Dua Sisi Tauhid…
Abdillah
DUA SISI TAUHID: SEBAGAI WACANA DAN PENGALAMAN BERAGAMA Abdillah Universitas Al Asy’ariah Mandar, Sulawesi Barat Jln Budi Utomo No 2 Manding, Polewali, Polman Sulawesi Barat Email;
[email protected] Abstract; This article discusses the meaning of monotheism and the historical setting in which divinity and monotheism. This article also focuses on how monotheism as a discipline and as a religious experience. Islamic civilization is the essence of Islam itself and the essence of Islam is Tawheed, acts of God as the One asserted, absolute and transcendent creator, ruler of all that exists. can be inferred beliefs about God already existed long ago and in nature, humans need God. Humans when in itself creates God, then the dynamism, mysterious unseen forces may the Lord. In animism, the spirit is God. In polytheism; Indra, Vitra and Varuna in the Vedic religion is God. Brahma, Vishnu and Shiva in Hinduism is God. Osiris, Isis and herus in Ancient Egyptian religion is God. Al-Latta, al-Uzza and Manata in Arabic religion of ignorance is God. Keywords; Monotheism, historical, divinity, tawhid, Politheism Abstrak; Artikel ini membahas bagaimana makna tauhid itu dan latar berlakang historis ketuhanan dan tauhid. Artikel ini juga berfokus pada bagaimana Tauhid sebagai sebuah disiplin ilmu dan sebagai pengalaman beragama.esensi peradaban Islam adalah Islam itu sendiri dan esensi Islam adalah Tauhid atau pengesaan terhadap Tuhan, tindakan yang menegaskan Allah sebagai yang Esa, pencipta mutlak dan transenden, penguasa segala yang ada.bisa disimpulkan kepercayaan tentang Tuhan sudah ada sejak dahulu dan secara fitrah, manusia membutuhkan Tuhan. Manusia ketika dengan sendirinya akan menciptakan Tuhan, maka dalam dinamisme, kekuatan gaib yang misterius mungkin adalah Tuhan. Dalam Animisme, ruh adalah Tuhan. Dalam politeisme; Indra, Vitra dan Varuna dalam agama Veda adalah Tuhan.Brahma, Wisnu dan Syiwa dalam agama Hindu adalah Tuhan.Osiris, Isis dan Herus dalam agama Mesir Kuno adalah Tuhan.Al-Latta, al-Uzza dan Manata AL-FIKRVolume 17 Nomor 3 Tahun 2013
81
Abdillah
Dua Sisi Tauhid…
dalam agama Arab Jahiliyah adalah Tuhan. Kata Kunci; Monoteisme, historis, ke-Tuhanan, tawhid, Politeisme I. PENDAHULUAN auhid merupakan pembicaraan yang sudah ramai di perbincangkan oleh manusia sejak jaman dahulu kaladisetiap agama. Manusia secara naluri beragama. Apakah alam semesta terjadi dengan sendirinya ataukah ada kekuatan lain yang mengatur alam semesta ini. Bertitik-tolak dari keinginan manusia untuk mengetahui keberadaan alam semesta ini, maka manusia mencoba mengkajinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya baik itu dengan menggunakan akal maupun indra. Hasil dari kajian-kajian yang dilakukan membuahkan hasil akan adanya Tuhan. Manusia sejak japrimitif sudah mempercayai adanya kekuatan lain di luar diri manusia yang kemudian sampai dengan sesuatu zat maha segalagalanya yang disebut dengan Tuhan. Meski dalam penamaanya bermacammacam. Dari ketuhanan ini nanti para agama-agama samawy maupun agama wad'iy1akan sampai kepada suatu kesimpulan yang secara garis besar berakhir pada suatu penemuan tentang adanya Tauhid, yaitu hanya ada tuhan yang satu, hanya ada zat yang satu yang maha diatas segala sesuatu.Agama Samawy juga disebut dengan agama Hanif.Dalam agama Hanif, tauhid merupakan inti ajaran secara keseluruhan.Risalah kenabian sejak nabi Adam as.sampai ke Nabi Muhammad saw., adalah risalah yang mengajarkan ke-esaan Allah SWT. Dalam islam