B A DA N P OM R I InfoPOM - Vol.13 No. 4 Juli-Agustus 2012
Topik
sajian utama
Komitmen dan Kemandirian Sekolah Sukseskan Aksi Nasional PJAS
Pedoman Cara Ritel Pangan Yang Baik Seri Swamedikasi 4
Obat Kecacingan
InfoPOM - Vol.13 No. 4 Juli-Agustus 2012
Tim
Redaksi Penasehat Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Pengarah Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan Penanggungjawab Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan Redaktur Kepala Bidang Informasi Obat Editor Irhamahayati, Apt., MTI; Dra. Murti Hadiyani; Indah Widyaningrum, S.Si, Apt; Eriana Kartika Asri, S.Si, Apt Kontributor DR. Tepy Usia, M.Phil; Sofhiani Dewi, STP, Msi; Dina Puspita Mayasari, S.Farm, Apt.; Dra. Tri Asti I., Apt., M.Pharm.; Dra. Tutut Sumartini, MM; Dra. Sutanti Siti Namtini, Ph.D; Sandhyani ED, S.Si., Apt.; Dra Rini Tria Suprantini, M.Sc; Yustina Muliani, S.Si., Apt.; Judhi Saraswati, SP., MKM; Indah Widyaningrum, S.Si, Apt.; Khusnul Khotimah, S.Si; Eriana Kartika Asri, S.Si, Apt.; drg. Indah Ratnasari; Arlinda Wibiayu, S.Si., Apt.; Fitri Fatima, S.Si., Apt.; Linda Octaviani, S.Si., Apt. Sekretariat Judhi Saraswati, SP., MKM; Arlinda Wibiayu, S.Si., Apt.; Riani Fajar Sari, A.Md; Tanti Kuspriyanto, S.Si., M.Si.; Arif Dwi Putranto, S.Si., Apt.; Netty Sirait; Surtiningsih Desain Grafis Dwi Resmiyarti, S.Farm, Apt.; Eriana Kartika Asri, S.Si, Apt. Foto Ridwan Sudiro, S.Sos.
Redaksi menerima sumbangan artikel yang berisi informasi terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, komplemen makanan, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan tulisan melalui alamat redaksi dengan melampirkan identitas diri penulis.
2
Editorial Pembaca yang terhormat, Pangan merupakan salah satu bahan pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa serta mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional. Badan POM sebagai institusi yang mengawasi produk pangan, turut serta dalam mengawal peredaran produk pangan di pasaran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini InfoPOM menyajikan informasi-informasi terbaru terkait panduan Badan POM di bidang pangan yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dan praktisi, baik di bidang kesehatan maupun industri, melalui artikel “Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik”. Masih berbicara tentang pangan, Gerakan menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Aman, Bermutu, dan Bergizi yang diinisiasi oleh Badan POM dapat menjadi salah satu masukan dalam membangun masyarakat sehat. Setelah pelaksanaan sosialisasi kegiatan PJAS secara rutin kepada publik, kini Gerakan PJAS telah ditindaklanjuti oleh suatu Aksi Nasional PJAS (AN PJAS) yang bertujuan meningkatkan keamanan, mutu, dan gizi PJAS melalui kemandirian komunitas sekolah di lingkungannya dengan mengimplementasikan lima strategi utama. Apa saja lima strategi tersebut? Simak lebih lanjut pada sajian utama edisi ini, “Komitmen dan Kemandirian Komunitas Sekolah: Sukseskan Aksi Nasional PJAS”. Pangan yang tidak terjamin higienis dapat menimbulkan berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang sering menyerang penduduk di negara tropis terutama anak-anak adalah penyakit kecacingan, atau yang biasa dikenal dengan sebutan penyakit cacingan. Untuk melindungi diri dari penyakit kecacingan, sangat diperlukan pengetahuan mengenai penyebab, cara pencegahan serta cara mengatasi penyakit kecacingan tersebut. Karena itu, pada edisi ini kami membagi informasi tersebut dalam “Seri Swamedikasi-4: Obat Kecacingan”. Informasi lainnya juga dapat disimak dalam forum tanya-jawab mengenai keamanan penggunaan obat pada ibu menyusui dari Forum PIONas dan keracunan pembersih kaca dari Forum SIKerNas. Selamat membaca!
InfoPOM - Vol.13 No. 4 Juli-Agustus 2012
Sajian Utama
Komitmen dan Kemandirian Komunitas Sekolah Sukseskan Aksi Nasional PJAS Pendahuluan “Tanggung jawab pembentukan generasi mendatang terdapat pada generasi saat ini. Generasi mendatang akan menjadi generasi penerus bangsa. Jika generasi tersebut tidak dipersiapkan dengan baik maka akan terjadi kemunduran suatu bangsa”, demikian pernyataan Wakil Presiden RI yang disampaikan pada saat pencanangan Gerakan menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Aman, Bermutu, dan Bergizi di Istana Wapres-Jakarta pada tanggal 31 Januari 2011.
