UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEPAKBOLA MATERI PASSING DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI METODE DRIIL PADA SISWA KELAS V SDN KALIBARU 09 PAGI KECAMATAN CILINCING JAKARTA UTARA Hasan Basri1 Universitas Islam “45” Bekasi
[email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran keterampilan menendang bola dengan kaki bagian dalam seperti: (1) meningkatkan hasil belajar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada gerak dasar menendang bola siswa SDN Kalibaru 09 Pagi, (2) menerapkan metode pengulangan (drill) menendang bola dengan kaki bagian dalam pada gerak dasar menendang bola dapat meningkatkan hasil belajar siswa SDN Kalibaru 09 Pagi, (3) merumuskan instrumen penilaian untuk materi pelaksanaan keterampilan menendang bola pada siswa sekolah dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan (Action Research), dengan model disain Kemmis dan Taggart ditetapkan subjek penlitian berjumlah 34 orang, dari kelas V Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Instrumen penilaian yang digunakan adalah formulir penilaian menendang bola dengan kaki bagian dalam dengan 3 indikator, yaitu: awalan, perkenaan kaki dengan bola dan sikap akhir. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan statistik deskriptif antara lain distribusi frekuensi, presentasi dan interprestasi data. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes masing-masing jenis tindakan, yang diberikan secara berulang-ulang pada setiap siklusnya, terdapat peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan menendang bola dengan kaki bagian dalam dengan menggunakan metode pengulangan (drill), terbukti dikelas V yang mendapatkan nilai lebih dari kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kata kunci: hasil belajar, sepakbola, passing dengan kaki bagian dalam. Margaret Talbot dalam Rusli Lutan (2001: 61) mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan landasan bagi pembinaan olahraga secara berkelanjutan, sebuah prosesproses belajar yang tidak tergantikan untuk menumbuhkan perkembangan kognitif dan sosial, sebagai alat yang unik untuk membangun sikap positif terhadap sekolah dan pendidikan, merangsang keterlibatan dalam olahraga dan aktifitas jasmani, meletakan dasar bagi hidup sehat disepanjang hayat keterlibatan dalam kehidupan sosial masyarakat. Seorang guru yang profesional harus memiliki empat kemampuan dasar (kompetensi) dan sikap sebagai guru yang mendapat kepercayaan untuk mempersiapkan hari depan bangsa. Adapun empat kemampuan tersebut adalah (1) Kompetensi
1
Hasan Basri: Dosen PJKR FKIP Universitas Islam “45” Bekasi
1
Motion, Volume VII, No.1, Maret 2016 Pedagogik, (2) Kompetensi Profesional, (3) Kompetensi Sosial dan (4) Kompetensi Kepribadian. Salah satu prinsip penting pelajaran pendidikan jasmani di SD harus menekankan berpartisipasi aktif dan merata serta berpusat pada anak didik, artinya adalah bahwa seorang guru pendidikan jasmani harus menyajikan materi sesuai tingkat kemampuan anak didik. Materinya meliputi gerak sehari-hari, mulai dari merayap, merangkak, melempar, berjalan, berlari, memanjat, menendang, berayun, berguling, berjingkat, mengendong, melempar, menangkap, memukul, mengangkat, menahan, mendorong, menarik, dan seterusnya. Menurut fungsinya menendang atau menyepak bola kegunaannya seperti mengumpan (passing), menembak bola ke gawang (shooting), membersihkan (clearing), tendangan-tendangan khusus. Selanjutnya, diantara fungsi kegunaan menendang tersebut peneliti akan meneliti atau membatasi hanya pada teknik melakukan latihan menendang (passing) dengan kaki bagian dalam saja. Sedangkan sub fokus penelitiannya antara lain: (1) Belajar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada gerak dasar menendang bola siswa SDN Kalibaru 09 Pagi. (2) Efek dari penggunaan metode pengulangan (drill) dalam meningkatkan hasil belajar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada gerak dasar menendang bola siswa SDN Kalibaru 09 Pagi. (3) Efek dari jenis tindakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Selanjutnya diperlukan upaya untuk perbaikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani serta mencari jalan keluar dan berupaya agar sepak bola menjadi kegiatan yang menyenangkan, membahagiakan, meningkatkan kebugaran jasmani, serta dapat memperkaya pengalaman gerak atau motorik siswa sebagai dasar-dasar gerak cabang olahraga sepak bola. Sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan ajar dalam meningkatkan proses belajar mengajar. Pada siklus ini kesalahan yang paling banyak dalam melakukan keterampilan menendang bola dengan kaki bagian dalam (inside of the foot) dikarenakan oleh teknik yang tidak sempurna, kurang konsentrasi, atau memilih teknik yang salah pada situasi tertentu. Kesalahan merupakan hal yang wajar hingga peserta didik menjadi lebih ahli dalam melakukan keterampilan dan mendapatkan kesempatan untuk mempraktikkannya di bawah situasi yang ada.
