DPD Patria Sumatera Utara
Juara II
Lomba Berkarya Dhamma
PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa Pikiran mendahului semua kondisi batin, pikiran adalah pemimpin, segalanya diciptakan oleh pikiran. Apabila dengan pikiran yang bersih/suci seseorang berbicara atau berbuat dengan jasmani, maka kebahagiaan akan mengikuti si pelaku karenanya, seperti bayangan yang tidak pernah meninggalkan tubuh seseorang. (Dhammapada 2) Dalam menjalani kehidupan sebagai manusia, kita seringkali berhadapan dengan berbagai
macam masalah. Dari masalah kecil, sedang sampai besar yang sering membuat diri kita terombang‐ ambing jika tidak siap untuk menghadapinya. Ketidaksiapan diri ini dapat dilihat dari munculnya kegelisahan, ketakutan, kesepian, kebencian, kemarahan dan hal‐hal negatif lainnya yang membuat kebahagiaan semakin menjauh. Untuk mengatasi masalah kehidupan tersebut memang tidak semudah seperti yang terdapat pada teori. Oleh karena itu walaupun kita sering pergi ke Vihara, banyak menghadiri ceramah Dhamma, banyak berdana dan melakukan hal‐hal positif lainnya, hal ini tidak otomatis membuat kehidupan kita menjadi bahagia selamanya. Dan lebih‐lebih apabila hal yang tidak kita inginkan menjadi kenyataan, ketidaksiapan diri ini akan memunculkan rasa frustasi sehingga menimbulkan keraguan mengenai kebenaran dan relevasni ajaran sang Buddha. Penjelasan ini lebih mudah dipahami melalui ilustrasi berikut yang telah dimodifikasi. Cerita ini seringkali diulang dalam berbagai kesempatan dan mungkin sudah banyak yang mengetahuinya. Dikisahkan terdapat seorang bapak yang sering bermeditasi Vipassana dan mengetahui bahwa pikiran bergerak dengan cepat. Pada suatu pagi bapak ini sedang bersiap‐siap untuk pergi ke kantor. Istrinya sedang menyiapkan secangkir kopi untuk suaminya. Ketika akan mengantarkan kopi, istrinya tersandung www.patria.or.id
Page 2
kaki meja sehingga kopi ini tumpah ke kemejanya. Secara spontan pun bapak ini marah dan menyalahkan istrinya dengan kata makian. Istrinya yang merasa tidak sengaja ini pun tidak tahan mendengarkan hal ini sehingga membalas makian suaminya. Pertengkaran pun terjadi dan tidak ada pihak yang mau mengalah. Akhirnya bapak ini cepat‐cepat pergi ke kantor sambil tetap marah sepanjang perjalanan. Datang terlambat di kantor, dimarahi atasannya, dan tidak dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik menghiasi satu hari kehidupan bapak ini. Dari ilustrasi ini membuat kita bertanya‐tanya, sebenarnya dari manakah penyebab permasalahan ini? Kopi yang tumpah ke kemeja? Secara sepintas hal ini masuk akal karena bila kopi ini tidak tumpah ke kemeja, maka kemarahan sang bapak tidak akan timbul. Tetapi hal ini tidak sederhana seperti yang dibayangkan. Sesuai dengan ayat Dhammapada pada pembukaan, segala sesuatu dimulai dari pikiran. Jadi yang menentukan permasalahan bukanlah kopi yang tumpah. Kopi ini hanya sebagai pendukung kondisi kemarahan. Hal utama yang patut menjadi perhatian kita adalah cara berpikir bapak ini. Jika memang bapak ini bukanlah pemarah, pastilah ia akan tetap sabar jika mengalami kejadian tersebut (tetapi sampai di mana batas kesabarannya?). Ia dapat memaklumi bahwa istrinya memang tersandung dan tidak mempunyai maksud buruk kepadanya sehingga ia pun tidak akan menyalahkan