Visi Kebijakan Yayasan Dana Peutjut
“Menuju 2025”
Peutjut: warisan budaya dan sejarah Indonesia-Belanda yang unik
April 2014
Rangkuman Di Indonesia, di Banda Aceh (sebelumnya dikenal sebagai Kota Raja), ibukota provinsi Aceh, terdapat satu warisan budaya unik: Makam Kehormatan Militer Peutjut. Selanjutnya disebut sebagai (Makam Militer) Peutjut atau “Kerkhof Peutjut”, sebagaimana orang-orang Aceh sendiri sering menyebutnya. Visi kebijakan ini menyampaikan dengan cara bagaimana Yayasan Dana Peutjut “Menuju 2025” ingin merealisasikan tujuannya melestarikan Makam Militer Peutjut dan juga mendorong studi mengenai sejarah, bahasa serta kebudayaan Aceh. Pelestarian Makam Militer Peutjut sebagai warisan budaya dan sejarah yang berharga, ditekankan baik oleh pemerintah Indonesia maupun Belanda. Pengakuan sebagai Situs Warisan Dunia Unesco bisa jadi memungkinkan dan juga memang pantas. Antara lain karena Peutjut merupakan satu-satunya makam militer yang masih tersisa dari pasukan Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL), dari Perang Aceh 1873-1942. Untuk pelestarian warisan budaya yang unik ini, Yayasan Dana Peutjut didirikan pada tahun 1976 dengan tujuan: a. Restorasi dan pemeliharaan Makam Militer “Peutjut” di Banda Aceh, Indonesia (tujuan pertama); b. Mendorong studi sejarah, bahasa serta budaya Aceh dan penyebaran pengetahuan mengenai topik-topik tersebut (tujuan kedua). Sejak tahun 1976, berkat bantuan dari Yayasan Dana Peutjut, Makam Militer Peutjut telah tiga kali terselamatkan dari kehancuran, dan direstorasi: Pertama-tama, pada masa tepat setelah kemerdekaan Indonesia, kemudian sekali lagi setelah banjir pada bulan November 2000, dan yang ketiga kalinya adalah setelah bencana Tsunami pada bulan Desember 2004. Biaya operasi pemulihan yang terakhir ini pada mulanya berjumlah tak kurang dari € 200.000,- (sekitar 3 miliar rupiah), dan sebagai akibatnya yayasan harus cukup banyak menguras dana cadangannya. Untuk periode “Menuju 2025”, yayasan telah merumuskan tugas-tugas pokok sebagai berikut: pelaksanaan pemeliharaan reguler atas Makam Militer tersebut menjadi tugas utama. Berikutnya adalah melakukan restorasi pada bagian-bagian lain Peutjut yang belum sempat diperbaiki setelah Tsunami. Di samping itu, satu renovasi integral dari keseluruhan infrastrukutur juga sangat dibutuhkan (jalur jalan setapak, sistem pembuangan dan saluran air). Dan yang terakhir, tindakan pemulihan tambahan pada sarana ruang hijau juga dibutuhkan. Dengan pelaksanaan aktivitas-aktivitas tambahan ini, maka pelestarian Peutjut akan terjamin. Biaya yang dibutuhkan diperkirakan sebesar € 100.000,- (sekitar 1,5 miliar rupiah), di luar biaya-biaya pemeliharaan reguler.Pemerolehan dana untuk mewujudkan ambisi Yayasan Dana Peutjut, menjadi satu tantangan besar pada periode kebijakan mendatang. Kecenderungan selama beberapa tahun terakhir, di mana dana cadangan yayasan (yang jumlahnya terbatas) diambil cukup banyak untuk tetap bisa mempertahankan Makam Militer tersebut, dipandang oleh dewan pengurus tak lagi bisa dipertanggungjawabkan. Pembiayaan dari restorasi-restorasi tambahan, di luar pembiayaan pemeliharaan reguler, jauh melebihi anggaran-anggran yang tersedia.Atas permintaan yayasan, beberapa tahun terakhir ini, para instansi (pemerintah) Indonesia/Aceh juga telah turut berpartisipasi untuk pelestarian Peutjut. Yayasan sedang berusaha untuk menstimulasi dan lebih menintensifkan keterlibatan Indonesia ini di tahun-tahun mendatang. Dengan akuisisi lebih lanjut serta penyediaan dokumentasi unik mengenai sejarah, bahasa dan budaya Aceh, maka tujuan kedua yayasan pun mendapat perwujudan. Digitalisasi dari dokumentasi-dokumentasi tersebut sedang diusahakan. Juga dilakukan presentasipresentasi, baik di Indonesia maupun Belanda.
2
Daftar Isi Halaman
Rangkuman
2
Daftar Isi
3
Pendahuluan
4
Susuan Document
7
Yayasan Dana Peutjut dan Landasan Keberadaannya
8
Titik Tolak Kebijakan
11
Tujuan Pertama: Makam Militer Peutjut
15
Tujuan Kedua: Dokumentasi dan Informasi
25
Kesimpulan
29
Rekomendasi
31
Lampiran: Susunan pengurus dan kontak
32
Peta Makam Militer Peutjut
33
Generasi baru turut memberikan penghormatan pada masa lalu
3
Pendahulang Di Indonesia, di Banda Aceh (sebelumnya dikenal sebagai Kota Raja), ibukota provinsi Aceh, terdapat satu warisan budaya unik: Makam Kehormatan Militer Peutjut. Selanjutnya disebut sebagai (Makam Militer) Peutjut atau “Kerkhof Peutjut”, sebagaimana orang-orang Aceh sendiri sering menyebutnya. Nilai dari warisan ini sudah dilihat sejak Konferensi Meja Bundar tahun 1949:
Itulah sebabnya kenapa Makam Militer Peutjut begitu unik, karena makam tersebut merupakan warisan budaya dan sejarah bersama, baik bagi Indonesia maupun Belanda. Makam Militer Peutjut merupakan peninggalan nyata dari pertempuran panjang, yang kadang juga sulit, antara Belanda dan rakyat Aceh semasa Perang Aceh (1873-1942). Ungkapan lama: “Tanpa dokumen dan objek-objek tertentu, tak ada sejarah” bukannya tanpa alasan. Dalam hal Peutjut, bahan-bahannya tersedia, siap untuk dikumpulkan. Di samping itu, Peutjut juga terbilang unik karena merupakan contoh Makam Militer pertama dan tak tertandingi di Asia, yang merangkap pula sebagai makam umum: kaum Nasrani, Yahudi, Muslim dan yang lain-lainnya terbaring bersebelahan dengan damai. Untuk memastikan pelestarian warisan budaya dan sejarah yang unik ini, Yayasan Dana Peutjut didirikan pada tahun 1976 dengan tujuan: a. Restorasi dan pemeliharaan Makam Militer “Peutjut” di Banda Aceh, Indonesia (tujuan pertama); b. Mendorong studi sejarah, bahasa serta budaya Aceh dan penyebaran pengetahuan mengenai topik-topik tersebut (tujuan kedua).
