InfoPOM - Vol. 15 No. 2 Maret - April 2014
InfoPOM - Vol. 15 No. 2 Maret - April 2014
TOPIK SAJIAN UTAMA: 2,8 Juta Siswa Terlindungi Dengan AN-PJAS
ARTIKEL: Mengenal Bisfenol A (BPA) Pada Kemasan Pangan
SERI SWAMEDIKASI: Cara Tepat Mengatasi Luka Ringan
Halaman 1
InfoPOM - Vol. 15 No. 2 Maret - April 2014
InfoPOM - Vol. 15 No. 2 Maret - April 2014
Sajian Utama
TIM REDAKSI Penasehat : Kepala Badan POM Pengarah : Sekretaris Utama Badan POM Penanggung jawab : Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan Redaktur : Dra. Tri Asti Isnariani, Apt.,M.Pharm. Editor : 1. Dra. Murti Hadiyani 2. Indah Widiyaningrum, S.Si, Apt. 3. Dr. Tepy Usia, M.Phil, Ph.D Kontributor : 1. Yustina Muliani Budijanto, S.Si, Apt, M.Si. (Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan) 2. Dra. Yohana Sente Limbu, Apt. (Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya) 3. Arlinda Wibiayu, S. Si., Apt. (PIOM) 4. Dwi Resmiyarti, S.Farm., Apt. (PIOM) 5. Judhi Saraswati, SP. MKM (PIOM) Sekretariat : 1. Ridwan Sudiro, S.IP. 2. Riani Fajar Sari, A.Md. 3. Tri Handayani, S.Farm., Apt. 4. Syatiani Arum Syarie, S.Farm., Apt. Sirkulasi : 1. Netty Sirait 2. Surtiningsih Fotografer : Michael Andikawan S., S.Des.
EDITORIAL Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, yang nantinya akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan negara ini. Otak mereka bagaikan spons yang siap menyerap informasi yang diterima dari lingkungan sekitar.Termasuk informasi mengenai keamanan pangan yang benar dan sesuai bagi usianya. Hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam menggulirkan Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (AN-PJAS). Sudah tiga tahun AN-PJAS digulirkan sejak tahun 2011. Sudah 16.993 sekolah mendapat intervensi pengawasan, pembinaan dan pengawalan dalam hal keamanan pangan. Salah satu parameter bahwa AN-PJAS memberikan hasil yang signifikan adalah meningkatnya PJAS yang memenuhi syarat keamanan pada tahun 2013 menjadi 80% dari tahun sebelumnya 76%. Lalu apa saja pembelajaran dari program ini dan rekomendasi untuk tahun 2014 ini? Pembaca dapat mengetahui lebih lengkap pada Sajian Utama dengan judul 2,8 Juta Siswa Terlindungi Dengan Gerakan Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah. Selain itu, kami menurunkan artikel pendukung tentang bisfenol A (BPA) yang banyak digunakan sebagai tambahan pada kemasan berbahan polikarbonat. Salah satu jenis kemasan pangan berbahan polikarbonat yang digunakan oleh batita ( bawah tiga tahun) adalah botol susu. Batita sendiri adalah kelompok umur yang rentan terhadap zat kimia karena kerja ginjal dan hati yang belum sempurna. Karena hal tersebut maka batita harus dilindungi dari zat kontak pangan yang mungkin dapat membahayakan bagi kesehatannya. Badan POM sendiri sudah mengatur batas nilai migrasi yang diperbolehkan untuk Bisfenol A (BPA), sedangkan di Eropa botol susu polikarbonat yang mengandung BPA sudah dilarang beredar di pasaran. Beberapa petunjuk penggunaaan kemasan polikarbonat dapat ditemukan pada artikel Mengenal Bisfenol A (BPA) Pada Kemasan Pangan. Karena sifat anak-anak yang cenderung aktif membuat mereka sering mengalami luka ringan. Luka tidak hanya dapat menyebabkan infeksi tetapi menimbulkan bekas yang dapat mengganggu penampilan. Membedakan jenis luka yang dapat diatasi sendiri dan luka yang harus ke dokter dapat pembaca simak dalam artikel Cara Tepat Mengatasi Luka Ringan. Selamat membaca!
R SMS : 081 21 999 533 Email :
[email protected]
Halaman 2
edaksi menerima sumbangan artikel yang berisi informasi terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, komplemen makanan, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan tulisan melalui alamat redaksi dengan melampirkan identitas diri penulis. Alamat redaksi: Ged. Pusat Informasi Obat dan Makanan lt. 5 BPOM, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat. Telepon/fax: 021-42889117. Email ke
[email protected]
2,8 Juta Siswa Terlindungi Dengan Gerakan Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah Hingga tahun 2013, sebanyak 16.993 sekolah telah memperoleh intervensi dalam rangka Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (AN-PJAS) dengan demikian diperkirakan AN-PJAS ini telah melindungi sekitar 2,8 juta siswa dari PJAS yang tidak memenuhi syarat keamanan pangan, serta 5,6 juta orang tua siswa, 170.000 guru SD, 170.000 pedagang PJAS di sekitar sekolah dan 51.000 pengelola kantin telah terpapar KIE Keamanan Pangan
Badan POM menginisiasi AN-PJAS melalui pencanangan oleh Bapak Wakil Presiden RI pada tanggal 31 Januari 2011. Sejak dicanangkannya AN-PJAS ini, sebanyak 16.993 sekolah dari 18.000 sekolah di Indonesia yang menjadi target AN-PJAS sampai akhir tahun 2014, telah dilakukan intervensi pengawasan, pembinaan dan pengawalan. Lima Strategi AN- PJAS untuk merealisasikan tujuan AN-PJAS yakni memperkuat program PJAS, meningkatkan awareness komunitas PJAS, meningkatkan kapasitas sumber daya PJAS, modeling dan replikasi kantin sekolah dan optimalisasi manajemen AN-PJAS, telah menghasilkan peningkatan PJAS yang memenuhi syarat keamanan. Capaian Implementasi Aksi Nasional PJAS hingga tahun 2013 AN-PJAS merupakan program yang dipantau oleh Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). UKP4 menyatakan program AN-PJAS tahun 2013 telah memenuhi target capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) AN-PJAS. Adapun tahun 2014 target capaian IKU AN-PJAS pada tahun 2014 adalah 90 persen.
