jenis kelamin disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 di bawah dapat diketahui bahwa jumlah persentase terbesar adalah pada responden perempuan lebih besar dibandingkan dengan responden laki-laki, dengan jumlah responden jenis kelamin perempuan sebesar 51 orang atau 53% dan laki-laki sebesar 45 orang atau 47%.
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005:45). Pengujian validitas menggunakan metode Korelasi Product Moment Karl Pearseon (Umar, 2006 : 133). Dengan degree of freedom (df) = (n-2) dan tingkat signifikan 95% (α = 0,05) kriteria pengujian adalah jika pearson correlation > 0,30 maka pernyataan tersebut
Tabel 1 Responden Berdasarkan jenis kelamin No.
KETERANGAN
Jumlah
Jumlah
Mahasiswa
Responden
Persentase
1.
Laki – Laki
633
45
47%
2.
Perempuan
717
51
53%
TOTAL
1350
96
100%
Sumber : Data diolah, 2012
115
116
Selanjutnya Jurusan juga akan menunjukkan status sosial yang akan mempengaruhi seseorang dalam minat berwirausaha. Selanjutnya Jurusan juga akan menunjukkan status sosial yang akan mempengaruhi seseorang dalam minat berwirausaha. Komposisi responden menurut Jurusan yang ditekuninya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan data laki-laki bahwa jumlah responden yang terbanyak adalah dari kelompok responden dengan jurusan Manajemen yaitu sebanyak 15 orang mahasiswa atau 33,3% dari jumlah responden, diikuti oleh responden dengan Jurusan IESP dan Bisnis sama-mama sebanyak 11 orang Mahasiswa atau 24,4% responden serta jurusan Akuntansi sebanyak 8 orang mahasiswa atau 17,8% responden. Tabel 3 menunjukkan data perempuan bahwa jumlah responden yang terbanyak adalah dari kelompok responden dengan jurusan Manajemen yaitu sebanyak 15 orang mahasiswa atau 29,4% dari jumlah responden, diikuti oleh responden dengan Jurusan Akuntansi yaitu sebanyak 13 orang Mahasiswa atau 25,5% responden serta Jurusan Bisnis yaitu sebanyak 9 orang Mahasiswa atau 17,6% responden sedangkan Jurusan IESP dan PDPK yang paling kecil diantara responden yaitu sama –sama sebanyak 7 orang Mahasiswa atau 25,5% responden. Pengujian validitas menggunakan metode Korelasi Product Moment Karl Pearseon (Umar, 2006 : 133). Dengan degree of freedom (df) = (n-2) dan tingkat signifikan 95% (α = 0,05) kriteria pengujian adalah jika pearson correlation > 0,30 maka pernyataan tersebut valid atau jika pearson correlation < 0,30 maka pernyataan tersebut tidak valid. Pengujian validitas selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 diketahui nilai pearson correlations untuk masing-masing variabel adalah: nilai pearson correlations faktor instrinsik (X1) = 0,599, faktor ekstrinsik
Syamsul Bahri
(X2) = 0,653 dengan tingkat signifikan pada 0,000. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa nilai pearson correlations untuk masing-masing variabel X1, dan X2, > 0,30 dan signifikan pada 0,01 yang di uji dengan uji dua sisi yang berarti adalah seluruh item pada kuesioner layak digunakan. Pengujian reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha. Untuk mengukur variabel intrinsik dan ekstrinsik satu jawaban responden dikatakan reliabel jika masing-masing pertanyaan dijawab secara konsisten. Tingkat reliabilitas suatu konstruk dapat dilihat dari hasil uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Ghozali, 2006:45). Hasil pengujian reliabilitas untuk masing-masing variabel yang diringkas pada Tabel 5.. Tabel 5 menunjukkan bahwa uji reliabilitas semua variabel mempunyai koefisien alpha yang cukup besar yaitu di atas 0,60 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliabel yang berarti bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang handal. Pengaruh Faktor Intrinsik dan Ektrinsik terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Hasil