Peran PJAS dalam MDGs Gerakan menuju PJAS yang Aman, Bermutu, dan Bergizi semakin berperan penting karena PJAS turut berperan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Ketidakmampuan mengonsumsi PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi merupakan bagian dari dampak kemiskinan. Anak sekolah yang selalu mengonsumsi PJAS yang aman, bermutu dan bergizi umumnya dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Anak perempuan yang selalu mengonsumsi PJAS yang aman, bermutu dan bergizi merupakan investasi dalam belajar, dan akan membantu memajukan status perempuan dalam perspektif yang lebih luas, sehingga dapat meningkatkan insentif keluarga. Dengan demikian Gerakan PJAS tersebut berkontribusi pada pencapaian MDGs dalam hal menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua dan mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Lima Strategi ANPJAS Badan POM RI yang menginisiasi Gerakan PJAS tersebut secara rutin mensosialisasikan pencanangannya kepada publik dan melakukan berbagai aktivitas komunikasi untuk mengedukasi publik diantaranya melalui artikel di media cetak, Iklan Layanan Masyarakat di beberapa stasiun radio dan TV swasta, talkshow di radio (Delta FM 99,1 dan RRI Pro 3) serta di beberapa TV swasta (O’Channel dan Metro TV) dengan menghadirkan antara lain Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai narasumber. Gerakan PJAS dalam bentuk Aksi Nasional PJAS (AN PJAS) bertujuan meningkatkan keamanan, mutu, dan gizi PJAS, dilakukan melalui kemandirian komunitas sekolah di
lingkungannya dengan mengimplementasikan lima strategi utama yaitu (1) Perkuatan Program PJAS; (2) Peningkatan “Awareness” Komunitas Sekolah; (3) Peningkatan Kapasitas Sumber Daya PJAS; (4) Modeling dan Replikasi Kantin Sekolah; serta (5) Optimalisasi Manajemen Aksi Nasional PJAS. Aksi nasional ini melibatkanberbagai instaansi pemerintah seperti Badan POM, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Sasaran dan target ANPJAS Sasaran ANPJAS adalah komunitas Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) di 33 propinsi. Target AN PJAS yang dilaksanakan oleh Badan POM RI dan instansi terkait dalam kurun waktu empat tahun adalah 178.369 SD/MI, sehingga cakupan sekolah yang diharapkan dapat diintervensi melalui ANPJAS ini adalah 10% dari jumlah SD se-Indonesia yaitu sebanyak 18.000 SD/MI. Cakupan ANPJAS tahun 2011 adalah 4.500 SD/MI dan hingga Juni 2012 adalah 7.030 SD/MI.
Intervensi Keamanan Pangan untuk Komunitas sekolah Intervensi pada komunitas sekolah merupakan suatu langkah konkret yang bertujuan agar komunitas sekolah dapat mandiri dalam menjaga diri dari pangan yang tidak aman serta turut
3
InfoPOM - Vol.13 No. 4 Juli-Agustus 2012
Gambar 1. Sasaran dan Target ANPJAS tahun 2011-2014
berpartisipasi dalam mengawasi dan meningkatkan keamanan pangan di sekitarnya. Intervensi pada komunitas sekolah yang dilakukan, dikategorikan sebagai berikut :
Strategi peningkatan kapasitas sumber daya PJAS di lingkungan sekolah dalam bentuk edukasi komunitas sekolah yang terdiri dari:
a. Intervensi pengawasan berupa sampling dan analisis sampel PJAS dari kantin dan penjaja makanan di lingkungan sekolah. b. Intervensi pembinaan berupa kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) keamanan, mutu, dan gizi PJAS untuk komunitas sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan awareness. c. Bimbingan Teknis keamanan PJAS untuk meningkatkan kapasitas sumber daya PJAS. d. Intervensi pengawalan berupa intervensi dimana komunitas sekolah yang telah mendapat intervensi keamanan pangan pada tahun 2011, mendapat paket materi edukasi keamanan pangan dan pendataan kegiatan keamanan pangan (pameran, lomba, kegiatan ekstrakulikuler) sebagai bentuk pengawalan terhadap kemandiriannya.
• Tim Keamanan Pangan untuk menjamin keamanan pangan di sekolah • Manajemen Keamanan Pangan Sekolah Mandiri (MKPSM) • Praktek Keamanan Pangan yang Baik di Sekolah
Strategi peningkatan awareness komunitas sekolah dilakukan melalui : • Program kreatif seperti Lomba menciptakan slogan Keamanan Pangan dan kemudian mensosialisasikan slogan tersebut di lingkungan sekolah. Lomba di tingkat siswa SD bertema keamanan PJAS lainnya seperti lomba mewarnai, lomba majalah dinding, lomba menulis cerita, lomba kantin sekolah sehat. • Pemahaman dan pelaksanaan 5 kunci Keamanan Pangan Untuk Anak Sekolah sebagai salah satu materi dalam kegiatan ekstrakurikuler • Aktivitas mengakses e-learning “5 Kunci Keamanan Pangan Untuk Anak Sekolah” dan e-notifikasi pada www. klubpompi.com • Pemanfaatan pesan keamanan pangan di sekolah dalam bentuk poster, leaflet, stiker, Film Animasi PoMpi, buku Keamanan Pangan 5 Kunci Keamanan Pangan, • Intensifikasi mobil laboratorium keliling dalam melakukan promosi keamanan pangan dan pendistribusian materi promosi dan penyuluhan keamanan, mutu, dan gizi PJAS untuk sekolah
4
Selain intervensi terhadap faktor perilaku yang dilakukan melalui strategi ANPJAS berupa pendekatan awareness komunitas sekolah dan peningkatan kapasitas sumber daya PJAS di lingkungan sekolah, maka dilakukan upaya intervensi faktor non perilaku meliputi strategi perkuatan program PJAS, modeling dan replikasi kantin sekolah serta optimalisasi manajamen AN PJAS
Strategi Perkuatan Program PJAS a. Melakukan peningkatan advokasi komitmen Pemda dalam Aksi Nasional PJAS di daerah Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan Sosialisasi program Aksi Nasional PJAS kepada pemangku kepentingan (Kemenko Kesra, Kemendiknas, Kemenkes, Kemen PPPA, Dinas Kesehatan, dll), pembentukan Gugus Tugas Aksi Nasional PJAS dan Focus Group Discussion dan workshop terkait Program Aksi Nasional PJAS. Adapun perkuatan komitmen di tingkat pusat yang telah dihasilkan di antaranya : ◦◦ MoU Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Badan POM tentang Program Pembinaan Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah; ◦◦ SKB Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dengan Kementerian Kesehatan dan Badan POM tentang Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah melalui Pembinaan dan Pengawasan di Bidang Pangan, Obat Tradisional dan Kosmetika; ◦◦ MoU Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan Badan POM tentang Pengarusutamaan Gender dan Pemenuhan Hak Anak di Bidang Obat dan Makanan;
InfoPOM - Vol.13 No. 4 Juli-Agustus 2012
b. Menyusun kebijakan/regulasi untuk program Aksi Nasional PJAS di pusat dan daerah c. Melakukan program pengawasan keamanan berupa penyusunan pedoman prioritas sampling dan pedoman pengawasan keamanan PJAS, pelaksanaan pengambilan dan pengujian sampel PJAS serta pengembangan program pengawasan PJAS spesifik daerah berupa pendataan PJAS yang beredar di daerah, pemetaan sarana dan jalur produksi dan distribusi PJAS di daerah, identifikasi potensi masalah PJAS, sampling dan pengujian PJAS dalam rangka pengawasan di kab/kota dan pengawasan jalur distribusi pengawasan jalur distribusi bahan berbahaya yang sering disalahgunakan pada PJAS (misal formalin, boraks, pewarna terlarang) agar tidak ‘bocor’ ke jalur produksi PJAS d. Penyediaan rapid test kit Pengadaan dan demo rapid test kit untuk ‘pengawasan’ keamanan PJAS secara mandiri oleh komunitas sekolah atau identifikasi awal pengawasan keamanan PJAS e. Mobil laboratorium keliling Badan POM mengoperasionalisasikan 37 mobil laboratorium keliling, untuk pengawasan PJAS dan pembinaan komunitas sekolah kepada 374 SD/MI hingga semester 1 tahun 2012 dan 4500 SD/MI pada tahun 2011.