istrinya. Dengan tidak marah, hubungan dengan istrinya akan baik‐baik saja dan pekerjaannya dapat diselesaikan dengan baik tanpa kemarahan pada hari itu. Lalu, bagaimanakah cara mengatasi hal ini? Mari kita melihat ke dalam pikiran. Jika kita telah mengetahui bahwa pikiranlah penyebab permasalahan, lalu apakah yang salah pada pikiran bapak pemarah tadi? Kesalahan ini terletak karena tidak adanya sati sampajanna pada diri bapak ini. Dalam bukunya 1 , Venerable Ajahn Chah mendefinisikan sati sebagai perhatian dan sampajanna sebagai kesadaran. Dalam ilustrasi tadi, jika bapak tersebut mempunyai sati yang kuat, ia dapat mengetahui dengan cepat bahwa terdapat suatu perasaan emosi yang muncul pada dirinya. Ketika sati ini disertai dengan sampajanna, ia pun dapat menyadari perasaan emosi pada saat itu. Jika sati sampajanna berkembang dengan baik maka kebijaksanaan (panna) akan muncul dan ia akan memahami bahwa emosi tersebut bersifat tidak kekal (anicca). Emosi tersebut merupakan sebuah proses yang muncul dan akan hilang seketika. Oleh karena itu emosi tersebut tidak patut diikuti agar ia tidak masuk dalam permainan pikirannya sendiri sehingga tidak mengalami penderitaan (dukkha). Dengan demikian ia hanya menyadari emosi sebagaimana adanya sehingga menimbulkan pemahaman tanpa diri (anatta) 1
Hidup Sesuai Dhamma halaman 34-48
www.patria.or.id
Page 3
bahwa subyek yang marah bukanlah dirinya tetapi hanyalah suatu prsoses yang muncul dan lenyap seketika. Jika ia tidak mengikuti emosi itu, ia tidak akan mempunyai pikiran untuk marah kepada istrinya dan kejadian selanjutnya seperti cerita di atas tidak akan terjadi. Jika kita mengamati lebih jauh bahwa bapak ini sering bermeditasi Vipassana dan mengetahui bahwa pikiran bergerak dengan cepat. Apakah ada yang salah dengan hal ini? Mengapa hasil meditasi tersebut tidak berguna ketika menghadapi kopi yang tumpah? Dalam suatu kesempatan2, alm. Y.M. Girirakkhito Mahathera mengungkapkan bahwa hasil Vipassana dapat luntur disebabkan karena seseorang tidak sering melatihnya dalam kehidupan sehari‐hari. Dengan demikian, secara otomatis sati sampajanna, samadhi dan panna pun akan luntur perlahan‐lahan. Dengan lunturnya hal ini, maka perasaan emosi yang muncul dalam diri bapak ini tidak dapat diatasi sehingga terjebak dalam pikirannya sendiri. Dengan mengetahui bahwa hasil Vipassana akan luntur jika tidak sering dilatih, maka kita harus melatih Vipassana tersebut dengan sungguh‐sungguh dalam kehidupan sehari‐hari. Bagaikan sebuah pisau yang diasah setiap pagi dan digunakan setiap hari, maka pisau itu tidak akan tumpul ketika dipakai untuk keperluan memasak sehingga memudahkan penggunanya. Begitu pula dengan Vipassana. Dengan sering berlatih Vipassana dalam memperhatikan batin (nama) dan jasmani (rupa) kita dalam kehidupan sehari‐hari, maka kemajuan Vipassana dapat diperoleh sehingga pikiran kita akan menjadi lebih jernih melihat anicca, dukkha dan anatta. Bukankah hal ini pun selaras dengan ayat Dhammapada pada pembukaan? Kembali lagi pada pikiran. Jika pikiran dapat dilatih dengan meditasi tetapi hal ini hanya dapat dialami oleh orang‐orang yang mempraktikkannya, lalu bagaimana membuktikan ayat Dhammapada (pada pembukaan) bagi umat awam? Betulkah bahwa jika kita mempraktikkan sabda Sang Buddha maka kebahagiaan