E-WASTE MANAGEMENT
Prepared by Hanna Lestari, M.Eng
MASALAH
Sampah elektronik merupakan kumpulan barangbarang elektronik yang sudah rusak atau tidak dipakai lagi oleh pemiliknya Hampir semua aktivitas masyarakat butuh barang elektronik. Hal ini memicu peningkatan volume sampah elektronik yang berdampak buruk terhadap lingkungan hidup Menurut estimasi Badan Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP), setiap tahun dihasilkan 20-50 juta ton limbah elektronik dari seluruh penjuru dunia. Tingkat kemampuan daur ulangnya tak lebih dari 10 persen. Sementara, peningkatan volume limbah elektronik per tahunnya diperkirakan mencapai 3-5 persen, atau tiga kali lebih cepat daripada limbah umum.
LATAR BELAKANG seperti layaknya barang-barang lainnya, setelah masa tertentu, produk-produk elektronik itu tentu saja menjadi benda yang tidak dipakai lagi karena sudah ada penggantinya dalam versi terbaru atau karena rusak. Jika sudah demikian, barang-barang tersebut menjadi rongsokan elektronik atau sampah yang biasanya mengokupasi sudut-sudut ruang kerja dan gudang di rumah atau kantor. Pembuangan sampah elektronik mengalami kesulitan karena tidak semua tukang servis atau pemulung mau menerima rongsokan yang sudah kadaluwarsa dan tidak ada lagi pasarnya.
CONT Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun bifenil yang bersifat karsinogenik itu terus menumpuk, hingga berpotensi menggunung dan membahayakan bagi kesehatan manusia. Selain itu keberadaan sampah elektronik juga dapat menurunkan IQ, karena ketika dibakar, sampah yang mengandung logam berat ini menimbulkan polusi udara (pencemaran timbal) yang sangat berbahaya. Jika dibuang akan menghasilkan lindi (cairan yang berasal dari dekomposisi sampah dan infiltrasi air eksternal dari hujan).
SOLUSI
program extended producer responsibility (EPR), suatu program dimana produser bertanggung jawab mengambil kembali (take back) produk-produk yang tidak terpakai. Tujuan dari program ini adalah untuk mendorong produser meminimalisir pencemaran dan mereduksi penggunaan sumber daya alam dan energi dari setiap tahap siklus hidup produk dan teknologi proses. produsen membantu untuk menciptakan barang elektronik yang mudah diperbaiki, di up-grade, re-use, dan aman ketika di daur ulang. produsen alat elektronik juga perlu berperan serta dengan memproduksi produk ramah lingkungan dan menjalankan program daur ulang produk yang mereka hasilkan. konsumen juga bisa berperan serta dengan memakai produk multifungsi dan mendaur ulang peralatan elektronik bekas.
masyarakat pengguna barang elektronik turut membantu meningkatkan kesadaran masyarakat lain tentang daur ulang sampah elektronik salah satunya dengan gerakan peduli lingkungan untuk membantu daur ulang sampah elektronik. mendukung pemerintah dalam pembuatan landfill di Indonesia sebagai cara yang efektif untuk melakukan proses daur ulang yang ramah lingkungan dan multifungsi. Yaitu landfill dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang pemasukannya dapat digunakan untuk memelihara infrastruktur landfill itu sendiri.
PENCEGAHAN Dalam mengurangi sampah elektronik, disini peran pemerintah dalam hukum sangat penting karena selama ini dasar hukum yang belum jelas sehingga membuat para investor- investor asing dengan mudah membuang barang-barang bekas mereka ke Negara kita dengan alih-alih harga yang sangat murah. parameter jasa/retribusi pelayanan sampah juga berperan penting, karena selama ini belum ada ukuran yang jelas yang dijadikan ukuran untuk menghitung besaran pungutan sampah ke masyarakat, sehingga membuat masyarakat semakin manja untuk selalu membuang barangbarang mereka
CONT
kita juga dapat mencoba untuk memperbaiki barang elektronik tersebut, karena mungkin saja masalahnya tidak begitu parah seperti yang kita bayangkan.
DAUR ULANG
Contoh, proses extruding dalam kegiatan daur ulang plastik dari sampah elektronik dan proses recovery logam menghasilkan PBDE, dioksin, dan furan. Di Swedia, contohnya, para pekerja yang bekerja di fasilitas daur ulang sampah elektronik setiap harinya terekspos PBDE yang lepas ke udara sehingga darahnya mengandung PBDE 70 kali lipat dibandingkan paramedic di RS.
EXPORT E-WASTE KE NEGARA LAIN
Mengingat risiko dan sulitnya mendaur ulang sampah elektronik, beberapa Negara maju membuang barang elektronik yang sudah “kadaluwarsa” sebelum menjadi sampah, seperti computer, ke Negara sedang berkembang atas nama barang elektronik second. Bagi Negara pengimpor untuk sementara memang diuntungkan dengan barang elektronik harga murah meriah, tapi dalam jangka panjang harus menanggung beban pencemaran lingkungan B3 dari komponen-komponen rosngsokan elektronik. Sedangkan bagi Negara pengekspor mendapat keuntungan lingkungan terbebas dari sampah dan penghematan anggaran dimana biaya ekspor lebih murah 10 kali lipat daripada mendaur-ulangnya.