penelitian menemukan bahwa faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik secara simultan berpengaruh terhadap minat berwirausaha di kalangan mahasiswa (Tabel 6). Berdasarkan Tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa nilai Fhitung adalah 14,046 dengan tingkat signifikan 0,000. Sedangkan Ftabel pada alpha 5% (0,05) adalah 3,214. oleh karena Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikannya 0,000<0,01 menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen (faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik) secara bersama-sama berpengaruh sangat signifikan terhadap
117
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
Tabel 2 Responden Laki-laki Menurut Jurusan Frequency Valid
Manajemen Bisnis Akuntansi IESP Total
Percent
15 11 8 11 45
Valid Percent
33.3 24.4 17.8 24.4 100.0
Cumulative Percent
33.3 24.4 17.8 24.4 100.0
33.3 57.8 75.6 100.0
Sumber : Data diolah, 2012 Tabel 3 Jumlah Responden Perempuan Menurut Jurusan Frequency Valid
Manajemen Bisnis Akuntansi IESP PDPK Total
Percent
15 9 13 7 7 51
Valid Percent
29.4 17.6 25.5 13.7 13.7 100.0
Cumulative Percent
29.4 17.6 25.5 13.7 13.7 100.0
29.4 47.1 72.5 86.3 100.0
Sumber : Data yang diolah, 2012 Tabel 4 Hasil Pengujian Validitas Correlations Y
X1
Y
Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 96 X1 Pearson Correlation .599** Sig. (2-tailed) .000 N 96 X2 Pearson Correlation .653** Sig. (2-tailed) .000 N 96 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
X2
.599** .000 96 1
.653** .000 96 .513** .000 96 1
45 .513** .000 96
96
Sumber : Data primer yang diolah, 2012 Tabel 5 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel
Alpha
Keterangan
Faktor Instrinsik Faktor Ekstrinsik Minat Berwirausaha
0,702 0,751 0,638
Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber : Data yang diolah, 2012 Tabel 6 Pengaruh Faktor intrinsik dan ektrinsik Faktor Konstanta Faktor intrinsik (x1) Faktor ektrinsik (x2)
Kepuasan Kerja Std. Beta -.147 .478*** .548*** R = .722 R2 = .521 adjusted R2 = .498 sig. F = .000
***significant at .01
t-value -.236 2.876 3.781
118
minat berwirausaha mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh. Temuan tersebut mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa faktor instrinsik dan ekstrinsik berpengaruh terhadap minat berwirausaha mahasiswa berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh. Sedangkan pengujian secara parsial menemukan bahwa juga menemukan bahwa faktor instrinsik berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0.006 lebih kecil dari 0,01. Hasil uji t diperoleh nilai thitung = 2,876 > ttabel sebesar 1,681. Hal yang sama juga untuk variabel faktor ektrinsik yang memiliki pengaruh terhadap minat berwirausaha, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,001 lebih kecil dari 0,01. Hasil uji t diperoleh nilai thitung = 3,781 > ttabel sebesar 1,681. Maka, disimpulkan bahwa faktor intrinsik dan ektrinsik berpengaruh terhadap minat berwirausaha mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh. Hasil persamaan dari model penelitian ini adalah Y = -0,147 + 0,478 X1 + 0,548 X2. Hasil persamaan ini mengindikasikan bahwa jika nilai faktor instrinsik dan faktor ektrinsik dianggap konstan maka minat berwirausaha turun sebesar -0,147. Jika nilai faktor instrinsik sebesar 0,478, menunjukkan kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan perasaan senang(faktor instrinsik) ditingkatkan sebesar 100% maka akan meningkatkan pula minat berwirausaha mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh sebesar 47,80 %. Jika nilai faktor ekstrinsik sebesar 0,548 maka apabila lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, peluang dan pendidikan/ pengetahuan ditingkatkan sebesar 100% maka akan meningkat pula minat berwirausaha mahasiswa Fakultas