Hasil pengujian sampel PJAS yang dilakukan oleh Balai Besar/ Balai POM di seluruh Indonesia menunjukkan adanya peningkatan PJAS yang aman. Pada tahun 2008-2010 terdapat 56-60 persen PJAS yang aman, meningkat menjadi 65 persen pada tahun 2011, kemudian meningkat menjadi 76 persen pada tahun 2012 dan pada 2013 menjadi 80,79 persen (Diagram 1)
Diagram 1. Tren Peningkatan Persentase PJAS yang Memenuhi Syarat Keamanan Pangan 57,36%
42,64% 2009
55,52%
44,48% 2010
64,54%
35,46% 2011
76,11%
23,89% 2012
80,79%
19,21% 2013 MS
TMS
Halaman 3
InfoPOM - Vol. 15 No. 2 Maret - April 2014
Sajian Utama
Dengan demikian masih sekitar 20 persen PJAS yang tidak memenuhi syarat keamanan pangan (TMS) karena menggunakan bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan (formalin, boraks, rhodamin B, methanyl yellow), menggunakan bahan tambahan pangan melebihi batas maksimal, mengandung cemaran logam berat melebihi batas maksimal, dan kualitas mutu mikrobiologi yang tidak memenuhi syarat.
Diagram 2. Analisis Pareto Jenis Pangan PJAS yang Paling Tinggi TMS Tahun 2013 40%
100%
35% Persentase
30%
80%
25%
60%
20%
40%
15% 10%
20%
5% 0%
Minuman Berwarna dan Sirup
Es
Jelli/Agar
Bakso
Kudapan
Jenis Pangan
Makanan Ringan
Mie
0%
%TMS TMS Kumulatif
Berdasarkan analisis pareto, dari tujuh jenis (bakso, jelly/agar, es, mie, minuman berwarna dan sirup, kudapan, dan makanan ringan) yang diuji dalam pengawasan PJAS dapat diketahui lebih spesifik penyebab paling tinggi PJAS yang TMS. Analisis Pareto atau yang lazim disebut analisis 80/20 adalah teknik statistik untuk mencari 20% penyebab yang berdampak pada 80% penyelesaian masalah. Dari grafik Pareto pada Diagram 2, diketahui bahwa untuk menyelesaikan 80% masalah jenis pangan PJAS yang TMS, yang harus diprioritaskan ditangani secara berturut-turut adalah minuman berwarna/sirup, es, jelly/agar dan bakso atau setara dengan 20% penyebab TMS. Integrasi AN-PJAS Dengan Kegiatan di Instansi Lain Selama kurun waktu 2011-2014, Gerakan AN-PJAS baru menyentuh sekitar 10% dari jumlah total SD/MI di seluruh Indonesia. Untuk dapat meningkatkan jumlah cakupan SD/ MI maka program peningkatan keamanan, mutu dan gizi PJAS melalui kemandirian komunitas sekolah ini perlu dilakukan secara terpadu, komprehensif dan sistematis dengan melibatkan instansi lain, baik di pusat dan daerah baik pemerintah maupun pemangku kepentingan lainnya. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga dan Swasta yang sesuai dengan strategi Aksi Nasional PJAS sampai dengan 2013 yaitu :
No. 1
Instansi Badan POM
Kegiatan - Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan Bahan Berbahaya pada PJAS sebagai salah satu upaya untuk meminimalkan/ memutus suplai bahan berbahaya yang dilarang digunakan. - Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan melalui operasionalisasi mobil laboratorium keliling. - Bimtek keamanan PJAS berupa edukasi keamanan pangan berbasis web (e-learning “5 Kunci Keamanan Pangan Untuk Anak Sekolah”) melalui situs klubpompi.pom.go.id dan demo pengujian cepat PJAS. - Audit untuk mendapatkan Piagam Bintang Keamanan Pangan – Kantin Sekolah (PBKP-KS). - Pemberdayaan Masyarakat Peduli Keamanan Pangan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkembangkan kesadaran komunitas sekolah, masyarakat dan pelaku usaha tentang keamanan dan mutu makanan. - Pengembangan Panduan Pengawalan Program Intervensi AN-PJAS yang dapat digunakan oleh Fasilitator Keamanan Pangan untuk melakukan pendampingan dan pemantauan komunitas SD/MI dalam pelaksanaan kegiatan keamanan pangan mandiri di sekolah.
2
Kementerian Kesehatan
Halaman 4
- Sosialisasi Makanan Jajanan Anak Sekolah (MJAS) Aman, Bermutu dan Bergizi yang bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat terkait MJAS yang sehat yaitu aman, bermutu dan bergizi. - Implementasi higiene sanitasi pangan bagi masyarakat sekolah. - Pemberian alat food contamination kit untuk pemeriksaan kualitas pangan jajanan anak sekolah baik secara kimia maupun mikrobiologi. - Penyusunan Pedoman Pengembangan Sentra Jajanan Siap Saji yang Aman. - Sosialisasi higiene sanitasi pangan pada kantin. - Orientasi/pelatihan petugas kesehatan lingkungan dalam rangka pembinaan tempat pengelolaan makanan yang sehat dan aman.
InfoPOM - Vol. 15 No. 2 Maret - April 2014
Sajian Utama
3
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
- Lomba Sekolah Sehat (LSS) Tingkat Nasional. - Penyusunan Panduan Pembinaan Sekolah Dasar Bersih dan Sehat (SDBS) untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan prestasi belajar peserta didik melalui penciptaan lingkungan SD yang bersih dan sehat, peningkatan pengetahuan, perubahan perilaku dan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan, yang pada akhirnya dapat menciptakan sebuah budaya bersih dan sehat.
4
Kementerian Perdagangan
Program terkait pemberdayaan konsumen khususnya konsumen muda untuk menjadi konsumen yang cerdas sehingga dapat memilih produk pangan yang sehat (aman, bermutu dan bergizi) dan dapat menularkan kepada masyarakat tentang pentingnya perlindungan konsumen.
5
Kementerian Pertanian
Program penyediaan bahan pangan lokal yang beragam, bergizi seimbang, dan aman. Salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu pengembangan kebun sekolah yang hasil kebun sekolah sebagian dipanen untuk konsumsi dan sebagian lagi digunakan sebagai bibit untuk dikembangkan kembali.
6
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Turut mendukung penyebaran informasi tentang keamanan pangan melalui kegiatan publikasi di ruang publik. Pengembangan layanan internet dengan nama Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) memungkinkan materi keamanan pangan dapat diunduh dari website Badan POM dan subsite klubpompi.pom.go.id oleh masyarakat sampai tingkat kecamatan.