Strategi Modeling dan replikasi kantin sekolah • Pengembangan dan replikasi model kantin sehat sekolah • Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah hingga semester 1 tahun 2012 telah diberikan ke 35 SD/MI di 9 propinsi yang kantinnya dinilai mampu mempertahankan persyaratan keamanan pangan • Penggalangan sumber daya melalui kemitraan dengan sektor lain untuk kantin sehat sekolah
“Gerakan PJAS dalam bentuk Aksi Nasional PJAS (AN PJAS) bertujuan meningkatkan keamanan, mutu, dan gizi PJAS, melalui kemandirian komunitas sekolah di lingkungannya dengan mengimplementasikan lima strategi utama.”
• Penyediaan paket bantuan penyediaan atau perbaikan fasilitas, baik untuk kantin sehat sekolah maupun penjaja PJAS di luar pagar sekolah • Penyediaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang sering digunakan untuk pembuatan PJAS
Strategi Optimalisasi Manajemen ANPJAS Dilakukan melalui fasilitasi, koordinasi, dan komunikasi dengan lintas sektor dalam pelaksanaan program ANPJAS. Sedangkan kegiatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan meliputi perencanaan kegiatan dan persiapan strategi manajemen ANPJAS, penyusunan kerangka kerja monitoring dan evaluasi kegiatan, penyusunan laporan kemajuan dan laporan akhir kegiatan ANPJAS serta koordinasi pelaporan ANPJAS.
Capaian AN PJAS Semester I tahun 2012 • AN PJAS yang saat ini memasuki tahun ke dua telah mendapat dukungan dan komitmen dari berbagai Kementerian/ lembaga sebagai penyusun kebijakan serta perencana dan pelaksana program dan kegiatan nasional, seperti Pemerintah Daerah sebagai pengambil dan pelaksana kebijakan di daerah, komunitas sekolah serta elemen masyarakat lainnya: juga swasta dengan program Corporate Social Responsibility. sehingga menunjukkan hasil yang bermakna terhadap peningkatan keamanan PJAS yaitu dari 56 – 60 % PJAS yang memenuhi syarat (MS) pada tahun 2008 – 2010 menjadi 65 % PJAS yang MS pada tahun 2011 dan 76 % yang MS pada Juni 2012. • Dampak AN PJAS sampai Juni 2012 adalah sekitar 1,2 juta siswa diperkirakan dapat dilindungi dari PJAS yang tidak aman serta 2,4 juta orangtua siswa, 70.000 guru SD, 70.000 pedagang PJAS di sekitar sekolah dan 21.000 pengelola kantin telah terpapar sosialisasi keamanan pangan. • Perkuatan komitmen di tingkat Provinsi dilakukan dengan penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) di 26 provinsi dengan melibatkan 130 kabupaten/kota. • Advokasi Penyalahgunaan Bahan Berbahaya pada PJAS dilakukan di 15 propinsi sebagai salah satu upaya untuk meminimalkan atau memutus suplai bahan berbahaya yang dilarang digunakan pada PJAS. • Melalui mobil laboratorium keliling, Balai Besar/Balai POM telah mengunjungi 374 Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI). • Peningkatan “awareness” komunitas sekolah melalui kegiatan sosialisasi keamanan PJAS dilaksanakan di 24 Provinsi dan diikuti oleh 312 SD/MI. Penghargaan dari Badan POM berupa Piagam Bintang Keamanan Pangan diberikan kepada 15 SD/MI di 7 provinsi. • Pengawasan, pembinaan dan pengawalan telah dilakukan ke 2530 SD/MI.