2
Motion, Volume VII, No.1, Maret 2016 Dengan melihat hasil tes uji coba dan hasil observasi awal (prasiklus) kemampuan menendang bola dengan kaki bagian dalam pada data diatas, gerakan menendang bola dengan kaki bagian dalam (inside of the foot) yang dilakukan peserta didik, belum mencapai gerakan yang diinginkan oleh peneliti yang sesuai dengan konsep keterampilan menendang bola dengan kaki bagian dalam , sehingga nilai ratarata kelas secara klasikal belum ada ketuntasan belajar dan 82,35 % siswa belum mencapai perolehan nilai siswa yang signifikan atau belum mencapai KKM sesuai dengan tujuan penelitian, maka dilaksanakan kegiatan pembelajaran Siklus 1. Berdasarkan pemaparan di atas, maka tujuan penelitian ini antara lain: (1) meningkatkan hasil belajar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada gerak dasar menendang bola siswa SDN Kalibaru 09 Pagi, (2) menerapkan metode pengulangan (drill) menendang bola dengan kaki bagian dalam pada gerak dasar menendang bola dapat meningkatkan hasil belajar siswa SDN Kalibaru 09 Pagi, (3) merumuskan instrumen penilaian untuk materi pelaksanaan keterampilan menendang bola pada siswa sekolah dasar. Menendang bola dengan kaki bagian dalam Pengertian passing adalah seni memindahkan bola dari satu pemain ke pemain lain. Passing paling baik dilakukan dengan menggunakan kaki, tetapi bagian tubuh lain juga bias digunakan. Pemain bias menggerakkan bola lebih cepat lagi sehingga dapat menciptakan ruang terbuka yang lebih besar dan berpeluang melakukan tendangan shooting yang lebih banyak jika dapat melakukan passing dengan keterampilan dan ketetapan yang tinggi. Passing membutuhkan banyak tehnik yang sangat penting agar dapat tetap menguasi bola. Keterampilan passing dilakukan dengan tiga yakni: (1) passing dengan kaki dengan bagian dalam (inside of the foot), (2) passing dengan kaki bagian luar (outside of the foot), dan (3) passing dengan punggung kaki bagian tengah (instep). Selanjutnya, Marta Dinata (2007: 9) menyatakan bahwa menurut fungsinya kegunaan passing antara lain : (1) mengumpan, (2) menembak bola ke gawang, (3) membersihkan, dan (4) tendangan-tendangan khusus. Tujuan utama melakukan passing dengan kaki bagian dalam tidak lain adalah memberikan ketepatan umpan kepada teman sebagai sasarannya, sehingga dapat melakukan shooting atau penyerangan terhadap lawan. Jadi, sukses tidaknya
3
Motion, Volume VII, No.1, Maret 2016 penyerangan itu tergantung dari kecermatan si pemain umpan, kalau umpannya kurang baik, maka penyerangan lemah bahkan kadang kala gagal sama sekali. Dengan demikian, passing dengan kaki bagian dalam yang menjadi tujuan utama adalah bola dapat dilontarkan tepat atau sampai kesasaran yang diinginkan, maka perlu adanya kekuatan dari otot-otot tertentu seperti otot tungkai dan otot punggung diperlukan juga suatu tingkat gairah yang sesuai karena passing bawah berhubungan erat dengan ketepatan yang menjadi tujuan utamanya. Berikut ini prosedur teknik menendang bola dengan kaki bagian dalam (inside of the foot) dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Prosedur teknik menendang bola dengan kaki bagian dalam (inside of the foot) Gambar
Tahapan Persiapan
Pelaksanaan