sebagai salah satu agama samawy, Muhammad saw. mempunyai beberapa keistimewan dintaranya sebagai nabi terakhir penutup. Tidak ada lagi nabi setalah nabi Muhammad saw. Juga keumuman risalah kenabiannya.Tidak terbatas untuk satu kaum saja tapi untuk seluruh alam.2Masuk juga didalamnya mahluk selain manusia.3Dan juga Sebagai penyempurnah risalah dan syariat sebelumnya. Setelah wafatnya Muhammad saw, umat islam tetap tidak pernah lepas dari penegakan kalimat Syahadah. La Ilaha Illallah Muhammadun Rasulullah. Bahkan, ketika kemudian timbul perbedaan faham antara sesama umat muslim, dalam kalimah tauhid inilah orang Islam disatukan.4Tauhid menjelaskan kepada umat Islam bahwa mereka mepunyai satu kesamaan yang universal. Tidak memandang mereka itu dari golongan Mutakallimin yang selalu berdebat masalah aqidah, kalangan Filosof Islam yang ingin menyatukan antara wahyu dan akal, Ahli Fiqhi yang berkecimpung dalam hukum ibadah dan mu'amalat, Tarekat Sufi yang fokus dalam masalah suluk, ahlak dan mujahadah, atau Partai Politik Islam yang sibuk dalam pemerintahan dan memperjuangkan keadilan.5Semuanya bisa bersatu pada suatu titikketika tauhid di pandang dari segi wacana dan ketika tauhid itu dipandang dari sisi pengalaman beragama penganutnya, yang dalam hal ini, tauhid agama
T
82
AL-FIKRVolume 17 Nomor 3 Tahun 2013
Dua Sisi Tauhid…
Abdillah
Islam.Dan dari sini, kemudian muncul berbagai banyak pertanyaan.Apa sebenarnya makna tauhid itu sendiri? Bagaimanakah latar berlakang historis ketuhanan dan tauhid?Bagaimana Tauhid sebagai sebuah disiplin ilmu?Bagaimana tauhid itu sebagai pengalaman beragama.Dan untuk spesifiknya kami suguhkan, tauhid menurut kaum filsafat dan tauhid menurut kaum mistik. Apakah tauhid yang di fahami dan yakini saat ini adalah benarbenar tauhid pengesaan Allah SWT seperti apa yang sampaikan oleh Nabi Muhammad saw., dan nabi-nabi sebelum Muhammad saw. Ataukah selama ini tauhid itu tidak lebih dari sekedar wacana saja tidak dalam praktek sosial kemasyarakatan. II. PEMBAHASAN A. Kepercayaan Terhadap Tuhan Dalam perjalanan sejarah manusia, muncul berbagai macam kepercayaan terhadap Tuhan.Ada kepercayaan yang disebut „dinamisme‟ yang berarti kepercayaan kepada kekuatan gaib yang misterius.Dalam paham ini ada benda-benda tertentu yang mempunyai kekuatan gaib dan berpengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari.Kekuatan gaib itu ada yang bersifat baik dan ada yang bersifat jahat. Benda yang mempunyai kekuatan gaib baik tentu akan disenangi, dipakai dan dimakan agar orang yang memakai atau memakannya senantiasa dipelihara dan dilindungi oleh kekuatan gaib yang terdapat disentral yaitu peng-esaan Allah SWT. Sama sama menyembah Tuhan yang satu. Ada pula kepercayaan yang disebut dengan „animisme‟ yang berarti kepercayaan bahwa tiap-tiap benda, baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa mempunyai ruh.Tujuan mem-percayai ruh ini adalah untuk mengadakan hubungan baik dengan ruh-ruh yang ditakuti dan dihormati itu dengan senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka dan menjauhi perbuatan yang dapat membuat mereka marah.6Ada lagi kepercayaan yang disebut dengan „politeisme‟, yakni kepercayaan kepada dewa-dewa.Dalam kepercayaan ini hal-hal yang menimbulkan perasaan takjub dan dahsyat bukan lagi dikuasai oleh ruh-ruh, tetapi oleh dewa-dewa.Kalau ruh dalam animisme tidak diketahui tugas-tugasnya yang sebenarnya, dewa-dewa dalam politeisme telah mempunyai tugas-tugas tertentu.Ada dewa yang bertugas memberikan cahaya dan