7
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Mengembangkan Pedoman Pemenuhan Hak Kesehatan Anak atas Pangan Jajanan.
8
Swasta
- PT. Sari Enesis Indah melalui program “Sehatnya Duniaku”. - PT. Nutrifood melalui program Health Agent Award. - PT. Tupperware secara konsisten turut dalam upaya penyebaran informasi terkait keamanan pangan, melalui kegiatan Seminar Pangan Jajanan Anak terhadap guru dan anak sekolah. - PT. Frisian Flag Indonesia melalui program Gerakan Nusantara.
Pembelajaran dan Tindak Lanjut Aksi Nasional PJAS hingga tahun 2013 telah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari tercapainya target PJAS 80% yang memenuhi syarat dan cakupan kegiatan terkait yang dilakukan oleh Kementerian dan Lembaga yang cukup besar. Namun pembelajaran dari pelaksanaan program menunjukkan masih terdapat beberapa masalah yang memerlukan tindak lanjut yaitu penurunan mutu dan kualitas mikrobiologi PJAS, belum optimalnya peran Pemerintah Daerah dalam peningkatan keamanan, mutu dan gizi PJAS, dan mekanisme pendampingan terhadap komunitas sekolah dalam meningkatkan keamanan, mutu dan gizi PJAS dilingkungannya. Terkait dengan permasalahan di atas, tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah melakukan kajian terhadap penyebab penurunan kualitas mikrobiologi PJAS; peningkatan pengetahuan dan kepedulian pemasok bahan baku dan penjaja PJAS dalam higiene sanitasi pangan; peningkatan komitmen dan kepedulian Pemerintah Daerah dalam mendorong peningkatan keamanan pangan di daerahnya; peningkatan pemberdayaan masyarakat untuk mendukung AN-PJAS (community based program). Selain itu pengawalan oleh Fasilitator Keamanan Pangan terhadap SD/MI yang telah diintervensi pengawasan dan pembinaan sejak tahun 2011 oleh BBPOM/BPOM maupun instansi lain. Melalui intervensi pengawalan ini diharapkan terbentuknya Tim Keamanan Pangan Sekolah sebagai penggerak program penjaminan keamanan pangan di sekolah yang melibatkan komunitas sekolah (guru, orang tua, pengelola kantin maupun pedagang sekitar sekolah serta siswa).
Yang tak kalah penting adalah peran unsur di sekolah. Kepala Sekolah mempunyai peran sangat penting dalam kebijakan, dan peraturan mengenai keamanan PJAS di lingkungan sekolah masing-masing serta menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung keamanan pangan di sekolah secara memadai. Orang tua siswa juga harus ikut aktif berperan dalam mengawasi kebiasaan jajan anak-anak, mengarahkan dan memberikan pemahaman kepada anak dalam memilih pangan jajanan yang aman dan bergizi, membiasakan anak untuk sarapan di rumah sebelum berangkat ke sekolah. Pihak pengelola kantin wajib memperhatikan kebersihan fasilitas dan tempat penjualan untuk mencegah kontaminasi silang terhadap produk pangan, serta mempraktekkan cara pengolahan pangan yang baik, terutama memperhatikan persyaratan higiene dan sanitasi. Penulis: Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan
PUSTAKA: Badan POM, 2013, Laporan Aksi Nasional, Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah Yang Aman, Bermutu dan Bergizi, Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.
Halaman 5
InfoPOM - Vol. 15 No. 2 Maret - April 2014
MENGENAL BISFENOL A (BPA) PADA KEMASAN PANGAN Botol air minum, botol susu bayi, dan lapisan bagian dalam kaleng merupakan beberapa contoh kemasan yang dalam pembuatannya sering ditambahkan Bisfenol A (BPA). Banyak isu terkait keamanan dan bahaya yang ditimbulkan dari paparan BPA akibat bermigrasi ke dalam pangan.
InfoPOM - Vol. 15 No. 2 Maret - April 2014
potensial efek terhadap perkembangan fisik, neurologi, dan perilaku. BPA memiliki aksi menyerupai estrogen meskipun bersifat lebih lemah dibandingkan dengan estrogen itu sendiri. BPA menunjukkan ikatan yang kuat terhadap estrogen-related receptor ERR-γγ, yang mungkin terkait dengan kemampuannya sebagai pengacau sistem hormonal. Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa dosis BPA yang tinggi (640 atau 1000 mg/ kg BB), pada tikus dan mencit, tidak menimbulkan cacat lahir. Informasi mengenai efek BPA terhadap perkembangan manusia masih sangat sedikit. Ditemukannya BPA pada jaringan fetus dengan konsentrasi yang kurang lebih sama dengan dalam darah ibu hamil, menggambarkan bahwa BPA dapat menembus plasenta. BPA juga ditemukan dalam ASI, pada konsentrasi sekitar 1-3μg/L, yang dilaporkan sama atau sedikit lebih tinggi dari konsentrasi dalam darah ibu hamil. Paparan BPA pada ibu hamil menyebabkan embrio yang dikandung dan bayi lahir terpapar BPA melalui plasenta dan ASI. Paparan BPA pada bayi secara langsung, juga terjadi melalui botol susu polikarbonat dan/atau pemberian formula bayi. Adanya multi paparan tersebut, perhatian khusus diberikan terhadap janin dan bayi baru lahir karena merupakan sub populasi yang banyak terpapar oleh BPA. Selain dari botol susu, bayi dapat terpapar BPA dari ibu hamil dan menyusui yang mengkonsumsi minuman dan makanan dalam kaleng. Hal ini terjadi ketika residu BPA bermigrasi dari kemasan ke dalam pangan, terutama ketika terjadi kenaikan suhu.
Aneka produk berbahan plastik sangat mudah kita temukan di pasaran. Sifat plastik yang ringan, tidak mudah pecah, dan harga relatif murah, merupakan alasan banyak orang menggunakannya. Plastik yang banyak kita temui saat ini, salah satunya mengandung bahan dengan nama bisfenol A, yang memiliki nama kimia (2, 2’-bis(4-hidroksifenil)propana, dan rumus molekul C15 H16 O2 dan sering disingkat dengan BPA. Kegunaan BPA BPA adalah monomer penyusun plastik yang banyak digunakan dalam produksi plastik polikarbonat (PC) dan resin epoksi. Salah satu jenis kemasan pangan dari plastik PC yang banyak digunakan adalah botol susu bayi. PC merupakan polimer termoplastik, mudah dibentuk dengan menggunakan panas; merupakan senyawa hasil pertukaran ester antara BPA dan difenilkarbonat. Untuk membedakan, jenis plastik PC mempunyai kode nomor 7. Hal penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan plastik PC adalah adanya material BPA di dalamnya yang dapat bermigrasi kedalam makanan/ minuman jika terkena paparan panas (suhu >70°C).
