perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN PASSING ATAS MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 2 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI Oleh : HERI SUNTORO K4607007
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Heri Suntoro
Nim
: K4607007
Jurusan/Program Studi : POK/Penjaskesrek menyatakan
bahwa
skripsi
saya
berjudul
“UPAYA
PENINGKATAN
PENGUASAAN PASSING ATAS MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 2 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 18 juli 2012
Yang membuat peryataan
Heri Suntoro commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN PASSING ATAS MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 2 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : HERI SUNTORO K4607007
SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juli 2012 iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Heri Suntoro. UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN PASSING ATAS MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF ( COOPERATIVE LEARNING ) DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 2 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan universitas Sebelas Maret Surakarta. Mei 2012. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan penguasaan passing atas dalam permainan bolavoli pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi. Subjek data penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 berjumlah 36 orang yang terdiri atas 15 siswa putra dan 21 siswa putri. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan penilaian hasil belajar passing atas bolavoli. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif kualitatif dengan hasil prosentase. Hasil analisis menunjukkan peningkatan yang signifikan dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Hasil belajar passing atas bolavoli pada prasiklus dalam prosentase tuntas 25,00% atau 9 siswa. Pada siklus I terjadi peningkatan dalam kategori tuntas adalah 63,89% atau 23 siswa. Pada siklus II terjadi peningkatan prosentase dalam kategori tuntas sebesar 86,11% atau sejumlah 31 siswa. Simpulan penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif (kooperative learning) dapat meningkatkan penguasaan passing atas dalam permainan bolavoli siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: metode pembelajaran, kooperative learning, passing atas bolavoli
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Heri Suntoro. EFFORTS TO INCREASE CONTROL METHOD OF PASSING THROUGH THE LEARNING Cooperatife (Cooperative Learning) STUDENTS IN THE GAME VOLLEYBALL XI IPS CLASS 1 STATE 2 SMA Wonogiri LESSONS OF 2011/2012. Thesis, Surakarta. Faculty of Teacher Training and Education university of March Surakarta. May 2012. This study has the objective to improve the mastery over the game volleyball passing grade XI at SMA Negeri 2 IPS 1 Year Lessons Wonogiri 2011/2012. This study is a Class Action Research (PTK). The experiment was conducted in two cycles, with each cycle consisting of planning, implementation, observation, and reflection. The subject of this research data is a class XI student IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Year Lessons 2011/2012 amounted to 36 people consisting of 15 boys and 21 students daughters. Data collection techniques by observation and assessment of learning outcomes for volleyball passing. Data analysis techniques used in this study is a qualitative descriptive with the percentage. The analysis showed a significant increase of prasiklus to cycle I and from cycle I to cycle II. Learning outcomes for volleyball passing on a percentage complete prasiklus 25.00% or 9 students. On the cycle I finished there was an increase in the category is 63.89% or 23 students. In the second cycle there was an increase in the percentage of 86.11% complete category or the number of 31 students. The conclusions of this study is the application of the method of learning through cooperatife learning (learning kooperative) can enhance the mastery over the game volleyball passing grade XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Year Study 2011/2012. Key words: methods of teaching, learning kooperative, passing over volleyball
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
# Barang siapa yang memberi kemudahan kepada orang lain yang sedang mengalami kesulitan, maka allah akan memudahkan kepadanya dunia dan akhirat. (hr. ibnu dari abu hurairah) #
# Ilmu menjaga kamu, tetapi kalau harta engkaulah yang menjaganya (Sayidina Ali, dikutip dari Bambang ME, 1987, 123) #
# Ilmu adalah senjataku, sabar adalah pakaianku, yakin adalah kekuatanku, jujur adalah penolongku, taat adalah kecintaanku, sholat adalah kebahagiaanku (Suri Tauladan Rosul ) #
# Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS.AR RA’D ayat 11) #
# Orang yang lemah adalah orang yang sulit mencari teman,Tapi lebih lemah lagi adalah orang yang mudah kehilangan teman #
# Hidup kita tidak akan berubah jika diri ini diam #
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk : “Bapak dan Ibuku” Doamu yang tiada batas, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tidak terbatas, nasehatmu disetiap langkah hidupku. Kasih sayangmu tidak ada tandingannya sampai selamanya. “Jelita Handayani” Terima kasih karena selalu memberi dukungan untuk selalu disiplin dalam setiap waktu melangkah. “Winda Nurjanah” Terima kasih karena senantiasa menjadi penyemangat hidup untuk belajar dan terus belajar dan selalu ada di sampingku baik di saat kutegar berdiri maupun saat kujatuh dan terluka. “Teman-teman Penjaskesrek JPOK UNS Angkatan 2007 dan teman – teman community POLO KENDHO ’07” Terima kasih atas kebersamamu dan sharing selama ini sungguh memperkaya hati, spiritualitas, intelektualitas “FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta” Almamater tercinta, kampus tempat kutimba ilmu
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas Kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi
dengan
judul
”UPAYA
PENINGKATAN
PENGUASAAN PASSING ATAS MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF ( COOPERATIVE LEARNING ) DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 2 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikanya skripasi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Ketua Program Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd., sebagai pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5.
Waluyo, S.Pd., M.Or., Sebagai pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Waluyo, S.Pd., M.Or., Pembimbing Akademik, yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program studi Pendidikan jasmani, kesehatan, dan rekreasi.
7.
Kepala SMA Negeri 2 Wonogiri, beserta staf dan jajarannya. commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
8.
digilib.uns.ac.id
Sunartiyoso, S.Pd., Guru Penjas SMA Negeri 2 Wonogiri yang telah membantu penelitian hingga selesai.
9.
Siswa-siswi kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca umunya.
Surakarta, 18 Juli 2012
Penulis ,
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK ..........................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ..............................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................
xi
KATA PENGANTAR ..............................................................................
x
DAFTAR ISI .............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................
7
A. Tinjauan Pustaka ..........................................................................
7
1. Pendidikan Jasmani ................................................................
7
a. Pengembangan Aspek Afektif .........................................
8
b. Pengembangan Aspek Psikomotor ..................................
8
c. Pengembangan Aspek Kognitif .......................................
10
2. Belajar dan Pembelajaran .......................................................
12
a. Belajar .............................................................................. commit to user b. Pembelajaran ....................................................................
12
xii
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Prinsip Belajar dan Pembelajaran ....................................
14
d. Ciri-ciri Pembelajaran ......................................................
18
3. Metode Pembelajaran .............................................................................
23
a. Macam-macam Metode Pembelajaran ............................
24
4. Pembelajaran Kooperatif ........................................................
35
a. Pengertian Cooperatif Learning .......................................
39
b. Tujuan Cooperative Learning .........................................
41
c. Metode, Teknik, dan Struktur Pembelajaran Kooperatif .
46
d. Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Menengah (SMP-SMA) .....................................................................
61
e. Pembelajaran Kooperatif Dalam Penjas ..........................
66
5. Bolavoli ..................................................................................
72
a. Pergertian Permainan Bolavoli ........................................
72
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Prestasi Bolavoli ..............................................................
72
c. Teknik Dasar Permainan Bolavoli ...................................
75
B. Kerangka Berfikir ........................................................................
79
C. Hipotesis Tindakan ......................................................................
81
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................
82
A. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................
82
B. Subjek Penelitian .........................................................................
82
C. Data dan Sumber Data .................................................................
82
D. Pengumpulan Data .......................................................................
83
E. Uji Validitas Data ........................................................................
85
F. Analisis Data ................................................................................
86
G. Indikator Kinerja Penelitian .........................................................
87
H. Prosedur Penelitian ......................................................................
88
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................
96
A. Deskripsi Tiap Siklus ...................................................................
96
1. Kondisi Awal (Pra Tindakan) ............................................... commit to user 2. Siklus I ....................................................................................
96
xiii
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Rencana Tindakan I .........................................................
98
b. Pelaksanaan Tindakan I ...................................................
100
c. Observasi dan Interpelasi Tindakan I ..............................
105
d. Analisis dan Reflesi Tindakan I .......................................
108
e. Diskripsi Data Tindakan I ...............................................
110
3. Siklus II ..................................................................................
110
a. Rencana Tindakan II ........................................................
111
b. Pelaksanaan Tindakan II ..................................................
112
c. Observasi dan Interpelasi Tindakan II .............................
116
d. Analisis dan Reflesi Tindakan II .....................................
119
e. Diskripsi Data Tindakan II .............................................
120
B. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................
121
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................
124
A. Simpulan ......................................................................................
124
B. Implikasi ......................................................................................
125
C. Saran ............................................................................................
127
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
128
LAMPIRAN ...............................................................................................
130
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.
Tahap Persiapan Sebelum Melakukan Passing Atas Bolavoli ...........
77
2.
Tahap Pelaksanaan Passing Atas Bolavoli ........................................
78
3.
Tahap Gerak Lanjut Passing Atas Bolavoli ........................................
78
4.
Kerangka Berfikir ...............................................................................
81
5.
Indikator Kinerja Penelitian ................................................................
87
6.
Alur Tahapan Siklus Penelitian Tidakan Kelas ..................................
91
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Penjabaran Sitematika Hasil Belajar Siswa ........................................
21
2.
Struktur-Struktur Pembelajaran Kooperatif ........................................
57
3.
Data dan Sumber Data ........................................................................
83
4.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian .................................................
83
5.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian .................................................
83
6.
Diskripsi Data Awal (Pra Tindakan) Hasil Belajar Passing Atas Bolavoli Sebelum Diterapkan Tindakan Pembelajaran Kooperatif ...................
7.
Deskripsi Data Hasil Belajar Passing Atas Setelah Diterapkan Metode Pembelajaran Kooperatif (Akhir Siklus I) ..........................................
8.
9.
97
110
Deskripsi Data Hasil Belajar Passing Atas Bolavoli Setelah Diberikan Metode Pembelajaran Kooperatif (Akhir Siklus II) ............................
120
Deskripsi Peningkatan Hasil Belajar Passing Atas Bolavoli ..............
122
10. Perbandingan Hasil Belajar Passing Atas Setelah Diterapkan Metode Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Siklus I dan Siklus II ..............................................................................................................
commit to user xvi
123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Silabus Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 .................................................
130
2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 1 ......
131
3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 2 ......
140
4.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 1 .....
148
5.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 2 .....
157
6.
Lembar Soal Test Kognitif (Pengetahuan) Pra Siklus .........................
165
7.
Lembar Soal Test Kognitif (Pengetahuan) Akhir Siklus I ..................
167
8.
Lembar Soal Test Kognitif (Pengetahuan) Akhir Siklus II .................
169
9.
Lembar Absen Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 .............................................................................
171
10. Data Awal Pra Tindakan Hasil Belajar Passing Atas Bolavoli Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 ...........................................................................................
172
11. Data Akhir Siklus I Hasil Belajar Passing Atas Bolavoli Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 ...........................................................................................
178
12. Data Akhir Siklus II Hasil Belajar Passing Atas Bolavoli Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 ...........................................................................................
184
13. Foto Pembelajaran Pada Pra Siklus ....................................................
190
14. Foto Pembelajaran Pada Siklus I ........................................................
191
15. Foto Pembelajaran Pada Siklus II .......................................................
193
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani (Penjas) merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif serta kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin di capai melalui Penjas mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan Penjas tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi juga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu Penjas juga mencakup aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual. Penjas diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), bahkan di Perguruan Tinggi. Penjas sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah di sadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaanya pengajaran Penjas berjalan belum efektif seperti yang di harapkan. Pembelajaran Penjas cenderung konvensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru saja, di mana siswa di tuntut untuk mengikuti perintah dari guru. Pada hal orientasi pembelajaran harus di sesuaikan dengan perkembangan anak, serta isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus di sesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sebab sasaran pembelajaran di tujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi perkembangan pribadi anak seutuhnya. Jadi konsep dasar Penjas dan model pengajaran Penjas yang efektif perlu di pahami oleh mereka yang hendak mengajar Penjas. Materi pelajaran Penjas yang meliputi: pengalaman mempraktikan keterampilan dasar permainan dan olahraga di sajikan untuk membantu siswa agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien ,efektif dan menyenangkan. Lewat program Penjas dapat di to user upayakan peranan pendidikan commit untuk mengembangkan kepribadian individu. 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Sumbangan nyata dari Penjas adalah untuk mengembangkan keterampilan gerak (psikomotor). Karena itu posisi Penjas menjadi unik, sebab berpeluang lebih banyak dari pada mata pelajaran lainnya untuk membina keterampilanketerampilan lain, hal inilah yang membuat sekaligus mengungkapkan kelebihan Penjas dari pelajaran-pelajaran lainnya. Jika pelajaran lain lebih mementingkan pengembangan intelektual, maka melalui Penjas terbina sekaligus aspek penalaran, sikap, dan keterampilan. Dalam pelaksanaan pembelajaran Penjas, diajarkan beberapa macam cabang olahraga yang terangkum dalam kurikulum Penjas pada tiap-tiap sekolah. Salah satu cabang olahraga yang di ajarkan adalah bolavoli. Bolavoli merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang termasuk dalam materi pokok pendidikan jasmani. Olahraga permainan ini dapat di jadikan sebagai olahraga pendidikan, rekreasi maupun olahraga prestasi. Sebagai olahraga pendidikan, teknik dasar dalam permainan bolavoli di ajarkan melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani. Proses pembelajarannya lebih menekan pada proses pembelajarannya. Permainan bolavoli memiliki manfaat yang cukup besar dalam pembentukan individu yang sportif dan perkembangan jasmani maupun rohaninya. Perkembangan jasmani di tujukan untuk membentuk sikap tubuh yang baik meliputi anatomis, fisiologis, kesehatan serta komponen kebugaran jasmani seperti kekuatan, kelincahan, kecepatan, daya tahan, kelentukan dan lain sebagainya. Manfaat bagi rohani yaitu kejiwaan, kepribadian dan karakter akan tumbuh kearah yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Sebagai langkah awal pembelajaran bolavoli adalah dengan di kenalkannya
macam-macam teknik dasar bolavoli kepada siswa. Salah satu
teknik dasar bolavoli yang harus dikuasai dalam permainan bolavoli adalah passing atas. Passing atas bolavoli sangat di perlukan dalam permainan bolavoli karena passing atas mempuyai fungsi sebagai pengatur irama dari permaianan bolavoli dan untuk menyajikan bola kepada smasher bagi seorang tosser. Ditinjau dari gerakannya, passing atas memiliki gerakan yang cukup kompleks. Tidak jarang para siswa sekolah kurang mampu melakukan gerakan passing atas. commit yang to user Bahkan masih banyak diantara mereka belum mengetahui dan menguasai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 teknik passing atas yang benar. Karena belum mengetahui teknik passing atas, banyak siswa yang tidak dapat melakukan passing atas dengan benar. Kebanyakan siswa membuka jari-jari terlalu lebar dan lurus tidak membentuk cekung jari sehingga perkenaan bola pada telapak tangan tidak tepat , lengan telah lurus ke atas sebelum perkenaan bola sehingga tidak ada kekuatan, untuk mendorong bola ke depan atas, dan masih banyak siswa yang masih malas untuk menekuk lutut dalam sikap persiapan pelaksanaan sehingga gerakan passing atas yang di lakukan oleh kebanyakan siswa keliatan tidak beraturan. Kondisi yang demikian perlu mendapat perhatian dan solusi yang tepat agar siswa mampu melakukan passing atas dengan baik. Melalui pengamatan peneliti observasi selama mangajar terhadap guru Penjas di SMA N 2 Wonogiri banyak siswa XI tahun pelajaran 2011/2012 yang belum maksimal dalam proses belajar terutama dalam melaksanakan passing atas bolavoli. Hal ini disebabkan ketika siswa mendapat materi bolavoli, khususnya passing atas guru cenderung menggunakan metode keseluruhan dan konvensional. Metode keseluruhan merupakan pendekatan dimana sejak awal pelajaran diarahkan untuk mempraktikkan kerseluruhan rangkaian gerakan yang dipelajari serta hanya berpusat pada guru. Padahal passing atas dalam permainan bolavoli memiliki tingkat kerumitan gerak dan kerjasama yang relatif tinggi, karena dalam passing atas bolavoli memiliki tiga tahap dalam pelaksanaannya, yaitu mulai dari tahap permulaan, pelaksanaan dan gerak lanjutan. Sehingga bila diajarkan langsung dan satu arah membuat siswa tidak mengetahui teknik yang benar dan cenderung monolog membuat siswa kurang aktif, akibatnya hasil belajar siswa kurang maksimal. Dalam hal itu guru Penjas kebanyakan hanya mengejar bagaimana materi pelajaran tersebut dapat selesai tepat waktu, tanpa memikirkan bagaimana pembelajaran itu bermakna dan dapat di aplikasikan oleh siswa dalam kesehariannya. Tercermin dari saat pelajaran di mulai siswa langsung di ambil nilai oleh guru Penjas, serta pada saat permainan siswa cenderung individual, sehingga hasilnya pun kurang maksimal. Berdasarkan hasil diskripsi data awal commitpermainan to user bolavoli siswa kelas XI IPS 1 pada pembelajaran passing atas dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 rata-rata hasil belajar masih rendah yaitu dari 36 siswa, 9 siswa tuntas (25,0%) dan 27 siswa tidak tuntas (75,0%) diukur dari hal ketuntasan hasil belajar siswa (KKM : 75). Dalam menyampaikan materi passing atas bolavoli yang memiliki tingkat
kompleksitas
gerakan
dan
kerjasama
relatif
tinggi
seharusnya
menggunakan pendekatan per bagian yang dipotong- potong dari keseluruhan rangkainan terlebih dahulu dan metode yang membuat siswa lebih aktif serta siswa dapat bekerja sama dan saling tolong- menolong mengatasi tugas yang di hadapi agar upaya guru dalam kegiatan belajar mengajar mutlak, hal ini tentu untuk tercapainya tujuan belajar yang sesungguhnya. Sesuai dengan karakteristik siswa SMA di mana pada usia ini adalah masa peralihan dari anakanak menjadi dewasa. Pada masa usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik dan afektif mengalami perubahan. Perubahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, menyenangkan serta menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang baik dan tepat, di samping itu juga harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat, siswa akan mudah menerima materi pelajaran dan hasilnya juga akan optimal. Salah satunya melalui metode pembelajaran kooperatif, metode pembelajaran kooperatif adalah salah satu cara belajar yang dalam pelaksanaannya menekankan kepada pembelajaran olahraga/sport education secara berkelompok, yang di harapkan
mampu
mengatasi berbagai kelemahan pembelajaran yang selama ini sering di lakukan oleh para guru penjas, pada dasarnya terdapat tiga struktur tujuan dalam penjas: Kompetitif, Individual, dan Kooperatif. Dalam metode kooperatif siswa di beri kebebasan untuk mengekspresikan kemampuannya terhadap tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan. Dengan cara kooperatif di harapkan siswa dapat memiliki kreativitas dan inisiatif untuk memecahkan masalah yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Melalui kooperatif dikembangkan juga unsur to menunjukkan user kompetitif, sehingga siswa saling commit berlomba kemampuannya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 Melihat permasalahan seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam
proses
belajar-mengajar
yang
menggunakan
paradigma
pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran olahraga berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monolog. Oleh karena itu dalam membelajarkan olahraga kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi atau metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang di rencanakan akan tercapai. Untuk itu di tuntut seorang guru pendidikan jasmani yang mampu menguasai berbagai model atau metode pembelajaran praktik, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan berkualitas. Dengan menyadari arti pentingnya metode yang tepat dalam proses pembelajaran bagi siswa, untuk itu penelitian ini mengambil judul “ Upaya Peningkatan Penguasaan Passing Atas Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dalam Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka masalah yang ada dapat di rumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat meningkatkan penguasaan passing atas dalam permainan bolavoli pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah di rumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan : Untuk meningkatkan penguasaan passing atas dalam permainan bolavoli melalui metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 D. Manfaat Penelitian Masalah dalam penelitian ini penting untuk di teliti dan dari hasil penelitian manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Siswa Melalui
metode
pembelajaran
yang
akan
digunakan
dapat
meningkatkan dan memacu siswa untuk lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran disekolah. 2. Bagi Guru Penelitian ini dapat di jadikan masukan bagi guru penjas di SMA Negeri 2 Wonogiri Kabupaten Wonogiri, bahwa penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan penguasaan teknik siswa, sehingga dapat mendukung pencapaian hasil belajar secara maksimal. 3. Bagi Peneliti Peneliti mendapatkan fakta penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan penguasaan teknik dan hasil belajar atau materi dalam proses pembelajaran 4. Bagi Peneliti Lainya Hasil penelitian ini dapat di jadikan refrensi bagi peneliti lain dengan obyek penelitian yang sama. 5. Bagi Sekolah, sebagai bahan masukan, saran, dan informasi terhadap sekolah, untuk mengembangkan metode pembelajaran yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan kuantitas hasil belajar siswa maupun lulusan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendidikan Jasmani Kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan jasmani amat berbeda pelaksanaannya dari pembelajaran mata pelajaran lain. Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktivitas jasmani. Dengan berpartisipasi dalam aktivitas fisik, siswa dapat menguasai keterampilan dan pengetahuan, mengembangkan apresiasi estetis, mengembangkan keterampilan generik serta nilai dan sikap yang sportif, dan memperbaiki kondisi fisik untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Pada dasarnya program pendidikan jasmani memiliki kepentingan yang relatif sama dengan program pendidikan lainnya dalam hal ranah pembelajaran, yaitu sama-sama mengembangkan tiga ranah utama ; psikomotor, afektif, dan kognitif. Namun demikian ada satu kekhasan dan keunikan dari program pendidikan jasmani yang tidak di miliki oleh program pendidikan. Dalam hal ini Samsudin berpendapat “kekhasan dan keunikan dari program pendidikan jasmani yang tidak dimiliki oleh program pendidikan yaitu dalam hal pengembangan wilayah psikomotor, yang biasanya di kaitkan dengan tujuan mengembangkan kebugaran jasmani anak dan pencapaian keterampilan geraknya” (2008 : 21). Menurut Mutohir (1992) yang dikutip dalam buku Pembelajaran pendidikan
