TOPIK UTAMA
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XII IPA BERBICARA MENGGUNAKAN BAHASA JERMAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ROLLENSPIEL DENGAN TEMA CERITA TRADISIONAL DI SMA NEGERI 2 BREBES TAHUN AJARAN 2013/2014 Reni Hartati email:
[email protected]
ABSTRAK Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah model pembelajaran rollenspiel dapat meningkatkan minat belajar siswa untuk berbicara dengan menggunakan bahasa Jerman pada siswa kelas XII IPA-4 SMA Negeri 2 Brebes? Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus. Hasil yang diperoleh adanya peningkatan minat berbicara menggunakan bahasa Jerman. Hasil siklus 1, yaitu rata-rata skor 83,57 dan pada hasil siklus 2 adalah 94,64 Kata kunci: Model pembelajaran rollenspiel, cerita tradisional, minat berbicara ABSTRACT This research was aimed at increasing the student’s interest in speaking German for the students in the XI IPA-4 of SMA 2 Brebes. This research used 2 cycles. There was an increasing the students’ ability in speaking skill. The average test score was 83,57 in cycle 1 and increased into 94,64 in cycle 2 Key words: rollenspiel teaching model, falklore, interest in speaking Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
PENDAHULUAN Salah satu faktor penyebab rendahnya
para siswa SMA Negeri 2 Brebes tidak
mutu pendidikan adalah tidak terlepas dari
memiliki minat dan motivasi belajar bahasa
bagaimana guru dalam melaksanakan tugas
Jerman yang diharapkan. Mereka beranggapan
mengajarnya.
adalah
bahwa mata pelajaran bahasa Jerman adalah
merencanakan pembelajaran, melaksanakan
sangat sulit apalagi tidak diujinasionalkan.
pembelajaan, mengevalusi, dan menilai. Dalam
Mereka
menjalankan tugasnya, guru harus menguasai
pelajaran yang diujinasionalkan lulus, pasti
seperangkat kompetensi yang telah ditetapkan
mata pelajaran yang di ujian sekolah lulus
agar dapat melaksanakan tugas mengajarnya
juga.
Tugas
guru
dengan baik.
14
beranggapan
bahwa
jika
mata
Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas Xii Ipa Berbicara Menggunakan Bahasa Jerman Melalui Model Pembelajaran Rollenspiel Dengan Tema Cerita Tradisional Di Sma Negeri 2 Brebes Tahun Ajaran 2013/2014
Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka guru mengadakan upaya meningkatkan minat belajar berbicara dengan menggunakan Bahasa Jerman
melalui
model
pembelajaran
KAJIAN PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN Minat Minat ialah suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan
Rollenspiel (bermain peran) dengan tema cerita
penuh kemauannya dan yang tergantung dari
tradisional.
bakat dan lingkungan (Sujanto Agus : 1981 ).
Masalah utama dalam penelitian ini
Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan
adalah bagaimana cara meningkatkan minat
perhatian agar apa yang dipelajari dapat
para siswa SMA Negeri 2 Brebes untuk
dipahami; Sehingga siswa dapat melakukan
berbicara
dengan
sesuatu
Jerman.
Apakah
menggunakan model
bahasa
pembelajaran
Rollenspiel dengan tema cerita tradisional dapat meningkatkan minat belajar berbicara dengan mengguna kan Bahasa Jerman bagi siswa SMA Negeri 2 Brebes?
Penelitian ini adalah agar siswa meningkatkan minat dalam belajar berbicara dengan Bahasa sehingga
siswa
dilakukan.
sebelumnya
Terjadilah
suatu
tidak
dapat
perubahan
kelakuan. Belajar Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
Jerman
yang
memperoleh
keterampilan dan perubahan sikap yang positif.
lingkungan. ( Hamalik Pemar : 2001 ). Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Karena
Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian (1) Siswa termotivasi belajar berbicara
dengan
menggunakan
Bahasa
Jerman dan dapat memperoleh pengalaman keterampilan berbicara dengan bahasa Jerman;
belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa. Suasana
kondisi
pembelajaran
yang
(2) guru dapat menambah wawasan tentang
menyenangkan dan mencerdaskan siswa itu
strategi pembelajaran; (3) sekolah dapat
salah satunya dapat tercipta melalui model
meningkat mutu pendidikan di sekolah
pembelajaran Rollenspiel (bermain peran).
15 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
15
Reni Hartati
Model Pembelajaran Rollenspiel (bermain
mengamati skenario yang sedang diperagakan;
peran)
(7) setelah selesai ditampilkan, masing-masing
Model adalah representasi realitas yang
peserta didik diberikan lembar kerja untuk
disajikan dengan suatu derajat struktur dan
membahas
urutan ( Richey, 1986 ). Rollenspiel dalam
kelompok;
bahasa Inggris
dikenal dengan role playing
menyampaikan hasil kesimpulannya; (9) guru
kemudian diindonesiakan menjadi bermain
memberikan kesimpulan secara umum; (10)
peran. Model pembelajaran
evaluasi; (11) penutup
dengan nama
penampilan (8)
masing-masing
masing-masing
kelompok
model pembelajaran Bermain Peran ini siswa
Model pembelajaran Rollenspiel (bermain
belajar memerankan pelaku/orang lain dalam
peran) dengan tema cerita tradisional ini
cerita. Para siswa dikelompokkan menjadi
membantu guru mengaitkan antara materi yang
beberapa kelompok. Masing-masing kelompok
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
memperagakan/ menampil kan skenario yang
mendorong
telah
disiapkan
tidak
hanya
membuat
atau
siswa
hubungan antara materi yang diajarkan dengan
Siswa
diberi
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
kebebasan berimprovisasi namun masih dalam
membuat hubungan antara pengetahuan yang
batas-batas skenario dari guru.
dimiliki
mempersiapkan
guru
siswa
sendiri.