Halaman 6
Plastik yang berbahan PC merupakan plastik yang ringan, kuat, jernih, dan tahan terhadap panas. Sifat-sifat tersebut merupakan keunggulan PC sehingga digunakan secara luas, selain untuk botol susu bayi juga digunakan pada compact disk (CD), digital video disk (DVD), peralatan listrik dan elektronik, dan beberapa produk lain. BPA juga digunakan sebagai senyawa antara dalam produksi resin epoksi. Resin epoksi terikat silang merupakan bahan inert dan digunakan sebagai lapisan pelindung pada kaleng logam untuk menjaga kualitas makanan dan minuman dalam kaleng. Lapisan tersebut berfungsi untuk melindungi makanan atau minuman dari kontak langsung dengan logam. Beberapa keunggulan lain dari resin epoksi adalah kekuatan fisiknya, dan resisten terhadap bahan kimia, sehingga senyawa ini cukup luas digunakan sebagai lapisan pelindung. Bahaya Utama BPA Terhadap Kesehatan Telah dilakukan penelitian komprehensif terhadap hewan uji dan target organ yang teridentifikasi pada hewan uji dengan pemberian dosis berulang antara lain efek pada usus halus, liver dan ginjal. Namun demikian, perhatian utama ditekankan pada efek yang berkaitan dengan aktivitas hormonal dan
Hasil kajian risiko terhadap BPA Kajian risiko terhadap BPA yang merupakan hasil interpretasi dari sejumlah riset penelitian pada hewan uji (rodentia) pada pemberian dosis rendah. Beberapa hasil kajian risiko terkini diuraikan sebagai berikut : 1. The European Food Safety Authority (EFSA), yang merupakan badan otoritas keamanan pangan Eropa, menyimpulkan bahwa NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) 5 mg/kg BB/hari yang diperoleh dari studi komprehensif pada tikus masih valid. Pada tahun 2006, EFSA kemudian menyimpulkan Tolerable Daily Intake (TDI) BPA adalah 0,05 mg /kg BB. EFSA mencatat bahwa estimasi konservatif paparan kurang dari 30 % dari TDI pada semua kelompok populasi yang diuji, termasuk pemberian formula bayi dengan menggunakan botol PC. Dalam opini yang terbaru, EFSA menyatakan tidak ada bukti baru yang dapat menyebabkan perlunya merevisi nilai TDI tersebut. 2. Tahun 2008 the Food and Drug Administration (USFDA) mengeluarkan rancangan kajian. Rancangan ini mempertimbangkan laporan terbaru mengenai BPA dari National Toxicology Program dan the Center for the Evaluation of Risks to Human Reproduction. Rancangan kajian ini memperkirakan paparan BPA dari bahan kontak pangan pada bayi dan orang dewasa adalah 2,42 μg/kg BB/hari dan 0,185 μg/kg BB/hari. Rancangan ini mempertimbangkan bahwa NOAEL yang tepat untuk BPA adalah 5 mg/kg BB/hari yang merupakan NOAEL untuk toksisitas sistemik.
3. Sesuai Food Sanitation Act, kadar BPA dalam kemasan pangan polikarbonat diatur bahwa batas migrasi tidak boleh melebihi 2,5 ppm. 4. The Food Directorate of Health Canada pada tahun 2009 menyatakan bahwa paparan BPA dari kemasan pangan tidak memiliki risiko kesehatan bagi semua kelompok populasi, termasuk bayi. Pernyataan ini didasarkan pada buktibukti yang ada, termasuk penegasan dari badan regulatori internasional lain (antara lain: Amerika, Eropa dan Jepang). Meskipun demikian, Pemerintah Kanada telah mengambil langkah-langkah perlindungan terhadap bayi dan anak-anak, dengan melarang penggunaan botol susu PC. 5. World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO) - United Nations mengadakan pertemuan para ahli dari berbagai negara untuk mengkaji keamanan BPA yang diselenggarakan pada tahun 2010 di Ottawa, Kanada. Dalam pertemuan tersebut disimpulkan beberapa hal, antara lain secara umum paparan BPA pada manusia terlalu rendah untuk dapat mengakibatkan gangguan kesehatan; hasil evaluasi studi mengenai toksisitas BPA pada pertumbuhan dan reproduksi, menunjukkan timbulnya gangguan kesehatan tetapi hanya pada dosis yang tinggi; dan untuk beberapa studi terbaru menunjukkan adanya hubungan antara paparan BPA pada dosis yang rendah dengan timbulnya gangguan kesehatan, akan tetapi sulit untuk menafsirkan relevansinya terhadap kesehatan manusia. Secara umum paparan BPA pada manusia terlalu rendah untuk dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Status Terkini BPA Secara Internasional Tahun 2010, Kanada adalah negara pertama di dunia yang menyatakan bahwa BPA merupakan zat toksik yang dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan dan lingkungan. Sementara itu, Uni Eropa telah menotifikasi pelarangan penggunaan BPA untuk pembuatan botol susu bayi dari plastik mulai Maret 2011. Import dan penjualan botol bayi yang mengandung BPA juga dilarang di Uni Eropa mulai Juni 2011. Pelarangan serupa dilakukan juga oleh Denmark dan Perancis (dua negara anggota Uni Eropa), Kanada; dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat. Sementara itu, negara-negara lainnya seperti Amerika Serikat, Australia, dan Jepang mendorong industri untuk secara sukarela menghentikan produksi botol susu bayi yang menggunakan BPA/ menghilangkan peredaran botol susu bayi yang terbuat dari BPA di pasaran serta menggembangkan alternatif penggantinya. Sedangkan untuk penggunaan BPA dalam kemasan pangan selain botol susu bayi sampai saat ini belum ada negara yang melarang penggunaannya. Uni Eropa menurut Directive 2011/8/ EU merevisi batas migrasi spesifik untuk BPA yang digunakan dalam kemasan pangan selain yang digunakan dalam pembuatan botol susu bayi menjadi 0,6 mg/kg, lebih rendah dari yang ditetapkan sebelumnya dalam Directive 2002/72/EC.
