UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA DENGAN PENDEKATAN BELAJAR BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)
Oleh : AKHMAD HAMAMI NIM. 102017023926
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
i
UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA DENGAN PENDEKATAN BELAJAR BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh : AKHMAD HAMAMI NIM. 102017023926
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbing II,
Pembimbing I,
Drs. H.M. Ali Hamzah, M.Pd. NIP. 19480323 1982 03 1 001
Abdul Muin, S.Si., M.Pd. NIP. 19751201 2006 04 1 003
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi yang berjudul : ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)” yang disusun oleh Akhmad Hamami NIM : 102017023926 telah diujikan pada tanggal 10 Agustus 2010 dan telah diterima oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada Jurusan/Prodi Pendidikan Matematika. Jakarta, 28 September 2010 Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia (Ketua Jurusan / Prodi)
Tanggal
Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002 Sekretaris (Sekretaris Jurusan / Prodi)
Otong Suhyanto, M.Si NIP. 19681104 199903 1 001 Penguji I
Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002 Penguji II
Otong Suhyanto, M.Si NIP. 19700528 199603 2 002 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003
iii
Tanda Tangan
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: AKHMAD HAMAMI
NIM
: 102017023926
Jurusan
: Pendidikan Matematika
Angkatan Tahun
: 2002
Alamat
: Jl. KH. Agus Salim Gg. Masjid 1 RT.001/06 No.58 Kel. Poris Plawad Kec.Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa Skripsi yang berjudul ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan Dosen : Nama : Drs. H.M. Ali Hamzah, M.Pd NIP : 19480323 1982 03 1 001 Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika Nama NIP Dosen Jurusan
: Abdul Muin, S.Si., M.Pd : 19751201 2006 04 1 003 : Pendidikan Matematika
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekwensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 14 Juli 2010 Yang Menyatakan,
( AKHMAD HAMAMI )
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ¾ Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah SWT. Yang demikian adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (QS. At-Taubah : 41) ¾ Hanya penderitaan hidup yang mengajarkan manusia untuk menghargai kebahagiaan dan kebaikan serta kebagusan hidup (Hadits)
Persembahan :
Ku persembahkan buah karya ilmiah ini kepada Kedua Orang Tuaku (Bapak dan Ibu) tercinta, serta Kakak dan Adikku yang sangat aku Banggakan, karena merekalah yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepadaku, dan selalu mendo’akan serta memberikan semangat dalam menempuh studi akhir ini yang penuh dengan tantangan dan halangan serta perjuangan yang keras demi pendewasaan tingkat keilmuan Aku sebagai Mahasiswa..
v
ABSTRAK Akhmad Hamami, ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)”. Skripsi Strata Satu (S-1) Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika pada siswa melalui pendekatan belajar bermakna (meaningful learning). Selain itu juga dapat bermanfaat dalam mereformasi proses pembelajaran yang selama ini masih menerapkan metode dan strategi pembelajaran matematika yang monoton menjadi proses yang menyenangkan (Fun) dan mencerdaskan (Brillian) yang membuat siswa aktif dan kreatif serta bermakna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (clasroom action research). Penelitian ini menggunakan 3 siklus yang terdiri dari empat tahap yang saling berkaitan. Keempat tahap tersebut adalah tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IX-B (Sembilan) di SMP Waskita Madya Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2009/2010 dari bulan Juli sampai dengan bulan September 2009. Jumlah siswa kelas IX-B di SMP Waskita Madya Kota Tangerang dalam penelitian ini adalah 28 siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan belajar bermakna dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa SMP Waskita Madya Kota Tangerang yang berdasarkan pada siklus III dengan perolehan nilai rata-rata keseluruhan siklus III adalah 65,64. Siklus ini berhenti pada siklus III karena telah mencapai nilai ketuntasan belajar matematika yang diterapkan di sekolah yaitu 60.
Kata kunci : Pemahaman Konsep, Matematika, Belajar Bermakna (Meaningful Learning). xv +, 82, 6 tabel, 5 gambar, 59 lampiran.
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas kehendak-NYA penulis dapat menyusun skripsi ini. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah dalam rangka guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan judul skripsi ini adalah ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang)”. Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak sekali menerima bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Drs. H.M. Ali Hamzah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Abdul Muin, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Matematika dan Staf jurusan Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
7. Bapak Suhanda, S.Pd.I, M.Pd. selaku Kepala SMP Waskita Madya Kota Tangerang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Seluruh Dewan Guru, Staf dan siswa SMP Waskita Madya Kota Tangerang yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Bapak Palupi Kriswanto, ST., selaku Guru Matematika di SMP Waskita Madya Kota Tangerang yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data skripsi ini. 10. Teristimewa Ibunda Tersayang Marsih, dan Ayahanda Dadang Suwardi yang selalu memberikan motivasi dan dukungan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini, dan kedua Nenekku tersayang Hj. Hasanah dan Khodijah (mak tua Dijjah) terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya selama ini, skripsi ini sebagai bukti aku telah memenuhi janjiku selama ini aku tidak akan pernah bisa membalas semua jasamu. 11. Kakakku Mansuri dan Adikku Irna Budiyanti yang tiada hentinya memberikan motivasi dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini. 12. Kekasihku yang tercinta Khairun Nisa, S.Si, Apt., yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini. 13. Rekan-Rekan Mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2002 dan 2003, 2005 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. 14. Serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga bisa terselesaikan skripsi ini. Semoga skripsi yang dibuat ini dapat memberikan inspirasi dan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiin. Jakarta, 14 Juli 2010 Penulis,
( AKHMAD HAMAMI )
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ..................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................
v
ABSTRAK ......................................................................................................
vi
ABSTRACT ....................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...........................................................
1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ...................................
4
1. Identifikasi Area ..................................................................
4
2. Fokus Penelitian ..................................................................
5
C. Pembatasan Fokus Penelitian ..................................................
5
D. Perumusan Masalah Penelitian ...............................................
5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................
6
1. Tujuan Penelitian ................................................................
6
2. Manfaat Penelitian ..............................................................
6
LANDASAN TEORETIS A. Pengertian Matematika ............................................................
7
B. Pengertian Konsep Dalam Belajar Matematika ......................
8
C. Pemahaman Konsep Matematika ............................................
14
D. Pengertian Pendekatan Belajar Bermakna ........………………
17
E. Penerapan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika ....................
x
24
BAB III
BAB IV
BAB V
F. Kajian Penelitian Yang Relevan .............................................
26
G. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan ...........................
27
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................
28
B. Rancangan Siklus Penelitian ...................................................
28
C. Subjek Penelitian .....................................................................
34
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ............................
35
E. Tahapan Intervensi Tindakan ..................................................
35
F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan ..........................
36
G. Jenis dan Sumber Data ............................................................
36
H. Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan .........................
36
I. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
37
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ............................
37
K. Analisis Data dan Interprestasi Hasil Analisis ........................
38
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ...................................
38
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data .........................................................................
39
B. Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................
69
C. Analisis Data ...........................................................................
70
D. Interprestasi Hasil Analisis .....................................................
73
E. Pembahasan Temuan Penelitian ..............................................
75
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................
77
B. Saran ........................................................................................
77
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
79
LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................
82
xi
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 : Hasil Rata-rata Keseluruhan Pada Siklus I ..................................
50
Tabel 4.2 : Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I ....................................
51
Tabel 4.3 : Hasil Rata-rata Keseluruhan Pada Siklus II .................................
59
Tabel 4.4 : Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II ...................................
60
Tabel 4.5 : Hasil Rata-rata Keseluruhan Pada Siklus III ...............................
67
Tabel 4.6 : Rekapitulasi Persentase Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pada Siklus I, II dan III ...............................................................
xii
71
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Kombinasi Konsep .....................................................................
11
Gambar 2.2 : Kegiatan B-M Ditinjau Dari Kontinum Belajar Bermakna dan Belajar Menghapal ....................................................................
19
Gambar 2.3 : Penerapan Belajar Bermakna Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa ............................................................. 24 Gambar 3.1 : Alur Penelitian Tindakan Kelas ................................................
30
Gambar 3.2 : Desain Penelitian Tindakan Kelas .............................................
34
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian .....................................................................
82
Lampiran 2 : Rencana Pelaksana Pembelajaran Siklus I ...............................
86
Lampiran 3 : Rencana Pelaksana Pembelajaran Siklus II .............................
90
Lampiran 4 : Rencana Pelaksana Pembelajaran Siklus III ............................
95
Lampiran 5 : Daftar Kelompok Belajar Siswa ..............................................
98
Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 1...................................................
99
Lampiran 7 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 .........................
101
Lampiran 8 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 2...................................................
102
Lampiran 9 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 2 .........................
104
Lampiran 10 : Lembar Kerja Kelompok (LKK) 3 ..........................................
105
Lampiran 11 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok (LKK) 3 ................
106
Lampiran 12 : Lembar Kerja Kelompok (LKK) 4 ..........................................
109
Lampiran 13 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok (LKK) 4 ................
110
Lampiran 14 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 5...................................................
111
Lampiran 15 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 5 .........................
112
Lampiran 16 : Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus I ............................................
114
Lampiran 17 : Soal Tes Akhir Siklus I ............................................................
116
Lampiran 18 : Kunci Jawaban Soal Tes Akhir Siklus I...................................
118
Lampiran 19 : Lembar Kerja Kelompok (LKK) 6...........................................
121
Lampiran 20 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok (LKK) 6 .................
122
Lampiran 21 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 7...................................................
124
Lampiran 22 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 7 .........................
125
Lampiran 23 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 8...................................................
126
Lampiran 24 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 8 .........................
127
Lampiran 25 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 9...................................................
128
Lampiran 26 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 9 .........................
129
Lampiran 27 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 10.................................................
130
Lampiran 28 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 10 .......................
131
Lampiran 29 : Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus II ............................................
132
xiv
Lampiran 30 : Soal Tes Akhir Siklus II ...........................................................
133
Lampiran 31 : Kunci Jawaban Soal Tes Akhir Siklus II .................................
135
Lampiran 32 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 11.................................................
138
Lampiran 33 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 11 .......................
139
Lampiran 34 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 12.................................................
140
Lampiran 35 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 12 .......................
141
Lampiran 36 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 13.................................................
142
Lampiran 37 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 13 .......................
143
Lampiran 38 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 14.................................................
145
Lampiran 39 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 14 .......................
146
Lampiran 40 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 15.................................................
147
Lampiran 41 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 15 .......................
148
Lampiran 42 : Lembar Kerja Siswa (LKS) 16.................................................
150
Lampiran 43 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 16 .......................
151
Lampiran 44 : Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus III...........................................
152
Lampiran 45 : Soal Tes Akhir Siklus III .........................................................
153
Lampiran 46 : Kunci Jawaban Soal Tes Akhir Siklus III ................................
155
Lampiran 47 : Skor Soal Tes Akhir Siklus I ...................................................
157
Lampiran 48 : Daftar Nilai Siklus I .................................................................
158
Lampiran 49 : Skor Soal Tes Akhir Siklus II ..................................................
159
Lampiran 50 : Daftar Nilai Siklus II ................................................................
160
Lampiran 51 : Skor Soal Tes Akhir Siklus III .................................................
161
Lampiran 52 : Daftar Nilai Siklus III ..............................................................
162
Lampiran 53 : Lembar Hasil Wawancara Guru ...............................................
163
Lampiran 54 : Lembar Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar ....................
166
Lampiran 55 : Perhitungan Nilai Rata-Rata Skor Akhir Siklus I ....................
168
Lampiran 56 : Perhitungan Nilai Rata-Rata Skor Akhir Siklus II ...................
169
Lampiran 57 : Perhitungan Nilai Rata-Rata Skor Akhir Siklus III .................
170
Lampiran 58 : Grafik Hasil Rata-Rata Keseluruhan Pada Siklus I, II, dan III
171
Lampiran 59 : Photo Kegiatan Penelitian ........................................................
172
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan kepada siswa di kelas tetapi dituntut untuk meningkatkan kemampuan guna mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesinya. Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan peserta didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal dan bermakna. Mengajar dalam pemahaman ini memerlukan suatu metode belajar mengajar yang sesuai. Mutu pengajaran tergantung pada pemilihan metode yang tepat dalam upaya mengembangkan kreativitas dan sikap inovatif peserta didik. Untuk itu perlu dibina dan dikembangkan kemampuan profesional guru untuk mengelola program pengajaran dengan metode belajar yang kaya dengan variasi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I pasal I ayat 1 disebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. 1 Pasal ini menunjukan berbagai aspek pengembangan kepribadian dan kognitif peserta didik yang menyeluruh dalam pembangunan masyarakat dan bangsa untuk mampu menghadapi tantangan kehidupan global. Sehingga begitu tinggi kualitas manusia yang diharapkan dalam pasal di atas 1
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas ( Sinar Grafika: 2008) Cet. 1
hal. 3
1
2
menjadikan
guru
harus
benar-benar
melakukan
perubahan
dalam
pembelajarannya. Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan yang sangat penting dan pengetahuan dasar yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, maka matematika perlu dipelajari dan dipahami oleh semua lapisan
masyarakat,
matematika
juga
merupakan
suatu
alat
untuk
mengembangkan cara berpikir dan bernalar. Matematika juga merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah dan
pelajaran yang harus
dikuasai oleh siswa, terutama pada siswa sekolah formal dalam meningkatkan prestasi belajar yang maksimal. Namun dikalangan beberapa siswa, pelajaran matematika masih dianggap pelajaran yang dianggap sulit karena banyak konsep-konsep yang abstrak dalam pelajaran matematika. Ketidak pahaman siswa terhadap suatu konsep dapat terjadi karena konsep-konsep tidak diajarkan dengan baik, pengajaran tidak baik dalam pengertian metode atau pendekatannya kurang sesuai dengan bahan yang diajarkan atau bahkan karena suatu hal guru dalam mengajarnya selalu cepat meninggalkan proses kemampuan bernalar siswa. Menurut Mursell dan Nasution, mereka berpendapat bahwa : Sukses dalam mengajar hendaknya dinilai berdasarkan hasil-hasil yang mantap atau tahan lama dan yang dapat dipergunakan si pelajar dalam hidupnya. Mengajar hanya berhasil bila diberi pelajaran yang bermakna. Ini adalah pendapat dari psikologi dewasa ini setelah berpuluh tahun mengadakan penyelidikan. Untuk mencapai hasil belajar yang autentik, yang sejati, dan yang tahan lama, mengajar harus berdasarkan pelajaran yang mengandung makna bagi siswa. Banyak pelajaran di sekolah tidak bermakna baginya tidak memberi hasil yang autentik karena tak mengandung arti bagi anak. Akibatnya anak-anak menghafalnya di luar kepala tanpa memahaminya dan segera melupakannya 2 . Belajar mengajar sebagai suatu proses memerlukan perencanaan yang seksama dan sistematis agar dapat dilaksanakan secara realistis. Perencanaan tersebut dibuat guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar. Demikian halnya dalam melaksanakan proses belajar mengajar diperlukan 2
h.19.
J. Marsell dan S. Nasution, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006),
3
adanya langkah-langkah yang sistematis sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Melihat kenyataan di lapangan terutama di sekolah, akhir-akhir ini banyak masalah yang ditemui dalam pendidikan khususnya dalam mencapai hasil belajar siswa yang kurang optimal. Hasil diskusi awal dengan guru yang menjadi tim dalam pembuatan penelitian ini, serta hasil observasi memperlihatkan beberapa permasalahan pembelajaran yang perlu segera diatasi. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain para siswa hanya menghafal tanpa memahami betul isi pelajaran, para siswa kurang dilatih berfikir, guru mengajar fakta-fakta maupun konsep-konsep yang terpisahpisah. Hal ini bertentangan dengan salah satu tujuan pembelajaran matematika yang lebih menekankan pada proses dan bukan pada hasil semata. Suatu kesalahan yang sering terjadi juga adalah guru kurang memperhatikan tingkat pemahaman konsep siswa dalam mengikuti perubahan tahap demi tahap dalam mencapai materi pelajaran. Dengan kata lain, siswa hanya dibuat tercengang oleh guru dalam mempermainkan rumus yang begitu runtut dalam sebuah rangkaian pokok bahasan. Kondisi ini mungkin bagi guru suatu pekerjaan yang remeh jika sekedar menulis rumus yang sebenarnya dapat dijadikan sebagai penuntun siswa dalam memahami materi dan penyelesaian soal-soal. Untuk mengantisipasi masalah tersebut maka perlu dicarikan suatu formula pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dalam menyelesaikan soal matematika siswa. Para guru hendaknya terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai variasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran matematika. Berkaitan dengan kesulitan siswa memahami isi pelajaran, maka salah satu yang dapat dipertanyakan adalah apakah upaya yang telah dilakukan guru dalam membentuk siswa yang mengalami kesulitan telah sesuai dengan apa yang ada di dalam pikiran siswa. Pertanyaan ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Ausubel sebagai berikut : ”the most importen single factor
4
infuencing learning is what the learner already knows”. Oleh karena itu menjadi penting bagi guru untuk mengetahui gagasan atau konsep apa yang dimiliki siswa yang berkaitan dengan bahan baru yang akan diajarkan. Inilah yang menjadi inti dari belajar bermakna. Melalui pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning), yaitu mengharapkan agar siswa memahami pelajaran secara mendalam (bermakna) berupa pemberian pemahaman konsep matematika dasar yang sudah dipelajari siswa sebelumnya kemudian menghubungkan konsep selanjutnya yang berkaitan dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa, sehingga siswa tersebut memahami pelajaran yang telah diberikan oleh gurunya dengan mengaitkan konsep awal yang mirip dengan konsep berikutnya terutama materi pelajaran yang sedang dipelajari siswa tersebut maka pemahaman konsep siswa di dalam memorinya akan lama dilupakan. Guru sebagai fasilitator menciptakan proses belajar aktif, kreatif dan menyenangkan (Fun) secara garis besar proses pembelajaran dengan Meaningful Learning. Dari uraian yang telah diungkapkan di atas,
penulis mencoba
melakukan pengkajian lebih luas lagi dalam sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul: ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dengan Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning)”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian 1. Identifikasi Area Area penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah kelas IX SMP Waskita Madya Kota Tangerang. Jumlah siswa dalam penelitian ini 28 siswa yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Secara umum kemampuan siswa di kelas ini masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari nilai raport siswa pada semester lima, dimana masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah standar yang ditetapkan sekolah dan sebagian besar siswa masih tergolong siswa yang pasif dalam mengikuti proses pembelajaran.
