24
V.
5.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan Lahan Kecamatan Depok
5.1.1. Interpretasi Penggunaan Lahan dari Citra Quickbird Hasil interpretasi penggunaan lahan dari Citra Quickbird Kecamatan Depok adalah Kawasan permukiman, kawasan industri, sawah irigasi, kebun campuran, tegalan, lahan terbuka, dan bandara. Kawasan Pemukiman Karakteristik pemukiman pada citra Quickbird memiliki rona cerah dan berwarna putih atau coklat dengan tekstur agak kasar, berbentuk empat persegi panjang, terdapat bayangan di tengah-tengah bagian atapnya, dan ukuran rumah relatif kecil, biasanya terletak di dekat jalan serta cenderung berkelompok, berpola teratur, atau terkelompok sesuai dengan blok-blok atau berpola acak sembarang. Karakteristik yang terlihat di lapang dominan berada di pinggir jalan utama, dekat dengan pusat perdagangan, dekat dengan aktivitas pendidikan, dan jarak antar bangunan yang sempit. Gambar 7 adalah foto lahan terbangun di Kecamatan Depok.
(a) Desa Caturtunggal
(b) Desa Maguwoharjo
(c) Desa Condongcatur
Gambar 7. Lahan Terbangun Pemukiman di Kecamatan Depok
25
Kawasan Industri Karakteristik kawasan industri pada citra Qiuckbird memiliki rona cerah dan berwarna putih Rona cerah dan berwarna putih, berbentuk persegi panjang, beberapa gedung menyatu dengan jarak dekat dan berpola teratur, berukuran besar memanjang. Di lapang karakteristik yang terlihat untuk penggunaan lahan ini adalah letaknya yang jauh dari pemukiman, dan dominan berada diantara lahan yang terbuka dengan beberapa gedung yang menyatu. Kondisi keberadaan kawasan industri yang ada di lapang dapat dilihat pada Gambar 8.
(a) Desa Caturtunggal
(b) Desa Condongcatur
(c) Desa Maguwoharjo Gambar 8. Lahan Terbangun yang Dijadikan Industri di Kecamatan Depok
Sawah Irigasi Kenampakan sawah irigasi pada citra sangat terlihat jelas dengam rona yang bervariasi dari cerah hingga terang dan berbentuk petak-petak persegi panjang dengan vegetasi yang homogen. Pada kondisi di lapang pada lahan sawah t terdapat saluran irigasi yang ada sangat baik dan teratur. Sebagai contoh saluran irigasi yang berada di antara petakan sawah di Desa Caturtunggal (Gambar 9a) dan di Desa Maguwoharjo (Gambar 9b dan Gambar 9c).
26
Interpretsi badan air pada lahan sawah dilakukan hanya pada selokan Mataram yang digunakan sebagai saluran irigasi primer sawah yang ada di Kecamatan Depok, dengan ciri terdapat tembok pembatas di sisi kanan dan kiri saluran air (Gambar 9d).
(a) Desa Caturtunggal
(c) Desa Maguwoharjo
(b) Desa Maguwoharjo
(d) Selokan Mataram
Gambar 9. Sawah Irigasi dan Selokan Mataram di Kecamatan Depok
Kebun Campuran Kebun campuran pada citra memiliki rona yang cerah dan warna hijau tidak merata, karena vegetasinya yang heterogen, terletak diantara pemukiman dan diantara sawah serta tegalan. Pada kondisi di lapang terlihat jenis pohon yang ada di dalam kebun campuran tersebut adalah pohon jati, pohon waru, serta beberapa jenis pepohonan lainnya. Kondisi tersebut dijumpai di Desa Maguwoharjo (Gambar 10a) dan di Desa Condongcatur (Gambar 10b). Tegalan Penggunaan lahan tegalan memiliki kenampakan di citra berona cerah dengan tekstur yang kasar dan terdapat bekas tanah yang telah diolah. Kepadatan
27
(a) Desa Maguwoharjo
(b) Desa Condongcatur
Gambar 10. Kebun Campuran di Kecamatan Depok vegetasinya lebih jarang dan pendek jika dibandingkan dengan kebun campuran. Karakteristik tegalan di lapang vegetasi yang dijumpai antara lain tanaman tebu di Desa Maguwoharjo (Gambar 11a) dan tanaman jagung di Desa Caturtunggal (Gambar 11b).