Halaman 7
InfoPOM - Vol. 15 No. 2 Maret - April 2014
InfoPOM - Vol. 15 No. 2 Maret - April 2014
Hasil Kajian Resiko BPA Pada Botol Susu Bayi di DKI Angka potensi paparan harian dari BPA dapat dihitung untuk kemudian dibandingkan dengan TDI. Hasil perhitungan paparan harian dapat dilihat dari tabel berikut. Median (µg/kg BB)
Konsumsi terbanyak (90th percentile), (µg/kg BB)
Berat Badan (Kg)
Kg pangan untuk mencapai TDI
0 - 3 bulan
0.0060
0.009
4.1
1864
4 - 6 bulan
0.0082
0.017
6.8
3091
7 - 12 bulan
0.0095
0.026
8.5
3864
12 - 24 bulan
0.0094
0.024
10.8
4909
24 - 36 bulan
0.0055
0.016
13.2
6000
Umur (bulan)
Studi awal tentang kajian risiko BPA pada botol susu PC telah dilakukan di Provinsi DKI Jakarta. Dan diketahui bahwa terdapat botol susu PC yang melepaskan BPA, walau kadar BPA masih dianggap aman jauh dibawah batas migrasi yang dipersyaratkan (yaitu sebesar 0,6 ppm, sesuai Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.03.01.23.07.11.6664 tentang Pengawasan Kemasan Pangan).
Tips Meminimalisir Paparan BPA Secara umum, paparan BPA pada manusia masih terlalu rendah untuk dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Namun, akan lebih bijak jika kita berupaya mengurangi risikonya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: • ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, berikan ASI sampai usia bayi 2 tahun • Hindari menuangkan air panas ke dalam botol PC saat menyiapkan formula bayi. Menyiapkan formula bayi dapat dilakukan pada wadah lain yang tahan panas (seperti: gelas atau kaca), kemudian dipindahkan ketika dingin atau hangat. • Disarankan untuk membersihkan botol susu dengan cara menggunakan air panas pada suhu kurang dari 70°C dan jangan gunakan botol susu yang sudah kusam/baret/gores. • Hindari memanaskan makanan dalam kemasan plastik PC ke dalam oven microwave atau air mendidih. • Hindari konsumsi makanan dan minuman kaleng, dan agar beralih ke makanan segar, terutama bagi wanita hamil dan menyusui. • Saat ini sudah banyak dijual jenis botol selain PC, sebaiknya pilihlah botol susu yang sudah BPA Free, biasanya terbuat dari jenis plastik polipropilen (PP) dengan kode nomor 5. Penulis: Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, Badan POM RI
Pustaka 1. Hazardous Substance Data Bank, Toxicology Data Network (Toxnet) Home, Bisphenol A, US National Library of Medicine, National Institute of Health, Department of Health and Services, Last revision date 14 April 2008, http://www.toxnet.nlm.nih.gov 2. National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS) – National Institutes of Health, Since You Asked - Bisphenol A (BPA), Questions and Answers about Bisphenol A, http://www.niehs.nih.gov/news/media/ questions/sya-bpa.cfm#ntpbpa 3. Sun C.L dari Departement of Chemistry, Faculty of Science, National University of Singapore dalam karya ilmiahnya, Migration of Bisphenol A in Baby Milk Bottles. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan. 5. Peraturan Menteri Perindustrian. No. 24/M-IND/PER/2/2010 tanggal 12 Pebruari 2010 tentang Pencantuman Logo Tara Pangan dan Kode Daur Ulang Pada Kemasan Pangan. 6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2012 tentang Pengawasan Kemasan Pangan. 7. SNI 7626.1:2011 tahun 2011 tentang Cara uji migrasi zat kontak pangan dari kemasan pangan – Bagian 1 : Plastik Polikarbonat (PC). 8. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya (2013), Kajian Risiko zat Kontak Pangan Berisiko Tinggi.
<70
o
PC
PC
PC
Halaman 8
BPA
A
khir pekan adalah waktu yang tepat untuk bersantai, bermain, dan berpergian. Tak terkecuali bagi PIONY, akhir pekan yang senggang juga dimanfaatkannya untuk berkunjung ke rumah kerabatnya. Hari yang cerah, membuat siapa saja akan dengan senang hati pergi ke luar rumah, dalam perjalanan pun terlihat sekelompok anak-anak sedang bermain bola. Seketika teriakan keceriaan anak-anak berhenti, digantikan dengan suara tangisan anak kecil mengaduh kesakitan. Ternyata ada salah seorang anak yang terjerembab di lapangan rumput, memegangi lutut dan tangannya yang sudah terluka dan kotor. Khawatir terjadi sesuatu yang buruk, PIONY segera menghampiri anak itu yang tak lain adalah keponakannya sendiri. Memperhatikan lukanya, PIONY tersenyum lega dan menenangkan keponakannya dengan mengatakan bahwa itu hanya luka ringan yang bisa sembuh dengan cepat jika diobati dengan tepat. PIONY pun pergi ke apotek terdekat untuk membeli beberapa obat untuk keponakannya.
a. Peradangan Peradangan adalah respon awal tubuh terhadap luka, pada fase ini terjadi proses perkembangan jaringan baru yang terdiri dari dua tahapan, yaitu hemostasis dan peradangan. Pada tahap homestasis terjadi pelepasan tromboplastin dari sel yang terluka untuk membentuk bekuan darah dan menghentikan pendarahan kemudian menyiapkan proses awal penyembuhan. Pada proses peradangan, debris dan bakteri dibersihkan dari tempat luka, kemudian kolagen terbentuk dan menstimulasi proses penyembuhan serta meyediakan lapisan awal untuk kulit baru yang akan menutup luka.
