91
V. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1. Simpulan
Berdasarkan permasalahan, tujuan, hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:
5.1.1. Simpulan Umum 1.
Latar belakang atau asal muasal proses pembentukan kelompok tani, baik secara swadaya maupun atas anjuran atau paksaan pihak lain ternyata tidak berhubungan nyata dengan keragaan atau kesuksesan kelompok tani meskipun kelompok tani tersebut mampu bertahan lama atau panjang umur. Faktor lain seperti kebersamaan petani dalam kurun waktu yang lama, intensitas interaksi yang tinggi, banyaknya aktivitas kelompok dengan intensitas yang tinggi, kepemimpinan pengurus kelompok dan pengelolaan kelompok yang baik dapat memperkuat ikatan dan soliditas kelompok tani sehingga mampu menjadikan kelompok tani berumur panjang. Faktor-faktor tersebut juga berpengaruh terhadap keragaan atau kesuksesan kelompok tani.
2.
Rendahnya kemampuan pengelolaan kelompok tani menjadi masalah yang cukup krusial didalam kesinambungan kehidupan kelompok tani. Pembinaan yang tidak teratur dan tidak intensif serta lebih banyak mengarah kepada aspek teknologi dan bantuan modal usaha tanpa memperhatikan aspek pengelolaan kelompok tani, membuat kelompok tani tidak mampu bertahan lama karena pada dasarnya kemampuan petani dalam pengelolaan kelompok masih lemah. Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor pendidikan formal petani yang umumnya rendah dan belum tepatnya metode pembimbingan petani oleh pemerintah (bersifat parsial, tidak kontinyu dan tidak intensif).
92
3.
Pendekatan AGIL yang dikembangkan Parson sangat relevan didalam upaya mempertahankan dan mengembangkan kelompok tani menjadi organisasi yang lebih besar dan mandiri. Kelompok tani harus mampu menjalankan fungsi-fungsi: (a) adaptasi atau penyesuaian dengan lingkungan untuk dapat berproduksi dan mendistribusikan produksinya, (b) penetapan prioritas tujuan dan mobilisasi sumberdaya untuk mencapai tujuan, (c) pengintegrasian seluruh unsur yang ada dalam kelompok dan pemeliharaan hubungan antar unsur tersebut agar tetap serasi, (d) pemeliharaan pola kehidupan dan pengelolaan ketegangan yang terjadi. Kemampuan menjalankan fungsi AGIL tersebut, secara perlahan tapi pasti (evolusi) akan meningkatkan kapasitas daya tahan kelompok tani terhadap lingkungannya sehingga dapat bertahan dalam kurun waktu yang panjang.
5.1.2. Simpulan Khusus 1.
Kelompok tani yang diamati dalam penelitian ini memiliki karakteristik kelompok yang meliputi: (a) mayoritas kelompok tani dibentuk secara swadaya oleh petani, (b) mayoritas kelompok tani memiliki 1-6 unsur pengikat kelompok diantara 10 unsur pengikat kelompok yang diamati (kebutuhan anggota pada kelompok, kesamaan jenis usahatani, rasa saling membutuhkan, kesamaan domisili, kesamaan hamparan, kesamaan kondisi sosial, kesamaan agama, kesamaan suku, rasa saling percaya dan kesamaan kondisi ekonomi), (c) mayoritas kelompok tani berukuran kecil hingga sedang (beranggotakan 11-106 orang petani), (d) mayoritas kelompok tani berumur 20-27 tahun, (e) mayoritas memiliki 1-6 aktivitas diantara 11 aktivitas yang diamati (arisan, pengajian, kesenian, kerja bakti, simpan pinjam, usaha bersama, pembelian sarana produksi, usahatani, panen, pengolahan hasil, dan pemasaran hasil), (f) mayoritas memiliki jangkauan usaha sampai tingkat kecamatan, dan (g) mayoritas memiliki kepemimpinan pengurus yang kurang dan sedang.
2.
Mayoritas pengelolaan kelompok tani berada pada kategori buruk (tujuan dan rencana kelompok tidak tertulis, fungsi tugas hanya pada pengurus, kurang ada pencatatan data dan kegiatan kelompok, intensitas komunikasi
93
jarang, kerjasama dan kreativitas kelompok kurang, konflik sering terjadi, pengembangan kemampuan anggota, sosialisasi dan kontrol sosial dalam kelompok kurang), dan sedang (tujuan dan rencana kelompok tertulis tetapi disusun oleh pengurus saja, fungsi tugas pada pengurus dan sebagian kecil anggota, ada sebagian pencatatan data dan kegiatan kelompok, intensitas komunikasi cukup sering, kerjasama dan kreativitas kelompok cukup, konflik cukup sering terjadi, pengembangan kemampuan anggota, sosialisasi dan kontrol sosial dalam kelompok cukup sering). 3.
Keragaan kelompok tani di lokasi penelitian, mayoritas tergolong buruk dan cukup baik, artinya perkembangan skala usaha, kekayaan kelompok, jumlah anggota, kualitas anggota, prestasi kelompok dan kepuasan anggota cenderung menurun dan tetap.
4.
