1
TRADISI SIGGI (STUDI SEJARAH SOSIAL PADA MASYARAKAT PINOLOSIAN)
Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2015 ABSTRAK Fina, Singo 2015. “Tradisi Siggi (Studi Sejarah Sosial pada Masyarakat Pinolosian)”. Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Dra. Hj. Resmiyati Yunus, M.Pd., dan Sutrisno Mohamad, S.Pd., M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan dan persepsi masyarakat mengenai tradisi Siggi. Selain itu pula akan melihat faktor – faktor yang membuat tradisi Siggi bertahan sampai dengan saat ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat langkah yakni pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Sumber yang paling sering digunakan pada penelitian ini adalah sumber sekunder yang dapat berupa buku yang telah ditulis oleh peneliti sebelumnya. Mengingat data ataupun arsip sangat kurang untuk ditemukan. Begitu pula dengan sejarah lisan yang termasuk sumber sekunder karena orang yang menjadi informan hanya generasi selanjutnya dan bukanlah generasi pertama. Namun, dengan analisis berdasarkan pendekatan ilmu – ilmu sosial lainnya, maka historiografi ini diharapkan mampu menghadirkan sebuah narasi sejarah yang kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tradisi Siggi merupakan salah satu tradisi masyarakat Pinolosian yang cukup lama bertahan sampai dengan hari ini. Tradisi ini adalah ritual pengobatan secara tradisional dengan mengandalkan kekuatan roh – roh nenek moyang atau jin dengan tujuan untuk memohon penyembuhan. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Pinolosian dahulu kala, tradisi ini tidak hanya mengobati orang – orang yang sakit tetapi juga dapat mengobati lahan persawahan yang tanamannya terkena serangan hama penyakit. Pemandangan seperti ini tentu dapat dikatakan merupakan perwujudan dari kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut oleh masyarakat Pinolosian sebelum agama Islam dan penjajah kolonial masuk. Sampai hari inipun tradisi Sigi masih tetap dilaksanakan walaupun dengan jumlah anggota masayarakat yang sedikit yang masih mempercayainya. Kata Kunci
:
Tradisi Siggi, Sejarah Sosial, Kecamatan Pinolosian 2
Setiap suku bangsa yang memiliki tradisi yang berbeda – beda dalam prosesi pelaksanaannya. Tetapi dalam konteks substansinya, kiranya seluruh tradisi yang dilakukan memiliki kesamaan yakni dalam konteks keyakinan terhadap sesuatu yang gaib dan memiliki kekuatan. Hal ini tidak lepas dari adanya pengaruh kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut masyarakat sebelum adanya pengaruh agama Islam. Setelah masuknya agama Islam, pergeseran makna banyak terjadi terutama pada masalah kepada siapa mereka mempercayai adanya kekuatan tersebut. Jika pada masa kepercayaan animisme dan dinamisme, roh nenek moyanglah yang diyakini memiliki kekuatan dalam melindungi kehidupan manusia, maka pada saat Islam masuk maka do’a dan permohonan hanya kepada Allah SWT semata sebagai Tuhan yang diyakini keberadaanya. Begitu pula yang terjadi di salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Utara tepatnya di Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Terdapat salah satu tradisi yang cukup lama bertahan sampai dengan hari ini. Tradisi ini dikenal dengan tradisi Siggi. Sebenarnya tradisi Siggi ini dikenal juga dengan tradisi Monibi. Kata Siggi digunakan hanya menunjukkan keterangan tempat. Siggi merupakan nama tempat dilaksanakannya tradisi monibi. Tempat ini dibuat berbentuk rumah adat Bolaang Mongondow yang lebih sederhana lagi dan dibangun pada lokasi pengobatan. Namun dalam perkembangannya, masyarakat Pinolosian mengenal tradisi ini dengan nama tradisi Siggi. Tradisi ini adalah warisan yang sudah lama diberikan secara turun temurun. Tradisi Siggi atau tradisi Monibi adalah upacara pengobatan pada masyarakat Pinolosian yang sakit dengan cara mereka dibawa ke tempat yang bernama Siggi untuk kemudian diobati dengan cara meminta petunjuk dari roh nenek moyang mengenai ramuan yang tepat untuk diberikan kepada orang yang menderita sakit. Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama bahkan sebelum agama Islam masuk di Bolaang Mongondow. Tradisi ini merupakan warisan dari kepercayaan animisme dan dinamisme. Dahulu kala tradisi Siggi tidak hanya dilakukan untuk mengobati orang – orang yang sakit tetapi juga digunakan pada tanaman – tanaman yang terkena hama penyakit seperti padi. Untuk mengobati hal seperti ini, Siggi dibangun di lokasi persawahan yang tanaman padinya terkena hama penyakit, kemudian dengan mengharapkan
3
kekuatan roh – roh ataupun jin tanaman ini akan diobati dengan ramuan – ramuan yang dicampurkan dalam pupuk dan ditebarkan pada tanaman yang terkena hama tersebut. Anggapan masyarakat Pinolosian terhadap tradisi Siggi merupakan suatu bentuk upacara yang bersifat sakral (suci) yakni suatu kekuatan simbolis atau tindakan sekaligus sebagai wujud dari ekspresi jiwa mereka dalam menjalin hubungan vertikal dengan penghuni dunia gaib. Penyelenggaraan tradisi Siggi / Monibi mempunyai kandungan nilai yang penting bagi kehidupan masyarakat pendukungnya, karena dianggap sebagai suatu nilai budaya yang dapat membawa keselamatan di antara sekian banyak unsur budaya yang ada pada masyarakat. Upacara ritual Monibi sampai saat ini masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat Pinolosian walapun dalam jumlah yang sangat sedikit dan bahkan bisa dikatakan menuju kepunahan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang upacara ritual Monibi atau yang dikenal dengan tradisi Siggi oleh masyarakat Pinolosian dengan judul Tradisi Siggi (Studi Sejarah Sosial pada Masyarakat Pinolosian). Tradisi Siggi merupakan salah satu tradisi yang menarik untuk diteliti. Kerangka teoritis dan pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu – ilmu sosial atau approach multidimensional. Pendekatan multidimensional akan membantu dalam eksplanasi historiografi yang lebih kompleks lagi terkait masa lalu kehidupan manusia. Approach multidimensional merupakan arah baru penulisan sejarah yang lebih kritis dan membantu eksplanasi historis yang lebih nasionalistik dengan penekanan pada berbagai aspek (Sartono Kartodirdjo, 1982 : 40 – 41). Selain itu pula sejarah sosial juga mempunyai bidang garapan lain seperti peristiwa – peristiwa sejarah, institusi sosial, dan sebagainya. Sehingganya agar dapat fokus dan lebih mendalam lagi, penelitian ini memilih tema perubahan sosial sebagai salah satu tema dalam sejarah sosial. Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmu sosial dan budaya karena tradisi Siggi
4
merupakan salah satu elemen kebudayaan. Namun karena tinjauan historisnya dari segi kehidupan sosial, maka pendekatan ini juga menggunakan pendekatan ilmu sosial. Sehingganya teori – teori ilmu sosial dan budaya akan diperlukan. Hakekat Tradisi Tradisi adalah suatu kepercayaan terhadap nenek moyang dan leluhur yang mendahului. Menurut Shils dalam Stzompka (2010 : 71) bahwa tradisi adalah segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini. Kriteria tradisi dapat lebih dibatasi dengan mempersempit cakupannya. Dalam pengertian yang lebih sempit ini tradisi hanya berarti bagian – bagian warisan – warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja yakni yang tetap bertahan hidup dimasa kini. Dilihat dari aspek benda material yang menunjukkan dan mengingatkan kaitan – kaitan khususnya dengan kehidupan masa lalu. Memahami tradisi adalah sikap atau orientasi pikiran atau material atau gagasan yang berasal dari masa lalu yang dipunggut oleh orang dimasa kini.
Dalam pengertian yang
paling sederhana tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu kebudayaan, negara, waktu, atau agama yang sama.