jasmani
olahraga
dan
kesehatan
SMA/MA,
berpendapat
“Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan jasmani, kemampuan, keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam rangka commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 pembentukan
manusia
Indonesia
berkualitas
berdasarkan
pancasila”
(Samsudin, 2008 : 2). Dengan demikian dapat di katakan bahwa pendidikan jasmani sekolah bukan
semata-mata
pengembangan
di
tekankan
keterampilan,
pada
kemampuan
pencapaian motorik
kesegaran saja
namun
fisik, juga
mengembangkan mental dan psikologis siswa, seperti : sikap fair play, semangat, dan jiwa sportifitas dalam kegiatan apapun. Pendidikan jasmani juga memberikan pemahaman sejak dini tentang perencanaan progam kesegaran, perilaku hidup sehat yang pada giliran nya akan mampu berpartisipasi aktif dalam segala aktifitas. Untuk itu pendidikan jasmani di sekolah-sekolah di harapkan mampu mengembangkan aspek afekitf, kognitif, dan psikomotor secara bersamaan. a. Pengembangan Aspek Afektif Belajar bersikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek, berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang berguna atau tidak berguna, yang kemudian di tunjukan dengan tanggung jawab atas sesuatu hal yang di pilihnya. Strategi pengembangan afektif yang sudah digunakan dalam program pendidikan jasmani selama ini baru terbatas pada upaya membangkitkan sikap dan minat siswa terhadap pendidikan jasmani. Pembelajaran
domain
afektif
dapat
digunakan
untuk
memfokuskan perhatian, memelihara konsentrasi, menimbulkan dan menjaga motivasi, mengelola kecemasan, mempelajari etika serat perilaku sosial. Selera, kepercayaan, sikap, dan idealisme seseorang akan mempengaruhi cara ia berperilaku. b. Pengembangan Aspek Psikomotor 1) Keterampilan Gerak Tugas ajar anak menguasai keterampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga merupakan tanggung jawab utama dari guru pendidikan jasmani. Tetapi tidak seperti yang di pahami oleh banyak guru commit to user pendidikan jasmani selama ini, tujuan utama dalam mengajarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 keterampilan gerak tersebut adalah pengembangan keterampilan untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, serta membantu dirinya bertindak efektif, dan efisien dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya; bukan untuk mempersiapkan atlet yang berprestasi. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani yang berhubungan dengan kebugaran jasmani yaitu individu, sebagai anggota keluarga serta sebagai anggota masyarakat. Untuk dapat menentukan cara dan amteri apa yang tepat untuk membuat anak meningkat keterampilannya, guru harus mengetahui keterampilan dan ciri dari keterampilan. Keterampilan Menurut Samsudin adalah “sebuah kecakapan atau tingkat penguasaan terhadap suatu gerak atau pola gerak, yang dicirikan oleh tiga indikator kualitas utama yaitu efektif, efisien, dan adaptable” (2008 : 22). Kualitas efektifitas adalah merupakan hasil dari tindakan yang berorientasi pada tujuan atau sasaran tertentu. Sebuah permainan bolavoli , misalnya, dianggap efektif jika dapat melakukan serangan dan mendapatkan nilai. Dengan kata lain, seluruh keterampilan gerak bisa di anggap efektif jika mampu di selesaikan sesuai dengan tujuannya. Kualitas efisiensi menggambarkan penampilan atau geraknya itu sendiri. Suatu penampilan dilakukan secara efisien jika aksinya itu secara mekanika dianggap benar dalam situasi tertentu. Kualitas adaptasi menggambarkan kemampuan individu dalam menyesuaikan penampilan pada kondisi sekitarnya. Hal ini menunjuk pada keadaan lingkungan yang selalu berubah-ubah, sehingga ketika sebuah keterampilan di lakukan pada keadaan yang berbeda, individu perlu melakukan penyesuaian agar sesuai dengan kebutuhan. Kualitas adaptasi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam keterampilan, karena perubahan dalam hal kondisi ketika keterampilan dilangsungkan bisa terjadi terus meneurus, terutama dalam cabang olahraga permainan, khususnya bolavoli. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 2) Kebugaran Jasmani Tujuan pembelajaran dalam ranah psikomotor yang harus di kembangkan melalui program pendidikan jasmani harus pula mencakup peningkatan kebugaran jasmani siswa. Program pendidikan jasmnai harus di padukan dengan program kebugaran jasmani. Menurut Samsudin (2008 : 23), beberapa masalah yang harus di pecahkan oleh guru dalam kaitannya dengan pemberian program kebugaran jasmani yaitu: a) Waktu yang disediakan disekolah tidak memadai untuk mengembangkan kebugaran siswa, apalagi mempertahankannya, jika dilihat dari persyaratan intensitas, frekuensi dan durasi latihan. b) Pertambahan kualitas kebugaran yang dicapai berumur sangat pendek, mudah hilang atau menurun kembali, kecuali jika tingkat intensitas dan frekuensi latihan tetap dipertahankan. c) Program pengembangan kebugaran jasmani yang disediakan guru pun biasanya bersifat monoton, tidak bervariasi, tidak ada kriteria yang jelas, dan yang lebih parah adalah tidak mudah bagi guru untuk mendokumentasikan kemajuan yang dicapai oleh masing-masing siswa. d) Secara tidak disadari, guru pun biasanya mengabaikan penanaman kesadaran siswa yang didasarkan pemahaman secara kognitif dan afektif terhadap program kebugaran jasmani. Melihat permasalahan diatas, bahwa tanpa melihat keterbatasan waktu yang tersedia, program pendidikan jasmani yang berkaitan dengan kebugaran harus meliputi ranah tujuan pembelajaran, yaitu siswa harus menjadi
bugar,
mampu
mempertahankan
tingkat
kebugarannya,
mempunyai pengetahuan yang berhubungan dengan kebugaran, dan yang paling penting dari kesemuanya adalah menghargai nilai-nilai kebugaran dalam seluruh hidupnya. c. Pengembangan Aspek Kognitif Pendidikan
jasmani
yang
tradisional
banyak
menekankan
pengajarannya pada peningkatan keterampilan gerak. Padahal, salah satu tugas dari pendidikan jasmani menurut Samsudin (2008 : 25) adalah meningkatkan pengertian anak tentang tubuh dan kemungkinan geraknya, serta berbagai faktor yang mempengaruhinya. Itu dari segi konsep gerak. commit to user Lebih lanjut menjelaskan dari konsep kebugaran anak yang di harapkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 memiliki pengertian tentang pengaruh latihan atau kegiatan fisik terhadap kesehatan tubuh yang berguna bagi mereka untuk menjalani hidup yang aktif. Pelaksanaan pembelajaran aspek kognitif dalam pendidikan jasmani tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas dengan menghafal fakta-fakta tentang teknik dasar dan ukuran lapangan. Akan tetapi, kesemuanya dapat di laksanakan di dalam praktik pendidikan jasmani, di integrasikan dengan pembelajaran keterampilan gerak. Isi atau materi aspek kognitif dalam pendidikan jasmani bukan hanya berkaitan dengan apa dan bagaimana tentang fenomena gerak, tetapi meliputi aspek mengapa hal itu bisa terjadi termasuk faktor apa yang berpengaruh. Berkaitan dengan pengetahuan yang lengkap tersebut guru dapat mengajarkannya langsung di lapangan ketika anak sedang mengalami gerak. Karena dengan pengetahuan yang dipelajari melalui pengalaman langsung yang relevan akan bertahan lebih lama daripada hanya melaui mendengar atau membaca. Lebih dari itu, pembelajaran akan lebih cepat terjadi ketika siswa mengerti prinsip-prinsip yang terlibat dalam pelaksanaan keterampilan. 1) Konsep Gerak Pengajaran konsep akan membantu siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani secara keseluruhan, terutama dengan memilih isi atau materi yang dapat di transfer pada situasi-situasi lain yang identik. Misalnya jika anak sudah menguasai konsep gerak tentang bagaimana menerima data dalam situasi, maka mereka akan mampu menerapkan konsep itu pada situasi lain seperti saat melakukan pass bawah, servis dalam bolavoli. Kemampuan mentransfer tersebut adalah faktor yang sangat penting baik dalam pembelajaran mandiri maupun pemecahan masalah. Istilah konsep gerak menunjuk pada gagasan-gagasan kognitif yang memiliki nilai transfer. Menurut Samsudin bahwa “ konsep gerak dalam pendidikan jasmani dapat berupa sebuah label atau nama suatu kelompok respons gerak, seperti menangkap, melempar, atau perpindahan tempat, yang hanya sebuah nama dari keterampilan gerak yang bisa di gunakan dalam berbagai situasi” to user (2008 : 27). Lebih lanjut commit Samsudin menjelaskan terdapat enam kategori
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 konsep gerak yang berguna dalam pendidikan jasmani yang harus tercakup dalam pengajaran konsep yaitu; a) rangkaian aksi, b) kualitas gerak, c) prinsip gerak, d) strategi gerak, e) pengaruh gerak, f) emosi gerak (2008 : 27). Rangkaian aksi merupakan kategori atau penjenisan gerakan secara luas yang mencakup respons khusus yang beragam. Kuliatas gerak merupakan kelompok respons yang mengandung kualitas tertentu dilihat dari berbagai aspek, seperi aspek ruang, aspek usaha, aspek keterhubungan. Prinsip gerak adalah pengelompokkan konsep secara meluas yang mamasukkan prinsip-prinsip yang mengatur efisiensi dan efektifitas gerak. Strategi gerak adalah konsep yang berhubungan dengan bagaimana gerakan di gunakan dalam kaitannya dengan benda atau orang lain. Pengaruh gerak merupakan konsep yang dikaitkan dengan pengaruh pengalaman gerak pada pelaku. Sedangkan emosi gerak merupakan pengelompokkan khusus dari konsep yang berfokus secara khusus pada wilayah efektif dari perkembangan manusia.
2. Belajar dan Pembelajaran a. Belajar Dalam kamus umum bahasa indonesia secara etismologis belajar memiliki arti “Berusaha supaya mendapat suatu kepandaian” definisi ini memeliki arti atau pengertian bahwa : “Belajar adalah sebuah kegiatan dalam rangka mencapai kepandaian atau mencari ilmu. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu serta memiliki pengetahuan yang luas dan menjadikan manfaat bagi dirinya dan orang lain”. Sedangkan Arsyad berpendapat “Belajar adalah proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya dan proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara seseorang dengan lingkungannya” (2004 : 1). Menurut Kristiyanto dalam hukum kesiapan belajar (law of readines) telah amat jelas ditekankan bahwa : “Belajar (termasuk berlatih didalamnya). Akan commit berlangsung sangat efektif jikato user siswa /seseorang telah siap untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 memberikan respon, kesiapan yang di maksud adalah kesiapan untuk adaptasi terhadap stimulus dan juga kesiapan dari sisi kematangan fisikbiologis-antropometrik anak” (2010 : 68). Dryden dan Vos mengemukakan bahwa belajar harusnya memiliki tiga tujuan, yaitu (1) mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi – materi pelajaran spesifik; (2) mengembangkan kemampuan konseptual umum, sehingga mampu belajar menerapkan konsep yang sama atau berkaitan dengan bidang-bidang yang lain yang berberda; (3) mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan dalam segala tindakan (Hidayatullah 2009 : 147). Untuk itu dapat disimpulkan bahwa belajar wajib di lakukan oleh semua orang baik anak-anak maupun orang dewasa dengan cara berinteraksi dengan lingkungan. Dalam proses belajar yang baik siswa di harapkan mengalami atau melakukan serangkaian kegiatan belajar secara keseluruhan, tidak hanya sekedar bersifat verbalistik. misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, melakukan dan lain sebagainya. Salah satu bukti bahwa seseorang melakukan proses belajar apabila seseorang itu telah siap beradaptasi terhadap respon yang di terima dan menjadikan proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang itu, yang mungkin di sebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya (kognitif, psikomotor, afektif). b.
Pembelajaran Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan belajar ,walaupun mempuyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan meguasai isi pembelajaran, sehingga siswa mampu mencapai suatu objektif atau tujuan yang ditentukan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2003 : 17) ”pembelajaran adalah
proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar”. Berdasarkan pernyataan diatas bahwa pembelajaran merupakan to user kegiatan yang dilakukan commit untuk memfasilitasi, meningkatakan intensitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 dan kualitas belajar pada diri peserta didik yang bisa terjadi karena proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Oleh karena itu pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistematik untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar. Maka kegiatan pembelajaran berkaiatan erat dengan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. c. Prinsip Belajar dan Pembelajaran Belajar dan pembelajaran mempunyai kaitan erat yang terjadi antara guru dan siswa dan tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subjek. Kegiatan pembelajaran di lakukan oleh guru untuk memfasilitasi proses belajar, sementara kegiatan belajar adalah kegiatan yang di lakukan oleh siswa, dengan melalui kegiatan itu siswa akan mengalami perubahan pada perilakunya. Menurut Nasution bahwa, “Perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan,
kebiasaan,
sikap,
pengertian,
penghargaan,
minat,
penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang” (Gino, 1998 : 51). Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa. Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.
Menurut
Dimyati
pembelajaran meliputi
dan
Mudjiono
bahwa,
perhatian dan motivasi,
“Prinsip-prinsip keaktifan siswa,
keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual” (2006 : 42). Pendapat
tersebut
menunjukkan
bahwa,
prinsip-prinsip
pembelajaran meliputi tujuh aspek yaitu perhatian dan motivasi, keterlibatan langsung atau berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka prinsip-prinsip pembelajaran tersebut harus di commit dengan to user baik dan benar. Untuk lebih terapkan dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 jelasnya prinsip-prinsip pembelajaran tersebut di uraikan secara singkat sebagai berikut: 1) Perhatian dan Motivasi Belajar Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Gino menyatakan, “Perhatian siswa waktu belajar akan sangat mempengaruhi hasil belajar. Belajar dengan penuh perhatian (konsentrasi) pada materi yang di pelajari akan lebih terkesan lebih mendalam dan tahan lama pada ingatan” (1998 : 52). Perhatian mempunyai peran penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Apabila pelajaran yang di terima siswa di rasakan sebagai kebutuhan, maka akan membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Sedangkan yang di maksud motivasi menurut Dimyati dan Mudjiono adalah, “Tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang” (2006 : 42). Dengan motivasi belajar yang tinggi, maka siswa akan lebih bersemangat dalam belajar. Belajar yang di lakukan dengan penuh semangat akan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. 2) Keaktifan Siswa Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif siswa di tuntut untuk atif secara fisik, intelektual dan emosional. Tanpa ada keaktifan dari siswa, maka tidak akan terjadi proses belajar. Hal ini sesuai pendapat Gino dkk. Bahwa, “Dari semua unsur belajar, boleh dikatakan keaktifan siswalah prinsip yang terpenting, karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan. Tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seorang belajar” (1998 : 52). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bermacam-macam bentuknya. Hal ini sesuai dengan jenis atau masalah yang di pelajari siswa. Menurut Nasution (1988 : 93). Macam-macam keaktifan belajar siswa antara lain: “Visual activities, oral activities, listening activities, drawing activities, motor activities, mental activities, emotional activities” (Gino, 1998 : 52). Keaktifan-keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tersebut tidak terpisah satu dengan lainnya. Misalnya dalam ke aktifan motoris terkandung ke aktifan mental dan di sertai oleh perasaan tertentu. Dalam setiap pelajaran dapat di lakukan bermacam-macam ke aktifan. 3) Keterlibatan Langsung Siswa Belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri siswa. Dalam proses belajar sangat kompleks. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organ-organ siswa mengubah tingkah lakunya sebagai hasil pengalaman yang diperolehnya. Dapat di katakan bahwa, belajar merupakan hasil pengalaman, sebab pengalaman-pengalaman yang di peroleh itulah yang menentukan kualitas perubahan tingkah laku siswa. Jadi peristiwa belajar terjadi apabila terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa. Belajar adalah tanggungjawab masing-masing siswa, sebab hasil belajar adalah hasil dari pengalaman yang di peroleh sendiri, bukan pengalaman yang di dapat oleh orang lain. Oleh karena itu, kualitas hasil belajar berbeda-beda antara siswa satu dengan lainnya tergantung pada pengalaman yang di peroleh dan kondisi serta kemampuan setiap siswa. 4) Pengulangan Belajar Salah satu prinsip belajar adalah melakukan pengulangan. Dengan melakukan pengulangan yang banyak, maka suatu keterampilan atau pengetahuan akan dikuasai dengan baik. Menurut Dimyati dan Mudjiono bahwa, “Penguasaan secara penuh dari setiap langkah commit to user memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. Dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 pernyataan inilah pengulangan masih di perlukan dalam kegiatan pembelajaran” (2006 : 52). Sedangkan Suharno berpendapat, “Untuk mengotomatisasikan penguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik dan keterampilan yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi sebanyak-banyaknya secara kontinyu” (1993 : 22). Mengulang materi pelajaran atau suatu keterampilan adalah sangat penting. Dengan melakukan pengulangan gerakan secara terus menerus, maka gerakan keterampilan dapat di kuasai dengan secara otomatis. Suatu keterampilan yang di kuasai dengan baik, maka gerakan yang di lakukan lebih efektif dan efisien. 5) Tantangan Tantangan merupakan salah satu bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan adanya tantangan maka akan memotivasi siswa untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai pendapat Gino bahwa, (1998) “Materi yang di pelajari oleh siswa harus mempunyai sifat merangsang atau menantang. Artinya, materi
tersebut
mengandung
banyak
masalah-masalah
yang
merangsang untuk dipecahkan. Apabila siswa dapat mengatasi masalah yang di hadapinya, maka ia akan mendapatkan kepuasan” (hlm. 54). Memberikan tantangan dalam proses belajar mengajar adalah sangat penting. Dengan adanya tantangan yang harus di hadapi atau di pecahkan siswa dalam belajar, maka siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk memecahkan masalah tersebut. Jika siswa mampu memecahkan masalah yang di pelajarinya, maka siswa akan memperoleh kepuasan dan mencapai hasil belajar yang optimal. 6) Balikan dan Penguatan Pemberian balikan pada umumnya memberi nilai positif dalam diri siswa, yaitu mendorong siswa untuk memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan usaha belajarnya. Tingkah laku dan usaha belajar serta penampilan siswa yang baik, di beri balikan dalam bentuk senyuman commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 ataupun kata-kata pujian yang merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan penampilan siswa. Penguatan (reinforcement) adalah respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Memberi penguatan dalam kegiatan belajar kelihatannya sederhana sekali, yaitu tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa. Namun demikian, penguatan ini sangat besar manfaatnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa. 7) Perbedaan Individu Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan lainnya. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo atau kecepatannya masing-masing. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar serta sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Manfaat pembelajaran akan lebih berarti jika proses pembelajaran yang di terapkan, di rencanakan dan di laksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi masing-masing siswa. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka guru harus memperhatikan
perbedaan
setiap
individu
dan
dalam
membelajarkannya harus disesuaikan dengan kemampuan masingmasing individu. d. Ciri-ciri Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan menyampaikan informasi atau pengetahuan dari seorang guru kepada siswa agar terjadi perubahan pengetahuan atau keterampilan pada diri siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam pembelajaran terdapat ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri pembelajaran pada dasarnya merupakan tanda-tanda upaya guru mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan belajar dapat tercapai. Menurut Gino menyatakan, “ Ciri-ciri commit to user pembelajaran terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 belajar siswa yaitu (1) motivasi belajar, (2) bahan belajar, (3) alat bantu belajar, (4) suasana belajar dan (5) kondisi subyek belajar ” (1998: 36). Berdasarkan
pendapat
tersebut
menunjukkan
bahwa,
ciri-ciri
pembelajaran terdiri dari lima macam yaitu, motivasi belajar, bahan belajar, suasana belajar dan kondisi siswa belajar. Ciri-ciri pembelajaran tersebut harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Jika dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan ciri-ciri tersebut di perhatikan dengan baik, maka akan di peroleh hasil belajar yang optimal. Secara singkat ciri-ciri pembelajaran di jelaskan sebagai berikut: 1) Motivasi Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar, bila seorang siswa tidak dapat melakukan tugas pembelajaran, maka perlu di lakukan upaya untuk menemukan sebab-sebabnya dan kemudian mendorong siswa tersebut mau melakukan tugas ajar dari guru. Dengan kata lain siswa tersebut perlu diberi rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Motivasi dapat di katakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi dapat di rangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat di katakan sebagai keseluruhan
daya
penggerak
di
dalam
diri
seseorang
yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang di kehendaki oleh siswa dapat tercapai. 2) Bahan Belajar Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan di capai siswa dan memperhatikan karakteristik siswa agar dapat di minati siswa. Bahan pengajaran merupakancommit segala informasi to user yang berupa fakta, prinsip dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 konsep yang di perlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu di usahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta atau yang bersifat menantang agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk menemukan atau memecahkannya masalah yang di hadapi dalam pembelajaran. 3) Alat Bantu Belajar Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat alat yang dapat membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar. Alat bantu pembelajaran adalah semua alat yang di gunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Guru harus berusaha agar materi yang di sampaikan atau di sajikan mampu diserap dengan mudah oleh siswa.
Apabila
pengajaran di sampikan dengan bantuan alat-alat yang menarik, maka siswa akan merasa senang dan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. 4) Suasana Belajar Suasana belajar sangat penting dan akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Suasana belajar akan berjalan dengan baik, apabila terjadi komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan siswa. Di
samping itu juga, adanya kegairahan dan kegembiraan
belajar. Suasana belajar mengajar akan berlangsung dengan baik, dan isi pelajaran di sesuaikan dengan karakteristik siswa, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 5) Kondisi Siswa yang Belajar Siswa atau anak memiliki sifat yang unik atau sifat yang berbeda, tetapi juga memiliki kesamaan yaitu memiliki langkah-langkah perkembangan dan memiliki potensi yang perlu di aktualisasikan melalui pembelajaran. Dengan kondisi siswa yang demikian akan dapat berpengaruh pada partisipasi siswa dalam proses belajar. Untuk itu, kegiatan pengajaran lebih menekankan pada peranan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 partisipasi siswa bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pembimbing. 6) Hasil Belajar Salah satu tugas pokok seorang guru adalah mengevalusai taraf keberhasilan rencana pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Untuk dapat melihat sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat dan dapat di percaya maka di perlukan sebuah informasi yang di dukung oleh data yang objektif dan memadahi tentang indikator perubahan perilaku dan pribadi siswa. Identifikasi wujud perubahan perilaku dan pribadi sebagai hasil belajar dapat
bersifat
fungsional-struktural,
material-substansial,
dan
behavioral. Untuk mempermudah dalam sistematika penjabaran hasil belajar siswa dapat menggunakan penggolongan perilaku menurut Bloom yang terdiri atas kawasan atau ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Samsudin yang dikutip dalam Rusyan (1989 : 22) beberapa indikator dan kemungkinan cara pengungkapan dari hasil belajar dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1. Penjabaran Sitematika Hasil Belajar Siswa Jenis Hasil Belajar a. Kognitif Pengamatan/ perceptual Hafalan/ingatan Pengertian/ pemahaman Aplikasi/ penggunaan
Indikator Dapat menunjukan, membandingkan, menghubungkan. Dapat menyebutkan dan menunjukan lagi Dapat menjelaskan dan mengidentifikasikan dengan kalimat sendiri Dapat memberikan contoh, menggunakan dengan tepat, commit to user memecahkan masalah
Cara Pengungkapan
Tugas, tes, observasi. Pertanyaan, tugas tes Pertanyaan
Soal, tes tuga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Analisis Sitesis
Evaluasi
Dapat menguraikan, dan mengklasifikasikan Dapat menghubungkan, dan menyimpulkan, mengeneralisasikan Dapat menginterprestasikan, memberikan kritik, memberikan pertimbangan penilaian
Tugas, persoalan, tes Tugas, persoalan, tes
Tugas, persoalan, tes
b. Afektif Penerimaan
Sambutan
Penghargaan/ Apresiasi
Internalisasi/ Pendalaman
Karakterisasi/ Penghayatan
Bersikap menerima, menyetujui, atau sebaliknya Bersedia terlibat, berpartisipasi, memanfaatkan, atau sebaliknya Memandang penting, bernilai, berfaedah indah, harmonis, kagum, atau sebaliknya. Mengakui, mempercayaai, meyakinkan, atau sebaliknya Melembagakan, membinasakan, menjelmakan dalam pribadi dan perlakuanya sehari – hari
c. Psikomotorik Keterampilan Koordinasi mata, bergerak/ tangan, dan kaki bertindak Keterampilan ekspresi verbal Gerak, mimic, ucapan dan non verbal (Sumber. Gino, 1998 : 38)
commit to user
Pertanyaan, tes skala sikap
Tugas, observasi dan tes
Skala penilaian, tugas, dan observasi.