Penutup Program Aksi Nasional PJAS merupakan program pro rakyat yang hasilnya dapat berkontribusi untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs). Aksi Nasional ini sarat dengan kegiatan yang memerlukan koordinasi dan sinergisme di
5
InfoPOM - Vol.13 No. 4 Juli-Agustus 2012
antara sektor terkait sehingga diperlukan komitmen yang kuat dari semua pemangku kepentingan baik di pusat maupun di daerah. Peningkatan keamanan, mutu dan gizi PJAS melalui kemandirian komunitas sekolah sebagai tujuan utama dari ANPJAS merupakan bagian tak terpisahkan dari perlindungan kesehatan anak sekolah, dan pembangunan SDM anak sekolah sebagai generasi penerus dan aset potensi bangsa. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan POM RI Daftar pustaka : 1. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, 2012, Aksi Nasional Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu, dan Bergizi : Laporan Kemajuan Semester I tahun 2012, Badan POM RI, Jakarta 2. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, 2012, Grand Disain Aksi Nasional PJAS,Badan POM RI, Jakarta
Pedoman Cara Ritel Pangan Yang Baik Pernahkah anda mendengar berita tentang ditemukannya produk pangan yang sudah rusak, terkontaminasi bakteri atau logam berat atau bentuk-bentuk kerusakan lainnya padahal setelah ditelusuri ke pabrik ternyata tidak ada masalah pada proses produksinya? Maka, selain pabrik dimana produk pangan diproduksi, ritel dimana produk pangan dijual kepada konsumen juga menentukan mutu produk yang akhirnya dijual kepada konsumen. Mengingat pentingnya penerapan cara yang baik pada ritel pangan untuk menjamin mutu, keamanan dan gizi pangan, maka pemerintah telah mengatur hal ini dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Pada peraturan tersebut, dijelaskan bahwa Cara Ritel Pangan yang Baik (CRPB) harus memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara: a. Mengatur cara penempatan pangan dalam lemari gerai dan rak penyimpanan agar tidak terjadi pencemaran silang; b. Mengendalikan stok penerimaan dan penjualan; c. Mengatur rotasi stok pangan sesuai dengan masa kedaluwarsanya; dan d. Mengendalikan kondisi lingkungan penyimpanan pangan khususnya yang berkaitan dengan suhu, kelembaban, dan tekanan udara. Dalam menjamin keamanan, mutu dan gizi pangan yang dijualnya, pengelola sarana ritel pangan harus mampu menerapkan cara-cara yang baik (good practices) selama proses penerimaan, penyimpanan, pemajangan, penjualan hingga penyerahan pangan kepada konsumen. Dengan demikian, dapat dihindari risiko terjadinya pencemaran
6
silang atau kerusakan atau penurunan mutu dan gizi selama penjualan pangan. Pedoman penerapan CRPB diuraikan lebih detail pada Peraturan Kepala Badan POM No. HK.03.1.23.12.11.10569 Tahun 2011 tentang Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik. Ruang lingkup Pedoman ini mencakup CRPB di toko modern, yaitu toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran. Toko Modern meliputi Minimarket, Supermarket, Hypermarket, atau grosir yang berbentuk perkulakan. Pemilihan toko modern, antara lain dilatar belakangi oleh semakin banyaknya Toko Modern yang didirikan, tidak hanya di daerah perkotaan bahkan hingga kepedesaan. Bangunan dan fasilitas serta cara penjualan yang berbeda dari pasar tradisional atau warung, menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen untuk berbelanja kebutuhan seharihari termasuk pangan di Toko Modern. Hal ini menjadikan Toko Modern menjadi sarana distribusi pangan yang memiliki akses luas kepada masyarakat. Pedoman CRPB disusun dengan tujuan untuk: a. Memberikan prinsip-prinsip dasar yang penting dalam ritel pangan yang dapat diterapkan oleh pelaku usaha ritel pangan, mulai dari penerimaan pangan, penyimpanan, pemajangan pangan di sarana ritel pangan hingga diterima konsumen untuk dikonsumsi; b. Mengarahkan pelaku usaha ritel pangan agar dapat memenuhi berbagai persyaratan ritel pangan, seperti lokasi, bangunan dan fasilitas, gudang penyimpanan, persyaratan penyimpanan, pemajangan pangan dan karyawan; dan
InfoPOM - Vol.13 No. 4 Juli-Agustus 2012
c. Meningkatkan pemahaman para pelaku usaha di bidang ritel pangan, distributor produk pangan, petugas pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan, serta para praktisi dibidang pangan mengenai CRPB Pedoman ini, juga berguna bagi konsumen memperoleh pangan yang aman dan tidak membahayakan kesehatan, sehingga secara tidak langsung dapat berperan serta dalam melakukan pengawasan pada saat ditemukan ketidaksesuaian dengan ketentuan pada Pedoman ini. Aspek yang diatur dalam pedoman ini mencakup: a. Sumber daya manusia (pengelola, penanggung jawab dan karyawan), b. Rancang bangun dan fasilitas c. Pembersihan dan sanitasi serta pemeliharaan fasilitas ritel pangan; d. Penerimaan dan pemeriksaan pangan; e. Penyimpanan pangan; f. penyiapan, pengemasan dan pelabelan produk pangan; g. penyusunan, pemajangan dan penyerahan pangan pada konsumen; h. produk kedaluwarsa dan pengaturan rotasi stok pangan; i. penyimpanan dan penggunaan bahan kimia beracun (zat pembersih dan sanitasi, pestisida) untuk pemeliharaan sarana ritel pangan; dan j. pencatatan dan dokumentasi. Anda dapat membaca pedoman lengkapnya dengan mendownload dari website resmi Badan POM http://jdih.pom.go.id/ Pengelola ritel pangan harus memahami dan menerapkan seluruh aspek pada Pedoman CRPB ini, sehingga dapat
menjamin keamanan, mutu dan gizi pangan yang dijualnya. Sebagai salah satu contoh, pengelola ritel pangan harus memastikan bahwa pangan olahan yang dikemas dalam kemasan eceran yang dijual, telah mempunyai izin edar yang ditandai pencantuman BPOM RI MD / BPOM RI ML / P-IRT, sehingga tidak akan ditemukan lagi produk pangan ilegal dijual di ritel/Toko Modern. Dengan demikian masyarakat yang berbelanja di ritel akan terhindar dari produk pangan ilegal Bagi masyarakat yang memahami CRPB, juga akan dapat menilai dengan kritis ritel mana yang memenuhi CRPB dan yang bukan, serta dengan sendirinya akan dengan sadar menghindari berbelanja di ritel yang tidak menerapkan CRPB sehingga terhindar dari risiko yang mungkin ada terkait menurunnya mutu, keamanan dan gizi produk pangan. Tindakan kritis masyarakat ini sekaligus akan menjadi daya dorong bagi pengusaha ritel untuk menerapkan CRPB guna menghindari kerugian karena ditinggalkan konsumen. Adanya counter balance yang sehat ini akan menumbuhkan iklim yang kondusif dalam distribusi/perdagangan produk pangan yang bermutu dan sehat. Bagi pelaksana pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan yang dijual di ritel, CRPB memberikan arahan yang jelas dalam pelaksanaan pengawasan. Ditambah dengan penerapan CRPB oleh pengelola sarana ritel pangan, dan pemahaman konsumen terhadap CRPB, hal ini secara keseluruhan dapat mempercepat terwujudnya pangan yang aman, bermutu dan bergizi. Sehingga ke depan, dengan pangan yang aman, bermutu dan bergizi dapat kita wujudkan generasi penerus yang sehat. Penulis Sofhiani Dewi Direktorat Standardisasi Produk Pangan
7
InfoPOM - Vol.13 No. 4 Juli-Agustus 2012
Seri Swamedikasi 4
Obat Kecacingan Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius terutama di daerah tropis karena cukup banyak penduduk (utamanya anak-anak) yang menderita kecacingan. Penyakit kecacingan dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya tumbuh kembang anak karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh seperti protein, karbohidrat, dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan atau intelegensia anak. Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing. Beberapa jenis cacing yang dapat menyebabkan kecacingan yaitu cacing kremi (Oxyuris vermicularis/Enterobius vermicularis/threadworm/pinworm), cacing gelang (Ascaris lumbricoides/roundworm), cacing tambang/ hookworm (Necator americanus, Ancylostoma duodenale), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing pita (Taenia saginata dan Taenia solium).