(a) Desa Maguwoharjo
(b) Desa Condongcatur
Gambar 11. Penggunaan Lahan Tegalan di Kecamatan Depok
Lahan Terbuka Karakteristik lahan terbuka pada citra memiliki rona yang cerah, terdapat sedikit sekali vegetasi di lahan tersebut. Melalui pengecekan lapang, lahan terbuka banyak ditemukan di antara lahan terbangun baik pemukiman maupun lahan terbangun lainnya. Penggunaan lahan terbuka di lapang sebagai contoh adalah lapangan softball (Gambar 12a), dan lapangan sepak bola (Gambar 12b). Berdasarkan hasil yang telah diuraikan di atas penggunaan lahan untuk kawasan pemukiman dan kawasan industri memiliki beberapa perbedaan
28
(a) Desa Caturtunggal
(b) Desa Condongcatur
Gambar 12. Lahan Terbuka di Kecamatan Depok
mendasar yaitu, ukuran dari kenampakan tiap individu bangunan untuk industri pada citra lebih besar dan kawasan industri hampir semua berwarna putih dan berbentuk memanjang karena terdapat beberapa gedung yang menyatu dengan jarak yang dekat. Perbedaan kenampakan sawah irigasi, kebun campuran, dan tegalan adalah teksturnya. Penggunaan lahan sawah irigasi bertekstur halus karena vegetasinya seragam, sedangkan penggunaan lahan kebun campuran bertekstur kasar karena jenis vegetasinya lebih beragam, dan terletak diantara pemukiman. Demikian halnya penggunaan lahan tegalan yang bertekstur kasar karena terdapatnya bekas tanah yang telah di olah dan kepadatan vegetasinya lebih jarang dan pendek jika dibandingkan dengan kebun campuran. Penggunaan lahan bandara mamiliki ciri nampak lapangan yang luas, datar dan tekstur halus. landasan yang lurus, lebar dengan pola yang teratur nampak jelas. Terdapat gedung terminal dan tempat parker pesawat dan berada di suatu kawasan khusus daerah militer.
5.1.2. Penggunaan Lahan Peta Sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Depok hasil interpretasi citra Quickbird disajikan pada Gambar 13. Gambar 13 menunjukkan bahwa jenis penggunaan lahan di Kecamatan Depok, terdiri dari penggunaan lahan terbangun, penggunaan lahan sawah irigasi, kebun campuran, tegalan, dan lahan terbuka. Luas penggunaan lahan terbangun sebesar 1849,27 ha. Penggunaan lahan ini
29
110°22'
110°23'
110°24'
110°25'
110°26'
110°27'
7°44'
7°44'
7°45'
7°45'
7°46'
7°46'
N 7°47'
7°47'
0.6 0
0.6 1.2 Kilometers
7°48'
7°48'
110°22'
110°23'
110°24'
110°25'
110°26'
110°27'
Legenda : Penggunaan Lahan Lahan Terbangun Sawah Irigasi Bandara Kebun Campuran
Luas Ha
%
1849,27
53,41
589,71
17,03
381,76 285,38
11,03 8,24
Penggunaan Lahan
Luas Ha
Tegalan 190,63 Lahan Terbuka 46,62 11,31 Badan Air (Selokan Mataram)
% 5,51 1,35 0,33
Sumber : Citra Quickbird Tahun 2005 Pengecekan Lapang
Gambar 13. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Depok tersebar hampir di seluruh desa di Kecamatan Depok karena lokasinya yang strategis dan peningkatan jumlah penduduk yang terjadi
tiap tahun. Sesuai
dengan data BPS Kabupaten Sleman jumlah penduduk di Kecamatan Depok cenderung bertambah tiap tahun. Pertambahan penduduk dari tahun 2007 – 2009 adalah sebanyak 121.305 jiwa, 182.151 jiwa dan 184.407 jiwa. Pertambahan jumlah penduduk ini yang menyebabkan lahan terbangun sangat besar proporsinya dan tersebar luas hampir di seluruh Kecamatan Depok dan kondisi ini pula yang mendukung kecamatan ini menjadi kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY). Kawasan aglomerasi yaitu pengumpulan atau pemusatan suatu aktifitas dalam lokasi atau kawasan tertentu, Proses ini terjadi akibat dari pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga memberikan keuntungan bagi daerah pusatnya (Richardson, 1997). Proses aglomerasi yang terjadi di Kecamatan Depok
30
