0
UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN MATERI MEMBIASAKAN PERILAKU TERPUJI MELALUI METODE ROLE PLAY DI KLS V SDN WONOSARI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2009 / 2010
Skripsi
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
OLEH : SAIFUDDIN NIM :11408289
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA 2010
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu pembelajaran dikatakan
berhasil apabila timbul perubahan tingkah laku
positif pada peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan, dalam kontek pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI ) semua elemen pendidikan saling terkait terutama guru dan siswa yang sangat dominan. Masalah keagamaan, sebagaimana masalah kehidupan lainya, adalah masalah yang selalu hadir dalam sejarah kehidupan manusia sepanjang zaman. Perilaku hidup keseharian orang yang beragama yang tersebar luas di permukaan bumi ini telah menjadi bagian dari kehidupan kebudayaan yang dapat dikembangkan dalam aneka corak yang khas antar suatu lingkup sosial budaya. Mengkaji fenomena Membiasakan perilaku terpuji siswa berarti mempelajari perilaku siswa dalam kehidupan sehari - hari. Fenomena Membiasakan perilaku terpuji itu sendiri merupakan perwujudan dari sikap dan perilaku siswa yang menyangkut hal hal yang dipandang suci. Pendidikan agama Islam di lembaga pendidikan umum memberikan kesan kepada peserta didik, bahwa pengkajian ilmu Islam semata mata adalah masalah normatifdogmatif belaka, oleh karena itu ia memberi kesan minor kepada semua bentuk pendidikan yang menggunakan predikat Islam, sebagai bentuk pendidikan ekseklusif yang hanya diminati oleh orang orang tertentu. Untuk menghindari kesan ekseklusif itu dalam kurikulum pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah umum atau sekolah yang tidak
memakai predikat Islam juga mencantumkan apa yang biasa disebut
2 fiqih, seperti yang dipelajari di sekolah sekolah yang berpredikat sebagai sekolah Islam. Di sekolah umum Pendidikan agama Islam amatlah sangat minim sehinggga harus ditangani secara serius sehingga apa yang ditargetkan dalam kurikulum tercapai dan dampak terhadap perilaku siswa terutama amalan yang menjadi wajib seperti shalat fardhu tampak nyata. Indikasi siswa dapat menyerap pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI ) disekolah umum dapat dilihat dalam praktek kehidupan sehari hari, khususnya dalam perilaku hidup keseharian siswa. Dari beberapa kasus siswa yang terjadi akhir akhir ini terutama yang berkaitan dengan Perilaku Siswa adalah disebabkan kurangnya Pendidikan Agama Islam ( PAI ) sejak dini yang tentunya sangat perperan dalam pembentukan kepribadian siswa. Oleh sebab itu kami mencoba untuk meneliti sejauh mana upaya peningkatan penguasaan materi pelajaran membiasakan perilaku terpuji di Sekolah Dasar Negeri Wonosari sehingga berdampak terhadap perilaku siswa dalam kehidupan sehari hari dimana lingkungan Desa Wonosari merupakan Desa di wilayah pegunungan yang masih jauh dari pendidikan agama dan ilmu kejawen ( ilmu jawa ) masih sangat kental dengan kehidupan masyarakat setempat dan kami mengambil Judul “Upaya Peningkatan Penguasaan materi membiasakan perilaku terpuji melalui metode Role Play di kelas V SDN Wonosari Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Tahun 2009 / 2010 “
3 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan Metode Role Play di kelas V SDN Wonosari Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung 2009 / 2010. 2. Bagaimana Penguasaan materi membiasakan perilaku terpuji melalui metode Role Play di kelas V SDN Wonosari Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung tahun 2009 / 2010.
C. Tujuan Penelitian Dari berbagai rumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan dari penelitian tersebut yaitu : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Metode Role Play
di kelas V SDN Wonosari
Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung 2009 / 2010. 2.
Untuk mengetahui Penguasaan materi membiasakan perilaku terpuji melalui metode Role Play di kelas V SDN Wonosari Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung tahun 2009 / 2010.
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberi sumbangan bagi sekolah untukmencapai hasil yang baik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI ) terutama bagi guru, sehingga dengan penelitian ini guru dapat menemukan metode yang tepat pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI )
4 terutama pada materi shalat
yang akan dapat meningkatkan keyakinan dalam
beragama. 2. Secara Praktis a. Bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa terutama dalam hal shalat yang merupakan ibadah wajib yang harus dilaksanakan setiap hari terutama dalam hal kekhusukan dalam siswa melaksanakan shalat tersebut. b. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan memberikan bantuan kepada guru dalam hal pemilihan metode dalm penyampaian materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI ) di SD terutama tentang materi membiasakan perilaku terpuji . c. Manfaat bagi sekolah Diharapkan
dapat
menambah
perbendaharaan
perpustakaan
dalam
menciptakan perilaku siswa sehingga mendapat hasil yang optimal. Dan memberi informasi kepada sekolah tentang penerapan metode Role Play terhadap materi membiasakan perilaku terpuji di kelas V. E.
Definisi operasional Untuk memudahkan pemahaman serta menghindari kesalah pahaman tentang judul skripsi ini, penulis mencoba untuk memberikan landasan teori dari judul tersebut, yaitu 1. Perilaku akhlak terpuji Materi membiasakan perilaku terpuji
adalah salah satu materi
yang
membahas tentang ajaran Islam dalam segi Akhlak yang merupakan bagian dari
5 pendidikan agama Islam secara keseluruhan yang membahas dan memberi bimbingan kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini, serta bersedia mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 2. Metode Role Play Metode Role Play merupakan metode pembelajaran dengan cara memperlihathan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkaitan dengan bahan ajar. (Hisyam Zaini : 2002 : 9 ) Metode Role Play adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan yang disertai penjelasan lesan. Metode ini menghendaki guru lebih aktif daripada anak didik. Dapat dilakukan dengan cara guru memperlihatkan suatu proses dan kerja suatu benmda atau siswa melakukan demonstrasibaik secara indiIIIdual atau kelompok dengan bimbingan guru. Metode ini dapat membantu siswa memahami dengan jelas jalanya suatu proses atau kerja suatu benda melalui pengamatan atau contoh konkrit. F. Hipotesis Ada Peningkatan Penguasaan materi membiasakan perilaku terpuji melalui metode Role Play di kelas V SDN Wonosari Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Tahun 2009 / 2010. G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang ditetapkan berupa penelitian tindakan kelas. Prosedur dan langkah langkah penetitian mengikuti prinsip-prinsip dasar yang
6 berlaku dalam penelitian tindakan. Penelitian tindakan merupakan proses daur ulang mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan atau observasi serta refleksi yang diikuti dengan perencanaan ulang. Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terbagi menjadi 3 siklus besar yang masing masing siklus berlangsung selama 2 minggu dan waktu keseluruhan adalah 10 minggu, di mana 2 minggu awal untuk persiapan dan 6 minggu berikutnya untuk pelaksanaan Siklus I, II dan III dan 2 minggu terakhir untuk penyusunan laporan dan presentasi. Secara terperinci tahapan-tahapan dalam rancangan penelitia tindakan kelas adalah sebagai berikut : a. Perencanaan. b. Rancangan tindakan c. Pelaksanaan tindakan d. Observasi dan interpretasi e. Analisis dan refleksi f. Siklus 2. Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Wonosari Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung. Adapun subyek penelitian adalah siswa dan siswi SDN Wonosari Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung kelas V yang berjumlah 20 siswa pada semester II tahun pembelajaran 2009/2010.sebagai peneliti adalah guru Pendidikan Agama Islam ( PAI ) yaitu Bpk Saefudin, A.Ma. NIP 195505151984051002,
7 kemudian pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru lain yaitu Bpk Mulyadi, Ama,Pd. NIP.195208231975121005, dengan instrumen lembar observasi. 3. Metode Pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Tes Pre tes yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan awal siswa. Dan post tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam menerima materi setalah penerapan metode role play b. Pengamatan atau observasi untuk mengetahui kejadian selama proses belajar mengajar sehingga bisa dengan tepat menentukan metode pembelajaran apa yang akan digunakan. c. Dokumentasi Yang dimaksud dokumantasi di sini adalah dari hasil proses belajar mengajar misalnya daftar nilai. 4. Siklus penelitian Siklus I Penelitian siklus pertama dengan bahan kajian yaitu materi pembelajaran tentang membiasakan perilaku terpuji, siklus pertama kegiatanya antara lain : a. Perencanaan 1) Guru menyiapkan materi pembelajaran 2) Menetukan Metode Pembelajaran 3) Membuat intrumen Pengamatan b. Pelaksanaan tindakan
8 selanjutnya pelaksanaan pembelajaran yang merupakan siklus I yaitu : Siklus 1 1) Sandar Kompetensi
: Membiasakan perilaku terpuji
2) Kompetensi Dasar
: menceritakan kisah Nabi Ayyub as
3) Alokasi waktu
: 70 menit.