Keterangan siklus hidup cacing kremi: (1) Telur cacing terletak pada lipatan perianal. Larva dalam telur berkembang dalam 4 sampai 6 jam. (2) Telur berembrio tertelan. (3) Larva menetas dalam usus halus. (4) Cacing dewasa hidup di lumen usus buntu. (5) Gravid betina bermigrasi ke area perianal pada malam hari untuk bertelur.
Infeksi cacing gelang disebut juga askariasis. Penyakit ini ditularkan melalui telur matang yang tertelan. Dalam usus halus telur akan menetas, dan keluar larva yang dapat menembus usus, mengikuti aliran darah menuju jantung kanan lalu ke paru. Larva merangsang laring sehingga terjadi batuk dan dapat masuk ke saluran cerna melalui kerongkongan. Selanjutnya larva akan menjadi cacing dewasa di dalam usus halus. Gejala infeksi cacing gelang pada umumnya yaitu rasa tidak enak pada perut (gangguan lambung); kejang perut, diselingi diare; kehilangan berat badan; dan demam.
Infeksi cacing kremi disebut juga Enterobiasis atau oksiuriasis. Cara penularan infeksi cacing ini adalah melalui telur yang tertelan, dapat berasal dari makanan yang terkontaminasi atau tanah yang tercemar kotoran yang mengandung telur cacing. Setelah tertelan, telur menetas dalam usus, kemudian larva menembus dan tumbuh dalam mukosa usus menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa akan bergerak ke daerah rektum dan bertelur. Gejala infeksi cacing kremi yang umum terjadi antara lain gatal di sekitar dubur (terutama pada malam hari pada saat cacing betina meletakkan telurnya), gelisah dan sukar tidur. Gambar 2. Siklus Hidup Cacing Gelang Keterangan siklus hidup cacing gelang: (1) cacing dewasa hidup di dinding usus halus. Cacing betina dapat menghasilkan sekitar 200.000 telur per hari, yang keluar melalui feses. (2) Telur yang tidak dibuahi dapat tertelan namun tidak menyebabkan infeksi. (3) Telur yang dibuahi akan berembrionasi dan menjadi infektif setelah 18 hari hingga beberapa minggu, tergantung kondisi lingkungan (optimum: lembap, hangat, tanah yang teduh). (4) Telur tertelan. Larva menetas. (5) Larva menuju ke paru-paru. (6) Larva masuk ke saluran pencernaan.
Infeksi cacing tambang disebut juga nekatoriasis. Penyakit ini menular melalui larva cacing yang terdapat di tanah yang menembus kulit (biasanya di antara jari kaki). Cacing ini akan berpindah ke paru kemudian ke tenggorokan dan akan tertelan masuk ke saluran cerna. Gejala infeksi cacing tambang yang umum terjadi yaitu gangguan pencernaan berupa mual, muntah, diare, dan nyeri ulu hati; pusing, nyeri kepala; lemas dan lelah; anemia; dan gatal di daerah masuknya cacing. Gambar 1. Siklus Hidup Cacing Kremi
8
InfoPOM - Vol.13 No. 4 Juli-Agustus 2012
sapi ditemukan larva cacing Cysticercosis bovis, dan pada daging babi ditemukan larva cacing Cysticercosis cellulosae. Gejala infeksi cacing pita pada umumnya yaitu gangguan pencernaan berupa mual, konstipasi, diare; sakit perut; lemah; kehilangan nafsu makan; sakit kepala; berat badan turun; dan beberapa gejala alergi yang disebabkan cacing dewasa yaitu urtikaria, pruritus dan kelainan kulit lain.
Gambar 3. Siklus Hidup Cacing Tambang Keterangan siklus hidup cacing tambang: (1) Telur cacing terdapat pada tinja. (2) Larva Rhabditiform menetas. (3) Larva berkembang menjadi larva Filariform. (4) Larva filaform menembus kulit. (5) Cacing dewasa hidup di usus halus.
Infeksi cacing cambuk disebut juga trikuriasis. Daur hidup cacing cambuk mirip dengan daur hidup cacing gelang, hanya saja pada cacing cambuk tidak ada siklus masuk ke paru. Gejala infeksi cacing cambuk yang umum terjadi yaitu nyeri ulu hati, kehilangan nafsu makan, diare, anemia.