panas ke permukaan bumi.Dewa ini dalam agama mesir kuno disebut Ra, dalam agama India Kuno disebut Surya, dan dalam agama Persia Kuno disebut Mithra. Ada pula dewa yang tugasnya menurunkan hujan, yang diberi nama Indera dalam agama Mesir Kuno, dan Donnar dalam agama Jerman Kuno. Selanjutnya ada pula dewa angin yang disebut Wata dalam agama India Kuno, dan Wotan dalam agama Jerman Kuno.7 Karen Amstrong dalam bukunya Sejarah Tuhan menjelaskan adanya dalam diri manusia kekuatan pencarian tuhan disetiap peradaban.Telah banyak kajian teori tentang asal usul agama, dan didapati penciptaan tuhan telah lama AL-FIKRVolume 17 Nomor 3 Tahun 2013
83
Abdillah
Dua Sisi Tauhid…
dilakukan oleh manusia.8Karen Amstrong juga menutip gagasan adanya perasaan gaib yang menjadi dasar adanya agama dari buku The Idea of The Holy karangan Rudolf Otto,9ahli sejarah agama berkebangsaan Jerman. Mulai sejak penciptaan pertama, dengan cara yang berbeda beda sudah menginginkan dan meyakini adanya tuhan. Sejak 4000 SM oleh sekelompok manusia yang dikenal dengan orang Sumeria yang menurut ahli sejarah mempunyai perdaban terbesar pertama di dunia merupakan bukti sejarah akanhal tersebut.10 Berangkat dari pemaparan kepercayaan terhadap Tuhan seperti tersebut di atas bisa disimpulkan kepercayaan tentang Tuhan sudah ada sejak dahulu dan banyak, sebanyak agama dan kepercayaan yang dianut manusia.Juga secara fitrah, manusia membutuhkan Tuhan. Manusia ketika dengan sendirinya akan menciptakan Tuhan, maka dalam dinamisme, kekuatan gaib yang misterius mungkin adalah Tuhan. Dalam Animisme, ruh adalah Tuhan. Dalam politeisme; Indra, Vitra dan Varuna dalam agama Veda adalah Tuhan.Brahma, Wisnu dan Syiwa dalam agama Hindu adalah Tuhan.Osiris, Isis dan Herus dalam agama Mesir Kuno adalah Tuhan.Al-Latta, al-Uzza dan Manata dalam agama Arab Jahiliyah adalah Tuhan.Dalam agama Kristen, Allah Tritunggal adalah Tuhan dan dalam agama Islam Allah SWT adalah Tuhan. B. Tauhid; Sebuah Ilmu Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam, sehingga Islam dikenalsebagai agama tauhid yaitu agama yang mengesakan Tuhan. Dalam perkembangan sejarah kaum muslimin, tauhid itu telah berkembang menjadi namasalah satu cabang ilmu Islam, yaitu ilmu Tauhid. Tauhid diambil kata “Wahhada Yuwahhidu Tauhidan” yang artinya mengesakan.Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang berarti esa. Dalam ajaran Islam, tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah SWT. Kalimat Tauhid ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah. Yang kemudian menjadi sebuah pengakuan akan ke Islaman seseorang lewat kalimat syahadah. Asyhadu an Lailaha Illalah waasyhadu anna muhammadan rasulullah. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selainAllah, dan Muhammad adalah rasul utusan Allah. Dalam kajian ilmu tauhid atau ilmu kalam, yang menjadi objek pembahasan adalah Allah SWT. Dari segi apa yang wajib, mustahil, dan jaiz yang di istilahkan dalam ilmu kalam dengan Ilahiyyat.11Termasuk juga pembahasan mengenai apa yang wajib, mustahi dan jaiz dalam kenabian, Nubuwat.12Sebagai perantara untuk sampai kepada sang pencipta. Dan Sami'yat (hal-hal ghaib, sepeti siksa kubur, syurga dan neraka) untuk di yakini kebenarannya.13 Dalam khazanah buku-buku kalam dan teologi islam klasik sampai dengan modern, salaf hingga khalaf, dari mutaqaddimin sampai mutaakhirin, dan 84
AL-FIKRVolume 17 Nomor 3 Tahun 2013
Dua Sisi Tauhid…
Abdillah
