ANALISIS TATA GUNA HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN DAN SEKITARNYA WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
Oleh: SYARIF INDRA SURYA PURNAMA
E 31.1280
JURUSAN KONSERVAS! SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1999
RINGKASAN
Syarif Indra Surya Purnama. E 31.1280. Analisis Tata Guna Hutan Taman Nasional Gunung Haiimun dan Sekitarnya Wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Dibimbing oleh Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc dan Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS. Hutan merupakan satu kesatuan ekosistem alam.
Perubahan sumberdaya hutan mengakibatkan
perubahan ekosistem alam, sehingga pemanfaatan sumberdaya hutan harus sesuai fungsi dan peruntukannya.
Untuk menunjang keberhasilan pengelolaan hutan diperlukan data dan informasi yang
lengkap mengenai kondisi fisik dan potensi serta terdapat kepastian dan kemantapan status kawasan hutan.kawasan hutan. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi (SIG) sangat membantu dalam menghimpun data dan informasi tersebut, sehingga dapat memberikan landasan dan pengarahan yang rasional bagi kegiatan pengelolaan kawasan hutan. Kawasan hutan Gunung Halimun ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 2821kpts-III1992 dengan luas 40.000 ha, merupakan kawasan hutan alam pegunungan yang masih asli dan memiliki keanekaragaman hayati cukup tinggl. Dilihat dari bentuknya, kawasan Taman Nasional Gunung Halimun berbentuk seperti jemari, sehingga batas yang mengelilinginya menjadi lebih panjang dan pengelolaannya lebih sulit dibandingkan dengan pengelolaan kawasan yang berbentuk relatif bulai. Diperkirakan hutan yang berada di IU8r mau s8kitar Taman Nasional Gunung Halimun masih cukup luas dan sebagian besar merupakan hutan alam dengan Kondisi fisik dan potensi yang bernilai konservasi tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun pangkalan data dasar (database) kawasan hutan Tama~
Nasional Gunung Halimun dan sekilarnya, yang digunakan sebagai dasar gambaran penatagunaan
kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya, serla sebagai dasar rekomendasi prioritas perlindungan kawasan hutan di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun, dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Langkah-Iangkah pengolahan dan analisis data diawali dengan interpretasi citra landsaUTfv1 (tahun 1992) dan peta-peta tematik kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya, dilakukan untuk mengetahui kondisi penutupan lahan, kondisi fisik dan potens'l kawasan hutan. Selanjutnya dilakukan sl'rvei lapangan untuk mengetahui kebenaran hasil interpretasi. Data-data peta dan tabel terse but dimasukkan ke dalam program Sistem Informasi Geografi (SIG), yaitu PC ARC/INFO vers; 3.5.2 menjadi data peta dan tabel format komputer
(dig;ta~.
Analisis data dilakukan melalui anal isis spasial, statistik (skoring) dan potensi
dengan menampalkan (over/ay) peta citra landsaUTM dan peta-peta tematik serta ditambah data lapangan berupa hasil analisis vegetasi, dimana dapat memperlihatkan gambaran penatagunaan kawasan hutan Taman
Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya, serta prioritas perlindungan kawasan hulan di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun. Hasil penelitian ini terbatas hanya dalam cakupan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan ~okit8rny3 wila~'2~ Kab~paten
Sukabumi. Penatagunaan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun
dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi memperlihatkan bahwa hutan lindung hanya berada di hulan sUb-pegunungan dan hulan pegunungan (ketinggian >1275 m dpl), sedangkan hulan untuk peruntukan produksi mempunyai kecenderungan menyebar di beberapa bagian hutan. Kondisi kawasan berhutan di dalam dan di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun wilayah Kabupaten Sukabumi cukup beragam dan masih cukup luas, sebagian besar berada pada kelerengan >45% (sang at curam), merupakan daerah resapan air dan masih memiliki kepadatan habitat satwa langka cukup tinggi, dimana kondisi tersebut bernilai konservasi tinggi sehingga perlu untuk dilindungi. Dilihat dari kondisi kawasan hutan tersebut di atas maka perlu dilakukan peninjauan kembali mengenai penataan batas kawasan Taman Nasional (kawasan dilindungi/produksi), dimana rencana pengelolaan harus memasukkan hubungan antara kawasan hulan di dalam dan sekitar Taman Nasional untuk menjaga kelestarian hulan, serta perlu dilakukan penindakan terha:Jap pelanggaran yang dapat mengancam kelestarian hulan.
ANAUSIS TATA GUNA HUTA!\! TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN DAN SEKITARNYA WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
Oleh:
SYARIF INDRA SURYA PURNAMA
E 31.1280
Sb'f!4i
Sciku;al datak J4t4
O.f{4uU ~~ lUCUe{:Qdck
'Jda. SM;t-a 'KcI«tt"""" fulda- ?ak1tM 'KcluttMM, 1r.catut 'P~ g"9~'
JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOG OR 1999
SKRIPSI
Judul Penelitian
Analisis Tata Guna Hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan Sekitarnya Wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Nama Mahasiswa
Syarif Indra Surya Purnama
NomorPokok
E 31.1280
Menyetujui :
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
~U,f
\\q_.................. \
Df.lr. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc Tgl:
If. Ervizal A.M. Zuhud, MS
o2 NOV 1999
Tgl:
Mengetahui :
Tanggal Lulus: 18 Oktober 1999
o 3 NOV
1999
RIWAYAT HIDUP
Syarif Indra SUry2 Purnama, dilahirkan di Bogar, Jawa Barat pad a tanggal9 Oktober 1975, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Ayah bernama Drs. Karma Syarif dan Ibu bernama Dedeh Suryanah. Jenjang pendidikan formal dimulai pad a tahun 1982 di SD Negeri Pengadilan
1
Bogar dan lulus pada
tahun 1988. Pendidikan dilanjutkan ke SMP Negeri 4 Bogar dan lulus pad a tahun 1991. Pendidikan dilanjutkan ke SMA Negeri 2 Bogar dan lulus pada tahun 1994. Selanjutnya melalui jalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), pada tahun 1994 di terima di Institut Pertanian Bogar (IPB) dan pad a tahun 1995 diterima di Fakultas Kehutanan, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan (S.Hut) di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogar, penulis menyusun karya ilmiah (skripsi) berjudul "Analisis Tata Guna Hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan Sekitamya Wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)", dibimbing oleh Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc dan Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbi! 'aa/amin. Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pad a Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pad a kesempatan ini, penulis berkenan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung dan memberikan bantu an serta bimbingan, terutama kepada : 1. Ayahanda dan Ibunda serta adik-adik (Tiaia dan Ane) tercinta atas do'a, bimbingan dan dukungan yang tak ternilai. 2. Bapak Dr.lr. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc dan Bapak Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS sebagai dosen pembimbing atas bimbingan dan bantuan yang telah diberikan. 3. Bapak Ir. Togar L. Tobing, M.Sc dan Ir. Heri Purnomo sebagai dosen penguji atas kritik dan saran yang telah diberikan. 4. Pihak Taman Nasional Gunung Halimun dan Bapak Ir. Soma Trenggana, M.Sc (BAKOSURTANAL) atas bantuan yang telah diberikan. 5. Bapak dan Ibu staf administrasi dan tata usaha Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas I(eilutanan - IPB atas bantu an yang telah diberikan. 6. Spatial Database and Analysis Facilities, Mas Bayu, Hendi, Nina, Bayu, Cecep, Suparno, Anggit, Dendi, Rini, Eva, Resti, BOila, Dian, Bukti dan rekan-rekan.HIMAKOVA, KSH-Fahutan-IPB serta )l,de Indah. 7. Redin, Tommy, Teddy, Wachyu dan rekan-rekan 1-3 SMANDA Bogor. Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah (skripsi) ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogar, Oktober 1999 Penul'ls
DAFTARISI
Hal. KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... DAFTAR lSI ...... "'"'''''''''''''''''''''' ............... """"""""'''''''..................... ................... DAFTAR GAM BAR .............................................. """"'"'''''''''' ...... ...... ............... ....... DAFTAR TABEl "'"'''''''''''''''' ...... ...... ...... ................................ ............ ......... ............. DAFTAR lAMPIRAN ...................................................................................................
ii iii iv v
I. PENDAHUlUAN..................................................................... ................................... A. latar Belakang "'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''' B. Tujuan .............................................................. """"'"'''''''''''''''''''''''''''' ......... ...... C. Manfaat ...................... """"."."."."."."."."."."."."."."."."."""."." .. ""." .. "" .. """
1 1 2 2
II. METODOlOGI .................................... ........................ ......... ...................................... A lokasi dan Waktu ........ ............ ... ............................................................. ...... ............ B. Metode ................................................................................ ,.. ................................. B.1. Bahan dan Alat .......................... " .... " .... " .............. " ....... """ ...... " .... " .. ". " ... " B.2. Kegiatan ................... " ...... ". ". ". " ....... ". " .. " " ....... " ............. ". ". ". "." " .. ". ". "... 1. Pengumpulan data ... " ....... " .. " ... " ....... "" .. " ..... " ......... ,," .... " " .. " "." "" "... 2. Interpretasi citra landsat TM ". " ... ".".". "'''''''''''''' .. " .. "." .. ,," " .. " ". " ..... " "" 3. Interpretasi peta dasar ... ". " .. " ........ " ...... " .. " " .. " " .... ". """"" ... " ... " .. "...... 4. Studi pustaka .... "" .............. "" ... " ..... " .................. " .. " " .. " .... " ....... " ... " .. ".. 5. Survei lapangan "." ... ,," "" ......... " .......... " .. " .... " ... " .... ,," ....................... ". 6. Pemasukan, pengolahan dan analisis data peta menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) .... "" .... " .... " .... " ... :"....
3
6
III. HASll DAN PEMBAHASAN ... " .... " .. " .... " ................... "" .... " .. " ........................... " .. "". A Pangkalan Data Dasar (Database) Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Halimun .... "... A 1. Kawasan Hutan ...... ". ".". " .. " .... "". """ .... "." .... " .. "" " .. " ". """ " ..... " " .. " " .. ".. A2. Jenis Tanah ...... """ ........ ,, ... " .. " ". """ """ ". " .. " " .. " ... ". ". ". ". ". " .. "". " .... ". """ A3. Topografi dan Kelerengan .. """ .. ",, .... "" .... " .. ,," """" .. "" .. "" .......... " ........ ,,""" A4. Tipe Iklim dan Curah Hujan " .. "" """ .... " .. """" .. ,, .. """" .. "" .. "" .. "" .. "" .. " "".... A5. Jaringan Sungai (Hidrologi) " .. "" .. "" .... """"" .. """"""" .. "" .. """ .. " .. ,,,, .. ,,"",,.. A6. Potensi Vegetasi dan Satwa "'''''''''''''''''''''''''''''''''''' .. """"""""" .. "" .. """""". B. Penatagunaan Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Halimun .. " .. """""" .. "" .... ,,",,... C. Prioritas Perlindungan Kawasan Hutan sekitar Taman Nasional Gunung Halimun """" .. ,," ".
10 10 10 12 12 14 15 17 21 24
IV. KESIMPUlAN DAN SARAN ."" .... " .. "" .. "" .... " .... """""""""" .... " .. "" .... " .... ,, .. ,,",,.....
29
DAFTAR PUSTAKJo, " ..... " .,," " ................... " ....... " .. " ... " .... " .... " ....... " ." ...... " ....... " ...
30
lAMPIRAN ...... "." .... " ......... ". "." "" .. " .... ". " .... " ....... " .......................... " .. " " ......... .
32
3 3 3 3 3 4
4 4
4
DAFTAR GAM BAR
No.
Hal.
Gambar 1.
Desain metode jalur berpetak (transek) ... ... ...... ...... ... ....... ........... ... ... ....... ...... ....
4
Gambar 2.
Langkah-Iangkah pemasukan data (peta dan tabel) ..............................................
6
Gambar 3.
Diagram alir tahapan penelitian ..................................... ... .............. ..................
9
Gambar 4.
Citra landsatfTM tahun 1992 Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi ............... ... ...... .................... ...........................................
10
Peta penutupan lahan Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi ............... ...................... ............... ............ ... ......... ..........
11
Peta tanah Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi ..................... ................... .............................. ......... .......
12
Peta topografi Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi ......... .... .................. ... ... ............ ......... ..................... .......
13
Peta kelerengan Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi ... .............................................. ... ...... ..................... .....
13
Peta iklim Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi ................................. ......... .......... ... ........................
14
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10. Grafik Intensitas Curah Hujan Tahunan (ICHT) Stasi un Klimatologi Kabupaten Sukabumi ........ ............... ........... ........................................ ......... ... ........ .......
15
Gambar 11. Peta jaringan sungai Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi ... ......... .......... ......... ...... ...... ...... ... ........................... ......
16
Gambar 12. Peia distribU3i satwa langka Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi ......... ................... ......... ...... ............... ...... ............... .......
20
Gambar 13. Peta penatagunaan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya Kabupaten Sukabumi ............................................................ ..... ........... ...... ....
23
Gambar 14. Peta kawasan hutan perlu dilindungi sekitar Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi ...... ....... ..... ......... ... ..... .......................... ........... ................. ... ....
27
DAFTAR TABEL
No.
Hal.
Tabel 1.
Tallysheet dala lapangan analisis vegetasi .......................................... ...............
5
Tabel 2.
Rekapitulasi anal isis vegetasi ..........................................................................
6
Tabel 3.
Pangkalan data kelas kelerengan .....................................................................
6
Tabel 4.
Pangkalan data jenis tanah menurut kepekaan terhadap erasi ................................
7
Tabel 5.
Pangkalan data Intensitas Curah Hujan Tahunan (ICHT) ........................ ...............
7
Tabel 6.
Klasifikasi fungsi hutan berdasarkan nilai skor .....................................................
8
Tabel7.
Data luas penutupan lahan hutan ...................................................................................
11
Tabel8.
Data luas kawasan hutan di berbagai kelas kelerengan ..................................... ...........
14
Tabel 9.
Data curah hujan di 4 Stasiun Klimatologi Kabupaten Sukabumi ..........................
15
Tabel10.
Data sungai yang berhulu di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun ...... ................ ...... ....................................................
16
Tabel11.
Indeks Nilai Penting (INP) hulan alam dataran rendah «1000 m dpl) ........................
19
Tabel12.
Indeks Nilai Penting (INP) hutan alam sub-pegunungan «1000 m dpl) ...................
19
Tabel 13.
Data luas penelapan fungsi hutan .............. ........ ...... .......................... ........................
23
Tabel14.
Status konservasi jenis satwa dalam ekosistem dan habitatnya ...................................
26
Tabel 15.
Klasifikasi komunitas satwa .......... ......... ........... ............... ........... ......... ......... .................
26
DAFTAR LAMPIRAN
No,
Hal.