Skala sikap, tugas ekspresif, pro efektif
Observasi
Tugas, observasi, tindakan Tugas, observasi, tindakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 3. Metode Pembelajaran Ditinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa yunani yaitu methodos. Kata ini berasal dari dua suku kata yaitu metha yang berarti melewati atau melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa inggris dikenal dengan term method dan way yang mempunyai arti metode dan cara dan dalam bahasa arab, kata metode diungkapkan dalam berbagai kata seperti kata al-thariqoh (jalan), al-manhaj (sistem), dan alwasilah (mediator atau perantara). Dengan demikian kata arab yang berarti dekat dengan arti metode adalah al-thariqoh. Ahmad tafsir tidak sepakat menyamakan pengertian “metode” dengan “cara”, meskipun metode juga dapat diartikan dengan cara. Untuk mengetahui metode secara tepat, dapat kita lihat penggunaan kata metode dalam bahasa inggris. Dalam bahasa inggris ada kata method dan way. Dua kata ini sering diterjemahkan cara dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya yang lebih tepat diterjemahkan cara adalah way bukan method. Jadi metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan “paling tepat dan cepat” ini sering di ungkapkan dengan istilah “efektif dan efisien”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, metode adalah “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan guna mencapai apa yang telah ditentukan”. Dengan kata lain adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. Sedang bila ditinjau dari segi terminologis (istilah), metode dapat dimaknai sebagai “jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau perniagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan lainya”. Lalu apa arti metodologi? Metodologi berasal dari bahasa yunani metodos = cara dan logos = ilmu, sehingga ilmu yang mempelajari tentang metode disebut metodologi. Istilah yang parallel dengan metodologi
dan
sering
digunakan untuk commit to user
menunjukan
arti
sejenis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 adalah strategi, pendekatan, metode, teknik, dan prosedur. Secara semantic masing-masing memiliki titik tekan tersendiri. Berangkat dari pembahasan metode di atas, bila dikaitkan dengan pembelajaran, dapat digaris bawahi bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan. Agar ada pemahaman yang jelas, clear and distict maka penting ditegaskan di sini pengertian belajar dan pembelajaran sehingga perbedaan keduanya dapat diketahui, baik secara teoritis dan prakteknya. Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik secara pribadi dan sepihak. Sementara pembelajaran itu melibatkan dua pihak yaitu guru dan peserta didik yang didalamnya mengandung dua unsure sekaligus yaitu mengajar dan belajar (teaching and learning). Jadi pembelajar telah mencakup belajar. Istilah pembelajaran merupakan perubahan istilah yang sebelumnya dikenal dengan istilah proses belajar mengajar (PBM) atau kegiatan belajar mengajar (KBM). a. Macam-macam Metode Pembelajaran Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. 1) Metode Ceramah (Preaching Method) Metode
ceramah
yaitu
sebuah
metode
mengajar
dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 a) Beberapa Kelemahan Metode Ceramah Adalah : (1) Membuat siswa pasif (2) Mengandung unsur paksaan kepada siswa (3) Mengandung daya kritis siswa (4) Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya (5) Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik. (6) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata) (7) Bila terlalu lama membosankan. b) Beberapa Kelebihan Metode Ceramah Adalah : (1) Guru mudah menguasai kelas (2) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar (3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar. (4) Mudah dilaksanakan 2) Metode Diskusi (Discussion Method) Syah (2000), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). a) Metode Diskusi Diaplikasikan Dalam Proses Belajar Mengajar Untuk : (1) Mendorong siswa berpikir kritis (2) Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas (3) Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama (4) Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 b) Kelebihan Metode Diskusi Sebagai Berikut : (1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan (2) Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik (3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi c) Kelemahan Metode Diskusi Sebagai Berikut : (1) Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar (2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas (3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara (4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal 3) Metode Demontrasi (Demonstration Method) Metode
demonstrasi
adalah
metode
mengajar
dengan
cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Metode
demonstrasi adalah
metode
yang
digunakan
untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. a) Manfaat Psikologis Pedagogis Dari Metode Demonstrasi Adalah: (1) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan (2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari (3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 b) Kelebihan Metode Demonstrasi Sebagai Berikut : (1) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda (2) Memudahkan berbagai jenis penjelasan (3) Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya c) Kelemahan Metode Demonstrasi Sebagai Berikut : (1) Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan (2) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan (3) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan 4) Metode Ceramah Plus Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu : a) Metode Ceramah Plus Tanya Jawab Dan Tugas (CPTT) Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas. Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu : (1) Penyampaian materi oleh guru (2) Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa (3) Pemberian tugas kepada siswa b) Metode Ceramah Plus Diskusi Dan Tugas (CPDT) Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 c) Metode Ceramah Plus Demonstrasi Dan Latihan (CPDL) Metode
ini
dalah
merupakan
kombinasi
antara
kegiatan
menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill). 5) Metode Resitasi (Recitation Method) Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri (http://researchengines.com/art05-65.html). a) Kelebihan Metode Resitasi Sebagai Berikut : (1) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama. (2) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri. b) Kelemahan Metode Resitasi Sebagai Berikut : (1) Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri. (2) Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan. (3) Sukar
memberikan
tugas
yang
memenuhi
perbedaan
individual. 6) Metode Percobaan (Experimental Method) Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium. a) Kelebihan Metode Percobaan Sebagai Berikut : (1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri to user daripada hanyacommit menerima kata guru atau buku.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 (2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi. (3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan
yang
diharapkan
dapat
bermanfaat
bagi
kesejahteraan hidup manusia. b) Kekurangan Metode Percobaan Sebagai Berikut : (1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen. (2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran. Metode eksperimen menurut Djamarah (2002 : 95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. c) Metode Eksperimen Mempunyai Kelebihan Dan Kekurangan Sebagai Berikut : (1) Kelebihan Metode Eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 (2) Kekurangan Metode Eksperimen : (a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan (d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian. 7) Metode Latihan Keterampilan (Drill Method) Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik. a) Kelebihan Metode Latihan Keterampilan Sebagai Berikut : (1) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat. (2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tandatanda/simbol, dan sebagainya. (3) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. b) Kekurangan Metode Latihan Keterampilan Sebagai Berikut (1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian. (2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. (3) Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulangcommit to user ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 (4) Dapat menimbulkan verbalisme. 8) Metode Perancangan (Project Method) yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian. a) Kelebihan Metode Perancangan Sebagai Berikut : (1) Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan. (2) Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. b) Kekurangan Metode Perancangan Sebagai Berikut : (1) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini. (2) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini. (3) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan. (4) Bahan
pelajaran
sering
menjadi
luas
sehingga
dapat
mengaburkan pokok unit yang dibahas. 9) Metode Kooperatif Learning (Cooperative Learning Method) Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar selama proses pembelajaran. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa ditentukan oleh kerelevansian dalam penggunaan suatu model pembelajaran
yang
sesuai
dengan
tujuan.
Sehingga
tujuan
pembelajaran akan dicapai dengan penggunaan model yang tepat, commit to user dalam tujuan pembelajaran. sesuai dengan standar keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 Dalam proses pembelajaran, siswa mempunyai latar belakang yang berbeda-beda diantaranya: lingkungan sosial, lingkungan budaya, gaya belajar, keadaan ekonomi, dan tingkat kecerdasan. Fakta tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun suatu strategi pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstuktur disebut sebagai system “pembelajaran gotong royong”. Dalam
sistem
ini,
guru
bertindak
sebagai
fasilitator.
Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata sehingga dalam bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan motivasi, produktivitas, dan hasil belajar. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Sehingga belajar kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk mengoptimalkan proses belajarnya. a) Kelebihan Pembelajaran Kooperatif (1) Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri. (2) Jika belajar sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun datang. Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik perhatian atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar bersama, orang punya teman yang memaksa aktif dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 belajar. Demikian pula ada kesempatan bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan kebosanan. (3) Dapat merangsang motivasi belajar, melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya. (4) Ada tempat bertanya, kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai tingkat pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling melengkapi. (5) Kesempatan melakukan resitasi oral, kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan menjelaskan suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri. Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan. (6) Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah diingat, melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit tak terhindarkan. commit user Setelah perdebatan ini,to biasanya akan mudah mengingat apa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar, mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala. Jika membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini dapat kurang kuat. b) Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Atau Kerja Kelompok (1) Bisa menjadi tempat mengobrol atau gossip Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia. (2) Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele. (3) Bisa terjadi kesalahan kelompok Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 Untuk itu dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan metode atau model pembelajaran sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan metode/model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum. 4. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan pesrta didik. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik (perorangan dan/atau kelompok) serta pesrta didik (perorangan, kelompok dan/ atau komunitas) yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi kegiatan adalah bahan (materi) belajar ytang bersumber dan kurikulum suatu program pendidikan. Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 Menurut slavin (1985), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Isjoni, 2011 : 12). Sedangkan sunal dan hans (2000) mengemukakan cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran (Isjoni, 2011 : 12). Selanjutnya stahl (1994) menyatakan cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolongmenolong dalam perilaku social (Isjoni, 2011 : 12). Cooperative learning dapat digunakan dalam membuat laporan penelitian pada pelajaran IPA dan IPS. Namun, Juliati (2000) mengemukakan, cooperative learning lebih tepat digunakan pada pembelajaran IPS (Isjoni, 2011 : 12). Terkait dengan itu, hasil penelitian Suryadi (1999) pada pembelajaran
Matematika
menyimpulkan
bahwa
salah
satu
model
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah cooperative learning (Isjoni, 2011 : 12). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam belajar biasanya siswa diharapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu, cooperative learning sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong-menolong mengatasi tugas yang dihadapinya. Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan
komunikasi
yang
berkualitas, dapat commit to user meningkatkan prestasi belajarnya.
memotivasi
siswa
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 Unsur-unsur dalam cooperative learning menurut Isjoni (2011 : 13) (mengutip simpulan Lungdren, 1994) sebagai berikut: a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”. b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok. e. Para siswa diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. g. Setiap siswa akan dimintai mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooeratif. Thompson, et al (1995) mengemukakan, cooperative learning turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam cooperative learning siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada cooperative learning yang diajarkan adalah keterampilanketerampilan khusus agar dapat bekerja
sama dengan baik di dalam
kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses commit to user pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkatn aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi
oleh
guru.
Dalam
penyampaian
materi,
biasanya
guru
menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan commit toaktif userdari seluruh siswa. Jadi, kegiatan (KTSP) menuntut adanya partisipasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong. a. Pengertian Cooperatif Learning Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (1995) mengemukakan, “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher” (Isjoni, 2011 : 15). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana system belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Sedangkan Johnson (dalam hasan, 1994) mengemukakan, “cooperanon means working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the instructional use of small groups that allows students to work together to maximize their own and each other as learning” (Isjoni, 2011 : 15). Berdasarkan uraian tersebut, cooperative learning mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur cooperative learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang. Anita lie (2000) menyebut cooperative learning dengan istilah commit to user pembelajaran gotong-royong, yaitu system pembelajaran yang member
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dan 4-6 orang saja (Isjoni, 2011 : 16). Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson (1994) cooperative learning adalah mengelompokkan siswa didalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut (Isjoni, 2011 : 17). Slavin (1995) menyebutkan cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana sejak saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatankegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching) (Isjoni, 2011 : 17). Dalam melakukan proses belajar-mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka. Ada banyak alasan mengapa cooperative learning tersebut mampu memasuki mainstream (kelaziman) praktik pendidikan. Selain bukti-bukti nyata tentang keberhasilan pendekatan ini, pada masa commit to semakin user sekarang masyarakat pendidikan menyadari pentingnya para
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 siswa berlatih berpikir, memecahkan masalah, serta menggabungkan kemampuan dan keahlian. Walaupun memang pendekatan ini akan berjalan baik di kela yang kemampuannya merata, namun sebenarnya kelas dengan kemampuan siswa yang bervariasi lebih membutuhkan pendekatan ini. Karena dengan mencampurkan para siswa dengan kemampuan yang beragam tersebut, maka siswa yang berkurang akan sangat terbantu dan termotivasi siswa yang lebih. Demikian juga siswa yang lebih akan semakin terasah pemahamannya. Cooperative learning ini bukan bermaksud untuk menggantikan pendekatan kompetitif (persaingan). Nuansa kompetitif dalam kelas akan sangat baik bila diterapkan secara sehat. Pendekatan kooperatif ini adalah sebagai alternative pilihan dalam mengisi kelemahan kompetisi, yaitu hanya sebagian siswa saja yang akan bertambah pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam dalam ketidaktahuannya. Tidak sedikit siswa yang kurang pengetahuannya merasa malu bila kekurangannya di expose. Kadang-kadang motivasi persaingan akan menjadi kurang sehat bila para murid saling menginginkan agar siswa lainnya tidak mampu, katakanlah dalam menjawab soal yang diberikan guru. Sikap mental inilah yang dirasa perlu untuk mangalami improvement (perbaikan). Beberapa ciri dari cooperative learning adalah ; (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan
juga
teman-teman
sekelompoknya,
(d)
guru
membantu
mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. b. Tujuan Cooperative Learning Pelaksanaan
model
cooperative
learning
membutuhkan
partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning sebagaimana dikemukakan Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil (Isjoni, 2011 : 21). 1) Penghargaan Kelompok Cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh
penghargaan
kelompok.
Penghargaan
kelompok
diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. 2) Pertanggungjawaban Individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua
anggota
kelompok.
Pertanggung
jawaban
tersebut
menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. 3) Kesempatan Yang Sama Untuk Mencapai Keberhasilan Cooperative learning menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi samasama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, cooperative learning memiliki beberapa keunggulan. Keunggulannya dilihatcommit dari aspek to usersiswa, adalah member peluang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pendangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan kea rah satu pandangan kelompok (Cilibert-Macmilan, 1993). Dengan
melaksanakan
model
pembelajaran
cooperative
learning, siswa memungkinkan dapat meraih keberhailan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, raa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas (Stahl, 1994). Model
pembelajaran
ini
memungkinkan
siswa
untuk
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Selanjutnya menurut Sharan (1990), siswa yang belajar menggunakan metode cooperative learning akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya (Isjoni 2011 : 23). Isjoni (mengutip simpulan Johnson, 1993) bahwa cooperative learning juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan
persahabatan,
menggunakan
menimba
sopan-santun,
berbagai
informasi,
belajar
meningkatkan
motivasi
siswa,
memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain. (Stahl,
1994)
bahwa
dengan
melaksanakan
model
pembelajaran cooperative learning, siswa memungkinkan dapat meraih commit to dalam user belajar, disamping itu juga bisa keberhasilan dalam keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 melatih siswa untuk melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas (Isjoni, 2011 : 24). Selanjutnya sesuai dengan pernyataan Isjoni (mengutip simpulan Jarolimek & Parker, 1993) bahwa keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah : 1) saling ketergantungan yang positif, 2) adanya pengakuan dalam merepon perbedaan individu, 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, 4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, 5) terjadinya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan 6) memiliki banyak kesempatan
untuk
mengekpresikan
pengalaman
emosi
yang
menyenangkan (2011 : 24). Kelemahan pembelajaran cooperative learning bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (eksteren). Faktor dari dalam , yaitu: 1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancer maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan , dan 4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya 3 tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al. (2000), yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 4) Hasil Belajar Akademik Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan
hasil
belajar,
cooperative
learning
dapat
member
keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. 5) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas, sosial,
kemampuan
dan
ketidakmampuannya.
Pembelajaran
kooperatif memberikan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan bergantung pada tugastugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 6) Pengembangan Keterampilan Sosial Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada
siswa
keterampilan
bekerjasama
dan
kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas tujuan utama dalam penerapan metode/model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama temantemannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya user secara berkelompok. dengan menyampaikan commit pendapattomereka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 c. Metode, Teknik, dan Struktur Pembelajaran Kooperatif Begitu luasnya spektrum kajian tentang pembelajaran kooperatif membuat model pembelajaran ini dapat dimodifikasi dan dikembangkan sedemikian rupa. Tak pelak, pembelajaran ini dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang signifikan. Fokus pengembangan pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan praktik-praktik yang diyakini dapat memfasilitasi guru dalam menerapkan pembelajaran tersebut di ruang kelas mereka, baik itu berupa metode, teknik, maupun struktur – struktur di dalamnya. Hingga saat ini, ada sekitar 19 metode, 14 teknik, dan 15 struktur pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan oleh berbagai pakar di belahan dunia. Antara metode, teknik, dan struktur tentu terdapat perbedaan – perbedaan mendasar. Jika mengikuti pengertian standarnya masing – masing, metode bisa dipahami sebagai cara kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah dan sistematis; teknik merupakan jabaran metode sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai; struktur merupakan unsur – unsur yang diperlukan untuk membangun / merancang sesuatu berdasarkan pola tertentu; dan prosedur merupakann urutan penerapan / penggunaan teknik. Uniknya, hampir semua metode, dan struktur pembelajaran kooperatif memiliki prosedur masing – masing. Dalam kontek pembelajaran kooperatif, sulit dibedakan mana yang berupa metode, teknik, dan struktur. Ketiga komponen ini sering kali “tumpang-tindih” dalam pengertian yang positif antar satu sama lain. Huda (mengutip simpulan Sharan dan Kagan, 1976) Group Investigation dianggap sebagai metode, juga dikenal sebagai struktur pembelajaran kooperatif (2011 : 112). Bahkan, beberapa metode seperti Jigsaw dan Numbered Heads Together dikenal bukan hanya sebagai metode, melainkan sekaligus sebagai stuktur dan teknik pembelajaran kooperatif. Tidak hanya itu, apa yang disebut sebagai “struktur” pembelajaran koopertif sebenarnya commityang to user merupakan salah satu metode dikembangkan oleh Spences Kagan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 (1990) yang dikutip, yang lebih dikenal sebagai metode struktural. Akan tetapi, Kagan lebih fokus pada metode structural ini dengan memerinci apa saja unsur – unsur yang bisa digunakan untuk memfasilitasi dan merancang (to structur) aplikasi pembelajaran kooperatif di ruang kelas (Huda, 2011 : 112). Tumpang tindihnya penyebutan antara metode, teknik, dan struktur ini sering kali disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, hampir semua pakar pembelajaran kooperatif memiliki istilah – istilah sendiri dalam menyebutkan hasil pengembangannya meskipun dalam dalam beberapa hal istilah tersebut sering kali tidak sesuai dengan pengertiannya yang standar. Kedua, inti pembelajaran kooperatif adalah bagaimana guru mampu
mewujudkan
pemrosesan
interpedensi
kelompok,
interaksi
positif,
akuntabilitas
produktif,
dan
individu,
keterampilan
interpersonal, sehingga apa pun sarana dan perangkat yang digunakan, guru harus bisa lebih fokus mengembangkan kelima elemen ini tanpa disibukkan dengan hal – hal teknis yang bersifat klasifiktif seperti membedakan antara mana yang metode, teknik, dan struktur kooperatif. Ketiga, para pengembang metode, teknik, dan srtuktur kooperatif sudah menyajikanprosedur lengkap untuk ketiga komponen tersebut sehingga sulit untuk membedakan mana yang lebih pantas dianggap sebagai metode, teknik, ataupun struktu karena masing – masing dari ketiganya dapat ditarapkan sendiri – sendiri atau dikombinasikan satu sama lain. Meski demikian, bukan berarti tidak ada cara untuk membedakan ketiga komponen tersebut dalam pembelajaran kooperatif. Dalam buku ini, klasifikasi metode, teknik, dan struktur kooperatif dipertimbangkan atas 1) pengertian standar dari ketiga komponen ini yang dapat dilihat dari prosedurnya masing – masing, 2) klasifikasi dari beberapa pakar pembelajaran kooperatif (untuk metode-metode, klasifikasinya didasarkan pada pembagian yang dilakukan oleh Slavin, 1995; untuk teknik-teknik klasifikasinya didasarkan pada pembagian yang dilakukan oleh Lie commit(2011 to user: 113); untuk struktur-struktur, (2002) yang dikutip Huda