didukung dengan adanya sistem jaringan transportasi jalan berupa ring road kawasan APY yang difasilitasi berupa angkutan trans jogja. Gambar 13 juga menunjukkan penggunaan lahan sawah irigasi di Kecamatan Depok seluas 589,71 ha dari total luas wilayah. Luas ini tetap dipertahankan karena menurut data BPS Kabupaten Sleman sebanyak 2.384 jiwa penduduk Kecamatan Depok memiliki mata pencaharian petani. Selain itu sudah adanya sistem irigasi teknis yang teratur di kecamatan ini menjadikan luas lahan sawah irigasi tidak banyak terkonversi menjadi lahan terbangun. Penggunaan lahan di setiap desa di Kecamatan Depok disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 menujukkan bahwa penggunaan lahan yang dominan di setiap desa di Kecamatan Depok adalah lahan terbangun diikuti sawah irigasi, kebun campuran, tegalan, lahan terbuka dan badan air. Lahan terbangun terbesar berada di Desa Caturtunggal diikuti Desa Condongcatur dan Desa Maguwoharjo. Luas lahan terbangun di Desa Caturtunggal yaitu 733,58 ha. Desa ini berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta di sebelah selatan. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab a
800,00 700,00 600,00 500,00
Luas (ha)
400,00 300,00 200,00 100,00 0,00 Sawah Irigasi
Lahan Kebun Terbang Campur Tegalan un an
Lahan Terbuka
Badan Air
Bandara
Condongcatur 119,93
560,00
92,93
68,83
17,05
2,02
0,00
Caturtunggal
162,11
733,58
48,39
27,21
11,13
5,45
0,00
Maguwoharjo
307,67
555,69
144,06
94,59
18,44
3,84
381,76
Total
589,71
1849,27
285,38
190,63
46,62
11,31
381,76
Gambar 14. Luasan Penggunaan Lahan per Desa di kecamatan Depok
31
luasnya lahan terbangun di desa ini. Dengan kondisi tersebut maka kecenderungan untuk merubah lahan menjadi lahan terbangun sangat besar. Luas penggunaan lahan untuk lahan terbangun di Desa Condongcatur sebesar 560 ha. Luas lahan tersebut masih dapat bertambah karena banyaknya pusat pelayanan pendidikan dan terdapat pusat aktifitas pemerintahan di desa ini menyebabkan desa ini terus mengembangkan infrastruktur pendukungnya. Penggunaan lahan sawah irigasi terluas di Desa Maguwoharjo yaitu 307,67 ha, Lokasi desa ini berjarak 10 km dari Kota Yogyakarta sehingga potensi untuk perubahan lahan dari pertanian ke non pertanian lebih kecil dibandingkan desa tetangganya yaitu Desa Caturtunggal dan Condongcatur yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta. Jarak dengan Yogyakarta mempengaruhi laju dari perubahan konversi dari sawah menjadi lahan terbangun. Selain itu bertani merupakan mata pencaharian utama warganya sehingga sawah irigasi menyebar merata di desa ini. Selain penggunaan lahan sawah irigasi, di Desa Maguwoharjo terdapat penggunaan lahan kebun campuran, tegalan dan lahan terbuka diamana ketiganya terluas dibandingkan dengan dua desa lainya, luas penggunaan lahan tersebut secara berturut-turut adalah 144,06 ha, 94,59 ha, dan 18,44 ha. Letak ketiga penggunana lahan ini beberapa berada diantara permukiman warga dan banyak pula terdapat berdampingan dengan sawah irigasi. Hal ini dapat menunjukkan bahwa Desa Maguwoharjo terkonsentrasi di bidang pertanian.
5.1.3. Nilai Entropi Ketujuh
penggunaan
lahan yang telah diinterpetasi dihitung
nilai
entropinya seperti disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 menunjukkan bahwa dua nilai entropi tertinggi adalah penggunaan lahan terbangun dan sawah irigasi. Nilai entropi yang tinggi menunjukkan konsentrasi geografis yang merata. Hal ini menjelaskan bahwa lahan terbangun dan sawah irigasi memiliki sebaran yang paling luas yaitu menyebar merata di ketiga desa Kecamatan Depok. Dengan Penggunaan lahan yang dominan tersebut maka akan berpengaruh terhadap tingkat perkembangan wilayah yang dipengaruhi oleh nilai land rent (Yanto,
32
1997) sehingga nilai entropi ini dijadikan dasar untuk memilih tipe penggunaan lahan yang akan dianalisis nilai land rentnya.