berbagai peristilahan lainnya, tema tauhid selalu menjadi pokok pembahasan utama. Mutakallimin menjadikan tema ini sebagai prinsip-prinsip dasar pemikiran tiap golongan.Ini bisa kita lihat dari tulisan yang tertuang dalam buku-buku klasik maupun kontemporer.Para mutakallimin As'ariyah dan Muktazilah misalnya, dalam banyak kitabnya kita menemukan kajian tentang ilmu tauhid.Para Mutakallimin juga dalam mempelajari ilmu tauhid berlandaskan atas pemurnian tauhid sebagai pokok atau sentral utama dari ajaran Islam. Juga sebagai counter syubhat yang muncul dari berbagai kalangan. Baik itu dari non-islam ataupun dari orang islam sendiri. Beberapa ulama Islam juga ada yang tidak sepakat untuk mengkaji teologi ketauhidan.Bahkan ada yang menganggap fasiq untuk orang-orang yang bergelut dalam ilmu tauhid. Ibnu Taimiyah misalnya menganggap mereka itu termasuk ahlu dhalal, golongan yang sesat, menurutnnya, Teolog atau Mutakallimin sudahsangat jauh melenceng dari kebenaran karena mereka (mutakallimin) sudah membenarkan persepsi umum bahwa apabila terdapat kontradiksi antara akal dan nash, maka mereka akan mendahulukan akal dan mencobab memahami akidah dengan akal mereka serta bermain-main dengan nash-nash Al quran.14 Namun pada akhirnya ulama yang melarang untuk mengkaji ilmu tauhid sendiri pun telah secara tidak langsung turut meramaikan khazanah ilmu tauhid itu sendiri. Ilmu tauhid pada akhirnya menurut kami adalah suatu cabang keilmuan Islam yang asli dan perlu dipertahankan.Aset dalam pencaharian tuhan dengan menempuh jalur rasio yang benar mampu mengantarkan kepada hakekat tauhid yang sebenarnya. Dan Allah SWT., sebagai tuhan dalam agama Islam mampu di jalaskan secara kongkrit dengan menggunakan rasio, akal manusia dan bisa dijadikan dasar akan kebenaran Islam. C. Tauhid sebagai pengalaman beragama Pengalaman beragama adalah usaha real dari mengesakan Tuhan. Syahadat, pengakuan iman Islam yang menyaksikan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusannya, menegaskan: "Tidak ada tuhan selain tuhan," Allah "yang berarti" Tuhan yang menempati posisi sentral dalam setiap sisi kehidupan orang Islam. Setiap tindakan orang islam, setiap kepercayaan orang Islam.15Setiap tempat dan disetiap waktu manusia tidak pernah lepas dari keberadaan Tuhan. Sejatinya, kedatangan agama Islam, tidak untuk menetapkan adanya Allah SWT.Akan tetapi agama Islam datang untuk meng-Esakan Allah SWT.16Oleh karenanya dalam implementasi tauhid sebagai pengalaman beribadah ummat Islam harus menghindarkan diri dari kepercayaankepercayaan yang bertentangan dengan tauhid.Dalam hal ini, syirik. Syirik dalam artian segala bentuk yang menjadikan pribadi seorang muslim yakinan akan adanya kemahaagungan selain Allah SWT. Baik itu secara aqidah, penyembahan, tindakan sosial, pemikiran dan lain sebagainya., yang bahkan AL-FIKRVolume 17 Nomor 3 Tahun 2013
85
Abdillah
Dua Sisi Tauhid…
sekecil atom sekalipun harus di hilangkan dalam diri orang Islam. Menetapkan dalam hati esensi Ihsan menyembah Allah SWT seakan akan kita melihatNya. Tapi ketika kita tidak melihatnya maka yakin bahwa Allah SWT.melihat kita.17 Meski para filosof bermacam-macam dalam menerjemahkan pengertian fisafat. Setidaknya ada dua benang merah kesepakatan yang dapat ditarik dari kajian filsafat.Yaitu tujuan filsafat adalah untuk sebuah kebahagiaan.Dan yang kedua adalah untuk mengetahui hakekat kebenaran. Dan pada hakekat inilah kita masuk dalam pembahasan ketuhanan yang kemudian akan mengerucut pada adanya satu zat agung yang mengatur semesta ini. Itupula yang kemudian dilakukan oleh beberapa filosof muslim semisla