4
Cara-cara yang diambil oleh yayasan untuk merealisasikan tujuannya, dituangkan dalam visi kebijakan ini, yang diberi judul “Menuju 2025”. Visi kebijakan ini membentuk satu kerangka penilaian untuk konsep serta pelaksanaan konkret dari kebijakan tersebut. Setelah kerusakan yang terjadi akibat bencana Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, yayasan juga telah merumuskan satu visi kebijakan pada awal 2005. Berkenaan dengan Makam Militer Peutjut, penekanan diberikan pada perbaikan darurat bagian inti Peutjut. Yang dimaksud dengan bagian inti Peutjut adalah Gerbang kehormatan dengan prasasti-prasasti nama dari marmer, jalan masuk, jalan yang terletak tepat di baliknya, serta makam-makam dan monumen-monumen yang berada langsung di sekelilingnya. Perbaikan darurat dan restorasi bagian inti Peutjut berhasil direalisasikan berkat aktivitas-aktivitas Yayasan Dana Peutjut. Restorasi bagian-bagian lainnya ditunda. Di samping itu, berkat perantaraan yayasan, pada periode kebijakan tersebut, tindak pemeliharaan juga dilakukan secara reguler. Sehubungan dengan tujuan kedua, selama kurun periode kebijakan sebelumnya, hal-hal yang menyangkut sejarah, bahasa dan budaya Aceh terutama didukung oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA). PDIA benar-benar habis tersapu Tsunami. Karena itu penekanan dititikberatkan pada pembangunan ulang dan renovasi PDIA. Selain itu, pemberian informasi mengenai Makam Militer diberi bentuk tersendiri. Dalam visi kebijakan yang baru ini, “Menuju 2025”, untuk tujuan pertama, penekanan dititikberatkan pada aktivitas pemeliharaan rutin. Di samping itu, perhatian diberikan pada bagian dari Makam Militer yang masih harus direstorasi. Untuk tujuan kedua, penekanan pada periode mendatang akan diberikan pada perluasan ketersediaan dokumentasi dan informasi mengenai sejarah, bahasa, dan budaya Aceh. Kebijakan “Menuju 2025” merupakan kelanjutan dan penajaman dari kebijakan periodeperiode sebelumnya. Dengan ini, yayasan telah konsisten dengan visi kebijakannya selama beberapa dekade. Setiap tahunnya, yayasan memberikan pertanggungjawaban atas kebijakan yang diambil dalam laporan tahunan yang komprehensif.
Setiap tahunnya juga diselenggarakan hari informasi bagi para donatur dan penyumbang
5
Dalam rangka perayaan 35 tahun berdirinya yayasan, di akhir tahun 2012 diterbitkan sebuah buku peringatan yang kaya ilustrasi. Buku ini memberikan wawasan komprehensif ke mengenai kebijakan-kebijakan yayasan selama 35 tahun terakhir, serta hasil-hasil yang telah berhasil dicapai.
Baik laporan-laporan tahunan maupun buku peringatan tersebut bisa didapat melalui sekretariat yayasan, De Bogaert 19, 6983 HE Doesburg, Belanda, surel
[email protected] Yayasan Dana Peutjut adalah Lembaga Kesejahteraan Masyarakat (LKM) - Belanda, dengan nomor 816736868 Yayasan Dana Peutjut terdaftar di Kadin Haaglanden - Belanda dengan nomor 4115 0363. Nomor Rekening Bank Internasional (IBAN) Yayasan Dana Peutjut adalah NL31 INGB 0003 5646 00. Susunan pengurus yayasan serta data kontak mereka dimuat di lampiran 1. Informasi lebih lanjut mengenai yayasan, termasuk laporan-laporan tahunan serta rancangan kebijakan ini, dapat ditemukan di situs www.peutjut.nl
6
Susunan Documen Setelah pengantar dan deskripsi mengenai struktur makalah ini, maka pertama-tama akan disebutkan mengenai alasan-alasan pendirian Yayasan Dana Peutjut, serta dasar-dasar yang melandasi keberadaannya saat ini. Juga diuraikan bagaimana yayasan secara umum ingin mencapai kedua tujuan yang telah dicanangkannya. Berikutnya, disebutkan dasar-dasar pemikiran yang digunakan yayasan untuk menetapkan kebijakannya. Kemudian, rencana untuk mencapai tujuan, termasuk hasil yang telah dicapai sejauh ini, diuraikan secara terpisah berdasarkan masing-masing tujuan. Pertama-tama mengenai Makam Militer Peutjut, kemudian mengenai penyediaan dokumentasi dan informasi mengenai sejarah, bahasa dan budaya Aceh. Rancangan/hasil pelaksanaan dari kedua tujuan tersebut dibagi dalam pembagian waktu sebagai berikut: -
Periode 1976 s/d bencana Tsunami tahun 2004;
-
Periode pemulihan pasca-Tsunami (20005-2014);
-
Periode kebijakan mendatang “Menuju 2025”.
Diakhiri dengan kesimpulan dan rekomendasi, di mana rekomendasi tersebut terutama difokuskan pada periode kebijakan mendatang “Menuju 2025”.
Jalan masuk “Kerkhof Peutjoet”
7
Yayasan Dana Peutjut dan Landasan Keberadaannya Yayasan Dana Peutjut didirikan berdasarkan akta notaris pada tanggal 29 Januari 1976 di Den Haag. Oleh sebab itu, pada tanggal 29 Januari 2011, yayasan tersebut telah berdiri selama 35 tahun. Seperti telah disampaikan di bagian pendahuluan, dua tujuan yayasan adalah: a. Restorasi dan pemeliharaan Makam Militer “Peutjut” di Banda Aceh, Indonesia (tujuan pertama); b. Mempromosikan studi sejarah, bahasa serta budaya Aceh dan penyebaran pengetahuan mengenai topik-topik tersebut (tujuan kedua). Yayasan berusaha mencapai tujuannya melalui: -
Melaksanakan perbaikan dan pemeliharaan Makam Militer “Peutjut”. Pekerjaan ini dapat didelegasikan pada kontraktor lokal atau orang-orang di Aceh. Pekerjaan tersebut dapat pula dilimpahkan pada pemerintah provinsi atau daerah setempat di Indonesia, serta yayasan, asosiasi atau organisasi lainnya, yang bersedia melakukan atau mensubsidi perbaikan dan pemeliharaan makam tersebut;
-
Menjalin hubungan erat serta memberikan dukungan pada lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi di Aceh, yang bergerak dalam bidang bahasa, budaya dan sejarah Aceh;
-
Mendorong penerjemahan publikasi-publikasi serta tulisan-tulisan lain mengenai Aceh yang berbahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia, serta mempromosikan publikasi mengenai linguistik, juga kawasan budaya dan sejarah di Aceh;
-
Melaksanakan semua kegiatan yang turut mendukung semua tujuan tersebut di atas, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Di seluruh dunia, kewajiban pemeliharaan makam militer biasanya menjadi tugas Pemerintah. Alasan mengapa Yayasan Dana Peutjut mengambil alih tugas ini pada tahun 1976 adalah sebagai berikut: Selama berlangsungnya Konferensi Meja Bundar (KMB), antara perwakilan Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda pada tanggal 2 November 1949, antara lain disepakati bahwa kedua belah pihak akan mencari solusi bersama untuk pemeliharaan dan pelestarian Makam Militer Peutjut . Hal ini sehubungan dengan kenyataan bahwa Peutjut merupakan satu-satunya Makam Militer yang tersisa dari pasukan Koninklijk Nederlands-Indisch Leger (KNIL). Belakangan, Pemerintah Indonesia tak lagi mengakui hasil dari KMB tersebut. Kenyataan ini, antara lain berakibat tak adanya lagi perhatian yang diberikan untuk pemeliharaan Peutjut. Pada masa tersebut, keunikan warisan ini belum dapat dipahami . Mantan perwira KNIL, Kolonel Purnawirawan J.H.J. Brendgen, yang pada tahun 1970 kembali melakukan kunjungan pribadi untuk pertama kalinya ke Aceh, sejak kemerdekaan Indonesia, mendapati Makam Militer Peutjut dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Setelah kunjungan tersebut, ia mencurahkan diri melakukan aktivitas untuk tindak pelestarian Peutjut.
8
Gerbang Kehormatan Makam Militer Peutjut tahun 1970 Berkat inisiatif baik di Aceh maupun di negara Belanda sendiri, Dana Peutjut dibentuk (kemudian berubah menjadi Yayasan Dana Peutjut). Dalam dialog dengan pihak-pihak yang berwenang di Aceh, disusunlah rencana untuk restorasi Peutjut. Dengan demikian mencegah agar pemakaman tersebut jangan sampai hilang selamanya.