Nilai-nilai Tradisi Secara Umum Nilai-nilai tradisi juga tidak hanya terdapat pada moralitas dalam masyarakat tradisional tetapi juga terdapat pada kearifan lokal yang memiliki nilai-nilai kebijaksanaan yang sejalan dengan nilai-nilai keutamaan dalam kehidupan sosial. Komponen-komponen kearifan sosial, diantaranya adalah kerukuan,
Kemunculan dan perubahan Tradisi Tradisi berubah ketika orang memberikan perhatian khusus pada fragmen tradisi tertentu dan mungkin lenyap bila benda material dibuang dan gagasan ditolak atau dilupakan. Arah perubahan lain adalah arahan perubahan kualitatif yakni perubahan kadar tradisi. Gagasan, simbol dan nilai tertentu ditambahkan
5
dan yang lainnya dibuang. Cepat atau lambat setiap tradisi mulai dipertanyakan, diragukan, diteliti ulang dan bersamaan dengan itu fragmen-fragmen masa lalu ditemukan ditahan sebagai tradisi.
Fungsi Tradisi Fungsi diartikan sebagai seagala kegiatan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan dari sebuah sistem. Tradisi berfungsi menopang dan memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan kolektifitas sosial masyarakatnya. Kehidupan sosial masyarakat yang dinamis dan kadang-kadang mengalami perubahan akan mempengaruhi fungsi tradisi dalam masyarakatnya
Tradisi Siggi / Monibi Tradisi ini masih dilaksanakan masyarakat pedesaan namun semakin hari semakin terpinggirkan. Sementara itu, untuk nama Siggi sendiri artinya adalah tempat pengobatan yang dibangun dalam bentuk rumah adat sederhana dan dibangun dilokasi tempat pengobatan Metode penelitian Prosedur penelitian ini akan mengikuti tahapan-tahapan dalam metodologi sejarah yang mencakup empat tahap yaitu pengumpulan sumber (heuristik), pengujian sumber (kritik), sintesis dan penulisan sejarah (historiografi). Hubungan antara metode sejarah dan penggunaan sumber seharah sangat erat. Penulisan sejarah hanya dapat dilakukan jika ada sumber atau ada dokumen peninggalan masa lampau. Tanpa sumber sejarah, sebuah karya seharag tidak akan bisa ditulis.
6
Heuristik (Pengumpulan Sumbe) Menentukan topik penelitian, peneliti sejarah akan melakukan langka pertama dalam metode sejarah. Tahap ini disebut tahap pengumpulan data atau sumber, baik sumber primer ataupun sekunder tertulis atau tidak tertulis yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian. Sumber-sumber tertulis dan lisan terbagi atas dua jenis yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer ialah kesaksian baik tertulis maupun lisan dari seorang saksi mata atau saksi dengan panca indra yang lain, atau dengan alat mekanis yakni alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya. Sebuah sumber sekunder merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi mata, yaitu kesaksian dari seorang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkannya, oleh karena itu sumber primer harus dihasilkan dari seorang saksi yang sezaman dengan peristiwa yang dikisahkannya. Sumber primer itu tidak harus asli dalam arti versi tulisan pertama namun dapat pula berupa salinan (copy) dari aslinya.
Interprtasi Tahap ini berguna untuk mencari hubungan antara fakta-fakta yang ditemukan berdasarkan hubungan kronoligis dan sebab akibat dengan melakukan imajinasi, interpretasi, dan teorisasi (analisis). Hal ini diperlukan karena seringkali fakta-fakta sejarah yang diperoleh dari sumber yang telah dikritik belum menunjukkan suatu kebulatan yang bermakna dan baru merupakan kumpulan fakta yang saling berhubungan (Helius Sjamsudin, 2012 : 121). Sartono Kartodirdjo yang dikutip oleh Sugeng Priyadi (2012 : 71) mengatakan bahwa dalam sejarah terdapat dua unsur yang penting, yaitu fakta sejarah dan penafsiran atau interpretasi. Jika tidak interpretasi, maka sejarah tidak lebih merupakan kronik, yaitu urutan peristiwa. Jika tidak ada fakta, maka sejarah tidak mungkin dibangun. Peneliti melakukan interpretasi atau penafsiran atas fakta – fakta sejarah, yang terdiri dari (1) mentifact (kejiwaan), (2) sosifact (hubungan sosial), dan (3) artifact (benda). Terkait dengan penelitian ini, maka interpretasi dilakukan dengan sebaik mungkin dan juga berdasarkan langkah – langkah ilmiah agar tidak terjadi
7
pembiasan dalam informasi sejarah yang akan disampaikan terkait Tradisi Siggi ditinjau dalam perspektif sejarah sosial di Kecamatan Pinolosian.