Prosedur 1. Awalan 2. Berdiri menghadap target bola 3. Letakkan kaki yang menahan keseimbangan di samping bola 4. Arahkan kaki ke target bola 5. Bahu dan pinggul lurus dengan target bola 6. Tekukkan sedikit lutut kaki 7. Ayunkan kaki yang akan menendang ke belakang membentuk sudut 90 derajat 8. Tempatkan kaki dalam posisi menyamping 9. Tangan direntangkan untuk menjaga keseimbangan 10. Kepala tidak bergerak 11. Fokuskan perhatian pada bola 1. Tubuh berada di atas bola 2. Ayunkan kaki yang akan menendang ke depan 3. Jaga kaki agar tetap tetap lurus 4. Tendang bagian tengah bola dengan bagian samping dalam kaki
4
Motion, Volume VII, No.1, Maret 2016 Gerak Akhir
1. Pindahkan berat badan kedepan 2. Lanjutkan gerakan searah dengan bola 3. Gerakan akhir berlangsung dengan mulus
Selanjutnya, beberapa bentuk latihan menendang bola untuk mengumpan dengan kaki bagian dalam dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Bentuk latihan menendang bola untuk mengumpan dengan kaki bagian dalam Bentuk latihan
Prosedur pelaksanaan 1. Siswa menghadap ke arah tembok dengan jarak1 s.d 3 meter 2. Lakukan menendang bola dengan kaki bagian dalam ke arah tembok 3. Kecepatan menengah arah pantulan dari tembok di tahan terlebih dahulu sebelum melakukan gerakan berikutnya seperti awal, 4. Lakukan selama 30 detik. 1. Siswa A dan B saling berhadapan 2. Jarak antara A dan B 6 s.d 10 meter. 3. A melakukan passing ke arah B melewati diantara 2 kons yang ada dengan kaki bagian dalam. 4. Setelah bola sampai ke kaki B, maka B pun melakukan hal yang sama ke arah A.
1. Latihan pantulan ke arah tembok
2. Latihan secara berpasangan
Batasan Keberhasilan Teknik Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam (inside of the foot) Keterampilan yang memerlukan ketepatan, memerlukan juga konsentrasi penuh yang sering terjadi tidak sampai tepat pada sasaran karena pelaku terganggu oleh beberapa banyak hal. Mungkin terlihat relatif mudah untuk mengoper dan menerima
5
Motion, Volume VII, No.1, Maret 2016 bola yang menggelinding. Namun, pelaksanaannya tidaklah semudah itu jika lawan berusaha keras untuk mencuri bola dari pemain. Kebanyakan kesalahan dalam mengoper dan menerima bola dikarenakan oleh teknik yang tidak sempurna, kurang konsentrasi, atau memilih teknik yang salah pada situasi tertentu. Luxbacher (2004: 18) mengemukakan kesalahan merupakan hal yang wajar hingga pemain menjadi lebih ahli dalam
melakukan
keterampilan
dan
mendapatkan
kesempatan
untuk
mempraktekkannya di bawah situasi permainan. Kesalahan umum dan perbaikan tendangan dengan kaki bagian dalam tertuang dalam tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Kesalahan umum dan perbaikan tendangan dengan kaki bagian dalam Kesalahan
Perbaikan
Bola terangkat dari permukaan