Al Kindy, Al Fa'raby, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd. Mereka mencoba menjelaskan hakekat ke esaan Allah SWT dengan menggunakan metodologi filsafat.Serta memberikan sebuah hipotesa yang mengantarkan kepada kebenaran bahwa Allah SWT.ada dibalik semua apa yang terjadi di alam ini. Secara garis besar ingin memberikan penjelasan logis bahwa tidak ada yang bertentangan antara wahyu ilahi dan akal manusia. Kesemuanya berasal dari sumber yang satu dan mampu menjadi jalan menuju pengtahuan akan adanya Allah SWT. Yaqub ibn Ishaq Al-Kindi. Yang dikenal sebagai filosof pertama dalam Islam, menjelaskan kajian tauhid itu bisa kita dapat dengan jalur filsafat sebagai seoang Mu'tazilah dia memandang filsafat sebagai alat bantu untuk memahami wahyu ilahi.18Al-Kindi dikatakan lebih dekat kepada para Mutakallimin dalam pemaparan tentang ke esaan Tuhan.Al Kindy menggunakan dalil Al Quran dan menjelaskannya secara logika. Kemudian Filosuf Turki Abu Nash Al Farabi.Seorang yang ahli dalam kedokterran dan dapat kita sebut sebagai seorang Manusia 19 Reneisains mencoba menjelaskan ketuhanan dalam bukunya Ara' Ahl Al Madinah AlFadhila.Yang kemudian dikenal dengan istilah Aqlul Fa'al.Al Farabimemandang mata rantai wujud secara abadi memancar dari yang Esa dalam sepuluh emanasi atau "intelek" yang berturut-turut.20Al-Farabi juga menganggap bahwa filsafat mampu mengantarkan untuk memahami tauhid.Tapi dia membatai kajian filsafat itu terhadap orang-orang tertentu saja. Falsafah ketuhanan mencapai puncaknya pada masa Abu Ali ibn Sina.Di Barat lebih dikenal dengan Avicenna.21Ibn Sina menyadaru bahwa filsafat perlu disesuaikan dengan perubahan dengan keadaan yang tengah melanda impremium Islam. Bahkan bisa dijadikan sebagai filter dalam membentengi agama dari serangan luar. Ibn Sina memberikan demonstrasi rasional tentang eksistensi Tuhan berdasarkan bukti Aristoteles. Dia tidak menaruh keraguan sama sekali tentang keberadaan tuhan dan menyatakan bahwa akal manusia tanpa bantuan wahyu dapat sampai pada pengetahuan eksistensi wujud tertinggi.22 Bukti–bukti Ibn Sina dimulai dengan pertimbangan tentang cara pikiran kita bekerja. Ke mana pun kita mengarahkan pandangan dunia ini, kita 86
AL-FIKRVolume 17 Nomor 3 Tahun 2013
Dua Sisi Tauhid…
Abdillah
melihat wujud-wujud senyawa yang terdiri dari sejumlah unsur berbeda.Sebuah pohon, misalnya, terdiri atas kayu, getah dan daun.Dalam unsur senyawa ini kita terus mencoba mencari sampai bentuk tersebut menjadi unsur sekunder. Yang pada akhirnya akan menyampaikan kita pada satu titik akan adanya unsur yang disebut kesatuan primal, diluar pikiran, realitas yang tinggi dan sederhana. Sesuatu yang merupakan Kesederhanaan itu sendiri adalah apayang disebut para filosof sebagai "Wajibul Wujud". Tapi mesti kedudukannya yang sekunder dalam Islam, teorinya tentang filsafat, termasuk filsafat ketuhanan membuat dia menjadi tokoh terhormat di Barat.Sebab melalui Ibn Rusd konsepsi ketuhanan dengan metode rasional lebih di terima di Barat, dan menyebabkan peralihan peradaban yang sangat besar dari masa kegelapan menuju zaman Reneisance. Demikianlah singkat bagaimana para filosof secara umum pemaparan tauhid dalam pengalaman beragama kaum filosof.Dengan kesungguhannya para filosof ingin menyatukan antara wahyu ilahi dengan akal manusia.Keduanya menurut para filosof mampu mengantarkan kepada pencarian ke-esaan Tuhan. Dan dalam agalam Islam, filsafat menjadi pembenaran atas agama yang dibawa oleh Muhammad saw. Berbeda dengan kaum Filosof. Kaum