akan menyertai kita? Betulkah pikiran merupakan pendahulu semua kegiatan kita dalam kehidupan sehari‐hari? Begitu pentingkah meditasi untuk melihat anicca, dukkha dan anatta agar kita bisa mencapai kebahagiaan? Hal ini dapat dibuktikan melalui percobaan sederhana yang terinspirasi dari Dr. Masaru Emoto3 yang telah mempublikasikan foto krstal air setelah diberi pikiran positif dan negatif. Karena untuk melihat kristal ini memerlukan mikroskop canggih dan sulit didapatkan, maka pada percobaan kali ini obyek yang digunakan adalah nasi. 2
3
Praktek Maha Satipatthana Sutta Dalam Rangka Mengenang Alm. Y.M. Girirakkhito Mahathera halaman 102 103 The Secret Life of Water Menguak Rahasia Mengapa Air Dapat Menyembuhkan
www.patria.or.id
Page 4
Percobaan ini dilakukan dengan pembacaan Paritta yang difokuskan pada nasi. Paritta bahasa Pali dibacakan satu kali dan terjemahannya sebanyak tiga kali. Dalam pembacaan Paritta ini konsentrasi dan peresapan setiap kalimat pada paritta dilakukan sungguh‐sunguh dengan membayangkannya dan merasakan adanya energi yang mengalir dari tubuh ke nasi. Detail dari percobaan ini dapat dilihat pada lampiran4. Apakah hasil yang diperoleh? Secara umum tampak jelas bahwa nasi yang diberi pikiran positif akan menghasilkan bentuk yang indah, warna dan aroma yang harum. Sebaliknya, nasi yang diberi pikiran negatif akan menghasilkan warna hitam dan aroma yang tidak sedap. Tetapi jika kita mempunyai suatu pemikiran atau perasaan tertentu yang tidak disadari, maka hal ini juga akan mempengaruhi nasi tersebut. Hal ini tampak pada percobaan B2 dimana nasi yang pada awalnya dikondisikan normal akhirnya juga terpengaruh ketika dalam proses pengambilan gambar sehingga berwarna kemerah‐merahan, putih, hijau dan hitam. Hasil yang mengejutkan juga dapat dilihat pada percobaan B1 dimana setelah diberi Mangala gatha, bentuk nasi berubah menjadi serat‐serat halus kuat berwarna putih dan aroma yang ditimbulkan sedikit netral (tidak begitu busuk dan tidak begitu harum). Ketika selang beberapa hari serat itu dibuka, tampaklah warna hitam, kuning dan kehijauan. Sedangkan pada percobaan C1 yang juga menggunakan Mangala gatha, terbentuk sedikit serat dan warna nasi menjadi oranye kemerahan serta menghasilkan aroma yang harum. Pada percobaan C2, persentase kata‐kata negatif yang diberikan pada nasi lebih sedikit dan dilakukan tanpa konsentrasi penuh. Hasilnya sangat mengejutkan karena nasi berubah jadi oranye kemerahan dan menghasilkan aroma harum dan busuk (nasi berwarna hitam). Kemungkinan besar pada saat mengambil gambar, metta yang tidak sengaja dipancarkan penulis mempengaruhi nasi ini. Dari hasil percobaan nasi ini, ayat Dhammapada 2 telah terbukti. Ucapan didahului oleh pikiran dan dari pikiranlah, konsentrasi dan proses membayangkan sesuatu serta energi yang mengalir dari tubuh menuju nasi dilakukan. Jika setiap orang dapat melakukan hal ini sesuai dengan kemampuannya masing‐masing, coba bayangkan jika kita langsung mendengar ucapan Sang Buddha sendiri yang telah mencapai Arahat, apakah yang akan kita dapatkan? Apabila nasi yang notabene berada di luar tubuh kita dapat terpengaruh oleh pikiran, apalagi diri kita yang sebagian besar terdiri dari air. Dapat dibayangkan betapa luar biasanya dampak positif dari pikiran kita. Tetapi jika kita tidak mengembangkan 4