Menendang bola dengan menggunakan bagian kaki yang terlalu jauh, didekat jari, atau terlalu ke bawah akan membuat bola melambung ke udara. Tendanglah bagian tengah bola dengan samping dalam kaki antara pergelangan kaki dan jari. Operan tidak tepat Letakkan kaki yang menahan keseimbangan disamping bola dan arahkan pada target. Bahu dan pinggul lurus dengan target. Jaga kepala agar tidak bergerak saat anda menendang bola. Operan kurang tepat Kaki yang menendang tetap kuat. Pindahkan berat badan Anda ke depan saat kaki menyentuh bola. Gunakan gerakan akhir yang mulus Anda mendekati bola dari sudut Dekati bola langsung dari belakang. yang tajam dan berusaha untuk Bahu dan pinggul lurus dengan target melakukan tendangan melintang saat kaki anda menyentuh bola. Tendang bola ke arah depan. Terdapat beberapa bagian otot yang untuk gerakan menendang bola dengan kaki bagian dalam (inside of the foot), yaitu: (1) Pengerak Utama: Musculus quadriceps femoris, biceps femoris dan musculus tibialis anterior, tibialisposterior, musculus bicep femoris, dan musculus quadriceps femoris, bicep femoris, (2) Penggerak Antagonis: Musculus bicep femoris, dan musculus quadriceps femoris, terjadi pemendekan otot pada muschulus bicep femoris dan pemanjangan otot pada musculus quadriceps femoris, (3) Pengerak Sinergis: Musculus gluteus maximu. musculus quadriceps femoris, 6
Motion, Volume VII, No.1, Maret 2016 musculus bicep
femoris, semitendinousu dan semimembranousus. musculus tibialis
anterior dan tibialis posterior, dan (4) Penggerak Stabilitas: Musculus tensor fascia latae, musculus gastrocnemiu, musculus tibialis anterior dan tibialis posterior. Sedangkan sendi dan gerakan sendi untuk gerakan menendang bola dengan kaki bagian dalam (inside of the foot) adalah sendi engsel terdapat pada lutut (articulation genu), sendi peluru terdapat pada pinggang (articulation coxae), sendi luncur terdapat pada pergelangan kaki. (articulation talocruralis) Gerakan sendi yang digunakan pada saat melakukan menendang, menahan dan menggiring adalah flexi, exsenti, pronasi dan supinasi. Pembelajaran Gerak Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mencapai pengetahuan, dalam belajar selalu ada peningkatan pengetahuan, dari yang belum tahu menjadi tahu, dari yang tahu menjadi mahir. Dalam belajar perubahan yang pasti terjadi dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahanperubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan. Jadi, belajar merupak proses pengulangan-pengulangan
yang
meningkat
dalam
latihan,
sehingga
menjadi
pengetahuan baru yang dimiliki. Sugiyanto dan Sudjarwo (1994: 7) menjelaskan bahwa fase-fase dalam perkembangan secara garis besar meliputi 5 fase pekembangan dalam hidup manusia antara lain: (1) fase sebelum lahir (prenatal), (2) fase bayi (infant), (3) fase anak-anak (childhood) yang terdiri atas fase anak kecil dan anak besar, (4) fase adolesensi (adolescence), dan (5) fase dewasa (adulthood) yang terdiri atas fase dewasa muda, fase dewasa madya, dan fase dewasa tua. Gerak-gerak dasar yang mulai dikuasai anak kecil adalah: berjalan, berlari, mendaki, meloncat, berjingkrat, mencoklang, lompat tali, menyepak, melempar, menangkap, memantulkan bola, memukul, dan berenang. jika anak kecil memperoleh kesempatan untuk sering berada di air. Perkembangan kemampuan gerak anak besar adalah sejalan dengan perkembangan koordinasi, fleksibilitas, keseimbangan, serta perkembangan kemampuan fisik yang lainnya. Peningkatan kemampuan gerak bisa
7