Gambar 5. Siklus Hidup Cacing Pita Keterangan siklus hidup cacing pita: (1) Telur cacing dari tinja dilepaskan ke lingkungan (tanah, rumput dsb) (2) Telur Taenia dapat termakan oleh sapi dan babi, menyebabkan hewan tersebut terinfeksi. (3) Onchosphere (embrio cacing) terlepas dari telur, menembus dinding usus dan beredar ke otot. (4) Manusia terinfeksi karena memakan makanan mentah atau setengah matang yang mengandung sistiserkus atau telur Taenia. (5) Skoleks (kepala cacing pita) menempel di usus. (6) Cacing dewasa di usus halus.
Penanganan Penanganan penyakit kecacingan harus disertai dengan tindakan pencegahan penyebaran infeksi terutama di lingkungan keluarga. Jika salah seorang anggota keluarga dicurigai terinfeksi cacing, maka disarankan dilakukan terapi non obat berikut:
Gambar 4. Siklus Hidup Cacing Cambuk Keterangan siklus hidup cacing cambuk: (1) Telur cacing yang belum berembrio keluar melalui tinja. (2) Telur berkembang menjadi tahap 2-sel. (3) Terjadi proses pembelahan lebih lanjut dalam telur. (4) Telur berembrio tertelan. (5) Telur menetas menjadi cacing dalam usus halus. (6) Cacing cambuk dewasa hidup di usus buntu.
Infeksi cacing pita disebut juga Taeniasis, disebabkan oleh infeksi Taenia saginata yang dapat ditemukan pada usus manusia berupa cacing dewasa maupun larvanya (Cysticercosis). Manusia dapat terinfeksi jenis cacing ini melalui makanan, yaitu memakan daging yang mengandung larva atau telur cacing, yang dimasak tidak sempurna. Pada daging
• Mencuci sprei, handuk, dan pakaian dalam (terpisah dari seluruh anggota keluarga) dengan air hangat, jangan diaduk karena dapat menyebarkan telur cacing ke udara. • Pastikan ruangan mendapat cahaya matahari yang cukup, karena telur cacing dapat rusak oleh cahaya matahari. • Pastikan anggota keluarga yang dicurigai terinfeksi cacing melakukan mandi pagi, membersihkan bagian rektum pada saat mandi, dan tidak mandi dalam bath tub. • Gunakan disinfektan pada toilet duduk selama masa pengobatan. • Bersihkan dengan penyedot debu (vacuum cleaner) atau pel dengan air (jangan gunakan sapu) daerah sekitar tempat tidur dan seluruh kamar tidur.
9
InfoPOM - Vol.13 No. 4 Juli-Agustus 2012
• Bersihkan kuku dengan menyikat hingga bersih dan gunting kuku secara rutin. Cuci tangan secara berkala terutama sebelum makan dan setelah ke kamar mandi. Pengobatan penyakit kecacingan dapat berbeda-beda tergantung jenis cacing yang menyebabkan penyakit. Infeksi cacing pita memerlukan terapi dengan golongan obat keras yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Berikut adalah beberapa bahan aktif obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit kecacingan. Bahan aktif ini bisa terdapat dalam berbagai merek dagang.
MEBENDAZOL Mebendazol digunakan untuk mengobati infeksi cacing kremi, cacing tambang, cacing gelang, dan cacing cambuk. Obat ini tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan anak di bawah usia 2 tahun. Namun pada kehamilan di bawah 3 bulan, mebendazol tidak menimbulkan efek buruk. Dalam penggunaan mebendazol sangat jarang terjadi efek yang tidak diinginkan, namun pernah dilaporkan beberapa efek yang tidak diinginkan yaitu sakit perut, diare, kejang pada bayi, dan ruam.
Aturan pakai Untuk infeksi cacing kremi, dosis sebesar 100 mg dosis tunggal untuk dewasa dan anak di atas 2 tahun. Jika terjadi infeksi kembali, ulangi dosis yang sama 2 minggu kemudian.
PIPERAZIN Piperazin digunakan untuk mengatasi infeksi cacing kremi dan cacing gelang. Obat ini tidak dianjurkan untuk wanita hamil pada 3 bulan pertama. Pada ibu menyusui, hentikan menyusui sampai dengan 8 jam setelah penggunaan obat terakhir karena piperazin terdistribusi pada ASI. Beberapa efek yang tidak diinginkan dapat terjadi setelah penggunaan piperazin diantaranya mual, muntah, kejang perut, diare, reaksi alergi, dan sesak napas.
Aturan pakai Untuk infeksi cacing kremi: • Dosis untuk dewasa sebanyak 2,25 gr/15 mL sekali sehari selama 7 hari. • Dosis untuk Anak di bawah 2 tahun sebanyak 0,3-0,5 mL/ kgbb sekali sehari selama 7 hari. • Dosis untuk anak usia 2-3 tahun sebanyak 5 ml sekali sehari selama 7 hari. • Dosis untuk anak usia 4-6 tahun sebanyak 7,5 mL sekali sehari selama 7 hari. • Dosis untuk anak usia 7-12 tahun sebanyak 10 mL sekali sehari selama 7 hari. • Bila perlu ulangi pengobatan setelah satu minggu. Untuk infeksi cacing gelang: • Dosis untuk Dewasa sebanyak 30 mL dosis tunggal.
10
• Dosis untuk Anak usia 1-3 tahun sebanyak 10 mL dosis tunggal. • Dosis untuk anak usia 4-5 tahun sebanyak 15 mL dosis tunggal. • Dosis untuk anak usia 6-8 tahun sebanyak 20 mL dosis tunggal. • Dosis untuk anak usia 9-12 tahun sebanyak 25 mL dosis tunggal. • Ulangi pengobatan setelah dua minggu.