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 klasifikasinya didasarkan pada Kagan (1990). Berikut ini adalah penjelasan detail tentang metode-metode, teknik-teknik, dan stukturstuktur pembelajaran kooperatif. 1) Metode-metode Pembelajaran Kooperatif Sejak awal 1970-an, banyak penelitian mulai beralih fokus untuk meneliti aplikasi pembelajaran kooperatif di ruang kelas. Pada saat itu, hampir semua penelitian pedagogis di seluruh dunia mengaji bagaimana mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif ini. Dari penelitian-penelitian tersebut dihasilkan sejumlah metode pembelajaran kooperatif yang semakin popular hingga saat ini. Huda (mengutip simpulan Slavin, 1995) menampilkan beberapa metode pembelajaran kooperatif yang banyak diteliti dan paling sering digunakan. Slavin membagi metode-metode tersebut dalam 3 kategori: 1) metode-metode student teams learning, 2) metode-metode Supported Cooperative Learning, dan 3) metode-metode Informal (2011 : 114). a) Metode-Metode Student Teams Learning Metode - metode Student Teams Learning ini merupakan metodemetode pembelajaran kooperatif yang diteliti dan dikembangkan di John Hopkins University. Lebih dari separuh penelitian tentang pembalajaran kooperatif melibatkan metode-metode Student Teams Learning ini. Semua pembelajaran kooperatif, termasuk metode-metode Student Teams Learning, didasarkan pada prinsip siswa harus belajar bersama dan bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya. Selain prinsip ini, metode-metode student teams learning juga menekan pentingnya tujuan dan kesuksesan kelompok yang dapat dicapai hanya jika semua anggota kelompok benar-benar mempelajari materi yang ditugaskan. Inilah alasan commitmengapa to user tugas-tugas pembelajaran dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 metode-metode
Student
Teams
Learning
umumnya
tidak
dimaksudkan untuk melakukan sesuatu dalam bentuk tim, tetapi lebih mempelajari sesuatu dalam bentuk lain. Ada tiga konsep yang mendasari metode-metode student teams learning: penghargaan kelompok (team reward), tanggung jawab individu (individual accountability), dan kesempatan yang sama untuk sukses (equal opportunities for success). Kelompok hanya akan memperoleh penghargaan (reward) jika mereka mampu mencapai dan / atau melebihi criteria yang telah ditentukan. Meski demikian, bukan berarti kelompok ini harus berkompetisi untuk memperoleh penghargaan “yang langka” tersebut. Setiap kelompok tetap memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai kriteria itu. Tidak ada kelompok yang menang dan kalah. Akuntabilitas individu (individual accountability) dalam metodemetode student teams learning berarti bahwa keberhasilan sebuah kelompok
bergantung
pada
pembelajaran
semua
anggota
kelompok. Akuntabilitas merujuk pada bagaimana setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain untuk belajar bersama dan memastikan kesiapannya masing-masing karena pada saatnya mereka akan diuji secara individual melalui kuis-kuis ataupun tugas-tugas lain dengan tanpa bantuan sesama anggota. Kesempatan yang sama untuk sukses (equal opportunities for success) berarti bahwa setiap anggota harus berkontribusi pada kelompoknya masing-masing dengan terus meningkatkan performa mereka setiap hari. Hal ini pada akhirnya akan membuat semua anggota, baik baik yang berkemampuan rendah, sedang, maupun tinggi, sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik bagi kelompok mereka. Metode - metode Student Teams Learning ini meliputi metode commit to user Student Team-Achievement Divisions (STAD), Team Games-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 Tournaments (TGT), dan Jigsaw II (JIG II). Berikut ini penjelasan rinci mengenai masing-masing metode. b) Student Team achievement Divisions (STAD) Metode
yang
dikembangkan
oleh
Slavin
ini
melibatkan
“kompetisi” antar kelompok.Siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama-tama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman satu kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka. Jadi, setiap anggota harus berusaha memperoleh nilai maksimal dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor yang tinggi. Slavin menyatakan bahwa metode STAD ini dapat di terapkan untuk beragam materi pelajaran, termasuk sains, yang didalamnya terdapat unit tugas yang hanya memiliki satu jawaban yang benar. c) Teams Games Tournaments (TGT) Dikembangkan oleh Slavin dan rekan-rekannya, penerapan TGT mirip dengan STAD dalam hal komposisi kelompok, format instruksional, dan lembar kerjanya. Bedanya, jika STAD fokus pada komposisi kelompok berdasarkan kemampuan, ras, etnik, dan gender, maka TGT umumnya fokus hanya pada level kemampuan saja. Selain itu, jika dalam STAD, yang digunakan adalah kuis, maka dalam TGT istilah tersebut biasanya berganti menjadi game akademik. Teknis pelaksanaannya mirip dengan STAD. Setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dengan demikian, masing-masing kelompok memiliki komposisi anggota yang comparable. Komposisi ini dicatat dalam tabel khusus (tabel commitminggunya to user turnamen), yang setiap harus diubah. Sama seperti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 STAD, dalam TGT setiap anggota ditugaskan untuk mempelajari materi terlebih dahulu bersama dengan anggota-anggota yang lain, lalu mereka diuji secara individual melalui game akademik. Nilai yang mereka peroleh dari game ini akan menentukan skor kelompok mereka masing-masing. Slavin (1995) menyarankan agar TGT diterapkan setiap minggu, sementara STAD dijalankan pada ujian tengah semester dan ujian akhir. Lagi pula, menurut Slavin, skor turnamen yang diperoleh TGT bisa dimanfaatkan guru untuk menentukan tingkat kesulitan kuis kepada setiap anggota kelompok saat mereka menjalani proses STAD. Sebagai alternatifnya, guru juga bisa menggunakan STAD dan TGT secara bergantian setiap minggunya. Dengan TGT, siswa akan menikmati bagaimana suasana turnamen itu, dan karena mereka berkompetisi dengan kelompok-kelompok yang memiliki komposisi kemampuan yang setara, maka kompetisi dalam TGT teras lebih fair dibandingkan kompetisi dalam pembelajaranpembelajaran tradisional pada umumnya. d) Jigsaw II (JIG II) Ketika Aronson (1975) mengembangkan metode jigsaw untuk pertama kalinya (lihat subbab selanjutnya), Slavin (1981) lalu mengadopsi dan memodifikasinya kembali. Hasil modifikasi yang dilakukan Slavin ini dikenal dengan metode jigsaw versi II. Dalam metode ini setiap kelompok “berkompetisi” untuk memperoleh penghargaan kelompok (group reward). Penghargaan ini diperoleh berdasarkan performa individu masing-masing anggota. Setiap kelompok akan memperoleh poin tambahan jika masing-masing anggotanya
mampu
menunjukkan
peningkatan
performa
(dibandingkan sebelumnya) saat ditugaskan mengerjakan kuis. Teknis pelaksanaannya hampir sama dengan jigsaw I. Pertamatama, setiap kelompok disajikan informasi yang sama. Kemudian, commit tomenunjuk user masing-masing kelompok satu orang anggota yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 dianggap ahli (expert) untuk bergabung dalam satu kelompok lagi, yang sering dikenal dengan “kelompok ahli” (expert group). Dalam “kelompok ahli” ini, setiap anggota saling berdiskusi untuk memahami lebih detail tentang informasi tersebut. Setelah itu, mereka
kembali
ke
kelompoknya
masing-masing
untuk
mengajarkan topik yang lebih spesifik dari informasi tersebut kepada teman-teman satu kelompoknya. Pengajaran ini dibutuhkan agar dirinya dan teman-teman satu kelompoknya bisa siap menghadapi ujian individu berikutnya. Setelah itu, setiap anggota diuji secara individual melalui kuis. Skor yang diperoleh setiap anggota dari hasil kuis ini akan menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka. e) Metode-Metode Supported Cooperative Learning Selain metode-metode Student Team Learning yang dikembangkan di John Hopkins University, ada pula metode-metode pendukung lain (Supported Cooperative Learning Methods) yang digagas oleh beberapa peneliti, termasuk oleh penggagas metode jigsaw pertama kali Aronson (1975), modifikasi jigsaw III oleh Kagan (1990), dan dua “spesialis” yang sudah banyak mempublikasikan buku seputar pembelajaran kooperatif, David Johnson dan Robert Johnson. Berikut ini adalah beberapa metode pembelajaran kooperatif tersebut. Berdasarkan pengertian metode-metode pembelajaran kooperatif dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik oleh siswa. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 Pemilihan dan penentuan metode dalam proses belajar mengajar guru harus selalu mencari cara-cara baru untuk menyesuaikan pengajarannya dengan situasi yang dihadapi. Metode-metode yang digunakan pun haruslah bervariasi untuk menghindari kejenuhan pada siswa. Namun metode yang bervariasi ini tidak akan menguntungkan bila tidak sesuai dengan situasinya. 2) Teknik-teknik Pembelajaran Kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif, setidak-tidaknya terdapat 14 teknik yang sering diterapkan diruang kelas. Meskipun ada banyak teknik lain, seperti Focuced Listing, One Minute Papers, Paired Annotations, What I Know What I Think I Know, Tea Party, Focus Trios, Mind Mapping, dan lain sebagainya-akan tetapi, di Indonesia, keempat belas teknik dibawah ini adalah yang paling sering digunakan. Teknik-teknik ini acapkali dipertukarkan dengan metode-metode pembelajaran kooperatif. Jika pada umumnya, setiap metode selalu memiliki teknik, namun dalam pembelajaran kooperatif, tekniktekniknya justru berdiri sendiri. Beberapa pengembang, seperti Lorna Curran dan Spencer Kagan, terkadang lebih suka menggunakan istilah “teknik” daripada “metode” mungkin karena prosedurnya yang lebih jelas dan sistematis. Meskipun beberapa pengembang lain, seperti Russ Frank dan Aronson, justru „tidak terlalu‟ mempersoalkan kedua istilah ini, sehingga teknik-teknik mereka, seperti NHT dan JIG, seringkali lebih dikenal sebagai “metode” daripada “teknik”. Akan tetapi, terlepas dari perdebatan soal istilah diatas, yang jelas 14 teknik yang dijabarkan dibawah ini hampir seluruhnya menyertakan prosedur-prosedur yang jelas dan tentu saja lebih praktis daripada metode-metode pembelajaran kooperatif, seperti yang disebutkan sebelumnya. Keempat belas teknik tersebut antara lain sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 a) Mencari Pasangan (Make a Match) (1) Dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). (2) Siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan. (3) Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Prosedur: (1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian). (2) Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu. (3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan PERSEBAYA berpasangan dengan pemegang kartu SURABAYA, atau pemegang kartu yang berisi nama SBY berpasangan dengan pemegang kartu PRESIDEN RI. (4) Siswa bisa juga bergabung dengan 2 atau 3 siswa lain yang memegang kartu yang berhubungan. Misalnya, pemegang kartu 3 + 3 membentuk kelompok dengan pemegang kartu 2 x 3 dan 12 : 2. b) Bertukar Pasangan (1) Memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. (2) Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Prosedur: (1) Setiap siswa membentuk pasangan-pasangan bisa ditunjuk langsung (bisa ditunjuk langsung oleh guru atau siswa sendiri yang mencari pasangannya sebagai teknik mencari pasangan). (2) Guru memberikan tuagas untuk dikerjakan setiap pasangan siswa. (3) Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu commit to user pasangan yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 (4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing –masing pasangan yang baru ini kemudian saling berdiskusi dan menshare jawaban mereka. (5) Hasil diskusi yang baru di dapat dari bertukar pasangan ini kemudian didiskusikan kembaki oleh pasangan semula. c) Berpikir Berpasangan Berbagi (Think-Pair-Share) (1) Dikembangkan oleh Frank Lyman (2) Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. (3) Mengoptimalkan partisipasi siswa. (4) Memberi kesempatan
sedikitnya delapan kali lebih banyak
kepada setiap siswa untuk menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain. (5) Bila diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Prosedur: (1) Siswa
ditempatkan
dalam
kelompok-
kelompok.
Setiap
kelompok terdiri dari 4 anggota/siswa. (2) Guru memberikan tugas pada setiap kelompok. (3) Masing- masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu. (4) Kelompok
membentuk
anggota-
anggotanya
secara
berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pekerjaan individunya. (5) Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk men share hasil diskusinya. d) Berkirim Salam dan Soal (1) Melatih keterampilan dan pengetahuan siswa. (2) Dengan
meminta
mereka
membuat
sendiri
pertanyaan-
pertanyaannya, mereka akan lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang di buat oleh teman- teman commit to user sekelasnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 (3) Cocok untuk persiapan menjelang tes dan ujian. (4) Dapat di terapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Prosedur: (1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok di tugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan di kirim ke kelompok yang lain. Guru dapat mengawasi dan membantu memilih soal- soal yang tepat. (2) Kemudian,
masing-masing
kelompok
mengirimkan
salah
seorang anggotanya yang akan menyampaikan “salam dan soal“ dari kelompoknya kepada kelompok lain. (salam ini bisa berupa yel –yel atau ungkapan-ungkapan unik yang menjadi ciri khas setiap kelompok). (3) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain. (4) Setelah selesai, jawaban tersebut dikirimkan kembali ke kelompok asal untuk dikoreksi dan di perbandingkan satu sama lain. e) Kepala Bernomor Terstruktur (Structured Numbered Heads) (1) Tehnik ini merupakan pengembangan dari tehnik kepala bernomor. (2) Memudahkan pembagian tugas . (3) Memudahkan siswa belajar melaksanakantanggung jawab individunya sebagai anggota kelompok. (4) Dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 Tabel 2.2. Struktur-Struktur Pembelajaran Kooperatif Prosedur/Deskripsi Fungsi Singkat (Akademik&Sosial) TEAMBUILDING (MEMBANGUN TIM) Roundrobin Setiap siswa saling Mengekspresikan gagasan dan menshare sesuatu – pendapat,mengarang – cerita. dengan teman-teman satu Saling berpartisipasi, saling kelompoknya berkenalan satu sama lain. CLASSBUILDING (MEMBANGUN KELAS) Corners Setiap siswa dibagi sesuai Mencari hipotesis-hipotesis,nilaidengan jumlah pojok nilai,dan menerapkan ruang kelas.Mereka saling keterampilan problem berdiskusi dengan teman- solving.Memahami dan teman satu kelompoknya menghargai pendapat-pendapat yang berada dipojok yang berbeda,bertemu dengan ruangan tentang teman-teman satu kelas. materi/topik yang telah dibagikan oleh guru. Selanjutnya,mereka mendengarkan dan menguraikan kembali gagasan-gagasan dari kelompok-kelompok yang berada dipojok-pojok lain. COMMUNICATION BUILDING (MEMBANGUN KOMUNIKASI) Paraphrase Siswa mendeskripsikan Memeriksa pemahaman, Memberi passport dan menguraikan kembali feedback. Sharing gagasan. pendapat seseorang yang baru saja berbicara,lalu menyampaikan pendapatpendapatnya sendiri. Spend-a-Buck Masing-masing anggota Mengambil keputusan. Membuat diberi bagian-bagian konsesus. Mendamaikan materi untuk diputuskan: (resolusi) konflik. mana yang akan ia kerjakan. Kelompok lalu memilih satu bagian materi berdasarkan penghitungan bagian mana yang paling banyak diambil atau dipilih oleh anggota-anggotanya. Group Setiap kelompok commit to userKeterampilanberkomunikasi. Processing mengevaluasi kerja sama Kemampuan menjalankan Struktur
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 yang telah dilaluinya tugas/peran individu. selama ini. Kelompok juga mengevaluasi partisipasi dan perilaku masing-masing anggotanya selama bekerja sama. Semuanya ditujukan untuk meningkatkan efektifitas kerja sama kelompok dikemudian hari. MASTERY (MATERI) Numbered Heads Guru mengajukan satu Review. Mengecek tingkat Together pertanyaan; setiap pemahaman dan pengetahuan kelompok saling siswa. berdiskusi untuk memastikan anggotaanggotanya mengetahui jawaban atas pertanyaan tersebut. Setelah itu, secara acak, guru memanggil nomor (baca:anggota/siswa) untuk mempresentasikan jawabannya. Send-a-Problem Setiap siswa menulis satu Review.mengecek tingkat pertanyaan review pemahaman dan pengetahuandisebuah kartu, lalu siswa. mengajukannya kepada teman-teman satu kelompoknya untuk dijawab. Pertanyaanpertanyaan review ini juga di ajukan pada kelompok-kelompok yang lain. Cooperative Siswa terlibat dalam Review. Mengecek tingkat Review game-game akademik pemahaman dan pengetahuan untuk mereview materi siswa. mingguannya. CONCEPT DEVELOPMENT (MEMBANGUN KONSEP) Three-StepSetiap kelompok Saling berbagi informasi pribadi Interview membantu pasangan tentang masalah atau materi anggota-anggotanya. pembelajaran tertentu. Partisipasi. Masing-masing pasangan Saling menyimak. commit to user saling berdiskusi atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
Brainstorming
Group Discussion
Rountable
Partners
berwawancara tentang suatu masalah/materi pembelajaran. Lalu mereka bertemu kembali dalam kelompok untuk saling menshare informasi yang mereka peroleh dari hasil wawancara bersama pasangannya masingmasing. Masing-masing anggota Menghasilkan dan saling mendorong menghubungkan gagasananggota-anggota lain gagasan. Partisipasi,keterlibatan. untuk mengungkapkan pendapatnya tentang masalah atau topik tertentu,lalu mereka bersama-sama merumuskan satu – pendapat umum yang mewakili kelompoknya. Guru mengajukan satu Sharing gagasan.Mencapai persoalan besar,lalu konsesus kelompok. meminta masing-masing kelompok untuk mendiskusikan dan merumuskan jawabannya. MULTIFUNCTIONAL (MULTI FUNGSI) Guru mengajukan satu Mengingat kembali informasi pertanyaan.Lalu,satu atau pengetahuan kertas dan satu pensil sebelumnya,mempraktikkan diberikan pada masingketerampilan-keterampilan masing kelompok. Setiap khusus,menciptakan seni anggota bergantian kooperatif. Teambuilding, menulis jawabannya partisipasi seluruh anggota. dikertas tersebut. Terus begitu hingga semua anggota selesai menuliskan jawabannya masing-masing. Masing-masing kelompok Menguasai atau membentuk pasangan mempresentasikan materi baru. anggota-anggotanya. Mengembangkan konsep. SkillSetiap pasangan berusaha skill presentasi dan komunikasi. commit to user mendiskusikan, atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 menghasilkan, atau menguasai konten/materi tertentu. Pasangan ini bertemu dengan pasangan dari kelompok lain untuk mengonsultasikan dan mempresentasikan hasil diskusi/produknya. Lalu, pasangan tersebut kembali kepasangan lain dalam kelompoknya semula untuk saling menshare hasil diskusi/produknya. Co-Op Co-Op Masing-masing kelompok ditugaskan untuk membuat satu produk kelompok tertentu, lalu mempresentasikannya didepan kelas. Setiap anggota kelompok harus diberi tugas/peran masing-masing dalam proses pembuatan produk – kelompoknya. Group Setiap kelompok Investigation mengidentifikasi satu topik/subtopik tertentu untuk diteliti dan diinvestigasi. Masingmasing anggota berusaha mengumpulkan dan mengevaluasi data, lalu menyintesiskannya dalam laporan akhir kelompok. (Sumber. Huda, 2011 : 155 )
Mempelajari dan mendiskusikan materi yang kompleks; seringkali didukung dengan berbagai sumber dan bahan. Evaluasi,aplikasi,an -alisis, sintesis. Resolusi konflik, keterampilan berpresentasi. Perencanaan, pengambilan keputusan secara kolektif.
Aplikasi, analisis, inferensi, sintesis, evaluasi. Perencanaan, pengambilan keputusan secara kolektif.
Keunikan lain dari struktur-struktur ini adalah sifatnya yang tidak bisa dilepaskan
satu
sama
lain.
Masing-masing
struktur
bersifat
komplementer dan sistematis. Hanya dengan menerapkan secara kronologis struktur pertama (Roundrobin) hingga struktur terakhir (Group Investigation), seorang guru akan mampu menerapkan commit to user pembelajaran kooperatif dengan lebih mudah diruang kelas mereka.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 Hal ini pula yang menjadi alasan mengapa struktur-struktur ini dibahas di bab khusus dan dibedakan dari metode-metode pembelajaran kooperatif pada umumnya. Struktur-struktur ini lebih tampak sebagai unsur-unsur pembangun metode kooperatif yang tidak mungkin lengkap tanpa didukung oleh unsur-unsur lain. Misalnya, seorang guru yang menerapkan hanya struktur Roundrobin saja, tanpa strukturstruktur yang lain, tidak bisa langsung di anggap telah menerapkan suatu pembelajaran kooperatif karena Roundrobin hanya berbentuk aktivitas sharing antar anggota kelompok. d. Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Menengah (SMP-SMA) Sejak
awal
1970-an,
hampir
semua
penelitian
tentang
pembelajaran kooperatif fokus pada pengembangan model pembelajaran tersebut di sekolah-sekolah, khususnya tingkat dasar (SD) dan tingkat lanjutan (SMP-SMA). Metode-metode yang diteliti sangat beragam, tetapi sebagian besar memang ditujukan untuk mencari alternatif metode pembelajaran yang selama ini dominan diterapkan disekolah-sekolah, seperti metode ceramah dan metode individual. Dalam metode-metode kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil. Harapannya adalah agar siswa termotivasi untuk belajar, saling membantu satu sama lain, dan prestasi belajar mereka juga semakin meningkat. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga seringkali diharapkan dapat meningkatkan relasi antarsiswa yang memiliki latar belakang ras, kelompok etnik, dan kemampuan akademik yang berbeda-beda, serta mampu meningkatkan produktivitas mereka dalam memecahkan masalah. Hasil review atas berbagai penelitian tentang pembelajaran kooperatif juga telah menunjukkan bahwa pembelajaran ini relative berhasil mencapai tujuan-tujuan tersebut. Meski demikian, hasil review ini masih menyisakan pertanyaan tersendiri bagi kebanyakan praktisi pembelajaran kooperatif karena review tersebut tidak memerinci kemungkinan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan jika pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 kooperatif diterapkan dengan metode, teknik, mata pelajaran, tingkat kelas, dan karateristik siswa yang berbeda-beda. Pada bab kali ini, pembahasannya akan difokuskan pada pembelajaran kooperatif di SMP dan SMA. Review Newman dan Thompson yang dilakukan pada 1987 menjadi sumber referensi utama dalam tulisan ini untuk melihat bagaimana perkembangan pembelajaran kooperatif di SMP dan SMA sejauh ini. Adakah pengaruh yang berbeda antara SMP dan SMA yang menerapkan pembelajaran kooperatif ini? 1) Signifikansi Pembelajaran Kooperatif di SMP dan SMA Meskipun teknik-teknik pembelajaran kooperatif pada awalnya dikembangkan untuk perguruan tinggi atau universitas, kebanyakan penelitian tentang pembelajaran ini justru sering dilakukan di sekolah dasar (SD). Aakan tetapi, karena sekolah menengah/lanjutan (SMPSMA) secara substansial berbeda dengan sekolah dasar (SD) dalam hal ukuran, struktur organisasi, dan pendekatan pengajarannya dan perguruan tinggi (PT) dalam hal motivasi belajar siswa-siswa didalamnya, maka penting meletakkan pembelajaran kooperatif ini secara khusus dalam konteks sekolah lanjutan (SMP-SMA). Apa yang pernah dilakukan Newman dan Thompson (1987) sangat menarik untuk kita diskusikan disini. Newman dan Thompson (1987) mereview beberapa penelitian tentang pembelajaran kooperatif di SMP-SMA sepanjang tahun 1970-1980-an. Review ini mendeskripsikan berbagai penelitian tentang pembelajaran kooperatif, hasil akhir, serta implikasi-implikasi lanjutannya terhadap problem-problem yang terkait dengan pembelajaran kooperatif. Menurut Newman dan Thompson (1987), hasil pengamatan mereka ini dimaksudkan tidak sekedar sebagai review kritis dan komprehensif, tetapi juga sebagai sintesis bagi para praktisi dan peneliti tentang pengaruh-pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian siswa SMP dan SMA. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 Review ini memang dibatasi hanya pada pengujian pengaruh-pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian siswa SMP-SMA. Pernyataan Huda (mengutip simpulan Newman dan Thompson, 1987) bahwa ada banyak hal lain yang melampaui pencapaian akademik tersebut, seperti kemampuan guru, rancangan pembelajaran kooperatif, dan tujuan/misi sekolah (2011 : 291). Sebagian besar penelitian berusaha menekankan
dan mencari pengaruh-pengaruh positif
pembelajaran kooperatif terhadap perkembangan social dan afektif siswa, khususnya dalam hubungannya dengan intra dan inter-etnis di antara siswa. Penelitian-penelitian tersebut umumnya juga mencari tahu apakah pembelajaran kooperatif juga berpengaruh terhadap perilaku kedisiplinan dan kerja sama siswa, persepsi dan sikap mereka terhadap aktivitas kooperatif, dan rasa kepuasan mereka dalam menjalani proses pembelajaran kooperatif. Kebanyakan penelitian yang fokus pada pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian siswa tak jarang juga menyertakan pengaruh-pengaruh lain seperti yang disebutkan diatas,tetapi ada juga penelitian yang justru secara ekslusif focus pada pengaruh pembelajaran ini terhadap relasi sosial siswa (hasil-hasil nonkognitif) tanpa menyertakan pengaruhnya terhadap pencapaian akademik siswa. Penelitian-penelitian yang di review Newman dan Thompson (1987) pada umumnya melibatkan metode-metode pembelajaran kooperatif yang beragam, mulai dari STAD Student Teams Achievement Divisions (Slavin, 1978), TGT Teams Games Tournaments (DeVeries dan Slavin, 1978), JIG-Jigsaw (Aronson, 1978), LT-Learning Together (Johnson & Johnson, 1975), GI-Group Investigation (Sharan & Sharan, 1976), dan kombinasi antar beberapa metode. Semua metode ini, seperti yang kita ketahui, dirancang untuk mendorong siswa agar saling membantu satu sama lain, dan semuanya dimaksudkan untuk meningkatkan, baik pencapaian maupun relasi sosial antarsiswa. Akan to user tetapi, ada beberapa commit perbedaan mendasar di antara metode-metode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 tersebut, utamanya yang menyangkut perspektif teoritis dan filosofi pendidikan antar masing-masing metode. Dua metode pertama (STAD dan TGT), misalnya, lebih menekankan pada evaluasi individual, materi akademik yang sudah dirancang sebelumnya, dan dalam beberapa hal membuka ruang “kompetisi” secara individual ataupun kelompok untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Sebaliknya, tiga metode yang terakhir (JIG, LT, dan GI) lebih mengandalkan minat intrinsik
siswa dan evaluasi
kelompok.