mistik dalam pencapaian tauhidnya menggunakan epistemologi Irfani. Mereka lebih merasakan kehadiran tuhan dalam peleburan diri yang kemudian disebut denganFana. Konsep yang ditempuh oleh kaum mistik adalah bentuk sebuah keyakinan bahwa ada hal-hal yang diluar jangkauan akal.Semua yang ada di dunia itu tidak selamanya bisa di rasionalkan.Dan pendekatan seperti ini telah ditempuh para sahabat dan bukan merupakan hal baru dalam Islam.Mereka adalah zuhhad, ubbad dan mutawakkil.23 Konsep ajaran mistik dalam Islam mencapai puncaknya pada abad III dan IV Hijriah.Sekitar abad IX Masehi.Tasawuf pada masa ini lebih terkonsep pada sisi pengamalan dan pendidikan serta tidak keluar darikonsep dasar yang ada dalam Al Quran dan Sunnah.24Terpisah dari cabang ilmu lainnya seperti ilmu Fiqhi, Tafsir dan Hadits.25 Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah mengungkapkan zaman ini sebagai saman pertentangan antara Fiqhi dan Tasawwuf. Pada abad ini ilmu syareat menjadi dua segi: Pertama, khusus untuk ahli Fiqhi dan Ahli Fatwa yang membahas tentang hukum-hukum secara umum dalam permasalahan ibadah, muamalat dan adat. Kedua, khusus untuk satu kaum –dalam hal ini kaum sufiyang menekankan pada pelatihan jiwa.26Serta bagaimana intopeksi diri yang mendalam.Pembahasan tentang dzauq (intuisi) dan pensyarahan istilah-istilah yang ada di dalam ilmu Tasawwuf.27 Dalam buku Nasyatul Fikril Al Islami Prof Dr Ali Samy Nassar juga mengutip pendapat Ibn Khaldun mengenai sejarah tasawwuf mistik dalam Islam menjadi tiga periode.Zuhud.Mistik (tasawwuf).Dan tasaawuf bercampur dengan filsafat28 yang kemudian diambil juga oleh orientalis Nikelson.Dalam AL-FIKRVolume 17 Nomor 3 Tahun 2013
87
Abdillah
Dua Sisi Tauhid…
pembahasan ini dikemukakan asal usul dari mistik itu sendiri.Yang pada kesimpulan akhirnya, bertumpu pada pendapat yang rajih bahwa sumber asasi dari ajaran tasawwuf itu berasal dari agama Islam sendiri.Bersumber dari al Quran dan hadits.29 Secara garis besar tauhid kaum mistik sendiri dapat dibagi dalam dua kategori.Pertama,kaum moderat30yang tidak keluar dari jalur Al Quran dan Sunnah sedang yang kedua kaum yang tertolak karena terlalu lampau dalam pemahaman tauhid dan pengalaman mistismenya sudah terpengaruh pemikiran luar dan bahkan berpaling dari jalur mistisme ke jalur filsafat.31Hingga muncul istilah yang sulit difahami. III. PENUTUP Masalah yang terpenting dan menjadi tema sentral pemikiran Islam adalah pemurnian tauhid, di setiap zaman dan oleh berbagai kalangan.Baik itu Mutakallimin, Filosof dan Sufi karena nilai dari keislaman seseorang itu adalah pengesahan terhadap Allah SWT yang terangkum dalam syahadat. Tetapi, tauhid bukan sekedar diakui dengan lidah dan ikrar akan keesaan Allah serta kenabian Muhammad SAW. Walaupun ikrar dan syahadat oleh seorang muslim memberikan aturan hukum di dunia ini, namun tauhid yangmerupakan sumber kebahagiaan abadi manusia dan kesempurnaanya, tidak berhenti pada kata-kata dan lisan. Lebih dari itu tauhid juga harus merupakan suatu realitas batin dan keimanan yang berkembang di dalam hati. Tauhid juga merupakan prinsip mendasar dari seluruh aspek hidup manusia.Aqidah, muamalah, ibadah dan sosial.Tauhid terwakili dalam tial sisi kehidupan manusia.Tauhid sebagai pelengkap bagi manusia dengan pandangan baru tentang kosmos, kemanusiaan, pengetahuan dan moral serta askatologi memberikan dimensi dan arti baru dalam kehidupan manusia tujuannya obyektif dan mengatur manusia sampai kepada hak spesifik untuk mencapai perdamaian