Entropi 0,400 0,350 0,300 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0,000
Entropi
Badan Air (Selokan Mataram)
Bandara
Kebun Campuran
Lahan Terbangun
Lahan Terbuka
Sawah Irigasi
Tegalan
0,019
0,243
0,206
0,335
0,058
0,301
0,160
Gambar 15. Grafik Entropi Penggunaan Lahan Kecamatan Depok
5.2. Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun Kecamatan Depok Nilai land rent sawah irigasi dan lahan terbangun di Kecamatan Depok tersaji dalam Tabel 2. Tabel. 2 Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Kecamtan Depok No 1 2
Penggunaan Lahan Sawah Irigasi Lahan Terbangun
Nilai Land Rent (Rp/m2/tahun) Minimum Maksimum Rata-rata 612 3.576 2.182 3.436 7.116.667 945.341
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai land rent sawah irigasi lebih kecil dari rata-rata nilai land rent lahan terbangun. Rendahnya nilai land rent sawah irigasi ini dikarenakan harga jual komoditi pertanian yang rendah sehingga mempengaruhi nilai outputnya. Walaupun petani di Kecamatan Depok sangat terorganisir dalam pengadaan bibit, pupuk, pestisida dan keperluan pertanian yang lainnya, serta mengadakan pertemuan tingkat kecamatan dalam jangka waktu 3-4 bulan sekali untuk melaporkan perkembangan, mendapatkan penyuluhan
33
mengenai pola tanam, cara tanam, dan pengelolaan lahan sawah hal ini tidak berpengaruh terhadap nilai outputnya. Tingginya nilai land rent lahan terbangun disebabkan oleh kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh setiap pemanfaatan lahan usaha sehingga dapat meningkatkan nilai outputnya. Nilai Land Rent lahan terbangun sesuai dengan kegiatan usahanya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Land Rent Lahan Terbangun Sesuai dengan Kegiatan Usaha No
Kegiatan Usaha 1 2 3 4
Kos-kosan Warung makan Foto copy Rumah tinggal
Nilai Land Rent (Rp/m2/tahun) Minimum Maksimum Rata-rata 52.775 192.000 111.579 218.824 7.116.667 1.570.672 287.500 5.282.000 2.343.423 3.436 12.480 5.948
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai land rent untuk foto copy terbesar. Hal ini karena kedekatannya dengan fasilitas pendidikan dan pelajar yang bermukim di sekitar lokasi contoh sehingga menyebabkan banyaknya pelanggan yang datang yang dapat meningkatkan nilai output. Kisaran nilai land rent usaha foto copy mulai dari Rp 287.500/m2/tahun sampai dengan Rp 5.282.000/m2/tahun. Variasi ini sangat di pengaruhi oleh pelayanan yang disediakan oleh masing masing tempat (Lampiran 4). Jasa ini berkembang mulai dari usaha foto copy rumahan yang berukuran 3 x 3 m2 sampai usaha fotocopy besar berukuran 10 x 10 m2 lengkap dengan segala fasilitasnya yang berlokasi di dekat pusat kota. Nilai land rent rumah tinggal terkecil karena nilai land rent ditentukan oleh Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang ditetapkan pemerintah yang terdiri dari harga lahan dan harga bangunannya berdasarkan kelas lahan dan kelas bangunan melaui Direktorat Jendral Pajak dalam bentuk pajak bumi dan bangunan daerah setempat (Lampiran 5). Kisaran nilai land rent rumah tinggal dari Rp 3.436/m2/tahun hingga Rp 12.480/m2/tahun. Nilai ini bervariasi karena kondisi fisik bangunan dan aksesibilitasnya berbeda, sehingga menyebabkan penentuan NJOP yang berbeda. Rendahnya nilai land rent untuk pemanfaatan lahan ini juga disebabkan rumah tinggal tidak bisa di manfaatkan secara komersil seperti koskosan.