Metode GI
(Group
Investigation) bahkan menjadi metode yang paling terbuka dan flesibel dari sekian metode yang lain, dengan berprinsip bahwa siswalah yang bertanggung jawab mengarahkan pembelajaran mereka sendiri. Perbedaan-perbedaan antar metode ini sebenarnya berpangkal dari prinsip dasarnya masing-masing:apakah pembelajaran kooperatif diterapkan secara khusus untuk meningkatkan pencapaian dan akuntabilitas individu siswa atau untuk meningkatkan produktifitas kelompok dan pemahaman sosial. Tulisan-tulisan tentang STAD dan TGT menekankan cara-cara agar siswa termotivasi agar siswa “berkompetisi”
dengan
teman-temannya
yang
memiliki
level
kemampuan/pencapaian yang sama. Dengan cara-cara ini, setiap siswa diharapkan bisa memningkatkan performa akademiknya masingmasing agar kelompok mereka dapat unggul daripada kelompokkelompok yang lain. Setiap siswa yang mampu menunjukkan peningkatan performa diberi penghargaan (reward) secara individual (berupa pujian atau skor akademik). Menerapkan dua metode ini tentu saja membutuhkan latihan terlebih dahulu. Akan tetapi, karena kedua metode tersebut tampaknya mudah disesuaikan dengan motivasi kebanyakan siswa yang ingin berkompetisi, maka guru tidak perlu membutuhkan waktu yang lama untuk menuntun motivasi kompetitif mereka menuju kerja-kerja kooperatif. Sebaliknya, metode LT, JIG, dan GI justru menjadi metode commit to user pembelajaran kooperatif yang berusaha mereduksi bentuk-bentuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 negative individualism dan kompetisi. Ketiga metode ini dirancang untuk
meningkatkan
perilaku
kooperatif,
memberikan
pujian/penghargaan pada kelompok (bukan individu), dan menuntun siswa untuk merangkul teman-teman satu kelompoknya yang berasal dari latar belakang sosial yang beragam (khususnya ras, etnik, dan cacat fisik). Menerapkan tiga metode tersebut mengharuskan guru dan siswa berkomitmen terlebih dahulu untuk menjauhi privatisme dan individualisme kompetitif menuju sikap-sikap kooperatif. Untuk itulah, kesuksesan
diterapkannya
ketiga
metode
itu
pada
umumnya
bargantung pada sejauh mana guru tidak sekedar mempelajari metodemetode tersebut, tetapi juga sejauh mana mereka mampu melatih skillskill interaksi sosial kepada siswa-siswanya. Isu-isu semacam ini sudah sering dibahas dalam level teknik, dimana struktur-struktur aktivitas kooperatif yang berbeda hampir selalu mempresentasikan pengaruh dan metode pembelajaran kooperatif yang berbeda pula. Dalam memahami pembelajaran kooperatif, David dan Roger Johnson, misalnya, fokus pada perbedaan antara strukturstruktur
tujuan
(goal
structures)
kooperatif,
kompetitif,
dan
individualistik (Johnson & Johnson, 1975 : 1985). Sementara itu, simpulan Slavin (1983) menjelaskan pembelajaran kooperatif dalam konteks struktur-struktur tugasnya (task structures) (misalnya, struktur-struktur tugas yang umumnya tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan kompetitif dan individualistik ternyata dapat diselesaikan dengan pendekatan kooperatif), struktur-struktur penghargaannya (reward structures) (misalnya setiap anggota kelompok dihargai berdasarkan pencapaian kelompok mereka), dan akuntabilitas individu (individual accountability) (kontribusi setiap anggota kelompok sebaiknya benar-benar diperhatikan dan dihargai) (Huda, 2011 : 294). Kembali lagi kereview Newman dan Thompson (1987) yang dikutip Huda (2011 : 295). Kedua pakar ini menyeleksi penelitian-penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan dikelas VII-IX (SMP) dan kelas X-XII (SMA) yang memenuhi kriteria-kriteria berikut ini: a) Terdapat treatment yang melibatkan tugas-tugas kooperatif atau struktur-struktur kooperatif (seperti, reward dan tujuan); b) Terdapat kelompok lain (control/comparison group: kelompok dengan pengajaran individualistik, kompetitif, atau pengajaranpengajaran lain) yang dijadikan perbandingan dengan kelompok yang ditreatment (treatment group: kelompok kooperatif); c) Menggunakan sampel setidak-tidaknya 20 siswa; d) Berdurasi minimal selama 2 minggu (10 hari sekolah); e) Menerapkan ujian individu untuk mengukur pencapaian siswa. Untuk kriteria yang terakhir, pembelajaran kompetitif, bagaimanapun, tidak sekedar menekankan bagaimana siswa lebih mudah memahami informasi yang sulit dipelajari dalam materi-materi pelajaran tertentu, tetapi juga menekankan pencapaian siswa yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Untuk itulah, dalam reviewnya, Newman dan Thompson (1987) juga menyertakan kriteria ujian individu. Dipilihnya durasi waktu minimal 2 minggu tidak lain dimaksudkan agar bisa memperoleh hasil
pengujian metode kooperatif yang benar-benar
valid. e. Pembelajaran Kooperatif Dalam Penjas Jurnal
Pembelajaran
Kooperatif
Dalam
Penjas
Menurut
Mahendra (2003), “Domain psikomotorik secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama, pertama mencapai perkembangan aspek kebugaran jasmani, dan kedua, mencapai perkembangan aspek motorik” (1). Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kuat. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, tetapi yang lebih penting adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensia, emosional dan watak”. Ketika guru memulai sebuah unit dengan model yang baru dalam pembelajaran commit topenjas, user guru penjas cenderung akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 membutuhkan bantuan siswa dalam proses belajar mengajar ”bagaimana sesuatu bekerja” selama unit tersebut akan memberikan siswa dalam beberapa saat untuk merubah sebuah pola partisipasi yang ada dikelas maupun dilapangan. Ini merupakan tanggung jawab guru untuk membuat rencana untuk mengajarkan model tersebut dengan sebaik-baiknya sampai siswa mengerti dan menerimanya dengan baik, sehingga akan mengakibatkan penjas ke arah pembelajaran yang tepat dengan perkembangan siswa, pembelajaran tersebut harus meliputi empat area kesiapan siswa yaitu : (1) pemahaman verbal, tertulis dan pemahaman model, (2) pengambilan keputusan dan tanggung jawab, (3) kematangan sosial dan emosional dan (4) pengetahuan skill yang sudah dimiliki siswa. Serta dapat memperlihatkan beberapa contoh praktik untuk pendidikan fisik yang tepat dan tidak tepat dengan perkembangan siswa. Untuk bisa mengoptimalkan fungsi pendidikan jasmani perlu adanya perubahan didalam format pembelajaran dari metode menjadi model, yaitu salah satunya dengan menggunakan metode pengelompokan murid-murid kedalam learning team dan terdapat ciri-ciri semua murid akan berperan terhadap proses pembelajaran, dan hasilnya dalam olahraga setiap anggota bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Salah satunya menggunakan model instruksional / Student Team Learning (Slavin, 1977) yang diakui dalam dunia pendidikan secara luas. Awalnya Slavin menamainya Student Team Learning (STL) dan mengubahnya sedikit menjadi Cooperative Learning (CL) dengan jangkauan model yang diperluas. Jurnal Pembelajaran Kooperatif Dalam Penjas Slavin (1983) menyatakan bahwa “STL/CL terdapat ciri-ciri yang didasarkan pada tiga konsep: team rewards, individual accountability dan equal opportunities for success” (1). Model ini menjadikan murid-murid terfokus selama waktu team, dan dilibatkan untuk menyelesaikan tugas. Hal ini kemudian menjadi lebih interaktif seperti proses pembelajaran guru mengenai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 pembelajaran kemampuan bersosialisasi dengan murid-murid selama dan hingga akhir setiap kelas. Guru juga harus perlu menguasai pengetahuan tertentu juga kecakapan dan kemampuan untuk memaksimalkan kinerja model yang dipakai, pengetahuan mengenai isi selalu penting tidak terlepas dari model apa yang digunakan. Jurnal pembelajaran kooperatif dalam penjas. Sebagaimana
dinyatakan
Shalman
(1987)
bahwa,
“Pengetahuan
pedagogis yang penting merupakan perpaduan mengenai isi, konteks, siswa, dan pembelajaran akan berubah sesuai dengan model yang dipilih untuk tiap unit dan kelompok kelas” (1). Tentu saja, pengetahuan mengenai model yang digunakan juga penting. Karena tiap model meliputi rangkaian strategi belajar dan kecakapan mengajar efektif. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa ahli menyatakan pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan diantaranya membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerjasama, dan membantu teman. Jurnal pembelajaran kooperatif dalam penjas menurut Cilibert & Macmilan (1993) Dilihat dari aspek siswa, adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan kearah pandangan kelompok (Cilibert & Macmilan, 1993). Sedangkan dibandingkan dengan individual dan kompetitif, Model pembelajaran kooperatif lebih dirancang pada perpaduan empat teori pembelajaran utama: kognitif (selama pemecahan masalah tim), to user perilaku (dalam kriteria commit pertemuan tim) motivasional (dalam olahraga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 bersamaan diantara teman satu tim) dan bersosialisasi (belajar dengan mengamati dan berinteraksi dengan anggota tim lain) guru harus mengenali teori mana yang paling jelas saat bekerja dalam setiap bagian model dan memfasilitasi jenis pembelajaran lain yang cocok. Jurnal pembelajaran kooperatif dalam penjas menurut Stahl (1994) adalah dengan alasan lain melaksanakan model pembelajaran kooperatif, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berfikir (thinking skill) maupun keterampilan
sosial
(social
skill),
seperti
keterampilan
untuk
mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan dikelas. Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork, keterampilan ini sangat dibutuhkan anak saat nanti lepas ke tengah masyarakat. Pembelajaran kooperatif dalam penjas mempunyai makna, pembelajaran kooperatif tidak benar-benar sebuah model dengan sendirinya, itu adalah seperangkat strategi mengajar, yang terpenting adalah pengelompokan siswa ke dalam tim belajar untuk menetapkan jumlah waktu atau tugas, dengan harapan bahwa semua siswa akan memberikan kontribusi pada proses belajar dan hasil. Jurnal pembelajaran kooperatif dalam penjas menurut Deutsch (1949) menyarankan bahwa ada struktur tujuan utama dalam pendidikan: individualistis, kompetitif, dan kooperatif. Dasar dari model ini adalah memiliki siswa belajar bersama satu sama lain melalui hubungan saling bergantungan dan terstruktur. pencapaian tujuan pembelajaran akademis adalah prioritas tinggi, tapi tidak lebih penting dari pada proses pembelajaran sosial dan keterampilan. Keuntungan jika penjas menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah salah commit satunyato user memungkinkan semua siswa dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar, mengajarkan teknik-teknik olahraga yang digabung dengan suasana permainan sebenarnya. Atau melakukan permainan-permainan yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak sehingga bisa menyerap nilainilai keolahragaan yang ada didalamnya. Akibatnya, pelajaran permainan itu pun akan memberikan pengalaman yang lengkap pada anak dalam berolahraga. Sedangkan pembelajaran kooperatif dalam penjas cenderung menekankan kepada pembelajaran olahraga / sport education secara berkelompok, yang diharapkan mampu mengatasi berbagai kelemahan pembelajaran yang selama ini sering dilakukan oleh para guru penjas, pada dasar nya terdapat tiga struktur tujuan dalam penjas: Kompetitif, Individual, dan Kooperatif. Untuk memaksimalkan pembelajaran, guru pendidikan jasmani biasanya harus menetapkan struktur tujuan yang mana yang akan digunakan untuk menghasilkan pencapaian tujuan bagi sebanyak mungkin siswa. Struktur tujuan adalah cara siswa berinteraksi secara verbal maupun secara fisik dengan teman sendiri atau dengan guru ketika terlibat dalam pembelajaran. Jurnal pembelajaran kooperatif dalam penjas Siedentop (1995) adalah keputusan yang baik tentang tujuan mengarah langsung pada pencapaian hasil pendidikan jasmani, walaupun sering diabaikan oleh kebanyakan guru penjas. Perlu diterapkannya pembelajaran ini, untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerjasama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapi agar upaya guru dalam kegiatan belajar mengajar mutlak, hal ini tentu untuk tercapainya tujuan belajar yang sesungguhnya, yaitu adanya perubahan, perubahan yang diharapkan dapat to user maupun perubahan tingkah laku berupa pertambahan ilmucommit pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 ke arah kedewasaan, baik dewasa berfikir, bersikap maupun bertindak untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
penelitian
menunjukkan,
model
pembelajaran
kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap kegiatan belajar mengajar disekolah, yakni dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama
pembelajaran,
meningkatkan
ketercapaian
dan
dapat
meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran berikutnya. Terdapat dua ciri yang mungkin dimiliki guru dan tidak menguasai model pembelajaran kooperatif terutama dalam pembelajaran penjas. Kedua ciri itu adalah apakah guru akan disiapkan menjadi guru yang : Pertama, guru yang propagandis adalah sebutan bagi guru yang setiap penampilannya akan memukau anak-anak, namun bila terus menerus akan menimbulkan rasa jenuh dari anak. Kedua, guru yang netral adalah guru yang tidak punya pendirian, dan tak punya tanggung jawab dalam menyampaikan pelajaran, karena ia sendiri tidak yakin akan maknanya. Keterampilan sosial berasal dari kata trampil dan sosial. Kata ketrampilan berasal dari 'trampil' digunakan di sini karena di dalamnya terkandung suatu proses belajar, dari tidak trampil menjadi trampil. Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif merupakan suatu kemampuan mengatur pikiran, emosi dan perilaku untuk memulai dan memelihara hubungan atau interaksi dengan kelompok secara efektif dengan mempertimbangkan norma dan kepentingan bersama serta tujuan pribadi. Secara umum, metode pembelajaran kooperatif ini dapat dilihat dalam beberapa bentuk perilaku : pertama, perilaku yang berhubungan dengan
diri
sendiri
seperti
mengontrol
emosi,
menyelasaikan
permasalahan kelompok secara tepat, memproses informasi dan memahami perasaan orang lain seperti memulai interaksi dan komunikasi dengan orang lain dan ketiga perilaku yang berhubungan dengan akademis, seperti mematuhi peraturan dan melakukan apa yang diminta commit user oleh guru. Kenyataannya masihto banyak guru yang belum mengenal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 metode pembelajaran kooperatif, sebagai penyebab dari belum banyaknya guru yang mengimplementasikan metode kooperatif di sekolah masingmasing.
4. Bolavoli a. Pergertian Permainan Bolavoli Permainan bolavoli merupakan suatu permainan bola besar yang dimainkan oleh 2 regu dimana tiap regu terdiri dari 6 pemain, diawali dengan servis dan dengan net sebagai pembatas, pelaksanaan bola dipantulkan sebelum bola menyentuh tanah. Permaianan Bolavoli merupakan olahraga permainan yang sudah berkembang dan banyak digemari oleh masyarakat di Indonesia. Permainan yang mengunakan tangan ini banyak dimainkan oleh semua kalangan, dari pedesaan, kalangan perkantoran, dan bahkan menjadi mata pelajaran disekolahsekolah dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Menurut Ahmadi bahwa “Permainan bolavoli merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak mudah untuk dilakukan oleh setiap orang. Diperlukan pengetahuan tentang teknik-teknik dasar dan teknik lanjutan untuk dapat melakukan permainan bolavoli secara efektif” (2007: 19). Maka dengan pengertian itu untuk dapat melakukan permaianan bolavoli dengan baik maka harus menguasai teknik dasar permaianan bolavoli dengan baik. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Prestasi Bolavoli Faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi bolavoli adalah meliputi unsur teknik, kondisi fisik, taktik dan mental. Untuk mencapai prestasi bolavoli semaksimal mungkin, maka unsur-unsur tersebut harus dilatih dan dikembangkan secara baik dan teratur. Secara singkat unsurunsur yang mendukung pencapaian prestasi bolavoli dijelaskan sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 1) Unsur Kondisi Fisik Dalam setiap cabang olahraga tentu membutuhkan kualitas fisik yang prima. Dengan kualitas fisik yang prima akan dapat mendukung pencapaian prestasi secara optimal. Yunus menyatakan bahwa. “tanpa persiapan kondisi fisik yang memadai maka akan sulit mencapai prestasi yang tinggi. Jika kondisi fisik tidak dipersiapkan secara khusus sebelumnya, maka akan sulit dan terlalu lama bagi atlet untuk dapat menguasai teknik dan taktik dalam bermain bolavoli” (1992 : 61). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kemampuan kondisi fisik merupakan faktor yang sangat penting untuk mengembangkan unsur teknik, dan taktik permainan bolavoli. Kualitas fisik yang baik akan mendukung secara langsung terhadap kualitas gerak yang dapat ditampilkan, karena keberadaan kualitas fisik selalu beroperasi dengan fungsi psikomotor. Oleh karena itu untuk mencapai prestasi olahraga komponen-komponen kondisi fisik harus dilatih dan dikembangkan secara baik dan teratur. 2) Unsur Teknik Penguasaan teknik dasar bolavoli merupakan unsur yang sangat penting untuk mendukung penampilan seorang pemain, baik secara individu maupun secara tim. Yunus berpendapat teknik dalam permainan bolavoli dapat diartikan “sebagai cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai hasil yang optimal” (1992 : 68). Menurut Suharno bahwa, “penguasaan teknik dasar permainan bolavoli merupakan salah satu unsur yang ikut menentukan menang atau kalahnya satu regu di dalam suatu pertandingan” (1985 : 11). Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, menguasai teknik dasar bolavoli merupakan faktor yang penting Unsurunsur teknik dasar bermain bolavoli yang harus dikuasai oleh pemain bolavoli, menurut Suharno (1985 : 51) adalah sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 a) Teknik dengan bola : (1) Pass atas (2) Set-up/umpan (3) Pass bawah (4) Smash/spike (5) Block/bendungan (6) Servis b) Teknik tanpa bola : (1) Langkah awalan smash, block (2) Langkah sebelum mengambil bola (3) Loncatan dan gerak tipu (4) Pengambilan posisi Pada dasarnya teknik dasar bolavoli dibedakan menjadi dua macam yaitu, teknik dengan bola dan teknik tanpa bola. Teknik dengan bola merupakan cara memainkan bola dengan anggota badan secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sedangkan teknik tanpa bola berupa gerakan-gerakan khusus yang mendukung teknik dengan bola. Dalam pelaksanaan permainannya, kedua teknik tersebut memiliki keterkaitan yang erat menurut kebutuhannya. 3) Unsur Taktik Dalam permainan bolavoli, kemampuan dalam taktik permainan mutlak diperlukan untuk memperoleh kemenangan. Berdasarkan macamnya, taktik dalam permainan bolavoli dikelompokkan menjadi beberap amacam. Menurut Suharno yaitu taktik permainan bolavoli terdiri atas “(1) Pertahanan, (2) Penyerangan, (3) Perorangan, (4) Kelompok dan (5) Tim” (1985 : 1). Taktik pertahanan adalah siasat yang dilakukan dalam upaya menjaga agar mempertahankan dari serangan lawan. Taktik pertahanan dalam permainan bolavoli diantaranya dilakukan dengan teknik blocking yang dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok. Taktik penyerangan adalah siasat yang dilakukan dalam upaya untuk mematikan regu lawan dengan mengadakan serangan melalui smash atau lewat servis. Taktik individual adalah siasat perorangan dalam menggunakan kemampuan fisik, teknik dan mentalcommit dengan to proses user yang cepat untuk menghadapi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 problematika dalam mencari kemenangan pertandingan bolavoli secara sportif. Taktik kelompok adalah suatu siasat yang dilakukan oleh dua sampai lima pemain dalam bentuk-bentuk pertahanan atau penyerangan untuk mencapai kemenangan secara sportif dalam
pertadingan,
misalnya grop taktik dalam smash, block, bertahan lapangan belakang dan lain-lain. Taktik tim atau kolektif taktik adalah suatu siasat yang dijalankan oleh suatu regu atau enam orang dalam kerja sama untuk mencari kemenangan secara sportif. Tatik tim merupakan tujuan akhir suatu regu dalam usaha mencapai prestasi maksimal. 4) Unsur Mental Mental merupakan faktor kejiwaan atau psikologis dari seseorang yang ikut berpengaruh pada penampilannya dalam suatu pertandingan. Sebaik apapun fisik, teknik dan taktik yang dimiliki, jika mentalnya tidak baik, maka prestasi yang optimal sulit tercapai. Harsono mengemukakan “betapa sempurna perkembangan fisik, teknik dan taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut berkembang, prestasi tinggi tidak mungkin akan dapat dicapai” (1988 : 101). Kesiapan aspek psikologis atau mental harus diperhatikan dalam program pembinaan. Mental yang baik tidak dapat diperoleh secara cepat, tetapi melalui proses pembinaan dan latihan secara teratur. Dalam hal ini peranan seorang guru atau pelatih untuk membentuk mental yang baik bagi siswa atau anak didiknya cukup besar. Seorang guru atau pelatih harus memberikan pengertian-pengertian dan latihan mental secara baik dan tepat. c. Teknik Dasar Permainan Bolavoli Tenik dasar merupakan salah satu faktor yang sangat penting didalam pencapian prestasi. Perkembangan teknik diarahkan pada peningkatan keterampilan gerak, Jika gerakan dapat dikuasai dengan benar, maka pemain akan mudah mengkombinasikan dan mengembangkan berbagai gerakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 Menurut
Yunus
“Teknik
adalah
cara
melakukan
atau
melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif. Teknik permainan bolavoli dapat diartikan sebagai cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan-peraturan permaianan yang berlaku untuk mencapai hasil yang maksimal” (1992 : 68). Teknik permainan yang baik selalu berdasarkan pada teori dan hukum-hukum yang berlaku dalam ilmu dan pengetahuan yang menunjang pelaksanaan teknik tersebut. Dalam permainan bolavoli ada beberapa bentuk teknik dasar yang harus dikuasai. Teknik dasar permainan bolavoli terdiri atas: (1) Servis (2) Passing bawah (3) Passing atas (4) Block (5) Smash 1) Pengetian Passing Menurut Ahmadi (2007) Passing adalah upaya seseorang pemain dengan mengunakan suatu teknik tertentu untuk mengoperkan bola yang dimainkannya kepada teman seregunya untuk dimainkan dilapangan sendiri. Sedangkan umpan adalah usaha atau upaya seseoarang pemain bolavoli dengan mengunakan suatu teknik tertentu yang dimilikinya dengan tujuan menyajikan bola yang dimainkannya kepada teman seregunya yang selanjutnya dapat melakukan serangan smash terhadap lawan (hlm. 22). Passing merupakan teknik dasar bolavoli yang paling penting di dalam permainan bolavoli, karena passing merupakan faktor utama untuk dapat bisa memainkan permainan bolavoli. Dengan teknik dasar passing yang baik maka permainan akan sulit untuk dimatikan, sehingga permainan menjadi menarik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 2) Passing Atas Bolavoli Menurut Ahmadi (2007) “Passing atas adalah upaya seseorang pemain dengan jari-jari tangan terbuka lebar dan kedua tangan membentuk mangkuk
hampir
berhadapan
untuk
mengoperkan
bola
yang
dimainkannya kepada teman seregunya untuk dimainkan dilapangan sendiri” (hlm. 25). Cara melakukan teknik passing atas adalah jari-jari tangan terbuka lebar dan kedua tangan membentuk mangkuk hampir saling berhadapan. Sebelum menyentuh bola, lutut sedikit ditekuk hingga tangan berada di muka setinggi hidung, sudut antara dan badankurang lebih 45 derajat, bola disentuhkan dengan tangan cara meluruskan kedua kaki denagn lengan, sikap pergelangan tangan dan jari-jari tidak berubah. Tahaptahap melakukan passing atas bolavoli : a) Persiapan (1) Bergerak ke arah datangnya bola, tepat di bawahnya. (2) Siapkan posisi. (3) Bahu sejajar sasaran. (4) Kaki merenggang santai. (5) Bengkokkan sedikit lengan , kaki, dan pinggul. (6) Tahan tangan 6 atau 8 inci di depan pelepis. (7) Tahan tangan di depan pelepis. (8) Melihat melalui “jendela” yang di bentuk tangan (9) Ikuti bola Ke sasaran.
Gambar 2.1. Tahap Persiapan Sebelum Melakukan Passing Atas Bolavoli. commit to user (Sumber: Ahmadi, 2007: 25 )
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 b) Pelaksanaan (1) Terima bola pada bagian belakang bawah. (2) Terima dengan dua persendian teratas dari jari dan ibu jari. (3) Luruskan lengan dan kaki ke arah sasaran. (4) Pindahkan berat badan kearah sasaran. (5) Arahkan bola sesuai ketinggian yang diinginkan . (6) Arahkan bola kegaris atau ke tangan penyerang.