Gerbang Kehormatan Makam Militer Peutjut tahun 2014 Taman pemakaman tersebut memang pantas menyandang nama Makam Militer. Di taman pemakaman ini bersemayam lebih dari 2.300 anggota militer yang gugur di Aceh, atau yang meninggal dunia akibat luka-luka mereka. Di antaranya, ada setidaknya 72 penerima penghargaan Militer William Order (MWO) tunggal atau lebih, dibedakan antara militer Eropa dan pribumi.
9
Pada masa itu, akibat perang Aceh (1873-1942) terdapat lebih dari 40 taman pemakaman militer. Dari semuanya, hanya Makam Militer Peutjut yang masih tetap bertahan . Dengan demikian, Peutjut berlaku sebagai simbol bagi kesemua taman pemakaman lain tersebut, yang berangsur menghilang seiring jalannya waktu. Makam Militer Peutjut sayangnya tidak masuk dalam lingkup Hukum Belanda untuk Makammakam Perang . Tanggal 10 Mei 1940 menjadi tanggal penentu apakah suatu makam jatuh di bawah perawatan Yayasan Makam Perang - Oorlogsgravenstichting (OGS ) atau tidak. Sisa jenazah dari tujuh orang yang dimakamkan di Peutjut antara tanggal 10 Mei 1940 hingga 15 Agustus 1945, telah digali oleh OGS dan dipindahkan ke Taman Kehormatan (Ereveld) Menteng Pulo Jakarta. Setelahnya, OGS secara formal tak lagi memiliki keterlibatan dengan orang-orang yang dimakamkan di Peutjut, baik sipil ataupun militer . Status Peutjut dari segi politik dan hukum adalah sebagai berikut : Makam Pahlawan Peutjut terdaftar dan tercatat sebagai "satu warisan sejarah ". Dengan demikian, Peutjut termasuk dalam inventarisasi Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia . Kompleks tersebut jatuh di bawah perlindungan Republik Indonesia , menurut Ordonansi Monumen (Monumentenordonnatie) Staatsblad 238/1931 dari mantan Pemerintah Hindia Belanda, Keputusan Presiden Republik Indonesia no. 372 tahun 1962, serta beberapa instruksi lain yang dikeluarkan antara tahun 1972 hingga 1973. Singkatnya Taman Makam Kehormatan jatuh di bawah perlindungan Ordonansi Monumen Indonesia. Dengan demikian, pelestarian Peutjut memiliki dasar yang sangat kuat. Pada akhirnya, yang menjadi dasar resmi untuk kegiatan-kegiatan yayasan sehubungan dengan Makam Militer Peutjut adalah sepucuk surat tahun 1981, dari Direktorat Jenderal Kebudayaan pada Duta Besar Belanda di Jakarta . Dalam surat tersebut juga dinyatakan bahwa upaya serta kontribusi dari yayasan kami dalam pelestarian Peutjut sangat dihargai. Upaya Yayasan Dana Peutjut untuk melestarikan warisan budaya dan sejarah bersama Indonesia-Belanda didukung sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia/Aceh. Hal ini berulang kali kembali ditegaskan selama beberapa tahun terakhir, dalam pembicaraan-pembicaraan yang dilangsungkan, terutama antara jajaran berwenang provinsi dan daerah setempat dengan ketua yayasan, selama kunjungan kerjanya.
Ketua yayasan dan wakil lokal berkonsultasi dengan pihak berwenang di Aceh tahun 2014
10
Titik Tolak Kebijakan Dalam perumusan tujuan dari kebijakannya, Yayasan Dana Peutjut menggunakan sejumlah titik tolak . Semuanya tercantum di bawah ini. Makam Militer Peutjut terdiri dari jalan masuk, Gerbang Kehormatan, dan di balik itu terletak Taman Kehormatan dengan monumen-monumen serta makam. Makam Militer sepenuhnya dikelilingi dinding. Pada Gerbang Kehormatan, dipasang Daftar Kehormatan dari marmer yang mencantumkan nama sekitar 2.300 anggota militer yang gugur di medan perang atau yang kondisinya melemah hingga meninggal dunia akibat luka-luka mereka. Gerbang Kehormatan diapit secara integral oleh pusat pengunjung /ruang kerja perwakilan lokal dari yayasan dan tempat tinggal pengawas/pengurus makam kami. Pada lanjutan jalan masuk di balik Gerbang Kehormatan, berdiri monumen-monumen makam yang terpenting. Pada lampiran 2 turut disertakan peta Makam Militer Peutjut.
Foto pemandangan Makam Militer Peutjut diambil dari atap Museum Tsunami
Pelestarian Makam MiliterPeutjut sebagai warisan budaya dan sejarah yang berharga didukung baik oleh pemerintah Indonesia maupun Belanda. Hal ini telah disampaikan dalam bab sebelumnya. Ini tidak berarti bahwa yayasan menganggap pengakuan pemerintah sebagai hal yang akan terus berjalan dengan sendirinya. Setiap kali melakukan kontak dengan pemerintah Indonesia maupun Belanda, perwakilan rakyat, serta semua yang bertanggung jawab, yayasan akan terus meyakinkan mereka bahwa Peutjut adalah warisan budaya dan sejarah bersama yang berharga. Warisan bersama itulah yang membuat Peutjut ekstra unik.
11
Pengawasan resmi atas Makam Militer Peutjut terletak pada pihak berwenang Indonesia /Aceh. Karena itu, dukungan untuk pelestarian Peutjut juga terutama harus diperoleh di sana. Yayasan terus berusaha untuk meyakinkan pemerintah lokal, provinsi dan nasional Indonesia/Aceh, serta DPRD Aceh akan tanggung jawab mereka untuk melestarikan Peutjut. Yang diharapkan adalah bahwa pemeliharaan yang diperlukan, secara bertahap, sebanyak mungkin dilakukan dan didanai sendiri oleh instansi Indonesia /Aceh. Menurut penilaian yayasan, dukungan untuk pelestarian Makam Militer Peutjut sebagian besar juga terletak pada warga (Banda) Aceh. Yayasan berusaha untuk menggalang dan memperbesar dukungan ini melalui penampilan Peutjut yang monumental dan terawat dengan baik, dengan lingkungan yang hijau, memberi kedamaian, dan berfungsi seperti taman. Yayasan juga berpendapat bahwa nilai Makam Militer Peutjut sebagai warisan budaya dan sejarah harus ditunjukkan terutama pada kaum generasi muda (mahasiswa).
Sekelompok mahasiswa mendengarkan penjelasan di Peutjut
Untuk menjangkau masyarakat Indonesia/Aceh, juga pemerintah daerah setempat, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat, yayasan berusaha untuk menerbitkan publikasipublikasi yang relevan, dalam bahasa Indonesia. Hingga saat ini, hal tersebut sudah dilakukan beberapa kali. Yayasan berpendapat bahwa memiliki perwakilan lokal (Indonesia /Aceh) sangat penting untuk tetap menjaga komunikasi dengan pemerintah daerah di (Banda) Aceh. Selain itu, perwakilan lokal sangat dibutuhkan untuk dapat mengawasi pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dan restorasi secara memadai. Sejak tahun 1980, Bapak drs. Rusdi Sufi, mantan direktur PDIA, bertindak sebagai wakil lokal kami di Banda Aceh. Sudah bertahuntahun ia menjalankan tugas ini dengan sangat baik.
12
Bapak drs. Rusdi Sufi (kanan) bersama ketua yayasan, Bapak Nix, pada salah satu kunjungan kerjanya Yayasan berpendapat bahwa untuk pelestarian dan pengawasan Makam Militer Peutjut, keberadaan seorang pengawas/pengurus (yang tinggal di sana) juga diperlukan. Orang ini juga bisa berfungsi sebagai narahubung bagi para pengunjung. Saat ini, yayasan telah mewujudkan hal tersebut dengan keberadaan Pak Amri. Ia telah menjadi karyawan yayasan dan bekerja di Makam Militer selama beberapa dekade.