Syamsul Bahri
Ekonomi Universitas Malikussaleh sebesar 54,80%. Hasil temuan ini mengimplikasikan bahwa pentingnya faktor intrinsik dan ektrinsik dalam berwirausaha di kalangan mahasiswa artinya mahasiswa harus memiliki kedua faktor tersebut jika ingin berhasil dalam berbisnis. KESIMPULAN Hasil penelitian menemukan bahwa semua variabel independen (faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik) berpengaruh terhadap minat berwirausaha di kalangan mahasiswa. Temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor ekstrinsik lebih mempengaruhi Minat Berwirausaha di kalangan mahasiswa. Dengan kata lain untuk berbisnis mahasiswa tidak cukup memiliki faktor intrinsik saja, yaitu: kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan perasaan senang. Tapi juga harus memiliki faktor ekstrinsik yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, peluang pendidikan /pengetahuan. Penelitian ini memiliki kelemahan karena faktor-faktor yang di gunakan dalam penellitian ini hanya terbatas pada faktor yang ada hubungannya dengan mahasiswa Fakultas Ekonomi Unimal.Maka disarankan untuk penelitian mendatang pada berbagai pergurungan tinggi yang ada di Lhokseumawe. Namun demikian, hasil penelitian ini dapat meningkatkan minat berwirausaha mahasiswa diharapkan dapat memberi manfaat untuk memotivasi untuk membuka usaha setelah lulus kuliah dari Unimal. serta dapat memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat lain dengan memanfaatkan ilmu yang dimiliki untuk terjun langsung sebagai wirausahawan.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 14, Nomor 1, Januari 2013
119
REFERENSI Ghozali, Imam (2006), Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Cetakan IV, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hendro, (2005). How To Became a Smart Enterpreneur and To Start a New Bussiness. Andi Offset. Yogyakarta. http://aceh.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=112:pendudukmiskin-maret-2011&catid=51:kemiskinan diunduh pada tanggal 14 oktober 2011. Indarti N, (2008). “Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan antara Indonesia, Jepang dan Norwegia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 23,No. 4. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mad. Yokyakarta. Maman Suryaman,(2006). Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Program Sarjana Universitas Negeri Semarang, Semarang. Mardiyatmo (2008). Kewirausahaan Untuk Kelas X. Yudistira. Surakarta. Meredith, Geofrey G (2000). Kewirausahaan Teori dan Praktek. PT Pustaka Binaman Presindo. Jakarta. Morello, et al. (2003). Entrepreneurial Intention of Undergraduates at ESPOL in Equador. Faculty Of Economics And Business Administration University Of Ghent. CICYT-ESPOL. Muhadjir, Noeng (2002). Pengukuran kepribadian. Rake Sarasih. Yogyakarta. Nurlaili. (2009). Faktor – faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa wirausaha. Pustaka Ekonomi Unimal Lhokseumawe. Lhokseumawe. Sondari (2009) Hubungan antara Pelaksanaan Mata Kuliah Kewirausahaan dengan Pilihan Karir Berwirausaha pada Mahasiswa dengan Mempertimbangkan Gender dan Latar belakang Pekerjaan Orang tua. Pustaka Fakultas Ekonomi, Universitas Padjadjaran, Bandung. Supranto J (2008) Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi Ketujuh. Erlangga. Jakarta. Umar (2006). Metode Riset Bisnis. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
120
Syamsul Bahri