Langkah-langkah pembelajaran Rollenspiel (bermain
peran)
:
(1)
guru
dengan
penerapannya
dalam
kehidupan mereka tetapi juga mendorong
menyusun/
siswa untuk mengungkapkan cerita tersebut
menyiapkan skenario yang akan ditampilkan;
dengan lisan dengan menggunakan bahasa
(2) guru menunjuk para peserta didik untuk
Jerman.
mempelajari skenario dalam waktu beberapa
Dengan model pembelajaran ini minat
hari sebelum KBM; (3) guru membentuk
belajar
kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 orang
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
anggota; (4) guru memberikan penjelasan
siswa.
tentang kompetensi yang ingin dicapai; (5) guru memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan; (6) masing-masing peserta didik
16
berada
di
kelompoknya
sambil
siswa
meningkat
dan
hasil
Cerita Tradisional Cerita
tradisional
disampaikan
secara
adalah
cerita
turun-temurun.
yang Suatu
cerita tradisional dapat disebarkan secara luas ke berbagai tempat. Selanjutnya, cerita itu
16 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas Xii Ipa Berbicara Menggunakan Bahasa Jerman Melalui Model Pembelajaran Rollenspiel Dengan Tema Cerita Tradisional Di Sma Negeri 2 Brebes Tahun Ajaran 2013/2014
disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.
berbicara
Oleh karena itu, kadang-kadang, dongeng di
Jerman.
dengan
menggunakan
bahasa
suatu wilayah mirip atau sama dengan
Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka
dongeng wilayah lain. Hal itu disebabkan
guru mengadakan upaya meningkatkan minat
cerita tradisional mudah diterima karena
belajar berbicara dengan menggunakan Bahasa
bersifat umum. Cerita tersebut ada hampir di
Jerman
seluruh penjuru dunia.
Rollenspiel dengan tema cerita tradisional.
Oleh karena itu, jika cerita tradisional digunakan
untuk
media
sangat membantu.
pembelajaran
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan di kelas XII IPA-3 SMA Negeri 2 Brebes yang berlokasi di Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 77 Brebes. Jumlah siswa 32
Kerangka Berfikir Proses
model
METODE PENELITIAN
pembelajaran
khususnya pembelajar an Sprechen adalah
melalui
pembelajaran
yang
berhasil,
orang.
memerlukan teknik, metode, dan pendekatan
Adapun sumber data dalam penelitian ini
tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan,
adalah: (1) hasil tes kognitif (pemahaman
peserta didik, materi, dan sumber daya.
tentang isi cerita); (2) hasil tes berbicara
Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan
(rubrik penilaian terlampir); (3) kuesioner yang
efektif.
diberikan siswa untuk mengetahui respon kreatif,
mereka terhadap pembelajaran bermain peran
menyenangkan, menarik, dan menantang bagi
untuk meningkatkan kompetensi berbicara; (4)
para
model
wawancara oleh kolaborator untuk mengetahui
kelas.
kesan dan pendapat mereka selama tindakan;
Model siswa
pembelajaran
pembelajaran adalah yang
yang
merupakan menghidupkan
Sehingga para siswa memiliki semangat dan
serta
menumbuhkan minat yang kuat terhadap mata
mengetahui sikap dan tingkah laku kelompok
pelajaran atau materi yang diberikan. Di antara
dan efektifitas model pembelajaran Rollenspiel
model pembelajaran yang menghidup kan
Teknik Pengumpulan data dalam penelitian
kelas adalah bermain peran
ini
hasil
adalah
observasi
(1)
kolaborator
pemberian
tes
untuk
kognitif
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
( pemahaman tentang isi cerita); (2) pemberian
para siswa SMA Negeri 2 Brebes tidak
tes berbicara (praktik langsung bermain peran);
memiliki minat dan motivasi belajar untuk bisa
(3) pemberian kuesioner sebelum dan sesudah
17 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
17
Reni Hartati
diberikan
tindakan;
(4)
wawancara;
(5)
observasi
tindakan dan pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaan tindakan terdapat serangkaian
Data yang dianalisis adalah (1) hasil tes
kegiatan yang dilakukan secara daur ulang
kognitif dibuat rerata dan dianalisis secara
mulai dari tahap orientasi
deskriptif; (2) dialog siswa dalam melakukan
pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi, dan
peran
dinilai
perencanaan,
menyangkut
A ussprache,
revisi (Mc. Niff, 1992; Kemmis, 1982;
Gelaufigkeit.
Hopkins, 1993).
Betonung,
Gramatik,
dan
Hasilnya
dianalisis
secara
deskriptif
Pada tahap perencanaan guru melakukan
dibandingkan dengan indikator kinerja; (3)
beberapa kegiatan seperti mencari referensi
kuesioner sebelum dan sesudah tindakan
yang berkaitan dengan model pembelajaran
siklus. Hasilnya dianalisis secara deskriptif; (4)
Rollenspiel
(bermain
hasil
tradisional,
siklus
deskriptif; (5) hasil pengamatan kolaborator
kurikulum
Berbasis
dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui
pembelajaran bahasa Jerman
aktifitas selama proses pembelajaran.
Dalam tahap perencanaan ini guru juga
wawancara
Indikator model
juga
dianalisis
keberhasilan
pembelajran
dari
secara
penerapan
melakukan
cerita
peran), pembelajaran
Kompetensi
kegiatan-kegiatan
serta tentang
khususnya. seperti
(1)
(bermain
pembuatan jadwal penelitian; (2) pembuatan
Sprechen
butir soal kognitif; (3) membentuk kelompok;
(berbicara) adalah (1) nilai berbicara siswa
(4) pemilihan cerita tradisional yang akan
meningkat dari rata-rata 55 menjadi ≥ 65; (2)
digunakan sebagai bahan dalam bermain
siswa mempunyai pikiran, perasaan, atau
peran; (5) pembuatan lembar kerja siswa; (6)
pendapat yang positif terhadap pembelajaran
pembuatan scoring rubric untuk penilaian hasil
model bermain peran
percakapan siswa dalam bermain peran; (7)
peran)
kuesioner
pada
≥75%;
Rollenspiel
pembelajaran
(3)
dengan rerata hasil hasil
wawancara
pembuatan pertanyaan untuk kuesioner dan
menunjukkan ≥ 75% siswa antusias dan aktif;
wawancara;
(4) hasil pengamatan ≥ 75% siswa antusias dan
pengamatan.
aktif dalam mengikuti kegiatan pembelejaran dengan model Rollenspiel (bermain peran).
dan
(8)
pembuatan
lembar
Pada tahap implementasi guru membahas tentang cerita-cerita tradisional secara umum
Tahapan penelitian tindakan kelas ini
di beberapa tempat di Indonesia. Kemudian
terdiri atas dua tahap yaitu, perencanaan
guru menanyakan cerita tradisonal yang
18
18 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas Xii Ipa Berbicara Menggunakan Bahasa Jerman Melalui Model Pembelajaran Rollenspiel Dengan Tema Cerita Tradisional Di Sma Negeri 2 Brebes Tahun Ajaran 2013/2014
menyangkut masalah tempat kejadian, isi cerita, alur cerita dan pelaku dalam cerita tersebut.