Historiografi Tahap akhir dalam penelitian sejarah adalah historiografi (penulisan sejarah). Setelah sumber – sumber diverifikasi, maka sejalan dengan interpretasi, penyusunan penulisan sejarah (historiografi) mulai dilakukan. Dengan modal sumber – sumber yang telah didapatkan dan kemudian telah diolah menjadi sebuah fakta sejarah, maka penulisan sejarah (historiografi) dapat dilakukan. Langkah ini memerlukan pengetahuan penulis tentang tata cara penulisan dan juga penggunaan bahasa yang tepat, sederhana, mudah dipahami dan juga tidak melahirkan interpretasi yang ganda. Tahap terakhir dalam metode sejarah adalah historografi, yaitu kegiatan merekonstruksi peristiwa masa lampau dalam bentuk kisah sejarah yang harus dituangkan secara tertulis.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan tradisi siggi Tradisi siggi pada tahun 1962-1990 ini menggambarkan bahwa merupakan
upacara penghapusan dosa, pelanggar adat,
siggi
dan juga sebagai
penghapus aib, serta Dengan seiring berkembngnya zaman tradisi siggi sekarang hanya digunakan sebagai kesatuan desa dan pengobatan desa, akan tetapi yang dominan di laksanakan adalah pengobatan desa sampai dengan sekarang ini. Tradisi Siggi sebenarnya aslinya dikenal dengan tradisi Monibi oleh seluruh masyarakat Bolaang Mongondow. Namun dalam pelaksanaanya di wilayah Pinolosian tradisi ini dilaksanakan pada satu tempat yang namanya Siggi sehingga oleh masyarakat Pinolosian, tradisi ini dikenal dengan nama Tradisi Siggi. Pada hakikatnya tradisi Siggi adalah tradisi Monibi itu sendiri. Perbedaan yang terjadi hanya pada kebiasaan penyebutan masyarakat Pinolosian saja. Seluruh prosedur dan tata cara pelaksanaan tradisi Sigi adalah sama dengan tradisi Monibi karena keduanya memang sama.
8
Tradisi Siggi sudah lama merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Pinolosian bahkan sebelum datangnya Islam dan juga penjajah dari Eropa. Tradisi ini sebenarnya merupakan perwujudan nyata dari kepercayaan animisme dan dinamisme masyarakat Pinolosian. Tradisi ini adalah tradisi pengobatan masyarakat Pinolosian yang sakit secara tradisional. Tidak hanya peralatannya saja yang tradisional, tetapi bahkan kepercayaan tentang kesembuhan suatu penyakit jauh dari sentuhan ilmu pengetahuan seperti yang kita kenal hari ini. Kekuatan dari roh leluhurlah yang akan menjadi harapan akan kesembuhan pasien yang akan diobati. Melalui seorang dukun kekuatan itu kemudian disalurkan kepada pasien. Kekuatan tersebut diyakini oleh masyarakat bisa menyembuhkan penyakit yang ada.