Pak Amri saat sedang mengerjakan kegiatan pemeliharaan
Meski dengan adanya seorang perwakilan lokal dan seorang pengawas/pengurus di tempat, kunjungan kerja seorang anggota yayasan atau lebih, minimal 1 kali per tahun ke Indonesia,
13
Banda Aceh dan Makam Militer, tampaknya dibutuhkan. Kontak yang dibutuhkan dapat dilakukan dan terus dijaga pada saat kunjungan-kunjungan kerja ini, kinerja pelaksanaan pemeliharaan yang diserahkan pada kontraktor dapat diperiksa, dan kesepakatankesepakatan untuk kegiatan pemeliharaan di masa mendatang juga dapat dibuat. Yayasan berpendapat bahwa, di samping tanggung jawab utama Indonesia/Aceh atas Makam Militer Peutjut, pemerintah Belanda juga memiliki kewajiban moral untuk pelestarian peninggalan yang terkait dengan masa lalu Belanda. Dalam hal ini, terutama menyangkut tempat peristirahatan terakhir para anggota militer yang tewas dalam pengabdiannya pada pemerintah Belanda, seperti Makam Militer Peutjut. Sehubungan dengan hal ini, yayasan melihat Kedutaan Besar Belanda di Indonesia sebagai satu narahubung penting. Para warga Belanda yang mendukung tujuan Yayasan Dana Peutjut, juga harus turut terlibat dalam kegiatan-kegiatan yayasan. Yayasan berusaha lebih mempopulerkan Yayasan Dana Peutjut untuk menggalang donatur dan para penyumbang lainnya, dengan menyelenggarakan hari informasi (bagi donatur) setiap tahunnya. Juga mendorong para donatur untuk mengunjungi Peutjut.
Donatur mengunjungi makam di Peutjut dan mendapat penjelasan dalam bahasa Inggris dari putra pengurus makam
Jika dibutuhkan dan memang memungkinkan, Yayasan Dana Peutjut memanfaatkan keahlian OGS Belanda sehubungan dengan pelestarian makam militer kehormatan di Indonesia . Realisasi tujuan kebijakan hanya mungkin dicapai dengan adanya fondasi keuangan yang sehat. Untuk itu, yayasasan berusaha mencari dukungan dana seluas mungkin dari pemerintah, donatur, penyumbang dan pemberi subsidi, baik di Indonesia/Aceh, juga di Belanda.
14
Tujuan pertama: Makan Militer Peutjut Periode 1976 s/d Tsunami 2004 Awal tahun 70-an, kondisi Makam Militer Peutjut sangat mengenaskan. Hal ini mendorong didirikannnya Yayasan Dana Peutjut. Berkat kegiatan-kegiatan yayasan, juga dukungan resmi dari pihak Aceh, pemakaman tersebut berhasil diselamatkan dari kehancuran total. Dalam tahun-tahun berikutnya, pemakaman tersebut diperbaiki setahap demi setahap. Seiring berjalannya tahun, Peutjut kian memiliki karakter sebuah taman berkat sarana ruang hijaunya yang komprehensif: satu tempat tenang di tengah keramaian dan kesibukan masyrakat Aceh. Pada bulan November 2000 terjadi banjir besar di Aceh setelah turunnya hujan deras. Makam Kehormatan juga turut terendam dan mengalami kerusakan parah.
Banjir di Peutjut pada bulan November 2000
Untuk kedua kalinya Peutjut harus diselamatkan oleh yayasan dari kehancuran. Tahap akhir restorasi setelah bencana banjir tersebut sedianya akan selesai pada tahun 2005, setelah upaya besar untuk mendapatkan subsidi dari yayasan “Het Gebaar”. Sebelum tahap akhir restorasi itu terealisasi, bencana kembali menghantam pada tanggal 26 Desember 2004 dengan kekuatan penuh : Pulau Sumatera, terutama (Banda) Aceh terkena hantaman gelombang besar Tsunami yang berakibat malapetaka. Lebih dari 200.000 orang di Aceh meninggal. Selain korban manusia, juga terjadi banyak kerusakan secara materi. Seluruh area di sebelah barat taman pemakaman hingga ke Peutjut tersapu musnah. Makam Militer Peutjut terendam seluruhnya oleh air laut, mengalami kerusakan sangat berat dan tertimbun puing-puing kayu, reruntuhan dan lumpur. Hasilnya adalah satu kehancuran.
15
Dalam keadaan inilah atase pertahanan Belanda mendapati Peutjut tak lama Tsunami
Periode pemulihan setalah Tsunami (2005-2014) Setelah tsunami, pada awal tahun 2005, bagian dari Banda Aceh yang hancur diratakan dengan buldoser untuk memungkinkan pembangunan kembali. Makam Militer Peutjut juga terancan akan mengalami hal ini. Namun, atase pertahanan Belanda bersama wakil setempat yayasan kami berhasil membuat kesepakatan dengan pihak berwenang di Aceh bahwa puing-puing di Peutjut akan dibersihkan secara manual. Dengan demikia, makam dan monumen-monumennya akan tetap terjaga. Biaya tambahan dari operasi pembersihan ini ditanggung oleh yayasan.
16
Dengan sendirinya, tepat setelah tsunami di Banda Aceh, prioritas awal bantuan (internasional) adalah orang-orang yang selamat dari bencana. Pada saat bersamaan, yayasan mulai menyusun rencana pemulihan dan mengumpulkan dana agar dapat segera memulai restorasi Peutjut begitu masyarakat Banda Aceh memintanya. Tak lama kemudian, memang demikianlah adanya. Mula-mula dilakukan pemulihan darurat, terutama dinding-dinding sekeliling pemakaman untuk mengamankan Peutjut. Berikutnya, yayasan berupaya untuk merestorasi bagian inti Peutjut sebagai prioritas utama. Akibat besarnya biaya yang dibutuhkan, yayasan pun memfokuskan diri terutama pada pemulihan Gerbang Kehormatan dan makam-makam (utama), serta monumen yang terletak pada area tepat di balik gerbang. Restorasi bagianbagian Makam Militer Peutjut lainnya terpaksa harus ditunda. Total biaya restorasi tahap pertama antara tahun 2005 dan 2008 berjumlah € 192.742,(sekitar 3 miliar rupiah, sumber: Laporan Tahunan 2008). Selain kontribusi dari Yayasan Mondriaan, Yayasan Het Gebaar dan Yayasan Turkov, sebagian besar dari jumlah ini, yaitu € 111.442,- (sekitar 1,7 miliar rupiah) diperoleh dari para donatur dan penyumbang, dan dengan menguras hampir seluruh dana cadangan yayasan. Disusunlah satu rute pengunjung, melewati sejumlah makam yang telah diperbaiki, yang mewakili nilai budaya dan sejarah Makam Militer Peutjut. Pada tahun 2007, diterbitkan satu buku khusus "Panduan Pengunjung Makam Militer Peutjut", di mana jalur ini disertakan dengan lokasi bernomor, termasuk informasi dalam tiga bahasa mengenai makam-makam yang telah disebutkan. Selanjutnya, berkat kontribusi tambahan dari para donatur dan penyumbang dalam tiga angsuran, yayasan berhasil merestorasi lagi setidaknya 150 makam dan monumen khusus. Sejak tahun 2009, yayasan memfokuskan diri untuk menyelesaikan restorasi bagian inti Makam Militer Peutjut serta pelestariannya lebih lanjut.