34
Nilai land rent lahan terbangun untuk usaha warung makan berkisar dari Rp 218.824/m2/tahun sampai dengan Rp 7.116.667/m2/tahun dengan rata-rata Rp 1.570.672/m2/tahun. Keragaman nilai ini disebabkan karena banyaknya warung makan sederhana dilengkapi fasilitas yang memadai seperti internet (hot spot),dan layanan televisi berlangganan. Beberapa membuka usaha mereka 24 jam sehingga dengan adanya fasilitas tersebut maka pelanggan akan meningkat sehingga nilai output untuk kegiatan usaha ini lebih tinggi (Lampiran 6). Nilai land rent jasa kos-kosan berkisar antara Rp 52.775/m2/tahun sampai dengan Rp 192.000/m2/tahun dengan nilai rata-rata Rp 111.579/m2/tahun. variasi nilai land rent tersebut desebabkan oleh kondisi fisik bangunan, fasilitas yang disediakan, dan aksesibilitas yang berbeda-beda. Kondisi fisik bangunan yang ada mulai dari yang sangat sederhana, hingga yang sangat mewah. Fasilitas yang disediakan pada setiap tempat berbeda-beda mengikuti kondisi fisik bangunannya sehingga menyebabkan nilai input dan output berbeda-beda, beberapa diantaranya yaitu fasilitas parkir mobil, televisi berlangganan (indovision), internet, air conditioner (ac) dan yang lainnya yang ada pada Lampiran 7. Perbedaan aksesibilitas jasa ini terhadap pusat aktifitas perguruan tinggi di sekitarnya juga sangat mempengaruhi nilai outputnya. Jasa ini berkembang karena banyak sekali pelajar dari luar kota yang menuntut ilmu di UGM, UNY, UII, UIN Sunan Kalijaga yang kebetulan berada di Kecamatan Depok ini.
5.3.
Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Setiap Desa Nilai land rent penggunaan lahan sawah irigasi dan lahan terbangun di
setiap desa di Kecamatan Depok tersaji dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata land rent sawah irigasi terbesar berada di Desa Maguwoharjo diikuti Desa Caturtunggal dan Condongcatur. Nilai land rent di Desa Maguwoharjo terbesar karena bertani merupakan
matapencarian pokok bagi
penduduk di wilayah ini sehingga petani menanami lahannya secara intensif dengan pola tanam padi-bawang merah-padi, sehingga menghasilkan output yang besar. Selain itu terkonsentrasinya sawah irigasi di desa ini menunjukkan bahwa perkembangan perubahan lahan di desa ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan dua desa tetangganya. Faktor lain yang mempengaruhi nilai land rent di
35
desa ini adalah selokan mataram yang dijadikan irigasi primernya mengalir tepat di tengah wilayah Desa Maguwoharjo sehingga pengairan terjaga secara merata dan teratur sehingga petani tidak mengalami kesulitan air. Tabel 4. Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Setiap Desa Nilai Land Rent Desa (Rp/m2/tahun)
Penggunaan Lahan Sawah Irigasi
Lahan Terbangun
Condongcatur
Caturtunggal
Maguwoharjo
Minimum Maksimum Rata-Rata Minimum
612 1.087 878 5.081
612 1.424 846 3482
2.988 3.576 3.277 6..467
Maksimum
5.282.000
7.116.667
1.394.286
917.852
1.387.184
359.462
Rata-Rata
Nilai land rent sawah irigasi di Desa Condongcatur memiliki kisaran nilai land rent untuk sawah irigasi antara Rp 612/m2/tahun sampai Rp 1.087/m2/tahun. Nilai ini disebabkan oleh pola tanam yang diterapkan di wilayah desa ini adalah padi-bera-padi. Pemilihan petani untuk menanami lahannya hanya dua kali masa tanam didasarkan, letaknya yang agak sedikit jauh menuju kawasan sawah irigasi yang terkonsentrasi di bagian utara desa ini, sehingga ketersediaan air menjadi kendala penyediaan air.