5
2. Fokus Penelitian Fokus penelitian dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung (BRSL) kelas IX SMP Waskita Madya Kota Tangerang dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning).
C. Pembatasan Fokus Penelitian Agar penelitian ini mampu menghasilkan gambaran yang jelas tentang permasalahan yang ada, maka dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian. Untuk memfokuskan pembahasan dalam penelitian ini maka masalah dibahas dibatasi sebagai berikut : 1. Penelitian dilaksanakan di SMP Waskita Madya Kota Tangerang. 2. Obyek penelitian adalah siswa kelas IX-B SMP Waskita Madya Kota Tangerang. 3. Penelitian dilakukan pada saat pembelajaran matematika di dalam kelas. 4. Pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) yang dimaksud adalah advance organizer, diferensiasi progresif, belajar superordinat, dan integrative reconciliation. 5. Materi yang disajikan dalam penelitian ini adalah bangun ruang sisi lengkung (BRSL) yang dibatasi dengan mengidentifikasi unsur-unsur BRSL, menghitung luas selimut dan Luas permukaan BRSL, menghitung volume dari BRSL, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan BRSL.
D. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tingkat pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) ?
6
2. Apakah penggunaan dengan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam pembelajaran bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas IX SMP ?
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus permasalahan yang tertuang pada halaman depan penulisan penelitian ini, maka Penelitian ini bertujuan : 1) Untuk mendeskripsikan tingkat pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning). 2) Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam pembelajaran matematika yang berhubungan dengan pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung (BRSL). 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah : a. Bagi penulis adalah dari hasil penelitian ini penulis dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan sumbangsih terhadap khazanah ilmu perngetahuan. b. Bagi Siswa adalah dengan pembelajaran dengan pendekatan Meaningful Learning ini dapat diimplementasikan pada jenjang berikutnya tanpa melupakan konsep yang telah diberikan oleh penulis ketika pada penelitian ini berlangsung. c. Bagi guru atau pihak sekolah adalah dapat mereformasi proses pembelajaran yang selama ini masih menerapkan metode dan strategi pembelajaran matematika yang monoton menjadi lebih baik dengan proses yang menyenangkan/mengasyikan (Fun) dan mencerdaskan (Brillian) yang membuat siswa aktif dan kreatif serta belajar menjadi bermakna.
BAB II LANDASAN TEORETIS A. Pengertian Matematika Kata matematika berasal dari bahasa latin methematica, yang bermula dari bahasa Yunani mathematike dari akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berkaitan pula dengan kata mathanein yang berarti berpikir atau belajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan 1 . Menurut John dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Lerner mengemukakan bahwa matematika disamping sebagi bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 2 James dan James dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu: Aljabar, analisis dan geometri. 3 Matematika menurut Ruseffendi adalah bahasa symbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak 1
Ismail et.al, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2000), h. 1-3. 2 Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) h. 252. 3 Erman Suherman, et.al, Stategi Pembelajaran Stategi ......................................h. 16.
7
8
didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, keaksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi, yaitu ”memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif”. 4 Matematika timbul sebagai hasil dari pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran, sehingga dalam mempelajari matematika diperlukan adanya pemikiran, pengertian dan penalaran yang tidak cukup dengan hapalan saja. Mempelajari matematika juga membutuhkan pemikiran yang bersifat logik, sehingga matematika merupakan sarana berpikir yang baik bagi setiap ilmu pengetahuan dan dengan matematika ilmu lainnya bisa berkembang dengan cepat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang di dalamnya terdapat ilmu tentang logika, ilmu tentang bilangan-bilangan serta terdapat konsep-konsep yang saling berhubungan dan dipresentasikan dengan bahasa simbol. Obyek penelaahan matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi lebih dititik beratkan kepada hubungan, pola, bentuk dan struktur serta konsepnya. Dengan demikian matematika itu dapat dikatakan bahwa matematika itu berkenaan dengan gagasan yang berstruktur yang hubungannya diatur secara logis.
B. Pengertian Konsep Dalam Belajar Matematika Definisi yang berada di dalam kamus bahasa Indonesia, konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. 5 Dan menurut kamus matematika, konsep adalah gambaran ide tentang suatu benda yang dilihat dari segi ciri-cirinya seperti kuantitas, sifat atau kualitas. 6 Menurut Dahar, konsep adalah “suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus-stimulus”. 7 4
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 1. 5 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) cet. Ke-2 h.588. 6 Baharin Shamsudin, Kamus Matematika Bergambar, (Jakarta: Grasindo, 2002), h.72. 7 Mulyati, Psikologi Belajar, (Surakarta: Andi Yogyakarta, 2005) cet. 1 hal. 53.
9
Menurut Ausubel,
konsep-konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu
formasi konsep (consept formation) dan asimilasi konsep (consept assimilation), formasi konsep terutama merupakan bentuk perolehan konsepkonsep sebelum anak-anak masuk sekolah, formasi konsep dapat disamakan dengan belajar konsep konkret menurut Gagne. Asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah, dalam proses ini anak-anak diberi nama konsep dan atribut-atribut dari konsep itu. Ini berarti mereka akan belajar arti konseptual baru dengan memperoleh penyajian atribut-atribut kriteria dari konsep, dan kemudian mereka akan menghubungkan atribut-atribut ini dengan gagasan yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif mereka. 8 Sedangkan, menurut Chaplin menyebutkan bahwa pengertian konsep meliputi 9 : 1. Satu ide atau pengertian umum yang disusun dengan kata-kata, simbol, dan tanda. 2. Satu ide yang mengkombinasikan beberapa unsur sumber-sumber berbeda ke dalam satu gagasan tunggal. Pada waktu mempelajari obyek langsung matematika khususnya belajar tentang konsep-konsep yang terkandung dalam pokok bahasan yang dipelajari siswa akan mengerti apa yang seharusnya diperbuat pada saat siswa menghadapi masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut. Pada saat akan memperkenalkan suatu konsep kepada siswa, terdapat banyak hal yang harus diperhatikan guru antara lain : 1. Perkembangan intelektual siswa (apakah konsep yang akan dipelajari atau diberikan sesuai dengan perkembangan intelektual siswa?). 2. Pengetahuan dasar yang telah dimiliki siswa (apakah konsep lama akan mendukung konsep baru yang akan diajarkan?). 3. Mempersiapkan siswa untuk turut aktif untuk menemukan konsep-konsep baru tersebut. 8
Ratna Wilias Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta : Erlangga, 1996) Cet. Ke-2 h.79-
9
Mulyati, Psikologi Belajar.................................................................................. h. 53.
92.
10
4. Memberikan bimbingan kepada siswa agar tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan suatu konsep. Karena jika suatu konsep sudah tertanam dalam ingatan siswa maka sukar untuk merubahnya dan sulit dihilangkan. Salah konsep dapat terjadi karena guru dalam mengajar tidak memperhatikan gagasan anak itu mengikuti proses belajar. Kesalahan pada konsep dasar, akan mengakibatkan kesulitan dalam penguasaan konsep selanjutnya mengingat urutan materi dalam pelajaran matematika tersusun secara hirarkis, konsep satu menjadi konsep yang lain. Jika guru tidak menguasai konsep atau salah konsep maka kemungkinan besar siswa menerimanya akan salah konsep. Heruman berpendapat bahwa : Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Hal ini sesuai dengan ”Pembelajaran Spiral”, sebagai konsekuensi dalil Bruner. Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Oleh karena itu siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut 10 . Menurut beberapa ahli pengajaran matematika, dalam mempelajari matematika suatu konsep hendaknya dimulai dari tingkat rendah menuju ke tingkat yang lebih tinggi. Dienes mengemukakan bahwa: ”belajar konsepkonsep matematika tingkat tinggi tidak mungkin terjadi jika prasyarat yang mendahulu konsep itu belum dipelajari” 11 . Contohnya : jika akan diberikan konsep bangun ruang sisi lengkung kepada siswa SMP kelas IX maka sebelumnya terlebih dahulu apakah siswa tersebut telah mengetahui konsepkonsep yang mendukung terbentuknya konsep bangun ruang sisi lengkung salah satunya seperti bangun tabung, sebelum mempelajari bangun tabung siswa sudah mengetahui bangun datar lingkaran dan bangun persegi panjang.
10
Heruman, Model Pembelajaran............................................................................ h. 4. Herman Hudoyo, Pengembangan kurikulum matematika dan pelaksanaanya di depan kelas, (Surabaya: Usaha Nasional, 1979), h. 108. 11
11
Otak manusia seolah-olah merupakan gudang tempat menyimpan setiap pengalaman yang diperoleh, atau dapat menyimpan setiap pengalaman yang diperoleh, atau dapat diibaratkan sebagai gudang pengalaman seperti halnya rekaman gambar hidup atau komputer. Kumpulan rekaman ini memungkinkan untuk dikumpulkannya kembali pengalaman-pengalaman yang lalu pada waktu hal tersebut terjadi atau terulang lagi. Rekaman pengalaman tersebut merupakan susunan pengertian, perasaan dan nilai, serta selera lain dalam bentuk simbol atau bahasa. Kombinasi dari pengertian, nilai dan simbol dinamakan sebagai ”Konsep”. Hakikat susunan suatu konsep, dapat digambarkan sebagai berikut : Makna (pengertian)
Perasaan (selera)
Simbol (bahasa)
Konsep Gambar 2.1 : Kombinasi Konsep
Kata konsep dipakai dalam beberapa cara oleh berbagai ahli. Masingmasing konsep mempunyai karakteristik dasar yang sama, yaitu mengandung pengertian yang sederhana yaitu sekurang-sekurangnya tersusun dalam suatu gagasan yang berarti dan dikenal. Semua gagasan ini berasal dan dimiliki oleh otak serta disimpan. Selain hal-hal yang diuraikan diatas, hal-hal berikut ini juga akan membantu siswa dalam memahami suatu konsep : 1. Menyajikan contoh-contoh yang bervariasi dari konsep-konsep yang memudahkan siswa membuat generalisasi. 2. Menunjukan konsep-konsep yang berbeda namun berkaitan untuk membantu siswa dalam diskriminasi. 3. Menyajikan bukan contoh konsep untuk meningkatkan kemampuan untuk diskriminasi dan generalisasi.
12
4. Menghindari contoh dari konsep yang memiliki sifat yang sama. 12 Dalam belajar matematika, setelah siswa memperoleh pengertian, abstraksi dan generalisasi, dari suatu konsep atau struktur matematika barulah diperlukan adanya pelatihan pemahaman konsep matematika yang cukup, sehingga pengendapan tercapai dan terjadi transfer belajar. Dengan cara menghubungkan unsur-unsur pendukung dari suatu konsep yang telah diketahui siswa sehingga terbentuknya konsep baru yang akan diajarkan guru, siswa akan merasa turut serta dalam usaha menemukan konsep baru tersebut. Dengan menggunakan bahasa yang tepat (dengan bahasa siswa sendiri atau dengan bimbingan guru) siswa diharapkan dapat menemukan dan memahami konsep yang diajarkan tersebut sebagai sesuatu yang bermakna bagi dirinya. Dengan ini siswa akan lebih memahami, ingat lebih lama serta mampu menggunakan konsep baru tersebut dalam bentuk atau konteks lain. Taktik yang digunakan untuk mengajar atau belajar konsep itu melalui proses. Siswa harus 13 : 1. Membuat generalisasi didalam suatu kelas. Siswa harus diberi seperangkat stimuli yang berbeda bentuk tetapi saling berhubungan. Untuk masingmasing stimuli itu dapat memberi respon yang sama. Umpamanya, dengan ditunjuki segitiga, segiempat, lingkaran, bujur sangkar, siswa diharapkan dapat menjawab ”bentuk-bentuk geometrik”. 2. Membeda-bedakan di kelas, jika generalisasi telah dibuat, siswa harus belajar membedakan konsep itu dari konsep-konsep lain yang mirip. Dengan kata lain, jika kita mempelajari suatu konsep, kita belajar memberi respon pada suatu kondisi dan tidak memberi respon pada suatu kondisi yang di luar kondisi tersebut. Menurut Dahar Ada beberapa keuntungan yang ditawarkan dalam belajar konsep, yaitu 14 :
12
Nana Sudjana dan Wari suwariyah, Model-model mengajar CBSA, (Bandung: Sinar Baru, 1995), h. 57. 13 Setijadi, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991) Cet. Ke-2 h. 138-139. 14 Mulyati, Psikologi Belajar ...............................................................................h. 59-60.
13
1. Mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam mengategorisasikan berbagai stimulus terbatas. 2. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun berpikir. 3. Konsep-konsep merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi. 4. Konsep-konsep diperlukan untuk memecahkan masalah. Matematika merupakan ilmu yang berhubungan dengan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan diantara hal-hal itu. Untuk memahami struktur-struktur serta hubunganhubungan, tentu saja diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika itu. Dengan demikian, belajar matematika berarti belajar tentang konsep-konsep dan struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsepkonsep dan struktur tersebut. 15 Konsep dalam belajar matematika adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita untuk dapat mengklasifikasikan (mengelompokkan) obyek atau kejadian, dan menerangkan apakah obyek atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan dari ide tersebut. Contoh: konsep bangun ruang sisi lengkung yang meliputi bangun tabung, kerucut dan bola. Dengan adanya konsep memungkinkan kita memisahkan obyek-obyek, apakah itu termasuk bangun ruang sisi lengkung? dan konsep-konsep apa saja sehingga terbentuknya bangun ruang sisi lengkung tersebut? Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih bermakna jika proses pengajaran diarahkan pada konsep-konsep dan strukturstruktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan strukur-struktur. 16 Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, konsep dalam belajar matematika merupakan salah suatu ide atau cara dengan memahami kebersamaan sifat-sifat dari benda-benda konkret atau peristiwa-peristiwa untuk dikelompokkan menjadi salah satu jenis (bentuk abstrak) dalam belajar 15
Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan pengembangan Matematika, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2001) h. 7. 16 Herman Suherman, et.al., Strategi Pembelajaran ................................................h. 43.
14
matematika. Dengan demikian siswa itu telah siap untuk belajar konsep matematika. Bentuk konsep yang sederhana adalah konsep konkret yang berarti sekumpulan objek-objek dan peristiwa-peristiwa. Sedangkan di dalam proses
belajar
matematika,
siswa
dapat
mengekspresikan
menggunakan benda-benda, gambar-gambar, kata-kata,
dengan
simbol-simbol,
maupun dalam bentuk skema (rencana atau bagan) sehingga konsep-konsep yang sudah tertanam pada pengalaman belajar siswa tersebut dapat dihubungkan dengan konsep yang relevan dalam belajar matematika selanjutnya. Hal ini dapat memudahkan siswa untuk memahami suatu konsepkonsep yang terdapat dalam belajar matematika.
C. Pemahaman Konsep Matematika. Istilah pemahaman, sebagai terjemahan dari istilah Understanding, mempunyai tingkat kedalaman arti yang berbeda. Misalnya, bila seorang ahli matematika mengatakan bahwa ia memahami suatu teori matematika, maka berarti ia mengetahui banyak hal tentang teori itu. Sekarang keadaan di atas dibandingkan dengan keadaan seorang siswa sekolah dasar atau siswa sekolah menengah yang telah memahami hukum asosiatif. Apakah kedalaman pemahaman siswa tadi sama seperti ahli matematika di atas? Jawabnya tentu saja tidak. Terdapat beberapa tingkat pemahaman matematika. Menurut Ngalim, Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee (siswa) mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini testee tidak hanya hafal secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan. 17 Adapun Heruman tentang Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. 18 Lanjutnya pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman 17
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Ramaja Rosdakarya, 2004) Cet. Ke-12 h. 44. 18 Heruman, Model Pembelajaran ............................................................................. h. 3.
15
konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, disemester atau kelas sebelumnya. Menurut Skemp, dimana Skemp mengajukan gagasannya tentang tingkatan-tingkatan pemahaman atau daya serap (the levels of understanding) siswa pada pembelajaran matematika. Skemp membedakan tingkatan pemahaman siswa terhadap matematika menjadi dua yaitu, pemahaman instruksional (instructional understanding) dan pemahaman relasional (realational understanding). Pemahaman instruksional sejumlah konsep diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam perhitungan sederhana, pada tingkatan ini dapat dikatakan siswa baru berada di tahap tahu atau hafal suatu rumus dan dapat menggunakannya untuk menyelesaikan suatu soal, tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa rumus tersebut dapat digunakan. Siswa pada tahapan ini juga belum atau tidak bisa menerapkan rumus tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Sebaliknya pemahaman relasional termuat suatu skema atau struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian yang lebih luas. Pada tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu rumus, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa rumus tersebut dapat digunakan. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain. Jadi dalam pemahaman relasional sifat pemakaiannya lebih bermakna. 19 Bloom, membedakan pemahaman (comprehension) menjadi tiga macam pemahaman yaitu, pengubahan (translation), pemberian arti (interpretation), dan pembuatan ekstrapolasi (ekstapolation). Dalam matematika misalnya mampu mengubah (translation) soal kata-kata ke dalam simbol dan sebaliknya,
19
http://educare.e-fkipunia.net# Penerapan Peta Konsep Segitiga pada Siswa SMA, 16 Januari 2009, 04:05 PM.