4) Metode yang digunakan
: Role Play
5) Skenario pembelajaran. a) Kegiatan pendahuluan (1) Salam/ do’a (2) Guru bertanya kepada siswa sekitar perilaku terpuji (3) Mengarahkan siswa agar menyimak penjelasan metode Role Play dalam membiasakan perilaku terpuji dari kisah Nabi Ayyub as. b) Kegiatan inti (1) Membentuk kelompok untuk maju bermain peran (2) Siswa mendengarkan serta mencatat contoh perilaku terpuji dari kisah Nabi Ayyub as (3) Siswa maju untuk bermain peran dengan tema perilaku terpuji kisah Nabi Ayyub as (4) Siswa melakukan contoh peragaan perilaku terpuji didepan kelas secara kelompok (5) Siswa menunjukkan contoh akibat orang yang perilaku terpuji didepan kelas secara kelompok (6) memberikan motivasi agar berperilaku terpuji
9
c) Kegiatan Akhir (1) Memberikan tugas supaya mencari informasi sekitar perilaku terpuji
c. Observasi dan intepretasi Berdasarkan
kegiatan
yang
dilakukan
diharapkan
guru
dapat
menggunakan metode Rol Play pada siswa kelas V SDN Wonosari Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung sehingga apa yang menjadi tujuan dari siklus I tercapai yang meliputi :
d.
a)
Diharapkan perhatian siswa meningkat
b)
Mendengarkan kisah Nabi Ayyub as
c)
Interaksi siswa dengan bahan cerita
d)
Diharapkan daya ingat siswa meningkat
e)
Siswa maju untuk memperagakan contoh perilaku terpuji Refleksi Melihat hasil dari observasi dan evaluasi hasil test siswa berhasil atau tidak. Jika hasil belum sesuai yang diharapkan, maka penelitian harus melakukan kajian ulang untuk siklus selanjutnya. Dan juga perlu adanya langkah langkah evaluasi sehingga kesalahan disiklus I tidak dilakukan pada siklus berikutnya.dan sebagai pedoman bahwa ketuntasan siswa harus dicapai.
10 Siklus II Penelitian siklus kedua dengan bahan kajian yaitu materi pembelajaran tentang membiasakan perilaku terpuji, siklus kedua kegiatanya antara lain a. Perencanaan 1) Guru menyiapkan materi pembelajaran 2) Menetukan Metode Pembelajaran 3) Membuat intrumen Pengamatan b. Pelaksanaan tindakan (1) Sandar Kompetensi
: Membiasakan perilaku terpuji
(2) Kompetensi Dasar
: menceritakan kisah Abu Bakar Assidik
(3) Alokasi waktu
: 70 menit.
(4) Metode yang digunakan : Role Play (5) Skenario pembelajaran. a) Kegiatan pendahuluan (1) Salam/ do’a (2) Guru bertanya kepada siswa sekitar perilaku terpuji (3) Mengarahkan siswa agar menyimak penjelasan tentang membiasakan perilaku terpuji dari kisah Abu Bakar Assidik b) Kegiatan inti (1) Membentuk kelompok untuk maju bermain peran (2) Siswa mendengarkan cerita serta mencatat contoh perilaku terpuji dari kisah Abu Bakar Assidik
11 (3) Siswa maju untuk bermain peran dengan tema perilaku terpuji dari kisah Abu Bakar Assidik (4) Siswa melakukan contoh peragaan perilaku terpuji didepan kelas secara kelompok (5) Siswa menunjukkan contoh akibat orang yang perilaku terpuji didepan kelas secara kelompok (6) memberikan motivasi agar berperilaku terpuji c) Kegiatan Akhir (1) Memberikan tugas supaya mencari informasi sekitar perilaku terpuji c. Observasi dan evaluasi a)
Diharapkan perhatian siswa meningkat
b ) Mendengarkan kisah Abu Bakar Assidik c)
Interaksi siswa dengan bahan cerita
d ) Diharapkan daya ingat siswa meningkat e)
Siswa maju untuk memperagakan contoh perilaku terpuji
d. Refleksi Berdasarkan analisis data pada siklus kedua ternyata masih ada kekurangan yang perlu diberikan tindak lanjut pada siklus berikutnya yaitu beberapa siswa belum poaham tentang perilaku terpuji denagn baik sehingga perlu adanya siklus ketiga.
12 Siklus III Penelitian siklus kedua dengan bahan kajian yaitu materi pembelajaran tentang
membiasakan perilaku
terpuji,
siklus
kedua
kegiatanya antara lain a. Perencanaan 1) Guru menyiapkan materi pembelajaran 2) Menetukan Metode Pembelajaran 3) Membuat intrumen Pengamatan b. Pelaksanaan tindakan (1) Sandar Kompetensi
: Membiasakan perilaku terpuji
a. Kompetensi Dasar
: menceritakan kisah Umar Bin Khatab
b. Alokasi waktu
: 70 menit.
c. Metode yang digunakan : Role Play d. Skenario pembelajaran. a)
Kegiatan pendahuluan (1) Salam/ do’a (2) Guru bertanya kepada siswa sekitar perilaku terpuji (3) Mengarahkan siswa agar menyimak penjelasan tentang membiasakan perilaku terpuji dari kisah Umar Bin Khatab
b)
Kegiatan inti (1) Membentuk kelompok untuk maju bermain peran
13 (2) Siswa mendengarkan cerita
serta mencatat contoh
perilaku terpuji dari kisah Umar Bin Khatab (3) Siswa maju untuk bermain peran dengan tema perilaku terpuji dari kisah Umar Bin Khatab (4) Siswa melakukan contoh peragaan perilaku terpuji didepan kelas secara kelompok (5) Siswa menunjukkan contoh akibat orang yang perilaku terpuji didepan kelas secara kelompok (6) memberikan motivasi agar berperilaku terpuji c)
Kegiatan Akhir (1) Memberikan tugas supaya mencari informasi sekitar perilaku terpuji
c. Observasi dan evaluasi a ) Diharapkan perhatian siswa meningkat. b ) mendengarkan kisah Umar Bin Khatab c ) Interaksi siswa dengan bahan cerita d ) Diharapkan daya ingat siswa meningkat e ) Siswa maju untuk memperagakan sifat terpuji dari cerita tersebut d. Refleksi Berdasarkan analisis data pada siklus ketiga diharapkan siswa sudah jelas dan mampu menmberikan contoh perilaku terpuji dan bisa membiasakan perilaku terpuji dalam kehidupan sehari hari dan pembelajaran dianggap tuntas dan ti8dak perlu adanya siklus tambahan.
14 5.
Pengumpulan data Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti penulis menggunakan tiga metode dalam penelitian ini, yaitu: a.
Observasi Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan di SDN Wonosari dengan tiga aspek penilaian yaitu keaktifan siswa, daya tangkap, dan reaksi siswa dengan menggunakan rumus pengolahan nilai
F P= -------x100% N P : Prosentase hasil F : siswa yang menguasai atau tuntas N : jumlah siswa seluruhnya 100% : bilangan konstan
b.Tes Dalam hal ini tes menggunakan soal tes formatif ( Soal Terlampir) yang dilakukan setiap akhir dari siklus. Dan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan kita dalam melaksanakan pembelajaran. Contoh soal formatif : Jawablah pertanyaan berikut ini 1. mengapa iblis selalu berusaha menyesatkan Nabi Ayyub a.s ?
15 2. sebutkan musibah musibah yang menimpa Nabi Ayyub a.s ! 3. mengapa ketika tertimpa musibah Nabi Ayyub a.s. tetap bersukur pada Allah SWT ? 4. Nabi Ayyub mengalami penderitaan yang sangat berat karena………. 5. siapa nama istri nabi Ayyub yang selalu setia mendampinginya?
6 . Analisis data Setelah melaksanakan pembelajaran dan memperoleh data kemudian melakukan analisis terhadap data tersebut sehingga kita mengetahui sejauh mana keberhasilan kita dalam melaksanakan pembelajaran. dari hasil data yang didapat dimasukkan kedalam rumus prosentase dibawah ini. a.