CARA TEPAT MENGATASI LUKA RINGAN Luka ringan akibat cedera fisik cenderung dapat sembuh dengan sendirinya, akan tetapi meskipun sudah sembuh luka yang menimbulkan bekas akan mempengaruhi penampilan seseorang. Siapa yang ingin kulitnya terlihat coreng-moreng? Penanganan luka yang tepat bisa menghindari timbulnya bekas luka dan yang paling penting bagaimana luka cepat sembuh dan terhindar dari infeksi sekunder. Luka adalah suatu keadaan dimana terganggunya jaringan kulit yang biasanya disebabkan oleh kekuatan mekanik eksternal. Luka pada kulit dapat dikelompokkan menurut sebab dan kedalaman luka. Luka akut sebagian besar disebabkan oleh cedera fisik seperti lecet, terkena tusukan, tergores, atau luka bakar ringan yang dengan penanganan yang tepat dapat sembuh dalam waktu relatif singkat. Di sisi lain, luka yang tidak sembuh setelah fase normal penyembuhan, dapat dikategorikan sebagai luka kronik dan memerlukan perawatan medis yang lebih intensif. Proses penyembuhan luka Penyembuhan luka dimulai segera setelah terjadinya luka dan terdiri dari tiga tahap yang saling berkaitan yaitu peradangan, proliferasi dan maturasi.
b. Fase proliferasi Pada fase ini, luka akan diisi dengan jaringan ikat dan ditutupi oleh jaringan epitel baru. Fase ini dimulai pada hari ke-3 dan berlanjut sekitar tiga minggu. Pada fase ini juga terbentuk jaringan granulasi, yaitu kumpulan jaringan ikat baru, pembuluh kapiler dan selsel peradangan yang baru.
c. Fase maturasi Fase ini merupakan fase terlama setelah luka tertutup jaringan ikat dan dilapisi sel-sel epitel. Fase ini meliputi proses berkelanjutan dari perusakan kolagen lama dan pembentukan kolagen baru yang lebih kuat. Proses ini berlangsung sekitar 60 hari setelah luka terjadi.
Halaman 9
InfoPOM - Vol. 15 No. 2 Maret - April 2014
Luka yang tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan bekas luka. Hal tersebut tidak buruk jika bekas luka kecil atau di lokasi yang mudah untuk menyembunyikan. Beberapa jenis bekas luka yang dapat terjadi adalah : 1. Bekas luka jerawat Bekas luka ini terjadi ketika mengalami jerawat yang parah. Ada banyak jenis bekas jerawat, mulai dari lubang yang mendalam untuk bekas luka yang angular atau seperti gelombang. 2. Bekas luka hipertrofik Bekas luka mengangkat, berwarna merah yang mirip dengan keloid tetapi tidak melampaui batas luka. 3. Bekas luka keloid Bekas luka ini adalah hasil dari proses penyembuhan yang terlalu agresif. Bekas luka ini melampaui batas luka yang terjadi. Jika bekas luka keloid ini terus tumbuh dalam waktu yang lama, bekas luka ini dapat menghambat pergerakan.
InfoPOM - Vol. 15 No. 2 Maret - April 2014
DIAGRAM SWAMEDIKASI LUKA RINGAN PERHATIKAN DIAGRAM BERIKUT DENGAN SEKSAMA YA...
DIAGRAM SWAMEDIKASI LUKA RINGAN Apakah termasuk dalam kategori yang tidak disarankan untuk penanganan sendiri?
Ya
Segera hubungi dokter atau rumah sakit terdekat
Ya
Benamkan area luka ke dalam air dingin selama 10-30 menit, atau lakukan pertolongan pertama yang tepat lainnya
Ya
Berikan aspirin, NSAIDs, atau paracetamol
Ya
Berikan salep pelindung kulit atau adsobent
Tidak
Apakah terjadi dalam 20 menit yang lalu? Tidak
Apakah terasa sakit? Tidak
Apakah area luka kering? Tidak
4. Bekas luka contracture Bekas luka ini dapat terjadi ketika ada luka bakar. Bekas luka ini mengencangkan kulit, yang dapat mengganggu kemampuan untuk bergerak. Bekas luka contracture juga dapat menjadi lebih serius sehingga mempengaruhi otot dan saraf. Pengobatan luka Tujuan pengobatan luka adalah untuk melindungi luka dari cedera fisik lebih lanjut dan meminimalisasi timbulnya bekas luka. Pengobatan luka dimulai dari tahapan pembersihan luka, pemberian antiseptik dan atau antibiotik yang benar serta penutupan luka dengan bahan yang sesuai. Luka yang dapat diobati sendiri adalah luka akut. Sedangkan luka kronik memerlukan perawatan yang lebih intensif sehingga dianjurkan untuk menghubungi dokter
Basahi area luka dengan air dingin sebanyak3-6 kali sehari selama 15-30 menit. Berikan salep pelindung kulit dan atau adsorbent Apakah luka semakin memburuk setelah perawatan selama 24-48 jam?
Ya
Segera hubungi dokter
Ya
Hentikan perawatan
b. Pelindung kulit Pelindung kulit berfungsi untuk melindungi luka dari iritasi yang disebabkan oleh gesekan. Pelindung kulit aman untuk digunakan berkali-kali sesuai dengan kebutuhan. Jika luka tidak membaik dalam 7 hari setelah pengobatan sendiri atau menjadi lebih buruk maka segera menghubungi dokter. Contoh dari pelindung kulit adalah emollient seperti mineral oil, lanolin, squalene, petrolatum dan minyak-minyak yang berasal dari tumbuhan. Bahan ini ditemukan dalam bentuk sediaan krim atau lotion.
Penanganan dan pengobatan yang tepat terhadap luka dapat mencegah terjadinya luka parut. Menutup luka agar terlindung dari pengaruh luar dapat membantu untuk mengurangi kemungkinan timbulnya bekas luka parut. Untuk orang tertentu yang pada dasarnya memiliki kecenderungan mengalami luka parut, maka perlu lebih berhati-hati dan perlu lebih intens mengalami luka agar masa pemulihan berjalan lebih cepat. Kalaupun luka parut terjadi, diupayakan tidak parah dan tidak mengganggu estetika.
c. Antiseptik Antiseptik adalah larutan yang ditujukan untuk membasuh luka dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi. Penggunaan antiseptik yang efektif dikombinasikan dengan teknik penanganan luka yang tepat, maka tingkat infeksi menjadi rendah. Antiseptik yang aman dan banyak digunakan diantaranya adalah etanol (48-95%), isopropil alkohol (50%-91,3%, larutan iodin, povidon iodin (5%-10%), senyawa amonium (0,13%) dan fenol kamfer.
Penulis : Bidang Informasi Obat - Pusat Informasi Obat dan Makanan
Penting untuk mengetahui jenis luka yang dialami sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat agar luka dapat sembuh dengan baik dan cepat. Pengobatan dapat dilakukan berdasarkan gejala yang terjadi. Jika luka menyebabkan rasa nyeri dan sakit, ada baiknya diberikan obat pereda rasa nyeri. Luka yang tidak dianjurkan untuk dilakukan pengobatan sendiri sebaiknya segera dirujuk ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Tidak
Lanjutkan perawatan selama yang dibutuhkan sampai 7 hari setelah luka muncul Apakah luka sudah sembuh?