Lampiran 1. Peta kawasan Taman Nasional Gunung Halimun ''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''
33
Lampiran 2, Data curah hujan di Stasiun Klimatologi wilayah Kabupaten Sukabumi '" """" """'"
34
Lampiran 3, Rekapitulasi analisis vegetasi "'"'''''''''''',,''''''''''''',,''','''''''''''''''''''',,'''''''''''''''
36
Lampiran 4, Daftar tumbuhan di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun '",,''',,'''',,'''''
40
Lampiran 5, Keadaan kawasan hutan di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun wilayah Kabupaten Sukabumi """"""""",,""",,",,,,"""''',,'''''''''''',,''''''''',,'''''''''''''' ""
42
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hutan adalah salah satu sumberdaya alam yang merupakan satu kesatuan ekosistem. Perubahan sumberdaya hutan akan membawa akibat perubahan ekosistem. Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya hutan harus dikelola secara bijaksana sesuai lungsi dan peruntukannya, sehingga manfaat hutan sebagai sumber plasma nutfah, pengaiur iklim mikro, pengatur tata air, pencegah erosi, longsor dan banjir, pemeliharaan kesuburan tanah, penghasil kayu dan non-kayu, serta sumber pemenuhan kebutuhan manusia dapat dipertahankan secara lestari dan berkesinambungan untuk generasi sekarang maupun mendatang. Salah satu kegiatan pengelolaan kawasan hutan adalah penatagunaan hutan, yaitu pengaturan lahan hutan sesuai lungsi dan peruntukannya. Pada dasarnya penatagunaan hutan merupakan bagian dari tata guna tanah di kawasan hutan dalam rangka pemanfaatan hutan secara maksimal dan lestari (Soerjono, 1978). Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan diperlukan data dan informasi yang lengkap mengenai kondisi fisik dan potensi hutan, serta kepastian dan kemantapan status kawasan hutan. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem informasi yang menjelaskan semua bentuk data dan informasi mengenai tempat atau obyek di permukaan bumi (Aronoff, 1989), merupakan kumpulan alat yang terdiri dari perangkat keras komputer (hardware), perangkat lunak komputer (software) dan pengguna yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, mengolah, menganalisis, menyajikan dan menjelaskan semua bentuk data dan informasi geografis (ESRI, 1990). Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) sang at membantu dalam member'lkan dan menghimpun data dan informasi dasar (database) mengenai kondisi fisik dan potensi kawasan hutan, sehingga dapat memberikan kepastian dan kemantapan status kawasan hutan serta landasan dan pengarahan yang rasional bagi kegiatan pengelolaannya. Kawasan hutan Gunung Halimun ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 2821kpts-1I11992 tang gal 28 Februari 1992 dengan luas 40.000 ha, merupakan kawasan hutan alam pegunungan yang masih asli dan memiliki keanekaragaman hayati cukup tinggi. Dilihat dari bentuknya, kawasan Taman Nasional Gunung Halimun berbentuk seperti jemari, sehingga batas yang mengelilinginya menjadi lebih panjang dan pengelolaannya lebih sulii dibandingkan dengan pengelolaan kawasan yang berbentuk relatif bulat. Diperkirakan hutan yang berada di luar atau sekitar Taman Nasional Gunung Halimun masih cukup luas dan sebagian besar hutan alam dengan kondisi ftsik dan potensi yang bernilai konservasi tinggi.
2
B. Tujuan Tujuan dari penelilian ini adalah : 1.
Unluk memhimpun pangkalan dala dasar (database) kawasan hulan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekilarnya menggunakan Sislem Informasi Geografi (8IG).
2.
Untuk memberi gambaran mengenai penatagunaan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG).
3.
Untuk merekomendasikan prioritas perlindungan kawasan hutan di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun sebagai kawasan yang dilindungi menggunakan Sistem Informasi Geografi (8IG).
C. Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data dan informasi dasar, serta sebagai landasan pengambilan keputusan dalam rangka mendukung kegiatan pengelolaan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya lebih lanjut secara bijaksana, berkesinambungan dan lestari sesuai fungsi dan peruntukannya.
II. METODOLOGI
A. Lokasi dan Waktu Secara geografis, kawasan Taman Nasional Gunung Halimun terletak antara 106°21'-106°38' BT dan 6°37'-6°51' LS.
Secara administratif, kawasan Taman Nasional Gunung Halimun terletak pada wilayah
Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Lebak, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilaksanakan di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, yaitu terietak aniara 106°26'-106°38' BT dan 6°43'-6°55' LS. Pengolahan data dan infarmasi penelitian dilaksanakan di ruang Spasial Database and Analysis Facilities, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor selama 6 bulan, yaitu dari bulan Januari 1999 sampai dengan bulan Juni 1999. Survei lapangan dilaksanakan di kawasan hutan sekitar Taman Nasional Gunung Halimun wilayah Kabupaten Sukabumi selama 1 bulan, yaitu pad a bulan September 1999.
8. Metode B.1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan adalah citra landsatITM, data-data dan peta-peta tematik kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi. Alat-alat yang digunakan untuk pengolahan dan anal isis data peta adalah Personal Computer beserta kelengkapannya, software ARC/INFO versi 3.5.2, DigiUzer Calcamp 9100. Alal-alat yang digunakan untuk survei lapangan adalah peta kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun wilayah Kabupten Sukabumi, altimeter, clinometer, kompas, kamera, meteran, tali plastik, perlengkapan herbarium, buku identifikasi tumbuhan dan alat tulis. B.2. Kegiatan Kegiatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan data Data-data yang dikumpulkan adalah data spasial (peta), data atribut (tabel) dan data survei lapangan. a. Data spasial Data spasial yang dikumpulkan adalah peta-peta tematik kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi, yaitu citra landsatITM (tahun 1992), peia tata batas, peta administratif, peta penutupan lahan, peta topografi, peta tanah. peta ikiim, peta jaringan sungai, dan peta potensi hutan uenis vegetasi dan satwa).
b. Data atribut Data atribut yang dikumpulkan adalah data curah hujan dan hari hujan tahunan, data potensi hutan Uenis vegetasi dan satwa), serta laporan hasil penelitian.
c. Data lapangan Data lapangan yang dikumpulkan adalah data anal isis vegetasi Uenis pohon, jumlah pohon dan diameter pohon) dan data kondisi fisik ling kung an (geografis). 2. Interpretasi citra landsatITM tahun 1992
Interpretasi citra landsatITM bertujuan untuk mengidentifikasi kawasan hutan dan non-hutan (penutupan lahan) Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi.
3. Interpretasi peta tematik Interpretasi peta tematik bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik dan geografis kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi.
4. Studi pustaka Studi pustaka bertujuan untuk mengetahui potensi jenis vegetasi dan satwa kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi. 5. Survei lapangan
Survei lapangan bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik lingkungan yang tergambar di peta hasi! interpretasi citra landsatITM dan peta dasar dengan keadaan sebenarnya di lapangan, dan anal isis vegetasi di lapangan dilakukan dalam upaya mengetahui jenis vegetasi yang mendominasi di kawasan hutan sekitar Taman Nasional Gunung Halimun wilayah Kabupaten Sukabumi. Data survei lapangan digunakan sebagai data tambahan untuk mendukul1g analisis geografis. Pengambilan data dilakukan secara sampling, yaitu dengan metode ja!ur berpetak (transek). Lebar jalur 20 m dan panjang jalur 200 m serta arah jalur memotong garis kontur (Gambar 1). Data dan informasi yang dikumpulkan adalah data analisis vegetasi dan risalah fisik ling kung an kawasan hutan pada ketinggian di bawah 1000 m dpl dan di atas 1000 m dpl, di setiap tipe hutan.
20m 2m
20m
~5m 10m
I ~
Gambar 1. Desain metoda ja/ur berpetak (Transek)
I arah rintis
5
Keterangan : - 20 x 20 m untuk pohon dewasa (diameter >20 cm) -10 x 10 m untuk tiang (diameter 10-20 cm) ·5 x 5 m untuk pancang (tinggi >1.5 m, diameter <10 cm) • 2 x 2 m untuk semai dan tumbuhan bawah (tinggi <1.5 m) Tallysheet analisis vegetasi dan risalah fisik ling kung an (Tabel 1) sebagai berikut : Lokasi Tipe hutan Statuslfungsi hutan Ketinggian tempat Kemiringaniarah lereng Kondisiijenis tanah Jaluriukuran petak/subpetak Tingkat pertumbuhan
Nama pencatat Tanggal penoatatan
tumbuhan bawahisemaiipancang/tiang/pohon
Tabel 1 Tallysheet data lapangan analisis vegetasi No. Petak Jenis
Jumlah Jenis
Untuk pengolahan data analisis vegetasi digunakan persamaan sebagai berikut:
1.
Kerapatan
2.
Jumlah individu Kerapatan (K) = ----------------Luas petak contoh Kerapatan suatu jenis Kerapatan relatif (KR) = ----------------------- X 100% Kerapatan seluruh jenis Frekuensi
3.
Jumlah subpetak ditemukan suatu jenis Frekuensi (F) = -------------------------------------Jumlah seluruh subpetak contoh Frekuensi suatu jenis Frekuensi relatif (FR) = --------------------- X 100% Frekuens: s31uruh jenis Dominansi Jumlah luas bidang dasar suatu jenis Dominansi (D) = ---------------------------------Luas petak contoh Dominansi suatu jenis Dominansi relatif (DR) = -------------------- X 100% Dominansi seluruh jenis Luas bidang dasar individu pohon (Lbds) = (nD2)/4
4.
Indeks Nilai Penting (INP) INP = KR + FR + DR
Diameter (cm)
6
Selanjutnya dilakukan rekapitulasi data anal isis vegetasi (Tabel 2) sebagai berikut : Tabel 2 Rekapitulasi analisis vegetasi Jenis No. K (ind/ha)
KR (%)
F
FR (%)
D (m2/ha)
DR (%)
INP (%)
6. Pemasukan, pengolahan, analisis data peta menggunakan SIG
a. Pemasukan data Data dasar yang dibuat terdiri dari data spasial dan data alribut dilakukan menggunakan software
Arc/Info. Data spasial disimpan berdasarkan sistem vektor ke dalam bentuk data digital (komputer). Sedangkan penyusunan data alribut dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel/. Proses pemasukan data spasial dan atribut adalah sebagai berikut :
1.
Data-data spasial (data petal dan data-data alribut (data tabel) diubah ke dalam bentuk data digital (komputer) dengan proses digitasi (Gambar 2). Peta
__ /Interpretasi Peta dan Data secara Manual
I
Digitasi
~
IKoreksi Kesalahan
~
ITransformasi ke UTM I
~
IPeta dan Data SIG I Gambar2. Langkah-Iangkah pemasukan data (Peta dan Tabel) 2.
Dari pet2 topografi dibuat peta kel3reng3n menggunakan software Arc Tin. data kelerengan dibagi ke dalam kelas kelerengan (SK Mentan No. 837/KptslUml11/1980) (TabeI3). Tabel 3 Pangkalan data kelas kelerengan Kelas Kelerengan Kelerengan (%) 1 0-8 2 9 -15 3 16-25 4 26-45 5 > 45
Klasifikasi Datar Landai Agak Curam Curam Sang at Curam
7
3.
Dari peta tanah, data jenis tanah dibagi ke dalam kelas-kelas kemampuan tanah menurut kepekaannya terhadap erosi (SK Mentan No. 837/KptslUm/11/1980) (TabeI4). Tabel 4 Pangkalan data kelas kemampuan jenis tanah Kelas Tanah Jenis Tanah 1 Aluvial,Glei,Planosol,Hidromorf kelabu 2 Latosol 3 Brown lorest,Non-calcic brown,Mediteran 4 Andosol,Laterit,Grumusol,Podsol,Podsolik S Regosol,Litosol,Organosol,Renzina
4.
Klasifikasi Tidak Peka Agak Peka Kurang Peka Peka Sang at Peka
Dari data curah hujan, dicari Intensitas Curah Hujan Tahunan (ICHT), menggunakan persamaan di bawah ini. Jumlah Curah Hujan (mm) dalam Setahun ICHT (mm) = -------------------------------Jumlah Hari Hujan dalam Setahun Data eurah hujan tahunan dibagi ke dalam kelas-kelas Intensitas Curah Hujan Tahunan (ICHT) (SK Mentan No. 837/Kpts/Um/11/1980) (TabeIS). Tabel5 Pangkalan data Intensitas Curah Hujan Tahunan (ICHT) Kelas ICHT ICHT (mm) 1 < 13,6 2 13,6 - 20,7 3 20,7 - 27,7 4 27,7 - 34,8 5 > 34,8
Klasifikasi Sang at Rendah Rendah Sedang Tinggi Sang at Tinggi
b. Pengolahan data Setelah semua data diu bah ke dalam bentuk peta digital (komputer) beserta pangkalan datanya, maka dilakukan analisis seeara spasial dengan menggunakan metode penampalan (overlay) di antara peta-peta digital tersebut sehingga terbentuk peta baru. Data peta baru dianalisis seeara statistik dengan menggunakan metode skoring, dimana penilaian terhadap penetapan lungsi kawasan hutan dilakukan terhadap laktor-Iaktor penentu (kemungkinan terjadinya kerusakan tanah/erosi), jika lahan dipergunakan untuk suatu peruntukkan. Model matematik untuk mengetahui skor adalah : SKOR = (20FKL) + (1SFKT) + (10FKI) dim ana : • FKL • FKT • FKI • Skor
= laktor kelas lereng = jaktor kelas tanah = laktor kelas ICHT = nilai yang digunakan dalam penetapan lungsi hutan
8
Pembagian kawasan hutan didasarkan pada klasjfikasi fungsi kawasan hutan sesuai nilai skor (1 abel 6). Tabel6 Klasifikasi fungsi kawasan hutan berdasarkan nilai skor No. Nilai Skor Klasifikasi Fungsi Tanah Hutan PiOduksi (HP) 1 < 125 Hutan Produksi Terbatas (HPT) 2 125 -174 > 175 Hutan Lindung (HL) 3 C.
Analisis data Analisis data dilakukan dengan menganalisis patensi kawasan hutan, menggunakan metode
penampalan (over/ay) dari 4 peta dasar, yaitu peta vegetasi (penutupan lahan), peta distribusi satVia langka, peta topografi dan peta kelerengan. Penilaian tertinggi diberikan pad a kawasan hutan alam, topografi dataran tinggi dari permukaan laut, kelerengan lapangan yang curam dan penyebaran satwa langka dan dilindungi, karena kawasan tersebut sangat peka terhadap gangguan dan kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Dalam klasifikasi konservasi jenis dan habitat dalam rangka pelestarian satwa, dipilih jenis satVia menurut kriteria sebagai berikut (Niijima, 1997) : 1. Status konservasi a. Jenis satwa yang dilindungi menurut hukum b. Jenis satwa yang langka dan terancam punah (The Red Data Book 2. Jenis satwa yang berpengaruh dalam rantai makanan a. Karnivora besar b. Burung pemangsa 3. Habitat yang spesifik a. Tipe habitat yang unik dan khas b. Tipe habitat peka terhadap gangguan
IUCI~)
PEMASUKAN DATA SIG (PC ARC/INFO)
PENATAGUNAAN HUTAN 'peta topografilkelerengan 'peta jenis tanah 'peta iklim & data CH
INTERPRETASI CITRA LANDSATrrM deliniasi hutan & non-hutan
".-
""" OVERLAY peta & atribut gabungan
SURVEI LAPANGAN 'kondisi fisik ling kung an 'analisis vegetasi
OVERLAY peta & atribut gabungan
U
ANALISIS SPATIAL & STATISTIK model matematika skor = 20FL+15FT+10Fi
PRIORITAS KONSERVASI 'peta topografilkelerengan 'peta distribusi satwa 'peta jaringan sungai
ANALISIS POT ENS I 'ketinggian & kelerengan 'vegetasi & satwa 'jaringan sungai
HASIL peta penutupan lahan
OVERLAY peta & atribut gabungan_ _~
HAStL peta penatagunaan hutan
HASIL peta kawasan dilindungi
Gambar 3. Diagram At1r Tahapan Penelitian (v
Je.,.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pangkalan Data Dasar (database) Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Halimun Kondisi fisik dan potensi suatu kawasan hutan dapat dilihat dari kondisi lingkungannya, yaitu iklim, bentuk lahan, tanah, liputan vegetasi dan aktivitas manusia,
Faktor-faktor lingkungan tersebut saling
mendukung dan mempengaruhi serta memberikan informasi mengenai karakteristik ekosistem suatu kawasan hutan (Howard, 1996), Kondisi fisik dan potensi kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi dapat dilihat dari hasil interpretasi citra landsaUTM dan peta tematik yang diolah dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), serta hasil survei lapangan, Hasil yang diperoleh adalah berupa data dasar (database) berbentuk peta (data spasian dan tabel/grafik (data atribuQ, Menurut ESRI (1990), peta adalah rupabumi atau fenomena lain yang dipresentasikan dalam bentuk grafis, yang berisi bermacam-macam informasi. Menurut Howard (1996), peta tematik merupakan gambaran grafts sejumlal1 kenampakan terpilih di dalam suatu daerah yang telah dibatasi, dimana penampilannya dikaitkan dengan permukaan bumi pada skala yang sesuai.