Motion, Volume VII, No.1, Maret 2016 diidentifikasi berdasarkan peningkatan efisiensi, kelancaran, control, dan variasi gerakan serta besarnya tenaga yang bisa disalurkan melalui gerakan. Dalam pengembangan koordinasi gerak, anak laki-laki pada awal puberitas mengalami perkembangan sedikit sekali, tetapi setelah masa situ perkembangan makin cepat. Sedangkan mengenai keseimbangan dinamis selama adolesensi menunjukkan adanya penurunan untuk kedua jenis kelamin. Peningkata yang mendatar dialami oleh anak perempuan pada umur 12-14 tahun, sedangkan bagi anak laki-laki pada umur 1416 tahun. Selanjutnya Fitts dan Ponser dalam Richard A. Schmidt (2005: 98) memperkenalkan model tiga tahapan pembelajaran gerak yakni: (1) cognitive stage; untuk pertama kalinya peserta didik di perkenalkan pada keterampilan gerak yang baru, dan tugas utama peserta didik itu mengerti dan memahami tentang tahapan dan persyaratan-persyaratan melakukan gerakan itu, (2) associative stage; tahapan ini ditandai oleh gerakan yang semakin baik, setelah mencoba banyak gerakan yang disertai strategi gerakan, seorang peserta didik pada tahap ini menjadi merasa terikat dan memilih pada pola gerakan tertentu, dan gerakan ini menjadi lebih konsisten dengan sedikit kesalahan, dan (3) automatisasi; tahapan ini peserta didik memerlukan latihan dengan waktu yang lama, penampilan mencapai tingkat kecakapan yang paling tinggi dan telah menjadi otomatisasi. Belajar gerak memiliki beberapa intens yang meliputi perkembangan; (1) ranah psikomotor, (2) ranah kognitif dan (3) ranah efektif. Pada ranah psimotor intense belajar gerak memuat dua tujuan utama; (1) kemampuan gerak, dan (2) kemampuan fisik. Kemampuan bergerak terdiri atas: (1) kemampuan gerak lokomotor, (2) kemampuan gerak manipulasi, dan (3) kemampuan gerak stabilisasi. Sedangkan kemampuan fisik terdiri atas: (1) kesegaran jasmani dan (2) kesegaran gerak. Modifikasi Sarana Pembelajaran Menurut Ngasmani dan Soepartono dalam Husdarta (2010: 179) alasan utama perlunya memodifikasi antara lain: (1) anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, kematangan fisik dan mental anak belum selengkap orang dewasa, (2) pendekataan pembelajaran pendidikan jasmani selama ini kurang efektif, hanya bersifat lateral dan monoton, (3) fasilitas pembelajaran pendidikan jasmani yang ada sekarang hampir semuanya diselesaikan untuk orang dewasa.
8
Motion, Volume VII, No.1, Maret 2016 Komponen-komponen yang dapat dimodifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar antara lain: (1) ukuran, berat, atau bentuk peralatan yang digunakan, (2) ukuran lapangan permainan, (3) lamanya waktu bermain atau lamanya permainan, (4) peraturan permainan yang digunakan, (5) jumlah permainan atau jumlah siswa yang dilibatkan dalam suatu permainan. Modifikasi gerak dasar menendang dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan menggunakan peralatan berupa: (1) kardus, (2) tali yang ditata sedemikian rupa, baik jarak, rangkaian, formasi, maupun tinggi atau lebarnya. Sehingga pendekatan modifikasi ini dimaksud agar materi yang ada dalam kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor anak. Berikut modifikasi sarana pembelajaran sepakbola yang dimodifikasi
Gambar 1. Meja Bola Gantung Selanjutnya, dilakukan modifikasi lapangan permainan passing sepakbola seperti berikut ini.