Disarankan bagi pembaca untuk melihat lampiran terlebih dahulu untuk mengetahui perbedaan kondisi pada tiap percobaan
www.patria.or.id
Page 5
sati sampajanna sehingga suatu pikiran negatif muncul tanpa kita sadari, sungguh berbahayanya pikiran kita jika tidak terkendali (sebagai contoh mood jelek kita pada suatu waktu). Kesimpulannya adalah kita harus berhati‐hati terhadap pikiran kita sendiri karena pikiran bagaikan pisau bermata dua Suatu saat ketika kita mengalami karma buruk, segera sadarilah sebelum pikiran negatif kita berkembang karena kurangnya sati sampajanna. Dan di lain waktu ketika timbul karma baik, segera sadarilah juga agar kita tidak melekat padanya sehingga batin kita juga tetap tenang seimbang. Dengan mengutip ayat Dhammapada 183 ”janganlah berbuat jahat, lebih banyaklah berbuat baik, sucikan hati dan pikiran, ini adalah ajaran para Buddha”, sudah seyogyanya kita sebagai umat Buddhis harus melatih salah satu meditasi khas Buddhis yaitu Vipassana5 (pandangan terang) untuk menyucikan hati dan pikiran. Hasil yang didapat yaitu berkembangnya sati, sampajanna dan panna kita untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya yang bersifat anicca, dukkha dan anatta. Dengan demikian, pikiran kita akan terkendali dan membawa kita pada ketenangseimbangan. Untuk mendapatkan ketenangan dalam menunjang meditasi maka kita juga harus menghindari kejahatan dan banyak berbuat kebajikan seperti yang dianjurkan Buddha sendiri Mari kita menyiapkan diri kita dalam mengatasi berbagai masalah dengan mempraktikkan/ehipassiko (datang, lihat dan buktikan) ajaran Buddha dalam kehidupan sehari‐hari. Semoga hal yang disampaikan bermanfaat bagi semuanya. Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta Semoga semua makhluk hidup berbahagia Sadhu, sadhu, sadhu 5
Salah satu acuan untuk berlatih Vipassana adalah Praktek Maha Satipatthana Sutta Dalam Rangka Mengenang Alm. Y.M. Girirakkhito Mahathera
www.patria.or.id
Page 6
Daftar Pustaka ‐‐. 2000. Paritta Suci. Jakarta : Yayasan Dhammadipa Arama Emoto, Masaru. 2006. The Secret Life of Water Menguak Mengapa Air Dapat Menyembuhkan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Kumiayi, Kalyani. 1996. Hidup Sesuai Dhamma oleh : YM Achan Chah. Solo Rodjali, Selamat. 1997. Praktek Maha Satipatthana Sutta Dalam Rangka Mengenang Alm. Y.M. Girirakhito Mahathera. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Pemuda Theravada Indonesia. Widya, Surya. 2001. Dhammapada. Jakarta : Yayasan Abdi Dhamma Indonesia.
dentitas Diri Penulis Nama
:
Dodi Purnomo Wijaksono, S.T.
Alamat sekarang
:
Tenggilis Mejoyo AK 10, Surabaya
Telepon
:
+6281 330 60 3724 (GSM), +6231 77 60 60 90
Organisasi
:
Patria PC Surabaya
www.patria.or.id
Page 7
Lampiran Percobaan A Pembacaan Brahmavihara dilakukan tanggal 2 Juli 2008 sekitar pukul 8 am 5‐7‐08, 6.23 pm, hari ke‐4
5‐7‐08,10.20 pm, hari ke‐4
6‐7‐08, 9.23 am, hari ke‐5
6‐7‐08, 2.48 pm, hari ke‐5
Keterangan : -
Mula‐mula timbul gumpalan‐gumpalan putih pada nasi dan bagian bawah nasi menjadi kuning. Selanjutnya perlahan‐lahan gumpalan yang tadinya berwarna putih berubah menjadi hijau dan mengeluarkan aroma yang khas (tidak begitu busuk dan harum)
-
Tidak terdapat kondisi luar yang mempengaruhi hasil dari pembacaan Paritta.