masing-masing. Tindakan pada siklus ketiga adalah guru meminta semua lagi untuk bermain peran
Langkah selanjutnya guru menanyakan
setelah diadakan perbaikan.
cerita tradisional yang ada di Indonesia. Guru
Pada tahap pengamatan, guru mengamati
memancing dengan serangkaian pertanyaan
perkembangan kemampuan siswa pada setiap
yang berkaitan dengan cerita tradisional
fase treatment, siklus pertama, kedua, dan
tersebut. Antara lain guru menanyakan tempat
ketiga. Data-data yang ada dianalisis secara
kejadian, isi cerita, alur cerita dan pelaku
deskriptif.
dalam cerita tersebut. Kemudian guru meminta
Pada tahap refleksi, guru mendapatkan
siswa mengambil cerita tradisional yang
gambaran secara rinci tentang keberhasilan dan
terkenal di Indonesia sebagai bahan ajar
kendala yang dialami dalam pelaksanaan
kompetensi
model
model pembelajaran Rollenspiel ini, jika hasil
pembelajaran Rollenspiel. Guru dan siswa
yang diperoleh pada siklus pertama belum
menetapkan cerita tradisional yang terkenal,
memuaskan,
yaitu Danau Toba, Malin Kundang , dan
penelitian siklus berikutnya dengan mengulang
Sangkuriang.
dari tahap perencanaan.
berbicara
dengan
Masih pada siklus pertama, guru meminta siswa memahami cerita tradisional Danau
maka
penulis
melanjutkan
HASIL PENELITIAN Kondisi awal sebelum diterapkan model
Toba, Malin Kundang, dan Sangkuriang
pembelajaran
secara berkelompok kemudian menuliskan isi
rendahnya
cerita, alur cerita, dan pelaku dalam cerita.
menggunakan bahasa Jerman secara lisan.
Kemudian kelompok tersebut menyusun dialog
Siswa tidak menunjukkan sikap, perasaan, dan
untuk
cerita
pikiran yang positif terhadap penggunaan
berdasarkan isi cerita dan alur yang telah
bahasa Jerman secara lisan. Banyak siswa
dipahami.
tidak memiliki minat untuk mampu berbicara
memerankan
pelaku
dalam
Tindakan pada siklus kedua adalah guru
Rollenspiel kemampuan
ini
adalah
siswa
dalam
bahasa Jerman.
meminta siswa memerankan pelaku dalam
Menurut pengamatan guru, siswa yang
cerita tradisional Danau Toba, Malin Kundang,
mau menggunakan bahasa Jerman pada saat
dan Sangkuriang sesuai dengan kelompok
pembelajaran kurang dari 10% dari jumlah
19 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
19
Reni Hartati
siswa per kelas.
bahan ajar kompetensi berbicara dengan model
Model pembelajaran Rollenspiel ini masih
pembelajaran Rollenspiel; (4) guru dan siswa
asing bagi siswa kelas XII SMA Negeri 2
menetapkan cerita tradisional yang terkenal,
Brebes, karena belum pernah. Tahap awal
yaitu Danau Toba, Malin Kundang , dan
praktik penulis banyak menjelaskan pada siswa
Sangkuriang: (5) guru membentuk kelompok
tentang cara memperoleh isi cerita; bagaimana
peserta didik menjadi 8 kelompok. Tiap
menemukan alur cerita, membuat kesimpulan,
kelompok terdiri dari 4 orang; (6) guru
berdiskusi menyusun dialog dan bagaimana
meminta 3 kelompok mendiskusikan cerita
memainkan peran.
tradisional
Danau
mendiskusikan kelompok
Deskripsi siklus I Dalam tahap perencanaan ini penulis melakukan pembuatan
kegiatan-kegiatan jadwal
peneliti
seperti: an;
Toba,
Malin
yang
3
kelompok
Kundang, lain
dan
2
mendiskusikan
Sangkuriang, kemudian menuliskan isi cerita,
(1)
alur cerita, dan pelaku dalam cerita; (7) guru
(2)
meminta tiap kelompok menyusun dialog
pembentukan kelompok; (3) pembuatan butir
untuk
soal kognitif; (4) pemilihan cerita tradisional
berdasarkan isi cerita dan alur yang telah
yang akan digunakan sebagai bahan dalam
dipahami dengan improvisasi.
bermain peran; (5) pembuatan lembar kerja siswa;
(6)
pembuatan
pertanyaan
memerankan
pelaku
dalam
cerita
Dalam tahap observasi ini dilakukan
untuk
pengamatan dan penilaian. Aspek-aspek dan
kuesioner dan wawancara; dan (7) pembuatan
diamati dan dinilai, antara lain tes kognitif
lembar pengamatan
dengan aspek penilaian, antara lain; (2) isi
Dalam tahap implementasi tindakan ini
cerita; (3) alur cerita; (4) pelaku dalam cerita;
penulis melakukan kegiatan-kegiatan seperti:
(5) hasil pembuatan dialog dalam cerita. Dari
(1) guru bersama para siswa membahas
tes kognitif ini diperoleh hasil yang cukup
tentang cerita-cerita tradisional secara umum
memuaskan. Hasil rata rata dari 8 kelompok,
di beberapa tempat di Indonesia; (2) guru
yakni rata-rata skor isi cerita 89,38, rata-rata
menanyakan tempat kejadian, isi cerita, alur
skor menuliskan alur cerita sebesar 89,38, rata-
cerita dan pelaku dalam cerita tersebut; (3)
rata skor menuliskan para pelaku 95,62, dan
guru
cerita
skor rata-rata penyusunan dialog adalah 77,88.