Gambar 2. Modifikasi lapangan Permainan Passing sepakbola
9
Motion, Volume VII, No.1, Maret 2016 METODE Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan (Action Research) dengan model disain Kemmis dan Taggart. Penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk penelitian, dimana dalam rancangan penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi. Pelaksanaan penelitian melibatkan rekan sejawat sebagai kolaborator dan guru kelas sebagai pelaksana tindakan. Selanjutnya, sesuai dengan rancangan penelitian, maka terdapat data yang harus dikumpulkan yaitu data tentang kemampuan menendang bola dengan kaki bagian dalam pada permainan sepak bola untuk memperoleh data kemampuan menendang bola dengan kaki bagian dalam pada permainan sepak bola. Selanjutnya, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan statistik deskriptif antara lain distribusi frekuensi, presentasi dan interprestasi data.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh penghitungan statistik deskriptif dari kemampuan menendang bola dengan kaki bagian dalam. Adapun hasil penghitungannya adalah sebagai berikut: Tabel 4. Daftar Skor dan Frekuensi Prasiklus Hasil Tes Kemampuan Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam Kelas Interval
Batas Bawah
61-65 66-70 71-75 76-80 81-85
60,5 65,5 70,5 75,5 80,5 Jumlah
Batas Atas 65,5 70,5 75,5 80,5 85,5
Nilai Rata-rata =
Frekuensi Absolut 21 7 6 0 0 34
f .x 21x63 7 x68 6 x73 2237 = = = 65 34 34 f
10
Frekuensi Relatif (%) 61,77 20,58 17,65 0 0 100,00
Motion, Volume VII, No.1, Maret 2016 Berdasarkan tabel
di atas, maka prosentase hasil tes uji coba kemampuan
menendang bola dengan kaki bagian dalam pada prasiklus dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Skor rata-rata tes uji coba kemampuan menendang bola dengan kaki bagian dalam pada prasiklus yaitu 65, (2) Terdapat 6 siswa yang telah tuntas, dimana siswa tersebut sudah berhasil mencapai nilai diatas KKM sebesar 71, (3) Terdapat 28 siswa yang belum tuntas atas pencapaian KKM, (4) Prosentase siswa yang tuntas = 6/ 34 = 0,17 x 100% = 17,65%, (5) Prosentase siswa yang belum tuntas = 28/ 34 = 0,82 x 100% = 82,35%. Siklus 1 Setelah dilakukan pengolahan data skor pada siklus 1 hasil uji tes kemampuan menendang bola dengan kaki bagian dalam pada gerak dasar menendang bola sebelum diberikan pengulangan. Hasil penelitian siklus 1 dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5. Daftar Skor dan Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam pada siklus 1 Kelas Interval
Batas Bawah
61-65 66-70 71-75 76-80 81-85
60,5 65,5 70,5 75,5 80,5 Jumlah
Batas Atas 65,5 70,5 75,5 80,5 85,5
Frekuensi Absolut 1 24 6 3 0 34
Frekuensi Relatif (%) 2,95 70,59 17,65 8,83 0 100,00
Nilai Rata-rata =
f .x 1x63 24 x68 6 x73 3 x78 2368 = = = 70 34 34 f
Berdasarkan tabel di atas, maka prosentase hasil tes uji coba kemampuan menendang bola dengan kaki bagian dalam pada siklus 1 sesudah dilakukan pengulangan dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Skor rata-rata tes uji coba kemampuan menendang bola dengan kaki bagian dalam pada siklus 1 metode pengulangan yaitu 70, (2) Terdapat 9 siswa yang telah tuntas, dimana siswa tersebut sudah berhasil mencapai nilai diatas KKM sebesar 71, (3) Terdapat 25 siswa yang belum tuntas atas pencapaian KKM, (4) Prosentase siswa yang tuntas = 9/ 34 = 0,26 x 100 % = 26,47%, (5) Prosentase siswa yang belum tuntas = 25/ 34 = 0,73 x 100% = 73,53 %.
11
Motion, Volume VII, No.1, Maret 2016 Siklus 2 Setelah dilakukan pengolahan data skor pada siklus 2 hasil uji tes kemampuan menendang bola dengan kaki bagian dalam pada gerak dasar menendang bola sebelum diberikan pengulangan. Hasil penelitian siklus 1 dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 6. Daftar Skor dan Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam pada Siklus 2 Kelas Interval
Batas Bawah
61-65 66-70 71-75 76-80 81-85
60,5 65,5 70,5 75,5 80,5 Jumlah
Batas Atas 65,5 70,5 75,5 80,5 85,5
Frekuensi Absolut 0 6 23 4 1 34