Adapun tehnik analisis data adalah sebagai berikut : Dengan menggunakan analisis dengan deskriptif kualitatif yaitu memaparkan hasil penelitian dengan deskriptif prosentase tentang Ketuntasan belajar mata pelajaran PAI Untuk mengetahui ketuntasan belajar PAI , maka penelitian ini menentukan kriteria nilai sebagai berikut : 1).
siswa yang mendapat nilai 9 sampai 10 kategori istimewa
2)
siswa yang mendapat nilai 8 sampai 9 kategori sangat baik
3)
siswa yang mendapat nilai 7 sampai 8 kategori baik
4)
siswa yang mendapat nilai 6 sampai 7 kategori cukup
5)
siswa yang mendapat nilai 5 sampai 6 kategori kurang
6)
siswa yang mendapat nilai 4 sampai 5 kategori sangat kurang
16
A. Sistematika penulisan skripsi Rangkaian laporan penelitian disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan ,Meliputi : Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, Difinisi istilah ,Hipotesis, Metode penelitian, Sistematika penulisan Bab
II.
Kajian
Pustaka,
Membahas
tentang
:
difinisi
metode
mengajar,memperkenalkan belajar aktif, metode pembelajaran aktif Role Play,
Membiasakan perilaku terpuji, factor penyebab kesulitan
penguasaan materi. Bab III. Pelaksanaan penelitian, Meliputi :
paparan gambaran umum letak
geografis tempat penelitian, deskriptif pelaksanaan siklus 1, deskriptif pelaksanaan siklus 2, deskriptif pelaksanaan siklus 3 Bab IV. Memaparkan Hasil penelitian dan pembahasan Bab V. Merupakan bagian akhir penulisan yang tercakup didalamnya kesimpulan saran serta penutup Bagian akhir adalah daftar pustaka, lampiran dan riwayat hidup penulis.
17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Metode Mengajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamalanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. (Slameto : 1995 : 2) Dalam kenyataan sehari-hari sering kita jumpai sejumlah guru yang menggunakan metode tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan tujuan pengajaran. atau sejumlah guru yang mampu memilih metode yang tepat untuk mengajarkan materi tertentu, namun kurang mampu mengaplikasikannya secara baik. Hasilnya ? tentu saja tak memadai, bahkan mungkin merugikan semua pihak terutama pihak siswa dan keluarganya, walaupun kebanyakan mereka tidak menyadari hal ini. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan seperti metode klinik, metode eksperimen dan sebagainya. Selanjutnya, yang dimaksud dengan metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. (Muhidin Syah : 2007 : 201). Bagian
18 penting yang sering dilupakan orang adalah strategi mengajar yang sesungguhnya melekat dalam metode mengajar. Namun, beberapa dari strategi mengajar (teaching strategy), metode mengajar tidak langsung berhubungan dengan hasil belajar yang dikehendaki. Artinya, dibandingkan dengan strategi, metode pada umumnya kurang berorientasi pada tujuan (less goal-oriented) karena metode dianggap konsep yang lebih luas daripada strategi. Gagasan ini tidak berarti mengurangi signifikansi metode mengajar, lantaran strategi mengajar itu ada dan berlaku dalam kerangka metode mengajar. Dalam menggunakan metode ceramah misalnya, strategi guru untuk mendapatkan perhatian para siswa mungkin berupa penyampaian kisah lucu atau kisah sedih yang sekaligus merupakan contoh yang berfungsi sebagai pelengkap uraian topik yang sedang ia sajikan. Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan. Mereka menggunakan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Selama pelajaran, mereka mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu. Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tidak karuan.
19
B. Memperkenalkan Belajar Aktif Lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius menyatakan. (Mel Silberman : 1996 : I) Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Yang saya kerjakan, saya pahami. Tiga pertanyaan sederhana ini berbicara banyak tentang perlunya metode belajar aktif. Ada sejumlah alasan mengapa sebagian besar orang cenderung lupa tentang apa yang mereka dengar. Salah satu alasan yang paling menarik ada kaitannya dengan tingkat kecepatan bicara guru dan tingkat kecepatan pendengaran siswa. Pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata per menit. Tetapi berapa kata yang dapat ditangkap siswa dalam per menitnya? Ini tentunya juga bergantung pada cara mereka mendengarkannya. Jika siswa benarbenar berkonsentrasi, mereka akan dapat mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap 50 sampai 100 kata per menit, atau setengah dari apa yang dikatakan guru. Itu karena siswa juga berpikir banyak selama mereka mendengarkan. Akan sulit menyimak guru yang bicaranya nyerocos. Besar kemungkinan, siswa tidak bisa konsentrasi karena, sekalipun materinya menarik, berskonsentrasi dalam waktu yang lama memang bukan perkara mudah. Penelitian menunjukkan bahwa siswa mampu mendengarkan (tanpa memikirkan) denga kecepatan 400 hingga 500 kata per menit. Ketika mendengarkan dalam waktu berkepanjangan terhadap seorang guru yang berbicara lambat, siswa cenderung menjadi jenuh, dan pikiran mereka mengembara entah ke mana.
20 Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif berarti mereka yang mendominasi pembelajaran dengan ini mereka secara aktif
menggunakan otak, baik untuk
menemukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. (Hisyam Zaini : 2002 : xiii) Ada suatu pertanyaan , mengapa belajar aktif?, belajar aktif itu sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, ketika siswa pasif atau hanya menerima dari guru ada kecenderungan untuk cepat lupa apa yang telah ia terima, untuk itu diperlukan cara atau perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru diterima dari guru. Belajar aktif merupakan salah satu cara untuk mengikat kemudian menyimpan dalam otak apa yang diterima dari guru. Ketika ada informasi yang baru, otak manusia tidak hanya akan menerima dan menyimpan tetapi juga akan memroses informasi tersebut. Lingkungan belajar aktif adalah tempat dimana kebutuhan, harapan dan perhatian peserta didik mempengaruhi rencana pembelajaran mengajar.Lingkungan fisik dalam kelas dapat menjadikan belajar aktif, namun tak satupun susunan ideal, dekorasi interior belajar aktif adalah menyenangkan dan menantang . Dalam beberapa hal tata ruang kelas dapat diubag dan disesuaikan dengan kebutuhan, ada beberapa model tata kursi dalam pembelajaran aktif, misalnya : meja huruf U, bujur sangkar, lingkaran, dan lain lain.
21 C. Pembelajaran Aktif Role Play Metode Role Play bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran sesuai dengan tokoh yang ia lakoni. (Hisyam Zaini : 2002 : 10) Bermain peran termasuk salah satu jenis bermain aktif, diartikan sebagai pemberian atribut tertentu terhadap benda, situasi dan anak memerankan tokoh yang ia pilih. Apa yang dilakukan anak tampil dalam tingkah laku yang nyata dan dapat diamati dan biasanya melibatkan penggunaan bahasa. Kegiatan bermain ini umumnya disukai dan sering dilakukan oleh anak usia sekitar 2 sampai 11 tahun dapat bersifat produktif atau kreatif dan bisa juga reproduktif (merupakan pengulangan dari situasi yang diamati anak sehari-hari). Pada kegiatan bermain peran yang produktif maka anak akan memasukkan unsur-unsur baru terhadap apa yang ia amati dalam hidup sehari-hari. Awalnya bermain peran lebih bersifat reproduktif atau merupakan pengulangan dari apa yang dilihat atau dialami anak dan dilakukan sendirian. Dengan meningkatnya usia, kegiatan bermain peran lebih bersifat produktif karena dari segi perkembangan kognisi anak sudah lebih mampu menghasilkan ide-ide yang orginal dan dengan dengan adanya teman bermain, biasanya anak akan bermain peran bersama temannya. Bermain peran akan berkurang setelah anak memasuki sekolah karena anak sudah berpikir realistis tapi kadang-kadang masih dilakukan terutama kalau temantemannya juga berminat terhadap bermain peran. Manfaat yang bisa dipetik dalam bermain peran adalah membantu penyesuaian diri anak. Misalnya dengan memerankan tokoh-tokoh tertentu ia belajar tentang aturan-
22 aturan atau perilaku apa yang bisa diterima oleh orang lain, baik dalam berperan sebagai ibu, ayah, guru, murid dan seterusnya. Anak juga belajar untuk memandang suatu masalah dari kacamata tokoh-tokoh yang ia perankan sehingga diharapkan dapat membantu pemahaman sosial dari kegiatan yang ia perankan sehingga diharapkan dapat membantu pemahaman sosial pada anak. Kegiatan bermain peran ini menuntut bagaimana anak menggunakan tubuhnya untuk menyesuaikan dengan perannya, bagaimana ia harus berekspresi termasuk juga gerakan tangan, misalnya anak bermain peran sebagai dokter, ia harus menggerakkan tubuhnya, melakukan gerakan-gerakan selayaknya seorang dokter. Biasanya anak mulai bermain peran pada usia kira-kira 3 tahun. Dengan permain peran, kemampuan imajinasi anakpun turut terasah.