tradisional yang terkenal di Indonesia sebagai
Dari 8 kelompok hanya satu kelompok yang
20
meminta
siswa
mengambil
20 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas Xii Ipa Berbicara Menggunakan Bahasa Jerman Melalui Model Pembelajaran Rollenspiel Dengan Tema Cerita Tradisional Di Sma Negeri 2 Brebes Tahun Ajaran 2013/2014
kurang lengkap dalam menuliskan isi cerita,
kurang improvisasi dalam menuliskan dialog,
satu kelompok yang kurang lengkap dalam
dan satu kelompok yang berlebihan dalam
menuliskan alur cerita, satu kelompok yang
improvisasi dialog. Hal ini dapat penulis
Tabel 1. Hasil Penilaian Tes Kognitif Siswa Kelas XII IPA-3 SMA N 2 Kelompok Komponen
No 1 2 3 4
Isi cerita Menuliskan alur Cerita Menyebutkan para pelaku Rata (1)
Rata-rata VI
VII
VIII
90
90
90
80
95
90
85
90
80
100
90
95
100
90
I
II
III
IV
V
90
95
90
90
90
90
95
95
95
100
89,38 89,38 95,62 91,46
Membuat dialog
0
a. Tata bahasa
65
65
75
75
65
60
65
65
66,88
b. Diksi
75
75
85
85
75
65
70
65
74,38
c. Improvisasi
85
90
95
95
75
85
85
75
85,62
d. Panjang Dialog
80
80
85
80
80
80
80
80
80,62
e. Koherensi
80
80
85
85
80
80
85
80
81,88 77,88
Rata-rata nilai menyusun dialog Rata-rata Nilai Kognitif
84,67
Dalam tahap observasi ini dilakukan
pengamatan, dari pengamatan yang dilakukan
pengamatan dan penilaian untuk sikap dan
oleh kolaborator menunjukkan bahwa ada
pendapat siswa selama tindakan penelitian
perubahan yang sangat signifikan minat siswa
melalui: (1) wawancara dan kuesioner. Dari
dalam
hasil wawancara dengan beberapa siswa dari
pemahaman, kreativitas mereka dalam rangka
masing-masing kelompok ditemukan bahwa
memainkan peran cerita tradisional dengan
siswa mengalami hambatan dalam menyusun
bahasa Jerman.
dialog
baik
berkaitan
dengan
kosakata,
tatabahasa maupun improvisasi dialog.; (2)
21 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
Pada
belajar
tahap
bahasa
refleksi,
Jerman
setelah
dalam
penulis
melakukan analisis data dari penilaian dan
21
Reni Hartati
pengamatan, dalam tahap refleksi ini penulis
2 ini penulis melakukan kegiatan-kegiatan
melakukan tindakan perbaikan isi, alur, dan
seperti: (1) memberikan feedback dari hasil tes
pelaku dalam cerita serta hasil dialog yang
kognitif; (2) memberikan penjelasan tentang
sudah diimprovisasi sehingga dalam tindakan
kompetensi
yang
ingin
dicapai
memerankan peran nanti tidak menyimpang
memainkan
peran
nanti;
(3)
jauh dari cerita. Diharapkan pada siklus
kelompok peserta didik yang sudah ditunjuk
selanjutnya masing-masing kelompok dapat
untuk
memainkan
mengucapkan
dipersiapkan; (4) masing-masing peserta didik
ungkapan-ungkapan yang ditulis dalam dialog.
berada di kelompoknya sambil mengamati
peran
dengan
melakonkan
skenario
dalam
memanggil yang
sudah
skenario yang sedang diperagakan kelompok lain; (5) setelah selesai ditampilkan, masing-
Deskripsi Siklus II Dalam tahap perencanaan siklus II ini
masing peserta didik diberikan lembar kerja
penulis melakukan kegiatan-kegiatan seperti,
untuk membahas penampilan masing-masing
mempersiapkan
kelompok;
feedback
terhadap
hasil
pekerjaan tiap kelompok yang masih kurang
(6)
masing-masing
kelompok
menyampaikan hasil kesimpulannya.
lengkap menuliskan isi cerita, alur cerita, dan
Pada tahap observasi dan evaluasi siklus II
kurangnya improvisasi dalam menuangkannya
ini dilakukan pengamatan dan penilaian.
dalam dialog. Termasuk yang berlebihan
Aspek-aspek yang diamati dan dinilai, antara
dalam
lain sebagai berikut: (1) tes praktik dengan
berimprovisasi
sehingga
jauh
menyimpang dari cerita yang sebenarnya.
aspek
penilaian,
antara
lain:aussprache
Dalam tahap perencanaan siklus II ini
(ucapan),betonung (intonasi), gramatik (tata
penulis juga melakukan kegiatan-kegiatan
bahasa), gelaufigkeit (kelancaran), worttschatz
seperti: (1) menetapkan kompetensi yang akan
(kosakata), penampilan, improvisasi, kerja tim,
dicapai dalan model pembelajaran Rollenspiel
motivasi
(bermain peran); (2) pembuatan lembar kerja
Dari tes praktik ini diperoleh hasil yang
siswa; (3) pembuatan rubrik penilaian hasil
cukup
percakapan siswa dalam bermain peran; (4)
menampilkan yang terbaik walaupun terjadi
pembuatan pertanyaan untuk kuesioner dan
banyak kekurangan. Masing-masing kelompok
wawancara; (5) pembuatan lembar pengamatan
telah menunjukkan motivasi yang tinggi serta
Dalam tahap implementasi tindakan siklus
improvisasi yang baik. Dari hasil penilaian
22
baik.
Dari
8
kelompok
telah
22 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas Xii Ipa Berbicara Menggunakan Bahasa Jerman Melalui Model Pembelajaran Rollenspiel Dengan Tema Cerita Tradisional Di Sma Negeri 2 Brebes Tahun Ajaran 2013/2014
aspek Aussprache (ucapan)dengan rata-rata
kerja tim dengan rata-rata sebesar 78,75, dan
sebesar 66, Gelaufigkeit dengan rata-rata
kesesuaian dengan cerita dengan rata-rata
sebesar 60,88, Betonung (intonasi) dengan rata
sebesar 88,75. Dari hasil di atas Gelaufigkeit
-rata sebesar 63,13, Gramatik (tata bahasa)
(kelancaran), Betonung (intonasi), Gramatik
dengan
(tata bahasa), dan penampilan masih belum
rata-rata
sebesar
63,25.
Dan
penampilan dengan rata-rata sebesar 67,50,
maksimal.