Gambar 2.2. Tahap Pelaksanaan Passing Atas Bolavoli. (Sumber: Ahmadi, 2007: 25 ) c) Gerakan lanjutan (1) Luruskan tangan an sepenuhnya. (2) Arahkan bola ke arah sasaran. (3) Pinggul bergerak maju ke arah sasaran. (4) Pindahkan berat badan ke arah sasaran. (5) Bergerak ke arah umpan.
Gambar 2.3. Tahap Gerak Lanjut Passing Atas Bolavoli. commit to user (Sumber: Ahmadi, 2007: 26 )
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 3) Kesalahan Umum Melakukan Passing Atas Bolavoli Menurut Ahmadi (2007 : 25) Kesalahan Umum dalam melakukan passing atas bolavoli adalah sebagai berikut : a) Kurang cepat menempatkan badan di bawah bola dan malas menekuk lutut dalam sikap persiapan pelaksanaan. b) Membuka jari-jari terlalu lebar dan lurus sehingga tidak terbentuk suatu cekungan setengah lingkaran dari jari-jari dan telapak tangan. c) Siku terlalu keluar ke samping atau terlalu rapat ke dalam sehingga cekungan jari dan telapak tangan datar. d) Pergelangan tangan kurang lentur ke samping dalam sehingga cekungan jari dan telapak tangan kurang sempurna. e) Perkenaan bola waktu passing pada ujung jari sehingga kuku sering sobek. f) Lengan telah lurus ke atas sebelum perkenaan bola, sehingga tidak ada kekuatan untuk mendorong bola ke depan-atas. g) Kurang harmonisnya gerak beraturan antara jari, pergelangan tangan, lengan, badan, dan kaki. h) Penguasaan koordinasi gerakan yang sangat kurang akibat kurangnya latihan-latihan fisik. i) Pemain mudah jemu menjalankan passing atas bolavoli. j) Jari-jari rapat dan lemas terutama pada wanita. k) Perkenaan bola pada telapak tangan, bukan pada ujung-ujung jari, sehingga terdengar bunyi “plak” dalam melakukan passing atas. l) Mengerakan pergelangan tangan tidak se arah depan atas melainkan hanya ke depan saja.
B. Kerangka Berfikir Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan
siswa
dalam
proses
pembelajaran.
Siswa
diarahkan
untuk
menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang dipelajari. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada metode atau cara guru menyampaikan materi pelajaran. Sering kali materi yang diajarkan oleh guru kurang tertanam kuat dalam benak siswa. Khususnya dalam pembelajaran praktik teknik dasar passing atas bolavoli. Siswa kurang mampu menganalisis garakan yang telah diajarkan oleh guru, sebab guru hanya menyampaikan materi secara verbal, adapun memberikan demontrasi atau contoh kurang dapat ditangkap oleh commitsatu-satunya to user siswa secara optimal. Guru bukanlah sumber belajar bagi siswa,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya
dalam
menyelesaikan
masalah
yang
sesuai
dengan
materi
pembelajaran. Permasalahan umum dalam pembelajaran penjas adalah kurangnya peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran yang berlangsung belum mewujudkan adanya partisipasi siswa secara penuh. Siswa berperan sebagai objek pembelajaran, yang hanya mendengarkan dan mengaplikasikan apa yang disampaikan guru. Selain itu proses pembelajaran kurang mengoptimalkan penggunaan metode pembelajaran yang dapat merangsang peran aktif siswa. Kurang kreatifnya guru yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa antara lain kurang kreatifnya guru pendidikan jasmani disekolah dalam membuat dan mengembangkan metode pembelajaran, guru kurang akan metode-metode pembelajaran, sehingga dalam proses pendidikan jasmani yang dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang monoton, guru hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan, dan hanya mengejar materi tersebut dapat selesai tepat waktu, tanpa memikirkan bagaiman pembelajaran tersebut bermakna dan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan nyata. Penggunaan metode nyata yang dapat diamati dan rasakan langsung oleh siswa memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Metode nyata yang dimaksud adalah pembelajaran kooperatif, penggunaan metode pembelajaran memungkinkan siswa lebih banyak melakukan kegiatan. Penggunaan modifikasi dalam pelaksaan tindakan tiap siklusnya disesuaikan dengan topik materi yang sedang dipelajari. secara lebih rinci jenis-jenis media tersebut dijabarkan dalam RPP, setiap pertemuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 Secara garis besar kerangka berfikir dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dijabarkan dalam diagram berikut ini: Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru belum memberikan metode cooperative learning, masih menggunakan metode konvensional kepada siswa dalam melakukan passing atas bolavoli.
Siswa :
Menerapkan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Siklus I : guru dan peneliti menyusun bentuk pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dasar passing atas bolavoli, melalui pembelajaran berbantukan metode pembelajaran koperatif (cooperative learning) dan menampilkan kembali kegiatan belajar siswa yang telah diambil.
Melalui metode dengan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning), siswa lebih mudah menganalisis gerakan dan meningkatkan penguasaan passing atas bolavoli, sehingga mampu mempratikkannya secara mandiri dan kelompok.
- siswa kurang tertarik & cepat bosan dengan pelajaran passing atas bolavoli - Hasil belajar passing atas bolavoli rendah.
Siklus II : upaya perbaikan dari tindakan silkus I sehingga meningkatkan kemampuan dan keterampilan passing atas bolavoli, melalui metode pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ).
Gambar 2.4. Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Tindakan Melalui kerangka pemikiran yang telah disusun sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis atau jawaban sementara terhadap penelitian adalah sebagai berikut : “Penerapan metode dengan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat meningkatkan penguasaan passing atas dalam permainan bolavoli pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011 / 2012”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penenlitian Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. Beralamat di Jl. Nakulo V. Wonokarto. Wonogiri 57612. Telp 0273 321385.
2.
Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian pada pra tindakan dimulai tanggal 29 September 2011 dan 6 Oktober 2011, siklus I dimulai tanggal 13 Oktober 2011 dan 20 Oktober 2011. Sedangkan pelaksanaan pada siklus II dimulai tanggal 3 November 2011 dan 10 November 2011. Sebelum pelaksanaan dilakukan survey ke lapangan sampai penyusunan proposal. Kemudian melakukan seleksi informan dan menyiapkan istrumennya.
B. Subjek Penelitian Subjek yang diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. yang berjumlah 36 Siswa, yang terdiri atas 15 siswa putra dan 21 siswa putri.
C. Data dan Sumber Data Sumber data yang dipergunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Siswa, untuk mendapatkan data tentang passing atas bolavoli melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/ 2012. commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 2. Guru sebagai kolaborator, untuk melihat tingkat keberhasilan pembelajaran melalui penerapan metode kooperatif pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/ 2012.
Tabel 3.1. Data dan Sumber Data No. 1. 2. 3.
Data Penerapan metode pembelajaran kooperatif pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Aktivitas Siswa Hasil belajar siswa
Sumber Data Guru Siswa Siswa Siswa
D. Pengumpulan Data Adapun tekik pengumpulan data penelitian ini diantaranya; Tes praktek, observasi lapangan. Menurut Mulyasa (2009: 183) data penelitian kumpulkan dan disusun melalui teknik pengumpulan data meliputi: Sumber data, Jenis data, Teknik pengumpulan data , Pengumpulan data, dan instrument yang digunakan. Secara terperinci teknik pengumpulan data pada penelitian dapat didiskripsikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.2.Teknik Pengumpulan Data Penelitian No 1
Sumber Data Siswa
Teknik Pengumpulan Hasil belajar Test praktek/hasil tes passing atas selama mengajar dan bolavoli unjuk kerja Jenis Data
Instrumen Lembar observasi dan penilain pada Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi informasi tentang commit to dan userkualitatif. Aspek kuantitatif yakni keadaan siswa dilihat dari aspek kuantitatif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 hasil pengukuran kemampuan melakukan passing atas bolavoli siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. Sedangkan aspek kualitatif didasarkan atas hasil pengamatan dan catatan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber, diantaranya : 1. Wawancara Metode ini digunakan untuk mewawancarai : a.
Guru sebagai Kolaborator, untuk mengetahui sejauh mana pengembangan kompetensinya, keterlibatan dalam merencanakan dan melaksanakan visi, misi sekolah, kurikulum yang digunakan, perencanaan pembelajaran, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengajaran serta hal-hal yang dilakukan sekolah sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.
b.
Siswa, untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang telah dimiliki gurunya diterapkan dalam pembelajaran, untuk mengetahui prestasi yang telah dicapai, kesiapan guru-gurunya dalam menjalankan kurikulum sekolah, kendala dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Metode Dokumentasi Metode ini digunakan untuk melihat situasi dan kondisi lainnya yang terkait dengan data-data tertulis tentang karakteristik siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. 3. Observasi Observasi adalah tahap mengamati kejadian yang ada pada saat melakukan tindakan (Kristiyanto, 2010 : 57). Teknik observasi (pengamatan) ini digunakan untuk mengamati secara langsung tentang perilaku siswa dalam pelaksanaan melakukan passing atas bolavoli pada bidang studi penjasorkes.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 E. Uji Validitas Data Untuk menjaga keabsahan data Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan tiga Triangulasi meliputi : 1. Sumber a. Data Hasil Wawancara : Data diperoleh yang diambil dari; tes unjuk kerja kemampuan passing atas bolavoli (psikomotor), pengamatan sikap (afektif), pemahaman konsep gerak (kognitif) dan lembar Quesioner siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012, yang mencapai kriteria Tuntas adalah 30,55%, sedangkan Tidak Tuntas 69,45%. Dalam hal ini sejumlah 11 siswa telah masuk dalam kriteria Tuntas, dan sedangkan 25 siswa masuk dalam kriteria Tidak Tuntas. b. Data Hasil Pengamatan Data pra tindakan yang diambil dari; tes unjuk kerja kemampuan passing atas bolavoli (psikomotor), pengamatan sikap (afektif), pemahaman konsep gerak (kognitif) dan lembar Quesioner siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012, dilapangan yang mencapai kriteria Tuntas adalah 25,0%, sedangkan Tidak Tuntas 75,00%. Dalam hal ini sejumlah 9 siswa telah masuk dalam kriteria Tuntas, dan sedangkan 27 siswa masuk dalam kriteria Tidak Tuntas. 2. Metode a. Wawancara Guru cenderung menggunakan metode keseluruhan dan konvensional. Dimana sejak awal pelajaran siswa diarahkan untuk mempraktikkan kerseluruhan rangkaian gerakan yang dipelajari serta cenderung hanya berpusat pada guru. b. Pengamatan Guru kebanyakan hanya mengejar bagaimana materi pelajaran tersebut dapat selesai tepat waktu, tanpa memikirkan bagaimana pembelajaran itu bermakna dan dapat di aplikasikan oleh siswa dalam kesehariannya. Tercermin dari saat pelajaran di mulai commit to usersiswa langsung di ambil nilai oleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 guru Penjas, serta pada saat pembelajaran permainan bolavoli khususnya penguasaan passing atas siswa cenderung individual dan hasilnya pun kurang maksimal. c. Tindakan Siklus I dan Siklus II Setelah penerapan metode dengan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) siswa lebih aktif dalam melakukan materi yang dipelajarinya serta dapat meningkatkan penguasaan passing atas dalam permainan bolavoli. 3. Teori a. Wawancara Proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode
pembelajaran
kooperatif ( cooperative learning ) masih jarang diaplikasikan pada KBM khususnya penjasorkes di SMA Negeri 2 Wonogiri. b. Pengamatan Dalam proses belajar-mengajar masih menggunakan metode paradigma lama, yang dimana sangat bertolak belakang dengan kurikulum sekarang. Dalam pembelajarannya terkesan konvensional yang hanya berkomunikasi satu arah yaitu dari murid ke guru. c. Tindakan Siklus I dan Siklus II Penggunaan metode nyata yang dapat diamati dan rasakan langsung oleh siswa memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Metode nyata yang dimaksud adalah pembelajaran kooperatif, penggunaan metode pembelajaran memungkinkan siswa lebih banyak melakukan kegiatan. Selain itu siswa merasa senang dengan metode yang diterapkan dan tidak merasa cepat bosan dengan materi yang dilakukannya.
F. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen commit to user (dalam Moleong, 2007 : 248) adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 dengan data, mengorganisasikan data, memilah – milahnya dengan satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”. Analisis data kualitatif menurut Seiddel, (dalam Moleong, 2007 : 248) prosesnya berjalan sebagai berikut : 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. 2. Mengumpulkan, memilah – milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, 3. Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan – hubungan dan membuat temuan temuan umum. G. Indikator Kinerja Penelitian Untuk menentukan ketercapaian tujuan perlu dirumuskan indicator keberhasilan tindakan yang disusun secara realistic ( mempertimbangkan kondisi sebelum diberikan tindakan dan jumlah siklus tindakan yang akan dilakukan ) dan dapat diukur ( jelas cara asesmennya ). Persentase target capaian Aspek yang diukur Ketuntasan hasil belajar passing atas bolavoli
Pra Tindakan
Siklus 1
Siklus 2
Cara mengukur
25%
60%
80%
Diukur melalui ketuntasan hasil belajar siswa pada materi passing atas bolavoli (aspek afektif, kognitif dan psikomotorik) sesuai dengan KKM sekolah : 75
Gambar 3.1. Indikator Kinerja Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 H. Prosedur Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Kristiyanto (2010 : 54) yakni penelitian tindakan yang diawali dengan perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tidakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflecting). Penjelasan mengenai alur penelitian tindakan tersebut dipaparkan memalui penjelasan sebagai berikut : 1. Perencanaan (Planing) adalah sebuah langkah untuk merencanakan tindakan yang telah dipilih untuk memperbaiki keadaan. 2. Penerapan Tindakan (Action) adalah tahap implementasi atau pelaksanaan rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan sebelumnya. 3. Observasi dan Evaluasi Tindakan (Observation and Evaluation) adalah tahap pengamatan dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan selama penelitian berlangsung. 4. Refleksi (Reflection) adalah tahap pengungkapan kembali hasil observasi dan evaluasi dalam penerapan tindakan dalam diskusi, sehingga dapat digunakan untuk merancang program penelitian pada siklus berikutnya Keempat tahap yang telah dipaparkan diatas tersebut merupakan rancangan tindakan dalam satu siklus penelitian, pada siklus berikutnya rancangan program penelitian yang digunakan berpedoman pada hasil refleksi yang dihasilkan pada siklus sebelumnya, begitu seterusnya hingga target penelitian tercapai. Prosedur penelitian adalah langkah – langkah yang harus dilalui oleh peneliti dalam menerapkan metode yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan tindakan yang berlangsung secara terus menerus kepada subjek penelitian. Langkah – langkah PTK secara prosedurnya dilaksanakan secara partisipatif atau kolaboratif antara (guru dengan tim lainya) bekerjasama, mulai dari tahap orientasi hingga penyusunan rencana tindakan dalam siklus pertama, diskusi yang bersifat analitik, kemudian dilanjutkan dengan refleksi – evaluatif atas kegiatan yang dilakukancommit padato user siklus pertama, untuk kemudian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 mempersiapkan
rencana
modifikasi,
koreksi,
atau
pembetulan,
dan
penyempurnaan pada siklus berikutnya. Untuk memperoleh hasil penelitian tindakan seperti yang diharapkan, prosedur penelitian secara keseluruhan meliputi tahap – tahap sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Survay Awal Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengobservasi sekolah atau kelas yang akan dijadikan sebagai tempat Penelitian Tindakan Kelas. Meninjau sebagaimana pelaksanaan pembelajaran passing atas bolavoli diterapkan dalam sekolah. 2. Tahap Seleksi Informen, Penyiapan Instrument, dan Alat Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, adalah : a. Menentukan Subjek penelitian b. Menyiapkan metode dan instrumen penelitian serta evaluasi 3. Tahap Pengumpulan Data atau Tindakan Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan tabulasi data penelitian yang terdiri atas; a. Hasil Kondisi awal keterampilan passing atas bolavoli b. Kemampuan siswa terhadap proses pembelajaran c. Pelaksanaan pembelajaran d. Partisipasi dan keaktifan siswa 4. Tahap Analisis Data Dalam tahap ini analisis data yang dikumpulkan adalah diskriptif kualitatif. Teknik analisis tersebut dilakukan karena data yang terkumpul berupa uraian diskriptif tentang perkembangan belajar serta tes keterampilan passing atas bolavoli. Serta hasil tes keterampilan passing atas bolavoli yang didiskripsikan melalui hasil Kualitatif. 5. Tahap Penyusunan Laporan Pada tahap ini disusun laporan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dari awal survey hingga menganalisis data yang dilakukan dalam penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 6. Deskripsi Tiap Siklus Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan penguasaan dan hasil belajar passing atas bolavoli siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. Setiap tindakan upaya pencapaian tujuan tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap ,yakni; (1) Perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) Observasi dan interprestasi, (4) analisis dan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research ( CAR ). Menurut Supadi (2008 : 104) yakni penelitian tindakan yang diawali dengan perencanaan ( planning ), penerapan tidakan ( action ), mengobservasi dan mengevaluasi tindakan ( observation and evaluation ), dan melakukan refleksi ( reflecting ), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai ( kriteria keberhasilan ). Penjelasan mengenai alur penelitian tindakan tersebut dipaparkan memalui penjelasan sebagai berikut : a. Perencanaan ( Planing ) adalah tahap dimana dijelaskannya apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana penelitian itu dilakukan. b. Penerapan Tindakan ( Action ) adalah tahap implementasi atau pelaksanaan rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan sebelumnya. c. Observasi dan Evaluasi Tindakan ( Observation and Evaluation ) adalah tahap pengamatan dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan selama penelitian berlangsung. d. Refleksi ( Reflection ) adalah tahap pengungkapan kembali hasil observasi dan evaluasi dalam penerapan tindakan dalam diskusi, sehingga dapat digunakan untuk merancang program penelitian pada siklus berikutnya Keempat tahap yang telah dipaparkan diatas tersebut merupakan rancangan tindakan dalam satu siklus penelitian, pada siklus berikutnya rancangan program penelitian yang digunakan berpedoman pada hasil refleksi yang dihasilkan pada siklus sebelumnya, begitu seterusnya hingga target penelitian commit to user tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 Tahapan siklus pada Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diterangkan melalui gambar sebagai berikut Tahap I Perencanaan Tahap III Refleksi
Siklus I
Tahap II Pelaksanaan & Observasi
Tahap I Perencanaan
\ Tahap III Refleksi
Siklus II
Tahap II Pelaksanaan & Observasi
Gambar 3.2. Alur Tahapan Siklus Penelitian Tidakan Kelas 1. Rancangan Siklus I a.
Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun skenario pembelajaran yang terdiri dari : 1) Menyusun Rencana Program Pembelajaran ( RPP ) passing atas bolavoli. 2) Menyusun instrument tes keterampilan passing atas bolavoli. 3) Menyusun lembar penilaian dan hasil pembelajaran. 4) Menyusun lembar observasi. 5) Menyiapkan lembar tes. 6) Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam pembelajaran. 7) Penyiapan tempat penelitian. 8) Penetapan alokasi waktu pelaksanaan. 9) Sosialisasi kepada subjek.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 b. Tahap Pelaksanaan 1) Pendahulan Kegiatan pendahuluan meliputi menyiapkan siswa baris, berdo’a, presensi, menginformasikan kompetensi dasar, tujuan yang hendak dicapai,
indikator
keberhasilan,
materi
pembelajaran,
metode
pembelajaran. kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemanasan dan peregangan. 2) Kegiatan Inti a) Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, tahap ini dilakukan bersama dengan tahap observasi terhadap dampak tindakan. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses pembelajaran di lapangan dengan langkah- langkah kegiatan adalah : (1) Pelaksanaannya adalah dimulai dengan membentuk lingkaran besar. Kemudian salah satu siswa berada ditengah-tengah lingkaran tersebut dengan membawa bola, selanjutnya di umpan kepada teman sekelompoknya. (2) Siswa yang menerima umpan harus mengembalikannya dengan passing atas. Setelah dirasa cukup melakukan materi pertama pertemuan kedua siswa yang berada ditengah - tengah lingkaran tersebut memberikan umpan dengan menggunakan passing atas. (3) Sebelum melakukan gerakan seperti contoh yang dilakukan oleh guru dan peneliti, siswa dibagi menjadi 4 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 9 orang. (4) Para siswa mengulang – ulang gerakan dan dilakukan secara bergantian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan peneliti dan guru. 3) Kegiatan Akhir Siswa
dikumpulkan
untuk pendinginan, dibariskan kemudian to user diberitahukan hasil tescommit penilaian yang telah dilakukan. Agar mereka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 mengetahui kemampuan passing atasnya. Dan siswa disuruh mengisi angket sikap dan menjawab pertanyaan-pertanyaan konsep passing atas. c.
Observasi Kegiatan observasi dilakukan selama proses pembelajaran passing atas oleh kolaborator yang bertindak sebagai observer. Setiap kemajuan yang terjadi pada siswa maupun suasana kelas dicatat.
d. Refleksi Setelah data yang telah diperoleh dianalisis dan digunakan sebagai bahan refleksi. Refleksi dilakukan dengan melihat data penilaian kondisi awal dengan data hasil belajar pada siklus I. Jika keberhasilan atau indikator ini tercapai berdasarkan kesepakatan peneliti dan kolabolator, maka PTK dilanjutkan ke siklus II.
2. Rancangan siklus II a.
Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun skenario pembelajaran,
kelemahan-kelemahan
yang
muncul
pada
siklus
I
didiskusikan bersama observer yang bertindak sebagai kolabolator, untuk mencari cara yang dapat meningkatkan penguasaan passing atas dalam prestasi hasil belajar dan motivasi yang terdiri dari: 1) Menyusun Rencana Program Pembelajaran ( RPP ) passing atas bolavoli. 2) Menyusun instrument tes keterampilan passing atas bolavoli. 3) Menyusun lembar penilaian dan hasil pembelajaran. 4) Menyusun lembar observasi. 5) Menyiapkan lembar tes. 6) Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam pembelajaran. 7) Penyiapan tempat penelitian. 8) Penetapan alokasi waktu pelaksanaan. commit to user 9) Sosialisasi kepada subjek.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 b. Tahap Pelaksanaan 1) Pendahulan Kegiatan pendahuluan meliputi menyiapkan siswa baris, berdo’a, presensi, menginformasikan kompetensi dasar, tujuan yang hendak dicapai,
indikator
keberhasilan,
materi
pembelajaran,
metode
pembelajaran. kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemanasan dan peregangan. 2) Kegiatan Inti a) Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, tahap ini dilakukan bersama dengan tahap observasi terhadap dampak tindakan. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses pembelajaran di lapangan dengan langkah - langkah kegiatan adalah : (1) Pelaksanaannya adalah Siswa melakukan permainan passing atas dengan permainan yang dimodifikasi sesuai dengan instruksi peneliti dan guru. (2) Dimulai dengan membentuk kelompok, siswa di bagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 9 siswa. (3) Setiap tim harus melakukan passing atas didaerahnya sendiri sampai semua melakukannya, siswa yang mendapat urutan terakhir langsung dipasingkan ke lapangan kelompok lain. (4) Bagi tim yang mendapat nilai 15 dianggap sebagai pemenang. Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 3) Kegiatan Akhir Siswa
dikumpulkan
untuk
pendinginan,
dibariskan
kemudian
diberitahukan hasil tes penilaian yang telah dilakukan. Agar mereka mengetahui kemampuan passing atasnya. Dan siswa disuruh mengisi angket sikap dan menjawab pertanyaan-pertanyaan konsep passing commit to user atas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 c.