A.1. Kawasan Hutan CITRA LANDSATITM TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN KABUPATEN SUKABUMI Ska'a 1 : 300 000 Sumber . C~fa l~lldsatlTM Taman Nasional GUntITlg H31imun
1992
N
Balas Taman Nasiona
,"'J Batas Kabupaten
Gambar 4. Citra Landsat/TM Taman Nasiona! Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi
Interpretasi citra landsaUTM (Gambar 4) menghasilkan Peta -Penutupan Lahan, memperlihatkan bahwa wilayah barat Kabupaten Sukabumi terdiri dari beberapa tipe penutupan lahan, yaitu kawasan hutan dan kawasan non-hutan (semak belukar, perkebunan, sawah, ladang dan pemukiman) (Gambar 5),
II
PETA PENUTUPAN LAHAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN KABUPATEN SUKABUMI Sksa 1 : 300 0;."'0] Sombet; - CtralandullTM
TamanNMionai Gunung Harmun 1992
N N
Batas Penelltlan Batas Taman Nruilonfi / ' / Balas Kabupaten 1<",' Balas Hulan
'Penutupan lallan
6
tff:.
Hulan (Primer da'l Sek.unoor) Hulan dan Semak Belukar Non·Hulan (Lahan Pertanian dan Pemuk.lRlan)
Gambar 5. Peta Penutupan Lahan Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi
HasH penampalan (overlay) antara Peta Penutupan Lahan dan Peta Tata Batas Taman Nasional Gunung Halimun memperlihaikan bahwa luas kawasan hutan adalah sekitar 16471,84 ha (Tabel 7), dim ana sebagian besar dari kawasan hutan termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional, yaitu seluas 9988,93 ha, berstatus kawasan yang dilindungi. Sedangkan kawasan hutan yang berada di luar atau sekitar kawasan Taman Nasional, termasuk ke dalam kawasan Perum Perhutani, yaitu seluas 6482,91 ha, berstatus hutan lindung dan hutan produksi. Tabsl7 Data luas penutupan lahan hutan PENUTUPAN LAHAN Hulan (Primer dan Sekundar) Hutan dan Semak Belukar Lahan Pertanian dan Pemukiman Total
TNGH 9844.68 144.25 477.93 10466.86
Keterangan. TNGH - Taman NaSlonal Gunung Hallmun
I
I I
LUAS (ha) Non-TNGH 6086.95 395.96
Total 15931.63 540.21
-
-
6482.91
16471.84
Kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya di wilayah Kabupaten Sukabumi, di beberapa bagian terlihat masih alami (hutan primer), terutama di sebelah Utara, Barat dan Resort Cikelat, di sebelah Barat dan Resort Cikidang, dan Resort Kabandungan. Sedangkan di bag ian lain, hutan telah terganggu oleh aktivitas manusia (hutan sekunder), terutama di sebelah Selatan Resort Cikidang dan di sebelah Timur Resort Kabandungan. Seluruh kawasan hutan ini berbatasan langsung dengan lahan pertanian (sawah dan perkebunan) dan pemukiman.
12
A.2. Jenis Tanah Hasil penampalan (overlay) antara Peta Penutupan Lahan dan Peta Tanah memperlihatkan bahwa kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi didominasi oleh jenis tanah Latosal (Latosal Coklat, Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Latosal Coklat, Asasiasi Latosol Coklat dan Latosol Coklat kekuningan) dan Andosol (Asasiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat) (Gambar 6). Jenis tanah Latosol mendominasi hampir seluruh kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah kabupaten Sukabumi.
Sedangkan jenis tanah Andosal terdapat di
kawasan hutan pegunungan, terutama daerah Gunung Kendeng Selatan dan Gunung Halimun Selatan.
,----------------------------------------------------------------, PETATANAH TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN KABUPATEN SUKABUMI Ska'a l' 300000 s..rt:~r· - ::~t;I
Tooah TiojllU Propinsi Jawn8arlll S'aia 1: 250.000 Tanah dan ~l1lktrmat (1966)
::~Penelifum
NJl.go: T...an Nawnal / \ / Be: Kabupol.n
AI""'JenifT,.....
I..l:=lC1Cc~t
,;:,"
~
~;'$ LIlIe'lOIMor21h Kakuningan, tll!cool Cakbr'~ PoII""likM&rahKakllningand., U~rol A=-l.$:!,Q! Q,kllII K.!lTJIrftMn dan LaIoJCl Co!;lat ,,~ La!osol (;gklat dan R.goool Ka!3bu ,0.00,",,", lJItI.ol Calla! dan Lllllnol Coklill Kokuning;ln A~ AnOO$OI Cakl..r.dan Raga ... 1Collilt AC'~ AlIMa! Ktlabu
Gambar 6. Peta Tanah Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi
Ditinjau dari karakteristiknya, tanah Latosal termasuk jenis tanah yang kurang subur, tetapi kurang peka terhadap erosi. Sedangkan tanah Andosol termasuk jenis tanah yang subur, tetapi peka terhadap erosi. Menurut Dudal dan Soepraptohardjo (1957), jenis tanah Latosal merupakan jenis tanah yang memiliki kandungan mineral primer, unsur hara dan bah an organik rendah, pH rendah, konsistensi remah dan stabilitas agregat tinggi. Sedangkan jenis tanah Andosal merupakan jenis tanah yang memiliki mineral primer, unsur hara dan bahan organik tinggi, pH rendah konsistensi remah dan stabilitas agregat rendah. A.3. Topografi dan Kelerengan Hasil penampalan (overlay) antara Peta Penutupan Lahan dan Peta Topografi memperlihatkan bahwa kondisi topografi kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi berada pada ketinggian antara 825-1764 m dpl (Gambar 5). Puncak tertingginya adalah Gunung Kendeng Selatan (1764 m dpl),
Gunung Halimun Selatan (1744 m dpl), Gunung
Panenjoan (1350 m dpl) dan Gunung Andam (1432 m dpl).
I
PETA TOPOGRAFI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN KABUPATEN SUKABUMI Skaa 1 : 300 000 S~""
. Pela Tllpografi Taman Nnsiona! Gunung Ha~mun S~a:a': 50,000 J1C.e..lIPl PHPA Biodive~ity Conservation Project (1996)
/ \ / Batas Tamen Nasional .. ' \.- Batas Kabupalen
1\./ Balas Hulan KellOggian (m dpl) '/\' .'275-575
576·775 776 -975 976·1175 1176-1375
/\/1376.1725
Gambar 7. Peta Topografi Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi
Hasil penampalan (over/ay) antara Peta Penutupan Lahan dan Peta Kelerengan memperlihatkan bahwa kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya di wilayah Kabupaten Sukabumi sebagian besar berada pada kelerengan >45% (sangat curam) seluas 7534,98 ha (47% dari total luas hutan) dan kelerengan 0-8% (datar) seluas 6502,36 ha (39% dari totalluas hutan). Sedangkan kawasan hutan yang berada pada kelerengan antara 25-45% (curam) seluas 2163,96 ha, antara 15-25% (agak curam) seluas 197,34 ha, dan antara 8-15% (Iandai) seluas 73,17 ha (Gambar 8 dan TabeI8).
PETA KELERENGAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN KABUPATEN SUKABUMI Ska'a 1 : 300,000 St.r.Iw·
- Peta Topogrnfi Taman Na~ooal Gunuog Ha~mWl Skala I: 5(},QOO
JICALIPI. PHPA8io(flver~ty Consel"lation Project (1998)
N
Balas Taman Nasional . ' \ / Balas Kabq'la\en Satas Hulan Kelas Kele:engan (%)
'IV
o
1·8
r\~lk';-,
9·15 16 -25 26 -45 ;. 45 ._ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _~'I
Gambar 8. Peta Kelerengan Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi
i
j
I-t
-
Tabel8 Data luas kawasan hutan di berbagai kelas kelerenoan KELERENGAN (%) LUAS (ha) > 45 7534.98 25-45 2163.96 15-25 197.34 8-15 73.17 0-8 6502.36
Persentase 47% 13% 1% 0% 39%
I
i
A.4. Tipe Iklim dan Curah Hujan Hasil penampalan (overlay) antara Peta Penutupan Lahan dan Peta Tipe Iklim memperlihatkan bahwa kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumr memiliki 3 tipe iklim, yaitu tipe iklim A, B1 dan B2 (Gambar 9). Menurut Oldeman (1975), iklim A adalah tipe iklim dimana terjadi lebih dari 9 bulan basah, iklim B1 adalah tipe iklim dimana terjadi 7, 8, 9 bulan basah dan 2, 3, 4 bulan kering, dan iklim B2 adalah tips iklim dimana terjadi 7, 8, 9 bulan basah dan kurang dari 2 bulan kering. Berdasarkan Schmidt dan Ferguson, kawasan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya bertipe iklim B (basah) dengan perbandingan bulan kering dan bulan basah (nilai 0) sebesar 24,7.
PETA IKLlM TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN KABUPATEN SUKABUMI Skaa 1 : 300.000 Sllmber
• Pela A::Jrok~mat Jawa dan Madur~ Skala!: 1,000.000 L R Oldeman (1975)
N Batas Taman Nasional / \ / Batas Kabupaten N Balas Hulan TipelHm A
81 B2
Gambar 9. Peta Iklim Taman Nasional Gunung Ha!imun Kabupaten Sukabumi
Data curah hujan dan hari hujan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitamya di wilayah Kabupaten Sukabumi dalam kurun waktu 7 tahun terakhir (tahun 1992-1998), !ercatat oleh Stasiun Klimatologi di 4 Kecamatan wilayah Kabupaten Sukabumi, yaitu Stasiun Klimatologi Kecamatan Cikidang, Stasiun Klimatologi Kecamatan Kalapanunggal, Stasiun Klimatologi Kecamatan Gisolok dan Stasiun Klimatologi Kecamatan Pelabuhan Ratu adalah sebagai berikut :
15
Tabel9 Data Curah Hujan di 4 Stasiun Klimatologi Kabupaten Sukabumi No. Tahun
KAlAPANUNGGAl CH(mm)
HH(mm)
1 1992 -2- 1993 3 1994
2999 2395
241 210
1670
142
1995 1996 1997
2727 2944 1188
198 179
1998
3066
4
5 6 7
93 183
CH(mm)
ICHT
HH(mm)
11.40 11.76
135 22.38 3021 3074 --fS3 18.86 3103 160 19.39
13.77 16.45 12.77
2032 4114 3356
16.75
12.44
Jumlah
16989
1246
95.34
1499 20199
Rata-rata
2427
178.00
13.62
2885.57
134 177 132
84
CH(mm) HH(mm)
15.16 23.24 25.42 17.84
3982
176 166
3595 2491.5
20.33
ICHT
22.63 21.66
CH(mm)
HH(mm)
2631 2316
20.55
113
20.50 18.58
136
18.32
1356
73
182
22.43 27.88
3690 2445
122
21.80
3833.3
216
756 3458
137 69
3329.69
17.75
1082 152.47 154.57
21.78
99 54 110
16652 2378.88
ICHT
128
4082.5 3819.5 1504
985 142.29 23307.8 140.71
PELABUHAN RA TU
CISOlOK
CIKIDANG
.
ICHT
30.25 24.70 11.00 31.44
699 160.02 99.86
22.86
Tabel data curah hujan (Tabel 9) memperiihatkan bahwa curah hujan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya di wilayah Kabupaten Sukabumi adalah berkisar antara 756-4349 mm dan rata-rata jumlah curah hujan tahunan sebesar 2288,13 mm per-tahun. Jumlah hari hujan berkisar antara 54-241 hari per-tahun dan rata-rata hari hujan selama 118 hari per-tahun. Jumlah rata-rata bulan basah (bulan dengan curah hujan ;0:100 mm per-tdhun) adalah 9 bulan per-tahun. Berdasarkan data curah hujan dan hari hujan dapat dihitung nilai Intensitas Curah Hujan Tahunan (lCHT) rata-rata yaitu di Kecamatan Kalapanunggal sebesar 13.62 m per-tahun, di Kecamatan Cikidang sebesar 20,33 mm per-tahun, di Kecamatan Pelabuhan Ratu sebesar 22,86 mm per-tahun, dan di Kecamatan Cisolok sebesar 21,78 mm per-tahun, digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar 10).
-+--Cikida~
--,,-~
1992
1993
1994
1995
1996'
1997
CisoJok Pclabuhan Ralu
1998
Tahun
Gambar 10. Grafik Intensitas Curah Hujan Tahunan (ICHT) Stasiun Klimatologi Kabupaten Sukabumi A.S. Jaringan Sungai (Hidrologi)
Kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun mempunyai nilai penting sebagai daerah tangkapan air. Banyak sungai berasal dari sini bermuara ke Laut Jawa di sebelah Utara maupun ke Samudera Indonesia di sebelah Selatan. Air sungai tersebut menjadi lahan pertanian di sekitar Taman Nasional berkembang dengan cukup baik. Sungai-sungai di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun selalu berair sepanjang musim. Lebih dari 50 sungai berhulu di Taman Nasional Gunung Halimun.
16
Hasil penampalan (overlay) antara Peta Penutupan Lahan dan Peta Jaringan Sungai memperlihatkan bahwa kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi merupakan daerah tangkapan air sungai, yaitu sungai Cimaja, Cisukawayana, Citarik, Cibareno, Cimadur dan Cimantaja (Gambar 11).
PETA JARINGAN SUNGAI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN KABUPATEN SUKABUMI Skaa 1 : 300,000 S!r.-~
.
Pe:~ Jarirlgan Sung1!i Tilman Namonal Gunung Hanmun SIJ.t~ t: 50.000 JIC':', LlPl PHPABiodiversity Con~elVilti<m Project (199B)
AirTe~un
#: Om..i:;: Omanlaja j;
OJru; Opamulaan
# #
Q.J;u; Oraksamala
CUru; Crtangkob OmJ; Quluran Bates Taman Nasion81 / \.... Balas K3bupaten
#
N
N Bates Hulen !V Suo",
Gambar 11. Peta Jaringan Sungai Taman Nasional Gunung Ha!imun Kabupaten Sukabumi
Hasil survei lapangan diketahui bahwa terdapat sekitar 7 buah air terjun tersebar di beberapa tempat di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun. Sekitar 5 buah air terjun tersebar di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun wilayah Kabupaten Sukabumi, yaitu air terjun Citangkolo, Ciraksamala, Ciuluran, Cimantaja dan Cipamulaan. Air terjun tersebut mempunyai ketinggian antara 50-150 m. Tabel10 Data sungai yang berhulu di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun Sungai
No.
Arah Bennuara
Kotanac!jalKabupaten
Daerah yang dilalui ..
1
Ciantan
Ulara
Kab.80g0r
Gunungmejan. Leuwiliang
2
Cikaniki
Ulara
Kab.Bogor
Ciparahu, Leuwiliang
3 Cianten
Ulara
Kab.Bogor
Ciampea
Ulara
Kab.Bogor
Ciampea, Cibodas
Kab.Tangerang
Serpong
Kodya.Tangerang
Tangerang
Kab.Bogor
Lawangtaji, Jasinga
Kab.Labak
Maja
Kab.Tangerang
Cangkudu, Ceplak
Kab.Bogor
Ciparai
Kab.Tangerang
Curug
Kodya Tangerang
Tangerang
4
5
6
7
Cisadane
Cidurian
Cimanceur
Cibeureum
Ulara
Ulara
Ulara
Kab.Lebak
Maja
Kab.Semng
Tanara
I
"--... -
.