Bagian Peutjut yang telah direstorasi dengan latar belakang Museum Tsunami yang baru
17
Dengan bertambah lanjut usia dan berkurangnya jumlah para donatur dan penyumbang, pemasukan yayasan dalam beberapa tahun terakhir ini tidak memungkinkan untuk membiayai pekerjaan pemeliharaan yang diinginkan. Untuk dapat melaksanakan pemeliharaan yang paling dibutuhkan, selama beberapa tahun terakhir, yayasan harus mengambil sekitar € 10.000,- (sekitar 150 juta rupiah) ekstra per tahunnya dari dana cadangan (yang jumlahnya terbatas). Ini pula yang mendorong yayasan untuk berusaha, dalam kurun beberapa tahun terakhir, untuk semakin melibatkan pemerintah provinsi dan daerah dalam pelestarian Makam Militer Peutjut selanjutnya. Karena itu, pada tahun 2005, untuk tujuan ini, Gubernur Provinsi Aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh dan yayasan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU), yang isinya menetapkan tanggung jawab bersama untuk pemeliharaan Peutjut. MoU tersebut merupakan langkah awal untuk menarik lebih banyak keterlibatan Indonesia/Aceh dalam pemeliharaan Peutjut. Pemerintah Kota Banda Aceh telah mengakui bahwa Makam Militer Peutjut merupakan monumen budaya dan sejarah yang berharga. Namun juga bahwa Peutjut sangat dibutuhkan, baik untuk pemulihan fasilitas ruang hijau setelah Tsunami 2004 (yang disebut "program paru-paru hijau”) , maupun untuk pengembangan pariwisata. Sejak awal tahun 2011, Pemerintah Kota Banda Aceh juga turut berkontribusi dalam pelestarian makam Militer Peutjut dalam bentuk tenaga kerja untuk pemeliharaan sehari-hari, penanaman ulang serta pelaksanaan rehabilitasi dan peningkatan infrastruktur. Walikota Banda Aceh, terkait kerjasamanya dengan perwakilan dari yayasan kami, telah mendelegasikan wewenangnya pada Kepala dan Staf Dinas Kebersihan dan Keindahan (DKK), Bidang Pertamanan dan Hutan Kota. Dengan demikian, di samping kerjasama mengenai pemeliharaan harian, yayasan juga bisa menghemat biaya proyek-proyek investasi yang dapat dikerjakan oleh dinas tersebut. Salah satu contoh dari tindak pemeliharaan Indonesia adalah pengaspalan dari akses masuk ke Makam Kehormatan.
Kunjungan kerja para pihak berwenang serta staf pegawai negeri Aceh ke Peutjut
18
Pada tahun 2011, dilakukan kontak dengan bagian terkait dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Aceh (disingkat BP3 - Aceh). Pada tahun 2012 dan 2013, instansi ini menyediakan anggaran untuk pekerjaan pemeliharaan. Juga untuk tahun 2014 serta tahuntahun berikutnya, BP-3 ingin terus melanjutkan kebijakan ini. Untuk restorasi makam para Sultan, BP-3 bahkan telah menyediakan anggaran ekstra.
Makam para Sultan yang direstorasi oleh pemerintah Aceh
Mulai tahun 2012, bersama DKK, disusun rencana pemeliharaan tahunan, di mana DKK yang menyediakan tenaga kerja, dan yayasan yang mendanai material, bahan bakar, dll. Dibuat kesepakatan bahwa petugas pemeliharaan yayasan pada prinsipnya merawat bagian kiri Peutjut, sementara DKK merawat bagian kanan . Pada bagian terakhir dari periode kebijakan sebelumnya, yayasan memfokuskan diri pada : - Pemeliharaan tambahan yang dibutuhkan pada Gerbang Kehormatan dan bangunanbangunan yang berdekatan; - Menjaga agar pemeliharaan Gerbang Kehormatan dan monumen tetap dilakukan secara optimal (representatif), sebagaimana dijelaskan dan ditampilkan dalam Buku Panduan Pengunjung, serta makam dan monumen yang telah diperbaiki setelah Tsunami; - Pelestarian tanaman yang tersisa setelah tsunami dan sebisa mungkin pelaksanaan kembali tanam ulang; - Menjaga sebaik mungkin kondisi dinding yang mengelilingi area pemakaman, fasilitas drainase, jalan masuk dan jalan setapak di Makam Kehormatan; - Menentukan kerja sama dengan pihak berwenang Aceh mana yang paling diinginkan dan paling efektif untuk pelestarian Peutjut selanjutnya; - Tergantung dari kerja sama, hasil dan dukungan instansi Aceh, yayasan akan beralih/mulai dengan pemulihan dan restorasi tanah (makam dan monumen) yang tidak termasuk bagian pusat, serta menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) baru/tambahan dengan instansi Aceh yang paling tepat, untuk kembali menegaskan bahwa keberadaan Makam Kehormatan itu akan tetap dipertahankan;
19
-
Perekrutan donatur baru, untuk mengkompensasi penurunan jumlah donatur akibat sebab alamiah; Mendapatkan dukungan keuangan (anggaran)tambahan, baik dari instansi Indonesia/Aceh maupun Belanda.
Selain itu, pemberian informasi melalui situs kami www.peutjut.nl mendapat dorongan ekstra. Pada tahun 2013, situs ini sama sekali diperbarui dan pada saat ini masih terus dikembangkan. Akhir tahun 2014, peringatan 10 tahun bencana tsunami 26 Desember 2014 menjadi titik perhatian istimewa. Dalam acara peringatan ini, pembangunan kembali selama kurun waktu 10 tahun terakhir akan mendapat perhatian khusus (media). Dalam rangka peringatan ini, yayasan, dengan berkonsultasi pada instansi-instansi Aceh, juga akan meminta perhatian (selayaknya) atas restorasi Makam Militer Peutjut. Ini menyangkut baik pekerjaan restorasi yang telah berhasil dilakukan selama 10 tahun terakhir, serta restorasi yang masih ingin dan masih harus dilakukan pada dekade mendatang.
Periode kebijakan mendatang “Menuju 2025” Berdasarkan pengalamannya yang panjang, yayasan yakin bahwa tanpa upaya dari pihak yayasan, pelestarian Peutjut bisa terancam. Dalam rangka memastikan kelangsungan keberadaan Peutjut, yayasan menetapkan tugas-tugas berikut untuk periode kebijakan selanjutnya: *
Pertama, pemeliharaan rutin Taman Makam Kehormatan
Pelaksanaan pemeliharaan rutin menjadi bagian penting dari pekerjaan yayasan. Pada periode kebijakan berikutnya, yayasan akan lanjut memusatkan perhatian pada upaya pengelolaan reguler Makam Militer Peutjut, antara lain dengan adanya perwakilan lokal (Indonesia) setempat dari yayasan, dan seorang pengawas/pengurus tetap (yang tinggal di area pemakaman). Agar bisa terus melanjutkan pemeliharaan yang telah dicapai sejauh ini, serta meningkatkannya jika diperlukan, maka disusunlah rencana pemeliharaan berkala dan konservasi, beserta anggarannya. Pengalaman telah menunjukkan bahwa akibat kondisi iklim yang berat, dibutuhkan pemeliharaan ekstra pada Gerbang Kehormatan, makammakam dan infrastruktur lainnya, setiap empat tahun sekali. Selain itu, dalam situasi-situasi yang bersifat insidental, dibutuhkan perbaikan dan pemeliharaan tambahan pada tempat-tempat tertentu. Untuk pengeluaran ad hoc semacam itu, dibuat pos sementara dalam anggaran. Terutama makam-makam yang tercantum dalam buku panduan pengunjung , mendapat prioritas untuk harus selalu dijaga agar berada dalam kondisi yang baik. Ada kemungkinan bahwa untuk tur melewati makam-makam yang tercantum dalam buku panduan, akan dikembangkan satu panduan audio. Upaya yayasan ditujukan untuk merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan rutin, dengan kerja sama erat bersama instansi Indonesia/Aceh yang memenuhi syarat. Kontak yang telah dijalin dengan sejumlah intansi (pemerintah) Indonesia /Aceh dalam periode kebijakan lalu, seperti BP-3 dan DKK akan terus dipertahankan pada periode berikutnya, dan jika perlu, semakin diintensifkan dan/atau diperluas . Dengan demikian, yayasan sebisa mungkin ingin membagi fungsinya sebagai pengendali dan pengambil inisiatif, atau mengalihkannya pada pihak berwenang Indonesia/Aceh.