Tabel 2. Hasil Penilaian Tes Praktik Berbicara (Sprechen) Siklus II
No
Komponen
I
1 Aussprache 2
II
III
Kelompok IV V
66
65
67
Rata-rata VI
VII
VIII
68
70
60
66,00
70
62 58
60
60
62
64 62
64
57
60,88
60
64
65
65
67
60
63,13
Gelaufigkeit 3
Betonung
60
64
4
Gramatik Rata-rata (1)
60
65
60
65
65
65
67
59
63,25
60 65
63,8 65
61,3 65
64,5 65
66 65
65 65
67 75
59 75
63,35
5 Penampilan
67,50
6
Kerja Tim 7 Kesesuaian isi cerita Rata-rata (2)
75
75
75
80
80
75
85
85
85
85
85
85
90
90
95
95
78,75 88,75
75
75
75
76,7
78,3
76,7
85
85
78,33
67,5
69,4
68,2
70,6
72,2
70,9
76
72
70,83
pendapat
siswa
selama
intonasi. Hasil wawancara dan kuesioenr juga
tindakan penelitian melalui: (1) wawancara
menunjukkan bahwa masing-masing kelompok
dan kuesioner, dari hasil wawancara dengan
sangat
beberapa siswa dari masing-masing kelompok
walaupun masih kaku; (2) pengamatan, dari
ditemukan bahwa siswa mengalami kesulitan
hasil
dalam penampilan, melafazkan kata-kata, dan
kolaborator
Rata-rata (1 dan 2) Sikap
dan
23 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
bersemangat pengamatan
memainkan
yang
menunjukkan
peran
dilakukan bahwa
oleh
masing-
23
Reni Hartati
masing kelompok memainkan peran dengan
kuesioner
semangat yang tinggi. Terdapat kekurangan
pengamatan seperti pada siklus II
dalam penampilan, pengucapan, dan intonasi.
Dalam
dan
wawancara,
tahap
dan
implementasi
lembar tindakan
Setelah penulis melakukan analisis data
siklus III ini penulis melakukan kegiatan-
dari penilaian dan pengamatan dengan hasil
kegiatan seperti: (1) Memberikan feedback
yang cukup baik, dalam tahap refleksi siklus II
dari hasil penilaian praktik bermain peran; (2)
ini penulis melakukan tindakan perbaikan
memberikan penjelasan tentang gramatik dan
aspek Betonung (intonasi), Gramatik (tata
bagaimana
intonasi
bahasa),
dan
digunakan
dalam
siklus
kelompok;
(3)
Gelaufigkeit
penampilan.
(kelancaran),
Diharapkan
pada
dari
kata-kata
dialog
yang
masing-masing
menjelaskan
bagaimana
selanjutnya masing-masing kelompok dapat
penampilan yang harus dilakukan, misalnya
memainkan peran dengan Betonung (intonasi),
saat terkejut, dan sebagainya agar nampak
(tata
bahasa),
Gelaufigkeit
lebih hidup; (4) masing-masing peserta didik
(kelancaran), dan penampilan dengan baik dan
berada di kelompoknya sambil melakukan
benar.
pengamatan lagi terhadap skenario yang
Gramatik
sedang diperagakan oleh kelompok lain; (5) setelah selesai ditampilkan, masing-masing
Deskripsi Siklus III Dalam tahap perencanaan siklus III ini
peserta didik diberikan lembar kerja untuk
penulis melakukan kegiatan-kegiatan seperti,
membahas
mempersiapkan
kelompok;
penilaian
dan
terhadap
feedback
pengamatan
hasil
terhadap
penampilan memainkan peran tiap kelompok tentang
gramatiknya
(6)
masing-masing
masing-masing
kelompok
menyampaikan hasil kesimpulannya; (7) Dalam tahap observasi dan evaluasi
bagaimana
siklus III ini dilakukan pengamatan dan
intonasinya kata-kata. Serta mempersiapkan
penilaian. Aspek-aspek yang diamati dan
perbaikan
dinilai, seperti: (1) tes praktik dengan aspek
terhadap
dan
penampilan
penampilan
dan
peningkatan kelancaran berbicara.
penilaian seperti pada siklus II, antara lain:
Dalam tahap perencanaan siklus III ini penulis juga mempersiapkan
lembar kerja
siswa, rubrik penilaian hasil percakapan siswa dalam
24
bermain
peran,
pertanyaan
untuk
aussprache
(ucapan),
gramatik
(tata
betonung
bahasa),
(intonasi), gelaufigkeit
(kelancaran), improvisasi, kerja tim, motivasi. Dari tes praktik ini diperoleh hasil yang
24 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas Xii Ipa Berbicara Menggunakan Bahasa Jerman Melalui Model Pembelajaran Rollenspiel Dengan Tema Cerita Tradisional Di Sma Negeri 2 Brebes Tahun Ajaran 2013/2014
sangat baik. Dari sepuluh kelompok masing-
rata-rata nilai berbicara bahasa Jerman kelas
masing kelompok telah menunjukkan motivasi
XII IPA-3 SMA Negeri 2 Brebes adalah
yang tinggi serta improvisasi yang baik. Dari
sebesar
hasil penilaian aspek-aspek yang lain sudah
peningkatan
menunjukkan peningkatan yang signifikan.
penampilan mendapat kan penilaian rata-rata
Aspek Aussprache (ucapan) mendapatkan
79,75, kerja tim mendapatkan penilaian rata-
penilaian
rata 83,13, dan kesesuaian dengan isis cerita
rata-rata
mendapatkan
72,88,
penilaian
Gelaufigkeit
rata-rata
67,63,
70,17.
Hal
yang
ini
menunjukkan
signifikan.
Sedangkan
mendapatkan penilaian rata-rata 89,38.