17 8
9
Gisemeit
10 Ciujung
11 Ciliman 12 13 14 15
Kab.Labak
Cipanas, Pandak, Rangkaabitung
Kab.Serang
Dukun, Leas
Utara
Kab.Labak
Rangkasbitung, Dukun. Leas
Utara
Kab.Lebak
Lewiyaksi, Rangkasbitung
Kab.Serang
Dukull, Leas
Kab.Pandeglang
Pandeglang
Kab.Lebak
Gunungkendeng,Kerta
Kab.Pandeglang
Muarabinuangeun Cikotok, 8ajah
Utara
Ciberang
Selatan
Cimadur
Selatan
Kab.Lebak
Cisawamo
Selatan
Kab.Lebak
Citarik
Selatan
Kab.Sukabumi
Pelabuhan Ratu, Cipetir
Cisukawayana
Selatan
Kab.Sukabumi
Pelabuhan Ratu, Bojonghaur
A.6. Patensi Vegetasi dan Satwa A.6.1. Vegetasi Kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya merupakan hutan pegunungan yang rnasih asli, dan rnemiliki keanekaragaman hayati cukup tinggi. Kawasan hutan ini dibedakan menjadi 3 tipe hutan, yaitu tipe hutan dataran rendah (500-1000 m dpl), tipe hutan subpegunungan (1000-1500 m dpl) dan tipe hutan pegunungan (Iebih dari 1500 m dpl). Simbolon dan Mirmanto (1997) mengklasifikasikan hutan Gunung Halimun ke dalam 3 zone hutan. yaitu zone Colline «900 m dpl), zone hutan sUb-pegunungan (1000-1400 m dpl) dan zone hutan pegunungan
(>1500 m dpl). Hutan dataran rendah didominasi oleh rasamala (Altingia exce/sal
Hutan sub-
pegunungan didominasi oleh famili Fagaceae, seperti puspa (Schima wallichii) , kaseueur badak (Antidesma montanum), kimerak (Eurya acuminata) dan kisampang (Evodia macrop,'lyila). Hutan
pegunungan didominasi oleh famili Fagaceae, seperti kianak (Castanopsis acuminauSS/ma), pasang merah (Uthocarpus indicus) dan pasang (Quercus gemmiflora) (Simbolon et ai, 1997 dan 1998). Di kawasan Resort Cikelat, di bag ian hutan yang masih alami, terutama pad a ketlnggian an tara
1000-1600 m dpl, didominasi oleh jenis pohon rasamala (Allingia exee/sa), puspa (Scll/ma wallichil). kianak (Castanopsis acuminaussima) , pasang merah (Uthocarpus indicus), kalimorot (Uthocarpus pseudomo/uccas) dan kisireum (Eugenia e/avimyrtus).
Sedangkan hutan dibagian lain telah
terganggu oleh aktivitas manusia didominasi oleh jenis pohon-pohon kecil, seperti mara (Macaranga tanarius), kisampang (Evodia /aufolia) dan hambirung (Vernonia arboreal; semak belukar, sepert;
kirinyu
(Eupatorium
odoratum),
daun
pecah
beling
(Strobilanthes
crispusl.
harendong
(Me/astoma sp.); pakis, seperti paku rane (Se/aginella martensil) (Simbolon et ai, 1997 dan 1998).
Di kawasan Resort Cikidang, beberapa bagian hutan telah terganggu dan terkonversi menjad; ladang. Hutan di kawasan ini, terutama pada ketinggian antara 600-1000 m dpl, dldominasi oleh jenis pohon puspa (Schima wallichil) dan rasamala (A/tingia exce/sa), serta jenis pOhon-pohon lain, seperti pasang (Quercus gemmiflora), kianak (Castanopsis acuminatissima) , kimerak (Eurya
18
acuminata), sukun (Artocarpus communis), pulai (Alstonia scholaris), pongrang (Scheff/era aromailca), pinang (Pinanga coronata) dan rotan (Calamus sp.). Di dekat air terjun Cimantaja di ketinggian antara 700-900 m dpl, hutan didominasi oleh jenis-jenis bambu, seperti awitali (Gigantochloa apus) dan salak (Sa/acca edulis) (Simbolon et ai, 1997 dan 1998), Di kawasan Resort Kabandungan, di bag ian hutan yang masih alami, terutama pada ketinggian antara 900-1300 m dpl, didominasi oleh jenis pohon rasamala (Altingia excelsa) dan puspa (Schima wallichil), serta jenis pohon-pohon lain, seperti ganitri (Elaeocarpus ganitrus), kimerak (Eurya acuminata), asem landa (Pithecel!obium umbel/alum), kiseueur badak (Antidesma montanum), kihuni leuweung (Anildesma tetrandum), jambu (Zysygium sp.), semantung (Ficus padana), hamerang badak (Ficus fulva), awar-awar (Ficus sepilca), bering in (Ficus benyamina), kedoya (Dysoxylum amooroides), kihujan (Engelhardia spicata), rambutan hutan (Nephelium juglandifolia), kipahang (Pongamia pinnata), suren (Toona surem), bengang (Nessia altissima), kileho bintang (Saurania nudiflora),
kileho
(Saurania
pendula),
damaran
(Weinmania
blumel),
jirak
(Symplocos
cochinchinensis), pong rang (Scheff/era aromatica), jelatang (Lapotea stimulans), mangga hutan (Mangifera sp.), manggu leuweung (Garcinia dulcis), kiseueur badak (Anildesma montanum), kicengkeh (Urophyllum arborum), dan rukem (Flacourila rukam). Sedangkan hutan di bagian lain telah terganggu oleh aktivitas manusia, didominasi oleh semak belukar, seperti lobelia (Strobilanthes cemua). Jenis-jenis tumbuhan merambat yang diketahui adalah pandan (Freycineua sp.), areuy susuan (Tetrastigma papilossum), argongseng (Spatholobus ferrugineus), areuy (Hoya macrophylla), arbei (Rubus sp.), cannar (Smilax sp.). Jenis-jenis tumbuHan epifrt yang diketahui adalah anggrek (Dendrobium sp.) dan dolog (Trichospermum javanicum), serta pakis epifrt, seperti pakis kawat (Lycopodium phlegmaria) , kadaka (Asplenium nidus), paku (Diplazium sp.) dan paku rane (Se/aginella martensil),
Jenis-jenis tumbuhan bawah yang diketahui adalah hariang (Begonia
roxburghii dan Begonia isoptera), reundeur (Argostemma uniflora, Argostemma montana dan Argostemma bOlTagineum) (Simbolon et ai, 1997 dan 1998). Pada ketinggian lebih dari 1600 m dpl, vegetasi berubah menjadi hutan pegunungan, didominasi oleh jenis pohon jamuju (Podocarpus imbricatus) dan kiputri (Podocarpus neriifolius) , Jenis-jenis tumbuhan bawah didominasi oleh tumbuhan seperti kantong semar (Nepenthes gymnamphora), tabat barito (Ficus deltoidea), harendong (Medinilla speciosa) dan reundeur (Argostema unit/orum) (Simbolon et ai, 1997 dan 1998), Hasil survei lapangan memperlihatkan bahwa kawasan hutan alam sekitar Taman Nasional Gunung Halimun wilayah Kabupaten Sukabumi, terutama di Selatan Resort Cikidang merupakan kawasan hutan lindung milik Perum Perhutani. Kawasan hutan ini, terutama hutan dataran rendah (ketinggian <1000 m dpl) dan hutan sUb-pegunungan (ketinggian >1000 m dpl), jenis pohon yang banyak dijumpai adalah kianak (Castanopsis acuminaussima), puspa (Schima wallichill, rasamala
19
(Altingia excelsa), huru (Utsea diversifofia), kisireum (Eugenia spicata), kakaduan (Cleistranthus myrianthus), kawoyang (Aporusa arboreal, kibonteng (P/atea latifofia) dan kisapu (Undera po/yan/ha). Jenis tumbuhan bawah yang banyak dijumpai adalah rotan (Calamus sp.) dan paku-pakuan. Tabelll Indeks Nilai Penting (INP) hulan alam dalaran rendah «1000 m dpI) No.
Jenis Nama IImiah Nama Daerah Neesia a"issima BI. 1 Bengang Huru Ulsea diversifolia BI. 2 Plemandra sp. 3 Ipis kulit 4 Kakaduan Gleislranlhus myrianlhus KUlz. Horfieldia glabra BI. Warn. 5 Kalapa dung 6 Kawoyang Aporusa amorea MA 7 Kilimus Mangifera foeffda Lour. Vaex helerophylla Roxb. 8 Kibangbara 9 Kibonteng Plalea latifolia BI. 10 Kikawat GilfCinia dioca BI. 11 Kilangir Dlophora speclabilis BI. 12 Kimenyan Canarium sp. 13 Kisapu Undera polyanlha Boerl. Eugenia spicata K. el V. 14 Kisireum Celtis cinnamomea Lind!. 15 Kitamiang Castanopsis acuminatissima 81. 16 Kianak 17 Puspa Schima walliehii Korth. --AfUngia excefsa Noronha. 18 Rasamala
INP Semai Pancang Tiang Pohon 0.00 0.00 21.56 0.00 26.00 16.55 0.00 0.00 0.00 0.00 21.54 7.10 0.00 16.26 22.90 6.86 0.00 0.00 0.86 0.00 0.00 16.04 0.00 14.20 26.00 16.14 0.00 0.00 7.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 22.20 0.00 0.00 0.00 22.20 0.00 0.00 0.00 14.20 0.00 0.00 0.00 6.86 0.00 0.00 6.86 Lauraceae 21.54 Myrtaceae 35.00 16.39 21.54 0.00 TiD Ulmaceae 0.00 0.00 0.00 ---Fagaceae 53.00 218.71 80.31 -12818 0.00 0.00 22.90 32.67 Theaeeae --_.Hammamelidaceae-- 0-:00 -'(fOO -4I52 52.84 Fanili Bombaca:eae Lauraceae Melastomataceae Euphorbiaceae Lauraceae Euphorbia.::eae Anacardiaceae Varbenaceae lcocinaceae Clustaceae Sapindaceae Burseraceae
".,--
Tabel12 Indeks Nilai Penting (INP) hutan alam sub-pegununa-n a (>1000 mdpl) Nama Daerah
1
Bengang
'.. 2 Huru 3 Jirak 4 Kakaduan 5 Kawoyang 6 Kilimus I--y KiOOsi 8 Kibodas 9 Kibonleng 10 Kicengkeh 11 Kiendog 12 Kika",al 13 Kimenyan 14 Kipancar 15 Kisapu 16 Kisireum 17 Kilamiang 18 Kianak 19 Puspa 20 Rasamala 21 Salam
--,-
-
INP Famili Pohon Namallmiah Semai Pancang liang Neesia attissima BI. Bombaca:eae 0.00 9.06 0.00 0.00 ---_. - - -------------,. -26.11 21.64 f----Utsea diversilolia BI. Lauraceae 000 5.43 0.00 0.00 Symploeos laseiculata Zoll. _. Symploca::eae 37.22 34.82 0.00 14.64 C/eistranthus myrianthus Kurz. Euphorbiaceae 0.00 10.52 - -----Aporusa arlJorea MA. Euphorbla.:eae 0.00 - 18.li3 58.66 ~.38 Mangifera foetida Lour. Anacardiaceae 0.00 0.00 0.00 13.65 -Acacia rimosa F. Muell 0.00 0.00 24.97 4.18 Mimosaceae --_. "27.42 Utsaa lJassiae;olia BI. 0.00 0.00 0.00 Lauraceae 22.06 Platea latifolia BI. lcacinaceae 0.00 24.97 -.~ -0:00 --O~OO Urophyllum glabrum Korth.-- RubJaceae-- 28.89 9.06 - - - - --14-15 --- -000 ---0.00 0.00 Aporusa sphaeridophora Merr. Euphofhla:eae - -0.00 Garcinia dioca BI. Clusiaceaa 23.89 9.96 0.00 ----- - - ---- -7.24 Canarium sp. Burseraceae 0.00 0.00 0.00 ---_.. ---- - - -Theacea~Euryajaponica Thunb. 0.00 0.00 0.00 8.04 . _ - - _ . - - - - - -418 Undera po/yantha Boerl. Lauraceae -----r78 42.94 25.78 -9.85 Eugenia spicata K. el V. Myrtaceae 26.11 -36:51 --0:00 -_. ._---Uimaceae --.--. --7.78 Celtis cinnamomea Lindl. - 4.01 0.00 24.21 -61.69 110.78 Castanopsis acuminaussima BI. Fagaceae ---w:56 49.54 _. -_. Schima wallichii Korth. Theaceae 10.52 -----S"I29 -20.27 ._- 16.11 ----10:52 Altingia excelsa Noronha. Hammamelidaceae 0.00 26.64 -13.57 Eugeniasp. Myrtaceae -0:00 0.00 0.00 33.57 Jenis
No.
20
Kawasan hutan di Timur Resort Kabandungan merupakan kawasan hutan tanaman milik Perum Perhutani.
Hasil survei lapangan memperlihatkan bahwa kawasan hutan ini sebagian besar
merupakan kawasan hutan tanaman pinus (Pinus merkusil), rasamala (Allingia exce/sa), puspa
(Schima wallichil) dan mahoni (Swietenia macrophylla). A.6.2. Satwa Kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya adalah kawasan hutan hujan tropis dengan berbagai tipe ekosistern yang terdapat didalamnya merupakan habitat dari berbagai jenis satwa, seperti mamalia, primata, aves, reptilia, ampibi, insekta, moluska dan sebagainya. Suyanto (1997) mencatat 40 jenis mamalia yang terdapat di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun. Adhikerana (1999) mencatat 4 jenis primata, 204 jenis burung dan 77 jenis kupu-kupu yang dapat ditemukan di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun. Sidik (1998) mencatat 37 jenis reptil dan ampibi, terdiri dari 16 jenis katak, 12 jenis kadal dan 9 jenis ular yang terdapat di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun. Marwoto (1998) mencatat 10 jenis siput darat yang terdapat di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun. Hasil penampalan (over/ay) antara Peta Penutupan Lahan dan Peta Distribusi Satwa Langka memperlihatkan bahwa terdapat jenis-jenis satwa langka yang hidup di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi (Gambar 12). Jenis-jenis satwa langka tersebut adalah owa jawa (Hy/obates moloch), surili (Presbytis comata), lutung
(Trachypitecus auratus), macan tutul/kumbang (panthera pardus) dan elang jawa (Spizaetus bar/elsJ).