20
Merencanakan pemeliharaan Peutjut bersama wakil BP-3 saat kunjungan kerja 2014 Keuangan Yayasan Dana Peutjut terbatas. Sebelumnya telah disampaikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir saja, pelaksanaan pemeliharaan rutin setiap tahunnya sudah harus mengambil sekitar € 10.000,- (sektiar 150 juta rupiah) ekstra dari cadangan keuangan yayasan. Karena terbatasnya jumlah dana cadangan ini, mengambil uang lebih jauh dari kapital yayasan sendiri tak lagi bisa dibenarkan. Juga karena alasan inilah, maka penting untuk bisa membuat perjanjian tetap dengan pihak berwenang Indonesia/Aceh mengenai pembagian beban/-biaya sehubungan dengan pelestarian Makam Militer Peutjut, dengan mempertimbangkan terbatasnya kemampuan kelangsungan yayasan . Terlepas dari semakin lanjutnya usia dan dengan demikian berkurangnya jumlah donatur, Yayasan Dana Peutjut terus berusaha agar tetap memiliki jumlah donatur/penyumbang sebesar mungkin, untuk mempertahankan sumber daya keuangan secara maksimal, supaya pelestarian Makam Militer Peutjut dapat terjamin selama mungkin.
* Berikutnya, restorasi yang ingin dilakukan pada bagian lain Makam Militer Peutjut yang masih tersisa Setelah bencana tsunami pada akhir tahun 2004, yayasan pertama-tama memfokuskan diri pada perbaikan darurat (pengangkatan puing-puing dan perbaikan tembok). Yang bisa diselamatkan, diselamatkan. Berikutnya, penekanan terutama diberikan pada restorasi Gerbang Kehormatan dan makam-makam, serta monumen yang terletak di area tepat di baliknya. Pada periode kebijakan lalu, restorasi sisa bagian Makam Militer Peutjut yang lain ditangguhkan hingga masa mendatang. Waktu itu sekarang telah tiba, sehingga Makam Militer Peutjut dapat dilestarikan secara keseluruhan sebagai warisan budaya dan sejarah yang berharga. Berkenaan dengan bagian-bagian dari Makam Militer Peutjut yang setelah Tsunami belum diperbaiki secara struktural , berlaku sebagai berikut : - Menjaga yang tidak mengalami kerusakan, kemudian merestrorasi makam-makam yang belum diperbaiki, di mana makam-makam yang melesak juga dikembalikan ke posisi semula;
21
-
Mengapur makam-makam dan mengecat ulang nama yang tertera sesuai makam; Renovasi keseluruhan pada turapan (jalan) agar aman dilalui; Pembangunan sistem penyediaan air untuk bagian kiri Peutjut, serta renovasi keseluruhan dari semua sistem drainase dan irigasi; Pemulihan sarana ruang hijau Peutjut sepenuhnya sesuai kondisi sebelumnya, sehingga struktur seperti taman yang sangat disukai masyarakat dapat kembali seperti semula. Pengembalian karakter taman pada Makam Militer Peutjut menawarkan jaminan ekstra untuk pelestarian jangka panjang warisan budaya dan sejarah (militer) ini.
Berdasarkan pengalaman dari tindak restorasi yang telah dilakukan sejauh ini, dan berdasarkan survei langsung di lapangan, diperkirakan bahwa masih dibutuhkan setidaknya € 100.000, - (sekitar 1,5 miliar rupiah) ekstra untuk restorasi tambahan ini. Dalam subrencana terpisah, hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya harus dijabarkan lagi secara lebih mendetail. Sub-rencana ini, jika dibutuhkan, juga dapat dipisahkan satu sama lain dan dilaksanakan secara bertahap di tahun-tahun mendatang. Pendanaan untuk restorasi tambahan Makam Militer Peutjut, di samping pendanaan pemeliharaan rutin, melebihi anggaran gabungan dari pihak berwenang Indonesia /Aceh dan Yayasan Dana Peutjut. Karena itu, untuk membiayai restorasi tambahan yang diinginkan ini, harus dicari penyedia dana/subsidi eksternal.
Makam-makam dan jalan yang masih harus diperbaiki
*
Kegiatan lain
Pada periode kebijakan berikutnya, upaya untuk menarik pengunjung datang ke Peutjut akan semakin diintensifkan oleh instansi yang memfokuskan diri di sektor pariwisata.
22
Akan ditinjau, apakah pengintensifan kerja sama dengan Museum Tsunami yang terletak di sebelahnya dapat menuntun ke satu sinergi tambahan dan saling menguntungkan. Akan pula diselidiki apakah Makam Militer Peutjut mungkin bisa mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Site). Hal ini sepenuhnya dapat dibenarkan , antara lain karena Peutjut merupakan satu-satunya makam militer yang masih tersisa dari bekas pasukan Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) dari Perang Aceh 1873-1942 .
Peutjut di masa mendatang: Situs Warisan Dunia UNESCO ?
Monumen Luar Ruangan Dulu, di Aceh, terdapat berbagai dari apa yang disebut sebagai " Monumen Terbuka". Beberapa dari monumen-monumen tersebut memiliki hubungan dengan Makam Militer Peutjut . Seiring jalannya waktu, kebanyakan monumen terbuka tersebut telah menghilang, termasuk beberapa di antaranya yang tadinya masih tersisa, akibat Tsunami di tahun 2004 . Sebagai akibat tsunami, monumen peringatan Mayor Jenderal J.L.J.H. Pel dan Kapten J.W.C.C. Hoynck van Papendrecht juga dianggap telah hilang. Hingga saat terjadinya Tsunami, di tepi luar Gampong Lampulo (dekat Gampong Penajung di tepi sungai Aceh) juga terdapat sebuah monumen berbentuk obelisk. Monumen ini didirikan "Untuk mengenang saudara-saudara kita seperjuangan Desember 1874 - April 1875" seperti yang tertera pada plakat . Sayangnya, setelah Tsunami, monumen ini pun terpaksa dianggap hilang, meski masih ada harapan bahwa plakat yang hilang itu suatu saat akan muncul di suatu tempat.
23
Untungnya, " Monumen 10 pejuang " begitu kokoh hingga berhasil selamat dari Tsunami. Monumen ini terletak tak jauh dari Sungai Aceh, di tengah-tengah daerah perumahan (yang tengah diperbaiki). Yayasan juga berkomitmen untuk memastikan pelestarian monumen ini.
Wakil lokal kami sedang memeriksa keadaan Monumen 10 pejuang
Jika di masa mendatang sisa-sisa dari monumen terbuka tersebut ada yang ditemukan, maka dapat dipertimbangkan untuk menempatkan sisa-sisa itu di Peutjut, sesuatu yang juga memang sudah selayaknya, untuk mengenang pejuang yang gugur.
Contoh penghormatan yang diberikan pada makam-makam dan/atau kuburan
24
Tujuan kedua: Documentasi dan Informasi Tujuan kedua Yayasan Dana Peutjut, yaitu mempromosikan studi sejarah, bahasa dan budaya Aceh, serta penyebaran pengetahuan tentang subjek-subjek ini, dalam periode kebijakan lalu terutama mulai terwujud berkat dukungan Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA).
Periode 1976 s/d Tsunami 2004 Antara tahun 1976 dan banjir besar pada bulan November 2000, ada banyak dokumendokumen resmi yang ditawarkan pada PDIA dari masa lalu kolonialisme. Sebagian besar dari dokumen-dokumen ini musnah pada saat terjadi banjir tahun 2000. Antara tahun 2001 dan 2004, dokumentasi-dokumentasi tersebut disusun kembali sebisa mungkin. Namun, bencana sekali lagi melanda. Saat terjadi Tsunami 26 Desember 2004, PDIA benarbenar hancur . Koleksi yang telah disusun sejak tahun 1976, setelah Tsunami tak lagi bisa direkonstruksi dari apa yang tersisa.