D. Perilaku Akhlak terpuji Materi membiasakan perilaku terpuji adalah salah satu materi yang membahas tentang ajaran Islam dalam segi Akhlak yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam secara keseluruhan yang membahas dan memberi bimbingan kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini, serta bersedia mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam materi membiasakan perilaku terpuji ini, siswa dibekali dengan akhlakul karimah supaya dapat diterapkan dalam kegiatan sehari hari , misalnya : 1. Perilaku jujur, baik dalam cara berfikir, ucapan maupun dalam perbuatan. 2. Berani menghadapi segala persoalan kebenaran yang mengakibatkan kesengsaraan ataupun kesukaran sebab dari mempertahankan kebenaran. berani mengandung
23 pengertian berani mencegah kemungkaran maupun berani mengeluarkan harta dalam rangka kepentingan orang banyak. 3.
Berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi segala keadaan. Tawakal harus diletakkan setelah cukup ikhtiar manusia dalam memenuhi persyaratan-persyaratan.
4.
Mendahulukan kepentingan orang lain sekalipun ia membutuhkannya.
Kermudian faktor faktor yang mempengaruhi perilaku akhlak terpuji adalah : 1. Faktor pendidikan Kurangnya Pendidikan Agama Islam ( PAI ) di sekolah yang memegang peranan sangat penting, salah satunya adalah sebagai benteng atau sebagai filter bagi siswa, artinya siswa dituntut peka serta berpikir positif terhadap situasi yang di hadapinya, dia harus memilah apa yang sekiranya kurang baik menurut agama hendaklah ditingggalkan. 2. Faktor Keluarga Keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan jiwa siswa ,karena keluarga adalah tempat setelah dari pendidikan formal di mana mempunyai durasi waktu yang paling lama sehingga sikap dari anggota keluarga sangat berpengaruh terhadap pola kehidupan siwa. Terutama dalam hal pengamalan ibadah sehari hari ,hanya keluarga yang bisa mengetahui serta mengawasi sampai sejauh mana keberibadatan siswa tersebut. 3. Faktor Lingkungan Kencenderungan masyarakat saat ini dalam urusan pembelajaran khususnya dalam pelajaran agama, tidak terlalu mementingkan bahkan cenderung agak
24 mengkesampingkan. Sebagai contoh dalam memilih sekolah orang cenderung mengedepankan pendidikan umum. Oleh sebab itu orang cenderung hanya mengedepankan urusan duniawi yang acuannya pada pendidikan umum saja tanpa mementingkan agama, yang berpengaruh pada pola kehidupan keseharian yang kurang mengedepankan nilai nilai keagamaan sehingga berpengaruh pula pada pola hidup siswa yang masih kurang dalam hal pergaulan.
E. Faktor penyebab kesulitan penguasaan materi pembelajaran Fenomena kesulitan penguasaan materi pembelajaran seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan penguasaan materi pembelajaran juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehaIIIor) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering menggat dari sekolah. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan penguasaan materi pembelajaran terdiri atas `dua macam, yakni : 1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. 2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut di bawah ini. a. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yaitu :
25 1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi siswa; 2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antaralain seperti labilnya emosi dan sikap; 3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). b. Faktor Ekstern Siswa Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktiIIItas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi : 1) Lingkungan keluarga, contohnya : ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidunpan ekonomi keluarga. 2) Lingkungan
perkampungan/masyarakat,
contohnya
:
wilayah
perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. 3) Lingkungan sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat belajar yang berkualitas rendah. Apa yang terjadi ketika guru menjejali siswa dengan pemikiran mereka sendiri (betapapun meyakinkan dan tertatanya pemikitan mereka) atau ketika guru terlalu sering menggunakan penjelasan dan pemeragaan (demonstrasi) yang disertai ungkapan, “begini lho caranya”? menuangkan fakta dan konsep ke dalam benak siswa dan menunjukan keterampilan dan prosedur dengan cara
26 yang kelewat menguasai justru akan mengganggu proses belajar. Cara menyajikan informasi akan menimbulkan kesan langsung di otak, namun tanpa memori fotografis, siswa tidak akan mendapatkan banyak hal baik dalam waktu lama maupun sebentar. Tentu saja, proses belajar sesungguhnya bukanlah semata kegiatan menghafal. Banyak hal yang kita ingat akan hilang dalam beberapa jam. Mempelajari bukanlah menelan semuanya. Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, siswa harus mengolahnya atau memahaminya. Seorang guru tidak dapat dengan serta merta menuangkan sesuatu ke dalam benak para siswanya, mereka dengar dan lihat menjadi satu kesatuan yang bermana. Tanpa peluang untuk mendiskusikan, mengajukan pertanyaan, mempraktekan, dan barangkali bahkan mengajarkannya kepada siwa yang lain, proses belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi. Lebih lanjut, belajar bukanlah kegiatan sekali tembak. Proses belajar berlangsung secara bergelombang. Belajar memerlukan kedekatan dengan materi yang hendak dipelajari, jauh sebelum bisa memahaminya. Belajar juga memerlukan kedekatan dengan berbagai
macam
hal,
bukan sekedar
pengulangan atau hafalan. Sebagi contoh, pelajaran PAI bisa diajarkan dengan media yang konkret, melalui buku-buku latihan, dan dengan mempraktekan dalam kegiatan sehari-hari. Masing-masing cara dalam menyajikan konsep akan menentukan pemahaman siswa. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana kedekatan itu berlangsung. Jika ini terjadi pada peserta didik, dia akan merasakan sedikit keterlibatan mental. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif,
27 siswa mengikuti pelajaran tanpa rasa keingintahuan, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tanpa minat terhadap hasilnya (kecuali, barangkali, nilai yang akan dia peroleh). Ketika kegiatan belajar sifat aktif, siswa akan mengupayakan sesuatu. Dia menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas. Selanjutnya, bagaimana kiat guru mengatasi kesulitan penguasaan materi pembelajaran yang dialami para siswa. Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan penguasaan materi pembelajaran siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tersebut diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting yang meliputi : 1. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan penguasaan materi yang dihadapi siswa; 2. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan; 3. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan). 4. Penerapan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa Ada juga tindakan tindakan positif yang dapat kita ambil agar siswa tidak mudah lupa, disamping menyimpan apa yang telah dipelajari juga penting untuk mengecapnya, ada empat kategori yaitu:
28 1. Stratregi meninjau: Bagian ini berkaitan dengan cara cara membantu peserta didik mengingat ulang apa yang sekarang mereka ketahui, mengetes pengetahuan dan kemampuan sekarang. Guru akan menemukan strategi meninjau yang mendorong dan membantu peserta didik menyimpan pelajaran yang telah mereka peroleh. 2. Penilaian diri: Bagian bagian ini berkaitan dengan cara cara membantu pesrta didik menilai apa yang mereka ketahui, apa yang mereka dapat sekarang, dan sikap apa yang mereka pegangi. Guru akan menemukan strategi penilaian yang membantu peserta didik mengevaluasi kemajuan mereka. 3. Perencanaan masa depan: bagian ini berkaitan dengan cara membantu peserta didik mempertimbangkan apa yang akan mereka lakukan untuk menggunakan apa yan telah mereka pelajari. Guru akan menemukan strategi perencanaan masa depan yang mengkonfrontasikan peserta didik dengan fakta bahwa belajarnya tidak berhenti diruang kelas. 4. Sentimen akhir: Bagian ini berkaitan dengan cara membantu peserta didik mengenang
tentang
pangalamanya
bersama
dan
mengungkapkan
penghargaan. Guru akan menemukan strategi yang membantu menutup pelajaran dan memudahkan peserta didik mengatakan goodbye.
29 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SDN Wonosari Kecamatan Bulu 1.
Sejarah Berdiri SDN Wonosari Berawal dari adanya inisiatif masyarakat Desa Wonosari dan sekitarnya untuk mendirikan lembaga pendidikan yaitu sekolah tingkat dasar. Sebagai tokoh pendiri adalah Kepala Desa Wonosari yang didukung pula olah masyarakat Desa Wonosari dan sekitarnya, maka berdirilah SD Wonosari pada tanggal 1 Agustus 1963. Dengan adanya hasil rapat LKMD, SD didirikan diatas tanah milik Desa, dan dari tanah tersebut dibangunlah 6 ruang dengan biaya dari swadaya masyarakat dan banmtuan dari pemerintah kabupaten Temanggung Maka berdirilah SD Wonosari yang diresmikan oleh dinas pendidikan setempat.
2.
Keadaan SDN Wonosari SDN Wonosari
terletak di Lerang Gunung Sumbing dan merupakan
dataran tertinggi di wilayah Kecamatan Bulu yaitu di Dusun Dayohan desa Wonosari keadaan sekolah sudah cukup baik, karena jika dilihat dari fasilitas di setiap kelas, fasilitas sekolah dan kedisiplinan yang cukup tinggi. Jumlah siswa SDN Wonosari dari kelas I sampai dengan kelas VI adalah 215 anak, jumlah ini termasuk sekolah yang siswanya banyak disbanding dengan sekolah lain di Kecamatan Bulu.