16
mampu mengartikan (interpretation) suatu kesamaan, mampu memperkirakan (ektrapolation) suatu kecenderungan dari diagram. Pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM yaitu dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam: 1. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan. 2. Membuat contoh dan non contoh penyangkal. 3. Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram, dan simbol. 4. Mengubah suatu bentuk refresentasi kebentuk yang lain. 5. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep. 6. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat-syarat yang menentukan suatu konsep. 7. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep. 20 Berdasarkan uraian di atas, pemahaman merupakan terjemahan dari komprehensi (comprehension). Pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan. Paham artinya ”mengerti benar”, sehingga pemahaman konsep artinya mengerti benar tentang konsep. Pemahaman konsep matematika adalah kemampuan untuk mengerti dan dapat menjelaskan suatu konsep pada matematika. Pemahaman yang sesuai dalam penelitian ini adalah pemahaman relasional, pemahaman yang didalamnya terdapat suatu skema (bagan) atau struktur sehingga dapat digunakan pada penyelesaian yang lebih luas, misalnya pengajaran dimulai dari hal yang kongkret (dasar) dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Dalam pemahaman relasional
sifat
pemakaiannya
lebih
bermakna
(Meaningful).
Untuk
memahami materi yang menyangkut konsep matematika yang lebih tinggi, akan menuntut kemampuan pemahaman yang lebih tinggi. Jadi, pemahaman konsep matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menekankan pada kemampuan kognitif siswa untuk mengerti suatu konsep di dalam matematika terutama pada pokok bahasan bangun ruang sisi 20
Asri Munggaranti, Penerapan Model Pembelajaran Berprograma Tipe Bercabang dalam Pembelajaran Matematika Terhadap kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMK, (Bandung: UPI, 2007) h. 25.
17
lengkung yang meliputi : dapat mengidentifikasi unsur-unsur bangun ruang sisi lengkung (BRSL), dapat menghitung luas selimut dan luas permukaan bangun ruang sisi lengkung (BRSL), dapat menghitung volume dari bangun ruang sisi lengkung (BRSL), dan dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan bangun ruang sisi lengkung (BRSL) yang disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada materi matematika untuk SMP kelas IX semester 5.
D. Pengertian Pendekatan Belajar Bermakna (Meaningful Learning) Pendekatan ialah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana materi itu disajikan. 21 Belajar bermakna dikemukakan oleh Ausubel, menurut Ausubel dalam proses pembelajaran dengan pendekatan belajar bermakna adalah suatu proses belajar yang mengaitkan informasi atau konsep baru dengan konsepkonsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif (subsumer) seseorang. 22 Pendekatan belajar bermakna ini menekankan bahwa guru dalam memberikan materi pelajaran yang baru harus dapat dihubungkan dengan konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Suparno menyatakan tentang belajar bermakna, yaitu ”...kegiatan siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan berupa konsep-konsep yang telah dimilikinya”. 23 Menurut Ausubel yang dilansir oleh Mulyati bahwa banyak pendidik menyamakan belajar penemuan dengan belajar hafalan sebab mereka berpendapat belajar bermakna hanya terjadi bila peserta didik menemukan sendiri pengetahuan. Namun, belajar penemuan menjadi bermakna bila dapat menjelaskan hubungan antar konsep. Belajar penemuan dapat dipandang rendah kebermaknaannya dan merupakan belajar hafalan bila dalam memecahkan masalah, sekedar menebak. Dengan demikian, belajar bermakna
21
Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua, Murid, Guru, Dan SPG.(Bandung: Tarsito,1980), h.98. 22 Mulyati, Psikologi Belajar........................................................................................h. 78. 23 Heruman, Model Pembelajaran..................................................................................h. 5.
18
tidak sesederhana seperti belajar tentang materi bermakna dan bertujuan memperoleh makna baru. 24 Jadi, inti dari teori Ausubel tentang belajar bermakna adalah suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa. Berdasarkan dimensi keterkaitan antar konsep dalam teori belajar Ausubel, ’belajar’ dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi. Pertama, berhubungan dengan cara informasi atau konsep pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada (telah dimiliki dan diingat siswa tersebut). 25 Menurut Mulyasa bahwa pendekatan belajar bermakna (meaningful learning) berbeda dari pendekatan belajar menghafal yang selama ini tetap dilaksanakan oleh para guru pada proses belajar mengajar di kelas. Dalam metode menghafal, murid-muridnya mendengar dan menerima, kemudian mengingat-ingat materi pelajaran yang diterima tersebut. Kadang-kadang terdapat materi yang kurang dipahami peserta didik, bukan tidak masuk akal peserta didik. Namun, karena materi tersebut sudah ada dalam paket pelajaran, dan ada keharusan bagi peserta didik untuk menghafalnya, maka peserta didik diam saja menerima. Metode ini disebut ”chalk and talk”. Dalam metode ”chalk and talk” ini, pihak yang lebih aktif adalah guru. Sementara itu peserta didik lebih bersifat pasif. Metode ini juga dikenal dengan istilah ”receptive learning”. Dalam metode ini, pembelajaran terjadi dalam situasi rutin dan membosankan. Materi pelajaran, meskipun diterima dan dihafal, namun mudah terlupakan, karena materi tersebut tidak diterima melalui pemahaman yang masuk akal, tetapi melalui instruksi transmisi. 26 Senada dengan Mulyasa mengenai teori belajar Ausubel, Ruseffendi membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna. Pada belajar menghafal, siswa dapat belajar dengan menghafalkan apa yang sudah 24
Mulyati, Psikologi Belajar …………………………........................................h. 78. Heruman, Model Pembelajaran ........................................................................h. 4-5. 26 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karekteristik, dan Implementasi), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 240. 25
19
diperolehnya. Sedangkan belajar bermakna adalah memahami apa yang sudah diperolehnya, dan dikaitkan dengan keadaan lain sehingga apa yang ia pelajari akan lebih dimengerti. Adapun Suparno menyatakan bahwa belajar bermakna terjadi apabila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru kedalam struktur pengetahuan mereka dalam setiap penyelesaian masalah. 27 Pendekatan belajar bermakna jauh lebih bernilai dari pada menghafal. Sehubungan dengan hal ini, Novak menggambarkan dalam suatu diagram kegiatan belajar-mengajar ditinjau dari dua kontinum yaitu belajar bermakna disatu ujung, dan diujung lain belajar secara menghafal, seperti terlihat pada gambar diagram berikut 28 : Belajar yang bermakna
Belajar dengan menghafalkan
Penjelasan hubungan antara konsep-konsep
Pengajaran terencana dengan menggunakan peragaan
Penelitian ilmiah, penemuan hal-hal baru
Ceramah atau penyajian
Pekerjaan laboratorium sekolah
Penelitian rutin
Buku teks Daftar
Penerapan rumusrumus
Teka-teki coba-coba
Belajar dengan menerima
Belajar dengan penemuan terpimpin
Belajar dengan penemuan sendiri
Gambar 2.2 : Diagram Kegiatan B-M ditinjau dari kontinum belajar bermakna dan belajar menghafal. Konsep utama dalam teori Ausubel dengan pendekatan belajar bermakna adalah suatu bentuk pemprosesan informasi dalam otak atau struktur kognitif sehingga siswa memahami benar apa yang telah dipelajarinya. Ausubel mengemukakan bahwa belajar bermakna baru dapat terjadi apabila informasiinformasi baru yang dipelajarinya dapat diasimilasikan kedalam struktur pengetahuan yang telah berada dalam struktur kognitif siswa. 29 Ada dua hal penting dalam konsep belajar bermakna, yaitu struktur kognitif dan materi pengetahuan baru. Struktur kognitif merupakan segala 27
Heruman, Model Pembelajaran ............................................................................. h. 5. Ida Tampubolon Sinambela, Disertasi Tes esai pemetaan konsep....................... h. 15. 29 Ida Tampubolon Sinambela, Disertasi Tes esai pemetaan konsep....................... h. 16. 28
20
pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar yang lalu. Dalam belajar bermakna pengetahuan baru harus mempunyai hubungan atau dihubungkan dengan struktur kognitifnya. Hubungan tersebut akan terjadi karena adanya kesamaan isi (subtantiveness) dan secara beraturan (nonarbitrer). 30 Menurut Slameto bahwa Struktur kognitif adalah perangkat fakta-fakta, konsep-konsep,
generalisasi-generalasi
dipelajari dan dikuasai seseorang.
yang
terorganisasi,
yang
telah
31
Macam-macam variabel struktur kognitif adalah : 1. Pengetahuan yang telah dimiliki Bagaimana bahan baru dapat dipelajari dengan baik, bergantung pada apa yang telah diketahui (advence organizers). 2. Diskriminabilitas Konsep-konsep baru yang dapat dibedakan dengan jelas, dengan apa yang telah dipelajari, mudah dipelajari dan dikuasai. 3. Kemantapan dan kejelasan Konsep-konsep yang mantap dan jelas yang telah ada di dalam struktur kognitif memudahkan belajar dan retensi. Untuk menambah kemantapan dan kejelasan konsep itu perlu latihan. Adapun menurut Sukmadinata bahwa agar belajar bagi siswa, ada dua tambahan persyaratan. Pertama, suatu materi memiliki kebermaknaan logis berarti bahwa materi tersebut dapat dihubungkan dengan konsep-konsep yang telah ada pada siswa. Agar materi baru dapat dipahami siswa, maka ia sendiri harus memiliki materi yang sesuai dengan hal itu. Bila siswa dalam struktur kognitifnya telah memiliki materi, ide-ide yang sesuai, yang memungkinkan materi baru dapat dihubungkan padanya secara substantif dan non-arbitrer, maka materi tersebut telah memiliki kebermaknaan potensial (potential meaningfulness). Kedua, suatu materi memiliki kebermaknaan potensial, 30
Nana Syaodih S, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2001), cet ke-4, h. 135. 31 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 25-26.
21
sebab siswa dapat memberikan makna, tetapi hal itu bergantung pada kemauan siswa untuk memberi makna atau tidak. Apabila si siswa mempunyai kesiapan untuk memberi makna maka terjadilah belajar bermakna (meaningful learning). 32 Kalau disimpulkan belajar bermakna ini menuntut tiga persyaratan : 1. Materi yang dipelajari harus dapat dihubungkan dengan struktur kognitif secara beraturan karena adanya kesamaan isi. 2. Siswa harus memiliki konsep yang sesuai dengan materi yang akan dipelajarinya. 3. Siswa harus mempunyai kemauan atau motivasi untuk menghubungkan konsep tersebut dengan struktur kognitifnya. Menurut Ausubel dalam Novak, ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yakni
33
:
1. Materi pembelajaran yang dipelajari secara bermakna akan lebih lama dapat diingat. 2. Informasi yang tersubsumsi (proses interaksi antara materi baru dengan subsumer) berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumer-subsumer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip. 3. Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek residual pada subsumsi, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa. Untuk menerapkan belajar bermakna dalam pembelajaran, Ausubel, memberikan pernyataan bahwa ”the most important single factor influencing learning is whot the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly”. Maksudnya adalah faktor paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa yakinilah ini dan ajarlah ia
32
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor...................... ...............................................h. 136. Mulyati, Psikologi Belajar…………………………………………………....h. 79-80.
33
22
demikian. 34 Pernyataan Ausubel inilah yang menjadi inti dari belajar bermakna (meaningful Learning) yang merupakan teorinya. Dalam menerapkan teori Ausubel pada pembelajaran, ada empat langkah yang harus dipenuhi guru yakni pengatur awal (advance organizer), diperensiasi progresif, belajar superordinat, integrative reconciliation.35 Pengatur awal (advance organizier) mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk membentuk menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatur awal dapat dianggap semacam pertolongan mental, dan disajikan sebelum materi baru. Dengan strategi ini guru dapat menerapkan secara nyata di depan kelas dengan menugaskan para siswa untuk membaca terlebih dahulu materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. Misalnya sebagai pokok bahasan pembelajaran adalah bangun ruang sisi lengkung. Maka guru menugaskan siswa untuk membaca terlebih dahulu materi ini sebelum pembahasannya di depan kelas. Strategi kedua yang harus ditampilkan guru dalam pembelajaran bermakna adalah diferensiasi progresif. Diferensiasi progresif yaitu mengembangkan konsep mulai dari unsur-unsur paling umum dan inklusif suatu konsep yang harus diperkenalkan lebih dahulu, kemudian baru hal-hal lebih mendetil dan khusus. Jadi, konsep-konsep disusun secara hierarkis. Dengan menggunakan strategi ini, materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Guru mengajarkan konsep-konsep yang paling inklusif lebih dahulu, kemudian konsep-konsep yang kurang inklusif, dan setelah itu baru mengajarkan hal-hal yang khusus seperti contoh-contoh setiap konsep. Strategi ketiga yang harus diterapkan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan belajar bermakna adalah belajar superordinat. Superordinat yaitu suatu pengenalan konsep-konsep yang telah dipelajari sebagai unsur-unsur 34
Wiwik Haryani et. al, Penggunaan Peta Konsep Sebagai Media Pembelajaran Dalam Pencapaian Belajar Bermakna (Meaningful Learning), (Samarinda: Universitas Mulawarman, 2000) h. 42-43. 35 Mulyati, Psikologi Belajar…………………………………….......h. 81-82.
23
yang lebih luas. Belajar superordinat terjadi, bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas, lebih inklusif (umum). Strategi reconciliation),
ke
empat
adalah
Penyesuaian
Integratif
(integrative
kadang-kadang seorang siswa dihadapkan pada suatu
kenyataan yang disebut pertentangan kognitif (cognitive dissonance). Hal ini terjadi bila dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama, atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih dari satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif ini, maka guru disarankan untuk menerapkan strategi penyesuaian integratif. Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi pelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga guru dapat menjelaskan tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari. Guru dapat memulai dengan konsep yang paling umum, tetapi guru perlu memperlihatkan bagaimana keterkaitnya konsep-konsep subordinat, dan kemudian bergerak kembali melalui contoh-contoh ke arti baru bagi konsep yang tingkatnya lebih tinggi. Setelah itu guru juga dapat menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan-latihan sehingga siswa bisa lebih paham dan selanjutnya siap menerima materi baru. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan pelajaran bermakna sejauh pelajaran atau masalah itu riil atau berharga bagi si pelajar, dan sejauh hubungan esensial antara bagian-bagiannya ditegaskan, sehingga tugas murid adalah menangkap atau memahami hubungan-hubungan dalam keseluruhan itu. Belajar bermakna akan menghasilkan konsep-konsep, ide-ide baru yang punya makna, penuh arti, jelas, nyata perbedaannya dengan belajar menghafal. Namun siswa pada pendidikan lebih tinggi proses pembelajaran ini akan banyak makan waktu. Maka untuk siswa dalam belajar matematika dengan pendekatan belajar bermakna akan lebih efektif jika guru menjelaskannya dengan penemuan (inquiri) dari konsep sebelumnya yang dimiliki oleh siswa, demonstrasi, skema atau diagram, dan ilustrasi. Dengan
24
pendekatan belajar bermakna diharapkan siswa akan dapat menguasai dan mengingat konsep-konsep inti relevan yang akan dipelajari selanjutnya.
E. Penerapan
Belajar
Bermakna
(Meaningful
Learning)
Dalam
Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika. Mengurangi Proses Hafalan
Pembelajaran Matematika Siswa SMP
Pengalaman Yang Nyata (Makna)
Pemahaman Konsep Matematika
Pendekatan Belajar Bermakna
Minat dan Perhatian Siswa
Memori Siswa
Pemikiran Yang Teratur dan Efisien
Gambar 2.3 : Penerapan Belajar Bermakna Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pembelajaran matematika umumnya diajarkan dengan pendekatan yang berorientasi kepada guru. Padahal idealnya pelajaran disampaikan dengan pendekatan yang berpusat pada siswa. Dengan memilih pendekatan atau sebuah metode yang tepat sehingga siswa akan menjadi siswa yang aktif, kreatif, dan dapat berprestasi di sekolahnya. Proses pembelajaran matematika yang abstrak dengan pendekatan belajar bermakna ini, siswa memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi kongkret, semi abstrak,
25
dan selanjutnya abstrak. Sehingga
pembelajaran matematika akan terjadi
keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Setiap konsep matematika yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. Pepatah Cina mengatakan, ”Saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti”. 36 Proses pembelajaran ini sangat tepat atau relevan dengan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning). Pendekatan Meaningful Learning atau Belajar bermakna merupakan suatu metode atau strategi belajar mengajar yang membuat siswa menjadi aktif sehingga mengurangi terjadinya proses pembelajaran hafalan, memperbesar minat dan perhatian siswa karena sudah paham konsep terutama dalam pembelajaran matematika, memperoleh pengalaman belajar yang nyata (makna), meletakkan dasar-dasar penting sehingga bertahan lama dalam ingatan (memori) siswa, menumbuhkan pemikiran yang teratur tercipta efisien dalam belajar sehingga menjadi siswa yang kreatif dan inovatif, serta dapat dengan tepat mengerjakan soal atau tugas dengan lebih baik dari sebelumnya. Hasil perencanaan dalam proses pembelajaran matematika menunjukkan bahwa pendekatan Meaningful Learning terhadap pemahaman konsep ini dapat menjadikan siswa mengurangi proses pembelajaran hafalan, memperbesar minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran matematika, memperoleh pengalaman belajar yang nyata (makna), meletakan dasar-dasar penting sehingga bertahan lama dalam ingatan (memory) siswa, menumbuhkan pemikiran yang teratur sehingga tercipta efisien dalam belajar.