-
Gradasi warna disebabkan karena pencahayaan yang berbeda.
www.patria.or.id
Page 8
Percobaan B1 Pembacaan Mangala Sutta dilakukan tanggal 22 Juli 2008 sekitar pukul 10 pm
25‐7‐08, 1.34 pm, hari ke‐3
25‐7‐08, 8.07 pm, hari ke‐3
26‐7‐08, 3.51 pm, hari ke‐4
27‐7‐08, 11.56 am, hari ke‐5
28‐7‐08, 8.26 am, hari ke‐6
29‐7‐08, 8.31 am, hari ke‐7
www.patria.or.id
Page 9
Keterangan : -
Mula‐mula terbentuk serat putih yang cukup kuat dengan disertai perubahan pada beberapa bagian nasi, aroma khas yang netral (tidak begitu busuk dan tidak begitu harum
-
Pada hari ke‐4 bau busuk mulai sedikit mendominasi (ditandai dengan semakin hitamnya suatu bagian nasi) walaupun aroma khas itu pun masih ada
-
Pada hari ke‐5, sebagian serat dibuka untuk mengetahui isi yang sebelumnya tertutup. Tampak bagian yang berwarna hitam dan kekuningan.
-
Semakin lama warnanya menjadi kehijauan dan gelap
Percobaan B2 Kondisi normal dilakukan tanggal 22 Juli 2008 sekitar pukul 10 pm
25‐7‐08, 1.37 pm, hari ke‐3
26‐7‐08, 3.49 pm, hari ke‐4
27‐7‐08, 11.58 am, hari ke‐5
28‐7‐08, 8.27 am, hari ke‐6
www.patria.or.id
Page 10
29‐7‐08, 8.32 am, hari ke‐7
29‐7‐08, 5.58 pm, hari ke‐7
Keterangan : -
Pada rencana awal, percobaan ini dirancang normal (nasi tidak diberi hal positif atau negatif)
-
Secara mengejutkan, perlahan‐lahan warna nasi didominasi oranye kemerahan disamping timbul warna putih, hijau dan hitam
-
Kemungkinan besar metta penulis mempengaruhi nasi ini
-
Timbul bau harum dan busuk
Percobaan B3 Pembacaan Karaniya Metta Sutta vs kata‐kata negatif dilakukan tanggal 22 Juli 2008 sekitar pukul 10 pm
25‐7‐08, 1.35 pm, hari ke‐3
25‐7‐08, 8.12 pm, hari ke‐3
www.patria.or.id
Page 11
26‐7‐08, 3.47 pm, hari ke‐4
27‐7‐08, 11.59 am, hari ke‐5
28‐7‐08, 8.28 am, hari ke‐6
29‐7‐08, 8.33 am, hari ke‐7
Keterangan : -
Pemberian kata‐kata negatif dilakukan lebih sering
-
Pada awalnya terlihat nasi berwarna kuning kehijauan dan hitam
-
Aroma yang busuk disebabkan karena warna hitam
-
Semakin lama warna nasi didominasi warna hijau (dari pembacaan Paritta) dan hitam. Aroma yang ditimbulkan tidak sedap
www.patria.or.id
Page 12
Tambahan keterangan semua percobaan B -
Tujuan awal tidak sama dengan hasil yang diperoleh karena pada masing‐masing percobaan, penulis kadang memancarkan metta yang disadari maupun tidak disadari
-
Terdapat suatu kekhawatiran penulis ketika akan mengambil gambar agar tidak mengubah nasi. Dengan demikian, timbul ketegangan sehingga hal inilah yang mempunyai cukup kemungkinan mempengaruhi hasil percobaan
Percobaan C1 Pembacaan Mangala Sutta dilakukan tanggal 25 Juli 2008 sekitar pukul 8 am 27‐7‐08, 11.42 am, hari ke‐2
28‐7‐08, 8.14 am, hari ke‐3
28‐7‐08, 9.52 pm, hari ke‐3
29‐7‐08, 8.24 am, hari ke‐4
www.patria.or.id
Page 13
30‐7‐08, 4.43 pm, hari ke‐5
31‐7‐08, 12.55 am, hari ke‐6
Keterangan : -