30 Mengenai kebersihan dan kerajinan siswa sudah baik, walaupun masih ada satu sampai dua anak yang belum terbiasa mandi di pagi hari, tapi dalam hal ini keserasian untuk berseragam sekolah sudah cukup baik dan rapi. 3.
Suasana KBM di SDN Wonosari Pada umumnya suasana dan lokasi kegiatan belajar mengajar (KBM) di
SDN Wonosari cukup tertib dan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ). Hubungan murid dengan guru telah terjalin akrab penuh dengan suasana kekeluargaan, hal ini juga berlaku untuk hubungan antara sekolah dengan lingkungannya. Selama dalam proses belajar mengajar kedisiplinan guru dan murid sudah baik. 4.
Struktur Organisasi SDN Wonosari Gambar 1. Struktur Organisasi SDN Wonosari KEPALA SEKOLAH
KOMITE
KESIS WAAN
KURI KULUM
BP
PERPUS TAKAAN
WALI KELAS I
WALI KELAS II
WALI KELAS III
WALI KELAS IV
PELAJAR
SAR PRAS
UKS
WALI KELAS V
WALI KELAS III
31
5.
Nama Siswa Kelas III di SDN Wonosari Tabel 1. Daftar Nama Siswa Kelas III SDN Wonosari NO
NAMA
Tempat, Tgl Lahir
Urt Indukl 1
2002
Ina Nadia
Temanggung,7-7-1997
2
1712
Sri Astuti
Temanggung,12-12-1977
3
1747
Beni
Temanggung,30-4-1998
4
1754
Romandon
Temanggung,21-10-1998
5
1722
Un Setiaji
Temanggung,2-1-1998
6
2036
Muhamad Arifin
Temanggung,11-12-1997
7
1707
Afan Afendi
Temanggung,23-6-1998
8
1742
Ulfa Yasin Wibowo
Temanggung,25-8-1998
9
1744
Andriyanto
Temanggung,7-9-1998
10
1745
Dani Triwibowo
Temanggung,26-10-1998
11
1750
Riyan Prastito
Temanggung,14-11-1998
12
1751
Supriyono
Temanggung,20-2-1999
13
1757
Argo
Temanggung,19-6-1999
14
1763
Candra Sulistiyo
Temanggung,27-5-1999
15
1764
Sofiyanti
Temanggung,12-6-1999
20
1765
Triwulan
Temanggung,5-2-1999
17
1766
Erika Agustin
Temanggung,4-7-1999
18
1798
Nurul Fatimah
Temanggung,26-7-1999
19
1769
Eva Firdaniyah
Temanggung,19-9-1999
20
1770
Gus Hasan Arif
Temanggung,15-10-1999
32 6.
Data Guru Pengajar di SDN Wonosari Tabel 2. Daftar Data Guru No
Nama
TTL
NIP
Jabatan
1
Mulyadi
Tmg,23-8-1952
130491768 Kepala Sekolah
2
Sumarni
Tmg,20-4-1951
130652737 Guru Kelas
3
Jumi’ah
Tmg,3-6-1962
131186603 Guru Kelas
4
Suyudi
Tmg,25-9-1967
132044937 Guru Kelas
5
Saifudin
Tmg,15-5-1955
131372686 Guru PAI
6
Sartinah
Mgl,25-2-1965
112400207 Guru Kelas
7
Ibnu Jarir
Tmg,18-2-1983
-
Guru Kelas
8
Erna W
Tmg,8-10-1981
-
Guru Kelas
9
Priyadi
Tmg,21-2-1970
500141806 Guru Kelas
10
Sarjan
Tmg,1-8-1953
130830230 Penjaga
11
Sinar
Tmg,28-9-1959
131328078 Guru OR
Keterangan
B. Pelaksanaan Dalam penelitian ini, dilaksanakan tiga siklus, yang masing-masing dimulai dari perencanaan, pelaksanan, observasi, dan refleksi. Gambaran pelaksanaan ketiga siklus adalah sebagai berikut. Siklus I 1.
Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
33 mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan model pembelajaran aktif yaitu metode Role Play, dan lembar observasi aktiIIItas siswa. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada minggu pertama bulan Maret 2010 di Kelas V jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. selanjutnya pelaksanaan pembelajaran yang merupakan siklus I yaitu : a. Nama Sekolah
: SDN Wonosari
b. Mata Pelajaran
: PAI
c. Kelas / Semester
: V / II
d. Materi Pokok
: Menceritakan kisah Nabi Ayyub as
e. Kompetensi Dasar
: Membiasakan perilaku terpuji
f. Alokasi waktu
: 70 menit.
g. Metode yang digunakan
: Role Play
h. Skenario pembelajaran.
:
1)
Kegiatan Awal (a)
Salam/ do’a
(b)
Guru bertanya kepada siswa sekitar kisah Nabi Ayyub as
(c)
Mengarahkan siswa agar menyimak penjelasan tentang metode Role Play dari kisah Nabi Ayyub as
2) Kegiatan Inti
34 (a)
Guru Membaca materi tentang kisah Nabi Ayyub as.
(b)
Menunjukkan contoh perilaku sikap dan perilaku yang baik dari kisah Nabi Ayyub as.
(c)
Guru menunjuk siswa untuk maju memerankan tokoh yang ada dalam tek bacaan seperti Nabi Ayyub dan istrinya Rahmah
(d)
Siswa maju untuk bermain peran kisah Nabi Ayyub.
(e)
Siswa bermain peran atau drama tentang Kisah Nabi Ayyub seperti dalam teks bacaan
(f)
Siswa yang lain mencatat tentang hal hal yang perlu ditanyakan
(g)
Siswa mencatat tentang kelabihan yang dimiliki Nabi Ayyub
3) Kegiatan Akhir
3.
(a)
Ajukan pertanyaan dan siswa menjawab.
(b)
Lakukan shearing dan checking
(d)
Klarifikasi.
(e)
Kesimpulan
pengamatan dan pengumpulan data Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.dengan menggunakan format instrumen lembar pengamatan. Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada
35 bagian mana yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan maka juga digunakan (pengamatan) yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui dan merekam siswa dalam proses belajar mengajar. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu, (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai, dan (3) untuk memperoleh suatu nilai Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar terutama dalam hal penguasaan materi yang telah dilakukan. 4
Refleksi Dalam refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus I
ini fokus pada
informasi sebagai berikut: a.
Memaksimalkan dan memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Mengoptimalkan penerapan pembelajaran model Role Play c. Memaksimalkan pengelolaan waktu d. Siswa diharapkan aktif selama pembelajaran berlangsung
36
Siklus II 1. Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan model pembelajaran aktif yaitu metode Role Play, dan lembar observasi aktivitas siswa. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2010 di Kelas V dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran yang merupakan siklus II yaitu : a. Nama Sekolah
: SDN Wonosari
b. Mata Pelajaran
: PAI
c. Kelas / Semester
: V / II
d. Materi Pokok
: Menceritakan kisah Abu Bakar Assidik
e. Kompetensi Dasar
: Membiasakan perilaku terpuji
f. Alokasi waktu
: 70 menit.
37 g. Metode yang digunakan
: Role Play
h. Skenario pembelajaran.
:
1)
Kegiatan Awal (a)
Salam/ do’a
(b)
Guru bertanya kepada siswa sekitar kisah Abu Bakar Assidik
(c)
Mengarahkan siswa agar menyimak penjelasan tentang metode Role Play dari kisah Abu Bakar Assidik.
2) Kegiatan Inti (a)
Guru Membaca materi tentang kisah Abu Bakar Assidik
(b)
Menunjukkan contoh perilaku sikap dan perilaku yang baik dari kisah Abu Bakar Assidik
(c)
Guru
menunjuk siswa yang belum maju pada siklus I
untuk maju memerankan tokoh yang ada dalam tek bacaan seperti Abu Bakar Assidik (d)
Siswa maju untuk bermain peran kisah Abu Bakar Assidik
(e)
Siswa bermain peran atau drama tentang Kisah Abu Bakar Assidik seperti dalam teks bacaan
(f)
Siswa yang lain mencatat tentang hal hal yang perlu ditanyakan
(g)
Siswa mencatat tentang kelabihan yang dimiliki Abu Bakar Assidik
3) Kegiatan Akhir
38 (h)
Ajukan pertanyaan dan siswa menjawab.
(i)
Lakukan shearing dan checking
(j)
Klarifikasi.