global, keadilan, persamaan dan kebebasan. Dalam kajian tauhid islam mampu sampai pada keyakinan akan adanya keesaan pengatur alam semesta ini lewat penalaran akal. Baik akal maupun kitab suci Al quran memberikan penjelasan tentang tauhid Allah SWT.Dan pelajaran tauhid bisa menjadikan dalil tentang kebenaran agama Islam.Tauhid memberikan identitas peradaban Islam yang mengikat semua unsur-unsurnya bersama-bersama dan menjadikan unsur-unsur tesebut suatu kesatuan yang integral dan organis yang disebut peradaban. Prinsip pertama tauhid adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, itu berarti bahwa realitas bersifat handa yaitu terdiri dari tingkatan alamiah atau ciptaandan tingkat trasenden atau pencipta. Prinsip kedua, adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, itu berarti bahwa Allah adalah Tuhan dari segala sesuatu yang bukan Tuhan.Ia adalah pencipta atau sebab sesuatu yang bukan Tuhan. Ia pencipta atau sebab terawal dan tujuan terakhir dari segala sesuatu yang bukan Tuhan. 88
AL-FIKRVolume 17 Nomor 3 Tahun 2013
Dua Sisi Tauhid…
Abdillah
Prinsip ketiga tauhid adalah, bahwa Allah adalah tujuan terakhir alam semeta, berarti bahwa manusia mempunyai kesanggupan untuk berbuat, bahwa alam semesta dapat ditundukkan atau dapat menerima manusia dan bahwa perbuatan manusia terhadap alam yang dapat ditundukkan perbuatan yang membungkam alam, yang berbeda adalah tujuan susila dari agama. Prinsip keempat tauhid adalah, bahwa manusia mempunyai kesanggupan untuk berbuat dan mempunyai kemerdekaan untuk tidak berbuat. Kemerdekaan ini memberi manusia sebuah tanggungjawab terhadap segala tindakannya. Endnotes 1Secara
umum, Agama yang ada di dunia ini bisa dibagi menjadi dua.Yaitu agama samawy dan agama wadiy.Agama samawy berarti agama yang diturunkan dari langit, biasa juga disebut dengan Agama Hanif.Secara garis besar dalam agama samawi, antara satu dengan yang lainnya itu mempunyai kesamaan danhubugan.Seperti, mempunyai sumber yang satu yaitu Allah SWT.Mempunyai pembawa risalah yang disebut dengan Nabi. Mempunyai syariat yang satu, yang mana syariat satu sama lainnya hanyalah merupakan pelengkap. Syariat Muhammad SAW misalnya, adalah penyempurna dari syariat-syariat sebelumnya.Sedangkan Agama wadiy adalah agama yang tercipta dari pencaharian mendalam manusia sehingga menimbulkan ajaran yang kemudian menjadi satu agama, seperti Hindu, Budha, Kong Hu Chu, dsb. 2Ahmad Musayyar, Annubuwatul Muhammadiyah Dalailuha Wa Khasaisuha (Kairo: Dar I’tisham, 2002), h. 223. 3Jalaluddin Mahally dan Jalaluddin as Suyuty, Tafsir Jalalain, h. 2. (Kairo: 4Ahmad Musayyar, Hiwar Baina Jamaatil Islamiyyah (Kairo: Dar Al Muhammadiyah: 1997), h. 3. 5Ibid, h. 4. 6Ibid, h. 13. 7Ibid, h. 14. 8Karen Amstrong, Sejarah Tuhan (Bandung: Mizan: 2004), h. 28. 9Ibid, h. 29. 10Ibid, h. 31. 11Ahmad Musayyar, Hiwar Baina Jamaatil Islamiyyah (Kairo: Dar Al Muhammadiyah: 1997), h. 18. 12Ibid, h. 18. 13Ibid, h. 19. 14Muhammad Khalil Harrash, Ibn Taymiyah Assalafy; Naqduhu Limasalik Al Mutakallimin Wal Falasifa Fil Ilahiyyat (Thanta, Mesir: Al Yusefiyah 1952), h. 42. 15Ismail Al-Faruqi, Tauhid: Its Implementations for thought and life. (Wynccote USA: The International Institute of Islamic Thought: 1982), h. 1. 16Muhammad Ahmad Al Musayyar, Attamhid Fi Dirasa Al Aqidah Al Islamiyah (Kairo: Dar Attiba'ah Al Muhammadiyah: 1998), h. 102. 17Sa'du Addin bin Mas'ud bin Umar bin Abdullah. Syarh Attiftazany Ala Al Ahadis Al Arbain An Nawawi (Beirut-Lubnan: Dar Al Kutub Al Ilmiyah: 2004), h. 73.