PETA DISTRIBUSI SATWA LANGKA TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN KABUPATEN SUKABUMI Skaa 1 . 300 000 s..z"ber: ,=eIllOistriburi satwa TiIfII>:I'INuiollai Gunurg Hahmun S
+
N
Br.:!~ Taman NaWma\ / v' Bir.:J5 KatlJpaten Jems s:r::.o."! " Hr'.:-::a:eslfl{JlDch •
P3"'C"CIll po'IrtM
«'
~tomal~
•
Tl1>=-'fP'Iceus a!lfiltus
NSn;3
Na",::urtltlln Kclilsl\e:npan (m dpI) 2~:;'
575
Sit· ;-)"5
77:-F5 ~:~·~m 11~;·m5 1~7::-1i25
"'"
_~J
Gambar 12. Peta Disbibusi Satwa Langka Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi
21
B. Penatagunaan Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan Sekitarnya Konsep pendekatan bentang alam dan penutup lahan (fitogeomorfik) untuk penggunaan lahan hutan dan potensi lahan hutan memerlukan studi tentang bentuk lahan dan vegetasi serta hubungan ketergantungan diantara keduanya dalam memberikan informasi mengenai lahan tersebut (Howard, 1980 dan Mitchell, 1985). Menurut Rusdiana dan Wasis (1995), kelangsungan pengusahaan hutan secara lestari sangat ditentukan oleh perencanaan yang baik dan terpadu. Untuk dapat menyusun rencana-rencana baik jangka panjang maupun jangka pendek diperlukan data keadaan lapangan baik berupa keadaan tanah, topografi, hidrologi dan keadaan hutan. Data tersebut dapat diperoleh dari informasi peta-peta yang ada. Penatagunaan hutan adalah kegiatan membagi peruntukan sebagian atau seluruh kawasan hutan sesuai fungsinya, yaitu sebagai hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka alam dan hutan wisata (PP No. 33 tahun 1970). Kepentingan penatagunaan kawasan hutan dalam kegiatan pengelolaan kawasan hutan merupakan prakondisi bagi perencanaan, pengurusan, pengusahaan dan perlindungan serta pola pemanfaatan lahan hutan agar segala bentuk kegiatan kehutanan mempunyai dasar yang man tap, baik dari segi hukum dan administratif maupun dari segi ekologi, ekonomi dan sosial, sehingga pemanfaatan hutan dapat dilakukan secara maksimal dan lestari (Soerjono, 1978 da/am Marwitha, 1997). Sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan status kawasan hutan sesuai fungsi dan peruntukannya, dapat dipergunakan faktor-faktor, yaitu topografi (ketinggian dari permukaan laut dan kelerengan lapangan), jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi, iklim (curah hujan), sosial (kepadatan penduduk) dan ekonomi (permintaan hasil hutan kayu dan nOIlkayu) (Atmosoedarjo, 1970 da/am Marwitha, 1997). Hutan Lindung adalah kawasan hutan karena keadaan dan sifat fisiknya perlu dibina dan diperhatikan sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap guna kepentingan hidro-orologi (pengatur taia air, pencegahan bencana banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah) di dalam kawasan hutan yang bersangkutan dan di sekitar kawasan hutan yang dipengaruhinya. Kriteria penetapan Hutan Lindung adalah (1) kelerengan lapangan, (2) jenis tanah, (3) kepekaan tanah terhadap erosi, (4) intensitas hujan dariwilayah yang bersangkutan (SK Mentan No. 837/kptslum/11/1980). Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang dipertahankan sebagai hutan, berfungsi untuk menghasilkan produksi hasil hutan bagi kepentingan konsumsi masyarakat, pembangunan, industri dan ekspor. Dilihat dari keadaan fisik lahannya, Hutan Produksi terbagi menjadi Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi Terbatas. Hutan Produksi Tetap adalah hutan yang dapat diekploitasi dengan cara tebang pilih dan tebang habis. Hutan Produksi terbatas adalah hutan yang hanya dapat diekploitasi dengan cara tebang pilin saJa.
Kriteria
penetapan Hutan Produksi adalah (1) keadaan fisik areal hutan memungkinkan untuk dilakukan ekploitasi secara ekonomis, (2) lokasi secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai hutan produksi, (3) areal
kO/~",
atau tidak bertegakan hutan, namun dapat dikembangkan sebagai hutan produksi, (4) tidak merugi[s.ap.\lari~:'~' ;~ segi ekologi (Iingkungan hidup) (SK Mentan No. 683/kptslum/Bl1981).
!' .{-q~}-' 1" N1"1; ~ 1- .
(\
~".,';
.Vl
~.,
~.:-
,0;
.... }-
! G) l:>
\~/
01;,-';/ ,~Q.Af
\~~
\~o \
t"I...
--
~
"'f; /
~~~PUSTA~ .....--;/
---
21
Hutan Suaka Alam adalah kawasan hutan karena keadaan dan silat fisiknya yang khas, secara khusus perlu dibina, dipertahankan dan dilindungi keanekaragaman jenis tumbuhan dan salwa, tipe ekosistem serta gejala dan keunikan alamnya, bagi kepentingan pengawetan plasma nutfah, ilmu pengetahuan, wisata dan pembangunan. Hutan Suaka Alam dibedakan menjadi Cagar Alam dan suaka Margasalwa. Cagar Alam adalah kawasan yang diperuntukan bagi perlindungan dan pelestarian sumberdaya alam hayati (tumbuhan dan salwa) beserta tata lingkungan fisiknya yang bernilai khas. Suaka Margasalwa adalah kawasan yang diperuntukan bagi perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis salwa bernilai khas beserta habitatnya, sehingga kelangsungan hidupnya secara alami tanpa mengalami gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Kriteria penetapan Cagar Alam adalah (1) mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan, salwa dan tipe ekosistem, (2) mewakiti lormasi biota tertentu, (3) mempunyai kondisi alam masih asli dan tidak atau belum terganggu manusia, (4) mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif. Kriteria penetapan Suaka Margasalwa adalah (1) tempat hidup dan perkembangbiakan suatu jenis salwa, (2) memiliki keanekaragaman jenis dan populasi salwa yang tinggi, (3) tempat kehidupan jenis salwa migran tertentu, (4) mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis salwa bersangkutan (SK Mentan No. 683/kptslum/8/1981). Hutan Wisata adalah kawasan hutan karen a keadaan dan siiat fisiknya perlu dibina dan dipertahankan untuk kepentingan pariwisata, rekreasi, pendidikan dan olahraga. Hutan Wisata dibedakan menjadi Taman Wisata dan Taman Buru. Taman Wisata adalah hutan yang mempunyai keindahan alam (tumbuhan, satwa dan alam), serta mempunyai ciri khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan budaya. Taman Buru adalah hutan yang di dalanya terdapat salwa buru yang memungkinkan diselenggarakannya pemburuan secara teratur untuk kepentingan rekreasi, olahraga dan kelestarian alam. Kriteria penetapan Hutan Wisata adalah (1) memenuhi kebutuhan manusia akan jasa rekreasi dan olahraga, serta terletak dekat pusal pemukiman penduduk, (2) mengandung salwa buru yang dapat dikembangbiakan, (3) mempunyai luas yang cukup dan lapangan yang tidak membahayakan (SK Mentan No. 683/kptslum/8/1981). Analisis spasial dengan metode penampalan (overlay) antara Peta Kelerengan, Peta Tanah dan P6te Iklim/Curah Hujan kawasan hutan, serta analisis statistik dengan metode skoring, dimana masing-masing variabel (Iaktor lereng, tanah dan iklim/curah hujan) dijumlahkan setelah masing-masing varia bel dikalikan dengan nitai timbangan masing-masing variabel (nilai timbangan untuk faklor lereng, tanah dan iklim/curah hujan berturut-turut sebesar 20, 15 dan 10) yang menghasilkan Peta Penatagunaan Hutan (Gambar 13,. memperhhatkan bahwa bentuk penggunaan kawasan hut2n Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnva witayah Kabupaten Sukabumi yang dapat dilakukan adalah berupa hulan lindung (skor
~175)
hu:an
peruntukan produksi, yaitu hutan produksi tetap (skor >125 ) dan hulan produksi terbatas (skor 125-174).
23
PETA PENATAGUNAAN HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN KABUPATEN SUKABUMI SIca' a 1 : 300.000
S..-:e: ·
p~:
·
;::e:~
Tanah
Kelerengan • ?e:.lllklim
S'.allI1' 150,000 S~~31 Dotilba~~ ~nd ~~
Anillysis Filcilities ;=ahulan ·IPB (lSS9)
N
BE&5 Taman NasIOna' /\ .. 8s:Es r(abupaten Ba:as Hulen Fungs! Huta~
IV
____---,
S~."',,
HlJle~
lIndung
Huta~·
Produksi Terbatas Hula". Produksi Telap
6~~~~--------------,~oo~
Gamber 13. Peta Penatagunaan Hutan Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi
Peta Penatagunaan Hutan memperlihatkan bahwa dari kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi seluas 16471,81 ha, terdiri dari hutan lindung dan hutan produksi (hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap). Hutan lindung hanya berada di hutan subpegunungan dan hutan pegunungan (ketinggian >1275 m dpl), yaitu daerah gunung Kendeng Selatan dan gunung Halimun Selatan seluas 398,01 ha, sedangkan hutan peruntukan produksi mempunyai kecenderungan menyebar di beberapa bag ian hutan, yaitu hutan produksi terbatas seluas 9301,53 ha dan hutan produksi tetap seluas 6772,27 ha (Tabel 13). Tabel13 Data luas penelapan fungsi hulan FUNGSI HUTAN i, Hulan Lindung Hulan Pruduksi Terbalas Hulan Produksi Telap
I
LUAS (ha) 398.01 9301.53 6772.27
Persentase 2% 57% 41%
Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) didasarkan pada kepekaan tanah terhadap erosi, jika lahan tersebut dipergunakan untuk suatu peruntukan.
Sistem klasifikasi kesesuaian lahan hutan tersebut
menggunakan laktor pembatas permanen dalam menetapkan peruntukannya, yaitu kemiringan lereng, jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi dan intensitas curah hujan.
Oleh karen a itu, inlormasi tanah
minimum yang harus dimiliki oleh pengusaha hutan setidaknya adalah jenis tanah dan penyebarannya di kawasan hutan, bentuk wilayah, topografi, kepekaan erosi dan kesuburan tanah (Rusdiana dan Wasis, 1995). Namun hal ini tentunya kurang tepat digunakan sebagai indikator prioritas perlindungan pada kawasan hutan tersebut. Faktor lain yang sehanusnya diperhitungkan adalah nilai potensi suatu kawasan hutan tersebut, mencakup fungsi, status dan keunikannya.
24
C. Prioritas Perlindungan Kawasan Hutan di Sekitar Taman Nasional Gunung Halimun Keberadaan hutan alam tropika di Indonesia sudah sang at terbatas dan cukup langka. Hal ini sang at dipengaruhi oleh tingkat kepadatan dan tekanan penduduk yang cukup tinggi, serta aktivitas manusia untuk mengeksploitasi sumberdaya hutan.
Kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya
merupakan salah satu kawasan hutan alam tropika terbesar yang tersisa di Pulau Jawa, berada pada ketinggian antara 500-2000 m dpl. Oi dalam kawasan hutan ini terdapat sekitar 2000 ha enclave lahan pertanian, termasuk di dalamnya perkebunan teh Nirmala, dan sekitar 230 ha hutan yang dirambah. Oalam 10 tahun terakhir Taman Nasional Gunung Halimun telah kehilangan 2% hutannya akibat dari perambahan hutan, eksploitasi hutan dan perburuan liar yang kurang terkendali (Supriatna et ai, 1994). Permintaan akan lahan pertanian di dalam kawasan Taman Nasional meningkat seiring dengan pertambahan penduduk di sekitarnya, dan nilai kepentingan konservasi dalam budaya penduduk setempat di masa datang akan berkurang.
Konversi hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, transmigrasi, pemukiman, industri,
bangunan-bangunan dan peruntukan lainnya (non-hutan) memberikan dampak menurunkan keanekaragaman hayati, menurunkan lungsi penata air, mengubah iklim mikro serta menimbulkan pencemaran di darat, air dan udara.
Menyadari nilai penting dari eksistensi hutan tersebut, dan sejalan dengan kesadaran dunia
internasional terhadap perlunya upaya konservasi keanekaragaman hayati di hutan alam tropika Indonesia, maka dipandang perlu untuk segera dilakukan langkah-Iangkah konservasi ekosistem hutan, tumbuhan dan satwa di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya secara nyata untuk melindungi dan melestarikan sumberdaya alam, air dan sumberdaya wisata bagi penduduk sekitar dan Indonesia yang mungkin akan bermanfaat bagi kehidupan man usia. Analisis spasial (metode overlay) dari 4 peta Dasaro yaitu Peta Vegetasi (Penutupan Lahan), Peta Oistribusi Satwa, Peta Topografi dan Peta Kelerengan, serta analisis potensi dapat menggambarkan prioritas perlindungan di kawasan hutan sekitar Taman Nasional Gunung Halimun wilayah Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Keppres RI No. 3211990, kawasan lindung adalah kawasan yang memiliki silat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun kawasan di bawahnya sebagai pengatur tata air, pencegah erosi dan banjir serta memelihara kesuburan tanah.
Kriteria suatu kawasan perlu
ditetapkan menjadi kawasan lindung adalah kelerengan lapangan >45%, tanah peka terhadap erosi dengan kelerengan lapangan >15%, jalur pengaman air (100 m kanan-kiri sungai besar, 50 m kanan-kiri sungai kecil, serta minimal 200 m di sekeliling mata air), dan ketinggian di atas 2000 m dpl. Menurut MacKinnon (1993). suatu kawasan dilindungi ditetapkan untuk melindungi berbagai macem ciri, yaitu :
o Karakteristik, keunikan, kepekaan ekosistem, o Jenis vegetasi dan satwa khusus yang diminati, nilai kelangkaan (endemik) dan terancam punah, o Tempat yang memiliki keanekaragaman jenis vegetasi dan satwa, o Giri geofisik (lansekap) yang bernilai estetik dan pengetahuan,
o Fungsi perlindungan hidrologi, tanah, air dan iklim lokal,
25
o Fasilitas untuk rekreasi atau wisata alam, o Tempat peningkatan budaya. Hasil interpretasi Citra LandsatITM dan Peta Penutupan Lahan memperlihatkan bahwa kawasan hutan sekitar Taman
~Iasional
Gunung Halimun wilayah Kabupaten Sukabumi masih cukup luas, yaitu seluas
6482,91 ha dan sebagian besar hutan alam.
Berdasarkan Peta Penatagunaan Hutan, sebagian besar
kawasan hutan ini dapat digunakan sebagai hutan produksi, namun didominasi oleh hutan produksi terbatas. Berdasarkan Peta Kelerengan, sebagian besar berada pada kelerengan >45% (sangat curam).
Jika
diperhatikan antara Peta Penatagunaan Hutan dan Peta Kelerengan, tampak terdapat kesamaan pol a (bentuk dan lakasi). Diketahui bahwa faktor lereng lebih menentukan dalam penentuan lungsi penggunaan lahan hutan. Menurut Young (1976), kelerengan merupakan sifat lahan yang paling sering digunakan untuk menilai kemampuan lahan, karena lereng merupakan faktar pembatas dalam menentukan kemampuan lahan yang berhubungan dengan lereng terhadap sifat-sifat tanah baik secara langsung maupun tidak langsung. Kemiringan, bentuk dan posisi lereng berpengaruh dalam evaluasi lahan, merupakan salah satu penentu kesesuaian penggunaan lahan dan penentu akibat bahaya erosi. Walaupun terdapat sifat tanah yang baik pada lereng yang curam, dengan ada pertimbangan pembatas lereng maka kemampuan lahan turun ke tingkat yang lebih rendah. Kawasan hutan ini sebaiknya diprioritaskan sebagai kawasan yang dilindungi, karena walaupun dapat dilakukan pemanenan kayu namun harus dilakukan secara hati-hati mengingai kemungkinan terjadinya bahaya erosi cukup besar. Dengan kondisi hutan yang relatif utuh akan berpengaruh langsung pad a pencegahan bahaya erosi, dimana tajuk akan menahan air hujan sebelum jatuh ke permukaar tanah dan menahan laju aliran permukaan (run oft). Peta Jaringan Sungai memperlihatkan bahwa kawasan hutan sekitar Taman Nasional Gunung Halimun wilayah Kabupaten Sukabumi merupakan daerah resapan air sungai.
Sungai-sungai ini dimanfaatkan
masyarakat setempat untuk mengairi lahan pertanian, penerangan dan kegiatan rumah tangga lainnya. Sungai-sungai ini mengalir menuju daerah perkotaan, terutama daerah Bogar dan Tangerang. Berdasarkan Keppres RI No. 72/1990, kawasan resapan air adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air tanah yang berguna sebagai sumber air Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberi ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan erosi dan banjir, untuk kawasan di bawahnya maupun kawasan yang bersangkutan. Dengan kandisi hutan yang relatl: utuh akan berpengaruh langsung terhadap sistem hidrolagi hutan dan kawasan di sekitarnya. Peta Distribusi Satwa memperlihatkan bahwa kawasan huian sekitar Taman Nasional Gunung Halimun wilayah I(abupaten Sukabumi masih memiliki kepadatan habitat satwa cukup tinggi. Jenis-jenis satwa yang terdapat di kawasan hutan ini antara lain jenis-jenis primata, yaitu owa jawa (Hy/abates moloch), surilt (Presbytis comata) dan lutung (Trac/7ypitecus auratus); mamalia, yaitu macan tutul/kumbang (Panthera pardus); burung, yaitu elang jawa (Spizaetus barte/sl). Dilihat dari statusnya, satw2 tersebut merupakan jenls
26
satwa langka dan dilindungi. Owa jawa (Hy/obates moloch) dan surili (Presbytis comata) merupakan jenis primata endemik Jawa Barat dan dilindungi berdasarkan SK Mentan No. 247kptsluml1979 dan SK Menhut No. 301/kpts-II/1991, serta tercatat dalam daftar the Red Data Book IUCN sebagai jenis satwa yang terancam punah.