Betonung (intonasi) mendapatkan penilaian rata-rata 71,38, dan Gramatik mendapatkan penilaian rata-rata 70,75. Dengan demikian
Tabel 3. Hasil Penilaian Tes Praktik Berbicara (Sprechen) Siklus III Kelompok No
Komponen
1
Rata-rata
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Aussprache
70
74
76
70
73
70
75
75
72,88
2
Gelaufigkeit
65
68
71
68
66
65
70
68
67,63
3
Betonung
69
74
75
70
71
72
70
70
71,38
4
Gramatik
68
72
74
68
70
69
70
75
70,75
68
72
74
69
70
69
71,3
72
Rata-rata A
70,17
5
Penampilan
75
75
85
85
70
80
80
80
78,75
6
Kerja Tim
80
80
90
90
80
80
80
85
83,13
7
Kesesuaian dengan isi cerita
85
90
95
95
85
85
90
90
78,
81,
Rata-rata B Rata-rata A dan B
81,
89,38
80
7 76,
90
90 79,
3 74,
7 75,
83,3
85
84,33
74
9
82
5
2
4
77,3
78,5
77,25 77,59
Rata-rata
25 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
25
Reni Hartati
Untuk Sikap dan pendapat siswa selama tindakan penelitian melalui; (1) wawancara dan kuesioner, dari hasil wawancara dengan beberapa siswa bahwa mereka sangat tertarik dan merasa senang serta tidak bosan belajar bahasa jerman melalui bermain peran dengan tema cerita tradisional. Dari hasil kuesioner masing-masing kelompok ditemukan bahwa tiap-tiap kelompok sudah memainkan peran dengan kompak memainkan peran, melafazkan kata-kata dengan benar dann dengan intonasi yang benar juga walaupun masih ada beberapa anggota kelompok yang belum fasih, serta penampilan yang bagus. Hasil wawancara dan kuesioenr juga menunjukkan bahwa masingmasing
kelompok
sangat
bersemangat
memainkan peran; (2) pengamatan, dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator menunjukkan bahwa masing-masing kelompok memainkan peran dengan semangat yang tinggi. Tiap kelompok sudah menunjukkan peningkatan yang signifikan baik dalam kerja tim, pengucapan, penampilan, dan intonasi. Setelah penulis melakukan analisis data dari penilaian dan pengamatan dengan hasil yang sangat baik, maka dengan kesepakatan kolaborator penulis menghentikan penelitian pada siklus III karena hasil yang diperoleh sangat baik.
26
HASIL DAN PEMBAHASAN TIAP SIKLUS DAN ANTARSIKLUS Siklus I Dalam kondisi awal nilai rata-rata siswa dalam kompetensi berbicara dalam bahasa Jerman adalah 55. Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan (2x90 menit). Pada pertemuan I siswa menerima penjelasan bagaimana menetapkan isi cerita, alur cerita dan pelaku dalam cerita. Pada pertemuan ini siswa dikelompokkan menjadi 10 kelompok yang terdiri dari 4 orang. Masing-masing kelompok
diminta
mendiskusikan
cerita
tradisional Danau Toba, Sangkuriang, dan Malin Kundang untuk mendapatkan isi cerita, alur cerita dan pelaku dalam cerita. Dalam kegiatan ini, hasil penilaian untuk kognitif siswa memperoleh nilai rata 84,67. Hasil ini sangat mengejutkan. Ini diyakini bahwa para siswa termotivasi untuk memainkan peran pelaku yang ada dalam cerita itu di samping sudah mengenal isi cerita sebelumnya sehingga memperoleh nilai yang sangat memuaskan. Pertemuan selanjutnya adalah masingmasing
kelompok
diminta
untuk
mengembangkan isi cerita itu dalam bentuk dialog dengan improvisasi yang selanjutnya akan didemontrasikan dalam bentuk drama. Dari hasil pengembangan dialog diperoleh nilai cukup baik dengan skor rata-rata 77,88.
26 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas Xii Ipa Berbicara Menggunakan Bahasa Jerman Melalui Model Pembelajaran Rollenspiel Dengan Tema Cerita Tradisional Di Sma Negeri 2 Brebes Tahun Ajaran 2013/2014
Nilai tersebut dengan rincian sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan lebih dari
Nilai panjang dialog rata-rata 80,62, Nilai
85% masing-masing anggota kelompok mulai
improvisasi rata-rata 85,62, Tatabahasa rata-
antusias dalam mendiskusikan isi cerita, alur
rata 66,87. dan nilai diksi rata-rata 74,37, dan
cerita, dan pelaku dalam cerita yang akan
koherensi 81,87.
mereka buat menjadi sebuah naskah dialog
Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa merasa terbantu dalam menemukan isi cerita, alur cerita, dan pelaku dalam cerita. Berikut adalah contoh wawancara antara kolaborator (Agus Windarto) dengan seorang siswa yang rendah dalam pelajaran bahasa Jerman. Ia mengatakan bahwa pembelajaran bahasa Jerman sangat sulit baginya. Namun dia
yang akan dipresentasikan pada pertemuan berikutnya. Masing-masing anggota kelompok menyumbangkan
positif terhadap dia dan teman-temannya ketika memahami sebuah teks. Selanjutnya ia mengatakan bahwa teks yang dibahas adalah sangat menarik dan sudah dikenal oleh semua murid. Sehingga hampir semua siswa dapat memahami isi teks dengan baik. Hasil
kuesioner
pasca
ide
beserta
improvisasinya yang akan ditulis dalam naskah dialog.
Memang
ada
beberapa
anggota
kelompok yang masih terkesan takut membuat kesalahan dalam mengembangkan kalimat/ide. Siklus II
mengakui bahwa tindakan yang dilakukan guru bahasa Jerman ini memberikan pengaruh yang
kalimat/
Siklus II dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan (1x90 menit). Setelah mendapatkan penjelasan skenario termasuk rubrik peilaian dari
guru,
masing-masing
kelompok
mempresentasikan hasil diskusi yang berupa naskah dialog secara bergantian. Ketika satu kelompok
mempresentasikan
permainan
perannya, kelompok lain mengamati dan siklus
I
memerikan
masukan. 8-15
Tiap
kelompok
menunjukkan bahwa sebanyak 49,64% siswa
mempresentasikan
mempunyai pemikiran, perasaan, dan pendapat
penyampaian
yang positif tentang pembelajaran Sprechen
menggunakan waktu di luar jam pelajaran
dalam bahasa Jerman dengan menggunakan
setelah pulang sekolah.
masukan,
menit. guru
dan
Untuk siswa
model pembelajaran yang menarik dengan
Dari hasil penilaian penampilan dari
menggunakan teks yang sudah dikenal oleh
semua kelompok diperoleh rata-rata nilai
siswa. Mereka mulai mendapatkan jalan terang
70,43. Nilai ini meliputi nilai rata-rata
dalam memahami teks bahasa Jerman.