PETUNJUK PENULISAN JURNAL EMABIS FAKULTAS EKONOMI UNIMAL 1. Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dan harus merupakan tulisan asli dari hasil penelitian, telaah pustaka, laboratorium, pengalaman lapangan atau gagasan yang belum dan tidak akan dipublikasikan dalam media cetak lain. 2. Tulisan yang dimuat dalam Majalah Ilmiah E-Mabis berasal dari bidang Ilmu-ilmu Ekonomi Manajemen dan Bisnis. 3. Naskah diketik dengan perangkat lunak pengolahan kata Microsolft Word yang dicetak pada satu permukaan (tidak dibolak-balik) kertas berukuran A4 putih 80 gram /m2, dengan jarak 1,5 spasi (kecuali abstrak), dengan tata letak porfraif, serta jarak margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm. Panjang naskah 15-20 halaman, termasuk halaman dan tabel. 4. Naskah yang termasuk katagori penelitian, disusun dengan urutan sebagai berikut: a. Judul: diusahakan singkat dan mencerminkan isi penelitian/karya ilmiah, ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. b. Nama Penulis: ditulis dibawah judul, tanpa gelar kesarjanaan. Jika penulis lebih dari satu orang hendaknya diurutkan dan diberi angka Arab di akhir nama masing-masing penulis. Angka-angka Arab tersebut diberi keterangan sebagai catatan kaki pada halaman pertama, lengkap dengan alamat lembaga penulis c. Abstrak: ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris, diketik satu spasi dan maksimum 150 kata. Dibawah abstrak dicantumkan kata kunci (keywords) antara 3-5 frasa (phrase) d. Pendahuluan: (tanpa subjudul, berisi : Latara Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Tinjauan Pustaka) e. Metode Penelitian (alat/bahan, cara penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisis) f. Hasil dan Pembahasan: menguraikan hasil yang diperoleh, disertai pembahsan baik dalam bentuk tabel, grafik dan gambar g. Kesimpulan dan Saran h. Referensi (daftar pustaka) i. Biodata Penulis (daftar riwayat hidup/curriculum vitae) 5. Naskah yang termasuk katagori non penelitian/ konseptual, disusun dengan urutan sebagai berikut a. Judul (sama dengan poin 4.a) b. Nama Penulis (sama dengan poin 4.b) c. Abstrak (sama dengan poin 4.c) d. Pendahuluan (berisi: Latar Belakang, Perumusan Masalah, Sedikit Tinjauan Pustaka. Tidak dipecah menjadi anak sub judul, tetapi dalam bentuk alinea saja) e. Pembahasan (Isi Informasi/pemikiran ilmiah penulis)
f. Kesimpulan dan Saran (saran tidak merupakan keharusan) g. Referensi (daftar pustaka) h. Biodata Penulis (daftar riwayat hidup/curriculum vitae) 6. Naskah tidak diperkenankan memakai lampiran 7. Daftar pustaka yang ditampilkan hanya yang benarbenar diacu/dikutip saja: penulisan daftar pustaka disusun menurut abjad nama pengarang secara kronologis: a. Untuk buku: nama pokok dan inisial pengarang, tahun terbit. Judul Buku jilid, edisi. tempat/kota penerbit : nama penerbit b. Untuk karangan/artikel dalam pertemuan ilmiah atau seminar nama pokok dan inisial pengarang, tahun “Judul Karangan”. Singkatan nama pertemuan (penyelenggara). Waktu;tempat/kota pertemuan. c. Untuk karangan/artikel dalam majalah atau jurnal: nama pokok dan inisial pengarang, tahun. Judul karangang : nama majalah atau jurnal. Jilid (nomor) halaman permulaan dan akhir. d. Untuk tulisan dari internet : nama pokok dan inisial pengarang, tahun. Judul tulisan. Nama jurnal atau majalah/sumberlainnya. (online), vol.,no., (alamat sumber rujukan dan tanggal diakses) 8. Naskah yang dikirim ke redaksi rangkap 2 (asli dan foto copynya) dan disertakan disketnya selambatlambatnya 3(tiga) minggu sebelum penertbitan 9. Dewan redaksi dapat mengubah dan mengoreksi bahasa dan istilah, tanpa merubah isi dan maknanya dengan atau tanpa memberitahukan penulis. 10.Dewan redaksi dapat menolak naskah yang dianggap tidak memenuhi persyarat. Alamat Redaksi : Fakultas Ekonomi Univesitas Malikussaleh. Kampus Bukit Indah P.O.Box 141 Lhokseumawe. Tlp. (0645), 40210 Fax. (0645) 44450. Email:
[email protected] Website: fe-unimal.org
Journal of Economic Management & Business
Volume 14, Nomor 1, Januari 2013