36
Heruman, Model Pembelajaran ...............................hal. 2.
26
Berdasarkan hal di atas, pengenalan dan pemahaman konsep sangat penting dilakukan karena keberhasilan dan kesalahan dalam pemahaman konsep-konsep yang bersifat mendasar dalam kajian suatu bahan mempunyai dampak pada konsep-konsep dalam bahan kajian lainnya, karena matematika dijenjang tertentu haruslah dibekali dengan keberhasilan pembelajaran matematika dijenjang awal. Dan Teori belajar bermakna (meaningful learning) yang dipelopori oleh Ausubel inilah, bertujuan mendasar memberikan pemahaman konsep awal berkaitan dengan pemahaman konsep yang akan diajarkan selanjutnya. Sehingga pemahaman konsep matematika siswa akan meningkat jika proses pembelajarannya dengan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning).
F. Kajian Penelitian Yang Relevan Sebagai bahan penguat penelitian tentang peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning), penulis mengutip penelitian yang relevan yaitu : 1. Hasil penelitian oleh Haryani, dkk (2000). Tentang Penggunaan Peta Konsep Sebagai Media Pembelajaran Dalam Pencapaian Belajar Bermakna (Meaningful Learning). Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut : a. Nilai semua tes hasil belajar siswa pada setiap siklus menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Ini artinya penggunaan peta konsep dalam pencapaian Meaningful Learning ini berpengaruh positif. b. Dari angket skala sikap pun menunjukkan bahwa siswa semangat belajar dengan penggunaan peta konsep dalam pencapaian Meaningful Learning ini, dan banyak yang berpendapat bahwa hampir semua siswa senang jika penggunaan peta konsep dalam pencapaian Meaningful Learning ini diterapkan disekolahnya. 2. Ida Tampubolon Sinambela (1994) dalam penelitiannya yang berjudul Tes Esai Pemetaan Konsep Sebagai Alat Ukur Dalam Belajar Bermakna (Meaningful Learning). Suatu eksperimen di SD Cianjur yang menerapkan
27
pendekatan proses dan pendekatan konsep dalam meaningful learning. Diperoleh hasil penelitian ini tes esai pemetaan konsep memberikan hasil belajar yang lebih baik dibanding dengan tes pilihan ganda sebagai alat ukur dalam belajar bermakna (meaningful learning). G. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan 1. Peningkatan Pemahaman konsep matematika akan terjadi pada siswa terutama pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola) apabila guru bidang studi matematika di SMP Waskita Madya melaksanakan proses pembelajaran dengan mengaitkan konsep yang sudah dipelajari dengan konsep yang akan atau sedang diajarkan. Sehingga siswa tidak menganggap pokok bahasan itu sulit lagi dan tidak perlu selalu banyak menghafal rumus untuk menyelesaikan soal bangun ruang sisi lengkung. 2. Pendekatan Belajar bermakna adalah salah satu pendekatan yang konsep pembelajarannya menuntut konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Pengambilan konsep/pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung ini juga disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SMP yang meliputi : Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang sisi lengkung (BRSL), menentukan luas selimut dan volume bangun ruang sisi lengkung (BRSL), serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan bangun ruang sisi lengkung (BRSL). Dalam hal ini pembelajaran dengan belajar bermakna (Meaningful Learning) yang akan digunakan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa sehingga akan berpengaruh bagi siswa agar mengurangi terjadi proses pembelajaran hafalan, memperbesar minat dan perhatian siswa, memperoleh belajar yang bermakna, konsep dapat bertahan lama dalam memory siswa dan menumbuhkan pemikiran yang teratur serta siswa akan lebih aktif, kreatif, inovatif, dan tepat waktu dalam menyelesaikan soal.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Waskita Madya yang beralamat di Jalan Benteng Betawi Cipondoh Kota Tangerang Banten 15141. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai dari tanggal 13 Juli sampai dengan 08 September tahun 2009. Adapun jadwal penelitian terlampir pada lampiran 1.
B. Rancangan Siklus Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas, atau Classroom Action Research dengan peningkatan pada unsur design untuk memungkinkan diperolehnya gambaran keefektifan tindakan yang dilakukan. Metode penelitian ini dilakukan pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung (BRSL). Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti melakukan pra siklus (pra penelitian). Dalam pra siklus tersebut peneliti melakukan observasi terhadap guru dan siswa kelas IX tentang proses pembelajaran matematika khususnya materi bangun ruang sisi lengkung (BRSL). Observasi dilakukan dengan cara melihat data dari nilai raport kelas IX semester 5 yang masih tergolong rendah dan wawancara terhadap guru tentang preoses belajar matematika. Setelah pra siklus ini selesai dilakukan barulah peneliti melakukan penelitiannya terdiri dari 3 siklus. Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan menggunakan beberapa siklus, dimana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan, diantaranya yaitu :
28
29
1. Perencanaan (Planning) Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti menyiapkan skenario pembelajaran dan instrumen penelitian yang terdiri atas lembar observasi, lembar wawancara, lembar kerja siswa dan tes akhir siklus. 2. Tindakan (Acting) Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau isi rancangan, yaitu menggunakan tindakan dikelas. 3. Pengamatan (Observation) Tahap ketiga yaitu selama tahap pelaksanaan peneliti mengobservasi keaktifan dan respon siswa terhadap skenario pembelajaran yang telah di buat peneliti, dengan menggunakan lembar observasi. 4. Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini, hasil yang didapat dari observasi dikumpulkan dan dianalisa bersama oleh peneliti dan guru, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus. Dimana setiap
siklusnya
menggunakan
pendekatan
proses
belajar
bermakna
(Meaningful Learning) yang meliputi : advance organizer, diferensiasi progresif, belajar superordinat, integrative reconciliation, dan consolidation. Belajar bermakna dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya proses pembelajaran hafalan, memperbesar minat dan perhatian siswa, memperoleh pengalaman belajar yang nyata (makna), konsep dapat bertahan lama dalam memori siswa, dan menumbuhkan pemikiran yang teratur sehingga dapat menyelesaikan masalah matematika dengan tepat waktu. Berdasarkan analisa atas refleksi maka dapat ditentukan apakah siklus selanjutnya perlu dilanjutkan atau tidak.
Penelitian akan diakhiri atau
dihentikan dengan kriteria adalah: tes yang diberikan pada akhir siklus
30
menunjukkan bahwa 60 % dari jumlah siswa mendapatkan nilai keseluruhan di atas rata-rata. Adapun alur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan, digambarkan sebagai berikut 1 :
Permasalahan Kurangnya pemahaman konsep yang dimiliki
Perencanaan Tindakan I
Siklus I Refleksi I
Permasalahan baru hasil refleksi I
Siklus II
Permasalahan baru hasil refleksi II
Pengamatan/ Pengumpulan Data
Perencanaan Tindakan II
Refleksi II
Pelaksanaan Tindakan II
Pengamatan/ Pengumpulan Data
Perencanaan Tindakan III
Siklus III Refleksi III
Apabila permasalahan belum berhasil
Pelaksanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan III
Pengamatan/ Pengumpulan Data
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 3.1 : Alur Penelitian Tindakan Kelas
1
cet. 2, h.74.
Suharsimi Arikunto. et.al, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
31
Adapun desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan digambarkan sebagai berikut :
Kegiatan Pendahuluan
1. 2. 3. 4.
Mengurus surat izin penelitian. Pemberian tes Bangun tabung, kerucut, dan bola. Wawancara terhadap guru matematika di sekolah. Melakukan observasi proses pembelajaran di kelas penelitian. 5. Mensosialisasikan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Meaningful Learning pada siswa yang menjadi subjek penelitian. Tahap Penelitian Siklus I Tahap Perencanaan
1. Menyiapkan kelas penelitian 2. Membuat rencana pengajaran (RPP) 3. Mendiskusikan kepada guru kolaborator 4. Menyiapkan materi ajar pada setiap pertemuan 5. Menyiapkan modul materi ajar dan soal-soal latihannya 6. Menyiapkan lembar observasi (guru, wawancara, dan catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya) 7. Menyiapkan VCD BRSL sebagai media pembelajaran SIKLUS 8. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) pada setiap pertemuan I
9. Menyiapkan soal/tes pada akhir siklus 10. Mempersiapkan alat dokumentasi Tahap Pelaksanaan 1. Menyampaikan
langkah-langkah
proses
pembelajaran
menggunakan pendekatan Meaningful Learning 2. Guru mengarahkan siswa ke materi konsep yang akan dipelajari. 3. Siswa menyimak pokok bahasan dengan menonton VCD pembelajaran dengan panduan guru. 4. Guru mempresentasikan LKS 5. Masing-masing kelompok mengerjakan dan mendiskusikan LKS
32
yang telah disiapkan guru. 6. Guru melakukan penilaian proses / kinerja kelompok / performs anggotanya 7. Siswa mempresentasikan pekerjaannya dan kelompok lain menanggapi dengan dipandu oleh guru. 8. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai LKS yang telah dikerjakan siswa, dalam berdiskusi guru mengkonstruksi pemahaman siswa mengenai bangun ruang sisi lengkung. 9. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap bangun ruang sisi lengkung guru memberikan latihan soal kepada siswa. 10. Membahas dan mengkoreksi latihan soal bersama-sama. 11. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah dibahas. 12. Memberi tugas kepada siswa. Tahap Observasi Menganalisa data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan Refleksi Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus I yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya
Tahap Penelitian Siklus II Tahap Perencanaan 1. Membuat rencana pengajaran berdasarkan pada refleksi siklus I 2. Mempersiapkan alat peraga / media pembelajaran 3. Menyiapkan materi ajar pada setiap pertemuan 4. Menyiapkan modul materi ajar dan soal-soal latihannya SIKLUS 5. Menyiapkan lembar observasi (guru, wawancara, dan catatan II
lapangan serta keperluan observasi lainnya) 6. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) pada setiap pertemuan
33
7. Menyiapkan soal/tes pada akhir setiap siklus 8. Mempersiapkan alat dokumentasi Tahap Pelaksanaan 1. Memotivasi siswa dengan pemberian konsep bangun tabung, kerucut, dan bola yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. 2. Menginformasikan
kompetensi
yang
akan
dicapai
dalam
pembelajaran ini. 3. Pembelajaran diulang dengan tetap mengacu pada hasil refleksi disiklus I 4. Guru membimbing siswa memahami langkah-langkah untuk menemukan rumus luas selimut pada tabung dan kerucut. 5. Siswa diberi latihan-latihan pada LKS atau tugas dari guru untuk menemukan atau menguatkan konsep yang dimilikinya. 6. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah dibahas. 7. Memberi tugas kepada siswa Tahap Observasi Menganalisa data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan Refleksi Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus II yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya
Tahap Penelitian Siklus III Tahap Perencanaan 1. Membuat rencana pengajaran berdasarkan pada refleksi siklus II 2. Mendiskusikan kepada guru kolaborator 3. Menyiapkan materi ajar pada setiap pertemuan 4. Menyiapkan alat peraga atau media pembelajaran 5. Menyiapkan lembar observasi (guru, wawancara, dan catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya)
34
SIKLUS 6. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) pada setiap pertemuan III
7. Menyiapkan soal/tes pada akhir siklus 8. Mempersiapkan alat dokumentasi Tahap Pelaksanaan 1. Memotivasi siswa dengan pembelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. 2. Menginformasikan
kompetensi
yang
akan
dicapai
dalam
pembelajaran ini 3. Guru mengajak siswa untuk menemukan dan mengingat kembali konsep-konsep materi pada siklus I dan siklus II 4. Memberikan penguatan-penguatan konsep dengan latihan-latihan. 5. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah dibahas. 6. Memberikan tugas kepada siswa. 7. Mewawancarai Guru dan Siswa Tahap Observasi Menganalisa data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan Refleksi Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus III yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya
Gambar 3.2 : Desain Penelitian Tindakan Kelas
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX (Sembilan) B di SMP Waskita Madya Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2009/2010. Jumlah siswa kelas IX-B
Tahun Pelajaran 2009/2010 di SMP Waskita Madya Kota
Tangerang ini adalah 28 siswa. Dalam penentuan subjek, peneliti memilihnya setelah berkonsultasi dengan guru mata pelajaran matematika di SMP Waskita Madya Kota Tangerang.
35
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perencana dan pelaksana kegiatan. Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan penelitian dalam skripsi ini. Dalam penelitian, peneliti dibantu seorang guru, guru ini adalah guru mata pelajaran matematika kelas IX yang bertindak sebagai pengamat.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Tahapan intervensi tindakan ini berlangsung beberapa siklus dimana setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan refleksi. Pada tahapan penelitian kegiatan pendahuluan dilakukan beberapa tindakan yaitu sebagai berikut : 1. Melakukan wawancara kepada guru matematika 2. Observasi proses pembelajaran dikelas penelitian 3. Mensosialisasikan pembelajaran siswa dengan pendekatan belajar bermakna (meaningful learning) Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi. Tahap tindakan pada siklus I antara lain : 1. Pemberian informasi tentang rencana pembelajaran dan anologi materi 2. Siswa diminta untuk mengerjakan tugas sesuai dengan skenario 3. Memberikan arahan dan tugas untuk kegiatan berikutnya Adapun tahap tindakan pada siklus II adalah mempelajari hasil refleksi tindakan pada siklus I dan menggunakannya sebagian masukan pada tindakan siklus II. Begitupun pada tahap tindakan siklus III adalah mempelajari hasil refleksi pada siklus II jika pada siklus II belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian dan menggunakannya sebagian masukan pada tindakan pada siklus III.
36
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil intervensi tindakan yang diharapkan adalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu meningkatkan pemahaman konsep matematika pada materi bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dengan pendekatan pembelajaran belajar bermakna (Meaningful Learning) yang berdasarkan hasil rata-rata tes keseluruhan pada LKS dan tes akhir siklus dalam setiap siklusnya mencapai 60 % dari jumlah siswa di atas rata-rata.
G. Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. 1. Data kualitatif, yaitu
hasil observasi proses pembelajaran, hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran). 2. Data kuantitatif, yaitu nilai tugas siswa tiap akhir pertemuan berbentuk lembar kerja siswa (LKS) dan tes akhir siklus. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan peneliti.
H. Instrumen Pengumpul Data yang Digunakan Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen antara lain: 1. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktifitas siswa selama proses pembelajaran materi bangun ruang sisi lengkung dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning). 2. Lembar soal Lembar soal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan bangun ruang sisi lengkung (BRSL) berupa lembar kerja siswa (LKS) pada tiap akhir pertemuan dan tes akhir siklus.
37
3. Catatan lapangan Catatan lapangan adalah catatan tertulis mengenai apa yang terjadi selama penelitian berlangsung. Tujuan catatan lapangan ini adalah untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning). 4. Lembar wawancara Wawancara dilakukan dengan guru, hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi di kelas. 5. Dokumentasi Dokumentasi ini berupa gambar atau foto saat kegiatan penelitian berlangsung. Dokumentasi ini dibuat untuk memperkuat proses penelitian.
I. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mewawancari guru. Siswa diminta mengerjakan soal pada akhir tindakan pada setiap siklus, dan melakukan penilaian hasil tes siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung yang dibantu oleh guru mata pelajaran matematika. Hasil setiap penilaian tes tersebut didiskusikan oleh peneliti bersama guru pada saat menganalisis data untuk membuat tindakan pada siklus berikutnya.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi Untuk memperoleh data yang valid, yaitu yang obyektif, sahih, dan handal dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi dan saturasi, yaitu : 1. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk memperoleh informasi tentang hal yang sama. Untuk memperoleh tentang pemahaman siswa dilakukan dengan memeriksa hasil tes siswa, mengadakan wawancara dengan guru dan melihat hasil pengamatan guru mitra. 2. Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul, baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.
38
3. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis Proses analisis data terdiri atas analisis data pada saat di lapangan yaitu pada pelaksanaan kegiatan dan analisis data yang sudah terkumpul. Data yang sudah terkumpul berupa hasil kerja siswa, hasil wawancara, hasil observasi, dan catatan lapangan. Seluruh data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kualitatif deskriptif. Analisis data dilakukan pada berbagai kesempatan dari awal penelitian sampai berakhirnya proses penelitian. Hasil dari analisis data ini berupa informasi berbentuk kalimat-kalimat yang berupa gambaran proses penelitian.
Adapun
analisis
data
secara
kuantitatif
yaitu
dengan
membandingkan hasil tes pada setiap siklusnya.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan pemahaman konsep matematika maka akan di tindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Setelah penelitian ini berakhir, peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji adanya peningkatan pemahaman konsep matematika pada materi bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dengan pendekatan belajar bermakna
(meaningful
learning),
guna
meningkatkan
hasil
belajar
matematika. Banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi hasil belajar matematika siswa serta faktor-faktor lain yang belum diketahui. Untuk itu masih perlu diadakan penelitian lebih lanjut.