PIRANTEL PAMOAT Pirantel pamoat, atau nama lainnya yaitu pirantel embonat, digunakan untuk mengobati infeksi cacing kremi, cacing gelang, cacing tambang, cacing cambuk. Adanya anggota keluarga yang terinfeksi juga merupakan pertanda infeksi pada anggota keluarga yang lain. Untuk itu dianjurkan pemberian pirantel pamoat pada seluruh anggota keluarga untuk memusnahkan telur dan cacing serta mencegah infeksi berulang. Penggunaan pada wanita hamil dan anak di bawah 2 tahun harus berhati-hati. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah penggunaan pirantel pamoat antara lain hilang nafsu makan, kejang perut, mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, rasa mengantuk, sukar tidur, dan merah-merah pada kulit.
Aturan pakai Untuk infeksi cacing kremi: • dosis 1000 mg untuk Dewasa dengan berat badan di atas 75 kg, • dosis 750 mg untuk anak di atas 12 tahun berat badan 41-75 kg, • dosis 500 mg untuk anak 6-12 tahun berat badan 22-41 kg:; 2-6 tahun berat badan 12-22 kg: 250 mg; 6 bulan – 2 tahun berat badan di bawah 12 kg: 125 mg. Untuk infeksi cacing gelang: • Dosis 500 mg untuk Dewasa dengan berat badan di atas 75 kg, • Dosis 375 mg untuk anak di atas 12 tahun dengan berat badan 41-75 kg, • Dosis 250 mg untuk anak 6-12 tahun dengan berat badan 22-41 kg, • Dosis 125 mg untuk anak 2-6 tahun dengan berat badan 12-22 kg, • Dosis 62,5 mg untuk anak 6 bulan – 2 tahun dengan berat badan di bawah 12 kg. Untuk infeksi cacing tambang: • Dosis 20 mg/kgbb diminum sebagai dosis tunggal selama dua hari berturut-turut atau 10 mg/kgbb diminum sebagai dosis tunggal selama 3 hari berturut-turut. Untuk infeksi cacing cambuk: • Dosis 10 mg/kgbb diminum sebagai dosis tunggal. Berdasarkan berat badan menjadi sebagai berikut:
InfoPOM - Vol.13 No. 4 Juli-Agustus 2012
• Dosis 1000 mg untuk dewasa dengan berat badan di atas 75 kg, • Dosis 750 mg untuk anak di atas 12 tahun dengan berat badan 41-75 kg, • Dosis 500 mg untuk anak 6-12 tahun dengan berat badan 22-41 kg, • Dosis 250 mg untuk anak 2-6 tahun dengan berat badan 12-22 kg, • Dosis 125 mg untuk anak 6 bulan – 2 tahun berat badan di bawah 12 kg.
LEVAMISOL
Levamisol dapat ditoleransi dengan baik, namun pernah dilaporkan juga terjadi efek yang tidak diinginkan seperti mual muntah pada sebagian kecil pasien. Pemakaian obat ini pada dewasa yaitu dalam dosis tunggal sebesar 120-150 mg.
Pencegahan Menjaga kebersihan badan, makanan dan lingkungan dapat mencegah muncul dan menularnya penyakit kecacingan. Untuk pengobatan yang efektif, gunakan obat yang tepat dengan aturan pakai yang sesuai.
Levamisol sangat efektif terhadap infeksi cacing gelang, sehingga digunakan sebagai obat pilihan pertama pada pengobatan infeksi cacing gelang.
KERACUNAN ?? tenaga profesi kesehatan, serta instansi pemerintah/swasta yang membutuhkan. Pelayanan yang diberikan oleh SIKer: • Informasi dan petunjuk PENANGANAN korban keracunan. • Informasi tentang PENCEGAHAN keracunan. • Informasi tentang EFEK RACUN dan BAHAYA pada keracunan.
JANGAN PANIK ! Segera Hubungi Kami:
SENTRA INFORMASI KERACUNAN NASIONAL (SIKerNas) Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat 10560 Telp. : (021) 4259945 HP : 0813 1082 6879 Fax. : (021) 4288 9117 e-mail :
[email protected];
[email protected];
[email protected] website : www.pom.go.id Sentra Informasi Keracunan (SIKer) adalah suatu unit kerja yang secara aktif mencari kemudianmengumpulkan data/ informasi keracunan dan menyiapkannya sebagai informasi yag benar serta siap pakai untuk diberikan kepada masyarakat luas,
Data yang diperlukan saat menghubungi SIKer: Bila telah terjadi suatu kasus keracunan, maka akan sangat berguna dan amat membantu bila penanya telah mengetahui beberapa hal berikut ini sebelum menghubung Sentra Informasi Keracunan, yaitu: • Bahan yang dicurigai sebagai penyebab keracunan • Jumlah bahan • Gejala-gejala yang dialami oleh korban • Usia korban • Berat badan korban • Perkiraan waktu dan lama kejadian • Riwaya kesehatan korban, pengobatan yang sedang dijalani, dan obat yang dikonsumsi secara rutin • Lokasi kejadian Segera hubungi kami, bila anda memiliki pertanyaan seputar; 1. Potensi keracunan atau risiko bahaya dari; ◦◦ Bahan kimia ◦◦ Pestisida rumah tangga atau industri ◦◦ Makanan dan minuman ◦◦ Obat ◦◦ Obat tradisional ◦◦ Kosmetika ◦◦ Toksin alam: binatang & tumbuhan 2. Pertolongan pertama pada keracunan 3. Pencegahan keracunan
11
InfoPOM - Vol.13 No. 4 Juli-Agustus 2012
Keamanan Penggunaan Obat pada Ibu Menyusui Pertanyaan: Mohon informasi keamanan penggunaan Sefadroksil, Amoksisilin dan Asam Mefenamat untuk ibu menyusui? Terima kasih. (Susiana, Apoteker)
Jawaban: Sefadroksil sangat sedikit terdistribusi dalam ASI, dan tidak pernah dilaporkan terjadinya efek samping sefadroksil pada bayi yang menyusui dari Ibu yang mengkonsumsi sefadroksil. Oleh karena itu, umumnya sefadroksil boleh digunakan pada ibu menyusui. Sama halnya dengan sefadroksil, amoksisilin juga terdistribusi dalam ASI dalam jumlah kecil, dan masih diperbolehkan untuk dikonsumsi pada ibu menyusui.