Namun hal utamanya adalah karena sebagian besar
pemilik lahan hanya menjadikan kegiatan pertanian sebagai usaha sampingan untuk menambah penghasilan. Nilai land rent sawah irigasi di Desa Caturtunggal memiliki kisaran antara Rp 612/m2/tahun sampai dengan Rp 1.424/m2/tahun dengan nilai rata-rata sebesar Rp 846/m2/tahun. Nilai ini adalah nilai terkecil yang didapat untuk penggunaan lahan sawah irigasi. Hal ini karena letaknya yang strategis dengan pusat pemerintahan, menyebabkan para pemilik lahan pertanian menjadikan kegiatan pertanian sebagai usaha sampingan sehingga nilai land rentnya lebih kecil dibandingkan dengan nilai land rent di Desa Condongcatur dan Maguwoharjo. Tabel 4 menunjukkan Nilai land rent lahan terbangun terbesar berada di Desa Caturtunggal diikuti Desa Condongcatur dan Desa Maguwoharjo. Nilai land rent lahan tebangun di setiap desa disajikan pada Tabel 5. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai land rent foto copy terbesar berada
36
di Desa Condongcatur dengan nilai rata-rata Rp 3.127.762/m2/tahun. Hal ini terjadi karena banyaknya perguruan tinggi di desa Condongcatur yang menyebabkan kebutuhan akan fasilitas pelayanan pendidikan meningkat, sehingga usaha foto copy berkembang pesat dalam menyediakan fasilitas pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan para pelanggannya yang menjadikan nilai output akan bertambah besar. Tabel 5. Nilai Land Rent Lahan Terbangun di Setiap Desa Pemanfaatan Lahan Kos-kosan
Foto Copy
Warung Makan
Rumah Tinggal
Minimum Maksimum Rata-Rata Minimum Maksimum Rata-Rata Minimum Maksimum Rata-Rata Minimum Maksimum Rata-Rata
Nilai Land Rent Desa (Rp/m2/tahun) Condongcatur Caturtunggal Maguwoharjo 52.775 86.933 144.718 192.000 102.283 139.467 833.333 2.328.000 287.500 5.282.000 3.754.286 1.394.286 3.250.133 3.127.762 621.780 267.000 218.824 816.000 7.116.667 482.212 2.223.748 5.081 3.482 3.436 12.480 7.708 3.509 7.675 5.361 3.471
Nilai land rent warung makan terbesar berada di Desa Caturtunggal dengan nilai rata-rata Rp. 2.223.748/m2/tahun. Hal ini disebabkan oleh banyaknya warung makan di lengkapi fasilitas yang memadai dan beberapa membuka usaha mereka 24 jam yang menyebabkan pelanggan datang lebih banyak, sehingga output untuk kegiatan usaha ini semakin tinggi. Untuk kegiatan usaha kos-kosan terbesar berada di Desa Caturtunggal dengan nilai rata-rata Rp 139.468/m2/tahun. Sama seperti Desa Condongcatur Di desa ini terkonsentrasi pusat pendidikan perguruan tinggi sehingga jasa kos-kosan berkembang pesat di desa ini. Namun secara aksesibilitas Desa Caturtunggal lebih dekat dengan pusat kota sehingga para penyewa rumah kos-kosan lebih memilih menyewa di desa ini dengan kelengkapan fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan fasilitas usaha kos-kosan di Desa Condongcatur. Hal ini meyebabkan nilai
37
tingginya output di desa ini sehingga nilai land rent jasa kos-kosan lebih tinggi dari Desa Condongcatur. Nilai land rent Penggunaan lahan dengan peruntukan rumah tinggal terbesar pada Desa Condongcatur diikuti Desa Caturtunggal dan Maguwoharjo. Nilai land rent rata-rata untuk rumah tinggal sebesar Rp 7.675/m2/tahun di Desa Condongcatur dan Rp 5.361/m2/tahun di Desa Caturtunggal. Nilai ini lebih besar dari Desa Maguwoharjo karena letaknya yang lebih strategis yang mempengaruhi tingginya nilai NJOP untuk rumah tinggal di kedua desa ini. Sedangkan di Desa Maguwoharjo nilai land rent rata-rata untuk rumah tinggal sebesar Rp 3.471/m2/tahun. Hal ini karena lahan tebangun di Desa Maguwoharjo sebagian besar digunakan untuk rumah tinggal dengan kondisi fisik bangunan yang lebih sederhana sehingga nilainya paling rendah dibandingkan dengan dua desa lainnya di Kecamatan Depok.
5.4.
Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun dengan Peta RTRW Dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Sleman tahun
2005-2014 Kecamatan Depok diperuntukkan sebagai kawasan perkotaan karena berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta sehingga letak dan aksebilitasnya akan mendukung perencanaan ruang Kabupaten dan Provinsi.