Observasi Kegiatan observasi dilakukan selama proses pembelajaran passing atas oleh kolaborator yang bertindak sebagai observer. Setiap kemajuan yang terjadi pada siswa maupun suasana kelas dicatat.
d. Refleksi Setelah data yang telah diperoleh dianalisis dan digunakan sebagai bahan refleksi. Refleksi dilakukan dengan melihat data penilaian pada siklus II, Hasil penilaian dijadikan data siklus II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tiap Siklus 1. Kondisi Awal (Pra Tindakan) Sebelum melaksanakan proses penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan survey awal untuk mengetahui kondisi awal siswa. Hasil kegiatan survey awal pada tanggal 29 September dan 6 Oktober 2011 tersebut adalah sebagai berikut. a. Siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 yang mengikuti materi pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga khususnya bolavoli adalah 36 siswa, terdiri atas 15 siswa putra dan 21 siswa putri. Dilihat dari proses pembelajaran passing atas bolavoli dapat dikatakan proses pembelajaran dalam kategori kurang berhasil. b. Siswa kurang memiliki perhatian dan motivasi dalam pembelajaran passing atas bolavoli, sebab guru kurang memiliki metode mengajar yang tepat dalam pembelajaran passing atas bolavoli, dalam memberikan pembelajaran bolavoli khususnya passing atas. Seperti yang diketahui passing atas memiliki 3 teknik yang mesti dikuasai agar penguasaan dan hasil belajar bisa tercapai. c. Dari hasil pengamatan peneliti, siswa putri lebih senang bergerombol, bercerita sendiri serta merasa takut cidera saat melakukan passing atas. Sedangkan siswa putra malah asik bermain sendiri. d. Dari hasil pengamatan peneliti, ketika siswa melakukan gerakan passing atas bolavoli mereka seenaknya sendiri, tidak sesuai dengan instruksi yang diberikan guru ketika memberi penjelasan di awal pembelajaran inti. Selain itu, guru juga harus memberi koreksi yang sama pada setiap siswa yang melakukan kesalahan yang sama, karena banyak siswa yang tidak memperhatikan ketika guru mengoreksi siswa lain yang sedang melakukan. commit96to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
Seharusnya siswa tidak mengulang kesalahan yang sama yang dilakukan oleh siswa lain apabila mereka memperhatikan guru ketika memberi penjelasan atau mengoreksi gerakan siswa. e. Penggunaan metode yang kurang tepat sehingga siswa kurang sungguhsungguh dalam mengikuti pembelajaran, bisa dikatakan siswa mengalami kebosanan dalam proses belajar pembelajaran tersebut. f. Guru kesulitan menemukan metode dan media pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang monoton atau konvensional mengakibatkan motivasi belajar siswa menurun, perhatian siswa pada pembelajaran pun kurang sehingga akan berdampak pada rendahnya kemampuan penguasaan dan hasil belajar passing atas bolavoli siswa. Sebelum melakukan pelaksanaan tindakan maka peneliti dan guru melakukan pengambilan data awal penelitian. Ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal keadaan kelas pada materi passing atas bolavoli. Adapun diskripsi data yang diambil terdiri dari; tes unjuk kerja kemampuan passing atas bolavoli (psikomotor), pengamatan sikap (afektif), pemahaman konsep gerak (kognitif) dan lembar Quesioner siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. Kondisi hasil belajar passing atas bolavoli siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. Sebelum diberikan tindakan metode pembelajaran kooperatif, disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1. Diskripsi Data Awal (Pra Tindakan) Hasil Belajar Passing Atas Bolavoli Sebelum Diterapkan Tindakan Pembelajaran Kooperatif Aspek yang Diukur Ketuntasan hasil belajar siswa (KKM : 75) Jumlah
Kriteria Tuntas Tidak Tuntas
commit to user
Jumlah Anak 9 27 36
Prosentase 25,0% 75,0% 100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
Berdasarkan hasil diskripsi rekapitulasi data awal sebelum diberikan tindakan maka dapat dijelaskan bawa mayoritas siswa belum menunjukan hasil yang baik, dengan prosentase ketuntasan belajar 25,0% siswa. Melalui diskripsi data awal yang telah diperoleh tersebut masing-masing aspek menunjukan kriteria keberhasilan pembelajaran yang kurang. Maka akan dilakukan tindakan dalam rangka untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran passing atas bolavoli pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012, dengan metode pembelajaran kooperatif. Pelaksanaan tindakan akan dilakukan sebanyak 2 siklus, yang masing masing siklus terdiri atas 4 tahapan, yakni: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi dan interprestasi, (4) Analisis dan Refleksi.
2. Siklus I Pembelajaran passing atas dengan mengunakan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif pada Siklus I adalah perkenalan teknik dasar passing atas bolavoli yang meliputi; (1) Mempraktikkkan gerak dasar passing atas bolavoli, (2) Mempraktikkan teknik passing atas bolavoli dengan metode pembelajaran kooperatif. Tindakan Siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan ( 2 x 45 menit) dalam waktu 2 minggu pada bulan Oktober. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut: a. Rencana Tindakan I Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Kamis, 13 Oktober 2011, di SMA Negeri 2 Wonogiri. Peneliti dan guru pendidikan jasmani yang bersangkutan (mitra kolaboratif) mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini, seluruh rencana tindakan pada siklus I termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I. melalui RPP siklus I tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
maka disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada silkus I diadakan selama dua kali pertemuan. Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar sebelum tindakan, dapat diperoleh sebagai data awal. Hasil pencatatan menunjukkan bahwa dari siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 sebanyak 36 siswa, terdapat 27 siswa yang masih belum mencapai batas ketuntasan belajar. Setelah dilakukan pemeriksaan pada lembar pekerjaan siswa dan pengamatan, ternyata
sebagian
siswa
masih
belum
dapat
memahami
dan
mempraktikkan tentang konsep yang diajarkan passing atas bolavoli. Sebagian besar siswa yang mengikuti tes belum melakukan teknik dasar passing atas dengan benar. Melalui hasil pengukuran tersebut maka Peneliti dan Guru merancang rencana pelaksanaan tindakan Siklus I sebagai berikut : 1) Peneliti bersama guru merancang skenario metode pembelajaran kooperatif, untuk meningkatkan penguasaan siswa dalam melakukan passing atas. 2) Peneliti dan guru penyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) keterampilan teknik dasar passing atas. 3) Peneliti dan guru menyiapkan media yang akan digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran passing atas seperti; bola, net dan bilah. 4) Peneliti dan guru menyusun media pembelajaran yakni berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai berdasarkan tes keterampilan (psikomotor). Unsur-unsur yang dinilai dalam tes keterampilan adalah kesempurnaan melakukan gerakan dan ketepatan melakukan gerakan. Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan melalui formulir commit to user penilaian / rubrik penilaian siswa yang tercantum dalam RPP.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
5) Peneliti dan guru menyusun standar penilaian pada penguasaan teknik dasar passing atas bolavoli. 6) Peneliti dan guru menentukan lokasi pelaksanaan tindakan I, yakni di lapangan olah raga SMA Negeri 2 Wonogiri. b. Pelaksanaan Tindakan I Tindakan I dilaksanakan 2 kali pertemuan, selama 2 minggu yakni pada setiap hari kamis tanggal 13 Oktober 2011 dan 27 Oktober 2011 di lapangan olah raga SMA Negeri 2 Wonogiri. Sedangkan kamis tanggal 27 Oktober 2011 sebagai pengambilan data dari
siklus I di
lapangan olah raga SMA Negeri 2 Wonogiri. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Sesuai dengan RPP pada siklus I ini pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan guru yang bersangkutan, dan sekaligus melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. 1) Pertemuan I Materi pada pelaksanaan tindakan I, pertemuan pertama (Kamis, 13 Oktober 2011) adalah keterampilan gerak dasar passing atas dan keterampilan teknik dasar passing atas. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan memulai proses pembelajaran dengan berdoa dan presensi. b) Peneliti
dan
guru
menyampiakan
motivasi
dan
tujuan
pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat. c) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran serta memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi passing atas dan permainan-permainan yang dimodifikasi yang menuju ke arah teknik dasar passing atas bolavoli. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
d) Peneliti dan guru menyampaikan penjelasan mengenai materi pertama
yakni
gerak
dasar
passing
atas.
Siswa
diminta
memperhatikan pelaksanaan contoh yang dicontohkan oleh peneliti. e) Siswa diminta melakukan gerak dasar passing atas yang dimulai dari tahap persiapan, tahap gerakan sampai akhir gerakan sesuai dengan contoh yang demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru. f) Peneliti dan guru memberikan bimbingan dan evaluasi kepada siswa tentang gerakan yang dilakukannya. g) Peneliti dan guru mempersiapkan materi lanjutan yang akan diberikan kepada siswa sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada pelaksanaan materi pertama. h) Peneliti dan guru menyampaikan materi kedua yakni keterampilan teknik dasar passing atas bolavoli yang terdiri dari berbagai metode pembelajaran kooperatif. Siswa memperhatikan pelaksanaan contoh gerakan yang dilakukan oleh guru dan peneliti. i) Metode pembelajaran pertama, siswa dibagi menjadi 6 kelompok, kemudian siswa disuruh mempraktikkan perkenaan passing atas dengan kedua tangan saling berpasangan. Setiap siswa yang membawa bola posisinya seperti saat akan melakukan passing atas dengan telapak tangan dan jari-jari terbuka. Dilanjutkan dengan menahan dan mendorong ke arah depan atas. j) Siswa yang berada didepannya mendorong bola kearah bawah depan menggunakan telapak tangan dan jari-jari terbuka, sesuai dengan contoh yang dilakukan oleh peneliti dan guru. k) Sebelum melakukan gerakan passing atas bolavoli dengan kooperatif, siswa dibagi menjadi 6 kelompok, sedangkan masing – masing kelompok terdiri atas 6 orang siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
l) Peneliti dan guru memberikan bimbingan dan evaluasi kepada siswa tentang gerakan passing atas bolavoli dengan kooperatif yang telah dilakukannya serta memberikan kesempatan bertanya apabila terjadi kesulitan. m) Peneliti dan guru mempersiapkan materi lanjutan yang akan diberikan kepada siswa sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada pelaksanaan metode pembelajaran pertama. n) Peneliti dan guru menyampaikan metode pembelajaran kedua yakni gerakan melambungkan bolavoli secara berpasangan menggunakan telapak tangan dengan bola melewati net. Siswa diminta memperhatikan pelaksanaan contoh gerakan yang dilakukan oleh guru dan peneliti. o) Siswa diminta melakukan gerakan melambungkan bolavoli menggunakan telapak tangan ke lapangan kelompok lainnya melalui atas net. Siswa yang telah melakukan langsung berlari ke belakang kelompoknya, sesuai dengan contoh yang dilakukan oleh peneliti dan guru. p) Peneliti dan guru memberikan bimbingan dan evaluasi kepada siswa tentang gerakan melambungkan bolavoli menggunakan telapak tangan ke lapangan kelompok lainnya melalui atas net, serta kesempatan untuk bertanya tentang materi praktik yang dilakukan. q) Peneliti dan guru mempersiapkan materi lanjutan yang akan diberikan kepada siswa sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada pelaksanaan metode pembelajaran kedua. r) Peneliti dan guru menyampaikan keterampilan passing atas metode pembelajaran ketiga yakni gerakan passing atas bolavoli ke lapangan kelompok lainnya melewati net secara bergantian. Siswa diminta
memperhatikan pelaksanaan commit to user dilakukan oleh peneliti dan guru.
contoh
gerakan
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
s) Sebelum melakukan instruksi siswa dibagi menjadi 4 kelompok berpasangan, 2 kelompok sebagai pengumpan dan 2 kelompok yang melakukan passing atas. Gerakan saat melakukan umpan dan passing atas harus melewati atas net. Siswa yang telah melakukan umpan atau passing langsung berlari ke belakang kelompoknya, dilaksanakan secara bergantian sesuai dengan contoh yang dilakukan oleh peneliti dan guru. t) Peneliti dan guru mempersiapkan materi lanjutan yang akan diberikan kepada siswa sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada pelaksanaan metode pembelajaran ketiga. u) Peneliti dan guru menyampaikan keterampilan passing atas metode pembelajaran keempat yakni dengan gerakan passing atas melewati net ke lapangan kelompok lainnya dengan berpasangan. Siswa diminta
memperhatikan
pelaksanaan
contoh
gerakan
yang
dilakukan oleh peneliti dan guru. v) Siswa melakukan gerakan passing atas melewati net ke lapangan kelompok lainnya dengan berpasangan dan bergantian, siswa yang telah
melakukan
passing
langsung
berlari
ke
belakang
kelompoknya seperti yang diberikan oleh guru dan peneliti. w) Diakhir pertemuan peneliti dan guru melakukan evaluasi tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan serta memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan. x) Pelajaran di akhiri dengan berdoa dan siswa di bubarkan untuk selanjutnya mengikuti pelajaran selanjutnya. 2) Pertemuan II Materi pada pelaksanaan tindakan I, pertemuan kedua (Kamis, 27 Oktober 2011) adalah pengambilan data passing atas, serta pengulangan beberapa materi yang telah disampaikan minggu sebelumnya. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai commit to user berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
a) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan berdoa dan dilanjutkan presensi. b) Peneliti
dan
guru
menyampaikan
motivasi
dan
tujuan
pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat. c) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran serta memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi passing atas dan permainan-permainan yang mengarah ke passing atas. d) Peneliti dan guru memulai pembelajaran dengan mengulang beberapa materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, yakni: gerak dasar dan metode pembelajaran keterampilan passing atas yang terdiri dari gerakan teknik dasar passing atas yang dimulai dari tahap persiapan, tahap gerakan sampai akhir gerakan, perkenaan passing atas dengan kedua tangan saling berpasangan, melambungkan bolavoli secara berpasangan menggunakan telapak tangan dengan bola melewati net, passing atas bolavoli ke lapangan kelompok lainnya melewati net secara bergantian. Pengulangan dilakukan secara singkat langsung dengan menggunakan bola sesungguhnya. e) Setelah dirasa cukup melakukan materi kedua pertemuan kedua, Peneliti dan guru menyiapkan siswa untuk mengikuti tes akhir pada siklus I dengan memanggil satu persatu untuk melakukan passing atas yang yang telah diajarkan. f) Peneliti dan guru melakukan posttest untuk siklus I, dengan mencatat dan menilai kualitas gerakan passing atas pada blangko penilaian yang telah disiapkan. g) Peneliti dan guru memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan dan memberikan kesempatan commit to user bertanya apabila para siswa mengalami kesulitan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
h) Peneliti dan guru mengakhiri pelajaran dengan ber doa dan siswa di bubarkan untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. c. Observasi dan Interpelasi Tindakan I Observasi dan interpelasi tindakan I dilakukan selama Tindakan I berlangsung. Dalam melakukan observasi dan interpelasi tindakan I peneliti berkolaborasi dengan guru yang bersangkutan sebagai pengelola kelas, adapun pelaksanaan tindakan I, yakni : 1) Peneliti mengamati proses pembelajaran passing atas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri. Pada pertemuan pertama (Kamis, 13 Oktober 2011 selama 2 x 45 menit), peneliti mengajarkan teknik dasar passing atas yang dimulai dari sikap permulaan, sikap saat perkenaan bola dan sikap akhir gerakan passing atas dengan bolavoli. Kemudian dilanjutkan dengan berbagai metode pembelajaran passing atas. Pada pertemuan kedua (Kamis,27 Oktober 2011, selama 2 x 45 menit)
peneliti memberikan materi kelanjutan dari teknik dasar
passing atas dan berbagai metode pembelajaran passing atas yakni teknik dasar passing atas yang dimulai dari tahap persiapan, tahap gerakan sampai akhir gerakan, perkenaan passing atas dengan kedua tangan
saling
berpasangan,
melambungkan
bolavoli
secara
berpasangan menggunakan telapak tangan dengan bola melewati net, passing atas bolavoli ke lapangan kelompok lainnya melewati net secara bergantian. Pada pertemuan selanjutnya (Kamis, 27 Oktober 2011), peneliti melakukan tes akhir siklus I, untuk mengetahi hasil perkembangan proses pembelajaran selama siklus I. 2) Sebelum pembelajaran dilangsungkan peneliti dan guru bersangkutan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebagai pedoman atau acuan dalam proses pelaksanaan pembelajaran. 3) Sebelum tindakan I dilaksanakan peneliti dan guru melaksanakan pretest sebagai bahan acuan dalam membandingkan hasil tes awal commit to user dengan tes akhir pada siklus I
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
4) Peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model instruksi langsung, dalam hal ini peneliti mengacu pada sintaks (alur pembelajaran) pada model pembelajaran langsung, yakni adanya penjelasan materi, demonstrasi / unjuk kerja contoh, serta pelaksanaan instruksi secara langsung oleh siswa. 5) Peneliti dan guru memberikan motivasi kepada siswa agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebelumnya peneliti dan guru memberikan contoh permainan dengan benar. Siswa dengan semangat melakukan apa yang di perintah oleh guru. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut: a) Siswa yang aktif selama pemberian materi passing atas sebesar 40%, sedangkan 60% lainnya tampak berbicara dengan temannya, dan bermain sendiri bersama teman yang lain. Dari hasil wawancara dengan siswa yang kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, diperoleh penjelasan bahwa di antara mereka ada yang kurang menyukai materi, dan malu melakukan ujuk kerja praktik passing atas terutama siswa perempuan. b) Siswa yang antusias selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar 45%, sedangkan 55% lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari peneliti. Siswa tersebut bermain sendiri mencari tempat yang teduh dengan temannya. 6) Peneliti bersama guru melakukan penilaian melalui lembar observasi siswa, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam
menerima
pembelajaran
passing
atas
melalui
metode
pembelajaran kooperatif. Berdasarkan hasil pengamatan / observasi selama pelaksanaan Tindakan I berlangsung, berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat commit to user identifikasi:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107
1) Hasil belajar siswa dalam passing atas setelah Tidakan I dilakukan menunjukkan hasil bahwa yang mencapai kriteria Tuntas adalah 63,89%, sedangkan Tidak Tuntas 36,11%. 2) Dalam hal ini sejumlah 23 siswa telah masuk dalam kriteria Tuntas, dan sedangkan 13 siswa Tidak Tuntas. Dalam pelaksanaan Tindakan I terdapat kelebihan yang dapat diguanakan sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan tindakan I, adapun kelebihan dan pelaksanaan Tindakan I diantaranya : 1) Sebagian siswa merasa tertarik dengan metode baru yang disampaikan oleh peneliti yakni dengan penyampaian materi metode kooperatif dengan permainan, sebab siswa merasa senang dengan kegiatan belajar dengan metode bermain, melalui penjelasan guru dan peneliti, disamping itu metode pelaksanaan pembelajaran ini dianggap langka dan jarang digunakan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada mata pelajaran Penjasorkes. 2) Sebagian siswa mudah dalam menyerap pelaksanaan kegiatan melalui instruksi langsung, sehingga pelaksanaan KBM menjadi terpimpin dan terkomando dengan baik, dan siswa dapat secara cepat mengadaptasi materi karena sudah melihat gerakan yang diinstruksikan sebelumnya oleh peneliti. 3) Situasi kelas lebih tertata, dan terkomando dengan baik, sehingga materi yang diberikan terarah. Akan tetapi dalam pelaksanaan Tindakan I ini masih terdapat kelemahan sehingga membuat kekurangan dalam pelaksanaan Tindakan I, adapun kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan Tindakan I tersebut adalah: 1) Mayoritas siswa belum dapat mempraktikkan beberapa teknik dasar passing atas dan metode pembelajaran yang didemonstrasikan oleh peneliti secara benar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108
2) Siswa kurang paham dengan bentuk penjelasan peneliti dan guru sebab sebagian siswa kurang konsentrasi dalam menerima materi yang diberikan oleh peneliti dan guru. 3) Siswa seringkali lupa dengan teknik gerakan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya, sehingga peneliti dan guru seringkali mengulangi pelaksanaan materi pada minggu lalu. 4) Siswa kurang aktif bertanya sehingga kekurangan atau kesalahan teknik dasar dan metode pembelajaran yang dilakukan siswa kurang dapat dipantau oleh guru dan peneliti. 5) Masih banyak siswa yang kurang berani melakukan gerakan teknik dasar karena malu. 6) Siswa kurang mampu mencermati contoh pelaksanaan gerakan dari guru dan peneliti
sehingga sebagian siswa belum dapat menunjukan
kualitas gerakan yang maksimal. d. Analisis dan Reflesi Tindakan I Berdasarkan hasil observasi pada Tindakan I tersebut, peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut: 1) Jumlah dan frekuensi pertemuan pada Siklus I telah menujukkan hasil yang sesuai, mengingat jumlah materi yang disampaikan cukup banyak dan bervariasi serta alokasi waktu dalam mengajar yang sedikit. 2) Pelaksanaan proses belajar mengajar telah sesuai dengan rencana yang dibuat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I. 3) Tes awal untuk mengetahui kemampuan siswa pada awal sebelum diberikan tindakan cukup menggambarkan kondisi awal kelas sebelum mendapatkan tindakan. 4) Metode pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti dan guru mampu mengatur kondisi kelas, sehingga proses belajar mengajar serta transfer materi dapat berlangsung lebih maksimal. 5) Hasil pekerjaan siswa pada Pelaksanaan Tindakan I belum commit to user menunjukkan hasil yang maksimal walaupun telah menujukkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109
peningkatan akan tetapi belum sesuai dengan target capaian pada siklus I. Secara lebih detail hasil kerja siswa selama Tindakan I, dijelaskan sebagagai berikut : a) Hasil belajar siswa dalam passing atas setelah Tindakan I dilakukan menunjukkan hasil bahwa yang mencapai kriteria Tuntas adalah 63,89%, sedangkan Tidak Tuntas 36,11%. Dalam hal ini sejumlah 23 siswa telah masuk dalam kriteria Tuntas, dan sedangkan 13 siswa masuk dalam kriteria Tidak Tuntas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada proses Siklus I, hasil belajar siswa dalam penguasaan passing atas masuk dalam kategori Cukup. b) Apabila dibandingkan dengan data awal yang dimiliki hasil belajar siswa dalam passing atas menujukkan hasil yang meningkat dari data awal. 6) Kelebihan dan keberhasilan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I, akan dipertahankan dan ditingkatkan. 7) Dalam mengantisipasi kelemahan dan kekurangan yang ditemukan selama pelaksanaan Tidakan I, maka disusun langkah antisipatif, yakni: a) Siswa diminta mengingat gerakan dasar passing atas sesuai yang telah diajarkan. b) Peneliti tidak hanya berada di depan saat memberikan penjelasan kepada siswa. Peneliti juga harus memonitor siswa yang berada di bagian belakang, agar mereka juga ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar. c) Peneliti meminta bantuan kepada beberapa teman untuk dapat membantu mengatur jalannya proses pembelajaran. Berdasarkan prestasi atau tes belajar yang dicapai siswa pada siklus I dapat diketahui bahwa masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan sehingga pembelajaran perlu dilanjutkan pada siklus commit to user berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110
e. Diskripsi Data Tindakan I Selama Pelaksanaan Tindakan I maka peneliti dan guru melakukan pengambilan data penelitian. Adapun diskripsi data yang diambil terdiri dari; tes unjuk kerja kemampuan passing atas bolavoli (psikomotor), pengamatan sikap/aktivitas siswa (afektif), pemahaman konsep gerak (kognitif) dan lembar Quesioner siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. Kondisi hasil belajar passing atas setelah diberikan Tidakan I metode pembelajaran kooperatif disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2. Deskripsi Data Hasil Belajar Passing Atas Setelah Diterapkan Metode Pembelajaran Kooperatif (Akhir Siklus 1) Aspek yang Diukur Ketuntasan hasil belajar siswa (KKM : 75) Jumlah
Kriteria Tuntas Tidak Tuntas
Jumlah Anak 23 13 36
Prosentase 63,89% 36,11% 100%
Berdasarkan hasil diskripsi data awal, hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012 setelah diberikan Tidakan I adalah dengan prosentase Tuntas 63,89% dan prosentase Tidak Tuntas 36,11%. Sejumlah 23 siswa telah mencapai kriteria Tuntas sedangkan 13 siswa Tidak Tuntas.