Elang jawa (Spizaetus barte/sl) merupakan jenis burung endemik Pulau Jawa dan dilindungi
berdasarkan SK Mentan No. 421/kptslum/8/8/1970, UU RI NO.5 tahun 1990 pasal 21 ayat 2 dan Keppres I~o.
4 tahun 1993 sebagai burung nasional dan lambang spesies langka, serta tercatat dalam daftar the Red
Data Book IUCN sebagai jenis satwa terancam punah. Macan tutul/kumbang merupakan jenis mamalia yang saat ini hanya terdapat di Pulau Jawa dan dilindungi berdasarkan SK Mentan No. 421/kpts/uml8/1970 (PHPA, 1997). Tabel14 Status konservasi jenis satwa dalam ekosistem dan habitatnya Slatus Konservasi Fungsi dalam Ekosislem Habilat Jenis Salwa Endemik Langka Dilindungi Owa Jawa (Hy/obates mo!och) Pemencaran biji Hulan primer X X X Surili (Presby/is comata) X X X Pemencaran biji Hulan primer/sekunder Lutung (Trachypirecus auratus) Pemencaran biji Hutan dalaran rendehfnnggi X X X Macan TutullKumbang (Panthera pardus) Predator Hulan primer X X Elang Jawa (Spizaetus barte's/) X X Predator Hulan primer X
I
Dilihat dari struktur/kondisi habitatnya, owa jawa (Hy/obates moloch), surili (Presbytis comata) dan lutung (Trachypitecus auratus) termasuk jenis satwa herbivora arboreal. sedangkan macan tutul/kumbang (Panthera pardus) dan elang jawa (Spizaetus barte/s;) termasuk jenis satwa carnivora arboreal, yaitu membutuhkan
hutan atau naungan pohon untuk hidup dan berkembangbiak. Dalam rantai makanan di alam, macan tutul/kumbang (Panthera pardus) dan elang jawa (Spizaetus barte/sl) merupakan jenis satwa kunci sebagai pemangsa (predator atau top consumer), dimana berperan dalam mengatur jumlah satwa lain yang menjadi mangsanya dan mampu mempertahankan keseimbangan alam (yoneda, Ladjar dan Sakaguchi, 1998). Tabel15 Klasifikasi komunitas satwa Jenis Satwa
Owa Jawa (Hy/obates mofoch)
Ruang Rantai Makanan Hutan Lahan IUdarai, Stratum Muka CarnivOia Herbivora Nectar Tanah Primer Sekunder Pertaniani i Atas 8awah i Habitat
Surill (Presbytis comala)
X X
Lutung (Trachypitecus aura/us)
X
Macan TutuUKumbang (Panthera pardus)
X
Elang Jawa (Splzaelus berte/sl)
X
I
1
I
X
I
X X
X
X
X X
X
X
X
X X
X
X
I I
X X
Kepadatan populasi jenis primata terlihat iinggi di bag ian Se!atan Taman Nasional Gunung Halimun, yaitu wilayah Kabupaten Sukabumi. Hal ini disebabkan kondisi hutan di bagian Selatan relati! lebih baik, sedangkan di bagian Utara dipengaruhi oleh tekanan lahan pertanian, perkebunan, pemukiman dan para penambang gelap. Menurut Muslihat (1998), hutan alam dataran tinggi merupakan tempat yang disukai oleh primata. Hutan di bagian Selatan didominasi oleh jenis pasang (Quercus sp.), puspa (Schima walfichill,
27
Jamuju (Ficus sp. dan rasamala (A/tingia exeelsa), dimana jenis-jenis pohon ini, terutama pohon tinggi dengan permukaan tajuk rapat, percabangan mendatar dan besar merupakan jenis pohon yang paling disenangi dan sering didatangi primata untuk makan, bermain dan beristirahat (Pasang, 1989). Menurut Lekagul dan McNelly (1997), macan tutullkumbang (Panthera pardus) dapat menempati berbagai macam tipe habitat dan mampu hidup pada daerah-daerah yang jauh dari air. Tumbuhan berfungsi sebagai pelindung, tempat istirahat, bermain dan berkembangbiak serta merupakan makanan bagi satwasatwa mangsa macan tutullkumbang (Panthera pardus).
Oleh karen a itu, keadaan tumbuhan sang at
berpengaruh pada kelangsungan hidup macan tutullkumbang (Panthera pardus). Elang jawa (Spizaetus bartelsl) menghuni hutan hujan tropis dan lebih menyukai daerah dengan ketinggian antara 200-2000 m dpl. Jenis hutan yang dihuninya meliputi hutan primer, sekunder dan produksi. Pohon sarang yang terpilih dan sering digunakan untuk bersarang biasanya terletak di lereng bukit dan pohon yang tertinggi di sekitarnya atau pohon yang salah satu cabangnya mencuat dari bag ian tajuk, terutama jenis rasamala (Alilngia exee/sa), pasang (Quercus sp.), puspa (Sehima wallichil) dan pinus (Pinus merkusiJ). Dilihat dari kondisi fisik dan potensi hutan, serta status satwa dan struktur/kondisi habitat satwa, cukup efektif untuk menjelaskan pentingnya keberadaan hutan alam di dalam dan di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun wilayah Kabupaten Sukabumi sehingga diperlukan usaha-usaha perlindungan (Gambar 14).
PETA HUTAN PERLU IlIUNDUNGI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN KABUPATEN SUKABUMI Ska'a 1 . 300 000 $u-:er • Fe:a TCPll9lali!Keierengan • Fe::3 Janngan Sungai
· Pe:a Oj~tribusi Satwa latl9ka 150(){)O Database and Analysis FilciUlies !:S"' fahulan . IPS (!fi9S) S·
S~wJal
.. '''"'''' ,,- . .
N'''''''···~'·"' /\:(.~''':~
•
,Q",...~""'.,
/\/tJ. .. tY..~~'''''.
=·."'c ..... :. . ;. . .
""':'7'''' -. ," " ;'
~
..', •.
Gambar 14. Pete Hutan Perlu Dilindungi Taman Nasional Gunung Halimun Kabupaten Sukabumi
Istilah keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkatan yang berbeda, yaitu (1) keanekaragaman genetik, (2) keanekaragaman jenis, (3) keanekaragaman ekosistem (McNeely, 1988).
Keanekaragaman
hayati meliputi seluruh jenis tumbuhan, satwa, organisme mikro dan gen-gen yang terkandung di dalamnya serta seluruh ekosistem di muka bumi (McNeely et ai, 1990). Nilai dan manfaat keanekaragaman hayati yang bersifat tidak nyata (intangible) bahkan tidak ternilai olch perhitungan ekonomi, namun jelas memberikan
28
kontribusi sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia dan kemanusiaan. Manfaat keanekaragaman hayati dalam menjaga tata air, mencegah berbagai jenis bencana alam, mendaur ulang bahan pencemar dan mempertahankan kondisi iklim merupakan bukti nyata besarnya peranan keanekaragaman hayati bagi manusia dan kemanusiaan di muka bumi.
Peranan keanekaragaman hayati dalam mempertahankan
kapasitas produksi suatu sumberdaya danlatau menjaga kestabilan ekosistem dimana suatu sumberdaya ekonomi berada, seperti di hutan produksi, seringkali tidak disadari. Bahkan tanpa disadari, keanekaragaman hayati telah menciptakan ketergantungan internasional. Jenis dan habitatnya merupakan fokus dari konsep keanekaragaman hayati. Upaya mempertahankan keanekaragaman hayati pada dasarnya harus ditempuh melalui upaya konservasi jenis, terrnasuk pertirnbangan genetik yang terkandung di dalamnya, habitat dan proses-proses ekologis dimana jenis itu merupakan bagian yang lidak terpisahkan. Konservasi keanekaragaman hayati mencakup mulai dari upaya melindungi alam dari dampak pembangunan hingga upaya mengintegrasikan kepentingan pemanfaatan dengan jaminan kelestariannya secara jangka panjang.
Dengan demikian, upaya konservasi keaneka-
ragaman hayati tidak hanya meliputi jenis liar tetapi juga jenis budidaya dan jenis asalnya. Langkah pertama yang harus ditempuh dalam merumuskan implementasi konservasi di indonesia adalah menetapkan unit perencanaanlmanajemen yang secara rasional mampu mengakomodasikan kepentingan konservasi ragam hayati dan kepentingan-kepentingan lain yang berkaitan dengan penggunaan lahanlhabitat, tanpa merubah terlampau banyak perangkat kebijakan nasionai yang sudah ada. Upaya meminimumkan dampak negatif lerhadap keanekaragaman hayati akan mempertahankan sebanyak mungkin keanekaragaman hayati yang secara insitu terdapat di hutan tersebut serta sekaligus mempertahankan fungsi hutan tersebut sebagai wahana distribusi, pemencaran (dispersa0 dan ali ran gen (gen flow) bagi keanekaragaman hayati. Keterkaitan hutan produksi dengan sistem lansekap alami lain, terutama dengan kawasan konservasi, harus diupayakan agar fungsi-fungsi yang diharapkan dapar dipenuhi.
Selain itu, upaya untuk meng-
identifikasikan areal yang kaya akan keanekaragaman hayati dan/atau memiliki keanekaragaman hayati yang unik harus dilakukan dan areal tersebut harus dibebaskan dari aktivitas eksploitasi hutan, sehingga pusat pemencaran dan keunikan dapat dipertahankan. Secara operasional upaya meminimumkan dampak negatii harus disertai dengan upaya menyesuaikan seluruh tahapan ekploitasi hutan berdasarkan kepentingan konservasi keanekaragaman hayati. Dalam hal ini, pemantauan keanekaragaman hayati yang akurat merupakan basis yang kuat dalam mengintegrasikan aktivitas pengelolaan hutan dengan kp,pentingan konservasi keanekaragaman hayati di huten tersebut.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penatagunaan hutan hanya menekankan pada kepekaan tanah terhadap erosi jika lahan tersebut digunakan untuk suatu peruntukan, dengan menggunakan faktor pembatas permanen, yaitu kelerengan, jenis tanah dan intensitas curah hujan. Penatagunaan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi terdiri dari hutan lindung yang hanya berada di kawasan hutan subpegunungan dan hutan pegunungan, dan hutan produksi yang menyebar di beberapa bag ian hutan. Kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi merupakan hutan pegunungan yang masih asli dan memiliki keanekaragaman hayati cukup tinggi, berada pad a ketinggian di atas 1000 m dpl, sebagian besar berada pad a kelerengan sangat curam (>45%) yang peka terhadap erosi, merupakan daerah resapan air sung ai, masih memiliki kepadatan satwa cukup tinggi, dan merupakan habitat jenis satwa langka, seperti owa jawa (Hy/obates moloch), surili (Presbytis comata), lutung (Trachypitecus auratus), macan tutul/kumbang (Panthera pardus) dan elang jawa (Spizaetus barte/sf) yang
sangat sensitif terhadap gangguan dan berpengaruh besar dalam ekosistem hutan alam. Dilihat dari kondisi fisik dan potensi ekosistem hutan yang sensitif bila terganggu, cukup efektif untuk menjelaskan penlingnya keberadaan hutan alam di dalam dan sekitar Taman Nasional Gunung Halimun sebagai sistem penyangga kehidupan yang bernilai konservasi linggi sehingga perlu untuk dilindungi.
B. Saran Dipandang perlu untuk dilakukan peninjauan kembali mengenai penatagunaan dan penataan batas kawasan Taman Nasional Gunung Halimun, terutama di wilayah Kabupaten Sukabumi, sehingga memudahkan dalam kegiatan pengelolaan kawasan hutan Taman Nasional dan perlindungan jenis tumbuhan dan satwa langka serta ekosistemnya, dan perlu dilakukan penindakan terhadap pelanggaran yang dapat mengancam kelestariannya. Untuk perlindungan dan pelestarian yang efisien dari jenis satwa langka dan menjaga variasi tingkat populasinya, rencana pengelolaan harus memasukkan hubungan antara hutan di dalam dan sekitar Taman Nasiona!. Dipandang perlu untuk dilakukan peninjauan kembali mengenai Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/krtslum/11!1980 dan No. 683/kptslum/8/1981 tentang penetapan fungsi kawasan hutan, karena metode skoring hanya dapat diterapkan pad a perencanaan pengelolaan hutan produksi, dan kurang tepat diterapkan untuk perencanaan pengelolaan kawasan konservasi, dimana hanya memasukkan faktor kondisi fisik kawasan hutan dan tidak memasukkan faktor potensi kawasan hutan. Diperlukan penelitian lanjutan untuk menghimpun data dasar (database) kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya terutama di wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1967. Undang-Undang No.5 Tahun 1967. Indonesia. Departemen Kehutanan. Jakarta
Ketenluan-ketentuan Pokok Kehuianan Repubiik
Anonim. 1980. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KptslUm/11/1980. Penetapan Hutan Lindung. Departemen Kehutanan. Jakarta
Kriteria dan Tata Cara
Anonim. 1981. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 683/KptslUm/11/1980. Penetapan Hutan Produksi. Departemen Kehutanan. Jakarta
Kriteria dan Tata Cara
Aronoff, S. 1989. GIS A Management Perspective. WDL Publication.
Ottawa
Atmawidjaja, Rubini. 1995. Sumber Hayati Hutan Indonesia. Pengelolaan Hutan Produksi Lestari di Indonesia. Konsep, Permasalahan dan Strategi Menuju Era Ekolabel. Fakultas Kehutanan - IPB, Yayasan Gunung Menghijau dan Yayasan Pendidikan Ambarwati. Jakarta Burrough, P. A. 1986. Principles of Geographical Information System for Land Resources Assessment. Clarendon Press. Oxford Congalton, R. G. dan K. Green. 1992. The ABCs of GIS; All Introduction to Geographic Information System. Journal of Forestry ESRI (EnVironmental System Research Institute, Inc). 1990. PC Understanding Geograpnical Information System, The Arcflnfo Method. Redlend. USA Hadi, Djati W. 1994. Keanekaragaman Floristik Taman Nasional Gunung Halimun dan Pemanfaatannye oleh Masyarakat Sekitar. Program Pascasarjana IPB. Bogar Hardjowigeno, Sarwono. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta Horiuchi, Hiroshi dan Yukio Sakuma. 1998. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume III. Information Systems and Park Management of Gunung Halimun National Park. LlPI, JICA dan PHPA. Bogor Howard, John A. 1996. Teori dan Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Sumberdaya Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Kusmana, Cecep. 1997. Metode Survei Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogar MacKinnon, John dan Kathy. 1990. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropike. Gadjah Made University Press. Yogyakarta Manikam, Putri J. 1999. Keberadaen Macan Tutul di Sekitar Cikaniki Taman Nasional Gunung Halimun. Media Informasi dan Komunikasi Konservasi Gunung Halimun. Sukabumi Marwitha, Jemmy. 1997. Penerapan Sistem Informasi Geografis untuk Mendukung Kegiatan Perencanaen dan Pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
31
Niin. 1997. Kecenderungan Pola Penggunaan Lahan pada Berbagai Tingkat Kelerengan (Studi Kasus di Jalur Utama Bogar - Jasinga Kabupaten Bogar, Jawa Barat). Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogar Paryono, P. 1994. Sistem Informasi Geografis. Andi Offset. Yogyakarta Pasang, Haskarlianus. 1989. Kajian Habitat Owa Abu-abu (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Cagar Alam Gunung Halimun Propinsi Jawa Barat. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogar Prawiradilaga, Dewi M. 1999. Elang Jawa Satwa Langka. L1PI, JICA, PHPA, FFI dan Kelompok Kerja Pelestarian Elang Jawa. Bogor Rusdiana, Omo dan Basuki Wasis. 1995. Peran Aspek Tanah dalam Pengusahaan Hutan Alam Produksi Lestari. Pengelolaan Hutan Produksi Lestari di Indonesia. Konsep, Permasalahan dan Strategi Menuju Era Ekolabel. Fakultas Kehutanan - IPB, Yayasan Gunung Menghijau dan Yayasan Pendidikan Ambarwati. Jakarta Simbolon, Herwint dan Edi Mirmanto. 1997. Altitudinal Zonation of the Forest Vegetation in Gunung Halimun National Park, West Java. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume II. The Inventory of Natural Resources in Gunung Halimun National Park. L1PI, JICA dan PHPA. Bogor Simbolon, Herwint, Masaaki Yoneda dan Jito Sugardito. 1998. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume IV. Gunung Halimun : The Last Sub montane Tropical Forest In West Java. L1PI, JICA dan PHPA. Bogor Soerjono, R. 1978. Pertimbangan Terhadap Rencana Tata Guna Hutan. Lembaga Penelitian HUian. Bogar Susetyo, E. S. H. 1996. Aplikasi Sisiem Informasi Geografis dalam Perencanaan Penatagunaan Hutan (Studi Kasus di Hutan Adat Hulu Air Lekuk 50 Tumbi Lempur Kabupaten Kerinci, Jambi). Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogar Utomo, Wani Hadi. 1989. KOllservasi Tanah di Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta Wiriadinata, Harry. 1997. Floristic Study of Gunung Halimun National Park. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume II. The Inventory of Natural Resources in Gunung Halimun National Park. L1PI, JICA dan PHPA. Bogar
LAMPIRAN
,
\~
,~
0",
s/~'~~:':(:~',;- . r.