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti di mulai dengan melakukan observasi awal di SMP Waskita Madya Kota Tangerang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran siswa. Dalam penelitian ini juga mewawancarai guru mata pelajaran matematika kelas IX yaitu dilaksanakan pada hari senin tanggal 13 Juli 2009 dimaksudkan untuk mengetahui nilai KKM yang ditetapkan dari sekolah dan tingkat pemahaman konsep matematika siswa. Adapun
hasil
pengamatan
dari
penelitian
pendahuluan
yang
diantaranya adalah : a) Sebagian siswa masih bingung menyebutkan ciri-ciri yang dimiliki oleh bangun ruang sisi lengkung (BRSL). b) Siswa belum dapat menyebutkan contoh bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dalam kehidupan sehari-hari. c) Siswa belum dapat menggambar bentuk berbagai macam jaring-jaring bangun ruang sisi lengkung dengan sempurna. d) Banyak siswa yang belum dapat menanggapi pertanyaan dari guru tentang materi yang telah dibahas. Mereka belum paham tentang materi yang telah dibahas sebelumnya, sehingga guru kembali menjelaskannya. e) Masih banyak siswa belum mengerti tentang materi bangun ruang sisi lengkung yang diberikan sehingga siswa merasa kesulitan ketika menjawab soal latihan dari guru. f) Pemahaman konsep matematika siswa rata-rata rendah karena kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika serta teknik mengajar guru yang masih kurang bervariasi sehingga masih banyak siswa yang tidak memperhatikan ketika guru menerangkan pelajaran.
39
40
g) Banyak siswa yang mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, menjelang akhir waktu pemberian tugas, mereka sibuk bertanya dan mencontek, sehingga mereka lambat dalam mengumpulkan tugas. h) Kurangnya pemahaman konsep dan semangat belajar siswa tentang materi bangun ruang sisi lengkung disebabkan proses pembelajaran selama ini tidak bermakna bagi siswa. Berdasarkan penelitian pendahuluan tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematika siswa masih tergolong rendah. Hal ini juga terlihat dari nilai ulangan siswa yang belum mencapai nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 60. Maka dari itu peneliti melakukan
suatu
tindakan
untuk
meningkatkan
pemahaman
konsep
matematika siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning). Penggunaan belajar bermakna (Meaningful Learning) ini dilakukan pada tanggal 13 Juli 2009. Diharapkan dengan pendekatan belajar bermakna ini dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dan mencapai nilai KKM yang diharapkan. Dengan tahapan-tahapan tindakan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain terdiri dari tiga siklus yaitu : 1. Tindakan Pembelajaran Siklus I Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang sangat penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan
pembelajaran
selanjutnya.
Adapun
tahapan
tindakan
pembelajaran siklus I adalah : a. Tahap Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus I ini adalah peneliti menyiapkan kelas penelitian dengan mendiskusikan kepada guru kolaborator, mempersiapkan rencana pembelajaran, LKS (Lembar Kerja Siswa) yang dibuat oleh peneliti dengan sistem pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) sebagai panduan atau modul siswa yang terdiri dari pembahasan dan soal-soal latihan
41
sebagai evaluasi dalam pembelajaran dari siklus I, menyiapkan VCD pembelajaran, menyiapkan lembar observasi, lembar kerja siswa (LKS), dan alat dokumentasi. Siklus I ini terdiri dari 5 pertemuan dengan materi diantaranya mengidentifikasi sifat-sifat dari tabung, kerucut dan bola, menggambar dan membuat jaring-jaring dari setiap BRSL, serta menentukan luas selimut dan volume dari bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dan didalamnya termasuk untuk mengerjakan tes akhir siklus I. Lembar kerja siswa (LKS) dan tes akhir siklus dibuat untuk mengetahui perkembangan hasil pemahaman konsep matematika siswa. Lembar observasi digunakan untuk mencatat aspek-aspek aktivitas siswa pada setiap
pertemuan
matematika
siswa
untuk
melihat
ketika
tingkat
pembelajaran
pemahaman
konsep
dilakukan
dengan
menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning). Pada
siklus
I
ini
peneliti
ingin
mengetahui
apakah
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Target yang ingin dicapai pada siklus I ini yaitu pemahaman konsep dasar siswa dapat lebih baik dibandingkan hasil proses
belajar
sebelum
menggunakan
proses
belajar
dengan
pendekatan belajar bermakna, serta dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan dengan secara sistematis tidak dengan cara menghafal rumus. Metode yang digunakan dalam pemberian materi adalah pengatur awal (advance organizer), diferensiasi progresif, belajar superordinat, integrative reconciliation, dan consolidation. Sehingga dapat mengaitkan konsep yang dimiliki pada kognitif siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan selanjutnya. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam lima pertemuan dengan alokasi waktu (2 x 40 menit) tiap pertemuannya.
42
Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan menjadi lima pertemuan seperti terlampir yaitu pada : 1) Pertemuan pertama/ Senin, 13 Juli 2009 Kegiatan belajar matematika di kelas IX B dilaksanakan pada hari senin, 13 juli 2009 sebagai pertemuan pertama pembelajaran dengan
pendekatan
belajar
bermakna.
Pertemuan
pertama
berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 10.00 s/d pukul 11.20. Pokok bahasan yang dibahas adalah mengidentifikasi sifat-sifat dari tabung, kerucut, dan bola. Peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa. Pertemuan pertama ini terdapat satu orang yang tidak hadir dikarenakan tidak ada keterangannya (alpha). Guru mata pelajaran matematika hadir sebagai observer untuk mengamati aktivitas siswa satu per satu dan melakukan penilaian pada peneliti ketika proses pembelajaran berlangsung kemudian dicatat pada lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan pembelajaran selanjutnya menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai aturan dari pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning), dan kegiatan mengajar dimulai dengan memberikan pertanyaan kepada siswa tentang bangun-bangun yang termasuk bangun ruang lalu dilanjutkan dengan pertanyaan bangun-bangun apa saja yang termasuk bangun ruang sisi lengkung. Kegiatan belajar mengajar dilanjutkan dengan mengerjakan soal latihan dengan menjawab LKS 1 yang telah dibuat oleh peneliti, kemudian semua siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan didepan kelas, bagi siswa yang menjawab benar diberikan poin 5. Latihan soal ini dilakukan peneliti ingin mengetahui
pemahaman konsep yang
telah dimiliki siswa. Setelah siswa mengerjakan LKS 1, kemudian
43
dilanjutkan mengerjakan LKS 2 dimana siswa mengidentifikasi sifat-sifat dari tabung, kerucut, dan bola yang telah dipelajarinya pada pelajaran sebelumnya. Pada pertemuan pertama ini, waktu yang dialokasikan hanya cukup untuk tanya jawab dan menyampaikan aturan main dari belajar bermakna (Meaningful Learning) tentang materi konsep bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola). Proses pembelajaran pada pertemuan pertama ini belum berjalan secara maksimal karena siswa masih bersifat pasif dan hanya mengingat materi terdahulu yang pernah dipelajari sebelumnya, namun beberapa siswa sudah menunjukkan ketertarikan. Sebagai penutup guru mengingatkan mengulang pelajaran hari ini karena dilanjutkan untuk pertemuan selanjutnya. 2) Pertemuan kedua/ Kamis, 16 Juli 2009 Pada hari Kamis, tanggal 16 Juli 2009 sebagai pertemuan kedua pembelajaran dengan pendekatan belajar bermakna. Pertemuan kedua berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.00 s/d pukul 08.20. Pokok bahasan yang dibahas adalah membuat jaring-jaring tabung, kerucut, dan bola yang belum tuntas pada pertemuan pertama. Peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa. Pertemuan kedua ini ada 2 siswa yang tidak masuk semua, dimana satu siswa dikarenakan sakit sedangkan yang satunya lagi tidak ada keterangan (alpha). Guru mata pelajaran matematika hadir sebagai observer untuk mengamati aktivitas siswa satu per satu dan melakukan penilaian pada peneliti ketika proses pembelajaran berlangsung kemudian dicatat
pada
lembar
observasi. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
44
Pada pertemuan kedua ini, waktu yang dialokasikan hanya cukup
menyimak
VCD
pembelajaran
agar
dimaksudkan
pemahaman konsep matematika bisa terarah selain penjelasan dari peneliti sebelumnya, setelah siswa menyimak VCD Pembelajaran maka
dilaksanakan
pembagian
kelompok
belajar.
Alokasi
Menyimak VCD hanya 45 menit. Setelah siswa menyimak VCD pembelajaran, kemudian guru mengkondisikan siswa menjadi 6 kelompok dari 28 siswa, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa dan ada dua kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa. Dalam Pembagian kelompok tersebut dikelompokkan secara bervariasi (acak) dari tingkat kecerdasan siswa yang berbeda-beda. Ketika pembagian kelompok berlangsung, beberapa anak menolak untuk dikelompokkan tapi untungnya hanya segelintir anak saja, dan hal itu dapat di atasi dengan segera. Daftar kelompok belajar siswa dalam pembelajaran ini dapat di lihat pada lampiran 5. Setelah siswa duduk dalam kelompok yang telah ditentukan dan mengerti aturan main dari pendekatan belajar (Meaningful Learning), guru mengajak siswa untuk mengingat kembali materi mengenai bangun ruang yang sudah dipelajari sebelumnya di kelas VIII dan kemudian menggali pengetahuan awal siswa untuk menunjang materi yang akan disampaikan. Selanjutnya, guru menjelaskan garis besar materi membuat gambar jaring-jaring bangun ruang yang sudah dipelajari dari kelas sebelumnya kemudian peneliti membuat jaring-jaring bangun ruang sisi lengkung seperti tabung, kerucut, dan bola sambil memberikan contoh-contoh soal. Dan guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti setelah selesai menjelaskan. Ketika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapat, hampir semua siswa menjawab “Tidak ada pertanyaan Pa, semua paham...” dan sebagian lagi hanya diam. Disini membuat peneliti berpikir apakah
45
yang diam saja sudah paham atau belum? Proses pembelajaran pada pertemuan kedua ini belum berjalan secara tidak maksimal karena siswa masih bersifat pasif dan hanya mengingat materi terdahulu yang pernah dipelajari sebelumnya, namun beberapa siswa sudah menunjukkan ketertarikan. Sebagai penutup guru mengingatkan mengulang pelajaran hari ini karena dilanjutkan untuk pertemuan selanjutnya. 3) Pertemuan Ketiga/ Senin, 20 Juli 2009 Sebagaimana pada pertemuan sebelumnya, pertemuan ketiga pun berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 10.00 s/d 11.20 WIB dengan melanjutkan proses pembelajaran sebelumnya. Awal kegiatan seperti biasanya adalah membuka pembelajaran dengan memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, terdapat 2 siswa yang tidak hadir karena sakit. Selanjutnya, pertemuan ketiga ini para siswa sudah langsung duduk berkumpul dengan kelompok belajarnya yang sudah ditentukan pada pertemuan sebelumnya. Berhubung guru sudah menjelaskan garis besar dipertemuan sebelumnya yaitu membuat jaring-jaring tabung, kerucut, dan bola dengan bantuan media pembelajaran VCD. Maka guru langsung membagikan lembar kerja kelompok (LKK) 3 pada masing-masing kelompok belajar. Dimana pada LKK ini siswa membuat jaring-jaring bangun ruang sisi lengkung dengan ukuran yang telah ditentukan oleh peneliti. Setelah membagikan LKK, guru memberikan pengarahan mengenai
langkah-langkah
dalam
membuat
jaring-jaring
menggunakan karton dengan ukuran yang berbeda-beda pada tiap kelompoknya dimaksudkan agar setiap kelompok memiliki gambaran tentang bagaimana menemukan luas permukaan pada bangun tabung dan kerucut tersebut. Setelah mereka paham,
46
mereka langsung berdiskusi dengan masing-masing kelompok belajarnya untuk menyelesaikan pekerjaan kelompoknya yang terdapat pada LKK tersebut. Guru berkeliling untuk memantau aktivitas siswa dari satu kelompok ke kelompok lain. Guru melihat masih banyak kelompok yang mengalami kesulitan, karena mereka belum terlalu terbiasa melukis jaring-jaring bangun ruang dengan langsung praktek sendiri terutama banyak yang kesulitan pada membuat jaring-jaring selimut kerucut. Selanjutnya guru memberi sedikit arahan kepada mereka, dan setelah mereka paham mereka melanjutkan kembali untuk mengerjakan LKK tersebut. Masih saja ada siswa yang tidak bisa diam untuk mengganggu temannya dikelompok lain yang sedang serius
mengerjakan
LKK.
Dan
guru
pun
langsung
mengendalikannya, tapi masih saja melakukan hal itu. Guru matematika
kelas
ini
langsung
turun
tangan
untuk
mengendalikannya. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal LKK
adalah
30
menit,
namun
belum
semua
kelompok
menyelesaikan tugasnya. Sehingga setiap kelompok melanjutkan hasil kelompoknya dikerjakan dirumah. Bagi siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan dikelompoknya maka siswa tersebut tidak dimasukkan kedalam daftar kelompok. Sebelum menutup pertemuan ini, guru memberikan penilaian terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan menyimpulkan dari apa yang telah dilaksanakan. Sebagai penutup, guru meminta siswa untuk mengulang kembali materi tadi dirumah selain melanjutkan pekerjaan kelompok yang belum selesai. 4) Pertemuan keempat/ Kamis, 23 Juli 2009 Pertemuan keempat sama halnya dengan pertemuan sebelumnya berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan
47
memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, ada satu siswa yang tidak hadir pada pertemuan keempat ini semuanya dikarenakan masih sakit. Tanpa disuruh oleh guru, siswa pun sudah berkumpul dalam kelompok belajarnya masing-masing. Kemudian guru menjelaskan aturan yang akan presentasi hasil pekerjaan dari tiap kelompok, alokasi waktu yang diberikan pada setiap kelompok untuk presentasi adalah 10 menit. Setelah semuanya paham, selanjutnya guru memanggil kelompok I untuk mempresentasikan hasilnya namun kelompok pertama pekerjaannya belum selesai maka dilanjutkan pada kelompok selanjutnya yang siap tampil dihadapan kelompok lainnya. Dan salah satu siswa yang mewakili kelompok tersebut langsung menjelaskan cara membuat jaringjaring bangun ruang sisi lengkung dengan terlebih dahulu menentukan ukuran-ukurannya seperti luas-luas bangun datar, sedangkan kelompok yang lain menanggapinya. Aktivitas siswa pada pertemuan keempat ini tidak banyak mengalami perubahan, masih saja ada beberapa siswa yang tidak mendengarkan hasil diskusi dari kelompok lain, mereka hanya mengobrol dan mengganggu siswa lainnya. Guru sering menegur siswa-siswa tersebut, tapi tidak bertahan lama. Kemudian guru mengambil tindakan lainnya yaitu jika masih ada yang mengganggu proses pembelajaran ini, maka guru tidak segan-segan untuk mengeluarkan mereka dari ruang kelas. Sejak itu beberapa siswa menjadi diam dan mulai mau menanggapi kelompok lain yang sedang presentasi, tapi masih saja ada yang
tidak
menghiraukan. Dari hasil presentasi dari tiap kelompok diharapkan siswa dapat menemukan rumus untuk menentukan luas permukaan dan luas selimut dari tabung, kerucut, dan bola. Dengan proses pembelajaran ini siswa lebih mudah dan terarah dalam memahami
48
konsep bangun ruang sisi lengkung karena sudah mulai terbiasa dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna. Rata-rata siswa sudah mulai aktif untuk bertanya, tapi masih ada juga yang masih kurang aktif alias pasif. Kelemahannya adalah mereka masih kebingungan dalam menentukan awal menemukan luas permukaan bangun ruang sisi lengkung karena tidak mendengarkan hasil dari diskusi temannya. Kemudian siswa mengerjakan tugas 4 yang telah dibuat peneliti yang bertujuan untuk melihat perkembangan hasil proses tindakan ini. Akan tetapi, perolehan nilai siswa mengerjakan LKK
4
sedikit
meningkat
dibandingkan
pada
pertemuan
sebelumnya, rata-rata nilai adalah ≤ 60 yang artinya hampir semua soal latihan LKK 4 dapat dijawab dengan benar disertai alasan yang benar pula pada setiap latihan soal pada LKK. Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa secara mandiri maka guru memberikan latihan soal latihan 5 yakni soal yang dibuat oleh guru sendiri terdiri dari 4 soal. Alokasi untuk menjawab 4 soal ini, guru memberikan waktu hanya 15 menit. Kemudian setelah siswa menjawab soal tersebut maka jawaban dikumpulkan, untuk tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman konsep pada siswa maka guru dan siswa membahas bersama-sama soal tersebut sehingga jika jawaban siswa yang merasa salah dapat paham dimana letak kesalahan pemahaman konsepnya. Setelah itu guru mengoreksi latihan soal yang telah dijawab dan membagikan hasilnya kepada siswa kembali. Selanjutnya, guru bersama siswa membuat rangkuman dari materi pembelajaran yang telah dibahas. Sebagai penutup, guru mengingatkan agar siswa mengulang kembali pelajaran yang dibahas, dan pelajaran sebelumnya karena pertemuan selanjutnya akan diadakan tes akhir siklus I.