Hubungan yang terjadi antara karakteristik, pengelolaan dan keragaan kelompok adalah: (a) seluruh variabel karakteristik kelompok tani (pembentukan, pengikat, ukuran, umur, aktivitas, jangkauan usaha dan kepemimpinan pengurus kelompok) menunjukkan hubungan yang nyata hingga sangat nyata dengan pengelolaan kelompok. Artinya peningkatan pada
setiap
variabel
karakteristik
kelompok
tani
tersebut
akan
meningkatkan pengelolaan kelompok, (b) seluruh karakteristik kelompok tani kecuali variabel pembentukan kelompok, menunjukkan hubungan yang nyata hingga sangat nyata dengan keragaan kelompok. Artinya, peningkatan setiap variabel karakteristik kelompok tani kecuali variabel pembentukan kelompok, akan meningkatkan keragaan kelompok tani, (c) variabel pengelolaan kelompok tani memiliki hubungan yang sangat nyata dengan keragaan kelompok. Artinya setiap peningkatan pada variabel pengelolaan kelompok tani akan meningkatkan keragaan kelompok tani, (d) pada korelasi parsial, variabel karakteristik kelompok tani kecuali pembentukan dan jangkauan usaha kelompok, menunjukkan hubungan yang nyata hingga sangat nyata dengan keragaan kelompok. Artinya setiap peningkatan pada variabel karakteristik kelompok, kecuali pembentukan dan jangkauan usaha kelompok akan meningkatkan keragaan kelompok tani.
94
5.2. Saran
Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan seperti dikemukakan di atas, maka disarankan hal-hal sebagai berikut berikut: 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh fungsi-fungsi “adaption, goal attainment, integration dan latency” (AGIL) terhadap keragaan atau kesuksesan kelompok tani. 2. Pengembangan kelompok tani perlu didasarkan pada fasilitasi-fasilitasi penciptaan unsur-unsur pengikat kelompok tani yang kuat, peningkatan jumlah anggota kelompok tani, peningkatan jumlah dan intensitas aktivitas kelompok tani, peningkatan jangkauan usaha kelompok tani, dan peningkatan kemampuan kepemimpinan di kalangan petani. 3. Peningkatan kemampuan pengelolaan kelompok tani perlu dilakukan melalui upaya-upaya fasilitasi penumbuhan dan pengembangan kebutuhan petani terhadap keberadaan kelompok, penumbuhan dan pengembangan rasa memiliki kelompok pada setiap anggota, penumbuhan dan pengembangan aktivitas kelompok tani yang beragam dan intensif, fasilitasi perluasan jangkauan usaha kelompok tani, dan pengembangan kepemimpinan di kalangan petani. 4. Peningkatan keragaan kelompok tani perlu dilakukan dengan mengupayakan memperbanyak dan memperkuat unsur pengikat dalam kelompok tani, memperbesar ukuran kelompok melalui peningkatan jumlah anggota kelompok tani, memperbanyak dan mengintensifkan aktivitas kelompok tani, serta memperkuat kepemimpinan di kalangan petani.
95
5.3. Implikasi Kebijakan
Berdasarkan kondisi karakteristik, pengelolaan dan keragaan kelompok tani saat ini pada umumnya, maka implikasi kebijakan yang dapat ditempuh untuk mengembangkan kelompok tani di masa depan adalah sebagai berikut: 1. Lebih memperhatikan pengembangan kemampuan pengelolaan kelompok di kalangan petani disamping diseminasi teknologi dan bantuan (pinjaman) modal usaha produktif bagi kelompok tani. Pengembangan kemampuan pengelolaan kelompok tani tersebut meliputi kemampuan-kemampuan seperti penentuan dan penetapan tujuan, penyusunan rencana dan pengorganisasian kegiatan, pembagian fungsi tugas, administrasi kelompok, komunikasi, kerjasama, kreativitas, pengelolaan konflik, sosialisasi, kontrol sosial dan evaluasi. 2. Pengembangan kemampuan petani jangan bertumpu pada pelatihan, studi banding atau magang yang cenderung singkat, parsial, tidak kontinyu, tidak berlanjut, kurang efektif dan menghilangkan waktu petani untuk menjalankan usahataninya. Pengembangan kemampuan petani perlu dilakukan secara kontinyu, intensif dan komprehensif melalui bimbingan dan pendampingan pada kelompok tani dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. 3. Perlu dikembangkan kepemimpinan di kalangan petani secara lebih luas, kontinyu dan intensif untuk dapat mengakselerasi pengembangan kelompok tani menjadi organisasi yang lebih berorientasi bisnis dan profitable sehingga dapat menjadi koperasi atau korporasi (perusahaan), utamanya di bidang pertanian. 4. Salah satu persyaratan utama penyuluh pertanian agar dapat melakukan bimbingan dan pendampingan kepada petani adalah harus memiliki pengalaman pengembangan usaha. Berkaitan dengan hal tersebut, maka materi pengembangan aparatur penyuluhan pertanian ke depan perlu diarahkan pada aspek-aspek tersebut, yaitu manajemen pengelolaan kelompok tani dan pengembangan usaha. Upaya lainnya adalah peningkatan motivasi penyuluh pertanian untuk melakukan bimbingan dan pendampingan kepada petani.