(k)
Kesimpulan
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. 3. Pengamatan dan pengumpulan data Pengamatan
(observasi)
dilaksanakan
bersamaan
dengan
pelaksanaan belajar mengajar dengan menggunakan format instrumen lembar pengamatan.yang sama dengan siklus I yaitu Keaktifan Siswa, daya angkap siswa terhadap materi, reaksi siswa terhadap apa yang di lihat siswa di depan kelas. Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada siklus II ini yang tidak terpantau ketika pelaksanaan siklus I sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagian mana yang belum tercapai pokok bahasan yang dipelajari . Untuk memperkuat data yang dikumpulkan maka juga digunakan (pengamatan) yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui dan merekam kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu, (2) untuk
39 menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai, dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (4) Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran aktif Role Play tercapai . Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka observasi digunakan data kualitatif. Cara penghitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut. 1.
Merekapitulasi hasil tes
2.
Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas secara individu mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%.
3.
Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh guru sendiri selama kegiatan belajar mengajar berlangsung yang sudah tertulis dalam lembar pengamatan.
4.
Menganalisis penggunaan metode pembelajaran aktif Role Play Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar terutama dalam hal penguasaan materi yang telah
40 dilakukan pada pelaksanaan sklus II yang mengacu pada hasil atau analisis soal tes formatif I pada pelaksanaan siklus I. 4. Refleksi Dalam refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus II ini fokus pada informasi sebagai berikut: a. Guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Namun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek Sudah meningkat. b. Siswa aktif selama proses belajar berlangsung. c. Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. d. Hasil belajar siswa pada siklus II belum mencapai ketuntasan. e. Peningkatan motivasi siswa terhadap proses belajar mengajar f. Interaksi siswa dengan bahan cerita g. Peningkatan daya ingat siswa Siklus III 1.
Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan model
41 pembelajaran aktif yaitu metode Role Play, dan lembar observasi aktivitas siswa. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 5 April 2010 di Kelas V dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran yang merupakan siklus III yaitu : B. Nama Sekolah
: SDN Wonosari
C. Mata Pelajaran
: PAI
D. Kelas / Semester
: V / II
E. Materi Pokok
: Menceritakan kisah Umar Bin Khatab
F. Kompetensi Dasar
: Membiasakan perilaku terpuji
G. Alokasi waktu
: 70 menit.
H. Metode yang digunakan : Role Play I. Skenario pembelajaran. : 1) Kegiatan Awal (a)
Salam/ do’a
(b)
Guru bertanya kepada siswa sekitar kisah Umar Bin Khatab
42 (c)
Mengarahkan siswa agar menyimak penjelasan tentang kisah Umar Bin Khatab
2) Kegiatan Inti (a) Guru Membaca materi tentang kisah Umar Bin Khatab (b) Menunjukkan contoh perilaku sikap dan perilaku yang baik dari kisah Umar Bin Khatab (c) Guru menunjuk siswa untuk maju memerankan tokoh yang ada dalam tek bacaan seperti Umar Bin Khatab (d) Siswa maju untuk bermain peran kisah Umar Bin Khatab (e) Siswa bermain peran atau drama tentang Kisah Umar Bin Khatab seperti dalam teks bacaan (f) Siswa yang lain mencatat tentang hal hal yang perlu ditanyakan (g) Siswa mencatat tentang kelabihan yang dimiliki Umar Bin Khatab
3) Kegiatan Akhir (a)
Ajukan pertanyaan dan siswa menjawab.
(b)
Lakukan shearing dan checking
(c)
Klarifikasi.
(d)
Kesimpulan
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
43 mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Diharapkanh adanya peningkatan penguasaan materi siswa serta kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran serta pergantian metode sehingga terjadi variasi metode pembelajaran sehingga siswa menjadi lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. 1. Pengamatan dan pengumpulan data Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar dengan menggunakan format instrumen lembar pengamatan. Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada siklus III ini yang tidak terpantau ketika pelaksanaan siklus II sehingga dapat dilihat di mana kelemahannya, khususnya pada bagian mana yang belum tercapai pokok bahasan yang dipelajari . Untuk memperkuat data yang dikumpulkan maka juga digunakan (pengamatan) yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui dan merekam kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yaitu tes formatif 3 yang fungsinya adalah: (1) untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu, (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai, dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (4) Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran aktif Role Play tercapai .
44 2. Refleksi Dalam refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran model Role lay Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus III ini fokus pada informasi sebagai berikut: 1) Guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2) Siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi hasil pelaksanaan pembelajaran siklus I a. Data hasil pengamatan Data hasil dari pengamatan pada pelaksanaan siklus I yaitu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2010 di Kelas V jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini pelaksanaan pengamatan dilakukan
bersamaan dengan proses kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan format instrumen lembar pengamatan pengelolaan model pembelajaran aktif yaitu metode Role Play. Selanjutnya hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus I yaitu : Tabel 4.1 data pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus I No
ELEMEN
1
Persiapan (secara keseluruhan)
2
Mengundang orang lain untuk
5
penilaian Nilai 6 7 8 V
V
berbicara 3
Presentasi dilengkapi dengan
V
gambar,foto dan lainya 4
Mengambil giliran dan berbagi
V
tugas 5
Kecepatan volume dan artikulasi
V
9
46 6
Menggunakan gerakan tubuh
V
7
Kelancaran Percakapan
V
8
Kata yang digunakan sesuai
V
topik 9
Motivasi terhadap peran
V
Dari data tersebut didapat nilai hasil yang diamati adalah: Tabel 4.2 Nilai hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus I . Nomor
Elemen
Nilai
1
Persiapan (secara keseluruhan)
6
2
Mengundang orang lain untuk berbicara
5
3
Presentasi dilengkapi dengan gambar,foto dan
5
lainya 4
Mengambil giliran dan berbagi tugas
6
5
Kecepatan volume dan artikulasi
6
6
Menggunakan gerakan tubuh
5
7
Kelancaran Percakapan
6
8
Kata yang digunakan sesuai topik
6
9
Motivasi terhadap peran
6
Rata Rata
5,7
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
47 mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 hasil tes formatif pembelajaran siklus I . Nilai tes No
Nama Siswa
formatif
Ket
1
Ina Nadia
9
Tuntas
2
Sri Astuti
6
Belum Tuntas
3
Beni
7
Tuntas
4
Romandon
8
Tuntas
5
Un Setiaji
7
Tuntas
6
Muhamad Arifin
5
Belum Tuntas
7
Afan Afendi
6
Belum Tuntas
8
Ulfa Yasin Wibowo
7
Tuntas
9
Andriyanto
6
Belum Tuntas
10
Dani Triwibowo
7
Tuntas
11
Riyan Prastito
7
Tuntas
12
Supriyono
6
Belum Tuntas
13
Argo
6
Belum Tuntas
14
Candra Sulistiyo
7
Tuntas
15
Sofiyanti
6
Belum Tuntas
16
Triwulan
7
Tuntas
17
Erika Agustin
7
Tuntas
18
Nurul Fatimah
6
Belum Tuntas
48 19
Eva Firdaniyah
7
Tuntas
20
Gus Hasan Arif
6
Belum Tuntas
Rata rata
6,7
Dari tabel di atas dapat direkapitulasi nilai rata-rata hasil tes formatif I dengan table dibawah ini . Tabel 4.4 rekapitulasi hasil tes formatif siswa pada siklus I No
Uraian
Hasil Siklus I
1
Nilai rata-rata tes formatif
6,7
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
11
3
Persentase ketuntasan belajar
55 %
Data tersebut diatas diolah untuk mencari persentase hasil kegiatan dengan rumus: (Syaiful Bahri, 2000:226)
P = F X 100% N Dimana
P = Prosentase hasil F = Siswa yang menguasai atau tuntas N = Jumlah siswa seluruhnya
Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika siswa yang mendapat nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85%, sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 65.
49 Dari
tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
pembelajaran model pembelajaran aktif Role Play diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 6,7 dan ketuntasan belajar mencapai 55 % atau ada 11 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 6,5 hanya sebesar 55 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran model pembelajaran aktif Role Play tersebut. b. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: Keberhasilan dari siklus I adalah : 1) Dengan penerapan metode baru yaitu model pembelajaran aktif Role Play tersebut mulai muncul keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran walaupun belum maksimal terbukti nilai rerata hasil pengamatan tentang siswa yaitu 5,7 tapi setidaknya siswa mulai pengenal pembelajaran aktif. 2) Siswa mulai bisa berfikir dan menyimpulkan materi pembelajaran secara cepat walaupun belum sesuai yang diharapkan. 3) Guru mulai terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
50 4) Guru berusaha mendistribusikan waktu secara baik. Kegagalan dari siklus I dan selanjutnya sebagai bahan revisi untuk pelaksanaan siklus II . 1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa sehingga reaksi siswa terhadap pembelajaran kurang cepat , maka untuk pembelajaran siklus selanjutnya guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa lebih dijelaskan dalam bermain peran dalam kegiatan yang akan dilakukan sehingga reaksi siswa terhadap pembelajaran akan antusias dan lebih peka. 2) Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu sehingga daya tangkap siswa terhadap materi pembelajaran kurang maka untuk pembelajaran siklus selanjutnya guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu . 3) Siswa masih belum menghayati peran selama pembelajaran berlangsung untuk pembelajaran siklus selanjutnya guru perlu mengoptimalkan penerapan pembelajaran model Role Play agar siswa lebih aktif.