49
5) Pertemuan kelima/ Senin, 27 Juli 2009 Pada pertemuan terakhir dalam siklus I ini diadakan ujian tes akhir siklus I. Tes akhir siklus I ini berbentuk essay berjumlah 8 soal yang dikerjakan selama 2 jam pelajaran. Tes uraian yang terdiri dari 8 soal ini materi diambil dari soal latihan siswa selama proses pembelajaran siklus I yaitu tentang mengidentifikasi unsurunsur dan sifat-sifat yang terdapat pada bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola), menggambar bentuk dan melukis jaring-jaring bangun tabung, kerucut dan bola, serta menghitung ukuran dari bangun ruang sisi lengkung (BRSL). Tes ini dimaksudkan
untuk
mengetahui
tingkat
penguasaan
dan
pemahaman konsep matematika siswa terhadap materi yang telah diajarkan pada pertemuan dalam siklus 1. c. Tahap Observasi Tahap ini pada dasarnya berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh guru kolaborator yang mencatat seluruh aktivitas siswa dan hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan penilaian langsung melihat dari hasil kerja siswa (LKS). Pada data tersebut dapat dilihat bahwa dari 8 aktivitas yang diobservasi didapatkan rata-rata pemahaman konsep siswa pada tingkat kurang. Karena di siklus I ini siswa masih lemah dapat menghitung ukuran BRSL yang berkaitan dengan mengaitkan dari ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki BRSL tersebut, kurang memperhatikan guru, kurang menjawab soal latihan dari guru, dan masih tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, masih kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, dan guru pun masih kesulitan dalam memberikan pemahaman konsep matematika siswa. Pada pertemuan kelima dilaksanakan ujian tes akhir siklus I. Soal tes yang diberikan kepada siswa adalah soal yang telah dibahas pada latihan soal yang diberikan dalam setiap pertemuan pada siklus I.
50
Berikut ini hasil rata-rata selama siklus I disajikan dalam tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Rata-rata Keseluruhan Pada Siklus I
7
Nilai Tengah ( xi ) 16,5
115,5
1.
Kelas Interval 10 – 23
2.
24 – 37
8
30,5
244
3.
38 – 52
3
45
135
4.
53 – 65
6
59
354
5.
66 – 80
2
73
146
6,
81 – 93
2
97
194
28
321
1188,5
No
Jumlah
f
Berdasarkan Tabel 4.1
i
fi . xi
di atas didapat hasil rata-rata hasil
selama siklus I adalah 42,45 dengan nilai terendahnya 10 serta nilai tertingginya 88. Dapat dilihat juga siswa yang mendapatkan nilai lebih dari nilai rata-rata sebanyak 5 orang yaitu 17,86 % dan yang mendapat nilai kurang dari nilai rata-rata sebanyak 23 orang yaitu 82,14 %. Perolehan nilai tes akhir siklus I ini belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian ini yaitu 60 % siswa harus mendapat nilai lebih dari rata-rata nilai tes keseluruhan atau KKM. Dengan hasil tersebut, maka siklus I telah selesai dan akan dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II, siswa diharapkan mendapatkan hasil nilai persentase yang lebih meningkat dari siklus I. d. Tahap Refleksi / Evaluasi Berdasarkan lembar observasi dan hasil tes akhir siklus I, diperoleh hasil analisis kegiatan refleksi atau evaluasi. Hasil refleksi tersebut dirangkum dalam tabel berikut:
51
Tabel 4.2 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I No 1.
Kendala/Kesulitan Kurangnya siswa
Perbaikan
pemahaman Mengulang kembali materi yang
mengenai
teknik mengenai
teknik
menggambar jaring-jaring jaring-jaring BRSL 2.
kegiatan
pada
siswa
ditingkatkan
belajar dengan cara memberi motivasi
dalam berdiskusi kelompok 3.
BRSL
pertemuan berikutnya.
Kurangnya aktivitas siswa Aktivitas dalam
menggambar
dan dorongan pada siswa
Kurangnya Siswa dapat Guru akan mengarahkan tentang menghitung ukuran pada kaitannya dengan sifat-sifat pada BRSL.
BRSL dan bangun ruang selain BRSL.
4.
Guru
belum
dapat Guru bertindak lebih tegas lagi
mengkondisikan
kelas dalam menghadapi siswa-siswa
dengan baik 5.
Keaktifan
yang tidak disiplin siswa
menanggapi
dalam Memberikan
suasana
kelas
pertanyaan menjadi lebih santai tapi serius
guru masih dirasa kurang
agar siswa tidak takut lagi untuk mennanggapi
pertanyaan
dan
memberikan jawaban 6.
Beberapa
siswa
kebingungan
masih Guru memberikan arahan secara dalam detail mengenai soal-soal yang
menjawab soal-soal latihan dianggap bingung oleh siswa karena pemahaman tentang dengan pendekatan pemahaman konsep
BRSL
pada konsep dasar
awalnya kurang dipahami.
52
7.
Siswa masih kurang tepat waktu
Guru
akan
untuk waktu
mengumpulkan tugas.
mengkondusifkan
mengerjakan
tugas,
sehingga siswa tidak lagi lambat mengumpulkan tugas
Sedangkan untuk mencapai nilai yang sesuai dengan KKM yang ditetapkan sekolah hanya 7 siswa orang saja dari 28 siswa yang tingkat pemahamannya sudah memenuhi KKM. Pada siklus II peneliti harus memperhatikan siswa dan lebih meningkatkan metode pembelajaran karena masih banyak kekurangan dalam menerapkan metode belajar bermakna (Meanigful Learning). Dilihat dari tabel 4.2 bahwa masih banyaknya kekurangan atau kendala pada siklus I ini, maka untuk pelaksanaan siklus II diharapkan saran dan perbaikan dapat dilaksanakan secara optimal.
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II a. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses pembelajaran harus lebih diarahkan. Siswa diarahkan untuk dapat menyelesaikannya soal matematika secara optimal. Guru pun lebih tegas dalam mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan secara detail, dan memberikan suasana pembelajaran yang santai tapi serius agar pemahaman konsep matematika siswa. Materi yang akan dibahas pada siklus II ini adalah menemukan rumus luas selimut dan luas permukaan bangun ruang sisi lengkung (BRSL), menghitung luas selimut dan volume dari bangun ruang sisi lengkung (BRSL), dan menghitung ukuran unsur-unsur dari BRSL jika diketahui luas selimut dan volumenya.
Pembelajaran dilaksanakan
dengan metode yang digunakan adalah Tanya jawab, Diskusi kelompok, Eksperimen, Penemuan, Pemberian tugas. Pada siklus II ini dilaksanakan dengan 5 kali pertemuan. Pertemuan 1, 2, 3, dan 4 untuk
53
materi dan pembahasan soal, kemudian pada pertemuan ke-5 yaitu tes akhir siklus II dengan pemberian soal sebanyak 7 soal berbentuk essay. b. Tahap Pelaksanaan Siklus II ini terdiri dari 5 pertemuan dengan pokok bahasan menemukan rumus luas selimut dan luas permukaan bangun ruang sisi lengkung (BRSL), menghitung luas selimut dan volume dari bangun ruang sisi lengkung (BRSL), dan menghitung ukuran unsur-unsur dari BRSL jika diketahui luas selimut dan volumenya. Pada saat materi diberikan, siswa sudah berada pada kelompoknya masing-masing. Hal ini memudahkan siswa berinteraksi dengan siswa lainnya. Adapun uraian proses pembelajaran pada siklus II sebagai berikut : 1) Pertemuan Keenam/ Kamis, 30 Juli 2009 Pertemuan keenam di siklus II berlangsung 2 x 40 Menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.20 WIB. Kegiatan diawali seperti biasanya dengan memberikan salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, satu siswa yang tidak hadir dikarenakan tanpa keterangan (alfha). Kemudian guru pun mengkondisikan kelas dengan lebih tegas agar semua siswa berdisiplin dan mudah diatur. Kegiatan selanjutnya adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi siklus II ini kemudian
memberikan
penjelasan
dan
pengarahan
materi
mengenai teknik menemukan rumus dengan cara setiap kelompok membuat jaring-jaring BRSL terlebih dahulu, agar dimaksudkan adanya pemahaman yang berarti (bermakna) dalam kognitif siswa dengan mengerjakan lembar kerja kelompok (LKK) 6. Setelah siswa telah mengerjakan LKK selesai maka setiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya di depan kelas, sedangkan kelompok lainnya menyimak. Setelah
masing-masing
kelompok
telah
selesai
mempresantasikan di depan kelas maka peneliti mengarahkan bagaimana untuk mengaitkan konsep menemukan rumus luas
54
selimut dan luas permukaan dari BRSL yang benar. Pada pertemuan ini sudah terlihat banyak siswa yang memperhatikan peneliti ketika menjelaskan materi. Selain itu banyak yang menanggapi pertanyaan peneliti sehingga kelas menjadi hidup, tetapi masih ada yang belum memahami dalam menggambar bentuk BRSL jika ukurannya berubah. Jadi peneliti dengan metode eksperimen dan penemuan ini mengarahkan siswa
untuk
mengingat kembali materi yang telah dipelajari pada waktu di kelas sebelumnya. Setelah peneliti memberikan arahan untuk bagaimana menemukan rumus luas selimut dan luas permukaan BRSL dengan diskusi kelompok dan siswa dari masing-masing kelompoknya tidak ada lagi pertanyaan, maka dilanjutkan siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) 7 untuk melihat perkembangan pemahaman konsep siswa secara individual. Alokasi untuk mengerjakan LKS 7 adalah 20 menit. 2) Pertemuan Ketujuh/ Senin, 03 Agustus 2009 Kegiatan berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 10.00 s/d 11.20 WIB dengan memberi salam dan memeriksa absensi siswa. Setelah guru selesai menjelaskan materi secara detail pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru langsung menggunakan metode tanya jawab
dengan
memberikan
penjelasan
kembali
mengenai
menemukan rumus luas selimut dan luas permukaan yang terdapat pada BRSL. Setelah mereka paham maka dengan diskusi kelompok guru melanjutkan dengan membahas tentang menerapkan rumus BRSL yang mereka temukan dengan menghitung ukuran luas selimut dan luas permukaan BRSL. Ketika proses pembelajaran berlangsung masih banyak yang belum paham dalam menghitung luas selimut dan luas permukaan dari BRSL karena disebabkan pertentangan
kognitif
(cognitif
dissonance)
maka
guru
menggunakan penyesuaian integratif dimana dengan menjelaskan
55
secara bertahap dengan tanya jawab, setelah siswa merasa mengerti bagaimana mengidentifikasi ciri-ciri dari BRSL, guru langsung dengan consolidation memberikan lebih banyak contoh-contoh yang relevan dengan BRSL dalam kehidupan sehari-hari yang sering mereka jumpai. Pada pertemuan ini consolidation siswa lebih terbantu karena dapat membantu kognitifnya karena siswa akan memahami konsep jika diberikan hal-hal yang sering mereka jumpai seperti antara lain kaleng susu yang sama dengan bentuk tabung. Setelah mereka memahami materi pada pertemuan ini maka dilanjutkan dengan membagikan LKS 8 kepada masing-masing siswa. Penyelesaian LKS 8 ini diberikan waktu sebanyak 10 meni. Mereka pun langsung menyelesaikan soal demi soal dari LKS 8 tersebut. Pada awal membaca soal pada LKS tersebut, beberapa siswa masih kebingungan dalam mengerjakan soal yang diberikan dan langsung meminta pengarahan dari guru dan akhirnya merekapun mengerti. Perolehan skor pemahaman konsep pertama siklus II ini lebih baik dibandingkan perolehan skor pemahaman konsep di siklus I yang rata-rata siswa memperoleh skor paling tinggi 5. Begitu pula pada perolehan skor pemahaman konsep kedua lebih baik dari pemahaman konsep pertama, karena ada yang memperoleh skor 5 yang artinya dapat mengikuti proses pembelajaran dengan benar. Dan mereka menyelesaikan semua soal di LKS tepat pada waktunya walaupun masih bisa dikatakan mereka tidak bisa menyelesaikan dengan cepat. Kegiatan
selanjutnya
adalah
penutup,
guru
selalu
mengingatkan agar siswa mengulang kembali pelajaran, serta mempelajari materi selanjutnya karena berhubungan dengan materi pada pertemuan ini.
56
3) Pertemuan Kedelapan/ Kamis, 06 Agustus 2009 Pertemuan kedelapan ini berlangsung selama 2 x 45 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.25 WIB dengan
melanjutkan
proses
pembelajaran
pada
pertemuan
sebelumnya karena waktunya tidak mencukupi. Kegiatan seperti biasanya diawali dengan memberi salam dan memeriksa absensi siswa, hanya ada satu siswa yang tidak hadir dikarenakan sakit. Kegiatan selanjutnya adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi ini kemudian memberikan penjelasan dan pengarahan materi tentang menentukan luas selimut tabung, kerucut dan bola tanpa melupakan konsep mencari unsur-unsur dari bangun ruang sisi lengkung tersebut dan tanpa menghafal rumus sebagai dasar pembelajaran Meaningful Learning yang diantaranya menentukan satu unsur-unsur yang terdapat pada suatu bangun tabung digabungkan dengan unsur-unsur lain yang terdapat pada bangun tersebut. Dengan ekspositori guru memberikan beberapa
contoh-contohnya
secara
detail
dan
jelas,
dan
menciptakan suasana belajar menjadi santai tapi serius agar siswa bebas untuk mengemukakan pendapatnya jika ada cognitif dissonance. Kemudian setelah guru selesai menjelaskan materi dengan penyesuaian integratif diadakan tanya jawab apabila siswa ada yang tidak dimengerti dalam materi pada pertemuan ini. Sebelum ditutup, guru memberikan lembar tugas 9 yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman yang diperoleh oleh siswa dalam pertemuan kedelapan disiklus II ini. Dengan alokasi mengerjakannya yaitu 15 menit. Sebagai penutup guru dan siswa memberikan kesimpulan untuk pembelajaran materi ini, dan tidak lupa mengingatkan semua siswa pula untuk mempelajari kembali karena ada hubungannya dengan materi pada pertemuan selanjutnya
57
4) Pertemuan kesembilan/ Senin, 10 Agustus 2009 Pertemuan kesembilan di siklus II berlangsung selama 2 x 40 Menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 10.00 s/d 11.25 WIB. Kegiatan diawali seperti biasanya dengan memberikan salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, seluruh siswa pun hadir. Kemudian guru pun mengkondisikan kelas seperti biasanya siswa duduk dibangkunya masing-masing dengan tertib dan guru lebih tegas lagi agar semua siswa berdisiplin. Kegiatan selanjutnya adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi ini kemudian memberikan penjelasan dan pengarahan materi tentang menentukan volume tabung, kerucut, dan bola tanpa melupakan konsep mencari volume dari bangun ruang sisi lengkung tersebut dan tanpa menghafal rumus sebagai dasar pembelajaran Meaningful Learning yang diantaranya menentukan perubahan volume suatu bangun tabung digabungkan dengan bangun kerucut atau bangun tabung digabungkan dengan setengah bola dan seterusnya, menentukan ukuran unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola jika diketahui luas selimut dan volumenya beserta contoh-contohnya secara detail dan jelas, dan menciptakan suasana belajar menjadi santai tapi serius agar siswa bebas untuk mengemukakan pendapatnya. Kemudian setelah guru selesai menjelaskan materi diadakan tanya jawab apabila ada yang tidak dimengerti akibat dari cognitif dissonance. Karena ada waktu 20 menit yang tersisa sebelum waktu pengajaran selesai setelah tanya jawab, siswa selanjutnya mengerjaan soal-soal LKS 10 maka dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. Sebagai penutup guru dan siswa memberikan kesimpulan untuk pembelajaran materi ini dan mengingatkan semua siswa pula untuk mempelajari kembali karena pertemuan selanjutnya akan diadakan ujian tes akhir siklus.
58
5) Pertemuan Kesepuluh/ Kamis, 13 Agustus 2009 Pertemuan kesepuluh ini dilaksanakan tes akhir siklus II untuk pokok bahasan menemukan rumus luas selimut dan luas permukaan bangun ruang sisi lengkung (BRSL), menghitung luas selimut dan volume dari bangun ruang sisi lengkung (BRSL), dan menghitung ukuran unsur-unsur dari BRSL jika diketahui luas selimut dan volumenya. Soal tes akhir siklus II ini berbentuk pilihan Essay berjumlah 7 soal yang disesuaikan dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai untuk pokok bahasan tersebut. Tes ini dilaksanakan selama 2 jam pelajaran, agar semua siswa tidak terburu-buru dalam menyelesaikannya. Tes siklus II ini juga dilaksanakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa terhadap materi yang telah diajarkan dan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar antara siklus I dengan siklus II. Kemudian ada waktu yang tersisa sebanyak 10 menit digunakan untuk membahas sedikit hasil tes akhir siklus II ini. c. Tahap Observasi Tindakan pembelajaran siklus II ini secara umum dapat dikatakan sudah baik, karena dari pertemuan keenam pembelajaran sudah berjalan tertib dan lancar, tidak ada siswa yang keluar-keluar dari kelompok belajarnya dan sudah mulai terlihat keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapatnya. Pemahaman siswa untuk menjadi yang terbaik diantara siswa lainnya terlihat lebih meningkat dibandingkan siklus I, dan pada pertemuan keenam kebanyakan siswa sudah tidak banyak yang mengalami kebingungan karena mungkin materinya lebih mudah dibandingkan materi sebelumnya. Tapi masih ada beberapa siswa yang hanya mengandalkan teman-teman lainnya dalam kelompok belajar untuk menyelesaikan LKS. Pembelajaran pun masih terasa kurang karena proses pembelajaran dalam penyelesaian soal terutama dalam menghitung ukuran pada BRSL tersebut.