Tradisi Siggi Dan Pengaruh Islam Sebelum membahas bagaiamana pengaruh agama Islam terhadap tradisi Siggi, maka terlebih dahulu akan dibahas mengenai sejarah masuknya Islam di Kerajaan Bolaang Mongondow. Kerajaan Bolaang Mongondow menjadi fokus pada masa masuknya Islam karena pada waktu itu, Pinolosian merupakan wilayah dari Kerajaan Bolaang Mongondow dan juga Islam masuk terlebih dahulu menyentuh kalangan bangsawan di kerajaan, melalui merekalah kemudian Islam dikembangkan sampai akhirnya masuk di Pinolosian. Setelah masuknya agama Islam di bolaang mongondow khususnya di desa pinolosian, masyarakat pinolosian belum seluruhnya memeluk agama Islam. Pada masa kerajaan tersebut masyarakat masih percaya dengan animisme dan dinamisme, sehingga pada masa itu, pengaruh Islam terhadap tradisi siggi belum nampak oleh sebab itu, tradisi siggi masih tetap di laksanakan. Di sisi lain, masyarakat pinolosian yang telah memeluk agama islam dapat dipastikan bahwa tidak percaya dengan adanya upacara riktual siggi karena masyarakat lainnya berfikir bahwa tradisi siggi ini bisa-bisa di katakana syirik, akan tetapi masyarakat yang lainnya masih tetap percaya dan melaksanakannya.
9
Tradisi siggi Ditengah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Cabang ilmu pengetahuan yang tentu akan mencoba menggeser posisi tradisi Siggi di Pinolosian adalah ilmu kesehatan seperti kedokteran, keperawatan, farmasi, dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan yang tentu lebih logis lagi, maka keberadaan tradisi Siggi di Pinolosian akan semakin tidak mendapatkan tempat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah masyarakat di Pinolosian yang memilih tradisi Siggi sebagai pengobatan alternatif yang semakin menurun. Tidak hanya kesehatan, cabang ilmu pengetahuan lainnya yang terus berkembang dan berpengaruh terhadap keberadaan tradisi Siggi di Pinolosian adalah ilmu pertanian. Dengan perkembangan ilmu pertanian tersebut maka muncul pula berbagai temuan mengenai obat ataupun pupuk dalam mengatasi serangan hama, sehingganya dengan temuan – temuan itu masyarakat sudah lebih mudah dalam mencari obat atau pupuk jikalau tanaman mereka diserang oleh hama penyakit yang dapat merugikan secara ekonomis.
Tradisi Siggi Dalam Status Ekonomi Dalam hal kesehatan alangkah baik jika pengobatan yang dilakukan secara medis karena secara prosesual tidaklah harus dengan persiapan yang terlalu banyak. Begitu pula dengan hal pengobatan tanaman – tanaman yang terkena hama penyakit. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka tanaman hanya perlu disemprotkan dengan pestisida untuk pengobatan penyakitnya atau bahkan diberikan pupuk. Namun, ternyata tidak semua masyarakat di Pinolosian merasa mampu untuk menjalankan pengobatan melalui dokter maupun dengan pupuk untuk mengobati tanaman mereka.
Tradisi Siggi Dan Kepercayaan Masyarakat Keberadaan tradisi Siggi ditengah – tengah dinamika kehidupan masyarakat Pinolosian tidak hanya tergantung pada masalah – masalah seperti yang diuraikan pada sub bab sebelumnya diatas. Terdapat faktor yang sangat mendasar dalam hal pelaksanaan tradisi Siggi yaitu masalah keyakinan.
10
Keyakinan akan segala sesuatu yang benar akan menentukan pola perilaku dari seseorang. Dengan adanya pengaruh agama Islam di Pinolosian, maka kepercayaan masyarakat terhadap tradisi Siggi yang lebih cenderung percaya terhadap kekuatan ghaib mulai hilang walaupun tidak secara keseluruhan.