PUBLIKASI
Tidak
Segera hubungi dokter
Judul Terapi non obat Pertolongan pertama untuk luka akut seperti goresan dan luka bakar ringan yaitu dengan mencuci luka dengan air bersih yang mengalir dan penggunaan perban/kasa sebagai penutup luka untuk mencegah bakteri masuk ke daerah luka. Terapi obat Terapi obat digunakan dengan tujuan membersihkan area luka, meredakan nyeri, bengkak dan peradangan yang muncul. Beberapa obat lainnya berindikasi untuk melindungi luka dari infeksi atau membantu proses penyembuhan kulit. Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengobati luka : a. Pereda nyeri Rasa nyeri yang muncul akibat luka dapat dihilangkan dengan menggunakan obat pereda nyeri. Jika luka juga diikuti oleh peradangan (bengkak, merah) dapat menggunakan pereda nyeri yang mempunyai aktivitas anti radang contohnya aspirin dan ibuprofen. Namun, pereda nyeri yang mempunyai aktivitas anti radang, umumnya memiliki efek samping meningkatkan asam lambung maka orang yang memiliki sakit maag, dapat menggunakan pereda nyeri lain yang aman untuk lambung seperti paracetamol.
Halaman 10
pustaka : 1. Badan POM RI, 2011. Kompendia Obat Bebas. Jakarta. Penerbit Badan POM RI. 2. Krinsky, Daniel L., et al.2012.Handbook of Nonprescription Drug 17th edition.219-33.American Pharmacists Association.Washington DC. 3. Meuleneire, Frans. 2007. Using a soft silicone dressing to prevent scarring in an acute traumatic wound. www.woundsinternational. com/pdf/content_8937.pdf [24 maret 2014 jam 09:30] 4. MSKTC. 2011. Wound care and scar management. http://www. msktc.org/burn/factsheets/Wound-Care-And-Scar-Management [24 maret 2014] 5. WebMD. Cosmetic procedures : Scars. http://www.webmd.com/ beauty/skin/cosmetic-procedures-scars [5 maret 2014 ]
!
Jenis luka yang tidak disarankan untuk diobati dengan pengobatan sendiri: • Luka dengan luas 2% permukaan tubuh atau lebih; • Luka bakar pada mata, telinga, wajah, telapak tangan, telapak kaki atau ruang antara kedua belah paha; • Luka bakar akibat zat kimia, listrik atau gas; • Luka pada lansia; • Luka pada pasien diabetes atau memiliki banyak problem kesehatan; • Luka pada pasien imunocompromised (seperti pada pasien penyakit lupus). Faktor-faktor yang menghambat penyembuhan luka : • Lambatnya proses perkembangan pembuluh darah dalam suatu jaringan; • Kurangnya asupan nutrisi; • Usia lanjut; • Penyakit seperti diabetes mellitus, anemia parah, rendahnya tekanan darah, obesitas dan gagal jantung kongestif; • Penggunaan obat-obatan.
: Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat: ASAM JAWA (Tamarindus indica L.)
Pengarang : T. Bahdar J. Hamid, Sherley, dkk. Penerbit
Direktorat Obat Asli Indonesia, Badan POM RI
Tahun
2013
Asam jawa, tamarind dan berbagai nama lain digunakan untuk menyebut tanaman berupa pohon dengan tinggi mencapai 25 m ini. Buahnya yang berbentuk polong dengan panjang 10 cm dan lebar 2 cm serta berwarna hijau kecoklatan sering dimanfaatkan sebagai bumbu masak. Bukan hanya buah, bunga serta bijinya juga sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan oleh masyarakat. Dengan kandungan kimianya yang banyak mengandung flavonoid dan proantosianidin, asam jawa diketahui memiliki banyak aktivitas farmakologi. Di kalangan masyarakat, penggunaan asam jawa secara tradisional, selain untuk bahan makanan, kulit batangnya yang memiliki efek astringen dan tonikum juga digunakan untuk mengatasi
gangguan pencernaan. Dalam bentuk lotion atau tapal, kulit batang asam jawa dapat digunakan untuk meredakan luka, borok, bisul dan ruam. Selain itu, bagian tumbuhan asam jawa lainnya juga banyak digunakan terutama dalam pengobatan tradisional. Asam jawa, merupakan salah satu buku serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat yang diterbitkan oleh Direktorat Obat Asli Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan yang mengulas tentang hasil penelitian ilmiah tanaman obat Asam Jawa. Pembahasan dalam buku ini tidak terbatas pada penggunaan secara empiris tetapi juga membahas aktivitas farmakologi berdasarkan penelitian yang telah dipublikasikan pada beberapa jurnal nasional maupun internasional. Disebutkan dalam buku ini bahwa aktivitas farmakologi yang dimiliki asam jawa antara lain yaitu aktivitas antioksidan, analgesik dan antiinflamasi dan aktivitas farmakologi terkait fungsi pencernaan. Selain itu, banyak aktivitas farmakologis lainnya yang juga diulas dalam buku ini. Silakan membaca selengkapnya! Penulis : Bidang Informasi Obat - Pusat Informasi Obat dan Makanan
Halaman 11
OBAT DIARE PADA IBU MENYUSUI
InfoPOM - Vol. 15 No. 2 Maret - April 2014 MENGATASI PARFUM YANG TERTELAN
Pertanyaan: Saya menderita diare dengan frekuensi buang air besar 8 kali dalam sehari, dan kondisi feses cair. Saya sudah minum loperamid 2 mg, 6 tablet dalam sehari, akan tetapi setelahnya masih mengalami diare. Sekarang saya sedang menyusui, mohon informasi obat diare yang aman untuk ibu menyusui. (F - Ibu Rumah Tangga) Jawaban: Diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh. Oleh karena itu, ibu perlu mengetahui penyebabnya terlebih dahulu, apakah dari makanan, obat atau dari efek dari penyakit. Frekuensi diare yang sering seperti yang ibu alami mengakibatkan banyaknya cairan tubuh yang hilang. Hal lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah menghindari kemungkinan terjadinya dehidrasi. Penanganan diare pada 24 jam pertama adalah mengganti cairan tubuh yang hilang dengan memperbanyak minum dan minum larutan rehidrasi oral. Pada 24 jam selanjutnya dapat mengkonsumsi makanan lunak seperti sereal yang dimasak, roti, biskuit dan makanan yang banyak mengandung pektin seperti pisang atau apel. Terapi obat yang pertama adalah dengan larutan rehidrasi oral (Oral Rehidration Solution/ORS) atau sering dikenal dengan oralit. Oralit diminum setiap Buang Air Besar (BAB) sebanyak 400 ml (2 gelas). Selain oralit, diare dapat diatasi dengan obat yang mengandung zat aktif kaolin, pektin atau antapulgit, yang bekerja untuk membentuk massa feses sehingga konsistensinya lebih padat. Pada pemberian tablet ini, pemberian oralit harus tetap dilakukan tidak terjadi dehidrasi. Kaolin, pektin atau antapulgit yang beredar umumnya dalam bentuk kombinasi dalam satu obat diare. Dosis penggunaan obat agar dapat dilihat pada kemasan atau brosur obat. Yang perlu diperhatikan adalah memberi jarak konsumsi obat dan makan selama 1-2 jam agar tidak mengganggu penyerapan nutrisi. Pada ibu menyusui, obat-obat ini relatif aman untuk digunakan. Obat yang Ibu gunakan yaitu loperamid 2 mg, merupakan obat keras yang penggunaannya harus dengan resep dokter. Oleh karena itu, dianjurkan untuk tidak mengkonsumsinya jika tidak berdasarkan resep dokter. Penggunaan maksimal dalam 1 hari adalah 8 kali/hari dan tidak digunakan lebih dari 5 hari. Penggunaan Loperamid pada ibu menyusui, relatif tidak membahayakan karena jumlah yang masuk dalam ASI sedikit, akan tetapi tetap harus di bawah pengawasan dokter. Segera konsultasikan kepada dokter apabila diare tidak membaik dalam 3 hari setelah pengobatan sendiri. Selain itu jika terjadi diare yang disertai darah, panas tinggi, mual, pusing, atau mengalami dehidrasi yang ditandai dengan penurunan urinasi (jumlah urin berkurang), mulut kering, rasa haus yang meningkat, mata cekung dan kulit keriput, sangat dianjurkan untuk segera konsultasikan ke dokter.