59
Pada data
yang diobservasi dengan melihat hasil penilaian
kerja siswa (LKS) didapatkan ada peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dengan adanya pengaruh proses pembelajaran menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) di siklus II. Karena di siklus II ini kurang dapat menghitung ukuran unsur-unsur BRSL yang berkaitan dengan luas selimut dan volumenya jika diketahui lebih dahulu, kurang memperhatikan guru, kurang menjawab soal latihan dari guru, dan masih tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, masih kesulitan dalam mengikuti pembelajaran. Pada pertemuan kesembilan dilaksanakan ujian tes akhir siklus II. Soal tes yang diberikan kepada siswa adalah soal yang telah dibahas pada latihan soal yang diberikan dalam setiap pertemuan pada siklus II Berikut ini hasil rata-rata selama siklus II disajikan dalam tabel 4.4 sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil rata-rata keseluruhan pada siklus II Nilai Tengah ( xi )
f i . xi
4
22
88
29 – 41
9
35
315
3.
42 – 54
2
48
96
4.
55 – 67
6
61
336
5.
68 – 80
4
74
296
6,
81 – 93
3
87
261
28
327
1422
No
Kelas Interval
f
1.
16 – 28
2.
Jumlah
Berdasarkan Tabel 4.3
i
di atas didapat hasil rata-rata hasil
selama siklus I adalah 50,79 dengan nilai terendahnya 16 serta nilai tertingginya 91. Dapat dilihat juga siswa yang mendapatkan nilai lebih dari nilai rata-rata sebanyak 12 orang yaitu 42,85 % dan yang mendapat nilai kurang dari nilai rata-rata sebanyak 16 orang yaitu
60
57,15 %. Perolehan nilai tes akhir siklus II ini belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian ini yaitu 60 % siswa harus mendapat nilai lebih dari rata-rata nilai tes keseluruhan atau KKM. Jadi dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai rata-rata pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan nilai rata-rata pada siklus I dengan selisih yaitu 8,34 Dengan hasil tersebut, maka siklus II telah selesai dan akan dilanjutkan ke siklus III. Pada siklus III, siswa diharapkan mendapatkan hasil nilai persentase yang lebih meningkat dari siklus II. d. Tahap Refleksi / Evaluasi Berdasarkan hasil lembar observasi, hasil tes keseluruhan selama siklus II, dan catatan lapangan diperoleh hasil analisis kegiatan refleksi. Hasil refleksi tersebut dirangkum dalam tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II No 1.
Kendala/Kesulitan Masih
kesulitan
menghitung BRSL
Perbaikan
dalam Dengan ekspositori, Peneliti lebih
unsur-unsur mengarahkan
jika
luas
siswa
untuk
bisa
dan menghitung unsur-unsurnya dengan
volumenya diketahui lebih menerapkan rumus BRSL yang dahulu.
telah ditemukan pada pertemuan sebelumnya.
2.
Kurangnya perhatian siswa Memberikan suasana kelas menjadi ketika
guru
menjelaskan lebih santai tapi serius agar siswa
materi. 3.
Beberapa
tidak jenuh. siswa
masih Guru memberikan arahan secara
kesulitan dalam menjawab detail
mengenai
soal-soal
yang
soal-soal latihan berbentuk dianggap sulit oleh siswa dengan cerita.
strategi penjelasan hubungan antara konsep-konsep dengan eksperimen.
61
4.
Masih
banyaknya
siswa Guru akan lebih mengkondusifkan
lambat
untuk lagi
mengumpulkan
tugas sehingga siswa tidak lagi lambat
dengan tidak tepat waktu
waktu
mengerjakan
mengumpulkan
tugas
tugas,
dengan
pendekatan individu. Dilihat dari masih banyaknya kekurangan atau kendala pada siklus II ini, maka untuk pelaksanaan siklus III diharapkan saran dan perbaikan dapat dilaksanakan secara optimal. Terutama dalam meningkatkan
pemahaman
konsep
matematika
siswa
sekolah
menengah pertama (SMP).
3. Tindakan Pembelajaran Siklus III a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan siklus III ini dimulai dengan menyiapkan rencana pembelajaran (RPP), menyiapkan materi ajar dan LKS (Lembar Kerja Siswa), lembar tes akhir siklus III, dan menyiapkan lembar observasi, dan keperluan pembelajaran lainnya. Berdasarkan hasil refleksi dari siklus II maka pada siklus III ini proses pembelajaran dilaksanakan tidak lagi dengan cara belajar kelompok tetapi dengan cara pendekatan individual dimana siswa mengerjakan soal secara mandiri agar tidak mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep matematika. Alokasi waktu dalam penyelesaian LKS tetap 40 menit seperti siklus II agar siswa dapat menyelesaikannya secara optimal. Guru pun lebih tegas dalam mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan secara detail, dan memberikan suasana pembelajaran yang santai tapi serius serta memberikan reward kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi sebagai prestasi siswa dalam pembelajaran matematika agar siswa lebih baik dalam pemahaman konsepnya dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya.
62
Materi yang akan dibahas pada siklus III ini adalah mengidentifikasi unsur-unsurnya, menghitung luas permukaan dan volume serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan bangun ruang sisi lengkung (BRSL). Target pada siklus III ini siswa dapat menunjukkan pemahaman konsep yang tinggi dan hasil tes akhir siklus III hasilnya adalah menunjukkan bahwa 60 % siswa mendapatkan nilai lebih dari nilai rata-rat tes keseluruhan selama siklus III. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan pembelajaran siklus III ini terdiri dari 5 pertemuan dengan pokok bahasan mengidentifikasi unsur-unsurnya, menghitung luas permukaan dan volume serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan bangun ruang sisi lengkung (BRSL). Pada siklus III ini dilaksanakan dalam 4 pertemuan membahas materi sedangkan satu pertemuan terakhir dilaksanakan tes akhir siklus III. Dalam tahapan pelaksanaan siklus III ini ada beberapa pertemuan lanjutan dari pertemuan siklus II antara lain yaitu : 1) Pertemuan Kesebelas/ Senin, 24 Agustus 2009 Karena pada tanggal 15 Agustus 2009 sampai dengan tanggal 23 Agustus 2009 dalam penelitian ini terganggu dengan acara perlombaan siswa dan guru untuk merayakan HUT RI dan tanggal 20 Agustus 2009 para siswa dan guru libur dalam menyambut bulan suci ramadhan sehingga pertemuan kesepuluh ini baru dilaksanakan kembali. Pertemuan kesepuluh di siklus II berlangsung selama 2 x 40 Menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 10.00 s/d 11.25 WIB. Kegiatan diawali seperti biasanya dengan memberikan salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa,
seluruh
siswa
pun
hadir.
Kemudian
guru
pun
mengkondisikan kelas seperti biasanya siswa duduk dibangkunya masing-masing dengan tertib dan guru lebih tegas lagi agar semua siswa berdisiplin. Kegiatan selanjutnya adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi ini kemudian memberikan
63
penjelasan dan pengarahan materi tentang menentukan ukuran unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola jika diketahui luas selimut atau volumenya terlebih dahulu tanpa melupakan konsep formula bangun ruang sisi lengkung tersebut dan tanpa menghafal rumus sebagai dasar pembelajaran Meaningful Learning yang diantaranya menentukan perubahan ukuran unsur-unsur suatu bangun tabung, kerucut dan bola beserta contoh-contoh secara detail dan jelas, serta peneliti membimbing untuk menghitung volume tabung dengan tidak melupakan suasana belajar yang santai tapi serius agar siswa bebas untuk mengemukakan pendapatnya. Kemudian setelah guru selesai menjelaskan materi diadakan tanya jawab apabila ada yang tidak dimengerti. Setelah ada sesi tanya jawab kegiatan selanjutnya yaitu siswa diperintahkan untuk mengerjakan soal-soal LKS 11 dan 12, karena ada waktu 10 menit maka LKS dibahas peneliti dengan siswa. Sebagai penutup, guru selalu mengingatkan agar siswa mengulang kembali pelajaran serta mempelajari pelajaran selanjutnya. 2) Pertemuan kedua belas/ Kamis, 27 Agustus 2009 Pertemuan kedua belas sama halnya dengan pertemuan sebelumnya berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.20 WIB. Kegiatan diawali seperti biasanya dengan memberikan salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, ada satu siswa yang tidak hadir dikarenakan sakit. Kemudian guru pun mengkondisikan kelas seperti biasanya siswa duduk dibangkunya masing-masing dengan tertib dan guru lebih tegas lagi agar semua siswa berdisiplin. Kegiatan
selanjutnya
adalah
guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran dari materi ini kemudian memberikan penjelasan dan membimbing untuk dapat menghitung volume kerucut dan bola tanpa melupakan konsep formula volume dari bangun ruang sisi lengkung tersebut, dan tanpa menghafal rumus beserta contoh-
64
contoh secara detail dan jelas, dan menciptakan suasana belajar menjadi santai tapi serius agar siswa bebas untuk mengemukakan pendapatnya. Kemudian setelah guru selesai menjelaskan materi diadakan tanya jawab apabila ada yang tidak dimengerti. Setelah ada
sesi
tanya
jawab
kegiatan
selanjutnya
yaitu
siswa
diperintahkan untuk mengerjakan soal-soal LKS 13 dan 14, karena ada waktu 15 menit maka LKS dibahas peneliti dengan siswa. Sebagai penutup, guru selalu mengingatkan agar siswa mengulang kembali pelajaran serta mempelajari pelajaran selanjutnya.. 3) Pertemuan Ketiga belas/Senin, 31 Agustus 2009 Pertemuan ketiga belas
ini berlangsung selama 2 x 40
menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 10.00 s/d 11.20 WIB dengan melanjutkan proses pembelajaran pada pertemuan sebelumnya
yaitu
membahas
pokok
bahasan
Menghitung
perubahan luas tabung, kerucut, dan bola, jika salah satu unsurnya berubah. Kegiatan diawali seperti biasanya dengan memberi salam dan memeriksa absensi siswa, ternyata untuk pertemuan ketiga belas ini siswa hadir secara keseluruhan. Pembelajaran dilanjutkan dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi ini mengulang kembali dengan membahas bagaimana meghitung luas selimut dan luas permukaan dari tabung, kerucut, dan bola lalu guru langsung memberikan penjelasan dan pengarahan beserta contoh-contohnya. Awalnya mereka kesulitan Menghitung perubahan luas tabung, kerucut, dan bola, jika salah satu unsurnya berubah. Setelah diberikan bimbingan dengan secara jelas oleh peneliti akhirnya mereka mengerti dengan konsep yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Tetapi ada beberapa siswa saja yang belum paham yang masih malu untuk bertanya karena malu dikatakan bodoh oleh teman-temannya.
65
Materi Menghitung perubahan luas tabung, kerucut, dan bola, jika salah satu unsurnya berubah masih rendah tingkat pemahaman konsep siswa sehingga dituntut lebih kearah hitunghitungan terlebih dahulu. Penjelasan demi penjelasan sering diulang agar siswa lebih mengerti dan paham. Untuk pertemuan ini, alokasi waktu yang tersedia hanya cukup untuk memberi penjelasan dan pengarahan mengenai materi saja. Pengerjaan LKS 15 materi ini dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. Sebagai penutup guru tidak lupa mengingatkan untuk mengulang kembali materi ini dan mempersiapkan diri untuk pertemuan selanjutnya. 4) Pertemuan Keempat belas/ kamis, 03 September 2009 Kegiatan berlangsung selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.00 s/d 08.20 WIB dengan memberi salam dan memeriksa absensi siswa. Setelah guru selesai menjelaskan materi secara detail pada pertemuan sebelumnya, guru langsung membagikan LKS 15 kepada masing-masing siswa. Penyelesaian LKS 15 ini tiap siswa diberikan waktu sebanyak 20 menit, setelah itu hasil tugas siswa dibahas bersama-sama ketika seluruh siswa sudah mengumpulkan tugasnya masing-masing. Dalam pertemuan ini siswa sudah dapat dengan tepat waktu untuk mengumpulkan tugas mandirinya. Untuk proses pembelajaran siklus III ini agak berbeda dengan sebelumnya, disini guru akan mengarahkan kepada siswa yang mempunyai daya serap tinggi dan penguasaan materinya cukup baik sebagai tutor sebaya untuk membantu siswa pada siswa lain yang masih kesulitan baik dalam mempelajari materi maupun dalam penyelesaian soal-soal di LKS ini. Hal ini dilakukan untuk membantu
siswa
menghilangkan
kesulitan-kesulitan
dalam
menyelesaikan soal apalagi dengan temannya sendiri dan juga agar selesai pada waktunya. Setelah membahas LKS 15 tugas yang tertunda pada pertemuan ketiga belas maka dilanjutkan dengan
66
membahas menghitung perubahan volume tabung, kerucut, dan bola, jika
salah
satu
unsurnya
berubah.
Mereka
pun
langsung
menyelesaikan soal demi soal dari tiap soal yang terdapat pada LKS 16. Pada pertemuan ini, peneliti tidak banyak lagi memberikan penjelasan tentang menghitung perubahan volume tabung, kerucut, dan bola, jika salah satu unsurnya berubah., karena materi ini sudah
dibahas pada pertemuan sebelumnya sehingga siswa sudah terbiasa dengan materi ini dan tidak ada lagi yang masih bingung diperintahkan untuk mengerjakan LKS 16 sebanyak 3 soal dengan tepat waktu. Peneliti memberikan waktu selama 30 menit untuk mengerjakan tugas tersebut. Sebelum berakhirnya pertemuan ini, peneliti menyarankan kepada siswa untuk belajar kembali tentang materi yang telah diberikan selama siklus III karena pertemuan berikutnya akan diadakan tes akhir siklus III . 5) Pertemuan kelima belas/ Senin, 07 September 2009 Pada hari senin tanggal 7 September 2009 pukul pukul 10.00 s/d 11.20 WIB merupakan pertemuan terakhir siklus III. Pada tahap ini peneliti memberikan tes untuk siswa kelas IX sebanyak 9 soal essay yang mencangkup materi menghitung luas selimut dan volume tabung, kerucut, dan bola, serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut, dan bola. Alokasi
waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal tes tersebut adalah 2 jam pelajaran. Pada pertemuan ini siswa hadir semua. Untuk melihat suasana pembelajaran saat siswa mengerjakan soal tes akhir siklus pada lampiran 71. Pada tes ini peneliti dibantu oleh observer yaitu guru mata pelajaran matematika untuk mengamati kegiatan penelitian selama di kelas dan mengamati aktifitas siswa selama menjalani tes ini maupun proses pembelajaran selama setiap siklus ini berlangsung.
67
c. Tahap Observasi Tahap ini pada dasarnya berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh guru kolaborator yang mencatat seluruh aktivitas siswa dan hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran. Pada data pengamatan dengan dilihat dari penilaian hasil kerja siswa setiap pertemuan disiklus III dikategorikan pemahaman konsep matematika siswa meningkat dengan adanya pengaruh penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning). Pada pertemuan kelima belas dilaksanakan ujian tes akhir siklus III. Soal tes yang diberikan kepada siswa adalah soal yang telah dibahas pada latihan soal yang diberikan dalam setiap pertemuan pada siklus III. Berikut ini hasil rata-rata keseluruhan selama siklus III disajikan dalam tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5 Hasil Rata-rata keseluruhan pada Siklus III
1.
Kelas Interval 31 – 42
2.
43 – 54
10
48,5
485
3.
55 – 66
4
60,5
242
4.
67 – 78
5
72,5
362,5
5.