PENUTUP Simpulan Tradisi Siggi merupakan salah satu tradisi masyarakat Pinolosian yang bertahan cukup lama.Tradisi ini adalah ritual pengobatan secara tradisional dengan mengandalkan kekuatan roh – roh nenek moyang atau jin dengan tujuan untuk memohon penyembuhan. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Pinolosian dahulu kala, tradisi ini tidak hanya mengobati orang – orang yang sakit tetapi juga dapat mengobati lahan persawahan yang tanamannya terkena serangan hama penyakit. Pemandangan seperti ini tentu dapat dikatakan merupakan perwujudan dari kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut oleh masyarakat Pinolosian sebelum agama Islam dan penjajah kolonial masuk. Sampai hari inipun tradisi Sigi masih tetap dilaksanakan walaupun dengan jumlah anggota masayarakat yang sedikit yang masih mempercayainya. Setelah Islam masuk di Pinolosian, tradisi Siggi berangsur mulai tidak mendapatkan tempat dalam kepercayaan masyarakat. Hal ini dikarenakan tradisi ini bertentangan dengan ajaran Islam dimana kesembuhan segala penyakit dilakukan melalui pertolongan roh – roh ataupun jin. Dalam Islam, tradisi ini tentunya dianggap perbuatan yang Syirik dan menduakan tuhan. Ini merupakan dosa yang besar. Dengan adanya pengaruh Islam tersebut, tradisi Siggi tidak lagi menjadi alternatif pengobatan dan bahkan dianggap perbuatan yang tercela oleh sebagian besar masyarakat Pinolosian. Pemandangan yang berbeda ketika ajaran Islam belum masuk tentunya.
11
Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian yang telah diuraikan diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah : 1.
Bagi Pemerintah
:
Sebaiknya memandang bahwa tradisi Siggi
adalah merupakan bagian dari kekayaan warisan budaya lokal di Pinolosian yang harus dilestarikan, tidak memandang bahwa tradisi Siggi merupakan perbuatan yang syirik. Dengan demikian pemerintah akan terus menjaga dan melestarikannya dan dibuatkanlah peraturan yang mengatur mengenai tradisi Siggi. 2.
Bagi Masyarakat
:
Memandang perbedaan pandangan yang ada
dalam masyarakat mengenai tradisi Siggi adalah salah satu anugerah dan kekayaan pikiran dalam dinamika perkembangan masyarakat. Dengan demikian akan kestabilan akan terus berjalan dalam kehidupan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
12
Abd. Haris Mokoagow dkk. 2003. Sejarah Bolaang Mongondow, Jakarta : CV Cakra Media
A Daliman, 2012. Metode penelitian sejarah, Yogyakarta. Ombak Agus Pramono. 2014. Makna Tradisi dan Simbol-Simbol Dalam Upacara Rokat Makam. Jurnal, Madura:Universitas Tranujoyo Mataram. Bagong S, Narwoko. 2010. Masalah Sosial dan Pemecahannya. J,D. Bambang Purwanto. 2006. Gagalnya Historiografi Indonesiasentris, Yogyakarta : Ombak Ervina Mokoginta. 2014. Tradisi Mokidulu (Suatu Penelitian di Kecamatan Kotamobagu Selatan, Skripi Jurusan Sejarah Fakulta Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontal Halid. Ritual Siggi di Bolaang Mongondow. Artikel. Http:budaya_Indonesia.co.id diakses tgl. 10 Oktober 2014 Helius Sjamsudin. 2012. Metodologi Sejarah, Yogyakarta : Ombak H.R. Warsito. 2012. Antropologi Budaya, Yogyakarta : Ombak Kuntowijoyo. 2013. Sejarah Sosial, dalam M. Nursam (Penyunting). Sejarah Sosial : Konseptualisasi, Model dan Tantangannya, Yogyakarta : Ombak.
Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto. 1992. Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
M. Dahlan Yacub Al – Baryy. 2011. Kamus Sosiologi Antropologi, Surabaya : Indah Surabaya Mona Lohanda. 2011. Membaca Sumber Menulis Sejarah, Yogyakarta : Ombak
13
Sartono Kartodirdjo. 1982. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Stzompka. 2010. Sosiologi Perubahan Sosial, Yogyakarta : Prenanda Media Group
Sugeng Priyadi. 2011. Metode Penelitian Sejarah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bekerja Sama Dengan Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto _______________. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Sejarah, Yogyakarta : Ombak Yatno Suradi Rasyid. 2014. Tradisi Mododuluan (Tinjauan Sejarah Sosial di Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan), Skripi Jurusan Sejarah Fakulta Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
Z.A. Lantong. 1996. Mengenal Bolaang Mongondow, Kotamobagu : U.D Asli Totabuan.
________________. 1995. Sejarah Islam di Bolaang Mongondow, Kotamobagu : Yayasan Cipta Karya Nusa
14