Dalam jangka
panjang, arahan pengembangan Kecamatan Depok beserta beberapa kecamatan lain di Kabupaten Sleman yang berbatasan langsung dengan kota Yogyakarta adalah sebagai pusat pengembangan pendidikan, tempat jasa dan perdagangan skala regional maupun nasional, serta penyedia jasa pelayanan kepariwisataan. Seperti yang disajikan dalam Gambar 16 perencanaan budidaya dalam RTRW Kabupaten Sleman sangat berkaitan dengan penggunaan lahan sawah irigasi. Dalam perencanaan tersebut Kecamatan Depok dibagi dalam 2 kawasan budidaya, yakni budidaya pertanian dan budidaya non pertanian. Budidaya pertanian berupa kawasan budidaya pertanian daerah sub urban/urban yang sebagian besar berada di Desa Maguwoharjo sedangkan budidaya non pertanian yaitu sebagai pemukiman, sebagian besar kawasan ini berada di Desa Caturtunggal.
38
110°23'
110°24'
110°25'
110°26'
110°27'
110°22'
110°23'
110°24'
110°25'
110°26'
110°27'
7° 48'
7°48'
7° 47'
7°47'
7° 46'
7°46'
7° 45'
7°45'
7° 44'
7°44'
110°22'
N
Legenda : pemukiman pertanian daerah suburban/urban peruntukan daerah militer
500
0
500 1000 1500 Meters
Sumber : Peta RTRW Kabupaten Sleman 2005-2014
Gambar 16. Peta Arahan RTRW Kecamatan Depok Grafik kesesuaian pengalokasian penggunaan lahan di Kecamatan Depok dengan RTRW Kabupaten Sleman tersaji dalam Gambar 17 dan Tingkat Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan Setiap Desa dengan RTRW tersaji dalam Tabel 6. Gambar 17 menunjukkan tingkat kesesuaian penggunaan lahan sawah irigasi dan lahan terbangun di Kecamatan Depok terhadap RTRW Kabupaten Sleman. Luas sawah irigasi sebesar 67,13% di Kecamatan Depok telah sesuai dengan RTRW sebagai kawasan lahan pertanian daerah sub urban/urban dan sebesar 32,87% peruntukannya tidak sesuai dengan RTRW yang seharusnya dijadikan kawasan perkotaan. Dari Tabel 6 luas sawah irigasi yang tidak sesuai di Desa Condongcatur sebesar 6,55%, Desa Caturtunggal sebesar 8,48%, dan Desa Maguwoharjo seberar 17, 85%. Fenomena ini menjadikan bahwa perubahan sawah irigasi menjadi
39
lahan terbangun masih memiliki peluang yang cukup tinggi, Namun demikian keberadaan sawah irigasi yang ada saat ini disarankan untuk tetap dipertahankan
1400
400
1200 1000 Tidak Sesuai
200
Sesuai
Luas (ha)
Luas (ha)
300
800
Sesuai
600
Tidak Sesuai
400
100
200 0
0 Sawah Irigasi
Lahan Terbangun
Gambar.17 Grafik Kesesuaian Penggunaan Lahan di Kecamatan Depok dengan RTRW Tabel 6. Tingkat Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan Setiap Desa dengan RTRW
Penggunaan Lahan Sawah irigasi
Total Lahan Terbangun
Desa Condongcatur Caturtunggal Maguwoharjo Condongcatur Caturtunggal Maguwoharjo
Total
Perkotaan Ha 38,6 50 105,2 193,9 392,9 649,6 339,9 1382,3
% 6,55 8,48 17,85 32,87 21,24 35,13 18,38 74,75
Pertanian daerah subruban/urban Ha % 81,3 13,79 112,1 19,01 202,4 34,33 395,9 67,13 167,1 9,04 84 4,54 215,8 11,67 466,9 25,25
Keterangan : % berdasarkan luas sawah irigasi dan lahan terbangun di kecamatan Depok
agar dapat memenuhi swasembada pangan walaupun dalam RTRW dialokasikan untuk perkotaan. Luas lahan terbangun di Kecamatan Depok sebesar 74,75% peruntukannya telah sesuai dengan RTRW yaitu sebagai kawasan perkotaan, dan sebesar 25,25% peruntukannya tidak sesuai dengan RTRW, yang mana lahan ini merupakan alih fungsi dari lahan pertanian.
40
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan 1.
Nilai land rent sawah irigasi di Kecamatan Depok memiliki rata-rata sebesar Rp 2181,79/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 612/m2/tahun sampai dengan Rp 3576/m2/tahun. Nilai land rent rata-rata lahan terbangun di Kecamatan Depok sebesar Rp 945.341/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 3.436/m2/tahun sampai dengan Rp 7.116.667/m2/tahun.