79 – 90
5
84,5
422,5
6,
91 – 102
3
96,5
289,5
28
399
1838
No
Jumlah
Nilai Tengah ( xi )
fi . xi
1
36,5
36,5
f
i
Berdasarkan Tabel 4.5
di atas didapat hasil rata-rata hasil
selama siklus III adalah 65,64 dengan nilai terendahnya 31 serta nilai tertingginya 99. Dapat dilihat juga siswa yang mendapatkan nilai lebih dari nilai rata-rata sebanyak 17 orang yaitu 60,71% dan yang mendapat
68
nilai kurang dari nilai rata-rata sebanyak 11 orang yaitu 39,29%. Hasil Rata-rata keseluruhan tes siswa selama siklus III mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus II yaitu dari 50,79 menjadi 65,64 dan peningkatannya sebesar 14,85 dimana sebanyak 17 siswa sudah mendapatkan nilai di atas rata-rata sehingga indikator keberhasilan yaitu 60 % siswa mendapat nilai lebih dari rata-rata tes siswa sudah tercapai ≥ 60,00. Dari semua data tersebut pada siklus III ini, bisa dikatakan bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dan indikator keberhasilan pun sudah tercapai dengan rata-rata kelas ≥ 60,00 maka ini dihentikan di siklus III sesuai dengan target yang direncanakan. d. Tahap Refleksi / Evaluasi Pada tahap refleksi siklus III ini siswa sudah mengalami peningkatan pemahaman konsep matematika yang otimal karena sudah memenuhi standar KKM sekolah yaitu dengan nilai 60. Berdasarkan pengamatan selama siklus III berlangsung bahwa pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan yang digunakan oleh guru pada setiap
tindakan
pembelajaran
pendekatan
belajar
bermakna
(Meaningful Learning) telah berhasil meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa, hal ini memudahkan siswa untuk memahami materi. Walaupun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan, tetapi hal tersebut dapat diatasi pada tindakan pembelajaran selanjutnya dengan adanya kegiatan refleksi pada setiap akhir pembelajaran. Dan data Hasil belajar melalui tes akhir siklus III dan nilai tugas sudah menunjukkan hasil yang baik. Rata-rata nilai keseluruhan tes siswa selama siklus III mengalami peningkatan dari 50,79 menjadi 65,64 dan peningkatannya sebesar 14,85 dimana sebanyak 17 siswa sudah mendapatkan nilai di atas rata-rata sehingga indikator keberhasilan yaitu 60 % siswa mendapat nilai lebih dari rata-rata tes
69
siswa sudah tercapai ≥ 60,00. Dari semua data tersebut pada siklus III ini, bisa dikatakan bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dan indikator keberhasilan pun sudah tercapai dengan rata-rata kelas ≥ 60,00 maka proses pembelajaran ini dihentikan di siklus III sesuai dengan target yang direncanakan.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya lembar kerja siswa (LKS) dan tes akhir tiap siklus untuk mengetahui pemahaman konsep matematika siswa. Selain data tes tiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep matematika siswa maka ada data pendukung dalam penelitian ini yaitu lembar observasi dan catatan lapangan untuk mengetahui aktivitas siswa setiap pertemuan pada siklus I, II dan III. Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh valid dan memiliki tingkat keterpercayaan yang tinggi, dilakukan member check. Kegiatan ini meliputi memeriksa kembali keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dari narasumber, memeriksa apakah informasi tersebut tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan memastikan kebenaran data. Selain melakukan member check, untuk mendapatkan data yang absah dilakukan pula teknik triangulasi melalui pengamatan terhadap aktivitas siswa apakah menunjukkan peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Diskusi dengan guru kolaborator tentang hasil observasi yang diperoleh, dibaca berulang-ulang dan melakukan reduksi data yaitu menghilangkan data yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Hal ini bertujuan agar data atau informasi yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan dilakukan dengan memeriksa hasil tes akhir siklus siswa yang diberikan pada tiap siklus. Soal akhir siklus dibuat
70
disesuaikan dengan kurikulum sekolah mengenai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang ingin dicapai. Soal tersebut juga tak lupa dikonsultasikan terlebih dahulu dengan guru pelajaran matematika kelas IX B SMP Waskita Madya Kota Tangerang yang pada penelitian ini sebagai kolaborator (mitra peneliti). Tes akhir siklus digunakan untuk melengkapi data pengamatan peningkatan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika
C. Analisis Data Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber baik tes maupun non tes. Diantaranya sebagai berikut : 1. Data hasil tes akhir siklus Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika, maka perlu juga dilakukan analisis daya serap siswa terutama pada pemahaman konsep siswa terhadap materi yang telah dipelajari dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna. Data yang dianalisis berupa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil lembar kegiatan siswa (LKS) dan tes akhir siklus tindakan pembelajaran atau tes setelah keseluruhan tindakan pembelajaran selesai. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna, karena seseorang yang sudah memiliki pemahaman yang tinggi ditandai dengan hasil belajar yang tinggi pula. Hasil belajar siswa pada tindakan ini diperoleh dari siklus I, II , dan III terlihat mengalami peningkatan yang cukup baik tiap siklusnya. Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 42,45. Siswa yang telah mencapai nilai sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah hanya 5 siswa dari 28 siswa atau ada 17,86 %, yang berarti masih belum terlihat mengalami peningkatan pemahaman konsep. Dan pada siklus II nilai rata-rata siswa yaitu 50,79. Siswa yang telah mencapai nilai sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah hanya 12 siswa dari 28 siswa atau ada 42,85 %, yang berarti mengalami peningkatan pemahaman konsep dibandingkan
71
pada siklus I dengan selisih yaitu 8,34. Kemudian pada siklus III nilai ratarata siswa yaitu 65,64. Jumlah siswa yang sudah memenuhi nilai KKM pada siklus III ini adalah 17 siswa dari 28 siswa atau sudah mencapai 60,71 % dari jumlah seluruh siswa. Berikut adalah tabel Rekapitulasi nilai rata-rata siswa selama siklus I, II, dan III. Table 4.6 Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pada Siklus I, II, dan III Siklus I Nilai siswa lebih dari rata-rata Jumlah
Persentasi
5
17,86 % Siklus II
Nilai siswa lebih dari rata-rata Jumlah
Persentasi
12
42,85 % Siklus III
Nilai siswa lebih dari rata-rata Jumlah
Persentasi
17
60,71 %
Dari table 4.6 terlihat jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari rata-rata nilai tes keseluruhan meningkat dari mulai siklus I, II, dan III. Indikator keberhasilan penelitian ini yaitu 60 % siswa mendapat nilai lebih dari rata-rata nilai tes keseluruhan sudah tercapai pada siklus III. Sehingga penelitian ini berhenti pada siklus III dimana jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari rata-rata sebanyak 17 siswa yaitu 60,71 %. Dan grafik untuk nilai rata-rata pada siklus I, II, dan III dapat dilihat pada lampiran 58.
72
2. Lembar Observasi Setiap melaksanakan tindakan pembelajaran, penulis didampingi oleh observer. Observer tersebut adalah guru mata pelajaran matematika yang diberikan lembar observasi berfungsi sebagai alat pengamatan untuk mengetahui dan mengukur aktivitas siswa dan peneliti sebagai guru yang memberikan perlakuan. Lembar observasi juga digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap siklus tindakan pembelajaran. Berdasarkan pengamatan pada tindakan pembelajaran siklus I dan II tingkat pemahaman konsep matematika siswa masih dikategorikan pada pemahaman konsep siswa tingkat sedang dilihat dari hasil kerja siswa dari setiap pertemuannya. Karena di siklus I dan II ini kurang dapat menghitung ukuran BRSL yang berkaitan dengan mengaitkan dari konsep formula yang dimiliki BRSL tersebut, kurang memperhatikan guru, kurang menjawab soal latihan dari guru, dan masih tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, masih kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, dan guru pun masih kesulitan dalam memberikan pemahaman konsep matematika siswa. Untuk siklus III rata-rata skor pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika sudah mencapai kategori pemahaman konsep tingkat tinggi. Siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, hampir semua siswa senang mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (meaningful learning), hampir semua
siswa
pun
sudah
dapat
menunjukkan
keberanian
dalam
mengemukakan pendapat baik dalam bertanya maupun mengemukakan solusi, walaupun masih ada siswa yang masih pasif tapi hal tersebut dapat tertutupi oleh banyaknya siswa yang aktif. Bukan hanya itu saja, lebih dari 60 % siswa sudah mulai ada peningkatan pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika. 3.
Hasil Wawancara Hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika diperoleh informasi bahwa penggunaan proses belajar bermakna
73
(meaningful learning) memberikan semangat dalam belajar matematika, karena siswa mulai memahami konsep dalam pembelajaran matematika dan sudah dapat menemukan cara penyelesaian dalam menyelesaikan suatu masalah matematis dengan cara tidak menghafal rumus. Siswa yang kemampuan matematika masih rendah, dengan menggunakan pendekan belajar bermakna ini memberikan pengaruh besar terhadap pola belajar siswa tersebut. Namun dengan pendekatan belajar bermakna ini dalam pembelajaran matematika tidak dapat tercapai pemahaman konsep yang meningkat jika kognitif siswa tidak dikaitkan dengan materi selanjutnya. Berdasarkan hasil data pemahaman konsep siswa dan wawancara didapatkan pula bahwa pendekatan belajar bermakna (meaningful learning) ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan hasil belajar siswa yang kemampuan matematikanya tingkat rendah dan sedang. Untuk siswa yang sudah memilki prestasi belajar matematika yang baik, pendekatan belajar bermakna ini dapat menambah kecepatan siswa tersebut dalam memahami materi yang diberikan. Penggunaan pendekatan ini dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan kognitif siswa, sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
D. Interpretasi Hasil Analisis Pada tindakan siklus I menunjukkan siswa mulai ada ketertarikan walaupun pemahaman konsep matematika pada siswa menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) masih rendah. Dengan adanya semangat dan keaktifan siswa bertanya dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dapat menginformasikan bahwa pendekatan belajar bermakna ini dapat menciptakan sikap positif siswa terhadap matematika. Adanya hasil belajar yang tinggi merupakan salah satu ciri siswa yang memiliki pemahaman konsep yang baik. Berdasarkan hasil belajar siswa yang dijadikan indikator keberhasilan dalam penelitian ini karena seseorang yang memiliki pemahaman yang tinggi
74
ditandai dengan hasil belajar yang tinggi pula. Hasil belajar pada tindakan ini diperoleh dari siklus I, II, dan III terlihat ada peningkatan yang cukup baik pada setiap siklusnya. Pada penelitian tindakan siklus I diperoleh data nilai rata-rata keseluruhan yaitu 42,45, dan tindakan di siklus II diperoleh data nilai rata-rata keseluruhan sebesar 50,79. Sedangkan tindakan di siklus III diperoleh data nilai rata-rata keseluruhan sebesar 65,64 Ini artinya terjadi peningkatan pemahaman konsep matematika siswa sebesar 14,85. Adanya peningkatan pemahaman konsep matematika siswa setelah siswa diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam belajar matematika. Tapi pada proses belajarnya tidak luput dari bantuan tutor sebaya dalam membantu siswa yang masih kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan terutama dalam menerapkan konsep formula BRSL dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, berdasarkan data yang diberikan pada siswa terlihat bahwa penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Berdasarkan hasil observasi tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran dari siklus I, II, dan III Pembelajaran di siklus I masih banyak terdapat
hambatan-hambatan,
sebagian
siswa
tidak
setuju
untuk
dikelompokkan mereka ingin seperti pembelajaran biasanya. Tapi hal ini bisa diatasi dengan bujukan dari guru mata pelajaran matematika yang menasehati mereka. Proses pembelajaran pun akhirnya berlangsung dengan lancar. Kegiatan pembelajaran ini melatih para siswa agar dapat menemukan rumus bangun ruang sisi lengkung sendiri dengan mengetahui jaring-jaringnya, melatih keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat baik dalam bertanya maupun memberikan solusi, dan melatih siswa agar dapat bertanggung jawab pada masalah matematis yang diberikan. Sedangkan pada siklus II dan III dari tiap pertemuannya mulai ada peningkatan pemahaman konsep matematika siswa yang cukup signifikan dari hasil kerja siswa yang berbentuk LKS.
75
Siswa
yang
mempunyai
pemahaman
rendah
dengan
adanya
pembelajaran seperti ini memberikan pengaruh yang besar. Dan juga bagi siswa yang prestasinya sedang, bisa menandingi siswa yang prestasinya tinggi. Sedangkan siswa yang mempunyai prestasi tinggi walaupun menganggap pendekatan ini seperti biasanya tapi dapat meningkatkan pemahamannya menjadi jauh lebih baik lagi. Selama proses pembelajaran berlangsung, terjadi peningkatan hasil belajar siswa terutama bagi siswa yang mempunyai prestasi belajar masih sangat kurang. Semua siswa senang belajar dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) ini karena dari awal mereka tidak suka dengan pelajaran matematika tapi akhirnya mereka pun bisa menyukai pelajaran matematika dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan, catatan lapangan, dokumentasi, dan hasil tes akhir siklus terlihat bahwa pemebelajaran dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning)
dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematika siswa. Hal ini sesuai dengan teori bahwa salah satu strategi pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa adalah menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa selain metode ceramah yang monoton.
E. Pembahasan Temuan Penelitian 1. Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam proses belajar dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam kegiatan belajar mengajar pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung kepada siswa dapat memberikan pengalaman baru dalam belajar matematika. Proses pembelajaran yang mengelompokkan siswa membuat pembelajaran menjadi lain dari sebelumnya. Pembelajaran seperti ini menekankan siswa agar dapat mengidentifikasi unsur-unsur BRSL, menghitung luas selimut dan Luas permukaan BRSL, menghitung volume dari BRSL, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan BRSL, dengan
76
suasana yang menyenangkan dapat melatih keberanian siswa dalam menanggapi pertanyaan guru sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar matematika siswa dan mendorong siswa siswa untuk lebih siap serta aktif dalam belajar. Karena siswa yang sudah memahami suatu konsep maka akan berpengaruh dengan tingkat hasil belajar siswa tersebut. 2. Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam proses belajar dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar dijadikan indikator keberhasilan dalam penelitian ini karena seseorang yang sudah memiliki pemahaman yang tinggi ditandai dengan hasil belajar yang tinggi pula. Hasil belajar siswa matematika yang diperoleh dari siklus I, II, dan III terlihat mengalami peningkatan yang cukup baik. Peningkatan hasil belajar siswa terlihat dari hasil rata-rata keseluruhan selama siklus I, II dan III yang nilai rata-ratanya terus meningkat. Indikator keberhasilan tercapai pada siklus III dimana 65,64 ini berarti 60,71% siswa mendapat nilai lebih dari rata-rata tes keseluruhan tindakan pembelajaran. Grafik nilai rata-rata pada siklus I, II, dan III dapat dilihat pada lampiran 58. 3. Keterbatasan fasilitas dalam proses pembelajaran matematika yang menjadi penghambat pembelajaran. Fasilitas yang belum memadai menjadikan proses pembelajaran matematika menjadi terhambat. Akan tetapi, pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola) ini hanya memerlukan VCD Pembelajaran agar terarah dalam membuat sebuah jaring-jaring bangun tersebut, mistar papan tulis yang diperlukan dalam melukis jaring-jaring agar terlihat jelas telah tersedia. Karena pelajaran dengan pendekatan belajar ini banyak menggunakan media pembelajaran namun di sekolah ini hanya memiliki media televisi dan mistar saja dan media lainnya masih terbatas. Jadi, selain fasilitas yang ada di sekolah ini maka sangat diperlukan juga fasilitas media yang lebih lengkap lagi untuk pembelajaran matematika.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah penulis buat dan hasil pengolahan data observasi proses belajar mengajar, wawancara, catatan lapangan dan hasil tes setiap siklus sebagai interprestasi data atau konsep dalam penyusunan skripsi ini seperti yang terdapat dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam pembelajaran
pada
bangun
ruang
sisi
lengkung
(BRSL)
dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas IX SMP Waskita Madya Kota Tangerang. 2. Pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran bangun ruang sisi lengkung (BRSL) dengan menggunakan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) meningkat Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa pada setiap siklusnya. Hasil belajar matematika siswa dijadikan indikator keberhasilan dalam penelitian ini, karena siswa yang sudah memiliki pemahaman yang tinggi ditandai dengan hasil belajar matematika siswa yang tinggi pula. Indikator keberhasilan tercapai pada siklus III yaitu 65,64 ini berarti 60,71 % siswa mendapat nilai lebih dari rata-rata tes keseluruhan tindakan pembelajaran.
B. Saran Penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning) dalam proses belajar dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa di SMP Waskita Madya Kota Tangerang ini sangat penting. Oleh karena itu Penulis juga memberikan saran agar metode penggunaan pendekatan belajar bermakna (Meaningful Learning), maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu :
77
78
1. Peningkatan
pemahaman
konsep
matematika
siswa
yang
tinggi
dibandingkan dengan pemahaman konsep matematika siswa pada saat sebelum dilakukan penelitian ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan kembali. 2. Dan untuk siswa yang berprestasi dalam belajar, maka penggunaan pendekatan belajar bermakna ini tidak berpengaruh terlalu besar terhadap pemahaman konsepnya, namun dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan akan membantu siswa ketika adanya pertentangan kognitif (cognitif dissonance) dibandingkan menggunakan proses pembelajaran hafalan. 3. Fasilitas
yang
belum memadai
menjadikan
proses
pembelajaran
matematika menjadi terhambat. Oleh karena itu disarankan kepada pihak sekolah memperhatikan dan meningkatkan fasilitas yang diperlukan dan merupakan
sarana
dan
prasarana
yang
lengkap
dalam
rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa terutama pelajaran matematika. 4. Pendekatan persuasif antar pihak sekolah dan keluarga sangat diperlukan tentunya kontrol yang benar dan baik kepada anak didiknya.
DAFTAR PUSTAKA Abdurahman Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2003.
Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 2006.
Arikunto Suharsimi, et.al. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.
Dahar Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar, Jakarta : Erlangga, 1996.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2002.
Fahrurozi Aziz, et.al. Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Jakarta : UIN Jakarta, 2007. Haryani Wiwik, et.al. Penggunaan Peta Konsep Sebagai Media Pembelajaran Dalam Pencapaian Belajar Bermakna (Meaningful Learning), Samarinda : Universitas Mulawarman, 2000.
Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007.
Hudoyo Herman. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas, Surabaya : Usaha Nasional, 1979.
http://educare.e-fkipunia.net# Penerapan Peta Konsep Segitiga pada Siswa SMA, 16 Januari 2009.
79
80
http://educare.e-fkipunia.net# Penerapan Model Pembelajaran Berprograma Tipe Bercabang dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMK, 03 Maret 2009.
Ismail et.al. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, Jakarta : Universitas Terbuka, 2000.
J. Marsell dan S. Nasution. Mengajar Dengan Sukses, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.
Loedji Willa Adrian Soekotjo. Kompetensi Matematika SMP Billingual Kelas VIII, Bandung : Yrama Widya, 2004.
Mulyati. Psikologi Belajar, Surakarta : Andi Yogyakarta, 2005.
Mulyasa
E.
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(Konsep,
Karekteristik,
dan
Implementasi), Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004.
Purwanto Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : Ramaja Rosdakarya, 2004.
Setijadi, Pengelolaan Belajar, Jakarta : Rajawali Pers, 1991.
Shamsudin Baharin. Kamus Matematika Bergambar, Jakarta : Grasindo, 2002.
Sinambela Ida Tampubolon. Tes Esai Pemetaan Konsep Sebagai Alat Ukur Dalam Belajar Bermakna, Jakarta : Pasca Sarjana IKIP, 1994.
Suherman Erman, et.al. Stategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung : UPI, 2003.
81
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2003.
Syaodih S. Nana. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001.
Uzer Usman, Muhammad. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001.
Undang-Undang RI Nomor 20 BAB I Tahun 2003. Tentang Sisdiknas, Jakarta : Sinar Grafika, 2006.
Wari suwariyah, Nana Sudjana. Model-Model Mengajar CBSA, Bandung : Sinar Baru, 1991.