Periode pemulihan setelah Tsunami (2005-2014) Dalam periode kebijakan ini, Yayasan Dana Peutjut memfokuskan diri pada pelestarian dan pembangunan kembali PDIA, dan untuk itu mendesak instansi-instansi terkait . Untungnya, pihak berwenang Aceh akhirnya memutuskan untuk membangun kembali PDIA. Di tahun 2009, PDIA bisa menempati tempatnya yang baru. Namun sejak saat itu, dana yang cukup untuk pengoperasian PDIA selalu menjadi satu pokok masalah. Yayasan Dana Peutjut menyediakan dana bagi PDIA untuk pendigitalisasian lebih lanjut, dan jika dibutuhkan, untuk menyelenggarakan seminar budaya, dengan tambahan pameran foto.
25
Pada periode kebijakan yang lalu, Yayasan Dana Peutjut juga melakukan pedekatan pada berbagai instansi untuk penyediaan dokumentasi yang relevan, termasuk dalam bentuk digital. Kebutuhan tersebut hanya dapat dipenuhi sebagian saja. Karena itu kebutuhan akan materi dokumentasi tambahan masih tetap sangat besar. PDIA merupakan bagian dari Universitas Syah Kuala. Sayangnya, mulai tahun 2012 tampak terjadi suatu perkembangan di mana PDIA mendapat prioritas yang lebih rendah. Karena itulah yayasan memutuskan untuk membekukan dukungan pada PDIA. Akibat perkembangan tersebut, bapak drs. Rusdi Sufi meletakkan jabatannya sebagai direktur PDIA. Untungnya, ia masih tetap bersedia menjadi perwakilan lokal kami, dan bertindak sebagai narahubung bagi para siswa mengenai sejarah Aceh. Untuk memungkinkan pekerjaan bapak Rudi, dengan bantuan yayasan, disediakan satu ruang kerja terpisah baginya di Peutjut. Dalam periode kebijakan ini, berbagai publikasi yang bernilai sejarah diprakarsai dan dilaksanakan oleh atau dengan kerja sama bersama dewan pengurus yayasan. Yang telah disebutkan sebelumnya adalah buku Panduan Pengunjung Makam Militer Peutjut pada bulan April 2007, buah karya Brigadir Jenderal Purnawirawan G. A. Geerts . Buku Panduan yang terdokumentasi dan diilustrasi dengan baik ini diterbitkan dalam tiga bahasa: Belanda, Inggris dan Indonesia.
26
Yayasan memiliki 500 eksemplar buku Panduan Pengunjung yang khusus disediakan untuk siswa sekolah menengah serta perguruan tinggi di Aceh . Pada tahun 2010, buku berjudul “Gugur di tanah kehormatan” buah karya de heer Adriaan P. Intveld diterbitkan. Buku ini berisi ikhtisar silsilah dari 2.311 anggota militer dan 664 warga sipil/anak-anak yang dimakamkan di Peutjut sebagai tempat peristirahatan terakhir mereka. Dengan demikian, publikasi ini juga merupakan satu dokumen yang unik.
Yang terakhir, pada akhir 2012, sebagaimana disebutkan dalam pendahuluan, dalam rangka peringatan 35 tahun berdirinya yayasan, diterbitkan sebuah buku kenangan yang dilengkapi dengan ilustrasi: "Kisah kaleidoskopis sebuah misi yang unik." Buku peringatan ini memberikan wawasan komprehensif mengenai kebijakan yayasan selama 35 tahun terakhir, serta hasil yang diperoleh. Buku ini juga ditulis oleh Brigadir Jenderal Purnawirawan G. A. Geerts. Semua publikasi tersedia berdasarkan permintaan, melalui sekretariat yayasan, De Bogaert 19, 6983 HE Doesburg, Belanda, surel:
[email protected].
27
Periode kebijakan berikutnya “Menuju 2025” Untuk saat ini, titik awal untuk mencapai tujuan kedua kami terutama adalah melalui akuisisi dan penyediaan dokumentasi unik mengenai sejarah, bahasa dan budaya Aceh. Pendigitalisasian lebih lanjut dari dokumentasi-dokumentasi tersebut sedang diupayakan. Bila memungkinkan, perwakilan lokal yayasan akan mempromosikan kunjungan-kunjungan ke Makam Militer Peutjut bagi orang-orang yang tertarik, dan mendorong pariwisata yang bersifat edukatif-sejarah. Mahasiswa merupakan kelompok sasaran penting dalam konteks ini. Secara teratur, di Banda Aceh diselenggarakan apa yang disebut Pekan Budaya, di mana budaya dan sejarah Aceh menjadi pusat perhatian. Partisipasi dalam acara ini dapat dipertimbangkan, misalnya dengan pameran sejarah dari periode kehadiran Belanda di Aceh (1873-1942), di atau berhubungan dengan Makam Militer Peutjut.
Kerja sama dengan Universitas di Aceh mengenai nilai budaya Peutjut, Mei 2014
Pada tahun-tahun mendatang, dengan mempublikasikan sendiri mengenai warisan budaya kita di berbagai majalah dan memberikan ceramah serta presentasi yang relevan, maka selaku yayasan, kami berkontribusi dalam mendukung tujuan kedua kami, dan secara bersamaan juga mendukung penggalangan dana kami.
28
Kesimpulan Umum Pelestarian Makam Kehormatan Militer Peutjut sebagai warisan budaya dan sejarah yang berharga, didukung baik oleh pemerintah Indonesia/Aceh maupun Belanda . Wewenang resmi atas Makam Militer Peutjut ada pada pihak berwenang Indonesia/Aceh. Karena itu, dukungan untuk pelestarian Peutjut terutama harus dapat diperoleh dari sana.
Periode 1976 s/d Tsunami 2004 Sejak tahun 1976, Makam Militer Peutjut telah tiga kali diselamatkan dan direstorasi oleh Yayasan dari kehancuran: Pertama, setelah kerusakan awal pada periode setelah kemerdekaan Indonesia, kemudian sekali lagi setelah banjir di bulan November 2000, dan ketiga kalinya setelah bencana Tsunami Desember 2004. Dalam bencana Tsunami ini, dokumentasi dari Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA) juga turut musnah.
Periode pemulihan setalah Tsunami (2005-2014) Selama periode kebijakan lalu, urusan menyangkut Makam Militer Peutjut, di samping pemeliharaan rutin, terutama didedikasikan untuk pemulihan bencana (pengangkatan puingpuing dan pemulihan dinding). Berikutnya, prioritas diberikan kepada pemulihan Gerbang Kehormatan dan makam-makam serta monumen (utama) di area tepat di balik gerbang. Yayasan ini terbukti sangat dibutuhkan dalam pengorganisasian serta pembiayaan kegiatan pemeliharaan dan restorasi Makam Kehormatan, agar pelestarian dan konservasinya secara menyeluruh tetap terjamin. Yang menjadi salah satu sumber keprihatinan adalah pendapatan yayasan yang selama beberapa tahun terakhir tidak cukup untuk membiayai pemeliharaan rutin yang memadai. Hanya pemeliharaan yang paling dibutuhkan yang tetap dilaksanakan, namun demikian, per tahunnya masih harus diambil sekitar € 10.000,- (sektiar 150 juta rupiah) ekstra dari dana cadangan yayasan. Mengambil lebih jauh lagi dari kapital yayasan (yang terbatas) tak lagi dapat dibenarkan. Karena itu, dalam beberapa tahun terakhir, yayasan mengupayakan keterlibatan yang lebih besar lagi dari pemerintah provinsi dan daerah Aceh dalam pelestarian Makam Militer Peutjut selanjutnya. Hasil dari upaya tersebut positif. Momen peringatan bencana tsunami 10 tahun lalu, yang akan diadakan pada atau sekitar tanggal 26 Desember 2014, memberikan peluang untuk menarik perhatian yang lebih luas dari publik mengenai restorasi Peutjut. Lagipula, dengan demikian penggalangan dana akan mendapatkan dorongan ekstra.