2. Deskripsi hasil pelaksanaan pembelajaran siklus II a.
Data hasil pengamatan Data hasil dari pengamatan pada pelaksanaan siklus II yaitu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2010 di Kelas V dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini pelaksanaan pengamatan dilakukan
bersamaan dengan proses kegiatan belajar mengajar dengan
51 menggunakan format instrumen lembar pengamatan pengelolaan model pembelajaran aktif pada pelaksanaan siklus I yaitu metode Role Play. Selanjutnya hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus II yaitu : Tabel 4.5 data pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus II. No
ELEMEN
1
Persiapan (secara keseluruhan)
penilaian Nilai 6 7 8 V
2
Mengundang orang lain untuk
V
5
9
berbicara 3
Presentasi dilengkapi dengan
V
gambar,foto dan lainya 4
Mengambil giliran dan berbagi
V
tugas 5
Kecepatan volume dan
V
artikulasi 6
Menggunakan gerakan tubuh
V
7
Kelancaran Percakapan
V
8
Kata yang digunakan sesuai
V
topik 9
Motivasi terhadap peran
V
Dari data tersebut didapat nilai hasil yang diamati adalah: Tabel 4.6 hasil nilai pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus II. Nomor
Elemen
Nilai
1
Persiapan (secara keseluruhan)
6
2
Mengundang orang lain untuk berbicara
7
52 3
Presentasi dilengkapi dengan gambar,foto dan
6
lainya 4
Mengambil giliran dan berbagi tugas
7
5
Kecepatan volume dan artikulasi
6
6
Menggunakan gerakan tubuh
7
7
Kelancaran Percakapan
7
8
Kata yang digunakan sesuai topik
6
9
Motivasi terhadap peran
6
Rata Rata
6,4
Dari hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus II terjadi peningkatan terhadap indikator yang di tekankan, dilihat dari hasil rekapitulasi nilai pengamatan yaitu dari 5,7 di siklus I pada siklus II menjadi 6,4. hal ini berpengaruh pula terhadap hasil tes formatif II yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan terutama dalam hal penerapan metode pembelajaran yang dimaksud, adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
--*
53 Tabel 4.7 hasil tes formatif pembelajaran siklus II . Nilai tes No
Nama Siswa
formatif
Ket
1
Ina Nadia
9
Tuntas
2
Sri Astuti
6
Tidak Tuntas
3
Beni
7
Tuntas
4
Romandon
8
Tuntas
5
Un Setiaji
7
Tuntas
6
Muhamad Arifin
6
Tidak Tuntas
7
Afan Afendi
7
Tuntas
8
Ulfa Yasin Wibowo
7
Tuntas
9
Andriyanto
6
Tidak Tuntas
10
Dani Triwibowo
8
Tuntas
11
Riyan Prastito
8
Tuntas
12
Supriyono
6
Tidak Tuntas
13
Argo
8
Tuntas
14
Candra Sulistiyo
7
Tuntas
15
Sofiyanti
7
Tuntas
16
Triwulan
7
Tuntas
17
Erika Agustin
8
Tuntas
18
Nurul Fatimah
6
Tidak Tuntas
19
Eva Firdaniyah
8
Tuntas
20
Gus Hasan Arif
6
Tidak Tuntas
Rata rata
7,1
54
Dari tabel di atas dapat direkapitulasi nilai rata-rata hasil tes formatif II dengan table dibawah ini : Tabel 4.8 rekapitulasi hasil tes formatif siswa pada siklus II No
Uraian
Hasil Siklus II
1
Nilai rata-rata tes formatif
7,1
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
14
3
Persentase ketuntasan belajar
70 %
Data tersebut diatas diolah untuk mencari persentase hasil kegiatan dengan rumus:
P = F X 100% N Dimana
P = Prosentase hasil F = Siswa yang menguasai atau tuntas N = Jumlah siswa seluruhnya
Dari tabel di atas dapat dijelaskan adanya peningkatan prestasi belajar siswa antara pelaksanaan siklus I dengan pelaksanaan siklus II yang keduanya menggunakan
satu
metode
pembelajaran
yaitu
dengan
menerapkan
pembelajaran model pembelajaran aktif Role Play. Pada pelaksanaan siklus I diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 6,7 maka pada siklus II terjadi peningkatan prestasi yaitu dengan perolehan nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 7,1 dan ketuntasan belajar pada siklus I 55 % maka pada
55 siklus II mencapai 70 % dan pada siklus I ada 11 siswa dari 20 siswa yang tuntas belajar maka pada siklus II siswa yang tuntas mencapai 14 siswa dari 20 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 6,5 hanya sebesar 70 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%, tetapi pada siklus II sudah mengalami peningkatan walaupun belum sesuai dengan persentase ketuntasan pembelajaran yaitu 85 %
hal
tersebut terjadi karena siswa sudah mengerti terhadap apa yang diharapkan oleh guru serta mulai mengenal terhadap pembelajaran aktif model Role Play. Dan juga adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran aktif model Role Play.
b.Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: Keberhasilan dari siklus II adalah : 1)
Guru mulai lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa serta rasa canggung dalam memerankan tokoh mulai bias diatasi.
56 2)
Siswa mulai bisa berfikir dan menyimpulkan materi pembelajaran secara cepat walaupun belum sesuai yang diharapkan .
3)
Guru mulai lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
Kegagalan dari siklus II dan selanjutnya sebagai bahan revisi untuk pelaksanaan siklus III 1) Guru belum optimal dalam mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan belum sesuai dengan yang diharapkan.