AL-FIKRVolume 17 Nomor 3 Tahun 2013
89
Abdillah
Dua Sisi Tauhid…
18Karen
Amstrong, Sejarah Tuhan (Bandung: Mizan: 2004), h. 236. Amstrong, Sejarah Tuhan (Bandung: Mizan: 2004), h. 239. 20Ibid, h. 240. 21Ibid, h. 247. 22Ibid, h. 248. 23Imam Abi Nashr Assiraj At Tusi, Al-luma' (Mesir: Darul Kutub Al Haditsah), h. 46. 24Jamal Said Mahmud Jumuah.Fi Riyadhi Tasawwuf Al Islamy (Kairo: Maktabah Al Azhar, 1998), h. 83. 25Ibid, h. 84. 26Ibn Khaldun. Muqaddimah (Lubnan, Beirut. Fasal 11), h. 469. 27Op.cit. h. 469-470. 28Ali Samy Nassar. Nasyatul Fikri Al Falsafi Fi Islamy.(Kairo: Dar Al Maarif, Jilid 3: tt), h. 30. 29Ibid, h. 34. 30Jamal Said Mahmud Jumuah.Fi Riyadhi Tasawwuf Al Islamy (Kairo: Maktabah Al Azhar, 1998), h. 92. 31Ibid, h. 93. 19Karen
DAFTAR PUSTAKA Abdullah. Sa'du Addin bin Mas'ud bin Umar bin. Syarh Attiftazany Ala Al Ahadis Al Arbain An Nawawi. Beirut-Lubnan: Dar Al Kutub Al Ilmiyah: 2004. Amstrong, Karen. Sejarah Tuhan. Bandung: Mizan: 2004. As-syafiiy, Ali Jumah Muhammad.Syarh Hasyiah Al Bajury Ala Jauharatu Tauhid.Kairo: Darussalam, 2002. Al Asqalany, Ibn Hajar. Fathul Bari Fi Syarhi Al Bukhari. Maktabah Syamilah: Juz 1: Bab adaul khamsi minal imani, tt.) Al Baihaqy, Abu Bakar Ahmad Bin Husain. Dalail An Nubuwah Wa Marifatul Ahwali Shahibi Syari'ah. Beirut: Darul Kutub Al Ilmiyah: Jilid 2, tt. Al-Faruqi, Tauhid: Its Implementations for thought and life. Wynccote USA: The International Institute of Islamic Thought, 1982. Al Gazali. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad. Al Mustasfa Min Ilmi Al Ushuli. Kairo:Dar Al Fikr: Juz 1:tt. Harrash, Muhammad Khalil. Ibn Taymiyah Assalafy; Naqduhu Limasalik Al Mutakallimin Wal Falasifa Fil Ilahiyyat. Thanta, Mesir: Al Yusefiyah 1952. Ibn Khaldun. Muqaddimah. Lubnan, Beirut. Fasal 11, tt. Al Iyji, Addullah Wa Addin Al Qady Abdurrahman Bin Ahmad. Al Mawaqif Fi Ilmil Kalam. Beirut: Alimul Kutub: tt.
90
AL-FIKRVolume 17 Nomor 3 Tahun 2013
Dua Sisi Tauhid…
Abdillah
Musayyar, Ahmad. Hiwar Baina Jamaatil Islamiyyah. Kairo: Dar Al Muhammadiyah: 1997. Musayyar, Muhammad Ahmad. Attamhid Fi Dirasa Al Aqidah Al Islamiyah. Kairo: Dar Attiba'ah Al Muhammadiyah: 1998. Musayyar,Ahmad. Annubuwatul Muhammadiyah Dalailuha Wa Khasaisuha. Kairo: Dar I’tisham, 2002. Mahally dan Jalaluddin as Suyuty, Jalaluddin. Tafsir Jalalain, Kairo: Dar al-Fikr, tt) Nassar. Ali Samy. Nasyatul Fikri Al Falsafi Fi Islamy. Kairo: Dar Al Maarif, Jilid 3: tt. Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya.Jakarta: UI-Press, 1974.. At Tusi, Imam Abi Nashr Assiraj.Al-luma'. Mesir: Darul Kutub Al Haditsah, tt. Jumuah. Jamal Said Mahmud. Fi Riyadhi Tasawwuf Al Islamy. Kairo: Maktabah Al Azhar, 1998.
AL-FIKRVolume 17 Nomor 3 Tahun 2013
91