:::.~\.~.'· . . . . r-
);
\ !1-
w'.
.... ;...-
(
C
f.
:r: en
\
\!\
c: ::>
,~
. ,.
:
s
\
i
~
i
\ ____
r-'
••••••••
-..........: '"
.......... ,
" ...., , ' /
\.
.---=",r-'--/
),=~. ( "",./J
_.
'
-
....... )
.... j
:
~
:
\. ....'
:
Sot'"
....
l, .: \
,/ .': \. :
FSI ::::: :::.:. '"
':
.
'"
,:,>"'oy:± K",zO
® (1) ® 8 I ® 9
.r ,'.
/':
:'':
l<.~' luo~. 2190 ,,~ Col.~o; !.u.s , ~b~O /j~
W·'"."".,,,., W,,,,,Ch
tuo~ , leS~
1'1....0<1
w.oycr.K
®
5 ....:'
.-C...""
-to 1( ...
Q
. . .: :
11.'''<1
. . . . . :;0 C~.Io·. '.""''l<'-''-'
®
,l(cb.SUKABU~"
........
"'I.''fOh II.,,. n..ocl
®
,__ !
C("'~"'1 ..... D··....... :: \2..1 '\' ~.<.Ko~~n,~n;cn:' •••..
c\,
\1..-'
Cil<"'..
hos_ (957 HO
~...
~'" ''', '"
\(~}C ~t<""1 Ci;_~
....-.,l~,.~K.rjaR ...Cl"1
Ii:
Co.· ,"" ,.
l"".. !-147
11~
.!
u Ci.o."9
t""".5Ui11t
C~, ' ' ' '
" . . ;"::J """'~ . ".~~'~(\'=~~~\ l=;::::"::~::~ :::':. ,/~""'~f; c:::-::..." :.~;' '~) I~~~ . ·,,·..,·. ·
7.",: i :.':,
I "J f .... '''j''''--''''''''
r····'·· "'" I "...... . .\ Jj
:,,'?i>...:;..q; ,r?~"~~""'"
r",.~: .... ",~'. :
~
'\..,'i?
\."
~:
I
l:'
\
:\
CD
...
\. :' ,.,,,,,,,,,".:
:
.....{
.--'--:
" 0( ..." " ;
,.'-'
\.<:~~. . . . , ~ ... '
, :
h"-."~,
\ ...;
J-___ .:'
I
': 1:~'':''
{'
!
0., . . " , O,,,n'Gno
!. D'p......
"~;.:::.........}
...,.....,
J 'j
•••••• /
~
,-...
/
.;;"
.
'VA"OA WC,;YWAWYIJ I-IU5LIt("T
",.pglo S.H;
C~-'<.
!lSt~
/
/fs,-
Kon'.r~o,j
I:~'~'~.WC'=OCAc:_0-A-·C"_C----l-----M~ K~p~lo
M.A9
~
/
1
11~'~ ••• ~&.:.1"'I.".,CA":.. ~n"''''''''''''It::w.-....'
"....c.•• 'don~
~"
\
(J
~i' '--
//.
."
- '
-L-'
"
1,..-..-.....-:2"·
"
I
't
"'=.,....~.
"
~,.
./ '-. '''''''
•.; :
··-···r--·-'-'-· \.
-,:.,':,
\ ......
,':
,.:::"".,;;.""; (\ ,___;_., .
j
.; :;'
,'~~~.."..,;.;-!\
' "
I '11 '-'~-~~ /,,),.~'" I
"'-,-/
'."
...... ".,., .... , "',,"
'.
'.:'''''''''''' :'~'7'\
:
,/ '.-,.......
.+... s~
.,,~,
M
I~\ So~ .. -"'I"'. Roser! 0@®lua:r..139~~HO ~ Joh,n e""p
.f ;( ~ ,'-- ---. =0 • :ll;:...... " . : RKA ..AN"' ....O~ .......... , .. +!'!'.~,~~~~.~
.1 . /
.\
\..·.. ·· ..···1 ..." ,,,....,, 000 L"",68,H, /.-.--. __ .,[ DH~ SU3SEKS!BAYAH
~
.• -
',,:,:"l-,
. _ '''.
..,.::-. .../, " "...' ." ..
)
\1\~
_
,/
.,......., J
\
r--', ...
,,"ft,,,,,, ,/'
'
_
I,
'
C:~
~/
0...
./
~.(!S,;NGKUr:\ 'y' -- ,'~P ......~·, ~a ....;..J\:: R PU«AS::O,L. ~~ ".I: :: 0 . .' 0..~,'
~""
--"":., •• .!
f "'.'
m
. .
- ' . G I I M . : . . ....:.,.·'
..' "-•.• _....... -... -.;--.-------.., ........ ': ("t
'\"
(
:.~'
~\v
/ / .
t'~:"':'~I": ", ,. . . " suo"''''' SUK:BU~.'.
./:
(
/' f'
( , '
;~
I ro '" ~ I '" ~v I a;
"0)
',./..J""----.
,:'"
~
\
-I ~"'.I,'"""'j
RC1GUO:CC.
\.
~Gfi~"IIWJ
0 (,10<.
\'
, . ' \
j <::
I
(~",..
\'J
......":
}
,E
..........
_
,(;j,:'
~
<::
.....
\.',
.---- \ R MUHA.=l.A
{
~
\
~-
PETA PEMBAGIAN WILAYAH KE;RJA RESORT SAL AI TAMAN NASJONAl GUNUNG HALIMUN
J..j
"
..:
.-!-J~~
\ ,,,.•,,,,
.£; ~ ro. ::J
I
;".-" .....
:~'-'-'--":P':''''-'-~7/
~. ;;;;~';n;---".i;'
!)
\ .-'" t ...,.....
-'"
(
R WO."
.'.-'
.-
BALA! TAMAN NA510NAL 6UNltIG HAUMlJI-J ~
~S""l'"
.•••
)t_(~~;o.. : ~'/. ". ~~ ___......-..l..",~_- ......,t-C-:: __.', \
,
:
I
t. ;"",.,.! .......
I(t<M~n~cn~ /
\,..-
-"
DV'AIlTCf.lCM KEliUrAII4U PERll!lDIJNCAN ItI,IIAN DAN PElES,"II'A'I "~"''1
OlllEIOOIV,T JHQ~~"'~
\((::::~t··'f::;~,;{ ' ~ C ' ~ : ~ ' : : . . : ' . . . /'~ \i"'''''~
>"\
I
.
':t-:
.•..
9:010' To .. ""
Nu,an~1
Jr ..... DI SI,ISI-IIA,NTO
r
34
Lampiran 2. Data Curah Hujan di Stasiun Klimatologi wilayah Kabupaten Sukabumi
IStasiun Klimatologi Kalapanunggal Bulan
1992 CH (mm)
Tahun
1993
HH
CH (mm)
1994
HH
CH (mm)
1995
HH
CH (mm)
1996
HH
CH (mm)
1997
HH
CH (mm)
1998
HH
CH (mm)
HH
224 25 424 20 265 21 Januari 290 24 297 26 205 26 188 10 110 189 18 Febnuari 162 16 19 238 21 97 21 59 8 277 19 Maret 371 26 277 22 247 18 298 18 331 18 58 13 422 ~ April 249 26 128 18 213 18 217 13 323 23 200 17 268 21 Mei 216 18 67 155 12 196 159 19 7 298 13 11 283 14 Juni 94 63 82 9 11 23 3 139 13 10 5 1 170 9 Juli 229 18 14 4 0 0 205 14 52 5 2 1 125 10 Agustus 165 14 23 3 12 0 0 298 130 13 62 3 154 13 September 171 14 0 8 0 185 19 9 391 11 0 135 0 261 Oktober 208 13 172 317 13 26 317 23 9 447 22 4 382 19 Nopember 321 18 276 357 21 514 26 23 411 27 304 14 198 16 Desember 346 298 24 237 25 26 199 14 230 15 56 7 194 18 Total 2999 241 2395 210 1670 142 2727 198 2944 179 1188 93 3066 183 Rata-rata 249.92 20.08 199.58 17.50 139.17 11.83 227.25 16.50 245.33 14.92 99.00 7.75 255.50 15.25
IStasiun Klimatologi Cikidang Bulan
1992 CH (mm)
HH
Tahun
1993 CH (mm)
1994 HH
CH (mm)
1995
HH
CH (mm)
HH
1996 CH (mm)
1997 HH
CH (mm)
1998 HH
CH (mml
HH
0 Januari 477 24 361 19 411 25 430 21 438 16 398 15 Febnuari 836 22 151 9 311 15 278 20 386 22 234 14 177 11 Maret 370 20 829 26 356 21 320 20 383 195 25 19 173 7 April 224 17 330 19 428 24 19 93 18 249 194 12 206 13 Mei 59 15 273 482 16 2 176 14 137 10 156 6 125 8 Juni 41 7 200 12 2 7 0 0 266 12 61 5 25 2 Juli 0 13 23 2 11 0 0 181 67 3 12 1 0 250 0 0 279 Agustus 0 10 119 6 0 0 9 0 0 223 0 September 14 80 0 0 191 6 0 0 113 5 317 6 0 0 Oktober 151 6 368 23 128 5 137 15 258 8 415 12 9 2 Nopember 475 23 515 27 276 891 24 17 554 16 459 13 147 14 Desember 417 19 0 548 381 24 227 12 12 510 17 227 11 Total 3021 135 3074 163 3103 160 2032 134 4114 177 3356 132 1499 84 Rata-rata 251.75 11.25 256.17 13.58 258.58 13.33 169.33 11.17 342.83 14.75 279.67 11.00 124.92 7.00
35
IStasiun Klimatologi Cisolok Bulan
1992 CH (mm)
Tahun
1993
HH
CH (mm)
1994 HH
CH (mm)
HH
450 Januari 466 25 13 505 23 279 Februari 215 13 13 270 19 Maret 25 297 15 355 23 481 April 444 21 294 16 214 14 Mei 252 13 98 5 223 14 Juni 179 105 7 12 0 0 Juli 45 2 0 0 160 10 Agustus 282 213 12 0 0 13 September 348 158 11 0 0 13 Oktober 174 476 18 12 180 7 Nopember 653 15 463 18 471.5 23 Desember 359 24 318 18 9 641 3595 166 Total 3982 176 2491.5 134 Rata-rata 331.83 14.67 299.58 13.83 207.63 11.17
Stasiun Klimatologi Pelabuhan Ratu Bulan
1992 CH (mm)
HH
CH (mm)
HH
386.5 24 417.5 21 383.5 16 206 14 185 16 129 12 180 13 10 1 75 1 418.5 21 1225.5 23 466 20 4082.5 182 340.21 15.17
CH (mm)
1997 HH
340 16 123 4 538.5 16 265 8 112 3 25 1 146.5 5 156 16 115.5 5 552 21 644 21 802 21 3819.5 137 318.29 11.42
CH (mm)
1998 HH
319.5 10 262.5 14 171 6 159.5 6 213 8 39 1 0 0 0 0 0 0 9 1 164.5 9 166 14 1504 69 125.33 5.75
CH (mm)
HH
146 8 424 17 431.5 24 330 21 240 10 325 13 251.5 13 240.3 19 130 17 371.8 24 509.8 26 433.4 3833.3 218 319.44 18.17
r---w
Tahun
1993 CH (mm)
1996
1995
1994 HH
CH (mm)
1996
1995 HH
CH (mm)
HH
CH (mm)
1997 HH
CH (mm)
1998 HH
CH (mm)
HH
Januari 213 12 305 14 149 324 10 197 12 284 15 11 100 6 Februari 128 9 207 34 86 8 10 480 16 4 161 13 239 10 312 218 Maret 211 17 15 235 11 333 11 8 102 7 393 14 April 300 9 231 12 220 10 240 176 8 123 6 267 10 11 Mei 303 12 156 9 7 1 165 6 109 6 203 7 8 220 Juni 119 6 57 7 0 0 6 1 5 1 385 121 5 5 Juli 116 45 1 0 0 380 0 0 0 0 510 5 10 9 Agustus 146 70 7 0 0 193 7 0 0 8 0 0 192 9 September 44 3 0 5 0 164 8 14 1 126 0 0 193 5 Oktober 172 102 5 271 14 12 68 6 188 10 0 0 252 11 Nopember 370 13 265 477 21 228 12 982 22 13 30 3 367 12 Desember 588 20 631 213 12 194 11 503 14 19 77 7 357 11 Total 2631 128 2316 113 1356 73 3690 122 2445 99 756 54 3458 110 Rata-rata 219.25 10.67 193.00 9.42 113.00 6.08 307.50 10.17 203.75 8.25 63.00 4.50 288.17 9.17
36 Lampiran 3. Rekapitulasi Analisis Vegetasi
Lokasi Tipe hutan Statuslfungsi hutan Ketinggian tempat Kemiringan/arah lereng Kondisi/jenis tanah
: : : : : :
Jalur/ukuran petakisubpetak Tingkat pertumbuhan
: 1/20x20 12x2 : Semai
No.
Jenis
1 Huru 2 Hamerang 3 Kiasem 4 Kisireum 5 Kitulang 6 Pasang
No.
Jenis
1 Huru 2 Kawoyang 3 Pasang 4 Kiasem 5 Kakaduan 6 Kisireum
Jenis
1 Bengang 2 Kibonteng 3 Pasang 4 Kikawat 5 Kakaduan 6 Kisireum 7 Kisapi 8 Rasamala 9 Ipis kulit 10 Puspa
(m)
LBOS (m2)
K (indlha) 500 500 500 1000 1000 2000
KR (%) 9.09 9.09 9.09 18.18 18.18 36.36
F
LBOS K (m2) (indlha) 0.0050 80.00 0.0013 80.00 0.7235 1280.00 0.0020 80.00 0.0028 80.00 0.0038 80.00
KR (%) 4.76 4.76 76.19 4.76 4.76 4.76
F
KR (%) 7.69 7.69 15.38 7.69 7.69 7.69 7.69 15.38 7.69 7.69
F
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
FR (%) 16.67 16.67 16.67 16.67 16.67 16.67
0 (m2lha)
DR (%)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
INP (%) 26 26 26 35 35 53
: 1/20x20 I 5x5 : Pancang
Jumlah (ind) 1 1 16 1 1 1
Jalur/ukuran petakisubpetak Tingkat pertumbuhan No.