Frekuensi Relatif (%) 0 17,65 67,65 11,77 2,95 100,00
Nilai Rata-rata =
f .x 6 x68 23 x73 4 x78 1x83 2466 = = = 73 34 34 f
Berdasarkan tabel di atas, maka prosentase hasil tes uji coba kemampuan menendang bola dengan kaki bagian dalam pada siklus 2 sesudah dilakukan pengulangan dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Skor rata-rata tes uji coba kemampuan menendang bola dengan kaki bagian dalam pada siklus 2 metode pengulangan yaitu 73, (2) Terdapat 28 siswa yang telah tuntas, dimana siswa tersebut sudah berhasil mencapai nilai diatas KKM sebesar 71, (3) Terdapat 6 siswa yang belum tuntas atas pencapaian KKM, (4) Prosentase siswa yang tuntas = 28/ 34 = 0,82 x 100 % = 82,36%, (5) Prosentase siswa yang belum tuntas = 6/ 34 = 0,17 x 100 % = 17,65%. Peningkatan Nilai dari PraSiklus ke Siklus 2 Sesudah Pengulangan Dengan melihat hasil tes uji coba kemampuan menendang bola dengan kaki bagian dalam dengan metode pengulangan (drill) dari prasiklus ke siklus 2 sesudah pengulangan didapat perbandingan seperti pada tabel dibawah ini:
12
Motion, Volume VII, No.1, Maret 2016 Tabel 7. Daftar Peningkatan Nilai dari PraSiklus ke Siklus 2 Sesudah Pengulangan Hasil Tes Bola Dengan Kaki Bagian Dalam No. 1
Besar Peningkatan 1
Frekuensi -
Prosentase ( % ) -
2 3
2 3
3 1
8,82 2,94
4
4
3
8,82
5 6 7 8 9 10 11 12 13
5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 6 4 2 5 5 3 1
2,94 17,64 11,76 5,88 14,7 14,7 8,82 2,94
Berdasarkan data yang ada, terjadi peningkatan nilai pada seluruh siswa dengan beragam kenaikan nilai. Menurut nilai rata-rata ketuntasan belajar, terdapat 18 % siswa belum mencapai KKM yaitu nomer tes .8,12,14,19,23 dan 31. Nilai rata-rata kelas secara klasikal sudah ada ketuntasan belajar 82 % siswa mencapai perolehan nilai siswa yang signifikan atau mencapai KKM sesuai dengan tujuan penelitian. Atas dasar peningkatan hasil tes uji coba yang dicapai, dengan menggunakan metode pengulangan (drill), maka suatu prestasi dapat dicapai melalui proses latihan. Dengan berlatih akan dapat memiliki suatu ketepatan untuk melakukan gerakan. Melalui berlatih dengan cara efektif dan efisien dapat meningkatkan kemampuan fisik manusia dalam teknik melakukan gerak dasar melempar pada cabang-cabang olahraga, sebagaimana maksud penelitian ini.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data maka penelitian ini dapat disimpulkan: (1) teknik menendang dengan kaki bagian dalam sangat perlu dipelajari oleh siswa sebelum mempelajari teknik yang lain dalam permainan sepak bola, karena teknik ini harus dikuasai oleh pemain (siswa) terlebih dahulu sebelum menguasai teknik
13
Motion, Volume VII, No.1, Maret 2016 yang lain dalam permainan sepak bola, (2) manfaat belajar keterampilan menendang bola dengan kaki bagian dalam bagi pemain sepak bola adalah untuk operan tepat kesasaran teman dan selanjutnya teman sepermainan dapat melakukan shooting (penyerangan) ke gawang lawan permainan, (3) ada peningkatan yang meyakinkan dalam tindakan melalui metode pengulangan latihan passing dengan kaki bagian dalam permainan sepak bola pada siswa kelas 5 SDN Kalibaru 09 pagi Cilincing Jakarta Utara, (4) keterampilan pemecahan masalah pembelajaran mutlak diperlukan bagi seorang guru yang professional melalui Penelitian Tindakan (Action Research) sehingga guru peneliti dapat berlatih merefleksi diri atas pekerjaannya di kelas, keberhasilan dan kegagalan, serta mencari alternatif pemecahan masalah, baik secara sendiri atau berkolaborasi
DAFTAR PUSTAKA Rusli Lutan. 1989. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK. Marta Dinata. 2007. Dasar-Dasar Mengajar Sepak Bola. Jakarta : Penerbit Cerdas Jaya. Luxbacher, Joseph A.. 2004. Sepak Bola. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Sugiyanto dan Sudjarwo. 1994. Materi Pokok Perkembangan dan Belajar Gerak Jakarta:Ditjen Dikdasmen Depdikbud. Schmidt, Richard A. dan Lee, Timothy D. 2005. Motor Control and Learning (Fourth Edition). : Human Kinects.
14