Pertanyaan: Saya baru saja menelan parfum secara tidak sengaja dan saat ini merasa pusing. Apa yang harus saya lakukan. (A - Pelajar) Jawaban: Produk pewangi badan mempunyai jenis yang beraneka ragam, antara lain parfum, colognes, body mists, dan body splashes. Pada semua produk tersebut, biasanya komposisi bahan kimia yang dikandungnya tidak disebutkan pada label kemasan produk secara rinci, tetapi umumnya terkandung etanol atau yang disebut alcohol denatured dalam kadar tinggi yang berpotensi bersifat toksik. Namun, tidak tertutup kemungkinan kandungan bahan kimia lain pada produk pewangi badan tersebut juga berpotensi bersifat toksik. Seseorang yang menelan pewangi badan secara akut dapat timbul gejala keracunan maupun tidak. Gejala keracunan yang umumnya timbul segera setelah menelan bahan adalah mual, muntah, dan depresi sistem saraf pusat. Selain itu dapat pula timbul rasa kantuk, pusing, sakit kepala, kebingungan, penurunan tingkat kesadaran, depresi pernapasan, dan diare. Etanol juga dapat menyebabkan hipoglikemia (terutama pada anak-anak), hipotermia, gangguan asam basa dan ketidakseimbangan elektrolit. Di dalam tubuh, etanol yang tertelan dapat segera diabsorbsi dari lambung (sebanyak 20%) dan usus halus (sebanyak 80%). Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan absorpsi etanol antara lain adalah kadar etanol, tingkat konsumsi (jumlah bahan yang tertelan), status makan seseorang (berpuasa atau tidak), komposisi pangan, dan laju pengosongan lambung. Seseorang yang lambungnya dalam kondisi terisi dapat mengalami penurunan efisiensi absorpsi etanol hingga 6 jam. Berikut adalah panduan umum pertolongan pertama jika tertelan parfum, pertama, bersihkan mulut dengan air bersih. Jika korban dalam keadaan sadar lalu diberikan minum sebanyak 2 hingga 4 cangkir susu atau air minum. Pemberian air minum bertujuan untuk pengenceran bahan/racun yang tertelan, sedangkan pemberian susu selain untuk pengenceran juga dapat melapisi saluran cerna jika terjadi iritasi. Tidak disarankan menginduksi muntah, karena dapat menimbulkan aspirasi yang beresiko menyebabkab kematian. Bila gejala keracunan parah atau tidak sadar segera bawa ke rumah sakit. Pustaka: 1. http://www.toxinz.com/Spec/2285980 [Maret 2014] 2. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002694.htm [Maret 2014] 3. http://www.pg.com/productsafety/msds/beauty_care/fine_fragrances/Fine_Fragrances_ Eau_de_Toilette_Natural_Spray_Products_%2810-09%29.pdf [Maret 2014] 4. http://www.zippo.com/pdf/Zippo%20Fragrance.pdf [Maret 2014]
Daftar pustaka: 1. Badan POM RI.2008.IONI. Badan POM RI: Jakarta 2. Briggs, G.G et all. 2005. Drugs in Pregnancy and Lactation Seventh Edition. Lippincott Williams & Wilkins: Philadephia. 3. Krinsky, et all. 2012. Handbook of Nonprepcription Drugs: An Interaction Approach to SelfCare. American Pharmacist Association: Washington DC
FORUM PIO Nas
FORUM SIKer Nas
PIO Nas adalah Pusat Informasi Obat Nasional yang menyediakan akses informasi terstandar (Approved Label) dari semua obat yang beredar di Indonesia yang telah disetujui oleh badan POM sebagai NRA (National Regulatory Authority). PIO Nas melayani permintaan informasi dan konsultasi terkait dengan penggunaan obat. Permintaan informasi ke PIO Nas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke PIO Nas (Gedung Pusat Informasi Obat dan Makanan BPOM, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-42889117 / 0214259945, HP nomor 08121899530, email ke
[email protected]
SIKer Nas adalah Sentra Informasi Keracunan Nasional yang secara aktif mencari dan mengumpulkan data/informasi keracunan dan menyiapkannya sebagai informasi yang teliti, benar dan mutakhir serta siap pakai untuk diberikan/diinformasikan kepada masyarakat luas, profesional kesehatan, serta instansi pemerintah/swasta yang membutuhkan dalam rangka mencegah dan mengobati keracunan. Permintaan informasi ke SIKer Nas dapat disampaikan secara langsung dangan datang ke SIKer Nas (Gedung Pusat Informasi Obat dan Makanan BPOM, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-42889117 / 021-4259945, HP SIKer Nas nomor 081310826879, email ke
[email protected]
Halaman 12