0
Jumlah (ind) 1 1 1 2 2 4
Jalur/ukuran petakisubpetak Tingkat pertumbuhan
Selatan Resort Cikidang Hutan alam sUb-pegunungan Perum Perhutani I hutan lindung 900-975 m dpl 8%->45% Latosol
0 (m) 0.08 0.04 0.96 0.05 0.06 0.07
0.20 0.20 0.80 0.20 0.20 0.20
0
FR (%) 11.11 11.11 44.44 11.11 11.11 11.11
(m2lha) 0.40 0.10 57.88 0.16 0.23 0.31
DR INP (%) (%) 0.68 16.55 0.17 16.04 98.08 218.71 0.27 16.14 0.38 16.26 0.52 16.39
FR (%) 9.09 9.09 18.18 9.09 9.09 9.09 9.09 9.09 9.09 9.09
0 (m2/ha) 0.35 0.40 3.47 0.40 0.45 0.35 0.35 1.41 0.35 0.45
DR (%) 4.76 5.42 46.74 5.42 6.11 4.76 4.76 19.04 4.76 6.11
: 1/20x20 110x10 : Tiang
Jumlah (ind) 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1
0 (m) 0.15 0.16 0.47 0.16 0.17 0.15 0.15 0.30 0.15 0.17
LBOS K (m2) (indlha) 0.0177 20.00 0.0201 20.00 0.1734 40.00 0.0201 20.00 0.0227 20.00 0.0177 20.00 0.0177 20.00 0.0707 40.00 0.0177 20.00 0.0227 20.00
0.20 0.20 0.40 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
INP 21.54 22.20 80.31 22.20 22.90 21.54 21.54 43.52 21.54 22.90
37
Jalur/ukuran petak/subpetak Tingkat pertumbuhan No.
Jenis
1 Kakaduan 2 Kibangbara 3 Kidage 4 Pasang 5 Rasamala 6 Kisapi 7 Puspa 8 Kawoyang 9 Kitamiang 10 Ipis kulit 11 Kalapa ciung 12 Kilangir 13 Kimenyan
: 1/20x20 120x20 : Pohon
Jumlah D LBDS K KR (ind) (m) (m2) (indlha) (%) 1 20 314.00 5.00 1.89 490.63 5.00 1.89 1 25 45 1589.63 5.00 1.89 1 29 1050 37797.75 145.00 54.72 6 390 20527.75 30.00 11.32 1.89 1 20 314.00 5.00 230 9027.50 30.00 11.32 6 2 50 981.25 10.00 3.77 490.63 5.00 1.89 1 25 1 25 490.63 5.00 1.89 1 20 314.00 5.00 1.89 2 50 981.25 10.00 3.77 1 20 314.00 5.00 1.89
F 0.20 0.20 0.20 1.00 0.60 0.20 0.40 0.40 0.20 0.20 0.20 0.40 0.20
FR D (%) (m2/ha) 4.55 1570.00 4.55 2453.15 4.55 7948.15 22.73 188988.75 13.64 102638.75 4.55 1570.00 9.09 45137.50 9.09 4906.25 4.55 2453.15 4.55 2453.15 4.55 1570.00 9.09 4906.25 4.55 1570.00
DR INP (%) 0.43 6.86 0.67 7.10 2.16 8.59 51.33 128.78 27.88 52.84 0.43 6.86 12.26 32.67 1.33 14.20 0.67 7.10 0.67 7.10 0.43 6.86 1.33 14.20 6.86 0.43
38
Lokasi Tipe hutan Status/lungsi hutan Ketinggian tempat Kemiringanlarah lereng Kondisi/jenis tanah
: : : : : :
Jalur/ukuran petak/subpetak Tingkat pertumbuhan
: III 20x20 12x2 : Semai
No.
Jenis
1 Huru 2 Jirak 3 Kisireum 4 Kitulang 5 Kicengkeh 6 Kikawat 7 Kisampang 8 Puspa 9 Kisapi 10 Kitamiang 11 Pasang
Jumlah D (ind) (m) 4 8 4 1 5 5 1 4 1 1 2
Jalur/ukuran petak/subpetak Tingkat pertumbuhan No.
Jenis
1 Jirak 2 Kibodas 3 Kisapi 4 Pasang 5 Huru 6 Kisireum 7 Rasamala 8 Kicengkeh 9 Bengang 10 Kakaduan 11 Kikawat 12 Kawoyang 13 Puspa
Selatan Resort Cikidang Hutan alam pegunungan Perum Perhutani I hutan lindung 1100-1200 m dpl 8%- >45% Latosol
LBDS (m2)
K (indlha) 2000 4000 2000 500 2500 2500 500 2000 500 500 1000
KR (%) 11.11 22.22 11.11 2.78 13.89 13.89 2.78 11.11 2.78 2.78 5.56
F
LBDS K (m2) (indlha) 0.0314 240.00 0.0254 240.00 0.0314 320.00 0.0452 320.00 0.0113 160.00 0.0254 240.00 0.0050 80.00 0.0020 80.00 0.0020 80.00 0.0050 80.00 0.0038 80.00 0.0133 160.00 0.0050 80.00
KR (%) 10.71 10.71 14.29 14.29 7.14 10.71 3.57 3.57 3.57 3.57 3.57 7.14 3.57
F
-
-
-
-
-
-
0.60 0.60 0.60 0.20 0.60 OAO 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
FR (%) 15.00 15.00 15.00 5.00 15.00 10.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00
D (m2lha)
DR (%)
-
-
-
-
-
-
FR (%) 9.09 4.55 13.64 13.64 9.09 13.64 4.55 4.55 4.55 4.55 4.55 4.55 4.55
D (m2lha) 2.51 2.03 2.51 3.62 0.90 2.03 0.40 0.16 0.16 0.40 0.31 1.06 0.40
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
INP (%) 26.11 37.22 26.11 7.78 28.89 23.89 7.78 16.11 7.78 7.78 10.56
: 11/20x20 15x5 : Pancang
Jumlah D (ind) (m) 3 0.20 3 0.18 4 0.20 4 0.24 2 0.12 3 0.18 1 0.08 1 0.05 1 0.05 1 0.08 1 0.07 2 0.13 1 0.08
0.40 0.20 0.60 0.60 0.40 0.60 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
DR (%) 15.01 12.16 15.01 21.62 5.41 12.16 2.40 0.94 0.94 2.40 1.84 6.34 2.40
INP (%) 34.82 27.42 42.94 49.54 21.64 36.51 10.52 9.06 9.06 10.52 9.96 18.03 10.52
39
Jalur/ukuran petakisubpetak Tingkat pertumbuhan No.
Jenis
1 Kawoyang 2 Kibesi 3 Pasang 4 Rasamala 5 Kibonteng 6 Kisapi 7 Kitamiang 8 Puspa
Jumlah D (ind) (m) 2 0.28 1 0.15 2 0.30 1 0.17 1 0.15 1 0.16 1 0.14 2 0.31
Jalur/ukuran petakisubpetak Tingkat pertumbuhan No.
Jenis
1 Kakaduan 2 Kawoyang 3 Kiasem 4 Kibonteng 5 Pasang 6 Puspa 7 Rasamala 8 Salam 9 Huru 10 Kibesi 11 Kiendog 12 Kimenyan 13 Kitamiang 14 Kipancar 15 Kisapi 16 Kisireum
: 11/20x20 110x10 : Tiang LBDS K (m2) (indlha) 0.0615 40.00 0.0177 20.00 0.0707 40.00 0.0227 20.00 0.0177 20.00 0.0201 20.00 0.0154 20.00 0.0754 40.00
KR (%) 18.18 9.09 18.18 9.09 9.09 9.09 9.09 18.18
F
KR (%) 3.49 4.65 3.49 6.98 45.35 5.81 3.49 10.47 2.33 1.16 4.65 1.16 1.16 2.33 1.16 2.33
F
0.40 0.20 0.40 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
FR (%) 20.00 10.00 20.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00
D (m2/ha) 1.23 0.35 1.41 0.45 0.35 0.40 0.31 1.51
DR (%) 20.48 5.88 23.51 7.55 5.88 6.69 5.12 25.10
INP (%) 58.66 24.97 61.69 26.64 24.97 25.78 24.21 53.29
: 11/20x20 120x20 : Pohon
Jumlah D LBDS K (ind) (m) (m2) (indlha) 3 115 4651.13 15.00 4 115 2924.13 20.00 3 100 3454.00 15.00 6 155 3512.88 30.00 39 1630 64644.75 195.00 5 220 8674.25 25.00 3 140 6319.25 15.00 9 365 13246.88 45.00 2 45 804.63 10.00 1 30 706.50 5.00 4 115 2649.38 20.00 1 75 4415.63 5.00 1 25 490.63 5.00 2 50 1020.50 10.00 1 30 706.50 5.00 2 90 3218.50 10.00
0.60 0.60 0.60 1.00 1.00 0.60 0.40 1.00 0.20 0.20 0.60 0.20 0.20 0.40 0.20 0.40
FR D (%) (m2lha) 7.32 23255.65 7.32 14620.65 7.32 17270.00 12.20 17564.40 12.20 323223.75 7.32 43371.25 4.88 31596.25 12.20 66234.40 2.44 4023.15 2.44 3532.50 7.32 13246.90 2.44 22078.15 2.44 2453.15 4.88 5102.50 2.44 3532.50 4.88 16092.50
DR INP (%) (%) 3.83 14.64 2.41 14.38 2.84 13.65 2.89 22.06 53.23 110.78 7.14 20.27 5.20 13.57 10.91 33.57 0.66 5.43 0.58 4.18 2.18 14.15 3.64 7.24 0.40 4.01 0.84 8.04 0.58 4.18 2.65 9.85
40 Lampiran 4. Daftar tumbuhan di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya
No.
Jenis
Famili Nama IImiah
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
45
Acanthaceae Acanthaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Apccynaceae Araliaceae Araliaceae Arecaceae Arecaceae
Asclepiadaceae Asteraceae Begoniaceae Begoniaceae Bombacaceae Burseraceae Clustaceae Compositae Cunomiaceae Dilieniaceae Dilleniaceae Elaeocarpaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Fagaceae Fagaceae Fagaceae Fagaceae Flacourtiaceae Gramineae Guttiferae Hamamelidaceae Icacinaceae Juglandaceae Lauraceae Lauraceae Lauraceae Lauraceae Leguminoceae Lycopodiaceae Magnoliaceae Melastomaceae
Strobilanthes cemua Strobilanthes erispus L. Mangifera sp. Mangifera foeuda LOUR. Alstonia scholaris R. BR. Schefflera aromatica HARMS. Macropanax dispermum (BL.) O. KTZE Calamussp. Pinanga coronata (BL.) ex. MART. Hoya macrophylla BL. Eupatorium odoratum L. F. Begonia isoptera DRYAND Begonia robusla Neesia altissima BL. Canarium sp. Gareinia dioica BL. Vernonia arborea HAM. Weinmania blumei PLANCH. Saurauia pendu!a BL.
Saumure reinwardtiana Elaeocarpus ganitrus ROXB. Anudesma monlanum BL. Antidesma letrandum BL. Aporusa sphaeridophora MERR. Cleistranthus myrianthus KURZ. Macaranga tanarius IvIUELL. ARG Castanopsis acuminalissima BL. Uthocarpus indicus (BL.) REHD Uthocarpus pseudomoluccas (BL.) REHD. Quercus gemmiffora F/acourtia rukam lOLL. & MOR. Gigantochloa apus KURZ. Garcinia dulcis KURZ. Altingia excelsa NORONHA. Platea iatifolia BL. Engelhardtia spicala BL. Horiieldia glabra (BL.) WARS. Undera polyanllJa BOERL. Utsea cassiaefolia BL. Utsea sp. Pithecellobium duele BE NTH. Lycopodium phlegm aria Talauma candollii (BL.) H. KENG. Medinilia speciosa
I
Nama Daerah Lobelia Daun pecah beling Mangga hutan Kilimus Kidage Pulai Pongrang Kiracun Rotan Pinang Areuy Kirinyu Hariang Hariang Bengang Kimenyan Kikawat Hambirung Damaran Kileho Kemborok Ganitri Kiseueur badak Kihuni leuweung Kiendog Kakaduan Mara Kianak Pasang merah Kalimorot Pasang Rukem Awitali Manggu leuweung Rasamala Kibonteng. Kihujan Kalapaciung Kisapu Kibodas Huru Asem landa Pakis Kitulang Harendong
, I
I
II
I I
,
I I
41
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
Melastomataceae Melastomataceae Meliaceae Meliaceae Meliaceae Mimosaceae Moraceae Moraceae Moraceae Moraceae Moraceae
Moraceae Myrtaceae Myrtaceae Myrtaceae Nepenthaceae Orchidaceae Palmae Pandanaceae Papilionaceae Papilionaceae Pinaceae Podocarpaceae Podocarpaceae Polypodiaceae Polypodiaceae Polypodiaceae Rosaceae Rosaceae Rubiaceae Rubiaceae Rubiaceae Rubiaceae Rubiaceae Rubiaceae Rubiaceae Rubiaceae Rutaceae Sapindaceae Sapotaceae SelagineUaceae Smilacaceae Symplacaceae Theaceae Theaceae Theaceae Tiliaceae Ulmaceae Urticaceae Verbenaceae Vitaceae
/Vbessia azurea BL. Melastoma sp. • Oysoxylum amooroides MIO. Swietenia macrophylla KING. Toona sureni MERR. Acacia rimosa F. MUELL Mocarpus communis FORST. Ficus benyamina LINN. Ficus fulva REINW. Ficus padana BURM. F. Ficus septica BURM. F. Ficus deltoidea JACK. Eugenia clavimyrtus K. & V. Eugenia polyantha WRIGHT. Syzygium rostratum (BL.) DC. Nepenthes gymnamphora Oendrobium sp. la/acca edulis REINW. Freycinetia sp. Pongamia pinnata MERR. Spatholobus ferrugineus BENTH. Pinus merkusii JUNGH. Podocarpus imbricatus BL. Podocarpus neriifolius DON. Asplenium nidus LINN. Oiplazium sp. Nephrolepis sp. Pygeum laufollum MIO. Rubus sp. Ixora coccinea LINN. Argostemma borragineum Bl. Argostemma montanum BL. Argostemma uniflorum Bl. Lasianthus sp. Nephefaphyllum tenuiflorum Psychotria sp. Urophyllum arborum KORTH Evod;a latifolia DC. otophora spectabilis BL. Nephelium juglandifolia Se/aginella sp. Smilaxsp. Symplacos fasciculata ZOLLo Eurya acuminata DC. Eurya japanica THUNB. Schima wallichii KORTH. Trichospermum javanicum BL. Celtis cinnamomea LlNDL. Laportea sumulans MIO. Vi/ex heterophylla ROXB. Tetrastigma papi/ossum (BL.) PLANCH.
Ipis kulit Harendong Kedoya Mahoni Suren Kibesi Sukun Beringin Hamerang badak Semantung Awar-awar
Tabatbarito Kisireum Salam Jambu Kantong semar Anggrek Salak Pandan Kipahang Ar. gongseng Tusam Jamuju Kiputri Paku pandan Paku-pakuan Paku-pakuan Kawoyang Arbei Soka Reundeur Reundeur badak Reundeur Lambuku Anggrek Kikores Kicengkeh Kisampang Kifangir Rambutan hulan Paku rane Cannar Jirak Kimerak Kipancar Puspa Dolog Kitamiang Jelatang Kibangbara Areuy susuan
42 Lampiran 5. Keadaan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan sekitarnya wilayah Kabupaten Sukabumi