Aussprache 66, Betonung 63,13, Gelaufigkeit
27 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
27
Reni Hartati
60,88, dan tatabahasa 63,25. Sedangkan
yang positif tentang pembelajaran bahasa
penampilan diperoleh rata-rata nilai 67,5, kerja
Jerman--khususnya belajar berbicara bahasa
tim diperoleh nilai rata-rata 78,75, dan
Jerman--dengan
kesesuaian isi, 88,75.
pembelajaran
Hasil wawancara menunjukkan bahwa para siswa
merasa
dalam
Rollenspiel.
kan
model
Mereka
mulai
mendapatkan jalan terang bagaimana belajar
model
berbicara dengan bahasa Jerman yang efektif.
hasil
Hanya saja mereka mempermasalah kan
wawancara dengan beberapa siswa 90 % siswa
kesulitan dalam mencari partner berbicara
berpendapat
bahasa Jerman.
pembelajaran
senang
mengguna
Rollenspiel. bahwa
pembelajaran
Dari
mereka
senang (berbicara)
Berdasarkan hasil pengamatan, masing-
menggunakan model pembelajaran Rollenspiel
masing anggota kelompok sangat antusias
(bermain peran) dengan media teks cerita
dalam memainkan peran cerita tradisional
tradisional. Karena hampir semua siswa sudah
dengan menggunakan bahasa Jerman. Sebesar
memahami isi dan alur cerita termasuk pelaku
85% mereka antusias. Masing-masing anggota
dalam cerita itu. Berikut adalah contoh
kelompok
wawancara
Sprechen
bersemangat
dalam
kolaborator
(Agus
memainkan peran. Memang ada beberapa
Windarto) dengan beberapa siswa.
mereka
anggota kelompok yang masih terkesan kurang
mengatakan bahwa mereka tertarik dan senang
lepas dalam mengucapkan kata-kata, takut
sekali belajar berbicara dengan bahasa Jerman
salah mengucapkan.
melalui
antara
nampak
drama.
Namun
mereka
juga
mengalami kesulitan masalah pengucapan dan intonasi sehingga mereka tidak lancar dan mempengaruhi penampilan dan kerja tim. Namun mereka mengakui bahwa tindakan yang dilakukan guru bahasa Jerman ini memberikan pengaruh yang positif terhadap mereka ketika berbicara dalam bahasa Jerman. Hasil
kuesioner
pasca
siklus
II
menunjukkan bahwa sebanyak 77,78% siswa mempunyai pemikiran, perasaan, dan pendapat
28
Siklus III Siklus III dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan. Setelah mendapatkan penjelasan-bagaimana intonasi sebuah kata yang benar serta
penjelasan
penampilan
yang
gramatik
dari
guru,
baik--masing-masing
kelompok mempresentasikan lagi permainan perannya, kelompok lain mengamati dan memberikan masukan juga. Tiap kelompok mempresentasikan 8-15 menit. Dari hasil penilaian penampilan dari semua
28 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas Xii Ipa Berbicara Menggunakan Bahasa Jerman Melalui Model Pembelajaran Rollenspiel Dengan Tema Cerita Tradisional Di Sma Negeri 2 Brebes Tahun Ajaran 2013/2014
kelompok pada siklus III ini diperoleh
pembelajaran Sprechen mengguna kan model
peningkatan rata-rata nilai 77,21 dari rata rata
pembelajaran Rollenspiel dengan media teks
nilai 70,83 pada siklus II. Nilai aspek
cerita tradisional. Karena hampir semua siswa
Aussprache meningkat dari rata-rata 66 pada
sudah memahami isi dan alur cerita termasuk
siklus II menjadi rata-rata 72,88 pada siklus
pelaku dalam cerita itu. Wawancara antara
III, aspek Betonung meningkat dari rata-rata
kolaborator dengan beberapa siswa, hasilnya
63,13 pada siklus II menjadi rata-rata 71,38
tidak jauh dari pernyataan mereka di siklus II
pada siklus III, aspek Gelaufigkeit meningkat
mereka mengatakan bahwa mereka tertarik dan
dari rata-rata 60,88 pada siklus II menjadi rata-
senang sekali belajar berbicara dengan bahasa
rata 67,63 pada siklus III, dan tatabahasa
Jerman melalui drama. Hanya dalam siklus III
meningkat dari rata-rata 63,25 pada siklus II
ini mereka lebih percaya diri dan tidak takut
menjadi 70,75 pada siklus III. Hal ini
salah dalam mengucapkan sebuah kata dalam
menunjukkan
bahasa Jerman. Dan mereka meminta kepada
peningkatan
yang
sangat
signifikan.
guru agar melanjutkan menggunakan model
Dari hasil penilaian aspek-aspek yang lain sudah
menunjukkan
peningkatan
yang
signifikan. Penampilan meningkat dari rata-
pembelajaran
ini,
khususnya
dalam
pembelajaran Sprechen. Hasil
kuesioner
pasca
siklus
III
rata 67,5 pada siklus II menjadi rata-rata 78,75
menunjukkan bahwa sebanyak 93,21% siswa
pada siklus III, kesesuaian isi meningkat dari
mempunyai pemikiran, perasaan, dan pendapat
rata-rata 88,75 pada siklus II menjadi rata-rata
yang positif tentang pembelajaran bahasa
89,38 pada siklus III, dan kerja tim meningkat
Jerman--khususnya belajar berbicara bahasa
dari rata-rata 78,75 pada siklus II menjadi rata-
Jerman--dengan
rata 83,13 pada siklus III.
pembelajaran Rollenspiel dengan mengguna
mengguna
kan
model
Hasil wawancara menunjukkan bahwa para
kan tema cerita tradisional. Mereka mulai
siswa meningkat rasa percaya dirinya dalam
mendapat kan jalan terang bagaimana belajar
berbicara
berbicara dengan bahasa Jerman yang efektif.
bahasa
Jerman
yang
disajikan
dengan model pembelajaran Rollenspiel. Dari
Berdasarkan hasil pengamatan, masing-
hasil wawancara dengan beberapa siswa
masing anggota kelompok sangat antusias
meningkat dari 85% menjadi 95% siswa
dalam memainkan peran cerita tradisional
berpendapat
dengan menggunakan bahasa Jerman. Mereka
bahwa
mereka
29 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
senang
29
Reni Hartati
nampak bersemangat dalam memainkan peran.
tindakan hingga akhir siklus III. Dalam tabel
Mereka sudah menunjukkan sikap percaya diri
berikut penulis tidak mencantumkan siklus I
dalam berbicara, sudah tidak merasa takut
karena siklus I merupakan langkah menuju
salah mengucapkan.
fokus tindakan kompetensi berbicara.