Pada awalnya terbentuk serat putih tipis dan nasi masih berwarna putih
-
Semakin lama serat tersebut bertambah banyak, warna nasi menjadi oranye kemerahan dan menimbulkan aroma harum
Percobaan C2 Pemberian kata‐kata negatif dilakukan tanggal 25 Juli 2008 sekitar pukul 8 am 27‐7‐08,11.44 am, hari ke‐2
28‐7‐08, 8.16 am, hari ke‐3
www.patria.or.id
Page 14
28‐7‐08, 9.12 pm, hari ke‐3
29‐7‐08, 8.26 am, hari ke‐4
30‐7‐08, 4.45 pm, hari ke‐5
31‐7‐08, 12.57 am, hari ke‐6
Keterangan : -
Pada awalnya nasi masih berwarna putih dan mengalami perubahan warna menjadi oranye kemerahan (harum) disertai warna hitam (busuk)
-
Semula nasi ini akan diberi kata‐kata negatif saja. Perubahan warna menjadi oranye kemerahan kemungkinan besar terpengaruh penulis seperti yang terdapat di tambahan keterangan untuk percobaan B
-
Intensitas pemberian kata‐kata negatif dilakukan beberapa kali secara singkat
-
Bentuk nasi berbeda dikarenakan tersenggol sehingga mengubah posisi nasi
www.patria.or.id
Page 15
Percobaan C3 Pembacaan Karaniya Metta Sutta dilakukan tanggal 25 Juli 2008 sekitar pukul 8 am 27‐7‐08, 11.47 am, hari ke‐2
28‐7‐08, 8.18 am, hari ke‐3
28‐7‐08, 9.58 pm, hari ke‐4
29‐7‐08, 8.27 am, hari ke‐5
30‐7‐08, 4.46 pm, hari ke‐6
31‐7‐08, 12.58 am, hari ke‐7
www.patria.or.id
Page 16
Keterangan : -
Terdapat serat tipis, berwarna oranye kemerahan dan berbau harum seperti pada percobaan C1 (Mangala Sutta)
-
Terdapat gumpalan yang berwarna lebih terang mendekati warna merah
Percobaan C4 Kondisi normal diberikan pada tanggal 25 Juli 2008 sekitar pukul 8 27‐7‐08, 11.48 am, hari ke‐2
28‐7‐08, 8.20 am, hari ke‐3
28‐7‐08, 9.16 pm, hari ke‐3
29‐7‐08, 8.28 am, hari ke‐4
www.patria.or.id
Page 17
30‐7‐08, 4.47 pm, hari ke‐5 Keterangan :
31‐7‐08, 12.59 am, hari ke‐6
-
Warna nasi masih putih. Baru pada hari ke‐5 lebih terlihat beberapa bagian menguning
-
Mulai hari ke‐3 bau busuk semakin menonjol dan bau ini semakin terasa pada hari‐hari berikutnya walaupun warna nasi hampir sama
Tambahan keterangan semua percobaan C -
Ketiga nasi selain kondisi normal mempunyai tipe warna yang sama yaitu oranye kemerahan
Perbandingan percobaan A vs B vs C -
Walaupn paritta yang dibacakan sama, hasil perubahan pada nasi tidaklah sama tergantung kondisi pikiran pelaku pada saat itu
-
Gradasi warna terjadi karena pencahayaan yang berbeda pada waktu pengambilan gambar
Kesimpulan percobaan -
Ucapan yang ditujukan kepada nasi diawali dengan pikiran yang fokus disertai membayangkan dan merasakan adanya energi yang mengalir dari tubuh menuju nasi ternyata dapat mengubah warna, bentuk dan aroma nasi
-
Perubahan pada nasi tergantung dari perlakuan pelaku pada saat itu
-
Pikiran yang muncul dengan disadari atau tidak disadari akan dapat mempengaruhi nasi
-
Usahakan untuk bersifat netral ketika pengambilan gambar agar tidak mempengaaaruhi nasi
www.patria.or.id
Page 18