Keracunan Pembersih Kaca Pertanyaan: Anak saya menelan cairan pembersih kaca secara tidak sengaja karena disangka air minum. Gejala yang timbul antara lain luka pada mulut, perih, sedikit keluhan pada lambung. Setelah kejadian itu, saya segera membawanya berobat ke Rumah Sakit. Anak saya lalu diendoskopi dan diobati. Sekarang keadaannya sudah membaik. Apakah bahayanya menelan cairan pembersih kaca dan bagaimanakah pertolongan pertamanya? (Elizabeth, Karyawan Swasta) Jawaban: Keracunan produk pembersih kaca dapat terjadi jika seseorang terpapar bahan, baik melalui rute inhalasi, tertelan, kontak dengan mata atau kontak dengan kulit dalam jumlah banyak. Sebagian besar kandungan pembersih kaca adalah air (sekitar 90%), tetapi ada bahan lain yang mungkin terkandung di dalamnya, misalnya amoniak dan alkohol (berupa isopropanol, butyl cellosolve, atau metanol) atau bahan kimia lain yang merupakan penyebab terjadinya bahaya keracunan. Gejala keracunan yang timbul dapat bervariasi tergantung jumlah bahan dan rute paparan. Gejala yang mungkin timbul dapat berupa iritasi mata, iritasi kulit, luka bakar pada kulit, rasa terbakar di mulut, nekrosis pada kulit, sakit kepala, batuk, mengantuk, pusing, nyeri perut, mual, muntah, feses berdarah, muntah darah, penurunan tekanan darah, nyeri kerongkongan, nyeri pada mulut, hilangnya penglihatan, rasa terbakar pada saluran cerna, kesulitan bernafas, pembengkakan tenggorokan, dan iritasi saluran napas. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terjadi keracunan produk pembersih kaca adalah:
Asam mefenamat juga sedikit terdistribusi dalam ASI dan tersalurkan pada bayi yang menyusui dari ibu yang mengkonsumsinya. Namun karena terdapat potensi efek samping serius dari asam mefenamat pada bayi yang menyusui, maka penggunaannya lebih baik dihindari, dan memilih analgesik lain yang lebih aman seperti parasetamol dan ibuprofen. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa Sefadroksil, Amoksisilin dan Asam Mefenamat termasuk ke dalam golongan obat keras yang penggunaannya harus berdasarkan resep dari dokter. Penggunaan obat-obatan pada ibu menyusui hanya diberikan jika manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan resikonya dan harus berdasarkan petunjuk dari dokter. Pustaka: 1. 2. 3. 4. 5.
AHFS 2010 Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan POM RI 2008 Drugs in Pregnancy and Lactation Martindale 36th edition MedLibrary, http://medlibrary.org/lib/rx/meds/mefenamic-acid
• Jika kontak dengan mata: Segera cuci mata dengan air mengalir yang banyak selama 15-20 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. • Jika kontak dengan kulit: Segera cuci dengan sabun dan air mengalir yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-20 menit). Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. • Jika tertelan: Jangan dirangsang muntah dan jangan memberikan apapun kepada korban yang tidak sadar/pingsan. Bila korban dalam keadaan sadar dan terjaga, berikan air minum atau susu untuk mengencerkan bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Pustaka: 1. Olson, K.R. (Ed.). Poisoning & Drug Overdose. 5th Ed. McGraw-Hill Companies, Inc. New York. 2007. 2. http://www.drugs.com/enc/window-cleaner.html (diunduh Maret 2012) 3. http://www.ehow.com/facts_6739402_toxicity-household-window-cleaner.html (diunduh Maret 2012) 4. http://www.ehow.com/facts_7186701_dangerous-ingestion-glass-cleaner.html (diunduh Maret 2012) 5. http://www.chop.edu/service/poison-control-center/resources-for-families/household-cleaners.html (diunduh Maret 2012) 6. http://www.rightdiagnosis.com/c/chemical_poisoning_window_cleaner/intro.htm (diunduh Maret 2012) 7. http://arts.ucalgary.ca/theatres/sites/arts.ucalgary.ca.theatres/files/Windex_Original_Streak-Free_ Glass_CleanerMSDS.pdf (diunduh Maret 2012) 8. http://www.enc-nationwide.com/MSDS/Grand%20Glass.pdf (diunduh Maret 2012)
FORUM PIO Nas
FORUM SIKer Nas
PIONas adalah Pusat Informasi Obat Nasional yang menyediakan akses informasi terstandar (Approved Label) dari semua obat yang beredar di Indonesia yang telah disetujui oleh Badan POM sebagai NRA (National Regulatory Authority). PIONas melayani permintaan informasi dan konsultasi terkait dengan penggunaan obat. Permintaan informasi ke PIONas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke PIONas (Ged. A lt. 1 BPOM, Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-428889117 / 021 - 4259945, HP nomor 08121899530, email ke
[email protected]
SIKerNas adalah Sentra Informasi Kecanduan Nasional yang secara aktif mencari dan mengumpulkan data/informasi keracunan dan menyiapkannya sebagai informasi yang teliti, benar dan mutakhir serta siap pakai untuk diberikan/ diinformasikan kepada masyarakat luas, profesional kesehatan, serta instansi pemerintah/swasta yang membutuhkannya dalam rangka mencegah dan mengobati keracunan. Permintaan informasi ke SIKerNas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke SIKerNas (Ged. A lt. 1 BPOM, Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-428889117 / 021-4259945, HP SIKerNas nomor 081310826879, email ke
[email protected]
12