Antar Siklus Berikut adalah Tabel 4 yang berisi nilai praktik berbicara bahasa Jerman dari pra
Tabel 4 Nilai rata-rata Berbicara Bahasa Jerman Kelompok
Pra Siklus
Siklus II
Siklus III
1
50
67,5
74,0
2
60
69,4
76,9
3
60
68,2
82,2
4
55
70,6
79,5
5
50
72,2
74,2
6
53
70,9
75,4
7
56
76,0
77,3
8
55
72,0
78,5
Rata-Rata
55,20
70,34
77,25
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat peningkatan nilai berbicara bahasa Jerman yang sangat signifikan oleh masing-masing
II ternyata dapat meningkatkan nilai berbicara dalam mata pelajaran bahasa Jerman. Sedangkan hasil analisis kuesioner, sikap
pembelajaran
positif siswa terhadap model pembelajaran
Rollenspiel. Refleksi yang diperoleh dari siklus
Rollenspiel ini mengalami peningkat an yang
II sangat penting untuk mengetahui respon
signifikan.
serta
perkembangan respon positif siswa terhadap
kelompok
melalui
permasalahan
model
atau
kesulitan
yang
dihadapi oleh siswa selama tindakan. Tindakan
pembelajaran
Grafik
berikut
berbicara
menunjukkan
dengan
model
pada siklus III berdasarkan hasil refleksi siklus
30
30 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas Xii Ipa Berbicara Menggunakan Bahasa Jerman Melalui Model Pembelajaran Rollenspiel Dengan Tema Cerita Tradisional Di Sma Negeri 2 Brebes Tahun Ajaran 2013/2014
pembelajaran Rollenspiel
dari pra siklus
hingga siklus III.
III dan rasa percaya diri mereka meningkat sehingga respon/skor mereka pun meningkat lagi menjadi 261 atau 93,21% dari skor ideal
Grafik 1. Prosentase Hasil Kuesioner 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
280. Ini menunjukkan peningkatan sangat sangat signifikan.
93,2 1% 76,7 8%
Hasil
pengamatan
antar
siklus
juga
menunjukkan bahwa siswa tidak lagi enggan untuk menggunakan bahasa Jerman dengan lisan. Para siswa semakin percaya diri dan
49, 64 %
tidak takut salah dalam mengucapkan kata-kata bahasa Jerman. Secara umum tiap kelompok
21, 07
sudah dapat bekerja sama secara aktif mulai awal hingga akhir. Kelancaran dalam berbicara
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Siklus III
Prosentase kuesioner sikap positif siswa
meningkat dari siklus II hingga siklus III. Para siswa menunjukkan pengucapan yang jelas
pada pra siklus diperoleh skor 59 atau 21,07%
tidak ragu-ragu lagi.
dari skor ideal 280. Hal ini berarti bahwa siswa
KESIMPULAN
kurang atau tidak menunjukkan respon positif
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
terhadap pembelajaran Sprechen dalam bahasa
yang dilaksanakan di kelas XII IPA-3 SMA
Jerman. Mereka menganggap bahwa Sprechen
Negeri 2 Brebes dengan menggunakan model
tidak bermanfaat untuk siswa-siswa di luar
pembelajaran Rollenspiel (bermain peran) ini
kota-kota besar apalagi dengan ucapan yang
dilaksanakan dalam 3 siklus. Setelah ada
berbeda dengan hurufnya. Namun setelah
motivasi maka pada pelaksanaan siklus kedua
tindakan siklus I, II, dan III melalui model
ada perubahan yang sangat berarti ke arah
pembelajaran bermain peran (Rollenspiel)
yang sangat baik. Siswa sudah menunjukkan
respon positif mereka meningkat menjadi
peningkatan minat dalam belajar berbicara
49,64%, yakni skor 139 dari skor ideal 280.
dengan Bahasa Jerman.
Setelah diberikan penguatan pada siklus II,
Dari hasil pelaksanaan tindakan, analisis,
skor meningkat menjadi 215 atau 76,78 % dari
dan
280. Setelah diberikan penguatan pada siklus
pembelajaran Rollenspiel (bermain peran)
31 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015
refleksi
atas
penerapan
model
31
Reni Hartati
dapat disimpulkan beberapa temuan adalah (1)
dalam mengembangkan suasana belajar yang
model pembelajaran Rollenspiel (bermain
kondusif.
peran) dengan menggunakan media cerita
SARAN
tradisional dapat membantu meningkatkan
Dalam rangka memperbaiki pelaksanaan
motivasi belajar siswa dalam kompetensi
tindakan berikutnya dan meningkatkan minat
berbicara dalam mata pelajaran bahasa Jerman.
belajar bagi siswa sebaiknya menerapkan
Dari rangkaian tindakan pembelajaran yang
model pembelajaran Rollenspiel (bermain
telah dilaksanakan secara empirik tampak
peran).
adanya perubahan yang berkelanjutan dalam
(bermain
aspek-aspek
aktivitas
Misalnya
alternatif yang perlu dikembangkan untuk
kemampuan
guru
tujuan
meningkatkan mutu pembelajaran, khususnya
pembelajaran, memotivasi kelompok, memilih
pembelajaran Sprechen. Untuk keberhasilan
pemeran, menyiapkan pengamat, membimbing
pengembangan model ini perlu didukung oleh
diskusi, dan membagi pengalaman belajar
pandangan, kesanggupan dan kesediaan guru
kepada siswa. Dengan demikian pembelajaran
untuk melakukan perubahan-perubahan dalam
Sprechen tidak hanya
mengarah kepada
pola dan model mengajar yang selama ini
keterampilan anak dalam berbicara tetapi juga
dipraktikkan dan dianggap sebagai suatu
pengetahuan, sikap, moral, dan sosial; (2)
kerangka konseptual yang baku.
guru.
menjelaskan
Model peran)
pembelajaran merupakann
Rollenspiel salah
satu
model pembelajaran Rollenspiel (bermain peran) dapat meningkatkan kemampuan guru
DAFTAR PUSTAKA A.M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 1996 Brown, H. Douglas. 2000. Principles of language Learning and Teaching. New York: Logman, Inc. Cleser, Marx, and Fox, Robert, 1966. Role Palying Methods in The Classroom. Chicago: Sciences research Association, Inc. Depdiknas.Kurikulum 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Jerman Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Hopkin, David. 1985. A Teacher Guide to Classroom Research. Philadelpia: Open University Press, Milton Keynes I Nyoman S. Degeng. Teori Pembelajaran Dan pembelajaran, 2001.
32
32 Widya Komunika Vol 5 No . 1 J uni 2015