2.
Sebaran nilai land rent sawah irigasi :
- Di Desa Maguwoharjo rata-rata nilai land rent Rp 3.277/m2/tahun dengan
variasi
nilai
Rp
2.988/m2/tahun
sampai
dengan
Rp
3.576/m2/tahun. Desa ini menerapkan pola tanam padi-bawang merahpadi.
- Di Desa Condongcatur rata-rata nilai land rent Rp 878/m2/tahun dengan
variasi
nilai
Rp
612/m2/tahun
sampai
dengan
Rp
1.087/m2/tahun. Desa ini menerapkan pola tanam padi-bera-padi.
- Di Desa Caturtunggal rata-rata nilai land rent Rp 846/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 612/m2/tahun sampai dengan Rp 1424/m2/tahun. Desa in imenerapkan pola tanam padi-bera-padi. 3.
Sebaran nilai land rent lahan terbangun :
- Di Desa Caturtunggal rata-rata nilai land rent Rp 1.387.184/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 3.484/m2/tahun sampai dengan Rp 7.116.667/m2/tahun.
-
Di Desa Condongcatur rata-rata nilai land rent Rp 917.852/m2/tahun
dengan variasi nilai Rp 5.081/m2/tahun sampai dengan Rp 5.282.000/m2/tahun.
- Di Desa Maguwoharjo rata-rata nilai land rent Rp 359.462/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 6.467/m2/tahun sampai dengan Rp 1.394.286/m2/tahun. 4. Nilai land rent lahan terbangun di Kecamatan Depok berdasarkan jenis usaha :
41
- Nilai land rent usaha foto copy rata- rata sebesar Rp 2.343.423/m2/tahundengan variasi sebesar Rp 287.500/m2/tahun sampai dengan Rp 5.282.000/m2/tahun.
- Nilai land rent usaha warung makan rata-rata sebesar Rp 1.570.627/m2/tahun dengan variasi sebesar Rp 218.824/m2/tahun sampai dengan Rp 7.116.667/m2/tahun.
- Nilai land rent rata-rata jasa kos-kosan sebesar Rp 111.579/m2/tahun dengan variasi sebesar Rp 52.775/m2/tahun sampai dengan Rp 192.000/m2/tahun.
- Nilai land rent rumah tinggal rata-rata sebesar Rp 5.948/m2/tahun dengan variasi sebesar Rp 3.436/m2/tahun sampai dengan Rp 12.480/m2/tahun. 5. Sawah irigasi di Kecamatan Depok seluas 193,9 hektar (32,87 %) peruntukannya tidak sesuai dengan RTRW dengan kata lain belum mengalami alih fungsi lahan yang seharusnya dijadikan kawasan perkotaan, sedangkan seluas 395,9 (67,13%) peruntukannya telah sesuai dengan RTRW sebagai kawasan lahan pertanian daerah sub urban/urban. Lahan terbangun di Kecamatan Depok seluas 1382,3 hektar (74,75% ) peruntukannya
telah sesuai sebagai kawasan perkotaan, sedangkan
sebesar 466,9 hektar (25,25%) peruntukannya tidak sesuai karena lahan ini telah mengalami alih fungsi lahan yang seharusnya diperuntukkan sebagai lahan pertanian daerah sub urban/urban.
6.2.
Saran
1. Ketidaksesuaian
pengalokasian
penggunaan
lahan
denagn
RTRW
Kabupaten Sleman yang terjadi pada sawah irigasi yang belum beralih fungsi menjadi lahan perkotaan diusahakan untuk dipertahankan, karena kebututan lahan terbangun perkotaan yang luasnya telah direncanakan sudah terpenuhi dari ketidaksesuaian lahan terbangun yang telah mengalami
alih
fungsi
dari
lahan
pertanian
sehingga
untuk
mempertahankan lahan sawah yang ada dapat diterapkan sistem barter dengan mempertimbangkan luas dari tingkat ketidaksesuaiannya.
42
2. Perlu diadakan penelitian lanjutan tentang perubahan penggunaan lahan yang disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian, serta perlu dilakukannya tindakan agar lahan pertanian tidak beralih fungsi semua ke lahan non pertanian dimana campur tangan pemerintah kecamatan Depok melalui peraturan-peraturannya sangat diperlukan.