Periode kebijakan berikutnya “Menuju 2025” Berdasarkan pengalaman selama beberapa tahun terakhir, ada dugaan bahwa tanpa adanya upaya dari pihak yayasan, pelestarian Makam Kehormatan akan terancam. Oleh sebab itu, Yayasan Dana Peutjut akan terus melakukan tugasnya pada periode kebijakan mendatang.
29
Pada periode kebijakan berikutnya, di samping pemeliharaan rutin, restorasi bagian-bagian lain dari Makam Militer Peutjut yang belum diperbaiki setelah Tsunami, dicanangkan dalam agenda. Juga pelaksanaan renovasi menyeluruh dari infrastruktur (jalan, drainase dan irigasi) yang ada. Terakhir, diinginkan pemulihan tambahan dari fasilitas ruang hijau. Dengan pelaksanaan seluruh kegiatan ini, pelestarian dan konservasi Makam Militer Peutjut sepenuhnya terjamin. Kontak dengan sejumlah instansi (pemerintah) Indonesia/Aceh yang berhasil dijalin pada periode kebijakan lalu, harus dipertahankan dalam periode kebijakan berikutnya dan, jika mungkin, harus lebih diintensifkan. Yayasan berusaha sebisa mungkin membagi fungsinya sebagai pengendali dan pengambil inisiatif, atau mengalihkannya pada pihak berwenang Indonesia/Aceh. Memperoleh sumber daya keuangan yang memadai untuk mewujudkan ambisi Yayasan Dana Peutjut tetap menjadi tantangan besar pada periode kebijakan mendatang. Kecenderungan untuk mengambil jumlah yang cukup besar dari cadangan keuangan yayasan (yang terbatas) selama beberapa tahun terakhir tak lagi dapat dibenarkan. Berdasarkan pengalaman dari tindak restorasi yang telah dilakukan sejauh ini, dan berdasarkan survei langsung di lapangan, diperkirakan bahwa masih dibutuhkan setidaknya € 100.000, - (sekitar 1,5 miliar rupiah) ekstra untuk restorasi tambahan ini.Pembiayaan restorasi tambahan Makam Militer Peutjut, di samping pembiayaan untuk perawatan rutin, melampaui anggaran yang tersedia. Tanpa dana tambahan, restorasi tambahan tidak mungkin dilakukan. Untuk mencapai tujuan kedua kami, akuisisi dan penyediaan dokumentasi yang unik mengenai sejarah, bahasa dan budaya Aceh, tetap menjadi dasar pemikiran. Pendigitalisasian lebih lanjut memainkan peranan penting. Pada tahun-tahun mendatang, dengan mempublikasikan sendiri mengenai warisan budaya kita di berbagai majalah, dan memberikan ceramah serta presentasi yang relevan, maka selaku yayasan, kami berkontribusi dalam mendukung tujuan kedua kami, dan secara bersamaan juga mendukung penggalangan dana kami.
Peutjut tiga kali diselamatkan dan direstorasi oleh yayasan
30
Rekomendasi (menuju 2025) Tidak menganggap pengakuan Makam Kehormatan Militer Peutjut sebagai warisan budaya dan sejarah yang berharga oleh pemerintah sebagai hal yang akan terus berjalan dengan sendirinya, namun perlu untuk terus berulang kali meyakinkan baik pihak-pihak berwenang di Indonesia/Aceh maupun Belanda, mengenai hal ini. Terus melanjutkan pekerjaan yayasan tanpa menguranginya, untuk menjamin pelestarian Makam Kehormatan serta mendorong kerja sama. Berupaya terus meyakinkan pemerintah daerah, provinsi dan nasional Indonesia/Aceh akan tanggung jawab mereka untuk melestarikan Peutjut, dan dengan demikian, sebanyak mungkin melaksanakan sendiri pemeliharaan yang dibutuhkan . Menjadikan penggalangan dana eksternal sebagai prioritas yang lebih tinggi, untuk membalikkan kecenderungan selama beberapa tahun terakhir yaitu mengambil jumlah yang cukup besar (€ 10.000,- / sektiar 150 juta rupiah per tahun) dari cadangan keuangan Yayasan, agar dapat menjamin pelestarian Peutjut di masa mendatang. Kontribusi dari pemerintah Indonesia/Aceh bersama kontribusi dari para donatur/penyumbang Yayasan Dana Peutjut terutama digunakan untuk pengoperasian reguler, di mana kontribusi keuangan terbesar sebisa mungkin diupayakan oleh pemerintah setempat. Pada prinsipnya, tidak mengambil dana lebih jauh lagi dari kapital Yayasan (yang terbatas). Menyusun rencana pemeliharaan berkala dan rencana konservasi beserta anggaran yang dibutuhkannya, dalam kerangka sumber daya keuangan yang tersedia untuk pengoperasian reguler. Mengembangkan sub-rencana untuk restorasi dan renovasi tambahan yang diperlukan. Mencari penyedia dana/subsidi eksternal untuk pembiayaan restorasi dan renovasi tambahan (total minimal € 100.000,- / sekitar 1,5 miliar rupiah). Mengambil kesempatan dalam acara peringatan bencana Tsunami yang akan diselenggarakan pada atau sekitar tanggal 26 Desember 2014, untuk menarik perhatian publik yang lebih luas tentang restorasi tambahan Peutjut, dan dengan demikian menstimulasi penggalangan dana. Terus menyokong akuisisi dan penyediaan dokumentasi yang unik mengenai sejarah, bahasa dan budaya Aceh. Menetapkan peranan penting bagi kegiatan pendigitalisasian lebih lanjut. Sebisa mungkin berpartisipasi saat diadakan Pekan Budaya Banda Aceh (tidak setiap tahun), misalnya melalui pameran sejarah dari periode kehadiran Belanda di Aceh (18731942). Di tahun-tahun mendatang, sebagai yayasan, mempublikasikan juga sendiri secara teratur tentang warisan kita di berbagai majalah, dan memberikan ceramah serta presentasi.
31
Lampiran 1: Susunan pengurus dan kontak Sususnan pengurus Kutua R.J. Nix
[email protected] Wakil ketua C.J. Kool, MSc.
[email protected] Sekretaris R.W.V. Rhemrev
[email protected] Bendahara J.L.T. Warmoeskerken
[email protected] Anggota pengurus/kontak buduya R. van Arkel bestuurslid@peutjut Komandan Koninklijk Tehuis voor Oud-Militairen en Museum Bronbeek (KTOMMB) Anggota pengurus/penasihat G.A. Geerts Anggota pengurus/penasihat Drs. G.K.H. Hes Wakil lokal / penasihat
Drs. Rusdi Sufi
Kontak Sekretariaat Yayasan Dana Peutjut De Bogaert 19 6983 HE DOESBURG BELANDA Telepon: +31 313 477091 Surel:
[email protected]
Pengurus Yayasan Dana Peutjut: berdiri dari ki-ka: Warmoeskerken, Kool dan Van Arkel Duduk dari ki-ka: Geerts, Hes, Nix en Rhemrev
32
Lampiran 2: Peta Makam Militer Peutjut
33
Yayasan Dana Peutjut Dukung kami dalam pelestarian dan Kelangsungan hidup warisan budaya
Indonesia-Belanda yang unik ini!
Saya menjadi donatur Yayasan Dana Peutjut
Nama: ________________________________
Alamat: _______________________________
Kode pos: ______________________________
Kota: _________________________________
Negara: _________________________________
Alamat surel: __________________________
Mendaftar sebagai donatur Yayasan Dana Peutjut
Kontribusi Tahunan saya sebesar IDR ___________
Mohon mengirimkan formulir yang telah diisi ke: Sekretariaat Yayasan Dana Peutjut De Bogaert 19 6983 HE DOESBURG BELANDA Nomor Rekening Bank Internasional (IBAN) Yayasan Dana Peutjut adalah NL31 INGB 0003 5646 00
34