3. Deskripsi hasil pelaksanaan pembelajaran siklus III a.
Data hasil pengamatan Data hasil dari pengamatan pada pelaksanaan siklus III yaitu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan pada tanggal 15 April 2010 di Kelas V dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses kegiatan belajar mengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III, format instrumen lembar pengamatan pada siklus III ini menggunakan format pengelolaan model pembelajaran aktif role play. Selanjutnya hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus III yaitu :
57 Tabel 4.9 data hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus III. No
ELEMEN
1
Persiapan (secara keseluruhan)
2
Mengundang orang lain untuk
5
penilaian Nilai 6 7 8 V
9
V
berbicara 3
Presentasi dilengkapi dengan
V
gambar,foto dan lainya 4
Mengambil giliran dan berbagi
V
tugas 5
Kecepatan volume dan
V
artikulasi 6
Menggunakan gerakan tubuh
V
7
Kelancaran Percakapan
V
8
Kata yang digunakan sesuai
V
topik 9
Motivasi terhadap peran
V
Dari data tersebut didapat nilai yang diamati adalah: Tabel 4.10 nilai hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus III. Nomor
Elemen
Nilai
1
Persiapan (secara keseluruhan)
7
2
Mengundang orang lain untuk berbicara
7
3
Presentasi dilengkapi dengan gambar,foto dan
8
lainya 4
Mengambil giliran dan berbagi tugas
8
58 5
Kecepatan volume dan artikulasi
7
6
Menggunakan gerakan tubuh
7
7
Kelancaran Percakapan
7
8
Kata yang digunakan sesuai topik
8
9
Motivasi terhadap peran
7
Rata Rata
7,3
Dari hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus III terjadi peningkatan terhadap indikator yang di tekankan, dilihat dari hasil rekapitulasi nilai pengamatan yaitu dari 5,7 di siklus I pada siklus II menjadi 6,4 , pada siklus III menjadi 7,3, hal ini terjadi karena siswa sudah mengerti terhadap apa yang diharapkan oleh guru serta mulai mengenal terhadap pembelajaran aktif dan tidak canggung dalam memerankan tokoh hal ini pula berpengaruh terhadap hasil tes formatif III yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan terutama dalam hal penerapan metode pembelajaran yang dimaksud. adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut. Tabel 4.11 hasil tes formatif pembelajaran siklus III. Nilai tes No 1
Nama Siswa Ina Nadia
formatif
Ket
9
Tuntas
59 2
Sri Astuti
7
Tuntas
3
Beni
8
Tuntas
4
Romandon
8
Tuntas
5
Un Setiaji
7
Tuntas
6
Muhamad Arifin
6
Tidak Tuntas
7
Afan Afendi
7
Tuntas
8
Ulfa Yasin Wibowo
7
Tuntas
9
Andriyanto
6
Tidak Tuntas
10
Dani Triwibowo
9
Tuntas
11
Riyan Prastito
8
Tuntas
12
Supriyono
7
Tuntas
13
Argo
9
Tuntas
14
Candra Sulistiyo
7
Tuntas
15
Sofiyanti
7
Tuntas
16
Triwulan
8
Tuntas
17
Erika Agustin
7
Tuntas
18
Nurul Fatimah
9
Tuntas
19
Eva Firdaniyah
8
Tuntas
20
Gus Hasan Arif
7
Tuntas
Rata rata
7,6
Dari tabel di atas dapat direkapitulasi nilai rata-rata hasil tes formatif III dengan tabel dibawah ini :
60 Tabel 4.12 rekapitulasi hasil tes formatif siswa pada siklus III No
Uraian
Hasil Siklus III
1
Nilai rata-rata tes formatif
7,6
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
18
3
Persentase ketuntasan belajar
90 %
Data tersebut diatas diolah untuk mencari persentase hasil kegiatan dengan rumus: P = F X 100% N Dimana
P = Persentase hasil F = Siswa yang menguasai atau tuntas N = Jumlah siswa seluruhnya
Dari tabel di atas dapat dijelaskan adanya peningkatan prestasi belajar siswa antara pelaksanaan siklus I, pelaksanaan siklus II, dengan pelaksanaan siklus III yang semuanya menggunakan satu metode pembelajaran yaitu dengan menerapkan pembelajaran model pembelajaran aktif Role Play. siklus I diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 6,7 pada siklus II adalah 7,1 terjadi peningkatan prestasi yaitu dengan perolehan nilai rata-rata prestasi belajar siswa pada siklus III yaitu 7,6 dan ketuntasan belajar pada siklus I 55% pada siklus II 70 % pada siklus III mencapai 90 % dan sudah melampaui batas minimal ketuntasan belajar klasikal, dan pada siklus I ada 11 siswa dari 20 siswa yang tuntas belajar pada siklus II siswa yang tuntas
61 mencapai 14 siswa dari 20 siswa pada siklus III siswa yang tuntas mencapai 18 siswa dari 20 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 6,5 hanya sebesar 56,3 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran model pembelajaran aktif Role Play tersebut, pada siklus II sudah mengalami peningkatan walaupun belum sesuai dengan persentase ketuntasan pembelajaran yaitu 85 % hal tersebut terjadi karena siswa sudah mulai mengerti terhadap apa yang diharapkan oleh guru serta mulai mengenal terhadap pembelajaran aktif model Role Play. Dan juga adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar pada siklus III ketuntasan mencapai 90 % dan pembelajaran sudah bisa dianggap tuntas karena sudah melebihi batas minimum ketuntasan pembelajaran.
b.Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus III diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
62 Keberhasilan dari siklus III adalah : 1) Dengan penerapan metode baru yaitu model pembelajaran aktif role play keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran bisa maksimal 2) Siswa sudah bisa berfikir dan menyimpulkan materi pembelajaran secara cepat 3) Guru
sudah
terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran, dimana siswa selalu diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 4) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 5) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan. Kegagalan dari siklus III Kegagalan pada siklus ini tidak begitu tampak hanya beberapa yang bisa dipakai untuk refisisi yang akan datang.. Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran model role play dengan baik dan dilihat dari aktifitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model role play dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai terutama penguasaan materi.
63 B.
PEMBAHASAN 1.
Pembahasan siklus I Pada pelaksanaan siklus I dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran model pembelajaran aktif Role Play diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 6,7 dan ketuntasan belajar mencapai 55 % atau ada 11 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 6,5 hanya sebesar 55 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran model pembelajaran aktif Role Play tersebut dan guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa sehingga reaksi siswa terhadap pembelajaran kurang cepat , maka untuk pembelajaran siklus
2.
Pembahasan siklus II Dari hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus II terjadi peningkatan terhadap indikator
yang di tekankan, Pada pelaksanaan
pembelajaran terjadi peningkatan prestasi dilihat dari hasil tes formatif I, pada siklus I diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 6,7 maka pada siklus II terjadi peningkatan prestasi yaitu dengan perolehan nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 7,1 dan ketuntasan belajar pada siklus I 55 % maka pada siklus II mencapai 70 % dan pada siklus I ada 11 siswa dari 20 siswa yang tuntas belajar maka pada siklus II siswa yang tuntas mencapai 14
64 siswa dari 20 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan prestasi belajar siswa walaupun secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 6,5 hanya sebesar 70 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%, tetapi pada siklus II sudah mengalami peningkatan walaupun belum sesuai dengan persentase ketuntasan pembelajaran yaitu 85 % hal tersebut terjadi karena siswa sudah mengerti
terhadap apa yang diharapkan oleh guru serta mulai mengenal
terhadap pembelajaran aktif model Role Play. 3. pembahasan siklus III Pelaksanaan siklus ke III menggunakan metode yang sama dengan siklus sebelumnya dan terjadi peningkatan prestasi yaitu dengan perolehan nilai ratarata prestasi belajar siswa pada siklus III yaitu 7,6 dan ketuntasan belajar pada siklus III mencapai 90 % dan sudah melampaui batas minimal ketuntasan belajar klasikal, peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar pada siklus III ketuntasan mencapai 90 % dan pembelajaran sudah bisa dianggap tuntas karena sudah melebihi batas minimum ketuntasan pembelajaran. Pada siklus III guru menerapkan pembelajaran model role play dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar
65 pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model role play dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai .
66
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Metode Role Play
di kelas V SDN Wonosari Kecamatan Bulu
Kabupaten Temanggung 2009 / 2010 pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) cukup baik. 2. Penerapan metode Metode Role Play dapat meningkatkan motivasi siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas V
di SDN Wonosari
Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung 2009 / 2010 yang ditandai dengan peningkatan
rata rata indikator perhatian
siswa
dalam setiap siklus, yaitu
mendengarkan aktif siklus I 5,9 pada siklus II 6,9 siklus III 7,2 . 3. Penerapan metode Metode Role Play dapat meningkatkan prestasi siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas V
di SDN Wonosari
Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung 2009 / 2010 yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa pada siklus II 70 % siklus III 90 % .
dalam setiap siklus, yaitu siklus I
55 %
67 B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan Model pembelajaran aktif Role Play memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran Model pembelajaran aktif Role Play dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SDN Wonosari Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung tahun pelajaran 2009 / 2010. 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
68 DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Drs, Pendidikan Agama Islam SD, Cempaka Putih, Bandung, 2007 Ahmadi, Abu, Strategi BelajarMengajar, CV Pustaka Setia, Bandung, 1997. Arikunto, Suharsimi, et.al., Penelitian Tindakan Kelas, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2010. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002. Asnawir. H, Media pembelajaran, Ciputat Pers, Jakarta, 2002. Bahri, Syaiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2000. Departemen Agama al Quran dan terjemah . Jakarta .2000. Faududin, M.Ed, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 1995. Mansur, Strategi Belajar Mengajar, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 1995. Mel Silberman, Active Learning
(101 pembelajaran aktif), Yappendis,
Yogyakarta, 2001. Noebi Nasution., Evaluasi Pengajaran, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 1993. Sabri, Ahmad. Drs. Strategi Belajar Mengajar dan Mikro Teaching. Jakarta. Quantum teaching, 2005. Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007. Sudjana, Nana, Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar, PT Sinar Baru Algensindo, Bandung, 1998. Slameto, Belajar dan faktor faktor yang mempengaruhinya, Rineka cipta, Jakarta, 1995. Zaini, Hisyam et..al, Strategi pembelajaran aktif, CTSD, Yogyakarta, 2002.
69
Isilah titik titik dibawah ini dengan jawaban yang benar
1. Perang terhadap orang orang murtad dan nabi palsu disebut perang….. 2. Pemimpin Negara pengganti Rosulullah adalah……………. 3. Kaum yang menyertai Hijrah Nabi ke Madinah disebut kaum………… 4. Abu baker sebelum masuk islam bernama…. 5. Setelah Nabi Muhamad wafat Islam dipimpin orang………………….. 6. tahun Islam deberlakukan sejak zaman kholifah…………… 7. Abu baker diberi gelar As-sidiq oleh…… 8. Abu baker dengan setia menemani Rosu;l dalam perjalanan hijrah ke…….. 9. jabatan Abu baker sebelum datangnya islam di darun nadwah adalah…………… 10. Khalifah Abu baker menjabat khalifah selama………tahun