3. Siklus II Siklus II merupakan, tidak lanjut dari hasil analisis dan refleksi yang dilakukan pada Siklus I, dimana dalam pelaksanaan tindakan dalam Siklus I, rata – rata siswa menunjukkan hasil yang kurang maksimal dan sesuai dengan commitPelaksanaan to user kriteria yang telah ditentukan. Siklus II mengacu pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111
pelaksanaan Siklus I, karena merupakan perbaikan dari Siklus I. Adapun tahapan yang dilakukan pada Siklus II ini diantaranya; a. Rencana Tindakan II Kegiatan perencanaan Tidakan II dilaksanakan pada hari Kamis, 3 November 2011, di SMA Negeri 2 Wonogiri. Peneliti dan guru penjas yang bersangkutan (mitra kolaboratif) mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini, seluruh rencana tindakan pada siklus II, mengacu pada hasil analisis dan refleksi tindakan I yang termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II. Melalui hasil pengukuran tersebut maka Peneliti dan Guru merancang rencana pelaksanaan tindakan Siklus II sebagai berikut : 1) Peneliti bersama guru merancang skenario metode pembelajaran passing atas dengan bermain, untuk meningkatkan motivasi serta kemampuan siswa melakukan passing atas. Dengan alur pembelajaran sebagai berikut : a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar b) Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap. c) Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal d) Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik 2) Peneliti dan guru penyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II passing atas bolavoli dengan pembelajaran kooperatif. 3) Peneliti dan guru menyiapkan media,serta menyiapkan sarana yang akan digunakan seperti; bola voli, net, dsb. 4) Peneliti dan guru menyusun media pembelajaran yakni berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai hasil peningkatan kemampuan passing commit to user atas dengan metode pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112
(aspek psikomotor). Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan melalui formulir penilaian / rubrik penilaian siswa yang tercantum dalam RPP. 5) Peneliti dan guru menyusun standar penilaian pada penguasaan passing atas bolavoli. 6) Peneliti dan guru menentukan lokasi pelaksanaan tindakan II, yakni pada lapangan olah raga SMA Negeri 2 Wonogiri. b. Pelaksanaan Tindakan II Tindakan II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan selama 2 minggu yakni pada setiap hari kamis tanggal 3 November 2011 dan 10 November
2011, di lapangan olah raga SMA Negeri 2 Wonogiri.
Sedangkan hari kamis tanggal 10 November 2011 sebagai pengambilan data pada siklus II. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Sesuai dengan RPP pada siklus II ini pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan guru yang bersangkutan, dan sekaligus melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Seluruh proses pembelajaran dalam Tindakan II ini adalah penguatan materi sebab materi secara dasar telah diberikan pada Tindakan sebelumnya. 1) Pertemuan I Materi pada pelaksanaan tindakan II, pertemuan pertama (Kamis, 3 November 2011) yaitu penguasaan passing atas dengan sasaran tembok. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : a) Peneliti dan guru menyiapkan siswa, serta memulai proses pembelajaran dengan berdoa dan mempresensi siswa. b) Peneliti
dan
guru
menyampaikan
motivasi
dan
tujuan
pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113
c) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran, serta memberikan pemanasan yang berkaitan dengan passing atas dalam bentuk permainan. d) Peneliti dan guru menyampaikan materi pertama yakni gerakan passing atas dengan sasaran tembok dengan jarak dari tembok 1 meter dan tingginya kurang lebih 2,43 meter. Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh yang dilakukan oleh guru dan peneliti. Sebelum melakukan gerakan siswa dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 9 siswa, kemudian di jadikan 4 baris menghadap tembok yang sudah ditentukan. e) Siswa melakukan gerakan passing atas dengan benar dari jarak 1 meter, saling bergantian dalam satu kelompok. Setiap kelompok harus dapat melakukan passing atas dari jarak 1 meter dengan ketinggian kurang lebih 2,43 meter sebanyak - banyaknya. Selanjutnya bola pantulan diteruskan oleh siswa yang ada dibelakangnya. Setelah siswa melakukan passing atas kemudian berlari ke belakang kelompoknya. f) Peneliti dan guru memberikan bimbingan kepada siswa tentang gerakan passing atas yang akan dilakukannya. Serta memberikan penguatan kepada siswa yang belum dapat melakukan gerakan dengan baik dan benar, sebelum memasuki materi selanjutnya. g) Peneliti dan guru mempersiapkan materi lanjutan yang akan diberikan kepada siswa sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada pelaksanaan materi kedua. h) Peneliti dan guru menyampaikan materi kedua dengan metode dan jarak yang sama, tetapi siswa harus melakukan passing atas dengan sasaran tembok selama waktu yang ditentukan oleh peneliti dan guru. Setelah peneliti dan guru memberi aba – aba commit to user berganti, bola dipantulkan kemudian siswa yang belakang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114
meneruskannya sampai semua siswa melakukan. Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh yang dilakukan oleh guru dan peneliti. i) Siswa diminta melakukan passing atas, sesuai dengan contoh yang dilakukan oleh peneliti dan guru. j) Siswa secara bergantian sesuai dengan urutan melakukan gerakan passing atas, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru. k) Peneliti dan guru memberikan bimbingan kepada siswa tentang passing atas yang akan dilakukannya. l) Peneliti dan guru memberikan penguatan kepada siswa yang belum dapat melakukan gerakan dengan baik dan benar, sebelum memasuki materi selanjutnya. m) Peneliti dan guru mempersiapkan materi lanjutan yang akan diberikan kepada siswa sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada pelaksanaan materi ketiga. n) Peneliti dan guru menyampaikan materi ketiga. Pelaksanaannya adalah dimulai dengan membentuk lingkaran besar. Kemudian salah satu siswa berada ditengah-tengah lingkaran tersebut dengan membawa
bola,
sekelompoknya.
selanjutnya Siswa
yang
di
umpan
kepada
teman
menerima
umpan
harus
mengembalikannya dengan passing atas. Siswa memperhatikan contoh gerakan yang dilakukan oleh guru dan peneliti. o) Setelah dirasa cukup melakukan materi ketiga pertemuan pertama siswa yang berada ditengah - tengah lingkaran tersebut memberikan umpan dengan menggunakan passing atas. p) Sebelum melakukan gerakan seperti contoh yang dilakukan oleh guru dan peneliti, siswa dibagi menjadi 4 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 9 orang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115
q) Para siswa mengulang – ulang gerakan dan dilakukan secara bergantian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan peneliti dan guru. r) Peneliti dan guru memberikan penguatan kepada siswa yang belum dapat melakukan gerakan dengan baik dan benar, sebelum memasuki materi selanjutnya. s) Peneliti dan guru mempersiapkan materi lanjutan yang akan diberikan kepada siswa sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada pelaksanaan materi keempat. t) Peneliti dan guru menyampaikan materi keempat. Pelaksanaannya adalah siswa dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 9 siswa. Setiap team harus melakukan passing atas didaerahnya sendiri sampai semua melakukannya, siswa yang mendapat urutan terakhir langsung dipasingkan ke lapangan kelompok lain. Bagi tim yang mendapat nilai 15 dianggap sebagai pemenang. Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh yang dilakukan oleh guru dan peneliti. u) Diakhir pertemuan peneliti dan guru melakukan evaluasi tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa, serta memberikan
umpan balik
(feedback) kepada siswa
yang
melakukan praktik pembelajaran passing atas bolavoli dan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan. v) Pelajaran di akhiri dengan berdoa dan siswa di bubarkan untuk selanjutnya mengikuti pelajaran selanjutnya. 2) Pertemuan II Materi pada pelaksanaan tindakan II, pertemuan kedua (Sabtu, 10 November 2011) adalah pengulangan beberapa materi yang telah disampaikan minggu sebelumnya dan pengambilan data passing atas. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116
a) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dan berdoa, serta memulai proses pembelajaran dengan mempresensi. b) Peneliti
dan
guru
menyampiakan
motivasi
dan
tujuan
pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat. c) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran. d) Peneliti dan guru menyampaikan materi pertama yang telah dilakukan sebelumnya pada pertemuan kedua yakni teknik passing atas dengan sasaran tembok dengan jarak dari tembok 1 meter dan tingginya kurang lebih 2,43 meter, passing secara kooperatif dalam bentuk lingkaran dan bermain bolavoli yang dimodifikasi. e) Setelah dirasa cukup melakukan pengulangan materi pertama dilanjutkan guru dan peneliti menyampaikan materi kedua yaitu pengambilan data passing atas. f) Peneliti dan guru menyiapkan siswa untuk mengikuti test akhir pada siklus II dengan memanggil satu persatu untuk melakukan passing atas yang telah diajarkan. g) Peneliti dan guru melakukan posttest untuk siklus II, dengan mencatat dan menilai kualitas gerakan pasing atas pada blangko penilaian yang telah disiapkan. h) Diakhir pertemuan peneliti dan guru melakukan evaluasi tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik
(feedback) kepada siswa
yang
melakukan praktik pembelajaran passing atas bolavoli i) Pelajaran di akhiri dengan berdoa dan siswa di bubarkan untuk selanjutnya mengikuti pelajaran selanjutnya. c. Observasi dan Interpelasi Tindakan II Observasi dan interpelasi tindakan II dilakukan selama Tindakan commit to user II berlangsung. Dalam melakukan observasi dan interpelasi tindakan II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
peneliti berkolaborasi dengan guru yang bersangkutan sebagai pengelola kelas, adapun pelaksanaan Tindakan II, yakni : 1) Peneliti mengamati proses pembelajaran passing atas bolavoli melalui metode pembelajaran kooperatif pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. 2) Sebelum pembelajaran dilangsungkan peneliti dan guru bersangkutan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II, sebagai pedoman atau acuan dalam proses pelaksanaan pembelajaran. 3) Peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model instruksi langsung, dalam hal ini peneliti mengacu pada sintaks (alur pembelajaran) pada metode pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif, yakni adanya penjelasan materi, demonstrasi / unjuk kerja contoh, serta pelaksanaan instruksi secara langsung oleh siswa. 4) Peneliti dan guru memberikan motivasi kepada siswa agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebelumnya peneliti dan guru memberikan contoh permainan dengan benar. Siswa dengan semangat melakukan apa yang di perintah oleh guru. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu siswa yang aktif selama pemberian teknik passing atas sebesar 80%, sedangkan 20% lainnya masih memberikan respon yang kurang serius terhadap materi. Dari hasil wawancara dengan siswa yang kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, diperoleh penjelasan bahwa di antara mereka ada yang kurang menyukai materi, dan tidak bisa melakukan unjuk kerja praktik passing atas karena malu khususnya siswa perempuan. 5) Guru, peneliti dan siswa selalu memberikan applause pada setiap penampilan siswa. Guru dan peneliti juga memberikan reward berupa pujian, seperti: “Bagus sekali”, “Ayo semangat”, “ Ya Bagus”, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118
lain-lain. Suasana tampak hidup dengan semangat dan antusiasme siswa yang tinggi. 6) Peneliti bersama guru melakukan penilaian melalui lembar obeservasi siswa, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam
menerima
pembelajaran
passing
atas
melalui
metode
pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif. Berdasarkan hasil pengamatan / observasi selama pelaksanaan Tindakan II\ berlangsung, berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat identifikasi: 1) Hasil belajar siswa dalam materi passing atas setelah Tindakan II dilakukan menunjukan hasil bahwa yang mencapai kriteria Tuntas 86,11% sedangkan Tidak Tuntas 13,89%. 2) Sejumlah 31 Siswa mencapai kriteria Tuntas sedangkan 5 siswa Tidak Tuntas. Telah memenuhi target dengan capaian berhasil lebih dari target capaian yang diharapkan. Dalam pelaksanaan Tidakan II terdapat kelebihan yang dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan tindakan II, adapun kelebihan dan pelaksanaan Tindakan II diantaranya : 1) Sebagian siswa telah mampu menunjukkan gerakan passing atas dengan baik. Walau ada sebagian kecil siswa yang sama sekali belum dapat menunjukkan gerakan passing atas. 2) Melalui proses pengelompokan siswa dalam permainan sebagian besar siswa dapat perpartisipasi dalam permainan yang dibuat oleh guru dan peneliti. Dengan dibantu oleh beberapa teman peneliti dan guru tidak kerepotan dalam proses transfer materi kepada siswa. Melalui penguatan kegiatan permainan siswa lebih berani dan beradaptasi dengan gerakan passing atas. Akan tetapi dalam pelaksanaan Tindakan II ini masih terdapat kelemahan sehingga membuat kekurangan dalam pelaksanaan Tindakan commit to user II, adapun kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan Tindakan II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119
tersebut adalah: Masih ada siswa yang kurang serius sehingga penerimaan materi pembelajaran kurang maksimal diterima. d. Analisis dan Refleksi Tindakan II Berdasarkan hasil observasi pada Tindakan II tersebut, peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut: 1) Jumlah dan frekuensi pertemuan pada Siklus II telah menujukan hasil yang sesuai yakni 2 kali pertemuan dan 1 kali pertemuan untuk pengambilan data akhir siklus II, sebab materi yang diberikan sedikit hanya penguatan pada sebagian siswa sedangkan sebagian lain adalah penyempurnaan gerakan. 2) Pelaksanaan proses belajar mengajar telah sesuai dengan rencana yang dibuat apa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II. 3) Metode pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif yang diterapkan oleh peneliti dan guru mampu mengatur kondisi kelas, sehingga proses belajar mengajar serta transfer materi dapat berlangsung lebih maksimal, serta penguatan materi yang dilakukan pada siklus II dapat terlaksana dengan baik. 4) Motivasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar pada Tindakan II, cenderung naik menjadi 80% sedangkan antusias siswa selama mengikuti proses belajar naik menjadi 70%. Adanya antusias dan respon siswa terhadap materi karena peneliti dan guru meminta bantuan teman dalam membantu memberikan pengawasan dan control terhadap siswa dalam belajar. 5) Hasil pekerjaan siswa pada Pelaksanaan Tindakan II menunjukkan hasil yang meningkat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I. Secara lebih detail hasil kerja siswa selama Tindakan II, dijelaskan sebagai berikut : a) Hasil belajar siswa dalam materi passing atas setelah Tindakan II dilakukan menunjukan hasil bahwa yang mencapai kriteria Tuntas commit to user 86% sedangkan Tidak Tuntas 14%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120
b) Sejumlah 31 Siswa mencapai kriteria Tuntas sedangkan 5 siswa Tidak Tuntas. Telah memenuhi target dengan capaian berhasil lebih dari target capaian yang diharapkan. Melihat hasil yang diperoleh pada Tidakan II maka penelitian tidakan kelas telah memenuhi target dari, rencana target yang diharapkan. e. Diskripsi Data Tindakan II Selama pelaksanaan Tindakan II maka peneliti dan guru melakukan pengambilan data penelitian Adapun diskripsi data yang diambil terdiri dari; tes unjuk kerja kemampuan passing atas bolavoli (psikomotor), pengamatan sikap/aktivitas siswa (afektif), pemahaman konsep gerak (kognitif) sesuai yang tercantum dalam RPP dan lembar Quesioner siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. Kondisi hasil belajar passing atas bolavoli siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012 setelah diberikan Tindakan II metode pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3. Deskripsi Data Hasil Belajar Passing Atas Bolavoli Setelah Diberikan Metode Pembelajaran Kooperatif (Akhir Siklus II) Aspek yang Diukur Ketuntasan hasil belajar siswa (KKM : 75) Jumlah
Kriteria Tuntas Tidak Tuntas
Jumlah Anak 31 5 36
Prosentase 86,11% 13,89% 100%
Berdasarkan hasil diskripsi data awal, hasil belajar passing atas siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. Setelah diberikan commitTidakan to user II adalah 86,11% sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121
sisanya 13,89%. Sejumlah 31 Siswa mencapai kriteria Tuntas sedangkan 5 siswa Tidak Tuntas.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran dari siklus satu ke siklus lainnya. Meskipun secara keseluruhan menunjukkan peningkatan yang cukup baik, ada beberapa siswa yang menunjukkan penurunan hasil unjuk kerja mereka. Perbandingan peningkatan penguasaan passing atas bolavoli siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 dari kondisi awal ke siklus 1 dan siklus 2 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122
Tabel 4.4. Deskripsi Peningkatan Hasil Belajar Passing Atas Bolavoli NO NAMA PESERTA . DIDIK 1. Agithia Ifan N 2. Aji Kurniawan 3. Ani Yuliani 4. Cahyadi Adi N 5. Danisworo D 6. Destasari Sandra P 7. Dian Utami 8. Elfana Rahmawati K 9. Enno Angella A 10. Fitriana Wulandari 11. Gunawan Sudrajad 12. Hermawan Nur R 13. Hikmawan S 14. Ilma Rismanda 15. Koko Muhamad S 16. Krusita Sari 17. Lusi Permana Sari 18. Muchamad Gilang P P 19. Nia Hanum Pratiwi 20. Nugraha Aji H 21. Nur Fatim 22. Nur Ichsan Setya P 23. Pebri Puspitasari 24. Rangga Mahindra 25. Rizdania Rofika D 26. Rona Mahardikna 27. Selvia Yuliawati T 28. Tiwi Kartika T 29. Toni Widanarko 30. Tyas Apriliana 31. Wahyu Rama P 32. Waskitho Raji N 33. Yuanina Octavia D 34. Yuhana Widiya S 35. Yuni Nur Vita S 36. Yunisdha Nuvika D NILAI RATA-RATA
L/ P L L P L L P P P P P L L L P L P P L P L P L P L P P P P L P L L P P P P
PRA TINDAKAN 77 65 66 77 77 63 78 69 70 76 73 77 74 67 72 74 73 66 70 67 72 66 73 72 73 71 70 73 69 70 68 76 77 73 67 78 72
commit to user
SIKLUS I 80 69 69 78 79 71 80 71 75 77 77 76 80 68 76 76 78 71 74 69 76 68 75 76 78 73 79 78 73 75 69 77 78 76 68 80 75
SIKLUS II 85 78 77 85 80 78 85 74 85 87 85 82 81 70 75 81 79 72 85 71 79 80 79 79 83 84 83 83 85 79 73 80 82 79 78 84 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123
Tabel 4.5. Perbandingan Hasil Belajar Passing Atas Setelah Diterapkan Metode Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Siklus I dan Siklus II Pra Tindakan
Prosentase
Jumlah Siswa
Prosentase
Tuntas Tidak Tuntas Jumlah
Jumlah Siswa
Ketuntasan hasil belajar siswa (KKM : 75)
Prosentase
KETERANGAN
Siklus II
Jumlah Siswa
ASPEK YANG DIUKUR
Siklus I
9 27 36
25% 75% 100%
23 13 36
63,89% 36,11% 100%
31 5 36
86,11% 13,89% 100%
Melalui tabel perbandingan hasil belajar diatas apabila didistribusikan
Siklus II
dalam grafik perbandingan, disajikan sebagai berikut: Tidak Tuntas Tuntas
Pra Tindakan
Siklus I
Pra Tindakan Tuntas Pra Tindakan Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Siklus I Tuntas Tuntas
Siklus I Tidak Tuntas Siklus II Tuntas
Tidak Tuntas
Siklus II Tidak Tuntas Tuntas 0
10
20
30
40
Melalui grafik perbandingan hasil belajar passing atas siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012, terjadi peningkatan hasil belajar siswa mulai dari data Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pembahasan hasil penelitian pada BAB IV disimpulkan bahwa
metode
pembelajaran
kooperatif
(cooperative
learning)
dapat
meningkatkan penguasaan passing atas dalam permainan bolavoli pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011 / 2012, dengan pembahasan dari masing-masing permasalahan yang ada dalam penelitian sebagai berikut: 1.
Metode pembelajaran dengan kooperatif (cooperative learning), sangat baik untuk meningkatkan penguasaan melakukan passing atas bolavoli siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri. Dari hasil analisis yang diperoleh terjadi peningkatan dari siklus I dan
siklus II. Pada siklus I
kemampuan.
Kemampuan melakukan penguasaan passing atas bolavoli siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri setelah diberikan tidakan terjadi peningkatan sebesar 38,89%, dengan prosentase ketuntasan 63,89% atau 23 siswa. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 61,11%, dengan prosentase ketuntasan 86,11% atau 31 siswa. 2.
Metode pembelajaran dengan kooperatif (cooperative learning), sangat baik untuk meningkatkan hasil belajar passing atas bolavoli siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri. Dari hasil analisis yang diperoleh terjadi peningkatan yang dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I hasil
belajar
passing atas bolavoli siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonogiri setelah diberikan tidakan terjadi peningkatan sebesar 38,89%, dengan prosentase commit to user 124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125
ketuntasan 63,89% atau 23 siswa. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 61,11%, dengan prosentase ketuntasan 86,11% atau 31 siswa.
B. Implikasi Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa penerapan metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan penguasaan dan hasil belajar passing atas bolavoli. Dengan demikian, implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta metode pembelajaran yang digunakan. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketersediaan alat/media pembelajaran yang menarik dapat juga membantu motivasi siswa belajar siswa sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal. 2. Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di lapangan. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana dan prasarana yang sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan commit to user dengan lancar, kondusif, efektif, dan efisien.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126
3. Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan penerapan metode dengan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dalam pembelajaran passing atas bolavoli dapat meningkatkan
kemampuan, dan
hasil belajar siswa dalam passing atas bolavoli (baik proses maupun hasil), sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin mengembangkan proses pembelajaran passing atas bolavoli kepada para siswanya. Bagi guru bidang studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam melaksanakan proses pembelajaran. Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan yang lebih kreatif dalam membuat metode-metode pembelajaran yang lebih banyak. 4. Melalui diterapkannya metode pembelajaran dengan kooperatif learning (cooperative learning) dalam pembelajaran passing atas bolavoli, maka siswa memperoleh pengalaman baru dan berbeda dalam proses pembelajaran Penjas. Pembelajaran Penjasorkes yang pada awalnya membosankan bagi siswa, menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, dan siswa juga dapat mencermati lebih jelas konsep gerak yang ada pada passing atas bolavoli, sehingga mampu memahami dan menirukan dengan baik. 5. Pemberian tindakan dari siklus I dan II memberikan deskripsi bahwa terdapatnya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran,
dapat
dideskripsikan
terdapatnya
peningkatan
kualitas
pembelajaran Penjas (baik proses maupun hasil) dan peningkatan motivasi belajar siswa. Dari segi proses pembelajaran Penjas, penerapan metode pembelajaran dengan kooperatif learning (cooperative learning) ini dapat merangsang aspek motorik siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran Penjas yang nantinya dapat bermanfaat untuk mengembangkan
kebugaran jasmani, mengembangkan commit to user
kerjasama,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127
mengembangkan
skill
dan
mengembangkan
sikap
kompetitif
yang
kesemuanya ini sangat penting dalam pendidikan jasmani.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya pada guru Penjas SMA Negeri 2 Wonogiri, sebagai berikut : 1. Guru
hendaknya
lebih
inovatif
dalam
menerapkan
metode
untuk
menyampaikan materi pembelajaran. 2. Guru hendaknya memberikan pembelajaran kepada siswa dengan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang sederhana tetapi tetap mengandung unsur materi yang diberikan, agar siswa tidak terlalu jenuh dan minat mengikuti pembelajaran dengan baik. 3. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajarnya. 4. Sekolah hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar Penjas.
commit to user